Download - Tugas Artikel Sejarah Xii

Transcript

Latar Belakang Reformasi Indonesia Berikut pemaparan factor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya reformasi 1998 yang merupakan usaha menggulingkan pemerintahan Soeharto pada masa orde baru di Indonesia:

Krisis politik Pemerintah orde baru, meskipun mampu mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi dan memberikan kemajuan, gagal dalam membina kehidupan politik yang demokratis, terbuka, adil, dan jujur. Pemerintah bersikap otoriter, tertutup, dan personal. Masyarakat yang memberikan kritik sangat mudah dituduh sebagai anti-pemerintah, menghina kepala negara, anti-Pancasila, dan subversive. Akibatnya, kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis tidak pernah terwujud dan Golkar yang menjadi partai terbesar pada masa itu diperalat oleh pemerintah orde baru untuk mengamankan kehendak penguasa.

Praktik KKN merebak di tubuh pemerintahan dan tidak mampu dicegah karena banyak pejabat orba yang berada di dalamnya. Dan anggota MPR/DPR tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan benar karena keanggotaannya ditentukan dan mendapat restu dari penguasa, sehingga banyak anggota yang bersikap ABS daripada kritis.

Sikap yang otoriter, tertutup, tidak demokratis, serta merebaknya KKN menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Gejala ini terlihat pada pemilu 1992 ketika suara Golkar berkurang cukup banyak. Sejak 1996, ketidakpuasan masyarakat terhadap orba mulai terbuka. Muncul tokoh vokal Amien Rais serta munculnya gerakan mahasiswa semakin memperbesar keberanian masyarakat untuk melakukan kritik terhadap pemerintahan orba.

Masalah dwifungsi ABRI, KKN, praktik monopoli serta 5 paket UU politik adalah masalah yang menjadi sorotan tajam para mahasiswa pada saat itu. Apalagi setelah Soeharto terpilih lagi sebagai Presiden RI 1998-2003, suara menentangnya makin meluas dimana-mana.

Puncak perjuangan para mahasiswa terjadi ketika berhasil menduduki gedung MPR/DPR pada bulan Mei 1998. Karena tekanan yang luar biasa dari para mahasiswa, tanggal 21 Mei 1998 Presiden menyatakan berhenti dan diganti oleh wakilnya BJ Habibie.

Krisis ekonomi Krisis moneter yang menimpa dunia dan Asia Tenggara telah merembet ke Indonesia, sejak Juli 1997, Indonesia mulai terkena krisis tersebut. Nilai rupiah terhadap dollar Amerika terus menurun. Akibat krisis tersebut, banyak perusahaan ditutup, sehingga banyak pengangguran dimana-mana, jumlah kemiskinan bertambah. Selain itu, daya beli menjadi rendah dan sulit mencari bahan-bahan kebutuhan pokok. Sejalan dengan itu, pemerintah melikuidasi bank-bank yang bermasalah serta mengeluarkan KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) untuk menyehatkan bank-bank yang ada di bawah pembinaan BPPN.

Dalam praktiknya, terjadi manipulasi besar-besaran dalam KLBI sehingga pemerintah harus menanggung beban keuangan yang semakin besar. Selain itu, kepercayaan dunia internasional semakin berkurang sejalan dengan banyaknya perusahaan swasta yang tak mampu membayar utang luar negeri yang telah jatuh tempo. Untuk mengatasinya, pemerintah membentuk tim ekonomi untuk membicarakan utang-utang swasta yang telah jatuh tempo. Sementara itu, beban kehidupan masyarakat makin berat ketika pemerintah tanggal 12 Mei 1998 mengumumkan kenaikan BBM dan ongkos angkutan. Dengan itu, barang kebutuhan ikut naik dan masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup.

-Krisis social Krisis politik dan ekonomi mendorong munculnya krisis dalam bidang sosial. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta krisis ekonomi yang ada mendorong munculnya perilaku yang negatif dalam masyarakat. Misalnya: perkelahian antara pelajar, budaya menghujat, narkoba, kerusuhan sosial di Kalimantan Barat, pembantaian dengan isu dukun santet di Banyuwangi dan Boyolali serta kerusuhan 13-14 Mei 1998 yang terjadi di Jakarta dan Solo.

Akibat kerusuhan di Jakarta dan Solo tanggal 13, 14, dan 15 Mei 1998, perekonomian kedua kota tersebut lumpuh untuk beberapa waktu karena banyak swalayan, pertokoan, pabrik dibakar, dirusak dan dijarah massa. Hal tersebut menyebabkan angka pengangguran membengkak.Beban masyarakat semakin berat serta tidak ada kepastian tentang kapan berakhirnya krisis tersebut sehingga menyebabkan masyarakat frustasi. Kondisi tersebut membahayakan karena mudah diadu domba, mudah marah, dan mudah dihasut untuk melakukan tindakan anarkis.

Peristiwa ReformasiBerikut adalah pemaparan peristiwa reformasi yang mengakhiri kekuasaan Soeharto di Indonesia:5 Maret 1998Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka diterima dan didukung oleh Fraksi ABRI.

11 Maret 1998Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden

14 Maret 1998Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII.

15 April 1998Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan unjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik.

18 April 1998Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menolak dialog tersebut.

1 Mei 1998Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.

2 Mei 1998Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (tahun 1998).

4 Mei 1998Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak (2 Mei 1998) dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi itu berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di Universitas Pasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat bentrokan tersebut.

5 Mei 1998Demonstrasi mahasiswa besar - besaran terjadi di Medan yang berujung pada kerusuhan.

9 Mei 1998Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.

12 Mei 1998Aparat keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemonstrasi secara damai. Keempat mahasiswa tersebut ditembak saat berada di halaman kampus.

13 Mei 1998Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi datang ke Kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita. Kegiatan itu diwarnai kerusuhan.

14 Mei 1998Soeharto seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara itu kerusuhan dan penjarahan terjadi di beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek seperti Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana dan Borobudur. Beberapa dari bangunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan dibakar. Sekitar 500 orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.

15 Mei 1998Soeharto tiba di Indonesia setelah memperpendek kunjungannya di Kairo. Ia membantah telah mengatakan bersedia mengundurkan diri. Suasana Jakarta masih mencekam. Toko-toko banyak ditutup. Sebagian warga pun masih takut keluar rumah.

16 Mei 1998Warga asing berbondong-bondong kembali ke negeri mereka. Suasana di Jabotabek masih mencekam.

19 Mei 1998Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur.Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi. Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi massa, mahasiswa yang datang ke Gedung MPR untuk berunjukrasa semakin banyak.Sementara itu Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

20 Mei 1998Jalur jalan menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar kawat berduri untuk mencegah massa masuk ke komplek Monumen Nasional namun pengerahan massa tak jadi dilakukan. Pada dinihari Amien Rais meminta massa tak datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertahan dan semakin banyak berdatangan ke gedung MPR / DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.

21 Mei 1998Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden dan BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.

Masa Reformasi1. Pada awal reformasi Indonesia di pimpin oleh B.J habibi dengan beberapakebijakanya yaitu: Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan Dibentuk tanggal 22 Mei 1998, dengan jumlah menteri 16 orang yang merupakan perwakilan dari Golkar, PPP, dan PDI.

-Reformasi dalam bidang politikHabibie berusaha menciptakan politik yang transparan, mengadakan pemilu yang bebas, rahasia, jujur, adil, -Kebebasan menyampaikan pendapat.Kebebasan menyampaikan pendapat diberikan asal tetap berpedoman pada aturan yang ada yaitu UU No.9 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Refomasi dalam bidang hukumTarget reformasinya yaitu subtansi hukum, aparatur penegak hukum yang bersih dan berwibawa, dan instansi peradilan yang independen. Mengatasi masalah dwifungsi ABRI

Jendral TNI Wiranto mengatakan bahwa ABRI akan mengadakan reposisi secara bertahap sesuai dengan tuntutan masyarakat, secara bertahap akan mundur dari area politik dan akan memusatkan perhatian pada pertahanan negara. Anggota yang masih menduduki jabatan birokrasi diperintahkan untuk memilih kembali kesatuan ABRI atau pensiun dari militer untuk berkarier di sipil. Dari hal tersebut, keanggotaan ABRI dalam DPR/MPR makin berkurang dan akhirnya ditiadakan.

Mengadakan sidang istimewaSidang tanggal 10-13 November 1998 yang diadakan MPR berhasil menetapkan 12 ketetapan.

Mengadakan pemilu tahun 1999Pelaksanaan pemilu dilakukan dengan asas LUBER (langsung, bebas, rahasia) danJURDIL (jujur dan adil).

2. Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) :Kebijakan-kebijakan pada masa Gus Dur:

Meneruskan kehidupan yang demokratis seperti pemerintahan sebelumnya (memberikan kebebasan berpendapat di kalangan masyarakat minoritas, kebebasan beragama, memperbolehkan kembali penyelenggaraan budaya tiong hua).

Merestrukturisasi lembaga pemerintahan seperti menghapus departemen yang dianggapnya tidak efesien (menghilangkan departemen penerangan dan sosial untuk mengurangi pengeluaran anggaran, membentuk Dewan Keamanan Ekonomi.

3. Masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri:Kebijakan-kebijakan pada masa Megawati: Memilih dan Menetapkan Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga persatuan dan kesatuan. Upaya ini terganggu karena peristiwa Bom Bali yang mengakibatkan kepercayaan dunia internasional berkurang.

Membangun tatanan politik yang baruDiwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan MPR/DPR, dan pemilihan presiden dan wapres.

Menjaga keutuhan NKRISetiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti kasus Aceh, Ambon, Papua, Poso. Hal tersebut diberikan perhatian khusus karena peristiwa lepasnya Timor Timur dari RI.

Melanjutkan amandemen UUD 1945Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman.

Meluruskan otonomi daerahKeluarnya UU tentang otonomi daerah dan melakukan pembinaan terhadap daerah-daerah.

4. Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono:Kebijakan-kebijakan pada masa SBY: Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN. Konversi minyak tanah ke gas. Memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai). Pembayaran utang secara bertahap kepada badan PBB. Buy back saham BUMN Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil. Subsidi BBM. Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Meningkatkan sektor pariswisata dengan mencanangkan "Visit Indonesia 2008". Pemberian bibit unggul pada petani. Pemberantasan korupsi melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

Keterkaitan Reformasi dengan UU Pemda 2010

Dalam era reformasi pemerintah telah membuat dua kebijakan tentang otonomi daerah. Pertama adalah UU no. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU no. 25 tahun1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Kedua adalah UU no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU no. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam perkembangannya UU no. 22 dinilai dari segi kebijakanya dan segi implementasinya terdapat sejumlah kelemahan disini pemerintah dikatakan setengah hati dalam memberikan kebijakan terhadap daerah tampak jelas dalam pasal 7 (1) UU no. 22 tahun 1999 Kewenangan daerah mencakup dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negri, pertahanan dan keamanan, keadilan moneter dan fiscal, agama serta kwenangan bidang lain.

UU tersebut membawa dampak seperti kelembagaan pemerintah cenderung dominan dipegang oleh DPRD, penyediaan layanan umum di setiap daerah belum memadai, munculnya sistem-sistem kerajaan didaerah, primodialisme daam pengangkatan kepala daerah maupun birokrasi, terdapat konflik dalam perebutan sumber daya daerah.

Lalu munculah UU no.32 guna merevisi UU no.22 yang memiliki letak perbedaan dalm kewenanganya dimana pemerintahan daerah diikutsertakan dalam urusan pemerintahan pusat.

Pada tahun 2010 UU no. 32 tahun 2004 direvisi lagi dan digantikan dengan UU pemda 2010 yang rincianya terbagi menjadi tiga yaitu: tentang UU Pemerintahan Daerah, UU Pemilu Kepala Daerah, dan tentang UU tentang Desa.

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Jenis-Jenis Reformasi

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Saat ini Indonesia tengah berada pada era reformasi yang telah diperjuangkan sejak tahun 1998. ketika gerakan reformasi melanda Indonesia maka seluruh tatanan kehidupan dan praktik politik pada era Orde Baru banyak mengalami keruntuhan. Bangsa Indonesia ingin menata kembali (reform) tatanan kehidupan yang berdaulat, aman, adil, dan sejahtera. Tatanan kehidupan yang berjalan pada era orde baru dianggap tidak mampu memberi kedaulatan dan keadilan pada rakyat. Namun dalam mencapai terwujudnya reformasi bangsa Indonesia harus mangalami berbagia dampak, baik dampak sosial, politik, ekonomi, terutama kemanusiaan. Berbagai gerakan bermunculan yang disertai dengan akibat tragedi kemanusiaan, yang banyak menelan korban terlebih rakyat kecil yang tidak berdosa yang mendambakan adanya kehidupan penuh kedamaian ketentraman serta kesejahteraan.Banyak sekali tragedi yang melanda bangsa Indonesia akibat dari pergolakan reformasi, antara lain peristiwa amuk masa diJakarta, Tangerang, Solo, Jawa Timur, Kalimantan serta daerah lainya. Bahkan tragedi pembersihan etnis juga terjadi di beberapa daerah, antara lain Dili, Kupang, Ambon, Kalimantan Barat dan masih banyak lagi daerah lainnya. Dampak yang sangat mencolok adalah perekonomian semakin memprihatinkan, banyak p[erusahaan maupun perbankan yang gulung tikar sehingga banyak pekerja atau tenaga kerja potensial di PHK, jumlah pengangguran meningkat. Yang sangat disayangkan adalah kalangan elit politik sama sekali tidak menghiraukan jeritan kemanusiaan tersebut.Namun demikian ada satu yang tersisa dari keterpurukan bangsa Indonseia, yaitu keyakinan akan nilai yang dimilikinya, yaitu nilai yang berakar dari pandangan hidup bangsa indonesia yaitu nilai-nilai Pancasila. Jadi reformasi yang dilakukan bangsa Indonesia adalah menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sistem negara dibawah nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu Pancasila sangat tepat sebagai paradigma, acuan, kerangka dan tolak ukur gerakan reformasi di Indonesia.Dengan Pancasila sebagai paradigma reformasi, gerakan reformasi harus diletakkan dalam kerangka Perspektif sebagai landasan sekaligus sebagai cita-cita. Sebab tanpa suatu dasar dan tujuan yang jelas reformasi akan mengarah pada suatu gerakan anarki, kerusuhan, disintegrasi, dan akhirnya mengarah pada kehancuran bangsa. Reformasi dengan Paradigma Pancasila rincianya sebagai berikut :a. Reformasi yang berketuhanan YME, artinya gerakan reformasi berdasarkan pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah pada kehidupan yang baik sebagai manusia makhluk Tuhan.b. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, gerakan reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan yang luhurdan sebagai upaya penataan kehidupan yang penuh penghargaan atas harkat dan martabat manusia.c. Reformasi yang berdasarkan nilai Persatuan. Artinya, gerakan reformasi harus menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan. Gerakan reformasi yang menghindarkan diri dari praktik dan perilaku yang dapat menciptakan perpecahan dan disintegrasi bangsa.d. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat menempatkan rakyat sebagai subyek dan pemegang kedaulatan. Gerakan reformasi bertujuan menuju terciptanya pemerintahan yang demokratis yaitu rakyat sebagai pemegang kedaulatan.e. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas, yaitu demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Perlu disadari bahwa ketidakadilanlah penyebab kehancuran suatu bangsa.Oleh karena itu bilamana bangsa Indonesia meletakkan sumber nilai, dasar filosofi serta sumber norma kepada nilai-nilai tersebut bukanlah suatu keputusan yang politisi saja melainkan keharusan yang bersumber pada kenyataan obyektif pada bangsa indonesia sendiri. Perubahan yang dilakukan reformasi dalam berbagai bidang sering diteriakkan dengan jargon reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumbernya itu sendiri. Opleh karena itu reformasi harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform atau landasan yang jelas dan bagi bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan Paradigma Reformasi Total tersebut.Kronologi Lahirnya Reformasi 1. Keberanian Amin Rais membongkar kebobrokan sistem pengelolaan PT Freeport 2. Peristiwa 27 Juli 1996 (KUDATULI) yaitu penyerbuan kantor PDI yang ditempati Megawati oleh PDI pro-Suryadi 3. Terpilihnya kembali Bpk Soeharto sebagai presiden pada bulan Maret 1998 4. Terjadinya demonstrasi besar-besaran mahasiswa di Tri Sakti pada 12 Mei 1998 5. Terjadinya Kerusuhan di Jakarta pada 13 dan 14 Mei 1998 yang berakibat makin Terpuruknya perekonomian Indonesia.6. Didudukinya gedung DPR / MPR oleh para mahasiswa pada 19 Mei 1998 7. Pada 20 Mei 1998 Presiden Soeharto memanggil para tokoh nasional, guna membentuk kabinet reformasi tetapi ditolak 8. Presiden Soeharto meletakkan jabatannya pada 21 Mei 1998 di Istana Negara dan digantikan oleh B.J Habiebie

PENYIMPANGAN TERHADAP UUD 1945 PADA MASA REFORMASI DAN PASCA AMANDEMEN UUD 1945 PEMBAHASANPelanggaran Terhadap UUD 1945 Setelah AmandemenBab III pasal 6 ayat 1tentang pemerintahan negara Calon presiden dan calon wakil presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah menghianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai presiden dan wakil presiden.Pelanggaran :Presiden RI yang ketiga, yaitu B.J. Habibie sebelum menjadi presiden, beliau telah menerima kewarganegaraan lain yaitu Jerman.Presiden RI yang keempat, yaitu Abdurrahman Wahid secara jasmani beliau tidak memenuhi syarat untuk menjadi Presiden.Bab VIIB pasal 22E ayat 1tentang pemilihan umum Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekaliPelanggaranPemilu 2009 banyak kesalahan-kesalahan dalam perhitungan suara dan masih banyak rakyat Indonesia yang sudah mempunyai hak pilih tetapi namanya belum terdaftar dalam pemilihan.Bab XA tentang hak asasi manusiaPasal 28C ayat 1Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.PelanggaranMasih banyak anak-anak Indonesia yang terlantar di pinggir-pinggir jalan, terutama di kota-kota besar, contohnya Jakarta, mereka belum mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah, sehingga mereka belum memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dan tidak dapat meningkatkan kualitas hidupnya.Pasal 28D ayat 1Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.PelanggaranMasih banyak kasus-kasus pembunuhan, mutilasi dan kejahatan-kejahatan lainnya, misalnya saja di daerah jawa timur, seorang laki-laki membunuh pacarnya dan tubuhnya di potong-potong, itu merupakan pelanggaran HAM, dan belum dapat perlindungan.Kasus pencurian yang dilakukan oleh rakyat kecil di hukum dengan seadil-adilnya, misalnya saja kasus pencurian semangka di Jawa timur. Sedangkan kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat, ditutup-tutupi dan hukumanya pun di minimalisir. Hal tersebut sudah jelas bahwa rakyat Indonesia belum mendapat kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.Pasal 28H ayat 1Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.PelanggaranRakyat indonesia sekarang ini masih banyak kurang hidup sejahtera, hal tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor ekonomi,Rakyat indonesia banyak yang belum mendapatkan tempat tinggal yang layak, hal tersebut terbukti masih banyak di kota-kota besar rakyat indonesia hidup tinggal di trotoar, membuat rumah di pinggir jalan dan kadang rumah tersebut di gusur oleh pihak polisi. Rakyat indonesia juga masih kurang untuk mendapatkan jaminan kesehatan, hal tersebut terbukti bahwa masih banyak rakyat indonesia yang menderita sakit, dan apabila akan di periksakan biayanya sangat mahal.Bab XII pasal 30 ayat 4tentang pertahanan dan keamanan negaraKepolisian negara republik indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.PelanggaranKapolri pada bulan september 2009 melakukan kesalahan yang sangat besar, mereka melakukan fitnah kepada pihak kpk, sehingga banyak masyarakat yang pro maupun kontra atas perbuatan kapolri tersebut. Sehingga kapolri tidak lagi melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum, tetapi kapolri malahan berbuat kejahatan.Bab XIII pasal 31 ayat 4 tentang pendidikan dan kebudayaanNegara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.PelanggaranSaat ini anggaran pendidikan masih kurang dari dua puluh persen sehingga bertentangan dengan ayat tersebut di atas.Gejolak Sosial Di Era Reformasi

Gambar: Geopasial.bnpb.go.id

Oleh:SuryanaSlametGejolak masa atau gejolak sosial pada dasarnya merupakan bentuk reaksi sosial yang lahir dari ketidakpuasan kolektif masyarakat terhadap suatu keadaan. Pemicunya bisa beraneka ragam. Intinya gejolak sosial merupakan bentuk perlawanan kolektif terhadap sesuatu yang dinilai tidak sesuai dengan harapan dan pranata sosial yang berlaku atau disebut relative deprivation yaitu suatu perasaan tidak puas yang didasari keyakinan bahwa kelompok masyarakat tertentu mendapat lebih sedikit dari yang sepantasnya diperoleh. Gejolak masa (Gejolak Sosial) atau konflik horizontal dan Konflik Vertikal akan lebih berbahaya kalau reaksi sosial tersebut ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan individu atau kelompok yang sebenarnya tidak memiliki korelasi sebab akibat terhadap persoalan dasar yang menjadi tujuan awal sebuah reaksi sosial dimaksud. Pembonceng ini umumnya bermotif kepentingan politik kekuasaan.

Dalam pelaksanaanya, reaksi sosial pada umumnya diungkapkan dalam bentuk demonstrasi atau class action. Meskipun bagi sebagian kalangan, lebih memilih cara-cara legal action seperti dialog, debat terbuka atau debat publik, kritik dalam bentuk tulisan dan seni pertunjukan. Lebih ekstrim lagi sikap protes atau penolakan terhadap perlakuan tidak adil juga dilakukan oleh suatu kelompok dalam bentuk yang di-istilahkan pemberontakan.

Di era otonomi daerah ini, sebaiknya kita belajar dari pengalaman pemerintah pada era pemerintahan orde baru. Bahwa perlakuan tidak adil dalam pengelolaan ekonomi, dalam kurun waktu tertentu dapat terakumulasi ke bentuk kekecewaan kolektif yang melahirkan distabilitas nasional hingga berujung pada krisis multidimensi yang menyengsarakan jutaan rakyat.

Dalam konteks pembangunan ekonomi, ketidak adilan ekonomi adalah masalah yang paling dominan menjadi pemicu timbulnnya gejolak sosial. Seperti halnya yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia. Ketika kita bicara tentang keanekaragaman kekayaan, tentang plurarisme budaya. Di sisi lain justru yang muncul kepermukaan adalah konflik horizontal, yaitu konflik antar etnik seperti yang terjadi di Maluku, Ambon, Halmahera dan Poso. Dan konflik vertikal, yaitu konflik antar masyarakat dan pemerintah seperti yang terjadi di Aceh yang diwakili oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM), (pasca Sunami GAM dalam proses damai dengan NKRI), Rakyat Papua Merdeka di Irian Jaya, dan munculnya beberapa wacana di beberapa profinsi yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang pernah terungkap dari Riau dan Kalimantan.

Perlakuan tidak adil dapat dilihat dari kegiatan eksploitasi secara intensif terhadap sumber daya alam untuk tujuan ekspor (minyak bumi, gas, emas, timah, batubara, kayu hasil hutan dan lainya) dimana dalam prakteknya telah dialokasikan secara tidak adil, dikelola oleh sekelompok kecil orang atau golongan penduduk, adalah suatu praktek ekonomi yang sama sekali tidak memihak keadilan sosial. John Naisbitt dalam Mega Trends Asia mengutip perkataan sejarawan, bahwa ekonomi Asia Tenggara dalam arti tertentu disewakan kepada Cina Perantauan. Dalam buku yang sama, beliau juga menemukan data ekonomi, bahwa di Indonesia, Cina Perantauan yang populasinya hanya 4 % mengontrol 70 % ekonomi Indonesia. Suatu kondisi ekonomi yang menimbulkan disparitas (kesenjangan) antar penduduk dan kelompok etnik.

Selain ketidak-adilan ekonomi, ketidak-adilan yang disebabkan sistem pemerintahan yang sentralistik juga telah mendorong lahirnya disparitas pusat daerah, sedangkan ketidak-adilan dalam pola kebijakan pembangunan menyebabkan timbulnya disparitas sektoral.

Berikut daerah-daerah yang merasa diperlakukan tidak adil oleh Pemerintah Pusat, yang dampaknya menimbulkan disparitas ekonomi, disparitas etnik dan disparitas sosial-politik, antara lain:

AcehAceh adalah daerah yang kaya sumber daya alam; Hutan, Minyak Bumi, dan Gas Alam. Mobil Oil menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan minyak terbesar di dunia karena Aceh. Pertahun 1997 Aceh menyumbang sekitar 11 % dari penerimaan negara atau sekitar 23 triliun. Tetapi yang bisa dinikmati Serambi Mekah tidak sampai 1 %. Dan statistik di semua Kabupaten di Aceh, tingkat kemiskinan antara 40 % hingga 60 %.

RiauRiau adalah propinsi yang kaya Minyak, Gas Alam, Timah Putih, Pasir, dan Bauksit. Riau menyumbang sekitar 60-70 % produksi minyak nasional. Ladang D-Alpha di Kabupaten Natuna saja cadangan Gas-nya mencapai 222 triliun kaki kubik, merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Riau mengklaim menyumbang 17 % dari penerimaan negara. Sedangkan hasilnya buat rakyat Riau?. Riau termasuk daerah termiskin di Indonesia. Sekitar 82,7 % Hak Ulayat rakyat Riau diambil oleh Konglomerat di Jakarta. Meskipun menurut BPS PDRB Riau perkapita mencapai 4,96 juta pertahun 1996 (tertinggi di Indonesia), tetapi yang dinikmati rakyat Riau langsung hanya sekitar Rp. 1,07 juta. Pendapatan yang tidak sepadan jika dibandingkan dengan kekayaan alam yang dimilikinya.

PapuaPapua kaya dari hasil Tambang Emas, Tembaga dan Hasil Bumi. Papua rata-rata menyumbang devisa sekitar Rp. 21 triliun lebih atau sekitar 25 % dari total devisa Indonesia. Tetapi dana pembangunan yang diterima oleh rakyat Papua setiap tahunnya rata-rata tidak sampai 5 %, atau hanya sekitar Rp. 900 milyar.

Kalimantan TimurDalam lima tahun terahir (1993-1998) PDRB Kaltim rata-rata mencapai Rp. 21,52 Triliun atau 4,63 % kontribusinya terhadap PDB Nasional. Yang dinikmati oleh masyarakat Kaltim hanya 56,5 persen sisanya, 43,5 % bocor. Jumlah penduduk Kaltim pertahun 1998 2,3 juta orang dari jumlah tersebut keluarga miskin di Kaltim sekitar 800.000 orang dan menganggur 234.128 orang atau total hampir 50 % penduduk Kaltim berada dalam kemiskinan.

Selain ketidak-adilan ekonomi, ketidak-adilan politik juga turut memicu timbulnya gejolak sosial. berikut beberapa ciri pemerintahan orde baru yang secara politik dinilai tidak adil, adalah sebagai berikut:

1. Design orde baru dibangun dengan sistem dan kekuasaan yang sentralistik, represif dan otoriter. (Pelaksanaan Design orde baru banyak terjadi penyimpangan penafsiran pada tingkat teknis operasional).

2. Dengan alasan agar masyarakat tidak terkotak-kotak dalam berbagai aspirasi politik, pada tahun 70-an diberlakukan konsep massa mengambang.

3. Penyeragaman kehidupan sosial politik. Konflik dipandang sebagai gangguan terhadap stabilitas. Oleh karenanya, diperlukan adanya harmoni sosial dan harmoni sosial hanya bisa diwujudkan melalui sebuah masyarakat yang serba seragam dan terkontrol.

4. Birokrasi yang diterapkan pemerintah orde baru mendekati pengertian Weber tentang birokrasi patrimonial, di mana jabatan dan perilaku dalam keseluruhan hirarki birokrasi lebih didasarkan pada hubungan patron client (bapak anak buah). Hubungan ini lebih dikenal dengan dengan nama bapakisme (paternalisme) (Akhmad Setiawan 1998). Pola hubungan seperti itu, mengakibatkan bentuk dari sistem pemerintahan menjadi oligarki patrimonial, dtentukan oleh sekelompok kecil lapisan atau terdiri dari kroni (koncoisme) dan anggota keluarga (nepotisme).

5. Pelanggaran Hak Asasi Manusia merupakan salah satu warisan orde baru. Pelanggaran hak asasi manusi (HAM) dilakukan secara sistematis. Kasus-kasus pelanggaran di Aceh, Lampung, Tanjung Priok, Haur Koneng, Timika, Peristiwa 27 Juli 1996 adalah contoh kasus yang sebagian besar hingga kini belum diusut tuntas. Penindasanpun terjadi kepada petani yang menolak tanahnya dibeli paksa oleh para pemilik modal, buruh pabrik yang menolak upah rendah, masyarakat adat yang menolak tanah ulayatnya dikuasai oleh pemegang HPH, Konsensi Perkebunan, dan Konsensi Tambang, mahasiswa dan aktivis LSM yang mengkritisi pemerintah yang otoriter dan korup.

Dari uraian di atas secara umum gejolak sosial terjadi, dengan sumber penyebabnya atau causa prima-nya adalah, a) ketimpangan sosial ekonomi, b) ketidak puasan daerah terhadap pusat atau ketidakpuasan rakyat terhadap penyelenggara pemerintah, c) perebutan akses sumber daya ekonomi, d) sentimen agama, ras, etnic dan golongan.

Kondisi kondisi itulah yang menimbulkan akumulasi disharmoni yang eksplosif, pada gilirannya menimbulkan gejolak sosial horizontal- vertikal dalam bentuk demonstrasi, kerusuhan dan berbagai bentuk konflik sosial politik yang berfotensi memecah kesatuan nasional.

Sebagai bangsa yang telah lelah hidup di alam ketidak-adilan dengan akibat yang sudah dirasakan. Dengan semangat pembaharuan, sudah selayaknya semangat otonomi daerah dapat diartikulasikan dengan penghayatan dan pelaksanaan yang serius. Cukup sudah sejarah 32 tahun pemerintah orde baru memberi cermin, hal-hal yang dapat menimbulkan disharmoni tidak harus ditiru lagi atau dimodifikasi dengan wajah baru atau dengan cara-cara yang substansinya sama, dengan kata lain reformasi hanya memindahkan korupsi dari pusat ke daerah, sehingga dapat memicu gejolak sosial atau konflik baru antara masyarakat dengan masyarakat dan antara masyarakat dengan pemerintah.

Karenanya, dibutuhkan semangat membangun budaya baru dalam memerankan diri sebagai warga masyarakat dan sebagai penyelenggara pemerintah. Yakni budaya persatuan dan keadilan dalam segala aspek kehidupan.

Dibutuhkan Pemimpin yang memperhatikan dirinya sebagai Part of The Solution dan bukan merupakan Part of The Problem. Dalam mewujudkan pembangunan tidak cukup dengan berbagai statement dan retorika. (Miriam Budiardjo)

Sistem Pemerintahan di Indonesia Periode Reformasi Reformasi membawa angin segar bagi kehidupan ketatanegaraan di Indonesia. Reformasi adalah suatu perubahan tatanan dari perikehidupan lama menuju perikehidupan baru secara hukum menuju arah perbaikan. Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan pembaruan dan perubahan, terutama dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum. Pada masa reformasi dilaksanakan pembenahan pada struktur ketatanegaraan di Indonesia. Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaruan terhadap lima paket undang-undang politik yang dianggap sebagai sumber ketidakadilan. Lima Undang-undang tersebut sebagai berikut:

1. Undang-Undang nomor 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum.2. Undang-Undang nomot 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR/ MPR.3. Undang-Undang nomor 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.4. Undang-Undang nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum.5. Undang-Undang nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.

Dalam rangka membenahi struktur ketatanegaraan, disusunlah peraturan-peraturan sebagai berikut:

1. Paket Undang-undang dibidang politik (Undang-Undang Susduk/MPR/DPR/DPRD dan Undang-Undang nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum).2. Undang-Undang nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.5. Amandemen UUD 1945 oleh MPR melalui Panitia ad hoc 1 MPR Republik Indonesia.

Pada masa reformasi, sistem presidensial diperkuat melalui mekanisme pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Ketentuan-ketentuan sistem pemerintahan Indonesia pada masa reformasi sebagai berikut:

1. Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.2. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.3. Menteri-menetri diangkat dan diberhentikan oleh presiden.4. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang.5. Presiden dan wakil presiden tidak bertanggung jawab atas majelis yang terdiri atas dua kamar, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah.6. Presiden dan wakil presiden dipilih secara berpasangan dan langsung oleh rakyat serta diusulkan oleh partai politik peserta pemilu.

Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di Indonesia.

Sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh suatu negara tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan. Bagaimanakah kelebihan dan kelemahan sistem pemerintahan di Indonesia? Beberapa contohnya sebagai berikut:

a. Kelebihan Sistem Pemerintahan di IndonesiaDalam pelaksanaan sistem presidensial di Indonesia terdapat beberapa kelebihan seperti berikut:

1. Presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan.2. Presiden mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid.3. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh dan berhenti.4. Pemerintah mempunyai waktu untuk menjalankan programnya yang tidak dibayangi oleh krisis kabinet.5. Presiden tidak dapat membubarkan DPR.6. Presiden selama masa jabatannya tidak dapat dijatuhkan oleh DPR.

b. Kelemahan Sistem Pemerintahan di Indonesia

Pelaksanaan sistem presidensial di Indonesia selain mempunyai kelebihan juga mempunyai kelemahan. Kelemahan sistem pemerintahan yang dimaksud seperti berikut:

1. Terjadi pemusatan kekuasaan negara pada satu lembaga, yaitu Presiden.2. Peran pengawasan dan perwakilan DPR lemah.3. Pejabat-pejabat negara yang diangkat cenderung mendukung kelangsungan kekuasaan presiden.4. Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan orang-orang yang dekat dengan presiden.5. Menciptakan perilaku, kolusi, korupsi, dan nepotisme.

PEMERINTAHAN REFORMASIEra Pasca Soeharto atau Era Reformasi di Indonesia dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ Habibie.Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati.Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri mengalami masalah-masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :a) Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.b) Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalamperiode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan nasional.Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.PEMERINTAHAN GOTONG ROYONGKabinet Gotong Royong adalah kabinet pemerintahan Presiden RI kelima Megawati Sukarnoputri (2001-2004). Kabinet ini dilantik pada tahun 2001 dan masa baktinya berakhir pada tahun 2004.kabinet gotong royong melakukan terobosan dimana masyarakat bergerak sendiri (gerakan dari bawah)dimana masyakat mengenal ada suatu usaha yang perlu dilakukan untuk mencapaikesejahteraan bersama dan mereka melakukan gerakan grass-root secara sukarela.Contoh kecilnya barangkali dalam hal dukungan dana bencana alam. MAsing-masingdengan sukarela menyumbang agar penderita dapat tertolong.Konsep ini bisa diubah menjadi konsep corporate/profit seeking dimana setiaporang membayar uang premi secara rutin agar pihak yang menderita bisa ditolonglewat uang premi yang terkumpul. Konsep ini sedang diupayakan Obama untukmemperbaiki sistem kesehatan Amerika.Tentu saja sistem-sistem ini bisa memiliki bug atau kelemahan. Misalnya sajadalam menyalurkan dana donasi bantuan bencana, siapa yang bisa dipercaya dankompeten untuk mengalokasikan dana bantuan tersebut. Dalam sistem asuransi pun,prinsip gotong-royong ini juga punya masalah karena ternyata insentif profitmembuat perusahaan asuransi sering mangkir dan mencari-cari alasan teknis agarmereka tidak usah membayarkannya.Jadi konsep asal gotong-royong pun secara konseptual dasarnya adalah jugadipraktikkan di luar negeri, walaupun detil-detil yang memotivasi masyarakatuntuk ikut serta bisa berbeda-beda. DI Indonesia kerekatan sosial adalah sumberkekuatan gotong-royong, maka bila kita rasakan bahwa tetangga dan masing-masingpekerja semakin mengarah ke masyarakat urban yang lebih individual, makakekuatan gotong-royong menjadi semakin lemah dan tidak bisa lagi diharapkanuntuk menjadi sumber peningkatan kesejahteraan umum. Tentang bagaimana perilakusosial masyarakat bisa direkatkan kembali, tentu bukan bidang ilmu ekonomi tapilebih merupakan bidang ilmu sosiologi.PEMERINTAHAN INDONESIA BERSATUKabinet Indonesia Bersatu adalah kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan PresidenSusilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.Kabinet ini dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun 2009. Pada 5 Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk pertama kalinya, dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut atas kinerja para menterinya, Presiden melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007Masa Pemerintahan Gus Dur

Masa Pemerintahan Gus Dur

Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid atau yang sering kita sebut dengan Gus Dur dimulai dari sidang umum MPR yang diselenggarakan pada tanggal 1-21 Oktober 1999 yang menghasilkan agenda sebagai berikut :

1. Mengangkat Amien Rais sebagai ketua MPR dan Akbar Tanjung sebagai ketua DPR untuk periode 1999-2004.2. Pembacaan pidato pertanggungjawaban Presiden B.J Habibie. Pidato pertanggung jawaban tersebut ditolak oleh segenap anggota dengan menggunakan votting. Suara yang menolak 355, yang menerima 322, absen 9, dan tidak sah 4. Dengan demikian B.J Habibie tidak dapat maju mencalonkan diri menjadi Presiden RI selanjutnya.3. Pemilihan presiden RI yang baru. Calon yang maju dari PDIP (Megawati Soekarnoputri), PKB (K.H Abdurrahman Wahid), dan dari Bulan Bintang (Yusril Ihza Mahendra), namun pada detik - detik terakhir Yusril Ihza Mahendra mengundurkan diri. Karena takut suara islam terpecah menjadi dua pada Gus Dur dan dirinya, sehingga bisa dipastikan Megawati akan menjadi presiden RI yang ke-4. Dari hasil pemilihan Presiden yang dilaksanakan secara votting, tanggal 20 Oktober 1999, K.H Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden RI ke-4.4. Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilaksanakan pemilihan wakil Presiden, dengan calonnya Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz. Pemilihan wakil presiden dimenangkan Megawati Soekarnoputri.Dari hasil sidang istimewa tersebut, dapat disimpulakan bahwa Gus Dur menjadi Presiden RI ke-4 dengan Megawati Soekarnoputri sebagai wakilnya yang sah untuk masa bakti 1999-2004.Pidato pertama Gus Dur setelah terpilih sebagai Presiden, berisi tugas tugas yang akan dijalankan antara lain sebagai berikut :a) Peningkatan pendapatan rakyat.

b) Menegakkan keadilan dan mendatangkan kemakmuran.c) Mempertahankan keutuhan bangsa dan Negara.Pada pemerintahan Gusdur, beliau membentuk kabinet yg disebut Kabinet Persatuan Nasional. Ketika itu Gusdur memberikan kebebasan pada rakyat untuk berpendapat dan memberikan kesempatan kepada kaum minoritas di Indonesia. Namun karena hal tersebut, masyarakat mulai mengalami kebingungan dan kebimbangan mengenai benar tidaknya suatu hal. Sebab, pemerintah sendiri juga tidak pernah tegas dalam memberikan pernyataan terhadap suatu masalah.Pasangan K.H Abdurrahman Wahid Megawati membentuk Kabinet Persatuan Nasional (KPN) yang dilantik pada tanggal 28 Oktober 1999. Presiden juga membentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN) dengan tujuan untuk memperbaiki ekonomi yang belum pulih akibat krisis yang berkepanjangan dengan susunan sebagai berikut: Ketua : Prof. Emil Salim Wakil : Subiyakto Cakrawerdaya Sekertaris : Dr. Sri Mulyani Indrawati Anggota : Anggito Abimanyu, Sri Adiningsih, Bambang SubiantoGus Dur saat menjalankan pemerintahan mengalami banyak persoalan, karena itu adalah warisan dari Pemerintahan Orde Baru. Salah satu permasalahan yang sangat menonjol adalah masalah KKN, pemulihan ekonomi, masalah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), kinerja BUMN, pengendalian inflasi, mempertahankan kurs Rupiah, masalah jaringan pengaman social (JPS), penegakan hukum, penegakan HAM.Belum tuntas mengatasi persoalan ORBA, pemerintahan Gus Dur dihadapkan pada persoalan persoalan kebijakannya yang dinilai banyak kalangan sangat controversial. Adapun kebijakan kebijakan tersebut antara lain :

a) Pemberhentian Kapolri Jendral (pol.) Roesmanhadi yang dinilai tidak mampu mengantisipasi terjadinya pembakaran sekolah Kristen STT Doulos.b) Pemberhentian Kapuspen Hankam Mayjen. TNI Sudrajat yang diganti dengan Marsekal Muda TNI Graito dari TNI AU. Pemberhentian tersebut dilatarbelakangi oleh pernyataan Mayjen. Sudrajat bahwa Presiden bukan Panglima Tinggi TNI.c) Pemberhentian Wiranto sebagai Menkopolkam yang dilatarbelakangi hubungan yang tidak harmonis antara Wiranto dan Presiden K.H Abdurrahman wahid. Ketidakharmonisan itu muncul ketika presiden mengizinkan dibentuknya Komisi Penyelidik Pelanggaran (KPP) HAM untuk menyelidiki para jendral termasuk Wiranto dalam kasus pelanggaran HAM di Timor Timur. Kemudian pada tanggal 13 Februari 2000 presiden mengeluarkan perintah untuk menonaktifkan Wiranto dari jabatan Menkopolkam.d) Mengeluarkan pengumuman tentang adanya menteri - menteri Kabinet Persatuan Nasional yang terlibat KKN.e) Gus Dur juga ingin mengadakan referendum Aceh, untuk memilih merdeka atau bergabung dengan RI. Namun hal ini dibantah oleh pemerintah Karena bila diadakan jajak pendapat, maka kemungkinan besar raykat aceh akan memilih untuk merdeka. Lalu Gus Dur mengurungkan niatnya, dan hal ini membuat rakyat Aceh kecewa hingga dibentuklah Gerakan Aceh Merdeka (GAM).f) Pada akhir 1999 presiden menyetujui nama Papua sebagai ganti Irian Jaya dan menyetujui pengibaran Bendera Bintang Kejora sebagai bendera Papua.Dalam suasana sikap pro dan kontra masyarakat atas kepemimpinan presiden K.H Abdurrahman Wahid muncul kasus Bulog Gate dan Brunei Gate.Bulog GateKasus Buloggate begitu terkenal karena sering kali menjerat petinggi-petingggi negara. Kasus-kasus yang melibatkan nama Badan Urusan Logistik (Bulog) serta jajaran pimpinannya sejak lama sudah mengemuka. Kasus ini melibatkan Yanatera (Yayasan Bina Sejahtera) Bulog yang dikelola oleh mantan Wakabulog Sapuan. Sapuan akhirnya divonis 2 tahun penjara dan terbuksi bersalah menggelapkan dana non bujeter Bulog sebesar 35 milyar rupiah.Keterlibatan Presiden Gus Dur sendiri baru terungkap secara terbatas, yaitu adanya pertemuan antara Presiden dan Sapuan (Wakil Kepala Bulog) di Istana. Dalam pertemuan itu, Presiden menanyakan dana nonbudgeter Bulog dan kemungkinan pengunaannya. Sapuan mengatakan, dana nonbudgeter itu ada, tetapi penggunaannya harus melalui keppres (keputusan presiden). Keterlibatan Gus Dur baru terungkap sebatas itu.