Download - TB SPAM HSS (2)

Transcript
Page 1: TB SPAM HSS (2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup dalam menjalankan

aktivitasnya, karena manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat

mempertahankan hidupnya tanpa air. Pada umumnya air berasal dari air

permukaan (sungai/danau), air hujan, mata air atau air bawah tanah. Orang akan

mengalami dehidrasi atau terserang penyakit bila kekurangan cairan dalam

tubuhnya (Suriawiria, U., 1996). Sekitar 70 % tubuh manusia terdiri dari air.

Manusia memerlukan air sekitar 1,5 L per hari untuk minum. Angka tersebut

tentunya akan bervariasi dari satu daerah dengan yang lain, tergantung pada

situasi, iklim dan suhu setempat. Konsumsi air pada daerah beriklim panas lebih

banyak daripada daerah beriklim dingin (Hiskia, A., 1997).

Air dibutuhkan oleh organ tubuh manusia untuk melangsungkan

metabolisme, sistem asimilasi, menjaga keseimbangan cairan tubuh,

memperlancar proses pencernaan, melarutkan dan membuang racun dari ginjal.

Air yang cukup dan layak masuk ke dalam tubuh akan membantu berlangsungnya

fungsi tersebut dengan sempurna. Jumlah air yang cukup mutlak diperlukan, lebih

dari itu air yang mengandung polutan dapat menyebabkan gangguan kesehatan

(Pitojo, S., dan Purwantoyo, E. 2003).

Air yang digunakan untuk konsumsi sehari-hari harus memenuhi standar

kualitas air bersih. Beberapa persyaratan yang perlu diketahui mengenai kualitas

air tersebut baik secara fisik, kimia dan juga mikrobiologi. Syarat fisik, antara

lain: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau,

suhu tidak berbeda lebih dari 3oC dari suhu udara dan tidak meninggalkan

endapan. Syarat kimiawi, antara lain: tidak mengandung bahan kimiawi yang

mengandung racun, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup

yodium, pH air antara 6,5 – 8,5. Syarat mikrobiologi, antara lain: tidak

mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri

patogen penyebab penyakit (Depkes RI, 2002). Jika air yang digunakan tersebut

belum memenuhi standar kualitas air bersih, maka mengakibatkan timbulnya

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

1

Page 2: TB SPAM HSS (2)

masalah lain yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat yang

mengkonsumsinya.

Kebutuhan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu

semakin meningkat dikarenakan oleh peningkatan jumlah penduduk namun

terkadang tidak seimbang dengan kemampuan pelayanan yang ada. Peningkatan

penyediaan dan pelayanan air bersih juga semakin meningkat karena derajat

kehidupan warga serta perkembangan kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal

yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga yang

dibarengi dengan peningkatan jumlah kebutuhan air. Peningkatan kebutuhan air

tersebut jika tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi air bersih

maka akan menimbulkan masalah, dimana air bersih yang tersedia tidak akan

cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada wilayah pelayanan.

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air dengan memanfaatkan sumber air

bersih lainnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang akan

semakin bertambah karena peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk,

perkembangan aktivitas masyarakat, dan kapasitas mata air yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan air penduduk. Sungai merupakan sumber air bersih lainnya

yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku air minum.

Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhun air masyarakat yang meningkat

diperlukan suatu sistem penyediaan air bersih yang memenuhi syarat-syarat

tertentu. Syarat-syarat itu yang terdiri dari 4 komponen, yaitu sumber, transmisi,

instalasi pengolahan, dan distribusi penyaluran. Sistem distribusi adalah sistem

penyaluran air bersih dari reservoir ke daerah pelayanan. Perencanaan jalur pipa

distribusi sangat penting karena menyangkut kebutuhan orang banyak dan

merupakan bagian dari pelayanan air bersih kepada masyarakat untuk mencapai

target kualitas, kuantitas,dan kontinuitas.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari tugas perencanaan ini adalah :

1. Merencanakan suatu jaringan distribusi penyediaan air minum yang dapat

melayani kebutuhan air minum bagi penduduk di wilayah perencanaan.

2. Mendistribusikan air minum dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup

atau berkelanjutan (continue).

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

2

Page 3: TB SPAM HSS (2)

Tujuan penulisan tugas perencanaan ini adalah menyusun rencana secara

rinci dari sistem penyediaan air minum di wilayah perencanaan.

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

3

Page 4: TB SPAM HSS (2)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

2.1 Jumlah Penduduk dan fasilitas Kota

Gambar 2.1 Peta Wilayah Hulu Sungai Selatan

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

4

Page 5: TB SPAM HSS (2)

Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah salah satu kabupaten dari 13 (tiga

belas) kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak kearah Utara

ibu kota Propinsi Kalimantan Selatan dengan jarak tempuh 135 Km. Wilayahnya

berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan di sebelah utara dengan

Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Tengah, di sebelah selatan,

Kabupaten Tapin, di sebelah Timur dengan Kabupaten Banjar,Tanah Bumbu, dan

Kota Baru di sebelah Barat dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten

Tapin. Kabupaten Hulu Sungai Selatan terletak antara 2o29’ 59”- 2o 56’ 10”

Lintang Selatan 114°51′ 19″ – 115° 36’19″ Bujur Timur dengan luas wilayah

1.804,92 Km², yang terbagi atas 11 Kecamatan, 4 Kelurahan dan 114 Desa. (BPS

Hulu Sungai Selatan, 2012).

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Hulu Sungai Selatan

No. Tahun Jumlah Penduduk

1 2002 197.740

2 2003 201.372

3 2004 203.301

4 2005 204.862

5 2006 206.212

6 2007 207.402

7 2008 208.571

8 2009 209.669

9 2010 212.485

10 2011 213.747

Sumber Data : BPS Provinsi Kalimantan Selatan

Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki 11 Kecamatan Kecamatan

Padang Batung, Loksado, Telaga Langsat, Angkinang, Kandangan, Sungai Raya,

Simpur, Kalumpang, Daha Selatan, Daha Utara dan Daha Barat. Pada Tahun 2007

Kabupaten Hulu Sungai Selatan mengalami pemekaran daerah, yaitu terbentuknya

kecamatan Daha Barat.

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

5

Page 6: TB SPAM HSS (2)

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Tiap KecamatanTahun 2002

No. Kecamatan

Luas

Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan penduduk

(Km2)

1 Padang Batung 203,93 17.384 85,245

2 Loksado 338,89 7.572 22,343

3 Telaga Langsat 58,08 8.411 144,817

4 Angkinang 58,4 16.435 281,421

5 Kandangan 106,71 41.485 388,764

6 Sungai Raya 80,96 14.953 184,696

7 Simpur 82,35 13.241 160,789

8 Kalumpang 135,07 6.175 45,717

9 Daha Selatan 472,44 44.022 93,180

10 Daha Utara 268,11 28.062 104,666

Sumber : Hulu Sungai Selatan dalam Angka 2002

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2003

No. Kecamatan

Luas

Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan penduduk

(Km2)

1 Padang Batung 203,93 17.461 85,624

2 Loksado 338,89 7.647 22,565

3 Telaga Langsat 58,08 8.527 146,815

4 Angkinang 58,4 16.720 286,301

5 Kandangan 106,71 41.760 391,341

6 Sungai Raya 80,96 15.408 190,316

7 Simpur 82,35 13.185 160,109

8 Kalumpang 135,07 6.093 45,110

9 Daha Selatan 472,44 44.908 95,055

10 Daha Utara 268,11 29.663 110,637

Sumber : Hulu Sungai Selatan Dalam Angka 2003

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

6

Page 7: TB SPAM HSS (2)

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2004

No. Kecamatan

Luas

Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan penduduk

(Km2)

1 Padang Batung 203,93 17.603 86,319

2 Loksado 338,89 7.720 22,780

3 Telaga Langsat 58,08 8.657 149,053

4 Angkinang 58,4 17.002 291,130

5 Kandangan 106,71 42.047 394,031

6 Sungai Raya 80,96 15.499 191,440

7 Simpur 82,35 13.227 160,619

8 Kalumpang 135,07 6.160 45,606

9 Daha Selatan 472,44 45.683 96,696

10 Daha Utara 268,11 29.703 110,787

Sumber: Hulu Sungai Selatan Dalam Angka 2004

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2005

No. Kecamatan

Luas

Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan penduduk

(Km2)

1 Padang Batung 203,93 17.635 86,476

2 Loksado 338,89 7.723 22,789

3 Telaga Langsat 58,08 8.753 105,706

4 Angkinang 58,4 17.168 293,973

5 Kandangan 106,71 42.437 397,685

6 Sungai Raya 80,96 15.601 192,7

7 Simpur 82,35 13.331 161,882

8 Kalumpang 135,07 6.200 45,902

9 Daha Selatan 472,44 46.244 97,883

10 Daha Utara 268,11 29.770 111,037

Sumber: Hulu Sungai Selatan Dalam Angka 2005

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

7

Page 8: TB SPAM HSS (2)

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2006

No. Kecamatan

Luas

Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan penduduk

(Km2)

1 Padang Batung 203,93 17.545 86,034

2 Loksado 338,89 7.758 22,892

3 Telaga Langsat 58,08 8.758 150,792

4 Angkinang 58,4 17.327 296,695

5 Kandangan 106,71 42.969 402,671

6 Sungai Raya 80,96 15.637 193,145

7 Simpur 82,35 13.438 163,182

8 Kalumpang 135,07 6.225 46,087

9 Daha Selatan 472,44 46.738 98.929

10 Daha Utara 268,11 29.817 111,212

Sumber: Hulu Sungai Selatan Dalam Angka 2006

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2007

No. Kecamatan

Luas

Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan penduduk

(Km2)

1 Padang Batung 203,93 17.613 86,368

2 Loksado 338,89 7.802 23,022

3 Telaga Langsat 58,08 8.780 151,171

4 Angkinang 58,4 17.433 298,510

5 Kandangan 106,71 43.342 406,166

6 Sungai Raya 80,96 15.703 193,960

7 Simpur 82,35 13.515 164,116

8 Kalumpang 135,07 6.189 45,821

9 Daha Selatan 322,82 39.507 122,381

10 Daha Utara 268,11 29.974 111,797

11. Daha Barat 149,62 7.544 50,421

Sumber: Hulu Sungai Selatan Dalam Angka 2007/2008

Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2008

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

8

Page 9: TB SPAM HSS (2)

No. Kecamatan

Luas

Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan penduduk

(Km2)

1 Padang Batung 203,93 17.635 86,476

2 Loksado 338,89 7.811 23,049

3 Telaga Langsat 58,08 8.826 151,963

4 Angkinang 58,4 17.545 300,428

5 Kandangan 106,71 43.699 409,231

6 Sungai Raya 80,96 15.726 194,244

7 Simpur 82,35 13.644 165,683

8 Kalumpang 135,07 6.215 46,013

9 Daha Selatan 322,82 39.865 123,490

10 Daha Utara 268,11 30.026 111,991

11. Daha Barat 149,62 7.579 50,655

Sumber: Hulu Sungai Selatan Dalam Angka 2009

Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Tahun 2009

No. Kecamatan

Luas

Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan penduduk

(Km2)

1 Padang Batung 203,93 17.682 86,706

2 Loksado 338,89 7.837 23,125

3 Telaga Langsat 58,08 8.852 152,410

4 Angkinang 58,4 17.594 301,267

5 Kandangan 106,71 44.202 414,225

6 Sungai Raya 80,96 15.785 194,973

7 Simpur 82,35 13.712 166,509

8 Kalumpang 135,07 6.314 46,746

9 Daha Selatan 322,82 39.977 123,837

10 Daha Utara 268,11 30.110 112,305

11. Daha Barat 149,62 7.604 50,822

Sumber: Hulu Sungai Selatan Dalam Angka 2010

Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2010

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

9

Page 10: TB SPAM HSS (2)

No. Kecamatan

Luas

Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan penduduk

(Km2)

1 Padang Batung 203,93 19.497 95,606

2 Loksado 338,89 8.173 24,117

3 Telaga Langsat 58,08 8.950 154,098

4 Angkinang 58,4 16.730 286,473

5 Kandangan 106,71 46.294 433,830

6 Sungai Raya 80,96 16.105 198,925

7 Simpur 82,35 13.872 168,452

8 Kalumpang 135,07 6.002 44,436

9 Daha Selatan 322,82 39.348 121,189

10 Daha Utara 268,11 7.230 27,302

11. Daha Barat 149,62 30.284 202,406

Sumber: Hulu Sungai Selatan Dalam Angka 2011

Sumber: Hulu Sungai Selatan Dalam Angka 2012

Kabupaten Hulu Sungai Selatan telah dilengkapi oleh berbagai fasilitas

yaitu fasilitas pendidikan, tempat ibadah, kesehatan, perniagaan dan jasa yang

ditunjukkan seperti pada tabel berikut

Tabel 2.12 Jumlah Fasilitas Kabupaten Hulu Sungai Selatan

No. Jenis Fasilitas

Unit

Fasilitas Pendidikan

1 TK 146

2 SD 245

3 SMP 31

4 SMA / SMK 14

Fasilitas Kesehatan

1 Puskesmas 20

2 Puskesmas 69

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

10

Page 11: TB SPAM HSS (2)

Pembantu

3 Poskesdes 148

Fasilitas Perniagaan dan Jasa

1 Pasar 2

Tempat Ibadah

1 Mesjid 122

2 Langgar /

Mushola

680

3 Gereja 2

Tempat Umum

1 Hotel 8

2 Balai 45

Sumber : BPS Hulu Sungai Selatan

2.2 Topografi

Kemiringan tanah dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar

43,05% wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan mempunyai kemiringan tanah 0-

2 %. Rincian luas menurut kemiringan adalah sebagai berikut:

- 0 – 2%       : 1.615.630 Ha (43,05%).

- 2 – 15%     : 1.192.545 Ha (31,87%).

- 15 – 40%  : 713.682 Ha (19,02%).

- 40%          : 231.195 Ha (6, 16%).

Adapun luas wilayah Hulu Sungai Selatan menurut kelas ketinggian yang

dibagi menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan

sebagian besar berada pada kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut

yakni 31,29%

Tanah di wilayah Hulu Sungai Selatan Selatan sebagian besar berupa

hutan dengan rincian Hutan Lebat (780.319 Ha), Hutan belukar (377.774 ha), dan

hutan rawa (90.060 Ha), Hutan Sejenis (352.840 Ha) Tanah berupa semak/alang-

alang seluas 870.314 ha , berupa rumput (50.119), dan untuk lain lain (83.014).

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

11

Page 12: TB SPAM HSS (2)

Sedangkan penggunaan untuk sawah 413.107 ha, perkebunan 437.037 ha dan

untuk perkampungan 57,903 ha serta untuk Tegalan(48.612 Ha).Bentuk geologi

wilayah Hulu Sungai Selatan sebagian besar berupa Aluvium Muda dan Formasi

Berai.

Secara geologis Kabupaten Hulu Sungai Selatan terdiri dari pegunungan

yang memanjang dari arah Timur ke Selatan, namun dari arah Barat ke utara

merupakan dataran rendah alluvial yang kadang-kadang berawa-rawa.Kondisi

topografi ini menyebabkan udara di wilayah ini terasa dingin agak lembab.

Dari arah utara melingkar ke arah barat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan di

aliri oleh Sungai Amandit menuju Sungai Negara yang berfungsi sebagai sarana

prasarana perhubungan dalam kabupaten dan kabupaten lainnya.

2.3 Hidrologi

Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki sistem hidrologi yang terdiri dari

sungai, danau dan rawa.Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Hulu

Sungai Selatan umumnya berpangkal di pegunungan Meratus dan berakhir di laut

Jawa setelah bergabung dengan sungai Barito.

Dari arah utara melingkar ke arah barat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan di

aliri oleh Sungai Amandit bermuara ke Sungai Negara (anak sungai Barito) yang

berfungsi sebagai sarana prasarana perhubungan dalam kabupaten dan ke

kabupaten lainnya. Hal ini ditunjang dengan beberapa sungai besar yang melintasi

daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang dijadikan sarana transportasi bagi

masyarakat baik antar kabupaten maupun antar Provinsi. Selain itu air sungai

digunakan sebagai sumber air untuk keperluan pertanian di Kabupaten Hulu

Sungai Selatan.

Sungai-sungai besar yang mempunyai potensi dan peranan yang cukup

besar bagi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah Sungai Tabalong

(mengalir dari arah Kabupaten Tabalong), Sungai Balangan (mengalir dari arah

Kabupaten Balangan) dan Sungai Nagara serta sungai-sungai kecil lainnya.

Sungai-sungai tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sungai Negara

2. Sungai Angkinang

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

12

Page 13: TB SPAM HSS (2)

3. Sungai Amandit

4. Sungai Kajang

Danau terbesar terdapat di Danau Bangkau yang merupakan daerah

penampungan air sungai-sungai dari Mantaas, Sungai Buluh, Pemangkih dan

Pantai Hambawang. Daerah rawa dominan di kecamatan Daha Selatan, Daha

Barat dan Daha Utara yang merupakan daerah aliran sungai Nagara.

2.3.1 Curah Hujan

Pada umumnya daerah Hulu Sungai Selatan terdiri dari dua musim, yaitu

musim hujan dan musim kemarau (panas). Musim hujan biasanya terjadi pada

bulan Oktober sampai Mei, pada waktu itu angin bertiup dari arah Timur Laut,

kecepatan angin tiap bulannya berkisar antara 8-14 knot dan rata-rata tiap bulan

antara 5-6 knot. Sedangkan musim kemarau (panas) terjadi pada bulan Juni

sampai Agustus dan di antara kedua musim tersebut terdapat musim pancaroba.

Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,

geografi dan perputaran/pertemuaan arus udara. Curah hujan tertinggi di daerah

ini terjadi pada bulan Maret yaitu 426,0 mm sedangkan curah hujan terendah

terjadi pada bulan September yaitu 75,0 mm. Jumlah hari hujan selama tahun

2005 adalah 216 hari terjadi pada bulan Januari yaitu 26 hari. Rata-rata tekanan

udara di daerah ini berkisar antara 1.011,5 mm selama tahun 2005.

Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungan erat satu

sama lain. Walaupun demikian, di beberapa tempat hubungan tersebut tidak selalu

ada.Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup

dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan

musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua Australia, keadaan

angin saat itu bisa juga kencang.

Sepanjang tahun 2011 curah hujan terendah terjadi pada bulan agustus

yaitu sebanyak 22 mm dan hanya terjadi satu hari. Curah hujan tertinggi terjadi

sepanjang bulan desember dimana selama 30 hari Kabupaten Hulu Sungai Selatan

diguyur hujan sebanyak 416,1 mm.

2.3.2 Temperatur

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

13

Page 14: TB SPAM HSS (2)

Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi

rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Data

temperatur udara yang dilaporkan Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun

Meteorologi Hariti, temperatur udara maksimun di daerah Hulu Sungai Salatan

berkisar antara 33,1°C – 35°C , temperatur udara minimun berkisar antara 22,6°C

– 23,8°C. Temperatur rata-rata berkisar antara 15,6°C sampai 26,9°C. Sedangkan

kelembaban udara rata-rata berkisar antara 77%-91% tiap bulan.

Tabel 2.12 Keadaan Suhu Pada Tahun 2010

Bulan

Suhu ( ºC)

Maksimum Minimum Rata-rata

(1) (2) (3) (4)Januari 94 50,5 72,3

Pebruar 92,8 55,5 74,2

Maret 98,5 55 76,8

April 100 53 76,5

Mei 102,5 55 78,8

Juni 101,5 53 77,3

Juli 54 102 78

Agustus 103,5 58,5 81

September 60 56,5 58,3

Oktober 105,5 55 80,3

Nopember 100,7 54,2 77,5

Desember 99 54,1 76,55

(Sumber: Kantor Laboratorium PHTPH, Sungai Raya Kabupaten HSS)

2.3.3 Kelembaban

Kelembaban udara maksimun di daerah ini berkisar antara 96%-98% dan

kelembaban minimun berkisar antara 35%-58%, sedangkan rata-ratanya tiap bulan

60%-87%.

Penyinaran matahari di Hulu Sungai Selatan dengan intensitas tertinggi

pada bulan April yaitu 75% dan intensitas terendah terjadi pada bulan Desember

yaitu 33%, dengan rata-rata intensitas penyinaran 52,5%.

Tabel 2.13 Kelembaban Udara Setiap Bulan Tahun 2011

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

14

Page 15: TB SPAM HSS (2)

Bulan Minimum (%) Maksimum (%) Rata-rata(%)

Januari 77,3 94,3 85,8

Februari 63,3 93 78,15

Maret 68,3 96,5 82,4

April 79,3 96 87,65

Mei 78,5 95,8 87,15

Juni 70 91,3 80,65

Juli 69,3 89,8 79,55

Agustus 67,8 88,5 78,15

September 70,3 96,5 83,4

Oktober 80 93,3 86,65

Novemper 53 100 76,5

Desember 63 100 81,5

(Sumber: Kantor Laboratorium PHTPH, Sungai Raya Kabupaten HSS

BAB III

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

15

Page 16: TB SPAM HSS (2)

DASAR PERENCANAAN DAN KRITERIA DESAIN

3.1 Proyeksi Perkembangan Penduduk dan Fasilitas Kota

Prediksi jumlah penduduk dan fasilitas kota di masa yang akan datang

sangat penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di masa

yang akan datang. Prediksi ini didasarkan pada laju perkembangan kota dan

kecenderungannya, arahan tata guna lahan serta ketersediaan lahan untuk

menampung perkembangan jumlah penduduk.

Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk dan fasilitas

kota masa lampau, maka metode statistik merupakan metode yang paling

mendekati untuk memperkirakan jumlah penduduk dan fasilitas kota di masa

mendatang. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa

perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang yaitu :

3.1.1 Metode Aritmatika

Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini

digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif

sama tiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat

pertumbuhan ekonomi kota rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.

Rumus metode ini adalah :

Pn=P0+r ×(T n−T0)

r=∑i=1

N Pi−P(i−1)

N

dimana :

Pn = Jumlah penduduk yang diproyeksikan pada tahun ke-n

P0 = Jumlah penduduk tahun dasar

r = Kenaikan rata-rata jumlah penduduk

Tn = Tahun ke-n

T0 = Tahun dasar

N = Jumlah data diketahui

3.1.2 Metode Geometrik

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

16

Page 17: TB SPAM HSS (2)

Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data

jumlah penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu.

Rumus metode geometrik :

Pn=P0 (1+r )n

r=∑i=1

N Pi−P(i−1)

N

dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun yang diproyeksikan

Po = Jumlah penduduk awal

r = Rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun

n = Jangka waktu

N = Jumlah data diketahui

3.1.3 Metode Regresi Linear

Metode regresi linear dilakukan dengan menggunakan persamaan :

y=a+b

a=∑ y∑ x2−∑ x∑ (xy)N ∑ x2−¿¿

b=N ∑ ( xy )−∑ x∑ y

N∑ x2−¿¿

3.1.4 Metode Eksponensial

Metode eksponensial dilakukan dengan menggunakan persamaan :

ln a= 1N

¿¿

b=N∑ ( xlny )−¿¿

3.1.5 Metode Logaritmik

Metode logaritmik dilakukan dengan menggunakan persamaan :

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

17

y=a .ebx

P=a .ebx

Page 18: TB SPAM HSS (2)

ln a= 1N

¿¿

b=N∑ ( ylnx )−¿¿

3.2 Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk dan Fasilitas Kota

Untuk menentukan metode paling tepat yang akan digunakan dalam

perencanaan, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar deviasi dan keadaan

perkembangan kota di masa yang akan datang. Koefisien korelasi dan standar

deviasi diperoleh dari hasil analisa dan perhitungan data kependudukan yang ada

dengan data penduduk dari perhitungan metode proyeksi yang digunakan.

Korelasi, r, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

r2=∑ (Pn¿−Pr)2−∑ (P ¿¿n¿−P)2

∑ (Pn¿−Pr)2¿

¿¿¿

Kriteria korelasi adalah sebagai berikut :

a. r < 0, korelasi kuat, tetapi bernilai negatif dan hubungan diantara keduanya

berbanding terbalik.

b. r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan.

c. r > 1, terdapat hubungan positif dan diperoleh korelasi yang kuat, diantara

kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus.

Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

STD=⌊∑ (Pn¿−P)2−⌊∑ (Pn¿−P)2/n ⌋

n⌋

1/2

¿¿

Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi

terendah dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota sesuai

dengan fungsi kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan

metode proyeksi. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan

kecenderungan pertambahan penduduk di masa mendatang.

3.3 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

18

y=a+b . ln xP=a+b . ln x

Page 19: TB SPAM HSS (2)

Setelah dilakukan proyeksi terhadap jumlah penduduk di wilayah

pelayanan, proyeksi kebutuhan air minum yang telah ditentukan dapat dihitung

selama periode perencanaan dengan menggunakan suatu standar kebutuhan air

bersih yang telah ada.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisa kebutuhan prasarana

adalah hasil survey nyata. Proyeksi kebutuhan penduduk, scenario pembangunan

perkotaan dan tingkat penyediaan prasarana yang ada saat ini serta persoalan yang

telah diidentifikasikan. Analisis yang dilakukan harus dapat memperlihatkan

besarnya kebutuhan dasar serta kebutuhan pengembangan (development need)

dengan memperhatiakan teknologi yang siap pakai, standar-standar yang ada,

serta perencanaan yang menggunakan teknologi non standar (Tim Penyusun

Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, 2007).

Adapun kebutuhan Air Minum secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan domestik

2. Kriteria yang digunakan

a. Lihat hasil survey kebutuhan prasarana

b. Pemakaian air untuk SR= 120 lt/org/hr

c. Pemakaian untuk HU/TA = 60 lt/org/hr (standar pelayanan minimum)

3. Kebutuhan non-domestik

4. Kebutuhan industri dengan kriteria pemakaian air = 0,1 – 0,3 lt/ha/hr

5. Kebutuhan niaga dengan kriteria pemakaian air = 900 lt/niaga/hr (niaga kecil)

dan 5000 lt/niaga/hr (niaga besar)

6. Kebutuhan fasilatas umum (Pendidikan, kantor pemerintahan dsb) dengan

kriteria pemakaian air = 10% -15 % dari kebutuhan domestik

7. Prediksi dilakukan 15 – 20 tahun ke depan sesuai dengan Rencana Induk

SPAM

8. Kriteria pemakaian di untuk hari maksimum = 1,15 pemakaian hari rata-rata

9. Pemakaian air untuk jam puncak = 1,5 – 1,7 pemakaian hari maksimum

10. Kebutuhan hotel = 3 m3/kamar/hr (Tim Penyusun Direktorat Jenderal Cipta

Karya Departemen Pekerjaan Umum, 2007).

Tabel 3.11 Kebutuhan Air Domestik

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

19

Page 20: TB SPAM HSS (2)

No. Kategori KotaKebutuhan Air (lt/orang/hari) Perbandingan

SR - HUSR HU

1 Kota Metropolitan 190 30 90 - 102 Kota Besar 170 30 80 - 203 Kota Sedang 150 30 80 - 204 Kota Kecil 130 30 70 - 305 Kota Kecamatan/Desa 100 30 70 - 30

Kriteria layanan tiap SR = 3 – 6 orang/rumah

Kriteria layanan tiap HU = 100 orang/HU

à non-domestik : kriteria kebutuhan air berdasarkan jenis fasilitas

3.4 Kriteria Desain (Unit Air Baku, Unit Produksi dan Unit Distribusi)

3.3.1 Unit Air Baku

Berdasarkan PP No.16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum, Air baku untuk air minum rumah tangga, yang

selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air

permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu

tertentu sebagai air baku untuk air minum.

Bangunan pengambilan air baku untuk penyediaan air bersih disebut

dengan bangunan penangkap air atau intake. Kapasitas intake ini dibuat sesuai

dengan debit yang diperlukan untuk pengolahan. Menurut Al-Layla (1978)

beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi intake yaitu :

a. Intake harus berlokasi pada tempat dimana tidak akan terjadi aliran deras

yang memungkinkan intake rusak sehingga berakibat pada penyediaan air

baku yang tersendat.

b. Tanah di daerah intake harus stabil.

c. Area sekitar intake harus bebas dari halangan atau rintangan.

d. Untuk menghindari kemungkinan kontaminasi, intake harus berlokasi

beberapa jauh dari bak.

e. Intake harus berada di bagian upstream (hulu) suatu kota.

Bangunan intake, coarse dan fine screen harus dibangun di lokasi yang

tidak akan terjadi banjir. Selain itu harus aman dari gerusan dan deposisi endapan.

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

20

Page 21: TB SPAM HSS (2)

Coarse yang digunakan sebagai fine screen harus tersedia agar material yang

terapung tidak memasuki sistem. Mengingat adanya fluktuasi pada permukaan air

sungai, inlet harus dipasang pada berbagai variasi. Jika fluktuasi pada musim

kemarau dan penghujan sangat tinggi dan sungai menjadi selalu hampir kering

saat kemarau, air harus disimpan dengan membangun ambang kecil di seberang

sungai. Ditinjau dari air baku yang akan di ambil maka intake dibedakan :

1. Air Baku dari Air Permukaan

a. River Intake

Digunakan untuk menyadap air baku yang berasal dari sungai atau danau.

b. Direct Intake

Direct intake dipakai apabila muka air dari air baku sangat dalam.

Bentuk ini lebih mahal biayanya dibandingkan tipe lainnya. Tipe intake ini

dapat dipakai dalam kondisi :

Sumber air dalam misal sungai dan danau

Tanggul sangat resisten terhadap erosi dan sedimentasi.

c. Canal Intake

Dipakai bila air baku disadap dari kanal. Suatu bak memiliki bukaan

dibangun pada satu sisi pada tanggul kanal, yang dilengkapi saringan

kasar. Dari bak air dialirkan melalui pipa yang memiliki ujung berbentuk

bell mouth yang tertutup saringan parabola.

d. Reservoir Intake (DAM)

Reservoir intake digunakan untuk air baku yang diambil dari danau,

baik yang alamiah atau buatan (beton). Bangunan ini dilengkapi dengan

beberapa inlet dengan ketinggian yang bervariasi untuk mengatasi adanya

fluktuasi muka air. Dapat juga dibuat menara intake yang terpisah dengan

dam pada bagian upstream. Jika air dibagian reservoir dapat mengalir

secara gravitasi ke pengolahan, maka tidak diperlukan pemompaan dari

menara.

Air permukaan seperti air sungai, air rawa, air danau, air irigasi, air laut

dan sebagainya adalah merupakan sumber air yang dapat dipakai sebagai bahan

air bersih dan air minum tetapi perlu pengolahan. Air permukaan sifatnya sangat

mudah terkotori dan tercemar oleh bahan pengotor dan pencemar yang

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

21

Page 22: TB SPAM HSS (2)

mengapung, melayang, mengendap dan melarut di air permukaan. Karena sifatnya

yang demikian maka sebelum diminum air permukaan perlu diolah terlebih

dahulu sampai benar-benar aman dan memenuhi syarat sebagai air bersih atau air

minum (Maula, 2010).

2. Air Baku dari Mata Air (Spring Intake atau Broncaptering)

Digunakan untuk mengambil air dari mata air, dalam pengumpulannya,

hendaknya dijaga supaya kondisi tanah tidak terganggu. Di daerah pegunungan

atau perbukitan sering terdapat mata air. Air mata air berasal dari air hujan yang

masuk meresap kedalam tanah dan muncul keluar tanah kembali karena kondisi

batuan geologis didalam tanah. Kondisi geologis mempengaruhi kwalitas air mata

air, pada umumnya kwalitasnya baik dan bisa digunakan untuk keperluan sehari-

hari, tetapi harus dimasak sebelum diminum (Maula, 2010).

3. Air Baku dari Air Hujan

Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di udara

yang ketika turun melarutkan benda-benda diudara yang dapat mengotori dan

mencemari air hujan seperti: gas (O2, CO2, N2, dll), jasat renik, debu, kotoran

burung, dll. Bagaimana mendapatkan air hujan, caranya dengan menampung air

hujan dari talang/genteng rumah kedalam bak penampungan. Untuk mengindari

bahan-bahan pengotor dan pencemar yang berasal dari talang/genteng dan udara

caranya adalah waktu awal penampungan air hujan 15 menit setelah hujan turun.

Di bawah talang diberi saringan dari ijuk/kerikil/pasir. Sebelum diminum air

harus dimasak dahulu (Maula, 2010).

Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat kualitas dari air

hujan adalah sebagai berikut :

a. Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat

mineral.

b. Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih.

c. Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara

seperti NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya konsentrasi SO2 yang

tinggi di udara yang bercampur dengan air hujan akan meyebabkan

terjadinya hujan asam.

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

22

Page 23: TB SPAM HSS (2)

Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan.

Sehingga air hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya

berfluktuasi. Begitu pula bila dilihat dari segi kontinuitasnya, ait hujan tidak dapat

diambil secara terus menerus karena tergantung pada musim. Pada musim

kemarau kemungkinan air akan menurun karena tidak ada penambahan air hujan.

4. Air Baku dari Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di dalam bumi.

Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Bagaimana

mendapatkan air tanah caranya adalah dengan mengebor atau menggali. Macam

sumur untuk mendapatkan air tanah adalah:

a. Sumur Gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara menggali

dan menaikkan airnya dengan ditimba.

b. Sumur Pompa Tangan adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara

mengebor dan menaikkan airnya dengan pompa dengan tenaga tangan.

c. Sumur Pompa Listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara

mengebor dan menaikkan airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik

(Maula, 2010).

Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada

waktu air melalui lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air tanah adalah bebas dari

polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup

kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang menggangu

kesehatan seperti kandungan Fe, Mn, kesadahan yang terbawa oleh aliran

permukaan tanah. Bila ditinjau dari kedalaman air tanah maka air tanah dibedakan

menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal mempunyai

kualitas lebih rendah daripada kualitas air tanah dalam. Hal ini disebabkan air

tanah dangkal lebih mudah mendapat kontaminasi dari luar dan fungsi tanah

sebagai penyaring lebih sedikit.

Dari segi kuantitas, apabila air tanah dipakai sebagai sumber air baku

bersih adalah relatif cukup. Tetapi bila dilihat dari segi kontinuinitasnya maka

pengambilan air tanah harus dibatasi, karena dikhawatirkan dengan pengambilan

yang secara terus menerus akan menyebabkan penurunan muka air tanah. Karena

air di alam merupakan rantai yang panjang menurut siklus hidrologi, maka bila

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

23

Page 24: TB SPAM HSS (2)

terjadi penurunan muka air tanah kemungkinan kekosongannya akan diisi oleh air

laut. Peristiwa itu biasa disebut intrusi air laut. Kondisi ini telah banyak dijumpai

khususnya di daerah-daerah dekat pantai atau laut seperti Jakarta dan Surabaya.

3.3.2 Unit Produksi

Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang

dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air

minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air

minum, maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi standar air

minum yang telah ditentukan (Sutrisno, 2004).

Dalam proses pengolahan air ini pada lazimnya dikenal dengan dua cara,

yakni :

1. Pengolahan lengkap atau complete treatment process, yaitu air akan

mengalami pengolahan lengkap, baik fisik, kimiawi dan bakteriologi. Pada

pengolahan cara ini biasanya dilakukan terhadap air sungai yang kotor/keruh.

Pada hakekatnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga tingkatan

pengolahan, yaitu :

a. Pengolahan fisik

Yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk

mengurangi/menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan

lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar-kadar zat organic yang ada

dalam air yang akan diolah.

b. Pengolahan kimia

Yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia

untuk membantu proses pengolahan selanjutnya. Misalnya : dengan

pembubuhan kapur dalam proses pelunakan dan sebagainya.

c. Pengolahan bakteriologi

Yaitu suatu tingkat pengolahan untuk membunuh/memusnahkan bakteri-

bakteri yang terkandung dalam air minum yakni dengan cara/jalan

membubuhkan kaporit (zat desinfektan) (Sutrisno, 2004).

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

24

Page 25: TB SPAM HSS (2)

2. Pengolahan sebagian atau partial treatment process, misalnya diadakan

pengolahan kimiawi dan/atau pengolahan bakteriologi saja. Pengolahan ini

pada lazimnya untuk :

a. Mata air bersih

b. Air dari sumur yang dangkal/dalam (Sutrisno, 2004).

Adapun unit-unit pengolahan air minum terdiri dari :

1. Bangunan Penangkap Air

Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk

menangkap/mengumpulkan air dari suatu sumber asal air, untuk dapat

dimanfaatkan. Adapun bentuk dan konstruksi ini bergantung kepada jenis dan

macam sumber air yang kita tangkap.

Fungsi dari bangunan penangkap air ini sangat penting artinya untuk

menjaga kontinuitas pengaliran. Sedangkan penanganan bangunan penangkap air

ini ditunjukkan terhadap :

a. Kontinuitas

Pencatatan tingkah laku (keadaan) dari sumber asal air.

Pencatatan debit air pada setiap saat, sehingga dengan demikian akan

dapat mengetahui fluktuasi dari kuantitas air yang masuk.

Mengontrol/memeriksa peralatan pencatatan debit serta peralatan

lainnya (misalnya : pompa, saringan, pintu air) untuk menjaga

kontinuitas debit pengaliran.

b. Kualitas

Hal ini penting terutama terhadap kemungkinan pencemaran sumber

asal air yang kita ambil.

Pemeriksaan kualitas air pada sumber air secara periodik. Dengan

demikian akan dapat diketahui ada tidaknya pencemaran (Sutrisno,

2004).

2. Bangunan Pengendap Pertama

Bangunan pengendap pertama dalam pengolahan ini berfungsi untuk

mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi. Pada

proses ini tidak ada pembunuhan zat/bahan kimia. Untuk instalansi penjernihan

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

25

Page 26: TB SPAM HSS (2)

air minum, yang air bakunya cukup jernih, tetapi sadah, bak pengendap pertama

tidak diperlukan. Penanganan pada unit ini terutama ditunjukkan terhadap :

a. Aliran air

Harus dijaga supaya aliran air pada unit ini laminar (tenang), dengan

demikian pengendapan secara gravitasi tidak terganggu. Hal ini dapat kita

lakukan dengan mengatur pintu air masuk dan keluar pada unit ini.

b. Unit instalansi

Hasil pengendapan pada unit ini adalah terbentuknya lumpur endapan

pada dasar bak. Untuk menjaga pada unit ini adalah terbentuknya lumpur

pada dasar bak. Untuk menjaga efektivitas ruang pengendapan dan

pencegahan pembusukan lumpur endapan, maka secara periodic lumpur

endapan harus kita keluarkan. Peralatan untuk pembuangan lumpur harus

dikontrol/diperiksa setiap saat agar supaya tetap dapat bekerja secara

sempurna.

Selain pembuangan lumpur secara periodik tanpa mengganggu jalannya

proses, maka bak endapan dan pencegahan pembusukan lumpur endapan harus

kita keluarkan secara total (Sutrisno, 2004).

3. Pembubuh Koagulan

Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu

proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendapkan dengan

sendirinya (secara gravimetris). Sesuai dengan nama unit ini, maka unit ini

berfungsi untuk membubuhkan koagulan secara teratur sesuai dengan kebutuhan

(dengan dosis yang tepat).

Alat pembubuh koagulan yang banyak kita kenal sekarang, dapat

dibedakan dari cara pembubuhannya :

a. Secara gravitasi, dimana bahan/zat kimia (dalam bentuk larutan) mengalir

dengan sendirinya karena gravitasi.

b. Memakai pompa (dosering pump); pembubuhan bahan/zat kimia dengan

bantuan pemompaan.

Disini perlu kita perhatikan pada pembubuhan koagulan, adalah perpipaan

yang mengalirkan bahan/zat kimia supaya tidak tersumbat. Maka perlu

pemeriksaan secara teliti terhadap peralatan-peralatannya. Bahan/zat kimia yang

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

26

Page 27: TB SPAM HSS (2)

dipergunakan sebagai koagulan adalah aluminium sulfat. Biasanya disebut sebagai

tawas. Bahan ini banyak dipakai, karena efektif untuk menurunkan kadar

karbonat. Bahan ini paling ekonomis (murah) dan mudah didapat pada pasaran

serta mudah disimpan. Bentuknya serbuk, kristal dan koral (Sutrisno, 2004).

4. Bangunan Pengaduk Cepat

Unit ini untuk meratakan bahan/zat kimia (koagulan) yang ditambahkan

agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat. Cara

pengadukan :

a. Alat mekanis : motor dengan alat pengaduknya.

b. Penerjun air : dengan bantuan udara bertekanan.

Yang perlu diperhatikan dalam pengadukan cepat adalah alat/cara

pengadukannya, supaya mendapat pengadukan yang sempurna dan sesuai dengan

yang kita inginkan (Sutrisno, 2004).

5. Bangunan Pembentuk Flok

Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar

supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan

bahan/zat koagulan yang kita bubuhkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk flok-flok (partikel yang lebih

besar dan bisa mengendap dengan gravitasi) :

a. Kekeruhan pada baku air.

b. Tipe dari suspended solid.

c. pH.

d. Alkalinity.

e. Bahan koagulan yang dipakai.

f. Lamanya pengadukan.

Pada unit ini kita usahakan supaya tak terbentuk endapan flok (Sutrisno,

2004).

6. Bangunan Pengendap Kedua

Unit ini berfungsi untuk mengendapkan flok yang terbentuk pada unit bak

pembentuk flok. Pengendapan disini dengan gaya berat flok sendiri (gravitasi).

Penanganan unit bak pengendap kedua sama dengan pada unit bak pengendapan

pertama (Sutrisno, 2004).

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

27

Page 28: TB SPAM HSS (2)

7. Bangunan Penyaring

Dalam proses penjernihan air minum diketahui 2 macam filter :

a. Saringan pasir lambat (slow sand filter).

b. Saringan pasir cepat (rapid sand filter).

Dari bentuk bangunan saringannya, dikenal 2 macam :

a. Saringan yang bangunannya terbuka (gravity filter).

b. Saringan yang bangunannya tertutup (presure filter).

Effluent dari bak pengendap (sedimentation basin) mengalir ke filter,

gumpalan-gumpalan dan lumpur (flok) tertahan pada lapisan atas filter. Pada saat-

saat tertentu dimana hilangnya tekanan (loos of head) dari air di atas saringan

terlalu tinggi, yaitu karena adanya lapisan lumpur pada bagian atas dari saringan,

maka saringan akan dicuci kembali (back wash) dengan air bertekanan dari bawah

(Sutrisno, 2004).

8. Reservoir

Air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air

tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologi dan ditampung pada bak reservoir

(tandon) untuk diteruskan pada konsumen. Untuk keperluan terbanyak pada jam

16.00-18.00 diperlukan tandon minimum 10% debit/harinya (Sutrisno, 2004).

9. Pemompaan

Perlu diingat bahwa dalam hal ini, makin kecil tekanan udara makin cepat

kecepatan menguap air, dan penyerapan air dipengaruhi temperature. Oleh karena

itu, daya isap pompa masih dikurangi dengan hal-hal sebagai berikut :

a. Tekanan uap jenuh dari air.

b. Kehilangan tekanan karena gesekan dengan pipa (Hosen William).

c. Tergantung tekanan udara luar.

Tiga hal tersebut menentukan daya hidup pompa (Sutrisno, 2004).

3.3.3 Unit Distribusi

Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air

melalui sistem distribusi perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke

daerah pelayanan (konsumen).

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

28

Page 29: TB SPAM HSS (2)

Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang dapat

harus diperhatikan antara lain adalah :

a. Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani ini meliputi

wilayah IKK (ibukota kecamatan) atau wilayah kabupaten/kotamadya.

Jumlah penduduk yang dilayani tergantung pada :

Kebutuhan

Kemauan/Minat

Kemampuan atau tingkat sosial ekonomi masyarakat sehingga dalam

satu daerah layanan belum tentu semua pendudu terlayani.

b. Kebutuhan air adalah debit air yang harus disediakan untuk distribusi

daerah pelayanan.

c. Letak topografi daerah Layanan, yang akan menentukan sistem jaringan

dan pola aliran yang sesuai.

d. Jenis Sambungan Sistem

Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan menjadi :

Sambungan Halaman : yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa

indik/pipa utama ke tiap-tiap rumah/halaman.

Sambungan Rumah : yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa

induk/pipa utama ke masing-masing utilitas rumah tangga.

Hidran Umum: merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara

komural pada suatu daerah tertentu untuk melayani 100 orang dalam

setiap hidran umum.

Terminal air : adalah distribusi air melalui pemgiriman tangki-tangki

air yang diberikan pada daerah-daerah kumuh, daerah terpencil atau

daerah yang rawan air bersih.

Kran Umum : merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara

komural pada kelompok masyarakat tertentu, yang mempunyai minat

tetapi kurang mampu dalam membiayai penyambungan pipa ke

masing-masing rumah. Biasanya 1 (satu) kran umum dipakai untuk

melayani kurang lebih 20 orang.

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

29

Page 30: TB SPAM HSS (2)

1. Komponen Sistem

Prinsipnya, ada dua komponen utama di dalam sistem distribusi air

minum, yaitu reservoir (dan perlengkapannya) dan perpipaan (dan

perlengkapannya). Fungsi reservoir distribusi adalah penyimpan air pada waktu

debit air yang masuk ke reservoir lebih besar daripada yang keluar dari reservoir.

Fluktuasi atau variasi penggunaan air ini terjadi setiap hari sehingga permukaan

air di reservoir distribusi naik turun antara level maksimum dan minimumnya.

Dengan demikian, volume atau dimensi reservoir bisa diperoleh. Reservoir

berfungsi untuk mengatur tekanan air di daerah distribusi dan ini bergantung pada

lokasi reservoirnya. Fungsi ketiga ialah sebagai pembagi air ke seluruh konsumen.

Berdasarkan potensi energinya, jenis reservoir distribusi dibedakan

menjadi dua, yaitu reservoir tinggi dan reservoir rendah. Reservoir ini merujuk

pada cara pengaliran air ke daerah distribusi, bisa secara gravitasi bisa juga

dengan pompa. Reservoir tinggi tidak selalu berupa menara air atau berdiri di atas

kaki beton atau rangka baja, tetapi bisa juga diletakkan di atas tanah di daerah

bukit atau lereng gunung. Yang pasti, elevasinya lebih tinggi daripada daerah

distribusi sehingga aliran airnya secara gravitasi. Oleh sebab itu, reservoir yang

disangga oleh kaki harus berupa reservoir tinggi yang aliran airnya secara

gravitasi. Adapun reservoir rendah selalu diletakkan di atas tanah atau sebagian di

bawah permukaan tanah dan energi untuk distribusi airnya diperoleh dari pompa.

Untuk mengoptimalkan aliran air dan distribusinya, lokasi reservoir bisa

berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lainnya. Bisa diletakkan di tengah-tengah

sistem distribusi apabila topografinya relatif datar dan tidak terlalu luas. Kalau

diletakkan di salah satu sisi daerah distribusi maka tekanan sisa yang terjadi

menjadi timpang sehingga perbedaan sisa tekanan antara daerah yang dekat

reservoir dan yang jauh menjadi sangat besar. Ini buruk bagi sistem aliran air dan

berpengaruh pada tingkat kebocoran air serta menuai protes dari konsumen pada

saat-saat tertentu.

Sebaliknya, reservoir diletakkan di tepi sistem distribusi, yaitu tempat

tertinggi apabila daerah distribusinya relatif miring atau menurun. Kemiringan

yang relatif teratur dapat menyetimbangkan sisa tekanan airnya di seluruh daerah

distribusi. Opsi ketiga ialah lokasi reservoirnya berbeda-beda, ada beberapa

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

30

Page 31: TB SPAM HSS (2)

reservoir yang dibangun. Dibuat demikian karena topografinya tak teratur, besar

perbedaan elevasinya sehingga harus dibuat zoning system dengan reservoir

masing-masing. Juga karena daerah distribusinya terlalu luas. Kalau tanahnya

relatif datar maka dapat dibangun beberapa reservoir di beberapa zone untuk

menghindari sisa tekanan yang sangat tinggi di dekat reservoir. Beda topografi

yang sangat tinggi dan variatif mengharuskan sistem distribusi dibuat dengan

beberapa zone justru untuk mengurangi sisa tekanan di tempat yang terjauh dari

reservoir (bukan yang terdekat).

Setelah menetapkan lokasinya, selanjutnya ialah menghitung besar-

kecilnya reservoir yang berkaitan dengan volume atau dimensinya. Volume

reservoir ini dipengaruhi oleh kondisi pasokan air dan karakteristik pemakaian air

di daerah setempat. Perlu dibuat grafik fluktuasi pemakaian air dalam satu hari (24

jam). Berdasarkan kurva korelasi antara jam dan persentase pemakaian airnya,

dapatlah dihitung volume efektif reservoir (Cahyana, 2010).

2. Pola Sistem Distribusi

Setelah reservoir, bagian kedua adalah pola perpipaan sistem distribusi.

Bisa dikatakan, inilah sistem yang padat modal, mahal investasinya karena

mencapai 70% dari sistem keseluruhan. Ada dua bentuk dasar sistem distribusi.

Kerangka, layout atau pattern ini dinamai sesuai dengan pola koneksi antar pipa

dan node-nya.

a. Pola Cabang (Branch System)

Yang pertama ialah pola cabang. Pada kerangka ini ada bagian pipa utama

atau pokok dan ada bagian pipa cabang. Ciri khasnya, ujung-ujung pipa berupa

“titik-titik mati” (dead end) dan aliran airnya hanya menuju ke satu arah, tidak

bisa berbalik arah. Pola “ujung mati” ini bisa dibagi menjadi banyak sektor dan

subsektor yang pasokan airnya dilayani oleh satu pipa cabang. Karena pasokan

airnya per sektor atau subsektor maka perhitungan diameter pipanya menjadi

sederhana, hanya ditentukan oleh jumlah penduduk (populasi) di sektor tersebut.

Keunggulan sistem ini ialah sederhana dalam pemasangan dan mudah

dihitung dimensi pipanya, lebih ekonomis karena diameter pipanya lebih kecil

daripada sistem lain dan pipanya lebih pendek. Apabila ada perluasan jaringan

pipa, pola cabang ini dapat diubah menjadi pola lingkaran atau campuran. Selain

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

31

Page 32: TB SPAM HSS (2)

beberapa keunggulan tersebut, kerangka sistem ini pun memiliki kelemahan.

Dalam keadaan darurat, misalnya pipa bocor atau putus, seluruh daerah di hilirnya

akan putus pasokan airnya. Dapat terjadi “rebutan” air antara satu sektor dan

sektor lainnya, terutama ketika “jam puncak” atau terjadi kebakaran. Karena

alirannya searah, maka endapan di ujung-ujung pipa menjadi banyak dan

memadat. Ujung pipa ini harus dilengkapi dengan katup penguras sehingga perlu

banyak blow off atau wash out dan harus diposisikan di dekat selokan atau sungai.

Endapan harus dibersihkan secara periodik.

Dalam branch system ini reservoir diletakkan di bagian tertinggi daerah

distribusi atau bisa juga di bagian tengah untuk daerah yang relatif datar. Sangat

ideal diterapkan di daerah yang topografinya menurun secara teratur dengan slope

kecil. Setiap titik cabang perlu dilengkapi dengan valve (katup) untuk mengatur

aliran di percabangan dan juga untuk menutup aliran ketika terjadi kerusakan atau

reparasi pipa.

Berikutnya ialah merencanakan diameter pipa. Debit yang digunakan

adalah debit jam puncak. Ada faktor puncak yang harus dikalikan dengan debit

rerata dan ini bergantung pada jumlah penduduknya. Jumlah penduduk

mempengaruhi keserempakan penggunaan air di suatu daerah dalam satu sistem

perpipaan di seluruh sektor. Keserempakan ini berbanding terbalik dengan jumlah

penduduk. Makin banyak penduduknya, faktor keserempakan pun mengecil.

b. Pola Cincin (Circle System)

Pola selanjutnya adalah sistem cincin, lingkaran. Disebut juga sistem

tertutup, closed system atau ring, circle system. Ciri khasnya berbentuk lingkaran

dan tiada titik mati karena semua pipa saling berhubungan. Air yang mengalir

keluar dari reservoir akan bertemu di suatu titik di dalam pipa. Arah alirannya

dapat berubah-ubah bergantung pada besar-kecilnya pemakaian air di suatu

sektor. Dengan demikian, kekurangan air di suatu sektor dapat dipasok oleh sektor

lainnya. Dalam kondisi darurat, misalnya ada pipa bocor, putus atau diperbaiki,

sektor yang lain dapat terus mengalirkan air yang berasal dari sektor-sektor

lainnya yang tidak putus/bocor.

Selain keunggulan, ada juga kelemahan sistem cincin/lingkaran ini. Sistem

cincin perlu pipa lebih panjang daripada sistem cabang tetapi diameternya bisa

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

32

Page 33: TB SPAM HSS (2)

sama ukurannya. Jadi, biaya investasinya lebih mahal. Sistem hanya cocok untuk

daerah yang relatif datar agar aliran airnya bisa bolak-balik. Dengan kata lain,

sistem tertutup ini belum tentu dapat diterapkan di sembarang daerah dengan

topografi naik turun secara acak, terjal dan luas. Ini berbeda dengan sistem cabang

yang dapat dipasang di daerah yang datar maupun yang miring atau menurun

(terutama yang kecil slope-nya).

Untuk merencanakan diameter pipa, semua daerah diasumsikan berada

dalam kondisi jam puncak dengan satu faktor puncak (peak factor). Setiap titik

(node) berada dalam kondisi setimbang (balanced). Umumnya digunakan formula

Hardy Cross tetapi bukan untuk menentukan diameter pipanya secara langsung

melainkan untuk mengatur kesetimbangan tekanannya (balanced energy).

Diameter pipanya ditentukan dengan anggapan bahwa seluruh sektor atau daerah

layanan dalam kondisi aliran puncak. Seperti pada sistem cabang, katup juga

harus dilengkapi di dalam sistem ini tetapi tidak selalu di ujung pertemuan pipa

atau titik akhir. Bisa juga dipasang di tengah-tengah pipa atau di bagian terendah

jaringan (Cahyana, 2010).

3. Penamaan Pipa (Nomenklatur)

Faktanya di lapangan, nomenklatur atau penamaan pipa distribusi berbeda-

beda di sejumlah PDAM. Namun ada dua bagian yang bisa disebutkan. Yang

pertama ialah Sistem Makro. Sistem ini merupakan pipa feeder (pengumpan,

pemberi) yang terdiri atas pipa induk utama (primary feeder) dan membentuk

rangka sistem, baik yang cabang maupun loop. Pipa ini dinamai juga aorta atau

arteri dan membawa sejumlah besar air olahan dari IPAM ke sistem distribusi.

Biasanya pipa ini dilengkapi dengan katup penguras (blow off) dan ventilasi udara

(air realease valve). Selanjutnya ialah pipa induk sekunder (secondary feeder).

Fungsi feeder ini membawa air ke node-node yang tersebar di daerah distribusi

sehingga tidak boleh ada sambungan rumah di pipanya agar tekanannya tidak

turun (drop feeder). Di pipa inilah program Epanet atau Hardy Cross diterapkan

untuk analisis hidrolisnya.

Yang kedua ialah Sistem Mikro. Hakikatnya, inilah sistem pelayanan air

minum yang sesungguhnya di PDAM. Sistem ini masih bisa dibedakan menjadi

dua, yaitu pipa distribusi utama (small distribution main) yang juga biasa disebut

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

33

Page 34: TB SPAM HSS (2)

pipa tersier dan pipa pelayanan (service line) atau pipa kwarter yang menuju pipa

persil (house connection pipe). Pipa distribusi utama (small distribution main)

membentuk rangka daerah pelayanan. Pipa ini mendistribusikan air ke pipa-pipa

pelayanan (service pipe) dan boleh langsung dihubungkan dengan rumah. Secara

teoretis, Sistem Mikro bisa juga dianalisis dengan Epanet atau Hardy Cross, tetapi

bergantung pada kebutuhan.

Catatan akhir, yang perlu diperhatikan juga ialah kecepatan aliran

meskipun kecepatan air ini tidak mempengaruhi tekanan, tetapi hanya

mempengaruhi cepat-lambatnya air sampai ke konsumen. Agar suatu titik

bertekanan besar, maka headloss-nya harus kecil atau diameter pipanya

diperbesar. Efeknya pada kecepatan, makin besar diameter, makin kecil kecepatan

aliran airnya. Rentang batas kecepatan antara 0,6 - 1,5 m/d, yaitu kecepatan di

dalam pipa feeder dalam jam puncak atau maksimum alirannya (Cahyana, 2010).

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

34

Page 35: TB SPAM HSS (2)

BAB IV

PERHITUNGAN PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

DESAIN

4.1 Perhitungan Proyeksi Perkembangan Penduduk dan Fasilitas Kota Hulu

Sungai Selatan

a. Metode Aritmatik

Pn=P0+r ×(T n−T0)

r=∑i=1

N Pi−P(i−1)

N

Tabel 4.1 Perhitungan Metode Aritmatik

N0. TahunJumlah

Penduduk(P)

Pertambahan( r )

Proyeksi Penduduk

(Pn)(P - Pn)2 (P - Pr)2

1 2002 197.740 - 197.740 0 77.371.3752 2003 201.372 3.632 199.519 3.435.256 26.667.9293 2004 203.301 1.929 201.297 4.015.571 10.465.8724 2005 204.862 1.561 203.076 3.190.987 2.802.6115 2006 206.212 1.350 204.854 1.843.560 105.0416 2007 207.402 1.190 206.633 591.703 7497837 2008 208.571 1.169 208.411 25.493 4.140.8188 2009 209.669 1.098 210.190 271.325 9.815.0629 2010 212.485 2.816 211.968 266.830 35.389.41110 2011 213.747 1.262 213.747 0 51.997.079

Jumlah 2.065.361 16.007 2.057.435 13.640.725219.504.98

1Rata-rata 206.536 1.779 205.744 1.364.073 21.950.498

Korelasi (R2) 0,94Standar Deviasi

(STD)1.108,00

Contoh perhitungan:

Menentukan proyeksi penduduk tahun 2003

Pn=P0+r ×(T n−T0)

P2003=P2002+r (T 2003−T2002)

P2003=197.740+1.779 (2003−2004 )=199.519 orang

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

35

Page 36: TB SPAM HSS (2)

b. Metode Geometrik

Pn=P0 (1+r )n

r=∑i=1

N Pi−P(i−1)

N

Tabel 4.2 Perhitungan Metode Geometrik

N0. TahunJumlah

Penduduk(P)

Rasio Pertambahan

( r )

Proyeksi Penduduk

(Pn)(P - Pn)2 (P - Pr)2

1 2002 197.740 - 197.740 0 77.371.3752 2003 201.372 0,0184 199.459 3.658.115 26.667.9293 2004 203.301 0,0096 201.194 4.440.670 10.465.8724 2005 204.862 0,0077 202.943 3.682.097 2.802.6115 2006 206.212 0,0066 204.708 2.262.789 105.0416 2007 207.402 0,0058 206.488 835.929 749.7837 2008 208.571 0,0056 208.283 82.857 4.140.8188 2009 209.669 0,0053 210.094 180.800 9.815.0629 2010 212.485 0,0134 211.921 318.088 35.389.41110 2011 213.747 0,0059 213.764 279 51.997.079

Jumlah 20065 2.065.361 0,0783 2.056.594 15.461.623 219.504.981Rata-rata

2007 206.536,1 0,0087 205.659 1.546.162 21.950.498

Korelasi (R2) 0,93

Standar Deviasi (STD)

1179,64

Contoh Perhitungan:

Menentukan proyeksi penduduk tahun 2003

Pn=P0 (1+r )n

P2003=P2002(1+r )2003−2002

¿197.740(1+0,0087 )1=199.459 orang

c. Metode Regresi Linier

a=∑ y∑ x2−∑ x∑ (xy)N ∑ x2−¿¿

Y=a+bx

b=N ∑ ( xy )−∑ x∑ y

N∑ x2−¿¿ P=a+bx

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

36

Page 37: TB SPAM HSS (2)

Tabel 4.3 Perhitungan Metode Regresi Linier

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

37

Page 38: TB SPAM HSS (2)

N0.Tahun

( x )

Jumlah Penduduk

(P)x2 x . P

Proyeksi Penduduk

(Pn)(P - Pn)2 (P - Pr)2

1 2002 197.740 4.008.004 395.875.480 199.281 2.375.466 77371375

2 2003 201.372 4.012009 403.348.116 200.893 229.017 26667929

3 2004 203.301 4.016016 407.415.204 202.506 632.613 10465872

4 2005 204.862 4.020025 410.748.310 204.118 553.807 2802611

5 2006 206.212 4.024036 413.661.272 205.730 232.318 105041

6 2007 207.402 4.028049 416.255.814 207.342 3.577 749783

7 2008 208.571 4.032064 418.810.568 208.954 146.982 4140818

8 2009 209.669 4.036081 421.225.021 210.567 805.631 9815062

9 2010 212.485 4.040100 427.094.850 212.179 93.784 35389411

10 2011 213.747 4.044121 429.845.217 213.791 1.931 51997079

Jumlah

20065 2.065.361 40.260.505 4.144.279.852 2.065.361 5.075.126 219504981

Rerata 2006.5 206.536,14.026.050,

5414.427.985,2 206.536 507.513 21950498

a-

3.028.318,879 Persamaan :

-3028318,879 + 1612.187879 xb 1.612,187879

Korelasi (R2) 0,98

Standar Deviasi (STD) 213,72

Contoh Perhitungan:

Menentukan proyeksi penduduk tahun 2003

a=∑ y∑ x2−∑ x∑ (xy)N ∑ x2−¿¿

b=N ∑ ( xy )−∑ x∑ y

N∑ x2−¿¿

10× 4.144 .279 .852−20.065× 2.065 .361

10 × 40.260 .505−(20.065)2=1.612,187879

P2003=−3.028 .318,879+1.612,187879 ×2003=200.893

d. Metode Eksponensial

ln a= 1N

¿¿ y=a ×ebx

b=N∑ ( xlny )−¿¿ P=a ×ebx

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

38

Page 39: TB SPAM HSS (2)

Tabel 4.4 Perhitungan Metode Eksponensial

N0.Tahun

( x )

Jumlah Penduduk

(P)x2 ln P x . ln P

Proyeksi Penduduk

(Pn)(P - Pn)2 (P - Pr)2

1 2002 197.740 4.008.004 12 24.414 199.343 2.568.110,528 77.371.375,21

2 2003 201.372 4.012.009 12 24.462 200.908 215.670,2868 26.667.928,81

3 2004 203.301 4.016.016 12 24.494 202.485 665.939,7456 10.465.872,01

4 2005 204.862 4.020.025 12 24.521 204.075 619.865,6641 2.802.610,81

5 2006 206.212 4.024.036 12 24.547 205.677 286.330,3208 105.040,81

6 2007 207.402 4.028.049 12 24.571 207.292 12.166,56384 749.782,81

7 2008 208.571 4.032.064 12 24.594 208.919 121.223,813 4.140.818,01

8 2009 209.669 4.036.081 12 24.617 210.559 792.854,662 9.815.062,41

9 2010 212.485 4.040.100 12 24.656 212.213 74.227,11626 35.389.411,21

10 2011 213.747 4.044.121 12 24.680 213.879 17.334,88057 51.997.078,81

Jumlah 20.065 2.065.361 40.260.505 122 245.556 2.065.348 5.373.723,581 219.504.980,9

Rerata 2006,5 206.536 4.026.051 12 24.556 206.535 537.372,3581 21.950.498,09

ln a -3,45 a 0Persamaan

:0 . 2,7182818 0,01 X

b 0,01

Korelasi (R2) 0,98

Standar Deviasi (STD) 219,92

Contoh Perhitungan:

Menentukan Proyeksi penduduk tahun 2003

b=N∑ ( xlny )−¿¿

ln a= 110

(122−0,01× 20.065 )=−3,45

P2003=−3,45×e0.01×2003=200.908

e. Metode Logaritmik

ln a= 1N

¿¿

b=N∑ ( ylnx )−¿¿

Tabel 4.5 Perhitungan Metode Logaritmik

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

39

y=a+b . ln xP=a+b . ln x

Page 40: TB SPAM HSS (2)

N0.Tahun

( x )

Jumlah Penduduk

(P)ln x (ln x)2 P . ln x

Proyeksi Penduduk

(Pn)

1 2002 197.740 7.602 57.789 1.503.200 199.2762 2003 201.372 7.602 57.797 1.530.911 200.8923 2004 203.301 7.603 57.804 1.545.677 202.5064 2005 204.862 7.603 57.812 1.557.648 204.1205 2006 206.212 7.604 57.819 1.568.015 205.7336 2007 207.402 7.604 57.827 1.577.167 207.3457 2008 208.571 7.605 57.834 1.586.160 208.9578 2009 209.669 7.605 57.842 1.594.615 210.568

9 2010212.4

857.606 57.850

1.616.138

212.177 94.62935.389.411

10 2011213.7

477.606 57.857

1.625.842

213.786 1.55451.997.079

Jumlah

200652.065.361

76.041

578.23015.705.

373221.600

.1825.057.3

65219.504.981

Rerata

2006.5206.536,1

7.604 57.8231.570.5

37206.536

,1505.736

21.950.498

a-

24.392.757,91

Persamaan

:

-24.392.7

57,91+

3.234.984

. ln x

b3.234.984,373

Korelasi (R2) 0,98Standar Deviasi (STD)

213,35

Contoh Perhitungan:

Menentukan proyeksi pendududuk tahun 2003

b=N∑ ( ylnx )−¿¿

b=10∑ (15.705 .373 )−(2.065 .361×76.041)

10×578.230−(76.041)2 =3.234 .984,373

¿

P=a+b . lnx=−24.392.757+3.243.984,373 × ln 2003=200.892

Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi

terendah dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota sesuai

dengan fungsi kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

40

Page 41: TB SPAM HSS (2)

metode proyeksi. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan

kecenderungan pertambahan penduduk di masa mendatang.

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

41

Page 42: TB SPAM HSS (2)

Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai R2 dan STD Masing-Masing Proyeksi

Aritmatik Geometrik Regresi Linier Eksponensial Logaritmik

R2 094 0,93 0,98 0,98 0,98STD

1108,00 1179,64 213,72 219,92 213,35

Tabel di atas menunjukkan nilai korelasi dan standar deviasi yang berbeda

dari tiap metode. Berdasarkan Tabel 4.6, metode proyeksi yang paling tepat

digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk wilayah perencanaan pada

masa yang akan datang adalah metode Logaritmik karena metode ini memiliki

nilai standar deviasi paling kecil. Oleh karena itu metode Logaritmik dianggap

metode yang paling menggambarkan kondisi penduduk wilayah Kabupaten Hulu

Sungai Selatan 15 tahun mendatang dan akan digunakan untuk memprediksi

jumlah penduduk pada periode perencanaan.

Dengan menggunakan 5 metode diatas dapat diketahui proyeksi penduduk

dan fasilitas kota di wilayah perencanaan dengan metode Logaritmik untuk jangka

waktu proyeksi 15 tahun mendatang untuk kategori kota kecamatan atau desa,

yaitu:

Tabel 4.7 Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk sampai tahun 2026

N0. TahunProyeksi

Penduduk (Jiwa)

Proyeksi Kepadatan

Penduduk (L = 1804.94 Km2)

2011 213.747 1181 2012 215.395 1192 2013 217.002 1203 2014 218.609 1214 2015 220.215 1225 2016 221.820 1236 2017 223.424 1247 2018 225.027 1258 2019 226.630 1269 2020 228.232 12610 2021 229.833 12711 2022 231.433 12812 2023 233.033 12913 2024 234.632 130

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

42

Page 43: TB SPAM HSS (2)

14 2025 236.229 13115 2026 237.827 132

Contoh Perhitungan:

Menentukan Proyeksi penduduk tahun 2012

b=N∑ ( ylnx )−¿¿

b=10∑ (15.705 .373 )−(2.065 .361×76.041)

10×578.230−(76.041)2 =3.234 .984,373

a= 1N

¿

P2012=a+b . lnx=−24.392.757+3.243 .984,373× ln 2012=215.395

Menentukan Kepadatan penduduk tahun 2012

Kepadatan penduduk tahunn= Jumlah penduduk tahun ke−nLuas wilayah tahunke−n

Kepadatan penduduk tahun2012= 215.3951.804,94

=199

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

43

Page 44: TB SPAM HSS (2)

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

44

Page 45: TB SPAM HSS (2)

Tabel 4.8 Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Sub-Wilayah

No Tahun

1 (Padang Batung) 2 (Loksado) 3 (Telaga langsat)

( L = 203.93 km2) ( L = 338.89 km2) ( L = 58.08 km2 )

Kepadatan ∑ Penduduk Kepadatan ∑ Penduduk Kepadatan ∑ Penduduk Kepadatan

1 2012 97 19.871 25 8.314 156 9.086 290

2 2013 98 20.019 25 8.376 158 9.154 292

3 2014 99 20.168 25 8.438 159 9.222 294

4 2015 100 20.316 25 8.500 160 9.290 297

5 2016 100 20.464 25 8.562 161 9.358 299

6 2017 101 20.612 25 8.623 162 9.425 301

7 2018 102 20.760 26 8.685 163 9.493 303

8 2019 103 20.908 26 8.747 165 9.560 305

9 2020 103 21.055 26 8.809 166 9.628 307

10 2021 104 21.203 26 8.871 167 9.696 310

11 2022 105 21.351 26 8.933 168 9.763 312

12 2023 105 21.498 27 8.994 169 9.831 314

13 2024 106 21.646 27 9.056 170 9.898 316

14 2025 107 21.793 27 9.118 172 9.965 318

15 2026 108 21.940 27 9.179 173 10.033 320

Tabel 4.9 Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Sub-Wilayah

No Tahun

6 (Sungai raya) 7 (Simpur) 8 (Kalumpang) 9 (Daha Selatan)

( L = 80.96 km2) ( L = 82.35 km2) ( L = 135.07 km2 ) ( L = 322.82 km2 )

Kepadatan ∑ Penduduk Kepadatan ∑ Penduduk Kepadatan ∑ Penduduk Kepadatan ∑ Penduduk

1 2012 202 16.348 171 14.049 45 6.055 123 39.801

2 2013 203 16.470 172 14.154 45 6.101 124 40.098

3 2014 205 16.592 173 14.259 45 6.146 125 40.394

4 2015 206 16.714 174 14.364 46 6.191 126 40.691

5 2016 208 16.836 176 14.468 46 6.236 127 40.988

6 2017 209 16.957 177 14.573 47 6.281 128 41.284

7 2018 211 17.079 178 14.678 47 6.326 129 41.580

8 2019 212 17.201 180 14.782 47 6.371 130 41.877

9 2020 214 17.322 181 14.887 48 6.416 131 42.173

10 2021 215 17.444 182 14.991 48 6.461 132 42.468

11 2022 217 17.565 183 15.095 48 6.506 132 42.764

12 2023 218 17.687 185 15.200 49 6.551 133 43.060

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

45

Page 46: TB SPAM HSS (2)

13 2024 220 17.808 186 15.304 49 6.596 134 43.355

14 2025 221 17.929 187 15.408 49 6.641 135 43.650

15 2026 223 18.051 188 15.512 49 6.686 136 43.945

Contoh Perhitungan:

a. Menentukan Kepadatan Penduduk sub-wilayah 1 (Kecamatan Padang Batung) pada tahun 2012

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

46

Page 47: TB SPAM HSS (2)

Kepadatan−wilayah padatahun n=¿

Kepadatan−wilayah th . awal

Kepadatanwilayahth . awal×kepadatan wilayah pada tahun n

Kepadatan Kec . Padang batungth .2012=96.695118

×119=97

b. Jumlah Penduduk Kecamatan padang batung pada tahun 2012

∑ Jumlah penduduk−wila yah tahunn=Kepadatan penduduk tahun n× Luaswilayah

∑ Jumlah penduduk Padang Batungtahun2010=97orang

Km2×203,93 Km2=19.871 orang

Pertumbuhan Kecamatan di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan ini

dari waktu ke waktu tentunya akan menyebabkan bertambahnya jumlah fasilitas

umum dan fasilitas sosial yang terdapat di wilayah tersebut. Untuk

memproyeksikan jumlah fasilitas umum dan fasilitas sosial di wilayah tersebut

digunakan standar penduduk pendukung yang diperoleh dengan cara menghitung

jumlah penduduk yang diwakili oleh satu unit fasilitas umum atau fasilitas sosial

yang ada. Sehingga ketika pada tahun-tahun berikutnya jumlah penduduk

meningkat dapat diketahui jumlah fasilitas umum maupun sosial yang seharusnya

tersedia.

Tabel 4.10 Standar Fasilitas Perkotaan

Jenis FasilitasStandar Pendukung

per-unit fasilitas (jiwa)

FASILITAS PENDIDIKAN

1 TK 1000

2 SD 1600

3 SMP 4800

4 SMU 9600

5 Perguruan Tinggi 70000

TEMPAT IBADAH

1 Masjid 30000

2 Musholla/langgar 2500

3 Gereja 30000

4 Pura/klenteng/vihara 30000

FASILITAS KESEHATAN

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

47

Page 48: TB SPAM HSS (2)

1 Rumah sakit umum 240000

2 Rumah sakit bersalin 10000

3 Puskesmas 30000

4 Pustu/klinik/posyandu 3000

5 Apotek 10000

FASILITAS PERNIAGAAN & JASA

1 Warung/kios 2502 Toko/Pertokoan 25003 Pasar 30000

4 Supermarket 30000

5 Terminal/stasiun 30000

FASILITAS UMUM, REKREASI dan OLAH RAGA

1 Bioskop 30000

2 Gedung serbaguna 480000

3 Balai pertemuan 30000

4 Gelanggang olah raga 30000

5 Kolam renang 100000

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

48

Page 49: TB SPAM HSS (2)

Tabel 4.11 Proyeksi Fasilitas Kota sampai tahun 2026

Jenis Fasilitas∑ Fasilitas

Tahun 2011 (unit)

Proyeksi Jumlah Fasilitas

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

213.747 215.395 217.002 218.609 220.215 221.820 223.424 22,027 226.630 228.232

FASILITAS PENDIDIKAN

1 TK 146 148 149 151 152 154 156 157 159 160

2 SD 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254

3 SMP 31 31 32 32 32 33 33 33 34 34

4 SMA / SMK

14 14 14 15 15 15 15 15 15 16

FASILITAS KESEHATAN

1 Puskesmas 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

2 Puskesmas Pembantu

69 70 70 71 71 72 72 73 73 74

3 Poskesdes 148 149 149 150 150 151 151 152 152 153

FASILITAS PERNIAGAAN & JASA

1 Pasar 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

TEMPAT IBADAH

1 Masjid 122 122 122 122 122 122 122 122 122 122

2 Musholla/langgar

680 681 681 682 683 683 684 685 685 686

3 Gereja 2

FASILITAS UMUM

1 Balai pertemuan

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

2 Hotel/penginapan

8 8 8 8 9 9 9 9 9 10

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

49

Page 50: TB SPAM HSS (2)

Sistem Penyediaan Air MinumKabupaten Hulu Sungai Selatan

50