Download - Tbc AKPER PEMKAB MUNA

Transcript

TUGAS : KMB II

TBC

OLEH

KELOMPOK VII

WA ODE GUSNAWATI KADIR

WA ODE FANJA LILI TEHE

WA ODE JALIA

ROMIATUN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena berkatnya sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah mikrobiologi yang berjudul “PENEMUAN

MIKROBIOLOGI ” .

Dalam menyusun makalah ini kami dihadapkan dengan berbagai macam masalah

dalam pemilihan buku-buku yang tepat sebagai referensi untuk pembuatan makalah kami ini.

Kami sangat menyadari makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kami sebagai penyusun makalah ini sangat mengaharapkan kritik dan saran agar

kekurangan yang ada pada makalah ini dapat kami perjelas.

Akhir kata kami mengharapkan agar makalah yang kami buat ini setidaknya menjadi

bagian dari sumber pengetahuan bagi para pembaca. Terima kasih.

Penyusun

Raha , Februari 2013

DAFTAR ISI

SAMPUL HALAMAN ..................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang....................................................................................................

Tujuan..................................................................................................................

Rumusan Masalah..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT

Defenisi TBC......................................................................................................

Etiologi TBC......................................................................................................

Dampak terhadapt tubuh…………………………….………………………….

Patofisiologi dan Penyimpangan KDM TBC..................................................

Tanda dan gejala…………………………......................................................

Prosedur diagnosik………………………………….............................................

Penatalaksanaan Medik.........................................................................................

Komplikasi.............................................................................................................

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................

Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Angka

mortalitas dan mohibitasnya terus meningkat. TB sangat erat kaitannya dengan

kemiskinan, malnitrisi, tempat kumuh, perumahan dibawah standard dan perawatan

kesehatan yang tidak adekuat.

Pada tahun 1952, diperkenalkan obat anti-tuberkulosis dan angka tuberculosis yang

dilaporkan di amerika serikat menurun rata-rata 6% setiap tahun antara 1853 dan 1985.

Saat itu diduga bahwa pada awal abad ke-21, TB di Amerika Serikat mungkin dapat

disingkirkan. Namun, sejak 1985 tren-nya justru sebaliknya dan jumlah kasusnya

meningkat. Perubahan ini telah ditunjang oleh beberapa factor, termasuk peningkatan

imigrasi, epidemic HIV, strein TB yang resisten kesehatan masyarakat Amerika Serikat.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah;

1. Mengetahui apa sebenarnya penyakit TB Paru itu.

2. Mengetahui penyebab seseorang terinfeksi TB Paru.

3. Mengetahui proses terjadinya penyakit TB Paru.

4. Mengetahui pengobatan untuk TB Paru.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ada dalam makalah ini adalah;

1. Apakah definisi dari penyakit TB Paru itu sendiri.

2. Apakah etiologi dari penyakit TB Paru itu.

3. Bagaimana patofisiologi TB Paru itu.

4. Bagaimanakah pengobatan dari penyakit TB Paru itu sendiri.

5. Bagaimanakah manifestasi klinik yang ada pada TB Paru.

                                                                                   

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian   

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycrobakterium tuberculosis. Kuman batang aerobic dan tahan asam ini, dapat

merupakan mikroorganisme pathogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteri

pathogen, tapi hanya strain bovin dan manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil

tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4mm, ukuran ini lebih kecil dari sel darah merah.

Tuberculosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.

Tuberculosis dapat juga ditularkan kedalam tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal,

tulang dan nodus limfe.

2. Etiologi

Tuberculosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu

terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau menyanyi, melepaskan droplet

besar (lebih besar dari 100) dan kecil (1 sampai 5). Droplet yang besar menetap,

sementara droplet yang kecil tertahan diudara dan terhirup oleh individu yang rentan.

Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah:

† Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

† Individu imunolosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang

dalam terapi kortokosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).

† Pengobatan obat-obat IV dan alkholik.

† Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;

etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15tahun dan dewasa

muda antara yang berusia 15 sampai 44tahun).

† Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (mis.,

diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyampingan gizi, bypass gastrektomi atua

yeyonoileal).

† Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi (asia tenggara, amerika,

amerika latin, dan karibia).

† Setiap individu yang tinggal diinstitusi (mis., fasilitas perawatan jangka panjang,

institusi psikiatrik, penjara).

† Individu yang tinggal diperumahan substandard kumuh.

† Petugas kesehatan.

Resiko tertular toberkulosis juga tergantung pada banyaknya organism yang

terdapat diudara.

Jika mengingat seseorang terhadap TB dua faktor resiko yang harus diperiksa:

Resiko mendapatkan infeksi dan resiko berkembangnya penyakit.

3. Klasifikasi

a. Pembagian secara patologis :

Tuberkulosis  primer ( Child hood tuberculosis ).

Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).

b. Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

Tuberkulosis Paru BTA positif.

Tuberkulosis Paru BTA negative

c. Pembagian secara aktifitas radiologis :

Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif.

Tuberkulosis non aktif .

Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ).

d. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )

Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas

pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus

paru.

Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak

lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian

paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian satu paru.

For advanced tuberculosis, yaitu terdap

e. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic

Society memberikan klasifikasi baru:

Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak

tidak pernah, tes tuberculin negatif.

Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi,

disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.

Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.

Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.

f. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :

Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus

baru dengan batuk TB berat.

Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan

sputum BTA positf.

Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru

yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam

kategori I.

Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

4. Dampak Terhadap Berbagai Sistem Tubuh

a. Bronkitis

Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara keparu-

paru.

b. System pernafasan

Sesak nafas yang ringan dan berkurangnya kemampuan untuk melakukan

gerak badan

c. System pencernaan

Menganggu system pencernaan.

5. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM

Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi.

Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan

mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga mulai dipindahakan melalui sistim limfe dan

aliran darah kebagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru

lainnya (lobus atas).\

System imun tunbuh berespon dengan melakukanreaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil

dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik-tuberkulosis melisis

(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan

penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal

biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan.

Massa jaringan paru, uang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil

yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk

dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral

dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi

nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi,

membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit

aktif.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena

gangguan respons system imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang

dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan

bahan seperti keju kedalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar diudara,

mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh,

membentuk jaringan parut.

Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya

bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel, dan selanjutnya.

Kecuali proses tersebut dihentikan, penyebarannya melambat kebawah ke hilum

paru-paru dan kemudian meluas kelobus yang berdekatan. Proses mungkin

berkepanjangan dan ditandai dengan remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya

supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10% individu

yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.

Kerangka Konsep terjadinya Penyakit penyimpangan KDM

Bakteri mycobacteriumtubercolosis

↓Penyebaran infeksi melalui Udara yaitu inhalasi droplet

mengandung hasil tubercolosis↓

Saluran pernapasan↓

Masuk ke rongga alveolimasuk bawah lobus atas paru

↓Reaksi antigen X antibody

↓Alveoli mengalami konsolidasi

↓Terjadi lesi pada bagian paru Dan granuloma kelenjar limfe

↓Kerusakan jaringan paru

Meluas dan mengalami nekrosis↓

Produksi sputum meningkat,Batuk terus menerus

↓Merangsang RAS

↓Gangguan pola tidur

Sumber : Price dan Wilson, 2006

Leukosit meningkat

Reaksi peradangan

Rangsang termolerguler

hipertemi

Sputum tertelan

Anoreksia

Gangguan pemenuhan kebutuhan

Intake kurang

Bersihkan jalan napas tidak efektif

Gangguan Pertukaran Gas

Stress psikologis

Perubahan status kesehatan

kecemasan

6. Tanda dan gejala.

Gejala respiratorik, meliputi:

a. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering

dikeluhkan.

Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila

sudah ada kerusakan jaringan.

b. Batuk darah.

Darah yang dikeluarkan tampak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau

bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.

Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah

tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

c. Sesak napas.

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-

hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

d. Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul

apabila sistem persarafan di pleura terkena.

Gejala sistemik, meliputi:

a. Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari

mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya

sedang masa bebas serangan makin pendek.

b. Gejala sistemik lain.

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta

malaise.

Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi

penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga

timbul menyerupai gejala pneumonia..

Gejala klinis Haemoptoe:

Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan

ciri – ciri sebagai berikut :

1. Batuk darah.

† Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

† Darah berbuih bercampur udara

† Darah segar berwarna merah muda

† Darah bersifat alkalis

† Anemia kadang-kadang terjadi

† Benzidin test negative

2. Muntah darah.

† Darah dimuntahkan dengan rasa mual.

† Darah bercampur sisa makanan.

† Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung.

† Darah bersifat asam.

† Anemia seriang terjadi

† Benzidin test positif

3. Epistaksis.

† Darah menetes dari hidung

† Batuk pelan kadang keluar.

† Darah berwarna merah segar.

† Darah bersifat alkalis.

† Anemia jarang terjadi

7. Prosedur diagnostic

a. Pemeriksaan Laboratorium

Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap

aktif penyakit.

Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan

cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.

Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10

mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal

antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak

secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien

yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan

atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.

Anemia bila penyakit berjalan menahun .

Leukosit ringan dengan predominasi limfosit .

LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali

normal pada tahap penyembuhan.

GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan

paru.

Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel

raksasa menunjukkan nekrosis.

Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;

contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat

ditemukan pada TB paru kronis luas.

b. Radiologi

Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi

sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB

dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang

lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax

tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke

atas.

Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan

bronchus atau kerusakan paru karena TB.

Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC  adalah penebalan

pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam

radio lusen dipinggir paru atau pleura).

c. Pemeriksaan fungsi paru

Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara

residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap

infiltrasi parenkim/fibrosis,kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

8. Manifestasi Klinik

Gejala TB Paru adalah batuk produktif yang berkepanjangan (lebih dari 3 minggu),

nyeri dada dan hemoptisis. Gejala sistemik termasuk demam, mengigil, keringat

malam, kelemahan, hilangnya nafsu makan, dan penurunan berat badan. Seseorang

yang dicurigai terkena TB harus dianjurkan mengalami pemeriksaan fisik, tes

tuberkolin mantoux, foto thoraks,dan pemeriksaan bakteriologi atau histology.

Tes tuberculin harus dilakukan pada semua orang yang dicurigai menderita TB

klinis aktif, namun nilai tes tersebut dibatasi oleh reaksi negative palsu, khususnya pada

imunosupresif (missal, TB dengan infeksi HIV). Seseorang yang diperkirakan memiliki

gejala TB, khususnya batuk produktif yang lama dan hemoptisis, harus menjalani foto

thoraks, walupun reaksi terhadap tes tuberculin intradermalnya negative.

Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku

tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia, dan penurunan berat badan.

Basil TB dapat bertahan 50tahun dalam keadaan dorman.

Berdasarkan CDC, kasus TB diperkuat dengankultur bakteriologi organism M.

tuberculosisyang positif. Sangat penting untuk menyatakan orang yang diduga terkena

TB dengan riwayat terpajan dan infeksi TB sebelumnya. Harus dipertimbangkan juga

factor-faktor demografi dan kondisi kesehatan yang mungkin meningkatkan resiko

seorang untuk terpajan TB.

9. Komplikasi

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita

tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

† Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan

napas.

† Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat

retraksi bronchial.

† Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan

ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

† Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATANdalam pemberian diid d

A. PENGKAJIAN

Pengumpulan Data

a. Biodata

1) Identitas Klien

Nama                                 : Tn. MR

Jenis Kelamin                    : Laki- laki

Umur                                 : 38  Tahun

Status Perkawinan            : Kawin

Agama                               : Islam

Suku Bangsa                     :  Indonesia

Pendidikan                        : SMA

Pekerjaan                           : Wiraswasta

Alamat                              : Dusun IV Jl. Perintis Kemerdekaan

Tanggal masuk RS            : 26-10-2012

Nomor Register                 : 51.90.25

Ruangan                            : RA III (Pulmo)

Diagnosa Medis                : TB.Paru

Tanggal pengkajian           : 28-10-2012

2) Penanggung Jawab Klien

Nama                                 : Ny. N

Pekerjaan                           : PNS

Hubungan Keluarga          : Istri

Alamat                              : Dusun IV Jl. Perintis Kemerdekaan

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Penyakit ini dialami pasien 2,5 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasa

kesakitan selama 1,5 tahun ini. Kedua tungkai semakin hari semakin

membesar. Hingga akhirnya pasien susah berdiri. Kemudian keluarga

membawa pasien ke Rumah Sakit Adam Malik pada tanggal 26 Agustus

2012.

Keluhan Utama :

Lemas pada kedua tungkai

Vital sign :

TD : 130/80 mmHg, RR : 136 x / i,  HR : 30 x/i. SUHU : 36,5oC

2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Keluarga klien mengatakan penyakit yang pernah dialami klien adalah DM

Tipe II dan dirawat di Rumah Sakit Adam Malik Medan selama kurang lebih

3 bulan, alergi tidak ada, immuninsasi tidak diketahui dan obat-obatan klien

tidak ingat.

c. Kebutuhan Dasar Fisiologis.

1. Pernafasan

a. Data Subyektif

Keluhan sesak nafas disertai batuk bercampur sputum, terutama saat

cuaca dingin dan bila beraktivitas. Riwat merokok gudang garam 2

bungkus/ hari.Pemajanan terhadap polusi udara ada karena pasien tinggal

di pinggir jalan.

b. Data Objektif

Inspeksi

Frekuensi pernafasan 30 x/i, bentuk dada simetris kanan dan kiri,

jenis pernafasan yaitu pernafasan perut, pola pernafasan tachipnoea,

pergerakan rongga dada simetris kiri dan kanan, cyanosis tidak ada ,

tidak ada clubbing finger , menggunakan otot bantu pernafasan

yaitu retraksi dada , batuk berdahak warna kuning, oksigen

terpasang 5 liter/ menit

Palpasi  : vokal premitus dada bagian sinistra terdengar redup

Perkusi paru : Hypersonor

Auskultasi :Suara nafas ronchi basah

2. Cardiovasculer

a. Data Subyektif.

Nyeri dada ada, tidak menyebar dan sesak, tidak ada jantung berdebar-

debar.

b.  Data Obyektif

Inspeksi

Pada ictus cordis normal, tidak ada pembengkakan vena jugularis,

pengisian kapiler 2 detik dan tidak ada varises.

Palpasi

Heart Rate (HR) 30 x/i, getaran/thrill tidak ada.

Perkusi

Batas jantung tidak teraba

Auskultasi

Bunyi jantung normal,bunyi jantung I dan  bunyi jantung II   , irama

jantung teratur , tidak ada suara jantung tambahan

3. Saluran Pencernaan

a. Status Nutrisi

1. Data Subyektif

Sebelum masuk rumah sakit :

Kebiasaan makan 3 x 1 hari,mual dan nyeri abdomen tidak ada, BB

50 kg,  TB 160 cm, tidak ada masalah mengunyah/menelan.

Setelah masuk rumah sakit : frekuensi makan 3 x 1 hari, tidak ada

mual, tidak ada nyeriabdomen, BB 49 kg, tidak ada masalah

mengunyah/menelan

2. Data Obyektif

Porsi yang disediakan habis ¼ porsi, diet MII, tidak ada muntah,

4. Pemeriksaan Fisik Abdomen

Inspeksi

Warna kulit abdomen kuning langsat, pembuluh darah abdomen tidak

ada pembesaran, striae tidak ada, dan lesi abdomen tidak ada.

Palpasi.

Setelah dilakukan palpasi tidak ada ditemukan nyeri tekan dan

pembesaran pada hati tidak ada, asites dan distensi/ pemapanan tidak

ada.

Perkusi.

Suara perkusi pekak.

Auskultasi.

Bising usus 30  x/i.

Status Eliminasi BAB

1. Data Subyektif

Kebiasan BAB 1 x 1 hari, konsistensi lembek, bau khas, warna kuning

kecoklatan, tidak ada nyeri waktu BAB dan tidak ada konstipasi.

2. Data Obyektif

Frekuensi BAB 1 x 1 hari, bau khas, warna kecoklatan, konsistensi

lembek, tidak ada haemorhoid dan tidak memakai alat bantu 

5. Perkemihan

a. Data Subyektif

Kebiasaan eliminasi BAK 6-7 x/ hari dan tidak ada masalah BAK

b. Data Obyektif

Kebiasaan eliminasi BAK 7-8 x/ hari warna  kuning pekat, tidak

memakai alat bantu, tidak ada masalah BAK.

Analisa Data

NO TGL SIMTOM ETIOLOGI PROBLEM

1 29/10/2012 Ds:

         klien mengatakan

tubuh terasa lemah dan

harus dibantu melakukan

aktivitas

Daya tahan tubuh

menurun

Resiko tinggi

infeksi

DO:

   pasien tampak lemah

   aktivitas dibantu oleh

orang lain atau keluarga

2 29/10/201

2

DS :

   klien mengatakan sulit

bernapas

   klien mengatakan sesak

bila bernapas

DO :

     pasien tampak sesak

     frekuensi pernapasan 30

x/i

    pasien memakai oksigen

Produksi sekret

kental

Bersihan

jalan napas

tidak efektif

3 29/10/201

2

DS: Klien mengatakan tidak

mengerti akan penyakitnya

DO :

      adanyaungkapan

ketidaktahuan tentang

penyakit dan

pengobatannya

      klien tampak bertanya

tentangpengobatannya

      klien bertanya tentang

kesembuhan penyakitnya

Penyakit dan

pengobatan

Kurang

pengetahuan

Prioritas masalah

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

b. Resiko tinggi infeksi

c. Kurang pengetahuan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan produksi sekret kental

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan pengobatan

C. RENCANA KEPERAWATAN

NOTang

gal

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI

1 Bersihan jalan nafas

tak efektif

berhubungan dengan

produksi sekret

kental yang ditandai

dengan

DS :

         klien

mengatakan sulit

bernafas

         Klien

mengatakan sesak

bila bernapas

 DO :

      Pasien tampak

sesak

      Frekuensi

pernapasan 30x/i

Bersihan jalan nafas

efektif dengan

kriteria :

    Klien  tidak

kesulitan bernapas

    Frekuensi

pernapasan dalam

batas normal 16-24

x/i

    Klien

tidakmemakai

oksigen

1.    Kaji fungsi pernapasan, bunyi

napas, kecepatan, irama, dan

kedalaman

2.    Catat kemampuan untuk

mengeluarkan sekret atau

batuk efektif

3.    Berikan pasien posisi

semifowler atau fowler

4.    Bersihkan sekret dari mulut

dan trakea suction bila perlu

  Menurunkan bunyi

napas indikasi

etelektasis

  Mengeluarkan

sekret dengan

mudah

  Meningkatkan

ekspansi paru

  Mencegah

obstruksi/ aspirasi

  Menurunkan

kekentalan sekret

      Pasien memakai

oksigen 5.    Berikan obat agen mukolitik,

bronkodilator, kortikosteroid

sesuai indikasi

2 29/10

/2012

Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan

daya tahan tubuh

menurun yang

ditandai dengan  :

DS :

Pasien mengatakan

tubuh terasa lemah

dan harus dibantu

melakukan aktivitas

DO :

   Pasien tampak

lemah

    Aktivitas dibantu

oleh keluarga atau

perawat

Perilaku/ pola hidup

berubah untuk

mencegah

penyebaran infeksi,

dengan kriteria hasil:

-  Menurunkan resiko

penyebaran infeksi

-  Menunjukkan/

melakukan

perubahan pola

hidup untuk

meningkatkan

lingkungan yang

aman

1. Kaji patologi penyakit,

penyebaran infeksi melalui

bronkus pada jaringan

sekitarnya

2. Identifikasi orang-orang yang

beresiko terkena infeksi seperti

anggota keluarga dan teman

3. Anjurkan pasien untuk batuk/

bersin pada tisu dan

menghindari meludah

4. Gunakan masker setiap

melakukan tindakan

      Membantu pasien

agar mau mengerti

dan menerima

      Mencegah

penyebaran infeksi

terhadap orang-

orang yang

beresiko perlu

program terapi obat

      Mencegah

terjadinya

penularan infeksi

      Mengurangi

resiko infeksi

3 29/10 Kurang pengetahuan Pemahaman tentang 1.      Identifikasi tanda-tanda yang   Mengidentifikasi

/2012 berhubungan dengan

penyakit dan

pengobatan, yang

ditandai dengan :

DS : 

   Pasien mengatakan

tidak mengerti akan

penyakitnya

DO:

      Adanya ungkapan

ketidaktahuan

tentang penyakit dan

pengobatan

      Pasien tampak

bertanya tentang

pengobatannya

      Pasien bertanya

tentang kesembuhan

penyakitnya

proses

penyakit/prognosis

dan perubahan

perilaku untuk

memperbaiki

kesehatan, dengan

kriteria

-     Menyatakan

pemahaman tentang

proses penyakit/

prognosis dan

kebutuhan

pengobatan

-     Melakukan

perubahan perilaku

dan pola hidup untuk

memperbaiki

kesehatan

-     Menerima

perawatan kesehatan

adekuat

-     Pemahaman

tentang proses

penyakit

dapat dilaporkan kepada dokter

seperti nyeri dada, demam,

kesulitan bernapas, kehilangan

pendengaran.

2.      Berikan informasi yang

spesifik dalam bentuk tulisan

misalnya jadwal minum obat

3.      Jelaskan tentang

efeksamping obat, mulut

kering, konstipasi gangguan

penglihatan

4.      Dorong pasien dan keluarga

untuk mengungkapakan

kecemasan

5.      Berikan gambaran tentang

pekerjaan yang beresiko

terhadap penyakitnya misalnya

bekerja di pengecoran logam,

pertambangan dan pengecatan.

perkembangan

penyakit atau efek

samping obats

  Tertulis dapat

membantu

mengingatkan

pasien

  Mencegah

keraguan terhadap

pengobatan

  Menurunkan

kecemasan

  Debu silikon

beresiko keracunan

silikon yang

mengganggu fungsi

paru/ bronkus

 

D. IMPLEMENTASI

HARI/

TGL

NO

DXPELAKSANAAN EVALUASI

29/10/2012 1 08.30 WIB

         Mengkaji fungsi pernapasan bunyi

napas, kecepatan, irama dan kedalaman

ET : pasien tampak sesak

08.40 WIB

         Mencatat kemampuan untuk

mengeluarkan sekret atau batuk efektif

ET : pasien belum mampu batuk efektif

09.20 WIB

         Membersihkan sekret dari mulut dan

trakea suction bila perlu

ET : pasien merasa dada terasa longgar

09.30 WIB

         Memberikan obat agen mukolitik,

bronkodilator, kortikosteroid sesuai

indikasi

ET :  Pasien mau dikasi obat

12.00 WIB

S :

          klien mengatakan sulit

bernafas  dan sesak

O :

          pasien tampak sesak

          Oksigen masih

terpasang

          Vital sign : tekanan

darah : 130/80 mmHg,

HR : 30 x/ menit, RR :

136 x / menit, Temp :

36,5  o C

A : Inefektif bersihan jalan

nafas teratasi sebagian

P: Lanjutkan tindakan

keperawatan

     

29/10/2012 2 09.45 WIB

         mengkaji patologi penyakit, penyebaran

infeksi melelui bronkus pada jaringan

sekitarnya

ET : mengetahui penyebaran infeksi

10.00  WIB

         mengidentifikasi orang-orang yang

beresiko terkena infeksi seperti

anggotakeluarga dan teman

ET : pasien tampak mengerti

10.20 WIB

         menganjurkan pasien untuk batuk/

bersin pada tisu dan menghindari meludah

         ET : pasien tampak mau melakukan apa

yang dikatakan perawat

10.30 WIB

         Menggunakan masker setiap melakukan

tindakan

         ET : pasien tampak memakai masker

18.00 WIB

S : Klien mengatakan mulai

merasa tenang dan bisa

tidur

O :

      Pasien tampak mengerti

      Pasien tampak

melakukan apa kata

perawat

A :  masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

keperawatan

29/10/2012 3 10.40 WIB

         Mengidentifikasi tanda-tanda yang

dapat dilaporkan kepada dokter seperti

nyeri dada, demam, kesulitan bernapas

ET : nyeri berkurang, sesak napas berkurang

10.50 WIB

         Memberikan informasi yang spesifik

dalam bentuk tulisan misalnya jadwal obat

ET : pasien tampak bisa melakukan apa

yang dikatakan dokter

13.00 WIB

S : klien mengatakan masih

belum mengerti

keseluruhan penjelasan

perawat dan dokter

O :

      Pasien tampak mengerti

sebagian

      Pasien tampak

melakukan apa yang

   11.00 WIB

         Menjelaskan tentang efek samping obat,

mulut kering, konstipasi, gangguan

penglihatan

ET : pasien belum mengerti

11.20

               Mendorong pasien dan keluarga

untuk mengungkapkan kecemasan

ET: pasien tampak menjelaskan

kecemasannya

dianjurkan perawat

      Nyeri berkurang

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

keperawatan

Catatan Perkembangan I

HARI/

TGL

NO

DXPELAKSANAAN EVALUASI

30/10/201

2

1 09.00 WIB

         Mengkaji fungsi pernapasan, bunyi

napas, kecepatan, irama, dan kedalaman

ET : pasien tampak tidak sesak lagi

09.30 WIB

         Mencatat kemampuan untuk

mengeluarkan sekret atau batuk efektif

ET : pasien sudah mampu batuk efektif

     

12.20 WIB

S :

          klien mengatakan

sesak mulai berkurang

O :

          pasien tampak mulai

tidak sesak lagi

          pasien sudah mampu

batuk efektif

A :  masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan tindakan

keperawatan

30/10/201

2

2 10.15 WIB

         mengkaji patologi penyakit, penyebaran

infeksi melalui bronkus pada jaringan

sekitarnya

13.00 WIB

S : Klien mengatakan batuk

sudah berkurang

O :

      Batuk tampak

10.19 WIB

         Menganjurkan pasien untuk batuk/

bersin pada tisu dan menghindari meludah

ET: batuk tampak berkurang

berkurang

A :  masalah teratasi sebagian

      lanjutkan intervensi

keperawatan

30/10/201

2

3 11.20 WIB

         Mengidentifikasi tanda-tanda yang

dapat dilaporkan kepada dokter seperti

nyeri dada, demam, kesulitan bernapas

ET : nyeri dada berkurang, sesak napas berkurang

11.30 WIB

         Menjelaskan tentang efek samping obat,

mulut kering, konstipasi, gangguan

penglihatan

ET : pasien tampak mengerti

13.20 WIB

S : klien mengatakan masih

sudah mengerti penjelasan

dari dokter ataupun

perawat

O :

      Pasien tampak suadah

mengerti

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

keperawatan

Catatan Perkembangan II

HARI/

TGL

NO

DXPELAKSANAAN EVALUASI

31/10/201

2

1 09.05 WIB

         Mengkaji fungsi pernapasan, bunyi

napas, kecepatan, irama, dan kedalaman

ET : pasien tampak tidak sesak lagi

09.30 WIB

         Mencatat kemampuan untuk

mengeluarkan sekret atau batuk efektif

ET : pasien sudah mampu batuk efektif

     

12.20 WIB

S :

          klien mengatakan

sesak mulai berkurang

O :

          pasien tampak mulai

tidak sesak lagi

          pasien sudah mampu

batuk efektif

A :  masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan tindakan

keperawatan

31/10/201

2

2 10.25 WIB

         mengkaji patologi penyakit, penyebaran

infeksi melalui bronkus pada jaringan

sekitarnya

10.30 WIB

         Menganjurkan pasien untuk batuk/

bersin pada tisu dan menghindari meludah

ET: batuk tampak berkurang

13.00 WIB

S : Klien mengatakan batuk

sudah berkurang

O :

      Batuk tampak

berkurang

A :  masalah teratasi sebagian

      lanjutkan intervensi

keperawatan

31/10/201

2

3 11.25 WIB

         Mengidentifikasi tanda-tanda yang

dapat dilaporkan kepada dokter seperti

nyeri dada, demam, kesulitan bernapas

ET : nyeri dada berkurang, sesak napas berkurang

11.30 WIB

         Menjelaskan tentang efek samping obat,

mulut kering, konstipasi, gangguan

penglihatan

ET : pasien tampak mengerti

13.20 WIB

S : klien mengatakan masih

sudah mengerti penjelasan

dari dokter ataupun

perawat

O :

      Pasien tampak suadah

mengerti

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

keperawatan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa;

1. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitasyang diperantarai oleh

sel dengan sel efektor berupa makrofag, dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel

imunoreponsif. Tipe imunitas ini melibatkanpengaktifan makrofag pada bagian

yang terinfeksi limfosit dan limfokon mereka; responnya berupa reaksi berupa

hipersensitifitas seluler (lambat).

2. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nikleus

droplet yang berisikan organisme basil dari seseorang yang terinfeksi.

3. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar membangkitkan reaksi

peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makrofag. Alveoli yang terlibat

mengalami konsolidasi, dan timbul pneumonia akut, yang dapat sembuh sendiri

sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terusdifagosit atau

menjadi banyak di dalam sel-sel.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan dari isi makalah ini adalah;

1. Hindari atau jauhi segala factor-faktor yang dapat menyebabkan seorang terinfeksi

TB Paru seperti; Alkohol, kontak langsung dengan penderita TB.

2. Apabila seorang yang telah di diagnose menderita TB disarankan menjalani

pemeriksaan fisik, uji tuberkin Mantoux, radiografi dada, dan pemeriksaan

bekteriologi atau histology.

3. Lakukanlah 3 prinsip pengobatan TB yaitu; regimen harus terdiri dari banyak obat-

obatan yang sesuai untuk organismetersebut, obat-obatan tersebut harus digunakan

secara teratur, terapi obat harus dilakukan dalam waktu yang cukup untuk

memberikan terapi yang efektifdan paling aman dalam waktu yang terpendek.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif M: Kapita Selekta Kedokteran UI, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000.

Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson:  Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC, 2006

Suddarth & Brunner:  Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002.

http://google.com diakses tanggal 10 februari2013