5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hiperlipidemia
2.1.1 Lipid dan Lipoprotein
Lipid adalah salah satu senyawa kimia di dalam makanan dan tubuh.
Trigliserida (lemak netral), fosfolipid, kolesterol, beberapa lipid lainnya adalah
bentuk lipid lainnya. Trigliserida dipakai terutama untuk menyediakan energi untuk
proses metabolik. Selain penyediaan energi, trigliserida, kolesterol, fosfolipid akan
membentuk membran sel dan fungsi lain. (Guyton & Hall, 2012)
Lipid adalah kelompok heterogen dari senyawa yang mempunyai
karakteristik yaitu: 1) relatif tidak dapat larut air dan. 2) larut dalam pelarut
nonpolar seperti eter, kloroform, serta benzene. Kelompok lipid ini mencakup
lemak, minyak, malam (wax), dan senyawa-senyawa lain yang berhubungan. Lipid
juga konstituen diet yang penting karena nilai energinya tinggi dan ada vitamin
serta asam larut lemak esensial di dalam lemak makanan alami. (Junqueira Luis
Carlos, et all, 1995)
Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efisien. Bisa digunakan secara
langsung maupun disimpan dalam bentuk jaringan adiposa. Lemak berfungsi
sebagai insulator listrik karena kandungan lemak dalam jaringan saraf sangat tinggi.
Sebagai insulator listrik, jaringan lemak mampu merambatkan gelombang secara
cepat di sepanjang serabut saraf bermielin. (Junqueira Luis Carlos, et all, 1995)
6
Lipid dikelompokkan menjadi lipid sederhana dan kompleks. Lipid
sederhana adalah ester asam lemak dengan berbagai alkohol. Yang termasuk dalam
kelas ini yaitu lemak dalam kondisi cair (minyak) dan malam. Sedangkan lipid
kompleks adalah ester asam lemak yang mengandung gugus-gugus lain disamping
alkohol dan asam lemak. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah fosfolipid,
glikolipid dan lipid kompleks lain seperti lipoprotein. Satu kelompok lagi selain
lipid sederhana dan kompleks yaitu prekursor dan derivat lipid. Kelompok ini
mencakup asam lemak, gliserol, steroid, hidrokarbon, vitamin larut-lemak, serta
berbagai hormon. Kolesterol masuk dalam lipid netral karena tidak memiliki
muatan. (Junqueira Luis Carlos, et all, 1995)
Untuk bisa memasuki tubuh, lemak dari luar tubuh harus dibungkus dengan
menggunakan lipoprotein. Setelah lemak diserap dalam tubuh, lemak akan dirubah
menjadi partikel yang lebih kecil yaitu kilomikron, kilomikron kemudian akan
dikeluarkan dari darah dan keluar sebagai lipoprotein (lebih kecil dari kilomikron).
Lipoprotein mengandung trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan protein. (Guyton &
Hall, 2012)
Ada empat tipe lipoprotein berdasarkan massa jenisnya (densitas) yaitu : 1)
Lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL) mengandung trigliserida dengan
konsentrasi tinggi sedangkan kolesterol dan fosfolipid dengan konsentrasi sedang.
2) Lipoprotein berdensitas sedang (ILDL) konsentrasi trigliserida menurun
sehingga kolesterol dan fosfolipid meningkat. 3) Lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) konsentrasi kolesterol dan fosfolipid makin meninggi karena trigliserida
seluruhnya dikeluarkan. 4) Lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) mengandung
7
konsentrasi protein tinggi sedangkan kolesterol dan fosfolipid yang jumlahnya lebih
kecil. (Guyton & Hall, 2012)
Lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL) terdiri atas inti lipid berupa
triasilgliserol nonpolar dan ester kolesteril yang dikelilingi satu lapisan permukaan
molekul kolesterol dan fosfolipid amfipatik. Semua tersusun sehingga gugus
polarnya menghadap keluar seperti pada membran sel. (Junqueira Luis Carlos, et
all, 1995) VLDL mengangkut trigliserida yang disintesis di dalam hati terutama
jaringan adiposa. Lipoprotein yang lainnya penting dalam berbagai tahap transport
fosfolipid dan kolesterol dari hati ke jaringan perifer atau dari jaringan perifer atau
dari jaringan perifer kembali ke hati. (Guyton & Hall, 2012)
2.1.2 Trigliserida
Menurut terminologi dari International Union of Pure and Applied
Chemistry (IUPAC) dan International Union of Biochemistry (IUB),
monogliserida, digliserida dan trigliserida harus ditulis dengan nama
monoasilgliserol, diasilgliserol dan triasilgliserol. Akan tetapi di kedokteran klinik
masih memakai terminologi yang lama. (Junqueira Luis Carlos, et all, 1995)
Triasilgliserol adalah ester dari alkohol gliserol dengan asam lemak.
Trigliserida merupakan bentuk asam lemak cadangan utama. Pada lemak alami,
proporsi molekul triasilgliserol yang mengandung asam lemak yang sama pada
ketiga posisi ester sangatlah kecil. Hampir semua merupakan asilgliserol campuran.
(Junqueira Luis Carlos, et all, 1995)
Sejumlah besar trigliserida berada di hati selama stadium awal kelaparan,
pada diabetes melitus dan pada beberapa keadaan lain ketika dipakai energinya
8
bukan karbohidrat. Jumlah total trigliserida di hati ditentukan oleh kecepatan
penggunaan lipid sebagai sumber energi secara keseluruhan. (Junqueira Luis
Carlos, et all, 1995)
2.1.3 Metabolisme Lipoprotein
Lemak yang diserap tubuh dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati
serta jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ tubuh untuk
digunakan dan sebagian disimpan. Karena lipid bersifat tidak larut dalam air, maka
lipid perlu dikaitkan dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) dan protein
untuk membentuk lipoprotein agar bisa bercampur dengan air. (Junqueira Luis
Carlos, et all, 1995)
Lemak masuk dalam tubuh diserap melalui limfe usus. Selama di
pencernaan, trigliserida dirubah menjadi monogliserida dan asam lemak. Saat
melalui epitel usus, monogliserida dan asam lemak disintesis menjadi molekul
trigliserida yang lebih kecil (kilomikron). Kilomikron kemudian ditranspor ke atas
melalui duktus torasikus dan masuk ke dalam darah vena yang bersirkulasi pada
pertemuan vena jugularis dan subklavia. (Guyton & Hall, 2012)
Asam lemak bebas terdapat di plasma sebagai hasil lipolisisi triasilgliserol
dalam jaringan adiposa atau hasil kerja ezim lipoprotein lipase selama pengambilan
triasilgliserol plasma ke dalam jaringan tubuh. Asam lemak bebas tersusun dari
asam palmitat, stereat, oelat, palmitoat, linoleat dan asam tak jenuh majemuk
lainnya. Setelah makan kadar asam lemak bebas rendah di dalam tubuh. Kemudian
kadarnya meningkat setelah absorbsi, sekitar 0,5 µeq/mL dan antara 0,7 hingga 0,8
µeq/mL dalam keadaan puasa penuh. Kadar asam lemak bebas menurun sesaat
9
sesudah makan dan naik kembali pada waktu makan berikutnya. (Junqueira Luis
Carlos, et all, 1995)
Pengeluaran asam lemak bebas dari darah berlangsung sangat cepat.
Sebagian asam lemak akan dioksidasi dan memberi pasokan energi sekitar 25-50%
kebutuhan energi saat puasa. Sisanya akan mengalami esterifikasi. (Junqueira Luis
Carlos, et all, 1995)
Saat kelaparan, lebih banyak lemak yang akan dioksidasi daripada saat
oksidasi asam lemak bebas. Hal ini terjadi karena oksidasi zat-zat lipid teroksidasi
yang berasal dari sirkulasi terdapat terutama di otot jantung dan otot skelet tempat
simpanan lipid ditemukan dengan jumlah besar. Pertukaran asam lemak bebas
kecepatannya bergantung pada konsentrasi asam lemak bebas. Jadi, laju produksi
asam lemak bebas oleh jaringan adiposa akan mengontrol konsentrasi asam lemak
bebas di dalam plasma dan menentukan ambilan asam lemak bebas oleh jaringan
lainnya. Keadaan gizi seseorang akan merubah proporsi ambilan asam lemak bebas
yang teroksidasi bila dibandingkan dengan fraksi yang teresterifikasi. (Junqueira
Luis Carlos, et all, 1995)
Pada keadaan puasa lebih banyak asam emak bebas yang teroksidasi
daripada dalam keadaan kenyang. Setelah terjadi disosiasi kompleks asam lemak-
albumin pada membrane plasma, asam lemak akan terikat pada protein pengangkut-
asam lemak membran yang bekerja sebagai ko-transporter transmembran dengan
ion Na+. Saat masuk ke sitosol, asam lemak bebas diikat oleh protein pengikat asam
lemak. Peran protein ini pada pengangkutan intrasel diperkirakan serupa dengan
peranan albumin serum pada pengangkutan asam lemak rantai-panjang diluar sel.
(Junqueira Luis Carlos, et all, 1995)
10
Kilomikron bertanggung jawab untuk menyalurkan lipid dari makanan ke
sirkulasi darah. Berdasarkan definisinya, kilomikron hanya ditemukan pada kilus
yang dibentuk hanya oleh sistem limfatik yang mengalirkan cairan limfe ke usus.
Ketidakmampuan partikel lipid yang berukuran sebesar kilomikron dan VLDL
untuk melintasi sel endotel pembuluh kapiler tanpa proses hidrolisis terlebih dahuu
mengkin merupakan alasan mengapa lemak dari makan memasuki sirkulasi darah
lewat sistem limfatik (duktus torasikus) dan bukan lewat sistem porta hati.
(Junqueira Luis Carlos, et all, 1995)
Bersihan kilomikron berlabel dari darah berlangsung cepat dan usia-paruh
hilangnya kilomikron tersebut berkisar dari beberapa menit pada hewan yang kecil
(misal, tikus) hingga waktu yang lebih lama pada hewan yang besar (misal,
manusia). Pada manusia memerlukan waktu 1 jam. Jika kilomikron berlabel
disuntikkan ke dalam tubuh secara intravena maka 80% dari label radioaktif akan
ditemukan di jaringan adiposa, jantung serta otot dan 20% sisanya di hati.
(Junqueira Luis Carlos, et all, 1995)
Ada korelasi yang bermakna antara kemampuan jaringan untuk menyatukan
asam lemak pada triasilgliserol lipoprotein dan aktivitas enzim lipoprotein lipase
(LPL). Enzim ini berada di dinding pembuluh darah kapiler yang terikat lewat rantai
proteoglikan heparin sulfat dan terdapat di ekstrak jaringan adiposa, jantung, lien,
paru, medulla renalis, aorta, diafragma, glandula mammae dalam keadaan laktasi.
Enzim LPL tidak bekerja lagi di hati orang dewasa. (Junqueira Luis Carlos, et all,
1995)
Tahap awal penggunaan trigliserida sebagai energi adalah dengan hidrolisis
trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Hasil hidrolisis tersebut kemudian
11
ditranspor dalam darah ke jaringan yang aktif tempat oksidasi yaitu di semua sel
kecuali di otak dan sel darah merah. Gliserol akan dirubah menjadi gliserol-3-fosfat,
yang memasuki jalur glikolisis untuk pemecahan glukosa dan kemudian dipakai
sebagai energi. Sedangkan asam lemak sebelum dipakai harus melewati proses.
(Junqueira Luis Carlos, et all, 1995)
2.2 Pankreas
2.2.1 Definisi Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar campuran (endokrin dan eksokrin) yang besar
dan kebanyakan struktur bagian dalamnya hampir sama seperti kelenjar saliva.
(Guyton & Hall, 2012) Pankreas merupakan organ retroperitoneal yang memanjang
dengan bagian kepala dekat dengan duodenum dan bagian tubuh yang lebih sempit
memanjang ke kiri. Pankreas dibagi menjadi empat bagian yaitu kaput, kolum,
korpus dan kauda. Pankreas menghasilkan enzim pencernaan dan hormon. (Moore
Keith L, 2013)
2.2.2 Anatomi Pankreas
Pankreas berada di retroperitoneal dan menyilang dinding abdomen
posterior, diantara duodenum kanan dan lien di kiri. Pankreas mensekresi sekret
eksokrin dan endokrin. Sekresi eksokrin berupa getah pankreas dari sel-sel asinar,
sedangkan sekresi endokrin berupa glukagon dan insulin dari sel-sel pulau
Langerhans. (Moore Keith L, 2013)
Kaput pankreatis merupakan bagian yang mengembang pada kelenjar yang
dicakup oleh kurva berbentuk C pada duodenum ke kanan pembuluh darah
12
mesenterika superior. Kolum pankreatis juga terletak pada pembuluh darah
mesenterika superior, yang membentuk sulkus pada apek posteriornya. Permukaan
anterior dilapisi oleh peritoneum. (Moore Keith L, 2013)
Kaput pankreatis berlanjut menjadi korpus pankreatis. Korpus pankreatis
berada di sebelah kiri pembuluh darah mesenterika superior di sebelah posterior
bursa omentalis. Permukaan anterior dilapisi oleh peritoneum sedangkan
permukaan posteriornya bersentuhan langsung dengan aorta, SMA (Superior
Mesenterika Artery), glandula suprarenalis sinistra, dan ginjal kiri serta pembuluh
darah renalis. (Moore Keith L, 2013)
Kauda pankreatis terletak di di anterior ginjal kiri, berhubungan dengan
hilum splenikum dan fleksura koli sinistra. Kauda relatif mobil dan diantara lapisan
ligament splenorenale dengan pembuluh darah splenica. Ujung kauda tumpul dan
terbalik ke superior. (Moore Keith L, 2013)
2.2.3 Fisiologi Pankreas
Pankreas menghasilkan enzim pencernaan melalui sel asinus, serta sejumlah
besar larutan natrium bikarbonat oleh duktulus kecil dan duktus yang lebih besar
dari asini. Sekresi pankreas mengandung enzim yang dapat mencerna protein,
lemak dan karbohidrat. Ion bikarbonat yang disekeresi berguna untuk menetralkan
keasaman kimus. Pankreas juga mensekresi insulin. Insulin disekresi oleh pulau-
pulau langerhans langsung ke dalam darah. (Guyton & Hall, 2012)
Enzim pankreas yang dapat mencerna protein adalah tripsin, kimotripsin
dan karboksipolipeptidase. Trispin dan kimotripsin memisahkan seluruh dan
sebagian protein menjadi peptida dengan berbagai ukuran tapi tidak melepaskan
13
asam amino tunggal. Sedangkan karboksipolipetidase memecahkan beberapa
peptida menjadi asam amino bentuk tunggal. (Guyton & Hall, 2012)
Enzim untuk mencerna karbohidrat adalah amilase pankreas. Enzim ini
menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain (kecuali selulosa)
untuk membentuk disakarida dan beberapa trisakarida. Enzim untuk mencerna
lemak adalah lipase pankreas (utama), kolesterol esterase dan fosfolipase. Lipase
menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan monogliserida. Kolesterol
esterase menyebabkan hidrolisis ester kolesterol. Sedangkan fosfolipase memecah
asam lemak dari fosfolipid. (Guyton & Hall, 2012)
Enzim pencernaan yang disintesis dalam pankreas pertama kali dalam
bentuk tidak aktif berupa tripsinogen, kimotripsinogen dan
prokarboksipolipeptidase. Enzim-enzim ini akan aktif jika sudah disekeresikan
dalam saluran pencernaan. Tripsinogen diaktifkan oleh enterokinase yang disekresi
usus saat kimus kontak dengan mukosa atau oleh tripsin yang sudah terbentuk
sebelumnya. Sel yang mensekresi enzim proteolitik juga mensekresi enzim
penghambat tripsin. Sehingga tripsin tidak akan aktif dan mencerna pankreas itu
sendiri. (Guyton & Hall, 2012)
Jika pankreas sangat rusak atau duktus tersumbat maka sejumlah besar
sekresi akan bertumpuk pada daerah yang rusak. Pada kondisi ini, efek penghambat
tripsin sering sangat kuat dan dapat mencerna pankreas dalam hitungan jam, kondisi
seperti ini disebut sebagai pankreatitis akut. (Guyton & Hall, 2012)
Sekresi pankreas dapat terjadi karena dilepaskannya asetilkolin dari ujung
nervus vagus parasimpatis dan kolinergik di dalam sistem saraf enterik. Ada juga
perangsangan dari kolesistokinin yang disekresikan oleh mukosa duodenum dan
14
yeyenum bagian atas ketika makan masuk ke dalam usus halus. Sekretin
disekresikan ketika makanan yang masuk ke dalam usus terlalu asam. Asetilkolin
dan kolesistokinin menyebabkan sel asinar pankreas terangsang dan menghasilkan
ensim pencernaan dalam jumlah besar tetapi air dan elektrolit jumlahnya relatif
kecil. Sedangkan sekretin merangsang sekresi larutan air dari natrium bikarbonat
dalam jumlah besar oleh epitel duktus pankreas. (Guyton & Hall, 2012)
Fase sefalik menyebabkan asetilkolin dilepaskan ke dalam pankreas.
Dengan demikian enzim sedang dikeluarkan dalam jumlah yang besar ke asini
pankreas, menghasilkan 20% dari total sekresi enzim pankreas sesudah makan.
Selama fase gastrik enzim masih terus disekresi. Jumlah enzim pankreas dihasilkan
sekitar 5-10% dari enzim pankreas yang disekresikan sesudah makan. Saat fase
intestinal sekresi pankreas menjadi sangat banyak terutama karena respon terhadap
hormon sekretin. (Guyton & Hall, 2012)
2.2.4 Histologi Pankreas
Pankreas memiliki komponen endokrin dan eksokrin. Komponen eksokrin
membentuk pankreas dan insula pankreas merupakan bagian endokrinnya.
Komponen eksokrin terdiri dari asini serosa dan sel zimogenik. Sel zimogenik
merupakan penghasil protein bentuk piramid yang memiliki sebuah lumen sentral
yang kecil. Di setiap duktus ekskretorius asini terlihat sel sentroasiner. Produk
sekretorik keluar dari asini melalui duktus interkalaris. (Mescher, 2013)
Unit fungsional eksokrin pankreas adalah asinus pankreas yang terdiri dari
sel asinar. Sel asinar mensekresi enzim pencernaan seperti tripsinogen, kimotripsin,
procarboksipeptidase, lipase, amilase dan sebagainya. Sekresi enzim pencernaan ini
15
di stimulasi oleh kolesistokinin (CCK) dan dikeluarkan oleh sel I di usus halus.
(Dudek, 2008)
Gambar 2.1 Gambar Mikroskopik Sel Pankreas
(A) Gambaran mikroskopik sel asinus dengan lumen yang kecil (F) Asinus
dikelilingi oleh jaringan pengikat, fibroblast (Tanda panah) sel
sentroasinar, untuk saluran drainase asinus (Mescher, 2013)
Sekresi eksokrin pankreas diatur oleh rangsangan hormon dan vagus.
Hormon yang berpengaruh yaitu sekretin dan CCK. Enzim pankreas mula-mula
diproduksi di sel asinar dalam bentuk inaktif dan hanya diaktifkan di duodenum
oleh enterokinase yang dihasilkan di mukosa usus. (Dudek, 2008)
Eksokrin pankreas mensekresi kurang lebih 1.5 liter jus alkali pankreas
setiap hari dan dikirimkan langsung ke duodenum dimana ion HCO3- di netralkan
dan kimus asam masuk dari lambung dan mencapai pH optimal dari enzim
pankreas. Enzim pencernaan ini meliputi protease, alfa amilase, lipase dan nuklease
(DNAase dan RNAase). Protease disekresi dalam bentuk zimogen tidak aktif
16
(tripsinogen, kimotripsinogen, proelastase, kallikreinogen dan
procarboksipeptidase). Tripsinogen dibelah dan diaktifkan oleh enteropeptidase di
duodenum, membangkitkan tripsin yang aktifkan protease lain secara kaskade.
(Mescher, 2013)
Endokrin pankreas terdiri dari sel alfa, beta dan delta. Sel alfa (20% pulau
kecil) mensekresi glukagon. Glukagon disekresi sebagai respon dari kondisi
hipoglikemia. Sel beta (75% pulau kecil) mensekresi insulin. Insulin disekresi
karena respon hipoglikemia. Sel delta (5% pulau kecil) mensekresi somatostatin
yang menghambat hormone sekresi. (Dudek, 2008)
Jaringan pankreas dilindungi dari autodigesti dengan cara 1) Membatasi
aktivasi protease ke duodenum. 2) Inhibitor tripsin, yang dibungkus ulang di granul
sekretori dengan tripsinogen. 3) pH yang rendah di asinus dan sitem duktus karena
HCO3- yang disekresi oleh sel duktus sentroasinar dan interkalatus yang membantu
menjaga enzim dalam kondisi inaktif. (Mescher, 2013)
Pada kondisi pankreatitis akut, proenzim mungkin teraktifkan dan mencerna
jaringan pankreas, memicu komplikasi serius. Kemungkinan penyebab terjadinya
hal ini adalah karena infeksi, batu ginjal, alkohol, narkoba dan trauma. Pankreatitis
kronis dapat membuat fibrosis yang progresif dan kehilangan fungsi pankreas.
(Mescher, 2013)
Sekresi eksokrin pankreas utamanya di regulasi oleh dua hormon
polipeptida yang diproduksi oleh sel enteroendokrin dari usus halus. Kolesistokinin
(CCK) menstimulasi sekresi enzim pada sel asinar. Sekretin meningkatkan sekresi
air dan HCO3- oleh dust cell. Serabut saraf autonomik (parasimpatik) juga
menstimulasi sekresi dari sel asinar dan dust. (Mescher, 2013)
17
2.2.4.1 Sel Asinar
Setiap sel asinar pankreas terdiri dari beberapa sel serous yang mengelilingi
lumen kecil, tanpa sel mioepitelial. Sel asinar terpolarisasi, dengan basal nukleus
bulat dan banyak granul zimogen di ujung, dengan sel khas yang mensekresi
protein. Setiap asinus dialirkan dengan duktus interkalatus yang pendek dari epitel
pipih sederhana. (Mescher, 2013)
Gambar 2.2 Sel Sentroasinar dan Duktus Interkalatus (Mescher, 2013)
Tidak seperti di kelenjar lain, di pankreas tidak ditemukan sel miopitel.
Ketiadaan sel mioepitelial di pankreas mungkin karena anatomi dari asinus
pankreas. Penelitian pada tahun 1990 mengungkapkan bahwa asinus sekretori
bentuknya adalah tubular dengan bukaan di kedua ujung duktus. Hal ini yang
menyebabkan materi sekretori bisa keluar dan bisa menjelaskan mengapa tidak ada
sel mioepitel kontraktil di pankreas. (Telser Alvin G, 2007)
18
Granul sekretori apikal dari sel asinus pankreas disebut dengan granula
zimogen yang berisi dengan bentuk inaktif enzim pencernaan. Penting untuk
mensekresi enzim dalam bentuk inaktif karena jika dalam bentuk aktif maka akan
mencerna protein pankreas sendiri (autodigestion). (Telser Alvin G, 2007)
Gambar 2.3. Gambaran Lumen Terkecil Asinus
Bagian sel (L) merupakan lumen kecil dari asinus yang berisi protein yang
dilepaskan dari sel melalui proses eksositosis. Eksositosis enzim
pencernaan dari granul sekretri dipicu oleh CCK, dilepaskan oleh sel
enteroendokrin dari duodenum ketika makanan masuk daerah lambung.
2.2.4.2 Sel Duktus Interkalatus
Duktus interkalatus tersusun dari epitel kuboid rendah dan sederhana
menyalurkan hasil sekresi ke usus. Bagian awal dari segmen (sel sentroasiner) ini
menonjol ke lumen sekretori asinus. Duktus interkalatus berkumpul di duktus yang
19
besar dan luas yang mempengaruhi sel kolumnar sederhana atau epitel kolumnar
bertingkat. (Telser Alvin G, 2007)
Masing-masing asinus dialirkan oleh duktus interkalatus yang tersusun oleh
epitel squamous sederhana. Sel asal duktus ini memanjang ke lumen asinus
membentuk sel sentroasinar. Sel pada duktus interkalatus mensekresi volume cairan
yang banyak dan kaya akan HCO3- (ion bikarbonat) yang membasakan dan
mengangkut enzim hidrolitik produksi asinus. Duktus interkalatus dibatasi dengan
duktus intralobularis dan duktus interlobular besar, yang makin menjadi epitel
kolumnar sebelum menjadi duktus pankreatikus utama yang mengitari kelenjar.
(Telser Alvin G, 2007)
2.3 Pengaruh Hiperlipidemi pada Pankreas
Lemak yang masuk dalam tubuh akan dibentuk menjadi kilomikron.
Kilomikron merupakan lipoprotein yang tersusun terutama dari trigliserida.
Kilomikron ada dalam sirkulasi ketika trigliserida kadarnya 900mg/dl. Partikel ini
terlalu besar jika melewati kapiler pankreas dan bisa menimbulkan sumbatan
sehingga menyebabkan iskemia, perubahan struktur sel asinar dan pelepasan enzim
lipase pankreas. (Kota et al, 2012)
Jika pankreas sangat rusak atau duktus tersumbat maka sejumlah besar
sekresi akan bertumpuk pada daerah yang rusak. Pada kondisi ini, efek penghambat
tripsin sering sangat kuat dan dapat mencerna pankreas dalam hitungan jam, kondisi
seperti ini disebut sebagai pankreatitis akut. (Guyton & Hall, 2012)
Dalam keadaan normal, semua enzim di dalam pankreas dalam bentuk
inaktif sehingga melindungi pankreas dari efek enzimatik enzimnya sendiri. Pada
20
pankreatitis akut enzim lipase pankreas diaktifkan lebih dini di pankreas, sehingga
terjadi autodigesti pankreas. (Soetikno, 2011) Peningkatan lipolisis menyebabkan
peningkatan asam lemak bebas dan selanjutnya memicu pelepasan mediator
inflamasi, radikal bebas dan memuncak menjadi inflamasi, nekrosis dan edema.
(Kota et al, 2012) A, Nurman dalam Soetikno 2011 menjelaskan bahwa lipase akan
menyebabkan nekrosis lemak lokal maupun sistemik.
2.3.1 Definisi Pankreatitis
Pankreatitis akut didefinisikan sebagai peradangan akut, non-bakterial pada
organ pankreas, yang terjadi akibat autodigesti enzim pankreas. Pankreatitis terjadi
oleh karena enzim autodigesti, dimana enzim pankreas yang teraktivasi mencerna
pankreas, sehingga menyebabkan edema, kerusakan vaskular, perdarahan dan
nekrosis organ pankreas. (Cahyono, 2014)
2.3.2. Klasifikasi Pankreatitis Akut
2.3.2.1. Pankreatitis Akut ringan
Klasifikasi ini ditandai dengan tidak adanya gagal organ dan komplikasi
lokal atau sistemik. Pasien dengan klinis demikian tidak memerlukan pemeriksaan
CECT dan angka mortalitas relatif rendah, sehingga dapat dipulangkan pada fase
awal perjalanan pankreatitis akut. (Cahyono, 2014)
2.3.2.2. Pankreatitis Akut Sedang
Pasien pankreatitis akut sedang sampai berat ditandai dengan adanya gagal
organ, komplikasi lokal atau sistemik yang bersifat sementara (< 48 jam).
Umumnya pankreatitis tipe ini akan membaik tanpa intervensi atau paling tidak
21
memerlukan perawatan yang lebih lama, dengan angka mortalitas jauh lebih rendah
dibandingkan pankreatitis akut berat. (Cahyono, 2014)
2.3.2.3. Pankreatitis Akut Berat
Pankreatitis akut berat terjadi pada 15%–20% kasus, yang ditandai dengan
adanya gagal organ yang bersifat persisten. Apabila tidak dijumpai tanda gagal
organ, adanya komplikasi pankreatitis nekrosis dapat dikatagorikan sebagai
pankreatitis berat. Pasien dengan gagal organ persisten yang timbul dalam beberapa
hari dari onset sakit risiko mortalitasnya mencapai 30%–50%. (Cahyono, 2014)
2.4 Tanaman Cokelat
2.4.1 Taksonomi Tanaman Cokelat
Divisi : Spermatophyta
Klas : Dicotyledone
Ordo : Malvales
Family : Sterculinae
Genus : Theobroma
Species : Theobroma cacao. L.
2.4.2 Biji Cokelat
Bentuk dan warna kulit buah kakao bergantung pada kultivanya. Ada dua
jenis warna kulit buah kakao ini: 1) Buah yang muda berwarna hijau atau agak
putih, bila sudah masak berwarna kuning ; 2) Buah yang muda berwarna merah,
bila sudah masak berwarna oranye. (Andranti, 2012)
22
Gambar 2.4 Buah Cokelat matang. Gambar
di samping merupakan jenis cokelat dengan
kulit merah oranye (McMilien, 2016)
Setelah terjadi persarian, buah berkembang dan mencapai kemasakan
setelah berumur 6-7 bulan. Perkembangan buah muda disebut “Cherelle” dan dua
samapi tiga bulan pertama disebut Cherelle Wilt. Sekitar 80% dari buah-buah
tersebut tidak menjadi buah yang bisa diambil hasilnya. Hal ini dikarenakan adanya
perkembangan kulit buah yang mengakibatkan buah-buah yang lain menjadi gugur
atau karena kompetisi dari buah-buah tersebut untuk mendapatkan air serta nutrisi.
(Heddy, 1990)
Pertumbuhan buah maksimum setelah kurang lebih 143 hari, kemudian
menunjukkan tanda-tanda kemasakan setelah 170 hari. Buah cokelat berisi antara
20-30 biji cokelat. (Heddy, 1990)
Pemetikan buah dilakukan pada buah yang tepat masak. Buah yang kurang
masak kandungan pulpnya kecil, dan akan mengakibatkan hasil fermentasinya pun
kurang baik. Sebaliknya pada buah yang teralu masak, biji-biji cokelat di dalamnya
sering sudah berkecambah atau bahkan kadang-kadang sudah mengering. Setelah
dipetik dilakukan pemecahan terhadap buah untuk mengeluarkan bijinya.
23
Pemecahan buah pada prinsipnya dengan memukul secar alangsung dengan alat
pemukul kayu/pisau kemudian mengambil bijinya. (Heddy, 1990)
2.4.3 Komposisi Biji Cokelat
Tabel 2.1 Komposisi Biji Cokelat
Komponen Menurut
Knapp &
Charchum
Finche Jeason
Air
Lemak
Abu
Nitrogen :
Total N
Protein
Theobromin
Kafein
Karbohidrat :
Glukosa
Sukrosa
Pati
Pektin
Serat kasar
Selulosa
Pentosa
Mucillage
Tanin (asam tanat)
Cocoa Brown/Purple
Asam organik
2.1
54.2
2.7
2.2
1.3
1.4
0.7
0.1
0
6.1
4.1
2.1
1.9
1.2
1.8
2.0
4.2
-
5.0
53.3
2.8
2.1
1.7
1.5
0.2
0.1
1.0
6.0
-
2.6
9.0
1.5
-
-
-
2.5
3.9
53.2
3.1
-
-
1.3
-
-
-
-
-
2.7
-
1.4
-
-
-
(Porbowaseso, 2005)
Polifenol dalam biji cokelat bertanggung jawab atas pembentukan rasa sepat
dengan mekanisme pengendapan protein yang banyak menganding prolin dalam air
ludah dan menyumbang rasa pahit khas cokelat bersama alkaloid, beberapa amino,
peptida dan pirazin. Polifenol dalam biji kakao memiliki antioksidan yang mampu
menekan hidrogen peroksida dan anion superoksida, melindungi lemak dari
kerusakan oksidasi, bertindak sebagai antiulserik, antimikroba, antikarsinogenik,
24
antimutagenik, menghambat pertumbuhan tumor dan kanker, dan mengurangi
penyakit-penyakit karena oksidasi low density lipoprotein (LDL) (Ramiro, 2005)
Kakao sumber yang kaya akan flavonoid, yaitu monomer epikatekin
(flavan-3-ol) dan molekul prosianidin (bentuk polimer). Prosianidin merupakan
penangkap radikal bebas yang efektif. Katekin dalam kakao merupakan salah satu
antioksidan terkuat. Keampuhan katekin sebagai antioksidan hampir 100 kali lebih
efektif dari vitamin C dan 25 kali lebih ampuh dari vitamin E. (Ramiro, 2005)
2.5 Hubungan Biji Cokelat dengan Hiperlipidemi
Biji cokelat mengandung katekin yang berfungsi sebagai antioksidan yang
lebih efektif dari vitamin E dan C (Ramiro, 2005). Antioksidan adalah bahan
tambahan yang digunakan untuk melindungi komponen-komponen makanan yang
bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak.
(Ekawati, 2005) Aturan fisiologis antioksidan berdasarkan definisi tersebut adalah
untuk mencegah kerusakan oleh peningkatan komponen sel sebagai konsekuensi
dari reaksi kimia yang melibatkan radikal bebas. (Woodside, 2001) zat ini dapat
menghambat oksidasi dan dapat menetralkan dampak kerusakan di tubuh dan
jaringan (Sarma et all, 2010).
Mekanisme antioksidan adalah menghambat oksidasi lemak. Oksidasi
lemak terdiri dari tiga tahapan yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Di tahap
inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yang bersifat tifak stabil dan
sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hidrogen (reaksi 1). Pada tahap propagasi,
radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi
25
(reaksi 2). Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan
hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3). (Ekawati, 2005)
2.5.1 Klasifikasi Antioksidan
2.5.1.1 Antioksidan Primer atau Alami
Merupakan senyawa yang dapat menghentikan reaksi berantai
pembentukan radikal bebas yang melepaskan hidrogen. Antioksidan primer dapat
berasal dari alam atau sintetis. (Winarsi, 2007)
Reaksi antioksidan primer terjadi pemutusan rantai radikal bebas yang
sangat reaktif, kemudian diubah menjadi senyawa stabil atau tidak reaktif.
Antioksidan dapat berperan sebagai akseptor elektron atau CB-A (Chain breaking
acceptor). (Triyem, 2010)
Berikut adalah pengelompokan antioksidan primer:
a. Antioksidan mineral adalah kofaktor antioksidan enzim. Keberadaanya
mempengaruhi metabolisme mikromolekul kompleks seperti karbohidrat.
b. Antioksidan vitamin, untuk metabolisme tubuh.
c. Fitokimia adalah senyawa fenolik, yang bukan vitamin atau mineral.
Senyawa yang masuk ke dalam golongan fitokimia adalah senyawa
flavonoid. Flavonoid memberi warna pada buah, biji-bijian, daun, bunga
dan kulit. (Inggrid, 2014)
2.5.1.2 Antioksidan Sekunder
Antioksidan ini dapat disebut sebagai antioksidan eksogenus atau non
enzimatis. Mekanisme kerja antioksidan ini dengan menghambat pembentukan
senyawa oksigen reaktif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari
26
radikal bebas atau dengan menangkap radikal tersebut sehingga radikal bebas tidak
akan bereaksi dengan komponen seluler. Antioksidan sekunder antara lain vitamin
E, vitamin C, beta karoten, flavonoid, asam lipoat, asam urat, bilirubin, meatonin.
(Winarsi, 2007)
2.5.1.3 Antioksidan Tersier
Kelompok ini meliputi sistem enzim DNA-repair dan metionin sulfoksida
reduktase. Enzim-enzim ini berperan dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal
bebas dicirikan oleh rusaknya single dan double strand baik gugus non-basa
maupun basa. (Winarsi, 2007)
Antioksidan dibutuhkan oleh tubuh untuk melindungi dari radikal bebas dan
reactive oxygen species (ROS) yang ada di dalam tubuh karena metabolisme
oksigen normal dalam sel maupun adanya kerusakan eksogen. Kerusakan pada sel
menyebabkan pergeseran muatan sel, merubah tekanan osmotik, memicu pecah
hingga kematian sel. Radikal bebas menarik mediator inflamasi dan menyebabkan
respon inflamasi umum dan kerusakan sel. Untuk melindungi tubuh dari reactive
oxygen species, makhluk hidup mempunyai beberapa mekanisme efektif yaitu
mekanisme pertahanan antioksidan yaitu : 1) Enzimatik berupa superoksida
dismutase, katalase dan peroksidase glutation. 2) Non enzimatik berupa glutation,
asam askorbat, dan α-tocoferol. (Nijveldt, 2001)
Peningkatan produksi ROS selama kerusakan sel menyebabkan konsumsi
dan pergantian senyawa scavenger endogen. Flavonoid mungkin mempunyai efek
additif untuk senyawa scavenger endogen. Flavonoid dapat mempengaruhi dengan
lebih dari 3 radikal bebas yang berbeda, termasuk meningkatkan antioksidan
27
endogen. Flavonoid merupakan antioksidan kuat yang dapat menghambat
peroksidasi lipid dan terbukti menghambat atherosclerosis. (Nijveldt, 2001)
Flavonoid dapat mencegah kerusakan oleh radikal bebas dengan berbagai
cara, salah satunya yaitu dengan langsung membebaskan radikal bebas. Flavonoid
dioksidasi oleh radikal sehingga mampu menghasilkan molekul yang lebih stabil-
radikal yang kurang reaktif. Selektif flavonoid dapat langsung membebaskan
superoksida. Epicatekin juga scavenger radikal yang kuat. Kemampuan scavenger
ini mungkin karena hambatan pada aktivitas enzim xanthine oksidase. (Nijveldt,
2001)
Beberapa flavonoid seperti quercetin mampu mengurangi iskemia dengan
memberikan reperfusi pada luka dengan menginduksi aktivitas sintesa nitrit oksida.
Pengeluaran nitrit oksida pada fase awal penting dalam menjaga dilatasi pembuluh
darah. Pada konsentrasi yang lebih tinggi menghasilkan kerusakan oksidatif. Ketika
flavonoid digunakan sebagai antioksidan, radikal bebas ter-scavenged dan tidak
bisa bereaksi dengan nitrit oksida sehingga mengurangi kerusakan. Nitrit oksida
bisa disebut sebagai radikal bebas itu sendiri. (Nijveldt, 2001)
Pada kondisi yang normal, leukosit bergerak bebas sepanjang dinding
endothelial. Tapi selama iskemik atau inflamasi leukosit mengalami adesi dan
menstimulasi degranulasi neutrofil akibat dari mediator turunan endotel serta
komplemen yang dikeluarkan. Sebagai hasilnya, oksidan dan mediator inflamasi
dilepaskan dan menyebabkan kerusakan sel. Penurunan jumlah leukosit yang tidak
bergerak oleh flavonoid mungkin dihubungkan oleh penurunan total serum dan
mekanisme protektifnya melawan inflamasi. Efek inhibisi beberapa flavonoid pada
28
degranulasi sel mast mungkin karena modulasi modulias dari reseptor Ca chanel di
membran plasma. (Nijveldt, 2001)
Flavonoid spesifik dikenal sebagai kelat Fe, dengan menghilangkan faktor
penyebab terbentuknya radikal bebas. Quercetin secara khusus diketahui karena
karakteristinya sebagai kelat Fe dan stabilisasi Fe. Flavonoid selektif mampu
mengurangi aktivasi komplemen, dengan demikian mengurangi adesi sel radang ke
endotel dan di segi umum menghasilkan pengurangan respon radang (inflamasi).
Flavonoid juga bisa mengurangi pelepasan peroksidase. Pengurangan ini
menghambat produksi ROS oleh neutrofil dengan mempengaruhi aktivasi α-1
antitripsin. (Nijveldt, 2001)
Efek lain flavonoid pada sistem enzim adalah menghambat asam
arakidonat. Efek inilah yang menyebabkan flavonoid disebut sebagai antiinflamasi
dan antitrombogenik. Pelepasan asam arakidonat merupakan awalan untuk respon
inflamasi umum. Neutrofil mengandung lipooksigenase membentuk senyawa
kemotaktik dari asam arakidonat. Mereka juga membangkitkan pelepasan sitokin.
(Nijveldt, 2001)
2.5.2 Jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme antioksidan dalam menghadapai radikal bebas,
antioksidan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu enzim antioksidan,
antioksidan pemecah rantai, dan protein transisi pengikatan logam. Antioksidan
enzim meliputi katalase, glutation peroksidase, glutation reductase, dan
superoksida dismutase. Sedangkan antioksidan pemecah rantai meliputi lipid fase
dan aqueous fase. Protein pengikat transisi logam meliputi ferritin, transferrin,
29
laktoferrin dan kaeruloplasmin berperan sebagai komponen krusial pada sistem
pertahanan antioksidan dengan menyita besi dan tembaga sehingga mereka tidak
bisa membentuk formasi radikal hidroksil. Ikatan tembaga yang utama juga
berfungsi sebagai antioksidan enzim yang dapat mengkatalisasi oksidasi dari
divalen besi. (Woodside, 2001)
2.5.2.1 Vitamin C atau Asam Askorbat
Merupakan antioksidan monosakarida yang ditemukan pada tumbuhan.
Asam askorbat adalah komponen yang dapat mengurangi dan menetralkan oksigen
reaktif, seperti hidrogen peroksida. (Inggrid, 2014)
2.5.2.2 Flavonoid
Merupakan senyawa fenol yang dimiliki oleh sebagian besar tumbuhan
hijau dan biasanya terkonsentrasi pada biji, buah, kulit kayu, daun, dan unga.
Flavonoid diketahui berfungsi sebagai antimutagneik dan antikarsinogenik, selain
itu memiliki sifat sebagai antioksidan, anti peradangan, anti alergi, dan dapat
menghambat oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein). (Inggrid, 2014)
Senyawa flavonoid yang paling banyak yaitu flavonol, flanon, flavon-3-ol,
isoflavon, flavonon, antosianidin, dan proantosianidin. Dasar pembagian golongan
flavonoid menjadi flavonol, flavonon, flavon, flavon-3-ol (katekin), antosianidin,
biflavonoid, dan isoflavon. (Inggrid, 2014)
Flavonoid berperan sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidatif flavonoid
bersumber dari kemampuan mendonasikan atom hidrogennya atau melalui
kemampuannya mengkelat logam. (Arsyad, 2014)
30
2.5.2.3 Polifenol
Karakteristik antioksidan yang berasal dari bahan pangan dilihat dari
kandungan polifenol. Senyawa fenolik mempunyai kemampuan scavenging
terhadap radikal bebas. Polifenol merupakan salah satu kelompok yang paling
banyak dalam tanaman pangan, lebih dari 8000 struktur fenolik dikenal saat ini.
Polifenol adalah produk sekunder dari metabolisme tanaman. (Inggrid, 2014)
2.5.3 Mineral
2.5.3.1 Definisi Mineral
Secara umum, mineral adalah elemen atau senyawa kimia yang normalnya
terdiri dari kristal dan telah terbentuk sebagai hasil dari proses geologi. Pernyataan
ini mencukupi untuk memasukkan banyak zat sebagai mineral. Bagaimanapun juga,
ada beberapa zat yang tidak memenuhi pernyataan tersebut. (Nickel, 1995)
2.5.3.2 Jenis Mineral
Mineral dibagi menjadi mineral esensial dan non esensial. Mineral esensial
yaitu mineral yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses fisiologis makhluk
hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Mineral esensial
terdiri dari dua unsur yaitu mineral makro dan mikro. Mineral makro diperlukan
untuk membentuk komponen organ dalam tubuh, sedangkan mineral mikro
diperlukan dalam jumlah sedikit sehingga umumnya terdapat dalam jaringan
dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial yaitu logam yang peranannya
dalam tubuh masih belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil.
31
Ketidaksesuaian konsentrasi mineral dalam tubuh akan menyebabkan gangguan
pada tubuh itu sendiri. (Arifin, 2008)
Mineral esensial diperlukan dalam proses fisiologi tubuh. Kekurangan
mineral jenis ini menyebabkan kelainan dalam proses fisiologis atau disebut
sebagai penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein,
termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus (P),
kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe),
tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se).
Mineral non esensial beberapa sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal
(Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), cadmium (Cd), aluminium (Al). (Soetan, 2010)
Berdasarkan banyaknya, mineral dapat dibagi menjadi mineral makro dan
mineral mikro. Mineral makro termasuk Ca, P, K, Na, Cl, S dan Mg. Sedangkan
mineral mikro meliputi Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I dan Se. (Soetan, 2010)
2.5.3.3 Fungsi Mineral
Tembaga (Cu) merupakan salah satu mineral mikro. Di alam, Cu ditemukan
dalam bentuk senyawa sulfida (CuS). Bila kekurangan Cu dalam darah dapat
menyebabkan anemia, pertumbuhan terhambat, kerusakan tulang, depigmentasi
rambut dan bulu, pertumbuhan bulu abnormal, dan gangguan gastrointestinal.
Tembaga sangat diperlukan dalam proses metabolisme, pembentukan
haemoglobin, dan proses fisiologis dalam tubuh. Selain berperan dalam sintesis
haemoglobin, tembaga juga berperan dalam aktivitas enzim pernapasan, sebagai
kofaktor bagi enzim tirosinase dan sitokrom oksidase. Tirosinase mengkatalisasi
reasi oksidasi tirosin menjadi pigmen melanin (pigmen gelap pada kulit dan
rambut). Sitokrom oksidase dapat mereduksi oksigen. (Soetan, 2010)
32
Besi (Fe) dalam sistem tubuh merupakan mineral mikro. Kandungan Fe
pada tubuh manusia bevariasi tergantung pada statu kesehatan, nutrisi, umur dan
jenis kelamin. Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber yaitu hasil perusakan sel-
sel darah merah, penyimpanan dalam tubuh dan hasil penyerapan pada saluran
pencernaan. Fe disimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Zat besi penting
untuk memproduksi sel darah merah. Sel ini diperlukan untuk mengangkut oksigen
ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi sebagai pembawa oksigen menuju jaringan dan
dalam jaringan atau dalam sel. Zat besi merupakan bagian dari enzim hemoprotein,
yaitu enzim yang berperan dalam proses oksidas-reduksi dalam sel. (Soetan, 2010)
Co merupakan unsur esensial dan merupakan bagian dari molekul vitamin
B12. Kobalt digunakan untuk penyusunan vitamin B12, sehingga vitamin B12 bisa
didistribusikan dalam tubuh. (Soetan, 2010)
Iodin (I) digunakan untuk membentuk tiroksin, yaitu hormon utama yang
dikeluarkan oleh kelenjar tiroid. Tiroksin dapat meningkatkan laju oksidasi dalam
sel sehingga meningkatkan Basal Metabolic Rate (BMR). Tiroksin juga
menghambat proses fosforilasi oksidatif sehingga pembentukan ATP berkurang
dan lebih banyak dihasilkan panas. Tiroksin mempengaruhi sintesis protein.
Sebagian besar iodin diserap melalui usus halus dan sebagian kecil langsung masuk
ke dalam saluran darah melalui dinding lambung. Sebagian iodin masuk ke dalam
kelenjar tiroid, yang kadarnya 25 kali lebih tinggi dibanding yang ada dalam darah.
Lebih dari setengah iodin dalam tubuh terdapat pada kelenjar tiroid. Iodin juga
ditemukan di kelenjar ludah, lambung, usus halus, kulit, rambut, kelenjar susu,
plasenta dan ovarium. (Soetan, 2010)
33
Seng (Zn) ditemukan hampir dalam seluruh jaringan tubuh, terutama
terakumulasi dalam tulang dibandingkan hati. Jumlah terbanyak ditemukan di
jaringan epidermis yaitu kulit, rambut dan bulu. Seng juga ditemukan sedikit dalam
tulang, otot, darah dan enzim. Seng merupakan komponen penting dalam enzim,
seperti karbonik-anhidrasae dalam sel darah merah serta karboksi peptidase dan
dehidrogenase dalam hati. Enzim karbonik anhidrase mengkatalisis CO2 dalam
darah, enzim karboksipeptidase mengkatalisis protein dalam pankreas, enzim
alkalin fosfatase menghidrolisis fosfat dalam beberapa jaringan, dan enzim amino
peptidase menghidrolisisi peptida dalam ginjal. Seng (Zn) juga berperan dalam
sintesis, transkripsi protein (regulasi gen), menstabilkan struktur protein, seperti
insulin, alkohol dehidrogenase hati, alkalin fosfat, dan superoksida dismutase.
(Soetan, 2010)
Top Related