Download - Sustainable Settlement

Transcript

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 1/12

0

KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DI ZONA INDUSTRI GENUK, SEMARANG

Tugas Mata Kuliah Pilihan (MKP)

PEMBANGUNAN KOTA BERKELANJUTAN

Dosen Pengampu

Prof. Ir. Eko Budihardjo,M.Sc

Oleh:

SARIFFUDDIN

L4D 008 146

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER TEKNIK PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2009

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 2/12

1

KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DI ZONA INDUSTRI GENUK, SEMARANG

 A.  PENDAHULUAN

Isu permasalahan kependudukan dan penurunan kualitas lingkungan hidup menjadi

isu global, tidak terkecuali Kota Semarang. Permasalahan lingkungan hidup di Semarang

terjadi kurang lebih 20 tahun yang lalu. Hal ini ditandai dengan meluasnya daerah rawan rob,

penurunan kualitas air tanah, maupun air permukaan, dan penurunan kualitas udara.

Masalah lingkungan hidup yang paling menonjol terjadi di Zona Industri Genuk. Di daerah ini

air sumur dangkal tidak dapat dimanfaatkan kembali sebagai sumber air bersih. Masalah

yang paling terasa adalah kondisi air sungai yang sepanjang tahun berwarna hijau atau hitam

dan berbau. Padahal, kurang lebih 20 tahun yang lalu air sungai tersebut dapat dimanfaatkan

untuk mencuci, dan sarana bermain anak-anak (mandi di sungai). Begitupula kondisi udara di

Kota Semarang juga sudah tercemar. Menurut Komite Penghapusan Bensin Bertimbal Kantor

Kementrian Lingkungan Hidup yang dimuat majalah Tempo (29 Mei 2005) menyebutkan

bahwa pencemaran udara akibat timbal (Pb) yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor telah

mencemari udara dan sudah dalam ambang kritis.

Lebih lanjut, permukiman di zona industri Genuk terancam tidak berkelanjutan yang

disebabkan oleh dua faktor utama yaitu  pertama tidak implementatifnya kebijakan publik 

dalam mengakomodasi kebutuhan dan pelayanan masyarakat, kedua kesejahteraan

masyarakat (welfare) dari sisi ekonomi masih belum terpenuhi sehingga perhatian

masyarakat terhadap aspek lingkungan belum menjadi prioritas utama (Sariffuddin, 2006).

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah lingkungan hidup menjadi masalah utama di Zona Industri Genuk. Hampir

seluruh wilayah zona industri terjadi pencemaran lingkungan baik tanah, air dan udaranya.

Hal ini disebabkan oleh bercampurnya limbah industri, limbah rumah tangga dan saluran

drainase. Kondisi tersebut diperparah oleh rob dan banjir yang terjadi rutin tiap tahunnya.

Saat rob dan banjir tentunya air limbah meluap dan masuk ke rumah-rumah warga. Namun,

meskipun kondisi lingkungan di Zona Industri Genuk ”terpuruk” warga tetap bertahan dan

bahkan tidak mau pindah rumah. Salah satu alasannya adalah karena dekat dengan mata

pencaharian dan keluarga. (Sariffuddin, 2006). Sehingga dapat ditarik  research question 

apakah kondisi zona  industri genuk saat ini memenuhi prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan?  

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 3/12

2

C.  TUJUAN DAN MANFAAT

Studi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berkelanjutan lingkungan

permukiman di Zona Industri Genuk berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan. Sedangkan manfaat yang dapat diambil adalah dapat menjadi salah satu

pertimbangan dalam penyusunan kebijakan publik dan evaluasi pembangunan kota

Semarang saat ini.

D. GAMBARAN UMUM KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Perkembangan Zona Industri Genuk menjadi pusat kegiatan perindustrian,

perdagangan dan jasa, transportasi, dan permukiman terjadi selama 20 tahun terakhir. Akan

tetapi dibalik berkembangnya kegiatan perindustrian dan kegiatan-kegiatan pendukunglainnya telah menyebabkan beberapa permasalahan lingkungan hidup. Masalah lingkungan

hidup tersebut terasa sekitar 10 tahun terakhir. Masalah lingkungan hidup di Zona Industri

Genuk dapat dijelaskan sebagai berikut (Sariffuddin, 2006):

  Timbulnya Rumah-Rumah Tidak Layak Huni (Kumuh)

Warga yang menghuni rumah tidak layak huni (kumuh) sebagian besar bukanlah

warga Kota Semarang, mereka datang untuk dapat bekerja di sektor industri tetapi karena

keterbatasan pendidikan dan ketrampilan sehingga banyak yang tidak tertampung oleh

industri. Rumah-rumah yang didirikanpun tidak memenuhi syarat kesehatan. Banyak rumah

dengan luas tidak lebih dari 21 m2, tidak dilengkapi jendela, dinding dari papan yang tidak 

utuh, lantai dari tanah, dan pada saat hujan terjadi banjir dan rob. Kondisi ini terjadi di

lingkungan permukiman yang berada di kawasan industri dan bantaran sungai. Timbulnya

rumah kumuh ini sudah lama akan tetapi mulai banyak sejak tahun 1997 yaitu setelah

reformasi, banyak warga mematok/mengkapling bidang-bidang tanah untuk didirikan rumah

tinggal.

Sumber: Dokumentasi Sariffuddin, 2006

Gambar 1

Kondisi Rumah Kumuh

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 4/12

3

  Penurunan Kualitas Bangunan

Penurunan kualitas bangunan disebabkan oleh semakin meluasnya daerah rawan rob

dan banjir serta tingkat kemampuan warga yang masih rendah. Secara umum kualitas

bangunan yang menurun adalah rumah-rumah yang kumuh, terletak di sempadan sungai dan

dihuni oleh warga pendatang. Rob yang terjadi hampir setiap malam sering menggenangi

rumah warga hingga banyak lantai rumah yang bocor karena rob. Air laut muncul lewat sela-

sela ubin atau lantai yang sudah retak, sehingga tidak sedikit lantai rumah warga yang rusak.

Kondisi ini semakin diperparah jika terjadi banjir dengan genangan air bisa mencapai 1

meter. Selain itu, juga disebabkan oleh permasalahan penurunan tanah (land subsidence),

yang mengharuskan warga meninggikan rumahnya hampir tiap 3 tahun sekali. Karena jika

rumah tidak ditinggikan maka rob atau banjir yang terjadi akan semakin tinggi menggenangi

rumah warga.

  Penurunan Keselamatan Bangunan

Keselamatan bangunan dipengaruhi oleh kualitas bangunan dan lokasi rumah.

Penurunan tanah (land subsidence) telah menyebabkan meluasnya daerah rawan rob dan

banjir serta potensi genangan air yang semakin tinggi. Penurunan tanah juga menyebabkan

penurunan keselamatan bangunan, terutama menyebabkan terjadinya retakan-retakan pada

dinding-dinding rumah dan kaca jendela pecah. Pada daerah tertentu banyak warga yangmembangun rumahnya di bantaran sungai dan bahkan sebagian rumahnya justru di sungai,

yaitu dengan membuat tiang-tiang penyangga rumah di sungai. Rumah-rumah warga

tersebut sebagian berada di sungai dan sebagian yang lain berada di daratan. Aliran air

sungai menjadi tidak lancar, bahkan ada kecenderungan warga membuang sampah di sungai

dan selokan sekitar rumah mereka. Sampah dan rumah menjadi penghambat aliran air,

padahal sungai tersebut dimanfaatkan pula sebagai tempat pembuangan limbah rumah

tangga dan wc/kakus.

  Penurunan Kualitas Air Tanah

Penurunan kualitas air tanah dipengaruhi oleh pencemaran limbah industri dan

limbah rumah tangga yang meresap ke sumur dangkal. Pencemaran ini dirasakan warga

terjadi sekitar 10 tahun terakhir dengan ditandai oleh warna, bau dan rasa air sumur yang

sama dengan kondisi air permukaan. Sebelumnya air dari sumur dangkal dapat dimanfaatkan

warga untuk mencuci dan mandi sedangkan untuk memasak dan minum berasal dari sumur

artesis. Akan tetapi, saat ini hanya air dari sumur artesis saja yang dapat digunakan untuk 

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 5/12

4

memenuhi kebutuhan warga, karena air sumur dangkal telah tercemar. Indikasi pencemaran

tersebut adalah berwarna hitam pada musim kemarau dan berwarna hijau pada musim

penghujan dan berbau anyir.

Sumber: Sariffuddin, 2006

Gambar 2

Kecenderungan Penurunan Kualitas Air

E.  KAJIAN TEORI

1)  Paradigma Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan mulai didengung-dengungkan sejak tahun 1980-an.

Pertama kali paradigma tersebut muncul dalam World Conservation Strategy dari the

International Union for the Conservation of Nature (1980). Tahun 1992 merupakan puncak 

dari proses politik, yang akhirnya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de

Janeiro, Brasil, paradigma pembangunan berkelanjutan diterima sebagai sebuah agenda

politik pembangunan untuk semua negara di dunia. Hingga saat ini hasil dari pelaksanaan

paradigma tersebut belum dapat dirasakan secara riil. Wujud nyata dari ”kegagalan”

implementasi paradigma tersebut adalah tidak terpenuhinya sasaran utama pembangunan

yaitu penurunan kemiskinan, dan perbaikan masalah lingkungan hidup. Menanggapi masalah

tersebut, banyak ahli yang angkat bicara, seperti Keraf (2002: 191) yang menyatakan bahwa

kegagalan itu timbul karena kurang dipahaminya paradigma pembangunan berkelanjutan

sebagai etika politik pembangunan, yaitu sebuah komitmen moral tentang bagaimana

seharusnya pembangunan itu diorganisir dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan.

Begitupula Poerwanto (2000: 158) yang menyatakan bahwa akar masalah kegagalan

tersebut karena orientasi pembangunan masih memprioritaskan sektor ekonomi sebagai

Belum ada industri dan

perumahan belum

berkembang

(1980-an)

Ada industri dan

perumahan belum

berkembang

(1990-an)

Industri Berkembang

dan perumahan

berkembang

(1997-an)

Air sumur dangkal dan air

sungai dapat dimanfaatkan

Air sumur dangkal dapat

dimanfaatkan dan air sungai

tidak dapat dimanfaatkan

Air sumur dangkal dan air

sungai sama-sama tidak 

dapat dimanfaatkan

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 6/12

5

sektor utama sedangkan sosial dan lingkungan hidup kurang diprioritaskan sehingga tujuan

dari pembangunan berkelanjutan tidak tercapai.

 2)  Konsep dan Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep pembangunan yang holistik tidak 

hanya menempatkan manusia sebagai satu-satunya unsur yang bertanggungjawab tetapi juga

dipengaruhi oleh kebijakan. Kondisi internal menjadi modal dasar ( Asset-based ) yang

mencerminkan suatu kondisi masyarakat kota yang berinteraksi sesamanya, dengan

lingkungan hidup sebagai ruang dan sebagai penyedia kebutuhan dan ekonomi sebagai suatu

usaha/aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan (Metter, 1999: 8). Sedangkan kebijakan

berperan sebagai pedoman yang mengarahkan kondisi masyarakat menuju suatu

keberlanjutan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Sehingga keberlanjutan suatu

kota dipengaruhi oleh kondisi internal kota yang berperan sebagai modal dasar (integrasi

sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup) dipengaruhi oleh kebijakan sebagai pengatur

kelangsungan aktivitas internal kota. Suatu kota yang berkelanjutan mesti memiliki basis

ekonomi yang kuat, keseimbangan lingkungan yang terpelihara, keadilan sosial dan

kekentalan komunitas. Adapun prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai berikut:

Tabel 1: Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

No Prinsip Dasar Kota yang tidak Berkelanjutan Kota yang berkelanjutan

1. Pertumbuhan

ekonomi  Kompetisi, mengutamakan industri

besar, hanya aktivitas bisnis

tertentu yang dikembangkan

  Peningkatan kemampuan SDMkurang diperhatikan

  Terlalu banyak peraturan dan

birokrasi

  Tidak ada tax insentive bagi

pengelolaan pembangunan yang

berwawasan lingkungan

  Orientasi formalisme dan

fungsionalisme

  Kerjasama strategis dan aneka

industri dan bisnis

  SDM sangat diperhatikan

  Deregulasi dan debirokratisasi

  Dirintis adanya tax insentive bagi

pengelolaan pembangunan yang

berwawasan lingkungan

  Orientasi sistemik dan humanisme

2. Keserasian

Lingkungan  Penggunaan sumber-sumber daya

alam secara berkelebihan;

  Pencemaran lingkungan;

  Tata guna lahan tunggal

  Kurang koordinasi dengan sistem

transportasi

  Taman-taman dan kawasan lindung

beralih fungsi

  Kepadatan tinggi tidak terkendali

  Konservasi sumber daya alam

  Pencegahan pencemaran

  Tata guna lahan campuran

  Koordinasi dengan sistem

transportasi

  Penciptaan taman-taman dan

kelestarian kawasan lindung

  Kepadatan tinggi dibatasi di area-area tertentu saja

3. Kekentalan

Komunitas  Disparitas yang meningkat antar

berbagai kelompok pendapatan

  Kecenderungan eksklusivisme  Masyarakat patembayan

  Pengurangan kesenjangan ekonomi

  Kebersamaan/ solidaritas sosial  Masyarakat paguyuban

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 7/12

6

(Gessellschaft ) (Gemeinschaft )

4. Pola Kemitraan   Kurang terjalin pola kemitraan antar

pemerintah, swasta dan masyarakat 

  Jalinan yang kuat antara

pemerintah, swasta dan masyarakat 

5. Peran Serta

Penduduk   Peran serta penduduk sangat 

terbatas

  Jalinan yang kuat antara

pemerintah, swasta, dan masyarakat 

6. SistemPemerintahan

  Terlalu terpusat (sentralisasi)   Otonomi daerah (desentralisasi)

Sumber: Research Triangle Institute, 1996 dalam Budiharjo, 1997 

3)  Temuan Penelitian Sebelumnya

Banyak perilaku bercirikan budaya masyarakat desa yang diterapkan di kota oleh

para pendatang. Penduduk yang dekat dengan sungai lebih cenderung memanfaatkan sungai

sebagai media pembuangan limbah cair dan padat. Sungai sebagai media saluran limbah dan

dimanfaatkan pula untuk jamban/WC. Kondisi tersebut dapat dijumpai di Kelurahan Terboyo

Kulon, Terboyo Wetan, dan Trimulyo. Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah

juga rendah. Masyarakat juga belum memisahkan antara drainase dengan limbah rumah

tangga. Disamping itu partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan permukiman

juga rendah. Partisipasi/gotong royong sering dilakukan masyarakat jika sarana dan

prasarana lingkungan yang rusak seperti jalan rusak atau jembatan rusak tetapi partisipasi

dalam mengelola kebersihan lingkungan, kebersihan sungai, drainase dan lain-lain masih

rendah. Pengelolaan tersebut hanya dilakukan oleh beberapa keluarga dan berlokasi pada

sekitar rumahnya.

Permasalahan lingkungan semakin terpuruk dan menjadi masalah sosial. Masyarakat 

merasa terganggu oleh keberadaan lingkungan yang semakin lama semakin buruk, kotor, dan

tempat bersarangnya vektor-vektor penyakit. Namun masyarakat tidak dapat melakukan

suatu tindakan untuk menyelesaikan masalah. Warga menganggap bahwa pengelolaan

lingkungan saat ini merupakan suatu tindakan yang percuma, karena lingkungan yang sudah

dikelola dan diperbaiki dapat dipastikan akan rusak kembali. Sebagai contoh rusaknya jalan

karena penurunan tanah (land subsidence), jika jalan tersebut diperbaiki ataupun ditinggikan

tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal karena akan rusak kembali. Sehingga secara

prinsip masalah lingkungan yang disebabkan oleh perilaku masyarakat terjadi karena

 pertama ketidaktahuan warga dalam mengelola lingkungan permukiman, kedua 

ketidakmampuan mengelola dan mengembalikan kondisi lingkungan menjadi lebih baik,

ketiga ketidakmauan karena pengelolaan lingkungan merupakan suatu tindakan yang

percuma.

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 8/12

7

Sumber: Penyusun berdasarkan wawancara dengan warga dan tokoh masyarakat, 2006

Gambar 4

Hubungan Jenjang Penyebab Perilaku Warga

Terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan

F.   ANALISIS KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Permukiman di Zona Industri Genuk tumbuh dan berkembang setelah penetapan dan

pembangunan industri. Orang mulai berdatangan untuk bekerja sebagai karyawan industri

maupun bekerja di sektor non industri. Pertama kali kawasan industri yang ada di zona

tersebut adalah Lingkungan Industri Kecil (LIK), namun pengaruhnya dalam menarik para

pendatang tidak begitu besar. Para pekerja yang bekerja di lingkungan industri kecil ini

berasal dari sekitar Kecamatan Genuk terutama Kelurahan Muktiharjo Lor, Genuksari danGebangsari. Namun setelah terbangunnya industri di Kelurahan Terboyo Wetan dan

Trimulyo, arus pendatang semakin meningkat. Pada awalnya pendatang berasal dari

Kabupaten Demak dan Grobogan, tetapi dalam perkembangannya banyak pula yang berasal

dari Kabupaten/Kota lain bahkan Propinsi Jawa Timur dan Jawa Barat. Tujuan mereka

datang adalah untuk bekerja di sektor industri.

Berdasarkan deskripsi tersebut jelas bahwa motif penduduk bermukim adalah untuk 

meningkatkan perekonomian. Sehingga prinsip  growth lebih dominan dibandingkan prinsip

safety . Prinsip tersebut sangat jelas teridentifikasi dari motif para pendatang yang mendekati

tempat kerja dengan menyewa kos-kosan, begitupula warga setempat yang memanfaatkan

potensi zona industri sebagai penyedia kos-kosan dan berdagang. Diduga bahwa prinsip

safety  bukan menjadi prioritas bermukim warga ataupun pendatang. Hal ini terlihat dari

kondisi lingkungan di dekat kawasan industri yang terpuruk namun minat pendatang untuk 

menyewa kamar maupun kontrak rumah yang besar. Secara ekonomi keberadaan zona

industri menguntungkan bagi para pendatang maupun warga setempat.

Warga pendatang tidak tahu harus

berbuat apa dalam mengelola

lingkungan permukiman

Lingkungan permukiman semakin

terpuruk sehingga warga tidak mampu lagi menanganinya

Warga tidak mau mengelola

lingkungan permukimannya

kembali karena percuma. Tidak mau

Tidak mampu

Tidak tahu Jenjang penyebabperilaku warga

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 9/12

8

G.  PEMBAHASAN

Keberlanjutan Lingkungan permukiman di Zona Industri Genuk dapat dinilai

berdasarkan kriteria dalam prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Tabel berikut 

menunjukkan penilaian keberlanjutan lingkungan permukiman di Zona Industri Genuk.

Warna merah menunjukkan kecenderungannya pada kota yang tidak berkelanjutan

sedangkan warna hijau menunjukkan kecenderungan pada kota yang berkelanjutan, adapun

penilaiannya dapat dilihat pada tabel:

Tabel 2: Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Permukiman di Zona Industri Genuk 

Berdasarkan Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan

No Prinsip Dasar Kota yang tidak Berkelanjutan Kota yang berkelanjutan

1. Pertumbuhan

ekonomi

  Kompetisi, mengutamakan industri

besar, hanya aktivitas bisnis tertentuyang dikembangkan

  Kerjasama strategis dan aneka industri

dan bisnis

  Peningkatan kemampuan SDM kurang

diperhatikan

  SDM sangat diperhatikan

  Terlalu banyak peraturan dan birokrasi   Deregulasi dan debirokratisasi

  Tidak ada tax insentive bagi pengelolaan

pembangunan yang berwawasan

lingkungan

  Dirintis adanya tax insentive bagi

pengelolaan pembangunan yang

berwawasan lingkungan

  Orientasi formalisme dan fungsionalisme    Orientasi sistemik dan humanisme

2. Keserasian

Lingkungan

  Penggunaan sumber-sumber daya alam

secara berkelebihan;

  Konservasi sumber daya alam

  Pencemaran lingkungan;   Pencegahan pencemaran

  Tata guna lahan tunggal   Tata guna lahan campuran

  Kurang koordinasi dengan sistem

transportasi

  Koordinasi dengan sistem transportasi

  Taman-taman dan kawasan lindung

beralih fungsi

  Penciptaan taman-taman dan kelestarian

kawasan lindung

  Kepadatan tinggi tidak terkendali   Kepadatan tinggi dibatasi di area-area

tertentu saja

3. KekentalanKomunitas 

Disparitas yang meningkat antarberbagai kelompok pendapatan

 Pengurangan kesenjangan ekonomi

 

  Kecenderungan eksklusivisme   Kebersamaan/ solidaritas sosial

  Masyarakat patembayan (Gessellschaft )   Masyarakat paguyuban (Gemeinschaft )

4. Pola Kemitraan   Kurang terjalin pola kemitraan antarpemerintah, swasta dan masyarakat 

  Jalinan yang kuat antara pemerintah,swasta dan masyarakat 

5. Peran Serta

Penduduk   Peran serta penduduk sangat terbatas   Jalinan yang kuat antara pemerintah,

swasta, dan masyarakat 

6. Sistem

Pemerintahan  Terlalu terpusat (sentralisasi)   Otonomi daerah (desentralisasi)

Sumber: Analisis, 2009 berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dari Research Triangle Institute,1996 dalam Budiharjo, 1997 

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 10/12

9

Berdasarkan prinsip-prinsip dasar pembangunan berkelanjutan tersebut dapat 

diketahui bahwa lingkungan permukiman di zona industri Genuk terancam tidak 

berkelanjutan. Permasalahan ketidak berlanjutan lebih dominan disebabkan oleh prinsip

dasar (1) pertumbuhan ekonomi (2) keserasian lingkungan, (3) Pola Kemitraan, (5) Peran

Seta Penduduk dan (6) Sistem pemerintahahan. Sedangkan prinsip kekentalan komunitas dan

sistem pemerintahan mendukung keberlanjutan lingkungan permukiman di zona industri

genuk Hal ini dapat dilihat dari grafik kecenderungan kota yang tidak berkelanjutan

(ditunjukkan pada grafik merah) dibandingkan yang berkelanjutan (grafik hijau), dengan

alasan sebagai berikut:

1)  Pertumbuhan ekonomi, kompetisi perekonomian lebih mengandalkan industri besar yang

padat karya, kurang memperhatikan SDM dan lebih mementingkan skill dasar dan

kurangnya tax (pajak) khusus untuk pengelolaan lingkungan.

2)  Keserasian lingkungan, penggunaan sumber daya yang berlebihan, hal ini dapat dilihat 

dari pemanfaatan sumur dalam (artesis) yang banyak terdapat di Zona Industri Genuk 

dan menjadi satu-satunya sumber air bersih masyarakat. Disamping itu, rata-rata satu

industri/pabrik memiliki minimal satu sumur artesis. Pencemaran lingkungan yang

disebabkan oleh limbah industri dan limbah rumah tangga telah mencemari hampir

seluruh wilayah kota. Kurang terkoordinasinya sistem transportasi sehingga kemacetan

menumpuk di Jalan Kaligawe.3)  Kekentalan komunitas, sesuai dengan kultur jawa yang sangat kuat budaya

kebersamaannya, masyarakat di Zona Industri Genuk sangat erat kekerabatannya, untuk 

kegiatan lingkungan tidak ada eksklusivme antar warga. Sebuah hipotesa dari perilaku

masyarakat adalah bahwa budaya pedesaan sangat kuat di lingkungan permukiman Zona

Industri Genuk. Sebagai contoh, masih menyatunya kehidupan masyarakat dengan alam

seperti membangun jamban di sungai dan lain-lain.

4)  Pola kemitraan, Kemitraan antar pemerintah, swasta dan masyarakat sangat rendah.

Sebagai contoh, keterbatasan air bersih. Pemerintah kota tidak menyediakan air bersih

untuk masyarakat sehingga untuk memenuhi kebutuhannya masyarakat terpaksa

membuat sumur dalam (artesis), padahal keberadaan sumur artesis tersebut menjadi

salah satu penyebab land subsidance.

5)  Peran serta penduduk , jalinan kebersamaan masyarakat untuk dilibatkan dalam

perencanaan ataupun pembangunan kota masih rendah.

6)  Sistem pemerintahahan, kota semarang sudah desentralisasi, yang memiliki hak dan

kewajiban mengelola kotanya.

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 11/12

10

H. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1)  Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Zona Industri

Genuk kurang memenuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sehingga

keberadaannya sangat terancam tidak berkelanjutan. Dari analisis singkat ini dapat ditarik 

kesimpulan permasalahan ketidak berlanjutan Zona Industri Genuk disebabkan oleh:

  Kebijakan yang kurang mengakomodasi permasalahan lingkungan hidup: Kebijakan

pemerintah kota yang belum mengakomodasi permasalahan lingkungan di sekitar Zona

Industri Genuk. Sebagai contoh permasalahan rob, land subsidance dan banjir di sekitar

Zona Industri Genuk belum dapat tertangani dengan maksimal. Padahal salah satu akar

permasalahannya telah diketahui yaitu eksploitasi air bawah tanah (sumur artesis) yang

terlalu banyak sehingga terjadi penurunan tanah. Namun kondisi tersebut belum

terpecahkan. Selanjutnya, proses monitoring lingkungan (AMDAL) lebih bersifat 

lokalistik yaitu hanya dilakukan pada pabrik-pabrik/industri-industri semata namun

belum dilakukan hingga ke permukiman dan lingkungan sekitarnya.

  Tidak adanya kerjasama pengelolaan bersama yang dilakukan oleh swasta. Salah satu

sumber penyebab permasalahan lingkungan adalah pihak swasta sendiri yaitu dari

limbah yang ditimbulkan. Namun tidak ada suatu proses swakelola lingkungan hidup

yang dilakukan oleh pihak swasta.

  Perilaku masyarakat yang relatif cuek terhadap lingkungan sekitarnya. Banyak rumah-

rumah yang membuang limbah rumah tangganya di saluran air limbah yang pada

akhirnya menyatu (bercampur ) dengan drainase.

 2)  Rekomendasi

Untuk dapat mewujudkan Zona Industri Genuk yang berkelanjutan dapat dilakukan

proses sebagai berikut:

1.  Mengakomodasi permasalahan lingkungan, pengelolaan yang komprehensif dan

menyeluruh pada kebijakan kota.

2.  Perlu adanya kerjasama dengan pihak swasta dalam proses pengelolaan lingkungan

hidup

3.  Perlu adanya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup yang

dikelola secara rutin dan perlu adanya proses social learning terkait dengan lingkungan

sehat.

5/17/2018 Sustainable Settlement - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sustainable-settlement 12/12

11

DAFTAR PUSTAKA:

Budihardjo, Eko & Sujarto, Djoko. 1997. Kota Yang Berkelanjutan (Sustainable City).

Jakarta: Pengembangan pusat Studi Lingkungan (PP – PSL)

Keraf, A. Sonny. 2002. Etika lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Metter, Ken. 1999. Neigborhood Sustanbaility Indicator Guidebook . Minnesota; Crossroads

Resource Center

Poerwanto, Hari. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi .

Jakarta: Pustaka Pelajar

Reid, David. 1995. Sustainable Development . London : Earthscan Publication Ltd

Sariffuddin. 2006. Quality of Life and the Perception of The Community . Makalah seminar

pada 2nd International Conference on Environment and Urban Management.

Universitas Katolik Soegijopranoto. 2 – 3 Agustus 2006