STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO
BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN
BUSINESS MODEL GENERATION
(Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu NTB)
WAHYUNI FITRI HERAWATI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan
Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation
(Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Wahyuni Fitri Herawati
NIM H24114080
ABSTRAK
WAHYUNI FITRI HERAWATI. Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak
Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation pada Distro Bale
Lombo Dompu, NTB. Dibimbing oleh PRAMONO D.FEWIDARTO.
Business Model Generation (BMG) adalah suatu alat untuk membantu
pelaku usaha melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang dan akan dijalani. Bale
Lombo usaha distro yang mengalami kesulitan dalam pengembangan usaha, akan
menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana usaha yang
sedang dijalani secara utuh, sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis
dan strategi untuk mencapai tujuan usaha. Penelitian ini bertujuan
1) mengidentifikasi seluruh unsur komponen dalam BMG terkait usaha distro
Bale Lombo, 2) menetapkan komponen utama dalam BMG customer focus yang
perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha, 3) merekomendasikan
strategi pengembangan komponen utama BMG customer focus. Terdapat empat
strategi prioritas dalam elemen BMG yang digunakan Bale Lombo untuk
pengembangan usaha yang terfokus pada konsumen, yaitu key activity, value
proposition, customer relationship dan channel. Hasil penelitian menunjukan
strategi yang dipilih adalah implementasi strategi key activity BMG.
Kata kunci: BMG, konsumen fokus, pengembangan usaha
ABSTRACT
WAHYUNI FITRI HERAWATI. Business Development Strategy for NTB-
ethnic-sytle Distro by Implementing the Business Model Generation on Bale
Lombo Distro Dompu, NTB. Supervised by PRAMONO D. FEWIDARTO.
Business Model Generation (BMG) is an instrument to see much closer on
the business style that will be applied. Bale Lombo is a distro business which in a
difficulty of business development, applying BMG order to evaluate a businees
plan that is being undertaken as a whole, so it can immediately take practical step
and strategies to achieve business goals. This study aims to 1) identify all
components in the BMG related to the business of Bale Lombo Distro, 2)
determine the main component in the customer focus BMG which needs to be
concerned for the business improvement, and 3) recommend a development
strategy for customer focus BMG’s main component. There are four strategy in
the element of BMG will be apply by Bale Lombo for their business development
by focusing on customers, such as key activity, value proposition, customer
relationship, and channel. The research result showed that choiced strategy is
implementation of key activity.
Keywords: BMG, business develop, customer focus
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO
BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN
BUSINESS MODEL GENERATION
(Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu, NTB)
WAHYUNI FITRI HERAWATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui
Penerapan Business Model Generation ( Studi Kasus pada Distro
Bale Lombo Dompu, NTB)
Nama : Wahyuni Fitri Herawati
NIM : H24114080
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Strategi Pengem , gan Csaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Busines _fodel Generation ( Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, XTB)
Nama : Wahyuni Fitri Herawati NIM :H24114080
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto MS Pembimbing
Tanggal Lulus: 1 1 MAR 2014
PRAKATA
Puji dan syukur disampaikan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian pada distro Bale Lombo dengan judul penelitian
Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan
Business Model Generation (Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB).
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Melalui prakata ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Ir. Pramono D. Fewidarto, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih
juga ingin penulis sampaikan kepada pakar, responden, Dinas Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang telah membantu dalam pengumpulan data serta orang tua
dan teman seperjuangan terimakasih untuk doa, semangat dan dukungannya.
Semoga apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Maret 2014
Wahyuni Fitri Herawati
DAFTAR ISI
PRAKATA v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitiaan 2
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Pengertian Strategi 4
Pengertian Bisnis 4
Usaha Distro 4
Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat 5
Business Model Generation (BMG) 5
Analytical Hierarchy Process (AHP) 8
Penelitian Terdahulu 9
METODE PENELITIAN 11
Kerangka Pemikiran Penelitian 11
Lokasi dan Waktu Penelitian 11
Metode Penetapan Sampel 11
Pengolahan dan Analisis Data 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL) 15
Analisis Struktur BMG Distro Bale Lombo (DBL) 17
Analisis Keterkaitan Antar Faktor atau Variabel 19
Analisis Hubungan Antar - Variabel Substansi Customer Focus 32
Penilaian Konsumen DBL Terkait Elemen BMG 41
Analisa Penetapan Prioritas Strategi 44
Hirarki Tingkat Dua Strategi Pengembangan Usaha DBL 47
Rekomendasi Strategi Kanvas Business Model Generation (BMG) 51
Implikasi Manajerial 51
SIMPULAN DAN SARAN 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 55
RIWAYAT HIDUP 65
DAFTAR GAMBAR
1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012) 7
2 Kerangka pemikiran penelitian 12 3 Struktur organisasi distro Bale Lombo 16
4 Model kanvas BMG Bale Lombo 17 5 Struktur hirarki strategi pengembangan disto Bale Lombo 47
6 Rekomendasi kanvas bisnis Bale Lombo 51
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data 13 2 Profil konsumen Bale Lombo 19
3 Rekapitulasi hasil cross tab KA 20 4 Penilaian KA pelayanan terkait jenis kelamin 20
5 Penilaian KA produk terkait asal daerah 21 6 Penilaian KA pelayanan terkait asal daerah 21
7 Penilaian KA produk terkait lama tinggal di NTB 22 8 Penilaian KA produk terkait usia konsumen 23
9 Penilaian KA produk terkait rencana di NTB 23 10 Rekapitulasi hasil cross tab value proposition 24
11 Penilaian VP nilai tambah terkait jenis kelamin 25 12 Penilaian VP harga terkait lama tinggal 25
13 Penilaian VP harga terkait pengeluaran konsumen/bulan 26 14 Penilaian VP nilai tambah terkait rencana di NTB 27
15 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship 27 16 Penilaian CR diskon terkait jenis kelamin 28
17 Penilaian CR kepuasan pelanggan terkait asal daerah 29 18 Rekapitulasi hasil cross tab channel 29
19 Penilaian elemen BMG channel terkait jenis kelamin 30 20 Penilaian channel terkait setiap asal daerah 31
21 Penilaian channel terkait rencana di NTB 31 22 Rekapitulasi hasil cross tab KA dengan VP, CR dan Channel 32
23 Penilaian produk terkait harga 32
24 Penilaian produk terkait desain 33
25 Penilaian produk terkait nilai tambah 33 26 Penilaian produk terhadap bonus atau diskon 34
27 Penilaian produk terkait kepuasan pelanggan 34 28 Penilaian produk terkait lokasi 35
29 Penilaian produk terkait media promosi 35 30 Penilaian pelayanan terkait harga 36
31 Penilaian pelayanan terkait kepuasan pelanggan 36 32 Rekapitulasi hasil cross tab VP dengan CR dan Channel 37
33 Penilaian harga terkait kepuasan pelanggan 37 34 Penilaian desain terkait lokasi 38
35 Penilaian nilai tambah terkait kepuasan pelanggan 38 36 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship dan channel 39
37 Penilaian diskon atau bonus terkait lokasi 39 38 Penilaian kepuasan pelanggan terkait lokasi 40
39 Penilaian kepuasan pelanggan terkait media promosi 40 40 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait KA 41
41 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait VP 42 42 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait CR 42
43 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait channel 43 44 Rekapitulasi perhitungan persepsi konsumen 43
45 Bobot kriteria penetapan strategi 49 46 Bobot alternatif strategi untuk masing-masing kriteria 50
47 Bobot alternatif strategi 50
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji validitas 55
2 Uji reabilitas 56 3 Indikator penilaian konsumen 57
4 Rekapitulasi hasil tabulasi silang 58 5 Hirarki utama strategi pengembangan usaha DBL 59
6 Hirarki kedua strategi pengembangan usaha DBL 60 7 Hasil pengolahan AHP 62
8 Produk Bale Lombo 63 9 Rencana pengumpulan data terkait dengan tujuan penelitian 64
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan sektor bisnis di Indonesia mengalami peningkatan yang
semakin pesat, dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang memilih
menjadi seorang entrepreneur dibandingkan sebagai karyawan. Dewasa ini
bisnis industri kreatif disebut sebagai industri unggulan yang mampu
menopang perekonomian bangsa di era global, karena memiliki daya saing,
mampu menciptakan produktifitas dan menyerap tenaga kerja yang cukup
besar.
Salah satu bisnis unggulan yang prospektif adalah bisnis dalam dunia
fesyen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode Januari-
Juli 2012 ekspor fesyen mencapai 8.18 miliar dollar AS, meningkat 0.62 persen
bila dibandingkan pada tahun sebelumnya (www.kompas.com 2013). Mengutip
pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu pada
forum (www.lombokkita.com 2013), bahwa ekonomi kreatif mampu menyerap
11.8 juta pekerja pada tahun lalu dan dari jumlah tersebut industri fesyen diklaim
menyerap hingga 3.8 juta tenaga kerja, dengan perkembangan (industri) fesyen
tahun 2012 mencapai 164 triliun rupiah. Melihat pasar industri fesyen sangat luas
dan potensial, banyak pelaku bisnis yang memanfaatkan peluang tersebut untuk
merintis maupun mengembangkan usahanya, gempuran persaingan ketat pasti
akan terjadi.
Potensi bisnis industri kreatif fesyen di Indonesia sangat besar karena
didukung oleh ragam budaya yang sangat luas. Distro mengutamakan nilai
keunikan yang ada pada produk yang dijualnya, sehingga produk yang dijual
diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Bale Lombo merupakan sebuah
bisnis inovasi distro yang memiliki misi melestarikan pengetahuan tentang seni,
budaya dan pariwisata Nusa Tenggara Barat agar dapat terus diwariskan ke
generasi yang akan datang. Motif etnik NTB dimanfaatkan sebagai pilihan desain
pakaian yang akan diproduksi, namun tidak mengurangi nilai modis dalam
berbusana. Dapat dikatakan Bale Lombo merupakan industri kreatif berbasis
kearifan lokal mempunyai dasar bukan hanya sumber daya ekonomi, melainkan
juga mempunyai makna sosio kultural.
Besarnya potensi alam, seni dan budaya yang dimiliki NTB sudah terkenal
hingga mancanegara, menjadikan NTB sebagai salah satu provinsi gerbang wisata
internasional serta lumbung ikan nasional, karena memiliki luas wilayah lautan
yang lebih besar dibandingkan dengan daratan. Setiap daerah di NTB masing-
masing memiliki prioritas komoditas untuk dikembangkan dan dimanfaatkan
secara bijak seperti daerah Meang Sekalong sebagai lumbung pangan, daerah
Kute merupakan kawasan ekonomi kepariwisataan NTB, daerah Sumbawa
merupakan daerah potensi peternakan NTB dan sebagainya. Potensi usaha distro
seperti Bale Lombo sangat prospektif karena masih sedikitnya media industri
kreatif yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengenai etnik NTB dengan
balutan produk fesyen yang modis.
Lingkup usaha Bale Lombo yang masih kecil akan menghadapi produk
pesaing dari perusahaan besar. Produk Bale Lombo masih belum dikenal secara
2
luas sebagai merchandise khas NTB karena merupakan usaha baru yang memiliki
network terbatas baik dari segi pemasaran maupun dukungan intansi, hal tersebut
menjadi ancaman dan kelemahan dari Bale Lombo, maka diperlukan sebuah
strategi pengembangan usaha yang tepat. Melalui Business Model Generation
(BMG) sebuah inovasi model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander
Osterwald untuk membantu dalam melihat lebih akurat bagaimana rupa bisnis
yang sedang dijalani, melalui kerangka pemikiran yang sederhana dan mudah
dimengerti.
BMG melakukan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
pengujian sebuah ide bisnis kepada kekuatan pasar yang sebenarnya. Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut maka perlu diadakan penelitian, bagaimana
diterapkannya Business Model Generation terhadap usaha distro Bale Lombo
Dompu NTB sehingga dapat memberikan gambaran secara komprehensif,
menyeluruh dan dapat dengan mudah melakukan modifikasi serta inovasi dalam
pengelolaan bisnis yang sedang dijalankan.
Perumusan Masalah
Setiap usaha baru tentunya perlu memikirkan bagaimana cara
mengembangkan usahanya, apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan
usahanya dan bagaimana meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk.
Bale Lombo merupakan sebuah usaha distro yang mengalami kesulitan dalam
pengembangan usaha. Melihat peluang usaha berbasis etnik NTB yang masih
belum termanfaatkan secara maksimal dan kurang tersedianya cinderamata yang
menarik untuk mendukung pengembangan kepariwisatawan di NTB, Bale Lombo
hadir melalui usaha distro dengan memaksimalkan potensi NTB melalui
produknya.
Model pengembangan usaha yang banyak diterapkan dewasa ini tidak
mampu menghasilkan suatu usaha yang tangguh, oleh karena itu Bale Lombo
akan menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana bisnis yang
sedang dijalani dari sudut pandang yang jelas dan utuh. Merancang, menerapkan
dan mengevaluasi satu demi satu elemen-elemen kunci usaha yang kurang tepat,
sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis dan strategis untuk mencapai
tujuan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu bagaimana strategi yang tepat untuk
mengembangkan usaha distro Bale Lombo (DBL) yang efektif menggunakan
pendekatan Business Model Generation.
Tujuan Penelitiaan
Berdasarkan dari permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari
penelitian adalah :
1. Mengidentifikasi unsur komponen (blok) dalam Business Model Generation
(BMG) terkait usaha distro Bale Lombo.
2. Menetapkan komponen utama dalam Business Model Generation (BMG)
customer focus yang perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha.
3. Merekomendasikan strategi pengembangan komponen utama Business Model
Generation (BMG) customer focus.
3
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis,
usaha distro Bale Lombo, maupun pembaca. Bagi penulis sendiri, penelitian ini
berguna untuk untuk mengimplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah
secara langsung di lapangan, juga untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
ada dalam suatu organisasi usaha sehingga ilmu yang didapatkan tidak bersifat
teoritis saja. Bagi tempat penelitian kelompok distro Bale Lombo (DBL), hasil
penelitian berguna sebagai salah satu masukan apakah model bisnis tersebut dapat
memberikan hasil dalam pengembangan usaha yang sedang dijalani. Bagi
pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai Business
Model Generation beserta bagaimana penerapannya dalam sebuah usaha,
sehingga dapat diikuti dengan penerapan yang lebih baik.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada kelompok PKM-K Bale Lombo IPB di danai
Dikti 2013, terdapat batasan yang diterapkan bertujuan agar penelitian lebih
terarah. Batasan ruang lingkup penelitian ini adalah: Penelitian difokuskan pada
penerapan dari Business Model Generation untuk mengembangkan usaha distro
Bale Lombo. Berfokus pada elemen customer focus BMG yang memperlihatkan
bagaimana sebuah usaha menghasilkan keuntungan. Elemen kunci tersebut
mencangkup empat bidang utama dalam suatu bisnis: yaitu pelanggan,
penawaran, infrastuktur dan kelangsungan finansial.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan sebagai “the
art of the general” merupakan seni seorang panglima yang biasanya digunakan
dalam peperangan. Secara umum strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan
berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan
tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat. Berhubungan dengan
kesadaran perusahaan tentang bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing,
melawan siapa dan untuk tujuan apa (David 2009).
Strategi erat kaitannya dengan pemenuhan tujuan organisasi dan menurut
David (2009), strategi digunakan untuk memenuhi tiga tujuan organisasi, yaitu :
a. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan.
b. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi.
c. Strategi sebagai konsep.
Manajemen Strategi
David (2009) mengatakan manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai
seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan serta
mengevaluasi keputusan–keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah
organiasi mencapai tujuannya. Sebagaimana disiratkan oleh definisi ini,
manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen,
pemasaran, keuangan/akuntasi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan,
serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional.
Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengekploitasi serta menciptakan
berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok, perencanaan jangka panjang,
sebaliknya berusaha mengoptimalkan tren–tren dewasa ini untuk esok.
Pengertian Bisnis
Menurut Umar (2005) bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang
diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang
perniagaan, dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Jadi,
bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan secara individu atau kelompok
dengan tujuan agar dapat memperoleh keuntungan dengan memasarkan barang
dan jasa kepada masyarakat.
Usaha Distro
Distribution store (distro) merupakan tempat menjual produk jadi seperti
pakaian, jam digital, compact disk dan sebagainya yang merupakan barang dengan
desain kreatifias sendiri, karena hampir pemilik distro adalah anak muda yang
memulai usahanya semenjak mahasiswa. Usaha distro dikelompokan kedalam
skala usaha kecil dan menengah, badan usahanya ada yang bersifat perorangan,
komanditer (CV) dan Perseorangan Terbatas (PT).
Di Indonesia distro sudah ada sejak tahun 1993 tetapi mengalami
perkembangan pesat pada tahun 1998. Distro berasal dari kota yang terkenal
dengan pusat mode Paris Van Java Bandung, kemudian menjadi distributor
5
bagi produk clothing lokal dan merupakan sebuah industri kreatif yang bukan
lagi sebuah usaha kecil-kecilan. Distro berawal dari niat eksistensi diri kini
menjadi sebuah peluang usaha yang menjanjikan. Ide desain produk biasanya
merupakan ketertarikan desainer akan suatu model, gaya hidup dan hobi yang
sama sehingga membentuk komunitas.
Damn I Love Indonesia yang berdiri tahun 2008 merupakan salah satu distro
yang mengangkat budaya nasional serta menumbuhkan rasa patriotisme. Memiliki
desain motif unik serta terbatas, inilah nilai keunikan dan nilai jualnya yaitu
berbeda dengan produk lainnya, sehingga dapat memenuhi dari keinginan
konsumen yang ingin tampil berbeda. Sebagai media kreatifitas anak muda
bangsa, setiap usaha distro menampilkan tema desain yang berbeda dalam
mempromosikan merek sendiri. Berbagai tema yang ditawarkan kepada
konsumen seperti tema pelestarian lingkungan, artis, berita, musik dan pelestarian
seni budaya daerah (Pola pembiayaan usaha kecil menengah BI 2008).
Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat
Etnik didefiniskan sebagai kelompok manusia yang mengamalkan budaya,
termasuk adat, pakaian, bahasa dan sebagainya, konsep etnik berkaitan erat
dengan konsep ras dan bangsa (Adorno 1950). Indonesia merupakan negara yang
memiliki potensi alam dan kebudayaan yang besar untuk dijadikan modal
pengembangan dalam industri pariwisata.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan yang
dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Nusa Tenggara Barat (NTB)
adalah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan kumpulan dari pulau
Sunda Kecil bagian barat Indonesia, dengan ibu kota provinsi yaitu kota Mataram.
Kekayaan budaya, pariwisata dan seni NTB yang masih belum tersentuh menjadi
daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara dan terdapat sebuah
peluang bisnis. Salah satunya bisnis distro dengan mengusung konsep desain
berbasis pengenalan seni budaya dan pariwisata NTB.
Business Model Generation (BMG)
Sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana
organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Business Model
Generation lebih populer dengan sebutan Business Model Canvas adalah suatu
alat untuk membantu kita melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang atau kita
akan jalani. Mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi sederhana yang
ditampilkan pada satu lembar kanvas berisi rencana bisnis dengan sembilan
elemen kunci yang terintegrasi dengan baik didalamnya mencangkup analisis
strategi secara internal maupun ekternal perusahaan (Osterwalder 2012).
Proses desain model bisnis
Proses desain model bisnis menurut Osterwalder (2012), memiliki lima fase
yaitu sebagai berikut :
a. Menggerakan : mempersiapkan proyek desain model bisnis yang sukses,
b. Memahami : meneliti dan menganalisis elemen yang diperlukan untuk
mendesain model bisnis,
6
c. Mendesain : membangkitkan dan menguji opsi–opsi model bisnis yang ada,
lalu memilih yang terbaik,
d. Menerapkan : menerapkan prototipe model bisnis di lapangan, dan
e. Mengelola : mengadaptasi dan memodifikasi model bisnis sebagai respon
terhadap reaksi pasar.
Inovasi Business Model Generation
Inovasi model bisnis dilakukan berdasarkan empat tujuan, yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan pasar yang belum terjawab,
b. Menghadirkan teknologi, produk atau jasa yang baru ke pasar,
c. Meningkatkan, membangun atau mengubah pasar yang sudah ada dengan
model bisnis yang lebih baik, atau
d. Menciptakan pasar yang benar–benar baru.
Kondisi persaingan yang sangat kompetitif, kita harus membangun model
bisnis yang inovatif dan kreatif. Terdapat sembilan kotak yang merepresentasikan
elemen kunci yang secara umum akan ada pada semua model bisnis, melalui
sembilan blok memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana sebuah
perusahaan menghasilkan uang.
a. Key partnership
Blok bangunan ini menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang
membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membentuk kemitraan dengan
berbagai alasan dan menjadikan kemitraan sebagai salah satu landasan pada
model bisnisnya. Empat jenis kemitraan yang berbeda yaitu : Aliansi strategi
antara non-pesaing, kemitraan strategi antar pesaing, usaha patungan untuk
mengembangkan bisnis baru dan hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin
pasokan yang diandalkan.
b. Key activities
Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal terpenting yang harus
dilakukan perusahaan agar model bisnis dapat bekerja atau beroperasi dengan
sukses, setiap aktivitas kunci yang dijalankan oleh perusahaan akan berbeda
bergantung pada jenis model bisnisnya.
c. Key resources
Sumber daya utama menggambarkan aset terpenting yang diperlukan agar
sebuah model bisnis dapat berfungsi, karena sumber daya memungkinkan sebuah
perusahaan menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar,
mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan dan memperoleh
pendapatan. Sumber daya utama berbeda-beda sesuai jenis model bisnis dapat
berupa fisik, finansial, intelektual atau sumber daya manusia.
d. Cost structure
Cost structure menjelaskan biaya terpenting yang muncul ketika
mengoperasikan model bisnis tertentu. Biaya model bisnis dibedakan dalam dua
kelas, yaitu yang terpacu biaya (cost driven) dan terpacu oleh nilai (value driven),
kebanyakan dari model bisnis berada diantara kedua kelas ini.
7
e. Value propositions
Proposisi nilai adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu
perusahaan ke perusahaan lain dan dapat memecahkan masalah pelanggan atau
memuaskan kebutuhan pelanggan, karena berisi gabungan produk atau jasa
tertentu yang melayani kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Nilai tersebut
seperti harga, kecepatan layanan, desain, pengalaman pelanggan dan sebagainya
yang disertai dengan fitur dan atribut tambahan.
f. Customer segments
Pelanggan merupakan inti dari semua model bisnis, tidak ada perusahaan
yang mampu bertahan dalam waktu lama. Perusahaan dalam memuaskan
pelanggan, mengelompokan mereka dalam segmen-segmen berbeda berdasarkan
kesamaan kebutuhan, perilaku, atau atribut lain.
g. Customer relationship
Customer relationship menggambarkan berbagai jenis hubungan tentang
perusahaan bersama segmen pelanggannya yang spesifik. Sebuah perusahaan
harus menjelaskan jenis hubungan yang ingin dibangunnya bersama segmen
pelanggan. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh motivasi berikut : Akuisisi
pelanggan, mempertahankan pelanggan dan peningkatan penjualan.
h. Channel
Channel menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi
dengan segmen pelanggannya untuk memberikan proposisi nilai, memiliki
beberapa fungsi, yaitu :
1) Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan,
2) Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan,
3) Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik,
4) Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan, dan
5) Memberikan dukungan purna jual kepada pelanggan
i. Revenue streams
Arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan
dari masing-masing segmen. Model bisnis melibatkan dua jenis arus pendapatan
yaitu: pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan
dan pendapatan dari pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan proposisi
nilai kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca
pembelian (Osterwalder 2012).
Gambar 1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012)
8
Business Model Generation disebut dengan Bisnis Model Kanvas, karena
alat bantu ini mirip dengan kanvas pelukis yang memungkinkan setiap perusahaan
membuat lukisan dari bisnis model yang baru atau yang sudah. Bisnis Model akan
berfungsi dengan baik jika dicetak di atas permukaan yang luas sehingga
sekelompok orang dapat bekerja sama membuat sketsa dan mendiskusikan
elemen–elemen model bisnis dengan catatan post-it atau spidol, inilah alat bantu
yang akan menumbuhkan pemahaman, diskusi, kreativitas dan analisis.
Tabulasi Silang (Cross Tab)
Cross tab atau disebut dengan tabulasi silang menampilkan hubungan
diantara dua variabel atau lebih dengan data berskala nominal atau ordinal.
Tampilan cross tab sendiri terdiri atas baris dan kolom. Banyaknya baris dan
kolom tergantung pada banyaknya variabel, seperti hubungan elemen key activity
dalam BMG dengan jenis kelamin, asal daerah dan lain-lain. Analisis cross tab
variabel-variabel dipaparkan dalam satu tabel dan berguna untuk :
a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi.
b. Melihat bagaimana kedua atau beberapa variabel berhubungan.
c. Mengatur data untuk keperluan analisis statistik.
d. Mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat dianalisis ada
tidaknya hubungan (Sugianto 2010).
Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970an, merupakan
sistem pembuatan keputusan dengan menggunakan model matematik. AHP
membantu dalam menentukan priortitas dari beberapa kriteria. Ketika
dilakukannya pengambilan keputusan dalam perencanaan strategi sangatlah
penting untuk mengevaluasi setiap kemungkinan alternatif dengan baik dalam
beberapa situasi pengambilan keputusan strategis, dalam model bisnis terdapat
situasi dimana banyaknya faktor dapat menjadi sebuah kendala. Hal ini membuat
keputusan sulit untuk diambil dan meningkatkan kebutuhan dilakukannya
pendekatan tertentu yang memungkinkan pada pengambilan keputusan guna
memecahkan proses evaluasi tersebut dalam beberapa tingkat faktor–faktor yang
berbeda tetapi masih saling terkait.
Metode AHP adalah kerangka kerja yang komperhensif, logis dan
terstruktur. Metode ini memungkinkan dilakukannya pemahaman akan keputusan
yang kompleks dengan melakukan dekomposisi dari suatu masalah. Cara kerja
AHP dimulai dengan menyatukan semua keputusan yang relevan dan kemudian
dilakukan proses pembobotan untuk memudahkan pengambilan keputusan melihat
tingkat kepentingan dari masing–masing kriteria objektif (Saaty 1991).
Kegunaan Metode AHP
Metode AHP menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang
bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan
yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif
sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat (Saaty
1991). Menurut Fewidarto (1996), penggunaan hirarki dalam pengambilan
keputusan mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
9
a. Penyajian sistem secara hirarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana
perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi prioritas pada
elemen-elemen di bawahnya.
b. Hirarki banyak memberikan informasi yang lengkap pada struktur dan fungsi
suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan gambaran tentang
pelaku-pelaku dan tujuan-tujuan pada level yang lebih tinggi. Elemen-elemen
kendala yang terbaik adalah disajikan pada level yang lebih tinggi lagi untuk
menjamin bahwa kendala-kendala itu diperhatikan.
c. Sistem alamiah yang disusun secara hirarki, yaitu dengan membangun
konstruksi modul dan akhirnya menyusun rakitan modul-modul tersebut. Hal
ini jauh lebih efisien dari pada merakit modul-modul tersebut secara
keseluruhan sekaligus.
d. Hirarki lebih mantap (stabil dan fleksibel). Stabil dalam arti bahwa perubahan-
perubahan kecil mempunyai efek yang kecil dan lentur diartikan bahwa
penambahan untuk mendapatkan suatu hirarki yang terstruktur baik tidak
mengganggu untuk kerjanya.
Penelitian Terdahulu
Yuldinawati (2013), melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan
Inovasi Produk technopreneurship melaui BMG pada Batik Geek. Alat bantu
analisis yang digunakan adalah penelitian kuantitatif serta analisis kualitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pada elemen key partner dan key activity yang
menjadi kendala utama, untuk key partnership produk casing batik geek masih
sangat bergantung kepada suplier di Hongkong sehingga jumlah produksi terbatas
serta dengan biaya pembuatan dan pengiriman yang relatif mahal disertai dengan
belum memiliknya sistem kemitraan yang permanen. Pada aspek key activity
membutuhkan inovasi produk, namun di sisilain memerlukan biaya yang sangat
besar guna riset pasar.
Faktor utama yang harus disoroti dalam meraih suksesnya aspek pelanggan
adalah aspek perusahaan. Berdasarkan hasil analisis BMG bahwa
technopreneurship di sektor UMKM mempunyai kendala pada bidang R&D,
oleh karena itu solusi tepat bagi sektor UMKM dengan memanfaatkan R&D
yang tidak terpakai karena faktor pendanaan dengan cara menjual inovasi kepada
mitra bisnis sehingga pengusaha mendapatkan tambahan dana, serta fokus dalam
bisnis inti dengan cara menjalin hubungan jangka panjang bersama mitra
usahanya.
Anugerah (2008), dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Usaha
Kecil Kue Kering "Jalilo Snack", Kecamatan Bogor Timur. Hasil analisis
terhadap lingkungan internal menunjukkan kekuatan utama perusahaan adalah
keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, kelemahan utama yang dimiliki
perusahaan adalah distribusi produk belum luas. Analisis lingkungan eksternal,
didapatkan peluang utama perusahaan berupa dukungan Pemda Bogor, sedangkan
ancaman utama yang dihadapi perusahaan berupa adanya kenaikan tarif listrik dan
BBM.
Hasil analisis matriks IE, didapatkan posisi perusahaan pada kuadran IV,
pada posisi tersebut strategi yang terbaik dilakukan oleh perusahaan yaitu tumbuh
dan bina (growth and built) atau strategi intensif dengan alternatif pilihan strategi
adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Hasil
10
QSPM didaptkan alternatif strategi bagi perusahaan “Jailo Snack” berdasarkan
prioritas yaitu (1) melakukan penetrasi pasar, (2) memanfaatkan dukungan Pemda
Bogor dalam pengajuan pinjaman modal kerja
Ningtias (2009), melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan
usaha kecil pada “Waroeng Coklat” hasil analisis lingkungan eksternal diperoleh
bahwa faktor strategis yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh
bagi yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di
Kota Bogor, sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama yang dapat
dihindari yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline)
relatif rendah. Hasil analisis lingkungan internal, faktor internal strategis yang
menjadi kekuatan yaitu keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, sedangkan
faktor strategis internal yang menjadi kelemahan terbesar yaitu promosi belum
optimal.
"Waroeng Cokelat" berada pada posisi sel V, sehingga strategi terbaik yang
dapat dilakukan yaitu pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Hasil dari
pengolahan QSPM diperoleh prioritas strategi yaitu mengoptimalkan promosi,
memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, pengembangan produk,
meningkatkan modal usaha, mempertahankan dan meningkatkan jenis serta
kualitas produk, menambah tenaga kerja penyalur/distibutor, melakukan produksi
secara kontinyu dan memilih lokasi usaha yang strategis.
Habib (2008), melakukan penelitian terhadap strategi pengembangan usaha
minuman instan jahe pada CV. Hanabio-Bogor. Kekuatan utama perusahaan
adalah keterampilan serta keuletan pemilik perusahaan dalam mengelola
perusahaan. Kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah keterbatasan
modal, dengan mengidentifikasi terhadap lingkungan eksternal bahwa faktor yang
menjadi peluang utama bagi perusahaan adalah wilayah kota Bogor yang sangat
strategis dan merupakan daerah tujuan wisata. Ancaman utama bagi perusahaan
adalah adanya produk subtitusi atau pengganti. Hasil analisis matriks QSPM,
bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan perusahaan adalah mempertahankan
jaringan yang sudah ada dan meningkatkan jumlah distributor untuk
pengembangan pasar.
11
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengembangan Ilmu Pengetahuan mengenai akar seni, budaya dan
pariwisata berbanding terbalik dengan tren berbusana. Tata cara pengembangan
pengetahuan tentang seni, budaya dan pariwisata harus melalui cara-cara kreatif.
Dewasa ini cinderamata bercorak etnik masih terbatas sedangkan potensi NTB
menjadi daerah tujuan wisata cukup bagus karena mempunyai posisi strategis
yang disebut daerah segi tiga emas daerah tujuan wisata. Pemanfaatan industri
kreatif sebagai media penyampaian pengetahuan mengenai etnik NTB belum
tersedia secara optimal. Melalui pemanfaatan etnik, membuka peluang usaha
dalam menciptakan produk inovatif yaitu potensi usaha distro dengan mengusung
pengenalan seni, budaya dan pariwisata NTB.
Diharapkan pada masa mendatang, Bale Lombo sebuah usaha clothing yang
mampu menjadi brand identitas NTB sebagai media pengenalan pelestarian
kekayaan seni budaya dan pariwisata serta dapat menciptakan kebanggaan
tersendiri bagi customer, masyarakat NTB dan wisatawan yang berkunjung ke
NTB dengan menggunakan produk distro Bale Lombo (DBL). Bale Lombo
merupakan usaha yang tengah berkembang dan membutuhkan sebuah strategi
pengembangan usaha yang tepat, agar tujuan dari Bale Lombo dapat tercapai.
Melalui pendekatan Business Model Generation (BMG) dan Analytical Hierarchy
Process (AHP) diharapkan dapat tersusun rekomendasi strategi dan keputusan
yang tepat dalam pengembangan usaha Balelombo, yang berdampak pada
kepuasan wisatawan dan munculnya kebanggaan dalam diri masyarakat terhadap
produk yang mengusung etnik lokal. Kerangka pemikiran dan tahapan penelitian
dapat dilihat dalam Gambar 2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013 berlokasi
di Bogor sebagai tempat produksi dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai
sasaran utama target pasar. Pada 18 April–30 April 2013 melakukan promosi dan
analisis segmentasi, targeting dan positioning di Bandara Internasional Lombok
dan tempat wisata hingga Kabupaten Dompu. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja dengan alasan usaha distro Bale Lombo adalah usaha
baru, memiliki konsep yang khas dan lebih inovatif, target dan segmen pasar yang
terarah, tepat untuk dijadikan tempat penelitian dengan topik strategi
pengembangan usaha.
Metode Penetapan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling
yaitu setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai sampel, melalui teknik convinience sampling. Metode
convinience adalah metode dimana peneliti memiliki kebebasan untuk memilih
responden yang ditemui di lokasi pengambilan sampel.
12
Jumlah konsumen yang akan dijadikan responden ditentukan menggunakan
rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10 persen. Informasi yang diperoleh dari
total penjualan produk distro Bale Lombo (DBL), bahwa April sampai Juni 2013
total konsumen yang membeli produk DBL 108 orang. Hasil rumus Slovin, maka
diperoleh 51 orang konsumen yang akan dijadikan responden yang akan
dikelompokan menjadi konsumen NTB dan Non NTB.
n
Keterangan :
n = jumlah responden yang diambil
N = jumlah populasi atau rata-rata konsumen yaitu 103 orang
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan responden
yang masih dapat ditoleransi, dalam penelitian ini nilainya ditentukan sebesar
10 %
Jumlah sampel yang digunakan untuk penentuan strategi dengan metode
proses hirarki analitik sebanyak enam pakar, yaitu pemilik usaha sebanyak empat
orang, mitra dan dinas perindustrian satu orang. Metode penentuan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dengan alasan sampel yang diambil
memiliki maksud dan tujuan tertentu. Pemilihan pakar didasarkan pada
pertimbangan, bahwa mereka memahami usaha Bale Lombo dan dapat
memberikan masukan terkait pengembangan usaha.
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
Cinderamata bercorak etnik
NTB masih sangat terbatas
Potensi NTB Menjadi Daerah
Tujuan Wisata Cukup Bagus
Potensi Usaha Distro yang Mengusung Seni, Budaya dan Pariwisata NTB
Pengembangan Usaha Distro yang Kuat
Strategi Pengembangan Usaha yang Tepat
Terpenuhinya Kebutuhan
Wisatawan dan Masyarakat Tumbuh Berkembangnya Usaha Distro
Kepuasan Wisatawan Meningkat Kebanggaan Masyarakat Terhadap
Produk Etnik Lokal
13
Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer yang digunakan berupa hasil kuesioner dan wawancara
dengan konsumen, pemilik usaha dan dinas perindustrian NTB. Data Sekunder
yang digunakan adalah berbagai literatur yang berkaitan dengan pembahasan,
dokumen perusahaan dan dokumen dari dinas perindustrian dan perdagangan serta
dinas pariwisata provinsi NTB yang relevan untuk penelitian ini.
Tabel 1 Jenis dan sumber data
Jenis Data Data Sumber Data
Primer Profil Konsumen Bale Lombo
Penilaian konsumen terkait elemen Business
Model Generation (BMG)
Pola kerjasama atau pengembangan produksi
Kriteria, alternatif dan struktur awal
Konsumen Bale
Lombo,
Pemilik usaha,
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
NTB, mitra usaha
Sekunder Gambaran usaha distro Bale Lombo
Data industri kreatif di NTB
Data kunjungan wisatawan NTB
Data penjualan Bale Lombo secara personal
maupun bundling dengan paket wisata
Teori-teori yang relevan dengan penelitian
Distro Bale Lombo,
Dinas Perindustri
dan Perdagangan
NTB,
Dinas Pariwisata
dan
KebudayaanNTB,
Buku, jurnal, dan
penelitian terdahulu
BMG terdiri dari sembilan elemen kunci, penelitian ini terfokus pada elemen
konsumen, yaitu elemen key activity, value proposition, customer relationship dan
channel. Penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi strategi pengembangan usaha
bagi distro Bale Lombo.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpilan data yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Studi Pendahuluan, turut dalam kegiatan promosi dan penjualan di Nusa
Tenggara Barat, pada bulan April sampai Mei 2013. Menganalisis kondisi
pasar usaha distro di NTB, pesaing dan calon konsumen
b. Field Research melakukan pengamatan langsung terhadap usaha Bale Lombo
dan mengikuti seluruh aktivitas usaha.
c. Library Research, metode ini dijadikan sebagai landasan secara teoritis yang
berhubungan dengan penyusunan, buku pendukung materi, jurnal, internet dan
literatur lainnya untuk menunjang dalam pelaksanaan penelitian.
d. Teknik Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan pihak DBL terkait
usaha yang sedang dijalani dan melakukan diskusi strategi usaha berdasarkan
BMG customer focus, mitra dan konsumen untuk mengetahui persepsi mereka
terhadap Bale Lombo. Selain itu melakukan wawancara terstruktur kepada
instansi seputar potensi dan dukungan terhadap usaha distro di NTB.
e. Penyebaran kuesioner, yang berisi daftar pertanyaan disebarkan kepada
konsumen, mitra Bale Lombo, intansi dan pemilik usaha.
14
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, disajikan dalam
bentuk tabel, gambar dan uraian. Metode analisis yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan analisis struktur BMG, analisis keterkaitan antar faktor variabel
(cross tab) dan analisis penetapan prioritas strategi. Analisis BMG dalam
penelitian ini untuk menggambarkan pemikiran bagaimana sebuah usaha
menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Membuat sebuah frame work
yang terdiri elemen kunci usaha Bale Lombo, disertai dengan mengidentifikasi
faktor-faktor yang berpengaruh pada elemen customer focus BMG.
Analisis cross tab digunakan untuk penelitian yang berkaitan dengan
penentuan hubungan antar variabel atau faktor yang diperoleh dari data kualitatif.
Uji cross tab dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara profil konsumen
dengan indikator elemen BMG customer focus dan antara elemen BMG dengan
elemen BMG itu sendiri. Cross tab disertai dengan perhitungan tingkat keeratan
hubungan antar isi cross tab, alat statistik yang digunakan untuk mengukur
hubungan pada cross tab adalah Chi-Square.
Analisis penetapan prioritas strategi dengan menggunakan AHP, untuk
memperoleh prioritas keputusan yang efektif dalam pengembangan usaha
memungkinkan usaha pribadi untuk membentuk gagasan dan membatasi masalah,
dengan membuat asumsi dan menghasilkan pemecahan yang diinginkan. Struktur
hirarki yang digunakan adalah struktur hirarki sederhana, yaitu terdiri dari tiga
level. Level pertama adalah tujuan atau goal yang ingin dicapai, level kedua
adalah kriteria, dan level ketiga adalah alternatif strategi.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL)
Sejarah Perkembangan Usaha
Bale Lombo merupakan distro yang memproduksi merchandise khas NTB
dengan mengangkat seni budaya dan pariwisata NTB dalam pemilihan desainnya.
Keunggulan dari produk Bale Lombo adalah produk yang dapat memberikan
alternatif pelestarian ilmu pengetahuan mengenai seni, budaya dan pariwisata
yang ada di NTB, meningkatkan sense of belong to NTB bagi para generasi muda
dan masyarakat NTB serta media pengenalan bagi para wisatawan yang
berkunjung ke NTB.
Bale Lombo berdiri sejak tahun 2010 dipelopori oleh tiga mahasiswa IPB
rantau NTB yang berasal dari ke tiga suku khas NTB (Sasak, Samawa dan
Mbojo). Didasari kecintaan terhadap tanah kelahiran, mereka menciptakan brand
distro Bale Lombo “Senyum Lombok Sumbawa”. Bale sendiri merupakan
singkatan dari “Babaturan Lenga” yang memiliki arti “mari berteman kawan”
diambil dari bahasa Suku Sasak dan Suku Mbojo. dan Lombo yang berarti
“Pakaian” merupakan brand yang menggabungkan ke tiga suku yang ada di NTB
dengan tujuan pelestarian seni, budaya dan pariwisata NTB agar dikenal oleh
wisatawan serta dicintai oleh masyarakat NTB itu sendiri, namun perjalanan
usaha Bale Lombo tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, usaha distro
tersebut bisa dikatakan tidak berkembang. Pada tahun 2012 Bale Lombo mulai
bangkit untuk mengembangkan bisnisnya dengan dana patungan dan investor.
Bale Lombo berproduksi dalam skala kecil, pertengahan tahun 2012 Bale Lombo
di usulkan untuk mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan dan
mendapatkan dana hibah DIKTI untuk pengembangan usaha.
Visi, Misi dan Nilai Budaya Kerja Bale Lombo
Sejak saat itu usaha Bale Lombo berkembang, memiliki struktur organisasi
dengan sistem manajerial yang sederhana serta merumuskan visi dan misi yaitu :
visi Bale Lombo adalah Menjadi ciri khas dan pilihan utama merchandise di NTB
dan misinya adalah berinovasi melalui aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada
sinergisitas, mengangkat potensi yang dihasilkan oleh masyarakat lokal seperti
pengrajin anyaman, kain tenun dan sebagainya
Selain memiliki visi dan misi, Bale Lombo juga memiliki nilai budaya
perusahaan. Nilai-nilai tersebut merupakan landasan aksi yang diterapkan Bale
Lombo pada setiap kegiatan. Nilai-nilai tersebut adalah “BALE” Better,
Attractive, Learning dan Educative.
Organisasi Distro Bale Lombo (DBL) Struktur organisasi merupakan kerangka yang berhubungan dengan
kebersamaan tanggung jawab antar tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Sistem organisasi yang digunakan oleh Bale Lombo
adalah sistem organisasi garis, dimana dalam organisasi ini setiap bawahan
bertanggung jawab langsung kepada atasannya masing-masing. Tim Bale Lombo
saat ini berjumlah empat orang yang terdiri dari direktur, divisi keuangan, divisi
16
desain dan divisi pemasaran. Khusus pada bagian pemasaran merupakan putra asli
daerah Mbojo NTB, agar memudahkan untuk berkomunikasi dengan pelanggan
dan mitra asli NTB serta dapat memberikan banyak pengetahuan atau informasi
mengenai Etnik NTB lebih banyak kepada wisatawan luar NTB.
Gambar 3 Struktur organisasi distro Bale Lombo
Aspek Pemasaran
Setiap usaha akan memasuki sebuah pasar yang ditujunya dan memasarkan
produknya, tentu saja hal ini tidak terlepas dari aktivitas pemasaran yang terdiri
dari STP dan bauran pemasaran.
a. Segmentasi, targeting dan positioning DBL
Proses pemasaran yang berhasil terdiri dari serangkaian langkah yang
berkesinambungan, menurut Kotler (2009) terdiri atas tiga tahap yaitu :
segmentation, targeting, positioning (STP). Begitupun dengan Bale Lombo agar
mampu mengetahui dan memuaskan kebutuhan konsumen menetapkan strategi
STP.
Segmentasi pasar dari produk Bale Lombo ini adalah berdasarkan demografis,
geografis dan psikografis. Target pasar Bale Lombo ini adalah wisatawan dan
masyarakat NTB. Bale Lombo memposisikan sebagai brand identitas khas NTB
yang mengangkat kekayaan seni, budaya dan pariwisata melalui desain
produknya.
b. Bauran Pemasaran DBL
Aktifitas pemasaran lebih dikenal dengan istilah 4P yang biasa disebut dengan
bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari product, price, place dan
promotion yang titik tolaknya adalah kebutuhan konsumen akan alat pemuas
kebutuhannya. Bauran pemasaranya DBL yaitu : 1) Product
Produk yang dijual DBL adalah tas dan pakaian dengan konsep yang
mengusung etnik NTB. Strategi diversifikasi produk dilakukan dengan cara
membuat produk yang sesuai dengan permintaan konsumen dan latar belakang
suku. Inovasi dari produk Bale Lombo adalah produk edukatif dimana adanya
penjelasan mengenai desain yang diangkat, selain itu DBL mendukung
pengrajin lokal yaitu pengrajin anyaman bambu Gunung Sari Lombok Barat,
Pengrajin kain tenun Desa Ranggo Dompu. Ragam produk DBL dapat dilihat
pada Lampiran 8.
2) Price
Harga jual kaos dan polo shirt Bale Lombo adalah Rp 119 000/pcs dan
Rp 99 000/pcs jika membeli 3 pcs. Model tanktop Rp 75 000/pcs dan harga tas
kain tenun mulai dari Rp 225 000/pcs hingga Rp 250 000/pcs dengan kualitas
bahan terbaik. Semua produk DBL merupakan special and limited edition,
sehingga harga tersebut menjadi wajar karena eksklusif.
Direktur
Divisi Pemasaran Divisi Desain Divisi Keuangan
17
3) Place
Lokasi penjualan berpusat di Kabupaten Dompu NTB sebagai distributor
utama, Bandara Internasional Lombok, mobile shop ke tempat wisata yang
ramai pengunjung.
4) Promotion
Strategi promosi yang dilakukan DBL adalah melalui promosi secara langsung
dan tidak langsung seperti : direct selling dilokasi wisata, taman kota, Bandara
Internasional Lombok. Strategi Word Of Mouth (WOM) pun diterapkan mulai dari
teman, komunitas NTB dikampus, keluarga dan sebagainya.
Pemberian informasi secara tidak langsung melalui poster, stiker, surat kabar
“Lombok Post” pemasangan X-Banner. Sarana teknologi dan informasi juga
digunakan, karena merupakan media yang efektif untuk melakukan promosi
dengan jangkauan penggunanya yang luas. Promosi media sosial DBL
diantaranya, twitter: @balelombo, facebook: Bale Lombo dan website:
www.balelombo.com
Analisis Struktur BMG Distro Bale Lombo (DBL)
Analisis struktur BMG pada DBL, memungkinan sebuah usaha
mendeskripsikan dan memanipulasi model bisnis dengan mudah untuk
menciptakan alternatif strategi yang baru.
Implementasi Kanvas Business Model Generation (BMG) Pada Bale Lombo
Bale Lombo menuliskan rencana bisnis dalam kanvas BMG, namun pada
penelitian difokuskan kepada elemen customer focus, sebagai rekomendasi
strategi pengembangan usaha.
Gambar 4 tampak kanvas bisnis model awal Bale Lombo, setelah dilakukan
penelitian tentunya akan mendapatkan rekomendasi pola pengembangan
berdasarkan masukan dari konsumen dan pihak internal Bale Lombo dan eksternal
agar tujuan usaha dapat tercapai.
Gambar 4 Model kanvas BMG Bale Lombo
18
Implementasi key partner awal yaitu kerjasama dengan konveksi, toko
bahan dan alat sablon, investor, DIKTI dan jasa hosting website. Berkembang
melalui kerjasama dengan DISHUB NTB, Angkasa Pura II Bandara Internasional
Lombok, pengrajin lokal NTB, jasa makloon tas dan percetakan media promo.
Key resources DBL meliputi pekerja, pemilik usaha, keuangan dan beberapa
peralatan sablon untuk mendukung kegiatan usaha DBL. Customer segment DBL
adalah wisatawan dan warga NTB. Cost structure yang merupakan biaya
terpenting yang muncul adalah pemasaran, gaji karyawan dan biaya produk,
sedangkan untuk revenue stream atau sumber pendapatan DBL berasal dari
penjualan produk DBL dan pesanan untuk acara yang berkaitan dengan etnik
NTB.
Implementasi elemen key activity (KA) awal terkait customer focus, yang
dilakukan DBL adalah melakukan aktivitas pemasaran kepada pelanggan dan
kemudian membentuk mitra usaha. Implementasi elemen value proposition (VP)
awal yang dilakukan DBL adalah sebagai brand pengenalan etnik NTB dengan
kualitas produk terbaik selanjutnya DBL mengusung konsep socialpreneur yang
mengangkat potensi lokal NTB pada produk maupun packaging. Implementasi
elemen customer relationship DBL untuk menjaga hubungan baik bersama
pelanggan adalah dengan bantuan personal melalui direct selling, media sosial
dan website serta pemberian diskon ataupun bonus. Implementasi elemen channel
DBL adalah bagaimana DBL dapat mengantarkan proposisi nilai ke konsumen
melalui media promosi dan lokasi penjualan DBL.
Profil Konsumen (Responden) Bale Lombo
Konsumen Bale Lombo terbagi menjadi konsumen NTB dan konsumen non
NTB, yang membeli produk Bale Lombo melalui media internet, ketika berwisata,
di Bandara internasional Lombok, saudara maupun di distro Bale Lombo.
Kebanyakan konsumen yang membeli produk Bale Lombo adalah laki – laki
dengan usia dominan kurang dari 25 tahun. Hal ini menunjukan bahwa produk
Bale Lombo lebih cenderung diminati oleh konsumen dengan klasifikasi usia
remaja dewasa yang tertarik dengan distro, memiliki fashion style dan menyukai
produk yang tidak pasaran.
Rata-rata pengeluaran konsumen Bale Lombo adalah kurang dari
Rp 2 500 000, hal ini sesuai dengan karakteritik berdasarkan usia. Sebagian dari
konsumen Bale Lombo luar NTB adalah konsumen yang baru pertama kali
berkunjung ke NTB dengan tujuan untuk berlibur dengan waktu tinggal kurang
dari satu minggu, mereka penasaran dengan keanekaragam keindahan etnik NTB
khususnya alam yang sudah terkenal hingga kemancanegara. Sebagian besar
konsumen yang telah berkunjung ke DBL kini telah menjadi mitra baik itu
reseller atau bekerjasama untuk acara yang berhubungan dengan etnik NTB.
Tujuan konsumen membeli produk Bale Lombo beraneka ragam diantaranya
sebagai oleh-oleh, kenang-kenangan telah berkunjung ke NTB. Hasil
pengumpulan data menunjukan tujuan membeli produk DBL adalah digunakan
sendiri sebagai kenang-kenangan, mengingat harga dari produk Bale Lombo yang
cukup mahal dengan desain special edition sayang jika diberikan untuk oleh–oleh.
Diharapkan pada masa akan datang produk Bale Lombo menjadi salah satu
merchandise favorit khas NTB, yang dapat diberikan kepada siapa saja agar setiap
orang yang tidak berkunjung ke NTB dapat mengetahui etnik NTB
19
Sumber: Data diolah (2013)
Tabel 2 Profil konsumen Bale Lombo Profil Modus
Jenis Kelamin Laki-laki
Penduduk NTB atau Non NTB NTB
Lama Tinggal di NTB (bagi konsumen NTB) < 33 tahun
Usia < 25 tahun
Rata – rata Pengeluaran Konsumen/bulan < Rp.2 500 000
Tujuan Berkunjung ke NTB (konsumen luar NTB) Liburan
Rencana kunjungan di NTB (konsumen luar NTB) < 1 minggu
Kunjungan ke NTB yang ke (konsumen luar NTB) 1 kali
Menyukai Wisata Alam Peringkat Pertama
Menyukai Wisata Budaya Tidak Menjawab
Menyukai Wisata Seni Tidak Menjawab
Menyukai Wisata Religius Peringkat Kelima
Menyukai Wisata Kuliner Tidak Menjawab
Pengetahuan Tentang NTB Pariwisata
Pengetahuan Tentang Etnik NTB Ya, Mengetahui
Pernah Berkunjung ke Distro Bale Lombo Tidak Pernah
Berapa Kali Kunjungan ke Distro Bale Lombo 0 (belum pernah)
Tujuan Membeli Produk Bale Lombo Digunakan Sendiri
Membandingkan Produk Bale Lombo dengan Produk Lainnya Tidak, membandingkan
Lama Menjadi Mitra Bale Lombo 1, 2, 5 bulan
Berapa Kali Melakukan Pesanan Produk Bale Lombo 1kali
Mayoritas konsumen tidak membandingkan DBL dengan produk lain yang
sejenis pada saat pembelian. Mengingat tempat promosi Bale Lombo yang sering
berpindah tempat ke tempat wisata (mobile market), selain itu produk Bale Lombo
berbeda dan lebih unik dibanding dengan produk lain dari segi harga, desain dan
packaging. Lamanya konsumen yang telah menjadi mitra Bale Lombo di
dominasi oleh mitra Bale 1 hingga 2 bulan dengan melakukan total pesanan satu
kali, namun hal ini dapat meningkat jika Bale Lombo telah dikenal secara luas di
NTB.
Analisis Keterkaitan Antar Faktor atau Variabel
Analisis dilakukan dengan uji keterkaitan menggunakan uji chi-square
untuk mengetahui apakah antar-variabel terhadap profil responden memiliki
hubungan yang signifikan. Sebelum dilakukan uji keterkaitan, dibentuk hipotesis
awal. Uji chi-square menggunakan taraf kesalahan hingga 10% untuk melihat
keterkaitan antar-variabel.
Penilaian Key Activity (KA) Terkait Profil Konsumen
Blok bangunan aktivitas kunci pada Business Model Generation (BMG)
menggambarkan hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model
bisnisnya dapat bekerja (Osterwalder 2012). Key activity Bale Lombo yang
berhubungan dengan konsumen adalah optimalisasi kualitas produk dan
pelayanan. Diduga ada antara profil konsum berpengaruh terhadap penilaian KA.
Tabel 3 menunjukan tidak seluruhnya pada indikator KA (produk dan pelayanan)
memiliki hubungan dengan profil Bale Lombo.
20
Tabel 3 Rekapitulasi hasil cross tab KA
Profil Konsumen Hasil Uji Pada Subtansi KA
Terhadap Produk Terhadap Pelayanan
Jenis Kelamin TS **
Penduduk NTB dan Non NTB ** *
Lama Tinggal di NTB ** TS
Usia TS TS
Pengeluaran TS TS
Tujuan ke NTB TS TS
Rencana di NTB ** TS
Frekuensi kunjungan TS TS
Keterangan : * α signifikan taraf 5%, ** α signifikan taraf 10%, TS (Tidak Signifikan)
Hasil uji cross tab menunjukan bahwa indikator KA yang berpengaruh
terhadap profil konsumen adalah jenis kelamin pada indikator pelayanan, asal
daerah pada indikator produk dan pelayanan serta lama tinggal di NTB dan
rencana lama kunjungan di NTB pada indikator produk. Profil konsumen
berdasarkan usia, pengeluaran konsumen, tujuan ke NTB serta frekuensi
kunjungan tidak berpengaruh terhadap elemen BMG KA dikarenakan nilai
hitung lebih kecil dari nilai kritis setelah diuji pada α 5% dan %.
Hubungan Elemen KA Terkait Jenis Kelamin
Penilaian KA pelayanan diduga dipengaruhi oleh profil konsumen
berdasarkan jenis kelamin. Konsumen laki-laki dan perempuan memiliki
keinginan dan penilaian berbeda terhadap pelayanan. Mayoritas konsumen wanita
lebih kritis dalam menilai pelayanan dibanding laki-laki, hal ini berimplikasi pada
strategi yang ditetapkan, jika ada perbedaan maka perlu dibuat strategi pelayanan
yang berbeda.
Hasil pengumpulan data diperoleh konsumen laki-laki sebesar 86.5%
menyatakan setuju dan sangat setuju, akan tetapi masih terdapat ragu-ragu dan
tidak setuju dengan pelayanan DBL. Konsumen wanita sebesar 99.7%
menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pelayanan DBL.
Tabel 4 Penilaian KA pelayanan terkait jenis kelamin
Jenis Kelamin Penilaian KA Pelayanan (%)
Total (%) TS RR S SS
Laki-laki 2,0 5,9 43,1 7,8 58,8
Perempuan 0,0 0,0 23,5 17,6 41,2
Total (%) 2,0 5,9 66,7 25,5 100,0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan Ho : jenis
kelamin tidak berpengaruh terhadap KA pelayanan, Ha : jenis kelamin
berpengaruh terhadap KA pelayanan. Hasil perhitungan pada α % dan df
(derajat kebebasan) 3 diperoleh nilai kritis = 6.251, sedangkan pada nilai
hitung = 7.510, karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis
berarti Ho ditolak. Jadi, dugaan awal benar yaitu jenis kelamin berpengaruh
terhadap KA pelayanan, sehingga berdasarkan hasil penilaian konsumen dan uji
cross tab, DBL perlu melakukan strategi pelayanan yang berbeda.
21
Konsumen DBL berpendapat bahwa pelayanan menjadi hal yang penting
untuk sebuah produk merchandise khas daerah, tidak hanya keramahan dan
kecepatan pelayanan namun informasi yang mengedukasi wisatawan terkait etnik
menjadi nilai tambah dari segi pelayanan.
Hubungan Elemen KA Terkait Asal Daerah
Asal daerah dengan produk DBL diduga memiliki keterkaitan, yaitu
berkaitan dengan minat pembelian produk serta penilaian terhadap produk DBL.
Hasil pengumpulan data menunjukan 96.3% konsumen asal NTB menyatakan
setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL akan tetapi masih terdapat ragu-
ragu, sedangkan 78.3% konsumen luar NTB menyatakan setuju dan sangat setuju
terhadap produk DBL .
Hasil penilaian konsumen baik penduduk NTB dan luar NTB mayoritas
menyatakan setuju terhadap produk DBL. Nilai tertinggi ada pada konsumen asli
NTB, hal ini mengindikasikan nilai kecintaan terhadap etnik salah satu faktor
warga NTB membeli produk Bale Lombo, sedangkan konsumen luar NTB lebih
melihat kepada desain yang menarik dan tempat yang pernah dikunjungi.
Tabel 5 Penilaian KA produk terkait asal daerah
Daerah Asal Penilaian KA Produk (%)
Total (%) RR S SS
Penduduk NTB 2,0 39,2 13,7 54,9
Non NTB 9,8 31,4 3,9 45,1
Total 11,8 70,6 17,6 100,0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab menunjukan Ho : KA produk tidak berkaitan dengan
daerah asal konsumen, Ha : KA produk memiliki keterkaitan dengan daerah asal
konsumen. Uji chi square pada α % dan df (degree of freedom) 2 menghasilkan
nilai kritis sebesar 4.605 dan nilai uji statistik sebesar 5.451. Nilai statistik
sampel > tabel yang berarti kita dapat menolak Ho, sehingga dapat
disimpulkan KA produk memiliki keterkaitan dengan daerah asal ,konsumen
Penilaian KA pelayanan diduga dipengaruhi oleh daerah asal konsumen.
Pendatang (wisatawan) akan lebih memperhatikan aspek pelayanan dibandingkan
penduduk lokal, oleh karena itu untuk mengetahui perlu tidaknya perbedaan
pelayanan dilakukan pengujian terhadap penilaian konsumen. Hasil pengumpulan
data menunjukan 100% konsumen asal NTB menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan pelayanan yang diberikan DBL. Konsumen luar NTB 83.1% menyatakan
setuju dan sangat setuju, namun sisanya menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu.
Tabel 6 Penilaian KA pelayanan terkait asal daerah
Daerah Asal Penilaian KA Pelayanan (%) Total (%)
TS RR S SS
Penduduk NTB 0,0 0,0 33,3 21,6 54,9
Non NTB 2,0 5,9 33,3 3,9 45,1
Total (%) 2,0 5,9 66,7 25,5 100,0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil dari penilaian konsumen terhadap DBL yaitu tidak ada perbedaan
penilaian antara konsumen NTB dengan luar NTB, namun perlu dilakukan
strategi pelayanan yang lebih kepada konsumen luar NTB untuk meningkatkan
minat mereka terhadap produk DBL seperti menjelaskan mengenai desain produk,
22
etnik NTB dan sebagainya. Uji cross tab dengan menggunakan chi-square
menunjukan Ho : KA pelayanan tidak dipengaruhi oleh daerah asal, Ha : KA
pelayanan dipengaruhi oleh daerah asal konsumen. Hasil perhitungan
menunjukan, nilai statistik sebesar 9.835 lebih besar dari pada nilai tabel
= 7.815. Hal ini membuktikan bahwa KA pelayanan dipengaruhi oleh profil
konsumen berdasarkan asal daerah.
Konsumen NTB lebih tertarik terhadap etnik dalam bentuk merchandise
khas daerahnya, pada saat pembelian lebih komunikatif dan senantiasa
memberikan masukan dari segi ragam desain produk agar lebih variatif, khusunya
variasi warna dan desain yang lebih mengenalkan etnik NTB. Konsumen luar
NTB pada saat pembelian kurang komunikatif karena beranggapan bahwa DBL
sama dengan produk merchandise lainnya, oleh karena itu DBL perlu
memberikan informasi atau pengetahuan lebih mengenai desain produk, agar
konsumen luar NTB tertarik dan melihat perbedaan DBL dengan merchandise
khas NTB yang lain.
Hubungan Elemen KA Terkait Lama Tinggal di NTB
KA produk diduga berpengaruh terhadap lama tinggal di NTB (bagi warga
NTB). Berkaitan dengan perbedaan selera dalam pembelian produk dan pilihan
desain berdasarkan lama tinggal di NTB akan berimplikasi pada strategi produk
yang ditetapkan. Hasil pengumpulan data sebesar 80% konsumen NTB dengan
lama tinggal kurang dari 17 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju, akan
tetapi masih terdapat ragu-ragu. Lama tinggal 17-33 tahun dan lebih dari 33 tahun
menyatakan 100% setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL.
Tabel 7 Penilaian KA produk terkait lama tinggal di NTB
Lama Tinggal di NTB Penilaian KA Produk (%)
Total (%) RR S SS
< dari 17th 11.8 39.2 7.8 58.8 17-33 tahun 0.0 25.5 3.9 29.4
> dari 33 tahun 0.0 5.9 5.9 11.8
Total (%) 11.8 70.6 17.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, hipotesis Ho : KA
produk tidak berpengaruh terhadap lama tinggal dan hipotesis Ha : KA produk
memiliki pengaruh terhadap lama tinggal. Nilai kritis df adalah 4 pada α %
sehingga nilai tabel = 7.779 dan nilai hitung sebesar 9.208. Nilai hitung
lebih besar dari pada nilai tabel maka Ho ditolak, yang berarti dugaan awal benar
bahwa penilaian KA produk berpengaruh terhadap profil konsumen berdasarkan
lama tinggal. Terdapat perbedaan selera konsumen terhadap pilihan warna produk,
sehingga DBL perlu melakukan startegi produk yang berbeda khususnya dari
variasi warna dan desain.
Hubungan Elemen KA Usia Konsumen Bale Lombo
Penilaian KA produk diduga dipengaruhi oleh profil konsumen, yaitu usia
konsumen. Teori Kotler (2009) menyatakan usia adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi preferensi konsumen. Hasil pengumpulan data diperoleh 73.3%
konsumen DBL kurang dari 25 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
DBL merupakan distro merchandise NTB, akan tetapi masih terdapat penilaian
23
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
ragu-ragu. Sebesar 66.7% pada konsumen 25-40 tahun dan 66.1% konsumen lebih
dari 40 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL.
Hasil penilaian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan penilaian konsumen
terkait usia. Informasi berdasarkan penelitian di lapangan bahwa usia remaja lebih
menyukai produk kaos dengan warna cerah dan model tanpa lengan sebaliknya
usia dewasa lebih dominan memilih warna lembut atau gelap dengan model polo
shirt, sehingga DBL perlu membuat produk yang lebih variatif. Lokasi penjualan
Bale Lombo yang menyusuri tempat wisata, taman kota tempat berkumpulnya
anak muda, selain itu bekerjasama dengan distro, menjadi salah satu faktor produk
Bale Lombo lebih diminati oleh konsumen usia remaja.
Tabel 8 Penilaian KA produk terkait usia konsumen
Usia Konsumen Penilaian KA Produk (%)
Total (%) RR S SS
< 25 tahun 9.8 43.1 5.9 58.8
25-40 tahun 2.0 19.6 7.8 29.4
> 40 tahun 0.0 7.8 3.9 11.8
Total 11.8 70.6 17.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab, hipotesis Ho : KA produk tidak dipengaruhi oleh usia
konsumen dan hipotesis Ha : KA produk dipengaruhi oleh usia konsumen.
Pengujian dengan chi-square pada α 5% menunjukan Ho diterima karena nilai
statistik sebesar 4.250 lebih kecil dari pada nilai tabel = 9.488, yang
berarti dugaan awal tidak tepat yaitu usia konsumen tidak berpengaruh terhadap
pembelian produk DBL.
Hubungan Elemen KA Terkait Rencana Kunjungan di NTB
KA produk diduga dipengaruhi oleh rencana lama kunjungan wisatawan.
Hipotesis berkaitan dengan keputusan pembelian, ingin diketahui penilaian
wisatawan yang memiliki rencana kunjungan kurang dari satu minggu dan lebih
dari satu minggu, maka perlu dilakukan pengujian. Hasil pengumpulan data,
wisatawan dengan rencana di NTB kurang dari 1 minggu sebesar 73.7%
menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL sebagai merchandise
khas NTB, sedangkan untuk rencana di NTB lebih dari 1 minggu sebesar 56.9%
yang menyatakan setuju dan sangat setuju, akan tetapi masih terdapat pendapat
ragu-ragu yang ditunjukan pada Tabel 10, hal ini menunjukan bahwa terdapat
perbedaan penilaian konsumen terkait rencana di NTB.
Penelitian dilapangan menunjukan, wisatawan yang berkunjung ke NTB
kurang dari 1 minggu akan membeli produk merchandise DBL tanpa
membandingkannya dengan produk yang lain, dikarenakan waktu kunjung yang
terbatas. Konsumen yang memiliki waktu lebih dari 1 minggu memiliki
kesempatan waktu lebih banyak untuk mencari merchandise khas NTB.
Tabel 9 Penilaian KA produk terkait rencana di NTB
Rencana di NTB
Penilaian KA Produk (%) Total (%)
RR S SS
0 (warga NTB) 0.0 35.3 13.7 49.0
< dari 1 minggu 7.8 27.5 2.0 37.3
> dari 1 minggu 3.9 7.8 2.0 13.7
Total (%) 11.8 35.3 3.9 100.0
24
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, hipotesis Ho : KA
produk tidak dipengaruhi oleh rencana di NTB dan hipotesis Ha : KA produk
dipengaruhi oleh rencana di NTB. Hasil perhitungan pada α % dan df derajat
kebebasan) 4 diperoleh nilai kritis = 7.779, sedangkan pada nilai hitung =
9.208 karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho ditolak.
Jadi, hipotesis awal benar yaitu KA produk dipengaruhi oleh rencana lama
kunjungan wisatawan di NTB.
Penilaian Value Proposition (VP) Terkait Profil Konsumen Bale Lombo
Beragam cara dilakukan sebuah perusahaan untuk menarik minat pelanggan
agar menjadikannya berbeda dengan pesaing yaitu dengan memberikan proposisi
nilai kepada konsumen (Osterwalder 2007). Value proposition berupa nilai yang
diberikan untuk menjadi pembeda Bale Lombo dengan distro lainnya serta
sebagai pertimbangan agar konsumen membeli produk Bale Lombo.
Uji keterkaitan antara VP dengan profil konsumen diduga terdapat
hubungan, namun ada beberapa indikator yang tidak diuji karena diduga tidak
memiliki hubungan berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan, seperti tersaji
pada tabel 10.
Tabel 10 Rekapitulasi hasil cross tab value proposition
Profil Konsumen
Hasil Uji Pada Subtansi Value Proposition
Terhadap Harga Terhadap
Desain
Terhadap
Nilai Tambah
Jenis Kelamin - TS **
Penduduk NTB dan Non
NTB TS TS TS
Lama Tinggal di NTB - TS -
Usia TS TS TS Pengeluaran TS TS -
Tujuan ke NTB - - TS
Rencana di NTB TS TS **
Frekuensi kunjungan TS TS TS
Keterangan : * signifikan α taraf 5%, ** signifikan α taraf 10%, TS (Tidak Signifikan), - (Tidak
Diuji)
Hasil uji cross tab dengan menggunakan uji chi square menunjukan bahwa
tidak terdapat hubungan nyata antara elemen VP dengan indikator desain dan
harga, karena nilai tabel > nilai hitung pada α 0.05 dan 0.10. Indikator
nilai tambah menunjukan masih ada hubungan yang nyata antara elemen VP
terhadap profil konsumen yaitu berdasarkan jenis kelamin dan rencana kunjungan
di NTB. Pembahasan lebih lanjut akan dibahas mengenai indikator VP yang
memiliki hubungan dan beberapa indikator VP yang tidak signifikan.
Hubungan Elemen VP Terkait Jenis Kelamin Konsumen
Uji keterkaitan antara VP nilai tambah dengan jenis kelamin karena diduga
diantara keduanya memiliki perbedaan penilaian. Hasil pengumpulan data sebesar
80% konsumen laki-laki menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap nilai
tambah yang diberikan DBL. Konsumen wanita memberikan penilaian setuju dan
sangat setuju lebih besar yaitu 95.1%, akan tetapi dari penilaian responden masih
terdapat ragu-ragu.
25
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Tabel 11 Penilaian VP nilai tambah terkait jenis kelamin
Jenis Kelamin Penilaian VP Nilai Tambah Produk (%)
Total (%) RR S SS
Laki – laki 11.8 41.2 5.9 58.8
Perempuan 2.0 25.5 13.7 41.2
Total (%) 13.7 66.7 19.6 100.0
Hasil uji cross tab, hipotesis Ho : VP nilai tambah tidak dipengaruhi oleh
jenis kelamin dan hipotesis Ha : VP nilai tambah dipengaruhi oleh jenis kelamin
konsumen. Dibuktikan dengan chi-square pada α % menunjukan Ho ditolak
karena nilai statistik sebesar 5.641, lebih besar dari pada nilai tabel =
4.605. Ini berarti bahwa hipotesis awal tepat atau diterima, sehingga dapat
disimpulkan penilaian VP nilai tambah dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen,
yang artinya terdapat perbedaan penilaian antara konsumen laki-laki dan wanita.
Salah satu nilai tambah yang diberikan Bale Lombo adalah kemasan yang
unik, desain dan kualitas yang berbeda dengan usaha sejenis. DBL juga
mengusung socialpreneur yang mengedepankan potensi lokal NTB, seperti
anyaman bambu Lombok yang dijadikan packaging, kain tenun tembe nggoli
sebagai variasi tas, topi anyaman yang dijadikan sebagai bonus pembelian dan
sebagainya. Konsumen DBL berharap bahwa Bale Lombo dapat terus bekarya
dengan kreatifitas yang menjunjung tinggi kebudayaan NTB.
Hubungan Elemen VP Terkait Lama Tinggal
Uji keterkaitan antara elemen VP desain karena diduga dipengaruhi oleh
profil konsumen yaitu lama tinggal di NTB. Hipotesis berkaitan dengan penilaian
desain produk DBL, lama tinggal akan mempengaruhi terhadap pilihan desain.
Hasil pengumpulan data diperoleh informasi sebesar 69.9% lama tinggal kurang
dari 17 tahun, 73.46% lama tinggal 17 sampai33 tahun dan lebih dari 33 tahun
sebesar 99.1% yang menyatakan setuju terhadap desain kaos Bale Lombo. Hasil
penilaian konsumen menunjukan lama tingal tidak berpengaruh terhadap pilihan
desain, akan tetapi faktor kesukuanlah yang berpengaruh terhadap pembelian dan
pilihan desain.
Tabel 12 Penilaian VP harga terkait lama tinggal
Lama Tinggal di NTB Penilaian VP Desain (%) Total
(%) RR S SS
Kurang dari 17th 17.6 33.3 7.8 58.8
17-33 tahun 7.8 19.6 2.0 29.4
Lebih dari 33 tahun 0.0 7.8 3.9 11.8
Total (%) 25.5 60.8 13.7 100,0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis
Ho : tidak ada keterkaitan antara VP desain dengan lama tinggal dan hipotesis
Ha : antara VP desain dengan lama tinggal memiliki keterkaitan. Nilai kritis
degree of freedom (df) adalah 4 pada α 5% sehingga nilai tabel = 9.488
dan nilai hitung sebesar 4.209, karena nilai tabel lebih besar dari pada nilai
hitung maka Ho diterima, yang berarti dugaan awal tidak tepat, bahwa VP desain
tidak dipengaruhi oleh profil konsumen berdasarkan lama tinggal. Konsumen
NTB lebih dominan menyukai desain berdasarkan suku tempat mereka tinggal,
26
seperti suku Sasak, Mbojo dan Samawa yang lebih menyukai desain etnik
daerahnya, sehingga desain produk harus lebih bervariasi sesuai dengan trend saat
ini dan identik etnik NTB.
Hubungan Elemen VP Terkait Pengeluaran/bulan Konsumen Bale Lombo
Uji keterkaitan VP harga terhadap pengeluaran/bulan konsumen Bale
Lombo, karena diduga terdapat hubungan diantara keduanya. Asumsi awal
menyatakan konsumen berpenghasilan tinggi berapapun harga yang ditawarkan
akan dibeli, oleh karena itu pengeluaran/bulan dengan harga sangat sensitif.
Berkaitan dengan itu, ingin diketahui perlu tidaknya perbedaan harga berdasarkan
pengeluaran/bulan konsumen DBL, karena mempengaruhi daya beli konsumen
maka dilakukan pengujian.
Hasil pengumpulan data menunjukan, konsumen dengan pengeluaran
kurang dari Rp 2 500 000 sebesar 89% menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan harga yang ditetapkan DBL, akan tetapi masih terdapat penilaian tidak
setuju dan ragu-ragu. Konsumen dengan pengeluaran/bulan Rp 2 500 000 sampai
10 000 000 dan lebih dari Rp 10 000 000 menyatakan 100% setuju terhadap harga
jual produk DBL. Hasil penilaian baik konsumen dengan pengeluaran paling
rendah maupun tinggi setuju terhadap harga yang ditetapkan DBL, sehingga DBL
tidak perlu menetapkan perbedaan harga. Hal ini sangat mungkin terjadi pada
produk merchandise khas daerah, dimana konsumen membeli sebagai kenang-
kenangan telah berkunjung.
Tabel 13 Penilaian VP harga terkait pengeluaran konsumen/bulan
Pengeluaran/bln
Konsumen
Penilaian VP Harga (%) Total (%)
TS RR S SS
< Rp 2.5 juta 2.0 3.9 43.1 7.8 56.9 Rp 2.5 juta - 10 juta 0.0 0.0 35.3 3.9 39.2
> Rp 10 juta 0.0 0.0 3.9 0.0 3.9
Total (%) 2.0 3.9 82.4 11.8 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis
Ho : VP harga tidak dipengaruhi oleh pengeluaran konsumen dan hipotesis Ha :
antara VP harga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumen. Nilai kritis degree of
freedom df adalah 6 pada α 5% nilai tabel = 12.5992 dan nilai hitung
sebesar 3.302, karena nilai tabel lebih besar dari pada nilai hitung, maka Ho
diterima yang berarti hipotesis awal tidak tepat, sehingga dapat disimpulkan
antara VP harga tidak dipengaruhi oleh profil konsumen berdasarkan pengeluaran
perbulan. Besarnya pengeluaran konsumen perbulan memperlihatkan pendapatan
yang ia terima, pada umumnya konsumen dengan penghasilan tinggi akan
membeli berapapun harga yang ditawarkan.
Hubungan Elemen VP Terkait Rencana Lama Kunjungan di NTB
Hubungan elemen VP nilai tambah produk diduga dipengaruhi oleh rencana
kunjungan di NTB, hal ini berkaitan dengan penilaian yang diberikan oleh
wisatawan yang memiliki waktu kunjung kurang dari 1 minggu dan lebih dari 1
minggu terhadap nilai tambah produk yang diberikan DBL. Jika ada perbedaan
penilaian berimplikasi pada strategi yang ditetapkan, maka perlu dibuat strategi
nilai tambah yang berbeda.
27
Hasil pengumpulan data menunjukan 79% wisatawan dengan rencana
kunjungan kurang dari 1 minggu, dan 71.5% rencana kunjungan lebih dari 1
minggu memberikan penilaian setuju dan sangat setuju terhadap nilai tambah
yang diberikan DBL, akan tetapi masih ada yang menyatakan ragu-ragu. Hasil
penilaian konsumen tidak terlihat perbedaan penilaian yang signifikan
berdasarkan rencana di NTB.
Tabel 14 Penilaian VP nilai tambah terkait rencana di NTB
Rencana di NTB Penilaian VP Nilai Tambah Produk (%)
Total (%) RR S SS
0 2.0 31.4 15.7 49.0
< dari 1 minggu 7.8 27.5 2.0 37.3
> dari 1 minggu 3.9 7.8 2.0 13.7
Total (%) 13.7 66.7 19.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab yang menujukan VP nilai tambah dipengaruhi oleh
rencana di NTB, dibuktikan dengan chi-square pada df (degree of freedom) 4 dan
α %. Hipotesis Ho : VP nilai tambah produk tidak berpengaruh terhadap
rencana di NTB dan Ha : VP nilai tambah produk berpengaruh terhadap rencana
di NTB. Hasil perhitungan Ho ditolak karena nilai statistik sebesar 7.905 lebih
besar dari pada nilai tabel = 7.779. Nilai tambah produk yang ditawarkan
DBL kepada konsumen atau wisatawan adalah kenyamanan dan fit (pas) ketika
dikenakan, kebanggaan ketika digunakan serta memberikan nilai edukatif dari
produk hingga packaging mengenai etnik NTB.
Penilaian Customer Relationship (CR) Terkait Profil Konsumen DBL
Customer relationship yang diberikan akan sangat mempengaruhi terhadap
pengalaman pelanggan secara keseluruhan (Osterwalder 2012). DBL untuk
menarik minat pelanggan dan mempertahankan loyalitas pelanggan berupaya
membina hubungan baik serta mengajak konsumen potensial untuk menjadi mitra.
Uji keterkaitan antara CR terhadap profil konsumen diduga memiliki hubungan,
namun ada beberapa indikator yang tidak diuji karena diduga tidak terdapat
hubungan berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan.
Tabel 15 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship
Keterangan : *signifikan α taraf 5%, ** signifikan α taraf 10%, TS (Tidak Signifikan)
Profil Konsumen
Hasil Uji Pada Subtansi Customer Relationship
Terhadap Diskon atau bonus
Terhadap Kepuasan
Pelanggan
Jenis Kelamin * TS
Penduduk NTB dan Non
NTB TS TS
Lama Tinggal di NTB TS TS
Usia TS TS
Pengeluaran TS TS
Tujuan ke NTB TS TS
Rencana di NTB TS TS
Frekuensi kunjungan TS TS
28
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hanya pada
profil konsumen berdasarkan jenis kelamin yang memiliki pengaruh terhadap CR
diskon, sedangkan pada indikator kepuasan pelanggan tidak memiliki hubungan
yang nyata. Pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai indikator CR yang
memiliki hubungan serta beberapa indikator CR yang tidak signifikan.
Hubungan Elemen CR Terkait Jenis Kelamin
Elemen CR diskon atau bonus diduga dipengaruhi oleh jenis kelamin
konsumen. Hipotesis ini berkaitan dengan penilaian terhadap diskon atau bonus,
yang akan berimplikasi pada strategi CR DBL. Konsumen perempuan lebih
menyukai pemberian diskon atau bonus dibandingkan laki-laki. Hasil
pengumpulan data menunjukan konsumen laki-laki sebesar 80% menyatakan
setuju dan sangat setuju, namun sisanya mengatakan ragu-ragu dan tidak setuju.
Konsumen wanita 85% menyatakan setuju dan sangat setuju, serta tidak ada yang
menyatakan tidak setuju.
Penilaian konsumen terhadap CR diskon antara laki-laki dan perempuan
tidak ada perbedaan yang signifikan, namun didominasi oleh penilaian konsumen
wanita serta pada konsumen laki-laki masih ada yang berpendapat tidak setuju.
Konsumen perempuan lebih tertarik kepada diskon atau bonus dan laki-laki lebih
rasional sehingga kurang tertarik dengan diskon, tapi masih menyukai pemberian
bonus yang berkaitan dengan etnik NTB.
Tabel 16 Penilaian CR diskon terkait jenis kelamin
Jenis Kelamin Penilaian CR Diskon atau bonus Total (%)
TS RR S SS
Laki-laki 2.0 9.8 45.1 2.0 58.8
Perempuan 0.0 5.9 21.6 13.7 41.2
Total (%) 2.0 15.7 66.7 15.7 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis
Ho : CR diskon atau bonus tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen dan
hipotesis Ha : antara CR diskon atau bonus dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Nilai kritis degree of freedom (df) adalah pada α 5% sehingga nilai tabel
= 7.815 dan nilai hitung sebesar 8.925, karena nilai hitung lebih besar dari nilai
tabel, maka Ho ditolak yang berarti dugaan awal tepat, sehingga dapat
disimpulkan antara CR diskon atau bonus dipengaruhi olehp profil konsumen
berdasarkan jenis kelamin.
Hubungan Elemen CR Terkait Asal Daerah Konsumen Bale Lombo
Dugaan awal dilakukannya uji keterkaitan adalah CR kepuasan pelanggan
produk terhadap asal daerah konsumen DBL memiliki hubungan. Berkaitan
dengan ini, ingin diketahui penilaian kepuasan pelanggan produk DBL antara
konsumen NTB dengan luar NTB. Jika ada perbedaan berimplikasi kepada
strategi CR DBL. Hasil pengumpulan data menunjukan sebesar 96% konsumen
NTB merasa puas dan sangat puas, sedangkan konsumen luar NTB 78% merasa
puas dan sangat puas, namun sisanya ada yang merasa ragu-ragu dan tidak puas
terhadap produk DBL. Hasil penilaian, kepuasan terhadap produk DBL baik
merchandise maupun pelayanan mayoritas berasal dari konsumen NTB, sehingga
DBL perlu melakukan strategi berbeda untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
pada konsumen luar NTB.
29
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Tabel 17 Penilaian CR kepuasan pelanggan terkait asal daerah
Daerah Asal Penilaian CR Kepuasan Pelanggan Terhadap Produk (%)
Total (%) TS RR S SS
Penduduk NTB 0.0 2.0 37.3 15.7 54.9
Non NTB 2.0 7.8 31.4 3.9 45.1
Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0
Hasil uji cross tab dengan chi-square Ho : CR kepuasan pelanggan tidak
dipengaruhi oleh daerah asal dan hipotesis Ha : CR kepuasan pelanggan
dipengaruhi oleh daerah asal. Hasil perhitungan pada df (degree of freedom) 3 dan
α 5% nilai statistik sebesar 6.227 lebih kecil dari pada nilai tabel =
7.815, sehingga Ho diterima. Menunjukan hipotesis awal tidak tepat, sehingga
dapat disimpulkan kepuasan pelanggan konsumen DBL tidak dipengaruh oleh
daerah asal konsumen tersebut. Kotler dan Keller (2009) mengatakan bahwa
pembeli terpuaskan tergantung pada kinerja penawaran dalam hubungannya
dengan ekspektasi pembeli dan apakah pembeli menginterpretasikan adanya
penyimpangan antara keduanya. Sebagian konsumen NTB yang merasa puas kini
telah menjadi mitra Bale Lombo sebagai reseller maupun memesan untuk
kegiatan event etnik NTB.
Penilaian Channel Terkait Profil Konsumen Bale Lombo
Channel merupakan blok bangunan BMG, yang menggambarkan bagaimana
sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau
mereka untuk memberikan proposisi nilai (Osterwalder 2012). Sebagai usaha
baru, channel merupakan alat promosi yang sangat diperlukan oleh DBL yaitu
terbagi dalam indikator lokasi dan media promosi. Uji keterkaitan antara channel
dengan profil konsumen karena diduga keduanya memiliki hubungan, namun ada
beberapa indikator yang tidak diuji karena diduga tidak memiliki hubungan
berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan.
Tabel 18 Rekapitulasi hasil cross tab channel
Profil Konsumen Hasil Uji Pada Subtansi Channel
Terhadap Lokasi Terhadap Media Promosi
Jenis Kelamin * TS
Penduduk NTB dan Non NTB * TS
Lama Tinggal di NTB TS -
Usia - TS
Pengeluaran TS -
Tujuan ke NTB TS TS
Rencana di NTB * -
Frekuensi kunjungan TS -
Keterangan : *signifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, TS (Tidak Signifikan), - (Tidak
Diuji)
Hasil uji cross tab dengan chi-square menunjukan pada channel media
promosi tidak ada berpengaruh terhadap profil konsumen karena nilai hitung
lebih kecil dari nilai kritis setelah diuji pada α 5% dan %, sedangkan pada
channel lokasi berpengaruh terhadap profil konsumen berdasaran jenis kelamin,
kependudukan dan rencana di NTB.
30
Hubungan Elemen Channel Terkait Jenis Kelamin
Diperkirakan channel lokasi penjualan dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Berkaitan dengan channel ingin mengetahui penilaian konsumen laki-laki dan
perempuan terkait lokasi penjualan, karena berimplikasi kepada strategi lokasi
penjualan DBL. Hasil pengumpulan data menunjukan sebesar 75% konsumen
laki-laki berpendapat setuju, dan sangat setuju namun masih ada yang ragu-ragu
dan tidak setuju, sedangkan 71% konsumen wanita menyatakan setuju dan sangat
setuju terhadap lokasi penjualan DBL.
Produk DBL dapat dijumpai pada tempat wisata, taman kota, Bandara
Internasional Lombok dan distro yang telah menjadi mitra, sehingga DBL tidak
perlu melakukan strategi yang berbeda. Mayoritas konsumen yang menyatakan
setuju adalah laki-laki. Bale Lombo selain dapat dibeli secara langsung juga dapat
dibeli melalui media internet website dan media sosial.
Tabel 19 Penilaian elemen BMG channel terkait jenis kelamin
Jenis Kelamin Penilaian Channel Lokasi Penjualan (%)
Total (%) TS RR S SS
Laki-laki 2.0 11.8 43.1 2.0 58.8
Perempuan 0.0 11.8 17.6 11.8 41.2
Total (%) 2.0 23.5 60.8 13.7 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis
Ho : channel lokasi penjualan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan hipotesis
Ha : channel lokasi penjualan dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen. Nilai
kritis degree of freedom df adalah pada α 5% sehingga nilai tabel =
7.815 dan nilai hitung sebesar 8.706, karena nilai hitung lebih besar dari nilai
tabel, maka Ho ditolak yang berarti dugaan awal tepat, sehingga dapat
disimpulkan antara channel lokasi penjualan dipengaruhi profil konsumen
berdasarkan jenis kelamin.
Hubungan Elemen Channel Terkait Asal Daerah Konsumen
Uji keterkaitan channel lokasi penjualan terhadap asal daerah diperkirakan
memiliki hubungan. Penilaian konsumen dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan penilaian antara konsumen NTB dan luar NTB, terkait kemudahan
mendapatkan produk DBL berdasarkan lokasi penjualan. Hasil pengumpulan data
menunjukan sebesar 85% konsumen NTB setuju dan sangat setuju, sedangkan
konsumen NTB 59% menyatakan setuju, namun terdapat penilaian ragu-ragu dan
tidak setuju.
Hasil penilaian konsumen terdapat penilaian yang berbeda antara konsumen
NTB dan luar NTB, sehingga DBL perlu melakukan strategi berbeda terkait lokasi
penjualan. Terpusatnya penjualan di NTB, memudah konsumen NTB untuk
mendapatkan produk Bale Lombo, sedangkan bagi konsumen luar NTB hanya
dapat membeli secara langsung ketika berkunjung ke NTB. Oleh karena itu
konsumen menyarankan agar website Bale Lombo dibuat lebih menarik dan
mengedepankan promosi online agar produk DBL dapat dijangkau oleh konsumen
luar NTB.
31
Tabel 20 Penilaian channel terkait setiap asal daerah
Daerah Asal Penilaian Channel Pada Lokasi Penjualan (%)
Total (%) TS RR S SS
Penduduk NTB 0.0 7.8 33.3 13.7 54.9
Non NTB 2.0 15.7 27.5 0.0 45.1
Total (%) 2.0 23.5 60.8 13.7 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan chi-square Ho : channel lokasi penjualan tidak
dipengaruh terhadap rencana di NTB dan hipotesis Ha : channel lokasi penjualan
dipengaruhi oleh rencana di NTB. Hasil perhitungan pada df (degree of freedom)
dan α 5%. Ho ditolak karena nilai statistik sebesar 9.222, lebih besar dari
pada nilai tabel = 7.815, sehingga dapat disimpulkan dugaan awal benar
yaitu channel lokasi penjualan berpengaruh terhadap daerah asal.
Hubungan Elemen Channel Terkait Rencana di NTB
Penilaian elemen channel lokasi penjualan diduga dipengaruhi oleh profil
konsumen, yaitu usia konsumen. Hal ini berkaitan dengan penilaian dan saran
konsumen terhadap lokasi penjualan, apakah ada perbedaan penilaian antara
wisatawan kurang dari 1 minggu dengan wisatawan rencana kunjung lebih dari 1
minggu. Hasil pengumpulan data menunjukan 100% wisatawan kurang dari 1
minggu menyatakan setuju, tetapi masih terdapat ragu-ragu, sedangkan wisatawan
dengan rencana kunjungan lebih dari 1 minggu 71% yang menyatakan setuju dan
sangat setuju, namun masih ada ragu-ragu dan tidak setuju terhadap lokasi
penjualan DBL.
Hasil penilaian konsumen stategi mobile market telah sesuai dan menarik
minat, khususnya bagi konsumen yang berada di tempat wisata dapat melihat
secara langsung merchandise DBL lalu memutuskan melakukan pembelian,
sehingga DBL tidak perlu melakukan strategi berbeda terkait lokasi penjualan,
karena saat ini sudah sesuai.
Tabel 21 Penilaian channel terkait rencana di NTB
Rencana di NTB Penilaian Ch Pada Lokasi Penjualan (%) Total (%)
TS RR S SS
0 (warga NTB) 0.0 5.9 31.4 11.8 49.0
< dari 1 minggu 0.0 15.7 21.6 0.0 37/3
> dari 1 minggu 2.0 2.0 7.8 2.0 13.7
Total (%) 2.0 0.2 60.8 13.7 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis
Ho : tidak ada hubungan antara channel lokasi penjualan dengan rencana di NTB
dan hipotesis Ha : antara channel lokasi penjualan dengan rencana di NTB
memiliki memiliki hubungan. Nilai kritis degree of freedom df adalah 6 pada α
5%, sehingga nilai tabel = 12.592 dan nilai hitung sebesar 15.355,
karena nilai hitung lebih besar dari nilai tabel, maka Ho ditolak yang berarti
dugaan awal tepat. Waktu berkunjung di NTB berpengaruh terhadap lokasi
penjualan yang berarti dugaan awal benar, yaitu channel lokasi penjualan
terhadap profil konsumen berdasarkan rencana di NTB memiliki hubungan.
32
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Analisis Hubungan Antar - Variabel Substansi Customer Focus
Diperkirakan bahwa antara subtansi dengan subtansi memiliki hubungan
yang signifikan. Oleh karena itu dilakukan uji keterkaitan dengan menggunakan
uji chi-square untuk mengetahui apakah antar-variabel terdapat hubungan.
Sebelum pengujian dibuat terlebih dahulu hipotesis awal. Uji chi-square ini
menggunakan taraf kesalahan 5% dan 10% dalam melihat keterkaitan antar
variabel subtansi BMG.
Penilaian Elemen Key Activity (KA) Terkait Elemen Value Proposition (VP),
Customer Relationship (CR) dan Channel
Hubungan pada indikator elemen KA dengan VP, CR dan channel
diperkirakan memiliki hubungan. Berikut disajikan dengan tabel 22, hasil
perhitungan cross tab antara subtansi tersebut.
Tabel 22 Rekapitulasi hasil cross tab KA dengan VP, CR dan Channel
Substansi
Hasil Uji Pada Subtansi Customer Focus
Terhadap VP Terhadap CR Terhadap Channel
Harga Desain Nilai
Tambah
Diskon atau
bonus
Kepuasan
Pelanggan Lokasi
Media
Promosi
Key Activity
Produk * * * * * * *
Pelayanan * - - - * - -
Keterangan : * signifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, - (Tidak Diuji)
Hasil uji cross tab tampak bahwa, pada setiap elemen subtansi customer
focus hampir seluruhnya memiliki hubungan dengan tingkat signifikan sama,
namun terdapat beberapa indikator yang tidak dilakukan pengujian dikarenakan
secara umum dan hasil penelitian lapangan tidak memiliki hubungan.
Hubungan KA Produk Terkait VP Harga
Uji keterkaitan antara KA produk terhadap VP harga diduga memiliki
hubungan. Hasil penelitian menunjukan harga berpengaruh terhadap kualitas
suatu produk. Mayoritas konsumen menyatakan setuju bahwa kualitas produk
DBL sesuai dengan harga jual yang ditawarkan.
Tabel 23 Penilaian produk terkait harga
Penilaian Kualitas
Produk
Penilaian Terkait Harga Jual (%) Total (%)
TS RR S SS
RR 2.0 3.9 5.9 0.0 11.8
S 0.0 0.0 66.7 3.9 70.6
SS 0.0 0.0 9,8 7.8 17.6
Total (%) 2.0 3.9 82.4 11.8 100,0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk
dengan harga jual tidak memiliki pengaruh, Ha : kualitas produk dengan harga
jual memiliki pengaruh. Hasil perhitungan pada α 5% dan df derajat kebebasan 6
diperoleh nilai kritis = 12.592, sedangkan pada nilai hitung = 34.742. Nilai
kritis atau tabel lebih kecil dari pada nilai hitung, menunjukan terdapat pengaruh
yang kuat antara harga dengan produk, yang berarti dugaan awal benar. Kualitas
produk merupakan faktor penting sebagai pertimbangkan konsumen dan harga
merupakan faktor sensitif, terutama bagi segmen yang mempertimbangkan faktor
33
harga sebelum membeli, sehingga dapat disimpulkan harga dengan mutu produk
yang diberikan Bale Lombo telah sesuai dengan ekpetasi pelanggan.
Hubungan KA Produk Terkait VP desain
KA produk dan VP desain pada elemen BMG diduga memiliki hubungan.
Hasil penilaian konsumen (Tabel 30) menunjukan mayoritas konsumen DBL
sebesar 49% menyatakan setuju. Bale Lombo sebagai distro yang mengusung
pelestarian etnik NTB tentunya harus menampilkan desain-desain khas etnik NTB
yang lebih beragam.
Tabel 24 Penilaian produk terkait desain
Penilaian Kualitas
Produk
Penilaian Terkait Variasi Desain (%) Total (%)
RR S SS
RR 9.8 2.0 0.0 11.8
S 15.7 49.0 5,9 70.6
SS 0.0 9.8 7.8 17.6
Total (%) 25.5 60.8 13.7 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk
dengan variasi desain tidak memiliki pengaruh, Ha : kualitas produk dengan
variasi desain memiliki pengaruh. Hasil perhitungan pada α 5% dan df derajat
kebebasan) 4 diperoleh nilai kritis = 9.488, sedangkan pada nilai hitung =
20.500, karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho
ditolak. Jadi, hipotesis awal benar yaitu kualitas produk dipengaruh oleh variasi
desain yang menarik. Desain yang unik dengan kualitas terbaik perlu diperhatikan
Bale Lombo.
Hubungan KA Produk Terkait VP Nilai Tambah
Penilaian terhadap kualitas produk dengan nilai tambah yang diberikan
diduga memiliki keterkaitan, semakin produk itu berkualitas akan menciptakan
proposisi nilai dimata konsumen. Hasil penelitian menunjukan, konsumen
menyatakan setuju bahwa kualitas dan nilai tambah yang diberikan DBL, telah
sesuai dengan harapan mereka.
Tabel 25 Penilaian produk terkait nilai tambah
Penilaian
Kualitas Produk
Penilaian Terkait Nilai Tambah Produk (%)
Total (%) RR S SS
RR 9.8 2.0 0.0 11.8
S 3.9 60.8 5.9 70.6
SS 0.0 3.9 13.7 17.6
Total (%) 13.7 66.7 19.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square pada hipotesis Ho : KA
produk tidak ada keterkaitan terhadap VP dan Ha : antara KA dengan VP
memiliki keterkaitan. Nilai kritis df adalah 4 pada α 5% sehingga nilai tabel
= 9.488 dan nilai hitung sebesar 50.167. Nilai hitung lebih besar dari
pada nilai tabel maka Ho ditolak, yang berarti dugaan awal benar bahwa nilai
tambah memiliki pengaruh terhadap produk. Setiap produk yang diproduksi oleh
Bale Lombo tentunya harus mengandung nilai lebih, baik itu dari desain, model,
bahan dan sebagainya. Menjadikan Bale Lombo berbeda dengan para pesaingnya,
selain itu senantiasa memberikan merchandise khas NTB untuk menarik minat
34
konsumen, seperti: topi anyaman khas lombok dengan balutan packaging unik
yang memperkenalkan potensi lokal NTB.
Hubungan KA produk terkait CR diskon atau bonus
Uji keterkaitan antara produk dan diskon diduga saling berpengaruh, diskon
merupakan strategi promosi untuk meningatkan penjualan produk DBL. Hasil
pengumpulan data menunjukan sebesar 80% konsumen Bale Lombo menyatakan
setuju, namun masih terdapat konsumen yang menyatakan ragu-ragu. Pembelian
lebih dari 1 pcs DBL akan memberikan bonus atau diskon seperti potongan harga
atau gratis produk. Bagi mitra akan diberikan bonus yang berbeda dengan
potongan harga yang cukup besar dari harga jual atau melalui sistem konsinyasi.
Tabel 26 Penilaian produk terhadap bonus atau diskon
Penilaian Kualitas
Produk
Penilaian Terkait Diskon atau Bonus (%) Total (%)
TS RR S SS
RR 2.0 5.9 0.0 3.9 11.8
S 0.0 9.8 56.9 3.9 70.6
SS 0.0 0.0 9.8 7.8 17.6
Total (%) 2.0 15.7 66.7 15.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk
tidak berpengaruh terhadap diskon atau bonus, Ha : kualitas produk berpengaruh
terhadap diskon atau bonus. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai statistik
sebesar 26.989 lebih besar dari pada nilai tabel = 12.592. Hal ini
membuktikan dugaan awal benar yaitu terdapat pengaruh yang kuat antara
pemberian diskon atau bonus terhadap produk Bale Lombo. Strategi pada KA
produk terkait CR diskon atau bonus, DBL lakukan bertujuan untuk menciptakan
kerja sama dengan pelanggan serta upaya menarik hati pelanggan agar turut
melakukan promosi secara tidak langsung melalui strategi Word of Mouth.
Hubungan indikator KA produk terkait CR kepuasan pelanggan
Diduga KA produk dipengaruhi oleh CR kepuasan pelanggan. Hasil
pengumpulan data menunjukan, bahwa kualiatas produk berpengaruh terhadap
kepuasan pelanggan yang dirasakan konsumen DBL. Mayoritas konsumen DBL
memberikan penilaian puas terhadap kualitas produk, namun masih terdapat ragu-
ragu dan tidak puas dengan kualitas produk DBL.
Tabel 27 Penilaian produk terkait kepuasan pelanggan
Penilaian Kualitas
Produk
Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Total (%)
TS RR S SS
RR 2.0 5.9 3.9 0.0 11.8
S 0.0 3.9 62.7 3.9 70.6
SS 0.0 0.0 2.0 15.7 17.6
Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk
tidak mempengaruhi kepuasan pelanggan dan Ha : kualitas produk mempengaruhi
kepuasan pelanggan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai statistik
sebesar 53.347 lebih besar dari pada nilai tabel = 12.592, yang berarti
dugaan awal benar bahwa antara kualitas produk berpengaruh terhadap kepuasan
yang dirasakan pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan suatu konsep yang
35
telah lama dikenal dalam teori dan aplikasi pemasaran, kepuasan pelanggan
menjadi salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis serta dipandang sebagai
salah satu indikator terbaik untuk meraih laba dimasa akan datang (Hasan Ali
2013).
Hubungan KA Produk Terkait Channel Lokasi Penjualan
Produk terhadap lokasi penjualan diperkirakan diantara keduanya memiliki
hubungan. Lokasi penjualan yang strategis akan memberikan kemudahan
konsumen untuk mendapatkan produk. Hasil pengumpulan data menunjukan
54.9% konsumen menyatakan setuju bahwa lokasi penjual berpengaruh terhadap
pembelian produk.
Tabel 28 Penilaian produk terkait lokasi
Penilaian Kualitas
Produk
Penilaian Terkait Lokasi Penjualan (%)
Total (%) RR S SS
TS 2.0 0.0 0.0 2.0
RR 5.9 15.7 2.0 23.5
S 2.0 54.9 3.9 60.8
SS 2.0 0.0 11.8 13.7
Total (%) 11.8 70.6 17.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis
Ho : tidak ada hubungan antara KA produk dengan channel lokasi penjualan dan
hipotesis Ha : antara KA produk dengan channel lokasi penjualan memiliki
hubungan. Nilai kritis degree of freedom (df) adalah 6 pada α 5% sehingga nilai
tabel = 12.592 dan nilai hitung sebesar 39.093. Nilai hitung lebih besar
dari pada nilai tabel maka Ho ditolak, yang berarti dugaan awal benar bahwa
antara produk dengan lokasi penjualan memiliki keterkaitan. DBL sebagai usaha
baru harus mempertimbangkan aspek tempat atau lokasi penjualan, agar produk
DBL dapat dijangkau atau diketahui konsumen. Target pasar dapat menjadi
pertimbangan untuk menentukan lokasi penjualan.
Hubungan KA Produk terkait Channel Media Promosi
Uji keterkaitan produk terhadap media promosi karena diduga antara
keduanya memiliki hubungan. Hasil penelitian pada konsumen DBL tampak
bahwa media promo berpengaruh terhadap produk, berdasarkan dari penilaian
konsumen yang dominan setuju. Hal ini menunjukan media promosi yang dibuat
cukup mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian.
Tabel 29 Penilaian produk terkait media promosi
Penilaian Kualitas
Produk
Penilaian Ragam Media Promo (%) Total (%)
RR S SS
TS 0.0 2.0 0.0 2.0 RR 9.8 19.6 3.9 33.3
S 2.0 49.0 7.8 58.8
SS 0.0 0.0 5.9 5.9
Total (%) 11.8 70.6 17.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan chi-square pada α 5% Ho : kualitas produk tidak
berpengaruh terhadap media promo dan Ha : kualitas produk berpengaruh
terhadap media promo. Hasil perhitungan menunjukan nilai statistik sebesar
22.403, lebih besar dari pada nilai tabel = 12.592, yang berarti Ho ditolak.
36
Media promosi yang dilakukan DBL berpengaruh terhadap produk, media
promosi yang dilakukan DBL baik secara online maupun offline dapat
menumbuhkan sikap positif konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
Hubungan KA Pelayanan Terkait VP Harga
Pelayanan yang diberikan Bale Lombo terhadap harga jual diduga memiliki
hubungan. Hasil pengumpulan data, berdasarkan dari penilaian konsumen
mayoritas menyatakan setuju.
Tabel 30 Penilaian pelayanan terkait harga
Penilaian Pelayan Penilaian Terkait Harga Jual (%)
Total (%) TS R S SS
TS 0.0 2.0 0.0 0.0 2.0
RR 0.0 2.0 2.0 0.0 3.9
S 2.0 2.0 60.8 17.6 82.4 SS 0.0 0.0 3.9 7.8 11.8
Total (%) 2.0 5.9 66.7 25.5 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan chi-square, Ho : pelayanan tidak mempengaruhi
harga jual dan Ha : pelayanan mempengaruhi terhadap harga jual, pada degree of
freedom (df) 9 dan α 5% menunjukan hubungan yang kuat antara pelayanan
terhadap harga jual. Hasil perhitungan diperoleh nilai statistik sebesar 30.217
lebih besar dari pada nilai tabel = 16.919 yang berarti Ho ditolak, hal ini
menunjukan dugaan awal tepat, yaitu kualitas layanan berrpengaruh terhadap
harga. Konsumen tidak akan menyesal dengan harga yang ditawarkan apabila
pelayanan yang diberikan sesuai. DBL berupaya memberikan pelayanan optimal
melalui layanan yang responsif, dan solutif terhadap keinginan konsumen.
Hubungan KA pelayanan terkait CR kepuasan pelanggan
Pelayanan yang diberikan Bale Lombo terhadap kepuasan pelanggan diduga
memiliki hubungan. Hasil pengumpulan data memperlihatkan bahwa pelayanan
yang diberikan DBL berpengaruh terhadap kepuasan yang dirasakan konsumen.
Mayoritas konsumen Bale Lombo merasakan setuju terhadap kualitas pelayanan
yang diberikan, namun masih ada konsumen yang merasa tidak puas.
Tabel 31 Penilaian pelayanan terkait kepuasan pelanggan
Penilaian
Pelayanan
Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Total (%)
TS R S SS
TS 2.0 0.0 0.0 0.0 2.0
RR 0.0 5.9 0.0 0.0 5.9
S 0.0 3.9 58.8 3.9 66.7 SS 0.0 0.0 9.8 15.7 25.5
Total 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan chi-square, hipotesi Ho : pelayanan tidak
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, Ha : pelayanan mempengaruhi
kepuasan pelanggan. Hasil perhitungan pada degree of freedom (df) 9 dan α 5%
menunjukan pelayanan yang diberikan berpengaruh terhadap kepuasan yang
dirasakan konsumen, dibuktikan oleh nilai statistik sebesar 98.88 lebih besar
dari pada nilai tabel = 16.919. Penilaian pelayanan yang baik akan
memberikan kepuasan pada pelanggan.
37
Penilaian Elemen Value Proposition (VP) Terkait Elemen Customer
Relationship (CR) dan Channel
Diperkirakan terdapat hubungan antara indikator elemen value proposition
dengan customer relationship dan channel, namun ada beberapa indikator yang
tidak dilakukan pengujian karena berdasaran hasil penelitian dilapangan tidak
memiliki hubungan.
Tabel 32 Rekapitulasi hasil cross tab VP dengan CR dan Channel
Substansi
Hasil Uji Pada Subtansi Customer Focus
Terhadap VP Terhadap CR Terhadap Ch
Harga Desain Nilai
Tambah Diskon
Kepuasan
Pelanggan Lokasi
Media
Promosi
Value Proposition
Harga - TS TS - * - TS
Desain - - TS - - ** TS
Nilai Tambah - - - - * - TS
Keterangan : *siginifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, - (Tidak Diuji), TS (Tidak
Signifikan)
Hasil uji cross tab menunjukan bahwa pada setiap indikator hampir
seluruhnya memiliki hubungan dengan tingkat signifikan berbeda yang berarti
dugaan awal benar bahwa ada perbedaan tingkat signifikan dengan penilaian
persepsi yang juga berbeda di setiap indikator.
Hubungan VP harga terkait CR kepuasan pelanggan
VP harga yang ditetapkan Bale Lombo terhadap kepuasan pelanggan diduga
memiliki hubungan. Hasil penelitian tampak bahwa konsumen setuju sebesar
74.5% merasa puas dan sangat puas terhadap produk maupun pelayanan yang
diberikan DBL, artinya harga dengan kepuasan yang diterima telah sesuai
ekspetasi konsumen.
Tabel 33 Penilaian harga terkait kepuasan pelanggan
Penilaian
Harga Jual
Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Total (%)
TS R S SS
TS 0.0 2.0 0.0 0.0 2.0
RR 0.0 2.0 2.0 0.0 3.9
S 2.0 5.9 60.8 13.7 82.4
SS 0.0 0.0 5.9 5.9 11.8
Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab, Ho : antara harga jual dengan kepuasan pelanggan tidak
berpengaruh dan Ha : antara harga jual dengan kepuasan pelanggan memiliki
pengaruh. Hasil perhitungan dengan menggunakan chi-square menunjukan
bahwa nilai statistik sebesar 17.551 lebih besar dari pada nilai tabel =
16.919, menunjukan harga jual yang ditetapkan DBL berpengaruh terhadap
kepuasan pelanggan. Penetapan harga yang tepat berpengaruh terhadap kepuasan
yang konsumen rasakan, harga yang cocok dapat memberikan kepuasan bagi
konsumen.
38
Hubungan VP desain terkait Channel lokasi
Uji keterkaitan antara desain produk Bale Lombo terhadap lokasi penjualan
diduga memiliki hubungan. Hasil penelitian menunjukan mayoritas konsumen
setuju terhadap desain yang dibuat Bale Lombo dengan lokasi penjualan di tempat
wisata, yang artinya desain produk Bale Lombo sesuai dengan apa yang
konsumen inginkan yaitu mampu mewakili setiap lokasi wisata di NTB.
Tabel 34 Penilaian desain terkait lokasi
Penilaian
Lokasi Penjualan
Penilaian Terkait Variasi Desain (%) Total (%)
R S SS
TS 2.0 0.0 0.0 2.0
RR 9.8 13.7 0.0 23.5
S 11.8 41.2 7.8 60.8
SS 2.0 5.9 5.9 13.7
Total (%) 25.5 60.8 13.7 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab, Ho : antara lokasi penjualan dengan variasi desain tidak
berpengaruh dan Ha : antara lokasi penjualan dengan variasi desain memiliki
pengaruh. Hasil perhitungan dengan chi-square menunjukan bahwa nilai statistik
sebesar 11.577 lebih besar dari pada nilai tabel = 10.645, menunjukan
hipotesis awal tepat yaitu lokasi penjualan berpengaruh terhadap variasi desain.
Hubungan VP nilai tambah terkait CR kepuasan pelanggan
Nilai tambah yang diberikan Bale Lombo terhadap kepuasan pelanggan
diperkirakan memiliki hubungan. Hasil penilaian konsumen terhadap kepuasan
pelanggan tampak bahwa konsumen lebih banyak memberikan penilaian setuju
dan sangat setuju pada nilai tambah yang diberikan, yang ditunjukan Tabel 37.
Tabel 35 Penilaian nilai tambah terkait kepuasan pelanggan
Penilaian
Nilai Tambah
Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Total (%)
TS RR S SS
RR 2.0 7.8 2.0 2.0 13.7
S 0.0 2.0 60.8 3.9 66.7
SS 0.0 0.0 5.9 13.7 19.6
Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab, Ho : nilai tambah tidak berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan, Ha : nilai tambah berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Hasil
perhitungan dengan menggunakan chi-square pada α 5% dan df derajat
kebebasan) 6 diperoleh nilai kritis = 12.592, sedangkan pada nilai hitung =
48.923, karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho
ditolak. Jadi, dugaan awal benar yaitu terdapat pengaruh yang kuat antara nilai
tambah dengan kepuasan pelanggan konsumen Bale Lombo.
Penilaian Elemen Customer Relationship (CR) Terkait Channel
Diperkirakan terdapat hubungan antara indikator elemen customer
relationship terhadap channel, namun ada beberapa indikator yang tidak
dilakukan pengujian karena berdasarkan pada hasil penelitian lapangan indikator
tersebut tidak memilki hubungan.
39
Tabel 36 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship dan channel
Substansi
Hasil Uji Pada Subtansi Customer Focus
Terhadap CR Terhadap Channel
Diskon Kepuasan Pelanggan
Lokasi Media
Promosi
Customer Relationship
Diskon atau bonus - TS * TS
Kepuasan Pelanggan - - * *
Keterangan : *signifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, - (Tidak Diuji), TS (Tidak
Signifikan)
Hasil penilaian konsumen tampak bahwa pada indikator diskon tidak
dilakukan pengujian, indikator kepuasan pelanggan tidak ada hubungan. Pada
channel lokasi dan media promosi terhadap CR diskon dan kepuasan pelanggan,
setelah dilakukan uji cross tab memiliki hubungan.
Hubungan CR Diskon atau Bonus Terkait Channel Lokasi
Diduga terdapat hubungan antara kebutuhan akan diskon atau bonus
terhadap lokasi penjualan. Hasil pengumpulan data menunjukan bahwa konsumen
merasa setuju dengan diskon atau bonus yang diberikan DBL.
Tabel 37 Penilaian diskon atau bonus terkait lokasi
Penilaian Diskon
atau Bonus
Penilaian Terkait Lokasi Penjualan (%) Total (%)
TS R S SS
TS 0.0 2.0 0.0 0.0 2.0
RR 0.0 5.9 15.7 2.0 23.5 S 2.0 7.8 45.1 5.9 60.8
SS 0.0 0.0 5.9 7.8 13.7
Total 2.0 15.7 66.7 15.7 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab, Ho : diskon atau bonus tidak berpengaruh terhadap lokasi
penjualan, Ha : diskon atau bonus mempengaruhi lokasi penjualan. Hasil
perhitungan dengan menggunakan chi-square pada α 5% dan df derajat
kebebasan) 9 diperoleh nilai kritis = 16.919, sedangkan pada nilai hitung =
17.570 karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho
ditolak. Hal ini menunjukan hipotesis awal benar yaitu lokasi penjualan
mempengaruhi terhadap diskon atau bonus diberikan. Konsumen yang melakukan
pembelian secara langsung maupun online akan mendapatkan diskon atau bonus
seperti topi anyaman, harga–harga promo. Hal tersebut diharapkan menjadi daya
tarik DBL agar konsumen membeli produk DBL.
Hubungan CR Kepuasan Pelanggan Terkait Channel Lokasi
Diperkirakan terdapat hubungan antara kepuasan pelanggan terhadap lokasi
penjualan. Hasil penilaian konsumen menunjukan bahwa konsumen merasa setuju
bahwa lokasi penjualan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dalam
membeli produk DBL, karena berkaitan dengan keyakinan terhadap kualitas
produk. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel 47, berdasarkan hasil pengumpulan
data mayoritas konsumen memberikan penilaian setuju dan sangat setuju.
40
Tabel 38 Penilaian kepuasan pelanggan terkait lokasi
Penilaian
Kepuasan Pelanggan
Penilaian Terkait Lokasi Penjualan
Total (%) TS R S SS
TS 0.0 2.0 0.0 0.0 2.0
RR 0.0 5.9 15.7 2.0 23.5
S 2.0 2.0 49.0 7.8 60.8
SS 0.0 0.0 3.9 9.8 13.7
Total 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : antara kepuasan
pelanggan dengan lokasi penjualan tidak memiliki pengaruh dan Ha : lokasi
penjualan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Pada df 9 dan α 5% menunjukan
bahwa nilai statistik sebesar 28.077 lebih besar dari pada nilai tabel =
16.919, yang berarti dugaan awal benar bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh
terhadap lokasi penjualan produk Bale Lombo. Pembelian secara langsung dengan
melalui internet tentu saja akan berbeda, dengan melakukan pembelian langsung
konsumen dapat melihat model, desain, kualitas dan mencocokan ukuran dengan
lebih jelas, sedangkan pembelian secara online dilihat dari gambar dan keterangan
produk. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap kepuasan yang dirasakan
konsumen.
Hubungan CR Kepuasan Pelanggan Terkait Channel Media Promosi
Uji keterkaitan antara kepuasan pelanggan terhadap ragam media promosi
diduga memiliki hubungan. Hasil penelitian konsumen menunjukan bahwa
konsumen merasa setuju, namun mayoritas konsumen menyatkan ragu-ragu
bahwa media promosi berpengaruh terhadap kepuasan mereka, dapat dilihat pada
Tabel 41.
Tabel 39 Penilaian kepuasan pelanggan terkait media promosi
Penilaian
Kepuasan Pelanggan
Penilaian Terkait Ragam Media Promosi Total (%)
TS R S SS
TS 0.0 2.0 2.0 0.0 2.0
RR 0.0 7.8 21.6 3.9 33.3
S 2.0 2.0 45.1 9.8 58.8
SS 0.0 0.0 0.0 5.9 5.9
Total 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : media promosi
tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan Ha : media promosi
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Nilai df 9 dan α 5% menunjukan
bahwa nilai statistik sebesar 18.912 lebih besar dari pada nilai tabel
= 16.919, sehingga hipotesis awal tepat media promosi berpengaruh
terhadap kepuasan yang dirasakan pelanggan.
Media promosi yang dimiliki Bale Lombo seperti poster, website, media
sosial memudahkan konsumen untuk mengetahui produk Bale Lombo. Melalui
media promosi online seperti website dan media sosial konsumen dapat
berinteraksi, melakukan pemesanan, memberikan saran atu kritik secara langsung
kepada Bale Lombo.
41
Penilaian Konsumen DBL Terkait Elemen BMG
Desain model bisnis tidak terlepas dari sisi pelanggan, sebuah pendekatan
yang mengarah pada ditemukannya ide atau peluang yang baru, akan tetapi tidak
berarti pemikiran pelanggan merupakan titik awal inisiatif untuk berinovasi
namun kita harus tetap melibatkan perspektif pelanggan ketika mengevaluasi
model bisnis atau kegiatan usaha yang dijalani. Dari sembilan elemen BMG,
dipilih beberapa elemen yang berkaitan dengan perspektif pelanggan, guna
mengetahui penilaian konsumen Bale Lombo terhadap komponen BMG yang
paling berpengaruh untuk pengembangan usaha. Diperkirakan pada setiap elemen
customer focus memiliki penilaian yang berbeda terhadap indikator-indikator
pertanyaan yang diajukan.
Penilaian Konsumen Terkait Key Activity (KA)
Aktivitas perusahaan merupakan elemen yang berhubungan dengan
aktivitas yang dilakukan perusahaan seperti membuat produk, pelayanan,
mengelola usaha dan aktivitas lainnya, dalam hal ini konsumen Bale Lombo dapat
memberikan pendapat mengenai aktivitas yang dilakukan Bale Lombo dari segi
produk dan pelayanan. Diperkirakan pada pertanyaan elemen KA, konsumen
memberikan penilaian yang berbeda.
Tabel 40 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait KA
Indikator Skor Penilaian Penilaian
KA 1 2.1765 Setuju
KA 2 2.1569 Setuju
KA 3 2.0980 Setuju
KA 4 1.9804 Setuju
KA 5 2.1176 Setuju
KA 6 2.1765 Setuju
KA 7 1.9804 Setuju
KA 8 1.9412 Setuju
KA 9 1.8039 Setuju
KA 10 1.8824 Setuju
Key Activity 2.0314 Setuju
Hasil penilaian konsumen Bale Lombo terhadap elemen KA tampak bahwa
seluruh konsumen menyatakan setuju pada setiap indikator KA, yang berarti
dugaan awal tidak tepat. Agar mendapatkan persepsi konsumen yang lebih kuat
maka diperlukan pengembangan dari aktivitas perusahaan dari segi inovasi,
kualitas produk dan pelayanan yang optimal.
Penilaian Konsumen Terkait Value Propositions (VP)
Proposisi nilai merupakan alasan yang membuat pelanggan beralih dari
suatu produk ke yang lain, dikarenakan dapat lebih memuaskan kebutuhan atau
keinginan dari pelanggan. Proposisi nilai dibuat secara spesifik dengan target
konsumen yang sudah jelas berisi manfaat yang ditawarkan kepada pelanggan.
DBL menyadari proposisi nilai ini dapat membantu dalam mengembangkan dan
menciptakan brandawerness dimata konsumen.
Berbagai proposisi nilai ditawarkan dari segi harga, desain yang berbeda,
model, packaging yang unik, pelayanan responsif dan sebagainya. Diduga pada
pertanyaan elemen VP, konsumen memberikan penilaian yang berbeda.
42
Tabel 41 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait VP
Indikator Skor Penilaian Penilaian
VP1 2.2157 Setuju
VP2 2.1569 Setuju
VP3 1.9020 Setuju
VP4 1.9804 Setuju
VP5 2.0980 Setuju
VP6 1.8824 Setuju
VP7 1.9412 Setuju
VP8 1.7255 Setuju
Value Propositions 1,9877 Setuju
Hasil penilaian tampak bahwa seluruh konsumen menyatakan setuju pada
setiap indikator VP yang berarti dugaan awal tidak tepat. Agar mendapatkan
persepsi konsumen yang lebih kuat maka diperlukan proposisi nilai yang lebih
inovatif dan maksimal untuk membuat konsumen menjadi loyal terhadap brand
DBL, tidak mudah terpengaruh dengan merchandise khas NTB lainnya dan
kepuasan pelanggan yang senantiasa selalu terjaga. Salah satunya dengan cara
mampu berkomunikasi dengan baik kepada pelanggan, jangan takut terhadap apa
yang dikatakan pelanggan baik atau buruk direspon dengan cepat dan segera.
Penilaian Terkait Customer Relationship (CR)
Customer Relationship menggambarkan berbagai jenis hubungan yang
dibangun bersama pelanggan. Dari segi hubungan pelanggan Bale Lombo
berupaya menyediakan merchandise khas NTB dengan menggunakan motif
budaya dalam desain. Target pasar Bale Lombo adalah netizen, komunitas-
komunitas yang memiliki satu visi dan para wisatawan baik NTB maupun luar
NTB. Bale Lombo memberian pelayanan yang responsif, proaktif dan
memberikan diskon atau bonus, menyimpan data pelanggan dan memberikan
penawaran utama sebagai upaya pendekatan dengan konsumen.
Tabel 42 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait CR
Indikator Skor Penilaian Penilaian
CR 1 2.0196 Setuju
CR 2 1.9804 Setuju
CR 3 2.0588 Setuju
CR 4 2.1176 Setuju
CR 5 2.0196 Setuju
CR 6 2.2549 Setuju
CR 7 1.9231 Setuju
CR 8 2.2308 Setuju
CR 9 2.1538 Setuju
Customer Relationship 2.0843 Setuju
Hasil perhitungan terhadap persepsi konsumen tampak bahwa seluruh
konsumen menyatakan setuju pada setiap indikator CR. Agar mendapatkan
persepsi konsumen yang lebih kuat maka diperlukan media untuk membantu
membangun hubungan dengan pelanggan, dengan media yang ada terutama
internet dapat memberikan kesempatan pelanggan untuk berkomunikasi secara
interaktif. Tingkat kualitas pelayanan yang tinggi akan medorong tercipta strategi
43
promosi word of mouth dan hubungan yang bersifat pribadi membuat pelanggan
melakukan keputusan pembelian berdasarkan alasan yang sederhana, hal tersebut
dapat menjadikan brand Bale Lombo semakin kuat yang dikenal sebagai produk
yang memiliki citra atau reputasi baik.
Penilaian Terkait Channel
Channel adalah cara yang digunakan untuk memberikan value proposition
kepada konsumen, cara yang digunakan bermacam-macam tergantung kepada
segmen yang akan dibidik. Channel menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan
agar produk yang kita tawarkan sampai ke konsumen, dapat berupa penjualan
langsung, distributor, website dan media sosial. Diperkirakan antara pertanyaan
disetiap indikator channel memiliki persepsi yang berbeda, seperti disajikan
dengan Tabel 43.
Tabel 43 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait channel
Indikator Skor Penilaian Penilaian
Channel 1 2.1373 Setuju
Channel 2 1.8039 Setuju
Channel 3 1.7647 Setuju
Channel 4 1.2353 Ragu- ragu
Channel 5 1.9216 Setuju
Channel 6 1.7843 Setuju
Channel 7 1.9412 Setuju
Channel 1.7983 Setuju
Hasil penilaian konsumen tampak bahwa hampir seluruh konsumen
menyatakan setuju, namun pada indikator channel 4 mengenai pembelian produk
Bale Lombo dalam jumlah banyak secara online mayoritas konsumen menjawab
ragu-ragu. Hal ini menunjukan masih kurangnya tingkat kepercayaan konsumen
terhadap pembelian secara online dalam jumlah banyak, terlebih lagi pada brand
baru seperti Bale Lombo, tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagaimana dapat
membangun merek yang kuat dan terpecaya. Hasil tersebut tampak bahwa dugaan
awal benar, yaitu pada indikator channel terdapat perbedaan persepsi konsumen.
Permasalahan Hasil Penilaian Konsumen pada Indikator Customer Focus
Rekapitulasi hasil perhitungan mengenai persepsi konsumen menunjukan
bahwa elemen customer relationship memiliki nilai rataan terbesar 2.0843,
dibandingkan dengan elemen lainnya. Oleh karena itu Bale Lombo perlu
memperkuat strategi pada elemen customer relationship sebagai upaya
pengembangan awal.
Tabel 44 Rekapitulasi perhitungan persepsi konsumen
Indikator Skor Penilaian Penilaian
Key Activity 2.0314 Setuju
Value Proposition 1.9877 Setuju Customer Relationship
Channel
2.0843
1.7983
Setuju
Setuju
Total 1.9754 Setuju
Penilaian terendah terletak pada channel sebesar 1.7983 yang berarti dari
segi strategi promosi dengan menggunakan media internet (website dan media
sosial) Bale Lombo belum tepat, sehingga untuk membangun persepsi merek Bale
44
Lombo di mata konsumen di perlukan strategi promosi yang lebih gencar.
Mayoritas konsumen Bale Lombo berpendapat bahwa penggunaan media internet
kurang masimal, baik itu dari segi tampilan web yang terkesan monoton dan pada
update informasi di media sosial yang kurang.
Segi lokasi penjualan, konsumen Bale Lombo berharap untuk penyebaran
distro Bale Lombo yang merata di ketiga kepulauan besar NTB agar memudahkan
melakukan pembelian, dikarenakan tidak semua konsumen menyenangi atau
terbiasa melakukan pembelian secara online. Disimpulkan bahwa rata-rata
konsumen Bale Lombo menyatakan setuju dalam tingkat sedang terhadap elemen
BMG yang artinya Bale Lombo perlu berupaya mempertajam arah
pengembangan, pemeliharaan reputasi dan membangun identitas merek yang kuat
dan terpecaya.
Analisa Penetapan Prioritas Strategi
Salah satu alat (metoda) yang dapat dipakai oleh pengambilan keputusan
untuk bisa memahami kondisi suatu sistem dan membantu dalam melakukan
prediksi dan pengambilan keputusan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP),
yang ditujukan untuk memodelkan problema tak struktur dalam bidang ekonomi,
sains, manajemen (Fewidarto 1996).
Hirarki utama merupakan susunan hirarki strategi pengembangan usaha
Bale Lombo yang terdiri dari struktur hirarki sederhana yang digunakan dalam
penelitian, yaitu tingkat pertama adalah fokus atau goal yang ingin dicapai,
tingkat kedua adalah kriteria yang mendukung tercapainya fokus atau goal, dan
tingkat ketiga adalah alternatif yang merupakan bagian dari kriteria yang nantinya
akan menjadi kriteria utama yang memunculkan alternatif untuk mencapai goal.
Identifikasi Kriteria – Kriteria Penetapan Strategi Pengembangan Usaha
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan pihak internal Bale
Lombo, penelitian lapangan dan pengkajian literatur bahwa terdapat lima kriteria
yang menjadi pertimbangan dalam penentuan prioritas strategi pengembangan
usaha distro Bale Lombo. Kriteria tersebut merupakan bagian dari aspek
manajerial, menurut Suwinto (2011) aspek manajemen merupakan faktor
terpenting. Di aspek inilah ide pengembangan usaha akan menjadi kenyataan
dibawah kepemimpinan sebuah tim manajemen. Kriteria tersebut antara lain :
a. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Ketersediaan SDM merupakan bagian terpenting dalam membangun,
mengembangkan sebuah usaha, tanpa SDM bagaimana sebuah usaha dapat
berjalan. Suwinto (2011) dalam pelaksanaan ide usaha Bale Lombo pasti
memerlukan aspek sumber daya manusia untuk menjalankan usaha atau
idenya menjadi usaha. Bale Lombo sebagai usaha baru tentu saja
membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki satu misi dan visi,
solid, kreatif serta memiliki keinginan keras untuk terus belajar guna
meningkatkan kompetensinya agar mampu bertahan ditengan gempuran
persaingan industri fesyen. Bale Lombo saat ini memiliki empat SDM dalam
tim manajerialnya. Oleh karena itu, ketersediaan SDM perlu menjadi
pertimbangan dalam penentuan strategi pengembangan usaha distro Bale
Lombo.
45
b. Ketersediaan Sumber Daya Keuangan
menjadi hal yang penting dalam sebuah usaha karena berhubungan dengan
produktifitas sebuah usaha, bagaimana akan melakukan aktifitas produksi
apabila tidak tersedia modal. Menurut Suwinto (2011) untuk memulai
maupun mengembangkan usaha, memerlukan modal yang cukup guna
menjalankan usaha. Biasanya salah satu alasan utama tidak memulai suatu
usaha adalah karena kekurangan modal. Modal utama Bale Lombo berasal
dari dana patungan anggota kemudian dana investor, selanjutkan Bale
Lombo berupaya untuk menciptakan usaha yang baik dan mantap agar
memiliki pendapatan yang jelas dan masuk akal sehingga arus kas positif
dapat tercipta.
c. Ketersediaan Sumber Daya Produksi
Pengelolaan proses produksi sangat dibutuhkan agar aktivitas produksi dapat
berjalan dengan lancar dan stabil dengan hasil optimal. Faktor sumber daya
produksi yang terbagi menjadi 5M material (bahan), machine (mesin),
method (metode), money (modal), dan man (sumber daya manusia). Kelima
faktor produksi tersebut harus saling melengkapi dan tidak bisa bekerja
sendiri-sendiri (Suwinto 2011). Aspek produksi yang dibutuhkan Bale
Lombo dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu : pertama, penentuan
produk yang akan diproduksi dan bagaimana memproduksinya,
berhubungan dengan variasi desain dan model serta kualitas produk yang
dihasilkan yang akan mempengaruhi biaya produksi. Bagian kedua adalah
lokasi produksi yang akan digunakan, mengingat produksi Bale Lombo
dilakukan di Bogor karena faktor SDM dan ketersediaan fasilitas produksi,
maka lebih memperhatikan aspek supply kain tenun sebagai bahan baku tas
ke Bogor untuk diproduksi dan pengiriman barang ke NTB. Bagian ketiga
merupakan hambatan-hambatan yang perlu diperhatikan Bale Lombo dalam
menjalankan produksi, seperti jadwal dan jumlah produksi, proses produksi,
produk cacat dan pengiriman barang.
d. Networking dan Pemasaran
Sebuah usaha perlu menentukan strategi pemasaran untuk berhasilnya
produk atau jasa yang ditawarkan, selain itu agar nilai produk dapat
diketahui dan sampai ditangan konsumen (Suwinto 2011). Tentunya strategi
pemasaran yang tepat sangat dibutuhkan, strategi networking ini dirasa akan
efektif untuk pengembangan usaha distro Bale Lombo, selain pemasaram
secara langsung Bale Lombo juga menggunakan strategi networking seperti
optimalisasi media internet yang ada serta berupaya membangun mitra –
mitra usaha. Melalui strategi tersebut diharapkan mampu menekan biaya
promosi namun memberikan dampak besar terhadap usaha.
e. Dukungan Instansi
Bale Lombo sebuah usaha baru yang mengusung pelestarian etnik NTB
tentunya membutuhkan dukungan, pengakuan instansi provinsi NTB untuk
pengembangan dan pembinaan menjadi harapan Bale Lombo. Khusunya
dukungan dari Dinas Perindustrian Provinsi NTB agar menjadi UKM
unggulan dan masuk kedalam binaan Dewan Kerajinan Daerah NTB yang
nantinya Bale Lombo dapat dipromosikan sebagai salah satu merchandise
khas NTB.
46
Identifikasi Alternatif Strategi untuk Mencapai Fokus
Empat alternatif strategi yang dapat dipilih sebagai strategi pengembangan
usaha Distro Bale Lombo. Pemilihan alternatif ini berdasarkan pada elemen
business model generation (BMG) customer focus yang sebelumnya telah
dilakukan uji keterkaitan dan diskusi dengan para ahli. Alternatif tersebut antara
lain key activity (KA), value propositions (VP), customer relationship (CR) dan
channel (Ch), yang dapat dibuat hirarki kedua sebagai implementasi strategi untuk
menentukan bobot dan prioritas sub komponen model batasan agar lebih spesifik
dalam strategi pengembangan usaha. Alternatif tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut.
a. Key Activity
Aktifitas kunci secara umum dalam BMG merupakan elemen yang
menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar
model bisnis yang telah dibuat dapat bekerja (Osterwalder 2012). Salah satu
aktifitas kunci yang dilakukan Bale Lombo, berfokus pada konsumen terdiri
dari menciptakan produk dan optimalisasi produksi dari segi kualitas produk
(bahan, jahitan, sablon, desain dan pilihan warna), identitas Bale Lombo
sebagai merchandise khas NTB yang mengusung pelestarian dan pengenalan
etnik NTB serta pelayanan yang diberikan Bale Lombo.
b. Value Proposition
Blok bangunan atau elemen proposisi nilai berupa nilai yang Bale Lombo
berikan kepada pelanggan. Nilai tersebut dapat berupa kuantitatif seperti
harga dan kecepatan layanan atau kualitatif seperti desain dan pengalaman
pelanggan. Sehingga dapat memberikan kesan dimata konsumen dan
membedakan Bale Lombo dengan distro-distro lainnya.
c. Customer Relationship
Hubungan pelanggan menggambarkan berbagai jenis hubungan yang
dibangun Bale Lombo bersama segmen pelanganggan yang spesifik
(Osterwalder 2012). Cara agar konsumen tetap setia adalah dengan membuat
hubungan baik dengan pelanggan yaitu Bale Lombo menyediakan wadah
untuk terus berhubungan dan semakin mempererat hubungan dengan
pelanggan terutama mitra melalui optimalisasi media yang ada (seperti,
whatsapp, twitter facebook, website dan sebagainya), pelayanan responsif,
penawaran khusus, diskon dan pemberian bonus. Bale Lombo menyadari
bahwa hubungan pelanggan yang diterapkan dalam model bisnis akan sangat
mempengaruhi pengalaman pelanggan secara keseluruhan.
d. Channel
Blok bangunan saluran channel menggambarkan bagaimana Bale Lombo
berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk
memberikan proposisi nilai (Osterwalder 2012). Bagi Bale Lombo channel
salah satu hal yang sangat perlu diperhatikan karena berhubungan dengan
segmen yang ingin diraih dan merupakan cara untuk menyampaikan produk
kepada konsumen. Semakin kreatif dalam menciptakan saluran akan
berpengaruh pada semakin besar peluang untuk unggul dalam persaingan dan
efektif dalam menjaring pelanggan.
47
Keterangan :
KSDM : Ketersediaan Sumber Daya Manusia
KSDK : Ketersediaan Sumber Daya Keuangan
KSDP : Ketersediaan Sumberdaya Produksi
NP : Network dan Pemasaran
DI : Dukungan Instansi
KA : Key Activity
VP : Value Propositions
CR : Customer Relationship
CH : Channel
Hirarki Tingkat Dua Strategi Pengembangan Usaha DBL
Hirarki tingkat kedua merupakan bagian dari hirarki utama, yang berasal
dari turunan alternatif hirarki utama. Terdiri dari implementasi strategi key
activity, implementasi strategi value proposition, implementasi strategi customer
relationship dan implementasi strategi channel. Hirarki ini dibuat guna
menentukan bobot dan prioritas sub komponen model batasan operasional agar
lebih spesifik dalam strategi pengembangan usaha. Pada struktur hirarki ini tidak
dilakukan penilaian karena keterbatasan waktu penelitian, sehingga hanya menjadi
masukan bagi penelitian selanjutnya. Strutur hirarki tingkat dua dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Hirarki tingkat dua implementasi strategi key activity (KA)
a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi KA
1) Kompetensi SDM
2) Inovasi produk
3) Penetapan harga
4) Jangkauan pasar
5) Aktivitas usaha
b. Alternatif strategi KA untuk mencapai fokus
1) Pengembangan kreatifitas dan kualitas layanan
2) Meningkatkan kualitas produk dan kuantitas produksi
3) Perluasan mitra dan jaringan
Gambar 5 Struktur hirarki strategi pengembangan disto Bale Lombo
48
Hirarki tingkat dua implementasi strategi value proposition (VP)
a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi VP
1) Kualitas dan kenyaman produk
2) Social entrepreneur
3) Layanan purna jual
4) Bonus merchandise
5) Made by order
b. Alternatif strategi VP untuk mencapai fokus
1) Pengembangan potensi lokal
2) Pengembangan desain dan model
3) Penggabungan kedua pengembangan
Hirarki tingkat dua implementasi strategi customer relationship (CR)
a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi CR
1) Komunikatif dan memuaskan
2) Informasi produk ter update
3) Diskon atau paketan harga
b. Alternatif strategi CR untuk mencapai fokus
1) Consumer priority
2) Menerapkan komunikasi Pemasaran
Hirarki tingkat dua implementasi strategi Channel
a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi channel
1) Jangkauan produk
2) Keberlanjutan hubungan kerjasama
3) Kemudahan akses
b. Alternatif strategi channel untuk mencapai fokus
1) Pengembangan mitra (reseller, distributor)
2) Bundling paket wisata dan bekerjasama dengan intansi pemerintah NTB
3) Optimalisasi media promosi
4) Penilaian pakar dan pengolahan data
Penilaian pakar dan pengolahan data
Penilaian struktur hirarki utama dilakukan oleh pihak internal yaitu pemilik
usaha (direktur, divisi keuangan, divisi desain dan divisi pemasaran) dan pihak
eksternal yang terdiri dari mitra usaha dan Dinas Perindustrian NTB. Hasil
pengolahan kuesioner dari masing-masing pakar diharapkan memiliki rasio
konsistensi tidak melebihi 0.1 karena apabila melebihi maka harus dilakukan
revisi pendapat. Rekapitulasi hasil perhitungan rasio konsistensi dari masing-
masing pakar secara lengkap dapat di lihat di Lampiran.
Peran kriteria pada pencapaian goal
Pelaksanaan strategi pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB
dipengaruhi oleh beberapa kriteria. Nilai/bobot kriteria pada strategi
pengembangan usaha disajikan pada Tabel 45.
Hasil pengolahan dari kriteria–kriteria penyusunan hierarki utama diperoleh
bobot dan prioritas yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan strategi
pengembangan usaha distro Bale Lombo. Berdasarkan hasil pengolahan,
ketersediaan sumber daya keuangan menjadi kriteria yang paling utama dengan
nilai bobot 0.253. Sebagai usaha baru ketersediaan sumber daya keuangan
49
memiliki peranan penting yang dapat mendukung aspek produksi, promosi dan
aktifitas usaha lainnya. Sumber daya keuangan awal Bale Lombo diperoleh dari
dana patungan pemilik, investor maupun pinjaman yang diolah untuk
mendapatkan revenue stream dari hasil penjualan
Tabel 45 Bobot kriteria penetapan strategi
Kriteria Bobot
Ketersediaan SDM (KS)
Ketersediaan Sumber Daya Keuangan (KSDK)
Ketersediaan Sumber Daya Produksi (KSDP)
Network dan Pemasaran (NP)
Dukungan Instansi (DI)
0.238
0.253
0.202
0.235
0.072
Faktor ketersediaan SDM menjadi kriteria kedua dengan bobot 0.238. Tim
yang solid sangat diperlukan dalam organisasi usaha terutama pada usaha baru
guna menghasilkan proses hilir ke hulu yang sustainable. Kapasitas sumber daya
untuk setiap posisi harus terpenuhi, jika tidak dapat menyebabkan double job
pada setiap orang yang berdampak kurang optimal hasil pekerjaan karena tidak
sesuai dengan kapasitas orang tersebut. Kriteria ke tiga adalah network dan
pemasaran dengan bobot 0.235, pemasaran diperlukan lebih dari sekadar
pengembangan produk yang baik, riset pasar akan kebutuhan dan keinginan
konsumen, pada bauran promosi teori pemasaran merupakan aktivitas komunikasi
utama perusahaan, seluruh bauran pemasaran yang terdiri produk, promosi, harga
dan tempat pasar dikoordinasikan untuk mencapai dampak komunikasi yang besar
dan efektif. Sebagai usaha baru Bale Lombo tidak hanya membutuhkan strategi
pemasaran saja namun memerlukan network yang mampu menghantarkan pesan –
pesan yang terkandung dalam produk agar sampai kepada konsumen. Saat ini
mitra Bale Lombo adalah tour travel, distro serta lembaga atau intansi yang
mengadakan event kedaerahan khas NTB.
Ketersediaan sumber daya produksi menjadi kriteria selanjutnya dengan
bobot 0.202. Produksi memiliki proses yang panjang dan keterkaitan yang tinggi
antar bagian mulai dari prediksi penjualan, desain produk, pencarian bahan baku
hingga pemesanan bahan baku. Berhubungan juga dengan mitra suplier,
memastikan kegiatan produksi dapat tercapai, dalam strategi pengembangan usaha
distro tentunya produk yang ditawarkan konsumen harus sesuai baik dari segi
kualitas, kenyamanan, desain dan sebagainya agar menarik minat dan kepuasan
konsumen. Kriteria terakhir adalah dukungan intansi dengan bobot 0.072,
dukungan intansi dibutuhkan untuk turut berperan dalam pengembangan usaha
dan pembinaan usaha Bale Lombo bercorak etnik NTB yang bertujuan pelestarian
etnik NTB.
Hasil penilaian terhadap alternatif strategi
Pengolahan struktur hirarki utama dilakukan secara horizontal dan vertikal.
Pengolahan horizontal dilakukan untuk mengetahui prioritas strategi dari tiap-tiap
kriteria.. Sedangkan pengolahan vertikal digunakan untuk menyususn prioritas
setiap elemen dalam hirarki terhadap sasaran utama (goal).
Pengolahan horizontal
Hasil pengolahan horizontal diperoleh bobot dari strategi pengembangan
usaha pada hirarki utama untuk masing-masing kriteria, tersaji pada tabel berikut.
50
Tabel 46 Bobot alternatif strategi untuk masing-masing kriteria
Kriteria/Strategi KS KSDK KSDP NP DI
KA
VP
CR
CH
0.187
0.380
0.156
0.276
0.498
0.226
0.115
0.161
0.462
0.208
0.112
0.219
0.085
0,164
0.280
0.471
0.255
0.170
0.299
0.277
Keterangan:KS = KetersediaanSDM; KSDK = Ketersediaan Sumber Daya Keuangan; KSDP = Ketersediaan Sumber Daya Produksi; NP = Network dan Pemasaran; DI = Dukungan Intansi; KA
= Key Activity; VP = Value Propositions; CR = Customer Relationship; CH = Channel.
Pengolahan vertikal
Alternatif pada strategi pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB
yang efektif terdiri dari elemen customer focus pada strategi Business Model
Generation (BMG). Bobot subkriteria untuk mencapai goal dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 47 Bobot alternatif strategi
Alternatif Strategi Bobot Urutan
Key Activity (KA)
Value Propositions (VP)
Customer Relationship (CR)
Channel
0.293
0.245
0.180
0.282
1
3
4
2
Hasil pengolahan data, prioritas utama untuk alternatif strategi
pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB dalam BMG yaitu key activity
dengan bobot nilai 0.293. Key activity menggambarkan hal-hal terpenting yang
harus dilakukan perusahaan, usaha Bale Lombo sebagai sebuah usaha baru
membutuhkan aktivitas kunci agar dapat beroperasi dengan sukses, seperti
menciptakan dan memberikan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan
hubungan pelanggan dan memperoleh pendapatan. Aktivitas kunci yang saat ini
dilakukan Bale Lombo adalah meningkatkan kualitas produk dan menciptakan
inovasi produk merchandise khas NTB salah satunya tas fesyen berbalut kain
tenun NTB, menetapkan harga yang sesuai bagi konsumen berdasarkan kondisi
pasar dan biaya produksi yang dikeluarkan, menjangkau pasar yang lebih luas
melalui perluasan mitra dan jaringan serta aktivitas usaha
Prioritas kedua yaitu channel dengan bobot 0.282, melalui optimalisasi
channel usaha baru dapat menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi
bagaimana pelanggan ingin dijangkau, hal ini sangat penting agar proposisi nilai
yang ditawarkan dapat tersampaikan. Channel yang dapat digunakan untuk
menjangkau pelanggan yaitu melalui saluran sendiri (pemasaran secara langsung)
dan melalui mitra atau gabungan dari keduanya. Bale Lombo sendiri
menggabungkan kedua saluran tersebut untuk meraih pasar, seperti optimalisasi
media internet (web dan media sosial), mobile market, pameran, bundling paket
wisata dan sistem reseller guna menarik pembeli dan meningkatkan penjualan
serta menumbuhkan kesadaran, keberadaan produk Bale Lombo dan
mempertahankan loyalitas konsumen dengan konsep AIDDA (Attention, Interest,
Desire, Decision and Action) Dalam hal ini Bale Lombo mengidentifikasi melalui
saluran mana segmen pelanggan ingin dijangkau, bagaimana Bale Lombo
menjangkaunya saat ini dan manakah saluran yang paling efisien dari segi biaya.
Value proposition menjadi alternatif proritas ketiga dengan bobot 0.245,
proposisi nilai yang diterapkan Bale Lombo menggabungkan antara produk dan
51
layanan untuk menciptakan segmen pelanggan yang spesifik. Proposisi nilai yang
dilakukan Bale Lombo adalah berupaya untuk menjadi inovatif dan mewakili
sebuah penawaran baru, meskipun sama dengan penawaran yang sudah ada
dipasar tetapi Bale Lombo menambahkan fitur atau atribut tambahan sebagai
pembeda. Nilai lebih yang Bale Lombo berikan seperti kualitas dan kenyaman
produk, mengusung social preneur melalui pengembangan potensi lokal (seperti
untuk saat ini pengrajin anyaman dan kain tenun NTB), memberikan layanan
purna jual yang solutif kepada pelanggan serta memberikan layanan made by
order dan kesesuaian dengan event di NTB. Customer relationship yang memiliki
bobot 0.182 menjadi alternatif terakhir yang dilakukan Bale Lombo untuk
mencapai tujuan berdasarkan penilaian ahli. Melalui pelayanan yang komunikatif
dan memuaskan, memberikan informasi ter update bagi pelangggan dan
memberikan diskon atau paketan harga bagi konsumen terutama mitra menjadi
strategi CR yang dilakukan Bale Lombo.
Rekomendasi Strategi Kanvas Business Model Generation (BMG)
Hasil penelitian yang telah dilakuan diperoleh sebuah rekomendasi kanvas
BMG baru untuk distro Bale Lombo, yang diharapan dapat membantu DBL untuk
mencapai tujuan usahanya.
Model bisnis Bale Lombo terfokus kepada hubungan pelanggan, inovasi
produk dan manajemen infrastruktur. Persepektif pelanggan dapat menjadi titik
awal untuk membuat model bisnis dengan cara memvisualisai merubah sudut
pandang kita sebagai pelanggan. Penelitian ini difokuskan kepada konsumen Bale
Lombo untuk menciptakan brand Bale Lombo yang efektif sebagai merchandise
khas NTB. Hasil dari penelitian, menunjukan yaitu pada elemen channel dan
customer relationship BMG perlu dilakukan peningkatan strategi.
Implikasi Manajerial
Perumusan strategi pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB akan
membantu Bale Lombo mencapai tujuan dengan menghasilkan strategi utama
untuk pengembangan usaha. Implikasi manajerial dalam strategi pengembangan
usaha Distro Bale Lombo berdasarkan strategi Business Model Generation dapat
dirumuskan dalam beberapa langkah strategis berikut :
Gambar 6 Rekomendasi kanvas bisnis Bale Lombo
Pengembangan kreatifitas produk dan
layanan
Inovasi
Produk
dan (Desain &
model)
Marketing
with love
Optimalisasi media promo &pengembangan
mitra
Lebih
ditingkatkan
52
a. Terkait key activity, setiap model bisnis membutuhkan aktifitas kunci yang
menjadi tindakan utama dalam bisnis yang membuat bisnis tersebut berjalan
dengan baik. Dengan menciptakan sebuah inovasi produk yang menjadi
prioritas utama dan perlu dilakukan riset terhadap pasar, melakukan
pengembangan bisnis serta survey konsumen dan juga promosi kepada
konsumen potensial. Selain itu perluasan jaringan atau mitra untuk
memudahkan akses pembelian dan memberikan pelayanan optimal agar
konsumen merasa nyaman dan puas.
b. Terkait value proposition, hal yang bisa dilakukan sebuah usaha untuk
memberikan proposisi nilai kepada pelanggan dapat bersifat kuantitatif
seperti, harga dan kecepatan layanan serta kualitatif desain, harga dan
pengalaman pelanggan. Dengan memberikan pelanggan sebuah pengalaman
terhadap produk dapat menciptakan proposisi nilai seperti ketika pelanggan
membeli produk merchandise khas NTB tidak hanya membeli produknya saja
namun turut serta mengembangkan potensi lokal NTB dan pelestarian etnik
NTB.
c. Terkait customer relationship, tanpa adanya pelanggan tidak mungkin sebuah
usaha akan memperoleh keuntungan dan bertahan lama, agar terus bertahan
hubungan pelanggan perlu diciptakan melalui pemberian bonus atau kegiatan-
kegiatan yang mengarah kepada kepuasn pelanggan seperti cepat tanggap,
ramah ketika melayani, memberikan informasi terhadap produk,
mendengarkan apa yang diinginkan pelanggan dan memberikan pelayanan
consumer priority sehingga pelanggan merasa diperlakukan lebih spesial.
Berdasarkan kepada penilaian konsumen, pendekatan yang dilakukan Bale
Lombo telah sesuai dengan harapan konsumen.
d. Terkait channel, produk ataupun jasa yang ditawarkan kepada konsumen
membutuhkan saluran penghubung untuk menyampaikan produk dan
proposisi nilai kepada konsumen. channel bisa secara langsung yaitu
perusahaan itu sendiri yang memasarkan, ada pula yang menggunakan jasa
mitra sebagai penghubung dan ada yang menggabungkan keduanya. Bale
Lombo menggabungkan kedua saluran tersebut penjualan secara langsung
ataupun membentuk mitra jaringan. Berdasarkan hasil penilaian konsumen
terkait channel yang dilakukan Bale Lombo dirasa kurang sehingga kurang
dikenal brand Bale Lombo, kesulitan dalam memperoleh produk dirasakan
konsumen. Oleh karena itu pengembangan mitra dan kerjasama bundling
paket wisata serta dukungan intansi dapat membantu pengembangan channel
brand distro Bale Lombo.
53
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Komponen (blok) dalam BMG terkait usaha DBL terfokus kepada konsumen,
seperti: key activity, value proposition, customer relationship dan channel.
Permasalahan yang dihadapi Bale Lombo adalah, kurangnya masyarakat yang
mengetahui brand Bale Lombo sebagai merchandise khas NTB, selain itu
pemasaran yang belum menyeluruh diseluruh NTB.
2. Penilaian konsumen sebagian besar menyatakan setuju terhadap elemen BMG
customer focus dan dengan nilai persepsi tertinggi berada pada elemen
customer relationship dan terendah pada channel. Hasil tabulasi silang
selanjutnya menyimpulkan profil dengan subtansi dan subtansi dengan
subtansi tidak seluruhnya memiliki hubungan.
3. Elemen penyusunan hirarki utama strategi pengembangan usaha distro yang
efektif terdiri dari kriteria dan alternatif. Alternatif merupakan empat elemen
customer focus BMG, alternatif prioritas dapat dijadikan implementasi strategi
hierarki kedua untuk memperoleh strategi pengembangan yang lebih spesifik.
Hasil penilaian dengan menggunakan metode AHP bahwa rekomendasi untuk
pengembangan usaha Bale Lombo adalah terfokus kepada elemen key activity.
Saran
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap brand Bale Lombo dan
penilaian persepsi konsumen dapat dijadikan masukan.
2. Mengajak kembali seluruh tim untuk berdiskusi mengenai strategi efektif
untuk pengembangan kedepan, hasil penelitian dapat menjadi masukan. 3. Penelitian selanjutnya dapat menggabungkan dari seluruh elemen BMG,
selain itu dapat menentukan prioritas utama dari hierarki kedua implementasi
strategi BMG customer focus yang telah dibuat.
54
DAFTAR PUSTAKA
Adorno. 1950. The authoritarian personality. New York (NY): Harper & Brothers
Anugerah. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Kue Kering Jalili Snack
Kecamatan Bogor Timur. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Cooper R dan Pamela S S. 2006. Metode Riset Bisnis Volume ke-2. Jakarta (ID):
PT Media Global Edukasi.
David F. 2009. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Fewidarto PD. 1996. Analitik Hierarki Proses. Paper Jurusan Teknologi
Pertanian. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian.
Habib R. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan Jahe pada CV.
Hanabio, Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kotler. 2009. Edisi 13. Manajemen Pemasaran Jilid 1 Edisi 13. Jakarta (ID):
Erlangga.
Magfiroh N, Marimin. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press.
Ningtias Y. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Kecil pada Waroeng Coklat.
[thesis]. Jakarta (ID): Bina Nusantara.
[PPUKM BI]. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Menengah Bank Indonesia
(ID).
Tim PPM Manajemen. 2012. Business Model Canvas. Jakarta (ID): PPM
Osterwalder A. 2012 Business Model Generation. Jakarta (ID): Elex Media
Komputindo.
Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (Terjemahan).
Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo
Sugianto M. 2010. Mudah Belajar Statistik dengan SPSS 18. Semarang (ID):
Wahana Komputer.
Suwinto. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis.Yogyakarta (ID): Graha
Ilmu.
Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Undang Undang Republik Indonesia No: 10. 2009. Tentang Kepariwisataan.
Yuldinawati L. 2013. Strategi Pengembangan Inovasi Produk Technopreneurship
melalui BMG pada Batik Geek. [thesis]. Bandung (ID): Universitas
Telkom Bandung.
www.kompas.com. 2013. [diakses 05 April 2013]. Tersedia pada
http://berita.indah.web.id/kompas_bisniskeuangan.
www.lombokkita.com. 2013. [diakses 05 April 2013]. Tersedia pada
http://www.lombokita.com/peristiwa/nasional/indonesia-bisa-jadi-pusat-
fashion-dunia-2025#.UY_P98Upfw8.
55
Lampiran 1 Hasil uji validitas
Key Activity r hitung Keterangan
KA1
KA2
KA3
KA4
KA5
KA6
KA7
KA8
KA9
KA10
0.728
0.810
0.814
0.714
0.783
0.809
0.849
0.751
0.794
0.665
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Value Proposition
VP1
VP2
VP3
VP4
VP5
VP6
VP7
VP8
0.641
0.804
0.751
0.679
0.748
0.793
0.768
0.707
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Customer Relationship
CR1
CR2
CR3
CR4
CR5
CR6
CR7
CR8
CR9
0.541
0.596
0.593
0.594
0.557
0.597
0.891
0.899
0.900
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Channel
CH1
CH2
CH3
CH4
CH5
CH6
CH7
0.591
0.615
0.629
0.700
0.427
0.840
0.636
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
56
Lampiran 2 Uji reabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.935 34
Indikator Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
KA1 120.960 262.665 0.631 0.933
KA2 121.000 261.583 0.672 0.933
KA3 121.060 260.392 0.733 0.932
KA4 121.160 262.556 0.767 0.932
KA5 121.020 262.104 0.694 0.933
KA6 121.000 261.917 0.729 0.932
KA7 121.200 260.416 0.789 0.932
KA8 121.200 261.957 0.674 0.933
KA9 121.350 261.148 0.693 0.932
KA10 121.290 263.333 0.481 0.934
VP1 120.960 267.040 0.449 0.934
VP2 120.980 262.020 0.710 0.932
VP3 121.270 264.532 0.649 0.933
VP4 121.180 266.278 0.579 0.934
VP5 121.040 260.707 0.781 0.932
VP6 121.240 261.647 0.833 0.932
VP7 121.200 262.791 0.553 0.933
VP8 121.470 263.754 0.535 0.934
CR1 121.160 264.931 0.558 0.934
CR2 121.140 260.292 0.770 0.932
CR3 121.080 262.410 0.652 0.933
CR4 121.060 259.309 0.718 0.932
CR5 121.120 261.901 0.673 0.933
CR6 120.880 261.485 0.720 0.932
CR7 124.140 242.875 0.563 0.936
CR8 124.020 241.187 0.541 0.938
CR9 124.040 241.790 0.540 0.938
CH1 121.140 255.792 0.639 0.932
CH2 121.470 269.546 0.250 0.936
CH3 121.570 269.042 0.216 0.937
CH4 122.270 269.741 0.250 0.936
CH5 121.370 272.112 0.135 0.938
CH6 121.390 259.242 0.675 0.932
CH7 121.270 262.991 0.519 0.934
57
Lampiran 3 Indikator penilaian konsumen
Indikator RR (1) S (2) SS (3) total Modus Skor
Penilaian Kriteria
KA1 7 28 16 51 2 2.1765 Setuju
KA2 6 31 14 51 2 2.1569 Setuju
KA3 7 32 12 51 2 2.0980 Setuju
KA4 8 36 7 51 2 1.9804 Setuju
KA5 7 31 13 51 2 2.1176 Setuju
KA6 4 34 13 51 2 2.1765 Setuju
KA7 9 34 8 51 2 1.9804 Setuju
KA8 13 28 10 51 2 1.9412 Setuju
KA9 18 25 8 51 2 1.8039 Setuju
KA10 19 19 13 51 2 1.8824 Setuju Key Activity 2.0314 setuju(
VP1 4 32 15 51 2 2.2157 Setuju
VP2 6 31 14 51 2 2.1569 Setuju
VP3 9 38 4 51 2 1.9020 Setuju
VP4 6 40 5 51 2 1.9804 Setuju
VP5 8 30 13 51 2 2.0980 Setuju
VP6 11 35 5 51 2 1.8824 Setuju
VP7 14 26 11 51 2 1.9412 Setuju
VP8 18 29 4 51 2 1.7255 Setuju Value
Propositions 1.9877 Setuju
CR1 8 34 9 51 2 2.0196 Setuju
CR2 11 30 10 51 2 1.9804 Setuju
CR3 8 32 11 51 2 2.0588 Setuju
CR4 6 33 12 51 2 2.1176 Setuju
CR5 9 32 10 51 2 2.0196 Setuju
CR6 5 28 18 51 2 2.2549 Setuju
CR7 4 6 3 13 2 1.9231 Setuju
CR8 0 10 3 13 2 2.2308 Setuju
CR9 1 9 3 13 2 2.1538 Setuju
Customer Relationship
2.0843
Setuju
CH1 9 26 16 51 2 2.1373 Setuju
CH2 14 33 4 51 2 1.8039 Setuju
CH3 20 23 8 51 2 1.7647 Setuju
CH4 40 10 1 51 1 1.2353 Ragu – ragu
CH5 11 33 7 51 2 1.9216 Setuju
CH6 19 24 8 51 2 1.7843 Setuju
CH7 12 30 9 51 2 1.9412 Setuju
Channel 1.7983 Setuju
58
Lampiran 4 Rekapitulasi hasil tabulasi silang
NNo
Profile
SubstansiCustomer Focus
Key Activity Value Proposition Customer Relationship Channel
Produk Pelayanan Harga Desain NilaiTambah Diskon/Bonus Kepuasan Pelanggan
Lokasi Media Promosi
1 JenisKelamin TS ** - TS ** * TS * TS
2 Penduduk NTB dan Non NTB ** * TS TS TS TS TS * TS
3 Lama Tinggal di NTB ** TS TS ** - TS TS TS -
4 Usia TS TS TS TS TS TS TS - TS
5 Pengeluaran TS TS TS TS - TS TS TS -
6 Tujuan ke NTB TS TS - - TS TS TS TS TS
7 Rencana di NTB ** TS TS TS ** TS TS * -
8 Frekuensi kunjungan TS TS TS TS TS TS TS TS -
No
Substansi
SubstansiCustomer Focus
Key Activity Value Proposition Customer Relationship Channel
Produk Pelayanan Harga Desain NilaiTambah Diskon/Bonus KepuasanPelanggan Lokasi Media
Promosi
1 Key Activity
Produk * * * * * * *
Pelayanan * - * - * - -
2.
Value Proposition
Harga TS TS - * ** TS
Desain - TS - * ** TS
NilaiTambah * * - TS
3 Customer Relathionship
Diskon/Bonus TS * TS
KepuasanPelanggan * *
4 Channel Lokasi
Media Promosi
Keterangan * Siginifikan pada taraf 5% TS Tidak signifikan *
* Signifikan pada taraf 10% - Tidak di uji
59
Lampiran 5 Hirarki utama strategi pengembangan usaha DBL
Keterangan :
KA : Key Activities
VP : Value Propositions
CR : Customer Relationship
Ch : Channel
KA (0.293)
VP (0.245)
CR (0.180) Ch (0.282)
Strategi Pengembangan Distro Bale Lombo yang
Efektif “Menumbuhkan Brand Awarness Bale Lombo
Sebagai Merchandise khas NTB”
Ketersediaan
SDM
(0.238)
Ketersediaan Sumber
Daya Keuangan
(0.253)
Dukungan Intansi
(0.072)
Network dan
Pemasaran
(0.235)
Ketersediaan Sumber
Daya Produksi
(0.202)
Kriteria
a
Alternatif
60
Lampiran 6 Hirarki kedua strategi pengembangan usaha DBL
Implementasi Strategi Key Activity
Kompetensi SDM Inovasi Produk Jangkauan Pasar Penetapan Harga Aktivitas usaha
Pengembangan Kreatifitas
dan Meningkatkan
Kualitas Layanan
Perluasan Mitra dan
Jaringan Meningkatkan Kualitas Produk
dan Kuantitas Produksi
Kriteria
Alternatif
Kriteria
Alternatif
Implementasi Strategi Value Propositions
Kualitas dan
Kenyaman Produk
Social
Entrepreneur Bonus
Merchandise
Layanan Purna
Jual Made by Order
Pengembangan Potensi
Lokal
Penggabungan Kedua
Pengembangan
Pengembangan Desain dan Model
61
Lanjutan Hierarki kedua strategi pengembangan usaha DBL
Keberlanjutan Hubungan Kerjasama
Implementasi Strategi Channel
Jangkauan Produk Kemudahan Akses
Pengembangan Mitra
(Reseller, Distributor)
Optimalisasi Media
Promosi
Bundling Paket Wisata &
Bekerjasama dengan
Intansi Pemerintah NTB
Kriteria
Alternatif
Kriteria
Alternatif
Implementasi Strategi Customer Relationship
Komunikatif dan
Memuaskan
Informasi produk
ter update
Diskon dan Paketan
Harga
Consumer Priority
Menerapkan Komunikasi
Pemasaran
62
62
Lampiran 7 Hasil pengolahan AHP
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rasio Konsistensi
Pakar Rasio Konsistensi Hirarki Utama
KS KSDK KSDP NP DI Goal
1 0.08 0.07 0.02 0.06 0.00 0.04
2 0.02 0.01 0.03 0.09 0.05 0.03
3 0.03 0.06 0.04 0.04 0.05 0.04
4 0.04 0.01 0.07 0.06 0.01 0.05
5 0.05 0.03 0.04 0.00 0.03 0.06
6 0.01 0.07 0.04 0.01 0.06 0.05
KS KSDK KSDP NP DI Goal
Gabungan 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01 0.01
Bobot Kriteria Terhadap Goal
Bobot Alternatif
63
Penjualan produk Bale Lombo di tempat wisata dan Bandara
Internasional Lombo
Mitra Bale Lombo, Pengrajin kain tenun dan anyaman
Salah satu media promosi Bale Lombo
Display produk Bale Lombo
Lampiran 8 Produk Bale Lombo
64
Lampiran 9 Rencana pengumpulan data terkait dengan tujuan penelitian
N
No Tujuan Data yang Dibutuhkan
Metode
Pengumpulan Data
Metode
Analisi Data
1
1
.
Mengidentifikasi
unsur komponen
(blok) dalam
Business Model
Generation (BMG)
terkait usaha distro
Bale Lombo
Gambaran usaha DBL
Data penjualan DBL
Data konsumen DBL
Media promosi DBL
Data industry kreatif
NTB
Wawancara, studi
literatur dan
dokumentasi
BMG
2
2
3
3
3.
Menetapkan
komponen utama
BMG customer
focus yang perlu
mendapatkan
perhatian untuk
peningkatan usaha
Merekomendasi
strategi pengembangan
komponen utama
BMG customer
focus
Profil konsumen DBL
Penilaian konsumen
terkait BMG
Pendapat Ahli, yaitu :
pemilik usaha, Dinas Perindustrian NTB dan
mitra DBL
Hasil penilaian
struktur dari pakar
Kuesioner dan
Wawancara
Kaji literature dan
pendapat pakar
Cross tab
dengan
menggunakan
chi-square
AHP
3
65
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Wahyuni Fitri Herawati, lahir di Rumah Sakit PMI
Bogor, pada tanggal 06 Mei 1989. Anak pertama dari pasangan Wahyudi dan Siti
Masitoh. Memiliki seorang adik perempuan bernama Wahyuni Dwi Wijayanti
yang sedang menjalankan studi di Universitas Padjajaran Bandung, jurusan ilmu
perikanan.
Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negri 1 Cibadak-Sukabumi dan
pada tahun yang sama penulis lulus dari seleksi masuk melalui jalur PPKA di
Akademi Pimpinan Perusahaan, Kementerian Perindustrian RI. Lulus diploma
penulis sempat bekerja dan pada tahun 2011 penulis melanjutkan S1 Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi
kemahasiswaan di kampus sebagai kepala departemen KOMINFO Executive of
Management tahun 2012-2013. Bulan Maret-Juni 2013 penulis melaksanakan
penelitian di distro Bale Lombo dengan judul Strategi Pengembangan Usaha
Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation.
Top Related