8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
1/21
1
STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP
EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN TIMUR
CONTRIBUTION STUDY OF TRANSPORTATION ACTIVITIES
TOWARD CARBON EMISSION IN EASTERN PART OF SURABAYA
Fitri Arini1)
, Rahmat Boedisantoso2)
dan Susi Agustina Wilujeng3)
1 Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur
2 , 3 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur
Abstrak
Transportasi merupakan salah satu kegiatan yang berkontribusi sebagai penghasil emisi karbon. Proses
pembakaran bahan bakar minyak pada kegiatan tersebut dapat menghasilkan emisi karbon, terutama karbon dioksida.
Emisi karbon ini berpotensi menyebabkan pemanasan global akibat bertambahnya gas rumah kaca. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jumlah dan pemetaan emisi karbon, khususnya gas karbon dioksida (CO2) di Surabaya
bagian Timur (Surabaya Utara dan Surabaya Timur) yang dilakukan dengan menggunakan faktor emisi dan program
surfer 8. Survey dilakukan dengan metode traffic counting pada jam puncak dan hari puncak. Data primer yang
diperoleh, dianalisa dengan data sekunder sehingga didapatkan jumlah kendaraan rata-rata per jam. Jumlah
kendaraan rata-rata akan dianalisa dengan mengkonversi satuan kendaraan ke satuan mobil penumpang (smp) dan
tanpa adanya konversi. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah emisi karbon di Surabaya bagian Timur sebesar
10.040.239,06 ton/tahun untuk kendaraan yang dikonversi dan sebesar 9.699.758,98.ton/tahun untuk kendaraan yang
tidak dikonversi dan pemetaan jumlah emisi karbon di Surabaya bagian Timur.
Kata kunci: emisi karbon, Surabaya bagian Timur, surfer 8, transportasi
Abstract
Transportation is one of the activities that generate of carbon emissions. Fuel combustion process in these
activities can generate carbon emissions, especially carbon dioxide. Carbon emissions can cause global warming due
to greenhouse gases.The purpose of this research was to knowing the number and mapping of carbon emissions,
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
2/21
2
especially carbon dioxide (CO2) in Surabaya, East (North and East Surabaya), which is done by using emission factors
and the program Surfer 8. This research was conducted by surveying the calculation of the number of vehicles using the
method of traffic counting. The survey was conducted at peak hours and peak days on several roads in the eastern part
of Surabaya. The data of survey results were calculated with secondary data in order to get the average number of
vehicles per street. The number of vehicle average data that obtained were analyzed by two calculations, i.e.converting
the unit into the vehicle passenger car unit (pcu) and without conversion. Total carbon emissions average was
calculated using emission factors. The number of average carbon emissions were used to calculate the estimations of
carbon emissions on each road in the study area and the mapping was analyzed by program Surfer 8. The study showed
the CO2 emissions were 10.040.239,06 ton/year and 9.699.758,98 ton/year for pcu converting and without converting
results, respectively in eastern part of Surabaya.
Keyword: : carbon emission, eastern part of Surabaya, surfer 8, transportation.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Surabaya merupakan kota metropolitan kedua setelah Kota Jakarta dengan jumlah penduduk
mencapai 2.829.486 jiwa dan tingkat kepadatan sebesar 86,7 jiwa/Ha pada tahun 2007 (Pelaporan
Status Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2008). Sebagai kota metropolitan yang juga berkembang
menjadi kota dagang dan jasa, Kota Surabaya sering menjadi daerah tujuan penduduk sekitar Kota
Surabaya sebagai tempat mencari penghasilan. Hal ini mengakibatkan kebutuhan alat transportasi
bagi penduduk terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Alat transportasi ini
sangat berguna untuk mempermudah dan mempercepat akses perhubungan bagi penduduk Kota
Surabaya.
Sampai saat ini, sarana dan prasarana transportasi di Kota Surabaya sudah cukup lengkap
dan memadai. Pertumbuhan jumlah atau volume kendaraan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan fasilitas transportasi yang ada. Data statistik memperlihatkan bahwa
jumlah atau volume kendaraan yang terdaftar di Kota Surabaya dari tahun 2005 sampai tahun 2007
semakin meningkat. Total jumlah kendaraan yang tercatat sampai tahun 2007 adalah 1.303.931 unit.
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
3/21
3
Jenis kendaraan terbesar sampai dengan tahun 2007 adalah sepeda motor, yakni 972.645 unit (Dinas
Perhubungan dalam Pelaporan Status Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2008). Berdasarkan data
tersebut dapat dihitung pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Surabaya. Tingkat pertumbuhan
sepeda motor pada tahun 2006 adalah sebesar 2,31% dan pada tahun 2007 adalah sebesar 2,47%.
Jenis mobil penumpang pada tahun 2007 pertumbuhannya meningkat menjadi 2,42% dibanding
tahun 2006 yang hanya sebesar 1,02%, sedangkan untuk jenis mobil penumpang umum, dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2007 terus terjadi penurunan.
Perkembangan transportasi tersebut, selain memberikan dampak positif juga terdapat
dampak negatifnya. Dampak positif dari perkembangan transportasi adalah semakin mudahnya
akses perhubungan sehingga pembangunan kota dapat berjalan dengan baik, sedangkan dampak
negatifnya berupa peningkatan jumlah emisi karbon. Hal ini disebabkan adanya penggunaan bahan
bakar minyak pada kegiatan transportasi tersebut. Proses pembakaran bahan bakar minyak tersebut
dapat menghasilkan unsur-unsur karbon dan juga senyawa pencemar udara, seperti debu, COx, NOx,
SOx, partikel Pb, PM10 dan lain-lain. Emisi karbon yang paling berpengaruh adalah emisi karbon
dioksida (CO2). CO2 merupakan komponen utama gas rumah kaca yang dapat memperbesar efek
rumah kaca. Efek rumah kaca ini dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu rata-rata
permukaan bumi yang dikenal juga dengan pemanasan global. Oleh karena itu, diperlukan suatu
perkiraan jumlah emisi CO2 akibat kegiatan transportasi. Pada tugas akhir ini, akan dilakukan
perkiraan sumber emisi karbon dari kegiatan transportasi darat, khususnya moda jalan raya. Dengan
perkiraan tersebut, akan dibuat suatu pemetaan sumber dan jumlah emisi karbon di Kota Surabaya
bagian Timur (Surabaya Utara dan Surabaya Timur) sehingga dapat diketahui kontribusi sumber
emisi karbonnya.
Permasalahan
Permasalahan yang akan diteliti pada Tugas Akhir (TA) ini adalah:
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
4/21
4
1. Berapa jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di kawasan Kota
Surabaya bagian Timur?
2.
Bagaimana pemetaan sumber emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di
kawasan Kota Surabaya bagian Timur?
3. Di mana letak sumber emisi karbon dominan dari kegiatan transportasi di kawasan Kota
Surabaya bagian Timur?
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di kawasan Kota
Surabaya bagian Timur.
2. Pemetaan sumber emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di kawasan Kota
Surabaya bagian Timur.
3.
Menentukan daerah yang memiliki jumlah emisi karbon terbesar akibat kegiatan transportasi di
kawasan Kota Surabaya bagian Timur.
Batasan Masalah
1. Penelitian dilakukan di Kota Surabaya bagian Timur, yaitu wilayah Surabaya Utara dan
Surabaya Timur.
2. Kegiatan transportasi yang dimaksud adalah transportasi darat dengan moda jalan raya untuk
kendaraan bermotor. Jenis kendaraan bermotor yang diteliti berupa sepeda motor, mobil
berbahan bakar bensin, mobil berbahan bakar solar (mesin diesel), truk/bus kecil, truk besar dan
bus.
3. Parameter yang digunakan adalah jumlah emisi karbon, khususnya gas karbon dioksida (CO2).
4. Variabel yang digunakan pada penelitian lapangan ini ada dua, yaitu:
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
5/21
5
a. Jenis kendaraan bermotor, yaitu sepeda motor, mobil berbahan bakar bensin, mobil
berbahan bakar solar (mesin diesel), truk/bus kecil, truk besar dan bus.
b.
Klasifikasi jalan, yaitu jalan arteri (primer dan sekunder), kolektor (primer dan sekunder)
dan lokal.
5. Penentuan lokasi survey pengambilan data primer terdiri dari 10 titik lokasi, yaitu:
a. Dua titik di ruas jalan arteri primer, yaitu di Jalan Raya Gubeng dan Jalan Demak.
b. Dua titik di ruas jalan arteri sekunder, yaitu di Jalan Kertajaya dan Jalan Prof Dr Moestopo.
c. Dua titik di ruas jalan kolektor primer, yaitu di Jalan Menur Pumpungan dan Jalan Arif
Rahman Hakim.
d. Dua titik di ruas jalan kolektor sekunder, yaitu di Jalan Pucang Anom Timur dan Jalan Raya
Rungkut.
e. Dua titik di ruas jalan lokal, yaitu di Jalan Semolowaru dan Kertajaya Indah Timur.
6. Periode pengambilan sampling dilakukan pada hari puncak dan jam puncak selama tiga jam dari
ruas jalan yang akan disurvey (penentuan hari dan jam puncak berdasarkan data sekunder dari
Dinas Perhubungan Kota Surabaya maupun dari data penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya).
Landasan Teori
Transportasi
Menurut Sukarto (2006), transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga
manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya
perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan orang
dan barang antara dua tempat kegiatan yang terpisah untuk melakukan kegiatan perorangan atau
kelompok dalam masyarakat. Perjalanan dilakukan melalui suatu lintasan tertentu yang
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
6/21
6
menghubungkan asal dan tujuan, menggunakan alat angkut atau kendaraan dengan kecepatan
tertentu. Jadi, perjalanan adalah proses perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Faktor penting yang menyebabkan pengaruh kegiatan transportasi menjadi dominan
terhadap peningkatan emisi karbon perkotaan di Indonesia, antara lain:
1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial).
2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada.
3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat akibat terpusatnya kegiatan-kegiatan
perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya
daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota.
5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas.
6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor.
7. Faktor perawatan kendaraan.
8.
Jenis bahan bakar yang digunakan.
9. Jenis permukaan jalan.
10. Siklus dan pola mengemudi (driving pattern).
Di samping faktor-faktor yang menentukan intensitas emisi pencemar sumber seperti
tersebut di atas, faktor penting lainnya adalah faktor potensi dispersi atmosfer daerah perkotaan,
yang akan sangat tergantung kepada kondisi dan perilaku meteorologi (Soedomo, 2001).
Klasifikasi Jalan
Menurut Undang-undang No. 38 Tahun 2004, jalan adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
7/21
7
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan tol
dan jalan kabel.
Pada Undang-undang No. 38 Tahun 2004, klasifikasi jalan menurut fungsinya adalah:
1. Jalan arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna.
2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.
Gas Rumah Kaca
Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang dapat menyebabkan terjadinya efek rumah
kaca. Gas rumah kaca ini sudah ada sejak terbentuknya bumi. Gas ini masuk ke permukaan bumi
melalui proses alami dan juga akibat adanya kegiatan manusia yang berupa pembakaran bahan
bakar minyak, gas, batubara dan juga pembakaran hutan. Gas-gas rumah kaca yang dapat
menyebabkan efek rumah kaca adalah uap air, CO2, CH4, CFC, O3 dan N2O. Meningkatnya gas
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
8/21
8
rumah kaca di atmosfer akan menahan lebih banyak radiasi matahari melebihi radiasi yang
dibutuhkan bumi sehingga akan terjadi peningkatan suhu permukaan bumi.
Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca adalah proses masuknya radiasi matahari ke permukaan bumi dan
terperangkapnya radiasi tersebut di dalam atmosfer akibat adanya gas rumah kaca sehingga suhu
bumi menjadi naik.
Proses terjadinya efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas CO2 dan gas-
gas rumah kaca lain di atmosfer. Pada proses efek rumah kaca, energi yang masuk ke bumi
sebanyak 25% akan dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan, 45%
diadsorpsi permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Energi yang
diadsorpsi akan dipantulkan kembali oleh awan dan permukaan bumi dalam bentuk gelombang
panas (radiasi infra merah). Namun, sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi untuk
kembali ke permukaan bumi tertahan oleh awan dan gas rumah kaca. Energi panas yang tertahan
inilah yang dapat menghangatkan bumi. Pada dasarnya, efek rumah kaca dibutuhkan untuk menjaga
suhu bumi. Tanpa adanya efek rumah kaca, suhu permukaan bumi akan menjadi terlalu dingin
sehingga tidak bisa ditinggali oleh makhluk hidup. Hal ini disebabkan tidak adanya lapisan yang
mengisolasi panas matahari. Tetapi, semakin meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer akan
menahan lebih banyak radiasi matahari melebihi radiasi yang dibutuhkan bumi sehingga akan
terjadi peningkatan suhu permukaan bumi dan mengakibatkan terjadinya pemanasan global (global
warming).
Karbon Dioksida (CO2)
Karbon dioksida (CO2) merupakan sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen
yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. CO2 ini berbentuk gas pada keadaan
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
9/21
9
temperatur dan tekanan standar dan berada di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi CO2 di atmosfer
bumi kira-kira 387 ppm, jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. CO 2 adalah
gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat dan
dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi
dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, CO2 merupakan komponen
penting dalam siklus karbon. Selain dihasilkan dari hewan dan tumbuhan, CO2 juga merupakan
hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Sedangkan CO2 anorganik, dikeluarkan dari gunung
berapi dan proses geotermal lainnya, seperti pada mata air panas. Sifat-sifat CO2 adalah:
1. Tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm.
2. Pada temperatur di bawah -78,51 °C, langsung menyublim menjadi padat. Bentuk padat ini
biasa disebut sebagai “es kering”.
3. Pada keadaan temperatur dan tekanan standar, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98
kg/m3, kira-kira 1,5 kali lebih berat dari udara.
Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar
yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan beracun. Gas ini sulit untuk
dilihat, dirasa ataupun dibau sehingga gas ini dapat membunuh manusia tanpa manusia sadari. Pada
level rendah (
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
10/21
10
Gas CO juga dihasilkan dari pembakaran produk-produk alam dan sintesis, termasuk rokok.
Di industri, gas CO dihasilkan dari pembakaran material yang mengandung karbon, seperti gas
alam, batu bara, kayu, dan lain-lain. Gas CO ini diproduksi dalam proses pembakaran yang tidak
sempurna dan melibatkan senyawa karbon sehingga jumlah CO yang dihasilkan tergantung dari
perbandingan bahan bakar, udara dan tingkat reaksi. Pada reaksi yang ideal, emisi gas CO yang
terbentuk akan sedikit.
Emisi Karbon
Emisi adalah zat, energi dan atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang
masuk dan atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan atau tidak
mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Satuan emisi (umumnya) berupa kg/tahun, m3 /hari
atau satuan massa atau volume/satuan waktu.
Emisi karbon merupakan jumlah total karbon yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Emisi
yang dihasilkan dapat berupa gas CO maupun gas CO2 (yang termasuk sebagai gas rumah kaca)
yang dihasilkan secara langsung maupun tidak langsung dari kegiatan manusia.
Data rekapitulasi emisi dari sumber bergerak dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi Emisi dari Emisi Bergerak
Jenis
BBM
Konsumsi
BBM
(liter/hari)
CO
(ton/tahun)
NOx
(ton/tahun)
HC
(ton/tahun)
SO2
(ton/tahun)
CO2
(ton/tahun)
Bensin 459.400 63.216 1.727 2.431 91 528.195
Solar 185.873 2.951 746 1.764 1.289 213.707
Jumlah 645.273 66.167 2.473 4.195 1.380 741.903
Sumber: : P-SLHD Kota Surabaya, 2008
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
11/21
11
Faktor Emisi Kendaraan Bermotor
Faktor emisi adalah koefisien yang menghubungkan suatu aktivitas dengan jumlah senyawa
kimia tertentu yang kemudian menjadi sumber emisi (Climate Change Information Center ).
Faktor emisi dapat juga didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan yang
dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar selama kurun waktu tertentu. Dari definisi
tersebut dapat diketahui bahwa jika faktor emisi sesuatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan
yang lolos dari proses pembakarannya dapat diketahui jumlahnya persatuan waktu. Faktor emisi
yang digunakan dalam Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Faktor Emisi Kendaraan Bermotor
Faktor Emisi (g/liter)Tipe Kendaraan/
Bahan Bakar NOx CH4 NMVOC CO N2O CO2
Catatan
(km/L)
Bensin:
Kendaraan penumpang 21,35 0,71 53,38 462,63 0,04 2.597,86 Ass 8,9
Kendaraan niaga kecil 24,91 0,71 49,82 295,37 0,04 2.597,86 Ass 7,4
Kendaraan niaga besar 32,03 0,71 28,47 281,14 0,04 2.597,86 Ass 4,4
Sepeda motor 7,12 3,56 85,41 427,05 0,04 2.597,86 Ass 19,6
Diesel:
Kendaraan penumpang 11,86 0,08 2,77 11,86 0,16 2.924,90 Ass 13,7
Kendaraan niaga kecil 15,81 0,04 3,95 15,81 0,16 2.924,90 Ass 9,2
Kendaraan niaga besar 39,53 0,24 7,91 35,57 0,12 2.924,90 Ass 3,3
Lokomotif 71,15 0,24 5,14 24,11 0,08 2.924,90
Sumber: IPCC, 1996 dalam Jinca et al, 2009
Faktor Konversi Kendaraan
Lalu lintas yang ada pada ruas jalan pada kenyataannya tidak homogen. Aliran lalu lintas
terdiri dari berbagai macam jenis kendaraan yang berbeda-beda sehingga berpengaruh terhadap
komposisi dan arus lalu lintas secara keseluruhan. Untuk memudahkan dalam analisis perhitungan
dan keseragaman maka pengaruh tersebut dikonversikan terhadap kendaraan ringan ( Light Vehicle
Unit /LVU), digantikan dengan satuan mobil penumpang (smp) sehingga timbul nilai faktor jenis
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
12/21
12
kendaraan tersebut terhadap smp. Dengan menggunakan ekivalensi, kita dapat menilai setiap
komposisi lalu lintas ke dalam smp (MKJI, 1993). Konversi jenis kendaraan ke smp dapat dilihat
pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Konversi Jenis Kendaraan ke Satuan Mobil Penumpang
No. Jenis Kendaraan Smp
1. Kendaraan Ringan 1,00
2. Kendaraan Berat 1,20
3. Sepeda Motor 0,25
Sumber: MKJI, 1993
Program Surfer 8
Surfer adalah program contouring dan pemetaan permukaan 3D yang berada di bawah
Microsoft Windows. Program ini dapat dengan cepat dan mudah mengkonversi data menjadi suatu
kontur, permukaan, gambar rangka, vektor, gambar, bayangan relief dan peta pusat. Sebenarnya,
semua aspek dari peta dapat di sesuaikan agar menghasilkan penyajian yang tepat sesuai dengan
keinginan kita. Surfer mengubah data XYZ untuk membuat peta kontur, peta permukaan 3D, 3D
gambar rangka peta, peta relief berbayang, warna pelangi "gambar" peta, peta posting, posting
dikategorikan peta, vektor peta, dan peta dasar.
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka penelitian pada Tugas Akhir ini adalah:
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
13/21
13
Studi Literatur- Emisi karbon kendaraan bermotor
- Faktor emisi
- Carbon footprint
- Sistem transportasi di Kota Surabaya
- Survey volume kendaraan bermotor di
Kota Surabaya
- Teknis sampling
Ide Penelitian :
Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap
Emisi Karbon di Surabaya bagian Timur
Pengambilan Data Primer
Perhitungan jumlah dan jenis kendaraan yang
melewati jalan arteri, kolektor dan lokal di
kawasan Surabaya Timur dan Surabaya Utara
dengan Traffic Counting
Persiapan Penelitian
- Persiapan Alat dan Bahan
- Penentuan Titik Lokasi Sampling
- Penentuan Waktu Pengambilan Sampel
Pengumpulan Data Sekunder
- Peta Kota Surabaya
- Data sistem transportasi dari Dinas
Perhubungan Kota Surabaya
- Data klasifikasi jalan, lebar jalan dan panjang
jalan di Kota Surabaya dari Dinas Bina Marga &
Pematusan Surabaya
- Faktor emisi kendaraan bermotor
Pengolahan Data Primer dansekunder
Pemetaan Konsentrasi Emisi Karbon dengan Program
Surfer 8
Analisa Data dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Penyusunan Laporan
Gambar 1 Kerangka Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Wilayah penelitian ini terletak di wilayah Surabaya bagian Timur, meliputi Surabaya Utara
dan Surabaya Timur. Pemilihan wilayah bagian timur pada penelitian ini disebabkan di Surabaya
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
14/21
14
Utara dan Surabaya Timur merupakan wilayah yang padat dengan permukiman penduduk dan juga
sebagai wilayah perdagangan/jasa maupun industri yang selalu dipadati aktivitas sehingga arus lalu
lintas pun sangat ramai, khususnya pada jam-jam puncak. Semakin padat lalu lintas jalan, maka
jumlah emisi karbon yang dihasilkan juga semakin besar.
Penentuan titik lokasi dan waktu survey berdasarkan pada data sekunder yang diperoleh,
yaitu data Dinas Perhubungan dan penelitian sebelumnya. Survey volume kendaraan ini dilakukan
pada jam puncak dan hari puncak. Titik-titik lokasi survey pada penelitian ini adalah:
a. Dua titik di ruas jalan arteri primer, yaitu di jalan Raya Gubeng dan jalan Demak.
b. Dua titik di ruas jalan arteri sekunder, yaitu di jalan Kertajaya dan jalan Prof Dr Moestopo.
c. Dua titik di ruas jalan kolektor primer, yaitu di jalan Menur Pumpungan dan jalan Arif
Rahman Hakim.
d. Dua titik di ruas jalan kolektor sekunder jalan, yaitu di Pucang Anom Timur dan jalan Raya
Rungkut.
e.
Dua titik di ruas jalan lokal, yaitu di jalan Semolowaru dan jalan Kertajaya Indah Timur.
Hasil survey yang diperoleh berupa volume kendaraan di sepuluh jalan tersebut dan data
tersebut dianalogikan dengan data sekunder sehingga didapatkan jumlah kendaraan rata-rata per
jam. Jumlah kendaraan rata-rata tiap jenis jalan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Kendaraan Rata-rata Tiap Jenis Jalan
No. Jenis JalanJumlah Kendaraan
(kendaraan/jam)
1. Arteri Primer 6.227
2. Arteri Sekunder 6.570
3. Kolektor Primer 3.225
4. Kolektor Sekunder 33.173
5. Lokal 7.921
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
15/21
15
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah kendaraan terbanyak terdapat pada jenis jalan kolektor
sekunder. Pada umumnya, jumlah kendaraan terbanyak terdapat pada jalan arteri primer karena
jenis jalan ini memiliki kapasitas jalan yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata, sedangkan
jalan kolektor sekunder umumnya lebih rendah dari sistem primer dan arteri sekunder. Namun, dari
survey yang telah dilakukan, ternyata jumlah terbanyak terdapat pada jalan kolektor sekunder. Hal
ini dikarenakan jalan yang disurvey pada jenis kolektor sekunder, yaitu jalan Raya Rungkut
merupakan kawasan industri dan perdagangan dan jalan Pucang Anom Timur sebagai kawasan
perdagangan yang selalu dipadati kendaraan.
Perhitungan jumlah emisi karbon dimulai dengan menganalisa data jumlah kendaraan rata-
rata menjadi dua perhitungan, yaitu dengan mengkonversikan satuan kendaraan ke satuan mobil
penumpang (smp) dan tanpa konversi. Jumlah kendaraan yang tidak dikonversi berjumlah lebih
banyak daripada yang dikonversi. Hal ini disebabkan jenis kendaraan sepeda motor yang
merupakan jenis kendaraan terbanyak menggambarkan jumlah yang sebenarnya. Jumlah sepeda
motor yang dikonversi jauh lebih kecil dibanding dengan yang tidak dikonversi.
Jumlah emisi karbon rata-rata tiap jenis jalan dihitung dengan persamaan berikut:
Q = n x FE x K ....................................................................................... (1)
Dimana, Q = Kekuatan emisi (g/jam.km)
n = Jumlah Kendaraan (smp/jam atau kendaraan/jam)
FE = Faktor emisi (g/liter)
K = Konsumsi bahan bakar (liter/100 km)
Beberapa ketentuan untuk perhitungan jumlah emisi ini adalah:
a. Untuk jumlah kendaraan yang dikonversi, nilai n dalam satuan smp/jam, sedangkan untuk faktor
emisi dan konsumsi bahan bakar yang digunakan adalah faktor emisi dan konsumsi bahan bakar
untuk mobil penumpang.
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
16/21
16
b. Untuk jumlah kendaraan yang tidak dikonversi nilai n dalam satuan kendaraan/jam dengan
faktor emisi dan konsumsi bahan bakar yang digunakan adalah faktor emisi dan konsumsi bahan
bakar untuk masing-masing jenis kendaraan.
Tiap-tiap jenis kendaraan dihitung jumlah emisi karbon rata-rata yang dihasilkan dari
masing-masing jenis jalan. Dari perhitungan-perhitungan tersebut, akan diperoleh emisi karbon
rata-rata pada tiap jenis jalan, seperti pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.
Tabel 5. Emisi Karbon Rata-rata Tiap Jenis Jalan (Dengan Konversi ke smp)
Emisi Rata-rata (g/jam.km)Jenis
Kendaraan AP AS KP KS L
Sepeda Motor 369.273,47 336.121,22 175.239,07 1.946.152,42 400.223,00
Mobil Bensin 290.869,17 507.800,38 226.283,86 1.916.165,28 650.926,22
Mobil Diesel 98.034,10 170.604,25 60.938,44 448.009,86 172.458,04
Bus/Truk Kecil 27.664,22 1.260,20 2.476,19 39.711,27 13.347,16
Truk Besar 27.719,87 1.360,66 2.828,71 12.291,75 3.898,62
Bus 2.695,77 906,19 46,52 1.013,42 -
Total 816.256,61 1.018.052,90 467.812,80 4.363.344,01 1.240.853,04
Tabel 6. Emisi Karbon Rata-rata Tiap Jenis Jalan (Tanpa Dengan Konversi ke smp)
Emisi Rata-rata (g/jam.km)Jenis
Kendaraan AP AS KP KS L
Sepeda Motor 333.254,43 303.335,86 158.146,20 1.756.324,16 361.185,13
Mobil Bensin 290.869,17 507.800,38 226.283,86 1.916.165,28 650.926,22
Mobil Diesel 98.034,10 170.604,25 60.938,44 448.009,86 172.458,04
Bus/Truk Kecil 25.910,86 1.180,33 2.319,25 37.194,36 12.501,21
Truk Besar 32.169,04 1.579,05 3.282,74 14.264,64 4.524,37
Bus 3.340,05 1.122,76 57,64 1.255,62 -
Total 783.577,65 985.622,64 451.028,13 4.173.213,91 1.201.594,97
Keterangan: AP = Arteri Primer KP = Kolektor Primer
AS = Arteri Sekunder KS = Kolektor Sekunder
L = Lokal
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
17/21
17
Dari Tabel 5 dan Tabel 6 dapat dilihat bahwa emisi rata-rata terbesar terdapat pada jalan
kolektor sekunder. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah kendaraan rata-rata berjumlah besar. Emisi rata-
rata yang dikonversi lebih besar daripada yang tidak dikonversi. Hal ini disebabkan adanya
penyamarataan penggunaan faktor emisi dan konsumsi energi spesifik pada setiap jenis kendaraan
dengan mobil penumpang sehingga emisi rata-ratanya menjadi lebih besar.
Setelah diperoleh emisi rata-rata tiap jenis jalan, dilakukan perkiraan jumlah emisi karbon
pada tiap jalan dengan mengalikan panjang jalan dan emisi rata-rata. Data perhitungan tersebut akan
digunakan untuk data pemetaan. Pemetaan dengan program Surfer 8 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pemetaan Jumlah Emisi Karbon di Surabaya bagian Timur dengan Konversi
0 2 4 6 8 10 12
0
2
4
6
8
10
12
14
16
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
18/21
18
0 2 4 6 8 10 12
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Gambar 3. Pemetaan Jumlah Emisi Karbon di Surabaya bagian Timur (dengan Konversi)
Pemetaan pada Gambar 2. dan Gambar 3. menunjukkan bahwa nilai emisi karbon yang
paling besar terdapat pada daerah Surabaya Utara. Nilai emisi yang besar ditunjukkan dengan
adanya garis kontur yang semakin merapat. Surabaya Utara memiliki jumlah emisi paling besar
karena pada wilayah ini merupakan wilayah dengan permukiman yang padat, wilayah ini juga
memiliki kawasan khusus berupa pelabuhan. Pada waktu-waktu tertentu, jalan-jalan di Surabaya
Utara ini akan dipadati kendaraan yang akan menuju ke pelabuhan, khususnya kendaraan berat.
Besarnya jumlah kendaraan yang melintas di wilayah ini akan mempengaruhi jumlah emisi yang
dihasilkan. Pemetaan pada Gambar 3. juga menunjukkan bahwa kontur terlihat memusat rapat pada
wilayah Surabaya Timur (di sekitar jalan kertajaya). Hal ini menunjukkan di daerah tersebut
merupakan sumber emisi. Pemetaan ini akan menunjukkan perkiraan jumlah emisi karbon pada
wilayah Surabaya bagian Timur (Surabaya Utara dan Surabaya Timur) untuk jumlah kendaraan
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
19/21
19
yang tidak dikonversi ke satuan mobil penumpang. Total emisi karbon di wilayah Surabaya bagian
Timur dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 berikut.
Tabel 7. Total emisi Karbon di Surabaya bagian Timur (dengan Konversi)
No. Jenis JalanEmisi Rata-rata
(kg/jam.km)
Panjang
Jalan (km)
Emisi Total
(kg/jam)
Emisi Total
(ton/tahun)
1. Arteri Primer 816,26 26,024 21.242,26 186.082,22
2. Arteri Sekunder 1.018,05 48,970 49.854,05 436.721,48
3. Kolektor Primer 467,81 3,630 1.698,16 14.875,89
4. Kolektor Sekunder 4.363,34 46,262 201.857,02 1.768.267,50
5. Lokal 1.240,85 702,335 871.494,52 7.634.291,97
Total 827,221 1.146.146,01 10.040.239,06
Tabel 8. Total emisi Karbon di Surabaya bagian Timur (Tanpa Konversi)
No. Jenis Jalan
Emisi
Rata-rata
(kg/jam.km)
Panjang
Jalan (km)
Emisi Total
(kg/jam)
Emisi Total
(ton/tahun)
1. Arteri Primer 783,58 26,024 20.391,82 178.632,39
2. Arteri Sekunder 985,62 48,970 48.265,94 422.809,64
3. Kolektor Primer 451,03 3,630 1.637,23 14.342,15
4. Kolektor Sekunder 4.173,21 46,262 193.061,22 1.691.216,31
5. Lokal 1.201,59 702,335 843.922,20 7.392.758,50
Total 827,22 1.107.278,42 9.699.758,98
Dari hasil perhitungan didapatkan perkiraan jumlah emisi karbon total untuk satuan
kendaraan yang dikonversi ke satuan mobil penumpang (smp) di Surabaya Utara dan Surabaya
Timur, yaitu 1.146.146,01 kg/jam. Sedangkan perkiraan nilai jumlah emisi karbon total untuk
satuan kendaraan yang tidak dikonversi ke satuan mobil penumpang (smp) di Surabaya Utara dan
Surabaya Timur, yaitu 1.107.278,42 kg/jam. Dari Tabel 7 dan Tabel 8, dapat diketahui bahwa nilai
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
20/21
20
emisi terbesar terdapat pada jenis jalan lokal. Hal ini dikarenakan jalan lokal memiliki jumlah
panjang jalan terbesar daripada jenis jalan lain.
Analisa perbandingan hasil emisi total untuk kendaraan yang dikonversi ataupun tidak
dikonversi, nilai perkiraan emisi karbon total untuk satuan kendaraan yang dikonversi ke satuan
mobil penumpang (smp) di Surabaya Utara dan Surabaya Timur lebih besar daripada nilai jumlah
emisi karbon total untuk satuan kendaraan yang tidak dikonversi ke smp. Hal ini disebabkan
pengkonversian faktor pengali satuan kendaraan ke satuan mobil penumpang dan juga adanya
penggunaan faktor emisi dan konsumsi energi spesifik mobil penumpang pada setiap jenis
kendaraan sehingga emisinya lebih besar
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah:
1. Jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di kawasan Kota Surabaya
bagian Timur adalah sebesar 10.040.239,06 ton/tahun (untuk kendaraan yang dikonversi ke
satuan mobil penumpang) dan sebesar 9.699.758,98 ton/tahun (untuk kendaraan yang tidak
dikonversi ke satuan mobil penumpang).
2. Pemetaan jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di kawasan Kota
Surabaya bagian Timur menunjukkan jumlah emisi pada wilayah Surabaya Utara lebih besar
daripada jumlah emisi pada wilayah Surabaya Timur. Perbedaan jumlah emisi ini dperlihatkan
berdasarkan kerapatan kontur jumlah emisi yang ada pada pemetaan. Semakin rapat kontur pada
wilayah Surabaya Utara, maka jumlah emisinya juga semakin besar.
3. Letak sumber emisi yang paling dominan dari kegiatan transportasi di kawasan Kota Surabaya
bagian Timur adalah Surabaya Utara. Besarnya jumlah emisi disebabkan oleh jenis kendaraan
mobil bensin (sebagai jenis kendaraan penghasil emisi rata-rata terbesar dari hasil survey)
dengan emisi rata-rata sebesar 6.293,26 ton/tahun.km.
8/20/2019 Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emis Karbon Di Surabaya
21/21
21
SARAN
Beberapa saran untuk studi kontribusi emisi karbon pada masa mendatang, antara lain:
1.
Untuk mengetahui emisi karbon rata-rata dari tiap jenis jalan yang valid, sebaiknya titik lokasi
survey yang diambil lebih banyak agar dapat mewakili emisi karbon yang sebenarnya pada tiap
jenis jalan.
2. Penentuan satuan jumlah kendaraan sebaiknya dilakukan konversi ke satuan mobil penumpang
jika jenis kendaraan yang didapat pada survey tidak lengkap. Apabila jenis kendaraan yang
didapat sudah lengkap, maka tidak perlu dilakukan konversi ke satuan mobil penumpang.
3. Penelitian ini tidak meneliti data kepemilikan kendaraan, sebaiknya pada penelititan berikutnya
data kepemilikan kendaraan juga diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
BPLH Kota Surabaya. 2008. Pelaporan Status Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Surabaya.
Direktorat Bina Jalan Kota. 1993. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Direktorat
Jenderal Bina Marga Republik Indonesia.
IPCC Tahun 1996 dalam Jinca, M. Yamin, Hariyati dan Makhyani Faikah. 2009. Pencemaran Udara
Karbon Monoksida dan Nitrogen Oksida Akibat Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan Padat
Lalu Lintas di Kota Makassar. Simposium XII FTSPT, Universitas Kristen Petra Surabaya. 14
November 2009.
Soedomo, Moestikahadi (2001). Pencemaran Udara. Bandung. Penerbit ITB.
Sukarto, Haryono. 2006. Transportasi Perkotaan dan Lingkungan. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 3. No. 2.
Undang-undang Nomer 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.