LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN
ACARA IIITEKNIK PENANGANAN DAN PEMANFAATAN
LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN
Nama : Juju JunengsihNIM : 10/297392/PN/11910 Prodi : Teknologi Hasil Perikanan
Asisten :Tiara Pratiwi
Benget R. SimanjuntakBudi Mulyara
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIJURUSAN PERIKANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Upaya pemerintah untuk
mengatasi limbah masih sulit dicapai. Penerapan program zero waste memberikan harapan
cerah, namun hingga kini masih perlu kerja keras untuk mencapai kondisi tersebut. Limbah
yang dihasilkan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20-30%. Produksi
ikan yang telah mencapai 6.5 juta ton pertahun. Hal ini berarti sekitar 2 juta ton terbuang
sebagai limbah (Gintings, 1992).
Alam memiliki kemampuan untuk mengatasi limbah. Berbagai siklus yang terdapat
di alam mampu mengatasi limbah. Meningkatnya konsentrasi limbah yang terlalu cepat akan
menyebabkan siklus yang ada tidak mampu bekerja secara baik. Pada konsentrasi tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Sugiharto,
1987).
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan adalah berupa : 1) ikan rucah yang
bernilai ekonomis rendah sehingga belum banyak dimanfaatkan sebagai pangan; 2) bagian
daging ikan yang tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah tangga, industri pengalengan,
atau industri pemiletan; 3) ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim produksi
ikan melimpah; dan 4) kesalahan penanganan dan pengolahan (Gintings, 1992).
Limbah yang kualitasnya baik masih ada yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan bagi manusia, sedangkan limbah yang kualitasnya sudah menurun hanya dapat
digunakan sebagai bahan pakan bagi ternak, atau limbah yang sudah membusuk tidak dapat
dimanfaatkan sehingga dapat menjadi menjadi pencemar bagi lingkungan.
Berbagai teknik penanganan dan pengolahan dapat diterapkan untuk memanfaatkan
limbah yang kualitasnya baik atau sudah menurun. Berbagai produk telah dihasilkan dari
limbah yang berkualitas baik, seperti surimi, fish jelly, produk fermentasi dan kerupuk.
Sedangkan dari limbah yang kualitasnya telah menurun dapat dihasilkan tepung ikan, tepung
tulang, dan silase. Pemanfaatan limbah industri perikanan sangat penting karena dapat
meningkatkan nilai tambah bagi industri perikanan, selain itu dapat mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan (Slamet et al., 2000).
Limbah yang sudah membusuk tidak dapat dimanfaatkan dengan cara apapun.
Limbah demikian harus ditangani secara baik agar tidak menyebabkan pencemaran
lingkungan. Ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk menangani limbah demikian,
sehingga tidak mencemari lingkungan.
B. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui teknik penanganan limbah cair di beberapa industri perikanan di Indonesia.
2. Mengetahui pemanfaatan limbah atau hasil sampingan produksi di beberapa industri
perikanan di Indonesia.
C. Manfaat Praktikum
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai teknik penanganan limbah cair pada
industri perikanan
2. Dapat memanfaatkan hasil sampingan produksi industri perikanan
II. TINJAUAN RUJUKAN
A. Limbah industri Perikanan
Limbah sebagai buangan industri perikanan dikelompokkan menjadi tiga macam
berasarkan wujudnya yaitu limbah padat, cair dan gas. Pada industri perikanan, limbah padat
dapat berupa kepala udang atau ikan, cangkang atau kulit udang, tulang ikan, potongan
daging ikan, sisik, insang atau saluran pencernaan (Sugiharto, 1987).
Limbah cair dapat bersumber dari air pencuci, air pembersih peralatan, lelehan es dari
ruang produksi dan lain sebagainya. Limbah cair ini mengandung bahan-bahan organik dan
berpotensi untuk menimbulkan efek negatif. Tingkat pencemaran limbah cair industri
pengolahan perikanan sangat tergantung pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang
diolah. Karakteristik limbah cair yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung pada
jenis dan besar kecilnya industri tersebut. Limbah cair yang dihasilkan oleh suatu pabrik
terutama berasal dari berbagai proses yang berlangsung di dalamnya. Makin banyak jumlah
air yang digunakan, maupun makin banyak bahan-bahan asing yang masuk ke dalam air
buangan akan mengakibatkan semakin sulitnya pengolahan yang harus ditetapkan untuk
memeperbaiki mutu air buangan tersebut (Purnomo, 2005).
Limbah gas atau partikel, limbah ini dapat bersumber dari bau tidak sedap yang
dihasilkan oleh masing-masing industri baik industri penangkapan, industri budidaya maupun
industri pengolahan hasil perikanan. Bau yang ditimbulkan disebabkan karena adanya
senyawa amonia, hidrogen sulfida atau keton (Sugiharto, 1987).
Berbagai teknik penanganan dan pengolahan limbah telah dikembangkan. Masing-
masing jenis limbah membutuhkan cara penanganan khusus, berbeda antara jenis limbah
yang satu dengan limbah lainnya. Namun secara garis besarnya, teknik penanganan dan
pengolahan limbah dapat dibagi menjadi penanganan dan pengolahan limbah secara fisik,
kimiawi, dan biologis (Gintings, 1992).
Jelas terlihat bahwa kualitas limbah sangat ditentukan oleh volume, kandungan bahan
pencemar dan frekuensi pembuangan limbah. Volume limbah berkaitan dengan kemampuan
alam untuk mendaur ulangnya. Peningkatan volume limbah akan meningkatkan beban siklus
alami, terutama peningkatan yang berlangsung secara cepat. Bahan pencemar yang
terkandung didalam limbah berpengaruh terhadap kualitas limbah. Bahan pencemar berupa
bahan organik relatif tidak berbahaya dibandingkan dengan logam berat. Demikian pula
bahan pencemar yang berupa senyawa beracun (Kaban, 2009).
B. Sistem penanganan limbah cair industri
Berbagai teknik penanganan dan pengolahan limbah telah dikembangkan. Masing-
masing jenis limbah membutuhkan cara penanganan khusus, berbeda antara jenis limbah
yang satu dengan limbah lainnya. Namun secara garis besarnya, teknik penanganan dan
pengolahan limbah dapat dibagi menjadi penanganan dan pengolahan limbah secara fisik,
kimiawi, dan biologis (Gintings, 1992).
Menurut Gintings (1992) teknik penanganan limbah cair adalah sebagai berikut :
1. Secara Fisik
Penanganan dan pengolahan limbah secara fisik dilakukan untuk memisahkan antara
limbah berbentuk padatan, cairan dan gas. Penanganan dan pengolahan limbah secara fisik
mampu melakukan pemisahan limbah berbentuk padat dari limbah lainnya. Limbah padatan
akan ditangani atau diolah lebih lanjut sehingga tidak menjadi bahan cemaran, sedangkan
limbah cair dan gas akan ditangani atau diolah menggunakan teknik kimiawi dan biologis.
Secara fisik, penangan limbah dilakukan menggunakan penyaring (filter). Bentuk
saringan disesuaikan dengan kondisi dimana limbah tersebut ditangani. Penyaring yang
digunakan dapat berbentuk jeruji besi atau saringan (Sugiharto, 1987).
2. Secara Kimiawi
Penanganan dan pengolahan limbah secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
senyawa kimia tertentu untuk mengendapkan limbah sehingga mudah dipisahkan. Pada
limbah berbentuk padat, penggunaan senyawa kimia dimaksudkan untuk menguraikan limbah
menjadi bentuk yang tidak mencemari lingkungan.
3. Secara Biologis
Pengolahan limbah secara biologis dilakukan dengan menggunakan tanaman dan
mikroba. Jenis tanaman yang digunakan dapat berupa eceng gondok, duckweed, dan
kiambang. Jenis mikroba yang digunakan adalah bakteri, jamur, protozoa dan ganggang.
Pemilihan jenis mikroba yang digunakan tergantung dari jenis limbah. Bakteri merupakan
mikroba yang paling sering digunakan pada pengolahan limbah secara biologis. Bakteri yang
digunakan bersifat kemoheterotrof dan kemoautotrof. Bakteri kemoheterotrof memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi, sedangkan bakteri kemoautotrof memanfaatkan bahan
anorganik sebagai sumber energi.
Jamur yang digunakan dalam penanganan dan pengolahan limbah secara biologis bersifat
nonfotosintesis dan bersifat aerob. Protozoa yang digunakan dalam penanganan dan
pengolahan limbah bersel tunggal dan memiliki kemampuan bergerak (motil). Ganggang
digunakan pada penanganan dan pengolahan limbah secara biologis karena memiliki sifat
autotrof dan mampu melakukan fotosintesis. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis dapat
dimanfaatkan oleh mikroba (Gintings, 1992).
Menurut Sahubawa (2011) teknik penanganan limbah cair adalah sebagai berikut:
1. Teknik penanganan primer
Proses penanganan air buangan primer pada prinsipnya terdiri dari tahap-tahap untuk
air limbah padatan, yaitu dengan cara membiarkan padatan tersebut mengendap atau
memisahkan bagian-bagian padatan yang mengapung seperti plastik, kertas, dan sebagainya.
Tahapan dalam proses penanganan primer antara lain : penyaringan, pengendapan dan
pemisahan benda-benda kecil, dan pemisahan endapan. Proses ini sering disebut sebagai
proses penanganan air limbah secara fisik yang dapat menghilangkan lebih kurang 1/3 BOD
dan padatan tersuspensi (TSS) serta dari beberapa persen dari komponen organik dan nutrien
tanaman yang ada.
2. Teknik penanganan sekunder
Proses penanganan sekunder, dikenal dua macam proses yang digunakan, yaitu
“proses penyaringaan trikel” dan “lumpur aktif” (activated sludge). Penyaringan trikel
dibentuk oleh lapisan aktif yang terdiri dari batu dan kerikil dengan tinggi 90 cm hingga 3 m,
dimana bakteri akan berkembang biak pada batu dan kerikil tersebut sehingga jumlahnya
cukup untuk mendegradasi sebagian bahan organik yang terdapat pada air limbah saat air
limbah tersebut dialirkan. Proses semacam ini mampu mengurangi TSS dn BOD sebanyak
80-85%. Sistem “lumpur aktif” dibuat dengan memasukkan lumpur yang mengandung
bakteri ke dalam tangki aerasi dan diberikan aerasi dari bawah tangki, sehingga akan lebih
banyak kontak dengan air buangan/limbah yang masuk ke tangki tersebut. Sistem ini dapat
menghilangkan TSS dan BOD sampai 90%.
3. Teknik penanganan tersier
Beberapa macam proses penanganan tersier yang dapat diterapkan setelah proses
penanganan primer dan sekunder dilakukan antara lain yaitu absorbsi dan pengendapan,
elektroodialisis, osmosis berlawanan, dan klorinasi. Gambar 1 adalah teknik penanganan
limbah secara primer, sekunder dan tersier.
Gambar 1. Teknik Penanganan Limbah Industri Perikanan
C. Pemanfaatan limbah industri perikanan
Limbah industri perikanan terdiri dari 3 jenis yaitu limbah padat, limbah cair dan
limbah gas. Ketiga macam jenis limbah tersebut dapat dimanfaatkan menjadi bahan atau
produk yang memiliki nilai tambah dan tentu saja nilai ekonomis. Limbah padat seperti
tulang ikan, kepala ikan dapat dijadikan sebagai tepung ikan dan gelatin. Selain itu cangkang
yang dihasilkan dari crustasea maupun moluska dapat dijadikan sebagai kitin dan kitosan
serta senyawa turunannya (Purnomo, 2005). Kulit ikan dapat dimanfaatkan sebagai
penyamakan kulit dan gelatin, kerang-kerangan dan dimanfaatkan sebagai hiasan dan jeroan
ikan dapat dimanfaatkan sebagai kecap ikan, petis dan biodiesel (Sahubawa, 2011).
Limbah hasil pencucian ikan dapat dijadikan sebagai produk yang bernilai ekonomis
tinggi seperti kecap ikan dan petis. Selain itu, limbah cair dari berbagai industri pengolahan
juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair yang dapat mengairi sawah-sawah yang berada
disekitar industri tersebut.
Sejauh ini pemanfaatan limbah gas dari hasil industri perikanan belum dapat
dimanfaatkan dengan baik, bau yang ditimbulkan oleh industri ini hanya dibuang ke atmosfer
saja.
Tersier treatment
D. Contoh produk hasil pemanfaatan limbah industri perikanan
Salah satu senyawa kimia penting dari cangkang udang dan kepiting adalah chitin dan
chitosan. Dari jenis biota laut tersebut dapat dihasilkan berbagai bahan alami yang
bermanfaat untuk industri farmasi (antibiotik, tumor dan kanker), bidang pertanian
(fungisida, pestisida, growth stimilator), industri kosmetik dan makanan (zat pewarna alami,
biopolisakarida) (Kaban, 2009).
Kitin dan kitosan memiliki karakteristik beragam yang dapat dimanfaatkan dalam
berbagai bidang industri. Menurut Kaban (2009), pemanfaatan kitin dan kitosan yaitu: (a)
penanganan limbah dan pengolahan pangan pengikatan logam, (b) kosmetika (shampo,
lotion, pasta gigi), obat, food additive, membran serta (c) gizi-pangan, immunology, medical
aids, dan farmasi.
Kitin banyak dimanfaatkan di bidang pertanian antara lain sebagai pelapis benih untuk
mencegah infeksi jamur, bahan pemisah spermatozoa ternak, dan sebagai campuran ransum
ayam pedaging maupun petelur. Menurut Suptijah et al., (1992), kitin dalam bidang industri
pangan dapat digunakan sebagai agensia pengikat air dan lemak, penstabil, menaikkan loaf
volume roti tawar, sebagai agensia pengikat dan pewarna makanan. Sedangkan dalam bidang
industri farmasi dan obat-obatan, digunakan sebagai benang jahit operasi yang tidak perlu
dibuang dari tubuh, untuk menambal luka, serta bahan anti kolesterol dan tumor. Kitin
berdasarkan sifatnya, mudah dijadikan serbuk, pasta, selaput, ataupun serat sehingga dapat
diolah menjadi berbagai macam produk seperti perban, kapsul, salep, dan pembalut.
Produk dari limbah cair industri perikanan yaitu pupuk cair. Limbah cair industri
perikanan umumnya mengandung padatan tersuspensi yang berasal dari sisa-sisa daging
sebagai sumber protein (nitrogen), karena mengandung protein tinggi (N), sangat layak
dimanfaatkan sebagai sumber hara untuk lahan pertanian dengan menggunakan sistem tetes
tebu. Caranya adalah air limbah tersebut dialirkan melalui saluran (pipa) untuk menyirami
tanaman (kebanyakan hortikultura) dengan sistem gravitasi (Kaban, 2009).
III. HIPOTESIS
1. Limbah cair perikanan yang sudah mendapat penanganan di PT. ICS menghasilkan
kualitas yang baik/tidak mencemari lingkungan.
2. Manfaat limbah industri perikanan akan meningkatkan nilai jual suatu
barang/meningkatkan keuntungan.
IV. METODE PRAKTIKUM
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu laptop, viewer, proyektor dan alat
tulis.
B. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu soft film mengenai teknik penanganan limbah cair
industri perikanan di P.T ICS Banyuwangi.
C. Cara kerja
Menyiapkan alat dan soft film
Pasangkan laptop pada proyektor
Tampilkan film yang akan ditonton
Amati teknik penanganan libah
Catat
Limbah Limbah padat
Limbah cair
Penyaringan
Dijual ke pengepul
Limbah padat
Limbah cair
Kolam eceng gondok
Kolam lele
Tangki anaerob
Kolam aerob
Lumpur aktif
Air limbah hasil treatment Digunakan untuk irigasi persawahan di sekitar pabrik
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
PT. ICS menghasilkan limbah padat berupa kepala dan kulit udang. PT. ICS hanya
menjual kepala udang kepada para peternak bebek dan lele dengan harga Rp 600,- per
kilogram. Sedangkan untuk kulit udang sudah dipesan oleh perusahaan pengeringan kulit
udang dan pembuat chitin yang berada di kota Situbondo (Anggraeni, 2010).
Proses pengolahan limbah cair di PT. ICS adalah sebagai berikut: Limbah cair dari
ruang produksi mengalir melalui pipa-pipa pembuangan menuju saringan, pada saringan
terjadi pemisahan antara limbah cair dan limbah padat yang ikut terbuang bersama-sama
limbah cair misal kepala atau kulit udang dan kertas. Saringan dibongkar setiap jam dengan
tujuan membersihkan limbah padat yang menghambat aliran limbah cair. Limbah cair
dialirkan ke bak equalisasi untuk menstabilkan debit limbah yang akan diolah dan selanjutnya
di pompa ke reaktor anaerob. Limbah cair disimpan pada reaktor anaerob selama 4 hari
sehingga terjadi pengendapan filtrat dengan bantuan gravitasi bumi. Setelah melalui reaktor
anaerob, limbah dialirkan menuju reaktor aerob. Pada reaktor aerob terdapat difuser yang
digunakan untuk pembangkit oksigen sehingga terjadi pengkondisian yang baik untuk bakteri
pengurai. Setelah proses di reaktor aerob selesai, limbah cair dialirkan menuju pembuangan
akhir yang dilengkapi dengan clarifier sehingga padatan organik yang terikut dapat
mengendap. Pada tahap pembuangan akhir ini, limbah cair sudah tidak berbau atau berwarna
sehingga aman untuk dibuang ke saluran air umum atau sungai.
Pada prinsipnya pengolahan air limbah di PT. ICS menggunakan unit-unit pengolahan
limbah seperti berikut (Anggraeni, 2010):
1. Pengolahan tingkat pertama (Pre-treatment)
Pre-treatment terdiri dari screen dan bak equalisasi. Screen berfungsi untuk
memisahkan padatan kasar yang tercampur dengan air limbah. Padatan kasar yang
dihasilkan sebagai sisa produksi pada industri cold storage, khususnya PT. ICS antara lain
label ukuran, plastik, karet, udang utuh, serpihan udang. Secara fisik screen yang dipakai
berupa kantong kasa yang diikat pada effluent pipa di 3 bak kontrol. Ukuran screen yang
dipakai sebesar 5 mm.
Bak equalisasi ini memiliki fungsi yaitu untuk mengumpulkan air limbah sebelum
masuk ke proses berikutnya, adapun fungsi dari bak equalisasi secara lebih detail adalah
untuk menstabilkan debit limbah yang akan diolah dan menghomogenkan limbah.
2. Pengolahan tingkat kedua (Primary-treatment)
Primary-treatment terdiri dari reaktor anaerob dan reaktor aerob. Reaktor anaerob
dipakai untuk mengolah limbah dengan beban organik dan konsentrasi solid yang tinggi.
Reaksi konversi secara biologis dalam proses secara anaerobik berlangsung dalam 3 tahap:
1. Hidrolisis
Merupakan tahap pertama pada proses anaerob, dimana partikulat dikonversikan
manjadi senyawa terlarut yang selanjutnya dapat dihidrolisa menjadi monomer
sederhana yang digunakan oleh bakteri sebagai bahan untuk tahap acidogenesis.
2. Acidogenesis
Tahap ini terjadi degradasi senyawa asam amino, gula dan beberapa asam lemak.
Produk akhir dari tahap acidogenesis (Asetat, Hidrogen, CO2) merupakan bahan awal
untuk pembentukan metana (tahap methanogenesis).
3. Methanogenesis
Tahap ini dijalankan oleh sekelompok organisme yang dikenal sebagai methanogens.
Reaktor aerob terjadi pengolahan biologis secara aerobik (memerlukan penambahan
O2). Pengolahan limbah secara biologis meliputi pengkondisian pertumbuhan mikrobial
aktif untuk dapat melakukan kontak dengan air limbah, sehingga mereka mampu
mengkonsumsi pengotor limbah yang berupa bahan organik sebagai bahan makanan
mikroorganisme.
3. Pengolahan tingkat ketiga (Secoundary-treatment)
Pengolahan tingkat ke tiga terdiri dari unit pengendap yang disebut clarifier. Prinsip
pengendap ini adalah untuk memisahkan padatan organik yang mampu mengendap. Unit
pengendap yang ada di IPAL PT, ICS ini dilengkapi filter ijuk yang berfungsi untuk
meningkatkan efisien penurunan TSS (Total Suspensi Solid).
Menurut Gintings (1992) teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu pengolahan
secara fisika, pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi. Konsep penanganan
limbah ini sebenarnya hampir serupa dengan pengolahan yang berada di PT. ICS, hanya saja
sistem penamaanya yang berbeda.
Pemanfaatan limbah dari PT. Istana Cipta Sembada sudah banyak dilakukan misalnya
digunakan sebagai pupuk cair untuk mengairi lahan pertainan disekitar wilayah industri.
Limbah yang telah mengalami berbagai macam perlakuan dialirkan ke kolam eceng gondok
dan kolam lele agar dapat mereduksi bahan-bahan organik yang terkandung didalamnya.
Proses selanjutnya yang dilakukan adalah limbah cair dimasukkan dalam kolam aerob dan
tangki anaerob sehingga menjadi lumpur aktif dan limbah cair dapat dijadikan sebagai pupuk.
Namun, penanganan limbah padat belum dimaksimalkan. Limbah padat yang berasal dari
sisa produksi maupun hasil penyaringan limbah cair langsung dijual ke pengepul. Apabila
limbah padat ini diolah sendiri oleh perusahaan maka dapat meningkatkan nilai tambah bagi
PT. ICS sendiri.
Sistem penanganan limbah di PT. ICS termasuk sistem pengolahan yang cukup baik
dan sudah terpadu. Hal ini dikarenakan dalam pengolahan limbahnya perusahaan tersebut
telah melakukan penanganan primer dan sekunder. Tetapi Apabila dibandingkan dengan
pustaka sistem penanganan di PT. ICS kurang sempurna karena tidak melalukan penanganan
lebih lanjut yaitu penanganan tersier sehingga dimungkinkan masih terdapat senyawa organik
dan anorganik yang belum hilang pada saat penanganan primer dan sekunder.
Saran saya ada baiknya jika sistem penanganan limbah tersier juga digunakan. Hal ini
dilakukan agar dapat menghilangkan senyawa-senyawa organik maupun anorganik yang
tidak dapat dihilangkan saat penanganan primer dan sekunder. Selain itu, pemanfaatan
limbah padat sebaiknya dimaksimalkan misalkan dengan pembuatan tepung ikan dan kitin
kitosan. Pemanfaatan limbah padat ini akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan secara
materi dibandingkan di jual secara langsung ke pengepul.
Menurut saya sistem penanganan limbah yang baik untuk diterapkan adalah dengan
penanganan primer, sekunder serta tersier. Karena ketiga komponen penanganan limbah
tersebut dapat mereduksi bahan berbahaya yang dapat merusak lingkungan. Penanganan
primer pada limbah akan menghilangkan komponen-komponen fisik/padatan yang terdapat
dalam limbah. Penanganan secara sekunder bertujuan untuk menghilangkan komponen-
komponen organik/pendegradasian komponen organik yang terdapat pada air limbah. Selain
itu dengan sistem penanganan tersier dapat menjadi pelengkap, karena penanganan ini akan
menghilangkan senyawa-senyawa yang lolos oleh penanganan primer dan sekunder.
Pemanfaatan limbah yang baik sebaiknya menggunakan konsep zero waste yaitu
dalam sistem industri pengolahan tidak ada sedikitpun bahan yang terbuang sebagai limbah.
Hal ini dikarenakan limbah padat industri perikanan dapat dimanfaatkam menjadi kitin-
kitosan ataupun tepung ikan yang memiliki harga yang cukup tinggi sehingga dapat menjadi
produk sampingan yang menyumbang keuntungan. Limbah cair perikanan yang umumnya
mengandung padatan tersuspensi sebagai sumber protein (nitrogen) dan juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber hara untuk lahan pertanian. Apabila sistem penanganan dan
pemanfaatan limbah tersebut dapat diterapkan maka konsep industri yang ramah lingkungan
“zero waste” dapat diwujudkan sehingga tidak akan mencemari lingkungan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penanganan limbah di PT. Istana Cipta Sembada menggunakan tiga tahap yaitu
penanganan primer dengan penyaringan dan fitoremediasi, serta penanganan sekunder
dengan menggunakan lumpur aktif.
2. Pemanfaatan limbah di PT. Istana Cipta Sembada belum dimaksimalkan untuk limbah
padat, limbah padat hanya dijual kepada pengepul saja tanpa dilakukan suatu
pengolahan. Sedangkan untuk limbah cair sudah dimanfaatkan untuk irigasi
persawahan yang berada di sekitar pabrik.
3. Suatu industri yang baik adalah industri yang menerapkan konsep zero waste dalam
usahanya sehingga tidak ada bahan/limbah yang terbuang percuma dan dapat
mencemari serta merusak lingkungan.
4. Pemanfaatan limbah industri perikanan salah satunya kitosan yang dapat di peroleh
dari hasil sampingan industri perikanan (cangkang kepiting rajungan, kulit udang, dll)
B. Saran
Penayangan film menurut saya belum efektif, saran saya pada praktikum ini praktikan
mampu melihat langsung bagaimana proses pengelolaan limbah yang ada di PT. Istana
Cipta Sembada.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, F. 2010. Proses Produksi Udang Beku IQF (Individually Quick Freezer) di PT.
Istana Cipta Sembada Laban Asem-Banyuwangi. Laporan Magang kerja Industri.
Politeknik Negeri Jember. Jember.
Gintings, Perdana. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Edisi 1.
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Kaban, Jamaran. 2009. Modifikasi Kitosan dan Aplikasi Produk yang Dihasilkan. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.
Purnomo, Eddy. 2005. Pemanfaatan Bahan Sisa Sebagai Upaya Meminimalisasi Limbah
Padat (Studi Kasus Industri Pengalengan Ikan PT. Maya Food Industries
Pekalongan) (Tesis). Program Magister Lingkungan Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro. Semarang.
Sahubawa, L. 2011. Bahan Ajar Manajemen Limbah Industri Perikanan. Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Slamet, Agus, Mashudi, dan Ali. 2000. Modul Ajar Satuan Proses. Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan. ITS. Surabaya.
Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.