Download - Tugas Bedah Elsye. T

Transcript
Page 1: Tugas Bedah Elsye. T

Elsye E.Tanama

11.2014.002

Soal

1. Definisi syok dan macam-macam syok

2. Penanganan kekurangan cairan/dehidrasi

3. Jelaskan tentang perdarahan (ATLS dan penatalaksanaannya)

4. Jelaskan mengenai keseimbangan asam basa

5. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka, gambar!

6. Jelaskan tentang macam-macam jahitan!

7. Jelaskan mengenai set minor

8. Jelaskan berbagai macam anastesi

9. Jelaskan mengenai berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya!gambar!

10. Jelaskan mengenai berbagai macam cairan yang sering digunakan dan cara menghitung

tetesan!

Jawaban

1. Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang

menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigen jaringan dengan akibat

gangguan mekanisme homeostasis.

a. Syok hipovolemik

Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai

dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam

kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati

hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler

ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan interstitial.

Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok

hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%.

Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria

dgn berat badan 70 kg.

1

Page 2: Tugas Bedah Elsye. T

Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik

adalah (1) kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-

muntah, diare, diuresis, (2) perpindahan cairan internal seperti : hemoragi

internal, luka baker, asites dan peritonitis

b. Syok kardiogenik

Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang

mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.

Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non

koroner. Koroner, disebabkan oleh infark miokardium, Sedangkan Non-

koroner disebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung,

dan disritmia.

c. Syok septik

Adalah suatu keadaan dimana tekanan darah turun sampai tingkat yang

membahayakan nyawa sebagai akibat dari sepsis, disertai adanya infeksi

(sumber infeksi). Syok septik terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri

tertentu dan akibat sitokinesis (zat yang dibuat oleh system kekebalan untuk

melawan suatu infeksi). Racun yang dilepaskan oleh bakteri bias

menyebabkan kerusakan jaringan dan gangguan peredaraan darah.

Infeksi sistemik yang terjadi biasanya kerena gram negative yang

mnyebakan kolaps kardiovasekuler. Editoksin basil gram negative ini

meyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena

perifer. Selain itu terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan

kapasitas vasekuler karena vasodilatasi perifer meybebkan terjadinya

hipovilemia relative, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler

menyebakan kehilangan cairan intravasekuler ke intrertisial yang terlihat

sebagai udem. Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebebakan

penurunan perfusi jaringan melaikan karena tidak kemampuan sel untuk

menggunakan oksigen kerena toksin kuman.

d. Syok anafilatik

Adalah suatu reaksi alergi yang cukup serius. Peyebabnya biasa

bermcama-macam mulai dari makan,obat, minum,obat-obatan, bahan kimia

2

Page 3: Tugas Bedah Elsye. T

dan gigitan serangga. Disebut serius karena kondisi ini dapat meyebabkan

kematian dan memerlukan rindakan medis segera.

Jika seorang seorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi

kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul rekasi hipersentivitas.

Antigen yang bersangkutan terikat pada antibody dipermukaan sel mast

sehingga terjadi degranulasi, pegeluaran histamine, dan zat vasoaktif lain.

Keadaan ini meyebankan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler

myeluruh. Terjadi hipovolemi relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan

syok, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler meyebabkan udem. Pada

syok anafilatik, bias terjadi bronkospasme yang menurukan ventilasi.

2. Penanganan kekurangan cairan atau dehidrasi

a. Dehidrasi isotonik

Bila kalium keruang dikoreksi dan kembali kedalam sel, natirum akan

keluar dan masuk keruang ekstraseluler. Oleh karena masuknya natrium ke

ruang ekstraseluler yang berlebihan maka tidak diperlukan koreksi natrium

ekstraseluler pada terapi ini fase kedua, natrium dan air dalam 24 jam

pertama.

Air dan natrium yang diberikan pada fase pertama dihitung dari sisa

kebutuhan dalam 24 jam pertama.

Jumlah total koreksi cairan yang diberikan pertama dihitung dari

kehilangan cairan yang masih berlangsung dan kebutuhan normal pasien

ditambah dengan defisitnya.

b. Dehidrasi hipotonik

Terapi dibuat untuk menganti kehilangan natrium tambahan. Defisit

eksternum (mmol)=(135-perkiraan kadar natrium plasma(mmol/L)x

BB(kg)x0,6 lalu ditambahkan pada dehidarasi istonik)

c. Dehidrasi hipertonik

Secara silkulasi diperbaki, penurunan konsentasi matrium plasma dan

osmolalitas yang terlalu cepat, dapat meyebbakan air bergeser ke sel otak

3

Page 4: Tugas Bedah Elsye. T

yang sering kali menimbulkan kejang. Penurunan natrium plasma tidak boleh

lebih dari 10mmol/L/24 jam. Berikan dua pertiga kebutuhan cairan rumatan

dan setengah dari cairan penganti dengan larutan dekirasa 5% natrium 0,45%

tambahkan setiap ada kehilangan cairan yang abnormal.

3. Perdarahan

Adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut

mengalami kerusakan.kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau

pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.

ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume

kehilangan darah, sebagai berikut:

• Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood

volume.

• Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total

volume.

• Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada

sirkulasi darah.

• Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume

sirkulasi darah.

Penatalaksanaan

Primary Survey (ABCDE)

A. Airway Dengan Kontrol Servical (Cervical Spine Control)

• Menilai kelancaran jalan nafas,meliputi pemeriksaan adanya obstruksi

benda asing,fraktur tulang wajah,fraktur maksila,mandibula,fraktur laring

atau trakea.

• GCS sama atau kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway

definitif.

• Kecurigaan fraktur servical,harus dipakai alat imobilisasi (collar neck).

B. Breathing dan Ventilasi

• Airway yg baik tidak menjamin ventilasi yg baik. Ventilasi yg baik

meliputi fungsi yg baik dari paru,dinding dada dan diafragma.

4

Page 5: Tugas Bedah Elsye. T

• Perlukaan yg mengakibatkan gangguan ventilasi yg berat adalah tension

pneumo-thorax,flail chest dgn kontusio paru dan open pneumothorax.

C. Circulation dengan kontrol perdarahan

• Volume darah dan Cardiac Output

Ada 3 penemuan klinis yg dalam hitungan detik dapat memberikan

informasi mengenai keadaan hemodinamik, yaitu : tingkat kesadaran,

warna kulit, nadi

• Perdarahan

Pendarahan eksternal harus dikenali dan dikelola pada primary survey

D. Disability (Neurologic Evalution)

• Penilaian Tingkat kesadaran,ukuran dan reaksi pupil,tanda-tanda

lateralisasi dan tingkat level cedera spinal.

• Penilaian GCS.

E. Exposure / Kontrol Lingkungan (Environment control)

• Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan

evaluasi pasien.

• Kemudian di selimuti agar tidak hipotermia.

• Diberikan cairan kristaloid intra-vena yg sudah di hangatkan.

Resusitasi

A. Airway

• Airway harus dijaga dengan baik, jaw thrust atau chin lift dapat dipakai.

• Bila perlu airway definitive.

B. Breathing / Ventilasi / Oksigenasi

• Pemberian oksigen bila tanpa intubasi sebaiknya oksigen diberikan dengan

face-mask.

C. Circulation (Dengan kontrol perdarahan)

• Kontrol perdarahan dgn perbaikan volume intravascular.

• 2 IV Line,kateter IV yg dipakai harus berukuran besar.

Cairan yg digunakan cairan yg sudah dihangatkan untuk mencegah

hipotermia

5

Page 6: Tugas Bedah Elsye. T

4. Keseimbangan asam basa:

Untuk mempertahankan pH antara 7.38-7.42, tubuh menetralisasikan dan

menyisihkan asam yang mudah menguap (dari pembakaran karbohidrat dan lemak

dalam sel) dan asam yang tidak menguap (hasil metabolism protein). Asam-asam

segera di buffer setelah terbentuk, yang mencegah perubahan pH yang tiba-tiba.

System buffer utama tubuh adalah protein dan fosfat dalam ICF, system asam

karbonat-bikarbonat dalam ECF dan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Efek

buffer merupakan hasil pembentukan sejumlah asam basa kuat yang ditambahkan

pada system tersebut. Hasil akhir perubahan pH jelas kurang dibandingkan bila zat

ditambahkan pada air saja.

Diagnosis sebagian besar kelainan asam basa dapat dibuat dengan data

laboratorium minimum, termasuk pH, pCO2, konsentrasi bikarbonat, klorida urin,

dan anion gap yang sudah dihitung. Tetapi untuk diagnosis yang tepat, nilai-nilai

laboratorium ini harus dikorelasikan dengan pasti melalui pengukuran pCO2 arterial,

nilai dibawah 40 mmHg menunjukkan ventilasi pulmoner yang berlebihan, nilai di

atas 40mmHg menunjukkan hipoventilasi. Apakah perubahan ventilasi menunjukkan

kelainan utama (asidosis atau alkalosis respiratorik), atau kompensasi untuk masalah

metabolic primer (asidosis atau alkalosis metabolic) merupakan masalah klinis.

Komponen metabolic dinilai dengan mengukur “kandungan CO2 atau CO2-

combining power”. Perubahan konsentrasi bikarbonat mungkin menunjukkan

kelainan metabolic primer atau perubahan kompensasi untuk kelainan akibat

respirasi.

Umumnya pengobatan kelainan asam basa langsung ditujukan untuk mengatasi

penyebab, bukan pH. Pengobatan pH itu sendiri dengan larutan asam atau alkali

jarang diperlukan, sebaiknya pengukuran demikian hanya menjanjikan control untuk

sementara saja.

a. Asidosis respiratorik

Sejumlah keadaan yang menyebabkan ventilasi yang tidak adekuat,

termasuk obstruksi jalan nafas, penyakit paru (misalnya pneumonia dan

penyakit paru obstruksi kronik), cedera SSP atau penyakit SSP yang

6

Page 7: Tugas Bedah Elsye. T

menyebabkan depresi respirasi, dan berbagai cedera thoraks, mungkin

terdapat tersendiri atau bersama dengan yang lain untuk menimbulkan

asidosis respirasi. Masalah yang tidak jarang pada masa pascabedah adalah

kegelisahan, hipertensi, dan takikardia, mungkin disebabkan oleh nyeri tetapi

mungkin pula menunjukkan ventilasi yang tidak adekuat dan hiperkarbia,

yang mungkin dipersulit oleh penggunaan narkotik yang salah untuk

mengatasi kegelisahan. Penanganan meliputi perbaikandefek pulmoner yang

cepat bila mungkin, dan pengukuran untuk menjamin ventilasi yang adekuat.

Hal ini terutama penting pada penderita trauma dengan cedera kepala tertutup

atau kerusakan otak hipoksik, hiperkarbia akut memperburuk edema serebral

yang telah ada karena vasodilatasi serebral dan peningkatan aliran darah

serebral.

b. Alkalosis respiratorik

Hiperventilasi akibat ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan bantuan

ventilasi merupakan penyebab yang sering dari alkalosis respiratorik. Tiap

keadaan tersebut mungkin menyebabkan penurunan pCO2 arterial yang cepat

dan peningkatan pH.

Bahaya alkalosis respiratorik berat berkaitan dengan kekurangan kalium

(masuknya ion kalium ke dalam sel menggantikan hydrogen, dan kehilangan

kalium yang berlebihan dalam urin digantikan dengan natrium) dan termasuk

timbulnya aritmia ventrikel serta fibrilasi ventrikel, terutama pada penderita

yang diberikan digitalis atau mengalami hypokalemia. Iskemia serebral dan

asidosis akibat vasokonstriksi serebral mungkin pula terjadi dan menyebabkan

kerusakan menetap pada penderita dengan aliran darah serebral terganggu

akibat penyakit arteri obstruktif atau selama dilakukan endarteroktomi karotis.

Komplikasi lain meliputi pergeseran kurva disosiasi oksigen ke kiri, yang

membatasi kemampuan hemoglobin terhadap oksigen yang melimpah pada

tingkat jaringan, dan penurunan kalsium terionisasi, yang mungkin

menyebabkan tetani, kejang, dan potensiasi aritmia jantung.

Alkalosis respiratorik berat dan menetap sering sulit diatasi dan mungkin

disertai dengan prognosis yang buruk karena hiperventilasi (misalnya cedera

7

Page 8: Tugas Bedah Elsye. T

intracranial). Pengobatan bila mungkin ditujukan langsung pada penyebab

kelainan. Selain itu, penggunaan ventilator mekanis yang tepat dan mengatasi

tiap kekurangan kalium adalah penting.

c. Asidosis metabolik

Asidosis metabolik menyertai retensi atau produksi asam (azotemia,

ketoasidosis diabetic, asidosis laktat) atau kehilangan bikarbonat (diare, fistula

pancreas atau usus halus). Kompensasi pulmoner untuk kelainan ini

diperantarai melalui pusatnpernapasan di medulla untuk menaikkan kecepatan

dan kedalaman respirasi, menyebabkan penurunan kompensasi pCO2 kira-kira

1,1 mmHg untuk tiap 1 mEq/L penurunan kadar bikarbonat. Control lebih

pasti selanjtnya dipengaruhi oleh ginjal.

Penyebab asidosis metabolic dapat dibagi dalam dua golongan dengan

memperkirakan kadar anion serum yang tidak dapat diukur (anion gap). Nilai

normal adalah 10-12 mEq/L dan dihitung dengan mengurangi jumlah klorida

dan bikarbonat serum dari konsentrasi natrium. Anion yang tidak dapat diukur

merupakan “gap” adalah sulfat dan fosfat ditambah laktat serta anion asam

organic lain. Bila asidosis disebabkan oleh kehilangan bikarbonat (misalnya

fistula pancreas) atau pertambahan asam klorida (misalnya pemberian

ammonium klorida), “anion gap” normal. Sebaliknya, bila asidosis disebabkan

oleh peningkatan produksi asam organic (misalnya asam laktat dalam syok

sirkulatoris), atau retensi asam sulfat atau asam fosfat (misalnya gagal ginjal),

konsentrasi anion yang tidak terukur (anion gap) meningkat.

Pengobatan asidosis metabolic selalu ditujukan pada penyebabnya. Salah

satu yang tersering pada penderita bedah adalah gagal sirkulasi akut dengan

akumulasi asam laktat. Syok hemoragik akut menyebabkan penurunan pH

yang cepat dan mencolok, dan usaha untuk mengatasi asidosis dengan infus

natrium bikarbonat dalam jumlah banyak tanpa perbaikan aliran adalah sia-

sia. Setelah pemulihan volume, produksi asam laktat terhenti, dan asam laktat

yang tersisa dibersihkan dengan cepat. Penggunaan rutin natrium bikarbonat

selama resusitasi penderita dengan syok hipovolemik mengecewakan.

Alkalosis metabolic ringan merupakan temuan yang sering setelah resusitasi,

8

Page 9: Tugas Bedah Elsye. T

yang sebagian disebabkan oleh efek alkalinisasi transfuse darah dan cairan

untuk resusitasi lain (misalnya larutan ringer laktat)

d. Alkalosis metabolik

Untuk tujuan diagnostic dan terapeutik, keadaan alkalosis metabolic dapat

dibagi menjadi jenis chloride responsive dan chloride resistant, tergantung

pada jumlah klorida dalam urin pada keadaan tidak diobati. Keadaan alkalosis

metabolic chloride resistant disertai dengan sedikit penambahan volume ECF

dan kebanyakan sekunder terhadap kelainan adrenal. Tingkat sekresi steroid

yang tinggi menyebabkan resorpsi natrium dan bikarbonat yang maksimal

oleh tubuli serta pengeluaran klorida yang berlebihan dalam urin hal ini

menyebabkan alkalosis metbolik dan penambahan volume ECF. Penanganan

termasuk pemulihan kelainan adrenal.

Jenis chloride responsive lebih sering dan sering disertai kekurangan

volume ECF yang nyata. Prototip untuk jenis alkalosis ini adalah timbul

akibat muntah terus menerus atau penyedotan nasogastric untuk waktu lama

pada obstruksi pylorus. Berlainan dari kehilangan akibat muntahdengan

pylorus yang membuka (kehilangan sekresi lambung, pancreas, empedu, dan

usus), kehilangan tersebut hampir selalu terdiri dari hydrogen, klorida, dan

kalium. Respon ginjal yang diharapkan terhadap kehilangan kehilangan asam

adalah retensi hydrogen dan resorbsi bikarbonat berkurang. Tetapi kekurangan

ECF yang progresif merangsang resorbsi natrium yang maksimal oleh ginjal,

dalam tubuli distal, ini membutuhkan pertukaran untuk hydrogen atau kalium

dan pembentukan ion bikarbonat. Masalah bertambah dengan timbulnya

hipokloremia yang menunjukkan resorbsi natrium oleh tubuli distal meningkat

(klorida kurang tersedia untuk resorbsi dengan natrium oleh tubuli proksimal),

dan kekurangan kalium menyebabkan lebih banyak hydrogen perlu ditukar

untuk natrium. Perubahan ini menimbulkan temuan yang khas alkalosis

sistemik berat dan urin yang asam (asiduri paradoksal).

Penanganan meliputi penggantian kekurangan ECF dengan larutan sodium

klorid isotonic dan kalium (bila output urin ditentukan dengan tepat).

Persediaan klorida memungkinkan peningkatan resorbsi natrium dalam tubuli

9

Page 10: Tugas Bedah Elsye. T

proksimal, sehingga alkalosis mulai teratasi karena ion hydrogen yang

disekresi berkurang dan lebih sedikit bikarbonat yang dibentuk dalam tubuli

distal. Selain itu, sekresi ion hydrogen lebih berkurang ketika hypokalemia

teratasi, karena sekarang lebih banyak kalium tersedia untuk pertukaran

dengan natrium.

Perlu ditekankan bahwa alkalosis (tidak pandang jenis atau penyebabnya)

meningkatkan kehilangan kalium dari sel-sel tubuh digantikan sebagian oleh

hydrogen, yang menyebabkan alkalosis ECF. Proses yang sama terjadi dalam

sel-sel tubuli distal ginjal, sehingga terdapat lebih sedikit kalium untuk ditukar

dengan natrium, dan lebih banyak hydrogen yang harus dieksresikan dalam

urin untuk menggantikan natrium. Sebaliknya, alkalosis menambah

kehilangan kalium. Bila hydrogen meninggalkan sel, ia akan digantikan

sebagian oleh kalium. Dalam sel tubuli ginjal, lebih banyak kalium daripada

hydrogen yang tersedia untuk ditukarkan dengan natrium, menyebabkan

peningkatan kalium dalam urin.

5.Macam-macam luka

a. Vulnus excoriasi (Luka lecet)

Vulnus Excoriasi atau di singkat “VE” adalah luka yang di akibatkan

terjadi gesekan dengan benda keras. Cara mengidentifikasikan Vulnus Excoriasi

adalah luka yang memiliki Panjang dan Lebar, Berbeda dengan “VL” yang

memiliki kedalaman luka. Sebagai contoh luka lecet akibat terjatuh dari motor

sehingga terjadi gesekan antara anggota tubuh dengan aspal. Jenis luka yang satu

ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka robek, mengingat luka

jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.

10

Page 11: Tugas Bedah Elsye. T

b. Vulnus punctum (Luka tusuk)

Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat

maka kita harus curiga adanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut.

c. Vulnus contussum (luka kontusiopin)

Luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun

ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin

lebar saja.

11

Page 12: Tugas Bedah Elsye. T

d. Vulnus insivum/scissum (Luka sayat)

Luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda

tajam, bisa logam maupun kayu dan lain sebgainya. Jenis luka ini biasanya tipis.

e. Vulnus schlopetorum

Jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera

dikeluarkan tembakanya.

12

Page 13: Tugas Bedah Elsye. T

f. Vulnus combustion (luka bakar)

Luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat panas

seperti air panas (air memdidih), api, dll.

g. Luka gigitan (vulnus morsum)

Luka jenis ini biasanya disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti

serangga, ular, dan binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah

jenis luka gigitan dari ular berbisa yang berbahaya.

13

Page 14: Tugas Bedah Elsye. T

h. Laserasi atau Luka Parut (vulnus laceratum)

Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit,

misalnya karena jatuh saat berlari.

i. Vulnus Amputatum

Vulnus Amputatum adalah luka yang di akibatkan terputusnya salah satu

bagian tubuh, biasa di kenal dengan amputasi. Luka yang di sebabkan oleh

amputasi di sebut Vulnus Amputatum.

14

Page 15: Tugas Bedah Elsye. T

j. Vulnus perforatum

Vulnus Perforatum adalah luka tembus yang merobek dua sisi tubuh yang

disebabkan oleh senjata tajam seperti panah, tombak atau pun proses infeksi yang

sudah meluas sehingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan tubuh.

6.Macam-macam jahitan:

Jahitan simpul tunggal. Jarum masuk ke dalam kulit yang membentuk sudut yang

melewati dermis dalam pada titik yang selanjutnya keluar ke titik berlainan.

Setiap jahitan terputus disimpul sendiri-sendiri. Umunya jahitan satu-satu ini

dianggap teknik yang aman, karena kegagalan satu jahitan tidak mempengaruhi

seluruh jahitan. Keuntungan luka jahitan ini adalah bila terjadi infeksi, cukup

dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi saja.

Jahitan jelujur. Digunakan satu benang untuk seluruh panjang luka sehingga

pengerjaanya lebih cepat. Namun bila benang yang putus, seluruh panjang luka

dapat terkuak, dan bila terjadi infeksi, luka akan mengalami dehisensi.

15

Page 16: Tugas Bedah Elsye. T

Jahitan matras. Jahitan matras digunakan bila diperlukan pertautan tepi luka yang

tepat yang tidak dapat dicapai dengan jahitan satu-satu biasa. Keuntungan jahitan

ini adalah luka tertutup rapat sampai ke dasar lka sehingga terjadinya rongga

dalam luka dapat dihindari. Terdiri dari matran vertical dan matras horizontal.

Jahitan subkutkuler. Jahitan subkutikuler adalah jahitan jelujur yang dibuat pada

jaringan lemak tepat di bawah dermis. Keuntungan: benang jahit tidak terlihat

sehingga jahitan tampak lebih rapi (segi kosmetik). Kerugian: jahitan tampak

lebih kompleks dan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Teknik jahitan Dalam (deep suturing). Jahitan dalam dilakukan jika robekan

jaringan mencapai fascia.

Jahitan delapan (figure of eight)

7.Set minor

Alat bedah minor berdasarkan Bachsinar 1992 adalah:

Nald vooder/Needle Holder/Nald Heacting. Gunanya adalah untuk memegang jarum

jahit (nald heacting) dan sebagai penyimpul benang.

Gunting

- Gunting Diseksi (disecting scissor)

Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan bengkok. Ujungnya biasanga

runcing. Terdapat duatipe yabg sering digunakan yaitu tipe Moyo dan tipe

Metzenbaum.

- Gunting Benang

Ada dua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus, kegunaannya

adalah memotong benang operasi, merapikan lukan.

- Gunting Pembalut/Perban

Kegunaannya adalah untuk menggunting plester dan pembalut. 

Pisau Bedah

Pisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang dan mata pisau

(mess/bistouri/blade).Kegunaanya adalah untuk menyayat berbagai organ atau

bagian tubuh manusia. Mata pisaudisesuaikan dengan bagian tubuh yang akan

disayat.

16

Page 17: Tugas Bedah Elsye. T

Klem (Clamp)

- Klem Arteri Pean. Ada dua jenis yang lurus dan bengkok. Kegunaanya adalah

untuk hemostatis untuk jaringan tipisdan lunak.

- Klem Kocher. Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi

pada ujungnya seperti pinset sirugis.Kegunaannya adalah untuk menjepit

jaringan.

- Klem Allis. Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus

dan menjepit tumor.

- Klem Babcock. Penggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi.

Retraktor (Wound Hook)

Retraktor langenbeck, US Army Double Ended Retraktor dan Retraktor

Volkman penggunaannya adalah untuk menguakan luka.

Pinset

Pinset Sirugis. Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu

diseksi dan penjahitan luka, memberitanda pada kulit sebelum memulai insisi.

Pinset Anatomis. Penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu

menekan luka, menjepit jaringan yang tipisdan lunak.

Pinset Splinter. Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka

( mencegah overlapping).

Deschamps Aneurysm Needle 

Penggunaannya adalah untuk mengikat pembuluh darah besar.

Wound Curet

Penggunaannya dalah untuk mengeruk luka kotor, mengeruk ulkus kronis.

Sonde (Probe)

Penggunaannya adalah untuk penuntun pisau saat melakukan eksplorasi, dan

mengetahuikedalam luka.

Korentang

Penggunaannya adalah untuk mengambil instrumen steril, mengambil kassa, jas

operasi, doek,dan laken steril.

Jarum Jahit

17

Page 18: Tugas Bedah Elsye. T

Penggunaanya adalah untuk menjahit luka yang dan menjahit organ yang rusak

lainnya. Untuk menjahit kulit digunakan yang berpenampang segitiga agar lebih

mudah mengiris kulit (scharpenald). Sedangkan untuk menjahit otot dipakai yang

berpenampang bulat ( rounde nald ).

8. Macam-macam anastesi

a. Anestesi local

Anestesi lokal, seperti namanya, digunakan untuk operasi kecil pada

bagian tertentu tubuh. Suntikan anestesi diberikan di sekitar area yang akan

dioperasi untuk mengurangi rasa sakit. Anestesi juga dapat diberikan dalam

bentuk salep atau semprotan. Sebuah anestesi lokal akan membuat pasien

terjaga sepanjang operasi, tapi akan mengalami mati rasa di sekitar daerah

yang diperasi.

Anestesi lokal memiliki pengaruh jangka pendek dan cocok digunakan

untuk operasi minor dan berbagai prosedur yang berkaitan dengan gigi.

b. Anestesi regional

Anestesi regional diberikan pada dan di sekitar saraf utama tubuh untuk

mematikan bagian yang lebih besar.

Di sini, obat anestesi disuntikkan dekat sekelompok saraf untuk

menghambat rasa sakit selama dan setelah prosedur bedah. Ada dua jenis

utama dari anestesi regional, yang meliputi:

- Anestesi spinal

Anestesi spinal atau sub-arachnoid blok (SAB) adalah bentuk anestesi

regional yang disuntikkan ke dalam tulang belakang pasien.

Pasien akan mengalami mati rasa pada leher ke bawah. Tujuan dari

anestesi ini adalah untuk memblokir transmisi sinyal saraf.

Setelah sinyal sistem saraf terblokir, pasien tidak lagi merasakan sakit.

Biasanya pasien tetap sadar selama prosedur medis, namun obat

penenang diberikan untuk membuat pasien tetap tenang selama operasi.

Jenis anestesi ini umumnya digunakan untuk prosedur pembedahan di

pinggul, perut, dan kaki.

18

Page 19: Tugas Bedah Elsye. T

- Anestesi epidural

Anestesi epidural adalah bentuk anestesi regional dengan cara kerja

mirip anestesi spinal.

Perbedaannya, anestesi epidural disuntikkan di ruang epidural dan

kurang menyakitkan daripada anestesi spinal.

Epidural paling cocok digunakan untuk prosedur pembedahan pada

panggul, dada, perut, dan kaki.

c. Anestesi umum

Anestesi umum ditujukan membuat pasien sepenuhnya tidak sadar selama

operasi.

Obat bius biasanya disuntikkan ke tubuh pasien atau dalam bentuk gas

yang dilewatkan melalui alat pernafasan.

Pasien sama sekali tidak akan mengingat apapun tentang operasi karena

anestesi umum memengaruhi otak dan seluruh tubuh.

Selama dalam pengaruh anetesi, fungsi tubuh yang penting seperti tekanan

darah, pernapasan, dan suhu tubuh dipantau secara ketat.

9. Tumor

Melanoma mlaigna

Tumor ganas yang berasaldari sel melanosit dengan gambaran berupa lesi

kehitam-hitaman pada kulit.

19

Page 20: Tugas Bedah Elsye. T

Nervus pigmentosus

Merupakan tumor jinak yang terusun dari sel nervus. Sel nervus kulit berasal dari

neural crest, sel-sel ini membentuk sarang-sarang kecil pada lapisan sel basal

epidermis dan pada zona taut dermoepidermal.

Karsinoma seboroik

Tumor jinak kulit yang berasal dari proliferasi epidermis dan keratin menumpuk

diatas permukaan kulit sehingga memberikam gambaran yang (menempel) sering

dijumpai pada orang tua usia 40-50 tahun keatas.

Kista dermoid

Berasal dari ectodermal, dindingnya dibatasi oleh epitel skuomosa berlapis dan

berisi ependiks kulit serta biasanya terdapat pada garis fusi embrional.

20

Page 21: Tugas Bedah Elsye. T

Hemagioma

Tumor jinak pembuluh darah yang terdiri dari poliferasi sel-sel endotel yang

terjadi pada kulit membrane mukosa dan oragan-oragna lain.

Kista ateroma

Benjolan yang terbentuk dari akibat adanya sumbatan pada muara kelenjer

keringat.benjolan tersebut berbentuk bulat dan berdinding tipis. Kista ateroma

terbentuk secret kelenjer keringat yaitu sebum dan sel-sel mati tertimbun dab

berkumpul dalam kantung kelenjer.

21

Page 22: Tugas Bedah Elsye. T

Tumor jinak jaringan lemak yang berada di bawah kulit yang tumbuh lambat,

berbentuk lobul masa lunak yang dilapisi oleh pseudokapsul tipis berupa jaringan

fibrosa.

22

Page 23: Tugas Bedah Elsye. T

10. Cairan yang sering digunakan dan cara menghitung tetesan

Cairan hipotonik:

Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih

rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan

osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke

jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas

tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel

“mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi

diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan

ketoasidosis diabetik. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

Cairan Isotonik:

Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari

komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada

pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan

darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),

khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah

cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

Cairan hipertonik:

Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan

dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan

tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).

Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl

45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk

darah (darah), dan albumin.

23

Page 24: Tugas Bedah Elsye. T

Menghitung jumlah tetesan cairan dalam satuan menit dan dalam satuan jam:

Rumus dasar dalam satuan menit

Rumus dasar dalam satuan jam

24