Download - TRANSFER PRICING

Transcript
Page 1: TRANSFER PRICING

TRANSFER PRICING

Oleh Kelompok 2 :1. Agus Rosidi2. Sri Purwaningsih3. Suparmo4. Yuniarsih5. Sri Sukartika6. Endang Peni Sejati7. Zumri

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMENUNIVERSITAS SEMARANG2010

Page 2: TRANSFER PRICING

a.Definisi harga tranfer : Arti Sempit:adalah harga perpindahan barang atau jasa  antara dua pusat laba atau lebih.

 Arti Luas:adalah  harga perpindahan barang atau jasa yang dipertukarkan antar unit-unit atau antar pusat pertanggungnjawaban dalam suatu organisasi.sourcing decisiontransfer price decision.

Pengertian

Pendahuluan 2

Page 3: TRANSFER PRICING

b. Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan laba (selisih antara pendapatan dan beban) yang diperoleh.

Manfaat Pusat Laba• Kualitas keputusan manajer lebih meningkat.• Kecepatan pengambilan keputusan operasional lebih cepat.• Manajer kantor pusat dapat lebih berkonsentrasi pada hal-hal

yang lebih luas.• Manajer lebih bebas menunjukkan imajinasi dan inisiatifnya.• Memberikan tempat pelatihan sempurna bagi kemampuan

manajerial secara umum.• Kesadaran terhadap laba semakin meningkat.• Memberikan informasi siap pakai kepada manajemen puncak

tentang profitabilitas komponen-komponen individual perusahaan.

• Output yg siap pakai membuat pusat laba sangat responsif terhadap tekanan utk meningkatkan kinerja kompetitif.

Pendahuluan 3Pengertian

Page 4: TRANSFER PRICING

Kinerja manajer pusat laba dapat dievaluasi berdasarkan lima ukuran profitabilitas sebagai berikut:

• Margin kontribusi. • Laba langsung. • Laba yang dapat dikendalikan. • Laba sebelum pajak.• Laba bersih.

Pendahuluan 4Pengertian

Page 5: TRANSFER PRICING

• c. Margin Kontribusi.Merupakan selisih antara pendapatan dengan beban variabel.Alasan penggunaan karena beban tetap berada diluar kendali manajer.

• d.Laba Langsung.Merupakan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan laba perusahaan.Alasan penggunaan karena pengeluaran pusat laba merupakan tanggung jawab manajer pusat laba, baik pengeluaran yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

• e.Laba yang Dapat Dikendalikan.Mempertimbangkan pengeluaran-pengeluaran pada tingkat tertentu.

• f. Laba Sebelum Pajak.Mempertimbangkan pembebanan relatif dari biaya overhead korporat ke pusat laba.

• g. Laba Bersih.Mempertimbangkan jumlah laba bersih setelah pajak.

Pendahuluan 5

Page 6: TRANSFER PRICING

g. Akuntansi pertanggungjawaban

menurut definisi Hansen dan Mowen adalah sebagai berikut: “Responsibility Accounting is a system that measures the results of each responsibility center according to the information managers need to operate their centers” (Hansen dan Mowen 2003:530).

Akuntansi pertanggungjawaban adalah sebuah sistem yang mengukur perencanaan (dengan anggaran) dan pelaksanaan (dengan hasil aktual) dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban.

Page 7: TRANSFER PRICING

h. Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban menurut Charles T. Horngren, Gary L. Sundem dan William O. Stratton adalah sebagai berikut: “A Responsibility Center is a set of activities assigned to a manager, a group of managers, or other employees” (Horngern et. Al 1999:331).

Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu tingkatan bisnis dimana manajer mempunyai pertanggungjawaban untuk melaporkan aktivitasnya dan mempertanggungjawabkan aktivitas yang telah dilakukannya, dan dalam pelaksanaannya manajer pusat pertanggungjawaban dibantu oleh manajer lain dan pekerja-pekerja.

Page 8: TRANSFER PRICING

i. Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban menurut Charles T. Horngren, Gary L. Sundem dan William O. Stratton adalah sebagai berikut: “A Responsibility Center is a set of activities assigned to a manager, a group of managers, or other employees” (Horngern et. Al 1999:331).

Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu tingkatan bisnis dimana manajer mempunyai pertanggungjawaban untuk melaporkan aktivitasnya dan mempertanggungjawabkan aktivitas yang telah dilakukannya, dan dalam pelaksanaannya manajer pusat pertanggungjawaban dibantu oleh manajer lain dan pekerja-pekerja.

Page 9: TRANSFER PRICING

j. Tipe Pusat Pertanggungjawaban

Menurut Atkinson dan kawan-kawan membagi pusat pertanggungjawaban menjadi empat tipe, yaitu (2001:522):Cost Center (Pusat Biaya)Revenue Center (Pusat Pendapatan)Profit Center (Pusat Laba)Investment Center (Pusat Investasi).

Page 10: TRANSFER PRICING

k.Sourcing decisionAdalah penentuan dimana produk akan di produksi, apakah dibuat sendiri atau dibeli dari pemasok luar

l.Tranfer price decisionJika produk dibuat sendiri, pada hatga tranfer berapa produk tersebut ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli

m.Divisi penjualDivisi yang mentransfer barang/jasa

n.Divisi pembeliDivisi yang menerima transfer barang/jasa

Page 11: TRANSFER PRICING

Konsep Transfer pricing (Harga Transfer)

•Harga Transfer merupakan harga produk atau jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan, meliputi semua alokasi biaya dan departemen pembantu dan departemen produksi dan harga ‘jual’ barang/jasa yang ditransfer antar pusat laba dalam perusahaan yang sama.

Page 12: TRANSFER PRICING

Tujuan Harga Transfer :

Penentuan harga transfer antar pusat laba sangat penting jika :• Transaksi transfer barang atau jasa

antar pusat laba cukup signifikan,• Biaya barang atau jasa yang ditransfer

merupakan komponen penting produk akhir,

• Profitabilitas merupakan pertimbangan penting di dalam penilaian prestasi divisi.

Page 13: TRANSFER PRICING

Sistem Harga Transfer Bertujuan:

1. Untuk memberikan informasi relevan pada setiap pusat laba dalam menentukan harga transfer.

2. Untuk memmotivasi manajer pusat laba pengirim, pusat laba penerima, dan kantor pusat dalam membuat keputusan yang tepat.

3. Untuk menyajikan laporan laba setiap divisi yang secara layak mengukur prestasi divisi.

Page 14: TRANSFER PRICING

Sistem Harga Transfer Bertujuan:

1. Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan penyesuaian yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.

2. Menghasilkan keputusan yang bertujuan sama-maksudnya, sistem harus dirancang agar keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan.

3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari tiap unit usaha.

4. Sistem harus mudah dimengerti dan dikelola.

Page 15: TRANSFER PRICING

Metode Penentuan Harga Transfer

• Istilah “harga transfer” yang digunakan disini adalah nilai yang diberikan kepada suatu transfer barang dan jasa dalam suatu transaksi dimana setidaknya ada satu pusat laba yang terlibat didalamnya.

• Harga semacam ini biasanya melibatkan suatu elemen laba karena sebuah perusahaan yang independent tidak akan mentransfer barang dan jasa ke perusahaan independent yang lain sebesar biaya produksi atau lebih rendah dari itu.

Page 16: TRANSFER PRICING

Prinsip Dasar• Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer

harus sama dengan harga yang dipatok seandainya produk tersebut terjual kepada konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.

• Ketika suatu pusat laba pada sebuah perusahaan membeli produk, dan menjualnya kepada, satu sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah :▫ 1.    Apakah perusahaan harus memproduksi

sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok luar ? Hal ini memrupakan sourcing decision.

▫ 2.    Jika diproduksi sendiri, pada tingkat harga berapakah produk tersebut ditransfer diantara pusat-pusat laba ? Hal ini merupakan transfer price decision.

Page 17: TRANSFER PRICING

Situasi Ideal• Idealnya, harga transfer harus mengestimasikan harga

normal pasar di luar, dengan penyesuaian untuk biaya yang tidak terjadi di dalam perusahaan. Bahkan ketika sourcing decision mengalami hambatan, harga pasar merupakan harga transfer yang paling baik.

• Harga transfer yang berdasarkan harga pasar akan menghasilkan kesamaan tujuan, dan tidak membutuhkan administrasi pusat jika kondisi-kondisi dibawah ini terpenuhi :

Orang-orang kompeten Atmosfer yang baik. Suatu harga pasar. Kebebasan memperoleh sumber daya. Informasi penuh. Negosiasi.

Page 18: TRANSFER PRICING

Hambatan-hambatan Dalam Perolehan Sumber Daya (Sourcing)

• Idealnya seorang manajer pembelian bebas mengambil keputusan sourcing. Demikian halnya dengan manajer penjualan, ia harus bebas untuk menjual produknya ke pasar yang paling menguntungkan.

• Akibat-akibat yang terjadi jika para manajer pusat laba tidak memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan sourcing :

Pasar yang terbatas Kelebihan atau Kekurangan Kapasitas

Industri.

Page 19: TRANSFER PRICING

Harga Transfer Berdasarkan Biaya

• Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka suatu harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat sulit dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga yang berbasis pasar (marked-based price).

• Dua keputusan yang harus dibuat dalam system harga transfer berdasarkan biaya :1)    bagaimana menentukan besarnya biaya, dan2)    bagaimana menghitung markup laba.

Page 20: TRANSFER PRICING

Masalah-masalah yang dirundingkan dalam penentuan harga transfer

•Dasar penentuan harga transfer▫Harga pasar▫Biaya terdiri dari 2 macam biaya (biaya

penuh sesungguhnya, biaya penuh standar•Besarnya laba yang diperhitungkan

dalam harga transfer•Mempertimbangkan : dasar penentuan

laba dan besarnya laba

Page 21: TRANSFER PRICING

Metode penentuan harga transfer

Metode harga transfer yang dikemukakan oleh Anthony dan Govindarajan (2002:208) adalah sebagai berikut :

• Transfer based Market (Transfer berdasarkan Harga Pasar)• Transfer based Cost: Full cost and Variable cost (Transfer

berdasarkan Biaya: Biaya Penuh dan Biaya Variabel)• Transfer based Negotiation (Transfer berdasarkan

Negosiasi).• Transfer based Arbitrase (Transfer berdasarkan Arbitrasi).• Transfer based Dual Transfer Pricing (Transfer berdasarkan

Dual Transfer Pricing).

Page 22: TRANSFER PRICING

A. Atas Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing)Manajemen perlu mempertimbangkan 3 hal

berikut :1. Metode penentuan harga transfer harus mendorong

divisi penjual senantiasa melakukan perbaikan efisiensi dan produktivitasnya.

2. Metode penentuan harga transfer harus memisahkan tanggung awab masing-masing divisi yang terlibat.Ketidak efisienan yang terjadi di divisi penjual tidak boleh dialihkan ke devisi pembeli melalui harga transfer

3. Diperlukan aturan yang baik dalam penentuan harga transfer jika biaya dipakai sebagai dasar, karena divisi yang terlibat harus melakukan negosiasi atas dasar kondisi intern perusahaan

Page 23: TRANSFER PRICING

Pendekatan Full CostingBiaya Penuh sesungguhnya : memiliki kelemahan, divisi pembeli akan dibebani oleh ketidakefisienan divisi penjual. Harga transfer = Biaya Penuh + Laba  Unsur biaya penuh :

Biaya produksi :By. Bhn BakuBy. Tenaga kerjaBOP

Biaya non produksi :By.adm & UmumBy Pemasaran

Unsur labaY% x Aktiva Penuh (Aktiva lancar & Aktiva Tidak Lancar)

Page 24: TRANSFER PRICING

Pendekatan Full CostingContoh :

• PT MAJU TERUS memiliki 2 divisi (A dan B) sebagai pusat laba Divisi A menghasilkan sparepart Q yang dijual di pasar luar sebanyak 10%, 90%nya ditranfer ke devisi B. Manajer divisi A & B sedang mempertimbangkan harga transfer sparepart Q. Menurut anggaran Devisi A berencana akan beroperasi pada kapasitas normal 1000 unit dengan estimasi biaya produksi p 200 juta, biaya adm & umum Rp 50 Juta dan biaya pemasaranRp 50 juta. Estimasi total aktiva Rp 1 milyar, ROI 20%

• Berapa Harga Transfer sparepart Q?

Page 25: TRANSFER PRICING

Pendekatan Full Costing• Jawab :Perhitungan mark up:

By adm & umum Rp 50 jutaBy Pemasaran Rp 20 jutaLaba yang diharapkan : 20% x Rp 1 milyar Rp 200 juta

Jumlah Rp 270 jutaDibagi by produksi Rp 70.juta

Mark up Rp 135%Perhitungan harga transferBy Produksi Rp 200 jutaMark up : 135% x Rp 200 juta Rp 270 juta

Jumlah harga jual Rp 470 jutaDibagi dengan vol produk yang ditransfer Rp

1000Harga transfer per unit Rp 470 ribu

=========

Page 26: TRANSFER PRICING

Pendekatan Full CostingBiaya Penuh sesungguhnya : memiliki kelemahan, divisi pembeli akan dibebani oleh ketidakefisienan divisi penjual. Harga transfer = Biaya Penuh + Laba  Unsur biaya penuh :

Biaya produksi :By. Bhn BakuBy. Tenaga kerjaBOP

Biaya non produksi :By.adm & UmumBy Pemasaran

Unsur labaY% x Aktiva Penuh (Aktiva lancar & Aktiva Tidak Lancar)

Page 27: TRANSFER PRICING

Pendekatan Full CostingContoh :

• PT MAJU TERUS memiliki 2 divisi (A dan B) sebagai pusat laba Divisi A menghasilkan sparepart Q yang dijual di pasar luar sebanyak 10%, 90%nya ditranfer ke devisi B. Manajer divisi A & B sedang mempertimbangkan harga transfer sparepart Q. Menurut anggaran Devisi A berencana akan beroperasi pada kapasitas normal 1000 unit dengan estimasi biaya produksi p 200 juta, biaya adm & umum Rp 50 Juta dan biaya pemasaranRp 50 juta. Estimasi total aktiva Rp 1 milyar, ROI 20%

• Berapa Harga Transfer sparepart Q?

Page 28: TRANSFER PRICING

Pendekatan Full Costing• Jawab :Perhitungan mark up:

By adm & umum Rp 50 jutaBy Pemasaran Rp 20 jutaLaba yang diharapkan : 20% x Rp 1 milyar Rp 200 juta

Jumlah Rp 270 jutaDibagi by produksi Rp 70.juta

Mark up Rp 135%Perhitungan harga transferBy Produksi Rp 200 jutaMark up : 135% x Rp 200 juta Rp 270 juta

Jumlah harga jual Rp 470 jutaDibagi dengan vol produk yang ditransfer Rp

1000Harga transfer per unit Rp 470 ribu

=========

Page 29: TRANSFER PRICING

Pendekatan Variable Costing

Harga transfer = Biaya Penuh + Laba Unsur biaya variabel :

By. Bhn BakuBy. Tenaga kerjaBOP VariabelBy Adm & umum variableBy pemasaran variabel

Unsur biaya tetap :BOP tetapBy.adm & Umum tetapBy Pemasaran tetap

Unsur laba Y% x Aktiva Penuh (Aktiva lancar & Aktiva Tidak Lancar)

Page 30: TRANSFER PRICING

Pendekatan Variable CostingContoh :

• Kasus PT MAJU TERUS tersebut, kapasitas normal menurut anggaran sebanyak 1000 unit. Rincian biaya penuh sebesar Rp 270 juta adalah By produksi variabel Rp 150 juta, by adm & umum variabel Rp 10 juta, by pemasaran variabel Rp 5 juta sedangkan by produksi tetap Rp 50 juta, by adm & umum tetap Rp 40 juta dan by pemasaran tetap Pendekatan Variabel Costing

• Harga transfer = Biaya Penuh + Laba

Page 31: TRANSFER PRICING

Pendekatan Variable CostingJawab :Perhitungan mark up:

By tetap Rp 95 jutaLaba yang diharapkan : 20% x Rp 1 milyar Rp 200 juta

Jumlah Rp 295 jutaDibagi by biaya variabel Rp 165 juta

Mark up Rp 179%

Perhitungan harga transfer :By variabel Rp 165,00 jutaMark up : 179% x Rp 165 juta Rp 295,35 juta

Jumlah harga transfer Rp 460,35 jutaDibagi dengan vol produk yang ditransfer Rp 1

jutaHarga transfer per unit Rp 4.603,50

===========

Page 32: TRANSFER PRICING

Pendekatan Activity Based Costing

Harga transfer = Biaya Penuh + Laba Unsur biaya penuh :

▫Unit-level activity cost▫Batch-related activity cost▫Product-sustaining activity cost▫Facility-sustaining activity cost

Unsur laba Y% x Aktiva Penuh (Aktiva lancar &

Aktiva Tidak Lancar)

Page 33: TRANSFER PRICING

Pendekatan Activity Based CostingContoh :

• PT JAYA ABADI memiliki 2 divisi (A dan B) sebagai pusat laba. Divisi A menghasilkan sparepart Q dan R yang dijual di pasar luar sebanyak 10%,sedang sisanya ditranfer ke devisi B. Kapasitas normal produksi sebanyak 1juta unit produk Q dan 2 juta unit produk R.

Uraian Suku Cadang Q Suku Cadang R

Unit-level : by standar/unit Rp 1.500 Rp 2.000

Batch-level : by standar/unit Rp 200.000 Rp 150.000

Product-sustaining : by/unit Rp 500 Rp 300

Facility-sustaining : by/tahun Rp 200.000.000 Rp 400.000.000

Data-data biaya penuh adalah sebagai berikut :

Data-data biaya penuh adalah sebagai berikut :

Page 34: TRANSFER PRICING

Pendekatan Activity Based CostingPada bulan januari Divisi A mentransfer 100 ribu unit suku cadang Q ke divisi B yang diproduksi dalam 2 production run (batch)Total aktiva divisi A Rp 1 milyar dan ROI sebesar 22%

Besarnya mark up :Laba yang diharapkan 22% x Rp 1 milyar Rp 220 jutaDibagi dengan unit-level activity cost :

Produk Q : 1 juta x Rp 1.500 Rp 1500 jutaProdukR : 2 juta x Rp 2.000 Rp 4000 juta

Mark up 4 %Perhitungan harga transfer suku cadang QBiaya penuh :Unit-level : 100.000 unit x Rp 1.500 Rp 150.000.000Batch level : 2 batch x Rp 200.000 Rp 400.000Product sustaining : 100.000 unit x Rp 500 Rp 50.000.000Facility sustaining : 100.000 unit x Rp 200 Rp 20.000.000

By. Penuh suku cadang Q Rp 220.000.000Mark up : 4% x Rp 150 juta Rp 6.000.000

Harga transfer suku cadang Q (100ribu unit) Rp 226.400.000

Page 35: TRANSFER PRICING

Pendekatan Activity Based CostingContoh :

• Divisi C memproduksi suku cadang A yang dapat dijual ke luar atau ditransfer ke divisi D untuk dirakit dengan suku cadang lain menjadi produk yang dijual di pasar luar sebagai produk akhir divisi D. Harga produk A adalah Rp 1.500 dan biaya variabel/unit Rp 700 (laba konstribusi rp 800), volume produksi/tahun sebesar 20 ribu (total laba konstribusi Rp 16 juta).

• Diketahui pula harga pasar produk akhir divisi D adalah Rp 1700 dengan tambahan biaya variabel/unti sebesar Rp 900.

• Berapa harga transfer yang adil bagi divisi C maupun D

Page 36: TRANSFER PRICING

Pendekatan Activity Based CostingContoh :

Tergantung pada keadaan berikut :a. Jika divisi C beroperasi dengan kapasitas penuh, maka

sebaiknya menjual suku cadang A ke luar saja dengan harga Rp 1.500/unit. Divisi D tidak perlu membeli produk A seharga Rp 1.500 karena akan menyebabkan kerugian sebagai berikut :

 Harga pasar Rp 1.700Dikurangi dengan biaya variabel- dari divisi C Rp 1.500- yang ditambahkan divisi D 900

Jumlah by variabel Rp 2.400Rugi Rp 700

 

Page 37: TRANSFER PRICING

Pendekatan Activity Based CostingContoh :

Tergantung pada keadaan berikut :a. Jika divisi C beroperasi dengan kapasitas penuh, maka sebaiknya

menjual suku cadang A ke luar saja dengan harga Rp 1.500/unit. Divisi D tidak perlu membeli produk A seharga Rp 1.500 karena akan menyebabkan kerugian sebagai berikut :

 Harga pasar Rp 1.700Dikurangi dengan biaya variabel- dari divisi C Rp 1.500- yang ditambahkan divisi D Rp 900

Jumlah by variabel Rp 2.400Rugi Rp 700

 

Page 38: TRANSFER PRICING

Pendekatan Activity Based CostingContoh :• b. jika kapasita produksi belum dipakai penuh, produk A

sebaiknya ditranfer ke divisi D agar divisi C dapat beroperasi pada kapasitas penuh. Harga transfer produk A minimum sebesar biaya variabel divisi C. Misal : harga transfer yang disepakati adalah Rp 750/unit, laba kontribusi yang dihasilkan sebesar Rp 50/unit baik bagi divisi C maupun divisi D

Uraian Divisi C Divisi D

Harga transfer Rp 750

Harga Pasar Rp 1.700

(-) By variabel

Divisi C Rp 700

Dari divisi C Rp 750

Tambahan oleh divisi D Rp 900

Laba kontribusi Rp 50 Rp 50

Page 39: TRANSFER PRICING

Pendekatan Activity Based Costing

• Besarnya laba kontribusi yang sama bukab berarti bahwa metode penentuan harga transfer tersebut adil. Laba kontribusi sebesar Rp 50/unit diperoleh divisi C hanya dari produk A saja, sedangkan bagi divisi D laba kontribusi diperoleh dari penjualan produk akhir yang salah satu komponennya adalah produk A yang berasal dari divisi C

Page 40: TRANSFER PRICING

B.Atas Dasar Harga Pasar (Market Based Transfer Pricing)

Harga pasar produk merupakan opportunity cost :

•Bagi divisi penjual – penghasilan yang akan dikorbankan di dalam transfer produk kepada divisi pembeli

•Bagi divisi pembeli – biaya yang seharusnya dikeluarkan jika produk tersebut dibeli dari pihak luar

Page 41: TRANSFER PRICING

Kelemahan :• Tidak semua produk memiliki harga pasar• Divisi penjual memiliki pasar yang sudah pasti• Harga pasar tidak selalu sama dengan harga

yang tercantum dalam daftar harga• Sulit menentukan harga pasar karena harga

pasar produk sangat bervariasi.

Kelebihan :• Dapat mengukur kinerja divisi yang terlibat di

dalam transfer dalam suatu perusahaan

Page 42: TRANSFER PRICING

Contoh :

Metode harga pasar minus :persen

Harga pasar 100.0%Dikurangi :

Potongan volume 1.0%Biaya penjualan 12.0%Komisi penjualan 2.0%Biaya penagihan 0.5%Biaya penggudangan 5.5%

Jumlah pengurangan 21.0%Harga transfer dalam % dari harga pasar 79.0%

Page 43: TRANSFER PRICING

C. Atas dasar negosiasi antar divisiJika pembentukan divisi dengan desentralisasi wewenang manajemen puncak, penentuan harga transfer merupakan hasil negosiasi antar divisi yang terlibat. D. Atas dasar ArbitrasePenting untuk membentuk lembaga arbitrase, yang bertanggung jawab :• Menyelesaikan perselisihan yang timbul dalam

penentuan harga transfer• Menelaah perubahan sumber pengadaan• Mengubah aturan harga transfer jika diperlukan