Pertemuan 6
Stress Suatu Relaksasi
1
PERTEMUAN 6: STRESS SUATU RELAKSASI
Tujuan Pembelajaran:
1. Memberikan pengetahuan tentang teori dasar Stress dan dampak dampaknya yang
berpengaruh dalam kehidupan kita
2. Membantu Mahasiswa mengetahui tipe tipe stress
3. Membantu mahasiswa memahami bagaimana tubuh kita bereaksi terhadap stress
4. Membantu mahasiswa agar dapat mengetahui cara cara menghadapi stress
Kata Kunci: Organobiologik, psiko-edukatif, Stress sosio-kultural, over-stressed, resilience, Problem-
focused coping , Emotion focused coping , Appraisal-focused coping, Self-control, Distancing, Positive
reappraisal, Accepting responsibility, Escape/avoidance, coping task, Coping outcome
A. Ilustrasi
Dalam kehidupan sehari hari semua orang pasti dihadapkan pada berbagai tuntutan
dan tekanan, namun ada yang mampu dan bisa menyesuaikan diri dengan penuh
ketenangan dan santai tapi ada pula orang yang menerimanya dengan kegelisahan,
kecemasan dan marah marah. Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri menimbulkan
tekanan jiwa seperti menerima tekanan yang berat , itulah stress.
Dikisahkan seorang mahasiswa katakanlah bernama Wisnu sudah berulang kali keluar
masuk ruang dosen pembimbing skripsinya dengan lunglai, karena sudah hampir satu
semester ia konsultansi namun hasilnaya belumlah Nampak, Bila tidak lulus dalam 2 bulan
ini maka semester berikutnya ia harus bekerja secara full time untuk membiayai adiknya
yang akan masuk SMU karena Wisnu sudah yatim piatu semenjak dia SMP.
Sebenarnya Wisnu adalah mahasiswa yang pandai dikelas dan selalu menjadi nomor
tiga sejak awal semester dengan IPK rata rata 3,75 dan dia selalu bersemangat untuk
menjadi lulusan terbaik dan lulus cepat , Namun ternyata proses bimbingan sangat alot dan
dosen mengulur ulur waktu dan akhirnya tidak memperoleh umpan balik. Ia pernah
konsultasi dengan beberapa dosen lain mengenai tulisannya dan mereka semua menilai
tidak ada masalah dengan tulisannya. Ia semakin tertekan sejak teman temannya sudah
hampir lulus, sedangkan hasil konsultasi terakhir Wisnu belum diizinkan mengambil data
kelapangan, ia merasa tidak sanggup lagi menghadapi situasi, terlebih dosen pembimbing
2
sering melontarkan kata kata yang menyerang pribadinya. Selama ini Wisnu selalu mengalah
demi kelancaran proses bimbingan namun itu semua tidak berpengaruh.
Dalam kesulitannya Wisnu datang pada Ayah angkatnya seorang pastor untuk
meminta sedikit advis dan demikianlah percakapannya : Wisnu bertanya pada Ayah
angkatnya, katanya kenapa sebagian orang menganggap stress itu adalah Beautiful dan
sebagian lagi orang seperti halnya diriku menggangap stress itu perlu dihindari dan
menganggapnya sesuatu yang menyulitkan, dan dengan tersenyum si Ayah menjawab,
katanya, anakku apa yang Ayah pegang saat ini? Tanya si Ayah dan Wisnu menjawab
sebotol COCA COLA jawabnya. Lalu si Ayah bertanya kembali, berapa beratnya Nak? Paling
berat 300 gr kata Wisnu dan itu ringan katanya kembali. Lalu si Ayah mengangkat botol coca
cola itu dan berkata: bila Ayah angkat botol ini untuk 5 menit tentu tak akan terasa
pengaruhnya tapi seandainya botol ini Ayah angkat selama satu jam tentu akan mulai
terasa berat dan bila 3 jam terus menerus Ayah angkat tentu tangan Ayah akan mulai pegal
dan kaku, dan bila Ayah teruskan sampai satu 0 jam maka tentu akan menyebabkan tangan
Ayah sakit dan perlu dibawa ke dokter untuk dirawat.
Botol itu beratnya tetap sama yaitu 300 gr tapi mempunyai efek yang berbeda bila kita
pegang terus menerus dalam waktu yang berbeda demikian juga dengan stress bobotnya
mungkin sama tapi efeknya berbeda bila kita terus memegangnya dengan terus menerus
dalam waktu yang berbeda. Jadi akibat dari stress itu tergantung berapa lama kamu terus
memegangnya atau memikulnya, semoga ilustrasi ini mungkin dapat menjawab pertanyaan
mu Anakku.
Kita sebagai manusia terlahir didunia ini tentunya semua pernah mengalami stress dan
pasti tidak bisa menghindar dari apa yang dinamakan stress . Stress merupakan warna yang
memaknai kita sebagai manusia dalam menjalani kehidupan ini. Jadi berbahagia dan
bersahabatlah dengan stress itu karena dengan stress kita warnai kehidupan kita menjadi
sesuatu yang penuh warna kehidupan dan keindahan.
Bukan BERAT beban yang membuat kita stress, tetapi LAMAnya kita memikul beban
tersebut (Stephen Covey)
Pertanyaan Penuntun :
1. Apakah yang sebenarnya menjadi penyebab stress Wisnu? Apakah karena
Dosen Pembimbing atau karena faktor dalam diri Wisnu sendiri?
2. Menurut pendapat anda bagaimana caranya agar Wisnu dapat
menanggulangi stress yang dihadapinya secara efektif?
3
3. Bagaimana cara anda bereaksi dan menanggulangi stress yang dihadapi dalam
menghadapi perkuliahan dan pergaulan dikampus?
B. Apakah Stress?
Stress bagi banyak orang menjadi musuh utama dalam menjalani kehidupan. Stres
adalah rangsangan dalam bentuk apapun dan dari manapun yang akan dapat
mempengaruhi proses berpikir dan tindakan seseorang. Stres dengan frekuensi dan jumlah
yang tinggi akan menimbulkan ketidak seimbangan baik fisik ataupun psikis pada individu.
Ketidak seimbangan tersebut harus segera diselesaikan melalui pemenuhan kebutuhan
berdasarkan jenis stresnya.
Stres menurut ilmu psikologi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan diri dan
menjadikan kewaspadaan pada diri seseorang. Stres ketika kita akan menghadapi ujian,
tindakan yang akan dilakukan adalah berusaha belajar keras untuk meraih nilai yang bagus.
Definisi stress adalah situasi apapun yang benar benar mengancam atau dianggap
mengancam kesejahteraan kita sehingga menuntut kemampuan kita untuk beradaptasi.
Jadi secara umum stress adalah kondisi yang menuntut kita untuk menyesuaikan diri.
Stress adalah suatu reaksi normal bagi setiap orang pada semua umur. Hal itu
diakibatkan karena instink tubuh kita untuk melindungi diri sendiri dari tekanan emosional
atau fisik dan juga dalam situasi dan kondisi yang ekstrem, dari bahaya.
Kebanyakan dari kita pernah merasakan stress dalam kegiatan kita sehari-hari; di
tempat kuliah, di rumah, maupun di dalam perjalanan. Dalam jumlah yang kecil, stress
akan bermanfaat. Ia dapat membantu kita untuk memusatkan perhatian dan kinerja kita.
Namun terlalu banyak stress akan menurunkan kinerja kita dan menggangu kesehatan kita .
Banyak orang yang percaya bahwa stress is beautiful . Menurut mereka, stress sampai
batas-batas tertentu akan mendorong mereka untuk meningkatkan kinerja
(performance).Derajat stress sangat dipengaruhi oleh penilaian masing masing individu.
Ada 3 sumber utama penyebab stress, yaitu :
1. Lingkungan
lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri seperti antara
lain:
- Cuaca, kebisingan, kepadatan,
- Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga
diri
- Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pacar, dengan
perubahan keluarga
4
2. Fisiologik
dari tubuh kita sendiri, seperti:
- Perubahan kondisi tubuh: masa remaja; haid, hamil, , kecelakaan, kurang gizi, kurang
tidur ,tekanan terhadap tubuh
- Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengakibatkan
perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.
3. Pikiran kita
pemaknaan diri dan lingkungan Pikiran menginter pretasi dan menerjemahkan
pengalaman , perubahan dan menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita
memberi makna/label pada pengalaman dan antisipasi ke depan, sesuatu yang bisa
membuat kita merasa relax atau stress.
C. Jenis Stres
1. Yang bersifat organobiologik (fisik):
- Kelelahan fisik, seorang mahasiswa yang mengambil kuliah double degree atau
mahasiswa yang kuliah sambil bekerja
- kehilangan salah satu bagian organ fisik, kecelakaan yang menyebabkan
kelumpuhan seseorang atau cacat
- Penyakit infeksi, demam pada penyakit tifus sering diikuti dengan tingkah laku
yang sangat gelisah
- Tindakan operasi, operasi payudara yang menyebabkan stres berat pada
mahasiswi
2. Yang bersifat psiko-edukatif
Ini berarti ia berasal dari alam psikologik (kejiwaan) dan alam pendidikan (edukasi)
dari individu yang bersangkutan. Walaupun jenis-jenis stres itu dapat disebutkan satu demi
satu, perlu diketahui bahwa semua jenis stres itu berpengaruh secara menyeluruh
(integratif) terhadap perilaku individu. Dengan demikian, tidak jarang dapat ditemukan
suatu pola stres tertentu:
Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan modern/urban
Mahasiswa yang tidak boleh kuliah lagi oleh orang tuanya karena masalah biaya,
padahal ia bercita cita ingin berpendidikan tinggi.
5
kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan rendah diri sehingga individu
benar-benar merasa dirinya terpukul Antara lain dapat disebabkan kegagalan dan rasa
rendah diri di mana terasa sekali bahwa ideal yang diidam-idamkan tidak mungkin
tercapai.
kehilangan status dan perasaan dirinya cacat atau habis riwayatnya.
Umpamanya , seorang mahasiswa yang tertekan karena drop out dan mahasiswa yang
merasa tidak berarti akibat nilai dan IPK pacarnya lebih tinggi dibandingkan dirinya.
iri hati karena dalam membandingkan diri dengan orang lain / pihak lain (status,nilai
IP, posisi, kekayaan, dll). Misalnya seorang mahasiswa yang mempunyai kemampuan dan
pendidikan lebih tinggi hanya menduduki jabatan yang lebih rendah dalam organisasi
kemahasiswaan, sedangkan yang berada diposisi tersebut kurang kemampuannya tetapi
masih ada hubungan keluarga dengan pimpinan organisasi.
kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang menentukan
kehidupan, umpama: penampilan fisik, jenis kelamin, usia, intelegensi, kondisi cacat
(handicap). Misalnya seorang mahasiswi walaupun cukup menarik tetap merasa kurang
karena hidungnya yang kurang mancung.
kondisi perasaan bersalah/berdosa. Tidak jarang berhubungan dengan kode moral
etik yang dijunjung tinggi secara pribadi, tetapi gagal dianut dalam praktek.
3.Stress sosio-kultural
kehidupan modern menempatkan individu-individu dalam suatu kancah stres sosio-
kultural yang cukup besar. Perubahan-perubahan sosial / ekonomi dan sosial budaya
berdatangan secara bertubi-tubi. Berbagai kondisi stres dapat dikemukakan secara lebih
terperinci, diantaranya :
1. Berbagai fluktuasi ekonomi dan akibatnya (menciutnya penghasilan keluarga
yang mengakibatkan orang tua sulit membiayai kita kuliah; kedua orang tuanya
mengnganggur; kegelisahan tertentu yang menimpa pribadi individu maupun kelompok,
dan lain-lain). Bayangkan seorang mahasiswa yang terpaksa bekerja dan harus mengatur
gaji untuk kebutuhan satu (satu) bulan karena kedua orang tuanya di PHK, dia semakin
bingung karena kenaikan gaji yang diterima tidak memadai dengan kenaikan barang
kebutuhannya dan biaya kuliah dirinya.
2. Kesenjangan hidup keluarga
3. Berbagai indikator sosial kultural dapat dipergunakan untuk menilai hal
tersebut, diantaranya konflik yang mengakibatkan keretakan rumah tangga kedua orang
tuanya, berbagai kekecewaan dan sebagainya. Pengaruh urbanisasi dan modernisasi dengan
peningkatan tuntutan dan efisiensi hidup dan finansiil / materiil tidak jarang melandasi
kehidupan keluarga. Demikian pula tidak terpenuhinya hal-hal di bidang lain, peranan
yang diharapkan dijalankan oleh pihak orang tua/anak dan lain-lain.
6
4. Ketidakpuasan dalam perkuliahan
5. Persaingan yang tajam, keras, dan bahkan tidak sehat dikampus
6. Diskriminasi
7. Perubahan sosial yang cepat, Perubahan cepat tidak senantiasa perlu
berakibat buruk, bila disertai dengan penyesuaian yang memadai di bidang etik dan moral l.
Bila kesejajaran ini tidak harmonis, maka pola kehidupan konvensional akan senantiasa
merasa terancam dengan berbagai akibat yang tidak diharapkan. Dalam kondisi terburuk,
maka nilai-nilai materialistik akan mendominasi sehingga nilai-nilai religius moralitik
spiritualistik terpengaruh dan melemah karenanya. Kondisi ini dapat menyebabkan
terjadinya benturan konflik. Sebagian diungkapkan, dan untuk sebagian sekedar disimpan
dalam hati untuk ditanggung dalam alam perasaan individu atau kelompok.
D. Tingkat Stress dan respon terhadap stress
Bagaimana kita mengetahui apakah kita berada dalam keadaan stress atau tidak ? Apa
gejalanya? Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu :
(a) gejala fisiologik , antara lain :
denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat
dingin),pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit
tidur,gangguan lambung, dst
(b) gejala psikologik , antara lain :
resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi dalam belajar, sulit mengambil
keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan (exhausted) dsb
(c ) Tingkah laku, antara lain :
berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, Gemetaran,
berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).
Dampak stress dibedakan dalam 3 kategori, dampak Fisiologik, dampak psikologik dan
dampak perilaku behavioral
Dampak Fisiologik :
Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik
seperti : mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami
kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit
yang lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.
Secara rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut :
(a) Gangguan pada organ tubuh >>> hiperaktif dalam salah satu sistem ttt.
- muscle myopathy >>> otot tertentu mengencang/melemah
- tekanan darah naik >>> kerusakan jantung dan arteri
- sistem pencernaan >>> mag, diarhea
7
(b) Gangguan pada sistem reproduksi
- amenorhea >> tertahannya menstruasi
- kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kehilangan gairah sex
(c ) Gangguan pada sistem pernafasan
- asthma, bronchitis
(d) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dst
Dampak Psikologik:
stress cendrung meningkatkan emosi. emosi yang tidak menyenangkan, seperti rasa
kesal dan murka; rasa khawatir dan rasa takut rasa sedih dan kadang juga menimbulkan
rasa bersalah, malu, cemburu dll.
Terjadi depersonalisasi ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan
kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan
memperlakuan orang lain sebagai sesuatu ketimbang sesorang
Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula
menurunnya rasa kompeten & rasa sukses
Dampak Perilaku
Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi
tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat Level stress yang cukup tinggi berdampak
negative pada kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah
tepat.
Mahasiswa yang over-stressed stress berat seringkali banyak membolos atau tidak
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
Dan ketidak mampuan dalam melaksanakan tugas pekerjaan , Ketidak mampuan
untuk berfikir
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal
tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah
lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja
ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. an Amberg (satu979) dalam
penelitiannya terdapat dalam Hawari (200satu) membagi tahapan-tahapan stres sebagai
berikut :
Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan sebagai berikut:
satu) Semangat bekerja / belajar besar, berlebihan (over acting);
2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya;
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan atau tugas tugas kuliah lebih dari
biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
8
Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan sebagaimana
diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang
disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak
cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang
cukup, karena tidur sangat bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi
yang mengalami defisit. Keluhan keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang
berada pada stress tahap II adalah sebagai berikut:
satu) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar;
2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang;
3)mudah capai menjelang sore hari;
4) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort);
5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar);
6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang;
7) Tidak bisa santai.
Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan
keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang
semakin nyata dan mengganggu, yaitu:
satu) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag(gastritis),
buang air besar tidak teratur (diare);
2) Ketegangan otot-otot semakin terasa;
3)Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat;
4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early
insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau
bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia);
5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa limbung dan serasa mau pingsan). Pada
tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi,
atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk
beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
satu) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit;
2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit;
3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk
merespons secara memadai (adequate);
9
4)Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; 5)Gangguan pola
tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan;Seringkali menolak ajakan
(negativism) karena tiada semangat dan kegairahan;
6) Daya konsentrasi daya ingat menurun;
7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya.
Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres
tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
satu) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological
exhaustion);
2)Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana;
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder);
4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung
dan panik.
Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic
attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini
berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan
karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah
sebagai berikut:
satu) Debaran jantung teramat keras;
2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap);
3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran; 4) Ketiadaan tenaga
untuk hal-hal yang ringan;
5) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana
digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh
gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stress
or psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
Faktor factor yang mempengaruhi toleransi terhadap Stress
dukungan sosial atau masyarakat tempat individu tersebut tinggal
Kemampuan individu yang bersangkutan untuk menolak stress
Rasa optimis dan berpikiran positif
Kecendrungan setiap manusia dalam mendapat sensasi yang menegangkan berbeda
beda
10
Kondisi fisiologis setiap manusia berlainan
Kecerdasan emosi setiap individu berbeda beda
E. Upaya mengatasi stress
Coping dipandang sebagai suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa
memperhatikan akibat dari tekanan tersebut. Namun coping bukan merupakan suatu usaha
untuk menguasai seluruh situasi menekan, karena tidak semua situasi tersebut dapat benar-
benar dikuasai. Maka, coping yang efektif untuk dilakukan adalah coping yang membantu
seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan
tekanan yang tidak dapat dikuasainya (Lazarus & Folkman, satu984). dalam melakukan
coping, ada tiga strategi yang dibedakan menjadi :
satu. Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau
mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya
tekanan.
2. Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon
emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh
suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan.
3. Appraisal-focused coping difokuskan pada bagaimana seorang individu memaknai
suatu situasi dengan menggunakan strategi dan analisis logika, Dia harus melihat apakah
kondisinya masih dapat diperbaiki atau tidak. Bila tidak apa yang dapat dilakukannya.
Individu cenderung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi
masalah-masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu
cenderung menggunakan emotion focused coping dalam menghadapi masalah-masalah
yang menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus & Folkman, satu984). Terkadang individu
dapat menggunakan kedua strategi tersebut secara bersamaan, namun tidak semua strategi
coping pasti digunakan oleh individu (Taylor, satu99satu). Para peneliti menemukan bahwa
penggunaan strategi emotion focused coping oleh anak-anak secara umum meningkat
seiring bertambahnya usia mereka (Band & Weisz, Compas et al., dalam Wolchik & Sandler,
satu997).
Suatu studi dilakukan oleh Folkman et al. (dalam Taylor, satu99satu) mengenai
kemungkinan variasi dari kedua strategi terdahulu, yaitu problem-focused coping dan
emotion focused coping. Hasil studi tersebut menunjukkan adanya delapan strategi coping
yang muncul, yaitu :
11
Problem-focused coping
1. Confrontative coping; usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap
menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan
resiko.
2. Seeking social support; yaitu usaha untuk mendapatkan kenyamanan
emosional dan bantuan informasi dari orang lain.
3. Planful problem solving; usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap
menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.
Emotion focused coping
1. Self-control; usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang
menekan.
2. Distancing; usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti
menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandangan-
pandangan yang positif, seperti menganggap masalah sebagai lelucon.
3. Positive reappraisal; usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan
terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius.
4. Accepting responsibility; usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri
dalam permasalahan yang dihadapinya, dan mencoba menerimanya untuk membuat
semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena pikiran
dan tindakannya sendiri. Namun strategi ini menjadi tidak baik bila individu tidak
seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut.
5. Escape/avoidance; usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari
situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum,
merokok, atau menggunakan obat-obatan.
Lazarus dan Folkman (satu984) menyatakan, coping yang efektif adalah coping yang
membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak
merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya. Sesuai dengan pernyataan tersebut,
Cohen dan Lazarus (dalam Taylor, satu99satu) mengemukakan, agar coping dilakukan
dengan efektif, maka strategi coping perlu mengacu pada lima fungsi tugas coping yang
dikenal dengan istilah coping task, yaitu :
1. Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek
untuk memperbaikinya
2. Mentoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif.
3. Mempertahankan gambaran diri yang positif.
4. Mempertahankan keseimbangan emosional.
12
5. Melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain.
Menurut Taylor (satu99satu), efektivitas coping tergantung dari keberhasilan
pemenuhan coping task. Individu tidak harus memenuhi semua coping task untuk
dinyatakan berhasil melakukan coping dengan baik. Setelah coping dapat memenuhi
sebagian atau semua fungsi tugas tersebut, maka dapat terlihat bagaimana coping outcome
yang dialami tiap individu. Coping outcome adalah kriteria hasil coping untuk menentukan
keberhasilan coping. Coping outcome, yaitu :
1. Ukuran fungsi fisiologis, yaitu coping dinyatakan berhasil bila coping yang
dilakukan dapat mengurangi indikator dan arousal stres seperti menurunnya tekanan darah,
detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.
2. Apakah individu dapat kembali pada keadaan seperti sebelum ia mengalami
stres, dan seberapa cepat ia dapat kembali. Coping dinyatakan berhasil bila coping yang
dilakukan dapat membawa individu kembali pada keadaan seperti sebelum individu
mengalami stres.
3. Efektivitas dalam mengurangi psychological distress. Coping dinyatakan
berhasil jika coping tersebut dapat mengurangi rasa cemas dan depresi pada individu.
f. Manajemen stress
harus diingat, bukan stres yang merusak, tetapi cara kita menghadapinya.
Shakespeare menulis: things are neither good nor bad, but thinking makes them so.
Ada beberapa orang yang mengalami jenis stres yang sama dan tidak apa-apa, tetapi orang
lain ada yang langsung collapse. Anehnya, walau kita tak dapat bekerja maksimal saat stres
yang cukup berat, tubuh kita tak akan dapat bekerja tanpa adanya stres.
Melihat begitu mengerikannya akibat dari stres yang tidak terkendali, maka kita perlu
melakukan manajemen stres. Istilah manajemen dalam ilmu ekonomi dapat diartikan
sebagai melakukan suatu tindakan melalui tahapan : planing, organizing, actuating dan
controling (POAC). Dikaitkan dengan stres, maka kita perlu melakukan POAC ini dengan
cermat dalam kehidupan kita mulai dari pola makan, pola tidur, pola kegiatan/aktifitas, pola
pikir dan sebagainya. Pada intinya dalam menjalankan aktifitas kehidupan, kita harus dapat
memanage segala sesuatunya dengan baik. Tujuan dari manajemen stres itu sendiri
adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.
beberapa cara yang dapat digunakan untuk memanajemen stres agar tidak terjadi atau
berlebihan.:
satu. Perhatikan lingkungan sekitar anda, Lihatlah mungkin ada sesuatu yang benar-
benar dapat anda ubah atau kendalikan dalam situasi tersebut.
2. Jauhkan diri anda dari situasi-situasi yang menekan, Beri diri anda kesempatan
untuk beristirahat biarpun hanya untuk beberapa saat setiap hari.
13
3. Jangan mempermasalahkan hal-hal yang sepele, Cobalah untuk memprioritaskan
beberpa hal yang benar-benar penting dan biarkan yang lainnya mengikuti.
4. Secara selektif ubahlah cara anda bereaksi, Tapi jangan terlalu banyak sekaligus.
Fokuskan pada satu masalah dan kendalikan reaksi anda terhadap hal ini.
5. Hindari reaksi yang berlebihan ,Mengapa harus membenci jika sedikit tidak suka
sudah cukup? Mengapa harus merasa bingung jika cukup dengan hanya merasa gugup?
Mengapa harus mengamuk jika marah saja sudah cukup? Mengapa harus depresi ketika
cukup dengan merasa sedih?
6. Tidur secukupnya, Kurang istirahat hanya akan memperburuk stress.
7. Hindari pengobatan diri sendiri atau menghindar, Alkohol dan obat-obatan dapat
menyembunyikan stres. Namun tidak dapat membantu memecahkan masalah.
8. Belajarlah cara terbaik untuk merelaksasikan diri anda, Meditasi dan latihan
pernafasan telah terbukti efektif dalam mengendalikan stress. Berlatihlah untuk
menjernihkan pikiran anda dari pikiran-pikiran yang menggangu.
9. Tentukan tujuan yang realistis bagi diri anda sendiri
Dengan mengurangi jumlah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup anda, anda akan
dapat mengurangi beban yang berlebihan.
satu0. Jangan membebani diri anda secara berlebihan, dengan mengeluh mengenai
seluruh beban kerja anda. Tangani setiap tugas sebagaimana mestinya, atau tangani secara
selektif dengan memperhatikan beberapa prioritas.
satusatu. Ubahlah cara pandang anda, Belajarlah untuk mengenali stress. Tingkatkan
reaksi tubuh anda dan buatlah pengaturan diri terhadap stress.
satu2. Lakukan sesuatu untuk orang lain, Untuk melepaskan pikiran dari masalah
anda sendiri.
satu3. Hindari stress, Dengan kegiatan-kegiatan fisik, misalnya jogging, tennis ataupun
berkebun atau boleh juga ngaskus .
satu4. Tingkatkan ketahanan diri anda, Yang harus digarisbawahi dari manajemen
stress adalah Saya membuat diri saya sendiri menjadi
satu5. Cobalah untuk memanfaatkan stress, Jika anda tidak dapat melawan apa yang
mengganggu anda, dan anda tidak dapat menghindar darinya, berjalanlah seiring dengannya
dan cobalah untuk memanfaatkannya secara produktif.
14
Cobalah untuk menjadi seseorang yang positif Tanamkan pada diri anda bahwa anda
dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik daripada hanya memikirkan betapa
buruknya segala sesuatu yang terjadi. Jangan pernah takut akan kegagalan, karena
kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, teruslah mencoba dan berusaha karena kita
mempunyai keyakinan Hari esok akan lebih baik dari hari ini.
Kesimpulan
Stres adalah respons umum terhadap adanya tuntutan pada tubuh. Tuntutan tersebut
adalah keharusan untuk menyesuaikan diri, dan karenanya keseimbangan tubuh
terganggu.
Manusia membutuhkan stres untuk bisa berfungsi normal. Anggaplah stres sebagai
suatu tantangan, tanpa itu manusia tidak akan tergerak untuk melakukan sesuatu.
Seberapa besar stress yang dibutuhkan?
Mula-mula, sejalan dengan meningkatnya stres, meningkat pula kinerja manusia
sampai suatu titik tertentu. Pada saat ini kita tidak menganggap diri kita dalam
keadaan stres, melainkan dalam keadaan bersemangat, bergairah, atau penuh
dorongan. Namun, lewat titik tersebut, tambahan stres akan membuat kinerja kita
menurun dan mengurangi kemampuan untuk mengatasinya (coping). Sebagian besar
dari kita mempunyai rentang stres yang optimal atau "Daerah Nyaman" (Comfort
Zone) yang membuat kita merasa nyaman dan berfungsi baik. Jika kita melampaui
daerah nyaman, timbul rasa lelah yang merupakan tanda untuk mengurangi tingkat
stres kita. Jika hal itu tidak dilakukan, maka kita menjadi kehabisan tenaga, sakit, dan
akhirnya ambruk (breakdown). Tentunya kita semua tidak mau, oleh karenanya sangat
penting sekali dan bermanfaat coping of stress atau berbagai cara untuk menghadapi
stress.
REFERENSI
1. De Janasz S C, Dowd, K.O, Schneider B.Z, Interpersonal Skills in Organizations,
3th edition. 2009. Mc Graw Hill, Singapore.
2. Wayne Weiten, Margaret A. Lloyd, Psychology Applied to Modern Life, 8th
edition 2008, Thomson Wadswort
3. Girdano, D.A. (2005). Controlling Stress and Tension (7th ed). San Fransisco:
Pearson Education, Inc.
15
Worksheet 1. Coba saudara menganalisis diri anda, stress apa saja yang sedang dihadapi saat ini
2. Analisis bagaimana cara saudara selama ini dalam menghadapi stress dan kegiatan kegiatan yang pernah dilakukan guna mengatasi stress tersebut!
3. Hasil self assessment : a. Sehat tidakkah stress Anda, b. Apakah Anda mengalami "overload" c. Apakah Anda orang yang mudah stress
Top Related