Download - Tugas Laporan Kasus PHK

Transcript

1. 15 Ribu Buruh Tangerang di PHK Jakarta - Sebanyak 84 kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dilakukan puluhan industri terhadap 15.000 pekerja atau buruh di Kabupaten Tangerang, sejak Januari hingga Agustus 2010. Penyebab utama PHK dikarenakan tidak sehatnya manajemen perusahaan, keuangan yang pailit hingga terjadi bangkrut. Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Pekerja Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Tangerang, Monang Panjaitan mengatakan, data yang diterima Disnakertrans bulan Januari hingga Agustus 2010, jumlah PHK terhadap ribuan pekerja cukup mengejutkan. "Sejak awal tahun sampai bulan lalu terdapat 84 kasus PHK," ungkap Monang kepada Jurnal Nasional, Rabu (15/9). Dia mengungkapkan, dari jumlah 84 kasus itu, terdapat 54 kasus kesepakatan bersama dan 27 kasus anjuran, sementara sisanya merupakan kasus usaha perorangan. Kasus kesepakatan bersama di mana Disnakertrans memfasilitasi antara pekerja dan perusahaan dengan memberikan hak dari kesepakatan bersama yang sebelumnya telah disepakati untuk membayarkan gaji pekerja bila perusahaan itu bangkrut. Adapun, untuk kasus anjuran yang terdapat perselisihan, Disnakertrans mengeluarkan surat anjuran agar pembayaran gaji pegawai oleh perusahaan diselesaikan di meja pengadilan bila tidak bisa diselesaikan dengan musyawarah. "Untuk kasus PHK perorangan diselesaikan secara kekeluargaan," kata dia. Monang menjelaskan, di Kabupaten Tangerang terdapat sebanyak 4.000 perusahaan yang bergerak dari berbagai bidang baik jasa maupun industri.Dari 4.000 perusahaan itu mempekerjakan 400.000 karyawan. Namun, memasuki sembilan bulan selama tahun 2010 terdapat sekitar 15.000 pekerja yang di PHK oleh perusahaan lantaran pailit atau manajemennya tidak sehat. Kasus terbaru di bulan Agustus di mana dua perusahaan di Kabupaten mengalami kebangkrutan karena tersandung persoalan tersebut.PT Gemilang Selaras mem-PHK sebanyak 924 karyawannya, begitupun dengan PT Tridinamika Makmur yang memberhentikan sekitar 233 pekerja. Kondisi itu akan diperparah dengan terancam di PHK-nya sebanyak 198 karyawan di PT Bintang Lima yang kondisi perusahaan itu sedang goyang. "Ini saja belum kita rekap semua.Karena hanya perusahaan besar dan kecil yang kita data, belum lagi usaha perorangan yang belum dilaporkan kepada Disnakertrans," kata Monang. (Jurnalnasional.com)

2. BEKASI SELATAN-Angka kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak masih tinggi di Kota Bekasi. Dari persoalan sengketa antara tenaga pekerja dan perusahaan, PHK menempati peringkat paling atas, dengan 31 kasus.

PHK sepihak menduduki posisi pertama, yakni sebanyak 31 kasus.Sedangkan sisanya 8 kasus, yaitu terkait hak-hak pekerja, papar Kasi Perselisihan Hubungan Kerja Industri, Sudirman, kemarin.

Dari 39 kasus tersebut, lanjut Sudirman, 10 di antaranya berhasil diselesaikan.Sementara 21 kasus selesai di Pengadilan Perselisihan Industrial, dan sisanya diselesaikan secara bipartite antar keduabelah pihak.

Menurutnya, angka tersebut tergolong rendah dibanding dengan daerah lain seperti Kabupaten Bekasi, Karawang dan Purwakarta serta daerah industri lain di Jawa Barat. Apalagi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Angka itu tergolong rendah bagi daerah industri, lebih rendah dibanding daerah lain di Jawa Barat. Tahun 2008 ke bawah, angka kasus di atas 100 per tahun, tambahnya.

Penurunan tersebut menurut Sudirman karena Disnaker yang senantiasa melakukan deteksi dini hingga akhirnya persoalan yang akan berakibat menuai konflik bisa terselesaikan.

Intinya dalam memecahkan segala sengketa, kami akan selalu berada dalam posisi penengah hingga akhirnya mendapatkan solusi winwin solusion baik itu bagi perusahaan maupun untuk pekerja,pungkasnya.

Terpisah, anggota komisi D DPRD Kota Bekasi, Arwis Sembiring mengatakan, sebagai salah satu pihak yang memiliki peranan dalam mengatasi persoalan tenaga kerja di Kota Bekasi, Depnaker masih perlu banyak evaluasi dalam memecahkan persoalan persengketaan antara pengusaha industri dengan para tenaga kerjanya. Dengan demikian lanjutnya, akhirnya tidak banyak persoalan perselisihan yang terkatungkatung hingga mengorbankan banyak tenaga kerja.

Masih banyak kami temukan pengaduan-pengaduan persoalan PHK yang ternyata hingga saat ini masih belum menemui jalan keluar.

Bahkan, lagi-lagi PHK ini akhirnya sangat merugikan tenaga kerja saja, karena persoalan hak yang tidak terpenuhi.Bukan itu saja, dalam persoalan perlindungan tenaga kerja ini, kami akan mengusulkan pengkajian payung hukum yang bisa

dikeluarkan oleh daerah,pungkas politisi Demokrat yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Legislasi DPRD Kota Bekasi ini. (rif)

3. Gresik (ANTARA News) - Selama kurun waktu Januari 2008-Maret 2009, korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, tercatat sebanyak 759 pekerja.

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Gresik, Saputro ketika dikonfirmasi, Minggu, memperkirakan angka itu naik pada periode April-Mei 2009, menyusul adanya laporan 16 kasus PHK dari sejumlah perusahaan yang diterima Disnaker.

Ia menyebutkan, pada bulan Januari tercatat enam kasus, Februari 10 kasus dengan jumlah total 10 pekerja. "Enam pekerja lainnya telah diselesaikan oleh Disnaker," katanya.

Sementara itu, kasus PHK pada tahun lalu tercatat 205 kasus dengan 749 pekerja menjadi korban PHK.Puncaknya terjadi pada bulan September 21 kasus, Oktober 28 kasus, dan November 27 kasus.

Sebelumnya, lanjut dia, pada tahun 2007, PHK mencapai 153 kasus perselisihan hubungan industrial.

Kasus PHK oleh perusahaan di Gresik, kata Saputro, kebanyakan disebabkan permasalahan kerja antara pengusaha dengan buruh, baik perselisihan hak, perselisihan kepentingan, maupun kebijakan perusahaan yang mengurangi produksi akibat ketidakmampuan keuangan di tengah dampak krisis ekonomi.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Serikat Buruh Muslim Indonesia (Sarbumusi), Muhammad Agus mengatakan, sistem "outsourcing" (pengalihluaran atau melakukan kontrak dengan perusahaan lain) oleh perusahaan yang menyebabkan posisi pekerja rawan di-PHK.

"Buntunya komunikasi antarkedua belah pihak juga salah satu pemicu terjadinya konflik perselisihan hubungan industrial hingga tahun ini. Bahkan, hingga Maret 2009 sekitar 200-an pekerja di-PHK," katanya.

Ia lantas menyebutkan sejumlah perusahaan yang telah mem-PHK pekerjanya, antara lain PT Saint, PT Rimba Jaya, PT Sanko Remaja Indonesia, PT Komutex, PT Minded Prima, PT Hari Esok Cemerlang, dan PT Krene.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gresik, Zumanto mengutarakan, pemicu permasalahan PHK di Gresik salah satunya akibat tidak puasnya pekerja terhadap kebijakan perusahaan.

Oleh karena itu, dia memandang perlu lebih meningkatkan komunikasi bipartit antara pekerja dan perusahaan.Sementara posisi anggota legislatif sebatas sebagai fasilitator.

"Kami tidak berwenang untuk mengintervensi, baik perusahaan maupun pekerja.Intinya, kalau komunikasi masih buntu bisa melibatkan Disnaker.Kalau masih buntu juga, ya, diselesaikan melalui pengadilan hubungan industrial," katanya.

Menanggapi meningkatnya kasus PHK, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Gresik, Triyandi Suprihartono mengatakan, pihaknya telah mengambil tiga langkah untuk meminimalkan jumlah kasus PHK.

Tiga langkah yang dimaksudkan itu, antara lain memperkuat konsep kerja sama bipartit, membuka lapangan kerja baru untuk menyerap tenaga kerja, dan mencari tenaga kerja terselubung untuk mencocokan antara pekerja dengan keahliannya.

"Masalahnya, selama ini banyak pekerja yang tidak sesuai keahliannya.Misalnya, lulusan sarjana tehnik bekerja di luar bidangnya,"katanya.

Dengan beberapa konsep tersebut, Apindo optimistis bisa menyerap sedikitnya 25 persen jumlah pengangguran di Gresik. "Kami optimistis sebanyak 25 ribu dari 120 ribu pengangguran bisa dipekerjakan lagi," katanya.(*)

4. KASUS PHK DI PT UNITEX WEWENANG PEMKAB BEKASI Jakarta, 30/3/2010 (Kominfo-Newsroom) Penyelesaian kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 24 karyawan PT Unitex Indo System, Bekasi, merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten Bekasi, sehingga Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak bisa ikut campur terlalu jauh atau mengambil keputusan, karena sifatnya hanya koordinatif.

Penjelasan itu dikemukakan staf Direktorat Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) Kemenakertrans RI, Jafar Sodikin, ketika menerima perwakilan tiga pengurus Serikat Pekerja (SP) PT Unitex Indo System, PT Kereta Api Indonesia Divisi Jabodetabek dan pekerja Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok yang berunjukrasa di Kantor Kemenakertrans RI, Jakarta, Selasa (30/3).

Ratusan pekerja dari tiga serikat pekerja itu sejak Senin (29/3) berunjukrasa dan menginap di Kantor Kemnakertrans RI di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, setelah Kemnakertans tidak bisa memberikan keputusan.

Menurut Jaafar, Direktorat PPHI Ditjen PHI Jamsos Kemnakertrans RI pada intinya merespon dan mengambil sikap positif atas penyampaian aspirasi para pekerja, namun tetap ada prosedur dan mekanisme yang harus diperhatikan sesuai mekanisme dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Saat memberikan penjelasan, Jaafar antara lain didampingi Kepala Pusat Humas Kemnakertrans RI Budi Hartawan, staf dari Ditjen Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemnakertrans, dan aparat kepolisian dari Polres Jakarta Selatan.

Penyelesaian kasus PHK karyawan Unitex sebenarnya sudah diproses dan sedang dalam penanganan Disnaker Pemkab Bekasi. Apabila salah satu pihak atau dua pihak tidak setuju, maka mekanismenya kemudian dapat menempuh langkah yang sesuai dengan UU No 2/2004, katanya.

Dikemukakan bahwa Kantor Kemnakertrans Ri dan Disnaker Kabupaten Bekasi bersama-sama menjalankan fungsi koordinasi atas penyelesaian permasalah tersebut, dan diharapkan, dalam pertemuan pada 1 April 2010, para pihak dapat bertemu dan berdialog untuk menyelesaikan permasalahan di Kantor Disnaker Kabupaten Bekasi.

Persoalan ini terkait dua hal, yaitu berkaitan dengan mogok kerja pekerja sesuai pengaduan perusahaan dan berkaitan dengan PHK, kata

Jafar.

Sedangkan kasus PHK terhadap pekerja Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok, menurut pengawas dari Kantor Kemnakertrans RI, Cacuk, mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu laporan dari pengawas yang turun ke lokasi JICT.

Kami masih menunggu temuan dari tim pemeriksa untuk dianalisa. Apabila ada penemuan yang tidak sesuai dengan peraturan, maka Kemnakertrans akan mengeluarkan nota pemeriksaan sebagai acuan hukum bagi langkah pengawasan selanjutnya, katanya.

Sementara itu John Silaban, koordinator pekerja JICT yang tergabung dalam Komite Perjuangan Buruh Jabodetabek (KPBJ) mengatakan bahwa pihaknya berharap dapat bertemu dengan Menakertrans Muhaimin Iskandar.

Sebagai Menakertrans, Pak Muhaimin Iskandar sebenarnya bisa mengambil keputusan untuk penyelesaian kasus kami, katanya dan menambahkan bahwa pihaknya akan tetap menginap di Kantor Kemenakertrans hingga ada keputusan penyelesaian kasusnya. (Az/ysoel) Sumber : http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/kemnakertrans-kasusphk-di-pt-unitex-wewenang-pemkab-bekasi-2/M

5. TANGERANG, RABU - Sebanyak 32.000 buruh industri pabrik di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, terancam mengalami proses pemutusan hubungan kerja (PHK) dari sejumlah perusahaan untuk efisiensi.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Tangerang, Herry Rumawatine, Selasa (16/12) mengatakan, ancaman efisiensi tersebut terkait dengan sebanyak 29 perusahaan yang mengajukan proses PHK kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) setempat. "Pengajuan PHK tersebut hasil evaluasi Apindo atas krisis ekonomi global," kata Herry Rumawatine.

Rumawatine menyebutkan, sebanyak 32.000 buruh yang terancam PHK tersebut bekerja tersebar pada 29 perusahaan industri yang mendaftarkan diri untuk efisiensi, bahkan sebanyak 12 perusahaan di antaranya sudah mengajukan PHK untuk 12.000 karyawan kepada Disnakertras Kabupaten Tangerang.

Menurut Rumawatine, pihaknya tidak ada solusi lainnya untuk mengatasi krisis ekonomi dunia tersebut, selain menjalani proses PHK terhadap karyawannya. Pasalnya, saat ini kondisi sebagian besar perusahaan sangat labil, terlebih industri pabrik yang bergerak pada bidang sepatu, otomotif dan garmen mengalami kesulitan keuangan, penurunan permintaan pembeli, bahan baku impor yang tinggi dan kuota pesanan ekspor yang rendah.

Rumawatine juga menambahkan, kebijakan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang menyetujui revisi Upah Minimum Kabupaten (UMK) Tangerang atas rekomendasi Bupati Tangerang Ismet Iskandar merupakan langkah yang keliru.

Sebelumnya, Gubernur Banten menetapkan UMK tahun 2009 untuk Kabupaten Tangerang sebesar Rp 1.044.500, namun direvisi kembali menjadi Rp 1.055.000 karena tekanan dari buruh yang melakukan unjuk rasa besar-besaran menuntut Bupati Tangerang merekomendasikan perubahan UMK.

Alasan buruh menolak penetapan UMK sebesar Rp 1.044.500 lantaran surat rekomendasi usulan penetapan dari Bupati Tangerang kepada Gubernur Banten tidak melampirkan surat keberatan dari buruh yang tergabung dalam dewan pengupahan.

Rumawatine menegaskan, pihaknya mempersiapkan beberapa langkah hukum untuk menanggapi revisi UMK. Upaya hukum yang akan diambil yakni memperkarakan Surat Keputusan Gubernur Banten mengenai revisi UMK Kabupaten Tangerang kepada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat di Mataram, Rabu petang, mengatakan, para TKI yang di-PHK itu umumnya bekerja di sektor manufaktur.

"Kemungkinan akan lebih banyak lagi TKI yang bekerja di Korea Selatan yang akan diPHK, karena perusahaan bergerak di sektor manufaktur yang pasarnya negaranegara Eropa terpaksa mengurangi tenaga kerja akibat krisis global," ujarnya.

Namun, kata Jumhur, pihaknya kini berjuang agar para TKI yang di-PHK itu jangan dipulangkan, tetapi dicarikan pekerjaan di sektor lain, seperti konstruksi dan sektor pertanian.

"Kami minta pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Korsel membentuk tim yang akan melakukan pendataan agar para TKI yang di-PHK itu bisa lebih mudah dicarikan pekerjaan di sektor lain" kata Jumhur.

Menurut dia, jumlah TKI yang bekerja di Korsel cukup banyak, tahun 2006 ditempatkan sebanyak 1.214 orang, tahun 2007 sebanyak 4.309, dan hingga Desember 2008 terbanyak, mencapai 12.000 orang.

"Saya belum mendapat laporan apakah ada TKI yang bekerja di negara lain yang terkena PHK termasuk di Malaysia, terutama yang bekerja di sektor manufaktur," kata Jumhur.

6. JAKARTA, SELASA Pertengahan tahun 2009 diperkirakan pemutusan hubungan kerja (PHK) akan meningkat. Angkanya akan lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2008. "Pasti itu.Karena itu, pemerintah harus waspada," kata Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Chris Kanter di sela-sela Rakornas Kadin di Jakarta, Selasa (18/11).

Ia mengatakan, tingginya PHK tahun depan terjadi karena beberapa perusahaan mengurangi produksinya, menyusul adanya krisis keuangan global. Pada awal tahun depan, kata Chris, sebagian masih berproduksi sehingga penurunannya belum mencapai puncaknya. Penurunan produksi akan mencapai puncak pada pertengahan tahun depan.

Menurut Chris, kegiatan produksi masih akan dilakukan untuk menyelesaikan kontrak-kontrak yang terjadi pada akhir tahun 2007 atau awal tahun 2008. Diperkirakan, tidak akan banyak kontrak yang ditandatangani pada akhir tahun 2008 ini.

Saat ini indikasi PHK massal mulai terlihat dengan adanya beberapa pekerja yang dirumahkan."Itu sebenarnya PHK kecil," tuturnya.

Chris menilai, penetapan surat keputusan bersama empat menteri mengenai sistem upah dapat menekan tingkat PHK. Namun, di beberapa tempat, seperti Jawa Barat, pemerintah daerah malah menaikkan gaji menjadi Rp 2 juta. Hal tersebut dirasa akan memberatkan industri.

7. JAKARTA, JUMAT Para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan akan berusaha untuk menghindari pemutusan hubungan kerja (PHK). Akan tetapi, jika dampak krisis keuangan global tak segera bisa diatasi, PHK tak bisa dihindari.

"Kita tetap berupaya (agar) langkah terakhir adalah PHK.Paling tidak merumahkan. Kita akan meng-cut pengeluaran. Para direksi juga sepakat beberapa perusahaan kalau perlu potong gaji. Kita lakukan kecil-kecilan, baru kalau terdesak pertengahan tahun depan puncaknya," kata Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi dalam acara konferensi pers di Jakarta, Jumat (19/12).

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan, tahun 2009 di sektor alas kaki akan terjadi PHK 30.000, sedangkan sampai akhir tahun ini telah 9.000 orang.

"Saat ini masih menunggu pemerintahan Obama, masih wait and see. Apakah kebijakannya nanti mampu memperbaiki krisis ekonomi," jelas Eddy.

Berbeda dengan subsektor alas kaki dan industri lain, subsektor industri makanan dan minuman masih bisa dibilang aman meskipun juga tidak terhindar dari krisis.Salah satu penyebabnya, kata Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Thomas Darmawan, Pemilu 2009.

Menurut Darmawan, penyelenggaraan pemilu otomatis akan meningkatkan kebutuhan makanan dan minuman sehingga industri ini akan tetap menggeliat. Industri makanan dan minuman juga terbantu dengan gencarnya operasi produk ilegal.

"Tetapi kita tidak bisa gegabah, karena kita tidak tahu pertengahan 2009 atau setelah pemilu.Jika ternyata memburuk dan krisis masih berlanjut, PHK tidak bisa dihindari," kata Thomas.

8. PADANG, KOMPAS.com - Gempa 7,9 skala richter (SR) yang menguncang Sumatera Barat (Sumbar) 30 September 2009 tidak saja menelan 1.117 orang korban jiwa dan ribuan luka-luka, tapi juga kekhawatiran munculnya pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi ratusan ribu pekerja di daerah ini.

"Hantu" PHK itu itu dampak dari hancurnya berbagai bangunan, termasuk di antaranya yang selama ini menjadi tempat berusaha bagi para kerja, seperti di industri perhotelan, rumah sakit, perdagangan, dan kegiatan jasa lainnya.

Seperti industri perhotelan, minimal dari Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar, terdapat 11 hotel berbintang mengalami kerusakan berat dan beberapa di antaranya rata dengan tanah dan yang lainnya tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Akibatnya, ratusan bahkan ribuan pekerja di sektor perhotelan dan yang terkait dengan kegiatan konvensi dan pariwisata tidak bisa bekerja. Banyaknya tempat usaha yang rusak dan berhentinya kerja di sejumlah lapangan pekerjaan, mulai menimbulkan kekhawatiran bakal terjadi banyak PHK di Sumbar.

Berdasarkan data Kadin Daerah Sumbar, dampak gempa tersebut berpotensi menimbulkan sekitar 200.000 orang pekerja di daerah ini akan kehilangan pekerjaan karena tempat bekerjaanya rusak berat dan tidak bisa menjalani operasional.

Beberapa perusahaan telah mulai mengambil keputusan untuk melakukan PHK, baik dalam bentuk meminta mengundurkan diri hingga merumahkan sementara bagi para pekerja seperti yang dilakukan oleh pihak manajemen Rumah Sakit Bunda Medical Centre (BMC) Padang.

Akibat sikap manajemen RS itu, menyebabkan 250 orang para medis dan pegawai RS yang bangunannya rusak berat dan terpaksa berhenti beroperasi akibat gempa itu, menggelar unjukrasa menuntut keputusan managemen tidak melakukan PHK.

Menurut Koordinator Divisi Hak Asasi Manusia, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, Vino Oktavia SH, apa yang mulai terjadi pada manajemen RS BMC tersebut bisa berlanjut dan diikuti perusahaan-perusahaan lainnya di Sumbar.

Karena itu, tambahnya, perlu adanya perhatian dari berbagai pihak, terutama pemerintah daerah untuk segera merespon persoalan ini agar tidak semakin merebak, meluas dan melahirkan berbagai persoalan hukum di kemudian hari.

Sesuai UU Melihat kondisi yang dikhawatirkan bakal terjadi banyak PHK, LBH Padang meminta perusahaan atau pengusaha menghindari hal itu dan jika memang terpaksa dilakukan harus sesuai UU agar tidak terlalu merugikan para pekerja.

Untuk opsi pertama, diminta kepada pihak perusahaan menghindari PHK terhadap pekerja, karena pekerja juga bagian dari korban gempa.

"Demi kemanusiaan, keadilan dan perlindungan HAM, maka manusia perlu mendapat perhatian sebagaimana diamanahkan UU No.24/2007 tentang Penanggulangan Bencana dan UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan," kata Vino Oktavia.

LBH Padang juga meminta perusahaan, asosiasi pengusaha, pekerja/serikat pekerja/serikat buruh dan pemerintah segera melakukan pertemuan tripartit untuk mencari jalan keluar secara bersama dari persoalan sehingga masing-masing pihak, dapat dilindungi hak-haknya dan tidak semakin dirugikan akibat gempa.

Jika PHK tidak dapat dihindari, maka perlu ditegaskan bahwa pihak perusahaan/pengusaha tidak boleh dan tidak dibenarkan semena-mena melakukan PHK dan harus mengacu UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.

Pada Pasal 164 ayat (1) UU itu menyebutkan "pengusaha dapat melakukan PHK karena perusahaan tutup disebabkan mengalami kerugian secara terus menerus selama dua tahun, atau keadaan memaksa.

PHK sesuai pasal itu didasarkan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4), tambahnya.

9. BATAM, RABU Sekitar 75.000 pekerja di Batam terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai imbas krisis global yang menerpa sejumlah perusahaan di kawasan industri ini.

"Paling tidak ancaman PHK 30-40 persen dari total pekerja.Kalau pekerja di Batam 250.000, artinya ada 75.000 yang terancam," kata Ketua Harian Himpunan Kawasan Industri (HKI) Batam John Sulistiawan di Batam, Rabu.

Ia mengatakan, gelombang PHK di Batam terjadi sekitar tahun 2009 hingga 2010 pada saat krisis global gelombang kedua. Hal itu karena dampak krisis global di Batam diperkirakan baru terasa pada kuartal ketiga 2009.

Menurut John, ancaman PHK bisa saja berkurang, tergantung kesiapan pemerintah dan kawasan industri meminimalisasi jumlah pabrik yang hengkang maupun tutup.

"Perusahaan di Batam rentan tutup karena kebanyakan pabrik di Batam adalah sewa, sehingga peluang perusahaan untuk pindah lebih besar," katanya sebelum sosialisasi sunset policy (pengampunan terhadap penunggak pajak).

Satu perusahaan besar, kata dia, memiliki pabrik di beberapa kota. Namun, krisis global menyebabkan perusahaan mengurangi produksi di masing-masing pabrik. Akibatnya, biasanya perusahaan membuat kebijakan menutup pabrik di kota-kota tertentu dan memaksimalkan produksi di kota lain untuk efesiensi sehingga potensi PHK di kota tertentu sangat besar.

"Perusahaan tinggal pilih, pabrik di kota mana yang ditutup.Biasanya pabrik yang sewa seperti di Batam lebih dipilih karena lebih mudah," katanya.

Selain itu, menurut dia, perusahaan lebih memilih menutup perusahaan yang buruhnya banyak mogok kerja dan unjuk rasa pekerja karena tidak kondusif," katanya.

Jika pekerja Batam menginginkan PHK diminimalisasi maka mogok kerja dan unjuk rasa pekerja seharusnya dihindari.Sampai saat ini, HKI belum memiliki data jumlah pekerja yang dirumahkan akibat krisis global.

10. JAKARTA, RABU Sebanyak 66.300 orang terkena PHK dan dirumahkan per 28 November 2008. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16.988 orang terkena PHK, sebanyak 6.597 orang dirumahkan, 23.927 orang dalam rencana PHK, dan sebanyak 19.091 orang dalam rencana dirumahkan.

"Pada November terjadi kenaikan PHK, ada 16.000 orang dan rencana PHK yang suratnya sudah masuk ada 23.927 orang," kata Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Erman Suparno saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (3/12).

Erman mengatakan, kenaikan tingkat PHK tersebut karena adanya kondisi krisis finansial global.Padahal, dari tahun 2005 tingkat PHK terus mengalami penurunan.

Dalam laporan tim monitoring, sampai November 2008 tingkat PHK tertinggi ada di DKI Jakarta sebanyak 14.268 orang, di Jawa Tengah (1.190), Maluku (515), Kalimantan Barat (496), Riau (407), dan Sumatera Selatan (112).

Untuk jumlah yang dirumahkan terbanyak ada di Kalimantan Timur sebanyak 1.890 orang, di Banten (1.597), Jawa Tengah (1.025), Riau (1.000), Jawa Barat (600), dan Kalimantan Barat (485).

Untuk di DKI Jakarta, tidak ada tenaga kerja yang dirumahkan, sedangkan untuk rencana PHK terbanyak ada di DKI Jakarta sebanyak 9.757 orang.Untuk rencana yang dirumahkan terbanyak ada di Sumatera Utara sebanyak 10.000 orang.

11. SEMARANG, KAMIS - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker) Jawa Tengah mencatat, 3.441 tenaga kerja dari 31 perusahaan di provinsi ini mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) selama tahun 2008.

Kepala Disnakertrans Jateng, Siswo Laksono, di Semarang, Kamis (1/1), mengatakan, selain buruh yang di-PHK tersebut, juga terdapat 4.860 tenaga kerja yang dirumahkan akibat berbagai krisis yang terjadi selama 2008.

"Para tenaga kerja yang di-PHK dan dirumahkan tersebut berasal dari 31 perusahaan yang tersebar di 12 kabupaten/kota di Jateng," katanya.

Kedua belas kabupaten/kota tersebut meliputi Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Boyolali, Tegal, Cilacap, Sukoharjo, Klaten, Pekalongan, Jepara, Kendal, dan Demak.

Menurut dia, sebagian besar tenaga kerja yang di-PHK dan dirumahkan berasal dari industri mebel serta tekstil.

Adapun penyebab para buruh di-PHK dan dirumahkan, antara lain dampak krisis listrik yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 2008 hingga krisis ekonomi global yang melanda di penghujung tahun.

Ia menuturkan, Pemerintah Provinsi Jateng akan mengupayakan berbagai cara untuk membantu para pengusaha dalam mengantisipasi menekan PHK yang lebih besar. "Kami memberikan pembinaan kepada para pengusaha untuk melakukan efisiensi usaha," katanya.

Selain itu, kata dia, pemprov juga mempertimbangkan penangguhan pembayaran UMK bagi pengusaha yang merasa keberatan. Dengan berbagai upaya yang dilakukan, ia berharap pada tahun 2009 tidak terjadi PHK dengan jumlah yang lebih besar.

12. INDOSAT PHK 1200 karyawan Jumlah 1200 adalah tidak sedikit dan mungkin membuat deg-degan sejumlah karyawannya. Buat para pencari informasi lowongan kerja, job seeker di industri telekomunikasiinformasi seperti ini sangat relevan. Kasus PHK yang melanda Indonesia secara massal terjadi 12-an tahun yang lalu. Tapi, berita PHK ini berasal dari perusahaan penyedia layanan komunikasi yang dikenal memberi gaji tinggi kepada karyawannya.

Informasi yang dimuat oleh beberapa media cetak dan online beberapa waktu yang lalu juga mengungkap kalau Indosat akan melakukan PHK secara bertahap dengan meknisme sukarela.

Indosat merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia dan masih memiliki jutaan pelanggan setia, termasuk GSM mentari maupun IM3.

Mungkin karena persaingan di industri telekomunikasi yang sangat kompetitif membuat Indosat mengambil langkah hemat. Di level top managemen, Indosat mengganti dewan direksi dan komisaris yang akan berlaku efektif mulai Mei 2011.

Langkah hemat lain, Indosat sedang mengkaji pemisahan salah satu layanannya,yakni StarOne. Kinerja layanan StarOne mungkin tidak sebaik yang lain, nomor pelanggannya saja dikabarkan hanya 600ribuan.

13. JAKARTA -- Pemerintah mulai mengkhawatirkan bertambahnya industri yang mulai merumahkan (pemutusan hubungan herja/PHK) karyawannya. Kali ini, akibat penghentian produksi dan kondisi permintaan baja yang tidak pasti pada tahun depan, mendorong para produsen baja akan merasionalisasi perusahaan serta men-PHK sebanyak 50.000 karyawan.

''Kemungkinan adanya PHK belum ada laporan resmi.Keadaan itu bisa saja berbanding lurus tapi bisa saja tidak. Sekarang total karyawan di industri ini sekitar 100.000 orang,'' kata Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian (Depperin) RI, Ansari Bukhari, usai rapat di Jakarta, Jumat (14/11). Jika hal itu akhirnya terjadi, maka akan menjadi kasus PHK terbesar kali pertama di industri baja.

Depperin melaporkan industri baja di akhir kuartal III/2008 mulai memangkas produksi hingga 50 persen, dan diprediksi bakal berlanjut hingga akhir tahun.Laporan terakhir menyebutkan, sejumlah

pabrik baja yang tutup seperti di Tangerang dan beberapa lokasi lainnya. Laporan lain, sebanyak 10 pabrik paku mulai gulung tikar.

Namun, Ansari membantah mengenai adanya informasi bahwa produsen baja terbesar nasional yaitu PT Krakatau Steel (KS) telah menutup pabriknya.Namun yang pasti, perusahaan berplat merah tersebut memang telah mengurangi produksinya hingga 200.000 ton pada tahun ini.

"KS tidak tutup, hanya pengurangan produksi saja. Karena nggak mungkin (ditutup), pabrik

mereka itu terintegrasi," jelas Ansari. Dijelaskannya bahwa masalah pengurangan produksi industri baja adalah masalah internasional, bukan hanya dialami Indonesia saja."ArcelorMittal saja yang besar juga sudah memangkas produksinya," papar Ansari, usai bertemu perwakilan Pemerintah Luxemburg --pemilik saham 3 persen di ArcellorMittal. Direktur Industri Logam, Ditjen ILMTA Depperin RI, I Gusti Putu Suryawirawan, menambahkan, permintaan baja yang melemah di pasar internasional merupakan dampak langsung krisis global. Akibatnya, suplai baja di dunia mengalami kelebihan stok termasuk dialami kalangan produsen baja dalam negeri.

"Semua stok berlimpah.Memang belum bisa dihitung kerugian pabrik baja, karena para produsen sedang menunggu stabilisasi rupiah, karena yang mereka produksi sekarang berasal dari bahan baku yang tinggi," kata Putu.

Putu menjabarkan, dalam Semester I/2008, volume impor baja mencapai 3 juta ton, atau dua kali lipat lebih dengan volume impor sepanjang tahun 2007, sebanyak 1,6 juta ton. ''Karena itu, posisi produsen baja dalam negeri serba sulit, karena disatu sisi harus mampu menjual di pasar dalam negeri, namun harganya lebih mahal dari harga baja di pasar dunia yang kini kian luruh.Tapi, kalau ikut harga dunia, maka industri baja domestik akan mati," jelas Putu.

Karena itulah, kalangan produsen baja dan besi yang tergabung dalam Indonesian Iron and Steel Industries Association (IISIA) mendesak pemerintah menaikkan tarif bea masuk (BM) di sektor baja. Namun, sayangnya, Depperin tidak menggunakan kebijakan penerapan instrumen tarif atau bea masuk (BM) bagi impor baja, dalam draf usulan tata niaga impor baja, karena dinilai tidak efektif diberlakukan mengurangi membanjirnya baja dari sejumlah negara.

Ansari menjelaskan, Indonesia selama ini mengikat kerja sama perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) dengan Asean China, dan Indonesia Jepang. Perjanjian kerja sama perdagangan bebas itu membawa konsekuensi dihapuskannya sejumlah hambatan tarif dagang antarkawasan. Bahkan, pihaknya meyakini jika upaya kenaikan BM baja seperti usulan IISIA belum mampu membendung derasnya impor.

Konsekuensi yang muncul adalah, jika Indonesia meningkatkan BM untuk sejumlah komoditas strategisnya, maka hal ini justru melanggar perjanjian dagang.Sehingga usulan tersebut tidak efektif diberlakukan. ''Kita akan dikenai retaliasi (aksi balasan) bagi negara yang produknya dikenai BM tinggi,'' jelas Putu, mengingatkan, jika pemerintah tidak hati-hati, maka produsen di negara pengimpor akan membalasnya. ''Bukan tidak mau, tapi faktanya perjanjiannya bilateral seperti itu,'' timpal Ansari.

Namun, sikap pemerintah tersebut direaksi negatif seluruh produsen baja anggota IISIA. Menurut Direktur Eksekutif IISIA, Hidayat Triseputro, sikap pemerintah merupakan langkah keliru apabila

akhirnya membatalkan kenaikan tarif BM baja. ''Kalau hal itu dilakukan, sama saja pemerintah membunuh industri baja di dalam negeri,'' kata Hidayat.

Pengenaan hambatan tarif (tarriff barrier) di sektor baja, lanjutnya, justru merupakan langkah yang sangat vital dalam mengamankan pasar domestik dari derasnya arus pengalihan produk baja China dari AS ke sejumlah negara alternatif seperti Indonesia.

''Tak ada kata lain bahwa pemerintah harus cepat memutuskan kenaikan tarif BM baja dan dicantumkan dalam klausul tata niaga impor baja. Kalau perlu, Presiden atau Wapres yang langsung memberi instruksi,'' pinta Hidayat.

Ia melajutkan, ketentuan kenaikan tarif BM tersebut, tidak akan menyalahi ketentuan WTO (organisasi perdagangan dunia). Pemerintah juga diminta tidak khawatir adanya benturan aturan perdagangan bebas (FTA/free trade agreement) yang telah dijalin baik di lingkup Asean China dan IJ EPA (Indonesia Jepang).Jika tidak demikian, maka produsen terpaksa men-PHK karyawannya karena ketiadaan produksi akibat sepinya permintaan dan membanjirnya baja impor.zaky al hamzah

14. Tinggi, angka kasus PHK sepihak di Bekasi 01 Mar 2011 Nasional Pos Kota BEKASI (Pos Kota) - Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak di Bekasi sejak Januari 2010-pertengahan Februari 2011 cukup tinggi.

Dari 39 kasus PHK, 31 di antaranya PHK sepihak, 8 kasus hak-hak tenaga kerja yang belum diselesaikan dan, lainnya. Dari 39 kasus ini, 10 berhasil diselesaikan secara damai.

Kasi Perselisihan Hubungan Kerja Industri Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bekasi Sudirman mengungkapkan, 21 kasus terpaksa diselesaikan lewat jalur hukum melalui Pengadilan Perselisihan Industrial."Sisanya diselasaikan secara damai antarkedua belah pihak," paparnya.

Dibandingkan dengan Kabupaten Bekasi, Karawang atau Purwakarta, Bekasi memang masih rendah. "Tapi,kan jumlah perusahaan di Bekasi tidak sebanyak di tiga daerah itu, jadi tidak bisa diperbandingkan. Makanya meski angka kasus hanya 39, perusahaannya lebih sedikit," imbuhnya.

Pihaknya berupaya mendeteksi persoalan yang muncul di perusahaan yang bisa memicu konflik."Kami berupaya menjadi penengah atau mediator untuk mendapatkan solusi terbaik pada masalah yang muncul agar baik untuk pekerja dan perusahaan," lanjutnya.

Komisi D DPRD Bekasi Ar-wis Sembiring tetap minta Disnaker mengevaluasi persoalan yang terjadi di perusahaan di Bekasi. "Karena masih banyak pengadilan ke dewan soal tenaga kerja yang belum terselesaikan dan berbutut PHK hingga merugikan pekerja," katanya. (Dieni/si/r)

15. BERITA JAKARTA.COM 20-02-2009 20:13 Lesunya pangsa pasar dunia akibat krisis keuangan global membuat sejumlah perusahaan di Indonesia terpuruk, termasuk perusahan yang berada di DKI Jakarta.Akibatnya, berdampak pada gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terus bertambah. Bahkan pada akhir 2009 mendatang, angka kasus PHK di DKI Jakarta diperkirakan bakal mencapai 42.804 orang atau meningkat 200 persen dari kasus PHK bulan November 2008 sebanyak 14.268 tenaga kerja.

Pada umumnya, kasus PHK ini terjadi pada perusahaan industri otomotif, suku cadang, dan elektronik.Sebab, perusahaan-perusahaan sektor ini sebagian besar sangat bergantung pada kondisi pasar luar negeri. Apabila pangsa pasarnya lesu, tentunya kegiatan ekspor akan menurun. Dengan demikian, biasanya order dari rekanan juga ikut turun.Sehingga, berdampak kegiatan produksi dan akhirnya berimbas pada kasus PHK.

"Saat ini pasar luar negeri lesu, sehingga tidak melakukan pembelian.Dampaknya produk-produk dari dalam negeri khususnya dari DKI Jakarta ini mengalami stagnan. Kondisi seperti ini tentu akan berujung pada macetnya pembayaran gaji karyawan dan berdampak pada PHK," kata Dwi Oentoro, Kepala Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta, Jumat (20/2).

Gelombang PHK massal ini juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di luar negeri. Hanya saja prosesnya lebih manusiawi, yaitu perusahaan yang bersangkutan telah memberitahukan kepada karyawan yang akan di-PHK enam bulan sebelumnya. Sehingga, para karyawan yang dirumahkan tersebut telah melakukan persiapan mental. Sayangnya, prosedur ini belum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, termasuk DKI Jakarta. Sehingga, kasus PHK sering kali menimbulkan beban mental bagi karyawan yang bersangkutan. Seperti di perusahaan Ford, sebuah industri otomotif di Amerika, selalu memberitahukan di awal waktu sehingga karyawan yang akan di PHK itu sudah mempersiapkan diri. Tapi hal ini tidak dilakukan oleh perusahaan di Indonesia, jelasnya.

Karena itu, untuk menghadapi gelombang PHK yang diprediksi akan meningkat tajam tersebut, BLK Dinas Nakertrans DKI telah menyiapkan pelatihan wirausaha bagi para korban PHK. Sebab, pada umumnya korban PHK adalah karyawan berusia di atas 30 tahun, yang diperkirakan akan sulit untuk mencari lapangan kerja baru. "Makanya Dinas Nakertrans DKI, melalui BLK ini, memberikan pelatihan tersebut. Mereka diajari bagaimana cara berwirausaha yang baik. Sehingga tetap bisa bertahan hidup," ungkapnya.

Dan saat ini, BLK DKI telah berhasil membimbing 800 orang untuk membuka usaha.Mereka adalah korban PHK yang telah dibina oleh Dinas Nakertrans melalui pelatihan-pelatihan.Sulit memang mengubah pola pikir mereka dari semula sebagai pihak penerima gaji kini harus diubah sebagai pihak pemberi gaji.Rilnya adalah mereka dilatih menjadi manusia berjiwa pengusaha, tukasnya.

16. SOREANG,(GM)-Jumlah angka pemutusan hubungan kerja (PHK) di Kab. Bandung cenderung terus meningkat.Kalau pada 2005 berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kab.Bandung hanya 715 kasus, maka pada 2009 mencapai 3.731 kasus.

Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Syarat Kerja (Kabid Hubin Syaker) Disnaker Kab. Bandung, Moch. Soleh mengatakan, kecenderungan tersebut terlihat menonjol sejak tahun 2007 yang mencapai 1.508 kasus dan puncaknya di tahun 2009.

Penyebabnya banyak hal.Ada yang menyangkut hak-hak normatif pekerja seperti upah, uang lembur, dan menyangkut uang kesejahteraan lainnya yang tidak dipenuhi perusahaan.Tapi di sisi lain, bisa jadi hal itu juga berkaitan dengan kondisi perusahaan bersangkutan yang sedang lesu, ungkap Soleh yang ditemui GM di ruang kerjanya, kompleks perkantoran Pemkab Bandung di Soreang, Selasa (27/7).

Ditanya kaitan meningkatnya angka PHK dengan penyebab adanya kelesuan usaha, Soleh mengaku pihaknya tidak melakukan analisis sampai sedalam itu. Namun menurutnya, jika bicara kemungkinan, bisa saja ada kaitannya dengan dampak mulai penurunannya bea masuk barangbarang produk Cina setelah disepakatinya perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Seperti diketahui, setelah Indonesia ikut menandatangani perjanjian tersebut, bea masuk

barang-barang produk Cina menurun dari 20% dalam kurun waktu beberapa tahun hingga nol persen di tahun 2010.

Mengenai data jumlah yang di PHK, menurut Soleh, diperoleh dari kasus perelisihan yang ditangani Disnaker pada periode tersebut.Dari kasus perselisihan industrial tersebut, menurutnya, juga dapat diketahui jumlah perusahaan yang memiliki konflik hubungan industrial dengan karyawannya.

Adapun jumlah karyawan yang terkena PHK pada 2005 yaitu 715 kasus, 705 kasus (2006), 1.508 kasus (2007), 2.070 kasus (2008), dan 3.731 kasus (2009). Dari data tersebut jelas terlihat, dari 2006 ke 2007 peningkatannya cukup signifikan, dan begitu pula kecenderungan yang terjadi dari tahun 2008 ke tahun 2009. Ya memang kalau dilihat dari jumlah karyawan yang terkena PHK, itu cenderung naik tajam, ungkapnya.

Ditanya kasus PHK 2010, menurut Soleh, pihaknya belum melakukan pendataan lengkap.Hanya jika melihat laporan data hingga Juni, tercatat 16 kasus PHK. Namun jika melihat perkembangan perselisihan hubungan industrial yang terjadi pada 2010 yang masuk ke Disnaker, diakuinya, di antaranya ada 106 kasus PHK yang masih dalam penyelesaian di tingkat tripartit dan beberapa kasus lainnya.

Ditanya dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang mulai diberlakukan 1 Juli 2010 terhadap dunia kerja, Soleh mengaku pihaknya belum bisa memprediksi. Karena menurutnya dampak TDL baru akan terlihat dalam dua atau tiga bulan ke depan. Karena diakuinya, pasca diberlakukannya TDL, kalangan industri sempat mengeluhkan kekhawatirannya.

Karena dampak kenaikan TDL, pasti akan berpengaruh kepada biaya produksi perusahaan bersangkutan.Disnaker memang pernah menerima keluhan dari para pengusaha maupun tenaga kerja yang juga akan terkena dampaknya yaitu seperti terjadinya PHK, papar Soleh.

Dikatakan Soleh, terkait masalah tersebut, pihaknya melakukan sosialisasi kepada kalangan pengusaha maupun karyawan, agar semaksimal mungkin bisa menghindari PHK. Pihak perusahaan sendiri kemungkinan melakukan upaya efisiensi seperti pengurangan jam kerja dan lembur, menurutnya hal itu sangat wajar.

Sementara itu, jika dilihat dari jumlah perusahan yang mengalami konflik hubungan industrial sehingga terjadinya perselisihan hubungan industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja (PHK), dalam kurun tersebut cenderung turun. Pada tahun 2005 sebanyak 645 perusahaan, 268 perusahaan (2006), 156 perusahaan (2007), 63 perusahaan (2008) dan 69 perusahaan (2009).

Prihatin

Menanggapi kecenderungan naiknya angka PHK, Ketua Komisi D DPRD Kab.Bandung, Arifin Sobari mengatakan, hal itu harusnya menjadi keprihatinan dewan sebagai dampak global ACFTA.Karena itu menurutnya, Pemkab Bandung harus segera melakukan langkah konkret, seperti membangun balai latihan kerja daerah (BLKD) dan mengembangkan home industry.

Kab.Bandung belum punya BLKD, karena itu sebagai langkah konkret menjawab persoalan tersebut, segera bangun BLKD, katanya sambil menambahkan, pihak Disnaker juga harus lebih maksimal melakukan pengawasan dengan menambah jumlah pengawas lapangan yang selama ini sangat kurang. (B.35)**

17. VIVAnews - Akibat krisis keuangan global membuat sejumlah perusahaan di DKI Jakarta terpuruk. Akhir 2009 mendatang, angka kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) di DKI Jakarta diperkirakan bakal mencapai 42.804 orang.

Angka tersebut meningkat 200 persen dari kasus PHK bulan November 2008 sebanyak 14.268 tenaga kerja.

PHK ini terjadi pada perusahaan industri otomotif, suku cadang, dan elektronik.Sebab, perusahaanperusahaan sektor ini sebagian besar sangat bergantung pada kondisi pasar luar negeri.

Apabila pangsa pasarnya lesu, tentunya kegiatan ekspor akan menurun. Hal ini berdampak kegiatan produksi dan akhirnya berimbas pada kasus PHK.

"Kondisi seperti ini tentu akan berujung pada macetnya pembayaran gaji karyawan dan berdampak pada PHK," kata Dwi Oentoro, Kepala Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta.

Umumnya korban PHK adalah karyawan berusia di atas 30 tahun, yang diperkirakan akan sulit untuk mencari lapangan kerja baru. Makanya Dinas Nakertrans DKI, melalui BLK ini, memberikan pelatihan tersebut.

Saat ini, BLK DKI telah berhasil membimbing 800 orang untuk membuka usaha.

18. PANGKALPINANG, MINGGU Sebanyak 2.000 orang buruh di sembilan perusahaan smelter (peleburan bijih timah) di bawah konsorsium PT Bangka Belitung Timah Sejahtera (BBTS) tetap menerima gaji meski mereka tidak bekerja karena perusahaan berhenti beroperasi sejak harga timah anjlok di pasar dunia akhir Agustus 2008.

Komisaris PT BBTS Ismiryadi di Pangkalpinang, Minggu (9/11), menjelaskan, semua hak-hak buruh tetap diberikan, seperti gaji sesuai ketentuan upah minimum kota Rp 1,2 juta dan tunjangan lain, kecuali uang lembur memang tidak dapat karena perusahaan tidak beroperasi.

"Semua buruh dan karyawan tidak ada yang minta berhenti bekerja atau diberhentikan karena perusahaan masih mampu memenuhi hak-hak mereka sambil menunggu harga timah naik secara normal yang diperkirakan Januari," ujarnya.

Ia menjelaskan, bagi karyawan administrasi atau tenaga ahli yang pada hari-hari biasa sangat sulit untuk mendpatkan cuti atau libur, kesempatan sekarang digunakan untuk cuti mengurus urusan pribadi atau keluarganya, sementara gaji tetap dibayar lunas.

Menurut dia, kebijakan perusahaan smelter mempertahankan semua buruh dan karyawan saat perusahaan tidak lagi beroperasi sementara waktu karena sangat sulit mendapatkan tenaga yang memiliki kemampuan dan keberanian bekerja di industri smelter dengan tingkat tantangannya yang besar.

"Ada bagian-bagian pekerjaan tertentu yang sangat rumit dan membahayakan kesehatan buruh atau bekerja, terutama selama proses pembakaran bijih timah menjadi balok timah yang menggunakan zat-zat kimia dan karbon," ujarnya.

Ketua DPD Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Bangka Belitung Darusman Aswan mengakui, tidak ada kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri smelter."Tidak ada kasus PHK.Perusahaan smelter tetap mempertahankan buruh (pekerjanya) dan membayar hak-hak pekerja sesuai ketentuan perundang-undangan meski mereka tidak bekerja karena perusahaan smelter berhenti beroperasi," ujar Darusman Aswan.

19. SIAK Fatolase Daeli, korban sepihak PT.AIP yang telah bekerja sekitar 8 tahun diperusahaan tersebut merasa disepelekan oleh pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Siak. Pasalnya, sejak kasus PHK sepihak tersebut digulirkan melalui Lsm.Realita namun ternyata hingga kini tidak ada tanggapan dari pihak Disnaker untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.

Menurut Koordinator Bidang Tenaga Kerja Lsm.Realita Satiaro kepada wartawan media ini, kasus PHK sepihak karyawan PT.AIP tersebut telah dilaporkan kepada Dinas Tenaga Kerja pada Selasa (5/5) lalu.

Sudah kita laporkan sejak satu bulan lalu ke Dinas Tenaga Kerja melalui Kepala Bidang Perselisihan Hubungan Industri, bapak Saipudin, ujar Satiaro, Jumat (5/6).

Dijelaskan, sebagai wakil dari korban, dirinya meminta pihak perusahaan melalui Disnaker untuk segera menyelesaikan segala tanggung jawab dan kewajiban perusahaan kepada korban PHK.Namun, hingga satu bulan permasalahan tersebut digulirkan, ternyata belum ada tanda tanda penyelesaian dari pihak Disnaker.

Saipudin sendiri saat dikonfirmasi melalui HP mengatakan bahwa permasalahan tersebut telah diserahkan kepada pegawai perantara pada Disnaker yakni Suprapto.Sayangnya, saat dihubungi, Suprapto mengaku belum menerima kasus PHK tersebut dari Kabid PHI.

Saya belum ada menerima surat terkait kasus PHK sepihak oleh PT.AIP atas nama karyawan Fatolase Daeli, bantah Suprapto.

Seperti diketahui, Fatolase Daeli diPHK perusahan tempatnya bekerja, PT.AIP karena telah mengambil cuti tambahan diluar persetujuan pihak perusahaan.

Saat itu, korban masih memiliki sisa cuti tahunan selama 3 hari.Korban yang pulang ke Medan untuk menjenguk saudaranya yang sakit meminta ijin kepada atasannya untuk menambah ijin cuti.Namun ijin cuti yang diharapkan tidak diberikan.

Karena saudaranya yang sakit masih belum dapat ditinggal, korban akhirnya tetap tidak masuk kerja dan baru pulang setelah 8 hari berselang dari ijin cuti yang diberikan.

Atas tindakan ini, korban pada 23 Desember 2008 mendapatkan surat peringatan (SP) I hingga SP III secara bersamaan sekaligus surat PHK yang ditanda tangani oleh Asisten Div.I PT.AIP. Satzega

20. Fenomena PHK Massal Oleh Eko Setio Budi Selasa, 27 Desember 2005> Sebagaimana banyak dikhawatirkan sejumlah kalangan, salah satu dampak kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) adalah meningkatnya angka pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh dunia usaha. Kalau data Depnakertrans per November 2005 menunjukkan PHK yang terjadi setelah kenaikan harga BBM sebanyak 109.000 karyawan, pada bulan-bulan terakhir hingga memasuki tahun 2006 dapat dipastikan jumlah PHK massal akan lebih besar lagi.

Seperti dilaporkan media massa, PT Indofood berencana mem-PHK sekitar 4.000 karyawannya sebagai langkah efisiensi sekaligus untuk menekan biaya produksi demi kelangsungan hidup perusahaan.Kenaikan harga BBM memicu tingginya biaya produksi dunia industri dan berimbas pada melonjaknya tingkat inflasi dan suku bunga bank.

Kondisi ini memicu pula maraknya aksi unjuk rasa buruh di berbagai daerah yang menuntut kenaikan upah minimum kabupaten/kota (UMK) maupun upah minimun provinsi (UMP).Kaum buruh menilai UMK/UMP sudah tidak layak lagi untuk mencukupi kebutuhan keseharian mereka sehingga perlu dinaikkan secara layak.

Kedua fenomena di atas merupakan hal yang kontradiktif dalam dunia ketenagakerjaan Indonesia.Hal ini menjadi amat menarik karena sektor industri makanan, seperti PT Indofood biasanya merupakan sektor yang memiliki kecenderungan melakukan rasionalisasi atas karyawannya setelah sektor-sektor industri lainnya terlebih dahulu melakukannya.Masalahnya, industri makanan adalah sektor yang tidak tersubstitusi.Apalagi, sektor industri yang memroduksi mie instant.

Kenaikan harga BBM telah mendorong inflasi yang sangat tinggi, bahkan sudah mendekati angka dua digit. Di sisi lain hal ini juga mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Apalagi, harga beras dalam negeri cenderung mengalami kenaikan, akibat tersendatnya pasokan (baik impor maupun dalam negeri).Artinya, untuk mengompensasi kebutuhan makanan akibat kenaikan harga beras dan penurunan daya beli, konsumsi mie instan bisa menjadi alternatif sebagai akibat dari pergeseran konsumsi masyarakat dari beras ke mie instan. Sementara harga mie instan sendiri di pasar justru mengalami penurunan akibat tingginya tingkat persaingan antar-industri mie instan rendahnya harga bahan baku (terigu) karena pasokan impor terigu yang relatif tinggi dengan harga yang relatif lebih rendah.

Dus, kasus PHK massal di Indofood terjadi tak terlepas karena kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung mengalami penurunan.Selain itu, faktor-faktor lain memiliki kontribusi yang tinggi atas keputusan mem-PHK karyawannya.

Pertama, sektor riil adalah sektor yang selama ini banyak melakukan penyerapan tenaga kerja, khususnya pada subsektor manufaktur dan agrikultur.Tetapi, proteksi pemerintah terhadap kedua sektor ini amat kuat dan berdurasi waktu lama (long term).Sebagai contoh adalah proteksi atas kebijakan harga energi, baik listrik maupun BBM sektor industri yang harganya lebih tinggi daripada yang dikenakan pada kelompok masyarakat rumah tangga.Belum lagi, terkait dengan pajak industri. Proteksi yang demikian akan mengakibatkan penurunan produktivitas modal serta daya saing di pasar internasional. Keadaan ini bukan tidak mungkin akan mendorong terus terjadinya PHK di Indonesia dalam kapasitas yang akan terus meningkat.

Kedua, proteksi besar-besaran terhadap sektor pertanian, khususnya subsektor pertanian pangan telah mendorong pelarian tenaga kerja sektor pertanian ke sektor industri dan pelarian tenaga kerja dari pedesaan ke perkotaan. Menurut Arthur Lewis dalam Arthur Lewis Dual Model, dalam jangka panjang hal tersebut akan mendorong kenaikan produktivitas tenaga kerja pada tingkat upah yang sama. Namun ternyata, sampai sekarang ini tidak terjadi.Hal ini kemungkinan disebabkan oleh keengganan tenaga kerja sektor industri kembali bekerja di sektor pertanian setelah mengalami PHK.Mereka cenderung memilih sektor informal dengan jenis pekerjaan baru sebagai pedagang kakilima, dan lain-lain.

Ketiga, sikap semakin pesimis masyarakat dalam menatap masa depan perekonomian nasional, yang ditunjukkan dari fakta rendahnya indeks persepsi, baik bisnis maupun konsumen. Berdasarkan data BPS (2005), pada kuartal kedua sampai ketiga tahun 2005, angka indeks tendensi konsumen sebesar 98,68 sedangkan indeks tendensi bisnis (106,31). Melihat angka tersebut, bukan tidak mungkin akan terjadi pelarian modal ke luar negeri dalam skala besar sebagai akibat ketidakjelasan (baca: suramnya) masa depan perekonomian nasional. Kalau dunia investasi Indonesia terancam, dapat dipastikan akan memicu terjadinya PHK massal besar-besaran.

Keempat, sejak krisis ekonomi 1997, kebijakan pemerintah lebih banyak diorientasikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Padahal di tengah krisis, pertumbuhan ekonomi banyak

disumbang oleh sektor konsumsi dan informal.Kebijakan memacu pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan pendekatan klasik dan konvensional, mendorong terciptanya stabilitas untuk merangsang investasi, khususnya investasi portofolio lewat pengendalian nilai tukar dan tingkat suku bunga.Kalau mau jujur, kontribusi stabilisasi nilai tukar dan suku bunga relatif kecil terhadap pendapatan per kapita.Bahkan cenderung negatif untuk tujuan penyerapan tenaga kerja, khususnya di sektor agrikultur dan manufaktur.

Keempat hal di atas, jika tidak segera direspon secara positif bukan tidak mungkin akan mendorong terjadinya PHK berskala besar di tahun 2006 dan beberapa tahun ke depan. Para pekerja korban PHK massal yang memiliki spesialisasi kemungkinan akan terjebak melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak diperlukan. Mereka bisa terkonsentrasi di lokasi-lokasi tertentu, sehingga semakin mempersulit untuk mendapatkan pekerjaan secara lokal.

Yang mesti ditekankan pemerintah sekarang ini adalah menggeser orientasi untuk memberikan kepastian kondisi perekonomian Indonesia dalam jangka panjang. Ini penting sebagai upaya menghindari adanya PHK dan meningkatkan pendapatan per kapita serta mendorong adanya kesempatan kerja bagi para pekerja baru yang setiap hari bertambah sekitar 2,5 juta jiwa.

Hal ini equivalen dengan temuan World Bank dalam World Development Report 2005 bahwa di beberapa negara berpendapatan rendah seperti Indonesia, tingkat upah minimum mendekati atau lebih dari pendapatan per kapita rata-rata. Dengan tingkat pendapatan ini, banyak perusahaan swasta, khususnya kelompok perusahaan yang aktivitas teknologinya rendah, sulit memenuhinya. Akibatnya, kelompok masyarakat miskin akan tetap bekerja pada sektor informal dengan pendapatan hanya sebagian kecil dari tingkat upah minimun yang telah ditetapkan. ***

21. Pekalongan Sebanyak 40 buruh perusahaan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah selama Januari hingga Mei 2011 mengalami pemutusan hubungan kerja karena terjadi penurunan produksi dari sejumlah pabrik itu.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Pekalongan, Budiyanto di Pekalongan, Senin, mengatakan pemutusan hubungan kerja sebagia besar dilakukan oleh perusahaan handicraf sebanyak 37 orang.

Perusahaan terpaksa melakukan PHK karena produksi terus menurun terkait dengan kondisi pasar lesu dan kemungkinan kenaikan bahan baku, katanya.

Ia mengatakan sejumlah perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja, yaitu PT Candi Putra Makmur, PT BPR Sejahtera Artha, dan Hotel Nirwana.

Namun, pemutusan hubungan kerja terhadap para karyawan ini tidak sampai menimbulkan gejolak karena perusahaan sudah dapat menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan undangundang ketengakerjaan, katanya.

Selama 2010, katanya, Dinsosnakertrans telah menerima 17 kasus PHK dengan jumlah pekerja mencapai 39 orang.

Sekretaris Serikat Pekerja Nasional Kota Pekalongan, Budhi Pratomo mengatakan penyebab maraknya pemutusan hubungan kerja ini karena dua faktor, yaitu diberlakukanya sistem outsourching dan tenaga kontrak serta akibat kondisi pasar lesu.

Namun, kami lebih condong menilai penyebab pemutusan hubungan kerja itu akibat adanya sistem outsourcing.Kenyataan di lapangan, banyak buruh yang menjadi korban PHK oleh perusahaan dengan tujuan pemilik industri bisa mendapatkan tenaga kerja baru untuk mengganti tenaga buruh yang lama, katanya. (ANTARA News)

22. Timika, Papua (ANTARA News) - Sejumlah perusahaan swasta yang merupakan perusahaan kontraktor di lingkungan PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kabupaten Mimika, Papua sejak akhir Desember lalu mulai melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para karyawannya.

Menurut data yang dihimpun ANTARA di Timika, Senin, perusahaan-perusahaan yang telah memPHK karyawannya tersebut seperti PT Pangansari Mitra Industri Ternak (PMIT), PT Pontil Indonesia, PT Sandvic serta PTFI sendiri. Total karyawan yang di-PHK sudah mencapai ratusan orang, dengan perincian PT PMIT 42 orang, PT Pontil 103 orang, PT Sandvic 15 orang dan PTFI 75 orang.

Ketua Dewan Pengurus Cabang Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi dan Pertambangan (DPC FSP-KEP) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kabupaten Mimika, Agus Kreey SSos kepada ANTARA di Timika, Senin mengatakan keputusan mem-PHK ratusan karyawan tersebut merupakan dampak dari krisis ekonomi global.

Sehubungan dengan itu, DPC SPSI Mimika akan menyurati Pemerintah dan DPRD Mimika, Dinas Permukiman dan Tenaga Kerja (Diskimnaker) serta perusahaan yang mem-PHK karyawannya guna mencari solusi untuk meminimalisir kasus PHK karyawan.

Menurut Kreey, keputusan melakukan PHK karyawan merupakan alternatif terakhir jika memang kondisi perusahaan sudah tidak mungkin lagi mempekerjakan karyawan karena dilanda krisis keuangan. Namun demikian, proses PHK karyawan harus memenuhi ketentuan surat edaran Menteri Tenaga Kerja tahun 2004 dan pasal 151 UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Masih menurut Kreey, DPC SPSI Mimika juga akan memberikan sejumlah solusi untuk menghindari terjadinya PHK karyawan seperti melakukan efisiensi material cost sebelum melakukan efisiensi manpower cost. Solusi lainnya berupa menawarkan schedule kerja dan pengurangan jam kerja.

Sementara itu PT PMIT pada akhir Desember lalu telah mem-PHK 42 orang karyawannya dari total karyawan sebanyak lebih dari 100 orang. Perusahaan yang menangani pemotongan ternak sapi untuk dipasok ke PT Pangansari Utama itu telah memberikan pesangon kepada karyawan yang terkena PHK dengan total lebih dari Rp 1 miliar.

Kondisi serupa dialami PT Pontil Indonesia yang terpaksa memberhentikan 103 karyawan dari total 300 orang karyawannya yang berstatus Karyawan Kontrak Waktu Tertentu (KKWT). PT Pontil Indonesia merupakan kontraktor PTFI yang menangani pekerjaan eksplorasi dan eksploitasi tambang bawah tanah (underground).

Human and Industrial Relations PT Pontil Indonesia, Boy Santoso mengatakan perusahaannya telah membayarkan pesangon seluruh karyawan yang terkena PHK dengan total dana pesangon yang dibayarkan sebesar Rp 1,5 miliar. Uang pesangon yang diberikan kepada karyawan yang terkena PHK bervariasi disesuikan dengan masa kerja yang bersangkutan dengan kisaran minimal Rp 25 juta.

Menurut informasi yang dihimpun ANTARA di Timika, kasus PHK karyawan perusahaan kontraktor di lingkungan PTFI di Kabupaten Mimika, Papua akan terus berlangsung selama tahun 2009 seiring dengan krisis ekonomi global yang memicu anjloknya harga tembaga di pasaran dunia. Sejumlah perusahaan yang berencana melakukan pengurangan karyawannya seperti PT Redpat, PT Srikandi, PT Pangansari Utama dan lainnya.(*)

23. Jambi ( Berita ) : Masalah pemutusan hubungan kerja (PHK) mendominasi masalah atau kasus yang dialami para buruh di Provinsi Jambi selama tiga tahun terakhir.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi, Drs Haris Rachim mengungkapkan di Jambi, Selasa (1/05), bertepatan dengan hari buruh sedunia 1 Mai 2007, akan ada reaksi dari buruh yang ingin menyampaikan aspirasi mereka, termasuk di Jambi.

Khusus di Jambi masalah perburuhan yang terjadi didominasi kasus PHK, akibat perusahaan tempat mereka bekerja tidak gulung tikar karena kekurangan bahan baku.

Perusahaan yang gulung tikar dan memberhentikan pekerjanya itu, hampir semuanya industri plywood dan kayu olahan, yang tidak lagi mendapat pasokan bahan baku.

Namun kasus PHK itu semuanya dapat diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan gejolak, karena pihak perusahaan membayar pesangon sesuai ketentuan yang berlaku.

Akibat PHK itu, sekitar 30 ribu buruh telah diberhentikan dalam kurun tiga tahun terakhir, namun pemerintah terus berupaya agar mereka kembali mendapatkan pekerjaan.

Pemerintah Provinsi Jambi melalui program patin jambal dengan memanfaatkan sungai Batanghari, memprioritaskan korban PHK itu sebagai tengaa kerja atau pengelolanya.

Sebagian besar korban PHK itu juga bermukim di sepanjang daerah aliran sungai (DAS), tempat industri mereka bekerja sebelumnya yang juga terletak di pinggir sungai, kata Haris Rachim. (ant)

24. Bandung, 17/7 (ANTARA) - Sebanyak 3.945 karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja di kawasan industri Sumedang dan Bandung mendapat santunan jaminan hari tua yang disalurkan oleh PT Jamsostek cabang Majalaya - Bandung.

"Jumlah penyelesaian klaim jaminan hari tua (JHT) pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) pada semester pertama 2010 mencapai 3.945 kasus dengan total klaim mencapai Rp18,6 miliar," kata Kepala PT Jamsostek Cabang Majalaya Bongky SA di Bandung, Sabtu .

Menurut Bongky, klaim JHT selalu menempati nilai tertinggi pada setiap tahunnya. JHT diberikan kepada karyawan yang telah mendapat hak pertanggungan yakni menjalani kepesertaan Jamsostek selama lima tahun.

Sementara itu nilai tanggungan atau klaim yang dibayarkan oleh PT Jamsostek di wilayah Sumedang dan Bandung mencapai Rp23,1 miliar.

Selain program jaminan hari tua, klaim juga dibayarkan untuk program jaminan pelayanan kesehatan (JPK) pada Januari - Juni 2010 sebesar Rp2,1 miliar, kemudian jaminan kematian (JKm) senilai Rp956 juta.

Program jaminan kecelakaan kerja pada semester pertama terjadi 432 kasus dengan total pertanggungan atau klaim senilai Rp1,38 miliar.

"Pelayanan selain dilakukan di kantor cabang, kami juga melakukan layanan sistem jemput bola, termasuk dalam penarikan iuran bulanan," kata Bongky SA.

Lebih lanjut, Kepala PT Jamsostek cabang Majalaya itu menyebutkan, jumlah perusahaan peserta Jamsostek di wilayah Sumedang dan Kabupaten Bandung mencapai 913 perusahaan, namun 604 perusahaan yang menjadi peserta aktif. Sisanya non aktif, namun masih tercatat dalam kepersertaan di Jamsostek.

"Peserta Jamsostek sendiri totalnya mencapai 74.246 orang.Sedangkan 130 ribuan peserta non aktif. Kami terus mengajak para pekerja menjadi peserta Jamsostek baik melalui serikat pekerja maupun para pengusaha di kantong-kantong industri," kata Bongky SA menambahkan.***2***

25. PHK di Tangerang Capai 15.000 Buruh 29 Sep 2010 | Nasional Pelita, Kabupaten, Tangerang Puluhan buruh dari PT Sejin, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang yang memproduksi metal press beserta PT Astor, Kecamatan Legok, Selasa (28/91, berunjukrasa di halaman Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Tangerang, di Cikokol, Tangerang.

Dalam aksinya, para buruh menuntut kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak oleh manajemen perusahaannya masing-masing, agar mendapat penanganan adil.

Salah satu mantan staf Bottom Plan yang juga anggota Serikat Buruh Nusantara (SBN) PT Sejin, Widyasari mengatakan, pihaknya menjadi salah satu dari 25 buruh yang di-PHK sepihak oleh perusahaan. Mereka mendesak Disnakertrans untuk menyelesaikan persoalan yang merugikan buruh ini.

Menanggapi adanya aksi itu, Kabid Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Pekerja Disnakertrans Kabupaten Tangerang Monang Panjaitan mengatakan, pihaknya masih memproses keluhan buruh secara bipartid.

Sementara itu Monang menjelaskan, sebanyak 84 kasus PHK terhadap 15.000 buruh di sejumlah industri mulai terjadi sejak awal Agustus 2010.Penyebab utamanya, karena tidak sehatnya manajemen perusahaan, pailit hingga terjadinya kebangkrutan.

Monang menambahkan, dari jumlah tersebut, 54 kasus kesepakatan bersama dan 27 kasus anjuran, sementara sisanya merupakan kasus usaha perorangan.

Kasus PHK terbaru dua perusahaan PT Gemilang Selaras mem-PHK 924 karyawannya, PT Tridinamika Makmur 233 pekerja. Sedangkan PT Bintang Lima yang sedang mengalami kesulitan keuangan akan PHK ratusan pegawainya, (edd/4)

26. Kasus PHK Karyawan Bakrie Life : Pemerintah Larang Pesangon Dibayar Pakai Surat Utang Jakarta - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) melarang perusahaan membayarkan pesangon melalui instrumen surat utang. Sesuai aturan, pesangon harus dibayarkan secara tunai dan dalam jumlah yang penuh.

Hal ini disampaikan oleh Dirjen Pembinaan Hubungan Industri dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kemenakertrans Myra M. Hanartani kepada detikFinance, Kamis (19/5/2011).

"Kalau pesangon harus cash kontan, namanya juga pesangon, harus sekaligus dan cash," tegas Myra.

Myra mengaku belum mendapat laporan terkait kasus eks karyawan Bakrie Life yang mengajukan gugatan ke pengadilan hubungan industrial Jakarta.Namun kata dia, langkah yang sudah dilakukan oleh eks karyawan Bakrie Life tersebut sudah tepat."Saya kira memang pantas ke sana," katanya.

Menurutnya jika memang sistem pembayaran pesangon yang dilakukan manajemen Bakrie Life memakai surat utang, maka itu sudah menyalahi ketentuan. Meskipun ia mengakui dalam beberapa kasus pesangon dibayarkan tidak penuh karena alasan keuangan perusahaan namun tetap dalam koridor pembayaran secara tunai dan disepakati oleh karyawan.

"Memang kadang-kadang ada niat membayar dari perusahaan dengan cara dihutang, yaitu dibayar separuh ada juga. Kalau prinsip kita begitu ada PHK, pesangon dibayar tunai ketika kesepakatan jatuh," tegasnya.

Dikatakannya, dalam kasus Bakrie Life, masalah pembayaran pesangon dengan surat utang selain melanggar ketentuan juga tak memberikan kepastian kepada karyawan yang di PHK. Mengingat pesangon bertujuan untuk menopang kebutuhan ekonomi jangka pendek bagi karyawan yang di PHK.

"Kalau surat utang jatuh temponya 10 tahun bagaimana?bagaimana dengan sangu karyawan," katanya.

Seperti diketahui PT Asuransi Jiwa Bakrie atau Bakrie Life melakukan PHK secara sepihak terhadap sejumlah karyawannya. PHK itu juga menyalahi aturan karena pembayaran pesangonnya memakai surat utang.

"Bakrie Life melakukan PHK sepihak kepada para karyawannya dengan iming-iming pembayaran uang pesangon dan hak-hak lain yang seharusnya diterima dengan suatu surat utang (MSN)," ujar Redynal Saat, kuasa hukum dari Forum karyawan Bakrie Life Menggugat (FKBLM).

Redynal mewakili 17 karyawan Bakrie Life mulai dari level staf hingga vice president (VP) akhirnya mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial Jakarta pada Rabu (18/5/2011). Para karyawan tersebut memiliki masa kerja 5 hingga 20 tahun di Bakrie Life.

Dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, masalah pesangon diatur diantaranya pada pasal 156.Pada ayat (1) disebutkan alam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. (wdo/dnl)

27. Ribuan Orang Sudah Di-PHK JAKARTA -- Ribuan pekerja dilaporkan sudah menerima pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak beberapa pekan lalu. Bahkan, kata Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman seluruh Indonesia (GAPMMI), Thomas Dharmawan, jumlah itu bisa lebih banyak mengingat ada beberapa perusahaan yang tidak melaporkan tindakan PHK kepada pemerintah maupun asosiasi.

Thomas mencontohkan kasus PHK di PT Suba Indah di Cilegon, Banten.Perusahaan yang bergerak di sektor pengolahan tepung jagung itu, jelasnya, terpaksa tutup dan mem-PHK 300 orang pekerjanya karena beban produksi sangat tinggi. ''Bahan bakunya impor, sementara bea masuk impor jagung naik sepuluh persen,'' jelas Thomas di Jakarta, Jumat (21/10). Perusahaan itu baru berdiri dua tahun lalu dengan investasi Rp 800 miliar.

Dari catatan GAPMMI, di sejumlah perusahaan krupuk di Jawa Barat, ada 13 ribu pekerja dirumahkan perusahaannya akibat kesulitan mendapatkan bahan baku. Kalaupun ada, harga bahan baku sudah naik mengikuti kenaikan harga BBM dan transportasi.

Menakertrans Fahmi Idris mengatakan sedikitnya satu juta orang akan di-PHK menjelang Lebaran 2005 ini. Mereka berasal dari industri tekstil, furnitur dan mebel, serta makanan dan minuman. Pada sisi lain, Menko Perekonomian, Aburizal Bakrie, tetap bersikeras bahwa ekonomi sangat baik meskipun jumlah orang di-PHK banyak, pengangguran meningkat, dan angka orang miskin membengkak sejak pemerintahan ini terbentuk.

Ratusan ribu buruh tekstil di Jawa Barat saat ini juga sedang menghadapi ancaman PHK. Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan (API) Jawa Barat, Ade Sudrajat, mengatakan PHK karyawan sudah tidak bisa dihindarkan mengingat biaya produksi yang naik tapi penjualan tekstil Indonesia kurang bisa bersaing dengan negara lain.

Diperkirakan, sampai saat ini dari 250 industri tekstil yang ada di Jawa Barat, hanya 60 persen yang bisa bertahan.Itu artinya sekitar 100 perusahaan tidak bisa bertahan. ''Masing-masing perusahaan menyerap seribu tenaga kerja, dan kalau ada 100 yang tidak bisa bertahan, sekitar 100 ribu orang terancam di PHK,'' ujar Ade.

28. BANDUNG (Suara Karya): Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Nana Supriatna mengatakan, pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun 2006 akan terus terjadi dan jumlahnya akan semakin banyak.

"Variabel atas indikasi tingginya kasus PHK dapat dilihat antara lain dari semakin tingginya suku bunga, naiknya harga BBM beberapa bulan lalu, rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL)," katanya di Bandung, Senin.

Selain itu, kata dia, tingkat kompetisi pencari kerja yang semakin ketat, biaya produksi yang semakin tinggi, terus naiknya upah minimum kota (UMK) dan semakin banyaknya komoditi sejenis yang diimpor dari luar negeri mengakibatkan produk lokal semakin kalah saingan.

Ia mencontohkan kondisi itu dengan semakin banyaknya produk tekstil impor dari negara China, Korea dan Singapura.

Disebutkannya bahwa sampai akhir bulan Januari 2006 tercatat 5.023 kasus PHK yang dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.Jumlah itu, menurut dia, hanya yang dilaporkan sehingga kemungkinan masih lebih banyak lagi, karena biasanya untuk beberapa kasus PHK tidak dilaporkan ke Disnaker.PHK itu, menurut dia, terjadi di pabrik tekstil di wilayah Bandung Timur. Nana Supriatna mengatakan, prakiraan akan semakin tingginya PHK itu dilihat dari 10 perusahaan yang saat ini sedang melakukan proses PHK di Disnaker Kota Bandung.

Dari jumlah tersebut, ada yang bisa diselesaikan dengan baik, ada yang masih berproses."Ada yang selesai dan ada juga yang mungkin tidak.Jumlah karyawannya bervariasi antara 300 hingga 500 orang, jadi perkiraannya angka PHK akan bertambah 5.000 lagi," katanya.

Setiap bulannya, seperti dikutip Antara, Disnaker Kota Bandung menerima 30 hingga 35 kasus ketenaga kerjaan, dari jumlah tersebut 75 persen bisa diselesaikan di tingkat Disnaker Kota Bandung, sisanya dibawa ke Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) atau ke pusat (P4P) dan bahkan ada yang harus ke pengadilan negeri (PN).

Kasus yang masuk kebanyakan mempersoalkan hak-hak normatif pekerja. Angka pengangguran di Kota Bandung sendiri diprakirakan saat ini telah mencapai 199.994 orang, sementara lowongan kerja pada tahun 2006 tidak banyak tersedia. (Agus Dinar)