1
MAKALAH PERBAIKAN
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
“GURU PROFESSIONAL”
Kelompok 3:
1. Aufi Husni (15175004)2. Maharani (15175022)3. Sucia Rahmiwati (15175042)
Dosen:
Prof. Dr. Festiyed, M.S
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Judul dari makalah ini adalah ”Guru Professional”. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Pengembangan Model Pembelajaran.
Dalam penyelesaikan makalah ini, penulis banya menemukan kendala.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan Model
Pembelajaran, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan
dan kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Padang, September 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Perumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................2
D. Manfaat Penulisan.............................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................................3
A. Pengertian Guru Profesional............................................................3
B. Syarat dan Sikap Guru Profesional..................................................4
C. Standar yang dipersyaratkan menjadi Guru Profesional..................7
D. Hakikat Guru Professional.............................................................10
E. Kompetensi dan Peran Guru Professional.....................................12
F. Peran Guru Professional Dalam Proses Pembelajaran..................16
G. Sistem Pelatihan Guru Profesional ...........................................23
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................29
BAB IV PENUTUP...........................................................................................30
A. Kesimpulan....................................................................................30
B. Saran..............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi pada saat sekarang ini, pendidikan memiliki peranan
penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia berkualitas yang mampu
memberikan sumbangan terhadap pembangunan bangsa dalam menghadapi
kondisi kehidupan di era globalisasi yang semakin kompetitif. Pemerintah
Indonesia untuk menghadapi kondisi ini menetapkan visi pendidikan nasional
yang tertuang dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007, yaitu mewujutkan
pendidikan yang dapat membentuk SDM yang berkualitas, mampu dan proaktif
dalam menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Pendidikan yang
menghasilkan SDM yang mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju
dan berkembang.
Pencapaian visi pendidikan nasional tidak terlepas dari peran besar seorang
guru. Guru memegang kunci keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan
pendidikan di sekolah. Guru mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan siswanya self concept, pengetahuan, ketrampilan, kecerdasan dan
sikap serta pandangan hidup siswa. Guru bukan hanya bertindak sebagai seorang
pemberi ilmu, tapi lebih dari itu, guru juga bertindak sebagai pendidik, pengayom,
pembina kepada setiap orang yang menjadi bagian dari tanggung jawabnya. Guru
harus mampu merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar peserta didik dapat mencapai tujuan akhir dari proses
pendidikan. Kegiatan pembelajaran yang baik membutuhkan guru yang
profesional yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan.
Guru sebagai seorang tenaga kependidikan yang professional berbeda
pekerjaannya dengan yang lain, karena ia merupakan suatu profesi, maka
dibutuhkan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Guru yang profesional memiliki tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Hal
ini berhubungan dengan empat kompetensi guru yakni kompetensi pedagogik,
1
4
kompetensi keperibadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Makalah ini akan membahas tentang guru profesional secara rinci.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dapat dirumuskan masalah
dalam penulisan. Sebagai perumusan masalah dalam penulisan ini yaitu:
1. Apa itu guru professional?
2. Apa syarat dan sikap sebagai Guru Profesional ?
3. Apa standar yang dipersyaratkan menjadi Guru Profesional ?
4. Apa saja Hakikat Guru Profesional ?
5. Bagaimana kompetensi dan peran guru professional?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan tentang Pengertian guru professional
2. Menjelaskan tentang syarat dan sikap sebagai Guru Profesional
3. Menjelaskan tentang standar yang dipersyaratkan menjadi Guru Profesional
4. Menjelaskan tentang hakikat guru profesional
5. Menjelaskan tentang kompetensi dan peran guru profesional
D. Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya untuk tenaga pendidik kedepannya.
2. Membantu mahasiswa memahami tentang guru yang profesional.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Guru Profesional
Guru berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya adalah seorang pengajar
suatu ilmu. Selain itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia guru merupakan
orang yang pekerjaannya mengajar. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Guru merupakan suatu profesi. Profesi berasal dari bahasa Yunani
“pbropbaino” yang berarti menyatakan secara publik dan dalam bahasa Latin
disebut “professio” yang digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang
dibuat oleh seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik (Syaiful
Sagala, 2011). Profesi merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Suatu profesi biasanya memiliki kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Seseorang
yang berkompeten di suatu profesi tertentu, disebut profesional. Untuk menjadi
seorang profesional seseorang harus menempuh pendidikan yang relatif lama.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa guru merupakan suatu
profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian dan wewenang
khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidang pendidikan.
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Dalam peningkatan
mutu professional guru hendaknya mempunyai gagasan, ide, dan pemikiran
terbaik mengenai pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru merujuk pada
3
6
konsepsi pembelajaran siswa secara maksimal, dan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik pribadi anak.
Guru yang profesional merupakan orang yang memiliki pendidikan formal
dan menguasai berbagai teknik dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai
landasan kependidik. Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak
bergaul dan berinteraksi dengan murid di sekolah. Guru bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
bimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian dan pengkajian, dan membuka
komunikasi dengan masyarakat. Guru mengemban kewajiban untuk
menggerakkan dan mendorong peserta didik agar semangat dalam belajar,
sehingga peserta didik dapat menguasai bidang ilmu yang dipelajari.
Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi
profesional akan menerapkan ‘’pembelajaran dengan melakukan’’ untuk
menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik
hanya mendengarkan. Dalam suasana seperti itu, peserta didik secara aktif
dilibatkan dalam memecahkan masalah, mencari sumber informasi, data evaluasi,
serta menyajikan dan mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada
teman sejawat dan yang lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara
intensif dengan guru lainnya dalam merencanakan pembelajaran, baik individual
maupun tim, membuat keputusan tentang pengembangan kurikulum dan proses
penilaian.
B. Syarat-syarat dan Sikap Guru Profesional
1. Syarat-syarat Guru Profesional
Suatu pekerjaan yang dikategorikan profesional harus memenuhi
serta memerlukan persyaratan khusus, yaitu:
a. Menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai
7
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannaya
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Selain persyaratan di atas ada beberapa persyaratan lain, yaitu:
a. Memilki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya
b. Memilki klien (objek) layanan yang tetap, seperti dokter dengan
pasiennya, guru dengan muridnya
c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di dalam
masyarakat.
Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan
minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang
memadai, memilki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang
ditekuninya, memiliki kemapuan berkomunikasi dengan peserta didiknya,
mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen
tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara
terus-menerus (continuous improvement) melalui organisasi profesi,
internet, buku, seminar, dan semacamnya.
2. Sikap Dan Sifat Guru Profesional
Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi
maupun metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya
dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. E. Mulyasa (2011 : 164)
“Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung
jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa,
negara, dan agamanya”. Guru profesional mempunyai tanggung jawab
pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.
a. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya,
mengelola dirinya, mengendalikan dan menghargai serta
mengembangkan dirinya.
8
b. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam
memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan
sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif.
c. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui pengusaan berbagai
perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menunjang tugas-tugasnya.
d. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan
guru sebagai makhluk beragama yang prilakunya senantiasa tidak
menyimpang dari norma-norma agama.
Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, artinya
dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik
untuk atau dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus
bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Oleh karena itu, apabila ada
kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya
dan mencari jalan keluar bersama peserta didik bukan mendiamkannya atau
malahan menyalahkannya. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah
kesediaan untuk mengenal diri dan kehendak untuk memurnikan
keguruannya. Mau belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru.
Seorang guru yang tidak sedia belajar, tak mungkin kerasan dan bangga
menjadi guru. Kerasan dan kebanggan atas keguruannya adalah langkah
untuk menjadi guru yang profesional.
Sikap dan sifat-sifat guru yang baik adalah:
a. Bersikap adil
b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya
c. Sabar dan rela berkorban
d. Memiliki wibawa di hadapan peserta didik
e. Penggembira
f. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya
g. Bersikap baik terhadap masyarakat
h. Benar-benar menguasai mata pelajarannya
i. Suka dengan mata pelajaran yang diberikannya
j. Berpengetahuan luas
9
C. Standar Yang Dipersyaratkan Menjadi Guru Profesional
Penegasan dari UU menyatakan bahwa kualifikasi guru setidak-tidaknya
berpendidikan sarjana atau program diploma empat. Berikut ini adalah
pembahasan mengenai standar yang dipersyaratkan menjadi guru profesional.
1. Tugas dan Tanggung jawab Guru
Guru sebagai pekerjaan profesi,secara holistik adalah berada pada
tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional. Adapaun tugas guru
sangat banyak baik yang terkait dengan kedinasan dan profesinya di sekolah.
Tugas guru sebagai pendidik merupakan tugas mewariskan ilmu pengetahuan
dan teknologi kepada peserta didik. Guru profesional siap difungsikan sebagai
orangtua kedua bagi peserta didik. Oleh sebab itulah, seorang guru perlu
menguasai ilmu jiwa dan watak manusia untuk dapat diterapi dan dilayani
secara tepat oleh guru.
Sesuai dengan Alquran Surat Al-Hajj ayat 46 yang berbunyi,
Artinya:
“46. maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
QS.At-Thaha ayat 110 yang berbunyi,
Artinya: “mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di
belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”.
10
Menurut Roestiyah N.K dalam Syaiful Sagala (2011), tugas guru secara
garis besar adalah:
a. Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian dan
pengalaman empirik kepada peserta didiknya
b. Membentuk keperibadian peserta didik sesuai dengan nilai dasar
negara
c. Mengantarkan anak menjadi warga negara yang baik
d. Mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki
kedewasaan dalam berbicara, bertindak, dan bersikap
e. Memungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat lingkungan
f. Mengawal dan menegakkan disiplin untuk dirinya, peserta didik,
dan orang lain
g. Memungsikan diri sebagai administrator dan manajer yang
disenangi
h. Melakukan tugas dengan sempurna sebagai amanat profesi
i. Merencanakan dan melaksanakan kurikulum serta evaluasi
keberhasilannya
j. Membimbing peserta didik untuk belajar memahami dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi
k. Merangsang peserta didik untuk memiliki semangat tinggi dan
gairah kuat.
2. Guru Profesional Senantiasa Meningkatkan Kualitasnya
Sumber belajar tidak hanya guru, apabila guru tidak mampu menyesuaikan
diri dengan perkembangan perubahan maka guru tersebut akan mudah
ditinggalkan oleh peserta didik (Syaiful Sagala, 2011). Seorang guru harus
sadar dan harus selalu berusaha sekuat tenaga untuk mempelajari segala
bentuk perkembangan teknologi terbaru yang mendukung proses
pembelajaran. Seorang guru harus mampu menguasai berbagai sumber belajar
modern agar dapat menghindari suasana kritis dan rawan yang mungkin
dihadapi dan dialami oleh guru. hal ini dimaksudkan agar dapat menghasilkan
11
peserta didik untuk menjadi manusia handal di masa depan yang kompeten
memecahkan masalah dalam hidup.
Allah berfirman dalam QS. An-Nissa ayat 100 mengenai perubahan ke
arah yang lebih baik. Firman Allah tersebut berbunyi,
Artinya: 100. “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka
mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak.
Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah
dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke
tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
3. Standar Profesional Guru di Indonesia
Dalam KBBI, standar artinya sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau
dasar yang sah bagi ukuran, takaran, dan timbangan. Standar juga berarti
kriteria minimal yang harus dipenuhi. Jadi, standar profesional guru
mempunyai kriteria minimal berpendidikan sarjana atau diploma empat serta
dilengkapi dengan sertfikasi profesi. Guru yang memenuhi standar adalah guru
yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dan memaham dengan benar
apa yang harus dilakukan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Di
samping tugas mengajar sebagai tugas pokok seorang guru, ada juga beberapa
persoalan atau tugas prinsip yang semua guru harus mengetahui dan
menguasainya sebagai bagian dari tugas seorang guru yang profesional
(Syaiful Sagala, 2011:17-18).
12
Allah berfirman dalam QS. Al-Hujuraat ayat 15 yang berbunyi,
Artinya: 15.” Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-
orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”.
D. Hakikat Guru Profesional
Guru berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya adalah seorang pengajar
suatu ilmu. Selain itu menurut Kamus Besar Bahasa Indoneis guru merupakan
orang yang pekerjaannya mengajar. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Guru merupakan suatu profesi. Profesi berasal dari bahasa Yunani
“pbropbaino” yang berarti menyatakan secara publik dan dalam bahasa Latin
disebut “professio” yang digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang
dibuat oleh seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik (Syaiful
Sagala, 2011:1-2). Profesi merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Suatu profesi biasanya memiliki kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Seseorang
yang berkompeten di suatu profesi tertentu, disebut profesional. Untuk menjadi
seorang profesional seseorang harus menempuh pendidikan yang relatif lama.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa guru merupakan suatu
profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian dan wewenang
13
khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidang pendidikan.
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Dalam peningkatan
mutu professional guru hendaknya mempunyai gagasan, ide, dan pemikiran
terbaik mengenai pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru merujuk pada
konsepsi pembelajaran siswa secara maksimal, dan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik pribadi anak.
Guru yang profesional merupakan orang yang memiliki pendidikan formal
dan menguasai berbagai teknik dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai
landasan kependidik. Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak
bergaul dan berinteraksi dengan murid di sekolah. Guru bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
bimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian dan pengkajian, dan membuka
komunikasi dengan masyarakat. Guru mengemban kewajiban untuk
menggerakkan dan mendorong peserta didik agar semangat dalam belajar,
sehingga peserta didik dapat menguasai bidang ilmu yang dipelajari.
Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi
profesional akan menerapkan ‘’pembelajaran dengan melakukan’’ untuk
menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik
hanya mendengarkan. Dalam suasana seperti itu, peserta didik secara aktif
dilibatkan dalam memecahkan masalah, mencari sumber informasi, data evaluasi,
serta menyajikan dan mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada
teman sejawat dan yang lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara
intensif dengan guru lainnya dalam merencanakan pembelajaran, baik individual
maupun tim, membuat keputusan tentang pengembangan kurikulum dan proses
penilaian.
14
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan yang ditetapkan
pada tanggal 4 mei 2007. [21]
Ada beberapa tujuan sertifikasi di antaranya:
a) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional
b) Meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
c) Meningkatkan martabat guru
d) Meningkatkan profesionalisme guru
Selain tujuan yang telah dikemukakan di atas, sertifikasi guru juga memiliki
manfaat tertentu sebagai berikut: melindungi profesi guru dari praktik-praktik
yang tidak kompeten yang dapat merusak citra guru, melindungi masyarakat dari
praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional, dan
meningkatkan kesejahteraan guru.
E. Kompetensi Guru Profesional
Guru memegang peranan strategis utama dalam upaya membentuk watak
bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari
dimensi tersebut peranan guru sulit digantikan oleh orang lain. Dipandang dari
dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan
sekalipun teknologi yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang
amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi proses pendidikan atau proses
pembelajaran yang diperankan oleh guru tidak dapat digantikan oleh teknologi.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2007 tentang guru, dinyatakan bahwa
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Kutipan
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat (1) disebutkan
bahwa yang dimaksud kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial adalah
15
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesama guru, orantua/ wali peserta didik dengan masyarakat
sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam (Hamzah : 2012).
Uraian kompetensi guru dijelaskan sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancanagn dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Syaiful
(2011: 32) kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik meliputi:
(1) pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan; (2) guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik; (3) guru mampu mengembangkan kurikulum/ silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar; (4) guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar; (5) mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif. Sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; (6) mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan; dan (7) mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan pernyataan tersebut tampak bahwa kemampuan pedagogik bagi
guru bukanlah hal yang sederhana, karena kualitas guru haruslah diatas rata-rata.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, guru perlu berpikir secara aktif. Guru
secara terus menerus belajar melalui kajian pustaka, maupun melakukan
penelitian seperti penelitian tindakan kelas.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku
pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga
terpancar dalam perilaku sehari-hari. Kompetensi kepribadian merupakan
16
sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan pribadi dengan
segala karakteristik yang mendukung pelaksanaan tugas guru.
Fungsi utama guru adalah sebagai teladan bagi muridnya. Di Negara kita
dikenal dengan istilah ing ngarso sungtulodo, ing ngarso mangun karso, tut wuri
handayani. Artinya bahwa seorang guru harus menjadi contoh dan teladan,
membangkitkan motif belajar serta mendorong siswa dari belakang.
Kemampuan pribadi guru mencakup:
a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru,
dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
b. Pemahaman penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya
dianut oleh seorang guru.
c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan
bagi para siswanya.
Menurut Buchari (2010: 137) kompetensi kepribadian guru, antara lain;
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Dinyatakan dalam ayat Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 8:
م�ن �ق�و�ل� ي اآم�ن الله ب و� �و�م �ي ال م�او�آلخ ر ب ه�م
و� م ن� اس الن
�ن� ي م�ؤ�م ن ب(8) Dan sebagian dari manusia ada yang berkata : "Kami percaya kepada
Allah dan Hari Kemudian", padahal tidaklah mereka itu orang orang yang
beriman.
b. Percaya diri.
c. Tenggang rasa dan toleran.
d. Bersikap terbuka dan demokratis.
e. Sabar dalam menjalankan profesi keguruannya.
f. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesinya.
g. Memahami tujuan pendidikan.
h. Mampu menjalin hubungan insane.
i. Memahami kelebihan dan kekurangan diri.
17
j. Kreatif dan inovatif dalam berkarya.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama
pendidik, orang tua / wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Didi. 2012 : 64-
66). Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya
sebagai bagian dari yang tak terpisahkan dari masyarakat yang memiliki
kemampuan, keterampilan yang cukup luas, ikut secara aktif dalam proses
pembangunan.
Beberapa peran dan fungsi guru dalah sebagai berikut:
a. Motivator dan inovator dalam pembangunan pendidikan.
b. Perintis dan pelopor pendidikan.
c. Penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan.
d. Pengabdian.
Menurut Buchari (2010: 138) ruang lingkup kompetensi sosial guru adalah
sebagai berikut:
a. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orangtua peserta didik.
b. Bersikap simpatik.
c. Dapat bekerjasama dengan dewan pendidikan/ komite sekolah.
d. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
e. Memahami dunia sekitarnya (lingkungannya).
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional, merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi
profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang
guru.
Suryadi menurut Buchari (2010: 150) menyatakan bahwa untuk menjadi
profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal.
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan PBM.
2. Guru menguasai secara mendalam mata pelajaran yang diajarkannya.
18
3. Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar melalui cara evaluasi.
4. Guru mampu berpikir sistematis.
5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.
Jadi, guru professional yaitu guru yang menngetahui secara mendalam
tentang apa yang diajarkan, mampu mengerjakannya secara efektif, efisien, dan
berkepribadian mantap. Guru yang bermoral tinggi dan beriman tingkah lakunya
digerakkan oleh nilai-nilai luhur.
F. Peran Guru Profesional dalam Proses Pembelajaran
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa professional guru mengandung
pengertian yang meliputi unsur kepribadian, keilmuan dan ketrampilan. Dengan
demikian dapat diartikan, bahwa kompetensi profesinalisme guru tentu saja akan
meliputi ketiga unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada
ketrampilan sesuai dengan peranan yang telah dikerjakan. Adapun fungsi dan
peranan guru secara umum, yaitu :
1. Guru sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standart kualitas pribadi tertentu, yang menyangkup tanggung jawab, wibawa,
madiri dan disiplin (Mulyasa, 2005:37). Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila
guru memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penugasan ilmu. Guru akan mampu
mendidik dan mengajar apabila dia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa
tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistik, jujur
dan terbuka serta peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi
pendidikan.
Sehubung dengan peranannya sebagai pendidik, guru harus menguasai ilmu
antara lain mempunyai pengetahuan yang luas, menguasai bahan pelajaran serta
ilmu-ilmu yang bertalian dengan mata pelajaran/bidang study yang diajarkan,
menguasai teori dan praktek mendidik, teori kurikulum metode pengajaran,
teknologi pendidikan teori evaluasi psikologi belajar dan sebagainya.
19
2. Guru sebagai Pengajar
Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari
sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, menguasai
penggunaan strategi dan metode yang akan diguanakan dalam proses belajar
mengajar dan memahami materi standart yang dipelajari serta menentukan alat
evaluasi belajar yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa (Mulyasa,
2005:38).
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,
tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi.
Sehubungan dengan itu, sebagai seorang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru
harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha
lebih terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang
perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi,
mendefinisikan, menganalisis, mensintesis, bertanya, merespon, mendengarkan,
dan menciptakan kepercayaan.
3. Guru sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing, harus merumuskan tujuan secara jelas,
menetapkan waktu perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu, dilakukan berdasarkan
kerjasama yang baik dengan peserta didik. Tetapi guru memberikan pengaruh
utama dalam perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan
tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
Istilah perjalanan merupakan proses belajar mengajar, baik didalam kelas
maupun diluar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. selain itu, guru juga perlu
memiliki kemampuan untuk membimbing siswa, memberikan dorongan psikologi
agar siswa dapat mengesampingkan faktor-faktor internal yang akan menggangu
proses pembelajaran, serta guru juga harus dapt memberikan arah dan pembinaan
20
karier siswa sesui dengan bakat dan kemampuan siswa. Guru memerlukan 4
kompetensi, yaitu:
a. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang
hendak dicapai.
Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik
sehubung dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa
yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Untuk
merumuskan tujuan, guru perlu melihat dan memahami seluruhaspek
perjalan. Sebagai contoh, kualitas hidup seseorang sangat tergantung pada
kemampuan membaca dan menyatakan pikiran-pikirannya secara jelas.
b. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
Peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah
tapi juga harus terlibat secara psikologi. Dengan kata lain, peserta didik harus
dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang
akan mengantar mereka mecapai tujuan. Dalam setiap hal peserta didik harus
belajar, untuk itu mereka harus memiliki pengalaman dan kompetensi yang
dapat menimbulkan kegiatan belajar.
c. Guru harus memaknai kegiatan belajar mengajar.
Hal ini mungkin merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena
guru harus memberikan kegidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. Bisa
jadi pembelajaran direncanakan dengan baik, dilaksanakan secara tuntas dan
rinci, tetapi kurang relevan, bermakna, dan imaginative.
d. Guru harus melaksanakan penilaian.
Guru diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peserta didik yang merupakan kegiatan penilaian yang hasilnya sangat
bermanfaat terutama untuk perbaikan kualitas pembelajaran.
4. Guru sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik
intelektual maupun motorik sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai
pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis
kompetensi, karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan mampu
menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan madir dalam berbagai
21
macam ketrampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh
karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih yang bertugas melatih peserta
didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-
masing.
Pelatihan yang dilakukan, disamping memperhatikan kompetensi dan materi
dasar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik
dengan lingkungannya. Untuk itu, guru harus banyak tahu, meskipun tidak
mencakup semua hal secara sempurna. Guru menciptakan situasi agar peserta
didik berusaha menemukan sendiri apa yang seharusnya diketahui. Guru harus
bisa menahan emosinya untuk menjawab semua pertanyaan yang ditujukan
kepadanya, sehingga kewenangan yang dimiliki tidak membunuh kreativitas
peserta didik.
5. Guru sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
berbagai hal dapat berharap untuk menasehati orang lain. Makin efektif guru
menangani setiap permasalahan, maka makin banyak kemungkinan peserta didik
berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri. Agar guru
dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasehat secara lebih
mendalam, ia harus lebih memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan
mental.
6. Guru sebagai Pembaharu (Innovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan
pengalaman yang berharga ke dalam istilah atau bahasa modern yang akan
diterima oleh peserta didik.
7. Guru sebagai model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua
orang yang menganggap dia sebagai guru. Peran dan fungsi ini patut dipahami,
dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan, sehingga dengan ketrampilan
dan kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran. Yang harus
22
diperhatiakn oleh guru bila menjadi seorang teladan yaitu sikap dasar, bicara dan
gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian,
hubungan kemanusiaan, proses berfikir, prilaku neurotis, selera, keputusan,
kesehatan, dan gaya hidup secara umum. Guru yang baik adalah yang menyadari
kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya,
kemudian ia menyadari kesalahan ketika memang bersalah.
8. Guru sebagai Pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan sebagai seorang pendidik. Ujian berat
bagi seorang guru dalam hal kepribadian adalah rangsangan yang memancing
emosinya. Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru juga
perlu memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui
kemampuannya, dan keluwesannya dalam bergaul.
Untuk menyempurnakan itu semua, seorang guru bisa meminta pendapat
pada teman sejawatnya atau mungkin peserta didik tentang penampilannya sehari-
hari, baik didalam kelas maupun di luar kelas dan segera memanfaatkan pendapat
yang telah diterima dalam upaya mengubah atau memperbaiki penampilan
tertentu yang kurang tepat.
9. Guru sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan
penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan
berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu, guru
adalah seorang pencari atau peneliti. menyadari akan kekurangannya, guru
berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya
dalam melaksanakan tugas. Bagaimana menemukan apa yang tidak diketahuinya?
Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula. Apa yang
harus dikerjakan, yakni penelitian.
23
10. Guru sebagai Fasilitator
Tugas guru tidak hanya menyampaiakan informasi kepada peserta didik,
tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar bagi
peserta didik, agar mereka dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan,
gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat
secara terbuka. Sebagai fasilitator tugas guru yang paling utama adalah memberi
kemudahan belajar dengan pembelajaran yang terpadu, accelerated learning,
moving class, konstruktivisme, contextual learning, quantum learningdigunakan
sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik.
Guru harus siap menjadi fasilitator yang demokratis professional, karena
dalam kondisi perkembangan informasi, teknologi dan globalisasi yang begitu
cepat. kondisi ini menuntut guru untuk senantiasa belajar meningkatkan
kemampuan, siap dan mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat, bahkan tidak
menutup kemungkinan untuk belajar dari peserta didiknya.
G. Sistem Pelatihan Guru Profesional
Peningkatan kemampuan seorang guru untuk menjadi tenaga pengajar
yang profesional dapat dilakukan melalui pelatihan. Pelatihan guru profesional
dapat dilakukan melalui organisasi profesi, suvervisi pendidikan, sertifikasi,
kualifikasi dan pembinaan
1. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Organisasi Profesi
Organisasi profesi guru di antaranya yaitu Persatuan Republik Indonesia
(PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Organisasi MGMP
bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi dari guru. Peningkatan
kemampuan guru juga dapat dilakukan melalui organisasi Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI). Dengan telah terbentuknya organisasi profesi, guru
dapat meningkatkan kemampuan dirinnya dan berlomba dalam kebaikan dengan
sesama teman profesi.
2. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan yaitu proses pemberian layanan bantuan profesional
kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-
tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Pada hakikatnya
24
supervisi adalah perbaikan proses pembelajaran. Teknik-teknik supervisi
pendidikan, di antaranya yaitu:
a) Teknik yang bersifat individual
Teknik ini dilaksanakan untuk seorang guru secara individual. Peningkatan
kemampuan guru melalui teknik ini dilakukan melalui perkunjungan kelas,
observasi kelas, percakapan pribadi, intervisitasi penyeleksi berbagai sumber
materi untuk mengajar, dan menilai diri sendiri
b) Teknik yang bersifat kelompok
Teknik ini merupakan teknik yang dilaksanakan untuk melayani lebih dari
seorang guru.
Peningkatan kemampuan guru melalui teknik ini dilakukan melalui
pertemuan orientasi bagi guru baru, panitia penyelenggara, rapat guru, studi
kelompok antar guru, diskusi sebagai proses kelompok, tukar menukar
pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, simposium, diskusi
mengajar, perpustakaan jabata, buletin supervisi, membaca langsung,
mengikuti kursus, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum, dan perjalanan
sekolah untuk staf.
Peran supervisi pendidikan dalam peningkatan kemampuan diri guru. Kegiatan
supervisi tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
belajar mengajar.
3. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Sertifikasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen, mengemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu
proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus
uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.
Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru adalah Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang disahkan tanggal 30 Desember 2005.
Pasal yang terkait langsung yakni pasal 8, pasal 11 ayat 1, pasal 11 ayat 2, pasal
25
11 ayat 3, dan pasal 11 ayat 4. Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam
jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 mei 2007.
Kegiatan sertifikasi bertujuan untuk meningkat kompetensi guru dan
meningkatkan mutu dari pendididkan.Ada beberapa tujuan sertifikasi di antaranya
yaitu:
a) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional
b) Meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
c) Meningkatkan martabat guru
d) Meningkatkan profesionalisme guru
Prosedur atau kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru, baik
untuk lulusan S1 kependidikan maupun lulusan S1 non kependidikan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Lulusan program sarjana kependidkan sudah mengalami Pembentukan
Kompetensi Mengajar (PKM). Oleh karena itu, hanya memerlukan uji
kompetensi yang dilaksanakan oleh perpendidikan yang memiliki PPTK
terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen Dikti, Depdiknas.
b) Lulusan program sarjana non-kependidikan harus terlebih dahulu mengikuti
proses Pembentukan Kompetensi Mengajar (PKM) pada perguruan tinggi
yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara
terstruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi
mengajar, baru lulusan S1 non kependidikan.
c) Penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK
yang terakreditasi. Untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai sebagai bentuk
evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK
terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas.
d) Peserta uji kompetensi yang lulus, baik yang berasal dari lulusan program
sarjana pendidikan maupun non-pendidikan diberikan sertifikat kompetensi
sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan
praktik dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
26
Sertifikasi guru dibagi menjadi dua yakni sertifikasi guru dalam jabatan
dan sertifikasi guru pra jabatan. Sertifikasi guru dalam jabatan ada 2 tahapan,
yakni:
a) Sertifikasi melalui penilaian portofolio
Para guru dalam jabatan yang akan mengikuti sertifikasi diharuskan
mengumpulkan dokumen-dokumen portofolio yang mencakup pencapaian,
prestasi, pengalaman kerja atau pendidikan, dan pelatihan yang diikuti
sebelumnya. Portofolio adalah dokumen atau bukti-bukti fisik yang
memperlihatkan prestasi dan kemampuan serta pengalaman yang dimiliki oleh
guru dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru. Secara spesifik, terdapat
10 komponen yang dinilai dalam rangka uji kompetensi untuk memperoleh
sertifikat pendidik melalui jalur portofolio yakni:
1) Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai oleh
peserta sertifikasi yang dibuktikan melalui ijazah atau diploma yang dimiliki.
2) Pendidikan dan Pelatihan, yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan
kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.
3) Pengalaman mengajar, yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas
dari lembaga yang berwenang.
4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,perencanaan pembelajaran yakni
persiapan pembelajaran yang dibuat guru sebelum melaksanakan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau topik tertentu. Sedangkan
pelaksanaan pembelajaran yakni, kegiatan guru dalam mengelola
pembelajaran di kelas dan pembelajaran individual.
5) Penilaian dari atasan dan pengawas, yaitu penilaian atasan terhadap
kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan
menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,
keteladanan, etos kerja, inovasi, dll.
6) Prestasi akademik, yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang terkait
dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia
penyelenggara.
27
7) Karya pengembangan profesi, yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya
upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.
8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, yaitu berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah
yang relevan dengan bidang tugasnya. Bukti fisik yang dilampirkan berupa
makalah dan setifikat/piagam bagi narasumber, dan sertifikat/piagam bagi
peserta.
9) Pengalaman organisasi, yaitu pengalaman guru menjadi pengurus organisasi
kependidikan, organisasi sosial, dan/atau mendapat tugas tambahan.
10) Penghargaan yang relevan dalam bidang pendidikan,yaitu penghargaan yang
diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan
tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif, kualitatif, dan relevansi.
b) Sertifikasi melalui PLPG
Bagi guru yang belum lulus penilaian portofolio, dalam arti belum
mencapai skor minimal yang dipersyaratkan untuk kelulusan portofolio, terdapat
2 kemungkinan :
1) Melengkapi dokumen portofolio yang diperkirakan dapat mempengaruhi
peningkatan skor kelulusan portofolio atau
2) Diharuskan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG)
Pelaksanaan PLPG dimulai dengan pre test secara tertulis (1 JP) untuk
mengukur kompetensi pedagogis dan profesional awal peseta. Dilanjutkan
dengan pembelajaran yang mencakup penyampaian materi secara teoritis (30
JP) dan implementasi teori ke dalam praktik (60 JP). Pada akhir PLPG
dilakukan uji kompetensi yang mencakup ujian tulis dan ujian praktik.
Model sertifikat guru lainnya adalah sertifikasi guru pra-jabatan. Mungkin
sedikit rancu istilah sertifikasi guru pra jabatan, karena calon-calon guru pra
jabatan yang ingin menjadi guru sudah diseleksi melalui proses pendidikan di
lembaga pendidikan guru (LPTK) dan sudah mengantongi ijazah keguruan
tertentu. Akan tetapi perjuangan untuk menjadi guru tidak sampai di sini saja,
perlu diberikan suatu proses pemantapan khusus bagi calon yang ingin memasuki
sebuah profesi setelah menyelesaikan program kualifikasi akademik. sertifikasi
untuk model ini diterapkan dalam sebuah program pendidikan khusus yang
disebut pendidikan profesi.
28
Istilah pendidikan profesi ini tersurat dalam Undang-undang No.20 tahun
2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa pendidikan profesi adalah
pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian khusus. Karena itu Pendidikan Profesi
Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S1
kependidikan dan S1 non kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi
guru agar mereka dapat menjadi guru yang profesional. Karena Input untuk PPG
meliputi lulusan S1 kependidikan dan S1 non-kependidikan maka kurikulum yang
diterapkan dibuat secara berdiferensiasi dimana lulusan S1 kependidikan lebih
berorientasi pada pemantapan dan pengemasan materi bidang studi untuk
pembelajaran bidang studi yang mendidik dan program PPL kependidikan.
Sedangkan lulusan S1 non-kependidikan memiliki struktur kurikulum yang
mencakup: kajian tentang teori pendidikan dan pembelajaran, kajian tentang
peserta didik, pengemasan materi bidang studi yang mendidik, pembentukan
kompetensi kepribadian pendidik, dan PPL kependidikan.
4. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Kualifikasi dan Pembinaan
Program kualifikasi guru adalah prakarsa inovatif dan efisien untuk memberikan
layanan pendidikan yang memungkinkan tidak mengganggu pelaksanaan tugas-
tugas keseharian masing-masing guru.
29
BAB III
PEMBAHASAN
Keberhasilan pendidikan di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan yang
dimiliki oleh guru tersebut. Guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan
beberapa prinsip mengajar agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.
Guru yang profesional memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Dalam peningkatan mutu professional guru hendaknya
mempunyai gagasan, ide, dan pemikiran terbaik mengenai pembelajaran yang
harus dikembangkan oleh guru merujuk pada konsepsi pembelajaran siswa secara
maksimal, dan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pribadi anak.
Profesionalisme guru memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap
keberlangsungan dan efektivitas proses belajar mengajar. Oleh sebab itu guru
dituntut untuk bisa menyelami kondisi psikis para siswa ketika ia memberikan
pelajaran. lebih dari itu bisa mengatasi setiap permasalahan-permasalahan etis
yang timbul di dalam kelas. Berdasarkan hal inilah guru sebagai pelaksana proses
pendidikan, perlu memiliki keahlian dalam melaksanakan tugasnya. Oleh
karenanya keberhasilan proses belajar mengajar sangat tergantung kepada
bagaimana guru mengajar. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan
efektif dan efisien, maka guru perlu memiliki kompetensi yang dapat menunjang
tugasnya., yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Hal
ini sesuai dengan PP Nomor 17 Tahun 2007 tentang guru, yang menyatakan
bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional
30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya adalah,
1. Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar bidang pendidikan. Sedangkan guru profesional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.
2. Guru profesional memiliki kompetensi yang dapat menunjang tugasnya
sebagai, yaitu kompetensi pedagogik, keperibadian, sosial, dan profesional
3. Peran guru profesional dalam proses pembelajaran diantaranya adalah guru
sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, inovator,
model dan teladan, pribadi serta fasilitator.
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu
diharapkan kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar
makalah ini lebih baik untuk selanjutnya.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qur’an dan terjemahannya , CV Dipenogoro Bandung. 2004
Buchari Alma. 2010. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Didi Supriadi. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Hamzah B. Uno. 2012. Profesi Kependidikan, Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi guru professional. Bandung: Rosdakarya
Syaiful Sagala. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 20005 tentang Guru dan Dosen. 2009. Jakarta: Sinar Grafika.
32
Kritik dan Saran
1. Aldri Ramadoni / 15175001 2. Ulfa Rahmi / 15175044 3. Widya Famela / 15175048
Pertanyaan
1. Riska Wahyuni / 15175036Apakah kompetensi Guru bisa di uji dan bagaimana cara mengukurnya ?
2. Febriani / 15175011Bagaimana jika salah satu kompetensi tidak terpenuhi ? apakah masih disebut Guru Profesional ?
3. Selma / 151750Bagaimana cara mengukur guru sebelum , sebelum ada PPG , apakah guru itu termasuk profesi ?
4. VonyApakah hanya UU no 14 Tahun 2005 tentang Guru profesional ? apakah ada acuan lain ?
5. RiriApa beda Guru sebagai Pendidik dan Guru sebagai Pengajar ?