Download - Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

Transcript
Page 1: Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

Terapi Farmakologi

Umumnya diare nonspesifik dapat sembuh dengan sendirinya, namun untuk

mengurangi gejala diare dapat digunakan beberapa obat, antara lain antimotilitas,

antisekretori, adsorben dan obat-obat lainnya seperti probiotik, enzim laktase dan zink

(Berarrdi et al., 2009; Spruill and Wade, 2008).

Antimotilitas

Pada golongan ini adalah opiat dan turunannya, yang bekerja dengan menunda

perpindahan intraluminal atau meningkatkan kapasitas usus, memperpanjang kontak dan

absorbsi. Sebagian besar opiat bekerja melalui mekanisme perifer dan sentral, kecuali

loperamid hanya perifer. Loperamid menghambat calcium-binding protein calmodulin, yang

mengatur pengeluaran klorida. Loperamid disarankan untuk mengatasi diare akut dan kronis.

Jika digunakan secara tepat, obat ini tidak menimbulkan efek samping sperti pusing dan

konstipasi. Golongan opiat yang lain adalah diphenoxylate yang dapat menimbulkan

atropinism seperti pandangan kabur, mulut kering dan retensi urin. Kedua obat ini tidak

digunakan pada pasien yang memiliki resiko bacterial enteritis E. coli, Shigella, atau

Salmonella (Spruill and Wade, 2008).

LOPERAMID

Loperamid merupakan opioid agonist sintetis yang memiliki efek antidiare dengan

menstimulasi reseptor mikro-opioid yang berada pada otot sirkular usus. Hal ini

menyebabkan melambatnya motilitas usus, meningkatkan absorbsi elektrolit dan air melalui

usus. Stimulasi pada reseptor tersebut juga menurunkan sekresi pada saluran cerna, yang

berkontribusi pada efek antidiare. Selain itu, terdapat mekanisme lain, yaitu gangguan

terhadap mekanisme kolinergik dan nonkolinergik yang terlibat dalam regulasi peristaltik,

penghambatan calmodulin dan inhibisi voltage-dependent calcium channels. Efek terhadap

calmodulin dan calcium channel ini yang berkontribusi dalam efek antiskretori. Loperamid

Page 2: Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

50 kali lipat lebih poten dibandingkan morfin dan 2-3 kali lebih poten dibandingkan

diphenoxylate dalam efeknya terhadap motilitas saluran cerna. Loperamid tidak memiliki

efek terhadap SSP karena penetrasinya kurang baik.

Loperamid digunakan sebagai terapi simptomatik diare akut dan nonspesifik. Efek

terapinya meliputi penurunanan volume feses harian, meningkatkan viskositas, bulk volume,

dan mengurangi kehilangan cariran dan elektrolit. Loperamid tidak disarankan untuk anak

kurang dari 6 tahun karena akan meningkatkan efek samping seperti ileus dan toxic

megacolon. Dosis untuk dewasa adala 4 mg per oral, diikuti dengan 2 mg setiap setelah

buang air , sampai dengan 16 mg per hari.

Efek samping yang jarang timbul antara lain, pusing, konstipasi, nyeri abdominal,

mual, muntah, mulut kering, lelah dan reaksi hipersensitif. Seperti dijelaskan sebelumnya,

loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare yang disebabkan oleh bakteri karena akan

memperparah diare, toxic megacolon atau ileus paralytic.

Tabel : Produk Obat yang Mengandung Loperamid (ISO Indonesia vol 44-2009 s/d 2010)

Antisekretori

Page 3: Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

- Bismut Subsalisilat

-

Senyawa bismuth tidak larut atau kelarutannya sangat rendah, toksisitas

biasanya tidak muncul jika digunakan pada periode terbatas. Penggunaan bismuth

jangka panjang secara sistemik tidak direkomendasikan. Mekanisme kerjanya dengan

memproduksi antisekretori dan efek antimikroba, juga memiliki efek antiinlflamasi.

Biasanya diberikan sebagai antidiare dan antasida lemah(Spruill and Wade, 2008).

Bismut salisilat diindikasikan untuk pengobatan gangguan pencernaan seperti

konstipasi, mual, nyeri abdomen, diare, termasuk traveler’s diare dan tidak

diperbolehkan pada pasien yang menderita penyakit akibat virus seperti campak atau

influenza pada pasien dengan umur dibawah 18 tahun.

Dosis maksimum perhari adalah 4g (Sweetman, 2009).Bentuk sediaan bismuth

subsalisilat yang ada adalah tablet kunyah (262 mg), 262 mg/5 ml cairan, 524

mg/15ml cairan. Bismut salisilat berinteraksi dengan salisilar, tetrasiklin dan anti

koagulan, serta memiliki efek samping tinnitus, mual dan muntah (Spruill and Wade,

2008).

Produk yang mengandung bismut subsalisilat antara lain (ISO Indonesia vol 44-2009

s/d 2010):

o Diaryn® (Konimex)

Bahan aktif: Bismut subsalisilat 262mg

Indikasi : pengobatan diare tidak spesfik yang tidak terjadi pendarahan dan

tidak diketahui penyebabnya

Kemasan : Strip 4 tablet Rp. 1.540

o New Sybarin® (Kaliroto)

Bahan aktif: Bismuth Subsalisilat 125 mg

Indikasi : Pengobatan Diare

Dosis: Dewasa: 2-3 tablet setiap kali minum dosis tersebut diulang setiap 0,5-

1 jam jika diperlukan paling banyak 8 kali sehari

Kemasan : Dos 10 x 10 Tablet

o Neo Adiar ® (Erela)

Bahan aktif: Bismuth Subsalisilat 187,125 mg

Page 4: Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

Indikasi : Pengobatan Diare Non spesifik

Dosis: Dewasa 2 kaplet diualang tiap 30-60 menit jika diperlukan maksimal 8

dosis dalam 24 jam

Kemasan : Dos 10 x 10 Tablet

- Racecadotril

Rececadotril adalah enkephalinase inhibitor (nonopiat) dengan aktivitas

antisekretori yang dapat digunakan untuk diare tanpa kolera (World Gastroenterology

Organisation, 2008). Enkephalins adalah senyawa endogen opiat dalam usus yang

memiliki efek antisekretori dan aktifitas proabsorptif pada usus halus. Enkephalins

inhibitor adalah senyawa yang memperlambat reaksi enzimatik (enkephalinase) rusak

sehingga endogen enkephalins ditemukan di usus halus. Racecadotril digunakan

sebagai antisekretori tanpa memberikan efek pada pergerakan saluran cerna atau efek

pada saraf pusat. Obat memiliki efek seperti loperamid, tetapi dengan efek samping

pada pergerakan saluran cerna seperti membusungnya perut, nyeri dan konstipasi

yang lebih rendah (Dipiro et al., 2011). Biasanya diberikan secara oral dengan dosis

100 mg 3 kali sehari sebelum makan (Sweetman, 2009).

Adsorben

Adsorben merupakan kelompok obat yang umumnya digunakan pada terapi

simptomatik pada diare, yang mekanisme kerjanya tidak spesifik, adsorbsi meliputi nutrisi,

toksin, obat dan digestive juice (Spruill and Wade, 2008). Adsorben meliputi attapulgit,

kaolin dan pektin (Berarrdi, et al., 2009).

Mekanisme adsorben yaitu dengan mengadsorbsi toksin mikroba dan mikroorganisme

pada permukaannya. Adsorben tidak diabsorbsi oleh saluran cerna, toksin mikroba dan

mikroorganisme langsung dikeluarkan bersama feses. Beberapa polimer organik hidrofilik

adsorben, mengikat air pada usus halus sehingga menyebabkan pembentukan feses yang lebih

padat. Adsorbsi bersifat tidak selektif sehingga diperlukan perhatian khusus pada pasien yang

mengkonsumsi obat lain karena absorbsinya dapat terganggu (Nathan, 2010).

Page 5: Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

Contoh adsorben, antara lain (ISO Indonesia vol 44-2009 s/d 2010): a) Bismuth subsalicylate

Merupakan bentuk kompleks dari bismuth dan asam salisilat.

Contoh :

Scantoma® : mengandung Bismuth subsalicylate 375 mg

Stobiol® : mengandung Bismuth subsalicylate 262 mg

b) Attapulgite

Contoh :

Biodiar® : mengandung attapulgit koloidal teraktifasi 630 mg

New Diatab® : mengandung attapulgit aktif

Teradi® : mengandung attapulgit 600 mg

c) Kaolin-pektin

Contoh :

Envois-FB® : per 5 mL mengandung kaolin 1000mg dan pektin 40

mg

Neo Diaform® : mengandung kaolin 550 mg, pektin 20 mg

Neo Kacitin® : mengandung kaolin 700 mg, pektin 50 mg

Neo Kaolana® : per 15 ml mengandung kaolin 700 mg, pektin 66 mg

Oppidiar sirup® : mengandung kaolin 986 mg, pektin 22 mg

d) Activated charcoal

Contoh :

Bekarbon® : mengandung activated charcoal 250 mg

Norit® : mengandung

e) Kombinasi

Contoh :

Molagit® : mengandung attapulgit 700 mg dan pectin 50 mg,

meredakan diare non spesifik

Arcapec® : mengandung Attapulgit 600 mg, Pektin 50 mg

Diagit® : mengandung Attapulgit 600 mg, Pektin 50 mg

Entrogard® : mengandung Attapulgit 750 mg, Pektin 50 mg

Fitodiar® : mengandung Attalpugite 300 mg, Psidii Folium

Extractum 50 mg, Curcuma domestica Rhizoma Extractum 7,5 mg

Neo Diastop® : mengandung attapulgite 600 mg, pektin 50 mg

Page 6: Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

Neo Entrostop®: mengandung attapulgite koloidal teraktifasi 650 mg,

pektin 50 mg

Obat lain

- Probiotik

Probiotik, termasuk beberapa spesies Lactobacillus, Bifidobacteria lactis dan

Saccharomyces boulardii umum digunakan untuk management atau pencegahan diare

akut. Lactobacillus meningkatkan sistem imun, menghasilkan substansi antimikroba

dan berkompetisi dengan bakteri terhadap binding site pada mukosa usus (Berrardi, et

al., 2009).

Sediaan Lactobacillus yang mengandung bakteri atau yeast seperti bakteri

asam laktat merupakan suplemen harian yang digunakan sebagai pengganti microflora

kolon. Memperbaiki fungsi intestinal normal dan menekan pertumbuhan

mikroorganisme patogen. Sediaan yang umum ada antara lain susu, jus, air atau sereal

(Spruill and Wade, 2009).

Contoh sediaannya antara lain (ISO Indonesia vol 44-2009 s/d 2010):

a. Lactodia® (Indofarma)

Komposisi: Lactobacillus acidophilus 1X1010 cfu / g, Bifidobacterium

longum 1X1010 cfu / g, Streptococcus thermophilus 1X1010 cfu / g, Krim

sayuran bubuk, Glukosa, Fructo-oligo-saccharide, Bubuk stroberi (5,1%),

Perisa Stroberi, Vitamin C, Vitamin B3 (Niasin), Konsentrat mineral susu,

Seng oksida, Sukrosa, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6

b. Yakult ®(Yakult Indonesia Persada)

Komposisi : L. casei Shirota strain, susu skim, glukosa, sukrosa

- Enzim Laktase

Produk enzim laktase sangat membantu bagi pasien yang mengalami diare

sekunder akibat lactose intolerance. Laktase diperlukan untuk pencernaan

karbohidrat.  Jika tidak memiliki enzim ini, konsumsi produk susu dapat

menyebabkan diare osmotik. Produk ini digunakan setiap kali mengkonsumsi produk

susu seperti susu dan es krim (Spruill and Wade, 2008).

Page 7: Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

- Zinc

Penggunaan suplemen zinc harian pada anak-anak dengan diare akut dapat

mengurangi pengeluaran feses, frekuensi feses berair, dan durasi serta keparahan

diare. Ditujukan untuk yang mengalami defisiensi zinc yang diakibatkan gangguan

imunitas selular dan humoral yang menyebabkan pada GIT terjadi gangguan absorbsi

air dan elektrolit, meningkatkan sekresi sebagai respon terhadap endotoksin bakteri,

dan menurunnya enzim brush border (Berrardi, et al., 2009). Contoh sediaan

suplemen zinc adalah Zn- Diar® (Hexpharm Jaya) dengan komposisi seng sulfat

monohidrat 54,9 mg yang setara dengan mineral seng 20 mg/ tablet dispersibel (ISO

Indonesia vol 44-2009 s/d 2010).

Terapi non farmakologi

Fluid and Electrolyte Management

Dapat dilakukan dengan cara pemberian oral rehidration atau memperbanyak intake

cairan seperti air mineral, sup atau jus buah, dengan tujuan untuk mengembalikan komposisi

cairan dan elektrolit tubuh yang sebelumnya mengalami dehidrasi akibat diare (Berarrdi, et

al., 2009).

Oral rehydration solution (ORS) atau oralit digunakan pada kasus diare ringan sampai

sedang. Rehidrasi dengan menggunakan ORS harus dilakukan secepatnya yaitu 3-4 jam

untuk menggantikan cairan serta elektrolit yang hilang selama diare untuk mencegah adanya

dehidrasi. Cara kerja dari ORS adalah dengan menggantikan cairan serta elektrolit tubuh

yang hilang karena diare dan muntah, namun ORS tidak untukmengobati gejala diare

(Berarrdi, et al, 2009 ; Nathan, 2010).

Page 8: Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

ORS mengandung beberapa komponen yaitu Natrium dan kalium yang berfungsi

sebagai pengganti ion essensial, sitrat atau bicarbonate yang berfungsi untuk memperbaiki

keseimbangan asam basa tubuh serta glukosa digunakan sebagai sebagai carrier pada

transport ion natrium dan air untuk melewati mukosa pada usus halus.Komposisi ORS yang

direkomendasikan oleh WHO yaitu adalah komponen natrium 75 mmol/L dan glukosa 200

mmol/L (Nathan,2010).

Dalam 1 sachet ORS serbuk harus dilarutkan dengan menggunakan 200mL air.

Penting sekali untuk membuat larutan ORS sesuai dengan volume yang direkomendasikan,

sebab apabila terlalu pekat konsentrasinya, maka larutan akan mengalami hiperosmolar, dan

dapat menyebabkan penarikan air pada usus halus sehingga dapat memperparah diarenya.

Larutan ORS yang telah dilarutkan tersebut sebaiknya digunakan tidak lebih dari 24 jam dan

disimpan di dalam lemari es. Dosis ORS yang direkomendasikan untuk orang dewasa adalah

200-400 mL diminum tiap setelah buang air besar, atau 2-4 liter selama 4-6 jam

(Nathan,2010).

Cara membuat Oralit (Kementrian Kesehatan R.I, 2011) :

1. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air hingga bersih

2. Sediakan 1 gelas air minum (200 mL)

3. Pastikan oralit dalam keadaan bubuk kering

4. Masukkan 1 bungkus oralit ke dalam air minum di gelas

5. Aduk cairan oralit sampai larut

6. Larutan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam

Page 9: Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

Berikut adalah beberapa produk ORS :

Dietary management

Saat mengalami diare, umumnya pasien menahan untuk tidak makan dikarenakan

khawatir diare yang dialami akan bertambah parah. Hal tersebut justru memperparah keadaan

pasien, sebab pada saat yang sama pasien juga mengalami malabsorbsi nutrisi. Oleh karena

itu, pasien dianjurkan makan tetap seperti biasa, namun sedapat mungkin menghindari

makanan berlemak dan makanan dengan kadar gula yang tinggi karena akan dapat

menimbulkan diare osmotik, serta dihindari pula makanan pedas karena akan mengganggu

saluran cerna seperti timbul rasa mulas dan kembung pada perut. Perlu dihindari juga

minuman yang mengandung kafein, karena kafein dapat meningkatkan siklik AMP sehingga

berakibat pada peningkatan sekresi cairan ke saluran cerna, hal ini dapat memperparah diare.

Pasien dianjurkan untuk banyak minum air putih, dan jika diperlukan dapat disertai

pemberian ORS (Blenkinsopp et al., 2009; Berarrdi, 2009).

Pustaka

• Anonim, 2009. ISO Indonesia Volume 44. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan, hal 444-

446.

Page 10: Terapi Diare- Farmakologi & Non Farmakologi

• Berardi, R.R., et al. 2009. Handbook of Nonprescription Drugs : An Interactive

Approach to Self Care 16th Edition. Washington DC : American Pharmascist

Association

• Blenkinsopp A, Paxton P. Symptoms in the Pharmacy: A Guide to the

Management of Common Illness. 6th Ed. 2009, Blackwell Science Ltd.

• Nathan, A, 2010. Non-prescription Medicines. USA: Pharmaceutical Press.

• Spruill W. J., Wade W. E., 2008. Diarrhea, Constipation, and Irritable, in Dipiro, T.,

(eds) Pharmacotheraphy a Phathophysiologic Approach. New York: The McGraw-

Hill Companies.

• Sweetman, S. C. 2009. Martindale The Complete Drug ReferenceThirty-sixth

edition. London : Pharmaceutical Press

• World Gastroenterology Organisation, 2008. World Gastroenterology Organisation

Practice Guideline: Acute Diarrheae