5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 1/20
POTENSI CBM S EBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI INDONESIA
CBM (coal bed methane) atau disebut juga Gas Metana Batubara (GMB)
merupakan energi alternatif yang sangat potensial pada saat ini. GMB ini sedang
gencar-gencarnya dikembangkan di Indonesia melalui beberapa wilayah kerja yang
sangat berpotensi di Indonesia. Wilayah kerja yang dilelangkan merupakan wilayah
yang dalam peta cekungan batubara memiliki formasi pembawa batubara yang baik,
dan sudah terbukti memiliki batubara yang mempunyai potensi tinggi.
GAMBAR 1
SUMBER DAYA CBM NASIONAL
CBM merupakan sumber energi takterbarukan yang ditemukan dengan
recent technology, sehingga diklasifikasikan sebagai EBT dan termasuk dalam
kategori cadangan gas non konvensional. Perbedaan cadangan konvensional dan
non konvensional terletak pada tingkat teknologi yang digunakan untuk
mengambilnya, serta perbedaan pola pikir yang dibutuhkan. Sebagai cadangan gas
1
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 2/20
2
non konvensional, CBM merupakan gas dengan kandungan metana tinggi,
mencapai 88-98% dan terjebak pada pori-pori batubara, dimana batubara ini
tergenangi oleh air. Kandungan metana yang tinggi menguntungkan untuk dipakai
secara langsung, karena tidak mengandung zat lain yang merugikan dalam
pengolahan semisal H2S, sehingga disebut sweet gas. Dengan sedikitnya jumlah
pengotor seperti H2S maka biaya pengolahan bisa diminimalisasi, berbeda dengan
gas alam pada umumnya. Berdasar beberapa sampel yang diambil di lapangan,
kandungan panas dari CBM mencapai 900-1100 BTU/SCF ( British Thermal Unit /
Standard Cubic Feet ). Sebaga iperbandingan, dengan laju alir gas 1000 SCF/day,
maka dapat terbangkitkan listrik sebesar 100 kWh.
Berdasarkan segitiga sumberdaya Holditch (Gambar 2), cadangan non
konvensional memiliki jumlah yang lebih besar dari cadangan konvensional,
sehingga ketika permintaan energi meningkat dan teknologi telah mumpuni,
eksplorasi dan eksploitasinya tidak terhindarkan. Untuk minyak, cadangan
konvensionalnya adalah minyak ringan, sementara cadangan non konvensionalnya
adalah minyak berat, minyak ekstra berat, serta oil shale. Untuk gas, cadangan
konvensionalnya adalah gas kualitas tinggi (high quality gas), sedangkan cadangan
non konvensionalnya adalah CBM, shale gas, gas mutu rendah, dan tight gas.
GAMBAR 2
SEGITIGA SUMBER DAYA HOLDITCH
2
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 3/20
3
Berdasarkan data ESDM, cadangan batubara Indonesia adalah sekitar 18-22
miliar ton, sehingga berimpilikasi cukup besarnya potensi CBM. Potensi CBM di
cekungan batubara Indonesia berkisar pada angka 337-450 TCF (Trillion Cubic
Feet ), yang tersebar dengan detil sebagai berikut :
TABEL I
PERSEBARAN POTENSI DAN CADANGAN CBM INDONESIA
Dari Tabel I dapat terlihat bahwa potensi CBM yang paling besar terdapat di
Sumatera dan Kalimantan, yang merupakan konsekuensi yang wajar sebagai
wilayah yang memiliki cadangan batubara terbesar di Indonesia. Perbedaan utama
cadangan dan potensi terletak pada tingkat kepastiannya, dimana cadanganmemiliki tingkat kepastian lebih besar. Untuk mengetahui cadangan dibutuhkan
investasi lebih lanjut dalam bentuk pemboran atau penambangan langsung. Apabila
dibandingkan dengan potensi gas alam pada tahun 2005 sebesar 384 TCF, maka
CBM memiliki keunggulan dalam jumlah potensi. Namun, cadangan gas alam pada
2005 telah mencapai 180 TCF sedangkan proyek-proyek CBM baru dimulai di
Indonesia pada tahun 2008.Meskipun demikian, prospek CBM dapat dikatakan
lebih baik dari gas alam, karena secara prinsip “dimana ada batubara, disitu terdapat
3
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 4/20
4
CBM”. Prinsip ini dikembangkan dengan acuan teori pembentukan CBM dari
lapisan batubara yang ada.
Berdasarkan data Bank Dunia, konsentrasi potensi terbesar terletak di
Kalimantan dan Sumatera. Di Kalimantan Timur, antara lain tersebar di Kabupaten
Berau dengan kandungan sekitar 8,4 TCS, Pasir/Asem (3 TCS), Tarakan (17,5
TCS), dan Kutai (80,4 TCS). Kabupaten Barito, Kalimantan Tengah (101,6 TCS).
Sementara itu di Sumatera Tengah (52,5 TCS), Sumatera Selatan (183 TCS), dan
Bengkulu 3,6 TCS, sisanya terletak di Jatibarang, Jawa Barat (0,8 TCS) dan
Sulawesi (2 TCS).
Sebagai informasi, sumber daya terbesar sebesar 6,49 TCS ada di blok
Sangatta-1 dengan operator Pertamina hulu energi methane Kalimantan A dengan
basin di Kutai. Disusul Indragiri hulu dengan operator Samantaka mineral prima
dengan basin Sumatera Selatan yang mempunyai sumber daya 5,50 TCS, dan
sumber daya paling rendah terlatak di blok Sekayu yang dioperatori Medco SBM
Sekayo dengan basin Sumatera Selatan, dengan sumber daya 1,70 TCS. Pilot
project CBM telah dilakukan Lemigas di Lapangan Rambutan pada 2004. Kontrak
kerjasama CBM pertama dilakukan di 2008 dan hingga September 2009, telah
ditandatangani 39 KKS CBM.
GAMBAR 3
SUMUR CBM DI LAPANGAN RAMBUTAN, SUMATERA SELATAN
4
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 5/20
5
Seiring bertambahnya kebutuhan akan energi, baik untuk listrik dan
transportasi, negara-negara berkembang seperti Indonesia juga membutuhkan suatu
energi alternatif yang dapat terus dikembangkan. Dapat kita lihat pada (Gambar 2),
dimana kebutuhan akan energi untuk pembangkit listrik terus berkembang. Salah
satu pembangkit listrik di dunia yang paling dominan adalah dari energi batubara.
POTENSI CBM LUAR NEGERI
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Advanced Resources International,
Inc (ARI) tahun 2003, Indonesia memiliki cadangan CBM sekitar 400-453 TCF dan
menempati posisi ke 6 di dunia.
GAMBAR 4
SUMBER PEMAKAIAN ENERGI UNTUK KONSUMSI LISTRIK DI DUNIA.
TABEL II
5
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 6/20
6
JUMLAH CADANGAN CBM DUNIA
NO NEGARA JUMLAH CADANGAN
1 Rusia 450-2.000 TCF
2 China 700-1.270 TCF
3 Amerika Serikat 500-1.500 TCF
4 Australia/New Zealand 500-1.000 TCF
5 Kanada 360-460 TCF
6 Indonesia 400-453 TCF
7 Afrika bagian Selatan 90-220 TCF
8 Eropa bagian Barat 200 TCF
9 Ukraina 170 TCF
10 Turki 50-110 TCF
11 India 70-90 TCF
12 Kazakhstan 40-60 TCF
13 Amerika bagian Selatan/Meksiko: 50 TCF
14 Polandia 20-50 TCF.Sumber Advanced Resources International, Inc (Ari)
PRODUKSI CBM
Untuk memproduksi CBM, lapisan batubara harus terairi dengan baik sampai
pada titik dimana gas terdapat pada permukaan batubara. Gas tersebut akan teraliri
melalui matriks dan pori, dan keluar melalui rekahan atau bukaan yang terdapat
pada sumur (Gambar 5).
Air dalam lapisan batubara didapat dari adanya proses penggambutan dan
pembatubaraan, atau dari masukan (recharge) air dalam outcrops dan akuifer. Air
dalam lapisan tersebut dapat mencapai 90% dari jumlah air keseluruhan. Selama
proses pembatubaraan, kandungan kelembaban (moisture) berkurang, dengan rank
batubara yang meningkat.
6
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 7/20
7
GAMBAR 5
KAITAN ANTARA LAPISAN BATUBARA, AIR DAN SUMUR CBM.
Gas biogenik dari lapisan batubara subbituminus akan dapat berpotensi
menjadi CBM. Gas biogenik tersebut terjadi oleh adanya reduksi bakteri dari CO2,
dimana hasilnya berupa methanogens, bakteri anaerobik yang keras, menggunakan
H2 yang tersedia untuk mengkonversi asetat dan CO2 menjadi metane sebagai
produk dari metabolismenya. Sedangkan beberapa methanogens membuat amina,
sulfida, dan methanol untuk memproduksi metane.
Aliran air, dapat memperbaharui aktivitas bakteri, sehingga gas biogenik
dapat berkembang hingga tahap akhir. Pada saat penimbunan maksimum,
temperatur maksimum pada lapisan batubara mencapai 40-90°C, dimana kondisi ini
sangat ideal untuk pembentukan bakteri metane. Metane tersebut terbentuk setelah
aliran air bawah tanah pada saat ini telah ada.
Apabila air tanah turun, tekanan pada reservoir turun, pada saat ini CBM
bermigrasi menuju reservoir dari sumber lapisan batubara. Perulangan kejadian ini
merupakan regenerasi dari gas biogenik. Kejadian ini dipicu oleh naiknya air tanah
atau lapisan batubara yang tercuci oleh air. Hal tersebut yang memberikan indikasi
bahwa CBM merupakan energi yang dapat terbaharui.
Lapisan batubara dapat menjadi batuan sumber dan reservoir, karena itu
CBM diproduksi secara insitu, tersimpan melalui permukaan rekahan, mesopore,
dan mikropore (Gambar 6). Permukaan tersebut menarik molekul gas, sehingga
tersimpan menjadi dekat. Gas tersebut tersimpan pada rekahan dan sistem pori pada
batubara sampai pada saat air merubah tekanan pada reservoir. Gas kemudian
7
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 8/20
8
keluar melalui matriks batubara dan mengalir melalui rekahan sampai pada sumur.
Gas tersebut sering kali terjebak pada rekahan-rekahan.
GAMBAR 6
KAITAN ANTARA POROSITAS MIKRO, MESO DAN MAKRO.
CBM juga dapat bermigrasi secara vertikal dan lateral ke reservoir batupasir
yang saling berhubungan. Selain itu, dapat juga melalui sesar dan rekahan.
Kedalaman minimal dari CBM yang telah dijumpai 300 meter dibawah permukaan
laut.
Gas terperangkap pada lapisan batubara sangat bergantung pada posisi dari
ketinggian air bawah tanah. Normalnya, tinggi air berada diatas lapisan batubara,
dan menahan gas di dalam lapisan. Dengan cara menurunkan tinggi air, maka
tekanan dalam reservoir berkurang, sehingga dapat melepaskan CBM (Gambar 7).
8
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 9/20
9
GAMBAR 7
PENAMPANG SUMUR CBM
Pada saat pertama produksi, ada fasa dimana volume air akan dikurangi
(dewatering) agar gas yang dapat diproduksi dapat meningkat. Setelah fasa ini, fasa-
fasa produksi stabil akan terjadi. Seiring bertambahnya waktu, peak produksi akan
terjadi, saat ini merupakan saat dimana produksi CBM mencapai titik maksimal dan
akan turun (decline).
Volume gas yang diproduksi akan berbanding terbalik dengan volume air.
Bila volume gas yang diproduksi tinggi, maka volume air akan berkurang. Setelah
peak produksi, akan terjadi fasa selanjutnya, yaitu fasa penurunan produksi
(Gambar 8). Seperti produksi minyak dan gas pada umumnya, fasa-fasa tersebut
biasa terjadi. Namun demikian, seperti yang telah diuraikan, CBM dapat
terbaharukan.
Dari (Gambar 8) terlihat karakteristik khusus yang dimiliki sumur CBM,
yaitu produksi air yang sangat banyak pada awal proyek. Air ini berasal dari
dewatering yang berfungsi untuk menurunkan muka air dari lapisan batubara.
Sekalipun CBM sudah mulai terproduksi di awal, produksinya baru mencapai
9
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 10/20
10
puncak saat air sudah makin sedikit terproduksi, setelah itu mulai menurun secara
alamiah. Puncak produksi dari CBM kebanyakan hanya berkisar pada ratusan
MCFD. Disinilah terdapat permasalahan, dimana produksi gas yang sangat kecil
pada awal, maka investor kesulitan untuk mendapatkan modalnya kembali dalam
waktu yang cepat.
GAMBAR 8
PRODUKSI AIR DAN GAS VS WAKTU
Berbeda dengan gas alam, yang pada saat awal dimana tekanan reservoir
masih sangat besar,produksi gas akan sangat besar, sehingga dalam waktu singkat
investor kembali mendapatkan modalnya. Karakteristik ini merupakan karakteristik
khusus CBM.
TABEL III
PERBANDINGAN BEBERAPA FAKTOR KEEKONOMIAN CBM DAN GAS
ALAM
10
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 11/20
11
Mengangkat CBM ke Permukaan
CBM diproduksi dengan cara terlebih dahulu merekayasa batubara (sebagai
reservoir) agar didapatkan cukup ruang sebagai jalan keluar gasnya. Proses
rekayasa diawali dengan memproduksi air (dewatering ) agar terjadi perubahan
kesetimbangan mekanika. Setelah tekanan turun, gas batubara akan keluar dari
matriks batubaranya.
Gas metana kemudian akan mengalir melalui rekahan batubara (cleat ) dan
akhirnya keluar menuju lobang sumur. Puncak produksi CBM bervariasi antara 2
sampai 7 tahun. Sedangkan periode penurunan produksi (decline) lebih lambat dari
gas alam konvensional.
Setelah diputuskan tempat yang potensial untuk dilakukan pemboran CBM
berdasarkan pertimbangan ahli geologi dan geofisika, maka pemboran sumur CBM
dilakukan. Inti dari pemboran sendiri adalah membuat sambungan berdasarkan
perbedaan tekanan antara lapisan batubara yang mengandung CBM dengan
permukaan, sehingga gas dapat mengalir. Pemboran sumur CBM harus
mempertimbangkan kekuatan batubara yang cukup lemah dibandingkan batuan lain.
Sebelum produksi CBM dapat dilakukan, dewatering harus dilakukan
terlebih dahulu (Gambar 9). Dewatering merupakan proses mengurangi ketinggian
11
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 12/20
12
air dalam lapisan batubara, hingga ketinggian air ini tidak lebih tinggi dari lapisan
batubara terbawah yang ingin diproduksi (dimungkinkan lebih dari satu lapisan
batubara yang ingin diproduksi). Fungsi utama dari dewatering adalah menginisiasi
terjadinya desorbsi dari micropores yang ada, yang terjadi apabila tekanan akibat
ketinggian air berkurang. Proses ini dilakukan dengan menggunakan pompa
tertentu, misalnya pompa angguk, dimana sumur CBM yang dangkal biasanya tidak
dapat mengangkat air secara optimal karena kurangnya tekanan bawah permukaan.
Pada Gambar 5 terlihat bahwa dewatering dilakukan dengan pompa, dan air
melewati pipa kecil bernama tubing , sementara CBM akan melewati anulus, yaitu
ruang kosong diantara formasi (atau pipa selubung) dan tubing . Gas secara umum
tidak akan masuk melalui tubing , karena terhalang oleh kolom hidrostatik air
setinggi tubing .
Selain proses dewatering , terdapat juga proses yang dinamakan komplesi,
yaitu untuk melengkapi sumur dengan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan
produksi. Problem utama dalam komplesi CBM adalah permeabilitas (ukuran
kemudahan untuk mengalir) batubara yang sangat kecil, yaitu 0.1-1 md. Selain itu,
seringkali terakumulasi kepingan-kepingan kecil batubara (coal fines) yang dapat
menghambat produksi CBM. Untuk mengatasi hambatan tersebut, secara umum
dilakukan dua jenis komplesi dalam produksi CBM. Jenis pertama adalah open hole
completions dan jenis kedua adalah cased hole completions. Masing-masing tipe
komplesi memiliki pertimbangannya sendiri, dan memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
12
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 13/20
13
GAMBAR 9
PROSES DEWATERING, OPEN HOLE COMPLETION
Komplesi open hole memiliki artian komplesi dilakukan tanpa adanya
casing (pipa selubung) di sekitar lapisan batubara yang ingin diproduksi, sehingga
gas CBM langsung masuk ke dalam lubang bor. Secara umum ada tiga keunggulan
komplesi jenis ini, yaitu :
1. Tidak ada casing yang ditinggalkan yang dapat menghalangi penambangan
batubara apabila dilakukan setelahnya.
2. Penyemenan casing seperti pada Gambar 9, tidak merusak permukaan lapisan
batubara.
3. CBM dapat masuk tanpa halangan apapun.
Sejalan dengan perkembangan, maka juga dilakukan multi-zone open hole
completion, yaitu komplesi open hole yang dilakukan pada beberapa lapisan
batubara sekaligus. Meskipun cukup murah, dan juga memiliki laju alir yang besar,
komplesi ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu:
1. Batubara akan memproduksi kepingan kecil-kecil dan terakumulasi sepanjang
waktu tertentu dan apabila tidak dibersihkan akan mengurangi produksi CBM.
2. Hanya dapat dilakukan apabila lapisan-lapisan batubara cukup berdekatan
letaknya (untuk multi zone open hole).
3. Banyaknya lapisan batubara yang terhubung akan menyulitkan apabila lapisan
yang lebih diatas memiliki tekanan yang justru lebih besar daripada di bawah,
13
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 14/20
14
sehingga akan terjadi back flow yang merugikan karena dapat mematikan lapisan
yang tekanannya lebih kecil, dan akan mengurangi produksi total dari sumur.
Dalam komplesi open hole juga sering dilakukan cavity completion, yaitu
proses meruntuhkan sebagian lapisan batubara sehingga tercipta gerowong yang
memperlancar produksi CBM. Peruntuhan yang dimaksud adalah peledakan
terkontrol, yang dilakukan dengan proses penurunan tekanan secara tiba-tiba selama
jangka waktu tertentu. Berdasarkan pengalaman perusahaan Amoco di cekungan
San Juan yang terletak di Colorado, AS, peningkatan dari 22 MCFD ( Metric Cubic
Feet per Day)menggunakan open hole completion biasa menjadi 108 MCFD
dengan cavity completion, atau sekitar lima kali dari semula. Namun perlu diingat
bahwa teknik ini hanya dapat dilakukan dengan kondisi lapisan batubara yang tebal
dan memiliki kelebihan tekanan dibandingkan keadaan normal.
Komplesi jenis kedua adalah cased hole completions, dimana seluruh
lapisan termasuk lapisan batubara dilapisi dengan casing (Gambar 10). Casing
merupakan pipa pelindung yang direkatkan pada batuan dengan menggunakan
semen. Komplesi ini sering dilakukan pada sumur yang memiliki beberapa lapisan
batubara yang ingin diproduksi batubaranya sehingga CBM dari lapisan-lapisan
yang berbeda dapat diproduksi baik bergantian maupun bersamaan sesuai
keinginan. Setelah dicasing dan dilakukan penyemenan, maka dilakukan perforasi
untuk membuka jalur masuk CBM ke lubang sumur. Perforasi merupakan proses
menembak casing hingga berlubang.
14
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 15/20
15
GAMBAR 10
KOMPLESI CASED HOLE PADA SUMUR GOB
Pada komplesi cased hole sering juga dilakukan hydraulic fracturing , yaitu
merekahkan lapisan batuan batubara, dengan tujuan mempermudah CBM untuk
mengalir. Prosesnya adalah dengan penyuntikan fluida perekah dengan tekanan
tinggi sehingga batuan rekah, dan selanjutnya diganjal dengan suatu bahan tertentu
(proppant) sehingga rekahan tidak tertutup kembali. Secara umum, cased hole tidak
perlu dilakukan fracturing , hanya perforasi saja, apabila CBM cukup mudah untuk
mengalir. Namun demikian, baik perforasi maupun fracturing dapat menimbulkan
kerusakan bagi lapisan batubara.
Selain dua jenis komplesi diatas, terdapat pula perkembangan lain dalam
pengambilan CBM, misalnya adalah sumur gob dan pemboran horizontal di
(Gambar 11). Sumur gob adalah pengambilan gas metana setelah pengambilan
CBM menyebabkan pilar batubara runtuh, dan ruang kosongnya akan diisi oleh
metana, dimana biasanya kandungan metannya lebih rendah.
Pemboran horizontal merupakan suatu cara pemboran dimana lapisan
batubara ditembus dengan cara sejajar lapisan tersebut dimana dengan cara ini luas
permukaan batubara yang terekspos oleh lubang sumur akan lebih besar, sehingga
CBM pun akan lebih banyak mengalir ke dalam sumur. Selain pemboran horizontal,
juga terdapat ERD ( Extended Reach Drilling ) dimana dengan teknologi ini, satu
lubang bor akan dapat menguras lebih banyak CBM dari lapisan batubara yang
ditargetkan.
15
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 16/20
16
GAMBAR 11
FRACTURE, PEMBORAN HORIZONTAL, DAN SUMUR GOB
Lingkungan yang Lebih Sehat Serta Produksi CBM yang Meningkat
Metana menempel (teradsorpsi) di permukaan batubara pada micropores.
Demikian halnya dengan molekul gas lain juga memiliki kesempatan untuk
menempel pada permukaan batubara, bahkan ada yang lebih besar kesempatannya,
dan ada pula yang lebih kecil. Perbedaan diantara keduanya adalah diameter
molekul, karena gaya yang bekerja adalah gaya van der Waals.
Prinsip ini yang digunakan untuk mengusir metana dari permukaan
batubara, yang akan berimplikasi pada peningkatan jumlah metana yang bisa
diambil dari lapisan batubara. Teknik ini disebut Enhanced Coal Bed Methane
Recovery (ECBM), dan gas yang dipakai adalah karbondioksida (CO2) dan nitrogen
16
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 17/20
17
(N2). Kedua gas ini dipilih karena selain harganya murah, juga inert (tidak merusak
lapisan batubara).
Bila N yang digunakan, hasilnya segera muncul sehingga volume produksi
juga meningkat. Akan tetapi, karena N dapat mencapai sumur produksi dengan
cepat, maka volume produksi secara keseluruhan justru menjadi berkurang.
Ketika N diinjeksikan ke dalam rekahan (cleat ), maka kadar N di dalamnya
akan meningkat. Dan karena konsentrasi N di dalam matriks adalah rendah, maka N
akan mengalir masuk ke matriks tersebut. Sebagian N yang masuk ke dalam matriks
akan menempel pada pori-pori. Oleh karena jumlah adsorpsi N lebih sedikit bila
dibandingkan dengan gas metana, maka matriks akan berada dalam kondisi jenuh
( saturated ) dengan sedikit N saja. Namun tidak demikian dengan CO2. Gas ini lebih
mudah menempel bila dibandingkan dengan gas metana, sehingga CO2 akan
menghalau gas metana yang menempel pada pori-pori. CO2 kemudian segera saja
banyak menempel di tempat tersebut. Dengan demikian, di dalam matriks akan
banyak terdapat CO2 sehingga volume gas itu yang mengalir melalui cleat lebih
sedikit bila dibandingkan dengan N. Akibatnya, CO2 memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai sumur produksi. Selain itu, karena CO2 lebih banyak
mensubstitusi gas metana yang berada di dalam matriks, maka tingkat keterambilan
(recovery) CBM juga meningkat.
Terdapat dua skema yang dapat dipakai dimana masing-masing skema
memiliki subskema, sebagai berikut :
1. Injeksi gas inert dari sumber lain
a. Injeksi karbondioksida
b. Injeksi nitrogen
c. Injeksi campuran nitrogen karbondioksida
2. Injeksi gas inert yang terintegrasi dengan CCS (Carbon Capture and Storage)
Untuk skema pertama, injeksi gas inert dilakukan dari sumber lain, dimana
gas-gas ini dapat dibeli ataupun dengan kerjasama dengan perusahaan tertentu
diluar kontraktor yang mengusahakan lapangan CBM. Semua gas diinjeksikan
dengan tekanan tinggi sehingga pada saat masuk ke dalam tanah berada dalam
kondisi cair. Kemudian karbondioksida maupun nitrogen akan melakukan
17
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 18/20
18
“pengusiran” terhadap metana, yaitu untuk karbondioksida, ia akan lebih
melekat pada batubara dibandingkan metana dan akan menggantikan posisi
metana di lapisan batubara. Sedangkan untuk nitrogen, ia bertindak untuk
menurunkan fraksi tekanan metana, sehingga metana akan lebih mudah
mengalami desorbsi.
Jamshidi dan Jessen menunjukkan bahwa untuk injeksi karbondioksida
murni akan menunjukkan peningkatan perolehan yang semakin besar saat
kemudahan mengalir (permeabilitas) semakin kecil.
Sebagai contoh untuk permeabilitas 1md (mili darcy) maka peningkatan
produksi mencapai 275% dari keadaan awal yang mencapai faktor perolehan sekitar
85%, sementara pada saat permeabilitas semakin besar maka peningkatan ini
menjadi penurunan, yaitu faktor perolehan hanya 10%. Injeksi nitrogen murni akan
menghasilkan peningkatan sebesar sekitar 200% dari perolehan awal, dengan
tambahan akan memberikan penurunan produksi air. Untuk injeksi campuran
nitrogen-oksigen akan menghasilkan peningkatan faktor perolehan yang sama
dengan injeksi karbondioksida murni, dengan pengurangan produksi air.
Perlu diperhatikan bahwa diperlukan laju injeksi dua kali lebih besar dari
laju metana yang diinginkan untuk kasus karbondioksida, sementara dibutuhkan
laju injeksi yang sama dengan laju produksi metana yang diinginkan untuk
nitrogen. Sedangkan injeksi nitrogen akan breakthrough lebih cepat daripada
injeksi karbondioksida. Breakthrough merupakan kejadian dimana gas yang
diinjeksikan ikut terproduksi bersama metana yang diinginkan. Breakthrough yang
diinginkan adalah yang lebih lambat.
Skema kedua adalah sumber gas yang diintegrasikan menjadi satu dengan
lapangan CBM. Disini merupakan letak solusi terhadap masalah lingkungan. Walsh
menyarankan agar dalam instalasi terintegrasi ini, pembangkit listrik tenaga
batubara dan CBM, disatukan pula instalasi produksi bahan bakar hidrogen dan
metanol (gambar 12). Selama ini, instalasi-instalasi produksi bahan bakar hidrogen
dan metanol memang memproduksi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan,
namun dalam proses produksinya sendiri menghasilkan sangat banyak
karbondioksida. Sehingga dicari suatu cara untuk membatasi karbondioksida yang
18
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 19/20
19
terlepas, dengan melakukan penangkapan karbondioksida dari sumber-sumber yang
sangat kaya akan elemen tersebut, misalnya instalasi produksi metanol dan
hidrogen. Setelah ditangkap, dalam bentuk cair ia akan diinjeksikan ke bawah,
sehingga prosesnya disebut CCS (Carbon Capture and Storage).
Sumber kaya karbondioksida lain misalnya adalah pembangkit tenaga
listrik batubara + CBM. Pada pembangkit tenaga listrik sengaja dipakai batubara
untuk menambah jumlah karbondioksida dari pembangkit, dan batubara ini
kemungkinan besar berasal dari daerah sekitar proyek tersebut. Diperlukannya
sumber kaya karbondioksida ini adalah karena belum adanya teknologi untuk
menangkap karbondiosksida dari udara bebas.
GAMBAR 12
SKEMA CCS YAN TERINTERASI DENGAN PRODUKSI METANOL,
HIDROGEN DAN LAPANGAN CBM
Dengan adanya sistem lapangan CBM dan CCS yang terintegrasi ini, maka
emisi karbondioksida maupun emisi metana sebagai gas rumah kaca akan jauh
berkurang, dan akan menghasilkan energi yang lebih banyak lewat pembangkit
listrik, hydrogen fuel cell , dan metanol serta menghasilkan udara yang lebih layak
hirup dengan penangkapan 80% karbondioksida buangan instalasi-instalasi diatas.
UMUR PRODUKSI CBM
Dibandingkan gas alam, CBM memiliki periode produksi lebih lambat.
Umumnya produksi terbesar atau puncak produksi terjadi pada periode tahun
produksi ke 2 hingga ke 7. Sedang lama periode produksi pada kisaran 10 hingga 20
19
5/17/2018 Tugas Coal Bed Methane - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-coal-bed-methane 20/20
20
tahun. Lebih pendek dibandingkan dengan gas alam yang bisa mencapai 30 hingga
40 tahun.
Pada simulasi reservoar Lapangan CBM Rambutan yang memiliki potensi
kandungan gas metana lebih kurang sebesar 30.600 MSCF per sumur, 185.000
MSCF untuk daerah Pilot dan 5.5 X 106 MSCF untuk seluruh daerah luasan
simulasi diperkirakan dapat diproduksi selama 20 tahun. Kemampuan produksi
maksimum CBM Lapangan Rambutan lebih kurang sebesar 7.4 MSCF per hari
untuk satu sumur, 37.5 MSCF per hari untuk daerah pilot dan 1.120 MSCF per hari
untuk seluruh daerah luasan simulasi, yang dicapai dalam jangka 13.7 tahun.
GAMBAR 13
KK CBM DI LAPANGAN RAMBUTAN KABUPATEN MUARA ENIM
20