Ubud Gawean Tangan
Ubud Gawean TanganBeads N Design
Joicetineke Piri Stone Art & Craft
Beads N Design
STYLE| MINGGU, 8 MEI 2011 | HALAMAN 13
SAATNYA SUARA KITA DIDENGAR Kita punya potensi besar untuk menjadikan dunia lebih baik. Kapan saat yang tepat memulainya? Sekarang!Move, Hlm 17
King Halim
Ubud Gawean Tangan
FOTO-FOTO: DOK. CHENNY HAN
Simbol Prestise Baru
BINTANG KRISANTI
SISKA NURIFAH
Melokalkan Teknik AirbrushMERIAS wajah pengantin Indonesia membutuhkan
usaha tersendiri. Sering kali, para perias membutuhkan waktu yang cukup lama un-tuk menghasilkan riasan yang
membuat pengantin manglingi. Kini, perias bisa menghemat
waktu dengan teknik airbrush.Ahli tata rias Chenny Han, Rabu
(27/4), mempraktikkan teknik airbrush untuk menampil-
kan wajah pengantin Jawa lengkap dengan paesnya. Ia mengaku hanya membutuhkan
sekitar 5 menit untuk menghasilkan riasan tersebut. Padahal,
teknik konvensional sedikitnya membutuhkan 30 menit untuk menghasilkan riasan serupa.
“Kata Almarhum Ibu Tin (perias wajah), kalau manual untuk mem-buat paes butuh waktu 30 menit, tapi dengan airbrush hanya sekitar 5 menit. Ini menghemat waktu sekali,” ujar Chenny yang sekaligus melansir buku terbarunya berjudul Airbrush Make Up di Jakarta.
Dalam buku terbitan Gramedia tersebut dijelaskan bahwa sanggul ditata terlebih dahulu dan wajah dirias secara manual. Pembuatan paes diawali dengan garis sesuai pakem di bagian dahi.
Setelah itu, buat cetakan garis paes di atas plastik bening dan
gunting mengikuti pola lengkung bawah. Cetakan yang sudah dibuat ditempelkan di atas dahi lalu air-brush disemprotkan untuk mengisi pola paes yang diinginkan.
“Jika ingin lebih hitam, Anda bisa menyemprotkannya dengan tekanan lebih besar dan warna lebih pekat. Ini lebih memudahkan kare-na Anda bisa menyemprotkannya juga ke atas rambut. Ini aman. Ka-lau yang konvensional kan peliket, lengket begitu,” jelas Chenny.
Ia menjelaskan teknik ini juga bisa diaplikasikan sebagai perona mata, pemulas pipi dan bibir, serta cat rambut. Namun, ada hal yang masih memerlukan teknik manual seperti menggambar alis atau garis
hitam di bawah mata karena bagian itu cukup sensitif.
“Dua-duanya dibutuhkan se-hingga hasilnya akan lebih ideal kalau dipadukan. Tidak bisa jalan sendiri-sendiri,” tukasnya. (Din/M-6)
DAYA tarik minori-tas. Begitulah kesan pertama akan per-hiasan batuan alam
semi-precious di ASEAN Jewel-lery Expo 2011. Dalam pameran yang berlangsung hingga hari ini di Balai Kartini, Jakarta, yang mendominasi sejak pintu masuk adalah logam mulia, mutiara, dan kilau perhiasan precious stone seperti berlian.
Dua klasifi kasi, yakni precious
stone dan semi-precious stone (sering disebut juga natural stone), ialah yang paling umum digunakan dalam perhiasan batuan. Batuan dengan nilai sangat tinggi seperti berlian, safir, dan zamrud sering di-sebut precious stone, sedangkan agate, quartz (batu kuarsa), giok (jade) dan ametis di golongan kedua.
Sebagaimana yang terlihat di pameran tersebut, walau harga umumnya lebih ren-dah, perhiasan-perhiasan semi-precious tidak kalah menarik. Ini nyatanya bukan karena
jumlah yang lebih sedikit, tapi memang karena desain makin atraktif dan sophisticated.
Jika beberapa tahun lalu saat perhiasan ini naik pamor keba-nyakan untaian sederhana, kini batuan diuntai menjadi bentuk-bentuk flora dan dipadukan dengan logam mulia.
Hal ini tampak di stan Joice-tineke Piri, Beads N Design, dan Fiona’s Corner. Batuan agate, ametis, dan giok digabung menjadi bunga dan dipercantik dengan perak atau emas muda (8-10 karat).
Desain lebih sophisticated terlihat di stan Ubud Gawean Tangan. Ada batu fosil cokelat tua yang didesain layaknya pohon yang ditebang. Lalu ada pula batu akik (fosil kayu) yang dipadukan dengan logam berbentuk daun pisang yang melambai. Elegan sekaligus tampak sangat Indonesia.
“Saya pakai ke kantor. Selain suka batu, ya ini kan memang perhiasan bener. Orang yang suka fesyen pasti tahu kalau ini sekarang mahal,” ujar Mirna, seorang pengunjung yang pada hari pembukaan, Kamis (5/5),
Perhiasan semi-precious stone makin digemari dan jadi simbol status. Perhiasan ini pun jadi tren di luar negeri.
FOTO-FOTO: MI/ADAM DWI
DOK. YOUTH DESK UNESCO
langsung membuat pesanan khusus di stan Joicetineke.
Perhiasan semi-precous stone memang telah jadi simbol pres-tise. Harga satu set kalung dan anting, yang bisa mencapai Rp14 juta, jelas tidak kalah gengsi dari emas dan berlian.
Tren Baru
Meski produsen perhiasan semi-precious stone tampak se-luruhnya dari Indonesia, jenis perhiasan tersebut juga sedang mendunia. “Mengingat harga batuan mulia (precious) kian melonjak, tren perhiasan secara global dipastikan akan men-garah ke sana (semi-precious). Di Italia dan Hong Kong pun sudah terlihat,” ungkap Ketua Asosiasi Produsen Per-
hiasan Indonesia, Leo Hadi.
Pergeseran tren itu pun tampak di dalam negeri. Pe-rusahaan perhiasan besar khusus logam
mulia, PT King Halim, ikut masuk pasar ini.
Perusahaan yang rutin memasok untuk Dubai, Jepang, Amerika Serikat, dan Kanada itu tengah gencar me-madukan dengan batu akik dari Pacitan, Jawa Timur. “Di luar negeri, tren batuan alam semakin hit. Saat ini kami pun tengah memproduksi perhiasan emas berpadu batu Pacitan,” ungkap Manager Marketing PT King Halim, Ferry Santoso.
Sementara itu, Sekjen Asosia-si Pengusaha Emas dan Perma-ta Indonesia (APEPI) Iskandar Husin melihat bahwa tren yang
sebenarnya sudah populer di Taiwan itu akan memperluas pasar para produsen ke kalan-gan menengah.
Iskandar juga menilai bahwa jenis perhiasan semi-precious da-pat menjadi kekuatan Indone-sia. Selain Pacitan, Sukabumi, Pulau Bacang (Maluku Utara), dan Kalimantan merupakan gudang batu alam berkualitas.
Batu ametis asal Kalimantan bahkan dikenal lebih jernih daripada batu Bra-sil. Di Pulau B a c a n g j u g a ter-
dapat batu karang yang me-nyerupai giok. Sayangnya, industri batu-batuan Indonesia masih lemah dalam cutting dan fi nishing. Sebab itu, perusahaan asing kerap membeli batu kasar untuk diolah di luar negeri, lalu dijual lagi ke Indonesia. (M-1)
King Halim
Top Related