Download - Tugas Bu Anengeeeee

Transcript

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau dengan batas luasnya sebesar 2.027.087 km. Secara geografis indonesia terletak dipertemuan diantara tiga lempeng tektonik utama, sedangkan secara demografi terdiri dari beberapa etnik,agama, latar belakang sosial dan budaya, dimana keadaan tersebut memberikan petunjuk bahwa indonesia beresiko tinggi sebagai negara yang rawan terjadi bencana. ( Irchisod, 2005)Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) indonesia melaporkan telah terjadi kurang lebih 13458 kasus bencana massal di indonesia selama periode 1815-2012. Bencana massal di definisikan sebagai sesuatu peristiwa yang di sebabkan oleh alam atau karena ulah manusia yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, serta melampaui kemampuan dan sumber daya masyarakat untuk menanggulanginya. Berdasarkan penyebabnya bencana massal di bedakan menjadi dua tipe. Pertama, Bencana alam ( natural disaster) yaitu kejadian kejadian alami seperti banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, angin topan dan lain sebagainya. Kedua, bencana akibat ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian kejadian karena perbuatan manusia seperti kecelakaan transportasi (udara, darat dan laut), kebakaran, huru-hara, ledakan bom, sabotase, terorisme dan lainnya. ( Depkes, 2007 ).

Diskursus terorisme didunia bukanlah merupakan sesuatu hal yang baru, akan tetapi menjadi aktual trauma sejak peristiwa penyerangann Twin Towers World Trade Center(WTC) dan gedung pentagon di new york, amerika serikat pada tanggal 11 september 2001 (september kelabu), yang memakan tidak kurang dari 3000 korban. Menariknya, aksi terorisme tersebut dilakukan melalui serangan udara tidak menggunakan pesawat tempur, melainkan menggunakan pesawat komersil milik perusahaan amerika sendiri, sehingga tidak tertangkap oleh radar amerika serikat. (http//id.wikipedia.org/wiki/terorisme)Terorisme kemudian menjelma menjadi isu global yang mempengaruhi kebijakan politik seluruh negara-negara didunia sehingga menjadi titik tolak presepsi untuk memerangi terosisme sebagai musuh international. indonesia sarang teroris, begitulah pandangan dunia terhadap indonesia. Idiom tersebut kiranya tidak begitu berlebihan dan bukan hanya tuduhan, fakta membuktikan bahwasanya indonesia dalam dekade 10 tahun terakhir dihantui dengan aksi terorisme. (http//id.wikipedia.org/wiki/terorisme)Beberapa tahun terakhir, Indonesia dikejutkan dengan maraknya kasus bom yang terjadi di restoran, hotel, bahkan kedutaan besar pun tak luput dari serangan bom. Terlebih lagi dengan diikuti terjadinya deretan insiden yang sama dibeberapa wilayah meskipun dengan frekuensi yang berbeda. Mulai dari tragedi Ambon, Maluku, Aceh dan bahkan kejadian yang tidak kalah dahsyatnya dan mungkin masih terngiang diingatan yaitu pemboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Chalton pada 17 Juli 2009 yang menewaskan 9 orang, 42 orang cedera menguatkan kebenaran idiom Indonesia sarang teroris. Tragedi bom bali merupakan tindakan teror terdahsyat di Indonesia, Tragedi bom Bali I yang terjadi pada 12 Oktober 2002 di sekitar kawasan legian kecamatan Kuta, Bali tepatnya di tiga tempat yaitu di depan Sari Club, di Paddy's Pub dan di depan Konsulat Amerika. Data dari Museum Polri Pusat Sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa tragedi ini mengakibatkan 202 orang tewas, 164 orang diantaranya warga asing dari 24 negara, 38 orang lainnya warga Indonesia, 209 orang mengalami luka-luka, dan mengakibatkan 422 unit fasilitas publik rusak, di antaranya jaringan telepon, listrik dan saluran PDAM. Pada tahun 2005, terjadi lagi kasus pengeboman serupa dikawasan Bali pada tahun 2005, terjadi lagi kasus pengeboman serupa dikawasan Bali pada tanggal 1 Oktober 2005 dengan jumlah korban yakni 23 orang tewas dan 196 orang mengalami luka-luka. Peristiwa ini dianggap sebagaikasus pidana terorisme terbesaryang pernah terjadidi Indonesia. Beberapa warganegara asing yang tengah berlibur di Bali menjadi korban dari aksi ini, antara lain Australia, Britania Raya, Amerika Serikat, Jerman, Swedia, Belanda, Perancis,Denmark, Selandia Baru,Swiss, Brasil, Kanada, serta beberapa Negara lainnya. ( Detik.com, 2002)

1.2 Identifikasi Masalaha. Untuk mengetahui penanggulangan bencana akibat ledakan bom bali 1 ?b. Masalah apa saja yang mungkin muncul akibat dari ledakan bom ?

1.3 Tujuana. Untuk mengetahui penanggulangan bencana akibat ledakan bom bali 1b. Untuk mengetahui peran perawat pada fase pre impact, impact dan post impact c. Untuk mengetahui masalah apa saja yang muncul akibat dari ledakan bom bali 1

1.4 Sistematika Penulisan LEMBAR JUDULLEMBAR PENGESAHANDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR BAGANDAFTAR GAMBARDAFTAR SINGKATANDAFTAR LAMPIRANBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Identifikasi Masalah1.3 Tujuan 1.4 Sistematika PenulisanBAB II KAJIAN PUSTAKABAB III TINJAUAN KASUS3.1 Uraian Kasus3.2 Identifikasi Kasus3.3 Permasalahan yang mungkin munculBAB IV ANALISA PEMBAHASANBAB V KESIMPULAN DAN SARANDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRANBAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Penanggulangan Bencana 1.1.1 Definisi Menurut UU. No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Bencana merupakan peristiwaataurangkaianperistiwa yg mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yg disebabkan baikolehalamdan/atau non-alam maupun faktor manusiasehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakanlingkungan,kerugianhartabenda, dan dampak psikologis.Bencana dapat juga didefinisikan sebagai situasi dankondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.1.1.2 Jenis-jenis bencana :Memurut depkes a. Bencana alam ( natural disaster) yaitu kejadian kejadian alami seperti banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, angin topan dan lain sebagainyab. Bencana akibat ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian kejadian karena perbuatan manusia seperti kecelakaan transportasi (udara, darat dan laut), kebakaran, huru-hara, ledakan bom, sabotase dan lainnya.1.1.3 Tingkat kerusakan Total collapse: Kerusakan infrastruktur menyuluruh Partial collapse: Kerusakan infrastruktur bersifat partial Functional collapse: Tidak terjadi kerusakan infrastruktur yang berarti, tetapi fungsi pemerintahan, instansi dan fungsi rumah sakit terhenti karena stafnya ikut menjadi korban.

1.1.4 Penanggulangan Bencana Penanggulangan bencana UU No. 24 Tahun 2007 mendefinisikan penanggulangan bencana atau disaster management sebagai serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahann bencana, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Bencana seringkali mengakibatkan keadaan yang kacau atau chaos yang pasti mengganggu kegiatan normal sehingga hasil yang dicapai tidak optimal. Melalui manajemen bencana yang baik, keadaan kacau akan tetap terjadi, namun diusahakan agar waktunya sesingkat mungkin sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal. Ada 3 aspek mendasar dalam manajemen bencana yaitu Respons terhadap bencana, Kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan Minimisasi (mitigasi) efek bencana. Ketiga aspek manajemen bencana tersebut bersesuaian dengan fase-fase dalam apa yang disebut siklus bencana.

Gambar 2.1. Siklus Penanganan BencanaA. Fase Tanggap Darurat ( Fase Repesif sekitar 2 minggu pertama)Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Peran petugas kesehatan pada fase tanggap darurat bencana Penanganan Pasien Darurat :a. Evakuasi korban Evakuasi korban dari tempat terjadinya ledakan ke tempat yang luas dan aman.b. Petugas TriasePetugas triase adalah dokter dan perawat terlatih yang bertugas untuk memilah korban menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya. Jumlah staf yang diperlukan setiap kejadian bencana ditetapkan oleh Komandan Penanggulangan Bencana dan Kedaruratan dengan ketentuan sebagai berikut:Estimasi kebutuhan tenaga kesehatan dilokasi bencana :1. Untuk jumlah penduduk / pengungsi antara 10.000-20.000 orang : Dokter umum : 4 orang Perawat : 10-20 orang Bidan : 8-16 orang Apoteker 2 orang Penatalaksanaan labolatorium :2 orang Epidemiolog : 2 orang Entomolog : 2 orang Sanitarian : 4-8 orang Tenaga teknisPetugas triase akan memilah korban kedalamlima kelompok untuk kepentingan pengobatan. Setiap korban akan diberikan kode bencana berupa tag warna oleh petugas triase yang menunjukkan tingkat keparahan cedera dan wilayah tempat korban akan dibawa untuk perawatan. Tag bencana harus tersedia setiap saat trjadi bencana dan disiapkan di lokasi triase.a) Merah : cedera berat yang mengancam jiwa serta memerlukan pertolongan segerab) Hijau : cedera minimal yang tidak memerlukan perawatan dan alat transportasic) Biru : cedera ringan yang membutuhkan perawatan medis dapat dievakuasid) Kuning : cedera serius tetapi tidak mengancam jiwa tetapi memerlukan pertolongan secepatnya.e) Hitam : pasien meninggal yang akan selanjutnya akan dipindahkan ke Rumah Sakit terdekat untuk proses identifikasi.Setiap korban akan diidentiifikasi oleh petugas triase dengan tag yang berisi identitas pasien seperti nama, umur, pekerjaan, sifat cedera, kategori cedera, masalah kesehatan termasuk riwayat alergi jika diketahui. Jika tag telah dilengkapi sebagaimana yang dijelaskan diatas, maka 1 copy tag disimpan sebagai catatan klinis. Semua tag disimpan sampai bencana selesai dan kemudian disampaikan ke rekam medis untuk dibuatkan catatan resminya sebagai informasi. Satu salinan lagi di tempelkan pada korban.c. Petugas life supportSelanjutnya para korban di tangani oleh petugas life support, bertugas untuk melakukan upaya agar tetap hidup sesuai konsep kegawatandaruratan ( airway, breathing, cirrculation, disability dan exsposure) yang dilaksanakan sesuai dengan kategori yang ada dalam triase tag, dalam tahap ini juga tetap dilakukan triase untuk memprioritaskan tindakan selanjutnya sesuai dengan perkembangan fisik korban.

d. Petugas evakuasiPetugas evakuasi bertugas melakukan evakuasi korban dari lokasi ledakan bom ke Rumah sakit, masing-masing ambulance harus ada minimal 2 orang petugas medis yang terampul dalam penanganan kegawatdaruratan, karena dalam perjalanan korban harus dipastikan dalam keadaan aman, karena untuk mencegah terjadinya kemungkinan perubahan kondisi korban menjadi lebih buruk pada saat perjalanan menuju rumah sakit.e. Logistika) Bertanggung jawab terhadap ketersediaan fasilitas (peralatan medis, APD, BMHP, obat-obatan, makanan dan minuman, linen dan lain-lainb) Bertanggung jawab pada ketersediaan dan kesiapan komunikasi internal maupun eksternalc) Menyiapkan transportasi untuk tim, korban bencana dan yang memerlukan.d) Menyiapkan area untuk isolasi dan dekontaminasi (bila diperlukan)

B. Fase Pasca Darurat/Bencana ( Fase Rehabilitatif 2 Minggu 2 bulan - 2 Tahun)Pasca Bencana terdiri dari fase rehabilitasi dan rekontruksi, rehabilitasi merupakan perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Sedangkan Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. Peran perawat dalam fase rehabilitatif :a. Memberikan dukungan pemulihan mental bagi para korban.Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada masa bermain.

C. Fase Pencegahan & Mitigasi ( Fase Preventif) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaraan dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Upaya mitigasi dalam bencana ledakan bom akibat terorisme yaitu:a. Menanamkan nilai-nilai bela negara, patriotisme, nasionalisme,nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia. b. Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir Pancasila, dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa. c. Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi. d. Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam memerangi separatis. e. Melarang, dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk menggunakan kekuatan massa. f. Memberikan pelatihan kepada masyarakat atau instansi (kantor, hotel, restoran, sekolah) terhadap ancaman ledakan bom, seperti berikut :g. Hal yang harus dilakukan apabila mendapatkan telepon ancaman bom :a) Pada saat menerima telepon ancaman bom Perpanjang pembicaraan selama mungkin Perhatikan bunyi-bunyi selain suara penelpon seperti latar musik, suara, pesawat dan bunyi-bunyi lainnya. Catat karaksteristik suara-suara lainnya. Tanya dimana bomnya akan meledak dan kapan waktunya. Catat jika penelpon terindikasi menguasai dengan baik situasi melalui informasi yang disampaikannya. Laporkan kepada pihak yang berwenang yang ada secepatnya seperti polisi.b) Saat prosedur pencarian bom Setelah informasi lengkap disampaikan oleh petugas yang menerima telepon ancaman bom, keputusan untuk menimalisir ancaman dan kepanikan orang-orang yang ada ditempat tersebut, penyampaian isu dan persiapan untuk kedatangan bantuan. Polisi harus diberikan kewenangan penuh sejak kedatangannya, kerjasama dengan pihak kepolisian dan seluruh petugas yang terlibat sangat diperlukan. Karyawan yang memegang master key atau kunci cadangan harus berada di tempat dan mengikuti pergerakan petugas pencari bom jika diperlukan. Waspadai benda-benda mencurigakan dan letaknya terisolasi seperti kantong plastic, kardus atau benda-benda terbungkus lainnya Pencarian benda-benda mencurigakan meliputi seluruh ruang publik antara lain ruang tunggu, kantin, toilet dan tangga. Seluruh ruangan tersebut harus diperiksa secara teliti. Pencarian juga harus meliputi area-area terbatas atau tidak untuk umum jika penelpon mengindikasikan bahwa wilayah-wilayah tersebut tempatnya bom diletakkan Pengetatan keamanan harus segera diambil pada tempat pencarian sampai tempat tersebut dinyatakan bersih Lift harus dijaga untuk dipergunakan hanya oleh petugas yang berwenang. Jika menemukan sesuatu yang dicurigai sebagai bom, jangan menyentuhnya. Jauhkan orang-orang dari tempat tersebut dan minta bantuan dari tenaga

c) Evakuasi Jika bom ditemukan Petugas akan memberitahu pihak yang berwenang untuk menjinakan bom. PelaporanSetiap petugas yang terlibat dalam pencarian bom harus melapor hasil pencarian bom ke direktur atau pejabat tertinggi segera setelah proses pencarian dinyatakan selesai. Personel yang terlibat harus mempersiapkan laporan tertulis kronologis lengkap kepada direktur dan menggaris bawahi seluruh kesulitan yang ada pada saat proses pencarian. Laporan akan dipergunakan untuk merevisi prosedur acaman bom untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang timbul dimasa mendatang jika terjadi kejadian yang serupa.1.1.5 Peran perawat dalam manajemen bencanaMenurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu fase pre impact,impact,dan post impact.a. Fase pre impact merupakan warning phas. Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah,lembaga dan masyarakat.b. Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana. Inilah saat-saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup. Fase impact ini terus berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.c. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat. Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas normal. Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami tahap respons fisiologi mulai dari penolakan (denial),marah (angry),tawar menawar (bargaing),depresi (depression),hingga penerimaan (acceptance).A. Peran perawat dalam fase pre-impact pada tragedi bom :a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana.b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.

B. Peran perawat dalam fase impact pada tragedi bom :a. Bertindak cepatb. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukand. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinane. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.C. Peran perawat dalam fase post impacta. Pemuliahn kesehatan mental korbaan. Stress psikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.b. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsure lintas sektor menangani masalah keehatan masyarakat paska gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

BAB IIITINJAUAN KASUSBAB III3.1 Uraian kasusA. Kasus bom bali Bom Bali 2002(disebut jugaBom Bali I)adalah rangkaian tiga peristiwa pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal12 oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, walaupun jaraknya cukup berjauhan. Rangkaian pengeboman ini merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil yang juga bertempat di Bali pada tahun 2005. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau cedera, kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang berkunjung ke lokasi yang merupakan tempat wisata tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai peristiwaterparah dalam sejarah Indonesia. Data dari Museum Polri Pusat Sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa tragedi ini mengakibatkan 202 orang tewas, 164 orang diantaranya warga asing dari 24 negara, 38 orang lainnya warga Indonesia, 209 orang mengalami luka-luka, dan mengakibatkan 422 unit fasilitas publik rusak, di antaranya jaringan telepon, listrik dan saluran PDAM.B. Waktu dan Tempat KejadianBom Bali 2002 ( disebut juga bom bali 1) adalah rangkaian tiga peristiwa pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di Paddys Pub dan Sari Club (SC) di jalan Legian, Kuta, Bali. Sedangkan ledakan terkahir di Remon dekat kantor Konsulat Amerika Serikat, walaupun jaraknya berjauhan. Ledakan bom ini mengakibatkan 202 orang tewas, 164 orang diantaranya warga asing dari 24 negara, 38 orang lainnya warga Indonesia, 209 orang mengalami luka-luka, dan mengakibatkan 422 unit fasilitas publik rusak, di antaranya jaringan telepon, listrik dan saluran PDAM.Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini menyimpulkan bom yang digunakan berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club merupakan bom RDX berbobot antara 50-150kg. Kegiatan identifikasi dilaksankan setiap hari mulai tanggal 13 Oktober 2002 mulai pukul 08.00 s/d 18.00 WITA bertempat di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, Bali.

C. Peta lokasi kejadian

3.1 gambar peta lokasi bencana baliD. Jenis Bencana pada bom baliJenis bencana pada kejadian ini termasuk jenis bencana non alam, artinya bencana yang disebabkan oleh ulah manusiaE. Tingkat kerusakan pada bom baliTingkat kerusakan yang terjadi pada bom bali adalah termasuk tingkat kerusakan partial collaps, karena kerusakan yang terjadi hanya sebagian, dan masih ada rumah sakit rujukan yang bisa digunakan.3.2 Manajemen penanggulangan bencana pada kasus bom bali3.2.1 Tanggap darurat bencana bom baliUpaya tanggap darurat pada kejadian bom, harus menunggu keadaan tenang dahulu dan biarkan petugas kepolisian, TNI dan tim aparat lain yang bertindak terlebih dahulu. Kemudian setelah itu peran perawat segera bertindak agar tidak menjadikan menambah korban yang ada. Kegiatan yang harus dilakukan apabila keadaan telah tenang adalah sebagai berikut : Penyelamatan dan evakuasi korban maupun harta benda Pemenuhan kebutuhan dasar bagi para korban Perlindungan Penyelamatan korban yang masih hidup Pemulihan prasarana dan sarana.A. Peran petugas kesehatan pada fase tanggap darurat bencana Penanganan Pasien Darurat :a. Evakuasi korban Evakuasi korban dari tempat terjadinya ledakan ke tempat yang luas dan aman.b. Petugas TriasePetugas triase adalah dokter dan perawat terlatih yang bertugas untuk memilah korban menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya. Berikut ini petugas kesehatan yang di perlukan pada kejadian bom bali :a) Dokter umum 1 orangb) Petugas evacuation 4 orangc) Petugas triase minimal 2 orang d) Petugas life support 4 orang e) Psikolog 1 orang.f) Bidan 2-4 orangg) Apoteker 1 orang

Petugas triase akan memilah korban kedalamlima kelompok untuk kepentingan pengobatan. Setiap korban akan diberikan kode bencana berupa tag warna oleh petugas triase yang menunjukkan tingkat keparahan cedera dan wilayah tempat korban akan dibawa untuk perawatan. Tag bencana harus tersedia setiap saat trjadi bencana dan disiapkan di lokasi triase.a) Merah : cedera berat yang mengancam jiwa serta memerlukan pertolongan segeraPada kejadian bom bali terdapat paling banyak mengalami cedera berat, baik cedera berat akibat benturan ataupun akibat ledakan bom.

b) Hijau : cedera minimal yang tidak memerlukan perawatan dan alat transportasi Korban yang berlabel warna hijau pada kejadian bom bali terdapat lebih sedikit daripada yang berlabel merahc) Biru : cedera ringan yang membutuhkan perawatan medis dapat dievakuasiTerdapat banyak pula korban yang berlabel biru, namun beruntungnya korban bisa segera dirujuk ke pelayanan kesehatan terdekat.d) Kuning : cedera serius tetapi tidak mengancam jiwa tetapi memerlukan pertolongan secepatnya.Pada kejadian bom bali banyak juga yang mengalami label warna kuning. Dari seluruh label yang ada pada kejadian bom bali tersebut baik yang label merah, hijau, biru, kuning, yang dirujuk ke beberapa rumahsakit terdekat adalah sebagai berikut : RSUP sanglah

1. Ivan Paul Lawerson (inggris)2. Maryking (Inggris)3. Tamie (Inggris)4. Aaron (Inggris)5. Liury (Australia)6. Marion (Swiss)7. Ryan James (Australia)8. Michravc (Perancis)9. Natali (Autralia)10. Brooke (Australia)11. Ingrid Rymee (Jerman)12. Tracy Ball (Australia)13. Samantaa Wood Gate (Asutralia)14. Leane Wood Gate (Australia)15. Donna Richardson (Asutralia)16. David Demosan (Australia)17. Hilda (norwegia)18. Neil William (Asutralia)19. Cuufa (Asutralia)20. Frank (Jerman)21. Ivan Paul Lawerson (inggris)22. Maryking (Inggris)23. Tamie (Inggris)24. Paul Welfare (Jerman)25. Julian (Jerman)26. Ben Daris (Australia)27. Berrit Meyer (Jerman)28. Aaron (Inggris)29. Liury (Australia)30. Marion (Swiss)31. Ryan James (Australia)32. Michravc (Perancis)33. Natali (Autralia)34. Brooke (Australia)35. Ingrid Rymee (Jerman)36. Tracy Ball (Australia)37. Samantaa Wood Gate (Asutralia)38. Leane Wood Gate (Australia)39. Donna Richardson (Asutralia)40. David Demosan (Australia)41. Hilda (norwegia)42. Neil William (Asutralia)43. Cuufa (Asutralia)44. Frank (Jerman)45. Fillau (Italia)46. David (Australia)47. Cristian (Afrika)48. Chad Wood (Autralia)49. Acram Serta (Australia)50. Lynly Auguenin (Australia)51. Indrew (Newzealand),52. Budiarta (Indonesia)53. Widodo (Indonesia)54. Gede Tanggal (Indonesia)55. Julie Stevenson56. Andrew Crook (New Zealand)57. Travis Barton (Australia)58. Dale (Australia59. Putu Mardika (Indonesia)60. Made Martini (Indonesia)rata-rata umur 16-25 tahun61. Aldo62. Devy63. Wayan64. Suwardana

65. Andreas66. Canbis67. Alit Margatini68. Dewi69. Iwan70. Anom71. Gede Budiyasa72. Bambang Suwito73. Cica74. David (Australia)75. Stefen (Australia)76. Graham (Inggris)77. James78. Charles79. Vander (Perancis)80. Finder (Perancis)81. Mejer (Jerman)82. Jesica (Swedia)83. Rusli84. Him (Irlandia)85. Mathen86. Supri87. Michael (Australia)88. Hannes (Jerman)89. David90. Phr (Australia)91. Made Ardika92. Sabri93. Mister X94. Toni Vallas95. Megan96. Ross Keon (ausyralia)97. Wayan Sumitra (Indonesia)98. Kristel (tak diketahui)99. I Gede Kidemen (Indonesia)100. Artana (Indonesia)101. Sri Wahyuni, (Indonesia)102. Camilla (tak diketahui)103. Antonius104. Adam105. Agustade106. Bastian107. Eka Peretama108. Budi Ardika109. Pieter110. Racheal111. Julian (Jerman)112. Kasper (Westerling)113. Iin (Hongkong)114. Glen Foster (Australia)115. Agus Rusli (Lombok)116. Inge (Surabaya)117. Samuel (Australia)118. Leanea (Australia)119. Tila (Australia)120. Julie (belum diketahui)121. Tracy (tak diketahui)

1

RS TNI ADRS Darma husadaRS wangayaRS Puri Raharja RSUD Kapal

1. Aaron Rasson (Australia)2. Cysen (Australia)3. Yani (Indonesia)4. Andrean5. Robson (Australia)6. Mitth Ryan (Australia)7. Adam (Australia)8. Tissot (Swiss)9. Suryanto (Indonesia)10. Lina Marpaung (Indonesia)11. Paul Hares12. Kamis13. Suaron14. Wayan KaranRumbawa15. KotimahBen Kaliwae (Australia)16. Hendriape (Denmark)17. Sugiarta (Australia)18. Louise19. Rachel Graffit (Inggris)20. Nicole21. Leans Chreefe (Australia)22. Aaftee(Australia)23. Johan24. Kemiko Karda25. Kyoko26. Lanang Ngurah27. Simo Uref (Australia)28. Sabri29. Sabri30. Nyoman KarmaWayan Suryani1. Maria Antonete (Perancis)2. Made Latri, (Indonesia)3. Hamid4. Hermin (Indonesia5. Janin (Indonesia).1. Elisabeth (Norwegia)2. Adam(Australia)3. Kahobram (Jepang)4. Santra (Inggris)5. Endang (Indonesia)6. David (Australia)Richard (Kanada)

1. Izaack (Kanada)2. Esa Martini (Swedia)3. Leon (Afrika Selatan)4. Julie (Australia)1. I da Bagu2. I Gusti Ngurah Artawan

RS Surya HusadaRS Kasih IbuRS Sos Medika2RS Prima MedikaRS Darma Yadnya

1. Jacob Ryan (Australia)2. Mile (Australia)3. Kevin (Inggris)4. Andrew (Australia)5. Baird (Skotlandia)6. Arnold7. Ayu Sila (Indonesia)8. Widi (Indonesia)9. Nur Indah (Indonesia)10. Made Lanang (Indonesia)11. Komang Sucita (Indonesia)12. Ibu Rayeg (Indonesia)13. Made Juni (Indonesia)Keter1. Lara2. Mulyana (Indonesia)3. Katel (Inggris)4. Gregory (Australia)5. Scott (Australia)6. Philip7. Coronky (Australia)8. Mike (New Zealand)9. Paul (Australia)10. Calvin (New Zealand)11. Morgana (AS)12. Jhon Morgan (Australia)13. Cici (Indonesia)14. Alexander (Indonesia)15. Wine (Australia)16. Doglan (Inggris)17. Sophi (Kanada)18. Lepenther (Australia)19. Jefry (Kanada)Oriti (Indonesia)1. Morzon Karla (Peru)2. Batra Julu (Peru)3. Simas G Carlon (Brasil)4. Games (Australia)5. Ugate (Peru)6. Pascal Tissoy (Swiss)7. Kimona8. Jason9. Shopie (Kanada)10. David (Australia)11. Mathew (Australia)12. Michael (New Zealand)13. Richard Keane (New Zealand)14. Daniel (Australia)15. Anne (Inggris)16. Willem (Belanda)Luoida (Inggris)1. Carren Smith (Australia)2. Theresa Fox (Australia)3. Nick (Inggris)4. Melinda Kamp (Australia)5. Kalingan (Yunani)6. Saito (Jepang)7. Brendan (Australia)8. Don Swith9. Raghild (Norwegia)10. Hilda (Norwegia),11. Hanssen (Denmark)Thostruz (Denmark)I Ketut Ardika (Indonesia)

Tabel 3.1 Daftar Nama Korban Luka-luka di RSUP Sanglah

e) Hitam : pasien meninggal yang akan selanjutnya akan dipindahkan ke Rumah Sakit terdekat untuk proses identifikasi.Pada kasus bom bom bali 1 yang label hitam terdapat 202 orang dan bom bali 2 terdapat 23 Selain warga negara asing (WNA), banyak juga warga negara Indonesia yang menjadi korban bom di Bali. WNA yang paling banyak menjadi korban adalah warga negara Australia dan Inggris. Sementara korban dari AS yang menderita luka tercatat hanya 1 orang.Dilaporkan jumlah korban yang meninggal pada bom bali 1 adalah sejumlah 202 orang dan pada bom bali 2 adalah sebanyak 23 orang.

NoKewarganegaraanJumlah

1Australia88

2Indonesia38

3Britania Raya26

4Amerika Serikat7

5Swedia5

6Belanda4

7Perancis4

8Denmark3

9Selandia Baru3

10Swiss3

11Brasil2

12Kanada2

13Jepang2

14Afrika Selatan2

15Korea Selatan2

16Ekuador1

17Yunani1

18Italia1

19Polandia1

20Portugal1

21Taiwan1

Tabel 3.2 Daftar Korban Meninggal

c. Petugas life supportDalam bencana ledakan bom ini terdapat 209 orang luka-luka, menurut perhitungan estimasi korban petugas life support minimal 4 orang. Petugas life support, bertugas untuk melakukan upaya agar tetap hidup sesuai konsep kegawatdaruratan ( airway, breathing, cirrculation, disability dan exsposure) yang dilaksanakan sesuai dengan kategori yang ada dalam triase tag, dalam tahap ini juga tetap dilakukan triase untuk memprioritaskan tindakan selanjutnya sesuai dengan perkembangan fisik korban. Selanjutnya para korban dirujuk ke rumah sakit terdekat sekitar ledakan untuk mendapat perawatan yang selanjutnya. Berikut ini adalah daftar pelayanan kesehatan terdekat dari kejadian bom bali :NoTempatAlamat

1Puskesmas kuta IJl. Raya Kuta No.117, Kel. Kuta, Kec. Kuta

2RSUP SangalahJl.Diponegoro, Denpasar,Bali 80114

3RS TNI ADJl. Ngurah Rai, Kec. Buleleng, Buleleng, Bali 81113

4RS Drama husadaJalan Yudistira No.7, Singaraja, Kec. Buleleng, Bali 81117

5RS WangayaJl. Kartini No.133, Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali 80231,

6RS Puri raharjaNo.25, Tim.,, Jl. Wr. Supratman, Kota Denpasar, Bali 80236,

7RSUD kapalJalan Raya Kapal, Mangupura, Kabupaten Badung, Bali 80351

8RS surya HusadaJl. Serangan No. 7, Bali, Indonesia

9RS kasih ibu

10RS Darma YadnyaJl. WR. Supratman No. 256, Tohati, Jl. Wage Rudolf Supratman, Bali,

11RS Sos Medika 2Jl. By Pass Ngurah Rai No.505X, Denpasar Sel., Kota Denpasar, Bali 80361

12RS Prima MedikaJl. Pulau Serangan No.9X, Denpasar Bar., Kota Denpasar, Bali 80232

13Puskesmas kuta IIJl. Sri Rama Legian Kel. Legian, Kec. Kuta

14Puskesmas kuta selatanKelurahan Benoa Kec. Kuta Selatan

15Puskesmas kuta utaraJl. Raya Kesambi Kerobokan, Kec. Kuta Utara

Tabel 3.3 tempat pelayanan kesehatan terdekat

d. Petugas evakuasiPetugas evakuasi dalam bencana ledakan bom minimal 4 orang, bertugas melakukan evakuasi korban dari lokasi ledakan bom ke Rumah sakit, masing-masing ambulance harus ada minimal 2 orang petugas medis yang terampil dalam penanganan kegawatdaruratan, karena dalam perjalanan korban harus dipastikan dalam keadaan aman, karena untuk mencegah terjadinya kemungkinan perubahan kondisi korban menjadi lebih buruk pada saat perjalanan menuju rumah sakit.e. Logistik pada kasus bom balia. Bertanggung jawab terhadap ketersediaan fasilitas Peralatan medis seperti : termometer, oksigen, kasa, NaCl, hekting set, plester, necoller, spalk, folding stretcher Peralatan airway : mounth gage, OPA ( oro pharyngeal airway), NPA ( naso pharyngeal airway), laringoscope set, ETT (endotraceal tube) Peralatan breathing : tabung oksigen, nasal kanul, non rebreathing mask, bag valve and mask Peralatan circulation : infus set, transfusi set, APD yang harus digunakan seperti : hand scoon, baju anti api, masker Obat obatan yang diperlukan seperti : obat anestesi, obat analgetik, anti inflamasi Minuman dan makanan Alat tulisb. Bertanggung jawab pada ketersediaan dan kesiapan komunikasi internal maupun eksternalAlat komunikasi yang diperlukan adalah : HP, HTc. Menyiapkan transportasi untuk tim, korban bencana dan yang memerlukan.Alat transportasi yang dipergunakan adalah ambulance yang tersedia adalah ambulance advance yang dilengkapi dengan peralatan airway, peralatan breathing dan oksigenasi, peralatan circulation, peralatan monitor dan resusitasi, peralatan bedah minor, peralatan stabilisasi dan ekstriksi dan peralatan habis pakai dan obat obatan emergency.d. Menyiapkan area untuk isolasi dan dekontaminasi (bila diperlukan)

3.2.2 Fase Pasca Darurat/Bencana ( Fase Rehabilitatif 2 Minggu 2 bulan - 2 Tahun)Peran perawat dalam fase rehabilitatif :a. Memberikan dukungan pemulihan mental bagi para korban.Para korban ledakan bom biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada masa bermain. b. Memberikan dukungan pemulihan bagi korban yang cacat Perawat memberikan pelatihan dalam memakai alat bantu Menghadirkan orang-orang yang mengalami kejadian serupa dan membagikan cerita bagaimana mereka bisa bangkit, jangan ada kata-kata yang memaksa seperti harus begini atau begitu. Apa yang harus mereka lakukan dirumuskan dan datang dari mereka sendiri. Misalnya, menyampaikan bahwa situasi memang berubah, tapi jangan ada penyangkalan terhadap perubahan itu. Karena ini bukan akhir hidup, justru mereka harus mengoptimalkan potensinya3.2.3 REKONSTRUKSIMemberikan dukungan pemulihan bagi masyarakat sekitar ledakan boma. Terapi psikologBerikut adalah uraian tentang tugas psikologis klinis dalam layanan psikologis tersebut :a) AssessmentAssessment merupakan proses pemeriksaan dan pengkajian yaitu mengumpulkan data, menilai, menimbang-nimbang data yang untuk mengambil kesimpulan. Fungsi assessment ini adalah untuk mengambil keputusan untuk membuat gambaran tentang korban bencana yang mengalami gangguan dan untuk menguji hipotesis gangguan psikologis korbanb) Pemberian treatment/terapiSetelah dilakukan assessment dan korban bencana telah dibagi kedalam kelompok-kelompok sesuai dengan jenis gangguan yang mereka alami yang berdasarkan usia korban, maka tindakan psikolog selanjutnya adalah memutuskan terapi apa yang sesuai untuk menangani gangguan psikologis tersebut agar ganggguan psikologis tersebut tidak berkepanjangan dan tidak berkembang menjadi lebih buruk.Dalam melakukan terapi psikologis tersebut, diharapkan psikolog klinis mampu : Menjalin relasi menolong dengan korban bencana melalui pendekatan psikologis Mendengar aktif terhadap eksplorasi psikis yang dilakukan oleh bencana melalui keluhan-keluhannya Menjalin kerjasama dengan korban bencna alam untuk mencari jalan keluar bagi persoalan psikologis yang sedang mereka hadapi, sekaligus meningkatkan optimasi potensi fungsi mental mereka Mengajarkan keterampilan dalam mengatasi tekanan (stres) dan mengendalikan otonomi para korban dalam meningkatkan efektivitas kehidupan mereka Bersikap empati, artinya psikolog memasuki dunia pengalaman para korban secara utuh dan penuh, melihat dunia mereka seperti mereka melihat dunianya, tanpa ada penilaian Membantu para korban untuk mengatur diri mereka sendiri, memilih prioritas dan membuat perencanaan akan kehidupan mereka dimasa depan Menggunakan bahasa non verbal seperti sentuhan tangan, penumpangan tangan, penggunaan minyak dan sebagainya untuk trauma, stress dan distres, releasing, bila memungkan dan sesuai budaya setempatc) Evaluasi program treatment/terpiSetelah dilakukan terapi pada korban bencana maka tugas psikolog klinis selanjutnya adalah melakukan evaluasi program terapi untuk melihat efek terapi yang telah diberikan. Seorang tim psikolog harus mengevaluasi apakah terapi yang diberikan kepada korban bencana sudah efektif atau masih perlu diperbaiki dan ditambah dengan terapi lain.3.2.4 Fase Pencegahan & Mitigasi ( Fase Preventif) Upaya mitigasi dalam bencana ledakan bom akibat terorisme yaitu:a. Menanamkan nilai-nilai bela negara, patriotisme, nasionalisme,nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.b. Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir Pancasila, dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa. c. Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.d. Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam memerangi separatis. e. Melarang, dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk menggunakan kekuatan massa. f. Memberikan pelatihan kepada masyarakat atau instansi (kantor,hotel,restoran,sekolah) terhadap ancaman ledakan bom, seperti berikut :a) Hal yang harus dilakukan apabila mendapatkan telepon ancaman bom : Perpanjang pembicaraan selama mungkin Perhatikan bunyi-bunyi selain suara penelpon seperti latar musik, suara, pesawat dan bunyi-bunyi lainnya. Catat karaksteristik suara-suara lainnya. Tanya dimana bomnya akan meledak dan kapan waktunya. Catat jika penelpon terindikasi menguasai dengan baik situasi melalui informasi yang disampaikannya. Laporkan kepada pihak yang berwenang yang ada secepatnya seperti polisi.

b) Saat prosedur pencarian bom Setelah informasi lengkap disampaikan oleh petugas yang menerima telepon ancaman bom, keputusan untuk menimalisir ancaman dan kepanikan orang-orang yang ada ditempat tersebut, penyampaian isu dan persiapan untuk kedatangan bantuan. Polisi harus diberikan kewenangan penuh sejak kedatangannya, kerjasama dengan pihak kepolisian dan seluruh petugas yang terlibat sangat diperlukan. Karyawan yang memegang master key atau kunci cadangan harus berada di tempat dan mengikuti pergerakan petugas pencari bom jika diperlukan. Waspadai benda-benda mencurigakan dan letaknya terisolasi seperti kantong plastic, kardus atau benda-benda terbungkus lainnya Pencarian benda-benda mencurigakan meliputi seluruh ruang publik antara lain ruang tunggu, kantin, toilet dan tangga. Seluruh ruangan tersebut harus diperiksa secara teliti. Pencarian juga harus meliputi area-area terbatas atau tidak untuk umum jika penelpon mengindikasikan bahwa wilayah-wilayah tersebut tempatnya bom diletakkan Pengetatan keamanan harus segera diambil pada tempat pencarian sampai tempat tersebut dinyatakan bersih Lift harus dijaga untuk dipergunakan hanya oleh petugas yang berwenang. Jika menemukan sesuatu yang dicurigai sebagai bom, jangan menyentuhnya. Jauhkan orang-orang dari tempat tersebut dan minta bantuan dari tenaga

c) Evakuasi Jika bom ditemukan Petugas akan memberitahu pihak yang berwenang untuk menjinakan bom. Pelaporan Setiap petugas yang terlibat dalam pencarian bom harus melapor hasil pencarian bom ke direktur atau pejabat tertinggi segera setelah proses pencarian dinyatakan selesai. Personel yang terlibat harus mempersiapkan laporan tertulis kronologis lengkap kepada direktur dan menggaris bawahi seluruh kesulitan yang ada pada saat proses pencarian. Laporan akan dipergunakan untuk merevisi prosedur acaman bom untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang timbul dimasa mendatang jika terjadi kejadian yang serupa.3.3 Permasalahan yang mungkin munculKita bisa mengetahui bahwa kasus terorisme dapat membawa dampak yang sangat buruk bagi semua orang. Terorisme bukan hanya membawa dampak psikis tapi jauh lebih daripada itu terorisme menjadi ancaman pula bagi keadaan ekonomi, sosial, serta keamanan. Kegiatan terorisme seperti yang terjadi di Bali tersebut berdampak sangat besar bagi Bangsa Indonesia khususnya dan bagi dunia pada umumnya.a. Permasalahan yang mungkin muncul dari segi ekonomiSalah satu dampak yang dirasakan dari adanya aksi tersebut bagi kehidupan masyarakat Bali yaitudari segi ekonomi pendapatan pemerintah dan warga menurun sebagai akibat langsung dari aksi bom Bali.Hal tersebut mengakibatkan pariwisata di Bali sempat terpuruk beberapa tahun setelah kejadian Bom Bali I. Saat keadaan pariwisata tersebut sedang kembali dibangun, Bom Bali II menyusul sehingga membuat suasana pariwisata di Bali semakin kacau. Banyak turis asing bahkan domestik yang enggan melakukan kunjungan wisata ke Pulau Bali karena takut jiwa mereka akan terancam. Kondisi perekonomian di Bali saat itu menurun karena berkurangnya jumlah wisatawan, padahal kita semua sudah mengetahui bersama bahwa Bali adalah Pulau yang mendapatkan banyak penghasilan dari kegiatan pariwisata.b. Permasalahan yang mungkin muncul dari segi sosialSelain itu dampak lain yang dirasakan juga yaitudari segi sosial dimana para korban bom Bali tersebut akan mengalami trauma mendalam akibat kejadian tersebut. Sehingga berdampak sangat tidak baik bagi kejiwaan mereka. Sebagian masyarakat yang tinggal di Balipun akan merasa tidak aman lagi untuk bertempat tinggal di Bali. Akan mulaimuncul rasa curiga mereka terhadap orang yang tidak dikenalnya. Hal ini karenakenyamanan yang mereka miliki sudah terusik dengan adanya aksi terorisme tersebut.c. Permasalahan yang mungkin muncul dari segi kesehatanPermasalahan yang mungkin muncul akibat ledakan bom terutama masalah kesehatan antara lain : a) InjuryCedera yang dialami berupa luka bakar,fraktur terbuka atau tertutup, luka robek/ luka sayat, luka tusuk, luka terhantam benda tumpul,Cedera yang dialami pada korban bom bali antara lain : Trauma tumpul Cedera otak Fraktur tulang Cedera ektremitas inferior dan atau superior Cedera rusuk, cedera kepala Cedera vertebra Cedera organ interna Dekompressi : hypoksia Luka bakar Cedera saluran nafas atas Penurunan partial O2b) Emotional stressKorban ledakan bom mengalami trauma dalam berbagai tingkatan (ringan sampai berat).c) Mialgia

BAB IVANALISIS MASALAH DAN PEMBAHASAN

A. Faktor internala. Kekuatan (strengh-S) Memiliki aparat polisi , Detasmen khusus anti terorisme 88 (densus88), TNI dan intelejen Sudah melakukan sosialisasi nilai-nilai pancasila, pemahaman ideologi. Memiliki strategi khusus terkait masalah terorisme Memiliki badan khusus untuk menanggulangi terorisme yaitu Badan Nasinal Penanggulangan Terorisme (BNPT) Memiliki rumahsakit rujukanb. Kelemahan (weakness W)1. Sulitnya mendeteksi aksi terorisme yang semakin merajalela.2. Semakin bertambahnya aksi terorisme dari berbagai negara.3. Semakin bebasnya pengunjung yang datang ke bali

B. Faktor eksternala. Peluang (opportunity- O)1. Banyaknya pihak yang perduli terhadap lingkungan sehingga dapat memberikan ide atau gagasan dalam penanggulangan aksi terorisme2. Mempunyai kerjasama internasional

b. Ancaman (threats T)1. Marakmya aksi terorisme yang dilakukan oleh warga negara Indonesia yang bekerja sama dengan warga negara asing2. Semakin gencarnya penyebaran suatu agama yang berindikasi terorisme3. Banyaknya warga negara asing yang menikah dengan warga bali dan tinggal dibali4. Strategi SO : strategi pemanfaatan seluruh kekuatan dan peluang sebesar-besarnyaa. meningkatkan upaya penertiban dan pengawasan terhadap tata niaga dan penggunaan bahan peledak, bahan kimia, senjata api, dan amunisi di lingkungan TNI, Polri, instansi pemerintah lainnya, dan masyarakat.b. terus mempersempit ruang gerak pelaku kegiatan terorisme, terutama melalui peningkatan upaya penertiban dan pengawasan terhadap lalu lintas orang dan barang di bandara, pelabuhan laut, wilayah perbatasan, termasuk pula lalu lintas aliran dana domestik dan antar negara5. Strategi ST : strategi menngunakan kekuatan untuk mengatasi ancamana. Pemerintah mensosialisasikan ancaman hukum bagi pelaku pengeboman kepada masyarakat agar timbul rasa takut apabila melakukaknnyab. melanjutkan upaya pengkajian mendalam bekerja sama dengan akademisi, tokoh masyarakat, dan tokoh agama dalam rangka mengidentifikasi permasalahan yang berkembang di kalangan masyarakat dan menjadikannya target infiltrasi jaringan terorisme

6. Strategi WO : strategi mengatasi kelemahan dengan memenfaatkan peluanga. meningkatkan kerja sama intelijen, baik antarinstansi yang memiliki unit intelijen di dalam negeri maupun bekerja sama dengan jaringan intelijen internasional melalui tukar-menukar informasi dan bantuan lainnyab. melakukan kerja sama internasional dalam rangka pengungkapan jaringan terorisme internasional,

7. Strategi WT : strategi mengatasi kelemahan dan menghadapi ancamana. Melanjutkan kegiatan penanggulangan dan pencegahan terorisme, terutama secara preventif dengan didukung upaya pemantapan kerangka hukum sebagai dasar tindakan proaktif dalam menangani aktivitas pengungkapan jaringan terorismeb. Melakukan peningkatan kerja sama koordinasi dalam bidang intelijen dan penegakan hukum melalui peningkatan kapasitas desk antiterorisme dan revitalisasi Badan Koordinasi Intelijen Daerah (Bakorinda)c. Melakukan pengecekan anti bom pada setiap orang yang datang ke bali

BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanBom bali termasuk dalam kategori bencana akibat ulah manusia. Terdapat banyak sekali korban akibat dari hal tersebut. Manajemen disaster sangatlah diperlukan untuk bencana bom bali ini. Peran perawat dan tenaga kesehatan juga sangat penting pada kejadian bencana, termasuk bencana bom bali.Penanggulangan bencana UU No. 24 Tahun 2007 mendefinisikan penanggulangan bencana atau disaster management sebagai serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahann bencana, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Bencana seringkali mengakibatkan keadaan yang kacau atau chaos yang pasti mengganggu kegiatan normal sehingga hasil yang dicapai tidak optimal. Melalui manajemen bencana yang baik, keadaan kacau akan tetap terjadi, namun diusahakan agar waktunya sesingkat mungkin sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal. Ada 3 aspek mendasar dalam manajemen bencana yaitu Respons terhadap bencana, Kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan Minimisasi (mitigasi) efek bencana5.2 Saran Karena umumnya bahaya bencana dapat terjadi di mana saja dengan sedikit atau tanpa peringatan, maka sangat penting bersiaga terhadap bahaya bencana untuk mengurangi risiko dampaknya. Salah satu upayanya adalah sebagai berikut :a. Melalui pendidikan masyarakat, dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko bencana. b. Selain itu,agar masyarakat mengetahui langkah-langkah penanggulangan bencana sehingga dapat mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat bila terjadi ancaman, menyelamatkan diri, memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi agar menjadi masyarakat yang aman, mandiri dan berdaya tahan terhadap bencana. c. Selanjutnya perlu melanjutkan kegiatan penanggulangan dan pencegahan terorisme, terutama secara preventif dengan didukung upaya pemantapan kerangka hukum sebagai dasar tindakan proaktif dalam menangani aktivitas pengungkapan jaringan terorisme.d. Melakukan peningkatan kerja sama koordinasi dalam bidang intelijen dan penegakan hukum melalui peningkatan kapasitas desk antiterorisme dan revitalisasi Badan Koordinasi Intelijen Daerah (Bakorinda), e. Melakukan pengecekan anti bom pada setiap orang yang datang ke bali.

5.3

DAFTAR PUSTAKAMepsa,Putra.2012.Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap Bencana.20http://fkep.unand.ac.id/images/peran_mahasiswa_keperawatan_dalam_tanggap_bencana.docx. Diakses tanggal 15 November 2012Kholid, Ahmad S.Kep, Ns.Prosedur Tetap Pelayanan Medik Penanggulangan Bencana.

http://dc126.4shared.com/doc/ZPBNsmp_/preview.html. Diakses tanggal 15 November 2012Mursalin.2011.Peran Perawat Dalam Kaitannya Mengatasi Bencana. Diakses tanggal 15 November 2012.UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan bencana.http://suyuti1syamsul.blogspot.co.id/2012/01/pedoman-penanggulangan-bencanahttp://wahyualchemist.blogspot.co.id/2012/12/dilema-masalah-terorisme-di-bali.htmlhttps://www.academia.edu/6067495/Strategi_Pencegahan_dan_Penanggulangan_Terorisme_di_IndonesiaSource: Detik.ComYES - Semua Dot Com - For SALE - Click HEREHOME|Today's News|Shopping|Add URLCopyright1999-2002 SuratkabarCom Onlinehttps://www.academia.edu/6067495/Strategi_Pencegahan_dan_Penanggulangan_Terorisme_di_Indonesiahttps://prezi.com/wtrefwfxn2k4/manajemen-strategi-rsup-sanglah/https://id.wikipedia.org/wiki/Bom_Bali_2002http://suyuti1syamsul.blogspot.co.id/2012/01/pedoman-penaggulangan-bencana-dan.html