8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
1/94
TINGKAT KECEMASAN, DUKUNGAN SOSIAL, DAN
MEKANISME KOPING TERHADAP KELENTINGANKELUARGA PADA KELUARGA DENGAN TB PARUDI KECAMATAN CIOMAS BOGOR
ERIKA HERRY
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
2/94
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tingkat Kecemasan, Dukungan
Sosial, dan Mekanisme Koping Tehadap Kelentingan Keluarga pada Keluarga
dengan TB Paru di Kecamatan Ciomas Bogor adalah karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2011
Erika Herry
NIM. I24061082
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
3/94
ABSTRACT
ERIKA HERRY. The Anxiety Level, Social Support, and Coping Mechanism ofFamily Resilience in Families with Pulmonary Tuberculosis at Kecamatan CiomasBogor. Under guidance DIAH KRISNATUTI.
General purpose of this research is to know factors that can affect family resilience in families with pulmonary tuberculosis disease at Kecamatan Ciomas,Kabupaten Bogor. The purpose of research are 1) to identify socioeconomic characteristics of families with pulmonary tuberculosis disease, 2) identify thehealth behavior of pulmonary tuberculosis disease, 3) measuring the level of anxiety patients with pulmonary tuberculosis disease, 4) measure of socialsupport patients with pulmonary tuberculosis disease; 5) measure coping mechanism in families with pulmonary tuberculosis disease; 6) measuring family resilience with pulmonary tuberculosis disease; 7) analyze the correlationsbetween variables of family resilience with pulmonary tuberculosis disease; 8)analyze the influence of variables with family resilience with pulmonarytuberculosis disease. The population of research were family members (parents)as patient with pulmonary tuberculosis disease at Kecamatan Ciomas Bogor,there are: Desa Ciomas, Ciomas Rahayu, and Pagelaran. The subjects in thisresearch are 49 samples chosen purposively. Variables studied were:socioeconomic characteristics, health behavior, anxiety level, social support,coping mechanism, and family resilience. Data analysis using descriptiveanalysis, correlations to examine relationships between variables, and multiplelinear regression to determine the factors that influence the family resilience. Theresults showed that families with pulmonary tuberculosis disease have good and very good sanitation (73%), good health behavior (57%), anxiety level patient isrelatively low to moderate (65%), high coping health mechanism (60%), highcoping mechanism (49%), moderate social support (84%), and high family resilience (47%). Based on correlation analysis showed a negative relationshipbetween family income with family resilience. Are positively correlated betweenfamily coping health mechanism (CHIP), family coping mechanism, anxiety level,social support with family resilience. Based on multiple linear regression analysis
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
4/94
ABSTRAK
ERIKA HERRY. Tingkat Kecemasan, Dukungan Sosial, dan Mekanisme KopingTehadap Kelentingan Keluarga pada Keluarga dengan TB Paru di KecamatanCiomas Bogor. Dibawah bimbingan DIAH KRISNATUTI.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yangdapat mempengaruhi kelentingan keluarga pada keluarga dengan penyakit TBparu di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah1) mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan penyakit TBparu; 2) mengidentifikasi perilaku hidup sehat penderita penyakit TB paru; 3)mengukur tingkat kecemasan penderita penyakit TB paru; 4) mengukurdukungan sosial penderita penyakit TB paru; 5) mengukur mekanisme kopingkeluarga dengan penyakit TB paru; 6) mengukur kelentingan keluarga denganpenyakit TB paru; 7) menganalisis hubungan variabel terhadap kelentingankeluarga dengan penyakit TB paru; 8) menganalisis pengaruh variabel dengankelentingan keluarga dengan penyakit TB paru. Populasi dalam penelitian iniadalah anggota keluarga (orang tua) sebagai penderita penyakit TB paru di DesaCiomas, Ciomas Rahayu, dan Pagelaran, Kecamatan Ciomas Bogor. Contohdalam penelitian ini sebanyak 49 contoh yang dilakukan secara purposivesampling. Variabel yang diteliti yaitu: karakteristik sosial ekonomi, perilaku hidupsehat, tingkat kecemasan, dukungan sosial, mekanisme koping, dan kelentingankeluarga. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, korelasi untuk mengujihubungan antar variabel, serta regresi linier berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelentingan keluarga. Hasil penelitian menunjukkanbahwa keluarga dengan penderita penyakit TB paru memiliki sanitasi yang baikdan sangat baik (73%), perilaku hidup sehat yang baik (57%), tingkat kecemasanpenderita relatif rendah-sedang (65%), mekanisme koping kesehatan yang tinggi(60%), mekanisme koping yang tinggi (49%), dukungan sosial yang sedang(84%), dan kelentingan keluarga yang tinggi (47%). Berdasarkan analisis korelasimenunjukkan adanya hubungan yang bersifat negatif antara pendapatankeluarga dengan kelentingan keluarga. Adanya hubungan yang bersifat positif antara mekanisme koping kesehatan keluarga (CHIP), mekanisme koping
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
5/94
TINGKAT KECEMASAN, DUKUNGAN SOSIAL, DAN
MEKANISME KOPING TERHADAP KELENTINGANKELUARGA PADA KELUARGA DENGAN TB PARUDI KECAMATAN CIOMAS BOGOR
ERIKA HERRY
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Keluarga dan Konsumen padaDepartemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
6/94
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
7/94
contoh (59%) mengalokasikan biaya untuk pangan >50% dari keseluruhanpengeluaran artinya lebih dari separuh keluarga contoh (59%) termasuk dalam
kategori miskin. Hampir tiga perempat contoh (73%) memiliki sanitasi yang baikdan sangat baik. Artinya, hampir tiga perempat contoh memiliki kondisi fisikrumah, sarana rumah tangga, dan sumber air yang baik. Dengan kondisi sehat,individu dapat menjalankan aktifitas produktifnya secara normal sehinggaketahanan dalam keluarga pun tercapai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (59%)berperilaku hidup sehat yang baik dan sangat baik. Artinya, lebih dari separuhcontoh memisahkan alat makan dan minum, menjemur kasur, bantal, dan guling1 minggu sekali, tidur di malam hari selama >5 jam, tidak merokok, dan
menggunakan alat untuk batuk dan meludah.Hasil analisis deskriptif dari aspek tingkat kecemasan membuktikan bahwa
menunjukkan hampir dua pertiga contoh (65%) penderita TB paru memilikitingkat kecemasan yang ringan–sedang. Hal tersebut dikarenakan lebih dariseparuh contoh merasa lebih gugup dan cemas daripada biasanya, mudahmarah atau panik, mengalami sakit kepala, leher, dan punggung, merasa lemahdan mudah lelah, mati rasa dan kesemutan, namun contoh juga merasasemuanya akan baik saja, dapat tidur dan duduk dengan mudah.
Skor mekanisme koping kesehatan (CHIP) yang terdiri dari tiga pola yaitu
lebih dari separuh keluarga contoh (57%) memiliki family integration, kerjasama,dan optimisme yang tinggi, hampir separuh contoh (49%) memiliki dukungansosial, penghargaan diri, dan psychological stability yang tinggi, dan hampir duapertiga contoh (60%) memiliki komunikasi dan konsultasi yang tinggi. Total skormekanisme koping kesehatan keluarga penderita TB paru menunjukkan hampirdua pertiga contoh (60%) keluarga penderita TB paru mendapat mekanismekoping keluarga yang tinggi. Dengan tingginya koping kesehatan keluargapenderita TB paru, sehingga keluarga dapat menjalankan fungsinya secaraoptimal.
Skor mekanisme koping yang terdiri dari dua jenis yaitu hampir separuhcontoh (49%) memiliki mekanisme koping keluarga secara problem-focus coping sedang dan lebih dari separuh contoh (51%) memiliki mekanisme kopingkeluarga secara emotion-focus coping yang tinggi. Total skor mekanisme koping
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
8/94
memiliki family belief system yang tinggi dan sangat tinggi, dan lebih dari tigaperempat contoh keluarga penderita TB Paru (78%) memiliki komunikasi yang
tinggi dan sangat tinggi. Total skor Kelentingan keluarga penderita TB parumenunjukkan hampir separuh contoh keluarga penderita TB Paru (47%) memilikikelentingan keluarga yang tinggi. Dengan kelentingan keluarga yang tinggi,dipandang dapat merespon permasalahan yang terdapat dalam keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikandan bersifat negatif antara pendapatan keluarga dengan kelentingan keluarga (r=-0,303, p < 0,05). Hal demikian diduga karena aspek kelentingan keluarga yangterdiri dari family cohesion, family belief system, dan komunikasi tidak berkaitansecara langsung terhadap pendapatan keluarga. Terdapat hubungan yang
signifikan dan bersifat positif antara tingkat kecemasan dengan kelentingankeluarga (r=0,419, p
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
9/94
Judul Skripsi : Tingkat Kecemasan, Dukungan Sosial, dan Mekanisme KopingTehadap Kelentingan Keluarga pada Keluarga dengan TB Paru
di Kecamatan Ciomas Bogor Nama : Erika HerryNRP : I24061082
Disetujui,
Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S.Dosen Pembimbing
Diketahui,
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
10/94
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas segala karunia-Nya yang tak terhingga sehingga skripsi ini yang
berjudul Tingkat Kecemasan, Dukungan Sosial, dan Mekanisme Koping
Tehadap Kelentingan Keluarga pada Keluarga dengan TB Paru di
Kecamatan Ciomas Bogor dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana pada Mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta salam tidak lupa
penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, manusia paling sempurna di jagat
raya ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi tercapainya tujuan dari penelitian ini. Semoga skripsi ini
dapat terwujud menjadi aksi nyata sehingga bermanfaat bagi pihak yang
memerlukannya.
Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, penulis mendapatkan
banyak bimbingan, bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak. Maka dalam
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. sebagai Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen.
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
11/94
motivasinya. Suamiku Nugroho Sastrawiguna, ST yang senantiasa
membantu penulis dalam memberikan motivasi, perhatian, dan waktunya.Keponakanku Nouval Rafi Nugroho dan Maryam Alena Kanja yang selalu
menghibur penulis.
6. Rahayu Lestari, S.Si yang membantu penulis dalam proses penelitian ini.
7. Kepala Puskesmas Ciomas, Ibu Yuli, staf Desa Ciomas, Ciomas Rahayu,
dan Pagelaran yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan data-data
yang diperlukan oleh penulis.8. Seluruh contoh penelitian ini yang bersedia meluangkan waktu demi
membantu penyelesaian pengumpulan data.
9. Sahabat-sahabatku tersayang yang selalu dapat mengisi relung hati penulis
dikala suka maupun duka. Saudara-saudara seperjuangan di KAMMI Daerah
Bogor, BKM KAMMDA, Murobbiyah dan teman-teman halaqoh, Entertrainer ,
dan Fushilat 43. Terima kasih atas persahabatan ini. Teman-teman IKK 43
khususnya, dan umumnya seluruh mahasiswa IKK atas kebersamaan selama
ini. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Bogor, April 2011
Erika Herry
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
12/94
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
13/94
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
14/94
Jumlah dan Penarikan Contoh............................. ........... .............................. 23Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........... ..................... ........... .............. 24
Uji Validitas dan Reliabilitas ................................ ........... .............................. 27Pengolahan dan Analisis Data .......................................... ........... ............ 28Definisi Operasional...................................................................................... 32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........... ........................................... ....... 34Kondisi Geografis dan Demografi ............................... ........... .............. 34Pendidikan .......................................................................................... 35
Pekerjaan ............................................................................................ 36Karakteristik Contoh ..................................................................................... 36Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga ......................... ........... ..................... 38
Besar Keluarga ................................................................................... 38Pendapatan Perkapita ......................................................................... 38Pengeluaran keluarga ......................................................................... 39Sanitasi ............................................................................................... 39
Perilaku Hidup Sehat ................................................................................... 41Tingkat Kecemasan ..................................................................................... 43Mekanisme Koping Kesehatan Keluarga (CHIP) .......... ................................ 44
Family Integration, Kerjasama, dan Optimisme ................................... 44Dukungan sosial, Penghargaan diri, dan Psychological Stability ......... 46Komunikasi dan Konsultasi ................................................................. 47
Mekanisme Koping Keluarga ................................ ................................ ....... 49Problem-Focus Coping ................................ ................................ ....... 49Emotion-Focus Coping ........................................................................ 49
Dukungan Sosial .......................................................................................... 51Dukungan Emosional .......................................................................... 51Dukungan Penghargaan ............................ ........... .............................. 52Dukungan Instrumental ....................................................................... 53Dukungan Informatif ............................................................................ 54
Kelentingan Keluarga .................................................................................. 55Family Cohesion 55
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
15/94
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Peubah, Jenis Data, dan Cara Pengumpulan Data............................... 24
2 Kategori Variabel Penelitian .......... .............. ........... .............................. 24
3 Interpretasi Reliabilitas ................................ ........... .............................. 29
4 Kriteria Mekanisme Koping Kesehatan Keluarga (CHIP), MekanismeKoping Keluarga, Kelentingan Keluarga, dan Dukungan Sosial ........... 31
5 Kriteria Tingkat Kecemasan .......................................... ........... ............ 326 Skala Dukungan Sosial ...................... ........... ................................ ....... 32
7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia .......... ........... .............................. 35
8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................... ....... 36
9 Pekerjaan Penduduk Berdasarkan Usia Kerja ..................................... 36
10 Sebaran Karakteristik Contoh Penderita TB Paru ......................... ....... 36
11 Sebaran Contoh Penderita TB Paru berdasarkan Besar Keluarga........ 3812 Sebaran Pendapatan Perkapita Perbulan Keluarga Penderita TB
Paru ..................................................................................................... 38
13 Sebaran Pengeluaran Keluarga Penderita TB Paru Berdasarkan Kriteria Pangan .................................................................................... 39
14 Sebaran Pengeluaran Keluarga Penderita TB Paru Berdasarkan Kriteria Pangan dan Non-Pangan ......................................................... 39
15 Sebaran Contoh Berdasarkan Kondisi Fisik Rumah keluarga TB Paru...................................................................................................... 40
16 Sebaran Contoh Berdasarkan Sarana Rumah Tangga Keluarga TB Paru ................................................................................................ 40
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
16/94
25 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Dukungan Emosional Penderita TB Paru ............................................................................... 57
26 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Dukungan Penghargaan Penderita TB Paru ............................................................................... 52
27 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Dukungan Instrumental Penderita TB Paru ............................................................................... 53
28 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Dukungan Informatif Penderita TB Paru ............................................................................... 54
29 Sebaran Subjek Dukungan Sosial Penderita TB Paru ........... .............. 55
30 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Family Cohesion Keluarga Penderita TB Paru ............................................................................... 56
31 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Family Belief SystemKeluarga Penderita TB Paru ......................... ................................ ....... 57
32 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Komunikasi Keluarga Penderita TB Paru ............................................................................... 59
33 Perbedaan Lama Sakit dengan Kelentingan Keluarga TB Paru ........... 60
33 Hubungan Variabel dengan Kelentingan Keluarga Penderita TB Paru . 60
34 Pengaruh Variabel dengan Kelentingan Keluarga Penderita TB Paru .. 62
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
17/94
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan Kerangka Pemikiran ...................................................................... 20
2 Cara Pengambilan Contoh ................................ ................................ ....... 23
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
18/94
DAFTAR GRAFIK
Halaman
1 Tingkat Kecemasan ............................................................................. 44
2 Family Integration, Kerjasama, dan Optimisme..................................... 46
3 Dukungan sosial, Penghargaan diri, dan Psychological Stability........... 47
4 Komunikasi dan Konsultasi ........... .............. ........... .............................. 48
5 Mekanisme Koping Kesehatan Keluarga (CHIP) ........... ........... ............ 48
6 Problem-Focus Coping Keluarga Penderita TB Paru ........... ........... ..... 49
7 Emotion-Focus Coping Keluarga Penderita TB Paru ........................... 50
8 Skor Total Mekanisme Koping Keluarga ..................... ........... .............. 50
9 Dukungan Emosional Keluarga Penderita TB Paru .............................. 52
10 Dukungan Penghargaan Keluarga Penderita TB Paru ........... .............. 53
11 Dukungan Instrumental Keluarga Penderita TB Paru ........................... 53
12 Dukungan Informatif Keluarga Penderita TB Paru ........... .............. ....... 54
13 Skor Total Dukungan Sosial .......... .............. ........... .............................. 55
14 Family Cohesion Keluarga Penderita TB Paru .............. ........... ............ 57
15 Family Belief System Keluarga Penderita TB Paru .............................. 58
16 Komunikasi Keluarga Penderita TB Paru ............................. ........... ..... 59
17 Skor Total Kelentingan Keluarga ................... ................................ ....... 59
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
19/94
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan PerilakuProblem-Focus Coping ............................................................................ 71
2 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan Perilaku Emotion-Focus Coping .......... ................................ ........... ........... ............ 72
3 Uji Korelasi Vriabel dengan Kelentingan Keluarga Penderita TB Paru ..... 74
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
20/94
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) merupakan modal dasar
pembangunan nasional untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Dalam
rangka menyongsong Millenium Development Goals (MDG’s) dan peningkatan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), maka pengembangan SDM yang tepat
guna dan berkelanjutan dapat ditempuh melalui pemberdayaan kapasitas dan
potensi yang ada. Pemberdayaan ini menekankan berbagai macam aspek
meliputi aspek kesehatan, pendidikan, dan kewirausahaan (Suyono & Haryanto
2008).
Kesehatan merupakan hak dasar/hak fundamental warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mempertinggi derajat kesehatan dengan meningkatkan keadaan kesehatan yang
lebih baik dari sebelumnya (UU Kesehatan No.23 Tahun 1992, Bab II Pasal 3).
Kemajuan suatu bangsa berbanding lurus dengan tingkat kesehatan
masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendapatan suatu keluarga, semakin mampu
pula keluarga tersebut menjaga kesehatannya. Setelah itu, dengan semakin
tingginya tingkat kesehatan, semakin tinggi pula produktifitas dan kemampuan
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam berbagai aspek (Sugianto
2007).
Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
21/94
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
22/94
3
spiritualitas, kesesuaian anggota keluarga, fleksibilitas, komunikasi, keuangan,
waktu bersama, rekreasi bersama, rutinitas, ritual, dan dukungan sosial (Walsh
2002). Menganalisis tingkat kelentingan keluarga dengan penyakit TB paru,
selain bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai strategi keluarga untuk
dapat bertahan dari tantangan yang dihadapi (Poerwandari 2005).
Keluarga yang anggotanya berpenyakit pada umumnya memiliki banyak
masalah. Salah satu faktor penunjang dalam mengadaptasi masalah adalah
pengetahuan penderita mengenai bahaya penyakit TB paru dan motivasi
keluarga terhadap penderita. Kondisi keluarga dengan penyakit TB paru
menyebabkan penurunan pendapatan riil keluarga karena kurangnya
produktifitas dari penderita TB paru.
Selain masalah pendapatan, secara sosiologis kemampuan keluarga
penyakit TB paru meliputi kemampuan memulihkan keadaan melalui strategi
koping sebagai bentuk kelentingan keluarga. Koping melibatkan cakupan yang
lebih luas dari potensi strategi, keterampilan, dan kemampuan efektif dalam
mengelola stres. Maka yang menjadi pertanyaan penelitian pada penulisan tugas
akhir ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi, perilaku hidup sehat, tingkat
kecemasan, dukungan sosial, mekanisme koping keluarga, dan kelentingan
keluarga pada keluarga dengan penyakit TB paru?
2. Bagaimana hubungan dan pengaruh karakteristik sosial ekonomi, perilaku
hidup sehat, tingkat kecemasan, dukungan sosial, mekanisme koping
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
23/94
4
5. Mengukur mekanisme koping keluarga dengan penyakit TB paru
6. Mengukur kelentingan keluarga pada keluarga dengan penyakit TB paru
7. Menganalisis hubungan dan pengaruh berbagai variabel terhadap
kelentingan keluarga dengan penyakit TB paru
Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini diantaranya untuk :
a. Pemerintah
Memberikan informasi kepada pemerintah daerah dalam menentukan
kebijakan terkait peningkatan kesejahteraan keluarga dengan penyakit TB
paru .
b. Masyarakat
Memperoleh informasi mengenai mekanisme koping strategi dalam
mengatasi masalah akibat penyakit TB paru.
c. Peneliti/mahasiswa
Menambah wawasan dan pemahaman akibat penyakit TB paru yang dialami
keluarga, serta dapat memberikan sumbangsih dalam ilmu pengetahuan
untuk masa yang akan datang (penelitian lanjutan).
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
24/94
TINJAUAN PUSTAKA
Kelentingan Keluarga
Kelentingan adalah proses dinamis untuk bertahan dari krisis serta
kemampuan beradaptasi secara positif (Walsh 2002). Kelentingan merupakan
karakteristik keluarga dalam beradaptasi terhadap situasi krisis, misalnya tingkat
kerentanan, tipe keluarga, sumber daya, tingkat stres, pemecahan masalah,
kemampuan koping, serta pandangan hidup (McCubbin & McCubbin 1988) diacu
dalam Lazarus A (2004). Situasi krisis dapat terjadi akibat akumulasi
permasalahan dalam keluarga yang salah satunya adalah keluarga dengan
penyakit TB paru. Situasi ini dinilai keluarga tidak mampu mengatasi stresor yang
timbul.
Dalam mewujudkan kelentingan keluarga yang baik yaitu dengan
meningkatkan keberfungsian dan kesejahteraan keluarga serta mencegah
anggota keluarga terinfeksi penyakit. Kelentingan keluarga tidak hanya
mencakup manajemen stres tetapi juga bertahan dari cobaan yang berat.
Adanya krisis dan tekanan yang berlangsung lama dapat mengganggu
keberfungsian keluarga dan akan berdampak pada seluruh anggotanya.
Kemampuan keluarga dalam menghadapi ancaman, menahan stres, dan
mengorganisir ulang masalah secara efektif akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga (Walsh 2002). Menurut Mackay (2003) kelentingan keluarga
terdiri dari tiga aspek, yaitu family cohesion, family belief system, dan
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
25/94
6
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara family
cohesion dan fungsi keluarga. Olson et al (1988) diacu dalam Mackay (2003)
menunjukkan bahwa keluarga dengan family cohesion yang tinggi tetapi
seimbang, sedikit mengalami tekanan dan tingkat kesejahteraan keluarga tinggi.
Family Belief System
Family belief system merupakan inti dari fungsi keluarga yang mencakup
nilai, sikap, keyakinan, bias, dan asumsi. Family belief system merupakan
asumsi dasar yang memicu respon emosional serta menginformasikan
keputusan dan tindakan. Family belief system yang dominan dapat membentuk
keluarga dalam upaya menghadapi krisis dan kesulitan (Walsh 1998) diacu
dalam Mackay (2003).
Terdapat tiga dimensi penting family belief system, yaitu: capacity to make
meaning out of adversity (kemampuan dalam memaknai kesulitan), a positive
outlook (pandangan positif) and spirituality or transcendence (spiritual atau
transedensi). Keluarga yang berfungsi dengan baik memiliki kemampuan untuk
memahami yang telah terjadi dan memperkirakan masa mendatang. Kelentingan
keluarga juga dicirikan oleh ketekunan, kegigihan, dan optimisme dalam
mengatasi rintangan. Family belief system sebagai kunci kelentingan keluarga
karena pentingnya agama dan budaya sebagai sumber utama spirituality or
transcendence (Walsh 1998) diacu dalam Mackay (2003).
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
26/94
7
dan toleransi terhadap perbedaan. Collaborative problem solving melibatkan
identifikasi masalah untuk mengatasi masalah keluarga (Walsh 1998) diacu
dalam Mackay (2003).
Kelentingan yang baik menunjukkan bahwa keluarga mampu mengelola
konflik dengan baik. Pengelolaan konflik sangat tergantung pada komunikasi dan
keterampilan penyelesaian masalah.
Mekanisme Koping
Kondisi krisis atau dalam tekanan yang berlangsung lama dapat
menyebabkan stres pada individu. Keith (2009) mengemukakan beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat stres seseorang, yaitu: (1) sifat menerima keadaan;
(2) pengalaman dalam mengatasi stres; (3) karakteristik individu; (4) persepsi
tentang stres; (5) strategi koping; dan (6) dukungan sosial.
Synder CR (2001) menjelaskan bahwa koping merupakan proses berfikir,
merasakan atau melakukan sesuatu sebagai pemenuhan kepuasan psikologi.
Koping merupakan beberapa respon yang berkesinambungan sebagai akibat
dari stres. Faktor dari keterampilan koping yaitu: (1) fokus masalah; (2)
pengaturan lingkungan; (3) fokus emosi; dan (4) pengaturan diri.
Koping didefinisikan sebagai usaha kognitif dan perilaku seseorang untuk
mengorganisasikan berbagai tuntutan permasalahan. Berdasarkan proses
koping, individu dapat: (1) memperkirakan ancaman atau peluang pada
lingkungannya; (2) mengevaluasi tuntutan dan sumberdaya atau daya dukung
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
27/94
8
Emotion-Focused Coping
Bentuk koping ini bertujuan untuk mengontrol respon emosional yang
muncul dalam menghadapi stresor. Individu cenderung menggunakan bentuk ini
berdasarkan keyakinannya untuk mengubah keadaan. Beberapa strategi yang
berhubungan dengan bentuk koping ini antara lain kontrol diri, mengambil jarak
dengan stresor, berusaha untuk melihat dari sudut pandang lain, menerima atau
melarikan diri dari keadaan (Lazarus dan Folkman 1984).
Problem-Focused Coping
Bentuk koping ini bertujuan untuk mengurangi stresor atau meningkatkan
sumber daya dalam menghadapi stres. Individu cenderung menggunakan bentuk
ini berdasarkan keyakinannya bahwa tuntutan stresor atau sumber daya masih
dapat diubah. Beberapa strategi yang berhubungan dengan bentuk koping ini
antara lain melakukan konfrontasi dengan menolak perubahan, berusaha
mengubah keyakinan orang lain, bergantung pada dukungan sosial, dan
melakukan strategi pemecahan masalah yang terencana (Lazarus dan Folkman
1984).
Stres
McKinnon (1998) memandang stres sebagai kondisi yang tidak
menyenangkan baik secara emosional, fisik, mental, atau kombinasi dari
ketiganya. Kondisi tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memenuhi
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
28/94
9
berkonsentrasi, dan mudah tersinggung; (3) proses, merupakan kondisi dimana
individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah
laku, kognisi, maupun afeksi.
Faktor Stres (Stresor)
Ada dua faktor penyebab stres yaitu berhubungan dengan individu itu
sendiri dan situasi yang dialami individu. Situasi yang berhubungan dengan
individu dapat berupa kondisi tubuh, seperti hawa panas atau dingin yang
berlebihan dan luka atau penyakit. Keadaan sakit menyebabkan munculnya
tuntutan pada kebutuhan biologis dan psikologis individu. Derajat stres yang
timbul tergantung pada keseriusan penyakit dan usia individu tersebut.
Sedangkan situasi yang dialami individu dapat berupa pertambahan anggota
keluarga, perceraian, kematian, pekerjaan, serta keadaan lingkungan (Sarafino
1998).
Menurut Florence dan Setright (1994) diacu dalam Sunarti (2008), faktor
stres atau sumber stres dapat dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu: (1) faktor
fisik, contohnya : obat, keributan, suhu; (2) faktor sosial, contohnya : sakit kronis
atau akut, kematian pasangan, putus hubungan, kesepian, perkawinan,
kehilangan pekerjaan, perampokan; (3) faktor psikologi, merupakan bentuk stres
yang paling merusak dan melibatkan rasa takut, cemas, cemburu, benci, cinta,
rasa bersalah. Contohnya adalah kehilangan harapan, kegagalan, penolakan
dan kekecewaan.
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
29/94
10
ketidakmampuan konsentrasi, tidak dapat mengambil keputusan, pikiran
melayang, lambat berpikir, berpikiran kosong)
2. Stres akut sebagian, yaitu reaksi terhadap kondisi yang seketika terjadi,
misalnya tergesa-gesa. Gejala yang timbul antara lain: sakit kepala keras,
sakit dada, asma, hipertensi, dan serangan jantung.
3. Stres kronis, yaitu stres jangka panjang yang dapat diasosiasikan dengan
masalah kemiskinan, sakit, ketidakberfungsian keluarga, dan ketidakpuasan
bekerja. Gejala yang ditimbulkan antara lain: tidak nafsu makan atau nafsu
makan berlebih, perasaan tidak aman, kekurangan sistem imun, serangan
jantung, sakit kronis di bagian tubuh, pesimis, pemarah, ketidakmampuan
konsentrasi, ketidakmampuan bertindak, letih luar biasa, sakit kepala migrain,
cemas tinggi, kesepian, selalu tersinggung, depresi, sinis, rendah diri, dan
gangguan pencernaan.
4. Stres trauma, yaitu stres ketika individu memiliki pengalaman yang berakibat
trauma, misalnya: kecelakaan, korban kriminal, kehilangan pekerjaan,
bencana alam, dan perampokan. Stres ini dapat berakibat penolakan
terhadap mekanisme koping. Gejala yang dapat ditimbulkan antara lain: (1)
perasaan tidak dapat diprediksikan, moody , cemas, gugup, depresi; (2)
mudah mengingat kejadian dan ketidakmampuan konsentrasi; (3) serangan
jantung, berkeringat, sakit kepala, sakit dada, gangguan pencernaan; (4)
tertekan, kurangnya frekuensi komunikasi dengan anggota keluarga, menarik
diri dari aktivitas kelompok.
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
30/94
11
penyakit lainnya, penyakit kronis melibatkan penyesuaian diri selama kurun
waktu tertentu.
Bentuk Stres
Terdapat dua bentuk stress yaitu eustress dan distress. Eustress adalah
kondisi stres yang membawa efek positif dikarenakan pengelolaan stres yang
baik. Sebaliknya, distress adalah kondisi negatif stres diakibatkan
ketidakmampuan pengelolaan stres karena tingginya tingkat stres yang diderita.
Distress merupakan suatu kondisi subjektif yang tidak menyenangkan. Dua
bentuk utama distress adalah depresi dan kecemasan. Kecemasan merupakan
keadaan diri yang ditandai dengan tegang, tidak dapat istirahat, khawatir, lekas
marah, dan takut. Sedangkan depresi merupakan keadaan diri yang ditandai
dengan perasaan sedih, kesepian, demoralisasi, putus asa, sulit tidur, dan
menginginkan kematian (Mirrowsky & Ross 1989) diacu dalam Sunarti (2008).
Kecemasan
Kecemasan adalah kondisi membingungkan yang muncul tanpa alasan dari
kejadian yang akan datang. Kecemasan akan muncul pada keluarga yang salah
satu anggota keluarganya sedang sakit. Bila salah satu anggota keluarga sakit
maka hal tersebut akan menyebabkan terjadinya krisis pada keluarga.
Post (1978) diacu dalam Trismiati (2004) mengemukakan bahwa
kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
31/94
12
Hubungan interpersonal dianggap sebagai aspek kepuasan secara emosional
dalam kehidupan individu. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat
individu merasa percaya diri, tenang, diperhatikan, dicintai, dan kompeten.
Dukungan sosial terdiri dari informasi verbal, non verbal, dan tindakan yang
diberikan oleh orang lain sehingga mempunyai manfaat emosional bagi individu.
Jenis Dukungan Sosial
Smet (1994) dan Sarafino (1998) membedakan empat jenis dukungan
sosial yaitu :
a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan dan perilaku empati, afeksi,
kepedulian, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan
diperhatikan.
b. Dukungan penghargaan, mencakup ungkapan hormat positif, dorongan, dan
persetujuan atas gagasan atau perasaan individu. Pemberian dukungan ini
membantu individu melihat segi positif dalam dirinya yang berfungsi untuk
menambah penghargaan dan kepercayaan diri saat mengalami tekanan.
c. Dukungan instrumental, mencakup bantuan secara langsung sesuai dengan
yang dibutuhkan individu, seperti bantuan finansial atau pekerjaan pada saat
mengalami stres.
d. Dukungan informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk, saran atau
umpan balik yang diperoleh dari orang lain, sehingga individu dapat mencari
jalan keluar untuk memecahkan masalahnya.
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
32/94
13
Perilaku Hidup Sehat
Perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh
mahluk hidup. Sehat menurut WHO adalah keadaan sempurna baik fisik, mental,
maupun sosial. Sedangkan menurut UU Kesehatan No.23 Tahun 1992,
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial, yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi
(Notoatmodjo 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku hidup sehat adalah segala respon
seseorang yang berkaitan dengan penyakit, pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu:
1. Pemeliharaan kesehatan (health maintanance): perilaku seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan ketika sakit.
2. Penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan (health seeking behavior ):
Perilaku ini menyangkut upaya seseorang pada saat menderita penyakit atau
kecelakaan.
3. Kesehatan lingkungan: respon seseorang terhadap lingkungan agar tidak
mempengaruhi kesehatannya.
Adapun penyebab yang menentukan perilaku kesehatan dibedakan menjadi dua,
yaitu : (1) faktor internal (karakteristik seseorang), misalnya tingkat kecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin; (2) faktor eksternal yaitu lingkungan fisik, sosial,
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
33/94
14
disembarang tempat tapi menggunakan tempat khusus; (8) istirahat cukup dan
tidak tidur larut malam; (9) makan makanan bergizi seimbang; dan (10) hindari
polusi udara dalam rumah seperti asap dapur dan asap rokok.
Tuberkulosis (TB) Paru
Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Infeksi ini paling sering mengenai paru tetapi dapat
juga mengenai organ-organ tertentu (Brewis 1983) diacu dalam Nawas A (1990).
TB paru merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini
tercermin pada prevalensi TB paru dengan BTA (+) yang cukup tinggi yaitu 0,3%
artinya diantara 1000 orang penduduk Indonesia dapat dijumpai 3 orang
penderita TB paru yang masih potensial menular. Di Indonesia, TB paru
merupakan penyebab kematian selain penyakit ISPA, diare dan penyakit jantung
koroner (Handoko T 1984) diacu dalam Nawas A (1990).
Gambaran Klinis TB Paru
Menurut Rasmin R (1987) diacu dalam Nawas A (1990), mengemukakan
gambaran klinis TB paru dapat dibagi atas dua gejala, yaitu:
1. Gejala sistemik (umum) meliputi demam, tidak enak badan, nafsu makan
berkurang yang menyebabkan penurunan berat badan, sakit kepala dan
badan pegal. Pada wanita dapat dijumpai gangguan siklus haid.
2. Gejala respiratorik (paru) melipuit batuk, batuk darah, sesak napas, dan nyeri
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
34/94
15
kepadatan tempat tinggal adalah 10 m2/orang. Luas kamar tidur minimal 8 m2
dan tidak dianjurkan digunakan lebih dua orang tidur dalam satu ruang tidur,
kecuali anak dibawah umur lima tahun. Di daerah perkotaan yang lebih padat
penduduknya, peluang terjadinya kontak dengan penderita TB paru lebih besar
(Karyadi E et al . 2006).
Kondisi Rumah. Tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
manusia. Tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan kesehatan
lingkungan dapat terlihat dari kondisi lingkungan tempat tinggal. Rumah dapat
dikatakan aman dan sehat jika memenuhi syarat tertentu.
Sesuai dengan Kepmenkes No.829/MenKes/SK/VII/1999 diacu dalam
Azwar (1999) terdapat indikator rumah yang sehat yaitu : (1) lantai tidak berdebu
pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan; (2) sebaiknya dinding
dari tembok namun bila di daerah tropis dan ventilasi kurang akan lebih baik
dinding dari papan; (3) atap genting cocok untuk daerah tropis, sedangkan atap
seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan karena menimbulkan suhu
panas di dalam rumah; (4) ventilasi cukup, yaitu minimal luas ventilasi adalah
15% dari luas lantai. Ventilasi mempunyai fungsi: menjaga aliran udara di dalam
rumah tetap segar sehingga keseimbangan oksigen (O2) yang diperlukan oleh
penghuni rumah tetap terjaga, menjaga udara di ruangan rumah selalu tetap
dalam kelembaban yang optimum, dan membebaskan udara ruangan dari bakteri
patogen (pembawa penyakit); (5) cahaya matahari cukup, yang diperoleh dari
ventilasi maupun genting kaca. Suhu udara yang ideal antara 18 - 30°C dan sinar
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
35/94
16
Karakteristik Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri,
atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (UU
No.52 tahun 2009). Keluarga menyediakan keseimbangan kebutuhan antar
individu sebagai anggota keluarga dan tuntutan serta harapan dari masyarakat
yang ada. Empat ciri keluarga yaitu : (1) susunan orang-orang yang disatukan
oleh perkawinan, darah atau adopsi; (2) hidup bersama di bawah satu atap
(rumah tangga); (3) kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi
(peran sosial); dan (4) pemeliharaan suatu kebudayaan (Puspitawati 2006).
Terdapat 8 fungsi keluarga menurut PP No.21 tahun 1994, diacu dalam
Puspitawati (2006) tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera
yang dijalankan untuk mencapai tujuan keluarga, yaitu : fungsi keagamaan,
sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosial dan pendidikan,
ekonomi, dan pembinaan lingkungan.
Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah jumlah seluruh hasil perolehan yang didapat
oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Sajogjo
(1994) menyatakan bahwa pendapatan keluarga meliputi penghasilan ditambah
dengan hasil-hasil lain.
Menurut BPS (2002) diacu dalam Shinta (2008), pendapatan rumah tangga
atau keluarga adalah seluruh penghasilan atau penerimaan berupa uang dari
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
36/94
17
Pendidikan
Pendidikan formal dan non-formal serta pengetahuan orang tua dan anak-
anak sangat penting dalam menetukan status kesehatan dan gizi keluarga.
Pendidikan dapat membantu memperlancar komunikasi serta mempengaruhi
proses pemberian dan penerimaan informasi tentang kesehatan sehingga dapat
dengan mudah diterima oleh keluarga. Tingkat pendidikan ibu dapat berpengaruh
terhadap status anak dan keluarga (Sukarni 1994).
Pekerjaan
Mata pencaharian kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap
ketahanan keluarga terutama status kesehatan keluarga (Sukarni 1994).
Terdapat kaitan antara pekerjaan orang tua dengan karakteristik keluarga yaitu
gambaran mengenai tingkat kesejahteraan keluarga. Keluarga bisa dikategorikan
miskin atau tidak miskin berdasarkan beberapa indikator dan pendekatan.
Pendekatan kemiskinan menurut Hamudy (2008) diacu dalam Shinta (2008),
yaitu: (1) pendapatan: seseorang dikatakan miskin jika pendapatan dan
pengeluaran berada di bawah batas secara sosial; (2) kebutuhan dasar: miskin
jika tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan, papan,
pendidikan dasar; (3) aksesibilitas: miskin karena kurang akses terhadap
infrastruktur sosial dan fisik, informasi, pasar, dan teknologi; (4) kemampuan
manusia: miskin jika tidak memiliki kemampuan minimal yang dapat berfungsi.
Tingkat kesejahteran dapat diukur dengan kriteria BPS dan kriteria
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
37/94
18
menjadi 3 kategori (Hurlock 1993), yaitu: dewasa muda (19-29 tahun), dewasa
madya (30-49 tahun), dan dewasa akhir (50-69 tahun).
Besar Keluarga
Sanjur (1982) diacu dalam Devi (2004) menyatakan bahwa besar keluarga
akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Harper (1988) diacu dalam
Fitriyani (2008) menyatakan bahwa keluarga miskin dengan jumlah anggota
keluarga yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Keluarga dengan kondisi krisis bergantung pada besar keluarga, semakin besar
keluarga maka semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup. Besar keluarga akan
mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Sanitasi
Sanitasi lingkungan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi
permukiman. Kusnoputranto (1983) diacu dalam Fitriyani (2008) mendefinisikan
sanitasi lingkungan sebagai usaha pengendalian dari faktor-faktor lingkungan
fisik yang mungkin menimbulkan kerugian bagi perkembangan fisik, kesehatan
dan daya tahan hidup manusia. Dapat disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan
merupakan pengelolaan berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan
manusia. Pengelolaan sanitasi lingkungan meliputi: (1) penyediaan air rumah
tangga yang baik; (2) pengaturan pembuangan kotoran manusia; (3) pengaturan
pembuangan sampah; (4) pengaturan pembuangan air limbah ; (5) pengaturan
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
38/94
19
keluarga. Untuk perumahan di pedesaan, biasanya disediakan gudang sebagai
tempat penyimpanan hasil panen dan kandang ternak.
Sumber Air. Air merupakan kebutuhan yang paling penting bagi manusia.
Fungsi air dalam kehidupan sehari-hari antara lain: untuk memasak, minum,
mandi, dan mencuci. Adapun syarat air minum yang baik dapat dilihat melalui
fisik, meliputi tidak berwarna (jernih), berasa, berbau, mengandung bahan kimia
dan bakteri.
Menurut Sukarni (1994), air dapat dibedakan berdasarkan sumbernya,
yaitu: (1) air hujan, yaitu air yang diperoleh dari proses prespitasi awan dan
atmosfer yang mengandung air; (2) air permukaan tanah, yaitu air tergenang
atau air mengalir, misalnya: sungai, danau, laut; (3) air tanah, yaitu air
permukaan tanah yang telah masuk ke dalam tanah dan mengalami penyaringan
oleh tanah, batu-batuan, atau pasir.
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
39/94
KERANGKA PEMIKIRAN
Keluarga harus menyediakan kebutuhan anggota dan harapan dari
kehidupan masyarakat. Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan
mempengaruhi keluarga tersebut. Bila salah satu individu dalam sebuah keluarga
menderita penyakit TB paru, maka hal ini tidak hanya menimbulkan stres pada
dirinya sendiri tetapi juga pada keluarganya.
Keluarga dengan penyakit TB paru memiliki karakteristik sosial ekonomi
yang merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup
sehat. Pendapatan keluarga merupakan aspek yang sangat penting pada
keluarga dengan penyakit TB paru. Pendapatan yang rendah dapat menimbulkan
stres keluarga karena kurangnya kebutuhan sehari-hari. Pendidikan dapat
membantu memperlancar komunikasi serta mempengaruhi proses pemberian
dan penerimaan informasi tentang kesehatan sehingga dapat dengan mudah
diterima oleh masyarakat atau keluarga. Tingkat pendidikan yang rendah dapat
menyebabkan pengetahuan tentang lingkungan dan kesehatan juga rendah.
Pekerjaan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Usia
orang tua berkaitan dengan pengalaman dalam mengatur keluarga. Dalam
hubungannya dengan pengeluaran keluarga, besar keluarga akan
mempengaruhi pengeluaran rumah tangga sehingga dapat dilihat tingkat
kesejahteraannya (Sukarni 1994). Sanitasi merupakan usaha pengendalian dari
faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan kerugian bagi
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
40/94
21
anggota keluarga. Penyakit sebagai penyebab stres merupakan efek dari
keadaan sakit menyebabkan tuntutan untuk menyesuaikan diri. Terdapat dua
bentuk stres yaitu eustress dan distress. Eustres adalah kondisi stress yang
membawa efek posiitif dikarenakan pengelolaan stres yang baik. Sebaliknya,
distress adalah kondisi negatif stres diakibatkan ketidakmampuan pengelolaan
stres karena tingginya tingkat stres yang diderita. Dua bentuk utama distress
adalah depresi dan kecemasan. Kecemasan merupakan keadaan diri yang
ditandai dengan tegang, tidak dapat istirahat, khawatir, lekas marah, dan takut
(Mirrowsky & Ross 1989) diacu dalam Sunarti (2008).
Untuk menghadapi stres, keluarga perlu meningkatkan koping yang efektif.
Strategi dan proses koping keluarga berfungsi sebagai mekanime agar fungsi-
fungsi keluarga tercapai. Tanpa koping yang efektif, fungsi ekonomi, sosialisasi,
perawatan keluarga tidak dapat dicapai secara optimal (Friedman 1998). Oleh
sebab itu, koping keluarga merupakan proses penting yang membuat keluarga
mampu mencapai fungsi-fungsi keluarganya secara optimal. Adapun jenis koping
terbagi menjadi 2 yaitu: emotion-focused coping dan problem-focused coping .
Emotion-focused coping bertujuan untuk mengontrol respon emosional yang
muncul dalam menghadapi stresor. Individu cenderung menggunakan bentuk ini
karena keyakinan melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan. Problem-
focused coping bertujuan untuk mengurangi tuntutan stresor atau
mengembangkan sumber daya dalam menghadapi tuntutan. Individu cenderung
menggunakan bentuk ini karena keyakinan bahwa tuntutan stresor atau sumber
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
41/94
22
Komunikasi adalah aspek kunci dari fungsi keluarga. Komunikasi efektif
sangat penting dalam pengambilan keputusan bersama yang dicapai melalui
negosiasi, kompromi, dan umpan balik. Kelentingan yang baik menunjukkan
bahwa keluarga mampu mengelola konflik dengan baik. Pengelolaan konflik
sangat tergantung pada komunikasi dan keterampilan penyelesaian masalah
(Mackay 2003)
Kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1 berikut.
Mekanisme Koping :
Problem-focus coping Emotion-focus coping
Tingkat kecemasan
Stres
Perilaku Hidup Sehat
Karakteristik Sosial EkonomiKeluarga dengan TB Paru:
Pekerjaan Pendapatan keluarga Pendidikan Usia Besar keluarga Sanitasi
Dukungan Sosial
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
42/94
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study , yaitu data diambil
pada satu periode waktu secara bersamaan dengan sampel yang berbeda.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Ciomas yang terdiri dari 3 Desa di
Kecamatan Ciomas yaitu Desa Ciomas, Ciomas Rahayu, dan Pagelaran.
Pemilihan tempat dan contoh dilakukan secara sengaja ( purposive sampling )
berdasarkan kemudahan akses dan penderita penyakit TB paru kedua terbanyak
di Kabupaten Bogor setelah Cileungsi (Gerduda TB 2000). Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan November 2010 yang meliputi
pengumpulan, pengolahan, serta analisis data.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh subjek atau contoh yang terpilih di
salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan Ciomas. Kriteria
contoh yaitu anggota keluarga (orang tua) sebagai penderita penyakit TB paru.
Populasi contoh tersebar berdasarkan 4 UPT Puskesmas Kecamatan Ciomas
yang kemudian disebut cluster area yaitu Puskesmas Kota Batu, Ciomas,
Laladon, dan Ciapus. Selanjutnya secara purposive terpilih Puskesmas Ciomas
sebagai contoh cluster pemilihan dengan pertimbangan kemudahan akses dan
karakteristik contoh yang cukup banyak dibanding puskesmas lain. Puskesmas
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
43/94
24
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang berasal langsung dari objek penelitian, yang diperoleh dengan
survey (wawancara kepada contoh dan pasangan dengan kuesioner terstruktur)
dan observasi. Sedangkan data sekunder meliputi data pasien aktif Puskesmas
Ciomas, gambaran umum lokasi penelitian, penelusuran pustaka dan lain-lain.
Tabel 1 Peubah, Jenis Data, dan Cara Pengumpulan Data
Peubah Jenis Data Cara Pengumpulan Data Skala data
Perilaku Hidup Sehat Primer Wawancara ordinalRiwayat Kesehatan Primer Wawancara nominal
Karakteristik Keluarga
Pekerjaan Primer Wawancara nominal
Pendidikan Primer Wawancara ordinal
Pendapatan keluarga Primer Wawancara rasio
Usia Primer Wawancara rasio
Besar keluarga Primer Wawancara rasio
Sanitasi Primer Wawancara dan observasi ordinal
Tingkat Kecemasan Primer Wawancara ordinalMekanisme koping Primer Wawancara ordinal
Kelentingan Keluarga Primer Wawancara ordinal
Keadaan Umum LokasiPenelitian
Sekunder Kantor Desa -
Tabel 2 Kategori Variabel Penelitian
No. Variabel Kategori Keterangan
Kelentingan Keluarga1. Family Cohesion Kebersamaaan Keseimbangan Kedekatan
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
44/94
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
45/94
26
20. Jenis lantai Seluruhnya tanah Tanah dan Semen
Lantai keramik Lainnya
BPS (2000)
21. Dinding Bambu/triplek/kayu Tembok plester/tanpa plester Lainnya
BPS (2000)
22. Ventilasi Tidak ada Ada, tetapi tertutup Ada, terbuka
BPS (2000)
23. Atap Ijuk Seng
Genteng Lainnya
BPS (2000)
24. Jendela Tidak ada Ada, tetapi hanya di beberapa
ruangan
Ada, hampir setiap ruangan
BPS (2000)
25. Luas ruangan perorang
Baik (> 8m2/orang) Sedang ( 5-8m2/orang) Kurang (< 5m2/orang)
BPS (2000)
Sarana Rumah Tangga26. Ketersediaan
kamar mandi Ya Tidak
Ketentuanpeneliti
27. Kondisi kamarmandi
Tanah dan Semen Lantai keramik Lainnya
Ketentuanpeneliti
28. Ketersediaan jamban
Ya (septic tank/tanpa septic tank) Tidak (sungai/empang) Lainnya
Ketentuanpeneliti
29. Pembuangansampah Sungai TPS Lainnya
Ketentuanpeneliti
30. Pembuangan air SungaiKetentuan
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
46/94
27
36. Kebiasaan merokok Ya Tidak
Depkes (2007)
37. Olahraga 1 minggu sekali 2 minggu sekali 1 bulan sekali Lainnya
Depkes (2007)
38. Tindakanpengobatan
Dokter/mantri Puskesmas/klinik/rumah sakit Obat warung/Obat tradisional
Ketentuanpeneliti
39. Diet Ya Tidak
Depkes (2007)
40. Menggunakan alatuntuk batuk danmeludah
Ya
Tidak Depkes (2007)
Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji validitas
Uji validitasnya dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap item
dengan skor total. Teknik uji validitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus korelasi product moment dari Pearson, yaitu :
r xy =
N Y X XY
N Y Y N X X
/))(()(
/()/( 2222
keterangan :r xy = koefisien korelasi antara skor X (item) dengan skor Y (total)∑XY = jumlah perkalian antara skor X (item) dengan skor Y (total)∑X = jumlah skor item∑Y = jumlah skor totalN = jumlah subjek
Uji signifikansi untuk menentukan valid atau tidaknya suatu item adalah
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
47/94
28
e. dukungan keluarga terdapat beberapa butir pernyataan yang dihapus
yaitu nomor 5, 12, 25, 27, 29, 30, dan 34 karena butir tersebut terbukti
tidak valid. Adapun butir pernyataan yang valid memiliki nilai terendah
0,653 dan nilai tertinggi 0,711.
2. Uji reliabilitas
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik uji reliabilitas alpha yang
dikembangkan oleh Cronbach, dengan rumus :
r 11 =
21
2
11
b
k
k
Keterangan :r 11 = reliabilitas instrumenk = jumlah item1 = bilangan konstan∑σb
2= jumlah varians butir
σ12
= varians total
Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha diperoleh nilair 11=0,892 untuk instrumen mekanisme koping kesehatan keluarga (CHIP),
sebesar 0,918 untuk instrumen mekanisme koping keluarga, sebesar 0,895
untuk instrumen kelentingan keluarga, sebesar 0,701 untuk instrumen tingkat
kecemasan, sebesar 0,701 untuk instrumen dukungan sosial. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa skala tersebut adalah reliabel karena r hitung > 0,6
sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur.Tabel 3 Interpretasi Realibilitas
Nilai realibilitas (r hitung) Interpretasi
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
48/94
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
49/94
30
4. Sanitasi, yang terdiri dari 3 item yaitu: kondisi fisik rumah, sarana dalam
rumah tangga, dan sumber air dengan 12 pertanyaan tertutup dan 3
pertanyaan terbuka.
5. Perilaku hidup sehat, yang terdiri dari 7 pertanyaan tertutup dan 1 pertanyaan
terbuka.
6. Mekanisme koping kesehatan keluarga, kuesioner diadaptasi dari teori
Mc.Cubbin & Mc.Cubbin (1979) yang disusun dalam 45 butir pernyataan.
Skala pengukuran yang digunakan adalah dengan skala likert yaitu: sangat
membantu/menolong (skor 4), membantu/menolong (skor 3), kurang
membantu/menolong (skor 2), tidak membantu/menolong (skor 1). Skor yang
dihasilkan yaitu antara 45-180, sehingga dapat dibuat rentangan 180 – 45 =
135. Hasil rentangan tersebut akan dikategorikan menjadi 5 kriteria yaitu
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Nilai interval
persentase yaitu 180
135
= 75, sehingga 5
75
= 15, maka didapat angka 15
sebagai intervalnya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4 Kriteria Mekanisme Koping Kesehatan Keluarga (CHIP), MekanismeKoping Keluarga, Kelentingan Keluarga, dan Dukungan Sosial
Interval Persentase (%) Kriteria
25,00 – 40,00 Sangat rendah41,00 – 55,00 Rendah
56,00 – 70,00 Sedang71,00 – 85,00 Tinggi86,00 – 100,0 Sangat tinggi
7. Mekanisme koping keluarga, kuesioner diadaptasi dari teori Folkman (1986)
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
50/94
31
yang digunakan adalah dengan skala likert, dengan pemberian skor yaitu:
sangat setuju (SS)=4, setuju (S)=3, kurang setuju (KS)=2, tidak setuju
(TS)=1. Skor yang dihasilkan yaitu antara 33-132 sehingga dapat dibuat
rentangan 132 – 33 = 99. Hasil rentangan tersebut akan dikategorikan
menjadi 5 kriteria yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi. Nilai interval persentase yaitu132
99= 75, sehingga
5
75= 15, maka
didapat angka 15 sebagai intervalnya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.
9. Tingkat kecemasan, kuesioner diadaptasi dari Zung Self Rating Anxiety Scale
(ZRAS) (1971) yang terdiri dari 17 butir pernyataan. Skala pengukuran yang
digunakan adalah dengan skala likert, dengan pemberian skor yaitu: selalu
(skor 4), sering (skor 3), kadang-kadang (skor 2), tidak pernah (skor 1). Skor
yang dihasilkan yaitu antara 17-68 sehingga dapat dibuat rentangan 68 – 17
= 51. Hasil rentangan tersebut akan dikategorikan menurut Zung (1971) yaitu
dibagi 4 kriteria, yaitu normal, ringan-sedang, berat, dan ekstrim. Nilai interval
persentase yaitu68
51= 75, sehingga
4
75= 18,75, maka didapat angka 18,75
sebagai intervalnya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5 Kriteria Tingkat Kecemasan
Interval Persentase (%) Kriteria
25,00 – 43,75 Normal43,76 – 62,50 Ringan – Sedang62,51 – 81,25 Berat81,26 – 100,0 Ekstrim
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
51/94
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
52/94
33
Perilaku hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari yang mencerminkan upaya hidup sehat dalam
memelihara kesehatan keluarga dengan TB Paru, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung oleh pihak luar, meliputi kebersihan anggota keluarga,
kebersihan makanan dan peralatan makan, kebiasaan olahraga,
dan kebiasaan tidak merokok.
Kelentingan Keluarga adalah karakteristik, dimensi, dan sumber daya keluarga
dalam menghadapi perubahan dan adaptasi terhadap situasi krisis.
Kelentingan keluarga diukur berdasarkan aspek kelentingan
keluarga meliputi: family cohesion, family belief system, dan
communication. Semakin tinggi skor yang diperoleh didalam skala,
maka semakin lenting keluarga tersebut dan sebaliknya.
Tingkat Kecemasan adalah suatu persepsi tentang perasaan yang tidak
menyenangkan dan reaksi fisiologis, kecemasan dapat
dikategorikan menjadi 4 yaitu: normal, ringan-sedang, berat, dan
ekstrim.
Mekanisme Koping adalah usaha kognitif dan perilaku yang dibuat oleh
seseorang untuk mengorganisasikan tuntutan dari perbedaan
harapan dan kenyataan. Mekanisme koping diukur dengan
menggunakan skala berdasarkan jenisnya, yaitu: emotion focus
coping dan problem focus coping.
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
53/94
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kondisi Geografis dan Demografi
Lokasi penelitian yaitu di Puskesmas Ciomas yang membawahi tiga desa di
Kecamatan Ciomas, yaitu Desa Ciomas, Desa Ciomas Rahayu, dan Desa
Pagelaran.
Desa Ciomas memiliki luas 26.660 m
2
. Total penduduk desa ini sebanyak12.501 jiwa, terdiri dari 6442 orang laki-laki dan 6059 orang perempuan, dengan
2766 kepala keluarga laki-laki dan 308 kepala keluarga perempuan. Batas
wilayah Desa Ciomas yaitu:
Utara : Jalan raya Ciomas/ Desa Ciomas Rahayu
Timur : Kota Bogor, Desa Mekar Jaya, dan Desa Parakan
Selatan : Desa Pagelaran Barat : Desa Mekar Jaya
Berdasarkan usia, persentase terbesar penduduk berada pada rentang usia 25-
29 tahun, sebanyak 9,8% (Tabel 7).
Desa Ciomas Rahayu memiliki luas 88.450 Ha. Total penduduk desa ini
sebanyak 12.643 jiwa, terdiri dari 6340 orang laki-laki dan 6303 orang
perempuan, dengan 3695 kepala keluarga. Batas wilayah Desa Ciomas Rahayuyaitu:
Utara : Kota Bogor (Kecamatan Bogor Barat)
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
54/94
35
Berdasarkan usia, persentase terbesar penduduk berada pada rentang usia 5-9
tahun, sebanyak 12% (Tabel 7).
Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa penduduk Desa Ciomas terdiri
dari balita (8,5%), anak usia sekolah (28%), usia produktif (53,1%), dan lansia
(10,4%). Penduduk Desa Ciomas Rahayu terdiri dari balita (14%), anak usia
sekolah (26%), usia produktif (54%), dan lansia (6%). Penduduk Desa Pagelaran
terdiri dari balita (9%), anak usia sekolah (31%), usia produktif (55%), dan lansia
(5%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh penduduk Desa Ciomas,
Ciomas Rahayu, dan Pagelaran termasuk dalam usia produktif (20-54 tahun).
Untuk lebih jelasnya tercantum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Desa Ciomas Desa Ciomas Rahayu Desa PagelaranUsia
(tahun)Jumlah(jiwa)
Persentase(%)
Jumlah(jiwa)
Persentase(%)
Jumlah(jiwa)
Persentase(%)
0-4 1057 8,5 1764 14 1144 9
5-9 1170 9,4 1300 10 1482 1210-14 1113 8,9 1004 8 1323 1015-19 1214 9,7 1052 8 1136 920-24 1178 9,5 1011 8 1338 10,525-29 1220 9,8 1249 10 1249 1030-34 1069 8,6 1382 11 1212 9,535-39 1048 8,4 1203 10 1159 940-44 831 6,7 891 7 894 745-49 614 4,9 621 5 617 550-54 645 5,2 416 3 514 4
55-59 353 2,8 332 3 301 260-64 344 2,8 164 1 396 365-69 305 2,4 191 1,5 - ->70 297 2,4 63 0,5 - -
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
55/94
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
56/94
37
3 Lama sakita. < 1 tahunb. 1-5 tahunc. 6-10 tahund. > 10 tahun
63076
12,261,314,312,2
Jumlah 49 100
4 Lama pengobatana. < 6 bulanb. 6-12 bulanc. 13-24 buland. > 24 bulan
112882
22,457,116,44,1
Jumlah 49 100
5 Usiaa. 19-29 tahunb. 30-49 tahunc. 50-69 tahund. > 69 tahun
528151
10,257,130,62,1
Jumlah 49 100
6 Tingkat pendidikana. Tidak sekolahb. Tidak tamat SDc. SD/sederajatd. SMP/sederajate. SMA/sederajatf. Diplomag. Sarjana
13
139
1724
26,1
26,518,434,74,18,2
Jumlah 49 100
7 Pekerjaana. Tidak Bekerjab. Pedagangc. Buruhd. PNSe. Wiraswastaf. Karyawan
125
12686
24,510,224,5
12,216,412,2
Jumlah 49 100
H i i h ( 3 %) b j i k l i l ki l ki i
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
57/94
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
58/94
39
Pengeluaran Keluarga
Berikut adalah gambaran jenis pengeluaran yang menjadi kebutuhan
keluarga contoh. Pengeluaran keluarga terbagi atas pengeluaran pangan dan
non-pangan (pendidikan, kesehatan, uang saku anak, air dan listrik, serta
pengeluaran lainnya).
Tabel 13 Sebaran Pengeluaran Keluarga Penderita TB Paru Berdasarkan
Kriteria Pangan dan Non-Pangan
Jenis Pengeluaran Rata-Rata (Rp) %
Pangan 631.600 53,3Non Pangan :
PendidikanKesehatanUang Saku Air, Listrik, dllLainnya
92.10057.900148.000119.200135.200
7,85
12,510
11,4
Jumlah 1.184.000 100
Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga
contoh (53,3%) mengalokasikan biaya untuk pangan dengan rata-rata Rp.
631.600,00 perbulan. Sisanya, hampir separuh keluarga contoh (46,7%)
mengalokasikan biaya non-pangan secara merata.
Tabel 14 Sebaran Keluarga Penderita TB Paru Berdasarkan Persentase
Pengeluaran Pangan
Pengeluaran Pangan n %
< 50% dari keseluruhan pengeluaran
> 50% dari keseluruhan pengeluaran
20
29
41
59Total 49 100
BPS Bogor (2005) mengukur batas garis kemiskinan berdasarkan
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
59/94
40
Tabel 15 Sebaran Contoh Berdasarkan Kondisi Fisik Rumah Keluarga
TB Paru
Aspek Kategori n %
Jenis lantaiTanah dan semenKeramik
3613
73,526,5
DindingBambu/triplek dan Tembok tanpaplester Tembok plester
1
48
2
98
Ventilasi Ada, namun tertutup Ada dan terbuka
3217
6535
AtapIjuk dan Seng
Genteng
17
32
35
65
Jendela Ada, namun hanya beberaparuangan Ada, hampir di setiap ruangan
35
14
72
28
Luas bangunan8m2/orang, sisanya sebanyak 24,5%
luas bangunan
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
60/94
41
sebanyak 45% lantai keramik. Hampir tiga perempat rumah contoh (73,5%)
memiliki jamban, sisanya sebanyak 26,5% tidak memiliki jamban (sungai,
empang, dan sawah). Hampir tiga perempat contoh (72%) membuang sampah
ke TPS, sisanya sebanyak 28% membuang sampah ke sungai atau dibakar.
Lebih dari separuh contoh (55%) membuang air limbah ke parit, sisanya
sebanyak 45% ke sungai dan septic tank .
Rumah yang sehat harus mempunyai berbagai fasilitas (Notoatmodjo
2007). Pemenuhan berbagai fasilitas atau sarana rumah tangga merupakan
implementasi dari rumah yang sehat.
Sumber Air. Berdasarkan sumber air, air dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu air hujan, air permukaan tanah, dan air tanah (Sukarni 1994). Ketersediaan
sumber air mencakup jenis sumber air minum dan air bersih.
Tabel 17 Sebaran Contoh Berdasarkan Sumber Air Keluarga TB Paru
Aspek Kategori n %
Sumber air minum Mata air/sumur PAM/ledeng
2722
5545
Sumber air bersihMata air/sumur PAM/ledeng
2722
5545
Lebih dari separuh contoh (55%) memiliki sumber air minum dan air bersih
dari mata air/sumur, sisanya sebesar 45% dari PAM/ledeng.
Tabel 18 Total Skor Sanitasi Keluarga Penderita TB Paru
Kriteria n %
Sangat kurang 0 0Kurang 0 0Sedang 13 27Baik 22 44
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
61/94
42
intensitas menjemur alat tidur (kasur, bantal, guling), waktu tidur, kebiasaan
merokok, olahraga, dan penggunaan alat untuk batuk dan meludah (Depkes
2007). Untuk lebih jelasnya, terdapat pada tabel berikut.
Tabel 19 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan Perilaku Hidup
Sehat
Aspek Kategori n %
Pemisahan alat makan danminum
TidakYa
3217
6535
Menjemur kasur, bantal, dan
guling
>1 minggu sekali
1 minggu sekali
27
22
55
45Waktu tidur
5 jam
940
1882
Kebiasaan merokokYaTidak
1435
2872
Olahraga>1 minggu sekali1
minggu sekali, sisanya sebanyak 45% selama 1 minggu sekali. Lebih dari tiga
perempat contoh (82%) tidur selama >5 jam, sisanya sebanyak 18% selama 1 minggu sekali, sisanya sebanyak 47%
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
62/94
43
Tingkat Kecemasan
Terdapat dua bentuk stress, yaitu eustress dan distress. Distress
merupakan suatu kondisi subjektif yang tidak menyenangkan. Salah satu bentuk
utama distress adalah kecemasan (Mirrowsky & Catherine E. Ross 1989) diacu
dalam Sunarti (2008). Pernyataan kecemasan dibagi menjadi aspek psikologis
dan fisiologis (Bucklew 1980 diacu dalam Trismiati 2004). Zung (1971) yang
mengkategorikan tingkat kecemasan menjadi empat, yaitu normal, ringan-
sedang, berat, dan ekstrim. Untuk lebih jelasnya, terdapat pada tabel berikut.
Tabel 21 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan Indikator Tingkat
Kecemasan
Banyaknya jawabancontohNo Indikator
Tidak (%) Ya (%)
1 Saya merasa lebih gugup dan cemas daripadabiasanya
49 51
2 Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali 65 35
3 Saya dengan mudah marah atau merasa panik 33 674 Saya merasa perasaan seperti pecah berkeping-
keping61 49
5 Saya merasa bahwa semuanya baik-baik dan tidakada yang buruk akan terjadi
22 78
6 Lengan dan kaki saya gemetar 67 337 Saya terganggu oleh sakit kepala, leher dan sakit
punggung43 57
8 Saya merasa lemah dan mudah lelah 8 929 Saya merasa tenang dan dapat duduk diam dengan
mudah16 84
10 Saya bisa merasakan jantungku berdebar kencang 80 2011 Saya terganggu oleh sakit kepala 49 5112 Saya pingsan atau merasa seperti itu 96 4
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
63/94
44
dan mudah lelah, mati rasa dan kesemutan, namun contoh juga merasa
semuanya akan baik saja dan dapat tidur dan duduk dengan mudah.
Tingkat kecemasan yang ringan - sedang diduga karena contoh telah
melakukan pengobatan ke puskesmas dan rumah sakit, sehingga merasa
penyakit TB paru bukan penyakit yang harus dicemaskan. Sesuai dengan Taylor
(1999), bahwa kecemasan akan muncul pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya sedang sakit. Perbedaan tingkat kecemasan tergantung dari
beberapa faktor yang diduga yaitu karakteristik keluarga, permasalahan yang
muncul, dan mekanisme koping keluarga.
Tingkat Kecemasan
2%
65%
29%
4%
Normal Ringan – Sedang Berat Ekstrim
Grafik 1 Tingkat Kecemasan
Mekanisme Koping Kesehatan (Coping Health Inventory for Parents)
CHIP didesain untuk mengukur persepsi dalam mengelola keluarga dengan
anggota keluarga yang sakit kronis. CHIP terdiri dari tiga pola koping, yaitu: (1)
family integration kerjasama dan optimisme berfokus terhadap ketahanan
45
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
64/94
45
Tabel 22 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan Indikator Family
Integration, Kerjasama, dan Optimisme
Banyaknya jawabancontohNo Indikator
Tidak (%) Ya (%)
1 Mencoba untuk tidak saling menyalahkan 2 982 Merasa yakin/percaya bahwa penyakit TB Paru
pasangan saya akan sembuh10 90
3 Memperoleh bantuan dari orang lain untuk mengerjakantugas di rumah
37 63
4 Saya percaya sepenuhnya kepada Tuhan melalui doa
yang saya panjatkan
4 96
5 Mengatakan pada diri sendiri bahwa saya memilikibanyak yang seharusnya saya syukuri
2 98
6 Membina hubungan yang lebih dekat dengan pasangandan anak/anggota keluarga lain
2 98
7 Merasa bahwa pasangan saya yang sakit sama sajadengan orang lain juga mengalami hal yang sama
22 78
8 Melakukan beberapa kegiatan/pekerjaan di rumahdengan anggota keluarga
2 98
9 Makan makanan kesukaan 59 41
10 Mengembangkan diri sendiri sebagai seseorang 43 5711 Menghibur teman-teman di rumah 67 3312 Merawat diri sendiri dengan baik 2 9813 Berdiskusi dengan tenaga kesehatan (perawat,dokter)
saat mengunjungi puskesmas/rumah sakit6 94
14 Berdiskusi dengan dokter mengenai kekhawatiran sayamengenai pasangan saya dalam hal pengobatan
8 92
15 Membaca dari media masa mengenai bagaimana oranglain dengan situasi yang sama mengatasi hal-hal yangmenjadi masalah
41 59
16 Memastikan memperoleh obat untuk pasangan sayasehari-hari di rumah
8 92
17 Membaca lebih banyak masalah kesehatan yangmenarik perhatian saya
79 31
46
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
65/94
46
pengobatan, dan pasangan memastikan memperoleh obat untuk contoh sehari-
hari di rumah.
Family Integration, Cooperation,
and Optimistic
29%
57%
14%
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Grafik 2 Family Integration, kerjasama, dan optimisme
Dukungan Sosial, Penghargaan Diri, dan Psychological Stability
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran faktor dukungan sosial,
penghargaan diri, dan psychological stability penderita TB paru. Untuk lebih jelasnya terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 23 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan Indikator Dukungan
Sosial, Penghargaan Diri, dan Psychological Stability
Banyaknya jawabancontohNo Indikator
Tidak (%) Ya (%)
1 Mempercayai suami/istri dan anak saya untukmendukung saya 0 100
2 Menunjukkan pada orang lain bahwa saya bersikaptegar
6 94
3 M b h k / h kit k
47
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
66/94
47
17 Berbicara dengan orang lain/keluarga lain yangmempunyai situasi yang sama
31 69
18 Berbicara dengan orang tua yang lain/tetangga
mengenai pengalaman mereka 35 6519 Menjelaskan situasi keluarga kepada teman-teman dan
tetangga agar mereka memahami kami69 31
Hasil analisis deskriptif dari aspek dukungan sosial, penghargaan diri, dan
psychological stability menunjukkan bahwa hampir separuh contoh (49%)
memiliki dukungan sosial, penghargaan diri, dan psychological stability yang
tinggi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar contoh mempercayai pasangan
dan anak untuk mendukung, menunjukkan sikap tegar pada orang lain, merasa
percaya bahwa puskesmas/rumah sakit akan menolong, pasangan merasa
sanggup untuk mengorbankan diri untuk kemajuan pengobatan contoh, dan
percaya segala sesuatu akan berjalan seperti biasa.
Social Support, Self Esteem, and
Psychological Stability
35%
49%
16%
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Grafik 3 Dukungan Sosial, Penghargaan Diri, dan Psychological Stability
Komunikasi dan Konsultasi
48
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
67/94
48
Hasil analisis deskriptif dari aspek komunikasi dan konsultasi
menunjukkan bahwa hampir dua pertiga contoh (60%) memiliki komunikasi dan
konsultasi yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan sebagian contoh melakukan
kegiatan di rumah dengan sanak famili, membangun hubungan dekat dengan
orang lain, dan melakukan aktifitas dengan melibatkan semua anggota keluarga.
Communication and
Consultation
2% 22%
60%
16%Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
tinggi
Grafik 4 Komunikasi dan Konsultasi
Skor total mekanisme koping kesehatan keluarga penderita TB paru
tercantum pada Grafik 5. Hal ini menunjukkan hampir dua pertiga contoh (60%)
keluarga penderita TB paru mendapat mekanisme koping keluarga yang tinggi.
Dengan tingginya koping kesehatan keluarga penderita TB paru, sehingga
keluarga dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Hal ini sesuai dengan
Friedman (1998).
Mekanisme Koping Kesehatan
Keluarga (CHIP)
49
8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor
68/94
49
Mekanisme Koping keluarga
Sarafino (1998) mengkategorikan jenis koping menjadi dua, yaitu problem-
focused coping dan emotion-focused coping .
Problem-Focus Coping
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran mekanisme koping
secara problem-focus coping penderita TB paru. Untuk lebih jelasnya terdapat
pada Lampiran 1.
Hasil analisis deskriptif keseluruhan aspek problem-focus coping penderita
TB paru, menunjukkan bahwa hampir separuh contoh (49%) memiliki mekanisme
koping keluarga secara problem-focus coping sedang. Hal tersebut dikarenakan
contoh dapat berkonsentrasi dengan apa yang harus dilakukan, mencoba untuk
menganalisis masalah agar memahami lebih baik, simpatik dan memahami
seseorang, meminta maaf atau melakukan sesuatu untuk orang lain membuat
keputusan, mengubah sesuatu agar segalanya menjadi lebih baik, berusaha
memperjuangkan apa yang diinginkan, beribadah, mencoba menjaga perasaan
dari campur hal lain yang terlalu banyak, dan membuat beberapa solusi untuk
menyelesaikan suatu masalah.
Problem-Focus Coping
Sedang
49%
Sangat
tinggi
14%
50
8/18/2019 Tingkat Kecemasan
Top Related