Executive Summary i
Executive Summary i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat yang dilimpahkan-Nya,
Kami, dapat menyelesaikan Executive Summary untuk pekerjaan Kajian Tentang Perekayasaan
Teknologi Dalam Pengelolaan Sungai Berbasis Networked Society di Jawa Tengah Tahun Anggaran
2020. Laporan Antara ini berisi tentang keseluruhan substansi yang memuat pendahuluan, Tinjauan
Kebijakan dan Kajian Teori; Metodologi, Pembahasan dan Penutup serta Lampiran.
Kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu tersusunnya
exsume ini. Melalui kegiatan ini kami berharap dapat ikut serta dalam membantu laporan ini, sehingga
hasil dari kegiatan ini dapat bermanfaat bagi stakeholders terkait di masa yang akan datang.
Tim
Penyusun
Executive Summary ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
Latar Belakang............................................................................................................... 7
Maksud Dan Tujuan ....................................................................................................... 7
Waktu Pelaksanaan ....................................................................................................... 7
Sasaran ......................................................................................................................... 7
Ruang Lingkup .............................................................................................................. 7
Dasar Hukum ................................................................................................................. 8
ANALISIS TIPOLOGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI PROVINSI
JAWA TENGAH ....................................................................................................................... 10
Analisis Tipologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang ................................ 11
Analisis Tipologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo .................. 13
Analisis Tipologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Lampir ................................. 15
Analisis Tipologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tengguli .............................. 17
Analisis Tipologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy .............................. 19
Analisis Tipologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Karimun ............................... 21
Analisis Tipologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali ................................. 23
Analisis Tipologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo .................................. 25
Analisis Tipologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu ................................. 27
Executive Summary iii
Analisis Tipologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Banjaran .............................. 29
REGULASI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP
PENGELOLAAN DAS ............................................................................................................... 31
PERAN TEKNOLOGI DALAM MENDETEKSI BANJIR DI JAWA TENGAH BERBASIS NETWORK
SOCIETY .................................................................................................................................. 35
SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN SUNGAI BERBASIS NETWORK SOCIETY ......................... 38
PENUTUP ................................................................................................................................ 45
Executive Summary 4
LATAR BELAKANG
Masyarakat berjejaring (networked society) saat ini merupakan unsur dominan dalam teori
dan praktek governance. Kata governance menjadi populer setelah kebangkrutan pemerintah
akibat krisis hutang di tahun 1980-an. Governance mengimplikasikan bahwa layanan publik
tidak lagi menjadi tanggung jawab mutlak pemerintah, tetapi juga melibatkan aktor non
pemerintah termasuk swasta didalamnya. Masyarakat berjejaring mengindikasikan adanya
simpul-simpul ikatan aktor dalam masyarakat yang menunjukkan adanya hubungan, atau
tidak adanya hubungan, antar simpul. Tahun 2015 Jurnal Water Alternatives menurunkan
edisi khusus tentang Information and Knowledge for Water Governance in the Networked
Society. Belum lagi topik ini mapan secara teoritik apalagi praktek dalam manajemen air,
komunikasi berjejaring telah berkembang lebih maju lagi. Perkembangan dunia digital saat
ini mengarah pada pelibatan warga untuk meningkatkan legitimasi dan kecepattanggapan
mekanisme dalam governance.
Implementasi konsep masyarakat berjejaring dalam pengelolaan air mensyaratkan adanya
kebijakan data yang terbuka secara efektif. Penelitian di Australia, Denmark, Spanyol,
Inggris, dan Amerika Serikat menyisakan masalah terkait hal ini, yaitu (1) kultur
pemerintahan yang tertutup, (2) aturan tentang privasi, (3) terbatasnya data yang berkualitas,
(4) terbatasnya informasi yang ramah pengguna, (5) belum mapannya standarisasi data. Ada
3 (tiga) tahapan penting dalam konsep masyarakat berjejaring, yaitu (1) tahap penyadaran,
(2) tahap peningkatan kapasitas (capacity building) yang meliputi peningkatan kapasitas
Executive Summary 5
manusia, organisasi, dan sistem nilai, serta (3) tahap pemberian daya (empowerment) yaitu
pemberian kekuasaan, otoritas, atau peluang. Dalam proses pemberdayaan masyarakat,
kegiatan penyuluhan dan pendampingan merupakan kegiatan yang harus dilakukan. Hal
tersebut juga tertuang dalam pasal-pasal tentang pemberdayaan masyarakat yang ada
dalam peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan DAS. Selain itu, untuk
mencapai masyarakat yang berjejaring, ada beberapa upaya yang juga perlu mendapat
perhatian yaitu: (1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang. Kerja sama dengan masyarakat membutuhkan komitmen yang kuat dari
pemerintah dan para pihak terkait yang lain. Pihak-pihak tersebut dituntut untuk
menciptakan suasana atau iklim mendukung agar potensi masyarakat berkembang. Peran
serta masyarakat harus didorong seluas-luasnya melalui program-program pendampingan
menuju suatu kemandirian mereka. (2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat (empowering). Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang
(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.
Tata pengelolaan yang baik (good governance) dalam pengelolaan daerah aliran sungai
(DAS) diperlukan karena pada hakekatnya kerusakan sumber daya alam yang terjadi dalam
DAS disebabkan oleh tata pengelolaan yang buruk (bad governance). Tata pengelolaan yang
baik diperlukan untuk menopang kehidupan manusia dan kehidupan pada umumnya, baik
makro maupun mikroorganisme, di wilayah DAS dan sekitarnya. Optimalisasi pengelolaan
DAS di Jawa Tengah perlu lebih difokuskan pada penggunaan lahan, salah satu kasus belum
optimalnya penggunaan lahan pada DAS di Jawa Tengah adalah Daerah Aliran Sungai (DAS)
Keduang, Wonogiri, Jawa Tengah yang memiliki luas 39.733 hektare dengan 16 sub DAS
yang mengalir ke waduk Wonogiri serta memiliki fungsi strategis bagi perlindungan daerah
aliran sungai Solo. Namun dikarenakan tingginya tingkat sedimentasi yang masuk ke waduk
Wonogiri ditengarai akibat tidak optimalnya penggunaan lahan di sekitar DAS tersebut
(Hakim,2019). Lebih lanjut Hakim menyatakan bahwa terdapat variasi kinerja sub DAS
Keduang yakni sebanyak 10 DAS masuk kategori buruk dan 6 sub DAS kategori sedang. Dari
sisi parameter buruknya kondisi lahan, kondisi tata air, dan sosial ekonomi diketahui
berdampak pada penurunan kinerja DAS. Oleh karena itu, diperlukan optimalisasi
Executive Summary 6
penggunaan lahan yang dilakukan dengan cara penggabungan dari pendekatan kinerja DAS
dan evaluasi lahan seacara berkelanjutan.
Penelitian lain menunjukkan sulitnya membangun kepercayaan dalam masyarakat
bberjejaring khususnya dalam pengelolaan DAS. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
upaya pengelolaan DAS berbasis masyarakat berjejaring sangat diperlukan. Hal tersebut
dikarenakan sebagian besar lahan yang berada di DAS, khususnya DAS yang padat penduduk
seperti di Pulau Jawa, merupakan lahan milik masyarakat yang pengelolaannya ditentukan
oleh masyarakat sendiri selaku pemilik lahan. Saat ini dari 450 DAS di Indonesia terdapat 118
DAS yang dalam kondisi kritis. Indikator DAS yang sehat adalah sungai yang sehat dan sungai
yang sehat ditandai oleh kecilnya perbedaan debit air antara musim kemarau dan musim
hujan. Ciri DAS di Provinsi Jawa Tengah adalah DAS yang secara geografis melewati lebih
dari satu wilayah administrasi kabupaten/kota dan secara potensial dapat dimanfaatkan oleh
lebih dari satu kabupaten/kota, maka peran pengendalian pemanfaatan ruang tidak dapat
secara langsung oleh Kabupaten/Kota, dibutuhkan peran Provinsi dalam pengelolaan DAS
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah
terbentuknya pengelolaan sungai berjejaring di seluruh Indonesia, sementara tujuan
khususnya adalah bagaimana melalui topik penelitian ini DAS dapat dikelola dengan lebih
baik.
Penelitian ini berusaha untuk mengaplikasikan manajemen sungai berjejaring dengan
menggunakan rekayasa teknologi informasi dan komunikasi yang melibatkan warga melalui
mobile application sehingga sungai dapat dimanajemeni secara berkelanjutan. Sebelum
sampai pada pengembangan aplikasi yang akan dilakukan adalah bagaimana membangun
kepercayaan dan kesamaan platforms di antara para pihak baik pemerintah, swasta maupun
lembaga swadaya masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan “Sungai”, yang karena
pemanfaatannya bagi masyarakat Kota Semarang menjadi tanggung jawab mitra penelitian
ini yaitu BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah modifikasi
dari Social Network Analysis dimulai dengan kegiatan susur sungai, diikuti dengan wawancara
untuk mengidentifikasi data, platforms, dan pihak-pihak lain yang berjejaring dengan
responden (seperti melalui pertanyaan dengan siapa saja anda berkomunikasi tentang topik
penelitian) dan hambatan berjejaring, dan hasilnya divalidasi melalui diskusi kelompok fokus.
Executive Summary 7
MAKSUD DAN TUJUAN
Secara Umum Maksud Dari Kajian Tentang Perekayasaan Teknologi Dalam Pengelolaan Sungai
Berbasis Networked Society Di Jawa Tengah Ini Adalah Untuk Mengetahui bagaimana
Pemanfaatan Teknologi dalam Pegelolaan Sungai di Jawa Tengah.
Adapun tujuan khusus dari kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Menelaah dan memetakan regulasi dan kewenangan pemerintahan provinsi
terhadap Pengelolaan Sungai.
2. Menggambarkan Peran perakayasaan teknologi dalam mendeteksi peringatan
bencana banjir di Jawa tengah berbasis networked society.
3. Mengambarkan Peran teknologi dalam mendeteksi Kuantitas dan kualitas Air sungai
dalam Pencemaran Lingkungan di Jawa Tengah
4. Merumuskan kebijakan dalam pengelolaan sungai berbasis perekayasaan teknologi.
WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan kegiatan penyusunan Kajian Tentang Perekayasaan Teknologi Dalam
Pengelolaan Sungai Berbasis Networked Society Di Jawa Tengah, selama 60 (enam puluh) hari
kalender dari waktu ditetapkannya pelaksanaan kegiatan ini.
SASARAN
Sasaran kegiatan adalah tersusunnya dokumen Kajian Tentang Perekayasaan Teknologi Dalam
Pengelolaan Sungai Berbasis Networked Society Di Jawa Tengah sesuai dengan kondisi objektif di
lapangan serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Kajian Tentang Perekayasaan Teknologi Dalam Pengelolaan Sungai Berbasis
Networked Society Di Jawa Tengah
antara lain meliputi :
a. Penelaahan terhadap regulasi dan aturan tentang Pegelolaan Sungai di Jawa Tengah.
b. Penyerapan informasi dan masukan dari seluruh instansi dan/atau dinas terkait,
1) BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah;
2) Dinas Pudataru
Executive Summary 8
3) BPS Provinsi Jawa Tengah
c. Adapun materi yang dibutuhkan dari masing-masing instansi tersebut adalah :
1) Kewenangan dan Kelembagaan (regulasi, Kewenangan, Kelembagaan)
2) Data Sekunder yang sudah ada.
3) Permasalahan yang dihadapi di lapangan
DASAR HUKUM
Kegiatan penelitian berlandaskan beberapa dasar hukum yang dijadikan acuan, antara lain:
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor
3419).
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4377).
4. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah.
6. Undang – Undang Republik Indonesian Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya
Air.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara tahun 2001 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161).
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesian Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air.
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.
Executive Summary 9
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai.
12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Penetapan
Wilayah Sungai.
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A Tahun 2006 Tentang Kriteria dan
Penetapan Wilayah Sungai.
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pangkajian Teknis untuk Menetapkan Kelas Air.
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air.
16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air.
17. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 114 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air.
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 20 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Lintas Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah.
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air
Limbah.
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2007 Tentang Pengendalian
Lingkungan Hidup di Provinsi Jawa Tengah.
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2019 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 - 2023.
Executive Summary 10
Pengelolaan DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem dengan input manajemen dan input
alam untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan baik di tempat (on site) maupun
di luar (off-site). Secara ekonomi ini berarti bentuk dari proses produksi dengan biaya ekonomi
untuk penggunaan input manajemen dan input alam serta hasil ekonomi berupa nilai dari
outputnya. Analisis Tipologi Pengelolaan DAS pada kajian ini dilakukan dengan mengambil
sample 1 (satu) DAS dalam 1 (satu) WS dalam lingkup Provinsi Jawa Tengah. Dalam
menganalisis tipologi pengelolaan DAS pada kajian ini dilakukan beberapa analisis yang
meliputi:
a. Analisis Tipologi Lahan yang akan menunjukan tingkat kerentanan lahan terhadap erosi.
b. Analisis Tipologi Banjir yang akan memberikan nilai tingkat kerentanan banjir pada DAS
di Jawa Tengah.
c. Analisis Tipologi Sosial Ekonomi yang akan menunjukan formula tipologi/kerentanan
penduduk terhadap lahan berdasarkan kepadatan penduduk dan struktur ekonomi.
d. Analisis Tipologi DAS yang akan memberikan gambaran kondisi DAS baik dari kondisi
daerah tangkapan airnya maupun kondisi banjirnya.
e. Analisis Tipologi Kewilayahan yang akan menunjukan skala kerentanan kewilayahan
pengelolaan DAS berdasarkan pada Luas DAS dan kewilayahan secara administrasi.
f. Analisis Tipologi Pengelolaan DAS yang akan memberikan hasil terhadap pengelolaan
DAS berdasarkan 5 (lima) analisis sebelumnya.
Executive Summary 11
TIPOLOGI PENGELOLAAN DAS GARANG
Tipologi pengelolaan DAS Garang memiliki kelas kerentanan sangat rentan seluas 2439,28 Ha
atau 11 % yang tersebar dibagian hulu dan bagian tengah. Kelas kerentanan rentan seluas
4628,96 Ha atau 22 % yang tersebar di bagian hulu dan dominan di bagian tengah. Kelas
kerentanan sedang seluas 14190,22 Ha atau 67 % yang tersebar dari bagian hulu sampai
bagian hilir. Kelas kerentanan tidak rentan seluas 58,73 Ha atau 0,3%. Perlu dicatat bahwa
Tipologi Pengelolaan DAS hanya menunjukkan tingkat kemudahan atau kesulitan dalam
sistem pengelolaannya.
Hasil Analisis Tipologi Pengelolaan DAS Garang KATEGORI KECAMATAN LUAS (Ha) TOTAL LUAS (Ha) TOTAL LUAS (%)
Tidak Rentan
Gajah Mungkur 1,86
58,73 0,3% Gunung Pati 3,47
Ngaliyan 10,48
Semarang Barat 40,89
Semarang Utara 2,04
Sedang
Boja 1841,73
14190,22 67%
Limbangan 827,59
Banyumanik 740,94
Candisari 0,15
Gajah Mungkur 479,26
Gunung Pati 2519,38
Mijen 1066,43
Ngaliyan 63,93
Semarang Barat 993,21
Semarang Selatan 38,46
Semarang Tengah 37,97
Semarang Utara 291,03
Ambarawa 1,06
Bawen 164,09
Bergas 569,14
Somowono 6,03
Ungaran 4549,83
Rentan
Banyumanik 107,85
4628,96 22%
Candisari 57,62
Gajah Mungkur 329,74
Gunung Pati 2237,71
Mijen 724,37
Ngaliyan 155,95
Semarang Barat 26,57
Bergas 415,81
Ungaran 573,33
Sangat Rentan
Gunung Pati 1323,71
2439,28 11%
Mijen 184,48
Ngaliyan 29,23
Bawen 12,49
Bergas 306,23
Ungaran 583,15
Executive Summary 12
Executive Summary 13
TIPOLOGI PENGELOLAAN DAS BENGAWAN SOLO
Tipologi pengelolaan DAS Bengawan Solo memiliki kelas kerentanan agak rentan seluas
2848,25 Ha atau 0,5%. Kelas kerentanan sedang seluas 41393,89 Ha atau 7% dan Kelas
kerentanan rentan seluas 583304,90 Ha atau 93 % yang tersebar diseluruh DAS Bengawan
Solo.
Hasil Analisis Tipologi Pengelolaan DAS Bengawan Solo
KATEGORI KAB/KOTA LUAS (Ha) TOTAL LUAS (Ha) PERSENTASE (%)
Agak Rentan
Blora 1244,13
2848,25 0,5%
Grobogan 4,73
Karanganyar 319,67
Klaten 284,49
Rembang 5,74
Sragen 545,18
Sukoharjo 25,07
Wonogiri 419,24
Sedang
Blora 4892,61
41393,89 7%
Boyolali 3633,31
Grobogan 8,01
Karanganyar 8035,50
Klaten 1636,37
Surakarta 44,45
Rembang 2732,56
Sragen 547,11
Sukoharjo 897,89
Wonogiri 18966,07
Rentan
Blora 93805,17
583304,90 93%
Boyolali 54315,88
Grobogan 999,92
Karanganyar 71867,23
Klaten 64164,47
Surakarta 4667,40
Rembang 10408,52
Semarang 4372,45
Sragen 84922,41
Sukoharjo 48226,47
Wonogiri 145554,97
JUMLAH 627547,04 100%
Executive Summary 14
Executive Summary 15
TIPOLOGI PENGELOLAAN DAS LAMPIR
Tipologi pengelolaan DAS Lampir memiliki kelas kerentanan agak rentan seluas 36111,21 Ha
atau 99% dan kelas kerentanan tidak rentan seluas 518,01 Ha atau 1%. Perlu dicatat bahwa
Tipologi Pengelolaan DAS hanya menunjukkan tingkat kemudahan atau kesulitan dalam
sistem pengelolaannya.
Hasil Analisis Tipologi Pengelolaan DAS Lampir
KATEGORI KAB/KOTA LUAS (Ha) TOTAL LUAS (Ha) PERSENTASE (%)
Agak Rentan
Temanggung 0,027
36111,21 99%
Banjarnegara 135,319
Batang 27054,663
Wonosobo 1,250
Kendal 8919,946
Tidak Rentan Kendal 357,845
518,01 1% Batang 160,167
JUMLAH 36629,22 100%
Executive Summary 16
Executive Summary 17
TIPOLOGI PENGELOLAAN DAS TENGGULI
Tipologi pengelolaan DAS Tengguli memiliki kelas kerentanan agak rentan seluas 3958,15 Ha
atau 100% Perlu dicatat bahwa Tipologi Pengelolaan DAS hanya menunjukkan tingkat
kemudahan atau kesulitan dalam sistem pengelolaannya.
Hasil Analisis Tipologi Pengelolaan DAS Tengguli
KATEGORI KAB/KOTA LUAS (Ha)
TOTAL LUAS (Ha)
PERSENTASE (%)
Agak Rentan BREBES 3958,12 3958,15 100%
JUMLAH 3958,15 100%
Executive Summary 18
Executive Summary 19
TIPOLOGI PENGELOLAAN DAS CITANDUY
Tipologi pengelolaan DAS Citanduy memiliki kelas kerentanan agak rentan seluas 95.518,64
Ha atau 100% Perlu dicatat bahwa Tipologi Pengelolaan DAS hanya menunjukkan tingkat
kemudahan atau kesulitan dalam sistem pengelolaannya.
Hasil Analisis Tipologi Pengelolaan DAS Citanduy
KATEGORI KAB/KOTA LUAS (Ha)
TOTAL LUAS (Ha)
PERSENTASE (%)
Agak Rentan
Banyumas 379,15
95518,64 99,8% Brebes 433,98
Cilacap 94705,51
Tidak Rentan Cilacap 187,83 187,83 0,2%
JUMLAH 95706,47 100%
Executive Summary 20
Executive Summary 21
TIPOLOGI PENGELOLAAN DAS KARIMUN
Tipologi pengelolaan DAS Karimun memiliki kelas kerentanan tidak rentan seluas 3409,04 Ha
atau 100%. Perlu dicatat bahwa Tipologi Pengelolaan DAS hanya menunjukkan tingkat
kemudahan atau kesulitan dalam sistem pengelolaannya.
Hasil Analisis Tipologi Pengelolaan DAS Karimun
KATEGORI KAB/KOTA LUAS (Ha) TOTAL LUAS (Ha) PERSENTASE (%)
Tidak Rentan Jepara 3409,04 3409,04 100%
JUMLAH 3409,04 100%
Executive Summary 22
Executive Summary 23
TIPOLOGI PENGELOLAAN DAS PEMALI
Tipologi pengelolaan DAS Pemali memiliki kelas kerentanan agak rentan seluas 128.132,18
Ha atau 98% dan kerentanan tidak rentan seluas 3.243,43 Ha atau 2%. Perlu dicatat bahwa
Tipologi Pengelolaan DAS hanya menunjukkan tingkat kemudahan atau kesulitan dalam
sistem pengelolaannya.
Hasil Analisis Tipologi Pengelolaan DAS Pemali
KATEGORI KAB/KOTA LUAS (Ha) TOTAL LUAS (Ha) PERSENTASE (%)
Agak Rentan
Banyumas 184,85
128132,18 98% Brebes 100701,96
Cilacap 227,66
Tegal 27017,72
Tidak Rentan
Banyumas 68,50
3243,43 2% Brebes 3174,65
Tegal 0,29
JUMLAH 131375,61 100%
Executive Summary 24
Executive Summary 25
TIPOLOGI PENGELOLAAN DAS PROGO
Tipologi pengelolaan DAS Progo memiliki kelas kerentanan rentan seluas 147.935,22 Ha atau
85% serta kerentanan sedang seluas 26615,83 Ha atau 15% dan kerentanan agak rentan
seluas 334,89 Ha atau 0,2%. Perlu dicatat bahwa Tipologi Pengelolaan DAS hanya
menunjukkan tingkat kemudahan atau kesulitan dalam sistem pengelolaannya.
Hasil Analisis Tipologi Pengelolaan DAS Progo
KATEGORI KAB/KOTA LUAS (Ha) TOTAL LUAS (Ha) PERSENTASE (%)
Rentan
Boyolali 802,04
147935,22 85%
Kota Magelang 1831,04
Magelang 97234,99
Purworejo 174,79
Semarang 814,17
Temanggung 46966,00
Wonosobo 112,18
Sedang
Boyolali 2496,78
26615,83 15%
Klaten 0,00
Kota Magelang 15,26
Magelang 11774,37
Purworejo 15,41
Semarang 2222,73
Temanggung 9946,29
Wonosobo 145,00
Agak Rentan Magelang 261,8070
334,89 0,2% Purworejo 73,0782
JUMLAH 174885,94 100%
Executive Summary 26
Executive Summary 27
TIPOLOGI PENGELOLAAN DAS SERAYU
Tipologi pengelolaan DAS Serayu memiliki kelas kerentanan rentan seluas 214.782,37 Ha atau
57,7% serta kerentanan sedang seluas 157532,22 Ha atau 42,3% dan kerentanan tidak rentan
seluas 221,52 Ha atau 0,1%. Perlu dicatat bahwa Tipologi Pengelolaan DAS hanya
menunjukkan tingkat kemudahan atau kesulitan dalam sistem pengelolaannya.
Hasil Analisis Tipologi Pengelolaan DAS Serayu
KATEGORI KAB/KOTA LUAS (Ha) TOTAL LUAS (Ha) PERSENTASE (%)
Rentan
Banjarnegara 35454,71
214782,37 57,7%
Banyumas 84895,87
Batang 0,06
Brebes 370,34
Cilacap 16266,77
Kebumen 4,89
Pekalongan 0,89
Pemalang 0,86
Purbalingga 52607,71
Temanggung 30,35
Wonosobo 25149,91
Sedang
Banjarnegara 71763,88
157532,22 42,3%
Banyumas 26915,13
Batang 199,51
Brebes 826,26
Cilacap 927,91
Kebumen 128,33
Kendal 11,75
Pekalongan 276,90
Pemalang 354,86
Purbalingga 27578,11
Temanggung 452,20
Wonosobo 28097,40
Tidak Rentan Cilacap 221,52 221,52 0,1%
JUMLAH 372536,11 100%
Executive Summary 28
Executive Summary 29
TIPOLOGI PENGELOLAAN DAS BANJARAN
Tipologi pengelolaan DAS Banjaran memiliki kelas kerentanan agak rentan seluas 5627,53 Ha
atau 99,7% serta kerentanan tidak rentan seluas 16,68 Ha atau 0,3%. Perlu dicatat bahwa
Tipologi Pengelolaan DAS hanya menunjukkan tingkat kemudahan atau kesulitan dalam
sistem pengelolaannya.
Hasil Analisis Tipologi Pengelolaan DAS Banjaran
KATEGORI KAB/KOTA LUAS (Ha) TOTAL LUAS (Ha) PERSENTASE (%)
Agak Rentan Jepara
5627,53 5627,53 99,7%
Tidak Rentan 16,68 16,68 0,3%
JUMLAH 5644,21 100%
Executive Summary 30
Executive Summary 31
Peran para pihak yang terlibat dalam pengelolaan DAS Jawa Tengah terdiri dari beberapa
SKPD/lembaga/kelompok masyarakat, yang mempunyai fungsi dan tugas pokok yang berbeda
tetapi saling melengkapi. Hasil inventarisasi regulasi dan kewenangan dari masing-masing
instansi terhadap peran para pihak yang terlibat dalam pengelolaan DAS di Jawa Tengah
dijabarkan sebagai berikut:
Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana
Dasar hukum pelaksanaan tugas BBWS Pemali Juana diatur dalam Permen PUPR No.
20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Adapun visi dari Balai Besar Wilayah Sungai Pemali
Juana adalah Terwujudnya kemanfaatan sumber daya air di Wilayah Sungai Pemali Comal dan
Jratunseluna yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat.
Tugas pokok dari Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana ialah Melaksanakan pengelolaan
sumber daya air di wilayah sungai yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
operasi dan pemeliharaan dalam rangka konservasi dan pendayagunaan sumber daya air dan
pengendalian daya rusak air pada sungai, pantai, bendungan, danau, situ, embung, dan
tampungan air lainnya, irigasi, rawa, tambak, air tanah, dan air baku serta pengelolaan
drainase utama perkotaan. Dan memiliki fungsi sebagai berikut:
Executive Summary 32
a. Penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai;
b. Penyusunan program pengelolaan sumber daya air dan rencana kegiatan pengelolaan
sumber daya air pada wilayah sungai;
c. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan /penerapan pola pengelolaan sumber daya
air dan rencana pengelolaan sumber daya air;
d. Penyusunan studi kelayakan dan perencanaan teknis/desain/pengembangan sumber
daya air;
e. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa serta penetapan pemenang selaku unit layanan
pengadaan (ulp);
f. Penyelenggaraan sistem manajemen mutu dan system manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3);
g. Pengelolaan sumber daya air yang meliputi konservasi dan pendayagunaan sumber daya
air serta pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai;
h. Pengelolaan drainase utama perkotaan;
i. Pengelolaan sistem hidrologi;
j. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air;
k. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air pada wilayah sungai;
l. Pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya air yang menjadi kewenangan
provinsi dan kabupaten/kota;
m. Pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya air yang menjadi kewenangan
provinsi dan kabupaten/kota;
n. penyusunan dan penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian izin penggunaan
sumber daya air dan izin pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai;
o. Fasilitasi kegiatan tim koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai;
p. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air;
q. Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi barang milik negara
selaku unit akuntansi wilayah;
r. Pelaksanaan pemungutan, penerimaan dan penggunaan biaya jasa pengelolaan sumber
daya air (bjpsda) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
s. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai serta komunikasi
public;Penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja Balai; dan.
Executive Summary 33
t. Menyelenggarakan pemantauan dan pengawasan penggunaan sumber daya air dan
penyidikan tindak pidana bidang sumber daya air.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Nomor 67 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Bab II, Pasal 4 dan 5,
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah adalah
sebagai berikut :
• Perumusan kebijakan di Bidang Penataan, Pengkajian Dampak dan Pengembangan
Kapasitas Lingkungan Hidup, Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya Beracun,
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Penataan dan Pemanfaatan
Hutan, Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam,
Penyuluhan, Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Perlindungan Hutan;
• Pelaksanaan kebijakan di Bidang Penataan, Pengkajian Dampak dan Pengembangan
Kapasitas Lingkungan Hidup, Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya Beracun,
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Penataan dan Pemanfaatan
Hutan, Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam,
Penyuluhan, Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Perlindungan Hutan;
• Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di Bidang Penataan, Pengkajian Dampak dan
Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup, Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan
Berbahaya Beracun, Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup,
Penataan dan Pemanfaatan Hutan, Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi
Sumber Daya Alam, Penyuluhan, Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Perlindungan Hutan;
Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 60 Tahun 2016 tanggal 30
Desember 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air
dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan
Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Tugas
Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum
Executive Summary 34
Sub Urusan sumber daya air dan Penataan Ruang yang menjadi Kewenangan Daerah
dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah.
b. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air
dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
• Perumusan kebijakan di Bidang Pengembangan dan Pembinaan Teknis, Irigasi dan
Air Baku, Sungai, Bendungan dan Pantai serta Penataan Ruang;
• Pelaksanaan kebijakan di Bidang Pengembangan dan Pembinaan Teknis, Irigasi dan
Air Baku, Sungai, Bendungan dan Pantai serta Penataan Ruang;
• Pelaksanaan Monitoring, evaluasi dan pelaporan di Bidang Pengembangan dan
Pembinaan Teknis, Irigasi dan Air Baku, Sungai, Bendungan dan Pantai serta Penataan
Ruang;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jawa Tengah
Bappeda Provinsi Jawa Tengah mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan
pemerintahan bidang pemerintahan dan sosial budaya, bidang perekonomian, bidang
infrastruktur dan pengembangan wilayah, bidang penyusunan program, monitoring dan
evaluasi pembangunan, bidang riset dan pengembangan, dan bidang inovasi dan teknologi
yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah
serta tugas Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di bidang perencanaan pembangunan
daerah. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana, Bappeda melaksanakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan;
b. pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang perencanaan, penelitian dan
pengembangan;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang
perencanaan dan penelitian pengembangan;
d. Pelaksanaan tugas Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
e. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan Daerah di
bidang perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan;
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur, sesuai tugas dan fungsinya.
Executive Summary 35
Dalam satu tahun terakhir bencana banjir di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan data BNPB
telah terjadi 2.923 kejadian bencana banjir dari 1 Januari 2019 – 31 Desember 2019 dengan
rincian korban yaitu 33 jiwa meninggal dan hilang, 84 jiwa luka-luka dan 523.570 jiwa
terdampak dan mengungsi. Sedangkan jumlah rumah yang rusak akibat banjir di Jawa Tengah
yaitu 728 unit rumah rusak berat, 1.856 unit rumah rusak sedang dan 7.043 unit rumah rusak
ringan. Untuk fasilitas yang terdampak banjir di Jawa Tengah yaitu 2 fasilitas kesehatan, 47
fasilitas peribadatan dan 72 fasilitas pendidikan.
Data Jumlah Terdampak dan Mengungsi Akibat Bencana Banjir di Jawa Tengah Tahun 2019
Executive Summary 36
Sedangkan berdasarkan data BNPB dari tanggal 1 Januari 2020 – 5 April 2020 data kejadian
bencana banjir di Jawa Tengah yaitu 554 kejadian dengan korban 3 jiwa meninggal dan
hilang, 6 jiwa luka-luka dan 649 terdampak dan mengungsi. Untuk bangunan rumah yang
terkena dampak banjir di Jawa Tengah yaitu 85 unit rumah rusak berat, 186 unit rumah rusak
sedang dan 350 unit rumah rusak ringan, serta beberapa fasilitas yang terdampak banjir yaitu
2 fasilitas kesehatan, 2 fasilitas peribadatan dan 2 fasilitas pendidikan.
Data Jumlah Terdampak dan Mengungsi Akibat Bencana Banjir di Jawa Tengah Tahun 2020 (Januari –
April)
Berdasarkan data diatas, dengan tingkat kerusakan dan kehancuran yang tinggi oleh bencana
banjir, maka perlu adanya upaya untuk meminimalkan kerusakan dan dampak yang mungkin
ditimbulkan oleh banjir. Salah satu upaya yang seharusnya dilakukan adalah dengan
pengantisipasian dan deteksi dini terhadap bencana bannjir dengan sistem teknologi.
Beberapa kasus yang telah menerapkan sistem tekonologi sebagai upaya mendeteksi dini
bencana banjir adalah Amerika Serikat melalui NASA. NASA atau Badan Antariksa Amerika
Serikat merupakan salah satu pihak yang mencoba memahami banjir. Pertama-tama, NASA
unggul karena dapat melihat wilayah-wilayah di bumi, dari ketinggian sekitar 400 Km.
Dalam mengantisipasi banjir, NASA menggunakan teknologi bernama Global Flood Monitory
System atau GFMS. Dalam situs web resmi NASA disebutkan bahwa sistem yang digunakan
mirip dengan apa yang kita kenal sebagai Google Maps. Perbedaannya ialah GFMS merupakan
peta bencana yang memetakan banjir dalam skala global. Ia memperoleh data secara real-
time melalui satelit-satelit yang dimiliki NASA. Data yang diterima kemudian diolah
Executive Summary 37
ditampilkan melalui peta yang bisa digunakan para pembuat kebijakan untuk mengantisipasi
banjir. Selain itu, NASA juga bekerjasama dengan Badan Bantuan Pembangunan Internasional
Amerika untuk mencoba mengantisipasi bencana banjir dengan mengeluarkan alat yaitu.
“Servir”. Servir menerima data-data penunjang melalui pencitraan satelit, kemudian
menganalisis data yang diperoleh tersebut melalui bantuan teknologi yang dimiliki oleh NASA.
Penggunaan alat Servir sampai saat ini telah digunakan untuk memetakan banjir di Afrika dan
memprediksi kebakaran hutan di Himalaya.
Selain Amerika Serikat, penggunaan sistem teknologi untuk mendeteksi bencana banjir juga
digunakan di Banglades. Alat yang digunakan adalah servir yaitu untuk memprediksi banjir
tahunan yang terjadi dengan memahami pola aliran sungai. Pemahaman pola aliran sungai
bisa dilakukan karena Servir yang digunakan memanfaatkan data-data dari NASA dengan
melakukan pencitraan di wilayah Bangladesh dan menghasilkan analisis yang baik.
Dari studi kasus diatas dapat diketahui bahwa pada era saat ini penggunaan teknologi sangat
penting untuk dilakukan terumata berkaitan dengan informasi kejadian bencana banjir. Oleh
karena itu, pengunaan teknologi saat ini dinilai penting dalam penanggunaan maupun
mitigasi bencana banjir bahkan dapat memberikan informasi yang lebih awal tentang kejadian
bencana banjir. Selain itu juga manfaat teknologi saat ini tidak hanya berhenti sebagai media
informasi, akan tetapi dapat memberikan sumbangsih besar bagi pemulihan wilayah maupun
pemulihan korban yang telah terkena bencana alam melalui donasi-donasi yang dibuka secara
online. Ini membuktikan bahwa teknologi informasi berkembang untuk peradaban manusia,
menyesuaikan kebutuhan manusia untuk keberlangsungan hidup manusia. Sehingga
kebutuhan teknologi untuk mendeteksi peringatan bencana banjir di Jawa Tengah dinilai
sangat penting untuk dilakukan guna mengantisipasi dampak dari bencana banjir yang
ditimbulkan.
Executive Summary 38
Sistem informasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jawa Tengah merupakan suatu aplikasi
program pengolahan data Daerah Aliran Sungai (DAS) yang meliputi berita terupdate tentang
DAS di Jawa Tengah, Profil DAS di Jawa Tengah, Peta Online yang terdiri dari peta
administrasi, peta pola ruang, peta penggunaan lahan, peta kawasan rawan bencana, peta
citra dan peta curah hujan. Selain itu terdapat juga informasi tentang ketinggian air, dokumen,
partisipasi dan kontak. Berikut adalah rancangan sistem informasi pengelolaan DAS di Jawa
Tengah:
1. Login
Pada halaman login terdapat 2 (dua) pilihan login yaitu login admin yang khusus
digunakan oleh pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam hal ini Badan Perencanaan
Executive Summary 39
Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah, serta login guest yang dapat diakses oleh
masyarakat luas khususnya masyarakat yang berada dalam lingkup Daerah Aliran Sungai
di Jawa Tengah.
2. Beranda
Pada halaman beranda akan disajikan informasi terupdate yang berkaitan dengan kondisi
Daerah Aliran Sungai di Jawa Tengah, serta akan dilengkapi dengan foto-foto kondisi
eksisting terbaru.
3. Menu
Pada menu akan disajikan profil Daerah Aliran Sungai di Jawa Tengah yang meliputi profil
administrasi DAS dan ruang lingkup wilayah DAS.
Executive Summary 40
4. Menu Peta Online
Pada menu peta online akan disajikan beberapa peta yang berkaitan dengan DAS di Jawa
Tengah yaitu peta administrasi, peta jenis tanah, peta kawasan rawan bencana, peta
citra, peta curah hujan dan peta kelerengan dan lainnya. Berikut contoh tampilan peta
online pada sistem informasi pengelolaan DAS di Jawa Tengah:
Tampilan Peta Jenis Tanah
Executive Summary 41
Tampilan Peta Rawan Bencana
Tampilan Peta Curah Hujan
Tampilan Peta Kelerengan
Executive Summary 42
5. Menu Ketinggian Air
Pada menu ketinggian air akan ditampilkan beberapa data yaitu data ketinggian air, data
debit air, data status ketinggian air dan data status debit air. Data – data yang
ditampilkan akan terus diupdate hari per hari.
6. Menu Dokumen
Pada menu dokumen akan ditampilkan beberapa dokumen yang berkaitan dengan
ragulasi dan kebijakan terkait dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai serta kebijakan
yang berkaitan dengan Rencana Tata Ruang.
Executive Summary 43
7. Menu Partisipasi
Pada menu dokumen akan ditampilkan beberapa informasi terkait dengan kejadian pada
Daerah Aliran Sungai di Jawa Tengah seperti ketinggian air, data kondisi air serta
informasi dan laporan dari masyarakat yang berkaitan dengan kondisi DAS di Jawa
Tengah. Pada menu ini masyarakat memberikan informasi pada kolom yang telah
disediakan kemudian menekan tombol save pada pojok kanan atas dan secara otomatis
informasi yang diberikan akan langsung ditampilkan sehingga dapat dilihat oleh
pengguna lainnya.
8. Menu Kontak
Pada menu kontak akan ditampilkan beberapa kontak cepat tanggap DAS Jawa Tengah
yang dapat diakses oleh masyarakat apabila memerlukan infromasi terkini terkait dengan
DAS di wilayah Jawa Tengah, dengan cara mengirim pesan halo atau hai dan akan
Executive Summary 44
langsung diberikan menu pilihan informasi berupa kabar terkini kondisi DAS di Jawa
Tengah, ketinggian air, debit air dan status DAS Jawa Tengah. Selanjutnya masyarakat
mengetik pilihan huruf dan informasi yang dipilih akan muncul setelahnya.
Executive Summary 45
Kesimpulan yang bisa ditari dari kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Regulasi Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terhadap pengelolaan sungai di
Jawa Tengah sebagai berikut:
a. Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana memiliki wewenang terhadap penyusunan
pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai serta penyusunan
program dan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai.
b. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah memiliki wewenang
terhadap perumusan kebijakan hingga pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dalam
pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan konservasi sumber daya alam.
c. Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah
memiliki wewenang sebagai perumus kebijakan hingga monitoring, evaluasi dan
pelaporan dalam pengembangan dan pembinaan teknis, irigasi dan air baku, sungai,
bendungan dan pantai serta penataan ruang.
d. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah memiliki wewenang
dalam penyusunan kebijakan teknis hingga pemantauan evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan dibidang perencanaan, penelitian dan pengembangan.
2. Pada era saat ini penggunaan teknologi sangat penting untuk dilakukan terumata berkaitan
dengan informasi kejadian bencana banjir. Pengunaan teknologi saat ini dinilai penting
dalam penanggunaan maupun mitigasi bencana banjir bahkan dapat memberikan
Executive Summary 46
informasi yang lebih awal tentang kejadian bencana banjir. Selain itu juga manfaat
teknologi saat ini tidak hanya berhenti sebagai media informasi, akan tetapi dapat
memberikan sumbangsih besar bagi pemulihan wilayah maupun pemulihan korban yang
telah terkena bencana alam melalui donasi-donasi yang dibuka secara online. Ini
membuktikan bahwa teknologi informasi berkembang untuk peradaban manusia,
menyesuaikan kebutuhan manusia untuk keberlangsungan hidup manusia. Sehingga
kebutuhan teknologi untuk mendeteksi peringatan bencana banjir di Jawa Tengah dinilai
sangat penting untuk dilakukan guna mengantisipasi dampak dari bencana banjir yang
ditimbulkan.
3. Tipologi pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
a. Das Garang memiliki tipologi pengelolaan DAS yang terdiri dari kelas kerentanan
sangat rentan seluas 2439,28 Ha atau 11 % yang tersebar dibagian hulu dan bagian
tengah. Kelas kerentanan rentan seluas 4628,96 Ha atau 22 % yang tersebar di bagian
hulu dan dominan di bagian tengah. Kelas kerentanan sedang seluas 14190,22 Ha
atau 67 % yang tersebar dari bagian hulu sampai bagian hilir. Kelas kerentanan tidak
rentan seluas 58,73 Ha atau 0,3%.
b. Das Bengawan Solo memiliki tipologi pengelolaan DAS yang terdiri dari kelas
kerentanan agak rentan seluas 2848,25 Ha atau 0,5%. Kelas kerentanan sedang seluas
41393,89 Ha atau 7% dan Kelas kerentanan rentan seluas 583304,90 Ha atau 93 %
yang tersebar diseluruh DAS Bengawan Solo.
c. Das Lampir memiliki tipologi pengelolaan DAS yang terdiri dari kelas kerentanan agak
rentan seluas 36111,21 Ha atau 99% dan kelas kerentanan tidak rentan seluas 518,01
Ha atau 1%.
d. Das Tengguli memiliki tipologi pengelolaan DAS berupa kelas kerentanan agak rentan
seluas 3958,15 Ha atau 100%.
e. Das Citanduy memiliki tipologi pengelolaan DAS berupa kelas kerentanan agak rentan
seluas 95.518,64 Ha atau 100%.
f. Das Karimun memiliki tipologi pengelolaan DAS berupa kelas kerentanan tidak rentan
seluas 3409,04 Ha atau 100%.
Executive Summary 47
g. Das Pemali memiliki tipologi pengelolaan DAS yang terdiri dari kelas kerentanan agak
rentan seluas 128.132,18 Ha atau 98% dan kerentanan tidak rentan seluas 3.243,43
Ha atau 2%.
h. Das Progo memiliki tipologi pengelolaan DAS yang terdiri dari kelas kerentanan rentan
seluas 147.935,22 Ha atau 85% serta kerentanan sedang seluas 26615,83 Ha atau
15% dan kerentanan agak rentan seluas 334,89 Ha atau 0,2%.
i. Das Serayu memiliki tipologi pengelolaan DAS yang terdiri dari kelas kerentanan
rentan seluas 214.782,37 Ha atau 57,7% serta kerentanan sedang seluas 157532,22
Ha atau 42,3% dan kerentanan tidak rentan seluas 221,52 Ha atau 0,1%.
j. Das Banjaran memiliki tipologi pengelolaan DAS yang terdiri dari kelas kerentanan
agak rentan seluas 5627,53 Ha atau 99,7% serta kerentanan tidak rentan seluas 16,68
Ha atau 0,3%
REKOMENDASI
Adapun rekomendasi secara umum yang dapat berlaku untuk semua Daerah Aliran Sungai
dalam Provinsi Jawa Tengah adalah:
1. Perlu adanya kebijakan yang tegas terkait penataan ruang pada kawasan-kawasan DAS
yang memiliki kelas kerentanan sangat rentan hingga rentan agar dapat difungsikan
sesuai dengan arahan tata ruang (RTRW),
2. Perlu adanya kebijakan terkait pembagian kewenangan ataupun kerjasama antar
kabupaten/kota yang dilintasi oleh 1 (satu) Daerah Aliran Sungai,
3. Pengembangan sistem informasi dalam pengelolaan sungai di Jawa Tengah sehingga
dapat memudahkan bagi pemerintah dan masyarakat umum dalam pemantauan dan
pemberian informasi terkait kondisi Daerah Aliran Sungai,
4. Sosialisasi terkait pemanfaatan ruang pada Daerah Aliran Sungai sampai dengan
masyarakat bawah yang dilakukan secara bertahap,
5. Sosialisasi terkait penggunaan dan pemanfaatan sistem informasi pengelolaan sungai di
Jawa Tengah khususnya pada masyarakat yang berada dalam lingkup DAS tersebut yang
dilakukan secara bertahap.
Top Related