1
Tugas Kelompok
Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Studi Kasus
For Companies Both Big and Small: Running a Business on Smartphones
Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc,CS
Sova Lusian (P056121991.50)
Windi Dhita
MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
2
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 3
1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................... 4
2.1 Sistem Informasi Manajemen ....................................................................................... 4
2.2 E-commerce dan E-bussines ......................................................................................... 5
2.3 Strategi Bisnis ............................................................................................................... 6
BAB III STUDI KASUS ................................................................................................... 9
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................................ 14
BAB V DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Komponen Sistem Informasi ............................................................................ 4
Gambar 2. Strategi Kompetitif Michael Porter ................................................................... 6
Gambar 3. Tracking pada JNE .......................................................................................... 16
Gambar 4. E toll pass ........................................................................................................ 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem informasi bukan hanya sebagai satu set teknologi secara teknis seperti
pengertian secara umum yaitu suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data,
termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
menghasilkan informasi yang berkualitas tapi juga saat ini sistem informasi dapat
mendukung operasi bisnis agar lebih efisien, workgroup dan membuat kolaborasi
perusahaan, atau efektif keputusan bisnis. Selain dapat mendukung proses dasar dari
sebuah organisasi, informasi teknologi juga dapat mengubah cara bisnis bersaing. Saat
ini perusahaan dapat memanfaatkan informasi sebagai suatu sistem strategis, yaitu
sebagai jaringan kompetitif penting, sebagai sarana pembaharuan organisasi, dan sebagai
investasi yang diperlukan dalam teknologi, teknologi tersebut membantu perusahaan
menjalankan strategi dan proses bisnis yang memungkinkannya berhasil dalam
lingkungan bisnis yang dinamis saat ini.
Konsep strategi bersaing dasar yang mendasari penggunaan strategis sistem informasi
banyak terdapat dalam teori yang ada, pemilihan strategi yang tepat akan membuat sistem
informasi yang digunakan akan dengan optimal membantu perusahaan dalam pencapaian
tujuan perusahaan secara optimal. Dalam system informasi untuk menjalankan strategi
bisnis terdapat beberapa aplikasi strategis utama teknologi informasi yang digunakan oleh
banyak perusahaan saat ini. Sistem informasi manajemen dapat membuat perusahaan
lebih menguntungkan dengan perbaikan kinerja, kenaikan pendapatan dan efisiensi biaya.
1.2 Tujuan
Makalah ini memberikan informasi mengenai penggunaan teknologi informasi untuk
bersaing kompetitif dalam bisnis.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut O’Brien (2002) dikatakan bahwa SIM
adalah suatu sistem terpadu yang menyediakan informasi untuk mendukung kegiatan
operasional, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu organisasi. Tujuan
SIM, yaitu:
1. Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok
jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
2. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian,
pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa sebuah sistem informasi melakukan pemrosesan data dan
kemudian mengubahnya menjadi informasi.
Menurut O’brien (2010) SIM merupakan kombinasi yang teratur antara people,
hardware, software, communication network dan data resources (kelima unsur ini
disebut komponen sistem informasi) yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan
informasi dalam organisasi seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Komponen Sistem Informasi
5
Terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu :
1. Mendukung proses bisnis dan operasional
2. Mendukung pengambilan keputusan
3. Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif
2.2 E-commerce dan E-bussines
Ada beberapa penjelasan mengenai e commerce dari beberapa sumber yang
didapatkan, baik dari jurnal, thesis dan buku tesk, diantaranya yaitu Perdagangan
elektronik atau e-commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang
dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan
komputer lainnya. Definisi e-commerce secara umum dapat diartikan “ proses membeli,
menjual, baik dalam bentuk barang, jasa ataupun informasi, yang dilakukan melalui
media Internet”. Menurut Stefan Probst (Opticom), definisi e-commerce adalah “business
yang dilakukan secara electronic yang melibatkan aktivitas-aktivitas bisnis berupa
business to business ataupun business to consumen melalui teknologi Internet”.
Sementara itu, menurut Bidgoli (Bidgoli, 2002) e-commerce adalah proses penjualan dan
pembelian melalui media Internet. Selain itu, dalam bukunya Bidgoli dalam bukunya
juga mendefinisikan e-business sebagai berikut “e-business adalah transaksi yang yang
menggunakan media elektronik yangdipergunakan untuk berjualan atau proses pembelian
suatu atau beberapa produk menggunakan teknologi ICT”. (Risnandar, Fahrudin, dan
Fauzi Hermawan, 2012) . E-Commerce merupakan salah satu alat yang memenuhi
keinginan perusahaan, konsumen, dan menejemen dalam memangkas service cost ketika
meningkatkan mutu barang dan kecepatan (Ade Hendraputra dan Arif Budiyono, 2009)
E-business adalah praktek pelaksanaan dan pengelolaan proses bisnis utama seperti
perancangan produk, pengelolaan pasokan bahan baku, manufaktur, penjualan,
pemenuhan pesanan, dan penyediaan servis melalui penggunaan teknologi komunikasi,
komputer, dan data yang telah terkomputerisasi. (Steven Alter. Information System:
Foundation of E-Business. Prentice Hall. 2002)
6
2.3 Strategi Bisnis
Gambar 2. Strategi Kompetitif Michael Porter
Dalam model klasik Michael Porter mengenai strategi kompetitif, suatu bisnis yang
ingin bertahan dalam persaingan dan berhasil harus mengembangkan dan
mengimplementasikan berbagai strategi untuk secara efektif menghadapi lima tekanan
kompetitif, terdiri dari:
1. Persaingan dari para pesaing dalam industrinya
2. Ancaman pemain baru dalam industri dan pasarnya
3. Ancaman yang dihadapi karena adanya produk pengganti yang dapat mengambil
pangsa pasar
4. Daya tawar pelanggan
5. Daya tawar pemasok.
7
Suatu bisnis dapat menghadapi berbagai ancaman tekanan kompetitif dan
memenangkan kompetitif dengan mengimplementasikan 5 strategi kompetitif dasar
dengan penggunaan teknologi informasi, yaitu
1. Strategi Kepemimpinan dalam Biaya
1. Penggunaan Teknologi Informasi untuk mengurangi secara mendasar biaya proses
bisnis
2. Penggunaan Teknologi Informasi untuk menurunkan biaya pelanggan atau
pemasok
2. Strategi Diferensiasi
1. Mengembangkan berbagai fitur Teknologi Informasi baru untuk melakukan
diferensiasi produk dan jasa
2. Menggunakan berbagai fitur Teknologi Informasi untuk mengurangi keunggulan
diferensiasi para pesaing
3. Menggunakan berbagai fitur Teknologi Informasi untuk memfokuskan diri pada
ceruk pasar yang dipilih
3. Strategi Inovasi
1. Membuat produk dan jasa baru yang memasukkan berbagai komponen teknologi
informasi
2. Mengembangkan pasar baru atau ceruk pasar yang unik dengan bantuan
Teknologi informasi
3. Membuat perubahan radikal atas proses bisnis dengan Teknologi informasi yang
secara dramatis akan memangkas biaya, meningkatkan kualitas, efisiensi atau
layanan pelanggan, atau mempersingkat waktu ke pasar
4. Strategi Pertumbuhan
8
1. Menggunakan Teknologi Informasi untuk mengelola perluasan bisnis secara
regional dan global
2. Menggunakan Teknologi Informasi untuk mendiversifikasi serta
mengintegrasikan produk dan jasa lainnya
5. Strategi Persekutuan
1. Menggunakan Teknologi Informasi untuk membuat organisasi virtual yang terdiri
dari para mitra bisnis
2. Mengembangkan Sistem Informasi antar perusahaan yang dihubungkan oleh
internet dan ekstranet yang akan mendukung hubungan bisnis strategis dengan
para pelanggan, pemasok, subko ntraktor, dan pihak-pihak lainnya.
9
BAB III
STUDI KASUS
“For Companies Both Big and Small: Running a Business on Smartphones”
Pada awal tahun 2006, San Antonio, CPS Energy yang berpusat di Texas dan
merupakan penyedia energi terbesar milik pemerintah, sedang berada pada puncak
kejayaan dan kekayaan. Perusahaan ini memiliki peringkat obligasi tertinggi sebagai
penyedia utilitas. Tenaga kerja dan pelanggan secara umum menyatakan kepuasan
terhadap perusahaan. Dan yang paling penting, perusahaan ini menguntungkan. Dengan
kata lain, tidak ada tanda-tanda eksternal dari perusahaan akan meluncurkan program
teknologi baru dalam melakukan bisnisnya dan mengelola 4.000 tenaga kerjanya. Tidak
ada tanda-tanda eksternal yang terlihat, tetapi bagi orang – orang yang mengetahui,
termasuk Christopher Barron, Wakil Presiden CPS Energy dan CIO, menyadari bahwa
perubahan sudah dekat dan masa depan perusahaan mungkin bergantung padanya.
"Tenaga kerja yang kami miliki di perusahaan lebih banyak dari pada yang seharusnya
dimiliki oleh perusahaan," kata Barron. Barron melihat perusahaan lain dengan tenaga
kerja yang mobile seperti FedEx dan UPS, ada perbedaan besar cara beroperasi dalam
bisnisnya. Sebagai contoh, pekerja CPS tertentu memiliki sedikit atau bahkan tidak ada
akses ke sistem IT dan sumber daya ketika mereka berada jauh dari kantor atau gudang.
Mereka sering diminta untuk mengunjungi lokasi kerja atau lokasi pelanggan untuk
mendiagnosis masalah atau menyarankan perbaikan yang benar sebelum melaporkan ke
departemen atau pihak terkait, dan kemudian akan memulai proses penyelesaiannya. Hal
ini berarti bahwa pengiriman pekerja bertambah, dan seluruh pekerjaannya bisa memakan
waktu berhari - hari. "Jika kami terus bekerja dengan cara manual untuk mencapai
pekerjaan itu, kita tidak akan berada dalam posisi kompetitif di masa depan," kata
Barron. Dari kesadaran inilah, maka program Magellan dilahirkan. Program Magellan ini
diharapkan oleh Barron dan rekan-rekannya sebagai cara yang lebih baik untuk
memobilisasi dan menghubungkan secara tradisional tenaga kerja dan sistem yang
10
mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Tujuan program adalah untuk
memperluas jaringan infrastruktur CPS, membangun jaringan aman Wi-Fi sendiri di
kantor-kantor dan gudang, dan menyebarkan smartphone dan aplikasi mobile custom
untuk semua staf CPS yang saat ini tidak memiliki sebuah laptop atau perangkat mobile
lainnya. Bagi Barron, tantangan pertama dan terpenting dalam menyebarkan smartphone
bagi para pengguna yang besar adalah mendapatkan kepercayaan dari pihak eksekutif.
"Salah satu masalah terbesar kami adalah persepsi bahwa teknologi hanya sedikit
menyajikan fasilitas selain e-mail, dan biayanya besar,". Barron mengatakan, "CEO akan
mencoba untuk menghilangkan semua hambatan dari eksekutif senior meskipun
membutuhkan waktu lama," Barron juga mengatakan, “Jadi daripada hanya mencoba
untuk mendapatkan kepercayaan para eksekutif dan meredakan semua ketakutan mereka
tentang biaya, penggunaan dan keselamatan, kami telah pergi ke kelompok-kelompok
tertentu, seperti para insinyur, para pekerja lapang, pekerja kantor. Karena harganya
sangat murah, kita sudah mampu memberikan perangkat tersebut walaupun secara
eksperimental”. Ada begitu banyak fungsi dalam perangkat genggam ini dan dua atau
tiga aplikasinya telah terbukti,"katanya. "Anda hanya perlu memberikan perangkat ke
tangan orang-orang yang benar-benar perlu untuk menggunakannya dan
mendemonstrasikannya."
Tiga cara inovatif para staf CPS dalam menggunakan smartphone mereka yaitu
sebagai kamera digital di lokasi pekerjaan, sebagai pelacakan GPS, dan sebagai
pemberitahuan darurat. Di masa lalu, CPS mungkin harus mengirimkan sekelompok kecil
pekerja "umum" yang melakukan layanan panggilan dan akan memastikan orang agar
tepat berada di sana. Sekarang, satu pekerja dapat mengunjungi lokasi, mengambil foto
dari bagian yang rusak dari peralatan atau infrastruktur, dan kemudian mengirimkannya
kembali ke kantor pusat atau kantor. Kemudian para ahli mendiagnosis masalah dan
mengirimkannya kembali bersama petunjuk untuk memperbaiki masalah atau pengiriman
berita yang sesuai, yang tersedia langsung melalui e-mail suara dan teks SMS melalui
smartphone. "Penggunaan program Magellan melalui smartphone dan teknologi lainnya,
akan memberdayakan semua karyawan, apapun pekerjaan yang mereka lakukan,
sehingga membentuk suatu jaringan besar dalam perusahaan" kata Baron. "Sekarang
setiap orang mengambil bagian dalam jaringan kami." Perusahaan juga melihat
11
keuntungan yang signifikan dalam efisiensi rantai penawaran yang berkaitan dengan
program Magellan dan penyebaran smartphone. Ia mengatakan sebagai contoh,
smartphone membantu mempercepat proses pemesanan pembelian, karena di masa yang
lalu orang atau sekelompok orang tertentu perlu tempat untuk menyetujui pesanannya.
Sekarang persetujuan dapat dilakukan secara praktis hampir di mana saja dengan cakupan
jangkauan selular. Dalam rantai pasokan, perusahaan pembeli juga dapat mengunjungi
gudang dan langsung memesan, dan waktu pemesanan menjadi lebih cepat serta lebih
proaktif bagi management secara keseluruhan. Hanya dalam satu tahun, untuk menutup
pembelian dan pengadaan penawaran menurun lebih dari 65 persen. Juga, tingkat
persediaan berkurang lebih dari $8 juta sejak program Magellan dimulai. Selain tingkat
kepuasan karyawan dan pelanggan yang naik, Barron mencatat, karena staf sekarang
memiliki lebih banyak akses ke sistem perusahaan dan informasi, akibatnya mereka
merasa lebih dekat dengan bisnis. Karena CPS sekarang ini dapat menyelesaikan masalah
pelanggan lebih banyak dan lebih sedikit prosesnya, serta telah mempersingkat waktu
dalam menyelesaikan sebagian besar layanan panggilannya, maka para pelanggan
menjadi lebih senang. Pada kenyataannya, perusahaan menerima nilai tertinggi di J.D
Power and Associates' 2007 dalam Gas Utility Residential Customer Satisfaction Survey.
Teknologi tidak lagi sebagai ruang lingkup yang eksklusif dari perusahaan besar dengan
anggaran IT yang signifikan. Lloyd's Construction di Eagan, Minnesota, sepertinya tidak
membutuhkan perangkat software telepon yang mencolok. Uang 9 juta dollar per tahun
diperlukan oleh perusahaan pengangkutan yang telah dijalankan oleh keluarga yang sama
selama 24 tahun untuk melakukan pembongkaran. Lloyd's membongkar bangunan
komersial dan residensial tersebut dan kemudian mengangkutnya pergi. Apa yang lebih
sederhana? Yaitu mencari 100 orang pegawai, 30 truk, dan lebih dari 400 dumpsters.
Koordinasi merupakan bagian sangat penting untuk menumbuhkan bisnis bagi Stephanie
Lloyd yang telah menjalankan perusahaan tersebut selama empat tahun terakhir. Sampai
saat ini, Lloyd's telah menganalisis angka, buku besar, dan menghitung software.
Akuntansi di perusahaan PC untuk melacak pekerja dan peralatan. Apabila keadaan
menjadi buruk, perusahaan menggunakan radio untuk berkoordinasi dengan para pekerja
di tempat kerja. Menara telepon seluler banyak di Minnesota, akibatnya kualitas
penerimaan radio Lloyd menjadi buruk. Karena itulah, Lloyds memutuskan perusahaan
12
mereka terjun ke abad ke-21, yakni dunia smartphone. Lloyd's sudah mempertimbangkan
beberapa kali produktivitas mobile software sebelum memilih e-Trace, yang berasal dari
sebuah perusahaan bernama GearWorks. Tidak hanya softwear GearWorks lokal, tetapi
ditunjuk juga software lain untuk digunakan pada Sprint Nextel i560 dan i850 telepon
oleh industri konstruksi ini. Lloyd's sudah mulai membeli ponsel ini untuk berbicara dan
memisahkan pekerja dari radio yang sudah rusak. Para technophobic staf mengalami
kesulitan. Karyawan harus dibimbing oleh ahlinya untuk mengetahui fitur dasar pada
ponsel baru mereka. Selama 18 bulan, dua sistem berlari berdampingan: e-Trace seperti
dihapus, sistem kertas lama dan sistem pensil juga dihapus. Namun ketidakkonsistenan
dalam akutansi tidak menyebar secara cepat. dan e-Trace memunculkan masalah bagi
tenaga kerja yang sensitif. Perangkat lunak ini akan menampilkan pemetaan terpadu dan
data perjalanan yang menunjukkan lokasi terkini semua aset perusahaan. Mereka kecewa
karena Lloyds mengetahui bahwa beberapa pekerja terlalu banyak menghabiskan waktu
di tempat makan siang yang tidak pada rute yang ditentukan. Lloyd sangat bersimpati
pada kebutuhan pekerja untuk beristirahat "Kita semua telah bekerja dalam
pembongkaran di sini," katanya. CEO GearWorks mengatakan tantangan yang dihadapi
Lloyd's, "Semua produk ini akan berkerja pada tantangan dan kesempatan itu," kata Todd
Krautkremer. "Perangkat lunak kami bekerja dengan baik sehingga memberikan
keleluasaan pada pelanggan untuk mengontrol laju perubahan dalam bisnisnya." Setelah
masalahnya itu dapat teratasi, maka keuntungannya menjadi jelas. Perusahaan
mempekerjakan 12 sopir, 22 mandor, dan 7 pekerja kantor yang semuanya dilengkapi 41
ponsel yang telah menggunakan e-Trace. Perusahaan membeli paket data tak terbatas
untuk setiap telepon, totalnya sekitar $4.000 per bulan. Adanya tambahan biaya jaringan
lainnya, Lloyd's menghabiskan sekitar $50,000 per tahun untuk mendapat solusi bisnis,
akuntansi, dan komunikasi yang lengkap. Sebelum menggunakan e-Trace, perusahaan
membayar seorang akuntan 40 jam seminggu untuk membantu perusahaan. Sekarang
orang itu datang satu hari selama 6 jam dalam seminggu, sehingga telah menghemat
sekitar $1000 per minggu. Lloyd mengatakan, input data dan efisiensi pekerjaan oleh
operator dan mandor satu setengah kali lebih cepat daripada sistem kertas dan radio.
Pekerjaan penyaluran yang lebih efisien telah memotong biaya bahan bakar sekitar 30
persen. dan karyawan telah berhenti membuat transaksi-transaksi yang tidak sah. Lloyd
13
memperkirakan peningkatan kinerja bersih 10 sampai 12 persen, atau kira-kira $1 juta
untuk tahun 2007.
14
BAB VI
PEMBAHASAN
4.1 Bagaimana cara smartphone membantu perusahaan-perusahaan ini agar lebih
menguntungkan? Sejauh apakah perbaikan dalam kinerja perusahaan yang akan
datang dilihat dari pendapatan yang meningkat atau pengurangan biaya? Berikan
beberapa contoh dari kasus?
Smartphone membantu perusahaan dengan cara pengurangan biaya-biaya yang
tidak diperlukan sehingga perusahaan lebih efisien, dan smartphone membuat pekerjaan
lebih efektif serta efisien dengen membuat para karyawan menyelesaikan pekerjaan
dengan lebih mudah, cepat dan tepat untuk mencapai target perusahaan. Selain
membantu karyawan dan perusahaan, smartphone juga menguntungkan dari sisi
konsumen, konsumen merasa lebih puas dengan kinerja perusahaan yang dampaknya
akan membuat konsumen loyal dan membeli ulang produk atau jasa perusahaan sehingga
perusahaan akan mendapatkan keuntungan. Dalam kasus ini dampak efisien dapat dilihat
bahwa dalam satu tahun penerapan smartphone khususunya program Magellan dapat
menutup pembelian dan pengadaan penawaran menurun lebih dari 65 persen dan
mengurangi tingkat persediaan lebih dari $8 juta karena perusahaan tidak lagi harus
menyediakan persediaan yang tinggi. Smartphone membantu perusahaan dalam
menangani masalah yang ada dilapangan, penggunaan Software (e-Trace) dapat
menampilkan pemetaan terpadu dan perjalanan data yang menunjukkan lokasi saat ini di
semua aset perusahaan sehingga semuanya terkontrol oleh perusahaan bilamana terjadi
hal yang tidak diinginkan, software inipun membantu konsumen dalam melacak data atau
barang yang dikirmnya sehingga membuat konsumen nyaman dan merasa aman
mengenai barang yang dikirimnya, hal ini merupakan nilai tambah bagi perusahaan dan
akan membuat kepercayaan bagi konsumen dalam menggunakan jasa perusahaan.
Smartphone membantu mengatasi masalah sehingga perusahaan dapat mencarikan solusi
optimal agar keuntungan menjadi jelas dan sesuai target perusahaan, misalnya dalam
mempekerjakan karyawan yang lebih tepat dalam jumlah maupun kualitas dan
penggunaan jumlah teknologi yang tepat, hal ini akan membuat perusahaan lebih efisien
15
dengan mengurangi biaya tenaga kerja untuk menggaji karyawan yang memang tidak
dibutuhkan, dalam kasus ini perusahaan menajdi jelas dengan mempekerjakan 12 sopir,
22 mandor, dan 7 pekerja kantor yang menggunakan 41 ponsel yang menggunakan e-
Trace. Perusahaan membeli paket data tak terbatas untuk setiap telepon, totalnya sekitar
$4.000 per bulan. Tambahan biaya jaringan lainnya, dan Lloyd's menghabiskan sekitar
$50,000 per tahun untuk solusi bisnis, akuntansi, dan komunikasi yang lengkap. Sebelum
e-Trace, perusahaan lebih banyak mengeluarkan biaya untuk membayar tenaga kerja
yang saat ini dapat bekerja dengan waktu yang lebih efektif sehingga perusahaan lebih
sedikit mengeluarkan biaya untuk membayar tenaga kerja.
Kefektifan dan efisien salah satunya dapat dilihat dari proses pemasukan data
yang lebih cepat dan pengurangan pengerjaan oleh operator dan mandor, Lloyd
mengatakan, system smartphone tersebut sekitar satu setengah kali lebih cepat daripada
kertas dan radio. Penyaluran yang lebih efisien telah memotong biaya bahan bakar sekitar
30 persen. dan karyawan telah berhenti membuat transaksi-transaksi yang tidak sah yang
sebelumnya merugikan perusahaan. Ketiga hal tersebut mengurangi biaya dan
meningkatkan pendapatan perusahaan, Lloyd memperkirakan peningkatan pendapatan
bersih 10 hingga 12 persen, atau kira-kira $1 juta untuk tahun 2007.
Pada Perusahaan-perusahaan ekspedisi seperti JNE atau TIKI telah menggunakan
program sejenis e-Trace dimana mereka mengaplikasikannya sebagai program pelacak
kiriman. Program pelacakan kiriman ini tidak hanya dapat diakses oleh internal
perusahaan sebagai kontrol pengiriman yang mereka lakukan namun juga, oleh
konsumen mereka untuk dapat mengkontrol barang sudah berada dimana dan perkiraan
sampai ke tujuan sehingga konsumen merasa aman dan percaya. Konsumen dapat
melakukan pengecekan dengan mengakses website mereka seperti salah satu progran
tracking pada perusahaan TIKI atau JNE pada Gambar 3.
16
Gambar 3. tracking pada JNE
Perbaikan kinerja kedepan akan terlihat dari semikin efisien dan efektifnya
perusahaan sehingga semakin dapat mengurangi biaya dan meningkatkan pendapatan,
investasi teknologi akan terbayar dengan meningkatnya pendapatan perusahaan, untuk
tahun pertama pendapatan memang belum optimal akibat adanya investasi teknologi
namun tahun tahun kedepan akan lebih meningkatkan pendapatan. Selain itu, karyawan
akan lebih berpengalaman dalam mengoptimalkan teknologi, hal ini akan membuat
kinerja karyawan semakin baik dan menguntungkan perusahaan. Selain itu, konsumen
juga dalam jangka panjang akan menjadi loyal bila tercapai kepuasan atas penggunaan
jasa ekspedisi contohnya, konsumen yang merasa yakin dan aman barangnya sampai ke
tempat tujuan dengan tepat dan dapat mengkontrol perjalanan barang sampai ke tempat
tujuan akan melakukan pembelian jasa secara berulang-ulang atau merekomendasikannya
kepada orang lain, hal ini akan meningkatkan penjualan jasa dari perusahaan dan
meningkatkan keuntungan perusahaan/.
17
4.2 Perusahaan yang dijelaskan dalam kasus menemukan cukup banyak
perlawanan dari karyawan ketika memperkenalkan smartphone teknologi. Menurut
Anda, mengapa ini terjadi? Apa yang bisa lakukan perusahaan untuk
meningkatkan penerimaan inisiatif ini? Mengembangkan dua proposisi alternatif.
Jawab :
Perlawanan dari karyawan ketika memperkenalkan smartphone teknologi karena
karyawan berpendapat bahwa mereka merasa tidak nyaman dengan teknologi baru karena
mereka harus mempelajari dari awal yang membutuhkan waktu lama untuk belajar
menggunakan teknologi baru tersebut, hal ini terjadi karena karyawan merasa membuang
waktu untuk belajar lagi dan merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Selanjutnya alasan
mereka karena perusahaan mengetahui bahwa selama ini mereka tidak efektif dan efesien
seperti terlalu banyak menghabiskan waktu di tempat makan siang, hal ini terjadi karena
mereka merasa terlalu disiplin dan terkontrol dengan adanya teknologi ini sehingga tidak
dapat bebas menggunakan waktu pekerjaan. Kebiasaan yang terjadi delama ini sebelum
adanya teknologi smartphone membuat karyawan sudah merasa nyaman dengan hal yang
tidak efektif dan efisien, tanpa memikirkan waktu yang terbuang atau manfaat yang
didapatkan dari penggunaan teknologi dalam pekerjaaan yang dilaksanakan, tidak
terbiasanya disiplin waktu membuat karyawan menolak ketika perusahaan menerapkan
teknologi tersebut.
Perusahaan dapat melakukan beberapa strategi untuk menghadapi hal ini dengan
tetap menerima masukan dari karyawan. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengadakan pelatihan yang tepat sehingga karyawan dengan mudah dan cepat dapat
mengerti mengenai penggunaan teknologi, pemilihan teknologi yang mudah di
operasikan juga menjadi salah satu cara untuk membuat karyawan lebih cepat mengerti
untuk mengoperasikannya. Konsep pelatihan direncanakan semenarik mungkin sehingga
karyawan bersemangat mengikutinya, diisi dengan game atau hadiah bagi karyawan yang
dengan cepat dapat mengoperasikan teknologi tersebut. Strategi kedua yaitu
menggunakan cara “step by step”, dimana perusahaan tidak secara penuh
mengimplementasikan teknologi tersebut. Pertama kali perusahaan masih menggunakan
teknologi lama di beberapa bagian dan menerapkan teknologi baru di bagian lainnya,
sehingga pada jangka waktu tertentu kedua teknologi tersebut berjalan bersama. Dalam
strategi untuk menghadapi penolakan karena karyawan merasa tidak nyaman dapat
18
diketahui keberadaannya yang terlalu banyak menghabiskan waktu untuk hal yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan yaitu dengan poin reward dimana karyawan yang tepat
waktu, efektif dan efiein dalam bekerja diberikan reward, perusahaan dapat membuat
standar waktu yang ditetapkan untuk masing-masing perjalanan, berapa waktu untuk
makan siang dan waktu dari perusahaan ke tempat tujuan. Penerapan poin reward yang
akan diberikan bonus ini akan membuat karyawan lebih disiplin dan lebih bijaksana
dalam memanfaatkan waktu, perusahaan pun akan diuntungkan dengan efisen dan
efektifnya karyawan.
Salah satu contoh perusahaan yang menerapkan strategi untuk permasalahan
penerapan teknologi pada permulaan adalah jasamarga dan bank Mandiri dengan e toll
card. Pada awalnya penerapan e toll card memunculkan masalah akibat pengurangan
jumlah karyawan penjaga tol, namun otomatisasi pembayaran tol ini dilakukan hanya
dibeberapa pintu tol utama seperti cililitan dan cikunir, sebagian besar lainnya masih
menggunakan pembayaran secara manual oleh petugas penjaga tol sehingga mengurangi
masalah protes dari karyawan. Opsi kedua yaitu penggunaan petugas tol namun tetap bisa
menggunakan e toll card untuk semua tol jasamarga, tetap membantu konsumen yang
tidak menyediakan uang cash namun tidak mengurangi karyawan yang ada, waktu
transaksi pun menjadi lebih singkat.
Gambar 4. E toll pass
19
4.3 CPS energi dan konstruksi Lloyd's menggunakan smartphone untuk membuat
proses yang ada lebih efisien. Bagaimana bisa mereka menggunakan teknologi
untuk menciptakan produk baru dan layanan untuk pelanggan mereka? Termasuk
setidaknya satu rekomendasi untuk setiap organisasi.
Perusahaan CPS dan Lloyd’s menggunakan smartphone untuk membuat proses
yang ada lebih efisien. Pada perusahaan CPS membantu perusahaan dengan tiga cara
inovatif staf CPS menggunakan smartphone mereka sebagai kamera digital di situs
pekerjaan, sebagai mekanisme pelacakan GPS, dan sebagai pemberitahuan penerima
darurat. Ketiga hal tersebut membuat perusahaan lebih efisien dalam hal biaya dan waktu
serta jumlah pekerja yang dikirim ke lapangan. Selain itu, rantai distribusi pembeli dari
perusahaan juga dapat mengunjungi gudang untuk bekerja dengan orang-orang yang
benar-benar memesan, dan waktu order yang lebih cepat dan lebih proaktif dalam
management keseluruhannya. Sedangkan pada perusahaan Lloyd’s, software ini
menampilkan pemetaan terpadu dan perjalanan data yang menunjukkan lokasi saat ini di
semua asset perusahaan. Lloyd’s menemukan bahwa beberapa aset menghabiskan terlalu
banyak waktu di luar tempat makan siang yang sama, tidak pada rute yang ditentukan.
Teknologi ini dapat memberi tahu perusahaan mana saja karyawan yang beristirahat pada
waktunya dan yang tidak.
Mereka dapat menggunakan teknologi untuk dapat menciptakan produk baru dan
layanan pelanggan kedepannya yaitu dengan penggunaan teknologi dapat dilakukan
inovasi produk ynag lebih optimal dengan teknologi pula perusahaan dapat mengetahui
produk yang dibutuhkan oleh konsumen sehingga pasar sasaran lebih tepat dan akurat.
Dalam pelayanan pelanggan dapat lebih cepat diberikan solusi karena adanya teknologi
pelanggan dapat langsung memberikan masukan ataupun keluhan kepada perusahaan dan
perusahaan dapat melakukan perbaikan atau memberikan solusi dibandingkan
menyampaikannya kepada karyawan lapangan yang belum tentu menyampaikannya
kepada pihak manajemen. Selain itu, dalam hal pemesanan, konsumen dapat langsung
memesan melalui teknologi yang ada dibanding langsung datang ke perusahaan, hal ini
akan emmudahkan konsumen.
20
Saya merekomendasikan bagi perusahaan CPS untuk lebih mengefisiensikan
biaya yang dikeluarkan, salah satu cara dengan menerapkan sistem bekerja dari rumah
bagi karyawan yang tidak diperlukan kehadirannya di kantor. Bagi karyawan yang dapat
mengerjakan pekerjaannya dari rumah, dapat mengirimkan hasil pekerjaannya melalui
jaringan yang dibangun oleh perusahaan menggunakan fasilitas internet. Dengan cara ini
perusahaan dapat menghemat pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan biaya
fixed cost dan variable cost. Perusahaan juga perlu melakukan evaluasi penerapan
teknologi smartphone secara kontinyu, agar dapat diketahui dan dinilai secara
komprehensif dan up to date kelayakan teknologi tersebut. Untuk perusahaan Lloyd’s,
kami merekomendasikan mereka dapat membuat seperti sistem yang dapat mengetahui
posisi inventaris perusahaan. Sehingga perusahaan dapat menghemat waktu pelaporan
dan meminimalkan kehilangan inventaris sehingga dapat menghemat biaya. Pada
inventaris tersebut dipasang sebuah bar kode , dimana apabila pegawai mereka mengecek
inventaris tersebut dapat langseng memindai bar kode menggunakan smartphone yang
mereka miliki dan langsung mengirimkannya ke jaringan internet yang di bangun
perusahaan.
21
DAFTAR PUSTAKA
James A. O'Brien, and George Marakas. 2007. Management Information Systems with,
8th
ed. Boston, MA: McGraw-Hill, Inc.
James A, O’Brien. 2005. Introduction to Information Systems, terjemahan olehDewi
Fitriasari,Salemba empat, Jakarta.
Alter, S . 2002. Information System: Foundation of E-Business. Prentice Hall.
Risnandar, Fahrudin T, Hermawan F. 2012. Aplikasi E-commerce Untuk Factory Outlet,
Studi kasus : Blackjack , Bandung
Top Related