Climate Change
STUDI PENYUSUNAN PANDUAN PENYIAPAN UNIT PENGELOLAAN HUTAN ALAM UNTUK PEMBANGUNAN PROGRAM REDD+
Dipublikasikan oleh:
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbHForests and Climate Change Programme (FORCLIME)Manggala Wanabakti Building, Block VII, 6th FloorJln. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270, IndonesiaTel : +62 (0)21 572 0212, +62 (0)21 572 0214Fax : +62 (0)21 572 0193
Situs:www.forclime.org
Bekerja sama dengan:
Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI)JL. Taman Bogor Baru BIV/12 Bogor- Indonesia 16152Telp :+62 (0)251 8340 744Email: [email protected]://www.lei.or.id
Design, Layout and Printing:SunsetMedia|Creative Studio
Jakarta, Mei 2012
STUDI PENYUSUNAN PANDUAN PENYIAPAN UNIT PENGELOLAAN HUTAN ALAM UNTUK PEMBANGUNAN PROGRAM REDD+
Tim Penulis:
Alan Purbawiyatna(LEI); F. AgungPrasetyo (LEI); Herry Purnomo (IPB)
dengan kontribusi dari:
Joko P, Tunggul Butar Butar, Bambang Mardi Priyono, Gusti Hardiyansyah, Teddy Rusolono, Desi A Suyamto
2012
iiiStudi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Para pemegang ijin pemanfaatan hasil hutan memegang peran yang cukup signifikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim melalui pencegahan degradasi hutan di Indonesia. Data Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030 menunjukkan bahwa kurang lebih 34 juta hektar hutan Indonesia berada dibawah pengelolaan pemegang ijin IUPHHK Hutan Alam dan Hutan Tanaman. Pengurangan emisi dari deforestasi baik melalui Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)/Sustainable Forest Management atau Improved Forest Management (IFM), rehabilitasi, peningkatan serapan carbon dan upaya-upaya lain dalam pengelolan hutan menjadi sangat penting.
Pengelolan hutan produksi lestari sendiri sudah berjalan cukup lama di Indonesia. Namun demikian, upaya untuk terus mendorong pengelolaan lestari tetap diperlukan baik pada tingkat lapangan maupun melalui kebijakan-kebijakan pemerintah.
Untuk memperkuat dan mendorong peran pemegang ijin pemanfaatan hutan dalam mitigasi perubahan iklim, dipandang sangat perlu untuk mensinerjikan inisiatif-inisiatif pengelolaan lestari dengan REDD+. Dalam kerangka pikir inilah, GIZ bersama dengan Lembaga Ecolabel Indonesia (LEI) melakukan satu studi awal kesesuaian antara kriteria dan indicator pengelolaan hutan lestari dan kriteria dan indikator untuk implementasi REDD. Studi ini diharapkan membuka diskusi awal tentang kemungkinan-kemungkinan para pemegang ijin yang sudah melaksanakan prinsip PHPL dalam kegiatan REDD+. Pada saat yang sama, dokumen ini diharapkan dapat digunakan untuk menilai kesiapan pemegang ijin IUUPHK HA untuk terlibat dalam kegiatan REDD+.
Walaupun hanya menyentuh satu sudut saja dalam diskusi peran swasta dalam mitigasi perubahan iklim, studi ini diharapkan bisa berkontribusi terhadap diskusi yang sedang berkembang. Sebagai sebuah inisiatif awal, dokumen ini masih perlu diperluas, didiskusikan dan diujikan hingga pada akhirnya bisa dipergunakan untuk mendorong peran pihak swasta dalam miitigasi perubahan iklim di Indonesia.
Jakarta,
Rolf Krezdorn
Kata pengantar
vStudi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Studi mengenai panduan penyiapan unit pengelolaan hutan alam untuk pembangunan program REDD+ merupakan sintesa antara Standard Pengelolaan Hutan Lestari Lembaga (LEI-5000) dengan standar REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010, yang dikembangkan oleh CCBA (Climate, Community and Biodiversity Alliance) dan CARE International. Selanjutnya dalam dokumen ini standar tersebut diterjemahkan sebagai Standard Sosial dan Lingkungan REDD+ dan disingkat menjadi SSL REDD+. Studi ini bertujuan untuk merumuskan panduan penyiapan pembangunan program REDD+ pada tingkat unit pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia.
Studi ini terdiri dari 5 (lima) bagian penting meliputi:Bagian pertama, merupakan penjelasan umum mengenai perubahan iklim dan REDD serta latar belakang kesejarahan terbentuknya inisiatif REDD+. Disamping itu juga dijelaskan proses-proses terselenggaranya penyusunan standar sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di Indonesia oleh Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI). Pada bagian ini juga dijelaskan pendekatan metodologi dalam menyusun studi ini meliputi konsep PHL dan REDD, analisis instrumen yang digunakan dan proses sintesis kedua standar tersebut.
Bagian Kedua, menjelaskan secara rinci konsep PHL dan REDD+ dan implikasinya. Pada sub-bab di dalam bagian kedua tersebut juga dijelaskan implementasi PHL dan REDD+ dalam ruang lingkup yang lebih fokus pada Unit Pengelolaan Hutan (UPH). Beberapa rasional mengenai peran hutan produksi dalam menyimpan karbon juga disampaikan secara rinci dalam bentuk siklus karbon di hutan produksi. Lebih lanjut dijelaskan mengenai terminologi yang terkait dengan REDD+, antara lain Reference Level (RL), Business as Usual (BAU), Crediting Baseline, Reference Emission Level (REL). Pada sub bab terakhir dari bagian ini dijelaskan mengenai manfaat dari implementasi program bersama antara sertifikasi hutan dan REDD+.
Bagian Ketiga, merupakan penjelasan teknis instrumen penilaian PHL dan REDD+. Instrumen teknis PHL adalah LEI Standar 5000-1 terdiri dari 3 prinsip, 10 kriteria dan 57 indikator. Sedangkan instrumen teknis untuk penilaian REDD+ menggunakan REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010, yang dikembangkan oleh CCBA (Climate, Community and Biodiversity Alliance) dan CARE International. Dalam bagian ini juga dijelaskan rasional pemilihan SSL REDD+ sebagai acuan dalam studi ini, karena disamping standar ini juga terdapat standar VCS yang berlaku dalam mekanisme perdagangan karbon dimana standar VCS lebih mengedepankan aspek carbon accounting dalam proses penilaiannya.
Bagian Keempat, membahas kompatibilitas standar penilaian PHL dan REDD. Dengan menggunakan metode content analysis, kedua standar tersebut diperbandingkan dalam bentuk comparison matrix. Hasil dari pembandingan tersebut, menghasilkan informasi mengenai interseksi dan kelengkapan dari masing-masing standar dalam memotret permasalahan yang ada. Hal ini akan menjadi informasi penting bagi para pemegang IUPHHK yang sudah mengimplementasikan sertifikasi PHL di Unit Pengelolaan Hutannya maupun dalam persiapannya dan juga yang akan mempertimbangkan masuk dalam skenario perdagangan karbon melalui REDD+.
Bagian kelima, menjelaskan secara rinci proses penyiapan (readiness) unit pengelolaan hutan untuk implementasi PHL dan REDD+. Hasil content analysis pada bagian terdahulu menjadi dasar dalam rencana tindaknya. Proses penyiapan tersebut dikelompokan kedalam: Penataan Institusi (Institutional Arrangement); Perencanaan; Pelaksanaan program di aspek sosial, lingkungan, produksi; dan proses pemantauannya. Pada masing-masing tindakan tersebut dijelaskan rujukan indikator yang terkait dengan PHL (LEI 5000-1)
Ringkasan
viiStudi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
SINGKATAN
AFOLU : Agricultural, Forestry and Other Land Use
BAU : Business as Usual
CIFOR : Center for International Forestry Research
COP : Conference of Parties
CCBA : Climate, Community and Biodiversity Alliance
FSC : Forest Stewardship Council
GIZ : Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit
GRK : Gas Rumah Kaca
IUPHHK : Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
IFM : Improved Forest Management
LEI : Lembaga Ekolabel Indonesia,
IPCC : Intergovernmental Panel on Climate Change
ITTO : International Tropical Timber Organization
MRV :Monitoring,ReportingandVerification
PEFC :Pan-EuropeanForestCertification
REDD : Reducing Emission from Deforestation and Degradation
RL : Reference Level
REL : Reference Emission Level
RIL : Reduced Impact Logging
PHL : Pengelolaan Hutan Lestari
UPH : Unit Pengelolaan Hutan
UNFCCC : United Nation Framework Convenction on Climate Change.
UNEP : United Nation Environment Program
TPTI : Tebang Pilih Tanam Indonesia
TNC : The Nature Conservancy
VCS : Voluntary Carbon Standard
ixStudi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Daftar isi
Kata Pengantar .................................................................................................................................................................... iii
Ringkasan ............................................................................................................................................................................... v
Singkatan ............................................................................................................................................................................... vii
1. Pendahuluan ................................................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ......................................................................................................................................................................... 2
1.3. Metode ........................................................................................................................................................................ 2
2. Pengelolaan hutan lestari (PHL) dan REDD+: konsep dan implikasinya ................................... 2
2.1. Konsep REDD+ dan PHL di tingkat Unit Pengelolaan Hutan (UPH) ..................................... 3
2.1.a. Konsep REDD+ di UPH .................................................................................................................................. 4
2.1.b. Konsep PHL di Tingkat UPH ..................................................................................................................... 6
2.2. Siklus karbon di hutan produksi dan produk kayu ........................................................................ 8
2.3. Peran PHL dalam menurunkan emisi karbon ..................................................................................... 9
2.4. Posisi BAU dan Reference Level dalam pengelolaan hutan alam di Indonesia ........ 11
2.5. Manfaat bersama (co-benefits) dari REDD+ ..................................................................................... 13
3. Instrumen penilaian PHL dan REDD+ ............................................................................................................. 14
3.1 Standar sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari ............................................................. 14
3.2. Standar REDD+ ................................................................................................................................................... 16
3.2.a. Voluntary Carbon Standard – Guidance for Agriculture, Forestry and
Other Land Use Projects (VCS 2007.1, 2008). VCS Association ......................................... 16
3.2.b. REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010 ..................................... 19
4. Kompatibilitas standar penilaian PHL dan REDD .................................................................................. 19
5. Panduan penyiapan unit pengeloaan hutan untuk implementasi PHL dan REDD+ ....................... 23
6. Glossary .............................................................................................................................................................................. 24
Daftar Pustaka ..................................................................................................................................................................... 27
x Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Tabel 1. Pemetaan lingkup K&I terhadap konsep kelestarian ............................................................... 7
Tabel 2. Tujuan, output, outcome dan indikator REDD+ di UPH (Modifikasi dari UNEP, 2009) ......... 10
Tabel 3. Stok karbon di hutan alam dari berbagai sumber (Lasco dkk., 2006) .......................... 11
Tabel 4. Kesetaraan prinsip-prinsip yang tertera dalam CCBA dan LEI ....................................... 20
Tabel 5. Resume hasil analisis kompatibilitas standar PHPL LEI dengan standar sosial dan lingkungan REDD+ CCBA ................................................................................. 21
TABEL
LAMPIRAN
GAMBAR
Gambar 1. PHL dan perubahan iklim (modifikasi dari CPF, 2009) ....................................................... 3
Gambar 2. Isu dalam REDD+ ....................................................................................................................................... 4
Gambar 3. Pendekatan perbedaan stok (IPCC, 2006; Angelsen dkk., 2008) .................................... 5
Gambar 4. Pendekatan tambah-hilang (IPCC, 2006; Angelsen dkk., 2008) .................................... 5
Gambar 5. Siklus karbon hutan ................................................................................................................................. 8
Gambar 6. Siklus karbon hutan (modifikasi dari Winjum dkk., 1998) ............................................. 9
Gambar 7. Stok karbon (sumbu ‘x’ dalam ton/ha) setelah pembalakan (sumbu ‘y’ dalam tahun) (Lasco dkk., 2006) ........................................................................... 12
Gambar 8. BAU, RL dan penurunan emisi dengan REDD+ ........................................................................ 13
Gambar 9. Kompatibilitas indikator-indikator PHPL dan REDD+ ........................................................ 21
Lampiran 1 Identifikasi kriteria dan indicator yang memiliki pengertian identik/sama
(complementary) pada standard sosial dan lingkungan REDD+ ........................ 31
Lampiran 2 Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Untuk Pembangunan REDD+ ......... 43
1Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
1. Pendahuluan
1. 1. Latar Belakang
Inisiatif program pengurangan emisi karbon yang bersumber dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD), serta kontribusi kegiatan-kegiatan konservasi, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan stok karbon (REDD+) mempunyai potensi manfaat yang besar bagi lingkungan maupun sosial. Untuk mendorong percepatan implementasi program ini, berbagai pihak baik pada tingkat global maupun nasional, telah mengembangkan berbagai skema pengelolaan, monitoring-verifikasi dan pelaporan maupun skema insentifnya. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan peta jalan (road map) implementasinya secara bertahap, terdiri dari: (1) tahap persiapan melalui kegiatan-kegiatan identifikasi status IPTEK dan kebijakan terkait selama periode 2007-2008, (2) tahap Readiness Phase melalui kegiatan-kegiatan penyiapan perangkat metodologi dan kebijakan REDDI pada periode 2009-2012, dan (3) tahap full implementation yaitu implementasi penuh sesuai aturan COP pada saat REDD menjadi bagian dari skema UNFCCC pasca 2012 (mulai tahun 2013). Pendekatannya dilakukan secara tersarang (nested approach) yaitu tingkat tapak (site), bentang alam dan tingkat nasional dilakukan secara serentak dan saling memperkuat.
Namun demikian, pemahaman masyarakat pada umumnya atas hal ini masih rendah. Para pelaku usaha pemanfaatan hutan maupun masyarakat di sekitar hutan yang akan bersentuhan langsung dengan implementasi REDD+ banyak yang masih belum mengetahui secara jelas apa tujuannya, apa yang harus dilakukan, apa implikasinya dan apa manfaatnya maupun hal-hal detail lainnya. Pada tataran praktis, dimana dalam dua dekade terakhir para pengelola hutan didorong untuk melakukan praktek pengelolaan hutan lestari (PHL) melalui berbagai instrumen kebijakan maupun mekanisme sertifikasi hutan sukarela (voluntary), timbul pertanyaan: (a) Bagaimana hubungan REDD+ ini dengan praktek pengelolaan hutan lestari yang sedang dijalankan? (b) Apa saja hal-hal saling melengkapi (complementary) pada dua skema tersebut? (c) Bagaimanakah memenuhi hal-hal yang kurang dalam PHL agar sekaligus dapat memenuhi persyaratan REDD+?
Dalam rangka menjembatani pemahaman keterkaitan PHL dengan REDD+ tersebut pada pengelolaan hutan alam produksi, diperlukan suatu studi yang mengupas masalah PHL dan REDD+ agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Hasil studi diharapkan dapat menjadi panduan bagi para pelaku usaha kehutanan untuk dapat menyesuaikan aktifitas pengelolaannya dengan persyaratan maupun kinerja yang diperlukan untuk skema REDD+ agar bisa memperoleh manfaat dari skema insentif REDD+. Oleh karena itu, panduan praktek pengelolaan terbaik (best practice management) bagi penyiapan program REDD+ pada tingkat unit pengelolaan hutan alam produksi disusun melalui proses sintesis standar pengelolaan hutan produksi lestari (PHL) dan standar-standar REDD+ yang dianggap relevan. Sintesis dari kedua standar tersebut sangat mungkin dilakukan dan dapat diujicobakan implementasinya karena beberapa alasan, paling tidak: (a) PHL mensyaratkan praktek pengelolaan hutan yang menjamin tidak terjadinya deforestasi dan degradasi hutan sebagai penyebab emisi, (b) standar sosial dan lingkungan REDD+ maupun standar PHL memiliki elemen-elemen yang saling melengkapi (complementary), (c) para pelaku usaha hutan alam produksi telah mengenal standar PHL dan sebagian besar sedang dalam proses memenuhinya baik karena alasan pasar maupun dorongan kebijakan pemerintah.
Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) sebuah organisasi berbasis konstituen, didirikan sejak Februari 1998, merupakan lembaga pengembang sistem sertifikasi pengelolaan sumberdaya alam lestari, termasuk pengelolaan sumberdaya hutan baik pada produk kayu maupun non kayu dan sistem penelusuran hasil hutan (chain of custody). Sesuai dengan misi organisasinya LEI bekerjasama dengan GIZ di Indonesia untuk melakukan studi penyusunan panduan penyiapan unit pengelolaan hutan alam untuk pembangunan program REDD+.
2 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
1.2. Tujuan
Studi ini bertujuan untuk merumuskan panduan penyiapan pembangunan program REDD+ pada tingkat unit pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia.
1.3. Metode Studi ini merupakan desk study yang menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan standar PHL dan standar-standar REDD+ maupun dokumen-dokumen lain yang relevan dalam tahapan sebagai berikut:a) Analisis konsep PHL dan REDD: menjelaskan konteks REDD+ dan PHL pada tingkat unit pengelolaan
hutan, siklus karbon di hutan produksi dan produk kayu, peran PHL dalam menurunkan emisi karbon, posisi BAU dan REL dalam pengelolaan hutan alam di Indonesia serta co-benefit dari PHL.
b) Analisis assessment tools program PHL dan REDD+: menjelaskan instrument-instrumen yang digunakan untuk assessment unit pengelolaan hutan dalam menjalankan program PHL maupun REDD+.
c) Sintesis standar PHL dan REDD+: menjelaskan complementary antara standar PHL dan REDD+. Standar yang digunakan sebagai acuan adalah standar pengelolaan hutan produksi lestari di Indonesia untuk sertifikasi hutan yang dikembangkan oleh Lembaga Ekolabel Indonesia (Standar LEI 5000-1) dan standar-standar yang berkaitan dengan REDD+ yaitu: (i) REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010, yang dikembangkan oleh CCBA (Climate, Community and Biodiversity Alliance) dan CARE International, (ii) “Voluntary Carbon Standard – Guidance for Agriculture, Forestry and Other Land Use Projects (VCS 2007.1, 2008).” VCS Association.
d) Formulasi panduan penyiapan unit pengelolaan hutan untuk implementasi PHL dan REDD+: merumuskan kerangka acuan tindakan bagi unit pengelolaan hutan dalam implementasi PHL dan REDD berdasarkan hasil sintesis standar PHL dan REDD+ sebelumnya.
2. Pengelolaan hutan lestari (PHL) dan REDD+: konsep dan implikasinyaSecara global deforestasi dan degradasi hutan berkontribusi 17.4% terhadap emisi GRK. Opsi mitigasi perubahan iklim bagi sektor kehutanan adalah (a) menurunkan deforestasi; (b) pengelolaan hutan produksi yang lebih baik; dan (c) aforestasi dan reforestasi untuk meningkatkan tutupan hutan. Sekitar 50% dari opsi mitigasi sektor kehutanan global dapat dilakukan dengan biaya kurang dari 20 dolar AS per ton (UNFCCC, 2007). Stern (2007) dan Chomitz (2007) menyatakan bahwa penurunan emisi dari deforestasi jauh lebih ekonomis daripada membangun hutan baru untuk menyerap CO2. Stern (2007) juga menyatakan bahwa usaha-usaha penurunan emisi di sektor kehutanan lebih ekonomis daripada sektor-sektor lainnya. Ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya konsep yang kemudian dikenal sebagai REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation plus). Jadi sudut pandang perubahan iklim telah menempatkan hutan menjadi obyek utama dalam mitigasi perubahan iklim global. Hal ini meletakkan kembali kehutanan dalam agenda politik dunia.
Pada saat yang sama dunia internal di kehutanan telah banyak terilhami oleh perspektif pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada tahun 1990-an dalam pembangunan kehutanan. Ideologi pembangunan berkelanjutan mendunia setelah Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio pada tahun 1992. Perspektif pembangunan berkelanjutan ini melahirkan konsep dan inisiatif Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) atau sustainable forest management (SFM). Dunia kehutanan sendiri telah menyadari bahwa pengelolaan hutan yang dilakukan selama ini masih tidak sejalan dengan PHL. Kelestarian produksi, ekologi dan sosial masih belum dapat tercapai. Di Indonesia ketidaklestarian ini ditandai dengan banyaknya Unit Pengelolaan Hutan (UPH) yang bubar, deforestasi dan degradasi hutan yang tinggi. Beragam usaha telah dan sedang dilakukan untuk membawa UPH mencapai tingkat kelestarian yang memadai.
3Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Perspektif perubahan iklim yang terkulminasi dengan REDD+ dan perspektif pembangunan berkelanjutan yang terkulminasi dengan PHL harusnya bisa saling memperkuat dan bersinergi. Namun kenyataannya REDD+ telah menjadi arus utama pembangunan kehutanan sekarang dan menjadi agenda yang seakan-akan terpisah dari usaha-usaha PHL. Bab ini akan membahas secara rinci konsep PHL dan REDD+, menemukan titik temu dan perbedaan diantara keduanya serta implikasi pelaksanaan kedua konsep tersebut. Baik PHL maupun REDD+ dilaksanakan di tingkat global, nasional dan lokal.
2.1. Konsep REDD+ dan PHL di tingkat Unit Pengelolaan Hutan (UPH)
Kehutanan telah kembali menjadi agenda politik dunia dalam konteks perubahan iklim. Hutan berperan sangat penting dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Fokus diskursus mitigasi berpusat pada REDD+ di negara berkembang. Adanya konsep PHL yang telah berkembang pada tahun 1990-an harusnya mempermudah konsep dan pelaksanaan REDD+. Gambar 1 menunjukkan bagaimana kehutanan bisa merespon perubahan iklim. PHL dalam arti luas berperan dalam mitigasi perubahan iklim dan meningkatkan adaptasi terhadap perubahan iklim. Pada bagian mitigasi, PHL berfungsi untuk konservasi, sequestrasi dan substitusi karbon. Pada bagian konservasi karbon inilah REDD terletak, sedangkan Plus-nya ada pada sequestrasi karbon. PHL juga dimaksudkan untuk peningkatan produk-produk kayu seperti mebel dan kayu konstruksi atau pertukangan untuk penyimpanan karbon di luar hutan. Pada bagian adaptasi, PHL dapat dipakai untuk mengurangi exposure atau keterbukaan masyarakat sekitar hutan terhadap pengaruh perubahan iklim, serta mengurangi sensitivitas dan meningkatkan kapasitas adaptif masyarakat.
Gambar 1. PHL dan perubahan iklim (modifikasi dari CPF, 2009)
Aforestasi dan
reforestasi
Penanaman pohon
di lahan pertanian
Subtitusi karbon
Mengurangi kepekaan terhadapa perubahan iklim
Peningkatan kapasitas adaptif masyarakat
terhadap perubahan iklim
Produk kayu sebagai
pengganti baja,
plastik dan aluminium
Bio-energi berbasis
kayu
Restorasi hutan
Sequestrasi karbon
Produk-produk
kayu yang dipanen
REDD
Konservasi karbon
Perubahan Iklim
PHL PHLMigitasi Adaptasi
Mengurangi terhadapa perubahan iklim
exposure
4 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
2.1.a. Konsep REDD+ di UPH
REDD+ adalah sebuah mekanisme dalam negosiasi di United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang memberikan insentif untuk mendukung peran hutan dalam strategi mengurangi perubahan iklim. Lawas atau scope REDD+ sesuai dengan paragraf 1 (b) iii dari Bali Action Plan, yaitu mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, serta mengakui peran konservasi, PHL dan peningkatan stok karbon di negara berkembang. Jadi RED saja berarti mengurangi emisi dari deforestasi. REDD berarti mengurangi emisi seperti dalam lawas RED dan degradasi hutan. Sedangkan REDD+, disamping mengurangi emisi seperti dalam lawas REDD, mengakui peran konservasi hutan, PHL dan peningkatan stok karbon. Sehingga sudah sangat jelas bahwa REDD+ sebagai sebuah proses negosiasi dalam UNFCCC yang nantinya bertujuan untuk memberikan insentif antara lain untuk pelaksanaan PHL.
Sebagai sebuah bahan negosiasi, REDD+ mempunyai banyak isu, meliputi masalah lawas, skala spasial, pendekatan dan metode penghitungan pengurangan emisi karbon, hasil yang tidak diinginkan, tingkat rujukan, MRV (monitoring, reporting and verification) dan mekanisme pembayaran. Gambar 2 menyajikan peta mental (mental map) dari isu-isu dalam REDD+. Dalam tingkat UPH, maka lawas REDD+ mencakup deforestasi, degradasi hutan, konservasi dan lahan gambut, sedangkan skala spasialnya adalah lokal atau UPH. Pendekatan penghitungan karbon REDD+ berbasis pada kinerja (performance). Kebocoran atau leakage bukanlah isu pada tingkat UPH, sedangkan permanence merupakan isu dalam PHL. Tingkat rujukan (reference level) akan memakai prediktif atau model berbasis inventarisasi. Sedangkan isu MRV, pada tingkat UPH lebih banyak mengarah pada bagaimana pemantauan stok karbon dilakukan, bagaimana melaporkan dan siapa yang akan memverifikasi dan berapa biayanya. Sedangkan kompensasinya harusnya terdiri dari dua tipe, pertama dana insentif untuk inisiasi REDD+ kemudian dilanjutkan dengan pembayaran berbasis kinerja penurunan emisi karbon.
Gambar 2. Isu dalam REDD+
MRV
Berbasis kinerja
Pembayaran
Lawas
Skala spasial
Pendekatan
Tingkat rujukan
Basis dasar sejarah
Skenario prediktif (model)
Berbasis danaDeforestasi
Konservasi
Lahan gambut
Tingkatnasional
Tingkat lokal atau unit pengelolaan
hutan Hasil
yang tidak diinginkan
Degradasi hutan
Tenurial lahan
Penegakan hukum
Isu tata kelola
Tersarang ( )NestedBerbasis (kebijakan dan
tindakan)
input
Monitoring
Reporting
Verification
Kebocoran/
(isu spasial)Leakage
(isu waktu)
Permanence/liability Berbasis
outputMetode
Gain and loss
MetodeCarbon stockdifference
Isu REDD+
5Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Untuk MRV dan penghitungan karbon (carbon accounting) dikenal ada tiga tingkat (tier): tier 1, 2 dan 3. Makin tinggi tier makin rinci. Tier 1 menggunakan parameter dan formula default global, Tier 2 menggunakan parameter spesifik nasional, sedangkan Tier 3 menggunakan metode, model dan inventarisasi yang dilakukan secara berulang pada skala lokal. Penghitungan emisi karbon pada tingkat UPH ada dalam MRV Tier 3. Metode perhitungan karbonnya dapat dilakukan dengan dua pendekatan (IPCC, 2006) yaitu “perbedaan stok” (stock-difference approach) dan “tambah-hilang” (gain-loss approach).
Pendekatan perbedaan stok menghitung beda stok karbon pada dua waktu yang berbeda. Ini bisa dipakai kalau kedua stok karbon telah diukur, misalnya lewat inventarisasi hutan. Pendekatan ini bisa dipakai untuk memperkirakan emisi karbon baik untuk deforestasi maupun degradasi hutan. Untuk selective logging seperti Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), data hutan perawan bisa dipakai sebagai pendekatan untuk hutan yang belum ditebang. Deforestasi umumnya disebabkan oleh konversi lahan baik secara terencana maupun tidak direncanakan. Sedangkan degradasi hutan disebabkan oleh selective logging, kebakaran hutan skala luas dan penggunaan hutan untuk pertanian.
Pendekatan “tambah-hilang” merupakan pendekatan ekologi hutan, yaitu bagaimana hutan tumbuh dan bagaimana hutan terganggu atau ditebang. Pendekatan ini memperkirakan neraca bersih dari penambahan dan penghilangan karbon. Penambahan karbon didapat dari pertumbuhan dan transfer antara pool karbon, misalnya dari biomassa ke karbon tanah. Kehilangan karbon bisa disebabkan oleh pemanenan kayu, kebakaran dan lain-lain. Petak ukur permanen (PUP; permanent sample plot) diperlukan untuk memperkirakan pertumbuhan karbon tiap tahun.
Gambar 3. Pendekatan perbedaan stok (IPCC, 2006; Angelsen dkk., 2008)
Gambar 4. Pendekatan tambah-hilang (IPCC, 2006; Angelsen dkk., 2008)
Stok karbon tahun ke-1
Stok karbon tahun ke-2
∆C = (Ct2 - C
t1)/(t
2-t
1)
dimana,∆C = Perubahan stok karbon tahunan (tC/tahun)
Ct1 = Karbon stok pada t
1 (tC)
Ct2 = Karbon stok pada t
2 (tC)
∆C = ∆Cgain
- ∆Closs
dimana,∆C = Perubahan stok karbon tahunan (tC/tahun)
∆Cgain
= Penambahan karbon tiap tahun (tC/tahun)
∆Closs
= Kehilangan karbon tiap tahun (tC/tahun)
Tipe penggunaan lahan
Peng
ambi
lan
karb
on lew
at
pertum
buha
n
Gangguan Pemanenan
6 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Secara holistik keberhasilan REDD+ diukur dengan menggunakan tiga kriteria yang disebut 3E+ (Stern, 2007; Angelsen dkk., 2008) yaitu effectiveness (berapa besar emisi GRK yang diturunkan), efficiency (pada tingkat biaya minimum), equity (sebaran manfaat bagi banyak pihak) dan co-benefits (manfaat lain yang didapat). Kriteria 3E+ mengukur apakah sebuah UPH dapat menjalankan REDD+ dengan baik.
2.1.b. Konsep PHL di Tingkat UPH
Kelestarian atau keberlanjutan (sustainability) adalah konsep yang dominan dalam pengelolaan sumberdaya alam. Konsep kelestarian dibutuhkan karena pengelolaan hutan bertujuan untuk menyediakan generasi sekarang dan masa mendatang barang dan jasa hutan yang mereka perlukan. Konsep kelestarian hutan berevolusi tiga tahap yaitu kelestarian produksi kayu, kelestarian multi-manfaat hutan dan kelestarian ekosistem (Bettinger, 2009).
Pada awalnya konsep kelestarian merujuk pada kelestarian hasil dari produksi kayu atau sustained yield principle, yang didefinisikan sebagai “pada tingkat intensitas pengelolaan hutan tertentu, hasil yang diproduksi oleh hutan berlangsung secara terus menerus”. Ini berimplikasi bahwa perencanaan hutan harus memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan (growth) pohon dan pemanenan (harvesting), dan merupakan konsep tradisional dalam pengelolaan hutan. Pertumbuhan pohon sendiri bukanlah sesuatu yang dapat diketahui dengan mudah. Perlu ketelitian dan jangka waktu yang cukup lama untuk mengetahuinya. Konsep kelestarian kemudian dikaitkan dengan pengaturan hasil hutan (forest yield regulation). Konsep kelestarian produksi ini di Indonesia mendominasi kehutanan sebelum tahun 1990-an. Beberapa isu yang terkait dengan konsep ini adalah skala implementasi, intensitas pengelolaan hutan, fluktuasi pasar dan aplikasi untuk hutan yang tidak tertata dalam petak-petak tebang.
Konsep kelestarian kedua adalah kelestarian multi-manfaat hutan (sustainability of multiple uses), yang berasal dari pemahaman bahwa kayu bukanlah satu-satunya hasil hutan. Para pemangku kepentingan (stakeholders) punya beragam kebutuhan terhadap sumberdaya hutan. Hassan dkk (2005) dalam Millennium Ecosystem Assessment menjelaskan ada empat kategori manfaat hutan yang diperoleh manusia dari ekosistem, yaitu manfaat pengaturan (regulating services) seperti iklim dan penyakit, penyangga (supporting) seperti formasi tanah dan fotosintesis, manfaat penyediaan barang termasuk kayu dan jasa (provisioning), manfaat budaya (cultural) seperti inspirasi dan hubungan sosial. Manfaat-manfaat ini harus dilestarikan. Sebagian pemangku kepentingan lebih terkait dengan manfaat tertentu dari hutan, sedangkan sebagian yang lain terkait dengan manfaat yang lain. Konsep kelestarian ini sejalan dengan maraknya diskusi PHL setelah tahun 1990-an yang menekankan aspek produksi, ekologi dan sosial dalam pengelolaan hutan.
Konsep kelestarian terakhir adalah kelestarian ekosistem dan nilai-nilai sosial (sustainability of ecosystems and social values). Perspektif ini lahir dari konsep pengelolaan yang berbasis ekosistem (ecosystem management), yang meyakini bahwa aliran barang dan jasa dari hutan tergantung pada proses-proses yang melestarikan ekosistem. Kelestarian ekosistem sering dikaitkan dengan anggapan bahwa jika hutan itu sudah baik maka intervensi manusia yang diperlukan minimum. Ketika hutan rusak maka diperlukan intervensi yang lebih tinggi (Bettinger, 2009). Kelestarian ekosistem juga tidak mensyaratkan kelestarian multi-manfaat yang selalu konstan tiap satuan waktu. Misalkan produksi kayu bisa menurun ketika fungsi rekreasi meningkat. Ekosistem hutan juga bisa memproduksi hal-hal yang belum diketahui manfaatnya sekarang. Nilai-nilai sosial masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang kompleks dan adaptif yang berinteraksi dengan hutan itu sendiri. Jadi ketika dua konsep terdahulu menekankan pentingnya hasil atau manfaat dari hutan sebagai sebuah pabrik barang dan jasa, maka kelestarian ketiga ini mementingkan pabriknya itu sendiri. Konsep kelestarian ini membutuhkan adanya (a) Kolaborasi dengan pemangku kepentingan; (b) Analisis beragam alternatif pengelolaan; (c) Pengambilan keputusan; (d) Dokumentasi proses; (e) Penilaian kelestarian; dan (f) Pemantauan.
7Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Konsep kelestarian mana yang akan diterapkan sangat tergantung pada tujuan pengelolaan dari UPH itu sendiri, apakah untuk kayu, wisata, gabungan dari beberapa manfaat atau yang lain. Tujuan pengelolaan ini seharusnya ditetapkan melalui proses-proses multi-pihak yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan termasuk generasi yang akan datang. Ketika UPH mampu melestarikan ekosistem dan manfaat yang ada maka deforestasi yang tidak terencana (unplanned deforestation) harusnya tidak terjadi dan degradasi hutan (penurunan stok karbon) harusnya tidak terjadi atau terjadi dalam skala yang disepakati bersama. Sedangkan deforestasi yang direncanakan (planned deforestation) merupakan pilihan sosial, politik dan ekonomi dari pemangku kepentingan.
Tingkat kelestarian UPH diukur dengan perangkat yang dinamakan kriteria dan indikator (K&I) PHL. K&I juga dipakai untuk mengkonsepkan, menilai dan mengimplementasikan PHL. Ada beragam K&I yang dibuat antara lain dari FSC (Forest Stewardship Council), ITTO (International Tropical Timber Organization), LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia), CIFOR (Center for International Forestry Research), PEFC (Pan-European Forest Certification). Tujuh lingkup yang menjadi obyek K&I adalah (1) Luasan kawasan hutan; (2) Keanekaragaman hayati; (3) Kesehatan hutan; (4) Fungsi produksi dari sumberdaya hutan; (5) Fungsi ekologi dari sumberdaya hutan; (6) Fungsi sosial-ekonomi; dan (7) Kerangka hukum, kebijakan dan kelembagaan (Wikipedia, 2011). Lingkup 1 dari K&I ini terkait langsung dengan ‘D’ pertama dari REDD+. Lingkup 2-5 terkait langsung dengan ‘D’ kedua dari REDD+. Sedangkan aspek ‘+’ dari REDD+ terkait dengan langsung dengan lingkup ‘2’ dari K&I.Lingkup ‘6’ terkait dengan keseluruhan REDD+ itu sendiri yang memberi insentif pada penurunan emisi karbon, memperhatikan aspek keadilan dari distribusi nilai tambah penurunan emisi. Sedangkan Lingkup ‘7’ adalah syarat keharusan yang dibutuhkan baik oleh PHL maupun REDD+ supaya bisa berjalan dengan baik. Tabel 1 memetakan linkup K&I ini terhadap konsep ketiga konsep kelestarian yang dibahas sebelumnya.
Konsep kelestarian Lingkup K&I
Konsep kelestarian awal: sustained yield principle 1. Luasan kawasan hutan2. Fungsi produksi dari sumberdaya hutan3. Kesehatan hutan
Konsep kelestarian II: kelestarian multi-manfaat hutan (sustainability of multiple uses)
1. Luasan kawasan hutan2. Fungsi produksi dari sumberdaya hutan3. Kesehatan hutan4. Keanekaragaman hayati5. Fungsi ekologi dari sumberdaya hutan6. Fungsi sosial-ekonomi
Konsep kelestarian III: kelestarian ekosistem dan nilai-nilai sosial (sustainability of ecosystems and social values)
1. Luasan kawasan hutan2. Fungsi produksi dari sumberdaya hutan3. Kesehatan hutan4. Keanekaragaman hayati5. Fungsi ekologi dari sumberdaya hutan6. Fungsi sosial-ekonomi7. Kerangka hukum, kebijakan dan kelembagaan
Tabel 1. Pemetaan lingkup K&I terhadap konsep kelestarian
8 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
2.2. Siklus karbon di hutan produksi dan produk kayu
Karbon hutan ada pada biomassa hidup (living biomass) seperti batang kayu, daun-daunan, tunggul, cabang, kulit kayu dan akar), bahan organik mati (dead organic matters atau DOM) seperti limbah hutan, lantai hutan, potongan batang dan cabang dan bahan organik tanah. Karbon dari hutan ditransfer ke beragam pabrikan untuk dibuat beragam produk konstruksi bangunan, kertas, mebel dll. Produk tersebut setelah dipakai untuk beberapa waktu akan diemisikan ke udara (Hennigar dkk., 2008). Gambar 5 menunjukkan secara sederhana siklus karbon di hutan produksi. Hutan produksi ditebang menjadi log yang kemudian di proses menjadi kayu pertukangan, mebel, bubur kertas dan kertas. Produk ini untuk jangka waktu tertentu akan menyimpan karbon. Ketika produk tersebut terbakar, dibakar atau melapuk, maka kandungan karbonnya diemisikan ke atmosfer. Ketika produk tersebut awet sebagai simpanan karbon, maka emisi karbon bisa dihindari.
Gambar 6 secara lebih rinci menyajikan siklus karbon, dengan memperhatikan ekspor dan impor kayu dan limbah. Impor kayu meningkatkan carbon footprint dan berpotensi meningkatkan emisi karbon sedangkan ekspor sebaliknya. Aliran bersih karbon ke atmosfer (net C flux) sama dengan aliran karbon ke atmosfer dari pemanenan dan pemakaian kayu (carbon release) dikurangi dengan pengambilan karbon (carbon uptake) selama proses pertumbuhan hutan (Winjum dkk., 1998).
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa makin tinggi pertumbuhan hutan maka emisi bersihnya bisa makin kecil atau bahkan negatif, dengan arti lain penyerapan karbon besar. Juga penting diperhatikan laju flux karbon per satuan waktu. Jika komoditas kayu lebih awet maka flux karbon ke atmosfer makin kecil. Sebaliknya jika makin tidak awet flux ke atmofer makin besar. Liu dan Hana (2009) berdasarkan penelitiannya di Kanada, menyatakan bahwa pada jangka pendek skenario tidak ada pemanenan (no-harvest skenario) akan lebih banyak
Gambar 5. Siklus karbon hutan
Hutan produksi ditebang dan karbon di simpan
pada log
Akumulasi gas emisi karbon di atmosfer
menyebabkan pemanasan global
Hutan menyerap CO2 dari atmosfer lewat fotosintesis
dan menyimpan sebagai karbon.
Log diproses menjadi kayu kontruksi, mebel, dan paper dan yang akan bertahan sampai waktu tertentu dan
lalu melapuk dan kandungan karbonnya diemisikan
pulp
9Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
menyimpan karbon daripada pemanenan dengan intensitas tinggi (high-harvest skenario). Tetapi dalam jangka panjang (setelah 30 tahun), pemanenan intensitas tinggi menyimpan karbon lebih banyak karena akumulasi karbon di hutan dan di produk-produk kayu. Untuk meningkatkan kapasitas simpanan karbon di hutan dan menurunkan CO2 di atmosfer diperlukan pengelolaan hutan yang baik untuk meningkatkan stok karbon di hutan dan produk-produk kayu.
2.3. Peran PHL dalam menurunkan emisi karbon
Konsep pengelolaan hutan lestari pertama yaitu kelestarian hasil di hutan produksi memastikan bahwa pertumbuhan dan pemanenan dilakukan dengan seimbang sehingga emisi bersihnya mendekati nol. Pemanenan memastikan tegakan dalam hutan produksi tidak menjadi tua semua yang berakibat pada penurunan kapasitas penyerapan karbon melalui proses fotosintesis. Pemanenan intensitas tinggi sendiri akan menurunkan karbon di hutan, tetapi dalam jangka panjang jika produk-produk kayu turunannya dapat terawetkan selama 100 tahun, akan meningkatkan konservasi karbon sebanyak 27% dibandingkan dengan hutan yang tidak dipanen. Bahkan ketika produk turunan tersebut terkonservasi hanya selama 50 tahun setelah pemanenan, masih meningkatkan konservasi karbon sebesar 15% (Liu dan Hana, 2009).
Pengelolaan hutan lestari juga memastikan bahwa kawasan UPH tidak berkurang. Jadi hutan produksi betul-betul menjadi hutan permanen. Hutan produksi yang rusak yang kemudian dikonversi menjadi peruntukan lain adalah indikator bagi kegagalan pengelolaan hutan yang lestari. PHL juga memastikan bahwa hutan berproduksi dengan kapasitas maksimum (normal forest). UPH membentuk struktur umur tegakan setelah penebangan yang memungkinkan pemanenan berjalan secara efisien.
Gambar 6. Siklus karbon hutan (modifikasi dari Winjum dkk., 1998)
Kayu bulat hasil panen
Emisi karbon ke atmosfer
Limbah kayu hutan
HUTAN
Limbah industri
Net C= Produksi + Import - Eksport
Industri kayu bulat
Net C= Produksi + Import - Eksport
Kayu bakar dan arang
Komoditas kayu
Net C= Produksi + Import - Eksport
10 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Usaha-usaha dalam PHL dapat mengurangi resiko terhadap kebakaran hutan dengan implementasi silvikultur yang sesuai, pencegahan secara dini kebakaran dan melibatkan secara aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan. Jika masyarakat sekitar hutan mendapatkan manfaat dari UPH, maka mereka akan turut membantu usaha melestarikan hutan dengan ikut menjaga hutan, memberi peringatan dini terhadap kebakaran hutan dan tidak melakukan kegiatan yang dapat memicu kebakaran hutan.
PHL juga memastikan bahwa kondisi hutan baik dan sehat yang antara lain ditandai dengan kemampuan regenerasi (recruitment) dan pertumbuhan (growth) yang baik. Regenerasi dan pertumbuhan yang baik memastikan bahwa sequestrasi karbon berjalan dengan baik.
Tabel 2 menunjukkan bagaimana PHL berperan dalam kegiatan REDD+ pada tingkat UPH. REDD+ meliputi penurunan emisi dari deforestasi, degradasi hutan dan peningkatan stok karbon. Keluaran informasi dari kegiatan penurunan deforestasi adalah pendekatan dan metode untuk PHL yang meliputi konservasi karbon dan keanekaragaman hayati serta kebijakan dan insentif untuk menurunkan konversi hutan. Sedangkan hasil nyata dari kegiatan ini berupa pelaksanaan hutan sebagai rosot (sink) karbon serta sinergi dengan kegiatan adaptasinya. Indikator dari penurunan deforestasi adalah kawasan hutan yang tetap sebagai hutan (Ha) dan penurunan emisi karbon (ton).
Tabel 2. Tujuan, output, outcome dan indikator REDD+ di UPH (Modifikasi dari UNEP, 2009)
Kegiatan Output Outcome Indikator
Penurunan deforestasi (‘D’ pertama dari REDD+)
Pendekatan dan metoda untuk
• PHL
• Konservasi keanekaragaman hayati
• Konservasi stok karbon• Kebijakan dan insentif untuk menurunkan
konversi hutan
1. Pelaksanaan ( ) hutan sebagai rosot karbon dan stabilisasi kawasan hutan dengan tutupan pohon.
2. Sinergi mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim.
• Kawasan hutan yang dikonservasi (Ha)
• Reduksi emisi CO2
(ton)
Penurunan degradasi hutan (‘D’ kedua dari REDD+)
• Pendekatan dan metode untuk PHL
• Kebijakan dan insentif untuk adopsi PHL sebagai praktek untuk penurunan GRK
1. Pengembalian hutan sebagai rosot karbon
2. Sistem PHL dilaksanakan.
3. Sinergi mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim.
• Reduksi emisi CO2
(ton)
• % tutupan tajuk pohon
• Peningkatan % dalam karbon tanah.
Peningkatan stok karbon di hutan dan bukan hutan (‘+’ dari REDD+)
Pendekatan dan metode untuk
• Pengelolaan lanskap• Aforestasi, reforestasi, ,
pengayaan karbon tanah
• Peningkatan stok karbon dan pengurangan emisi CO
2 di lahan
pertanian
• Konservasi keanekaragaman hayati
• Peningkatan produktivitas dan penghidupan masyarakat.
1. Pengembalian rosot karbon yang hilang dalam lanskap
2. Pembuatan karbon yang baru dalam lanskap.
3. Pengelolaan lahan untuk beragam jasa lingkungan
4. Pengembangan kebijakan untuk pengelolaan lahan terpadu melalui pendekatan ekosistem
• Lahan yang teraforestasi dan ter-reforestasi (Ha)
• Lahan yang kembali di-restorasi (Ha)
• Peningkatan karbon stok (ton) di lahan hutan dan bukan hutan
• Peningkatan karbon tanah (%)
• Lapangan kerjaan yang tersedia
agroforestry
committing
pool
11Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Sedangkan untuk penurunan degradasi hutan, keluarannya adalah pendekatan dan metoda PHL serta kebijakan dan insentif untuk adopsi PHL sebagai praktek untuk menurunkan GRK. Hasil dari kegiatan ini adalah pengembalian hutan sebagai rosot karbon, berjalannya sistem PHL dan sinergi antara mitigasi dan adaptasi. Indikator keberhasilannya adalah penurunan emisi karbon (ton), peningkatan tutupan tajuk (%) dan peningkatan karbon tanah (%).
Sedangkan untuk penurunan degradasi hutan, keluarannya adalah pendekatan dan metoda PHL serta kebijakan dan insentif untuk adopsi PHL sebagai praktek untuk menurunkan GRK. Hasil dari kegiatan ini adalah pengembalian hutan sebagai rosot karbon, berjalannya sistem PHL dan sinergi antara mitigasi dan adaptasi. Indikator keberhasilannya adalah penurunan emisi karbon (ton), peningkatan tutupan tajuk (%) dan peningkatan karbon tanah (%).
Sedangkan kegiatan peningkatan stok karbon menghasilkan pendekatan dan metode pengelolaan lanskap, aforestasi, reforestasi, agroforestry, pengayaan karbon tanah, peningkatan stok karbon di lahan pertanian, konservasi keanekaragaman hayati dan peningkatan kehidupan masyarakat. Kegiatan ini diantaranya akan mengembalikan rosot karbon yang hilang dan membuat yang baru. Indikator keberhasilannya adalah lahan hutan yang baru atau hasil reforestasi, peningkatan karbon stok dan lapangan kerja yang tersedia.
2.4. Posisi BAU dan Reference Level dalam pengelolaan hutan alam di Indonesia
Business As Usual (BAU) adalah sebuah referensi emisi masa depan sebagai hasil proyeksi ketika tidak ada aktivitas REDD+. Sedangkan Reference Level (RL) adalah sebutan untuk menyatakan crediting baseline atau garis dasar rujukan untuk dapat pengkreditan karbon. BAU tidak selamanya menjadi RL. RL bisa lebih tinggi dari BAU ketika BAU tidak mencerminkan tingkat emisi yang seharusnya dimiliki oleh sebuah UPH. Sebuah UPH tidak bisa mengajukan BAU yang terlalu tinggi emisinya misalkan dengan pembiaran pembalakan liar sebagai RL. RL berbeda dengan REL (Reference Emission Level) dalam konteks emisi bersih dan cakupan ‘+’ dalam REDD+. REL adalah konsep emisi rujukan dalam REDD.
Lasco dkk (2006) merangkum penelitian tentang kandungan stok karbon dalam hutan alam di Asia Tenggara seperti tersaji dalam Tabel 3. Besarnya kandungan karbon di hutan alam berkisar antara 185-350 ton/ha atau rata-rata 268 ton/ha. Ketika hutan ini ditebang secara konvensional maka kandungan karbon hutan tersisa sekitar 48%, yang lain dikonversi menjadi produk kayu dan limbah tertinggal di hutan. Di Indonesia ditemukan bahwa stok karbon setelah pembalakan 38–75% dari hutan alam. Pembalakan sendiri tidak 100% mengkonversi stok tegakan menjadi kayu bulat. Secara konvensional faktor pembalakan (logging factor) sekitar 0.7, yang berarti bahwa kayu yang diambil dari hutan hanya sekitar 70% dari stok tegakan yang ada.
Tabel 3. Stok karbon di hutan alam dari berbagai sumber (Lasco dkk., 2006)
Lokasi Kondisi hutan Stok biomas (ton/ha) Stok karbon (ton/ha)
Filipina Hutan primer 370–520 185-260
Hutan sekunder 300–370 150-185
Indonesia Hutan tua 500–700 250-350
Malaysia, Serawak Hutan belum ditebang 400-579(dengan asumsi 70% biomas di atas tanah)
200-290
Malaysia Hutan pra- penebangan 416-571(dengan asumsi 70% biomas di atas tanah)
208-286
12 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Setelah penebangan stok karbon akan bertambah sejalan dengan proses sequstrasi karbon oleh tegakan hutan. Lasco dkk.(2006) menyajikan pertumbuhan stok karbon per hektar setelah pembalakan seperti pada Gambar 7. Dari gambar tersebut diketahui bahwa setelah 20 tahun stok karbon akan kembali menjadi 70-80% dari stok tegakan sebelum pembalakan.
Pemanenan berdampak rendah (Reduced impact logging atau RIL) bisa meningkatkan stok karbon di hutan. Dari beberapa penelitian RIL hanya mengambil 30% dari biomassa (Bertault and Sist, 1997) , atau dengan kata lain sisa biomassa di hutan sekitar 70%. Bandingkan dengan sisa 50% di hutan akibat pembalakan konvensional. Peningkatan manajemen hutan diperkirakan akan meningkatkan karbon stok 30 ton/ha. dihutan setelah 30 tahun pembalakan (Putz dkk., 2008). TNC (2009) mengemukakan ada lima cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi degradasi hutan yaitu: RIL, sertifikasi (sustained yield principle, perlindungan kawasan konservasi, manajemen konflik sosial, pemberantasan pembalakan liar), pengendalian kebakaran, peningkatan tata kelola dan pengelolaan pengambilan kayu bakar.
Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa PHL akan berperan dalam menyisakan stok karbon di hutan setelah penebangan (just after harvesting), dan meningkatkan karbon stok di hutan setelah penebangan dengan pertumbuhan yang lebih baik. Kalau kita melihat perbandingan antara RIL (menyisakan 70% stok karbon di hutan) dan pembalakan konvensional (menyisakan 50% stok karbon di hutan) maka RIL telah mengkonservasi karbon sebesar 20% dari stok karbon hutan alam. Jadi kalau stok karbon di hutan alam rata-rata adalah 268 ton/ha, maka RIL telah mengkonservasi karbon sebesar 54 ton/ha. Pembalakan konvensional bisa dianggap sebagai RL (reference level) sedangkan RIL dianggap sebagai aktivitas baik sebagai PHL dan REDD+. Kita barangkali bisa beranggapan bahwa pengendalian kebakaran, peningkatan tata kelola dan pengelolaan pengambilan kayu bakar sebagai bagian upaya yang harus dilakukan dalam BAU yang tidak perlu menjadi RL. Penurunan emisi di bawah RL akan mendapatkan kompensasi dalam skema REDD+. Sedangkan penurunan emisi dari BAU menuju RL tidak akan mendapatkan kompensasi karena dianggap penurunan itu sudah seharusnya dilakukan. Gambar 8 memberikan ilustrasi BAU, RL dan REDD+.
Gambar 7. Stok karbon (sumbu ‘x’ dalam ton/ha) setelah pembalakan (sumbu ‘y’ dalam tahun) (Lasco dkk., 2006)
Stok karbon
hutan alam
1-5
300
250
200
150
100
50
0
6-10 11-15 16-20 >20
13Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
2.5.Manfaatbersama(co-benefits)dariREDD+
REDD+ disamping menurunkan emisi juga mempunyai manfaat lain yang terjadi bersama-sama dengan pelaksanaan REDD+. Desain REDD+ di tingkat global, nasional dan UPH diarahkan untuk memberikan manfaat bersama tersebut. Manfaat bersama tersebut adalah (a) manfaat sosial yang terkait dengan pembangunan untuk mengentaskan kemiskinan; (b) peningkatan tata kelola hutan dan perbaikan hak akses terhadap hutan; dan (c) manfaat lingkungan yaitu peningkatan keanekaragaman hayati, kualitas lahan dan air (Angelsen dkk., 2008).
REDD+ diarahkan untuk memberikan manfaat pada mereka yang miskin yang hidup di sekitar hutan. Dengan REDD+ diharapkan mereka mendapatkan penghidupan alternatif (livelihood options) yang baik dan bahkan mendapatkan kompensasi yang jelas dari pelaksanaan REDD+. Ini menjadikan isu distribusi nilai tambah dari kredit karbon (carbon credit value chains) menjadi penting dan harus diarahkan untuk peningkatan kualitas mereka yang ada dibawah garis kemiskinan.
Pelaksanaan REDD+ mensyaratkan perbaikan dari tata kelola hutan dan hak akses masyarakat terhadap hutan. Jika REDD+ terlaksana maka kepastian hukum bisa meningkat, akses terhadap hutan jelas, batas-batas hutan jelas, keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tinggi dan tingkat korupsi rendah. Dengan kata lain pelaksanaan REDD+ meningkatkan upaya-upaya perbaikan tata kelola hutan (forest governance).
Terdapat hubungan positif antara stok karbon dan keanekaragaman hayati. Sehingga ketika karbon bisa dikonservasi maka keanekaragaman hayati punya peluang besar untuk juga bisa dikonservasi. Tutupan hutan yang tinggi punya hubungan positif dengan kualitas lahan dan pengaturan air paling tidak dalam skala lokal.
Gambar 8. BAU, RL dan penurunan emisi dengan REDD+
EmisiKarbon
Masa Lalu Masa Depan
penurunan emisi dgn kompensasi
BAU
REDD+
Reference Level
14 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
3. Instrumen penilaian PHL dan REDD+
Instrumen penilaian kinerja pengelolaan hutan disusun untuk panduan metode penilaian yang baku agar terdapat jaminan kredibilitas hasil dari suatu proses penilaian. Untuk itu instrumen penilaian kinerja biasanya berisi: (a) standar yang terdiri dari satu set prinsip, kriteria, indikator/ tolok ukur serta metode pengukuran/pengamatan dan acuan norma pengambilan keputusannya, (b) prosedur yang menjelaskan tatalaksana hubungan dan peran para pihak yang terlibat dalam penilaian, dan (c) persyaratan kompetensi para pihak yang terlibat dalam penilaian. Disamping itu, dalam membandingkan instrumen penilaian, aspek bagaimana instrumen tersebut dibangun merupakan hal yang penting.
Standar penilaian selain berfungsi sebagai acuan pelaksanaan pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan bagi para penilai, juga berfungsi sebagai rujukan bagi pihak yang dinilai untuk melakukan tindakan-tindakan pengelolaan dalam memenuhi persyaratan kinerja tertentu. Hanya unit pengelolaan hutan yang dapat memenuhi standar yang akan mendapatkan insentif dari skema penilaian yang dilakukan. Dengan demikian standar penilaian sering pula menjadi standar pengelolaan dalam perspektif pihak pengelola hutan. Mengingat kepentingannya untuk memberikan panduan bagi pihak pengelola hutan dalam implementasi PHL dan REDD+ maka bahasan instrumen penilaian yang dimaksud dalam bagian ini difokuskan hanya pada komponen standarnya.
Standar pengelolaan hutan lestari yang dijadikan acuan adalah yang penerapannya dilakukan untuk sertifikasi pengelolaan hutan skema sukarela (voluntary). Selain standar PHL untuk sertifikasi sukarela terdapat juga standar PHL yang penerapannya diharuskan oleh pemerintah (mandatory). Demikian pula Standar REDD+ mengacu pada standar sukarela lembaga-lembaga internasional independen yang dipublikasikan.
3.1StandarsertifikasiPengelolaanHutanProduksiLestari
Inisiatif sertifikasi pengelolaan hutan lestari seperti disampaikan sebelumnya muncul pada awal tahun 90-an dan menguat setelah UN Conference on Environmental and Development (UNCED) atau yang dikenal dengan The Earth Summit di Rio de Jeneiro (1992) yang menghasilkan prinsip-prinsip dan program pembangunan berkelanjutan. Sertifikasi pengelolaan hutan lestari dimaksudkan untuk mendorong penerapan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari dengan mengaitkannya terhadap mekanisme perdagangan hasil-hasil hutan. Sertifikasi dilakukan secara sukarela menggunakan standar pengelolaan hutan lestari yang dikembangkan oleh organisasi-organisasi non pemerintah pada tingkat global, regional maupun nasional. Pada dasarnya standar-standar tersebut disusun dalam struktur prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari yang ditujukan untuk menjamin keberlanjutan fungsi-fungsi produksi, ekologis maupun sosial hutan. Pengertian pengelolaan hutan lestari sendiri banyak diformulasikan berbagai pihak, diantaranya oleh ITTO (1992): “adalah proses pengelolaan lahan hutan tetap (permanent forest land) untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang ditetapkan oleh pengelola mengenai produksi hasil dan jasa hutan secara terus menerus tanpa mengurangi nilai-nilai inheren dan produktivitas masa depannya dan tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan terhadap lingkungan fisik dan sosial”.
Di Indonesia standar pengelolaan hutan produksi lestari yang digunakan untuk sertifikasi voluntary tersebut dikembangkan oleh Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) pada tahun 1993-1998. Standar pengelolaan hutan produksi pada tipe pengelolaan hutan alam menggunakan Standar LEI 5000-1, yang terdiri dari 3 prinsip, 10 kriteria dan 57 indikator. Prinsip dan kriteria tersebut adalah:
15Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
a. Terjaminnya kelestarian fungsi produksi: adalah terjaminnya keberlanjutan pemanfaatan hasil hutan dan usahanya, yang dicirikan oleh tercapainya kriteria-kriteria:
a.1. Kelestarian sumberdaya hutan: terjaminnya kemantapan dan keamanan kawasan hutan alam produksi, sehingga memberikan kepastian usaha jangka panjang,
a.2. Kelestarian hasil hutan: keberlanjutan dan/atau peningkatan produksi hasil hutan dari waktu ke waktu akibat peningkatan upaya pengelolaan hutan,
a.3. Kelestarian usaha: kemampuan unit pengelolaan dalam mengelola hutan alam produksi untuk memberikan keuntungan (profit) dalam batas-batas kemampuan daya dukung hutan.
b. Terjaminnya fungsi ekologis hutan: adalah terjaminnya fungsi hutan sebagai sistem penyangga kehidupan berbagai spesies asli beserta ekosistemnya, yang dicirikan oleh tercapainya kriteria-kriteria:
b.1. Kestabilan ekosistem: adalah ukuran keseimbangan dinamis dari struktur dan fungsi ekosistem hutan berikut komponen-komponennya sehingga menjamin kapasitas produksi optimum sesuai dengan batas-batas daya lenting ekologisnya,
b.2. Sintasan (survival) spesies endemik/ langka/ dilindungi: adalah kemampuan spesies flora-fauna endemik/ langka/ dilindungi untuk beradaptasi dengan habitat hutan alam produksi.
c. Terjaminnya fungsi sosial hutan: terjaminnya keberlanjutan fungsi pengusahaan hutan bagi kehidupan masyarakat setempat yang tergantung kepada hutan, baik langsung maupun tidak langsung, secara lintas generasi, yang dicirikan oleh tercapainya kriteria-kriteria:
c.1. Terjaminnya sistem tenurial hutan komunitas: adalah keberadaan serangkaian hak dan kewajiban yang mengatur hubungan penguasaan dan pemanfaatan hutan yang bersumber dari hukum adat dan yang menjamin kehidupan komunitas secara lintas generasi tidak diabaikan akibat keberadaan unit pengelolaan, sebagaimana yang tergambarkan dalam tata batas yang terdefinisikan secara jelas dan telah pula disepakati oleh pihak yang terkait di dalamnya.
c.2. Terjaminnya ketahanan dan pengembangan ekonomi komunitas dan karyawan: kegiatan ekonomi dan manfaatnya bagi kesejahteraan komunitas tetap dapat berlangsung, termasuk termanfaatkannya kesempatan kerja dan peluang berusaha yang terbuka, bagi berlangsungnya kehidupan komunitas secara lintas generasi,
c.3. Terjaminnya keberlangsungan integrasi sosial dan kultural komunitas dan karyawan: hubungan-hubungan sosial tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
c.4. Realisasi tanggung jawab status gizi dan penanggulangan dampak kesehatan masyarakat: adalah upaya-upaya untuk menjaga dan meningkatkan status gizi dan penanggulangan dampak kesehatan dilaksanakan, dan
c.5. Jaminan atas hak-hak tenaga kerja: hak-hak tenaga kerja sebagaimana yang diatur dalam kebijakan-kebijakan yang mengatur hak-hak normatif tenaga kerja dilaksanakan.
Indikator-indikator penilaian dari masing-masing kriteria di atas tidak ditampilkan di sini, namun dapat diakses di website : http://www.lei.or.id.
16 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
3.2. Standar REDD+
Skema REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) seperti diterangkan sebelumnya adalah sebuah mekanisme yang ditujukan untuk memperlambat perubahan iklim melalui pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang. Tanda “+” pada REDD+ dicantumkan untuk menunjukkan perluasan ruang lingkup mekanisme REDD dari skema sebelumnya dengan memasukkan aspek konservasi dan pengelolaan hutan secara lestari, pemulihan dan penghutanan kembali serta peningkatan cadangan karbon hutan.
Meskipun hingga saat ini kontroversi mekanisme REDD masih terus berlangsung untuk memperjelas detail implementasinya, namun pada dasarnya ide REDD dilakukan melalui pemberian insentif finansial bagi kegiatan-kegiatan mengurangi deforestasi dan degradasi hutan yang dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan karbon tersimpan dalam hutan.
Dalam menghadapi skema REDD ini pemerintah Indonesia telah menetapkan strategi bertahap untuk implementasi REDD ini melalui pentahapan: (a) tahap persiapan pada periode 2007-2008, (b) tahap penyiapan perangkat metodologi dan kebijakan pada periode 2009-2012, dan (c) tahap implementasi penuh mulai 2013. Strategi ini dilaksanakan pada tingkat sub-nasional yaitu tingkat propinsi, kabupaten/kota dan unit pengelolaan, yang diintegrasikan dengan tingkat nasional (national accounting with sub-national implementation).
Dalam upaya merinci skema implementasi REDD berbagai pihak mengembangkan berbagai metode yang berkaitan dengan REDD pada aspek penghitungan karbon untuk monitoring, pelaporan dan verifikasi, desain kelembagaan untuk implementasi maupun skema pembiayaan dan distribusi manfaat bagi para pihak yang terlibat dalam program karbon. Panduan bagi pihak-pihak yang akan membangun program karbon masih bersifat umum dan belum ada yang spesifik bagi jenis aktifitas tertentu seperti misalnya bagi pengelolaan hutan produksi alam pada tingkat tapak yang dilakukan oleh sebuah unit pengelolaan hutan. Namun demikian beberapa panduan umum dapat dijadikan rujukan untuk mendesain panduan spesifik tersebut diantaranya adalah Voluntary Carbon Standard – Guidance for Agriculture, Forestry and Other Land Use Projects (VCS 2007.1, 2008), dan REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010, yang dikembangkan oleh CCBA (Climate, Community and Biodiversity Alliance) dan CARE International.
3.2.a. Voluntary Carbon Standard – Guidance for Agriculture, Forestry and Other Land Use Projects (VCS 2007.1, 2008). VCS Association.
Pengembangan standar karbon sukarela (voluntary carbon standard/VCS) diinisiasi oleh The Climate Group, the International Emissions Trading Association dan the World Economic Forum pada akhir 2005, dan pada tahun 2007 bergabung The World Business Council for Sustainable Development sebagai jajaran pendiri. Pada November 2007 dirilis VCS 2007.
Program standar karbon VCS menyediakan panduan untuk menghitung dan memberi kredit pada proyek-proyek offset karbon sukarela pada sektor-sektor kunci: pertanian, kehutanan dan pemanfaatan lahan lainnya (agriculture, forestry and other land use/AFOLU). Jenis-jenis proyek AFOLU meliputi: (i) aforestasi, reforestasi dan revegetasi, (ii) pengelolaan lahan pertanian, (iii) pengelolaan hutan yang lebih baik, dan (iv) pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Pada dasarnya VCS mensyaratkan proyek-proyek karbon harus mampu menunjukkan pemenuhan syarat-syarat penting agar layak masuk dalam skema VCS yaitu:
17Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
• Manfaat lebih (additionality): adalah bahwa proyek harus memiliki manfaat lebih yaitu melampaui penurunan emisi “biasa” yang nyata dibandingkan dengan penurunan emisi yang dihasilkan tanpa proyek tersebut. Proyek harus menunjukkan bahwa mereka tidak dimandatkan oleh kerangka kerja perundang-undangan, statuta atau regulasi lain mana pun yang berlaku (yaitu regulatory surplus) dan kemudian menunjukkan bahwa mereka bukanlah praktek biasa/sehari-hari (business as usual) lewat salah satu dari tiga tes berikut: uji proyek (menunjukkan hambatan yang dihadapi jika tidak didukung pendanaan karbon, uji kinerja (menunjukkan hasil sebagaimana rujukan yang disepakati) dan uji teknologi (menggunakan teknologi rendah emisi).
• Kepermanenan (permanence): mekanisme untuk menjamin karbon yang disimpan lewat proyek-proyek berbasis lahan hilang seiring dengan waktu, entah secara sengaja (misalnya pembalakan atau ekspansi pertanian) atau secara tidak sengaja (misalnya kebakaran alami atau hama). Untuk mengatasi risiko-risiko terjadinya hal yang tidak diinginkan ini, perlu dibangun sebuah cadangan penyangga (buffer reserve), yang menjamin bahwa seluruh kredit GRK yang dikeluarkan didukung oleh sebuah simpanan kredit penyangga yang tidak dapat diperdagangkan (non-tradable buffer credits).
• Kebocoran (leakage): pelaksanaan proyek di lokasi dapat menghasilkan peningkatan emisi di tempat lain, misalnya saat melindungi suatu wilayah hutan tertentu maka penyebab deforestasi (pelaku peladangan berpindah atau penebang pohon) dapat pindah ke tempat lain dan terus melakukan deforestasi. Dampak di tempat lain ini disebut “kebocoran” dan dapat mengurangi secara drastis manfaat iklim netto yang dihasilkan oleh proyek karbon. Oleh karena itu proyek disyaratkan mendefinisikan, mengurangi, memonitor dan menghitung kebocoran yang mungkin terjadi karena akan diperhitungkan dalam kalkulasi keberhasilan proyek.
Dari keempat jenis-jenis proyek AFOLU di atas, yang relevan dalam studi ini adalah proyek pengelolaan hutan yang lebih baik (improved forest management/IFM). Sedangkan proyek REDD kurang relevan karena masih menggunakan REDD ‘versi lama’ yang belum memasukkan aspek konservasi dan pengelolaan hutan secara lestari, pemulihan dan penghutanan kembali serta peningkatan cadangan karbon hutan. Kegiatan-kegiatan dalam konteks IFM yang layak (eligible) dalam skema VCS adalah:
1) Pelaksanaan Reduced Impact Logging (RIL). Perubahan praktek logging konvensional ke RIL pada umumnya akan mengurangi emisi karbon melalui: pengurangan kerusakan tegakan sisa melalui penentuan lokasi arah rebah yang tepat, perbaikan seleksi pohon yang akan ditebang berdasarkan inventarisasi dengan mempertimbangkan ukuran dan lokasi pohon, perbaikan teknik penyaradan (skidding) maupun penataan jalan angkutan kayu.
2) Konversi dari hutan yang ditebang menjadi hutan yang dilindungi meliputi: (i)melindungi hutan yang diusahakan saat ini atau hutan dan hutan tanaman yang terdegradasi dari penebangan dan degradasi di kemudian hari, (ii) melindungi hutan yang belum ditebang yang direncanakan untuk ditebang jika tidak ada skema pembiayaan karbon. Pada umumnya, mengubah hutan yang diproduksi kayunya menjadi hutan lindung akan mengurangi emisi yang disebabkan penebangan (i.e melindungi stok karbon) dan meningkatkan stok karbon dari pertumbuhan hutan.
3) Memperpanjang daur pada pengelolaan hutan seumur (extension rotation age/ERA). Pada dasarnya pohon dipanen pada kondisi nilai ekonomis atau rotasi optimal; memperpanjang rotasi berarti meningkatkan stok karbon pada tanah. Meskipun tidak ada nilai pasti berapa tahun perpanjangan rotasi tersebut namun secara umum semakin panjang rotasi semakin banyak stok karbon yang dipertahankan.
18 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
4) Konversi hutan produktifitas rendah menjadi hutan produktifitas tinggi. Hutan berproduktifitas rendah biasanya kualifikasi atau statusnya sebagai hutan namun tidak banyak jenis-jenis komersial, telah atau sedang terdegradasi akibat dari tingginya tingkat gangguan (kebakaran, penggembalaan, pengambilan kayu bakar dsb.) maupun hutan yang memiliki tingkat pertumbuhan rendah. Kegiatan-kegiatan proyek pada tipe IFM ini dapat meliputi introduksi jenis-jenis pohon bernilai komersial tinggi maupun cepat tumbuh, mitigasi gangguan, pengayaan tanaman untuk meningkatkan kerapatan dan/atau teknik-teknik pengelolaan hutan lainnya (pemupukan, pengapuran) untuk meningkatkan stok karbon.
Dalam konteks pengelolaan hutan produksi di Indonesia keempat aktifitas di atas dapat terjadi pada suatu areal konsesi pengusahaan hutan secara bersama-sama. Konteks pengusahaan hutan produksi lestari (PHPL) meliputi aktifitas-aktifitas IFM yang layak dalam VCS tersebut di atas. Selain persyaratan metodologi perhitungan karbon, beberapa syarat yang berkaitan dengan praktek pengelolaan hutan yang harus diperhatikan untuk membangun program karbon yang layak untuk skema VCS secara garis besar adalah:
1) Status lahan dan batas-batas lokasi proyek:» Lahan berstatus hutan» Batas-batas lokasi proyek dideliniasi secara jelas dan dipetakan» Deskripsi legalitas hak atas hutan, hak akses atas karbon, dan sistem kepemilikan dan penggunaan tanah
(land tenure)
2) Perencanaan proyek» Tujuan proyek didefinisikan secara jelas» Jangka waktu minimum pengelolaan proyek ditetapkan» Memiliki proyeksi aktifitas pengelolaan dengan skenario adanya proyek maupun tidak adanya proyek» Identifikasi skenario pengelolaan hutan rujukan (baseline) yang memungkinkan dengan memperhatikan:
(i) sejarah pengelolaan (minimum 20 tahun untuk menunjukkan praktek pengelolaan normal) yang didalamnya meliputi hasil inventarisasi hutan, tingkat inventarisasi, tingkat pemanenan dan sebagainya, (ii) persyaratan legalitas pengelolaan hutan dan tata guna lahan, (iii) standar minimum pengelolaan lingkungan yang berlaku.
» Dalam menetapkan skenario pengelolaan hutan rujukan (baseline) dapat digunakan dua model pendekatan: (i) historical baseline, jika terdapat dokumen-dokumen yang mendukung yaitu; sejarah pengelolaan hutan selama 20 tahun sebelum proyek, catatan sejarah yang mengindikasikan pengelola dapat memenuhi semua persyaratan legalitas, catatan sejarah finansial yang mengindikasikan pengelola mampu memperoleh nilai di atas harga rata-rata perolehan yang berlaku di pasar, (ii) common practice baseline, jika tidak didukung dokumen-dokumen di atas, pendekatan ini harus dilakukan oleh konsultan terakreditasi dengan memperhatikan; rotasi pemanenan, metode pemanenanan, jenis-jenis yang dipanen maupun ditanam, zona yang tidak dipanen, zona pengelolaan sempadan sungai, zona kelerengan tinggi dan tanah yang tidak stabil serta luas maksimum bagian areal yang ditebang habis.
3) Praktek pengelolaan hutan. » Skema VCS untuk IFM dengan aktifitas memperpanjang periode rotasi (ERA) mensyaratkan unit
pengelolaan hutan telah lulus sertifikasi hutan skema FSC atau dapat lulus sertifikasi dalam satu tahun pertama sejak dimulainya proyek.
» Pengelola proyek harus dapat menunjukkan tidak terjadi kebocoran (leakage) di luar lokasi proyek.
19Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
3.2.b. REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010
Pengembangan Standar sosial dan lingkungan REDD+ (SSL REDD+) difasilitasi oleh Aliansi Iklim, Masyarakat dan Keanekaragaman Hayati (Climate, Community and Biodiversity Alliance/CCBA) dan CARE International. Panitia pengembangan standar merupakan perwakilan kelompok-kelompok kepentingan yang berimbang yang berfungsi mengawasi pengembangan standar serta menyetujui setiap proses perkembangan penyusunannya. Proses pengembangan standar dilakukan secara inklusif yang melibatkan pemerintah, organisasi-organisasi nonpemerintah dan organisasi masyarakat sipil lainnya, organisasi masyarakat adat, lembaga-lembaga internasional dibidang kebijakan dan riset, serta sektor swasta.
Standar sosial dan lingkungan REDD+ dikembangkan dalam rangka menyikapi meningkatnya kesadaran pada tingkat internasional maupun nasional atas kebutuhan akan suatu mekanisme pengamanan sosial dan lingkungan dengan mendefinisikan dan membangun dukungan bagi suatu kinerja sosial dan lingkungan yang lebih tinggi dari REDD dan program-program pengurangan emisi dari sektor kehutanan lainnya. Standar ini dirancang agar dapat diterapkan pada kerangka global REDD+ yang baru yang berguna bagi program-program yang dipimpin pemerintah di lingkup nasional maupun regional/negara bagian/propinsi dengan pilihan pembiayaan berbasis dana publik maupun mekanisme pasar.
Standar terdiri dari satu set prinsip, kriteria dan tolok ukur yang menjelaskan pentingnya perhatian atas hal tersebut dan kinerja sosial dan lingkungan yang diperlukan. Pengertian komponen-komponen standar tersebut adalah:
• Prinsip: adalah tingkat standar yang diniatkan (intended) yang menjelaskan tujuan dan lingkup penerapannya. Prinsip merupakan pernyataan-pernyataan yang mendasari hasil yang diharapkan.
• Kriteria: adalah kandungan (content) standar yang menjelaskan syarat-syarat pemenuhan sebagai upaya menegakkan prinsip. Kriteria bisa diverifikasi secara langsung namun biasanya diwakili oleh seperangkat tolok ukur.
• Tolok ukur: adalah parameter kuantitatif maupun kualitatif yang dapat dicapai dan diverifikasi terkait dengan pemenuhan kriteria.
Keseluruhan standar sosial dan lingkungan REDD+ terdiri dari 8 prinsip, 34 kriteria dan 98 tolok ukur. Keseluruhan standar disajikan pada Lampiran 1.
4. Kompatibilitas standar penilaian PHL dan REDD
Analisis kompatibilitas standar PHPL dengan standar karbon dilakukan melalui analisis isi (content analysis) yang direpresentasikan dalam pernyataan pada tingkat prinsip, kriteria dan tolok ukur atau indikator. Setiap pernyataan mewakili ide atau esensi yang secara hirarkis menjelaskan tujuan (prinsip), syarat-syarat pemenuhan (kriteria) dan parameter-parameter yang dapat diverifikasi dalam rangka mencapai tujuan (indicator).
Standar yang diperbandingkan adalah standar PHPL LEI dengan standar sosial dan lingkungan REDD+ versi Juni 2010. Adapun standar VCS (Voluntary Carbon Standard) 2008 tidak dapat diperbandingkan karena standar tersebut lebih ditujukan bagi teknik penghitungan karbon pada masing-masing landuse dan tidak cukup memberikan panduan bagi pihak pengelola program karbon tentang bagaimana mengelola program tersebut.
20 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prinsip
CCBA LEI
Prinsip 1 :Hak atas tanah, wilayah dan sumberdaya diakui dan dihormati
Kelestarian Fungsi Sosial
Prinsip 2 :Manfaat dari program REDD+ didistribusikan secara berkeadilan diantara para pemangku-kepentingan dan pemangku-hak
Kelestarian Fungsi Sosial
Prinsip 3 :Program REDD+ memberikan sumbangan bagi upaya mendorong penghidupan berkelanjutan dan pengha-pusan kemiskinan bagi masyarakat yang hidupnya bergantung kepada hutan
Kelestarian Fungsi Sosial
Prinsip 4 :Program REDD+ harus memberikan sumbangan dan terintegrasi secara luas ke dalam tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan dan tata kelola yang baik
Kelestarian Fungsi Produksi, Sosial dan Ekologi
Prinsip 5 :Terpeliharanya dan diperbaikinya keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan
Kelestarian Fungsi Ekologi
Prinsip 6 :Semua pemangku-kepentingan dan pemangku-hak terkait dapat berpartisipasi secara purna (penuh) dan efektif pada program REDD+
Kelestarian Fungsi Sosial
Prinsip 7 :Setiap saat semua pemangku-kepentingan dan pemangku–hak memiliki hak untuk mengakses dan mem-peroleh informasi yang sesuai dan akurat guna menegakkan tata-kelola yang baik dari program REDD+
Kelestarian Fungsi Sosial
Prinsip 8 :Program REDD+ sejalan dan mematuhi kerangka hukum dan perundangan setempat dan nasional serta perjanjian-perjanjian internasional yang berlaku
Kelestarian Fungsi Sosial
Tabel 4. Kesetaraan prinsip-prinsip yang tertera dalam CCBA dan LEI
Lingkup aplikasi Standar PHPL secara tegas ditujukan untuk tingkat tapak yaitu unit pengelola hutan produksi, sedangkan standar sosial dan lingkungan REDD+ tidak secara tegas mendefinisikan lingkup aplikasinya. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa indikator dalam standar sosial dan lingkungan REDD+ yang membahas isu-isu di luar kewenangan pihak pengelola karbon pada tingkat tapak tidak dapat diperbandingkan. Dengan kata lain content analysis untuk mengidentifikasi kompatibilitas standar dilakukan hanya pada isu-isu yang berada dalam kewenangan pengelola program karbon pada tingkat tapak atau unit pengelolaan hutan. Hasil identifikasi disajikan pada Lampiran 2.
Resume dari Lampiran 2 yang menggambarkan interseksi standar PHPL dengan standard sosial dan lingkungan REDD+, serta kekurangan isu-isu yang dicakup kedua standard disajikan pada Tabel 5.
Kesetaraan Prinsip-Prinsip dalam CCBA dan LEI
CCBA dan LEI mendefinisikan prinsip sebagai landasan kebenaran. Namun prinsip-prinsip SSL REDD+ dan LEI punya tingkat kerincian yang berbeda seperti tertera dalam Tabel. SSL REDD+ lebih rinci mendefinisikan prinsipnya dari pada LEI. Delapan prinsip yang ada dalam SSL REDD+ dapat dinaungi oleh tiga prinsip dalam LEI untuk PHL. Walaupun demikian karena prinsip-prinsip SSL REDD+ dibuat khusus untuk REDD+ dan prinsip-prinsip LEI untuk PHL maka penjabaran dari prinsip-prinsip tersebut bisa berbeda. Perbedaan rincian ini akan ditemui dalam perumusan kriteria dan indikatornya. Tabel 4 memberi penjelasan mengenai kesetaraan prinsip-prinsip yang tertera dalam SSL REDD+ maupun LEI. Sedangkan pada Gambar 9, merupakan ilustrasi sederhana mengenai kompatibilitas dari kedua standar tersebut.
21Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Gambar 9. Kompatibilitas indikator-indikator PHPL dan REDD+
REDD+ (kekurangan PHPL)
InterseksiPHPL (kekurangan REDD+)
Tabel 5. Resume hasil analisis kompatibilitas standar PHPL LEI dengan standar sosial dan lingkungan REDD+ CCBA
Aspek Interseksi/irisan (indikator-indikator PHPL yang
sepadan dengan indikator-indikator SSL REDD+)
Kekurangan dalam standar PHPL
Kekurangan dalam standard sosial dan lingkungan REDD+
Keterangan
Produksi 1) P.2.1. Pengorganisasian kawasan yang menjamin kegiatan produksi yang berkelanjutan yang dituangkan dalam berbagai tingkat rencana dan diimplementasikan
2) Indikator P 3.5 tentang investasi dan reinvestasi
Isu-isu aspek produksi pada tingkat unit pengelolaan hutan tidak terdapat dalam SSL REDD+
Restrukturisasi isu-isu aspek produksi perlu dilakukan dalam kerangka tahapan proses pengelolaan hutan (perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan).
Ekologis/ Lingkungan
1) Indikator-indikator PHPL E.1.1, E.1.2, E.2.1, E.2.2, (berkaitan dengan isu pemeliharaan keanekaragaman hayati)
2) Indikator-indikator E.1.3, E.1.4, E.1.5, E.2.3, E.2.4, E.2.5, E.2.6 (berkaitan dengan isu penilaian dampak lingkungan kegiatan pemanfaatan hutan atas kom-ponen lingkungan satwaliar dan tumbuhan)
3) Indikator-indikator E.2.7, E.2.8 E.1.8, E.1.11 (berkaitan dengan pengelolaan dampak lingkung-an)
1) Analisis dampak program REDD+ terhadap keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan (Indikator SSL REDD+: 5.2.1, 5.2.2,)
2) Umpan balik hasil pemantauan untuk melakukan tindakan-tindakan meningkatkan dampak positif terhadap lingkungan. (IndikatorSSL REDD+: 5.3.3)
Dampak kegiatan produksi terhadap kualitas tanah dan air serta efektifitas pengelolaan dampak terhadap tanah dan air (indicator PHPL E.1.6, E.1.7, E.1.9, E.1.10,)
1) Analisis dampak lingkungan yang dilakukan pada unit pengelolaan hutan adalah untuk kegiatan pemanfaatan hutan produksi yang fokus kegiatannya adalah produksi kayu.
2) Analisis dampak lingkungan untuk program REDD+ belum dilakukan dan belum ada kerangka hukum yang mengaturnya.
22 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Aspek Interseksi/irisan (indikator-indikator PHPL yang
sepadan dengan indikator-indikator SSL REDD+)
Kekurangan dalam standar PHPL
Kekurangan dalam standard sosial dan lingkungan REDD+
Keterangan
Sosial 1) Indikator PHPL S.1.1. Batas antara kawasan konsesi dengan kawasan komunitas setempat terdelineasi secara jelas, dan diperoleh melalui persetujuan antarpihak yang terkait di dalamnya.
2) Indikator PHPL S.1.2. Terjaminnya akses dan kontrol penuh masyarakat secara lintas generasi terhadap kawasan hutan adat.
3) Indikator PHPL S 1.3 Terjaminnya akses pemanfaatan hasil hutan oleh komunitas secara lintas generasi di dalam kawasan konsesi
4) Indikator PHPL S.1.4 Digunakannya tata cara atau mekanis-me penyelesaian sengketa yang tepat pada pertentangan klaim atas hutan yang sama
5) Indikator S.2.1: Sumber-sumber ekonomi komunitas minimal tetap mampu mendukung kelangsungan hidup komunitas secara lintas generasi) dan indikator S 2.4: modal domestik berkembang
6) Indikator PHPL S.3.1: terjaminnya hak asasi manusia
7) indikatorPHPLS.2.2 :Adanya pengakuan dan kompensasi formal (legal) terhadap penggunaan pengetahuan tradisional masyarakat adat di dalam sistem pengelolaan yang diterapkan oleh unit pengelolaan.
1) Kewajiban program REDD+ menyebarluaskan persyaratan FPIC (Indikator SSL REDD+ 1.3.2)
2) Perjanjian kompensasi jika terjadi pemindahan berdasarkan persetujuan tanpa paksaan. (Indikator SSL REDD+: 1.3.6)
3) Perumusan hak-hak karbon bagi para pihak (Indikator 1.5.1
4) Analisis biaya-manfaat serta resiko program REDD+ bagi setiap kelompok pemangku kepen-tingan ( Indikator SSL REDD+ 2.1.1)
5) Kriteria 2.2 (6 indikator), 2.3 (2 indikator) belum terdapat pada standar PHPL.
6) Kriteria 3.2 (2 indikator) dan kriteria 3.3 (3 indikator) tentang analisis dampak program REDD+ terhadap komponen sosial-budaya belum ada dalam standar PHPL
7) Indikator 6.1.3 prosedur mengajukan diri sebagai stakeholder program REDD+
8) Kriteria 6.2 (6 indikator) ten-tang pelibatan para pihak dalam perancangan, pelak-sanaan dan evaluasi program melalui proses konsultasi yang efektif atau bentuk partisipasi yang lebih aktif.
9) Kriteria 7.1, 7.2, 7.4 dan 7.5 tentang informasi dan akses para pihak terhadap informasi program REDD+ belum ada dalam standar PHPL
1) Komunitas mampu mengakses kesempat-an kerja dan peluang berusaha yang terbuka (Indikator PHPL S2.3)
2) Peninjauan berkala terhadap kesejahteraan karyawan dan jaminan atas fa-silitas akomodasi yang memadai (Indikator S2.5)
3) Minimasi dampak unit pengelolaan pada integrasi sosial dan cultural (Indikator PHPL S.3.1)
4) Promosi pemberdayaan komunitas dan karyawan (Indikator PHPL S.3.2)
5) Minimasi dampak kegiatan unit pengelolaan pada kesehatan masyarakat (Indikator PHPL S.4.1)
6) Kerja sama dengan otoritas kesehatan (Indikator PHPL S.4.2)
7) Keberadaan dan Pelaksanaan Kesepakatan Kerja Bersama (Indikator PHPL S.5.1)
8) Pelaksanaan Upah Minimum Regional (UMR) dan struktur gaji yang adil (Indikator PHPL S.5.2)
9) Pelaksanaan ke-tentuan Kesehatan dan Kese-lamatan Kerja (K3) (Indikator PHPL S.5.3)
1) Indikator SSL REDD+ 1.2.1, 1.3.1, 1.3.3 tidak applicable pada tingkat unit pengelolaan, applicable pada tingkat kebijakan nasional
2) Kriteria 4.1 SSL REDD+ (3 indikator), 4.2 (3 indikator), 4.4 (2 indikator) dan 4.5 (6 indikator) tidak relevan untuk tingkat unit pengelolaan, melainkan pada tingkat nasional dan berada dalam kewenangan pemerintah.
3) SSL REDD+ Kriteria 6.3 (4 indikator) tentang pengaturan sistem perwakilan dalam masing-masing kelompok stakeholders tidak relevan untuk unit pengelolaan karena bukan kewenangannya.
4) SSL REDD+ Kriteria 8.2 kontradiktif dengan statement prinsipnya. Dalam statement prinsip dinyatakan bahwa harus tunduk pada kerangka hukum dan perundang-undangan setempat. Sedangkan kriteria 8.2 menyatakan jika hukum setempat atau hukum nasional tidak konsisten dengan standar, suatu proses kajian ulang harus dilakukan untuk memecahkan inkonsistensi tersebut.
23Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
5. Panduan penyiapan unit pengeloaan hutan untuk implementasi PHL dan REDD+
Untuk kepentingan penyusunan panduan, maka hasil analisis kompatibilitas standar pada butir 4 di atas harus distrukturkan dalam format yang familiar bagi pengguna yaitu pihak unit pengelolaan. Format tersebut adalah yang mengikuti kerangka tindakan-tindakan manajemen dalam urutan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan kelembagaan pengelolaannya. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi pengulangan-pengulangan isu (redundancy) pada masing-masing standar agar panduan yang dihasilkan cukup sederhana namun satu isu atau aktifitas yang dilakukan dapat mencakup beberapa isu dalam standar penilaian PHPL maupun SSL REDD+. Analisis redundancy dilakukan terhadap standar sosial dan lingkungan REDD+ yang applicable untuk lingkup tapak atau unit pengelolaan hutan. Hasil analisis redundancy terhadap standar sosial dan lingkungan REDD+ disajikan pada lampiran 1.
Perumusan panduan dalam format baru pada dasarnya adalah mengelompokkan indikator-indikator dari kedua standar yang identik ke dalam bagian-bagian (section) yang sesuai, yaitu: penataan kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan program dan pemantauan pelaksanaan program. Masing masing bagian memiliki indikator dan setiap indikator memiliki means of verification dan rujukan indikator induknya yang terdapat di kedua standar. Tabel panduan yang merupakan hasil rekonstruksi ulang indikator-indikator tersebut disajikan pada Lampiran 2.
Dijelaskan lebih lanjut, dalam tabel 5.2, terdapat beberapa kolom Bagian/tindakan yang berisi serangkaian tindakan mulai dari bagian/tindakan pertama (1) penataan organisasi (institutional arrangement) dimana bagian ini menjadi prasarat penting agar program REDD diimplentasikan dalam entitas/pemangku yang jelas. Dengan demikian proses tanggung jawab serta tanggung gugat program dapat diselenggarakan dengan konstruksi yang terukur.
Pada bagian/tindakan kedua (2) Tindakan Perencanaan, dimana setelah ada kejelasan entitas pengelolanya, perlu adanya konsep perencanaan yang matang dan terintegrasi antara implementasi SFM dengan tujuan REDD+, misalnya konsep-konsep perhitungan karbon (carbon accounting) sudah menjadi bagian dari proses inventarisasi tegakan sebelum penebangan, serta penguatan dalam informasi spasial di areal unit pengelolaan. Selanjutnya dalam aspek perencanaan, didalamnya juga termasuk rencana kelola dan pemantuan lapangan aspek lingkungan dan sosialnya.
Pada kolom bagian/tindakan poin ke (3) yaitu Pelaksanaan program dibagi menjadi aspek produksi, ekologi/lingkungan, dan sosial. Poin ke tiga ini merupakan kegiatan inti yang perlu dilaksanakan oleh pemegang konsesi. Hal terpenting pada aspek produksi adalah aspek kepastian kawasan dimana terkait dengan mekanisme transaksi perdagangan karbon yang umumnya bersifat jangka panjang.
Dalam tindakan Pelaksanaan Program termasuk juga kegiatan pengelolaan lingkungan ekologi dan sosial, dimana secara garis besar kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menjamin bahwa program perdagangan karbon melalui REDD+ dapat terselenggara dengan baik dengan meminimalkan ancaman (threath) terhadap areal serta tegakan hutan sebagai penyimpan karbon (carbon stock) dan sekaligus menjamin keberadaan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan untuk berpartisipasi aktif dalam program tersebut dengan mengakomodasi hak dan kewajiban mereka.
24 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
6. Glossary
3E Criteria
Effectiveness, Efficiency and Equity, pertama kali digunakan dalam Laporan Stern, untuk mengevaluasi skema pengurangan emisi rumah kaca (greenhouse gas). Kriteria- kriterai tersebut digunakan untuk mengevaluasi beberapa pilihan- pilihan untuk arsitektur REDD secara global.
Additionality
Dalam sistem karbon kredit berarti pembayaran untuk pengurangan emisi sampai pada tingkat dibawah Bussines as Usual (BAU)
Business as Usual (BAU)
Sebuah Kebijakan referensi netral untuk emisi masa depan, atau proyeksi dari tingkat emisi mendatang tanpa kegiatan REDD.
Baseline
Disebut juga reference line, terdapat tiga konsep baseline (1) baseline berdasarkan kesejarahan (historical baseline), yaitu laju deforestasi dan degradasi (DD), yang menghasilkan emisi CO2 masa lalu dikalikan jumlah dengan tahunnya. (2) Proyeksi DD, dimana BAU sebagai acuan untuk menentukan pengaruh dari kegiatan REDD dan menjamin adanya additionality.(3) Crediting baseline, atau garis referensi sebagai acuan untuk pemberian karbon kredit jika tingkat emisi dibawah garis referensi tersebut.
Carbon Market
Badan dan mekanisme pendanaan yang dapat menukar kredit karbon yang dihasilkan dari aktivitas REDD yang telah diverifikasi. Bentuknya bisa berupa ‘pasar sukarela’ (voluntary markets, yang terbentuk dalam mekanisme kesepakatan bilateral antara pihak-pihak yang melakukan jual-beli) atau ‘pasar wajib’ (compliance markets, yang secara sah diatur untuk mencapai target penurunan emisidalam kesepakatan multilateral).
Carbon Trading
Transaksi kredit karbon yang telah diverifikasi dalam bentuk sertifikat yang dihasilkan dari kegiatan REDD.
Carbon Pool
Suatu sistem yang mempunyai mekanisme untuk mengakumulasi atau melepas karbon. Contoh pool carbon adalah biomasa di berbagai bagian tanaman.
Carbon sink (rosot karbon)
Media atau tempat penyerapan dan penyimpanan karbon dalam bentuk bahan organik, vegetasi hutan, laut dan tanah.
Cap and Trade
Sistem regulasi ganda dimana cap adalah batas emisi yang ditentukan oleh pemerintah dan trade adalah pasar yang diciptakan oleh pemerintah untuk melakukan jual-beli kredit GRK. Perusahaan yang mengemisikan GRK kurang dari yang ditentukan dapat menjual kreditnya kepada perusahaan lain yang mengemisikan lebih besar daripada ketentuan.
25Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Leakage (Kebocoran):
Fenomena yang terjadi ketika pengurangan emisi di satu kawasan justru menyebabkan meningkatnya emisi di kawasan yang lainnya. Contoh: sebuah proyek REDD yang melindungi hutan di suatu kawasan namun menyebabkan peningkatan kegiatan deforestasi di tempat lainnya. Kebocoran ini juga dikenal sebagai pemindahan emisi.
Liability (Jaminan):
Kewajiban proyek atau negara yang menerapkan REDD untuk memberikan jaminan bahwa pengurangan emisi yang akan memperoleh kredit dapat menjadi permanen.
Permanence (Permanen): Jangka waktu pengembalian emisi GRK yang telah direduksi.
Planted forest (Hutan tanaman): Lahan yang ditumbuhi tegakan pohon yang dibentuk melalui penyemaian benih dan penanaman anakan pohon.
Primary forest (Hutan primer): Lahan yang ditumbuhi oleh jenis-jenis pohon dan tanaman berkayu yang tumbuh secara alami dan sebagian besar belum terjamah oleh aktivitas manusia sehingga proses ekologisnya tidak terganggu.
Stern Review (Kajian Stern): Laporan yang disusun oleh Sir Nicholas Stern’s pada tahun 2006 untuk pemerintah Inggris yang mengkaji perspektif ekonomi perubahan iklim. Kajian Stern bukanlah yang pertama kali dilaporkan namun demikian laporan ini dianggap yang paling banyak memberikan pengaruh.
UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) (Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim): Perjanjian atau kesepakatan yang dibuat pada tahun 1992 yang mendesak semua negara yang berkepentingan untuk menstabilkan konsentrasi GRK di atmosfer pada tingkat yang dianggap tidak membahayakan iklim bumi.
27Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Angelsen A (ed.). 2008. Moving ahead with REDD: Issues, options and implications. Bogor: CIFOR.
Bertault JG, Sist P. 1997. An experimental comparison of different harvesting intensities with reduced-impact and conventional logging in East Kalimantan, Indonesia. Forest Ecology and Management 94: 209-218.
Bettinger P, Boston K, Siry JP, Grebner DL. 2009. Forest Mangement and Planning. Amsterdam: Elsevier.
Chomitz KM. 2007. At loggerheads? Agricultural expansion, poverty reduction and environment in the tropical forests. Washington (DC): World Bank Policy Research Report, the Worldbank.
CPF (Collaborative Partnership on Forests). 2008. Strategic framework for forests and climate change. Bogor: CIFOR.
Hassan R, Scholes R, Ash N (2005 ) Ecosystems and human well-being: Current state and trends, Volume 1. Island Press, Washington, Covelo, London.
Hennigar CR, MacLean DA, Amos-Binks LJ. 2008. A novel approach to optimize management strategies for carbon stored in both forests and wood products. Forest Ecology and Management 256: 786–797
IPCC 2006. Guidelines for national greenhouse gas inventories – volume 4: Agriculture, land use and forestry (GL-AFOLU). http://www.ipcc-nggip.iges.or.jp/public/2006gl/vol4.html (10 Januari 2011)
Lasco RD, MacDicken KG, Pulhin FB, Guillermo IQ,Sales RF, Cruz RVO. 2006. Carbon stocks assessment of a selectively logged dipterocarp forest and wood processing mill in the Philippines. Journal of Tropical Forest Science 18(4): 166–172
Liu G, Hana S.2009.Long-term forest management and timely transfer of carbon into wood products help reduce atmospheric carbon. Ecological Modelling 220: 1719–1723
Putz FE, Zuidema PA, Pinard MA, Boot RGA, Sayer JA,Sheil D, Sist P, Elias, Vanclay JK. Improved Tropical Forest Management for Carbon Retention. Perspective, PLoS Biology, preprint, doi:10.1371/journal.pbio.0060166
Stern N. 2007. The Economics of Climate Change: The Stern Review. Cambridge, UK: Cambridge University Press.
TNC (The Nature Conservancy). 2009. Don’t Forget the Second “D”: The Importance of Including Degradation in a REDD Mechanism. Policy Brief. TNC.
Daftar Pustaka
28 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
UNFCCC. 2007. Investment and Financial Flows to Address Climate Change. United Nations Framework Convention on Climate Change.
UNEP. 2009. First Scientific and Technical Advisory Panel Submission on LULUCF to GEF Technical Advisory Groups on Climate Change, Sustainable Forest Management, Land Degradation and Biodiversity – 9 April 2009
Wikipedia. 2011. Sustainable forest management. http://en.wikipedia.org/wiki/Sustainable_forest_management#cite_note-4 (18 Januari 2011)
Winjum JK, Brown S, Schlamadinger B. 1998. Forest harvest and wood products: Sources and sinks of atmospheric carbon dioxide. Forest Science 44:2. 272-284
29Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Lampiran
31Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Lampiran1.Identifikasikriteriada
nindicatoryangm
emilikipengertianidentik
/sam
a(com
plem
entary)pa
dastandardsosialdan
lingk
unga
n RE
DD+
Prin
sip
1 : H
ak a
tas
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a di
akui
dan
dih
orm
ati
Kriter
ia d
an ind
ikat
or y
ang
iden
tik
No.
Kriter
iaNo
Indi
kato
r No.
Kriter
iaNo
Indi
kato
r
1.1
Prog
ram
RED
D+ s
ecar
a ef
ektif
men
gide
ntifi
kasi
pem
angk
u-pe
man
gku
hak
yang
ber
beda
(hu
kum
pos
itif
dan
adat
) se
rta
hak-
hak
mer
eka
atas
tan
ah, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am ter
kait d
enga
n pr
ogra
m.
1.1.1
Suat
u pr
oses
dila
ksan
akan
unt
uk
men
ginv
enta
risa
si d
an m
emet
akan
ha
k-ha
k hu
kum
pos
itif
dan
adat
ata
s ta
nah, w
ilaya
h da
n pe
ngua
saan
/ ak
ses/
peng
elol
aan
atas
sum
berd
aya
alam
(ter
mas
uk y
ang
men
yang
kut pe
rem
puan
da
n ke
lom
pok
yang
ber
pote
nsi
terp
ingg
irka
n) ter
kait d
enga
n pr
ogra
m
serta
tum
buka
n at
au tum
pang
tin
dih
hak.
6.1
Prog
ram
RED
D+
men
gide
ntifi
kasi
dan
men
elaa
h ke
khas
an k
elom
pok-
kelo
mpo
k pe
man
gku
kepe
ntin
gan
6.1.1
Kelo
mpo
k-ke
lom
pok
pem
angk
u ke
pent
inga
n te
ride
ntifi
kasi
, ter
mas
uk
mas
yara
kat ad
at, m
asya
raka
t se
tem
pat,
kelo
mpo
k pe
rem
puan
da
n ke
lom
pok
yang
ber
pote
nsi
terp
ingg
irka
n.
6.1.2
Hak
dan
kep
enting
an d
ari se
tiap
ke
lom
pok
piha
k te
rkai
t de
ngan
pr
ogra
m R
EDD+
ditel
aah
term
asuk
m
asal
ah p
oten
si h
amba
tan
mer
eka
untu
k be
rpar
tisi
pasi
1.1.2
Renc
ana-
renc
ana
tata
gun
a la
han
term
asuk
ren
cana
pen
gelo
laan
hut
an d
i da
lam
kaw
asan
yan
g di
teta
pkan
seb
agai
lo
kasi
pro
gram
RED
D+ m
engi
dent
ifika
si
hak-
hak
dari s
emua
pem
angk
u-ha
k da
n ba
tas-
bata
s ru
ang
fisik
wila
yah
mer
eka.
1.2
Prog
ram
RED
D+ m
engh
orm
ati da
n m
enga
kui ba
ik h
ak-h
ak h
ukum
pos
itif
mau
pun
adat
ata
s ta
nah, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am y
ang
tela
h di
kuas
ai, d
ihun
i da
n/at
au p
alin
g se
diki
t di
man
faat
kan
atau
dip
erol
eh m
asya
raka
t ad
at a
tau
mas
yara
kat se
tem
pat.
1.2.2
Renc
ana-
renc
ana
tata
gun
a la
han
term
asuk
ren
cana
pen
gelo
laan
hut
an d
i da
lam
kaw
asan
hut
an y
ang
dite
tapk
an
seba
gai lo
kasi
pro
gram
RED
D+
men
gaku
i ha
k-ha
k hu
kum
pos
itif
dan
adat
mas
yara
kat ad
at d
an m
asya
raka
t se
tem
pat.
1.2.3
Prog
ram
RED
D+ m
engu
tam
akan
te
rjam
inny
a ke
sela
mat
an h
ak-h
ak
huku
m p
ositif
atas
tan
ah, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am y
ang
seca
ra tur
un
tem
urun
tel
ah d
imili
ki, d
ihun
i da
n/at
au
palin
g se
diki
t di
kelo
la, d
iman
faat
kan
atau
dip
erol
eh m
asya
raka
t ad
at a
tau
mas
yara
kat se
tem
pat.
32 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prin
sip
1 : H
ak a
tas
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a di
akui
dan
dih
orm
ati
Krite
ria
dan
indi
kato
r ya
ng id
entik
No.
Kriter
iaNo
Indi
kato
r No.
Kriter
iaNo
Indi
kato
r
1.3
Prog
ram
RED
D+ m
ensy
arat
kan
para
pe
man
gku
hak
yang
tel
ah ter
info
rmas
ikan
m
embe
rika
n pe
rset
ujua
n aw
al tan
pa
paks
aan
()
terh
adap
sem
ua b
entu
k ke
giat
an y
ang
berd
ampa
k te
rhad
ap h
ak-h
ak m
erek
a at
as
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am y
ang
diku
asai
dan
dim
iliki
.
1.3.1
1.3.2
Prog
ram
RED
D+ s
ecar
a ef
ektif
m
enye
barlua
skan
inf
orm
asi te
ntan
g pe
rsya
rata
n pe
ngin
form
asia
n un
tuk
pers
etuj
uan
awal
tan
pa p
aksa
an b
agi
para
pem
angk
u ha
k te
rhad
ap s
emua
be
ntuk
keg
iata
n ya
ng b
erda
mpa
k te
rhad
ap h
ak-h
ak m
erek
a at
as tan
ah,
wila
yah
dan
sum
berd
aya
alam
.
1.3.3
1.3.4
Pers
etuj
uan
awal
tan
pa p
aksa
an d
ari
mas
yara
kat se
tem
pat ya
ng tel
ah
terinf
orm
asik
an b
erke
naan
den
gan
adat
, nor
ma
dan
trad
isi m
erek
a un
tuk
kegi
atan
yan
g be
rdam
pak
pada
hak
-hak
m
erek
a, ter
utam
a ha
k un
tuk
mem
iliki
da
n m
enga
was
i la
han, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am m
ilik
mer
eka.
1.3.5
Pers
etuj
uan
awal
tan
pa p
aksa
an
dari p
ara
pem
angk
u-ha
k ya
ng tel
ah
terinf
orm
asik
an b
agi se
mua
ben
tuk
kegi
atan
yan
g be
rdam
pak
terh
adap
ha
k-ha
k m
erek
a at
as tan
ah, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am d
ilaks
anak
an m
elal
ui
kera
ngka
pro
ses
yang
tel
ah d
isep
akat
i se
mua
pih
ak.
1.3.6
Apab
ila ter
jadi
pen
ampu
ngan
ata
u pe
min
daha
n se
cara
fisik
atau
pun
ekon
omi pa
da s
aat pe
rset
ujua
n aw
al tan
pa p
aksa
an y
ang
tela
h te
rinf
orm
asik
an, s
ebel
umny
a di
buat
pe
rjan
jian
pers
yara
tan
alte
rnat
ive
laha
n pe
ngga
nti da
n/at
au k
ompe
nsas
i ya
ng s
esua
i, da
n ha
k un
tuk
kem
bali
deng
an s
uatu
ala
san
terten
tu a
pabi
la
pem
inda
han
tela
h se
lesa
i
free
, prior
and
inf
orm
ed c
onse
nt
33Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prin
sip
1 : H
ak a
tas
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a di
akui
dan
dih
orm
ati
Krite
ria
dan
indi
kato
r ya
ng id
entik
No.
Kriter
iaNo
Indi
kato
r No.
Kriter
iaNo
Indi
kato
r
1.4
Prog
ram
RED
D+ m
enca
kup
suat
u pr
oses
pe
nyel
esai
an s
egal
a be
ntuk
sen
gket
a te
ntan
g ha
k at
as tan
ah, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am ter
kait d
enga
n pr
ogra
m
yang
mun
cul da
ri p
erse
tuju
an a
wal
tan
pa
paks
aan
dari p
ihak
-pih
ak y
ang
terlib
at.
1.4.1
Mek
anis
me
med
iasi
yan
g be
rlak
u ba
ik
di tin
gkat
mas
yara
kat,
loka
l m
aupu
n na
sion
al y
ang
bers
ifat tran
spar
an
dan
mud
ah d
isel
engg
arak
an g
una
men
yele
saik
an s
egal
a be
ntuk
sen
gket
a te
ntan
g kl
aim
hak
ata
s ta
nah, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am ter
kait d
enga
n pr
ogra
m R
EDD+
tel
ah d
ikem
bang
kan
dan
berjal
an.
6.6
Mek
anis
me
untu
k m
ener
ima
lapo
ran
dan
men
yele
saik
an
kelu
han
dan
seng
keta
ter
kait
deng
an p
eren
cana
an d
an
pela
ksan
aan
prog
ram
RED
D+.
6.6.1
Sebu
ah p
rose
s ya
ng tra
nspa
ran
dan
dapa
t di
akse
s se
mua
pih
ak
dibu
at u
ntuk
men
anga
ni k
eluh
an
dan
seng
keta
yan
g tim
bul se
lam
a pe
renc
anaa
n da
n pe
laks
anaa
n pr
oyek
, te
rmas
uk p
rose
s un
tuk
deng
ar-
pend
apat
, pem
berian
tan
ggap
an d
an
peny
eles
aian
kel
uhan
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
lam
kur
un w
aktu
yan
g waj
ar.
1.4.2
Peny
eles
aian
sen
gket
a di
sele
ngga
raka
n pa
da w
aktu
nya
sesu
ai k
eran
gka
wak
tu
yang
dis
epak
ati se
mua
pih
ak.
6.6.2
Pros
es p
enan
gana
n ke
luha
n di
info
rmas
ikan
kep
ada
sem
ua
pem
angk
u ke
pent
inga
n.
1.4.3
Tida
k ad
a ke
giat
an y
ang
dila
kuka
n da
lam
pro
gram
RED
D+ y
ang
dapa
t m
erug
ikan
aki
bat da
ri h
asil
pers
elis
ihan
yan
g tida
k te
rsel
esai
kan
dala
m h
al h
ak a
tas
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am y
ang
berh
ubun
gan
deng
an p
rogr
am ini
.
6.6.3
Pros
es p
enan
gana
n ke
luha
n di
kelo
la
oleh
pih
ak k
etig
a at
au p
enen
gah
untu
k m
ence
gah
tim
buln
ya k
onfli
k ke
pent
inga
n.
6.7
Para
pem
angk
u ha
k da
n pe
man
gku
kepe
ntin
gan
mem
iliki
kem
udah
an
bant
uan
huku
m d
an m
enge
tahu
i pr
oses
huk
um d
an h
ukum
yan
g te
rkai
t se
rta
impl
ikas
i ke
uang
an
dari p
rogr
am R
EDD+
.
6.7.1
Ters
edia
dan
ter
dapa
t ja
sa b
antu
an
huku
m b
agi pa
ra p
eman
gku
hak
dan
pem
angk
u ke
pent
inga
n un
tuk
mel
ayan
i m
erek
a da
lam
hal
pro
ses
huku
m d
an
huku
m s
erta
im
plik
asi ke
uang
an d
ari
prog
ram
RED
D+.
1.5
Pada
pro
gram
RED
D+ y
ang
mem
ungk
inka
n ad
anya
pen
guas
aan
dan
kepe
mili
kan
privat
dar
i ha
k at
as k
arbo
n, h
ak-h
ak
ters
ebut
did
asar
kan
pada
hak
-hak
huk
um
posi
tif da
n ad
at a
tas
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am (se
perti te
lah
teride
ntifi
kasi
pad
a Pr
insi
p 1.1)
yan
g te
lah
men
ghas
ilkan
pem
angk
asan
dan
pe
nyer
apan
em
isi ga
s-ga
s ru
mah
kac
a.
1.5.1
Suat
u pr
oses
unt
uk m
enje
lask
an
dan
mer
umus
kan
hak-
hak
atas
ka
rbon
dik
emba
ngka
n da
n di
tera
pkan
be
rdas
arka
n ha
k-ha
k hu
kum
pos
itif
dan
adat
ata
s ta
nah, w
ilaya
h, d
an
sum
berd
aya
alam
(se
perti te
lah
teride
ntifi
kasi
pad
a Pr
insi
p 1.1)
yan
g te
lah
men
ghas
ilkan
pem
angk
asan
dan
pe
nyer
apan
em
isi ga
s-ga
s ru
mah
kac
a.
34 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prin
sip
2 : M
anfa
at d
ari p
rogr
am R
EDD+
did
istr
ibus
ikan
sec
ara
berk
eadi
lan
dian
tara
par
a pe
man
gku-
kepe
ntin
gan
dan
pem
angk
u-ha
kKr
iteri
a da
n in
dika
tor
yang
iden
tik
No.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
rNo.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
r
2.1
Proy
eksi
bia
ya d
ari po
tens
i m
anfa
at
dan
resi
ko d
ari pr
ogra
m R
EDD+
te
ride
ntifi
kasi
bag
i se
tiap
kel
ompo
k pe
man
gku
kepe
ntin
gan.
2.1.1
Proy
eksi
bia
ya, p
enda
pata
n da
n m
anfa
at
lain
ser
ta r
esik
o-re
siko
yan
g tida
k te
rhin
dark
an d
ikaj
i da
n di
tela
ah ter
hada
p se
tiap
kel
ompo
k pe
man
gku
kepe
ntin
gan
yang
ter
iden
tifik
asi pa
da P
rins
ip 6
.1.
6.2
Sem
ua k
elom
pok
pem
angk
u ke
pent
inga
n di
libat
kan
dala
m p
eran
cang
an,
pela
ksan
aan
dan
eval
uasi
pr
ogra
m m
elal
ui p
rose
s ko
nsul
tasi
yan
g ef
ektif at
au
bent
uk p
artisi
pasi
yan
g le
bih
aktif.
6.2.1
Sebu
ah p
rose
s da
n st
rukt
ur k
elem
baga
an
diba
ngun
dan
ber
fung
si g
una
mem
ungk
inka
n se
mua
pem
angk
u ke
pent
inga
n te
rkai
t be
rpar
tisi
pasi
dal
am p
rose
s pe
ranc
anga
n,
pela
ksan
aan
dan
eval
uasi
pro
gram
. (id
entik
deng
an 6
.1.3 d
i ba
wah
)
6.1.3
Ters
edia
seb
uah
pros
edur
yan
g m
emun
gkin
kan
setiap
pih
ak y
ang
berk
epen
ting
an u
ntuk
m
enga
juka
n di
ri u
ntuk
dip
ertim
bang
kan
seba
gai pe
man
gku
hak
yang
rel
evan
ata
u st
akeh
olde
r pr
ogra
m R
EDD+
ber
dasa
rkan
hak
da
nkep
enting
an m
erek
a
6.2.2
Terd
apat
kep
erwak
ilan
yang
efe
ktif
dari
pere
mpu
an, k
aum
mud
a da
n ke
lom
pok
yang
be
rpot
ensi
ter
ping
girk
an, s
eper
ti y
ang
tela
h te
ride
ntifi
kasi
pad
a Pr
insi
p 6.1, p
ada
pros
es
kons
ulta
si d
an p
artisi
pasi
2.2
Suat
u pr
oses
yan
g tran
spar
an,
partis
ipat
if da
n efi
sien
ditet
apka
n gu
na m
enja
min
dis
trib
usi m
anfa
at
prog
ram
RED
D+ y
ang
berk
eadi
lan
tela
h m
empe
rhitun
gkan
bia
ya,
man
faat
dan
res
iko-
resi
ko y
ang
tida
k te
rhin
dark
an.
2.2.1
Terd
apat
par
tisi
pasi
yan
g ef
ektif ba
gi p
ara
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
n pe
man
gku
hak
dala
m m
erum
uska
n pr
oses
pen
gam
bila
n ke
putu
san
dan
mek
anis
me
dist
ribu
si b
agi
pem
bagi
an m
anfa
at y
ang
berk
eadi
lan, y
ang
men
giku
tser
taka
n ke
lom
pok-
kelo
mpo
k m
iski
n da
n te
rpin
ggirka
n
6.2.3
Kons
ulta
si d
ises
uaik
an d
enga
n ko
ntek
s se
tem
pat m
engg
unak
an p
ende
kata
n ya
ng
dini
lai pa
ntas
sec
ara
sosi
al d
an b
uday
a,
yang
dis
elen
ggar
akan
di te
mpa
t ya
ng tel
ah
dise
paka
ti b
ersa
ma.
6.2.4
Pem
erin
tah
sete
mpa
t di
libat
kan
pada
pr
ogra
m R
EDD+
dem
ikia
n ha
lnya
den
gan
pem
erin
tah
pusa
t de
ngan
per
an y
ang
diru
mus
kan
seca
ra jel
as.
2.2.2
Prog
ram
RED
D+ m
engg
unak
an p
rose
s ya
ng tra
nspa
ran
deng
an m
engi
kuts
erta
kan
mas
yara
kat se
tem
pat te
rmas
uk k
elom
pok-
kelo
mpo
k m
iski
n da
n te
rpin
ggirka
n da
lam
m
enet
apka
n be
ntuk
man
faat
tam
baha
n,
baga
iman
a m
enya
mpa
ikan
nya
dan
baga
iman
a m
empe
rbai
ki p
engh
idup
an
berk
elan
juta
n da
n pe
ngha
pusa
n ke
mis
kina
n.
6.2.5
Pere
ncan
aan
dan
pela
ksan
aan
prog
ram
RE
DD+d
iada
ptas
i be
rdas
arka
n p
artisi
pasi
pe
man
gku
hak
danp
eman
gku
kepe
ntin
gan
yang
ada
saa
t in
i da
lam
hal
mer
enca
naka
n,
mel
aksa
naka
n da
n m
enila
i pr
ogra
m.
35Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prin
sip
2 : M
anfa
at d
ari p
rogr
am R
EDD+
did
istr
ibus
ikan
sec
ara
berk
eadi
lan
dian
tara
par
a pe
man
gku-
kepe
ntin
gan
dan
pem
angk
u-ha
kKr
iteri
a da
n in
dika
tor
yang
iden
tik
No.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
rNo.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
r
2.2.3
Pedo
man
yan
g je
las
tent
ang
pem
bagi
an m
anfa
at
dite
tapk
an, d
iseb
arlu
aska
n da
n di
taat
i ol
eh p
ara
piha
k ya
ng ter
libat
.
6.2.6
Pem
angk
u ha
k da
n ke
lom
pok
pem
angk
u ke
pent
inga
n ya
ng ter
kait m
emili
ki a
kses
ya
ng c
ukup
pad
a su
mbe
rday
a al
am s
erta
da
pat be
rpar
tisi
pasi
sec
ara
penu
h da
n ef
ektif da
lam
mer
enca
naka
n, m
elak
sana
kan
dan
men
ilai pr
ogra
m R
EDD+
2.2.4
Pros
edur
adm
inis
trat
if da
ri p
enge
lola
an
pem
biay
aan
dan
dist
ribu
si m
anfa
at d
ilaks
anak
an
tepa
t wak
tu d
an e
fekt
if da
ri s
egi bi
aya.
6.3.1
Pros
es-p
rose
s pa
rtis
ipas
i ya
ng d
igun
akan
ol
eh p
rogr
am R
EDD+
dib
uat da
n di
setu
jui
oleh
pem
angk
u ha
k da
n ke
lom
pok
pem
angk
u-ke
pent
inga
n ya
ng ter
kait,
bertan
ggun
gjaw
ab a
tas
prak
tek-
prak
tek
kele
mba
gaan
for
mal
dan
inf
orm
al
2.2.5
Ranc
anga
n m
ekan
ism
e pe
mba
gian
man
faat
di
dasa
rkan
pad
a ka
jian
dan
tela
ah ten
tang
pi
lihan
-pili
han
yang
men
ghor
mat
i ke
adila
n,
efek
tifit
as d
an e
fisie
nsi da
ri p
rogr
am R
EDD+
.
6.3.2
Prog
ram
RED
D+ m
engh
orm
ati da
n tida
k m
enga
baik
an s
truk
tur
dan
pros
es
peng
ambi
lan
kepu
tusa
n ya
ng d
imili
ki
kelo
mpo
k-ke
lom
pok
pem
angk
u ke
pent
inga
n te
ruta
ma
mas
yara
kat ad
at d
an m
asya
raka
t se
tem
pat.
2.2.6
Pros
es p
emba
gian
man
faat
men
caku
p su
atu
pros
edur
yan
g tran
spar
an d
an d
apat
dia
kses
si
apa
pun
untu
k pe
lapo
ran
dan
peny
eles
aian
ke
luha
n da
n m
asal
ah.
2.3
Terd
apat
pem
anta
uan
yang
tran
spar
an d
an p
artisi
patif
terh
adap
bia
ya d
an m
anfa
at
prog
ram
RED
D+, t
erm
asuk
se
mua
ben
tuk
pend
apat
an s
erta
pe
ndis
trib
usia
nnya
dia
ntar
a pa
ra
pem
angk
u ke
pent
inga
n.
2.3.1
Para
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
n pe
man
gku
hak
berp
artisi
pasi
sec
ara
efek
tif da
lam
pem
anta
uan
peny
elen
ggar
aan
pem
bagi
an m
anfa
at m
elal
ui
pros
es y
ang
tela
h di
sepa
kati d
i ting
kat na
sion
al
dan
loka
l
2.3.2
Para
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
n pe
man
gku
hak
berp
artisi
pasi
sec
ara
efek
tif da
lam
pel
apor
an
dan
kajia
n bi
aya, p
enda
pata
n da
n m
anfa
at lai
n se
rta
baga
iman
a pe
ndis
trib
usia
nnya
den
gan
mem
pertim
bang
kan
hasi
l ka
jian
awal
ten
tang
pr
oyek
si b
iaya
, pen
dapa
tan
dan
man
faat
lai
n se
rta
resi
ko-r
esik
o ya
ng tid
ak ter
hind
arka
n te
rhad
ap s
etia
p ke
lom
pok
pem
angk
u-ke
pent
inga
n.
36 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prin
sip
3 : P
rogr
am R
EDD+
mem
beri
kan
sum
bang
an b
agi u
paya
men
doro
ng
peng
hidu
pan
berk
elan
juta
n da
n pe
ngha
pusa
n ke
mis
kina
n ba
gi m
asya
raka
t ya
ng
hidu
pnya
ber
gant
ung
kepa
da h
utan
Krite
ria
dan
indi
kato
r ya
ng id
entik
No.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
rNo.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
r
3.1
Prog
ram
RED
D+ m
endo
rong
man
faat
ta
mba
han
dan
bers
ifat ja
ngka
pa
njan
g te
rhad
ap p
engh
idup
an
berk
elan
juta
n da
n pe
ngha
pusa
n ke
mis
kina
n de
ngan
men
guta
mak
an
kelo
mpo
k m
iski
n da
n te
rpin
ggirka
n.
3.1.1
Tuju
an p
rogr
am R
EDD+
men
caku
p ko
ntribu
si y
ang
bera
rti te
rhad
ap p
engh
idup
an b
erke
lanj
utan
dan
pe
ngha
pusa
n ke
mis
kina
n ba
gi m
asya
raka
t ya
ng
hidu
pnya
ber
gant
ung
kepa
da h
utan
.
3.1.2
Kelo
mpo
k-ke
lom
pok
mis
kin
dan
terp
ingg
irka
n te
ride
ntifi
kasi
dar
i m
asya
raka
t ya
ng h
idup
nya
berg
antu
ng k
epad
a hu
tan
yang
ber
partis
ipas
i da
lam
pr
ogra
m R
EDD+
.
3.1.3
Kelo
mpo
k m
asya
raka
t ya
ng h
idup
nya
berg
antu
ng
kepa
da h
utan
, ter
mas
uk k
elom
pok
mis
kin
dan
terp
ingg
irka
n, m
enya
taka
n ba
hwa
mer
eka
tela
h m
ener
ima
man
faat
den
gan
berp
artisi
pasi
dal
am
prog
ram
RED
D+.
3.1.4
Prog
ram
RED
D+ m
engh
asilk
an p
enin
gkat
an p
enda
pata
n ke
uang
an y
ang
berk
ontrib
usi ke
pada
pen
ghid
upan
be
rkel
anju
tan
dan
peng
hapu
san
kem
iski
nan.
3.1.6
Tind
akan
-tin
daka
n di
ambi
l gu
na m
emas
tika
n ba
hwa
man
faat
bag
i pe
nghi
dupa
n da
n pe
ngha
pusa
n ke
mis
kina
n be
rsifa
t be
rkel
anju
tan.
3.2
Terd
apat
pro
ses
tela
ah p
artisi
patif
terh
adap
dam
pak
posi
tif da
n ne
gatif
dari p
rogr
am R
EDD+
ter
hada
p pe
nghi
dupa
n da
n ke
mis
kina
n,
term
asuk
dam
pak-
dam
pak
yang
te
ram
alka
n (m
isal
, ana
lisis
dam
pak
sosi
al) da
n da
mpa
k ny
ata.
3.2.1
Suat
u pr
oses
yan
g pa
rtis
ipat
if di
buat
dan
diter
apka
n un
tuk
men
elaa
h da
mpa
k-da
mpa
k po
sitif da
n ne
gatif
(sos
ial,
buda
ya, h
ak a
zasi
, lin
gkun
gan
dan
ekon
omi),
baik
yan
g di
ram
alka
n m
aupu
n ya
ng n
yata
, dar
i pr
ogra
m R
EDD+
ter
hada
p m
asya
raka
t ya
ng h
idup
nya
berg
antu
ng k
epad
a hu
tan, ter
utam
a ke
lom
pok
mis
kin
dan
terp
ingg
irka
n.
3.2.2
Pem
anta
uan
dam
pak
sosi
al, b
uday
a, h
ak a
zasi
, lin
gkun
gan
dan
ekon
omi di
sele
ngga
raka
n m
engg
unak
an p
ende
kata
n kh
usus
yan
g m
emun
gkin
kan
teride
ntifi
kasi
nya
dam
pak
posi
tif da
n ne
gatif te
rhad
ap
kelo
mpo
k m
iski
n da
n ke
lom
pok
terp
ingg
irka
n.
37Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prin
sip
3 : P
rogr
am R
EDD+
mem
beri
kan
sum
bang
an b
agi u
paya
men
doro
ng
peng
hidu
pan
berk
elan
juta
n da
n pe
ngha
pusa
n ke
mis
kina
n ba
gi m
asya
raka
t ya
ng h
idup
nya
berg
antu
ng k
epad
a hu
tan
Krite
ria
dan
indi
kato
r ya
ng id
entik
No.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
rNo.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
r
3.3
Pro
gra
m R
ED
D+
dis
esua
ikan
ber
das
arka
n ke
gia
tan
tela
ah d
amp
ak g
una
men
gur
ang
i seb
esar
mun
gki
n d
amp
ak
neg
atif
dan
men
ing
katk
an d
amp
ak p
osi
tif
terh
adap
pen
ghi
dup
an d
an k
emis
kina
n.
3.3.
1Ti
ndak
an-t
ind
akan
dik
emb
ang
kan
dan
d
iter
apka
n un
tuk
men
gur
ang
i seb
esar
m
ung
kin
dam
pak
po
tens
ial d
an a
ktua
l ya
ng n
egat
if te
rhad
ap m
asya
raka
t ya
ng
hid
upny
a b
erg
antu
ng k
epad
a hu
tan
seca
ra u
mum
, ter
utam
a ke
lom
po
k m
iski
n d
an t
erp
ing
gir
kan,
bai
k se
pan
jang
mas
a p
eran
cang
an m
aup
un p
elak
sana
an
pro
gra
m R
ED
D+
.
3.3.
2U
mp
an b
alik
pem
anta
uan
dig
unak
an u
ntuk
m
enyu
sun
dan
mel
aksa
naka
n ti
ndak
an-
tind
akan
unt
uk m
eng
uran
gi d
amp
ak
po
tens
ial d
an a
ktua
l neg
atif
teru
tam
a ke
lom
po
k m
iski
n d
an t
erp
ing
gir
kan
sela
ma
taha
p p
rlak
sana
an p
rog
ram
RE
DD
+.
3.3.
3U
mp
an b
alik
has
il p
eman
taua
n d
igun
akan
un
tuk
men
amb
ah d
amp
ak p
osi
tif
teru
tam
a ke
lom
po
k m
iski
n d
an t
erp
ing
gir
kan.
Prin
sip
4 : P
rogr
am R
EDD+
har
us m
embe
rika
n su
mba
ngan
dan
ter
inte
gras
i se
cara
lua
s ke
dal
am t
ujua
n-tu
juan
pem
bang
unan
ber
kela
njut
an d
an t
ata
kelo
la y
ang
baik
4.3
Pro
gra
m R
ED
D+
mem
iliki
ko
ntri
bus
i d
alam
mel
ind
ung
i dan
men
gho
rmat
i hak
az
asi m
anus
ia.
4.3.
1P
rog
ram
RE
DD
+ m
erin
ci k
ebija
kan-
keb
ijaka
n d
an t
ind
akan
-tin
dak
an y
ang
m
emili
ki k
ont
rib
usi s
erta
mem
per
bai
ki h
al-
hal y
ang
ber
hub
ung
an d
eng
an h
ak a
zasi
m
anus
ia (m
eng
horm
ati d
an m
elin
dun
gi).
4.3.
2R
enca
na p
eman
taua
n d
an e
valu
asi
pro
gra
m R
ED
D+
dia
ntar
anya
men
caku
p
ind
ikat
or-
ind
ikat
or
kunc
i hak
aza
si
man
usia
.
38 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prin
sip
5 : T
erpe
lihar
anya
dan
dip
erba
ikin
ya k
eane
kara
gam
an h
ayat
i dan
jasa
lin
gkun
gan
Krite
ria
dan
indi
kato
r ya
ng id
entik
No.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
rNo.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
r
5.1
Nila
i ke
anek
arag
aman
hay
ati da
n ja
sa lin
gkun
gan
terp
elih
ara
dan
diting
katk
an.
5.1.1
Tuju
an p
rogr
am R
EDD+
men
caku
p ko
ntribu
si n
yata
ter
hada
p up
aya
pem
elih
araa
n da
n pe
ning
kata
n ke
anek
arag
aman
ha
yati d
an jas
a lin
gkun
gan.
5.1.2
Nila
i ke
anek
arag
aman
hay
ati da
n ja
sa lin
gkun
gan
yang
be
rpot
ensi
dip
enga
ruhi
ole
h pr
ogra
m R
EDD+
ter
iden
tifik
asi
dan
terp
etak
an p
ada
skal
a da
n ting
kat ya
ng c
ukup
rin
ci
bagi
set
iap
unsu
r/ k
egia
tan
prog
ram
ter
mas
uk, t
etap
i tida
k te
rbat
as p
ada, k
awas
an y
ang
pent
ing
bag
i sp
esie
s te
ranc
am p
unah
ata
u sp
esie
s en
dem
ik, b
agi ko
nsen
tras
i at
au s
umbe
r po
pula
si s
pesi
es lai
n, b
agi ek
osis
tem
dan
jas
a lin
gkun
gan
yang
din
ilai pe
ntin
g se
cara
bud
aya, e
kono
mik
at
au k
eaga
maa
n ol
eh p
ara
pem
angk
u ke
pent
inga
n, ter
utam
a m
asya
raka
t ya
ng h
idup
nya
berg
antu
ng k
epad
a hu
tan.
5.1.3
Prog
ram
RED
D+ m
enca
kup
tind
akan
-tin
daka
n ya
ng b
ertu
juan
mem
elih
ara
dan
mem
perb
aiki
nila
i ke
anek
arag
aman
hay
ati da
n ja
sa lin
gkun
gan.
5.1.4
Prog
ram
RED
D+ tid
ak m
elak
ukan
kon
vers
i te
rhad
ap
huta
n al
am a
tau
area
l la
inny
a ya
ng m
empu
nyai
pr
iorita
s pe
ntin
gdal
am m
emel
ihar
a da
n m
enin
gkat
kan
kean
ekar
agam
an h
ayat
i ya
ng tel
ah ter
iden
tfika
si.
5.1.5
Peni
ngka
tan
pend
apat
an k
euan
gan
dari p
rogr
am R
EDD+
m
embe
rika
n su
mba
ngan
ter
hada
p pe
mel
ihar
aan
dan
perb
aika
n ni
lai ke
anek
arag
aman
hay
ati da
n ja
sa lin
gkun
gan.
5.2
Dam
pak
posi
tif da
n ne
gatif
prog
ram
RED
D+ ter
hada
p ni
lai
kean
ekar
agam
an h
ayat
i da
n ja
sa
lingk
unga
n di
kaji
dan
dite
laah
.
5.2.1
Sebu
ah r
enca
na p
eman
taua
n da
n to
lok-
ukur
nya
diru
mus
kan
bagi
pen
guku
ran
nila
i ke
anek
arag
aman
hay
ati da
n ja
sa
lingk
unga
n ya
ng s
udah
ter
iden
tifik
asi be
rdas
arka
n pe
nget
ahua
n da
n ke
arifa
n trad
isio
nal se
rta
serta
pene
litia
n ilm
iah
yang
ses
uai.
5.2.2
Terd
apat
keg
iata
n ka
jian
dan
tela
ah ter
hada
p da
mpa
k-da
mpa
k te
ram
alka
n da
n ak
tual
(ka
jian
lingk
unga
n hi
dup
stra
tegi
s at
au K
LHS,
ata
u an
alis
is m
enge
nai da
mpa
k lin
gkun
gan
atau
AMDA
L) d
enga
n m
elib
atka
n m
asya
raka
t ya
ng h
idup
nya
berg
antu
ng k
epad
a hu
tan
serta
pem
angk
u-ke
pent
inga
n ya
ng ter
kait.
39Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prin
sip
5 : T
erpe
lihar
anya
dan
dip
erba
ikin
ya k
eane
kara
gam
an h
ayat
i dan
jasa
lin
gkun
gan
Krite
ria
dan
indi
kato
r ya
ng id
entik
No.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
rNo.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
r
5.3
Ranc
anga
n pr
ogra
m R
EDD+
men
anga
ni p
emel
ihar
aan
dan
perb
aika
n ni
lai ke
anek
aram
an
haya
ti d
an jas
a lin
gkun
gan.
5.3.1
Prog
ram
RED
D+
dira
ncan
g un
tuk
mem
elih
ara
dan
mem
perb
aiki
nila
i ke
anek
arag
aman
hay
ati da
n ja
sa
lingk
unga
n ya
ng s
udah
ter
iden
tifik
asi
berd
asar
kan
peng
etah
uan
trad
isio
nal
dan
prak
tik
peng
elol
aan
mas
yara
kat
yang
hid
upny
a be
rgan
tung
kep
ada
huta
n se
rta
pem
angk
u-ke
pent
inga
n la
inny
a.
5.3.2
Tind
akan
-tin
daka
n di
ranc
ang
dan
dite
rapk
an u
ntuk
mem
inim
alka
n po
tens
i da
mpa
k da
n da
mpa
k ak
tual
ter
hada
p ka
was
an b
erni
lai ko
nser
vasi
tin
ggi ba
ik
sela
ma
mas
a pe
ranc
anga
n m
aupu
n pe
laks
anaa
n pr
ogra
m R
EDD+.
5.3.3
Um
pan
balik
dar
i ha
sil pe
man
taua
n di
guna
kan
untu
k m
elak
ukan
tin
daka
n-tind
akan
dal
am m
enin
gkat
kan
dam
pak
posi
tif te
rhad
ap lin
gkun
gan.
40 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prin
sip
6 : S
emua
pem
angk
u-ke
pent
inga
n da
n pe
man
gku-
hak
terk
ait
dapa
t be
rpar
tisip
asi s
ecar
a pu
rna
(pen
uh)
dan
efek
tif p
ada
prog
ram
RE
DD+
Krite
ria
dan
indi
kato
r ya
ng id
entik
No.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
rNo.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
r
6.4
Para
pem
angk
u ke
pent
inga
n m
emili
ki
pem
aham
an y
ang
baik
ten
tang
isu
-isu
ku
nci te
rkai
t de
ngan
pro
gram
RED
D+.
6.4.1
Terlak
sana
nya
peny
ebar
luas
an
info
rmas
i da
n ke
giat
an lai
n ya
ng
bertuj
uan
men
umbu
hkan
kes
adar
an
guna
mem
astika
n pe
man
gku
kepe
ntin
gan
dan
pem
angk
u ha
k m
emili
ki p
emah
aman
yan
g ba
ik
tent
ang
prog
ram
RED
D+, t
erut
ama
mas
yara
kat ya
ng h
idup
nya
berg
antu
ng
kepa
da h
utan
ser
ta k
elom
pok
mis
kin
dan
yang
ter
ping
girk
an.
7.1
Info
rmas
i ya
ng c
ukup
ten
tang
pr
ogra
m R
EDD+
dip
ublik
asik
an
untu
k m
enin
gkat
kan
kepe
dulia
n da
n ta
ta k
elol
a ya
ng b
aik.
7.1.1
Info
rmas
i ya
ng c
ukup
ten
tang
pro
gram
RED
D+
dibu
at u
ntuk
pub
lik d
an d
apat
dia
kses
ole
h an
ggot
a m
asya
raka
t ya
ng b
erke
pent
inga
n da
n m
enca
kup
info
rmas
i te
ntan
g pe
renc
anaa
n,
pela
ksan
aan
dan
peni
laia
n pr
ogra
m, t
erm
asuk
pe
nila
ian
dam
pak
lingk
unga
n da
n so
sial
, ba
gi h
asil,
kea
neka
raga
man
hay
ati da
n ja
sa
ekos
iste
m, d
an h
ak a
tas
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am.
7.1.2
Kebi
jaka
n pe
mer
inta
h m
endu
kung
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
lam
men
gaks
es inf
orm
asi
prog
ram
RED
D+ tan
pa b
iaya
dan
set
iap
saat
ya
ng m
enca
kup
info
rmas
i te
ntan
g ha
k at
as
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am. (
tida
k re
leva
n un
tuk
ting
kat un
it p
enge
lola
an)
7.2
Para
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
n pe
man
gku
hak
mem
pero
leh
info
rmas
i ya
ng d
ibut
uhka
n se
belu
m ter
libat
dal
am
peng
ambi
lan
kepu
tusa
n,
term
asuk
inf
orm
asi te
ntan
g re
siko
dan
pel
uang
sos
ial,
buda
ya, e
kono
mis
dan
eko
logi
s,
impl
ikas
i hu
kum
, ser
ta k
onte
ks
nasi
onal
dan
glo
bal.
7.2.1
Para
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
n pe
man
gku
hak
men
geta
hui in
form
asi ap
a sa
ja y
ang
ters
edia
da
n ba
gaim
ana
men
dapa
tkan
nya;
7.2.2
Teride
ntifi
kasi
nya
cara
pen
yeba
rlua
san
info
rmas
i ya
ng p
alin
g ef
ektif da
n di
guna
kan
oleh
set
iap
kelo
mpo
k pe
man
gku
kepe
ntin
gan.
6.4.2
Ham
bata
n te
rhad
ap p
artisi
pasi
se
cara
efe
ktif
dari p
eman
gku-
hak
dan
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
lam
m
eran
cang
, mel
aksa
naka
n da
n ev
alua
si h
arus
diid
entifik
asi da
n di
peca
hkan
mel
alui
pen
inga
kata
n
7.2.3
Para
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
n pe
man
gku
hak
mem
iliki
aks
es ter
hada
p in
form
asi te
rkai
t de
ngan
pro
gram
RED
D+ ter
mas
uk h
asil
dari
pem
anta
uan
dan
eval
uasi
ser
ta inf
orm
asi
men
gena
i re
siko
dan
pel
uang
sos
ial,
buda
ya,
ekon
omik
dan
eko
logi
k, im
plik
asi hu
kum
, ser
ta
kont
eks
nasi
onal
dan
glo
bal.
7.2.4
Mas
yara
kat ad
at d
an m
asya
raka
t se
tem
pat
mem
iliki
inf
orm
asi ya
ng d
ibut
uhka
n de
ngan
be
ntuk
pen
yam
paia
n ya
ng m
udah
dip
aham
i.
41Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Prin
sip
6 : S
emua
pem
angk
u-ke
pent
inga
n da
n pe
man
gku-
hak
terk
ait
dapa
t be
rpar
tisi
pasi
sec
ara
purn
a (p
enuh
) da
n ef
ektif
pad
a pr
ogra
m R
EDD+
Krite
ria
dan
indi
kato
r ya
ng id
entik
No.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
rNo.
Kriter
iaNo.
Indi
kato
r
7.4
Info
rmas
i te
rsed
ia d
an ter
seba
r lu
as s
ecar
a te
pat wak
tu g
una
mem
ungk
inka
n pa
ra p
eman
gku
kepe
ntin
gan
mem
berika
n um
pan
balik
kep
ada
wak
il-wak
il m
erek
a, s
erta
men
ghor
mat
i wak
tu y
ang
dibu
tuhk
an b
agi
suat
u pr
oses
pen
gam
bila
n ke
putu
san
yang
ink
lusi
f.
7.4.1
Ters
edia
wak
tu y
ang
cuku
p an
tara
pem
berian
inf
orm
asi
deng
an p
rose
s pe
ngam
bila
n ke
putu
san
guna
mem
ungk
inka
n pa
ra p
eman
gku
kepe
ntin
gan
men
gkoo
rdin
asik
an tan
ggap
an
mer
eka.
7.5
Prog
ram
RED
D+ m
emba
ngun
/ m
enci
ptak
an s
umbe
rday
a in
form
asi ya
ng c
ukup
unt
uk
dapa
t m
embe
rika
n da
n m
engu
mpu
lkan
inf
orm
asi ya
ng
sesu
ai d
an tep
at w
aktu
7.5.1
Terd
apat
sum
ber
daya
inf
orm
asi
yang
cuk
up u
ntuk
mem
astika
n ba
hwa
info
rmas
i ya
ng ter
kait
deng
an p
rogr
am R
EDD+
di
kum
pulk
an d
an d
iseb
arlu
aska
n ke
pada
pem
angk
u ha
k da
n pe
man
ku k
epen
ting
an s
esua
i da
n te
pat wak
tu
6.5
Ranc
anga
n, p
elak
sana
-an
dan
eval
uasi
pr
ogra
m R
EDD+
dis
usun
men
ghor
mat
i se
rta
men
duku
ng k
earifa
n trad
isio
nal
dan
peng
etah
uan
dan
kem
ampu
an
loka
l, da
n si
stem
pen
gelo
laan
pa
ra p
eman
gku
hak
dan
pem
angk
u ke
pent
ing-
an ter
mas
uk m
asya
raka
t ad
at d
an m
asya
raka
t se
tem
pat.
6.5.1
Sebu
ah p
rose
s di
bang
un u
ntuk
men
gide
ntifi
kasi
ke
arifa
n trad
isio
nal,
peng
etah
uan
dan
kem
ampu
an
loka
l, se
rta
sist
em p
enge
lola
an y
ang
terk
ait
deng
an p
rogr
am R
EDD+
.
6.5.2
Prog
ram
RED
D+ d
isus
un d
an m
engh
orm
ati
teride
ntifi
kasi
nya
kear
ifan
trad
isio
nal,
peng
etah
uan
dan
kem
ampu
an lok
al, d
an
sist
em p
enge
lola
an p
ara
pem
angk
u ha
k da
n pe
man
gku
kepe
ntin
gan
serta
dim
asuk
kan
dala
m
pere
ncan
aan, p
elak
sana
an d
an e
valu
asi pr
ogra
m.
6.5.3
Bila
pen
geta
huan
tra
disi
onal
, ino
vasi
dan
pra
ktek
-pr
akte
k da
ri m
asya
raka
t ad
at d
an m
asya
raka
t se
tem
pat di
guna
kan, d
icat
at/d
ieks
ploi
tasi
har
us
mel
alui
per
setu
juan
awal
tan
pa p
aksa
an d
ari
piha
k-pi
hak
yang
ter
libat
ser
ta s
esua
i de
ngan
st
anda
r in
tern
asio
nal ya
ng ter
kait.
43Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
Lam
pira
n 2.
Pan
duan
Pen
yiap
an U
nit
Peng
elol
aan
Huta
n Un
tuk
Pem
bang
unan
RED
D+.
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
1In
stitut
iona
l ar
rang
emen
t
1.1
Peng
emba
ngan
struk
tur
kele
mba
gaan
pen
gelo
laan
pr
ogra
m R
EDD+
yan
g pa
rtis
ipat
if.
Peng
ertia
n: P
enge
lola
an p
rogr
am R
EDD+
yan
g te
rint
egra
si d
alam
keg
iata
n pe
ngel
olaa
n hu
tan
(uni
t m
anaj
emen
) pe
rlu
men
gem
bang
kan
stru
ktur
ke
lem
baga
an d
an p
rose
s ya
ng m
emun
gkin
kan
sem
ua p
eman
gku
kepe
ntin
gan
berp
artisi
pasi
akt
if da
lam
pro
ses
pera
ncan
gan, p
elak
sana
an s
erta
pe
man
taua
n da
n ev
alua
si p
rogr
am R
EDD+
1.1.1.
Terd
apat
inf
orm
asi be
rbag
ai k
elom
pok
kepe
ntin
gan
terk
ait
prog
ram
RED
D+.
Peng
ertian
: inf
orm
asi pa
ra p
ihak
ber
kepe
ntin
g-an
ad
alah
dat
a da
sar
pent
ing
untu
k m
erum
uska
n st
rukt
ur
kele
mba
gaan
pen
gelo
laan
yan
g pa
rtis
ipat
if. U
ntuk
itu
perlu
dila
kuka
n in
vent
aris
asi ke
lom
pok-
kelo
mpo
k pe
man
gku
kepe
ntin
gan
dan
hak-
hakn
ya b
aik
berd
asar
kan
huku
m p
ositif
mau
pun
adat
ata
s ta
nah, w
ilaya
h da
n pe
ngua
saan
/aks
es/
peng
elol
aan
sum
berd
aya
alam
yan
g be
rada
dal
am a
real
uni
t pe
ngel
olaa
n, s
erta
inf
orm
asi
keka
yaan
int
elek
tual
/kea
rifa
n trad
isio
nal ke
lom
pok
yang
di
adop
si o
leh
piha
k un
it p
enge
lola
an h
utan
.
• CC
BA: (
1.1.1)
, (3.1.2)
, (6.1.1)
, (6.1.2)
, (6.5.1)
• PH
PL: p
ada
ting
kat ve
rifie
r S.1.1
dan
S.1.2
Verifie
r:1. La
pora
n/Ca
tata
n pr
oses
dan
has
il in
vent
aris
asi
kelo
mpo
k-ke
lom
pok
pem
angk
u ke
pent
inga
n.
2. Do
kum
en/b
ukti-b
ukti k
eber
adaa
n ke
lom
pok
stak
elho
lder
s da
n ha
k-ha
knya
.3. Ke
kaya
an int
elek
tual
/kea
rifa
n trad
isio
nal ya
ng d
iado
psi
oleh
UM h
utan
.
1.1.2.
Terd
apat
pro
sedu
r at
au p
andu
an p
artisi
pasi
par
a pi
hak
yang
tra
nspa
ran.
Peng
ertian
: unt
uk m
ewuj
udka
n pa
rtis
ipas
i ak
tif pa
ra
piha
k da
lam
pen
gelo
laan
pro
gram
RED
D+ m
aka
perlu
diba
ngun
sua
tu p
rose
dur
atau
pan
duan
par
tisi
pasi
yan
g tran
spar
an y
ang
mem
ungk
inka
n pi
hak
yang
ber
kepe
ntin
gan
men
gaju
kan
diri d
an b
erpa
rtis
ipas
i ak
tif da
lam
set
iap
taha
pan
prog
ram
RED
D+. P
rose
dur
atau
pan
duan
pal
ing
tida
k, n
amun
tid
ak ter
bata
s, m
elip
uti pe
ngaj
uan
men
jadi
pi
hak
yang
ber
partis
ipas
i, lin
gkup
ata
u bi
dang
par
tisi
pasi
,
CCBA
: (2.2.2)
, (2.2.6)
, (6.1.3)
, (6.2.1)
, (6.2.6)
, (6.3.1)
PHPL
:
Verifie
r:1. SO
P ya
ng m
emun
gkin
kan
para
pem
angk
u ke
pent
inga
n be
rpar
tisi
pasi
akt
if da
lam
pro
gram
REE
D+.
1.1.3.
T erd
apat
st
rukt
ur o
rgan
isas
i pe
ngel
ola
prog
ram
RED
D+.
Peng
ertian
: st
rukt
ur o
rgan
isas
i pe
ngel
ola
prog
ram
RE
DD+
dapa
t m
enga
kom
odas
i ke
pent
inga
n pa
ra p
ihak
m
elal
ui s
iste
m p
erwak
ilan
yang
efe
ktif.
Pa
ra p
ihak
m
enge
mba
ngka
n sy
stem
kep
erwak
ilann
ya s
endi
ri u
ntuk
te
rlib
at d
alam
struk
tur
peng
elol
aan
prog
ram
RED
D+.
CCBA
(6.2.1)
, (6.2.2)
PHPL
:
Verifie
r:1. St
rukt
ur o
rgan
isas
i pe
ngel
olaa
n ya
ng m
elib
atka
n pa
ra
piha
k ya
ng b
erke
pent
inga
n.2. De
skrips
i pe
ran, h
ak, d
an k
ewaj
iban
set
iap
piha
k da
lam
st
rukt
ur o
rgan
isas
i pe
ngel
olaa
n pr
ogra
m R
EDD+
.
44 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
1In
stitut
iona
l ar
rang
emen
t
1.2
Mem
iliki
dan
mel
aksa
naka
n ke
bija
kan
peng
info
rmas
ian
sebe
lum
nya
untu
k m
empe
role
h pe
rset
ujua
n ta
npa
paks
aan.
Peng
ertian
: Uni
t pe
ngel
olaa
n m
elak
sana
kan
kebi
jaka
n pe
ngin
form
asia
n se
belu
mny
a un
tuk
mem
pero
leh
pers
etuj
uan
tanp
a pa
ksaa
n at
as
kegi
atan
yan
g be
rdam
pak
pada
hak
-hak
m
asya
raka
t se
tem
pat,
teru
tam
a ha
k un
tuk
mem
iliki
da
n m
enga
was
i la
han, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am m
ilik
mer
eka.
1.1.1.
Adan
ya p
rose
dur
peng
info
rmas
ian
sebe
lum
nya
untu
k m
empe
role
h pe
rset
ujua
n ta
npa
paks
aan.
Peng
ertian
: Pro
sedu
r pe
ngin
form
asia
n se
belu
mny
a un
tuk
mem
pero
leh
pers
etuj
uan
tanp
a pa
ksaa
n at
as k
egia
tan
yang
be
rdam
pak
pada
hak
-hak
mas
yara
kat se
tem
pat,
teru
tam
a ha
k un
tuk
mem
iliki
dan
men
gawas
i la
han, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am m
ilik
mer
eka.
CCBA
: (1.3.2)
,PH
PL: S
1.2
Verifie
r:
1. SO
P te
ntan
g pe
ngin
form
asia
n se
belu
mny
a un
tuk
mem
pero
leh
pers
etuj
uan
tanp
a pa
ksaa
n.2. Bu
kti so
sial
isas
i SO
P ke
pada
sem
ua s
taf UM d
an p
ara
piha
k ya
ng b
erke
pent
inga
n.
1.1.2.
Adan
ya b
ukti-b
ukti p
erse
tuju
an tan
pa p
aksa
an.
Peng
ertian
: Buk
ti p
erse
tuju
an tan
pa p
aksa
an b
erda
sark
an
peng
info
rmas
ian
sebe
lum
nya
atas
pro
ses-
pros
es
partis
ipas
i m
aupu
n ke
giat
an y
ang
berd
ampa
k pa
da h
ak-
hak
mas
yara
kat se
tem
pat,
mel
iput
i na
mun
tid
ak ter
bata
s pa
da h
ak a
tas
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am y
ang
seca
ra tur
un tem
urun
tel
ah d
imili
ki, d
ihun
i da
n/at
au p
alin
g se
diki
t di
kelo
la, d
iman
faat
kan, a
tau
dipe
role
h m
asya
raka
t, ha
k-ha
k in
tele
ktua
l da
n ke
arifa
n lo
kal m
asya
raka
t se
tem
pat.
CCBA
: (1.3.4)
, (1.3.5)
, (1.3.6)
, (6.5.3)
PHPL
: ver
ifier
S.1.1.2
Verifie
r:
1. La
pora
n at
au c
atat
an p
rose
s ke
giat
an y
ang
dila
kuka
n un
tuk
men
dapa
tkan
per
setu
juan
tan
pa p
aksa
an
berd
asar
kan
peng
info
rmas
ian
sebe
lum
nya.
2. Do
kum
en b
ukti p
erse
tuju
an tan
pa p
aksa
an y
ang
dipe
role
h.
1.3
Men
erap
kan
kebi
jaka
n te
ntan
g ke
terb
ukaa
n in
form
asi.
Peng
ertia
n: U
nit pe
ngel
olaa
n m
ener
apka
n ke
bija
kan
kete
rbuk
aan
info
rmas
i be
rken
aan
prog
ram
RED
D+
bagi
sem
ua p
ihak
ber
kepe
ntin
gan
guna
mem
astika
n ba
hwa
para
pih
ak m
emah
ami m
anfa
at, k
erug
ian,
pelu
ang
mau
pun
resi
ko p
rogr
am R
EDD+
.
1.1.1.
Adan
ya p
rose
dur
peny
ebar
luas
an inf
orm
asi.
Peng
ertian
: Pro
sedu
r pe
nyeb
arlu
asan
inf
orm
asi ya
ng
men
gatu
r ta
taca
ra p
enye
barlua
san
info
rmas
i ya
ng d
apat
di
akse
s se
cara
mud
ah, m
urah
dan
cep
at un
tuk
setiap
ke
lom
pok
pem
angk
u ke
pent
inga
n. D
alam
hal
inf
orm
asi
dibu
tuhk
an o
leh
para
pih
ak u
ntuk
pen
gam
bila
n ke
putu
san
mak
a ha
rus
ada
pros
edur
pen
yam
paia
n in
form
asi ya
ng
mem
ungk
inka
n pa
ra p
ihak
mem
iliki
wak
tu y
ang
cuku
p un
tuk
peng
ambi
lan
kepu
tusa
n.
CCBA
: (6.4.1)
,(7.1.1),(
7.2.2)
, (7.2.4)
, (7.4.1)
PHPL
:
Verifie
r:
1. SO
P da
n m
edia
pen
yeba
rlua
san
info
rmas
i.2. SO
P te
ntan
g al
okas
i wak
tu y
ang
cuku
p an
tara
pe
nyam
paia
n in
form
asi da
n pe
ngam
bila
n ke
putu
san
oleh
pa
ra p
ihak
yan
g be
rkep
enting
an.
3. Ca
tata
n so
sial
isas
i SO
P da
n m
edia
pen
yeba
rlua
san
info
rmas
i
1.1.2.
Kand
unga
n in
form
asi ya
ng s
esua
i.
Peng
ertian
: Kan
dung
an inf
orm
asi ya
ng d
ised
iaka
n te
rdiri
dari h
al-h
al y
ang
dapa
t m
enum
buhk
an p
emah
aman
dan
ke
sada
ran
para
pih
ak b
erke
pent
inga
n te
ntan
g pr
ogra
m
REDD
+ se
perti,
nam
un tid
ak ter
bata
s pa
da, i
nfor
mas
i te
ntan
g pe
rsya
rata
n pe
ngin
form
asia
n un
tuk
pers
etuj
uan
awal
tan
pa p
aksa
an, p
eren
cana
an, p
elak
sana
an,
pem
anta
uan
mau
pun
man
faat
dan
res
ikon
ya.
CCBA
: (1.3.2)
, (2.2.3)
, (7.1.1)
, (7.2.1)
, (7.2.3)
, (7.5.1)
, PH
PL :
Verifie
r:
1. Do
kum
en m
edia
inf
orm
asi ya
ng d
igun
akan
dan
ka
ndun
gan
isi in
form
asi ya
ng d
imua
t2. Ca
kupa
n je
nis
info
rmas
i ya
ng d
isam
paik
an s
esua
i de
ngan
yan
g di
hara
pkan
.
45Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
1In
stitut
iona
l ar
rang
emen
t
1.4
Men
gem
bang
kan
atur
an p
eran
dan
pem
bagi
an
man
faat
bag
i pa
ra p
ihak
.
Peng
ertia
n: U
nit pe
ngel
olaa
n m
enge
mba
ngka
n at
uran
pem
bagi
an p
eran
dan
dis
trib
usi
man
faat
pro
gram
RED
D+ y
ang
diru
mus
kan
mel
alui
pro
ses
yang
tra
snpa
ran
dan
partis
ipat
aif gu
na m
enja
min
dis
trib
usi m
anfa
at
yang
ber
kead
aila
n de
ngan
mem
perh
atik
an
hak-
hak
mas
yara
kat be
rdas
arka
n hu
kum
po
sitif m
aupu
n ad
at.
1.4.1.
Adan
ya c
atat
an p
rose
s pe
rum
usan
per
an d
an d
istrib
usi
man
faat
bag
i pa
ra p
ihak
.
Peng
ertia
n: C
atat
an p
rose
s pe
rum
usan
per
an d
an d
istrib
usi
man
faat
yan
g m
elib
atka
n pa
ra p
ihak
ber
kepe
ntin
gan
mel
alui
car
a-ca
ra y
ang
tras
npar
an, d
iman
a pi
hak
peng
elol
a pr
ogra
m m
engh
orm
ati st
rukt
ur lem
baga
dan
pro
ses
peng
ambi
lan
kepu
tusa
n pa
da m
asin
g-m
asin
g ke
lom
pok
kepe
ntin
gan.
CCBA
: (2.2.1)
, (2.2.2)
, (2.2.6)
(6.3.2)
PHPL
: (P
2.9)
Verifie
r:1. Te
rdap
at p
artisi
pasi
akt
if da
ri p
ara
piha
k ya
ng b
erke
pent
inga
n da
lam
pro
ses
peru
mus
an2. Pr
oses
per
umus
an d
ilaku
kan
seca
ra tra
nspa
ran
1.4.2.
Adan
ya r
umus
an p
eran
par
a pi
hak, d
istrib
usi m
anfa
at d
an
mek
anis
men
ya y
ang
dise
paka
ti o
leh
para
pih
ak.
Peng
ertia
n: r
umus
an p
eran
par
a pi
hak, d
istrub
usi m
anfa
at
dan
mek
anis
me
pela
ksan
aan
pera
n pa
ra p
ihak
ser
ta
dist
ribu
si m
anfa
at y
ang
dise
paka
ti d
idok
umen
tasi
kan
dan
dise
barlua
skan
kep
ada
para
pih
ak.
CCBA
: (2.2.4)
, (2.2.5)
PHPL
: (P
2.9)
Verifie
r: 1. Ru
mus
atu
ran
pem
bagi
an p
eran
dan
dis
trib
usi m
anfa
at y
ang
dise
paka
ti p
ara
piha
k ya
ng b
erke
pent
inga
n te
rsed
ia.
2. SO
P te
rsed
ia.
1.4.3.
Adan
ya r
umus
an h
ak-h
ak m
asya
raka
t at
as k
arbo
n.
Peng
ertia
n: a
dany
a ru
mus
an h
ak-h
ak m
asya
raka
t ad
at a
tau
mas
yara
kat se
tem
pat at
as k
arbo
n da
lam
pro
gram
RED
D+
dike
mba
ngka
n da
n di
tera
pkan
ber
dasa
rkan
hak
-hak
huk
um
posi
tif da
n ad
at a
tas
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am
yang
sec
ara
turu
n te
mur
un tel
ah d
imili
ki, d
ihun
i da
n/at
au p
alin
g se
diki
t di
kelo
la, d
iman
faat
kan
atau
dip
erol
eh
mas
yara
kat ad
at a
tau
mas
yara
kat se
tem
pat.
CCB
A: (1.2.3)
, (1.5.1)
PHPL
:
Verifie
r:1. Ru
mus
an h
ak-h
ak m
asya
raka
t ad
at a
tau
mas
yara
kat se
tem
pat
atas
kar
bon
dal
am p
rogr
am R
EDD+
ter
sedi
a.2. SO
P te
rsed
ia
1.5
Men
gem
bang
kan
atur
an p
enye
lesa
ian
seng
keta
ya
ng a
dil da
n di
sepa
kati p
ara
piha
k ya
ng
berk
epen
ting
an.
P eng
ertia
n: u
nit pe
ngel
olaa
n m
enge
mba
ngka
n at
uran
pen
yele
saia
n se
ngke
ta a
ntar
par
apih
ak
dala
m p
elak
sana
an p
rogr
am R
EDD+
yan
g be
rsifa
t ad
il da
n di
sepa
kati p
ara
piha
k da
lam
su
atu
pros
es p
enys
unan
yan
g tran
spar
an
1.5.1.
Adan
ya p
rose
dur
untu
k pe
nyam
paia
n da
n pe
nyel
esai
an
kelu
han
dan
seng
keta
yan
g tim
bul se
lam
a pe
renc
anaa
n,
pela
ksan
aan, p
eman
taua
n te
rmas
uk p
rose
s un
tuk
deng
ar
pend
apat
dan
pem
berian
tan
ggap
an s
take
hold
er d
alam
ku
run
wak
tu y
ang
waj
ar.
• CC
BA: (
1.4.2)
, (6.6.1)
• PH
PL:
S.1.4, V
erifi
er S
3.3.6
Verifie
r:1. SO
P pe
nyam
paia
n da
n pe
nyel
esai
an k
eluh
an d
an s
engk
eta
ters
edia
.2. Tida
k ad
a pe
nggu
naan
pak
saan
dan
man
ipul
asi da
lam
pe
nyel
esai
an s
engk
eta
1.5.2.
Adan
ya lem
baga
pen
yele
saia
n ke
luha
n da
n se
ngke
ta
yang
ber
sifa
t ad
il, tra
nspa
ran
dan
dise
paka
ti p
ara
piha
k be
rkep
enting
an.
CCBA
: (1.4.1)
, (6.6.3)
, (6.7.1)
PHPL
: V e
rifie
r S3
.3.5
Verifie
r: 1. St
rukt
ur o
rgan
isas
i le
mba
ga p
enye
lesa
ian
kelu
han
dan
seng
keta
te
rsed
ia.
2. Ting
kat ko
mpe
tens
i pe
tuga
s pe
nyel
esai
an k
eluh
an d
an s
engk
eta.
46 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
1In
stitut
iona
l ar
rang
emen
t
1.5.3.
Cata
tan
pros
es p
enye
lesa
ian
kelu
han
mau
pun
seng
keta
ya
ng m
enun
jukk
an tid
ak a
da p
erse
lisih
an y
ang
tida
k te
rsel
esai
kan
dala
m h
al h
ak a
tas
tana
h, w
ilaya
h da
n su
mbe
rday
a al
am y
ang
berh
ubun
gan
deng
an p
rogr
am ini
.
• CC
BA: (
1.4.3)
• PH
PL :
verifie
r S.3.3.4
V erifie
r:
1. La
pora
n/ca
tata
n je
nis, fre
kuen
si, k
ualit
as s
engk
eta, d
an
iden
tifik
asi pi
hak
yang
ter
libat
sen
gket
a.2. La
pora
n/ca
tata
n pr
oses
pen
yele
saia
n ke
luha
n da
n se
ngke
ta ter
sedi
a.3. Se
mua
kel
uhan
dan
sen
gket
a da
pat te
rsel
esai
kan.
2Pe
renc
anaa
n
2.1
Uni
t pe
ngel
olaa
n m
elak
ukan
ana
lisis
bia
ya-m
anfa
at
dan
dam
pak
lingk
unga
n pr
ogra
m R
EDD+
sec
ara
partis
ipat
if da
lam
pro
ses
pere
ncan
aan
prog
ram
.
1.1.1.
Cata
tan
pros
es d
an h
asil
anal
isis
bia
ya-m
anfa
at d
an r
esik
o pr
ogra
m R
EDD+
ya
ng d
ilaku
kan
seca
ra p
artisi
patif.
CCBA
: (2.1.1)
, (2.3.2)
, PH
PL :
P3.1, P
3.2, P
3.5, P
3.6,
Verifie
r:
1. Ca
tata
n pr
oses
pen
yusu
nan
anal
isis
bia
ya-m
anfa
at d
an
resi
ko p
rogr
am R
EDD+
sec
ara
partis
ipat
if de
ngan
par
a pe
man
gku
kepe
ntin
gan.
2. La
pora
n Has
il an
alis
is b
iaya
-man
faat
dan
res
iko
prog
ram
RE
DD+
(Stu
di K
elay
akan
ata
u An
alis
is F
inan
sial
, Eko
nom
i da
n So
sial
)
1.1.2.
Cata
tan
pros
es d
an h
asil
anal
isis
dam
pak
lingk
unga
n pr
ogra
m R
EDD+
(d
ampa
k-da
mpa
k so
sial
, bud
aya, h
ak a
zasi
, lin
gkun
gan
dan
ekon
omi), y
ang
dila
kuka
n se
cara
par
tisi
patif.
CCBA
: (3.2.1)
, (5
.2.2)
PHPL
/SFM
: ana
lisis
men
gena
i da
mpa
k lin
gkun
gan
(AMDA
L)
peng
elol
aan
huta
n te
rmas
uk k
e da
lam
ver
ifier
ind
ikat
or-
indi
kato
r: (E
.1.4-E
.1.11)
, (E.2.3-
E.2.6)
, P2.3, P
.2.5, P
.2.8, P
2.9.
S2.1, S
2.2, S
2.3-
S2.5, S
3.1-
S3.3, S
4.1-
S4.2, S
5.1-
S5.3.
Verifie
r:
1. Ca
tata
n pr
oses
pen
yusu
nan
AMDA
L-RE
DD+
2. Do
kum
en A
MDA
L (A
NDA
L, R
KP, R
PL)
2.2
Uni
t pe
ngel
olaa
n m
elak
ukan
pro
ses
pere
ncan
aan
peng
elol
aan
seca
ra pa
rtis
ipat
if da
n m
engh
orm
ati
hak-
hak
mas
yara
kat,
dida
sark
an a
tas
data
yan
g be
nar
dan
mel
iput
i se
luru
h as
pek
peng
elol
aan
huta
n se
rta
mem
iliki
tuj
uan
yang
din
yata
kan
seca
ra jel
as
untu
k m
enca
pai ke
lest
aria
n fu
ngsi
-fun
gsi ek
onom
i, lin
gkun
gan
dan
sosi
al h
utan
.
1.1.1.
Cata
tan
pros
es p
eren
cana
an p
enge
lola
an h
utan
yan
g di
laku
kan
seca
ra p
artisi
patif da
n m
engh
orm
ati ha
k-ha
k m
asya
raka
t be
rdas
arka
n hu
kum
pos
itif
mau
pun
adat
.
CCBA
: 1.1.2, 6
.2.5, 6
.2.6, 6
.5.2
PHPL
: P1
.2, P
2.1
Verifie
r:
1. Ca
tata
n pr
oses
pen
yusu
nan
RKUPH
HK
2. Pr
oses
pen
yusu
nan
RKUPH
HK
dila
kuka
n se
cara
pa
rtis
ipat
if da
n m
engh
orm
ati ha
k-ha
k m
asya
raka
t be
rdas
arka
n ho
kum
pos
itif
mau
pun
adat
.
47Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
2Pe
renc
anaa
n
1.1.2.
Doku
men
ren
cana
pen
gelo
laan
hut
an jan
gka
panj
ang
seca
ra jel
as m
enya
taka
n tu
juan
pen
gelo
laan
sec
ara
lest
ari,
peni
ngka
tan
kean
ekar
agam
an h
ayat
i da
n ja
sa lin
gkun
gan
serta
peng
hapu
san
kem
iski
nan
bagi
mas
yara
kat ya
ng
hidu
pnya
ber
gant
ung
kepa
da h
utan
CCBA
: 3.1.1, 5
.1.1
PHPL
: P1
.1, P
1.2, P
2.1, E
1.1, E
1.2, E
2.1, E
2.2, S
1.1-
S1.4
PHPL
: T u
juan
ren
cana
pen
gelo
laan
hut
an d
inya
taka
n da
lam
do
kum
en R
KPH d
an c
orpo
rate
sta
tem
ent ya
ng h
arus
dis
ampa
ikan
ke
pada
Lem
baga
ser
tifik
asi (L
S) p
ada
pros
es p
enga
juan
ser
tifik
asi.
Verifie
r:
1. Do
kum
en p
erny
ataa
n pe
rusa
haan
ten
tang
vis
i, m
isi,
dan
tuju
an
peng
elol
aan
huta
n, ter
mas
uk d
i da
lam
nya
tent
ang
prog
ram
RE
DD+
2. La
pora
n/ca
tata
n pr
oses
sos
ialis
asi p
erny
ataa
n pe
rusa
haan
te
ntan
g visi
, mis
i, da
n tu
juan
pen
gelo
laan
hut
an3. Vi
si, m
isi,
dan
tuju
an p
enge
lola
an h
utan
ser
ta p
rogr
am R
EDD+
di
tuan
gkan
dal
am R
KUPH
HK
1.1.3.
Renc
ana
alok
asi ka
was
an h
utan
unt
uk k
epen
ting
an
prod
uksi
kay
u, p
erlin
dung
an k
eane
kara
gam
ann
haya
ti, d
an
kepe
ntin
gan
sosi
al d
irum
uska
n se
cara
par
tisi
patif de
ngan
pa
ra p
ihak
dan
mem
perh
atik
an k
eses
uaia
n tipe
dan
kel
as
huta
n se
rta
hak-
hak
mas
yara
kat at
as tan
ah, w
ilaya
h, d
an
sum
berd
aya
alam
yan
g se
cara
tur
un tem
urun
tel
ah d
imili
ki,
dihu
ni, d
an/a
tau
palin
g se
diki
t di
kelo
la, d
iman
faat
kan
atau
di
pero
leh
berd
asar
kan
huku
m p
ositif
mau
pun
adat
.
CC
BA :
(1.2.2),
(5.3.1)
PH
PL :
(P 1
.2),
(P 2
.1),
(S1.2)
, (E1
.1),
(E1.2)
, (E2
.1),
(E2.2)
.
Verifie
r:
1. La
pora
n/ca
tata
n pr
oses
pen
yusu
nan
RKUPH
HK
dan
RKT
2. Pe
ta R
enca
na P
enat
aan
Area
l Ke
rja
UM/T
ata
Ruan
g 3. Ke
sesu
aian
pen
ataa
n ar
eal ke
rja
deng
an tip
e da
n ke
las
huta
n se
rta
hak-
hak
mas
yara
kat se
suai
huk
um p
ositif
mau
pun
adat
.
1.1.4.
Renc
ana
peng
elol
aan
huta
n m
elip
uti se
luru
h as
pek
peng
elol
aan
huta
n di
susu
n be
rdas
arka
n da
ta y
ang
bena
r, m
elip
uti se
luru
h ja
ngka
wak
tu p
engu
saha
an h
utan
dan
ta
hapa
n-ta
hapa
n wak
tu im
plem
enta
siny
a.
PHPL
: (P.1.2)
, (P.1.5)
, (P.2.1)
, , (P.3.5)
, (P.3.6)
,(E.1.1),
(E.1.2),
(E.2.1),
(E.2.2),
(S.23)
, (S.2.5)
Verifie
r:
1. Do
kum
en r
enca
na p
enge
lola
an h
utan
yan
g m
elip
uti se
luru
h ja
ngka
wak
tu p
engu
saha
an h
utan
(RK
UPH
HK)
dan
dok
umen
ta
hapa
n-ta
hapa
n wak
tu im
plem
enta
siny
a2. Pe
ta r
anca
ng b
angu
n pe
nata
an a
real
yan
g te
lah
dise
tuju
i/di
sahk
an b
eser
ta p
eta-
peta
ata
u da
ta s
umbe
rnya
3. Do
kum
en p
eren
cana
an s
ylvicu
ltur
e ya
ng d
iter
apka
n be
rser
ta
data
/inf
orm
asi su
mbe
rnya
4. Re
ncan
a Ke
giat
an d
an A
ngga
ran
Peru
saha
an5. Re
ncan
a pe
mbi
naan
dan
pen
gem
bang
an S
DM k
arya
wan
mau
pun
mas
yara
kat se
tem
pat
48 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
2Pe
renc
anaa
n
2.3
Uni
t pe
ngel
olaa
n m
enyu
sun
ranc
anga
n pe
ngel
olaa
n da
mpa
k lin
gkun
gan
fisik
m
aupu
n so
sial
-eko
nom
i da
n bu
daya
2.3.1.
Ranc
anga
n tind
akan
-tin
daka
n u
ntuk
m
emin
imal
kan
dam
pak
nega
tif da
n m
emak
sim
alka
n da
mpa
k po
sist
if te
rhad
ap
kom
pone
n lin
gkun
gan
fisik
mau
pun
mau
pun
sosi
al-e
kono
mi-bu
daya
ber
dasa
rkan
has
il an
alis
is
dam
pak
lingk
unga
n ya
ng d
ilaku
kan.
• CC
BA :
(3.3.1),(
5.3.2)
• PH
PL: (
P.2.8)
, (E.2.1)
, (E.2.2)
, (S
2.1)
, (S.2.5)
, (S.3.2)
, (S.3.3)
, (S.4.1)
, (S.4.2)
Verifie
r:1. Do
kum
en R
enca
na P
enge
lola
an D
ampa
k Li
ngku
ngan
(RK
L) ter
sedi
a.2. Ku
alitas
RKL
bai
k da
n se
suai
den
gan
hasi
l an
alis
is d
ampa
k lin
gkun
gan
2.4
Uni
t pe
ngel
olaa
n m
enyu
sun
ranc
anga
n pe
man
taua
n da
mpa
k lin
gkun
gan
fisik
m
aupu
n so
cial
-eko
nom
i da
n bu
daya
1.4.1.
Ranc
anga
n pe
man
taua
n da
n to
lok-
ukur
nya
diru
mus
kan
bagi
pen
ilaia
n ef
ektifit
as p
enge
lola
an
dam
pak
lingk
unga
n te
rhad
ap k
ompo
nen
lingk
unga
n fis
ik m
aupu
n so
sial
-eko
nom
i-bu
daya
.
• CC
BA :
(3.3.2),
(4.3.2),(
5.2.1)
• PH
PL: P
HPL
: (P.2.8)
, (E.2.1)
, (E.2.2)
, (S
2.1)
, (S.2.5)
, (S.3.2)
, (S.3.3)
, (S.4.1)
, (S
.4.2)
Verifie
r:
1. Do
kum
en R
enca
na P
eman
taua
n Da
mpa
k Li
ngku
ngan
(RP
L) ter
sedi
a.2. Ku
alitas
RPL
bai
k da
n se
suai
den
gan
hasi
l an
alis
is d
ampa
k lin
gkun
gan
3Pe
laks
anaa
n pr
ogra
m
3.1
3.1.1
Uni
t pe
ngel
olaa
n m
elak
ukan
pen
gelo
laan
ka
was
an d
an s
umbe
rday
a hu
tan
di
dala
mny
a un
tuk
men
ja-m
in k
epas
tian
us
aha
jang
ka p
anja
ng
3.1.1.1.
Kepa
stia
n pe
nggu
naan
lah
an s
ebag
ai k
awas
an
huta
n ya
ng d
ikel
ola
UM, s
erta
pe
nata
an
kawas
an u
ntuk
kep
enting
an fun
gsi pr
oduk
si,
perlin
dung
an k
eane
ka-r
agam
an h
ayat
i da
n fu
ngsi
sos
ial hu
tan
dila
kuka
n de
ngan
m
empe
rhat
ikan
fun
gsi,
tipe
dan
kar
akte
rist
ik
huta
n se
rta
men
ghor
mat
i ha
k-ha
k m
asya
raka
t se
tem
pat be
rdas
arka
n hu
kum
pos
itif
mau
pun
adat
CCBA
: (1
.2.3),
(5.1.3)
PHPL
: (P
.1.1),
(P.1.2),
(P.2.1) E1
.1, E
1.2, E
2.1, E
2.2, S
1.1-
S1.4
V erifie
r:
1. Su
mbe
r-su
mbe
r ru
juka
n (d
okum
en/p
eta)
yan
g di
guna
kan
dala
m k
epas
tian
pe
nggu
naan
lah
an s
ebag
ai k
awas
an h
utan
UM d
an p
enat
aan
kawas
an.
2. Pe
ta r
ealis
asi pe
nata
an b
atas
dan
pen
ataa
n hu
tan
yang
mem
perh
atik
an
tata
rua
ng d
an w
ilaya
h-wila
yah
pem
ilika
n se
rta
peng
elol
aan
mas
yara
kat
berd
asar
kan
huku
m p
ositif
mau
pun
adat
,3. La
pora
n pe
nata
an b
atas
par
tisi
patif ka
was
an k
onse
si d
an fun
gsi-fu
ngsi
pr
oduk
si, k
eane
kara
gam
-an
haya
ti d
an s
osia
l ya
ng b
erba
tasa
n de
ngan
la
han
mas
yara
kat
4. La
pora
n pe
mer
iksa
an a
tau
perb
aika
n ba
tas-
bata
s ya
ng tel
ah d
isep
akat
i pa
ra p
ihak
3.1.1.2.
Tind
akan
-tin
daka
n pe
ngam
anan
kaw
asan
di
laku
kan
untu
k m
empe
rtah
anka
n su
mbe
rday
a hu
tan
di d
alam
nya
dari g
angg
uan
pera
mba
han,
alih
fun
gsi ka
was
an h
utan
, keb
akar
an h
utan
m
aupu
n ga
nggu
an lai
nnya
.
CCBA
: (5.1.4)
PHPL
: (P.1.3)
, (P.1.4)
, E1.3, E
1.4, E
2.3, E
2.4.
Verifie
r:
1. Te
rsed
iany
a SO
P, p
eral
atan
dan
SDM
yan
g m
emad
ai u
ntuk
pen
gam
anan
ka
was
an d
an s
umbe
rday
a hu
tan,
2. Da
ta jen
is-jen
is, f
reku
ensi
dan
bes
aran
gan
ggua
n hu
tan
3. La
pora
n/ca
tata
n tind
akan
-tin
daka
n ya
ng d
ilaku
kan
untu
k m
enga
tasi
ga
nggu
an h
utan
dan
tin
gkat
efe
ktifi
tasn
ya
Peng
elol
aan
aspe
k pr
oduk
si
49Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
3Pe
laks
anaa
n pr
ogra
m
3.1.2
Uni
t pe
ngel
olaa
n m
elak
ukan
tin
daka
n-tind
akan
pen
gelo
laan
sum
berd
aya
huta
n un
tuk
men
jam
in d
an m
enin
gkat
kan
prod
uksi
has
il hu
tan
dala
m jan
gka
panj
ang
dan
kele
star
ian
usah
a.
3.1.2.1.
Pem
iliha
n da
n pe
nera
pan
syst
em s
ilvi-
kultur
(mul
ai d
ari pe
mbi
bita
n s/
d pe
man
enan
) ya
ng s
esua
i de
ngan
eko
sist
em h
utan
se
tem
pat da
n m
enja
min
keb
erad
aan
dan
peni
ngka
tan
prod
uksi
ha
sil hu
tan, ter
mas
uk
hasi
l hu
tan
non
kayu
ser
ta p
enye
rapa
n da
n pe
nyim
pana
n st
ock
karb
on.
CCBA
: -PH
PL: (
P.1.5)
, (P.1.6)
, P2.4, P
2.7, P
2.8
Verifie
r:1. Do
kum
en ruj
ukan
pem
iliha
n sy
stem
silv
ikul
tur (d
ata
ekos
iste
m h
utan
, dat
a st
rukt
ur teg
akan
dan
kom
posi
si jen
is, d
ata
rege
nera
si jen
is-jen
is p
ohon
),2. Pe
nyed
iaan
sar
ana
pras
aran
a pe
man
enan
yan
g m
enja
min
kel
esta
rian
pr
oduk
si h
asil
huta
n da
n pe
ngur
anga
n da
mpa
k ke
rusa
kan
lingk
unga
n.3. SO
P se
tiap
tah
apan
keg
iata
n sy
stem
silv
ikul
tur.
4. La
pora
n pe
laks
anaa
n se
tiap
tah
apan
keg
iata
n da
ri s
yste
m s
ilvik
ultu
r ya
ng
dite
rapk
an,
5. Da
ta k
eane
kara
gam
an d
an p
oten
si jen
is-jen
is h
asil
huta
n (k
ayu
dan
non
kayu
) se
rta
data
pen
guku
ran
peny
erap
an d
an p
enyim
pana
n st
ock
karb
on.
3.1.2.2.
Peng
ukur
an p
ertu
mbu
han
tega
kan
dan
prod
uktivita
s hu
tan, ter
mas
uk p
engu
kura
n/pe
man
taua
n pe
nyer
apan
dan
pen
yim
pana
n st
ock
karb
on, s
erta
pen
gatu
ran
ting
kat
prod
uksi
tah
unan
dan
efis
iens
i pe
man
enan
CCBA
: PH
PL: (
P2.2),
(P2.3)
, (P.2.4)
, (2.5)
Verifie
r :
1. Pe
nguk
uran
per
tum
buha
n te
gaka
n da
n pr
oduk
tivita
s hu
tan
serta
hasi
lnya
.2. Pe
nguk
uran
tin
gkat
pen
yera
pan
dan
peny
impa
nan
stoc
k ka
rbon
.3. Pe
ngat
uran
has
il hu
tan
sesu
ai d
enga
n pr
oduk
tivita
s hu
tan, (do
kum
en
RKUPH
HK
dan
RKT)
3.1.2.3.
Pene
rapa
n sy
stem
pen
atau
saha
an h
asil
huta
n ya
ng m
enja
min
kea
bsah
an d
an s
yste
m
kete
rlac
akan
has
il hu
tan
CCBA
: -PH
PL: (
P2.6)
Verifie
r :
1. SO
P pe
nata
usah
aan
hasi
l hu
tan
kayu
yan
g m
enja
min
sys
tem
ket
erla
caka
n te
rsed
ia.
2. Se
mua
dok
umen
tat
a us
aha
hasi
l hu
tan
kayu
ter
sedi
a de
ngan
sys
tem
pe
ngar
sipa
n ya
ng b
aik.
3.1.2.4.
Kese
hata
n P e
rusa
haan
, Inv
esta
si d
an
rein
vest
asi un
tuk
peng
elol
aan
huta
n, s
erta
pe
ning
kata
n m
odal
hut
an
CCBA
: (3
.1.6)
PHPL
: P3
.1, (
P2.3),
(P2.4)
Verifie
r :
1. Re
ntab
ilita
s, L
ikui
dita
s, d
an s
olva
bilit
as U
M2. Re
ncan
a da
n Re
alis
asi da
na u
ntuk
per
enca
naan
, pen
ataa
n, p
eman
enan
, pe
mbi
naan
, eko
logi
/lin
gkun
gan, s
aran
a pr
asar
ana, p
elay
anan
pas
ar, d
an
peng
emba
ngan
sum
berd
aya
man
usia
.3. Pe
ndug
aan
nila
i hu
tan
dari w
aktu
ke
wak
tu, t
erm
asuk
nila
i pe
nyer
apan
da
n st
ock
karb
on y
ang
berp
oten
si d
iper
daga
ngka
n da
lam
pas
ar k
arbo
n.
50 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
3Pe
laks
anaa
n pr
ogra
m
3.2
3.2.1
Peng
elol
aan
kest
abila
n ek
osis
tem
, dal
am
fung
siny
a un
tuk
mem
elih
ara
kean
ekar
agam
an
haya
ti (ba
ik fl
ora
mau
pun
faun
a), t
ata
air
dan
kesu
bura
n ta
nah, d
iser
tai tind
akan
nya
ta y
ang
efek
tif da
lam
mem
elih
ara, m
engu
rang
i da
mpa
k da
n m
ereh
abili
tasi
deg
rada
si y
ang
terjad
i.
3.2.1.1.
Peng
aman
an k
awas
an d
ilind
ungi
ter
hada
p ga
nggu
an, t
erm
asuk
dar
i ba
haya
keb
akar
an,
ditu
njuk
kan
oleh
pro
pors
i lu
as k
awas
an
dilin
dung
i, ya
ng ter
tata
bai
k da
n be
rfun
gsi ba
ik,
terh
adap
kes
elur
uhan
kaw
asan
yan
g se
haru
snya
di
lindu
ngi.
CCBA
: (5.1.3)
, (5.1.4)
PH
PL: (
E1.1),
(E1.2)
, (E1
.3),
(E1.4)
,
Verifie
r:1. Te
rsed
iany
a da
ta d
an inf
orm
asi te
ntan
g pr
opor
si lua
s ka
was
an
dilin
dung
i, ya
ng ter
tata
bai
k da
n be
rfun
gsi ba
ik, t
erha
dap
kese
luru
han
kawas
an y
ang
seha
rusn
ya d
ilind
ungi
. 2. SO
P, p
eral
atan
dan
SDM
yan
g m
emad
ai u
ntuk
pen
gam
anan
ka
was
an d
ilind
ungi
, ser
ta lap
oran
/cat
atan
pen
erap
an k
egia
tan
peng
aman
an k
awas
an d
ilind
ungi
. 3. Ca
tata
n ko
ndis
i ka
was
an d
ilind
ungi
yan
g te
rgan
ggu
palin
g tida
k m
enge
nai ju
mla
h da
n frek
uens
i ga
nggu
an,lu
as, j
enis
, in
tens
itas
gan
ggua
n te
rhad
ap k
awas
an d
ilind
ungi
(te
rmas
uk
dari b
ahay
a ke
baka
ran)
, ser
ta k
ondi
si k
eane
kara
gam
an s
pesi
es
flora
dan
/ata
u fa
una
di d
alam
dan
di lu
ar k
awas
an d
ilind
ungi
pa
da b
erba
gai fo
rmas
i/tipe
hut
an y
ang
dite
muk
an d
i da
lam
un
it p
enge
lola
an
4. Ko
ndis
i ke
anek
arag
aman
flor
a da
n fa
una
di k
awas
an d
ilind
ungi
, te
rmas
uk d
i hu
tan
prim
er d
an b
ekas
teb
anga
n se
baga
i pe
mba
ndin
g.(L
ihat
Lap
oran
Has
il Pe
laks
anaa
n Pe
ngel
olaa
n da
n Pe
man
taua
n Li
ngku
ngan
)
3.2.1.2.
Peng
elol
aan
dan
pem
anta
uan
kean
ekar
agam
an
spes
ies
flora
dan
/ata
u fa
una
di d
alam
dan
dil
luar
kaw
asan
dili
ndun
gi p
ada
berb
agai
for
mas
i/tipe
hut
an y
ang
dite
muk
an d
i da
lam
uni
t pe
ngel
olaa
n
CCBA
: 5.1.2
PHPL
: (E
1.4)
, (E1
.8)
Verifie
r :
1. SO
P, p
eral
atan
dan
SDM
unt
uk p
enge
lola
an d
an p
eman
taua
n da
mpa
k ke
giat
an ter
hada
p ke
anek
arag
aman
hay
ati.
2. Nila
i ke
anek
arag
aman
hay
ati da
n ja
sa lin
gkun
gan
yang
be
rpot
ensi
dip
enga
ruhi
ole
h pr
ogra
m R
EDD+
ter
iden
tifik
asi da
n te
rpet
akan
pad
a sk
ala
dan
ting
kat ya
ng c
ukup
rin
ci.
3. Ko
ndis
i ke
anek
arag
aman
flor
a da
n fa
una
di k
awas
an d
ilind
ungi
.4. Ko
ndis
i ke
anek
arag
aman
flor
a da
n fa
una
di h
utan
prim
er d
an
beka
s te
ngan
seb
agai
pem
band
ing.
(Lih
at L
apor
an H
asil
Pela
ksan
aan
Peng
elol
aan
dan
Pem
anta
uan
Ling
kung
an)
Peng
elol
aan
aspe
k ek
olog
is
51Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
3Pe
laks
anaa
n pr
ogra
m
3.2
3.2.1.3.
Peng
elol
aan
dan
pem
anta
uan
dam
pak
kegi
atan
kel
ola
prod
uksi
ter
hada
p ta
nah
dan
air.
CCBA
:PH
PL :
(E1.6)
, (E1
.7),
(E1.9)
, (E1
.10)
Verifie
r :
1. SO
P, p
eral
atan
dan
sdm
ten
tang
pen
gelo
laan
dan
pe
man
taua
n da
mpa
k ke
giat
an ter
hada
p ta
nah
dan
air,
term
asuk
ten
tang
pen
anga
nan
limba
h pa
dat da
n ca
ir.
2. La
pora
n/ca
tata
n in
tens
itas
dam
pak
kegi
atan
kel
ola
prod
uksi
ter
hada
p ta
nah
(tin
gkat
ero
si p
ada
area
l be
kas
teba
ngan
, pem
adat
an, p
enur
unan
muk
a ta
nah
(unt
uk
ekos
iste
m h
utan
raw
a), d
l l),
serta
efek
tifit
as p
enge
lola
an
dan
pem
anta
uan
yang
dila
kuka
n.3. La
pora
n/ca
tata
n in
tens
itas
dam
pak
kegi
atan
kel
ola
prod
uksi
ter
hada
p ai
r (tin
gkat
fluk
tuas
i de
bit da
n ku
alitas
air s
unga
i da
n ba
dan-
bada
n ai
r, dl
l), s
erta
ef
ektifit
as p
enge
lola
an d
an p
eman
taua
n ya
ng d
ilaku
kan
(Lih
at L
apor
an H
asil
Pela
ksan
aan
Peng
elol
aan
dan
Pem
anta
uan
Ling
kung
an)
3.2.2
Peng
elol
aan
sint
asan
spe
sies
, ter
mas
uk s
pesi
es
ende
mic
/lan
gka/
dilin
dung
i (b
aik
flora
mau
pun
faun
a) ,
dise
rtai
tin
daka
n ny
ata
yang
efe
ktif
dala
m m
emel
ihar
a, m
engu
rang
i da
mpa
k da
n m
ereh
abili
tasi
pen
urun
an y
ang
terjad
i.
1.1.1.1.
Peng
elol
aan
dan
pem
anta
uan
dam
pak
kegi
atan
kel
ola
prod
uksi
ter
hada
p flo
ra d
an fau
na e
ndem
ic/lan
gka/
dilin
dung
i da
n ha
bita
tnya
.
CCBA
: (5
.1.3) (5
.1.4)
PHPL
: (E
1.4)
, (E1
.5),
(E1.6)
, (E1
.7),
E2.3, E
2.4, E
2.5, (E2
.6),
(E2.7)
, (E2
.8)
Verifie
r:1. SO
P, p
eral
atan
dan
SDM
unt
uk p
enge
lola
an d
an
pem
anta
uan
dam
pak
kegi
atan
kel
ola
prod
uksi
ter
hada
p sp
ecie
s flo
ra d
an fau
na e
ndem
ik/lan
gka/
dilin
dung
i da
n ha
bita
tnya
.2. Ju
mla
h sp
esie
s flo
ra d
an fau
na e
ndem
ic/lan
gka/
dilin
dung
i, ba
ik di
kaw
asan
dili
ndun
gi, h
utan
prim
er,
dan
huta
n be
kas
teba
ngan
.3. La
pora
n/ca
tata
n be
rkai
tan
inte
nsitas
dam
pak, fre
kuen
si
dan
jeni
s ga
nggu
an ter
hada
p sp
esie
s flo
ra d
an fau
na
ende
mik
/lan
gka/
dilin
dung
i.4. Ting
kat ke
sam
aan
kom
unitas
ant
ara
area
l hu
tan
beka
s te
bang
an d
enga
n hu
tan
prim
er(L
ihat
Lap
oran
Has
il Pe
laks
anaa
n Pe
ngel
olaa
n da
n Pe
man
taua
n Li
ngku
ngan
)
Peng
elol
aan
aspe
k ek
olog
is
52 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
3Pe
laks
anaa
n pr
ogra
m
3.3
3.3.1
Uni
t pe
ngel
olaa
n m
engh
orm
ati ha
k-ha
k pe
ngel
olaa
n hu
tan
mas
yara
kat da
lam
ben
tuk
tind
akan
-tin
daka
n ya
ng n
yata
, ter
mas
uk d
i da
lam
nya
apre
sias
i at
as h
ak p
eman
faat
an h
asil
huta
n bu
kan
kayu
dan
hak
ata
s ka
rbon
ole
h m
asya
raka
t, da
lam
bat
as-b
atas
, mek
anis
me
dan
atur
an-a
tura
n ya
ng jel
as d
an ter
ukur
ser
ta
tela
h di
sepa
kati b
ersa
ma
seca
ra b
erke
adila
n da
n tran
spar
an.
1.1.1.1.
Bata
s an
tara
kaw
asan
kon
sesi
den
gan
kawas
an
kom
unitas
set
empa
t te
rdel
inia
si s
ecar
a je
las, d
an
dipe
role
h m
elal
ui p
erse
tuju
an a
ntar
pih
ak y
ang
terk
ait di
dal
amya
, ser
ta ter
jam
inny
a ak
ses
dan
cont
rol m
asya
raka
t se
cara
lin
tas
gene
rasi
ter
hada
p ka
was
an h
utan
ada
t da
n pe
man
faat
an h
asil
huta
n ol
eh k
omun
itas
.
CCBA
: (1
.2.3),
(1.4.1),
(1.4.2),
(1.4.3),
(1.5.1)
PHPL
: (S
1.1)
, (S1
.2),
(S1.3)
V erifie
r :
1. Pr
oses
pen
etap
an b
atas
yan
g di
laku
kan
seca
ra b
ersa
ma
deng
an p
ihak
yan
g te
rkai
t di
dal
amny
a.2. Pe
rset
ujua
n ko
mun
itas
(in
form
ed c
onse
nt) at
as
kebe
rada
an u
nit pe
ngel
olaa
n.3. Ka
was
an w
ilaya
h m
asya
raka
t ad
at b
ebas
kla
im
terr
itor
ial da
ri u
nit pe
ngel
olaa
n, d
an ter
jam
inny
a ak
ses
dan
cont
rol te
rhad
ap k
awas
an h
utan
ada
t da
n pe
man
faat
an h
asil
huta
n.
1.1.1.2.
Digu
naka
nnya
tat
a ca
ra a
tau
mek
anis
me
peny
eles
aian
sen
gket
a ya
ng tep
at ter
hada
p pe
rten
tang
an k
laim
ata
s hu
tan
yang
sam
a.
CCBA
:PH
PL :
(S1.4)
Verifie
r :
1. Ra
gam
pili
han
peny
eles
aian
sen
gket
a te
nurial
2. Tida
k ad
a pe
nggu
naan
pak
saan
dan
man
ipul
asi da
lam
pe
nyel
esai
an s
engk
eta.
3.3.2
Upa
ya-u
paya
men
jam
in k
etah
anan
dan
pe
ngem
bang
an e
kono
mi ko
mun
itas
dan
kar
yawan
m
elal
ui tin
daka
n-tind
akan
nya
ta d
alam
m
enin
gkat
kan
kese
jaht
eraa
n m
asya
raka
t da
n ka
ryaw
an d
alam
mek
anis
me
dan
atur
an-a
tura
n ya
ng jel
as d
an ter
ukur
ser
ta tel
ah d
isep
akat
i be
rsam
a se
cara
ber
kead
ilan.
3.3.2.1.
Sum
ber-
sum
ber
ekon
omi ko
mun
itas
mam
pu
men
duku
ng k
elan
gsun
gan
hidu
p ko
mun
itas
sec
ara
linta
s ge
nera
si d
an k
omun
itas
mam
pu m
enga
kses
ke
sem
pata
n ke
rja
dan
pelu
ang
beru
saha
yan
g te
rbuk
a se
hing
ga m
odal
dom
estik
dapa
t be
rkem
bang
CCBA
: (3
.1.1),
(3.1.4)
PHPL
: (S
2.1)
, (S2
.2),
(S2.3)
, (S2
.4),
(S2.5)
V erifie
r :
1. Ko
mpe
nsas
i ya
ng a
dil da
n waj
ar ter
hada
p ni
lai
keru
saka
n su
mbe
r–su
mbe
r ek
onom
i, se
rta
peng
guna
an
peng
etah
uan
trad
isio
nal m
asya
raka
t ad
at d
i da
lam
si
stim
pen
gelo
laan
yan
g di
tera
pkan
UM.
2. Has
il hu
tan
kayu
unt
uk k
ebut
uhan
hid
up r
umah
tan
gga
dan
kom
unitas
seh
ari-ha
ri s
erta
nila
i ha
sil hu
tan
non
kayu
min
imum
tet
ap.
3. Ko
mun
itas
mam
pu m
enga
kses
kes
empa
tan
kerja
dan
pelu
ang
beru
saha
yan
g te
rbuk
a.4. Mod
al d
omes
tik
berk
emba
ng.
5. Pe
ninj
auan
ber
kala
ter
hada
p ke
seja
hter
aan
kary
awan
da
n ja
min
an a
tas
fasi
litas
ako
mod
asi ya
ng m
emad
ai.
6. Ke
sem
pata
n pe
latiha
n pe
ngem
bang
an k
apas
itas
, pe
ning
kata
n je
njan
g ka
rir
dan
pend
apat
an
7. P e
ngad
aan
fasi
litas
bag
i ke
seja
hter
aan
kary
awan
Peng
elol
aan
aspe
k so
sial
53Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
3Pe
laks
anaa
n pr
ogra
m
3.3.3
Upa
ya-u
paya
men
jam
in h
ak-h
ak
asas
i m
anus
ia d
an int
egra
si s
osia
l da
n ku
ltur
al b
agi m
asya
raka
t da
n ka
ryaw
anm
elal
uike
bija
kan
dan
atur
an-
atur
an y
ang
jela
s, s
erta
dila
ksan
akan
da
lam
tin
daka
n ya
ng n
yata
.
3.3.3.1.
Terjam
inny
a ha
k-ha
k as
asi m
anus
ia d
an m
inim
asi
dam
pak
kegi
atan
UM p
ada
inte
gras
i so
cial
dan
ku
ltur
al.
CCBA
: 4.3.1, 4
.3.2
PHPL
: (S
3.1)
, (S3
.2),
(S3.3)
Verifie
r :
1. Ke
beba
san
bers
erik
at b
agi bu
ruh
2. Re
ndah
nya
kasu
s tind
ak k
eker
asan
ter
hada
p war
ga s
erta
ole
h un
it p
enge
lola
an.
3. Tida
k te
rjad
i pe
mis
ahan
fisi
k da
lam
dan
ant
ar k
omun
itas
, ting
kat kr
imin
alitas
, kon
flik
SARA
, dis
krim
inas
i da
n pe
lang
gara
n ad
at r
enda
h.4. Ad
anya
akt
ivitas
pen
gorg
anis
asia
n so
sial
unt
uk p
enya
lura
n ke
pent
inga
n/as
pira
si, p
enge
mba
ngan
kap
asitas
dan
pe
mbe
rday
aan, p
embi
naan
kes
adar
an a
tas
hak
dan
kewaj
iban
, pe
mbi
naan
kea
gam
aan
kom
unitas
dan
kar
yawan
. 5. Te
rjam
inny
a ke
bera
daan
situs
-situs
bud
aya.
3.3.3.2.
Kebe
rada
an p
elak
sana
an K
esep
akat
an K
erja
Be
rsam
a (K
KB),
pela
ksan
aan
Upa
h Min
imum
Re
gion
al (UMR)
dan
struk
tur
gaji
yang
adi
l, se
rta
terjam
inny
a Ke
seha
tan
dan
Kese
lam
atan
Ker
ja (K3
) ba
gi k
arya
wan
.
CCBA
:PH
PL :
(S5.1)
, (S5
.2),
(S5.3)
V erifie
r :
1. Te
naga
ker
ja ter
libat
dal
am p
embu
atan
per
janj
ian
kerja
bers
ama, p
emah
aman
ten
aga
kerja
terh
adap
struk
tur
orga
nisa
si
dan
urai
an k
erja
, Pel
aksa
naan
per
janj
ian
kerja
bers
ama,
berk
uran
gnya
kon
flik
perb
uruh
an d
an p
erse
lisih
an a
ntar
ka
ryaw
an.
2. Ga
ji/up
ah ten
aga
kerja
sesu
ai s
tand
ar lok
al d
an s
tukt
ur g
aji/
upah
yan
g ad
il.T e
rjam
inny
a pe
rala
tan
kerja
dan
alat
per
lindu
ngan
diri,
peny
edia
an
P3K
dan
petu
gas
terlat
ih u
ntuk
men
gata
si k
ecel
akaa
n ke
rja,
terd
apat
uni
t pe
laya
nan
kese
hata
n in
tern
al.
3.3.4
Pena
nggu
lang
an d
ampa
k te
rhad
ap
kese
hata
n m
asya
raka
t 3.3.4.1.
Min
imas
i da
mpa
k ke
giat
an u
nit pe
ngel
olaa
n pa
da
kese
hata
n m
asya
raka
t, da
n pe
nyed
iaan
fas
ilita
s ke
seha
tan
dan
atau
ker
jasa
ma
deng
an o
torita
s ke
seha
tan
CCBA
: 3.3.1
PHPL
: S4
.1, S
4.2
V erifie
r :
1. Be
kerjan
ya s
iste
m p
enge
lola
an lim
bah
dan
pera
lata
nnya
yan
g di
mili
ki U
M, t
erda
pat pe
ngen
dalia
n pe
nggu
naan
pro
duk
kim
ia
dan
penj
agaa
n ku
alitas
air s
unga
i da
n su
mbe
r ai
r be
rsih
lai
nnya
da
ri p
ence
mar
an.
2. T e
rdap
at p
elay
anan
kes
ehat
an p
ada
kom
unitas
.3. Ad
anya
upa
ya m
enin
gkat
kan
kesa
dara
n ko
mun
itas
dan
kar
yawan
ba
gi p
ence
gaha
n pe
nyak
it, k
ecel
akaa
n da
n pe
nang
gula
ngan
nya.
54 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+
No.
Bagi
an/T
inda
kan
Indi
kato
r
Acua
n pa
da s
tand
ar P
HPL
dan
CCBA
4.Pe
man
taua
n pe
laks
anaa
n pr
ogra
m
4.1
Peru
mus
an e
lem
en d
an tek
nis
pem
anta
uan
dan
eval
uasi
4.1.1.
Peru
mus
an a
spek
-asp
ek y
ang
dipa
ntau
, pro
sedu
r pe
man
taua
n da
n or
gani
sasi
pem
anta
u di
laku
kan
mel
alui
pro
ses
yang
mel
ibat
kan
para
pih
ak
CCBA
: (2
.3.1),
(6.2.1),
(6.2.2),
(6.2.6)
PHPL
: P3
.3
Verifie
r :
1. Te
rdap
at c
atat
an p
rose
s pe
rum
usan
asp
ek-a
spek
yan
g di
pant
au, p
rose
dur
pem
anta
uan
dan
orga
nisa
si p
eman
tau.
2. Ru
mus
an a
spek
-asp
ek y
ang
dipa
ntau
dan
pro
sedu
r pe
man
taua
n di
doku
men
tasi
kan,
3. Te
rdap
at e
lem
en/o
rgan
isas
i/pe
rson
al p
elak
sana
pem
anta
uan
dan
eval
uasi
(SP
I=Sa
tuan
Pen
gawas
Int
erna
l)
4.2
Pela
ksan
aan
Pem
anta
uan
4.2.1.
Pela
ksan
aan
pem
anta
uan
dan
peni
laia
n ol
eh S
PI
terh
adap
sel
uruh
fun
gsi pe
ngel
olaa
n di
dal
am U
M
berjal
an d
enga
n ba
ik s
esua
i SO
P
CCBA
: 3.2.2
PHPL
: P3
.3
Verifie
r :
1. La
pora
n/ca
tata
n pe
laks
anaa
n pe
man
taua
n da
n ev
alua
si o
leh
SPI
2. Te
mua
n da
n re
kom
enda
si p
erba
ikan
did
okum
en-t
asik
an d
an
disa
mpa
ikan
kep
ada
piha
k pe
ngel
olaa
n ya
ng b
erwen
ang
4.3
Pem
anfa
atan
has
il-ha
sil pe
man
taua
n4.3.1.
Has
il pe
man
taua
n da
n pe
nila
ian
beru
pa
reko
men
dasi
, obs
erva
si, d
an a
tau
tind
akan
per
baik
an
dido
kum
enta
sika
n.
CCBA
: 3.2.2
PHPL
:
Verifie
r :
1. La
pora
n ha
sil pe
man
taua
n da
n ev
alua
si b
erup
a re
kom
enda
si,
obse
rvas
i, at
au tin
daka
n pe
rbai
kan
di s
etia
p ba
gian
mau
pun
dari S
PI ter
sedi
a
4.3.2.
Has
il-ha
sil pe
man
taua
n da
n pe
nila
ian
dila
ksan
akan
da
n di
penu
hi d
enga
n ba
ik s
esua
i de
ngan
tin
gkat
pr
iorita
snya
.
CCBA
: 2.3.1, (3.3.2)
, (3
.3.3, (
5.3.3)
PHPL
: P3
.3
V erifie
r :
1. La
pora
n/ca
tata
n pe
laks
anaa
n tind
ak lan
jut re
kom
enda
si,
obse
rvas
i, tind
akan
per
baik
an d
ari ha
sil pe
man
taua
n da
n ev
alua
si ter
sedi
a.2. Pe
ning
kata
n ki
nerja
dari h
asil
pem
anta
uan
dan
eval
uasi
, te
rmas
uk p
engu
rang
an d
ampa
k ne
gative
dan
pen
ingk
atan
da
mpa
k po
sitif da
pat di
lihat
di la
pang
an.
Top Related