Tanaman uwi-uwian (Dioscorea spp.) merupakan tanaman sumber karbohidrat yang banyak
tumbuh di Indonesia, namun keberadaannya sekarang ini sudah mulai tersingkir oleh
banyaknya tanaman sumber karbohidrat yang berasal dari luar Indonesia. Penanaman uwi-
uwian masih cukup luas di pedesaan walaupun juga semakin terancam kelestariannya.
Menurut Lisyah (2012), terdapat lebih dari 600 spesies dari genus Dioscorea spp. antara
lain Dioscorea hispida (gadung),Dioscorea esculenta (gembili), Discorea
bulbifera (gembolo), Dioscorea alata (uwi ungu/purple yam),Dioscorea opposita (uwi
putih), Dioscorea villosa (uwi kuning), Dioscorea altassima, Dioscorea elephantipesdan lain-
lain dari masing masing varietas umbi uwi tersebut memiliki karakteristik yang beragam.
Selama ini Dioscorea spp. (uwi-uwian) hanya dimanfaatkan sebagai makanan rebus yang
dikonsumsi masyarakat pedesaan. Hanya beberapa jenis seperti gadung yang sudah diolah
lebih lanjut menjadi keripik. Uwi-uwian (Dioscorea spp.) secara alami bersifat toleran
terhadap kekeringan, hidup merambat dan menghasilkan umbi di dalam tanah. Walaupun
keadaan air tidak mendukung, uwi-uwian masih bisa tumbuh dengan baik. Keberadaan uwi-
uwian perlu diteliti lebih dalam lagi karena memiliki manfaat baik untuk tubuh.
Umbi Dioscorea spp. mengandung lendir kental yang terdiri dari glikoprotein dan
polisakarida larut air. Glikoprotein dan polisakarida merupakan bahan bioaktif yang
berfungsi sebagai serat pangan larut air dan bersifat hidrokoloid yang bermanfaat untuk
menurunkan kadar glukosa darah dan kadar total kolesterol, terutama kolesterol LDL (Low
Density Lipoprotein). Oleh karena itu, uwi-uwian memiliki potensi sebagai bahan pangan
untuk mencegah penyakit degeneratif seperti obesitas dan diabetes militus.
Menurut Deptan (2013), Jenis uwi-uwian yang masih terdapat di pasar lokal khususnya di
Pulau Jawa adalah gadung, gembili dan uwi. Gadung biasanya ditemukan dalam bentuk
yang sudah diolah menjadi keripik. Sedangkan uwi dan gembili biasanya terdapat di pasaran
dalam bentuk umbi segar. Hingga tahun 1980-an uwi-uwian masih menjadi cadangan
pangan penting pada musim paceklik (krisis pangan). Dengan membaiknya perekonomian
bangsa, menjadikan sebagian besar masyarakat beralih ke nasi sebagai makanan pokok,
dan penggunaan uwi-uwian menjadi hal yang langka, kecuali kripik gadung masih bisa
dijumpai di pasaran.
Upaya pengembangan produk pangan terutama yang bersumber dari tanaman jenis wi-
uwian sangat perlu untuk dilakukan. Salah satunya berupa tepung uwi-uwian yang dapat
dibuat menjadi beranekaragam produk pangan modern sehingga secara potensial
dapat dikembangkan dalam industri pangan skala rumag tangga dan menengah.
Pengembangan tepung uwi ini diharapkan mampu mengurangi impor tepung terigu yang
masih menjadi primadona dalam berbagai produk olahan yang menjamur di Indonesia.
Kekayaan alam Indonesia banyak yang belum tereksplorasi secara optimal. Berbagai bahan
pangan lokal yang ada masih belum termanfaatkan dengan baik. Sangat disayangkan jika
keberadaan akan manfaat pangan lokal belum banyak diketahui. Penelitian-penelitian yang
ada perlu mengarah ke arah pangan lokal sebagai pangan yang memiliki potensi yang luar
biasa.
Oleh: Arif Agustian, Mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, IPB
Sumber
[Deptan]. 2013. Uwi-uwian: Pangan Alternatif yang Belum Banyak Dieksploitasi. [Terhubung
Berkala].http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1373/. 17 Maret 2013.
Lisyah. 2012. Umbi Gadung. [Terhubung
Berkala]. http://lisyah-ub.blogspot.com/2012/02/umbi-gadung.html. 19 Maret 2013.
Ketahanan pangan adalah tersedianya pangan yang cukup, merata dan terjangkau dan setiap orang
mampu mengkonsumsi pangan, yang aman, dan bergizi sesuai pilihannya guna menjalani kehidupan
sehat dan produktif. Salah satu kebijakan ketahanan pangan adalah penganekaragaman konsumsi
pangan. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa ketahanan pangan yang hanya bergantung
pada satu jenis pangan rentan terhadap perubahan lingkungan global. Saat ini mulai sering terjadi
kekeringan dan musibah banjir sebagai dampak perubahan iklim global, dan berpengaruh terhadap
ketersediaan pangan yang terbatas dengan harga yang semakin mahal dan tidak terjangkau
penduduk berpenghasilan rendah. Pada kondisi demikian, perlu alternatif pangan murah, terjangkau
dan tersedia. Tanaman uwi-uwian (Dioscorea)merupakan tanaman sumber karbohidrat dan sudah
dikenal lama penduduk Indonesia, namun terdesak oleh komoditas pangan yang bernilai ekonomis.
Uwi-uwian (Dioscorea) secara alami bersifat toleran naungan dan kekeringan, hidup merambat dan
menghasilkan umbi di dalam tanah. Sebagai bahan pangan tradisional, uwi-uwian juga potensial
sebagai bahan pangan fungsional. Umbi Dioscorea mengandung lendir kental yang terdiri dari
glikoprotein dan polisakarida larut air. Glikoprotein dan polisakarida merupakan bahan bioaktif yang
berfungsi sebagai serat pangan larut air dan bersifat hidrokoloid yang bermanfaat untuk menurunkan
kadar glukosa darah dan kadar total kolesterol, terutama kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein).
Tanaman uwi-uwian tumbuh melilit pada tanaman keras, biasanya mulai tumbuh pada musim hujan
dan pada musim kemarau mulai dipanen, namun di lapang tidak selalu ada di setiap musim. Spesies
uwi-uwian terdiri dari Dioscorea bulbifera (huwi buah), Disocorea nummularia (huwi upas), Dioscorea
pentaphylla (huwi sawut/fibrous yam), Dioscorea pentaphyla, Dioscorea alata, Dioscorea
esculenta(gembili), Disoscorea hispida (gadung), dan beberapa sub spesies lainnya. Secara umum
yang membedakan satu dengan sub spesies lainnya adalah arah lilitan batang, bentuk batang, ada
tidaknya duri pada batang, bentuk dan jumlah helaian daun, ada tidaknya buah di atas atau biasa
disebut “katak” atau “aerial bulbil”.
Jenis uwi yang masih terdapat di pasar lokal, khususnya di Pulau Jawa adalah gadung, gembili dan uwi
dengan nama daerah yang terkadang sama namun jenisnya berbeda. Gadung biasanya dipasarkan
dalam bentuk keripik, sedangkan uwi dan gembili dipasarkan dalam bentuk umbi segar. Hingga tahun
1980-an uwi-uwian masih menjadi cadangan pangan penting pada musim paceklik (krisis pangan).
Dengan kemajuan ekonomi, sebagian besar masyarakat beralih ke nasi, dan uwi-uwian jarang
dikonsumsi, kecuali kripik gadung masih dijumpai di pasar. Tersingkirnya tanaman uwi-uwian akan
diikuti oleh musnahnya gen-gen berguna yang terkandung di dalamnya. Karenanya, upaya konservasi
tanaman uwi-uwian melalui kegiatan koleksi, diteruskan dengan karakterisasi dan penelitian lainnya
terutama pengembangan produk. Dari tepung uwi-uwian dapat dibuat aneka produk pangan “modern”
sehingga secara potensial dapat dikembangkan dalam industri pedesaan. Tanaman uwi-uwian dapat
ditanam di pekarangan guna menopang kebutuhan pengembangan produk di pedesaan.
Koleksi plasma nutfah uwi-uwian di Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
sebanyak 64 aksesi menunjukkan adanya keragaman bentuk daun, bentuk ujung daun, warna daun,
warna tulang daun, warna tangkai daun, warna tepi daun, bulu pada daun, dan permukaan daun. Dari
karakteristik batang, daun, dan umbi teridentifikasi bahwa koleksi terdiri dari Dioscorea esculenta,
Dioscorea alata, dan Disoscorea hispida. Selain itu, terdapat pula Dioscorea bulbifera, Dioscorea
pentaphylla, dan Dioscorea nummularia.Keragaman uwi-uwian tersebut terlihat pada arah lilitan
batang (searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam), batang ada yang berduri dan tidak
berduri, bentuk dan ukuran daun beragam, serta ada tidaknya buah di atas (aerial bulbil) (Gambar 1).
Gambar 1. Koleksi plasma nutfah aneka uwi-uwian (Dioscorea)
Ditulis oleh Trustinah dan Astanto Kasno, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian Kotak Pos 66 Malang. Telp. (0341) 801468, Fax: 0342-801496, e-
mail : [email protected]
Trustinah dan Astanto Kasno
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Kotak Pos 66 Malang. Telp. (0341) 801468, Fax: 0342-801496
e-mail :[email protected]
Uwi adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Uwi mengandung energi sebesar 101 kilokalori, protein 2 gram, karbohidrat 19,8 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 45 miligram, fosfor 280 miligram, dan zat besi 2 miligram. Selain itu di dalam Uwi juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,1 miligram dan vitamin C 9 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Uwi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 86 %.
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Uwi :
Nama Bahan Makanan : UwiNama Lain / Alternatif : Ubi Kelapa Banyaknya Uwi yang diteliti (Food Weight) = 100 gr Bagian Uwi yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 86 %Jumlah Kandungan Energi Uwi = 101 kkalJumlah Kandungan Protein Uwi = 2 grJumlah Kandungan Lemak Uwi = 0,2 grJumlah Kandungan Karbohidrat Uwi = 19,8 grJumlah Kandungan Kalsium Uwi = 45 mgJumlah Kandungan Fosfor Uwi = 280 mgJumlah Kandungan Zat Besi Uwi = 2 mgJumlah Kandungan Vitamin A Uwi = 0 IUJumlah Kandungan Vitamin B1 Uwi = 0,1 mgJumlah Kandungan Vitamin C Uwi = 9 mgKhasiat / Manfaat Uwi : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : U Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.
Keterangan :Riset/penelitian pada Uwi yang berbeda bisa menghasilkan perbedaan hasil yang didapat karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Mohon maaf apabila ada kesalahan atau kekurangan pada informasi daftar komposisi bahan makanan Uwi ini. Semoga informasi kandungan gizi/nutrisi Uwi ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Terima Kasih.
Tanaman uwi pada umumnya memiliki batang berbentuk persegi dan berwarna sesuai
dengan jenisnya. Batang tanaman uwi membelit pada tegakan pohon dan dapat juga
menjalar di permukaan tanah. Batang uwi tidak memiliki duri begitu juga dengan akarnya.
Daun uwi termasuk daun tunggal dengan bentuk jantung yang memanjang. Warna daun
juga sesuai dengan jenis uwinya. Bunga berbentuk tandan dan berwarna hijau. Tanaman
uwi berasal dari Asia tenggara kemudian menyebar ke India. Ada beberapa jenis uwi yang
banyak dijumpai di kebun atau pekarangan di Indonesia.
a. Uwi ulo: umbi berwarna putih dan berbentuk bulat panjang seperti ular. Panjang dapat
mencapai lebih dari satu meter. Umbi uwi ulo sering melingkar-lingkar dan muncul di
permukaan tanah.
b. Uwi wulung: uwi wulung adalah uwi yang hampir seluruh bagian tubuhnya berwarna
ungu.
c. Uwi beras: tanaman ini berwarna putih dan kulit umbinya berwarna coklat.
d. Uwi bangkulit: dikenal juga dengan nama uwi punuk banteng atau juga uwi sono. Umbi
uwi bangkulit berwarna merha keunguan dengan daging umbi berwarna putih.
e. Uwi jengking: umbi kecil dan menghujam ke dalam tanah sampai kedalaman 50 cm.
f. Uwi rondo sluku: memiliki umbi memanjang menghujam ke dalam tanah membentuk
sudut dengan sebagian umbinya yang masih mencuat ke atas permukaan tanah.
Tempat tumbuh
Tanaman uwi dapat tumbuh di berbagai jenis tanah bahkan di daerah pegunungan yang
kering dan berkapur. Tanaman uwi akan tumbuh besar jika ditambatkan pada pohon randu,
lamtoro, ataupun pohon yang lainnya yang tidak memiliki akar serabut. Semakin tinggi
rambatan atau panjatannya, umbi yang dihasilkan oleh uwi juga akan semakin besar. Hal
ini karena akan semakin banyak cahaya matahari yang dapat diterima oleh uwi untuk
melakukan proses fotosintesis.
Budidaya
Tanaman uwi diperbanyak dengan menggunakan tunas yang tumbuh pada kepala umbi.
Penanaman dilakukan pada musim hujan dengan menanam langsung tunas pada lubang
yang telah disediakan. Lubang tersebut kemudian ditutup dengan tanah yang sudah
dicampur dengan seresah. Pupuk yang digunakan hanya pupuk kompos karena pupuk
kandang dapat menyebabkan umbi uwi menjadi busuk.
Pemanenan dilakukan ketika tanaman sudah berumur minimal satu tahun. Akan tetapi,
pemanenan yang dilakukan setiap tiga tahun sekali dapat membuat umbi uwi dapat
mencapai berat hingga 50 kg. pada musim kemarau, tanaman akan mengalami dormansi
dan akan tumbuh kembali ketika musim hujan datang atau pada saat kelembaban tanah
mencukupi.
Pemanfaatan
Bagian yang dimanfaatkan dari uwi adalah umbinya. Pengolahan umbi uwi sangat
sederhana yaitu cukup dikukus , diebus, digoreng, ataupun dibakar. Hingga saat ini, masih
jarang tepung yang terbuat dari uwi. Sebagian masyarakat juga menggunakan uwi wulung
sebagai obat thypus. Uwi dapat diekstrak diosgnin, suatu senyawa sejenis saponin yang
menjadi prekusor dalam sintesa hormone steroid sebagai bahan baku kontrasepsi oral.
Sampai saat ini, pemasaran oleh masyarakat masih terbatas dalam bentuk umbi segar,
rebus atau dalam bentuk getuk.
Sumber:
Simpul Pangan Jogja. 2004. Umbi-umbian yang Berjasa yang Terlupa. SImpul Pangan
Jogja-Yayasan Kehati, Yogyakarta.
GN. Kidul
GEOGRAFIKabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa YogyAkarta. Kota Wonosari terletak di
sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa.
Letak geografi : 110O 21' sampai 110O 50' BUJUR TIMUR 7O 46' sampai 8O 09' LINTANG SELATANBatas Wilayah Kabupaten Gunungkidul:Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY). Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa Tengah). Sebelah Timur :Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah). Sebelah Selatan : Samudera Hindia TOPOGRAFIBerdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 (tiga) zona pengembangan, yaitu :
1. Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m - 700 m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit, terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m-12m dari permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan bataun induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Kecamatan Ponjong bagian utara.
2. Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150 m - 200 mdpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi dimusim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60 m - 120 m dibawah permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian utara.
3. Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atauZuider gebergton), dengan ketinggian 0 m - 300 mdpl. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan.
KLIMATOLOGIWilayah Kabupaten Gunungkidul termasuk daerah beriklim tropis, dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan didominasi oleh kawasan perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan juga sungai bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur
yang berakibat budidaya pertanian di kawasan ini kurang optimal.Kondisi klimatologi Kabupaten Gunungkidul secara umum menunjukkan kondisi sebagai berikut:
1. Curah hujan rata-rata pada Tahun 2010 sebesar 1.954,43 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 103 hari/ tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Wilayah Kabupaten Gunungkidul sebelah utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling
tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan. Wilayah Gunungkidul wilayah selatan mempunyai awal hujan paling akhir.
2. Suhu udara rata-rata harian 27,7° C, suhu minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4°C. 3. Kelembaban nisbi berkisar antara 80 % - 85 %, tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat,
tetapi lebih dipengaruhi oleh musim.
PEMERINTAHAN
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibu Kota Wonosari yang terletak 39 km sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu daerah kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 jo Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Gunungkidul dipimpin oleh KRT Labaningrat.Organisasi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terdiri dari Kepala Daerah beserta perangkat daerah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, RSUD, dan kecamatan. Perangkat daerah dimaksud bertanggungjawab kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 19 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Struktur Organisasi Sekretariat Daerah, yaitu : 1. Sekretaris Daerah2. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, yang membawahi : Bagian Administrasi Pemerintahan Umum, Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat, dan Bagian Administrasi Pemerintahan Desa.3. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, yang membawahi : Bagian Administrasi Sumber Daya Alam, dan Bagian Administrasi Pembangunan.4. Asisten Administrasi Umum, yang membawahi : Bagian Umum, Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol. Bagian Hukum, dan Bagian Organisasi.5. Staf Ahli, yang terdiri dari : Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik, Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Staf Ahli Bidang Pembangunan, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, dan Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan.6. Kelompok Jabatan FungsionalSedangkan Sekretariat DPRD dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 19 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD, dengan struktur organisasi sebagai berikut : Sekretaris DPRD, bagian tata usaha, bagian perencanaan dan keuangan,
bagian risalah dan perundang-undangan, bagian persidangan dan protokol dan kelompok jabatan fungsional. Lembaga teknis daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Lembaga Teknis Daerah, adalah sebagai berikut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Inspektorat Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Kantor Pengelolaan Pasar, Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah, Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu, dan Satuan Polisi Pamong Praja. Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban melindungi warga masyarakat dari bencana dalam bentuk penanggulangan bencana sehingga Pemkab Gunungkidul membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). BPBD dipimpin oleh seorang kepala badan yang secara ex officio dijabat oleh Sekretaris Daerah dan berkedudukan dan bertanggungjawab kepada Bupati.Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan, 144 desa, 1416 dusun, 1583 RW, dan 6844 RT. Kecamatan yang ada di Gunungkidul antara lain : Kecamatan Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, Karangmojo, Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin. Dari 144 desa, 141 desa masuk klasifikasi swadaya dan 3 desa termasuk desa swasembada.Sedangkan jumlah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) adalah 144, dengan 95 LPMD klasifikasi tumbuh dan 49 LPMD termasuk klasifikasi berkembang.
POTENSIKabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata. Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan. Sumberdaya alam tambang yang termasuk golongan C berupa : batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir kuarsa. Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang cukup luas terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, membentang sepanjang sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari sampai Kecamatan Girisubo. Potensi hasil laut dan wisata sangat besar dan terbuka untuk dikembangkan.Potensi lainnya adalah industri kerajinan, makanan, pengolahan hasil pertanian yang semuanya sangat potensial untuk dikembangkan.
KESEHATAN DAN PENDIDIKAN
Status gizi serta perilaku kesehatan masyarakat Kabupaten Gunungkidul sampai pada tahun 2011 mengalami pasang surut, berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, saat ini terdapat rata-rata penduduk sakit per tahun sebanyak 5.856 orang, sedangkan Prevalensi
Balita Gizi Buruk sebanyak 0,73%. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah senantiasa meningkatkan dan melakukan penambahan-penambahan fasilitas kesehatan dengan cakupan yang semakin luas, dekat dengan masyarakat dan dibutuhkan masyarakat. Peningkatan fasilitas tersebut berupa penambahan polindes sebanyak 31 unit, puskesmas keliling sebanyak 42 unit, puskesmas pembantu sebanyak 110 unit, Rumah Sakit Umum tipe C sebanyak 1 unit, dan Laboratorium sebanyak 1 unit.Sampai saat ini masyarakat masih mengandalkan sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah melalui tempat pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas atau fasilitas kesehatan milik pemerintah. Kebijakan Pemerintah di bidang kesehatan dilaksanakan melalui peningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan, dengan tujuan sebagai berikut:1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang murah dan memadai, terutama bagi masyarakat miskin, untuk meningkatkan produktivitas masyarakat.2. Meningkatkan jumlah, jaringan, dan kualitas pusat kesehatan masyarakat.3. Mengembangkan pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana, prasarana, dan tenaga kesehatan.4. Mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat dan sanitasi yang layak.
Jumlah siswa di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2011Jenjang 201
0201
1Satuan
TK 13.579
13.663
orang
SLB 302 460 orang
SD dan sederajat 56.163
54.483
orang
SLTP dan sederajat 26.999
25.316
orang
SMU 6.022
5.786
orang
SMK 16.882
15.866
orang
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab.GKSelain Bidang Kesehatan, Peningkatan terhadap mutu Pendidikan di Kabupaten Gunungkidul dari tahun ke tahun terus ditingkatkan sesuai dengan amanat dokumen RPJMD tahun 2010-2015 tentang kebijakan dalam peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dengan prioritas program untuk peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan pendidikan, dengan arah kebijakan sebagai berikut : mewujudkan pelayanan pendidikan yang murah dan bermutu untuk semua, tanpa diskriminasi, terutama masyarakat miskin, menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta efisiensi, efektivitas, dan relevansi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, maupun global.
Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011-2012Jenjang 20
112012
satuan
Taman bermain 349 349 unitTK 634 634 unitSLB 8 8 unitSD dan sederajat 485 486 unitSLTP dan sederajat 107 107 unitSMU 24 24 unitSMK 44 44 unit
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab.GK
Jumlah Tenaga Pendidik Tahun 2010-2011Jenjang 20
102011
Satuan
TK 1.613
1.613
orang
SD dan sederajat 4.724
5.128
orang
SLB 26 116orang
SLTP dan sederajat 2.348
2.452
orang
SMU 825
855orang
SMK 1.576
1660
orang
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab.GKSOSIAL BUDAYABentuk wilayah atau fisografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola kehidupan sosial budaya pada masyarakat. Unsur sosial budaya merupakan salah satu instrumen penting dalam pembangunan, hal ini terkait perencanaan, sasaran, dan capaian target kinerja pembangunan. Karakteristik sosial budaya masyarakat Gunungkidul adalah masyarakat tradisional yang masih memegang teguh budaya luhur warisan nenek moyang. Sehingga dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah berupaya untuk mengadopsi karakteristik sosial budaya agar dapat berimprovisasi dengan kultur masyarakat yang ada.Masyarakat Kabupaten Gunungkidul secara umum menggunakan bahasa lokal (bahasa jawa) dalam berkomunikasi, sementara bahasa nasional (bahasa Indonesia) secara resmi dipakai dalam lingkungan formal (kantor, pendidikan, fasilitas umum, dan lain-lain). Organisasi kesenian sebagai budaya yang terus dipupuk dan dilestarikan oleh masyarakat berjumlah 1.878 organisasi, dengan tokoh pemangku adat berjumlah 144 orang. Sementara itu desa budaya yang dikembangkan oleh pemerintah untuk menunjang kesejahteraan masyarakat sebanyak 10 desa budaya, cagar budaya yang dimiliki sebanyak 5 buah serta benda cagar budaya sejumlah 692 buah yang tersebar di wilayah Kabupaten Gunungkidul.
SARANA DAN PRASARANAPergerakan barang dan jasa di Kabupaten Gunungkidul dipengaruhi oleh fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia, salah satunya adalah sarana jalan. Fasilitas tersebut di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2010 berpengaruh dalam menunjang aksesbilitas yang dibutuhkan masyarakat. Panjang jalan nasional sepanjang 61,42 Km, jalan provinsi sepanjang 260,33 Km, dan jalan kabupaten sepanjang 686 Km.
Kondisi Jalan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011-2012
Jalan
2011 2012
Baik
Sedang
Kurang
Baik
Sedang
Kurang
Nasional
56,11
56,11
Propinsi
166,57
67,13
33,86
166,57
67,13
33,86
Kabupaten
418,48
48,5 219,02
431,81
48,12
206,07
Sumber : Dinas Pekerjaan UmumSelain sarana dan prasarana jalan, kebutuhan mendasar yang tidak kalah penting adalah penyediaan sarana dan prasarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana air bersih hambatan utama adalah kondisi geografi Gunungkidul yang berbukit-bukit sehingga membutuhkan investasi yang cukup besar, akan tetapi Pemerintah tetap berupaya mencukupi kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya antara lain dengan memanfaatkan sumber air bawah tanah yang tersedia melimpah di Kabupaten Gunungkidul. Optimalisasi terhadap sumber air bawah tanah ini dijadikan solusi dan terus ditingkatkan pemanfaatannya untuk menghadapi permasalahan kekeringan yang datang pada musim kemarau.
Kapasitas produksi air di Kabupaten Gunungkidul (liter perdetik)
PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH
Secara makro ekonomi Kabupaten Gunungkidul perekonomiannya di dominasi sektor pertanian dalam arti luas yang berkontribusi besar terhadap pembentukan PDRB (33,84%). Prioritas utama sektor perekonomian adalah memacu pertumbuhan ekonomi berbasis usaha kecil, menengah dan industri lokal. Sektor ini diharapkan bisa menjadi motor pengerak bagi sektor lainnya akan tetapi ternyata peranannya belum optimal, terbukti kontribusi PDRB Kabupaten Gunungkidul masih didominasi dari sektor pertanian. PDRB Kabupaten Gunungkidul atas dasar berlaku pada tahun 2011 sebesar Rp. 7.250.682, kontribusi PDRB ini sebagian besar diperoleh dari sektor pertanian 33,84%, sektor jasa-jasa 17,30%, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran 14,60%. Upaya pengembangan sektor perdagangan dan jasa di Kabupaten Gunungkidul terus ditingkatkan.
Selain itu, untuk dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi, sektor lain yang diharapkan propektif dapat memberikan kontribusi besar adalah sektor keuangan,sewa dan jasa perusahaan. Perkembangan sektor ini tercermin dalam meningkatnya jumlah koperasi aktif 204 unit dan pasar tradisional sebanyak 39 buah. Kondisi keuangan daerah saat ini semakin membaik, yang tercermin pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2011 sebesar Rp. 54.462.418.772,18 yang mengalami kenaikan sebesar Rp. 11.920.387.383,57 (21,89 %) dibandingkan tahun yang lalu, sementara itu rasio PAD terhadap APBD sebesar 5,77%. Penerimaan APBD pada tahun 2012 sebesar Rp. 879.921.168.345,86, sedangkan pengeluaran rutin/belanja tidak langsung Rp. 7.746.752.304.399,84 dan pengeluaran pembangunan/belanja langsung sebesar Rp. 2328.575.807.431,5. Jumlah Dana Alokasi Khusus (pagu) Rp. 59.168.700.000,00 dengan realisasi sampai bulan Desember 2012 sebesar Rp. 59.156.800.000 atau 99,98%.
DEMOGRAFI DAN KETENAGAKERJAAN
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di DIY dengan jumlah penduduk cukup besar. Berdasarkan hasil estimasi Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten
Gunungkidul tahun 2012 berjumlah 680.406 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 328.878 jiwa dan perempuan sebanyak 351.528 jiwa.
Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin tahun 2012 berdasarkan Gunungkidul dalam Angka Tahun 2013:No Kecamata
nLaki-laki
Perempuan
Jumlah
1. Panggang 12.791
3.898
16.689
2. Purwosari 9.392
10.226
19.618
3. Paliyan 14.028
15.188
29.216
4. Saptosari 16.594
17.833
34.427
5. Tepus 15.281
16.754
32.035
6. Tanjungsari
12.420
13.395
25.815
7. Rongkop 13.027
13.997
27.024
8. Girisubo 10.586
11.704
22.290
9. Semanu 25.042
26.930
51.972
10.
Ponjong 24.196
25.834
50.030
11.
Karangmojo
23.613
25.376
48.989
12.
Wonosari 39.089
40.861
79.950
13.
Playen 26.609
28.475
55.084
14.
Patuk 15.050
15.805
30.855
15.
Gedangsari
17.354
18.072
35.426
16.
Nglipar 14.497
16.374
30.871
17.
Ngawen 15.453
16.398
31.751
18.
Semin 23.838
25.412
49.250
Jumlah 328.878
351.528
680.406
Keadaan Wilayah dan Batas-batas Gunungkidul
Kabupaten Gunungkidul yang secara Geografis memiliki ketinggian yang bervariasi dan terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta ini, memiliki kondisi alam yang cukup menarik, kondisi Alamnya masih banyak yang belum dimanfaatkan secara maksimal, dengan letak yang cukup strategis ini Kabupaten Gunungkidul memilik banyak pemandangan Alam yang cukup menarik yang dapat dijadikan sebagai tempat objek wisata, jadi bisa dibilang Kabupaten Gunungkidul memiliki banyak kekayaan Alam yang cukup melimpah ruah.
Kondisi Alam pada Kabupaten Gunungkidul ini masih banyak didominasi oleh hutan yang kurang dapat dimanfaatkan, sebagian besar tanah pertanian daerah ini adalah gersang karena tanahnya merupakan tanah batu kapur, disamping kelemahan - kelemahan itu kabupaten Gunungkidul juga kaya dengan keindahan pantai laut yang terletak dibagian
selatan kabupaten ini diantaranya adalah terletak di Kecamatan Tanjung sari, Girisubo, Tepus.
Dengan banyaknya batuan kapur yang terhampar pada Kabupaten ini, banyak dimanfaatkan masarakat setempat dalam mengembangkan kerajinan batu ukir seperti Ornamen, Hiasan dinding, patung dan lain-lain. dalam kondisi alam yang berbatu ini banyak menaruh kemungkina ditemukanya banyak Goa-Goa yang menarik, hal ini bisa juga dimanfaatan oleh Kabupaten ini sebagai tempat penghasilan Devisa bagi Daerahnya, Goa-Goa tersebut antara lain adalah Goa Paesan dan Goa Maria Tritis.
Kabupaten Gunungkidul Secara Geografis Terletak Diantara :
• 7 0 .46' - 8 0 .09' Lintas Selatan dan
• 110 0 . 21' - 110 0 .50' Bujur Timur.
Kabupaten Gunungkidul Dibatasi Oleh Beberapa Kabupaten Diantaranya :
• Sebelah Utara :Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo ( Propinsi Jawa Tengah ).
• Sebelah Timur :Kabupaten Wonogiri ( Jawa Tengah ).
• Sebelah Selatan :Samudra Indonesia .
• Sebelah Barat :Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman ( Propinsi DIY ).
Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah 1.485,36 km 2 atau 46,63% dari keseluruhan luas wilayah DI Yogyakarta. Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 Desa.
Secara topografi keadaan tanahnya, Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 bagian wilayah :
• Zona Utara (Zona Batu Agung)
Memiliki ketinggian 200-700 m di atas permukaan air laut. Potensi objek wisata wilayah ini terdiri dari wisata alam perbukitan dan wisata geologi, meliputi Kecamatan Patuk, Nglipar, Ngawen, Semin, Gedangsari bagian utara, dan Pojong bagian utara.
• Zona Tengah (Zona Ledok Wonosari)
Memiliki ketinggian 150-200 m di atas permukaan laut. Potensi onjek wisata wilayah ini terdiri dari wisata alam perbukitan. Wisata geologi dan ekowisata hutan, meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Semanu bagian utara dan Ponjong bagian tengah.
• Zona Selatan (Zona Pegunungan Seribu)
Memiliki ketinggian 100-300 m di atas permukaan laut. Potensi objek wisata wilayah ini terdiri dari wisata pantai, wisata bahari, wisata geologi, dan ekowisata kars, meliputi Kecamatan Tepus, Tanjungsari, Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Girisubo, Rongkop, Semanu bagian selatan, dan Ponjong bagian selatan.
Top Related