BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah definisi dari Sistem Seluler?
2) Bagaimana sejarah dari Sistem Seluler?
3) Bagaimanakah multiple access dalam Sisttem Seluler?
4) Bagaimanakah prinsip keja Sistem Seluler?
5) Apa sajakah parameter – parameter dasar dari Sistem Seluler?
6) Bagaimanakah perkembangan Sistem Seluler saat ini?
1.3 Tujuan dan Manfaat
A. Tujuan
Tujuan daari makalah ini adalah
1) Dapat mengetahui dari definisi dari Sistem Seluler.
2) Dapat mengetahui sejarah dari Sistem Seluler.
3) Dapat mengetahui multiple access dalam Sisttem Seluler
4) Dapat mengetahui prinsip kerja dari Sistem Seluler.
5) Dapat mengetahui parameter – parameter dasar dari Sistem Seluler.
6) Dapat mengetahui perkembangan Sistem Seluler saat ini
B. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah
1) Mahasiswa mampu mendeskripsikan sistem seluler
2) Mahasiswa mengetahui sejarah dan perkembangan sistem seluler
3) Mahasiswa mengetahui multiple access dalam Sisttem Seluler
4) Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja sistem seluler
5) Mahasiswa mengetahui parameter – parameter dalam sistem seluler
6) Mahasiswa mengetahui perkembangan Sistem Seluler saat ini.
BAB 2. PEMBAHASAN
Dalam bab pembahsan ini akan dijelaskan tentang pengertian sistem
komunikasi seluler, sejarah komunikasi seluler, multiple access dari sistem
seluler, parameter-parameter dari sitem seluler serta perkembangan sistem seluler
saat ini.
2.1 Definisi Sistem Seluler
Sistem Seluler adalah suatu sistem komunikasi yang memberikan layanan
jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak dimana daerah layanannya dibagi -
bagi menjadi daerah yang kecil-kecil yang disebut Cell / sel. Pelanggan mampu
bergerak secara bebas di dalam area layanan sambil berkomunikasi tanpa terjadi
pemutusan hubungan. Sistem Seluler juga disebut sebagai PLMN (Public Land
Mobile Network) yaitu terdiri dari mobile station (MS) yang dihubungkan dengan
jaringan radio ke infrastruktur perangkat switching yang berinteraksi dengan
sistem lain seperti PSTN.
Sedangkan Cell / sel adalah area cakupan (coverage area) dari Radio Base
Station.
Gambar 1. Bentuk sel
2.2 Sejarah komunikasi seluler
2.2.1 Generasi Pertama (1G)
Generasi pertama atau 1G merupakan teknologi handphone pertama yang
diperkenalkan pada era 80- an dan masih menggunakan sistem analog. Generasi
pertama ini menggunakan teknik komunikasi yang disebut Frequency Division
Multiple Access (FDMA). Teknik ini memungkinkan untuk membagi-bagi alokasi
frekuensi pada suatu sel untuk digunakan masing-masing pelanggan di sel
SEL IDEAL SEL REAL SEL MODEL
tersebut, sehingga setiap pelanggan saat melakukan pembicaraan memiliki
frekuensi sendiri. Contoh dari 1G ini adalah AMPS (Advance Mobile Phone
System), NMT (Nordic Mobile Telephony), TACS (Total Access Communications
System), dll. Kemampuan teknologi 1G adalah kemampuan teknologi 1G ini
hanya dapat bisa melayani komunikasi suara saja tidak dapat melayani
komunikasi data dalam kecepatan tinggi dan besar. Kelemahan teknologi 1G
adalah penggunaan teknologi analog pada generasi pertama menyebabkan banyak
keterbatasan yang dimiliki seperti kapasitas trafik yang kecil, jumlah pelanggan
yang dapat ditampung dalam satu sel sedikit, dan penggunaan spektrum frekuensi
yang boros karena satu pengguna menggunakan satu buah kanal frekuensi.
2.2.2 Generasi Kedua (2G)
Teknologi generasi kedua muncul karena tuntutan pasar dan kebutuhan
akan kualitas yang semakin baik. Generasi 2G sudah menggunakan teknologi
digital. Generasi ini menggunakan mekanisme Time Division Multiple Access
(TDMA) dan Code Division Multiple Access (CDMA) dalam teknik
komunikasinya. Contoh dari 2G adalah GSM (Groupe Special Mobile), dan
CDMA, PDC (Personal Digital Celluler), dll. Kemampuan teknologi 2G selain
digunakan untuk komunikasi suara, juga bisa untuk SMS (Short Message Service
adalah layanan dua arah untuk mengirim pesan pendek sebanyak 160 karakter),
voice mail, call waiting, dan transfer data dengan kecepatan maksimal 9.600 bps
(bit per second). Kecepatan sebesar itu cukup untuk mengirim SMS, download
gambar, atau ringtone MIDI. Kelebihan 2G dibanding 1G selain layanan yang
lebih baik, dari segi kapasitas juga lebih besar. suara yang dihasilkan menjadi
lebih jernih, karena berbasis digital, maka sebelum dikirim sinyal suara analog
diubah menjadi sinyal digital. Perubahan ini memungkinkan dapat diperbaikinya
kerusakan sinyal suara akibat gangguan noise atau interferensi frekuensi lain.
Perbaikan dilakukan di penerima, kemudian dikembalikan lagi dalam bentuk
sinyal analog, efisiensi spektrum/ frekuensi yang menjadi meningkat, serta
kemampuan optimasi sistem yang ditunjukkan dengan kemampuan kompresi dan
coding data digital. Tenaga yang diperlukan untuk sinyal sedikit sehingga dapat
menghemat baterai , sehingga handset dapat dipakai lebih lama dan ukuran baterai
bisa lebih kecil. Kelemahan teknologi 2 G adalah kecepatan transfer data masih
rendah. Tidak efisien untuk trafik rendah. Jangkauan jaringan masih terbatas dan
sangat tergantung oleh adanya BTS (cell Tower).
2.2.3 Generasi Dua Setengah (2.5G)
Teknologi 2.5G merupakan peningkatan dari teknologi 2G terutama dalam
platform dasar GSM telah mengalami penyempurnaan, khususnya untuk aplikasi
data. Untuk yang berbasis GSM teknologi 2.5G di implementasikan dalam GPRS
(General Packet Radio Services) dan WiDEN, sedangkan yang berbasis CDMA
diimplementasikan dalam CDMA2000 1x. GPRS (General Packet Radio
Services) merupakan teknologi overlay yang disisipkan di atas jaringan GSM
untuk menangani komunikasi data pada jaringan. Dengan kata lain dengan
menggunakan handset GPRS, komunikasi data tetap berlangsung di atas jaringan
GSM dengan GSM masih menangani komunikasi suara dan transfer data
ditangani oleh GPRS. Pengembangan teknologi GPRS di atas GSM dapat
dilakukan secara efektif tanpa menghilangkan infrastruktur lama, yaitu dengan
penambahan beberapa hardware dan upgrade software baru pada terminal/station
dan server GSM. Kecepatan transfer data GPRS dapat mencapai hingga 160 kbps.
Teknologi GPRS memiliki 3 fitur keunggulan, yaitu:
a. Allways Online. GPRS menghilangkan mekanisme dial kepada pengguna pada
saat ingin mengakses data, sehingga dikatakan GPRS selalu online karena transfer
data dikirim berupa paket dan tidak bergantung pada waktu koneksi.
b. An Upgrade to existing networks (GSM dan TDMA). Adopsi sistem GPRS tidak
perlu menghilangkan sistem lama karena GPRS dijalankan di atas infrastruktur
yang telah ada.
c. An Integral part of EDGE and WCDMA. GPRS merupakan inti dari mekanisme
pengiriman paket data.
2.2.4 Generasi Ketiga (3G)
Teknologi generasi ketiga (3G Third Generation) dikembangkan oleh
suatu kelompok yang diakui dan merupakan kumpulan para ahli dan pelaku bisnis
yang berkompeten dalam bidang teknologi wireless di dunia. ITU (Intenational
Telecomunication Union) mendefisikan 3G (Third Generation) sebagai teknologi
yang dapat unjuk kerja sebagai berikut :
1. Mempunyai kecepatan transfer data sebesar 144 kbps pada kecepatan user 100
km/jam.
2. Mempunyai kecepatan transfer data sebesar 384 kbps pada kecepatan berjalan
kaki.
3. Mempunyai kecepatan transfer data sebesar 2 Mbps pada untuk user diam
(stasioner).
Dari persyaratan diatas terhitung ada 5 teknologi untuk 3G, yaitu :
Gambar 2. Teknologi untuk 3G
Tetapi dari 5 teknologi yang ada dan berdasarkan kesepakatan 3G tertuang
dalam International Mobile Telecommunications 2000 (IMT 2000) dan antara lain
memutuskan bahwa standar 3G akan bercabang menjadi 3 standar sistem yang
akan diberlakukan di dunia, yaitu :
1. Wideband-CDMA (WCDMA), di dukung oleh Europea Telecommunications
Standards Institute (ETSI) dan operator GSM di Eropa dan tempat lain. Diawal
tahun 1998, W-CDMA diikutsertakan dalam standar ETSI yaitu UMTS
(Universal Mobile Telecommunications System).
2. CDMA2000 (CDMA2000 1X EV-DO & CDMA2000 1X EV-DV) didukung
oleh komunitas CDMA Amerika Utara, dipimpin oleh CDMA Development
Group (CDG).
3. (TD-SCDMA) didukung oleh China.
Gambar 3. Migrasi 2G ke 3G
2.2.5 Generasi Tiga Setengah (3.5)
Teknologi 3.5 G atau disebut juga super 3G merupakan peningkatan dari
teknologi 3G, terutama dalam peningkatan kecepatan transfer data yang lebih dari
teknologi 3G (>2 Mbps) sehingga dapat melayani komunikasi multimedia seperti
akses internet dan video sharing. Yang termasuk dalam teknologi ini adalah High
Speed Downlink Packet Access (HSDPA). HSDPA merupakan Evolusi WCDMA
dari Ericsson. HSDPA merupakan protokol tambahan pada sistem WCDMA
(wideband CDMA) yang mampu mentransmisikan data berkecepatan tinggi.
HSDPA fase pertama berkapasitas 4,1 Mbps. Kemudian menyusul fase 2
berkapasitas 11 Mbps dan kapsitas maksimal downlink peak data rate hingga
mencapai 14 Mbit/s.Kecepatan jaringan HSDPA di lingkungan perumahan dapat
melakukan download data berkecepatan 3,7 Mbps. Seorang yang sedang
berkendaraan di jalan tol berkecepatan 100 km/jam dapat mengakses internet
berkecepatan 1,2 Mbps. Sementara itu, pengguna di lingkungan perkantoran yang
padat tetap masih dapat menikmati streaming video meskipun hanya memperoleh
300 Kbps. Kelebihan HSDPA adalah mengurangi keterlambatan (delay) dan
memberikan respon yang lebih cepat saat pengguna menggunakan aplikasi
interaktif seperti mobile office atau akses Internet kecepatan tinggi, yang dapat
disertai pula dengan fasilitas gaming atau download audio dan video. Kelebihan
lain HSDPA, meningkatkan kapasitas sistim tanpa memerlukan spektrum
frekuensi tambahan, sehingga pasti akan mengurangi biaya layanan mobile data
secara signifikan.
2.2.6 Generasi Keempat (4G)
Teknologi fourth generation (4G) adalah teknologi yang baru memasuki
tahap uji coba. Salah satunya oleh Jepang dimana pihak NTT DoCoMo,
perusahaan ponsel di Jepang, memanfaatkan tenaga hingga 900 orang insinyur
ahli untuk mewujudkan teknologi generasi ke 4. Contoh dari 4G ini adalah LTE
dan WiMax. Untuk teknologi 4G, kemungkinan teknologi yang diadaptasi adalah
MIMO-OFDM (Multi Input Multi Output – Orthogonal Frequency Modulation).
OFDM merupakan suatu teknik transmisi multi carrier (banyak frekuensi).
Dimana tiap frekuensi adalah orthogonal satu sama lain, sehingga terjadinya
overlapping tidak akan menyebabkan interferensi. Dan di sisi lain teknik MIMO
dapat membuat kanal parallel independen dalam spatial domain untuk
mengirimkan data stream yang beragam. Teknik MIMO bisa memperbesar
kapasitas kanal tanpa mengurangi bandwidth yang ada. Jumlah antena yang
dipergunakan pada bagian pemancar 2 sedangkan pada bagian penerima 4. MIMO
dapat mencapai kecepatan transfer data sampai 59,52 Mb.
Gambar 4. Perkembangan komunikasi seluler 1G-4G
2.3 Multiple Access Dalam Komunikasi Seluler
2.3.1 Frequency Division Multiple Access (FDMA).
Telah di ketahui bahwa pada generasi pertama (1G) sistem yang di
gunakan adalah FDMA. Sistem pengkanalan dengan pita 30 kHz setiap kanalnya,
sistem ini dikenal dengan sistem FDMA. Untuk memeaksimalkan kapasitas,
sistem seluler FDMA menggunakan antena berarah dan sistem reuse frequency
yang rumit. Pada teknik FDMA, lebar pita frekuensi yang dialokasikan dibagi
menjadi bagian – bagian kecil spektrum frekuensi. Kemudian setiap user diberi
alokasi pita frekuensi tersebut selama melakukan proses percakapan, sehingga
dalam waktu yang sama hanya satu user yang dapat menggunakan frekuensi
tersebut. Gambar 5 menunjukkan ilustrasi FDMA
Gambar 5. Ilustrasi FDMA
2.3.4 Time Division Multiple Access (TDMA)
Untuk lebih meningkatkan kpasitas, digunakan sistem akses jamak digital
yang disebut TDMA. Sistem ini menggunakan pengkanalan dan reuse frequency
yang sama dengan sistem FDMA dengan tambahan elemen time sharing. Setiap
kanal dipakai bersama oleh setiap user menurut slot waktunya masing – masing.
Karena itu aliran informasi pada TDMAtidak kontinyu atau terpotong – potong
pada setiap time slotnya. TDM di bagi menjadi dua yaitu Wideband TDMA yang
sistemnya menggunakan seluruh frekuensi yang tersedia dan membagikannya ke
dalam slot – slot waktu. Narrowband TDMA yang merupakan gabungan FDMA
dan WTDMA. Ilustrasi dari TDMA seperti gambar 6.
Gambar 6. Ilustrasi TDMA
2.3.5 Code Division Multiple Access (CDMA)
Cdma adalah teknik akses jamak berdasarkan teknik komunikasi spektrum
tersebar, pada kanal frekuensi yang sama dan dalma waktu yang sama digunakan
kode – kode yang unik untuk mengidentifikasi masing – masing user. Gambar 2.7
merupakan Ilustrasi dari CDMA. Sedangkan gambar 8 merupakan perbandingan
antara FDMA, TDMA dan CDMA.
Gambar 7. Ilustrasi CDMA
Gambar 8. Perbedaan FDMA, TDMA, CDMA
2.4 Prinsip Kerja Sistem Seluler
2.4.1 Prinsip Kerja Sistem Seluler
Gambar 9 menunjukkan arsitektur sederhana dari suatu teknologi seluler
untuk 2G GSM. Dikatakan sederhana karena gambar tersebut hanya menampilkan
elemen – elemen yang terlibat pada penyaluran trafik wicara saja.
Gambar 9. arsitektur sederhana 2G
Secara garis besar, jaringan dapat dipilah menjadi jaringan asup (Access
Network, AN) dan jaringan teras (Core Network, CN). Jaringan asup tersusun atas
BTS (Base Tranceiver Station) dan pengendalinya stasiun basis (Base Station
Controller, BSC). Setiap BSC mengendalikan beberapa BTS. Di jaringan teras
terdapat sejumlah pusat penyambungan (Mobile Switching Center, MSC). Setiap
MSC menangani beberapa BSC. Untuk komunikasi dengan PSTN diperlukan
GMSC (Gateway MSC)
Setiap BTS meliputi kawasan kecil tertentu, misalnya dalam radius ratusan
meter atau beberapa kilometer. Maka untuk meliputi kawasan yang luas
dibutuhkan banyak sekali BTS. Kawasan kecil ini disebut sel. Jika satu MS telah
memulai komunikasi di suatu sel kemuian MS tersebut bergerak hingga masuk ke
sel lain, maka fungsi komunikasinya tidak terputus karena pelayanannya ditangani
oleh BTS di sel baru itu. Kenyataanya bahwa meskipun pindah kawasan liputan
BTS tidak perlu mengulang inisiasi pembentukan hubungan komunikasi inilah
yang menyebabkan sistemnya disebut seluler. Secara fisis, MS hanya
berhubungan dengan BTS. BTS meneruskan ke BSC dan selanjutnya ke CN. CN
inilah yang meneruskan trafik MS itu ke tujuannya.
2.4.2 Perkembangan jaringan sistem seluler
Pada gambar 10 memperlihatkan arsitektur jaringan 2G yang
dikembangkan hanya untuk layanan wicara saja dengan menerapkan sambungan
untai (circuit – switch. CS) pada jaringan teras
Gambar 10. Jaringan 2G
Untuk memberikan layanan data, jaringan 2G di kembangkan ke 2.5G atau
yang lazim di sebut GPRS (Genaral Packet Radio Service) dengan arsitektur
seperti gambar 11. teras penyambung paket (packet-circuit core, PS) tersusun atas
GGSN dan SGSN. Komunikasi wicara dilewakan CS, sedangkan trafik data
dilewatkan ke PS.
Gamber 11. Jaringan 2.5G
Perkembangan teknologi seluler ke 3G terutama untuk meningkatkan
kemampuan pelayanan data. Gambar 12 menunjukkan jaringan 3G
UMTS/WCDMA tahap awal yang masih bekerja dengan sistem 2G. Namun,
istilah BTS dan BSC pada 2G menjadi node B dan RNC
Gambar 12. Jaringan 3G
Jaringan teras senantiasa mengalami evolusi perkembangan, khususnya
pada CS yang secara berangsur menjadi PS yang lazim disebut soft – switch
seperti pada gambar 13. MSC dan GSMC masing – masing tersusun atas bagian
sercer dam MGW (media gateway)sehingga beroperasi pada ragam
penyambungan paket. Perkembangan berikutknya pada jaringan teras adalah
lahirnya layanan multimedia dengan jaringan IP (IP multimedia subsytem, IMS)
seperti pada gambar 14, koneksi ke PSTN juga di mungkinkan melalui ranah IMS
ini.
Gambar 13. Soft switch
Gambar 14. Jaringan 3.5G
Tuntutan terhadap pesan bit tinggi sehingga bersifat broad-band
melahirkan 4G dengan akses radio OFDMA/SC-FDMA. Gambar 15
memperlihatkan jaringan 4G LTE.
Gambar 15. Jaringan 4G
2.5 Parameter – Parameter Dasar Dari Sistem Seluler
2.5.1 Hand – Over
Ditinjau dari gambar 16. MS yang akan bergerak di sel kiri di tangani oleh
BS kiri juga. Kemudian MS itu bergerak ke kanan hingga semakin jauh dari BS
kiri sembari mendekat ke BS kanan. Pengalihan penanganan antar BS seperti ini
disebut Hand-Over (alih tangan, HO).
Gambar 16. MS yang berada didua area sel yang berbeda
Ditinjau jika MS bergeraknyabukan ke kanan melainkan ke kiri, padahal
di seelah kirinya sudah tidak ada BS lagi. Karena MS bergerak menjauhi BS,
isyarat yang diterima MS ataupun BS semakin melemah hingga di bawah batas
ambang yang diperlukan. Dalam hal demikian, BS terpaksa melepas
penanganannya, sehingga terjadi lepas tangan atau Hand-off.
Setiap BS pada ahirnya terhubung kesuatu perangkat penyambungan
(switching) yakni MSC. Setiap MSC meliputi wilayah tertentu. Secara
administratif, seiap MS terdaftar sebagai pelanggan disalah satu MSC tertentu.
Jika suatu saat MS tersebut meninggalkan MSC tempat terdaftar dan berpindah ke
wilayah yang lain maka dapat dikatakan bahwa MS itu melakukan roaming.
Ilustrasi tersebut seperti gambar 17.
Gambar 17. Hand over antar MSC
2.5.2 Frequency Reuse (Pemakaian Ulang Frekuensi)
Penggunaan kembali frekuensi yang sama pada area yang berbeda di luar
jangkauan batas bebas interferensinya. Kumpulan sel yang memiliki kelompok
frekuensi operasi yang berbeda disebut kluster. Kelompok frekuensi itu, nantinya
diulang lagi pada kluster yang lain. Gambar 18 menunjukkan ilustrasi dari
Frequncy Reuse
Gambar 18. Frequency re-use pada kluster dengan n=3
2.6 Teknologi Seluler Saat Ini
Dalam teknologi seluler saat ini adalah memasuki era teknologi 4G.
contoh dari 4G adalah WiMax dan LTE (Long Term Evolution). Dalam makalah
ini yang akan dibahas adalah LTE saja.
2.6.1 LTE Secara Umum
Layanan mobile broadband terus berkembang seiring dengan meningkatnya
mobilitas masyarakat dalam beraktivitas serta kebutuhan layanan internet.
Berbagai teknologi seluler terus dikembangkan mulai dari GSM/GPRS/EDGE
(2G), UMTS/HSPA (3G), dan teknologi LTE. LTE adalah standar terbaru dalam
teknologi jaringan seluler dibandingkan GSM/EDGE and UMTS/HSPA. LTE
adalah sebuah nama baru dari layanan yang mempunyai kemampuan tinggi dalam
sistem komunikasi bergerak yang merupakan langkah menuju generasi ke-4 (4G)
dari teknologi radio yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan
jaringan telepon mobile. LTE adalah suatu proyek dalam third generation
partnership project (3GPP). Adapun tujuan pengembangan teknologi pada 3GPP
adalah sebagai berikut:
1. kebutuhan akan pengembangan jaringan 3G dalam waktu yang akan
datang.
2. kebutuhan pelanggan akan kecepatan data yang tinggi dan quality of
service (QOS).
3. pengembangan teknologi packet switching.
4. mengurangi biaya operasional karena arsitektur jaringan yang sederhana.
LTE menawarkan beberapa keunggulan dan keuntungan bagi pelanggan dan pihak
operator jaringan, yaitu :
1. Efisiensi spektrum dan throughput yang tinggi, LTE menggunakan OFDM
pada arah downlink, dimana teknik ini tahan terhadap interferensi akibat
lintasan jamak dan menggunakan single-carrier- FDMA (SC-FDMA)
pada arah uplink yang memiliki peak average power ratio (PAPR) rendah.
Selain itu LTE juga mendukung antena multiple input multiple output
(MIMO) yang dapat meningkatkan BER dan bit rate [1, 2].
2. latency yang rendah, jaringan LTE memiliki setup time dan transfer delay
yang sangat rendah, serta waktu handover yang rendah [3].
3. Mendukung bandwidth yang bervariasi, yaitu 1.4, 3, 5, 10, 15 and 20
MHz.
4. Memiliki arsitektur jaringan yang sederhana, hanya ada eNodeB pada
evolved UMTS terrestrial radio access (E-UTRAN).
5. Kompatibel dengan teknologi 3GPP sebelumnya dan teknologi lainnya.
6. Mendukung frequency division duplex (FDD) dan time division duplex
(TDD).
2.6.2 Arsitektur Long Term Evolution
Arsitektur jaringan LTE dirancang untuk tujuan mendukung trafik packet
switching dengan mobilitas tinggi, quality of service (QOS), dan latency yang
kecil. Pendekatan packet switching ini memperbolehkan semua layanan termasuk
layanan voice menggunakan koneksi paket. Oleh karena itu pada arsitektur
jaringan LTE dirancang sesederhana mungkin, yaitu hanya terdiri dari dua node
yaitu eNodeB dan mobility management entity/gateway (MME/GW). Hal ini
sangat berbeda dengan arsitektur teknologi GSM dan UMTS yang memiliki
struktur lebih kompleks dengan adanya radio network controller (RNC).
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan hanya adanya single node
pada jaringan akses adalah pengurangan latency dan distribusi beban proses RNC
untuk beberapa eNodeB. Pengeliminasian RNC pada jaringan akses
memungkinkan karena LTE tidak mendukung soft handover. Arsitektur dasar
jaringan LTE dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Arsitektur dasar jaringan LTE
Semua interface jaringan pada LTE adalah berbasis internet protocol (IP).
eNodeB saling terkoneksi dengan interface X2 dan terhubung dengan MME/SGW
melalui interface S1 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.2. Pada LTE
terdapat 2logical gateway, yaitu serving gateway (S-GW) dan packet data
network gateway (P-GW). S-GW bertugas untuk melanjutkan dan menerima paket
ke dan dari eNodeB yang melayani user equipment (UE). P-GW menyediakan
interface dengan jaringan packet data network (PDN), seperti internet dan IMS.
Selain itu P-GW juga melakukan beberapa fungsi lainnya, seperti alokasi alamat,
packet filtering, dan routing.
2.6.3 Teknik Akses
Pada LTE teknik akses yang digunakan pada transmisi dalam arah
downlink dan uplink berbeda. Arah downlink adalah arah komunikasi dari eNodeB
ke UE, sementara arah uplink adalah arah dari UE menuju eNodeB seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 20. Pada arah downlink teknik akses yang digunakan
adalah orthogonal frequency division modulation access (OFDMA) dan pada arah
uplink teknik akses yang digunakan adalah single carrier frequency division
multiple access (SC-FDMA). OFDMA adalah variasi dari orthogonal frequency
division modulation (OFDM).
Gambar 20. Arah transmisi downlink dan uplink
Pada teknik OFDM setiap subcarrier adalah orthogonal sehingga akan
menghemat spektrum frekuensi dan setiap subcarrier tidak akan saling
mempengaruhi. Akan tetapi salah satu kelemahan teknik akses ini adalah
tingginya peak average power ratio (PAPR) yang dibutuhkan. Tingginya PAPR
dalam OFDM membuat para ahli melihat skema teknik akses yang berbeda pada
arah uplink karena akan sangat mempengaruhi konsumsi daya pada UE sehingga
pada arah uplink LTE menggunakan teknik SC-FDMA. SC-FDMA dipilih karena
teknik ini mengkombinasikan keunggulan PAPR yang rendah dengan daya tahan
terhadap gangguan lintasan jamak dan alokasi frekuensi yang fleksibel dari
OFDMA.
BAB 3. KESIMPULAN
Dari makalah ini dapaat disimpulkan.
1) Sistem Seluler adalah suatu sistem komunikasi yang memberikan layanan
jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak dimana daerah layanannya
dibagi -bagi menjadi daerah yang kecil-kecil yang disebut Cell / sel
2) Sedangkan Cell / sel adalah area cakupan (coverage area) dari Radio Base
Station.
3) Sistem Selurer berkembang dari 1G, 2G, 3G dan 4G yang tiap generasi
mempunyai sistem yang berbeda – beda.
4) Secara garis besar, jaringan dapat dipilah menjadi jaringan asup (access
network, AN) dan jaringan teras (core network, CN). Jaringan asup
tersusun atas BTS (Base Tranceiver Station) dan pengendalinya stasiun
basis (Base Station Controller, BSC). Setiap BSC mengendalikan
beberapa BTS. Di jaringan teras terdapat sejumlah pusat penyambungan
(Mobile Switching Center, MSC). Setiap MSC menangani beberapa BSC.
Untuk komunikasi dengan PSTn diperlukan GMSC (gateway MSC)
5) Parameter dasar dari sitem seluler adalah hand-over dan frequency reuse
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Uke., Prihatmo, G., Kusuma, D., Dedi, S.P. 2012. Fundamental
Teknologi Seluler LTE. Bandung : Rekayasa Sains
Santoso, Gatot. 2006. Sistem Celuler WCDMA. Yogyakarta, Graha Ilmu
Saydam, Gouzali, Drs. 2006. Sistem Telekomunikasi Di Indonesia. Bandung,
Alfabeta
Setianto, Budi. 2010. Dasar – Dasar Telekomunikasi. Yogyakarta, Sakti
Smale, PH. 1996. Sistem Telekomunikasi 2nd Ed. Jakarta, Erlangga