Download - STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

Transcript
Page 1: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN

PEDAGANG KAKI LIMA (STREET VENDORS)

(Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang Dan Pedagang Kaki Lima Jalan

Zaenal Zakse)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

AGNES DWI HARDIANTI

NIM. 135030100111012

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

MALANG

2017

Page 2: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang
Page 3: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang
Page 4: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang
Page 5: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

CURICULLUM VITAE

Nama : Agnes Dwi Hardianti

Nomor Induk Mahasiswa : 135030100111012

Tempat dan Tanggal Lahir : Malang, 29 Agustus 1995

Pendidikan : 1. SDN 02 Watugede Tamat tahun 2007

2. SMPN 01 Singosari Tamat tahun 2010

3. SMAN 01 Lawang Tamat tahun 2013

Publikasi-publikasi atau

Karya Ilmiah : -

Page 6: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skipsi ini merupakan sebuah karya dari hasil perjuangan penulis yang

tidak akan selesai tanpa adanya dan dukungan dari banyak pihak. Oleh sebab itu

pada kesempatan ini penulis mempersembahkan karya ini kepada:

Kedua orang tua yang saya cintai Bapak Hardiono dan Ibu Juwariah yang

telah memberikan doa dan segala dukungannya kepada penulis. Kakakku tercinta

Vivin, adikku Putri dan keponakanku Habib yang telah memberikan semangat dan

dukungan lainya kepada penulis.

Sahabat dan teman seperjuangan Astri, Intan, Ghina, Novia, Mufida,

Daning dan teman-teman mahasiswa Ilmu Admnistrasi Publik Universitas

Brawijaya Malang angkatan 2013.

Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan serta doanya

selama penulis melakukan penelitian.

Page 7: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

RINGKASAN

Agnes Dwi Hardianti, 2017, Strategi Pemerintah Daerah dalam Penataan

Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

Kaki Lima Jalan Zaenal Zakse), Dr. Hermawan, S. IP, M. Si., 124 + xiv

Penelitian ini membahas mengenai strategi pemerintah daerah dalam

penataan pedagang kaki lima di kota Malang. Penataan pedagang kaki lima

dilakukan yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi dua pihak yaitu

pemerintah daerah dan pedagang kaki lima. Bagi pemerintah daerah penataan

tersebut dalam upaya untuk mewujudkan estetika kota Malang yang bersih, rapi,

indah dan jauh dari kesan kumuh. Selain itu memberikan wadah bagi pedagang

kaki lima sendiri dapat berkontribusi pada pendapatan daerah melalui penarikan

retribusi. Bagi pedagang kaki lima sendiri hal tersebut menunjukkan bahwa

pemerintah daerah peduli terhadap eksistensi pedagang kaki lima tanpa

melakukan tindakan yang merugikan.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif jenis deskriptif. Fokus

pertama penelitian ini mengenai strategi pemerintah daerah dalam penataan

pedagang kaki lima. Kemudian fokus kedua mengenai faktor pendukung dan

penghambat dalam penataan pedagang kaki lima. analisis data yang digunakan

daam penelitian ini yaitu model interaktif Miles, Huberman dan Saldana.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa Dinas Perdagangan Kota Malang

bahwa sebagai dinas baru yang mengganti dinas pasar belum memiliki Renstra

yang dapat mengakomodir kebijakan dan program dalam penataan pedagang kaki

lima. Dinas Perdagangan dalam menangani permasalahan pedagang kaki lima

bersifat reaktif dan tidak antisipatif. Serta kendala-kendala muncul berasal dari

pedagang kaki lima itu sendiri.

Rekomendasi dari peneliti yang dapat diberikan adalah retribusi yang

dikenakan kepada pedagang kaki lima kemudian diberlakukan self saving dimana

tujuannya adalah untuk pengelolaan pedagang kaki lima jangka panjang.

Pembangunan fasilitas bagi pedagang kaki lima yang direlokasi dalam upaya

untuk merevitalisasi atau renovasi pasar dapat bekerja sama dengan pihak swasta

seperti CSR (Corporate Social Responsibility). Peningkatan jumlah pasukan

Wastib dimaksudkan untuk memaksimalkan fungsi pengawasan dan penertiban.

Kata kunci: strategi, penataan, pedagang kaki lima

Page 8: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

SUMMARY

Agnes Dwi Hardianti, 2017, Strategy Local Government in the Structuring

of Street Vendors ( A Study of the Office of Trade Malang City and Zaenal Zakse

Street Vendors ), Dr. Hermawan, S. IP, M. Si., 124 + xiv

This research discusses strategy local government in the structuring of

street vendors in the Malang city. The structuring of street vendors done that aims

to benefit two parties namely regional government and street vendors. For local

governments the structuring in an effort to embody aesthetic poor clean city , neat,

beautiful and far from the slum. Besides that they also gave place for street

vendors own contributes to regional income through of levies. For street vendors

it is indicated that local governments care about existence street vendors without

do disservice .

This research using the qualitative study kind of descriptive. First focus of

this research on the strategy local government in the structuring of street vendors.

Then focused second on by factors in support and inhibitors in the structuring of

street vendors. Data analysis used dwelling research is model interactive miles ,

huberman and saldana

Research shows that the office of trade city mala that as new agency that

replace the omm do not have renstra can accommodate programs and policies to

manage the vendors .The office of trade in dealing with problems street vendors is

reactive and does not have a anticipation .And obstacles appear derived from

street vendors itself.

Recommendations from researchers can be given is levies imposed upon

street vendors then imposed self saving where the goal is to manage street vendors

long term. The establishment of facilities for street vendors which be relocated in

an effort to revitalize or renovation can cooperate with private sector as csr

(Corporate Social Responsibility). Increase the number of Wastib intended to

maxime the function of supervision and control.

Key word: strategy , structuring, street vendors

Page 9: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Strategi Pemerintah Daerah dalam Penataan Pedagang Kaki

Lima (Studi pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang Kaki Lima

Jalan Zaenal Zakse). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang ditujukan untuk

memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Publik pada

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

2. Bapak Dr. Choirul Saleh, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Publik Universitas Brawijaya Malang.

3. Bapak Dr. Hermawan, S.IP, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan masukan dan saran perbaikan yang bermanfaat atas

penyusunan skripsi ini.

4. Bapak/Ibu Dosen FIA Publik Universitas Brawijaya Malang yang telah

memberikan segala ilmunya selama penulis berada di bangku kuliah,

hingga sampai pada tahap akhir penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf/pegawai FIA Universitas Brawijaya Malang yang telah

membantu kelancaran segala urusan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Eko Sriyuliadi, S. Sos, MM selaku Kepala Bidang Pengelolaan

Pasar Dinas Perdagangan Kota Malang, Bapak Andy Hamzah, S. Sos

selaku Kepala Seksi Pembinaan Pedagang Kaki lima Dinas Perdagangan

Page 10: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

Kota Malang serta seluruh staf Dinas Perdagangan Kota Malang yang

telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

7. Kedua orang tua yang saya sayangi dan cintai, yang telah memberikan doa

dan dukungan sepenuhnya kepada penulis.

8. Keluarga besar yang telah memberikan semangat serta dukungan kepada

penulis.

9. Sahabat dan teman-teman mahasiswa Ilmu Administrasi Publik

Universitas Brawijaya terima kasih telah memberikan bantuan serta arahan

kepada penulis.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran serta kritik yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 7 Juni 2017

Penulis

Page 11: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

DAFTAR ISI

Halaman

MOTTO ............................................................................................................... ii

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iv

PERNYATAAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................................... v

RINGKASAN ..................................................................................................... vi

SUMMARY ........................................................................................................ vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8

D. Kontribusi Penelitian ...................................................................................... 9

E. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 12

A. Administrasi Publik ...................................................................................... 12

a. Pengertian Administrasi Publik .............................................................. 12

b. Ruang Lingkup Administrasi Publik ...................................................... 13

B. Strategi .......................................................................................................... 15

1. Pengertian Strategi .................................................................................. 15

2. Tipe-tipe Strategi .................................................................................... 16

3. Komponen Strategi ................................................................................. 17

4. Manfaat Strategi ..................................................................................... 18

Page 12: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

C. Penataan Ruang Kota ................................................................................... 19

1. Pengertian Penataan Ruang Kota ........................................................... 19

2. Prosedur Penataan Ruang Kota .............................................................. 22

D. Sektor Informal ............................................................................................. 23

1. Pengertian dan Ciri-ciri Sektor Informal ................................................ 23

2. Manfaat Sektor Informal ........................................................................ 25

E. Pedagang Kaki Lima .................................................................................... 26

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima ............................................................ 26

2. Penataan Pedagang Kaki Lima ............................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 32

A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 32

B. Fokus Penelitian............................................................................................ 32

C. Lokasi dan Situs Penelitian ........................................................................... 33

D. Sumber Data ................................................................................................. 34

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 36

F. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 38

G. Analisis Data ................................................................................................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 43

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................. 43

1. Gambaran Umum Kota Malang.............................................................. 43

2. Gambaran Umum Dinas Pasar Kota Malang ......................................... 51

3. Gambaran Umum Dinas Perdagangan Kota Malang.............................. 56

B. Penyajian Data Fokus ................................................................................... 58

1. Strategi Pemerintah Daerah dalam Penataan Pedagang Kaki Lima ....... 58

a. Kebijakan Pemda dalam Penataan Pedagang Kaki Lima ................. 58

b. Program Pemda dalam Penataan Pedagang Kaki Lima .................... 80

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Strategi Dinas Perdagangan

Kota Malang dalam Penataan Pedagang Kaki lima ................................ 84

a. Faktor Pendukung ............................................................................. 84

b. Faktor Penghambat ........................................................................... 91

C. Pembahasan .................................................................................................. 96

Page 13: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

1. Strategi Dinas Perdagangan Kota Malang dalam Penataan Pedagang

Kaki lima ............................................................................................... 97

a. Kebijakan Pemda dalam Penataan Pedagang Kaki Lima ................. 97

b. Pembinaan Pemda dalam Penataan Pedagang Kaki Lima .............. 104

c. Rekomendasi Strategi dalam Penataan Pedagang Kaki Lima ........ 107

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Strategi Dinas Perdagangan

Kota Malang dalam Penataan Pedagang Kaki lima ............................ 110

a. Faktor Pendukung ........................................................................... 110

b. Faktor Penghambat ......................................................................... 115

BAB V KESIMPULAN .................................................................................. 120

A. Kesimpulan ........................................................................................... 120

B. Saran ..................................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 122

LAMPIRAN

Page 14: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Rekapitulasi Data Pedagang Kaki Lima Tahun 2015 .................... 70

Tabel 2. Pedagang Kaki Lima Binaan .......................................................... 79

Tabel 3. Pendapatan Asli Daerah Kota Malang ........................................... 90

Tabel 4. Lokasi Bukan Peruntukkan Bagi PKL ........................................... 93

Page 15: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ............. 40

Gambar 2. Peta Kota Malang ....................................................................... 46

Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Perdagangan ..................................... 67

Gambar 4. Form Identitas Pedagang Kaki Lima .......................................... 73

Gambar 5. Pendataan PKL di Jodipan oleh Dinas Perdagangan .................. 73

Gambar 6. Pedagang Kaki Lima jalan Zaenal Zakse ................................... 83

Gambar 7. Jalan Zaenal Zakse Steril ............................................................ 83

Gambar 8. Retribusi oleh Dinas Perdagangan .............................................. 91

Page 16: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan yang dilakukan tidak merata mengakibatkan masyarakat

mulai bermigrasi ke daerah dengan pembangunan pesat tersebut. Indonesia

memiliki lahan perkotaan terbesar ketiga terbesar di Asia setelah Cina dan Jepang,

Indonesia memperoleh 4% pertumbuhan PDB untuk setiap pertumbuhan

urbanisasi (www.worldbank.org, 2016). Urbanisasi sendiri di lakukan oleh

mereka yang tidak memiliki pekerjaan di desa dan mengharapkan untuk

memperoleh pekerjaan yang layak di kota. Perkotaan dengan fasilitas-fasilitas

dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan yang di miliki menjadikan salah satu

daya tarik, dengan daya tarik tersebut jumlah penduduk di perkotaan mengalami

peningkatan di akibatkan dari masyarakat pedesaan yang melakukan migrasi ke

kota. Menurut Panwar (2015, 71) menyatakan bahwa:

“Urbanization refers to the growth of towns and cities, often at the

expense of rural areas, as people move to urban centers in search of jobs

and what they hope will be a better life. The majority of the people

migrated or planning to migrate from rural to urban areas for earning

their livelihood”, (Urbanisasi mengacu pada pertumbuhan perkotaan,

sering dengan mengorbankan daerah pedesaan, sebagaian orang-orang

pindah ke pusat-pusat kota untuk mencari pekerjaan dan apa yang mereka

harapkan akan menjadi kehidupan yang lebih baik. Sebagian besar orang

bermigrasi atau berencana untuk bermigrasi dari desa ke kota untuk

mencari nafkah mereka).

Berbagai alasan peluang kerja di perkotaan saat ini sulit untuk dicari

terlebih apabila seseorang tersebut tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan

Page 17: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

2

yang mumpuni, maka hal yang terjadi adalah pengangguran di perkotaan.

Kurangnya investasi insfrastruktur mempertajam kerentanan masyarakat, investasi

insfrastruktur pada kota-kota di Indonesia hanya meningkat 3% dari PDB

(www.worldbank.org, 2016). Hal tersebut juga membuat pengangguran yang

terjadi dari dampak kegiatan perekonomian yang menurun, agar tetap memperoleh

penghasilan mereka melakukan pekerjaan diluar sektor formal yaitu sektor

informal. Pada sektor informal, aktivitas-aktivitas ekonomi yang dilakukan mudah

untuk dimasuki, dengan kata lain bahwa sektor informal ini tidak mengikat suatu

perjanjian pekerjaan dikarenakan usaha yang dilakukan adalah usaha milik sendiri

dan bersumber daya lokal. Meskipun operasionalnya dalam skala kecil, tetapi

keterampilan yang dimiliki sektor informal di luar dari sektor formal sehingga

menghasilkan suatu barang atau jasa yang sifatnya padat karya. Pada kegiatan

sektor informal yang dijalankan tidak terkena secara langsung oleh suatu regulasi

tetapi secara empiris sektor informal sangat kompetitif.

Pada daerah perkotaan sering ditemukan sektor-sektor informal hampir di

setiap sudut kota. Kegiatan ekonomi tersebut adalah sebagai pedagang pada sektor

informal, dalam hal ini sering disebut sebagai pedagang kaki lima atau street

vendor. Menurut Saha (2011, 302), “street vendors can be said to signify a viable

solution to some of the problems of the poverty-stricken urban dwellers”

(pedagang kaki lima dapat dikatakan sebagai solusi yang dapat berjalan dari

berbagai permasalahan kemiskinan penduduk perkotaan). Lain halnya dengan

Onyango (2012, 107), “street vending is the sub-sector of informal businesses that

Page 18: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

3

operate in urban spaces meant for other uses” (pedagang kaki lima merupakan

sub sektor dari bisnis informal yang menjalankan bisnisnya di daerah perkotaan).

Pada hakikatnya peran pedagang kaki lima sangat terlihat dalam kegiatan

perekenomian, telah membawa pengakuan peran pedagang kaki lima dalam hal

menciptakan lapangan kerja. Seperti yang diungkapkan Kyoko (2006: 8)

“Increasing recognition of the role of the informal economy in developing

countries has brought an acknowledgement of the role of street vending in terms

of creating employment, and a critical subsistence income for the urban poor”,

(meningkatkan pengakuan peran ekonomi informal di negara-negara berkembang

telah membawa pengakuan peran (PKL) dalam hal menciptakan lapangan kerja,

dan pendapatan penting bagi kaum miskin di kota). Menciptakan lapangan kerja

sendiri adalah sebuah kemandirian masyarakat dimana peran pemerintah tentu

tidak terlihat. Tetapi salah satu masalah yang dihadapi dari pedagang kaki lima

adalah seringnya menggunakan fasilitas publik, maka dari itu perlu untuk

dilakukan penataan bagi pedagang kaki lima.

Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai

strategi penataan pedagang kaki lima pada dunia internasional. Pada penelitian

Indira yang berjudul A Study of Street Vending Across the Globe pada tahun 2014

menjelaskan bahwa pedagang kaki lima sebagai sektor informal yang menyebar

luas pada negara berkembang maupun pada negara maju. Singapura merupakan

satu-satunya negara di dunia yang memberikan ijin bersertifikat bagi pedagang

kaki lima. Malaysia mengimplementasikan program bagi pedagang kaki lima

dengan memberikan bantuan dana kredit, pelatihan serta meningkatkan fasilitas

Page 19: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

4

bagi pedagang kaki lima. Kemudian pada penelitian Weng dan Kim yang berjudul

The Critical Role of Street Vendor Organizations in Relocating Street Vendors

Into Public Markets: The Case of Hsinchu City, Taiwan pada tahun 2016

menjelaskan bahwa terdapat dua tempat relokasi bagi pedagang kaki lima di kota

Hsinchu yaitu pada Zhu Lian (ZL) market dan Guan Dong (GD) market project.

Dimana relokasi pertama kali pedagang kaki lima telah sukses untuk dipindahkan

ke Zhu Lian (ZL) market. Sedangkan untuk mengulangi kesuksesan relokasi

pertama pemerintah membangun Guan Dong (GD) market project, tetapi sangat

disayangkan relokasi tersebut gagal dikarenakan terletak pada bagian kota yang

tidak kompetitif sehingga pedagang kaki lima yang berpindah hanya sedikit dan

terjadi perlawanan.

Kemudian pada penelitian Panwar dan Vikas yang berjudul Issues And

Challenges Faced By Vendors On Urban Streets: A Case Of Sonipat City, India

pada tahun 2015 menjelaskan bahwa pedagang kaki lima di India bertebaran

hampir disetiap sudut jalan. Menghadapi permasalahan tersebut, pemerintah India

membuat suatu regulasi dan melindungi pedagang kaki lima. Regulasi tersebut

berupa pembuatan zona khusus bagi pedagang kaki lima, bagi pedagang kaki lima

yang telah beroperasi lebih dari empat belas tahun maka sertifikat akan diberikan

tetapi apabila melanggar peraturan sertifikat tersebut akan dicabut. Pedagang kaki

lima yang tidak berpindah pada zona yang ditentukan maka akan dikenakan

pinalti berupa denda.

Pedagang kaki lima di Indonesia misalnya Jakarta, Yogyakarta, Semarang

dan Surabaya mengalami permasalahan serupa mengenai pedagang kaki lima

Page 20: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

5

yang sulit untuk dilakukan penataan. Berdasarkan data tidak resmi yang

dikeluarkan oleh Asosiasi Pedagang Kaki lima (APKLI) pada tahun 2015, jumlah

pedagang kaki lima di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 22 juta jiwa.

Salah satu kota yang mengalami masalah serius mengenai penataan

pedagang kaki lima adalah Kota Malang, sebagai kota terbesar kedua setelah kota

Surabaya di Jawa Timur menjadi salah satu destinasi bagi para migran dan

mengadukan nasibnya mencari pekerjaan dengan menjadi pedagang kaki lima.

Data Dinas Pasar Pemerintahan Kota Malang tahun 2016 mencatat bahwa dari

seluruh jumlah pedagang kaki lima, 70 % diantaranya merupakan warga asli

Malang serta 30 % sisanya merupakan warga luar kota. Selain disebabkan oleh

urbanisasi, pedagang kaki lima muncul karena pengangguran dan adanya PHK.

Data Badan Pusat Statistik Kota Malang angka pengangguran di Kota Malang

pada tahun 2015 mencapai 29.606 jiwa. Data Dinas Tenaga Kerja Kota Malang

tahun 2015 mencatat buruh yang terkena PHK pada tahun 2015 sebesar 2000

jiwa.

Sudah menjadi tugas pemerintah daerah dalam menemukan jalan keluar

permasalahan pedagang kaki lima. Pemerintah daerah melalui satuan kerja

perangkat daerah yaitu Dinas Pasar dan pada tahun 2017 berganti menjadi Dinas

Perdagangan yang diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus

pedagang kaki lima. Pemerintah kota Malang sendiri telah melakukan berbagai

upaya dalam penataan bagi pedagang kaki lima dengan menentukan kawasan

yang dilarang untuk berjualan bagi PKL diantaranya di area Alun-alun Merdeka,

sepanjang Jalan Ijen, Pasar Besar, Alun-alun Tugu, Jalan Trunojoyo dan lainnya

Page 21: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

6

(antarajatim.com, 2014). Kemudian juga pemerintah menyediakan kios-kios

seperti yang terdapat pada daerah sekitar stasiun Kota Baru, yang mana kios

tersebut telah memberikan ruang yang layak bagi beberapa para pedagang kaki

lima. Tetapi terdapat banyak kendala lain dalam melakukan upaya penataan, kios-

kios yang disediakan tidak dapat menampung semua pedagang kaki lima lantaran

anggaran yang tersedia tidak mencukupi untuk mengakomodir semua pedagang

kaki lima di kota Malang. Sehingga masih banyak pedagang kaki lima yang

menggelar dagangannya di sembarang tempat di pusat-pusat keramaian kota

Malang seperti di pinggir-pinggir jalan dan trotoar.

Terdapat masalah utama mengapa pedagang kaki lima perlu untuk

dilakukan penataan agar tempat yang digunakan sesuai dengan peruntukkan

utama. Pertama, Masalah utama mengapa pedagang kaki lima perlu dilakukan

penataan oleh pemerintah kota, pedagang kaki lima pada umumnya melanggar

peraturan daerah seperti tidak mengindahkan peraturan yang ada. Peraturan yang

dilanggar tersebut antara lain adalah Peraturan Daerah Tahun 2000 Nomor 1

Tentang Pengaturan dan Pembinaan pedagang kaki lima kota Malang, pada

peraturan ini jelas disebutkan bahwa pedagang kaki lima dilarang untuk

melakukan kegiatan di jalan, trotoar, jalur hijau, dan fasilitas umum milik publik

dengan mendirikan tempat usaha yang permanen atau semi permanen. Sehingga

kegiatan pedagang kaki lima yang demikian tersebut dapat menimbulkan kerugian

dalam hal kebersihan, estetika keindahan kota, ketertiban, keamanan,

menghambat arus lalu lintas jalan raya dan mengganggu kenyamanan.

Page 22: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

7

Kedua, penataan terhadap pedagang kaki lima dilakukan untuk

mengakomodasi kebutuhan akan aktivitas mereka. Pada Lakip Kota Malang tahun

2015, upaya pengendalian pemanfaatan ruang diarahkan untuk menjamin

tercapainya tujuan dan sasaran Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun

2010-2030, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030.

Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan melalui penetapan Rencana

Detail Tata Ruang dan peraturan zonasi-nya, perizinan pemanfaatan ruang,

pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Pada masalah ini,

beberapa area publik yang sering digunakan oleh pedagang kaki lima, serta

seringnya menempati ruang publik yang berakibat pada fungsi utama area publik

menjadi tidak maksimal. Maka disini peran pemerintah adalah bagaimana

menyeimbangkan antara kebutuhan masyarakat dengan kebutuhan penataan kota

tanpa mengorbankan salah satunya, pemerintah memerlukan strategi khusus

dalam penanganan penataan pedagang kaki lima.

Strategi merupakan prioritas atau arah keseluruhan secara luas yang

diambil oleh suatu organisasi yang berupa pilihan-pilihan tentang bagaimana cara

terbaik untuk mencapai misi tersebut. Menurut William F. Glueck (dalam

Amirullah, 2015: 4), mendefinisikann strategi sebagai sebuah rencana yang

disatukan, luas, dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi

organisasi dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan

bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.

Dengan penetapan strategi yang tepat bagi Dinas Perdagangan maka kedepan

Page 23: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

8

dalam pelaksanaan program-program penataan pedagang kaki lima dapat berjalan

maksimal dan meminimalkan hambatan yang muncul.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, menarik bagi peneliti untuk

melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pemerintah Daerah dalam

Penataan Pedagang Kaki lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang

dan Pedagang Kaki Lima Jalan Zaenal Zakse)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah strategi pemerintah daerah dalam penataan pedagang

kaki lima?

2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat Pemerintah Daerah

dalam penataan Pedagang Kaki Lima?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

antara lain:

1. Terdeskripsi dan menganalisis strategi pemerintah daerah dalam

penataan pedagang kaki lima.

2. Terindentifikasi dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat

Pemerintah Daerah dalam penataan Pedagang Kaki Lima.

Page 24: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

9

D. Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

akademik maupun praktis yang meliputi:

1. Secara Akademis

Secara akademis, sebagai wacana ilmiah dan bahan bagi peneliti lain

yang mengkaji strategi pemerintah daerah dalam penataan pedagang

kaki lima di Kota Malang.

2. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan pemaparan dan

menganalisis strategi yang dilakukan pemerintah daerah dalam

penataan pedagang kaki lima dan kedepan dapat mengatasi

permasalahan terkait. Selain itu menjadi bahan masukan bagi

pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan yang lebih

mendukung kepada masyarakat.

E. Sistematika Pembahasan

Penulisan proposal skripsi ini disajikan dalam tiga bab, masing-masing

bab memberikan pokok bahasan yang saling terkait dan tersusun secara

sistematis sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini dijelaskan mengenai bagaimana latar belakang

dilakukannya penelitian, menyusun rumusan masalah,

Page 25: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

10

tujuan dari penelitian, kontribusi penelitian dan

sistematika penelitian.

BAB 11 : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan

sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian. Teori

yang digunakan antara lain mengenai administrasi publik,

strategi, pedagang kaki lima dan penataan ruang kota.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode penelitian yang dipakai oleh

penulis dalam mengumpulkan data penelitian. Terdiri dari

jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi dan situs

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,

instrumen penelitian dan analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan, yang

mencakup penyajian data mengenai gambaran-gambaran

umum lokasi dan situs penelitian, penyajian data serta

analisa data. Penelitian ini akan membahas mengenai

srategi Dinas Perdagangan kota Malang dalam penataan

pedagang kaki lima.

Page 26: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

11

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil-hasil penelitian

yang telah dilakukan serta pengajuan saran yang mungkin

dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi pemerintah kota

dalam melakukan penataan pedagang kaki lima di kota

Malang.

Page 27: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi Publik

1. Pengertian Administrasi Publik

Administrasi publik merupakan terjemahan dari bahasa Inggris

public administration yang sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi administrasi negara atau administrasi pemerintahan.

Menurut Barton dan Chappel (dalam Indradi, 2010:114-118)

mendefinisikan administrasi publik sebagai the work of government atau

pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan menurut David

H. Rossenbloom (dalam Indradi, 2010:114-118) mendefinisikan

administrasi publik yaitu is the use of managerial, legal and political

merupakan pemanfaatan teori-teori dan proses-proses manajemen,

politik dan hukum untuk memenuhi mandat pemerintah di bidang

legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam rangka fungsi-fungsi pengaturan

dan pelayanan terhadap masyarakat secara keseluruhan atau sebagian.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat di

simpulkan bahwa administrasi publik merupakan suatu pekerjaan yang

dilakukan oleh pemerintah dengan memanfaatkan proses-proses

manajemen, dalam upaya mencapai tujuan bersama dengan melakukan

peran dalam pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik.

Page 28: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

13

2. Ruang Lingkup Administrasi Publik

Administrasi publik merupakan sebuah disiplin ilmu dan sistem

memiliki permasalahan yang kompleks, penyelesaian masalah tersebut

harus di selesaikan dengan bantuan para administrator untuk

menyelesaikan masalah tersebut perlunya ruang lingkup yang akan

membatasi kinerja para administrator dalam menyelesaikan

permasalahan yang ada, lembaga Administrasi Negara dalam Syafri

(2012: 115) menyebutkan ruang lingkup administrasi meliputi, pertama

tata nilai merupakan menyangkut nilai kultural, spriritual, etika, falsafah

hidup yang menjadi dasar dan tujuan serta acuan perilaku dari sistem

dan proses administrasi publik. Kedua, organisasi pemerintah negara:

terdiri dari organisasi lemabga eksekutif (pemerintah), legislatif (badan

perwakilan rakyat), yudikatif (badan peradilan), dan lembaga-lembaga

negara lainnya yang diperlukan serta saling berhubungan dalam rangka

penyelenggaraan negara, termasuk organisasi kesekretariatan lembaga-

lembaga tersebut.

Ketiga, manajemen pemerintah negara meliputi kegiatan

pengelolaan pelaksanaaan tugas pemerintah umum dan pembangunan

dalam berbagai bidang kehidupan dan wilayah pemerintahan,

merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pemerintahan, seperti

pengelolaan kebijakan, perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan,

pengendalian, pelayanan, pengawasan dan pertanggung jawaban dari

hasil setiap atau keseluruhan organisasi pemerintahan negara. Keempat,

Page 29: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

14

sumber daya aparatur sebagai unsur dominan dalam penyelenggaraan

tugas pemerintahan negara, pengelolaan, dan pembinaan mendapatkan

perhatian dalam keseluruhan aspek dan dimensinya, mulai dari

rekrutmen pengembangan kompetensi, pengembangan karir, dan

kesejahteraan serta pensiunannya.

Kelima, sistem dan proses kebijakan negara sebagai sistem dan

proses kebijakan negara. Peran administrasi publik terutama dalam

fungsi dan proses mulai dari perumusan kebijakan, penetapan kebijakan,

pelaksanaan kebijakan, pengawasan dan pengendalian kebijakan,

penilaian hasil (evaluasi kinerja) pelaksanaan berbagai kebijakan dalam

berbagai aspek kehidupan masyarakat (sosial, ekonomi, politik, hukum,

agama, lingkungan hidup, dan lain sebagainya). Keenam, posisi, kondisi,

dan peran masyarakat bangsa dalam bernegara. Negara didirikan oleh

rakyat bangsa untuk mencapai tujuan bersama sehingga rakyatlah

pemilik kedaulatan. Dengan demikian, organisasi dan manajemen

pemerintahan tidak dapat mengabaikan aspirasi dan peran masyarakat

atau rakyat dalam penyelenggaraan pemerintah negara. Ketujuh, hukum

administrasi publik. Menyangkut dimensi hukum yang berkaitan dengan

mengatur sistem dan proses penyelenggaraan negara, termasuk

mengenai eksistensi, tugas, fungsi lembaga-lembaga pemerintahan

negara, saling berhubungan satu dengan yang lain dimaksudkan agar

kelembagaan negara tersusun dan terselenggara secara efisien,

proporsional, efektif dan legitimasi.

Page 30: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

15

Ruang lingkup yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa

dalam pembagian ruang lingkup tersebut para administrator mampu

untuk membedakan proses kinerja setiap kegiatan administrasi sehingga

dapat memberikan gambaran bagaimana dalam pelaksanaan kinerja

administrasi yang mampu menghasilkan pencapaian kinerja yang baik

dan efektif.

B. Strategi

1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “strategos”

yang berarti “kepemimpinan militer”. Kepemimpinan militer atau

strategi dalam konteks awal merupakan sesuatu yang dikerjakan oleh

para pemimpin militer (jenderal) untuk memenangkan pertempuran.

Menurut Wiliam J. Stanton yang dikutip oleh Amirullah (2015: 4),

mengartikan strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu

tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan.

Strategi lebih lanjut lagi menurut Muhamad (2012:10),

karakteristik strategi berorientasi pada keseimbangan antara jangka

pendek dan jangka panja ng. Strategi adalah suatu alat untuk digunakan

untuk mencapai tujuan, maka strategi memiliki beberapa sifat menurut

Jauch dan Glueck (dalam Amirullah, 2015: 5) adalah menyatukan

seluruh bagian-bagian dalam organisasi atau perusahaan (unfield),

bersifat menyeluruh mencakup seluruh aspek dalam organisasi

Page 31: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

16

(complex), dan dimana seluruh strategi akan sesuai dari seluruh

tingkatan (integral) .

Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi

merupakan rencana yang berorientasi kepada masa depan untuk

mencapai tujuan organisasi, dan perlu menyeimbangkan jangka pendek

dan jangka panjang. Hal tersebut untuk menerjemahkan mengenai

tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan yang merespon kebutuhan dan

aspirasi masyarakat.

2. Tipe-Tipe strategi

Strategi bagi sebagian organisasi merupakan cara untuk mengatasi

dan mengantisipasi setiap masalah yang timbul serta kesempatan-

kesempatan untuk masa depan. Penggunaan strategi dapat memberikan

solusi melalui gambaran yang jelas dan terarah. Menurut Kooten yang

dikutip dalam Salusu (2002:104-105) membedakan tipe-tipe strategi

menjadi 4 (empat) tipe, yaitu:

a. Corporate Strategy (strategi organisasi), strategi ini berkaitan

dengan perumusan, misi, tujuan, nilai-niai, dan inisiatif yang

menghasikan suatu strategi yang baru. Membahas berupa apa saja

yang akan dilakukan dan untuk siapa hasilnya dapat dirasakan.

b. Program Strategy (strategi program), strategi ini memberikan

perhatian pada implikasi strategik dari suatu program tertentu. Hal-

hal apa saja yang berdampak dan yang ditimbulkan jika program

Page 32: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

17

tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, dan apa dampaknya bagi

sasaran organisasi.

c. Resource Strategy (strategi pendukung sumber daya), strategi ini

memusatkan pada memaksimalkan pemanfaatan sumber daya

esensial yang tersedia untuk meningkatkan kualitas kinerja

organisasi agar strategi-strategi yang telah disiapkan dapat

dijalankan. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan,

teknologi, dan sebagainya.

d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan), strategi ini berfokus

pada pengembangan kemampuan organisasi untuk melaksanakan

inisiatif-inisiatif strategik.

3. Komponen Strategi

Strategi menurut Salusu (dalam Purwanto, 2006:78) memiiki

determinan-determinan umum yang terdiri dari komponen-komponen

berikut, yaitu:

a. Tujuan dan sasaran. Perlu dipahami bahwa tujuan berbeda

dengan sasaran. Dalam organizational goals merupakan

keinginan yang hendak dicapai di waktu yang akan datang,

digambarkan secara umum dan relatif tidak mengenal batas

waktu. Sedangkan pada organizational objectives merupakan

pernyataan yang sudah mengarah pada kegiatan untuk mencapai

Page 33: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

18

tujuan, lebih terikat waktu, dapat diukur dan dapat dijumlah atau

dihitung.

b. Lingkungan. Organisasi manusia digerakkan oleh manusia yang

senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat

dikatakan saling mempengaruhi.

c. Kemampuan Internal. Kemampuan internal digambarkan sebagai

apa yang dapat dibuat karena kegiatan akan terpusat pada

kekuatan.

d. Kompetisi. Kompetisi ini tidak dapat diabaikan dalam

merumuskan strategi.

e. Pembuat Strategi. Hal ini sangat penting karena menunjuk siapa

yang kompeten membuat strategi.

f. Komunikasi. Bagi pembuat strategi yang ahli, komunikasi

sangat penting dikarenakan dapat mempengaruhi hasil yang

ingin dicapai.

4. Manfaat Strategi

Strategi oleh suatu organisasi digunakan sebagai kelanjutan dari

perencanaan kegiatan yang dilakukan hingga tercapai suatu visi pada

masa yang akan datang. Strategi pada umumnya merupakan perhitungan

atau tindakan yang akan diambil mengenai rangkaian kebijakan. Secara

impisit menurut Siagian (206-209: 2002) menjelaskan bahwa manfaat

dari penetapan strategi pada organisasi antara lain, memperjelas makna

Page 34: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

19

dan hakikat dari suatu perencanaan melalui identifikasi rincian yang

lebih spesifik tentang bagaimana organisasi harus mengelola bidang-

bidang yang ada di masa mendatang, merupakan langkah-langkah atau

cara efektif untuk implementasinya kegiatan dalam rangka penetapan

sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Kemudian manfaat lainnya

sebagai penuntun atau rambu-rambu dan arahan pelaksanaan kegiatan di

berbagai bidang, dapat mengetahui secara konkret dan jelas tentang

berbagai cara untuk mencapai sasaran atau tujuan serta prioritas

pembangunan pada bidang tersebut berdasarkan kemampuan yang

dimiliki, sebagai rangkaian dari proses pengambilan keputusan dalam

menyelesaikan berbagai macam permasalahan, serta mempermudah

koordinasi bagi semua pihak agar mempunyai partisipasi dan persepsi

yang sama tentang bentuk serta sifat interaksi, interpedensi dan intereasi

yang harus tetap tumbuh dan terpelihara dalam mengelola jalannya roda

organisasi, sehingga akan mengurangi atau bahkan mengilangkan

kemungkinan timbulnya konflik antara berbagai pihak yang terkait.

C. Penataan Ruang Kota

1. Pengertian Penataan Ruang Kota

Menurut Rahardjo (2013), wujud struktural dan pola pemanfaatan

ruang baik direncanakan maupun tidak direncanakan. Tata ruang perlu

direncanakan dengan maksud agar lebih mudah menampung kelanjutan

perkembangan kawasan yang bersangkutan. Pada Undang-undang

Nomor 26 Tahun 2007, ruang diartikan sebagai wadah yang meliputi

Page 35: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

20

ruang darat, ruang laut, ruang udara serta ruang di dalam bumi sebagai

satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain,

melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Selanjutnya dijelaskan pengertian penataan ruang adalah suatu sistem

proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan

yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan

penataan ruang.

Dalam penataan ruang kota menurut Mirsa (2012:40-42), ada tiga

hal yang perlu diperhatikan sebagai pedoman dalam menata ruang,

antara lain:

a. Perencanaan Tata Ruang

Perencanaan tata ruang disusun dengan perspektif menuju

keadaan masa depan yang diharapkan, bertitik tolak dari data,

informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dapat digunakan.

Serta memperhatikan keragaman wawasan kegiatan di setiap

sektornya. Perkembangan masyarakat dan lingkungan hidup

berlangsung secara dinamis, serta ilmu pengetahuan dan teknologi

berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu,

agar rencana tata ruang yang telah disusun agar tetap sesuai dengan

tuntutan pembangunan dan perkembangan keadaan, maka rencana

tata ruang tersebut dapat ditinjau kembali dan atau disempurnakan

sacara berkala. Dalam penyusunana dan penetapan rencana tata

Page 36: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

21

ruang tersebut ditempuh langkah-langkah sebagai berikut, pertama

menentukan arah pengembangan yang akan dicapai dilihat dari

segi ekonomi, sosial budaya, daya dukung dan daya tampung

lingkungan serta tidak melupakan fungsi-fungsi pertahanan-

keamanan. Kedua, mengidentifikasi berbagai potensi dan masalah

pembangunan dalam suatu wilayah perencanaan. Ketiga,

perumusan rencana tata ruang dan penetapan rencana tata ruang.

b. Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang adalah rangkaian program kegiatan

pelaksanaan pembangunanyang memanfaatkan ruang menurut

jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang.

Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap melalui

penyiapan program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang

berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang akan dilakukan oleh

pemerintah da masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama sesuai dengan rencana tata ruang yang telah

ditetapkan.

Dinamika dalam pemanfaatan ruang tersebut dapat dilihat

dari beberapa indikator yang dapat dijadikan tolak ukur, yaitu

perubahan nilai sosial akibat rencana tata ruang, perubahan nilai

tanah dan sumber daya alam lainnya, perubahan status hukum

tanah akibat rencana tata ruang, dampak terhadap lingkungan, dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemanfaatan

Page 37: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

22

ruang ini diselenggarakan melalui tahapan pembangunan dengan

memperhatikan sumber dan mobilisasi dana serta alokasi

pembiayaan program pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana

tata ruang.

c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang

dilakukan pengendalian melalui kegiatan pengawasan dan

penertiban pengawasan ruang. Pengawasan yang dimaksud di sini

adalah usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan

fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Penertiban

dalam ketentuan ini adalah usaha untuk mengambil tindakan agar

pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud sesuai

dengan ketetapan.

2. Prosedur Penataan Ruang

Prosedur penataan ruang sebagaimana yang telah diamanatkan

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dalam (Koeswahyono, 2012:

34):

a. Prosedur pengajuan rencana kota tampak birokratik dimana DPRD

sebagai Pemerintah Daerah sebatas dalam pembahasan draf

rencana Peraturan Daerah tentang rencana kota yang telah

dipersiapkan sebelumnya oleh pihak eksekutif.

Page 38: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

23

b. Rendahnya kualitas-kualitas perancang karena perancang kurang

memahami persoalan nyata pada masyarakat. Konsultan hanya

memahami dari aspek teknis yang bisa jadi teoritik. Seringkali

perencanaan tidak dilakukan secara terpadu (komprehensif), namun

dilakukan secara parsial atau sektoral yang pada gilirannya akan

mengakibatkan benturan ditingkat operasional di lapangan .

c. Pemerintah daerah dalam penataan ruang melihat sebagai

kewajiban melaksakan perencanaannya hanya mentenderkan ke

jasa konsultan.

Pemerintah daerah seharusnya memiliki tenaga sumber daya

manusia yang memiliki keahlian dibidangnya seperti planolog, geolog,

goedesi, geografi sehingga dalam penyusunan tata ruang daerah tidak

sangat bergantung atau memerlukan jasa konsultan.

D. Sektor Informal

1. Pengertian dan Ciri-ciri Sektor Informal

Menurut Sukesi dkk (2005:16), sektor informal sebagai suatu

konsep sering dikatakan sebagai manifestasi ketidakmampuan sektor

formal/industri modern untuk menyerap tenaga kerja yang cukup besar

sehingga semua tambahan tenaga kerja hampir selalu ditampung di

sektor informal. Sedangkan, menurut Hart (dalam Hartono, 2012),

sektor informal bersifat padat karya, kekeluargaan, pendidikan formal

rendah, skala kegiatan rendah, tidak ada proteksi pemerintah, keahlian

Page 39: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

24

dan keterampilan rendah, mudah dimasuki, berubah-ubah, tidak stabil,

dan tingkat penghasilan rendah. Umumnya sektor informal dikaitkan

dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang sifatnya pinggiran.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor

informal merupakan suatu sektor pekerjaan yang tidak memerlukan

keahlian khusus dan modal besar sehingga pekerjaan ini umumnya

bersifat padat karya. Tetapi dari sektor ini pengangguran dapat ditekan

karena pekerjaan ini usaha yag mandiri tanpa adanya bantuan dari

pemerintah. Bagi pemerintah sektor ini sendiri dapat dijadikan sebagai

lahan untuk membuka lapangan pekerjaan yang apabila dikelola dapat

sebagai sektor yang potensial.

Ciri-ciri sektor informal menurut Sukesi dkk (2005: 17-18) antara

lain tidak adanya bantuan atau proteksi ekonomi. Bantuan ekonomi

dapat timbul, sebagai misal karena adanya perserikatan buruh,

pemberian kredit dan harga produk rendah, perlindungan dan perawatam

kerja. Tidak adanya bantuan dalam hal ini diartikan sebagai

“accesibility” dan bukan sekedar kemudahan, walaupun terdapat

kemudahan tetapi jika tidak ada acces maka kegiatan usaha tersebut

masih dapat disebut dengan kegiatan usaha sektor informal. Selain itu

ciri-ciri sektor informal yang sering dijumpai adalah bervariasinya jam

kerja, hal ini disebabkan karena tidak adanya perjanjian kerja untuk

jangka waktu yang atau disebabkan karena banyaknya para pekerja

bekerja secara mandiri. Kegiatan perputaran pekerja di sektor informal

biasanya sangat mudah, karena tidak membutuhkan modal yang besar,

kurang memerlukan keterampilan yang tinggi, dapat menggunakan

bahan baku lokal dan permintaan yang ada terhadap bara/jasa yang

dihasilkan oleh sektor informal.

Sedangkan ciri-ciri sektor informal yang diajukan oleh

International Labour Organizational (dalam Hartono, 2012) yaitu:

a. Seluruh aktivitas berstandar pada sumber daya yang tersedia di

lingkungan sekitarnya.

Page 40: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

25

b. Ukuran usaha umumnya kecil dan aktivitasnya merupakan usaha

rumah tangga.

c. Untuk menopang aktivitas itu digunakan teknologi yang sederhana

dan tepat guna serta memiliki sifat yang padat karya.

d. Tenaga kerja yang bekerja di sektor ini terdidik dan terlatih dalam

pola yang tidak resmi.

e. Seluruh aktivitas dalam sektor ini berada di luar jalur yang diatur

oleh pemerintah

f. Pasar yang mereka masuki merupakan persaingan pada tingkat

yang sangat tinggi.

2. Manfaat yang dimiliki oleh sektor informal

Menurut Hutajulu (dalam Hartono, 2012: 27) dampak positif dari

pelaksanaan sektor informal, antara lain:

a. Membuka Lapangan Pekerjaan

Kemampuan sektor informal dalam memecahkan permasalahan

tenaga kerja di Indonesia memang sudah tidak diragukan lagi..

kondisi tenaga kerja yang sebagian besar berpengalaman dan berskill

rendah, menjadikan sektor informal menjadi sektor alternatif. Karena

pada sektor formal membutuhkan sumber daya dengan pengalaman

dan skill yang harus memadai atau bahkan sektor informal tersebut

lebih bersifat padat modal.

b. Sumber Pendapatan Daerah

Sumbangan sektor informal terhadap pendapatan daerah lumayan

besar, karena jumlah mereka yang banyak. Terlebih jika sektor

informal tersebut di kelola dengan baik.

Page 41: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

26

c. Memenuhi Kebutuhan Masyarakat

Barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor informal pada

umumnnya dapat dijangkau oleh masyarakat miskin dengan harga

yang murah.

d. Sarana Pemasaran bagi Sektor Formal

Jika kita lihat banyak sektor formal menggantungkan pemasaran

produknya pada sektor informal, sepereti rokok, koran dan lain-lain.

e. Sarana Pamasaran bagi Industri Kecil

Industri-industri kecil dengan modal yang tentunya juga kecil akan

sangat diuntungkan dengan adanya kegiatan ekonomi sektor

informal, karena dengan begitu mereka tidak membutuhkan biaya

yang besar dalam memasarkan produknya.

E. Pedagang Kaki Lima

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima

Pedagang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi atas dua

yaitu: pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang kecil adalah

pedagang yang menjual barang dagangan dengan modal yang kecil

sedangkan pedagang besar berjualan dengan menggunakan modal besar

dan juga melakukan pembayaran barang kena pajak (KBBI online

2016).

Pedagang kaki lima menurut International Labour Office dalam

Kusakabe, yaitu:

Page 42: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

27

“Street vending is closely connected with the availability of urban

public space – pavements, roads, parks, beaches, etc. – and many of the

difficulties associated to the activity, including the generally negative

way it is perceived by wider society, are linked to the ways in which

such spaces are managed by the authorities.As a result, street vendors

face a “complex coexistence of persecution, regulation, tolerance and

promotion”.

(Pedagang kaki lima erat kaitannya dengan ketersediaan ruang

perkotaan publik - trotoar, jalan, taman, pantai, dll. Serta banyak

kesulitan yang berhubungan dengan aktivitas mereka, termasuk cara

negatif umum lainnya yang dirasakan oleh masyarakat luas, terkait

dengan cara di mana ruang tersebut dikelola oleh pihak berwenang.

Akibatnya, PKL menghadapi “koeksistensi kompleks penganiayaan,

regulasi, toleransi dan promosi”).

Sedangkan menurut Bhowmik (2005:2256) pedagang kaki lima

adalah:

“street vendor is broadly defined as a person who offers goods for

sale to the public without having a permanent built-up structure from

which to sell. Street vendors may be stationary in the sense that they

occupy space on the pavements or other public/private spaces or, they

may be mobile in the sense they move from place to place by carrying

their wares on push carts or in baskets on their heads.”

(Pedagang kaki lima secara luas didefinisikan sebagai orang yang

menawarkan barang untuk dijual kepada publik tanpa memiliki struktur

bangunan permanen. PKL mungkin menetap dalam arti bahwa mereka

menempati ruang di trotoar atau ruang publik lainnya, atau secara

pribadi mereka berpindah-pindah dalam arti mereka berpindah dari satu

tempat ke tempat dengan membawa barang-barang mereka di gerobak

dorong atau di keranjang di kepala mereka).

Page 43: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

28

Lain halnya dengan Onyango (2012: 1) yang mengartikan pedagang

kaki lima adalah:

“Street vending is the sub-sector of informal businesses that operate

in urban spaces meant for other uses. It was believed that street

vending would be absorbed by modern sector with time but instead it

has grown to providing alternative jobs to a large urban population

who cannot get formal employment.”

(Pedagang kaki lima adalah sub-sektor usaha informal yang

beroperasi di ruang-ruang perkotaan dimaksudkan untuk kegunaan lain.

Mereka percaya bahwa pedagang kaki lima akan diserap oleh sektor

modern pada waktu tertentu tetapi pedagang kaki lima telah

berkembang untuk menyediakan pekerjaan alternatif untuk populasi

kota besar yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan formal).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pedagang kaki lima merupakan

sektor informal yang dilakukan oleh penduduk kota pada tingkatan

menengah kebawah yang mana menggunakan lahan terbuka dimana

lahan tersebut adalah ruang-ruang publik tanpa bangunann permanen.

Pedagang kaki lima juga dapat dikatakan dapat membuat image kota

menjadi buruk karena tidak tertatanya tempat untuk mereka berdagang.

Terdapat dua jenis pedagang kaki lima pedagang kaki lima yang

menetap tanpa bangunan permanen, dan pedagang kaki lima yang

berpindah-pindah untuk mencari konsumen yang lebih banyak.

Di Indonesia sendiri pedagang kaki lima seperti pada Peraturan

Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima dan Peraturan Menteri Nomor 41

Page 44: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

29

Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang

Kaki Lima, menjelaskan pedagang kaki lima adalah sebagai

“Pedagang kaki lima adalah pelaku usaha yang melakukan usaha

perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak

bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum,

lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat

sementara/tidak menetap”.

Pada Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 tentang

Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Kota

Malang pasal 1 dijelaskan bahwa pedagang kaki lima adalah pedagang

yang melakukan usaha perdagangan non formal dengan menggunakan

lahan terbuka dan atau tertutup, sebagian fasilitas umum yang

ditentukan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat kegiatan usahanya

baik dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak bergerak

sesuai waktu yang telah di tentukan.

Pada Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2012, pedagang kaki

lima dapat dikelompokan kedalam dua kelompok yaitu, jenis tempat

usaha pedagang kaki lima tidak bergerak dan jenis tempat usaha

bergerak. Jenis tempat usaha pedagang kaki lima tidak bergerak pada

pasal 15 ayat 1 antara lain gelaran, lesehan, tenda, dan selter.

Sedangkan jenis tempat usaha pedagang kaki lima bergerak sebagaima

disebutkan pada pasal 15 ayat 2 antara lain gerobak beroda, sepeda,

kendaraan bermotor roda dua , kendaraan bermotor roda tiga, kendaraan

bermotor roda empat.

Page 45: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

30

2. Penataan Pedagang Kaki Lima

Penataan tempat usaha pedagang kaki lima dilakukan adalah untuk

menciptakan keteraturan pedagang kaki lima dengan pemerintah,

pedagang kaki lima dengan masyarakat. Sumanto (dalam Arifah, 2007)

mengungkapkan penataan pedagang kaki lima harus sesuai dengan

kapasitas lokasi usaha yakni dengan cara menghilangkan dampak

negatif yang ditimbulkan oleh adanya penataan tersebut, sehingga tidak

merugikan antara satu dengan lainnya yaitu antar pedagang kaki lima,

pemerintah dan warga masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan

penataan tersebut.

Menurut Mc Gee dan Yeung dalam (Zulfa: 43), pola ruang

aktivitas PKL sangat dipengaruhi oleh aktivitas sektor formal dalam

menjaring konsumennya. Lokasi pedagang kaki lima dipengaruhi oleh

hubungan langsung dan tidak langsung dengan berbagai kegiatan forma

dan kegiatan informal atau hubungan pedagang kaki lima dengan

konsumennya. Untuk dapat mengenali penataan ruang kegiatan

pedagang kaki lima, maka harus mengenal aktivitasnya melalui pola

penyebaran, pemanfaatan ruang berdasarkan waktu berdagang dan jenis

dagangan serta sarana berdagang. Adapun lokasi menurut Mc Gee dan

Yeung (dalam Zulfa, 2015: 44) dari sektor informal atau pedagang kaki

lima adalah sebagai berikut:

1. Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-

sama pada waktu yang relatif sama, sepanjang hari.

Page 46: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

31

2. Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat-pusat

kegiatan perekonomian kota dan pusat non ekonomi perkotaan,

tetapi sering dikunjungi dalam jumlah besar.

3. Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara

pedagang kaki lima dengan calon pembeli, walaupun dilakukan

dalam ruang relatif sempit.

4. Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan

umum.

Page 47: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Bahwa penelitian ini diklasifikasikan sebagai

peneitian dengan pendekatan kualitatif yaitu peneliti melakukan penelitian

yang mencoba untuk memberikan gambaran secara sistematis tentang

siklusi, permasalahan, fenomena, layanan atau program, ataupun

menyediakan informasi (Widi, 2010:47). Penelitian ini juga digolongkan

sebagai penelitian deskriptif yang menggambarkan dan menyajikan fakta

secara sistematik tentang keadaan objek yang sebenarnya tentang

bagaimana strategi pemerintah daerah dalam penataan pedagang kaki lima.

B. Fokus penelitian

Penelitian kualitatif, gejala bersifat holistik atau menyeluruh, tidak

dapat dipisahkan. Peneliti menetapkan berdasarkan variabel penelitian,

tetapi keseluruhan situasi sosial yang kita teliti yang meliputi tempat,

pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Fokus penelitian

merupakan rincian dari topik-topik yang diteliti. Hal ini karena fokus

penelitian berfungsi untuk membatasi studi agar memenuhi kriteria

inklusi-inklusi yang dihadapkan di lapangan (Sugiyono, 2014:32). Adapun

fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 48: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

33

1. Strategi pemerintah daerah dalam penataan pedagang kaki lima

sebagai berikut :

a. Kebijakan pemerintah daerah dalam penataan pedagang kaki

lima.

b. Program pemerintah daerah dalam penataan pedagang kaki lima.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan strategi

pemerintah daerah Kota Malang dalam penataan pedagang kaki lima:

a. Faktor pendukung, dan

b. Faktor penghambat.

C. Lokasi dan situs penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana femomena yang

diteliti berlangsung sedangkan situs penelitian merupakan letak

sebenarnya dimana peneliti mengadakan penelitian untuk mendapatkan

data yang valid, akurat dan yang dibutuhkan dalam penelitian. Pada

penelitan ini penulis mengambil lokasi di Kota Malang yang merupakan

salah satu kota terbesar kedua di Jawa Timur. Terdapat fenomena dimana

bermunculan pedagang kaki lima di Kota Malang. Khususnya .Keberadaan

pada jalan Zaenal Zakse yang merupakan pasar tumpah dari pasar

Kebalen, pedagang kaki lima kerap kali mengganggu ketertiban dan

keindahan tata kota, serta pelanggaran lain yang disebabkan oleh pedagang

kaki lima.

Page 49: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

34

Situs penelitian digunakan untuk mendapatkan data valid, akurat

dan dibutuhkan dalam penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang

sedang diamati oleh peneliti. Peneliti juga diharapkan mampu menangkap

keadaan yang sebenarnya dari objek yang di teliti termasuk ciri-ciri lokasi,

pada Dinas Perdagangan Kota Malang yang beralamat di Jalan Simpang

Terusan Danau Sentani 3 Malang.

D. Sumber data

1. Sumber data

Sumber data penelitian ini terbagi dalam tiga, yaitu sebagai berikut:

a. Informan

Menurut Djamal (2015: ) informan merupakan orang dalam

yang dimanfaatkan untuk memberikan infomasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian misalnya tentang nillai-nilai, sikap,

kebudayaan penduduk dan sebagainya. Memilih informan, peneliti

harus memperhatikan persyaratan antara lain jujur, patuh pada

peraturan, mampu dan berani berbicara, tidak termasuk anggota

kelompok yang bertentangan dengan latar penelitian, serta

mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal. Mendapatkan

informan yang memenuhi persyaratan dapat dilakukan melalui

wawancara pendahuluan, melalui keterangan tokoh masyarakat

atau orang-orang yang berwewenang.

Page 50: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

35

Sesuai dengan topik penelitian, maka informan yang terkait

adalah pihak dari Dinas Perdagangan, Dinas Pasar, PKL dan

masyarakat kota Malang yaitu

1. Bapak Eko Sriyuliadi, S. Sos, MM selaku kepala bidang

pengelolaan pasar rakyat.

2. Bapak Andi Hamzah, S. Sos selaku Kepala Seksi Pembinaan

Pedagang Kaki Lima.

3. Bapak Mujiono Agus selaku staff pembinaan pedagang kaki

lima.

4. Bapak Bambang Muji mantan kepala seksi pengendalian

pedagang kaki lima Dinas Pasar.

5. Bapak Syariffudin selaku staff Wastib.

6. Bapak Agus A. Saiku selaku staff Wastib.

7. Kusdiyanto pedagang kaki lima.

8. Totok pedagang kaki lima.

9. Indira masyarakat umum.

10. Andhini masyarakat umum

b. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa dapat digunakan peneliti untuk

memahami objek dan subjek secara langsung. Berkenaan dengan

Page 51: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

36

lokasi penelitian, baik pada Dinas Perdagangan Kota Malang

maupun pada lokasi pedagang kaki lima di jalan Zaenal Zakse.

c. Dokumen

Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal

dari surat resmi, catatan perjalanan, notulen rapat, surat disposisi

dan sebagainnya (Widi, 2010: 73). Dokumen penelitian juga di

dapat dari literatur, jurnal, dokumen maupun arsip yang berkaitan

maupun melalui Dinas Pasar Kota Malang. Dokumen yang diteliti

berupa Lakip Pemda Kota Malang Tahun 2015, Peraturan Presiden

Nomor 125 Tahun 2012 Tentang Tentang Koordinasi Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, serta pada Peraturan Menteri

Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, Peraturan Daerah Kota

Malang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan

Pedagang Kaki Lima dan Peraturan Walikota Malang Nomor 36

Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penataan dan Pemberdayaan

Pedagang Kaki Lima.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langka yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan

Page 52: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

37

(Sugiyono, 2014:224). Untuk memperoleh data-data sebagai bahan

tambahan yang disajikan dalam penulisan skripsi ini, peneliti melakukan

beberapa metode atau cara pengumpulan data, antara lain:

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti

mencatat informasi sebagaimana yang terdapat pada lapangan.

Observasi yaitu dimana peneliti mengumpulkan data dengan mencatat

informasi sebagaimana yang peneliti lihat secara langsung dengan

melihat, mendengar, yang kemudian dicatat seobyektif mungkin, maka

peneliti ini menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang

dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan, dan

dimana tempatnya. Data yang diperoleh dari observasi adalah data

untuk mengetahui Strategi Pemerintah Daerah dalam Penataan

Pedagang Kaki Lima Sebagai Bentuk Penataan Ruang di Kota Malang

berdasarkan pengetahuan dan teori yang telah dimiliki.

2. Wawancara

Metode wawancara sering digunakan untuk mendapatkan

informasi dari orang atau masyarakat. Seseorang dapat memperoleh

informasi melalui berbagai interaksi dengan orang lain. Setiap

interaksi orang per orang di antara dua atau lebih individu dengan

tujuan yang spesifik dalam pikirannya disebut wawancara (Widi,

2010:241). Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi langsung

Page 53: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

38

antara peneliti dengan responden. Pengambilan data di sini biasanya

juga diikuti dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman

wawancara. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi yang

lebih akurat dari informan atau narasumber. Adapun untuk

memudahkan peneliti dalam mendapatkan data secara maksimal,

wawancara dilakukan secara terstruktur, yaitu wawancara yang

disusun secara terperinci atau jelasnya menggunakan draf pertanyaan

atau pedoman wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilaksanakan dengan melakukan pencatatan terhadap

berbagai dokumen-dokumen resmi, laporan-laporan, peraturan-

peraturan maupun arsip-arsip yang tersedia di kantor Dinas

Perdagangan Kota Malang dengan tujuan mendapatkan bagian yang

menunjang secara teoritiis terhadap data penelitian.

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto ( dalam Prasetya, 2016:51),

merupakan alat bantu bagi peneliti dalam pengumpulan data. Selanjutnya

instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah di

olah. Dalam mendukung proses pengumpulan data dan memperoleh data

yang diingkan peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa:

Page 54: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

39

1. Peneliti itu sendiri, yaitu dengan cara menyaksikan dan mengamati

sacara langsung peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek yang

diteliti.

2. Pedoman wawancara atau interview guide, digunakan sebagai

kerangka dasar dalam melakukan wawancara yang dilakukan oleh

peneliti tetap pada jalur dan tetap menjaga relevansi terhadap masalah

dalam penelitian.

3. Perangkat penunjang, meliputi buku catatan, alat tulis, dan alat bantu

lain seperti Handphone untuk mengambil gambar untuk

didokumentasikan dan merekam suara saat melakukan wawancara.

G. Analisis Data

Analisais data dengan menggunakan metode kualitatif, prosedur

analisa data penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang dapat diamati

dengan tujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat ataupun lebih

meyakinkan terhadap gejala atau peristiwa sehingga dapat menarik

kesimpulan.

Teknik analisa data penelitian ini adalah analisa data kualitatif

menggunakan analisis data kualitatif interaktif Miles, Huberman, dan

Saldana. Penggunaan analisis data kualitatif ini diharapkan nantinya dapat

membantu peneliti dalam mendeskripsikan situasi dan kondisi yang terjadi

di lapangan yaitu Dinas Perdagangan kota Malang yang dilakukan

Page 55: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

40

sebelum terjun ke lapangan, observasi, selama pelaksanakan penelitian di

lapangan dan setelah selesai penelitian di lapangan. Data penelitian

diperoeh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisa data

dilakukan dengan cara mengorganisasi data yang diperoleh kedalam

sebuah kategori, menjabarkan data kedalam unit-unit, menganalis data

yang penting, menyusun atau menyajikan data yang sesuai dengan

masalah penelitian dalam bentuk laporan dan membuat kesimpulan untuk

dipahami.

Menurut Miles dan Huberman dan Saldana (2014:14), analisis data

kualitatif adalah suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan. Aktivitas dalam analisis data yaitu:

Kondensasi data, Penyajian data dan Penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Aktivitas dalam analisis data kualitatif sacara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data sudah jenuh. Adapun

model interaktif yang dimaksud sebagai berikut:

Gambar 1: Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

Sumber: Miles, Huberman dan Saldana (2014:14)

Page 56: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

41

Data yang diperoleh di lapangan melalui wawancara, observasi,

dan dokumentasi direduksi dengan merangkum, memilih, dan

memfokuskan data pada hal-hal yang sesuai dengan tujuan peneltian.

1. Kondensasi Data

Pada tahap ini melakukan kondensasi data dengan cara memilih-

milih, menyederhanakan, mengabstrakan, mentransformasikan data

yang mendekati keseluruhan bagian dari catatan lapangan, wawancara

dan dokumentasi.

2. Penyajian data

Penyajian data dilakukan setelah direduksi atau dirangkum. Data

yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi

dianalisis kemudian disajikan daam bentuk catatan wawancara, catatan

dokumentsi, dan catatan lapangan. Data yang sudah disajikan dalam

catatan-catatan tadi diberi kode data untuk mengorganisasikan data,

sebagai peneliti dapat menganalisis dengan cepat dan mudah. Peneliti

membuat daftar kode sebelumnya sesuai dengan pedoman wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Data yang diberi kode selanjutnya

dianalisis dalam bentuk refleksi dan disajikan dalam bentuk teks.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif model

interaktif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan

data yang telah direduksi dan disajikan, peneliti membuat kesimpulan

Page 57: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

42

yang didukung dengan bukti yang kuat pada tahap pengumpuan data.

Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah yang telah

dipaparkan sejak awal oleh peneliti.

Page 58: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Malang

a. Letak Geografis

Kota Malang merupakan kota besar kedua di Jawa Timur setelah kota

Surabaya memiliki wilayah seluas 110,06 km2, terdiri dari 5 Kecamatan dan 57

Keluraha. Kota Malang terletak pada koordinat 7.06o – 8.02

o Lintang Selatan dan

112.06o – 112.07

o Bujur Timur dengan ketinggian antara 440 – 667 meter dari

permukaan lau. Karena letaknya yang cukup tinggi, kondisi iklim kota Malang

tercatat rata-rata suhu udara berkisar antara 22,0oC sampai dengan 24,8

oC.

Sedangkan suhu maksimum mencapai 31,4oC dan suhuh minimum 17,2

oC. Rata-

rata kelembaban udara berkisar 66% - 83% dengan kelembaban maksimum 98%

dan minimum 19% serta curah hujan tertinggi 385 milimeter. Kondisi iklim

demikian membuat Kota Malang relatif sejuk dibandingkan dengan daerah-daerah

lain.

b. Pembagian Wilayah Administrasi

Secara administratif wilayah kota Malang berbatasan langsung dengan

Kabupaten Malang yaitu:

a. Utara: berbatasan dengan Kecamatan Karangploso dan Kecamatan

Singosari

b. Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Pakisaji dan Kecamatan

Tajinan

Page 59: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

44

c. Timur: berbatasan dengan kecamatan Pakis dan Kecamatan

Tumpang

d. Barat: berbatasan dengan Kecamatan Wagir dan Kecamatan

Karangploso

Pembagian wilayah administratif di Kota Malang adalah:

a. Kecamatan Klojen : 11 Kelurahan, 89 RW, 675 RT

b. Kecamatan Blimbing : 11 Kelurahan, 127 RW, 923 RT

c. Kecamatan Kedungkandang : 12 Kelurahan, 114 RW, 870 RT

d. Kecamatan Sukun : 11 Kelurahan, 94 RW, 869 RT

e. Kecamatan Lowokwaru : 12 Kelurahan, 120 RW, 774 RT

Kota Malang terletak pada ketinggian antara 440-667 meter di atas

permukaan laut. Kota Malang dikeliingi gunung-gunung, antara lain:

a. Gunung Arjuno di sebelah Utara

b. Gunung Semeru di sebelah Timur

c. Gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat

d. Gunung Kelud di sebelah Selatan

Jumlah penduduk Kota Malang pada akhir tahun 2015 berdasarkan data

penduduk yang terdaftar pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Malang sebanyak 881.794 termasuk penduduk WNA pemegang ijin tinggal tetap.

Sedangkan dalam pengukuran laporan ini yang diperhitungkan adalah jumlah

Page 60: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

45

penduduk WNI sebanyak 881.123 jiwa, yang tersebar di 5 Kecamatan, 57

Kelurahan, 544 RW dan 4.111 RT.

Sebagian besar adalah suku Jawa, serta sejumlah suku-suku minoritas

seperti Madura, Arab dan Tionghoa. Agama mayoritas adalah Islam, diikuti

dengan Protestan, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu. Bangunan tempat

ibadah banyak yang telah berdiri semenjak zaman kolonial antara lain Masjid

Jami (Masjid Agung), Gereja Hati Kudus Yesus, Gereja Kathedral Ijen (Santa

Maria Bunda Karmel), Klenteng di kota Lama serta Candi Badut di Kecamatan

Sukun dan Pura di Puncak Buring.

Page 61: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

46

Gambar 2. Peta Kota Malang

Sumber: ruangterbukahijaukotamalang.weebly.com

Page 62: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

47

c. Sejarah Singkat Kota Malang

Huda (2012: 64) menjabarkan Kota Malang merupakan salah satu daerah

otonom serta merupakan kota besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya.

Sebagai kota besar, Malang tidak lepas dari permasalahan sosial dan lingkungan

yang semakin lama semakin buruk kualitasnya. Kota yang pernah dianggap

mempunyai tata kota yang terbaik di antara kota-kota Hindia Belanda ini, kini

banyak dikeluhkan warganya seperti permasalahan kemacetan, lalu lintas, suhu

udara yang mulai panas, sampah yang berserakan dan banyaknya pedagang kaki

lima yang tidak teratur.

Segi geografis, Malang diuntungkan oleh keindahan alam daerah

sekitarnya seperti Batu dengan agrowisatanya, gunung-gunung yang

mengelilinginya, Pantai Malang Selatan dan situs-situs purbakala peninggalan

kerajaan Singosari. Jarak tempuh yang tidak jauh dari kota membuat para

pelancong menjadikan kota ini sebagai tempat singgah dan sekaligus tempat

belanja. Perdagangan ini mampu mengubah konsep pariwisata Kota Malang dari

kota peristirahatan menjadi kota wisata belanja.

Masyarakat kota Malang menggunakan bahasa jawa dengan dialek jawa

timuran dalam bahasa sehari-hari. Kalangan minoritas Suku Madura

menggunakan Bahasa Madura. Malang terkenal memiliki dialek khas yang

disebut Bahasa Walikan, yaitu cara pengucapan kata secara terbalik, misalnya

malang menjadi ngalam. Gaya bahasa masyarakat Malang terkenal halus dan

blak-blakan, yang menunjukkan sikap masyarakatnya yang tegas, lugas dan tidak

mengenal basa-basi.

Page 63: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

48

Huda (2012: 66-69) menyatakan Wilayah Malang sudah lama menjadi

kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di Kota Malang baik

untuk dijadikan pemukiman. Nama “Malang” sampai saat ini masih diteliti asal-

usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus mencari sumber-

sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal-usul nama “Malang”.

Sampai saat ini teah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama

Malang tersebut. Malang Kucecwara yang tertulis dalam lambang kota ini,

menurut salah satu hipotesa adalah nama sebuah bangunan suci.

Nama bangunan suci itu sendiri dalam dua prasasti Raja Balitung dari

Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahub 907 dan prasasti tahun 908 yakni

diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Masih menjadi pertanyaan

sampai saat ini dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malang Kucecwara itu,

para ahli sejarah belum memperoleh kesepakatan. Salah satu pihak menduga

bangunan suci itu adalah di daerah Buring.

Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakuka karena

ternyata, disebelah Barat Kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama

Malang. Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci

tersebut terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah Utara Kota Malang.

Sampai saat ini daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malang

Suka, yang oleh sebagian ahli sejarah diduga berasal dari kata Malang Kuce yang

diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-

bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut. Seperti candi Jago dan

candi Kidal yang keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan Singosari.

Page 64: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

49

Dari kedua hipotesa di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya

yang terdahului di kenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan

suci Malang Kucecwara.

Noviono (2013) menyebutkan bahwa seperti halnya kota-kota lain di

Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah

hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan

sedemikan rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif

masih berkelas hingga sekarang, misalnya “Ijen Boullevard” dan kawasan

sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan

bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal

di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu

sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan

keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim disana.

Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan

wilayah “Gemente” (kota). Kota Malang mulai tumbuh dan berkembang setelah

hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya

jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakat pun semakin

meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya

terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa

terkendali. Fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi

pertanian menjadi perumahan dan industri.

Page 65: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

50

d. Visi dan Misi Kota Malang

Kurun waktu 5 tahun terakhir, wajah dan kondisi Kota Malang telah

menunjukkan perkembangan yang pesat seiring dengan pembangunan

infrastruktur dan terciptanya kondisi daerah yang kondusif. Pemerintah juga

senantiasa bekerja secara profesional. Untuk melahirkan kebijakan yang

diperlukan sebagai jaminan pelayanan prima yang efektif, efisien dan murah

kepada masyarakat maupun kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di

Kota Malang.

Menumbuhkan rasa kebersamaan, strategi dan kebijakan secara garis besar

dituangkan dalam Visi dan Misi Kota Malang, dengan tujuan seluruh komponen

dirasa mempunyai kewajiban untuk mewujudkannya. Pemerintah Kota Malang

dalam pelaksanaan pembangunan berpedoman pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daeah (RPJMD) dimana di dalamnya termuat Visi Kota

Malang, yaitu “ Menjadikan Kota Malang Sebagai Kota Bermartabat”. Dalam

mewujudkan Visi Kota Malang tersebut, maka dirumuskan upaya-upaya yang

akan dilaksanakan ke dalam Misi Kota Malang tahun 2013-2018, sebagai berikut:

a. Menciptakan Masyarakat yang makmur, Berbudaya dan Terdidik

berdasarkan nilai-niai spiritual lyang agamis, toleran dan setara.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan pubik yang adil, terukur dan

akuntabel.

c. Mengembangkan potensi daerah yang berwawasan lingkungan yang

berkesinambungan, adil dan ekonomis.

Page 66: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

51

d. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Kota Malang sehingga

bisa bersaing di Era Global.

e. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kota Malang baik fisik,

maupun mental untuk menjadikan masyarakat yang produktif.

f. Membangun Kota Malang sebagai kota tujuan wisata yang aman,

nyaman dan berbudaya.

g. Mendorong pelaku ekonomi sektor informal agar lebih produktif dan

kompetitif.

h. Mendorong produktivitas industri dan ekonomi skala besar yang

berdaya saing, etis dan berwawasan lingkungan.

i. Mengembangkan sistem transportasi terpadu dan infrastruktur yang

nyaman untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

(Pemerintah Kota Malang: malang.go.id 2016)

2. Gambaran Umum Dinas Pasar Kota Malang

a. Sejarah Terbentuknya Dinas Pasar

Berdasarkan keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II Malang Nomor

45 Tahun 1973 tanggal 31 Maret 1973 dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah

Tingkat II Malang Nomor 6 Tahun 1979, Pasar sebagai Unit Pelaksanaan Teknis

Pendapatan Kotamadya Daerah Tingkat II Malang.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang

Nomor 10 Tahun 1987, maka pengelolaan pasar dan Unit Pelaksanaan Teknis

Daerah (UPTD) Dinas Pendapatan Kotamadya Daerah Tingkat II Malang menjadi

Page 67: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

52

Dinas Pasar Kotamadya Daerah Tingkat II Malang. Selanjutnya diperbaharui

dengan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, fungsi dan Struktur Organisasi Dinas

Daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Malang. Sedangkan dalam

memberikan kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Telah

ditetapkan Peraturan Walikota Malang Nomor 50 Tahun 2012 tentang Uraian

Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pasar.

b. Visi dan Misi Dinas Pasar

Pemerintah Kota Malang (2015), menyatakan penyelenggaraan fungsi-

fungsi pemerintahan pada dasarnya dilaksanakan oleh instansi pemerintah. Setiap

instansi pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok

dan fungsinya dengan memberdayakan sumber daya yang ada dan kebijakan yang

dipercayakan kepadanya, berdasarkan Rencana Strategi (Renstra) yang telah

dirumuskan sebelumnya. Kewajiban penyusunan Renstra ini didasarkan pada

Pasal 33 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa Pimpinan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah

sesuai dengan tugas dan kewenangan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Dinas Pasar sebagai salah satu Satuan

Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Malang sesuai dengan tugas pokok dan

Page 68: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

53

fungsinya berperan memberikan dukungan melalui peningkatan potensi

perdagangan. Mewujudkan Visi dan Misi Kota Malang sebagaimana tercantum

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) kota Malang

tahun 2014-2018, yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6

Tahun 2010, maka Dinas Pasar Kota Malang memiliki Visi yaitu: “Terwujudnya

Pelayanan dan Pengelolaan Pasar Yang Profesional”. Untuk pencapaian visi

sebagaimana di atas, maka disusun misi Dinas Pasar yaitu sebagai berikut:

“Terwujudnya Peningkatan Pengelolaan Pasar dan Penataan PKL yang Lebih

Profesional”.

Upaya mendukung pencapaian visi dan misi Dinas Pasar Kota Malang,

maka dirumuskan suatu tujuan yang merupakan gambaran tentang keadaan yang

diinginkan oleh Dinas Pasar Kota Malang. Tujuan Dinas Pasar Kota Malang

adalah “Terwujudnya Peningkatan Pengelolaan Pasar dan Penataan PKL yang

Lebih Profesional”, berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan tersebut, maka

sasaran yang akan dicapai selama tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:

a. Revitalisasi pasar

b. Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) terhadap Dinas Pasar

c. Meningkatnya penataan dan pemberdayaan PKL

c. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pasar

Pemerintah Kota Malang menetapkan dengan Peraturan Walikota Malang

Nomor 50 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas

Pasar. Tugas Pokok Dinas Pasar Kota Malang, yaitu: “Penyusunan dan

Page 69: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

54

Pelaksanaan Kebijakan Urusan Pemerintah Daerah di Bidang Pengelolaan Pasar”.

Fungsi Dinas Pasar Kota Malang:

a. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengelolaan

pasar.

b. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan pasar.

c. Pengaturan, penertiban, pemeliharaan, dan pengawasan pasar.

d. Penataan, pembinaan dan pengawasan pedagang kaki lima (PKL).

e. Pengelolaan parkir di lingkungan pasar milik daerah.

f. Pengelolaan kebersihan di lingkungan pasar milik daerah.

g. Pemberian pertimbangan teknis perijinan di lingkungan pasar miliki

daerah.

h. Pemberian dan pencabutan perijinan di lingkungan pasar miliki daerah

yang menjadi kewenangannya.

i. Pelaksanaan penyidikan tindak pidana pelanggaran di bidang

pengelolaan pasar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

j. Pelaksanaan pembelian/ pengadaan atau pembangunan aset tetap

terwujud yang akan digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas

pokok dan fungsi.

k. Pelaksanaan pemeliharaan barang miliki daerah yang digunakan dalan

rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi.

Page 70: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

55

l. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang milik daerah yang berada

dalam penguasaanya.

m. Pelaksanaan pendataan potensi retribusi daerah.

n. Pelaksanaan pemungutan penerimaan bukan pajak daerah.

o. Pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program,

ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga,

perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kerasipan.

p. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

q. Penyusunan dari pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan

Standar Operasional Prosedur (SOP).

r. Pelaksanaan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan atau

pelaksanaan pengumpulan pendapatan pelanggan secara periodik yang

bertujuan untuk memperbaiki kuaitas layanan.

s. Pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang pasar.

t. Penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait

layanan publik secara berkala melalui website Pemerintah Daerah.

u. Pemberdayan dan pembinaan jabatan fungsional.

v. Penyelenggaraan UPT dan jabatan fungsional.

w. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi.

x. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuain dengan

tugas pokoknya.

Page 71: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

56

3. Gambaran Umum Dinas Perdagangan Kota Malang

a. Visi dan Misi Dinas Perdagangan

Rumusan Visi dan Misi Dinas Perdagangan Kota Malang Visi Dari uraian

tentang Visi dan Misi Kota Malang di atas, maka Dinas Perdagangan yang

merupakan salah satu pelaku pembangunan perdagangan di daerah merumuskan

Visi sebagai berikut :

“Terwujudnya Industri Dan Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan

dan Daya Saing Ekonomi, Mendorong Tumbuh Suburnya Ekonomi Yang Berciri

Kerakyatan Sebagai Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan ”

“Terwujudnya Industri Dan Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Ekonomi

Kerakyatan dan Tumbuhnya Daya Saing Ekonomi Yang Berkeadilan”

Misi Untuk mewujudkan visi tersebut di atas serta berpedoman terhadap

tugas pokok dan fungsi Dinas yang berperan sebagai regulator dan fasilitator

dalam pembangunan perdagangan yang transparan dan akuntabel dengan

mengutamakan kepentingan masyarakat, maka Misi Dinas Perdagangan tahun

2009 – 2013 adalah :

1. Meningkatkan Pelayanan Publik melalui Pembuatan Regulasi dalam

Rangka Perlindungan, Pembinaan dan Pemberdayaan Dunia Usaha

2. Mendorong Peningkatan Nilai Tambah Industri dengan Fasilitasi

Penguasaan Teknologi Industri dalam Rangka Meningkatkan Peran dan

Kontribusi IKM terhadap PDRB

3. Mendorong Peningkatan Nilai Tambah Industri dengan Fasilitasi

Page 72: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

57

Penguasaan Teknologi Industri,

4. Peningkatan Industri Jasa Pendukung dan Penguatan Struktur industri

dalam Rangka Meningkatkan Peran dan Kontribusi Sektor Industri

terhadap PDRB

5. Meningkatkan Kinerja Sektor Perdagangan dan Ekonomi Kreatif melalui

Fasilitasi Promosi dan Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan

6. Menjaga Ketersediaan Bahan Pokok dan Penguatan Jaringan Distribusi

7. Meningkatkan Perlindungan Konsumen

8. Mewujudkan Reformasi Birokrasi dan Pengembangan tata Kelola Dinas

Perdagangan Kota Malang

Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Pengertian tujuan menurut

Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor : 239/IX/6/8/2003

tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilita Kinerja Instansi

Pemerintah, adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu

(satu) sampai dengan 5 (lima) tahunan. Tujuan dimaksud ditetapkan dengan

mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan

analisis strategis. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan tidak harus dinyatakan

dalam bentuk kuantitatif, akan tetapi harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang

ingin dicapai di masa mendatang. Hal ini penting, mengingat tujuan akan

mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalm rangka

merealisasikan misi. Dalam rangka merealisasikan misi, maka tujuan yang

ditetapkan adalah sebagai berikut:

Page 73: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

58

MISI I : Meningkatkan Pelayanan Publik melalui Pembuatan Regulasi dalam

Rangka Perlindungan, Pembinaan dan Pemberdayaan Dunia Usaha.

Tujuan : Menyediakan perangkat regulasi di Bidang Industri dan Perdagangan

dalam rangka melindungi usaha lokal serta pembinaan dan pemberdayaan sektor

industri dan perdagangan. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam bidang

industri dan perdagangan melalui penetapan dan pelaksanaan Standar Pelayanan

Publik dan Standar Pelayanan Minimal.

MISI II : Mendorong Peningkatan Nilai Tambah Industri dengan Fasilitasi

Penguasaan Teknologi Industri dalam Rangka Meningkatkan Peran dan

Kontribusi IKM terhadap PDRB.

Tujuan : Mendorong peningkatan nilai tambah industri melalui perbaikan rantai

nilai produksi IKM. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri untuk

menumbuhkan industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak

pertumbuhan industri di masa depan Meningkatkan peran dan kontribusi sektor

industri terhadap PDRB melalui penguatan struktur industri dan penataan

kawasan industri yang ramah lingkungan.

MISI III : Meningkatkan Kinerja Sektor Perdagangan dan Ekonomi Kreatif

melalui Fasilitasi Promosi dan Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan.

Tujuan : Meningkatkan daya saing produk lokal melalui peningkatan kualitas dan

citra produk ekspor Kota Malang Meningkatkan akses pasar dalam negeri dan

pasar ekspor melalui fasilitasi promosi yang efektif Mendorong dan memfasilitasi

aspek legalitas pelaku usaha.

Page 74: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

59

MISI IV: Menjaga Ketersediaan Bahan Pokok dan Penguatan Jaringan Distribusi

Tujuan : Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi

melalui penciptaan sarana dan kebijakan distribusi dengan menjalin komunikasi

yang efektif dengan para pelaku usaha.

MISI V: Meningkatkan Perlindungan Konsumen.

Tujuan : Menghindarkan masyarakat dari produk-produk yang menyebabkan

kerugian, membahayakan kesehatan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta

melindungi produsen lokal terhindar dari praktek perdagangan tidak sehat

Menjadikan konsumen sebagai ”konsumen cerdas”.

MISI VI : Mewujudkan Reformasi Birokrasi dan Pengembangan Tata Kelola

Dinas Perdagangan Kota Malang.

Tujuan : Pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui terobosan

kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum yang

berwibawa dan transparan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang ditopang

oleh efisiensi struktur organisasi, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai

dan kompeten, sarana/prasarana yang mencukupi dan data-data yang menunjang.

Memperbaiki iklim usaha melalui reformasi birokrasi.

b. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perdagangan

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perdagangan Kota Malang merupakan

pelaksana otonomi daerah di bidang perdagangan dan dipimpin oleh seorang

Kepala Dinas yang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya berada di

bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Page 75: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

60

Adapun uraian tugas pokok dari masing-masing unsur dalam organisasi Dinas

Perdagangan, dapat diuraikan sebagai berikut:

Kepala Dinas: mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi

mengkoordinasikan dan melakukan pengendalian internal terhadap unit kerja di

bawahnya serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai

tugas dan fungsinya. Sekretariat, melaksanakan tugas pokok pengelolaan

administrasi umum meliputi penyusunan program, ketatalaksanaan,

ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, urusan rumah tangga, perlengkapan,

kehumasan dan kepustakaan serta kearsipan.

Bidang Perindustrian Agro dan Kimia: melaksanakan tugas pokok pembinaan,

pengembangan dan pemantauan bidang perindustrian Agro dan Kimia.

Bidang Perindustrian Industri Logam: Mesin, Elektronika, Tekstil dan Aneka

(ILMETA), dan Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT) mempunyai

tugas pokok pembinaan, pengembangan dan pemantauan bidang perindustrian

Industri Logam, Mesin, Elektronika, Tekstil dan Aneka (ILMETA), dan Industri

Alat Transportasi dan Telematika (IATT)

Bidang Perdagangan: melaksanakan tugas pokok pembinaan, pengembangan, dan

pengawasan usaha perdagangan.

Bidang Perlindungan Konsumen: melaksanakan tugas pokok penyelenggaraan

upaya perlindungan konsumen.

Page 76: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

61

Fungsi Sekretariat mempunyai fungsi : penyusunan Rencana Strategis

(Renstra) dan Rencana Kerja (Renja); penyusunan Rencana Kerja Anggaran

(RKA); penyusunan dan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

dan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA); penyusunan Penetapan

Kinerja (PK); pelaksanaan dan pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan

kearsipan; pengelolaan urusan kehumasan, keprotokolan dan kepustakaan;

pelaksanaan urusan rumah tangga; pelaksanaan administrasi dan pembinaan

kepegawaian pelaksanaan pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap

berwujud yang akan digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan

fungsi; pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang digunakan dalam

rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi; pelaksanaan kebijakan

pengelolaan barang milik daerah; pengelolaan anggaran; pelaksanaan administrasi

keuangan dan pembayaran gaji pegawai; pelaksanaan verifikasi Surat

Pertanggungjawaban (SPJ) keuangan; pengkoordinasian pelaksanaan Standar

Pelayanan Minimal (SPM); pengkoordinasian penyusunan tindak lanjut hasil

pemeriksaan; penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan

Standar Operasional dan Prosedur (SOP); pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern

(SPI); pelaksanaan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan/atau

pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik yang bertujuan

untuk memperbaiki kualitas layanan; penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja

Perangkat Daerah; pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang perdagangan;

penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait layanan

publik secara berkala melalui web site Pemerintah Daerah; pengevaluasian dan

Page 77: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

62

pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi; dan pelaksanaan fungsi lain yang

diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas pokoknya.

Bidang Perindustrian Agro dan Kimia mempunyai fungsi : perumusan dan

pelaksanaan kebijakan teknis Bidang Perindustrian Agro dan Kimia;

pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan teknis Bidang

Perindustrian Agro dan Kimia; Penyusunan program dan rencana kegiatan di

Bidang Perindustrian Agro dan Kimia. Pelaksanaan Penyusunan rumusan teknis

pembinaan,penyiapan perijinan dan Pedoman kegiatan usaha di bidang

perindustrian Agro dan Kimia. Pelaksanaan Penyiapan bimbingan teknis

pembinaan dan pengembangan Sarana,Usaha dan Produksi di bidang

Perindustrian Agro dan Kimia. Penyusunan potensi/ profil di bidang Perindustrian

Agro dan Kimia. Pelaksanaan Pembinaan Standardisasi dan Design Produk

Industri. pemantauan industri dan produk tertentu yang berkaitan dengan

keamanan, keselamatan umum, kesehatan dan moral; pelaksanaan pemantauan

dan evaluasi kegiatan di bidang Perindustrian Agro dan Kimia; pelaksanaan

analisis iklim usaha dan peningkatan kerjasama usaha dengan asosiasi dunia usaha

di bidang Perindustrian Agro dan Kimia pelaksanaan dokumentasi data

perindustrian dalam bentuk multimedia; ; pelaksanaan peningkatan Sumber Daya

Manusia (SDM) bagi wirausaha Industri Agro dan Kimia; penyiapan bahan dalam

rangka pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan; pelaksanaan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran

(DPPA); pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar Operasional

dan Prosedur (SOP); Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); pelaksanaan

Page 78: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

63

Standar Pelayanan Minimal (SPM); pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi; pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas sesuai dengan tugas pokoknya.

Bidang industri logam , mesin, elektro, tekstil dan aneka dan iatt

mempunyai fungsi: Perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis Bidang Industri

Logam, Mesin, Elektronika, Tekstil dan Aneka (ILMETA), dan Industri Alat

Transportasi dan Telematika (IATT); Pengumpulan dan pengolahan data dalam

rangka perencanaan teknis Bidang Industri Logam, Mesin, Elektronika, Tekstil

dan Aneka (ILMETA), dan Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT);

Penyusunan program dan rencana kegiatan di Bidang Industri Logam, Mesin,

Elektronika, Tekstil dan Aneka (ILMETA), dan Industri Alat Transportasi dan

Telematika (IATT). Pelaksanaan Penyusunan rumusan teknis

pembinaan,penyiapan perijinan dan Pedoman kegiatan usaha di bidang Industri

Logam, Mesin, Elektronika, Tekstil dan Aneka (ILMETA), dan Industri Alat

Transportasi dan Telematika (IATT). Pelaksanaan Penyiapan bimbingan teknis

pembinaan dan pengembangan Sarana,Usaha dan Produksi di bidang Industri

Logam, Mesin, Elektronika, Tekstil dan Aneka (ILMETA), dan Industri Alat

Transportasi dan Telematika (IATT). Penyusunan potensi/ profil di bidang

Industri Logam, Mesin, Elektronika, Tekstil dan Aneka (ILMETA), dan Industri

Alat Transportasi dan Telematika (IATT). Pelaksanaan Pembinaan Standardisasi

dan Design Produk Industri. Pemantauan industri dan produk tertentu yang

berkaitan dengan keamanan, keselamatan umum, kesehatan dan moral;

Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan di bidang Industri Logam, Mesin,

Page 79: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

64

Elektronika, Tekstil dan Aneka (ILMETA), dan Industri Alat Transportasi dan

Telematika (IATT); Pelaksanaan analisis iklim usaha dan peningkatan kerjasama

usaha dengan asosiasi dunia usaha di bidang Industri Logam, Mesin, Elektronika,

Tekstil dan Aneka (ILMETA), dan Industri Alat Transportasi dan Telematika

(IATT); Pelaksanaan dokumentasi data perindustrian dalam bentuk multimedia;

Pelaksanaan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi wirausaha Industri

Industri Logam, Mesin, Elektronika, Tekstil dan Aneka (ILMETA), dan Industri

Alat Transportasi dan Telematika (IATT); Penyiapan bahan dalam rangka

pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan; Pelaksanaan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran

(DPPA); Pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar Operasional

dan Prosedur (SOP); Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); Pelaksanaan

Standar Pelayanan Minimal (SPM); Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi; Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas sesuai dengan tugas pokoknya.

Bidang Perdagangan mempunyai fungsi : perumusan dan pelaksanaan

kebijakan teknis Bidang Perdagangan; pengumpulan dan pengolahan data dalam

rangka perencanaan teknis pembinaan, pengembangan dan pengawasan usaha

bidang perdagangan; penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di

bidang perdagangan; penyusunan petunjuk teknis dan pedoman pembinaan

kegiatan usaha perdagangan dalam dan luar negeri; pelaksanaan bimbingan teknis

pembinaan, pengembangan dan pengawasan usaha perdagangan dalam dan luar

negeri; pelaksanaan pemungutan retribusi perdagangan; pemrosesan rekomendasi

Page 80: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

65

perijinan di bidang usaha perdagangan; pelaksanaan pemberian dan pencabutan

perijinan di bidang perdagangan; pelaksanaan pendaftaran perusahaan dan

penyajian buku daftar perusahaan; pelaksanaan pemberian rekomendasi perijinan

kegiatan ekspor dan impor; pemrosesan penerbitan dokumen penyerta barang

ekspor; penyediaan informasi pasar dari aspek harga dan non harga; pelaksanaan

kegiatan promosi produk unggulan melalui berbagai sarana; pelaksanaan

identifikasi potensi perdagangan sebagai bahan promosi, kerjasama dan pameran

dagang pelaksanaan analisa iklim usaha/kajian, koordinasi dan peningkatan kerja

sama dengan asosiasi dunia usaha di bidang perdagangan; penyusunan

profil/potensi sektor perdagangan; pelaksanaan kajian/analisis sektor

perdagangan; pelaksanaan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi

wirausaha; penyiapan bahan dalam rangka pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil

Pemeriksaan; pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen

Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA); pelaksanaan Standar Pelayanan Publik

(SPP) dan Standar Operasional dan Prosedur (SOP); Pelaksanaan Sistem

Pengendalian Intern (SPI); pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);

pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi; pelaksanaan

fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas pokoknya.

Bidang Perlindungan Konsumen mempunyai fungsi : perumusan dan

pelaksanaan kebijakan teknis Bidang perlindungan konsumen; pengumpulan dan

pengolahan data dalam rangka perencanaan teknis perlindungan konsumen;

penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang perlindungan

konsumen; pelaksanaan pengawasan barang beredar dan jasa serta penegakkan

Page 81: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

66

hukumnya; pemberian fasilitasi dan pelaksanaan pelayanan tera dan tera ulang ;

pelaksanaan monitoring dan pengawasan terhadap kebenaran Ukuran, Takaran,

Timbangan dan Perlengkapannya (UTTP); pemberian fasilitasi dan pelaksanaan

pelayanan tera dan tera ulang pelaksanaan pelayanan kegiatan kemetrologian

(penyuluhan, sosialisasi, tera, tera ulang UTTP dan BDKT); pelaksanaan pos ukur

ulang dalam (POSKUR) dan pasar tertib ukur peningkatan sumber daya manusia

di bidang perlindungan konsumen peningkatan sumber daya manusia

kemetrologian (penera ahli, penera trampil, pengamat tera, pranata laboratorium

dan PPNS Metrologi Legal) pelaksanaan pembinaan dan penyebarluasan

informasi sistim perlindungan konsumen; pelayanan dan penanganan pengaduan

konsumen Pelaksanaan fasilitasi dan operasional Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) pelaksanaan pendaftaran produk barang dan jasa dalam

rangka perlindungan konsumen; pelaksanaan dokumentasi data perlindungan

konsumen dalam bentuk multimedia; penyiapan bahan dalam rangka pemeriksaan

dan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan; pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan

Anggaran (DPA) dan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);

pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar Operasional dan

Prosedur (SOP); Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); pelaksanaan

Standar Pelayanan Minimal (SPM); pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi; pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas sesuai dengan tugas pokoknya.

Sumber: perdagangan.malangkota.go.id

Page 82: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

67

c. Struktur Organisasi Dinas Perdagangan Kota Malang

Gambar 3: Struktur Organisasi Dinas Perdagangan Kota Malang

Sumber: Dinas Perdagangan Kota Malang Tahun 2017

Page 83: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

68

B. Penyajian Data Fokus Penelitian

1. Strategi Pemerintah Daerah dalam Penataan Pedagang Kaki Lima

Strategi memberikan perhatian pada implikasi strategik dari suatu program

tertentu. Hal-hal apa saja yang berdampak dan yang ditimbulkan jika program

tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, dan apa dampaknya bagi sasaran

organisasi. Pada kaitannya dengan pedagang kaki lima di kota malang, dinas

perdagangan kota malang memiliki kewenangan ataupun tugas untuk melakukan

penataan dan pembinaan terhadap pedagang kaki lima.

a. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pedagang Kaki Lima

Kebijakan merupakan suatu peraturan yang digunakan pemerintah dalam

upaya membuat strategi dan kebijakan berhubungan untuk mencapai suatu tujuan

dalam menanggapi isu-isu strategis yang berasal dari RPJMD kota Malang yaitu

pelaku ekonomi sektor informal belum diberdayakan secara maksimal. Kebijakan

yang diambil oleh pemerintah antara lain kemudahan permodalan, kerjasama

perbankan, dan penyediaan zona perdagangan. Berkaitan dengan penataan

pedagang kaki lima Dinas Perdagangan sebagai SKPD kota Malang yang ditunjuk

dan berwenang bahwa hal tersebut telah diamanatkan dalam peraturan yang mana

agar dapat ditindak lebih lanjut untuk mewujudkan kota Malang yang lebih ramah

terhadap pedagang kaki lima yang telah diberdayakan. Pada Peraturan Presiden

Nomor 125 Tahun 2012 Tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan

Pedagang Kaki Lima dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012

Tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, dan pada

Peraturan Walikota Malang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tata cara penataan dan

Page 84: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

69

pemberdayaan pedagang kaki lima melalui pendataan, penetapan lokasi usaha,

peremajaan fasilitas, serta pemberdayaan.

Salah satu cara dalam hal penataan pedagang kaki lima adalah melalui

pendataan dilakukan oleh dinas yang telah ditunjuk oleh Walikota. Hal ini

dilakukan agar dijadikan sebagai suatu identitas bagi pedagang kaki lima yang

telah tercatat pada dinas perdagangan. Kegiatan pendataan pedagang kaki lima

merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan setiap

tahunnya, sehingga pendataan pedagang kaki lima tidak bisa dianggap sebagai

suatu program khusus dari Dinas Perdagangan. Pendataan ini dilakukan untuk

memberikan ijin kepada pedagang kaki lima untuk melakukan aktivitasnya dan

mendapatkan pemantauan khusus oleh dinas perdagangan. Seperti yang dijelaskan

oleh bapak Andi Hamzah, S. Sos selaku Kepala seksi pembinaan pedagang kaki

lima yang mengatakan bahwa:

“Form ini nanti ada keterangan mengenai jenis dagangannya dan nanti

akan difoto bersama dengan dagangannya sebagai bukti pada kartu

pendataan tsb. Hal itu untuk menyikapi banyak PKL dan bukan PKL yang

sebenarnya, kita pendataan dengan kartu tsb dilampiri dengan fotokopi

KTP”. (wawancara pada tanggal 22 Maret, 2017)

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa Dinas Perdagangan akan

mengetahui jumlah pedagang kaki lima sepereti pada tabel 1 dengan pendataan

yang telah dilakukan dengan mengisi form seperti pada gambar 4.

Diberlakukannya pendataan tersebut, Dinas Perdagangan tidak hanya

memperoleh data mengenai jumlah pedagang kaki lima tetapi juga mendapatkan

aspirasi ataupun tuntutan-tuntutan dari pedagang kaki lima. Dengan demikian,

dinas Perdagangan akan dengan mudah untuk memantau kegiatan pedagang kaki

Page 85: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

70

lima. Tujuan utamannya adalah apabila Dinas Perdagangan mempunyai progam

terhadap pedagang kaki lima, pedagang kaki lima yang sudah melakukan

pendataan akan diprioritaskan.

Tabel 1. Rekapitulasi Data Pedagang Kaki Lima Tahun 2015

No Kecamatan Kelurahan Jumlah

PKL

Pasar Jumlah

PKL

PKL Jalanan Jumlah

PKL

1.

Sukun

Bakalan Krajan

Bandulan

Bandung Rejosari

Ciptomulyo

Gadang

Kebonsari

Mulyorejo

Pisangcandi

Sukun

Tanjungrejo

Karang-Besuki

Nihil

49

Sukun

Gadanglama

36

42

Jl. Sriwijaya

Jl. Gedhe

Jl. Ade Irma Suryani

Jl. Cokroaminoto

Jl. Gatot Subroto

Timur

Jl. Gatot Subroto

Barat

GOR Ken Arok

PKL Jalanan

39

16

176

20

149

89

41

Jumlah PKL Kecamatan Sukun

49

78

2.

2.

Klojen

Klojen

Gadingkasri

Kidul Dalem

Penanggungan

Kasin

Rampal Celaket

Bareng

Klojen

Sukoharjo

Wilis Buku

Kasin

Jl. Malabar

Bareng

Klojen

Mergan

Baru Timur

Baru Barat

Page 86: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

71

No

Kecamatan

Kelurahan

Jumlah

PKL

Pasar

Jumlah

PKL

PKL Jalanan

Jumlah

PKL

Oro-oro Dowo

Kauman

Sama’an

65

99

21

95

11

Nusa Kambangan

Embong Brantas

Talun

Bunga

4

36

19

30

28

14

273

Jumlah PKL Kecamatan Klojen 291 404

3.

Kedung

Kandang

Arjowinangun

Buring

Kedungkandang

Sawojajar

Tlogowaru

Mergosono

Bumiayu

Cemoro

Kandang

Kota Lama

Lesanpuro

Madyopuro

wonokoyo

35

132

19

146

6

43

381

Kedungkandang

Sawojajar

Lesanpuro

Kota Lama

Induk Gadang

Madyopuro

Temboro

Kebalen

142

4

52

32

229

459

Jumlah PKL Kecamatan

Kedungkandang

4

Blimbing

Balearjosari

Jodipan

Purwodadi

Polehan

Blimbing

Bunulrejo

Pandanwangi

Arjosari

5

131

21

13

Bunul

Pandanwangi

Blimbing

36

Page 87: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

72

No. Kecamatan Kelurahan

Polowijen

Purwantoro

Kesatrian

Jumlah

PKL

Pasar Jumlah

PKL

PKL

Jalanan

Jumlah

PKL

Jumlah PKL Kecamatan Blimbing 170 36

5. Lowokwaru Tasikmadu

Dinoyo

Jatimulyo

Ketawang Gede

Lowokwaru

Merjosari

Mojolangu

Sumbersari

Tlogo Mas

Tulusrejo

Tunjung Sekar

Tunggul

Wulung

Nihil

74

17

13

87

30

Tawangmangu

Merjosari

Dinoyo

24 Jumah

PKL

Jumlah PKL Kecamatan Lowokwaru 221 24

Jumlah Sub Bagian 1112 1.001 530

Jumlah Se Kota Malang(PKL yang Terdata) 2.643

Sumber: Dinas Pasar kota Malang Tahun 2016

Page 88: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

73

Gambar 4. Form Identitas Pedagang Kaki Lima

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2017

Gambar 5. Pendataan PKL oleh Dinas Perdagangan

Sumber: Dokumentasi Dinas Perdagangan Kota Malang Tahun 2017

Pedagang kaki lima sebagai salah satu sektor informal yang sering ditemui

menempati ruang-ruang publik menjadi suatu pekerjaan rumah bagi pemerintah

kota Malang. Kebijakan pemerintah kota adalah dengan penetapan lokasi usaha.

Sebuah peringatan saja tidak cukup untuk membuat pedagang kaki lima jera,

Page 89: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

74

langkah lain yang dapat diambil oleh pemerintah yaitu relokasi. Relokasi

merupakan salah satu strategi dalam penataan pedagang kaki lima, kegiatannya

adalah dengan pemindahan aktivitas perdagangan dari wilayah yang tidak

diperbolehkan pada suatu peraturan ke wilayah peruntukkan yang disesuaikan

dengan aktivitas tersebut. Dinas Perdagangan kota Malang sebagai dinas

berwewenang untuk mengurus pedagang kaki lima banyak mengeluarkan

kebijakan yang salah satunya adalah relokasi pedagang kaki lima. Relokasi

dilakukan dalam rangka mewujudkan tata ruang yang sesuai dengan

peruntukkannya. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Andi Hamzah, S. Sos

selaku kepala seksi pembinaan pedagang kaki lima yang mengatakan bahwa:

“Kemudian kita berusaha semampu mungkin untuk relokasi, kayak

kebalen ini Insyaallah kita bangun kurang lebih lima lantai untuk

mengcover pkl-pkl dijalan sekitar kebalen.” (wawancara pada tanggal 22

Maret, 2017)

Pada pasar Kebalen tepatnya di jalan Zaenal Zakse pedagang kaki lima

yang memenuhi hampir seluruh ruas jalan, pada tahun 2014 pernah dipindahkan

ke pasar Kedungkandang tetapi para pedagang kaki lima merasa kesulitan dalam

melakukan kegiatannya. Seperti yang yang diungkapkan oleh bapak Kusdiyanto

pedagang kaki lima di Kebalen adalah sebagai berikut:

“Dulu pernah mbak di Kedungkandang tempatnya tidak memenuhi syarat,

kalau konsumen nya ada tapi tempat nya itu mbak kurang luas.”

(wawancara pada tanggal 23 Maret, 2017)

Selain itu pada kesempatan yang sama bapak Totok pedagang kaki lima di

Kebalen memberikan pernyataannya sebagai berikut:

“Dulu pernah ditaruh di Kedungkandang disitu gak laku blas saya pernah

jualan disana soalnya pelanggan saya ada disini (Kebalen) semua, kalau

Page 90: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

75

disana (Kedungkandang) kejauhan.” (wawancara pada tanggal 23 Maret,

2017)

Kemudian terdapat pendapat dari masyarakat sekitar mengenai pedagang

kaki lima yang berjualan di jalan Zaenal Zakse sekitar Kebalen, seperti yang

disampaikan pada wawancara dengan ibu Indira sebagai berikut:

“Pkl disini gak bisa dikasih tau kalau gak diangkut gitu nanti kalau siang

atau sore dibawa lagi. Jam 7 sudah diusir tapi masih tambeng tetep aja gak

mau, pernah sampai tukaran sama petugasnya.” (wawancara pada tanggal

23 Maret tahun 2017)

Kemudian, pada kesempatan lain dengan ibu Andhini pengunjung pasar

kebalen memberikan pendapat mengenai keadaan pedagang kaki lima serta

harapannya kepada pemerintah sebagai berikut

“PKL disini semrawut ya kurang tertata, dari segi orang pkl sendiri itu

kurang ada kesadaran. Kalau dibolehkan berjualan disitu mereka ya harus

sadar diri harus tertata karena disitu dekat dengan jalan, kalau semrawut

gitu harus tertib jangan sampai membuat arus lalu lintas jadi macet. Jadi

harapan saya untuk pemerintah, ya harus dibuatkan ruko sendiri lah mbak

atau stan-stan khusus yang tidak makan bahu jalan.” (wawancara pada

tanggal 21 April tahun 2017)

Dari hasil wawancara dengan pedagang kaki lima dan masyarakat dapat

diketahui bahwa, pedagang kaki lima pada jalan Zaenal Zakse pernah dilakukan

relokasi ke daerah Kedungkandang tetapi terdapat suatu masalah yang dialami

seperti karena kurang luasnya lahan dan masalah pengunjung. Sedangkan dari

masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat menginginkan kondisi

pada kegiatan perdagangan yang nyaman, tertib, bersih dan tidak menghambat

arus lalu lintas.

Selanjutnya melalui peremajaan lokasi usaha hal tersebut dimaksudkan

untuk meningkatkan fungsi prasarana, sarana dan utilitas kota. Pada Undang-

undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, pasal 13 ayat 1, 2, 3 yang

Page 91: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

76

mengamanatkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah melakukan

pembangunan, pemberdayaan, dan peningkatan kualitas pengelolaan pasar rakyat.

Hal ini bertujuan untuk mendorong pasar rakyat lebih modern dan mampu

meningkatkan omset pendapatan pedagang, mewujudkan pasar yang bersih, rapi

dan nyaman, serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sebagai

konsumen. Dinas perdagangan kota Malang dalam melakukan penataan pedagang

kaki lima tidak serta merta langsung menggusur tanpa memberikan ruang atau

lokasi untuk kegiatannya. Maka pemerintah dengan ini mengupayakan untuk

melakukan pembangunan untuk memfasilitasi kegiatan perdagangan, dengan

memaksimalkan potensi yang ada. Seperti yang dijelaskan oleh bapak Andi

Hamzah, S. Sos yang mengatakan bahwa:

“Kita memaksimalkan dengan pasar yang ada, rencana nya pasar kebalen

kita bangun 3 lantai dengan asumsi PKL yang ada diluar bisa

terakomodasi. Sistem yang kita pakai intensifikasi dengan memaksimalkan

apa yang ada, kalau ekstensifikasi ada di Bapeda.” (wawancara pada

tanggal 4 April 2017)

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa pembangunan sarana dan

prasarana untuk menunjang kegiatan perdagangan dilakukan dengan bukan

membangun banyak pasar baru, melainkan memaksimalkan potensi pasar yang

ada. Hal ini dimaksudkan karena merevitalisasi pasar dengan maksimal dapat

mengakomodir para pedagang pasar ataupun pedagang kaki lima. Seperti pada

pasar Oro-oro Dowo Kota Malang yang sudah direvitalisasi dari yang sebelumnya

merupakan pasar bangunan peninggalan Belanda. Kemudian juga pasar Dinoyo

dan Bareng yang sudah direnovasi. Selanjutnya pasar yang direncanakan untuk

direnovasi seperti pasar Kebalen dan pasar Belimbing, kedua pasar tersebut

Page 92: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

77

merupakan pasar yang banyak terdapat pedagang kaki lima. Pada pasar kebalen,

pedagang kaki lima menempati hampir seluruh ruas jalan Zaenal Zakse.

Perencanaan pembangunan oleh pemerintah kota ini dilakukan agar kondisi

berjualan lebih nyaman dan tidak mengganggu aktivitas lainnya, menciptakan

estetika kota yang bersih dan indah, serta ketertiban pedagang kaki lima dapat

terkendali.

Kemudian melalui pemberdayaan bagi pedagang kaki lima yang dilakukan

oleh pemerintah kota Malang melalui dinas Perdagangan, bahwa hal tersebut telah

diamanatkan dalam undang-undang yang mana agar dapat ditindak lebih lanjut

untuk mewujudkan kota Malang yang lebih ramah terhadap pedagang kaki lima

yang telah diberdayakan. Pada Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 Tentang

Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan

Pedagang Kaki Lima, dijelaskan bahwa pemerintah provinsi dan pemerintah

kota/kabupaten wajib melakukan pemberdayaan terhadap pedagang kaki lima

melalui peningkatan berusaha, fasilitas akses permodalan, fasilitas bantuan sarana

dagang, penguatan kelembagan, fasilitas peningkatan produksi, pengolahan

pengembangan jaringan dan promosi, serta pembinaan dan bimbingan teknis.

Pembinaan tersebut merupakan tanggung jawab dinas Perdagangan sebagi instansi

yang menaungi pedagang kaki lima. Seperti yang dijelaskan oleh bapak Andi

Hamzah, S. Sos yang mengatakan bahwa:

“pembinaan dengan PKL lebih kepada pengarahan mengenai wilayah-

wilayah yang untuk berjualan dan dilarangan berjualan dan memberikan

pengertian mengapa anda (PKL) ditarik retribusi berdasarkan luasan lapak.

Dan disitu juga kita akan dengan pembekalan PERDA yang terdapat

Page 93: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

78

larangan-larangan PKLberjualan pada wilayah tertentu. Jadi, lebih kesitu

untuk pembinaan PKL”. (wawancara pada tanggal 22 Maret, 2017)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pembinaan

pedagang kaki lima oleh Dinas Perdagangan dilakukan melalui dengan

pengamatan, pengaturan, peneguran, dan pemberian sanksi kepada pedagang kaki

ima yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Pembinaan yang dilakukan

pada saat ini mencakup hal-hal yang mendasar, yaitu pembinaan pedagang kaki

lima yang telah dilakukan dengan memberikan pemahaman mengenai peraturan

daerah terkait lokasi larangan berjualan.

Dinas Perdagangan juga mempunyai peran meningkatkan kualitas usaha

pedagang kaki lima. Peran tersebut melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan

untuk memastikan pedagang kaki lima melakukan kegiatannya sesuai peraturan

daerah. Seperti yang dijelaskan oleh bapak Andi Hamzah, S. Sos selaku kepala

seksi pembinaan pedagang kaki lima yang mengatakan bahwa:

“kita lakukan bimbingan dan teknis (BIMTEK) komoditas. Misalnya di

sriwijaya adalah komoditas khusus kuliner, di Juanda adalah komoditas

barang-barang bekas onderdil. Tetapi kita belum secara maksimal karena

keterbatasan lahan sehingga PKL-PKL sifatnya yang dipinggiran pasar

kita bina menganai aturan”(wawancara pada tanggal 4 April 2017)

Pendapat lainnya oleh bapak Bambang Muji mantan kepala seksi

pengendalian pedagang kaki lima dinas Pasar yang mengatakan bahwa:

“Kalau pelatihan berupa bimbingan teknis atau kita ikutkan diklat-diklat di

SKPD lain dan melakukan bimtek-bimtek secara rutin. Materi bimtek nya

mulai dari pengenalan peraturan yang berlaku kemudian peningkatan

kapasitas mereka lewat ilmu-ilmu manajemen, teknis berjualan,

pengetahuan koperasi dan macem-macem. Bimtek diadakan sistemnya

sepaket dan dilakukan maksimal 3 hari. Kemudian sebenarnya untuk

pemberian fasilitas berupa modal dan lokasi untuk berjualan kita

khususkan bagi warga Malang”. (wawancara pada tanggal 9 Desember

2016)

Page 94: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

79

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui pada dasarnya

pembinaan melalui bimtek, pelatihan hingga pemberian fasilitas berupa modal dan

lokasi dikhususkan bagi warga kota Malang. Tetapi yang terjadi dilapangan

bahwa hampir 30 % (berdasarkan hasil pendataan pedagang kaki lima tahun 2015)

dari jumah pedagang kaki lima berasal dari luar kota Malang. Diluar

permasalahan tersebut, Dinas Perdagangan telah menjalankan amanat pada

Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri Dalam Negeri, upaya Dinas

Perdagangan adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha

kecil agar menjadi usaha mandiri yang dapat berkembang menjadi usaha

menengah, dapat dilihat pada tabel 2 sebagian pedagang kaki lima binaan oleh

Dinas Perdagangan. Mengingat bahwa pedagang kaki lima bukan dijadikan

sebagai part of problem tetapi menjadikan sebagai part of solution, sehingga

kegiatan ini akan dapat memperoleh keuntungan (profit) tidak hanya bagi

pedagang kaki lima tetapi juga masyarakat dan pemerintah.

Tabel 2. Pedagang Kaki Lima Binaan Oleh Pemerintah Daerah

No. Pedagang Kaki Lima Binaan Jenis Dagangan

1. Taman Serayu Kuliner

2. Jalan Dempo Kuliner

3. Jalan Pulosari Kuliner

4. Jalan Kyai Tamin Kuliner

5. Jalan Comboran Non Kuliner

6. Taman Trunojoyo (Sriwijaya) Kuliner

7. Jalan Juanda Barang-barang bekas dan onderdil

Sumber: Hasil wawancara di Dinas Pasar dan Perdagangan Kota Malang, 2016

(dengan olahan penulis)

Page 95: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

80

b. Program Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pedagang Kaki Lima

Program pemerintah daerah dalam penataan pedagang kaki lima sesuai dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, dan pada Peraturan Walikota

Malang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tata cara penataan dan pemberdayaan

pedagang kaki lima. Tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada pedagang

kaki lima untuk melakukan aktivitasnya sesuai dengan lokasi peruntukkannya,

serta mewujudkan kota yang bersih, rapi, indah, tertib dan aman.

1. Tanda Daftar Usaha (TDU)

Program penerbitan tanda daftar usaha sesuai dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, dan pada Peraturan Walikota Malang Nomor

36 Tahun 2014 tentang tata cara penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima.

Tanda daftar usaha dimaksudkan agar pedagang kaki lima tidak

memperdagangkan barang ilegal, tidak mengubah fungsi dari fasilitas yang ada

diokasi pedagang serta kesanggupan untuk mengembalikan tempat usaha apabila

lokasi sewaktu-waktu diperlukan fungsinya. Tanda daftar usaha atau TDU

memiliki fungsi yaitu sebagai identitas bagi pedagang kaki lima yang telah

tercatat pada Dinas Perdagangan. Nantinya pemilik TDU berhak untuk

memperoleh modal dengan menggunakannya sebagai agunan ke bank dan fasilitas

dari Dinas perdagangan. Penjelasan mengenai TDU diungkapkan oleh Bapak

Mujiono Agus Selaku staff dari bidang pengelolaan pasar bahwa:

Page 96: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

81

“Pendataan pedagang kaki lima ini nantinya pedagang kaki lima akan

mendapatkan TDU yang digunakan untuk permodalan usaha seperti yang

ada di Sriwijaya, tapi untuk saat ini pendataan masih sebatas pendataan

untuk mengetahui kegiatan yang selama ini dilakukan”. (wawancara pada

tanggal 16 April, 2017)

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa tanda daftar usaha tidak

hanya digunakan sebagai identitas pedagang kaki lima tetapi juga dapat digunakan

untuk mendapatkan modal, tetapi belum semua pedagang kaki lima memperoleh

tanda daftar usaha. Agar pencapaian program tersebut berjalan lancar dan dapat

mengakomodir seluruh pedagang kaki lima maka diperlukan pelaksanaan program

yang berkelanjutan untuk menjaga efektivitasnya.

2. Pengaturan dan Penetapan Waktu Usaha

Pengaturan dan penetapan waktu usaha sektor infomal dimaksudkan untuk

memberikan kesempatan berdagang dengan waktu yang telah ditentukan oleh

pemerintah kota. Rencana penetapan waktu usaha berdasarkan penyusunan naskah

akademis dan rancangan peraturan Waikota tentang rencana induk penataan sektor

informal kota Malang tahun 2013-2033, dikelompokkan menjadi beberapa

kegiatan antara lain:

a. Pasar tumpah mulai buka pukul 22.00 – 06.00

b. Pedagang kuliner mulai buka pukul 17.00 – 04.00

c. Depan mall / pusat perbelanjaan mulai buka pukul 10.00 – 22.00

d. Sekitar lapangan olahraga mulai buka pukul 16.00 – 18.00

e. Khusus hari minggu untuk pelaksanaan acara tertentu mulai buka

pukul 04.00 – 10.00.

Page 97: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

82

Kemudian untuk mengakomodir hal-hal tersebut, pemerintah kota

menolerin kegiatan pedagang kaki lima di jalan Zaenal Zakse maksimum hingga

pukul 06.00 pagi setiap harinya. Pada wawancara dengan bapak Agus A. Saiku

selaku staff Wastib mengatakan bahwa:

“Kalau dikebalen adalah penerapan batas waktu berjualan, karena yang di

Kebalen itu merupakan pasar tumpah bangunannya kecil nggak

menampung, pedagang tambah tahun tambah terus pengunjung juga

bertambah terus semakin tahun semakin tambah akhirnya tumpah ke

sepanjang ruas jalan Zaenal Zakse. Nah penerapan yang kita tindak, kita

hanya bisa menoleransi waktu berjualan sampai jam 6 pagi.” (wawancara

pada tanggal 19 April 2017)

Penerapan batas waktu berjualan untuk pedagang kaki lima di jalan Zaenal

Zakse tidak sepenuhnya dikatakan sukses, di lapangan bahwa pedagang kaki lima

tidak dapat berkoordinasi dengan pemerintah lantaran waktu yang seharusnya

diberikan tersebut tidak ditanggapi. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Andi

Hamzah, S. Sos selaku kepala seksi pembinaan pedagang kaki lima yang

mengatakan bahwa:

“Bisa dilihat di pasar kebalen, jadi mereka(PKL) sudah buka mulai jam 2-

3 pagi, kami memberikan batas tapi kalau dulu tidak boleh sama sekali.

Sama pemerintah diberi kelonggaran sampai jam 8 harus bersih. Susah

kalau gak dihalau oleh pasukan saya (WASTIB) itupun sudah jam 8 bukan

berbenah ditegur malah gak mau. Mereka (PKL) gak sadar loh sama

saudara nya yang didalam tidak laku. Diberi kelonggaran sampai jam 8

agar pedagang yang ada di dalam bisa bernafas.” (wawancara pada tanggal

22 Maret 2017)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa,

pemerintah telah memberi kelonggaran waktu berjulan kepada pedagang kaki lima

untuk berjualan di jalan Zaenal Zakse seperti pada gambar 6. Sehingga diatas jam

06.00 pagi petugas Wastib akan turun di lapangan untuk menertibkan para

Page 98: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

83

pedagang kaki lima yang masih berjualan. Hasilnya dimana pada pukul 08.00

jalan Zaenal Zakse akan steril dari pedagang kaki lima seperti pada gambar 7,

tujuannya adalah untuk menciptakan arus lalu lintas yang lancar dan baik, serta

khususnya di jalan yang terdapat PKL dan menciptakan kenyamanan bagi

masyarakat khususnya pengendara umum, pengunjung dan pedagang kaki lima itu

sendiri.

Gambar 6. Kondisi jalan Zaenal Zakse

Sumber: Dokumentasi Pribadi tahun 2017

Gambar 7. PKL Jalan Zaenal Zakse dan Jalan Zaenal Zakse Setelah Steril dari

PKL

Sumber: Dokumentasi Pribadi tahun 2017

Page 99: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

84

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Dinas Perdagangan

Kota Malang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima

Strategi-strategi yang dilakukan oleh dinas Perdagangan Kota Malang

dalam pelaksanaan penataan pedagang kaki lima akan berjalan dengan baik dan

sesuai rencana apabila dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan

menghambat. Faktor-faktor tersebut tentunya akan mempengaruhi jalan daripada

pelaksanaan strategi-stretgi dari dinas Perdagangan, untuk mengetahui faktor

pendukung dan penghambat dari strategi dinas Perdagangan kota Malang dalam

penataan pedagang kaki lima, berikut dipaparkan mengenai penjelasannya antara

lain:

a. Faktor Pendukung

Faktor-faktor pendukung strategi dinas Perdagangan kota Malang dalam

penataan pedagang kaki lima berasal dari lingkungan internal dan eksternal dinas

Perdagangan. Adapun faktor-faktor pendukung strategi dinas Perdagangan kota

Malang dalam penataan pedagang kaki lima adalah sebagai berikut:

1. Adanya Peraturan

Pada penataan pedagang kaki lima telah diatur dalam peraturan Presiden

maupun pada peraturan menteri dalam negeri, hal itu dimaksudkan agar

pemerintah daerah dapat memiliki misi-misi yang dapat menjalankan amanat

tersebut. Dalam pelaksanaan penataan pedagang kaki lima di kota Malang Dinas

Perdagangan berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012

Tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, serta pada

Page 100: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

85

Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Diketahui bahwa pedagang kaki lima

merupakan salah satu sektor informal yang perlu diberdayakan dengan cara

pemberian fasilitas, pembinaan, pelatihan dan relokasi yang tujuan utamanya

dapat menunjang kegiatannya sehingga kedepan sektor informal ini dapat

dijadikan salah satu alternatif mata pencaharian yang mandiri sesuai dengan

peraturan. Menindaklanjuti dari adanya peraturan tersebut pemerintah kota

Malang mengeluarkan Peraturan Walikota Malang Nomor 36 Tahun 2014

Tentang Tata Cara Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.

Bapak Bambang Muji mantan kepala seksi pengendalian pedagang kaki

lima dinas Pasar yang mengatakan bahwa:

“Regulasi dalam penataan pedagang kaki lima di kota Malang kamu lihat

di Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2000, Peraturan Daerah Nomor 2

Tahun 2012 dan Peraturan Walikota Nomor 36 Tahun 2014”. (wawancara

pada tanggal 9 Desember 2016)

Pada Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 tentang

Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di wilayah kota Malang, telah

dijelaskan bahwa kegiatan perdagangan sektor formal maupun sektor informal

atau sering disebut sebagai pedagang kaki lima merupakan hak dari setiap

masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan pokoknya. Sehingga keberadaan

sektor informal perlu dibina agar dapat berkembang menjadi sektor yang tangguh,

ulet dan mandiri. Kemudian juga dijelaskan mengenai pedagang kaki lima agar

lebih memperhatikan lingkungan untuk mewujudkan kota Malang sebagai kota

yang bersih, indah, tertib, aman, dan nyaman. Pedagang kaki lima dilarang

melakukan kegiatan usahanya di dalam alun-alun kota dan sektarmya, dijalan,

Page 101: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

86

trotoar, jalur hijau, dan fasilitas umum (kecuali kawasan tertentu yang telah

ditentukan oleh pemerintah kota), serta melakukan kegiatan usaha yang

menimbulkan kerugian dalam hal kebersihan, keindahan, keamanan, dan

kenyamanan.

Menindaklanjuti ketentuan tersebut, pemerintah kota melalui Dinas

Perdagangan berwenang untuk melakukan penataan pada pedagang kaki lima

melalui pembinaan, relokasi dan penertiban, hingga pemberian fasilitas-fasilitas

bagi pedagang kaki lima.

2. Kerjasama dengan Instansi Lain

Pada dasarnya suatu tugas dari pemerintah daerah untuk menangani suatu

permasalahan yang dapat dikatakan menjadi pekerjaan rumah yang tidak dapat

dilimpahkan pada suatu instansi saja. Dalam mewujudkan kemampuan organisasi

untuk melaksanakan strategi pada dasarnya dibutuhkan kerjasama, hal tersebut

untuk mempermudah suatu pekerjaan agar tercapai visi yang diinginkan. Terlebih

pada instansi pemerintah pusat atau pemerintah daerah, kerjasama atau koordinasi

dengan pihak lain bukan merupakan hal yang baru. Sehingga hal ini dilakukan

dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, dan

mewujudkan visi atau kebijakan-kebijakan yang telah dibuat untuk kepentingan

bersama. Pada pelaksanaan proses penataan pedagang kaki lima di kota Malang,

dinas Perdagangan melakukan koordinasi dengan pihak lain pada suatu waktu

yang dianggap membutuhkan banyak tenaga. Seperti yang diungkapkan oleh

bapak Andi Hamzah, S. Sos selaku kepala seksi pembinaan pedagang kaki lima

yang mengatakan bahwa:

Page 102: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

87

“Terkait pasar ya dinas perdagangan, kita tetap ada kerjasama dengan

pihak terkait, jajaran samping namanya baik dari pihak Kepolisian, TNI

tapi selama saya disini belum pernah terjadi. Maksudnya, kalau kita

melakukan operasi kita belum pernah melibatkannya tapi tetep ada

koordinasinya. Jadi selama kita bisa nangani ya kita tangani.” (wawancara

pada tanggal 22 Maret, 2017)

Pada kesempatan lain dapat berwawancara dengan salah satu anggota

petugas Wastib bapak Syariffudin yang mengungkapkan bahwa:

“Sering berkoordinasi dengan Satpol PP kan ada hubungannya karena

misinya juga kan sama menertibkan”. (wawancara pada tanggal 12 April

2017)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa,

kerjasama atau koordinasi dengan pihak lain dalam penataan pedagang kaki lima

dilakukan jika terjadi hal-hal yang dianggap tidak dapat diselesaikan sendiri oleh

Dinas Perdagangan. Seperti jika terjadi operasi penertiban pedagang kaki lima,

atau juga relokasi. Tetapi Dinas Perdagangan khususnya petugas Wastib sering

melakukan koordinasi dengan Satpol PP dalam hal penertiban, dalam hal

keamanan saat melakukan operasi berkoordinasi dengan jajaran samping seperti

dengan Kepolisian dan TNI. Tujuannya agar mencegah terjadinya hal-hal yang

tidak diinginkan seperti penolakan pedagang kaki lima terhadap penertiban dan

relokasi sehingga meminimalisir kerusuhan.

3. Tersedianya Lapangan Pekerjaan

Salah satu faktor pendukung dalam hal penataan pedagang kaki lima

adalah dapat meminimalisir pengangguran di perkotaan. Perkotaan sebagai salah

wilayah yang sering melakukan pembangunan secara fisik atau juga secara

ekonomi, tetapi keadaan tersebut tidak membawa pada pemerataan kesempatan

kerja. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau juga skill. Pedagang

Page 103: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

88

kaki lima sebagai sektor informal dapat dilakukan sekalipun tanpa memiliki

keahlian sekalipun. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Andi Hamzah, S. Sos

selaku kepala seksi pembinaan pedagang kaki lima yang mengatakan bahwa:

“Ya kami ada rasa dilema, dimana pada satu sisi keberadaan pedagang

kaki lima dirasa menganggu ketertiban lalu lintas dan kebersihan

lingkungan tetapi di sati sisi lainnya ada rasa kasihan apabila mereka kami

gusur karena ya itu mereka ada hak untuk bekerja dan mencari

penghasilan. Sehingga pedagang kaki lima kami bina agar kegiatan

mereka tidak menyalahi aturan, kami juga mengadakan bimtek dan

pelatihan-pelatihan”. (wawancara pada tanggal 22 Maret, 2017)

Dari hasil wawancara dengan narasumber tersebut dapat diketahui bahwa

sebenarnya pedagang kaki lima dapat dijadikan salah sumber mata pencaharian

bagi yang tidak memiliki pendidikan tinggi ataupun juga keahlian. Dalam

mewujudkannya pemerintah daerah melakukan penataan pedagang kaki lima, hal

tersebut dimaksudkan agar kegiatan perdagangan dapat terakomidir dan tidak

menganggu ketertiban, kebersihan kota serta pengunjung terasa nyaman dan

aman. Sehingga kedepannya antara pedagang kaki lima dan pemerintah daerah

akan sama-sama diuntungkan, pedagang kaki lima akan mendapatkan hak mereka

untuk bekerja dan pemerintah daerah selain dapat mengurangi jumlah pengguran

yang ada tetapi juga untuk menjaga estetika kota. Berikut pada tabel 2 dapat

diketahui bahwa dengan adanya penataan pedagang kaki lima dengan program

pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan dapat meningkatkan

kesempatan kerja, mengurangi pengangguran, dan estetika kota juga terjaga.

4. Peningkatan PAD

Sektor informal ini sering dituding sebagai penyebab ketidaktertiban,

ketidak indahan, ketidak bersihan daripada suatu kota. Dibalik segi negatif yang

Page 104: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

89

muncul tersebut, sektor informal ini sebenarnya dapat memberikan sumbangan

yang cukup besar terhadap pendapatan asli daerah yaitu berupa retribusi. Retribusi

daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 tahun 2015 tentang

retribusi jasa umum merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Penarikan

retribusi pada pedagang kaki lima hanya berlaku bagi pedagang kaki lima yang

memiliki ijin berdagang pada daerah yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Besaran penarikan retribusi disesuaikan berdasarkan luasan lahan yang digunakan

untuk berjualan yang menentukan proses transaksi seperti yang ditunjukkan pada

gambar 8. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Andi Hamzah, S. Sos selaku

kepala seksi pembinaan pedagang kaki lima yang mengatakan bahwa:

“Yang kita kelola itu retribusi maksimal 2000 itu saja melihat perkiran

luas lahan yang digunakan untuk berjualan yang menentukan proses

transaksi, dan retribusi yang dipungut bukan hanya menggunakan fasilitas

tetapi juga retribusi sampah. Kemudian, pada jalan-jalan tertentu itu kayak

jalan tenaga itu dikenakan retribusi tapi kalau binaan itu ndak, kecuali

binaan yang dianggap mapan. Satu hal yang dianggap mapan itu sriwijaya

itu tadi itu bayar. .” (wawancara pada tanggal 22 Maret, 2017)

Serta menurut bapak Eko Sriyuliadi, S. Sos, MM selaku kepala bidang

pengelolaan pasar rakyat mengatakan bahwa:

“Retribusi adalah badan atau perseorangan yang menggunakan fasilitas

pemerintah dikenakan pungutan, dan untuk pedagang kaki lima yang

melanggar peraturan dengan berjualan pada wilayah-wilayah terlarang

tentu tidak dikenakan retribusi.” (wawancara pada tanggal 19 April 2017)

Berdasarkan hasil kedua wawancara tersebut menunjukkan bahwa

penarikan retribusi pada pedagang kaki lima hanya pada wilayah-wilayah yang

telah ditentukan menurut peraturan daerah. Sehingga yang terjadi adalah

Page 105: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

90

pedagang kaki lima yang melanggar akan sangat merugikan pemerintah kota

dalam hal ini akan mempengaruhi pendapatan daerah. Maka dinas Perdagangan

kota Malang mengupayakan untuk melakukan penataan pedagang kaki lima yang

bertujuan agar kegiatan perdagangan mereka dikenakan penarikan retribusi tidak

hanya untuk meningkatkan pendapatan daerah tetapi juga digunakan untuk

pengelolaan tempat kegiatan perdagangan. Berikut merupakan tabel gambaran

pendapatan asli daerah kota Malang secara garis besar tahun 2015 dan 2016 diluar

dari dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Tabel 3. Pendapatan Asli Daerah Kota Malang

NO. URAIAN 2015 2016

1. Hasil pajak daerah Rp 272.000.000 Rp 280.000.000

2. Hasil retribusi daerah Rp 40.495.709.448 Rp 45.615.968.948

3. Hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang

dipisahkan

Rp 15.007.389.861 Rp 15.007.389.861

4. Lain-lain pendapatan

daerah yang sah

Rp. 36. 475.060.109 Rp 30.328.406.800

Sumber: Jurnal Malang Corruption Watch, 2016 (dengan olahan penulis)

Page 106: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

91

Gambar 8. Retribusi oleh Dinas Perdagangan

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2017

b. Faktor Penghambat

Faktor-faktor penghambat strategi Dinas Perdagangan kota Malang dalam

penataan pedagang kaki lima berasal dari lingkungan eksternal Dinas

Perdagangan. Adapun faktor-faktor penghambat strategi dinas Perdagangan kota

Malang dalam penataan pedagang kaki lima adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan Lahan atau Lokasi untuk Relokasi

Pada salah satu program penataan pedagang kaki lima yang dilakukan

salah satunya melalui relokasi. Relokasi tersebut diketahui menemuhi hambatan

dalam merealisasikannya, hambatan tersebut yaitu kurangnya atau keterbatasan

lahan untuk dijadikan salah satu lokasi relokasi. Mengingat banyak lokasi di

perkotaan yang tidak diperuntukkan bagi kegiatan perdagangan sektor tersebut.

Lahan merupakan salah satu sumber daya prasarana dalam hal ini adalah lokasi

yang diperuntukan bagi pedagang kaki lima yang direlokasi. Pada Peraturan

Walikota Malang Nomor 36 Tahun 2014, Bab III Pasal 4 ayat (2) menyebutkan

bahwa “Penataan lokasi tempat kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1),

Page 107: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

92

dilakukan di kawasan perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang penataan ruang”. Pada peraturan ini dijelaskan

bahwa terdapat lokasi-lokasi tertentu yang dapat digunakan pada kegiatan

perdagangan sehingga akan mempermudah pemerintah dalam penataan dan

penetapan lokasi bagi pedagang kaki lima. Namun dalam hal penataan pedagang

kaki lima saat ini, keterbatasan lahan untuk penetapan lokasi bagi pedagang kaki

lima yang direlokasi merupakan salah satu faktor penghambat jalannya penataan.

Seperti yang disampikan oleh bapak Andi Hamzah, S. Sos selaku Kepala Seksi

Pembinaan Pedagang Kaki Lima bahwa:

“Penataan PKL belum secara maksimal karena keterbatasan lahan

sehingga PKL-PKL sifatnya yg dipinggiran pasar kita bina mengenai

aturan. Nah, lokasi-lokasi baru yang rencananya di selatan seperti bumi

ayu, nah untuk landscape diatur oleh Bapeda, dinas perdagangan tidak ada

kewenangan untuk itu. Tapi bagaimanapun kita memaksimalkan dengan

pasar yang ada, rencana nya pasar kebalen kita bangun 3 lantai dengan

asumsi PKL yang ada diluar bisa terakomodasi. Sistem yang kita pakai

intensifikasi dengan memaksimalkan apa yang ada, kalau ekstensifikasi

ada di bapeda”. (wawancara pada tanggal 4 April, 2017)

Pada penataan pedagang kaki lima di kota Malang, tidak semua lahan

dapat digunakan sebagai lokasi kegiatan perdagangan seperti jual beli yang

dilakukan oleh pedagang kaki lima, pada tabel 3 telah disebutkan jalan-jalan di

kota Malang yang tidak dapat dipergunakan oleh pedagang kaki lima untuk

menjalankan kegiatannya.. Apabila pedagang kaki lima direlokasi, pemerintah

tidak serta merta memindahkan ke suatu lokasi tertentu tetapi juga memperhatikan

mengenasi aspek pengunjung dengan harapan tidak mematikan pendapatan

pedagang kaki lima.

Page 108: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

93

Tabel 4. Lokasi Bukan Peruntukkan Bagi PKL di Kota Malang

Jl. Raden Intan Jl. Pajajaran Jl. Yulius Usman Jl. Soekarno Hatta

Jl. Achmad Yani Jl. SA Selatan Jl. Syarif Al-Qodri Jl. Borobudur

Jl. R Panji Suroso Jl. Kahuripan Jl. KP Tendean Jl. Veteran

Jl. S P Sudarmo Jl. Letjen Sutoyo Jl. Wahid Hasyim Jl. S. Supriyadi

Jl. L A Sucipto Jl. Kertanegara Jl. Panjaitan Jl. Kol. Sugiyono

Jl. T Suryo Jl. Cokroaminoto Jl. Veteran Jl. Satsui Tubun

Jl. Let. S. Parman Jl. Trunojoyo Jl. Bandung Jl. Pasar Induk

Gadang

Jl. Letjen Sutoyo Jl. Gajayana Jl. B. S Riyadi Jl. J A Suprapto

Jl. Jend. Sudirman Jl. Mojopahit Jl. Jakarta Jl. Dr. Cipto

Jl. Lap. Rampal Jl. Basuki rahmat Jl. Simpang Ijen Jl. Pattimura

Jl. Urip Sumoharjo Jl. Merdeka Barat Jl. Besar Ijen Jl. Suropati

Jl. Ronggolawe Jl. Merdeka Timur Jl. Pahlawan Trip Jl. Kauman

Jl. Kesatrian Jl. Merdeka

Selatan

Jl. Retawu Jl. Brigjen Katamso

Jl. Tetrs. Kesatrian Jl. Merdeka Utara Jl. Wilis Jl. Ade Irma Suryani

Jl. Moh. Wiyono Jl. Gatot Subroto Jl. Raya Langsep Jl. Arif Margono

Jl. U. Suropati

Utara

Jl. Martadinata Jl. Raya Dieng Jl. Raya Tlogomas

Page 109: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

94

Jl. Untung Suropati Jl. Zaenal Ariifin Jl. Kawi Atas Jl. Haryono

Jl. Juanda Jl. Kopral Usman Jl. Kawi Jl. Mayjen Panjaitan

Jl. Borobudur Jl. Pasar Besar Jl. Semeru Jl. Sugiyopranoto

Jl. Muharto Jl. Moh. Yamin Jl. Bromo Jl. KH. Kasyim

Asyari

Jl. Zaenal zakse Jl. Sartono S. H Jl. Galunggung Jl. WR Supratman

Jl. Simp. P. Suroso Jl. Arif Rahman Jl. Ronggo

Warsito

Jl. Kaliurang Jl. Agus Salim Jl. Sersan Harun

Sumber: Keputusan Walikota No. 580 Tahun 2000

2. Kurangnya Kesadaran Pedagang Kaki Lima

Keberhasilan proses pelaksanaan penataan pedagang kaki lima ditandai

apabila antara pemerintah dan masyarakat terjalin hubungan yang saling

mendukung satu sama lainnya. Pemerintah mengadakan penataan bagi pedagang

kaki lima yang bertujuan untuk kebaikan atau kepentingan bersama tanpa

merugikan salah satunya. Hal ini penting untuk dijadikan perhatian pasalnya

sebagai pedagang kaki lima yang menggunakan fasilitas umum, secara pribadi

seharusnya dapat mengerti dan mematuhi peraturan-peraturan yang telah

ditentukan. Pada wawancara bapak Andi Hamzah, S. Sos selaku seksi pembinaan

pedagang kaki lima yang mengatakan bahwa:

“Mereka seneng kalau di data, bahwa banyak tuntutan harus penuhi ini

penuhi ini. Endingnya begitu mereka di pindah, mereka jual lagi itu

Page 110: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

95

barang. PKL itu ribet ada sih PKL yang baik dan masuk binaan kita. PKL

itu dikoordinir sehingga PKL dapat menjamur pada daerah-daerah lain”.

(wawancara pada tanggal 4 April, 2017)

Kemudian wawancara pada kesempatan yang lain dengan bapak Bambang

Muji mantan kepala seksi pengendalian pedagang kaki lima Dinas Pasar yang

mengatakan bahwa:

“Sebenarnya penelitian tentang pedagang kaku lima itu tidak menarik

tetapi pedagang kaki lima itu ada banyak permasalahan di dalamnya yang

memerlukan treatment khusus. ” (wawancara pada tanggal 9 Desember

2016)

Berdasarkan wawancara dengan kedua narasumber tersebut, bahwa

penataan pedagang kaki lima akan berjalan sesuai harapan apabila ada kompromi

antara pemerintah dan pedagang kaki lima. Selanjutnya wawancara dengan

pedagang kaki lima di jalan Zaenal Zakse, bapak Kusdiyanto dan bapak Totok

mengatakan bahwa:

“ya tidak punya tempat mbak kalau jualan di dalam pasar, saya juga jualan

disini sudah 20 tahun.” (wawancara pada tanggal 23 Maret, 2017)

“Hehee..gak punya tempat mbak kalau di pasar. Enakan disini soalnya

pelanggan saya ada disini semua.” (wawancara pada tanggal 23 Maret,

2017)

Dapat diketahui juga dari wawancara diatas, pedagang kaki lima di jalan

Zaenal Zakse ini tidak memiliki tempat untuk berjualan di dalam pasar. Sehingga

memaksakan diri untuk berjualan diatas lahan yang bukan peruntukkannya.

Meskipun pedagang kaki lima di jalan Zaenal Zakse ini diperbolehkan oleh

pemerintah dengan batas waktu berjualan, seandainya pedagang kaki lima paham

dan mengerti bahwa mereka telah mengganggu kenyaman pengendara di jalan,

dan membahayakan keamanan bagi pengunjung yang akan beraktivitas.

3. Meningkatnya Jumlah Pedagang Kaki Lima

Page 111: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

96

Pedagang kaki lima sebagai salah satu sektor informal yang mengandalkan

untuk berjualan dengan memanfaatkan ruang-ruang publik pada perkotaan yang

dianggap dapat mendongkrak pendapatan. Ditambah meningkatnya pendatang

dari luar kota untuk bekerja pada sektor ini menjadikan jumlah pedagang kaki

lima meningkat setiap tahunnya menurut narasumber hal tersebut menjadi faktor

yang menghambat penataan pedagang kaki lima. seperti pada wawancara dengan

bapak Andi Hamzah, S. Sos selaku seksi pembinaan pedagang kaki lima yang

mengatakan bahwa:

“PKL kalau pun bertambah setiap tahun seharusnya maksimal 2 %. Ini

tidak bahwa, jadi tempat yang sudah direlokasi muncul lagi PKL barunya,

bahwa itu sudah di jadikan modus”. (wawancara pada tanggal 22 Maret,

2017).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

meningkatnya jumlah pedagang kaki lima di kota Malang menjadi salah satu

faktor penghambat dalam upaya pemerintah daerah untuk melaksanakan

penataaan pedagang kaki lima. Sehingga dapat dikatakan permasalahan tersebut

sangat sulit untuk diuraikan dan membutuhkan waktu lama untuk mengatasinya.

C. Pembahasan

Pada pembahasan ini, uraian lebih ditekankan pada pemaparan tentang

temuan-temuan berdasarkan data fokus penelitian dari strategi Dinas Perdagangan

kota Malang dalam penatan pedagang kaki lima yang kemudian dikaitkan dengan

teori-teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini. adapun, pembahasan

tentang proses strategi Dinas Perdagangan kota Malang dalam penatan pedagang

kaki lima dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 112: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

97

1. Strategi Dinas Perdagangan Kota Malang dalam Penataan Pedagang

Kaki Lima

a. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pedagang Kaki

Lima

Penataan pedagang kaki lima merupakan salah satu tugas yang belum

terselesaikan oleh pemerintah kota bahkan permasalahan tidak kunjung habis.

Dapat diketahui bahwa dalam kegiatan yang dilakukan oleh pedagang kaki lima

ini menghasilkan berbagai macam permasalahan seperti, kegiatan tersebut

mengakibatkan kurangnya estetika kota, menyebabkan kemacetan oleh pedagang

kaki lima yang berjualan di sekitar dan atau dijalan, dan kurang terjaganya

kebersihan akibat dari kegiatan pedagang kaki lima yang tidak tertib. Penataan

pedagang kaki lima dan juga pembinaan telah diamanatkan dalam Peraturan

Presiden Nomor 125 Tahun 2012 Tentang Tentang Koordinasi Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2012

Tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, serta pada

Peraturan Walikota Malang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penataan

dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Pada peraturan tersebut dijelaskan

mengenai kegiatan pedagang kaki lima sebagai sektor informal yang untuk

diberdayakan agar meningkatkan ke arah usaha rakyat mandiri yang proporsional

sesuai peraturan, dengan demikian kedepannya usaha ini akan menjadi salah satu

cara dalam mengurangi pengangguran. Maka agar misi-misi tersebut dapat

terencana dan permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi, diperlukannya

suatu strategi yang menghasilkan kebijakan-kebijakan sebagai suatu langkah

Page 113: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

98

untuk merealisasikannya. Menurut Glueck (yang dikutip oleh Amirullah, 2015:4)

mengartikan srtategi sebagai sebuah rencana yang disatukan, luas, dan terintegrasi

yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan atau organisasi dengan

tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama

dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Penting bagi

pemerintah kota untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang dirasa pas untuk

permasalahan tersebut, maka pemerintah menunjuk Dinas Perdagangan sebagai

salah satu yang berwenang untuk menangani pedagang kaki lima sehingga

kebijakan yang dirumuskan akan tepat sasaran melalui pendataan, penetapan

lokasi usaha, peremajaan fasilitas, serta pemberdayaan.

Pendataan pedagang kaki lima oleh pemerintah daerah dalam kaitannya

dengan penataan pedagang kaki lima, pendataan pedagang kaki lima dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar presentasi pedagang kaki lima yang merupakan

warga asli kota Malang. Form ataupun kartu untuk pedagang kaki lima sebagai

tanda pedagang kaki lima tersebut telah dilakukan pendataan dan mendapatkan

pemantauan khusus dari Dinas Perdagangan. Dinas Perdagangan kota Malang

melakukan pendataan bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak pedagang

kaki lima yang melanggar. Dengan demikian Dinas Perdagangan akan melakukan

pemantauan khusus kepada pedagang yang nantinya ditindak lebih lanjut.

Dilakukan pendataan tersebut, Dinas Perdagangan akan melanjutkan program

lainnya yang dapat menunjang kegiatan pedagang kaki lima untuk meminimalisir

pelanggar-pelanggaran yang dilakukan serta dapat menguntungkan kedua pihak

tanpa merugikan salah satunya. Program selanjutnya adalah dengan pembinaan

Page 114: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

99

hingga pemberian fasilitas bagi pedagang kaki lima. Pembinaan dan pemberian

fasilitas untuk pedagang kaki lima yang dilakukan diperuntukkan bagi pedagang

kaki lima warga asli kota Malang yang diketahui dari hasil pendataan tersebut.

Pemerintah daerah mengupayakan agar pembinaan atau program lain yang dapat

menunjang kegiatan perdagangan tersebut tepat sasaran sehingga dapat dinikmati

oleh warga kota Malang sendiri.

Hasil wawancara penulis dengan narasumber dari Dinas Perdagangan

bahwa untuk melaksanakan pembinaan dan pemberian fasilitas bagi pedagang

kaki lima yang diperuntukkan khusus bagi warga kota Malang, diketahui hal

tersebut sulit untuk dilaksanakan mengingat pekerjaan di sektor informal ini

banyak diantaranya adalah bukan warga asli kota Malang. Sehingga untuk

menyiasati hal tersebut, pemerintah dalam pemberian fasilitas dari sarana hingga

modal bagi peningkatan usaha pedagang kaki lima benar-benar diperuntukkan

bagi warga kota Malang.

Penetapan lokasi usaha kepada pedagang kaki lima yang tujuan ingin

dicapai adalah agar tercipta kondisi yang tertib, aman serta terwujudnya estetika

kota yang baik. Guna untuk memenuhi tugas dan kewajiban dari dinas

perdagangan kota Malang berencana untuk merelokasi pedagang kaki lima di

jalan Zaenal Zakse pasar Kebalen demi terciptanya ketertiban, kenyamanan,

estetika kota yang baik serta kelancaran arus lalu lintas. Kegiatan penataan

pedagang kaki lima di kota Malang yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan

dilakukan dengan cara relokasi ke tempat atau lokasi yang sesuai peruntukkannya,

yaitu area khusus kegiatan perekonomian. Seperti yang diungkapkan Mc Gee dan

Page 115: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

100

Yeung dalam (Zulfa: 43), pola ruang aktivitas PKL sangat dipengaruhi oleh

aktivitas sektor formal dalam menjaring konsumennya. Lokasi pedagang kaki

lima dipengaruhi oleh hubungan langsung dan tidak langsung dengan berbagai

kegiatan formal dan kegiatan informal atau hubungan pedagang kaki lima dengan

konsumennya. Pedagang kaki lima di jalan Zaenal Zakse pada tahun sekitar 2014

direlokasi ke daerah Kedungkandang, dimana harapan bagi pemerintah kota

adalah tidak ada pedagang kaki lima yang menyalahi aturan dengan berjualan di

ruas jalan dan sangat mengganggu kenyamanan dan ketertiban bagi pengguna

jalan. Tetapi setelah tahun tersebut pedagang kaki lima yang sudah direlokasi ke

Kedungkandang memutuskan kembali ke jalan Zaenal Zakse dengan alasan lokasi

yang dipergunakan tidak sesuai dengan kriteria yang mereka inginkan yaitu

tempat yang sempit dan sepinya pengunjung, hal tersebut diakui oleh dua

narasumber. Sehingga dapat disimpulkan terdapat ketidak konsistenan antara

pedagang kaki lima dengan pemerintah, dimana pedagang kaki lima yang

memutuskan kembali dari tempat relokasi tidak mampu untuk berkompromi

dengan pemerintah. Sedangkan pemerintah yang memperoleh hasil yang demikian

seakan-akan tidak mampu untuk berbicara banyak lantaran pedagang kaki lima

tersebut sangat sulit untuk diatur, maka untuk mengatasi hal tersebut pemerintah

hanya mengeluarkan larangan bagi pedagang kaki lima untuk tidak berjualan di

daerah tersebut diatas pukul 8.00 pagi setiap harinya

Rencana Dinas Perdagangan kota Malang dalam melakukan tindakan

penertiban merupakan pilihan yang tepat mengingat lokasi untuk berjualan pada

sepanjang ruas jalan Zaenal Zakse, tetapi pemilihan lokasi relokasi yang tidak

Page 116: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

101

tepat mengakibatkan munculnya pertentangan dengan pedagang kaki lima.

Adanya jurang pemisah yang sangat tajam antara persepsi pedagang kaki lima

dengan aparat pemerintah terhadap tindakan yang dilakukan aparat saat menata

pedagang kaki lima dan aparat sering kali melakukan penertiban pedagang kaki

lima dengan cara represif serta belum adanya sikap kekeluargaan saat melakukan

penertiban, maka dapat dikatakan bahwa usaha aparat tersebut dinilai kurang baik.

Peremajaan lokasi Pembangungan yang dilakukan nantinya dengan

strategi intensifikasi pembangunan, dimana pemerintah tidak akan membangun

suatu bangunan baru atau pasar baru tetapi dengan melakukan renovasi

pembangunan pasar dengan menggunakan dana yang berasal dari APBD kota

Malang. Menurut Dinas Perdagangan pembangunan pasar tidak dilakukan secara

ekstensifikasi karena hal tersebut perlu kajian lebih lanjut mengenai lahan atau

lokasi yang sesuai untuk digunakan dalam kegiatan perdagangan. Seperti pada

pasar Kebalen menurut pihak Dinas Perdagangan nantinya akan dilakukan

pembangunan atau renovasi untuk dapat mengakomodir pedagang kaki lima di

sepanjang ruas jalan Zaenal Zakse kota Malang. Tetapi dalam wawancara dengan

pihak Dinas Perdagangan belum dapat diketahui kapan pembangunan tersebut

dapat segera terealisasi.

Selanjutnya, Dinas Perdagangan melaksanakan pembangunan tersebut

karena sektor informal mempunyai banyak keuntungan atau dampak positif

seperti menurut Hutajulu (dalam Hartono, 2012: 27) dampak positif dari

pelaksanaan sektor informal, antara lain:

a. Sumber Pendapatan Daerah

Page 117: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

102

b. Memenuhi Kebutuhan Masyarakat

c. Sarana Pemasaran bagi Sektor Formal

d. Sarana Pamasaran bagi Industri Kecil

Berdasarkan dampak positif dari sektor informal tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pemerintah kota mempunyai kepentingan yang berdampak

positif bagi masyarakat. Pemerintah sebagai fasilitator, penyedia fasilitas untuk

melancarkan jalannya kegiatan perdagangan yang sesuai dengan peraturan

sehingga pedagang kaki lima yang telah dibina dapat merasakan manfaat yang

telah diberikan oleh pemerintah kota. Dengan syarat pedagang kaki lima dapat

kooperatif dengan semua peraturan yang telah ditetapkan akan berdampak positif

bagi kedua pihak dan tentunya masyarakat.

Pemberdayaan pedagang kaki lima dilakukan melalui peningkatan

berusaha, fasilitas akses permodalan, fasilitas bantuan sarana dagang, penguatan

kelembagan, fasilitas peningkatan produksi, pengolahan pengembangan jaringan

dan promosi, serta pembinaan dan bimbingan teknis. Diketahui bahwa pedagang

kaki lima yang berada di jalan Zaenal Zakse daerah Kebalen yang menurut salah

satu informan merupakan pasar tumpah dari pasar Kebalen. Menurut hasil

penelitian sendiri, diketahui bahwa pada area dalam pasar Kebalen itu sendiri

dapat dikatakan sepi oleh pedagang. Pasar Kebalen yang terdiri dari 2 lantai ini,

pada area depan pasar lebih diminati oleh pedagang. Sehingga pedagang kaki lima

di jalan Zaenal Zakse tersebut bukan merupakan pasar tumpah melainkan hanya

pedagang kaki lima yang menumpang kehidupan pasar Kebalen. Pedagang kaki

Page 118: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

103

lima di jalan Zaenal Zakse yang berjumlah 229 orang (rekapitulasi pedagang kaki

lima kota Malang tahun 2015) tersebut sering memperoleh pembinaan dari Dinas

Perdagangan dan nantinya akan mendapatkan pelatihan, dan fasilitas. Menurut

Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Pemberdayaan PKL adalah upaya yang

dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat secara

sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim usaha dan pengembangan usaha

terhadap PKL sehingga mampu tumbuh dan berkembang baik kualitas maupun

kuantitas usahanya. Dinas Perdagangan kota Malang melakukan bimbingan

dengan memberikan pemahaman kepada pedagang kaki lima mengenai peraturan-

peraturan yang telah diterapkan, hal tersebut dilakukan dalam rangka mewujudkan

tata tertib bagi pedagang kaki lima. Kemudian, Dinas Perdagangan juga

memberikan pelatihan-pelatihan dengan mengikutkan pedagang kaki lima diklat-

diklat dengan SKPD lain untuk meningkatkan usaha. Pelatihan melalui bimtek

dengan pengenalan melalui ilmu-ilmu manajemen, teknis berjualan, pengetahuan

koperasi dan lain sebagainya. Setelah mereka mendapatkan ilmu dari

keikutsertaan dalam pelatihan, maka pemerintah berupaya untuk memfasilitasi

usaha yang sesuai. Fasilitas yang disediakan oleh pemerintah seperti yang terdapat

pada Sriwijaya, disana merupakan bekas pedagang kaki lima.

Penyelenggaraan pembinaan pedagang kaki lima oleh Dinas Perdagangan

kota Malang dapat dinilai kurang maksimal dikarenakan masih banyak para

pedagang kaki lima yang melanggar peraturan. Tidak hanya itu, hal tersebut

menggambarkan masih kurangnya kesadaran dari pedagang kaki lima untuk

Page 119: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

104

mematuhi peraturan yang berlaku dan ditetapkan, tetapi juga merupakan

gambaran belum efektifnya upaya pendekatan persuasif yang dilakukan oleh

aparat dalam memberikan pengertian baik dalam tujuan maupun petunjuk teknis

pelaksanaan dan penyelenggaraan kebijakan tersebut.

b. Program Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pedagang Kaki

Lima

Strategi program merupakan strategi yang memberikan perhatian pada

implikasi strategik dari suatu program tertentu. Hal-hal apa saja yang berdampak

dan yang ditimbulkan jika program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, dan

apa dampaknya bagi sasaran organisasi.

Program dalam penataan pedagang kaki lima sesuai dengan salah satu

komponen strategi menurut Salusu (dalam Purwanto, 2006:78) adalah mempunyai

tujuan dan sasaran. Perlu dipahami bahwa tujuan berbeda dengan sasaran. Dalam

organizational goals merupakan keinginan yang hendak dicapai di waktu yang

akan datang, digambarkan secara umum dan relatif tidak mengenal batas waktu.

Sedangkan pada organizational objectives merupakan pernyataan yang sudah

mengarah pada kegiatan untuk mencapai tujuan, lebih terikat waktu, dapat diukur

dan dapat dijumlah atau dihitung.

1. Tanda Daftar Usaha (TDU)

Tanda daftar usaha merupakan salah satu program didasarkan pada

rencana penetapan waktu usaha berdasarkan penyusunan naskah akademis dan

rancangan peraturan Walikota tentang rencana induk penataan sektor informal

Page 120: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

105

kota Malang tahun 2013-2033, berupa penerbitan surat oleh Dinas Perdagangan

sebagai tanda bukti pendaftaran usaha PKL sekaligus sebagai alat kendali untuk

pemberdayaan dan pengembangan usaha PKL yang ditetapkan oleh pemerintah

daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Mewujudkan organizational

goals dari program tersebut adalah bahwa bagaimana pemerintah dapat memutus

permasalahan pedagang kaki lima yang menjadi suatu permasalahan di kota

Malang. Dan untuk organizational objectives bahwa pemerintah berkeinginan

untuk pedagang kaki lima tidak lagi menyalahi aturan dengan tidak menggunakan

lokasi yang bukan peruntukkannya sehingga terwujud penataan pedagang kaki

lima yang profesional.

Pada kenyataan di lapangan bahwa belum semua pedagang kaki lima

menikmati program tersebut. Pedagang kaki lima yang mendapatkan tanda daftar

usaha menurut narasumber nantinya akan di mendapatkan modal usaha beserta

fasilitas usaha berupa tempat usaha dagang. Seperti diketahui bahwa pedagang

kaki lima di jalan Zaenal Zakse belum mendapatkan tanda daftar usaha hanya

dilakukan pendataan saja. Dari hasil tersebut diketahui bahwa pemerintah belum

dapat menyentuh atau sampai pada organizational objectives. Sebab untuk

memberlakukan tanda daftar usaha yang dapat mengakomodir semua pedagang

kaki lima di kota Malang membutuhkan waktu panjang dan tentu dengan

anggaran.

Page 121: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

106

2. Pengaturan dan Penetapan Waktu Usaha

Pengaturan dan penetapan waktu usaha didasarkan pada rencana penetapan

waktu usaha berdasarkan penyusunan naskah akademis dan rancangan peraturan

Walikota tentang rencana induk penataan sektor informal kota Malang tahun

2013-2033. Mewujudkan organizational goals dari adanya pengaturan dan

penetapan waktu usaha bahwa tujuannya menciptakan keteraturan, dan ketertiban

dari kegiatan pedagang kaki lima. Sedangkan untuk organizational objectives

pemerintah menginginkan bahwa pedagang kaki lima yang berada pada lokasi

yang bukan seharusnya untuk dapat memberikan kesempatan kepada pedagang

yang secara lokasi tidak menyalahi aturan untuk menjalankan aktivitasnya.

Pada penelitian yang dilakukan peneliti bahwa pedagang kaki lima di jalan

Zaenal Zakse dari hasil wawancara di ketahui melakukan kegiatannya mulai pukul

10 malam hingga pukul 8 pagi. Hal tersebut telah melebihi batas waktu yang telah

ditentukan yaitu pedagang kaki lima di jalan Zaenal Zakse dikategorikan sebagai

pasar tumpah yang mulai buka pukl 22.00 - 06.00. Setelah batas waktu yang

ditentukan telah selesai pedagang kaki lima akan ditertibkan oleh tim Wastib,

tetapi dalam penindakkannya tim Wastib tidak optimal sehingga penertiban

berjalan alot. Program pengaturan dan penetapan waktu usaha sebenarnya dapat

berhasil apabila bersamaan dengan tindakan tegas tetapi dengan pendekatan

humanis antara tim Wastib dan pedagang kaki lima.

Page 122: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

107

3. Rekomendasi Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima

Perencanaan strategik merupakan merupakan suatu proses sistematis yang

berkelanjutan. Perencanaan strategik biasanya berorientasi pada hasil yang ingin

dicapai dalam jangka pendek 1 sampai 5 tahun, serta jangka panjang 5 sampai 10

tahun. Rencana strategik mengandung visi, misi, tujuan dan sasaran melalui

kebijakan strategi, program dan kegiatan.

a. Visi, Misi dan Tujuan Dinas Perdagangan Kota Malang

Visi merupakan nilai yang menjadi akar penyangga suatu organisasi

serta mampu menjembatani kondisi yang abstrak menjadi realita. Visi Dinas

Perdagangan Kota Malang adalah Terwujudnya Industri Dan Perdagangan

Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi.

Mendorong Tumbuh Suburnya Ekonomi Yang Berciri Kerakyatan Sebagai

Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan.

Misi merupakan sesuatu yang harus di laksanakan agar tujuan sesuai

dengan visi yang telah ditetapkan. Maka Dinas Perdagangan merumuskan

misinya sebagai berikut: meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui

pembuatan regulasi dalam rangka perlindungan, pembinaan dan

pemberdayaan dunia usaha.

Tujuan merupakan penjabaran visi akan dicapai oleh Dinas

Perdagangan kota Malang yang lebih spesifik sebagai upaya mewujudkan visi

dan misi jangka pendek dan jangka panjang.

Page 123: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

108

b. Strategi

Strategi adalah cara mewujudkan tujuan dirancang secara konseptual,

analisis, realistis, rasional dan komprehensif.

Kekuatan (Strengh) Kelemahan (Weakness)

1. Adanya Perwal No. 36

Tahun 2014.

2. Tersedianya SDM aparatur

dalam penataan dan

pemberdayaan

1. Belum optimalnya kinerja

aparat yang berwenang.

2. Terbatasnya jumlah sarana

dan prasarana.

Peluang (Opportunities) Ancaman (Treats)

1. Komitmen dalam

mewujudkan penataan PKL

secara profesional.

2. Adanya potensi PKL

menjadi usaha yang

mandiri.

1. Kurangnya koordinasi dan

respon antara PKL dengan

pemerintah.

Perumusan rencana strategik, strategi SO (strengh-oppurtunities):

mengoptimalkan SDM aparatur sebagai fasilitator dalam penataan dan

pemberdayaan PKL. Strategi WO (weakness-opportunities), meningkatkan

sarana dan prasarana dalam rangka penunjang kegiatan penataan dan

pemberdayaan. Strategi ST (strengh-treath), meningkatkan pembinaan

Page 124: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

109

melalui peraturan-peraturan untuk memberikan pemahaman kepada PKL.

Strategi WT (weakness-treath), mengkaji dan mengidentifikasi

permasalahan dengan penataan pedagang kaki lima serta kebutuhan untuk

mengatasai permasalahan.

c. Kebijakan dan Program

Kebijakan merupakan pedoman untuk pelaksana tindakan organisasi

yang telah ditetapkan. Kebijakan internal yaitu kebijakan dari Dinas

Perdagangan kota Malang dalam pelaksanaan program-program. Kebijakan

eksternal yaitu kebijakan yang diterbitkan oleh Dinas Perdagangan dalam

rangka mengatur, dan memfasilitasi dalam penataan pedagang kaki lima.

Kebijakan jangka pendek dalam satu sampai dua tahun, perlu

memperbaiki sistem pendataan pedagang kaki lima yang dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu sistem manual dan online untuk mempercepat

pendataan. Serta memberikan ijin bersertifikat hal tersebut dimaksudkan untuk

memberikan kepastian dan jaminan kepada konsumen.

Kebijakan jangka menengah dalam tiga sampai lima tahun, perlu

mengidentifikasi lokasi yang sesuai representatif untuk relokasi pedagang kaki

lima. Dimana lokasi tersebut dapat mengakomodir kegiatan pedagang kaki

lima dengan memperhitungkan konsumen sebagai unsur penting. Perlu

diberlakukan self saving dari hasil retribusi yang mana retribusi yang

digunakan tidak hanya untuk hal kebersihan tetapi juga tabungan kedepan

untuk pembangunan fasilitas bagi pedagang kaki lima.

Page 125: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

110

Kebijakan jangka panjang dalam waktu 10 sampai 25 tahun, perlu

untuk menghentikan permasalahan pedagang kaki lima yang dimaksudkan

dapat menghentikan peningkatan pedagang kaki lima sehingga dapat

mengoptimalkan penataan pedagang kaki lima.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Dinas Perdagangan

Kota Malang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima

Strategi Dinas Perdagangan kota Malang dalam penataan pedagang kaki

lima dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sifatnya dapat mendukung maupun

menghambat jalannya proses tersebut. Oleh sebab itu, pada pembahasan ini

dijelaskan mengenai faktor pendukung dan penghambat dari strategi Dinas

Perdagangan kota Malang dalam penataan pedagang kaki lima.

a. Faktor Pendukung

1. Adanya Peraturan

Pada Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 Tentang Tentang

Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, serta pada

Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Diketahui bahwa pedagang kaki lima

merupakan salah satu sektor informal yang perlu diberdayakan dengan cara

pemberian fasilitas, pembinaan, pelatihan dan relokasi yang tujuan utamanya

dapat menunjang kegiatannya sehingga kedepan sektor informal ini dapat

dijadikan salah satu alternatif mata pencaharian yang mandiri sesuai dengan

peraturan. Menanggapi adanya peraturan tersebut pemerintah kota Malang

Page 126: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

111

mengeluarkan Peraturan Walikota Malang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tata

Cara Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, tidak hanya melalui

peraturan Walikota tersebut tetapi juga dalam RPJMD kota Malang tahun 2013-

2018 dengan visi yaitu mewujudkan kota Malang sebagai kota Bermartabat

dengan salah satu misinya yaitu mendorong pelaku ekonomi sektor informal dan

UKM agar lebih produktif dan kompetitif.

Secara teori, seperti pendapat Muhamad (2012:10) karakteristik strategi

berorientasi pada keseimbangan antara jangka pendek dan jangka panjang.

Adanya peraturan-peraturan tersebut akan mempermudah jalannya pada

pembuatan kebijakan yang menstimulasi lahirnya strategi dalam penerapan

kebijakan dalam rangka penataan pedagang kaki lima di kota Malang, Ditetapkan

peraturan tersebut juga sekaligus untuk memenuhi amanat dan tujuan yang

termuat di dalam kebijakan penataan pedagang kaki lima.

Berkaitan dengan strategi yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan kota

Malang dalam penataan pedagang kaki lima, dilakukan sesuai dengan peraturan-

peraturan merupakan salah satu faktor pendukung dalam menjalankan strategi

tersebut. Sebab dalam peraturan tersebut dapat memenuhi kepentingan

pemerintah, dan masyarakat. Kepentingan pemerintah bagi dapat menciptakan

estetika kota yang bersih dan indah dan ketertiban PKL dapat terjaga. Sedangkan

kepentingan bagi masyarakat yaitu eksistensi PKL tetap ada sehingga mereka

dapat melakukan kegiatan jual beli seperti biasa dan mendapatkan barang yang

terjangkau.

Page 127: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

112

2. Kerjasama dengan Instansi Lain

Kerjasama pada dasarnya dilakukan untuk mendukung strategi dalam

tahapan pelaksanaan, hal tersebut dilakukan agar segala perencanaan-perencanaan

dapat berjalan sesuai keinginan. Salah satu komponen strategi menurut Salusu

(dalam Purwanto, 2006:78) memiiki determinan-determinan umum yaitu

kemampuan internal. Kemampuan internal digambarkan sebagai apa yang dapat

dibuat karena kegiatan akan terpusat pada kekuatan, untuk menjamin hal tersebut

kerjasama dengan instansi lain merupakan suatu solusi yang dianggap pas.

Kerjasama tidak akan mengubah suatu rencana yang telah disepakati tetapi akan

menambah besar peluang untuk mewujudkannya.

Pada kaitannya dengan pelaksanaan penataan pedagang kaki lima mulai

dari proses penertiban, relokasi, hingga pembinaan akan sangat berjalan dengan

lancar apabila proses tersebut dapat melibatkan pihak ketiga. Kerjasama dengan

pihak ketiga disini yaitu jajaran samping seperti kepolisian dan TNI. Jajaran

samping diperlukan pada saat proses penertiban dengan kapasitas besar dan Dinas

Perdagangan tidak dapat untuk menangani hal tersebut. Sedangkan pada informan

mantan pegawai Dinas Pasar yang yang memberikan keterangan mengenai

pembinaan pedagang kaki lima dengan penyuluhan hingga pelatihan-pelatihan

melibatkan berbagai Dinas, seperti Dinas UKM dan Dinas Kesehatan. Dengan

Dinas Kesehatan bekerjasama dengan memberikan sertifikat untuk produk

makanan yang sehat bagi pedagang kaki lima yang memulai usaha.

Berdasarkan hal tersebut kerjasama dengan instanasi lain dalam kaitannya

dengan proses penataan pedagang kaki lima di kota Malang merupakan salah satu

Page 128: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

113

faktor pendukung yang sangat diperlukan untuk memaksimalkan potensi agar

hasilnya pun berjalan maksimal.

3. Tersedianya Lapangan Pekerjaan

Keberadaan pedagang kaki lima di kota Malang dari segi positif mampu

menjadi suatu potensi baik dari segi sosial maupun ekonomi. Menurut Tualeka (6,

2014) meskipun pedagang kaki lima sering dijadikan sebagai kambing hitam dari

penyebab kesemrawutan lalu lintas maupun tidak bersihnya lingkungan, tetapi

keberadaan pedagang kaki lima sangat membantu kepentingan masyarakat dalam

menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri

atau menjadi safety belt tenaga kerja yang memasuki pasar kerja disamping dapat

menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah ke bawah. Untuk

mewujudkan hal tersebut dapat diketahui dari hasil wawancara penulis dengan

narasumber dapat dianalisa dengan salah satu komponen strategi menurut Salusu

(dalam Purwanto, 2006:78) adalah mempunyai tujuan dan sasaran. Perlu dipahami

bahwa tujuan berbeda dengan sasaran. Dalam organizational goals merupakan

keinginan yang hendak dicapai di waktu yang akan datang, digambarkan secara

umum dan relatif tidak mengenal batas waktu. Sedangkan pada organizational

objectives merupakan pernyataan yang sudah mengarah pada kegiatan untuk

mencapai tujuan, lebih terikat waktu, dapat diukur dan dapat dijumlah atau

dihitung. Pada hal ini organizational goals yang ingin dicapai oleh pemerintah

daerah adalah dapat mengurangi pengangguran di perkotaan dengan langkah

penataan pedagang kaki lima melalui beberapa program seperti pembinaan

Page 129: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

114

pedagang kaki lima, bimbingan teknis dan pemberian fasilitas-fasilitas yang dapat

menunjang kegiatan perdagangan hal inilah merupakan organizational objectives.

4. Peningkatan PAD

Pada peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2015 Tentang

Retribusi Jasa Umum pada Pasal 1 ayat 28 dijelaskan pedagang kaki lima adalah

pedagang yang melakukan usaha perdagangan non formal dengan menggunakan

lahan terbuka dan/atau tertutup, sebagian fasilitas umum yang ditentukan oleh

Pemerintah Daerah sebagai tempat kegiatan usahanya baik dengan menggunakan

peralatan bergerak maupun tidak bergerak sesuai waktu yang telah ditentukan.

Retribusi Daerah merupakan salah satu komponen penting dalam pendapatan asli

daerah. Pada Peraturan Daerah tersebut telah ditetapkan jumlah retribusi untuk

pedagang kaki lima tetap sebesar Rp. 100,00 (seratus rupiah)/hari/m2 dan

pedagang kaki lima tidak tetap sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah) tiap

berjualan tiap PKL

Pada wawancara yang dilakukan peneliti pada Dinas Perdagangan, dapat

diketahui bahwa besarnya tarif atau iuran bagi para pedagang kaki lima sesuai

dengan luasan lahan yang digunakan untuk berjualan dan juga sesuai dengan jenis

barang dagangannya. Ketentuan retribusi yang dikenakan pada pedagang kaki

lima di jalan Zaenal Zakse berkaitan dengan retribusi kebersihan. Pungutan

retribusi dilakukan langsung dari petugas pemungut retribusi di lapangan yakni

merupakan staff Dinas Perdagangan yang kemudian dilaporkan langsung kepada

Dinas Perdagangan setiap harinya. Pungutan retribusi yang didapatkan tersebut

digunakan untuk sarana dan prasarana seperti jalan, penerangan jalan, kebersihan

Page 130: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

115

dan keamanan. Tidak hanya itu retribusi yang diperoleh merupakan sebagai salah

satu sumber pendapatan asli daerah.

b. Faktor Penghambat

1.) Keterbatasan Lahan atau Lokasi untuk Relokasi

Menjalankan sebuah strategi yang tepat sasaran memerlukan berbagai

sumber daya pendukung, seperti menurut Kooten dalam (Salusu, 2002: 104-105)

resource strategy (strategi pendukung sumber daya), strategi ini memusatkan pada

memaksimalkan pemanfaatan sumber daya esensial yang tersedia untuk

meningkatkan kualitas kinerja organisasi agar strategi-strategi yang telah

disiapkan dapat dijalankan. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan,

teknologi, dan sebagainya. Ketersediaan lahan untuk lokasi relokasi merupakan

salah satu sumber daya prasarana yang digunakan untuk dapat menunjang proses

penataan pedagang kaki lima di kota Malang.

Menurut informasi dari Dinas Perdagangan kota Malang melalui kepala

seksi pembinaan pedagang kaki lima bahwa lahan merupakan salah satu faktor

yang menghambat proses penataan pedagang kaki lima. Ketika pemerintah

melakukan tindakan penertiban terhadap pedagang kaki lima dan relokasi sebagai

salah satu solusinya, lokasi yang tepat untuk relokasi merupakan salah satu faktor

yang menghambat. Sedangkan pembangunan pasar atau renovasi yang seyogyia

dapat menampung pedagang kaki lima belum terlaksana mengingat belum semua

pasar di kota Malang dilakukan renovasi dan dilakukan pembangunan secara

bertahap.

Page 131: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

116

Berdasarkan hal tersebut keterbatasan lahan atau lokasi untuk relokasi

pedagang kaki lima yang dapat mengakomodir kegiatan perdagangan merupaksan

salah satu faktor penghambat pelaksanaan strategi Dinas Perdagangan kota

Malang dalam penataan pedagang kaki lima, dan hal tersebut menjadi nilai minus

Dinas Perdagangan dan perlu untuk dicarikan solusi lain.

2.) Kesadaran Pedagang Kaki Lima

Salah satu komponen strategi menurut Salusu (dalam Purwanto, 2006:78)

adalah komunikasi. Bagi pembuat strategi yang ahli, komunikasi sangat penting

dikarenakan dapat mempengaruhi hasil yang ingin dicapai. Pada penataan

pedagang kaki lima yang dilakukan oleh pemerintah kota, untuk melaksanakan

program-program yang akan dijalankan perlu bagi pemerintah agar pedagang kaki

lima dapat memahami kondisi yang ada. Dalam komunikasi antara pemerintah

dengan pedagang kaki lima perlu diadakan pendekatan-pendekatan yang persuasif

yang dimaksudkan agar pedagang kaki lima dapat berkoordinasi dengan

pemerintah untuk mewujudkan penataan pedagang kaki lima yang pada lokasi

sesuai peruntukkannya. Tetapi pada kenyataannya, pedagang kaki lima yang

merupakan sektor informal dilakukan oleh kebanyakan migran penduduk kota

pada tingkatan menengah kebawah yang mana menggunakan lahan terbuka

dimana lahan tersebut adalah ruang-ruang publik tanpa bangunann permanen.

Pedagang kaki lima juga dapat dikatakan dapat membuat image kota menjadi

buruk karena tidak tertatanya tempat untuk mereka berdagang. Ciri-ciri sektor

informal yang diajukan oleh International Labour Organizational (dalam

Hartono, 2012) yaitu:

Page 132: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

117

a. Seluruh aktivitas berstandar pada sumber daya yang tersedia di

lingkungan sekitarnya.

b. Ukuran usaha umumnya kecil dan aktivitasnya merupakan usaha

rumah tangga.

c. Untuk menopang aktivitas itu digunakan teknologi yang sederhana

dan tepat guna serta memiliki sifat yang padat karya.

d. Tenaga kerja yang bekerja di sektor ini terdidik dan terlatih dalam

pola yang tidak resmi.

e. Seluruh aktivitas dalam sektor ini berada di luar jalur yang diatur

oleh pemerintah

f. Pasar yang mereka masuki merupakan persaingan pada tingkat

yang sangat tinggi.

Pernyataan diatas merupakan ciri-ciri sektor informal yang mana dalam

hal ini dapat dikatakan sebagai pedagang kaki lima. Pada salah satu ciri tersebut

disebutkan bahwa pedagang kaki lima melakukan aktivitasnya berada di luar jalur

yang diatur oleh pemerintah. Meskipun pemerintah telah mengupayakan untuk

dilakukan tindakan dengan relokasi dan penertiban, jalur yang telah ditertibkan

tersebut nantinya akan dihuni kembali oleh pedagang kaki lima yang telah

direlokasi. Pedagang kaki lima jalan Zaenal Zakse di Kebalen sekitar pada tahun

2014 telah dilakukan relokasi ke Kedungkandang tetapi tetap memilih untuk

kembali berjualan di jalan Zaenal Zakse. Hal tersebut disebabkan oleh pedagang

kaki lima yang tidak kooperatif dengan pemerintah yang dapat mengakibatkan

Page 133: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

118

jalur yang telah disterilkan sebelumnya menjadi tidak nyaman karena menganggu

lalu lintas jalan, serta menciptakan kebersihan yang tidak terjaga dan merusak

estetika kota. Kota Malang sebagai kota yang sering mendapatkan penghargaan

Adipura, dengan permasalahan yang demikian tersebut dapat merusak citra kota

Malang. Kesadaran pedagang kaki lima yang dapat dibilang tidak dapat menaati

peraturan dan tidak kooperatif dengan pemerintah merupakan salah satu faktor

penghambat penataan pedagang kaki lima oleh Dinas Perdagangan kota Malang.

Kesadaran yang tinggi dari para pedagang kaki lima untuk selalu menjaga

kebersihan lingkungan di area jualan sangat diharapkan dalam pelaksanaan

peraturan daerah. Hal ini didasarkan bahwa dalam beberapa observasi keseharian,

masih sering ditemukan tumpukan-tumpukan sampah bekas jualan yang

teronggok di area jualan pedagang kaki lima. Oleh karena itu, belum adanya

kesadaran pedagang kaki lima dalam menjaga kebersihan dan kesehatan

lingkungan di area berjualan dapat dikatakan masih sangat kurang. Maka, disini

perlu peran pemerintah kota dengan strategi pendekatan secara humanis dan tegas.

Hal tersebut dimaksudkan agar pemerintah yang bertugas melayani masyarakat

dapat menjalankan tugas secara lebih manusiawi dan mempedulikan hak-hak

mereka yang dilakukan secara tegas untuk konsistensi mencapai tujuan bersama

yang diharapkan.

3.) Meningkatnya Jumlah Pedagang Kaki Lima

Faktor lainnya yang dapat menghambat jalannya penataan pedagang kaki

lima di kota Malang adalah meningkatnya jumlah pedagang kaki lima. Ketika

pedagang kaki lima yang sudah lama melakukan kegiatan perdagangan kemudian

Page 134: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

119

dilakukan pendataan oleh Dinas Perdagangan dan selanjutnya mendapatkan tindak

lanjut seperti relokasi hingga pembinaan. Hal tersebut akan berjalan lancar apabila

tidak ada pertambahan pedagang kaki lima yang baru, namun kenyataan di

lapangan menurut narasumber bahwa pedagang kaki lima yang baru datang dan

menempati lokasi-lokasi yang telah disterilkan sebelumnya dari pedagang kaki

lima. Maka untuk menata pedagang kaki lima yang jumlahnya setiap tahun

meningkat diperlukan suatu strategi yang integratif dan dapat dapat diterima oleh

semua kalangan dan mendapatkan solusi yang terbaik. Sehinga kebijakan-

kebijakan yang nantinya dikeluarkan hingga direalisasikan dapat dilaksanakan

sesuai tujuan. Strategi menurut Muhamad (2012:10) bahwa karakteristik strategi

berorientasi pada keseimbangan antara jangka pendek dan jangka panjang. Dari

penelitian yang telah dilakukan bahwa antara jangka panjang dan jangka pendek

untuk menekan terjadinya pertambahan pedagang kaki lima baru tidak nampak

upaya yang dilakukan. Sehingga apabila muncul pedagang kaki lima di lokasi

yang baru saja disterilkan hal tersebut menunjukkan kurangnya pengawasan.

Page 135: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

120

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang strategi pemerintah daerah dalam

penataan pedagang kaki lima yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Strategi pemerintah daerah belum mampu untuk mengatasi permasalahan

pedagang kaki lima sehingga penanganan mengenai penataan pedagang

kaki lima lebih bersifat reaktif dan tidak antisipatif.

2. Dinas Perdagangan kota Malang sebagai yang berwenang dalam penataan

pedagang kaki lima belum memiliki rencana strategis yang sesuai

peruntukkannya.

3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penataan pedagaang kaki lima lebih

banyak dikarenakan oleh pedagang kaki lima itu sendiri yang rendahnya

dalam pemahaman mengenai peraturan-peraturan yang ada.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka berikut

peneiti paparkan tentang beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam strategi Dinas Perdagangan kota Malang dalam penataan pedagang kaki

lima, antara lain:

Page 136: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

121

1. Perlu bagi Dinas Perdagangan kota Malang sebagai Dinas baru dan salah

satu yang berwewenang dalam hal penataan pedagang kaki lima untuk

segera membuat Renstra terbaru agar strategi-strategi yang dihasilkan

lebih siap untuk diaplikasikan ke lapangan.

2. Perlu adanya kebijakan yang dapat mengehentikan pertumbuhan pedagang

kaki lima di kota Malang.

3. Pemerintah perlu melibatkan akademisi, pedagang kaki lima dan

masyarakat dalam pembuatan kebijakan.

4. Retribusi yang dikenakan kepada pedagang kaki lima kemudian

diberlakukan self saving dimana tujuannya adalah untuk pengelolaan

pedagang kaki lima jangka panjang.

5. Perlu adanya kerajasama dengan pihak swasta dalam pembangunan

fasilitas bagi pedagang kaki lima yang direlokasi dalam upaya untuk

merevitalisasi atau renovasi pasar melalui CSR (Corporate Social

Responsibility).

Page 137: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

122

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2015. Manajemen Strategi: Teori – Konsep – Kinerja. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Bhowmik, Sharit K. 2005. Street Vendors in Asia: A Review.Economic and

Political Weekly. May 28-June 4, 2005.

Dinas Pasar Kota Malang. 2016. Rekapitulasi Data PKL Tahun 2015

Hartono, Yuni. 2012. Peran Birokrasi dalam Pengelolaan Sektor Informal.

Disertasi tidak diterbitkan. Malang: FIA Universitas Brawijaya.

Husain, Shahiara., Shanjida Yasmin., & MD. Shahidul Islam. 2015. Assessment

of the Socioeconomic Aspects of Street Vendors in Dhaka City: Evidence

from Bangladesh. Asian Social Science Vol. 11, No. 26; 2015

Indira, Dendukuri. 2014. A Study of Street Vending Across the Globe. International

Journal of Advanced Research in Computer Science and Software

Engineering.Volume 4, Issue 9, September 2014

Indradi, Sjamsiar Syamsuddin. 2010. Dasar-Dasar & Teori Administrasi Publik.

Malang: Agritek YPN.

Kerlinova, Alena., & Eva Tomášková. 2014. Approach To Strategy at Public

Administration Organizationsi in the Czech Republic.19th International

Scientific Conference; Economics and Management 2014, ICEM 2014, 23-

25April 2014, Riga, Latvia.

www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187704281405945X<br,

diakses tanggal 4 Januari 2017.

Page 138: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

123

Koeswahyono, Imam. 2012. Hukum Penataangunaan Tanah dan Penataan Ruang

di Indonesia. Malang: UB Press.

Kyoko, Kusakabe. 2006. Policy Issues on Street Vending: An Overview of Studies

in Thailand, Cambodia and Mongolia. Bangkok: International Labor Office.

MCW, Divisi Korupsi Politik. 2016. Produk RAPBN 2016 Pemkot Malang Belum

Mencerminkan Keadilan dan Kesejahteraan Distribusi Anggaran. Malang:

MCW.

Miles, Mathew B.A, Michael Huberman, & Saldana. 2014. Analisis Data

Kualitatif. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Mirsa, Rinaldi. 2012. Elemen Tata Ruang. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Muhamad, Suwarsono. 2012. Strategi Pemerintahan: Manajemen Organisai

Publik. Jakarta: Erlangga.

Nartisa, Ieva., Romans Putans, & Tatjana Muravska. 2012. Strategic Planning and

Management in Public and Private Sector Organizations Europe:

Comparative Analysis and Opportunities for Improvement. ISSN 1822–

8402 European Integration Studies. 2012. No 6.

Onyango, Jacob Olang’o, Olima W.L.A & Leah Onyango. 2012. Dynamics of

Street vending Phenomenon in the Kisumu Municipality, Kenya.

International Journal of Arts and Commerce. Vol. 1 No. 4 September 2012

Panwar, Ar Manoj. 2015. Issues And Challenges Faced By Vendors On Urban

Streets: A Case Of Sonipat City, India. International Journal Of

Engineering Technology, Management And Applied Sciences,February

2015, Volume 3 Issue 2.

Page 139: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

124

Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 Tentang Koordinasi Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Pengaturan dan

Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Kota Malang

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030

PPGK-UB, & Disnaker-Jatim. 2005. Pemetaan Tenaga Kerja Informal di Jawa

Timur. Malang: Pusat Penelitian Gender dan Kependudukan (PPGK)

Universitas Brawijaya dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur.

Purwanto, Iwan. 2006. Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widya.

Prasetya, Deo Alif. 2016. Strategi Pemerintah Kabupaten Malang dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Petani. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIA

Universitas Brawijaya.

Rahardjo, Adisasmita. 2013. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saha, Debdulal. 2011. Working Life Of Streetvendors In Mumbai. The Indian Journal of

Labour Economics. Vol. 54, No. 2, 2011.

Salusu, J. 2002. Pengambilan Stratejik: Untuk Organisasi Public dan Organisasi Non Profit. Jakarta: PT. Grasind.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Page 140: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

125

Sukarelawati, Endang. 2014. “PKLI Malang: Perda PKL Harus Direvisi”.

http://www.antarajatim.com/lihat/berita/133724/apkli-malang-perda-pkl-

harus-direvisi, diakses tanggal 29 Januari 2017.

Syafri, Wirman. 2012. Studi Tentang Administrasi Publik. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Weng, Chia Yang & Annette M. Kim. 2016. The Critical Role of Street Vendor

Organizations in Relocating Street Vendors Into Public Markets: The Case

of Hsinchu City, Taiwan. Cityscape: A Journal of Policy Development and

Research. Volume 18, number 1, 2016.

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

World Bank. 2016. “Kisah Urbanisasi Indonesia”.

http://www.worldbank.org/in/news/feature/2016/06/14/indonesia-urban-

story , diakses tanggal 24 Januari 2017.

Zulfa, Zukhairoh. 2015. Simbiosis Mutualisme Antara Pemerintah Daerah

Dengan Sektor Informal Perkotaan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIA

Universitas Brawijaya.

Page 141: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

126

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 142: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

127

INTERVIEW GUIDE

A. DINAS PERDAGANGAN

1. Bagaimana sampai muncul pedagang kaki lima di kota Malang?

2. Berapa jumlah PKL di kota Malang pada tahun ini?

3. Apa tujuan dibuatnya kebijakan penataan pedagang kaki lima di kota

Malangg?

4. Bagaimana upaya penempatan pedagang kaki lima di kota malang?

5. Bagaimana upaya penataan pedagang kaki lima di kota Malang?

6. Kapan pemerintah daerah memulai pelaksanaan pengelolaan pedagang

kaki lima di kota Malang?

7. Apakah dalam penataan pedagang kaki lima berdampak baik pada

perekonomian pedagang kaki lima dan pendapatan daerah?

8. Apakah pemerintah daerah memiliki solusi lain dalam mengelola

tempat pedagang kaku lima di kota Malang?

9. Siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan PKL di kota Malang?

10. Bagaimana strategi dinas dalam menata pedagang kaki lima?

11. Rencana strategi apa yang digunakan dinas terhadap penataan PKL?

12. Bagaimana berkomunikasi dengan PKL terkait penataan PKL?

13. Apa yang menjadi dasar bahwa penataan PKL harus sesuai dengan tata

ruang kota yang berkelanjutan atau sesuai dengan RTRW kota

Malang?

14. Apakah terdapat bimbingan dan penyuluhan dari dinas terhadap PKL?

15. Bagaimana dinas dalam memberikan tata letak PKL? Apakah ini

wewenang dinas?

16. Apa saja yang menjadi faktor pendukung internal dan eksternal dinas

dalam penataan PKL?

Page 143: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

128

17. Apa saja faktor penghambat internal dan ekternal dinas dalam

penataan PKL?

18. Apakah terdapat sanksi terhadap PKL yang melanggar aturan?

B. PEDAGANG KAKI LIMA

1. Sejak kapan anda menjadi pedagang kaki lima? berapa modal awal

anda?

2. Apa saja yang dilakukan oleh pemerintah kota Malang dalam

pengelolaan PKL?

3. Apa kendala yang anda alami selama menjadi PKL?

4. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan PKL oleh pemerintah sudah

terlihat hasilnya?

Page 144: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

129

Page 145: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

130

Foto kegiatan wawancara

Page 146: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

131

CURICULLUM VITAE

Nama : Agnes Dwi Hardianti

Nomor Induk Mahasiswa : 135030100111012

Tempat dan Tanggal Lahir : Malang, 29 Agustus 1995

Pendidikan : 1. SDN 02 Watugede Tamat tahun 2007

2. SMPN 01 Singosari Tamat tahun 2010

3. SMAN 01 Lawang Tamat tahun 2013

Publikasi-publikasi atau

Karya Ilmiah : -

Page 147: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

121

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2015. Manajemen Strategi: Teori – Konsep – Kinerja. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Bhowmik, Sharit K. 2005. Street Vendors in Asia: A Review.Economic and

Political Weekly. May 28-June 4, 2005.

Dinas Pasar Kota Malang. 2016. Rekapitulasi Data PKL Tahun 2015

Hartono, Yuni. 2012. Peran Birokrasi dalam Pengelolaan Sektor Informal.

Disertasi tidak diterbitkan. Malang: FIA Universitas Brawijaya.

Husain, Shahiara., Shanjida Yasmin., & MD. Shahidul Islam. 2015. Assessment

of the Socioeconomic Aspects of Street Vendors in Dhaka City: Evidence

from Bangladesh. Asian Social Science Vol. 11, No. 26; 2015

Indira, Dendukuri. 2014. A Study of Street Vending Across the Globe. International

Journal of Advanced Research in Computer Science and Software

Engineering.Volume 4, Issue 9, September 2014

Indradi, Sjamsiar Syamsuddin. 2010. Dasar-Dasar & Teori Administrasi Publik.

Malang: Agritek YPN.

Kerlinova, Alena., & Eva Tomášková. 2014. Approach To Strategy at Public

Administration Organizationsi in the Czech Republic.19th International

Scientific Conference; Economics and Management 2014, ICEM 2014, 23-

25April 2014, Riga, Latvia.

www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187704281405945X<br,

diakses tanggal 4 Januari 2017.

Page 148: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

122

Koeswahyono, Imam. 2012. Hukum Penataangunaan Tanah dan Penataan Ruang

di Indonesia. Malang: UB Press.

Kyoko, Kusakabe. 2006. Policy Issues on Street Vending: An Overview of Studies

in Thailand, Cambodia and Mongolia. Bangkok: International Labor Office.

MCW, Divisi Korupsi Politik. 2016. Produk RAPBN 2016 Pemkot Malang Belum

Mencerminkan Keadilan dan Kesejahteraan Distribusi Anggaran. Malang:

MCW.

Miles, Mathew B.A, Michael Huberman, & Saldana. 2014. Analisis Data

Kualitatif. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Mirsa, Rinaldi. 2012. Elemen Tata Ruang. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Muhamad, Suwarsono. 2012. Strategi Pemerintahan: Manajemen Organisai

Publik. Jakarta: Erlangga.

Nartisa, Ieva., Romans Putans, & Tatjana Muravska. 2012. Strategic Planning and

Management in Public and Private Sector Organizations Europe:

Comparative Analysis and Opportunities for Improvement. ISSN 1822–

8402 European Integration Studies. 2012. No 6.

Onyango, Jacob Olang’o, Olima W.L.A & Leah Onyango. 2012. Dynamics of

Street vending Phenomenon in the Kisumu Municipality, Kenya.

International Journal of Arts and Commerce. Vol. 1 No. 4 September 2012

Panwar, Ar Manoj. 2015. Issues And Challenges Faced By Vendors On Urban

Streets: A Case Of Sonipat City, India. International Journal Of

Engineering Technology, Management And Applied Sciences,February

2015, Volume 3 Issue 2.

Page 149: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

123

Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 Tentang Koordinasi Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Pengaturan dan

Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Kota Malang

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030

PPGK-UB, & Disnaker-Jatim. 2005. Pemetaan Tenaga Kerja Informal di Jawa

Timur. Malang: Pusat Penelitian Gender dan Kependudukan (PPGK)

Universitas Brawijaya dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur.

Purwanto, Iwan. 2006. Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widya.

Prasetya, Deo Alif. 2016. Strategi Pemerintah Kabupaten Malang dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Petani. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIA

Universitas Brawijaya.

Rahardjo, Adisasmita. 2013. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saha, Debdulal. 2011. Working Life Of Streetvendors In Mumbai. The Indian Journal of

Labour Economics. Vol. 54, No. 2, 2011.

Salusu, J. 2002. Pengambilan Stratejik: Untuk Organisasi Public dan Organisasi Non Profit. Jakarta: PT. Grasind.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Page 150: STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI …repository.ub.ac.id/5940/1/Agnes Dwi Hardianti.pdf · Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Dinas Perdagangan Kota Malang dan Pedagang

124

Sukarelawati, Endang. 2014. “PKLI Malang: Perda PKL Harus Direvisi”.

http://www.antarajatim.com/lihat/berita/133724/apkli-malang-perda-pkl-

harus-direvisi, diakses tanggal 29 Januari 2017.

Syafri, Wirman. 2012. Studi Tentang Administrasi Publik. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Weng, Chia Yang & Annette M. Kim. 2016. The Critical Role of Street Vendor

Organizations in Relocating Street Vendors Into Public Markets: The Case

of Hsinchu City, Taiwan. Cityscape: A Journal of Policy Development and

Research. Volume 18, number 1, 2016.

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

World Bank. 2016. “Kisah Urbanisasi Indonesia”.

http://www.worldbank.org/in/news/feature/2016/06/14/indonesia-urban-

story , diakses tanggal 24 Januari 2017.

Zulfa, Zukhairoh. 2015. Simbiosis Mutualisme Antara Pemerintah Daerah

Dengan Sektor Informal Perkotaan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIA

Universitas Brawijaya.