Download - Susunan Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945.ppt

Transcript
  • DASAR PEMIKIRAN YANG MELATARBELAKANGI PERUBAHAN UUD 19451. UUD 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan2. UUD 1945 memberikan kekuatan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif (presiden). Sist em yang dianut oleh UUD 1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak prerogatif (antara lain memberi grasi amnesti, abolisi, dan rehabilitasi) dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasaan membentuk Undang-undang.3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum diubah).

  • 4. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk megatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam undang-undang. 5. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemerdayaan rakyat, penghormatan hak asasi manusia, (HAM), dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya praktek penyelenggaraan negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, antara lain sbb:Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan terpusat pada PresidenInfrastruktur politik yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi masyarakatPemilihan Umum (pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi formal karena seluruh proses dan tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintahKesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai justru yang berkembang adalah sistem monopoli dan oligopoli

  • KESEPAKATAN PANITIA ADHOC TENTANG PERUBAHAN UUD 19451. TIDAK MENGUBAH PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 19452. TETAP MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA3. MEMPERTEGAS SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL4. PENJELASAN UUD 1945 DITIADAKAN SERTA HAL-HAL NORMATIF DALAM PENJELASAN DIMASUKKAN KE DALAM PASAL-PASAL5. PERUBAHAN DILAKUKAN DENGAN CARA ADENDUM

  • UUD 1945(1945 CONSTITUTION)

    MA

    BPK

    DPR

    PRESIDEN

    1Lembaga Negara Menurut UUD 1945 Sebelum di Amandemen--------Catatan:MPR:MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT PRESIDEN DPR:DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DPA:DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG BPK:BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MA:MAHKAMAH AGUNG MPR (PEOPLE CONSULTATIVE ASSEMBLY)DPA

  • UUD 1945

    MAPasal 24 ayat (2)BPKPasal 23E

    DPRPasal 19

    PRESIDENPasal 4-16

    MPRPasal 2, 3

    DPDPasal 22CMKPasal 24C (1)

    2

    Lembaga Negara Menurut UUD 1945 Setelah di Amendemen --------NOTE :MPR:MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 8.KY:KOMISI YUDISIAL PRESIDEN Catatan:DPR:DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KPU:KOMISI PEMILIHAN DPD:DEWAN PERWAKILAN DAERAH UMUM ? BPK:BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MA:MAHKAMAH AGUNG MK:MAHKAMAH KONSTITUSI KYPasal 24B

  • KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSIPASAL 24C UUD NRI 1945PASAL 10 UU 24/2003BERWENANG MENGADILIMENGUJI UNDANG-UNDANG TERHADAP UUD NEGARA RI TAHUN 1945.MEMUTUS SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA YANG KEWENANGANNYA DIBERIKAN OLEH UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA RI TAHUN 1945MEMUTUS PEMBUBARAN PARTAI POLITIKMEMUTUS PERSELISIHAN TENTANG HASIL PEMILUMEMBERI PUTUSAN ATAS PENDAPAT DPR BAHWA PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DIDUGA TELAH MELAKUKAN PELANGGARAN HUKUM BERUPA PENGKHIANATAN TERHADAP NEGARA: KORUPSI, PENYUAPAN, TINDAK PIDANA BERAT LAINNYA, ATAU PERBUATAN TERCELA, DAN/ATAU TIDAK LAGI MEMENUHI SYARAT SEBAGAI PRESIDEN DAN ATAU WAKIL PRESIDEN, SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM UUD NEGARA RI TAHUN 1945.

  • Hirarki PerUndang-Undangan

    Tap MPRS XX/1966TAP MPR III/2000UU No. 10 / 2004UUD UUDUUDTap MPRTAP MPRUU / PERPUUU / PERPUUU PPPPPERPUPer PresKep PresPPPer DaerahPer MenKep Pres(Per Men dan Per Lain, Penj. UU)Inst Men DLLPerda

  • PROSES PENYELESAIAN PERKARAPADA MAHKAMAH KONSTITUSIPERMOHONANKEPANITERAANKETUAPermohonan rangkap 12 harus memuat :Nama dan alamat PemohonUraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonanHal-hal yang diminta untuk diputusAlat bukti permulaanPasal 29 (1) (2)Pasal 31 (1) (2)Pemeriksaan kelengkapan permohonan (Permohonan harus sudah dilengkapi dalam jangka waktu 7 hari).Permohonan yang telah memenuhi kelengkapan dicatat dalam Buku Regis-trasi Perkara Konstitusi. Pasal 32 (1) (2) (3) Bag. Ke-8 Ps. 52, 53 Bag. Ke-9 Ps. 62 Bag. Ke-10 Ps. 69 Bag. Ke-11 Ps. 74(3) & Ps. 76 Bag. Ke-12 Ps. 81Penunjukan Panel Hakim (apabila diperlukan)Penetapan hari sidang pertamaPemberitahuan kepada para pihak dilampiri satu helai permohonandan pemberitahuan tersebut dimuat dalam satu formulir(relaas) dan diumumkan kepada masyarakat.(penetapan hari sidang pertama harus sudah diputuskan dalam waktu paling lambat 14 hari kerja setelah permohonan dicatat dalam Buku Registrasi)Pasal 34 (1) (2) (3)Pasal 38 (1 s/d 4)

  • PROSES PENYELESAIAN PERKARAPADA MAHKAMAH KONSTITUSIPEMERIKSAANPENDAHULUANPEMERIKSAANPERSIDANGANPANEL HAKIMSIDANG PLENOpemeriksaan kelengkapan dan kejelasan materi permohonanMahkamah konstitusi wajib memberi nase- hat kepada pemohon untuk melengkapi dan atau memperbai-ki permohonan dalam waktu 14 hariPasal 39 (1) (2)Sidang Mahkamah konstitusi terbuka untuk umumPemeriksaan permohonan beserta alat bukti yang diajukan Para pihak yang dipanggil memberi keterangan yang dibutuhkan dan atau keterangan tertulis dari Lembaga Negara yang terkaitPemeriksaan saksi dan saksi ahliPasal 41 (1) (2) (3)Pasal 42Pasal 44 (1) (2)Meneliti dan pempelajari berkas permohonan beserta seluruh kelengkapan-nya.Memberikan laporan kepada Pleno mengenai Fakta, Legal Issue, Ketentuan Hukum, Analisis, dan KesimpulanPasal 28 ayat (4) Dibentuk oleh Rapat Mahkamah Konstitusi dengan memperhatikan: Beban Kerja/volume Bobot Perkara

  • PROSES PENYELESAIAN PERKARAPADA MAHKAMAH KONSTITUSIPUTUSANMahkamah Konstitusi memutuskan perkara berdasarkan UUD Neg. RI Th. 1945 sesuai dengan alat bukti dan keyakinan hakimPutusan diambil secara : > Musyawarah untuk mufakat > Suara terbanyak > Kalau tidak dapat diambil dengan suara terbanyak, suara terakhir Ketua Sidang Pleno Hakim Konstitusi menentukan- Pendapat anggota Majelis Hakim yang berbeda dimuat dalam putusanPutusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkanMahkamah Konstitusi wajib mengirimkan salinan Putusan kepada para pihak dalam jangka waktu paling lambat 7 hari sejak putusan diucapkan.Pasal 45 (1) s/d (10)Pasal 49Putusan Makahmah Konstitusi dapat berupa: > Permohonan dikabulkan - Materi muatan ayat, pasal dan/atau bagian UU tsb tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat -Termohon tidak mempunyai kewenangan untuk melaksanakan kewenangan yang diperseng ketakan - Pembubaran partai politik dengan membatalkan pendaftarannya pada Pemerintah - Membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh KPU dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar - Menyatakan membenarkan pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau wapres, terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa Pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan atau terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wapres. > Permohonan ditolak> Permohonan tidak dapat diterima> Permohonan dinyatakanBag. Ke-7 Psl. 49Bag. Ke-10 Psl. 71, Psl. 72Bag. Ke-8 Psl. 57 (3) Psl. 73 (1) (2)Bag. Ke-9 Psl. 66 (1) Bag. Ke-11 Psl. 78Pasal 56 (1 s/d 5)Bag. Ke-12 Psl. 84, 85

  • Pelanggaran Hukum yang diduga dilakukan Presiden yang disebut dalam pasal 10(2) UU No. 24/ 2003, telah diperjelas dalam ayat 3 dengan memberi batasan atau rujukan sbb:Pengkhianatan terhadap Negara adalah tindak pidana terhadap keamanan Negara sebagaimana diatur dalam Undang-undang;Korupsi dan penyuapan adalah tindak pidana korupsi atau penyuapan sebagaimana diatur dalam Undang-undang;Tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5(lima) tahun atau lebih;Perbuatan tercela adalah perbuatan-perbuatan yang dapat merendahkan martabat Presiden dan/atau Wakil Presiden;Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah syarat sebagaimana disebutkan dalam pasal 6 Undang-undang Dasar Negara RI tahun 1945.

    *