SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM,
DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON
KKI WARSI
LATAR BELAKANG 1. Hutan Indonesia seluas + 132,9 juta hektar (Statistik
Dephut 2009)
Hutan terdegradasi 59,7 juta hektar
Laju degradasi 1,08 juta ha /th
Lahan kritis 30.196.799,92 Ha
2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
19.410 desa di Indonesia berada sekitar
hutan (BPS, Ditjen Planologi 2008 dan
2009)
Sekitar 48,8 juta jiwa tinggal di dalam
dan di sekitar hutan dan 10,2 juta jiwa
kategori miskin (CIFOR)
Tekanan penduduk terhadap kawasan
hutan meningkat sehingga terjadi
perambahan , ilegal logging dsb
3. Hutan Indonesia berperan penting sebagai sistem
penyangga kehidupan dan penggerak
perekonomian
4. Upaya penanggulangan kerusakan hutan dan
lahan tidak sebanding dengan laju kerusakan
5. Dunia Internasional memberikan perhatian lebih
terhadap pelestarian hutan Indonesia
6. Kebijakan otonomi memberikan kewenangan luas
bagi Daerah untuk merencanakan/melaksanakan
program pembangunan termasuk Rehabilitasi
Hutan dan Lahan serta akses masyarakat dalam
Perhutanan Sosial
1. Adanya kearifan-kearifan lokal yang mampu mengelola dan
menjaga hutan dengan baik, misal Repong Damar di Krui
Lampung, Hutan Adat Batu Kerbau, Guguk, Lempur dan
lainnya di Jambi, Sungai Utik di Kalimantan Barat, Hutan
Ngata Toro di Taman Nasional Lore Lindu, Hutan Nagari di
Simancung dan Simanau di Sumatera Barat dan lainnya
2. Perubahan paradigma pemerintah bahwa keberadaan
masyarakat di dalam dan di sekitar dapat menjadi kekuatan
dalam menjaga kelestarian hutan, komitmen tersebut terlihat
pada :
a. Adanya peraturan/kebijakan pemerintah yang
memberikan peluang keikutsertaan masyarakat
dalam pengelolaan hutan dimulai dari UU No
41/1999, PP 6 Tahun 2007 dst.
Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan
b. Lima kebijakan prioritas Departemen Kehutanan (Era kabinet Indonesia bersatu) sesuai SK Menhut Nomor 456/Menhut-II/2004 khususnya pada poin ke empat “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di dalam dan di Sekitar Kawasan Hutan”.
c. Delapan kebijakan Departemen Kehutanan (Era kabinet Indonesia bersatu ke II) sesuai Permenhut Nomor 70/Menhut-II/2009 khususnya pada poin ke enam “Pemberdayaan Masyarakat Hutan dan Industri Kehutanan”.
3. Diimplementasikan dalam alam konteks Perhutanan Sosial/Social Forestry
Kebijakan dan Hukum
• Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 mengatur legalitas
perhutanan sosial dalam kawasan hutan negara sebagai
upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui
Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD) dan Pola
Kemitraan.
• HKm : Permenhut No. P.37/Menhut-II/2007, Jo. Permenhut
No. P.18/Menhut-II/2009, Jo Permenhut No. P.13/Menhut-
II/2010.
• Hutan Desa : Permenhut No. Permenhut –II/2008, Jo.
Permenhut No. P. 14/Menhut - /2010
Pengelolaan Sumberdaya
Hutan Berbasiskan
Masyarakat, Apa dan
Bagaimana???
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat:
• Sebagai instrumen untuk penanggulangan kemiskinan masyarakat desa hutan
• Sebagai instrumen untuk mempertahankan kelestarian hutan
Ciri-ciri Pola Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
1. Aktor utama pengelola => masyarakat setempat
2. Lembaga pengelola => dibentuk, dilaksanakan dan dikontrol secara langsung oleh masyarakat setempat
3. Memiliki wilayah/teritori yang jelas
4. Interaksi antara masyarakat dan lingkungannya bersifat erat dan langsung
5. Pengetahuan dan teknologi lokal penting & dikuasai masyarakat
6. Skala produksi dibatasi prinsip–prinsip kelestarian
7. Sistem ekonomi didasarkan pada kesejahteraan bersama
8. Keanekaragaman bidang
Pemahaman Masyarakat Nagari Terhadap Hutan
1. Hutan bukan sekedar tegakan kayu 2. Hutan bagian dari sistim hidup dan kehidupan 3. Hutan sebagai penyedia, bahan-bahan
kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan, obat-obatan, pendapatan keluarga, hubungan religi, ketentraman dan lainnya
4. Hutan sebagai benteng untuk melindungi dari bencana ekologi seperti banjir, galodo, longsor dan lainnya
5. Hutan harus diupayakan secara baik pengelolaanya agar dapat menjamin kesinambungan pemanfaatannya
6. Hutan dimanfaatkan tidak didasari hanya pada kegiatan eksploitatif, tetapi dilandasi pada usaha-usaha untuk memelihara keseimbangan dan keberlanjutannya
Sumatera Barat dalam Konteks
Gerakan Pengelolaan Sumberdaya
Hutan Berbasiskan Masyarakat
Bagaimana dengan Sumatera Barat
• Luas Wilayah ± 4.229.730 Ha
• Mempunyai Kawasan Hutan sekitar ± 2.343.300 Ha (55,40 %)
• Hutan Suaka Alam (termasuk TNKS) seluas ± 769.471 Ha
• Hutan Lindung (HL) ± 792.048 Ha
• Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ± 233.155 Ha
• Hutan Produksi (HP) seluas ± 360.367 Ha
• Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas ± 161.655 Ha
• Areal Pengguaan Lain (APL) seluas 1.628.444 Ha
Bagaimana dengan Sumatera Barat
• Terdapat sekitar 518 Nagari, 57,17%
diantaranya berinteraksi langsung dengan kawasan hutan
• Potensi Perluasan Hutan Nagari dan Hutan Kemasyarakatan sekitar 250.000 -500.000Ha
• Terdapat areal yang kompak sekitar 120.000 Ha yang bisa dihubungkan oleh Hutan Nagari dan Hutan Kemasyarakatan dengan Koridor kawasan Parak dan Kebun
• Dukungan yang sangat kuat oleh Gubernur dan Bupati
Apa dan Bagaimana Hutan Kemasyarakatan?
??
Apa itu Hutan Kemasyarakatan ?
No. Hal/ Item Hutan Kemasyarakat
1. Definisi Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan
utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat.
2. Dasar Hukum Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.37/Menhut-II/2007
3. Lokasi Hutan Produksi dan Hutan Lindung
4. Pendanaan • Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); dan/atau
• Sumber-sumber lain yang tidak mengikat
5. Pemohon Permohonan izin oleh masyarakat setempat dan kemudian
diusulkan oleh Gubernur atau Bupati/Wali Kota
6. Legalitas Izin •Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan(oleh Gubernur
atau Bupati/walikota
•Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam HKm(oleh
Menteri)
7. Bidang Usaha IUPHHK HKM
8. Komoditi Produksi kayu, non kayu, jasa lingkungan.
9. Kelembagaan Pemohon izin secara pribadi dan Koperasi
10. Batasan Luas areal kerja Hutan Kemasyarakatan oleh Menteri setelah dilakukan
evaluasi oleh Tim yang dibentuk Menteri
Apa dan Bagaimana Hutan Desa dan Hutan
Nagari???
No. Hal/ Item Hutan Desa/Hutan Nagari
1. Definisi hutan negara yang dikelola oleh desa/Nagari dan
dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa/Nagari
serta belum dibebani izin/hak.
2. Dasar Hukum Peraturan Menteri Kehutanan No : P.49/Menhut-
II/2008
3. Lokasi Hutan Produksi dan Hutan Lindung
4. Pendanaan Kas Desa/Kas Nagari
5. Pemohon Lembaga Desa/Nagari
6. Penetapan areal Oleh Menhut atas usulan bupati, kel. masyarakat
7. Legalitas Izin Disahkan oleh Gubernur
8. Bidang Usaha IUPHHK Hutan Alam dan IUPHHK Hutan
Tanaman
9. Komoditi Produksi kayu, non kayu, jasa lingkungan.
10. Kelembagaan Pengelola Hutan Desa
11. Batasan Luas Tidak ada batasan/ Sesuai dengan SDH yang
dimiliki desa/Nagari.
Apa itu Hutan Desa/Hutan Nagari ?
Prinsip Utama Hutan Desa
Tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan;
Ada keterkaitan masyarakat terhadap sumber daya hutan
Hutan Desa / HD/Hutan Nagari
hutan negara (HP dan HL) yang dikelola oleh desa dimanfaatkan untuk kesejahteraan
desa.
Pembangunan HD
Pelaku Utama Hutan Desa
• Lembaga Desa (Perdes) lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa secara fungsional berada dalam organisasi desa dan
bertanggung jawab kepada Kepala Desa
• Diarahkan menjadi BUMDesa
Kriteria Kawasan Hutan Desa
Hutan lindung dan hutan produksi
Belum dibebani hak pengelolaan atau izin pemanfaatan
Berada dalam wilayah administrasi desa yang bersangkutan
Kawasan hutan produksi
• Pemanfaatan hasil hutan dari hutan alam
• Pemanfaatan hasil hutan dari hutan tanaman
• Pemanfaatan hasil hutan non kayu (madu, rotan, getah, buah dsb)
Kawasan hutan lindung
• Pemanfatan Hasil Hutan Non Kayu
• Pemanfaatan Jasa Lingkungan (pemanfaatan air,
ekowisata, penyerapan karbon dsb)
• Rencana pengelolaan dan pemanfaatan ini dituangkan
dalam Rencana Kerja dan Tahunan Hutan Desa
Pemanfaatan HD
Perkembangan Inisiatif Skema Pemberdayaan Masyarakat???
Perkembangan HKM dan Hutan Desa Capaian vs Target?
800,000
78,1120
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
target capaian pencadangan
Capaian Pencadangan HKM s/d Desember 2010 (Ha)
Perkembangan HKM s/d November 2011
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
Verifikasi Penetapan Areal Penerbitan Ijin
647,596
177,484
44,025
PROSPEK SUMBAR
Potensi Hutan Nagari dan Hutan Kemasyarakatan
– 518 Nagari potensial – Apabila 1 nagari minimal 500 Ha, maka akan tercapai
250.000 Ha – Sudah ada praktek-praktek yang berjalan – Sudah ada 2 Areal Hutan Nagari yang telah di SK kan
oleh Menteri Kehutanan dan sudah ada SK Gubernur untuk Hak Pengelolaan Hutan Nagari untuk Nagari Simanau di Kabupaten Solok dan Simancung Kabupaten Solok Selatan
– Potensial untuk didukung pendanaan Karbon
Sumatera Barat dan Pembangunan Rendah Karbon
• Ada surat usulan Gubernur Sumatera Barat kepada Ketua Satgas REDD+ tanggal 20 Maret 2012 dengan Nomor Surat 185/III/BW-LH/Bappeda2012 tentang Permintaan Fasilitasi REDD+
• Surat Balasan dari Pak Kuntoro Mangkusubroto sebagai Ketua Satgas REDD+ melalui Surat Nomor B-135/REDDII/05/2012 tanggal 16 Mei 2012 yang menyatakan dukungan terhadap Sumatera Barat sebagai salah satu Provinsi Mitra Satgas REDD dimana dukungan tersebut berupa a) dukungan fasilitasi penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP) dan b) Dukungan untuk melakukan inisiatif strategis REDD+ untuk segera diimplementasikan dilapangan
• Dukungan Kementerian Kehutanan melalui upaya Perluasan Hutan Nagari dan Hutan kemasyarakatan
• Dukungan Kementerian Kehutanan Melalui Program FCPF (Forest Carbon Partnership Fund)
• Ada Usulan Proposal Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk Provinsi Model REDD+ ke Ketua Satgas REDD+
• Road Map Perluasan Hutan Nagari dan Hutan Kemasyarakatan selama 5 tahun seluas 250.000 Hektar
• SK kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengembangan Perhutanan Sosial di Provinsi Sumatera Barat
Top Related