Download - Studi Kasus Lumpur Lapindo

Transcript
Page 1: Studi Kasus Lumpur Lapindo

STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO

Disusun oleh :

Pembahasan

Page 2: Studi Kasus Lumpur Lapindo

PEMBAHASAN

Pendahuluan

Upaya Penanggulangan

Skenario Penghentian

Penyebab Semburan

Dampak

Lokasi Penyemburan

Keputusan Pemerintah

AspekKebijakan

PemerintahPenetapan Tersangka

Page 3: Studi Kasus Lumpur Lapindo

PENDAHULUAN Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo

atau Lumpur Sidoarjo (Lusi) , adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006.

Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

Page 4: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006 dengan menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici atas nama Alton International Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai US$ 24 juta.

PENDAHULUAN

Page 5: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan.

Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi,Indonesia

LOKASI PENYEMBURAN

Page 6: Studi Kasus Lumpur Lapindo

PENYEBAB SEMBURAN LUMPUR

Aspek Teknis

Aspek PolitisAspek Ekonomis

Page 7: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Pada awal tragedi, Lapindo bersembunyi di balik gempa tektonik Yogyakarta yang terjadi pada hari yang sama. Hal ini didukung pendapat yang menyatakan bahwa pemicu semburan lumpur (liquefaction) adalah gempa (sudden cyclic shock) Yogya yang mengakibatkan kerusakan sedimen.

ASPEK TEKNIS

Page 8: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Lapindo Brantas Inc. adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk BP-MIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi. Saat ini Lapindo memiliki 50% participating interest di wilayah Blok Brantas, Jawa Timur. Dalam kasus semburan lumpur panas ini, Lapindo diduga “sengaja menghemat” biaya operasional dengan tidak memasang casing.

ASPEK EKONOMIS

Page 9: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Sebagai legalitas usaha (eksplorasi atau eksploitasi), Lapindo telah mengantongi izin usaha kontrak bagi hasil/production sharing contract (PSC) dari Pemerintah sebagai otoritas penguasa kedaulatan atas sumber daya alam. Pemerintah Indonesia telah lama menganut sistem ekonomi neoliberal dalam berbagai kebijakannya. Alhasil, seluruh potensi tambang migas dan sumberdaya alam (SDA) “dijual” kepada swasta/individu (corporate based).

ASPEK POLITIS

Page 10: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.

Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit. Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit.

DAMPAK SEMBURAN

Page 11: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini.

Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja.

Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)

Sampai Mei 2009, PT Lapindo, melalui PT Minarak Lapindo Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah masyarakat maupun membuat tanggul sebesar Rp. 6 Triliun.

DAMPAK SEMBURAN

Page 12: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan, untuk menampung lumpur sampai Desember 2006, mereka menyiapkan 150 hektare waduk baru. Juga ada cadangan 342 hektare lagi yang sanggup memenuhi kebutuhan hingga Juni 2007. Akhir Oktober, diperkirakan volume lumpur sudah mencapai 7 juta m3. Namun rencana itu batal tanpa sebab yang jelas.

UPAYA PENANGGULANGAN

Page 13: Studi Kasus Lumpur Lapindo

SKENARIO PENGHENTIAN SEMBURAN LUMPUR

Skenario Pertama

Skenario KetigaSkenario Kedua

Page 14: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Menghentikan luapan lumpur dengan menggunakan snubbing unit pada sumur Banjar Panji-1. Snubbing unit adalah suatu sistem peralatan bertenaga hidrolik yang umumnya digunakan untuk pekerjaan well-intervention & workover (melakukan suatu pekerjaan ke dalam sumur yang sudah ada). Snubbing unit ini digunakan untuk mencapai rangkaian mata bor seberat 25 ton dan panjang 400 meter yang tertinggal pada pemboran awal. Diharapkan bila mata bor tersebut ditemukan maka ia dapat didorong masuk ke dasar sumur (9297 kaki) dan kemudian sumur ditutup dengan menyuntikan semen dan lumpur berat.

SKENARIO PERTAMA

Page 15: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Melakukan pengeboran miring (sidetracking) menghindari mata bor yang tertinggal tersebut. Pengeboran dilakukan dengan menggunakan rig milik PT Pertamina (persero).

SKENARIO KEDUA

Page 16: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Pemadaman lumpur dilakukan dengan terlebih dulu membuat tiga sumur baru (relief well). Tiga lokasi tersebut antara lain:

1.Pertama, sekitar 500 meter barat daya Sumur Banjar Panji-1.

2.Kedua, sekitar 500 meter barat barat laut sumur Banjar Panji 1.

3.Ketiga, sekitar utara timur laut dari Sumur Banjar Panji-1. Sampai saat ini skenario ini masih dijalankan.

SKENARIO KETIGA

Page 17: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Dalam kasus ini, Polda Jawa Timur telah menetapkan 13 tersangka yakni :

1. Ir. EDI SUTRIONO selaku Drilling Manager PT. Energy Mega Persada, Tbk.

2. Ir. NUR ROCHMAT SAWOLO, MESc selaku Vice President Drilling Share Services PT. Energy Mega Persada, Tbk.

3. Ir. RAHENOD selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.

4. SLAMET BK selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.

5. SUBIE selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.

6. SLAMET RIYANTO selaku Project Manager PT. Medici Citra Nusa.

7. YENNY NAWAWI, SE selaku Dirut PT. Medici Citra Nusa.

8. SULAIMAN Bin H.M. ALI selaku Rig Superintendent PT. Tiga Musim Mas Jaya.

9. SARDIANTO selaku Tool Pusher PT. Tiga Musim Mas Jaya.

10. LILIK MARSUDI selaku Driller PT. Tiga Musim Mas Jaya.

11. WILLEM HUNILA selaku Company Man Lapindo Brantas, Inc.

12. Ir. H. IMAM PRIA AGUSTINO selaku General Manager Lapindo Brantas, Inc.

13. Ir. ASWAN PINAYUNGAN SIREGAR selaku mantan General Manager Lapindo Brantas, Inc.

PENETAPAN TERSANGKA

Page 18: Studi Kasus Lumpur Lapindo

ASPEK

Aspek Lingkungan Aspek Ekonomi

Aspek HukumAspek Sosial

Page 19: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Menurut Pasal 33 Undang-Undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi kegiatan usaha minyak dan gas bumi tidak dapat dilaksanakan di wilayah dekat rumah tinggal, dekat bangunan umum dan wilayah pabrik. Sementara, lokasi sumur Banjar Panji 1 berada 600 meter dari permukiman warga.

ASPEK LINGKUNGAN

Page 20: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Kajian dampak kerusakan dan kerugian akibat lumpur Lapindo di Sidoarjo yang dilakukan Bappenas dengan melibatkan Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Jawa Timur, memperkirakan kerugian total mencapai Rp27,4 triliun selama sembilan bulan terakhir, yang terdiri atas kerugian langsung sebesar Rp11,0 triliun dan kerugian tidak langsung Rp16,4 triliun.

Laporan awal penilaian kerusakan dan kerugian akibat bencana semburan lumpur panas di Sidoarjo yang diperoleh ANTARA News, Rabu (10/4), menyebutkan bahwa angka kerugian itu berpotensi meningkat menjadi Rp44,7 triliun, sedangkan akibat potensi kenaikan kerugian dampak tidak langsung menjadi Rp33,7 triliun.

ASPEK EKONOMI

Page 21: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Dalam penanganan dampak sosial, pemerintah melakukan, antara lain, meminta untuk menuntaskan pembayaran uang muka cash and carry 20 persen kepada korban di empat desa (Siring, Jatirejo, Kedungbendo, dan Renokenongo) yang masuk dalam peta dampak lumpur 4 Desember 2006.

Setelah itu menuntaskan pembayaran kepada seluruh warga yang masuk peta terdampak lumpur 22 Maret 2007 (warga Perum TAS I, Desa Gempolsari, Kalitengah, sebagian Kedungbendo).

ASPEK SOSIAL

Page 22: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Pada 27 November 2007, Pengadilan Jakarta Selatan menolak gugatan legal standing Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) terhadap pihak-pihak yang dinilai bertanggung jawab atas menyemburnya lumpur panas. Hakim menyatakan munculnya lumpur akibat fenomena alam.

Pengadilan Jakarta Pusat menolak gugatan korban yang diajukan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Hakim beralasan, Lapindo sudah mengeluarkan banyak dana untuk mengatasi semburan lumpur dan membangun tanggul.

Mahkamah Agung juga menolak permohonan uji materi atas Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007.

ASPEK HUKUM

Page 23: Studi Kasus Lumpur Lapindo

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI LUMPUR LAPINDO

Banyak yang telah pemerintah lakukan diantaranya:

1.Membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur.

2.Membuat waduk dengan beton pada lahan seluas 342 hektar.

Page 24: Studi Kasus Lumpur Lapindo

Rapat Kabinet pada 27 September 2006 akhirnya memutuskan untuk membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu dilakukan karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur dari 50,000 meter kubik per hari menjadi 126,000 meter kubik per hari, untuk memberikan tambahan waktu untuk mengupayakan penghentian semburan lumpur tersebut dan sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan lahan basah (rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo.

KEPUTUSAN PEMERINTAH

Page 25: Studi Kasus Lumpur Lapindo

VIDEO

Potret Porong

Simulasi Semburan Lumpur

Page 26: Studi Kasus Lumpur Lapindo

SIM

ULA

SI S

EM

BU

RA

N L

UM

PU

R

Ini adalah simulasi dari proses terjadinya semburan lumpur di porong. Mulai dari struktur tanah di porong, sampai pemicu tekanan dari semburan lumpur.

Simulasi tersebut dibuat oleh “RUSSIAN INSTITUE OF GEOLOGICAL STUDIES”.

Page 27: Studi Kasus Lumpur Lapindo

PO

TR

ET P

OR

ON

G

Ini adalah potret dari porong yang sudah hancur karena dampak dari semburan lumpur.

Page 28: Studi Kasus Lumpur Lapindo

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYASemoga Studi Kasus Kami Bermanfaat Untuk Saudara