Download - Trauma Pada Ibu Hamil

Transcript
Page 1: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 1/21

CLINICAL SCIENCE SESSION

TRAUMA PADA IBU HAMIL

DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)

SMF Ilmu Bedah

Presentan:

Rizki Perdana

Ardyan Premata G

Partisipan:

Astri Restuastuti Muslimah

Shella Arrum WardhaniMariska InggridaEva Fieldiana Sari

Preseptor:Arief Guntara, dr., SpB

SMF ILMU BEDAH

RSUD AL-IHSAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2010 

Page 2: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 2/21

BAB I

TRAUMA PADA IBU HAMIL

I.  Pendahuluan

 Injury dapat terjadi pada 6-7% ibu hamil dan menjadi penyebab

kematian nonobstetrik pada ibu hamil. Selain itu, kejadian ini dapat pula

menjadi salah satu penyebab kematian janin akibat trauma. Prinsip yang

harus dipegang dalam menjalankan “save the mother, save the fetus”

adalah penanganan dini pada ibu hamil korban trauma.

II.  Perubahan anatomis dan konsekwensi klinis

 A.  Uterus

-  Bertambahnya ukuran (7 cm/70 g; 36 cm/1,100 g)

-  Lokasi intraabdomen setelah minggu ke-12

Gambar 1. Ukuran uterus berdasarkan tinggi fundus

-  Dinding muskularis yang bertambah tipis.

-  Peningkatan aliran darah (60 mL/menit)

Page 3: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 3/21

3

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.   Increased susceptibility to injury 

 b.  Peningkatan pendarahan

c.  Kompresi IVC pada posisi berbaring (supine hypotension

syndrome)

B.  Plasenta

-  Penurunan elastisitas

-  Sensitivitas katekolamin

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Mudah terjadi separasi dari dinding uterus (abruption) b.  Penurunan aliran darah plasenta, disertai stres akan

menyebabkan gangguan janin

C.  Pelvis

-  Venous engorgement  

-  Relaksasi ligamen

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Meningkatnya keparahan pendarahan

 b.  Instabilitas gaya berjalan dan meningkatnya risiko jatuh

c.  Perubahan gambaran radiologis dan misdiagnosis 

D.  Genitourinaria

-  Dilatasi collecting system 

-  Perubahan letak buli intraabdomen

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Perubahan gambaran radiologis dan misdiagnosis 

 b.  Meningkatnya risiko injury 

E.  Gastrointestinal

-  Perubahan letak usus menuju kuadran atas

-  Perubahan pada gastroesophageal juntion

-   Peritoneal “stretching”  

Page 4: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 4/21

4

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.   Altered injury pattern 

 b.  Penurunan sensitivitas peritoneum dan dapat mengaburkan

pemeriksaan fisik

c.  Peningkatan risiko terjadinya refluks dan aspirasi

F.  Diafragma

-  Meninggi (4 cm)

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Perubahan peta anatomis (contoh: salah menempatkan chest

tube) b.  Perubahan functional residual capacity (FRC)

G.  Jantung

-  Perubahan arah sefalik jantung (cephalad )

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Perubahan EKG –  left axis deviation; T-wave flattening,

inversion lead III & aVF  

H.  Hipofisis

-  Mengalami pembesaran 135%

-  Peningkatan kebutuhan aliran darah

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Keadaan syok akan menyebabkan nekrosis pada kelenjar

hipofisis interior yang akan menyebabkan insufisiensi hipofisis

( Sheehan’s syndrome)

III. Perubahan Fisiologis atau Konsekwensi Klinis Potensial

 A.  Kardiovaskular

-  Peningkatan cardiac output  

-  Peningkatan nadi

-  Peningkatan tekanna darah (pada trimester II)

Page 5: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 5/21

5

-  Penurunan CVP

-  Penurunan resistensi vaskular perifer

-  Peningkatan ektopi

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Perubahan tanda-tanda vital

 b.  Kondisi hiperdinamik

B.  Hematologi

-  Peningkatan volume darah yang disebabkan peningkatan volume

plasma

-  Penurunan hematokrit (32-36%) karena peningkatan plasma yanglebih besar daripada volume sel darah merah

-  Peningkatan WBC count (18-25 WBC/mm3)

-  Penurunan plasminogen activator levels

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Perubahan parameter hematologis

 b.  “Anemia” fisiologis; “hipervolemia” fisiologis 

c.  Gejala-gejala pendarahan akan “terlambat”; 1/3 volume darah

ibu dapat hilang tanpa perubahan nadi atau tekanan darah

d.  Hiperkoagulabilitas; peningkatan risiko terjadinya

 venotromboemboli

C.  Respirasi

-  Peningkatan ventilasi per menit

-  Peningkatan volume tidal

-  Penurunan FRC  

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Chronic respiratory alkalosis

 b.  Penurunan respiratory buffering capacity 

c.  Perubahan respon terhadap inhalasi, saat anestesi

d.  Kecenderungan rapid oxygen desaturation 

Page 6: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 6/21

6

e.  Penurunan toleransi terhadap hipoksemia

D.  Ginjal

-  Peningkatan aliran darah ginjal

-  Peningkatan creatinine clearance 

-  Peningkatan glomerular filtration rate 

-  Penurunan resorpsi glukosa

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Penurunan BUN

 b.  Penurunan kreatinin serum

c.  GlukosuriaE.  Gastrointestinal

-  Penurunan pengosongan lambung

-  Peningkatan produksi asam lambung

-  Gangguan kontraksi kandung empedu

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Peningkatan risiko refluks asam atau aspirasi

 b.   Bile statis atau peningkatan risiko pembentukan batu empedu

F.  Endokrin

-  Peningkatan laktogen plasenta

-  Peningkatan progesteron

-  Peningkatan estrogen

-  Peningkatan parathormon

-  Peningkatan kalsitonin

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Resistensi insulin atau pregnancy-induced diabetes 

 b.  Relaksasi sfinkter esofagus bawah

c.   Delayed gastric emptying 

d.  Peningkatan absorbsi kalsium

Page 7: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 7/21

7

G.  Sistem Saraf

-   Pregnancy-induced hypertension (eclampsia) 

-  Konsekwensi klinis potensial:

a.  Peningkatan risiko pendarahan intrakranial

 b.  Peningkatan risiko kejang

c.   Mimics head injury 

IV.  Mechanism of Injury 

 A.  Tumpul/blunt  

-  Kecelakaan kendaraan bermotor (motor vehicle collisions/MVC ), jatuh, kekerasan

-  MVC penyebab terbanyak mortalitas nonobstetri ibu hamil dan

 janin

-   Placental abruption merupakan penyebab kematian janin

 walaupun ibu selamat

-  Fraktur pelvis merupakan trauma yang menyababkan kematian

 janin

-  Sebagian besar kematian janin disebabkan oleh fraktur tengkorak

disertai dengan pendarahan intrakranial

-  Ruptur uterin berkaitan dengan terlemparnya ibu dari kendaraan

dan disertai adanya syok sang ibu dan uterine tenderness 

-  Penggunaan sabuk pengaman merupakan faktor terpenting

mencegah maternal injury  yang berhubungan dengan kematian

 janin

-  Kelemahan pada ligamen pelvis dan perut yang membesar

 berdampak pada ketidakstabilan gaya berjalan dan meningkatkan

insidensi jatuh pada ibu hamil

B.  Penetrasi/ penetrating 

-  Luka tembakan (gunshot wounds/GSW ), luka tusukan

Page 8: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 8/21

8

-  Berhubungan dengan kekerasan dalam rumah tangga

-  Risiko perlukaan pada uterus meningkat pada trimester II dan III

-   Fetal injury  berhubungan dengan uterin bisa terjadi dan

merupakan penyebab mortalitas yang tinggi (40-65%)

-  Kematian ibu hamil jarang terjadi dibandingkan kematian janin

pada truma ini

-  Penetrasi pada perut atas berhubungan dengan kerusakan pada

saluran cerna dan pembuluh darah

 V.  Manajemen A.  Hal-hal yang harus diperhatikan

1.  Perhatikan potensi kehamilan pada setiap wanita yang mengalami

trauma sesuai usianya. Pemeriksaan β-hCG dilakukan secara rutin.

2.   Walaupun pada ibu hamil terdapat dua individu yang harus

ditangani, prioritas tetap sama (yaitu: ATLS). Penanganan yang

paling baik bagi janin adalah resusitasi ibu.

3.  Konsultasi obstetrik dini dan penentuan keadaan janin merupakan

hal yang penting.

B.  Prehospital

1.  Janin sangat sensitif terhadap keadaan hipoksia dan hipovolemi,

penanganan prehospital pada kecelakaan ibu hamil harus

mencakup pemberian suplemen oksigen dan cairan intravena

sesegera mungkin.

2.  Pada kehamilan lanjut, berbagai posisi dapat menjadi komplikasi

karena faktor-faktor anatomis. Sindrom hipotensi supinasi dapat

dicegah dengan memosisikan pasien hamil dari kompresi uterin

terhadap IVC, seperti posisi lateral dekubitus, atau paha kanan

lebih tinggi sehingga uterus secara manual akan berpindah. Jika

dicurigai trauma pada spinal, imobilisasi dengan menggunakan

Page 9: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 9/21

9

papan di bagian punggung yang dimiringkan 150 ke kiri.

3.   Pneumatic anti shock garment (PSAG) pada keadaan biasa

 berguna untuk stabilitas fraktur dan mengendalikan pendarahan,

namun hal ini merupakan kontra indikasi pada pasien hamil

karena dapat meningkatkan gangguan venous return.

4.  Persiapan di RS harus disertai dengan penyediaan konsultasi

dengan ahli obstetri dan neonatus.

5.  Jangan melakukan asesmen pada tempat kejadian, namun harus

segera dipindahkan dengan imobilisasi yang baik agar keselamatan

ibu dan janin dapat terjamin.C.  Hospital

1.  Survei primer

a.  Resusitasi tanda-tanda vital, identivikasi dan manajemen

trauma yang mengancam jiwa seperti pada penanganan pasien

lainnya.

 b.  Pertimbangkan intubasi dini dan ventilasi mekanik pada pasien

hamil manapun dengan memonitor status ventilasi untuk

mencegah hipoksia janin.

c.  Karena dapat terjadi “hipervolemia fisiologis”, pasien hamil

dapat mengalami kehilangan volume darah (1.500 mL) tanpa

adanya tanda-tanda hipovolemia;  walaupun tanda-tanda

 vital ibu dalam keadaan normal, janin dapat

mengalami perfusi yang tidak adekwat. 

d.   Akses intravena pada ekstrimitas atas lebih diutamakan, dan

inisiasi resusitasi cairan segera dilakukan. Pertimbangkan

untuk transfusi RBC. Obat-obat vasopresor dapat

menyebabkan penurunan aliran darah dan harus dihindari

dalam mengendalikan hipotensi maternal.

Page 10: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 10/21

10

2.  Survei sekunder

a.  Riwayat obstetri

1)  Hari pertama menstruasi terakhir

2)  Perkiraan kelahiran

3)  Presepsi awal pergerakan fetus

4)  Status kehamilan saat ini dan sebelumnya

 b.  Tentukan ukuran uterus dengan mengukur tinggi fundus dalam

sentimeter dari simfisis pubis untuk mengetahui umur janin (1

cm = 1 minggu usia kehamilan).

c.  Pemeriksaan perut pada pasien hamil harus disertaipemeriksaan uterine tendernessi and consistency, adanya

kontraksi, dan letak serta pergerakan janin. Pemeriksaan pelvis

dilakukan dengan memperhatikan adanya darah pada vagina

atau cairan amnion, dan lainnya. Pemeriksaan pH amnion (pH

> 7) dan vagina (pH = 5) harus dilakukan.

3.  Fetal assessment

a.  Pada janin berusia > 20 minggu, dapat dilakukan auskultasi

 jantung janin untuk mengetahui nadi janin (normal = 120 – 

160 x/menit). Bradikardia janin merupakan indikasi terjadinya

 fetal distress.

 b.  Kardiotopografi dapat dilakukan pada janin berusia 20 –  24

minggu untuk menentukan viabilitas janin.

c.  USG dapat digunakan untuk evaluasi umur janin, aktivitas

 jantung, dan pergerakan janin.

4.  Modalitas diagnostik

a.  Pemeriksaan radiologi (termasuk CT scan), dan jika

dimungkinkan, lindungi perut bagian bawah dengan

menggunakan apron timbal dan hindari pengulangan.

 b.  Paparan radiasi pada embrio preimplantasi (<3 minggu)

Page 11: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 11/21

11

 bersifat letal. Pada fase organogenesis (2-7 minggu), embrio

sensitif terhadap teratogen, keterbelakangan pertumbuhan,

dan efek neoplastik akibat radiasi. Paparan radiasi <0,1 Gy

secara umum bersifat aman.

c.  DPL (diagnostic peritoneal lavage)atau FAST ( focused

abdominal sonography for trauma) dapat dilakukan sama

seperti pada pasien biasa.

d.  FAST dapat sangat membantu untuk mengetahui cairan bebas

pada perut setelah terjadi trauma.

5.  Penanganan devinitifa.  Jika ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik dan modalitas

diagnostik maka dapat dilakukan operasi.

 b.  Pasien hamil dengan trauma yang keadaannya sangat kritis

harus dipantau di intensive care unit   dan disediakan onsite

obstetric care dan bedside fetal monitoring.

c.  Pasien hamil yang stabil yang memerukan rawat inap harus

diobservasi keadaan obstetrinya selama 24 hingga 48 jam.

Pasien yang memiliki janin berusia 20 –  24 minggu harus

dimonitor mengunakan kardiotopografi (continuous

cardiotokographic monitoring/CTM )

d.  Pasien hamil yang asimptomatik dengan janin berusia 20-24

minggu dengan trauma minor dan tidak memerlukan rawat

inap dengan temuan normal pada CTM selama 4 jam dapat

pulang dengan instruksi yang jelas dan follow-up.

 VI. Caesarean Section dan Trauma

 A.  Indikasi

1.  Faktor janin

a.  Risiko distres janin akan meningkatkan risiko prematuritas

Page 12: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 12/21

12

 b.   Abruptio plasenta

c.  Ruptur uterin

d.  Malposisi janin dengan kelahiran prematur

e.  Fraktur pelvis dan spinal lumbosakral

2.  Faktor ibu

a.  Evaluasi yang tidak adekwat untuk mengontrol injury lainnya

 b.   Disseminated intravascular coagulation (DIC)

B.  Perimortem SC dapat dipertimbangkan pada janin berusia 26 minggu,

dan interval antara kematian ibu dengan proses kelahiran < 15 menit.

RJP maternal harus tetap dilakukan ketika SC dan neonatal intensivecare support harus segera dilakukan.

 VII.  Beberapa Permasalahan Khusus pada Kehamilan

 A.  Abruptio plasenta merupakan penyebab tersering kematian janin

 walaupun ibu selamat. Pada kehamilan lanjut, trauma minor dapat

menyebabkan keadaan ini. Separasi plasenta dari dinding uterus

dapat menyebabkan kematian janin (50%). Penemuan klinis

mencakup nyeri perut, pendarahan vagina, keluarnya cairan amnion,

rigiditas dan nyeri pada uterus, ekspansi tinggi fundus, dan syok

maternal. Separasi dengan derajat minimal dapat memungkinkan

keselamatan janin dengan terus melakukan USG serial, monitor janin,

dan observasi transfusi fetomaternal.

B.  DIC disebabkan oleh pelepasan thromboplastic substances saat

 placental abruption  atau amniotic fluid embolism. Kematian ibu

dapat terjadi pada keadaan ini. Penanganan yang dilakukan termasuk

evakuasi emergensi uterus dan komponen darah untuk membalikan

koagulopati.

C.  Transfusi fetomaternal, pendarahan janin ke dalam sirkulasi ibu

merupakan kejadian yang dapat terjadi setelah trauma (26%).

Page 13: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 13/21

13

Transfusi fetomaternal dapat menyebabkan anemia dan kematian

 janin.

D.  Kelahiran prematur didefinisikan adanya onset kontraksi yang terjadi

sebelum usia janin mencapai 36 minggu yang cukup kuat sehingga

cukup untuk menyebabkan dilatasi serviks dan effacement . Keadaan

ini merupakan komplikasi yang sering terjadi pada trauma ibu hamil.

E.  Kematian janin intrauterin tidak membutuhkan intervensi operasi

segera. Kelahiran biasanya terjadi dalam 48 jam. Monitor keadaan

koagulasi diperlukan karena DIC dapat menyebabkan syok maternal

dan kematian.

 VIII.  Medikasi pada Kehamilan

 A.  Analgetik

1.  Pemberian narkotik ( fetal respiratory depression) dan NSAID

harus diberikan secara hati-hati (dosis rendah dan monitor rutin).

B.  Antibiotik

1.  Penisilin, sepalosporin, eritromisin, dan klindamisin merupakan

 jenis antibiotik yang aman.

2.  Pemberian aminoglikosid ( fetal ototoxicity), sulfonamid (neonatal

kericterus), quinolon, dan metronidazol harus diberikan secara

hati-hati.

3.  Kloramfenikol (maternal and fetal bone marrow toxicity), dan

tetrasiklin (inhibition of fetal bone growth) merupakan

kontraindikasi.

C.  Antikoagulan

1.  Heparin diindikasikan karena tidak melewati plasenta dan

memiliki waktu paruh yang pendek dan dapat diberikan protamin

untuk menghilangkan efeknya.

2.   Warfarin merupakan kontraindikasi karena dapat melewati

Page 14: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 14/21

14

plasenta dan memiliki waktu paruh yang panjang sehingga

membutuhkan waktu yang lama agar efeknya hilang.

D.  Antikonvulsan

1.  Pemberian benzodiazepin dan barbiturat ( fetal respiratory

depression) harus diberikan secara hati-hati.

2.  Fenitoin (teratogenik) merupakan kontraindikasi.

E.  Antiemetik

1.  Metoklorpamid dan proklorperazin merupakan jenis yang aman

diberikan

F.  Karena agen anastesi lokal dapat menembus plasenta makapemberiannya harus dilakukan secara hati-hati dan menghindari

pemberian dosis yang tinggi.

G.  Agen anastesi umum dan neuromuscular blockers aman untuk

digunakan.

H.  Profilaksis stres

1.  Sukralfat aman untuk diberikan

2.  Penggunaan H2 blockers harus diberikan secara hati-hati

I.  Profilaksis tetanus dapat diberikan sesuai acuan standar.

IX. Kesimpulan

-  Prinsip utama penanganan adalah “save the mother, save the

 fetus” . 

-  Lakukan pemeriksaan β-hCG pada setiap wanita usia hamil

-  Pada transportasi pasien hamil lanjut, diposisikan uterus berada

pada sisi sebelah kiri.

-  Janin masih dapat terancam walaupun ibu mengalami trauma

ringan.

-   Walaupun dalam keadaan ibu hamil terdapat dua individu yang

ditangani, prioritas penanganan tetap sama.

Page 15: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 15/21

15

-  Penanganan dini yang paling baik bagi janin adalah resusitasi ibu.

-  Kehilangan darah yang signifikan pada ibu hamil dapat muncul

tanpa adanya perubahan tanda-tanda vital.

-   Abruptio plasenta merupakan penyebab utama kematian janin

pada pasien hamil yang berhasil selamat.

-  Kematian janin bukan merupakan indikasi dilakukannya SC.

-  Tidak ada keadaan apapun yang menuntut mempertahankan

kehamilan daripada menangani ibu yang mengalami kecelakaan.

Page 16: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 16/21

BAB II

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA  

I.  Definisi

Secara definisi, KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap

perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,

dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam lingkup rumah tangga.Lingkup rumah tangga meliputi:

a.  Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri);

 b.  Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan

perwalian, yang menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar

dan besan); dan/atau

c.  Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam

rumah tangga tersebut (Pekerja Rumah Tangga).

II.  Bentuk-bentuk KDRT

Kekerasan dalam rumah tangga memiliki beberapa bentuk yang tidak

terbatas pada kekerasan fisik saja. Bentuk-bentuk KDRT adalah :

a.  Kekerasan fisik, adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,

 jatuh sakit atau luka berat

 b.  Kekerasan psikis, adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,

rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang

c.  Kekerasan seksual, adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan

hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak

Page 17: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 17/21

17

 wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan

orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

d.  Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan

orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang

 berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib

memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang

tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang

mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi

dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar

rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.

III.  Dasar Hukum

Berdasarkan hasil Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada

tanggal 14 September 2004, telah disahkan Undang-Undang No. 23 tahun

2004 mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)

 yang terdiri dari 10 bab dan 56 pasal. Dan pada pasal 10 yaitu tentang hak-

hak korban, diantaranya adalah:

a.  Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,

advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun

 berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;

 b.  Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;

c.  Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;

d.  Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap

tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

e.  Pelayanan bimbingan rohani

Selain itu, korban juga berhak untuk mendapatkan pelayanan demi

pemulihan korban :

Page 18: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 18/21

18

a.  Tenaga kesehatan;

 b.  Pekerja sosial;

c.  Relawan pendamping; dan/atau

d.  Pembimbing rohani.

Selain itu dalam undang undang ini, diatur pula kewajiban pemerintah,

diantaranya adalah:

a.  Merumuskan kebijakan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah

tangga;

 b.  Menyelenggarakan komunikasi informasi, dan edukasi tentang

kekerasan dalam rumah tangga;

c.  Menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi tentang kekerasan dalam

rumah tangga; dan

d.  Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitif jender dan isu

kekerasan dalam rumah tangga serta menetapkan standar dan

akreditasi pelayanan yang sensitif jender.

Selain itu, untuk penyelenggaraan pelayanan terhadap korban,

pemerintah dan pemerintah daerah dapat melakukan upaya:

a.  Penyediaan ruang pelayanan khusus (RPK) di kantor kepolisian;

 b.  Penyediaan aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial dan pembimbing

rohani;

c.  Pembuatan dan pengembangan sistem dan mekanisme kerjasama

program pelayanan yang mudah diakses korban;

d.  Memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga dan

teman korban.Undang-Undang ini juga menyebutkan bahwa setiap orang yang

mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah

tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya

untuk :

Page 19: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 19/21

19

a.  Mencegah berlangsungnya tindak pidana;

 b.  Memberikan perlindungan kepada korban;

c.  Memberikan pertolongan darurat; dan

d.  Membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.

Namun untuk kejahatan kekerasan psikis dan fisik ringan serta kekerasan

seksual yang terjadi dalam relasi antar suami istri, maka yang berlaku adalah

delik aduan. Maksudnya adalah korban sendiri yang melaporkan secara

langsung kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian. Namun korban

dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan

kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian. Dalam hal korbanadalah seorang anak, laporan dapat dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh

atau anak yang bersangkutan.

IV.  Sanksi Hukum

Sedangkan untuk hukumannya, telah diatur pada pasal 47 dan pasal 48,

Pasal 47: “Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah

tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal

8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 tahun dan pidana

penjara paling lama 15 tahun atau denda paling sedikit Rp 12.000.000 atau

denda paling banyak Rp 300.000.000”. Pasal 48: “Dalam hal perbuatan

kekerasan seksual yang mengakibatkan korban mendapatkan luka yang tidak

memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir

atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 minggu terus menerus atau 1

tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau

mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 5 tahun dan pidana penjara paling lama 20 tahun atau

denda paling sedikit Rp 25.000.000 dan denda paling banyak Rp

500.000.000”.

Page 20: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 20/21

20

Dalam undang undang ini dikatakan bahwa sebagai salah satu alat bukti

 yang sah, keterangan seorang saksi korban saja sudah cukup untuk

membuktikan bahwa terdakwa bersalah, apabila disertai dengan suatu alat

 bukti yang sah lainnya. Alat bukti yang sah lainnya itu adalah:

a.  Keterangan saksi;

 b.  Keterangan ahli;

c.  Surat;

d.  Petunjuk;

e.  Keterangan terdakwa.

Page 21: Trauma Pada Ibu Hamil

7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil

http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 21/21

DAFTAR PUSTAKA

Peitzman, Andrew B., Michael, et all. The Trauma Manual. Pensylvannia:

Lippincot Williams & Wilkins Publisher. 2002.

Nathan, Lauren. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment. 9th

Ed. California: McGraw – Hill Companies, Inc. 2003.