J
Leonard Tampubolon / Bappenas
STRATEGI PENGURANGAN KETIMPANGAN DALAM RPJM 2015‐2019
1
OUTLINE
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Dasar Substansi RPJMN 2015-2019
Arah kebijakan, Sasaran, dan Strategi RPJMN 2015-2019
Arah kebijakan, Sasaran, Strategi & Kerangka Ekonomi Makro RPJMN 2015‐2019
Perkembangan Kemiskinan dan Pemerataan
Arah kebijakan dan strategi penanggulangankemiskinan
1
2
3
4
5
2
3
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Dasar Penulisan Substansi RPJMN 2015‐2019
3
4
SPPN & PROSES PERENCANAAN
1. Proses Politik : Pemilihan langsung dipandang sebagai proses perencanaan karena menghasilkan rencana pembangunan dalam bentuk Visi, Misi, dan Program yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah terpilih selama kampanye.
2. Proses Teknokratik : Perencanaan yang dilakukan oleh perencana profesional, atau oleh lembaga/unit organisasi yang secara fungsional melakukan perencanaan
3. Proses Partisipatif : Perencanaan yang melibatkan para pemangku kepentingan pembangunan (stakeholders) Antara lain melalui pelaksanaan Musrenbang
4. Proses Bottom‐Up dan Top‐Down : Perencanaan yang aliran prosesnya dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas dalam hirarki pemerintahan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
4
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui MUSRENBANG
RKP RPJM
NasionalRPJP
Nasional
Renstra KLRenja ‐ KL
RAPBN
RKA‐KL
APBN
Rincian APBN
Pedoman Dijabarkan
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Diacu
Pemerintah Pusat
RPJM Daerah
RPJP Daerah
RKP Daerah
Renstra SKPD
Renja ‐ SKPD
RAPBD
RKA ‐ SKPD
APBD
Rincian APBD
Pedoman
Pedoman
PedomanDijabarka
n
Pedoman
Pedoman
Diacu
UU SPPN (No.25/2004)
Pemerintah
Daerah
BahanBahan (diserasikan dlm RAKORPUS & Trilateral Meeting)
Bahan Bahan
UU KeuNeg (No.17/2003)
5
UUD 45 – RPJPN – RPJMN – RKP
UUD 45 (Visi Misi Abadi)VISI
Negara Indonesia Yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur
MISI• Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
• Memajukan kesejahteraan umum• Mencerdaskan kehidupan bangsa
• Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan kedilan sosial
RPJMN2004‐2009
RPJMN2010‐2014
RPJMN2015‐2019
RPJMN2020‐2024
RKP2006RKP2006RKP2006RKP2009
RKP2006RKP2006RKP2006RKP2014
RKP2006RKP2006RKP2006RKP2019
RKP2006RKP2006RKP2006RKP2025
R P J P N (Visi Misi Interim, 2005‐2025)
RKP2009
RKP2014
RKP2019
RKP2024
6
Bidang‐bidang Pembangunan Dalam RPJPN 2005‐2025
1) Sosial budaya dan kehidupan beragama
2) Ekonomi,
3) Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
4) Politik,
5) Pertahanan dan keamanan,
6) Hukum dan aparatur,
7) Pembangunan wilayah dan tata ruang,
8) Penyediaan sarana dan prasarana,
9) Pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup.
7
8
Tahapan Pembangunan dalam RPJPN 2005‐2025
RPJM 4(2020‐2024)
RPJM 1(2005‐2009)
Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai,
yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan
yang lebih baik.
RPJM 2(2010‐2014)Memantapkan
penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek,
memperkuat daya saing perekonomian
RPJM 3(2015‐2019)Memantapkan pem‐bangunan secara
menyeluruh denganmenekankan pem‐
bangunan keunggulan kompetitif
perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek
Mewujudkan masya‐rakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan
makmur melalui percepatan
pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif.
8
Pembagian Tugas
SIDANG KABINET
TRILATERAL MEETING
Bilateral MeetingPenyesuaian Renstra K/L
Musrenbang Jangka
Menengah Nasional
Bilateral MeetingPenyesuaian
RPJMD
SIDANG KABINET
Penelaahan
PEMERINTAH DAERAH
RANCANGAN AWAL RPJMN
RANCANGAN RPJMN
RANCANGAN AKHIR RPJMN
RPJMN2015-2019
1 3
5 6
2
Bagan Alur Penyusunan RPJMN
Platform Presiden
RENSTRA K/LRancangan
Renstra K/L
Pedoman Penyesuaian
4
Hasil Evaluasi Renstra
RPJPN 2005-2025
Hasil Evaluasi RPJMN
Aspirasi Masyarakat
Pedoman Penyusunan
RPJMD
Bahan penyusunan dan Perbaikan
Rancangan TeknokratikRenstra K/L
Rancangan Teknokratik
RPJMN
Background Study
Koordinasi
9
10
DASAR SUBSTANSI PENULISANRPJMN 2015 ‐ 2019
1. AMANAT UU No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025
• Memuat tahapan pembangunan dimulai dari RPJMN 1 – RPJMN 4
• Arah pembangunan untuk RPJM ke‐3 (2015‐2019)Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang terus meningkat .
2. VISI DAN MISI PRESIDEN • Visi, Misi dan Program Aksi• Prioritas Nasional 2015 – 2019
10
Menurut UU 25 Tahun 2004, Pasal 4 ayat 2
RPJMN merupakan Penjabaran Visi, Misi dan Program Presiden
Memuat:
o Srategi pembangunan Nasional, dan Kebijakan Umum
o Program Kementerian/Lembaga (K/L), dan Lintas K/L
o Program Kewilayahan dan Lintas Wilayah
o Kerangka Ekonomi Makro, termasuk:
• Arah kebijakan fiskal
• Kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif
MuatanRPJMN 2015 ‐ 2019
11
Arah kebijakan, Sasaran, Strategi & Kerangka Ekonomi Makro RPJMN 2015‐2019
12
13
RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4
Pertumbuhan PDB 6 ‐ 8 % per tahun
PDB per kapita2013
Sktr USD 3.5002019:
> USD 6.0002025:
> USD 12.000
Kemiskinan
Pengangguran
2015 2020 2025 20302010
Threshold Middle Income TrapUSD 12.000
BONUS DEMOGRAPHIC2010 2030
Latar Belakang
13
Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Dalam RPJMN 2015‐2019
PERTUMBUHAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE GROWTH)
MAMPU LEPAS DARI JERAT MIDDLE INCOME (Middle Income Trap)
(1) KEBERLANJUTAN FISKAL DAN STABILITAS MONETER
(2) SEKTOR RIIL PENGGERAK EKONOMI
(3) INVESTASI BERKELANJUTAN DAN PEMBIAYAANNYA
(4) PERDAGANGAN BERKELANJUTAN
(5) PERTUMBUHAN YANG LEBIH INKLUSIF
14
Ekspor Impor Investasi
Govt. Spending
Konsumsi
Export Oriented Industries
Domestic Oriented Industries
Kebijakan fiskal
Kebijakan moneter dan
keuangan
UKM
‐ Lingkungan Hidup‐ Peningkatan Ketersediaan energi‐ Kebijakan Ketenagakerjaan
TRANSFORMASI EKONOMI MELALUI INDUSTRIALISASI
Negara yang lebih adil dan makmur:
•Pertumbuhan •Kemiskinan & Kesenjangan
•Pengangguran •Emisi karbon
Pengurangan Kesenjangan (pendapatan,
akses, kewilayahan)
PERTUMBUHAN EKONOMI
Enabling Environment: ‐ Reformasi regulasi dan birokrasi‐ Politik, Hankam, HAM‐ MODAL SOSIAL
= prioritas
INFRA‐STRUK TUR
GovernanceSDM dan Tenaga Kerja
TRANSFORMASI EKONOMI MELALUI INDUSTRIALISASI YANG BERKELANJUTAN
INOVASI TEKNO‐LOGI
15
16
Peningkatan TFP Untuk MendukungTransformasi Ekonomi Melalui Industrialisasi
Inclusive growth
1. INFRASTRUKTUR2. SDM3. INOVASI TEKNOLOGI4. GOVERNANCE
• RIGHT POLICY• NO CORRUPTION
5. POLITICAL STABILITY
TFPComprehensive Reform (High
Scenario):• Timely• Scale• Scope
Daya saing
Growth
Growth with Equity
Value Added Resource‐Based Growth
Sustainability Growth
UU RPJP 17/2007 (RPJM ke‐3, 2015 – 2019): ditujukan untuk lebih
memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
UU RPJP 17/2007 (RPJM ke‐3, 2015 – 2019): ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
16
TFP + C + L
Comprehensive Reform/High Scenario (tercapainya Potential Growth)
Kebijakan Transformasi Ekonomi
Daya saing
Growth
Growth with Equity
Value Added Resource based growth
sustainability growthInclusive growth
UU RPJP 17/2007 (RPJM ke‐3, 2015 – 2019): ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Usulan fokus RPJMN 2015‐2019
Fokus RPJMN 2015‐2019
Kebijakan Sektor Lainnya
KEBIJAKAN MAKRO
Catatan: kebijakan sektor lainnya selain mengacu kepada pencapaian comprehensive reform, juga harus memformulasikan kebijakan dengan fokus mendorong sektor industri
17
18
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2015‐2019
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI 2015‐2019 Comprehensive Reform akan membawa Indonesia mencapai “Potential Growth” tumbuh mendekati 8% pada akhir 2019 (rata rata sekitar 7% selama 2015‐2019), yang sebagian besar ditopang oleh kenaikan capital accumulation dan productivity (TFP).
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Y 6.2 6.5 6.2 5.8 6.0 6.0 6.1 6.2 6.3 6.4 5.8 6.0 6.2 6.4 6.8 7.0 7.1 5.8 6.0 6.3 6.5 7.0 7.4 7.8K 3.7 3.9 3.6 3.2 3.3 3.3 3.3 3.4 3.4 3.4 3.2 3.3 3.3 3.4 3.5 3.6 3.6 3.2 3.3 3.4 3.5 3.7 3.8 4.0L 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.7 1.7 1.7 1.8 1.6 1.6 1.7 1.7 1.8 1.8 1.8 1.6 1.6 1.7 1.7 1.8 1.9 1.9TFP 0.9 1.0 1.0 1.0 1.1 1.1 1.1 1.1 1.2 1.2 1.0 1.1 1.2 1.3 1.5 1.6 1.7 1.0 1.1 1.2 1.3 1.5 1.7 1.9
Realisasi Low Baseline HighAs Business As Usual Partial Reform Comprehensive Reform
18
Skenario Pertumbuhan Ekonomi 2015‐2019Sisi Pengeluaran/Permintaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019Y 5.8 6.0 6.0 6.1 6.2 6.3 6.4C 5.3 5.4 5.4 5.4 5.4 5.5 5.5G 6.1 7.2 5.6 5.7 5.7 5.8 5.8I 5.6 5.7 5.7 5.7 5.7 5.8 5.8X 6.4 6.7 6.7 6.8 7.2 7.4 7.5M 5.8 6.0 6.0 6.0 7.2 7.6 7.7
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019Y 5.8 6.0 6.2 6.4 6.8 7.0 7.1C 5.3 5.4 5.5 5.6 5.6 5.7 5.7G 6.1 7.2 7.4 7.6 7.8 7.8 7.8I 5.6 5.7 6.5 6.6 7.0 7.2 7.2X 6.4 6.7 7.0 7.3 7.5 8.0 8.0M 0.7 6.0 6.6 6.7 7.9 9.0 10.4
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019Y 5.8 6 6.3 6.5 7 7.4 7.8C 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.7 5.8G 6.1 7.2 7.4 7.7 8.2 8.9 9.2I 5.6 5.7 7.0 7.5 8.6 8.9 9.1X 6.4 6.7 7.2 7.8 8.5 9.3 10.4M 0.7 6.0 7.1 9.2 10.9 11.7 12.9
BUSINESS AS USUAL
PARTIAL REFORM
COMPREHENSIVE REFORM
19
2010 201120122013201420152016201720182019
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Produksi (%) 6.2 6.5 6.2 5.8 6.0 6.3 6.5 7.0 7.4 7.8
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
3.0 3.4 4.0 3.3 3.4 3.6 3.6 3.7 4.1 4.3
Pertambangan 3.9 1.4 1.5 0.3 0.3 0.5 0.6 0.8 1.0 1.1
Industri Pengolahan 4.7 6.1 5.7 5.5 5.7 6.0 6.1 7.5 7.8 7.8
Listrik, Gas dan Air Bersih 5.3 4.8 6.4 6.3 6.4 6.7 6.7 7.3 7.5 7.7
Konstruksi 7.0 6.6 7.5 7.0 7.1 7.3 7.3 7.4 7.9 8.3
Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.7 9.2 8.1 6.6 6.8 7.2 7.2 7.8 8.3 8.7
Transportasi dan Komunikasi 13.4 10.7 10.0 10.2 10.3 10.5 10.5 10.8 11.2 11.6
Keuangan 5.7 6.8 7.1 7.7 7.7 7.9 7.9 7.9 8.0 8.5
Jasa‐jasa 6.0 6.7 5.2 5.2 5.3 5.4 5.6 5.8 6.1 7.4
Skenario Pertumbuhan Ekonomi 2015‐2019Sisi Penawaran/Produksi
20
Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
3.0 3.4 4 3.3 3.4 3.6 3.6 3.7 4.1 4.3
Industri Pengolahan 4.7 6.1 5.7 5.5 5.7 6 6.1 7.5 7.8 7.8
Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.7 9.2 8.1 6.6 6.8 7.2 7.2 7.8 8.3 8.7
Transportasi dan Komunikasi 13.4 10.7 10 10.2 10.3 10.5 10.5 10.8 11.2 11.6
Gambaran Pertumbuhan Beberapa Sektor Utama (Persen)
21
PERKEMBANGAN KEMISKINAN DAN PEMERATAAN, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN SERTA AMANAT UNTUK
MENGURANGI KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
2222
TINGKAT KEMISKINAN 2004‐2014
Sejak tahun 2010, penurunan kemiskinan melambat, secara absolut menurun sekitar 1 juta penduduk miskin per tahun. Tingkat kemiskinan pada bulan September 2013 sebesar 11,47% (target APBN 2013 sebesar 9,5%‐10,5%). Kenaikan tingkat kemiskinan dari 11,37% pada Maret 2013 ini disebabakan terutama karena tingkat inflasi yang lebih tinggi dari target pada APBN‐P. Dampak dirasakan terutama karena kenaikan harga bahan pokok makanan sebagai dampak antara lain karena kenaikan BBM pada bulan Juni 2013 dan perubahan iklim.
Target APBN 2014 sebesar 9,0%‐10,5% (Revisi RPJMN 2009‐2014: 8,0%‐10,0%).
2323
24
KEMISKINAN KRONIS DAN KERENTANAN TERUS BERLANJUT
Mobilitas dalam 3 tahun (20082010) Jumlah RTM
Keluar dari miskin, namun tetap rentan 1.5 juta
Keluar dari sangat miskin, namun tetap miskin 2.1 juta
Keluar dari kondisi sangat miskin, tapi jatuh lagi
0.9 juta
Senantiasa dalam kemiskinan kronis 1.5 juta
RTM 6.0 juta
• 4.5 juta RTM (75%) tidak pernah keluar dari kemiskinan selama 3 tahun
• 1.5 juta (25%) tidak pernah membaik tingkat kemiskinan
Rumah Tangga Miskin (10%, PPLS 2011)
24
ISU KESENJANGAN DAN KERENTANAN
Sumber: Susenas, World Bank calculations
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 11 21 31 41 51 61 71 81 91
Pertu
mbuh
anKo
nsums
i Rum
ah Tan
gga
/Kapit
a/tahu
n (%)
Persentil Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita
Kurva pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga, 2003‐2010
Growth Incidence2003 to 2010Growth in mean
2/3 Rumah Tangga konsumsi terendah tumbuh di bawah rata2 nasional
Semakin banyak penduduk yang berpendapatan menengah, namun rentan terhadap guncangan ekonomi yang dapat dengan sangat mudah membawa mereka ke bawah garis kemiskinan. Sampai dengan persentil 40 dianggap masih rentan.
Kesenjangan meningkat karena 2/3 rumah tangga termiskin tumbuh di bawah rata2 nasional. Pertumbuhan lebih besar rumah tangga terkaya.
25
KESENJANGAN TINGKAT KEMISKINAN DAN JUMLAH KEMISKINAN TAHUN 2013
Tingkat kemiskinan masih tinggi di sebagian besar Indonesia bagian TimurNamun, Jumlah penduduk miskin masih didominasi di Pulau Jawa
Jumlah penduduk miskin tertinggi
26
GINI RATIO PER PROVINSI TAHUN 2012
Rata‐rata Gini Ratio seluruh provinsi relatif tinggi, Gini Ratio tertinggi di Indonesia bagian Timur
27
CATATAN UNTUK GINI RASIO
Gini rasio digunakan sebagai ukuran kesenjangan/ketimpangan distribusi pendapatan atau kekayaan antar tingkat golongan pendapatan dalam suatu negara, yang merupakan hasil atau konsekuensi dari perkembangan kehidupan yang dinamis dan kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan secara simultan.
Nilai Gini Rasio tidak hanya tergantung semata-mata perubahan pendapatan dalam suatu negara, namun juga tergantung pada faktor-faktor lain seperti struktur demografis. Banyak metode dan pendekatan untuk menghitung Gini Rasio, yang masing-masing memberikan nilai yang berbeda. Umumnya perhitungan Gini Rasio menggunakan pendekatan pendapatan. Namun karena keterbatasan ketersediaan data, perhitungan Gini Rasio di Indonesia menggunakan pendekatan pengeluaran.
Peningkatan Gini Rasio di Indonesia pada akhir-akhir ini bukan karena menurunnya pendapatan masyarakat berpendapatan rendah dan kenaikan pendapatan masyarakat golongan berpendapatan tinggi, tetapi karena peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan tinggi lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan masyarakat berpendapatan rendah.
28
CATATAN UNTUK GINI RASIO
Apabila penurunan Gini Rasio akan digunakan sebagai sasaran, maka untuk memperkecil ketimpangan yang digambarkan Gini Rasio (menurunkan Gini Rasio), paling tidak ada 2 hal yang harus dilakukan, yaitu menurunkan atau menahan laju peningkatan pendapatan golongan masyarakat berpendapatan tinggi dan mendorong peningkatan pendapatan golongan masyarakat berpendapatan rendah golongan miskin/tidak mampu)
Menurunkan atau menahan laju peningkatan pendapatan golongan masyarakat berpendapatan tinggi tidak mungkin dilakukan karena akan menimbulkan ketidakadilan (tidak fair) bagi kelompok masyarakat berpendapatan tinggi. Hal ini juga tidak lazim dilakukan di negara-negara lain. Yang lazim dilakukan adalah memanfaatkan tingginya pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan tinggi untuk meningkatkan penerimaan pemerintah dengan cara meningkatkan pajak progresif secara lebih intensif. Hal ini memang dapat berdampak pada laju kenaikan pendapatan golongan masyarakat berpendapatan tinggi, namun belum tentu akan menahan laju peningkatan pendapatan golongan tersebut. Selanjutnya, apabila kebijakan ini akan dilaksanakan, diperlukan perubahan undang-undang dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terkait dengan pajak progressive.
29
CATATAN UNTUK GINI RASIO
Mendorong peningkatan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah (golongan miskin/tidak mampu) adalah hal yang secara terus menerus dilaksanakan dengan melakukan langkah yang konkrit untuk memberdayakan masyarakat terutama masyarakat kelompok berpendapatan terendah agar mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pendapatan yang lebih baik untuk semakin mengurangi kesenjangan seperti upaya‒upaya yang sedang dilakukan dalam program-program pro-rakyat yang diantaranya meliputi bantuan siswa miskin, Jamkesmas, PNPM Mandiri, PKH (Program Keluarga Harapan), penguatan kapasitas UMKM, KUR, rumah murah, dan sebagainya, dan yang segera akan diimplementasikan seperti Master Plan Percepatan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Idonesia (MP3KI) yang berisikan strategi nasional menuju kehidupan yang berkelanjutan dengan sistem jaminan sosial yang melindungi rakyat miskin.
Dengan demikian, meskipun upaya untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat golongan berpendatan rendah terus dilakukan, namun karena upaya untuk menahan laju peningkatan pendapatan golongan masyarakat berpenghasilan tinggi tidak layak untuk dilakukan, belum tentu Gini Rasio akan menurun.
30
CATATAN UNTUK GINI RASIO
Oleh karena itu gini rasio tidak tepat untuk dijadikan sasaran karena tidak ada instrumen yang terukur untuk mengejar sasaran yang ditetapkan yang harus dicapai. Gini koefisien memang sangat bermanfaat untuk menilai kondisi kesenjangan yang ada pada periode waktu tertentu untuk dijadikan dasar bagi pengambilan kebijakan untuk lebih memberdayakan masyarakat yang berpendapan rendah.
Tidak ada jaminan bahwa negera-negara yang sedang berkembang Gini Rasionya tinggi dan negara-negara maju Gini Rasionya rendah. Data dari berbagai negara menunjukkan bahwa banyak negara maju yang gini rasionya tinggi, dan hanya negara-negara sosialis yang gini rasionya relatif lebih rendah. Selain itu tidak ada jaminan bahwa semakin maju suatu negara akan semakin rendah Gini Rasionya.
Negara 2009 2010Argentina 46,13 44,49Colombia 56,67 55,91Paraguay 51,04 52,42Ekuador 49,43 49,26Peru 49,05 48,14Thailand 40,02 ‐‐Rusia 40,11 ‐‐Papua Nugini 51,04 52,42
Gini Index
31
PENINGKATAN KESENJANGAN INDONESIA TERTINGGI DI ASIA
Sumber: Bank Dunia, 2012; diolah dari World Development Indicators, Susenas
-1,5
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
-10
-5
0
5
10
15
% P
erubahan per tahun
% P
erub
ahan
sel
ama
perio
de te
rtent
u
Perubahan Koefisien Gini Beberapa Negara Asia
Change over Period (LHS) Change per Year (RHS)
2000-2012
2004-2009
2002-2008
2002-2008
1999-2005
2002-2008
1999-2009
2000-2009
2004-2008
2001-2007
Indonesia memiliki peningkatan tertinggi selama periode dan peningkatan per tahun tertinggi kedua
• Kesenjangan memiliki potensi dampak negatif terhadap kohesi sosial dan politik.• Meskipun ekonomi tumbuh, namun terdapat
persepsi publik bahwa kesejahteraan belum dinikmati semua orang/belum adil dan merata.
• Kesenjangan yang meningkat akan mengurangi pertumbuhan ekonomi melalui beberapa hal:• Perubahan pola permintaan (Marshall 1988)• Perubahan ukuran pasar domestik (Murphy et. al.
1989; Mani 2001)• Berkurangnya kegiatan kewirausahaan (Banerjee
and Newman 1993)• Investasi yg tidak produktif (Mason 1998)• Investasi SDM yg lebih rendah (Galor and Zeira
1993)• Keterkaitan ekonomi politik dan instabilitas bagi
perlambatan pertumbuhan ekonomi (Gupta, 1990; Keefer and Knack, 2002; Alesina and Rodrik, 1994; dan Persson and Tabellini, 1994)
• Ketidakmampuan kelompok miskin kronis keluar dari kemiskinan akan memperlebar kesenjangan dan melemahkan pertumbuhan ekonomi yad.• Masih cukup besar jumlah masyarakat miskin dan
rentan yang tidak terlindungi/mendapatkan manfaat bantuan dan jaminan sosial.
32
PERMASALAHAN KERENTANAN ANAK, LANSIA, PENYANDANG CACAT DAN KORBAN GUNCANGAN EKONOMI
33
IMPLEMENTASI BANTUAN SOSIAL MEMERLUKAN PENYEMPURNAAN
Pelaksanaan bantuan sosial yang ada (1) belum sempurna dari sisi penargetan; (2) belum terintegrasi dan terfokus; serta (3) pada jenis layanan tertentu belum memiliki standar layanan dan pengendalian yang kuat.
34
KESADARAN BERSEKOLAH KHUSUSNYA DIWILAYAH
PERDESAAN RELATIF RENDAH
POLA HIDUP TIDAK SEHAT
FASILITAS AIR (MINUM DAN BAKU) KURANG
JALAN PERDESAAN DAN IRIGASI SANGAT DIPERLUKAN
PENYEDIAAN LISTRIK
PERMUKIMAN YANG LAYAK
DIVERSIFIKASI KEAHLIAN KURANG
ARUS BARANG TIDAK LANCAR KARENA INFRASTRUKTUR
KEWIRAUSAHAAN PERLU DIGALI DAN DIKEMBANGKAN
SUMBER DAYA MANUSIA INFRASTRUKTUR EKONOMI
PERMASALAHAN KEMISKINAN SEBAGAI PERMASALAHAN MULTIDIMENSI
(Lokasi KecamatanKecamatan Miskin)
35
35
36
LINGKUNGAN STRATEGIS
• Kunci keberhasilan program‐program penanggulangan kemiskinan adalah dengan stabilitas ekonomi makro yang terjaga dan dukungan kebijakan pro poor lainnya dari sektor.
Stabilitas Kondisi Makro
• Kapasitas masyarakat miskin relatif rendah untuk pengembangan diri dan berpartisipasi dalam pembangunan.
• Pelaksanaan program‐program penanggulangan kemiskinan masih tumpang tindih dan akses pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan relatif masih rendah (tidak inklusif)
• Pengangguran yang masih tinggi dan rendahnya akses perlindungan tenaga kerja•Kapasitas usaha mikro untuk mengembangkan usaha masih rendah
Afirmatif Program PK
• Struktur, mekanisme, dan prosedur kelembagaan yang terdesentralisasi tidak semuanya memberikan prioritas terhadap penanggulangan kemiskinan
•Peran dan kapasitas TKPKD di beberapa daerah belum optimal/tidak berjalan;Kelembagaan
• Laju pertumbuhan penduduk yang sulit dikendalikan, dimana rata‐rata masyarakat miskin justru memiliki banyak anak Demografi
36
ISU STRATEGIS PENGURANGAN KEMISKINAN DAN KESENJANGAN DALAM KORIDOR EKONOMI
Koridor Ekonomi memiliki ciri khas masing‐masing sehingga Penanggulangan Kemiskinan perlu mengikuti karakteristiknya: penyebab utama kemiskinan potensi penghidupan berkelanjutan
Penanggulangan kemiskinan di daerah pesisir menjadi strategi kebijakan utama dalam strategi PK setiap koridor ekonomi di wilayah yang berbatasan dengan laut
• Peningkatan penyerapan tenaga kerja miskin dan rentan produkif ke dalam sektor industri pengolahan unggulan
• Pengembangan aktivitas rantai pengolahan yang bersifat penambahan nilai (value added) untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal dan komoditas unggulan berbasiskan agro industri
• Perbaikan rantai distribusi komoditas unggulan yang berpihak kepada petani kecil• Pengembangan ekonomi lokal di pulau‐pulau terluar berbasis potensi alam daerah setempat
Contoh Strategi Utama Koridor Ekonomi Sumatera
37
TANTANGAN
KEDEPAN1. Mewujudkan Perlindungan Sosial yang komprehensif dan integratif untuk seluruh
penduduk, termasuk masyarakat berkebutuhan khusus (anak, lansia, penyandang cacat, rentan, dll)
2. Mempertahankan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi3. Desentralisasi dan sinkronisasi program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan
oleh berbagai pihak: Public, People, Private Partnerships 4. Semakin banyak penduduk miskin usia produktif sehingga perlu meningkatkan keahlian
mereka dan mendapatkan lapangan pekerjaan yang tepat5. Globalisasi yang meningkatkan kerentanan masyarakat miskin:
Keterbukaan pasar –kerentanan pasar domestik dan fluktuasi harga mempengaruhi daya beli kesejahteraan masyarakat miskin.
Perubahan iklim global membuat masyarakat miskin menjadi lebih rentan
SAAT INI:1. Perlu pertumbuhan yang cukup tinggi dan konsisten, serta stabilitas harga bahan pokok yang
terjaga untuk mempercepat kemiskinan secara signifikan. Pertumbuhan saat ini tidak diimbangi oleh peningkatan kapasitas produksi dalam negeri yang menyerap tenaga kerja penduduk miskin (seperti pertanian).
2. Globalisasi meningkatkan kerentanan ekonomi dan masyarakat miskin.3. Perubahan iklim
Penduduk miskin (terutama petani dan nelayan) paling menderita akibat dampak musim yg tidak teratur, menurunnya ketersediaan air, bencana, dan munculnya berbagai penyakit akibat pemanasan global
38
39
AMANAT RPJPN 20052025:MEWUJUDKAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN
DAN BERKEADILAN
• Mengurangi kesenjangan sosial, ditujukan keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah
• Menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara signifikan
• Menyediakan akses pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi yang sama bagi masyarakat
ARAH KEBIJAKAN
• Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak‐hak dasar rakyat secara bertahap dengan mengutamakan prinsip kesetaraan dan nondiskriminasi.
• Pengembangan sistem perlindungan dan jaminan sosial untuk memastikan dan memantapkan pemenuhan hak‐hak rakyat akan pelayanan sosial dasar, terutama kelompok masyarakat yang kurang beruntung
• Meningkatkan peran koperasi dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil
• Peningkatan kesempatan kerja penduduk miskin
39
TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS RPJMN KE3 (2015 – 2019)
Kesejahteraan rakyat terus membaik, meningkat sebanding dengan
tingkat kesejahteraan negaranegara berpenghasilan menengah, dan
merata yang didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas yang disertai terwujudnya lembaga jaminan sosial.
Kualitas sumber daya manusia terus membaik ditandai oleh meningkatnya
kualitas dan relevansi pendidikan, termasuk yang berbasis keunggulan lokal
dan didukung oleh manajemen pelayananan pendidikan yang efisien dan
efektif; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;
meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal,
serta kesejahteraan dan perlindungan anak; tercapainya kondisi penduduk
tumbuh seimbang; dan mantapnya budaya dan karakter bangsa.
40
PENGURANGAN KEMISKINAN DAN KESENJANGAN DALAM PERATURAN PERUNDANGAN
UU Nomor 17 Tahun 2007 Tentang RPJP 20052025 :Masalah kemiskinan bersifat multidimensi, karena bukan hanya menyangkut ukuran pendapatan, melainkan karena juga kerentanan dan kerawanan orang atau masyarakat untuk menjadi miskin. Kemiskinan juga menyangkut kegagalan dalam pemenuhan hak dasar dan adanya perbedaan perlakuan seseorang atau kelompok masyarakat dalam menjalani kehidupan secara bermartabat
UU Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial:Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga
negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
UU No. 4/1997 tentang Kesejahteraan Penyandang Cacat dan UU No. 19/2011 tentang Ratifikasi Konvensi Penyandang Disabilitas
UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak dan UU No. 11/2012 tentang Perlindungan Khusus Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Pidana
UU No. 13/1998 Kesejahteraan Lansia
UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir MiskinFakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi ‘tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak’ bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
• UU No. 40/2004 tentang SJSN dan UU No. 24/2011 tentang BPJSNegara mengembangkan SJSN sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. SJSN diselenggarakan melalui BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. 41
42
SASARAN PENGURANGAN KEMISKINAN RPJMN 20152019
RPJPN 2005‐2025
RPJMN2015‐2019
MP3KI 2013‐2025
RPJMN2005‐2009
RPJMN2010‐2014
RPJMN2020‐2024
Evaluasi RPJMN 2010 ‐
2014
20052009 20102014 20152019*** 20202024***
8,2 9,0 – 10,5** 6,0 8,0 4,0 – 5,0
14,15 ‐ 15,97 11,47*
Target
Realisasi
Catatan: * September 2013; ** sesuai revisi APBN 2014 (Target RPJMN 8,010,0%); *** sesuai MP3KI dan revisi RKP 2014
Background Study RPJMN 2015 ‐ 2019 Rancangan
RPJMN Teknokratis
42
43
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGANKEMISKINAN
4343
ARAH KEBIJAKAN
TATA KELOLA EKONOMI
Kebijakan Ekonomi• Stabilitas harga (bahan pokok)• Manajemen fiskal yang berorientasi pada
kemiskinan dan pemerataan pendapatan• Kebijakan perdagangan luar negeri (ekspor
dan impor) yang memperhitungkan kepentingan kelompok miskin.
Kebijakan SektorMisal Pertanian: Reformasi Agraria, Pengaturan
Subsidi Pertanian, dan Peningkatan Produktifitas.
KEBIJAKAN AFIRMATIF
Strategi Penanggulangan Kemiskinan1. Sistem perlindungan sosial yang
komprehensif2. Peningkatan pelayanan dasar3. Pengembangan penghidupan
berkelanjutan
Strategi Peningkatan Lapangan Kerja dan Kesempatan Kerja
Strategi Peningkatan Kewirausahaan dan UKM
Harmonisasi regulasi dan program penanggulangan kemiskinan, baik secara horizontal (antar K/L) maupun secara vertikal (pusat dan daerah).
• Pertumbuhan penduduk yang seimbang dan berkualitas
• Pengelolaan mobilitas dan migrasi penduduk
• Penataan administrasi kependudukan
MANAJEMEN DEMOGRAFI KELEMBAGAAN
44
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
1. SISTEM PERLINDUNGAN SOSIAL YANG
KOMPREHENSIF
JAMINAN SOSIALPenguatan komplementaritas jaminan dan bantuan sosial
BANTUAN SOSIAL1. Integrasi layanan dan rujukan bantuan sosial reguler dan temporer
2. Perbaikan penargetan3. Standarisasi layanan & panti4. Optimalisasi potensi pendanaan, pekerja sosial
ASURANSI SUKARELA
2. PENINGKATAN PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN SARANA PELAYANAN PUBLIK
PERLUASAN JANGKAUAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK PENDUDUK MISKIN DAN RENTAN
3. PENGEMBANGAN PENGHIDUPAN
PENGEMBANGAN SUSTAINABLE LIVELIHOOD
1. Pemberdayaan dan penguatan usaha mikro dan kecil
2. Peningkatan akses terhadap pelayanan keuangan
3. Peningkatan peluang usaha penduduk miskin
4. Peningkatan produktifitas masyarakat miskin
5. Pengembangan perekonomian perdesaan berbasis pelatihan
6. Pengembangan peluang kesempatan kerja penduduk miskin
45
PRASYARAT UTAMA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN
MENGEMBANGKAN SISTEM PERLINDUNGAN SOSIAL NASIONAL
MENINGKATKAN PELAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN
MENGEMBANGKAN PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN
Perluasan kepesertaan dan layanan SJSN, serta penguatan supply side dan sistem pendukung
Perluasan program bersasaran (targeted)
Pengembangan koridor pulau dan kawasan khusus di pusat pertumbuhan dan non pusat pertumbuhan
STRATEGI UTAMA
STRATEGI PELAKSANAAN
46
47
SINERGI LOKASI, TARGET, DAN WAKTU PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
47
Komponen Saat ini MP3KI
2013 ‐ 2014 2015 ‐ 2025
A. Mekanisme Ekonomi
‐ Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan inklusif (MP3EI)
‐ Stabilitas Ekonomi Makro
Pengendalian inflasi dan kesinambungan fiskal untuk menjaga daya beli masyarakat
B. Afirmasi (Keberpihakan)
‐ Program 4 Klaster
Belum terpadu lokasi dan waktu
• Terpadu lokasi target dan waktu• Sinergi dengan program daerah dan CSR
• Konsolidasi program bantuan sosial unified data base
‐ Sistem Jaminan Sosial
Sistem dan cakupan terbatas
• Sistem diperbaiki (BPJS Kesehatan) dan cakupan diperluas
• Sistem semakin lengkap dan universal coverage
‐ Sustainable Livelihood
Terbatas dalam meningkatkan daya tahan penduduk miskin
• Peningkatan income generating activities (wirausaha, financial inclusion dan supply chain MP3EI)
‐ Dukungan Data belum terpadu • Data sasaran terintegrasi (PPLS), bertahap menuju social security number (e‐KTP)
47
48
Mekanisme pelaksanaan dan koordinasi antar
Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah, dan stakeholders lainnya
(BUMN, Swasta, NGO/LSM)
PRASYARAT UTAMA UNTUK SINERGI
REGULASI
SISTEM PROSEDUR DATA
Landasan hukum yang dapat memberikan kekuatan dan
dukungan dalam melaksanakan kebijakan PK
• Basis data yang akurat dengan update regular yang dilakukan melalui kelembagaan yang solid
• Definisi kemiskinan yang tepat dan dapat mencerminkan taraf kesejahteraan rakyat
48
REDEFINISI KEMISKINAN DILAKUKAN UNTUK MENGAKOMODASIKAN DUA FUNGSI UTAMA DATA
KEMISKINAN
Definisi Kemiskinan
Amanat Perundang‐undangan
Pengukuran Kemiskinan
Targeting Program Kemiskinan
Indikator Kemiskinan Kriteria Target Program Kemiskinan
Tingkat Kemiskinan Nasional Mekanisme Updating
Dua Fungsi Utama Data Kemiskinan: � Mengukur Tingkat Kemiskinan Nasional� Identifikasi target penerima program kemiskinan
Harmonisasi mekanisme pengukuran dan pengambilan
data
* UU Nomor 17 Tahun 2007 Tentang RPJP 20052025 * UU Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial * UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
49
KEBIJAKAN DUAL TRACK STRATEGY AKAN DIPERKUAT DENGAN REGULASI, SISDUR, DAN
DATA YANG MENUNJANG
Kebijakan Ekonomi
Kebijakan Afirmatif
NonMiskin
Miskin
DUAL TRACK
FOUR TRACK
STRATEGY
GROWTH WITH EQUITY
DATA
REGULASI
SISDUR
REGULASI
SISDURPRO
POOR
50
AGENDA TRANSFORMASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
MP3KI 20132025 DAN RPJMN 2015 – 2019
Pemberdayaan masyarakat dan UMKM
Rekonsiliasi Transformasi & Ekspansi Keberlanjutan20132014 20152019 20202025
RPJMN 2010 ‐ 2014
Sistem perlindungan sosial yang komprehensif
Pengembangan penghidupan penduduk miskin & rentan
Peningkatan pelayanan dasar bagi penduduk miskin & rentan
Bantuan & perlindungan sosial
Pemenuhan kebutuhan dasar & program pro rakyat
Sistem jaminan sosialSistem bantuan sosial
Jaminan layanan dasarInfrastruktur dasar terpadu
Kapabilitas & produktivitasPembangunan partisipatif
RPJMN 2015 ‐ 2019
Fase
MP3KI
Klasifikasi Program
dan Kegiatan
51
52
► Jaminan Kecelakaan Kerja► Jaminan Kematian► Jaminan Hari Tua► Jaminan Pensiun
Beasiswa Siswa Miskin
Raskin
Bantuan Langsung Tunai
Jamkesmas
Tunjangan Anak Terlantar
Tunjangan Penyandang Disabilitas
Tunjangan Lansia
Program Keluarga Harapan (PKH)
Pelayanan, rehabilitasi, & pemberdayaan sosial Berbasis Institusi/Komunitas:Lansia, Penyandang Disabilitas, dan Anak Telantar
Pelayanan, rehabilitasi & pemberdayaan Berbasis Keluarga:Bantuan Tunai Bersyarat bagi Keluarga Miskin sesuai karakteristik keluarga (a.l. anak balita, usia sekolah, ibu hamil, disabilitas)
Bansos korban bencana alam
Bansos korban bencana sosial
Bansos korban bencana ekonomi
Bansos Reguler
Bansos Temporer
Saat ini (2013) 2025
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
TRANSFORMASI KLASTER I
52
Pelayanan Panti Anak, Lansia, Disable
PENGUATAN IMPLEMENTASIPenyusunan SPM Kesos, Penataan Kelembagaan, Penguatan Pekerja Sosial
SINERGI DAN INTEGRASI
Sistem Rujukan Terpadu, Perbaikan Penargetan
52
53
2013Klaster II, III, IV
PNPMUMKMKProgram Pro‐Rakyat Pembangunan rumah murah dan sangat murah
Penyediaan air bersih untuk rakyat
Penyediaan listrik murah dan hemat serta terjangkau
Penyediaan angkutan umum murah
Peningkatan kehidupan nelayan
Peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan
2025Sustainable Livelihood
• Bantuan kredit, pelatihan usaha kecil mandiri, dan bantuan integrasi terhadap pasar (aset finansial)
• Balai pelatihan kerja (bekerjasama dengan industri, sertifikasi, pendidikan universal (aset manusia)
• Perbaikan kampung, listrik mudah pakai dan jaringan air bersih (aset infrastruktur)
• Perlindungan lingkungan dan penanggulangan polusi (aset alam)
• perencanaan partisipatif komunitas (aset sosial)
Transformasi dan
Harmonisasi
TRANSFORMASI KLASTER II, III, IV DAN KETERLIBATAN CSR DALAM PENGKAYAAN 5
ASSET
Klaster IV
Program CSR
Sinkronisasi
53
54
TRANSFORMASI PELAYANAN DASAR DAN PENGHIDUPAN
BERKELANJUTAN
1. Beasiswa Miskin2. Jamkesmas3. PKH
1. Bantuan Regular2. Bantuan Temporer
3. Jaminan Kesehatan dan Ketenagakerjaan
K L A S T E R
I
1. Raskin2. BLT (diperlukan saat krisis)
3. dll.
Pelayanan Dasar
Bantuan Sosial
1. Beasiswa Miskin2. Rumah Layak Huni
3. Sanitasi4. PKH5. Infrastruktur dasar lainnya
• PNPM• UMKMK• Program ProRakyat 1. Pinjaman modal
dan aset2. Peningkatan keterampilan
3. Peningkatan akses pasar
KLASTER
II IIIIV
SISTEM PERLINDUNGAN SOSIAL YANG KOMPREHENSIF
PENINGKATAN PELAYANAN DASAR
PENGEMBANGAN PENGHIDUPAN(PENGUATAN PENGHIDUPAN EKONOMI)
Aset Manusia
Aset fisik
Aset SDA
Aset Finansial
Aset Sosial
JAMINAN SOSIAL
BANTUAN SOSIAL
ASURANSI SUKARELA
INFRASTRUKTUR DAN SARANA PELAYANAN PUBLIK
PERLUASAN JANGKAUAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK PENDUDUK MISKIN DAN RENTAN
PENGEMBANGAN SUSTAINABLE LIVELIHOOD
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat,
serta Perluasan dan Peningkatan Kesempatan
Kerja
KONDISI SAAT INI STRATEGI DAN KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN SASARAN/ OUTCOME54
55
ARAH KEBIJAKAN PERLINDUNGAN SOSIAL YANG KOMPREHENSIF
berdasarkan SIKLUS KEHIDUPAN
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Orang Dengan Disabilitas
Bantuan Sosial Sementara/Temporer (tidak terfokus pada siklus hidup)
JANINBALITA(05)
USIA SEKOLAH(618)
MEMASUKI USIA PRODUKTIF
(1924)
USIA PRODUKTIF (2560)
LANSIA(>60 TAHUN)
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Anak
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penduduk Rentan dengan Resiko Tertentu (ODD, ODHA, KAT, dsb)
Peningkatan Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia
Integrasi Pelayanan dan Rujukan Perlindungan Sosial Terpadu
Penguatan Implementasi dan Penataan Bantuan Sosial
Komplementaritas Jaminan dan Bantuan Sosial
55
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PERLINDUNGAN SOSIAL YANG
KOMPREHENSIF (1/2)
STRATEGI KEBIJAKAN STRATEGI PELAKSANAAN
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Balita dan Anak
• Bantuan reguler anak dan balita dalam RTSM• Pelayanan, bantuan, dan rehabilitasi sosial anak dan balita telantar
berbasis keluarga dan komunitas• Bantuan hukum bagi anak• Pengurangan pekerja anak• Pengarusutamaan perlindungan anak
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penduduk Rentan & Usia Produktif dengan Resiko Tertentu
• Pemberdayaan ekonomi fakir miskin• Pemberdayaan ekonomi dan bantuan sosial penduduk usia produktif
dengan resiko tertentu: tuna sosial • Dukungan implementasi SJSN: sosialisasi SJSN pada sasaran program,
bantuan iuran untuk pekerja informal (Askesos)
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
• Bantuan reguler lansia • Layanan sosial lansia berbasis keluarga dan komunitas• Pemberdayaan ekonomi• Pengarusutamaan dan inklusifitas lansia
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Orang Dengan Disabilitas
• Bantuan reguler orang dengan disabilitas berat• Layanan dan rehabilitasi sosial berbasiskan komunitas dan keluarga• Advokasi inklusifitas layanan publik, kebijakan, serta pasar kerja
terhadap penyandang disabilitas
56
STRATEGI KEBIJAKAN STRATEGI PELAKSANAAN
Bantuan Sosial Sementara/Temporer (tidak terfokus pada siklus hidup)
• Transformasi Raskin menjadi bantuan temporer (masih memerlukan pembahasan lebih lanjut)
• Bantuan sosial temporer bagi korban bencana alam, bencana sosial, dan guncangan ekonomi
Integrasi Pelayanan dan Rujukan Perlindungan Sosial Terpadu
• Pembangunan sistem rujukan terpadu (termasuk pemutakhiran Basis Data Terpadu, pengaduan, dan respon)
• Penataan dan perbaikan pendataan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
• Peningkatan komplementaritas antara bantuan dan jaminan sosial
Optimalisasi Pelaksanaan Bantuan Sosial
• Penyusunan Program Kesejahteraan Sosial• Penataan panti• Optimalisasi pendanaan alternatif• Penguatan pekerja sosial• Perbaikan metode pembayaran bansos
Implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (Jaminan Kesehatan dan Ketenagakerjaan)
• Perluasan kepesertaan• Penguatan kelembagaan (termasuk sustainabilitas keuangan) BPJS• Peningkatan kualitas layanan dan manfaat• Penguatan monitoring dan evaluasi
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PERLINDUNGAN SOSIAL YANG
KOMPREHENSIF (2/2)
57
PENINGKATAN KESEMPATAN BERUSAHA DAN BEKERJA BAGI PENDUDUK MISKIN DAN RENTAN
(1/2)
STRATEGI KEBIJAKAN STRATEGI PELAKSANAAN
Pemberdayaan dan penguatan usaha mikro dan kecil di berbagai bidang pertanian, industri, dan jasa
• Meningkatkan kualitas pengelolaan usaha, peningkatan kualitas barang dan jasa yang dihasilkan,
• peningkatan akses pasar dan akses pembaruan/peningkatan teknologi, dan
• peningkatan kepastian usaha melalui perlindungan hukum yang memadai.
Peningkatan akses terhadap pelayanan
keuangan mikrokredit, tabungan, dan asuransi
• Meningkatkan akses terhadap jasa keuangan (financial access),
• perlindungan konsumen (consumer protection) dan
• Peningkatan pemahaman (“melek”) tentang jasa keuangan dan pengelolaan keuangan (financial literacy).
Meningkatkan peluang berusaha bagi penduduk
miskin
• Meningkatkan pembinaan dan perlindungan terhadap usaha mikro dan kecil.
• Penyediaan lembaga‐lembaga yang memfasilitasi peningkatan kualifikasi dan kualitas tenaga kerja penduduk miskin.
• Pemberdayaan dan pembinaan usaha kecil mikro dan kecil di perkotaan.
58
STRATEGI KEBIJAKAN STRATEGI PELAKSANAAN
Meningkatkan produktifitas masyarakat miskin dan keuntungan ekonomi dari usaha
pertanian
Pengembangan insiatif‐inisiatif yang mendukung inovasi, adopsi teknologi, manajemen bisnis dan nilai tambah usaha produksi, dan
Pengembangan Perekonomian Perdesaan
Berbasis Pelatihan.
• Pengembangan sumberdaya yang dilakukan secara partisipatif.
• Penyediaan pendampingan usaha pasca pelatihan yang dilakukan secara komprehensif profesional dan berkelanjutan.
• Pengembangan kemitraan yang berkelanjutan dengan seluruh pemangku kepentingan, terutama dunia usaha.
Pengembangan peluang kesempatan kerja penduduk miskin
• Pengembangan sistem pelatihan yang lebih berkelanjutan
• Memperluas akses informasi kesempatan kerja dan fasilitas penempatan kerja bagi tenaga kerja miskin dan berpendidikan rendah.
PENINGKATAN KESEMPATAN BERUSAHA DAN BEKERJA BAGI PENDUDUK MISKIN DAN RENTAN
(2/2)
59
TERIMAKASIH
60
Top Related