Download - Ta’riful Rasul (Pengertian Ar-Rasul) · (QS. Ar-Rum, 1-4) Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar-Rum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu

Transcript

Page 1 of 18

Ta’riful Rasul (Pengertian Ar-Rasul)

Dari segi bahasa, rasul berasal dari kata „rasala‟ yang berarti mengutus. Sedangkan kata

„rasul‟, adalah bentuk infinitif (baca: masdar) dari kata „rasala‟ yang berarti utusan, atau

seseorang yang diutus. Adapun dari segi istilah kata „rasul‟ artinya adalah:

اض ى الىت بل

طال سطل من هللا بالس

ي ال

فصط

جل ال الس

“Seorang laki-laki yang dipilih dan diutus oleh Allah dengan membawa risalah kepada umat

manusia.”

Ada dua kata kunci untuk memahami definisi „ar-rasul‟, yaitu:

Pertama, hamilur risalah (membawa dan menyampaikan risalah). Mengenai hal ini Allah

Ta‟ala berfirman,

صى هغ ما ؤ

طىى بل ها الس ي

اؤ

ال

اض بن الل عصمو من الى

خه والل

ذ زطال

غما بل

فعل ف

م ج

و وبن ل و من زب بل

افسن هىم ال

ق يهدي ال

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak

kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.

Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5: 67)

Kedua, qudwatu fi tathbiqir risalah (menjadi qudwah [contoh] bagi umat manusia dalam

melaksanakan ajaran yang dibawanya). Allah Ta‟ala berfirman,

ل

س الل

لىم آلاخس وذ وال

سجى الل ان

ن م

ل حظىت

طىة

ؤ

م في زطىى الل

نان ل

د م

قال ا ثح

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)

bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak

menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab, 33: 21)

*****

Namun ingat, tidak semua orang yang membawa risalah (baca: ajaran) dan menjadi qudwah

(contoh) dapat disebut atau diakui sebagai Rasul. Karena Rasul-rasul yang diutus oleh Allah

Ta‟ala memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, memiliki as-sifatul asasiyyah (sifat-sifat asasiyah). Yakni sifat-sifat dasar yang

layak baginya. Misalnya sifat sidiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan)

dan fathanah (cerdas). Sifat ini layak dimiliki oleh setiap rasul yang mengemban atau

membawa risalah dari Allah Ta‟ala.

Kedua, memiliki al-mu‟jizat (mukjizat). Yakni perkara-perkara luar biasa yang dapat

dilakukannya dengan izin Allah Ta‟ala untuk melemahkan mereka-mereka yang

menentangnya. Salah satu contohnya adalah mu‟jizat Rasulullah shallallahu „alaihi wa salam

ketika membelah bulan dengan izin Allah Ta‟ala.

Allah Ta‟ala berfirman,

Page 2 of 18

ىا سحس مظخمس قىل عسطىا و

ات سوا آ مس * وبن

قق ال

ش

واو

اعت بذ الظ

ت *اق

“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang

musyrikin) melihat sesuatu tanda (mu`jizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah)

sihir yang terus menerus”. (QS. Al-Qomar, 54: 1 – 2)

Berita terbelahnya bulan ini kita ketahui pula dari hadits yang diriwayatkan Ibnu Mas‟ud,

beliau berkata,

ق ش

او

ى عهد زطىى الل

مس عل

ق –ملسو هيلع هللا ىلص –ال

اى زطىى الل

قه ف

دوه

اتجبل وفسق

ىق ال

ف

اتخحن ، فسق

–ملسو هيلع هللا ىلص –فسق

هدوا» اش »

“Bulan terbelah menjadi dua bagian pada zaman Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam.

Satu belahan terdapat di atas gunung dan belahan lainnya berada di bawah gunung. Lalu

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, ‟Saksikanlah‟.” (HR. Bukhari)

Juga dari sahabat Anas, beliau berkata,

بى الىتهل من

ى ؤ

ىله -ملسو هيلع هللا ىلص- طإ

ى ق

مس( بل

قق ال

ش

واو

اعت بذ الظ

تذ )اق

زلجحن ف

ج مس

تمس بمن

قق ال

ش

او ف

ات آ

()سحس مظخمس

“Penduduk Makkah meminta kepada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam suatu bukti.

Akhirnya bulan terbelah di Makkah menjadi dua bagian, lalu turunlah ayat: „Telah dekat

datangnya hari kiamat dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin)

melihat suatu tanda (mu‟jizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus

menerus”.(QS. Al Qamar: 1-2)” (HR. Tirmidzi no. 3286).1

Ketiga, adanya al-bisyarat (berita gembira kedatangannya). Kabar gembira kedatangan

seorang rasul adakalanya telah diberitakan oleh rasul-rasul sebelumnya. Allah Ta‟ala

berfirman,

ى اى عس ق

ىزاة وم وبذ دي من الخ ا بحن

ا ل

اق م مصد

ن بل

ي زطىى الل

ابني بطسائل بو م ا ابن مس سا

بش

ا سحس مبحن ىا هر

الىاث ق

با جاءهم بال م

لحمد ف

حي من بعدي اطمه ؤ

إ بسطىى

“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: „Hai Bani Israil, sesungguhnya aku

adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat

dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang

sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)‟ Maka tatkala rasul itu datang kepada

mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: „Ini adalah sihir yang

nyata‟”. (QS. As-Shaf, 61 : 6)

1 Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At

Tirmidzi mengomentari bahwa hadits ini shahih. Riwayat ini juga dibawakan oleh Jalaluddin As Suyuthi dalam Asbabun Nuzul, hal. 184, Darul Ibnu Haitsam.

Page 3 of 18

Keempat, adanya an-nubuwwat (berita-berita kenabian) yang disampaikannya. Setiap rasul

senantiasa membawa berita dari Tuhannya melalui wahyu berisi ajaran, perintah dan

larangan, atau peristiwa-peristiwa masa lalu dan masa yang akan datang,

وح حن من بعده وؤ

ب ىح والىى ه

ىا بل وح

ما ؤ

و ل ىا بل وح

ا ؤ عقىب به ى ببساهم وبطماعل وبسحاق و

ىا بل

ا ىا داود شبىزا مان وآج ع وهازون وطل

ىو ىب و ى وؤ طباط وعس

ولا

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah

memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah

memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma‟il, Ishak, Ya‟qub dan anak cucunya, „Isa,

Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. An-Nisa,

4: 163)

Diantara contoh peristiwa masa datang yang diberitakan Rasulullah shalallahu „alaihi wa

sallam melalui wahyu-Nya adalah berita penaklukan Makkah,

آمىحن محل

اء الل

حسام بن ش

سجد ال

ن ال

لخدخ

حق ل

ا بال

ئ ه الس

زطىل

د صدق الل

قم قحن ل

زءوطن

ا سباا ق خحا

لو ف

جعل من دون ذ

مىا ف

عل

م ح

علم ما ل

ىن ف

اف

خ

ج

سن ال ص

ومق

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya

dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram,

insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya,

sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan

Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.” (QS. Al-Fath, 48: 27), juga berita

kemenangan Bizantium atas Persia,

وم الم لبذ السلبىن غ

غ بهم ط

لى لازض وهم من بعد غ

دو

بل ومن بعد في ؤ

لامس من ق

في بظع طىحن لل

مىىن ا فسح ال ىمئر و

“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka

sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan

sebelum dan sesudah (mereka menang). (QS. Ar-Rum, 1-4)

Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar-Rum tersebut, pada

Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Romawi dan Persia terjadi di

Nineveh. Pasukan Romawi secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan

kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Romawi yang mewajibkan

mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Romawi.2

Kelima, adanya at-tsamarat (hasil dakwah yang dilakukannya). Rasulullah shallallahu

„alaihi wa sallam mampu mencetak generasi unggul dari sisi keimanan, ilmu dan amal,

sehingga mampu berkuasa di muka bumi ini dan menebarkan ajaran Islam ke seluruh

penjurunya.

2 Dikutip oleh Jati Purpatriasno dari Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford

University Press, 1997, s. 287-299.

Page 4 of 18

ى نهىن عن ال

عسوف وج

مسون بال

إاض ج سجذ للى

خ

ت ؤ م

ؤ ح

ىخم خ

نخاب ل

هل ال

ى آمن ؤ

ول

مىىن بالل

اس وج

ن

اطقىن فهم ال ث

لمىىن وؤ

ا هم منهم ال

ا ل ا ح

ان خ

ه ل

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang

ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali Imran, 3:

110)

Wallahu A‟lam.

Page 5 of 18

Makanatur Rasul (Kedudukan Rasul)

Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam memiliki kedudukan yang istimewa bagi umat

Islam. Namun, kedudukan beliau yang istimewa itu tidak disikapi oleh umat Islam dengan

sikap ghuluw (berlebihan), sebagaimana sikap kaum nasrani yang mempertuhankan Nabi Isa

„alaihissalam.

Umat Islam memposisikan Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam secara proporsional

sebagaimana diajarkan sendiri oleh beliau. Dari „Ubaidillah bin Abdillah dari Ibnu „Abbas, ia

mendengar „Umar radhiyallahu „anhu berkata di atas mimbar:

م ةهم ف صازي ابن مس سث الى

طما ؤ

سووي ل

ط

جقىى ال م

ه وطل ى هللا عل

بي صل ىا طمعذ الى

قىل

ا عبده ف

ها ؤ

ه عبد هللا وزطىل

“Aku mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, „Janganlah kalian

berlebih-lebihan dalam memujiku seperti orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam

memuji putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah

„Abdullah (hamba Allah) dan Rasul-Nya‟” (HR. Al-Bukhari)

Dari Hadits di atas kita dapat menyimpulkan, kedudukan Rasulullah shalallahu „alaihi wa

sallam adalah abdun min „ibadillah; seorang hamba (manusia biasa) dari sekian banyak

hamba-hamba Allah Ta‟ala. Yang membedakannya dengan hamba Allah Ta‟ala lainnya

adalah beliau rasuulun minal mursalin; seorang rasul (utusan Allah) dari sekian banyak rasul-

rasul yang diutus oleh-Nya.

*****

Sebagai abdun min „ibadillah, Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam tidak ada bedanya

dengan manusia lain. Beliau adalah manusia biasa (insaanan), memiliki garis keturunan

(nasaban), dan berjasad (jisman).

ه اء زبسجى لق ان

من م

ه واحد ف

م بل

هن

ما بل ه

ي ؤ

ىحى بل م

نلس مث

ا بش

هما ؤ ل به

عمل ق ل

ف

ا وال صالحا

اعمل

ا حداه ؤ سك بعبادة زب

ش

“Katakanlah: „Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan

kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa

mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh

dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya‟”. (QS.

Al-Kahfi, 18: 110)

Oleh karena itu sebagai manusia biasa, Rasulullah shalallahu „alaihi wa sallam melakukan

aktivitas makan, minum, pergi ke pasar, beristeri, berniaga dan segala aktivitas manusia

lainnya.

Untuk mengetahui Nabi shallallahu „alaihi wa sallam sebagai hamba atau manusia biasa,

dapat kita ketahui secara pasti dari as-siratun nabawiyyah (perjalanan hidup Nabi),

khususnya di dalam fiqhus sirah (kajian tentang perjalanan hidup) beliau.

Page 6 of 18

*****

Sedangkan sebagai rasuulun minal mursalin, Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam

memiliki tugas untuk ballaghar risalah (menyampaikan risalah) sebagai bentuk adaul

amanah (penunaian amanah).

Allah Ta‟ala berfirman,

خه واللذ زطال

غما بل

فعل ف

م ج

و وبن ل و من زب صى بل

هغ ما ؤ

طىى بل ها الس ي

ا ؤ

ال

اض بن الل عصمو من الى

افسن هىم ال

ق يهدي ال

“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak

kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.

Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5: 67)

Beliau pun bertugas menjadi imamul ummah (pemimpin umat). Hal ini menjadi salah satu

bukti kebenaran firman Allah Ta‟ala yang menyebutkan bahwa keturunan Ibrahim „alaihis

salam akan dijadikan pemimpin-pemimpin yang membimbing di atas jalan kebenaran.

ة وبخاء

ل ام الصاث وبق ح

خ

يهم فعل ال

ىا بل وح

ا وؤ

مسه

يهدون بإ

ات ئم

ىاهم ؤ

ىا عابدن وجعل

ىا ل

اهاة وم

م الص

“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk

dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan,

mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu

menyembah.” (QS. Al-Anbiyaa: 73).

Untuk mengetahui Nabi shalallahu „alaihi wa sallam sebagai rasuulun minal mursalin dapat

kita ketahui dengan jelas dari ad-da‟watun nabawiyah (dakwah nabi), khususnya di dalam

fiqhud da‟wah (kajian tentang aktivitas dakwah) beliau.

*****

Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam juga mengajarkan as-sunnah. Dari segi bahasa

„sunnah‟ berarti jalan. Maksud dari sunnah Nabi adalah segala sesuatu yang diucapkan,

disetujui dan diamalkan olehnya sebagai minhajul hayah (pedoman hidup) bagi manusia.

خل م

مىن

ام زطىال

ىا فن

زطل

ما ؤ

ىا ل

ىه

هم ج

م ما ل

من

عل و

مت

حن

نخاب وال

م ال

من

عل م و

ن

صل اجىا و م آ

ن ى عل

مىن عل

ح

“…Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah

mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu

dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta

mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 151)

As-sunnah adalah landasan fiqhul ahkam (kajian hukum) yang menjadi rujukan umat Islam

dalam beramal atau mengambil keputusan.

Wallahu a‟lam.

Page 7 of 18

Khashaishu Risalati Muhammadin

(Karakteristik Risalah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam)

Risalah yang dibawa oleh Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam memiliki karakteristik

dan keistimewaan tersendiri yang berbeda dengan risalah yang dibawa oleh para Nabi

terdahulu.

Karakteristik dan keistimewaan tersebut diantaranya adalah:

Pertama, risalah ini dibawa oleh khatamul anbiya (penutup para nabi), sebagaimana

ditegaskan oleh Allah Ta‟ala,

ل به

ان الل

حن وم

ب م الىاج وخ

نن زطىى الل

م ول

حد من زجالن

با ؤ

د ؤ ان محم

ا ما م يء علما

ش

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia

adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala

sesuatu. (QS. Ahzab, 33: 40).

Tidak ada lagi nabi setelah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kecuali para

pembohong yang mengaku-ngaku menjadi nabi. Rasulullah shallallahu „alaihi wa salam

menjelaskan tentang hal ini dengan sabdanya,

م اجا خ

هبي وؤ

ه ه ه

صعم ؤ هم

لىن م

ز

لابىن ز

رتي ل م

ىن في ؤ

ه ه ط بي بعديوبه

ه

حن ال ب

الى

“Sesungguhnya akan datang pada umatku tiga puluh pembohong, semuanya mengaku

sebagai nabi, padahal akulah penutup para nabi (khaatamun nabiyyin), tak ada lagi nabi

setelahku.” (HR. Abu Daud)

Kedua, ia adalah nasikhur risalah (penghapus risalah sebelumnya).

Maksudnya adalah bahwa risalah Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam menjadi satu-

satunya risalah yang wajib dianut dan diamalkan sampai akhir zaman. Adapun risalah para

nabi sebelumnya, terutama berkenaan syariat-syariat tertentu, telah terhapus oleh syariat

Islam dan tidak berlaku lagi.

Telah diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah shalllallahu „alaihi wa sallam bahwa beliau

sangat marah ketika melihat Umar bin Khatthab radhiyallahu „anhu memegang lembaran

yang di dalamnya terdapat beberapa potongan ayat Taurat, beliau berkata,

اب ط

خ

ا ابن ال ذ

هو ؤ

في ش

باعي ؤ

اج

ا ما وطعه بال خي ح

ى ؤ ان مىس

ى م

؟ ل

ات ق

ظاء ه م آث بها ب

ل؟ ؤ .

“Apakah engkau masih ragu wahai Ibnul Khatthab? Bukankah aku telah membawa agama

yang putih bersih? Sekiranya saudaraku Musa („alaihis salam) hidup sekarang ini maka

tidak ada keluasan baginya kecuali mengikuti (syariat)ku.” (HR. Ahmad, Ad-Darimi dan

lainnya).

Ketiga, risalah Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam mushaddiqan lil anbiya

(membenarkan para nabi).

Page 8 of 18

Maksudnya adalah membenarkan bahwa Allah Ta‟ala telah mengutus rasul-rasul kepada

umat-umat dahulu, dan Allah Ta‟ala telah menurunkan wahyu kepada mereka, seperti Taurat,

Injil dan sebagainya. Allah Ta‟ala berfirman,

حق نخاب بال

و ال ى عل ص

جل ه

وإلاه

ىزاة صى الخ

هه وؤ د ا بحن

ا ل

اق مصد

“Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab

yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.” (QS. Ali Imran, 3 : 3)

Al Qur'an adalah pentazkiyah (yang merekomendasi) kitab-kitab sebelumnya, apa saja berita

yang dibenarkannya maka berita itu diterima dan apa saja berita yang ditolaknya, maka berita

itu tertolak. Ia menjadi barometer untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang ada di

tangan ahlul kitab.

م احن

ه ف ا عل مىا نخاب ومه

ه من ال د ا بحن

ا ل

اق حق مصد

نخاب بال

و ال ىا بل

صله وؤ

وال

صى الل

هنهم بما ؤ ب

حق ا جاءك من ال هىاءهم عم

بع ؤ

د ج

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan

apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian

terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang

Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan

kebenaran yang telah datang kepadamu…” (QS. Al-Maidah, 5: 48)

Al-Qur‟an menolak sebagian berita yang ada di kitab-kitab terdahulu karena kitab-kitab

tersebut telah tercampuri oleh perkataan-perkataa manusia.

ائىت منهم ى خ

لع عل

ط

صاى ج

ج

سوا به وال

لا ذ ا مم

ظىا حظ

لم عن مىاطعه وو

هىن ال

حسف

منهم ا

لل ق

بال

".....Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya semula, dan mereka

(sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan

kamu, (Muhammad) akan selalu melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara

mereka (yang tidak berkhianat)........". (QS. Al Maidah, 5: 13)

Keempat, risalah Islam yang dibawa Nabi Muhammad shalallahu „alaihi wa sallam

memiliki keistimewaan karena menjadi mukammilur risalah (penyempurna risalah

sebelumnya)

Berkenaan dengan hal ini diriwayatkan,

ن زطىى الل عىه ؤ

ي الل زض

سة بي هس

ل عن ؤ

مث

بلي ل

اء من ق ب

هل لا

لي ومث

اى بن مث

م ق

ه وطل عل

ى الل

صل

ىن به و ىف

ط اض جعل الى

ت ف بىت من شاو

مىطع ل

ه بال

جمل

حظىه وؤ

إا ف خا ىن زجل بنى ب

قىل ه و

عجبىن ل

حن هل

ب اجم الىا خ

ه وؤ

بىت

ا الل

هإاى ف

ق

بىت

وطعذ هره الل

Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda, “Sesungguhnya perumpamaanku dengan perumpamaan para nabi sebelumku

adalah seumpama seseorang yang membangun sebuah rumah; di mana ia menjadikan rumah

itu indah dan sempurna. Namun terdapat satu sisi dari rumah tersebut yang belum

Page 9 of 18

disempurnakan (batu batanya). Sehingga hal ini menjadikan manusia menjadi heran dan

bertanya-tanya, mengapa sisi ini tidak disempurnakan? Dan akulah batu bata terakhir itu

(yang menyempurnakan bangunannya), dan aku adalah penutup para nabi.” (HR. Bukhari)

Kelima, risalah Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam memiliki keistimewaan

karena ditujukan kepada kaafatan linnas (seluruh umat manusia). Bukan hanya untuk suku

bangsa tertentu saja sebagaimana risalah para nabi sebelumnya.

Allah Ta‟ala berfirman,

اض ال الى

ثلنن ؤ

ا ول رسا

ا وه ا اض بشح للى

اتاف

مىاك بال

زطل

مىن وما ؤ

عل

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai

pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada

mengetahui.” (QS. Saba, 34 : 28)

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

ات اض عام ى الى

ذ بل

وبعث

ات اص

ىمه خ

ى ق

بل

بعث بي ان الى

وم

“Dan Nabi-Nabi dahulu (sebelum-ku) diutus khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus

kepada manusia semuanya...” (HR. Bukhari)

Keenam, risalah Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam adalah risalah rahmatan lil

„alamin (yang menjadi rahmat bagi semesta alam).

Allah Ta‟ala berfirman,

حن عال

لل

ا زحمت

ىاك بال

زطل

وما ؤ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta

alam.” (QS. Al-Anbiya, 21 : 107)

Kehadiran Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam membawa kemanfaatan bagi

seluruh umat manusia. Risalah dan syariat yang dibawanya menjadi jalan bagi manusia untuk

meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

مهداة

ا زحمت

هما ؤ به

“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)” (HR. Al Bukhari

dalam Al „Ilal Al Kabir 369, Al Baihaqi dalam Syu‟abul Iman 2/596. Hadits ini di-shahih-kan

Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 490, juga dalam Shahih Al Jami‟, 2345)

Risalah Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam disampaikan dengan hikmah dan

pelajaran yang indah; diiringi kebaikan dan keadilan, kemudahan dan kelembutan.

Allah Ta‟ala berfirman,

Page 10 of 18

و هى حظن بن زبتي هي ؤ

هم بال

حظىت وجادل

ت ال

ىعظ

مت وال

حن

و بال ى طبل زب

م بمن طل عن ادع بل

عل

ؤ

هخدن م بال

عل

طبله وهى ؤ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl, 16: 125)

Diriwayatkan dalam sebuah hadits,

الظ ت حىف

اى ال

ق

ى الل

حب بل

ان ؤ د

ي لا

م ؤ

ه وطل عل

ى الل

صل

قل لسطىى الل

محت

“Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa salam: „Agama bagaimanakah yang

paling dicintai oleh Allah?‟ Beliau menjawab: “Agama yang lurus lagi toleran.” (HR.

Ahmad no. 2017, Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 287, dan Abd bin Humaid no. 569.

Syaikh Syu‟aib Al-Arnauth berkata: Hadits ini shahih li-ghairih)

Dan dari jalur Aisyah dengan lafal,

ت طمحت ذ بحىفزطل

ي ؤ

بو

“Sesungguhnya aku diutus dengan agama yang lurus lagi toleran.” (HR. Ahmad no. 24855.

Syaikh Syu‟aib Al-Arnauth berkata: Hadits ini kuat dan sanadnya hasan)

Anas bin Malik radhiyallahu „anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu

„alaihi wa sallam bersabda,

سوا ىف جسوا وال

سوا ، وبش عظ

حسوا وال ظ

“Mudahkan dan jangan dipersulit, berikan kabar gembira dan jangan dibuat lari”. (HR.

Bukhari)

Al-Huda dan Dinil Haq

Inilah keistimewaan risalatul Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu „alaihi

wa sallam. Ia adalah al-huda (petunjuk) dan dinil haq (agama yang benar). Risalah Islam

adalah pengganti agama-agama dan syariat yang telah dibawa oleh para Rasul sebelumnya,

mengoreksi kesalahan dan kekeliruan akidah agama dan kepercayaan yang dianut manusia

yang tidak berdasarkan agama, serta untuk menetapkan hukum-hukum yang berlaku bagi

manusia sesuai dengan perkembangan zaman, perbedaan keadaan dan tempat. Hal ini juga

berarti dengan datangnya agama Islam yang dibawa oleh beliau maka agama-agama yang lain

tidak diakui lagi sebagai agama yang sah di sisi Allah Ta‟ala.

سه ى ل

ه ول

لن م ى الد

هسه عل

ظ حق ل

هدي ودن ال

ه بال

زطل زطىل

ري ؤ

ىن هى ال

سم

ش ال

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar

Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.”

(QS. As-Shaff, 61: 9)

Page 11 of 18

ح هدي ودن ال

ه بال

زطل زطىل

ري ؤ

اهى ال هدا

ش

ى بالل

فه ول

لن م ى الد

هسه عل

ظ ق ل

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar

dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-

Fath, 48 : 28)

Inilah dakwah yang diemban Muhammad shalallahu „alaihi wa sallam. Beliau diutus oleh

Allah Ta‟ala kepada seluruh umat manusia agar menjadi syahidan (saksi) terhadap orang-

orang (umat) yang pernah mendapat risalahnya; menjadi basyiran (pembawa kabar gembira)

bagi orang-orang yang membenarkan risalahnya dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang

dibawanya bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga; menjadi nadziran (pemberi

peringatan) kepada mereka yang mengingkari risalahnya, bahwa mereka akan diazab dengan

siksa api neraka; menjadi da‟iyan ilallah (penyeru ke jalan Allah) agar manusia mengakui

keesaan Allah dan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya dan agar mereka beribadat kepada-

Nya dengan tulus ikhlas; dan menjadi sirajan munira (cahaya yang menerangi) laksana

sebuah lampu yang terang benderang yang dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan dan

kekafiran kepada cahaya keimanan dan menyinari jalan-jalan yang akan ditempuh oleh

orang-orang yang beriman agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat.

ها ا يا ؤ ا ا ا مىح هه وطساجا

بةذ

ى الل

ا بل ا ا وداع رسا

ا وه سا

ا ومبش اهدا

ىاك ش

زطل

ا ؤ بي به لى

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira

dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan

untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS. Al-Ahzab, 33: 45-46)

Wallahu A‟lam.

Page 12 of 18

Wajibuna Nahwar Rasul

(Kewajiban Kita Kepada Rasul)

Salah satu kalimat syahadah yang senantiasa kita baca berulang-ulang adalah kalimat: wa

asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan

Allah). Keyakinan dan pengakuan terhadap Muhammad sebagai utusan Allah Ta‟ala

mengandung makna sebagai berikut:

Pertama, tashdiquhu fima akhbar (membenarkan terhadap apa-apa yang disampaikan

olehnya).

Salah satu contoh teladan bagi kita dalam hal ini adalah Abu Bakar As-Shidiq, yang dalam

berbagai momen selalu menjadi orang yang terdepan dalam membenarkan Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam. Ia termasuk golongan laki-laki yang pertama beriman di dalam

Islam; Ia pula yang banyak mengorbankan hartanya untuk mendukung dakwah Islam. Dialah

orang yang tanpa ragu segera membenarkan peristiwa Isra Mi‟raj yang dialami nabi saat

orang-orang mendustakan peristiwa itu; dialah yang menjadi teman Nabi dalam perjalanan

hijrah ke Madinah, dan seterusnya.

Mereka yang membenarkan seluruh apa yang dibawa oleh Muhammad shallallahu „alaihi

wa sallam, itulah yang layak disebut sebagai orang yang bertakwa. Allah Ta‟ala berfirman,

ق به دق وصد ري جاء بالصقىن وال خ

ئو هم ال

ولؤ

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah

orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zumar, 39: 33)

Kedua, tha‟atuhu fima amar (mentaati apa yang beliau perintahkan).

Allah Ta‟ala berfirman,

ع به طىا طمعىا وؤ

قىل ن

نهم ؤ م ب

حن وزطىله ل

ى الل

ا دعىا بل

مىحن بذ

ا ىى ال

ان ق

ئو هم ما م

ولىا وؤ

فلحىن ال

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-

Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. „Kami mendengar,

dan kami patuh‟. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nur, 24: 51).

Dalam ayat lain juga disebutkan,

ى ض ا ق

مىت بذ

ما

من وال

اان ل

مسهم وما م

من ؤ

ة خح

هم ال

ىن ل

ه ن

ا ؤ مسا

ه ؤ

وزطىل

الل

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang

mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi

mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan

Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)

Dalam sebuah hadits, dari „Abdullah bin „Amr bin Al-„Ash radhiyallahu „anhuma, ia berkata,

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

Page 13 of 18

ذ به ا جئ

ا ل بعا

ىن هىاه ج

ه ى م حت

حدل

من ؤ

ا

ال

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya

untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa.” (Diriwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan

sanad yang shahih menurut Imam Nawawi. Namun penshahihan hadits ini tidak tepat

menurut Ibnu Rajab).

Ketiga, ijtanabu ma naha „anhu (menjauhi apa yang dilarang olehnya).

Allah Ta‟ala berfirman,

طىى م السال

ابوما آج

عق

دد ال

ش

بن الل

قىا الل تهىا واج

اهم عىه ف

وه وما نهال

رخ

ف

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu,

maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras

hukumannya.” (QS. Al-Hasyr, 59: 7)

Sikap seorang muslim, apabila telah mengetahui ada sebuah larangan dari Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam yang shahih (benar) dan sharih (jelas), maka tidak ada pilihan

baginya kecuali menjauhi apa yang telah dilarangnya tersebut; walaupun larangan itu tidak

disebutkan secara langsung di dalam kitabullah.

Sebuah kisah dari Masruq bin Al-Ajda‟ menguatkan tentang hal ini; ia berkata, “Ada seorang

wanita yang pernah datang kepada Ibnu Mas‟ud seraya berkata, „Aku telah dikabari bahwa

Anda melarang wanita menyambung rambut (memakai rambut palsu)?‟

Ibnu Mas‟ud menjawab, „Benar‟. Wanita itu bertanya, „Apakah hal itu Anda dapatkan dalam

Kitabullah ataukah Anda pernah mendengarnya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa

sallam?‟.

Ibnu Mas‟ud berkata, „Aku telah mendapatkannya dalam Kitabullah dan dari Rasulullah

shallallahu alaihi wa sallam.‟

Wanita itu berkata, „Demi Allah, sungguh aku telah membolak-balik diantara dua lembar

(jilid) mushaf, tapi aku tak menemukan di dalamnya sesuatu yang Anda nyatakan‟.

Ibnu Mas‟ud berkata, „Apakah engkau menemukan (ayat) di dalam mushaf (yang berbunyi):

اهتهىا م عىه ف

وه وما نهال

رخ

طىى ف م الس

ال

وما آج

„Apa saja yang didatangkan oleh Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa saja yang

dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah‟. (QS. Al-Hasyr, 59: 7)

Wanita itu menjawab, „Ya‟. (HR. Ahmad [3749]. Di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam

Ghayah Al-Maram [93]).

Keempat, la na'budullaha illa bima syara'a (kita tidak beribadah kepada Allah kecuali

dengan apa-apa yang disyariatkan [dicontohkan] oleh beliau).

Tidak dibenarkan bagi seorang muslim melaksanakan peribadatan yang tidak sesuai dengan

apa yang disyariatkan oleh Allah Ta‟ala melalui rasul-Nya. Perilaku beribadah dengan

Page 14 of 18

mengikuti hawa nafsu (sekehendak hati) adalah mirip perilaku orang-orang musyrikin pada

masa lalu. Allah Ta‟ala berfirman,

ي ب قض صل ل

ف ال

لمت

م

ىال

ول

ن به الل

ذإ م

ن ما ل هم من الد

سعىا ل

اء ش

سم

هم ش

م ل

نهم ؤ هم

حن ل ال

وبن الظ

لم اب ؤ

عر

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk

mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan

(dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim

itu akan memperoleh azab yang amat pedih.” (QS. As-Syura, 42: 21)

Tentu kita masih ingat hadits dari Ummul Mu'minin Ummu Abdillah Aisyah radiyallahu

'anha, ia mengatakan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

هى زد ع مىه ف ا ما ل

ا هر

مسه

في ؤ

حدر

من ؤ

'Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal

darinya, maka amalan tersebut tertolak'." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).

Dan dalam riwayat lain milik Muslim,

هى زد ا ف

مسه

ه ؤ ع عل ل

ا .من عمل عمل

"Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak."

Penjelasan hadits ini dari Imam Nawawi rahimahullah silahkan dirujuk di materi Wadhifatur

Rasul.

Kewajiban Kita Kepada Rasul

Dengan makna seperti itu, maka kewajiban kita kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wa

sallam adalah:

Pertama, al-imanu bihi (beriman kepadanya) dengan keimanan yang tidak disisipi oleh

keraguan sedikitpun. Allah Ta‟ala berfirman,

فظ همىالهم وؤ

ابىا وجاهدوا بإ

سج م

م ل

وزطىله ز

رن آمىىا بالل

مىىن ال

ا ما ال به

ئو هم هم في طبل الل

ولؤ

ىن ادق الص

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya

(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka

berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-

orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat, 49: 15)

Kedua, mahabbatuhu (mencintainya).

Allah Ta‟ala berfirman,

Page 15 of 18

خمىها وج ف

تمىاى اق

م وؤ

نج م وعشح

شواجن

م وؤ

نىاه

م وبخ

لبىائ

م وؤ

لان آبائ

ل بن م

ق

ظادها جازة

ىن ل

ش

خ

ج

حي إ ى صىا حت ب

ت وزطىله وجهاد في طبله ف

م من الل

ن حب بل

سطىنها ؤ

يهدي ومظالن ج

ال

مسه والل

بإ

الل

اطقحن فىم ال

ق ال

“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,

harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan

tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari

berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya". Dan

Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah, 9: 24)

Anas bin Malik radhiyallahu „anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda,

م حدل

من ؤ

ا

جمعحن ال

اض ؤ ده ووالده والى

ه من ول حب بل

ىن ؤ

مى ؤ حت

“Tidak beriman salah seorang dari kalian, sehingga aku ia lebih cintai daripada anaknya,

orangtuanya dan seluruh manusia.” (HR. Muslim)

Ketiga, ta'dhimuhu (mengagungkannya)

Ta'dhimuhu, artinya memuliakan dan mendahulukan sabda beliau shallallahu 'alaihi wa

sallam atas segala ucapan makhluk serta mengagungkan sunnah-sunnahnya.

Allah Ta'ala berfirman,

وزطىل

دي الل مىا بحن دق ج

رن آمىىا ال

ها ال ي

ا ؤ طمع علم

بن الل

قىا الل ه واج

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan

bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(QS. Al-Hujuraat, 49: 1)

Keempat, ad-difa'u anhu (membelanya)

Ad-difa'u anhu adalah membela risalah beserta sunnah-sunnahnya dari gangguan orang-orang

kafir dan jahil (bodoh), sebagaimana pembelaan hawariyyun terhadap risalah Nabi Isa

„alaihissalam.

ىا ىه

رن آمىىا م

ها ال ي

ا ؤ اى

ق

ى الل

صازي بل

هحن من ؤ

حىازم لل ى ابن مس اى عس

ما ق

ل

صاز الل

هؤ

ا اده إ

ف

تائف

سث ط

ف من بني بطسائل ول

تائف

أمىذ ط

ف

صاز الل

هحن ؤ

ىن ه حىاز

ى ال

رن آمىىا عل

هم ل عدو

اهسن صبحىا ظ

إ ف

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana 'Isa

ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut- pengikutnya yang setia: „Siapakah yang akan

menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?‟ Pengikut-pengikut yang

setia itu berkata: „Kamilah penolong-penolong agama Allah‟, lalu segolongan dari Bani

Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang

Page 16 of 18

yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang

menang.” (QS. As-Shaf, 61: 14)

Kelima, mahabbatu man ahabbahu (mencintai orang-orang yang mencintainya)

Orang yang benar-benar mencintai nabi pastilah orang yang beriman. Oleh karena itu sebagai

sesama hamba beriman -sebagai sesama pecinta nabi- kita harus saling mencintai dan

menyayangi. Allah Ta‟ala berfirman,

دا ا سج عاساهم زل

نهم ج از زحماء ب

فنى ال

اء عل شد

رن معه ؤ

وال

د زطىى الل محم

من الل

اظل

ىن ف

بخغ ا

جىد س السزا طماهم في وجىههم من ؤ وزطىاها

“Muhammad adalah utusan Allah; dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras

terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku'

dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada

muka mereka dari bekas sujud…” (QS. Al-Fath, 48: 29)

Keenam, ihya-u sunnatih (menghidupkan sunnahnya)

Dari „Amr bin „Auf bin Zaid al-Muzani radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu „alaihi

wa sallam bersabda,

جى ىقص من ؤ

جس من عمل بها ال

ل ؤ

ه مث

ان ل

اض م عمل بها الى

تى ف من طى

ات ا طى ح

امن ؤ ئا

زهم ش

“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan

oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang

mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“ (HR Ibnu Majah

[No. 209], Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam kitab “Shahih Ibnu Majah” [No. 173]).

Menghidupkan sunnah Nabi menjadi kewajiban kita, terutama disaat sunnah-sunnah tersebut

sudah banyak ditinggalkan oleh umat.

Ketujuh, iktsarus shalawati „alaihi (memperbanyak bershalawat kepadanya).

Anjuran bershalawat kepada nabi diperintahkan langsung oleh Allah Ta‟ala di dalam Al-

Qur‟an,

ظل مىا ح

ه وطل ىا عل

رن آمىىا صل

ها ال ي

ا ؤ بي

ى الىىن عل

صل خه

ئن

ومل

ابن الل ما

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang

yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan

kepadanya.” (QS. Al-Ahzab, 33: 56)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu „anhu bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi

wa sallam bersabda,

، ا واحدة

اى علي صلة

س من صل

طاث ، وزفعذ له عش

س خ

ذ عىه عش

ىاث، وحط

س صل

صلى هللا عله عش

دزجاث

Page 17 of 18

“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat

baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan

baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)” (HR an-Nasa‟i [No. 1297])

Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat; dari Malaikat berarti

memintakan ampunan; dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi

rahmat seperti dengan perkataan: “Allahuma shalli ala Muhammad.”

Sedangkan ucapan „salam penghormatan‟ yang dimaksud dalam surat Al-Ahzab ayat 56 di

atas, misalnya ucapan seperti: “Assalamu`alaika ayyuhan Nabi”, artinya: semoga

keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi.

Kedelapan, ittiba'u manhajihi (mengikuti manhajnya).

Wajib bagi mereka yang mengaku beriman dan mencintai Allah dan rasul-Nya untuk ittiba‟

kepada Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam. Allah Ta‟ala berfirman,

ىن الل حبىخم ج

ل بن ل

فىز زحم ق

غ

م والل

ىبن

هم ذ

نفس ل

غ و

م الل

حببن بعىوي اج

ف

“Katakanlah: „Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah

mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.‟ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(QS. Ali Imran, 3: 31)

Wajib bagi setiap muslim untuk ittiba‟ kepada manhaj (pedoman) yang telah digariskan

olehnya. Secara bahasa kata "manhaj" berasal dari kata “nahaja” yang berati jalan yang

terang (Al Jauhari, Al-Shihah, 1/346 ). Bisa juga berarti jalan yang ditempuh seseorang.

Ibnu Abbas radhiyallahu „anhuma berkata,

ا ا واضحا هجال ه ب سك الظ

ى ج وهللا ما ماث زطىى هللا حت

“Demi Allah, Rasulullah tidak meninggal dunia, hingga meninggalkan jalan yang jelas”

(HR. Al-Darami: No. 83 )

Kesembilan, wiratsatu risalatihi (mewarisi risalahnya). Artinya kita harus melanjutkan

risalah beliau dalam rangka menebarkan petunjuk dan agama yang benar sehingga diikuti dan

dikenal keunggulannya oleh seluruh umat manusia.

زطل زطى ري ؤ

ىن هى ال

سم

ش سه ال

ى ل

ه ول

لن م ى الد

هسه عل

ظ حق ل

هدي ودن ال

ه بال

ل

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar

Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.”

(QS. As-Shaff, 61: 9)

ا هدا ش

ى بالل

فه ول

لن م ى الد

هسه عل

ظ حق ل

هدي ودن ال

ه بال

زطل زطىل

ري ؤ

هى ال

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar

dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-

Fath, 48 : 28)

Page 18 of 18

Wallahu A‟lam.