TRADISI NILIK DAN PERAN SANDRO DALAM MASYARAKAT
MUSLIM SUMBAWA
(Studi Kasus Di Desa Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten
Sumbawa Barat)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
Irfan Saputra
NIM : 11160321000045
PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H / 2020 M
i
LEMBAR PERSETUJUAN
TRADISI NILIK DAN PERAN SANDRO DALAM MASYARAKAT
MUSLIM SUMBAWA
(Studi Kasus Di Desa Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten
Sumbawa Barat)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Irfan Saputra
NIM: 11160321000045
PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H / 2020 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Irfan Saputra
NIM : 11160321000045
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan/prodi : Studi Agama-agama
Judul Skripsi :“TRADISI NILIK DAN PERAN SANDRO DALAM
MASYARAKAT MUSLIM SUMBAWA (Studi Kasus Di Desa
Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat)”
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara Satu (S-1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 November 2020
Irfan Saputra
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITA UJIAN
Skripsi berjudul Tradisi Nilik dan Peran Sandro Dalam Masyarakat Muslim
Sumbawa (Studi Kasus Di Desa Sapugara Bree Kecmatan Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Ushuluddin Uin Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 4 November 2020.
skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Agama (S. Ag.) Program Strata Satu (S-1) pada jurusan Studi Agama-Agama.
Jakarta, 4 November 2020
iv
ABSTRAK
Irfan Saputra
Judul Skripsi: TRADISI NILIK DAN PERAN SANDRO DALAM
MASYARAKAT MUSLIM SUMBAWA (Studi Kasus Di Desa Sapugara
Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat)
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan apa itu Nilik, Sandro,
tujuan dari Tradisi Nilik, macam-macam Nilik, pengertian Sandro dan jenis-jenis
Sandro. Melihat pandangan tentang Nilik dan Sandro di tengah masyarakat Desa
Sapugara Bree, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa
Tenggara Barat, serta melihat Peran Sandro terhadap kehidupan sosial masyarakat
Desa Sapugara Bree.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian langsung (Field Research) yang
bersifat kualitatif. Pengumpulan data dan informasi yang peneliti peroleh
berdasarkan dari proses wawancara dengan narasumber atau responden, maupun
dari berbagai buku-buku, jurnal dan artikel yang berhubungan dengan penulis
bahas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan historis dan antropologis. Penulis berusaha untuk menjelaskan hasil
penelitian berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan selama satu bulan
di Desa Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa tradisi Nilik dan Sandro
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan ketika melakukan tradisi
Nilik. Tradisi Nilik ini merupakan merupakan adat istiadat yang telah ada sejak
zaman dahulu dan diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi yang
dilakukan oleh seseorang dengan meminta bantuan kepada orang yang ahli dalam
penglihatan mata batin (sandro) dan ilmu sandro (ilmu tentang perdukunan).
Dapat ditarik pengertian bahwa tradisi nilik adalah suatu kegiatan yang sering
dilakukan oleh masyarakat dengan meminta bantuan kepada seorang sandro untuk
mengetahui barang yang telah hilang, jodoh, rezeki dan nasib ketika melakukan
sebuah perjalanan.
Kata Kunci : Tradisi, Nilik, Sandro, Sumbawa
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji penulis limpahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya, sehingga penulis mampuh menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Atas karunia Allah pula penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul
Islam dan Budaya Lokal di Sumbawa Barat: tradisi nilik dan peran sandro dalam
masyarakat muslim Sumbawa: studi kasus di Desa Sapugara Bree Kecamatan
Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat disusun guna memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu, Jurusan Studi Agama-
Agama, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam skripsi yang penulis susun ini mungkin sangatlah jauh dari kata
sempurna. Penulis tidak dapat menyelsaikan penulisan skripsi ini tanpa adanya
dukungan berbagai pihak baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:
1. Kedua Orang tua yang paling saya sayangi Ayahanda Safruddin dan Ibunda
Saleha terima kasih atas segala pengorbnannya, doa, motivasi, nasihat dan
dukungannya dalam bentu moril ataupun materil. Semoga anakmu ini dapat
menjadi orang yang dapat memberikan kebanggaan dan pengabdian
kepadamu kelak. Terima kasih juga kepada semua saudara dan saudari saya
Eva Yolandari, S.Pt, Mirnawati, S.Pt, Awaluddin, dan Randi karena telah
memberikan dukungan dan semanagat di saat senang maupun susah,
semoga kita menjadi saudara yang tetap akur.
vi
2. Bapak Dr. Hamid Nasuki, M.A, gsebagai dosen pembimbing yang selalu
meluangkan waktu untuk saya walaupun sebenarnya beliau sangat sibuk.
Terimakasih atas kesabaran memberikan arahan dan bimbingan sehingga
saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan maksimal.
3. Bapak Syaiful Azmi, M.Ag, selaku Kepala Jurusan Studi Agama-Agama
dan Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, S.Ag, MA, selaku Sekertaris Jurusan Studi
Agama-Agama yang memberikan arahan serta motivasi yang luar biasa
kepada penulis dan selalu memberikan pelayanan kepada mahasiswa/i
dengan baik.
4. Seluruh dosen Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu
dan pelajaran dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.
5. Seluruh jajaran pimpinan dan staff Fakultas Ushuluddin atas bantuan dalam
persiapan pelaksanaan seminar proposal dan ujian komprehensif.
6. Para tokoh adat dan narasumber yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Terima kasih atas ilmu-ilmu dan informasi yang telah diberikan kepada saya
sehingga saya mampuh menyusun skripsi dengan baik.
7. Sahabat-sahabat terbaik penulis yang sudah memberikan semangat untuk
konsultasi dan menulis skripsi hingga selesai Agus Berani, S.Ag, Syamsul
Arifin, S.Ag, Wildan Zaiuddin Idris, Munif Akbar, Intan Pertiwi, S.Ag.
Terma kasih atas dukungannya.
vii
8. Teman satu kosan dan satu daerah Halim Juniarsyah, terima kasih karena
membantu saya dalam setiap kondisi dan selalu ada saat suka ataupun duka.
Semoga setiap kebaikan kalian dibalas dengan yang lebih baik oleh Allah.
9. Seluruh teman-teman Studi Agama-Agama angkatan 2016 terima kasih atas
kebersamaan selama ini di Fakultas Ushuluddin.
10. Kepada Adinda tercinta saya Shafira Nurulita yang tidak ada bosan-
bosannya memberikan dukungan maupun semangat kepada saya.
11. Kepada teman-teman KKN ADDENDUM 198 yang telah memberikan
doa dan semangat.
12. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan tanpa
mengurangi rasa hormat. Terima kasih banyak.
Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kekurangan dan
keterbatasan, penulis menyadari bahwa penelitian ini mungkin masih banak
kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak. Semoga Allah SWT
memberikan keberkahan kepada kita semua. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta,
Irfan Saputra
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakan .......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan penelitian ..................................................................................... 5
D. Manfaat penelitian ................................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6
F. Landasan teori ......................................................................................... 8
G. Metodologi Penelitian ............................................................................ 12
H. Sistematika Penulisan ............................................................................ 17
BAB II KONDISI UMUM DESA SAPUGARA BREE KECAMATAN
BRANG REA KABUPATEN SUMBAWA BARAT ...................................... 18
A. Letak Geografis dan Aksesbilitas Desa Sapugara Bree ........................... 18
B. Kondisi Sosial Eknomi Masyarakat Desa Sapugara Bree ........................ 22
C. Kondisi Pendidikan Desa Sapugara Bree ................................................ 26
D. Kondisi Keagamaan Desa Sapugara Bree ............................................... 30
ix
BAB III TRADISI NILIK DAN PERAN SANDRO DI DESA SAPUGARA
BREE KABUPATEN SUMBAWA BARAT ................................................... 34
A. Sejarah dan Pengertian Tradisi Nilik ....................................................... 34
B. Tujuan Dari Tradisi Nilik ....................................................................... 37
C. Macam-macam Nilik .............................................................................. 39
D. Pengertian Sandro dan Jenis-jenis Sandro ............................................... 46
BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP TRADISI NILIK
DAN SANDRO ................................................................................................. 65
A. Tradisi Nilik dan Sandro dalam Pemahaman Masyarakat Muslim Sumbawa
Barat Desa Sapugara Bree ......................................................................... 66
B. Peran Sandro Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Sapugara
Bree .......................................................................................................... 77
C. Analisa Data ............................................................................................. 81
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 85
A. Kesimpulan ................................................................................................... 85
B. Saran ............................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 88
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Uak Kade
Lampiran II : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Bapak M. Yusuf
Lampiran III : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Uak Majet
Lampiran IV : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Bapak M. Yasin
Lampiran V : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Bapak Nasir
Lampiran VI : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Bapak H. Iyan
Lampiran VII : Lembar Pernyataan Wawacara dengan Bapak Syarifuddin
Lampiran VIII : Lembar Pernyataan Wawacara dengan Ibu Siti
Lampiran IX : Lembar Pernyataan Wawacara dengan Bapak Subanti
Lampiran X : Lembar Pernyataan Wawacara dengan Bapak Syafruddin
Lampiran XI : Surat Izin Penelitian Skripsi
Lampiran XII : Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran XIII : Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belak ang
Sebagai seorang putra daerah tentunya memiliki kepudulian terhadap
daerah asalnya yaitu ingin membangun dan memperbaiki segala hal yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat banyak, baik dalam hal melestarikan
atau meluruskan pemahaman terhadap suatu budaya yang berlaku di dalam sebuah
masyarakat tersebut. Peneliti merupakan putra daerah yang berasal dari sebuah
desa yang bernama Desa Sapugara Bree yang dimana di desa tersebut peneliti
dilahirkan dan dibesarkan disana. Karena lahir dan besar di desa tesebut peneliti
telah banyak melihta berbagai macam budaya yang berlaku di tengah-tengah
masyarakat desa tersebut.
Terdapat sebuah tradisi atau budaya yang membuat peneliti ingin
menegtahui dan memahami lebih dalam karena tradisi atau budaya tersebut sering
dan banyak dilakukan oleh masyarakat desa Sapugara Bree termasuk juga peneliti
sendiri yang pernah menjadi pelaku. Tardisi tersebut telah menjadi suatu budaya
hidup masyarakat Desa Sapugara Bree. Tradisi tersebut dalam masyarakat Desa
Sapugara Bree dinamakan dengan tradisi nilik.
Peneliti disini tidak akan menjelaskan panjang lebar mengenai tradisi
tersebut karena terdapat bab tersendiri yang lebih terperinci untuk
menjelaskannya. Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek
moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Sedangkan Nilik adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk meminta bantuan atau
2
pertolongan kepada seorang yang memiliki keahlian suprantural dan kekuatan
magis yang hebat, dalam bahasa daerahnya disebut Sandro. Bantuan atau
pertolongan yang diminta kepada sandro ada yang bersifat supranatural dan ada
juga yang bersifat non supranatural. Dalam hal ini sandro menggunakan kekuatan
goib dengan menggunakan magi putih yang berarti kekuatan gaib yang bertujuan
untuk menolong orang.1
Bantuan yang bersifat supranatural merupakan bantuan yang
menggunakan hal-hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manuasia biasa.
Misalnya penyembuhan orang sakit yang tidak dapat disembuhkan oleh dunia
kedokteran, penyembuhan orang kena guna-guna, santet dan lain sebagainya.
Kemudian bantuan yang bersifat non supranatural merupakan bantuan yang
berkaitan dengan masalah-masalah kehidupan sehari-hari, tanpa ada kaitannya
dengan hal-hal yang gaib. Misalnya meminta bantuan menyembuhkan penyakit
patah tulang atau sejenisnya, meminta saran obat-obatan herbal, saran perihal
jodoh, saran dalam mencari rezeki, dan lain-lain.
Dapat dikatakan bantuan pengobatan atau bantuan yang diberikan tersebut
merupakan pengobatan tradisional yang menggunakan dua cara, yang pertama
menggunakan bacaan mantra-manta dan sejenisnya dan yang kedua cara alamiah
yakni dengan menggunk an ramuan-ramuan herbal dan unsur alam lainnya.2
1 Ali Nurdin, Komunikasi Magis Fenomena Dukun di Pedesaan (Yogyakarta: LkiS
Pelangi Aksara, 2015), hlm. 37 2 Rusmin Tumanggor, Dokter atau dan Dukun: Pergumulan Pengobatan di Indonesia
(Jakarta: LEMLIT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), hlm. 89
3
Sementara Sandro dalam pandanagan masyarakat Desa Sapugara Bree
merupakan seseorang yang dianggap memiliki kekuatan supranatural atau orang
memiliki keahlian dalam hal ilmu gaib, memiliki penglihatan mata batin,
seseorang yang membantu masyarakat dalam upaya penyembuhan penyakit
melalui tenaga supranatural, seseorang yang dapat dimitai bantuan perihal
masalah penyakit baik yang non supranatural dan supranatural, jodoh, rezeki,
masalah kehidupan sehari-hari dan lain-lain.
Sandro sangat populer dan banayak breperan di dalam kehidupan sosial
masyarakat Desa Sapugara Bree. Sehingga di daearh ini terdapat macam-macam
tipe Sandro, anatara lain; sandro nilik (dukun yang melihat dengan mata batin),
sandro beseterang (dukun berobat atau penyembuh), sandro uyen (dukun yang
menahan hujan), sandro bal (dukun bola ketika bertanding), sandro kebo (dukun
yang mengurus masalah karapan kerbau), sandro jodoh (dukun tentang masalah
jodoh), dan lain-lain.
Demikian sekilas mengenai tradisi nilik dan sandro selebihnya penulis
akan lebih memperinci di bab berikutnya. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan
sedikit gambaran umum desa Sapugara Bree mengenai kondisi keagamaannya.
Dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat Desa Sapugara Bree pada
umumnya mayoritas memluk agama Islam. Hampir semua penduduk desa tersebut
adalah muslim dan desa tersebut dikenal juga dengan julukan Desanya para santri,
karena di Desa Sapugara Bree terdapat sebuah Pondok Pesantren yang hanya satu-
satunya yang berada di Kecamatan Brang Rea tepatnya berada di Dusun
Sapugara. Di desa ini terdapat dua suku yakni Sasak dan Samawa yang hidup
4
berdampingan meskipun keduanya mempunyai etnis yang berbeda. Kedua etnis
tersebut memiliki kesamaan dalam menjalankan paham keagamaannya sehingga
tidak ada konflik keagamaan antara kedua etnis tersebut.
Peneliti tertarik untuk meneliti tradisi tersebut karena dilihat dari
kehidupan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat khususnya Desa Sapugara Bree
yang pada umumnya memeluk agama Islam dan menjalankan ajaran-ajarannya
dengan baik, dan memiliki sebuah pondok pesantren yang mengajarkan berbagai
hal mengenai agama islam atau dapat dikatakan masyarakat Desa Sapugara Bree
ini hidup di lingkungan yang kental dengan agama islam, akan tetapi
masyarakatnya masih melakukan tradisi nilik dan meminta bantuan kepada
sandro.
Topik ini menarik untuk diteliti karena saya sebagai penduduk atau
masyarakat asli dari daerah yang akan menjadi tempat penelitian tersebut dan
memiliki perhatian yang lebih terhadap budaya tersebut, sehingga membuat saya
ingin menggali lebih mendalam mengenai tradisi tersebut agar dapat memberikan
gambaran yang berkaitan tentang tradisi yang akan saya teliti tersebut baik kepada
masyarakat setempat dan para pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, peneliti
mengangkat judul tentang “TRADISI NILIK DAN PERAN SANDRO
DALAM MASYARAKAT MUSLIM SUMBAWA (Studi Kasus Di Desa
Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat)”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang telah dijelaskan, maka
fokus penulis adalah tentang tradisi nilik dan peran sandro dalam masyarakat
muslim Kabupaten Sumbawa Barat Desa Sapugara Bree. Adapun rumusan
masalah dalam penelitian skeripsi ini adalah sebagai berikut;
a. Bagaimana pandangan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat Desa
Sapugara Bree terhadap tradisi nilik dan sandro.
b. Bagaimana peran sandro terhadap kehidupan sosial masyarakat Kabupaten
Sumbawa Barat Desa Sapugara Bree
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain yaitu:
1. Untuk memenuhi persyaratan akhir memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu Agama pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Untuk mengetahui tradisi nilik dan peran sandro dalam
masyarakat muslim Kabupaten Sumbawa Barat Desa Sapugara
Bree.
3. Untuk mengetahui peran sandro terhadap kehidupan sosial
masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat Desa Sapugara Bree.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua kalangan baik
penulis sendiri maupun pembaca. Adapun manfaat penelitian ini antara lain
adalah:
6
1. Manfaat Akadenis
a. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran, tambahan
ilmu, memperluas pengetahuan, memberikan referensi lanjutan,
khususnya dibidang studi agama-agama.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini untuk menambah ilmu pengetahuan tentang tradisi nilik
dan peran sandro bagi masyarakat Sumbawa Barat Desa Sapugara Bree
khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang Tradisi nilik dan peran sandro terhadap masyarakat
Kabupaten Sumbawa Barat Desa Sapugara Bree sampai sekarang sama sekali
belum pernah dilakukan penelitian oleh peneliti-peneliti terdahulu, akan tetapi
penulis akan membahas sedikit tentang penelitian-penelitian yang berkaitan
dengan judul yang akan penulis bahas dalam skripsi ini.
Adapun penelitian yang berkaitan antara lain; Pertama, skripsi yang ditulis
oleh Ady Sofyan mengenai Kedudukan dan Peran Dukun dalam Masyarakat Suku
Tengger (studi kasus di desa mororejo kec. Tosari kab. Pasuruan Jawa Timur).3
Skripsi tersebut ingin mengetahui bagaimana kedudukan dan peran dukun sebagai
pemimpin agama, pemimpin adat dan pembina mental masyarakat dalam
kehidupan sosial dan menjalankan ritual keagamaan masyarakat suku Tengger.
3 Ady Sofyan, Kedudukan dan Peran Dukun dalam Masyarakat Suku Tengger : Studi
kasus di desa mororejo kec. Tosari kab. Pasuruan Jawa Timur. (Jurusan Perbandingan Agama.
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), hal. 4
7
Dalam masyarakat suku Tengger istilah dukun adalah sebagai pendeta,
yaitu seseorang yang dianggap mampuh membaca mantra tradisional sehingga dia
mengambil peran sebagai pemimpin agama sekaligus pemimpin ritual atau
upacara agama maupun adat. Dalam masyarakat suku Tengger dukun berperan
sebagai agent of changes yaitu orang-orang yang bertindak sebagai katalis atau
pemicu terjadinya sebuah perubahan. Kedudukan atau pranata sosial dukun lebih
tinggi dan dihormati dalam kehidupan masyarakat suku Tengger.
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Rima Setiyawati yang membahas tentang
Peranan Dukun Bayi Dalam Perspektif Masyarakat Jawa Terhadap Proses
Persalinan di Dusun Nolorprayan Desa Jatirejo Kabupaten Semarang Jawa
Tengah (Melalui Pendekatan Teori Solidaritas Mekanik dan Organik Emile
Durkheim). Dalam pembahasan skripsi tersebut penelitinya ingin mengetahui
peran dari dukun bayi, layanan yang diberikan dukun bayi dan cara pertolongan
persalinan oleh dukun bayi dalam masyarakat Jawa khususnya di Dusun
Nolorprayan Desa Jatirejo Kabupaten Semarang Jawa Tengah yaitu dengan
menggunakan dua pendekatan dari Emile Durkheim yakni teori solidaritas dan
organik.
Dilihat dari kesimpulannya peneliti menerangkan melalui teori sosial
Emile Durkheim bahwa dalam masyarakat tersebut cenderung memilih dukun
bayi untuk menangani kehamilan pada ibu hamil dan perawatan setelah persalinan
baik bagi ibu dan bayinya, yang menunjukkan sebuah kondisi masyarakat yang
8
masih taat akan adat-istiadat dan tradisi yang berlaku sehingga bersifat primitif
dan sederhana yang menurut Emile Durkheim disebut solidaritas sosial.4
Dalam penelitian yang dibahas tersebut memiliki perberbeda dengan
penelitian yang akan peneliti bahas nantinya, perbedaannya terletak pada
pembahasan dengan fokus penelitian terhadap suatu tradisi yaitu tradisi nilik dan
peran sandro dengan mengkaji lebih mendalam mengenai tradisi nilik dan peran
sandro dalam masyarakat muslim Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Brang
Rea Desa Sapugara Bree.
F. Landassan Teori
a. Animisme
Animisme merupakan suatu bentuk kepercayaan terhadap makhluk halus
dan roh, yang dalam bahasa latinnya disebut dengan “anima” yang berarti “roh”.
Bentuk kepercayaan seperti ini banyak dianut oleh kelompok masyarakat yang
bersifat primitif yang belum pernah bersentuhan dengan agama yang mengajarkan
tentang Tuhan yang Maha Esa atau ajaran agama yang berasal dari agama samawi
(Yahudi, Kristen, dan Islam).5
Pemahaman umum tentang animisme yakni meyakini bahwa setiap benda
yang ada di bumi seperti halnya laut, gunung, gua, hutan, dan lain sebagainya
memiliki jiwa yang harus dihormati dan dijunjung supaya jiwa yang terdapat di
dalamnya tidak mengganggu manusia dan sebaliknya, jiwa tersebut memberikan
4 Rima Setiyawati, Peranan Dukun Bayi Dalam Perspektif Masyarakat Jawa Terhadap
Proses Persalinan di Dusun Nolorprayan Desa Jatirejo Kabupaten Semarang Jawa Tengah
(Melalui Pendekatan Teori Solidaritas Mekanik dan Organik Emile Durkheim) (Jurussan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014), hlm 68. 5 Zakiyah Darajat, Perbandingan Agama I (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 28.
9
bantuan atau perlindungan terhadap mereka dalam menjalankan berbagai aktifitas
kehidupan sehari-harinya.6
b. Dinamisme
Kata dinamisme berasal dari bahasa latin, yaitu dunamos. Dan dalam
bahasa Inggrisnya disebut dengan dynamic, yang memiliki berbagai arti
diantaranya: kekuatan, daya, atau khasiat. Dinamisme memiliki pengertian ialah
kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam
mempertahankan hidup. Dalam hal ini, dinamisme merupakan suatu kepercayaan
terhadap benda-benda di sekitar manusia yang diyakini mempunyai kekuatan
gaib.
Dengan kata lain, dinamisme adalah keyakinan terhadap kekuatan yang
berada dalam zat suatu benda yang dapat memberikan pertolongan dan bahaya.
Bentuk kepercayaan dinamisme ini lahir dari rasa ketergantunngan manusia
terhadap daya dan kekuatan lain yang berada di luar dirinya. Karena setiap
manusia akan selalu merasa butuh dan berharap kepada zat lain yang dianggap
dapat memberikan pertolongan dan bantuan dengan kekuatan yang dimilikinya.
Bentuk dari benda-benda yang dianggap memiliki kukuatan gaib bermacam-
macam, ada yang berupa sebuah keris, batu, hewan dan lain sebagainya.7
6 A. G. Pringgodidgo, Ensiklopedi Umum (Jakarta: Yayasan Dna Buku Frangklin, 1973),
hal. 74. 7 Edward B. Taylor, Primitive Culture: Reaserch into the Development of Mythology,
Philosophy, Religion, Langguage, Art and Custom (New York: Brentano’s Publishers, t.t.), hal.
160.
10
c. Magis
Kata magi (sihir) berasal dari kata Persia, yaitu Maga yang berarti imam.
Dalam agama primitif pengertian Magi lebih luas dari pada sihir. Dalam hal ini
magi dipandang sebagai sebuah cara berfikir dan cara hidup yang memiliki arti
lebih tinggi dengan apa yang diperbuat oleh seorang ahli sihir. Seseorang yang
percaya kepada magi atau menjalankan magi mendasarkan pendapatnya kepada
antara lain, bahwa dunia ini penuh dengan daya atau kekuatan gaib, dan dari daya
atau kekuatan gaib itu dapat digunakan. Dengan kata lain magi adalah
kepercayaan dan praktek di mana manusia meyakini secara langsung bahwa
mereka dapat mempengaruhi kekuatan alam yang digunakan untuk tujuan yang
baik atau buruk, yakni dengan memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi.8
Dalam pandangan antrpologi klasik Magi merupakan penerapan
kepercayaan bahwa kekuatan supranatural dapat dipaksa untuk aktif dengan cara
tertentu, entah itu untuk tujuan yang baik maupun tujuan yang buruk, dengan
menggunakan rumusan-rumusan tertentu. Banayak masyarakat mengenal ritual
magi untuk menjamin panen yang baik, mendpatkan hasil panen yang melimpah,
kesuburan tanah dan untuk mengindarkan atau menyembuhkan penyakit pada
manusia.9
d. Magic dan Do’a
Frazer menyatakan bahwa ketika magis telah mengalamai kemunduran,
agama datang menggantikan posisinya. Menarik apa yang dilakukan dalam
8 A. G. Honig, ilmu Agama (Jakarta: BPK Gunumng Mulai, 1993), hal. 17 9 Aslati dan Silawati, Fenomena Magis pada Tradisi Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan
Singingi, (Edisi Desember 2017 vol. 41 No. 2), hal. 101
11
pengamatan Frazer itu, mengenai adanya perkembangan magis dalam kehidupan
masyarakat. pada pandangan Frazer, agama datang dalam semangat positivistik
pada saat manusia sudah mulai merasa menggunakan rasio atau akalnya. Salah
satu contoh pemikiran Frazer tentang alih keyakinan terhadap agama itu terdapat
dalam ritual. Jika pada masyarakay primitif, orang merapalkan mantra magis,
namun pada masyarakat yang meyakini agama kepercayaan terhadap yang
supranatural dengan relasi manusia dengan yang supranatural pertolongan-Nya
dengan cara berdoa atau ritual yang lain akan mampu membebaskan belenggu
keyakinan magis dan akan membawanya kepada keyakinan magis. Ini pula yang
ditangkap Frazer sebagai tanda kemajuan. Bahwa ketika magis menggunakan
prinsip imitasi dan kontak dengan merapalkan mantra dan menerapkan prinsip
personal, baku dan universal. Sedangkan agama telah memberikan kemajuan
secara intelektual, begitu ungkap Frazer. Dengan datangnya agama, Frazer
mengatakan bahwa secara bertahap perubahan dalam masyarakat primitif itu
mulai terlihat. Misalnya, kekuasaan ditangan para ahli sihir beralih ke pendeta-
pendeta: mereka diyakini sangat dekat dengan Tuhan. Frazer menyebutkan bahwa
pendeta, agamawan memiliki dimensi ketuhanan dalam dirinya.10
Frazer mengatakan bahwa pengakuan umum tentang kesalahan magic
merupakan perkembangan yang cukup penting dalam sejarah pemikiran manusia,
karena ketika magic menurun maka agamalah yang menggantikan posisi magic.
10 James Frazer, The Golden Bough: A Studi of Comparation Religion. (New York: The
Macmillan com. 1942). h. 201
12
Frazer juga mengungkapkan bahwa dimana ada kepercayaan pada
makhluk supranatural dan usaha manusia untuk mendapatkan bantuan melalui doa
atau ritual, maka pemikiran manusia telah keluar dari magic dan masuk dalam
agama. Artinya, magic sama sekali tidak berkaitan dengan agama.11
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan atau studi
kasus yang bersifat kualitatif, adapun pengertian metotologi kualitatif menurut
Bogdan dan Taylor ialah penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.12
Adapun pengertian menurut Bahdin Nur Tanjung dan Adrial bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan
gejala secara holistik-konstektual melalui pengumpulan data dan latar alami
dengan memanfaatkan penelitian sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif
bersifat deskriptif dan cendrung menggunakan analisis dengan pendekatan
induktif. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian
kualitatif. Ciri penelitian kualitatif mewarnai bentuk dan sifat laporannya. Oleh
karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat
11 Daniel L Pals,Seven Theories of Religion, (terj. Ali Noer Zaman), (Yogyakarta :
Qalam, 2001). h.61-62 12 Lexy J. Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bnadung PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 4.
13
kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri naturalistik yang penuh
keautentikan.13
2. Pendekatan Penelitan
Berdasarkan penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu berkaitan dengan
agama dan budaya yang memiliki berbagai aspek untuk diketahui oleh penulis,
maka dibutuhkan berbagai pendekatan yang dapat menunjang penelitian tersebut,
pendekatan yang penulis akan gunakan antara lain, pendekatan historis dan
pendekatan antropologis.
Pendekatan Historis
Pendekatan historis merupakan pendekatan yang paling tua dan dipakai
untuk mempelajari, menyelidiki, dan meneliti agama-agama. Dengan
menggunakan pendekatan historis ini penulis dapat menelusuri asal-usul dan
pertumbuhan ide-ide dan pranata-pranata keagamaan melalui periode-periode
perkembangan historis tertentu dan menilai peranan kekuatan-kekuatan yang
dimiliki agama untuk memperjuangkan (mempertahankan) dirinya selama
periode-periode itu.14
Pendekatan Antropologis
Adapun pendekatan lain yang akan penulis gunakan ialah pendekatan
antropologis, pendekatan ini berusaha memahami kebudayaan-kebudayaan
produk manusia yang berhubungan dengan agama. Yang dilihat dalam pendekatan
ini adalah sejauh mana agama memberi pengaruh terhadap budaya dan
13 Bahdin Nur Tanjung dan Adrial, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal,
Skripsidan Tesis) Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah, (Jakarta: Kencana,
2010), h. 2 14 Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-
1940) Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 15.
14
sebaliknya; sejauh mana kebudayaan suatu kelompok masyarakat memberi
pengaruh terhadap agama.15
3. Sumber Data
Data merupakan faktor penunjang yang sangat penting dalam melakukan
suatu penelitian. Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari
hasil penelitian dan observasi lapangan pada lokasi penelitian dengan
instrumen yang sesuai.16
Data primer diperoleh dari hasil pengamatan,
pemahaman, dan wawancara dengan masyaerakat Sumbawa Barat Desa
Sapugara Bree yang menjadi objek kajian penelitian. Data primer yang
peneliti dapatkan berasal dari wawancara dengan sepuluh orang sandro
dan lima belas orang narasumber atau responden.
b. Data skunder dalam penelitian ini berupa data-data yang didapatkan
dari buku-buku, jurnal penelitian, makalah penelitian maupun gambar
atau foto-foto yang menunjang untuk dijadikan bahan analisis dalam
penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan sebuah proses yang harus dilakukan
oleh setiap peneliti untuk mengumpulkan data-data dan fakta-fakta yang terjadi
dan yang terdapat pada tempat atau subjek penelitian. Dalam hal ini peneliti
menggunakan metode-metode sebagai berikut:
15 Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-
1940) Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 47-48 16 Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 36.
15
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti dengan mengamati langsung dan mencatat secara sistematis
tentang penomena-penomena yang sedang diselidiki.17
Observasi juga
dilakukan dengan pengamatan langsung pada tempat penelitian secara
terbuka ataupun terselubung baik mengenai perilaku dan nilai budaya yang
mendasari perilaku masyarakat tersebut.18
Jenis observasi yang akan peneliti lakukan adalah observasi non
partisipan yakni peneliti tidak ikut andil atau ambil bagian dalam segala
aktivitas kehidupan dari objek yang diteliti. Akan tetapi peneliti akan
datang langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati penomena-
penomena atau fakta-fakta yang sedang terjadi, sehingga dapat
memberikan gambaran obyektif tentang tradisi nilik dan aktivitas
keagamaan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti dengan bertanya langsung kepeda objek yang memiliki gejala-
gejala mengenai data yang dibutuhkan atau bertatap muka dengan pelaku
dari objek yang sedang diteliti. Wawancara merupakan sebuah percakapan
antara duaorang atau lebih dimana pertanyaan diajukan oleh seseorang
yang berperan sebagai pewawancara.19
Hal ini dibutuhkan untuk
17 Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, hlm. 36 18 Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Citapusaka Media,
2012), hlm. 114 19 Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 119
16
mengumpulakn data-data yang dapat dipertanggungjawabkan dan berasal
dari sumber-sumber yang kompeten sehingga dapat menunjang data-data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari
berbagai jenis dokumen atau cacatan yang berhubungan dengan
penyusunan skripsi. Adapun jenis dokumen tersebut antara lain: dokumen
pribadi atau cacatan pribadi, dokumen resmi, dan foto.20
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang penulis gunakan adalah metode deskriptif
analitik. Penulis akan berusaha menguraikan sekaligus menganalisis data-data
yang menjadi hasil dari pengkajian dan pendalaman atas bahan-bahan penelitian.
Metode deskriptif berkaitan dengan kata-kata dengan menerjemahkan data-data
hasil penelitian ke dalam bentuk bahasa, baik berupa data yang berbentuk lisan
maupun tulisan.21
6. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menggunakan buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
20 Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 124 21 Nyoman Khuta Ratna, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu sosial
Humaniora Pada Umumnya, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 337
17
H. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini, penulis menyusun secara sistematis berdasarkan
pembahasan ke dalam lima bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub
bab antara lain sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdapat pembahasan
mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab kedua berisi tentang profil daerah dan objek penelitian yakni desa
Sapugara Bree dilihat dari letak geografis, kondisi sosial ekonomi, pendidikan dan
keagamaan.
Bab ketiga membahas mengenai sejarah dan pengertian nilik, tujuan dari
tradisi nilik, macam-macam nilik dan pengertian sandro dan jenis-jenis sandro.
Bab keempat merupakan analisa dari hasil skripsi ini secara menyeluruh
mengenai Tradisi Nilik dan Sandro dalam Pemahaman Masyarakat Muslim
Sumbawa Barat Desa Sapugara Bree, peran Sandro terhadap kehidupan sosial
masyarakat Desa Sapugara Bree dan Analisa Data.
Bab kelima merupakan akhir dari skripsi ini yang memuat kesimpulan,
saran-saran dan kata penutup.
18
BAB II
KONDISI UMUM DESA SAPUGARA BREE KECAMATAN BRANG REA
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
A. Letak Geografis dan Aksesbilitas Desa Sapugara Bree
Dalam latar belakang skripsi ini, Peneliti telah menjelaskan sedikit
mengenai desa Sapugra Bree yang akan menjadi tempat penelitian bagi Penulis.
Lebih jelasnya dalam bab ini desa Sapugara Bree akan Saya gambarkan secara
keseluruhan mengenai letak geografis dan lain sebagainya.
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan sebuah daerah yang terletak di
bagian timur Indonesia, yang termasuk ke dalam kawasan Nusa Tenggara Barat
dan berada pada pulau Sumbawa. Kabupaten Sumbawa Barat atau lebih dikenal
dengan singkatan KSB wilayahnya terletak pada bagian Barat Pulau Sumbawa,
berbatasan langsung dengan laut Flores di Utara, Kabupaten Sumbawa di timur,
Samudera Hindia di Selatan serta Selat Alas di Barat. Kabupaten Sumbawa Barat
merupakan wilyah pemekaran dari Kabupaten Sumbawa pada tanggal 18 2003.1
Kabupaten Sumbawa Barat memiliki luas wilayah sebesar 1.849,02 km2.
Kabupaten Sumbawa Barat dibagi kedalam 8 Kecamatan dengan luas wilayahnya
berbeda-beda, yang terdiri dari Sekongkang, Jereweh, Taliwang, Brang Rea,
Brang Ene, Seteluk, Maluk dan Poto Tano. Kemudian Kecamatan Brang Rea
merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Sumbawa Barat, yang memiliki 8
1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa Barat. 2019. Kabupaten Sumbawa Barat
dalam Angka. Kabupaten Sumbawa barat: Maharani. Hal 5-7
https://sumbawabaratkab.bps.go.id/publication/download, (diakses 4 Nov 2019), pukul 02.30
WIB
19
Desa dengan beberapa dusun. Salah satu desanya yaitu Desa Sapugara Bree
merupakan sebuah tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. 2
Desa Sapugara Bree adalah sebuah desa yang terletak di Kecmatan Brang
Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara
administratif desa Sapugara Bree berbatasan langsung dengan Desa Seloto yang
berada di sebelah Utara, Desa Tamakan di bagian sebelah Barat, Desa Mura di
bagian sebelah Selatan dan Desa Beru di bagian sebelah Timurnya. Desa
Sapugara Bree memiliki luas keseluruhan wilayahnya yakni seluas 576,41 ha/m2
yang terbagi ke dalam berbagai bentuk penggunaannnya, antara lain digunakan
sebagai lahan pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, taman,
perkarangan, perkantoran dan lahan prasarana umum.3
Tabel 1
Luas Daerah
No. Bentuk-bentuk Lahan Luas Lahan
1 Lahan Persawahan 51,8 ha/m2
2 Lahan Permukiman 17,98 ha/m2
3 Lahan Perkebunan 911 ha/m2
4 Lahan Kuburan 42,9 ha/m2
2 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa Barat. 2019. Kabupaten Sumbawa Barat
dalam Angka. Kabupaten Sumbawa barat: Maharani. Hal 5-7
https://sumbawabaratkab.bps.go.id/publication/download, (diakses 4 Nov 2019), pukul 02.30
WIB 3 Laporan Profil Desa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Brang Rea
Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
20
5 Perkantoran 200 ha/m2
6 Taman 300 ha/m2
7 Pekarangan 8,36 ha/m2
8 Prasarana Umum 2,60 ha/m2
Jumlah 576,41 ha/m2
Sumber: Profil Desa Sapugara Bree
Desa Sapugara Bree memiliki jumlah penduduk secara keseluruhan baik
dari penduduk laki-laki dan perempuan sekitar 3.292 jiwa yang terbagi ke dalam
berbagai dusun, yakni dusun Sapugara, dusun Bree, dusun Ponjok dan dusun
Kejawat.
Berikut jumlah penduduk dari dusun yang disebutkan di atas, yakni
sebagai berikut:
Tabel II
Sarana Pendidikan Desa Sapugara Bree
No. Dusun Jumlah Penduduk
1 Dusun Sapugara 1.380 jiwa
2 Dusun Bree 1.169 jiwa
3 Dusun Ponjok 368 jiwa
4 Dusun Kejawat 375 jiwa
Jumlah 3.292 jiwa
Sumber: Profil Desa Sapugara Bree
21
Orbitrasi atau jarak pusat pemerintahan desa Sapugara Bree ke
pemerintahan kecamatan sejauh 2 km, dan jarak ke pemerintahan kabupaten atau
kota sejauh 8 km dan jarak ke ibu kota provinsi sejauh 168 km. Jarak tersebut
dapat dibilang cukup jauh untuk dijangkau, namun sekarang sudah cukup mudah
dengan menggunakan alat transportasi seperti sepeda motor, mobil, dan lain-lain.
Selain alat trasnportasi yang memudahkan untuk menjangkaunya akses jalan juga
sudah cukup baik sehingga mempermudah setiap masyarakat untuk
menjangkaunya.
Penduduk desa Sapugara Bree pada umumnya membangun rumah-rumah
mereka menghadap ke jalan, baik jalan besar maupun jalan di dalam
perkampungan. Hal tersebut agar memudahkan masyarakat dalam mengakses
jalan besar sehingga alat transportasinya mudah untuk di keluarkan atau di
masukkan ke dalam pekarangan rumahnya. Bagi mereka yang rumahnya terdapat
di tengah-tengah perkampungan, mereka menggunkan jalan gang-gang kecil yang
dibuat untuk mempermudah mereka.
Bagi masyarakat desa Sapugara Bree rumah berfungsi sebagai tempat
tinggal atau tidur. Selain membangun rumah untuk tempat tinggal masyarakat
Sapugara Bree juga membangun rumah ternak di dekat tempat tinggalnya baik
untuk berternak kerbau, kambing, sapi, ayam, bebek dan lain sebagainya. Bagi
mereka yang memiliki sawah yang agak jauh dari rumah tempat tingglannya,
mereka juga akan membuat sebuah rumah untuk istirahat atau tempat berteduh
diwaktu mereka pergi ke sawah dan hampir setiap masyarakat desa Sapugara Bree
22
mempunyai rumah tempat istirahat yang berada di sekitar lahan persawahan
miliknya.4
B. Kondisi Sosial Eknomi Masyarakat Desa Sapugara Bree
Kondisi sosial masyarakat desa Sapugara Bree masih sangat kental dengan
tradisi gotong-royong atau saling tolong menolong antara satu dengan yang
lainnya. Tradisi ini memang sudah sangat mendarah daging bagi masyarakat desa
Sapugara Bree, sebab tradisi ini telah menjadi sebuah ciri khas dari desa tersebut.
Tradisi tersebut tidak hanya dilakukan untuk acara atau hajatan yang bersifat besar
melainkan yang bersifat kecil sekalipun mereka tetap melakukan tradisi gotong-
royong tersebut. Seperti halnya acara perkawinan, sunatan, membuat rumah,
membersihkan masjid atau musholah, membersihkan parit, selokan, bahkan
mereka saling tolong menolong dalam hal panen padi, jagung dan lain sebaginya.
Tradisi tersebut masih tetap ada sampai sekarang dikarenakan orang tua
jaman dulu sudah menanamkan rasa saling tolong menolong kepada anak-anak
mereka. Orang tua jaman dulu sangat keras dan tegas kepada anak-anak mereka
sehingga membuat mereka selalu menuruti apa yang diperintahkan oleh orang
tuanya. Apabila anak-anak mereka tidak pergi ikut membantu gotong-royong
dalam acara atau hajatan tetangga, maka mereka akan dimarahi bahkan dihukum
oleh orang tua mereka.
Desa Sapugara Bree memiliki dua etnis besar yaitu suku Lombok dan suku
Samawa. Di dalam kehidupan sehari-hari kedua suku tersebut hidup rukun dan
4 Laporan Profil Desa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Brang Rea
Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
23
hampir tidak pernah terjadi konflik antara keduanya. Kedua suku tersebut
memiliki budaya yang tidak jauh berbeda dan saling menerima satu sama lain.
Karena keduanya sudah hidup berdampingan sejak lama dan sudah campur baur
antara satu dengan yang lain, mereka sudah tidak lagi memnadang perbedaan
antar suku dan sama-sama saling tolong menolong apabila ada acara atau hajatan
dan lain sebagainya.
Sistem kekerabatan yang terdapat di desa Sapugara Bree masih sangat
erat. Hampir semua warganya tidak ada yang kekurangan makanan dan kelaparan
sebab apabila ada orang memasak makanan yang lebih, mereka selalu berbagi
kepada tetangga yang berada di sekitar rumahnya. Dan apabila ada tetangga yang
merasa kesusahan mereka akan saling membantu untuk menyelsaikannya. Ketika
ada salah satu tetangga yang terkena musibah atau sedang sakit dan dirawat di
rumah sakit, hampir semua tetangga yang berada di RT tersebut pergi untuk
menjenguk tetangganya yang sedang sakit tersebut.
Untuk kondisi ekonomi masyarakat Sapugara Bree dapat di katakan
berada dalam kondisi yang cukup baik atau dalam keadaan yang stabil. Dapat
dilihat dengan kemampuan masyarakatnya yang mampuh menyekolahkan
anaknya dari taman kanak-kanak hingga ke jenjang perguruan tinggi baik itu di
dalam daerah maupun di luar daerah NTB. Minimal masyarakat desa Sapugara
Bree menyekolahkan anaknya sampai lulus SMA, apabila anaknya ingin
melanjutkn ke jenjang selnjutnya mereka akan mendukung anaknya tersebut.
Sebaliknya apabila anaknya tidak ingin melanjutkan ke pergurun tinggi maka
mereka akan memilih bekerja dan lain sebagainya.
24
Masyarakat Sapugara Bree semuanya memiliki rumah yang layak
digunakan sebagai tempat tinggal. Dan disetiap rumah pasti memiliki satu atau
dua kendaraan roda dua, bahkan ada yang memiliki mobil walaupun tidak terlalu
banyak. Karena desa Spugara Bree merupakan daerah agraris atau daerah
pertanian, maka tidak heran setiap masyarakatnya bekerja sebagai petani. Adapun
yang bekerja sebagai petani ada yang sebagai pekerjaan utamanya dan ada juga
yang sambilan bekerja sebagai petani sekaligus sebagai guru dan lain sebagainya.
Untuk mata pencaharian masyarakat desa Sapugara Bree ada yang bekerja sebagai
petani, ada yang menjadi pedagang, wirausaha, karyawan, guru, penambang
emas, maupun pegawai negeri dan lain sebagainya.5
Berikut ini tabel dari mata pencaharian Desa Sapugara Bree:
Tabel V
Mata Pencaharian Desa Sapugara Bree
No. Jenis Pekerjaan
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Belum/Tidak Bekerja 287 279 566
2
Mengurus Rumah
Tangga
351 351
3 Pelajar/Mahasiswa 254 261 515
4 Pensiunan 3 3
5 Buku Pengumpulan Buku Induk Statistik Sektoral Pemerintah Desa Sapugara Bree,
Naskah tidak diterbitkan.
25
5 PNS 26 12 38
6 TNI 1 1
7 Kepolisian RI 4 4
8 Pedagang 40 92 132
9 Petani/Pekebun 300 260 560
10 Peternak 265 5 270
11 Nelayan/Perikanan 1 1
12 Karyawan Swasta 15 17 32
13 Karyawan Honorer 37 45 82
14 Buruh Harian Lepas 7 3 10
15
Buruh
Tani/Perkebunan
19 12 31
16
Buruh
Nelayan/Perikanan
1 1
17 Buruh Peternakan 11 2 13
18
Pembantu Rumah
Tangga
4 1 5
19 Tukang Batu 20 20
20 Tukang Kayu 25 25
21 Tukang Jahit 1 1 2
22 Anggota DPRD 1 1
23 Dosen 2 2
26
24 Guru 58 51 109
25 Dokter
26 Bidan 1 1
27 Perawat 3 3
28 Apoteker
29 Sopir 8 8
30 Perangkat Desa 5 4 9
31 Kepala Desa 1 1
32 Wiraswasta 64 51 115
33 Pekerjaan Lainnya 183 198 381
Total 1643 1644 3292
Sumber: Profil Desa Sapugara Bree
Mata pencaharian atau pekerjaan masyarakat desa Sapugara Bree
berdasarkan tabel tersebut masih didominasi oleh pekerjaan sebagai petani.
Karena wajar saja desa Sapugara Bree merupakan wilayah atau daerah yang
agraris. Maka dari itu tidak ada masyarakatnya yang bekerja sebagai pengemis,
gembel, pekerja seks komersial dan lain sebagainya.6
C. Kondisi Pendidikan Desa Sapugara Bree
Kondisi pendidikan desa Sapugara Bree dapat dikatakan sanagat baik.
Karena dilihat dari tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan yang bagus.
Dalam bidang pendidikan desa Sapugara Bree banyak sekali melakukan
6 Laporan Profil Desa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Brang Rea
Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
27
pembanguan baik itu dalam hal sarana dan prasarana yang dapat menunjang
siswa-siswi dalam proses belajar mengajar. Sehingga pembangunan tersebut
selalu dilakukan dari tahun ke tahun supaya dapat meningkatkan taraf pendidikan
anak-anak desa Sapugara Bree.
Adapun sarana pendidikan yang dimiliki oleh desa Sapugara Bree antara
lain terdiri dari 2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 1 Taman Pendidikan
Kanak-Kanak (TK), 2 Sekolah Dasar (SD), 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (1), dan 5 Taman Pendidikan Alqur’an (TPA).7 Data
tersebut dapat ditunjuk pada tabel di bawah ini:
Tabel III
Sarana Pendidikan Desa Sapugara Bree
No. Sarana Pendidikan Jumlah Pendidikan
1 PAUD 2
2 TK 1
3 SD 2
4 SMP 1
5 SMA 1
6 TPA 5
Jumlah 12
Sumber: Profil Desa Sapugara Bree
7 Buku Rekap Data Penduduk Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
28
Tabel IV
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan.
No Tingkat Pendidikan
Dusun
Jumlah
Sapugara Bree Ponjok Kejawat
1 Tidak/Belum Sekolah 138 143 40 50 371
2
Belum Tamat SD/
Sederajat 208 195 30 32 465
3 Tamat SD/Sederajat 339 299 126 154 918
4 SLTP/Sederajat 260 226 118 109 713
5 SLTA/Sederajat 282 268 76 88 714
6 Diploma I/II 15 11 4 2 32
7
Diploma III/ Sarjana
Muda 45 38 4 3 90
8 Diploma IV/Strata I 22 17 6 3 48
9 Strata II 1 3 4
10 Strata III
Total 1310 1200 404 441 3355
Sumber: Profil Desa Sapugara Bree
Sebelum mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam pembanguna
sarana pendidikan, anak-anak dari desa Sapugara Bree masih banyak bersekolah
ke desa-desa lain yang tempat dekat dengan desa Sapugara Bree. Untuk
pendidikan tingkat PAUD, TK, dan SD rata-rata masyarakat masih
29
menyekolahkan anak-anak mereka di desa Sapugara Bree. Setelah anak mereka
tamat dari SD, anaknya di sekolahkan di desa lain seperti halnya sekolah tingkat
SMP, SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi.8
Setelah berdirinya pondok pesantren Himmatul Ummah di Dusun
Sapugara masyarakat banyak yang menyekolahkan ankaknya baik dari tingkat
pendididkan PAUD, TK, SD, MTs setara dengan SMP, dan Aliah setara dengan
SMA atau SMK. Santri-santri yang bersekolah di pondok pesantren tersebut tidak
hanya dari desa Sapugara Bree melainkan berasal dari berbagai daerah Kabupaten
Sumbawa Barat. Berdirinya pondok pesantren tersebut meningkatkan taraf
pendidikan baik di bidang ilmu umum lebih khususnya ilmu agama. Santri-santri
yang telah lulus tingkat Aliyah banyak melanjutkan Perguruan Tingginya di luar
daerah KSB, mereka banyak mendaftarkan diri mereka ke Universits yang berada
di pulu lombok lebih tepatnya di Kota Mataram, mereka ada juga yang masuk ke
Universitas Cordova yang berada di Kota Taliwang KSB, dan ada juga yang
masuk ke Universitas Samawa, UTS yang tempatnya berada di Kabupaten
Sumbawa Besar.
Santri lulusan dari pondok pesantren tersebut ada juga yang dikirim untuk
menempuh Perguruan Tingginya di luar dari Provinsi NTB yakni mereka kuliah
di daerah Jakarta baik itu di Universitas negeri maupun swasta seperti UIN
Jakarta, PTIQ,, IIQ, UMJ, UI dan lain sebagainya. Sedangkn untuk kuliah di luar
negeri santri dari pondok pesantren tersebut banyak yang menempuh Perguruan
Tingginya di Universitas Cairo, Mesir. Sudah banyak sarjana-sarjana yang telah
8 Laporan Profil Desa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Brang Rea
Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
30
tamat kembali lagi ke daerah aslanya dan meningkatkan lagi taraf pedidikan anak-
anak daerahnya dan mengembangkan desanya menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Kalau diamati baik-baik kondisi pendidikn desa Sapugara Bree dari tahun
ke tahun sealu mengalami peningkatan dan menjadi semakin membaik. Sarana
dan prasarananya juga sudah sangat mendukung. Sehingga hampir tidak ada anak-
anak dari desa Sapugara Bree yang tidak pernah merasakan bangku sekolah atau
mengenyam pendidikan sekolah. Walaupun ada sebagian kecil yang telah tamat
atau lulus Aliyah, SMA, dan SMK tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang
Perguruan Tinggi.
D. Kondisi Keagamaan Desa Sapugara Bree
Kondisi keagamaan masyarakat desa Sapugara Bree dapat dibilang dalam
keadaan yang baik. Semua penduduk desa Sapugara Bree memeluk agama Islam
dan menjalankan syariatnya dengan baik. Masyarkat desa Sapugara Bree sudah
mengenal agama Islam sebelum penjajahan Belanda datang ke tanah Samawa.
Dengan semangat Islamnya mereka mampu memukul mundur penjajah Belanda.
Kemudian agama Islam terus berkembnag seiring perkembangan zaman dan
diwariskan kepada anak cucu mereka sehingga semua masyarakat desa Sapugara
Bree tidak ada yang tidak memeluk agama Islam dan menjalankan ajaran-
ajarannya dengan baik, seperti halnya sholat, berhaji, mengaji dan lain-lain.
Orang-orang terdahulu dalam mengajarkan agama Islam kepada anak cucunya
sangatlah keras dan tegas, yang membuat anak-anak mereka takut dalam
melanggar perintah orang tuanya.
31
Pada waktu terdahulu sebagian masyarakat desa Sapugara Bree ada yang
beragama Islam dengan menjalankan ajaran-ajarannya, namun disamping itu
mereka juga percaya kepada hal-hal gaib yang terdapat di dalam benda-benda,
pohon besar, batu dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu dan
perkembangan desa yang dari waktu ke waktu semakin membaik, kondisi
keagamaan desa Sapugara Bree juga berkembang dengan sangat baik.
Dapat dilihat perkembangan keagamaannya yang dimulai dari kembalinya
seorang sarjana yang menuntut ilmu ke Mesir yang bernama KH. Syamsul Ismain,
Lc. Pada tahun kembalinya ke desa Sapugara Bree yaitu tahun 2005, Beliau
langsung membangun sebuah tempat untuk mengajarkan Al-Quran atau Taman
Pendidikan Al-Quran (TPQ) yang bertempat di Dusun Sapugara. Beliau
mengajarkan berbagai ilmu yang berkaitan tentang berbagai hal yang berkiatan
dengan Al-Quran. Hampir semua masyarakat desa tersebut banyak memasukan
anak-anak mereka ke TPQ tersebut untuk mendapatkan pendidikan tentnag Al-
Quran. Tidak hanya masyarakat dari desa Sapugara Bree saja yang memasukan
anaknya ke TPQ yang dibangun oleh KH. Syamsul Ismain, Lc. Masyarakat dari
berbagai desa lain juga memasukan anaknya ke TPQ tersebut.
Karena semakin banyaknya anak-anak yang masuk TPQ tersebut, setahun
kemudian KH. Syamsul Ismain, Lc. mendirikan pondok pesantren tepatnya pada
tahun 2006, yang bernama pondok pesantren Himmatul Ummah. Melalui pondok
pesantren inilah banyak memberikan pengaruh yang jauh lebih positif terhadap
masyarakat baik itu desa Sapugara Bree maupun desa-desa yang lainnya.
32
Pengaruh positif yang diberikan melalui pengajian-pengajian umum yang
diberikan oleh KH. Syamsul Ismain, Lc.9
Seiring berjalannya waktu pondok pesantren tersebut semakin mengalami
perkembangan yang pesat dan juga banyak melahirkan santri-santri yang
berprestasi baik dalam bidang ilmu umum maupun ilmu-ilmu agama. Santi-santri
pun banyak mengikuti berbagai perlombaan seperti halnya perlombaan antar
sekolah, perlombaan musabaqah Al-Quran yang sering diadakan setiap tahunnya
oleh pemerintah setempat dan perlombaan-perlomabaan lainnya. Santri-santrinya
pun banyak mengambil juara dari perlombaan yang diselenggarakan. Dan mereka
juga dikirim untuk mewakili Kabupaten Sumbawa Barat untuk mengikuti
perlombaan tingkat provinsi.
Untuk pengaruh positif yang didapat bagi masyarakat desa Sapugara Bree
dari adanya pondok pesantren ialah masyarakat mendapat pemahaman agama
islam dengan pengajian-pengajian yang sering diberikan oleh KH. Syamsul
Ismain, Lc. Sehingga masyarakat membuat sebuah majlis-majlis kecil yang setiap
minggu diisi oleh Beliau. Majlis-majlis kecil ini tidak hanya terdapat di desa
Sapugara Bree saja, namun terdapat diberbagai desa lainnya juga yang pengisi
ceramahnya adalah Beliau juga yaitu KH. Syamsul Ismain, Lc.
Adanya pondok pesantren Himmatul Ummah yang didirikan oleh KH.
Syamsul Ismain, Lc. masyarakat menjadi lebih paham dan mengetahui lebih
mendalam tentang agama Islam. Karena semakin pesat perkembangan yang
9 Laporan Profil Desa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Brang Rea
Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
33
terjadi pada pondok pesantren tersebut desa Sapugara Bree dikenal juga sebagai
desa santri. Pondok pesantren tersebut sampai saat ini semakin kelihatan
pembangun dan perkembangannya baik dalam hal ilmu pengetahuan agama dan
sains maupun sarana prasarana juga ikut mengalami kemajuan.
Kondisi keagamaan desa Sapugara Bree menjadi semakin membaik dari
waktu ke waktu dan sangat kelihatan keamjuannya ketika didirikan sebuah
pondok pesantren yang banyak memberikan pengaruh positif kepada masyarakat
desa Sapugara Bree dan desa-desa lainnya. Buktinya dapat dilihat dari berbagai
majlis-majlis taklim yang terdapat di berbagai desa yang dekat dengan wilayah
pondok pesanatren tersebut, misalnya belajar mengaji bagi ibu-ibu dan bapak-
bapak yang rutin diadakan setiap hari setelah sholat subuh, pengajian umum yang
diadakan setiap sekali sebulan dan lain-lain.
34
BAB III
TRADISI NILIK DAN PERAN SANDRO DI DESA SAPUGARA BREE
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
A. Sejarah dan Pengertian Tradisi Nilik
Pulau Sumbawa merupakan daerah yang kaya akan hasil buminya, baik itu
hasil pertambangan emas, batu bara, dan jenis-jenis hasil tambang lainnya, tidak
hanya itu daerah Sumbawa Barat kaya juga dengan hasil pertaniannya,
perkebunan serta hasil peternakan yang melimpah. Oleh karena itu banyak para
pendatang yang berdatangan dari berbagai daerah, baik itu dari berbagai daerah di
Indonesia maupun dari luar negeri. Mereka datang ke tanah Samawa tidak hanya
mencari pekerjaan melainkan ada yang ingin tetap tinggal dan mencari pasanagan
hidup.
Pada zaman dahulu, karena hasil bumi yang dimiliki oleh tanah Samawa,
penjajahan yang dilakukan oleh negara Belanda pada saat itu datang ke tanah
Samawa, mereka ingin mengambil semua kekayaan alam yang ada di tanah
Samawa, tapi mereka berhasil diusir oleh kerajaan Samawa dan persatuan orang-
orang pulau Sumbawa. Penjajahan yang dilakukan oleh negara Belanda pada saat
itu di tanah Samawa cukup lama, sehingga banyak hal yang ditinggalkan oleh
orang-orang Belanda baik secara disengaja maupun tidak, misalnya dalam hal
sistem pemerintahan, mengelola pertanian, pola hidup, cara berpakaian, adat dan
tradisi negara mereka. Namun semua peninggalan pemerintah Belanda mengenai
adat dan tradisinya tidak ada yang dipakai oleh orang-orang tanah Sumbawa,
sebab adat dan tradisi orang-orang Belanda tidak sesuai dengan cara hidup orang
35
tanah Samawa yang telah lebih dahulu memeluk agama Islam dan menggunakan
adat dan tradisi Islam.
Agama Islam telah masuk ke tanah Samawa yang dibawa oleh orang-
orang Arab yang awalnya datang hanya untuk berdagang, kemudian menetap dan
mencari pasangannya untuk hidup bersama di tanah Samawa, demikian juga
orang-orang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Adat dan tradisi Islam
mulai berkembang dan menyebar ke seluruh tanah Samawa, begitu juga dengan
tradisi nilik yang masih ada hingga saat ini.1
Menurut bapak Nasir, pada zaman dahulu di tanah Samawa ketika masih
berdiri kerajaan-kerajaan yang menguasai tanah Samawa, terdapat seseorang yang
sering dimintai bantuan oleh orang-orang, dia berasal dari bangsa Arab dan telah
lama menetap di pulau Samawa dan telah menjalani hidup layaknya orang tanah
Samawa, baik dari cara bicara dan lain-lain. Orang Arab ini dikenal sebagai sosok
yang baik hati dan memiliki kemampuan yang sangat luar biasa, seperti halnya
memiliki kemampuan mengobati atau menyembuhkan orang sakit, dapat
menafsirkan mimpi, dapat melihat dengan mata batin dan lain sebagainya. Salah
satu kemampuannya yaitu melihat dengan mata batin yang dapat mengetahui hal-
hal yang tidak dapat diketahui oleh orang biasa, maka dari itu orang-orang banyak
meminta bantuan dengan penglihatan mata batin yang dimilikinya, perihal
masalah kehilangan benda, masalah jodoh dan rezeki serta ingin mengetahui
nasib ketika melakukan sebuah perjalanan.2
1 Lalu Mantja, Sumbawa Pada Masa Dulu Suatu Tinjauan Sejarah (Sumbawa Besar:
Samratulangi, 2011), h. 32 2 Wawancara dengan Bapak Nasir pada tanggal 25 Januari 2020 pukul 21.01 di Desa
Sapugara Bree.
36
Diceritakan oleh bapak Nasir bahwa lama-kelamaan orang Arab tersebut
semakin dikenal oleh masyarakat tanah Samawa, karena dia terkenal dengan
penggunaan mata batinnya sehingga orang-orang memanggilnya sebagai sandro
nilik yang memiliki arti orang yang memiliki kemampuan melihat dengan mata
batin. Semakin berjalannya waktu orang-orang tanah Samawa banyak yang pergi
berguru kepada orang Arab tersebut mengenai cara dia melihat dengan mata batin,
mengobati orang skait dan berguru mengenai ilmu-ilmu lainnya. Sehingga orang-
orang tanah Samawa sampai sekarang ini masih terdapat orang-orang yang
memiliki keahlian melihat dengan mata batin tersebut.
Diceritakan oleh beliau juga yaitu bapak Nasir, orang Arab tersebut pernah
membuat sebuah kitab yang berisi cara-cara melakukan nilik dengan
menggunakan tulisan bahasa Arab dan di dalam kitab tersebut terdapat juga cara-
cara membuka mata batin dan doa-doa yang dijadikan sebagai jampi-jampi atau
mantra-mantra. Kitab tersebut banyak ditulis dan salin oleh orang-orang yang
pernah berguru kepada orang Arab yang memiliki kemampuan luar biasa dan
menurut cerita dia dikenal sebagai guru para sandro. Kitab yang diceritakan
tersebut masih ada sampai sekarang dan terdapat pada orang-orang tertentu saja,
karena kitab tersebut apabila berada pada suatu keluarga maka akan menjadi
warisan bagi keturunannya.3
Tradisi nilik merupakan adat istiadat yang telah ada sejak zaman dahulu
dan diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi yang dilakukan
oleh seseorang dengan meminta bantuan kepada orang yang ahli dalam
3 Wawancara dengan Bapak Nasir pada tanggal 25 Januari 2020 pukul 21.01 di Desa
Sapugara Bree.
37
penglihatan mata batin. Dilihat dari asal katanya nilik adalah bahasa Sumbawa
yang memiliki arti melihat sesuatu yang tidak nampak oleh mata telanjang dan
hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ilmu batin dan
ilmu sandro (ilmu tentang perdukunan). Dapat ditarik pengertian bahwa tradisi
nilik adalah suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat dengan
meminta bantuan kepada seorang sandro untuk mengetahui barang yang telah
hilang, jodoh, rezeki dan nasib ketika melakukan sebuah perjalanan.4
B. Tujuan Dari Tradisi Nilik
Tradisi yang ada pada masyarakat memiliki sebuah tujuan supaya hidup
manusia kaya akan budaya dan nilai-nilai bersejarah. Selain itu, tradisi juga akan
membuat kehidupan menjadi harmonis. Tetapi hal ini akan terwujud jika manusia
menghargai, menghormati dan menjalankan suatu tradisi dengan baik dan benar
serta sesuai dengan aturan yang berlaku di dalam masyarakat.
Masyarakat desa Sapugara Bree merupakan slah satu masyarakat yang
masih sangat memegang teguh nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat pada
adat dan istiadat yang diwariskan oleh orang-orang terdahulu. Walaupun adat dan
istiadat tersebut telah barabad-abad lamanya akan tetapi masih tetap diyakini
menjadi pegangan hidup yang digunakan di dalam menjalani kehidupan sehari-
hari, karena di dalam adat dan istiadat terkandung berbagai berbagai hal yang
4 Wawancara dengan Bapak Haji Iyan pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 14.30 di Desa
Sapugara Bree.
38
dapat mengatur dan mengarahkan seseorang dalam mengarungi sebuah
kehidupan.5
Setelah mengetahui sejarah dan pengertian dari tradisi nilik tentu suatu
tradisi memiliki sebuah tujuan yang terkandung di dalamnya. Adapun tujuannya
tersebut antara lain sebagia berikut; pertama, tujuan melakukan tradisi tersebut
bagi seseorang ialah untuk mencari sebuah bantuan atau pertolongan dalam
menyelsaikan masalah-masalah yang hanya dapat diberikan oleh orang yang
memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menggunakan mata batinnya. Orang
yang memiliki kemampuan penglihatan mata batin tersebut atau dapat dikatakan
sebagai sandro nilik yang dapat membantu orang-orang dalam menyelsaikan
masalah seperti kehilangan benda atau barang yang berharga, ingin mengetahui
jodoh, rezeki dan nasib ketika melakukan sebuah perjalanan.
Tujuan yang kedua masyarakat desa Sapugara Bree melakukan tradisi nilik
yaitu mereka mengikuti kebiasaan atau adat dan istiadat yang telah diajarkan oleh
orang tua mereka sejak zaman dahulu, apabila ada masalah yang tidak bisa
diselsaikan secara tidak biasa maka mereka akan meminta bantuan kepada
seorang sandro. Sehingga mereka selalu mengutamakan bantuan seorang sandro
dari pada meminta bantuan dari orang biasa. Misalnya dalam kasus kehilangan
barang berharga, hewan ternak, uang dan lain sebagainya, mereka akan langsung
mendatangi sandro nilik dari pada pergi melaporkan ke kantor polisi. Mereka
memiliki pandangan bahwa apa yang diajarkan oleh orang-orang terdahulu
5 Wawancara dengan Bapak Ape pada tanggal 3 Januari 2020 pukul 20.15 di Desa
Sapugara Bree.
39
merupakan sebuah aturan yang harus diikuti bagi orang memegang erat nilai-nilai
dari adat dan istiadat yang berlaku sejak zaman dulu hingga sekarang.6
C. Macam-Macam Nilik
Nilik merupakan kata yang berasal dari daerah Sumbawa memiliki arti
melihat dengan mata batin segala sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata biasa.
Nilik ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemapuan yang
luar biasa seperti halnya seorang sandro karena disini dia mempunyai peran
penting dalam melakukan proses nilik tersebut. Sandro ialah orang yang memiliki
kemampuan melihat dengan mata batin, tetapi ada juga sandro yang tidak
memiliki memiliki kemampuan mata batin tersebut dan memiliki kemampuan
lain, sandro yang mempunyai kemampuan tersebut dikenal dengan sebutan
sandro nilik. Adapun pandangan para sandro terhadap nilik tersebut, karena setiap
sandro memiliki pemikiran yang berbeda-beda tentang nilik.
Pertama, menurut pendapat ibu Siti sebagi orang yang dikenal memiliki
penglihatan mata batin dan dia juga sekaligus dikenal sebagai sandro nilik, Beliau
dapat mengetaui keinginan seseorang ketika datang mengunjunginya, padahal
orang tersebut belum mengatakan keinginannya tersebut. Menurut Beliau nilik
yaitu dapat melihat sesuatu yang diinginkan sesorang dengan menggunakan cara
yang sederhana dan dengan meminta doa kepada Allah SWT secara ikhlas dan
sungguh supaya apa yang ingin diketahui dapat diberitahukan dengan adanya
tanda dari cara yang digunakan. Ibu Siti yang akrab dipanggil sandro Iti dalam
6 Wawancara dengan Bapak Ape pada tanggal 3 Januari 2020 pukul 20.15 di Desa
Sapugara Bree.
40
proses melakukan nilik, beliau menggunakan satu batang lidi yang memiliki
panjang sejengkal, dengan menggunakan lidi tersebut beliau melakukan proses
menilik sesuatu yang ingin diketahui oleh orang tersebut.7
Kedua, menurut pendapat bapak Haji Iyan, nilik merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan oleh sandro dengan tujuan untuk membantu seseorang mengetahui
sesuatu yang sangat penting dengan menggunakan penglihatan mata batin dan
bantuan dari makhluk halus seperti jin dan sebagainya. Bapak Haji Iyan ini
merupakan seorang sandro nilik jodoh dan rezeki dengan menggunakan cara
melihat sebuah kitab yang bernama kitab Tajalmuluk. Beliau mengikuti cara yang
terdapat di dalam kitab tersebut untuk melihat jodoh dan rezeki seseorang.8
Adapun macam-macam nilik antara lain sebagai berikut:
a. Nilik Kehilangan
Nilik kehilangan merupakan jenis nilik yang tujuannya untuk mengetahui
benda-benda atau barang-barang yang telah hilang, lupa tempat meletakkannya,
diambil atau dicuri oleh orang, disembunyikan dan lain sebagainya. Nilik jenis ini
salah satu jenis nilik yang banyak dilakukan oleh masyarakat yakni dengan
meminta bantuan kepada seorang sandro yang memiliki keahlian melihat dengan
mata batin. Misalnya seseorang yang telah kehilangan benda berharganya dia akan
mendatangi seorang sandro nilik untuk mengetahui siapa yang telah mencuri,
mengambil dan lain sebagainya serta orang tersebut ingin mengetahui dimana
7 Wawancara dengan Ibu Siti pada tanggal 13 Januari 2020 pukul 22.30 di Desa Sapugara
Bree. 8 Wawancara dengan Bapak Haji Iyan pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 14.30 di Desa
Sapugara Bree.
41
tempat berada barang yang telah hilang. Kemudian sandro nilik akan menggunakan
mata batinnya dan berbagai cara untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
terhadap barangnya tersebut, baik itu barangnya telah telah hilang, lupa tempat
meletakkannya, diambil atau dicuri oleh orang, disembunyikan dan lain sebagainya.
Sandro tersebut tidak hanya memberitahukan siapa yang telah mengembil
barang tersebut, akan tetapi dia akan memberitahukan nama orang yang
mengambilnya, ciri-ciri pakaian yang digunakan pada saat mengambil barang
tersebut, tempat orang dan bendannya berada serat sandro tersebut akan
memberitahukan barang tersebut masih ada pada orang yang mengambilnya atau
sudah dijual ke orang lain. Dapat dikatakan bahwa sandro nilik ini akan
memberitahukan secara detail hal-hal yang berkaitan dengan benda atau barang
yang telah hilang tersebut.
Diceritakan bahwa pernah ada orang yang kehilangan seekor sapi yang
dicuri oleh orang, kemudian orang yang kehilangan sapinya tersebut dia tidak
melaporkannya ke kantor polisi supaya dapat ditindaklanjuti atau diproses oleh
polisi melainkan orang tersebut datang ke seorang sandro nilik supaya dapat
diberitahukan secara terperinci siapa yang telah mencuri sapinya itu. Sandro nilik
ini langsung menggunakan penglihtan mata batinnya dan cara menilik untuk
mengetahui siapa pelakunya, mulai dari nama, tempatnya berada, pakaian yang
digunakan saat mencuri dan lain sebagainya. Setelah diberitahukan ciri-ciri dari
pencuri tersebut korban pencurian itu langsung mendatangi pencuri tersebut sesuai
dengan informasi dari sandro nilik, dan ternyata ciri-ciri yang diberitahukan oleh
42
sandro nilik ini tidak salah sama sekali. Korban pencurian berhasil menemukan
pelaku pencurian tersebut walupun sapinya sudah dijual ke orang lain.9
b. Nilik Jodoh dan Rezeki
Nilik jodoh dan rezeki merupakan jenis nilik yang memiliki tujuan untuk
mengetahui pasangannya yang sekarang dapat menjadi jodohnya dan ingin
mengetaui rezeki atau perekonomian mereka dalam menjalani hubungan setelah
malakukan pernikahan. Nilik jenis ini sering dilakukan oleh dua orang pasangan
yang akan melakukan sebuah pernikahan, salah satu dari mereka baik laki-laki
ataupun perempuan akan mendatangi seorang sandro nilik dan ingin mengetahui
mereka berdua berjodoh atau tidak serta ingin mengetahui kondisi ekonomi
mereka ketika sudah menjalani hubungan tersebut.
Seorang Sandro yang akan didatangi tersebut menggunakan beberapa cara,
diantaranya diantaranya ada sandro yang menggunakan kamampuan penglihatan
mata batin dan dipadukan dengan sebuah kitab yang berisikan cara-cara menilik
jodoh dan rezeki seseorang. Sandro yang menggunakan cara ini dapat
memberikan hasil penglihatan yang memiliki kemungkinan kecil untuk salah,
karena selain menggunakan mata batinnya sandro ini juga menggunakan kitab
untuk lebih meyakinkan hasil dari penglihatan mata batinnya. Dan ada juga
sandro yang hanya menggunakan sebuah kitab yang telah dipelajari dan dipahami
dengan sangat matang, cara ini memiliki kemungkinan benar dan salahnya sama-
9 Wawancara dengan Ibu Siti pada tanggal 13 Januari 2020 pukul 20.00 di Desa Sapugara
Bree.
43
sama besar, karena hanya menggunakan atau melihat informasi yang didapatkan
dari dalam kitab tersebut.
Seperti hasil wawancara terhadap narasumber yang penulis lakukan,
diberitahukan bahwa kitab yang digunakan sebagai landasan atau pegangan dalam
melakukan proses nilik bernama kitab Tajalmuluk, kitab ini hampir digunakan
oleh setiap sandro nilik. Cara penggunaan kitab ini diceritakan oleh bapak Nasir
dan bapak Haji Iyan bahwa ketika seseorang ingin menilik jodoh dan rezeki
dengan pasangannya maka sandro nilik akan mencocokkan nama pasangan
tersebut dengan huruf hijaiyah yang terdapat di dalam kitab Tajalmuluk. Huruf
hijaiyah yang digunakan dalam kitab Tajalmuluk ini memilik penggunaan yang
bedaan dalam proses nilik, setelah mencocokkan nama tersebut dengan huruf
hijaiyah yang terdapat di dalam kitab tersebut maka akan memperoleh hasil
berupa salah satu angka dari nomor satu sampai sembilan. Angka satu sampai
sembilan ini sudah mempunyai keterangan masing-masing yang tertulis di dalam
kitab Tajalmuluk tersebut.10
c. Nilik Nasib Ketika Melakukan Perjalanan
Nilik nasib ketika melakukan sebuah perjalanan merupakan jenis nilik
yang memiliki tujuan untuk mengetahui apakah ketika melakukan perjalanan
seseorang akan berhasil atau tidak mencapai apa yang diinginkan. Perjalanan
yang dilakukan tersebut baik dalam hal melakukan perjalanan menuntut ilmu,
perlombaan, mencari pekerjaan dan lain sebaginya. Orang yang sering melakukan
10 Wawancara dengan Bapak Nasir pada tanggal 25 Januari 2020 pukul 21.01 di Desa
Sapugara Bree.
44
jenis nilik ini ialah seorang pelajar yang pergi menuntut ilmu ke luar daerah, orang
yang pergi mencari pekerjaan baik di luar atau di dalam negeri.
Sandro yang melakukan nilik jenis ini akan memberitahukan hasil yang
didapat dari proses nilik yang dilakukannya dengan menggunakan mata batinnya
kepada orang yang akan melakukan perjalanan ke suatu daerah, misalnya seorang
pelajar yang baru lulus SMA ingin mendaftarkan dirinya pada universitas yang
berada di luar daerahnya, dia akan datang ke sandro nilik dengan tujuan ingin
mengetahui bahwa dia dapat diterima atau tidak di universitas tersebut. Kemudian
sandro nilik tersebut akan menggunakan penglihatan mata batinnya untuk
mengetahui apakah dia dapat lulus atau tidak, jika hasilnya dikatakan dia bisa
lulus di tempat tersebut maka dia akan melanjutkan perjalanannya untuk
mendaftarkan dirinya ke universitas tersebut. Sebaliknya apabila hasil nilik yang
dilakukan oleh sandro tersebut dikatakan dia tidak akan bisa lulus, maka dia tidak
akan melanjutkan perjalanan untuk mendaftar di universitas tersebut.11
d. Nilik Orang yang Terkena Guna-Guna
Nilik Orang yang Terkena Guna-Guna merupakan nilik yang memiliki
tujuan untuk mengetahui penyebab seseorang terkena penyakit yang tidak bisa
disembuhkan oleh pihak rumah sakit, dan terkena penyakit yang tidak biasa di
dalam dunia medis atau kedokteran. Nilik jenis ini dalam proses melakukannya
seorang sandro menggunakan bantuan dari makhluk halus seperti halnya jin dan
sebagainya. Alasan sandro nilik menggunakan bantuan dari bangsa jin dan
11 Wawancara dengan Bapak Subanti pada tanggal 6 Januari 2020 pukul 19.23 di Desa
Sapugara Bree.
45
sebagainya yaitu karena korban yang mengalami penyakit yang tidak biasa
tersebut telah diguna-guna oleh seseorang yang memiliki masalah dengan korban
menggunakan bantuan makhluk halus juga. Bentuk dari guna-guna yang
digunakan memiliki bentuk yang berbeda-beda diantaranya ada yang memasukan
makhluk halus ke dalam tubuh korban, memasukan benda-benda yang berbahaya,
ada yang membuat korban menjadi gila dengan mengambil hal-hal yang berkaitan
dengan korban dan lain-lain.
Adapun yang dilakukan oleh orang tersebut ialah memasukan sesuatu ke
dalam tubuh korban dengan bantuan makhluk gaib atau jin, kemudian jin tersebut
akan membawa benda-benda yang akan membuat korban menjadi kesakitan.
Korban yang terkena guna-guna mulai dari anak kecil hingga orang tua, akan
tetapi yang sering mengalami guna-guna tersebut ialah orang dewasa dan orang
tua, pelaku dari guna-guna ini biasanya mengganggu satu atau dua orang dari
keluarga korban. Sandro yang dimintai bantuan untuk menolong korban guna-
guna ini akan mencari tahu siapa yang melakukannya, apa yang ditanamkan
dalam tubuh korban, dan dia akan berusaha menyembuhkan korban tersebut dari
gangguan guna-guna.
Seperti sebuah contoh yang diceritakan bahwa ada seorang pelajar yang
sedang kuliah di luar daerahnya, dia memiliki prestasi yang sangat bagus dalam
kampusnya dan memiliki berbagai teman yang berasal dari berbagai daerah,
karena dia mudah berteman dan baik kepada siapapun. Setelah beberapa semester
menjalani perkuliahan di kampusnya dia merasa ada yang sakit dibagian perutnya,
awalnya dia mengira bahwa itu merupakan sakit perut biasa, tapi setelah
46
diperiksakan ke rumah sakit, dokter mengatakan bahwa tidak ada yang terganggu
dengan perutnya bahkan dokternya mengatakan dia dalam kondisi yang baik-baik
saja. Singkat cerita dia mendatangi seorang sandro dan meminta bantuan untuk
melihat penyakit di dalam tubuhnya, ternyata sandro tersebut mengetahui
penyakit yang diderita oleh pelajar tersebut yaitu terdapat banyak sekali paku dan
benda tajam lainnya, dan sandro tersebut langsung mengetahui siapa pelakunya,
dia merupakan teman sekelasnya yang sangat benci kepadanya karena melihatnya
sangat populer dan pintar, makanya dia mengguna-guna temannya tersebut. Akhir
cerita sandro tersebut mengeluarkan benda-benda tajam di dalam perut pelajar
dengan caranya sendiri dan pelajar tersebut sembuh dengan bantuan sandro.12
D. Pengertian Sandro dan Jenis-jenis Sandro
a. Pengertian Sandro
Kepercayaan yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia sebelum masuknya
berbagai agama-agama besar ke dalamnya ialah mereka masih meyakini
kepercayaan yang bersiafat animisme, dinamisme dan sejenisnya. Dengan
kepercayaan yang demikian masyarakat indonesia dalam kehidupan sehari-
harinya banyak meminta bantuan kepada hal-hal yang bersifat gaib, seperti halnya
meminta bantuan kepada cincin yang di dalamnya terdapat kekuatan, meminta
bantuan kepada pohon besar, hewan yang dianggap kuat dan memiliki kekuatan
yang luar biasa, dan masih banyak lagi berbagai hal yang dijadikan untuk
meminta pertolongan.
12 Wawancara dengan Bapak Asen pada tanggal 13 Januari 2020 pukul 22.30 di Desa
Sapugara Bree.
47
Untuk meminta bantun kepada hal yang gaib masyarakat yang memiliki
kepercayaan tersebut memerlukan perantara dalam meminta bantuan kepada hal
yang gaib. Perantara yang biasa dikenal di dalam masyarakat Indonesia disebut
dengan sebutan dukun. Dukun dalam pandangan masyarakat indonesia dikenal
sebagai orang yang membantu menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia pada masa lampau sering
sekali meminta bantuan atau pertolongan seorang dukun untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit, meminta bantuan supaya rizkinya diperlancar,
dimudahkan segala urusan, terhindar dari ancaman marabahaya dan meminta
bantuan yang lain-lain.
Dukun juga merupakan orang yang ahli dalam hal ilmu hitam. Dukun ilmu
hitam merupakan dukun yang menggunakan kekuatannya untuk hal-hal yang
tidak baik, misalnya membunuh orang menggunakan guna-guna atau mantra yang
dimiliki, memberikan penyakit yang susah untuk disembuhkan, dan lain-lain.
Dukun yang seperti ini juga biasanya banyak dicari oleh orang untuk dimintai
cara-cara yang dapat mendatangkan rejeki, meminta azimat untuk pemikat
perempuan, dan lain-lain.
Dalam masyarakat desa Sapugara Bree juga terdapat orang yang dapat
dimitai bantuan atau pertolongan seperti halnya dengan dukun, namun dalam
masyarakat Sapugara Bree dikenal dengan sebutan Sandro. Kata Sandro disini
sama halnya dengan dukun atau orang pintar, yakni orang yang mengobati,
48
menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-guna dan lain
sebagainya).13
Sandro yang terdapat di desa Sapugara Bree dalam menggunakan jampi-
jampinya atau mantranya, mereka menggunakan bahasa atau ayat-ayat yang
terdapat dalam Al-Quran. Setelah itu mereka meminta izin kepada Yang Maha
Kuasa dalam peroses meminta bantuan supaya apa yang dimintai dapat
dikabulkan oleh-Nya. Karena sandro di desa Sapugara Bree memiliki sedikit
perbedaan dengan dukun yang terdapat di daerah lain, sandro di sini meyakini
bahwa ayat-ayat di dalam Al-Quran merupakan obat sekaligus penawar dari
segala macam masalah yang dihadapi oleh manusia. Mereka sangat berpegang
teguh kepada kitab suci Al-Quran.
Adapun ayat-ayat yang digunakan oleh mereka terdapat di dalam surah
tertentu saja dan mereka hanya menggunakan potongan-potongannya yang tidak
sampai satu ayat sebagai bacaan untuk jampi-jampinya. Orang yang menjadi
sandro umumnya mereka seperti masyarakat biasa. Penampilan mereka juga
terlihat biasa-biasa saja tidak seperti dukun kebanyakan yang berada di daerah
lain, mereka bahkan ada yang menjadi seorang Haji, ada juga yang berprofesi
sebagai seorang pengajar atau guru sekolah, dan lain-lain.14
Alasan mereka menggunakan ayat-ayat al-Qur’an dalam melakukan proses
perdukunannya antara lain untuk meminta keridhaan Allah SWT agar dipermudah
13 Wawancara dengan Bapak Ape pada tanggal 3 Januari 2020 pukul 20.15 di Desa
Sapugara Bree. 14 Wawancara dengan Bapak Subanti pada tanggal 6 Januari 2020 pukul 19.23 di Desa
Sapugara Bree.
49
segala usaha yang dilakukan dalam menyelsaikan suatu masalah. Terdapat di
dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa ayat-ayat yang terdapat di dalam al-
Qur’an tersebut dapat dijadikan sebagai penawar dan rahmat. Ayat al-Qur’an yang
menjelaskan mengenai hal tersebut yaitu surah al-Isra ayat 82 yang artinya “Dan
kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan al-Qura’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang
ynag zalim selian kerugian.”
Adapun pengertian sandro di sini berbeda-beda karena mereka
berpendapat sesuai dengan keahlian sandro yang dimiliki, misalnya orang tersebut
sebagai sandro beseterang, sandro nilik, dan lain-lain, maka dia akan memberikan
pandangan tersendiri terhadap pengertian sandro.
Sandro dalam pandanagan masyarakat Desa Sapugara Bree merupakan
seseorang yang dianggap memiliki kekuatan supranatural atau orang memiliki
keahlian dalam hal ilmu gaib, memiliki penglihatan mata batin, seseorang yang
membantu masyarakat dalam upaya penyembuhan penyakit melalui tenaga
supranatural, seseorang yang dapat dimintai bantuan perihal masalah penyakit
baik yang non supranatural dan supranatural, jodoh, rezeki, masalah kehidupan
sehari-hari dan lain-lain.
Sandro, menurut Subanti yaitu orang yang memiliki kemampuan yang
diberikan oleh yang Maha Kuasa sehingga dapat digunakan untuk menyembuhkan
orang yang sedang sakit. Jadi menurut beliau orang yang menjadi sandro
hanyalah sebuah perantara untuk menyembuhkan segala macam penyakit, karena
50
tanpa keridaan atau izin dari Yang Maha Kuasa penyakit yang diderita oleh
seseorang tidak akan sembuh. Sandro di sini hanyalah seorang manusia biasa
yang diberikan sedikit kelebihan dalam hal mengobati dengan segenap usaha dan
yang menentukan kesembuhan tersebut ialah Allah SWT. Karena menurut beliau
juga “bukan Saya yang memberikan kesembuhan kepada orang sakit, melainkan
Allah SWT.” Dalam hal ini bapak Subanti merupakan salah satu sandro yang
dikenal oleh masyarakat Sapugara Bree sebagai snadro beseterang (dukun yang
menyembuhkan penyakit).15
Adapun pengertian sandro menurut Uak Majet yaitu seseorang yang
memiliki kekuatan yang luar biasa baik dalam hal menyembuhkan penyakit,
melihat dengan mata batin, mengobati, dan lain-lain dengan menggunakan
bantuan dari hal yang bersifat gaib atau bantuan jin. Jadi menurut beliau seorang
sandro itu ada yang bergantung kepada bantuan atau pertolongan dari jin dan
sejenisnya. Segala sesuatu yang dilakukan untuk membantu atau menolong
seseorang pasti meminta bantuan dari jin yang dimiliki. Dalam masyarakat
Sapugara Bree seorang sandro yang memiliki jin untuk membantunya, sandro
tersebut dikenal dengan orang yang mempunyai pematik (sebuah peliharan yang
bersifat gaib).16
Kemudian sandro menurut ibu Siti yang dikenal sebagai salah satu sandro
wanita di desa Sapugara Bree yang memiliki keahlian sebagai sandro nilik
menurut Beliau sandro yaitu orang yang meimiliki kemampuan baik dalam
15 Wawancara dengan Bapak Subanti pada tanggal 6 Januari 2020 pukul 19.23 di Desa
Sapugara Bree. 16 Wawancara dengan Uak Majet pada tanggal 11 Januari 2020 pukul 21.00 di Desa
Sapugara Bree.
51
melihat hal gaib dan lain sebagainya semata-mata hanya untuk menolong orang
yang sedang membutuhkan pertolongan dan kemampuan tersebut merupakan
anugrah dari Yang Maha Kuasa. Jadi, menurut Beliau kemampuan yang
dimilikinya tidak untuk digunakan hanya untuk dirinya sendiri melainkan tugas
seorang sandro sandro adalah membantu atau menolong seseorang yang sedang
membutuhkan.17
Selanjutnya pengertian sandro menurut bapak Yusuf yang dikenal sebagai
sandro ayam dan kebo menurut pandangan Beliau sandro yaitu orang yang telah
mendapatkan kemampuan khusus dengan cara mempelajari segala sesuatu yang
berkaitan dengan sandro sehingga mampuh menjadi seseorang yang dapat
dibutuhkan dalam masyarakat untuk membantu menyelsaikan masalah yang
dihadapi. Jadi menurut Beliau sandro merupakan orang yang memiliki
kemampuan lebih yang banyak dibutuhkan di dalam maysarakat.18
b. Syarat Menjadi Seorang Sandro
Untuk menjadi seorang sandro mereka tidak semerta-merta dengan mudah
mengatakan bahwa dirinya adalah sandro, melainkan terdapat hal-hal yang harus
diketahui terlebih dahulu. Terdapat berbagai pendapat untuk mennjadi seorang
sandro, yaitu sebagai berikut:
Pertama, menurut bapak Subanti, untuk menjadi seorang sandro,
seseorang haruslah memahami tentang perkara sembayang terlebih dahulu.
17 Wawancara dengan Ibu Siti pada tanggal 13 Januari 2020 pukul 20.00 di Desa
Sapugara Bree. 18 Wawancara dengan Bapak Yusuf pada tanggal 9 Januari 2020 pukul 08.30 di Desa
Sapugara Bree.
52
Menurut Beliau orang yang menjadi sandro harus mempelajari dan memahami
satu per satu perihal gerakan dan bacaan di dalam sholat, karena gerakan dan
bacaan di dalam sholat memiliki maknanya masing-masing, misalnya seperti
mengangkat kedua tangan untuk takbir, ruku, sujud dan lain-lain. Setelah
memahami hal tersebut seorang sandro selanjutnya harus bisa memahami tentang
dirinya sendiri dan tubuhnya, maksudnya seorang sandro harus bisa mengetahui
siapa dirinya, dari mana dia berasal dan kemana dia akan kembali dan itu harus
dipahami dengan sebaik-baiknya. Kemudian dia harus bisa mengetahui di dalam
tubuhnya terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dan harus memahami bahwa
bagian tubuhnya merupakan gambaran dari seluruh alam semesta. Hal yang
terakhir untuk dipahami secara mendalam yaitu syariat Islam. Semua hal tersebut
menurut bapak Subanti harus dikuasai matang-matang agar seorang sandro dapat
terhubung langsung dengan Yang Maha Kuasa, dan mendapatkan izin dan rido
dari-Nya untuk mengobati dan menyembuhkan orang yang sedang sakit.19
Kedua, menurut pendapat Uak Kade untuk menjadi seorang sandro
seseorang harus pergi berguru kepada orang-orang yang mereka anggap sebagai
sandro yang terhebat, baik itu di dalam daerah sendiri maupun di luar dari
daerahnya contohnya seperti berguru ke pulau Lombok, Bima, Dompu dan lain-
lain. Seorang yang ingin menjadi sandro akan mempelajari segala hal yang
diberikan oleh guurunya mulai dari jampi-jampi yang sederhana hingga yang
sulit, kemudian cara-cara untuk mengobati dan menyembuhkan penyakit, dan
19 Wawancara dengan Bapak Subanti pada tanggal 6 Januari 2020 pukul 19.23 di Desa
Sapugara Bree.
53
cara-cara dalam menjadi sandro lainnya. Menurut Beliau sandro yang hebat
berasal dari guru yang hebat pula.20
Untuk menjadi seorang sandro membutuhkan waktu yang cukup lama
bahkan ada yang sampai bertahun-tahun lamanya. Seseorang yang ingin menjadi
sandro rela berkorban dan mengabdi kepada sang guru karena menurut mereka
dengan cara itulah mereka dapat membalas jasa dari seorang gurunya, mereka
akan menghormati semua keturunan dari gurunya tersebut dan terkadang ada juga
yang memberikan beras sebagai bayaran kepada gurunya tersebut padahal
gurunya tidak meminta apapun dari mereka.
Seseorang yang telah menjadi sandro dan telah terkenal mereka akan
sering dimintai pertolongan oleh masyarakat desanya sendiri hingga orang-orang
yang berasal dari desa-desa yang lain. Orang yang akan meminta bantuan mereka,
akan datang langsung ke rumah seorang sandro yang mereka anggap hebat, dan
orang tersebut akan memberikan uang dan sejenisnya sebagai upah untuk dapat
memberikan bantuan kepada orang tersebut.
Sebenarnya sandro yang terdapat di Desa Sapugara Bree tidak
memberikan tarif harga bayaran atas apa yang dilakukan, mereka tidak memaksa
orang minta bantuan mereka untuk memberikan uang dan sejenisnya, karena
mereka mengetakan “apabila orang yang minta bantuan tersebut mau memberikan
upah atau bayaran kepada mereka dengan ikhlas maka mereka akan menerimanya,
dan apabila tidak ada sama sekali yang diberikan kepada mereka maka itu tidak
20 Wawancara dengan Uak Kade pada tanggal 17 Januari 2020 pukul 10.15 di Desa
Sapugara Bree.
54
menjadi masalah karena mereka membantu atau menolong bukan karena uang
atau upah dan yang lainnya, mereka tidak mengharapkan apa-apa dalam membatu
atau menolong sesama manusia.21
c. Peran Sandro di Desa Sapugara Bree
Peran sandro di dalam masyarakat Desa Sapugara Bree sangatlah penting
dan diperlukan dalam berbagai hal. Karena masyarakat Sapugara Bree memiliki
kepercayaan yang cukup tinggi terhadap sandro sehingga membuatnya
dibutuhkan oleh banyak orang. Sandro di dalam masyarakat memiliki bnayak
peran diantaranya dapat menjadi seorang yang mampuh menyembuhkan atau
mengobati orang yang sakit baik itu dengan cara yang dapat dijangkau oleh akal
manusia atau tidak dalam arti lain supranatural dan non-suprantural, memberi
jampi-jampi, memprediksikan jodoh dan rizki seseorang, dan sebagainya yang
berhubungan dengan hal yang gaib maupun tidak, kemudian mereka juga
dipercaya untuk memberikan sebuah nasehat atau pendapat terhadap banyak
persoalan, misalnya memberikan pendapatnya untuk hari-hari yang baik dan tidak
baik dalam hal, melaukan perjalanan ke daerah lain, membangun rumah,
menanam dan memanen hasil pertanian, dan lain-lain.
Adapun peran dan fungsi sandro yang berkaitan dengan seseorang
penuntut ilmu, dan mengikuti sebuah kompetisi atau perlombaan. Untuk
seseorang yang akan menuntut ilmu di luar dari daerahnya, biasanya seorang
pelajar tersebut diberikan sebuah pegangan supaya dapat terhindar dari segala
21 Wawancara dengan Bapak Ape pada tanggal 3 Januari 2020 pukul 20.15 di Desa
Sapugara Bree.
55
macam mara bahaya dan sesuatu hal yang tidak diinginkan. Pegangannya berupa
sebuah doa-doa yang diambil dalam Al-Quran yang telah mereka pelajari makna
secara mendalam sehingga menurut mereka dapat dijadikan sebagai sebuah
pelindung bagi pelajar tersebut, akan tetapi doa-doa tersebut bukan merupakan
sebuah azimat melainkan sebagai doa yang dianggap mujarap dalam
melindunginya. Doa tersebut hanya dipanjatkan kepada Allah SWT dengan
memohon secara ikhlas dan tulus.22
Untuk seorang pelajar yang akan menghadapi sebuah ujian atau ulangan
semester mereka juga akan meminta bantuan kepada sandro untuk dapat
menambah semangat dalam belajar dan dapat menjawab ujian tersebut tanpa ada
rasa keraguan. Dalam hal ini seorang pelajar tersebut akan dimandikan dengan air
yang telah diberi doa oleh sandro, dalam proses pemandian tersebut seorang
pelajar diperintahkan untuk meneguk air yang jatuh dari atas kepalanya sebanyak
tiga kali. Setelah dimandikan sandro akan membaca doa lagi dia atas kepala
seorang pelajar tersebut dan meniupkan seorang pelajar tersebut tepat ditengah-
tengah kepalanya sebagai tanda berakhirnya proses pemandiannya.
Sedangkan untuk seseorang yang mengikuti sebuah kompetisi atau
perlombaan, sandro akan memberikan seseorang tersebut jampi-jampi atau
mantra-mantra sebelum berangkat untuk melakukan kompetisi tersebut.
Tujuannya untuk memberikan sebuah perlindungan dan membuatnya semakin
hebat dari orang lain dalam mengikuti kompetisi tersebut. Misalnya dalam
22 Wawancara dengan Bapak Ape pada tanggal 3 Januari 2020 pukul 20.15 di Desa
Sapugara Bree.
56
mengikuti kompetisi berapan kebo (karapan kerbau) dan berapan ayam (karapan
ayam), sandro akan memberikan jampi-jampi kepada orang dan hewannya
tersebut supaya di dalam melakukan kompetisi dia dan hewan peliharaannya tidak
terkena guna-guna dari orang lain dan hewannya tersebut dapat mengambil hadiah
dan menjadi juara.
Jadi bagi desa Sapugara Bree sandro banyak dibutuhkan oleh masyarakat
dan memiliki berbagai peran dalam membantu dan menolong masyarakat yang
berada disekitarnya. Sandro sangat populer dan banayak breperan di dalam
kehidupan sosial masyarakat Desa Sapugara Bree. Sehingga di daearh ini terdapat
macam-macam tipe Sandro, anatara lain; sandro nilik (dukun yang melihat
dengan mata batin), sandro beseterang (dukun berobat atau penyembuh), sandro
uyen (dukun yang menahan hujan), sandro bal (dukun bola ketika bertanding),
sandro kebo (dukun yang mengurus masalah karapan kerbau), sandro jodoh
(dukun tentang masalah jodoh), sandro ayam (dukun yang mengurus masalah
karapan ayam) dan lain-lain.23
d. Jenis-jenis Sandro
1. Sandro nilik (dukun yang melihat dengan mata batin)
Sandro nilik adalah sandro yang memiliki kemampuan mata batin yang
luar biasa, dapat melihat sesuatu yang tidak nampak oleh mata telanjang, dapat
mengetahui sesuatu yang di luar nalar manusia biasa. Sandro ini dalam
menggunakan proses perdukunannya dengan berbagai cara, diantaranya ada yang
23 Wawancara dengan Bapak Ape pada tanggal 3 Januari 2020 pukul 20.15 di Desa
Sapugara Bree.
57
menggunakan sebuah kitab yang ditulis oleh orang-orang terdahulu yang isinya
diambil dari Al-Qur’an, kitab ini digunakan oleh sandro ini untuk mengetahui
jodoh dan rezeki seseorang, itu karena di dalam kitab ini telah dijelaskan cara-cara
untuk nilik jodoh dan rezeki, ada juga yang menggunakan makhluk halus seperti
jin dan sejenisnya. Cara ini sering digunakan untuk mengetahui sesuatu yang
hilang. Sandro ini mereka mendapatkan kemampuan nilik tersebut dengan cara
berguru kepada sandro lain yang dianggap mampu mengajarkan cara nilik dengan
sangat baik, dan ada juga dengan cara diturunkan dari orang yang sudah dulu
mendapatkan cara nilik tersebut.
Sandro ini dengan kemampuannya banyak dicari oleh orang-orang,
mereka banyak di mintai bantuan untuk mencari tahu sesuatu yang hilang
misalnya, hewan peliharaan, kendaraan, uang dan barang-barang berharga lainnya
yang dicuri oleh orang, contohnya seperti sapi, kambing, karbau, kuda, sepeda
motor, mobil, perhiasan dan lain-lainnya. Sandro ini juga banyak dimintai
bantuan untuk melihat jodoh dan rezeki, orang-orang baik laki-laki maupun
perempuan sebelum melakukan pernikahan mereka akan mendatangi sandro
tersebut untuk mengetahui dia dan calon pasangannya berjodoh atau tidak.
Selanjutnya mereka akan menanyakan mengenai rezekinya apabila mereka
menjalin rumah tangga.
Adapun yang sering dimintai bantuan kepada sandro ini yaitu mereka
ingin mengetahui bagaimana nasib ketika ingin melakukan perjalanan pada suatu
tempat, maksudnya mereka akan diberitahukan hal-hal yang akan dilakukan
ketika berada di daerah yang baru mereka datangi, misalnya seperti seseorang
58
yang pergi kuliah keluar daerah, seseorang yang pergi bekerja keluar negeri dan
lain sebagainya.
Cara yang digunakan oleh sandro nilik dalam melakukan proses
perdukunannya menggunakan berbagai hal, diantaranya ada yang langsung
melihat kitab, biasanya untuk melihat jodoh dan rezeki seseorang dengan
pasangannya, ada juga yang menggunakan berbagai benda dalam melihat sesuatu
yang hilang ataupun dicuri, seperti menggnakan batang lidi, parang, kendi berisi
air dan lain sebagainya.24
2. Sandro beseterang (dukun berobat atau penyembuh)
Sandro beseterang adalah sandro yang mempunyai keahlian dalam
mengobati dan menyembuhkan berbagai macam penyakit, baik itu penyaket
dalam maupun penyaket luar dengan berbagai cara masing-masing. Penyaket
dalam maksudnya yaitu penyakit yang tidak bisa diketahui oleh orang biasa
karena disebabkan oleh gangguan makhluk halus, guna-guna orang jahat dan lain-
lain. Sedangkan penyaket luar yaitu penyakit yang terjadi bukan disebabkan oleh
hal-hal yang gaib, misalnya kepala pusing, demam tinggi, patah tulang, keseleo,
salah urat dan lain sebagainya. Sandro beseterang juga memiliki berbagai nama
diantaranya mereka dipanggil dengan sebutan sandro mido, sandro reperes, dan
sandro remido.
Sandro ini memiliki berbagai cara yang berbeda-beda dalam mengobati
orang-orang yang mengalami penyakit, ada yang hanya menggunakan bacaan doa
24 Wawancara dengan Bapak Haji Iyan pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 14.30 di Desa
Sapugara Bree.
59
untuk mengobati orang yang sedang dalam gangguan makhluk halus atau jin,
sandro yang menggunakan cara ini biasanya langsung mengetahui penyakit yang
diderita oleh seseorang yang meminta bantuan kepadanya, setelah itu sandro
tersebut akan mulai mengobati orang tersebut dengan membacakan berbagai doa-
doa untuk menghilangkan gangguan dari berbagai makhluk halus yang berada di
dalam tubuh orang sakit tersebut, cara ini hampir mirip dengan pengobatan yang
dilakukan oleh para ustazd yang dikenal dengan istilah pengobatan ruqiyah.
Cara lain juga yang digunakan untuk mengobati seseorang yaitu dengan
menggunakan benda-benda yang telah dibacakan doa, seorang sandro yang
menggunakan cara ini biasanya memakai benda seperti air, daun pohon, kayu,
akar kayu dan lain sebagainya. Semua bahan tersebut sebelum diberikan kepada
orang yang sakit telah dibacakan berbagai doa yang dapat menghilangkan
gangguan makahluk halus, guna-guna dan jampi-jampi di dalam tubuh seseorang,
karena cara ini hanya digunakan untuk mengobati penyaket dalam. Adapun
penggunakan bahan-bahan tersebut yaitu dengan berbagai cara, ada yang dimium
langsung, dimakan, dioleskan dan ditempelkan pada titik tertentu.
Selanjutnya sandro menggunakan obat-obatan herbal biasa dalam
mengobati seseorang, cara ini biasa digunakan untuk mengobati penyaket luar
seperti sakit kepala, patah tulang, keseleo, salah urat dan lain-lain. Terakhir, cara
seorang sandro mengobati seseorang yaitu dengan cara menyentuh titik-titik
60
tertentu pada tubuh seseorang, maksudnya sandro akan menekan, mengurut dan
memijat bagian-bagian tertentu pada badan yang mengalami kesakitan.25
3. Sandro uyen (dukun yang menahan hujan)
Sandro uyen adalah sandro yang memiliki kemampuan dapat menahan
hujan agar tidak jatuh ke suatu daerah atau tempat yang diinginkan oleh sandro
tersebut. Maksud dari kata menahan di sini memiliki beberapa arti diantaranya ada
yang mengatakan bahwa hujannya dialihkan ke tempat lain dan ada yang
mengatakan bahwa air hujannya ditahan agar tidak jatuh di tempat tersebut.
Biasanya sandro uyen ini dimintai bantuan oleh seseorang untuk menahan atau
mengalihkan hujan ke tempat lain ketika ada suatu acara seperti acara pesta
pernikahan dan ketika ada pertandingan resmi yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah seperti main sepak bola, bola voly dan lain-lain.
Sandro uyen dalam melakukan tugasnya memiliki cara tersendiri, menurut
hasil wawancara yang dilakukan dengan Uak Majet agar dapat menahan atau
mengalihkan hujan seorang sandro harus melakukan berbagai hal diantaranya
sandro tersebut meminta dengan tulus dan bersungguh-sungguh kepada Allah
SWT setelah melaksanakan sholat subuh, supaya dapat mengalihkan atau
menahan hujan ketika turun pada hari itu, pada saat hujannya akan jatuh sandro
uyen akan mengalihkan hujan tersebut dengan memohon kepada Allah SWT
dengan berdoa kemudian dia mengarahkan hujan tersebut ke daerah lain dengan
mengayunkan telunjuknya ke arah yang akan menjadi tempat hujannya dialihkan.
25 Wawancara dengan Bapak Subanti pada tanggal 6 Januari 2020 pukul 19.23 di Desa
Sapugara Bree.
61
Berbeda dengan menahan turunnya hujan, sandro uyen akan membuat hujan
tersebut tidak jatuh ditempat tersebut dan tempat lainnya.
Beliau juga mengatakan bahwa pernah diminta untuk menahan atau
mengalihkan hujan saat pertandingan bola voly yang diselenggarakan pada malam
hari, yang pada saat itu sering turun hujan ketika malam hari. Beliau didatangi
oleh seseorang ke rumahnya untuk dimintai bantuan tersebut dengan
membawakan sejumlah uang, supaya setiap pertandingan bola voly dapat berjalan
dengan lancar tanpa kendala hujan.26
4. Sandro bal (dukun bola ketika bertanding)
Sandro bal merupakan sandro yang memiliki kemampuan dapat membuat
seseorang saat bermain bola sepak menjadi gugup, tidak berani, was-was sehingga
tidak dapat bermain bola dengan baik dan sandro bal ini juga dapat menahan,
membelokkan bola agar tidak dapat mencetak gol ke dalam tim yang telah
membayarnya. Sandro ini biasanya dibutuhkan bantuan ketika ada pertandingan
sepak bola antar desa, karena pertandingan antar desa ini sangat bergengsi bagi
tiap-tiap desa yang ikut serta dalam ajang pertandingan tersebut.
Sandro ini melakukan tugasnya ketika pertandingan sedang berlangsung
hingga selesai dan biasanya dia berada di samping tiang kiper atau di belakang
kiper. Adapun yang dilakukan saat ingin memberikan rasa was-was kepada
pemain yaitu dengan membacakan guna-guna dan membelokkan jarinya agar
bolanya tidak mengarah ke dalam kiper. Cara lain yang digunakan oleh sandro ini
26 Wawancara dengan Uak Majet pada tanggal 11 Januari 2020 pukul 21.00 di Desa
Sapugara Bree.
62
yaitu dengan memasang sesuatu di kedua tiang kiper yang telah dibacakan guna-
guna.
Terkadang yang dilakukan oleh sandro ini kepada pemain bola saat
bertanding ada yang tidak mempan atau guna-guna yang diberikan tidak bekerja.
Hal tersebut kemungkinan terdapat sandro bal lain yang mendukung tim
lawannya, karena disetiap desa terdapat sandro seperti ini juga yang melakukan
hal yang serupa. Selain tim dari desanya yang bertanding, sandro ini juga saling
memberikan perlawan di luar lapangan dengan menggunakan guna-gunanya
masing-masing.27
5. Sandro kebo (dukun yang mengurus masalah karapan kerbau)
Sandro kebo merupakan sandro dengan kemampuan merawat atau
mengurus kerbau yang akan mengikuti perlombaan nyampo atau berapan kebo
(karapan kerbau). Maksudnya kerbau tersebut akan diberikan jampi-jampi yang
akan membuatnya tahan dari serangan sandro lain yang ingin membelokkannya
agar tidak mengenai saka (tiang pancang) yang diletakkan di tengah-tengah arena.
Nyampo kebo atau berapan kebo merupakan sebuah tradisi yang
diwariskan oleh orang-orang terdahulu dengan menggunakan dua ekor kerbau
yang dikenakan sebuah noga (kayu yang telah rangkai untuk dapat membuat
kerbau lari secara bersamaan) dan kareng (kayu yang dirancang supaya seorang
joki dapat berdiri di atas kerbau yang lari), dengan tujuan mengenai saka (tiang
pancang) yang terbuat dari kayu. Berapan kebo ini menggunakan sawah yang baru
27 Wawancara dengan Guru Bode pada tanggal 29 Januari 2020 pukul 16.30 di Desa
Sapugara Bree.
63
saja dipanen sebagai arena berlari kerbau. Biasanya berapan kebo diadakan setiap
hari minggu dari pagi hingga selesai, yang pesertanya berasal dari berbagai daerah
di pulau Sumbawa. Perlombaan ini memperebutkan juara satu sampai tiga dengan
berbagai hadiah yang menarik, seperti kuda, kulkas, mesin cuci, dan lain-lain.
Cara menentukan pemenangnya yaitu dengan melihat kecepatan lari
kerbau tersebut disertai dengan mengenai saka (tiang pancang). Fungsi dari
sandro kebo disini antara lain memandikan, dan mengolesi minyak yang telah
dibacakan jampi-jampi terhadap kerbau tersebut sebelum berangkat ke arena yang
dilakukan di rumah pemilik kerbau karapan tersebut, tujuannya agar kerbau
tersebut dapat berlari tanpa ada gangguan dari sandro lain. Adapun hal lain yang
dilakukan oleh sandro kebo ini, ketika berada di arena karapan kerbau dia akan
duduk di depan saka yang menjadi tujuan joki untuk memberikan arahan
kerbaunya agar dapat mengenai saka dan untuk mbelokkan kerbau orang lain
supaya tidak mengenai saka.28
6. Sandro ayam (dukun yang mengurus masalah karapan ayam).
Sandro ayam merupakan sandro dengan kemampuan merawat atau
mengurus ayam yang akan mengikuti peelombaan nyampo atau berapan ayam
(karapan ayam). Maksudnya ayam tersebut akan diberikan jampi-jampi yang akan
membuatnya tahan dari serangan sandro lain yang ingin membelokkannya agar
tidak mengenai saka (tiang pancang) yang diletakkan di tengah-tengah arena.
28 Wawancara dengan Uak Kade pada tanggal 17 Januari 2020 pukul 10.15 di Desa
Sapugara Bree.
64
Nyampo ayam ini merupakan sebuah perlombaan dengan menggunakan
dua ekor ayam yang dikenakan sebuah noga ode (kayu kecil yang dibuat untuk
mengikat kedua ayam supaya lari secara bersamaan), dengan tujuan mengenai
saka (pancang) yang terbuat dari daun lontar. Nyampo ayam ini menggunakan
lapangan sepak bola, ladang jagung dan lain-lain sebagai arena berlarinya ayam
karapan tersebut. Biasanya berapan ayam diadakan setiap hari sabtu dari pagi
hingga selesai, yang pesertanya berasal dari berbagai daerah di pulau Sumbawa.
Seperti halnya karapan kerbau, nyampo ayam ini juga memperebutkan juara satu
sampai tiga dengan berbagai hadiah yang menarik, seperti kuda, sapi, motor,
kulkas, mesin cuci, sarung, bedcover dan lain-lain. Cara menentukan
pemenangnya yaitu dengan melihat kecepatan lari ayam tersebut disertai dengan
mengenai saka.
Fungsi dari sandro ayam disini antara lain memandikan ayam tersebut
dengan campuran daun kelor di sekujur tubuhnya sebelum berangkat ke arena,
tujuannya agar ayam tersebut dapat berlari tanpa ada gangguan dari sandro lain.
Adapun hal lain yang dilakukan oleh sandro ayam ini, ketika berada di arena
karapan ayam dia akan duduk di depan saka yang menjadi tujuan joki untuk
memberikan arahan ayamnya agar dapat mengenai saka dan untuk mbelokkan
ayam orang lain.29
29 Wawancara dengan Bapak yusuf pada tanggal 9 Januari 2020 pukul 08.30 di Desa
Sapugara Bree.
65
BAB IV
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP TRADISI NILIK DAN
SANDRO
Pada bab ini peneliti akan menguraikan serta menerangkan data dan hasil
penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I yaitu tradisi
nilik dan sandro dalam pemahaman masyarakat muslim dan peran sandro
terhadap kehidupan sosial masyarakat Sumbawa Barat Desa Sapugara Bree. Hasil
dari penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara mendalam secara langsung
kepada informan sebagai bentuk pencarian dan dokumentasi langsung di
lapangan. Kemudian peneliti juga memakai teknik observasi sebagai cara untuk
melengkapi data yang telah ditemukan.
Peneliti juga menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat kondisi
alami dari suatu fenomena. Dengan melakukan penelitian melalui pendekatan
historis dan antropologi maka peneliti harus memaparkan, menjelaskan,
menggambarkan data yang telah diperoleh oleh peneliti melalui wawancara
mendalam yang dilakukan dengan para informan dan menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan berdasarkan orang atau perilaku yang
diamati.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan enam belas orang
responden, sepuluh orang responden diantaranya peneliti mewawancarainya
terkait pemahaman masyarakat muslim Sumbawa Barat desa Sapugara Bree
terhadap tradisi nilik dan sandro, selebihnya dan sembilan orang responden
66
tersebut peneliti wawancara terkait peran sandro terhadap kehidupan sosial
masyarakat desa Sapugara Bree. Enam belas orang responden tersebut terbagi ke
dalam beberapa bagian diantaranya, 1 orang ustadz dan 3 orang responden santri,
3 orang responden awam atau masyarakat biasa, 3 orang responden pelajar atau
mahasiswa, 3 orang responden kaya dan 3 orang responden miskin.
A. Tradisi Nilik dan Sandro dalam Pemahaman Masyarakat Muslim
Sumbawa Barat Desa Sapugara Bree
a. Wawancara dengan 1 orang ustadz dan 3 orang responden santri
Responden ustadz ini bernama bapak Sahabuddin, beliau merupakan
seorang yang memiliki propesi sebagai guru agama di pondok pesantren
beliau juga merupakan kepala sekolah dari madrasah tsanawiyah atau setara
dengan tingkat SMP di pondok pesantren desa Sapugara Bree. Di dalam
masyarakat beliau dikenal sebagai seorang ustadz dan guru ngaji, serta beliau
sering mengisi ceramah-ceramah diberbagai acara baik di desa Sapugara Bree
dan desa-desa lainnya. Beliau memiliki seorang istri yang berpropesi sebagai
guru dan memiliki dua orang anak perempuan.
Pandangan beliau mengenai tradisi nilik dan meminta bantuan kepada
sandro menurutnya ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak
diperbolehkan. Pertama, yang diperbolehkan yaitu meminta bantuan kepada
sandro yang menggunakan al-Qur’an dalam melakukan proses
perdukunannya dan mereka yang meyakini bahwa al-Qur’an sebagai salah
satu obat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kedua, yang tidak
67
diperbolehkan yaitu meminta bantuan kepada sandro yang dalam proses
perdukunannya menggunakan bantuan dari makhluk halus atau bantuan jin,
karena itu merupakan bentuk kesyirikan kepada Allah SWT dan menyalahi
ajaran Islam dan orang melakukan hal tersebut dikatakan musyrik karena
percaya kepada selain Allah.
Dalam hal aqidah orang yang musyrik kepada Allah tergolong orang
yang kafir, karena dia telah menyekutukan Allah yaitu percaya kepada
jin,makluk halus dan lain sebagainya. Dan dalam ilmu aqidah orang yang
melakukan hal tersebut termasuk kezaliman yang besar atau telah melakukan
dosa besar kepada Allah, yang dimana telah dilejaskan dalam al-Qur’an
dalam surat an-Nisa ayat 48 yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang menyekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar.
Jadi menurut beliau melakukan tradisi tersebut dan meminta bnatuan
kepada sandro ada yang boleh dan yang tidak. Selama tidak menyimpang dari
ajaran islam maka itu diperbolehkan dan sebaliknya.1
Responden pertama bernama Topan Rahimin, dia adalah seorang
santri kelas tiga Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Himmatul Ummah
Sapugara Bree. Dia sudah masuk pondok pesantren tersebut sejak lulus dari
SD, jadi dia telah mondok sekitar lima tahun lebih, dia termasuk seorang
1 Wawancara dengan Bapak Sahabuddin pada tanggal 5 November 2020 pukul 19.00 di
kediamannya melaui telpon seluler.
68
santri yang rajin dan berprestasi. Selama lima tahun lebih dia telah
mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan agama Islam termasuk
sejarah, kebudayaan, hukum-hukum Islam dan lain sebagainya.
Ketika ditanya mengenai pandangannya terhadap tradisi nilik dan
sandro, ia mengatakan bahwa tradisi nilik dan percaya kepada sandro
merupakan suatu hal yang harus dihindari dan tidak boleh dilakukan oleh
seseorang yang beragama Islam, alasannya karena di dalam Al-Qur’an telah
dijelaskan terhadap larangan mendatangi dan mempercayainya seorang
dukun, dia menjelaskan kepada Saya dengan memberikan sebuah dalil yang
diambil dalam Al-Qur’an yaitu surah An-Naml ayat 65 yang artinya
“Katakanlah, tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang ghaib, kecuali Allah..”, dan dalil-dalil lainya yang melarang
akan hal tersebut.
Dia mengatakan juga orang yang melakukan tradisi nilik dan percaya
kepada dukun ialah orang yang musyrik kepada Allah karena meminta
pertolongan kepada selain Allah dan menurutnya juga sebagian snadro itu
meminta pertolongan kepada jin untuk mengetahui dan memberitahukan
masalah yang ingin diketahui. Jadi, orang tersebut meminta pertolongan
kepada jin atau selain Allah dan itu merupakan suatu kesyirikan.2
Responden kedua bernama Muhammad Tansil, dia merupakan santri
kelas dua Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Himmatul Ummah Sapugara
2 Wawancara dengan saudara Topan Rahimin pada tanggal 3 Februari 2020 pukul 14.00
di Pondok Pesantren Himmatul Ummah Desa Sapugara Bree
69
Bree. Dia mulai masuk pondok pesantren tersebut ketika lulus dari SMP
Negeri yang berada di luar daerah dan dia baru satu tahun lebih menuntut
ilmu di pondok pesantren tersebut. Sebelum masuk ke pondok pesantren dia
belum telalu lancar membaca Al-Qur’an dan tidak terlalu memhami banyak
hal yang berkaitan dengan hukum-hukum Islam, untuk itulah dia ingin masuk
ke pondok pesantren agar mendapat pemahaman tentang Islam yang baik dari
sebelumnya. Ketika Kyainya menyampaikan ceramah dia sangat antusias
untuk mendengar dan memahami terhadap yang disampaikan oleh Kyainya
tersebut.
Pandangannya tentang tradisi nilik dan sandro setelah mengetahui
hukum-hukum Islam yang dipelajari di pondok pesantren, menurutnya tradisi
nilik tidak boleh dilakukan karena bertentangan dengan ajaran agama Islam
yaitu larangan meminta bantuan kepada selain Allah. Mengenai
pandangannya tentang sandro, menurutnya sandro ada yang dapat dimintai
bantuannya dan ada yang tidak, sandro yang dapat dimintai bantuannya salah
satunya sandro reperes (dukun pijat) dan sandro-sandro yang bertugas
menyembuhkan orang. Sandro tersebut pernah membantu salah seorang
keluarganya yang mengalami patah tulang dan meminta bantuannya untuk
diurut untuk mengembalikan ke bentuk semula.
Kemudian sandro yang dilarang untuk dimintai bantuannya salah
satunya sandro nilik dan sandro-sandro yang menggunakan bantuan makhluk
halus atau jin. Jadi menurutnya tradisi nilik ini tidak boleh dilakukan dan
meminta bantuan kepada seorang sandro boleh-boleh saja selain dari sandro
70
yang meminta bantuan kepada jin seperti sandro guna-guna (dukun santet)
dan sejenisnya.3
Responden ketiga bernama Saiful Ali, dia adalah santri kelas satu
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Himmatul Ummah Sapugara Bree juga.
Dia telah sekolah di pondok pesantren tersebut mulai dari TK, MI, MTs dan
sampai sekarang dia masih melanjutkannya ke Madrasah Aliyah di pondok
pesantren tersebut. Setidaknya dia telah belajar tentang agama Islam sejak
dari kecil dan memiliki pemahaman yang baik mengenai hukum-hukum
agama Islam yang diperbolehkan dan yang dilarang, sebab dia telah menuntut
ilmu di pondok pesantren tersebut kurang lebih 12 tahun lamanya, walaupun
dia mulai menetap di asrama setelah lulus Madrasah Ibtidaiyah atau setara
dengan SD.
Menurutnya tradisi nilik tidak dibenarkan dan sangat dilarang untuk
dilakukan menurut ajaran agama Islam karena telah menyalahi aturan yang
ditetapkan oleh Allah yaitu jangan percaya kepada selain Allah. Menurutnya
jika percaya kepada selain Allah maka dia termasuk orang yang musyrik atau
menyekutukan Allah. Dia mengatakan bahwa percaya kepada jin dan setan
merupakan dosa besar yang tidak bisa diampuni oleh Allah.
Kemudian pandangannya terhadap sandro menurutnya sangat tidak
dianjurkan dalam ajaran Islam karena sebagian dari sandro tersebut ada yang
meminta bantuan kepada bangsa jin dan sejenisnya. Dia mengatakan daripada
3 Wawancara dengan saudara Muhammad Tansil pada tanggal 3 Februari 2020 pukul
17.00 di Pondok Pesantren Himmatul Ummah Desa Sapugara Bree
71
meminta bantuan kepada seorang sandro lebih baik meminta bantuan kepada
ustadz, kyai atau dokter dalam hal menyembuhkan penyakit atau hal
lainnya.4
b. Wawancara dengan 3 orang responden awam atau masyarakat biasa
Responden pertama untuk masyarakat awam bernama bapak Samrah
dia berusia 55 tahun dan berprofesi sebagai seorang tukang bangunan di desa
Sapugara Bree. Biasanya dia membuat bangunan rumah baru, merenovasi
rumah yang terbuat dari bahan-bahan kayu. Dia memiliki 5 orang anak dan
tiga diantaranya sudah menikah dan memiliki anak juga. Dia biasa melakukan
pekerjaannya dibantu oleh anaknya dan juga manantunya.
Pandangan dia terhadap tradisi nilik dan meminta bantuan kepada
seorang sandro adalah hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat Sapugara
Bree karena sudah dilakukan oleh orang tua sejak dulu. Menurutnya nilik ada
juga menggunakan hal-hal yang berkaitan dengan Islam misalnya sebelum dia
memulainya dia akan meminta atau berdoa kepada Allah supaya
diberitahukan apa yang ingin diketahui. Dia berpendapat bahwa tradisi nilik
ini tidak apa-apa untuk dilakukan karena seorang sandro menggunakan
bacaan-bacaan Al-Qur'an atau doa yang dipanjatkan kepada Allah untuk
melakukan penglihatan mata batinnya.
Meminta bantuan kepada seorang sandro menurutnya sangat
membantu bagi masyarakat dalam bamayak hal diantaranya sandro dapat
dimintai bantuan menyembuhkan penyakit dan hal-hal lainnya. Maka dari itu
4 Wawancara dengan saudara Saiful Ali pada tanggal 3 Februari 2020 pukul 20.10 di
Pondok Pesantren Himmatul Ummah Desa Sapugara Bree
72
dia memandang tradisi nilik dan sandro adalah warisan dari orang terdahulu
dan tidak melanggar ajaran Islam.5
Responden kedua untuk masyarakat awam bernama bapak Budiman
dia berusia 53 tahun dan berprofesi sebagai seorang petani. Setiap hari dia
selalu pergi ke sawah untuk melihat padi dan tanaman lainnya yang dia
rawatnya. Dia juga melakukan pekerjaan lain ketika padinya pada masa
pertumbuhan, biasanya dia pergi naik gunung atau pergi melubang untuk
mencari batu yang mengandung emas. Ada juga pekerjaan serabutan yang
biasa dilakukan saat ada waktu senggangnya.
Rensponden ini memiliki pandangan bahwa tradisi nilik dan bantuan
sandro sangat berguna untuk menolong orang-orang mengalami kehilangan
barang atau benda berharganya. Dia pernah meminta bantuan kepada sandro
nilik untuk mengetahui hewan ternaknya yang hilang, kemudian sandro
tersebut memberitahukan bahwa ternaknya telah curi oleh seseorang. Sandro
tersebut dapat mengetahui ciri-ciri dari pencuri ternaknya itu, kemudian dia
mendatangi pencuri yang telah disebutkan ciri-cirinya oleh sandro tersebut
dan ternyata orang tersebut adalah orang yang telah mencuri hewan
ternaknya. Dia mengatakan bahwa berkat dari bantuan dari sandro nilik ini
dia dapat menemukan kembali hewan ternaknya yang telah dicuri dan
menurut dia bantuan dari sandro tersebut itu sangat membantunya.
Ketika peneliti menanyakan tentang pendapatnya tentang tradisi nilik
dan bantuan sandro sebagai seorang muslim dia menjawab itu merupakan hal
5 Wawancara dengan bapak Samrah pada tanggal 5 Februari 2020 pukul 19.05 di Desa
Sapugara Bree
73
yang sudah biasa dilakukan di dalam masyarakat kita dan telah dilakukan
oleh orang-orang sebelum kita. Menurutnya juga sandro yang dimintai
bantuannya juga meminta kepada Allah atau berdoa kepada-Nya untuk
memudahkan dalam mengetahui sesuatu yang ingin diketahui sebelum
menggunakan mata batinnya.6
Responden ketiga untuk masyarakat awam bernama ibu Sumiati dia
berusia 39 tahun. Dia adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki usaha
dagang kecil-kecilan di depan rumahnya. Dia pernah pergi bekerja ke luar
negeri selama beberapa tahun untuk membiayai kebutuhan sekolah anak-
anaknya dan keluarganya. Dia pergi ke Arab Saudi untuk bekerja selama
kurang lebih dua tahun setengah.
Dia mengatakan bahwa tradisi nilik dan meminta bantuan kepada
sandro sangat membantu di dalam masyarakat dalam berbagai hal, misalnya
meminta bantuan untuk mencari barang yang hilang, kelupaan meletakkannya
ataupun brang yang diambil oleh seseorang. Dia juga mengatakan lebih suka
meminta bantuan kepada seorang sandro terlebih dahulu daripada melapor ke
kantor polisi ketika terjadi kasus kehilangan atau pencurian. Karena dengan
begitu dia akan langsung mengetahui siapa yang mengambilnya dengan
menggunakan bantuan penglihatan mata batin yang dimiliki oleh sandro
tersebut.
Ketika dia pergi bekerja menjadi TKW (tenaga kerja wanita) ke Arab
Saudi selama beberapa tahun, dia diberikan sejenis bacaan berupa doa-doa
6 Wawancara dengan bapak Budiman pada tanggal 6 Februari 2020 pukul 13.30 di Desa
Sapugara Bree
74
yang diberikan oleh seorang sandro supaya dapat terhindar dari segala
gangguan saat berada di negeri orang.7
c. Wawancara dengan 3 orang responden pelajar atau mahasiswa
Responden pertama dari kalagan mahasiswi bernama Eva Yolandari
berusia 26 tahun, dia merupakan seorang mahasiswi semester akhir yang
masih aktif kuliah di Universitas Mataram (UNRAM) yaitu salah satu
Universitas yang ada di pulau Lombok. Dia mengambil jurusan peternakan di
Universitas Mataram tersebut yaitu melanjutkan jurusan yang pernah diambil
waktu masih di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Dia berpandangan bahwa tradisi nilik dan meminta bantuan kepada
sandro itu sangat berguna baginya, karena dia pernah meminta bantuan
kepada sandro untuk mengetahui orang yang telah mencuri motornya. Pada
akhirnya motornya tersebut dapat ditemukan setelah diberitahu oleh sandro
tersebut ciri-ciri pencuri dan tempat persembunyiannya. Kemudian dia juga
pernah diberikan jampi-jampi berupa doa-doa untuk diamalkan supaya
terhindar dari gangguan orang-orang yang membencinya. Jampi-jampi
tersebut diberikan ketika pertama kali dia pergi meninggalkan desanya untuk
pergi kuliah ke pulau Lombok.
Pandangannya terhadap tradisi nilik dan sandro menurutnya wajar saja
untuk dilakukan karena telah menjadi tradisi masyarakat Sapugara Bree.
Menurutnya juga kebanyakan seorang sandro menggunakan cara yang islami
7 Wawancara dengan ibu Sumiati pada tanggal 7 Februari 2020 pukul 09.35 di Desa
Sapugara Bree
75
dalam melakukan kegiatannya, misalnya dia membaca doa terlebih dahulu
sebelum mengobati seseorang dan lain sebagainya. Jadi tradisi nilik dan
meminta bantuan kepada sandro tidak apa-apa dilakukan oleh masyarakat
muslim.8
Responden kedua dari kalangan mahasiswa bernama Awaluddin yang
berusia 20 tahun, dia adalah salah satu mahasiswa di Universitas Cordova
yang berada di daerah Kabupaten Sumbawa Barat dan dia merupakan
mahasiswa semester empat yang masih aktif kuliah di Universitas tersebut.
Dia merupakan alumni dari SMA Negeri Satu Brang Rea yang mengambil
jurusan IPA, kemudian dia melanjutkan jurusannya tersebut di Universitas
Cordova dengan mengambil jurusan Biologi.
Pandangan kedua ini terhadap tradisi nilik menurutnya suatu kegiatan
yang sering dilakukan oleh sebagian besar masyarakat muslim Sapugara
Bree. Alasan masyarakat sering melakukan tradisi tersebut antara lain yaitu
ingin mencaritahu dengan cepat sesuatu yang ingin diketahui misalnya seperti
barangnya yang hilang, kecurian dan lain-lain. Sementara sandro menurut
pandangannya dia memiliki peran yang penting di dalam masyarakat, karena
dia dapat memberikan banyak bantuan untuk masyarakat dalam berbagai hal
dan dia adalah orang pertama yang dicari ketika seseorang terkena penyakit.
Walaupun seseorang meminta bantuannya saat tengah malam dia tetap
melayani orang yang meminta bantuannya tersebut. Jadi menurutnya tradisi
8 Wawancara dengan saudari Eva Yolandari pada tanggal 9 Februari 2020 pukul 10.00 di
Desa Sapugara Bree
76
nilik dan sandro ini seolah-olah sebuah kebutuhan yang penting bagi
masyarakat Sapugara Bree.9
Responden ketiga dari kalangan mahasiswi bernama Shafira Nurulita
yang berusia 19 tahun, dia kuliah di salah satu kampus yang berada di daerah
Sumbawa Besar yaitu Universitas Teknologi Sumbawa (UTS). Di UTS dia
mengambil jurusan akuntansi. Dia pernah menjadi santri dan sekolah selama
tiga tahun untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) di pondok pesantren Himmatul
Ummah Sapugara Bree dan melanjutkan studi berikutnya ke Madrasah
Aliyah Negeri Taliwang.
Pandangannya terhadap tradisi nilik dan dan meminta bantuan kepada
sandro yaitu tidak diperbolehkan dalam agama Islam dan sangat dilarang
untuk dilakukan karena terdapat dalil yang kuat di dalam Al-Qur'an bahwa
melakukan tradis milik dan meminta bantuan sandro tersebut dilarang keras
dan termasuk ke dalam orang-orang yang menyekutukan Allah. Menurutnya
tradisi tersebut banyak dilakukan oleh masyarakat yang kurang mengetahui
tentang hukum-hukum atau ajaran yang ada dalam agama Islam. Dan juga
mereka mengikuti apa yang telah biasa dilakukan oleh para pendahulunya
atau orang tua mereka.
Sebagai seorang yang terpelajar dan masyarakat muslim dia
mengatakan bahwa tradisi nilik ini harus ditinggalkan dan tidak boleh lagi
9 Wawancara dengan saudara Awaluddin pada tanggal 10 Februari 2020 pukul 15.25 di
Desa Sapugara Bree
77
untuk dilakukan oleh masyarakat muslim karena di dalam Al-Qur'an terdapat
larangan untuk melakukannya.10
B. Peran Sandro Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakt Desa Sapugara
Bree
a. Wawancara dengan 3 orang responden kaya
Responden pertama dari kalangan orang kaya bernama bapak Taufik
berusia 49 tahun, dia merupakan seorang usahawan yang memiliki UD (usaha
dagang) yang besar di desa Sapugara Bree dan memiliki banyak pekerja. Dia
memiliki seorang istri dan satu anak perempuan, dia memulai usaha
dagangnya tersebut bersama istrinya dari awal hingga saat ini. Dia dan
istrinya merupakan masyarakat biasa yang tidak pernah kuliah atau belajar
mengenai perdagangan. Awalnya dia dan istrinya hanya membuka usaha
kecil-kecilan, seiring berjalannya waktu usahanya semakin besar dan
berkembang seperti sekarang.
Pandangannya terhadap peran sandro di dalam masyarakat
menurutnya sangat penting, karena dapat memberikan berbagai macam
bantuan kepada masyarakat terutama bagi masyarakat yang sedang sakit
karena sandro lebih dikenal dengan caranya mengobati seseorang. Adapun
peran lain yang menurutnya sangat penting yaitu dapat memberikan saran dan
nasehat bagi seseorang yang ingin membuka suatu usaha. Sebagaimana
10 Wawancara dengan saudari Shafira Nurulita pada tanggal 11 Februari 2020 pukul
12.05 di Desa Sapugara Bree
78
pengalamannya sebelum membuka usaha dagangnya dengan istrinya, dia
meminta saran dari seorang sandro untuk memulai usahanya tersebut.11
Responden kedua dari kalangan orang kaya bernama bapak Haji
Syafi'i berusia 50 tahun, dia adalah seorang pengusaha kayu yang sukses, dari
usahanya tersebut dia dapat menaikan haji hampir semua keluarganya dari
hasil usahanya tersebut. Dia terkenal dengan panggilan bos Fi'i yang memiliki
banyak anak buah atau pekerja untuk mengurusi usahanya. Dia memiliki satu
orang istri dan dua orang anak laki-laki dan perempuan, anak laki-lakinya
sekarang telah menjadi seorang dewan DPRD dan anak perempuannya
sedang kuliah di Universitas Indonesia.
Menuru hasil wawancara yang saya lakukan dia mengatakan bahwa
peran dari sandro di desa Sapugara Bree sangat penting dan dibutuhkan oleh
masyarakat. Sebab sandro di sini memiliki berbagai bentuk pertolongan yang
diberikan, misalnya dalam hal mengobati, menyembuhkan, dan lain
sebagainya. Dalam hal mengobati sandro adalah orang pertama yang dicari
ketika ada orang sedang sakit, karena dia bisa dipanggil ke rumah kapanpun
seseorang mengalami sakit, misalnya pagi hari, malam hari dan juga tengah
malam sekalipun.
Alasan lain dia mengatakan sandro punya peran penting dalam hal
mengobati ialah karena dia pernah meminta bantuan dari sandro untuk
mengobati istrinya yang mengalami penyakit yang disebabkan oleh bangsa
11 Wawancara dengan Bapak Taufik pada tanggal 13 Februari 2020 pukul 09.00 di Desa
Sapugara Bree.
79
jin, dengan bantuan dari sandro istrinya dapat kembali sembuh dan terlepas
dari gangguan makhluk halus.12
Responden ketiga dari kalangan orang kaya bernama bapak Haji
Mukhtar berusia 53 tahun, dia merupakan seorang tuan tanah di desa
Sapugara Bree. Dia memiliki banyak tanah persawahan yang terdapat di
berbagai desa di kecamatan Brang Rea, selain sebagai tuan tanah dia juga
membuka usaha beli gabah yang telah dipanen. Dia memiliki anak yang
sedang menempuh pendidikan S2 di luar negeri.
Menurutnya peran dari sandro di desa Sapugara Bree ialah sangat
diperlukan dalam kehidupan masyarakat, karena dia dapat memberikan
berbagai bantuan. Salah satu bantuan yang pernah dia minta kepada sandro
yaitu dia pernah meminta saran kepada sandro ketika ingin menanam dan
panen padinya, saran yang diminta ialah waktu yang tepat dan bagus untuk
melakukan hal tersebut. Juga dia meminta saran agar mendapatkan hasil
panen yang bagus dia di suruh meletakkan sebuah obat yang dibuat oleh
sandro tersebut di setiap sawah yang dimilikinya. Menurutnya juga selain
bantuan tersebut ada juga peran penting seorang sandro diantaranya ketika
membangun sebuah rumah, mengobati orang sakit dan lain sebagainya.13
12 Wawancara dengan Bapak Haji Syafi'i pada tanggal 15 Februari 2020 pukul 16.30 di
Desa Sapugara Bree 13 Wawancara dengan Bapak Haji Mukhtar pada tanggal 16 Februari 2020 pukul 21.15 di
Desa Sapugara Bree
80
b. Wawancara dengan 3 orang responden miskin
Responden pertama dari kalangan orang miskin bernama ibu Sahariya
berusia 60 tahun, dia merupakan salah satu orang yang tidak mampuh di desa
Sapugara Bree. Dia adalah seorang janda yang ditinggalkan oleh suaminya
dan dia memiliki dua orang anak yang masing-masing telah bersuami istri.
Pekerjaan dia adalah seorang buruh padi dan penjual kue keliling.14
Responden kedua dari kalangan orang miskin bernama ibu Fatmawati
yang beusia 55 tahun, dia merupakan seorang ibu rumah tangga yang
memiliki suami yang sedang sakit. Dan dia memiliki seorang anak yang
belum pernah pulang dari tanah rantauan. Dia bekerja sebagai buruh
serabutan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.15
Responden ketiga dari kalangan orang miskin bernama bapak Amir
berusia 65 tahun, dia adalah seorang laki-laki tua yang hidup sendiri dan dia
tinggal di sebuah kebun milik seseorang. Dia tidak memiliki istri dan anak
karena dia tidak menikah. Dan dia sekarang hidup sebatang kara dengan
bekerja sebagai penjaga kebun.16
Dari ketiga responden orang miskin yang peneliti wawancara mereka
memiliki jawaban yang hampir mirip yakni menurut mereka peran sandro di
desa Sapugara Bree sangat penting dalam hal mengobati orang sakit baik itu
14 Wawancara dengan Ibu Sahariya pada tanggal 18 Februari 2020 pukul 10.00 di Desa
Sapugara Bree 15 Wawancara dengan Ibu Fatmawati pada tanggal 19 Februari 2020 pukul 17.00 di Desa
Sapugara Bree 16 Wawancara dengan Bapak Amir pada tanggal 20 Februari 2020 pukul 20.10 di Desa
Sapugara Bree
81
menggunakan obat-obatan herbal atau dengan bantuan lainnya. Sandro biasa
dimintai bantuan untuk mengurut orang yang salah urat, keseleo, ataupun
patah tulang kemudian memberikan obat-obatan yang dibuat sendri oleh
sandro tesebut. Mereka berpendapat demikian karena sering meminta bantuan
kepada sandro ketika sedang merasa sakit. Dari ketiga responden tersebut
salah satunya mengatakan bahwa dia lebih mempercayai obat yang dibuat
oleh sandro dari pada obat yang diberikan oleh dokter.
C. Analisa Data
Analisa data yang peneliti lakukan yaitu menggunakan landasan teori
magic dan do’a dari soerang antropolog yaitu James Frazer yang menyatakan
bahwa ketika magis telah mengalamai kemunduran, agama datang
menggantikan posisinya. Menarik apa yang dilakukan dalam pengamatan
Frazer itu, mengenai adanya perkembangan magis dalam kehidupan
masyarakat. pada pandangan Frazer, agama datang dalam semangat
positivistik pada saat manusia sudah mulai merasa menggunakan rasio atau
akalnya.
Salah satu contoh pemikiran Frazer tentang alih keyakinan terhadap
agama itu terdapat dalam ritual. Jika pada masyarakat primitif, orang
merapalkan mantra magis, namun pada masyarakat yang meyakini agama
kepercayaan terhadap yang supranatural dengan relasi manusia dengan yang
supranatural pertolongan-Nya dengan cara berdoa atau ritual yang lain akan
mampu membebaskan belenggu keyakinan magis dan akan membawanya
82
kepada keyakinan magis. Ini pula yang ditangkap Frazer sebagai tanda
kemajuan. Bahwa ketika magis menggunakan prinsip imitasi dan kontak
dengan merapalkan mantra dan menerapkan prinsip personal, baku dan
universal. Sedangkan agama telah memberikan kemajuan secara intelektual,
begitu ungkap Frazer. Dengan datangnya agama, Frazer mengatakan bahwa
secara bertahap perubahan dalam masyarakat primitif itu mulai terlihat.
Misalnya, kekuasaan ditangan para ahli sihir beralih ke pendeta-pendeta:
mereka diyakini sangat dekat dengan Tuhan. Frazer menyebutkan bahwa
pendeta, agamawan memiliki dimensi ketuhanan dalam dirinya.17
Frazer mengatakan bahwa pengakuan umum tentang kesalahan magic
merupakan perkembangan yang cukup penting dalam sejarah pemikiran
manusia, karena ketika magic menurun maka agamalah yang menggantikan
posisi magic. Frazer juga mengungkapkan bahwa dimana ada kepercayaan
pada makhluk supranatural dan usaha manusia untuk mendapatkan bantuan
melalui doa atau ritual, maka pemikiran manusia telah keluar dari magic dan
masuk dalam agama. Artinya, magic sama sekali tidak berkaitan dengan
agama.18
Tradisi nilik dan sandro merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan karena orang yang melakukan tradisi nilik meminta bantuan
kepada seorang sandro. Hal tersebut di Desa Sapugara Bree Kecamatan
Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat telah menjadi kebiasaan masyarakat
17 James Frazer, The Golden Bough: A Studi of Comparation Religion. (New York: The
Macmillan com. 1942). h. 201 18 Daniel L Pals,Seven Theories of Religion, (terj. Ali Noer Zaman), (Yogyakarta :
Qalam, 2001). h.61-62
83
sejak dahulu, karena telah menjadi sebuah tradisi dan adat istiadat yang
diwarisi secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Tradisi tersebut di dalam desa Sapugara Bree awalnya banyak
dipengaruhi oleh kepercayaan animisme dan dinamisme yang meyakini
bahwa di dalam suatu benda, hewan dan lain-lain terdapat roh atau kekuatan
magis (supranatural). Kekuatan supranatural yang terdapat di dalam benda
atau hewan tersebut dahulu banyak digunakan oleh para ahli sihir untuk
membantunya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah Islam masuk dan banyak
diterima oleh masyarakat tanah Samawa, perlahan-lahan kepercayaan
animisme dan dinamisme menghilang dan semua yang berbau supranatural
yang biasanya menggunakan mantra-mantra berubah menjadi menggunakan
ayat-ayat suci Al-Qur'an. Kekuatan supranatural bukan lagi mengandung ilmu
hitam melainkan mengandung hal-hal yang bernuansa Islami.
Setelah masuknya Agama Islam tradisi yang semulanya kental dengan
hal-hal yang bernuansa animisme dan dinamisme telah berganti menjadi
bernuansa Islami dengan tidak membuang tradisi tersebut, yang diganti
hanyalah cara-cara yang dahulu menggunakan kekuatan hitam dan
menggantinya dengan menggunakan cara-cara yang lebih islami, misalnya
dalam hal mengobati orang sakit dulu menggunkan bantuan makhluk gaib
sedangkan sekarang menggunakan bacaan ayat suci Al-Qur'an Qur'an dan
cara-cara yang lebih islami.
84
Tradisi nilik telah ada sejak masa kerajaan sumbawa dan telah banyak
dilakukan oleh orang-orang sumbawa baik itu dulu sampai sekarang, karena
banyak memberikan manfaat yang pragmatis terharap masyarakat. Untuk
masyarakt desa Sapugara Bree mereka telah melakukan tradisi tersebut sudah
dari dulu, hampir semua masyarakat desa tersebut pernah meminta bantuan
kepada sandro baik bantuan yang bersifat supranatural maupun yang non
supranatural. Orang-orang yang menggunakan tradisi nilik di desa Sapugara
Bree dapat dikatakan lumayan banyak, baik dalam hal nilik jodoh, kehilangan
barang dan lain sebagainya sesuai masalah yang dihadapi oleh individu
masyarakat masing-masing.
Alasan mengapa tradisi nilik dan meminta bantuan kepada sandro
masih ada smapai sekarang dan yang meminta bantua kepada sandro
umumnya memeluk agama Islam karena tradisi tersebut telah memiliki cara-
cara yang dapat diterima oleh masyarakat muslim dan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam, tidak seperti tradisi sebelum masuknya Islam yang
kebanyakan menggunakan bantuan dari makhluk halus dan bertentangan
dengan ajaran Islam.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data yang ditemukan dan pembahasan di atas, maka
dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Tradisi nilik merupakan adat istiadat yang telah ada sejak zaman dahulu
dan diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi yang dilakukan
oleh seseorang dengan meminta bantuan kepada orang yang ahli dalam
penglihatan mata batin (sandro) dan ilmu sandro (ilmu tentang perdukunan).
Dapat ditarik pengertian bahwa tradisi nilik adalah suatu kegiatan yang sering
dilakukan oleh masyarakat dengan meminta bantuan kepada seorang sandro
untuk mengetahui barang yang telah hilang, jodoh, rezeki dan nasib ketika
melakukan sebuah perjalanan.
Adapun macam-macam nilik antara lain sebagai berikut:
- Nilik kehilangan merupakan jenis nilik yang tujuannya untuk mengetahui
benda-benda atau barang-barang yang telah hilang, lupa tempat
meletakkannya, diambil atau dicuri oleh orang, disembunyikan dan lain
sebagainya.
- Nilik jodoh dan rezeki merupakan jenis nilik yang memiliki tujuan untuk
mengetahui pasangannya yang sekarang dapat menjadi jodohnya dan ingin
mengetaui rezeki atau perekonomian mereka dalam menjalani hubungan
setelah malakukan pernikahan.
86
- Nilik nasib ketika melakukan sebuah perjalanan merupakan jenis nilik yang
memiliki tujuan untuk mengetahui apakah ketika melakukan perjalanan
seseorang akan berhasil atau tidak mencapai apa yang diinginkan.
- Nilik Orang yang Terkena Guna-Guna merupakan nilik yang memiliki
tujuan untuk mengetahui penyebab seseorang terkena penyakit yang tidak
bisa disembuhkan oleh pihak rumah sakit, dan terkena penyakit yang tidak
biasa di dalam dunia medis atau kedokteran.
Adapun jenis-jenis sandro antara lain sebagai berikut:
- Sandro nilik (dukun yang melihat dengan mata batin)
- Sandro beseterang (dukun berobat atau penyembuh)
- Sandro uyen (dukun yang menahan hujan)
- Sandro bal (dukun bola ketika bertanding)
- Sandro kebo (dukun yang mengurus masalah karapan kerbau)
- Sandro ayam (dukun yang mengurus masalah karapan ayam).
Dalam pembahasan di atas juga telah diuraikan mengenai pandangan
masyarakat terhadap tradisi nilik dan sandro dari berbagai kalangan masyarakt
diantaranya dari kalangan santri, awam atau masyarakat biasa, pelajar atau
mahasiswa, orang kaya dan orang miskin.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dan kajian penulis di atas, maka penulis
dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
87
1. Bagi peneliti yang akan mendatang agar meneliti lebih mendalam
mengenai para sandro dalam bidang pendidikannya agar melengkapi
penelitian yang telah peneliti lakukan.
2. Bagi penulis berikutnya juga agar lebih memnggambarkan dan membuat
lebih baik hasil penelitian ini sesuai dengan disiplin ilmu yang ada di
perguruan tinggi.
3. Bagi para pembaca umum, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
dijadikan sebagai ilmu pengetahuan baru dan menambah wawasannya agar
lebih luas lagi.
88
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka cet.
II.
Azwar, Syaifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bahri, Media Zainul. 2015. Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi
Indonesia (1901-1940) Hingga Masa Reformasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Buku Pengumpulan Buku Induk Statistik Sektoral Pemerintah Desa Sapugara
Bree, Naskah tidak diterbitkan.
Buku Rekap Data Penduduk Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak
diterbitkan.
Darajat, Zakiyah. 1996. Perbandingan Agama I. Jakarta: Bumi Aksara.
Frazer, James. 1942. The Golden Bough: A Studi of Comparation Religion. New
York: The Macmillan com.
Honig, A. G. 1993. Ilmu Agama. Jakarta: BPK Gunumng Mulai.
Koentjaraningrat, 1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Mantja, Lalu. 2011. Sumbawa pada Masa Dulu: Suatu Tinjauan Sejarah.
Sumbawa Besar: Rinta Surabaya.
Laporan Profil Desa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Brang
Rea Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
Meolong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Bnadung: PT Remaja
Rosdakarya.
89
Nurdin, Ali. 2015. Komunikasi Magis Fenomena Dukun di Pedesaan.
Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.
Nur Tanjung, Bahdin dan Adrial, 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Proposal, Skripsidan Tesis) Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis
Artikel Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Pals, Daniel L. 2011. Seven Theoris of Religion Yokyakarta: IRCiSoD.
Pals, Daniel L. 2001. Seven Theories of Religion, (terj. Ali Noer Zaman.
Yogyakarta : Qalam.
Permata, Ahmad Norma. 2000. Metodologi Studi Agama. Yokyakarta: Pustaka
Pelajar.
Pringgodidgo, A. G. 1973. Ensiklopedi Umum. Jakarta: Yayasan Dna Buku
Frangklin.
Rahman, Fachrir. 2014. Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusa Tenggara Barat.
Mataram: Alam Tara Institute.
Ratna, Nyoman Khuta. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu
sosial Humaniora Pada Umumnya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Salim dan Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapusaka
Media.
Sayuthi, Ali. 2002. Metodologi Penelitian Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Tambusai, Musdar Bustaman. 2017. Ensiklopedia Jin, Sihir, dan Perdukunan.
Yogyakarta: Pro-U Media.
90
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka.
Tumanggor, Rusmin. 2005. Dokter atau dan Dukun: Pergumulan Pengobatan di
Indonesia. Jakarta: LEMLIT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Observasi dan Wawancara
Wawancara dengan Bapak Nasir, Sandro Nilik Kecamatan Brang Rea Kabupaten
Sumbawa Barat, pada 25 Januari 2020.
Wawancara dengan Bapak Haji Iyan, Sandro Nilik Kecamatan Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat, pada 21 Januari 2020.
Wawancara dengan Bapak Ape, Tokoh Adat Kecamatan Brang Rea Kabupaten
Sumbawa Barat, pada 3 Januari 2020.
Wawancara dengan Ibu Siti, Sandro Nilik Perempuan Kecamatan Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat, pada 13 Januari 2020.
Wawancara dengan Bapak Subanti, Sandro Nilik dan Tokoh Adat Kecamatan
Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada 6 Januari 2020.
Wawancara dengan Bapak Asen, Tokoh Adat Kecamatan Brang Rea Kabupaten
Sumbawa Barat, pada 13 Januari 2020.
Wawancara dengan Uak Majet, Sandro Nilik Kecamatan Brang Rea Kabupaten
Sumbawa Barat, pada 11 Januari 2020.
Wawancara dengan Bapak Yusuf, Sandro Nilik Kecamatan Brang Rea Kabupaten
Sumbawa Barat, pada 9 Januari 2020.
91
Wawancara dengan Uak Kade, Sandro Nilik Kecamatan Brang Rea Kabupaten
Sumbawa Barat, pada 17 Januari 2020.
Wawancara dengan Guru Bode, Tokoh Adat Kecamatan Brang Rea Kabupaten
Sumbawa Barat, pada 29 Januari 2020.
Wawancara dengan Saudara Topan Rahimin, Santri Pondok Pesantren Himmatul
Ummah Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat,
3 Februari 2020.
Wawancara dengan Saudara Muhammad Tansil, Santri Pondok Pesantren
Himmatul Ummah Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten
Sumbawa Barat, 3 Februari 2020.
Wawancara dengan Saudara Saiful Ali, Santri Pondok Pesantren Himmatul
Ummah Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat,
3 Februari 2020.
Wawancara dengan Bapak Samrah, Masyarakat Sapugara Bree Kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 5 Februari 2020.
Wawancara dengan Bapak Budiman, Masyarakat Sapugara Bree Kecamatan
Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 6 Februari 2020.
Wawancara dengan Ibu Sumiati, Masyarakat Sapugara Bree Kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 7 Februari 2020.
Wawancara dengan Saudari Eva, Mahasiswa Sapugara Bree Kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 9 Februari 2020.
Wawancara dengan Saudara Awaluddin, Mahasiswa Sapugara Bree Kecamatan
Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 10 Februari 2020.
92
Wawancara dengan Saudari Shafira Nurulita, Mahasiswa Sapugara Bree
Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 11 Februari 2020.
Wawancara dengan Bapak Taufik, Masyarakat Sapugara Bree Kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 13 Februari 2020.
Wawancara dengan Bapak Haji Syafi'i, Masyarakat Sapugara Bree Kecamatan
Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 15 Februari 2020.
Wawancara dengan Bapak Haji Mukhtar, Masyarakat Sapugara Bree Kecamatan
Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 16 Februari 2020.
Wawancara dengan Ibu Sahariya, Masyarakat Sapugara Bree Kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 18 Februari 2020.
Wawancara dengan Ibu Fatmawati, Masyarakat Sapugara Bree Kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 19 Februari 2020.
Wawancara dengan Bapak Amir, Masyarakat Sapugara Bree Kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 20 Februari 2020.
Wawancara dengan Bapak Sahabuddin pada tanggal 5 November 2020 pukul
19.00 di kediamannya melaui telpon seluler.
Referensi Jurnal
Agus Dono Karmadi, Budaya Lokal sebagai Warisan Budaya dan Upaya
Pelestariannya, Makalah disampaikan pada Dialog Budaya Daerah Jawa
Tengah yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai
Tradisional Yogyakarta bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah, di Semarang 8 - 9 Mei 2007.
93
Aslati dan Silawati, Fenomena Magis pada Tradisi Pacu Jalur di Kabupaten
Kuantan Singingi, Edisi Desember 2017 vol. 41 No. 2.
Sukiman,”Pemanfaatan Kesenian Sekeco Etnis Samawa sebagai Materi
Pembelajaran Sastra di SMP”, Vol. 12, Nomor 1, Juni 2018.
Referensi Skripsi
Setiyawati, Rima. 2014. Peranan Dukun Bayi Dalam Perspektif Masyarakat Jawa
Terhadap Proses Persalinan di Dusun Nolorprayan Desa Jatirejo
Kabupaten Semarang Jawa Tengah (Melalui Pendekatan Teori Solidaritas
Mekanik dan Organik Emile Durkheim). Jurussan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sofyan, Ady. 2012. Kedudukan dan Peran Dukun dalam Masyarakat Suku
Tengger : Studi kasus di desa mororejo kec. Tosari kab. Pasuruan Jawa
Timur. Jurusan Perbandingan Agama. Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Referensi Internet
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa Barat. 2019. Kabupaten Sumbawa
Barat dalam Angka. Kabupaten Sumbawa barat: Maharani. Hal 5-7
https://sumbawabaratkab.bps.go.id/publication/download. diakses 4 Nov
2019, pukul 02.30 WIB
94
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA TRADISI NILIK DAN PERAN SANDRO
UNTUK WARGA DESA SAPUGARA BREE
Nama Informan
Nama :
Alamat :
Jenis kelamin :
Umur :
Agama :
Jabatan :
Tanggal wawancara :
Daftar Pertanyaan:
A. Sejarah Tradisi Nilik
1. Bagaimana sejarah awal tradisi Nilik?
2. Apa itu nilik?
B. Tujuan dari Tradisi Nilik
1. Apa tujuan dari nilik?
C. Macam-macam Nilik
1. Nilik ada berapa jenis?
D. Sandro dan Jenis-jenis Sandro
1. Apa itu sandro?
2. Apa saja syarat menjadi sandro?
3. Apa saja yang peran dari sandro?
4. Ada berapa macam sandro?
Sapugara Bree, ..... Januari 2020
(................................................)
Nama dan tanda tangan informan
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Nasir
Alamat : Dusun Bree, RT. 010/02 Desa Sapugara Bree
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 67 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Sandro Nilik
Tanggal wawancara : 25 Januari 2020
Daftar Pertanyaan:
Sejarah Tradisi Nilik
A : Bagaimana sejarah awal tradis nilik?
B : Menurut bapak Nasir, pada zaman dahulu di tanah Samawa ketika
masih berdiri kerajaan-kerajaan yang menguasai tanah Samawa,
terdapat seseorang yang sering dimintai bantuan oleh orang-orang, dia
berasal dari bangsa Arab dan telah lama menetap di pulau Samawa dan
telah menjalani hidup layaknya orang tanah Samawa, baik dari cara
bicara dan lain-lain. Orang Arab ini dikenal sebagai sosok yang baik
hati dan memiliki kemampuan yang sangat luar biasa, seperti halnya
memiliki kemampuan mengobati atau menyembuhkan orang sakit,
dapat menafsirkan mimpi, dapat melihat dengan mata batin dan lain
sebagainya. Salah satu kemampuannya yaitu melihat dengan mata batin
yang dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh orang
biasa, maka dari itu orang-orang banyak meminta bantuan dengan
penglihatan mata batin yang dimilikinya, perihal masalah kehilangan
benda, masalah jodoh dan rezeki serta ingin mengetahui nasib ketika
melakukan sebuah perjalanan.
A : Apa itu nilik?
B : Dilihat dari asal katanya nilik adalah bahasa Sumbawa yang memiliki
arti melihat sesuatu yang tidak nampak oleh mata telanjang dan hanya
bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ilmu batin
dan ilmu sandro (ilmu tentang perdukunan). Dapat ditarik pengertian
bahwa tradisi nilik adalah suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh
masyarakat dengan meminta bantuan kepada seorang sandro untuk
mengetahui barang yang telah hilang, jodoh, rezeki dan nasib ketika
melakukan sebuah perjalanan.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Syafruddin
Alamat : Dusun Sapugara, RT. 01/01 Desa Sapugara Bree
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 56 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Warga Desa
Tanggal wawancara : 3 Januari 2020
Daftar Pertanyaan:
Tujuan dari Tradisi Nilik
A : Apa tujuan dari nilik?
B : Adapun tujuannya tersebut antara lain sebagia berikut; pertama, tujuan
melakukan tradisi tersebut bagi seseorang ialah untuk mencari sebuah
bantuan atau pertolongan dalam menyelsaikan masalah-masalah yang
hanya dapat diberikan oleh orang yang memiliki kemampuan yang luar
biasa dalam menggunakan mata batinnya. Orang yang memiliki
kemampuan penglihatan mata batin tersebut atau dapat dikatakan sebagai
sandro nilik yang dapat membantu orang-orang dalam menyelsaikan
masalah seperti kehilangan benda atau barang yang berharga, ingin
mengetahui jodoh, rezeki dan nasib ketika melakukan sebuah perjalanan.
Tujuan yang kedua masyarakat desa Sapugara Bree melakukan tradisi
nilik yaitu mereka mengikuti kebiasaan atau adat dan istiadat yang telah
diajarkan oleh orang tua mereka sejak zaman dahulu, apabila ada masalah
yang tidak bisa diselsaikan secara tidak biasa maka mereka akan meminta
bantuan kepada seorang sandro. Sehingga mereka selalu mengutamakan
bantuan seorang sandro dari pada meminta bantuan dari orang biasa.
HASIL WAWANCARA
Nama : Ibu Siti
Alamat : Dusun Sapugara, RT. 02/01 Desa Sapugara Bree
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Sandro Nilik
Tanggal wawancara : 13 Januari 2020
Daftar Pertanyaan:
Macam-macam Nilik
A : Nilik ada berapa jenis?
B : Nilik kehilangan merupakan jenis nilik yang tujuannya untuk
mengetahui benda-benda atau barang-barang yang telah hilang, lupa tempat
meletakkannya, diambil atau dicuri oleh orang, disembunyikan dan lain
sebagainya.
Nilik jodoh dan rezeki merupakan jenis nilik yang memiliki tujuan untuk
mengetahui pasangannya yang sekarang dapat menjadi jodohnya dan ingin
mengetaui rezeki atau perekonomian mereka dalam menjalani hubungan
setelah malakukan pernikahan.
Nilik nasib ketika melakukan sebuah perjalanan merupakan jenis nilik yang
memiliki tujuan untuk mengetahui apakah ketika melakukan perjalanan
seseorang akan berhasil atau tidak mencapai apa yang diinginkan.
Nilik Orang yang Terkena Guna-Guna merupakan nilik yang memiliki
tujuan untuk mengetahui penyebab seseorang terkena penyakit yang tidak
bisa disembuhkan oleh pihak rumah sakit, dan terkena penyakit yang tidak
biasa di dalam dunia medis atau kedokteran.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Subanti
Alamat : Dusun Sapugara, RT. 01/01 Desa Sapugara Bree
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 75 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Sandro Beseterang
Tanggal wawancara : 6 Januari 2020
Daftar Pertanyaan:
Sandro dan Jenis-jenis Sandro
A : Apa itu sandro?
B : Dalam masyarakat desa Sapugara Bree juga terdapat orang yang dapat
dimitai bantuan atau pertolongan seperti halnya dengan dukun, namun
dalam masyarakat Sapugara Bree dikenal dengan sebutan Sandro. Kata
Sandro disini sama halnya dengan dukun atau orang pintar, yakni orang
yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra,
guna-guna dan lain sebagainya).
A : Apa saja syarat menjadi sandro?
B : menurut bapak Subanti, untuk menjadi seorang sandro, seseorang
haruslah memahami tentang perkara sembayang terlebih dahulu. Menurut
Beliau orang yang menjadi sandro harus mempelajari dan memahami satu
per satu perihal gerakan dan bacaan di dalam sholat, karena gerakan dan
bacaan di dalam sholat memiliki maknanya masing-masing, misalnya
seperti mengangkat kedua tangan untuk takbir, ruku, sujud dan lain-lain.
Setelah memahami hal tersebut seorang sandro selanjutnya harus bisa
memahami tentang dirinya sendiri dan tubuhnya, maksudnya seorang
sandro harus bisa mengetahui siapa dirinya, dari mana dia berasal dan
kemana dia akan kembali dan itu harus dipahami dengan sebaik-baiknya.
Kemudian dia harus bisa mengetahui di dalam tubuhnya terdapat tanda-
tanda kekuasaan Allah SWT dan harus memahami bahwa bagian tubuhnya
merupakan gambaran dari seluruh alam semesta. Hal yang terakhir untuk
dipahami secara mendalam yaitu syariat Islam. Semua hal tersebut
menurut bapak Subanti harus dikuasai matang-matang agar seorang sandro
dapat terhubung langsung dengan Yang Maha Kuasa, dan mendapatkan
izin dan rido dari-Nya untuk mengobati dan menyembuhkan orang yang
sedang sakit.
A : Apa saja yang peran dari sandro?
B : Peran sandro di dalam masyarakat Desa Sapugara Bree sangatlah
penting dan diperlukan dalam berbagai hal. Karena masyarakat Sapugara
Bree memiliki kepercayaan yang cukup tinggi terhadap sandro sehingga
membuatnya dibutuhkan oleh banyak orang. Sandro di dalam masyarakat
memiliki bnayak peran diantaranya dapat menjadi seorang yang mampuh
menyembuhkan atau mengobati orang yang sakit baik itu dengan cara
yang dapat dijangkau oleh akal manusia atau tidak dalam arti lain
supranatural dan non-suprantural, memberi jampi-jampi, memprediksikan
jodoh dan rizki seseorang, dan sebagainya yang berhubungan dengan hal
yang gaib maupun tidak, kemudian mereka juga dipercaya untuk
memberikan sebuah nasehat atau pendapat terhadap banyak persoalan,
misalnya memberikan pendapatnya untuk hari-hari yang baik dan tidak
baik dalam hal, melaukan perjalanan ke daerah lain, membangun rumah,
menanam dan memanen hasil pertanian, dan lain-lain.
A : Ada berapa macam sandro?
B : Sandro nilik (dukun yang melihat dengan mata batin)
Sandro beseterang (dukun berobat atau penyembuh)
Sandro uyen (dukun yang menahan hujan)
Sandro bal (dukun bola ketika bertanding)
Sandro kebo (dukun yang mengurus masalah karapan kerbau)
Sandro ayam (dukun yang mengurus masalah karapan ayam).
DOKUMENTASI
Gambar 1: Sandro Beseterang bapak Gambar 2: Sandro Uyen Uak Majet
Subanti
Gambar 3: Sandro Nilik ibu Siti Gambar 4: Sandro Urut bapak
Syarifuddin
Gambar 5: Sandro Kebo Uak Kade Gambar 6: Sandro Nilik bapak Haji
Iyan
Gambar 7: Sandro Nilik bapak Nasir Gambar 8: Kitab Tajalmuluk
Gambar 9: Potret Karapan Ayam Gambar 10: Saka Karapan Ayam
Gambar 11: Potret Karapan Kerbau Gambar 12: Saka Barapan Kerbau
Top Related