Download - TENTIR 1 PENGINDERAAN

Transcript

TENTIR I

Dengan Menyebut Nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

TENTIR IMODUL PENGINDERAAN

1. Anatomi Sistem Penginderaan Nola Rizal ................................... 1-92. Histologi Sistem Penginderaan A. Sonia dan M. A. Kevin K....... 9-143. Fisiologi Sistem Penginderaan (2) M. Faris Afif......................... 15-224. Aspek Biokimia Mata Rara Agung Rengganis ........................... 22-25

Seksi Pendidikan 2008 Tingkat III

1. Anatomi Sistem Penginderaan Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Anatomi penginderaan akan membahas: struktur anatomi mata dan telinga, jaras penglihatan, pendengaran dan keseimbangan, pengecap, dan penghidu.

1.1. PenghiduFungsi penghidu dijalankan oleh hidung. Struktur anatomis hidung tidak akan dibahas lagi karena sudah pernah dikuliahkan saat modul respirasi. Sekarang, yang akan dijelaskan hanya mengenai jaras penghidu.

Secara anatomis, reseptor penghidu terletak pada konka nasalis superior rongga hidung. Reseptor penghidu tersebut terdapat dalam kelompok sel yang disebut epitel olfaktori. Dilihat secara histologis, epitel olfaktori terdiri atas 3 jenis sel, yaitu sel olfaktori, sel basal, dan sel penyokong. Sel olfaktori merupakan reseptor penghidu yang dimaksudkan. Sel olfaktori merupakan sel saraf khusus yang berbentuk bipolar. Sel ini memiliki dua penjuluran (prosesus), yaitu prosesus sentral dan perifer. Prosesus sentral nantinya akan bersinaps dengan sel-sel pada bulbus olfaktori, di mana prosesus ini terlebih dahulu menembus lamina kribrosa os etmoidalis sebelum mencapai bulbus. Prosesus sentralis inilah yang akan membentuk serabut saraf olfaktorius. Prosesus perifer memiliki silia-silia pendek atau rambut-rambut olfaktori yang menembus ke dalam mukus yang menutupi permukaan membran mukosa.

Di dalam bulbus olfaktorius terdapat beberapa tipe sel, tipe sel yang terbesar adalah sel mitral. Serabut-serabut nervus olfaktorius yang datang akan bersinaps dengan dendrit sel-sel mitral dan membentuk daerah berbentuk bulat yang disebut glomeruli sinaptik. Sel-sel saraf yang lebih kecil disebut sel rumbai (tufted cell) dan sel granular yang juga bersinaps dengan dendrit-dendrit sel mitral. Selain itu, bulbus olfaktorius juga menerima akson-akson dari bulbus olfaktorius kontralateral melalui traktus olfaktorius.

Setelah bulbus olfaktorius, struktur lain yang terdapat di dalam otak yang juga merupakan bagian dari jaras olfaktori adalah traktus olfaktorius. Traktus olfaktorius merupakan pita substansia alba yang sempit dan berjalan dari ujung posterior bulbus olfaktorius di bawah permukaan inferior lobus frontalis otak. Pita ini terdiri dari akson sentral sel mitral dan sel rumbai dan beberapa serabut sentrifugal dari bulbus olfaktorius sisi kontralateral.

Ketika traktus olfaktorius masuk sampai di substansia perforata anterior, traktus ini terbagi menjadi dua yaitu stria olfaktori medialis dan lateralis. Stria olfaktori lateralis membawa akson-akson ke area olfaktorius korteks serebri yang disebut area periamigdaloidea dan area prepiriformis. Stria olfaktorius medialis membawa serabut yang menyilang bidang median di dalam komisura anterior dan berjalan ke bulbus olfaktorius kontralateral.

Area periamigdaloidea dan prepiriformis korteks serebri umumnya dikenal sebagai korteks olfaktori primer. Area entorrhinal (area 28) girus parahippokampalis yang menerima banyak hubungan dari korteks olfaktorius primer disebut korteks olfaktorius sekunder. Area-area korteks tersebut berfungsi mengapresiasikan sensasi penghidu. Tidak seperti semua jaras sensorik lain. Jaras aferen olfaktorius hanya memiliki dua neuron dan mencapai korteks serebri tanpa bersinaps dengan nuklei di thalamus.

Korteks olfaktorius primer mengirimkan serabut-serabut saraf ke berbagai pusat lainnya di dalam otak untuk membentuk hubungan untuk respons emosi dan otonom terhadap sensasi penghidu.

1.2. PengecapFungsi pengecapan dilaksanakan oleh lidah. Terdapat empat reseptor pengecap pada lidah yaitu manis, asin, asam, dan pahit. Sel reseptor pengecap adalah sel-sel epitel termodifikasi. Fungsi sensorik lidah diinervasi oleh tiga jenis saraf kranial yaitu N VII, N IX, dan N X. N VII mempersarafi 2/3 anterior lidah, N IX mempersarafi 1/3 bagian posterior lidah, dan N X mempersarafi bagian pangkal lidah. Ketiga serabut saraf ini akan masuk ke medula oblongata dan bersinaps dengan nukleus solitarius. Serabut ini lalu menyilang dan selanjutnya akan bersinaps dengan nuklei Ventral Postero Medial di thalamus. Dari thalamus selanjutnya akan masuk ke korteks gustatorius pada lobus parietal.

1.3. Penglihatan

1.3.1. Struktur Anatomi MataMata terdiri dari bola mata dan organ aksesoris. Organ aksesoris mata terdiri dari alis mata, bulu mata, dan kelopak mata.

Berikut adalah beberapa struktur yang dapat dilihat pada struktur eksternal mata:- Kantus medial dan lateral : merupakan sudut di medial dan lateral mata yang merupakan pertemuan palpebra superior dan inferior.- Sklera : bagian putih pada mata yang ditutupi oleh konjungtiva, di daerah depan membentuk kornea yang berwarna transparan.- Koroid : lapisan tengah mata yang mengandung pembuluh darah dan pigmen dan di bagian depan mata membentuk iris.- Iris : bagian bola mata yang berwarna.- Pupil : bagian tengah iris, menghubungkan ruang anterior dan posterior mata.- Fisura palpebralis : celah antara palpebra superior dan inferior.- Di kantus medial ada karunkula lakrimal tempat keluarnya air mata, mengalir ke hidung lewat duktus nasolakrimal.(untuk struktur lainnya bisa dilihat di slide, struktur yang dijelaskan di sini adalah yang disebutkan pas kuliah)

Kalau kulit di sekitar mata dibuka, maka akan terlihat m. orbikularis okuli yang mengelilingi mata. Otot ini terdiri dari pars orbitalis dan pars palpebralis, di nasal otot ini difiksasi oleh ligamentum palpebralis medial. Kalau otot m. orbikularis okuli dibuka akan terlihat ligamen dan lempeng kelopak mata yang disebut tarsus (superior dan inferior). Di samping itu, juga akan terlihat tendon m. levator palpebra superior.

Pendarahan kelopak mata : dari arteri fasialis, arteri temporalis superfisial, arteri infraorbitalis. Kelenjar lakrimal dipendarahi oleh oleh a lakrimalis . Persarafan kelopak mata dan kelenjar lakrimal n infraorbitalis, n lakrimalis. Foramen infraorbitalis: masuk dan keluarnya arteri dan vena infraorbitalis serta nervus infraorbitalis. (nama pembuluh darah dan nervus yang menginervasi kelopak mata lihat gambar untuk keterangan lebih lengkap)

Kelenjar lakrimal : terletak superolateral kelopak mata, mata kita mengedip, mengalirkan sisi mata dari lateral ke medial, selanjutnya keluar melalui kanalikuli lakrimalis superior dan inferior, lalu ke sakus lakrimalis, lalu turun melalui duktus nasolakrimalis, keluar melalui meatus inferior hidung. Kelenjar lakrimal memeluk tendon m. levator palpebra superior . untuk persarafannya, kelenjar lakrimal punya komponen sensorik simpatis dan parasimpatis preganglionik dan postganglionik.

Orbita adalah rongga berbentuk piramid dengan basis di depan dan apeks di belakang. Margo orbitalis dibentuk di sebelah atas oleh os frontalis yang bertakik atau berlubang untuk tempat lewatnya arteri, vena, dan nervus supraorbitalis. Margo lateralis dibentuk oleh prosesus os frontalis dan os zigomatikum. Margo infraorbitalis dibetuk oleh os zigomatikum dan maksila, sedangkan margo medialis dibentuk oleh prosesus os maksila dan os frontalis.

Atap orbita dibentuk oleh pars orbitalis os frontalis, yang memisahkan orbita dari fossa krania anterior dan lobus frontalis hemisfer serebri. Dinding lateral dibentuk oleh os zigomatikum dan ala mayor os sphenoidalis. Dasar orbita dibentuk oleh fasies orbitalis os maksila, yang memisahkan orbita dari sinus maksilaris. Dinding medial dari depan ke belakang terdiri atas: prosesus frontalis os maksila, os lakrimalis, lamina orbitalis os ethmoidalis, dan korpus os sphenoidalis. Jadi dapat disimpulkan, tulang-tulang yang membentuk rongga orbita secara umum adalah: os frontalis, os maksila, os zigomatikum, os ethmoidalis, os sphenoidalis, dan os lakrimalis.

Informasi dari rekaman kuliah (setelah slide tulang-tulang pembentuk rongga orbita) : Origo otot penggerak bola mata berjejer membentuk cincin tendo. Otot-otot ini nanti mengapit nervus optikus dan arteri oftalmika. Sumbu bola mata miring, begitu juga otot-ototnya, jadi aksisnya miring, sehingga beberapa gerakan bola mata dapat terjadi.

Bola mata : secara umum terdiri dari 1/5 anterior dan 4/5 posterior dibatasi lensa. Daerah posterior disebut ruang postrema berisi jel. Daerah anterior dibagi dua yaitu kamera okuli anterior dan posterior yang berisi cairan (akuos humor).

Lapisan bola mata. Lapisan paling luar: sklera ke depan membentuk kornea yang transparan (fibrosa), lapisan tengah (vaskular ): koroid di depan membentuk korpus siliaris dan iris. Korpus siliaris terdiri dari : muskulus dan prosesus, dan dihubungkan ke lensa melalui zonula jaringan ikat. Lapisan paling dalam (neuralis) : retina yang sensitif cahaya, bagian depan retina yang tidak sensitif cahaya disebut ora serata .

Bola mata dipendarahi arteri sentralis retina masuk melalui diskus optikus, menyebar untuk mendarahi retina. Diskus optikus tempat keluarnya nervus optikus. Sedikit menjauhi diskus optikus ditemukan fovea sentralis yang merupakan daerah sangat sensitif cahaya, sedangkan diskus optikus tidak dapat menerima cahaya (blind spot). Koroid mendapat pendarahan dari cabang arteri oftalmika (a. siliaris posterior longus brevis). Kornea dan lensa avaskular mendapat nutrisi dari akuos humor. Aliran akuos humor adalah dari kamera okuli posterior kamera okuli anterior kanal Schlemm. Aliran normal ini berfungsi untuk mempertahankan tekanan bola mata.

Otot-otot pada mata dapat dibagi menjadi tiga bagian:- Orbita, terdiri dari: m. orbikularis okuli, m. levator palpebra, dan m. tarsus superior.- Ekstraokular, terdiri dari: mm. rekti (superior, inferior, medial, lateral) dan mm. oblikus (superior, inferior). Persarafan otot-otot ini diatur oleh N III (rekti superior, rektus inferior, rektus medial, dan oblikus inferior), N IV (oblikus superior), dan N VI (rektus lateral). - Okular yang berfungsi mengontrol bentuk lensa dan ukuran pupil, terdiri dari: m. siliaris, m. sfingter pupillae, m. dilator pupillae. Otot-otot okular ini merupakan jenis otot polos yang persarafannya diatur oleh cabang parasimpatis N III (m. sfingter pupillae dan m. siliaris ) dan saraf simpatis dari ganglion servikalis superior (m. dilator pupillae).

1.3.2. Gerakan Bola Mata

1.3.2.1. Gerakan Bola Secara Anatomi- Adduksi : memerlukan gerakan rektus medial, rektus superior, ke arah nasal, serabut miring lebih banyak ke tengah, dan rektus inferior.- Abduksi: memerlukan rektus lateral dan oblikus inferior dan superior.- Elevasi: rektus superior dan oblikus inferior.- Depresi: rektus inferior dan oblikus superior.- Intorsi: gerakan memutar mata ke arah dalam : oleh gerakan rektus superior dan oblikus superior, serabut-serabutnya ke medial.- Ekstorsi : gerakan memutar ke arah luar : rektus inferior dan oblikus inferior.

1.3.2.2. Gerakan Konjugat Bola MataMata kanan dan kiri bergerak bersamaan sesuai dengan arah penglihatan.Contoh : melihat ke kanan mata kanan : rektus lateralis, mata kiri : rektus medialis. Melihat ke kiri atas mata kiri : rektus lateralis dan rektus superior, mata kanan : rektus medialis dan oblikus superior (keterangan lebih jelas silakan lihat slide).

1.3.3. Jaras PenglihatanSerabut-serabut nervus optikus adalah akson-akson sel di lapisan ganglionik retina. Keluar sebagai nervus optikus melalui diskus optikus. Nervus optikus meninggalkan rongga orbita melalui kanalis optikus dan bergabung dengan nervus optikus sisi kontralateral untuk membentuk kiasma optikum. Di dalam kiasma optikum, serabut dari setengah bagian sisi nasal setiap retina menyilang garis tengah dan masuk ke traktus optikus kontralateral, sedangkan serabut-serabut dari setengah bagian temporal setiap retina berjalan ke posterior di dalam traktus optikus yang sama.

Traktus optikus muncul dari kiasma optikum dan berjalan ke arah posterolateral di sekitar pedunkulus serebri. Sebagian besar serabut bersinaps dengan sel-sel saraf di dalam korpus genikulatum laterale. Beberapa serabut menuju ke nukleus pretektalis dan kolikulus superior mesensefalon serta mengurus refleks cahaya. Akson-akson sel saraf di dalam korpus genikulatum keluar dan membentuk radiasio optika. Serabut saraf ini kemudian berjalan ke arah posterior melalui bagian retrolentikularis kapsula interna dan berakhir di korteks visual (area 17).

Berikut beberapa gangguan lapang pandang yang disebabkan oleh lesi-lesi pada lintasan optikus:

1) Buta sirkumferensial sisi kanan akibat neuritis retrobulbar.2) Buta total mata kanan akibat putusnya nervus optikus kanan.3) Hemianopia nasalis kanan akibat lesi parsial pada sisi kanan kiasma optikum.4) Hemianopia bitemporalis akibat lesi total kiasma optikum.5) Hemianopia temporalis kiri dan hemianopia kanan akibat lesi pada traktus optikus kanan.6) Hemianopia temporalis kiri dan hemianopia nasalis kanan akibat lesi pada radiasio optika.7) Hemianopia temporalis kiri dan hemianopia nasalis kanan akibat lesi pada korteks visual kanan.

Sebetulnya di mata kita, objek diterima terpisah-pisah dan terbalik, sampai di korteks visual diterjemahkan menjadi satu gambar yang utuh.

1.3.4. Refleks-refleks Visual

1.3.4.1. Refleks AkomodasiJika kedua mata diarahkan dari objek yang jauh ke objek dekat, kontraksi m. rektus medialis menimbulkan konvergensi sumbu-sumbu okular, lensa menebal untuk meningkatkan kekuatan refraksi melalui kontraksi m. siliaris, pupil berkonstriksi untuk membatasi gelombang cahaya yang menuju bagian sentral lensa yang paling tebal. Impuls aferen berjalan melalui nervus optikus, korpus genikulatum laterale, dan radiasio optika menuju korteks visual. Korteks visual berhubungan dengan lapang pandang korteks frontalis. Dari sini, serabut-serabut kortikal berjalan turun melalui kapsula interna ke nuklei nervus III di mesensefalon. Nervus III berjalan ke m. rektus medialis. Beberapa serabut kortikal bersinaps dengan nuklei parasimpatis (nuklei Edinger-Westphal) nervus III pada kedua sisi. Di sini serabut-serabut bersinaps dan saraf parasimpatis berjalan melalui saraf kranial III menuju gangliaon siliaris di dalam orbita. Akhirnya, serabut sarat parasimpatis postganglionik berjalan melalui nervus siliaris brevis ke m. siliaris dan m. konstriktor pupil.

1.3.4.2. Refleks Cahaya Langsung dan KonsensualJika salah satu sinar dipancarkan ke salah satu mata, normalnya pupil kedua mata akan berkonstriksi. Konstriksi pupil akibat terkena sinar disebut refleks cahaya langsung; konstriksi pupil kontralateral walaupun tidak ada sinar yang mengenai mata disebut refleks cahaya konsensual. Impuls aferen berjalan melalui nervus optikus, kiasma optikum, dan traktus optikus. Di sini, beberapa serabut meninggalkan traktus optikus dan bersinaps dengan sel-sel saraf di nukleus pretektalis, yang terletak di dekat kolikulus superior. Impuls diteruskan oleh akson sel pretektalis ke nuklei parasimpatis (nuklei Edinger-Westphal) nervus III pada kedua sisi. Di sini serabut-serabut bersinaps dan saraf parasimpatis berjalan melalui saraf kranialis III dan menuju ganglion siliaris di dalam orbita. Akhirnya, serabut saraf parasimpatis postganglionik berjalan melalui nervus siliaris brevis ke bola mata dan m. konstriktor pupil iris. Kedua pupil berkonstriksi pada refleks cahaya konsensual karena nukleus pretektalis mengirimkan serabut-serabut ke nuklei parasimpatis kedua sisi mesensefalon.

1.3.4.3. Refleks KorneaSentuhan halus pada kornea atau konjungtiva mengakibatkan kelopak mata berkedip. Impuls aferen dari kornea atau konjungtiva berjalan melalui divisi oftalmika nervus trigeminus ke nukleus sensorius nervi trigemini. Neuron internunsial menghubungkannya dengan nukleus motorik nervus fasialis kedua sisi melalui fasikulus longitudinalis medialis. Nervus fasialis dan cabang-cabangnya mempersarafi m. orbikularis okuli, yang menimbulkan gerakan menutup mata.

1.3.4.4. Refleks Visual Tubuh Gerakan pemantauan otomatis mata dan kepala terjadi saat membaca. Gerakan automatis mata, kepala, dan leher ke arah stimulus visual, serta gerakan proteksi dengan menutup mata. Bahkan, gerakan mengangkat lengan untuk melindungi merupakan aktivitas refleks yang melibatkan lengkung refleks berikut. Impuls visual berjalan melalui nervus optikus, kiasma optikum, dan traktus optikus ke kolikulus superior. Di sini impuls diteruskan ke traktus tektospinalis dan tektobulbaris serta ke neuron kornu snterior substansia grisea medula spinalis dan nuklei saraf kranial.

1.4. Pendengaran dan Keseimbangan

1.4.1. Struktur Anatomi TelingaTelinga adalah organ sensorik yang dikhususkan untuk melaksanankan dua fungsi yang berbeda, yaitu fungsi pendengaran dan keseimbangan. Secara anatomis, telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar yang terdiri dari daun telinga (pinna/aurikular), saluran telinga luar (meatus akustikus eksternus), dan gendang telinga (membran timpani) serta telinga tengah yang dibentuk oleh tiga tulang pendengaran (maleus/martil, inkus/landasan, stapes/sanggurdi) hanya berfungsi untuk pendengaran, sebaliknya telinga dalam berfungsi baik untuk pendengaran maupun keseimbangan. Fungsi pendengaran dijalankan oleh bagian telinga dalam yang disebut koklea, sedangkan fungsi keseimbangan dijalankan oleh apparatus vestibular (kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus).

Telinga tengah (kavum timpani) adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh membran mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani ke perilimfe di telinga dalam. Telinga tengah berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan nasofaring melalui tuba auditorium dan dibelakang dengan antrum mastoideum. Telinga tengah memiliki atap, lantai, dinding anterior, posterior, dinding lateral, dan dinding medial.

Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang disebut tegmen timpani yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lantai dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang mungkin tidak lengkap dan mungkin sebagian diganti jaringan fibrosa. Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan telinga tengah dengan a. karotis interna. Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dua buah saluran. Saluran yang lebih besar menuju tuba auditiva, saluran yang lebih kecil masuk ke dalam saluran m. tensor timpani. Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat sebuah lubang besar berbentuk kerucut, sempit, kecil, disebut piramis. Dari puncak piramis ini keluar tendo m. stapedius. Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani. Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan oleh lengkung pertama koklea yang ada di bawahnya.

Membran timpani adalah membran fibrosa yang berwarna kelabu mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium maleus. Bila membran terkena cahaya otoskop, bagian cekungan ini menghasilkan kerucut cahaya, yang memancar ke anterior dan inferior umbo. Membran timpani berbentuk bulat. Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur ini, yaitu sulkus timpanikus, di bagian atasnya berbentuk insisura. Dari sisi insisura ini berjalan dua plika yaitu plika malearis anterior dan posterior yang menuju ke prosesus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang dibatasi oleh plika-plika tersebut lemas dan disebut pars flaksid. Bagian yang lainnya yang tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah permukaan dalam membran timpani oleh membran mukosa. Membran timpani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh n. aurikulotemporalis dan ramus aurikulus n vagus.

1.4.2. Jaras Pendengaran dan Jaras Keseimbangan

1.4.2.1. Jaras PendengaranNervus koklearis memberikan impuls saraf yang berkaitan dengan suara dari organ Corti di dalam koklea. Serabut-serabut nervus koklearis merupakan prosesus sentralis sel-sel saraf di dalam ganglion spiralis koklea. Semua masuk ke dalam permukaan anterior batang otak pada pinggir bawah pons di sisi lateral dari tempat keluarnya nervus fasialis dan dipisahkan darinya oleh nervus vestibularis. Pada saat memasuki pons, serabut-serabut saraf terbagi dua, satu cabang masuk ke dalam nukleus koklearis posterior dan cabang yang lain masuk ke dalam nukleus koklearis anterior. Nuklei koklearis anterior dan posterior terletak di permukaan pedunkulus serebelaris inferior. Nukleus tersebut menerima serabut-serabut aferen dari koklea melalui nervus koklearis. Nuklei koklearis mengirimkan akson-aksonnya yang berjalan ke medial melalui pons untuk berakhir di korpus trapezoideum dan nukleus olivarius. Di sini, serabut-serabut berjalan ke dalam nukleus korporis trapezoideus posterior dan nukleus olivarius superior pada sisi yang sama atau sisi yang berlawanan. Selanjutnya, akson-akson tersebut naik melalui bagian posterior pons dan mesensefalon serta membentuk sebuah traktus yang dikenal sebagai lemniskus lateralis. Oleh karena itu, setiap lemniskus laretalis berisi neuron-neuron tingkat ketiga dari kedua sisi. Saat serabut-serabut berjalan ke atas, beberapa serabut menghantarkan impuls menuju kelompok kecil sel saraf, yang secara bersama-sama dikenal sebagai nukleus lemniskus lateralis.

Saat mencapai mesensefalon, serabut-serabut lemniskus lateralis, baik yang berakhir di nukleus kolikulus inferior maupun yang diteruskan ke korpus genikulatum mediale,akan berjalan menuju korteks auditorius hemisfer serebri melalui radiasio akustika kapsula interna. Korteks auditori primer (area 41 dan 42) mepiluti girus Heschl di permukaan atas girus temporalis superior. Pengenalan dan interpretasi suara berdasarkan pengalaman masa lalu terjadi di area auditorik sekunder. Impuls-impuls saraf dari telinga ditransmisikan sepanjang jaras auditoris pada kedua sisi batang otak dan yang lebih diproyeksikan di sepanjang jaras kontralateral.

1.4.2.2. Jaras KeseimbanganNervus vestibularis menghantarkan impuls saraf dari utrikulus dan sakulus yang memberikan informasi mengenai posisi kepala; nervus ini juga menghantarkan impuls dari kanalis semisirkularis yang memberikan informasi mengenai gerakan-gerakan kepala.

Serabut-serabut nervus vestibularis adalah prosesus sentralis sel-sel saraf yang terdapat di dalam ganglion vestibularis di dalam meatus akustikus internus. Nervus vestibularis memasuki permukaan anterior batang otak di dalam alur antara tepi bawah pons dan bagian atas medula oblongata. Saat masuk ke kompleks nukleus vestibularis, serabut saraf ini terbagi menjadi serabut asenden dan desenden, beberapa serabut langsung menuju serebelum melalui pedunkulus serebelaris inferior tanpa melewati nukleus vestibularis.

Nukleus vestibularis menerima serabut-serabut aferen dari utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis melalui nervus vestibularis, dan serabut-serbaut dari serebelum melalui pedunkulus serebelaris inferior. Serabut-serabut eferen dari nuklei berjalan ke serebelum melalui pedunkulus serebelaris inferior. Serabut eferen turun tanpa menyilang nukleus vestibularis lateralis ke medula spinalis dan membentuk traktus vestibulospinalis. Selain itu serabut eferen menuju nuklei nervus okulomotoris, troklearis, dan abdusen melalui fasikulus longitudinalis medialis. Serabut-serabut asenden juga berjalan ke atas dari nuklei vestibularis menuju korteks serebri, ke area vestibularis di girus postsentralis, tepat di atas fisura lateralis.

Pertanyaan- Jaras olfaktorius melalui thalamus sebelum masuk ke korteks auditorius di korteks serebri (B/S)- Daerah mata yang paling sensitif terhadap cahaya adalah pada fovea sentralis dan diskus optikus (B/S)- Os temporalis tidak ikut membentuk tulang orbita (B/S)

The eyes are not responsible when theminddoes the seeing.-Publilius Syrus

2. Histologi Sistem Penginderaan

2.1. MataMata merupakan organ penglihatan yang terdiri atas bola mata dan organ aksesoris mata. Organ aksesoris mata terdiri atas kelopak mata, bulu mata, alis mata, dan lain-lain.Bola mata sendiri terdiri dari tiga lapisan atau tunika, yaitu tunika fibrosa, tunika vaskulosa, dan tunika neuralis. Tunika fibrosa terdiri atas bagian yang transparan yang disebut dengan kornea dan bagian yang berwarma opak atau putih disebut dengan sklera. Tunika vaskulosa terdiri atas lapisan khoroid, korpus siliaris, dan iris. Tunika neuralis terdiri atas lapisan retina.

2.1.1. Kornea Kornea merupakan bagian dari tunika fibrosa yang transparan dan tidak mengandung pembuluh darah (avaskular). Secara histologis kornea terdiri atas lima lapisan yaitu, epitel kornea, membran Bowman, stroma kornea, membran Descemet, dan lapisan endotel.

Epitel kornea berupa epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk yang merupakan lanjutan dari konjungtiva dan kaya akan ujung sel saraf. Kornea yang avaskular mendapat suplai darah dari pembuluh darah perifer di limbus kornea, yaitu bagian pertemuan kornea dengan sklera, dan difusi dari akuos humor dari kamera okuli anterior.

Membran Bowman terdapat di bawah lapisan epitel yang terdiri atas serat kolagen tipe 1. Stroma kornea terdiri atas jaringan ikat kolagen tipe I dan sel fibroblas dan fibrosit. Membran Descemet merupakan lapisan membran yang tebal terletak di dasar tersusun atas serat kolagen, dan lapisan endotel merupakan lapisan yang terdiri atas selapis sel gepeng, yang fungsinya untuk mensintesis protein untuk membentuk membran Descemet, selain itu juga mengandung pompa natrium dan membantu difusi pasif ion klorida dan mengabsorpsi cairan lebih di stroma kornea. Guna sistem ini untuk mempertahankan kadar air di stroma kornea yang berfungsi untuk kualitas refraksi kornea.

2.1.2. LimbusLimbus merupakan pertemuan tepi kornea dan sklera yang membentuk sudut kelengkungan kornea. Limbus dilapisi oleh epitel konjungtiva bulbi yaitu epitel silindris dengan lamina propria yang mengandung stroma. Stroma ini membentuk taji sklera atau sclera spur yang pada bagian anteriornya membentuk suatu jaringan yang disebut trabecula meshwork. Di antara trabekula terdapat ruang trabekula yang disebut dengan ruang fontana. Pada bagian superior trabekula terdapat suatu saluran yang disebut dengan kanal Schlemm, yang berfungsi sebagai aliran akuos humor yang jika tersumbat akan menyebabkan penyakit glaukoma. Kanal ini nantinya bermuara ke pleksus vena episklera.

2.1.3. Sklera Sklera merupakan bagian tunika fibrosa yang berwarna putih yang seolah-olah tidak mengandung pembuluh darah. Sklera dibentuk sedemikian rupa agar kokoh untuk menjaga bentuk bola mata bersamaan dibantu dengan tekanan intraokular mata oleh akuos humor dan korpus vitreus. Sklera mengandung pembuluh darah di bagian limbus.

2.1.4. Tunika Vaskulosa

2.1.4.1. KoroidKoroid merupakan lapisan dari tunika vaskulosa yang mengandung banyak pembuluh darah, sel-sel pigmen seperti melanosit, dan juga mengandung sel fibroblas. Koroid juga terdiri atas jaringan ikat yang tersusun atas kolagen dan elastin. Koroid terdiri atas 4 lapisan, yaitu epikhoroid yang mengandung serat kolagen dan elastin, lapisan pembuluh yang paling tebal mengandung pembuluh darah, lapisan khoroid kapiler mengandung anyaman kapiler dari arteri koroidales yang mensuplai bagian luar retina dan juga mengandung melanosit, lapisan lamina elastika yang mengandung jaringan elastis padat dan berbatasan dengan lapisan berpigmen retina.

2.1.4.2. Korpus SiliarisKorpus siliaris merupakan perluasan dari lapisan khoroid. Korpus siliaris mengandung 2 epitel kuboid bagian luar yang mengandung sel pigmen lanjutan dari lapisan pigmen retina, dan bagian dalam tidak berpigmen lanjutan dari lapisan fotoresepor retina tetapi tidak sensitif cahaya. Korpus siliaris pada bagian luar akan menonjol membentuk prosesus siliaris, kemudian prosesus siliaris membentuk benang fibrilin yang menggantung lensa yang disebut dengan zonula Zinii atau ligamentum suspensorium lensa. Pada bagian krpus siliaris yang tidak berpigmen akan dihasilkan akuos humor yang mengalir dari kamera okuli posterior menuju kamera okuli anterior melalui celah pupil, kemudian masuk ke trabekula, masuk ke kanal Schlemm, kemudian masuk ke pleksus vena episklera.

Korpus siliaris memiliki 3 berkas otot, yaitu dua berkas otot yang berfungsi untuk melonggarkan dan mengencangkan zonula Zinii untuk mengubah bentuk lensa yang disebut dengan proses akomodasi. Sedangkan satu berkas lagi untuk membuka kanal Schlemm.

2.1.4.3. Iris Iris merupakan lanjutan lapisan koroid yang kaya akan pigmen dan pembuluh darah. Iris juga memisahkan kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior dan membentuk celah dengan lensa yang disebut dengan pupil. Pada permukaan depan mengandung sedikit pigmen dan tak teratur, sel fibroblas, dan pada bagian yang menghadap ke lensa mengandung sel pigmen yang padat sehingga mencegah cahaya melewati iris sehingga lebih fokus melewati pupil.

Pada iris terdapat dua otot polos yaitu m.dilator pupilae dan m. konstriktor pupilae. M.dilator pupilae dipersarafi oleh simpatis sehingga memperbesar diameter pupil sedangkan m.konstriktor pupilae dipersarafi oleh parasimpatis N.III untuk memperkecil diameter pupil.

2.1.5. Lensa Lensa terdiri atas kapsul lensa, epitel subkapsular, stroma lensa atau serat lensa. Kapsul lensa merupakan lamina basal yang terdiri dari serat kolagen tipe IV. Epitel subakapsular merupakan epitel di bawah kapsul lensa yaitu terdiri dari selapis sel kuboid. Kemudian di bawahnya terdapat serat lesa yang tersusun atas serat elastis yang berisi protein yang disebut dengan kristallin lensa yang menentukan indeks refraksi lensa. Lensa tidak mengandung pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi dari akuos humor dan korpus vitreus.

2.1.6. Korpus VitreusKorpus vitreus merupakan suatu massa jel yang berada di belakang lensa untuk mepertahankan bentuk bola mata. Korpus vitreus hanya sekali dihasilkan yaitu pada masa embrio. Pada tengah daerah ini terdapat saluran hialodea yang merupakan degenerasi dari arteri hialodea pada masa embrio.

2.1.7. Tunika Neuralis (Retina)Lapisan retina merupakan lapisan paling dalam bola mata. Lapisan retina terdiri dari lapisan berpigmen dan lapisan fotoreseptor, total 10 lapisan. Lapisan dari luar ke dalam:- Epitel pigmen- Lapisan batang dan kerucut- Membran limitans luar- Lapisan inti luar- Lapisan pleksiform luar- Lapisan inti dalam- Lapisan pleksiform dalam- Lapisan sel ganglion- Lapisan serat saraf- Membran limitans dalam

Lapisan pigmen mengandung melanosit yang berfungsi menyerap cahaya dan mencegah pemantulan, nutrsi fotoreseptor, pemimbunan dan pelepasan vitamin A, dan pembentukan rhodopsin.

Lapisan batang dan kerucut terdiri dari sel batang dan sel kerucut. Sel batang memiliki segmen luar dan dalam. Segmen luar berbentuk batang yang tertanam pada lapisan pigmen. Segmen dalam pada bagian akhir akan membentuk rod spherule yang akan bersinaps dengan neuron bipolar. Sel batang akan teraktivasi dalam keadaan cahaya yang buram atau gelap (dim light) dan sangat sensitif terhadap cahaya. Sel batang mengandung pigmen rhodopsin bersama dengan retiene membentuk skotopsin.

Sel kerucut juga memiliki segmen luar dan dalam sama seperti sel batang. Sel kerucut teraktivasi dalam keadaan terang dan kurang sensitif terhadap cahaya tetapi sensitif terhadap warna dan memberikan ketajaman objek yang kita lihat. Sel kerucut memiliki pigmen iodopsin dan sel kerucut terdiri atas sel biru, merah, dan hijau yang berfungsi untuk melihat warna. Pada segmen dalam sel kerucut membentuk kaki kerucut (cone pedicle).

Membran limitans luar merupakan suatu tautan antara sel batang, kerucut, dan sel Muller.

Lapisan inti luar yaitu lapisan yang terdiri dari inti-inti sel batang dan kerucut.

Lapisan pleksiform luar merupakan lapisan yang terdiri dari akson sel batang dan kerucut dengan akson neuron bipolar yang membentuk sinaps.

Lapisan inti dalam adalah suatu lapisan yang terdiri dari inti-inti sel bipolar, horizontal, dan amakrin beserta badan selnya.

Lapisan pleksiform dalam merupakan lapisan yang tersusun atas akson sel bipolar, amakrin, yang membentuk sinaps dengan akson sel ganglion.

Lapisan sel ganglion terdiri dari sel saraf ganglion yang lanjutannya membentuk saraf optikus.

Lapisan serat saraf optikus dibentuk sel ganglion.

Membran limitans dalam merupakan membran basalis sel Muller, sel gliosit retina.

Bagian retina yang hanya mengandung sel kerucut disebut dengan fovea sentralis. Fovea sentralis terletak di tengah sebuah struktur yang disebut dengan makula lutea (bintik kuning). Dan agak sedikit ke medial terdapat tempat keluarnya nervus optikus dan masuknya pembuluh darah retinal yang disebut dnegan diskus optikus atau bintik buta karena tidak terdapat sel fotoreseptor di sana.

2.1.8. Organ Tambahan Mata

2.1.8.1. Kelopak Mata dan KonjungtivaKelopak mata dibagi dua yaitu bagian luar dan dalam. Bagian luar terdiri dari kulit yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis dengan lapisan tanduk. Di bawahnya terdapat jaringan ikat halus dengan folikel rambut. Di dekat folikel rambut terdapat kelenjar apokrin yaitu kelenjar Moll. di bawah kulit terdapat muskulus orbikularis okuli. Di bagian tengah terdapat jaringan ikat fibrosa yang membentuk kerangka palpebrae yaitu tarsus. Pada tarsus ini terdapat kelenjar sebasea yaitu kelenjar Meibom, di dekat saluran keluarnya terdapat berkas otot orbicularis okuli yang disebut dengan muskulus siliaris Riolanii.

Bagian dalam kelopak mata berlanjut menjadi konjungtiva palpebrae yang dilapisi oleh epitel silindris berlapis dengan sel goblet. Konjungtiva bulbi yang melalpisi sklera pada bagian depan.

2.1.8.2. Kelenjar LakrimalKelenjar lakrimal terletak di sudut superolateral rongga mata dan berfungsi menghasilkan air mata. Air mata sebagian besar mengandung air dan lisozim, antibakteri. Air mata akan mengalir ke arah medial dan selebihnya masuk ke punktum lakrimal dan kemudian masuk ke kanalikuli lakrimalis kemudian dialirkan ke duktus nasolakrimalis sebelumnya masuk ke sakus lakrimal.

2.2. Organ PenghiduOrgan penghidu memiliki reseptor penghidu yaitu sel olfaktorius. Sel olfaktorius merupakan neuron bipolar yang nantinya akan bersinaps dengan neuron olfaktorius dari bulbus olfaktori melewati lamina kribrosa ethmoidalis. Reseptor penghidu selain terdiri dari sel olfaktorius juga menganadung sel penyokong dan sel basal.

2.3. Organ PengecapOrgan pengecap, lidah, memiliki kuncup kecap yang tersebar di permukaan lidah, faring, dan epiglottis, dan laring. Kuncup kecap lidah terdapat pada papila lidah yaitu sirkumvalata, fungiformis, dan foliata, sedangkan pada filiformis tidak terdapat kuncup kecap. Kuncup kecap memiliki lubang yang menghadap ke permukaan yang disebut dengan porus kecap. Reseptor kecap memiliki mikrovili dan juga terdiri dari sel penyokong. Sel pengecap ada empat jenis yaitu sel basal (basal cell, sel tipe IV), sel gelap (dark cell, sel tipe I), sel terang (light cell, sel tipe II), dan sel pertengahan (intermediate cell, sel tipe III). Serat-serat saraf akan masuk kedalam kuncup kecap dan bersinaps dengan sel tipe I, II dan III. 2.4. Organ PendengarBismillahirrahmanirrahim. Tentir ini melengkapi tentir Histologi mata, penghidu dan pengecap yang disusun Sonia. Sebelumnya saya harus mengingatkan, bahwa tidak semua gambar saya masukkan di sini. Gambar dimasukkan jika dan hanya jika gambar itu mencakup banyak struktur penting. Kalau ada yang salah, silakan koreksi via milis atau kasih tau langsung ke saya.Sebelum belajar, mulailah dengan doa, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat

2.4.1. PendahuluanTelinga merupakan organ yang berfungsi dalam pendengaran dan keseimbangan. Telinga terbagi atas tiga bagian: telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar akan meneruskan rangsang getaran suara ke telinga tengah hingga telinga dalam. Telinga dalam, tepatnya koklea, akan mengubah getaran suara dalam cairannya menjadi impuls listrik yang dikirim ke otak. Telinga dalam juga memiliki organ keseimbangan.

2.4.1.1. Telinga LuarTelinga luar terdiri atas aurikula (pinna, daun telinga), yang merupakan kartilago elastin dan dilapisi kulit dan jaringan subkutis. Dari slide, aurikula memiliki sedikit otot lurik, sehingga bisa menggerakkan daun telinganya. Namun, pada manusia, fungsi ini rudimenter, meski tetap ada orang yang bisa melakukannya. Fungsi daun telinga adalah menangkap gelombang suara.

Selain aurikula, telinga luar juga terdiri atas liang telinga dan membran timpani. Liang telinga dilapisi epitel gepeng berlapis. Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar seruminosa (modifikasi kelenjar keringat). Kelenjar seruminosa mensekresikan serumen (earwax), diduga berperan dalam fungsi protektif. Rasanya (katanya) pahit. Sepertiga awal ditunjang oleh kartilago elastin, sisanya oleh os temporal.

Membran timpani adalah batas internal dari liang telinga. Permukaannya luar dilapisi epidermis, sedangkan permukaan dalamnya dilapisi epitel selapis kuboid berhubungan dengan yang terdapat pada kavitas timpani. Terdapat dua jaringan ikat yang kuat (dari kolagen dan elastin) di dua lapisan tersebut serta fibroblas. Fungsi membran timpani meneruskan getaran suara ke telinga tengah (ke osikel atau tulang pendengaran).

Gambar Telinga Tengah sampai Telinga Dalam

A man falls in love through his eyes, a woman through her ears - .Woodrow Wyatt.2.4.1.2. Telinga TengahTelinga tengah merupakan ruang berisi udara yang terletak di pars petrosum tulang timpani. Berhubungan anterior dengan faring (lewat tuba eustachius) dan posteriornya berhubungan dengan kavitas berisi udara dari prosesus mastoideus dari os temporal. Tulang tengah diselubungi oleh epitel gepeng selapis. Di bawahnya terdapat lamina propria tipis yang menempel sangat kuat. Di dekat tuba eustachius dan bagian dalamnya, epitel selapis gepeng tadi berubah menjadi epitel kolumnar pseudostratified bersilia (di slide katanya memiliki sel goblet).

Membran timpani berhubungan dengan tingkap oval (fenestra ovale) oleh tiga osikel (tulang pendengaran); maleus, incus dan stapes. Ketiga tulang ini meneruskan vibrasi mekanik dari membran timpani ke dalam telinga dalam. Tulang pendengaran memiliki sendi sinovial dan diselubungi epitel gepeng selapis. Di telinga tengah terdapat dua otot lurik yang disebut tensor timpani dan stapedius yang berinsersi dengan maleus dan stapes. Kedua otot tersebut berfungsi dalam mengatur konduksi suara.Di telinga tengah terdapat dua tingkap: tingkap oval dan tingkap bundar. Tingkap oval memiliki membran tipis dan berhubungan dengan stapedius untuk meneruskan getaran ke telinga dalam, sedangkan tingkap bundar (fenestra rotundum) disusun oleh membran elastis dan berfungsi dalam menjaga tekanan.

2.4.1.3. Telinga DalamTelinga dalam tersusun atas dua labirin yaitu Labirin oseosa terdiri atas ruangan di dalam pars petrosus dari os temporal tempat beradanya labirin kedua: labirin membranosa. Labirin membranosa merupakan kavitas yang diselubungi epitel dari ektoderm. Pada embriogenesis, muncul utrikulus dan sakulus dari ectoderm tadi. Duktus semisirkularis berasal dari utrikulus, sementara duktus koklearis terbentuk dari sakulus. Pada tiap struktur tadi, epitelnya mengalami perubahan untuk membentuk struktur sensorik seperti makula dari utrikulus dan sakulus, Krista dari duktus semisrkularis dan organ Corti dari duktus koklearis.

Labirin oseosa terdiri atas ruangan dalam os temporal. Vestibula merupakan tempat terdapat sakulus dan utrikulus. Di belakangnya, terdapat kanalis semisirkularis; anterolateralnya terdiri atas duktus koklearis. Koklea (struktur rumah siput yang berputar dua tiga perempat putaran) memiliki inti tulang yang dikenal sebagai modiolus. Modiolus memiliki ruangan berisi pembuluh darah dan badan sel dan prosesus dari cabang auditorik dari nervus VIII. Memanjang lateral dari modiolus adalah sebuah struktur yang dikenal sebagai osseus spiral lamina.

Labirin oseosa diisi oleh perilimf, dengan komposisi sama dengan cairan ekstraseluler namun komponen proteinnya rendah. Labirin membranosa berisi endolimf, kadar natriumnya rendah dan tinggi dengan kadar kalium. Sama dengan perilimf, konsentrasi protein endolimf rendah.

Terdapat tiga buah kanalis semisirkularis pada masing-masing sisi telinga: anterior, posterior dan lateral (berbeda dengan fisiologi pembagiannya). Memiliki pelebaran yang dikenal sebagai ampula dan muaranya ke vestibulum.

2.4.2. Labirin MembranaseaBerhubung struktur ini yang paling rumit, dibahas di bab terpisah dari sebelumnyaLabirin membranasea terletak dalam labirin tulang, berisi cairan endolimf dan digantung dengan jaringan ikat. Susunannya: utrikulus dan sakulus, kanalis semisirkularis dan duktus endolimfatikus.

2.4.3. Duktus dan Sakus EndolimfatikusBerkaitan dengan slide ekskresi cairan endolimf.Duktus endolimfatikus dilapisi epitel selapis gepeng. Mendekati sakus endolimfatikus, ia berubah menjadi epitel kolumnar yang terdiri atas dua jenis sel dengan mikrovili dan banyak vesikel pinositik dan vakuola. Sel-sel ini mungkin bertanggung jawab oleh absorpsi dari endolimf dan endositosis benda asing dan sisa sel di endolimf.

2.4.4. Utrikulus dan SakulusUtrikulus dan sakulus terdiri atas lembaran tipis jaringan ikat ditutupi oleh epitel selapis gepeng, makin dalam menjadi kuboid. Labirin membranosa terikat pada periosteum dari lalbirin oseosa oleh jaringan ikat, yang juga mengandung pembuluh darah.Dinding dari utrikulus dan sakulus memiliki region kecil, disebut makula, yang merupakan sel neuroepitel terdiferensiasi dan diinervasi oleh cabang vestibular nervus VIII.

Gambar Makula dan Kupula

Makula pada sakulus terletak di dinding, sementara makula utrikulus terletak pada dasar. Hal itu berkaitan dengan fungsi mereka. Bila untuk mendeteksi percepatan vertikal, yang terlibat adalah sakulus, sementara yang terlibat dalam percepatan horizontal adalah utrikulus. Struktur makula pada utrikulus dan sakulus sama, yaitu terdiri atas penebalan dinding dan memiliki dua jenis sel reseptor (sel rambut tipe 1 dan 2), beberapa sel penyokong dan ujung serat aferen dan eferen.

Sel rambut pada makula terbagi atas dua jenis, sel tipe 1 (kerucut) dan tipe 2 (silindris). Pada apikalnya terdapat stereosilia dan kinosilia, sementara di basalnya terdapat serat aferen dan eferen. Kedua sel tersebut dibedakan juga dari bentuk inervasi aferen. Sel tipe I memiliki akhir berbentuk seperti cangkir dari akhir basal sel, sementara sel tipe dua memiliki banyak ujung aferen.

Sel penyokong terletak antara sel-sel rambut dan kolumnar, dengan mikrovili pada permukaan apikalnya. Menutupi neuroepielnya terdapat lapisan gelatin glikoprotein yang tebal, kemungkinan disekresi sel penyokong dengan deposit Kristal (kebanyakan kalsium karbonat) dan dikenal sebagai otolith/otokonia.

Makula merespon akselerasi linear. Ketika terjadi perubahan posisi kepala, terjadi perubahan tekanan membran otolitik. Perubahan ini dikirimkan ke sel-sel rambut dibawahnya lewat membran gelatin otolitik. Deformasi dari stereosilia sel rambut menghasilkan potensial aksi yang kemudian dibawa ke sistem saraf pusat oleh cabang vestibular nervus VIII.

2.4.5. Duktus SemisirkularisStruktur ini memiliki bentuk yang sama dengan labirin oseosa lain. Reseptornya terletak di ampula dan memiliki penonjolan panjang yang dikenal sebagai cristae ampulla (krista ampullaris). Krista tersebut tegak lurus terhadap aksis panjang dari duktus. Struktur krista mirip dengan makula, pengecualiannya adalah lapisan glikoprotein lebih tebal dan memiliki lapisan kerucut yang dikenal sebagai kupula dan tidak tertutupi oleh otolith. Sama seperti yang ada pada makula, ketika kepala berotasi, endolimf akan bergerak. Gerakan tersebut akan merangsang pergerakan sel rambut yang kemudian mentransduksinya menjadi sinyal listrik kemudian mengirim sinyal tersebut ke otak.

2.4.6. KokleaAkhirnya, kita sampai di ujung perjumpaan kita. Perlu diingat bahwa bahasan di bagian ini murni dari Junqueira. Jadi, mohon dicocokkan dengan slide bila ada yang membingungkan.Koklea terbagi menjadi tiga ruangan (atau kompartemen):- Skala vestibuli- Skala media (duktus koklearis)- Skala timpani

Perlu diingat bahwa koklea merupakan struktur yang menggulung seperti rumah siput. Jadi, lebih mudah untuk mengenali strukturnya bila gulungan tersebut dibuka. Bagian tengah-tengah dari koklea adalah duktus koklearis yang berisi endolimf. Dua skala yang lain berisi perilimf dan saling berhubungan. Mulai dari fenestra ovale, dikenal sebagai skala vestibulum, kemudian berlanjut berputar menjadi skala timpani dan berakhir di fenestra rotundum. Pertemuan antara skala vestibuli dan skala timpani disebut helikotrema.Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare.

Duktus koklearis memiliki struktur histologis yang penting, antara lain:- Membran vestibulum (Reissners) yang terdiri atas dua lapis epitel selapis gepeng, satu berasal dari skala media dan yang lain dari skala vestibulum. Keduanya dipertemukan oleh takdir tight junctions (taut kedap) untuk menjaga gradien ion yang sangat tinggi.- Stria vaskularis, yaitu epitel yang anehnya memiliki vaskularisasi dan terletak di dinding lateral dari duktus koklearis. Memiliki sel-sel dengan banyak lipatan pada membran plasma bagian basalnya, di mana banyak mitokondria terletak. Karakteristik ini mengindikasikan mereka adalah sel transport ion dan air (diduga sebagai pengatur komposisi endolimf).

Gambar Organ Corti

- Organ Corti, struktur vital dalam pendengaran. Di sini, terdapat sel-sel rambut yang berespon terhadap frekuensi suara yang berbeda-beda (faal akan menjelaskan). Sel-sel rambut ini berdiri di atas ground substance yang sangat tebal: membran basilar. Sel rambut di sini juga dua jenis. Sel rambut pertama dikenal sebagai inner hair cells yang hanya sebaris dan outer hair cells yang terdiri atas tiga sampai 5 baris. Masing-masing sel rambut memiliki stereosilia yang menempel pada membran tektorial, struktur kaya glikoprotein hasil sekresi spiral limbus.

Satu dari sel-sel penyokong, sel pilar, terdiri dari banyak mikrotubulus sehingga strukturnya kaku. Sel-sel ini membatasi ruangan segitiga antara sel rambut luar dan dalam (membentuk terowongan dalam, inner tunnel). Sel pilar (atau sel tiang) terbagi dua, sel pilar luar dan dalam. Sel falangs luar adalah sel silindris yang terletak pada membran basilaris. Apeksnya berbentuk mangkuk untuk menyokong sel-sel rambut luar yang mengandung serat-serat saraf. Terowongan Nuel adalah ruangan tempat sel falangs luar dan sel rambut luar berada. Sel rambut dalam berdampingan dengan sel pilar dalam dan juga menyokong sel rambut dalam. Sel batas membatasi sisi dalam organ Corti. Untuk sisi luar organ Corti, terdapat tiga jenis sel yang membatasinya: Sel Hansen (bentuknya silindris), Sel Claudius (kuboid) dan Sel Boettcher (kuboid rendah) tempat sel Claudius terletak.

Sel-sel rambut kemudian meneruskan impuls listrik menjadi dendrit dari sel ganglion spiralis. Ganglion spiralis bipolar dan bersama-sama berjalan membentuk nervus akustikus.

Alhamdulillah, selesai. Sumber-sumbernya: Slide, Junqueira, special thanks to LTM Winson Jos (terutama bagian-bagian dari Gartner, berhubung saya tidak punya Gartner) dan diktat dokter AAJ (bagian mengenai sel-sel di organ Corti). Semoga bermanfaat.

Pertanyaan (karena katanya formatif dalam bentuk isian singkat, soalnya saya bikin isian singkat juga alih-alih Benar-Salah ya)1. Terdapat tiga organ yang membantu keseimbangan, yaitu ______, _______ dan ___________. Dua struktur yang berdekatan dengan koklea, memiliki struktur pendeteksi percepatan linear yang disebut _________. Di atas struktur tersebut terdapat lapisan gelatin yang terdapat kristal kalsium karbonat yang disebut ________ pada puncaknya. Organ keseimbangan selain dua yang pertama, mendeteksi gerakan _______ dari kepala.2. Koklea merupakan struktur dengan tiga kompartemen, yaitu _____, _______ dan _______. Pada komparten tengah, yaitu _______ terdapat struktur ______ yang berfungsi vital dalam pendengaran. Impuls listrik dari sel-sel ________ pada struktur tadi akan diteruskan ke ganglion _______.

Things dontchange. Youchangeyour way of looking, thats all.

3. Fisiologi Sistem Pendengaran (2)Pertama, mohon maaf, slide ga dikasih, catatan ancur, trus pas ngerjain ini waktunya udah mepet banget TEPAT saat gw lagi males2nya, jadi jangan kaget kalo abal ya. Isi tentir ini tentang Keseimbangan, Pengecapan, dan Penghidu. Yang penghidu karena gw males, gw copas plek-plekan dari LTM gw sendiri.

3.1. KeseimbanganSikap dan keseimbangan punya 2 aspek yang dideteksi oleh special sense tersebut, yaitu aspek dinamis dan statis:- aspek dinamis: aspek ini memperhitungkan gerak dalam ruang- aspek statis: aspek ini memperhitungkan posisi dan sikap kepala

Intinya, dengan adanya indera ini, kita bisa tau kepala kita lagi noleh ke arah mana, atau di dalam lift tertutup bisa ngerasa kita bergerak ke atas, ke bawah, ato diem sama sekali. Special sense yang satu ini sebenernya sejoli dengan pendengaran, karena berada dalam organ yang sama, persarafan yang sama, tapi ada di bagian yang berbeda. Mungkin istilahnya satu kantor tapi beda divisi gitulah. Kalo pendengaran diatur koklea, ya si keseimbangan diatur sama apparatus vestibular. Berikut gambar oknumnya di samping, kalo pendengaran di koklea, kalo keseimbangan diatur di aparatus vestibular, yang terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dan organ-organ otolith. Organ otolith berfungsi untuk mendeteksi percepatan linear dan posisi kepala, jadinya kita bisa tau badan kita gerak ke arah mana, depan ato belakang, sama tau arah ke mana kita di dalam lift. Kalo kanalis semisirkularis bikin kita tau percepatan rotasi dalam berbagai arah, jadinya kita tau kepala kita muter ato mlintir ke arah mana.

Karena satu organ, apparatus vestibular ini isinya sebenernya sama aja sama koklea, yaitu cairan endolimf yang kalo dibandingin sama plasma, kaliumnya lebih tinggi, tapi natriumnya lebih dikit. Drainasenya ke sinus venosus duramater, dan kalo terjadi penumpukan endolimf ini, tekanan endolimf bakal naik, dan mengganggu baik sistem keseimbangan dan pendengaran. Tekanan apparatus vestibular bakal bikin Menieres disease yang gejalanya berupa pusing, mual, (vertigo juga ga sih?? Coba dicek..). Sementara kalo ke arah pendengaran, peningkatan tekanan ini bakal ngerusak organ corti, jadinya bakal hilang pendengaran.

Sama kayak pendengaran, reseptor pada keseimbangan juga berupa silia-silia mechanical gated. Bentuk reseptornya tuh seperti gambar di atas, terdiri dari beberapa stereosilia yang berbaris dengan tinggi yang semakin ke belakang, semakin tinggi, trus di silia yang paling belakang berdiri kinosilia. Kalo barisan kinosilia-stereosilia ini berubah posisinya, bakal terjadi hiperpolarisasi ato depolarisasi. Kalo stereosilia yang nindih kinosilia, yang terjadi depolarisasi, sementara kalo kinosilia yang nindih stereosilia, yang terjadi hiperpolarisasi.

Berikut gambarnya, diambil dari slide inter, yang diambil dari sherwood:

HiperpolarisasiDepolarisasi

Selese tentang reseptornya, kita langsung masuk ke kanalis semisirkularis dulu.

3.1.1. Kanalis SemisirkularisKanalis semisirkularis berfungsi buat nentuin ke arah mana kepala bergerak dan posisinya. Sebenarnya, reseptornya bukan berada di saluran setengah lingkarannya, tapi di bagian pangkalnya yang menggembung yang dinamain ampulla. Di bagian ampulla yang gembung itulah ada suatu rigi tonjolan, ato basa kerennya krista. Nah di sanalah letak reseptornya yang berupa rambut-rambut kino-stereosilia tadi. Kino-stereosilia tadi bakal bergerak kalo misalnya pembungkusnya di krista yang dinamain kupula bergerak oleh dorongan cairan endolimf di saluran setengah lingkaran itu. Gerakannya bisa diliat di gambar berikut:

Gerakan dari kupula berprinsip pada inersia/kelembaman. Misalnya kepala lagi muter ke kanan, oleh karena kelembaman, cairan dan kupula belum ikut muter, jadinya dia akan kedorong ke arah berlawanan, yaitu kiri, sama kayak kalo orang nyetir tancap gas, mobil maju, badan kayak ketarik ke belakang. Pas berenti muter, kupula yang lembam masih ikut muter searah putaran kepala, jadinya kupula bengkok ke arah puteran kepala, sama kayak orang ngerem mendadak, badan bakal condong kedorong ke depan. Begitupula kalo kepala muter ke arah sebaliknya. Kupula yang kedorong tadi bakal ngebikin kino-stero terdorong ngikutin kupula. Kalo pas arah kupulanya bikin kinosilia ketindih, ya bakal depolarisasi dan bakal diterusin ke otak, begitupula sebaliknya. Trus, kenapa perlu sampe 3 biji?? Soalnya 3 kanalis semisirkularis ini menggambarkan posisi sumbu gerakan kepala. Berikut pembagiannya:- Kanalis bagian posterior: mendeteksi miringnya kepala ke kanan dan ke kiri - Kanalis bagian horizontal: mendeteksi rotasi kepala ke kiri dan ke kanan (gerakan menggeleng/ No!)- Kanalis bagian superior: Mendeteksi gerakan kepala pada bidang sagital, yaitu gerakan mengangguk / Yes!

Gak cuma buat ngetahuin posisi kepala doang, karena nervus vestibularis ini nyambung juga sama nervus abdusen sama okulomotor, tercipta yang namanya VOR, yaitu Vestibulo-Ocular Reflex. Refleks ini terjadi kalo misalnya kepala noleh ke kanan misalnya, mata bakal seakan ngelirik ke arah kiri, pada suatu titik fiksasi tertentu. Refleks ini karena dipicu oleh gerakan vestibular, jadinya pada orang butapun tetep terjadi. Berikut gambar singkatnya, gambar versi susahnya ada di slide inter. SANGAT DIANJURKAN untuk baca slide inter menurut gw.

Refleks ini berkaitan juga dengan nistagmus, tapi gua gak terlalu ngerti karena gw dengan tololnya baru bikin tentir mepet deadline. Baca sendiri yah di slide inter. Di Ganong juga ada sih.. Wahahahahaha. Kalo yang gw tangkep sih refleks VOR ini berperan pada slow phase dari nystagmus di mana mata masih mempertahankan titik fiksasi pas kepala noleh. Sementara fast-phasenya yang dimediasi stretch reflex bikin mata ngubah titik fiksasinya secara cepat ke arah kepala noleh. Tolong koreksi lagi....

3.1.2. Organ OtolithOrgan otolith ada 2, yaitu utrikulus (little bag) dan sakulus (little sac). Letaknya di mana ada di gambar yang paling awal. Struktur sensorisnya duo ini adalah makula, bukan sadewa (Ampun... jayusannya seusia sama kisah mahabaratanya si nakula sadewa ini kali ya??).

Di makula ini, kino-stereosilia terbenam dalem membran otolith, yaitu membran gelatin yang di atasnya ada batu-batu kalsium karbonat yang namanya otolith ato otokonia. Beh.. ini lagi susah2 bikin tentir ada orang ngamen dangdut lagi di depan kosan...mampus............................. Alhamdulillah.. pergi rupanya.. mari kita lanjutkan.

Prinsip eksitasi silianya sama aja sih, inersia. Pas misalnya badan lagi jalan ke depan, stereo-kino yang masih lembam terdorong ke belakang, kayak orang badannya ketarik ke belakang pas mobil tancap gas dan sebaliknya. Liat aja ni gambar dari slide Sarji:

Kalo lw ngeliat gambar yang paling awal, pasti paham dari posisinya, utrikulus letaknya datar, sementara sakulus letaknya vertikal kayak nemplok di tembok. Utrikulus mendeteksi akselerasi-deselerasi horizontal dan pengangkatan kepala, sementara sakulus mendeteksi orientasi vertikal saat kepala lurus. Jadi, utrikulus mendeteksi gerakan maju mundur badan, sementara sakulus mendeteksi badan lagi naik ke atas ato turun ke bawah, seperti di dalem lift.

Jaras2nya gimana?? Hadeh.. gw kasi gambar aja yaa

Menurut gw gambar ini udah menjelaskan jauh lebih baik dibandingin gw jelasin pake tulisan... Hahahahaha. Langsung ke Pengecap!

3.2. Indera PengecapIni bahasan yang sebenernya dikit tapi lw semua perlu tau kalo slidenya reguler dan inter untuk bahasan ini bedanya..... cukup jauh. Gw jelasin seiprit dulu yang didapet dari reguler...Jadi, yang dimaksud pengecapan di sini adalah taste, yang ada 5 itu, manis, asam, asin, pahit, sama umami. Bukan flavor ato citarasa, kayak citarasa duren, rendang, spageti, dll. Kalo citarasa adalah gabungan dari indera olfaktori, raba, suhu, dan pengecapan.. Multimedia lah ceritanya.

Rasa pengecapan punya makna sendiri-sendiri:- Manis: menandakan molekul organik seperti glikol atau aldehid.- Pahit: menandakan alkaloid, seperti kafein, kina, morfin, nikotin, dan zat yang biasanya toksik.- Asin: menandakan anion garam- Asam: menandakan asam, kadar keasaman bergantung pada pH- Umami: ditemuin orang Jepang bernama umami, dipicu oleh asam amino utamanya glutamat. Dia ada di rasa gurih kaldu daging dan MSG (makanan favorit indonesia!!)

Reseptor pengecapan ada di kuncup pengecap yang bakal berdegenerasi pas usia seseorang 45 tahun, jadinya pengecapannya berkurang. Di kuncup pengecap ini ada sel reseptor pengecap yang punya rambut yang terjulur, rambut inilah permukaan reseptornya.

Letak kuncup pengecap itu ada di lidah, palatum durum, palatum molle, epiglottis, dan farings. Transduksi bagaimana molekul bisa mengeksitasi reseptor pengecap sebagai berikut:

Begini penjelasannya:- Rasa asam dipicu oleh ion H+, dimana ion H+ ini memblok kanal K+, sehingga pergerakan ion K+ keluar dari sel reseptor berkurang, sehingga bagian dalam sel menjadi lebih positif, memicu depolarisasi. Depolarisasi terus memicu Ca2+ masuk, jadinya neurotransmitter keluar.- Rasa asin dipicu masuknya ion Na+ ke dalam sel reseptor lewat kanal ion Na+ mengurangi negativitas reseptor, trus terjadi depolarisasi.- Rasa manis dipicu oleh pengikatan glukosa atau zat pemicu rasa manis lainnya dengan reseptor, yang mengaktivasi protein G yang mengaktivasi jalur cAMP sebagai second messenger, sehingga kanal K+ ketutup, K+ ga bisa keluar, jadinya depolarisasi.- Rasa pahit punya banyak reseptor, sehingga ada berbagai jenis rasa pahit yang bisa dirasakan, dan mekanismenya juga banyak. Salah satu yang dikenal lewat protein G gustducin dan transducin.- Rasa umami juga lewat protein G, tapi jalur selanjutnya belum diketahui.

Begitulah jalur eksitasinya, trus pembagian area pengecapannya sebagai berikut:- Asam: Di kiri-kanan belakang lidah, disarafi N.VII- Asin: Di kiri-kanan depan idah, disarafi N. VII- Manis: Di ujung depan lidah, disarafi N.VII- Pahit: Di pangkal lidah, disarafi N.XI- Umami: Di faring belakang, faring dan palatum disarafi N.X

Nah, sekarang masuk ke slide inter, gambar yang bikin syok adalah ini:

Kalo di slide inter, rasa manis asam asin pahit umami dapat dirasakan di bagian manapun lidah.. Gw cari di internet juga emang disalahin sih bagian2 manis asam dkk itu..Transmisi sinyalnya seperti di slide inter sebagai berikut nih:- 2/3 anterior lidah N VII traktus solitarius- 1/3 posterior lidah, posterior mulut, kerongkongan N IX Traktus solitarius- Dasar lidah dan faring N X Traktus Solitarius- Dari nukleus traktus ini kemudian ke nukleus ventral posterior medial dari talamus.

3.3. Indera PenghiduBerikutnya Penghidu. Gw Kopas sesuai janji gw ya...

Indera penghidu, seperti indera pengecap merupakan indera dengan reseptor yang bersifat kemoreseptor. Reseptor penghidu menghasilkan sinyal saat terjadinya ikatan reseptor dengan zat kimia tertentu. Reseptor olfaktori terletak pada membran olfaktorius yang terletak pada atap rongga hidung di dekat bagian septum.

Berikut gambar struktur membran olfaktorius:

Gambar A. Struktur Membran Olfaktori

Sel reseptor penghidu merupakan sel olfaktori yang merupakan sel saraf bipolar yang tersebar di antara sel-sel sustentakular. Ujung dari sel olfaktori ini membentuk serabut olfaktori atau olfactory cilia yang memanjang ke dalam lapisan mukus yang menutupi bagian dalam rongga hidung. Silia ini membentuk suatu lapisan karpet pada mukus yang bereaksi terhadap bau di udara dan menstimulasi sel olfaktori untuk memulai proses penghiduan. Proses penghiduan dimulai dari stimulasi sel olfaktori, kemudian dilanjutkan oleh transmisinya menuju otak.

3.3.1. Stimulasi Sel Olfaktori

3.3.1.1. Mekanisme EksitasiProses penghiduan dimulai dari berkontaknya molekul yang dapat dibaui, yaitu odorant dengan permukaan membran olfaktori, kemudian berdifusi melalui mukus untuk berikatan dengan protein reseptor pada tiap cilium dari sel olfaktori. Protein reseptor tersebut berikatan dengan G-protein, dimana pada saat terjadi eksitasi, maka bagian subunit alfa dari protein G tersebut akan lepas dan mengaktivasi banyak molekul adenilil siklase yang akan mengubah ATP menjadi cAMP dalam jumlah yang lebih besar lagi, memicu terbukanya kanal ion natrium yang memicu depolarisasi, yang memicu potensial aksi yang kemudian ditransmisikan ke sistem saraf pusat.Mekanisme eksitasi melalui protein G tersebut mampu melipatgandakan efek eksitasi suatu odoran. Oleh karena itu, sistem penghidu sangat sensitif bahkan terhadap jumlah yang sangat kecil dari zat odoran, sekalipun tidak sesensitif hewan. Derajat stimulasi terhadap neuron olfaktori dipengaruhi beberapa faktor yaitu, (1) hanya zat yang volatil (mudah menguap) yang dapat masuk ke dalam nostril yang dapat dibaui, (2) zat yang menstimulasi harus memiliki sifat kelarutan terhadap air yang cukup untuk menembus mukus mencapai silia, dan (3) sedikit larut dalam lemak, karena bagian dari cilium merupakan barrier lemah terhadap odoran yang tidak larut lemak. 3.3.1.2. Mekanisme Adaptasi dan Sifat-sifat PenghiduanReseptor olfaktori beradaptasi sekitar 50% pada detik pertama setelah stimulasi. Adaptasi pada reseptor ini dimediasi oleh Ca2+ yang bekerja lewat calmodulin pada kanal ion Cyclic Nucleotide Gated (CNG). Setelahnya, reseptor ini beradaptasi secara lambat. Oleh karena itu, sensasi dimana bau yang sangat kuat hilang dalam beberapa menit disebabkan utamanya oleh adaptasi psikologis yang diatur oleh sistem saraf pusat. Mekanisme yang dipostulasikan menjadi mekanisme adaptasi pada penghiduan adalah adanya sejumlah besar serat saraf sentrifugal yang berasal dari daerah olfaktori yang berjalan berlawanan arah di traktus olfaktorius yang berakhir pada sel inhibitorik khusus di bulbus olfaktorius, yaitu sel granular. Dipostulasikan bahwa setelah terjadinya stimulus, sistem saraf pusat menghasilkan feedback inhibisi yang kuat untuk menekan relai sinyal penghidu melalui bulbus olfaktorius.

Karakteristik utama dari sistem penghidu adalah jumlah zat stimulan pada udara sudah mampu memicu sensasi penghidu. Namun, meskipun ambang batas konsentrasi zat yang dapat memicu penghiduan sangat kecil, bagi sebagian besar zat odoran, konsentrasi sebesar 10 sampai 50 kali di atas ambang batas sudah membangkitkan intensitas maksimal dari penghiduan. Dibandingkan dengan indera lain dengan kemampuan diskriminasi intensitas yang lebih detil seperti penglihatan dan pendengaran, sistem penghidu lebih bersifat mendeteksi ada-tidaknya suatu zat dibandingkan menentukan kuantitas intensitasnya.

3.3.2. Transmisi Impuls Sinyal Penghidu ke SSP

3.3.2.1. Transmisi Sinyal Olfaktorius Kepada Bulbus OlfaktoriusSerat saraf olfaktorius yang yang memanjang dari bulbus olfaktorius disebut saraf kranial I atau disebut juga traktus olfaktorius. Bulbus olfaktorius terletak di atas lempeng cribriform yang memiliki banyak perforasi yang dilalui oleh saraf-saraf yang berasal dari membran olfaktorius menuju bulbus olfaktorius. Gambar A menunjukkan hubungan antara sel olfaktori pada membran olfaktorius dengan bulbus olfaktorius. Akson-akson dari sel olfaktorius berujung pada suatu struktur globular di bulbus olfaktorius, yaitu glomeruli,yang selain menjadi ujung dari akson sel olfaktori, juga menjadi ujung dari sel mitral dan tufted cells (sel berumbai) yang badan selnya terletak di bulbus olfaktorius. Satu glomerulus merupakan ujung dari 25.000 akson sel olfaktorius, dendrit dari 25 sel mitral, dan 60 sel berumbai. Dendrit dari sel mitral dan tufted cells ini menerima sinaps dari neuron olfaktori, kemudian menyalurkan sinyalnya melalui akson di traktus olfaktorius ke SSP. Selain sel mitral dan tufted cells, terdapat pula sel periglomerular yang merupakan neuron inhibitorik yang menghubungkan satu glomerulus dengan glomerulus lainnya dan sel granular yang tidak memiliki akson dan saling bersinaps dengan dendrit dari sel mitral dan sel berumbai. Sel mitral dan tufted cell mengeksitasi sel granular dengan melepaskan glutamat, dan kemudian sel granular menghasilkan GABA yang menghambat kedua sel tersebut. Berikut struktur sel-sel tersebut:

Gambar Struktur Sirkuit Neuron Penghiduan

3.3.3. Jaras-Jaras OlfaktoriusTraktus olfaktorius memasuki otak pada persambungan antara mesensefalon dan serebrum di bagian anterior, untuk kemudian terbagi menjadi dua jaras, jaras yang mengarah ke arah medial menuju area olfaktori medial dari batang otak, dan jaras yang mengarah ke lateral, yaitu pada area olfaktorius lateral. Area olfaktorius medial merupakan sistem olfaktorius yang sangat tua, sementara area olfaktorius lateral merupakan input dari sistem olfaktorius tua dan sistem yang lebih baru.

Berikut gambar jaras-jaras olfaktorius:

Gambar Jaras-Jaras Sistem Olfaktorius

Sistem Olfaktorius Sangat TuaSistem ini terletak pada area olfaktorius medial yang terletak pada bagian midbasal dari otak, anterior terhadap hipotalamus. Bagian utama dari sistem ini adalah nuklei septal yang merupakan nukleus yang memberikan informasi kepada hipotalamus dan bagian sistem limbik otak yang primitif, yang berkaitan dengan perilaku dasar. Pada hewan dengan sistem olfaktorius lateral yang dihilangkan dan hanya menyisakan sistem olfaktorius medialnya, respons primitif terhadap penghiduan seperti menjilat bibir, salivasi, dan respons lainnya terhadap aroma makanan tidak terlalu terpengaruh, namun refleks penghiduan yang lebih kompleks terpengaruh.

Sistem Olfaktorius TuaSistem olfaktorius ini terletak pada area olfaktorius lateral, terdiri dari korteksi piriform dan prepiriform ditambah bagian kortikal dari nukleus amigdaloid. Jaras sinyal menuju hampir seluruh sistem limbik terutama bagian yang kurang primitif seperti hipokampus yang penting untuk menyukai atau tidak menyukai suatu makanan berdasarkan pengalaman berada pada area ini. Karakteristik penting lain dari area ini adalah banyak jaras sinyal dari area ini mengarah langsung kepada paleokorteks di bagian anteromedial dari lobus temporalis, yang merupakan area pada korteks serebri dimana sinyal sensoris langsung mencapai korteks tanpa melalui talamus.

Jaras BaruJaras yang lebih baru ini berjalan melalui talamus pada bagian nukleus dorsomoedial, kemudian menuju kuadran lateroposterior dari korteks orbitofrontal. Sistem ini kemungkinan berperan pada analisis bau, seperti persepsinya secara sadar dan pembedaannya dengan bau lain.

3.3.4. Abnormalitas PenghiduanKelainan pada sistem indera khusus ini adalah anosmia, hiposmia, dan disosmia. Disosmia merupakan penghiduan dimana terdapat bau yang seharusnya tidak ada atau penginderaan yang terdistorsi. Hiposmia merupakan berkurangnya sensitivitas olfaktorius. Anosmia merupakan hilangnya indera penghidu. Terdapat berbagai jenis anosmia pada manusia dan diperkirakan disebabkan oleh tidak adanya atau gangguan fungsi dari reseptor odoran. Disamping itu, ambang batas penciuman meningkat seiring dengan usia, dan lebih dari 75% manusia berusia di atas 80 tahun mengalami gangguan dalam mengidentifikasi bau3. Oleh karena itu, terkait pemicu, Ibu Marni selayaknya mengalami penurunan sensitivitas penghiduan yang umum terjadi pada orang yang menua. Namun, melihat kemampuan Ibu Marni untuk mencium bau rokok Denny, dapat diperkirakan fungsi penghiduan Ibu Marni masih baik.

Daftar PustakaSherwood L. Human Physiology: From Cells To System, 6th ed. Belmont: Thomson Brooks/Cole. 2007; 221-7.Guyton AC, Hall JE. Textbook Of Medical Physiology, Eleventh Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2006; p. 667-70.Ganong WF. Review of Medical Physiology. USA: The McGraw-Hill Companies. 2005

Selesai deh, mohon maaf kalo bahasanya ancur dan tentirnya abal2.. Ga ada pertanyaan deh.. ga kepikir. Hidup udah susah jangan dibuat tambah susah betul?? Skian

4. Aspek Biokimia Mata

4.1. Bagian-bagian Mata

4.1.1. KorneaTerpapar langsung dengan oksigen udara (20-21%) dan polutan-polutan tergantung di mana kita berada.

4.1.2. LensaLensa adalah suatu kantung yang diselubungi epitel yang isinya adalah protein kristalin. Epitel lensa memperoleh energi melalui metabolisme seperti sel lain baik menggunakan glukosa, asam amino maupun asam lemak. Sel epitel lensa membelah membentuk serat atau fiber yang menghasilkan protein lensa (kristalin). Epitel lensa memiliki inti sel, mitokondria dan organel yang mengalami destruksi selama serat berkembang sehingga lensa menjadi transparan karena ketiadaan organel.

Kristalin menyusun 95% protein dalam serat lensa, terdiri atas kelas , dan kristalin (mamalia), merupakan protein yang larut dalam air sehingga menjadi bening. Jika protein tidak larut maka akan terdenaturasi sehingga terjadi gumpalan-gumpalan dan terjadilah katarak. Pada keadaan normal kristalin larut dalam air, namun karena suatu kondisi seperti paparan terhadap polutan maka kristalin dapat terdenaturasi dan akhirnya menggumpal dan terjadilah katarak.

Pada orang dewasa, lensa tidak dapat mensintesis kristalin lagi untuk menggantikan yang telah rusak sehingga kristalin yang ada harus terus dipelihara. Sel kantung lensa terus tumbuh ke dalam, kehilangan organel dan menghasilkan serat yang mengandung kristalin. Lensa menjadi bening, namun karena terus terdesak ke tengah akhirnya memadat dan membentuk nukleus. Membran epitel lensa aktif mentransport ion Na+ keluar dan K+ ke dalam menggunakan pompa Na+K+ATPase.

Lensa mata memiliki kapsul dan epitel di sekeliling lensa. Epitel selalu mengalami pembelahan (mitosis), maturasi dan penghilangan organel (autofagi, mencerna protein) dan nukleus sehingga menjadi bening dan memadat di tengah membentuk nukleus lensa mata. Sel ini banyak terdapat di permukaan lensa di bagian anterior. Sel lain yang mengalami penghilangan inti adalah eritrosit.

4.1.3. Humor AkuosCairan seperti air di ruang depan mata, di sintesis badan siliaris. Ruangannya terletak di antara kornea dan lensa.

4.1 4. Humor Vitreus Cairan yang memberi bentuk bola mata menjadi sferis. Membuat tekanan di dalam bola mata, sehingga retina dapat menempel di dinding bola mata. Mempunyai konsistensi seperti putih telur, dan 99% terdiri dari air. Humor vitreus adalah suatu jel jernih yang menempati ruangan bagian belakang mata terletak di antara lensa kristalin dan retina dan mengisi 80% volume bola mata.Sinar pertama kali masuk ke dalam mata melalui kornea, pupil dan lensa kemudian diteruskan menembus vitreus ke retina.

Komposisinya terdiri dari air, jala-jala yang tersusun dari fibril kolagen transparan, molekul besar asam hialuronat, sel perifer (hialosit), garam inorganik, gula, asam askorbat (Vitamin C). Kandungan vitamin C di mata sangat tinggi, terdapat pompa yang secara aktif memasukkan vitamin C ke dalam mata yang berfungsi sebagai antioksidan karena mata sangat terpapar dengan polutan di luar tubuh. 4.1.5. Badan Siliaris Menghubungkan lensa dengan jaringan tepi, dan mensekresi cairan yang mengisi ruang depan mata (humor akuos). Terdiri dari prosesus siliaris dan muskulus siliaris yang dapat menyebabkan lensa berubah bentuk. Jika mata fokus kepada objek yang jauh maka otot akan relaks, menyebabkan ligamen akan tertarik dan lensa menjadi memanjang. Sebaliknya jika mata fokus kepada benda yang dekat, otot akan berkontraksi, ligamen akan mengendur dan lensa akan memendek. Pada orang tua muskulus siliaris melemah, sehingga kemampuan fokus terutama untuk jarak dekat akan semakin berkurang.

4.1.6. Koroid Berada di belakang retina pada bagian depan mata, membentuk badan siliaris. Banyak mengadung sel darah untuk mensuplai mata dengan nutrien dan oksigen juga membuang sampah dari mata. Koroid memiliki pigmen dengan konsentrasi tinggi yakni melanin di dalam selnya. Pigmen ini digunakan untuk mencegah refleksi internal dalam mata sehingga gambar yang diterima mata tidak menjadi buram. Kalau produksi melanin berlebih maka akan terlihat seperti tahi lalat dalam mata.

4.1.7. RetinaRetina menangkap dan mengubah gelombang cahaya menjadi impuls listrik yang dapat diinterpretasi oleh otak. Di belakang retina terdapat lapisan dalam sel-sel yang sensitif terhadap cahaya yang disebut sel kerucut dan sel batang. Di tempat nilah suatu benda diproyeksikan. Sel batang bertanggung jawab untuk penglihatan pada malam hari, dan sel kerucut bertanggung jawab untuk penglihatan pada siang hari. Retina juga mengandung lapisan sel ganglion pada permukaannya yang menghubungkan serat saraf dengan nervus optikus

4.1.8. Nervus optikus Bertanggung jawab membawa informasi visual ke otak. Nervus optikus tidak mengandung reseptor sensorik, oleh karena itu, kepala dari nervus optikus (diskus optikus) dapat disamakan dengan bintik buta pada mata.

4.1.9. FoveaFokus pada mata normal berada di fovea. Di mana pada bagian ini banyak terdapat sel kerucut dan merupakan bagian yang sangat teliti dan bisa membedakan warna

4.2. Masalah-masalah yang dihadapi Mata- Kornea terpapar langsung dgn 21% oksigen.- Lensa sangat peka terhadap singlet oksigen.- Singlet oksigen bisa terbentuk karena lensa terpapar cahaya berlebih. Hal ini menyebabkan kerusakan dan terjadinya ikatan silang pada protein lensa. Pada keadaan normal protein lensa hanya saling berdekatan, namun karena adanaya paparan cahaya berlebih, hal ini menyebabkan protein lensa membentuk ikatan silang dan membentuk agregat sehingga muncul titik-titik dalam lensa mata dan menimbulkan katarak. Contohnya: Sinar UV mendegradasi triptofan menjadi N-formilkinurenin yg memicu pembentukan singlet oksigen.

- Kristalin hanya dapat disintesis sekali dan berumur panjang. Sehingga apabila terjadi kerusakan maka kerusakan tersebut akan menumpuk. Terjadilah denaturasi, oksidasi dan agregasi sehingga menurunkan transparansi lensa (katarak). Terpapar sinar matahari atau sinar UV atau radiasi pengion merupakan faktor resiko katarak. Kristalin berperan sebagai chaperon yang memproteksi kristalin lainnya terhadap paparan termal dan ikatan silang oksidatif. Chaperon, sejarahnya pada orang demam ada protein yang disekresi tinggi sekali yakni heat shock protein, yang setelah diteliti berfungsi untuk mengembalikan protein-protein yang mengalami denaturasi selama demam menjadi struktur 3 dimensi seperti awalnya. Ternyata jenis protein yang bertugas seperti heat shock protein cukup banyak sehingga menjadi satu kelompok yang disebut chaperon.

- Lensa katarak.Akibat cahaya yang berlebih masuk ke mata, di dalam lensa terdapat produk rusak oksidasi : metionin sulfoksida, metatirosin, ortotirosin,L-DOPA, leusin hidroksida. Terlihat adanya kenaikan H2O2 dan penurunan kadar GSH yang bertugas mengurangi oksidan dalam lensa mata. Adanya penyakit mempermudah terjadinya katarak. Contohnya pada penderita diabetes, karena glukosa dalam darah yang berlebihan, glukosa dapat berikatan silang dengan protein lensa, beragregasi dan terjadi kekeruhan lensa katarak diabetik.

- Cairan vitreus mengandung asam hialuronat.Asam hialuronat pada cairan vitreus sama seperti yang terdapat pada sendi bersifat viskos yang berfungsi sebagai pelumas (oli). Asam hialuronat dapat terdepolimerisasi oleh serangan OH radikal kehilangan viskositasnya. Kadar normal H2O2 (prekursor OH) dalam lensa 1 M, pada katarak lebih tinggi.

- Kerusakan lain yang dapat muncul akibat radikal bebas contohnya reaksi antara H2O2 dengan ion logam Fe atau hem menyebabkan kerusakan retina dan lensa bisa sampai terjadinya kebutaan. Hal ini dapat terjadi pada kasus penetrasi ion Fe atau perdarahan dalam mata,kerusakan jaringan. Penumpukan Fe akibat perdarahan lokal contohnya di retina pada kondisi tertentu seperti diabetes, cenderung mengamplifikasi radikal terutama saat bergabung dengan vitamin C (reaksi Fenton). Selain itu, kekurangan ceruloplasmin, hephaestin dapat menyebabkan overload Fe dalam retina degenerasi.

- Sel epitel lensa.Mudah rusak walau oleh peroksida /H2O2. Menunjukkan rusaknya strand DNA dan adanya abnormalitas transport ion seperti pada kerusakan Na+K+ATPase.

- Retina mempunyai kecepatan tinggi dalam pengambilan oksigen, Karena kebutuhan energi yang tinggi untuk proses transmisi neuron, sintesis dan recycle molekul-molekul yang terlibat dalam proses melihat/visus. Walaupun hanya iskemi kecil terjadi pada mata, hal ini dapat menyebabkan kerusakan visus ireversibel karena sangat rentan terhadap radikal. Kecepatan pengambilan O2 yang tinggi menyebabkan tingginya produksi Reactive Oxygen Species. Membran retina mengandung lipid PUFA yang tinggi terutama DHA (docosahexaenoic acid) sehingga rentan terhadap peroksidasi. Masalahnya, pigmen retina rodopsin dapat memicu pembentukan singlet O2dan terletak pada daerah retina yang banyak mengandung DHA. Maka, untuk kesehatan mata, pada susu bayi ditambahkan EPA dan DHA untuk mengganti membran sel saraf yang rusak karena retina merupakan sel saraf yang termodifikasi.

Protein retina dapat rusak secara oksidatf oleh karena produk peroksidasi atau foto-oksidatif langsung dan merupakan target kerusakan penting . ABCR suatu transporter berfungsi sebgai proteksi untuk mendaur all-trans-retinal. Peroksidasi lipid juga meningkat dalam retina oleh karena radiasi, pemaparan oksigen (high level), injeksi ke dalam mata menyebabkan kerusakan berat retina. Defisiensi selenium dan tokoferol- dalam diet tikus hilangnya PUFA + akumulasi produk flouresen dalam epitel pigmen retina.

4.3. Metabolisme MataPandangan mata akan jelas bila tidak ada yang menghalangi di dalam mata (kornea sampai retina, saraf normal). Mata tersusun dari jaringan hidup, perlu terus menerus nutrisi yang berasal dari jalur-jalur metabolisme konvensional. Air mata berfungsi membasahi luar mata. Bagian dalam mata dibasahi oleh humor akuos yang mengandung garam, albumin, globulin, glukosa, dan lain-lain. Humor akuos, suatu gelatin yang memelihara bentuk mata (pliable) berfungsi membawa nutrien ke kornea, lensa dan mengambil produk metabolisme.

4.3.1. KorneaMata adalah kepanjangan dari sistem saraf, yang memerlukan bahan bakar glukosa. Perolehan ATP 30% dari glikolisis, 65% dari jalur HMP-shunt (aktivitas paling tinggi di mata). Aktivitas glutation reduktase paling tinggi di kornea di mana perlu NADPH (produk HMP-shunt). Epitel kornea permeable terhadap O2 atmosfer yang dibutuhkan untuk reaksi oksidatif. Namun produk reaksi (active oxygen species) dapat mencederai jaringan antara lain : oksidasi gugus sulfhidril protein menjadi disulfida oleh lipid peroksidasi (yang sebagian besar adalah medium chain lipid : 6C atau lebih). Glutation (GSH) digunakan untuk mereduksi ikatan disulfida dan peroksida lipid kembali ke bentuk alamiahnya, dan GSH menjadi GSSG (teroksidasi).

GSSG + NADPH+ H+ 2GSH+NADPJalur pentosa fosfat dan glutation reduktase melindungi mata dari ROS. Lipid yang terperoksidasi kadang spontan membentuk aldehid aktif yang bereaksi dengan komponen jaringan lain. Kornea mempunyai aldehid dehidrogenase yang dapat menginaktifkan aldehid tersebut.

4.3.2. LensaTerendam dalam humor akuos di depan dan vitreus di belakang, tidak ada suplai darah. Memperoleh nutrisi dari humor akuos dan pembuangan metabolit juga melalui humor akuos. Tersusun sebagian besar dari air dan protein : kristalin (, , ), albuminoid, enzim dan protein membran.Lensa rentan terhadap oksidasi-reduksi, osmolaritas, kenaikan metabolit eksesif, radiasi UV. Keseimbangan osmotik dipelihara oleh pompa Na+K+ATPase.

Keseimbangan redoks dipertahankan oleh glutation reduktase.Selain kristalin terdapat small heat shock protein (sHSP) atau chaperon yang mempertahankan protein agar tidak teragregasi/ denaturasi.

Energi diperoleh dari metabolisme glukosa, 85% dari glikolisis ,10% dari jalur pentosa fosfat dan 3% dari siklus TCA diduga dari sel di perifer lensa. Bagian tengah lensa adalah inti yang kurang elastis yang menyebabkan berkurangnya kemampuan pandangan dekat (presbiop). Sejak lahir sampai dengan 80 tahun lensa membesar 3x ukuran atau rata-rata 2,5x lebih tebal.

Katarak adalah mengeruhnya lensa mata terbagi 2 yakni senile dan diabetik .Senile disebabkan kerusakan arsitektur, kerusakan protein mulai dari terminal C, deamidasi, rasemasi residu asparil. Diabetik disebabkan kenaikan osmolaritas lensa oleh karena kenaikan aktivitas aldosa reduktase dan polyol (aldosa) dehidrogenase. Bila kadar gula tinggi maka glukosa diubah menjadi sorbitol oleh aldosa reduktase. Sorbitol dapat berubah menjadi fruktosa oleh enzim polyol DH. Akumulasi sorbitol menyebabkan kenaikan osmolaritas lensa struktur organisasi kristalin berubah, kecepatan agregasi dan denaturasi protein meningkat. light scattering = katarak.

4.3.3. RetinaRetina memperoleh energi dari glikolisis anaerobik. Jaringan mendapat vaskularisasi dengan pusat fovea sentralis (avaskular).

4.4. Degenerasi Makula dan Hilangnya Visus

4.4.1. GlaukomaSering dihubungkan dengan Diabetes Melitus. Makula adalah area sirkular di retina tengah, yang tersusun dari banyak konus. Degenerasi makula: kering atau basah. Kering bila degenerasi lambat/kronis. Basah bila terjadi cepat/ akut dalam beberapa hari dan dapat menjadi buta. Pecah pembuluh darah pada makula menyebabkan kebutaan cepat yang mungkin dapat temporer. Glaukoma menurunkan suplai makanan ke lensa, menurunkan suplai NADPH. Glutation peroksidase, peroksiredoksin dan katalase terdapat di semua bagian mata. Kadar H2O2 yang tinggi dapat menginaktivasi peroksiredoksin.

4.4.2. Retinitis PigmentosaMerupakan kondisi yang progresif dan pelan yang berhubungan dengan hilangnya penglihatan malam dan perifer. Penyakit genetik (X-linked) yang dihubungkan dengan metabolisme lipid abnormal. Mutasi protein rodopsin, periferin/RDS retinal degeneration slow.

4.5. Antioksidan untuk MataSel epitel kornea mengandung antioksidan askorbat, GSH, SOD dan H2O2-removing enzyme. Ferritin berfungsi sekuestrasi Fe, melindungi DNA dari renjatan UV.Paparan sinar UV menyebabkan ferritin bergerak dari sitoplasma ke nukleus dibawa oleh ferritoid (protein). Kadar GSH dalam lensa tinggi, khususnya di epitelium, melindungi gugus tiol kristalin agar tidak beragregasi membentuk cluster opaque. Rasio GSH/GSSG dipertahankan normal oleh glutation reduktase dan NADPH.

SOD terdapat di seluruh jaringan mata, kebanyakan adalah CuZnSOD. CuZnSOD rentan terhadap glikasi (Diabetes) dan H2O2. Segmen luar sel batang banyak mengandung tokoferol- dan tokoferol- transfer protein. Menambah vitamin E tersebut dalam makanan dapat menghambat katarak. Vitamin C terdapat tidak hanya di air mata, tapi juga dalam konsentrasi tinggi di lensa, kornea, RPE, humor akuos, vitreus. Vitamin C konsentrasinya paling tinggi di sel epitel kornea. Tugas vitamin C adalah menyerap sinar UV, mendaur ulang vitamin E, scavenger : singlet oksigen, O2 radikal dan OH radikal serta ROS lainnya. Lipokalin dan laktoferrin dalam air mata dapat mengikat besi. Askorbat dapat menjadi peroksidan bila bergabung dengan ion metal.

Pertanyaan- Kristalin berperan sebagai chaperon yang memproteksi kristalin lainnya terhadap paparan termal dan ikatan silang oksidatif.- Singlet oksigen bisa terbentuk karena lensa terpapar cahaya berlebih, hal ini menyebabkan kerusakan dan terjadinya ikatan silang pada protein lensa.

I never see what has been done; I only see what remains to be done.- Buddha

Segala puji bagi Tuhan seluruh alam.

18