BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta
mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai sautu tujuan tetapi karena
keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa
adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam
berorganisasi. Organisasi itu sendiri dapat kita lihat dari pendapat ahli tentang
organisasi yang salah satunya diungkapkan Stephen P. Robbins yang mendefinisikan
organisasi sebagai “…A consciously coordinated social entity, with a relatively
identifiable boundary that function or relatively continous basis to achieve a common
goal or set of goal”. (Robbins, 1990: 4) Sedangkan Waren B. Brown dan Dennis J.
Moberg mendefinisikan organisasi sebagai “…. A relatively permanent social entities
characterized by goal oriented behavior, specialization and structure”
(Brown,etal,1980:6) Begitu juga pendapat dari Chester I. Bernard dari kutipan
Etzioni dimana organisasi diartikan sebagai “Cooperation of two or more persons, a
system of conciously coordinated personell activities or forces”(Etzioni, 1961:14.)
Sehingga organisasi diatas pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya,
organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan luaran (output) serta bisa juga dilihat
sebagai living organism yang memiliki tubuh dan kepribadian, organisasi dianggap
sebagai suatu output (luaran) memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola
kehidupan (aspek fisiologis) dan system budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati
oleh anggotanya.
Dari pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah
budaya organisasi atau budaya kerja. Budaya organisasi merupakan suatu kepercayaan
yang dianut oleh suatu organisasi dalam menjalankan perusahaan dan menentukan
bagaimana karyawan harus berperilaku dan diperlakukan. Moeljono (2005) menjelaskan
budaya perusahaan sebagai suatu karakteristik dalam suatu organisasi/perusahaan yang
meliputi nilai, norma, peraturan, dan iklim perusahaan, serta kepemimpinan. Dengan
menciptakan budaya perusahan yang nyaman dan kondusif, maka akan meningkatkan
motivasi karyawan dalam bekerja, yang nantinya akan berpengaruh terhadap produktivitas
karyawan dalam bekerja di dalam perusahaan/organisasi tersebut.
Budaya organisasi itu merupakan bentuk keyakinan, nilai, cara yang bisa
dipelajari untuk mengatasi dan hidup dalam organisasi, budaya organisasi itu cenderung
untuk diwujudkan oleh anggota organisasi (Brown, 1998: 34). Robbins, (2003: 525)
menjelaskan bahwa budaya organisasi itu merupakan suatu system nilai yang dipegang
dan dilakukan oleh anggota organisasi, sehingga hal yang sedemikian tersebut bisa
membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. System nilai tersebut
dibangun oleh 7 karakteristik sebagai sari (essence) dari budaya organisasi, 7
karakteristik adalah:
1. Inovasi dan pengambilan risiko (Innovation and risk taking). Tingkatan dimana para
karyawan terdorong untuk berinovasi dan mengambil risiko.
2. Perhatian yang rinci (Attention to detail). Suatu tingkatan dimana para karyawan
diharapkan memperlihatkan kecermatan (precision), analisis dan perhatian kepada
rincian.
3. Orientasi hasil (Outcome orientation). Tingkatan dimana manajemen memusatkan
perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai
hasil.
4. Orientasi pada manusia (People orientation). Suatu tingkatan dimana keputusan
manajemen memperhitungkan efek hasil – hasil pada orang–orang anggota organisasi
itu.
5. Orientasi tim (Team orientation). Suatu tingkatan dimana kegiatan kerja diorganisir
di sekitar tim – tim, bukannya individu – individu.
6. Keagresifan (Aggressiveness). Suatu tingkatan dimana orang – orang (anggota
organisasi) itu memiliki sifat agresif dan kompetitif dan bukannya santai – santai.
7. Stabilitas (Stability). Suatu tingkatan dimana kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo daripada pertumbuhan.
Budaya organisasi yang ditekankan orang Amerika terkait dengan inovasi,
prestasi kerja, keberhasilan kerja dan produktivitas dimana masing-masing pihak
berusaha memperoleh sebanyak-banyaknya dari pihak lain.. Jadi mereka menciptakan
berbagai inovasi dalam meningkatkan kemajuan perusahaan mereka. Orang Amerika
juga menganut budaya organisasi kapitalisme, yaitu memupuk kekayaan sendiri, serta
menganut prinsip kepemimpinan dan budaya feodal yang mengutamakan perbedaan
harkat dan martabat antar petinggi dan bahawan, atasan dan karyawan. Amerika adalah
sebuah masyarakat yang heterogen dan majemuk. Kapitalisme berasal dari pemikiran
bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk mencari kemakmuran. Kapitalisme
ditandai dengan hubungan antara pekerja-pekerja bebas dan pemilik alat-alat produksi,
dimana pekerja dijadikan modal sebagai alat eksploitasi kerja untuk menciptakan laba
yang sebanyak-banyaknya.
Sipnosis Film “The Devil Wears of Prada”
Pemeran utama pada film ini adalah Andy Sachs atau dipanggil dengan Andrea
yang diperankan oleh Anne Hathway yaitu seorang jurnalis lulusan Northwestern
University yang bercita-cita mendapat pekerjaan yang diimpikan oleh setiap para gadis
dan melamar menjadi junior personal assistant dari Miranda Priestly (Maryl Streep)
yaitu seorang pemimpin dari majalah fashion nomor satu di Amerika yaitu Runway.
Jutaan gadis New York yang rela mati untuk mendapatkan pekerjaan tersebut karena
dengan pekerjaan tersebut mereka dapat memakai pakaian yang mewah dan bermerek,
bertemu dengan perancang busana ternama bahkan datang ke acara-acara ternama. Pada
awalnya Andy sendiri tidak tahu jika Runaway merupakan majalah Fashion yang paling
diperhitungkan dan memiliki bos yang paling kejam yaitu Miranda Priestly yang selalu
ingin menjadikan Runaway sebagai majalah panduan bagi seluruh pencinta dan pekerja
fashion serta melahirkan artis-artis ternama. Bahkan persetujuan dari Miranda adalah
sesuatu yg mutlak diperlukan oleh para desainer untuk mengetahui sukses tidakknya
koleksi mereka
Miranda pada awalnya tidak yakin dengan Andy yang sangat tidak modis, sedikit
gemuk, dan bahkan sama sekali tidak tahu tentang Runaway dan mengenai fashion.
Ketika dia mewawancarainya, Andy mengakui keadaan tersebut dan mencoba
meyakinkan Miranda bahwa dia dapat mempelajari semuanya dengan cepat, hingga
akhirnya Miranda menerimanya. Andy pun diterima bekerja pada majalah Runway dan
pada awalnya dia mengalami tekanan karena tempat kerja barunya semua karyawannya
modis dan trendy, sedangkan Andy berpenampilan sangat sederhana. Terlebih lagi
Andy tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan di mata bos-nya yaitu
Miranda, Andy selalu tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar atau tidak sesuai
dengan apa yang ia harapkan. Dia mulai merasakan kekejaman demi kekejaman yang
diberikan oleh Miranda, seperti ketika pekerjaannya selesai, Miranda tidak pernah
mengucapkan terima kasih, ketika dia melakukan kesalahan, dengan santai dan
kejamnya Miranda mencaci makinya dengan kata-kata yang lembut dan arogan.
Emily Charlton (Emily Blunt) yang merupakan personal assistant Miranda juga
tetapi Emily lebih senior dan Emily adalah salah satu orang kepercayaan Miranda
karena Emily selalu dengan cepat melakukan tugas yang Miranda perintahkan. Emily
menjadi salah seorang pegawai special untuk Miranda, sedangkan Andy hanya
dipandang sebelah mata sehingga pekerjaan yang diperintahkan kepada Andy lebih
kepada urusan yang tidak penting seperti merapikan mantel Miranda, menyiapkan dan
membelikan Miranda makanan atau minuman, mulai harus membeli kopi di Starbucks
sampai harus mengambil baju dan rok milik Calvin Klein dengan waktu yang terbatas.
Sedangkan Emily selalu mendapatkan pekerjaan utama seperti rencana Miranda untuk
meminta Emily menemaninya ke fashion show di Paris. Tetapi, Emily selalu menyindir
dengan sinis gaya berpakaian Andy yang dianggapnya “kuno” dan tidak sesuai dengan
pekerjaan yang dia lakukan yaitu bekerja di majalah fashion yang tekenal, Andy
dianggap tidak se-level dengan Emily dan Emily merasa bahwa Andy tidak akan
bertahan lama bekerja di kantor majalah Runaway. Tetapi Andy mempunyai cara untuk
dapat bertahan dalam pekerjaannya. Andy meminta bantuan kepada Nigel (Stanley
Tucci) yaitu seorang art director Runaway untuk mengubah penampilannya. Andy
mendapatkan banyak free designer clothing dan accessories dari Nigel dengan segala
merek terkenal yang ia gunakan sehari-hari. Nigel benar-benar mengubah Andy yang
kuno menjadi Andy yang berpenampilan gaya dan menarik.
Pagi harinya Miranda dan Emily melihat perubahaan Andy dari mulai gaya rambut,
pakaian sampai cara Andy bekerja. Pacar dan teman-teman Andy pun sangat terkejut
atas perubahan yang Andy lakukan. Orang-orang disekitar Andy mulai memuji
perubahan yang dia lakukan dan hal itu membuat Andy semakin percaya diri. Pekerjaan
yang dilakukan Andy semakin lama semakin baik, Andy sudah mulai cepat tanggap
dengan segala perintah yang diberikan oleh Miranda. Miranda pun mulai menyukai
Andy dan melupakan Emily. Puncaknya ketika pekerjaan yang biasanya dilakukan
Andy (menyimpan tas dan mantel milik Miranda, membawakan Miranda kopi, dan
mengambil barang-barang ini dan itu yang diminta Miranda) sekarang dilakukan oleh
Emily. Semula yang akan diajak ke Paris oleh Miranda untuk menghadiri fall fashion
shows adalah Emily berubah menjadi Andy. Posisi Andy dan Emily menjadi terbalik
karena Andy selalu dapat mengerjakan sesuatu sesuai dengan keinginan Miranda
dengan cepat walaupun harus mengorbankan waktu kehidupan pribadinya sendiri.
Awalnya pada saat Andy diajak untuk pergi ke Paris menghadri acara Fashion show
Andy ingin menolak karena dia tahu betul bahwa Emily sangat menginginkan pergi ke
Paris bersama Miranda sejak berbulan-bulan lalu. Emily sampai diet ketat agar bisa
memakai gaun-gaun mewah ke Paris. Belum sempat Andy memberi tahu tentang kabar
itu, Emily mendapatkan musibah. Ia mengalami kecelakaan, kakinya harus di gips dan
wajahnya penuh luka dan Emily sangat kecewa. Konsekuensi dari keberhasilan yang ia
dapatkan dalam pekerjaan ini adalah bahwa ia mulai teralienasi dengan lingkungan di
sekitarnya, ia hanya focus kepada pekerjaan yang hampir menyita seluruh waktunya
untuk melayani Miranda. Pada akhirnya ia mulai kehilangan waktu dengan para
sahabatnya, pacar, maupun dengan ayahnya.
Disisi lain Film ini juga menghadirkan persaingan dalam dunia fashion dimana
Mirinda mempunyai pesaing yang ingin berbuat licik kepadanya agar majalah fashion
nomor satu di Amerika tersebut mengalami pergesaran dan agar majalah tersebut tidak
lagi menjadi majalah utama bagi para designer.
Ending dari film ini, Andrea memutuskan untuk keluar dari Runway dan
memberikan semua baju-bajunya yang dipakainya di Paris kepada Emily karena ia sadar
bahwa dia sudah menyianyiakan waktu bersama teman-teman, pacar dan kehidupan
pribadinya hanya untuk mendapatkan pekerjaan ini dan Andy akhirnya bekerja di
tempat yang baru sesuai dengan hobby-nya yaitu menulis.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari review film film The Devil Wears Prada ini, akan dibahas permasalahan
mulai dari sisi organisasi, kelompok dan individu (pekerja). Permasalahan yang terdapat
pada masing-masing sisi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Organisasi
a. Sistem Rekrutmen & Seleksi
Perusahaan Runway dalam hal mencari tenaga kerja tidak melalui tahapan-
tahapan yang baik. Untuk memilih calon asisten Miranda saja sudah 3 kali
pergantian dan yang terakhir Andrea walaupun mempunyai kinerja yang baik
namun tetap saja semuanya mengecewakan Miranda. Masalah-masalah yang
perlu mendapat perhatian dalam perekrutan dimulai ketika recruiter
mengidentifikasi lowongan pekerjaan melalui perencanaan SDM dan
permintaan manajer. Ketika lowongan pekerjaan telah teridentifkasi maka para
recruiter akan mempelajari dan menemukan persyaratan yang cocok dengan
mereview informasi analisis pekerjaan. Ketika telah diketahui persyaratannya
maka akan dapat diidentifkasi metode tepat yang bisa digunakan untuk dapat
memperoleh pelamar sesuai dengan kebutuhan. Seleksi adalah kegiatan dalam
manajemen SDM yang dilakukan setelah proses rekrutmen selesai
dilaksanakan. Apabila dilaksanakan sesuai dengan peinsip-prinsip manajemen
SDM secara wajar, maka proses seleksi akan dapat menghasilkan pilihan
karyawan yang dapat diharapkan kelak memberikan kontibusi yang positif dan
baik. Oleh karena itu, seleksi merupakan kegiatan yang benar-benar harus
disiapkan secara baik melalui proses yang panjang dan walaupun memerlukan
biaya yang besar, namun hasilnya akan dinikmati untuk jangka panjang dan
karyawan tersebut dapat bekerja dengan motivasi yang tinggi serta berkarya
secara maksimal. Akhirnya proses seleksi tersebut dalam praktiknya tergantung
pada tiga masukan yang bermanfaat yaitu analisis pekerjaan, perencanaan SDM
dan rekrutmen. Ada beberapa instrutmen yang dapat digunakan dalam seleksi
yaitu :
Surat-surat rekomendasi
Borang lamaran
Tes kemampuan
Tes psikologi
Wawancara
Dll
Di Runway instrutmen yang digunakan hanya wawancara, ada banyak sumber
kesalahan dalam pengukuran pada waktu wawancara misalnya karena terlalu
terpesona pada kemampuan pelamar sehingga menciptakan impresi
manajemen yang positif tetapi pada akhirnya tidak sesuai dengan kenyataan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Jadi sebaiknya proses seleksi meliputi evaluasi
persyaratan, testing, wawancara dan ujian fisik.
b. Deskripsi Pekerjaan
Dalam melaksanakan sebuah pekerjaan, salah satu hal terpenting yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan adalah adanya deskripsi jabatan pada setiap
jabatan. Dalam kasus Andrea, tidak terlihat fungsi, tugas, dan tanggung jawab
yang relevan dengan jabatannya selaku asisten Miranda. Akibatnya, Andrea
lebih banyak bekerja secara serabutan diluar fungsi, tugas, dan tanggung jawab
utamanya. Karena ketidak jelasan jabatan ini, maka Andrea mengalami banyak
tekanan mental dalam menjalani pekerjaannya, yang berakibat kepada
munculnya sikap kerja yang reaktif terhadap situasi-situasi kerja tertentu.
Deskripsi pekerjaan merupakan salah satu hasil utama yang disajikan oleh suatu
analisis pekerjaan yang sistematis. Atau dapat pula dikatakan bahwa deskripsi
pekerjaan adalah uraian tertulis dari apa yang diperlukan oleh suatu pekerjaan.
Deskripsi pekerjaan dapat diasumsikan sebagai keseluruhan kajian ringkas
informasi pekerjaan dan syarat-syarat pelaksanaannya sebagai hasil dari
analisis, yang biasanya berisi tugas pokok dari uraian tersebut. Deskripsi
pekerjaan tidak membahas masalah orang atau pekerja, tetapi masalah ruang
lingkup kegiatan, fungsi dasar atau tugas pokok, nama pekerjaan, wewenang
dan kewajiban, tanggung jawab, kriteria penilaian dab hasilnya (Rivai, 2009).
2. Kepemimpinan Miranda
Pada dasarnya, fungsi pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi tidak hanya
dijalankan oleh seorang yang berkedudukan sebagai manajer atau pimpinan.
Pengambilan keputusan terjadi pada semua bidang dan tingkat kegiatan serta pemikiran
manusia (Salusu, 1998). Namun pada kasus perusahaan Prada, seluruh aktivitas
pengambilan keputusan terpusat pada satu kendali yaitu Miranda. Akibatnya,
ketergantungan organisasi kepada sosok Miranda menjadi sangat besar, sementara para
staf di bawahnya tidak diberikan kewenangan dan tanggungjawab untuk memutuskan
sesuatu secara mandiri. Akibatnya, banyak sekali keputusan-keputusan penting yang
diambil oleh Miranda bersifat tiba-tiba. Ini disebabkan Miranda adalah “the legend”
seseorang yang memiliki rasa dan pengetahuan tentang fashion dan memimpin suatu
perusahaan majalah, jika dilihat banyak pemimpin perusahaan majalah fashion di luar
Runaway, tetapi mengapa Runaway menjadi yang terbaik di Amerika dan masyarakat
Amerika mengikuti tren dari apa yang diciptakan oleh Runaway. Hal tersebut terjadi
karena Miranda mempunyai pengetahuan dan rasa yang tinggi terhadap fashion, dia
melihat setiap perubahan jaman dan menggunakan pengetahuannya tersebut dengan
menciptakan mode dalam majalah. Dengan pengetahuannya maka ia menjadi salah satu
orang yang berpengaruh terhadap fashion di Amerika dan menjadikan konsumennya
sebagai subjek atas pengetahuan yang diciptakan. Sehingga Miranda bekuasa di
Runway karena ia mempunyai pengetahuan dan keahlian yang lebih baik dari orang lain
tentang produk fashion.
Frech dan Raven (Yulk, 2010) membuat taksonomi untuk mengklasifikasikan
berbagai tipe kekuasaan menurut sumbernya. Taksonomi tersebut adalah :
1. Reward Power
Para karyawan patuh terhadap perintah untuk memperoleh peghargaan yang
dikendalikan oleh pimpinan.
2. Coercive Power
Para karyawan patuh terhadap perintah untuk menghindari hukuman yang
dikendalikan oleh pimpinan.
3. Legitimate Power
Para karyawan patuh karena mereka percaya bahwa pimpinan memiliki hak
memerintah dan seorang karyawan berkewajiban untuk mematuhinya.
4. Expert Power
Para karyawan patuh karena mereka percaya bahwa agen memiliki pengetahuan
khusus mengenai cara menyelesaikan suatu pekerjaan.
5. Referent Power
Para karyawan patuh karena mereka mengagumi atau mengenal agen dan ingin
mendapatkan persetujuan pimpinan.
Miranda juga memiliki sifat maskulin dalam kepemimpinannya ini dapat dilihat
dari adegan film dimana ia tidak memperdulikan perasaan karyawan bila ia berbuat
semena-mena. pengertian maskulin adalah “Masculine of traditional manly character:
having traits or qualities traditionally associated with men or boys rather than women
or girls”. (Maskulin adalah karakter yang dimiliki laki-laki tradisionil: sifat-sifat atau
kualitas tradisionil yang dikaitkan dengan laki-laki atau anak laki-laki daripada dengan
perempuan atau anak perempuan). Maskulin dianggap khas laki-laki dan feminin
dianggap khas perempuan. Secara umum, maskulin diartikan sebagai sesuatu yang
memiliki sifat-sifat kejantanan, baik berupa kepribadian, perilaku, pekerjaan, benda atau
lainnya. Misalnya agresif, dominan, ambisius, tanpa emosi, balap motor, naik motor
besar, senjata api, tinju, bina raga, buruh bangunan, sopir truk, adalah hal-hal yang
dianggap maskulin.
3. Individu
Pada dasarnya, proses motivasi dapat digambarkan jika seseorang tidak puas akan
mengakibatkan ketegangan, yang pada akhirnya akan mencari jalan atau tindakan untuk
memenuhi dan terus mencari kepuasan yang menurut ukurannya sendiri sudah sesuai
dan harus terpenuhi. Sebagai contohnya, beberapa karyawan secara reguler
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berbicara atau mendiskusikan sesuatu di
kantor, yang sebenarnya hanya untuk memuaskan kebutuhan sosialnya. Begitu juga
yang dialami Andrea, kesempatan setiap karyawan untuk melakukan relasi sosial
menjadi terhambat karena tingkat aktivitas pekerjaan yang sedemikian padat dan
mekanis. Akibatnya, karyawan sama sekali tidak bisa menjalin hubungan sosial.
Menurut Johnson dan Johnson (1991) hubungan interpersonal dan sosial merupakan
sumber yang berkualitas dalam hidup manusia. Manusia sebagai mahluk sosial tidak
terlepas dari individu lain, manusia melakukan hubungan dengan alam, sesama, dan
tuhannya yang membuat manusia mampu menjalani hidupnya secara optimal.
Setiap manusia mempunyai needs (kebutuhan, dorongan, intrinsic dan extrinsic factor),
yang pemunculannya sangat tergantung dari kepentingan individu (As’ad, 1991).
Dengan kenyataan ini, kemudian Abraham Maslow, membuat “need hierarchy theory”
untuk menjawab tentang tingkatan kebutuhan manusia tersebut. Bagaimanapun juga,
individu sebagai karyawan tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhan-kebutuhannya.
Menurut Maslow, kebutuhan-kebutuhan manusia itu dapat digolongkan dalam lima
tingkatan. Adapun kelima tersebut dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini :
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia
menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang
berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi
mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi
kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi
sebagai berikut:
a) Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat
tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan,
harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang
Self ActualizationKebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat
dengan mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian dan kritik terhadap sesuatu
Esteem NeedsKebutuhan akan harga diri, kebutuhan
dihormati dan dihargai orang lain
Social NeedsKebutuhan merasa memiliki, kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, berafiliasi,
berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
Safety NeedsKebutuhan rasa aman, kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya,
pertentangan dan lingkungan hidup
Physiological NeedsKebutuhan fisiologis, kebutuhan makan, minum, perlindungan fisik, seksual,
sebagai kebutuhan terendah
berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan.
Bagi masyarakat sejahtera jenis-jenis kebutuhan ini umumnya telah terpenuhi. Ketika
kebutuhan dasar ini terpuaskan, dengan segera kebutuhan-kebutuhan lain (yang lebih tinggi
tingkatnya) akan muncul dan mendominasi perilaku manusia.
Tak teragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling
kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan
segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling
besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang
individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh
kebutuhan-kebutuhan ini.
Aplikasi Manajemen
Pertama-tama harus selalu diingat bahwa bagi orang yang sangat kelaparan, tidak ada
perhatian lain kecuali makanan. Seorang pemimpin atau manajer jangan berharap terlalu
banyak dari karyawan yang kelaparan. Berbeda dari kebutuhan-kebutuhan tingkat
berikutnya, kebutuhan pokok ini hanya bisa dipenuhi oleh pemicu kekurangannya. Rasa
lapar hanya dapat dipuaskan dengan makanan. Jangan berharap bahwa nasihat dan petuah
saleh dapat memuaskannya. Maslow menggambarkan bahwa bagi manusia yang selalu dan
sangat kelaparan atau kehausan, utopia dapat dirumuskan sebagai suatu tempat yang penuh
makanan dan minuman. Ia cenderung berpikir bahwa seandainya makanannya terjamin
sepanjang hidupnya, maka sempurnalah kebahagiaannya. Orang seperti itu hanya hidup
untuk makan saja. Untuk memotivasi kinerja karyawan seperti ini, tentu saja makanan
solusinya. Tunjangan ekstra untuk konsumsi akan lebih menggerakkan semangat kerja
orang seperti ini dibandingkan dengan nasehat tentang integritas individu dalam organisasi.
Elton Mayo dari Harvard Graduate School of Business Administration pada tahun 1923
melakukan penelitian di sebuah pabrik tekstil di Philadelphia. Ia ingin menemukan
penyebab terjadinya pergantian tenaga kerja yang terlalu sering di salah satu bagian
produksi di mana pekerjaan yang dilakukan lumayan sukar dan monoton. Ia bertolak dari
asumsi kelelahan tenaga kerja dan kebutuhan akan waktu istirahat. Maka ia menjadwalkan
serangkaian waktu istirahat. Para karyawan diminta bekerja sama dalam menetapkan
jadwal. Hasil yang diperoleh cukup fantastis: pergantian karyawan menurun drastis,
produktivitas meningkat, dan semangat kerja menjadi lebih baik. Mayo secara tepat
menemukan apa yang dibutuhkan karyawan, yakni waktu istirahat dan penghargaan diri
karena memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut serta dalam pengambilan
keputusan yang biasanya menjadi monopoli pimpinan perusahaan. Dengan satu panah,
Mayo membidik dua burung; dua kebutuhan terpenuhi dalam waktu yang sama.
b) Kebutuhan Rasa Aman
Segera setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan
Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan
diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut,
cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan
sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak
membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai
konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka
ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki
kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal
yang bersifat asing dan tidak diharapkan.
Aplikasi Manajemen
Dalam konteks perilaku kinerja individu dalam organisasi, kebutuhan akan rasa aman
menampilkan diri dalam perilaku preferensi individu akan dunia kerja yang adem-ayem,
aman, tertib, teramalkan, taat-hukum, teratur, dapat diandalkan, dan di mana tidak terjadi
hal-hal yang tak disangka-sangka, kacau, kalut, atau berbahaya. Untuk dapat memotivasi
karyawannya, seorang manajer harus memahami apa yang menjadi kebutuhan
karyawannya. Bila yang mereka butuhkan adalah rasa aman dalam kerja, kinerja mereka
akan termotivasi oleh tawaran keamanan. Pemahaman akan tingkat kebutuhan ini juga
dapat dipakai untuk menjelaskan mengapa karyawan tertentu tidak suka inovasi baru dan
cenderung meneruskan apa yang telah berjalan. Atau dipakai untuk memahami mengapa
orang tertentu lebih berani menempuh resiko, sedangkan yang lain tidak.
Dalam organisasi, kita seringkali mendapati perilaku individu yang berusaha mencari batas-
batas perilaku yang diperkenankan (permisible behavior). Ia menginginkan kebebasan
dalam batas tertentu daripada kebebasan yang tanpa batas. Seseorang yang tidak memiliki
pengetahuan yang cukup tentang batas-batas perilaku yang diterima bagi dirinya sendiri
dapat mempunyai perasaan terancam. Agaknya ia akan berupaya untuk menemukan batas-
batas seperti itu, sekalipun pada saat-saat tertentu, ia harus berperilaku dengan cara-cara
yang tidak dapat diterima. Para manajer dapat mengakomodasi kebutuhan akan rasa aman
dalam organisasi dengan jalan membentuk dan memaksakan standar-standar perilaku yang
jelas. Penting dicatat juga bahwa perasaan manusia tentang keamanan juga terancam
apabila ia merasa tergantung pada pihak lain. Ia merasa bahwa ia akan kehilangan kepastian
bila tanpa sengaja melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki. Individu yang berada dalam
hubungan dependen seperti itu akan merasa bahwa kebutuhan terbesarnya adalah jaminan
dan proteksi. Hampir setiap individu dalam tingkat kebutuhan ini akan menginginkan
ketenteraman, supervisi, dan peluang kerja yang bersinambung.
c) Kebutuhan Sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang
mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang
akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini, dan belum
pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, isteri, suami,
atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada
umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau
lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang
di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan
kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak
perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu,
pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
Aplikasi Manajemen
Individu dalam organisasi menginginkan dirinya tergolong pada kelompok tertentu. Ia ingin
berasosiasi dengan rekan lain, diterima, berbagi, dan menerima sikap persahabatan dan
afeksi. Walaupun banyak manajer dewasa ini memahami adanya kebutuhan demikian,
kadang mereka secara keliru menganggapnya sebagai ancaman bagi organisasi mereka
sehingga tindakan-tindakan mereka disesuaikan dengan pandangan demikian. Organisasi
atau perusahaan yang terlalu tajam dan jelas membedakan posisi pimpinan dan bawahan
seringkali mengabaikan kebutuhan karyawan akan rasa memiliki (sense of
belonging). Seharusnya karyawan pada level kebutuhan ini dimotivasi untuk memiliki rasa
memiliki atas misi dan visi organisasi dan menyatukan ambisi personal dengan ambisi
organisasi. Antara pengembangan pribadi dan organisasi mempunyai hubungan resiprok
yang hasilnya dirasakan secara timbal balik. Dalam ranah Perilaku Organisasi, kita kenal
apa yang disebut manajemen konflik. Berbeda dari pandangan tradisional yang melihat
konflik secara negatif, terdapat pandangan interaksionis yang melihat konflik tidak hanya
sebagai kekuatan positif dalam kelompok namun juga sangat diperlukan agar kelompok
berkinerja efektif. Konflik bisa baik atau buruk tergantung pada tipenya. Tanpa bermaksud
menolak atau mendukung salah satu pandangan, dapat dikatakan bahwa potensi konflik
dalam organisasi selain mengganggu rasa aman juga dapat menciptakan alienasi yang
mengakibatkan disorientasi. Potensi mobilitas yang berlebihan yang umumnya dipaksakan
oleh industrialisasi mengancam tercabutnya rasa kerasan dalam kelompok kerja, tantangan
untuk adaptasi dalam kelompok baru dan asing, dan akhirnya menimbulkan kebutuhan akan
rasa memiliki dan aneka kebutuhan yang masuk dalam hirarki tahap ini.
d) Kebutuhan akan Penghargaan
Menurut Maslow, semua orang dalam masyarakat (kecuali beberapa kasus yang
patologis) mempunyai kebutuhan atau menginginkan penilaian terhadap dirinya yang
mantap, mempunyai dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri
atau harga diri. Karenanya, Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan
penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan
akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut
penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat,
perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan
lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya
harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa
putus asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat
kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat
perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng atau
sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
Aplikasi Manajemen
Tidak jarang ditemukan pekerja di level manajerial memutuskan untuk mengundurkan diri
dari pekerjaannya. Ada apa gerangan? Apakah kompensasi gajinya tidak memuaskannya?
Ternyata tidak selamanya uang dapat memotivasi perilaku individu dalam organisasi. Dari
semua indikasi yang terdata, tampaknya organisasi yang menyandarkan peningkatan kinerja
karyawan mereka pada aspek finansial, tidak memperoleh hasil yang diharapkan. Benar
bahwa uang adalah salah satu alat motivasi yang kuat, tetapi penggunaannya harus
disesuaikan dengan persepsi nilai setiap karyawan. Individu tertentu pada saat dan kondisi
tertentu barangkali tidak lagi merasakan uang sebagai penggerak kinerja. Ketimbang uang,
individu pada level ini lebih membutuhkan tantangan yang dapat mengeksplorasi potensi
dan bakat yang dimilikinya. Tidak mengherankan bahwa sejumlah top manajer tiba-tiba
mengundurkan diri ketika merasa tidak ada lagi tantangan dalam perusahaan tempat mereka
bekerja. Keinginan atau hasrat kompetitif untuk menonjol atau melampaui orang lain boleh
dikatakan sebagai sifat universal manusia. Kebutuhan akan penghargaan ini jika dikelola
dengan tepat dapat menimbulkan kinerja organisasi yang luar biasa. Tidak seperti halnya
kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih rendah, kebutuhan akan penghargaan ini jarang sekali
terpenuhi secara sempurna.
Sebagai bagian dari sebuah pendekatan yang lebih konstruktif, manajemen partisipatif dan
program-program umpan balik positif (positive feedback programs) dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan. Pendelegasian otonomi dan tanggung
jawab yang lebih luas kepada karyawan telah terbukti efektif untuk memotivasi kinerja dan
performa yang lebih baik. Keberhasilan eksperimen Mayo seperti telah diuraikan
sebelumnya menunjukkan bahwa penghargaan finansial terbukti tidak selamanya seefektif
penghargaan psikis. Masalahnya, banyak manajer seringkali lupa atau berpikir banyak kali
untuk memberikan pujian dan pengakuan tulus bagi prestasi karyawan, dan sebaliknya
tanpa pikir dua kali untuk melemparkan kritik atas pekerjaan buruk bawahannya.
Pakar kepemimpinan, William Cohen, mengatakan bahwa jangan pernah menyia-nyiakan
kesempatan yang baik untuk memberikan pengakuan kepada prestasi kerja dalam
organisasi. Pengakuan merupakan salah satu motivator manusia yang paling kuat. Psikolog
terkenal, B.F. Skinner menambahkan bahwa untuk mendapat motivasi maksimum, orang
harus memuji secepat mungkin setelah tampak perilaku yang pantas mendapat pujian.
Bahkan Napoleon Bonaparte terkejut menyaksikan kekuatan pengakuan sebagai motivator.
Setelah tahu bahwa para prajuritnya bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan
medali yang diberikannya, Napoleon berseru: “Sungguh menakjubkan apa yang akan
dilakukan orang untuk barang sepele seperti itu.”
e) Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya.
Kebutuhan manusia untuk bertumbuh, berkembang, dan menggunakan kemampuannya
disebut Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai
hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut
kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah
kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai.
Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori
motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai
titik tolak prioritas untuk membina manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul
gagasan tentang perlunya jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan
kedalaman spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa
melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat
dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan. Dengan
demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus dan terus-
menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih suka memahami
daripada dipahami, memberi daripada menerima. Dalam makalah ini, gagasan aktualisasi
diri akan mendapat sorotan lebih luas dan dalam sebelum masuk dalam pembahasan
penerapan teori.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa persoalan yang berkaitan
dengan dunia kerja memiliki implikasi yang sangat luas, baik yang bersifat positif
maupun negatif. Dalam film The Devil Wears Prada ini secara lugas digambarkan
betapa persoalan-persoalan kecil atau sepele yang terjadi di dalam organisasi, ternyata
berdampak sangat besar terhadap keseluruhan organisasi. Salah satu contohnya adalah,
pada saat Andrea memperoleh kesempatan untuk menyertai Miranda melawat ke Paris
dalam rangka menghadiri acara peragaan busana. Kesempatan ini diperoleh Andrea
karena asisten I Miranda yang bernama Emily --yang seharusnya menyertai Miranda—
terkena penyakit flu. Akibat dari kejadian kecil ini, karir Andrea menjadi kian bersinar,
terbuka lebar, dan banyak dikenal oleh para kolega Miranda.
Dari kesimpulan ini, penulis menyarankan beberapa pendekatan atau intervensi
guna mengatasi persoalan yang terjadi di perusahaan Prada, atau paling tidak kepada
perusahaan atau organisasi yang mengalami persoalan serupa dengan kisah film ini.
Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
Bagi perusahaan
Mekanisme kerja yang terdapat dalam perusahaan Prada perlu dikembangkan
menjadi lebih humanis, dinamis, dan berorientasi pada hubungan intrapersonal yang
bermartabat. Menurut Caroll (1996), salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
memfasilitasi perubahan mekanisme kerja itu adalah dengan melakukan konseling yang
berorientasi pada perubahan organisasi (organizational-change model). Konseling
model ini bertujuan untuk memfasilitasi pengelolaan aktivitas kerja dengan cara
mengoptimalkan peran organisasi dan pekerja. Melalui konseling ini diharapkan akan
diperoleh poin-poin penting bagi upaya mengelola perubahan di dalam perusahaan
secara lebih terencana.
Bagi pimpinan
Terkait dengan pengaruh pemimpin terhadap perilaku kerja karyawan, beberapa
hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemimpin memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap para bawahannya, antara lain: pengaruh pemimpin dalam peningkatan rasa
percaya bawahan terhadap atasan (Butler, dalam Ambrose dan Schminke, 2003;
Konovsky dan Pugh, 1994), keberhasilan kerja bawahan (Spreitzer, dkk, 1999),
kepuasan kerja dan extra effort bawahan (Seltzer dan Bass, 1990), pencapaian
organisasi (Meindl, dkk, 1985; Chen & Meindl, 1991), pencapaian kerja bawahan
(Cannella & Rowe, 1995), dan lain sebagainya.
Salah satu upaya meningkatkan peran pemimpin yang efektif bagi peningkatan
kinerja karyawan adalah dengan cara membangun sistem komunikasi yang terbuka,
jelas, tegas, tidak ambigu, dan beorientasi pada upaya menciptakan hubungan yang
harmonis antara atasan dan bawahan. Pada kasus yang terdapat di film ini terlihat bahwa
komunikasi yang dibangun oleh pimpinan (Miranda) sangat tidak efektif bagi upaya
membangun hubungan yang harmonis dengan bawahan atau dengan orang-orang lain di
sekitarnya, seperti kolega, suami, atau anak.
Menurut Caroll (1996), salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi
perubahan efektivitas kepemimpinan itu adalah dengan melakukan konseling yang
berorientasi pada fokus permasalahan (problem-focus model). Selain itu, model
konseling lain yang bisa dilakukan untuk menghindari benturan kepentingan, maka
dapat digunakan konseling yang menggunakan jasa konselor dari luar organisasi
(externally-based model). Kedua model konseling ini dapat digunakan untuk
memfasilitasi perbaikan sikap pemimpin dari yang tidak efektif menjadi lebih efektif.
Bagi karyawan
Bagi seorang karyawan, kenyamanan dan keamanan kerja sangat berkaitan dengan
situasi internal organisasi. Artinya, ketika situasi internal organisasi tidak kondusif,
maka yang akan terjadi adalah timbulnya perasaan tidak nyaman dan perasaan terancam
di dalam diri setiap karyawan. Akibat lebih lanjut adalah, karyawan tidak mampu
mengaktualisasikan kemampuan kerjanya secara optimal.
Untuk membantu mengeliminasi timbulnya perasaan-perasaan tersebut, maka
setiap karyawan perlu diberikan kesempatan atau fasilitas untuk mengekspresikan
perasaannya. Salah satu upaya untuk mengekspresikan perasaannya itu adalah dengan
melakukan proses konseling dengan konselor, baik konselor yang ada di dalam
organisasi maupun yang ada di luar organisasi.
Menurut Caroll (1996), salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi
usaha karyawan untuk mengekspresikan perasaannya itu adalah dengan melakukan
konseling yang berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan atau kebahagiaan
karyawan (welfare-based model). Selain itu, model konseling lain yang bisa dilakukan
adalah dengan menggunakan konseling yang beorientasi kepada pemecahan masalah-
masalah di dalam pekerjaan (work-oriented model). Kedua model konseling ini dapat
digunakan untuk memfasilitasi keinginan karyawan untuk memperbaiki kualitas
pekerjaan dan kualitas kehidupannya.
Refferensi :
As’ad, M. (1991). Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
Hadipranata, F. A. (1999). Pengaruh Pembentukan Kelompok (Team Building) terhadap
Etos Kerja dan Kontribusinya bagi Produktivitas Insani. Jurnal Psikologi. Vol.
20. No. 01, 18-28.
Johnson, D.W., dan Johnson, F.P. (1991). Joining Together: Group Theory and Group
Kosasih, I. K. (2001). KFC sebagai produk kebudayaan populer Amerika.
Kusumawati, A. (2012). KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF GENDER:
ADAKAH PERBEDAAN?. PROFIT (JURNAL ADMINISTRASI
BISNIS), 1(1). Skill. 7th ed. Englewood Chiffs: Prentice-Hall, Inc.
Thoyib, A. (2005). Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja:
Pendekatan Konsep. Jurnal manajemen dan kewirausahaan, 7(1), pp-60.
Purwanto, D. (2006). MEMBANGUN STRATEGI DIFERENSIATIF MELALUI
SUMBER DAYA POTENSIAL PERUSAHAAN UNTUK MENCAPAI
KEUNGGULAN BERSAING YANG BERKELANJUTAN (STUDI KASUS
PADA INDUSTRI JASA PENGECATAN DI SEMARANG) (Doctoral
dissertation, program Pascasarjana Universitas Diponegoro).
Rivai, V. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Edisi Kedua.
Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Yulk, G. (2010). Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta. PT. Indeks
Zulida Sittanorang, N. (2011). Gaya Kepemimpinan Perempuan.
Top Related