Assalamualaykum Warachmatullahi Wabarakatuh
Nama : MOERWISMADHI , 52 thAlumni Politeknik Mekanik Swiss – ITB,
Werk Meister, Winterthur, SwitzerlandTEKNIK MESIN, Institut Teknologi Bandung
Pengajar dan Pelatih, Ka Unit Pelayanan Masyarakat dan Manajer Projek Indonesian German Institute (IGI) POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG (POLMAN – BANDUNG)
Suatu pendekatan dalam pendidikan vokasi yang
memberikan pengalaman ke arah pengembangan
TECHNOPRENEURSHIP
“Demand Oriented Vocational Education System”
TEACHING FACTORY
Disampaikan pada Seminar Nasional Technopreneurship Learning for Teaching Factory
MALANG, JATIM15 Agustus 2009
• Teaching Factory converts an Education site to become a challenging place for youngster to gain their experience, develop responsibility, accountability, attitude, knowledge and skills for their future contribution to the society.
TERM
• “Teaching factory” does not mean, there is a factory where teaching is taking place . This is done in German “Dual system” where the company itself is training their apprentice and the government is teaching the theory in one or two days “Berufs schule” per week.
• “Teaching factory” is a training-method and just turning around the German situation so that the training institutes are running production + services as part of their training. Very important is, that the training-institutes are having a close cooperation with some companies of their professional education-fields.
TERM• “Teaching factory” bukan berarti, di sebuah pabrik
berlangsung Proses Belajar Mengajar. Pola ini berlangsung di negeri berbahasa Jerman, “Sistim Ganda” atau dikenal “Dual System” dimana pabrik/perusahaan melatih peserta magang (apprentice) dan pemerintah mengajarkan materi-materi teoritik di sekolah profesi selama satu – dua hari per minggu
• “Teaching factory” adalah suatu metoda pelatihan/pengajaran yang kebalikan dari pola situasi di Jerman dimana institusi sekolah melaksanakan produksi atau layanan jasa yang merupakan bagian dari proses belajar mengajar. Sangatlah penting, institusi pendidikan/pelatihan ini memiliki hubungan kemitraan yang erat dengan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang yang sesuai dengan kajian pendidikan profesi.
• “Teaching Factory” mengkonfersikan wahana pendidikan menjadi tempat yang menantang bagi pemuda/pemudi untuk meraih pengalaman, mengembangkan rasa tanggung jawab, akuntabilitas, sikap tingkah laku, pengetahuan dan keterampilan bagi kontribusi mereka kepada masyarakat dia masa depan
Penelitian Perancangan Rekayasa Proses dan produksi
Penelitian Strategis Pengembangan Teknologi, produk dan proses
Produksi dan Kendali
Dasar Terapan Rekayasa Pemilihan dan penerapan teknologi
yang sesuai dan pemanfaatan sumber
daya untuk merealisasikan produk yang menguntungan
dan kompetitif
Proses asimilasi dan penyempurnaan
teknologi yang ada atau menciptakan
teknologi baru
Konsep Rancangan
Rancangan Detail
Perencanaan : Material, Proses, Kualitas dan
produksi
Universitas, Institute /Sekolah Tinggi Politeknik/Akademi SMK
S3 , S2 , S1 D4 D3 Operator
Research
Engineering & Development
Design
Mfg, Productions & Process
ENGINEERING PIPE LINE
Back End Engineering Front End Engineering
Ir. Hadiwaratama MScE.
EDGAR DALE, Cone of Experience
• Pendidikan VokasiA FACT
Lulusan yang berkompetensi : Sangat diperlukan oleh proses pertambahan nilai (Industri).
SKILLKNOWLEDGE
ATTITUDE
COMPETENCY
Competency =Completes task in timely manner
Competency =Knows & uses
best method
Competency =Perform task successfully
(Every body happy)
Knowledge, skill and attitude needed to perform an ability to do a certain job / proffesion ( Tillman, 1996 ).
• Program studi yang diselenggarakan material and energy intensive.
• Siswa pada umumnya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, dan dana dari pemerintah terbatas
A FACT
• Penerapan teknologi di industri lebih cepat daripada di sekolah,
• Tuntutan Industri / tempat kerja berbeda dengan atmosfir sekolah
sehingga perlu mempunyai hubungan khusus dengan industri. (menjaga tingkat Relevansi)
Diperlukan membangun kultur korporat
KULTUR KORPORAT
•Membangun Budaya Korporat• Peka terhadap mutu• Peka terhadap biaya• Peka terhadap waktu
•Mengelola Target• Perencanaan rinci• Bekerja berdasarkan perencanaan • Melakukan pengawasan terhadap target • Mencegah terjadinya ketidaksesuaian • Melakukan tindakan evaluasi dan koreksi
•Mengembangkan pelayanan prima • Menerapkan sistem manajemen mutu dalam
pelayanan • Memelihara hubungan dengan “clients”
Guru tidak terlibat banyak
Guru tidak terlibat banyak
Kesiapan Sekolah
Kesiapan Sekolah
Menghampiri Dunia
Kerja
Menghampiri Dunia
KerjaKesiapan siswaKesiapan siswa
Menghadirkan dunia kerja
di sekolah
Menghadirkan dunia kerja
di sekolah
OJT, PKL, PPL
PBT, PBE, IBE, Teaching Factory
•Sistem pengelolaan ??
Kultur Korpora
t
PENDEKATAN
Atmosfir Dunia Kerja
Atmosfir Dunia Kerja
• Kompetensi dasar?
• Jangka Waktu
• Maturity ??•Stay at School ??
Infrastruktur5 M
SANDWICH
industries are invited for problem contribution
Kesiapan industri
Kesiapan industri
Competency Dev. Elements
Needs Competent
HRfor solving
their Problem
PRODUCT as PROBLEM SOLVING
WELL TRAINED/EDUCATEDGRADUATE
CAMPUS
With
Corporate Cultural
INDUSTRIALPROBLEM / NEEDS
INDUSTRY
With
QCD Requirement
Industrial Problem as Learning
Media
PENDEKATAN “ TEACHING FACTORY”“mutually beneficial cooperation”.
KOMPETENSI( APPROACH ) BARANG
INDUSTRI danQCD
TF
ORIENTATI
O N
KURIKULUM
INDUSTRI
PENDEKATAN “ TEACHING FACTORY”
MAKE to STOCK MAKE to ORDER
Standard Product
•Perlu Pengembangan produk
•Perlu Market and Marketing
•Perlu “Modal”
•Mudah disesuaikan dengan kebutuhan kurikulum sebagai bentuk media latihan namun mempunyai nilai guna dan jual.
•QCD diperlukan dan harus disimulasikan
•Pengembangan produk biasanya dilakukan oleh Partner.
•Pasar dibawa oleh Partner
•Modal tersedia sesuai kesepakatan skim pembayaran (term of payment)
•Market Driven, kategori produk kadang tidak memiliki kesesuaian dengan tingkat kompetensi siswa, keberadaan siswa , dan akan berakibat perbedaan dalam ketajaman skill siswa.
•Higher QCD is required
Job Order
INDUSTRIAL PROBLEM / Products
Latihan praktek siswa disediakan oleh industri sejak material, energi dan teknologi
Biaya pendidikan tidak dibebankan sepenuhnya pada orang tua siswa
Problem dari industri dapat sebagai “feed back” untuk Curriculum Improvement menggantikan/melengkapi “Tracer Study”
Pengajar dan Instruktor praktek akan selalu tertantang untuk memperbaiki dan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka
Pengendalian prestasi dan attitude siswa dpt dilakukan langsung oleh sekolah
Sebagai pendapatan tambahan bagi institusi yang dapat digunakan untuk pemeliharaan dan pengembangan sumber daya secara mandiri
BENEFIT
Biaya operasionalBiaya pemeliharaan Sumber Daya Manusia & Fasilitas
Investasi, teknologidll , dan . . . . . . . .
• Pengembangan kultur korporate di lingkungan sekolah akan mengenalkan atmosfir industri bagi seluruh sivitas akademi– Dengan pelibatan langsung di dalam siklus lengkap
“business”, tentunya semua pihak termasuk siswa akan terbekali dasar-dasar pengembangan kewirausahaan berbasis teknologi.
– Dengan penambahan pengetahuan “Business set up”, “Business Maintain”, pengembangan “network” , Teaching Factory berpotensi melahirkan
“TECHNOPRENEUR PRACTICIAN”.
TEACHING FACTORY & TECHNOPRENEURSHIP
Top Related