7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
1/536
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
2/536
1. Tinjauan Mata Kuliah/Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase
Deskripsi Singkat
Pengertian, tujuan dan ruang lingkup irigasi dan drainase. Keperluan air untuk
tanaman, kebutuhan air irigasi tanaman, hujan efektif, konsep efisiensi irigasi.Kualitas air untuk irigasi. Sistem dan perencanaan berbagai jenis metoda irigasi:
irigasi permukaan, bawah permukaan, curah dan tetes. Pompa air untuk irigasi: sistem
dan perencanaan, analisis biaya pompa. Pengelolaan operasonal dan pemeliharaan
jaringan irigasi. Prinsip drainase dalam pengembangan lahan. Drainase permukaan
dan bawah permukaan.
Kegunaan mata kuliah/ praktikum
Kuliah dan praktikum MK Teknik Irigasi dan Drainase memberikan dasar
perencanaan irigasi dan drainase untuk pengembangan lahan pertanian. Beberapa
contoh perancangan dengan data aktual berdasarkan pengalaman profesional dosen
pengajarnya diberikan untuk memberikan pengalaman rancangan sehingga mahasiswa
dapat menerapkannya sesudah lulus dan bekerja di bidang pengembangan alahan dan
air.
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kuliah dan praktikum MK ini, mahasiswa mampu: (a)
menerangkan sistem irigasi dan drainase serta permasalahannya di Indonesia, (b)
menghitung keperluan air irigasi untuk suatu pola tanam tertentu dan merancang
sistem irigasinya, (c) menerangkan kelemahan/keunggulan pada irigasi permukaan,curah dan tetes, (d) menggunakan dan mengaplikasikan software CROPWAT untuk
perencanaan sistem irigasi usahatani agribisnis, (e) merancang sistem irigasi pompa
untuk usahatani agribisnis, (f) menjelaskan permasalahan dalam aplikasi drainase
permukaan dan bawah permukaan.
2
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
3/536
Susunan Bahan Ajar
Bahan Kuliah
No Pokok Bahasan Kuliah
1 Pendahuluan2 Kebutuhan air irigasi untuk tanaman non-padi dan padi
3 Prediksi pengurangan produksi akibat stress kekurangan air
4 Efisiensi irigasi dan pengukuran debit
5 Irigasi Permukaan
6 Sistem Jaringan Irigasi/Drainase
7 Kualitas air irigasi
8 Pemanfaatan airtanah dan Irigasi pompa
9 Drainase permukaan
10 Drainase bawah permukaan
11 Teknologi Irigasi Curah12 Teknologi Irigasi Tetes
Bahan Praktikum
No Pokok Bahasan Praktikum
1 Masalah nasional keirigasian
2 Kebutuhan air irigasi
3 Penjadwalan irigasi
4 Pengelolaan irigasi di petak tersier berdasarkan studi kasus
5 Sistem Jaringan Irigasi/Drainase Utama
6 Jaringan irigasi/drainase tersier7 Irigasi pompa
8 Drainase permukaan dan Drainase bawah permukaan
9 Teknologi Irigasi Curah
10 Teknologi Irigasi Tetes
Petunjuk Bagi Mahasiswa Untuk Menggunakan Bahan Ajar
Setelah mempelajari bahan ajar pada setiap topik bahasan, anda harus mengerjakan
latihan soal yang tersedia dalam topik itu. Untuk melihat seberapa jauh pengerjaan
soal latihan, anda dapat menceknya dengan kunci jawaban yang tersedia. Klarifikasi
hasil hitungan dapat ditanyakan ke dosen yang bersangkutan lewat e-mail. Bahan ajar
dicuplik dari beberapa diktat kuliah yang sudah tersedia. Untuk lebih mendalami
materi kuliah diharapkan anda membaca buku acuan yang tersedia di perpustakaan
IPB atau di perpustakaan pribadi masing-masing dosen.
3
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
4/536
4
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
5/536
HIBAH PENGEMBANGAN COURSE CONTENT
PROGRAM HIBAH KOMPETISI
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
PERANCANGAN IRIGASI DAN DRAINASE
INTERAKTIF BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
Dedi Kusnadi Kalsim
Budi Indra Setiawan
Asep Sapei
Prastowo
Erizal
BAGIAN : TEKNIK TANAH DAN AIR
DEPARTEMEN : TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS : TEKNOLOGI PERTANIAN
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
6/536
2
TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE
BAGIAN TEKNIK TANAH & AIR
DEPARTEMEN TEKNI K PERTANI AN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANI ANI NSTI TUT PERTANI AN BOGOR
Kampus I PB Darm aga PO BOX 220 Bogor, Tilp: ( 0251) 627.225,Fax: (0 251) 627.739 . E-m ail: dedkus@telk om.net
MEI 2006
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
7/536
3
1. Tinjauan Mata Kuliah/Praktikum Teknik Irigasi dan
Drainase
Deskripsi Singkat
Pengertian, tujuan dan ruang lingkup irigasi dan drainase. Keperluan air untuk
tanaman, kebutuhan air irigasi tanaman, hujan efektif, konsep efisiensi irigasi.
Kualitas air untuk irigasi. Sistem dan perencanaan berbagai jenis metoda irigasi:
irigasi permukaan, bawah permukaan, curah dan tetes. Pompa air untuk irigasi: sistem
dan perencanaan, analisis biaya pompa. Pengelolaan operasonal dan pemeliharaan
jaringan irigasi. Prinsip drainase dalam pengembangan lahan. Drainase permukaan
dan bawah permukaan.
Kegunaan mata kuliah/ praktikum
Kuliah dan praktikum MK Teknik Irigasi dan Drainase memberikan dasarperencanaan irigasi dan drainase untuk pengembangan lahan pertanian. Beberapa
contoh perancangan dengan data aktual berdasarkan pengalaman profesional dosen
pengajarnya diberikan untuk memberikan pengalaman rancangan sehingga mahasiswa
dapat menerapkannya sesudah lulus dan bekerja di bidang pengembangan lahan dan
air.
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kuliah dan praktikum MK ini, mahasiswa mampu: (a)
menerangkan sistem irigasi dan drainase serta permasalahannya di Indonesia, (b)
menghitung keperluan air irigasi untuk suatu pola tanam tertentu dan merancangsistem irigasinya, (c) menerangkan kelemahan/keunggulan pada irigasi permukaan,
curah dan tetes, (d) menggunakan dan mengaplikasikan software CROPWAT untuk
perencanaan sistem irigasi usahatani agribisnis, (e) merancang sistem irigasi pompa
untuk usahatani agribisnis, (f) menjelaskan permasalahan dalam aplikasi drainase
permukaan dan bawah permukaan.
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
8/536
Garis Besar Perkuliahan :
GBPP MK Teknik Irigasi dan Drainase (TEP 322)
No Tujuan Instruksional KhususPokok Bahasan
KuliahSub-Pokok Bahasan
1 Memahami: (a) silabus MK dan cara
penilaian; (b) pengertian, ruang lingkup
dan tujuan irigasi dan drainase; sistem
irigasi/drainase, data statistik dan
permasalahan irigasi/drainase di
Indonesia; (c) peranan irigasi terhadap
ketahanan pangan
Pendahuluan 1.Penjelasan : (a) deskripsi MK, (b) tujuan, kuliah/praktikum, (c) cara penilaian
2.Pengertian, ruang lingkup dan tujuan irigairigasi permukaan, irigasi curah, irigasi tet
bawah permukaan (underground irrigation
irrigation)
3.Sistem irigasi/drainase, data statistik dan pirigasi/drainase di Indonesia, peran irigasi
ketahanan pangan
2 Mahasiswa mampu: (a) memilih metoda
untuk menghitung kebutuhan air irigasi
untuk berbagai jenis tanaman pada suatu
kondisi iklim tertentu di suatu daerah; (b)
membedakan kebutuhan air untuk
tanaman padi dan non-padi
Kebutuhan air irigasi
untuk tanaman non-
padi dan padi
1.Berbagai metoda Perhitungan Evapotransptanaman Acuan (ETo)
2.Penentuan koefisien tanaman3.Pendugaan hujan efektif4.Pendugaan kebutuhan air tanaman (ETc) d
air irigasi
5.Khusus perhitungan kebutuhan air irigasi tanaman padi
3 Memahami tentang: (a) neraca lengas
tanah di lahan beririgas; (b) perhitungan
lama dan selang irigasi; (c) pendugaan
pengurangan produksi akibat stress
kekurangan air; (d) kemampuan dan
kelemahan software CROPWAT
Prediksi pengurangan
produksi akibat stress
kekurangan air
1. Pengenalan kemampuan dan kelemahan CROPWAT, pengembangan software
2. Neraca lengas tanah di derah perakaran tlahan beririgasi
3. Lama dan selang irigasi
4. Pendugaan pengurangan hasil akibat kek4 Memahami tentang: (a) konsep efisiensi
irigasi; (b) cara perhitungan dan beberapa
data efisiensi irigasi , (b) pengukuran
debit, (c) usaha peningkatan efisiensi
irigasi
Efisiensi irigasi dan
pengukuran debit
1.Konsep efisiensi irigasi dan cara perhitung2.Beberapa metoda pengukuran debit: (a) la
kecepatan dan luas penampang; (c) bangu
thompson, cipolletti, cut throat, parshal flu
romijn
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
9/536
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
10/536
4. Rancangan irigasi curah 12,
13
Mampu menerangkan tentang pengertian
dan komponen irigasi tetes, uniformity
dan efisiensi irigasi tetes. Merancangirigasi tetes
Teknologi Irigasi Tetes 1. Teknologi tetes, kelebihan dan kelemaha2. Uniformity dan Efisiensi irigasi tetes
3. Komponen irigasi tetes: (a) Stasiun PompJaringan perpipaan, (c) Spesifikasi emitt
4. Rancangan irigasi tetes
Garis Besar Praktikum:
GBPP MK Teknik Irigasi dan Drainase (TEP 322)
No Tujuan PraktikumPokok Bahasan
PraktikumSub-Pokok Bahasan
1. Mahasiswa mendiskusikan dan menentukan
topik permasalahan nasional yang berkaitan
dengan keirigasian dan drainase
Masalah nasional
keirigasian
1.PKPI (Perubahan Kebijakan Pengelolaa2.Agraria3.Corporate Farming4.Irigasi Mandiri5.PP 77 tahun 20016.Crops and Drops, FAO, 2000 (ada 11 to
bahasan yakni (a) World water resource
Agricultures use of water, (c) Productisecurity, (d) Overuse and misuse, (e) Fl
droughts, (f) The future, (g) People and
Improving rainfed production, (i) Impro
policies, (j) Towards a better future)
2. Mahasiswa mampu memilih metoda untuk
menghitung kebutuhan air tanaman acuan
pada suatu kondisi data iklim tertentu di
suatu daerahMahasiswa mampu : menghitung keperluan
air irigasi untuk suatu pola tanam tertentu
Kebutuhan air irigasi 1.Diberikan data iklim, latitude, altitude2.Menghitung ETo dengan CROPWAT d3.Membandingkan hasilnya dan mengana
4.Tentukan pola tanam tertentu dalam set5.Tentukan metoda hujan efektif yang dig6.Hitung keperluan air irigasi
3 Mahasiswa memahami hubungan antaraselang irigasi, lama irigasi, jumlah air
irigasi terhadap prediksi hasil dan efisiensi
irigasi
Penjadwalan irigasi 1.Tentukan tekstur tanah tertentu2.Tentukan cara penjadwalan tertentu3.Analisis prediksi hasil4.Berapa efisiensi irigasi
Teknik Irigasi dan Drainase
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
11/536
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
12/536
Susunan Bahan Ajar
Bahan Kuliah
No Pokok Bahasan Kuliah
1 Pendahuluan
2 Kebutuhan air irigasi untuk tanaman non-padi dan padi
3 Prediksi pengurangan produksi akibat stress kekurangan air
4 Efisiensi irigasi dan pengukuran debit
5 Irigasi Permukaan
6 Sistem Jaringan Irigasi/Drainase
7 Kualitas air irigasi
8 Pemanfaatan airtanah dan Irigasi pompa
9 Drainase permukaan10 Drainase bawah permukaan
11 Teknologi Irigasi Curah
12 Teknologi Irigasi Tetes
Bahan Praktikum
No Pokok Bahasan Praktikum
1 Masalah nasional keirigasian
2 Kebutuhan air irigasi
3 Penjadwalan irigasi
4 Pengelolaan irigasi di petak tersier berdasarkan studi kasus5 Sistem Jaringan Irigasi/Drainase Utama
6 Jaringan irigasi/drainase tersier
7 Irigasi pompa
8 Drainase permukaan dan Drainase bawah permukaan
9 Teknologi Irigasi Curah
10 Teknologi Irigasi Tetes
Petunjuk Bagi Mahasiswa Untuk Menggunakan Bahan Ajar
Setelah mempelajari bahan ajar pada setiap topik bahasan, anda harus berusaha untuk
mengerjakan latihan soal yang tersedia dalam topik itu. Untuk melihat seberapa jauh
pengerjaan soal latihan, anda dapat menceknya dengan kunci jawaban yang tersedia.
Klarifikasi hasil hitungan dapat ditanyakan ke dosen yang bersangkutan lewat e-mail.
Bahan ajar dicuplik dari beberapa diktat kuliah yang sudah tersedia. Untuk lebih
mendalami materi kuliah diharapkan anda membaca buku acuan yang tersedia di
perpustakaan IPB atau di perpustakaan pribadi masing-masing dosen.
Bagi mereka yang ingin tahu lebih banyak tersedia beberapa teks file dalam pdf yang
diambil dari internet. File tersebut disusun untuk setiap Topik dan disimpan dalam
Folder File Tambahan sesuai dengan topik Kuliah. Di dalam Folder File Tambahan
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
13/536
2
juga tersedia Software CROPWAT-WIN dan RAINBOW-WIN yang digunakan
dalam analisis.
Dalam File Tambahan juga terdapat judul beberapa film dalam bentuk CD tersedia di
koordinator MK ini. Judul film tersebut: (a) Cultivating the Northern Dream (18
menit), (b) Agricultural Kingdom in Hokkaido, Japan (43 menit); (b) Berilah Aku Air(45 menit). Bagi mereka yang ingin menambah wawasan dapat menghubungi dosen
koordinator untuk meminjam copy dari film-film tersebut.
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
14/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah
Pendahuluan
Tujuan instruksional khusus, mahasiswa memahami:(a) Pengertian, ruang lingkup dan tujuan irigasi dan drainase(b) Bagaimana kondisi sistem irigasi dan drainase yang ada di Indonesia(c) Data statistik dan permasalahan irigasi/drainase di Indonesia(d) Bagaimana peranan irigasi terhadap ketahanan pangan(e) Bagaimana permasalahan air secara nasional dan internasional
Bahan Ajar
Bahan Ajar terdiri dari:(1) Paper dari beberapa referensi mengenai keirigasian di Indonesia(2) Beberapa paper pada Seminar Nasional Ketahanan Pangan di UNILA,
Bandarlampung 15-17 November 2007 terdiri dari: (a) Ditjen Tanaman Pangan, (b)Ditjen Peternakan, (c) Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, (d) Bulog,(e) Pidato Menteri Pertanian.
(3) Irrigation History of Indonesia (dalam bentuk file pdf)(4) Paper dari FAO, 2000. Crops and Drops terdiri dari 11 topik bahasan yakni (a)
World water resources, (b) Agricultures use of water, (c) Production and foodsecurity, (d) Overuse and misuse, (e) Floods and droughts, (f) The future, (g) Peopleand water, (h) Improving rainfed production, (i) Improving policies, (j) Towards a
better future).(5) Film dokumenter dalam bentuk VCD dari Jepang berjudul The Agricultural
Kingdom in Hokkaido, Japan.Bahan ajar no 2, 3, 4, 5 dan lainnya ada di File Tambahan Topik 1
1
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
15/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
1. Tinjauan Historis Pembangunan Irigasi di Indonesia Mewujudkan kembali
Irigasi Masyarakat, Effendi Pasandaran dan Suparmono. Rabu 12 Desember
2001, Kanpus Departemen Pertanian. Ditjen. Bina Sarana Pertanian Deptan
dengan Masyarakat Peduli Air.
Pembangunan irigasi di Hindia Belanda dimulai dengan adanya kelaparan karena gagalpanen tahun 1848/49 sekitar 200.000 orang meninggal dunia di Demak (Van derGiessen, 1946), sehingga pada tahun 1859 dibangun bendung Glapan di S. Tuntangmengairi 12.000 ha.
Awal abad ke 20 lahir politik etis yang intinya untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat pribumi diprogramkan 3 hal yakni: (1) IRIGASI, (2) EDUKASI dan (3)TRANSMIGRASI.
Tahun 1885 dibentuk Departemen BOW (Burgerlijke Openbare Werker) cikal bakal
Departemen Pekerjaan Umum
Tahun 1905 dibentukDepartement van Landbouw, cikal bakal Departemen Pertanian.Selain irigasi yang dibangun pemerintah pada tahun 1914, sudah ada sawah beririgasiyang dibangun masyarakat seluas 2/3 dari total sawah beririgasi.
Periode tahun Areal irigasi yang selesaidibangun (ha)
Laju pembangunan(ha/tahun)
1880 1910 225.000 7.500
1910 1930 375.000 18.750
1930 1940 470.000 47.000
1945 Kemerdekaan RIS/d 1960 Irigasi terlantar
Pelita I 1969-1974 Rehabilitasi irigasi, perluasan irigasi skala besar dan kecil
Tabel. Lahan Irigasi di Jawa (ha) dari tahun 1914 1925
Jenis Irigasi 1914 1918 1925
Irigasi permanen 578.524 548.000 1.040.000
Irigasi dalam fasekonstruksi
187.237 300.000 183.000
Irigasi dalam fase persiapan 470.641 471.000 505.000
Sawah beririgasi 1.518.099 1.400.000 2.840.000Irigasi masyarakat 939.575 852.000 1.800.000
Sumber: Handbook of the Netherlands East Indies, 1916, 1920, 1930.
Apakah benar pembangunan irigasi besar-besaran di Jaman Belanda telah meningkatkankesejahteraan masyarakat seperti tujuan semula politik etis? Ada dua pendapat:
(a) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena adanya peningkatanproduksi padi/palawija, perbaikan fasilitas transport, air minum, air mandidan untuk ternak
(b) Tidak ada peningkatan hasil padi, yang jelas penduduk meningkat tajam,tahun 1880 penduduk Jawa 19,5 juta dan pada tahun 1930 menjadi 41,7 juta
jiwa (0,44 juta/tahun atau 2,28%).
2
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
16/536
Perkembangan Ekspor-Impor Beras
-1000
-500
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000
Tahun
Ribu
to
nberas
Impor ( ribu ton) Ekspor (ribu ton) Import-Eksport
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
Prinsip-prinsip Pengelolaan Irigasi ada dua prinsip utama (Hasselman, 1904):
(a) Pekalen Regeling: sistem pengelolaan yang didasarkan pada pola tanam(cultuur plan) yang ditetapkan sebelumnya. Pengelolaan air irigasidiperlukan untuk mendukung terlaksananya pola tanam yang dikehendaki,
suatu prinsip klasik tentang azas KEGUNAAN
(b) Pategoean Regeling: mengadopsi prinsip pengelolaan air pada daerahirigasi yang dibangun masyarakat sendiri yaitu alokasi air berdasarkanKESAMAAN KESEMPATAN, sedangkan pola tanam diserahkan sendiri
pada masyarakat.
Untuk kepentingan kolonial maka dipilih yang pertama dengan turunannya sistemGolongan, sistem Pasten dll.
Sejak Pelita I:
(a) Komitmen rehabilitasi dan perluasan irigas dipacu oleh kepentinganmencapai swasembada beras, dengan bantuan kredit lunak dari IDA(International Development Agency)
(b) Pada kurun waktu 1969-1984: Areal Irigasi seluas 3,4 juta hektar dalamkondisi rusak menjadi 5,0 juta hektar kondisi baik. Intensitas Pertanaman
padi meningkat dari 100% menjadi 145%. Produktivitas naik lebih dari 2kali lipat (2 ton GKG/ha 4,3 ton GKG/ha). Swasembada beras dicapaitahun 1984 1993, sejak tahun 1994 mulai lagi impor beras sekitar 2 2,5
juta ton/tahun
3
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
17/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
(c) World Bank (1983): beberapa kontribusi terhadap kenaikan produksi berasadalah (a) Air Irigasi 16%, (b) Verietas unggul 5%, (c) Teknologi
pemupukan, pestisida dll 4%, (d) Interaksi 75%. Bagaimanamenghitungnya?
Beberapa penyebab kenapa swa-sembada beras tidak dapat dipertahankan (1984-1993):
(a) Kenaikan jumlah penduduk sekitar 2% per tahun(b) Naiknya konsumsi beras sekitar 0,6% per tahun dari 110 kg/kapita/tahun
(1967) menjadi 130 kg/kapita/tahun (1997)(c) Kebijakan nilai tukar rupiah yang overvalued terhadap dollar, sehingga
harga impor komoditas pertanian menjadi lebih murah daripada produksidalam negeri
(d) Nilai Tukar Petani menurun
Tahun
Harga Traktor
(Rp/unit)
Harga Beras
(Rp/ton)
Equivalent harga traktor
terhadap beras (ton)1973 1.750.000 100.000 17,5
1997 19.000.000 420.000 45,2
(e) Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non-pertanian sekitar 5.00020.000 ha/tahun, terutama di Jawa.
(f) Perkembangan pembentukan P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) yangcenderung top down dengan adopsi standard rancangan bangunan irigasidan kelembagaan P3A versi birokrasi irigasi
(g) Sebagian besar sistem irigasi yang dibangun masyarakat ikut terkooptasimenjadi sistem irigasi berwawasan pemerintah, akibatnya melemahkandinamika internal dan meningkatkan ketergantungan (memperlemah
pemberdayaan) pada pemerintah.(h) Disadari sejak tahun 1990, biaya OP (Operasi dan Pemeliharaan) tidak
memadai lagi, sehingga terjadi penurunan peformansi jaringan irigasi. Untukitu dilakukan Penyerahan Irigasi Kecil (PIK) di bawah 500 ha kepada P3A.Perhitungan PCI JICA tahun 2000 AKNOP1: US$ 15-20/ha/tahun, APBNdan APBD (1999/2000): Rp 71.000/ha/tahun.
Inpres no 3/1999: PKPI (Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi):
1. Pengaturan kembali tugas dan tanggung jawab Lembaga Pengelola Irigasi2. Pemberdayaan P3A3. Penyerahan pengelolaan irigasi pada P3A4. Pembiayaan pengelolaan irigasi5. Keberlanjutan sistem pertanian beririgasi
1 AKNOP: Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan
4
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
18/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
2. Irigasi di Indonesia
Irigasi adalah suatu usaha manusia untuk menambah kekurangan air dari pasokan hujanuntuk pertumbuhan tanaman yang optimum. Drainase adalah suatu usaha manusia untukmembuang kelebihan air yang merugikan tanaman.
Peranan irigasi dalam meningkatkan dan menstabilkan produksi pertanian tidak hanyabersandar pada produktifitas saja tetapi juga pada kemampuannya untuk meningkatkanfaktor-faktor pertumbuhan lainnya yang berhubungan dengan input produksi. Irigasimengurangi resiko kegagalan panen karena ketidak-pastian hujan dan kekeringan,membuat unsur hara yang tersedia menjadi lebih efektif, menciptakan kondisikelembaban tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman, serta hasil dan kualitastanaman yang lebih baik.
Metoda penggunaan air irigasi untuk tanaman dapat digolongkan ke dalam: (a) irigasipermukaan (surface irrigation), (b) irigasi bawah-permukaan tanah (sub-surface
irrigation), (c) irigasi curah (sprinkler), dan (d) irigasi tetes (drip atau trickleirrigation). Irigasi curah dan tetes disebut juga irigasi bertekanan (pressurizedirrigation). Pemilihan metoda irigasi tersebut tergantung pada: (a) air yang tersedia, (b)iklim, (c) tanah, (d) topografi, (e) kebiasaan, dan (f) jenis dan nilai ekonomi tanaman.
Pada irigasi permukaan berdasarkan perbedaan status kelembaban tanah dan keperluanair tanaman dibedakan menjadi dua hal yakni: (a) irigasi padi sawah dan (b) irigasiuntuk tanaman bukan-padi sawah (upland crops).
Di Indonesia sebagian besar irigasi termasuk pada irigasi permukaan. Irigasi bertekanansprinkler dan tetes banyak digunakan di perusahaan agro-industri. Irigasi curah pada
perkebunana tebu, kopi, nenas, bawang, dan jagung. Irigasi tetes pada pertanian rumahkaca untuk melon, cabai, bunga krisyan, dan sayuran.Akhir-akhir ini berkembang di masyarakat suatu teknologi budidaya sawah yang hematair, hemat biaya, dan berproduksi tinggi yakni suatu teknologi yang disebut dengan SRI(system of rice intensification). SRI dikembangkan sejak tahun 1980 oleh Fr. Henri deLaulanie, S.J, seorang pendeta Perancis yang bertugas di Madagaskar sejak tahun 1961.Sebelum tahun 1999 SRI hanya dikenal dan dipraktekkan di Madagaskar saja. Sekarangini dicobakan di hampir 50 negara dengan hasil produksi SRI sekitar 7 ~ 10 ton GabahKering Panen (GKP)/ha.
Bagaimana peranan Irigasi terhadap ketahanan pangan?
Beras adalah makanan pokok rakyat Indonesia yang sampai sekarang masih belummampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Dengan usaha keras revolusi hijauswasembada beras pernah terjadi pada tahun 1984-1993. Mulai tahun 1994 Indonesiakembali menjadi negara importir beras. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya danauntuk operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, sehingga kinerja jaringan irigasimenurun.
5
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
19/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
Bagaimana potensi produksi dan kebutuhan konsumsi beras?
Data areal padi beririgasi, IP 2dan produksi beras tahun 2002 tercantum pada Tabel 1.Data produksi dan impor beras tercantum pada Tabel 2. Kebutuhan konsumsi beras
pada tahun 2001 sekitar 28,538 juta ton beras 3, sedangkan produksi nasional sekitar
25,270 juta ton beras, sehingga masih diperlukan impor sekitar 3,268 juta ton beras.
Tabel 1. Areal padi beririgasi dan produksi beras di Indonesia tahun 2002 4
PulauSawah
irigasi (Ha)
Luastanam(Ha)
CITon
GKG/Ha
TonGKG/tahun
TonBeras/tahun
Sumatera 2.087.939 2.674.589 1,28 3,92 10.487.732 5.243.866
Jawa 3.336.302 5.260.857 1,58 5,31 27.921.999 13.960.999
Bali+NTB+NTT 413.377 527.965 1,28 4,46 2.356.484 1.178.242
Kalimantan 885.397 699.619 0,79 3,08 2.157.158 1.078.579
Sulawesi 937.084 1.201.876 1,28 4,2 5.053.888 2.526.944
Maluku+ Papua td 22.629 3,02 68.339 34.169
INDONESIA 7.660.099 48.045.601 24.022.800
Tabel 2. Rerata produksi, impor, dan ketergantungan beras
Keterangan 1995-1997 1998-2001
Produksi beras (ton) 25.037.117 25.269.727
Impor beras (ton) 1.503.000 3.268.000
Rasio ketergantungan (%) 6,0 12,9
Konsumsi (ton) 26.540.117 28.537.727
CI adalah cropping intensity atau intensitas pertanaman (IP) yakni luas areal tanamdalam setahun dibagi dengan luas areal irigasinya. Di daerah irigasi seharusnya IP lebih
besar dari 1 karena mampu bertanam baik pada MH maupun pada MK.
Nilai IP yang relatif kecil diduga disebabkan oleh belum efisien nya pengelolaan airirigasi di Indonesia. Cara budidaya padi model konvensional memerlukan jumlah airyang besar (1.000-2.000 mm/musim atau 10.000 ~ 20.000 m3 air per hektar). Perbaikan
pengelolaan air dan sistim budidaya padi hemat air, memungkinkan untukmeningkatkan IP dan produktivitas. Jika kita mampu meningkatkan IP 10% dan tingkat
produktivitas meningkat 20%, maka hasil produksi beras nasional dari areal beririgasisudah mencukupi kebutuhan pangan nasional seperti pada Tabel 3. Produksi beras yangakan dicapai dari daerah beririgasi saja sekitar 30,921 juta ton, sudah mencukupikebutuhan nasional bahkan surplus sekitar 2,383 juta ton beras.
Selain penggunaan air masih boros dan pengelolaan air yang kurang efisien, jugaketersediaan air semakin berkurang akibat dari perubahan iklim global maupunkerusakan DAS di daerah hulu. Pengelolaan air yang kurang efisien disebabkan oleh
2 IP (Indeks Pertanaman) = Luas tanam setahun/luas oncoran3 Angka konsumsi beras nasional jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk 200 juta jiwa, danmenggunakan data konsumsi per kapita per tahun 145,31 kg (Susenas, 2005) atau 139,15 kg (Menko
Perekonomian), maka angka konsumsi beras nasional per tahun berkisar antara 27,830 ~ 29,062 juta ton.4 Sumber: Statistical Yearbook of Indonesia, 2003
6
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
20/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
kurangnya dana pemerintah untuk pemeliharaan dan operasional sehingga infratrukturirigasi/drainase terdegradasi dan setiap tahun kemampuan irigasi semakin berkurang.
Tabel 3. Prediksi hasil beras di daerah beririgasi dengan kenaikan IP 10%,dan kenaikan produksi 20%
PulauSawah irigasi
(Ha)CI
Luastanam(ha)
tongkg/ha
tongkg/tahun
ton beras/tahun
Sumatera 2.087.939 1,38
2.881.3564,704
13.553.898 6.776.949
Jawa 3.336.302 1,68
5.604.9876,372
35.714.979 17.857.490
Bali+NTB+NTT
413.3771
,38570.460 5,352 3.053.103 1.526.552
Kalimantan 885.397 0,89
788.0033,696
2.912.460 1.456.230
Sulawesi 937.084 1
,38
1.293.176 5,04 6.517.607 3.258.803
Maluku+ Papua td 24.892 3,624 90.208 45.104
INDONESIA 7.660.099 11.162.875 61.842.256 30.921.128
Indonesia Tak (Lagi) Kaya Sumber Lahan Pertanian5. Kenapa Indonesia masihmengimpor pangan? (kedelai, jagung, beras, gula dll). Umumnya kita masih
beranggapan bahwa Indonesia luas lahannya dan subur. Tetapi kenyataannya Indonesiahanya memiliki lahan pertanian basah 7,8 juta ha dan lahan kering 6,43 juta ha (Tabel4). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya, maka rerata luas lahan pertanian per
jumlah penduduk hanya 354 m2 untuk lahan basah, dan 646 m2jika dimasukan juga
lahan pertanian kering (Tabel 5). Angka ini terkecil dibandingkan dengan negaralainnya. Negara-negara pertanian di dunia umumnya memiliki ketersediaan lahan
pertanian per kapita di atas 1.000 m2. Maka jelaslah kenapa Indonesia selalu kekuranganpangan. Kebijakan perluasan lahan pertanian merupakan suatu keharusan kalau inginswasembada pangan. Hanya dengan menambah luas lahan pertanian baru itulahkekurangan produksi pangan nasional dapat diatasi secara berkelanjutan. Upaya yanglain adalah penyelesaian sementara atau program tambal sulam.
Tabel 4. Komposisi Lahan Pertanian Basah Indonesia
Tipe Lahan
Luas lahan (ha)
Sumatera JawaBali, NTT,
NTBKaliman-
tanSulawe-
si
Papua
?Total
Irigasi teknis 321.234 1.516.252 84.632 24.938 262.144 2.209.200
Irigasi semi teknis 257.771 402.987 173.364 33.297 121.402 988.821
Irigasi pedesaan 455.235 615.389 92.070 189.326 234.933 1.586.953
Sawah tadah hujan 550.440 777.029 68.380 339.705 279.295 2.014.849
Rawa lebak 288.661 776 29 323.556 2.179 615.201
Pasang surut 230.621 4.144 72 97.603 884 333.324
Jumlah 2.103.962 3.316.577 418.547 1.008.425 900.837 0 7.748.348
5 Sumber: Kompas 21/9/2005. Sumarno (Mantan Dirjen Hortikultura, Deptan). Indonesia Tak (Lagi)Kaya Sumber Lahan Pertanian.
7
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
21/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
Sumber: Statistik Pertanian, Departemen Pertanian 2004
8
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
22/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
Tabel 5. Perbandingan Luas Lahan Pertanian dengan Jumlah Pendudukdan Luas Lahan per Kapita
NegaraLuas LahanPertanian
(ribuan ha)
JumlahPenduduk
(ribuan)
Luas Lahanper
Kapita
(m2)Argentina 33.700 37.074 9.090
Australia 50.304 19.153 26.264
Bangladesh 8.085 123.406 655
Brasil 58.865 171.796 3.426
Kanada 45.740 30.769 14.866
Cina 143.625 1.282.172 1.120
India 161.750 1.016.938 1.591
Indonesia (1) 7.780 220.000 354
Thailand 31.839 60.925 5.226
Amerika Serikat 175.209 285.003 6.148
Vietnam 7.500 78.137 960
Indonesia (2) 14.210 220.000 646
Sumber: FAO, 2004
(1): Lahan sawah irigasi+non irigasi
(2): Lahan sawah + lahan kering (6,43 juta ha)
Lahan perkebunan dan kehutanan tidak dimasukkan
Kondisi sekarang (2005) lahan sawah irigasi dan non-irigasi luasnya 7,8 juta ha, lahankering (tanaman pangan) luasnya 6,4 juta ha. Idealnya lahan sawah 15 juta ha, dan lahankering (tanaman pangan) 20 juta ha. Sehingga total 35 juta ha dan rasionya menjadi1.591 m2 per kapita seperti India.
Jika digunakan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yakni 12.396.778 petani lahanbasah dan 1.918.429 petani lahan kering (data masih dipertanyakan akurasinya?), makarasio luas lahan pertanian sawah per petani sekitar 0,63 ha/petani lahan sawah; dan3,35 ha/petani lahan kering. Jika digunakan total lahan pertanian dan total petani,maka rerata 0,99 ha lahan pertanian/petani. Kalau lahan sawah menjadi 15 juta ha danlahan kering menjadi 20 juta ha, maka rerata pengusahaan lahan sawah menjadi 1,2ha/petani lahan sawah dan lahan kering menjadi 10,4 ha/ petani lahan kering.
Beberapa isu penting keirigasian adalah: (a) Gagal Panen Akibat Kekeringan di DaerahIrigasi, (b) Teknologi Irigasi Hemat Air, (c) Degradasi DAS dan Pengaruhnya Terhadap
Ketersediaan Air, (d) Kontribusi/Kompensasi Hilir-Hulu, (e) Nilai Ekonomi AirKaitannya Dengan Biaya OP, (f) Conjuctive Use Air Permukaan-Air Tanah, (g)Stabilitas Lahan Pertanian Beririgasi
9
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
23/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
Penutup
Beberapa pertanyaan:
(1) Peranan irigasi terhadap pertanian dicirikan dengan naiknya produktivitas dan
intensitas pertanaman padi sesudah adanya irigasi. Akan tetapi data di Kalimantan(Tabel 1) menunjukkan bahwa intensitas tanam padi untuk daerah irigasi hanya0,76. Apa yang menyebabkan hal tersebut?
(2) Apa artinya angka tersebut dari segi efisiensi alokasi dana pembangunan?(3) Kenapa produksi beras Tabel 1 lebih kecil daripada produksi beras pada Tabel 2?(4) Apa tujuan irigasi(5) Apa tujuan drainase(6) Di Indonesia dikenal klasifikasi irigasi teknis, setengah teknis dan irigasi desa.
Parameter apa yang mencirikan klasifikasi tersebut?(7) Apa yang dimasud dengan: (a) irigasi permukaan, (b) irigasi bawah permukaan,
(c) irigasi curah, (d) irigasi tetes
(8) Berapa hektar minimum luas pengusahaan petani untuk menjamin tingkatkesejahteraan yang layak? Bagaimana cara menghitungnya?
(9) Apa yang dimaksud dengan (a) Intensitas Pertanaman (Cropping Intensity), (b)Luas tanam, (c) Luas panen
(10)Berapa hektar rerata luas pengusahaan petani di Indonesia sekarang ini?(11)Bagaimana peran irigasi dalam usaha ketahanan pangan(12)Bagaimana masalah keirigasian di Indonesia sekarang ini(13)Aspek apa yang dicakup dalam pengelolaan sumberdaya air(14)Aspek apa yang dicakup dalam pengelolaan air irigasi(15)Apa peranan irigasi dalam pencapaian swa-sembada beras di tahun 1984-1993?
Kenapa Indonesia mulai mengimpor beras lagi sejak tahun 1994?(16)Pada waktu penjajahan Belanda awal abad 20 muncul politik etis untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi. (a) Program apa saja dalampolitik etis tersebut? (b) Bagaimana relevansinya dengan kondisi sekarang?
(17)Apa isi Inpres no 3 tahun 1999 tentang Pembaharuan Kebijakan PengelolaanIrigasi (PKPI)?
(18)Saudara sudah melihat VCD tentang pembangunan pertanian lahan gambut diHokkaido Jepang. (a) Apa kunci keberhasilan pengembangan lahan gambut diHokkaido? (b) Bandingkan dengan kegagalan proyek pengembangan lahangambut sejuta hektar di Kalimantan Tengah?
Kunci Jawaban:
(1) Pilihan Jawaban: (a) Kemungkinan salah data, (b) daerah beririgasi kurang baikoperasionalnya, (c) Budaya penduduk Kalimantan adalah budaya kebun danhutan.
(2) Pembangunan irigasi di Kalimantan adalah sesuatu pemborosan karenamasyarakatnya belum terbiasa untuk budidaya tanaman pangan intensif
(3) Pada Tabel 2 termasuk juga lahan sawah tadah hujan(4) Irigasi: untuk memasok kekurangan air dari hujan agar tanaman tumbuh
optimum(5) Drainase: untuk membuang kelebihan air agar tanaman tumbuh optimum
10
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
24/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
(6) Irigasi teknis: debit dapat diukur dan diatur. Irigasi setengah teknis: debit dapatdiatur tak dapat diukur. Irigasi desa: debit tak dapat diukur dan diatur.
(7) Irigasi permukaan: air irigasi diberikan lewat permukaan tanah. Irigasi bawahpermukaan: air irigasi diberikan lewat bawah permukaan tanah. Irigasi curah: airirigasi diberikan dari atas permukaan tanah meniru hujan. Irigasi tetes: air irigasi
diberikan menetes ke daerah perakaran tanaman.(8) Gunakan beberapa angka parameter: (a) Tingkat pendapatan layak keluarga
petani (Rp/ha/bulan); (b) Tingkat produksi padi (ton GKG/ha/MT); (c) Hargajual petani (Rp/kg GKG); (d) Biaya produksi (benih, pupuk, upah tenaga kerja,air irigasi, sewa tanah) Rp/ha/MT; (e) Pendapatan bersih petani (Rp/ha/MT); (f)Hitung luas minimum pengelolaan setiap petani (ha)
(9) Intensitas Pertanaman (IP) padi di suatu daerah irigasi adalah jumlah luastanaman padi (ha) setiap MT dalam setahun dibagi dengan luas irigasi atauoncoran (ha). Luas tanam: adalah total areal tanam dalam setahun. Luas panenadalah total areal panen dalam setahun, angkanya lebih ecil atau sama denganluas tanam. Jika luas panen < luas tanam berarti ada areal yang puso (gagal
panen) karena hama, penyakit, banjir, atau kekeringan. Istilah IP harus disertaidengan komoditasnya, sebagai contoh IP padi, IP palawija dan lain sebagainya.
(10)Sekitar 1/3 ha per keluarga petani(11)Dengan irigasi dan pengelolaan air yang baik maka IP dapat meningkat,
produktivitas (ton GKG/ha) meningkat. Total produksi dalam setahun adalahperkalian dari luas sawah beririgasi dikalikan dengan IP dikalikan denganproduktivitas. Total produksi juga akan meningkat sehingga ketersediaan panganper kapita juga akan meningkat.
(12) Terjadi penurunan kinerja di daerah irigasi yakni penurunan IP danproduktivitas. Penurunan IP disebabkan oleh 2 faktor yakni: (a) menurunnyadebit sungai pada MK karena kondisi DAS nya rusak, dan (b) menurunnyaefisiensi jaringan irigasi karena tidak mencukupinya biaya OP dari pemerintah.
(13)Pengelolaan sumberdaya air mencakup tiga aspek yakni (a) Pendayagunaansumberdaya air, (b) Konservasi sumberdaya air, dan (c) Pengendalian dayarusak
(14)Pengelolaan air rigasi mencakup dua aspek yakni (a) pengoperasian, dan (b)pemeliharaan
(15)Sejak Pelita I:a. Komitmen rehabilitasi dan perluasan irigas dipacu oleh kepentingan
mencapai swasembada beras, dengan bantuan kredit lunak dari IDA(International Development Agency)
b. Pada kurun waktu 1969-1984: Areal Irigasi seluas 3,4 juta hektar dalamkondisi rusak menjadi 5,0 juta hektar kondisi baik. Intensitas Pertanamanpadi meningkat dari 100% menjadi 145%. Produktivitas naik lebih dari 2kali lipat (2 ton GKG/ha 4,3 ton GKG/ha).
c. World Bank (1983): beberapa kontribusi terhadap kenaikan produksiberas adalah (a) Air Irigasi 16%, (b) Verietas unggul 5%, (c) Teknologipemupukan, pestisida dll 4%, (d) Interaksi 75%. Bagaimanamenghitungnya?
Kenapa swa-sembada beras tidak dapat dipertahankan?:(a) Kenaikan jumlah penduduk sekitar 2% per tahun(b) Naiknya konsumsi beras sekitar 0,6% per tahun dari 110 kg/kapita/tahun
(1967) menjadi 130 kg/kapita/tahun (1997)
11
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
25/536
Topik 1. Pendahuluan Pengantar Kuliah - dkk
(c) Kebijakan nilai tukar rupiah yang overvalued terhadap dollar, sehinggaharga impor komoditas pertanian menjadi lebih murah daripada produksidalam negeri
(d) Nilai Tukar Petani menurun(e) Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non-pertanian sekitar 5.000
20.000 ha/tahun, terutama di Jawa.(f) Perkembangan pembentukan P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) yang
cenderung top down dengan adopsi standard rancangan bangunan irigasidan kelembagaan P3A versi birokrasi irigasi
(g) Sebagian besar sistem irigasi yang dibangun masyarakat ikut terkooptasimenjadi sistem irigasi berwawasan pemerintah, akibatnya melemahkandinamika internal dan meningkatkan ketergantungan (memperlemah
pemberdayaan) pada pemerintah.(h) Disadari sejak tahun 1990, biaya OP (Operasi dan Pemeliharaan) tidak
memadai lagi, sehingga terjadi penurunan peformansi jaringan irigasi. Untukitu dilakukan Penyerahan Irigasi Kecil (PIK) di bawah 500 ha kepada P3A.
Perhitungan PCI JICA tahun 2000 AKNOP6: US$ 15-20/ha/tahun, APBNdan APBD (1999/2000): Rp 71.000/ha/tahun.
(16)Politik Etis pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke 20: (a) Irigasi, (b)Edukasi, (3) Transmigrasi. Apakah program ini masih relevan sekarang?
(17) Inpres no 3/1999: PKPI (Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi):a. Pengaturan kembali tugas dan tanggung jawab Lembaga Pengelola
Irigasib. Pemberdayaan P3Ac. Penyerahan pengelolaan irigasi pada P3Ad. Pembiayaan pengelolaan irigasie. Keberlanjutan sistem pertanian beririgasi
Daftar Pustaka
1. Kompas 21/9/2005. Sumarno (Mantan Dirjen Hortikultura, Deptan). IndonesiaTak (Lagi) Kaya Sumber Lahan Pertanian.
2. Statistical Yearbook of Indonesia, 20033. Balitbang Departemen Pertanian, 2003. Kebijakan Perberasan dan Inovasi
Teknologi Padi. Puast Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.4. Kasryno, Faisal; Effendi Pasandaran; Achmad M. Fagi (eds), 2004. Ekonomi
Padi dan Beras Indonesia. Balitbang Departemen Pertanian.5. FAO, 2000. Crops and Drops (pdf file)6. VCD The Agricultural Kingdom in Hokkaido
6 AKNOP: Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan
12
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
26/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi Untuk Tanaman Non-Padi danPadi
Pendahuluan
Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa mampu: (a) memilih metoda untuk
menghitung kebutuhan air irigasi untuk berbagai jenis tanaman pada suatu kondisi iklim
tertentu di suatu daerah; (b) membedakan kebutuhan air untuk tanaman padi dan non-
padi.
Pokok bahasan:
(a) Berbagai metoda Perhitungan Evapotranspirasi tanaman Acuan (ETo)
(b) Penentuan koefisien tanaman
(c) Pendugaan hujan efektif
(d) Pendugaan kebutuhan air tanaman (ETc) dan keperluan air irigasi
(e) Khusus perhitungan kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi
Bahan Ajar
Bahan Ajar terdiri dari: (1) Air yang diperlukan tanaman dan pemakaian air, (2) Irigasipadi sawah, (3) Penelitian SRI (System of Rice Intensification). Pada File Tambahan
1
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
27/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Kuliah Topik 2, tercantum: (a) Software dan manual program CROPWAT-win, (b)
D.K. Kalsim, 2007. Rancangan Operasional Sistim Irigasi untuk Pengembangan SRI.
Seminar KNI-ICID 24 November 2007, Bandung, (c) Deficit Irrigation, paper FAO,
2003, dalam bentuk pdf.
1. Air yang Diperlukan Tanaman dan Pemakaian Air
Penggunaan konsumtif adalah jumlah total air yang dikonsumsi tanaman untuk
penguapan (evaporasi), transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Kadang-kadang
istilah itu disebut juga sebagai evapotranspirasi tanaman. Jumlah evapotranspirasi
kumulatif selama pertumbuhan tanaman yang harus dipenuhi oleh air irigasi,
dipengaruhi oleh jenis tanaman, radiasi surya, sistim irigasi, lamanya pertumbuhan,
hujan dan faktor lainnya. Jumlah air yang ditranspirasikan tanaman tergantung pada
jumlah lengas yang tersedia di daerah perakaran, suhu dan kelembaban udara, kecepatan
angin, intensitas dan lama penyinaran, tahapan pertumbuhan, tipe dedaunan.
Terdapat dua metoda untuk mendapatkan angka penggunaan konsumtif tanaman, yakni(a) pengukuran langsung dengan lysimeter bertimbangan (weighing lysimeter) atau
tidak bertimbangan (Gambar 1a dan 1b), dan (b) secara tidak langsung dengan
menggunakan rumus empirik berdasarkan data unsur cuaca.
Secara tidak langsung dengan menggunakan rumus empirik berdasarkan data unsur
cuaca, pertama menduga nilai evapotranspirasi tanaman acuan1 (ETo). ETo adalah
jumlah air yang dievapotranspirasikan oleh tanaman rumputan dengan tinggi 15~20 cm,
tumbuh sehat, menutup tanah dengan sempurna, pada kondisi cukup air. Ada berbagai
rumus empirik untuk pendugaan evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) tergantung pada
ketersediaan data unsur cuaca, antara lain: metoda Blaney-Criddle, Penman, Radiasi,
Panci evaporasi (FAO, 1987). Akhir-akhir ini (1999) FAO merekomendasikan metoda
Penman-Monteith untuk digunakan jika data iklim tersedia (suhu rerata udara harian,
jam penyinaran rerata harian, kelembaban relatif rerata harian, dan kecepatan angin
rerata harian. Selain itu diperlukan juga data letak geografi dan elevasi lahan di atas
permukaan laut.
Selanjutnya untuk mengetahui nilai ET tanaman tertentu maka ETo dikalikan dengan
nikai Kc yakni koefisien tanaman yang tergantung pada jenis tanaman dan tahap
pertumbuhan. Nilai Kc tersedia untuk setiap jenis tanaman.
EToKcETc=
.../1/
Keperluan air untuk ETc ini dipenuhi oleh air hujan (efektif) dan kalau tidak cukup oleh
air irigasi. Keperluan air irigasi atau KAI dinyatakan dengan persamaan:
HeETcKAI = .../2/
Hujan efektif (He) adalah bagian dari total hujan yang digunakan untuk keperluan
tanaman. Perhitungan ETo dan daftar nilai Kc ada dalam program CROPWAT.
Hujan Efektif
1 Evapotranspirasi tanaman acuan (Reference crop evapotranspiration)
2
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
28/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
FAO mengumpulkan beberapa metoda metoda empirik untuk menghitung hujan efektif
untuk non-padi antara lain2:
a. Nilai persentase tertentu dari hujan bulanan (fixed percentage): Peff= a x Ptot,
biasanya nilai a = 0,7 0,9
b. Hujan andalan (dependable rain) didefinisikan sebagai hujan dengan peluang
terlewati tertentu: peluang terlewati 80% menggambarkan kondisi tahun kering,50% kondisi tahun normal dan 20% kondisi tahun basah. Secara empirik menurut
AGLW/FAO:
Pef= 0.6 * P mean - 10; untuk P mean < 60 mm/bulan
Pef= 0.8 * P mean - 25; untuk P mean > 60 mm/bulan
c. Rumus empirik yang dikembangkan secara lokal, biasanya dikembangkan dengan
rumus umum sebagai berikut:
Peff= a Pmean+ b untuk Pmean< Z mm
Peff= c Pmean+ d untuk Pmean> Z mm
Konstanta a, b, c dan d dikembangkan berdasarkan penelitian secara lokal.
Hujan bulanan dengan peluang terlewati tertentu (misalnya 75%), untuk beberapa
daerah sudah mempunyai persamaan linier antara hujan bulanan rata-rata denganhujan bulanan dengan peluang terlewati tertentu. Untuk Indonesia, Oldeman, L.R.
(1980) menyatakan bahwa hujan peluang terlewati 75% (Y) dapat dinyatakan
dengan persamaan: Y = 0,82 X - 30, dimana X = rata-rata hujan bulanan. Hujan
efektif untuk tanaman padi adalah 100% dari Y, sedangkan untuk palawija 75% dari
Y.
d. USBR(United State Bureau of Reclamation) :
Pef = P mean x (125 - 0.2 P mean )/125; untuk P mean < 250 mm
Pef = 125 + 0.1 x P mean ; untuk P mean > 250 mm
Gambar 1a. Lisimeter bertimbangan Gambar 1b. Lisimeter tak-bertimbangan
2. Irigasi Padi Sawah
Pengelolaan air irigasi padi sawah sangat penting untuk memaksimumkan pemanfaatan
pengembangan teknologi budidaya padi. Dasar utama dalam pengelolaan air tersebut
2 Martin Smith, 1991. CROPWAT (ver.5.7): Manual and Guidelines. FAO
3
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
29/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
adalah pengetahuan tentang kondisi air yang optimum dalam kaitannya dengan tahap
pertumbuhan padi dan beberapa metoda untuk mendapatkan kondisi optimum tersebut.
Keperluan air irigasi untuk tanaman padi
Seringkali dikatakan bahwa irigasi tanaman padi di sawah adalah merupakan suatuproses penambahan air hujan untuk memenuhi keperluan air tanaman. Tanaman padi
sawah memerlukan air cukup banyak dan menginginkan genangan air untuk menekan
pertumbuhan gulma dan sebagai usaha pengamanan apabila terjadi kekurangan air. Di
daerah tropik walaupun pada musim hujan, sering terjadi suatu perioda kering sampai 3
minggu tidak turun hujan. Pada situasi tersebut diperlukan air irigasi untuk menjamin
pertumbuhan tanaman padi yang baik. Pada umumnya tinggi genangan air adalah
sekitar 50 - 75 mm untuk padi varietas unggul (HYV) 3, sedangkan untuk varietas lokal
antara 100 - 120 mm. Maksimum genangan air pada HYV adalah sekitar 15 cm.4
Apabila laju evaporasi sekitar 2 - 6 mm/hari dan perkolasi atau rembesan sekitar 6
mm/hari, maka lapisan genangan air tersebut akan mencapai nol pada selang waktu 4sampai 15 hari, apabila tidak ada hujan dan air irigasi. Apabila situasi tersebut berlanjut
sampai beberapa minggu terutama pada masa pertumbuhan tanaman yang peka
terhadap kekeringan maka akan terjadi pengurangan produksi.
Suatu tetapan konversi keperluan air biasanya dinyatakan dengan mm/hari yang dapat
dikonversi ke suatu debit kontinyu pada suatu areal yakni 1 l/det/ha = 8,64 mm/hari atau
1 mm/hari = 0,116 l/det/ha5.
Pengolahan tanah
Terdapat beberapa metoda yang berbedadalam perhitungan keperluan air tanaman
dan umumnya perhitungan tersebut tidak
mencakup keperluan air selama
pengolahan tanah. Sebagai contoh suatu
metoda yang direkomendasikan oleh
FAO hanya didasarkan pada evapotran-
pirasi tanaman acuan, faktor tanaman,
pertimbangan semua kehilangan air
irigasi dan hujan efektif. Keperluan air
selama pengolahan tanah padi sawah
umumnya menentukan puncak keperluanair irigasi pada suatu areal irigasi.
Beberapa faktor penting yang
menentukan besarnya keperluan air
selama pengolahan tanah adalah sebagai
berikut :
(1) Waktu yang diperlukan untuk
3 HYV: High Yielding Variety (varietas unggul)4 Berdasarkan penelitian di IRRI (International Rice Research Institute), Los Banos, Filipina5 1liter =10-3 m3; 1 ha = 104 m2; 1 hari = 24 jam = 24 x 60 x 60 detik
4
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
30/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
pengolahan tanah yakni:
(a) perioda waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pengolahan tanah
(b) pertambahan areal pengolahan tanah dalam suatu grup petakan sawah yang
sangat tergantung pada ketersediaan tenaga kerja manusia, hewan atau traktor.
(2) Volume air yang diperlukan untuk pengolahan tanah, yang tergantung pada:
(a) lengas tanah dan tingkat keretakan tanah pada waktu mulai pengolahan tanah(b) laju perkolasi dan evaporasi
(c) kedalaman lapisan tanah yang diolah menjadi lumpur.
Beberapa hasil penelitian di Bali dan Sumatera menunjukkan keperluan air yang cukup
besar antara 18 - 50 mm/hari (2,1 5,8 l/det/ha) dengan total keperluan air sekitar 400 -
900 mm6.
Perioda pengolahan tanah
Kondisi sosial dan tradisi yang ada serta ketersediaan tenaga kerja manusia, hewan atau
traktor di suatu daerah sangat menentukan lamanya pengolahan tanah. Pada umumnyaperioda yang diperlukan setiap petakan sawah untuk pengolahan tanah (dari mulai air
diberikan sampai siap tanam) adalah sekitar 30 hari. Sebagai suatu pegangan biasanya
sekitar 1,5 bulan diperlukan untuk menyelesaikan pengolahan tanah di suatu petak
tersier. Pada beberapa kasus di mana alat dan mesin mekanisasi tersedia dalam jumlah
yang cukup, perioda tersebut dapat
diperpendek sampai sekitar 1 bulan.
Total perioda pengolahan tanah di suatu
daerah irigasi biasanya antara 1,5 sampai
3 bulan tergantung pada jumlah
golongan7 yang dipakai.
Volume air yang diperlukan untuk
pengolahan tanah
Keperluan air selama pengolahan tanah
mencakup keperluan untuk menjenuhkan
tanah dan suatu lapisan genangan yang
diperlukan segera setelah tanam. Rumus
di bawah ini dapat digunakan untuk menduga keperluan air pada waktu pengolahan
tanah:
S = [S(a) - S(b)] x N x d x 10
-4
+ Fl +Fd .../3/
di mana S: keperluan air pengolahan
lahan (mm), S(a): lengas tanah sesudah
pelumpuran (%), S(b): lengas tanah
sebelum pelumpuran (%), N: porositas
tanah (%), d: kedalaman lapisan tanah
yang dilumpurkan (mm), Fl : kehilangan
6Binnie and Partners Ltd7 Sistim golongan disebut jugastaggering
5
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
31/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
air selama pelumpuran (mm), Fd: tinggi genangan di petakan sawah setelah tanam
(mm).
Meskipun rumus tersebut cukup akurat untuk menghitung keperluan air akan tetapi
beberapa parameter sering terjadi beragam di lapangan. Dengan demikian seringkali
keperluan air pengolahan tanah diduga dari pengalaman di lapangan. Untuk tanah
bertekstur liat berat tanpa retakan, keperluan air diambil sebesar 250 mm. Jumlah inimencakup untuk penjenuhan, pelumpuran dan juga 50 mm genangan air setelah tanam.
Apabila lahan dibiarkan bera untuk waktu yang cukup lama (misal 1,5 bulan) sehingga
tanah retak-retak, jumlah air yang diperlukan sekitar 300 mm. Untuk tekstur yang lebih
ringan angka tersebut akan lebih besar dari angka di atas.
Debit yang diperlukan
Laju penambahan areal pada waktu pengolahan tanah di suatu jalur petakan-petakan
sawah yang mendapat pasok air dari satu inlet secara kolektif dalam suatu petak tersier,
akan menentukan besarnya debit yang diperlukan. Terdapat 3 konsep tentang laju
pertambahan areal pengolahan tanah dalam suatu kelompok petakan sawah yakni :(a) Debit yang masuk ke inlet konstan selama pengolahan tanah (I mm/hari =
konstan)
(b) Laju pertambahan areal lahan yang diolah konstan (dy/dt dalam ha/hari =
konstan)
Laju pertambahan areal lahan yang diolah mengikuti kurva distribusi Gauss atau yang
lainnya dengan nilai maksimum pada pertengahan perioda pengolahan lahan (T) atau
dy/dt = maksimum pada t = T. Kasus yang pertama akan diuraikan di sini dan dikenal
sebagai metoda pendekatan dari van de Goor dan Ziljstra. Konsep tersebut mengatakan
bahwa suatu debit konstan diberikan pada suatu bagian dari unit tersier selama
pengolahan tanah. Selama perioda tersebut diasumsikan air akan mengalir mengisi
petakan-petakan sawah secara progresif. Sementara itu petakan yang lebih rendah akan
terisi melalui limpasan dari petakan di atasnya setelah penuh. Diasumsikan bahwa
petakan di atasnya secara kontinyu diisi air untuk memenuhi kehilangan air akibat
perkolasi dan evaporasi (Gambar 2 dan Gambar 7).
Dengan demikian pada tingkat awal, keperluan air adalah untuk penjenuhan tanah dan
mempertahankan suatu genangan lapisan air, sedangkan pada ahir perioda pengolahan
tanah mempertahankan lapisan genangan air adalah merupakan faktor yang dominan
(the topping up requirement). Dengan demikian bagian areal unit tersier yang sedang
diolah (A ha) menerima volume air pada perioda waktu dt sebesar I A dt, dengan debitsebesar I. Dari jumlah air tersebut sebagian (M y dt) digunakan untuk mempertahankan
lapisan air di lahan yang telah dijenuhkan (y ha), sedangkan sisanya (S dy) digunakan
untuk menjenuhkan areal baru sebesar dy ha.
I A dt = M y dt + S dy ... /4/
M : topping up requirement (mm/hari); I: laju pemberian air (mm/hari); T: lama perioda
pengolahan lahan dari mulai awal pemberian air sampai tanam (hari); S: jumlah air yang
diperlukan untuk menjenuhkan tanah dan menciptakan lapisan genangan air (mm).
Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
6
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
32/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
yMAI
dySdt
= ... /4/, maka +=
= CyMAIM
S
yMAI
dySt )ln( .. /5/
pada t = 0 -----> y = 0 , maka )ln( AI
M
SC = , maka
yMAI
AI
M
St
= ln ... /6/
pada t = T ----> y = A , makaMI
I
M
ST
= ln , makaS
MT
MI
I=
ln ... /7/;
maka SMT
eMI
I=
dan akhirnya
1
=
S
MT
S
MT
e
eMI ... /8/
Apabila k = MT/S; maka1
=k
k
e
eMI ... /9/
Pada persamaan /9/ dapat dilihat bahwa A tidak mempengaruhi I. Untuk berbagai nilai
S, T dan M (evaporasi dan perkolasi) maka besarnya I dengan menggunakan rumus di
atas dapat dilihat pada Tabel 1. Umumnya keperluan air pengolahan tanah berkisar
antara 1,5 1,7 l/det/ha untuk nilai M antara 5 - 8 mm/hari dan S = 300 mm dengan T =
30 hari.
Keperluan air untuk pesemaian
Areal pesemaian umumnya antara 2% - 10% dari areal tanam. Lama pertumbuhan
antara 20 - 25 hari. Jumlah keperluan air di pesemaian kurang lebih sama dengan
penyiapan lahan. Sehingga keperluan air untuk pesemaian biasanya disatukan dengan
keperluan air untuk pengolahan tanah.
Gambar 2. Skhematisasi laju pengaliran air pada formula van de Goor dan Zijlstra
7
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
33/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Keperluan air pada berbagai tahap pertumbuhan tanaman
Tahap pertumbuhan padi dibagi menjadi: (a) pesemaian (10-30 hss) 8 (seedling atau
juvenile period), (b) periode pertumbuhan vegetatif (0-60 hst), (c) periode reproduktif
atau generatif (50-100 hst) dan (d) periode pematangan (100-120 hst) (ripening period)
(Gambar 3)
Periode pesemaian
Periode ini merupakan awal pertumbuhan yang mencakup tahap perkecambahan benih
serta perkembangan radicle (akar muda) danplume (daun muda). Selama periode ini air
yang dikonsumsi sedikit sekali. Apabila benih tergenang cukup dalam pada waktu
cukup lama sepanjang periode perkecambahan, maka pertumbuhan radicle akan
terganggu karena kekurangan oksigen.
Pertumbuhan vegetatif
Periode ini merupakan periode berikutnya setelah tanam (transplanting) yang mencakup
(a) tahap pemulihan dan pertumbuhan akar (0-10 hst), (b) tahap pertumbuhan anakan
maksimum (10-50 hst) (maximum tillering) dan (c) pertunasan efektif dan pertunasan
tidak efektif (35-45 hst). Selama periode ini akan terjadi pertumbuhan jumlah anakan.
Segera setelah tanam, kelembaban yang cukup diperlukan untuk perkembangan akar-
akar baru. Kekeringan yang terjadi pada peiode ini akan menyebabkan pertumbuhan
yang jelek dan hambatan pertumbuhan anakan sehingga mengakibatkan penurunan
hasil. Pada tahap berikutnya setelah tahap pertumbuhan akar, genangan dangkal
diperlukan selama periode vegetatif ini. Beberapa kali pengeringan (drainase)
membantu pertumbuhan anakan dan juga merangsang perkembangan sistim akar untuk
berpenetrasi ke lapisan tanah bagian bawah. Fungsi respirasi akar pada periode ini
sangat tinggi sehingga ketersediaan udara (aerasi) dalam tanah dengan cara drainase
(pengeringan lahan) diperlukan untuk menunjang pertumbuhan akar yang mantap.Selain itu drainase juga membantu menghambat pertumbuhan anakan tak-efektif (non-
effective tillers).
Tabel 1. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan padi sawah (mm/hari)
Evaporasi +Perkolasi
Mmm/hari
T = 30 hari T = 45 hari
S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm
Imm/hari
Ilt/det/ha
Imm/hari
Ilt/det/ha
IMm/hari
Ilt/det/ha
Imm/hari
Ilt/det/ha
5,0 12,7 1,47 11,1 1,28 9,05 1,10 8,4 0,97
5,5 13,0 1,50 11,4 1,32 9,08 1,13 8,8 1,02
6,0 13,3 1,54 11,7 1,35 10,1 1,17 9,1 1,056,5 13,6 1,57 12,0 1,39 10,4 1,20 9,4 1,09
7,0 13,9 1,61 12,3 1,43 10,8 1,25 9,8 1,13
7,5 14,2 1,64 12,6 1,46 11,1 1,28 10,1 1,17
8,0 14,5 1,68 13,0 1,50 11,4 1,32 10,5 1,22
8,5 14,8 1,71 13,3 1,54 11,8 1,36 10,8 1,25
9,0 15,2 1,76 13,6 1,57 12,1 1,41 11,2 1,30
9,5 15,5 1,79 14,0 1,62 12,5 1,45 11,6 1,34
10,0 15,8 1,83 14,3 1,65 12,9 1,48 12,0 1,39
10,5 16,2 1,88 14,7 1,70 13,2 1,53 12,4 1,44
11,0 16,5 1,91 15,0 1,73 13,6 1,57 12,8 1,48
8 hss: hari setelas semai; hst: hari setelah tanam
8
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
34/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Periode reproduktif (generatif)
Periode ini mengikuti periode anakan maksimum dan mencakup tahap perkembangan
awal malai (panicle primordia) (40-50 hst), masa bunting (50-60 hst)(booting),
pembentukan bunga (60-80 hst) (heading and flowering). Situasi ini dicirikan dengan
pembentukan dan pertumbuhan malai.
Pada sebagian besar dari periode ini dikonsumsi banyak air. Kekeringan yang terjadi
pada periode ini akan menyebabkan beberapa kerusakan yang disebabkan oleh
terganggunya pembentukan panicle, heading, pembungaan dan fertilisasi yang
berakibat pada peningkatan sterilitas sehingga mengurangi hasil.
Periode pamatangan (ripening atau fruiting)
Periode ini merupakan periode terakhir dimana termasuk tahapan pembentukan susu
(80-90 hst) (milky), pembentukan pasta (90-100 hst) (dough), matang kuning (100-110
hst) (yellow ripe) dan matang penuh (110-120 hst) (full ripe). Selama periode ini sedikit
air diperlukan dan secara berangsur-angsur sampai sama sekali tidak diperlukan air
sesudah periode matang kuning (yellow ripe). Selama periode ini drainase perlu
dilakukan, akan tetapi pengeringan yang telalu awal akan mengakibatkan bertambahnyagabah hampa dan beras pecah (broken kernel), sedangkan pengeringan yang terlambat
mengakibatkan kondisi kondusif tanaman rebah.
Pada periode vegetatif jumlah air yang dikonsumsi sedikit, sehingga kekurangan air
pada periode ini tidak mempengaruhi hasil secara nyata asalkan tanaman sudah pulih
dan sistim perakarannya sudah mapan. Tahapan sesudah panicle primordia, khususnya
pada masa bunting, headingdan pembungaan memerlukan air yang cukup. Kekurangan
air selama periode tersebut menghasilkan pengurangan hasil tak terpulihkan. Dengan
demikian perencanaan program irigasi di areal dimana jumlah air irigasinya terbatas
untuk menggenangi sawah pada seluruh periode, prioritas harus diberikan untuk
memberikan air irigasi selama periode pemulihan dan pertumbuhan akar serta seluruhperiode pertumbuhan reproduktif.
Jumlah konsumsi air dan hasil padi
Jumlah air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman padi dari mulai tanam sampai
panen tergantung pada berbagai faktor yakni: (a) lengas tanah tahap awal, (b) jenis dan
kesuburan tanah, (c) lama periode pertumbuhan, (d) metoda kultur-teknik, (e) topografi,
(f) varietas tanaman dan lain-lain.
Penelitian di IRRI9 (1970) selama musim kemarau tahun 1969 memperlihatkan bahwa
jika total jumlah air yang dikonsumsi antara 750 mm~1000 mm, tidak memperlihatkan
perubahan hasil yang nyata. Tetapi jika lebih kecil dari 550 mm, maka tidak ada hasilyang didapat (Gambar 4). Di Taiwan hasil penelitian pada musim hujan
memperlihatkan penurunan hasil yang cukup nyata jika jumlah air yang dikonsumsi
tanaman kurang dari 600 mm. Di Jepang, Iyozaki (1956) melaporkan bahwa keperluan
air untuk mendapatkan hasil optimum adalah antara selang 20 mm sampai 30 mm per
hari. Jumlah ini dapat dipertimbangkan optimum pada kondisi pemupukan berat dan
teknik pemeliharaan intensif. Varietas unggul umumnya tidak memperlihatkan
penurunan hasil pada kedalaman genangan sampai 15 cm. Di atas kedalaman genangan
tersebut diduga akan terjadi penurunan hasil akibat dari pelemahan culms dan
pengurangan jumlah anakan.
9 IRRI: International Rice Research Institue di Filipina
9
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
35/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Pengelolaan air terkendali juga memperlihatkan pengurangan pertumbuhan gulma.
Williams (1969) memperlihatkan dengan genangan 15 cm, pertumbuhan rumput-
rumputan dan teki-tekian (sedges) akan tertekan, tetapi pada genangan 7,5 cm beberapa
gulma berdaun lebar dan teki-tekian tumbuh dengan baik. Sebagai kesimpulan,
lingkungan air pada tanaman padi adalah relatif kritis pada kondisi di bawah jenuh
tetapi relatif toleran terhadap genangan air pada kedalaman antara 10 ~ 15 cm. Di ataskedalaman tersebut akan terjadi pengurangan hasil.
Metoda pemberian air pada padi sawah
Terdapat dua metoda pemberian air untuk padi sawah yakni: (a) Genangan terus-
menerus (continuous submergence) yakni sawah digenangi terus menerus sejak tanam
sampai panen; (b) Irigasi terputus atau berkala (intermittent irrigation) yakni sawah
digenangi dan dikeringkan berselang-seling. Permukaan tanah diijinkan kering pada
saat irigasi diberikan.
Keuntungan irigasi berkala adalah sebagai berikut: (a) menciptakan aerasi tanah,
sehingga mencegah pembentukan racun dalam tanah, (b) menghemat air irigasi, (c)
mengurangi masalah drainase, (d) mengurangi emisi metan10, (e) operasional irigasilebih susah. Keuntungan irigasi kontinyu adalah: (a) tidak memerlukan kontrol yang
ketat, (b) pengendalian gulma lebih murah, (c) operasional irigasi lebih mudah.
Evapotranspirasi Tanaman
Evapotranspirasi tanaman dapat diketahui dengan cara pengukuran dan pendugaan.
Metoda pendugaan evapotranspirasi acuan (ETo) dapat digunakan apabila data iklim di
daerah tersebut tersedia. Berbagai metoda pendugaan ETo menurut FAO adalah: (a)
Thornthwaite, (b) Blaney dan Criddle, (c) Radiasi, (d) Panci evaporasi, dan (d) Penman.
Akhir-akhir ini (1999) FAO merekomendasikan metoda Penman-Monteith untuk
digunakan jika data iklim tersedia (suhu rerata udara harian, jam penyinaran rerataharian, kelembaban relatif rerata harian, dan kecepatan angin rerata harian. Selain itu
diperlukan juga data letak geografi dan elevasi lahan di atas permukaan laut.
Evapotranspirasi tanaman acuan (reference crop evapotranspiration, ETo) didefinisikan
sebagai evapotranspirasi dari tanaman rumput berdaun hijau, tinggi sekitar 15 cm,
tumbuh sehat, cukup air, dan menutupi tanah dengan sempurna.
Evapotrasnpirasi tanaman untuk tanaman tertentu dihitung dengan persamaan: ETc = kc
x ETo, dimana ETc: evapotranspirasi tanaman tertentu (mm/hari), ETo:
evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari), kc: koefisien tanaman yang tergantung pada
jenis dan periode pertumbuhan tanaman. Nilai koefisien tanaman untuk tanaman padi
disarankan menggunakan data dari FAO juga, karena nilai kc padi dari beberapaliteratur di Indonesia umumnya menggunakan pendugaan evapotranspirasi tanaman
acuan dengan metoda yang berlainan. Koefisien tanaman padi yang disarankan oleh
Departemen Pekerjaan Umum dan FAO tercantum pada Tabel 2 .
10 Penelitian di Taiwan: emisi metan pada genangan kontinyu (28.853.25 g/m2; rerata laju emisi
9.541.07 mg m-2 h-1) lebih besar daripada intermittent (rerata 15.271.46 g/m2; rerata laju emisi5.390.56 mg m-2 h-1). Sumber: Shang-Shyng Yang, Hsu-Lan Chang, 2000 (National Taiwan University).
Effect of green manure amendment and flooding on methane emission from paddy fields. Chemosphere Global Change Science, 3 (2001) 41-49. Pergamon. Elsevier Science Ltd.
10
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
36/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Tabel 2. Koefisien tanaman padi (kc)
Selama penyiapan
Lahan
Varietas Unggul Baru Varietas Lokal
1,20 1,20
Setengah bulanan sesudah tanam
0,5 1,20 1,20
1,0 1,27 1,20
1,5 1,33 1,32
2,0 1,30 1,40
2,5 1,30 1,35
3,0 0 1,24
3,5 1,12
4,0 0
Perkolasi dan Rembesan
Pada lahan yang baru dibuka laju perkolasi biasanya sangat tinggi sekitar 10 mm/hari
atau lebih. Pada proses pelumpuran, koloid partikel liat akan mengendap ke lapisanbawah pada kedalaman lapisan olah (sekitar 20 cm) membentuk suatu lapisan tanah.
Sesudah puluhan tahun pengolahan tanah dengan pelumpuran biasanya lapisan kedap
(lapisan tapak bajak) 11 akan terbentuk sehingga laju perkolasi berkurang menjadi
sekitar 1 - 3 mm/hari pada tekstur liat berat. Sedangkan pada tanah bertekstur ringan
kadang-kadang masih cukup tinggi sekitar 10 mm/hari.
Pada kondisi tersebut laju perkolasi merupakan aspek dominan dalam penentuan jumlah
keperluan air. Rembesan (seepage) didefinisikan sebagai kehilangan air melalui
galengan yang disebabkan oleh lubang tikus, ketam atau retakan tanah pada galengan.
Apabila lahan relatif datar dan genangan air di petakan sawah relatif sama, maka
rembesan cenderung mengecil. Pada lahan miring dengan teras bangku maka
kehilangan karena rembesan sangat tinggi (sekitar 20 mm/hari). Petakan sawah tertinggi
harus diairi secepat mungkin dan laju pembuangan air di petakan terendah harus secepat
mungkin.
Gambar 4. Hasil padi IR-8
sebagai fungsi jumlah air yang
digunakan
(Reyes R., 1960. IRRI, Los
Banos, Filipina)
11 Lapisan bajak disebut juga lapisan keras (hardpan) atauplow sole
11
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
37/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Gambar 3. Periode pertumbuhan padi sawah dan pemakaian air
12
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
38/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Pengukuran jumlah air yang dikonsumsi tanaman
Untuk menentukan jumlah air yang dikonsumsi tanaman dapat digunakan berbagai
metoda sebagai berikut: (a) metoda tangki pengamatan, (b) percobaan petakan di
lapangan, dan (c) metoda inflow-outflow (keseimbangan air).
Metoda tangki pengamatan
Beberapa drum dipasang di sawah (Gambar 5). Masing-masing terdiri dari 3 buah drum
yakni: (a) drum A adalah tangki dengan dasar terbuka berisikan tanaman untuk
mengukur penggunaan air konsumtif dan perkolasi (E+T+P), (b) Drum B adalah tangki
dengan dasar terbuka tanpa tanaman untuk mengukur evaporasi dan perkolasi (E+P),
dan (c) drum C dengan dasar tertutup tanpa tanaman untuk mengukur evaporasi (E).
Dengan demikian: Transpirasi = A B; Perkolasi = B C; Evapotrasnpirasi = A (B
C)
Percobaan petakan di lapanganPengukuran konsumsi air dengan
petakan-petakan sawah di lapangan pada
areal irigasi yang seragam umumnya
lebih dapat diandalkan hasilnya
dibandingan dengan pengukuran pada
drum. Ukuran petakan lapangan
bervariasi dengan bentuk dan variasi
petakan sawah pada areal yang mewakili.
Tiang ukur miring (sloping gages)
dipasang untuk pengamatan tinggi muka
air harian (Gambar 6). Jika petakan yangdiamati cukup banyak, maka hasil yang
didapat akan lebih teliti. Pematang
sekeliling petakan harus tertutup dan kedap air untuk menghindari bocoran, inflow (IR
atau GI) atau outflow (DR atau GO).
Keperluan air harian di petakan, diperoleh dengan membagi total kedalaman air yang
terukur tiang ukur miring segera sesudah hujan atau sesudah irigasi dengan jumlah hari
yang diperlukan untuk mengeringkan petakan.
Metoda keseimbangan air (inflow-outflow)
Metoda ini terdiri dari pengukuran air yang masuk dan yang keluar dari petakan terpilih.
Keseimbangan air dapat ditulis sebagai berikut (Gambar 6):
RN + IR + GI = DR + GO + ET + WD + P .../10/
dimana RN: hujan, IR: inflow air permukaan (irigasi), DR: outflow air permukaan
(drainase), GI: lateral inflow airtanah dangkal, GO: lateral outflow airtanah dangkal,
ET: evapotranspirasi, WD: perubahan simpanan (storage), P: perkolasi.
Dengan cara lain maka:
13
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
39/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
IR DR = ET + (GO GI) + WD + P RN /11/
Selama musim kemarau RN diasumsikan nol, maka dapat diasumsikan GO = GI.
Jika WD diasumsikan konstan, maka jumlah air yang dikonsumsi D = ET + P = (IR
DR). Jumlah tersebut menggambarkan keperluan air untuk evapotranspirasi tanamanditambah dengan perkolasi. Perkolasi dapat dipisahkan dari D dengan menghitung ET
dengan persamaan empirik.
Gambar 5. Metoda pengamatan tangki lisimeter untuk tanaman padi
Gambar 6. Neraca Air di petakan sawah
Hujan efektif
Hujan efektif adalah bagian dari total hujan yang secara langsung memenuhi keperluan
air untuk tanaman. Hujan efektif untuk padi sawah merupakan aspek yang masihdipertentangkan, sehingga asumsi hujan efektif dalam perencanaan proyek masih
14
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
40/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
beragam. Hujan efektif untuk sawah tadah hujan hampir 100%, sedangkan pada sawah
beririgasi dimana genangan dipertahankan penuh secara kontinyu maka hujan efektif
dapat dikatakan nol. Pada kenyataannya efektifitas hujan pada petakan sawah
merupakan sesuatu yang kompleks dan tergantung pada: (a) karakteristik hujan, apakah
hujan terjadi dengan interval waktu teratur atau sangat beragam; (b) keragaman tinggi
genangan air di petakan-petakan sawah, dan (c) metoda pemberian air irigasi apakahkontinyu atau berkala.
Pada daerah irigasi dengan topografi begelombang sampai miring, pemberian air irigasi
ke petakan sawah umumnya dilakukan dari saluran kwarter masuk ke petakan sawah
tertinggi kemudian setelah petakan tersebut cukup mendapat air, maka air melimpas ke
petakan di bawahnya. Petakan-petakan sawah yang mendapat air dari satu inlet
membentuk suatu jalur(inlet group) (Gambar 7). Limpasan air ke petakan bawah dibuat
dengan jalan memotong galengan di petakan atas pada elevasi tertentu sehingga
limpasan terjadi dengan sendirinya apabila genangan yang diinginkan di petakan atas
telah dicapai. Sistim irigasi ini disebut dengan pemberian air dari petak ke petak(plot to
plot irrigation).
Dalam situasi debit air berkurang dari rencana maka petakan sawah atas masih
mendapatkan air secara penuh sedangkan yang di bawah tidak mendapatkan air. Jadi
apabila jumlah air irigasi diperhitungkan dengan hujan efektif (misalnya 30% dari
keperluan tanaman), maka 30% petakan bawah akan tidak memperoleh air irigasi
sampai hujan betul-betul terjadi. Apabila hujan turun maka akan terjadi limpasan dari
petakan atas dan mengisi petakan bawah, akan tetapi kemungkinan pada waktu itu
tanaman di petakan bawah telah mengalami cekaman (stress) kekurangan air.
Ketergantungan terhadap hujan di petakan bawah dapat ditanggulangi dengan
menggunakan persentase hujan efektif yang lebih kecil dan menerima kenyataan bahwasebagian hujan yang akan terbuang cukup besar. Apabila pemberian air dilakukan
secara rotasi (giliran) maka hujan efektif akan lebih besar dari pada pemberian air
kontinyu. Efektifitas hujan akan lebih besar apabila selang waktu rotasi tersebut
menjadi lebih lama, akan tetapi selang waktu rotasi dibatasi oleh jumlah hari di mana
genangan di petakan sawah akan kembali nol (biasanya 5 sampai 10 hari). Efektifitas
hujan pada daerah irigasi berkisar antara 100% pada sawah tadah hujan dan 0% pada
irigasi teknis sempurna. Hujan efektif untuk padi sawah beririgasi dalam mm/hari
umumnya diduga sebesar 70% dari hujan tengah bulanan dengan perioda ulang 5 tahun
(dalam mm/hari) selama pengolahan lahan, dan 40% sesudah tanam sampai panen.
Pergantian lapisan genangan air
Pada waktu pemupukan genangan air diturunkan sampai ketinggian tertentu (macak-
macak). Kemudian sesudah pemupukan air dipertahankan macak-macak beberapa hari
sambil dilakukan penyiangan (merumput). Setelah itu lapisan genangan air secara
berangsur-angsur ditambah sampai mencapai tinggi genangan yang dikehendaki.
Dengan demikian tambahan air irigasi pada proses itu harus diperhitungkan.
Umumnya untuk HYV tinggi genangan sekitar 70 mm. Pengeringan pada waktu
pemupukan mengakibatkan genangan sekitar 10 - 20 mm (macak-macak). Dengan
demikian diperlukan sekitar 50 mm air untuk mengembalikan ke genangan semula.Waktu yang diperlukan untuk pergantian air tergantung pada varietas padi, perioda
15
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
41/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
tumbuh dan kebiasaan lokal. Cukup beralasan dalam perencanaan untuk
mengasumsikan 3 kali pengeringan, yakni (a) pada waktu tanam, (b) 1 bulan sesudah
tanam pada waktu masa anakan, dan (c) 2 bulan sesudah tanam pada waktu
pembentukan malai. Biasanya pengisian air kembali sesudah tanam diperhitungkan
dalam perhitungan keperluan air untuk pengolahan tanah. Lama waktu pengisian
kembali setebal 50 mm air biasanya diasumsikan memerlukan waktu sekitar bulan,jadi laju pengisian adalah sebesar 3,3 mm/hari.
Keperluan Air Neto untuk suatu "inlet group"
Pada umumnya suatu kelompok petakan sawah menerima air dari saluran kwarter atau
tersier melalui suatu inlet yang digunakan secara kolektif. Satu jalur terdiri dari
beberapa petani pemilik petakan sawah (lihat Gambar 7). Jumlah petani dalam satu inlet
kolektif tergantung pada: (a) ukuran petakan sawah, (b) kerapatan jaringan distribusi
dalam unit tersier, (c) luas garapan setiap petani, dan (d) topografi. Umumnya satu jalur
terdiri dari 5 sampai 25 petani dengan total luasan antara 1 - 10 ha. Pada suatu kasus
dimana hanya satu usahatani dalam satu jalur, maka jalur tersebut menjadi suatu farminlet. Keperluan air neto untuk suatu jalur dapat dihitung dengan pendekatan bertahap
dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berbeda dalam penentuan keperluan air
tanaman di petakan sawah seperti penyiapan lahan, pengisian lapisan air, pergantian air
dan hujan efektif. Tahapan waktu 10 atau 14 hari diperlukan untuk membuat tabel
perhitungan.
Suatu contoh perhitungan keperluan air neto untuk suatu jalur dengan awal kegiatan 1
Nopember, 16 Nopember dan 1 Desember disajikan dalam Tabel 3, 4 dan 5.
Perhitungan pada tabel tersebut didasarkan pada data setengah bulanan evapotranspirasi
dan setengah bulanan hujan dengan perioda ulang 5 tahun. Beberapa pertimbangan
lainnya adalah:(a) Pengolahan tanah
o lama pengolahan tanah, T = 30 hari
o Keperluan air untuk pengolahan tanah pertama (MT1) pada ahir musim
kemarau, S(1) = 300 mm
o Keperluan air untuk pengolahan tanah kedua (MT2) pada ahir musim hujan,
S(2) = 250 mm
o Debit yang diperlukan (I) selama pengolahan tanah (dari Tabel 1)
(b) Topping up requirement: keperluan air untuk mempertahankan genangan
o koefisien tanaman kc untuk HYV (dari Tabel 2)
o
perkolasi dan rembesan P+S = 2 mm/hari(c) Pergantian lapisan air setelah pengeringan:
o waktu drainase petakan sawah 1 dan 2 bulan setelah tanam
o lama pengisian kembali bulan, WLR = 3,3 mm/hari
(d) Hujan efektif :
o faktor hujan efektif selama pengolahan tanah, r = 0,7
o faktor hujan efektif selama tahap pertumbuhan, r = 0,4
(e) Tahap pematangan padi dan pemberaan :
o pematangan mulai dari 2,5 bulan setelah tanam berlangsung selama 0,5
bulan
o sawah diberakan selama bulan setelah panen.
16
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
42/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Gambar 7. Jalur irigasi (inlet group) pada irigasiplot to plot
Untuk menghindari keperluan air puncak pada suatu periode, maka areal dalam satu
daerah irigasi dibagi menjadi beberapa golongan dengan beda awal tanam sekitar
bulanan. Pada contoh ini Golongan I dimulai MT1 pada 1 Nopember, dan MT2 pada 16
Maret; Golongan II mulai MT1 pada 16 Nopember, dan MT2 pada 1 April; Golongan
III mulai MT1 pada 1 Desember, dan MT2 pada 16 April.
Dari Tabel 3, 4, dan 5 dapat dilihat bahwa keperluan air terbesar terjadi pada
pengolahan tanah di awal musim tanam sekitar 1,4 ~ 1,5 lt/det/ha. Keperluan untukpengolahan tanah pada MT2 (1,1 lt/det/ha) lebih kecil daripada MT1 (1,5 lt/det/ha),
disebabkan karena total keperluan untuk pengolahan tanah (terutama untuk penjenuhan)
lebih kecil yakni 250 mm pada MT2 dan 300 mm pada MT1. Air irigasi neto selama
pertumbuhan tanaman berkisar antara 0,61 ~ 0,75 lt/det/ha, akan tetapi air irigasi yang
diperlukan setelah pengeringan sawah berkisar antara 1,08 ~ 1,17 lt/det/ha. Total jumlah
air irigasi yang diperlukan per musim tanam di jalur inlet adalah sekitar 958 mm (9.580
m3/ha) pada MT1, dan 809 mm (8.090 m3/ha) pada MT2.
17
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
43/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Tabel 3. Air irigasi neto yang diperlukan di jalur irigasi
(Golongan 1: awal pengolahan tanah MT1: 1 November, MT2: 16 Maret)
Data P (mm/hari) = 2
Setengah
Bulanan
Evapotransirasi(mm/hari)
Keperluan air (mm/hari)
untuk Hujan efektif Air di inlet netoTopp-
ing up
Pe-ngo
lahan
Pergan
tian air(mm/hari) nWN
ETo kc ETc M I WLR P
(1:5)r Pe
(mm/
hari)
(l/det/
ha)
1-Nov 5.1 1.20 6.12 8.12 14.60 2.50 0.7 1.75 12.85 1.49
16 5.1 1.20 6.12 8.12 14.60 2.90 0.7 2.03 12.57 1.46
1-Dec 4.7 1.20 5.64 7.64 3.40 0.4 1.36 6.28 0.73
16 4.7 1.27 5.97 7.97 3.20 0.4 1.28 6.69 0.78
1-Jan 4.3 1.33 5.72 7.72 3.30 2.60 0.4 1.04 9.98 1.16
16 4.3 1.30 5.59 7.59 3.00 0.4 1.20 6.39 0.74
1-Feb 4.8 1.30 6.24 8.24 3.30 3.50 0.4 1.40 10.14 1.18
16 4.8 matang 0.00 4.20 0.00 0.00
1-Mar 4.9 0.00 0.00 4.90 0.00 0.00
16 4.9 1.20 5.88 7.88 13.00 5.10 0.7 3.57 9.43 1.09
1-Apr 4.5 1.20 5.40 7.40 12.60 5.50 0.7 3.85 8.75 1.02
16 4.5 1.20 5.40 7.40 5.00 0.4 2.00 5.40 0.63
1-May 4.2 1.27 5.33 7.33 4.60 0.4 1.84 5.49 0.64
16 4.2 1.33 5.59 7.59 3.30 4.30 0.4 1.72 9.17 1.06
1-Jun 4.1 1.30 5.33 7.33 4.00 0.4 1.60 5.73 0.66
16 4.1 1.30 5.33 7.33 3.30 3.10 0.4 1.24 9.39 1.09
1-Jul 4.6 matang 0.00 2.50 0.00 0.00
16-Jul 4.6 2.201-Aug 4.9 1.60
16 4.9 1.10
1-Sep 5.5 0.70
16 5.5 0.50
1-Oct 5.3 0.40
16 5.3 1.80
ETo: evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari), kc: koefisien tanaman, ETc: evapotranspirasi tanaman
(mm/hari), M: keperluan air untuk mempertahankan genangan = ETc + Perkolasi + Rembesan (mm/hari),I: debit untuk pengolahan tanah (mm/hari) tergantung pada lama pengolahan tanah (T) dan penjenuhan
(S), WLR(water layer replacement): jumlah air yang diperlukan untuk mengembalikan genangan setelahproses pengeringan sawah (mm/hari), P (1:5): Hujan yang terjadi dengan periode ulang 5 tahunan
(mm/hari), r: angka pengganda untuk hujan efektif, Pe: hujan efektif = r x P(1:5), nWN (net Water Need):Air irigasi neto yang diperlukan di inlet group (mm/hari dan liter/det/ha).
18
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
44/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Tabel 4. Air irigasi neto yang diperlukan di jalur irigasi
(Golongan 2: awal pengolahan tanah MT1: 16 November, MT2: 1 April)
Data P (mm/hari) = 2
Golongan: 2 MT1: 16-Nov MT2: 1-Apr
Setengah
Bulanan
Evapotransirasi(mm/hari)
Keperluan air (mm/hari)
untuk
Hujan efektif
(mm/hari) Air di inlet netotopping
up
Pengola
han
Pergant
ian airnWN
ETo kc ETc M I WLR P
(1:5)r Pe
(mm/h
ari)
(l/det/
ha)
1-Nov
16 5.1 1.20 6.12 8.12 14.60 2.90 0.7 2.03 12.57 1.46
1-Dec 4.7 1.20 5.64 7.64 14.30 3.40 0.7 2.38 11.92 1.38
16 4.7 1.20 5.64 7.64 3.20 0.4 1.28 6.36 0.74
1-Jan 4.3 1.27 5.46 7.46 2.60 0.4 1.04 6.42 0.74
16 4.3 1.33 5.72 7.72 3.30 3.00 0.4 1.20 9.82 1.14
1-Feb 4.8 1.30 6.24 8.24 3.50 0.4 1.40 6.84 0.79
16 4.8 1.30 6.24 8.24 3.30 4.20 0.4 0.00 0.00
1-Mar 4.9 matang 0.00 4.90 0.4 0.00 0.00
16 4.9 bera 0.00 0.00 5.10 0.0 0.00 0.00 0.00
1-Apr 4.5 1.20 5.40 7.40 12.50 5.50 0.7 3.85 8.65 1.00
16 4.5 1.20 5.40 7.40 12.50 5.00 0.7 3.50 9.00 1.04
1-May 4.2 1.20 5.04 7.04 4.60 0.4 1.84 5.20 0.60
16 4.2 1.27 5.33 7.33 4.30 0.4 1.72 5.61 0.65
1-Jun 4.1 1.33 5.45 7.45 3.30 4.00 0.4 1.60 9.15 1.06
16 4.1 1.30 5.33 7.33 3.10 0.4 1.24 6.09 0.71
1-Jul 4.6 1.30 5.98 7.98 3.30 2.50 0.4 1.00 10.28 1.19
16 4.6 matang 0.00 2.20 0.4 0.001-Aug 4.9 1.60 0.4
16 4.9 1.10 0.4
1-Sep 5.5 0.70 0.4
16 5.5 0.50
1-Oct 5.3 0.40
16 5.3 1.80
19
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
45/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
Tabel 5. Air irigasi neto yang diperlukan di jalur irigasi
(Golongan 3: awal pengolahan tanah MT1: 1 Desember, MT2: 16 April)
Data P (mm/hari)= 2
Golongan: 3 Mulai MT1: 1-Dec MT2: 16-Apr
Sete-
ngah
Bulan-an
Evapotransirasi(mm/hari)
Keperluan air (mm/hari)
untuk
Hujan efektif
(mm/hari) Air di inlet neto
toppin
g up
Pengola
han
Perga
ntianair
nWN
ETo kc ETc M tanah I WLR P
(1:5)r Pe
(mm/hari)
(l/det/ha)
1-Nov
16
1-Dec 4.7 1.20 5.64 7.64 14.30 3.40 0.7 2.38 11.92 1.38
16 4.7 1.20 5.64 7.64 14.30 3.20 0.7 2.24 12.06 1.40
1-Jan 4.3 1.20 5.16 7.16 2.60 0.4 1.04 6.12 0.71
16 4.3 1.27 5.46 7.46 3.00 0.4 1.20 6.26 0.731-Feb 4.8 1.33 6.38 8.38 3.30 3.50 0.4 1.40 10.28 1.19
16 4.8 1.30 6.24 8.24 4.20 0.4 1.68 6.56 0.76
1-Mar 4.9 1.30 6.37 8.37 3.30 4.90 0.4 1.96 9.71 1.13
16 4.9 matang 0.00 5.10 0.4 2.04 0.00 0.00
1-Apr 4.5 bera 0.00 5.50 0.4 2.20 0.00 0.00
16 4.5 1.20 5.88 7.88 12.90 5.00 0.7 3.50 9.40 1.09
1-May 4.2 1.20 5.40 7.40 12.50 4.60 0.7 3.22 9.28 1.08
16 4.2 1.20 5.40 7.40 4.30 0.4 1.72 5.68 0.66
1-Jun 4.1 1.27 5.33 7.33 4.00 0.4 1.60 5.73 0.67
16 4.1 1.33 5.59 7.59 3.30 3.10 0.4 1.24 9.65 1.12
1-Jul 4.6 1.30 5.33 7.33 2.50 0.4 1.00 6.33 0.73
16 4.6 1.30 5.33 7.33 3.30 2.20 0.4 0.88 9.75 1.13
1-Aug 4.9 matang 0.00 1.60 0.4 0.64 0.00 0.00
16 4.9 1.10
1-Sep 5.5 0.70
16 5.5 0.50
1-Oct 5.3 0.40
16 5.3 1.80
3. Penelitian SRI (System of Rice Intensification)
Metode SRI yang pada awalnya dilakukan di Madagaskar oleh Fr. Henri de LaulineS.J., pendeta yang berasal dari Perancis yang sedang bertugas di sana pada tahun 1961,
yang kemudian penerapannya berkembang dan dilakukan di berbagai negara. Di
Indonesia Metode SRI mulai dikenal pada tahun 1999. Pada saat ini, tercatat lebih dari
20 negara telah mencoba dan menerapkan metode ini. Pada dasarnya, Metode SRI
dikembangkan berdasarkan kreativitas petani setempat, dengan memanfaatkan
dukungan sumber daya lokal.
System of Rice Intensification atau SRI mulai dikembangkan di Jawa Barat sejak tahun
1999. Pada bulan September tahun 2002 Bagian Proyek TGA, Proyek Irigasi Andalan
Jawa Barat, Departemen Pekerjaan Umum telah mengagendakan SRI sebagai salah satumateri pelatihan Aktivitas Penyuluhan Pertanian. Pelatihan dilaksanakan selama empat
20
7/31/2019 Teknik Irigasi dan Drainase - IPB
46/536
Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi - dkk
hari, dibagi dalam empat angkatan masing-masing 40 peserta. Total sampai tahun 2006
telah dilakukan pelatihan terhadap 3780 orang petani dan petugas instansi terkait.
Sampai tahun 2005 diperkirakan seluas 402 ha sawah di seluruh Jabar (0,04%) telah
menggunakan SRI-Organik. Menurut Direktorat Pengelolaan Lahan, Departemen
Pertanian jumlah petani dan petugas terlatih SRI di Jawa Barat sampai tahun 2006
adalah sebanyak 6.200 orang, dan luas tanam SRI pada MT 2005/2006 adalah 570 ha.SRI merupakan suatu metode budidaya padi yang memiliki beberapa kelebihan bila
dibandingkan dengan budidaya padi Konvensional. Kelebihan-kelebihan tersebut yaitu :
(1). tanaman hemat air (pemberian genangan air maksimum 2 cm, paling baik macak-
macak dan ada periode irigasi terputus/berselang); (2). hemat biaya (hanya
membutuhkan benih 5 kg/ha, tenaga tanam berkurang dll); (3). hemat waktu (bibit
muda, 10 hari setelah semai, panen lebih awal); (4) produksi lebih tinggi.
Kelebihan-kelebihan tersebut merupakan dampak dari penerapan prinsip-prinsip dasar
Metode SRI seperti (1). tanam bibit muda berusia kurang dari 15 hari setelah semai,
ketika bibit masih berdaun dua helai; (2). tanam bibit satu lubang satu dengan jarak
tanam 25x25 cm, 30 x30 cm atau lebih jarang lagi; (3). pindah tanam harus sesegeramungkin (kurang dari 15 menit) dan harus hati
Top Related