Download - Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

Transcript
Page 1: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

BLOK ASUHAN GIZI KLINIK 2

TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN

HIPERTENSI MALIGNA DENGAN EPISTAKSIS POSTERIOR

Disusun Oleh:

Fitria Eka Purwandari (12/335403/KU/15215)

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

1

Page 2: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

Halaman Pengesahan

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN

HIPERTENSI MALIGNA dengan EPISTAKSIS POSTERIOR

Laporan studi kasus ini diajukan dalam rangka pembelajaran praktik lapangan

Blok Asuhan Gizi Klinik 2 – Degeneratif dan Metabolik

Disusun Oleh:

Fitria Eka Purwandari

12/335403/KU/15215

Telah diperiksa dan disetujui

Tanggal 22 Juni 2015

Oleh

Dosen Pembimbing Lapangan Supervisor

Ida Rubaida, S. Gz, Dietisien Perdana Samekto T, M.Sc

2

Page 3: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

BAB 1.

PENDAHULUAN

BAGIAN 1. ASSESSMENT GIZI

A. Anamnesis

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. J No RM : 10.25.15.82Umur : 70 Ruang : Al Kahfi 11Sex : P Tanggal Masuk : 31 Mei 2015Pekerjaan : IRT Tanggal Kasus : 1 Juni 2015Pendidikan : SD Alamat : Sendangsari, Pajangan, BantulAgama : Islam Diagnosis Medis : Hipertensi Maligna dengan

Epistaxis Posterior

2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit

Keluhan Utama Mimisan, leher kakuRiwayat Penyakit Sekarang

2 ½ JSMRS pasien mimisan, darah terus mengucur dari hidung, masuk rumah sakit dengan pendarahan dari hidung dan keluar darah dari mulut (+)

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga

-

3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi

Data Sosio Ekonomi Penghasilan : menengah keatasJumlah anggota keluarga : 6Suku : jawa

Aktifitas Fisik Jumlah Jam kerja :6 jamJumlah tidur sehari :6 jamJenis olahraga :-Frekuensi olahraga :-

Alergi makanan Makanan :-Penyebab :-Jenis diet khusus :-Alasan :-Yang menganjurkan :-

Masalah Gastrointestinal

Nyeri ulu hati (ya/tidak), Mual (ya/tidak), Muntah (ya/tidak),

Diare (ya/tidak), Konstipasi (ya/tidak), Anoreksia (ya/tidak)

Perubahan pengecapan/penciuman (ya/tidak)Penyakit kronik Jenis penyakit : hipertensi

Modifikasi Diet : -Jenis pengobatan : -

Kesehatan mulut Sulit menelan (ya/tidak), stomatitis (ya/tidak), gigi lengkap (ya/tidak)

Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain :-Frekuensi dan jumlah :-

Perubahan berat Bertambah / berkurang; lamanya : tidak diketahui

3

Page 4: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

badan Disengaja / tidak disengajaMempersiapkan makanan

Fasilitas memasak :makanan dimasak oleh anaknya, tidak pernah membeli makanan di luarFasilitas menyimpan makanan : tudung saji, kulkas

Riwayat/ pola makan Makan utama 3x/hari dengan selingan 1-2 x/hari, yaitu roti, singkong rebus, gembili @ 1 potong

Makanan Pokok : nasi putih 3 kali / hari @ 1 centong,

Lauk Hewani : telur ayam 2-3 x seminggu @ 1 butir, ayam 1 x seminggu @ 1 potong

Lauk Nabati : tahu dan tempe 2-3 x/hari @ 1 potong, bergantian, dimasak seringnya bacem

Sayur : setiap hari ada sayur seperti sayur kacang panjang, sayur daun singkong dimasak santan, sayur bening

Buah : pisang, pepaya. Setiap hari ada karena hasil panen sendiri.

Minum : hampir setiap selesai makan minum teh manis 1 gelas, air putih 2-3 gelas sehari

Semenjak sakit hipertensi, pasien telah mengurangi konsumsi dan penggunaan garam dalam mengolah makanannya. Pasien juga mengurangi konsumsi makanan olahan ataupun awetan.

Kesimpulan:

Dilihat dari riwayat penyakitnya, dapat diketahui bahwa pasien J menderita

hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.

Pembahasan:

Pasien datang ke rumah sakit dan masuk UGD dengan keluhan darah mengucur

dari hidung dan mulutnya. Pasien juga mengeluhkan pada leher bagian belakang terasa

kaku. Setelah dilakukan pemeriksaan awal, diketahui tekanan darah pasien tinggi. Dari

riwayat penyakit dahulu, pasien menderita sejak dua tahun yang lalu namun tidak

mengonsumsi obat rutin, hanya pada saat kambuh saja berobat ke dokter terdekat.

Pasien tidak mengetahui perubahan berat badan karena tidak pernah melakukan

penimbangan. Tidak terdapat masalah gastrointestinal pada pasien namun pasien

mengalami mual muntah saat datang ke rumah sakit dan saat asesmen dilakukan. Hal

ini dikarenakan pasien mengalami epistaxis pada kondisi hipertensi maligna. Keluhan

leher kaku juga disebabkan karena tekanan darah yang tinggi yang dialami oleh psien.

Pasien tidak mengalami masalah pada kesehatan mulutnya karena masih dapat

mengonsumsi makanan yang bertekstur agak keras tetapi gigi pasien sudah tidak

lengkap.

Berdasarkan riwayat gizi, dari segi pola makan untuk frekuensi makan pasien

sudah baik yaitu 3x sehari dan selingan 1-2x sehari. Setiap harinya, pasien

4

Page 5: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Selingan yang biasa dikonsumsi antara

lain singkong rebus, gembili, dan beberapa jenis umbi hasil panen sendiri. Untuk lauk,

pasien jarang mengonsumsi lauk hewani karena tidak terlalu suka. Konsumsi cairan

pasien juga masih tinggi yaitu 5-6 gelas air putih hangat sehari-harinya. Konsumsi buah

pasien juga tergolong baik karena setiap hari pasien terbiasa mengonsumsi buah.

Semenjak sakit hipertensi, pasien telah mengurangi konsumsi dan penggunaan garam

dalam mengolah makanannya. Pasien juga tidak mengonsumsi makanan olahan

ataupun awetan.

B. Antropometri

UL Lila22 22,5

TB estimasi = 3,5796 (UL) + 66,377

= 3,5796 (22) + 66,377

= 78,7512 + 66,377

= 145,13 cm (Pureepatpong, 2012)

Lila/U = 22,5/29,9 x 100%

= 75,25%

Kesimpulan:

Status gizi pasien kurang

Pembahasan:

Status gizi pasien ditentukan dengan menggunakan LLA/U karena pasien tidak

dapat ditimbang untuk diketahui berat badannya dan diukur tingginya. Penghitungan

menggunakan LLA pasien dibagi LLA persentil untuk wanita usia 65-74,9 tahun yaitu

29,9 didapatkan hasil 75,25%. Menurut Wahyuningsih (2013), LLA >70-<85% tergolong

gizi kurang.

C. Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan Nilai Normal Pemeriksaan Keterangan Hb 11-17 14,2 NormalAL 4-11 4,5 NormalDiff Eosinofil 0-3 0 NormalDiff Stab 2-6 0 RendahDiff Segmen 40-70 66,2 NormalDiff Limfosit 20-40 26,5 NormalDiff monosit 2-8 7,3 NormalHMT 32-52 41,3 NormalAT 150-450 186 NormalAE 3,5-5,5 5,28 Normal

5

Page 6: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

Ureum 10-40 31,1 NormalKreatinin 0,9-1,3 0,82 RendahSGOT 11-36 17,1 NormalSGPT 11-37 13,9 NormalGDS 80-120 92 NormalAPTT 25-40 37,5 NormalPTT 11-15 14,7 Normal

Kesimpulan:

Kadar diff stab dan kreatinin pasien rendah.

Pembahasan:

Kadar diff stab pasien rendah yaitu 0. Sel stabs/band merupakan bagian dari sel

darah putih, bentuk tidak matang dari neutrophil, dan merupakan respon awal terhadap

adanya infeksi (Brookside, 2014). Sehingga kadar diff stab yang rendah menandakan

tidak adanya infeksi.

Kadar kreatinin yang rendah menandakan tidak adanya gangguan pada ginjal.

Kreatinin darah akan meningkat jika fungsi ginjal menurun. Kreatinin merupakan produk

penguraian kreatin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat pada hampir semua otot

rangka sehingga individu dengan massa otot besar dapat memiliki nilai yang lebih tinggi.

Oleh karena pasien W berusia >60 tahun, kreatinin tergolong rendah dari nilai normal

karena adanya penurunan massa otot (Wulandari, 2012).

Pemeriksaan APTT dan PTT merupakan pemeriksaan untuk mengetahui

pemeriksaan hitung trombosit, masa protrombin dan masa tromboplastin (APTT), karena

pasien mengalami epistaksis. Bila terjadi kehilangan darah yang banyak dan cepat,

harus difikirkan pemberian transfusi sel-sel darah merah (packed red cell) disamping

penggantian cairan (Abelson, 1997)

D. Pemeriksaan Fisik Klinik

1. Kesan Umum : Compos mentis, tampak lemah, sudah tidak mimisan

2. Vital Sign :

Pemeriksaan Awal Masuk Awal KasusTensi 190/150 mmHg 180/110 mmHgRespirasi 20x 22xNadi 90x 80xSuhu 36,50C 360C

3. Kepala/ Abdomen / Extremitas : GCS 15, E=4, V=5, M=6

Kesimpulan:

Pasien dalam keadaan compos mentis dan keadaan lemah. Saat awal masuk

rumah sakit, pasien mengalami hipertensi stage II. Saat awal kasus kasus hipertensi

yang dialami pasien masih tinggi yaitu 180/110 mmHg namun epistaxis sudah

6

Page 7: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

tertangani. Hasil pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale) pasien, yaitu E=4, V=5,

M=6.

Pembahasan:

Berdasarkan pemeriksaan fisik klinis dapat diketahui tekanan darah pasien

tergolong hipertensi stage II, yaitu 180/110 mmHg jika dibandingkan dengan nilai

normalnya 120/80 mmHg (The Seventh Report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, JNC VII,

2003). Respirasi rate nya tergolong sedikit di atas normal yaitu 22x/menit (nilai normal

14-20 x/menit). Suhunya normal yaitu 360C (nilai normal <370C). Frekuensi nadinya juga

normal yaitu 84x/menit jika dibandingkan nilai normal 60-100x/menit (Wahyuningsih,

2013).

Pemeriksaan GCS didasarkan pada pemeriksaan respon dari mata, bicara dan

motorik. Cara penilaiannya adalah dengan menjumlahkan nilai dari ketiga aspek tersebut

di atas. rentang nilainya adalah 3 (paling jelek) sampai dengan 15 (normal). Pelaporan

nilai GCS dapat juga dilakukan dengan cara menyebutkan nilai dari masing-masing

komponen. Hasil pemeriksaan pasien yaitu compos mentis dengan E4 (spontan), V5

(baik dan tidak disorientasi), M6 (menurut perintah) (Mirawati et al, 2012).

E. Asupan Zat Gizi

Hasil recall 24 jam diet rumah sakit

Tanggal : 1 Juni 2015 pagi-31 Mei 2015 sore-31 Mei 2015 siang

Diet RS : BBN Biasa

Implementasi Energi (kcal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)Asupan oral 1177,4 38,2 29,8 190,4Asupan parenteral

- - - -

Standar RS 2080 60 67 309,25Asupan (%) 56,6% 63,7% 44,5% 61,6%

Kesimpulan:

Asupan kebutuhan pasien tergolong defisit berat. Apabila digunakan untuk

pemenuhan kebutuhan energi per hari, asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat

sangat kurang.

Pembahasan:

Menurut Wahyuningsih (2013), persentase pemenuhan diatas kebutuhan yaitu

>120%, normal 90-110 %, defisit ringan 80%-89%, defisit sedang 70%-79%, dan defisit

berat <70%. Berdasarkan hasil recall 24 jam yang dilakukan pada saat pengambilan

kasus, asupan gizi pasien dibandingkan dengan standar RS yang diberikan

menunjukkan masih defisit berat karena pemenuhannya masih kurang 80% yaitu energi

7

Page 8: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

56,6%, protein 63,7%, lemak 44,5%, dan karbohidrat 61,6%. Penurunan asupan ini

berkaitan dengan rasa mual yang dialami pasien.

F. Terapi Medis

Jenis Obat/Tindakan Fungsi Interaksi dengan Zat Gizi

Solusi

Transfusi RL 20tpm Sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang. Berisi Na laktat, NaCl, CaCl2

- -

Inj. Kalnex 1 amp Untuk fibrinolysis lokal seperti epistaksis

Gangguan gastrointestinal, mual, muntah, anoreksia, pusing

-

Inj. Furosemid 1 amp Menghambat reabsorpsi Na dan Cl, sebagai diuretic, dan berfungsi untuk mengontrol tekanan darah

Makanan dapat menurunkan konsentrasi furosemid

Hindari dong quai, efedra, yohimbe, ginseng (memperparah hipotensi), bawang putih (dapat meningkatkan efek hipertensi), batasi penggunaan licorice.

Inj. Ondansentron Obat yang digunkanan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah akibat kemoterapi, radioterapi, dan pascaoperasi

Makanan sedikit meningkatkan jumlah absorpsi (17%) dan bioavailabilitas ondansetron

Inj. Perdipin Pengobatan darurat untuk hipertensi, mempercepat penurunan tekanan darah

Antagonis kalsium Tidak dikonsumsi bersama sumber kalsium

Candesartan Antagonis angiotensin II, mencegah penyempitan pembuluh darah, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aliran darah

Mual, muntah

Inj. Asam Traneksamat 500 mg

Obat untuk pendarahan, memblok ikatan plasminogen dan plasmin terhadap fibrin

Inj. Sarkobin 1000 Terapi defisiensi vitamin C

8

Page 9: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

2. DIAGNOSIS GIZI

1. NI-2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan kondisi epistaxis pada hipertensi

dibuktikan oleh tekanan darah pasien 190/150 mmHg dan hasil recall 24 jam energi

56,6%, protein 63,7%, lemak 44,5%, dan karbohidrat 61,6%

2. NI-5.4 Penurunan kebutuhan natrium berkaitan dengan sindroma metabolik hipertensi

dibuktikan oleh tekanan darah pasien 190/150 mmHg

3. NC-1.2 Kesulitan mengunyah berkaitan dengan edentulisme parsial dibuktikan oleh gigi

yang tidak lengkap.

9

Page 10: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

3. INTERVENSI GIZI

A. PLANNING

1. Tujuan Diet

a. Memenuhi kebutuhan gizi pasien

b. Memberikan makanan sesuai dengan daya terima saluran cerna pasien

c. Membantu menurunkan tekanan darah pasien sampai batas normal

2. Syarat dan Prinsip Diet

a. Energi cukup

b. Protein cukup, yaitu 0,8 g/kgBB

c. Lemak sedang, yaitu 25% dari total kebutuhan energi

d. Karbohidrat cukup

e. Natrium rendah 600-800 mg/hari

f. Kalium 1500-3000 mg/hari

g. Magnesium 200-500 mg/hari

h. Bentuk makanan lunak

3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

TB estimasi = 145,13 cm

BB ideal = TB – 100

= 145,13 – 100

= 45,13 kg

a. Energi

BMR = 655,1 + (9,653xBB) + (1,85xTB) – (4,68xU)

= 655,1 + (9,653x45,13) + (1,85x145,13) – (4,68x70)

= 1031,63 kkal

TEE = BMR x FS x FA

= 1031,63 x 1,2 X 1,2

= 1485,55 kkal

b. Protein

Protein = 0,8 g/kgBB

= 0,8 x 45,13

= 36,1 g

= 144,4 kkal

10

Page 11: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

c. Lemak

Lemak = 25% x TEE

= 25% x 1485,55 kkal

= 371,39 kkal

= 41,27 gr

d. Karbohidrat

Karbohidrat = 1485,55 – 144,4 – 371,39

= 969,76 kkal

= 242,44 g

4. Terapi Diet, Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian

a. Terapi Diet : Diet Rendah Garam II

b. Bentuk Makanan : Lunak

c. Cara Pemberian : Oral

5. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ targetAntropometri LLA Tidak dilakukan monitoring LLA

karena perubahan LLA tidak dapat terjadi hanya dalam beberapa hari

Biokimia - - -Fisik klinik Vital sign

(Tekanan darah) Keluhan

Setiap hari Normal Berkurang Kondisi

membaikAsupan zat gizi

Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat

Daya Terima

Setiap hari Minimal 80% kebutuhan terpenuhi

Meningkat

6. Rencana Konsultasi Gizi

Masalah Gizi Tujuan Konseling Gizi

Materi Konseling Keterangan

a. Asupan oral inadekuat

a. Pentingnya memenuhi kebutuhan gizi pasien dan mencegah penurunan berat badan

a. Pemberian makanan sesuai dengan daya terima pasien secara bertahap dan menambah porsi makan sesuai rekomendasi

b. Waktu : saat monitoring dan saat pasien akan pulang

c. Tempat : b. Penurunan a. Memberikan a. Pengetahuan tentang

11

Page 12: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

kebutuhan natrium

pengetahuan tentang hipertensi

b. Memberikan edukasi tentang pentingnya pengaturan diet pada hipertensi

c. Memberikan edukasi tentang DASH diet dengan komposisi rendah Na namun tinggi Mg dan K

prinsip diet pada hipertensi

b. Makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk pasien hipertensi

c. Bahan makanan sumber natrium

d. Pengetahuan cara memasak dengan mengurangi penggunaan garam

e. Pengetahuan tentang DASH Diet

f. Meningkatkan asupan sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan Mg dan K

bangsald. Sasaran :

pasien dan keluarga pasien

Alat : leaflet BMP dan Diet Rendah Garam

c. Kesulitan mengunyah

a. Memberikan edukasi tentang pemberian makanan sesuai dengan daya terima pasien

a. Pemilihan bahan makanan bertekstur lunak

Pembahasan:

Perhitungan kebutuhan pasien menggunakan rumus Harris Benedict dengan

memperhatikan tinggi badan, berat badan, dan usia pasien. Tinggi badan pasien

merupakan estimasi dari panjang ulna menggunakan rumus 3,5796 (UL) + 66,377

(Pureepatpong, 2012) sehingga dapat pula untuk menghitung berat badan ideal

pasien. Hal ini dilakukan karena tidak terdapat data tentang tinggi dan berat badan

pasien sert atidak dimungkinkan pula dilakukan penimbangan karena kondisi pasien

yang masih lemas. Faktor aktivitas pasien 1,2 karena dalam keadaan bed rest dan

faktor stress pasien diberikan 1,2 (Wahyuningsih, 2013). Didapatkan TEE sebesar

1485,55 kkal. Protein diberikan rendah yaitu 0,8 g/kgBB karena usia pasien yang

sudah lebih dari 60 tahun agar tidak memperberat kerja ginjal, didapatkan 36,1 g.

untuk lemak, diberikan cukup sebesar 25% karena pasien tidak mempunyai

penyakit gangguan metabolisme lemak, yaitu sebesar 41,27 g. Karbohidrat

merupakan hasil pengurangan total energi dengan kalori protein dan lemak,

didapatkan 245,45 g per hari. Natrium diberikan sesuai diet rendah garam II yaitu

600-800 mg/hari. Kalium diberikan 1500-3000 mg/hari dan Magnesium 200-500

12

Page 13: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

mg/hari. Kalium dan magnesium yang tinggi dapat membantu menurunkan tekanan

darah.

B. IMPLEMENTASI

1. Kajian Terapi Diet Rumah Sakit

a. Jenis Diet/Bentuk Makanan/Cara Pemberian : BBN biasa/Lunak/Oral

b. Kajian Terapi

Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr)Standar diet RS 2080 60 67 309,25Infus/parenteral (jika ada)

- - - -

Kebutuhan 1485,55 36,1 41,27 242,44% Standar/Kebutuhan

140,02% 166,2% 162,35% 127,56%

Pembahasan diet RS:

Berdasarkan tabel di atas, hasil kajian terapi diet yang diberikan oleh RS

dalam memenuhi kebutuhan gizi pasien sangat berlebih yaitu diatas 120%. Pada hari

masuk rumah sakit, pasien diberikan diet dengan bentuk makanan lunak yaitu bubur

nasi namun tidak rendah garam. Setelah diambil untuk menjadi kasus, direncanakan

untuk pemesanan bubur nasi Rendah Garam karena pasien masih mengalami

hipertensi. Pada saat recall 24 jam untuk mengkaji asupan pasien, daya terimanya

masih rendah yaitu di bawah 70% dari diet yang diberikan. Oleh karena itu, pada

rencana terapi diet, porsi yang diberukan rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan

pasien dengan modifikasi pengurangan porsi.

2. Rekomendasi Diet

STANDAR DIET RS(BBN kelas II)

REKOMENDASI DIET

Makan pagi- Nasi- Lauk hewani- Lauk nabati- Sayur- Minyak- Teh manis

Bubur nasi : 400 grLH : 50 grLN : 25 grSayur : 50 grMinyak : 15 gTeh manis: 200 ml

Bubur nasi : 400 grLH : 50 gLN : -Sayur : 50 grMinyak: 10 gTeh manis: 200 ml

Selingan Sari kacang hijau 200 ml -Makan siang

- Nasi- Lauk hewani- Lauk nabati- Sayur- Minyak

Bubur nasi : 400 grLH : 50 grLN : 25 grSayur : 50 grBuah: 100 gr

Bubur nasi : 400 grLH : 50 grLN : -Sayur : 50 grBuah: 45 gr

13

Page 14: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

Minyak: 15 g Minyak: 5 grSelingan Snack: 50 g Snack 50 grMakan malam

- Nasi- Lauk hewani- Lauk nabati- Sayur- Minyak- Teh manis

Bubur nasi : 400 grLH : 50 grLN : 25 grSayur : 50 grMinyak: 15 gTeh manis: 1 gelas 200 ml

Bubur nasi : 400 grLH : 50 grLN : -Sayur : 50 grMinyak: 10 gTeh manis: 1 gelas 200 ml

Nilai gizi dibanding kebutuhan

Energi : 2080 kkalProtein : 60 grLemak : 67 grKarbohidrat : 309,25 gr

Energi : 1491,3 kkal (100,4%)Protein : 40 gr (110,8%)Lemak : 39 gr (94,5%)Karbohidrat : 240,4 gr (99,16%) Na: 106.9 (17,8%)Mg: 145,2 (72,6%)K: 946,8 (63,12%)

3. Penerapan Diet berdasarkan Rekomendasi

Pemesanan diet :

Jenis diet : Diet Rendah Garam tak lauk nabati

Bentuk : Lunak

Cara Pemberian : Oral

Diet yang dipesan yaitu Diet Rendah Garam tak lauk nabati. Pemesanan diet

berubah dari diet BBN biasa menjadi BBN RG. Tujuan diet rendah garam adalah

membantu menghilangkan retensi garam dalam jaringan tubuh dan menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi (Almatsier, 2010). Diet rendah garam

diberikan karena pada saat pemeriksaan tekanan darah sebelum pengambilan

kasus, tekanan darah pasien masih tergolong Hipertensi stage II. Dalam standar

diet RS BBN RG, pemenuhan makanan pokok sekali makan yaitu bubur nasi

sebesar 400 g, lalu untuk lauk hewani 50 g dalam sekali makan, lauk hewani 25 g,

teh manis 2 kali dalam satu hari, buah satu kali sehari, dan snack kecil. Karena

standar diet BBN RG dari rumah sakit terlalu tinggi untuk memenuhi kebutuhan

pasien dan asupan pasien yang masih kurang, maka dilakukan modifikasi yaitu

pengurangan porsi lauk menjadi tak lauk nabati setiap kali makannya. Sayur

diberikan tiga kali sehari sebagai sumber vitamin dan mineral serta kalium untuk

membantu penurunan tekanan darah. Cairan tetap diberikan tanpa pembatasan

karena tidak ada retensi cairan pada pasien, teh manis 2 kali sehari, sari kacang

hijau untuk selingan pagi, dan cairan juga didapatkan dari infus RL 500 ml.

14

Page 15: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

4. Penerapan Konseling

Topik: Hipertensi dan diet garam rendah

Waktu: pada saat monitoring dan evaluasi untuk memonitor asupan pasien. Namun

pada saat telah disiapkan leaflet untuk konseling menyeluruh, pasien sudah pulang

pada sore hari sebelumnya.

Alat bantu: -

Masalah Gizi Tujuan Konseling Gizi

Materi Konseling Keterangan

a. Asupan oral inadekuat

a. Pentingnya memenuhi kebutuhan gizi pasien dan mencegah penurunan berat badan

a. Pemberian makanan sesuai dengan daya terima pasien secara bertahap dan menambah porsi makan sesuai rekomendasi

Konseling dilakukan saat monitoring di bangsal hari pertama secara oral namun tidak menggunakan alat bantu karena pada saat akan dilakukan konseling menyeluruh, pasien telah pulang.

b. Penurunan kebutuhan natrium

a. Memberikan pengetahuan tentang hipertensi

b. Memberikan edukasi tentang pentingnya pengaturan diet pada hipertensi

c. Memberikan edukasi tentang DASH diet dengan komposisi rendah Na namun tinggi Mg dan K

a. Pengetahuan tentang prinsip diet pada hipertensi

b. Makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk pasien hipertensi

c. Bahan makanan sumber natrium

d. Pengetahuan cara memasak dengan mengurangi penggunaan garam

e. Pengetahuan tentang DASH Diet

f. Meningkatkan asupan sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan Mg dan K

c. Kesulitan mengunyah

a. Memberikan edukasi tentang pemberian makanan sesuai dengan daya terima pasien

a. Pemilihan bahan makanan bertekstur lunak

15

Page 16: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

BAB 2.

DASAR TEORI

HIPERTENSI

A. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti

tekanan darah arteri pada angka 140 mmHg atau lebih untuk tekanan sistolik dan 90 mmHg

atau lebih untuk tekanan diastolik. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk stroke

iskemik dan perdarahan, infark miokard, gagal jantung, penyakit ginjal kronis, penurunan

kognitif dan kematian dini. Tekanan diastolik lebih sering meningkat pada orang yang lebih

muda dari usia 50 tahun. Dengan terjadinya penuaan, hipertensi sistolik menjadi masalah

yang lebih besar sebagai akibat dari kaku progresif dan hilangnya kepatuhan pada arteri

yang lebih besar. Setidaknya seperempat dari orang dewasa (dan lebih dari setengah dari

mereka yang lebih tua dari 60) memiliki tekanan darah tinggi (Rahmawati, 2014).

Berdasarkan etiologi hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer ini belum diketahui dengan pasti penyebabnya, dan kebanyakan

penderita hipertensi ini tidak menunjukkan keluhan atau gejala.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya, jika penyebab itu segera diketahui dapat

teratasi, tekanan darah dapat normal kembali. Biasanya hipertensi ini dapat disertai

dengan keluhan ataupun gejala-gejala dari penyakit yang menyebabkan hipertensi

tersebut seperti :

1) Kelainan ginjal : Glomerulonefritis Akut (GNA), Glomerulonefritis Kronik (GNC),

Pyelonefritis Kronik (PNC), penyempitan arteri renalis.

2) Kelainan hormonal : diabetes Militus, pil KB

3) lain-lain : Koortasia aorta, Pre Eklamsia, pengaruh obat-obatan.

4) Neurologi : Polineuritis, pielomielitis.

Klasifikasi lain menyebutkan adanya Hipertensi Maligna. Hipertensi maligna adalah

suatu keadaan gawat darurat, dimana tekanan diastolik diatas 120 mmHg, terjadi

perdarahan pada retina, pupil udema dengan keluarnya eksudat dan gagal ginjal akut.

Hipertensi maligna banyak terjadi pada umur 40 sampai 50 tahun, juga terjadi pada umur

yang lebih muda dari 30 tahun atau lebih tua dari 60 tahun. Epistaksis pada pasien

hipertensi maligna merupakan suatu kompensasi dari tubuh terhadap adanya tekanan darah

yang tinggi. Pecahnya pembuluh darah di hidung, dapat mengurangi tekanan aliran darah

ke otak sehingga penyakit stroke dapat dicegah.

16

Page 17: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

Gejala klinis yang utama pada hipertensi secara umum sakit kepala sampai ke

tengkuk bagian belakang tengkuk terasa pegal dan mudah marah. Gambaran lainnya

adalah susah tidur, sesak nafas, mudah lelah, mata berkunang-kunang, pandangan menjadi

kabur bahkan bisa terjadi mimisan. Faktor resiko timbulnya hipertensi antara lain usia,

keturunan, kebiasaan merokok, konsumsi garam berlebih, kolesterol, obesitas, stress, rokok,

aktivitas fisik dan kebiasaan olah raga. Penegakan diagnosis klinik utama pada pasien

sudah benar yaitu dari faktor resiko yang di miliki oleh pasien dari faktor usia, keturunan,

konsumsi garam berlebih dan berat badan berlebih sehingga mendukung diagnosis kearah

hipertensi.

Berikut adalah penggolongan hipertensi menurut JNC VII:

B. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Berdasarkan pedoman dari European Society of Hypertension (ESH) & European

Society of Cardiology (ESC)-2003 membagi hipertensi dalam 3 tingkatan sedangkan JNC-7

membagi dalam 2 stadium. Menurut ESH & ESC-2003 dan JNC-7 pengobatan farmakologik

dimulai pada hipertensi tingkat 1 atau TD 140-159/90-99 mmHg, sedangkan menurut British

Society of Hypertension (BSH-IV 2004) memulai pada tekanan darah ≥ 160/100 mmHg.

Pengobatan farmakologik dapat diberikan pada tekanan darah 140-159/90-99 mmHg bila

terdapat kerusakan organ target, penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, atau risiko

kardiovaskuler dalam 10 tahun mencapai ≥20%. Menurut JNC-7 diuretik tiazid (DT)

merupakan pilihan awal pengobatan hipertensi stadium 1 tanpa indikasi memaksa

(compelling indications). Penggunaan obat antihipertensi golongan angiotensin converting

enzyme inhibor inhibitors (ACE-i), angiotensin receptor II blockers (ARB), beta blokers (BB),

atau calcium channel blocker (CCB) dapat dipertimbangkan sebagai obat tunggal atau

kombinasi. Hipertensi stadium 2 membutuhkan kombinasi DT dengan obat antihipertensi

yang lain. Gagal jantung, pasca infark miokard, risiko tinggi penyakit jantung koroner,

diabetes melitus, penyakit ginjal kronik, dan kemungkinan stroke berulang merupakan

indikasi untuk memilih obat antihipertensi tertentu (Budiman, 2012)

17

Page 18: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

b. Non-farmakologi

Pedoman JNC 8 merekomendasikan perubahan gaya hidup sebagai komponen

penting dari terapi pengelolaan hipertensi. Intervensi gaya hidup termasuk penggunaan

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) rencana makan, penurunan berat badan,

pengurangan asupan natrium sampai kurang dari 2,4 gram per hari, dan setidaknya 30

menit aktivitas aerobik hampir setiap hari dalam seminggu (Michael R. Page, 2014).

Modifikasi gaya hidup terbukti dapat menurunkan tekanan darah meliputi pengurangan berat

badan pada orang-orang yang kelebihan berat badan atau obesitas, mengurangi tekanan

darah, meningkatkan khasiat obat antihipertensi, dan menurunkan risiko kardiovaskular

seperti stroke iskemik dan perdarahan, infark miokard, gagal jantung, penyakit ginjal kronis,

penurunan kognitif dan kematian dini (JNC 7, 2005).

Gambar. Penatalaksanaan Hipertensi menurut JNC VII

C. Asuhan Gizi

Terapi gizi pada pasien hipertensi adalah modifikasi makanan rendah garam. Diet ini

mengandung cukup zat gizi. Pemberian diet ini sesuai dengan kebutuhan individu baik dari

energi, protein, dan lemaknya. Menurut Almatsier (2010) dalam bukunya, terdapat tiga

macam diet garam rendah sesuai dengan banyaknya penggunaan garam:

1. Diet garam rendah I (200-400 mg Na)

Diberikan kepada pasien dengan edema, ascites, dan/atau hipertensi berat. Pada

pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur dan menghindari bahan

makanan yang mengandung tinggi kadar natriumnya.

18

Page 19: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

2. Diet garam rendah II (600-800 mg Na)

Diberikan kepada pasien dengan edema, ascites, dan/atau hipertensi sedang.

Pada pengolahan makanannya dapat ditambahkan garam dapur ½ sdt (2 g) dan

menghindari bahan makanan yang mengandung tinggi kadar natriumnya.

3. Diet garam rendah III (1000-1200 mg Na)

Diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau hipertensi ringan. Pada

pengolahan makanannya dapat ditambahkan garam dapur 1 sdt (4 g) dan

menghindari bahan makanan yang mengandung tinggi kadar natriumnya.

EPISTAKSIS

Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung

atau nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinisi (Munir, 2006). Epistaksis

bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir 90 % dapat

berhenti sendiri. Berdasarkan lokasinya, epistaksis dapat dibagi atas beberapa bagian,

yaitu:

1. Epistaksis anterior

Merupakan jenis epistaksis yang paling sering dijumpai terutama pada anak-anak

dan biasanya dapat berhenti sendiri. Perdarahan pada lokasi ini bersumber dari

pleksus Kiesselbach, yaitu anastomosis dari beberapa pembuluh darah di septum

bagian anterior tepat di ujung postero superior vestibulum nasi. Perdarahan juga

dapat berasal dari bagian depan konkha inferior. Mukosa pada daerah ini sangat

rapuh dan melekat erat pada tulang rawan dibawahnya. Daerah ini terbuka terhadap

efek pengeringan udara inspirasi dan trauma. Akibatnya terjadi ulkus, ruptur atau

kondisi patologik lainnya dan selanjutnya akan menimbulkan perdarahan.

2. Epistaksis posterior

Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid

posterior. Pendarahan biasanya hebat dan jarang berhenti dengan sendirinya. Sering

ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan

penyakit kardiovaskuler.

Epistaksis dapat terjadi akibat trauma ringan misalnya mengeluarkan ingus dengan

kuat, bersin, mengorek hidung atau akibat trauma yang hebat seperti kecelakaan lalulintas,

iritasi gas yang merangsang, benda asing dan trauma pada pembedahan. Infeksi hidung

dan sinus paranasal seperti rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik seperti lupus, sifilis dan

lepra dapat juga menimbulkan epistaksis. Epistaksis berat dapat terjadi pada tumor seperti

hemangioma, karsinoma dan angiofibroma. Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti

19

Page 20: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

yang dijumpai pada arterioskelerosis sering menyebabkan epistaksis hebat, sering kambuh

dan prognosisnya tidak baik. Gangguan endokrin pada wanita hamil dan menopause,

kelainan darah pada hemofilia dan leukemia serta infeksi sistemik pada demam berdarah,

tifoid dan morbili sering juga menyebabkan epistaksis.. Disamping itu epistaksis dapat terjadi

pada penyelam yang merupakan akibat perubahan tekanan atmosfer (Munir, 2006).

Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu menghentikan perdarahan,

mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis ada penanganan epistaksis,

yang terutama diperhatikan adalah perkiraan jumlah dan kecepatan perdarahan (Nuty,

1998). Pemeriksaan hematocrit, hemoglobin dan tekanan darah harus cepat dilakukan.

Pada pasien dalam keadaan syok, kondisi ini harus segera diatasi. Jika ada kecurigaan

defisiensi faktor koagulasi harus dilakukan pemeriksaan hitung trombosit, masa protrombin

dan masa tromboplastin (APTT), sedangkan prosedur diagnosis selanjutnya dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan. Bila terjadi kehilangan darah yang banyak dan cepat, harus

difikirkan pemberian transfusi sel-sel darah merah (packed red cell) disamping penggantian

cairan (Abelson, 1997).

20

Page 21: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

BAB 3.PEMBAHASAN

MONITORING, EVALUASI, DAN TINDAK LANJUT

TGL DIAGNOSIS

MONITORING & EVALUASI KESIMPULAN & TINDAK LANJUT

(ASESMEN, DIAGNOSIS, INTERVENSI

GIZI)

Antropometri Biokimia Fisik dan Klinis Asupan

02/06/2015 Hipertensi - - KU : sedang, compos mentis. Pasien mengatakan badan sudah enakan, agak lemasTD : 140/90 mmHgN : -R : -SB : 36C

Pemenuhan:E= 1353,5 kkal (88,7%)P= 35,4 g (88,5%)L=33,5 g (85,9%)KH=216,4 (90.02%)Na= 99,6 mg (93,17%)Mg= 132,7 (91,39%)K= 904,6 mg (95,54%)

A: tidak dilakukan pengukuran LLA kembaliB: -C: sedang, compos mentis. badan sudah enakan, agak lemasD: asupan pasien tergolong baikDiagnosis gizi : TetapIntervensi gizi:Tetap

Tidak dilakukan monitoring hari kedua karena pasien sudah diperbolehkan pulang pada tanggal 02/06/2015 sore

21

Page 22: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

Pembahasan:

A. Antropometri

Pada saat monitoring dan evaluasi pasien, tidak dilakukan pengukuran LLA

kembali karena perubahan nilai LLA tidak secara signifikan dalam waktu beberapa

hari. Pengukuran hanya dilakukan pada saat pengambilan data.

B. Biokimia

Tidak dilakukan pemeriksaan biokimia sejak pengambilan kasus.

C. Fisik klinis

Berdasarkan data hasil pemeriksaan fisik klinis pada saat dilakukan

asesmen, pasien dalam keadaan compos mentis, sedang, dan mimisan sudah

berhenti. namun untuk tekanan darah, pasien termasuk hipertensi stage II yaitu

190/100 mmHg. Pada saat monitoring hari-1, pasien dalam keadaan compos mentis

(sadar), sudah tidak mimisan lagi, sudah tidak mengeluhkan mual dan muntah, dan

pasien mengatakan badan sudah enak. Tekanan darah pasien sudah turun namun

masih termasuk hipertensi stage I yaitu 140/90 mmHg namun untuk data fisik klinis

lain seperti suhu badan normal. Tidak dilakukan pemeriksaan nadi dan respirasi.

D. Asupan

Berdasarkan recall 24 jam untuk melihat asupan, pasien mengalami

peningkatan nafsu makan yang baik. Hal ini dikarenakan sudah tidak adanya

keadaan mual yang sebelumnya dirasakan oleh pasien sebelumnya. Pada saat

monitoring, diketahui asupan E=88,7%, P= 88,5%, L=85.9%, dan KH=90.02%

tergolong baik. Sedangkan untuk pemenuhan Na, Mg, dan K sesuai dengan

rekomendasi, asupan pasien sudah bagus karena sudah memenuhi lebih dari 90%.

E. Diagnosis

Diagnosis gizi pasien masih tetap yaitu hipertensi.

F. Intervensi

Intervensi gizi pasien masih tetap yaitu diet rendah garam lunak berupa bubur

nasi dengan cara pemberian oral.

22

Page 23: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

BAB 4

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan pemeriksaan antropometri, status gizi pasien tergolong gizi kurang

dengan persentil LLA/U pasien adalah 75,25% tergolong gizi kurang. Pada saat

monitoring tidak dilakukan pengukuran kembali.

2. Berdasarkan pemeriksaan biokimia, kadar diff stab dan kreatinin pasien rendah.

3. Berdasarkan pemeriksaan fisik klinis pada awal kasus, kesan umum pasien compos

mentis sedang, namun masih sedikit lemas. Dari pemeriksaan vital sign, tekanan

darah pasien tergolong hipertensi stage II dan laju respirasi pasien sedikit di atas

normal. Untuk suhu badan dan dan denyut nadi pasien tergolong normal. Pada saat

monitoring, tekanan darah pasien sudah turun dan vital sign normal.

4. Berdasarkan hasil recall 24 jam pasien, asupan pasien saat dilakukan monitoring

sudah meningkat. Keseluruhan asupan baik energi, protein, lemak, dan karbohidrat

normal karena melebihi 80% tergolong baik.

5. Diagnosis yang diberikan pada pasien adalah:

Asupan oral inadekuat berkaitan dengan kondisi epistaxis pada hipertensi

dibuktikan oleh tekanan darah pasien 190/150 mmHg

Penurunan kebutuhan natrium berkaitan dengan sindroma metabolik hipertensi

dibuktikan oleh tekanan darah pasien 190/150 mmHg

Kesulitan mengunyah berkaitan dengan edentulisme parsial dibuktikan oleh gigi

yang tidak lengkap.

6. Diet yang diberikan kepada pasien adalah Diet Rendah Garam dengan bentuk Lunak

berupa bubur nasi.

7. Kondisi pasien pada akhir kasus membaik dengan tekanan darah sudah turun dan

asupan baik (meningkat).

B. Saran

1. Untuk pasien

- Mengerti dan memahami bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan dilarang

sesuai dengan penyakit

- Mengerti pentingnya pembatasan garam dalam sehari untuk mengontrol tekanan

darah

2. Untuk keluarga

- Memotivasi pasien untuk meningkatkan asupan dan menghabiskan makanannya

23

Page 24: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

- Memperhatikan pengaturan makanan sesuai daya terima pasien dan tahapan

konsistensi makanan

- Lebih memperhatikan penggunaan garam dalam mempersiapkan atau

memberikan makanan untuk pasien

24

Page 25: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

Daftar Pustaka

Abelson TI. 1997. Epistaxis. Dalam: Paparella MM, Shumrick DA, Glucman JL, Meyerhoff

WL. Otolaryngology. Vol. III. Ed. 3rd. Philadelphia: WB Saunders Company, 1997: 1831

– 41

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Brookside. 2014. White Blood Cell Differential Count. Diakses dari

http://www.brooksidepress.org/Products/OBGYN_101/MyDocuments4/Lab/

WhiteBloodCellDifferentialCount.htm pada 8 Juni 2015

Budiman, Bestari Jaka. 2012. Epistaksis dan Hipertensi : Adakah Hubungannya? Diakses

dari http://repository.unand.ac.id/17673/1/Referat%201%20-%20Epistaksis.pdf pada 8

Juni 2015

JNC VII. 2013. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure full report. Diakses dari

http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/jnc7full.pdf pada 7 Juni 2015

Mirawati, Diah Kurnia, et al. 2012. Pemeriksaan Neurologi. Diakses dari

http://fk.uns.ac.id/static/file/GABUNGAN_MANUAL_SEMESTER_3-2012-ED.pdf pada

7 Juni 2015

Munir, Delfitri, Yuritna Haryono, Andrina Y.M. Rambe. 2006. Epistaksis. Majalah Kedokteran

Nusantara Volume 39 No. 3

Nuty WN, Endang M. 1998. Perdarahan hidung dan gangguan penghidu, Epistaksis. Dalam:

Buku ajar ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi 3. Jakarta, Balai Penerbit FK

UI, 1998: 127 – 31

Pureepatpong, Natthamon, et al. 2012. Stature Estimation of Modern Thais from Long

Bones. Siriraj Med J 2012; 64 (Suppl 1):S22-S25

Rahmawati, Martia. 2014. Grade II Hypertension in Elderly. Diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=162372&val=5502&title=GRADE

%20II%20HYPERTENSION%20IN%20ELDERLY pada 7 Juni 2015

Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wulandari, Anggun Desi. 2012. Hubungan Dislipidemia dengan Kadar Urem dan Kreatinin

Darah pada Penderita Nefropatik Diabetik. KTI. Semarang: FK UNDIP

25

Page 26: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

Lampiran 1. Recall 24 jam

==================================================================Analysis of the food record

==================================================================Food Amount energy carbohydr. ___________________________________________________________________________

BREAKFASTbubur nasi 200 g 145.8 kcal 32.0 gdaging ayam 25 g 71.2 kcal 0.0 gtahu 25 g 19.0 kcal 0.5 ggula pasir 13 g 50.3 kcal 13.0 g

Meal analysis: energy 286.3 kcal (24 %), carbohydrate 45.5 g (24 %)

1. BREAKSari kacang hijau 200 g 133.4 kcal 27.4 g

Meal analysis: energy 133.4 kcal (11 %), carbohydrate 27.4 g (14 %)

LUNCHbubur nasi 200 g 145.8 kcal 32.0 gikan tongkol 25 g 27.7 kcal 0.0 gpisang kapok kuning 75 g 86.9 kcal 23.4 g

Meal analysis: energy 260.5 kcal (22 %), carbohydrate 55.4 g (29 %)

2. BREAKroti manis 50 g 142.4 kcal 28.4 g

Meal analysis: energy 142.4 kcal (12 %), carbohydrate 28.4 g (15 %)

DINNERbubur nasi 200 g 145.8 kcal 32.0 gtelur ayam 25 g 38.8 kcal 0.3 gtahu 50 g 38.0 kcal 0.9 gminyak kelapa 15 g 129.3 kcal 0.0 gbayam segar 5 g 1.9 kcal 0.4 gCarrot fresh 5 g 1.3 kcal 0.2 g

Meal analysis: energy 355.0 kcal (30 %), carbohydrate 33.8 g (18 %)

26

Page 27: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

==================================================================Result

==================================================================Nutrient analysed recommended percentagecontent value value/day fulfillment___________________________________________________________________________energy 1177.6 kcal 2080 kcal 56.6 % water 4.5 g - -protein 38.2 g(13%) 60 g(12 %) 63.7 % fat 29.8 g(22%) 67 g(< 30 %) 44.5 % carbohydr. 190.4 g(65%) 309.25 g(> 55 %) 61.6 % dietary fiber 5.3 g 30.0 g 18 % alcohol 0.0 g - -PUFA 4.8 g 10.0 g 48 % cholesterol 137.3 mg - -Vit. A 234.1 µg 800.0 µg 29 % carotene 0.4 mg - -Vit. E (eq.) 0.9 mg 12.0 mg 8 % Vit. B1 0.4 mg 1.2 mg 30 % Vit. B2 0.4 mg 1.5 mg 26 % Vit. B6 0.6 mg 1.6 mg 38 % tot. fol.acid 69.5 µg 300.0 µg 23 % Vit. C 10.3 mg 75.0 mg 14 % sodium 345.4 mg 2000.0 mg 17 % potassium 753.3 mg 3500.0 mg 22 % calcium 129.5 mg 1000.0 mg 13 % magnesium 172.3 mg 300.0 mg 57 % phosphorus 409.9 mg 1500.0 mg 27 % iron 6.4 mg 15.0 mg 43 % zinc 3.2 mg 12.0 mg 27 %

27

Page 28: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

Lampiran 2. Rekomendasi Menu==================================================================

Analysis of the food record==================================================================Food Amount energy carbohydr. ___________________________________________________________________________

BREAKFASTbubur nasi 400 g 291.6 kcal 64.0 gTomato red fresh 10 g 1.7 kcal 0.3 gkangkung 10 g 1.5 kcal 0.2 gtoge kacang hijau mentah 5 g 3.0 kcal 0.2 gdaging ayam 40 g 114.0 kcal 0.0 gminyak kelapa 10 g 86.2 kcal 0.0 ggula pasir 13 g 50.3 kcal 13.0 g

Meal analysis: energy 548.4 kcal (37 %), carbohydrate 77.7 g (32 %)

1. BREAKpisang raja 70 g 64.4 kcal 16.4 g

Meal analysis: energy 64.4 kcal (4 %), carbohydrate 16.4 g (7 %)

LUNCHbubur nasi 400 g 291.6 kcal 64.0 gbuncis mentah 5 g 1.7 kcal 0.4 gkentang 5 g 4.6 kcal 1.1 gCarrot fresh 10 g 2.6 kcal 0.5 gtelur puyuh 30 g 55.5 kcal 0.4 gminyak kelapa 5 g 43.1 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 399.2 kcal (27 %), carbohydrate 66.4 g (28 %)

DINNERbubur nasi 400 g 291.6 kcal 64.0 gbayam segar 10 g 3.7 kcal 0.7 gCarrot fresh 10 g 2.6 kcal 0.5 ggambas / oyong mentah 10 g 2.0 kcal 0.4 gjagung kuning pipil baru 5 g 5.4 kcal 1.3 gdaging sapi 30 g 80.7 kcal 0.0 ggula pasir 13 g 50.3 kcal 13.0 gminyak kelapa 5 g 43.1 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 479.4 kcal (32 %), carbohydrate 79.9 g (33 %)

28

Page 29: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

==================================================================Result

==================================================================Nutrient analysed recommended percentagecontent value value/day fulfillment______________________________________________________________________________energy 1491.3 kcal 1485.55 kcal 100.3 % water 27.3 g - -protein 40.0 g(11%) 36.1 g(12 %) 110.8 % fat 39.0 g(23%) 41.27 g(< 30 %) 94.5 % carbohydr. 240.4 g(66%) 242.44 g(> 55 %) 99.11 % dietary fiber 5.7 g 30.0 g 19 % alcohol 0.0 g - -PUFA 4.1 g 10.0 g 41 % cholesterol 319.3 mg - -Vit. A 595.6 µg 800.0 µg 74 % carotene 1.6 mg - -Vit. E (eq.) 0.9 mg 12.0 mg 7 % Vit. B1 0.3 mg 1.2 mg 27 % Vit. B2 0.5 mg 1.5 mg 34 % Vit. B6 1.2 mg 1.6 mg 73 % tot. fol.acid 87.8 µg 300.0 µg 29 % Vit. C 18.4 mg 75.0 mg 25 % sodium 106.9 mg 2000.0 mg 5 % potassium 946.8 mg 3500.0 mg 27 % calcium 99.2 mg 1000.0 mg 10 % magnesium 145.2 mg 300.0 mg 48 % phosphorus 501.2 mg 1500.0 mg 33 % iron 4.8 mg 15.0 mg 32 % zinc 5.2 mg 12.0 mg 44 %

29

Page 30: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

Lampiran 3. Monitoring Asupan 24 Jam

==================================================================Analysis of the food record

==================================================================Food Amount energy carbohydr. ___________________________________________________________________________

BREAKFASTbubur nasi 400 g 291.6 kcal 64.0 gTomato red fresh 10 g 1.7 kcal 0.3 gkangkung 10 g 1.5 kcal 0.2 gtoge kacang hijau mentah 5 g 3.0 kcal 0.2 gdaging ayam 30 g 85.5 kcal 0.0 gminyak kelapa 8 g 69.0 kcal 0.0 ggula pasir 13 g 50.3 kcal 13.0 g

Meal analysis: energy 502.6 kcal (38 %), carbohydrate 77.7 g (36 %)

1. BREAKpisang raja 70 g 64.4 kcal 16.4 g

Meal analysis: energy 64.4 kcal (5 %), carbohydrate 16.4 g (8 %)

LUNCHbubur nasi 300 g 218.7 kcal 48.0 gbuncis mentah 5 g 1.7 kcal 0.4 gkentang 5 g 4.6 kcal 1.1 gCarrot fresh 10 g 2.6 kcal 0.5 gtelur puyuh 30 g 55.5 kcal 0.4 gminyak kelapa 5 g 43.1 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 326.3 kcal (25 %), carbohydrate 50.4 g (23 %)

DINNERbubur nasi 350 g 255.1 kcal 56.0 gbayam segar 10 g 3.7 kcal 0.7 gCarrot fresh 10 g 2.6 kcal 0.5 ggambas / oyong mentah 10 g 2.0 kcal 0.4 gjagung kuning pipil baru 5 g 5.4 kcal 1.3 gdaging sapi 30 g 80.7 kcal 0.0 ggula pasir 13 g 50.3 kcal 13.0 gminyak kelapa 3.5 g 30.2 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 430.0 kcal (32 %), carbohydrate 71.9 g (33 %)

30

Page 31: Tata Laksana Diet Pada Pasien Hipertensi Maligna Dengan Epistaksis Posterior

==================================================================Result

==================================================================Nutrient analysed recommended percentagecontent value value/day fulfillment___________________________________________________________________________energy 1323.3 kcal 1491.3 kcal 88.7 % water 27.3 g - -protein 35.4 g(11%) 40 g(12 %) 88.5 % fat 33.5 g(22%) 39 g(< 30 %) 85.9 % carbohydr. 216.4 g(67%) 240.4 g(> 55 %) 90.02 % dietary fiber 5.4 g 30.0 g 18 % alcohol 0.0 g - -PUFA 3.4 g 10.0 g 34 % cholesterol 311.4 mg - -Vit. A 591.7 µg 800.0 µg 74 % carotene 1.6 mg - -Vit. E (eq.) 0.8 mg 12.0 mg 7 % Vit. B1 0.3 mg 1.2 mg 25 % Vit. B2 0.5 mg 1.5 mg 32 % Vit. B6 1.1 mg 1.6 mg 69 % tot. fol.acid 85.8 µg 300.0 µg 29 % Vit. C 18.4 mg 75.0 mg 25 % sodium 99.6 mg 2000.0 mg 5 % potassium 904.6 mg 3500.0 mg 26 % calcium 94.9 mg 1000.0 mg 9 % magnesium 132.7 mg 300.0 mg 44 % phosphorus 451.7 mg 1500.0 mg 30 % iron 4.5 mg 15.0 mg 30 % zinc 4.8 mg 12.0 mg 40 %

31