Download - Tugas Terstruktur Makalah KTA

Transcript

BAB IPENDAHULUAN

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu megasistem kompleks yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis (biological systems) dan sistem manusia (human systems). Komponen fisik mencakup kondisi geografis DAS yang bersangkutan sedangkan kondisi kimia lebih menitikberatkan kepada kodisi daripada air sungai. Komponen biologi dilihat dari keragaman makhluk hidup termasuk manusia yang ada dalam DAS yang memiliki andil terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem DAS.DAS juga sering didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU. No. 7, Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air). Menurut Asdak (1995) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama. Dari definisi-definisi diatas menunjukkan, bahwa cakupan DAS tidak hanya sekedar sungai dengan bantarannya, namun lebih dari itu yaitu suatu megasistem hasil campur tangan manusia dengan alam yang memiliki tujuan yang khusus.DAS dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam pengembangannyapun, DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan DAS akan menciptakan ciri-ciri yang baik sebagai berikut : 1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannnya. 2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS. 3. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air.DAS dapat dibagi menjadi tiga bagian menurut pengelolaannya, yaitu DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. DAS di bagian hulu amat penting sebagai penyimpan air, penyedia air untuk industri, potensi pembangkit listrik, dan yang tak kalah penting sebagai penyeimbang ekologis di dalam system DAS. DAS bagian tengah merupakan wilayah dimana adanya permukiman serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Sementara di bagian hilir banyak terdapat lokasi-lokasi industri.Penggunaan tanah sebagai pencerminan aktivitas penduduk akanmemengaruhi kondisi suatu DAS sehingga bisa berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas air sungai yang ada (Kusumawardani, 2009).Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir.Pada makalah ini kami akan mencoba membahas salah satu DAS di Indonesia yaitu DAS Comal yang terletak di Jawa Tengah bagian utara. Pembahasan akan meliputi berbagai aspek tinjauan seperti aspek geografis, iklim, dan lingkungan sekitar DAS.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Letak dan LuasDAS Comal adalah bagian dari Satuan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai SWP DAS Gangsa Comal . Luas wilayah DAS Comal seluas 164.273,91 ha atau sebesar 4,8387 % dari luas seluruh wilayah BPDAS Pemali Jratun. DAS Comal memiliki keliling DAS sepanjang 212,84 Km. Sungai Utama DAS Comal adalah Kali Comal dengan panjang sungai 109,18 km.Letak geografis DAS Comal terletak di bagian utara Jawa Tengah yang melintasi 5 kabupaten yaitu mulai dari yang terluas Kabupaten Pemalang (136.026,19 ha), Pekalongan (26.611,31 ha), Purbalingga (1.119,55 ha), Banjarnegara (283,15 ha), dan Kabupaten Tegal (233,71 ha). Tepatnya terletak pada posisi koordinat antara 109 11' 29" - 109 38' 27" Bujur Timur dan antara 6 46' 09'' - 7 14' 41'' Lintang Selatan.B. Tipe IklimTipe iklim DAS Comal menurut Smitch dan Ferguson termasuk kedalam iklim Tipe A,Tipe B,Tipe C, dan Tipe D. Dengan curah hujan terendah 1000 mm dan tertinggi mencapai 6000 mm pertahun dan jumlah bulan kering 0 - 9 bulan dan bulan basah antara 1 - 12 bulan. Suhu udara di DAS Comal terendah berada pada 13 C dan suhu tertinggi mencapai 32 C.C. Urutan Prioritas Daerah Aliran SungaiUrutan Prioritas DAS merupakan urutan prioritas penanganan Daerah Aliran sungai berdasarkan skoring dari berbagai parameter yang telah ditetapkan. Parameter tersebut meiputi :1.Lahan (lahan kritis 28%, Tingkat Bahaya Erosi 12.5%, Penutupan Lahan 4.2%),

2.Hidrologi (Sedimentasi 10%, Index Penggunaan Air 4.9%, Coefisien of Varian 3.7% Kualitas Air 1.3%),

3.Sosial ekonomi (Tekanan Penduduk 15%, Konservasi tanah 2.2%, Kemiskinan dalam DAS 4.6% Jumlah Desa Tertingal 1%),

4.Investasi (Nilai Perlindungan terhadap bangunan air 4%, Nilai Jumlah Objek Pajak 4%),

5.Kebijaksanaan (Kawasan Lindung 1.7$, Kawasan Andalan 1.5%, Kawasan Khusus 1%, Kawasan Indonesia Timur 0.5%).

Hasil penetapan Urutan Prioritas DAS berdasarkan parameter tersebut diatas DAS Comal termasuk keadalam urutan prioritas 1 di wilayah BPDAS Pemali Jratun. DAS Comal mempunyai 5 Sub DAS selengkapnya lihat tabel berikut ini:

Tabel Sub Daerah Aliran Sungai di DAS ComalNOSWP DASDASSUB DASLUAS HAPROSENTASE

1Gangsa ComalDAS ComalSub DAS Comal Hilir43.420,0926,43

2Gangsa ComalDAS ComalSub DAS Genteng37.693,4522,95

3Gangsa ComalDAS ComalSub DAS Pulaga Sringseng19.077,8111,61

4Gangsa ComalDAS ComalSub DAS Lomeneng13.717,218,35

5Gangsa ComalDAS ComalSub DAS Wakung C. Hulu50.365,3630,66

JUMLAH164.273,91100,00

D. Cakupan Wilayah AdministrasiAdapun Wilayah administrasi hasil tumpang susun antara batas DAS hasil revisi tahun 2009 dengan batas administrasi dari peta Digital RBI Skala 25.000, wilayah administrasi yang masuk kedalam DAS Comal terdiri dari 5 kabupaten, 23 kecamatan dan 178 desa.Kelima kabupaten tersebut meliputi kabupaten Banjarnegara, Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Purbalingga. Untuk jumlah kecamatan dan desa yang masuk dalam wilayah administrasi DAS Comal paling banyak terdapat di kabupaten Pemalang yakni sekitar 50% dari total desa dan kecamatan yang masuk dalam wilayah administrasi DAS Comal berada di kabupaten Pemalang, sedangkan 50 % sisanya terbagi-bagi ke empat Kabupaten lainnya.

E. Bentuk LahanBerdasarkan system lahan dari peta REPROT bentuk lahan di wilayah DAS Comal terdiri dari Perbukitan dan Pegunungan, Dataran, Dataran Alluvial, dan Rawa-Rawa. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Luas Bentuk Lahan

NOBENTUK LAHANLUAS HAPROSENTASE

1Dataran18.916,4511,52

2Dataran Alluvial11.000,406,70

3Perbukitan dan Pegunungan50.489,7030,74

4Rawa-Rawa1.113,670,68

JUMLAH164.273,91100,00

F.TopografiTopografi di wilayah DAS Comal meliputi Pegunungan,Dataran, dan Perbukitan. Dengan tinggi tempat antara 0 sampai dengan 3400 m dari permukaan laut. Sedangkan kemiringan lahan mulai dari Datar, Landai, Agak Curam, Curam, hingga Sangat Curam. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Kemiringan Lahan

NOKELASKELERENGANLUAS HAPROSENTASE

11Datar29.017,2217,66

22Landai13.184,968,03

33Agak Curam15.260,319,29

44Curam12.029,217,32

55Sangat Curam12.645,237,70

JUMLAH164.273,91100,00

G. Jenis TanahTanah adalah material yang tidak padat yang terletak di permukaan bumi, sebagai media untuk menumbuhkan tanaman (SSSA, Glossary of Soil Science Term). Tanah terbentuk dari suatu bahan induk yang mengalami pelapukan. Proses terbentuknya tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor bahan induk, iklim, waktu, mikro organisme dan lereng. Proses pembentukan tanah disuatu daerah erat hubungannya dengan sejarah pembentukan tanah atau evolosi tanah. Jenis Tanah di wilayah DAS Comal meliputi Latosol, Grumusol, Aluvial, dan Podsolik. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Jenis Tanah

NOJENIS TANAHLUAS HAPROSENTASE

1Aluvial12.472,417,59

2Grumusol25.512,5615,53

3Latosol44.102,3426,85

4Podsolik49,630,03

JUMLAH164.273,91100,00

H. GeologiGeologi merupakan komposisi, struktur, sifat-sifat fisik serta sejarah dan proses asal mula terbentuknya batuan yang ada dibumi. Berasarkan asal pembentukaanya kondisi geologi di wilayah DAS Comal meliputi Miosen fasies sedimen, Hasil gunung api kwarter muda, Aluvium, Hasil gunung api kwarter tua, dan Pliosen fasies sedimen. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Data GeologiNOGEOLOGILUAS HAPROSENTASE

1Aluvium13.179,858,02

2Hasil gunung api kwarter muda16.740,7110,19

3Hasil gunung api kwarter tua5.586,853,40

4Miosen fasies sedimen46.240,1128,15

5Pliosen fasies sedimen389,440,24

JUMLAH164.273,91100,00

I. Kawasan HutanSuatu Daerah Aliran Sungai berdasarkan UU Kehutanan No.41 Tahun 1999 harus memiliki kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal seluas 30% secara proporsional dari luas keseluruhan . Luas kawasan hutan di wilayah DAS Comal sudah memenuhi luas minimal yaitu memiliki luas kawasan hutan 65,88 % dari luas wilayah. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Kawasan HutanNOKAWASANLUAS HAPROSENTASE

1Areal Penggunaan Lain56.048,8534,12

2Kawasan Hutan Lindung8.286,325,04

3Kawasan Hutan Produksi17.801,7510,84

JUMLAH164.273,91100,00

J. Arahan Fungsi Pemanfaatan LahanPenentuan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan didasarkan atas skoring dari Curah Hujan Harian, Jenis Tanah dan Tingkat Kemiringan Lahan. Berdasarkan hasil skoring tersebut Arahan Fungsi Pemanfatan Lahan di wilayah DAS Comal meliputi Kawasan Lindung, Kawasan Penyangga, Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Pemukiman, dan kawasan Budidaya Tanaman Tahunan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Arahan Fungsi Pemanfaatan LahanNOARAHAN FUNGSI LAHANLUAS HAPROSENTASE

1Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Pemukiman19.401,8011,81

2kawasan Budidaya Tanaman Tahunan1.512,010,92

3Kawasan Lindung40.774,6624,82

4Kawasan Penyangga20.448,4712,45

JUMLAH164.273,91100,00

K. Tingkat Bahaya ErosiErosi tanah adalah penyingkiran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi dari tapak semula oleh pelaku berupa air mengalir (aliran limpasan), es bergerak atau angin (tejoyuwono notohadiprawiro, 1998: 74). Menurut G. kartasapoetra, dkk (1991: 35), erosi adalah pengikisan atau kelongsoran yang sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh kecamatankan-kecamatankan atau kekuatan angin dan air, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia. Pemindahan atau pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media alami berupa air dan angina. Misalnya erosi di daerah beriklim basah, factor yang berperan penting adalah air sedangkan angina tidak berarti. Dua sebab utama terjadinya erosi adalah karena sebab alamiah dan aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena adanya pembentukan tanah dan proses yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sedangkan erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah (chay asdak, 1995: 441).Hasil Analisa USLE (Universal Soil Loss Equation) tersebut Tingkat Bahaya Erosi di wilayah DAS Comal adalah terdiri dari Sangat Ringan (7,37%), Ringan (12,47%), Sedang (9,76%), Berat (4,49%), Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Tingkat TBE Lahan pada masing-masing KawasanNOTINGKAT BAHAYA EROSIKELASLUAS HAPROSENTASE

1Sangat Ringan112.100,187,37

2Ringan220.492,7112,47

3Sedang316.025,649,76

4Berat47.368,884,49

5Sangat Berat526.149,5515,92

JUMLAH164.273,91100,00

L. Kekritisan LahanLahan Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai batas yang ditentukan atau diharapkan (SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 tanggal 21 April 1998) Penentuan tingkat kekritisan lahan mengacu pada SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 tanggal 21 April 1998, yaitu berupa hasil skoring dari beberapa parameter pada masing-masing kawasan. Dibedakan 3 kawasan dalam menentukan skor dan parameter yaitu:1. Kawasan Budidaya Pertanian meliputi parameter produktifitas lahan, manajemen lahan, kemiringan lahan, tingkat bahaya erosi dan singkapan batuan permukaan.2. Kawasan Lindung di Luar Kawasan dan Hutan Produksi meliputi parameter tutupan Vegetasi permanen, manajemen lahan, kemiringan lahan dan tingkat bahaya erosi.3. Kawasan Hutan Lindung meliputi parameter penutupan lahan, manajemen lahan, kemiringan lahan dan tingkat bahaya erosi.Hasil skoring kekritisan lahan berdasarkan parameter diatas untuk wilayah DAS Comal memiliki lahan kritis sebesar 28,70 % dari luas wilayah yang terbagi dalam tingkatan sebagai berikut Agak Kritis (8,94%),Kritis (2,64%),Potensial Kritis (16,63%), dan Sangat Kritis (0,49%). Sedangkan lahan yang tidak kritis sebesar 71,30% dari luas keseluruhan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Tingkat Kekritisan Lahan pada masing-masing KawasanNOFUNGSIKEKRITISANLUAS HAPROSENTASE

1Kawasan Budidaya PertanianAgak Kritis2.522,301,54

2Kawasan Budidaya PertanianKritis181,460,11

3Kawasan Budidaya PertanianPotensial Kritis8.258,035,03

4Kawasan Budidaya PertanianSangat Kritis107,230,07

5Kawasan Budidaya PertanianTidak Kritis21.945,9313,36

6Kawasan Hutan LindungAgak Kritis3.674,412,24

7Kawasan Hutan LindungKritis97,150,06

8Kawasan Hutan LindungPotensial Kritis4.167,492,54

9Kawasan Hutan LindungTidak Kritis302,930,18

10Kawasan Hutan ProduksiAgak Kritis650,580,40

11Kawasan Hutan ProduksiKritis283,870,17

12Kawasan Hutan ProduksiPotensial Kritis7.393,364,50

13Kawasan Hutan ProduksiSangat Kritis72,380,04

14Kawasan Hutan ProduksiTidak Kritis9.473,055,77

15Kawasan Lindung diluar KawasanAgak Kritis7.845,414,78

16Kawasan Lindung diluar KawasanKritis3.779,072,30

17Kawasan Lindung diluar KawasanPotensial Kritis7.498,994,56

18Kawasan Lindung diluar KawasanSangat Kritis618,040,38

19Kawasan Lindung diluar KawasanTidak Kritis3.265,251,99

JUMLAH164.273,91100,00

M. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)Kegiatan penanganan terhadap lahan kritis atau dikenal dengan Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya memulihkan, memperhatikan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (Anonim., 1998). Kegiatan tersebut berupa kegiatan penanaman (Vegetatif) dan pembuatan bangunan sipil teknis. Adapun Kegiatan RHL yang telah dilaksanakan yang sudah terdata di wilayah DAS Comal adalah sebagai berikut:Tabel Kegiatan RHL Jenis VegetatifNOTAHUNKEGIATANLUAS HA

12002Bantuan Bibit Provinsi16

22004Penanaman Hutan Rakyat725

32005Hutan Rakyat Pengkayaan70

42005Penanaman Hutan Rakyat475

52005Rehabilitasi Mangrove100

62006Bantuan Bibit Provinsi17

Tabel Kegiatan RHL Jenis Sipil TeknikNOTAHUNKEGIATANVOLUME UNIT

12004Sumur Resapan28

22005Sumur Resapan40

32007Dam Penahan37

42007Dam Pengendali8

JUMLAH113

BAB IIIPENUTUP

Dari penjelasan di atas, dapat diambil beberapa poin penting terkait pengertian, fungsi dan tujuan dari suatu DAS (termasuk DAS Comal). Poin-poin penting tesebut meliputi:a. Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu megasistem kompleks yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis (biological systems) dan sistem manusia (human systems). Artinya bahwa DAS pada dasarnya tidak bisa berfungsi secara optimal dan hanya menjadi aliran air biasa ketika dari ketiga komponen tadi salah satu komponennya hilang atau rusak. Oleh karena itu, suatu DAS harus terdiri atas ketiga komponen tadi dan ketiga komponen tersebut harus mampu bersinergi secara utuh.b. Karena dianggap menjadi sistem, maka dalam pengembangan suatu DAS perlu memperhatikan komponen-komponen penyusunnya, serta bagaimana agar tercipta suatu sistem DAS yang memiliki tujuan dan fungsi yang jelas dan tepat, dan dalam praktiknya pun output yang dihasilkan bisa optimal.c. Tiga sasarn utama pengembangan DAS: mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi, mampu menjamin pemerataan produktifitas di seluruh daerah aliran DAS, mampu menjaga kelestarian sumber daya air.

DAFTAR PUSTAKAAsdak C. 1995.Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kusumawardani, A. 2009. Daerah Aliran Sungai Asahan. Sumber: staff.ui.ac.id/das_asahan_anggikusumawardhani.pdf. [Akses: 10 April 2014, Pukul 20.00].

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998.Tanah dan Lingkungan. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K. Jakarta.

Kartasapoetra, G, 1991.Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT. Melton Putra. Jakarta

TUGAS TERSTRUKTURKONSERVASI TANAH DAN AIRDaerah Aliran Sungai (DAS) Comal

Oleh :1. Abraham Kevin ( A1L012123 )2. Nurul Purnama Sari ( A1L012124 )3. Syarifah Fauziah( A1L012127 )4. M. Shodiqqur Rifky(A1L01212 )

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2014LAMPIRANPeta wilayah sungai Pemali-Comal