1
PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN
(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)
TESIS
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat UjianGuna Memperoleh Gelar Magister Psikologi
Program Pascasarjana Di Universitas Medan Area
Oleh
JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN
2012
1
PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN
(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)
TESIS
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat UjianGuna Memperoleh Gelar Magister Psikologi
Program Pascasarjana Di Universitas Medan Area
Oleh
JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN
2012
1
PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN
(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)
TESIS
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat UjianGuna Memperoleh Gelar Magister Psikologi
Program Pascasarjana Di Universitas Medan Area
Oleh
JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN
2012
2
PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN
(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)
T E S I S
Oleh
JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN
201 2
2
PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN
(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)
T E S I S
Oleh
JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN
201 2
2
PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN
(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)
T E S I S
Oleh
JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN
201 2
3
PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENG SHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN
(Studi Kasus: Perusahaan Milik Etnis Tionghoa di Medan)
John Parlyn Halomoan SinagaKaiman Turnip
Irfan Simatupang
ABSTRAK
Fengshui yang diartikan sebagai udara dan air, merupakan salah satukebudayaan etnis Tionghoa yang diturunkan dari generasi ke generasi hingga saatini (super organic). Fengshui dalam kehidupan etnis Tionghoa, pemanfaatannyatidak terbatas pada tata letak rumah, tetapi juga dimanfaatkan dalam memilih jenisusaha, mitrabisnis dan karyawan.
Motif dasar pemanfaatan Fengshui dalam kehidupan etnis Tionghoaadalah untuk menolak kegagalan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baikmelalui keberuntungan. Keberhasilan dari pemanfaatan Fengshui ini,akhirnyamenempatkan ilmu Tiongkok tersebut menjadi suatu keyakinan diri (selfefficacy) bagi etnis Tionghoa. Keterlibatan Fengshui tanpa penalaran rasionalseperti ini dapat disebut sebagai bentuk intuisi.
Dalam hal seleksi karyawan, pemanfaatan Fengshui pada perusahaan miliketnis Tionghoa dapat dilakukan melalui kajian elemen pribadi atau yang dikenalsebagai tanda lahir (Ming Kua). Salah satu cara untuk mengetahui elemen pribadi,adalah dengan menghitung Kua berdasarkan tahun lahir. Meski hanya merupakansuatu faktor pendukung, namun kajian tersebut memiliki peran yang cukuppenting. Manfaat positip dari penerapan kajian elemen pribadi mampumeningkatkan loyalitas karyawan pada perusahaan.
Sebagai suatu budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi, Fengshuibukan suatu mistis karena dapat dikaji melalui berbagai aspek, seperti filosofis,sains dan mate-matika ditandai melalui keberadaan abaccus yang merupakankonsep dari Tao atau asal dari lahirnya Fengshui. Pemanfaatan Fengshui lewatjasa pihak lain, disarankan memperhatikan tiga hal, yaitu, profesionalisme,pemahaman terhadap mate-matika dan sejarah Fenghsui.
Kata Kunci: -Fengshui- Elemen- Seleksi
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Dalam kehidupannya, manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka
ragam, mulai dari bersifat pokok, seperti kebutuhan primer dan sekunder hingga
sesuatu yang bersifat kemewahan, atau disebut kebutuhan tersier. Agar dapat
memenuhi beragam kebutuhan tersebut, manusia dituntut bekerja, baik yang
diusahakan sendiri ataupun bekerja pada orang lain pada sebuah perusahaan, atau
akrab disebut ‘makan gaji’.
Bekerja yang diusahakan sendiri, tentu bukan sesuatu yang sulit, karena
hanya mengoptimalkan kemampuan masing-masing individu. Sebaliknya, bekerja
pada orang lain, individu dituntut memiliki berbagai pengetahuan dan
keterampilan, agar perusahaan yang mempekerjakannya merasakan manfaat atas
keberadaannya. Sebagai balas jasa yang akan diterima adalah gaji atau upah yang
dibayar dengan berbagai pola, seperti harian, bulanan atau sistem kontrak.
Secara sederhana dapat diartikan, manusia bekerja karena ada sesuatu
yang ingin didapat dan berharap dengan pendapatan itu akan membawanya dapat
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, atau dapat juga dikatakan, pada diri
manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya akan membentuk
tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya. Demi mencapai tujuan-tujuan
tersebut, manusia terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja.
5
Ada berbagai macam bidang pekerjaan yang dapat dipilih oleh manusia,
seperti buruh, tenaga administrasi, kolektor dan lainnya. Didalam memilih bidang
pekerjaan yang diminatinya, tiap individu manusia memiliki alasan-alasan tertentu,
seperti kepuasan kerja, upah yang tinggi dan lainnya. Namun, terkadang alasan-
alasan tersebut kurang diperhatikan, karena faktor situasi yang memaksa,
misalnya karena sukar mencari pekerjaan sehingga seseorang terpaksa menerima
pekerjaan dengan kondisi apapun.
Keberadaan manusia di dalam perusahaan sebagai pekerja, berperan besar
meraih kesuksesan. Seberapa baik sumber daya manusia dikelola akan
menentukan kesuksesan perusahaan tersebut dimasa mendatang. Sebaliknya, jika
sumber daya manusia itu tidak dikelola dengan baik maka perusahaan akan
menghadapi kebangkrutan. Namun, pengelolaan sumber daya manusia dalam
perusahaan sangat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya, faktor lingkungan,
perubahan teknologi yang cepat, kompetisi internasional dan kondisi
perekonomian yang tidak menentu, sehingga menyebabkan perusahaan harus
selalu mencari cara-cara baru agar dapat memanfaatkan sumber daya manusia
secara lebih efektif. Artinya, pengelolaan sumber daya manusia telah menjadi
faktor sentral dalam suatu perusahaan. Guna mendapatkan sumber daya manusia
yang berkualitas pada suatu perusahaan, diperlukan seleksi yang cukup baik.
Tahapan ini ditujukan untuk memilih calon karyawan yang memenuhi spesifikasi
kebutuhan perusahaan. Tetapi, proses seleksi sangat bervariasi untuk tiap
perusahaan, tergantung tujuan atau aturan yang dibuat oleh pemilik atau pengelola
6
perusahaan. Misalnya, perusahaan yang ditujukan untuk mengelola cleaning
service, tentu saja tidak membutuhkan karyawan yang berpendidikan tinggi,
seperti halnya perusahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan, tapi dapat
dipastikan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan terbilang banyak.
Demikian soal aturan, seleksi karyawan pada perusahaan milik etnis
Tionghoa akan berbeda aturannya dengan milik etnis Batak atau Minangkabau.
Pada etnis Tionghoa di Medan, proses seleksi calon karyawan terkadang tidak
selalu berpedoman pada aturan-aturan baku atau yang terkandung dalam teori-
teori pengelolaan sumber daya manusia, seperti halnya kemampuan akademik,
pengalaman kerja, keahlian atau pertimbangan psikologis dengan melibatkan tim
psikologi. Ada faktor lain, yaitu Feng shui. Dalam hal ini, soal kesesuai elemen
pribadi antara calon karyawan dengan pemilik perusahaan, karena dengan elemen
yang sesuai diyakini akan membawa peruntungan. Meski jarang terungkap,
namun realitanya demikian.
Medan merupakan salah satu kota terbesar di tanah air, terdapat sejumlah
perusahaan yang mengaplikasikan kajian elemen pribadi dalam perekrutan
karyawan. Beberapa yang diketahui peneliti yaitu, PT Surya Indah Food, sebuah
perusahaan pengolahan makanan ringan yang berlokasi di kawasan Kelurahan
Kampung Baru, kemudian Lembaga Pendidikan S, di kawasan Kelurahan
Kampung Madras Medan.
Menurut Irvan Yusri dalam artikel: “Bagaimana Memilih Karyawan
Sesuai Elemen” (Majalah Hong Shui Edisi 25-Bulan Ayam Tahun Ayam 2005).
7
“Untuk memilih karyawan, banyak hal yang perlu dipertimbangkan.Sejauh ini, dasar pertimbangan yang selalu dipakai perusahaan, antaralain, hanya latar belakang pendidikan, pengalaman kerja danpertimbangan psikologis, dengan melibatkan tim psikologi. Padahalsebenarnya akan lebih lengkap bila menambah satu komponen lagi, yaknielemen pribadi. Dengan mengetahui elemen dari calon karyawan, Andabisa mengetahui apakah si calon tersebut cocok dengan posisi yangtersedia, dan apakah elemen si calon karyawan bisa mengalahkan bosatau tidak... Biasanya, jika orang yang direkrut sebagai karyawanmemiliki elemen yang bertentangan, suasana di dalam kantor juga jadikurang harmonis dan kurang nyaman”
Satu-satunya cara untuk mengetahui elemen pribadi seseorang dan
kesesuaiannya dengan yang lain adalah melalui perhitungan Kua. Misalnya,
seorang pemilik perusahaan lahir pada 29 Mei 1965 dengan angka Kua 8 (Tanah
+). Tidak akan mau menerima karyawan yang memiliki angka Kua 3 (Kayu +).
Alasannya, elemen kayu mengalahkan tanah. Dalam pengetahuan Feng shui,
tanah adalah tempat berpijak kayu, sehingga dipercaya, suatu saat pemilik
perusahaan akan dikalahkan si karyawan.
Umumnya, ilmu pengetahuan yang berdasarkan teori dan budaya etnis
Tionghoa, dikaitkan dengan rumusan yang disebut dengan konsep “Lima Unsur”
atau Wu-Xing, yang terdiri elemen Logam, Air, Kayu, Api dan Tanah. Namun,
kelima elemen tersebut tidak serta merta dapat diterjemahkan dalam bentuk
fisiknya, tapi mampu mencerminkan jiwa, mewakili karakter dan dasar kehidupan
seseorang. Prinsipnya, keberadaan kelima elemen ini ada dalam bentuk jenis
substansi yang dikenal dengan sebutan Chi atau Qi (Kusrianto, 2010).
8
Cara analisis Feng shui dengan memakai kelima elemen tersebut ditujukan
mencari hubungan harmonis antara Yin (energi negatif) dan Yang (energi positip),
sehingga menghasilkan kehidupan yang selaras (bernasib baik). Jika objek yang
dihitung memiliki unsur Yin yang lebih dominan dibanding Yang atau sebaliknya,
maka akan terjadi gejolak getaran yang tak selaras dan tidak harmonis (Nugraha,
2008).
Tingginya keyakinan etnis Tionghoa terhadap Feng shui, menempatkan
Feng shui sebagai suatu pedoman dalam berbagai aktivitasnya. Pedoman seperti
halnya Feng shui pada etnis Tionghoa, juga dimiliki etnis lain di tanah air.
Misalnya, etnis Batak Toba. Pedoman yang dipakai mengatur hubungan
kekerabatan antar sesama, dikenal dengan istilah Dalihan Na Tolu, berisikan
Somba Mar Hula-Hula, Manat Mar Dongan Tubu, Elek Marboru. Somba mar
hula-hula, diartikan, harus menghormati saudara laki-laki atau semarga dari istri.
Manat mar dongan tubu, diartikan, terhadap kelompok semarga harus saling
menghargai. Elek mar boru, diartikan, terhadap saudara perempuan harus
menyayanginya. Hal yang sama juga terdapat pada etnis Minang, yang dikenal
dengan istilah Ninik-Mamak-Bundo Sakanduang.
Namun pedoman pada kedua etnis tersebut, tidak akbrab terdengar
disertakan dalam proses seleksi karyawan. Berbeda pada etnis Tionghoa, Feng
shui telah ‘menempatkan dirinya’ menjadi suatu budaya yang menaungi seluruh
sendi kehidupan etnis tersebut, atau disebut sebagai “payung budaya”.
Keterlibatan budaya seperti ini dalam kehidupan manusia menurut Creswell
9
(Herdiansyah, 2010) karena dinamika permasalahan manusia tidak terlepas dari
konteks sosial dan budaya yang melingkupinya. Karena itu, apa pun sikap yang
dimunculkan beserta sudut pandang seorang individu sangat dipengaruhi oleh
latar sosial, kondisi sosial, dan budayanya masing-masing. Edward B. Tylor
(Ruswanto, 2009) juga menyebutkan, budaya atau kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan,
keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Keterlibatan Feng shui dalam perusahaan atau suatu organisasi seperti ini
dapat juga disebut sebagai suatu budaya organisasi. Pemikiran ini didasari karena
Feng shui telah menjadi nilai (bagian) yang diyakini dapat membantu organisasi
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu subyek organisasi yang
dianggap mampu meningkatkan kinerja organisasi adalah budaya yang hidup di
organisasi yang bersangkutan, atau sering disebut budaya organisasi (Bahtiar,
http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._administrasi_pendidikan/196210011991021-
yoyon_bahtiar_irianto/modul-6-budaya_org.pdf, diunduh tanggal 5 Agustus
2011).
Budaya organisasi tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang statis walaupun
bersifat abstrak, tetapi akan menjadi generator untuk membangun ritme sesuai
keinginan dan kebutuhan organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya sehingga
dapat dikatakan sebagai organisasi yang efektif, atau sejauhmana sebuah
organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya.
10
Berpijak pada prilaku psikologi manusia seperti disebutkan Branca
(Walgito, 2010) dan teori tentang budaya, penempatan Feng shui sebagai
pedoman atau suatu cara hidup, dapat diterima. Penempatan ini tidak terlepas dari
keyakinan diri (self efficacy) etnis Tionghoa, bahwa dengan melibatkan Feng shui
menseimbangkan Yin dan Yang dalam tiap aktivitasnya akan dapat memperoleh
keberuntungan.
Efikasi diri, merupakan satu konsep umum yang terdiri atas aspek-aspek
kognitif, sosial, emosional dan perilaku, dan individu harus mampu mengolah
aspek-aspek itu untuk mencapai tujuan tertentu (Bandura, 1997), atau secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah satu keyakinan yang
mendorong individu untuk melakukan dan mencapai sesuatu. Keyakinan seperti
itu terhadap Feng shui, tumbuh berdasar dari sejumlah pengalaman spritual
individu atas keadaan sekitarnya (lingkungan) yang melihat individu lain telah
mendapat peruntungan ketika mengaplikasikan Feng shui dalam kehidupannya.
Hubungan inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian
dengan judul: ”Peran Elemen Pribadi Pada Feng shui Dalam Proses Seleksi
Karyawan” dengan Studi Kasus: Perusahaan Milik Etnis Tionghoa di Medan.
B. Fokus Penelitian.
Etnis Tionghoa dikenal cukup selektif dalam segala hal, termasuk memilih
jenis usaha atau kolega dalam berbisnis. Sikap selektif ini didasari atas keyakinan
diri etnis Tionghoa, bahwa keberuntungan kehidupan manusia dipengaruhi oleh
11
tiga faktor, yaitu, Tian (keberuntungan dari langit atau takdir), Ti (keberuntungan
dari bumi) dan Ren (keberuntungan manusia itu sendiri) (Kusrianto, 2010).
Ketiga faktor tersebut dapat diartikan sebagai, Tuhan, bumi dan manusia.
Tuhan sebagai penentu takdir. Hubungan manusia dengan bumi harus harmonis
agar bumi memberi manfaat bagi manusia. Hubungan manausia dengan manusia
juga harus benar (Nugraha, 2008). Hubungan ketiga faktor keberuntungan ini
dikaji dalam ilmu Tiongkok kuno yang disebut dengan Feng shui. (Kusrianto,
2010).
Guna mengetahui seberapa besar hubungan ketiga keberuntungan tersebut,
biasanya etnis Tionghoa selalu melakukan kajian rangka elemen pribadi yang
didasari atas angka tahun kelahiran. Tujuannya, untuk mengetahui apakah rangka
elemen pribadi tersebut saling membangun atau menghancurkan. Ketika saling
mendukung, disebut membawa hokkie (Kusrianto, 2010).
Demikian dalam proses seleksi karyawan, jika elemen pribadi calon
karyawan membangun elemen pribadi pemilik perusahaan, akan diterima sebagai
karyawan. Sebaliknya, ketika elemen itu akan menghancurkan elemen yang lain,
niscaya akan diterima sebagai karyawan pada perusahaan milik etnis Tionghoa.
Itu sebabnya dalam kehidupan sehari-hari juga lazim terdengar, seorang karyawan
yang bekerja pada perusahaan milik etnis Tionghoa, meski masuk dalam kategori
tidak disiplin, tetap saja tidak dipecat, karena dianggap membawa hokkie pada
pemilik perusahaan.
12
Keterlibatan kajian rangka elemen pribadi pada Feng shui dalam seleksi
karyawan, sangat jarang diketahui masyarakat luas. Alhasil, banyak calon pelamar
yang telah lolos uji adminsitrasi seperti yang diiisyaratkan perusahaan, justeru
tidak diterima sebagai karyawan. Alasan yang tersirat, elemen pribadi calon
karyawan tidak mendukung terhadap elemen pemilik perusahaan.
Dari permasalahan di atas, peneliti melihat bahwa Fengshui sebagai suatu
budaya yang diturunkan secara dari generasi ke generasi bagi etnis Tionghoa,
memiliki peran yang cukup penting, sehingga tidak dapat dilepaskan dalam
kehidupan etnis Tionghoa, termasuk dalam hal seleksi karyawan. Untuk dapat
mengungkap permasalahan tersebut, peneliti merumuskan beberapa pertanyaan-
pertanyaan, sebagai berikut:
1. Kenapa etnis Tionghoa mempercayai Feng shui?
Pertanyaan ini lahir dari pengamatan peneliti pada sejumlah etnis
Tionghoa yang selalu menyertakan Fengshui dalam tiap aktifitas
kehidupannya, seperti halnya memilih bidang usaha yang akan digeluti,
memilih karyawan atau kolega dalam berbisnis.
2. Bagaimana peran Feng shui dalam kehidupan bisnis etnis Tionghoa?
Berpijak dari penjelasan rumusan masalah pertama, peneliti
melihat, Fengshui menjadi salah satu faktor pendukung pendukung dalam
mendapatkan peruntungan pada kegiatan bisnis etnis Tionghoa.
3. Bagaimana peran elemen pribadi pada Feng shui dalam proses seleksi
karyawan pada perusahaan milik etnis Tionghoa?
13
Sebagaimana disebut bahwa Fengshui telah menjadi suatu efikasi
diri bagi etnis Tionghoa untuk mendapatkan keberuntungan, maka
keterlibatannya dalam hal seleksi karyawan juga dianggap penting. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya konflik (disharmonisasi) Yin
dan Yang pada masing-masing individu, yang dapat menghambat
datangnya peruntungan, karena itu sebelum menerima karyawan perlu
diketahui elemen pribadinya.
Dari pertanyaan-pertanyaan di atas, peneliti memberi asumsi
bahwa:
1). Feng shui telah menjadi suatu keyakinan diri etnis Tionghoa.
Asumsi ini didasari pemikiran peneliti, bahwa etnis Tionghoa
sangat mempercayai harmonisasi (keseimbangan Yin dan Yang) manusia,
surga dan bumi (geografi) akan mampu memberi kesejahteraan,
kemakmuran dan kebahagiaan hidup secara harmonis. Ilmu yang
mempelajari harmonisasi ketiga faktor tersebut dikenal dengan sebutan
Feng shui. Karena diyakini mampu membawa kebaikan diberbagai aspek
kehidupan, akhirnya menempatkan Feng shui sebagai suatu bentuk
keyakinan diri bagi etnis Tionghoa.
2). Feng shui sebagai intuisi bisnis.
Sebagaimana disebut bahwa dengan mengaplikasikan Feng shui
dalam tiap aktifitas akan membawa kebaikan diberbagai aspek kehidupan.
14
Kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan
intelektualitas, seperti halnya Feng shui ini dapat disebut intuisi.
Penempatan ini tidak terlepas dari keyakinan diri (self efficacy) etnis
Tionghoa dari sejumlah pengalaman spritual individu atas keadaan
sekitarnya (lingkungan) yang melihat individu lain telah mendapat
peruntungan ketika mengaplikasikan Feng shui dalam kehidupannya.
3). Kesesuaian elemen pribadi, menjadi faktor pendukung dalam
penerimaan karyawan.
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan yang
lain. Untuk menghindari terjadinya hubungan yang saling merugikan, satu
dengan lainnya, menurut keyakinan diri etnis Tionghoa, perlu dilakukan
keseimbangan Yin dan Yang masing-masing. Salah satu instrumen yang
lazim dipakai untuk menyeimbangkan Yin dan Yang adalah elemen pribadi,
yang diperoleh melalui perhitungan angka Kua, berdasarkan tahun
kelahiran.
Fungsi elemen pribadi pada Feng shui, memiliki dua hukum
transformasi, yaitu, siklus membangun dan merusak (menghancurkan).
Disebut membangun, bahwa elemen yang satu dengan elemen yang lain
saling mendukung atau menguatkan. Sedangkan disebut merusak, elemen
yang satu dengan elemen yang saling menghancurkan atau merusak.
Dalam proses seleksi karyawan, kedua hukum transformasi
tersebut harus dilihat dengan benar, sehinggga karyawan yang bekerja
15
pada perusahaan etnis tersebut memperoleh harmonisasi atau memiliki
keseimbangan energi yang nantinya berujung pada keberuntungan.
C. Keunikan Penelitian
Keterlibatan Feng shui dalam kehidupan etnis Tionghoa di tanah air, telah
banyak mendapat perhatian. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan, seperti,
oleh Stephany Efflina dalam karyawanya, “Kesesuaian Feng Shui Kelenteng
Tanjung Kait dan Cileungsi dengan lingkungannya”. Dalam penelitian ini
disimpulkan bahwa pembangunan sebuah rumah peribadahan bagi etnis tersebut,
tidak dapat dilepaskan dari kajian Fengshui.
Penelitian lain soal Feng shui dilakukan oleh Hedy C Indrani, dalam
“Pertimbangan Aspek Kejiwaan Terhadap Feng shui Dalam Perancangan
Interior”. Penelitian ini mensimpulkan, bahwa bila ditinjau dari sudut pandang
psikologi tingkah laku manusia, Feng shui, dapat mempengaruhi sisi kejiwaan
manusia, sebagai akibat adanya hubungan timbal balik antara manusia dan tingkah
lakunya selaku penghuni rumah tinggal dengan kondisi lingkungannya yaitu tata
letak ruang dan perabotannya. Melalui tata letak ruang dan perabotan yang sesuai
dengan petunjuk Feng shui, akan membawa kesehatan dan keberuntungan bagi
seluruh penghuni rumah. Adanya teori harapan, teori emosi, dan teori kebutuhan
yang dikemukakan oleh para tokoh psikologi, terbukti bahwa aspek-aspek
kejiwaan seperti perasaan dan emosi memegang peranan penting untuk
tercapainya keberhasilan dalam penggunaan Feng shui, karena manusia
16
berpengharapan dapat mencapai tujuan hidup yang positif dengan cara menerima
saja Feng shui untuk menata interior rumah tinggalnya dan menjadikannya bagian
dari kehidupannya.
Berangkat dari dua penelitian tersebut, peneliti menilai perlu dilakukan
penelitian tentang keterlibatan Fengs hui dalam hal seleksi karyawan pada
perusahaan milik etnis Tionghoa. Alasannya, keberadaan manusia di dalam
perusahaan sebagai pekerja, berperan besar meraih kesuksesan. Namun,
pengelolaan sumber daya manusia dalam perusahaan sangat dipengaruhi banyak
faktor, salah satunya adalah budaya, baik sebagai budaya perusahaan maupun
budaya yang melekat pada pemilik perusahaan. Keterlibatan budaya dalam
kehidupan manusia karena dinamika permasalahan manusia tidak terlepas dari
konteks sosial dan budaya yang melingkupinya. Karena itu, apa pun sikap yang
dimunculkan beserta sudut pandang seorang individu sangat dipengaruhi oleh
latar sosial, kondisi sosial, dan budayanya masing-masing.
Pada etnis Tionghoa, salah satu budaya yang melekat secara turun-
temurun adalah Fengshui, yang dapat dimanfaatkan melihat keberuntungan.
Untuk mengetahui apakah keberadaan karyawan tersebut memberi peruntungan
atau tidak bagi pemilik perusahaan, biasanya dilakukan lewat kajian elemen
pribadi yang terdapat pada Feng shui. Hubungan keunikan penelitian ini dengan
dua penelitian sebelumnya terdapat pada keterlibatan faktor budaya, yaitu
Fengshui, yang ikut mempengaruhi sisi kejiwaan manusia dalam hubungannya
dengan teori harapan yang dikemukakan para tokoh psikologi, bahwa aspek-aspek
17
kejiwaan seperti perasaan dan emosi memegang peranan penting untuk
tercapainya keberhasilan guna mencapai tujuan hidup yang positif.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk:
- Mengetahui kenapa etnis Tionghoa mempercayai Fengshui
- Mengetahui bagaimana peran Fengshui dalam kegiatan bisnis etnis
Tionghoa.
- Mengetahui bagaimana peran elemen pribadi pada Feng shui dalam
proses seleksi karyawan, pada perusahaan milik etnis Tionghoa di
Medan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengembangkan teori-teori dalam bidang psikologi manajemen sumber daya
manusia (MSDM) khususnya yang berhubungan dengan seleksi karyawan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa
pihak, antara lain:
18
i. Bagi Informan penelitian. Penelitian ini dapat membantu untuk lebih
memahami dirinya, serta menambah wawasan Informan tentang elemen
pribadi yang ada dalam kajian Feng shui. Informan juga diharapkan dapat
memahami bahwa ada motif-motif tertentu yang mendasarinya dalam
memutuskan memakai Feng shui ketika melakukan seleksi karyawan.
ii. Bagi peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan
dalam melakukan penelitian berikutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat melihat aspek psikologi MSDM lain yang dipengaruhi Feng shui,
seperti: penempatan, karir karyawan di perusahaan milik etnis Tionghoa
atau budaya kerja wirausaha etnis Tionghoa.
iii. Bagi komunitas umum. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan kenapa pemilik perusahaan dari etnis Tionghoa
khususnya di Medan masih mempercayai Feng shui sebagai media melihat
keberuntungan manusia, sehingga menerapkannya dalam proses seleksi
karyawan.
19
BAB II
PERSPEKTIF TEORITIS
A. Kajian Teoritis Fengshui
1. Pengertian Fengshui
Berbicara mengenai Feng shui, tentu saja tidak dapat dilepaskan dari etnis
Tionghoa. Kelekatan seperti ini merupakan perwujudan dari suatu tradisi yang
kuat bagi etnis tersebut pada empat hal, yaitu, penyembahan alam dan roh-roh
nenek moyang (spiritisme, animisme, dan panteisme/ajaran yang menyamakan
Tuhan dengan kekuatan-kekuatan dan hukum-hukum alam semesta/.
penyembahan (pemujaan) kepada semua dewa dari berbagai keyakinan), Taoisme,
Konfusianisme dan Buddhisme, yang diyakini oleh etnis ini memberi peruntungan
atau yang disebut dengan hokkie (Nugraha, 2008).
Penyembahan alam dan roh-roh nenek moyang adalah keyakinan tradisi
yang tertua etnis Tionghoa, setidaknya sejak tiga ribu tahun silam kitab I Ching
sudah merumuskan keyakinan tersebut. Semua praktik tradisi tersebut ditujukan
untuk mengejar hokkie. Dalam tradisi Tionghoa, usaha-usaha mencari hokkie juga
dilakukan dengan segala cara, termasuk menyuap untuk menyenangkan para dewa.
Misalnya saat Sin Chia (tahun baru Imlek). Sebagai pusat upacara dalam tradisi
etnis Tionghoa, perayaan dimulai seminggu sebelumnya untuk mengantar Dewa
Dapur (Ciao Kun Kong) melaporkan tingkah laku pemilik rumah kepada Thian
(dewa penguasa) (Nugraha, 2008).
20
Dewa tertua dan paling dihormati bagi etnis Tionghoa diangkat sebagai
Thian. Orang-orang Tionghoa lalu memasang petasan agar Thian tidak mendengar
hal-hal yang tidak baik dari Dewa Dapur. Mereka juga membakar hio yang berbau
harum, menyediakan buah-buahan manis, juga memoles mulut patung Dewa
Dapur dengan madu agar yang disampaikan hanyalah hal-hal yang baik sehingga
rumah tangga dipenuhi rezeki. Agar Dewa Dapur tidak sempat melaporkan hal-hal
tidak baik, biasanya dibuatkan makanan pelekat gigi, yaitu manisan sebesar jeruk
yang berbentuk gepeng dan kue keranjang. Jika Dewa Dapur memakannya maka
gigi-giginya saling merekat dan tidak sempat membuka mulut serta berkata-kata
membuka rahasia dapur.
Praktik semacam itu juga bisa dilihat dalam upacara sembahyang di
kuburan. Hio dan buah-buahan manis disajikan dengan bentuk beraneka rupa serta
rumah-rumahan, mobil-mobilan yang terbuat dari bahan kertas, bahkan uang-
uangan yang dibakar untuk menyenangkan roh nenek moyang agar arwahnya
senang dan tidak mengganggu keberuntungan orang yang masih hidup. Praktik
lainnya adalah dengan memberikan angpao (uang yang dibungkus kertas merah)
pada waktu Sin Chia. Alasannya, agar orang yang diberi ang pao lalu bersikap
manis dan baik. Praktik pemberian sesajen yang tidak beda dengan suap-menyuap
ini dapat ditemui dalam upacara tradisi Tionghoa dan memang didasarkan pada
keyakinan keseimbangan Yin-Yang guna menghindari konflik dengan cara
mencari jalan tengah.
21
Itulah sebabnya sifat kompromi yang saling menguntungkan telah
mendarah daging dalam kehidupan etnis Tionghoa. Dari tradisi itu muncul alasan
masyarakat Tionghoa untuk menghalalkan suap-menyuap dalam melancarkan
bisnis. Praktik quanxi (koneksi atau kolusi) juga menjadi kebiasaan yang
dianggap wajar. (Nugraha, 2008). Dalam ilmu Tiongkok kuno, ilmu yang
memercayai harmonisasi (keseimbangan Yin dan Yang) manusia dan surga
(astronomi) serta bumi (geografi) untuk membantu memperbaiki hidup dengan
menerima Qi (Chi) positip ini, disebut dengan Feng shui. “Feng” berarti angin,
“shui” berarti air. Menurut teori klasik, Qi itu datang dengan “menunggang” angin
dan Qi akan berhenti setelah “menemui” sebuah air. Jadilah Feng shui. Inilah
maksud dan arti kata dari Feng shui. Jika Qi-nya baik, maka disebut Sheng Qi
(energi kehidupan), jika Qi-nya buruk, maka disebut Sha Qi (energi kematian).
Fenomena Qi ini, ada yang menyebut udara, aliran energi yang tidak
terlihat, radiasi kosmos, roh atau spirit, aliran energi yang mengalir dalam tubuh,
energi kosmos yang halus, medan magnet bumi, energi kasat mata, energi
kehidupan, roh kosmos atau nafas kosmos. Menurut teori Feng shui klasik, Qi ada
diantara langit dan bumi, yang mana telah menyebabkan perubahan biologis dan
perubahan iklim yang menyebabkan perpindahan populasi fauna alam, siklus
pertumbuhan flora, serta perubahan musim. Semua makhluk hidup, termasuk
manusia memiliki respon yang berbeda terhadap Qi, oleh karena itu para ahli
Feng shui kuno mendefiniskan Qi menjadi 3 golongan (Harijanto
22
http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/9_peranan_qi.php, diunduh
tanggal 1 September 2011) yaitu :
i. Yun Qi, yaitu Qi yang berasal dari langit yang menyebabkan perubahan
siang-malam, perubahan siklus, perubahan musim, dan lainnya
dimasing-masing wilayah yang berbeda.
ii. Di Qi, yaitu Qi yang berasal dari bumi dengan melihat kondisi dan
kualitas tanah, bentuk-bentuk, gunung-gunung yang berbeda karena
perbedaan fenomena astronomik, dan perbedaan musim di masing-
masing wilayah yang berbeda.
iii. Qing Qi, yaitu Qi yang berasal dari manusia, yaitu pola perilaku dan
semangat hidupnya dalam beradaptasi di point 1 dan point 2 di atas,
yang menyebabkan masing-masing suku dan ras di dunia ini memiliki
perbedaan sikap dan tindakan, serta paradigmanya dalam melihat dunia.
Feng shui adalah seni dan pengetahuan kuno asal Tiongkok, yang
ditujukan menyingkap keseimbangan (harmonisasi Yin dan Yang) guna
mendapatkan kesehatan, kenyamanan, dan keberuntungan yang berasal dari
lingkungan sekitar. Jadi, Feng shui yang bagus berarti keberuntungan hidup,
sedangkan Feng shui buruk berarti kerja keras atau ketidakberuntungan. Dalam
praktiknya jika suatu objek dihitung memiliki unsur Yin lebih dominan dibanding
kekuatan Yang atau sebaliknya, maka akan terjadi gejolak getaran yang tak selaras
23
dan tidak harmonis, dampaknya adalah ketidakberuntungan, karena itu perlu
diseimbangkan sehingga memperoleh keberuntungan.
2. Alasan Mempercayai Fengshui
Dasar berpikir orang-orang Tionghoa mempercayai keseimbangan Yin dan
Yang pada Fengshui dalam kehidupannya seperti itu dipengaruhi oleh ajaran
Konfusius dan Tao (Nugraha, 2008).
a. Konfusianisme (Kong Hu Cu)
Istilah asli untuk ajaran Konfusius disebut Konfusianisme atau
Kong Hu Cu yang dalam bahasa Tionghoa diartikan Rujiao, atau agama
orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur (Nugraha,
2008). Konfusianisme sering ditafsirkan sebagai agama Li. Istilah Li (asas
atau prinsip) sering dikaitkan dengan prinsip kebajikan manusia yang
menjunjung tinggi etika atau moral. Istilah lain yang juga digunakan
dalam kaitannya dengan berbagai aspek dan bidang kehidupan seperti,
pemerintahan, seni, kedokteran dan lainnya ialah Chi (kekuatan material,
energi), Yin-Yang (aspek lelaki dan perempuan) dan Jen (kemanusiaan,
kebaikan yang mengandung nilai kemanusiaan). Istilah Jen sering
diartikan dengan kebaikan, seperti tampak dalam penggunaan istilah Neng
Yen (kemampuan menjadi baik), Jen-Tzu (kuil kebaikan).
Istilah lain dalam pemikiran orang-orang Tionghoa ialah Chung
Yung (Golden Mean, Middle Way). Kata Chung artinya sentral, tengah,
24
pusat, dan Yung artinya selaras atau harmoni. Upaya memberikan makna
terhadap gagasan Chung Yung ialah perkataan Meng Tsu: “Pergi terlalu
jauh sama dengan tidak pergi jauh”. Artinya, orang tidak boleh
melampaui batas karena tindakan melampaui batas tidak akan membawa
hasil yang diharapkan.
Sosok Kong Hu Cu bukanlah pencipta agama. Dia adalah tokoh
yang menyempurnakan keyakinan yang sudah ada jauh sebelum
kelahirannya. Dalam hal ini, dia berkata: “Aku bukanlah pencipta
melainkan aku menyukai ajaran-ajaran kuno tersebut“. Banyak orang
mengira bahwa Konfusianisme adalah suatu ajaran filsafat untuk
meningkatkan moral dan menjaga etika manusia belaka. Padahal, dalam
ajaran ini juga terdapat ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya.
Ajaran ini dimulai oleh Kong Hu Cu, tokoh yang dilahirkan pada tahun
551 SM. Ketika berumur 32 tahun, dia banyak menulis buku-buku moral,
sejarah, kesusasteraan dan filsafat. Kong Hu Cu meninggal dunia pada
tahun 479 SM.
Kong Hu Cu tidak mempunyai konsep mengenai “Yang Suci”,
tetapi hanya menerima keyakinan kuno mengenai langit dan lebih
menekankan pada hubungan kemanusiaan. ltulah sebabnya Konfusianisme
lebih tampak sebagai ajaran etika. Setelah Kong Hu Cu meletakkan dasar
etika, lalu Meng Tsu (371-289 SM) meletakkan dasar mistik, dan Hsun-
Tsu (298-238 SM) meletakkan dasar praktis dan ajaran tentang Li.
25
Pada ajaran ini, pengikutnya harus mengikuti lima konsep yaitu
Jen (hubungan ideal), Chun-Tzu (kemanusiaan yang benar), Li (sopan), Te
(kekuasaan), dan Wen (seni perdamaian). Karena itu, Konfusianisme
mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara
manusia di langit dengan manusia di bumi secara baik. Penganutnya juga
diajari untuk tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir
di dunia. Ajaran ini merupakan susunan filsafat dan etika yang
mengajarkan tingkah laku manusia. Konfusianisme juga tidak menghalangi
pengikutnya menyembah benda keramat dan penunggu yang patut
disembah, bukan menyembah barang keramat atau penunggu yang tidak
patut disembah. Manusia dalam Konfusianisme adalah pusat dari dunia:
manusia tidak dapat hidup sendirian melainkan bersama manusia yang lain.
Adapun ajaran-ajaran Konfusianisme antara lain (Nugraha, 2008):
1. Sangat mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga
hubungan antara manusia di langit dan bumi secara baik.
2. Penganutnya diajarkan untuk tetap mengingat nenek
moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia.
3. Ajarannya merupakan susunan filsafat dan etika yang
mengajarkan cara manusia bertingkah laku.
Orang-orang Tionghoa juga menamamkan kesadaran bahwa
kedudukannya lebih tinggi dari yang lain. Karena itu, etnis Tionghoa
26
selalu berusaha bekerja keras, tekun, hemat, sabar dan teliti. Nilai-nilai
Konfusianisme yang mempengaruhi kesuksesan etnis ini adalah disiplin
keluarga dan hierarki dalam masyarakat. Mereka juga memiliki solidaritas
sosial yang tinggi sehingga lebih senang membantu sesama kelompok
etnisnya daripada orang lain, sehingga menghasilkan budaya kekeluargaan
yang kuat. Bagi etnis Tionghoa, keluarga menjadi basis pelestarian tradisi
dan budaya, itu sebabnya Fengshui dapat tetap bertahan sampai saat ini.
Inti pemahaman ajaran ini adalah pengutamaan ketaatan kepada
orangtua serta penghormatan kepada orang yang lebih tua. Ajaran ini juga
menekankan pentingnya menjaga keturunan, maka orang-orang Tionghoa
disarankan memiliki anak laki-laki. Dalam sistem sosial Tionghoa, anak
laki-laki adalah pewaris keturunan karena mereka akan mewarisi harta dan
kekayaan keluarga. Oleh karena itu, anak laki-laki memiliki tanggung
jawab yang besar dan harus mampu menjaga martabat dan nama baik
keluarga.
Bagi etnis Tionghoa, salah satu bentuk penghormatan kepada
orangtua dan keluarga serta untuk menunjukkan martabat keluarga adalah
dengan menjadi kaya. Dengan kekayaan, maka orang bisa membeli apa
saja, termasuk kemewahaan. Dengan demikian, juga akan merasa mulia.
Untuk mencapai keinginan tersebut, orangtua menganjurkan anak-anaknya
sejak kecil agar menjadi kaya, dengan menanamkan minat berdagang dan
membiasakan hidup mandiri. Selain itu, hal yang mendorong orang
27
Tionghoa untuk memperkuat basis ekonomi adalah etos kerja yang
menekankan keuletan dan kerajinan, yang dijelaskan sebagai berikut
(Nugraha, 2008):
(1) Dalam sistem keluarga Tionghoa, kerja dihubungkan
dengan sekumpulan nilai kompleks yang mencakup
pengorbanan diri, rasa percaya dan hemat yang dipandang
sebagai dasar terkumpulnya kekayaan.
(2) Etos kerja orang-orang Tionghoa berorientasi kelompok.
Setiap individu berpartisipasi dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga, kemudian untuk kesejahteraan
masyarakat.
(3) Orang-orang Tionghoa bekerja keras untuk mendapatkan
imbalan materi.
Etos kerja seperti inilah yang menjadikan etnis Tionghoa
cenderung eksklusif dalam ikatan keluarga masing-masing, sehingga
menimbulkan pandangan bahwa ”orang China tetap China” secara turun
temurun dan sukar berbaur dengan ras lain (Nugraha, 2008).
b. Taoisme (Tao)
Tokoh lain yang ikut mempengaruhi cara berfikir etnis Tiongha
adalah Lao Tzu, yang mengajarkan jalan filsafat tentang Tao. Tetapi
28
kemudian para pengikutnya mencampuradukkan ajaran itu dengan mistik
dan magis sehingga memperkuat praktik tradisi lama. Taoisme merupakan
ajaran Lao Tzu yang berasaskan pada Daode Jing. Pengikut Lao Tzu yang
terkenal adalah Zhuangzi, penulis kitab Zhuangzi. Menurut kitab Shiji,
nama asli Lao Tzu adalah Lier, nama sopannya adalah Boyang dan nama
almarhum kehormatannya adalah Dan. Namun ada pula segolongan
sarjana yang mengatakan bahwa Boyang dan Dan adalah nama sopan Lao
Tzu. (Nugraha, 2008).
Lao Tzu (570-470 SM) dilahirkan di Provinsi Ku, Chuguo,
sekarang dikenal sebagai Provinsi Henan. Dia adalah ketua pustakawan
Chuguo pada masa Dinasti Zhou. Tak heran jika dia banyak mendapat
manfaat dengan membaca kitab-kitab dan catatan-catatan historis sehingga
menjadi orang yang cerdas dan bijak. Sejumlah legenda yang mengisahkan
tentang Lao Tzu, antara lain, menyebutkan bahwa:
1. Lao Tzu berada dalam perut ibunya selama 82 tahun dan
dilahirkan dalam keadaan tua sehingga diberi julukan "Lao Tzu”
(Anak Tua).
2. Lao Tzu berusia 200 tahun.
3. Kong Hu Cu pernah berjumpa dengan Lao Tzu.
Kemasyhuran Lao Tzu tersebar luas sehingga bisa berkenalan
dengan Kong Hu Cu. Menurut catatan Zhuangzi, Kong Hu Cu pernah
29
berjumpa dengan Lao Tzu untuk belajar soal kesopanan. Ada lukisan-
lukisan yang menunjukkan kisah pertemuan ini. Ada pula dugaan bahwa
Kong Hu Cu adalah orang yang berusia lebih muda 20 tahun daripada Lao
Tzu. Menurut Zhuangzi, Kong Hu Cu pertama kali berjumpa dengan Lao
Tzu pada usia 17 tahun, kemudian pada usia 34 tahun, dan perjumpaan
ketiga terjadi ketika mereka berada di Xiangyi, serta semasa berusia 51
dan 66 tahun.
Runtuhnya Dinasti Zhou mendorong Lao Tzu untuk meninggalkan
negerinya. Namun, sebelum berangkat menuju Kastam Hangu, Guan Yixi
meminta Lao Tzu meninggalkan pemikiran filsafatnya dalam bentuk
tulisan. Atas permintaan itu, Lao Tzu menulis dua karya yang berjudul De
dan Dao. Kedua kitab itu digabungkan dan dikenal sebagai Daode Jing
yang terdiri dari 5.000 huruf Tiongkok dalam 81 bab.
Pada masa peperangan, Tiongkok terbagi menjadi beberapa
kerajaan yang tidak saling berhubungan. Kaisar Shi Huang Ti kemudian
menyatukan semua kerajaan itu dan membentuk Dinasti Qin. Sebelum
Dinasti Qin, Taoisme merupakan filsafat Lao Tzu dan Zhuangzi, tetapi
bukanlah agama. Taoisme mementingkan kesehatan dan “hidup abadi”
dalam konteks ajaran sehingga dijadikan dasar perkembangan untuk
menjadi dewa demi mencapai keabadian.
Dalam ajaran Dao, Lao Tzu didewakan sebagai Taishanglaojun.
Kitab-kitab Daode Jing dan Zhuangzi pun lantas menjadi kitab suci untuk
30
dipelajari. Dalam ajarannya, Taoisme dianalogikan bersifat tenang, lembut
seperti air, dan abadi. Manusia akan abadi jika sudah mencapai kesadaran
Dao dan akan menjadi dewa. Taoisme juga memperkenalkan teori Yin-
Yang, dalam Daode Jing, Bab 42: “Dao melahirkan sesuatu, yang
dilahirkan itu melahirkan Yin dan Yang, Yin-Yang saling bertindak
sehingga menghasilkan tenaga atau kuasa” (Nugraha, 2008).
Dengan tenaga ini, maka lahirlah jutaan benda di dunia. Setiap
benda di alam semesta mengandung Yin-Yang yang saling bertindak untuk
mencapai keseimbangan. Yin-Yang menunjukkan bahwa dunia ini bersifat
dualistis. Segala fenomena di dunia mengandung dua hal. Misalnya, tidak
ada besar jika tidak ada kecil, tak ada kiri tanpa kanan, dan sebagainya.
Karena itulah, lambang Yin-Yang mempunyai dua bagian yang sama besar,
separuh putih, dan separuh hitam. Garis tengahnya melengkung yang
berarti bahwa semua fenomena di dunia ini senantiasa berubah-ubah.
Gambar 1: Simbol Yin - Yang
Sumber: Heri Kusrianto (2010)
31
Sewaktu hitam berkembang, putih berundur dan sebaliknya.
Seseorang tidak boleh menganggap sifat alam semesta sebagai hal yang
selalu sama. Bagian putih mempunyai satu titik hitam dan bagian hitam
mempunyai satu titik putih pada bagiannya yang paling besar. Hal ini
berarti tidak ada suatu hal pun di dunia ini yang benar-benar putih dan
hitam. Misalnya, kejayaan (putih) akan menyebabkan keangkuhan (hitam)
dan mungkin ketamakan (hitam). Sebaliknya, kegagalan (hitam) akan
menyebabkan pembasmian keangkuhan (putih) dan kemunculan rendah
hati (putih). Walaupun lambang Yin-Yang sering dikaitkan dengan ajaran
Lao Tzu, namun dia tidak menggambarnya. Lambang ini diciptakan para
penganut Taoisme untuk menggambarkan konsep ajaran Lao Tzu
Konsep Yin-Yang berasal dari filsafat Tionghoa dan metafisika
kuno yang menjelaskan bahwa setiap benda di alam semesta memiliki
polaritas abadi berupa dua kekuatan utama yang selalu berlawanan tapi
selalu melengkapi. Yin bersifat pasif, sedih, gelap, feminin, responsif dan
dikaitkan dengan malam. Yang bersifat aktif, terang, maskulin, agresif dan
dikaitkan dengan siang. Yin disimbolkan dengan air, sedangkan Yang
disimbolkan dengan api. Yin dan Yang adalah dua elemen yang saling
melengkapi. Setiap kekuatan di alam semesta dianggap memiliki keadaan
Yin dan Yang.
Konsep Yin-Yang juga merupakan prinsip dasar dalam ilmu
pengobatan tradisional Tiongkok yang menetapkan setiap organ tubuh
32
memiliki dua kondisi, yaitu Yin dan Yang. Bidang-bidang yang
dikembangkan dengan berdasar pada Taoisme antara lain bidang medis,
kesehatan, ilmu kimia, musik dan sebagainya. Semua itu dirangkum dalam
kitab Kesatuan Taoisme. Adapun istilah Taoisme sendiri merujuk pada tiga
perkara yang sangat berbeda (Nugraha, 2008):
1) Filsafat berdasarkan teks Daode Jing yang dianggap hasil
karya Lao Tzu dan Zhuangzi.
2) Gerakan-gerakan agama di Tiongkok seperti mazhab-
mazhab Zhengyi (Ortodoks) dan Quanzhen.
3) Agama mayoritas warga Tionghoa.
Karena ketiga penafsiran itu sangat berbeda, maka istilah Taoisme
sering menimbulkan kekeliruan. Di Malaysia, Singapura, Tiongkok dan
Taiwan, istilah itu digunakan untuk menafsirkan “agama orang
China/Tionghoa”. Namun banyak orang yang mengamalkan ajaran ini
tidak mengakui istilah Taoisme sebagai nama agama. Apalagi beberapa
bentuk ritual Taoisme sering tampak berbeda dibanding ritual para
pengikut agama dari etnis Tionghoa.
Hubungan Feng shui dan Taoisme dapat juga diartikan sebuah
bagian integral dari ajaran Taoisme di Tiongkok sejak ribuan tahun yang
lalu. Awalnya Taoisme hanyalah sebatas aliran pemikiran saja, kemudian
mulai berkembang menjadi praktek ilmu alam, seperti pengobatan, ilmu
33
peramalan, ilmu Wu Shu (5 ilmu seni klasik Tiongkok - Xiang, Bu, Shan,
Ming, dan Yi). Dimasa ini, praktek-praktek Wu Shu, dilakukan oleh para
Fang Shi (seseorang yang mempelajari ilmu alam). Para Fang shi inilah
yang kelak menjadi para pelopornya berdirinya agama Taoisme.
Setelah jaman Dinasti Han, barulah Taoisme mulai terbentuk
menjadi sebuah sistematisasi dalam bentuk organisasi, yang memiliki
peraturan, pemujaan, tata-upacara, dan lain-lain yang lengkap membentuk
sebuah agama. Mulai dari sinilah Taoisme mulai berkembang biak menjadi
pecahan aliran-aliran dari zaman ke zaman. Tidak semua para guru
Taoisme mempelajari ilmu Feng shui karena Tiongkok begitu luasnya dan
masing-masing memiliki keterampilan sendiri-sendiri pada bidang apa
yang ingin mereka pelajari.
Bukti-bukti bahwa ilmu Feng shui adalah bagian dari Taoisme
yaitu:
(1) Teori "Tian Ren He Yi" (langit dan manusia menjadi kesatuan),
yang mewakili istilah Kan Yu (istilah awalnya sebelum istilah
Feng shui diperkenalkan) adalah konsep dari Taoisme.
(2) Teori-teori dasar Feng shui, seperti : Yin-Yang Wu Xing, sistem
Gan-Zhi, sistem Yi Jing, teori He-Tu Luo Shu, 28 konstelasi
langit dan lain-lain adalah hasil penemuan dari para Fang Shi -
nenek moyang para guru Taoisme.
34
(3) Pada Dinasti Han akhir, sekitar abad 1 Masehi juga ditemukan
kitab manual Taoisme dalam bentuk tata upacara untuk
membersihkan energi rumah yang dikaitkan dengan praktek
Feng shui saat itu, dan kitab manual sejenis ini juga terdapat
dalam kumpulan kitab suci Taoisme (disebut dengan Dao
Zang) yang lain.
(4) Jatuh-bangunnya ilmu Feng shui dari jaman ke jaman juga
dipengaruhi dari jatuh-bangunnya agama Taoisme di Tiongkok
yang mewakili kebudayaan dan agama asli orang Tiongkok.
(5) Berdasar Song-Yuan Xue An, yaitu garis silsilah penyebaran
ilmu peramalan (termasuk ilmu Feng shui), tercatat nama-nama
seperti : Huang Shi Gong, Wei Bo Yang, Zhong Li Quan, Ma Yi,
Lu Dong Bin, Chen Xi Yi,dan lainnya, mereka adalah guru-guru
Taoisme kuno.
(6) Empat penemuan besar dari Tiongkok (kompas, bubuk mesiu,
kertas, dan mesin percetakan) disepakati oleh sejarahwan
bahwa berasal dari guru Taoisme/Fang Shi-yang mana kompas
akhirnya dipakai dalam ilmu Feng shui.
(7) Guru-guru besar Feng shui yang dikenal sekarang ini, seperti:
Huang Shi Gong, Yang Yun Song, Jiang Da Hong telah
dianggap figur dewa oleh kuil-kuil Taoisme di Tiongkok oleh
beberapa penduduk setempat di tempat kelahirannya (Harijanto
35
http://www.klikfengshui.com/artikel/sejarah&tradisi/4_feng_sh
ui_&_taoisme.php, diunduh tanggal 1 September 2011)
Bicara tentang Feng shui, banyak orang menilai ilmu Tiongkok
kuno ini sesuatu yang bersifat takhyul, sehingga tidak jarang dianggap
sesuatu yang mengandung mistis. Namun, untuk mempermudah
pemahanan terhadap keseimbangan Yin dan Yang pada Feng shui, terlebih
dahulu harus mengetahui kata Zi Ran (secara alamiah), karena kata inilah
yang pertama harus dipahami ketika ingin mempelajari alam semesta.
Zi Ran, dianalogikan sebagai berikut: ketika haus maka otomatis
akan minum. Ketika berada di kantor pada waktu jam kerja maka harus
berpakaian kantor atau pakaian yang layak untuk bekerja, itu juga Zi Ran.
Ketika sakit, vitalitas tubuh akan lemah, itu juga suatu yang Zi Ran.
Matahari terbit dari Timur dan terbenam di sebelah Barat, itu masih Zi Ran
juga. Indonesia mengenal 2 musim, musim panas dan musim hujan, juga
disebut Zi Ran. Demikian dengan energi positip (Yang Qi) dan yang lain
adalah energi negatif (Yin Qi), seperti halnya teori proton dan elektron.
(Harijanto
http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja.php,
diunduh tanggal 1 September 2011).
Bagi masyarakat Tiongkok kuno, Yin Qi dan Yang Qi inilah yang
menyebabkan hidup tidak berada pada jalur yang konstan. Artinya, ada
36
kalanya sehat ada kalanya sakit. Ada masa muda juga ada masa tua. Hal
ini tidak hanya berlaku bagi situasi dan kondisi yang dihadapi oleh
manusia atau makhluk organisme, akan tetapi juga alam semesta, karena
itu ada siang ada malam dan ada perubahan musim. Semua itu adalah hasil
interaksi dari energi Yin dan Yang ketika bertemu. Ketika energi Yin dan
energi Yang bertemu maka terciptalah perubahan baru, yang sering disebut
dengan Tai Ji. Dengan kata lain, Tai Ji adalah sebuah perubahan yang
memiliki titik pusat, dapat dimisalkan bumi ini yang memiliki poros pada
sumbunya akan tetapi bergerak dalam skala rotasi, yang artinya jika
sekarang di Medan menunjukkan jam 05:00 maka di Singapura
menunjukkan jam 06:00 dan adalah tidak mungkin dalam ruang yang
berbeda antara Medan dan Singapura, memiliki persamaan waktu.
Perbedaan ruang dan waktu inilah yang disebut dengan Xuan Kong.
Dalam bahasa Mandarin, Xuan Kong diterjemahkan sebagai kekosongan
yang unik, karena tidak ada satupun yang tetap di dunia ini. Para ahli Feng
shui kuno menyebut fenomena ini sebagai Yun atau secara harafiah berarti
siklus. Siklus ini terjadi secara Zi Ran (secara alamiah) dan bergerak
mengikuti Li (kodrat alam) dalam suatu Xuan Kong (Ruang dan Waktu)
yang memiliki obyek Tai Ji (titik pusat).
Karena semuanya sudah dalam siklus, maka kehidupan manusia
juga tidak mungkin lepas dari kelahiran, penuaan, sakit, dan akhirnya
meninggal seperti halnya dengan energi alam semesta Qi atau Chi yang
37
memiliki siklus dimulai dari: Sheng Qi (lahir), Wang Qi (kuat), Shuai Qi
(lemah), Si Qi (mati), dan Sha Qi (pembunuh). Siklus seperti ini dalam
riset para ahli Feng shui, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Bintang
Kutub Utara (Bei Dou Xing). Hubungannya dengan kehidupan manusia,
kembali pada filosofi ilmu Feng shui yang berakar dari ajaran Taoisme,
yang mempercayai banyaknya dewa-dewi seperti halnya kebudayaan
Yunani.
Bei Dou Xing sejatinya adalah figur dari para dewa yang memiliki
peranan yang begitu besar dan kuat sekali dalam tata ibadat Taoist.
Menurut para ahli Feng shui, setiap bintang di alam semesta memiliki
sebuah penguasa yang mana dalam hal ini disebut sebagai dewa. Dewa-
dewi yang tergabung dalam susunan Bei Dou Xing ini memiliki pengaruh
yang luar biasa kuatnya dalam kehidupan manusia, seperti halnya dalam
ilmu peramalan Tiongkok yang disebut dengan Zi Wei Dou Shu.
Catatan dalam literatur klasik seperti Yu Han Bi Ji dan Si Ji Tian
Kuan Shu menuliskan bahwa "Posisi Bintang Kutub Utara (Bei Dou Xing)
berada di titik tengah langit yang dapat mengontrol keempat musim
(musim semi, panas, gugur, dan dingin), 5 elemen (air, api, tanah, kayu,
logam), serta mengatur sistim kalender Tiongkok yang mana pergerakan
energi Qi diantara langit dan bumi diatur oleh 9 bintang. Sembilan bintang
inilah yang disebut dengan Bintang Kutub Utara, dengan masing-masing
fungsi sebagai berikut (Harijanto
38
http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja2.php,
diunduh tanggal 1 September 2011):
1. Tan Lang Xing Jun, yang dihubungkan dengan popularitas dan
prestasi seseorang, serta vitalitas manusia.
2. Ju Men Xing Jun, yang dihubungkan dengan komunikasi dan
hubungan antar manusia.
3. Lu Cun Xing Jun, yang dihubungkan dengan karir dan
keberuntungan materi seseorang.
4. Wen Qu Xing Jun, yang dihubungkan dengan studi,
penghargaan, serta promosi seseorang.
5. Lian Zhen Xing Jun, yang dihubungkan dengan hubungan
persaudaraan antar manusia dan kehidupan pribadi.
6. Wu Qu Xing Jun, yang dihubungkan dengan kekuasaan,
pengaruh dan aspek finansial seseorang.
7. Po Jun Xing Jun, yang dihubungkan dengan semangat juang
serta perubahan dalam kehidupan seseorang.
8. Zuo Fu Xing Jun, yang dihubungkan dengan loyalitas dan
kemakmuran seseorang.
9. You Bi Xing Jun, yang dihubungkan dengan kebahagiaan dan
kesuksesan seseorang.
39
Kesembilan bintang ini, dikenal dengan istilah Jiu Huang Xing Jun
atau sembilan bintang penguasa. Hubungannya terhadap Feng shui, terkait
San Yuan, yang diartikan sebagai tiga 3 faktor kehidupan (Harijanto
http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja2.php,
diunduh tanggal 1 September 2011), yaitu:
1) Faktor langit, dalam hal ini merujuk pada kesembilan
bintang yang dibatasi oleh waktu.
2) Faktor bumi, dalam hal ini merujuk pada sebuah lokasi atau
ruang yang memiliki batas.
3) Faktor manusia, diri sendiri yang berada diantara kedua
faktor di atas.
Ketiga faktor tersebut sangat memerankan pengaruhnya yang
krusial dalam praktek Feng shui, karena saling memiliki hubungan satu
sama lain. Sederhananya, manusia selalu berpijak pada bumi dan berada di
bawah langit. Dengan kata lain, manusia selalu dibatasi dalam ruang
(faktor bumi) dan waktu (faktor langit). Hal ini juga menjadi alasan,
bahwa faktor langit yang diwakili oleh kesembilan bintang kutub utara
memiliki parameter waktu. Periode waktu dari kesembilan bintang
diuraikan sebagai berikut (Harijanto
http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja2.php,
diunduh tanggal 1 September 2011):
40
a. Periode atas:
1. Siklus pertama (Tan Lang Xing Jun): tahun 1864 – 1884
2. Siklus kedua (Ju Men Xing Jun): tahun 1884 - 1904
3. Siklus ketiga (Lu Cun Xing Jun): tahun 1904 - 1924
b. Periode tengah:
4. Siklus keempat (Wen Qu Xing Jun): tahun 1924 - 1944
5. Siklus kelima (Lian Zhen Xing Jun): tahun 1944 - 1964
6. Siklus keenam (Wu Qu Xing Jun): tahun 1964 - 1984
c. Periode bawah:
7. Siklus ketujuh (Po Jun Xing Jun): tahun 1984 - 2004
8. Siklus kedelapan (Zuo Fu Xing Jun): tahun 2004 - 2024
9. Siklus kesembilan (You Bi Xing Jun): tahun 2024 - 2044
Periode waktu ini dikenal sebagai San Yuan Jiu Yun atau 3 periode
9 siklus. Karena itu, pepatah guru Feng shui kuno mengatakan bahwa
untuk memperoleh Feng shui yang baik, "Kita harus menghuni di waktu
yang tepat (faktor langit) di tempat yang tepat (faktor bumi) dengan sikap
yang tepat (faktor manusia)" dengan demikian Feng shui itu barulah bisa
bekerja dengan sendirinya (Zi Ran) (Harijanto,
http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja3.php,
diunduh tanggal 1 September 2011):
41
3. Fungsi Elemen Pribadi.
Salah satu instrumen yang lazim dipakai untuk menyeimbangkan Yin dan
Yang pada Fengshui adalah elemen. Dalam kehidupan manusia, kata “elemen”
sering disandingkan dengan kata “pribadi” atau “individu”, yang kemudian akrab
dikenal dengan istilah elemen pribadi.
Fungsi elemen pribadi ini dikaitkan dengan rumusan yang disebut Lima
Unsur atau Wu-Xing (Logam, Air, Kayu, Api dan Tanah), bahwa setiap benda di
alam, mempunyai komposisi elemennya sendiri. Dalam pengetahuan Feng shui,
kelima elemen tersebut merupakan lambang dari konsep alam. Kelima elemen
tersebut memiliki 2 (dua ) hukum transformasi yang baku dan menjadi kunci bagi
alur perhitungan matematis logisnya, yaitu, siklus transformasi yang bersifat
membangun dan merusak (Tan,
http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=12887, diunduh tanggal 6
September 2011).
Gambar 2. Siklus Membangun
Sumber: Heri Kusrianto (2010)
Api
TanahKayu
LogamAir
42
Gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, dengan adanya tumbuh-
tumbuhan (Kayu) berarti memunculkan peluang untuk terjadinya pembakaran
(Api). Ini dijabarkan sebagai Kayu menghidupi Api. Lahar gunung berapi yang
mengering/memadat (Api) pasti akan membuat lahan pertanian (Tanah) nya
menjadi subur. Ini berarti Api berperan menyuburkan/menghidupkan Tanah. Dari
Tanah diperoleh berbagai mineral, batu-batuan/permata (Logam). Ini diartikan
sebagai Tanah menghasilkan/menghidupkan Logam. Logam dalam wujud
fisiknya bisa diolah menjadi panci, wajan, dandang, dan lain-lain yang akan
berfungsi menjadi benda untuk menampung air. Logam dapat juga diartikan
sebagai lapisan sedimen batu-batuan alam yang dapat
membentuk/menjaga/mengalirkan aliran air tanah. Berarti Logam berperan
menghasilkan/menghidupkan Air. Air adalah zat yang dapat menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan (Kayu). Jadi artinya Air menghidupkan Kayu (Tan,
http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=12887, diunduh tanggal 6
September 2011).
Selain siklus membangun, juga dikenal dengan siklus merusak atau
membunuh. Dijelaskan sebagai berikut, akar pepohonan (Kayu) yang besar
menembus kuat ke dalam bumi (Tanah), berarti Kayu merusak Tanah. Tanah yang
kering menyerap air hujan atau dapat juga berperan untuk untuk membendung
aliran sungai (Air). Berarti Tanah memiliki kekuatan untuk
mengendalikan/menekan/membunuh Air. Air dapat memadamkan kebakaran. Jadi
sifat Air merusak/membunuh Api. Api mampu melebur segala jenis perhiasan dari
43
emas atau perak (Logam), maka disebutlah Api merusak Logam. Logam yang bisa
diwujudkan sebagai kapak, golok, pisau ataupun pedang adalah senjata yang
dipakai untuk menebang/memangkas pohon (Kayu), dicerminkan sebagai Logam
merusak Kayu.
Gambar 3. Siklus Merusak
Sumber: Heri Kusrianto (2010)
Masing-masing elemen tersebut memiliki sifat yang berbeda satu dengan
lainnya, sehingga dengan mengetahui sifat masing-masing elemen, akan dengan
mudah memanfaatkannya sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan. Inilah
alasan mendasar, pentingnya mengetahui elemen yang ada pada Feng shui, karena
manusia sebagai makhluk sosial juga memerlukan kesesuaian elemen satu dengan
lainnya agar tercipta keseimbangan Yin dan Yang guna menghasilkan Chi yang
baik (Nugraha, 2008).
Api
Kayu Tanah
Air Logam
44
4. Menentukan Elemen Pribadi
Untuk dapat menentukan elemen pribadi, dilakukan dengan menghitung
angka Kua. Angka ini diperoleh berdasarkan tahun kelahiran. Ada banyak cara
untuk dapat mengetahuinya, namun hanya beberapa yang popular karena cukup
mudah dipergunakan. Sejumlah metoda untuk mendapatkan angka Kua,
(Harijanto, http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/12_ming_kua.php,
diunduh 1 September 2011), antara lain:
a) Metode 1
- Untuk pria tambahkan 4 digit (angka) tahun kelahiran (tahun
xxxx) dan jika dari hasil penjumlahan tersebut masih tersisa 2 digit
(angka) jumlahkan kedua angka tersebut sampai hanya terdapat 1 digit
(angka). Lalu kurangilah angka 11 dengan 1 angka (digit) yang telah
diperoleh.
Contoh: Tahun kelahiran : 1968, maka: 1 + 9 + 6 + 8 = 24.
Jumlahkan lagi, karena masih tersisa 2 angka, jadi: 2 + 4 = 6. Kurangilah
angka 11 dengan angka yang diperoleh (harus 1 digit), jadi: 11 - 6 = 5.
Karena pria, maka Ming Kuanya adalah 2.
- Untuk wanita tambahkan 4 digit (angka) tahun kelahiran (tahun
xxxx) dan jika dari hasil penjumlahan tersebut masih tersisa 2 digit
(angka) jumlahkan kedua angka tersebut sampai hanya terdapat 1 digit
(angka). Lalu tambahkanlah angka 4 dengan 1 angka (digit) yang telah
diperoleh.
45
Contoh : Tahun kelahiran : 1968, maka: 1 + 9 + 6 + 8 = 24.
Jumlahkan lagi, karena masih tersisa 2 angka, jadi: 2 + 4 = 6.
Tambahkanlah angka 4 dengan angka yang diperoleh (harus 1 digit), jadi:
4 + 6 = 10. Karena masih tersisa 2 angka (digit), tambahkanlah lagi: 1 + 0
= 1. Jadi Ming Kuanya 1.
b) Metode 2
- Untuk pria, jika lahir pada tahun 19xx maka hilangkan angka 19
di depan kemudian jumlahkan 2 digit (angka) terakhir sampai hanya
tersisa 1 digit (angka) lalu kurangilah angka 10 dengan 1 digit (angka)
yang telah Anda peroleh.
Contoh: Tahun kelahiran: 1968 (hilangkan angka 19 di depan), jadi
tinggal 68 = 6 + 8 = 14. Jumlahkan lagi, karena masih tersisa 2 angka,
jadi : 1 + 4 = 5. Kurangilah angka 10 dengan angka yang telah Anda
peroleh (harus 1 digit), jadi: 10 - 5 = 5. Karena Anda pria, maka Ming
Kuanya 2.
- Untuk wanita, jika lahir pada tahun 19xx maka hilangkan angka
19 di depan kemudian jumlahkan 2 digit (angka) terakhir sampai hanya
tersisa 1 digit (angka) lalu tambahkan angka 5 dengan 1 digit (angka) yang
telah Anda peroleh.
46
Contoh: Tahun kelahiran: 1968 (hilangkan angka 19 di depan), jadi
tinggal 68 = 6 + 8 = 14. Jumlahkan lagi, karena masih tersisa 2 angka, jadi:
1 + 4 = 5. Jumlahkan angka 5 dengan angka yang telah Anda peroleh
(harus 1 digit), jadi: 5 + 5 = 10. Karena masih tersisa 2 angka (digit)
tambahkanlah lagi: 1 + 0 = 1. Jadi Ming Kuanya adalah 1.
- Jika lahir pada tahun 2xxx (tahun 2000 ke atas). Jika pria, 2
angka paling terakhir dikurangi dengan angka 9 dan jika wanita 2 angka
paling terakhir tambahkanlah dengan angka 6 (hanya ada 1 digit yang
harus tersisa).
Contoh: Pria lahir tahun 2007 : 0 + 7 = 7. Kurangi dengan angka 9
= 9 - 7 = 2. Kemudian, untuk wanita yang lahir tahun 2007: 0 + 7 = 7.
Tambahkan dengan angka 6 = 7 + 6 = 13. Masih ada 2 angka (digit),
tambahkanlah lagi 1 + 3 = 4. Jika hasil dari penghitungan adalah angka 0,
maka angka tersebut sama dengan angka 9.
c) Metode 3 :
Untuk pria, tambahkan 4 digit (angka) tahun kelahiran Anda (tahun
xxxx) dan jika dari hasil penjumlahan bagilah dengan angka 9. Kemudian
ambillah 1 angka di belakang koma kurangilah dengan angka 11.
Contoh : Pria lahir tahun 1982 : 1 + 9 + 8 + 2 = 20. Bagilah angka
yang sudah didapatkan dengan angka 9 : 20 / 9 = 2.2. Ambil 1 angka di
47
belakang koma (yaitu angka 2) kurangilah dengan angka 11, jadi : 11 - 2 =
9. Ming Kuanya adalah 9.
Untuk wanita, tambahkan 4 digit (angka) tahun kelahiran (tahun
xxxx) dan jika dari hasil penjumlahan bagi dengan angka 9. Kemudian
ambil 1 angka di belakang koma tambahkanlah dengan angka 4.
Contoh: Wanita lahir tahun 1982: 1 + 9 + 8 + 2 = 20. Bagi angka
yang sudah Anda dapatkan dengan angka 9 : 20 / 9 = 2.2. Ambil 1 angka
di belakang koma (yaitu angka 2), tambahkanlah dengan angka 4, jadi: 4 +
2 = 6. Ming Kuanya adalah 6.
d) Metode 4 :
Metode pengurutan berdasarkan tahun siklus (angka-angka):
Pria / Wanita / Tahun Kelahiran
4 / 2 / tahun 1951/1960/1969/1978/1987/1996/2005
3 / 3 / tahun 1952/1961/1970/1979/1988/1997/2006
2 / 4 / tahun 1953/1962/1971/1980/1989/1998/2007
1 / 8 / tahun 1954/1963/1972/1981/1990/1999/2008
9 / 6 / tahun 1955/1964/1973/1982/1991/2000/2009
8 / 7 / tahun 1956/1965/1974/1983/1992/2001/2010
7 / 8 / tahun 1957/1966/1975/1984/1993/2002/2011
6 / 9 / tahun 1958/1967/1976/1985/1994/2003/2012
2 / 1 / tahun 1959/1968/1977/1986/1995/2004/2013
48
Siklus di atas selalu berulang setiap 9 tahun sekali, tetapi Ming Kua
pria dan wanita setiap tahunnya tidak sama (kecuali sekali dalam 9 tahun,
yaitu Ming Kua 3) jadi urutan pria selalu 4 - 3 - 2 - 1 - 9 - 8 - 7 - 6 - 2 dan
wanita selalu 2 - 3 - 4 - 8 - 6 - 7 - 8 - 9 - 1.
Perhitungan Ming Kua menggunakan kalendar Xia, tanggal
kelahiran dihitung setelah pergantian penanggalan Matahari, yaitu pada
tanggal 4 Februari kecuali untuk beberapa tahun tertentu di mulai pada
tanggal 5 Februari (seperti : tahun 1952, 1956, 1960, 1964, 1968, 1972,
1976, 1980). Jika tanggal kelahiran jatuh pada tanggal sebelum 4-5
Februari maka ikut tahun sebelumnya.
Contoh:
- Si A (Pria) lahir pada tanggal 3 Februari 1973, karena pada tahun
tersebut penanggalan Xia di mulai pada 4 Februari maka metode
penghitungan Ming Kua-nya ikut tahun sebelumnya yaitu 1972, misalnya
metode 1 : 1 + 9 + 7 + 2 = 19, kemudian 1 + 9 = 10, lalu 1 + 0 = 1, kurangi
dengan 11 : 11 - 1 = 10, Ming Kua-nya 1 + 0 = 1
- Si B (Pria) lahir pada tanggal 5 Februari 1973, karena pada tahun
tersebut penanggalan Xia di mulai pada 4 Februari maka metode
penghitungan Ming Kua-nya sudah ikut tahun berjalan yaitu 1973,
misalnya metode 1 : 1 + 9 + 7 + 3 = 20, kemudian 2 + 0 = 2,
kurangi dengan 11 : 11 - 2 = 9, Ming Kua-nya = 9.
Hal yang sama juga berlaku dalam menghitung Ming Kua Wanita.
49
Dengan mengetahui angka Kua, dengan mudah dapat ditentukan elemen
pribadi seseorang. Semua hasil penambahan harus dibagi 9, karena Losu ada 9.
Berikut dijabarkan elemen pribadi seseorang, terkait lima unsur dalam Feng shui:
Tabel 1. Elemen Angka Kua
Angka Kua Elemen
1 Air (+)
2 Tanah (-)
3 Kayu (+)
4 Kayu (-)
5
Tanah (berubah menjadi angka2 untuk laki-laki dan angka 8
untuk perempuan)
6 Logam (+)
7 Logam (-)
8 Tanah (+)
9 Api (-)
Sumber: Majalah Hong Shui Edisi 24-Bulan Ayam Tahun Ayam-2005
Tabel 2. Hubungan Antar Elemen
Sumber: Majalah Hong Shui Edisi 24-Bulan Ayam Tahun Ayam-2005
Angka Kua Mendukung Melemahkan1 6,7 2,5,82 6,8,1 3,43 9,4,1 6,74 1,3,2 9,7,66 7,1,2,8 9,1,47 8,2,5 9,1,48 2,1,9 3,6,79 3,4,6,7 1,2,8
50
B. Kajian Teoritis Psikologi
1. Feng shui Dalam Tinjauan Psikologi
Seperti telah dipaparkan, Feng shui, ilmu Tiongkok kuno, ditujukan untuk
menjaga keseimbangan Yin dan Yang, sehingga individu yang
mengaplikasikannya mendapatkan peruntungan. Pandangan etnis Tionghoa yang
telanjur mempercayai Feng shui sebagai salah satu jalan menuju keberuntungan,
bisa dijelaskan secara logis jika ditinjau dari sudut pandang psikologi.
Psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku, dengan
pengertian bahwa perilaku atau aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi
psikis (Walgito, 2010). Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau
organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya stimulus
atau rangsang yang mengenai individu atau organisme itu. Perilaku, bergantung
atau fungsi dari lingkungan interaksi organisme. Pemahaman terhadap interaksi di
sini, saling berhubungan antara lingkungan dan organisme. Uraian di atas
menunjukkan bahwa perilaku organisme tidak dapat lepas dari pengaruh
lingkungan dan organisme itu sendiri, yang dijelaskan melalui bagan berikut:
Gambar 4. Fungsi Aktivitas Manusia
Perilaku
Lingkungan Person (Organisme)
Sumber: Bimo Walgito (2010)
51
Perilaku pada manusia dapat dibedakan atas dua, yaitu perilaku refleksif
dan perilaku non refleksif. Perilaku refleksif merupkan perilaku yang terjadi atas
reaksi spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut, atau secara
sederhana disebut perilaku yang terjadi sendirinya secara otomatis. Stimulus yang
diterima oleh organisme atau individu tidak sampai ke pusat syaraf atau otak.
Berbeda dengan perilaku non refleksif, yaitu perilaku yang dikendalikan atau
diatur pusat kesadaran atau otak. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat
kesadaran ini yang disebut proses psikologis (Walgito, 2010).
Branca (Walgito, 2010) mengatakan, perilaku atau aktivitas atas dasar
psikologis seperti ini disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologi. Pada
manusia, perilaku psikologis inilah yang dominan, disamping adanya perilaku
yang refleksif. Perilaku non refleksif merupakan perilaku yang dibentuk, dapat
dikendalikan, karena itu dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai hasil proses
belajar. Berkaitan dengan pembentukan perilaku agar sesuai dengan yang
diharapkan, dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu, kondisioning atau kebiasaan,
dengan pengertian (insight) atau dengan menggunakan model.
Sebagaimana disebut bahwa perilaku manusia tidak dapat lepas dari
keadaan individu itu sendiri dan lingkungan di mana individu itu berada, maka
perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu
berperilaku. Motif adalah dorongan yang datang dari dalam individu organisme
untuk berbuat sesuatu. Karena itu, motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving
52
force. Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling
kait mengait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif
disebut motivasi, atau merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme
yang mendorong perilaku ke arah tujuan.
Dari paparan tersebut dapat diartikan, bahwa keyakinan etnis Tionghoa
terhadap Feng shui merupakan salah satu motif dari individu atau organisme
untuk mencapai tujuan, yaitu keberuntungan dengan menolak kegagalan.
Penolakan kegagalan seperti ini dijelaskan teori kebutuhan yang dikemukakan
oleh Murray (Walgito, 2010). Dikatakan bahwa terdapat kebutuhan manusia untuk
menolak kerusakan, yaitu motif yang berusaha menolak hal–hal yang merugikan
dalam kejasmanian, menghindari hal-hal yang membahayakan (harmavoidance),
serta kebutuhan manusia untuk menghindari hal-hal yang memalukan, dan hal-hal
yang membawa kegagalan (infavoidance).
Dengan kata lain, individu atau organisme dalam hal ini etnis Tionghoa,
sebenarnya berupaya menghindari berbagai kerugian, kegagalan dan hal-hal
negatif lainnya, dengan cara menerima ajaran Feng shui. Dengan demikian,
manusia dapat berpengharapan untuk mencapai tujuan yang positif di masa depan.
Harapan yang lahir dari keyakinan seperti ini telah menempatkan Feng shui
sebagai suatu budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi bagi sejumlah
etnis Tionghoa. Akibatnya, Feng shui banyak diaplikasikan secara turun-temurun
oleh etnis ini dalam kehidupannya sehari-hari, seperti dalam hal tata letak rumah,
relasi bisnis dan termasuk dalam soal tenaga kerja yang dipekerjakan dalam suatu
53
perusahaan. Pewarisan budaya secara turun-temurun seperti ini menurut Melville
J. Herskovits disebut dengan super organic (Koenjaraningrat, 2002)
Budaya atau kebudayaan berasal dari kata Sanskerta buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi,
kebudayaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Budaya dalam pengertian yang luas adalah pancaran daripada budi dan daya.
Seluruh apa yang difikir, dirasa dan direnung diamalkan dalam bentuk daya
menghasilkan kehidupan. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat ini
adalah Cultural-Determinism (Koenjaraningrat, 2002).
Berbicara budaya berarti berbicara pada ranah sosial dan sekaligus ranah
individual (Nurdiniamalia,
http://nurdiniamalia.files.wordpress.com/2009/05/kajian-psikologi-lintas-
budaya.doc, diunduh pada tanggal 5 September 2011). Pada ranah sosial, budaya
lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan membangun kehidupan
bersama yang lebih dari sekedar pertemuan-pertemuan insidental. Dari kehidupan
bersama tersebut diadakanlah aturan-aturan, nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan
hingga kadang sampai pada keyakinan-keyakinan transedental yang semuanya
berpengaruh sekaligus menjadi kerangka perilaku dari individu-individu yang
54
masuk dalam kehidupan bersama. Semua tata nilai, perilaku, dan keyakinan yang
dimiliki sekelompok individu itulah yang disebut budaya.
Pada ranah individual, budaya diawali ketika individu-individu bertemu
untuk membangun kehidupan bersama dimana individu-individu tersebut
memiliki keunikan masing-masing dan saling memberi pengaruh. Ketika budaya
sudah terbentuk, setiap individu merupakan agen-agen budaya yang memberi
keunikan, membawa perubahan, sekaligus penyebar. Individu-individu membawa
budayanya pada setiap tempat dan situasi kehidupannya sekaligus mengamati dan
belajar budaya lain dari individu-individu lain yang berinteraksi dengannya. Dari
sini terlihat bahwa budaya sangat mempengaruhi perilaku individu.
Budaya juga telah menjadi perluasan topik ilmu psikologi dimana
mekanisme berpikir dan bertindak pada suatu masyarakat kemudian dipelajari dan
diperbandingkan terhadap masyarakat lainnya. Psikologi budaya mencoba
mempelajari bagaimana faktor budaya dan etnis mempengaruhi perilaku manusia.
Di dalam kajiannya, terdapat pula paparan mengenai kepribadian individu yang
dipandang sebagai hasil bentukan sistem sosial yang di dalamnya tercakup budaya.
Kebudayaan dibagi ke dalam tiga wujud (Koentjoroningrat, 2002), yaitu:
a). Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan,
nilai-nilai, norma-norma dan peraturan.
b). Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
c). Wujud kebudayaan sebagai benda-benda dari hasil karya manusia
55
Berangkat dari wujud kebudayaan di atas, manusia (individu) dalam satu
organisasi merupakan perwujudan dari kebudayaan yang kedua. Atas dasar itu
melahirkan asumsi bahwa:
(a) Manusia membutuhkan organisasi dan organisasi membutuhkan manusia
(b) Manusia adalah penggerak organisasi, sehingga berarti juga organisasi
tidak akan berfungsi tanpa manusia
(c) Organisasi merupakan wadah untuk memenuhi kebutuhan manusia,
sebaliknya kebutuhan manusia merupakan obyek kegiatan organisasi.
(Bahtiar,
http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._administrasi_pendidikan/19621001199
1021-yoyon_bahtiar_irianto/modul-6-budaya_org.pdf, diunduh 5 Agustus
2011).
Hal paling menarik dari hubungan individu dengan budaya atau
kebudayaan dalam konteks lintas budaya adalah masalah Locus of Control.
Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh
Rotter, seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah
satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan
individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri. Individu
yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau peristiwa dalam kehidupannya berada
di bawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of
control. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang
56
mempunyai kontrol terhadap nasib atau peristiwa yang terjadi dalam
kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki external locus of control
(Nurdiniamalia, http://nurdiniamalia.files.wordpress.com/2009/05/kajian-
psikologi-lintas-budaya.doc, diunduh 5 September 2011).
Perbedaan karateristik antara internal locus of control dengan external
locus of control (Crider, 1983) sebagai berikut :
1. Internal locus of control
a. Suka bekerja keras.
b. Memiliki inisiatif yang tinggi.
c. Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah.
d. Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin.
e. Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika
ingin berhasil.
2. External locus of control
a. Kurang memiliki inisiatif.
b. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan
kesuksesan.
c. Kurang suka berusaha, karena percaya bahwa faktor luarlah yang
mengontrol.
d. Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah.
Pada orang-orang yang memiliki internal locus of control faktor
kemampuan dan usaha terlihat dominan, oleh karena itu apabila individu
57
mengalami kagagalan akan menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha
yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilan, mereka akan merasa bangga
atas hasil usahanya. Hal ini akan membawa pengaruh untuk tindakan selanjutnya
dimasa akan datang bahwa mereka akan mencapai keberhasilan apabila berusaha
keras dengan segala kemampuannya. Sebaliknya pada orang yang memiliki
external locus of control melihat keberhasilan dan kegagalan dari faktor
kesukaran dan nasib, oleh karena itu apabila mengalami kegagalan mereka
cenderung menyalahkan lingkungan sekitar yang menjadi penyebabnya. Hal itu
tentunya berpengaruh terhadap tindakan dimasa datang, karena merasa tidak
mampu dan kurang usahanya maka mereka tidak mempunyai harapan untuk
memperbaiki kegagalan tersebut.
Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang berupa kontiniu
dari internal menuju eksternal, oleh karenanya tidak satupun individu yang benar-
benar internal atau yang benar-benar eksternal. Kedua tipe locus of control
terdapat pada setiap individu, hanya saja ada kecenderungan untuk lebih memiliki
salah satu tipe locus of control tertentu. Disamping itu locus of control tidak
bersifat stastis tapi juga dapat berubah. Individu yang berorientasi internal locus
of control dapat berubah menjadi individu yang berorientasi external locus of
control dan begitu sebaliknya, hal tersebut disebabkan karena situasi dan kondisi
yang menyertainya, yaitu dimana ia tinggal dan sering melakukan aktifitasnya.
58
2. Fengshui Sebagai Keyakinan Diri
Cara analisis Feng shui sebenarnya bertujuan untuk mencari hubungan
harmonisasi antara Yin dan Yang, yang bisa memengaruhi kehidupan seseorang,
termasuk dalam soal bisnis. Karena diyakini mampu membawa kebaikan di
berbagai aspek kehidupan, ajaran ini masih terus hidup, dan menjadi acuan
banyak orang, khususnya etnis bagi Tionghoa hingga saat ini (Nugraha, 2008).
Keyakinan yang melekat seperti ini pada tiap individu dapat diartikan
sebagai suatu keyakinan diri (self efficacy). Secara etimologi Self Efficacy terdiri
dari dua kata yaitu self yang diakui sebagai struktur kepribadian, dan Efficacy
artinya penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk,
tepat atau salah, bias atau tidak bisa mengerjakan sesuatu sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Istilah Self efficacy dalam konteks ilmiah pertama kali
diperkenalkan oleh Bandura. Self efficacy merupakan salah satu elemen penting
dalam teori kognitif (berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris) sosial
atau sering disebut dengan teori belajar sosial. Beberapa tokoh memberi definisi
Self efficacy secara terminologi (Alwisol, 2006), antara lain:
a. Bandura- Self efficacy is “People judgments of their capabilities
toorganize and execute courses of action required to attain
designatedtypes of performances”. Self efficacy. Adalah pertimbangan
seseorang terhadap kemampuannya mengorganisasikan dan
melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai
performansi tertentu.
59
b. Miscal-Self efficacy adalah keyakinan individu bahwa dia dapat
melakukan tindakan yang dikehendaki oleh situasi tertentu dengan
berhasil
c. Felts-Self efficacy adalah keyakinan yang ada pada diri seseorang
untuk melakukan suatu tindakan tertentu secara tuntas dan berhasil
memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
Sumber-sumber efikasi diri (Bandura, 1997), antara lain:
a) Pengalaman performansi, muncul ketika individu pernah mencapai
prestasi di masa lalu
b) Pengalaman vikarius, diperoleh melalui model sosial dengan
mengamati keberhasilan orang lain
c) Persuasi sosial, pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain
dapat mempengaruhi efikasi diri
d) Keadaan emosi, keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan
akan mempengaruhi efikasi dibidang kegiatan itu .
Aspek-aspek efikasi diri (Bandura, 1997), meliputi:
(a) Level yaitu individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa
mampu dilakukannya dan akan menghindari tingkah laku
yang dirasa di luar batas kemampuannya.
60
(b) Generality yaitu individu mampu menilai keyakinan dirinya
dalam mengerjakan banyak kegiatan atau hanya kegiatan
tertentu saja.
(c) Strength yaitu berkaitan dengan tingkat kekuatan atau
kemantapan individu terhadap keyakinannya..
Seperti apa self efficacy menjadi suatu motivasi menuju keberhasilan
ataupun kegagalan digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. Self-Efficacy, Menuju Keberhasilan Ataupun Kegagalan
Sumber: Bandura dan Wood, dalam Social Cognetive Theory of OrganizationnalManagemen, Journal Academiy of Managemen Review, 1989.
Halaman 361—384
61
Model di atas memberikan arahan pada kepribadian dan perilaku individu
dan dampaknya baik keberhasilan maupun kegagalan, atau diartikan Self efficacy
yang tinggi akan mencapai keberhasilan, sebaliknya self efficacy yang rendah
akan mengalami kegagalan. Orang yang selalu aktif, menolak situasi, menetapkan
tujuan, mau berusaha keras, kreatif, selalu belajar dari kegagalan, dan sering
memperlihatkan kebersamaan mampu membatasi stres, akan berhasil. Sebaliknya
orang yang pasif, selalu menghindari tugas sulit, aspirasi dan komitmen rendah,
akan fokus menjadi pribadi yang tidak efisien, menyalahkan kegagalan,
khawatir/stress, selalu berpikir dan membuat alasan atas kegagalan, dan akhirnya
akan gagal. Dengan demikian semakin tinggi self efficacy pada seseorang akan
semakin mau menerima perubahan. Efikasi diri tidak hanya berkaitan dengan
kemampuan, namun juga mampu menumbuhkan keyakinan bahwa individu dapat
melakukan berbagai hal dalam berbagai kondisi. Keyakinan diri seperti ini
merupakan salah satu faktor dari kepribadian dan berpengaruh secara signifikan
terhadap motivasi dan kinerja. (Bandura,1997).
Kepribadian merupakan konsep dasar psikologi yang menjelaskan
keunikan manusia, dan sebagai makhluk sosial hampir semua kegiatannya
dilakukan bersama dengan manusia lainnya. Hal-hal yang diserap dalam kegiatan
bersama tersebut meliputi sikap dan nilai, rasa suka dan tidak suka, rasa senang
dan sedih, keinginan dan tujuan hidup, cara bereaksi terhadap lingkungan, dan
pemahaman mengenai segala sesuatu. Semua itu diperolehnya melalui proses
yang disebut sosialisasi. Di dalam proses sosialisasi, seseorang juga mengalami
62
Kepribadian
Biologis
Psikologis
Sosiologis
internalisasi (mendarah-dagingkan) nilai dan norma sosial tempat dia hidup.
Proses sosialisasi juga mengadopsi berbagai hal dari orang lain. Hal-hal yang
diperoleh dari orang lain meliputi kebiasaan, sikap, dan ide-ide. Selanjutnya,
ketiga hal tersebut disusun kembali menjadi sistem yang mengatur tingkahnya
sendiri atau yang dapat disebut sebagai suatu kepribadian (Suhardi, 2009).
Ada tiga faktor mempengaruhi pembentukan kepribadian seorang individu
(Roucek dan Warren, 1984), yaitu:
1. Faktor biologis/fisik adalah suatu faktor yang timbul secara lahiriah di
dalam diri seorang individu.
2. Faktor psikologi/kejiwaan adalah suatu faktor yang membentuk suatu
kepribadian yang ditunjang dari berbagai watak, seperti, pemarah,
pemalu, agresif, dan lain-lain.
3. Faktor sosiologi/lingkungan adalah suatu faktor yang membentuk
kepribadian seorang individu sesuai dengan kenyataan yang nampak
pada kehidupan kelompok atau lingkungan masyarakat sekitarnya
tempat ia berpijak.
Secara sederhana, hubungan ketiga faktor tersebut dapat digambarkan
melalui bagan berikut:
63
Dari bagan di atas terlihat kepribadian tak lepas dari konstruk sosial.
Dalam proses sosial (sosialisasi), semua yang dipelajari dalam kehidupan sosial
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan kebudayaan.
Artinya, kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribadian individu melalui suatu
proses belajar yang panjang.
3. Fengshui Intuisi Bisnis
Feng shui tentu saja bukan merupakan fenomena mukjizat yang dapat
mengubah keberuntungan dalam waktu sekejap. Feng shui hanyalah sebuah ilmu
yang bertujuan menyelaraskan kehidupan, agar bernasib lebih baik, karena itu
Fengshui sering dilibatkan dalam kegiatan bisnis bagi etnis Tionghoa.
Salah satu perwujudan cara analisis Feng shui yang sering diaplikasi
dalam kegiatan bisnis adalah memilih jenis usaha. Cara yang lazim dipakai
mengkaji rangka elemen bisnis yang akan digeluti. Dengan menjaga
keselarasaan/harmonisasi Yin dan Yang, pada kedua elemen (pribadi dan bisnis)
tersebut dipercaya akan membawa peruntungan.
Kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan
intelektualitas dalam memilih jenis usaha dengan memakai konsep elemen pribadi
dan bisnis seperti ini dapat disebut sebagai suatu bentuk intuisi. Intuisi sering
disebut sebagai gut/natural feeling, firasat, inner voice atau suara hati. Klein
menyebut bahwa intuisi adalah proses kognitif yang terjadi secara instan (Kurnia,
http://www.ppm-
64
manajemen.ac.id/index.php?id=8&mib=ppm_coloums.detail&wb=09, diunduh
12 Agustus 2011).
Gambaran akan intuisi seperti ini dapat juga diilusterasikan seperti saat
memilih pasangan seumur hidup, memilih jurusan kuliah atau bidang pekerjaan,
menentukan partner bisnis, memutuskan sebuah kebijakan atau sikap politik,
bahkan ketika memasang taruhan dalam sebuah permainan, seseorang dihadapkan
pada dua pilihan ‘maju’ atau ‘mundur’ dalam waktu yang singkat untuk
melakukan analisis, sebab permainan harus dilanjutkan. Pada waktu yang relatif
terbatas itu, satu keputusan harus segera tentukan. Tiba-tiba, seseorang merasa
memperoleh “bisikan”. Kemudian, dengan begitu yakin dan penuh percaya diri,
segera menentukan satu pilihan. Dan, berhasil menjadi pemenang (Sahrodi
http://www.scribd.com/doc/2539738/intuisi, diunduh 17 Agustus 2011)
Secara umum, persoalan yang dihadapi manusia sangat kompleks. Tidak
semua persoalan dapat diukur dengan penilaian secara matematik, dengan
hitungan angka-angka atau parametrik. Mengutip kalimat Albert Einstein: “Tidak
semua hal yang bisa dihitung berjumlah, dan tidak semua hal berjumlah bisa
dihitung” memberi arti bahwa ada hal lain yang tidak dapat diprediksikan secara
matematis atau hitungan secara pasti. Karena itu, manusia harus mampu
mengoptimalkan kekuatan potensial menjadi kekuatan aktual. Kekuatan aktual itu
adalah intuisi (Sahrodi, http://www.scribd.com/doc/2539738/intuisi, diunduh 17
Agustus 2011).
65
Intuisi, menurut David Myers, memiliki kekuatan positif dan negatif.
Kekuatan positif bisa membantu seseorang mengatasi masalah. Sebaliknya
kekuatan negatifnya bisa menjerumuskan seseorang ke dalam masalah. (Sembel,
http://www.scribd.com/doc/55547971/intuisi, diunduh 2 September 2011). Sama
halnya dengan Yin dan Yang, yang bersifat dualistis dan harus diseimbangkan agar
kehidupan bernasib lebih baik. Keseimbangan Yin dan Yang dalam Feng shui,
yang dijadikan etnis Tionghoa sebagai payung budaya dalam sendi-sendi
kehidupannya, juga merupakan suatu bentuk dalam mempertahankan ‘kearifan
tradisional’. Pelepasan diri dari keterikatan berbagai bentuk agama yang ada,
dengan kembali pada kearifan tradisional seperti yang diajarkan Konfusianisme
dan Taoisme tentang Yin dan Yang, merupakan suatu perwujudan dari pemahaman
Psikologi Transpersonal.
Daniel (Prabowo, http://www.scribd.com/doc/55006161/1-pengantar-
psikologi-transpersonal, diunduh 12 Agutus 2011) menyatakan Psikologi
Transpersonal merupakan suatu cabang psikologi yang memberi perhatian pada
studi terhadap keadaan dan proses pengalaman manusia yang lebih dalam dan luas,
atau suatu sensasi yang lebih besar dari koneksitas terhadap orang lain dan alam
semesta, atau merupakan dimensi spiritual. Davis (Fakhrurrozi,
http://www.hearthuman.com/?p=276, diunduh 2 Agustus 2011) menempatkan
posisi Psikologi Transpersonal di antara psikologi dan pengalaman spiritual.
Guralnik (Fakhrurrozi http://www.hearthuman.com/?p=276, diunduh 2 Agustus
2011) menyebutkan kata “trans” dalam bahasa Latin berarti “di sisi lain” seperti
66
terwujud dalam kata transatlantic atau “di atas dan melewati” seperti pada kata
transendensi. Sedangkan “persona” dalam bahasa Latin berarti “topeng”. Kata
personality diturunkan dari terminologi topeng tersebut dan mengacu pada suatu
kualitas perilaku yang diekspresikan melalui aktivitas fisik dan mental serta sikap.
Psikologi Transpersonal menurut Brown (Fakhrurrozi,
http://www.hearthuman.com/?p=276, diunduh 2 Agustus 2011), berusaha
membantu seseorang untuk mengeksplorasi tingkat energi dan melewati
kesadaran (awareness) atau sisi lain dari topeng dan pola-pola kepribadian.
Psikologi Transpersonal bersifat longgar dan menerima masukan tentang
permasalahan spiritual, baik dari tradisi kebijaksanaan dunia spiritual maupun
psikologi modern. Tradisi dunia spiritual meliputi Hinduisme, Budhisme dan
Taoisme maupun dari agama Yahudi, Kristen dan Islam. Psikologi Transpersonal
ingin menciptakan sintesis dari kedua jawaban di atas.
Dari paparan tersebut dapat dijelaskan, keseimbangan Yin dan Yang
melalui kesesuaian elemen pribadi dalam kajian Fengshui telah menjadi suatu
kekuatan aktual dan memiliki nilai positip, dalam memilih jenis usaha. Dengan
kata lain, mengaplikasi Feng shui dalam memilih jenis usaha, berarti telah
menempatkannya ilmu Tiongkok kuno ini sebagai suatu intuisi bisnis.
4. Fungsi Elemen Pribadi Dalam Seleksi Karyawan
Instuisi bisnis seperti yang dipaparkan diatas, tentu bukan hanya terbatas
pada pemilihan jenis usaha bagi etnis Tionghoa, tetapi juga terkadang
67
diaplikasikan dalam menentukan karyawan yang akan dipekerjakan pada suatu
organisasi atau perusahaan miliknya. Hal ini ditujukan untuk menjaga harmonisasi
Yin dan Yang, sehingga membawa peruntungan.
Keberadaan karyawan merupakan satu hal yang sangat penting ketika
berbicara tentang pengelolaan sumber daya manusia pada suatu
organisasi/perusahaan. Andrew Foulkes (Kusdyah, 2008) memprediksi bahwa
peran sumber daya manusia dari waktu ke waktu akan semakin strategis. Berikut
kutipannya:
“For many years it has been said that capital is the bottleneck fora developing industry. I don't think this any longer holds true. I think it’sthe work force and the company ‘s inability to recruit and maintain a goodworkforce that does constitute”. (Bertahun-tahun berkembang pendapatbahwa modal merupakan hambatan dalam industri yang sedangberkembang. Menurut saya hal ini tidak lagi sepenuhnya benar. Menurutsaya, angkatan kerja dan ketidakmampuan perusahaan merekrut danmempertahankan angkatan kerja yang baik merupakan penyebab hambatandalam produksi saya kira hal ini masih akan bertahan, bahkan di masayang akan datang).
Karena itu, sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang paling
vital bagi organisasi. Terdapat dua alasan dalam hal ini. Pertama, sumber daya
manusia memengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi, sumber daya manusia
merancang dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas, memasarkan
produk, mengalokasikan sumber daya finansial serta menentukan seluruh tujuan
dan strategi organisasi. Kedua, sumber daya manusia merupakan pengeluaran
utama organisasi dalam menjalankan bisnis (Kusdyah, 2008).
68
Berpijak dari dua alasan tersebut, itu sebabnya sejumlah pemilik
perusahaan, cukup selektif dalam memilih karyawan karena terkait efisiensi,
efektifitas dan cost yang akan dikeluarkan dalam mendukung kemajuan
perusahaan. Salah satu langkah untuk dapat memenuhi keinginan tersebut adalah
melalui pola seleksi yang tepat. Proses seleksi adalah memilih orang-orang yang
memenuhi spesifikasi kebutuhan organisasi (Kusdyah, 2008).
Bagi etnis Tionghoa, salah satu cara seleksi yang lazim dipakai untuk
mendapatkan karyawan yang sesuai dengan yang dibutuhkan pemilik perusahaan
adalah dengan melibatkan elemen pribadi pada Feng shui. Pemilik perusahaan
tidak akan berkenan mempekerjakan seseorang bila elemen yang dimilikinya tidak
membangun elemen si pemilik, karena dipercaya tidak akan memberi peruntungan
atau hokkie. Sebaliknya, karyawan yang memiliki elemen yang saling mendukung
dengan si pemilik, akan tetap “dipelihara” karena dipercaya membawa hokkie.
Bahkan, terkadang seseorang yang bekerja pada etnis Tionghoa meski tidak
disiplin dalam hal kewajibannya sebagai pekerja, tetapi justeru tidak mendapatkan
sanksi. Ini tidak terlepas dari keyakinan etnis tersebut, bahwa si pekerja membawa
hokkie, sehingga bila dipecat, itu artinya membuang hokkie.
C. Kajian Teoritis Sumber Daya Manusia
Keberadaan sumber daya manusia atau karyawan dalam suatu
organisasi/perusahaan, kini mengalami perubahan besar dalam pemanfaatannya.
Diawal-awal masa-masa industrialisasi, sumber daya manusia selalu
69
dikelompokkan sebagai salah satu faktor produksi. Namun, seiring pesatnya
pertumbuhan dan perkembangan teknologi-informasi yang masuk kedalam
organisasi/perusahaan, keberadaannya berubah menjadi bagian dari aset
perusahaan.
Perubahan tersebut, menjadikan pengelolaan sumber daya manusia cukup
pelik, sehingga dibutuhkan pengelolaan khusus, atau lazim disebut dengan
pemakaian istilah manajemen, agar pengeloaannya dapat memberikan keunggulan
bersaing, sehingga mampu membuat sasaran, strategi, inovasi, dan mencapai
tujuan organisasi. Ada dua alasan penting, yang menyebabkan keberadaan sumber
daya manusia menjadi sangat vital pada perusahaan. Pertama, sumber daya
manusia memengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi, sumber daya manusia
merancang dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas, memasarkan
produk, mengalokasikan sumber daya finansial serta menentukan seluruh tujuan
dan strategi organisasi. Kedua, sumber daya manusia merupakan pengeluaran
utama organisasi dalam menjalankan bisnis, (Kusdyah, 2008).
Foulkes (Kusdyah, 2008) memprediksi bahwa peran sumber daya manusia
dari waktu ke waktu akan semakin strategis. Berikut kutipannya:
“For many years it has been said that capital is the bottleneck for adeveloping industry. I don't think this any longer holds true. I think it’s the workforce and the company ‘s inability to recruit and maintain a good workforce thatdoes constitute”. (Bertahun-tahun berkembang pendapat bahwa modal merupakanhambatan dalam industri yang sedang berkembang. Menurut saya hal ini tidak lagisepenuhnya benar. Menurut saya, angkatan kerja dan ketidakmampuanperusahaan merekrut dan mempertahankan angkatan kerja yang baik merupakanpenyebab hambatan dalam produksi saya kira hal ini masih akan bertahan, bahkandi masa yang akan datang)
70
Peran strategis sumber daya manusia ini menekankan bahwa orang-orang
dalam organisasi merupakan sumber daya yang penting dan investasi organisasi
yang besar, sehingga agar dapat berperan strategis maka harus fokus pada
masalah-masalah dan implikasi sumber daya manusia jangka panjang, karena
seberapa baik sumber daya manusia dikelola akan menentukan kesuksesan
organisasi di masa mendatang. Sebaliknya, jika sumber daya manusia tidak
dikelola dengan baik maka efektivitas tidak akan tercapai.
Kompleksitas pengelolaan sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor. Hal ini sesuai dengan perkembangan dan kemajuan yang
berlangsung saat ini. Faktor lingkungan, perubahan teknologi yang cepat,
kompetisi internasional dan kondisi perekonomian yang tidak menentu hanyalah
beberapa faktor eksternal yang menyebabkan organisasi harus selalu mencari
cara-cara baru agar dapat memanfaatkan sumber daya manusia secara lebih efektif.
Faktor internal, seperti tuntutan memperoleh karyawan yang terlatih, biaya
kompensasi, konflik antara serikat pekerja-manajemen, aspek hukum, dan aspek
sosial budaya internal merupakan faktor yang membuat manajemen sumber daya
manusia menjadi semakin penting dan kompleks.
Untuk dapat memenuhi harapan tersebut, salah satu tugas penting pihak
yang ditugasi mengelola sumber daya manusia pada perusahaan adalah seleksi
karyawan, tugas lain berupa, persiapan dan penarikan, pengembangan,
pemeliharaan dan penggunaan. Seleksi merupakan suatu proses kegiatan
penarikan untuk memperoleh para pelamar pekerjaan yang berkualitas. Proses ini
71
memilih orang-orang yang memenuhi spesifikasi kebutuhan organisasi. Proses
seleksi sangat bervariasi untuk tiap organisasi. Masing-masing menerapkan
kebutuhan yang berbeda dalam perlakuan seleksi. Berbeda pada organisasi satu
dengan organisasi lain dan pekerjaan satu dengan pekerjaan lain. Proses ini
dilakukan setelah pelamar yang memenuhi syarat terkumpul. Seleksi merupakan
serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar diterima
atau ditolak. Biasanya proses standar meliputi tes seleksi, wawancara, referensi
dan evaluasi kesehatan (Kusdyah, 2008).
Gambar 6. Bagan Proses Seleksi.
Sumber: Kusdyah (2008)
Tes
Wawancara Awal
Evaluasi Latar Belakang dan Refrensi
Wawancara Mendalam
Tes Kesehatan/Fisik
Pengambilan Keputusan Manajemen
72
BAB III
METODE PENELITIAN
Berbicara mengenai metodologi dalam penelitian, berarti berbicara tentang
aturan, hukum dan tata cara dalam melaksanakan penelitian tersebut. Karena itu,
didalamnya harus terkandung hal-hal yang diatur secara sistematis, hal-hal yang
diwajibkan, dianjurkan atau dilarang. Tujuannya, menuntun dan mempermudah
individu dalam melaksanakan penelitian yang diinginkan. Dari uraian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian adalah serangkaian hukum,
aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah
ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu
yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Herdiansyah, 2010).
Secara umum, pelaksanaan penelitian dikelompokan dalam dua paradigma,
yaitu: Pertama, Paradigma Kuantitatif. Ditujukan untuk memahami permasalahan
manusia berdasarkan teori, meneliti variabel tertentu, pengukuran dan analisis
statistika. Kedua, Paradigma Kualitatif. Ditujukan memahami permasalahan
manusia dari seluruh aspek dengan kompleksitasnya, memperhatikan dan
melaporkan hasilnya secara menyeluruh. Pada penelitian Kualitatif, terdapat
sejumlah model yang dipergunakan. Walau terdapat perbedaan, tetapi esensinya
tetap sama, yaitu, untuk memahami permasalahan manusia dari seluruh aspek
dengan kompleksitasnya. Dalam penelitian ini, paradigma yang dipakai adalah
paradigma Penelitian Kualitatif.
73
Dalam penelitian Kualitatif, wacana yang berkembang adalah bagaimana
sesungguhnya kedudukan teori. Sebagaimana stereotip teoritis dalam penelitian
Kuantitatif, terkadang suatu masalah dalam penelitian Kualitatif juga harus
dipecahkan dengan menggunakan teori. Teorisasi dalam penelitian Kualitatif
menggunakan dua model, yaitu, deduksi dan induksi (Bungin, 2010). Dalam
model induksi, teori dinilai tidak begitu penting. Peneliti tidak perlu tahu tentang
sesuatu teori, akan tetapi langsung ke lapangan karena datalah yang paling penting.
Sementara model deduksi, teori masih menjadi alat penelitian sejak memilih dan
menemukan masalah, membangun hipotesis, maupun melaksanakan pengamatan
di lapangan sampai dengan menguji data. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti
dalam memilih model deduksi, karena teori masih menjadi sebuah alat sejak
memilih dan menemukan masalah serta membangun hipotesis untuk mengetahui
peran elemen pribadi pada Feng shui dalam proses seleksi karyawan.
Beberapa model penelitian menurut Creswell (Herdiansyah, 2010), antara
lain: Phenomenology (fenomenalogi), suatu studi yang memfokuskan kepada
pengalaman yang dialami oleh individu, bagaimana individu memaknai
pengalamannya tersebut berkaitan dengan fenomena tertentu yang sangat
berpengaruh dan sangat berarti bagi individu yang bersangkutan. Biography,
merupakan studi terhadap seseorang atau individu yang dituliskan oleh peneliti
atas permintaan individu tersebut atau atas keinginan peeneliti yang bersangkutan.
Grounded theory, merupakan studi yang dikhususkan untuk menemukan atau
menghasilkan teori dari suatu fenomena (central phenomenon) yang berkaitan
74
dengan situasi tertentu. Situasi yang dimaksud adalah suatu keadaan ketika
individu (Informan penelitian) berinteraksi langsung, mengambil bagian, dan
melebur berproses menjadi satu terhadap suatu fenomena. Ethnography
merupakan suatu studi yang biasanya berisikan/menceritakan mengenai
kebudayaan tentang suku bangsa atau suatu masyarakat tertentu (Marzali, 2005),
Dan Case study (studi kasus), yaitu, suatu studi yang diarahkan sebagai upaya
untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer
(berbatas waktu).
Model yang dipilih dalam penelitian ini adalah studi kasus. Model ini
memfokuskan pada kasus tertentu dan bersifat komprehensif, intens, terperinci
dan mendalam. Ciri lain dari studi kasus adalah keunikan dari kasus yang diangkat.
Dalam studi kasus, kasus yang diangkat biasanya kasus-kasus yang memiliki
keunikan, kekhasan tersendiri. Dalam model studi kasus, Stake (Herdiansyah,
2010) mengemukakan ada tiga bentuk studi kasus yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian, yaitu: Pertama, Studi Kasus Instrumental (instrumental case study),
yaitu suatu studi atas kasus untuk alasan eksternal, bukan karena ingin mengetahui
hakikat kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan sebagai sarana untuk memahami
hal lain di luar kasus seperti untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya
sudah ada. Kedua, Studi Kasus Kolektif (collective case study), yaitu, suatu studi
kasus yang dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi atas fenomena
atau populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus kolektif ingin membentuk
suatu teori atas dasar persamaan dan keteraturan yang diperoleh dari setiap kasus
75
yang diselidiki. Ketiga, Studi Kasus Intrinsik (intrinsic case study), yaitu, studi
kasus yang ditujukan memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu
kasus tertentu. Studi atas kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui
secara intrinsik suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. Bukan untuk
alasan eksternal lainnya (Hardiansyah, 2010). Dalam penelitian ini, model studi
kasus yang dipilih adalah Studi Kasus Instristik, karena peneliti ingin memahami
dan mendalami alasan etnis Tionghoa memasukkan faktor elemen pribadi pada
Fengshui dalam seleksi karyawan.
Dalam melaksanakan penelitian dengan paradigma Kualitatif, dikenal tiga
format disain yaitu (Bungin, 2010): Pertama, format deskriptif, bertujuan
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian,
dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat,
model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.
Kedua, format verifikatif, bersifat induktif dan berparadigma fenomenologis
namun perlakuannya terhadap teori masih semi-terbuka pada awal penelitian.
Ketiga, format grounded research. bersifat induktif dan berparadigma
fenomenologis dan tertutup terhadap teori pada awal penelitian. Dalam penelitian
ini, format yang dipilih adalah format deskriptif, karena tujuannya untuk
menggambarkan berbagai situasi atau fenomena realitas sosial yang ada
dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, serta latar belakang masalah yang
masih memiliki landasan teori tentang peran elemen pribadi pada Feng shui, yang
76
diaplikasikan dalam proses seleksi karyawan pada perusahaan milik etnis
Tionghoa.
A. Paradigma Kualitatif.
Esensi dari penelitian Kualitatif adalah untuk memahami. Memahami di
sini adalah benar-benar memahami dari sudut pandang informan atau sekelompok
informan dan fungsi peneliti hanya sebagai orang yang "mengemas" apa yang
dilihat oleh informan atau sekelompok informan. Berbeda dengan penelitian
Kuantitatif yang esensinya adalah ‘membuktikan’ (Herdiansyah, 2010)
Memahami dalam melaksanakan penelitian Kualitatif, membutuhkan
syarat-syarat khusus sebagi pendukung, antara lain: Pertama, peneliti harus
mampu melebur menjadi satu dengan informan atau kelompok informan yang
diteliti dan memerlukan suatu keterampilan tertentu, seperti keterampilan
bersosialisasi, keterampilan berkomumikasi, keterampilan membangun relasi dan
masih banyak lagi keterampilan yang berkaitan dengan berhubungan dan
membina hubungan dengan orang lain. Kedua, peneliti harus mampu berpijak di
dua tempat, yaitu kapan berfungsi sebagai peneliti dan kapan harus berfungsi
sebagai bagian dari Informan dan lingkungan alaminya. Ketiga, kekuatan dari
penelitian Kualitatif terletak pada pemaparan yang sempurna dan menarik
pembaca untuk seakan-akan turut serta dalam “cerita” yang ditulis. Karena itu,
peneliti Kualitatif harus mampu memberikan “roh” dalam tulisannya, sehingga
tulisan tersebut seakan hidup dipikiran pembacanya.
77
Metode penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci dan hasil penelitian
Kualitatif lebih menekankan ‘makna’ dari pada ‘generalisasi’. Pada penelitian
Kuantitatif biasanya lebih menekankan kepada cara pikir yang lebih positivitis
yang bertitik tolak dari fakta sosial yang ditarik dari realitas objektif, disamping
asumsi teoritis lainnya, sedangkan penelitian Kualitatif bertitik tolak dari
paradigma fenomenologis yang objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang
situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial
tertentu dan relevan dengan tujuan dari penelitian (Sugiyono, 2009).
Beberapa ahli mencoba memberi batasan definisi mengenai penelitian
Kualitatif. Walaupun secara bahasa, definisi tersebut sangat beragam, tetapi secara
esensi, lebih hampir sama. Denzin dan Lincoln (Hardiansyah, 2010) menyatakan:
“Qualitative research is multimethod in focus, involving aninterpretive naturalistic approach to its subject matter. This means thatqualitative researchers study things in their natural settings, attempting tomake sense of or interpret phenomena in terms of the meanings peoplebring to them. Qualitative research involves the studied use and collectionof a variety of empirical materials—case study, personal experienceintrospective, life story, interview, observational, historical, interactional,and visual texts—that describe routine and problematic moments andmeaning in individual lives”.
Secara sederhana diartikan, penelitian Kualitatif lebih ditujukan untuk
mencapai pemahaman mendalam mengenai perusahaan atau peristiwa khusus
daripada mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah
78
populasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyediakan penjelasan tersirat
mengenai struktur, tatanan dan pola yang luas yang terdapat dalam suatu
kelompok partisipan. Penelitian Kualitatif juga disebut etno-metodologi atau
penelitian lapangan. Penelitian ini juga menghasilkan data mengenai kelompok
manusia dalam latar atau latar sosial.
Denzin dan Lincoln (Hardiansyah, 2010) juga menegaskan bahwa
penelitian Kualitatif ditujukan untuk mendapatkan pemahaman yang mendasar
melalui pengalaman first-hand dari peneliti yang langsung berproses dan melebur
menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dengan Informan dan latar yang akan
diteliti berupa laporan yang sebenar-benarnya, apa adanya dan catatan-catatan
lapangan yang aktual. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami
bagaimana para informan penelitian mengambil makna dari lingkungan sekitar
dan bagaimana makna-makna tersebut memengaruhi perilaku Informan sendiri.
Karena merupakan first-hand, maka dalam penelitian Kualitatif harus
terjun langsung dan harus mengenal informan penelitian yang bersangkutan secara
personal dan tanpa perantara. Semaksimal mungkin pemisah (gap) antara peneliti
dengan informan yang diteliti harus dihilangkan atau diminimalisasi agar peneliti
dapat benar-benar memahami sudut pandang dan perasaan informan penelitian
dengan optimal. Ini pula yang menjadi ciri khas dari penelitian Kualitatif yang
membedakan dengan penelitian Kuantitatif atau penelitian eksperimen.
Creswell (Hardiansyah, 2010) juga mengungkapan:
“Qualitative research is an inquiry process of understanding basedon distinctmethodological traditions of inquiry that explore a social or
79
human problem. The researcher builds a complex, holistic picture,analizes words, report detailed views of informants, and conducts thestudy in a natural setting”, atau diartikan bahwa penelitian Kualitatifadalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untukmemahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial denganmenciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan,melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, sertadilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa pun daripeneliti.
Dipilihnya paradigma Kualitatif dalam penelitian ini, didasari atas
keinginan peneliti untuk memahami alasan-alasan informan penelitian, yaitu etnis
Tionghoa dalam mempercayai peran elemen pribadi pada Feng shui sehingga
mengaplikasikannya dalam proses seleksi karyawan.
B. Model Deduksi
Dalam penelitian Kualitatif, wacana yang berkembang adalah bagaimana
sesungguhnya kedudukan teori. Sebagaimana stereotip teoritis dalam penelitian
Kuantitatif, terkadang suatu masalah dalam penelitian Kualitatif juga harus
dipecahkan dengan menggunakan teori. Beberapa para ahli sepakat teorisasi
dalam penelitian Kualitatif menggunakan dua model, yaitu, deduksi dan induksi
(Bunguin (2010).
Model deduksi, dimana teori masih menjadi alat penelitian sejak memilih
dan menemukan masalah, membangun hipotesis, maupun melaksanakan
pengamatan di lapangan sampai dengan menguji data. Model penggunaan teori ini
biasa dilakukan dalam penelitian deskriptif Kualitatif. Hal inilah yang menjadi
80
alasan peneliti dalam memilih model deduksi, karena teori masih menjadi sebuah
alat sejak memilih dan menemukan masalah serta membangun hipotesis untuk
mengetahui peran elemen pribadi pada Feng shui dalam proses seleksi karyawan.
Gambar 7. Model Penggunaan Teori Penelitian Deskriptif Kualitatif
Sumber: Burhan Bungin (2010).
Berbeda dengan model induksi, peneliti tidak perlu tahu tentang sesuatu
teori, akan tetapi langsung ke lapangan. Teori tidak penting, namun datalah yang
penting. Ada dua pendapat yang berbeda dengan model ini. Pertama, mengatakan
bahwa peneliti harus menfokus perhatiannya pada data di lapangan sehingga
segala sesuatu tentang teori yang berhubungan dengan penelitian menjadi tidak
penting. Peneliti dalam hal ini “buta” dalam hal teori dan tidak perlu membawa-
bawa teori ke lapangan, teori akan dibangun berdasarkan temuan data di lapangan.
Kedua, para ahli mengatakan, teori bukan sesuatu yang haram, namun data tetap
menjadi fokus peneliti di lapangan. Teori menjadi tidak penting, namun
pemahaman objek penelitian secara teoritis juga membantu peneliti di lapangan
saat mengumpulkan data.
TeoriTriangulasi
Pengamatan
81
C. Pendekatan Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu pendekatan penelitian Kualitatif yang terperinci
tentang individu atau suatu unit sosial tertentu selama kurun waktu tertentu.
Secara lebih dalam, studi kasus merupakan suatu pendekatan yang bersifat
komprehensif, intens, terperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai
upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer
(berbatas waktu) (Herdiansyah, 2010),
Yin (Bungin, 2010) juga menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu
inquiry empiris yang mendalami fenomena dalam konteks kehidupan nyata, ketika
batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas. Salah satu ciri
khas dari studi kasus adalah adanya ‘sistem yang berbatas’ (bounded system). Hal
yang dimaksud dengan sistem yang berbatas adalah adanya batasan dalam hal
waktu dan tempat serta batasan dalam hal kasus yang diangkat (dapat berupa
program, kejadian, aktivitas, atau Informan penelitian).
Ciri lainnya dari pendekatan studi kasus adalah unik dan menarik. Unik
dan menarik adalah ikon dari studi kasus. Unik saja, tetapi tidak menarik, belum
mampu menggugah pembaca untuk larut dalam tulisan. Begitu pula jika hanya
menarik, tetapi tidak unik, tidak ubahnya dengan novel atau majalah populer.
Unik dan menarik merupakan kekuatan dari studi kasus. Unik berarti memiliki ciri
khas tersendiri yang berbeda dari yang lain, sedangkan menarik berarti memiliki
kemampuan menstimulasi orang lain untuk ikut larut sepenuhnya tanpa paksaan
dan disertai dengan emosi positif.
82
Secara umum, studi kasus memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan
model lainnya. Kelebihan studi kasus tersebut, sebagai berikut (Bungin, 2010):
a. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan
antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan
pemahaman yang lebih luas.
b. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan
mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui
penyelidikan intensif, peneliti dapat menemukan karekteristik dan
hubungan-hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya
c. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang
sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan
bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam
rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.
Kelebihan lainnya menurut Black & Champion (Bungin, 2010) adalah:
i. Bersifat luwes dalam hal metode pengumpulan data yang
digunakan. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan
dalam studi kasus, antara lain wawancara, observasi, materi
audiovisual, focus group discussion, dan dokumentasi.
ii. Dapat lebih menjangkau dimensi yang lebih spesifik dari topik
yang diselidiki dan mampu mengungkap hal yang spesifik serta
unik dari bounded system yang diteliti karena hal spesifik
83
tersebut bersifat unik dan khas. Jenis studi kasus yang mampu
menjangkau dimensi yang spesifik adalah intrinsik studi kasus.
iii. Dapat dilakukan secara lebih praktis pada banyak lingkungan
sosial. Berbagai lingkungan sosial beserta faktor budaya dan
konstruk nilai yang mendasari lingkungan sosial tersebut
merupakan serangkaian aspek yang juga ikut memengaruhi
topik yang diteliti. Dengan menggunakan studi kasus, faktor
lingkungan sosial apa pun tidak menjadi halangan dan
hambatan bagi peneliti.
iv. Studi kasus dapat digunakan sebagai penguji suatu teori. Bukan
hanya model grounded theory yang dapat berfungsi sebagai
penguji suatu teori, dalam beberapa kasus, studi kasus pun
dapat difungsikan sebagai penguji teori, jenis studi kasus yang
dapat digunakan untuk menguji suatu teori adalah instrumental
studi kasus.
v. Dapat dilakukan dengan dana yang minim jika dilakukan
dengan metode pengumpulan data yang sederhana.
D. Studi Kasus Intrinsik (Intrinsic Case Study)
Studi kasus dengan bentuk intrinsik (intrinsic case study) dilakukan untuk
memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu kasus tertentu. Studi
atas kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik suatu
84
fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. Bukan untuk alasan eksternal
lainnya.
Berangkat dari keunikan yang dipaparkan pada pengertian studi kasus di
atas, peneliti menilai keterlibatan elemen pribadi pada Feng shui dalam proses
seleksi karyawan adalah sesuatu yang unik dan jarang diketahui masyarakat,
sebagaimana dipaparkan dalam permasalahan penelitian pada Bab I. Karena itu,
untuk dapat memahami secara lebih baik dan mendalam tentang kasus tersebut,
penelitian ini didisain mempergunakan pendekatan studi kasus intrinsik.
E. Format Deskriptif
Secara umum, format desain deskriptif Kualitatif banyak memiliki
kesamaan dengan desain deskriptif Kuantitatif, karena itu desain deskriptif
Kualitatif bisa disebut pula dengan quasi Kualitatif atau desain Kualitatif semu.
Artinya, desain ini belum benar-benar Kualitatif karena bentuknya masih
dipengaruhi oleh tradisi Kuantitatif, terutama dalam menempatkan teori pada data
yang diperolehnya.
Format deskriptif Kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian
dalam bentuk studi kasus (Bungin, 2010). Format deskriptif Kualitatif studi kasus
tidak memiliki ciri seperti air (menyebar di permukaan), tetapi memusatkan diri
pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena. Pada cirinya yang lain, deskriptif
Kualitatif studi kasus merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peranan
yang amat penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang
85
berbagai variabel sosial. Dalam penelitian ini variabel yang dipilih adalah elemen
pribadi pada Fengshui.
F. Penggalian Data
Dalam penelitian Kualitatif, ketersediaan data adalah hal yang mutlak,
karena sesuai esensinya penelitian Kualititatif ditujukan untuk memahami
informan yang akan diteliti. Pada penelitian Kualitatif, bentuk data berupa kalimat
atau narasi yang diperoleh dari informan melalui suatu teknik pengumpulan data
yang kemudian dianalisis dan diolah dengan menggunakan teknik analisis data
Kualitatif. Dalam penelitian ini beberapa metode pengumpulan data yang akan
dilakukan, antara lain, wawancara, observasi, studi dokumentasi, bahan visual dan
penelusuran data online.
1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan (informan) atau
orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide)
wawancara.
2. Wawancara Bertahap
Wawancara yang dilaksanakan secara bebas dan mendalam
(indepth), tetapi tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan
ditanyakan kepada informan.
86
3. Pengamatan.
Bentuk pengamatan atau observasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pengamatan tidak berstruktur. Pengamatan tidak
berstruktur dimaksud, dilakukan tanpa menggunakan guide observasi
(Bungin, 2010).
4. Metode Dokumenter/Pustaka
Metode dokumenter atau pustaka (literatur) adalah metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis. Walau metode ini terbanyak
digunakan pada penelitian ilmu sejarah, namun kemudian ilmu-ilmu sosial
lain secara serius menggunakan metode dokumenter sebagai metode
pengumpul data. Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan
waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-
hal yang pemah terjadi di waktu silam.
Bahan dokumen secara eksplisit berbeda dengan pustaka, tetapi
kemudian perbedaan antara keduanya hanya dapat dibedakan secara
gradual. Pustaka atau literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan, baik
secara rutin maupun berkala. Sedangkan dokumenter adalah informasi
yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Secara
detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam yaitu: otobiografi, surat-
surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial, kliping, dokumen
pemerintah maupun swasta, cerita roman dan cerita rakyat, data di server
87
dan flashdisk, data tersimpan di web site, dan lain-lain. Selain macam-
macam bahan dokumenter di atas, dokumenter dibagi menjadi dua, yaitu
dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Dokumen Pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara
tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan keyakinannya. Dokumen
pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi, dan otobiografi. Dokumen
resmi terbagi atas dokumen interen dan eksteren. Dokumen interen dapat
berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk lapangan
sendiri seperti risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor,
konvensi yaitu kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung di suatu lembaga
dan sebagainya. Dokumen eksteren berupa bahan-bahan informasi yang
dikeluarkan suatu lembaga, seperti majalah, buletin, berita-berita yang
disiarkan ke media massa, pengumuman, atau pemberitahuan.
5. Metode Bahan Visual
Roland Barthes (Bungin, 2010) mengatakan fotografi sebagai
pesan yang tak berkode. Fotografi mengungkapkan semua komponen
dunia yang dapat diidentifikasi, namun untuk dapat interpretasi haruslah
memiliki pengetahuan yang cukup. Bahan fotografi saat ini jenisnya
bermacam-macam seperti foto, grafis, film, video, kartun, mikrofilm, slide,
dan sebagainya sehingga disebut semuanya sebagai bahan visual.
88
6. Metode Penelusuran Data “Online”
Dalam penelitian ini, peneliti menyertakan penelusuran data online
dalam hal pengumpulan data. Pertimbangan mendasar adalah disebabkan
keterbatasan akan literatur soal etnis Tionghoa di tanah air dan kajian-
kajian akan Feng shui yang ada. Dalam hal penulisan sumber data online,
dilakukan secara rinci, berupa penyebutan sumber data dan waktu
pengunduhan. Untuk menghindari terjadinya kehilangan data dari server,
maka bahan telusur tersebut disimpan dalam bentuk cetak.
89
BAB IV
OBSERVASI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Observasi
1. Informan Penelitian
Salah satu ciri penelitian yang sempurna adalah didukung oleh data yang
baik, optimal dan relevan. Untuk mendapatkan keinginan seperti itu, pemilihan
informan sebagai individu yang akan diteliti sangatlah penting. Penelitian
Kualitatif memiliki pedoman tersendiri dalam hal memilih informan atau sasaran
yang tepat sesuai masalah penelitian dan karena fokusnya ada pada kedalaman
dan proses sehingga cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit
(Poerwandari, 2007).
Pada penelitian Kualitatif, tidak digunakan istilah sampel, melainkan
istilah subjek/reponden/partisipan/informan. Pemilihannya secara umum terkesan
kurang berstruktur dan tidak sistematis jika dibandingkan dengan penelitian
Kuantitatif. Hal ini dikarenakan penelitian Kualitatif berusaha untuk terus mencari
unit-unit dan data-data baru yang relevan dengan topik penelitian. Pemilihan
informan ini nantinya akan mengarahkan peneliti pada data yang semakin spesifik
dalam menjawab masalah penelitian. Sebelum sebuah penelitian dimulai, maka
sudah harus dimiliki pedoman yang akan dilibatkan dalam topik, orang yang akan
diwawancarai, baik informan maupun narasumber dan juga karakteristik informan.
90
Pada penelitian ini, peneliti memakai istilah informan (atau orang yang
memberikan informasi) atas orang yang diteliti. Dalam pemilihan informan,
peneliti menetapkan kriteria, sebagai pengguna langsung (end user) elemen
pribadi pada Fengshui dalam seleksi karyawan. Informan yang telah menyatakan
kesediaannya pada penelitian ini adalah J, pemilik Lembaga Pendidikan ”S” yang
memiliki tiga kantor cabang, yakni di Jalan Kediri, Jalan Gatot Subroto dan
Komplek Perumahan Taman Setia Budi Indah Medan.
Informan J, merupakan warga Tionghoa kelahiran Medan, 18 April 1960,
beralamat di Jalan Sei Kapuas Medan. Komplek Perumahan Gajah Mada CII.
Informan merupakan individu yang mengerti/memahami Fengshui, sekaligus
sebagai pengguna langsung (end user) yang mengaplikasikan Fengshui dalam
proses seleksi karyawan di lembaga pendidikan miliknya. Di lembaga tersebut,
terdapat 15 orang tenaga pengelola termasuk J. Dalam proses seleksi karyawan, J
selalu mempertimbangkan aspek elemen pribadinya terhadap karyawan yang akan
dipekerjakan, maupun terhadap keterlibatan anggota keluarganya F (istri) dan K
(anak) dalam mengelola lembaga tersebut. Dari perhitungan angka Kua, J
memiliki elemen pribadi Air +.
Penetapan J sebagai informan berawal dari diskusi dengan J di Republik
Kopi Jalan Setia Budi Medan, pada pertengahan September 2011, tentang
tudingan mistis pada Fengshui. J merupakan teman satu kelas peneliti di Program
Pasca Sarjana Magister Psikologi Industri dan Organisasi, Universitas Medan
91
Area, Medan, angkatan 2010-2011. J cukup dikenal di lingkungan kampus,
sebagai orang yang memahami Fengshui.
Pada pertemuan itu, J menyatakan bantahannya atas tudingan mistis pada
Fensghui. Menurutnya, Fengshui yang selama ini dikenal masyarakat hanya
terbatas pada tata letak (rumah/bangunan). Padahal, lebih jauh lagi, Fengshui
dapat dipergunakan dalam hal seleksi karyawan. Keterlibatan Fengshui dalam
seleksi karyawan menurut J, ditinjau dari sisi kesesuaian elemen (unsur) pribadi.
Hubungan elemen ini dikaitkan pada hukum transformasi Fengshui (mendukung-
merusak). Menurut J, keterlibatan elemen pribadi dalam penerimaan karyawan
merupakan hal yang umum pada sejumlah perusahaaan yang dikelola etnis
Tionghoa.
Pemaparan yang disampaikan J, soal keterlibatan elemen pribadi dalam
proses seleksi karyawan, beberapa waktu kemudian dikonfirmasi peneliti pada
Anton dari etnis Tionghoa, yang merupakan rekan peneliti ketika bekerja di
Harian Medan Bisnis, pada tahun 2006-2006 dan hingga saat ini Anton juga
masih bekerja di perusahaan media tersebut. Anton membenarkan pemaparan J
tentang keterlibatan Fengshui dalam hal penerimaan karyawan pada perusahaan
milik etnis Tionghoa.
Berangkat dari kebenaran informasi tersebut, pada Sabtu (8 Oktober 2011),
sekitar pukul 14.00 WIB, peneliti langsung menghubungi J, meminta
kesediaannya sebagai Informan penelitian, tentang keterlibatan elemen pribadi
92
pada proses seleksi karyawan. J langsung menyatakan kesediaannya dan
menjadwalkan pelaksanaan wawancara dimulai pada Senin (10 Oktober 2011).
Tabel 3. Identitas Diri Informan
No Uraian Informan1 Nama J2 Tempat Tanggal Lahir Medan 18 April 19603 Alamat Rumah Jalan Sei Kapuas Komp Gajah Mada CII Medan4 Status Pernikahan Menikah5 Jumlah Anak Dua6 Bidang Usaha Wirausaha/Pendidikan7 Nama Usaha Lembaga Pendidikan "S"8 Tempat Alamat Usaha - Jalan Kediri No. 1 Medan
- Jalan Gatot Subroto No. 6B Medan- Komp. Taman Setia Budi Indah Blok AA 9 Medan
9 Usia Usaha 14 Tahun10 Jumlah Pekerja 15 Orang
2. Wawancara
Pelaksanaan wawancara mendalam dengan informan pada penelitian ini
dilakukan sebanyak tiga kali, yakni pada Senin (10 Oktober 2011), Rabu (12
Oktober 2011) dan Selasa (18 Oktober 2011). Sebelum wawancara dilakukan
dengan informan, peneliti mempersiapkan pedoman wawancara yang selanjutnya
menjadi panduan peneliti menggali informasi dari J. Pedoman wawancara yang
dipersiapkan, terbagi atas empat topik utama, yaitu, tentang persepsi informan
terhadap etnis Tionghoa, latar belakang pemahaman informan terhadap Fengshui,
93
keterlibatan Fengshui dalam bisnis bagi etnis Tionghoa dan peran elemen pribadi
dalam seleksi karyawan. Hasil wawancara dari ketiga pertemuan tersebut terekam
dengan baik oleh peneliti, yang selanjutnya diolah dalam bentuk scrip (tulisan).
Sedangkan pelaksaanaan wawancara bertahap dilakukan sebanyak dua kali.
Pertama, pada Rabu (15 Februari 2012), bersamaan dengan pelaksanaan observasi.
Pada pertemuan ini, wawancara dengan informan terkait seputar peran elemen
pribadi dalam seleksi karyawan, yang dikaitkan pada hukum transformasi
Fengshui (mendukung atau melemahkan). Wawancara kedua, dilakukan pada
Rabu (22 Februari 2012) bersamaan ketika peneliti melakukan member cek atas
hasil penelitian awal. Dalam wawancara ini, peneliti menggali konstruksi teoritis
elemen pribadi sebagai dasar menerapkannya pada seleksi karyawan.
Ketertarikan melaksanakan penelitian tentang peran elemen pribadi pada
fengshui dalam proses seleksi karyawan, yang menjadi bahasan dalam karya
ilmiah ini bermula dari diskusi dengan informan (J) di Republik Kopi Jalan Setia
Budi Medan, pada pertengahan September 2011, tentang Fengshui.
J merupakan teman satu kelas peneliti di Program Pasca Sarjana Magister
Psikologi Industri dan Organisasi, Universitas Medan Area, Medan yang berlokasi
di Kampus II Jalan Setia Budi Medan. J cukup dikenal di lingkungan kampus,
sebagai orang yang memahami Fengshui. Pada pertemuan itu, peneliti
mendiskusikan soal tudingan mistis terhadap Fengshui pada J.
Informan langsung membantah tudingan tersebut, dengan menyatakan hal
tersebut tidak benar. Berlatar belakang bantahan tersebut, akhirnya terjadi diskusi
94
dengan J, tentang sejumlah kajian Fengshui dalam kehidupan manusia. Informan
menyatakan, Fengshui yang selama ini dikenal masyarakat hanya terbatas pada
tata letak (rumah/bangunan), merupakan sebagian kecil dari kemampuan Fengshui
dalam melihat keberuntungan (hoki). Lebih jauh lagi, kata J, Fengshui dapat
dipergunakan dalam hal seleksi karyawan.
Keterlibatan Fengshui dalam seleksi karyawan menurut J, ditinjau dari sisi
kesesuaian elemen (unsur) seseorang. Hubungan elemen ini dikaitkan pada hukum
transformasi Fengshui (mendukung-merusak). Misalnya, dari perhitungan Kua
seseorang pimpinan perusahaan didapat memiliki elemen Kayu. Dari sisi hukum
transformasi Fengshui, elemen Kayu sangat tidak sesuai (harmonis) dengan
elemen Api dan Logam. Alasannya, Api akan merusak (membakar) Kayu.
Demikian dengan elemen Logam yang dapat diartikan sebagai gergaji, kapak,
pisau atau benda tajam lainnya. Dalam kehidupan sehari, semua benda tajam
tersebut dapat merusak Kayu.
Namun, kata J, ketidaksesuaian elemen ini, bukan berarti langsung
melakukan penolakan pada calon karyawan. Pertimbangan lain dapat dilakukan
melalui pembentukan formasi penghancuran. Artinya, dalam struktur organisasi
perusahaan, pemilik elemen (Logam dan Api) tidak boleh berhubungan langsung
dengan pimpinan perusahaan tersebut, tetapi diberi batas dengan elemen lain yang
mampu meredam pertentangan tersebut. Dalam kajian Fengshui, elemen yang
mampu meredam Api dan Logam adalah elemen Air. Alasannya, Api akan padam
kalau disiram Air. Demikian dengan Logam, akan berkarat ketika terkena Air.
95
Menurut J, keterlibatan elemen pribadi dalam penerimaan karyawan
merupakan hal yang umum pada sejumlah perusahaaan yang dikelola etnis
Tionghoa. Itu sebabnya, kata J, beberapa karyawan pada perusahaan etnis
Tionghoa, meski tidak disiplin dalam hal kerja, tetapi tidak dipecat. Alasannya,
pemecatan dapat diartikan membuang hoki (peruntungan). Dari pada membuang
peruntungan lebih bagus dipertahankan.
Pemaparan yang disampaikan J, soal keterlibatan elemen pribadi dalam
seleksi karyawan tersebut, kemudian di uji (konfirmasi) pada Anton beretnis
Tionghoa, yang merupakan rekan peneliti ketika bekerja Harian Medan Bisnis,
dan hingga saat ini Anton juga masih bekerja di perusahaan media tersebut, serta
aktif melakukan kajaian-kajian Fengshui dalam lingkup perusahaan rekan-
rekannya. Anton membenarkan pemaparan J tentang keterlibatan Fengshui dalam
hal penerimaan karyawan pada perusahaan etnis Tionghoa.
Berangkat dari kebenaran informasi tersebut, pada Sabtu (8 Oktober 2011),
sekitar pukul 14.00 WIB, peneliti menghubungi J, meminta kesediaannya sebagai
informan penelitian, tentang keterlibatan elemen pribadi pada proses seleksi
karyawan. J langsung menyatakan kesediaannya dan menjadwalkan pelaksanaan
wawancara pada Senin (10 Oktober 2011), usai perkuliahan.
Senin, 10 Oktober 2011
Pada Senin 10 Oktober 2011, peneliti dan J selesai kuliah pertama
(Psikologi Komunikasi) sekitar pukul 18.00 WIB. Kemudian dilanjutkan
96
pada pukul 19.00 WIB, mata kuliah Psikologi Kepemimpinan. Namun
selama rehat, peneliti dan J beranjak bersama-sama menuju Kantin 3M
yang berada di seputaran Kampus UMA II. Usai memesan makanan dan
minuman, J langsung membuka pembicaraan tentang Fengshui.
Saat itu J memakai baju warna coklat muda, dipadu dengan celana
warna coklat tua dan sepatu warna coklat tua, sembari menyandang tas
kecil berwarna coklat tua. Tampilan wajah yang terlihat pada J
menggambarkan kelelahan. Ciri fisik J, memiliki tinggi badan sekitar 160
Cm, berperawakan gemuk, berkulit putih, berkacamata, mata tidak terlalu
cipit seperti yang umum pada etnis Tionghoa, potongan rambut pendek-
lurus. Momen pembuka ini, peneliti manfaatkan untuk mengambil tape
recorder. Namun sebelum memulai merekam, peneliti terlebih dahulu
minta izin agar diperkenankan merekam seluruh pembicaraan, J langsung
mempersilahkan. Pada wawancara pertama ini, J sering mengancungkan
jempol, sebagai tanda pernyataan bahwa ilmu Tiongkok kuno tersebut
sangat bagus diterapkan dalam kehidupan seseorang.
Seyogianya, wawancara pertama ini diharapkan hanya berlangsung
ketika rehat, atau sekitar 1 jam lamanya, karena sekitar pukul 19.00 WIB
akan masuk kuliah Psikologi Kepemimpinan. Namun karena dosen mata
kuliah tersebut belum masuk, wawancara terus dilanjutkan. Baru pada
pukul 19.30 WIB, wawancara berakhir, seiring akan dimulainya
perkuliahan Psikologi Kepemimpinan.
97
Sebelum beranjak dari lokasi wawancara, peneliti menyerahkan
lembar informed concern kepada J untuk diisi atas kesediannya sebagai
informan penelitian. Usai menyerahkan lembar persetujuan tersebut,
peneliti kemudian mengingatkan J, agar keesokan harinya (Selasa, 11
Oktober 2011) wawancara kedua dilanjutkan. J menerima tawaran tersebut.
Akhir dari pertemuan ini, peneliti menyalami informan dan mengucapkan
terimakasih atas kesediaan wawancaranya.
Selasa, 11 Oktober 2011
Pada tanggal ini, sekira pukul 09.00 WIB, peneliti menghubungi
Anton lewat hand phone untuk bertemu guna membicarakan tentang
verifikasi data hasil riset yang dilakukan peneliti. Anton menyanggupi
permintaan tersebut, dan sepakat bertemu di kawasan Asia Mega Mas
Medan, satu jam kemudian.
Setelah menjelaskan sedikit tentang pengertian verifikasi pada
Anton, Anton langsung menghubungi salah seorang rekannya dengan
bahasa Hokkien. Usai melakukan komunikasi, Anton menyatakan, salah
seorang temannya bernama Rudy Rahman, bersedia untuk diwawancarai,
dan diminta untuk datang sekitar pukul 11.00 WIB ke Hotel Ville Medan..
Informasi awal yang diterima peneliti tentang Rudy Rahman,
merupakan alumni salah satu universitas dari Australia. Rudy Rahman,
bekerja sebagai seorang tenaga konsultan manajemen. Dalam
98
pekerjaannya, Rudy Rahman menggabungkan kajian-kajian Fengshui
dalam menyelesaikan permasalahan manajemen klien-nya.
Pertemuan peneliti dengan Rudy Rahman berlangsung di lobi Hotel
Ville Medan. Rudy Rahman berperawakan gemuk, dengan tinggi badan
sekitar 155 Cm. Kepala agak botak, dengan rambut agak ikal. Diawal
pertemuan, peneliti memperkenalkan diri, disambut dengan anggukan dari
Rudy Rahman.
Rudy Rahman kemudian memperkenalkan diri, sembari mengajak
peneliti untuk duduk. Beberapa saat kemudian, Rudy Rahman
menawarkan minum kepada peneliti seiring dengan kehadiran recepsionis
pihak hotel. Usai menjawab tawaran minum tersebut, peneliti membuka
komunikasi dengan rencana verifikasi data (triangulasi) tersebut, sambil
membuka alat perekam. Rudy Rahman langsung memahaminya, dan mulai
serius membicarakan soal Fengshui dengan peneliti.
Wawancara ini berlangsung sekitar 2 jam. Seluruh pembicaraan
dengan Rudy Rahman terekam baik oleh peneliti. Sekitar pukul 13.10 WIB,
telepon Rudy Rahman berdering, salah seorang rekannya mengajak makan
siang di suatu tempat. Rudy memberikan tawaran kepada peneliti untuk
ikut makan siang bersama rekannya, tapi peneliti menolak dengan alasan
masih harus mempersiapkan kuliah untuk sore harinya. Diakhir
pembicaraan, Rudy Rahman mengingatkan peneliti untuk datang keesokan
99
harinya, guna melanjutkan pembicaraan. Peneliti menyanggupinya sambil
menyalami Rudy menyampaikan terimakasih.
Pada hari ini juga, peneliti dengan informan J sepakat
melaksanakan wawancara. Namun, hingga waktu yang ditentukan,
informan berhalangan datang. Konfirmasi lewat telepon yang dilakukan
peneliti, J menyatakan ada permasalahan internal perusahaan yang harus
diselesaikan. Menerima jawaban tersebut, peneliti mengakhiri telepon dan
mengucapkan terimakasih.
Rabu, 12 Oktober 2011.
Pada Rabu 12 Oktober 2011 ini, sekitar pukul 10.00 WIB, peneliti
memenuhi janji terhadap Rudy Rahman untuk melakukan wawancara
kedua, terkait verifikasi data di Hotel Ville Medan. Namun, Rudy Rahman
tidak berada ditempat. Informasi yang diperoleh peneliti dari rekan
kerjanya, Rudy Rahman sedang berada di luar kota.
Pada sore harinya, pelaksanaan wawancara kedua dengan J
kembali dilaksanakan. Pelaksanaan wawancara ini sebenarnya tidak
terjadwal dengan baik, karena peneliti khawatir, J masih berhalangan
kuliah karena alasan internal perusahaan seperti sebelumnya. Namun,
sekitar pukul 16.50 WIB, J terlihat berjalan dari area parkir Kampus II
menuju gedung utama perkuliahan. Saat itu J berpakaian warna biru
bercorak kotak-kotak, dipadu celana jeans warna biru tua, dengan sepatu
100
berwana putih, sembari menjinjing tas kecil warna coklat, seperti pada
pertemuan pertama (Senin, 10 Oktober 2011).
Peneliti langsung menghampiri J di teras gedung utama kampus.
Saat bersalaman, J mempertanyakan perkuliahan kemarin dan menyatakan
maaf atas ketidakhadirannya kemarin. Peneliti tidak terlalu merespon
kedua pernyataan tersebut, karena perkuliahan Psikologi Konsumen Lanjut
akan dimulai. Perkuliahan ini berakhir hingga pukul 18.30 WIB.
Usai perkuliahan, peneliti langsung menghampiri J, dan
menyatakan kesediaannya melakukan wawancara kedua pada saat itu.
Peneliti menerima tawaran tersebut, sambil menunjukkan beberapa buku
tentang Fengshi pada peneliti.
Wawancara kedua ini mengambil tempat di ruang perkuliahan
Psikologi Konsumen Lanjut. Wawancara berlangsung hingga pukul 21.20
WIB. Wawancara ini sengaja peneliti akhiri, karena pihak keamanan
kampus sudah memberi aba-aba untuk segera menutup gerbang utama
kampus.
Diakhir pertemuan, peneliti kembali mengingatkan J, agar pada
Senin (17 Oktober 2011) dilakukan wawancara ketiga, dengan topik soal
keterlibatan elemen pribadi pada seleksi karyawan dan pembentukan
formasi penghancuran.
101
Sebelum beranjak pulang, J menyerahkan dua buku buku kepada
peneliti, tentang sejumlah kajian-kajian Fengshui. J mengingatkan peneliti,
agar membaca buku tersebut, sebelum melanjutkan wawancara berikutnya.
Senin, 17 Oktober 2011
Pada hari Senin, 17 Oktober 2011 ini, sekitar pukul 10.00 WIB,
peneliti berkunjung ke Hotel Ville Medan, dengan harapan dapat bertemu
dengan Rudy Rahman, karena pada rencana pertemuan kedua yang
dijadwalkan pada Rabu (12 Oktober 2011) gagal dilaksanakan, karena
Rudy Rahman berada di luar kota. Hotel ini menjadi base camp Rudy
Rahman dalam menjalankan aktivitasnya.
Saat duduk di lobi hotel, sekitar pukul 10.30 WIB, Rudy Rahman
ke luar dari salah satu ruangan hotel. Peneliti langsung menghampiri dan
menyatakan kesediannya untuk melanjutkan pembicaraan yang
sebelumnya terputus.
Rudy Rahman menyatakan kesediannya, dan memilih tempat di
food court hotel. Wawancara sengaja peneliti akhiri sekitar 15.10 WIB,
karena seluruh diharapkan peneliti tentang verifikasi data (triangulasi)
telah terpenuhi. Diakhir pertemuan, peneliti mengucapkan terimakasih
kepada Rudy Rahman, dan menyatakan bahwa seluruh yang diharapkan
tentang triangulasi pada penelitian ini sudah terpenuhi dengan baik. Rudy
102
Rahman hanya menjawab dengan senyum, sembari mempersilahkan
peneliti datang kapan saja kalau ingin membicarakan Fengshui.
Pada sore harinya, pelaksanaan wawancara ketiga dengan J, batal
dilaksanakan, karena J berhalangan kuliah. Namun, peneliti tidak
melakukan konfirmasi kepada J atas ketidakhadirannya.
Selasa, 18 Oktober 2011
Pelaksanaan wawancara ketiga dengan J, juga tidak terjadwal
dengan baik. Peneliti, mengambil inisiatif untuk mengajak J melakukan
kelanjutan wawancara. J awalnya menunjukkan sikap ragu, dengan alasan
kelelahan mengurusi perusahaan miliknya sepekan terakhir. Namun,
peneliti meyakinkan J, pelaksanaan wawancara ketiga ini tidak akan
berlangsung lama, cukup satu jam. Akhirnya menerima tawaran tersebut.
Wawancara dimulai pukul 20.30 WIB usai perkuliahan Carrier dan
Assesment. Selama wawancara dilaksanakan, J menunjukkan sikap gelisah,
dan sesekali menerima telepon, yang menurut J dari istrinya, terkait
permasalahan internal perusahaan miliknya. Namun J tidak merinci
permasalahan yang dimaksud. Pada pertemuan ini, J memakai baju warna
biru dengan corak vertikal, dipadu celana jeans biru dengan sepatu warna
coklat muda. Pada pertemuan ini, J tidak menyandang tas, seperti dua
pertemuan sebelumnya.
103
Wawancara ketiga ini berakhir pukul 22.00 WIB, atau lebih satu
jam dari yang dijanjikan peneliti. Pengunduran tenggang waktu ini didasari
keinginan peneliti untuk menuntaskan seluruh proses penggalian data
kepada J, sehingga peneliti dapat melangkah pada tahapan selanjutnya.
31 Oktober 2011
Informan J, menyerahkan struktur organisasi lembaga pendidikan
yang dipimpinnya kepada peneliti. Dalam data tersebut, J menuliskan
dengan lengkap seluruh data kelahiran tenaga pengajar.
Gambar 8. Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan S, 31 Oktober 2011
Sumber: Lembaga Pendidikan S
104
3. Pengamatan.
Pelaksanaan pengamatan atau observasi pada penelitian dilakukan pada
Rabu (15 Februari 2012) di Cabang Kediri. Pemilihan lokasi observasi ini,
didasari bahwa cabang tersebut sekaligus sebagai lokasi Kantor Pusat Lembaga
Pendidikan S. Dalam melaksanakan observasi, peneliti menetapkan dua objek
observasi, yaitu, lingkungan kerja informan, dan perilaku informan.
Observasi lingkungan kerja informan yang diamati peneliti, memberi
gambaran tentang keterlibatan Fengshui dalam pengaturan tata letak properti,
seperti meja, kursi dan posisi duduk karyawan. Keterlibatan Fengshui dalam
pengaturan tata letak tersebut, ditujukan untuk mendapatkan chi positip bagi
karyawan dan anak didik.
Observasi terhadap perilaku informan yang dilakukan peneliti, memberi
gambaran, bahwa informan selalu menerapkan kajian-kajian kajian Fengshui
dalam kehidupannya, seperti pemilihan warna baju, warna celana dan aksesoris
pendukung, seperti cincin dan kalung batu giok, yang diyakini sebagai penyejuk
diri bagi informan. Keterlibatan Fengshui dalam kehidupan informan seperti ini,
diakui, karena tidak memiliki efek negatif apabila diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada pelaksanaan observasi, hal yang menjadi bahan observasi adalah
lingkungan kerja dan perilaku informan, yang selanjutnya dituangkan dalam
bentuk tulisan.
105
Tabel 4. Tabel Observasi.
Observee : JLokasi : LP Surya Kantor Pusat Jalan Kediri MedanTanggal : 15 Februari 2012.Jam : 11.20-16.00 WIB.
Uraian Observasi
Sabtu, 22 Oktober 2011
Pada Sabtu, 22 Oktober 2011, sekitar pukul 13.00 WIB, peneliti
mengunjungi salah satu cabang Lembaga Pendidikan S di kawasan
perumahan Taman Setia Budi Indah, Blok AA 9, untuk melaksanakan
observasi terkait hasil wawancara yang dilakukan dengan J.
Namun, observasi gagal dilaksanakan karena tidak satu pun
orang yang terlihat di lokasi lembaga pendidikan tersebut. Informasi
yang diperoleh peneliti dari warga sekitar, menyatakan, bahwa pada hari
Sabtu, biasanya tempat kursus tersebut, buka hanya setengah hari, atau
hanya sampai sekitar pukul 12.00 WIB.
Rabu, 15 Februari 2011
Pada Rabu, 15 Februari 2012, sekitar pukul 11.20 WIB, peneliti
berkunjung ke Cabang Kediri (cabang ini sekaligus menjadi Kantor
Pusat Lembaga Pendidikan S) untuk melakukan observasi. Di lokasi ini,
peneliti membagi hasil objek observasi atas dua bagian, yaitu,
lingkungan kerja informan dan perilaku nforman.
106
Lingkungan Kerja Informan:
Kedatangan peneliti di tempat tersebut disambut F (istri J), J
sendiri saat kedatangan peneliti tidak berada di tempat. Kehadiran
peneliti sempat mengagetkan F, karena tidak menyangka akan
berkunjung ke tempat tersebut. Setelah mempersilahkan peneliti duduk,
F langsung menghubungi J, menyampaikan kehadiran peneliti. J
memberikan pesan kepada F, meminta peneliti menunggu beberapa
waktu karena akan langsung datang. Saat bertemu dengan peneliti, F
memakai baju terusan warna putih, dipadu dengan sepatu coklat muda.
Ciri fisik, J bertubuh gemuk dengan tinggi sekitar 155 Cm, rambut
bergelombang.
Sembari menunggu kehadiran J, peneliti juga mencoba
mengamati lingkungan dan suasana kantor lembaga pendidikan tersebut.
Kantor Pusat Lembaga Pendidikan S menempati gedung rumah toko
(Ruko) berlantai empat. Saat berada di dalam gedung, lantai satu,
peneliti mendengar suasana riuh, dikarenakan dua anak terlihat
menangis akibat dimarahi staf pengajar, karena mendapatkan nilai jelek
saat ujian disekolah.
Suasana tersebut tampaknya sudah terbiasa bagi siswa yang lain,
ditandai tidak adanya reaksi yang diberikan siswa yang lain, terhadap
anak didik yang sedang menangis. Jumlah anak didik yang belajar saat
itu ada di lantai satu sekitar 15 orang. Di tengah tangis kedua anak
107
tersebut, F menimpali, bahwa kedua anak itu penderita autis, sehingga
harus diberikan terapi seperti menakut-nakuti agar pikiran si anak tidak
menerawang, tetapi terkonsentrasi pada mata pelajaran yang diajarkan.
Lingkungan kantor juga terlihat tidak terlalu rapi, beberapa
lembaran kertas tak terpakai serta tas sekolah anak didik terlihat
berserakan di lantai keramik berukuran 40 x40 Cm. Di lantai utama
gedung itu, terdapat lima buah meja. Empat diantaranya, merupakan
meja kerja yang diperuntukkan bagi F, J, R dan satu meja cadangan,
sedangkan satu meja lagi merupakan meja panjang untuk kegiatan
belajar anak didik. Ketiga meja kerja (F, J dan R) berada disebelah kiri
ruangan, membentuk formasi sejajar menghadap dinding bagian kanan
gedung, sementara meja cadangan menghadap arah pintu, seperti
gambar berikut:
Gambar 9. Denah Lt 1 LP Surya Cabang Kediri
108
Gambar 10. Denah Lt 2, 3, 4 LP Surya Cabang Kediri
Sekitar 20 menit di lantai utama, peneliti melanjutkan
peninjauan ke lantai 2, 3 dan 4 gedung tersebut. Pada tiap lantai,
terdapat satu meja panjang untuk belajar, tiga kursi yang diletakkan
pada masing-masing sisi meja serta satu buah papan tulis white board.
Sekitar 30 menit menelusiri ketiga lantai berikutnya (lantai 2, 3
dan 4), peneliti turun ke lantai utama. Setiba dilantai uatama, peneliti
kembali menemui F mempertanyakan proses seleksi karyawan di
lembaga pendidikan tersebut. Jawaban F, menyatakan, seluruh
karyawan yang bekerja pada lembaga pendidikan diakui diseleksi
berdasarkan kajian Fengshui oleh J. F hanya bertugas melakukan
rekrutmen dan menseleksi persyaratan dokumen. Namun F mengatakan,
keterlibatan Fengshui hanya sebagai faktor pendukung. Faktor utama
tetap mengacu pada jenjang pendidikan (kualitas) setara strata satu (S1)
109
dan kepribadian. Hal ini berkaitan dengan bisnis yang dijalankan
perusahaan, sebagai lembaga pendidikan (kursus) bagi usia anak
sekolah. Dalam hal penerimaan tenaga pengajar baru, F menyatakan
tidak ada waktu khusus melakukan perekrutan. Sifatnya hanya sesuai
kebutuhan, bila ada karyawan yang mengundurkan diri.
Bicara tentang lama kerja karyawan diperusahaan tersebut, F
menjelaskan dua koordinator cabang, yaitu Tasbih S dan Kediri D,
sudah bekerja di atas lima tahun, sementara untuk tingkat supervisor, F
tidak dapat mengingatnya lagi. Tetapi tiba-tiba F menyela mengatakan,
kira-kira di atas tiga tahun, sama dengan Asisten Wakil Pimpinan
Perusahaan R. Namun kata F, Koordinator Cabang Gatot Subroto, T
telah mengundurkan diri sejak akhir tahun 2011 lalu. Kini jabatan
tersebut mengalami kekosongan.
Perilaku Informan:
Sekira 10 menit berbicara dengan F, informan tiba di lembaga
pendidikan miliknya. Informan tiba dengan baju berwarna biru dengan
motif kotak-kotak dipadu dengan celana berwarna biru tua, serta sepatu
berwana hitam. Setelah saling bertegur sapa, informan mengambil
posisi duduk di kursi meja F, dan mempersilahkan peneliti duduk
dihadapnnya
Informan langsung mengatakan, bahwa penataan properti
110
ruangan dan posisi duduk karyawan, ditetapkan berdasarkan kajian
Fengshui. Salah satu misalnya, penentuan duduk Asisten Wakil
Pimpinan Perusahaan, R, disisi kiri pimpinan perusahaan (J/informan).
Demikian dengan posisi duduk F yang berada disisi kanan informan,
serta penempatan meja cadangan di sudut kiri bangunan menghadap ke
arah pintu.
Menurut kajian Fengshui, posisi R yang berada disisi kiri
informan, merupakan posisi Naga, sedangkan posisi duduk F yang
berada disisi kanan informan, merupakan posisi Harimau. Formasi ini
disebut Naga menjaga Harimau, atau diartikan, ketika Harimau terusik
oleh sesuatu hal, Naga akan segera bertindak. Dan untuk keberadaan
sosok cadangan, dimaksudkan ketika informan, R dan F berhalangan
hadir, maka akan diisi oleh cadangan. Sosok cadangan yang ditetapkan
informan pada formasi ini adalah K, anak pertama informan, yang kini
menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara.
Selesai menjelaskan posisi duduk karyawan pada lembaga
tersebut, informan kemudian memperlihatkan sebuah buku tentang
Fengshui, lalu membolak-balik buku tersebut dihadapan peneliti, seakan
menunjukkan sesuatu. Namun sebelum menemukan yang dicari
informan, peneliti mempertanyakan alasan Koordinator Cabang Gatot
Subroto, T, mengundurkan diri dari jabatannya.
111
Mendengar pertanyaan tersebut, informan tersenyum, sembari
menunjukkan copy struktur organisasi perusahaan yang pernah
diberikan pada peneliti. Informan meminta peneliti melihat secara
seksama, apa yang terjadi pada struktur organisasi tersebut. Namun,
peneliti tidak mengerti apa yang dimaksud informan. Melihat peneliti
kebingungan, informan langsung menimpali, menyebut posisi T
berelemen Kayu -, dibawahnya terdapat Supervisor Cabang Gatsu A
berelemen Logam -. Artinya, A menjadi orang yang menyusahkan bagi
T, sehingga membuat T tidak dapat berkreasi (berkembang) di
lingkungan kerjanya. Tidak tahan dengan kondisi tersebut, akhirnya T
mengundurkan diri, padahal telah bekerja selama dua tahun di Cabang
Gatot Subroto.
Usai menjelaskan hubungan elemen dengan pengunduran diri T,
informan melanjutkan pembicaraan tentang istilah tahun Naga Air yang
jatuh pada tahun 2012 ini. Informan mengatakan, Naga dalam kajian
Fengshui, dikenal memiliki semburan Api, sehingga ditahun ini
dikatakan akan banyak peristiwa kebakaran. Informan
mencontohkannya, beberapa kejadian kebakaran yang terjadi di Medan
dalam sebulan terakhir, seperti dikawasan pemukiman Sukaramai,
kawasan Jalan Setia Budi dan terakhir di Jalan Brigjen Katamso,
Medan.
Observasi yang sekaligus sebagai bagian dari wawancara
112
bertahap ini, berlangsung hingga pukul 16.00 WIB. Peneliti terpaksa
mengakhiri diskusi tersebut, karena harus bertemu dengan rekan pada
pukul 17.00 WIB. Diakhir pembicaraan, peneliti menyampaikan
terimakasih.
Gambar 11: Struktur Organisasi LP Surya, 15 Februari 2012
Dari pengamatan yang dilakukan pada saat observasi, informan
memperlihatkan perilaku, sebagai berikut:
Indikator Perilaku Yang Tampak
Ciri fisik * Informan memakai warna pakaian(kemeja dan celana) warna biru yangdiidentikkan dengan warna air.
* Memakai sepatu warna putih, yangdiartikan suatu wujud kebersihan
113
* Informan memakai cincin batu giokberbentuk horizontal sepanjang 2 Cm,yang dianalogikan sebagai warnatumbuhan (hijau)
* Informan memakai jam warna coklatyang dianalogikan sebagai warna kayu(coklat) dan kalung giok (hijau)berlambang ayam, yang merupakan shiodari informan
* Memiliki tinggi badan sekitar 160 Cm,dengan bentuk fisik obesitas
* Rambut pendek dan lurus, disisir kesebelah kanan
* Informan berkacamata
Pembicaraanterhadap Fengshui
* Informan terlihat antusias dan selaluserius.
* Informan selalu memberi contoh atasdirinya.
* Informan selalu menyertakan teoripendukung
PemanfaatanFengshui padaperusahaan
* Informan memperlihatkan sikap serius
* Informan menunjukkan ekspresi banggaatas kesesuaian elemen yangditerapkannya
* Selalu memuji karyawan
Kecemasan terhadappertentangan elemen
* Informan memperlihatkan ekspresi wajahyang berbeda dan kehati-hatian.
4. Verifikasi Data
Verifikasi data tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan atau
mengoptimalkan rigor penelitian (Hardiansyah, 2010). Rigor adalah tingkat atau
derajat dimana hasil temuan dalam penelitian Kualitatif bersifat autentik dan
114
memiliki interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Rigor juga dapat
dipahami sebagai derajat sejauh mana data-data yang diperoleh benar-benar
mewakili atau menggambarkan maksud dan sudut pandang yang sebenarnya dari
Informan penelitian terhadap fenomena tertentu dan bukan merupakan keinginan
atau sudut pandang si peneliti.
Dalam penelitian Kualitatif, sering kali ditemukan beberapa situasi dan
kondisi yang dapat mengancam atau menurunkan rigor. Bahkan, dapat dikatakan
bahwa situasi dan kondisi ini menjadi salah satu “pelanggan tetap” yang muncul
dan mengancam penelitian yang sedang dilakukan, baik disadari maupun tidak
oleh peneliti yang bersangkutan yang berefek pada terganggunya rigor penelitian.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dan dikendalikan terkait dengan
Rigor penelitian, yaitu: Pertama, kereaktifan (reactivity). Kedua, bias-bias yang
bersumber dari peneliti (researcher biases). Ketiga, bias-bias yang bersumber dari
responden/Informan penelitian (respondent biases). Optimalnya rigor penelitian
bukan perkara mudah dan sederhana, sehingga diperlukan beberapa strategi untuk
meningkatkan rigor agar hasil penelitian Kualitatif yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan keautentikannya secara ilmiah.
Lincoln dan Guba (Moleong, 2002) mengemukakan empat macam standar
verifikasi, yaitu: kredibilitas, transferabilitas, dependebilitas, dan konfirmabilitas.
Dalam tiap standar itu, ada beberapa teknik yang digunakan untuk menunjangnya.
Berikut adalah teknik yang akan digunakan peneliti dalam verifikasi data untuk
mencapai tujuan penelitian.
115
a. Kredibilitas
Kredibilitas atau disebut sebagai taraf keyakinan. Kredibilitas
digunakan untuk melihat apakah penelitian yang dilakukan sudah berjalan
dengan benar atau belum. Untuk menunjang kredibilitas pada penelitian
ini, peneliti melakukan tindakan berupa:
i. Keterlibatan dan pengalaman berkesinambungan dengan
informan, melalui survei dan terlibat langsung dengan informan
untuk membangun rapport (hubungan), mempelajari lingkungan
sosial dan budaya informan serta menumbuhkan keyakinan diri
bagi peneliti, bahwa penelitian yang akan dilakukan benar-benar
bisa dijalankan.
ii. Triangulasi, atau secara definisi disebut penggunaan dua atau
lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh
tentang suatu fenomena yang akan diteliti (Hardiansyah, 2010).
Artinya, peneliti berusaha mencari sumber dari berbagai sudut
pandang. Hal ini diperlukan untuk melakukan pengecekan
mengenai kebenaran penelitian yang dilakukan. Berbagai
macam sudut pandang ini akan diperoleh dari: buku-buku, para
tokoh/pakar yang berkompeten, peneliti-peneliti lain, dan
keluarga Informan.
Dalam penelitian ini, sumber lain yang diambil peneliti
dalam melaksanakan triangulasi adalah Rudy Rahman,
116
Konsultan Manajemen PT Cipta Wahana Mandiri Counsulting.
Rudy Rahman dinilai layak menjadi informan triangulasi, atas
pertimbangan, merupakan orang yang aktif dalam menulis
kajian-kajian Fengshui di media massa lokal, memberikan jasa
konsultasi manajemen dengan menerapkan kajian-kajian
Fengshui bagi kliennya.
iii. Peer debriefing atau peer review, atau yang diartikan sebagai
teman sejawat atau teman sebaya, maka peer debriefing atau
peer review dapat diartikan sebagai pengecekan hasil penelitian
oleh teman sebaya. Teman sebaya yang diharapkan adalah
teman yang bisa memeriksa persepsi, insight dan analisis yang
dibuat oleh peneliti. Oleh karena itu, akan dibutuhkan teman
yang mempunyai pandangan atau pemahaman umum akan
penelitian ini.
Dalam penelitian ini, Informan peer review yang dijadikan
peneliti adalah Anton, yang sebelumnya telah disebutkan
merupakan teman peneliti ketika bekerja di Harian Medan
Bisnis. Pemilihan Anton sebagai peer review dalam penelitian
ini adalah atas keterlibatannya pada sejumlah kajian-kajian
Fengshui dalam kehidupan etnis Tionghoa.
iv. Cek anggota (member check), atau diartikan datang kembali
menemui informan penelitian untuk memeriksa kebenaran data
117
dan interpretasi yang dilakukan oleh peneliti. Cara ini ditujukan
agar tidak terjadi kekeliruan peneliti dalam mengartikan dunia
pengalaman informan. Kekeliruan penafsiran ini terjadi karena
ketidaksesuaian peneliti dalam mengartikan dunia pengalaman
informan dengan kejadian atau apa yang benar-benar dialami
oleh informan.
Cek member yang dilakukan peneliti, langsung menemui
informan pada Sabtu (18 Februari 2012) di Cabang Kediri, yang
sekaligus merupakan kantor pusat lembaga pendidikan tersebut.
b. Transferabilitas
Transferabilitas disebut juga daya transfer atau kemampuan hasil
penelitian untuk ditransfer pada situasi lain. Manfaat dari transferabilitas
ini adalah dapat membantu pembaca untuk melihat kemungkinannya
menerapkannya dalam situasi lain yang mirip. Tranferabilitas sering
disebut generalisabilitas, yaitu kemampuan hasil penelitian untuk
digeneralisasikan pada informan lain yang mirip. Beberapa cara yang akan
dilakukan peneliti untuk menunjang transferabilitas, yaitu:
i. Membuat deskripsi yang mendetail, sehingga memberi lebih
banyak kesempatan pada hasil penelitian untuk ditransfer pada
situasi lain yang mirip.
118
ii. Membuat karakteristik informan yang jelas, sehingga hasil
penelitian akan semakin mungkin ditransfer atau
digeneralisasikan pada informan lain yang mempunyai
karakteristik yang hampir sama.
c. Dependabilitas
Dependabilitas adalah daya konsistensi dari hasil penelitian, atau
dapat diartikan bahwa penelitian bisa diulang pada informan yang
sama/mirip dalam konteks yang sama/mirip dan dengan hasil yang
sama/mirip pula. Hal yang penting untuk menunjang dependabilitas, yaitu
audit eksternal. Audit eksternal dilakukan dengan cara menemui konsultan
atau auditor, yang memahami metode penelitian Kualitatif, untuk
memeriksa proses dan hasil penelitian agar penelitian ini dianggap sesuai.
Dalam penelitian ini, audit eksternal yang dipilih peneliti adalah
Drs Irfan Simatupang, Msi. Pemilihan Drs Irfan Simatupang Msi sebagai
pelaksana audit eksternal dalam penelitian ini atas pertimbangan
merupakan sosok yang dikenal memahami pelaksanaan penelitian
kualitatif di lingkungan akademisi di Sumatera Utara. Atas dasar hal
tersebut juga, menjadi alasan peneliti memilih Drs Irfan Simatupang
sebagai pembimbing dua dalam penulisan karya ilmiah ini.
d. Konfirmabilitas
119
Konfirmabilitas disebut juga daya kenetralan. Konsep
konfirmabilitas diusulkan untuk mengganti konsep tradisional tentang
objektivitas (Poerwandari, 2007). Konfirmabilitas dapat diartikan sebagai
kemampuan hasil penelitian untuk disetujui atau dinyatakan tidak bias.
Beberapa penunjang konfirmabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah, data mentah hasil wawancara yang meliputi hasil rekaman dan
catatan-catatan di lapangan digunakan sebagai bukti pendukung yang akan
ditunjukkan pada pembimbing, serta pemeriksaan materi audiovisual yang
berkaitan dengan proses wawancara dan observasi.
B. Analisis Hasil Penelitian.
Pada suatu penelitian, pelaksanaan analisis data ditujukan untuk mencapai
dua hal, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan
memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut untuk
mengungkapkan semua proses etik yang ada dalam suatu fenomena sosial dan
mendeskripsikan kejadian proses sosial itu apa adanya sehingga tersusun suatu
pengetahuan yang sistematis tentang proses-proses sosial, realitas sosial, dan
semua atribut dari fenomena sosial itu, dan (2) menganalisis makna yang ada
dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial itu,guna mengungkap
peristiwa emik dan kebermaknaan fenomena sosial itu dalam pandangan objek-
subjek sosial yang diteliti, sehingga terungkap suatu gambaran emik terhadap
120
suatu peristiwa sosial yang sebenarnya dari fenomena sosial yang tampak (Bungin,
2010).
Studi kasus adalah salah satu strategi dan metode analisis data kualitatif
yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis.
Dalam analisis studi kasus, peneliti diberi kebebasan membangun struktur tulisan
berdasarkan domain yang dikaji serta keinginan-keinginan peneliti tentang
domain mana yang dikembangkan (Bungin, 2010). Tesch (Herdiansyah, 2010)
juga menambahkan bahwa proses analisis data kualitatif bersifat eklektik yang
berarti tidak ada cara yang baku dalam melakukan proses analisis data kualitatif.
Semuanya bergantung pada situasi dan kondisi serta temuan di lapangan yang
menuntut kreativitas dari peneliti untuk melakukan reduksi dan analisis yang
berarti yang sesuai dengan temuannya tersebut.
1. Reduksi Data
Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman
segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan
dianalisis. Hasil dari wawancara, hasil observasi, hasil studi dokumentasi diubah
menjadi bentuk tulisan sesuai dengan formatnya masing masing. Hasil dari
rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim wawancara. Hasil
observasi dan temuan lapangan diformat menjadi tabel hasil observasi disesuaikan
dengan metode observasi yang digunakan, hasil studi dokumentasi diformat
menjadi skrip analisis dokumen.
121
Setelah menyalin seluruh hasil wawancara yang dilakukan ke dalam
bentuk verbatim dan telah diberi tema yang sesuai, seluruh tema yang terdapat
pada verbatim wawancara tersebut, dikelompokkan dan disusun alurnya menjadi
suatu alur bahasan yang beraturan dan mengalir dalam suatu tabel akumulasi tema
beserta frekuensinya (berapa kali tema yang sama muncul).
Tabel 5. Akumulasi Tema
Nama Informan : JJumlah Akumulasi Tema : 185Jumlah Wawancara Dilakukan : 3
Nomor Tema Yang MunculFrekuensi
W1 W2 W31 Latar belakang etnis Tionghoa 8 - -2 Ciri khas Tionghoa 8 - 13 Latar belakang bisnis 3 - -4 Latar belakang budaya 1 - -5 Latar belakang Fengshui 3 4 -6 Pemahaman Fengshui - - 27 Latar belakang pemahaman pada Fengshui - 2 28 Nilai-nilai utama Informan pada Fengshui - 2 -9 Latar belakang keyakinan pada Fengshui - 2 -10 Masa lalu Informan - 5 111 Latar belakang wirausahawan - 2 -12 Kesesuaian elemen 4 513 Pertentangan elemen 3 1 714 Pemanfaatan Fengshui 4 48 3915 Analisis Fengshui - - 2316 Membantah tudingan - 2 -17 Pemakaian jasa pihak kedua 1 - 2
Jumlah 31 72 82
122
2. Display Data
Setelah semua data telah diformat berdasarkan instrumen pengumpulan
data dan telah berbentuk tulisan (scrip), kemudian dilakukan display data, atau
menampilkan pengolahan data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk
tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks
kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan.
Secara urutan akan terdapat tiga tahapan dalam display data, yaitu kategori tema,
subkategori tema, dan proses pengodean. Ketiga tahapan tersebut disajikan
sebagai berikut:
Tabel 6. Tabel Kategorisasi dan Pengodean Tema Wawancara Informan J
KategoriTema
SubkategoriTema Informan Informan
LatarbelakangetnisTionghoa
Perbedaankata
* Informan mengatakan,sebutan Tionghoa berasaldari kata Chung hoa, yangartinya penduduknya,sedangkan Tiongkok atauyang disebut China berasaldari kata Chung kwok, atausebutan negaranya. Informanmenginginkan panggilanTionghoa. (J, W1, 10-10-2011, 6-7, 9-10).
Panggilan * Informan menyebut,panggilan Cina padaseseorang karenakekurangpahaman. (J, W1,10-10-2011, 440-442, 444-448).
123
Ciri khasetnisTionghoa
Yangmenonjol
* Yang menonjol pada etnisTionghoa adalah agama dankebudayaan.(J, W1, 10-10-2011, 23-27).
* Sebelum resesi tahun 1998,masih mayoritas etnisTionghoa mengedepankankebudayaan, setelah lewatmasa itu mengedepankankeagamaan. (J, W1, 10-10-2011, 144-149).
* Mayoritas etnis Tionghoayang memiliki gedung besardan sering diluar negeriumumnya menerapkan FengShui, kalau dia beragamaBudha. (J, W1, 10-10-2011,264-267).
* Informan menyebut, etnisTionghoa yang sudah senior(tua) dan mengerti, tidakpernah lepas dari Fengshui.(J, W3, 18-10-2011, 183-185).
Pengelompokan * Etnis Tionghoa terbagi atasdua kelompok. Kelompokbiru pro Taiwan, kelompokmerah pro daratan cina. (J,W1, 10-10-2011, 288-290).
Jalan hidup * Karena keterbatasankesempatan, etnis Tionghoalebih memilih berbisnissebagai jalan hidup danmenjadi salah satu ciri khas.(J, W1, 10-10-2011,475-479,495- 502).
Latarbelakang
Pola bisnis * Kemajuan etnis Tionghoa,ada yang berkembang dengan
124
bisnis membangun sendiri dan adayang berkembang melaluiwarisan. (J, W1, 10-10-2011,321-325).
Latarbelakangbudaya
Budayayangmelekat
* Budaya yang hingga kinimelekat bagi etnis Tionghoa,chap goh mei dan makanbacang. (J, W1, 10-10-2011,328-332).
LatarbelakangFengshui
SejarahFengshui
* Ajaran Tao yangdikembangkan menjadi siasatperang tiga negara menjadicikal bakal lahirnya Fengshui.(J, W1, 10-10-2011, 75-75,81-84)
PemahamanFengshui
AwalpengetahuanpadaFengshui
* Informan awalnya tidakpercaya pada Fengshui. Tapisetelah mendapatkan teoridari orang yang jauh lebihtua, baru meyakininya (J,W3, 18-10-2011, 675-679).
LatarbelakangpemahamanpadaFengshui
BelajarFengshui
* Teori tentang Fengshuiyang dipelajari Informanberawal dari buku milikorang tuanya yang dibawaketika migrasi ke Indonesiadari Daratan China (J, W2,12-10-2011, 92-105).
* Informan tidak pernahbelajar Fengshui dari oranglain, tetapi mempelajarinyasecara otodidak dari buku-buku kemudianmenerapkannya ke kekonsumen. (J, W2, 12-10-2011,490-502).
* Pemahaman Informanterhadap elemen pribadi
125
diperoleh dari temannya.(J,W3, 18-10-2011,36-40).
Kua * Elemen pribadi didapatkandari dari tahun kelahiran. (J,W2, 12-10-2011,573).
Nilai-nilaiutamaInformanpadaFengshui
ManfaatFengshui
* Feng Shui ditujukan untukmenyatukan antara langit,manusia dan bumi. Penyatuanini akan membawa sukses.(J,W1, 10-10-2011, 251-255)
* Proses penyatuan tersebut,dapat dilakukan denganberbagai cara, seperti mainbola, cahaya atau tanaman.Keberadaan lampu di GedungCapital Building Medan yangmenyorot langit, bagian daripenyatuan lewat cahaya. (J,W1, 10-10-2011, 256-261).
* Bicara Feng Shui tidakterlepas dari hoki dankesehatan. (J, W2, 12-10-2011,999-1002).
* Informan menyatakan tidakada resiko bila meyakiniFengshui dan baikdimanfaatkan untukkebaikan. Suatu kerugian bilatidak memanfaatkannya. (J,W2, 12-10-2011, 202-205).
LatarbelakangkeyakinanpadaFengshui
Dasarkeyakinan
* Keyakinan Informan padaFengshui belajar dari sejarahleluhur bangsa Tiongkok. (J,W2, 12-10-2011, 53-65)
* Keyakinan Informan juga
126
dipengaruhi oleh rekan danorang tua, yang menyatakanFengshui bukanlah agama,tetapi perpaduan Yin danYang, manusia, bumi danlangit, yang kalau disatukanmembuat kehidupan lebihsenang. (J, W2, 12-10-2011,169-175).
Masa laluInforman
Riwayatbisnis
* Informan ketika tinggal diJalan Imam Bonjol Dalam112 F, mengalamikehancuran bisnis, karenaalasan rumah tersebutmemiliki pintu belakang. (J,W3, 18-10-2011, 800-806)
* Nilai kerugian mencapairatusan juta, termasukdidalamnya kerugian dalamjoin bisnis pengangkutan. (J,W2, 12-10-2011, 114-120)
RiwayatInforman
* Informan sangat sukadengan pengajaran. Makasetamat SMA langsungmengajar. Kemudian setamatkuliah bekerja diperbankan.(J, W2, 12-10-2011, 232-237).
* Dua tahun bekerja,Informan dipromosikan jadipimpinan cabang. Karenaketidakcocokan dengan wakilpimpinan dipindah ke kantorsetingkat wilayah. Beberapasaat ditempat tersebut,perusahaan tempat Informandi likuidasi. Informankembali bekerja diperusahaan asing, setengahtahun ditempat tersebut
127
mengundurkan diri danmembuka usaha sendiri. (J,W2, 12-10-2011, 240-256).
Latarbelakangwirausahawan
Karirbisnis
* Sebagai wirausahawan,informan memulainya darideveloper, tapi karena kondisiperekonomian tidak baik,Informan meninggalkannya.Kemudian pindah ke bisnispengangkutan, karena alasankesibukan dan arah mataangin tidak baik,meninggalkannya. Informanke dunia pendidikan karenaalasan kesesuaian elemenpribadi dengan bisnispendidikan. (J, W2, 12-10-2011, 277-286).
Kesesuaianelemen
Intuisibisnis
* Bidang pendidikanmerupakan perpaduan kertasdan air. Pena adalah elemenAir dan kertas adalah elemenKayu. (J, W2, 12-10-2011,287-296)
* Pada bisnis lembagapendidikan yang dikelolaInforman, kesesuaian elemenjuga diterapkan dalammerekrut karyawan. Kalausesuai baru diterima,bertentangan akan ditolak. (J,W2, 12-10-2011, 43-51).
Pertentanganelemen
Pertentanganelemen akansalingmenghancurkan
* Elemen Kayu tidak cocokdengan elemen Api danelemen Logam, yangdianalogikan Api akanmembakar kayu dan logamakan menghancurkan kayu.(J, W3, 18-10-2011, 380-385)
128
* Menurut Informan, darilima unsur, ada dua yang baikdan dua yang tidak baik atauyang dikenal dengankeseimbangan Ying danYang. (J, W1, 10-10-2011,212-220).
PemanfaatanFengshui
Prosesrekrutmen/seleksi
* Informan menyatakan,dengan menerapkan Fengshuipada proses rekrutmenkaryawan, menjadikankaryawan betah untukbekerja. Hal ini dibuktikan,koordinator yang diangkatInforman, dapat bertahanhingga lima tahun. (J, W2,12-10-2011, 139-143).
* Kemudian, tiga orangtangan kanan istri Informan,bertahan di atas lima tahun.(J, W3, 18-10-2011, 2409-2411). Dibajak orangpun,tidak mau pergi (J, W3, 18-10-2011, 697-700).
Posisi duduk karyawan jugadiatur sesuai kajian Fengshui.(J, W3, 18-10-2011, 916-919).
* Nilai plus yang didapat daripenerapan Fengshui padaproses perekrutan, membawarezeki pada perusahaan danpencapaian cita-citaInforman. (J, W3, 18-10-2011, 127-132).
* Fengshui hanya merupakanfaktor pendukung namunmemiliki posisi yang kuat.
129
karena itu tidak dapatdilepaskan dari faktor utama.(J, W3, 18-10-2011,81, 83-88).
* Faktor utama adalah latarbelakang dan kepribadiannya.(J, W3, 18-10-2011, 95-96).
* Hasil dari penerapanFengshui bagi karyawan barudapat dirasakan informansetelah setahun kemudian. (J,W3, 18-10-2011,106-109).
* Pemanfaatan Fengshui padaInforman belum memberikandampak negatif. (J, W2, 12-10-2011, 880-881).
Informan menyebut, sebelumpemakaian Fengshui padaproses seleksi karyawan,beberapa karyawanmengundurkan diri. Hal initerjadi, karena prosesperekrutan dilakukan F, istriJ, yang tidak mengertiFengshui. (J, W3, 18-10-2011, 690-692).
* Informan juga mengujipembalikan Fengshui padaproses perekrutan. Hasilnya,beberapa karyawan Informansetelah seminggu bekerjamengundurkan diri. (J, W3,18-10-2011,114-120).
* Bisnis pendidikan diakuiInforman cukup ribet danmemiliki sejumlah problem,karena pemanfaatan Fengshui
130
bukan tetap tetapi memilikisirkulasi tahunan, sesuaiperubahan mata angin. (J,W2, 12-10-2011, 472-480).
* Feng Shui diakui Informan,dapat membantunyamelepaskan ganjalan-ganjalan dalam pengelolaanbisnisya. (J, W2, 12-10-2011,905-906).
* Fengshui dapat dipakaidalam memilih join bisnis. (J,W3, 18-10-2011, 247-249)
Joinbisnis
* Melakukan join bisnis,jarang dilakukan 3 orang,karena diibaratkan manusialumpuh. (J, W3, 18-10-2011,266-268, ).
Tataletak
* Fengshui juga dipakaidalam hal tata letak rumah.Rumah posisi T dan tusuksate, tidak bagus. (J, W2, 12-10-2011, 1072-1073).
* Pusat perbelanjaan SunPlaza, Medan ikutmenerapkan Fengshui.Ditandai dengan pemasangankaca dan air terjun dibagiandepan. Disebut, kalau tidakmemakai, Sun Plaza tidaklaku. (J, W3, 18-10-2011,187-191).
* Alasan pemakaian tersebut,karena rumah manusia tidakmampu melawan rumahTuhan atau rumah hantu,seperti berhadapan dengankuburan. Dampaknya tidak
131
akan bisa "naik daun". (J,W3, 18-10-2011, 203-210)
AnalisisFengshui.
Formasiketidaksesuaianelemen
* Kesesuaian elemen, haruspada pemilik perusahaan(Owner). Namun, elemenyang bertentangan tetapimemberi manfaat masihdapat diberi formasi untukmensikapinya. (J, W3, 18-10-2011, 850-859).
* Ketidaksesuaian elementidak boleh dipaksa.Sebaiknya, dilihat hubunganmanusia, langit dan bumi.Kalau ketiganya bertentangandengan Informan dan tidakada yang bisa memendam,Informan tidak maumenerimanya. (J, W3, 18-10-2011, 427-432).
Membantahtudingan
* Informan menyatakan,Fengshui bukan mistik, dantudingan mistis padaFengshui, merupakan asalbunyi. (J, W2, 12-10-2011,748, 750, 774).
Pemakaianjasa pihakkedua
Biaya tinggi * Penggunaan Fengshuimembutuhkan biaya tinggi,sehingga orang yangmemahaminyamenjadikannya tempat carimakan. (J, W1, 11-10-2011,222-229).
Bagi orang mampumembayar, mendatangkanahli Fengshui dari HongKong, Singapura danMalaysia. (J, W1, 10-10-
132
2011, 231-234)
* Namun ungkap Informan,penyedia Fengshui banyaktidak profesional, kurangmemahami mate-matika danbelum tentu memahamisejarahnya. (J, W3, 18-10-2011, 889-895)
3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data
Kualitatif, yang menjurus kepada jawaban dari pertanyaan penelitian yang
diajukan sebelumnya dan mengungkap “what” dan “how" dari temuan penelitian.
Namun sebelum lebih jauh, peneliti akan terlebih dahulu memaparkan emik yang
didapat tentang artian kata Tionghoa dan Tiongkok, guna memudahkan
memahami perbedaanya serta keberadaan asal kata tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, etnis China lebih menyukai panggilan
Tionghoa terhadap person dibanding panggilan kata Cina. Hal ini sesuai dengan
asal kata dari Tionghoa, yaitu, Chong Hua, dan untuk sebutan negeri leluhurnya
disebut Choang Kwok atau Tiongkok.
“Chunghoa itu adalah ini penduduknya, sedangkannya china orang,bacaannya china bahasa inggris china, china itu adalah chung kwok ininegaranya” (J, W1, 10 Oktober 2011, 7-10).
Penamaan Tiongkok (Chunghoa) untuk sebutan negara asal etnis
tersebut ini, menurut Sugiri (http://web.budaya-tionghoa.net/home/625-istilah-
133
tiongkok-tionghoa-china-chinese-dan-cina?format=pdf, diunduh 15 Maret 2012),
populer untuk Hindia Belanda, setelah dr. Sun Yat Sen tahun 1911
memplokamirkan berdirinya republik setelah menumbangkan kekaisaran Manchu
(Ching) Da Qing Di Guo, yang diberi nama sebagai Chung Hwa Ming Guo, yang
arti harafiahnya ‘negara rakyat Chunghwa’, atau Republik Chunghwa (sesuai
istilah tata negara). Penyebutan singkatnya menjadi Chung Guo dalam dialek
Hokkian dibaca Tiongkok. Untuk masyarakatnya disebut Chunghwa atau dalam
dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.
Sebutan Chungguo dan Chunghwa menjadi populer sebab revolusi
perubahan dari kekaisaran menjadi negara demokratis, memberikan harapan baru
perbaikan pada masyarakat umum. Sedangkan kata Cina (Dahana,
http://www.ceritanet.com/15cina.htm, diunduh 15 Maret 2012), berasal dari nama
Ahala Qin (baca Ch'in), dinasti pertama yang mempersatukan seluruh daratan
Tiongkok di bawah sebuah pemerintahan pusat yang sangat kuat. Walaupun masa
pemerintahan dinasti itu tidak lama (sekitar 225 s.M sampai 210 s.M), di bawah
pemerintahan kaisarnya Qin Shihuang, dinasti itu meninggalkan bekas yang
sampai kini asal-usulnya masih dapat ditelusuri. Qin Shihuang memerintahkan
menghubung-hubungkan Tembok Besar (Chang Cheng) yang telah dibangun oleh
negera-negara kota sebelum Qin berkuasa.
Kekuasaan Kaisar Qin dan kerajaannya tidak berlangsung lama akibat
dari kelalimannya sehingga ia sangat dibenci rakyat. Kekaisarannya runtuh begitu
Qin Shihuang meninggal dalam suatu perjalanan peninjauan ke seluruh negeri.
134
Namun, suka atau tidak sukanya orang Tionghoa akan istilah Cina dan dinasti
Qin, kata itu telah memunculkan istilah-istilah yang berasal dari nama dinasti itu.
Orang Rusia memakai istilah Kitai sedangkan orang Arab mengatakan Shin.
Orang Inggris menggunakan istilah Chinayang kemudian menjadi umum di
seluruh dunia Melayu dengan kata Cina, yang menurut hasil riset Leo
Suryadinata, telah digunakan sejak awal abad-17. Teks-teks semi klasik di Cina
sendiri sempat menggunakan istilah Zhina. (Dahana,
http://www.ceritanet.com/15cina.htm, diunduh 15 Maret 2012).
a. Etnis Tionghoa dan Kepercayaan Terhadap Feng shui.
Bagi etnis Tionghoa, ada dua hal yang tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan etnis tersebut, yaitu, agama dan kebudayaan.
“Kalau yang menonjol kita sebut disini ini gak, ada dua, satu kita sebutdari keagamaan, satu kebudayaan, jadi yang nonjol sekarang ini orang ambil diapunya kebudayaan bukan keagamaannya, termasuk salah satu kebudayaantionghoa itu, mereka itu sering ee.. padukan antara kebudayaan dengan agamasemuanya itu gak bener. contohnya orang sembahyang, sembahyangnya itu pakekapa? Pakek ini la, pakek itu la kayak ayam, ikan segala macam itu sebenarnyakebudayaan dalam segi agama itu tak ada itu agama itu tak ada, kebudayaan itudibawa sampai sekarang jadi dari segi kebudayaan itu jadi orang beranggapanagama dengan kebudayaan itu gak jelas jadinya dicampur baurkan, itu lahsusahnya. (J, W1, 10 Oktober 2011, 23-40).
Karena kedekatannya, keduanya sering dicampurbaurkan, yang
seyogianya harus berdiri sendiri-sendiri. Salah satu wujud dari pencampurbauran
tersebut, terlihat ketika melakukan ibadah sembahyang. Etnis Tionghoa masih
sering menyajikan sejumlah sesajen, seperti ikan dan ayam, yang merupakan
135
bagian dari kebudayaan. Padahal hal tersebut tidak diperbolehkan dalam agama.
Akibatnya, pemisahan agama dan kebudayaan menjadi sangat sulit.
“Aa.. jadi yang kita lihat yang nonjol diagama kebudayaan ini makinhari kan berat em.. berkurang jadi berkurang itu dari agama itu merakamasukkan lah kedalam kebudayaan kenapa agama itu kan terbatas sempitkebudayaan kan luas, agama kan sempit jadi mereka itu sekarang menarikkebudayaan masuk keagama sebenarnya terbalik seharusnya agama itu membaurdengan kebudayaan terbalik mereka yang sengaja memasukkan kedalam semua,jadi akhirnya gak jelas mana yang agama mana yang kebudayan jadi simpangsiur semua.” (J, W1, 10 Oktober 2011, 40-53).
Akibat keterbatas cakupan yang dimiliki agama, etnis Tionghoa menarik
unsur-unsur yang terkandung dalam kebudayaan masuk ke dalam agama. Hal
inilah menjadi sejarah lahirnya keyakinan Tao atau Taoisme, yang hingga kini
masih dianut sejumlah etnis Tionghoa. Tao sendiri lebih lebih mengedepankan
nilai-nilai kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun. Berbeda dengan
Budhis, yang murni merupakan suatu bentuk agama.
“Aa.. jadi akhirnya timbul jua 1 agama budhis (budha) 1 agama Taosebenarnya ini tidak terpisahkan jadi mereka yang pisah-pisahkan Tao ini lebihmenonjol kekebudayaan kalau ini ee… budhis yang sekarang ini budhis satwalebih menonjol keagamaan, naa.. jadi tao itu baru dianggap ee.. kebudayaan ituhampir jadi sejarah yang dulu-dulu, sejarah dulu itu dari sistem kerajaan mulai,haa.. kalau agama itu tidak, agama mengambil individu, contohnya dewi kwan imdari mana, budhis satwa dari mana, individu seseorang, kalau tao ini ngakdiambil dari kebudayaannya pada zaman peran.”. “Ini di tao, jadi feng shui itutidak terlepas dari pada yang tao pakai sekarang, feng sui itu bukan agama,bukan, apa.. itu kebudayaan,” (J, W1, 10 Oktober 2011, 59-73, 101-104).
Meski sejumlah etnis Tionghoa telah memiliki agama, namun etnis ini
tidak pernah melupakan warisan budaya leluhurnya, seperti Chap Goh Mei,
makan Bacang dan yang terakhir adalah Fengshui. Budaya makan bacang yang
hingga kini tetap dipertahankan etnis Tionghoa, memiliki sejarah tersendiri.
Kisahnya diawali dari kehidupan seorang anak kecil yang ingin memberontak
136
dalam satu propinsi, namun tidak berhasil karena ada penghianat. Anak tersebut
dikejar, terakhir bunuh diri lompat ke laut, tenggelam mati. Untuk mengingat jasa
pahlawan kecil ini dan memberi dia makan di laut, dibuatlah kue bacang yang
dibungkus lalu dilempar ke laut. Fengshui sendiri merupakan pewarisan budaya
yang memiliki sejarah yang panjang, karena masih diterima sejumlah etnis
Tionghoa sampai saat ini. Diawali dari masa dinasti-dinasti Tiongkok kuno,
sebagai bagian dari siasat perang. Tujuannya untuk mengetahui kondisi alam atau
menentukan waktu yang tepat melakukan penyerangan.
Sejarah kehidupan etnis Tionghoa di Indonesia, mengalami fase perubahan
di tahun 1998. Sebelum krisis ekonomi yang terjadi di tahun itu, etnis Tionghoa
lebih mengedepankan nilai-nilai kebudayaan. Kondisi ini kemudian berubah
setelah krisis, etnis Tionghoa mulai masuk keranah agama. Pengalihan tersebut,
dilakukan untuk mengurangi masalah-masalah, seperti ekonomi, sehingga
sembahyang dengan menyertakan sejumlah sesajen seperti sebelumnya, tidak
dilakukan lagi, karena resesi yang terjadi juga dipercaya karena menyalahgunakan
keyakinan.
Pasca krisis atau yang dikenal masa reformasi, juga membawa masuknya
aliran-aliran baru dari negara lain, seperti, Fuchi dari Taiwan. Penganut aliran ini
adalah mereka yang memilih jalur politik. Kelompok ini tidak mengakui Fengshui.
Alasannya, kajian-kajian Feng Shui mampu melihat potensi seseorang, termasuk
masa depan seseorang berdasarkan tanggal lahir dan tahun kelahiran. Ketakutan
137
akan pengungkapan kemampuan atau potensi diri tersebut, kelompok ini, akhirnya
tidak mau tahu dengan Fengshui.
“Mereka menyalahgunakan kepercayaan ini ok, yang sisi lain kebanyakanyang dilihat kalau di kota medan, orang itu memasukkan dari aliran agama dariluar, kayak Taiwan, Fuchi namanya mereka semuanya itu adalah bermaindipolitik gak murni lagi agama. Kalau main dipolotik itu mereka takut denganFeng Shui mereka gak mau mengakui Feng shui ini kalau Feng Shui inidimainkan Fuchi itu yang gak jalan, agama gak jalan, kenapa? Dari segi FengShui itu bisa melihat orang itu sejauh mana perkembangan dia punya ke depan,massa depannya gimana, Nampak semua, satu, coba kita lihat, dari segi tanggallahir, segi tanggal lahir sampek dia punya tahun semua, sudah bisa menentukanorangnya ini bobotnya apa, bobot, jadi karena orang takut dengan ketauan diadipunya bobot, lemah, takut dia punya masalah, bagusnya dia gak mau tau, makadia lari ke ini, tapi kalau orang yang memang yang dia berani menghadapi, diaharus tau baru dia cari men..cari jalannya gimana supaya bisa dia memperbaikiposisinya,” (J, W1, 10 Oktober 2011, 154-181).
b. Peran Feng shui dalam kehidupan bisnis etnis Tionghoa.
Dalam kehidupan sehari-hari, etnis Tionghoa sangat dikenal ahli dalam
berbisnis. Hal tersebut terkait masa lalu atau sejarah perjalanan yang dialami etnis
tersebut di tanah air. Etnis Tionghoa diletakkan sebagai warga keturunan bukan
Warga Negara Indonesia. Perlakuan diskriminatif tersebut, menyebabkan
sejumlah hak-hak etnis Tionghoa dipasung oleh negara. Akibatnya, etnis ini
memanfaatkan tiap peluang dan mempertajam naluri bisnisnya untuk dapat
mempertahankan hidup.
Keberadaan etnis Tionghoa di Kota Medan memiliki sejarah yang cukup
panjang. Dimulai pada abad ke- 15, ketika armada perdagangan Tiongkok datang
mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur dan melakukan hubungan dagang
dengan sistem barter. Menurut catatan Nascher, seorang warga Belanda, ketika
138
berkunjung ke Deli pada 1862 (Kota Medan saat ini), hanya menemui 20 orang
Tionghoa yang terdiri dari pengusaha toko dan sebagian lagi adalah tukang besi
(Rajab, 1995). Jumlah tersebut terlihat terus mengalami pertumbuhan dari tahun
ke tahun, seperti dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2001-2010
Tahun Penduduk2001 1.926.0522002 1.963.0862003 1.993.0602004 2.006.0142005 2.036.0182007 2.083.1562008 2.102.1052009 2.121.0532010 2.109.339
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan#Demografi,diunduh tanggal 7 Agustus 2011.
Tabel 8. Perbandingan etnis di Kota Medan Tahun 1930, 1980, dan 2000
EtnisTahun1930
Tahun1980
Tahun2000
Jawa 24,89% 29,41% 33,03%Batak 2,93% 14,11% 20,93%Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65%Mandailing 6,12% 11,91% 9,36%Minangkabau 7,29% 10,93% 8,6%Melayu 7,06% 8,57% 6,59%Karo 0,19% 3,99% 4,10%Aceh -- 2,19% 2,78%Sunda 1,58% 1,90% --Lain-lain 14,31% 4,13% 3,95%
Tahun: 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut.Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan#Demografi,
diunduh tanggal 7 Agustus 2011.
139
Tingginya angka pertumbuhan etnis Tionghoa di Kota Medan, disebut
karena etnis tersebut tidak pernah tersentuh program keluarga berencana
(Ilhamsyah,
http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=212804:
dprd-medan-etnis-tionghoa-tak-tersentuh-kb&catid=14:medan&Itemid=27,
diunduh 4 April 2012).
Walau menempati urutan ketiga dari soal jumlah, namun berbagai kegiatan
ekonomi didominasi etnis Tionghoa, seperti, pusat perbelanjaan, pendidikan,
perdagangan, distributor, pusat hiburan, hotel dan berbagai kegiatan bisinis
lainnya. Dominasi etnis Tionghoa dalam bidang ekonomi saat ini sudah menjadi
rahasia umum. Banyak persepsi yang lahir dari kisah sukses yang diraih etnis
tersebut. Persepsi yang paling umum adalah mewarisi bakat dagang dari
leluhurnya. Tapi hal ini tidak selamanya dapat dibenarkan. Untuk menjadi
pedagang sukses, seseorang harus punya wawasan dan visi yang jauh kedepan.
Selain itu, juga mesti memiliki komitmen, disiplin, kesabaran, kekuatan dan
pengorbanan (Nugraha, 2008).
Sebagai pebisnis, keberadaan etnis Tionghoa di Kota Medan cukup kuat,
ditandai dengan keberadaan etnis tersebut pada sejumlah pusat perekonomian atau
bisnis di kota ini. Keberadaan etnis Tionghoa di Kota Medan terbagi atas dua
kelompok besar, yaitu kelompok biru pro Taiwan dan Merah pro daratan China,
serta beberapa kelompok kecil lainnya berdasarkan mitra bisnis.
“Kalau asal usul yang masuknya itu, itu.. tidak ada yang jelas. Cuma yangkita tahu pada dulu, itu namanya, orang kenal pada toko-toko yang mereka kenal
140
orang, satu jang kung seng, ada lagi ee.. yang punya ee.. cong api, itu.. duluanchong afi itu zaman belanda itu, terakhir itu masuknya itu generasi dari bapaknyasupandi kusuma, satu lagi itu namanya adi tenik yang dijalan gandi, itu.. itu..bapaknya itulah yang satu grup, jadi grup itu ada belah dua, ada yang biru adayang merah, biru itu pro e.. Taiwan, merah itu pro daratan cina. A.. jadi terakhirmereka gontok-gontokan, pada semuanya itu adalah grup satu, terakhir barupecah, waktu pecah itu, ada yang masih di Indonesia, ada yang sudah di luar,singapur, perpecahan. Na jadi generasi mereka itulah, itu mereka punyaperpecahan, jadi diluar grup itu ada juga grup yang lain, grup yang lain ituseperti grup setelah mereka itu dibawahnya lagi, kayak aming wijaya nah itukandibawah lagi, oke.. jadi aming wijaya itu, satu letingnya itu, itu.. grup generasiyang baru, yang baru.. ee.. yang baru ada. tapi, waktu grup seperti koping wat ituya.. itu keanaknya itu, memang mereka dah kian, kalau satu lagi anwar karif..Zaman anwar karif itu adalah Anwar Karif sendiri yang membangun kerejaannya,bapaknya tidak ada tinggal apa-apa, dia sendiri membangun dengan tidabersaudara, ia bangun sendiri, itu tahun.. waktu terjadi masalah di aceh, orangetnis diusir dari aceh keluar, situ ia masukan aa… apa namanya ee.. barang-barang mm.. kayak korek api, segala macam kebutuhan, dia masuk kesanana didamping aparat dari kodam maka dia jadi. Itu awalnya dia jadi awal membangundari itu mulai,” (J, W1, 10 Oktober 2011, 278-318).
Namun Rudy Rahman, Konsultan Manajemen dari PT Cipta Wahana
Mandiri Counsulting, yang memanfaatkan jasa Fensghui dalam memberikan
solusi terhadap manajemen perusahaan, yang menjadi triangulasi dalam penelitian
ini justeru menolak mengatakan bahwa berdagang merupakan salah satu ciri khas
etnis Tionghoa. Tetapi terjadi karena adaptasi iklim politik.
“Buktinya di Singapore, banyak yang mahir dibidang olah raga, dibidangseni, dimulti, multi spectrum dia, a.. tapi kalau kalau di Indonesia, mau nggakmau mereka terfokus didagang, mau buat apa lagi?” (RR, W1, 11 Oktober 2011,108-114).
Menurut Rudy, sebagai etnis yang hidup diperantauan, kehidupan dagang
yang dilakukan etnis Tionghoa merupakan suatu pendekatan untuk dapat bertahan
hidup.
“Untuk bertahan hidup kita nggak mungkin menjadi e.. seseorang yangbergantung pada pihak lain, kita harus mandiri. Nah kalau mandiri kita harus
141
mencari gagasan untuk diterima oleh suatu masyarakat, kita harus punya nilaitambah, kan begitu. Nah jadi e.. For make people setting us you must teaching thehard and giving the value, ya kira-kira seperti itu kita berada didalam satumasyarakat orang bertanya, apa kontribusi anda pada masyarakat? Ya, kitaharus menonjolkan satu bakat dan bakat itu bisa harus dinikmati oleh orangbanyak. A.. saya pikir itu sesuai dengan nilai-nilai diwariskan oleh masyarakatTionghoa, sejak dari keluarga udah ditempah untuk hidup mandiri, menjadi iconsukses disatu bidang dan member benefit pada masyarakat. A.. ini sekarangmenjadi kok heran dengan yang mereka praktekkan dilapangan sebagai seorangpebisnis. A.. tentang strategi dibedakan lagi, kadang-kadang idealnya seorangpengusaha mungkin dia mau lurus-lurus aja, tetapi ada satu pribahsa yangmengatakan, untuk sampai ketujuan kan kita kadang belok kiri, belok kanan, a..saya tidak menerjemahkan itu dengan cara istilahnya bisnis tu cara yang tidakbenar, tapi saya mengatakan kita harus ada tip gitu, kalau misalnya krisis yajangan bertahan diharga demikian, kita mencari cara supaya mereka itu lebihramah pasar sama masyarakat tapi tetap kita berdagang. A.. saya kira demikian.”(RR, W1, 11 Oktober 2011, 230-264).
Sebagai suatu warisan budaya yang hingga saat ini tetap bertahan dalam
kehidupan etnis Tionghoa, keberadaan Fengshui ditujukan untuk menciptakan
kehidupan yang lebih baik dan lebih sehat. Hal ini dikaitkan arti kata Fengshui,
yaitu, Feng diartikan udara, angin atau sumber pernafasan dan Shui diartikan air,
yang dalam bentuk tubuh manusia diartikan darah. Pemahaman ini dipertegas oleh
Rudy Rahman.
“Fung itu angin, Shui itu air. Jadi kalau angin dan air selaras, makakehidupan ini akan tumbuh dengan luar biasa, jadi ada hukum keseimbangan.Feng Shui adalah ilmu kesimbangan, nah jadi bagi setiap siapapun masyarakatTionghoa dia tau, Feng Shuinya harus bagus artinya kehidupan ini harusseimbang” (RR, W1, 11 Oktober 2011, 803-812)
Rudy juga menyatakan, bahwa Feng Shui sangat logis karena
membicarakan keselarasan.
“Kalau kita mau hidup sehat, harus ada makanan yang bergizi, harusberolah raga kan begitu, nah kalau rumah yang sehat tu bagaimana, harus cukupcahaya, cukup udara, ada air, air bersih, simple kan? Nah kalau misalnya kitadirikan bangunan, jangan melawan a.. angin, nampak loo bangunannya runtuh,
142
jangan terlalu dibawah bukit, nanti longsor, kejepit, nah kan itu Feng Shui ituilmu keseimbangan gitu, a.. cuman itu harus dibedakan dengan beberapakelompok yang tahayul gitu, nah kalau bangun rumah, nanti kasi ini kasi itumisalnya dikasi kode sekian bisa bagus itukan terserah, dia bersifat nilai-nilaidari keyakinan, nah tapi nggak papa, keyakinan itu kalau dia anggapmempengaruhi sub konsusnya yaitu dia merasa nyaman, dia lebih pede, yasilahkan, itu hak perseorangan, tapi kalau secara sains dia nggak bisa dijelaskanya pelan-pelan ditinggalkan,” (RR, W1, 11 Oktober 2011, 944-966).
Dari penjelasan tersebut disimpulkan, Fengshui sebagai suatu budaya yang
diturunkan dari generasi ke generasi telah menjadi bagian dari kehidupan etnis
Tionghoa dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik. Hubungan individu
dengan budaya seperti ini dalam kajian lintas budaya disebut sebagai Locus of
Control, yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya
mengontrol nasib (destiny) sendiri.
Bicara Feng Shui, tidak terlepas dari dua hal utama yaitu hokkie atau
peruntungan dan kesehatan. Peruntungan menurut kajian Fengshui, tidak dapat
dilepaskan dari kesesuaian elemen, sedangkan kesehatan dikaitkan pada tata letak
rumah atau bangunan. Keyakinan etnis Tionghoa terhadap Fengshui, tidak dapat
dilepaskan dari pandangan dan pengalaman yang terjadi disekitarnya. Dalam
kehidupan J, informan dalam penelitian ini menyatakan, kedua hal tersebut
(pandangan dan pengalaman) diperolehnya dari rekan dan orang tuanya, yang
menyebut bahwa Fengshui bukanlah agama, tetapi perpaduan Yin dan Yang dalam
menjaga keharmonisan hubungan langit (Tuhan), manusia dan bumi, yang bila
disatukan akan membuat kehidupan lebih senang. Menurut keyakinan etnis
Tionghoa, ketiga variabel tersebut mempengaruhi kehidupan manusia. (Nugraha,
2008).
143
“Keyakinan utama saya adalah pada saat dulu saya itu adalah agamaKristen, ya agama. Jadi saya belajar Kristen itu banyak, itu nggak ada kenalistilah Fengshui. Terakhir saya itu di kenal sama kawan, ada satu orang, orangyang boleh dikatakan, dibilang pintar sih nggak, nggak pintar ngerti, a… mulaidia itu memberikan satu pandangan sama saya bahwa itu bukanlah agama, ituadalah e… perpaduan antara Yin dan Yang, manusia tanah, e… manusia bumidan langit. Itu kalau bisa menyatu kehidupannya itu lebih senang, situlah mulaidia tu memberikan pandangan kepada saya. Kedua orang tua juga memberipandangan. Disitulah aku mulai mendapatkan titik terang dari awal, saya mulaibelajar dan di awal itu, saya melihat orang lain, saya melihat sejarah-sejarah,tokoh-tokoh yang ada di Gramedia ya misalnya ngetop, siapa presidennya,kenapa dia bisa jadi presiden, saya lihat dia punya tanggal lahir, Soeharto siapa,Soekarno siapa, kenapa dia gagal, ini semua orang-orang kaya orang-orangkonglongmerat, saya baca semua, ternyata bisa saya simak, bahwa itu memangbenar. Jadi keberhasilan seseorang itu, dia fatalnya kenapa? Emang semuanya digariskan, memang Nampak semua, nampak, nampak,” (J, W2, 12 Oktober 2011,165-195).
Meski awalnya J tidak begitu yakin, tetapi sejumlah pengalaman sukses
yang dilihat J pada sebagian orang berkat bantuan Fengshui, mendorong J untuk
mencoba mempelajari Fengshui. Hasil dari pembelajaran tersebut kemudian
diterapkan J pada sejumlah rekannya. Penerapan ini membuahkan hasil ditandai
dengan peningkatan kualitas hidup rekannya dalam tiga tahun, dari seorang
penyewa menjadi pemilik. Keberhasilan ini kemudian memperkuat keyakinan J
pada Fengshui, bahwa dengan harmonisasi Yin dan Yang dapat memberi
peruntungan.
“Yang saya lihat, ada beberapa yang saya bantu dengan sistem Fengshui,dalam tiga tahun bisa tercipta, udah bisa nampak mereka itu sekarang udah jadi.Awalnya dengan nyewa rumah, setelah diperbaiki, dia punya tata ruang, samadia punya SDM nya, pola hidupnya, sekarang dia udah menjadi boleh dikatakanya, dari nyewa rumah, bisa memiliki dua rumah yang berdampingan tiga tingkatdan pabriknya dua,” (J, W2, 12 Oktober 2011, 75-85).
144
Keterlibatan Fengshui tersebut menurut J, tidak terlepas dari kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki manusia. J yang menyadari kelemahan yang dimilikinya,
kemudian memadukannya dengan pengetahuan Fengshui yang dimilikinya.
Pemaduan tersebut ditujukan untuk melakukan keseimbangan. Hal ini sesuai
dengan kaidah-kaidah yang dimiliki Fengshui, yaitu, meseimbangkan Yin dan
Yang.
“Karena saya melihat, banyak orang kaya itu ya, dia itu manfaatkanFengshui untuk membantu dia punya e… basic. Setiap manusia punya kelebihan,punya kekurangan, jadi kekurangan itu, kekurangan dimana, jadi kekurangan itusemuanyakan dari pribadi kita sendiri. Jadi saya padukanlah kekurangan ituditambah dengan Fengshui yang baik terciptalah saya punya kelemahan itumenjadi seimbang kembali, maka lancarlah saya kembali, usaha lancar kembali.(J, W2, 12 Oktober 2011, 264-275).
“Kalau kita makan gaji, itu ibaratnya kita nggak bisa e… hidup melebihiapa yang kita inginkan. Kalau kita wirausahawan kami bisa memprediksikanbahwa kedepan saya mau jadi apa, kembali kepada saya sendiri, apa yang harussaya lakukan, kalau memang saya rajin dan semua unsurnya berjalan dengan pas,saya berkembang. Kalau makan gaji apapun bekerja dengan yang terbaik, yangkaya bukan saya, bos saya yang kaya, yang saya lihat sekarang terbukti. (J, W2,12 Oktober 2011, 443-454).
Motif dasar dari perilaku tersebut adalah suatu kesuksesan. Keinginan
sukses yang menjadi motif bagi J dalam menerapkan Fengshui, merupakan suatu
bentuk penolakan terhadap kegagalan yang pernah dialaminya karena tidak
menyertakan Fengshui dalam kehidupannya. Penolakan kegagalan inilah yang
menjadi alasan J menerapkan Fengshui dalam proses seleksi karyawan di
perusahaan yang dikelolanya.
Perilaku psikologis J mengadopsi Fengshui dalam kehidupannya, tidak
dapat dilepaskan dari keadaan lingkungan yang memberikan stimulus bagi J,
145
bahwa Fengshui dapat menjadikan seseorang sukses. Pengalaman ini juga yang
memotivasi J menjadi seorang wirausahawan karena terobesesi atas kekayaan
orang lain yang dilihatnya. Pengalaman berdasarkan pengamatan lingkungan
terhadap keberhasilan orang lain seperti ini merupakan salah satu sumber efikasi
diri bagi J, atau yang disebut sebagai pengalaman vikarius (Bandura, 1997).
Menurut Bandura (Siagian, 2004), keyakinan diri merupakan suatu bentuk
kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap kapabilitas masing-masing untuk
meningkatkan prestasi kehidupannya. Keyakinan diri dapat berupa bagaimana
perasaan seseorang, cara berpikir, motivasi diri, dan keinginan memiliki terhadap
sesuatu. Keberadaan keyakinan diri pada diri seseorang akan berdampak pada
empat proses, yaitu:
i. Proses kognitif.
Pengaruh keyakinan diri pada proses kognitif dapat timbul dalam
berbagai format. Banyak perilaku manusia, dengan menggunakan
menggunakan tujuan, diatur dengan pemikiran sebelumnya dalam
mewujudkan tujuan. Pengaturan tujuan individu dipengaruhi oleh
penaksiran individu terhadap kapabilitas yang dimilikinya.
ii. Proses motivasi.
Kepercayaan diri terhadap keyakinan memainkan kunci dalam
pengaturan diri terhadap motivasi. Motivasi individu banyak
ditimbulkan melalui proses kognitif. Orang-orang memotivasi dirinya
sendiri dan mengarahkan tindakannya dengan melalui berbagai latihan.
146
Mereka percaya terhadap apa yang mereka lakukan dan selalu
mengantisipasi adanya hasil tindakan yang prospektif. Mereka akan
mengatur tujuan yang dimilikinya dan merencanakan latihan-latihan
sebelum melakukan tindakan dengan mendesainnya sesuai nilai-nilai
masa depan.
iii. Proses afektif.
Orang-orang percaya terhadap pengaruh kapabilitasnya dalam
mengatasi stress dan depresi dalam menghadapi ancaman atau situasi
yang sulit, seperti terhadap motivasi dalam dirinya. Dengan adanya
keyakinan diri, seseorang akan lebih mampu mengatasi segala
persoalan yang mengancam keberadaannya.
iv. Proses seleksi.
Melalui kepercayaan diri terhadap kapabilitas yang dimilikinya, maka
seseorang cenderung bertindak selektif atau melakukan pemilihan
terhadap pencapaian tujuan hidupnya. Manusia akan memilih
pemecahan masalah dan pencapaian tujuan sesuai kapabilitas yang
dimilikinya. Seseorang yang meragukan kapabilitas yang dimilikinya
akan cenderung mempunyai perasaan malu untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dimiliki, termasuk dalam mengatasi ancaman yang
datang padanya. Mereka mempunyai tingkat aspirasi yang rendah dan
komitmen yang dimilikinya terhadap suatu hal lemah. Dalam
147
menghadapi segala permasalahan, mereka cenderung untuk selalu
menghindar. Mereka akan lebih mudah mengalami stres dan depresi.
J yang menjadi informan dalam penelitian, dari analisis Kua, memiliki
elemen Air +, memilih mengelola bisnis pendidikan, karena diyakini, bidang
pendidikan merupakan perpaduan antara kertas sebagai elemen Kayu dan tinta
sebagai elemen Air. Kesesuaian elemen ini diyakini J telah membawa
keberhasilan bagi kehidupannya, ditandai dari perkembangan bisnis yang
dikelolanya dari sebelumnya hanya memiliki satu cabang di Jalan Kediri Medan,
kini menjadi tiga cabang, yanitu di Jalan Gatot Subroto dan Komplek Perumahan
Taman Setia Budi Indah.
“Kalo dunia pendidikan ini kalau kita lihat memang itu adalah dua unsuremenjadi satu, satu antara kayu, karna kertas itu terbuat dari kayu. Dia tidakterlepas dari tinta, tinta terbuat dari air. Jadi, kayu dengan air itu menyatu. Jadikalau dua orang makin tinggi pendidikannya, berarti kayu dengan air udahmenyatu sama dia,” (J, W2, 12 Oktober 2011, 324-331).
Keterlibatan Fengshui dalam memilih jenis usaha atau mitra bisnis tanpa
melalui penalaran rasional dan intelektualitas seperti halnya kesesuaian elemen
pribadi yang dilakukan J, dapat disebut sebagai intuisi, atau sering disebut sebagai
gut/natural feeling, firasat, inner voice atau suara hati. Klein menyebut intuisi
adalah proses kognitif yang terjadi secara instan (Kurnia, http://www.ppm-
manajemen.ac.id/index.php?id=8&mib=ppm_coloums.detail&wb=09, diunduh
12 Agustus 2011).
148
Intuisi dapat dijadikan sebagai sumber salah satu kebenaran yang sifatnya
emergence. Hal ini karena intuisi dapat muncul di saat manusia dalam kondisi
terpepet karena waktu sementara itu harus memutuskan sesuatu yang sedang
dipikirkan. Namun, kebenaran intuisi adalah kebenaran yang bersifat tentatif dan
relatif, bukan sebagai kebenaran absolute seperti wahyu yang diyakini oleh orang
yang beragama. Dalam realitasnya, intuisi memiliki kekuatan sekaligus
kelemahan yang secara praktis dapat dilihat dan diamati dalam kehidupan empiris.
(Sahrodi, http://www.scribd.com/pascasarjana/d/2539738-INTUISI, diunduh 17
Agustus 2011)
Sebagai suatu intuisi dalam kehidupan etnis Tionghoa, Fengshui memiliki
peran besar, bukan saja dalam soal tata letak, pemilihan mitra bisnis, kesehatan
atau melihat peruntungan, tetapi juga dipakai dalam memilih jenis usaha.
Kesesuaian elemen pribadi dengan elemen bisnis bagi etnis Tionghoa mendapat
perhatian yang cukup serius, karena menurut kajian Fengshui, setiap bisnis
digolongkan dalam bentuk karakter dan memiliki hubungan antara usaha yang
digeluti dengan elemen pribadi seseorang. Apabila karakter seseorang tidak
cocok dengan karakter elemen bisnisnya, maka yang terjadi adalah
ketidakcocokan, terjadinya penipuan, usaha tidak laku, karyawan yang tidak loyal
serta ditinggalkan pelanggan adalah hal-hal yang sering terjadi bila karakter
seseorang tidak cocok dengan karakter bisnis atau usaha yang dijalankan
(Nugraha, 2008)
149
Keterlibatan Fengshui dalam diri maupun dalam kegiatan bisnis yang
dilakukan etnis Tionghoa, termasuk J, bukanlah menjadi faktor utama, tetapi
merupakan faktor pendukung, namun memiliki peran penting. Bagi J, faktor
utama tetap mengedepankan kualitas (bobot) dan kepribadian (jiwa) seseorang
calon karyawannya.
“Kalau itu sebagai faktor pendukung”. (J, W3, 18 Oktober 2011, 81)
“Ya, faktor utama kita lihat dari orangnya diluan, personnya itu ya, nggakada ikatan. Faktor ini ya pendukung, pendukung ini faktor boleh dikatakanpendukung yang kuat juga, nggak bisa terlepas dari faktor utama.” (J, W3, 18Oktober 2011, 82-88).
“Kualitas e.. latar belakangan sama jiwanya gimana? (J, W3, 18 Oktober2011, 95-96).
Alasan penetapan Fengshui sebagai faktor pendukung, kata Rudy, karena
masyarakat Tionghoa sudah sangat ramah dengan Feng Shui, dengan begitu akan
dengan mudah mendekati seseorang dari sudut tersebut dan merupakan bagian
dari cara berfikir positip.
“Nah, itu salah satu metode berfikir positif, hahaha.. kita harus selaluberfikir positif, setiap orang itu punya nilai dimata Tuhan, dilahirkan semua hoki,a.. jadi amati ya, masyarakat Tionghoa ni suka ngomong, o.. wah.. untung akusudah berhasil selamat ditabrak, kalimatnya untung”. (RR, W1, 11 Oktober 2011,1361-1367)
Untuk dapat mengetahui elemen pribadi seseorang, dapat dilakukan
melalui perhitungan Kua. Dalam pemahaman Fengshui, masing-masing elemen
tersebut memiliki sifat yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga dengan
mengetahui sifat masing-masing elemen, akan dengan mudah memanfaatkannya
sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan. (Nugraha, 2008).
150
Menurut Rudy, “Elemen dapat diartikan sebagai denah yang melengkapiseseorang, atau juga dapat diibaratkan sebagai bentuk golongan darah. (RR, W2,17 Oktober 2011, 3003-3007).
c. Peran elemen pribadi pada Feng shui dalam proses seleksi karyawan pada
perusahaan milik etnis Tionghoa.
Pada Fengshui, hubungan antar elemen memiliki hubungan saling
mendukung atau merusak. Elemen Air + milik J, sangat harmonis dengan elemen
Logam. Hubungan kedua elemen ini diartikan, Logam akan berkarat terkena Air,
atau diartikan lain, Logam dapat menjadi wadah dalam menampung Air. Itu
sebabnya dalam struktur organisasi perusahaan yang dikelola J, menempatkan F
(istri J) berelemen Logam + sebagai wakil pimpinan perusahaan. Disisi lain
elemen Logam + milik F didukung oleh elemen Tanah + milik Asisten Wakil
Pimpinan Perusahaan R. Hubungan elemen ini diartikan, Tanah
menghasilkan/menghidupkan Logam. (Tan,
http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=12887, diunduh tanggal 6
September 2011).
151
Tabel 9. Formasi Saling Mendukung Elemen Karyawan LP S
No ID JK Lahir Kua Elemen Mendukung
1 J Laki 1963 1 Air + Logam (+) Logam (-)
2 F Pr 1973 6 Logam + Logam (-) Air (+) Tanah (-) Tanah (+)
3 R Pr 1984 8 Tanah + Tanah (-) Air (+) Api (-)
4 S Pr 1978 2 Tanah - Logam (+) Tanah (+) Air (+)
5 An Pr 1982 8 Tanah + Tanah (-) Air (+) Api (-)
6 Sg Laki 1988 4 Kayu - Air (+) Kayu (+) Tanah (-)
7 O Laki 1984 7 Logam - Tanah (+) Tanah (-)Tanah (berubah jadi
angka 2 untuk Lk danangka 8 untuk Pr)
8 D Pr 1984 8 Tanah + Tanah (-) Air (+) Api (-)
9 L Pr 1979 3 Kayu + Api (-) Kayu (-) Air (+)
10 Jl Pr 1985 9 Api - Kayu (+) Kayu (-)Logam
(+)Logam (-)
11 V Laki 1987 4 Kayu - Air (+) Kayu (+) Tanah (-)
12 K Laki 1990 1 Air + Logam (+) Logam (-)
13 T Pr 1980 4 Kayu - Air (+) Kayu (+) Tanah (-)
14 A Pr 1983 7 Logam - Tanah (+) Tanah (-)Tanah (berubah jadi
angka 2 untuk Lk danangka 8 untuk Pr)
15 Sd Pr 1987 2 Tanah - Logam (+) Tanah (+) Air (+)
Sumber: Diolah Dari Struktur Organisasi LP S
152
Tabel 10. Formasi Saling Menyusahkan Elemen Karyawan LP S
No ID JK Lahir Kua Elemen Menyusahkan
1 J Lk 1963 1 Air + Tanah (-)Tanah (berubah jadi
angka 2 untuk Lk danangka 8 untuk Pr)
Tanah (+)
2 F Pr 1973 6 Logam + Api (-) Air (+) Kayu (-)
3 R Pr 1984 8 Tanah + Kayu (+) Logam (+) Logam (-)
4 S Pr 1978 2 Tanah - Kayu (+) Kayu (-)
5 An Pr 1982 8 Tanah + Kayu (+) Logam (+) Logam (-)
6 Sg Lk 1988 4 Kayu - Api (-) Logam (-) Logam (+)
7 O Lk 1984 7 Logam - Api (-) Air (+) Kayu (-)
8 D Pr 1984 8 Tanah + Kayu (+) Logam (+) Logam (-)
9 L Pr 1979 3 Kayu +Logam
(+)Logam (-)
10 Jl Pr 1985 9 Api - Air (+) Tanah (-) Tanah (+)
11 V Lk 1987 4 Kayu - Api (-) Logam (-) Logam (+)
12 K Lk 1990 1 Air + Tanah (-)Tanah (berubah jadi
angka 2 untuk Lk danangka 8 untuk Pr)
Tanah (+)
13 T Pr 1980 4 Kayu - Api (-) Logam (-) Logam (+)
14 A Pr 1983 7 Logam - Api (-) Air (+) Kayu (-)
15 Sd Pr 1987 2 Tanah - Kayu (+) Kayu (-)
Sumber: Diolah Dari Struktur Organisasi LP S
Dari hasil pengolahan data di atas terlihat, bahwa struktur organisasi
perusahaan yang dibangun J, murni menerapkan kajian elemen pribadi, yang bila
disederhanakan, R mendukung F dan F mendukung J. Penerapan Fengshui dalam
lembaga pendidikan tersebut juga berlanjut hingga tingkat Koordinator Cabang.
Hal ini terlihat pada elemen kedua koordinator cabang yang diangkat. Di Cabang
153
Taman Setia Budi Indah, koordinator dipegang oleh S dengan elemen Tanah -,
dan di Cabang Kediri dipegang oleh D berelemen Tanah +. Kedua elemen
koordinator ini, terlihat sangat mendukung elemen Tanah + milik R, sebagai
Wakil Asisten Pimpinan Perusahaan, yang ditugasi mengelola ketiga cabang milik
lembaga pendidikan tersebut.
Ditingkatan supervisor, harmonisasi elemen juga terlihat. Di Cabang
Taman Setia Budi Indah, supervisor dipegang oleh An dengan elemen Tanah +.
Artinya, elemen An sangat mendukung elemen S (Tanah -) yang menjadi
atasannya. Namun, elemen Tanah + milik An, tidak cocok dengan elemen stafnya
Sg (Kayu –), yang dapat diartikan, kayu akan menghancurkan tanah atau tanah
akan menjadi tempat tumbuhnya kayu. Agar dapat mensikapi efek negatif dari
elemen Kayu – milik Sg, J menempatkan Ok berelemen Logam – sebagai
penyeimbang, yang diartikan, logam akan menghancurkan kayu, sehingga kayu
tidak dapat tumbuh (berkembang) dengan baik.
Harmonisasi elemen ditingkatan supervisor juga terlihat di Cabang Kediri.
Supervisor cabang ini dipegang oleh L berelemen Kayu +. Dari hukum
transformasi Fengshui, elemen ini akan menghancurkan elemen Tanah + milik D.
Untuk menghempang efek negatif L terhadap D, sebagai atasan L, pimpinan
perusahaan menempatkan Jl berelemen Api – sebagai salah seorang staf di cabang
ini. Keberadaan elemen Api – milik Jl dimasudkan untuk menghancurkan elemen
Kayu + milik L, yang diartikan, api akan membakar kayu, sehingga elemen Kayu
+ milik L tidak merusak elemen Tanah + milik D. Untuk mendukung Jl dalam
154
melakukan pengrusakan terhadap L, pimpinan perusahaan menempatkan V
berelemen Kayu -, sebagai bawahan Jl. Hal ini diartikan, bahwa Kayu akan
menjadi sumber energi bagi Api untuk membakar Kayu sehingga tidak merusak
Tanah, atau secara sederhana diatikan V akan menjadi sosok pemberi dukungan
bagi J melawan L, apabila L melawan D, dan untuk memperkuat tumbuhnya kayu,
pimpinan perusahaan menempatkan K berelemen Air + bawahan V, yang
diartikan air akan menyurburkan kayu, atau K akan mendukung V.
Di Cabang Gatot Subroto, keluarnya T dari Lembaga Pendidikan S,
menyebabkan cabang tersebut kini hanya memiliki setingkat supervisor, yaitu A
berelemen Logam -. Dalam menjalankan cabang, A dibantu staf Sd dengan
elemen Tanah -. Dalam hukum transformasi Fengshui, Tanah merupakan sumber
mineral Logam, atau diartikan elemen Sd mendukung elemen A.
Dalam hal penerimaan karyawan, J tidak menerapkan seluruh rangkaian
proses seleksi sebagaimana dalam pengelolaan sumber daya manusia, J justeru
melakukan adaptasi sesuai kebutuhan perusahaan. Pada Lembaga Pendidikan S,
hanya ada pelaksanaan tes yang ditujukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan calon karyawan dalam menyampaikan materi, kemudian pelaksanaan
wawancara ditujukan untuk mengetahui kepribadian calon karyawan. selanjutnya,
pelaksanaan evaluasi latar belakang dan refrensi, ditujukan untuk melihat
pengalaman mengajar calon karyawan. Tahapan wawancara mendalam dan tes
kesehatan fisik diabaikan, dan langsung ke proses pengambilan keputusan.
155
Pada proses pengambilan keputusan ini, hasil tes merupakan faktor utama
kemudian dikombinasi dengan kajian elemen pribadi. Bila mendukung, akan
langsung diterima. Namun, apabila kajian elemen pribadi yang dilakukan
memberi hasil tidak saling mendukung, J tidak langsung melakukan penolakan,
tetapi mencoba membangun formasi penghancuran.
Manfaat positip dari penerapan kajian elemen pribadi dalam seleksi
karyawan, diakui J, tidak dapat dilihat dalam waktu yang relatif singkat. Tetapi
butuh waktu hingga setahun lamanya. Namun beberapa karyawan yang saat ini
bekerja di lembaga pendidikan tersebut sudah memiliki masa kerja di atas lima
tahun. Bahkan meski diiming-imingi pihak lain dengan fasilitas lebih dari yang
diberikan J, untuk keluar mereka tetap menolak. Ini membuktikan bahwa tercipta
loyalitas pada karyawan terhadap perusahaan. Sebaliknya, karyawan yang tidak
melalui kajian elemen pribadi hanya bertahan sesaat, kemudian langsung
mengundurkan diri. Ini dibuktikan J ketika membalikkan kajian Fengshui pada
sejumlah pelamar, hanya bertahan selama seminggu, kemudian mengundurkan
diri.
“Karna ini masih apa namanya e.. dalam masa training masih berjalan,semua itu saya pantau terus, nanti kalau uda setahun dia baru bisa timbul senengatau gimana, bilamana saya berhasil, orang yang saya lihat itu bisa jalan sepertiapa yang saya bayangkan, yang saya tetapkan dengan menerapan Feng Shui inie.. saya lanjut terus. Tapi dengan yang saya cobakkan ada beberapa personnyayang saya sengaja membalikkan dengan Feng Shui nyatanya gagal, terbuktidalam minggu ini ada dua guru yaa dari Nommensen, saya sengaja membalikkanbaru dua mi.. baru seminggu dia kerja, uda membelok dia,” (J, W3, 18 Oktober2011, 106-120).
156
Keterlibatan Feng shui dalam perusahaan atau suatu organisasi seperti ini
dapat juga disebut sebagai suatu budaya organisasi. Pemikiran ini didasari karena
Feng shui telah menjadi nilai (bagian) yang diyakini dapat membantu organisasi
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu subyek organisasi yang
dianggap mampu meningkatkan kinerja organisasi adalah budaya yang hidup di
organisasi yang bersangkutan, atau sering disebut budaya organisasi (Bahtiar,
http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._administrasi_pendidikan/196210011991021-
yoyon_bahtiar_irianto/modul-6-budaya_org.pdf, diunduh tanggal 5 Agustus
2011). Budaya organisasi tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang statis walaupun
bersifat abstrak, tetapi akan menjadi generator untuk membangun ritme sesuai
keinginan dan kebutuhan organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya sehingga
dapat dikatakan sebagai organisasi yang efektif, atau sejauhmana sebuah
organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya.
Menurut J, penerapan kajian Fengshui dalam tiap bisnis yang dikelola,
tergantung kepada pemilik (owner) perusahaan, percaya atau tidak.
“Owner, jadi dia harus sesuai dengan saya. Udah, saya misalnya, sayapunya pusat di Kediri, cabang yang di Tasbih, Tasbih inikan anggota saya yangmengkoordinir, unsur dia belum tentu sama saya punya unsur sama, mungkin diapunya bermanfaat bagi saya, saya akan mencari orang yang bermanfaat untukcabang ini, harus sesuai dengan dia, bukan saya lagi, tarik. Kepala kantor itulagi kita bisa cari. (J, W3, 18 Oktober 2011, 850-859).
Namun J menyebut, kelompok etnis Tionghoa, yang sudah senior (tua)
yang mengerti Fengshui tidak pernah melepaskannya. Bahkan beberapa gedung-
gedung mewah, seperti Sun Plaza dan Capital Building, diyakini memanfaatkan
Fengshui dalam aktivitasnya. Sun Plaza ditandai dengan keberadaan lempengan
157
kaca yang disirami dengan air pada bagian depan, dan Capital Building, ditandai
dengan keberadaan lampu sorot yang mengarah ke langit. Hal ini merupakan salah
wujud formasi dalam menerapkan Fengshui, sesuai paham Konfusianisme, yang
mengajarkan pentingnya menjaga hubungan manusia di langit dengan manusia di
bumi. (Nugraha, 2008).
“Jelas lah selalu, contohnya Sun Plaza, kenapa didepan Sun Plaza itu diamemakai, satu, kaca dia pasang, air terjun, a.. itu Feng Shui, kalau nggak pakaiitu, Sun Plaza nggak laku. (J, W3, 18 Oktober 2011, 187-191).
“Feng Shui umumnya semua orang, jangan di Indonesia aja, diluarsemuanya paham, adanya Feng Shui, Cuma sejauh mana Feng Shui itu merekaitu mau mengkaji lebih mendalam itu butuh waktu yang lama, contohnya yangada di Medan yang menonjol, itu Capital, kenapa di depan gedung itu akan diabuatkan lampu yang berputar? Menyorot kelangsung kelangit, (J, W1, 10 Oktober2011, 238-246).
Menurut J, Fengshui bukanlah mistis yang dapat merubah peruntungan
seseorang dalam sekejap, namun lebih kepada ketidakpahaman.
Rudy menyatakan: “Fengshui begitu universal, karena dapat dilihat dariberbagai aspek, seperti filosofis, sains dan mate-matika. Buktinya, abaccusmerupakan konsep dari Tao. (RR, W1, 11 Oktober 2011, 973-976)
Dalam hal mengaplikasikan Fengshui lewat pihak lain, J menyarankan
agar memperhatikan tiga hal, yaitu, profesional, betul-betul memahami mate-
matika dan memahami sejarah Fenghsui. Keterlibatan mate-matikan, kata J,
terkait pada rumusan-rumusan yang ada pada Fengshui untuk menseimbangkan
Yin dan Yang melalui perhitungan Kua.
Dari hasil penelitian yang didapat, akan menjawab asumsi-asumsi yang
dibangun sebelumnya, yaitu:
158
1). Feng shui telah menjadi suatu keyakinan diri etnis Tionghoa.
Asumsi ini dapat diterima, dengan alasan bahwa penerapan kajian
Fengshui dalam kehidupan etnis Tionghoa, ditujukan untuk menolak kegagalan
dengan cara menjaga harmonisasi Yin dan Yang. Sumber yang menjadi alasan
penempatan Fengshui sebagai suatu keyakinan diri (self efficacy) bagi etnis
Tionghoa adalah pengalaman spiritual yang terjadi disekitarnya atau disebut
pengalaman vikarius atau pengalaman yang diperoleh seseorang melalui model
sosial dengan mengamati keberhasilan orang lain.
2). Feng shui sebagai intuisi bisnis.
Asumsi ini dapat diterima, karena, etnis Tionghoa meyakini, terdapat
hubungan positip antara elemen pribadi dengan elemen bisnis yang dijalankan.
Harmonisasi elemen tersebut, dipercaya akan membawa peruntungan. Sebaliknya
ketidaksesuaian elemen, dipercaya akan membawa kepada hal-hal yang bersifat
negatif (kerugian). Keyakinan diri seperti ini dalam kehidupan bisnis, dengan
menjadikan hubungan antar elemen sebagai alasan untuk memilih bisnis yang
dijalankan tanpa melalui penalaran rasional dapat disebut sebagai intuisi bisnis.
3). Kesesuaian elemen pribadi, menjadi faktor pendukung dalam
penerimaan karyawan.
Asumsi ini dapat diterima, dengan alasan, bahwa bagi etnis Tionghoa,
faktor utama dalam menerima karyawan adalah kualitas (bobot) atau kepribadian
159
(jiwa) seseorang. Kesesuaian elemen pribadi pada Fengshui, dalam proses
penerimaan karyawan hanya sebagai faktor pendukung, namun memiliki peran
yang sangat penting. Pentingnya peran Fengshui tersebut, karena didasari atas
keyakinan pada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki setiap manusia, sehingga
melalui kajian elemen pribadi atau yang disebut Ming Kua (tanda lahir) akan lebih
memudahkan melakukan pendekatan terhadap seseorang.
160
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapat kesimpulan bahwa peran
elemen pribadi pada Fengshui bagi etnis Tionghoa dalam seksi karyawan,
merupakan faktor pendukung. Alasan keterlibatan kajian elemen pribadi dalam
seleksi karyawan tersebut, ditujukan untuk menolak kegagalan.
Salah satu cara menolak kegagalan yang dilakukan etnis Tionghoa adalah
dengan menjaga kesesuaian elemen pribadi. Hal ini sesuai makna yang dikandung
oleh elemen pribadi sebagai suatu tanda lahir (Ming Kua), sehingga dengan
menjaga kesesuaian atau harmonisasi Yin dan Yang pada elemen pribadi akan
membawa peruntungan. Sumber keyakinan diri etnis Tionghoa menerapkan kajian
elemen pribadi dalam hal seleksi karyawan maupun dalam hal memilih jenis
usaha berasal dari pengalaman spiritual yang terjadi disekitarnya atau disebut
pengalaman vikarius.
Kajian elemen pribadi yang tumbuh dalam kehidupan organisasi/perusahaan
etnis Tionghoa seperti ini, dapat disebut juga sebagai suatu budaya organisasi.
Pemikiran ini didasari, karena Feng shui telah menjadi nilai (bagian) yang
diyakini dapat membantu organisasi mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
melalui seleksi karyawan yang tepat.
161
B. Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
karenanya, bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini, hendaknya melihat
dampak keterlibatan fengshui dalam proses seleksi karyawan, sekaligus
memadukannya dengan peran shio. Kesesuaian shio karyawan menurut
kepercayaan diri etnis Tionghoa, ikut mendukung kemajuan perusahaan.
162
DAFTAR PUSTAKA
Adi Nugraha. 2008. Membaca Kepribadian Orang-Orang China. Garasi.Jogjakarta
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian.UMM Press. Malang
Bandura, A. 1997. Self-Efficacy: The Exercise Of Control. New York: W.H.Freeman
Bandura, A. dan Wood, R. 1989. “Social Cognitive Theory of OrganizationalManagement,”. Journal Academiy of Managemen Review.
Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. CV Andi Offset. Yogyakarta
Burhan Bungin. 2010. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi. KebijakanPublik dan Ilmu Sosial Lainnya. Edisi 1. Cetakan 4. Kencana PrenadaMedia Group. Jakarta
Crider, A.B, Goesthals, G.R., Kavanough, R.D dan Solomon, P.R.1983.Psychology. Illinois: Sott, Foresman & Company
Dahana, Tionghoa Atau Cina, Di Era Reformasi,http://www.ceritanet.com/15cina.htm, diunduh 15 Maret 2012
Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmuSosial. Salemba Humanika, Jakarta.
Hendro Prabowo. Desember 2008. “Seri Latihan Kesadaran 1 PengantarPsikologi Transpersonal”.http://www.scribd.com/doc/55006161/1-Pengantar-Psikologi-Transpersonal, diunduh 12 Agutus 2011.
Hedy C. Indrani, Pertimbangan Aspek Kejiwaan Terhadap Feng Shui DalamPerancangan Interior, Staf Pengajar Fakultas Seni dan Desain, JurusanDesain Interior, Universitas Kristen Petra Surabaya, Dimensi Interior, Vol.1, No. 1, Juni 2003: 74 - 84
Heri Kusrianto. 2010. Peluang Kaya Dari Tanggal Lahir. PT Lex MediaKomputindo Kompas
Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset. Yogyakarta
163
Ilhamsyah, “DPRD Medan Etnis Tionghoa Tak-Tersentuh”
http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2
12804:dprd-medan-etnis-tionghoa-tak-tersentuh-
kb&catid=14:medan&Itemid=27, diunduh 4 April 2012
Irvan Yusri. “Bagaimana Memilih Karyawan Sesuai Elemen” di Majalah HongShui Edisi 25-Bulan Ayam Tahun Ayam 2005
Jamali Sahrodi. “Mempertimbangkan Intuisi Sebagai Sumber Kebenaran”.http://www.scribd.com/doc/2539738/INTUISI, diunduh 17 Agustus 2011.
Koentjaraningrat 1990. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jambatan. Jakarta
------------------- 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta
Matthew B. Miles & A. Michael Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif.Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Cetakan 1. Universitas IndonesiaPress. Jakarta.
Marzali, Amri.2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Kencana, Jakarta
Moleong, L.J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif (Cetakan ke 6). RemajaRosdakarya. Bandung
Muhammad Fakhrurrozi. 30 Juli. “Berkenalan dengan Psikologi Transpersonal”.http://www.hearthuman.com/?p=276, diunduh 2 Agustus 2011.
Master Aries Harijanto. Indonesia Feng shui Online Center.---------------------------“Bagaimana sistim kerja Feng shui?”.
http://www.klikFengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja.php, diunduh 1 September 2011.
--------------------------“Cara menghitung Ming Kua dalam Ba Zhai”http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/12_ming_kua.php, diunduh 1 September 2011.
--------------------------“Feng shui dan Taoisme”.http://www.klikFengshui.com/artikel/sejarah&tradisi/4_feng_shui_&_taoisme.php, diunduh 1 September 2011),
--------------------------“Peranan Yin - Yang Wu Xing dalam Feng shui”.http://www.klikFengshui.com/artikel/teori&praktek/10_yin_yang.php. Diunduh 1 September 2011
--------------------------“Peranan 'Qi' dalam Feng shui”.
164
http://www.klikFengshui.com/artikel/teori&praktek/9_peranan_qi.php, diunduh 1 September 2011.
--------------------------“Sejarah Singkat Ilmu Feng shui”.http://www.klikFengshui.com/artikel/sejarah&tradisi/2_sejarah_singkat.php, diunduh 1 September 2011
Nurdiniamalia. Kajian Psikologi Lintas Budaya Dalam Lingkup Self/Kepribadian.http://nurdiniamalia.files.wordpress.com/2009/05/kajian-psikologi-lintas-budaya.doc, diunduh 5 September 2011.
Pepey Riawati Kurnia. “Peran Intuisi Dalam Bisnis Bakery.http://www.ppmmanajemen.ac.id/index.php?id=8&mib=ppm_coloums.detail&wb=09, diunduh 12 Agustus 2011
Poerwandari, K. 2007. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan PsikologiFakultas Psikologi Univeritas Indonesia
Rajab Lubis. 1995. Pribumi Dimata Orang Cina. Cetakan 1. Pustaka PTWidyasarana. Medan.
Roucek, S.J dan Warren, L.R. 1984. Pengantar Sosiologi. Bina Aksara. Jakarta.
Roy Sembel. “Mengelola Intuisi” di http://www.scribd.com/doc/55547971/Intuisi,diunduh 2 September 2011.
Sondang Siagian. 2004. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Stephany Efflina, “Kesesuaian Feng Shui Kelenteng Tanjung Kait dan Cileungsidengan lingkungannya”. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, ProgramStudi Arkeologi, Universitas Indonesia, (Skripsi), 2009.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta.Bandung.
Suhu Tan, Jumat. 30-01-2009 10:06:12. ”Interaksi Elemen dalam Kehidupan”.http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12887, diunduh 6September 2011)
Yoyon Bahtiar Irianto. “Modul 6 Budaya Organisasi”. Kepemimpinan &Kewirausahaan, Ditjen Pendais, Depag. 2008.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196210011991021-YOYON_BAHTIAR_IRIANTO/Modul-6-Budaya_Org.pdf,diunduh 5 Agustus 2011.
165
http://web.budaya-tionghoa.net/home/625-istilah-tiongkok-tionghoa-china-chinese-dan-cina?format=pdf, diunduh 15 Maret 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan#Demografi. diiunduh 7 Agustus 2011.