Download - Teori Konsumsi Islami

Transcript
Page 1: Teori Konsumsi Islami

Pertemuan 5PertemuanPertemuan 55

Teori Konsumsi IslamiTeoriTeori KonsumsiKonsumsi IslamiIslami

Aziz Budi SetiawanSekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBIAziz Aziz BudiBudi SetiawanSetiawanSekolahSekolah TinggiTinggi EkonomiEkonomi Islam SEBIIslam SEBI

Page 2: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 2

1. Maslahah dalam Konsumsi2. Hukum Utilitas dan Maslahah3. Keseimbangan Konsumen4. Hukum Permintaan dan

Penurunan Kurva Permintaan

1. Maslahah dalam Konsumsi2. Hukum Utilitas dan Maslahah3. Keseimbangan Konsumen4. Hukum Permintaan dan

Penurunan Kurva Permintaan

Bahasan Pertemuan 5BahasanBahasan PertemuanPertemuan 55

Page 3: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 3

• Setiap hari kita membuat sejumlah keputusan bagaimanamengalokasikan sumber dayauntuk memenuhi berbagai kebutuhan. Contoh: baca koran vs melihat tv, sarapan apa dan dimana, dll.

• Dalam menentukan pilihan harus menyeimbangkan antarapreferensi dan ketersediaan sumber daya. hal ini melahirkan fungsipermintaan.

• Dalam Ekon Konv konsumen diasumsikan selalu bertujuan untukmemperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya.

• Utility secara bahasa berguna (usefulness), membantu (helpfulness) atau menguntungkan (advantage).

• Dalam kontek Ekon utilitas kegunaan barang yang dirasakan olehseorang konsumen ketika mengkonsumsi sebuah barang. Kepuasan danutilitas dianggap sama, meskipun sebenarnya kepuasan adalah akibatyang ditimbulkan oleh utilitas.

• Dalam Ekon Konv (1) konsumen diasumsikan selalu mengiginkantingkat kepuasan yang tertinggi. Barang A dan B, mana yang tertinggi ?.

• (2) Masalah selanjutnya adalah mungkinkah konsumen mengkonsumsibarang tersebut ? dia akan melihat dana atau anggaran yang dimiliki. Kalau ada dan cukup beli, kalau tidak tidak jadi ataumembeli barang lain yang kepuasannya maksimal dan terjangkauanggaran.

• Setiap hari kita membuat sejumlah keputusan bagaimanamengalokasikan sumber dayauntuk memenuhi berbagai kebutuhan. Contoh: baca koran vs melihat tv, sarapan apa dan dimana, dll.

• Dalam menentukan pilihan harus menyeimbangkan antarapreferensi dan ketersediaan sumber daya. hal ini melahirkan fungsipermintaan.

• Dalam Ekon Konv konsumen diasumsikan selalu bertujuan untukmemperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya.

• Utility secara bahasa berguna (usefulness), membantu (helpfulness) atau menguntungkan (advantage).

• Dalam kontek Ekon utilitas kegunaan barang yang dirasakan olehseorang konsumen ketika mengkonsumsi sebuah barang. Kepuasan danutilitas dianggap sama, meskipun sebenarnya kepuasan adalah akibatyang ditimbulkan oleh utilitas.

• Dalam Ekon Konv (1) konsumen diasumsikan selalu mengiginkantingkat kepuasan yang tertinggi. Barang A dan B, mana yang tertinggi ?.

• (2) Masalah selanjutnya adalah mungkinkah konsumen mengkonsumsibarang tersebut ? dia akan melihat dana atau anggaran yang dimiliki. Kalau ada dan cukup beli, kalau tidak tidak jadi ataumembeli barang lain yang kepuasannya maksimal dan terjangkauanggaran.

Overview Awal (1) Overview Overview AwalAwal (1) (1)

Page 4: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 4

• Beberapa yang perlu dikritisi dari perspektif Konv. diatas: – (1) Penentuan barang dan jasa untuk dikonsumsi didasarkan pada

kriteria kepuasan. Kritik apakah barang dan jasa yang memuaskan selalu identik dengan barang dan jasa yang membawamanfaat atau kebaikan ? Jawabnya belum tentu.

– (2) batasan konsumsi hanya anggaran. Sepanjang ada anggaranmaka akan dikonsumsilah barang tersebut. Kritik sikap sepertiini jelas akan menafikan kepentingan orang lain ataupertimbangan aspek lain seperti kehalalan.

• Prilaku seperti diatas tidak dapat begitu saja diterima oleh Ekon Islam. • Konsumsi yang Islami selalu berpedoman pada ajaran Islam.

Diantaranya: memperhatikan kebutuhan orang lain. Sebagaimanahadits yang menganjurkan membagi makanan untuk tetangga yang mencium aroma masakannya, diharamkan berlebihan sedang tetanggakelaparan.

• Tujuan konsumsi seorang muslim akan lebih mempertimbangkanmaslahah daripada utilitas. pencapaian maslahah merupakantujuan syariah Islam (maqashid syariah) tentu saja harus menjaditujuan kegiatan konsumsi.

• Beberapa yang perlu dikritisi dari perspektif Konv. diatas: – (1) Penentuan barang dan jasa untuk dikonsumsi didasarkan pada

kriteria kepuasan. Kritik apakah barang dan jasa yang memuaskan selalu identik dengan barang dan jasa yang membawamanfaat atau kebaikan ? Jawabnya belum tentu.

– (2) batasan konsumsi hanya anggaran. Sepanjang ada anggaranmaka akan dikonsumsilah barang tersebut. Kritik sikap sepertiini jelas akan menafikan kepentingan orang lain ataupertimbangan aspek lain seperti kehalalan.

• Prilaku seperti diatas tidak dapat begitu saja diterima oleh Ekon Islam. • Konsumsi yang Islami selalu berpedoman pada ajaran Islam.

Diantaranya: memperhatikan kebutuhan orang lain. Sebagaimanahadits yang menganjurkan membagi makanan untuk tetangga yang mencium aroma masakannya, diharamkan berlebihan sedang tetanggakelaparan.

• Tujuan konsumsi seorang muslim akan lebih mempertimbangkanmaslahah daripada utilitas. pencapaian maslahah merupakantujuan syariah Islam (maqashid syariah) tentu saja harus menjaditujuan kegiatan konsumsi.

Overview Awal (2) Overview Overview AwalAwal (2) (2)

Page 5: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 5

1. Kebutuhan dan Keinginan2. Maslahah dan Kepuasan3. Maslahah dan Nilai-nilai EI4. Penentuan dan Pengukuran Maslahah bagi

Konsumen

1. Kebutuhan dan Keinginan2. Maslahah dan Kepuasan3. Maslahah dan Nilai-nilai EI4. Penentuan dan Pengukuran Maslahah bagi

Konsumen

Maslahah dalam KonsumsiMaslahah dalam Konsumsi• Dalam menjelaskan konsumsi kita mengasumsikan konsumen cenderung

untuk memilih barang dan jasa yang memberikan maslahah maksimum. sesuai rasionalitas Islami pelaku ekon selalu ingin meningkatkanmaslahah yang diperoleh. Keyakian adanya hari pembalasan berpengaruhsignifikan terhadap kegiatan konsumsi.

• Kandungan maslahah terdiri dari manfaat dan berkah. Dalam konsumsikonsumen mempertimbangkan manfaat dan berkah ini.

• Manfaat kegiatan konsumsi konsumen mendapatkan pemenuhan kebfisik atau psikis atau material.

• Berkah diperoleh ketika konsumen mengkonsumsi barang/jasa yang halal. Mengkonsumsi yang halal saja kepatuhan pada Allah SWT, karenanya memperoleh pahala pahala ini yang dirasakan sebagaiberkah.

• Berkah negatif dosa dan siksa Allah konsumsi barang haram.• Contoh: dipagi hari melihat TV bisa memilih tayangan berita

bermanfaat atau melihat infotaiment ghibah.

• Dalam menjelaskan konsumsi kita mengasumsikan konsumen cenderunguntuk memilih barang dan jasa yang memberikan maslahah maksimum. sesuai rasionalitas Islami pelaku ekon selalu ingin meningkatkanmaslahah yang diperoleh. Keyakian adanya hari pembalasan berpengaruhsignifikan terhadap kegiatan konsumsi.

• Kandungan maslahah terdiri dari manfaat dan berkah. Dalam konsumsikonsumen mempertimbangkan manfaat dan berkah ini.

• Manfaat kegiatan konsumsi konsumen mendapatkan pemenuhan kebfisik atau psikis atau material.

• Berkah diperoleh ketika konsumen mengkonsumsi barang/jasa yang halal. Mengkonsumsi yang halal saja kepatuhan pada Allah SWT, karenanya memperoleh pahala pahala ini yang dirasakan sebagaiberkah.

• Berkah negatif dosa dan siksa Allah konsumsi barang haram.• Contoh: dipagi hari melihat TV bisa memilih tayangan berita

bermanfaat atau melihat infotaiment ghibah.

Page 6: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 6

Kebutuhan dan KeinginanKebutuhan dan Keinginan• Kenaikan permintaan barang/jasa kehendak orang untuk membeli atau

memiliki faktor kebutuhan atau faktor keinginan.• Kebutuhan segala sesuatu yang harus dipenuhi agar manusia berfungsi

sempurna. Contoh: baju menutup aurat, sepatu pelindung kaki, genting danjendela untuk rumah tinggal, dll.

• Keinginan hasrat atau harapan seseorang yang jika dipenuhi belum tentumeningkatkan kesempurnaan fungsi manusia. Contoh: interior rumah yang indah, sepatu bermerek, pakaian mahal, dll. Keinginan berkaitan denganselera orang dan subjektif.

• Pemenuhan kebutuhan akan memberikan manfaat fisik, spiritual, intelektualatau material. Sedang pemenuhan keinginan akan menambah kepuasan ataumanfaat psikis disamping manfaat lain.

• Jika suatu kebutuhan diinginkan pemnuhan melahirkan maslahahsekaligus kepuasan.

• Pemenuhan kebutuhan tidak dilandasi keinginan hanya memberikanmanfaat saja.

• Jika yang diinginkan tidak dibutuhkan hanya memberi kepuasan saja

• Kenaikan permintaan barang/jasa kehendak orang untuk membeli ataumemiliki faktor kebutuhan atau faktor keinginan.

• Kebutuhan segala sesuatu yang harus dipenuhi agar manusia berfungsisempurna. Contoh: baju menutup aurat, sepatu pelindung kaki, genting danjendela untuk rumah tinggal, dll.

• Keinginan hasrat atau harapan seseorang yang jika dipenuhi belum tentumeningkatkan kesempurnaan fungsi manusia. Contoh: interior rumah yang indah, sepatu bermerek, pakaian mahal, dll. Keinginan berkaitan denganselera orang dan subjektif.

• Pemenuhan kebutuhan akan memberikan manfaat fisik, spiritual, intelektualatau material. Sedang pemenuhan keinginan akan menambah kepuasan ataumanfaat psikis disamping manfaat lain.

• Jika suatu kebutuhan diinginkan pemnuhan melahirkan maslahahsekaligus kepuasan.

• Pemenuhan kebutuhan tidak dilandasi keinginan hanya memberikanmanfaat saja.

• Jika yang diinginkan tidak dibutuhkan hanya memberi kepuasan saja

DipenuhiDibatasi/dikendalikanTuntunan Islam

ObjektifSubjektifSifat

FungsiPreferensi atau seleraUkuran

Manfaat & berkahKepuasanHasil

Fitrah manusiaHasrat (nafsu) manusiaSumber

KebutuhanKeinginanKarakteristik

Page 7: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 7

Maslahah dan KepuasanMaslahah dan Kepuasan

• Jika dilihat kandungan maslahah dari suatu barang/jasa yang terdiri dari manfaat danberkah seolah tampak bahwa manfaat dan kepuasan adalah identik.

• Contoh: – Zaid dan Ahmad dalam keadaan yang sama (rasa lapar dan kesukaan sama), sama-sama sedang

mengkonsumsi daging sapi.– Zaid tidak peduli kehalalan daging sapi, ia konsumsi daging tidak halal. Ahmad sangat taat

perintah Allah, ia hanya konsumsi yang halal (daging yang disembelih dg cara yg sesuai syariat).– Asumsi: daging sapi yang dikonsumsi memiliki kualitas sama.– Dari sini dapat dilihat bahwa manfaat yang diterima Zaid dan Ahmad sama. Namun, maslahah

yang diterima Ahmad lebih besar. Hal ini mengingat maslahah tidak hanya berisi manfaatbarang dan jasa, namun juga terdiri dari berkah yang terkandung dalam barang tersebut.

– Bagi Ahmad yg hanya konsumsi barng yang halal krn patuh pada Allah ia merasa mendapatpahala dan sekaligus merasakan berkah. Seandainya Ahmad khilaf mengkonsumsi haramdia merasa berkah berkurang, karena ada dosa.

– Sedangkan Zaid yg tidak peduli kehalalan barang dia merasa tidak ada perbedaan kepuasandg mengkonsumsi barang halal atau haram. Dalam hal ini kepuasan Zaid tidak bisadikatakan maslahah melainkan hanya utilitas atau manfaat saja.

• Dapat disimpulkan bahwa: Kepuasan akibat dari terpenuhinya suatu keinginan. Maslahah akibat terpenuhinya kebutuhan atau fitrah. Meski demikian terpenuhinyakebutuhan juga akan memberikan kepuasan terutama jika keb itu disadari dandiinginkan.

• Contoh: mengkonsumsi jamu untuk mendapatkan tubuh sehat maka ia akanmendapatkan maslahah fisik, yaitu kesehatan tsb. Jika rasa jamu disukai/diinginkan, maka konsumen merasakan maslahah sekaligus kepuasan. Jika ia tidak suka rasanya, amka ia mendapat maslahah meski tidak mendapat kepuasan.

• Berbeda dg kepuasan yg bersifat individualis, maslahah bisa dirasakan selainkonsumen. Misal ketika konsumen membeli makanan untuk tetangga yg miskin, makamaslahah fisik/psikis akan dinikmati tetangga. Sedang pembeli akan mendapat berkah.

• Jika dilihat kandungan maslahah dari suatu barang/jasa yang terdiri dari manfaat danberkah seolah tampak bahwa manfaat dan kepuasan adalah identik.

• Contoh: – Zaid dan Ahmad dalam keadaan yang sama (rasa lapar dan kesukaan sama), sama-sama sedang

mengkonsumsi daging sapi.– Zaid tidak peduli kehalalan daging sapi, ia konsumsi daging tidak halal. Ahmad sangat taat

perintah Allah, ia hanya konsumsi yang halal (daging yang disembelih dg cara yg sesuai syariat).– Asumsi: daging sapi yang dikonsumsi memiliki kualitas sama.– Dari sini dapat dilihat bahwa manfaat yang diterima Zaid dan Ahmad sama. Namun, maslahah

yang diterima Ahmad lebih besar. Hal ini mengingat maslahah tidak hanya berisi manfaatbarang dan jasa, namun juga terdiri dari berkah yang terkandung dalam barang tersebut.

– Bagi Ahmad yg hanya konsumsi barng yang halal krn patuh pada Allah ia merasa mendapatpahala dan sekaligus merasakan berkah. Seandainya Ahmad khilaf mengkonsumsi haramdia merasa berkah berkurang, karena ada dosa.

– Sedangkan Zaid yg tidak peduli kehalalan barang dia merasa tidak ada perbedaan kepuasandg mengkonsumsi barang halal atau haram. Dalam hal ini kepuasan Zaid tidak bisadikatakan maslahah melainkan hanya utilitas atau manfaat saja.

• Dapat disimpulkan bahwa: Kepuasan akibat dari terpenuhinya suatu keinginan. Maslahah akibat terpenuhinya kebutuhan atau fitrah. Meski demikian terpenuhinyakebutuhan juga akan memberikan kepuasan terutama jika keb itu disadari dandiinginkan.

• Contoh: mengkonsumsi jamu untuk mendapatkan tubuh sehat maka ia akanmendapatkan maslahah fisik, yaitu kesehatan tsb. Jika rasa jamu disukai/diinginkan, maka konsumen merasakan maslahah sekaligus kepuasan. Jika ia tidak suka rasanya, amka ia mendapat maslahah meski tidak mendapat kepuasan.

• Berbeda dg kepuasan yg bersifat individualis, maslahah bisa dirasakan selainkonsumen. Misal ketika konsumen membeli makanan untuk tetangga yg miskin, makamaslahah fisik/psikis akan dinikmati tetangga. Sedang pembeli akan mendapat berkah.

Page 8: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 8

Maslahah dan Nilai-nilai EIMaslahah dan Nilai-nilai EI• Perekonomian Islami akan terwujud jika prinsip dan nilai-nilai Islam diterapkan

secara bersama-sama. Pengabaian salah satunya ekonomi pincang.• Penerapan prinsip EI tanpa nilai hanya akan memberi manfaat duniawi,

sedangkan pelaksanaan keduanya bersamaan melahirkan manfaat dan berkahatau maslahah dunia akhirat.

• Misal; konsumen yang memperhatikan prinsip kecukupan (sufficiency) dalammembeli barang, ia akan beli sejumlah barng/jasa sehingga keb minimalnyatercukupi. tidak peduli atas ketersediaan barang bagi orang lain.

• Contoh: – Dipasar beras misal ada dua konsumen Zaid dan Ahmad, dan terjadi paceklik

sehingga dipasar hanya ada 100 kg. Ahmad dan Zaid biasanya butuh 70 kg per minggu. Jika mereka hanya memikirkan diri sendiri mereka bersaing untukmendapat beras sebanyak2nya. Yang mampu menawar lebih tinggi akanmendapat terbanyak, 70 kg dan sisanya 30 kg. Dalam hal ini Zai dan Ahmad hanya mendapat manfaat 100 kg saja, keduanya hanya akan mendapatkankeberkahan minimal, karena masing-masing tidak memiliki niatan untukberamal ketika melakukan konsumsi.

– Lain halnya kalau mereka berfikir membantu orang lain, denganmempertimbangkan jangan sampai ada konsumen yang terhalang membeliberas. Mereka rela mengorbankan kepentingannya untuk orang lain. Misalahmad hanya membeli 50 kg agar yang Zaid bisa mendapat yang sama. MakaAhmad akan mendapat berkah. Ia mengorbankan manfaat duniawinya. Hal iniakan dilakukan karena besarnya maslahah total dipandang lebih besar dg membeli 50 kg + menolong orang lain, ketimbang membeli 70 kg dg mementingkan diri sendiri.

• Dua contoh tsb menunjukan manfaat dan berkah hanya diperoleh ketika prinsip dannilai Islam diterapkan secara bersama. Keberkahan akan muncul ketika dalamekonomi (konsumsi misalnya) disertai dg niat dan perbuatan baik, spt: menolong, bertindak adil, dll.

• Perekonomian Islami akan terwujud jika prinsip dan nilai-nilai Islam diterapkansecara bersama-sama. Pengabaian salah satunya ekonomi pincang.

• Penerapan prinsip EI tanpa nilai hanya akan memberi manfaat duniawi, sedangkan pelaksanaan keduanya bersamaan melahirkan manfaat dan berkahatau maslahah dunia akhirat.

• Misal; konsumen yang memperhatikan prinsip kecukupan (sufficiency) dalammembeli barang, ia akan beli sejumlah barng/jasa sehingga keb minimalnyatercukupi. tidak peduli atas ketersediaan barang bagi orang lain.

• Contoh: – Dipasar beras misal ada dua konsumen Zaid dan Ahmad, dan terjadi paceklik

sehingga dipasar hanya ada 100 kg. Ahmad dan Zaid biasanya butuh 70 kg per minggu. Jika mereka hanya memikirkan diri sendiri mereka bersaing untukmendapat beras sebanyak2nya. Yang mampu menawar lebih tinggi akanmendapat terbanyak, 70 kg dan sisanya 30 kg. Dalam hal ini Zai dan Ahmad hanya mendapat manfaat 100 kg saja, keduanya hanya akan mendapatkankeberkahan minimal, karena masing-masing tidak memiliki niatan untukberamal ketika melakukan konsumsi.

– Lain halnya kalau mereka berfikir membantu orang lain, denganmempertimbangkan jangan sampai ada konsumen yang terhalang membeliberas. Mereka rela mengorbankan kepentingannya untuk orang lain. Misalahmad hanya membeli 50 kg agar yang Zaid bisa mendapat yang sama. MakaAhmad akan mendapat berkah. Ia mengorbankan manfaat duniawinya. Hal iniakan dilakukan karena besarnya maslahah total dipandang lebih besar dg membeli 50 kg + menolong orang lain, ketimbang membeli 70 kg dg mementingkan diri sendiri.

• Dua contoh tsb menunjukan manfaat dan berkah hanya diperoleh ketika prinsip dannilai Islam diterapkan secara bersama. Keberkahan akan muncul ketika dalamekonomi (konsumsi misalnya) disertai dg niat dan perbuatan baik, spt: menolong, bertindak adil, dll.

Page 9: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 9

Penentuan dan Pengukuran Maslahahbagi Konsumen (1)

Penentuan dan Pengukuran Maslahahbagi Konsumen (1)

• Besarnya berkah yg diperoleh berkaitan langsung dg frekuensi kegiatan. Semakin tinggi frekuensi kegiatan yang ber-maslahah semakin besar pula berkah yang akan diterima pelaku konsumsi.

• Dalam Qur’an Allah menjelaskan seluruh amal akan dibalas setimpal (meskiamal itu kecil sebesar biji sawi) (QS 99:7-8).

• Dg demikian dapat ditafsirkan bahwa maslahah yg diterima perkalianantara pahala dan frekuensi amal tsb. Shg dalam konsumsi, semakin banyakbarang/jasa halal-thayib yang dikonsumsi maka akan semakin besar pula berkah yang diterima.

• Berkah bagi konsumen juga akan berhubungan langsung dg manfaatbarang/jasa yg dikonsumsi hub disini bersifat interaksional, yakni berkahakan dirasakan besar untuk kegiatan yang menghasilkan manfaat yg besarpula, dan sebaliknya.

• Misal : Ahmad yg beli daging sapi yg halal maka ia mendapatkan berkahatas ketaatan ini. Jika ia membeli untuk kebutuhannya, maka manfaatnyameningkat, baik manfaat kesehatan/materialnya maslahah total akanmeningkat. Disini Ahmad akan merasakan berkah yg lebih besar dalampembelian daging sapi.

• Namun sebaliknya, jika daging sapi yg dibeli Ahmad sudah tidak lagi memberitambahan manfaat, maka maslahah total yg ia peroleh akan mulai menurundan disinilah Ahmad akan merasakan berkah total yg semakin menurun.

• Besarnya berkah yg diperoleh berkaitan langsung dg frekuensi kegiatan. Semakin tinggi frekuensi kegiatan yang ber-maslahah semakin besar pula berkah yang akan diterima pelaku konsumsi.

• Dalam Qur’an Allah menjelaskan seluruh amal akan dibalas setimpal (meskiamal itu kecil sebesar biji sawi) (QS 99:7-8).

• Dg demikian dapat ditafsirkan bahwa maslahah yg diterima perkalianantara pahala dan frekuensi amal tsb. Shg dalam konsumsi, semakin banyakbarang/jasa halal-thayib yang dikonsumsi maka akan semakin besar pula berkah yang diterima.

• Berkah bagi konsumen juga akan berhubungan langsung dg manfaatbarang/jasa yg dikonsumsi hub disini bersifat interaksional, yakni berkahakan dirasakan besar untuk kegiatan yang menghasilkan manfaat yg besarpula, dan sebaliknya.

• Misal : Ahmad yg beli daging sapi yg halal maka ia mendapatkan berkahatas ketaatan ini. Jika ia membeli untuk kebutuhannya, maka manfaatnyameningkat, baik manfaat kesehatan/materialnya maslahah total akanmeningkat. Disini Ahmad akan merasakan berkah yg lebih besar dalampembelian daging sapi.

• Namun sebaliknya, jika daging sapi yg dibeli Ahmad sudah tidak lagi memberitambahan manfaat, maka maslahah total yg ia peroleh akan mulai menurundan disinilah Ahmad akan merasakan berkah total yg semakin menurun.

Page 10: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 10

Penentuan dan Pengukuran Maslahahbagi Konsumen (2)

Penentuan dan Pengukuran Maslahahbagi Konsumen (2)

A. Formulasi Maslahah• Dalam Malahah (M) terkandung unsur manfaat (F) dan berkah (B). Dapat ditulis sbb:

M = F + B (4.1)

• Berkah merupakan interaksi antara manfaat (F) dan pahala (P). Sehingga:B = (F) (P) (4.2)

• Adapun pahala total (p) adalah interaksi frekuensi kegiatan (i) dan pahala per unit kegiatan (p), dalam rumus:

P = βip (4.3)

• Dengan mensubsitusi persamaan 4.3 ke persamaan 4.2, maka:B = Fβip (4.4)

• Selanjutnya dilakukan substitusi persamaan 4.4 ke persamaan 4.1, maka diperoleh:M = F + Fβip

• Ekspresi diatas bisa ditulis kembali:M = F (1+ Fβip) (4.5)

• Dari formulasi diatas dapat ditunjukan bahwa ketika pahala suatu kegiatantidak ada(mengkonsumsi barang haram atau barang halal tapi berlebih2an) maka maslahah ygakan diperolah konsumen hanya sebatas manfaat yang dirasakan didunia saja (F). Contoh: judi manfaat dunia: menang atau kepuasan psikis.

• Demikian juga sebaliknya, jika suatu kegiatan sudah tidak memberikan manfaat(duniawi) maka nilai keberkahannya juga tidak ada. Contoh: konsumsi rokok, hanyadapat kepuasan saja. Maslahah yg didapatkan semu atau tidak ada. Hal ini terjadikarena tidak terdapanya manfaat rokok, bahkan terdapat banyak bahaya. Oleh karenaitu Nilai pahala dan keberkahan atas pembelian rokok juga tidak ada.

A. Formulasi Maslahah• Dalam Malahah (M) terkandung unsur manfaat (F) dan berkah (B). Dapat ditulis sbb:

M = F + B (4.1)

• Berkah merupakan interaksi antara manfaat (F) dan pahala (P). Sehingga:B = (F) (P) (4.2)

• Adapun pahala total (p) adalah interaksi frekuensi kegiatan (i) dan pahala per unit kegiatan (p), dalam rumus:

P = βip (4.3)

• Dengan mensubsitusi persamaan 4.3 ke persamaan 4.2, maka:B = Fβip (4.4)

• Selanjutnya dilakukan substitusi persamaan 4.4 ke persamaan 4.1, maka diperoleh:M = F + Fβip

• Ekspresi diatas bisa ditulis kembali:M = F (1+ Fβip) (4.5)

• Dari formulasi diatas dapat ditunjukan bahwa ketika pahala suatu kegiatantidak ada(mengkonsumsi barang haram atau barang halal tapi berlebih2an) maka maslahah ygakan diperolah konsumen hanya sebatas manfaat yang dirasakan didunia saja (F). Contoh: judi manfaat dunia: menang atau kepuasan psikis.

• Demikian juga sebaliknya, jika suatu kegiatan sudah tidak memberikan manfaat(duniawi) maka nilai keberkahannya juga tidak ada. Contoh: konsumsi rokok, hanyadapat kepuasan saja. Maslahah yg didapatkan semu atau tidak ada. Hal ini terjadikarena tidak terdapanya manfaat rokok, bahkan terdapat banyak bahaya. Oleh karenaitu Nilai pahala dan keberkahan atas pembelian rokok juga tidak ada.

Page 11: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 11

B. Pengukuran Maslahah Konsumen (1)B. Pengukuran Maslahah Konsumen (1)• Untuk mengeksplorasi konsep maslahah secara detail, maka disini konsumsi dbedakan

menjadi: (1) konsumsi untuk ibadah (membantu orang lain, wakaf, dll); dan (2) konsumsi untuk memenuhi kebutuhan/keinginan manusia semata (spt kebutuhan sehari-hari).

1. Konsumsi untuk Ibadah• Segala konsumsi atau menggunakan harta di jalan Allah (fii sabilillah). Islam

memberikan pahala sangat besar misal 700 unit untuk setiap kali dilakukan amalkebaikan ini (QS 2:261). Besaran angka ini hanya menunjukan suatu contoh bahwaimbalannya sangat besar.

• Pada tabel 4.2. tersebut terlihat bahwa besarnya maslahah adalah perkalian antarafrekuensi dan pahala. Karena manfaat (duniawi) ibadah ini tidak dinikmati secaralangsung oleh pelakunya maka kandungan maslahah sepenuhnya adalah berkah. Dan nilai keberkahan ini selalu meningkat dg semakin meningkatnya frekuensi amal.

• Untuk mengeksplorasi konsep maslahah secara detail, maka disini konsumsi dbedakanmenjadi: (1) konsumsi untuk ibadah (membantu orang lain, wakaf, dll); dan (2) konsumsi untuk memenuhi kebutuhan/keinginan manusia semata (spt kebutuhan sehari-hari).

1. Konsumsi untuk Ibadah• Segala konsumsi atau menggunakan harta di jalan Allah (fii sabilillah). Islam

memberikan pahala sangat besar misal 700 unit untuk setiap kali dilakukan amalkebaikan ini (QS 2:261). Besaran angka ini hanya menunjukan suatu contoh bahwaimbalannya sangat besar.

• Pada tabel 4.2. tersebut terlihat bahwa besarnya maslahah adalah perkalian antarafrekuensi dan pahala. Karena manfaat (duniawi) ibadah ini tidak dinikmati secaralangsung oleh pelakunya maka kandungan maslahah sepenuhnya adalah berkah. Dan nilai keberkahan ini selalu meningkat dg semakin meningkatnya frekuensi amal.

Tabel 4.2. Maslahah dari Belanja di Jalan Allah

5.6007008

4.9007007

4.2007006

3.5007005

2.8007004

2.1007003

1.4007002

7007001

Maslahah=Berkah (1x2)

Pahala per unit(2)

Frekuensi Kegiatan(1)

Page 12: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 12

B. Pengukuran Maslahah Konsumen (2)B. Pengukuran Maslahah Konsumen (2)2. Konsumsi untuk Duniawi yang diniatkan Ibadah• Ketika kegiatan duniawi diniatkan untuk ibadah maka disamping kegiatan itu akan

memberikan manfaat juga akan memberikan berkah bagi pelakunya.• Sebagai contoh; kegiatan membeli surat khabar yang digunakan untuk kepentingan

pribadi dan umum (keluarga dan tetangga) dan dilakukan secara berulang. Disini selainadanya berkah yang bisa dirasakan ole pelaku karena adanya niat baik, juga adamanfaat yang dirsakan oleh mereka yang ikut memanfaatkan.

• Misal, Zaid membeli surat kabar, maka ia mendapat manfaat informais yg berguna, misal 10. ketika membeli dua surat kabar, ia mendapat tambahan manfaat 8. semakinbanyak tambahan dibeli maka manfaat (info) akan berkurang (lihat kolom 2 tabel 4.3.)

• Ketika Zaid membelinya diniatkan Ibadah, maka ia mendapat berkah. Misal pahalnya 27, maka maslahah yang akan diterima zaid penjumlahan manfaat dan berkah. Maslahahmeningkat ketika konsumsi dlm batas dibolehkan dan tidak berlebihan (israf). Ketikaisraf berkah akan turun nol atau negatif dan total maslahah yang diperoleh menurun.

2. Konsumsi untuk Duniawi yang diniatkan Ibadah• Ketika kegiatan duniawi diniatkan untuk ibadah maka disamping kegiatan itu akan

memberikan manfaat juga akan memberikan berkah bagi pelakunya.• Sebagai contoh; kegiatan membeli surat khabar yang digunakan untuk kepentingan

pribadi dan umum (keluarga dan tetangga) dan dilakukan secara berulang. Disini selainadanya berkah yang bisa dirasakan ole pelaku karena adanya niat baik, juga adamanfaat yang dirsakan oleh mereka yang ikut memanfaatkan.

• Misal, Zaid membeli surat kabar, maka ia mendapat manfaat informais yg berguna, misal 10. ketika membeli dua surat kabar, ia mendapat tambahan manfaat 8. semakinbanyak tambahan dibeli maka manfaat (info) akan berkurang (lihat kolom 2 tabel 4.3.)

• Ketika Zaid membelinya diniatkan Ibadah, maka ia mendapat berkah. Misal pahalnya 27, maka maslahah yang akan diterima zaid penjumlahan manfaat dan berkah. Maslahahmeningkat ketika konsumsi dlm batas dibolehkan dan tidak berlebihan (israf). Ketikaisraf berkah akan turun nol atau negatif dan total maslahah yang diperoleh menurun.

Tabel 4.3. Maslahah dari Membeli Surat Kabar yang Halal dg Niat Ibadah

27

27

27

27

27

27

27

27

Pahala per unitp

(3)

216

189

162

135

108

81

54

27

Total pahalaP

(4) = (1)x(3)

30

32

32

30

28

24

18

10

ManfaatF

(2)

651064808

608060487

521651846

408040505

305230244

196819443

9909722

2802701

MaslahahM=F+B

(6)= (2)+(5)

BerkahB

(5)= (2)x(4)

Frek.Kegiatan

(1)

Page 13: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 13

B. Pengukuran Maslahah Konsumen (3)B. Pengukuran Maslahah Konsumen (3)3. Konsumsi Pribadi dg Niat Ibadah• Kegiatan konsumsi barang/jasa yang dihalalkan atau mubah bisa berubahmenjadi sunah

ketika ditujukan untuk hal yg benar dinilai ibadah dan mendapt berkah.• Sebaliknya jika kegiatan ini tidak diniatkan secara benar menimbulkan kerugian pada

diri sendiri atau orang lain tidak dinilai ibadah.• Kegiatan pembelian es krim misalnya bisa dinilai suanh ketika ditujukan untuk

mendapatkan manfaat dan diniatkan untuk mendapat ridla dari Allah.• Sebagai ilustrasi berikut digambarkan maslahah yg diperoleh dari kegiatan konsumsi

yg halal memberikan manfaat (bisa berbentuk gizi yg berguna bagi kesehatan) danmendapatkan pahal sangat kecil yaitu satu unit per kegiatan.

3. Konsumsi Pribadi dg Niat Ibadah• Kegiatan konsumsi barang/jasa yang dihalalkan atau mubah bisa berubahmenjadi sunah

ketika ditujukan untuk hal yg benar dinilai ibadah dan mendapt berkah.• Sebaliknya jika kegiatan ini tidak diniatkan secara benar menimbulkan kerugian pada

diri sendiri atau orang lain tidak dinilai ibadah.• Kegiatan pembelian es krim misalnya bisa dinilai suanh ketika ditujukan untuk

mendapatkan manfaat dan diniatkan untuk mendapat ridla dari Allah.• Sebagai ilustrasi berikut digambarkan maslahah yg diperoleh dari kegiatan konsumsi

yg halal memberikan manfaat (bisa berbentuk gizi yg berguna bagi kesehatan) danmendapatkan pahal sangat kecil yaitu satu unit per kegiatan.

Tabel 4.4. Maslahah dari Membeli Es Krim yg Halal dg Niat Ibadah

1

1

1

1

1

1

1

1

Pahala per unitp

(3)

8

7

6

5

4

3

2

1

Total pahalaP

(4) = (1)x(3)

150

163

163

148

130

105

75

40

ManfaatF

(2)

1.3501.2008

1.3041.1417

1.1419786

8887405

6505204

4203153

2251502

80401

MaslahahM=F+B

(6)= (2)+(5)

BerkahB

(5)= (2)x(4)

Frek.Kegiatan

(1)

Page 14: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 14

B. Pengukuran Maslahah Konsumen (4)B. Pengukuran Maslahah Konsumen (4)4. Konsumsi Pribadi Tanpa Niat Ibadah• Kegiatan konsumsi barang/jasa yang dihalalkan atau mubah bisa berubahmenjadi sunah

ketika ditujukan untuk hal yg benar dinilai ibadah dan mendapt berkah.• Sebaliknya jika kegiatan ini tidak diniatkan secara benar menimbulkan kerugian pada

diri sendiri atau orang lain tidak dinilai ibadah.• Kegiatan pembelian es krim tanpa diiringi tujuan yang jelas maka tidak dinilai

ibadah.• Pahala oleh orang yang bersangkutan adalah nol.• Dalam tabel 4.5 terlihat bahwa maslahah yang muncul dari kegiatan konsumsi itu

hanya sebesar manfaat yang dirsakan oleh orang yang melakukan kegiatan tsb. karena kegiatan konsumsi tidak diniatkan ibadah kepada Allah SWT.

4. Konsumsi Pribadi Tanpa Niat Ibadah• Kegiatan konsumsi barang/jasa yang dihalalkan atau mubah bisa berubahmenjadi sunah

ketika ditujukan untuk hal yg benar dinilai ibadah dan mendapt berkah.• Sebaliknya jika kegiatan ini tidak diniatkan secara benar menimbulkan kerugian pada

diri sendiri atau orang lain tidak dinilai ibadah.• Kegiatan pembelian es krim tanpa diiringi tujuan yang jelas maka tidak dinilai

ibadah.• Pahala oleh orang yang bersangkutan adalah nol.• Dalam tabel 4.5 terlihat bahwa maslahah yang muncul dari kegiatan konsumsi itu

hanya sebesar manfaat yang dirsakan oleh orang yang melakukan kegiatan tsb. karena kegiatan konsumsi tidak diniatkan ibadah kepada Allah SWT.

Tabel 4.5. Maslahah dari Membeli Es Krim yg Halal tanpa Niat Ibadah

0

0

0

0

0

0

0

0

Pahala per unitp

(3)

0

0

0

0

0

0

0

0

Total pahalaP

(4) = (1)x(3)

150

163

163

148

130

105

75

40

ManfaatF

(2)

15008

16307

16306

14805

13004

10503

7502

4001

MaslahahM=F+B

(6)= (2)+(5)

BerkahB

(5)= (2)x(4)

Frek.Kegiatan

(1)

Page 15: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 15

B. Pengukuran Maslahah Konsumen (5)B. Pengukuran Maslahah Konsumen (5)

5. Konsumsi Barang Haram• Perbuatan haram menimbulkan dosa sebagai hukuman bagi pelaku. Hukuman tersebut

dapat dinilai sebagai nilai negatif dari pahala.• Sebagai konsekuensi dari sifat Maha pemurah Allah, perbuatan haram “hanya”

dikenakan hukuman (dosa) sebesar satu. Hal ini diekspresikan sebagai pahal yang besarnya -1. Sehingga hasil maslahah akhirnya akan negatif.

5. Konsumsi Barang Haram• Perbuatan haram menimbulkan dosa sebagai hukuman bagi pelaku. Hukuman tersebut

dapat dinilai sebagai nilai negatif dari pahala.• Sebagai konsekuensi dari sifat Maha pemurah Allah, perbuatan haram “hanya”

dikenakan hukuman (dosa) sebesar satu. Hal ini diekspresikan sebagai pahal yang besarnya -1. Sehingga hasil maslahah akhirnya akan negatif.

Tabel 4.6. Maslahah dari Konsumsi Barang/Jasa yang Haram

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

Pahala per unitp

(3)

-8

-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

Total pahalaP

(4) = (1)x(3)

150

163

163

148

130

105

75

40

ManfaatF

(2)

-1050-1.2008

-978-1.1417

-815-9786

-692-7405

-390-5204

-210-3153

-75-1502

0-401

MaslahahM=F+B

(6)= (2)+(5)

BerkahB

(5)= (2)x(4)

Frek.Kegiatan

(1)

Page 16: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 16

C. Karakteristik Manfaat dan Berkahdalam Konsumsi

C. Karakteristik Manfaat dan Berkahdalam Konsumsi

• Ketika konsumen membeli barang/jasa akan mendapatkan kepuasandan/atau maslahah. Kepuasan bisa diperoleh memenuhi keinginna baikkebutuhan maupun kebutuhan semu. Keb semu ketidaktahuan kebutuhanyg sesungguhnya. (contoh: penyedap rasa makanan yg sesungguhnyaberbahaya.

• Maslahah muncul ketika kebutuhn riil terpenuhi. bisa jangka pendek atau jkpanjang.

• Maslahah yg diperoleh konsumen ketika membeli barang:1. Manfaat material tambahan harta akibat pembelian. Bisa hg murah,

discount, murah biaya transportasi dll.2. Manfaat fisik dan psikis terpenuhinya keb phisik atau psikis spt; rasa

lapar, haus, kesehatan dll.3. Manfaat intelektual info, pengetahuan dll.4. Manfaat terhadap lingkungan (intra generation) eksternalitas positif,

memberi manfaat pada gernasi yg sama (contoh: membeli mobilberkapasitas penumpang besar)

5. Manfaat jangka panjang geneasi kedepan, bio-gas, bio-energy lainnya.

• Kegiatan konsumsi barang/jasa yang halal dan bermanfaat (thayib) akanmemberikan berkah bagi konsumen. Jika:

1. Bukan barang haram babi, darah, bangkai, binatang disembelihtidak sesuai syariah, perjudian, zina, riba dan barang najis ataumerusak.

2. Tidak berlebih-lebihan (israf) dalam konsmusi.3. Diniatkan untuk mendapatkan ridha Allah

• Ketika konsumen membeli barang/jasa akan mendapatkan kepuasandan/atau maslahah. Kepuasan bisa diperoleh memenuhi keinginna baikkebutuhan maupun kebutuhan semu. Keb semu ketidaktahuan kebutuhanyg sesungguhnya. (contoh: penyedap rasa makanan yg sesungguhnyaberbahaya.

• Maslahah muncul ketika kebutuhn riil terpenuhi. bisa jangka pendek atau jkpanjang.

• Maslahah yg diperoleh konsumen ketika membeli barang:1. Manfaat material tambahan harta akibat pembelian. Bisa hg murah,

discount, murah biaya transportasi dll.2. Manfaat fisik dan psikis terpenuhinya keb phisik atau psikis spt; rasa

lapar, haus, kesehatan dll.3. Manfaat intelektual info, pengetahuan dll.4. Manfaat terhadap lingkungan (intra generation) eksternalitas positif,

memberi manfaat pada gernasi yg sama (contoh: membeli mobilberkapasitas penumpang besar)

5. Manfaat jangka panjang geneasi kedepan, bio-gas, bio-energy lainnya.

• Kegiatan konsumsi barang/jasa yang halal dan bermanfaat (thayib) akanmemberikan berkah bagi konsumen. Jika:

1. Bukan barang haram babi, darah, bangkai, binatang disembelihtidak sesuai syariah, perjudian, zina, riba dan barang najis ataumerusak.

2. Tidak berlebih-lebihan (israf) dalam konsmusi.3. Diniatkan untuk mendapatkan ridha Allah

Page 17: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 17

1. Hukum Penurunan Utilitas Marginal• Dalam IE Konv dikenal adanya hkum mengenai

penurunan utilitas marginal (law of diminishing marginal utility).

• Jika konsumsi berulang-ulang nilai tambahankepuasan dari konsumsi berikutnya semakin menurun.

1. Hukum Penurunan Utilitas Marginal• Dalam IE Konv dikenal adanya hkum mengenai

penurunan utilitas marginal (law of diminishing marginal utility).

• Jika konsumsi berulang-ulang nilai tambahankepuasan dari konsumsi berikutnya semakin menurun.

Hukum Utilitas dan Maslahah (1)Hukum Utilitas dan Maslahah (1)

Tabel 4.7. Frekuensi Konsumsi, Utilitas Total, dan Marginal

-2308

0327

2326

2305

4284

6243

8182

-101

Utilitas Marginal(3)

Utilitas Total(2)

Frekuensi Kegiatan(1)

Page 18: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 18

• Hukum mengenai penurunan utilitas marginal tidak selamanya berlaku padamaslahah. Maslahah dalam konsumsi tidak seluruhnya dapat dirasakan secaralangsung. Manfaat dunia bisa dirasakan langsung, sedang berkah meningkat sesuaifrekuensi kegiatan dan pahalanya tidak pernah menurun.

• Maslahah dunia meningkat sesuai frekuensi, tetapi pada level tertentu akanmengalami penurunan. Hal ini karena kebutuhan manusia terbatas.

a. Maslahah Marginal dari Ibadah Mahdhah• Maslahah marginal (MM) dari ibadah mahdhah adalah konstan. Maka dengan ini

seorang konsumen mukmin tidak akan mengalami kebosanan dalam melakukannya. Ini terlihat dari MM dari kegiatan ini yang konstan (tabel 4.8) tidak mengalamipenurunan seperti halnya pada kasus utilitas.

• Hukum mengenai penurunan utilitas marginal tidak selamanya berlaku padamaslahah. Maslahah dalam konsumsi tidak seluruhnya dapat dirasakan secaralangsung. Manfaat dunia bisa dirasakan langsung, sedang berkah meningkat sesuaifrekuensi kegiatan dan pahalanya tidak pernah menurun.

• Maslahah dunia meningkat sesuai frekuensi, tetapi pada level tertentu akanmengalami penurunan. Hal ini karena kebutuhan manusia terbatas.

a. Maslahah Marginal dari Ibadah Mahdhah• Maslahah marginal (MM) dari ibadah mahdhah adalah konstan. Maka dengan ini

seorang konsumen mukmin tidak akan mengalami kebosanan dalam melakukannya. Ini terlihat dari MM dari kegiatan ini yang konstan (tabel 4.8) tidak mengalamipenurunan seperti halnya pada kasus utilitas.

2. Hukum Mengenai Maslahah (1)2. Hukum Mengenai Maslahah (1)

Tabel 4.8. Maslahah dari Ibadah Mahdhah

700

700

700

700

700

700

700

700

Marginal Maslahah

5.600

4.900

4.200

3.500

2.800

2.100

1.400

700

Maslahah=Berkah (1x2)

7008

7007

7006

7005

7004

7003

7002

7001

Pahala per unit(2)

Frekuensi Kegiatan(1)

Page 19: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 19

2. Hukum Mengenai Maslahah (2)2. Hukum Mengenai Maslahah (2)

b. Maslahah Marginal dari Konsumsi Halal• Menurut islam, melakukan keg konsumsi akan bisa menimbulkan dosa atau

pahala tergantung niat, proses, dan produk yg dikonsumsi.• Dengan adanya aspek ibadah dalam konsumsi, maka keg tsb akan dirasa

mendatangkan berkah. Hal ini dapat dideteksi dari adanya pahala akibat keg tsb. • Dalam kasus ini diasumsikan konsumen yg bersangkutan memperhatikan

sepenuhnya kehadiran maslahah (maslahah aware) sehingga coefficient of awareness (δ) adalah sama dengan 1 (satu).

b. Maslahah Marginal dari Konsumsi Halal• Menurut islam, melakukan keg konsumsi akan bisa menimbulkan dosa atau

pahala tergantung niat, proses, dan produk yg dikonsumsi.• Dengan adanya aspek ibadah dalam konsumsi, maka keg tsb akan dirasa

mendatangkan berkah. Hal ini dapat dideteksi dari adanya pahala akibat keg tsb. • Dalam kasus ini diasumsikan konsumen yg bersangkutan memperhatikan

sepenuhnya kehadiran maslahah (maslahah aware) sehingga coefficient of awareness (δ) adalah sama dengan 1 (satu).

Tabel 4.9. Maslahah Marginal dari Kegiatan Muamalah Halal

27

27

27

27

27

27

27

27

Pahala per unit(p)

216

189

162

135

108

81

54

27

Total pahala(βip)

30

32

32

30

28

24

18

10

Manfaat(F)

43065108

86460807

113652166

102840805

108430524

97819683

7109902

-2801

Maslahah Marginal (MM)MaslahahF*(1+Fβip)

Frek. Kegiatan(βi)

Page 20: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 20

2. Hukum Mengenai Maslahah (3)2. Hukum Mengenai Maslahah (3)Perbandingan Maslahah Marginal antara Kondisi yang Peduli dan Tidak Peduli Maslahah.• Tabel 4.10. menunjukan bahwa manfaat marginal dan maslahah marginal keduanya

sama-sama mengalami penurunan. Manfaat marginal tidak peduli (marginal utility) diperoleh dari tabel 4.7 kolom 3, dan maslahah marginal diperoleh dari tabel 4.9 kolom 6.

• Keberadaan berkah dalam kegiatan konsumsi telah mampu mewarnai maslahah yang ada: bahwa meskipun maslahah marginal bagi konsumen yg peduli berkah inimengalami penurunan sebagaimana konsumen yg tidak peduli, namun tingkatpenurunan lebih lamban.

• Hal ini bisa dilihat pada tabel 4.10 bahwa pada frekuensi yang ke-8, manfaatmarginal telah berubah menjadi negatif, sementara itu tidak demikian denganmaslahah marginal; pada frekuensi tersebut maslahah marginal nilainya masih tinggi(positif).

Perbandingan Maslahah Marginal antara Kondisi yang Peduli dan Tidak Peduli Maslahah.• Tabel 4.10. menunjukan bahwa manfaat marginal dan maslahah marginal keduanya

sama-sama mengalami penurunan. Manfaat marginal tidak peduli (marginal utility) diperoleh dari tabel 4.7 kolom 3, dan maslahah marginal diperoleh dari tabel 4.9 kolom 6.

• Keberadaan berkah dalam kegiatan konsumsi telah mampu mewarnai maslahah yang ada: bahwa meskipun maslahah marginal bagi konsumen yg peduli berkah inimengalami penurunan sebagaimana konsumen yg tidak peduli, namun tingkatpenurunan lebih lamban.

• Hal ini bisa dilihat pada tabel 4.10 bahwa pada frekuensi yang ke-8, manfaatmarginal telah berubah menjadi negatif, sementara itu tidak demikian denganmaslahah marginal; pada frekuensi tersebut maslahah marginal nilainya masih tinggi(positif).

Tabel 4.10. Perbandingan Maslahah Marginal antara Kondisi yang Peduli dan Tidak Peduli Maslahah.

-2

0

2

2

4

6

8

-

Manfaat Marginal (MM)Tak Peduli

30

32

32

30

28

24

18

10

Manfaat(F)

4308

8647

11366

10285

10844

9783

7102

-1

Maslahah Marginal (MM)

Peduli

Frek. Kegiatan(βi)

Page 21: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 21

2. Hukum Mengenai Maslahah (4)2. Hukum Mengenai Maslahah (4)

Maslahah Marginal Konsumsi Barang Haram• Perbuatan haram menimbulkan dosa sebagai hukuman bagi pelaku. Hukuman tersebut

dapat dinilai sebagai nilai negatif dari pahala.• Dalam Islam dilarang adanyan substitusi maupun komplementari antara barang yang

haram dengan barang yang halal. • Oleh karena itu tingkat maslahah yang ditimbulkan dari mengkonsumsi barang harm

adalah selalu negatif dan menurun dengan semakin seringnya barang haram dikonsumsi, sebagaimana tabel 4.11.

Maslahah Marginal Konsumsi Barang Haram• Perbuatan haram menimbulkan dosa sebagai hukuman bagi pelaku. Hukuman tersebut

dapat dinilai sebagai nilai negatif dari pahala.• Dalam Islam dilarang adanyan substitusi maupun komplementari antara barang yang

haram dengan barang yang halal. • Oleh karena itu tingkat maslahah yang ditimbulkan dari mengkonsumsi barang harm

adalah selalu negatif dan menurun dengan semakin seringnya barang haram dikonsumsi, sebagaimana tabel 4.11.

Tabel 4.6. Maslahah dari Konsumsi Barang/Jasa yang Haram

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

Pahala per unitp

(3)

-8

-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

Total pahalaP

(4) = (1)x(3)

150

163

163

148

130

105

75

40

ManfaatF

(2)

-73-10508

-163-9787

-223-8156

-202-6925

-180-3904

-135-2103

-75-752

001

Maslahah Marginal (MM)

MaslahahF*(1+Fβip)

Frek.Kegiatan

(1)

Page 22: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 22

Preferensi terhadap Maslahah (1)Preferensi terhadap Maslahah (1)• Dalam bahasan sebelumnya belum mengakomodasi preferensi konsumen terhadap

maslahah. Baru membahas yang peduli dan tidak peduli dg maslahah.• Untuk membahas bagaimana perilaku konsumen dalam kaitannya dengan preferensi

mereka, maka perlu dilakukan sedikit modifikasi lagi terhadap formulasi maslahah padapersamaan 4.5. dengan memasukkan koefisien perhatian δ (coefficient of awareness) dan juga memasukkan koefisien preferensi γ (coefficient of preference):

M = F (1+ Fβip) (4.5)M = F (1+ Fβip)δ (4.6)

• Nilai δ besarnya adalah 0 dan 1, dengan menutup kemungkinan nilai diantara dua kutubtsb. Jika konsumen unware terhadap maslahah maka besarnya δ adalah 0 dansebaliknya jika perhatian penuh 1.

• Jika konsumen tidak peduli sama sekali maka persamaan 4.6 bisa ditulis:M = F (1+ Fβip)0

M = F • Hal ini menunjukan bahwa nilai maslahah yang dirasakan oleh konsumen hanya sebatas

manfaat (F) saja. Mereka tidak bisa merasakan kehadiran maslahah, hal ini berlaku baikuntuk yg halal maupun haram.

M = F (1+ Fβip)δy (4.7)• Koefisien preferensi (coefficient of preference), γ menunjukkan preferensi seorang

konsumen terhadap maslahah yang ada dg kisaran iali y adalah : 0 < y < 2. jikakonsumen menyukai maslahah, maka nilai y adalah satu atau lebih. Sebaliknya kalautidak/kurang suka, maka nilai y akan kurang dari satu. Semakin kurang suka maka nilaiy semakin kecil.

• Dalam bahasan sebelumnya belum mengakomodasi preferensi konsumen terhadapmaslahah. Baru membahas yang peduli dan tidak peduli dg maslahah.

• Untuk membahas bagaimana perilaku konsumen dalam kaitannya dengan preferensimereka, maka perlu dilakukan sedikit modifikasi lagi terhadap formulasi maslahah padapersamaan 4.5. dengan memasukkan koefisien perhatian δ (coefficient of awareness) dan juga memasukkan koefisien preferensi γ (coefficient of preference):

M = F (1+ Fβip) (4.5)M = F (1+ Fβip)δ (4.6)

• Nilai δ besarnya adalah 0 dan 1, dengan menutup kemungkinan nilai diantara dua kutubtsb. Jika konsumen unware terhadap maslahah maka besarnya δ adalah 0 dansebaliknya jika perhatian penuh 1.

• Jika konsumen tidak peduli sama sekali maka persamaan 4.6 bisa ditulis:M = F (1+ Fβip)0

M = F • Hal ini menunjukan bahwa nilai maslahah yang dirasakan oleh konsumen hanya sebatas

manfaat (F) saja. Mereka tidak bisa merasakan kehadiran maslahah, hal ini berlaku baikuntuk yg halal maupun haram.

M = F (1+ Fβip)δy (4.7)• Koefisien preferensi (coefficient of preference), γ menunjukkan preferensi seorang

konsumen terhadap maslahah yang ada dg kisaran iali y adalah : 0 < y < 2. jikakonsumen menyukai maslahah, maka nilai y adalah satu atau lebih. Sebaliknya kalautidak/kurang suka, maka nilai y akan kurang dari satu. Semakin kurang suka maka nilaiy semakin kecil.

Page 23: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 23

Preferensi terhadap Maslahah (2)Preferensi terhadap Maslahah (2)• Bisa dilihat kasus dimana konsumen tidak menyukai maslahah, diannggap besarnya y

sama dengan 0. dan karena dia tidak menyukai maka koefisien perhatian δ nya juga 0. Maka hasilnya adalah tabel 4.12. (di excel)

• Kasus dimana konsumen kurang menyukai maslahah, diannggap besarnya y sama dengan0,5. dan karena dia meski kurang menyukai maka koefisien perhatian δ nya juga 1. Makahasilnya adalah tabel 4.13. (di excel)

• Kasus dimana konsumen menyukai maslahah, diannggap besarnya y tepat sama dengan 1. dan karena dia menyukai maka koefisien perhatian δ nya juga 1. Maka hasilnya adalahtabel 4.14. (di excel)

• Kasus dimana konsumen sangat menyukai maslahah, diannggap besarnya y lebih besardari satu yaitu 1,5. dan karena dia menyukai maka koefisien perhatian δ nya juga 1. Maka hasilnya adalah tabel 4.15. (di excel)

• Maka kemudian dapat dilihat pengaruh dari adanya preferensi terhadap maslahah danmaslahah marginal.

• Bisa dilihat kasus dimana konsumen tidak menyukai maslahah, diannggap besarnya y sama dengan 0. dan karena dia tidak menyukai maka koefisien perhatian δ nya juga 0. Maka hasilnya adalah tabel 4.12. (di excel)

• Kasus dimana konsumen kurang menyukai maslahah, diannggap besarnya y sama dengan0,5. dan karena dia meski kurang menyukai maka koefisien perhatian δ nya juga 1. Makahasilnya adalah tabel 4.13. (di excel)

• Kasus dimana konsumen menyukai maslahah, diannggap besarnya y tepat sama dengan 1. dan karena dia menyukai maka koefisien perhatian δ nya juga 1. Maka hasilnya adalahtabel 4.14. (di excel)

• Kasus dimana konsumen sangat menyukai maslahah, diannggap besarnya y lebih besardari satu yaitu 1,5. dan karena dia menyukai maka koefisien perhatian δ nya juga 1. Maka hasilnya adalah tabel 4.15. (di excel)

• Maka kemudian dapat dilihat pengaruh dari adanya preferensi terhadap maslahah danmaslahah marginal.

Tabel 4.16.Perbandingan Maslahah Marginal di antara berbagai Preferensi Terhadap Maslahah

1

33

59

58

75

84

81

-

MMY=0,5

430

864

1136

1028

1084

978

710

-

MMY=1

-2

0

2

2

4

6

8

-

MMY=0

120918

172147

190136

157175

140434

104793

58602

-1

MMY=1,5

Frek.Kegiatan

Page 24: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 24

Preferensi terhadap Maslahah (3)Preferensi terhadap Maslahah (3)

• Tabel 4.16. menunjukkan bahwa preferensi terhadap maslahah betapapunkecilnya, mampu memperpanjang horizon preferensi. Sebagai akibanyarentang kegiatan akan semakin panjang.

• Dari perbandingan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin konsumenpeduli terhadap keberadaan berkah dalam konsumsi maka tingkatkejenuhan maslahah yang akan ia terima semakin rendah. Semakinkonsumen meyakini bahwa kegiatan konsumsinya akan mendatangkanimbalan pahala, maka ia akan tidak mudah jenuh atau bosan terhadap yang dikonsumsinya, meski secara fisik ia tidak lagi melihat adanya manfaat yang diperolehnya.

• Tabel 4.16. menunjukkan bahwa preferensi terhadap maslahah betapapunkecilnya, mampu memperpanjang horizon preferensi. Sebagai akibanyarentang kegiatan akan semakin panjang.

• Dari perbandingan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin konsumenpeduli terhadap keberadaan berkah dalam konsumsi maka tingkatkejenuhan maslahah yang akan ia terima semakin rendah. Semakinkonsumen meyakini bahwa kegiatan konsumsinya akan mendatangkanimbalan pahala, maka ia akan tidak mudah jenuh atau bosan terhadap yang dikonsumsinya, meski secara fisik ia tidak lagi melihat adanya manfaat yang diperolehnya.

Hukum Penguatan Kegiatan dari Maslahah

Keberadaan berkah akan memperpanjang rentang kegiatankonsumsi.

Konsumen yang merasakan adanya maslahah dan menyukainyaakan tetap rela melakukan suatu kegiatan meskipun manfaat

dari kegiatan tersebut bagi dirinya sudah tidak ada.

Hukum Penguatan Kegiatan dari Maslahah

Keberadaan berkah akan memperpanjang rentang kegiatankonsumsi.

Konsumen yang merasakan adanya maslahah dan menyukainyaakan tetap rela melakukan suatu kegiatan meskipun manfaat

dari kegiatan tersebut bagi dirinya sudah tidak ada.

Page 25: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 25

Dalam dunia nyata setiap pelaku ekonomi selalu harusmengambil keputusan dalam mengkonsumsi barang/jasa. Hal ini berimplikasi pada penggunaan barang lain, olehkarena itu perlu dilihat:

1. Keterkaitan Antar Barang2. Hubungan Antarbarang yang Dilarang

Islam3. Hubungan Antarbarang dalam Islam4. Permintaan Konsumen

Dalam dunia nyata setiap pelaku ekonomi selalu harusmengambil keputusan dalam mengkonsumsi barang/jasa. Hal ini berimplikasi pada penggunaan barang lain, olehkarena itu perlu dilihat:

1. Keterkaitan Antar Barang2. Hubungan Antarbarang yang Dilarang

Islam3. Hubungan Antarbarang dalam Islam4. Permintaan Konsumen

Keseimbangan KonsumenKeseimbangan Konsumen

Page 26: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 26

Pilihan konsumsi dipengaruhi oleh keterkaitan antara dua barang danpreferensi konsumen. Hub antar barang :

1. Komplemen ketika konsumsi barang A kemungkinan untukkonsumsi barang B. Contoh: komputer & hardisk.

• Komplementaris sempurna harus, contoh: Mobil dg BBM, ban luar dg ban dalam, tinta printer dg kertas.

• Komplementaris dekat kemungkinan besar konsumsi yg lain, contoh: sepatu dg kaus kaki, teh dg gula.

• Komplementaris jauh rendah, contoh: sabun cuci dg softener 2. Substitusi hub keduanya negatif, adanya pergantian antar barang.

Pergantian ini bisa disebabkan oleh ketersedian atau harga. Contoh: minyak tanah dg gas, teh dg kopi.

• Substitusi sempurna bisa ditukar tanpa mengurangi kepuasankonsumen, contoh: gula lokal vs impor.

• Substitusi dekat fungsi keduanya mampu menggantikanlainnya, contoh: printer canon dg hawlett packard, Windows dg Linux, daging sapi dg ayam, dll.

• Substitusi jauh mengganti dg barang lain hanya dalam kondisiterpaksa, contoh: nasi dg roti (bagi kebanyak orang Indonesia).

3. Independen tidak ada kaitan

• Domain konsumsi jenis hub yg dieksplorasi disini adalah hub ygsifatnya substitute, komplemen juga akan ditampilkan

Pilihan konsumsi dipengaruhi oleh keterkaitan antara dua barang danpreferensi konsumen. Hub antar barang :

1. Komplemen ketika konsumsi barang A kemungkinan untukkonsumsi barang B. Contoh: komputer & hardisk.

• Komplementaris sempurna harus, contoh: Mobil dg BBM, ban luar dg ban dalam, tinta printer dg kertas.

• Komplementaris dekat kemungkinan besar konsumsi yg lain, contoh: sepatu dg kaus kaki, teh dg gula.

• Komplementaris jauh rendah, contoh: sabun cuci dg softener 2. Substitusi hub keduanya negatif, adanya pergantian antar barang.

Pergantian ini bisa disebabkan oleh ketersedian atau harga. Contoh: minyak tanah dg gas, teh dg kopi.

• Substitusi sempurna bisa ditukar tanpa mengurangi kepuasankonsumen, contoh: gula lokal vs impor.

• Substitusi dekat fungsi keduanya mampu menggantikanlainnya, contoh: printer canon dg hawlett packard, Windows dg Linux, daging sapi dg ayam, dll.

• Substitusi jauh mengganti dg barang lain hanya dalam kondisiterpaksa, contoh: nasi dg roti (bagi kebanyak orang Indonesia).

3. Independen tidak ada kaitan

• Domain konsumsi jenis hub yg dieksplorasi disini adalah hub ygsifatnya substitute, komplemen juga akan ditampilkan

Keterkaitan Antar BarangKeterkaitan Antar Barang

Page 27: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 27

• Hukum islam menegaskan tidak dimungkinkan adanya substitusi antarabarang haram dan barang halal, kecuali dalam kondisi darurat.

• Islam melarang adanya penggantian (substiusi) dari barang atau transaksi yghalal dg barng atau transaksi haram. Komplementaritas antara barnag haramdan barang halal juga dilarang.

• Hukum islam menegaskan tidak dimungkinkan adanya substitusi antarabarang haram dan barang halal, kecuali dalam kondisi darurat.

• Islam melarang adanya penggantian (substiusi) dari barang atau transaksi yghalal dg barng atau transaksi haram. Komplementaritas antara barnag haramdan barang halal juga dilarang.

Hubungan Antarbarang yang Dilarang Islam

Hubungan Antarbarang yang Dilarang Islam

Halal0

Haram

Halal0

Haram

Grafik. Hub Substitusi yg Mustahil Grafik. Hub Komplementer yg Mustahil

Page 28: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 28

• Grafik ini merupakan sebuah garis yg bermpit dg sumbu horizontal (dicetakbiru). Penafsiran dari garis ini: berapapun jumlah barang halal yg dikonsumsimaka jml brg haram yg dikonsumsi adalah tetap nol. Maknanya barang ahramtidak pernah dikonsumsi dalam situasi yg bagaimanapun.

• Domain konsumsi dlm Islam hanya barang halal

• Grafik ini merupakan sebuah garis yg bermpit dg sumbu horizontal (dicetakbiru). Penafsiran dari garis ini: berapapun jumlah barang halal yg dikonsumsimaka jml brg haram yg dikonsumsi adalah tetap nol. Maknanya barang ahramtidak pernah dikonsumsi dalam situasi yg bagaimanapun.

• Domain konsumsi dlm Islam hanya barang halal

Hubungan Antarbarang dalam Islam (1)Hubungan Antarbarang dalam Islam (1)

Halal0

Haram

Grafik. Hub Barang Halal-Haram dlm Islam

Page 29: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 29

• Sehingga hub komplemen dan substitusi barang hanya untuk barang halal.• Kurva 1 mencerminkan hub komplementaris sempurna antar dua barang yg halal yg

menghasilkan tingkat maslahah sama. Semakin tinggi kombinasi semakin besarmaslahah yg diperoleh.

• Kurva 2 yg mencerminkan tingkat maslahah yg sama atas kombinasi dua barang halal.

• Sehingga hub komplemen dan substitusi barang hanya untuk barang halal.• Kurva 1 mencerminkan hub komplementaris sempurna antar dua barang yg halal yg

menghasilkan tingkat maslahah sama. Semakin tinggi kombinasi semakin besarmaslahah yg diperoleh.

• Kurva 2 yg mencerminkan tingkat maslahah yg sama atas kombinasi dua barang halal.

Hubungan Antarbarang dalam Islam (1)Hubungan Antarbarang dalam Islam (1)

Halal0

Haram

Grafik 1. Hub Komplementer dlm Islam

Halal0

Haram

Grafik 2. Hub Substitusi Antarbarang Halal

Page 30: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 30

• Bagaimana hubungan dua buah barang yang sama-sama halal, tetapi dengan kandungan berkahyang berbeda. Kandungan berkah menjadi sangat penting dalam pertimbangan konsumenMukmin. Mengingat konsumen menaruh perhatian pada maslahah sebagai jalan menujufalah.

• Dengan membandingkan antardua barang halal substitusi, maka konsumen Mukminmempertimbangkan jumlah maslahah total yang akan diperolehnya paling tinggi.

• Secara intuitif dpt disimpulkan bahwa jika terdapat peningkatan maslahah pada barang/jasamaka permintaan akan barang tsb akan meningkat (dg menganggap faktor lain tidak berubah.

• Jika terjadi kenaikan harga suatu barang konsumen merasa ada penurunan manfaat material konsumen akan mengurangi tingkat pembelian barang/jasanya untuk tetap mempertahankan

maslahah yg diterima. Tetapi jika ada perubahan manfaat phisik/psikis atau keberkahanmaka konsumen melihat maslahah totalnya.

• Hal tsb tergantung pada perbandingan antara perubahan maslahah (manfaat/keberkahannya) atas barang tsb dan perubahan harganya. Hal ini bisa dirumuskan:

MFA + MBA = MFB + MBB (4.8)PA PB

MMA = MMB (4.9)PA PB

• Persamaan diatas menyiratkan jika harga barang A dan barang B adalah sama makakonsumen akan mengkonsumsi barang tsb sejumlah tertentu sehingga tambahan maslahahuntuk kedua jenis brg adalah sama

• Bagaimana hubungan dua buah barang yang sama-sama halal, tetapi dengan kandungan berkahyang berbeda. Kandungan berkah menjadi sangat penting dalam pertimbangan konsumenMukmin. Mengingat konsumen menaruh perhatian pada maslahah sebagai jalan menujufalah.

• Dengan membandingkan antardua barang halal substitusi, maka konsumen Mukminmempertimbangkan jumlah maslahah total yang akan diperolehnya paling tinggi.

• Secara intuitif dpt disimpulkan bahwa jika terdapat peningkatan maslahah pada barang/jasamaka permintaan akan barang tsb akan meningkat (dg menganggap faktor lain tidak berubah.

• Jika terjadi kenaikan harga suatu barang konsumen merasa ada penurunan manfaat material konsumen akan mengurangi tingkat pembelian barang/jasanya untuk tetap mempertahankan

maslahah yg diterima. Tetapi jika ada perubahan manfaat phisik/psikis atau keberkahanmaka konsumen melihat maslahah totalnya.

• Hal tsb tergantung pada perbandingan antara perubahan maslahah (manfaat/keberkahannya) atas barang tsb dan perubahan harganya. Hal ini bisa dirumuskan:

MFA + MBA = MFB + MBB (4.8)PA PB

MMA = MMB (4.9)PA PB

• Persamaan diatas menyiratkan jika harga barang A dan barang B adalah sama makakonsumen akan mengkonsumsi barang tsb sejumlah tertentu sehingga tambahan maslahahuntuk kedua jenis brg adalah sama

Permintaan Konsumen (1)Permintaan Konsumen (1)

Page 31: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 31

• Persamaan diatas menyiratkan jika harga barang A dan barang B adalah samamaka konsumen akan mengkonsumsi barang tsb sejumlah tertentu sehinggatambahan maslahah untuk kedua jenis brg adalah sama.

• Sebagai konsekuensi jika harga A eningkat tanpa diikuti oleh peningkatan maslahahatas brg tsb (MMAtetap) konsumen akan kurangi konsumsi brg A danmeningkatkan jml konsumsi brg B, shg tambahan maslahah akan brg B akanmenurun.

• Jika kenaikan hg brg A disertai dg adanya kenaikan keberkahan atas brg tsbmaka belum tentu konsumen akan menurunkan jml brg A yg dibelinya. Contoh : kenaikan brg pada hari raya permintaan naik naiknya manfaat dan/atauberkah brg tsb.

• Persamaan diatas menyiratkan jika harga barang A dan barang B adalah samamaka konsumen akan mengkonsumsi barang tsb sejumlah tertentu sehinggatambahan maslahah untuk kedua jenis brg adalah sama.

• Sebagai konsekuensi jika harga A eningkat tanpa diikuti oleh peningkatan maslahahatas brg tsb (MMAtetap) konsumen akan kurangi konsumsi brg A danmeningkatkan jml konsumsi brg B, shg tambahan maslahah akan brg B akanmenurun.

• Jika kenaikan hg brg A disertai dg adanya kenaikan keberkahan atas brg tsbmaka belum tentu konsumen akan menurunkan jml brg A yg dibelinya. Contoh : kenaikan brg pada hari raya permintaan naik naiknya manfaat dan/atauberkah brg tsb.

Permintaan Konsumen (2)Permintaan Konsumen (2)

Page 32: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 32

• Dibawah ini disajikan contoh numerik dimana konsumenmenghadapi dua pilihan barang A dan barang B.

• Barang A

• Dibawah ini disajikan contoh numerik dimana konsumenmenghadapi dua pilihan barang A dan barang B.

• Barang A

Permintaan Konsumen (3)Permintaan Konsumen (3)

Tabel 4.17. Maslahah Marginal Per Rupiah Barang A

3.6959509168

3.88625012167

2

6

14

16

18

19

20

-

Marginal Manfaat(3)

50

50

50

50

50

50

50

-

Marginal Berkah(4)

16

16

16

16

16

16

16

16

Harga(2)

3.255210

3.50569

4.00646

4.13665

4.25684

4.31693

4.38702

--1

Maslahah Marginal (MM)Per Rupiah

6=5/2

Marginal Maslahah5=(3+4)

Jml. Konsumsi(1)

Page 33: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 33

• Barang B.• Menurut data tabel 4.17 dan 4.18, konsumen akan mencari angka dalam kolom terakhir

yang sama kondisi/persyaratan pada persamaan 4.9. bertepatn pada jumlah konsumsibarang A = 4, dan B = 7 menjadi pedoman bagi konsumen untuk memperoleh maslahahmaksimum.

• Penambahan atau pengurangan konsumsi thdp kedua barang tsb selain jumlah diatasmaka akan menghasilkan maslahah suboptimal kondisi optimal disebut sbg kondisikeseimbangan konsumen.

• Barang B.• Menurut data tabel 4.17 dan 4.18, konsumen akan mencari angka dalam kolom terakhir

yang sama kondisi/persyaratan pada persamaan 4.9. bertepatn pada jumlah konsumsibarang A = 4, dan B = 7 menjadi pedoman bagi konsumen untuk memperoleh maslahahmaksimum.

• Penambahan atau pengurangan konsumsi thdp kedua barang tsb selain jumlah diatasmaka akan menghasilkan maslahah suboptimal kondisi optimal disebut sbg kondisikeseimbangan konsumen.

Permintaan Konsumen (4)Permintaan Konsumen (4)

Tabel 4.18. Maslahah Marginal Per Rupiah Barang B

3.83887018238

4.00927022237

9

14

25

28

31

33

35

-

Marginal Manfaat(3)

70

70

70

70

70

70

70

-

Marginal Berkah(4)

23

23

23

23

23

23

23

23

Harga(2)

3.437910

3.65849

4.13956

4.26985

4.391014

4.481033

4.571052

--1

Maslahah Marginal (MM)Per Rupiah

6=5/2

Marginal Maslahah5=(3+4)

Jml. Konsumsi(1)

Page 34: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 34

Permintaan Konsumen (5)Permintaan Konsumen (5)• Bagaimana kalau terjadi perubahan diluar kontrol konsumen harga barang A naik dari 16

menjadi 17 (yg lain cateris paribus) maka semua menjadi berubah kalau konsumen tidakmelakukan perubahan pada konsumsi brg A maka persyaratan persamaan 4.9 tidak bisadipenuhi konsumen tidak lagi berada pada maslahah optimal.

• Konsumen akan selalu menjaga agar maslahah yg diterima selalu optimum konsumen harusmengatur ulang konsumsi terutama jumlah barang yg dikonsumsi. Lihat tabel 4.19.

• Konsumen tersebut akan bisa menemukan nilai yang kembali memnuhi syarat persamaan 4.9. mengkonsumsi barang A = 4 dan B = 7 maslahah optimum pasca kenaikan barng A.

• Konsumsi konsumen turun dari 6 menjadi 4 akibat langsung dari usaha konsumen ygselalu berusaha memperoleh maslahah yg optimum

• Bagaimana kalau terjadi perubahan diluar kontrol konsumen harga barang A naik dari 16 menjadi 17 (yg lain cateris paribus) maka semua menjadi berubah kalau konsumen tidakmelakukan perubahan pada konsumsi brg A maka persyaratan persamaan 4.9 tidak bisadipenuhi konsumen tidak lagi berada pada maslahah optimal.

• Konsumen akan selalu menjaga agar maslahah yg diterima selalu optimum konsumen harusmengatur ulang konsumsi terutama jumlah barang yg dikonsumsi. Lihat tabel 4.19.

• Konsumen tersebut akan bisa menemukan nilai yang kembali memnuhi syarat persamaan 4.9. mengkonsumsi barang A = 4 dan B = 7 maslahah optimum pasca kenaikan barng A.

• Konsumsi konsumen turun dari 6 menjadi 4 akibat langsung dari usaha konsumen ygselalu berusaha memperoleh maslahah yg optimum

Tabel 4.19. Maslahah Marginal Per Rupiah Barang A setelah Kenaikan Harga

3.4759509178

3.65625012177

2

6

14

16

18

19

20

-

Marginal Manfaat

(3)

50

50

50

50

50

50

50

-

Marginal Berkah

(4)

17

17

17

17

17

17

17

17

Harga(2)

3.065210

3.29569

3.76646

3.88665

4.00684

4.06693

4.12702

--1

Maslahah Marginal (MM)Per Rupiah

6=5/2

Marginal Maslahah5=(3+4)

Jml. Konsumsi(1)

Page 35: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 35

• Berdasarkan paparan diatas terlihat ketika harga barang A naik sementara yg lain konstan maka jumlah barang yg dikonsumsi harus turun. Hal ini yg melahirkanhukum permintaan yg berbunyi:

Jika harga suatu barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah barang yg diminta turun; demikian jg sebaliknya.

• ceteris paribus menganggap hal lain tidak berubah spt: tingkat berkah, tingkatmanfaat, tingkat pendapatan, preferensi dsb. Jika satu dari hal 2 lain berubah, makahukum permintaan tidak lagi berlaku.

• Grafik dibawah menjelaskan akibat naiknya brg A, permintaannya menjadi turunmenjadi 4 dari 6.

• Hal ini tidak sekedar kebetulan, namun kurva demand ini memang merupakan hasilakhir dari proses optimasi maslahah.

• Berdasarkan paparan diatas terlihat ketika harga barang A naik sementara yg lain konstan maka jumlah barang yg dikonsumsi harus turun. Hal ini yg melahirkanhukum permintaan yg berbunyi:

Jika harga suatu barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah barang yg diminta turun; demikian jg sebaliknya.

• ceteris paribus menganggap hal lain tidak berubah spt: tingkat berkah, tingkatmanfaat, tingkat pendapatan, preferensi dsb. Jika satu dari hal 2 lain berubah, makahukum permintaan tidak lagi berlaku.

• Grafik dibawah menjelaskan akibat naiknya brg A, permintaannya menjadi turunmenjadi 4 dari 6.

• Hal ini tidak sekedar kebetulan, namun kurva demand ini memang merupakan hasilakhir dari proses optimasi maslahah.

Hukum Permintaan danPenurunan Kurva Permintaan

Hukum Permintaan danPenurunan Kurva Permintaan

Demand

Quantity A0

Price A

4

17A

6

16B

Page 36: Teori Konsumsi Islami

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 36

Wallahu’alam bishawabJazakumullah Khoiron Katsiraa

Wallahu’alam bishawabJazakumullah Khoiron Katsiraa