Download - TUGAS MAKALAH jiwa.docx

Transcript
Page 1: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

TUGAS MAKALAH INDIVIDU

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

(disusun untuk memenuhi tugas individu KJL I dan KJL II)

Disusun oleh :

Nama : Susanti Niman

NIM : 1106042393

Program studi : S2 Keperawatan Jiwa

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN JIWA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

Maret 2012

Page 2: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gangguan jiwa merupakan respon maladaptive terhadap stressor dari lingkungan

dalam/luar ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai

dengan norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja dan fisik individu

(Townsend,2009).

WHO (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan jiwa,

sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk

diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.

Menurut data Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gangguan jiwa di

Indonesia saat ini, mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa

ringan 11,6 persen dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat.

Salah satu gangguan jiwa berat yang sering terjadi adalah skizofrenia . Skizofrenia

merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan prilaku psikotik,

pemikiran konkret dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal

serta kesulitan dalam memecahkan masalah (Stuart, 2009).

Sekitar 75% klien dengan schizophrenia mengalami waham. Waham merupakan salah

satu gangguan isi pikir. Pikiran normal mengacu pada komponen ide dari aktivitas

mental, proses untuk membayangkan, menilai, mengevaluasi, meramalkan, menciptakan,

merencanakan dan kemauan. Pikiran dibagi menjadi proses (bentuk) dan isi, proses

(bentuk) adalah cara dimana individu menyatukan gagasan dan asosiasi, isi adalah apa

yang sesungguhnya dipikirkan individu, gagasan dan keyakinannya.

Gangguan berpikir dikenali melalui pembicaraan dan tulisan individu, yang terlihat tidak

mampu menyelesaikan tugas. Inti dari gangguan isi pikir adalah keyakinan dan bentuk

pendirian yang abnormal. Perkembangan dari keyakinan dan bentuk pendirian yang

abnormal harus mempertimbangkan kultur, sebab sesuatu yang kelihatan tidak normal

pada satu kultur, mungkin secara umum dapat diterima oleh kultur lain.

Jenis waham yang umum terjadi persecutory, grandiose atau religious. Waham terjadi

sebagai respon terhadap kecemasan atau sebagai area refleksi seseorang, contoh klien

dengan self esteem yang buruk mempercayai bahwa dirinya utusan Tuhan dengan

kepercayaan dirinya tersebut, ia akan merasa lebih memiliki kekuatan atau lebih penting

(Varcarolis:2010)

Page 3: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

Waham merupakan keyakinan yang salah, dipertahankan dan tidak memiliki dasar dalam

realitas. Klien memegang keyakinan ini dengan kepastian total yang tidak tergoyahkan

oleh informasi atau fakta dari luar yang bertentangan, langsung dan segera. Klien percaya

pada ide waham, ia akan bertindak sesuai dengan ide tersebut (Videbeck, 2007: 362).

Magister keperawatan jiwa sebagai tenaga kesehatan profesional dituntut untuk dapat

memberikan asuhan keperawatan secara profesional pada klien waham. Agar dapat

memberikan asuhan keperawatan secara optimal dan memberikan therapi spesialis secara

tepat dituntut pengetahuan, pemahaman dan analisa tentang teori waham dan therapi

yang diberikan. Oleh karena itu melalui makalah ini, penulis mencoba membuat

pemaparan tentang waham dan therapinya.

B. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Mampu menjelaskan tentang patofisiologi, psikodinamika, psikopatologi, diagnosa

medis, therapi psikofarmaka yang sesuai dan therapi (individu, kelompok, kelompok,

keluarga dan komunitas) yang sesuai.

2. Mampu menganalisa therapi yang dipilih untuk menyelesaikan diagnosa waham.

3. Mampu menganalisa usulan therapi yang tepat untuk diagnosa waham

C. Sistematika penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :

Pada bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika

penulisan.

Pada bab II Landasan teori berisi tentang patofisiologi, psikodinamika, dan

psikopatologi diagnosa waham, penetapan diagnosa medis dan terapi psikofarmaka yang

sesuai, terapi individu, kelompok, keluarga, dan komunitas yang sesuai.

Pada bab III Pembahasan berisi tentang analisis terapi yang dipilih untuk menyelesaikan

diagnosa waham dan usulan terapi yang tepat untuk diagnosa tersebut

Bab IV Penutup dan diakhiri dengan daftar pustaka

Page 4: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus

namun tidak sesuai dengan kenyataan ( Budi Anna Keliat : 2007 : 165)

Waham merupakan perubahan proses pikir yang biasa terjadi pada schizophrenia. Waham

merupakan keyakinan personal yang salah dan tidak bisa diubah oleh persuasi yang logis,

keyakinan tersebut tidak sesuai dengan realita.

Waham adalah keyakinan palsu didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang

eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia klien dan latar belakang budaya yang tidak

dapat dikoreksi dengan suatu alasan (Townsend : 2009 : 499)

Waham adalah keyakinan yang salah yang tidak berdasarkan realita (Videback, 2009)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa waham adalah

keyakinan yang tidak berdasarkan realitas tetapi dipertahankan secara kuat.

Rentang respon neurobiologis :

Respon adaptaif Respon maladaptif

pikiran logis pikiran kadang menyimpang gangguan pikiran/waham

persepsi akurat ilusi halusinasi

emosi konsisten reaksi emosional berlebihan/ kesulitan untuk memproses

dgn pengalaman kurang emosi

perilaku sesuai perilaku aneh ketidakteraturan perilaku

hubungan sosial menarik diri isolasi sosial

B. Klasifikasi

1. Menurut konsep dasarnya :

a. Waham sistematis : keyakinan palsu yang digabungkan dengan suatu tema atau

peristiwa tunggal, melibatkan situasi yang menurut pikiran dapat terjadi di

kehidupan nyata.

b. Waham bizarre : keyakinan palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak

masuk akal, tidak berasal dari pengalaman hidup pada umumnya.

Page 5: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

2. Jenis – jenis waham atau isi waham terkadang berhubungan dengan pengalaman

hidup yaitu :

a. Waham kebesaran (grandiose) : meyakini memiliki kebesaran atau kekuasaan

khusus, diucapkan berulang kali namun tidak sesuai dengan kenyataan.

b. Waham curiga : meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha

merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali namun tidak sesuai

kenyataan

c. Waham agama (religiosity) : memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara

berlebihan

d. Waham somatik : meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuh terganggu/ terserang

penyakit.

e. Waham nihilistik : meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal.

C. Patofisiologi

Berdasarkan teori neurobiologi, waham (delusi) terjadi karena faktor :

1. Adanya disfungsi pada lobus prefrontal,temporal dan basal ganglia

Penurunan volume otak bagian prefrontal mengakibatkan aktivitas neurotrasmitter

khusus dopamin meningkat, delusi atau waham timbul sebagai akibat dari suatu

aktivitas yang berlebihan dari neuron yang saling berkomunikasi satu sama lain

melalui transmisi dopamin (Halgin dan Whitbourne, 2011:61)

Waham juga terjadi pada klien dengan gangguan neurologis (demensia primer, head

injury dan seizures), karena memiliki masalah pada basal ganglia dan lobus temporal.

Klien yang mengalami waham somatik, berdasarkan hasil studi kasus menunjukkan

adanya hipoperfusi pada regio basal ganglia dan lobus temporal.

2. Faktor biologis memegang peranan pada perkembangan gangguan waham (delusi).

Penelitian Campana et al, menggunakan eye tracking movement tests untuk

menghubungkan fungsi frontalis dengan gejala klinis waham. Hasilnya setelah

dibandingkan dengan responden yang normal, klien dengan gangguan waham

menunjukkan abnormalities of voluntary saccadic eye movements and smooth pursuit

eye movements, disfungsi tersebut terlihat sama pada klien dengan schizophrenia

3. Terjadi disregulasi dopamin

Keadaan hiperdopaminergik dihubungkan dengan perkembangan delusi. Berdasarkan

hasil penelitian Morimoto et al, 13 klien dengan gangguan waham mengalami

peningkatan level plasma homovanillic acid (HVA) (a dopamine metabolite). Hasil

Page 6: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

penelitian lain yang serupa adalah adanya peningkatan prevalensi polymorphism D2

receptor gene at amino acid 311 (cysteine-for-serine substitution) pada klien dengan

gangguan waham, khususnya waham persecutory .

4. Terganggunya sistem endocannabinoid dan adenosine

Berdasarkan faktor psikologis dan lingkungan, waham dipengaruhi oleh faktor :

1. Stressor prenatal

Trauma psikologis yang dialami oleh ibu selama kehamilan berkontribusi terhadap

perkembangan schizophrenia (Kashan et al 2008)

2. Stressor psikologis dan stressor lingkungan

Stress meningkatkan hormon kortisol yang akan mengganggu hipothalamic

development faktor inilah yang berkontribusi terhadap schizophrenia.

D. Psikodinamika

Pasien paranoid tidak memiliki rasa percaya dalam berhubungan. Ketidakpercayaan

tersebut telah dihipotesiskan menyebabkan lingkungan keluarga yang secara konsisten

bermusuhan, sering karena ibu yang terlalu mengontrol anak-anaknya dan ayah yang

sadis dan tidak ramah (Sadock dan Sadock, 2011:175).

Menurut Sigmund Freud adanya gangguan tugas perkembangan pada masa anak terutama

dalam hal behubungan dengan orang lain sering menyebabkan frustasi, konflik dan

persaan takut. Respon orang tua yang maladaptif pada anak akan meningkatkan stress.

Frustasi dan rasa tidak percaya yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan

regresi dan withdrawl.

Klien yang mengalami waham disebabkan oleh faktor motivasi, delusi presecution

dikembangkan klien dengan tujuan melindungi dari harga diri rendah dan depresi.

Waham merupakan koping mekanisme.

E. Psikopatologi

Salah satu fungsi utama pikiran adalah menghasilkan pikiran. Pikiran memberikan sebuah

pengertian terhadap suatu identitas. Pikiran diproduksi sebagai akibat adanya proses yang

rumit melibatkan screening dan filtering stimulus internal-eksternal, menggunakan

multiple feedback pada otak.

Ketidakmampuan otak memproses data dengan akurat menimbulkan waham (delusi)

paranoid, grandiose, religius, nihilistik dan somatik.

Page 7: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

Waham menggambarkan sebuah pengaruh yang rumit antara fisiologis otak, stimulus

lingkungan saat ini dan frame seseorang tentang dunia. Pengolahan infornasi pada klien

waham berubah karena perubahan pada neurobiologik, karena proses informasi otak

dapat dilihat pada bagan berikut :

Bagan II.1 Proses pengolahan informasi otak

Pembentukan waham dapat dibagi menjadi 5 tahap yaitu :

1. Trema : mood delusi mewakili perubahan total pada persepsi

2. Apophany : pencarian dan menemukan arti baru untuk kejadian psikologis

3. Anastrophy : meningkatnya keadaan psikosis

4. Consolidation : membentuk dunia baru atau membuat setting psikologis berdasarkan

pada arti yang baru

5. Residuum : mencapai keadaan autistik

Waham dapat berhubungan dengan halusinasi. Waham dan halusinasi mungkin

merupakan pikiran yang single atau meliputi proses kognitif seseorang secara

keseluruhan. Waham dan halusinasi dapat mewakili pikiran komplit atau hanya bagian

dari ide.

Waham mungkin sistematis, artinya terbatas pada area spesifik seperti keluarga, agama

atau non sistematis artinya meluas pada area kehidupan, orang baru dan informasi baru

tergabung dalam waham.

Menurut Janice Clack (1962) dalam Yosep : 2007 : 75, halusinasi dan waham memiliki

tahapan :

1. Tahap comforting

Input sensori

internal sensebiokimiaemosi

eksternal sensepenglihatansuarasentuhanrasapenciuman

Proses di otak

atensi

memori

learning

discriminasi

interpretasi

organisasi

respon perilaku

kognisi

persepsi

emosi

behavior & movement

sosialisasi

Page 8: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

Peristiwa yang dapat menjadi presipitasi terjadinya waham

Faktor Predisposisi:BiologisPengaruh genetik:Riwayat keluarga dengan skizofreniaKemungkinan terjadi defek saat lahirKemungkinan perubahan biokimiaPengalaman masa lalu : saat prenatal terpapar infeksi virusKondisi fisik: Struktur otak abnormal: penurunan volume otak prefrontalEpilepsyHuntington diseasesTumor otakParkinsonisme

Faktor predisposisi:Psikologis & sosialPola asuh orang tua yg tidak tepat: kurang perhatian yang hangatHubungan orang tua penuh ansietas beratAnak menerima pesan yang tidak konsisten dan membingungkanPengalaman abnormal dalam lingkungan

Tidak dapat membina hubungan saling percaya, konsep diri ambigu, ansietas berlangsung terus

Ketidakmampuan menghadapi stressor dari lingkungan sekitar dan tekanan dari lingkungan

Hiperaktivitas dopamin neurotransmitter pada lobus frontal

Keterampilan koping tidak adekuat:Disintegrasi proses pikirHambatan pengambilan keputusanKonflik psikologisDisintegrasi ego (konfusi tentang lingkungan)Gangguan tidurAmbivalensi disertai dengan ketergantungan

2. Tahap condeming

3. Tahap controling

4. Tahap conquering

Berdasarkan pandangan psikologis kognitif dan eksperimental, mencoba menjelaskan

bahwa klien dengan waham cenderung menerima informasi secara selektif. Klien

membuat konklusi berdasarkan informasi yang tidak sesuai, label negatif pada penyebab

diluar diri dan kesulitan mempertimbangkan tujuan dan motivasi lain. Waham merupakan

respon terhadap kecemasan individu atau merefleksikan area dimana individu concern.

Proses terjadinya waham dapat dilihat pada bagan berikut (mengadopsi dari Townsend :

2009:495)

Page 9: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

Stressor:Peningkatan harapan mendapatkan perlakuan yang sadistikSituasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaanIsolasi sosialSituasi yang meningkatkan rasa iri dan cemburuSituasi yang merendahkan harga diriSituasi yang menyebabkan orang untuk melihat kekurangan mereka dalam diri orang lainSituasi yang meningkatkan potensi untuk perenungan terhadap kemungkinan arti dan motivasi

Kondisi tersebut dapat menjadi sebuah ancaman bagi konsep diri dan integritas fisik

Karena kekuatan ego yang lemah, klien tidak bisa menggunakan coping mekanisme yang efektif dan mekanisme pertahanan yang digunakan adalah: denial, regresi, proyeksi, idnetifikasi dan religiusity

Bila frustasi akibat setiap kombinasi keadaan tersebut melebih batas yang dapat seorang toleransi, ia akan menarik diri dan cemas, mereka menyadari ada sesuatu yang salah, mencari penjelasan masalah dan menggunakan waham sebagai sebuah solusi

Kualitas respon

Adaptif Maladaptif

Delusi/waham:Respon kognitif: Adanya waham atau gagasan yang salah, ketidaktepatan pikiran yang tidak berdasar realitas, Ketidak mampuan konsentrasiRespon afektif: Perasaan khawatir dan cemasRespon perilaku: Terlalu waspadaRespon sosial: Perilaku sosial yang tidak sesuai (merefleksikan ketidakakuratan pemikiran

Page 10: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

bagan II.2 Proses terjadinya waham

F. Penetapan diagnosa medis

Diagnosa medis : berdasarkan PPDGJ III maka diagnosa medis waham adalah :

F 20 Skizofrenia yang dikelompokkan pada F20.0 Skizofrenia Paranoid

Diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA 2007 : 226 adalah gangguan proses pikir

G. Therapi psikofarmaka

Antipsikotik konvensional memberikan efek positif untuk menghilangkan gejala positif

pada schizophrenia (halusinasi, waham, gangguan proses pikir). Efek antipsikotik

biasanya baru terlihat setelah 2 – 6 minggu therapi. Konvesional antipsikotik bekerja

sebagai antagonis reseptor D2 Dopamin pada pusat limbik dan motor. Pemblokan

reseptor D2 dopamin pada motor area dapat menyebabkan efek ekstrapiramidal (EPS)

yaitu akathisia, dystonia akut, pseudoparkinsonism dan tardive dyskinesia. Reaksi lain

yang dapat terjadi adalah efek antikolinergik, orthostasis dan photosensitif. Termasuk

dalam obat kelompok konvensional adalah Low potensi (Chlorpromazine, Thioridazine),

Medium potensi (Loxapine, Trilafon), High potensi (Haloperidol).

Berdasarkan hasil penelitian klien berespon baik dengan pemberian terapi haloperidol

dosis rendah (sekitar 2.7 mg/d) dan menunjukkan penurunan level plasma HVA

Sumber koping keluarga: Pemahaman tentang penyakit Finasial/pembiayaan Ketersediaan waktu dan tenaga untuk klien Kemampuan menyediakan dukungan secara terus

menerus

Mekanisme koping klien waham: Regression Proyeksi Denial Withdrawl / menarik diri

Page 11: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

(dopamin metabolite) setelah pemberian terapi sehingga dapat memperbaiki gejala

waham.

Antipsikotik tipikal saat ini merupakan obat pilihan utama karena dapat mengatasi gejala

positif dan negatif pada Schizophrenia, efek samping seperti EPS dan tardive dyskinesia

minimal. Termasuk dalam obat kelompok ini adalah Risperidone (Risperdal), Olanzapine

(Zyprexa), Quetiapine (Seroquel). Berdasarkan hasil penelitian Fisher (2006) Olanzapine,

Risperidone dan Quetiapine dengan dosis 0.5- 2 mg/hari terbukti efektif untuk mengatasi

waham

H. Therapi individu (TIDAK USAH)

Therapi individu yang dilakukan untuk klien dengan waham, adalah :

1. Supportif therapi

Therapi supportif bertujuan membantu memfasilitasi kepatuhan terhadap treatment

dan memberikan pendidikan atau pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya.

Intervensi edukasi dan sosial termasuk sosial skill training dapat diberikan pada klien,

bertujuan mengurangi gejala, memperbaiki sensori, mengurangi isolasi, mengurangi

stress dan mengurangi resiko untuk violence. Memberikan bantuan dan tuntunan yang

realistik dapat membantu klien dengan waham secara optimal.

2. Social Skill Training (SST)

SST merupakan salah satu bentuk intervensi psikososial yang banyak digunakan pada

klien schizophrenia. Sosial skill training membantu meningkatkan kemampuan

individu berintraksi dalam suatu lingkungan. Prosedur edukasi SST dilakukan melalui

role play.

3. Therapi kognitif

Therapi kognitif terbukti sangat efektif dilakukan untuk klien waham tipe

persecutory. Terapis dapat membantu klien mengidentifikasi pikiran maladaptif dan

berdiskusi dengan klien tentang pikiran yang tidak realistik tersebut.

Terapi kognitif diarahkan secara spesifik pada pola pikir yang berkembang (misalnya

asosiasi tidak logis dibuat di antara kejadian yang kebanyakan dari kita tidak yakin

kaitannya). Tujuannya adalah memodofikasi keyakinan yang sudah diperbaharui, dan

Page 12: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

dengan menghubungkan mereke dengan pengalaman normal mengurangi sebagaian

rasa takut yang menyerang mereka (Doenges et.al, 2008:255).

4. Cognitive-behavioral therapy (CBT)

CBT didasarkan pada teori psikologi kognitif dan teori prilaku. CBT dapat merubah

pikiran yang negatif melalui pemikiran yang rasional. CBT merupakan terapi yang

didasari oleh gabungan beberapa intervensi yang dirancang untuk mengubah cara

berpikir, memahami situasi dan perilaku sehingga mengurangi frekuensi reaksi negatif

dan emosi yang mengganggu.

5. Terapi perilaku (BT)

Terapi perilaku dilakukan berdasarkan asumsi bahwa perubahan perilaku maladaptif

dapat terjadi tanpa insight. Therapi BT efektif untuk klien dengan schizophrenia

(Varcolis 2010)

Terapi perilaku berfokus pada konsekuensi perilaku disfungsional dan bagaimana cara

untuk mengubahnya. Terapis dapat mengajarkan keterampilan sosial, aktivitas

kehidupan sehari-hari dan keterampilan komunikasi, gunakan sistem tanda

penghargaan untuk menguatkan perilaku yang diinginkan dengan pemberian

penghargaan kepada mereka berupa hak-hak khusus (Copel, 2007:131).

I. Therapi kelompok

1. Group therapi

Terapi kelompok bagi klien schizophrenia terbukti efektif, dengan terapi kelompok

yang berfokus pada rencana kehidupan nyata, masalah dan relationship dapat

mengurangi isolasi sosial, meningkatkan sense of cohesiveness dan memperbaiki

reality testing. (Townsend :2009 :508)

2. Cognitive behavioral social skills training (CBSST)

CBSST merupakan kombinasi antara CBT dan SST. CBSST melatih teknik koping,

keterampilan fungsi sosial, problem solving dan penanganan neurokognitif. CBSST

meningkatkan fungsi kognitif dan sosial sehingga dapat memperbaiki fungsi dan

kualitas hidup klien schizophrenia.

3. Self Help Group

Self help group merupakan kelompok yang memiliki keinginan untuk berbagi

permasalahan, saling bantu terhadap hal yang dialami atau yang menjadi fokus

perhatian

Page 13: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

J. Therapi keluarga

1. Family psikoedukasi therapi

Family psikoedukasi therapi terbukti sukses untuk merawat klien dengan

schizophrenia, melalui family psikoedukasi keluarga dapat membantu memberikan

support dan meningkatkan koping yang efektif untuk anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa (Varcolis 2010)

K. Therapi komunitas

1. Assertive community treatment (ACT)

Program support dari komunitas penting untuk membantu klien dan keluarga dengan

schizophrenia di komunitas.

Page 14: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisa therapi yang dipilih untuk menyelesaikan diagnosa waham

Ada banyak faktor yang memicu timbulnya waham pada individu, faktor tersebut antara

lain kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun-tahun awal

kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah intepretasi

terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan yang dapat menyebabkan waham

(Isaacs, 2005). Townsend, 2009 menuliskan, bahwa hubungan orang tua dan anak yang

penuh dengan ansietas berat, anak menerima pesan yang tidak konsisten dan

membingungkan dari orang tua dan tidak mampu membina rasa percaya. Tingkat ansietas

tinggi tetap berlangsung, dan konsep diri anak ambigu. Faktor lainnya adalah yang dapat

memicu waham adalah sosial ekonomi yang rendah, ciri kepribadian curiga, cemburu,

dan suka berrahasia dan tumor otak. Gangguan waham seringkali melibatkan sistem

limbik dan ganglia basalis . Gangguan waham juga dapat muncul akibat respon normal

terhadap pengalaman abnormal pada lingkungan. Orang waham cendrung secara sosial

terisolasi, hipersensitif dan menggunakan mekanisme ego yang spesifik: pembentukan

reaksi, proyeksi dan penyangkalan (Sadock dan Sadock, 2011:173).

Selanjutnya penulis mencoba menganalisa terapi yang dipilih untuk menyelesaikan

diagnosa waham :

1. Therapi individu

a. CBT

Cognitif behaviour therapy (CBT) adalah therapi yang bertujuan merubah pola

pikir negatif menjadi positif sehingga perilaku maladaptif yang timbul akibat pola

pikir yang salah akan berubah menjadi perilaku yang adaptif.

Mengacu pada alasan waham merupakan respon terhadap kecemasan individu

atau merefleksikan area dimana individu concern, Therapi CBT dari berbagai

Bundanya Salma, 09-06-16,
Tidak usah
Page 15: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

hasil riset menunjukkan hasil yang efektif untuk menurunkan keyakinan terhadap

waham (Chadwick & Lowe 1990, Fowler, Garety & Kuiper 1995, Haddock et al

1999 dalam Sheet 2009). Sensky et al (2000) menuliskan bahwa CBT dapat

digunakan untuk klien waham, bahkan untuk klien yang resisten terhadap

psikofarmaka terbukti CBT efektif. Sheet (2009) CBT dapat digunakan untuk

waham dengan multifaktor. Treatmen CBT yang komprehensif dapat lebih efektif

dari therapi lainnya.

CBT juga terbukti efektif sebagai bentuk therapi untuk klien waham akibat

schizophrenia ataupun akibat delusional disorder (DD) (O’Connor et al 2007).

CBT merupakan treatmen yang dapat diterima dan efektif untuk psikosis

(Freedman et al 2009).

Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang telah ada maka penulis menyimpulkan

bahwa CBT merupakan bentuk therapi yang dapat diberikan pada klien waham,

CBT diharapkan klien waham dapat merubah keyakinannya yang tidak sesuai

realita dan berdampak pada perilakunya yang maladaptif menjadi keyakinan yang

sesuai realita, intelegensi dan sosial budaya.

b. Supportif therapi

Therapi supportif bertujuan membantu memfasilitasi kepatuhan terhadap

treatment dan memberikan pendidikan atau pengetahuan tentang penyakit dan

perawatannya. Intervensi edukasi dan sosial termasuk sosial skill training dapat

diberikan pada klien, bertujuan mengurangi gejala, memperbaiki sensori,

mengurangi isolasi, mengurangi stress dan mengurangi resiko untuk violence.

Memberikan bantuan dan tuntunan yang realistik dapat membantu klien dengan

waham secara optimal.

Selain itu, therapi suportif diarahkan untuk membantu dan mendukung klien

dalam mengungkapkan perasaan ansietas, verbalisasi tentang perasaan pada

lingkungan yang tidak mengancam sehingga dapat membantu klien menghadapi

masalah berkepanjangan yang tidak teratasi serta membantu klien

menghubungkan keyakinan yang salah dengan waktu saat terjadinya ansietas.

Teknik yang dapat digunakan untuk mengendalikan ansietas (misalnya: latihan

napas dalam, latihan relaksasi dan teknik memutus pikiran). Therapis hendaknya

mendiskusikan dengan klien mengenai tehnik yang digunakan untuk

mengendalikan ansietas. Jika klien dapat belajar memutus ansietas yang

Page 16: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

meningkat, maka waham dapat dicegah. Terapis juga memberikan penguatan dan

memfokuskan klien pada realitas. Cara yang dapat terapis lakukan agar tidak

mendukung pemikiran irasional adalah membicarakan mengenai kejadian dan

orang-orang yang nyata, tidak berdiskusi terfokus pada gagasan yang salah karena

dapat memperburuk kondisi. (Townsend, 2009:172).

Waham dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya mengungkapkan

bahwa waham merupakan salah satu bentuk mekanisme koping individu

menghadapi ansietas. Melalui therapi suportif yang dilakukan oleh terapis, klien

dengan waham dapat mengelola kecemasannya secara adaptif sehingga klien

dapat fokus pada realita yang akhirnya waham dapat dihentikan.

c. Social Skill Training (SST)

Sosial skill training (SST) didasari oleh keyakinan bahwa keterampilan apapun

diperoleh sebagai hasil belajar. SST merupakan salah satu bentuk intervensi

psikososial yang banyak digunakan pada klien schizophrenia. Seperti diketahui

klien schizophrenia mengalami gangguan fungsi sosial, sehingga klien perlu

dilatih keterampilan sosial. Melalui SST diharapkan klien dengan waham

melakukan keterampilan sosial yang relevan dengan aktivitas hidup sehari – hari

dan meningkatkan kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan.

d. Therapi kognitif

Therapi kognitif adalah tipe psikotherapi yang berdasarkan pada konsep

pemrosesan mental patologis. Fokus therapi kognitif memodifikasi distorsi

kognisi.

Therapi kognitif terbukti sangat efektif dilakukan untuk klien waham tipe

persecutory. Terapis dapat membantu klien mengidentifikasi pikiran maladaptif

dan berdiskusi dengan klien tentang pikiran yang tidak realistik tersebut.

Terapi kognitif diarahkan secara spesifik pada pola pikir yang berkembang

(misalnya asosiasi tidak logis dibuat di antara kejadian yang kebanyakan dari kita

tidak yakin kaitannya). Tujuannya adalah memodifikasi keyakinan yang sudah

diperbaharui, dan dengan menghubungkan mereka dengan pengalaman normal

mengurangi sebagaian rasa takut yang menyerang mereka (Doenges et.al,

2008:255).

Page 17: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

Therapi kognitif dapat digunakan pada klien dengan schizophrenia (Beck 1995,

Sadock & Sadock 2007, Wright, Thase & Beck 2008).

Indivu dengan waham mengalami gangguan memprosesan data yang tidak akurat

di otak. Melalui therapi kognitif yang dilakukan oleh terapis diharapkan klien

waham dapat merubah isi pikirnya yang tidak sesuai dengan realita ke arah yang

sesuai realita.

e. Terapi perilaku (BT)

Konsep dasar yang dipakai oleh behavior therapy adalah belajar. Belajar yang

dimaksud adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh

jumlah dan macam penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Tingkah laku

tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidakpuasan. Melalui

proses belajar individu dapat mengubah dan mengkreasi pembentukan perilaku

baru.

Terapi perilaku dilakukan berdasarkan asumsi bahwa perubahan perilaku

maladaptif dapat terjadi tanpa insight. Therapi BT efektif untuk klien dengan

schizophrenia (Varcolis 2010)

Terapi perilaku terbukti sukses mengurangi frekuensi perilaku bizarre, disturbing

dan deviant serta meningkatkan perilaku yang adaptif (Townsend 2009).

Terapi perilaku yang diberikan pada klien waham berfokus pada konsekuensi

perilaku disfungsional dan bagaimana cara untuk mengubahnya. Terapis dapat

mengajarkan keterampilan sosial, aktivitas kehidupan sehari-hari dan

keterampilan komunikasi, penggunaan sistem tanda penghargaan untuk

menguatkan perilaku yang diinginkan dengan pemberian penghargaan kepada

mereka berupa hak-hak khusus dapat membentuk perilaku baru yang adaptif.

2. Therapi kelompok

a. Group therapi

Terapi kelompok bagi klien schizophrenia terbukti efektif, dengan terapi

kelompok yang berfokus pada rencana kehidupan nyata, masalah dan relationship

dapat mengurangi isolasi sosial, meningkatkan sense of cohesiveness dan

memperbaiki reality testing. (Townsend :2009 :508)

Page 18: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

Group therapi dalam bentuk therapi kelompok therapeutik (TKT) pada klien

dengan waham dapat memberikan kesempatan pada masing – masing individu

dalam TKT berbagi pengalaman, saling membantu antara anggota kelompok dan

menemukan cara baru menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang

akan dihadapi.

b. Self Help Group

Self help group (SHG) dapat dilakukan pada individu dengan schizophrenia atau

keluarga dengan anggota keluarga mengalami schizophrenia. Melalui SHG

individu atau keluarga dapat berbagi permasalahan, saling membantu dan

meningkatkan kemampuan kognitif dan emosional.

3. Therapi keluarga

a. Family psikoedukasi therapi

Family psychoeducation (FPE) merupakan program perawatan kesehatan jiwa

keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang

therapeutik.

Family psikoedukasi therapi terbukti sukses untuk merawat klien dengan

schizophrenia, melalui family psikoedukasi keluarga dapat membantu

memberikan support dan meningkatkan koping yang efektif untuk anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa (Varcolis 2010)

4. Therapi komunitas

Assertive community treatment adalah sebuah program manajemen kasus yang

dilakukan oleh tim melalui pendekatan yang komprehensif, perawatan jiwa berbasis

komunitas, rehabilitasi dan memberikan support pada individu dengan penyakit

mental seperti schizophrenia.

Assertive community treatment (ACT) merupakan program support dari komunitas

penting untuk membantu klien dan keluarga dengan schizophrenia di komunitas.

Page 19: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

Melalui ACT, individu di komunitas diajarkan keterampilan hidup dasar, membantu

klien kembali produktif (bekerja) dengan adanya agensi komunitas dan membantu

individu mengembangkan social support network.(Townsend 2009).

Adanya ACT dapat membantu klien waham dapat beradaptasi di komunitas atau

masyarakat sehingga dapat mengurangi biaya perawatan di rumah sakit karena

mengurangi hari rawat di RS serta meningkatkan kualitas hidup klien.

B. Usulan therapi yang tepat untuk diagnosa waham

Individu dengan waham mengalami gangguan isi pikir karena perubahan neurobiologik di

otak ataupun karena otak tidak mampu memproses data secara akurat. Psikotherapi dapat

sangat efektif pada waham yang terjadi akibat informasi secara selektif sehingga klien

membuat konklusi berdasarkan informasi yang tidak sesuai, label negatif pada penyebab

diluar diri dan kesulitan mempertimbangkan tujuan dan motivasi lain, dimana akhirnya

waham merupakan respon terhadap kecemasan. Bentuk psikotherapi yang diberikan dapat

berupa therapi individu, kelompok, keluarga dan komunitas. Menurut penulis, therapi

individu harus terlebih dulu dilakukan pada klien sebelum therapi kelompok, keluarga

dan komunitas.

Adapun usulan therapi individu untuk klien waham adalah :

1. Therapi Cognitive behavior (CBT)

a. Terapi kognitif (cognitive therapi/CT)

Informasi yang selektif dan ketidak akuratan memproses data pada klien waham dapat

diatasi dengan therapi kognitif. Karena CT diarahkan secara spesifik pada pola pikir

yang berkembang dengan tujuan adalah memodifikasi keyakinan yang sudah

diperbaharui dan menghubungkannya dengan pengalaman normal untuk mengurangi

sebagian rasa takut yang menyerang (Doenges et.al, 2008:255). Therapi CT dapat

dilakukan bersamaan dengan therapi perilaku

b. Terapi perilaku

Adanya waham yang dialami akan membuat klien melakukan prilaku yang

difungsional. Terapi perilaku harus dilakukan agar klien berfokus pada konsekuensi

perilaku disfungsional dan cara untuk mengubahnya, terapis mengajarkan

keterampilan sosial, aktivitas kehidupan sehari-hari dan keterampilann komunikasi.

Selain itu terapis juga mengunakan sistem tanda penghargaan untuk menguatkan

perilaku yang diinginkan dengan pemberian penghargaan kepada mereka berupa hak-

hak khusus (Copel, 2007:131).

Page 20: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

Therapi kognitif dilakukan bersamaan dengan terapi perilaku sehingga dikenal dengan

istilah cognitive behavior therapy (CBT). Dari berbagai hasil penelitian CBT terbukti

efektif dilakukan untuk klien waham.

2. Terapi suportif

Selain CBT, karena waham terjadi sebagai respon adanya ansietas yang dialami oleh

individu maka therapi suportif harus dilakukan pada klien waham.Therapi suportif

diarahkan pada membantu dan mendukung klien dalam upayanya mengungkapkan

perasaan ansietas, verbalisasi tentang perasaan pada lingkungan yang tidak

mengancam dapat membantu klien menghadapi masalah berkepanjangan yang tidak

teratasi. Terapis membantu klien menghubungkan keyakinan yang salah dengan

waktu saat terjadinya ansietas serta mendiskusikan teknik yang dapat digunakan untuk

mengendalikan ansietas (misalnya: latihan napas dalam, latihan relaksasi, teknik

memutus pikiran) bila klien dapat belajar memutus ansietas yang meningkat, maka

waham dapat dicegah. Setelah itu terapis memberi penguatan dan memfokuskan klien

pada realitas serta jangan dukung pemikiran irasional. Terapis membantu klien

dengan membicarakan mengenai kejadian dan orang-orang yang nyata karena

berdiskusi yang berfokus pada gagasan yang salah sama sekali tidak berguna, dan

dapat memperburuk kondisi. (Townsend, 2010:172).

3. Terapi sosial skill training (SST)

Setelah kognitif dan perilaku klien dilakukan therapi, maka selanjutnya klien dengan

waham dilatih keterampilan sosial. Melalui SST klien dengan waham berlatih

melakukan keterampilan sosial yang relevan dengan aktivitas hidup sehari – hari dan

meningkatkan kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan.

Untuk membantu klien waham beradaptasi dan mempertahankan pikiran, perilaku dan

melatih keterampilan sosialnya maka therapi kelompok therapeutik dapat dilakukan.

Selanjutnya agar klien dapat kembali ke keluarga dan masyarakat maka keluarga harus

diikutkan dalam psikoedukasi keluarga (FPE).

Page 21: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

BAB IVPENUTUP

Waham pada individu dapat terjadi karena penurunan volume otak bagian prefrontal

mengakibatkan aktivitas neurotrasmitter khusus dopamin meningkat, delusi atau waham

timbul sebagai akibat dari suatu aktivitas yang berlebihan dari neuron yang saling

berkomunikasi satu sama lain melalui transmisi dopamin (Halgin dan Whitbourne, 2011:61).

Selain itu ada teori yang mengatakan bahwa trauma psikologis yang dialami oleh ibu selama

kehamilan berkontribusi terhadap perkembangan schizophrenia (Kashan et al 2008). Stressor

psikologis dan stressor lingkungan yang meningkatkan hormon kortisol dan akan

mengganggu hipothalamic development di duga juga menjadi faktor yang mengkontribusi

munculnya waham.

Klien dengan waham terutama menggunakan mekanisme defensif berupa proyeksi,

penyangkalan atau denial, dan pembentukan reaksi. Mereka menggunakan pembentukan

reaksi sebagai pertahanan terhadap agresi, kebutuhan untuk bergantung dan perasaan afeksi

serta tranformasi kebutuhan akan ketergantungan menjadi ketidaktergantungan yang

berkepanjangan. Klien menggunakan penyangkalan untuk menghindari kesadaran terhadap

realita yang menyakitkan, mereka memproyeksikan dendam dan kemarahan mereka kepada

orang lain dan gunakan proyeksi untuk melindungi diri sendiri dari pengenalan impuls yang

tidak dapat diterima dalam diri mereka (Sadock dan Sadock, 2011:175).

Waham pada individu harus diatasi dengan berbagai therapi. Therapi psikofarmaka golongan

antipsikotik tipikal merupakan obat pilihan utama karena dapat mengatasi gejala positif dan

negatif pada Schizophrenia, efek samping seperti EPS dan tardive dyskinesia minimal.

Page 22: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

Termasuk dalam obat kelompok ini adalah Risperidone (Risperdal), Olanzapine (Zyprexa),

Quetiapine (Seroquel). Berdasarkan hasil penelitian Fisher (2006) Olanzapine, Risperidone

dan Quetiapine dengan dosis 0.5- 2 mg/hari terbukti efektif untuk mengatasi waham.

Therapi yang diberikan pada klien waham bertujuan agar klien dapat menghilangkan

keyakinannya yang kuat dipertahankan walaupun tidak sesuai realita. Dengan hilangnya

waham, diharapakan klien dapat kembali produktif. Oleh karena itu selain obat – obatan,

psikotherapi yang efektif juga harus diberikan pada klien dengan waham. Bentuk

psikotherapi yang dapat diberikan untuk klien waham dapat bersifat therapi individu, therapi

kelompok, therapi keluarga dan therapi komunitas.

Berdasarkan hasil berbagai penelitian, therapi individu dalam bentuk CBT terbukti efektif

membantu mengatasi klien dengan waham. Selain therapi individu, agar klien dapat

beradaptasi dan hidup produktif di keluarga dan masyarakat maka therapi kelompok seperti

TKT, psikoedukasi keluarga dan ACT harus dilakukan.

Therapi yang diberikan secara komprehensif pada klien dengan waham mulai saat klien

dirawat hingga kembali ke masyarakat diikuti dengan therapi yang diberikan keluarga dan

komunitas tempat di mana klien akan tinggal, diharapkan dapat membantu klien hidup

produktif dan beradaptasi sehingga klien dapat mengelola ansietas dengan baik dan akhirnya

waham tidak terjadi.

Page 23: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

DAFTAR PUSTAKA

Bell, Vaugan et al (2006). Explaining delusions: a cognitive persepctive. trend cognitive

sciences volume 10 no 5

Freedman,Sara et al (2009). Cognitive Behavioral treatment for persons with psychosis : a

New direction in psychological intervention. Isr J Psychiatric Relat SCI vol 46.

Isaacs, A. (2005). Panduan Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatric. Edisi 3. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

O’Connor, Kieron et al (2007). Treating delusional disorder : a comparison of CBT and

attention placebo control. La revue cannadienne de psychiatrie vol 52 no 3

Kiran, Chandra & Suprakash Chaudhury (2009).Understanding delusion.Industrial

psychiatric Journal vol 18.

Sadock, B.J dan Sadock, V.A. (2011). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.

Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC

Sheet, Michelle T (2009) Comitmen Therapy to reduce the distress of delusional belief.

Proquest distertation & Thesis

Page 24: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

Stuart, Gail W (2009), Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 9th edition Mosby Inc

: St Louis, Missouri.

Townsend, Mary C (2009),Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-

Based Practice. Sixth edition FA Davis Company : Philadelphia

Varcolis, Elizabeth M dan Margaret Jordan Halter (2010), Foundations of Psychiatric Mental

Nursing A Clinical Approach. sixth edition Sauders Elsivier. St. Louis, Missouri.

Videbeck, Sheila L (2004),Psychiatric mental Health Nursing, Lippincott Williams &

Wilkins Philadelphia.

Yosep,Iyus (2007), Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama : Bandung.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan, karena atas kebaikanNya makalah ini dapat

penulis selesaikan. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas individu mata ajar

keperawatan jiwa lanjut I dan II. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Ibu Novy Helena C.D.,SKp.,MSc selaku koordinator mata ajar keperawatan jiwa lanjut I.

2. Ibu Ice Yulia Wardani, Mkep, Sp.Kep J selaku koordinator mata ajar keperawatan jiwa

lanjut II.

3. Bapak/Ibu tim dosen mata ajar keperawatan jiwa lanjut I

4. Teman – teman angkatan jiwa 7.

Penulis menyadari makalah ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran

yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini sangat penulis harapkan.

Depok, Maret 2012

Penulis

Page 25: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

DAFTAR ISI

hal

Kata pengatar

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang 1

B. Tujuan penulisan 1

C. Sistematika penulisan 2

Bab II Landasan teori

A. Pengertian Waham 3

B. Patofisiologi

C. Psikodinamika

D. Psikopatologi diagnosa waham

E. Penetapan diagnosa medis

F. Therapi psikofarmaka

G. Therapi individu

H. Therapi kelompok

I. Therapi keluarga

J. Therapi komunitas.

Bab III Pembahasan

Page 26: TUGAS MAKALAH  jiwa.docx

A. Aanalisis terapi yang dipilih untuk menyelesaikan diagnosa waham dan

B. Usulan terapi yang tepat untuk diagnosa waham

Bab IV Penutup

Daftar pustaka

Lampiran scanning waham