Kompetensi
Manajerial
02-B1
Pengawas Sekolah
Pendidikan
Menengah
METODE DAN TEKNIK SUPERVISI
DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2008
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
A. Landasan Teoritik Supervisi Pendidikan 1
B. Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan 7
C. Misi, Visi, Orientasi Dan Strategi Supervisi Pendidikan 13
D. Keterampilan Teknik dalam Supervisi Pendidikan 16
E. Kompetensi Supervisor Pendidikan 19
F. Rumpun Kompetensi Supervisor sebagai Acuan Kerja 20
G. Rumpun Kompetensi Supervisor sebagai Acuan Kerja 35
H. Contoh Kasus Kepengawasan 36
I. Pertanyaan Kasus 37
J. Daftar Pustaka 38
A. Landasan Teoritik Supervisi Pendidikan
Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan
untuk memiliki serta memahi bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang
tertuang dalam permen tentang kepengawasan. Hal ini salah satunya tentang
kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi.
Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Dalam
Webstr’s New World Dictionari istilah super berarti “higher in rank or position
than, superior to (superintendent), a greater or better than others” (1991:1343)
sedangkan kata vision berarti “the ability to perceive something not actually
visible, as through mental acutness or keen foresight (1991:1492).
Seorang supervisor adalah seorang yang profesional ketika menjalankan
tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Untuk menjalankan supervise diperlukan kelebihan yang dapat
melihat dengan tajam terhadap permasalahan peningkatan mutu pendidikan,
menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar
menggunakan penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya bukan masalah
kongkrit yang tampak, melainkan memerlukan insight dan kepekaan mata batin.
Ia membina peningkatan mutu akademik yang berhubungan dengan usaha-usaha
menciptakan kondisi belajar yang lebih baik, yang berupa aspek akademis bukan
masalah fisik material semata. Perumusan atau pengertian supervisi dapat
dijelaskan dari berbagai sudut, baik menurut asal-usul (etimologi), bentuk
perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung di dalam perkataanya itu
(semantic).
Secara etimologis, supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S
Poerwadarminta yang dikutip oleh Ametembun (1993:1) : “Supervisi dialih
bahasakan dari perkataan inggris “Supervision” artinya pengawasan.
Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut Ametembun (1993:2),
menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua
buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna
yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai
kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat,
menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.
Pengertian supervisi secara semantik adalah pengertian yang dirumuskan
oleh para ahli, untuk memperoleh suatu gambaran komparatif. Berikut ini
beberapa definisi mengenai supervisi di bidang pendidikan.
Supervisi adalah pengawasan profesional dalam bidang akademik
dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya,
memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekadar pengawas biasa.
Istilah supervisi atau pengawasan dalam kelembagaan pendidikan
diidentikkan dengan supervisi pengawasan profesional, hal ini tentu dihadapkan
pada berbagai peristiwa dan kegiatan, contoh jika pengawasan dilakukan oleh
kepala sekolah, maka pengawasan dilakukan untuk melihat kinerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran terhadap siswa, namun jika supervisi dilaksanakan
oleh pengawas satuan pendidikan, maka kepala sekolah dalam konteks
kelembagaan jelas menjadi tujuan utama dalam meningkatkan mutu pendidikan
secara menyeluruh.
Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kesepakatan
bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri
pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan
oleh ( Gregorio, 1966, Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg
Miller, 2003). Hal ini diungkapkan pula dalam Association for Supervision and
Curriculum Development, 1987:129) yang menyebutkan sebagai berikut:
Almost all writers agree that the primery focus in educational supervision
is-and should be-the improvement of teaching and learning. The term
instructional supervision is widely used in the literatur of embody all effort
to those ends. Some writers use the term instructional supervison
synonymously with general supervision.
Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja dan pengawasan mutu pendidikan
oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan
supervisi oleh kepala sekolah, dalam hal ini bertujuan untuk memberikan
pelayanan kepada kepala sekolah untuk mengembangkan mutu kelembagaan
pendidikan, memfasilitasi kepala sekolah agar dapat melakukan pengelolaan
kelembagaan secara efektif dan efisien.
Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh
pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya untuk melakukan suatu
pengamatan secara intensif terhadap kegiatan utama dalam sebuah organisasi dan
kelembagaan pendidikan dan kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed
back, sebagaimana diadaptasi dari (Razik, 1995: 559). Hal ini sejalan pula dengan
adaptasi dari L Drake (1980: 278) yang menyebutkan bahwa supervisi adalah
sebagai suatu peristilahan yang sophisticated, sebab hal ini memiliki arti yang
luas, yakni identik dengan proses manajemen, administrasi, evaluasi dan
akuntabilitas atau berbagai aktivitas serta kreatifitas yang berhubungan dengan
pengelolaan kelembagaan pada lingkungan kelembagaan setingkat sekolah.
Mengacu pada pemikiran diatas, maka bantuan berupa pengawasan
profesional oleh pengawas satuan tenaga kependidikan tentu diarahkan pada
upaya untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan kepala sekolah dalam
menetralisir, mengidentifikasi serta menemukan peluang-peluang yang dapat
diciptakan guna meningkatkan mutu kelembagaan secara menyeluruh.
Rifa’i (1992: 20) merumuskan istilah supervisi merupakan pengawasan
profesional, sebab hal ini disamping bersifat lebih spesifik juga melakukan
pengamatan terhadap pengawasan akademik yang mendasarkan pada kemampuan
ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen biasa yang
bersifat human, tetapi lebih bersifat menuntut kemampuan profesional yang
demokratis dan humanistik oleh para pengawas pendidikan.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada tiga kegiatan, yakni: supervisi
akademis, supervisi administrasi dan supervisi lembaga. Ketiga kegiatan besar
tersebut masing-masing memiliki garapan serta wilayah tersendiri, supervisi
akademis sendiri dititik beratkan pada pengamatan supervisor tentang masalah-
masalah yang berhubungan dengan kegiatan akademis, diantaranya hal-hal yang
langung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa
sedang dalam proses mempelajari sesuatu.
Sedangkan supervisi administrasi menitik beratkan pada pengamatan
supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan
pelancar terlaksananya pembelajaran dan administrasi lembaga sendiri diarahkan
pada kegiatan dalam rangka menyebarkan objek pengamatan supervisor tentang
aspek-aspek yang berada di seantero sekolah dan berperan dalam meningkatkan
nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan.
Sasaran pengawasan di lingkungan kelembagaan pendidikan selama ini
menunjukkan kesan seolah-olah segi fisik material yang tampak merupakan
saaran yang sangat penting, namun pengolahan dana, sistem kepegawaian,
perlengkapan serta sistem informasi yang dipergunakan oleh lembaga nyaris
merupakan sesuatu yang terabaikan.
Supervisi kelembagaan menebarkan objek pengamatan supervisor pada
aspe-aspek yang berada d lingkungan sekolah, artinya lebih bertumpu pada citra
dan kualitas sekolah, sebab dapat dimaklumi bahwa sekolah yang memiliki
popularitas akan menjadi lembaga pendidikan yang secara otomatis dapat menarik
perhatian masyarakat yang pada gilirannya akan menyekolahkan anak-anak
mereka ke sekolah dimaksud.
Citra sekolah selain digambarkan oleh sarana dan fasilitas yang memadai,
juga dibuktikan dengan kualitas proses pembelajaran serta kualitas lulusan yang
dapat diakui oleh masyarakat keberadaan lulusan lembaga terkait, selain itu juga
tampak sekolah yang baik dilihat dari sisi ketertiban, pengelolaan, kesejahteraan
serta situasi dan kondisi lingkungan yang memang kondusif untuk belajar.
Pada beberapa kajian seperti yang diungkapkan oleh Gregorio (1966)
dikemukakan bahwa lima fungsi utama supervisi antara lain berperan sebagai
inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara
lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, dan pada lembaga
terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain berperan dalam melakukan
penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada guru, siswa,
kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah
menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interview, angket,
pertemuan-pertemuan dan daftar isian.
Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang
berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan
prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan
data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik suatu kesimpulan atas
apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan diatas.
Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dihadapi, dan dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara
baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, dan jenis
pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui demonstrasi mengajar,
workshop, seminar, observasi, individual dan group conference, serta kunjungan
supervisi.
Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru
baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai
perbaikan dalam menjalankan tugasnya, dan bimbingan sendiri dilakukan dengan
cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan merangsang
untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur
mengajar yang baru.
Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang
diinginkan, seberapa besar telah dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan
beragai cara seperti test, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa,
melihat perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang
berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
B. Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan
Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh
oleh pengawas pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik
oleh sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri, sedangkan
teknik adalah langkah-langkah kongkrit yang dilaksankan oleh seorang
supervisor, dan teknik yang dilaksanakan dalam supervisi dapat ditempuh melalui
berbagai cara, yakni pada prinsifnya berusaha merumuskan harapan-harapan
menjadi sebuah kenyataan.
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai
tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-guru
dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan
serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan
mutu pendidikan.
Dalam supervisi dikenal dengan dua teknik besar, yakni teknik individual
dan teknik kelompok. Teknik individual antara lain berupa (1) kunjungan dan
observasi kelas (2) individual conference (3) kunjungan antar guru-guru (4)
evaluasi diri (5) supervisory buletin (6) profesional reading (7) profesional
writing, sedankan teknik kelompok antara lain (1) rapat staf sekolah (2) orientasi
guru baru (3) curriculum laboratory (4) panitia (5) perpustakaan profesional (6)
demonstrasi mengajar (7) lokakarya (8) field trips for staff personnels (9) pannel
or forum discussion (10) in service training dan (11) organisasi profesional.
Pada teknik individual seperti dengan melakukan kunjungan dan observasi
kelas, pada beberapa pendapat sering dipandang sbagai salah satu kegiatan yang
menyebabkan prediksi yang berbeda terutama di kalangan guru serta kepala
sekolah yang diamati oleh pengawas satuan pendidikan, walaupun pada
prinsipnya kunjungan kelas merupakan perekaman informasi akurat yang datang
secara langsung dari sumber belajar seperti guru dan peserta didik.
Sisi lain yang juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas atau
observasi adalah menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan, sebab kesan
ini akan menimbulkan kesan negatif baik bagi yang melaksanakan observasi
ataupun yang diobservasi itu sendiri, akan tetapi hubungan yang harus
dikembangkan adalah atas dasar kerjasama dan profesionalisme antara guru,
kepala sekolah dan supevisor itu sendiri.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa observasi kelas
hendaknya dilakukan dengan memakai instrumen yang telah disepakati
sebelumnya oleh kedua belah pihak dengan sebelumnya melakukan pertemuan
pribadi atau paling tidak diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang akan
diujikan di lapangan oleh supervisor.
Hariwung (1989) menyebutkan bahwa tujuan yang dikehendaki dalam
observasi kelas antara lain adalah untuk:
o Mempelajari material yang dipelajari oleh siswa, validitasnya terhadap tujuan
pendidikan, faedah, minat, serta nilainya untuk siswa.
o Mempelajari usaha-usaha guru untuk mendorong dan menuntun siswa untuk
belajar, prinsip-prinsip yang dipergunakan dan aplikasinya dalam materi
umum dan materi khusus bagi siswa dalam belajar
o Mempelajari usaha-usaha yang dipergunakan dalam menemukan,
mendiagnosa, serta memperbaiki kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi
oleh siswa
o Mempelajari usaha-usaha yang dipakai untuk menilai hasil belajar, sifat dan
alat metode pengukuran serta hubungannya dengan tujuan dari situasi belajar-
mengajar, namun bukan mencatat kesalahan-kesalahan guru-guru guna
tujuan-tujuan lain.
Dalam tataran teoritik, observasi kelas sudah lama diperkenalkan di
kalangan pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Charles W Boardman bahwa
kunjungan kelas memiliki kemampuan sangat besar dan dapat menunjang
perbaikan-perbaikan pembelajaran secara langsung, bahkan dapat diamati pula
jika kedapatan metode serta proses pembelajaran yang kurang memadai dilakukan
oleh seorang guru, maka hal ini akan diperbaiki secara langsung tentunya
mempergunakan prosedur perbaikan pembelajaran secara proporsional dan
profesional.
Walaupun pada tataran praktik, metode kunjungan kelas atau observasi
kelajiman guru memiliki prediksi dan penilaian yang kurang baik, bahkan tidak
sedikit guru yang memberikan permusuhan, terlebih dengan perilaku observer
yang kurang menghargai, walaupun sebenarnya dalam hal ini terjadi tarik menarik
yang kurang didasarkan atas prinsip dan prosedur pengawasan mutu pendidikan
yang berpatokan pada standar mutu.
Pada prinsip umumnya kunjungan kelas di lakukan dengan tiga kegiatan,
yakni kunjungan atas permintaan dan undangan dari guru, kunjungan yang
diberitahukan oleh kepala sekolah dan kunjungan mendadak (sidak) yang
memang dilaksanakan oleh supervisor sebagai bagian dari tugas dia sebagai
pengawas mutu pendidikan.
Selain prinsip yang dikemuakakan diatas, maka untuk memudahkan
bagaimana melihat perkembangan, prinsip dasar, tujuan serta kekuatan dan
kelemahan yang terdapat dalam teknik dan metode supervisi, maka dibawah ini
akan disajikan dalam bentuk uraian berupa matrik metode dan teknik supervisi.
Matrik: 1
Metode dan Teknik Supervisi Individual
NO Metode &
Teknik
Supervisi
Prinsip Dasar
Supervisi
Tujuan Supervisi Analisis
1.
Observasi
Perekaman
informasi secara
langsung dalam
kegiatan belajar-
mengajar
Memvalidasi
keberhasilan
tujuan
pendidikan yang
dilakukan oleh
guru
Timbulnya kesan serta
kesenjangan antara
atasan dan bawahan
2.
Pertemuan
Individu
Dilaksanakan
setelah observasi
dilakukan,
sehingga terjalin
hubungan akrab
Menganalisa
kesulitan-
kesulitan belajar
baik yang
ditimbulkan oleh
Hendaknya dilakukan
oleh supervisor yang
memiliki tingkat
kompetensi yang
tinggi.
guru maupun
oleh komponen
yang lain
3.
Kunjungan
Antar Guru
Pertukaran
pengalaman yang
dilaksanakan
oleh forum guru
Meningkatkan
sikap,
keterampilan
serta
pengetahuan
Menumbuhkan prinsif
pengajaran yang
menyenangkan oleh
berbagai pihak
4.
Evaluasi
Diri
Menumbuhkan
dan
mengembangkan
potensi diri
secara akurat
Menumbuhkan
dan
membangkitkan
keberanian diri
pada guru
Kesulitan yang
dihadapi akan kembali
pada sejauhmana
masing-masing
individu memiliki
kesadaran diri
NO Metode &
Teknik
Supervisi
Prinsip Dasar
Supervisi
Tujuan Supervisi Analisis
5.
Supervisi
bulletin
Pemusatan ha-sil
belajar ber-
dasarkan seca-ra
menyeluruh
Menciptakan
komunikasi
internal dan
bersifat pe-
ngembangan staf
Pengoptimalisasian
media ce-tak bagi pen-
didikan
6. Bacaan
Profesio-nal
Memperkaya
pengalaman
individual
Penggalian po-
tensi diri se-cara
akurat
Ketersediaan sarana
sekolah menjadi peng-
hambat utama
7 Menulis
Profesio-nal
Mengoptimalkan
potensi diri
melalui tulisan
ilmiah
Meningkatkan
kemandirian
profesional
Kurangnya percaya
diri dalam menulis
yang dirasakan oleh
banyak kalangan, serta
media yang kurang
men-dukung
Matrik: 2
Metode dan Teknik Supervisi Kelompok
N0
Metode &
Teknik
Supervisi
Prinsip Dasar
Supervisi
Tujuan
Supervisi Analisis
1
Rapat
Sekolah
Merencanaka
n bersama-
sama visi.
Misi, orientasi
dan strategi
sekolah
Memperbaiki
kualitas per-
sonil staf dan
program
sekolah
Rapat berjen-jang dengan
memperhatikan kualitas
efek-tifitas dan efi-siensi
2
Orientasi
Guru Baru
Memperkenal
kan dan
memperkaya
pengalaman
de-ngan jalan
bertu-kar
pengalaman
Mendapatkan
informasi bagi
guru baru ten-
tang sekolah
terkait
Jarang dilaku-kan karena
kurangnya kesa-daran
untuk hal tersebut
3 Laboratoriu
m
Kurikulum
Membantu
pengembanga
n kurikulum
bagi pi-hak
terkait, teruta-
ma guru
Membantu guru
dan personil
sekolah dalam
mengembang-
kan dan mem-
perbaiki kuri-
kulum
Hal ini baru dikembangkan
oleh sekolah-sekolah
unggul
4
Panitia
Memecahkan
masalah-
masalah
khusus dalam
tugas
kepanitiaan
sekolah
Mendorong
keberanian dan
menciptakan
kesempatan
bagi individu
dalam penga-
laman profesi-
onal
Kecenderungan
melemparkan tugas-tugas
tertentu sering terjadi
5
Perpusta-
kaan
Profesi-onal
Memberikan
bantuan
dalam
peningkatan
kompetensi
profesional
Memotivasi
peningkatan
pengetahuan
Pembentukan kebiasaan se-
suatu yang ha-rus
dilaksanakan sedini
mungkin
6 Demonstrasi
Mengajar
Peningkatan
didaktik dan
Metodik Guru
Membantu
mengembangka
n pengajaran
yang efektif
Jarang dilaksa-nakan selain
ku-rang adanya percaya
diri juga tingkat pemoti-
vasian yang rendah
N0
Metode &
Teknik
Supervisi
Prinsip Dasar
Supervisi
Tujuan
Supervisi Analisis
7 Lokakarya Menghidupka
n kerjasama
yang
memadai
Pemecahan
masalah dan
situasi sehari-
hari
Membutuhkan biaya yang
cukup tinggi
8
Field Trips
for Staff
Personnels
Memberikan
kesempatan
pada
pengembanga
n staf
Memahami
teknik supervisi
yang ditentukan
oleh kebutuhan
staf
Perlunya tindak lanjut
dengan sistem evaluasi
yang memadai
9
Diskusi
Panel
Memperkaya
ide dan
gagasan da-
lam
pemecahan
masalah
Menumbuhkan
sikap, pengeta-
huan dan kete-
rampilan
Sikap berpikir kritis sangat
diperlukan na-mun hal ini
ja-rang dilaksana-kan
karena mengingat besar
biaya yang ha-rus
dikeluarkan
10 In Service
Training
Mengacu
pada azas
pendidikan
seumur hidup
Pemenuhan
kebutuhan
tenaga
profesional
Diperlukan stra-tegi yang
me-madai dalam pe-
ngembangan ini
11 Organisasi
profesi
Keanggotaan
dalam profesi
menjadi
kebutuhan
tersendiri
Peningkatan
tanggung jawab
dan kesadaran
Sejauh ini patut
dipertanyakan lembaga ini
dalam pengem-bangan
karir.
C. Misi, Visi, Orientasi Dan Strategi Supervisi Pendidikan
Visi merupakan pandangan jauh kedepan yang dapat diciptakan oleh
supervisor dalam melihat kebutuhan-kebutuhan baik bagi pengembangan
kelembagaan maupun pengembangan personal yang sekaligus menjadi pelaksana
kelembagaan terkait, sedangkan orintasi sendiri diartikan sebagai salah satu
wacana yang ingin dikembangkan terkait dengan tindakan-tindakan nyata yang
dilakukan oleh supervisor dalam rangka pengembangan diri.
Misi supervisi dalam dunia pendidikan adalah untuk mengoptimalkan
pencapaian sasaran akademik, yang berupa penguasaan murid atas mata pelajaran
yang diajarkan.
Sedangkan strategi merupakan seperangkat tindakan yang seyogyanya
dilakukan untuk memcapai tujuan dengan mengakomodasi segenap kemampuan
sekolah yang dimiliki. Setiap tindakan yang dilakukan ditunjukan untuk mencapai
tujuan. Usaha yang dijalankan merupakan tindakan merealisasikan tujuan agar
tercapai dengan cara yang terbaik. Semua tindakan diambil karena mengerti dan
memahami dengan baik bagaimana semestinya meningkatkan mutu pembelajaran
dilakukan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pelipat gandaan usaha, memaksimalkan
aktivitas termasuk di dalamnya membuat keputusan, merumuskan tujuan,
membuat kebijakan, meyusun program, menggunakan sumber daya agar
usahanya meningkatkan mutu pendidikan berhasil.
Pengertian strategi dimaknai sebagai proses kegiatan yang dipilih karena
cocok digunakan untuk mengimplementasikan keputusan peningkatan mutu
pembelajaran di lingkungan sekolahnya. Strategi yang dijalankan yang
mengantarkannya kepada efektivitas melaksanakan bantuan profesional
dikarenakan :
1. Guru ditempatkan sebagai sentral kegiatan pembelajaran yang mempunyai
kedaulatan penuh.
2. Urusan mengajar merupakan urusan guru sepenuhnya. Kegiatan akademik
yang dilaksanakan guru merupakan tanggung jawab profesional guru. Guru
memperoleh kepercayaan penuh dalam menjalankan tugas mengajarkan.
3. Persahabatan, keakraban dan pergaulan yang saling menghargai merupakan
kondisi yang diciptakan oleh gaya kepemimpinannya sebagai pemimpin
pembelajaran. Factor ini memjadi kunci keberhasilan dalam melaksanakan
peningkatan mutu pembelajaran, sebab terciptanya kultur sekolah yang
menyenangkan karena semua guru merasa dihargai dan dihormati.
4. Kebebasan berbicara dalam pergaulan yang bersahabat merupakan kondisi
awal memperoleh informasi dari guru tentang masalah apa sebenarnya yang
sedang dihadapi guru. Banyak masalah terungkap dari pergaulan yang wajar
diantara mereka. Masalah dikemukakan dalam kemasan obrolan yang tidak
memerlukan situasi formal. Dalam pergaulan seperti ini penyampaian masalah
dari guru tidak dirasakan sebagai beban berat untuk disampaikan karena
situasinya yang wajar. Keterbukaan menjadi pemecahan masalah menjadi
mudah.
5. Guru diperlakukan sebagai teman yang dapat diajak kerjasama memperbaiki
mutu pembelajaran dalam keadaan setara. Pemecahan masalah belajar dan
mengajar dibicarakan dengan guru ketika guru dalam keadaan penuh
kesadaran, tanpa stress, dalam keadaan bisa tidak dalam keadaan sibuk.
6. Tutor kolega merupakan forum diantara sesama guru dalam lingkungan
sekolah, yang bertujuan untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan
dalam memperbaiki mutu mengajar, saling mengimbas pengetahuan dari guru
yang satu keguru lain atau kepada sekelompok guru.
7. Guru yang telah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan, lokakarya, dan
pengembangan berkewajiban menularkan ilmu yang diperolehnya kepada
guru lain, dalam berbagai cara, dalam pertemuan yang mereka adakan sendiri.
8. Guru yang sedang mencobakan strategi pembelajaran baru d kelas harus
memberikan kesempatan kepada guru lain untuk melihat dan bertanya tentang
kegiatan yang dijalankan, mereka mengkomunikasikannya diantara mereka
sendiri. Diantara mereka saling bertukar pengalaman dalam menemukan cara
terbaik berdasarkan iuran pemikiran berkontribusi salling melengkapi.
9. Guru yang memiliki pengalaman dan mengetahui bagaimana cara
melaksanakan sebuah medote atau cara mengajar yang layak diketahui oleh
sesama teman guru, diminta atau tidak diminta pada suatu ketika dalam
pertemuan informal atau diminta oleh kepala sekolah berkewajiban untuk
menginformasikan kepada guru lain agar diketahui dan dicontoh bila perlu.
10. Tutor kolega juga merupakan forum untuk menyamakan persepsi sekolah
dalam berhadapan dengan lingkungannya. Terutama mempersamakan usaha-
usaha meningkatkan mutu dalam memberi kepuasan kepada masyarakat dan
orang tua. Oleh kepala sekolah tutor sebaya juga digunakan sebagai forum
yang sewajarnya untuk bisa mengetahui guru yang dijadikan kader sekolah
untuk kegiatan-kegiatan sekolah.
11. Kegiatan kelompok kerja dalam gugus dijadikan sebagai media untuk bertukar
pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah pembelajaran. Maslah
diungkap baik dari pengalaman kesaharian, temuan dari buku teks,
ketidakpuasan belaj murid, kebijakan sekolah masing-masing untuk
diterjemahkan dalam proses belajar maupun yang datang dari dinas.
12. Proses diskusi dalam gugus dipandu secara bergantian sesuai dengan
permaslahan.
Perubahan lingkungan eksternal dan internal. Penelitian yang mendalam
menemukan juga bahwa latar belakang kegiatan supervisi bantuan profesional
didorong oleh banyak factor yaitu : perubahan lingkungan sekolah yang bergerak
maju kearah keleluasaan dalam mengelola sekolah, persaingan yang tumbuh
sebagai akibat otonomi sekolah dan keterlibatkan masyarakat dalam manajemen
Berbasis Sekolah Sekolah yang menuntut diperbaikinya pelayanan belajar kearah
yang lebih memuaskan, serta tumbuhnya kerjasama yang harmonis dalam bentuk
“bersanding, berjalan sering tetapi tetap ketat bersaing”. Kerjasama sekolah
mengembangkan moto bersama dalam gugus mutu “Optimalisasi Kinerja Sekolah
melalui Supervisi Pendidikan dan Monitoring Pembelajaran.” Yang dituangkan
dari kesamaan persepsi berdasarkan visi masa depan mereka masing-masing yang
sebetulnya berbeda.
D. Keterampilan Teknik dalam Supervisi Pendidikan
Setelah mengenal ciri-ciri supervisi yang efektif, yang perlu Anda ketahui
juga adalah keterampilan yang diperlukan dalam melakukan supervisi yang
efektif tersebut.
1. Keterampilan teknis.
Dalam memberikan pengarah pada anak buah untuk melakukan
pekerjaan, seorang supervisor perlu memiliki keterampilan teknis yang cukup
yang menyangkut teknis penyelesaian pekerjaan di unit yang terkait..
Supervisor di bidang IT perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan IT
yang cukup untuk memberikan pengarahan. Supervisor di bidang pemasaran
asuransi, perlu mengetahui benar produk-produk asuransi dan cara-cara
praktis dan efektif untuk memasarkan produk-produk asuransi tersebut. Jika
dirasa masih kurang, supervisor perlu meningkatkan diri sebelum membantu
anak buah untuk meningkatkan diri mereka.
2. Keterampilan Administratif.
Keterampilan ini antara lain mencakup pengetahuan dan keterampilan
membuat mematuhi prosedur operasional, peraturan atau pedoman perilaku
yang berlaku, membuat laporan dinas, laporan bulanan, menyusun anggaran,
membuat proposal, dan melakukan pekerjaan administratif lainnya yang
sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditekuni. Keterampilan ini seringkali
dilupakan oleh perusahaan ketika mempromosikan seseorang sebagai manajer
atau supervisor. Umumnya para manajer atau supervisor baru hanya diberikan
training untuk memantapkan keterampilan teknis dan meningkatkan
keterampilan manajerial, tanpa memperhatikan keterampilan administratif.
3. Keterampilan Interpersonal.
Keterampilan ini menuntut seorang supervisor untuk mengelola
hubungan baik dengan berbagai pihak (anak buah, karyawan dan manajer di
divisi lain baik yang terkait langsung ataupun tidak langsung, supplier, klien,
pimpinan perusahaan, dan karyawan lainnya). Keterampilan ini juga
mencakup kemampuan menangani konflik di tempat kerja, menangani
karyawan yang sulit diajak bekerja sama. Supervisor atau manajer yang
memiliki keterampilan ini akan lebih mudah menggalang dukungan dari
berbagai pihak untuk mendukung keputusan yang dibuat dan menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan, serta mencari solusi dari masalah-masalah yang
dihadapi.
4. Keterampilan Membuat Keputusan.
Seorang manajer atau supervisor diberikan tanggung jawab untuk
membuat berbagai keputusan di departemen atau divisi yang dipimpinnya:
keputusan menunda sebuah pekerjaan, memulai sebuah pekerjaan,
menentukan apakah pekerjaan bisa diselesaikan oleh sumber daya manusia
yang ada atau butuh bantuan konsultan dari luar. Semua keputusan ini akan
mempengaruhi kelancaran jalannya kegiatan operasional dan berdampak pada
tercapainya target yang telah ditetapkan.
Jadi seorang supervisor perlu membekali diri dengan keterampilan yang
penting ini, misalnya mengembangkan keterampilan untuk mengambil
keputusan yang didasarkan pada informasi yang berhasil dikumpulkan
(information –based decision making), baik melalui data statistik ataupun
hasil survei lainnya, metode keputusan yang didasarkan pada penyelesaian
masalah (problem-based decision making), dan pengambilan keputusan yang
didasarkan pada hasil (result-based decision making).
Disamping hal tersebut, supervisor juga memiliki peran sebagai peneliti,
konsultan dan penasehat, fasilitator, motivator dan pelopor pembaharuan.
Sebagai peneliti, supervisor dituntut untuk mengenal dan memahami masalah-
masalah yang berhubungan dengan pengajaran, oleh sebab itu, ia perlu
mengidentifikasi masalah-masalah pengajaran dan mempelajari faktor-faktor
atau penyebab ketidakberhasilan sebuah proses pengajaran.
Sebagai konsultan atau penasihat, supervisor hendaknya membantu guru
untuk melakukan cara-cara yang lebih baik dalam mengelola proses
pembelajaran, oleh sebab itu, para supervisor hendaknya mengikuti terus
perkembangan masalah-masalah pendidikan guna mengemukakan gagasan-
gagasan ideal bagi perkembangan pendidikan dan pengajaran mutakhir.
Supervisor dituntut untuk banyak membaca dan menghadiri pertemuan-
pertemuan profesional, dimana ia dituntut untuk saling tukar menukar
informasi tentang masalah-masalah pendidikan dan pengajaran yang dianggap
relevan, yakni berupa gagasan-gagasan baru mengenai teori dan praktek
pengajaran.
Adapun sebagai fasilitator supervisor harus memperjuangkan dan
mengusahakan agar sumber-sumber profesional baik materi berupa alat dan
buku-buku pengajaran serta sumber belajar lainnya, sehingga pada gilirannya
supervsior dapat menyediakan kemudahan-kemudahan bagi guru dalam
melaksanakan tugas profesionalnya.
Sedangkan sebagai motivator, supervisor hendaknya membangkitkan
danmemelihara kegairahan kerja guru untuk mencapai prestasi kerja yang
semakin baik, dalam hal ini guru-guru di dorong untuk mempraktekan
gagasan-gagasan baru yang dianggap baru serta membawa kearah
penyempurnaan proses pembelajaran, kerjasama kelompok, serta merangsang
lahirnya ide-ide baru dan menyediakan rangsangan yang memungkinkan
usaha-usaha pembaharuan dapat dlaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Hal diatas memiliki kesamaan seperti tugas supervsor sebagai agen
pembaharu, yakni hendaknya jangan ada kesan bahwa supervisor terlena dan
memiliki kepuasan degan hasil yang dicapai, namun hendaknya pengawas
harus menjadi pemrakarsa dalam melakukan perbaikan, penyempurnaan serta
terus beusaha untuk menggali potensi-potensi berdasarkan kebutuhan-
kebutuhan bersamaan dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin
menggelobal, oleh sebab itu supervsor harus menyusun program latihan dan
pengembangan dengan cara merencanakan pertemuan atau penataran serta
kegiatan sejenis.
E. Kompetensi Supervisor Pendidikan
Kompetensi utama seorang supervisor terletak pada kemampuan
personalnya. Mann (1965) mengidentifikasi persyaratan untuk semua supervisor,
yaitu : teknikal, human, manajemen atau administratif. Ketiga kompetensi
tersebut disebut gabungan ketrampilan (skill mix). Dimensi teknikal berkaitan
dengan kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan
dalam melaksanakan Kurikulum 2004 dan sistem penilaiannya.
Keterampilan manajerial mencakup perencanaan, organisasi, staffing,
pendelegasian tanggung jawab, pengarahan, dan pengendalian. Lima hal tersebut
merupakan fungsi dari manajemen. Keterampilan manajerial supervisor juga
mencakup kemampuan menghubungkan kerja unit dengan unit yang lain bagian
dari lembaga pendidikan. Kerja unit ini bisa berupa hasil kerja guru satu dengan
lainnya atau kerja dari staf administrasi sebagai pendukungnya.
Ketrampilan human dalam supervisi merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain agar mau melakukan perubahan untuk perbaikan atau peningkatan.
Untuk itu seorang supervisor harus mampu berkomunikasi dengan baik, termasuk
kemampuan menyampaikan saran dengan baik, yaitu mudah dipahami. Jadi
seorang supervisor harus menguasai pengetahuan tentang substansi yang dipantau
dan dievaluasi, memiliki keterampilan berhubungan dengan orang lain termasuk
berkomunikasi, dan memiliki keterampilan dalam pengelolaannya.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh supervisor dapat juga
disebutkan sebagai berikut :
1. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat
2. Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program pendidikan
sesuai dengan prosedur yang tepat
3. Memahami dan menghayati arti, tujuan dan teknik supervisi
4. Menyusun program supervisi pendidikan
5. Melaksanakan program supervisi pendidikan
6. Memanfaatkan hasil-hasil supervisi
7. Melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi
F. Profesionalisasi Supervisor Pendidikan
“Supervisor, yaitu orang yang melakukan kegiatan supervisi. Ia mungkin
seorang pengawas umum pendidikan, atau kepala sekolah yang karena
peranannya sebagai pemimpin mempunyai tanggung jawab tentang mutu program
pengajaran di sekolahnya, atau seorang petugas khusus yang diangkat untuk
memimpin perbaikan suatu bidang pengajaran tertentu, seperti misalnya
pendidikan jasmani, seni rupa, musik, keterampilan-keterampilan dan lain
sebagainya”. (Oteng Sutisna, 1983 : 237). Secara rinci sebelum mengetahui
tentang profesionalisasi supervisor, maka terlebih dahulu mengetahui tentang
peran dan fungsi seorang supervisor.
Fungsi dan kedudukan seorang supervisor dalam sistem pendidikan
mempunyai fungsi dan peran yang strategis dalam meningkatkan mutu
pendidikan, sebab berperan banyak dalam meningkatkan mutu pendidikan.
1. Peran Supervisor
Pendidikan merupakan suatu Organisasi yang bersifar formal, struktural,
dinamis dan fleksibel dimana di dalam Organisasi ini harus mempunyai tujuan
yang jelas, sama halnya pada umumnya tujuan dari supervisi untuk terus
memperbaiki keadaan sekolah baik secara material, finansial maupun dengan
hubungan sosialnya di dalam lingkungan sekolah. Menurut A.J. Hariwung,
tujuan supervisi ini adalah sebagai berikut :
a. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan
pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah untuk mencapai tujuan
itu.
b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang
efektif.
c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis
terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan mengajar belajar,
serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
d. Memperbesar ambisi-ambisi guru untuk untuk meningkatkan mutu
karyanya secara maksimal dalam bidang profesinya (keahlian)
meningkatkan “achievement motive”.
e. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga
sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif serta
untuk memperbesar kesediaan untuk tolong-menolong.
f. Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada
masyarakat dalam pengembangan program-program pendidikan.
g. Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi
aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta
didik.
h. Mengembangkan “Esprit de corps” guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan
dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru.
i. Meningkatkan belajar siswa dan meningkatkan perbaikan kualitas
kehidupan masyarakat.
j. Untuk memupuk kualitas kepemimpinan dalam menjamin adanya
kontinyuitas dan penyesuaian kembali secara konstan program
pendidikan dalam setahun tiap tahun pelajaran ;tingkatan demi tingkatan
dalam sistem pendidikan dari satu bidang dan isi dari pengalaman belajar
lain.
k. Tujuan langsung supervisi pendidikan secara kooperatif mengembangkan
tata susunan (setting) belajar-mengajar :
1) Supervisi, melalui sekalian usaha yang dapat digunakan, sebaiknya
menemukan metoda-metoda belajar dan mengajar yang sudah
diperbaiki.
2) Supervisi hendaknya menciptakan iklim fisik, sosial dan psikologis
atau lingkungan yang mantap untuk belajar.
Supervisi hendaknya mengkoordinasi dan mengintegrasikan sekalian
upaya dan material perbaikan serta mengadakan kontinyuitas.
2. Tugas Pokok Supervisor
Dalam pembahasan ini, penulis akan menggambarkan secara
keseluruhan bagaimana seorang kepala sekolah ( supervisor ) melaksanakan
peran dan tugasnya secara komprehensif. Pada dasarnya untuk menjadi
supervisor harus mempunyai syarat-syarat khusus yang telah ditetapkan oleh
Sistem pendidikan Nasional Tahun 2003 serta untuk menjadi kepala sekolah
minimal telah mengajar selama 5 tahun.
Secara logika supervisor harus mengenal dan mengetahui secara spesisik
dunia pendidikan baik dari segi tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan
peserta didik. oleh karena itu, supervisor harus mempunyai kompetensi dan
kreativitas bagaimana caranya untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan
kode etik keguruan.
Gambar: 1
Fungsi Supervisor
FUNGSI SUPERVISOR
Supervisor
Function
Administratif
Function
Evaluation
Process
TEACHINGCONSUL
TANT
PROFESIONAL
STAFF
DEVELOPMENT
Ngalim Purwanto ( 2000 ; 119-120 ), tugas dari kepala sekolah sebagai
supervisor adalah sebagai berikut :
a. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
b. Berusaha dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media
instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses
belajar-mengajar.
c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan
menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang sedang berlaku.
d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan
pegawai sekolah lainnya.
e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai
sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,
menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau untuk mengirim mereka
untuk mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
f. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau POMPG
dan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para
siswa.
Secara khusus dan lebih konkret lagi, kegiatan-kegiatan yang mungkin
dilakukan oleh seorang supervisor dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Menghadiri rapat atau pertemuan organisasi-organisasi profesional, seperti
PGRI, Ikatan Sarjana Pendidikan, dsb.
b. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
c. Mendiskusikan metode-metode dan teknik dalam rangka pembinaan dan
pengembangan proses belajar-mengajar.
d. Membimbing guru-guru dalam penyusunan Program Catur Wulan atau
Program Semester, dan Program Satuan Pelajaran.
e. Membimbing guru-guru dalam memilih dan menilai buku-buku untuk
perpustakaan sekolah dan buku-buku pelajaran bagi murid-murid.
f. Membimbing guru-guru dalam menganalisis dan menginterpretasi hasil
tes dan penggunaanya bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
g. Melakukan kunjungan kelas atau classroom visitation dalam rangka
melakukan supervisi klinis.
h. Mengadakan kunjungan observasi atau obervation visit bagi guru-guru
demi perbaikan cara mengajarnya.
i. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang
masalah-masalah yang mereka hadapi atau kesulitan-kesulitan yang
mereka alami.
j. Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dalam ruang
lingkup bidang tugasnya.
k. Berwawancara dengan orang tua murid dan pengurus BP3 atau POMG
tentang hal-hal yang mengenai tentang pendidikan anak-anak mereka.
Begitu kompleksnya tugas dari supervisor, maka hal yang harus
diperhatikan adalah dengan meningkatkan etos kerja supervisor, dalam hal ini
kepala sekolah berkewajiban untuk meneliti dan menganalis masalah-masalah
yang terjadi di lingkungan sekolah yang sesuai dengan tugasnya. Apabila di
lihat dari fungsi administrasi pendidikan tugas dari Supervisor adalah untuk
mengkondisikan dan mengefektifkan program-program sekolah secara efisien
baik dari relationship maupun hubungannya dengan masyarakatnya.
Sebagai pelaksana di dalam pendidikan, supervisor merupakan salah
satu aset dalam membentuk pembentukan konsep-konsep yang telah
dirancang dalam program-program saat ini, contohnya saja di dalam
melakukan peranannya supervisor harus bisa memberikan bimbingan dan
pengawasan yang pada intinya kepada guru, supervisor harus memberikan
empati dan simpati secara human relationship untuk menjalin komunikasi
yang baik. Di bawah ini peranan supervisor secara umumnya yaitu :
a. Pemimpin
Seorang supervisor harus melaksanakan kepemimpinannya
sedemikan rupa, sehingga kepala sekolah yang disupervisinya dapat
ditingkatkan menjadi kepala sekolah yang lebih bertanggung jawab, lebih
mampu di bidang profesinya, dan memilki sifat-sifat kepemimpinan.
b. Inspeksi
Sebagai seorang supervisor supervisi pendidikan sebagai inspeksi
yaitu sebagai alat kontrol sampai di mana ketentuan-ketentuan yang
dijalankan dalam kegiatan di dalam persekolahan.
c. Penelitian
Untuk dapat menemukan sebab-sebab yang menghambat hasil
belajar, dan mencari dan menemukan cara metoda yang kiranya dapat
meningkkan proses dan hasil belajar, serta untuk memperoleh data yang
dipakai untuk menyusun program peningkatan guru secara menyeluruh.
Peranan supervisor adalah sebagai pembimbing, pengawasan dan
pemantau yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam
melaksanakan proses kegiatan belajar-mengajar dan kegiatan sekolah
secara menyeluruh karena pada intinya supervisor itu mempunyai peranan
yang ganda yaitu sebagai pengatur dan penggerak dalam kegiatan
keseluruhan kegiatan di sekolah contohnya kepala sekolah harus
menyusun rancangan APBS ( Anggaran Pendapatan Biaya Sekolah ) .
Peranan kedua supervisor harus memantau bagaimana keadaan
peserta didiknya baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor melalui
laporan setiap guru sejauh mana perkembangan peserta didiknya yang
pada umumnya dilihat dari hasil evaluasi belajar yang didata melalui nilai
yang diperoleh para siswa.
3. Pendekatan Dilakukan Oleh Supervisor
Di dalam lingkungan sekolah yang pada intinya adanya proses kegiatan
belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru kepada para peserta didiknya. Dalam
hal ini seorang guru merupakan faktor yang utama dalam proses peningkatan dan
perbaikan pengajaran.
Untuk meningkatkan perbaikan dan kualitas kepala sekolah disinilah
seorang supervisor harus bisa melakukan pendekatan dan teknik secara
manusiawi karena setiap kepala sekolah mempunyai karakteristik yang berbeda
sehingga supervisor harus bisa menempatkan pendekatan dan teknik dalam
meningkatkan kinerja kepalasekolah harus sesuai dengan situasi dan kondisi.
Mempelajari berbagai pendekatan dalam supervisi memungkinkan kepala sekolah
untuk mempunyai wawasan yang luas tentang pekerjaan supervisor.
a. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik merupakan salah satu pendekatan yang
dilakukan oleh supervisor. Pendekatan ini timbul dari keyakinan bahwa
kepala sekolah tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata untuk
meningkatkan mutu belajar-mengajar dan pengelolaan kelembagaan secara
menyeluruh. Kepala sekolah bukan mekanistik yang seperti robot yang harus
diperintah semena-mena oleh supervisor.
Dalam proses pembinaan, kepala sekolah mengalami pertumbuhan
secara terus-menerus. Tugas supervisi adalah membimbing sehingga makin
lama kepala sekolah makin dapat berdiri sendiri dan bertumbuh dalam
jabatannya usaha sendiri. Belajar harus dilakukan melalui pengamatan dan
pemahaman dengan pengalaman yang nyata. Melalui pendekatan ini
supervisor percaya bahwa kepala sekolah melakukan analisis dan
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam mengelola lembaga
pendidikan di tingkat persekolahan.
Kepala Sekolah merasakan adanya kebutuhan bahwa ia harus
berkembang dan mengalami perubahan, selanjutnya ia bersedia mengambil
tanggung jawab terjadinya perubahan. Jika kondisi seperti ini ada, maka
perbaikan pengajaran itu dapat terjadi. Jadi supervisor harus hanya berfungsi
sebagai fasilitator dengan menggunakan struktur formal sesedikit mungkin.
Pada kebanyakan kasus, supervisor diidentikkan dengan tugas-tugas
yang teresan membebankan guru, kepala sekolah serta sekolah itu sendiri,
sehingga kesan ini muncul tentu tidak dengan sendirinya, oleh sebab itu
langkah yang harus dilakukakn oleh guru, kepala sekolah serta pengawas
hendaknya duduk bersama dan merumuskan kepentingan bersama yang
berorientasi pada kepentingan kelembagaan pendidikan secara menyeluruh.
Dengan prinsif diatas, maka jelaslah masing-masing tugas, peran serta
fungsinya, dan yang lebih penting masing-masing dapat mengukur efektifitas
kinerja terkait baik di lingkungan guru, kepala sekolah ataupun pengawas
pendidikan.
Gambar: 2
Pengawasan Efektif
EFEKTIFITAS
PENGAWASAN
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME
PENGELOLAAN
PRODUKTIVITAS
EFISIENSI
EFEKTIVITAS
Pengawasan menjadi efektif jika diperhatikan faktor-faktor yang
menjadi penyebabnya, diantaranya melakukan kajian komprehenshif tentang
teknik supervisi yang digunakan oleh supervisor yang menggunakan
pendekatan dengan cara melakukan observasi tanpa melakukan analisis dan
interpretasi. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian ( pembicaraan
awal, observasi, analisis dan interpretasi serta pembicaraan akhir), maka
supervisi dilakukan sebagai berikut :
1) Pembicaraan awal
Dalam pembicaraan awal, supervisor “memancing “ apakah dalam
mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara
informal.
2) observasi
Jika perlu bantuan, maka supervisor mengadakan observasi kelas.
Dalam observasi supervisor masuk kelas dan duduk di belakang tanpa
mengambil catatan. Ia mengambil kegiatan kelas.
3) Analisis dan Interpretasi
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali ke kantor dan
memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar. Jika menurut supervisor, jika guru telah menemukan
jawaban maka supervisor maka tidak akan memberi nasihat kalau tidak di
minta.
4) pembicaraan akhir
jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru dan
supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir,
supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah di capai guru, dan
menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalu guru-guru perlu
bantuan lagi.
5) laporan
laporan disampaikan secara deskripsi dengan interpretasi
berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala
sekolah atau atasan kepala sekolah ( Kakandep ), untuk bahan perbaikan
selanjutnya.
b. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai
kompetensii tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Pendekatan kompetensi
ini didasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi adalah membentuk
kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. T
Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan yang sangat
terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang
dituntut dalam mengajar. Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi :
1) definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap
kegiatan,
2) penilaian kemampuan mula guru dengan segala pirantinya,
3) program supervisi yang dilakukan dengan segala rencana terinci tentang
pelaksanaanya,
4) monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah
program itu berhasil atau tidak
Adapun teknik kompetensi yang menggunakan pendekatan kompetensi
adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan kriteria untuk kerja yang dikehendaki.
2) Menetapkan terget untuk kerja.
3) Menentukan aktivitas untuk kerja.
4) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja.
5) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring.
6) Adanya pembicaraan akhir.
Pembicaraan tentang hasil evaluasi merupakan langkah penting.
Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang pencapaian target
dan supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat
secara positif hasil penelitian itu.
Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu
dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab
guru.sebab dalam hal ini guru menjadi tulang punggung terlaksananya
kegiatan belajar-mengajar.
c. Pendekatan Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa proses belajar guru untuk
bertumbuh dalam jabatannya dapat dipisahkan dari proses belajar yang
dilakukan oleh guru itu. Belajar bersifat individual. Oleh karena itu proses
sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan
individual.
Pendekatan ini mengkombinasikan target dan pertumbuhan pribadi.
Menurut Richard Waller definisi supervisi klinis adalah supervisi yang
difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis
dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif
terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan
modifikasi yang rasional.
Jadi Supervisor klinis adalah proses tatap muka antara supervisor
dengan guru yang membicarakan dalam hal mengajar dan ada hubungannya
dengan hal itu. Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu pengembangan
profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri.
Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru
berdasarkan hasil obeservasi. Goldhammer, Anderson dan Krajewski ( 1980 )
mengemukakan sembilan karakteristik supervisi klinis, yaitu :
1) merupakan teknologi untuk memperbaiki pengajaran,
2) merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran,
3) berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah dan
kebutuhan pribadi untuk bertumbuh,
4) mengandung pengetian hubungan kerja antara guru dan supervisor,
5) memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian,
dukungan dan komitmen untuk bertumbuh,
6) suatu usaha yang sistematik, namun memerlukan keluwesan dan
perubahan metodologi yang terus menerus,
7) menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan
antara keadaan riil dan ideal,
8) mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan
guru,
9) memerlukan latihan untuk supervisor.
Melalui pendekatan ini, supervisor dan guru merupakan teman sejawat
dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran di kelas. Sasaran supervisi
klinis seringkali dipusatkan pada :
1) kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas mengajar,
2) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (
generic skills ), yang meliputi : keterampilan dalam menggunakan
stimulasi,
3) keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar,
4) keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.
Teknik supervisi klinis yang menggunakan pendekatan supervisi klinis
menurut Ngalim Purwanto ( 2000 ; 91-92 ) adalah sebagai berikut :
1) Bimbingan suprvisor kepada guru / calon guru bersifat bantuan, bukan
perintah atau instruksi.
2) Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon
guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama
antara guru dan supervisor.
3) Meskipun guru atau calon guru menggunakan berbagai keterampilan
mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada keterampilan
tertentu saja.
4) Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara
supervisor dan guru berdasarkan kontrak.
5) Perbaikan dengan segera dan secara objektif ( sesuai data yang direkam
oleh instrumen observasi ).
6) Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang
direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan
balikan guru calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis
penampilannya.
7) Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah
atau mengarahkan.
8) Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.
9) Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi,
dan diskusi atau pertemuan balikan.
10) Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan dan peningkatan
dan perbaikan keterampilan mengajar ; di pihak lain dipakai dalam
konteks pendidikan prajabatan ( pre service dan inservice education ).
d. Pendekatan Profesional
Asumsi dasar pendekatan profesioanal ini adalah menunjuk pada fungsi
utama guru yang menurut profesinya adalah melaksanakan pengajaran dan
tugas utama profesi guru itu adalah mengajar. Oleh karena itu sasaran
supervisi dalam pembinaan terhadap guru harus mengarah dalam hal-hal yang
menyangkut tugas mengajar, bukan tugas yang sifatnya administratif. Asumsi
ini dikembangkan dalam bentuk praktek di beberapa sekolah di Cianjur, dan
berlangsungnya antara 1979-1984, yang kemudian terkenal dengan nama
Proyek Cianjur.
Untuk memperluas wawasan dalam memahami asumsi dasar pendekatan
supervisi profesional ini, perlu kiranya disajikan uraian ujicoba Proyek
Cianjur latar belakangnya seperti berikut ini.
Dari penelitian terbatas tetapi mendalam (illuminative indepth study )
yang dilakukan oleh badan penelitian dan pengembangan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan pada awal 1979 diketahui terdapat kelemahan
berbagai segi pengajaran antara lain :
1) Guru mengalami kesulitan di dalam menyusun persiapan mengajar,
melaksanakan pengajaran, mengelola kelas dan mengelola murid,
sehingga dari kegiatan belajar-mengajar yang diselenggarakan di kelas
kurang dapat menghasilkan pengetahuan, ketrampilan sikap sesuai dengan
yang dirumuskan dalam tujuan belajar.
2) Terdapat kecenderungan penekanan materi pengajaran pada
pengembangan aspek kognitif rendah ( recall ) sehingga tidak atau kurang
mengembangkan proses berpikir divergen.
3) Kurang diperhatikannya perbedaan individual murid, sehingga mereka
yang lambat belajar tidak dapat mengikuti pelajaran sedangkan mereka
yang berkemampuan lebih tidak dapat mencapai hasil yang optimal.
Melihat hasil penelitian tersebut maka timbul niat Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dalam hal
ini pusat Pengembangan dan Sarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dasar melalui sebuah kegiatan uji coba yang dahulu dikenal
dengan “ Proyek Cianjur “. Yang dipentingkan di dalam kegiatan uji coba ini
bukan hanya sistem pembinaan atau pelayanan profesional saja, tetapi wadah
tersebut diberi isi dengan pendekatan belajar-mengajar yang mendukung
tercapainya hasil belajar yang bermutu. Yang dimaksud dengan isi tersebut
adalah upaya peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar melalui prinsip
Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ) dan Pendekatan Keterampilan Proses (
PKP ). Adapun teknik supervisi profesional antara lain dilakukan melalui :
1) penataran yang diberikan guru harus diberikan bersama dengan kepala
sekolah ( supervisor ). Isi penataran bersama ini meliputi : (a) metodik
umum tentang : pemanfaatan waktu belajar, perbedaan individual siswa,
belajar aktif, belajar berkelompok, teknik bertanya dan umpan balik, (b)
metodik khusus IPA, Matematika, IPS, dan Bahasa, (c) pengalaman
lapangan para petatar dalam menerapkan metodik umum dan khusus, serta
(d ) pembinaan profesional .
2) KKG, KKKS, KKPS, dan PKG, sebagai wadah-wadah pengorganisasian
dan pembinaan bagi guru, kepala sekolah dan penilik sekolah untuk
melakukan kegiatan peningkatan mutu pengajaran.
3) KKG ( Kelompok Kerja Guru ), berfungsi sebagai wadah untuk
melakukan berbagai kegiatan penunjang belajar-mengajar, antara lain
merencanakan strategi belajar-mengajar, membuat alat pelajaran,
membuat lembar kerja dan mendiskusikan masalah-masalah yang
dijumpai di kelas masing-masing guru.
4) KKKS ( Kelompok Kerja Kepala Sekolah ), berfungsi sebagai wadah
untuk usaha kordinasi dalam upaya pembinaan mata pelajaran, proses
belajar-mengajar dan hal-hal lain yang berkenaan dengan pengelolaan
sekolah umumnya dan pembinaan profesional khususnya.
5) KKPS ( Kelompok Kerja Penilik Sekolah ), berfungsi sebagai wadah
diskusi, tukar menukar informasi dan pengalaman, mencari dan
menemukan alternatif penyeleseian masalah yang dijumpai di sekolah,
serta menetapkan keseragaman tindakan dalam pembinaan.
6) PKG ( Pusat Kegiatan Guru ). Jika KKG, KKPS dan KKPS menunjuk
pada kegiatan, maka PKG merupakan tempat berlangsungnya KKG,
KKPS dan KKPS.
G.Rumpun Kompetensi Supervisor sebagai Acuan Kerja
Rumpun kompetensi bagi pengawas satuan pendidikan secara garis besar
dibagi kedalam empat bagian seperti yang dikemukakan diatas, adapun pada sisi
operasionalnya pengawas satuan pendidikan dihadapkan pada tugas-tugas berat
baik secara individual maupun kelembagaan, betapa tidak ketika terdapat
kekurangan yang dialami oleh lembaga, maka pertanyaan yang paling mendasar
adalah dimana keberadaan kinerja pengawas pendidikan selama ini, oleh sebab itu
dibutuhkan kerja keras bagi pengawas pendidikan pada tingkat kelembagaan
pendidikan untuk mensukseskan apa yang telah digariskan dalam tujuan
pendidikan nasional.
H. CONTOH KASUS KEPENGAWASAN
Kepala sekolah ”SMA Cengceremen” menyadari betul tentang masalah-
masalah yang berkembang di sekolahnya, sehingga dia berusaha sekuat tenaga
mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk memecahkan masalah tersebut,
sehingga pada gilirannya, maka tercetuslah sebuah gagasan untuk mengundang
pengawas ke sekolah ”SMA Cengceremen”.
Idealnnya sebuah gagasan, maka sebelum pengawas datang ke sekolah
dimaksud, kepala sekolah menyampaikan pesan berupa undangan kepada guru-
guru untuk dapat menerima pengarahan dari pengawas pendidikan yang dengan
sengaja dihadirkan ke sekolah tersebut guna mendapatkan pengarahan tentang
sekolah unggul dan berkualitas.
Berikutnya, maka berjalanlah pengarahan yang diberikan oleh pengawas
pendidikan di ”SMA Cengceremen”, bahkan berjalan dalam durasi kurang lebih
selama dua jam pengawas memberikan gambaran yang cukup menyeluruh tentang
kualitas kelembagaan pendidikan, namun hal yang menarik dari diskusi yang
berkembang, ketika guru-guru menanyakan tentang cara yang harus ditempuh
dalam meningkatkan disiplin siswa serta cara memelihara faslitas sekolah dengan
cara membuat laporan keuangan, bahkan ditambahkan pula oleh kepala sekolah
yang mempertanyakan tentang relevansi hal tersebut untuk kalangan SMA.
Secara spontan pengawas memberikan pernyataan yang sangat
mencengangkan, yakni berupa ungkapan bahwa ” itu urusan saudara-saudara
untuk memikirkannya, pengawas sudah cukup banyak dibebani oleh tugas-
tugasnya ditempat bekerja dan ditempat lain, begitu cetusnya” sambil
meninggalkan tempat pertemuan.
Akhirnya guru-guru serta kepala sekolah merasa kecewa dengan pernyataan
pengawas seperti diatas.
Kasus lain yang muncul setelah pengawas meninggalkan tempat, maka
kepala sekolah ”SMA Cengceremen” meminta guru-guru untuk tidak putus asa
dan tersinggung dengan ungkapan pengawas X, dan yang paling penting kepala
sekolah memberikan pernyataan yang sepertinya bersifat mendukung pengawas
dengan ungkapan ” ya sudahlah bagaimana pun mutu pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama”.
Namun secara spontan seorang guru bertanya ” pak, bagamimana kelanjutan
pembahasan masalah yang pernah bapak sampaikan kepada kami, dan kepala
sekolah pun pergi tanpa menghiraukan pertanyaan guru tersebut. Dari pertanyaan
terakhir, maka muncul berbagai isu yang berkembang baik pada personal guru
yang mencerminkan kinerja yang kurang kompeten serta hubungan yang
disharmonis antara guru, kepala sekolah dan pengawas pendidikan.
I. Pertanyaan Kasus
1. Dari masalah yang dipersoalkan di SMA Cengceremen, masalah manakah
yang relevan untuk dikaji secara mendalam oleh guru-guru?
2. Apakah ungkapan yang dikemukakan oleh pengawas pendidikan cukup tepat,
jika tidak bagaimana seharusnya?
3. Bagaimanakah penilaian kepala sekolah terhadap perilaku pengawas
pendidikan yang terkesan arogan?
4. Bagaimana anda menanggapi sikap kepala sekolah yang terkesan menutup-
nutupi persoalan pengembangan mutu kelembagaan?
5. Bagaimanakah kesan pengawas seandainya tahu bahwa perilaku kepala
sekolah pun memiliki perilaku yang sama dalam menanggapi pertanyaan yang
diungkapkan oleh guru di sekolah tersebut?
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, (1996). Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi, Depdikbud, Jakarta
------------- (1996). Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya
Depdikbud, Jakarta
------------- (1998). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya, Depdkbud, Jakarta
------------- (1997), Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar,
Direktorat Pendidikan Dasar
------------- (1997) Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah, Proyek Peningkatan Mutu
Sekolah Dasar, TK dan SLB
Depdiknas (2002), Dua Juta Siswa Tak Selesaikan Wajar Dikdas Tahun, Kompas
6-2-2002
------------ (2001), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Ditjendiknas
Jakarta
---------------(2003), pedoman Supervisi Pengajaran, dikdasmen, Jakarta
-------------- (2002), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Depdiknas,
Jakata
-------------- (2002), Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad
ke 21 (SPTK-21), Jakarta
Glickman, C.D 1995. Supervision of Instruction, Boston: Allyn And Bacon Inc
Hariwung, A.J. (1989) Supervisi Pendidikan, Depdikbud, Jakarta
Nana Sudjana, (1998), Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar, Sinar Baru Bandung
Purwanto, Ngalim (2003) Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Rosdakarya
Bandung
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (2001).
Kurikulum Berbasis Kompetensi Kebijakan Umum Pendidikan Dasar dan
Menengah, Depdiknas, Jakarta
Sutisna, Oteng (1993), Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional, Angkasa Bandung
Satori, Djam’an (1989), Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar (Penelitian
terhadap Efektifitas Sistem Pelayanan/bantuan Profesional bagi Guru-Guru SD
di Cianjur jawa Barat
Suhardan Dadang (2007), Supervisi Bantuan Profesional, Mutiara Ilmu Bandung
Top Related