1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Rencana Pelabuhan
1. Latar Belakang Pelabuhan Cirebon
Cirebon merupakan sebuah kota kabupaten yang terletak diwilayah utara Pulau
Jawa yang cukup ramai. Disamping mempunyai dataran yang cukup luas Cirebon juga
mempunyai perairan yang dapat di layari oleh berbagai ukuran kapal, dengan kata lain
Cirebon mudah dijangkau baik melalui darat maupun melalui laut.
Terhadap kota-kota di luar Jawa seperti kota-kota di Pulau Kalimantan, slawesi,
Sumatera dan daerah lainnya, hubungan yang paling ekonomis ialah jalur laut, yaitu
memenuhi kebutuhan daerah baik ekspor maupun import.
2. Faktor Penduduk
Dalam perencanaan pelabuhan sebagai sarana arus lalu lintas laut, haruslah di
perhitungkan faktor penduduk di sekitar pelabuhan dengan penduduk di masa yang
akan dating.
Hal umum yang terjadi adalah bartambahnya pemukiman penduduk di sekitar
pelabuhan, mungkin di daerah tesebut akan banyak sumber mata pencahariaan. Jumlah
penduduk Cirebon yang tercatat pada Biri Pusat Statistik tahun 1990 adalah berjumlah
1.649.428 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata = 2,16%
B. Kemungkinan Perluasan Daerah.
Cirebon merupakan daerah yang berkembang cukup pesat, hal ini dapat dilihat
dari faktor penumpang seperti populasi, sosial-ekonomi, di samping potensi dari daerah
itu sendiri.
1. Populasi
Daerah Cirebon ini terdiri dari beberapa kota dan desa yang cukup padat
penduduknya. Perkembangan ini Nampak sekali terlihat dari tingkap populasi
penduduknya, sehingga banyak sekali daerah yang sebelumnya masih belum terbuka
menjadi daerah yang potensial.
2. Potensi Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi di daerah Cirebon ini cukup tinggi. Pendapatan penduduk
perkapita cendrung terus meningkat hal ini berkaitan dengan program pembangunan
yang tidak pernah lepas terjangkau oleh daerah ini.
2
Cirebon juga merupakan daerah transfortasi dan penumpang, kerena merupakan
daerah penghubung antar Jawa Tengah dan Jawa Barat, baik dari darat maupun dari
laut.
C. Potensi Daerah
Dari sector pertaniaan sangat di harapkan, sebab sampai saat ini hanya hasil
pertanian dari daerah ini sudah di harapka di ekspor keluar negeri seperti beras dan lain-
lain. Dari sector perikanan, Cirebon sangat potensial dengan tambak udangnya untuk di
ekspor, selain itu juga ikan laut merupakan hasil yang cukup dominan dari daerah ini.
D. Keadaan Pantai dan Perairan
Pantai dan luasnya perairan sangat menentukan dalam perencanaan pelabuhan,
keadaan pantai yang landai, curam atau berkarang, banyak ditumbuhi tanaman laut dan
lain sebagainya, sangat menentukan dalam merencanakan pelabuhan.
Selain faktor dari medan pantai tersebut, yang tidak kalah pentingnya adalah
mengenai luas daerah perairan. Apakah pelabuhan cukup dengan kondisi yang ada, atau
perlu perbaikan/ peningkatan daerah pengairanya seperti pengerukan pantai dan lain-lain.
E. Luas Daerah Perairan
Seiring dengan bertambah pesatnya perkembangan daerah, arus lalu lintas
perairan dan ukuran kapal berlabuh / singgah akan bertambah pesat, maka perlu
diperhitungkan kemungkinan perluasan daerah perairan di muka pelabuhan. Dalam
perencanaan pelabuhan ini nantinya yang akan di tentukan apakah diperlukan breakwater.
(pemecah gelombang).
3
BAB II
SUMBER DATA
A. Data Iklim
Untuk perencanaan di perlukan data iklim. Untuk data iklim yang paling penting
adalah data angin, hal ini karena:
Angin laut yang menimbulkan gelombang dan arus angin
Angin juga mengakibatkan timbulnya tekanan (gaya-gaya) pada bangunan dan kapal.
Sifat-sifat angin yang perlu diketahui adalah :
1. Arah angin (wing direction)
Arah angin yang bertiup dapat di perhitungkan kedudukannya terhadap arah utara
dan arah angin tersebut dapat dilihat dari arah asap. Di daerah Cirebon ini angin bertiup
dari Barat ke Timur membentuk sudut 600 dengan sumbu Utara-Selatan.
2. Kecepatan angin (wind speed)
Kecepatan angin diukur dengan alat anemometer, yang menurut jenisya ada 2
(dua) macam, yaitu konvensional dan otomatis. Stasiun Meteorologi menggunakan
anemometer yang dihubungkan dengan generator. Generator itu membangkitkan arus
listrik yang menjadi fungsi dari jumlah peputaran anemometer dalam satuan menit
(RPM).
3. Lama angin bertiup (duration)
Bentuk ombak selain dipengaruhi oleh kecepatan angin, keadaan perairan,
keadaan dasar laut, juga oleh lamanya angin bertiup, di daerah Cirebon ini lama angin
bertiup (duration) yang terjadi adalah 3 jam.
B. Data Hidrometri
1. Ombak /gelombang.
4
Gelombang terjadi akibat :
Gerakan kapal
Letusan gunung berapi
Gempa bumi
Angin topan
Thomas stevension dapat merumuskan tinggi ombak/ gelombang, dengan jarak antara
timbulnya angin sampai gelombang, yaitu “Fetch”. Tinggi gelombang di daerah
Cirebon adalah 1,9 m (seperti pada data).
2. Pasang surut air laut
Untuk mengetahui gerakan pasang surut air laut, dilaksanakan dengan cara
konvensional, yaitu dengan mencatat kedudukan permukaan air tiap jam selama 15
hari. Perbedaan pasang surut untuk daerah Cirebon adalah 1,75 m (seperti pada data).
a
AT
Titik nol mistar Patok
resmi(BM)
AR
Dengan mengadakan pengamatan pasang surut muka air, dapat di ketahui pasang
tertinggi (AT) dan pasang terendah (AR). Perubahan livel muka air laut akibat pasang
surut muka air laut di beberapa lokasi di bumi sangat berbeda mengakibatkan
pergerakan air secara horizontal.
Perpindahan air dibawah permukaan ini umumnya di sebut arus air pasang surut
(ridal current/ stream). Arah arus pasang umumnya berlawanan dengan arus surut.
Sebagaimana pergerakan pasang surut yang harmonis, maka kecepatan arus pasang
surut-pun dapat dijabarkan sebagai berikut :
V = V max Cos (fase)
5
Pengaruh pasang surut sangat besar pada muara-muara sungai (estelary) jadi bila
suatu pelabuhan di bangun pada muara-muara sungai, maka dua hal yang perlu di
perhatikan adalah:
Navigasi melalui muara harus aman
Pengendapan (sedimentasi) harus cukup kecil.
Kedua hal ini sangat bertentangan. Di satu pihak, keamanan navigasi
membutuhkan mulut pelabuhan yang besar. Tetapi hal ini menyebebkan kecepatan
arus rendah, jadi mempermudah terbentuknya sedimentasi.
Sebaiknya mulut pelabuhan yang kecil akan mengurangi keamanan navigasi,
tetapi menghindari terjadinya pengendapan (sedimentasi).
3. Kedalaman perairan
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhap besar kecilnya kapal yang
berlabuh. Berkenaan dengan gerakan kapal yang ditimbulkan oleh mesin, maka di
bawah kapal harus terdapat lapisan air yang cukup (clearance under the keel) setinggi
2-4 feet. Untuk perairan yang tidak dalam, dapat digunakan sembarang bamboo yang
diberi ukuran sebagai alat penduga (kira-kira). Untuk perairan yang agak dalam
digunakan tali (hand wat) atau menggunakan lalat elimsinker, echo sounders dan lain-
lain. Mengukur kedalaman daengan echo sounders.
Kapal survey :
1 5 4
A B
Keterangan :1. Generator oskilasi2. Oscilator teransmisi
6
Clearence 3. Oscillator penerima
4. Amplifier
5. Fathometer / recorder
B
C. Data Tanah
Pada setiap bangunan Teknik Sipil, selalu diharapkan pada masalah pondasi dan
stabilitas yang erat dengan masalah karakteristik dan daya dukung tanah. Karakteristik
dan struktur tanah sebagai pendukung bangunan keseluruhan banyak ditentukan atas
kekuatan tersebut dan di ukur sebagai tekanan tanah yang diijinkan. Di daerah Cirebon
tanah ijin (σ tanah) = 2,2 kg/Cm2 (data).
Untuk mendalami jenis-jenis/ macam tanah untuk mendukung bangunan (dalam
hal ini adalah pelabuhan), maka kita harus mengetahui klasifikasi jenis tanah tersebut
yaitu :
Jenis Tanah Ukuran Butir
1. Berangkal (boulders) ≥ 8”
2. Kerakal (cobbles) 3” – 8”
3. Kerikil (gravel) 2 mm – 3”
4. Pasir Kasar 0,6 mm – 2,0 mm
5. Pasir Sedang 0,2 mm – 0,6 mm
6. Pasir Halus 0,06 mm – 0,2 mm
7. Lanau (silit) 0,02 mm – 0,06 mm
8. Lempung (clay) ≤ 0,02 mm
Sumber : Perencanaan pelabuhan : hal 292.
Biasanya seorang perencana memisalkan bahwa daerah tekanan efektif di bawah
tanah yang di bebani, diperdalam ± 1,5 kali dari lebar tanah yang dibebani tersebut.
7
Kondisi yang diperkirakan pada daerah dimana gaya efektif terjadi dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Merata
Lapisan lunak yang dapat tertekan diatas lapisan keras
Lapisan keras diatas lapisan lunak
Dapat terdiri dari berbagai macam jenis tebal lapisan.
Keempat jenis kondisi tanah diatas, menentukan perhitungan/ percobaan lapangan
dan digunakan sebagai data hal penentuan macam pondasi dan perkiraan penurunannya.
D. Data Bongkar Muat
Dari data yang ada pada kantor statistic, dapat diperkirakan proyeksi dari data-
data pada tahun yang akan di kehendaki dengan rumus :
Pn = Po (1+I)n
Keterangan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke- n
Po = Jumlah tahun awal
N = Jumlah tahun
I = Pertumbuhan rata-rata
8
BAB III
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN PELABUHAN
A. Asumsi Dasar
1. General Cargo
Perpindahan dari general cargo harus dilakukan dengan penelitian untuk
menghindari/ mengurangi kerusakan.
Kapal hanya berisi 90% muatan dari jenis DWT kapal.
Barang-barang di tamping :
- 80% digudang unit I
- 20% pada open strage
Untuk keperluan lalu lintas barang dalam gudang yaitu lalu lintas pekerja dan
lain-lain akan diperlukan 35% - 40% dari ruas ruangan gudang.
Gudang unit I digunakan untuk menumpang barang-barang yang akan dimuat
ke kapal.
Luas gudang unit II di gunakan untuk menampung barang-barang dalam waktu
lama adalah 35% dari luas gudang unit I.
2. Liquid Cargo.
Tangki penampung liquid cargo direncanakan terbagi dalam 2 macam :
- Untuk eksport
- Untuk import
9
Kerena daerah Cirebon (Jawa Barat) lebih banyak barang import minyak, maka
tangki import dasediakan 25% dari tangki liquid eksport.
3. Bulk Cargo
Untuk mengimport kayu, sebaiknya di gergaji dulu dalam bentuk balok (bahan
mentah setengah jadi)
Muatan kayu maksimal adalah 75% dari jumlah DWT kapal, tetapi diimport
dalam bentuk papan sebesar 90% dari jumlah DWT kapal.
4. Pelabuhan Ternak
Mengingat daerah Cirebon membutuhkan ternak untuk kepentingan bahan
makanan, maka dibuat suatu pelabuhan untuk kebutuhan ternak yang besarnya
162.000 kg/tahun. Jika berat se-ekor sapi adalah 75 s/d 100 kg, maka
banyaknya sapi yang diperlukan minimum adalah 162.000/100 = 1.620 ekor
(data setatistik pada tahun 1983).
Kapal muatan adalah 50% - 70% dari jumlah DWT kapal.
5. Pelabuhan penumpang
Karena banyaknya penduduk yang akan bepergian atau dating kedaerah dengan
menggunakan fasilitas angkutan tersebut, maka perencanaan berasumsi dalam
memuat pelabuhan.
Dengan melakukan perhitungan yang seperti yang akan di uraikan dapat di
tentukan jumlah kapal maupun typenya yang akan melakukan bongkar muat
pada daerah Cirebon, begitu juga jenis general cargo, bulk cargo, liquid cargo
maupun ternak dan penumpang. Perhitungan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
Daftar Muatan : Genaral Cargo (1989)
No Jenis Barang Muatan (ton) Bongkar (tob)
1 Makanan dan Minuman 563 ---
2 Besi beton 1.195 266
3 Mesin, alat listrik dan elektronik -- 43.249
4 Lain – lain 45.012 743
Jumlah 76.770 44.258
10
Daftar Muatan : Bulk Cargo (1989)
No Jenis Barang Muat (ton) Bongkar (ton)
1 Beras 89.847 ---
2 Jagung 5.315 ---
3 Terigu 514 ---
4 Tepung lainnya 46.516 38.154
5 Makanan ternak 35.770 6.245
6 Kelapa dan kopra 7.558 356
7 Gula pasir 5.507 ---
8 Biji kelapa sawit --- 32.188
9 Ikan kering --- 3.590
10 Terasi 9 ---
11 Pupuk --- 5.363
12 Garam 9.163 1.010
13 Semen 300.176 1.672
14 Kacang – kacangan 252 155
11
15 Kayu gergajian 3.105 110.371
16 Kayu bulat 8.829 102.033
17 Renpah – rempah 401 46
18 Perkebunan lainnya 68 ---
19 Hasil tambang lainnya 125.381 24.704
20 Hasil hutan lainnya 302 1.422
Jumlah 635.713 454.768
Daftar Muatan : Liquid Cargo (1989)
No Jenis Barang Muat (ton) Bongkar (ton)
1 Bensin -- 103.158
2 Minyak tanah 29.159 171.319
3 Minyak diesel 350.734 374.750
4 Bahan kimia cair 9 1.081
Jumlah 379.902 650.308
Daftar Muatan : Ternak (1989)
No Jenis barang Muat (ton) Bongkar (kg)
1 Binatang 223.374 1.379
Daftar Muatan : General Cargo (1989)
No Jenis barang Muatan (ton) Bongkar (kg)
1 Penumpang 1.484.485 1.425.003
Analisa Data
No Uraian Muatan (ton) Bongkat (ton)
1 General Cargo 46.770 44.258
2 Liquid cargo 635.713 454.768
3 Bulk cargo 379.902 650.308
4 Ternak 223.374 1.379
12
5 Penumpang 1.848.485 1.435.003
Tingkat pertumbuhan ekonomi di taksit 5% - 7%
No Uraian Presentase Pmax
1 General Cargo 7,50% 46.770
2 Liquid cargo 6,00% 635.713
3 Bulk cargo 6,80% 650.308
4 Ternak 5,50% 223.374
5 Penumpang 5,40% 1.484.485
Jika konstruksi dilaksanakan 2 tahun mendatang dan umur pelabuhan 15 tahun dengan
rumus : Pi + (1+i)n . Po
Maka didapatkan hasil sebagai berikut :
No Uraian Presentase Pmax
1 General Cargo 50.048,58 159.925,12
2 Liquid cargo 730.686,07 1.751.131,68
3 Bulk cargo 725.109,50 1.945.236,40
4 Ternak 248.629,85 555.040,1
5 Penumpang 5,40%5,40% 1.484.485
B. Pemilihan lokasi
No UraianLokasi rencana pelabuhan
A B C D
1 Letak topografis 7 6 5 5
2 Keadaan fasilitas bongkar/muat 7 7 6 6
13
3 Keadaan fasilitas bongkar/muat 5 6 7 7
4 Keadaan arah angin dan gelombang7 6 7 6
5 Keadaan endapan sungai 8 6 6 6
6 Keadaan kondisi tanah 7 6 6 7
7 Fasilitas telepon, listrik dan air 6 8 8 7
8 Keadaan penduduk pada lokasi 8 7 8 6
Jumlah 55 52 53 50
C. Rencana Pelabuhan
1. Data – data Perencanaan :
a. Muatan :
General Cargo = 106985,850 ton/th
Bulk Cargo = 1335172,95 ton/th
Liquid Cargo = 1328530,89 ton/th
Ternak = 4019 ton/th
Penumpang = 2639400 ton/th
b. Arah angin :
Kecepatan angin = 20 knot
Sifat angin = agak kuat
Tekanan angin = 5,488 lb/tt
c. Tinggi gelombang = 1,9 meter(data)
d. Perbendaharaan = 1,75 meter
e. Keadaan tanah = 2,2 Kg/cm2
f. Kapal direncanakan dengan data – data sebagai berikut :
DWT = 25.000 ton (cargo boat)
Panjang = 170 meter
Lebar = 21 meter
Dalam = 12,7 meter
Draft = 9,8 meter
2. Dermaga untuk Bongkar Muat General cargo dan Bulk Cargo
a. Menentukan Penjang Dermaga
General Cargo = 1.069.850 ton/th
14
Bulk = 1.335.172,95 ton/th
Asumsi kapasitas muat rencana 90% yaitu :
90% DWT = 0,9 . 25000 = 22.500
n=(106985,850+1335172,95)
18000 = 64,096 buah/ton
Sehingga jumlah kapal dalam ( 1 ) hari adalah :
n¿(64,096)
356 = 0,180 buah/hari = 1 buah/ hari
waktu untuk bongkar muat ( asumsi ) = 3 hari
Jadi jumlah kapal dalam cargo = 3 . 0,220 = 0,659 buah = 1 buah
Kapal cargo sebanyak 1 buah yang merapat pada dermaga.
Jadi panjang dermaga :
D
d = n . L + (n – 1) . 15 + 2.25
= 1.170 + ( 1 – 1 ) . 15 + 50
= 220 meter
Jadi panjang dermaga cargo adalah + 220 meter
b. Menentukan Lebar Dermaga
Kapasitas lantai dermaga (q) = 0,3 Kg/cm2 = 3 t/m2
Luas dermaga ( A ) = 90 % DWT
q n
= 0,90 x20000
3 . 1
15
= 6000 m2
Diambil lebar dermaga selebar 27,5 meter.
c. Menentukan Tinggi Dermaga (Td)
Td = a + Bps + d + C1
Keterangan :
a = niviu, diambil 0,5 meter
Bps = bede pasang surut = 1,75 meter
d = draft = 9,8 meter
C1 = clearance, diambil 1 meter
Maka Td adalah
Td = a + Bps + d + C1
= 0,5 + 1,9 + 9,8 +1
= 12,7 meter (tinggi dermaga yang di perlukan)
Jadi ukuran dermaga untuk bongkar muat general cargo dan bulk cargo
adalah :
Panjang dermaga = 220,0 meter
Lebar dermaga = 27,5 meter
Tinggi dermaga = 12,7 meter
3. Dermaga untuk Bongkar Muat Liquid Cargo
a. Menentukan Penjang Dermaga
Untuk liquid cargo digunakan kapal tenker DWT – 1000, data sebagai berikut :
DWT =400 ton
Panjang = 92 meter
Lebar = 12,3 meter
Kedalaman = 6,9 meter
Dreft = 5,9 meter
Liquid cargo = 1328530,89 ton
Kapasitas kuat rencana = 100% DWT
= 100% 4000
= 4000 ton
Jumlah kapal yang berlabuh / merapat (n)
16
n=132853,1334000
= 332,113 buah/ton
Jumlah kapal dalam 1 hari adalah :
n=332,113365
= 0,91 buah
= 1 buah
Asumsi : waktu bongkar muat adalah 1 hari.
Banyaknya kapal = 3 . 0,901
= 2,73 buah
= 3 buah
Panjang dermaga yang diperlukan (d)
d = n . L + (n – 1) . 15+50
= 3.92 + (3 – 1) . 15+50
= 356 meter
b. Menentukan Lebar Dermaga
Kapasitas lantai dermaga (A) = 0,3 kg/cm2 = 3 t/m2
Luas Dermaga (A) ¿DWT
q n
¿4000
3 3
= 4000 m2
Maka lebar dermaga adalah ¿4000356
= 11,23 meter
Diambil lebar dermaga selebar 11,50 meter
Jadi ukuran dermaga = 356 meter
Lebar dermaga = 11,5 meter
4. Dermaga Kapal Untuk Pelabuhan Ternak
17
Digunakan kapal Cargo DWT 700, dari table didapat :
Panjang = 50 meter
Lebar = 8,3 meter
Dalam = 4,2 meter
Draft = 3,9 meter
Ternak = 2019 ekor/thn
= 555040,20 kg/thn
= 555,04 ton/thn
Asumsi :
Kapasitas muat = 70% DWT
= 0,7 . 00
= 490 ton
Bongkar muat 1 hari
Jumlah kapal (n) ¿555,04
490
= 1,113 = 2 buah / thn
Jumlah kapal/hari ¿2
365
= 0,005 buah
= 0 buah
Karena kapal yang digunakan terlalu kecil, sehingga kapal berlabuh tidak
secara rutin(tiap hari), maka pada daerah Cirebon tidak perlu dibangun
pelabuhan kehusus.
5. Dermaga kapal untuk Pelabuhan Penumpang
a. Menentukan Panjang Dermaga
Untuk liquid cargo ini digunakan kapal tanker DWT 1000 sebagai berikut
DWT = 100 ton
Panjang = 65 meter
Lebar = 10 meter
Dalam = 5,5 meter
Draft = 4,5 meter
18
Enumpang = 263 org/thn, jika diasomsikan rata – rata penumpang
beratnya 5,5 maka bobot penumpang adalah 14516 ton/thn
Kapasitas Muatan Rencana = 75% DWT
= 75% . 1000
= 750 ton
Jumlah kapal yang berlabuh (n) ¿145167
750
= 193,556 buah/thn
Jumlah kapal/hari (n) ¿196,556
356
= 0,53 buah = 1 buah
Panjang dermaga yang diperlukan (d) :
d = n . L + (n – 1) . 15 + 50
= 1.65 + (1 – 1) . 15 + 50
= 115 meter
b. Menentukan Lebar Dermaga :
Kapasitas lantai dermaga (q) = 0,3 kg/cm2 = 3 t/m2
Luas Dermaga (A) 90 % . DWT
q n
¿0,9 x 1000
3 . 1
= 300 m2
Maka lebar dermaga adalah ¿300115
= 2,609 meter
Diambil lebar dermaga = 3,0 meter
c. Menentukan Tinggi Dermaga (Td)
Td = a + Bps + d + C1
= 0,5 + 1,9 + 4,5 +1
= 7,4 meter
Jadi ukuran dermaga untuk bongkar muat liquid cargo adalah :
Panjang = 115 meter
Lebar = 3,0 meter
Tinggi dermaga = 7,4 meter
19
6. Menghitung Luas Daerah Perairan Masing-Masing Dermaga
General cargo bulk cargo (F1) = 5 . (170.21) = 17850 m2
Liquid Cargo (F2) = 5 . 3 (92.12,3) = 16974 m2
Penumpang (F3) = 5. (65.10) = 3290 m2
Total Luas perairan (F) = F1 + F2 + F3
= 17850 + 16974 + 3290
= 2807 m2
7. Menentukan Lebar Muara Kolam
Rumus Stevenson :
HL = 1,5 √ F0
Diambil : F0 = 20 knot = 20 x 1,855
1,6093
= 23,054 st. miles
H1 = 1,5 √23,054 = 7.202 ft
= 2,195 meter
Hd ¿ 0,8 meter, diambil Hd = 0,6 meter
Panjang dermaga total :
B = d1 + d2 + d3
= 220 + 365 + 11,5 m
= 691 meter
Y = FB
= 38074
691 = 55,00998 = 55 meter
H diH 1
= √b/B = 0,0269(1+√b/B) . ∜Y
H diH 1
= √b/B = 0,0269(1+√b/B) . ∜55
0,273 = 0,038 . 0,073 – 0,00028 . b0,5
0,033 . b0,5 = 0,345
b = 97,099 meter = 97,5 meter
HL
20
B = 691 m HdI b = 97,5 m
y = 55m
8. Perencanaan Break Water
Rumus dasar irribaren :
W = S . K .H 3
(cosα−sin α )(S−1)
Keterangan :
K = 1,5 (koefisien untuk batu )
Sr = 2,6863 (berat jenis batu )
Tg α = 1/3 → α = 180 26, 5, 28”
H = 2,195 meter
Cos (180 26, 5, 28” ) – Sin (180 26, 5, 28”) = 0,254
Maka :
W = 2,6853.15 .(2,195)
(0,254 ) (1,6853 )
= 5430,688 Kg
= 5,431 ton
Untuk tinggi minimum dihitung :
t min = 5 H
= 5 . 2,195
= 10,975 = 11 meter
B = 691 m
D. Perencanaan Gudang
Penjang gudang disesuaikan dengan panjang kapal yang nanti akan dilayani, yaitu:
Cargo Boat DWT 20,000 dengan data sebagai berikut :
Panjang ( L ) = 170 Meter
21
Lebar (B = 21 Meter
Draft full = 9,8 Meter
Asumsi kapasitas angkut cargo boat = 90% DWT = 18.000 ton
Ruangan di darat yang harus tesedia (eksport dan import) = 2 x 18.000 =
36.000 ton
Open strage = 25% x 36.000 = 900 ton
Ware house = 75% x 36.000 = 27.000 ton
Kapasitas gudang = 0,25 kg/cm2 = 2,5 ton/m2
Luas untuk lalu lintas yang ada dalam gudang, diambil 20%
Luas gudang untuk barang = 27.000
2,5 = 10,800 m2
Luas untuk lalu lintas = 20% x 10.800 = 2.160 m2
Maka luas total gudang adalah = 10.800 + 2.160 = 12.960 m2
Ukuran gudang adalah :
Panjang gudang = 170 meter ( panjang kapal )
Lebar gudang = 12.960
170 = 76,235 = 76,5 meter
Jadi ukuran gudang adalah 170 m x 76,5 m
E. Perencanaan Penimbunan Minyak
1. Volume tangki yang diperlukan
Penimbunan yang direncanakan ± 15 hari dengan perincian sebagai berikut :
Minyak tanah
= 29.159
360 . 15 = 1214,958 = 1,21 ton
Minyak diesel
= 350.734
360. 15 = 14613,917 = 14,6135 ton
Minyak kimia cair
= 1081360
. 15 = 45 ton
Ruang didarat yang disediakan (eksport dan import)
Minyak tanah = 2 x 1215 = 2439 ton
Minyak siesel = 2 x 14614 = 29228 ton
Bahan bakar cair = 2 x 45 = 90 ton
22
Diketahui :
Berat jenis minyak tanah = 0,83 t/m3
Berat jenis minyah diesel = 0,70 t/m3
Berat jenis bahan kimia cair = 0,80 t/m3
Maka didapat :
Volume minyak tanah = 2430,83
= 2927,711 m3
Volume minyak diesel = 292280,70
= 41754,28 m3
Volume bahan baka cair = 9
0,80 = 112,5 m3
2. Dimensi tangki
Minyak tanah
Vmt = 2927,711 m3
Missal :
D = 3/2 . H
V = ¼ . π . D2 .H = ¼ . 3,14 . ( 3/2 . H)2 H
2927,711 = 1,76625 . H3
H = 11,835 meter = 12 meter
V = 2/3 . H = 1,5 . 12 = 18 meter
Minyak siesel
Vmd = 241854,286 m3
V = 1,76625 . H3
4175,266 = 1,76625 . H3
H = 28,70 meter = 29 meter
D = 43,5 meter
Minyak Kimia cair
V = 112,5 m3
V = 1,76625 . H3
112,5 = 1,76625 . H3
H = 3996 meter = 4 meter
D = 6,0 meter
23
3. Control Tegangan
Ditinjau terhadap tangki yang terbesar, bangunan tangki dengan pondasi terbuat
dari beton tumbuk.
Ybeton = 2,4 t/m3
∅ tangki = 43,5 m + 2m = 4,55 m3
Tebal = 0,5 m
Beat beton = γ . ½ . π . D2 .t
= 2,4 . ½ . 3,14 (45,5)2. 0,5
= 3900,351 ton
Berat minyak = γ . 1/4 . π . [ D2 .H – ¿ D – 0,05)2 (H – 0,05¿ ] ]
= 7,25 . ¼ . 3 . 14 [ 43 ,52 . 29 – ¿ 43,5 – 0,05)2 (29 – 0,0¿ ] ]
= 1254, 765 ton
Berat total = 3900,35 + 29228 + 1254,765
= 34383,116 ton
Tegangan yang terjadi (σ )
σ = berat total
luas
= 3438,116
14
. (3,15 ) .45,5¿¿
2 = 1,92 kg/cm ¿ 2,2 kg/cm2……..aman
F. Perencanaan pondasi dermaga
Beban dianggap merata sepanjang pelabuhan (arah memanjang pelabuhan).
Panjang pelabuhan adalah 691 meter dibagi dalam 192 tiang.
Panjang bentang adalah = 691/192 = 3,6 meter. Konstruksi dianggap terjepit
qt
Mb = 1/8
qt – t
Kapal yang beroperasi dalam satu hari:
1 buah kapal kago DWT 20.000
24
3 buah kapal tanker DWT 4.000
1 buah kapal penumpang DWT 1000
Untuk :
Cargo boat = 90% . 20000 . 1 = 18.000 ton
Tanker = 100 & 4.000 . 3 = 12.000 ton
Passanger boat = 75% . 1000 . 1 = 750 ton
Total = 30.750 ton
Beban yang terpikul pemeter panjang (qt)
qt = 30750
691 = 44,5 ton/m
berat sendiri konstruksi (q2):
Lantai beton (t = 25 cm) = 0,25 . 2,4 .1,0 = 0,60 t/m
Balok (35 x 50) =0,35 . 0,5 . 2,4 = 0,42 t/m
Tiang balok (50 x 50) = 0,50 . 0,5 . 2,4 = 0,60 t/m
Total q2 = 1,62 t/m
Beban hidup (q3) = 2 t/m (asumsi)
Total beban (qt) :
Qt = q1 + q2 + q3 = 44,50 + 1,62 + 2,00 = 48,12 t/m
Qt = 48,12 t/m
Mb
Va Vb
Mb = 1/8 . qt . L2 = 1/8 . 48,12 . (3,5)2 = 73,684 tm
∑Ma = 0
25
−¿Vb . 3,6 + Mb + ½ . qt . L2 = 0
Vb= 102,339 ton (↑)
Va= 70,893 ton (↑)
untuk menghitung daya pikul tiang tehadap beban simetris dgunakan umus berikut :
Pw = K . σ bk .Ab = (0,33 . σ bk . Ab + σ a . A
Keterangan :
Pw = daya pikul tiang
K = koefisien tegangan yang diijinkan
σbk = kekuatan beton karakteristik kibus
σa = tegangan ijin baja
A’ = luas penampang baja memanjang pada tiang
Ab = Luas penampang beton (“Perencanaan Pelabuhan” Sujono : hal.352)
σbk = 225 kg/cm2 →K – 225
Ab = 50 x 50 = 2500 cm2
σa = 1400 kg/cm2
A’ = ∅25 = 4,906 cm2
Maka :
Pw = 0,33 . σbk . Ab + σa .A’
= (0,33 . 225 2500) + (1400 . 4,906)
=192493,4 ton ¿Vb = 102,339 ton…………………………..aman
Kesimpulan :
Dai perhitungan diatas didapat :
26
Tebal plat = 25 cm, A’ = ∅25 mm
Balok = (35 x 50) cm2
Tiang beton = (50 x 50) cm2
Top Related