Download - Tugas 1 Rangkuman Peraturan_fix

Transcript
  • 1

    I. Undang Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

    A. Pembahasan

    Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan

    manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala

    bidang. Ketentuan pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun

    1945 berbunyi Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

    negara dan dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat. Ini mengandung arti

    bahwa bumi, dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

    negara harus diabadikan untuk kemakmuran rakyat dengan berkeadilan. Atas penguasaan

    oleh negara atas bumi, air dan kekayaan alam tersebut, negara harus menjamin hak setiap

    orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokoknya sehari-hari dengan

    melakukan pengaturan untuk memperoleh air. Penguasaan negara atas sumber daya air

    diselenggarakan oleh pemerintah (pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah) sebagai

    perwujudan kedaulatan Negara.

    Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong terjadinya

    perubahan nilai di masyarakat dengan terjadinya pergeseran paradigma dimana

    masyarakat tidak memandang air semata mata benda yang berfungsi sosial akan tetapi

    telah bergeser menjadi benda ekonomi. Pergeseran nilai ini memungkinkan kondisi

    tersebut berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat yang terkait dengan sumber air

    baik dalam lingkup antar sektor, antar wilayah dan atau kelompok masyarakat atau

    perseorangan. Pengelolaan sumber daya air yang mengutamakan kepentingan ekonomi

    dari pada yang berorientasi pada fungsi sosialnya akan mendorong konflik yang semakin

    meruncing. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya air perlu diatur agar terjadi

    penyelarasan berbagai kepentingan yaitu kepentingan sosial, kepentingan lingkungan dan

    kepentingan ekonomi.

    Pengaturan tentang pengelolaan sumber daya air di dalam perundang undangan

    Republik Indonesia terdapat didalam Undang Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan

    Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang Undang No.11 tahun 1974 tentang Pengairan (yang

    dicabut dan digantikan dengan Undang Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber

    Daya Air, dan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.

  • 2

    Adapun beberapa hal penting yang diatur dalam UU No. 7 Tahun 2004 tersebut

    adalah sebagai berikut:

    1. Pengelolaan sumber daya air secara terpadu

    Pengaturan tentang pengelolaan sumber daya air di dalam UU menjadi bahasan

    utama dalam UU tersebut dimana pengelolaan sumber daya air harus dilakukan

    secara terpadu dan untuk itu wewenang dan tanggung jawab pihak-pihak yang

    terlibat dalam pola pengelolaan sumber daya air juga telah diatur didalamnya agar

    dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Adapun hal-hal yang diatur lainnya yang

    berkaitan dengan pengelolaan sumber daya meliputi konservasi sumber daya air,

    pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, tahap perencanaan,

    pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan sumber daya air, pola

    pembiayaan, sistem informasi sumber daya air, pola pengawasan dan sanksi

    hokum dan denda jika terjadi penyimpangan terhadap aturan yang ditetapkan

    2. Hak guna air bagi seluruh masyarakat Indonesia yang terdiri dari hak guna pakai

    air dan hak guna usaha air.

    Pengaturan secara eksplisit Hak Guna Air di dalam UU diatur di dalam pasal

    6,7,8,9,10 dan 83. Walaupun pengaturan Hak Guna Air secara eksplisit hanya

    terdapat pada 6 buah pasal namun keterkaitannya dengan pasal lain khususnya

    pasal yang mengatur pengelolaan sumber daya air sangat erat, karena Hak Guna

    Air merupakan bagian dari pengaturan pengelolaan sumber daya air yaitu aspek

    pendayagunaan sumber daya air . Prinsip prinsip yang diatur didalam pasal pasal

    pengelolaan sumber daya air juga berlaku didalam pengelolaan Hak Guna Air.

    3. Sebagaimana pada poin 1 di atas pada pola pengelolaan sumber daya air terdapat

    poin mengenai pendayagunaan sumber daya air salah satunya adalah untuk

    kepentingan penyediaan air minum bagi masyarakat dan pola-pola penyediaan air

    minum secara umum yang selanjutnya secara detail dituangkan dalam peraturan

    pemerintah,

    Berdasarkan poin-poin tersebut dapat terlihat bahwa pengaturan terhadap

    pengelolaan sumber daya air di Indonesia sudah cukup memadai sebagai payung hukum

    yang jelas bagi seluruh pelaksanaan pengelolaan sumber daya air di lapangan yang

    selanjutnya dituangkan secara lebih terperinci dalam turunan peraturan undang-undang

    dalam bentuk peraturan pemerintah, peraturan menteri, dll.

  • 3

    Adapun beberapa hal yang menarik untuk diulas adalah mengenai pencemaran air di

    badan air yang saat ini marak terjadi di lapangan. Pengendalian pencemaran terhadap

    sumber air dan perlindungannya sebenarnya telah tercantum dalam UU tersebut dan telah

    ditetapkan sanksi hokum yang jelas atas pelanggarannya namun memang secara lebih

    terperinci harus lebih dijabarkan dalam peraturan turunannya dan fungsi pengawasan dan

    pembinaan yang lebih harus lebih ditekankan dan ditegakkan lagi peraturannya.

    Selain itu dalam UU ini salah satu yang menarik adalah tentang Hak Guna Usaha Air,

    dimana hak ini dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari

    Pemerintah atau pemerintah daerah. Hal ini lah yang perlu dicermati secara baik tentang

    kemungkinan monopoli atau penguasaan air sebagai salah satu sumber daya alam yang

    merupakan kebutuhan mendasar manusia.

    Keterlibatan sektor swasta dalam berinvestasi di sektor ini melalui kebijakan

    privatisasi air mungkin dapat menjadi salah satu solusi bagi permasalahan yang ada

    terkait pengelolaan sumber daya air di Indonesia termasuk salah satunya adalah dalam

    hal penyediaan air minum bagi masyarakat. Privatisasi Indonesia disebabkan oleh

    beberapa fakor diantaranya: Pertama, kebijakan sumberdaya air belum optimal yang

    ditandai dengan masih banyak daerah yang kekurangan air minum sementara memiliki

    kapasitas air baku yang memadai. Kedua, kelemahan dalam sektor badan usaha pengelola

    sektor air di Indonesia yaitu PDAM yang belum memiliki manajemen yang baik. Tanpa

    memperhatikan aspek kesinambungan pengelolaan, maka upaya penanaman budaya air

    minum yang sehat dan hibah investasi pengadaan sarana-prasarana air minum akan sia-

    sia saja jika tidak ada pembenahan terhadap badan pemerintah tersebut.

    Pengalaman privatisasi air di sejumlah negara juga tidak menunjukkan peningkatan

    kualitas dan efisiensi. Penyediaan air minum di wilayah Jakarta jauh lebih buruk setelah

    diprivatisasi kepada PT. Lyonaise dan PT. Thames. Contoh kasus lainnya adalah PDAM

    Kota Manado yang diambil alih oleh swasta juga kinerjanya masih sangat jauh dari baik

    dan memiliki banyak tunggakan utang yang belum dibayarkan secara lancar. Ini bertolak

    belakang dengan asumsi World Bank dan IMF. Privatisasi ternyata bukanlah jawaban

    atas kinerja yang buruk dari manajemen pemerintah.

    Menurut pandangan penulis bahwa peran swasta dalam hal ini menjadi sesuatu hal

    yang sangat krusial sehingga perlu ditetapkan peraturan yang ketat dan diimbangi dengan

    pengawasan yang ketat pula sehingga hal-hal yang dapat merugikan kepentingan

  • 4

    masyarakat dapat dihindari. Adapun pelaksanaan judicial review terhadap UU No. 7

    tahun 2004 telah dilakukan oleh beberapa pihak dan diajukan ke mahkamah konstitusi

    yang sampai dengan saat ini masih belum diputuskan apakah judicial review tersebut

    ditolak atau diterima.

    B. Kesimpulan

    1. Dengan adanya peraturan perundang-undangan Sumber Daya Air, maka

    seharusnya masyarakat atau badan usaha tidak akan sewenang-wenangnya

    melakukan aktifitas yang menimbulkan pencemaran air akan tetapi faktanya di

    lapangan semakin banyak pencemaran badan air yang tidak ditindak secara tegas.

    Penerapan sanksi hukum dan denda masih belum optimal diterapkan di masyarakat

    karena terbatasnya fungsi pengawasan di lapangan.

    2. Kebijakan privatisasi air sebagaimana yang diamanatkan UU No. 7 Tahun 2004

    harus benar-benar diterapkan aturan-aturan dan pengawasan yang ketat sehingga

    penyalahgunaan hak guna air tersebut tidak disalahartikan dan disalahgunakan

    yang akibatnya hanya mementingkan keuntungan perusahaan semata tidak

    mementingkan kepentingan masyarakat.

    3. Produk peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman yang merupakan

    turunan dari UU No.7 Tahun 2004 tentang SDA yang diharapkan menjadi landasan

    hukum, rambu dan sekaligus menjadi panduan operasional dalam pelaksanaan

    pengelolaan SDA harus dapat segera dipenuhi dalam rangka menghindari

    permasalahan yang terjadi di lapangan yang belum tertuang secara terperinci

    dalam Undang-Undang tersebut.

    II. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem

    Penyediaan Air Minum

    A. Pembahasan

    Air minum merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan menjadi hak dasar bagi

    masyarakat Indonesia untuk memperoleh air yang dijamin oleh Undang-Undang

    Dasar 1945 dan UU No. 7 Tahun 2004. Untuk itu Pemerintah mengeluarkan peraturan

    pemerintah no. 16 tahun 2005 sebagai turunan dari UU No. 7 Tahun 2004 yang

    mencakup mengenai regulasi mengenai penyediaan air minum.

  • 5

    Dalam PP tersebut dijabarkan mengenai ketentuan-ketentuan mengenai sistem

    penyediaan air minum meliputi beberapa hal sebagai berikut:

    1. Tujuan dari pengembangan SPAM adalah sebagai berikut:

    a. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan

    harga yang terjangkau;

    b. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa

    pelayanan; dan

    c. Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.

    2. Sistem Penyediaan air minum dapat melalui jaringan perpipaan dan non

    perpipaan. Untuk jaringan perpipaan (JP) meliputi: unit air baku, unit produksi,

    unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan dimana untuk setiap unit

    tersebut dijabarkan secara lebih terperinci. Sedangkan untuk yang bukan jaringan

    perpipaan (BJP) meliputi: sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampung

    air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan

    pelindung mata air. Kualitas air minum yang dihasilkan dari SPAM yang

    digunakan oleh masyarakat harus memenuhi standar kualitas yang telah

    ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan.

    3. Prasarana dan Sarana air limbah juga dibahas secara umum dalam PP ini di mana

    sistem pembuangan air limbah terdiri dari sistem setempat dan terpusat. Sistem

    setempat diperuntukkan bagi perseorangan/rumah tangga sedangkan untuk

    sistem terpusat diperuntukkan bagi kawasan padat penduduk dengan

    memperhatikan kondisi daya dukung lahan. Hasil pengolahan limbah terpusat

    dapat berupa cairan dan padatan. Kualitas hasil pengolahan air limbah yang

    berbentuk cairan harus memenuhi standar baku mutu air dan yang berbentuk

    padatan wajib diolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku. Kemudian pembangunan PS air limbah serta pemilihan lokasi harus

    memenuhi kaidah teknis dan mengikuti pedoman pedoman yang berlaku.

    4. Selain PS Air Limbah juga terdapat peraturan mengenai PS Persampahan di

    mana dalam peraturan ini diatur mengenai proses pengelolaan sampah dan

    pelayanan minimal yang harus diberikan dari mulai pengumpulan, pemindahan

    dan pengangkutan sampah. Begitupula dengan pembangunan PS dan pemilihan

    lokasi pengolahan sampah telah diatur secara umum dalam PP ini namun untuk

  • 6

    lebih terperinci harus mengacu pada Permenkes atau peraturan dan pedoman

    pedoman lain yang ditetapkan oleh pemerintah.

    5. Adapun pengaturan mengenai penyelenggaraan pengembangan SPAM

    mengharuskan agar pengembangan SPAM dilaksanakan secara terpadu dengan

    pengembangan PS Sanitasi untuk menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan air

    minum dan terhindarnya air baku dari pencemar air limbah dan sampah. Poin

    poin yang diatur dalam penyelenggaaraan pengembangan SPAM meliputi:

    a. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM; harus disusun oleh

    Pemerintah setiap 5 tahun sekali sebagai landasan penyusunan kebijakan dan

    strategi pengembangan SPAM di daerah (jakstrada). KSNP-SPAM

    merupakan arah pengembangan SPAM dan strategi pencapaiannya.

    b. Pengaturan mengenai perencanaan serta pelaksanaan konstruksi. Adapun

    beberapa hal yang harus dibuat oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah

    dalam hal perencanaan pengembangan SPAM yaitu:

    Penyusunan rencana induk yang memuat mengenai rencana umum dan

    jaringan, program dan kegiatan pengembangan, kriteria dan standar

    pelayanan, kriteria dan standar pelayanan, rencana alokasi air baku,

    keterpaduan dengan PS sanitasi, indikasi pembiayaan dan pola sanitasi,

    serta rencana pengembangan kelembagaan.

    Studi Kelayakan dibuat dengan mengacu pada rencana induk yang telah

    dibuat dan kemudian dibuat kajian- kajian mengenai kelayakan secara

    teknis, ekonomi, finansial serta kelembagaan

    Perencanaan teknis rinci disusun berdasarkan rencana induk dan studi

    kelayakan yang telah dibuat dan menggambarkan secara rinci mengenai

    gambaran pelaksanaan.

    c. Pengaturan mengenai pengelolaan, pemeliharaan dan rehabilitasi, serta

    pemantauan dan evaluasi. Adapun dalam hal melakukan tiga poin di atas

    harus mengikuti pedoman teknis dan tata cara yang ditetapkan oleh Peraturan

    Menteri

    d. Pembagian wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah

    Daerah juga telah dijelaskan dalam peraturan ini dengan menjabarkan

  • 7

    wewenang dan tanggung jawab masing masing pihak. Dalam hal

    pengelolaan penyelenggaraan SPAM Pemerintah dan Pemerintah Daerah

    dapat membentuk BUMN atau BUMD untuk pengembangan SPAM. Selain

    itu dimungkinkan keikutsertaan partisipasi dari koperasi, badan usaha swasta

    dan/atau masyarakat dalam hal penyelenggaraan SPAM bilamana kinerja

    pelayanan BUMN atau BUMD kurang baik dalam memenuhi kuantitas dan

    kualitas pelayanan SPAM.

    6. Dalam PP ini juga mengatur tentang pembentukan Badan Pendukung

    Pengembangan SPAM yang berfungsi untuk:

    a. Memberikan masukan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan dan

    strategi

    b. Membantu Pemerintah dan Pemerintah daerah dalam hal penerapan norma,

    standar, pedoman, dan manual oleh penyelenggara dan masyarakat

    c. Melaksanakan evaluasi terhadap standar kualitas dan kinerja pelayanan

    penyelenggaraan SPAM

    d. Memberikan rekomendasi tindak turun tangan terhadap penyimpangan

    standar kualitas dan kinerja pelayanan penyelenggaraan;

    e. Mendukung dan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam

    penyelenggaraan SPAM oleh koperasi dan badan usaha swasta;

    f. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam menjaga kepentingan

    yang seimbang antara penyelenggara dan masyarakat.

    Pengaturan lainnya mengenai BPPSPAM meliputi struktur organisasi,

    keanggotan yang terdiri dari beberapa unsur Pemerintah, unsur penyelenggara

    dan unsur masyarakat yang penetapan pengangkatan dan pemberhentian

    dilakukan oleh Menteri.

    7. Pembiayaan dan tariff yang mencakup mengenai ketentuan pembiayaan dalam

    pengembangan SPAM yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, namun

    tidak menutup kemungkinan adanya bantuan dana dari Pemerintah atau

    keikutsertaan dalam pembiayaan oleh koperasi, badan usaha masyarakat maupun

    dana masyarakat serta sumber dana lain yang sepenuhnya diatur dalam

    perundang-undangan.

  • 8

    8. Tarif dan retribusi untuk air minum yang ditetapkan harus didasarkan pada

    prinsip- prinsip keterjangkauan dan keadilan, mutu pelayanan, pemulihan biaya,

    efisiensi pemakaian air, transparansi dan akuntabilitas, perlindungan air baku.

    Dalam menetapkan tarif harus secara rinci menghitung mengenai biaya-biaya

    yang dikeluarkan untuk operasi dan pemeliharaan, biaya investasi dan pinjaman

    serta biaya lain yang disertai dengan perhitungan keuntungan yang wajar tidak

    melebihi batas ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam hal penyusunan tariff

    harus mengikuti pedoman yang telah ditetapkan dan penerapan tariff juga

    dilakukan secara progresiv sehingga nilai ekonomi dan sosial dapat terjaga.

    9. Pengaturan mengenai tugas dan tanggung jawab penyelenggara SPAM yaitu

    BUMN dan BUMD juga dijelaskan secara terperinci serta peran serta yang dapat

    dilakukan oleh koperasi, badan usaha swasta dan masyarakat juga telah

    dijelaskan dan diberi batasan yang jelas dalam hal pelaksanaan partisipatif atau

    bentuk kerjasama yang akan dilakukan bersama BUMN atau BUMD.

    Menurut pandangan saya bahwa ketentuan ketentuan yang telah diatur oleh PP ini

    telah masih terlalu ideal dan umum sekali dan banyak fakta yang terjadi di lapangan

    yang belum tercakup dalam PP tersebut.

    Terdapat beberapa hal yang perlu ditinjau kembali dalam PP tersebut adalah sebagai

    berikut:

    Mengenai kewenangan Pemerintah Pusat terhadap penyelenggaraan SPAM

    sebenarnya tidak berkewajiban untuk melaksanakan pengembangan SPAM

    karena berdasarkan pasal 58 PP N0. 16 Tahun 2005 tercantum pada ayat 1 bahwa

    Pembiayaan pengembangan SPAM menjadi kewajiban pemerintah daerah

    begitupula sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 32 Tahun 2004

    tentang otonomi daerah yaitu penyelenggaraan pelayanan dasar bagi masyarakat.

    Namun demikian pada ayat 2 pasal 58 PP No. 16 Tahun 2005 menyebutkan

    bahwa dalam hal Pemerintah Daerah tidak mampu melaksanakan pengembangan

    SPAM, Pemerintah dapat memberikan bantuan pendanaan sampai dengan

    pemenuhan standar pelayanan minimal yang dibutuhkan secara bertahap. Hal

    tersebut menjadi sebuah permasalahan yang sangat polemik di lapangan yaitu

    pada saat bantuan pendanaan Pemerintah Pusat dalam hal memenuhi pelayanan

    standar pelayanan minimal akan tetapi kewenangan pengelolaan berada pada

  • 9

    kewenangan pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah provinsi atau

    kabupaten/kota melalui pembentukan BUMD maka dalam hal ini terdapat jurang

    permasalahan di mana saat ini diketahui bahwa kinerja BUMD masih kurang

    baik ditandai oleh data kinerja yang disajikan oleh BPPSPAM 50% PDAM di

    Indonesia memiliki kinerja yang kurang sehat atau sakit. Hal tersebut

    menyebabkan lemahnya pelayanan yang dapat diberikan kepada masyarakat dan

    pembiayaan yang sudah diinvestasikan oleh Pusat menjadi sebuah investasi yang

    tidak dapat dijamin untuk dapat menghasilkan suatu pelayanan yang baik kepada

    masyarakat apabila kinerja PDAM masih kurang baik. Keberlanjutan dari SPAM

    yang dibangun melalui pembiayaan Pemerintah Pusat pun tidak dapat

    berlangsung lama selain itu jangkauan pelayanan juga tidak sepenuhnya

    terpenuhi karena keterbatasan pembiayaan pemerintah daerah untuk membangun

    jaringan distribusi kepada pelanggan dan selain itu jaminan tersedianya biaya

    operasi dan pemeliharaan yang memadai oleh PDAM juga tidak dapat

    dipastikan.

    Definisi penyelenggara SPAM yang dimaksud dalam PP tersebut adalah badan

    usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta,

    dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan

    pengembangan sistem penyediaan air minum. Sedangkan faktanya di lapangan

    terdapat penyelenggara SPAM yang berasal dari unsur Pemerintah Daerah yaitu

    Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) ataupun Badan Layanan Umum Daerah

    (BLUD) yang mana masih belum terlingkupi dalam PP tersebut.

    Pengaturan mengenai rencana induk pengembangan SPAM (RISPAM)yang

    diatur dalam PP pada pasal 26 ayat 3 menyatakan bahwa penyusunan RISPAM

    dilakukan oleh penyelenggara pengembangan SPAM. Seharusnya RISPAM

    merupakan dokumen yang disusun oleh Pemerintah Daerah sebagai dokumen

    perencanaan pengembangan SPAM di seluruh wilayah pelayanan yang

    mencakup pengembangan SPAM jaringan perpipaan maupun non perpipaan dan

    menjadi masterplan daerah untuk bidang air minum selanjutnya dapat digunakan

    oleh penyelenggara SPAM (BUMD,Koperasi, Swasta dan Masyarakat) sebagai

    acuan dalam melakukan perencanaan pengembangan SPAM di wilayah

    pelayanan masing-masing.

  • 10

    B. Kesimpulan

    1. Peraturan Pemerintah No. 16 berisi tentang keseluruhan pengaturan mengenai

    penyelenggaraan SPAM serta pihak- pihak yang berwenang atas

    penyelenggaraan SPAM dan pihak yang dapat berpartisipasi dalam kegiatan

    penyelenggaraan SPAM seluruhnya telah diatur di dalamnya.

    2. Pembiayaan investasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat tidak menjamin

    tersedianya kebutuhan standar pelayanan minimal di daerah karena hal tersebut

    masih sangat bergantung pada pembiayaan pemerintah daerah dan kinerja

    BUMD itu sendiri. Sehingga diperlukan suatu perjanjian antara pemerintah pusat

    dan pemerintah daerah apabila pendanaan dibiayai oleh pemerintah pusat maka

    pemerintah daerah berkewajiban untuk menjamin penyelenggaraan SPAM yang

    berkelanjutan dan apabila tidak maka tanggung jawab dapat diambil alih oleh

    Pemerintah Pusat (BUMN) (untuk itu perlu dilakukan penyusunan usulan

    perubahan peraturan atau dibuatkan peraturan turunan dari PP tersebut).

    3. Penyesuaian definisi penyelenggaraan SPAM dan pengaturan mengenai

    penyusunan rencana induk menjadi suatu hal yang perlu dikaji kembali dalam

    Peraturan Pemerintah tersebut.

    4. Adapun penerapan peraturan tersebut di lapangan yang memerlukan adanya

    suatu standar mutu atau pedoman- pedoman maupun peraturan menteri sebagai

    turunan dari peraturan pemerintah tersebut perlu segera disusun agar

    pelaksanaan di lapangan

    III. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02 Tahun 2013 Tentang Pedoman

    Penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air

    A. Pembahasan

    Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2004 pada pasal 59 ayat 1 Perencanaan pengelolaan

    sumber daya air disusun untuk menghasilkan rencana yang berfungsi sebagai

    pedoman dan arahan dalam pelaksanaan konservasi sumber daya air, pendayagunaan

    sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

  • 11

    Pengelolaan SDA membutuhkan keterlibatan semua pihak baik pemerintah maupun

    masyarakat. Agar masing-masing pihak dapat berperan secara kolaboratif sesuai

    dengan

    tugas dan fungsinya sehingga dapat terbangun sinergi untuk mencapai hasil yang

    optimal, diperlukan SATU dokumen yang diharapkan menjadi pemandu atau

    pengarah dalam penyusunan program dan kegiatan antar sektor dan antar wilayah

    administrasi. Dokumen yang diharapkan menjadi pemandu tersebut oleh UU No.7

    Tahun 2004 diberi nama Pola Pengelolaan SDA, dan Rencana (Induk) Pengelolaan

    SDA. Yang dimaksud dengan Pola Pengelolaan SDA adalah kerangka dasar dalam

    merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi

    SDA, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air. Baik Pola maupun

    Rencana (Induk) Pengelolaan SDA, keduanya harus disusun pada setiap Wilayah

    Sungai. Rencana Pengelolaan SDA adalah dokumen perencanaan yang diharapkan

    dapat menyeimbangkan upaya konservasi dan pendayagunaan SDA agar terwujud

    kemanfaatan air yang berkelanjutan bagi kesejahteraan seluruh rakyat baik untuk

    generasi sekarang maupun akan datang. Dokumen ini diharapkan pula agar dapat

    menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi SDA untuk menjamin

    pemenuhan kebutuhan pokok setiap orang dan mengoptimalkan nilai ekonomi air

    dengan memperhatikan upaya pelestariannya. (kutipan tulisan konsepsi pengelolaan

    SDA oleh Imam Anshori, 2015).

    Dari 131 wilayah sungai yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI

    nomor 12 tahun 2012 sampai dengan tahun 2012, 13 pola pengelolaan sumber daya

    air telah ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum untuk wilayah sungai kewenangan

    pemerintah pusat, sementara itu 29 pola pengelelolaan sumber daya air telah

    ditetapkan oleh Gubernur untuk wilayah sungai kewenangan propinsi (Datin SDA

    PU, 2012).

    Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah

    memiliki kewajiban untuk menyusun dokumen pola dan perencanaan pengelolaan

    sumber daya air, untuk itu Peraturan Menteri PU No. 02 Tahun 2013 menjadi payung

    hukum yang kuat bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk melakukan

    penyusunan dokumen perencanaan pengelolaan sumber daya air. Adapun beberapa

    hal penting yang diatur dalam Permen PU ini adalah sebagai berikut:

  • 12

    1. Tata cara penyusunan rencana pengelolaan sumber daya air; yaitu dengan melalui

    beberapa tahapan sebagai berikut:

    a. Inventarisasi sumber daya air (meliputi: kuantitas dan kualitas SDA, sumber

    air dan prasarana sumber air, kelembagaan pengelolaan SDA, kondisi

    lingkungan hidup dan potensi yang terkait SDA, serta kondisi sosial ekonomi

    masyarakat)

    b. Penyusunan rencana pengelolaan sumber daya air; dan

    c. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air.

    2. Substansi rencana pengelolaan sumber daya air;

    3. Peninjauan dan evaluasi rencana pengelolaan sumber daya air dapat dilakukan

    paling singkat setiap 5 (lima) tahun sekali; dan

    4. Sistematika penyajian rencana pengelolaan sumber daya air.

    B. Kesimpulan

    1. Pemerintah dan Pemerintah daerah berkewajiban menyusun pengelolaan SDA,

    dan Rencana (Induk) Pengelolaan SDA sebagai dasar dalam merencanakan,

    melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi SDA,

    pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air.

    2. Penyusunan Rencana pengelolaan SDA sebagai acuan bagi Balai Besar Wilayah

    Sungai/ Balai Wilayah Sungai (BBWS/BWS) dan Tim Koordinasi Pengelolaan

    Sumber Daya Air (TKPSDA) dalam menyusun dan menetapkan rancangan

    rencana pengelolaan sumber daya air sesuai dengan wewenang dan tanggung

    jawabnya, dan memiliki jangka waktu 20 (dua puluh) tahun pada setiap wilayah

    sungai.

    IV. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas

    Air Minum

    A. Pembahasan

    Sebagaimana yang tercantum dalam PP No. 16 Tahun 2005 pasal 6 bahwa air minum

    yang dihasilkan dari SPAM yang digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan

    harus memenuhi syarat kualitas berdasarkan peraturan menteri yang

  • 13

    menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Untuk itu Kementerian

    Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang

    persyaratan kualitas air minum. Menurut permenkes tersebut air minum adalah air

    yang melalui proses pengolahaan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat

    kesehatan dan langsung dapat diminum. Kualitas air minum merupakan salah satu hal

    penting yang harus diperhatikan, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

    Adapun beberapa ketentuan yang diatur dalam Permenkes ini adalah sebagai berikut:

    a. Menetapkan parameter wajib dan parameter tambahan untuk kualitas air minum

    yang aman diminum. Parameter wajib merupakan persyaratan kualitas air minum

    yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh penyelenggara air minum diantaranya

    adalah:

    Parameter Mikrobiologi: parameter ini masuk kedalam kategori berhubungan

    langsung dengan kesehatan dengan tidak ada tolerasi sedikitpun bagi

    kehadiran bakteri E.Coli dan Total Bakteri Koliform dalam 100 ml sampel

    karena seperti yang kita ketahui apabila terkontaminasi bakteri ini dapat

    menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare atau disentri.

    Parameter Kimia: parameter ini juga berhubungan langsung dengan kesehatan

    dan dikelompokan menjadi kimia anorganik dimana air minum harus bebas

    zat kimia beracun serta parameter kimiawi yang masuk dalam kategori tidak

    berhubungan langsung terhadap kesehatan dimana air minum tidak

    diperkenankan mengandung logam berat dan memiliki kadar keasaman air

    (PH) antara 6,5 sampai 8,5.

    Parameter Fisika: parameter ini termasuk kedalam kategori tidak

    berhubungan langsung dengan kesehatan dimana air minum tidak boleh

    berbau dan tidak berasa (tidak ada toleransi sedikitpun), angka TDS

    maksimum 500 mg/l, tingkat berwarna maksimal 15 TCU dan suhu udara

    maksimal 3oC.

    Sedangkan untuk parameter tambahan dalah parameter yang dapat ditetapkan

    pemerintah daerah sesuai dengan kualitas lingkungan masing-masing yang

    mengacu pada parameter tambahan pada peraturan ini, diantaranya adalah:

  • 14

    Parameter kimiawi: yang terdiri dari ada tidaknya kandungan bahan kimia

    organik maupun anorganik, cemaran pestisida dan desinfektan serta hasil

    sampingannya yang besar toleransinya telah ditentukan dalam peraturan.

    Parameter Radioaktif : Air minum maksimal mengandung Gross Alpha

    Activity 0,1 Bq/l dan Gross Beta Activity 1 Bq/l.

    b. Melakukan pengawasan di lapangan untuk menjaga kualitas air minum yang

    dikonsumsi oleh masyarakat baik itu pengawasan internal maupun eksternal.

    Pengawasan internal dilakukan oleh penyelenggara air minum untuk mengontrol

    kualitas air yang diproduksi sedangkan untuk pengawasan eksternal dilakukan

    oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan

    (KKP). Selanjutnya tata laksana pengawasan tersebut diatur kemudian secara

    lebih rinci dalam Permenkes yaitu Permenkes No. 736 Tahun 2010 tentang tata

    laksana kualitas air.

    Menurut pandangan saya bahwa dalam hal pelaksanaan pemenuhan standar kualitas

    air minum bagi seluruh penyelenggara SPAM sesuai dengan Permenkes tersebut

    masih sangat jauh dari standar yang ditetapkan. PDAM dalam hal ini sebagai

    penyelenggara SPAM di daerah sebagian besar belum dapat memenuhi standar

    kualitas air minum yang ditetapkan namun hanya dapat memenuhi standar kualitas

    air bersih yang masih harus melalui proses pematangan (masak) air terlebih dahulu

    untuk dapat diminum bahkan tidak sedikit yang masih jauh dari standar kualitas air

    bersih.

    Kegiatan yang paling utama dalam hal menjamin kualitas air minum adalah pada

    fungsi pengawasan baik itu pengawasan internal maupun eksternal. Dari segi

    pengawasan internal masih belum berjalan efektif di mana pada kenyataan di

    lapangan masih banyak PDAM yang laboratoriumnya belum memenuhi standar

    untuk dapat memeriksa kualitas air yang diproduksinya sehingga penjaminan akan

    kualitas air minum pun tidak dapat terpenuhi. Namun tidak jarang juga beberapa

    PDAM harus mengirimkan sampel airnya untuk diperiksa oleh laboratorium swasta,

    dan memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga hanya segelintir PDAM yang

    dapat melakukan pemeriksaan secara menyeluruh.

    Selain itu dari fungsi pengawasan eksternal oleh Dinas Kesehatan juga belum berjalan

    optimal salah satunya dapat dikarenakan oleh karena jakstranas pengawasan kualitas

    air minum belum ditetapkan sehingga belum adanya arah strategi untuk melakukan

  • 15

    pengawasan kualitas air minum bagi seluruh penyelenggara air minum di daerah.

    Kondisi yang ideal yang dicantumkan dalam peraturan menteri kesehatan tersebut

    masih jauh dari ideal bila dibandingkan dengan fakta di lapangan.

    B. Kesimpulan

    1. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menerapkan parameter wajib

    yang harus dipenhui oleh seluruh penyelenggara SPAM dan parameter tambahan

    yang dapat diacu dan ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk menjamin

    pemenuhan kualitas air minum yang aman untuk dikonsumsi masyarakat

    2. Fungsi pengawasan internal dan eksternal sangat penting untuk menjamin

    tersedianya air minum yang aman yang diproduksi oleh seluruh penyelenggara

    SPAM.

    V. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2012 Tentang Pedoman

    Pembinaan Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

    A. Pembahasan

    Sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005 yang intinya bahwa

    seluruh penyelenggara SPAM berhak untuk mendapatkan pembinaan teknik dan non

    teknik dan pedoman teknis dan tata cara pembinaan tersebut diatur dalam Peraturan

    Menteri yang selanjutnya diterbitkan pada tahun 2012 yaitu Permen PU No. 18 tahun

    2012. Maksud ditetapkannya Peraturan Menteri ini adalah sebagai acuan bagi

    Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembinaan

    penyelenggaraan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja

    penyelenggaraan SPAM. Beberapa hal yang diatur dalam Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut:

    1. Ruang lingkup pembinaan penyeln Ruang lingkup pembinaan penyelenggaraan

    pengembangan SPAM meliputi:

    a. Pembinaan oleh Pemerintah terhadap Pemerintah Daerah;

    b. Pembinaan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah terhadap

    Penyelenggara, baik Penyelenggara pengembangan SPAM dengan jaringan

    perpipaan maupun SPAM bukan jaringan perpipaan;

    c. Pengambilalihan tanggung jawab sementara pengelolaan SPAM oleh

    Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya; dan

  • 16

    d. Pengawasan teknis terhadap seluruh tahapan penyelenggaraan pengembangan

    SPAM.

    2. Pembinaan yang dilakukan meliputi beberapa hal yaitu:

    a. Koordinasi dalam pemenuhan kebutuhan air minum

    b. Pemberian norma, standar, prosedur, dan kriteria;

    c. Pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, bantuan teknis;

    d. Pendidikan dan pelatihan; dan

    e. Pengawasan teknis.

    Secara detail dijelaskan secara lebih rinci dalam peraturan menteri tersebut

    mengenai batasan batasan dan arahan yang jelas dalam memberikan pembinaan

    tersebut serta berbagai macam persyaratan yang harus dipenuhi untuk hal yang

    kaitannya dengan pemberian bantuan teknis yang berbentuk fisik.

    3. Pengambilalihan tanggung jawab sementara juga diatur dalam peraturan ini di

    mana Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat

    mengambil alih tanggung jawab Penyelenggaraan Pengembangan SPAM

    sementara apabila BUMN atau BUMD Penyelenggara tidak dapat memenuhi

    kinerja yang ditetapkan setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud

    dalam Peraturan Menteri ini.

    Adapun beberapa hal yang dapat ditinjau dari Peraturan Menteri ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Definisi penyelenggara SPAM yang dimaksud dalam peraturan ini sudah lebih

    baik dengan memasukkan unsur pemerintah daerah (UPTD dan BLUD) sebagai

    penyelenggaran SPAM namun tidak sejalan dengan definisi yang ada dalam PP

    No. 16 Tahun 2005

    2. Pengaturan mengenai persyaratan untuk menerima bantuan yang berbentuk fisik

    diantaranya adalah kesiapan rencana induk SPAM yang mana diketahui bahwa

    sampai dengan saat ini Pemerintah Daerah masih banyak yang belum memiliki

    rencana induk SPAM namun tetap mendapatkan bantuan teknis dari Pusat

    sehingga peraturan menteri tersebut kurang diperhatikan oleh daerah karena tidak

    ada sanksi atau pemberhentian bantuan teknis bagi daerah yang tidak memiliki

    RISPAM. Di sisi lain apabila daerah tidak diberikan bantuan teknis sangat sulit

    bagi daerah untuk dapat menjalankan kewajiban pemenuhan standar pelayanan

  • 17

    minimal di daerah karena keterbatasan dana. Hal tersebutlah yang perlu dilakukan

    sebuah kebijakan yang bersifat win win solution agar pemenuhan standar

    pelayanan minimal daerah dapat tercapai namun tidak mengabaikan peraturan

    yang ditetapkan.

    3. Hal lain yang menarik untuk ditinjau adalah mengenai pengambil alihan tanggung

    jawab sementara yang dapat dilakukan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah

    apabila BUMN atau BUMD Penyelenggara tidak dapat memenuhi kinerja yang

    ditetapkan. Saat ini fakta di lapangan hamper 50% BUMD berada pada kondisi

    kinerja kurang sehat dan sakit dan Pemerintah Daerah juga tidak dapat mengambil

    alih sementara karena merasa dapat membebani anggaran daerah, sehingga

    kondisi pelayanan PDAM yang tidak optimal terkesan bukan menjadi tanggung

    jawab pemerintah daerah. Untuk itu seharusnya Pemerintah segera menerapkan

    pengambilalihan sementara oleh Pemerintah Pusat dengan membentuk suatu

    BUMN atau Badan lainnya agar kondisi pelayanan air minum dapat optimal

    kepada masyarakat.

    B. Kesimpulan

    1. Dalam melakukan pembinaan kepada pemerintah daerah dan penyelenggara

    SPAM harus mengikuti seluruh ketentuan yang ada dalam peraturan menteri PU

    ini.

    2. Beberapa kenyataan di lapangan masih banyak yang belum sesuai dengan

    ketentuan yang ada dalam permen PU ini.

    VI. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman

    Kerjasama Pengusahaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

    A. Pembahasan

    Dalam pemenuhan penyediaan air minum bagi seluruh masyarakat Indonesia dan

    dalam rangka pencapaian target MDGs dan Target Pemerintah dalam RPJMN 2015

    2019 yaitu 100% akses aman air minum bagi seluruh masyarakat Indonesia,

    Pemerintah menghadapi tantangan yaitu masih terbatasnya kemampuan penyedia

    layanan air bersih untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tantangan

    selanjutnya yang dihadapi Indonesia untuk dapat menjamin akses masyarakat

    terhadap air bersih adalah keterbatasan pembiayaan yang dimiliki oleh Pemerintah

  • 18

    yang tidak dapat mengimbangi jumlah kebutuhan investasi yang harus dialokasikan

    untuk pengembangan SPAM. Untuk itu diperlukan suatu skema pembiayaan yang

    dapat membantu tercapainya target pelayanan air minum tersebut. Untuk itu

    Pemerintah membuka suatu arahan kebijakan pembiayaan yang dapat bersumber dari

    pendanaan dari Badan Usaha/Koperasi/Masyarakat sebagaimana yang diamanatkan

    dalam UU No. 7 Tahun 2004 dan PP No. 16 Tahun 2005. Oleh karenanya, Pemerintah

    segera menerbitkan Peraturan Menteri No 12 Tahun 2010 untuk menjamin

    penyelenggaraan kerjasama pengusahaan pengembangan SPAM berjalan pada

    koridor yang tepat dan tidak merugikan Negara dan hanya memberikan keuntungan

    semata untuk Badan Usaha atau Koperasi. Kebijakan kerjasama dengan swasta ini

    sebenarnya masih menuai pro kontra di masyarakat di mana masyarakat yang pro

    terhadap privatisasi menganggap bahwa jika air diperlakukan sebagai barang sosial

    yang diberikan secara gratis maka orang cenderung untuk memanfaatkan air secara

    berlebihan. Oleh karenanya Pemerintah dapat melakukan cara untuk mengendalikan

    hal tersebut adalah dengan membatasi penggunaannya melalui peraturan, pajak, atau

    dengan memberlakukannya sebagai private good.

    Sedangkan untuk yang kontra dengan privatisasi memberlakukan air sebagai barang

    ekonomi dipandang akan memperluas keterlibatan swasta dalam penyediaan

    layanan air bersih.

    Sementara itu terdapat kelompok yang menganggap air tidak bisa secara murni

    diperlakukan sebagai barang publik. Air membutuhkan biaya untuk pengadaannya,

    sehingga juga harus diberlakukan sebagai barang ekonomi yang harus dikelola sesuai

    dengan hukum-hukum ekonomi. Hal tersebutlah yang dianut oleh Pemerintah dalam

    melakukan pelayanan kepada masyarakat.

    Hal- Hal yang diatur dalam peraturan menteri ini adalah sebagai berikut:

    1. Pemerintah Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dapat

    bekerjasama dengan Badan Usaha dalam pengusahaan pengembangan SPAM

    dengan sistem jaringan dan teknologi pengolahan pada daerah, wilayah atau

    kawasan yang belum terjangkau pelayanan jaringan perpipaan SPAM

    BUMN/BUMD Penyelenggara. Dalam pelaksanaan proyek kerjasama dilakukan

    oleh Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) yang memiliki wewenang

    dan tugas sebagaimana tercantum dalam pasal 9.

  • 19

    2. Tata cara kerjasama dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

    a. perencanaan Proyek Kerjasama;

    b. Penyiapan pra studi kelayakan Proyek Kerjasama;

    c. Transaksi Proyek Kerjasama; dan

    d. Manajemen pelaksanaan Perjanjian Kerjasama.

    3. Bentuk Perjanjian Kerjasama pengusahaan Pengembangan SPAM antara

    Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha meliputi:

    a. Kontrak bangun, guna, serah (build, operate and transfer contract) untuk

    seluruh pengembangan SPAM hingga pelayanan dan penagihan kepada

    pelanggan atau untuk sebagian pengembangan SPAM; atau

    b. Bentuk kerjasama lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan yang mengatur tentang kerjasama pemerintah dengan badan usaha.

    4. Kerjasama pengusahaan SPAM dilaksanakan antara:

    a. BUMN/BUMD Penyelenggara dengan badan usaha swasta berbentuk

    perseroan terbatas;

    b. BUMN/BUMD Penyelenggara dengan Koperasi; atau

    c. BUMN/BUMD Penyelenggara dengan BUMN/BUMD.

    Kerjasama dilakukan apabila telah dilakukan studi kelayakan, analisa resiko dan

    telah memenuhi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Lingkup

    kerjasamanya dapat meliputi: unit air baku, produksi, distribusi, pelayanan dan

    pengelolaan.

    5. Pemerintah dapat mendukung dan memberikan jaminan Pemerintah terhadap

    suatu proyek kerjasama dalam bentuk: perizinan, dukungan sebagian konstruksi,

    pembebasan tanah, bentuk lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-

    undangan. Bentuk jaminan Pemerintah ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan

    mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan dalam proses pengadaan dan

    dituangkan dalam dokumen pengadaan pengusahaan.

    6. Pengaturan mengenai bentuk bentuk kerjasama yang dapat dilakukan meliputi:

    a. Kontrak bangun, guna, serah (build, operate and transfer contract);

    b. Kontrak rehabilitasi, peningkatan, guna, serah (rehabilitation, uprating,

    operating and transfer contract); atau

  • 20

    c. Bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang

    kerjasama antara BUMN/BUMD dengan pihak ketiga

    7. Persyaratan yang ditetapkan dalam rangka menjalin kerjasama antara

    BUMN/BUMD Penyelenggara dengan Badan Usaha diantaranya:

    a. Kerjasama dilaksanakan dengan pertimbangan menguntungkan kedua belah

    pihak

    b. Setiap rencan kerjasama harus disertai dengan studi kelayakan

    c. Rencana kerjasama harus harus mendapat persetujuan dari Kepala Daerah

    melalui Badan Pengawas dengan disertai hasil studi kelayakan rencana

    kerjasama tersebut.

    8. Perjanjian Kerjasama antara BUMN/BUMD Penyelenggara dengan Badan

    Usaha tidak memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan:

    a. Penyerahan pembangunan dan pengelolaan seluruh pengembangan SPAM

    di dalam seluruh wilayah pelayanan BUMN/BUMD Penyelenggara kepada

    Badan Usaha;

    b. Perubahan status badan hukum BUMN/BUMD Penyelenggara atau

    hilangnya keberadaan BUMN/BUMD Penyelenggara yang bersangkutan.

    c. Pengalihan kepemilikan aset BUMN/BUMD Penyelenggara yang ada

    sebelum kerjasama kepada Badan Usaha; dan

    d. Pengalihan kepemilikan aset BUMN/BUMD Penyelenggara hasil

    kerjasama kepada Badan Usaha

    B. Kesimpulan

    1. Penyediaan air minum bagi masyarakat tidak dapat hanya melalui mekanisme

    pembiayaan tunggal dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah, harus didukung

    oleh keterlibatan swasta.

    2. Pemerintah memberikan keleluasaan bagi Badan Usaha Swasta untuk terlibat

    dalam pengusahaan pengembangan SPAM melalui mekanisme kerjasama dan

    harus mengikuti kaidah peraturan yang berlaku pada peraturan menteri ini.

  • 21

    Referensi

    1. Anshori Imam. Konsepsi Pengelolaan Sumber Daya Air Menyeluruh dan Terpadu (dikutip pada

    tanggal 29 Januari 2015 pukul 10.00 WIB).

    http://www.dsdan.go.id/index.php?option=com_rok

    downloads&view=file&task=download&id= 58%3Akonsepsi-psda-menyeluruh-dan-

    terpadu&Itemid=59.

    2. http://sda.pu.go.id/index.php/berita-sda/datin-sda/item/252-penyusunan-pola-pengelolaan-sumber-

    daya-air-selesai-pada-tahun-2015