Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DIY terletak di bagian tengah-selatan pulau jawa, secara geografis terletak pada
7o3’-8o12’ Lintang Selatan dan 110o00’-110o50’ Bujur Timur. Berdasarkan bentang alam,
wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi
Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, satuan
fisiografi pegunungan kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.
Satuan fisiografi Gunung Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api
hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman,
Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan
daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam
ini terletak di Sleman bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan
karakteristik khusus, mempunyai daya tarik sebagai objek penelitian, pendidikan, dan
pariwisata.
Satuan pegunungan selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah
gunung kidul merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan bentang
alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah
merupakan cekungan Wonosari (Wonosari Basin) yang telah mengalami pengangkatan
secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari (dataran tinggi Wonosari).
Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional (pelarutan), dengan bahan
induk batu gamping dan mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi
penutup sangat jarang. Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo
bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi
berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. Satuan Dataran Rendah,
merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi
oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon Progo sampai
Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang
subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marindan eolin yang belum
didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai
Bantul. Khusus bentang lahan marin dan eolin di Parangtritis Bantul, yang terkenal
dengan gumuk pasirnya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam
pantai.
Dataran Pantai Parangtritis
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk,
ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta
kemajuan pembangunan antarwilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar,
seperti wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan
Kabupaten Bantul (khususnya di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah
dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas
tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang.
Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat dan DAS
Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai
Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah
Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya.
Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga
dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota
Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah
hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak
di Sleman bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik
khusus, mempunyai daya tarik sebagai obyek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.
Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah Gunungkidul,
merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan bentang alam karst yang tandus
dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari
(Wonosari Basin) yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk
menjadi Plato Wonosari (dataran tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil
proses solusional (pelarutan), dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik
lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang.
Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan
bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan
potensi air tanah kecil.
Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai)
yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon
Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan
daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang
belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai
Bantul. Khusus bentang lahan marin dan eolin di Parangtritis Bantul, yang terkenal dengan
gumuk pasirnya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai.
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan
prasarana dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan
pembangunan antar wilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah
dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul
(khususnya di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan kepadatan
penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga
merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang, namun juga banyak terjadi pencemaran
lingkungan.
Dalam bidang lingkungan hidup, akibat pengelolaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan
dan mengabaikan kelestarian fungsi lingkungan hidup menyebabkan daya dukung lingkungan
menurun dan ketersediaan sumber daya alam menipis. Kawasan hutan dengan luas 23,54% dari
luas wilayah DIY kurang mencukupi sebagai standar lingkungan hidup.
Di samping itu, pencemaran air, udara, dan tanah juga masih belum tertangani secara tepat
karena semakin pesatnya aktivitas pembangunan yang kurang memperhatikan aspek
kelestarian fungsi lingkungan.
Pencemaran udara terutama terjadi di wilayah perkotaan yang ditunjukkan meningkatnya
polutan udara seperti CO, NO2, HC dan parikulat sebagai akibat meningkatnya usaha/kegiatan
masyarakat selain juga bertambahnya jumlah kendaraan bermotor .
Kualitas air tanah dan air permukaan mengalami penurunan, terutama di wilayah perkotaan.
Kualitas air tanah dan air permukaan diperkirakan terus mengalami ancaman pencemaran
seiring terus bertambahnya jumlah penduduk serta pertambahan usaha/kegiatan.
B. PermasalahanDegradasi Lingkungan akibat manusia maupun alam
C. Tujuan
Untuk Memahami kondisi bentanglahan secara keseluruhan (bentanglahan pegunungan - bentanglahan perkotaan – bentanglahan kawasan pantai)
Menemukan karakter dan potensi masing-masing bentanglahan Menemukan permasalahan (melalui penilaian cepat secara visual) Menemukan ide-ide untuk mengelola dan melestarikan kawasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Lingkungan dan Sumber daya
1 KARAKTERISTIK LINGKUNGAN FISIK ( ABIOTIK)
Terdiri dari 6 Karakteristik Lingkungan Fisik (Abiotik), yaitu;
1. Karakteristik Klimatologi & Kualitas Udara Berdasarkan data curah hujan pada tahun 2010, curah hujan hanya sebesar 155,89 mm dengan kisaran angka 31,61 mm yang terjadi pada bulan Juli, dan sebesar 211,33 mm terjadi pada bulan September. Berdasarkan laporan SLHD Provinsi DI Togyakarta tahun 2010, suhu udara
rata-rata bulanan berkisar antara 26 oC sampai dengan yang tertinggi 33 oC di bulan Oktober dan Nopember. kondisi kelembaban udara rata-rata terendah ada di bulan September, yakni sebesar 66% dan kelembaban udara tertinggi ada di bulan Februari, sebesar 83%.
2. Karakteristik Geologi
3. Karakteristik Geomorfologi
Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu : • Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul.
• Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah Gunungkidul.
• Satuan Pegunungan Menoreh Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil.
• Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu.
4. Karakteristik Tanah
Karakteristik jenis tanah yang dapt ditemukan di daerah ini diantaranya adalah jenis tanah Litosol dan Latosol. Litosol merupakan tanah yang tipis dengan solum < 50 cm dan mengalami kontak langsung dengan batuan induk yang keras yang ada di bawahnya. Ciri dan sifat tanah, tanah sudah berkembang terbentuk horison secara lengkap susunannya A, B, C, R, tekstur geluh lempungan-lempung, struktur gumpal, konsistensi teguh bila basah lekat dan agak plastis, permeabilitas sedang, warna coklat-coklat kemerahan, pH 6,0 - 6,5, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa sedang – tinggi, kesuburan tanah sedang – tinggi.
5. Karakteristik Hidrologi
Secara umum kondisi kualitas air di Provinsi DIY ditandai dengan adanya zat-zat pencemar yang masuk ke dalam air sehingga kondisi BOD, COD, PO4 dan Total Coli di beberapa lokasi sudah melampaui Baku Mutu Kelas Air. Kondisi kualitas air tanah di daerah perkotaan khususnya disekitar sumber pencemar yaitu disekitar kegiatan industri dan sekitar sungai Code, Gajahwong dan Winongo sudah tercemar oleh bakteri E Coli, rata-rata konsentrasi E coli sudah melebihi Baku Mutu yang dipersyaratkan untuk air bersih.Hasil Survei dan pemetaan sumber pencemar air di 1.594 lokasi sumber pada tahun 2007 memperlihatkan bahwa kurang lebih 15% atau 234 sumber merupakan kegiatan yang potensi menimbulkan pencemaran, hanya 7-8 % atau 105 sumber yang memiliki kemampuan untuk melakukan swapantau terhadap kualitas dan kuantitas limbah cairnya.
6. Karakteristik Oseanografi
Provinsi DIY mempunyai garis panjang pantai 113 yang terbagi di 3 (Tiga) Kabupaten, yaitu Kabupaten Gunung Kidul mempunyai panjang pantai 71 km, Kabupaten Bantul panjang pantai 17 km dan Kabupaten Kulon Progo 25 km. Kondisi Kualitas air laut di 3 lokasi yang diambil
contohnya yaitu pantai Depok, pantai Glagah dan pantai Sundak memperlihatkan bahwa kandungan Cadmium, Pb, Ni, Cr rata-rata sudah melebihi batas yang dipersyaratkan sesuai Baku Mutu Air Laut. Kondisi Terumbu Karang dan Padang Lamun di pantai selatan Gunungkidul, masih dalam kondisi yang bagus dan baik. Ekosistem terumbu karang dominan berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul seperti Pantai Sundak, Pantai Wedi Ombo, Pantai Kukup dan Pantai Krakal.
2. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN HAYATI(BIOTIK)Terdiri dari 2 karakteristik Lingkungan Hayati (Biotik), yaitu;
Karakteristik Hutan
Luas kawasan hutan yang paling besar adalah Hutan produksi dengan luas wilayah sebesar 13.411,7 Ha. Sedangkan total luas hutan sebesar 18.734,82 Ha, berarti besarnya hutan produksi di Provinsi DIY sebesar 71, 59% dari luas keseluruhan hutan di Provinsi DIY.Pemanfaatan kawasan lindung di Provinsi DIY meliputi : kawasan hutan lindung, ruang terbuka hijau, kawasan suaka alam dan cagar budaya. Pemanfaatan wilayah yang paling besar adalah untuk Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya yaitu sebesar 16.089,68 Ha.
2. Karakteristik Fauna
Jumlah Fauna yang paling banyak dilindungi adalah Fauna jenis burung dengan jumlah 33 spesies yang dilindungi. Sedangkan jenis Flora yang terdapat di Provinsi DIY terdiri atas jumlah spesies yang diketahui sebesar 169 jenis, dan jumlah spesies yang dilindungi sebesar 1 jenis.Tumbuhan dan satwa liar dilindungi di alam dapat ditemukan di dalam kawasan hutan konservasi yang ada di DIY, antara lain di Taman Nasional Gunung Merapi, Suaka Margasatwa Sermo, Suaka Margasatwa Sermo, Cagar Alam Imogiri dan CA/TWA Gamping.
3. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN KULTURALTerdiri dari 4 karakteristik Lingkungan Kultural, yaitu;
Karakteristik Kependudukan
Jumlah penduduk di Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010 berdasarkan data BPS D.I. Yogyakarta tahun 2010 yang di paparkan dalam D.I. Yogyakarta Dalam Angka dan SLHD T.A. 2010 tercatat 3.534.600 jiwa. Presentase jumlah penduduk 0,99%, terdiri atas 1.777.700 jiwa laki-laki atau 50,30% dan 1.756.900 jiwa perempuan atau 49,70%. Jumlah penduduk di masing-masing daerah adalah Kabupaten Sleman terdapat 1.066.673 jiwa dengan luas wilayah 574,82 km2, Kulon Progo terdapat 375.114 jiwa dengan luas wilayah 586,27 km2, Bantul terdapat 935.161 jiwa dengan luas wilayah 506,85 km2, Gunung Kidul terdapat 689.303 jiwa dengan luas wilayah 1.485,36 km2, dan kota Yogyakarta terdapat 468.349 jiwa dengan luas wilayah 32,50 km2.
2. Karakteristik Sosek
Persentase penduduk DIY umur 15 tahun ke atas menurut kegiatan adalah 70,23 persen merupakan angkatan kerja (66,01 persen bekerja dan 4,22 persen pengangguran), sedangkan sisanya sebesar 29,77 % merupakan bukan angkatan kerja. Sedangkan berdasarkan lapangan usaha utama, penduduk yang bekerja bergerak pada sector pertanian 30,1 %, perdagangan 24,02 %, jasa 17,69 %, industry 12,51 % dan sisanya 15,67 % di sector-sektor lainnya.Peningkatan umur harapan hidup di DIY merupakan yang terbaik di Indonesia bersama
dengan DKI,dan Bali, namum demikian bila disbanding dengan Negara-negara Asia Tenggara masih tetap lebih rendah (missal Singapura), umur harapan hidup masyarakat DIY diperkirakan telah meningkat mencapai 74,1 Tahun (BPS 2010)
3. Karakteristik Sosial Budaya
Penduduk Provinsi DIY termasuk suku Jawa, dengan kondisi budaya yang sangat Kaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya bukti-bukti kebudayaan seperti Keraton dan beberapa peninggalan Budaya candi yang terdapat di Provinsi DIY. Kemampuan penduduk untuk melestarikan budayanya juga sangat tinggi, hal ini terbukti dengan adanya pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Sultan dengan menjaga tradisi keratonya. Tempat-tempat wisata budaya di Jogjakarta juga sangat banyak jumlahnya, seperti Keraton, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, monumen Jogja Kembali, Museum, dll.
4. Karakteristik Penggunaan Lahan
Luas lahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 318,580 ha; 18,40 % berupa lahan sawah dan 60 % berupa lahan kering/marjinal. Dari luasan 318,580 ha tersebut rata-rata mengalami penyempitan sebesar 0,42 % per tahun (Dinas Pertanian Provinsi DIY dalam Forum SKPD tahun 2009).
Pengertian Bentang Lahan
BAB III KONDISI DAN KARAKTER BENTANGLAHAN
1. bentanglahan pegunungan 2. Bentuklahan asal proses vulkanik yaitu bentuklahan yang disebabkan oleh proses gunung
api. Satuan bentuklahannya yaitu:3.4. a) Kawah yaitu suatu cekungan yang terbentuk oleh aktivitas dari magma
5. b) Lava field (medan lava) yaitu terjadi dari akibat pembekuan dari lava. Cirri-cirinya
memiliki topografi yang halus,tekstur batuannya kasar.
6. c) Medan lahar yaitu terbentuk dari pembekuan dari lahar
7. d) Kerucut gunung api yaitu terbentuk dari bagian puncak gunung api dan memiliki
lereng yang terjal
8. e) Lereng atas yaitu bagian dari gunung api yang biasanya ditandai oleh lereng yang
sangat curam dan memiliki vegetasi lumut
9. f) Lereng tengah yaitu terletak pada bagian tengah gunung api yang ditandai lereng
yang sangat curam dan memiliki vegetasi bermacam-macam
10. g) Lereng bawah yaitu bagian gunung api yang dekat dengan kakinya yang ditandai
dengan yang miring
11. h) Lereng kaki yaitu bagian dari gunung api yang memiliki lereng yang landai
12. i) Dataran alluvial gunung api yaitu terbentuk dari material yang halus dan memiliki
lereng yang datar (0 – 2%)
13. j) Dataran antar gunung api yaitu ditandai oleh lereng yang datar dan memiliki 2 jenis
batuan
14. k) Sadle intermountain yaitu cekungan antar gunung api
15. l) Bocca yaitu suatu kubah yang terbentuk akibat aktivitas magma yang keluar dibagian
samping/tengah
16. m) Dike yaitu aktivitas magma yang menyerupai tiang
17. n) Barranco yaitu lembah dari gunung api/ tempat lewatnya lahar piroklastik
18. bentanglahan perkotaan
19. Bentanglahan kawasan pantai
Bentang lahan ini tersusun dari bentuk lahan asal proses marine atau geomorfologi asal
marine.Geomorfologi asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai.
Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut.
Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah
pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di
daerah pantai.
Pengaruh proses marin berlangsung intensif pada daerah pantai pesisir, khususnya pada garis
pantai di wilayah pesisir tersebut, bahkan ada diantaranya yang sampai puluhan kilometer
masuk ke pedalaman. Selain itu, berbagai proses lain seperti proses tektonik pada masa lalu,
erupsi gunung api, perubahan muka air laut, dan lain – lain sangat besar pengaruhnya terhadap
kondisi medan pantai dan pesisir beserta karakteristik lainnya. Adakalanya proses marin di
kawasan ini berkombinasi dengan proses angin (aeolin). Medan yang terbentuk dari kombinasi
dua proses ini bersifat spesifik.
Berbagai proses berlangsung di daerah pantai dan pesisir, yang tenaganya berasal dari ombak,
arus, pasang surut, tenaga tektonik, menurunnya permukaan air laut maupun lainnya. Proses ini
berpengaruh terhadap medan dan karakteristikya, serta mempengaruhi perkembangan wilayah
pantai maupun pesisir tersebut.
2.1 Pengertian Bentang Lahan Pantai
Bentang lahan ini tersusun dari bentuk lahan asal proses marine atau geomorfologi asal marine.
Geomorfologi asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses
perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin
dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan
semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai.
Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga
dipengaruhi oleh:
1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai
tersebut.
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga
dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di
permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan,
dan sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme
yang ada di laut.
Di Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat wisata yang
notabene dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah. Apabila masyarakat mengetahui
bahwa garis pantai bisa mengalami perubahan, maka akan muncul pemikiran-pemikiran agar
pantai tersebut tetap bisa dinikmati keindahannya meskipun sudah mengalami perubahan.
2.2 Mintakat Pantai
1. Pesisir (Coast) adalah daerah pantai yang tidak menentu dan cenderung meluas ke
daratan. Biasanya daratan terletak di belakang pantai (shore) yang tidak tergenang air laut
tetapi mendapat pengaruh bahari, batasnya disebut coast line. Coast line merupakan garis batas
laut yang tetap dari pesisir.
2. Pantai (Shore) adalah daerah yang terletak antara pasang dan surut, garis batas darat-laut
disebut Shore line. Shore line atau garis pantai adalah garis yang membatasi permukaan daratan
dan permukaan air. Garis batas ini selalu berubah-ubah sesuai dengan permukaan air laut. Garis
pantai tertinggi terjadi pada saat terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai
terendah terjadi pada saat terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
Pantai dibedakan menjadi:
a. Pantai belakang (Back Shore)
Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore) dengan
garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi gelombang
pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi gelombang
pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat pada daerah pantai
yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.
b. Pantai Depan (Fore Shore)
daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis pasang naik tertinggi
dengan garis pasang surut terendah.
c. Endapan pantai (Beaches)
Beaches merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai. Menurut tempat
terjadinya, beaches ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
v Endapan bawah pantai depan (lower forest beach), merupakan jenis endapan yang terdapat
di bagian bawah pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari kegiatan gelombang dan
arus litoral.
v Endapan atas pantai depan (upper foresher beach), merupakan jenis endapan pantai yang
terdapat pada bagian atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil kegiatan
gelombang.
v Endapan pantai belakang (backshore beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat
pada pantai belakang yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari hasil kegiatan
gelombang yang besar, aliran air dari gelombang pasang naik setinggi-tingginya, angin, serta
aliran sungai
yang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut.
d. Lepas pantai (Off shore) yaitu daerah yang meluas dari garis pasang surut terendah ke arah
laut, dibedakan :
Ø Inshofe, meluas dari garis pasang – surut sampai gosong pasir (bar) atau daerah empasan
(breakers)
Ø Off shore, meluas di sebelah luar, arah ke laut.
22.3 Proses Terbentuknya Bentang Lahan Pantai
Tenaga yang mempengaruhi proses pembentukan pantai, baik secara langsung maupun tidak
langsung ada beberapa macam, yaitu gelombang laut, arus litoral, pasang naik dan pasang surut,
tenaga es, dan kegiatan organisme laut.
1. Gelombang Air Laut
Gelombang dapat terjadi dengan beberapa cara, misalnya longsoran tanah laut, batu yang jatuh
dari pantai curam, perahu atau kapal yang sedang lewat, gempa bumi di dasar laut, dan lain
sebagainya. Diantaranya adalah gelombang yang disebabkan oleh angin. Angin akan berhembus
dengan kencang apabila terjadi ketidakseimbangan tekanan udara. Karena tekanan yang tidak
sama di permukaan air itulah yang menyebabkan permukaan air berombak. Adanya gelombang
ini sangat penting dalam perkembangan garis pantai.
2. Arus Litoral
Selain gelombang air laut, arus litoral juga merupakan tenaga air yang sangat penting
pengaruhnya dalam pembentuka garis pantai. Pengaruh arus litoral terhadap perkembangan
garis pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekanan atau kekuatan angin, kekuatan
gelombang laut, kedalaman air, dan bentuk pantainya. Apabila bentuk pantainya landai dan
proses pengendapannya cukup besar, maka arus litoral mempunyai pengaruh yang sangat
penting sebagai tenaga pengangkut. Pada daerah pantai yang tersusun dari batuan yang tidak
kompak, proses erosi akan bekerja sangat intensif. Jika hasil pengendapan terangkut dari
permukaan air yang dangkal menuju permukaan air yang lebih dalam, maka arus litoral
merupakan tenaga yang sangat efektif dalam proses pengendapan di pantai.
3. Pasang Naik dan Pasang Surut
Pengaruh pasang-surut yang terpenting terhadap pembentukan pantai adalah naik-turunnya
permukaan air laut dan kekuatan gelombangnya. Apabila gelombang besar terjadi pada saat
pasang naik akan merupakan tenaga perusak yang sangat hebat di pantai. Arus air yang
ditimbulkan oleh pasang naik dan pasang surut akan bergerak melalui permukaan terbuka dan
sempit serta merupakan tenaga pengangkut endapan daratan yang sangat intensif.
4. Tenaga Es
Pengaruh tenaga es yang terpenting yaitu adanya pengkerutan es dan pemecahan atau
pencairan es. Air yang berasal dari bawah akan naik dan mengisi celah-celah dan akhirnya akan
membeku. Apabila terjadi perubahan iklim, maka es akan mencair sehingga permukaan airnya
akan bertambah besar.
5. Organisme
Jenis binatang laut yang sangat penting dalam proses pembentukan garis pantai beserta
perubahannya salah satunya yaitu binatang karang. Binatang karang yang paling banyak
membentuk batuan karang ialah golongan polyps. Polyps merupakan jenis binatang karang
yang sangat kecil yang hidup dengan subur pada air laut yang memiliki kedalaman antara 35-45
meter.
Jenis makhluk hidup lain yang berpengaruh pada perkembangan pantai ialah tumbuh-
tumbuhan ganggang (algae). Ganggang merupakan jenis mikro flora yang dapat membantu
pengendapan dari larutan yang mengandung kalsium karbonat menjadi endapan kapur.
2.4 Klasifikasi Pantai
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan. Perbedaan
dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan gelombang dan
arus laut.
Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
· Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air mencapai
atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut pantai
tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk
mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan
pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin
menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu,
penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini terjadi karena
permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang
juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah
pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat
dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai
akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a. Lembah sungai yang tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya
disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh
pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam
Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau
lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian pantai yang
tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan
kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk apabila daratan mengalami
penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah
lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili,
Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
Lembah Glasial di daerah Alpin dari Alaska hingga Selandia Baru
c. Bentuk pengendapan sungai
Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu
endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2) Dataran banjir,
yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami
banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di
daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan delta, serta sungainya
tidak bercabang-cabang.
d. Bentuk pengendapan glasial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
e. Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault line
scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks. Setelah
mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan langsung
menjadi pantai.
f. Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api
Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang menyebabkan
terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava
flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
2) Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)
Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan permukaan air
laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan
dengan sifat yang khas, yaitu:
Ø Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai
terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
Ø Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras
tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
Ø Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya
pengangkatan dasar laut.
Ø Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
Ø Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang
lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar laut
yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk
akan kelihatan lurus.
3) Pantai yang Netral (Neutral shoreline)
Tidak di jumpai tanda-tanda penurunan atau pengangkatan di daerah pantai. Jenis pantai ini
terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada
delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang
merupakan hasil dari sesar (patahan).
4) Pantai Majemuk (Compound shorelines)
Semula merupakan pantai tenggelam yang terdiri dari beach kemudian air laut surut sehingga
dasar laut muncul ke permukaan atau pantai timbul kemudian tenggelam karena efisiensi
daratan mencair. Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti
dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan
sebagainya.
Menurut Shepard:
1. Kelompok Primer (Non Marine Agency), terjadi bukan karena proses marine yang sering
disebut Youth Full Coast. Jenisini dibedakan menjadi:
a. Terbentuknya karena erosi di daratan, misalnya pantai ria, fiord.
Pantai Ria di Spanyol
b. Terbentuk karena deposit dari daratan, misal:
1) River deposit coast: delta
2) Glacial deposition coast: morain, drumlin
3) Wind deposition coast: beach
4) Post extented by vegetation.
2. Kelompok Sekunder (Marine agency), terbentuk karena proses marine (mature coast),
dibedakan :
a. Shorelines save by marine erosion
b. Shorelines save by marine deposition
c. Coral reef coast
22.5 Daur Perkembangan Garis Pantai
1. Daur Perkembangan Garis Pantai yang Tenggelam
Daur perkembangan garis pantai yang tenggelam ini dapat dipengaruhi oleh erosi sungai.
Gangguan yang terjadi di kulit bumi dan topografi di sekitar garis pantai dapat mengalami
perkembangan besar. Hal ini tergantung dari keadaan batuannya, bentuk pantainya, kekuatan
gelombang dan arus lautnya, serta tingkat perkembangan atau stadium pantainya.
Stadium atau tingkatan perkembangan garis pantai yang tenggelam itu sendiri dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
a. Stadium dini atau awal (initial stage)
Pada tingkatan permulaan ini, keadaan garis pantai sangat tidak teratur. Teluk-teluknya dalam
dan dipisahkan oleh daratan.
b. Stadium muda (youthful stage)
Keadaan pantai pada stadium ini sama tidak teraturnya dengan keadaan pantai pada stadium
dini. Gelombang akan menjalar dari suatu tempat ke tempat lain di sepanjang garis pantainya
dan mengikuti keadaan litologis atau struktur batuannya.
Pada stadium muda awal (early youth) ditandai dengan terdapatnya pantai curam (cliff) yang
sangat terjal, teras-teras gelombang yang sempit di kaki pantai cliff tersebut, serta endapan
pasir. Sedangkan pada stadium muda akhir (late youth) ditandai dengan terdapatnya gisik yang
makin mengecil ke arah pantai dan jenis endapan berada di tempat yang dalam airnya.
Gejala lain dari stadium ini yaitu terbentuknya lagoon yang terbentuk di belakang dari ambang
yang bersambungan dan gosong pasir. Lagoon atau laguna atau tasik itu sendiri yaitu laut kecil
yang umumnya terdapat di tepi pantai dan bentuknya memanjang di sepanjang pantai tersebut
dan terpisah dari laut oleh daratan yang sempit.
c. Stadium dewasa (mature stage)
Pada stadium ini perkembangan pantai yang tenggelam dengan kenampakan topografinya yang
khas sudah banyak yang hilang. Pulau kecil, semenanjung, ambang yang bersambung, dan
sebagainya dapat hilang atau berpindah tempat karena pengaruh erosi gelombang. Selain itu
pada stadium ini, pantai cliff akan mengalami pelapukan yang hebat karena pengaruh cuaca dan
kemiringan lerengnya semakin landai. Demikian juga dengan ketinggian dinding pantai di
sekitar teluk yang menjadi semakin rendah karena pengaruh angin dan sungai. Arus litoral pada
stadium ini dapat menyapu hasil-hasil endapan pantai pada jarak yang sangat jauh.
d. Stadium tua (old stage)
Karena pengaruh waktu, perkembangan garis pantai akhirnay mencapai usia tua. Hal ini
ditandai oleh semakin melemahnya tenaga erosi yang berasal dari daratan mendekati
permukaan air laut, sehingga material yang dibawa oleh gelombang dan arus laut banyak
diendapkan di sepanjang garis pantai tersebut. Bentang lahan di daerah ini kelihatan sangat
landai sekali dan merupakan dataran pantai dengan sudut kemiringan lerengnya sangat rendah
atau kecil.
11. Daur Perkembangan Garis Pantai yang Terangkat atau timbul
Perkembangan garis pantai yang terangkat dapat dipengaruhi oleh kegiatan gelombang, arus
litoral, dan arus pasang surut. Selain itu, erosi sungai juga dapat mempengaruhi perkembangan
garis pantai yang terangkat tersebut.
Sebelum terangkat, sungai dapat mengerosi daratan hingga cukup dalam dan menyebabkan
terbentuknya lembah dalam stadium muda hingga stadium dewasa. Selama dan sepanjang
pengangkatan, sungai tersebut mulai melakukan pengerosian pada lembah baru yang terbentuk
di sepanjang dataran yang terangkat tersebut. Oleh karena itu, lembah sungai yang tua sampai
yang muda dapat terdapat bersama-sama di dekat laut.
Pantai yang terangkat ini dapat dibedakan lagi menjadi beberapa stadium atau tingkatan, yaitu:
a. Stadium dini atau awal (initial stage)
Bentuk garis pantai yang asli ini seolah-olah merupakan dataran pantai laut yang terangkat
secara langsung, teratur, dan berjalan secara perlahan-lahan. Dengan demikian, kemiringannya
ke arah laut sangat kecil sekali atau landai. Kadang-kadang daerah ini merupakan daerah
pasang surut yang tergenang sewaktu terjadi pasang naik dan menjadi kering kembali setelah
berlangsungnya pasang surut. Di belakang daerah ini pada umumnya terdapat dataran pantai
yang datar dan rata.
Beberapa kenampakan yang terdapat pada pantai pada stadium ini diantaranya adalah:
1. Nip
Nip merupakan pantai kliff yang tidak seberapa curam. Hal ini disebabkan karena adanya
kegiatan gelombang pada pantai yang sedang mengalami pengangkatan.
2. Gosong lepas pantai (offshore bar)
Apabila permukaan pantai yang datar ini agak jauh tenggelam ke arah laut, maka apabila terjadi
gelombang yang cukup kuat akan memecah agak jauh dari pantai. Sekembalinya ke laut,
gelombang ini akan pecah dan mengangkut material lepas yang terdapat di dasar air laut
tersebut. Kadang-kadang pengangkutan material lepas tersebut dapat berasal dari arah daratan
karena naiknya gelombang yang cukup kuat. Proses ini kemudian membentuk gosong lepas
pantai yang agak kasar dan sejajar dengan garis pantai.
Gambar : gosong lepas pantai
b. Stadium muda (youthful stage).
Pada stadium ini, gosong lepas pantai dan pantai nip atau pantai rusak yang asli terdiri dari
bagian dalam dan luar yang keduanya merupakan hasil pengikisan air.
Beberapa kenampakan yang dijumpai dalam stadium ini adalah:
1. Tasik (lagoon)
Tasik merupakan laut kecil yang terdapat di antara garis pantai dan gosong lepas pantai.
Apabila sungai yang bermuara di laut banyak mengangkut material batuan dari daratan, maka
tasik tersebut akan tertutup oleh material endapan tersebut, sehingga akhirnya akan bersatu
dengan pantai. Proses ini dibantu oleh kegiatan pasang-surut dan gelombang. Selain itu proses
ini dapat juga dibantu oleh angin yang membawa endapan gumuk-gumuk pasir sehingga dapat
menutupi tasik tersebut. Di Indonesia gejala-gejala seperti ini banyak dijumpai di pantai selatan
Parangtritis Yogyakarta.
2. Teluk pasang-surut (tidal inlet)
Tidal inlet merupakan teluk kecil yang terbentuk akibat kegiatan pasang-surut. Pada saat
terbentuknya gosong lepas pantai, ketinggiannya sangat bervariasi. Aliran air akibat pasang-
surut tersebut akan melalui tempat-tempat yang rendah. Apabila aliran air pasang-surut
tersebut sama atau melebihi kekuatan gelombang, maka tempat-tempat yang lebih rendah akan
terbuka. Bekas-bekas atau tempat-tempat yang terbuka inilah yang disebut teluk pasang-surut
atau tidal inlet.
3. Gosong lepas pantai yang berpindah-pindah
Jika gosong lepas pantai ini telah mencapai ukuran tertentu, maka akan menjadi sasaran yang
baik dalam pengikisan gelombang yang cukup kuat. Pada mulanya akan terbentuk pengendapan
baik ke daerah laut maupun ke arah daratan dari datangnya gelombang. Erosi pada sisi luar dari
ambang kemungkinannya membawa dasar laut ke dasar gelombang (wave base). Dasar
gelombang atau wave base merupakan kedalaman air dimana pengaruh atau kekuatan
gelombang sudah tidak terjadi lagi. Apabila ambang berpindah-pindah ke arah daratan akan
semakin kecil dan beberapa bagian yang masih asliakan terangkut oleh arus bawah. Sebagian
lagi dihanyutkan oleh gelombang ke arah pantai. Demikian juga dengan tasik, tasik yang
terdapat di belakang ambang semakin menyempit karena tergali dari dalam dan dihapuskan.
c. Stadium dewasa ( mature stage)
Pada stadium ini, perkembangan garis pantai yang mengalami pengangkatan, tasik, rawa-rawa,
teluk pasang-surut, pantai kliff yang tidak terlalu curam, serta gosong pantai telah banyak
mengalami pengrusakan. Dalam keadaan asli, lereng yang landai serta dataran rendah yang
lembek dapat tererosi ke bawah hingga ke dasar gelombang dan pada air dalam merupakan
tenaga perusak yang sangat kuat ke arah pantai atau pantai kliff yang landai.
d. Stadium tua (old stage)
Secara teoritis, kenampakan pantai yang terangkat pada stadium ini sama dengan stadium
dewasa. Garis pantai akan selalu terus mundur sebelum pengikisan gelombang. Hasil
pembuangan atau pengikisan dari daratan akan segera diangkut oleh arus air dan diendapkan
pada dasar laut yang dalam.
22.6 Bentuk Topografi Pantai
Dipengaruhi oleh aktivitas gelombang, arus, sungai, angin, dan organisme. Erosi gelombang
sangat mempengaruhi terjadinya garis pantai. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya
erosi gelombang, misalnya ukuran dan kekuatan gelombang, kemiringan lereng dan ketinggian
garis pantainya, komposisi batuannya, kedalaman airnya, serta lamanya proses tersebut
berlangsung.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang curam, maka sebagian besar air
akan membalik kembali ke laut dan mengerosi lereng kliff tersebut dan naik dari permukaan air
yang dangkal.
1. Bentuk-bentuk hasil erosi
Disebabkan oleh aktivitas gelombang, baik oleh kekuatan gelombang itu sendiri (hydraulic
action) maupun karena membawa pasir (abrasi).
a. Gua laut (Sea Caves), terbentuk karena cliff mengalami erosi bawah (under cutting) oleh
pukulan gelombang arus.
b. Celah (Cleff), erosi oleh gelombang atau arus yang menimpa retakan atau patahan
menyebabkan terbentuknya celah di pantai.
c. Teras-teras (Wave cut terraces), terjadi karena dasar laut dangkal tererosi menyebabkan
permukaan menjadi rata kemudian terangkat.
2. Bentuk-bentuk sisa erosi
a. Cliff adalah diding terjal di pantai sisa daratan yang terkikis gelombang.
b. Stack yaitu tiang-tiang baru yang terpisah dari daratan. Tersusun dari batuan yang resisten
sehingga masih bertahan dari pukulan gelombang.
c. Arc adalah batuan berlubang tembus sebagai akibat kikisan gelombang, tersusun dari
batuan yang lunak (tidak resisten).
d. Head Land yaitu batuan daratan resisten yang menjorok ke laut sebagai akibat erosi
gelombang, terdiri atas batuan lava dan breksi.
3. Bentuk-bentuk hasil pengendapan
Sebagai tenaga pengendap adalah gelombang, arus, sungai, dan angin.
a. Gisik (beach) adalah endapan pantai yang terletak antara mintakat pasang dan surut.
b. Gosong pasir (bar) yaitu endapan pasir atau kerikil di laut sejajar garis pantai.
1. Off shore bar (barrier bar), terdapat di laut lepas hasil pengendapan backswash.
2. Laguna (lagoon), laut dangkal antara daratan dan off shore bar
3. Spit, endapan arus sepanjang pantai, salah satu ujungnya menjorok ke laut lepas.
4. Hooks (Recurved spit), jung spit dibelokkan arahnya karena ada arus dari arah
berlawanan, ujung spit kemudian melengkung ke arah laut lepas.
5. Loops ujung spit dibelokkan ke arah daratan dan bersambung dengan daratan.
6. Bay mouth bar (embankment), endapan pasir di mulut teluk yang terpisah dengan laut
lepas karena arus sejajar pantai memotong mulut teluk tersebut.
7. Tombolo, endapan yang menghubungkan daratan dengan pulau, sebagai akibat reflaksi
gelombang karena rintangan pulau tersebut.
c. Guguk pasir pantai (Coast dunes) adalah timbunan pasir di pantai sebagai akibat hasil
aktivitas angin dan vegeta
v Free dunes, timbunan pasir di pantai oleh pengendapan angin tanpa di bantu vegetasi.
v Impeded dunes, timbunan pasir di pantai oleh pengendapan angin dan vegetasi atau topografi
kasar.
4. Bentukan Organisme
Di bentuk oleh aktivitas organisme di laut, meliputi pantai terumbu karang, pantai bakau dan
pantai berumput payau.
a. Terumbu karang (coral reef) yaitu pantai atau pulau yang tersusun dari karang sebagai
akibat aktivitas organisme polyps atau ganggang kapur.
o Syarat yang baik untuk kehidupan karang:
1) Kedalaman laut < 40 meter, optimal 20 meter
2) Temperatur air laut > 18°C, optimal 25-29°C
3) Kadar garam air laut 1:33%
4) Sirkulasi air cukup, tetapi arus tidak terlalu kuat
5) Air laut jernih, sedikit lumpur, banyak mengandung kalsit
o Klasifikasi terumbu karang (Maxwell, 1968)
1) Terumbu samudera (oceanic reefs) yang dapat di bedakan menjadi:
a. Koloni embrionik
b. Terumbu pinggiran (fringing reef)
c. Terumbu penghalang (barrier reef)
d. Atol yaitu pulau karang di laut yang bentuknya menyerupai cincin yang sangat besar.
2) Terumbu paparan (shelf reef) dibedakan menjadi:
a. Koloni embrionik
b. Terumbu rataan gelombang (platform reef)
c. Terumbu laguna-rataan (lagoon platform reef)
d. Terumbu rataan gelombang memanjang (longate platform reef)
e. Terumbu dinding (wall reef)
f. Terumbu cuspate (cuspate reef)
g. Terumbu apron campuran (composite apron reef)
h. Terumbu cincin terbuka (open ring reef)
i. Terumbu jala terbuka (open mesh reef)
j. Terumbu cincin tertutup (closed ring reef)
k. Terumbu jala tertutup (closed mesh reef)
l. Terumbu sumbat (resorbed reef)
o Teori terjadinya terumbu karang dibedakan sebagai berikut:
1. Teori Darwin
Menurut Darwin pertumbuhan atol di mulai dari adanya karang pantai, karena suatu proses
pulau beserta karang pantainya tenggelam. Apabila proses penurunan ini berjalan lambat maka
karang yang masih hidp di pantai tersebut masih sempat membangun rumahnya sehingga
karang pantai itu dapat mencapai permukaan laut kembali, bentuknya melingkar seperti cincin.
2. Teori Glacial Control dari Daly
Daly mendukung teori Darwin, menurut dia tenggelamnya pulaudisebabkan karena mencairnya
efisiensi daratan pada jaman inter glasial.
3. Teori Penggelombangan dari Keumen
Keumen juga mendukung teori Darwin dan berpendapat bahwa tenggelam dari timbulnya pulau
karena gerak pelipatan pada kulit bumi. Pada gerak ini permukaan bumi mengalami
penggelombangan sehingga bagian yang semula punggung antiklinal yang muncul di atas
permukaan laut suatu saat dapat tenggelam di bawah permukaan laut, proses ini terjadi
berulang-ulang.
4. Teori Imbangan Isostasi dari Molengraaf
Molengraff menyatakan bahwa tenggelamnya pulau terjadi karena adanya imbangan isostasi.
Pulau-pulau volkan semakin bertambah berat karena erupsi sebagai akibat bertambahnya
materi dari volkan itu. Untuk mencapai keseimbangan isostasi pulau tersebut mengalami
penenggelaman secara lambat dan berlangsung lama sesudah erupsi itu berhenti. Sehingga
dapat tumbuh karang pantai selanjutnya berkembang menjadi karang penghalang atau atol.
5. Teori Murrey
Ekspedisi Murrey menemukan puncak volkan yang sudah mati, letak puncaknya di bawah
permukaan laut. Menurut dia puncak-puncak volkan yang sudah mati yang letaknya tidak begitu
dalam akan mengalami pengendapan terutama jenis benthos. Oleh karena itu lama kelamaan
menjadi tinggi sehingga mencapai ketinggian yang memenuhi syarat bagi hidupnya bintang
karang. Dengan tumbuhnya karang di tempat itu maka dapat berbentu atol.
6. Teori Gardinner
Prinsip teori ini hampir sama dengan Murrey, menurut Gardinner pembentuk atol bukan
binatang karang tetapi ganggang karang dari jenis Lithothamnium. Faktor yang menyebabkan
bentuk gelang adalah perbedaan kesuburan antara bagian tengah dan tepi pulau tersebut.
b. Pantai bakau
Di daerah tropis bakau (mangrove) beradaptasi dengan air asin sehingga banyak di jumpai
mintakat pasang – surut. Fungsi terpenting tanaman bakau di pantai adalah melindungi erosi
gelombang dan menjadi perangkap sedimen yang terbawa dari daratan maupun dari laut pada
saat pasang sehingga proses deposisi berlangsung cepat.
BAB IV PERMASALAHAN LINGKUNGAN
Pencemaran udara
Pencemaran air tanah
Pencemaran tanah
Persampahan
BAB V PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN KAWASAN
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Top Related