STRATEGI KOMUNIKASI GURU
DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AGAMA
DI SD ISLAM TERPADU AL-KAHFI
CIRACAS JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
ANIS NURFITRIANI NIM 1113051000153
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439H / 2017 M
STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AGAMA
DI SD ISLAM TERPADU AL-KAHFI CIRACAS JAKARTA TIMUR
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
Anis Nurfitriani NIM 1113051000153
Pembimbing
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439H / 2017 M
i
ABSTRAK Anis Nurfitriani 1113051000153 Strategi Komunikasi Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama Islam di SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur. Anak-anak merupakan generasi masa depan yang perlu diberikan pendidikan keagamaan serta pembinaan untuk mencapai predikat umat terbaik. Pentingnya pendidikan keagamaan sejak usia dini adalah untuk mencegah dan menghindari anak dari kenakalan remaja. Ditinjau dari proses komunikasi, pendidikan merupakan bagian dari komunikasi, yaitu proses pengajaran yang melibatkan dua komponen yang terdiri dari guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi merupakan salah satu lembaga yang sangat peduli akan pendidikan agama Islam. Sekolah ini memiliki konsistensi dan eksistensi yang tinggi dalam berdakwah sejak tahun 1971 hingga saat ini. Berdasarkan konteks di atas, maka muncullah pertanyaan penelitian. Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan guru dalam menanamkan nilai-nilai agama di SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur? Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai agama di SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur? Apa saja evaluasi guru dalam menanamkan nilai-nilai agama di SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur?
Secara garis besar strategi dapat dilihat melalui tiga tahapan. Pertama, perumusan strategi yaitu, langkah-langkah yang harus diambil dalam perencanaan komunikasi. Kedua, Implementasi Strategi yaitu, berjalannya proses pelaksanaan strategi. Ketiga, evaluasi strategi, yaitu untuk mengukur sejauh mana strategi itu sudah berjalan.
Strategi komunikasi yang dilakukan oleh guru SDIT Al-Kahfi yaitu perumusan strategi, berupa memahami sasaran khalayak dengan melakukan identifikasi tes masuk, komunikasi face to face, pengajaran selama satu bulan dan home visit. Dalam penyusunan pesan guru memberikan motivasi, pengetahuan mendasar hingga pembiasaan dalam praktek langsung, dan menyampaikan pesan both side issue. Sedangkan, penetapan metode yang dilakukan guru adalah redundancy, informatif, edukatif, prrsuasif dan coursive. Dalam penggunaan media guru menggunakan sound system, audio visual dan Al-Qur’an.
Implementasi strategi guru melakukan beberapa program kegiatan yang berjalan lancar dan mendapat respon baik dari siswa. Program tersebut berupa shalat dhuha, shalat zuhur berjamaah, tahsin tahfidz qur’an juz 30, mabit tahun baru Islam, tahfidz kontes, khotmil qur’an dan pesantren ramadhan.
Dalam proses pelaksanaan strategi guru menemukan kendala dari faktor internal yaitu usia anak yang masih terlalu kecil dan kemampuan mereka yang berbeda-beda. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan luar sekolah dan ketidakselarasan pendidikan di rumah dengan sekolah. Dalam kendala faktor internal, guru melakukan evaluasi dengan cara pengulangan dalam penyampaian informasi dan memberikan metode tertentu dalam mengatasi kendala tersebut. Sedangkan, evaluasi dalam faktor eksternal guru mengadakan komunikasi berkelanjutan dengan orang tua. Kata kunci : strategi, komunikasi, guru, pendidikan, SDIT
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis ucapkan karena
berkat rahmat, karunia, serta ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia yaitu
Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, sahabat, dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Beribu-ribu ucapan terimakasih penulis ucapkan terkhusus untuk kedua
orangtua, Ayah (Lasminto) dan Ibu (Rika Mustikawati) yang senantiasa memberikan
do’a, dukungan moril maupun materil, nasihat dan bimbingan tanpa ada henti-
hentinya, sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga perguruan
tinggi. Ibu kandung penulis (Almh. Sri Wahyuni) yang telah melahirkan penulis.
Kemudian kepada seluruh pihak yang membantu, mendukung, membimbing penulis
selama proses penyusunan skripsi ini. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga kepada Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D
selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
iii
2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Burhanuddin, Lc, MA Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu,
tenaga, serta pikiran dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan
proses penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah
mendidik, mengajar, dan melatih dengan memberikan ilmu dan pengetahuannya
selama perkuliahan.
5. Seluruh Bapak/Ibu staf dan karyawan tata usaha bidang kemahasiswaan,
administrasi, keuangan dan kepustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu penulis.
6. Seluruh Bapak/Ibu staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam hal
peminjaman buku-buku yang digunakan sebagai referensi dan literatur dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
7. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi Ciracas, Jakarta Timur selaku narasumber
– Bu Evi, Pak Fajar, Pak Huda, Pak Hikmi, Pak Firman, Bu Falah, dan siswa
kelas 5 dan kelas 6 yang sudah membantu penulis dan bersedia meluangkan
waktu.
8. Mas Hamdan dan istri (Sarah) yang membantu dan memberikan dukungan sampai
terselesaikannya skripsi ini. Dede Azka dan Dede Dzaky yang setiap hari
mengganggu penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
iv
9. Nita Silpiani, Khairunnisa Permata Sari, Rachma Maulidia, Endah Dewi Cahyani,
Sahri Rahma Fitri, Bejo Nurdamirin, Alprilia Nuriani yang selalu mendukung
setiap saat, membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2013, dan
Teman KPI A,B,C dan E. Teman-teman KKN GAUNG 2016 – Vika, Fita, Anggi,
Afdi, Gaung, Eza, Imam, Mail, Deni dan Ate.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh kebaikan,
jasa, dan do’anya yang telah diberikan kepada penulis menjadi pintu datangnya
ridho dan kasih sayang oleh Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Penyusunan skripsi ini tentunya masih belum sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat konstruktif penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta,17 September 2017
Anis Nurfitriani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
b. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................... 7
c. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................. ................................... 7
d. Metodologi Penelitian .............................................................................. 8
e. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 14
f. Sistematika Penulisan .............................................................................. 16
BAB II TINJAUAN TEORITIS
a. Strategi ....................................................................................................... 18
vi
1. Pengertian Strategi ...................................................................................... 18
2. Tahapan-Tahapan Strategi .......................................................................... 19
b. Komunikasi ................................................................................................. 23
1. Pengertian Komunikasi ............................................................................... 23
2. Komponen Dasar Komunikasi .................................................................... 25
c. Strategi Komunikasi ................................................................................... 27
1. Pengertian Strategi Komunikasi ................................................................. 27
2. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi ..................................................... 29
d. Nilai-Nilai Agama ...................................................................................... 39
1. Pengertian Nilai .......................................................................................... 39
2. Pengertian Agama ....................................................................................... 39
3. Pengertian Nilai-Nilai Agama .................................................................... 41
BAB III PROFIL SDIT AL-KAHFI
a. Sejarah Singkat SDIT Al-Kahfi ................................................................. 47
b. Profil SDIT Al-Kahfi ................................................................................ 49
c. Visi-Misi dan Tujuan ................................................................................ 50
d. Program Kegiatan Sekolah ........................................................................ 51
e. Prestasi Keagamaan .................................................................................. 53
f. Struktur Keorganisasian ............................................................................. 55
vii
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
1. Bentuk Strategi Komunikasi Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama di
SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur .............................................................. 57
2. Upaya Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama di SDIT Al-Kahfi
Ciracas Jakarta Timur ....................................................................................... 73
3. Evaluasi Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama di SDIT Al-Kahfi
Ciracas Jakarta Timur ....................................................................................... 87
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ....................................................................................................... 93
2. Saran ................................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 96
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi ............................................. 49
Tabel 3.2 Prestasi Keagamaan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi ...................... 53
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Siswa Kelas 6 Sedang Menunaikan Ibadah Shalat Dhuha Berjamaah
dikelas .................................................................................................... 75
Gambar 4.2 Guru Sedang Mendampingi dan Membimbing Siswa Kelas 6 dalam
Shalat Dhuha Berjamaah dikelas ............................................................ 75
Gambar 4.3 Siswa Bersama dengan Guru Melaksanakan Shalat Zuhur Berjamaah
dimusholah Sekolah ................................................................................ 77
Gambar 4.4 Guru Merapihkan Shaff Shalat Sebelum Melaksanakan Shalat Zuhur
Berjamaah dimusholah ........................................................................... 78
Gambar 4.5 Jadwal Murajaah Hafalan Surat Juz 30 Kelas 6 SDIT Al-Kahfi ........... 79
Gambar 4.6 Guru Menyimak Bacaan Al-Qur’an Siswa ............................................ 80
Gambar 4.7 Guru Menggunakan Media Speaker Sebagai Alat Bantu dalam Tahsin
dan Tahfidz Juz 30 ................................................................................. 81
Gambar 4.8 Guru dan Siswa Melaksanakan Shalat Maghrib Berjamaah Pada
Kegiatan Mabit Tahun Baru Islam ......................................................... 82
Gambar 4.9 Siswa Menghafalkan al-Qur’an Bersama-sama ..................................... 83
x
Gambar 4.10 Guru Memberikan Hadiah Juara Masing-Masing Kelas Pada Kegiatan
Tahfidz Kontes ....................................................................................... 83
Gambar 4.11 Khotmul Qur’an dan Wisuda Tahfidz Juz 30 Siswa Kelas 6 SDIT Al-
Kahfi ....................................................................................................... 85
Gambar 4.12 Shalat Dhuha Berjamaah Salah Satu Agenda Pesantren Ramadhan
SDIT Al-Kahfi ....................................................................................... 86
Gambar 4.13 Pembagian Bingkisan Bagi Dhuafa ....................................................... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak dan pembinaan individu sepatutnya menjadi perhatian
umat Islam untuk mencapai predikat umat terbaik. Firman Allah menceritakan
bagaimana nasihat Luqmanul Hakim dalam bentuk pendidikan bagi anak-anak
yaitu pendidikan yang bergariskan prinsip mengenai masalah iman, akhlak
ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. 0F
1 Begitu pula dalam hadist-hadist
Rasulullah SAW, banyak bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari
perintah maupun perbuatan beliau mendidik anak secara langsung. Seperti
dalam hadist Rasulullah SAW dikatakan oleh Abu Hurairah :
جسانه و يمرانه ا ص
و�ن
دانه ا بواه ��و
أرة ف
فط
� ال
د ع�
ود يول
ل مول
�
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Ayah dan ibunyalah yang
menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Al-Buckhari dan Muslim). 1F
2
Menurut Pandangan Islam, tauhid adalah landasan dalam setiap amal
yang merupakan pegangan pokok dan sangat menentukan kehidupan
manusia.2F
3 Kokohnya akidah tauhid seseorang dapat terlihat dari setiap
amalannya. Sebaliknya rendahnya tauhid seorang muslim menunjukkan
berkurangnya kadar akhlak, watak kepribadian dan kesiapan dalam menerima
islam sebagai pedoman dan pegangan hidupnya. 3F
4
1 Zakiah Drajat. Ilmu pendidikan Islam. ( Jakarta: Bumi Aksara Depag RI. 2008). h, 20. 2 Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtaarul Ahaadist, (Jakarta: Dar Ihyaul Kutub Al-Arabiyah), h.130. 3 Constantin.”Urgensi Pendidikan Tauhid dalam Keluarga”At-Ta’lim; Vol 3( 2012 )h,93. 4 Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), h. 16
2
Anak-anak pada hakekatnya adalah generasi masa depan. Kepedulian
yang besar terhadap anak-anak sekarang adalah bukti dalam memperbaiki,
mendidik, dan membangkitkan generasi mendatang.5 Menurut Zakiyah
Darajat, dalam bukunya ilmu jiwa agama menyatakan bahwa pendidikan dan
pengalaman yang dilalui seorang anak, terutama pada masa pertumbuhan yang
pertama ( masa anak ) dari umur 0 – 12 tahun adalah penentu dalam
perkembangan agama pada anak. Apabila seorang anak pada masa
pertumbuhan itu tidak mendapatkan pendidikan agama dan tidak pula
mempunyai pengalaman keagamaan, maka setelah dewasa nanti ia akan lebih
cenderung kepada sikap negatif terhadap agama.6
Komunikasi merupakan aktivitas sosial manusia. Sudah menjadi sifat
manusia yakni selalu berusaha berhubungan dengan sesamanya sebagai upaya
untuk menghilangkan keterasingan mereka dan untuk mengetahui apa yang
terjadi di luar dirinya (communication is human).7 Komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian
itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain.8 Komunikasi terjadi apabila antar
komunikator dan komunikan memiliki kesamaan dalam memaknai pesan yang
disampaikan.9
5 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam (Yogyakarta: Titian Illahi Press, 1996), h. 81. 6 Zakiyah Drajat,Ilmu Jiwa Agama (Jakarta:PT Bulan Bintang,1989), h. 50-53. 7 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), h. 36. 8 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4. 9 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 30
3
Ditinjau dari proses komunikasi, pendidikan adalah bagian dari
komunikasi yaitu proses pengajaran yang melibatkan dua komponen yang
terdiri dari guru sebagai komunikator dan dari siswa sebagai komunikan. Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan Wilbur Schramm, yang dikutip oleh
Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa komunikasi didasarkan atas
hubungan antara dua orang atau antara seseorang dengan orang lain. Hakikat
hubungan ini adalah setara (tune) antara satu sama lain yang terfokus pada
informasi yang sama. Kesangkutpautan tersebut berada dalam komunikasi
tatap muka.10 Pihak komunikator (guru) mengharapkan adanya feedback atau
umpan balik dari komunikan (murid) atas ide-ide atau pesan-pesan yang
disampaikan, dengan harapan adanya perubahan tingkah laku dan perubahan
sikap dari komunikan.11 Sudah dapat diketahui bahwa fungsi umum
komunikasi adalah informatif, edukatif, persuasif, dan rekreatif. Komunikasi
memiliki fungsi pertukaran informasi, pesan dan sebagai kegiatan individu
dan antar pribadi, kelompok tukar menukar data, fakta dan ide.12
Pada era globalisasi saat ini, sangat dibutuhkan sumber daya manusia
yang menguasai bidang di segala aspek kehidupan. Salah satunya adalah
bidang pendidikan. Pendidikan yang dilaksanakan secara benar akan
membawa kepada keunggulan dan kualitas akal serta kejernihan dalam
berpikir. Selain itu, dapat memahami hakekat-hakekat kebenaran yang ada,
dan akan terbiasa dengan melakukan kebiasaan dan perbuatan yang baik,
10 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi (Bandung: CV Mandiri Maju, 2000), h. 58. 11 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), h. 36. 12 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 23.
4
selalu berperilaku baik, selalu mengajak para anak didik untuk selalu berpikir
yang cermat dan mendalam, selalu mendorong berkreatifitas dan berpikir
tentang alam dan makhluk hidup.13
Pendidikan islam menjadi lebih istimewa karena memiliki kekuatan
yang mendalam, berdasarkan keimanan, dan dalam rangka memperteguh
aqidah. Sehingga pendidikan islam mempunyai peranan yang sangat penting
di dalam memajukan nilai-nilai kemanusiaan, mendidik emosi, etika, dan
pendidikan intelektual.14 Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang
untuk pembelajaran peserta didik (murid) di bawah pengawasan pendidik
(guru) dalam upaya menciptakan peserta didik (murid).15
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-kahfi adalah salah satu lembaga yang
sangat peduli akan pendidikan agama. Hal ini terbukti dengan konsistensi dan
eksistensi lembaga ini yang sudah lama berkiprah dalam bidang pendidikan
khususnya dalam keagamaan. Sekolah ini berdiri pada tahun 1971 hingga
sekarang. Cikal bakal sebelum berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-
Kahfi adalah Madrasah Diniyah sederhana yang diakui oleh Departemen
Agama. Tempat tersebut berlokasi di daerah Bojong, Kampung Rambutan.
Program Madrasah Diniyah adalah pengajian (Majlis Taklim) yang
pengajarnya adalah para pemuda. Kemudian Beberapa Dewan pendiri yang
memiliki pendidikan PGA mengusulkan untuk mengembangkan menjadi
sebuah sekolah. Sekolah yang tidak hanya bernuansa agama melainkan
bernuansa SD (Sekolah Dasar) antara pelajaran umum dan pelajaran agama
13 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam (Yogyakarta: Titian Illahi Press, 1996), h. 49. 14 Ibid., h. 51. 15 Yusni Sari. ”Peningkatan Kerjasama di Sekolah Dasar”. Jurnal Administrasi Pendidikan; Vol 1 No , ( 01 Oktober 2013 ). h, 307.
5
yang sebanding. Setelah itu berdirilah SDI (Sekolah Dasar Islam ) Al-Kahfi.
Pada tahun 2003 berubah nama menjadi SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu)
Al-Kahfi yang bernuansakan DIKBUD (Diknas Pendidikan dan Kebudayaan)
dan pembelajaran hafalan Qur’an dengan pembiasaan-pembiasaan Ibadah juga
akhlak. Sekolah ini menggabungkan 2 kurikulum yaitu kurikulum khas
(Tahfidz dan Tahsin) yang dibuat oleh sekolah dan kurikulum DIKBUD
(Dinas Pendidikan dan Kebudayaan).16
Komunikasi atau dakwah yang dilakukan di SD Islam Terpadu antara
lain: komunikasi atau dakwah melalui lisan (menghafal Al-Qur’an Juz 30,
menghafal do’a-do’a yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan
komunikasi atau dakwah melalui tulisan (belajar menulis ayat-ayat Al-Qur’an,
Praktek Sholat wajib dan sholat sunnah). Pendidikan dalam bidang agama
islam yang diterapkan sekolah ini yaitu konsentrasi pada tahfidz Al-Qur’an juz
30 dengan kriteria minimal lulus dari sekolah anak-anak hafal Juz 30, Tahsin
bacaan Al-Qur’an dengan kriteria minimal anak-anak sudah membaca Al-
Qur’an dengan lancar dengan standar anak Sekolah Dasar.17
Segi ibadah anak-anak dilatih dari mulai bersuci (Berwudhu) kemudian
sholat sunnah dan Wajib dimana Do’a dan zikir dibaca setiap hari.
Selanjutnya adalah adab yang masuk ke dalam peraturan umum seperti salam
terhadap guru. Langkah yang diambil oleh sekolah dalam membantu anak-
anak menghafal Al-Qur’an adalah diadakannya murajaah harian dengan
manfaat hafalan anak-anak semakin kuat dan lebih mudah menghafal. Satu
16 Wawancara dengan Hj Evi Luthfiaty, Kepala Sekolah SDIT Al-Kahfi, pada 24 Januari 2017 Pukul 07 : 49 WIB. 17 Wawancara dengan Fajar Syahri Karim S. Pd.I, Staff Tahsin dan tahfidz Qur’an SDIT Al-Kahfi, pada 17 Maret 2017 Pukul 08 : 17 WIB.
6
sampai tiga ayat yang akan dihafal oleh anak-anak dalam satu hari. Langkah
selanjutnya adalah menggunakan media. Masing-masing kelas dipasangkan
speaker dan akan diputarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tujuan
pembiasaan dalam mendengarkan ayat Al-qur’an, yang kemudian akan ada
pembimbingan bacaan dari masing-masing guru di setiap kelasnya. Kemudian
selanjutnya adalah dari segi tahfidz menggunakan satu nada yaitu naik dan
turun.18
Keseluruhan kegiatan tersebut dilakukan pemantauan yang kemudian di
evaluasi pada tengah semester atau akhir semester oleh kepala sekolah dan
staff keagamaan SDIT Al-Kahfi. Target pencapaian yang diharapkan adalah
siswa-siswi lancar dalam menghafalkan Al-Qur’an, surat-surat yang sudah
dihafalkan digunakan dalam sholat, siswa-siswi mampu memahami makna-
makna yang terkandung dalam Juz 30, anak-anak menjadikan Al-Qur’an
sebagai bekal, anak-anak memiliki kesadaran dalam menjalankan ibadah dan
memiliki kualitas ibadah yang baik dan benar.
Sekolah Al-Kahfi memiliki konsep pembinaan akhlak dan pendidikan
agama Islam bagi anak-anak sejak tahun 1971. Sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian di tempat ini. Kemudian, penelitian ini bertujuan untuk
menambah database di Indonesia dalam bidang strategi komunikasi
penanaman nilai-nilai agama di SDIT Al-Kahfi.
Dalam kerangka inilah penulis mencoba untuk melakukan pembahasan
dan penelitian dengan judul : “Strategi Komunikasi Guru Dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Agama di SD Islam Terpadu Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur”.
18 Wawancara dengan Fajar Syahri Karim S. Pd.I, Staff Tahsin dan tahfidz Qur’an SDIT Al-Kahfi, pada 17 Maret 2017 Pukul 08 : 17 WIB.
7
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu diberikan pembatasan
masalah sebagai berikut :
a. Nilai-nilai Agama yang dimaksud yaitu Tahfidz, Tahsin Al-Qur’an dan
Ibadah Sholat.
b. Guru SDIT Al-Kahfi yang dimaksud yaitu guru Tahsin & Tahfidz Al-
Qur’an
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka
masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Strategi Komunikasi yang digunakan Guru Dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Agama di SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta
Timur ?
b. Bagaimana Upaya Guru Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama di
SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur ?
c. Apa Saja Evaluasi Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama di
SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan untuk mengetahui:
a. Strategi Komunikasi yang digunakan Guru Dalam Menanamkan Nilai-
Nilai Agama di SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur.
8
b. Upaya Guru Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama pada murid di
SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur.
c. Evaluasi Guru Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama pada Murid di
SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan
manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai
berikut:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
dalam bidang studi dakwah dan komunikasi, khususnya dalam kajian
yang berkaitan dengan strategi komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, masukan
dan pendapat bagi penulis dan khususnya untuk Guru SD Islam
Terpadu Al-Kahfi dalam menanamkan nilai-nilai agama. Serta dapat
memberikan manfaat dan menambah ilmu bagi mahasiswa dakwah dan
komunikasi yang berniat pada kajian komunikasi pada umumnya juga
bagi seluruh lapisan masyarakat.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan
kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data
9
deskriptif dengan pengamatan langsung yang bersifat interaktif dan
memaparkan sesuai data yang didapat.
Menurut Bogdan dan Taylor metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.19
Metodologi penelitian kualitatif mempunyai kelebihan yaitu penulis
dengan narasumber dapat berperan aktif dalam penelitian ini. Responden
dalam metode kualitatif berkembang terus untuk bertujuan sampai data
yang dikumpulkan dianggap memuaskan dan sumber data berada dalam
situasi yang wajar, tidak dimanipulasi oleh angket atau hasil tidak dibuat-
buat.
Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode
pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat non kuantitatif,
seperti penggunaan instrument wawancara dan pengamatan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus pada
penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitian tidak perlu
merumuskan hipotesis.20
Pertimbangan penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena
penulis bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara
akurat, dan menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
19 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 4. 20 Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi (Jogjakarta: Gintanyali, 2004), h. 2.
10
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Guru SDIT Al-
Kahfi yang terdiri dari 5 orang Guru Tahsin & Tahfidz Al-Qur’an.
b. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti adalah bagaimana strategi komunikasi
yang dilakukan guru dalam menanamkan nilai-nilai Agama.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu : Januari 2017 – September 2017
Tempat : SD Islam Terpadu Al-Kahfi, Jalan H. Muhayang
RT 011 RW 01 No. 39C Kelurahan Rambutan,
Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, 13830.
4. Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk
digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu
penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan data primer dan
sekunder. Berikut penjelasannya:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
objek peneliti perorangan, kelompok dan organisasi.21 Dalam hal ini
data yang diperoleh dari hasil wawancara. Penggunaan teknik
wawancara yaitu memperoleh keterangan secara mendetail untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai.
21 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 29
11
b. Data Sekunder
Memperoleh data dalam bentuk yang sudah tersedia melalui
publikasi dan informasi yang dikeluarkan oleh komunitas atau instansi-
instansi.22 Dalam hal ini data sekunder yang diperoleh adalah catatan-
catatan, dokumen-dokumen, brosur dan sumber-sumber lain yang
berkaitan dengan penulisan penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara :
a. Observasi
Metode observasi metode pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh dan mengumpulkan data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan.23 Observasi yang dilakukan adalah
untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian dalam
pencatatan apa yang bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga,
diraba oleh tangan dan kemudian peneliti tuangkan dalam skripsi ini.
Penulis melaksanakan observasi ini sebanyak lima kali,
digunakan untuk mendapatkan data peranan komunikator, pengenalan
khalayak, mengamati kegiatan tahfidz dan tahsin Al-Qur’an, Ibadah
sholat, dan aktivitas-aktivitas siswa-siswi yang berlangsung di SDIT
Al-Kahfi, Ciracas, Jakarta Timur.
22 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.30
23 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi, Kebijkan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 118.
12
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai dengan menggunakan
alat yang dinamakan interviewer guide ( panduan wawancara ).24
Dalam penelitian ini nantinya, penulis akan melakukan
wawancara dengan pihak Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-kahfi yaitu
kepala sekolah SDIT Al-kahfi yang bernama Dra. Hj. Evi Luthfiaty,
staff keagaamaan SDIT Al-Kahfi bernama Nurul Huda S.Pd.I,
Koordinator Tahsin dan Tahfidz SDIT Al-Kahfi bernama Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Staff Tahsin dan Tahfidz bernama Hikmi Rosyidin
S.Pd.I, Ainul Falah S.Pd.I dan Firman Ardiansyah S.Pd.I. Serta
mendapat informasi dari 10 Murid kelas 5 dan 6 SDIT Al-Kahfi.
Dengan menggunakan metode ini, penulis memperoleh data yang
sebenarnya dari narasumber secara utuh dan laporannya secara
deskriptif dalam bentuk kata yang diperoleh dari hasil wawancara yang
sudah dilakukan.
c. Studi Dokumen
Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan
wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif.25 Adapun
dokumen peneliti peroleh dari internet, foto-foto dan kepustakaan.
24 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h. 194. 25 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bansung: Alfabeta, 2010), h. 82.
13
6. Teknis Analisis Data
Analisa data merupakan upaya mencari data dan menata data secara
sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang
diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.26 Analisis data
kualitatif dimulai dari melakukan analisis berbagai data yang berhasil
dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan.
Tujuan analisis data ialah mengungkapkan data apa yang masih perlu
dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab,
metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan
kesalahan apa yang harus diperbaiki.
Analisis data ini dilakukan dengan metode deskriptif dimana metode
ini menggambarkan apa adanya dengan sesuai situasi dan kejadian.
Analisis data ialah kegiatan analisis mengkategorikan data untuk
mendapatkan pada hubungan, tema, serta menyampaikan atau melaporkan
apa yang bermakna kepada orang lain.27
7. Pedoman Penulisan
Pedoman dalam teknik penulisan skripsi ini penulis merujuk pada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)”
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development And
Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.28
26 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV (Yogyakarta: Rake Sasarin,
2000), h. 115. 27Ibid, h. 120.
28 Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (CeQDA(Center For Quality Development And Assurance), UIN Syarif Hidayatullah, 2011).
14
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lebih
lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah. Maka langkah
awal yang penulis lakukan adalah mengkaji lebih dahulu terhadap penelitian-
penelitian terdahulu. Adapun setelah penulis mengadakan suatu tinjauan
kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa judul yang penelitiannya
memiliki kemiripan dengan apa yang penulis teliti. antara lain:
1. “Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) Dalam
Mensosialisasikan Jilbab Bercadar”, ditulis oleh Rizky Nurul Ambia,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, tahun 2016. Skripsi ini berisikan tentang strategi
komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar dalam
mensosialisasikan jilbab bercadar. Persamaan skripsi penulis dengan
skripsi Rizky adalah kedua skripsi ini sama menggunakan strategi
komunikasi, sedangkan perbedaannya adalah Rizky meneliti di wilayah
komunitas Wanita Indonesia Bercadar, sedangkan penulis meneliti di
ranah sekolah, yakni Sekolah SD Islam Terpadu Al-Kahfi.29
2. “Strategi Komunikasi Guru Dalam Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Pada Anak Penyandang Tunagrahita di SLB-C Tunas Kasih I,
Kabupaten Bogor” ditulis oleh Rizqi Nurul Ilmi, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun
2013. Skripsi ini berisikan tentang strategi komunikasi Guru terhadap anak
penyandang tungrahita dalam menanamkan nilai-nilai agama di SLB-C 29 Rizky Nurul Ambia, Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) Dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar, ( Jakarta : Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2016).
15
Tunas Kasih I, Kabupaten Bogor. Persamaan skripsi peneliti dengan
skripsi Rizqi adalah kajiannya tentang strategi komunikasi guru dan murid
dalam menanamkan nilai-nilai agama. Perbedaannya adalah peneliti
meneliti strategi komunikasi untuk mengetahui Bentuk, Upaya dan faktor
penentu keberhasilan strategi komunikasi Guru di SD Islam Terpadu Al-
Kahfi, sedangkan Rizqi Nurul Ilmi, bentuk strategi komunikasi Guru
terhadap Penyandang Tunagrahita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan
agama.30
3. “Strategi Komunikasi Media Sosial Dalam Program One Day One Juz”
ditulis oleh Reza Fahlefi Akbar, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2016.
Skripsi ini berisikan tentang strategi komunikasi media sosial dalam
program one day one juz. Persamaan skripsi peneliti dengan skripsi Rizqi
adalah kajiannya tentang strategi komunikasi dalam program one day one
juz, sedangkan perbedaannya adalah Reza meneliti strategi komunikasi
sosial media, sedang peneliti meneliti bentuk, upaya dan faktor penentu
keberhasilan strategi komunikasi guru dalam menanamkan nilai-nilai
agama.31
30 Rizky Nurul Ilmi, Strategi Komunikasi Guru Dalam Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Pada Anak Penyandang Tunagrahita di SLB-C Tunas Kasih I, Kabupaten Bogor, ( Jakarta : Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2013). 31 Reza Fahlevi Akbar, Strategi Komunikasi Media Sosial Dalam Program One Day One Juz, ( Jakarta : Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2016).
16
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka penulis
membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub
bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan ini menguraikan secara singkat mengenai alasan pemilihan
judul, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi, penelitian tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menerangkan tentang tinjauan umum mengenai konsep strategi,
tahapan-tahapan strategi, konsep komunikasi, komponen dasar komunikasi,
konsep strategi komunikasi, langkah-langkah strategi komunikasi, dan konsep
nilai-nilai agama.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Bab ini berkenaan dengan gambaran umum yang mencakup tentang Sekolah
Dasar Islam Terpadu yang meliputi : Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Islam
Terpadu Al-kahfi, profil sekolah, visi, misi dan tujuan, Program kegiatan
sekolah, serta struktur keorganisasian.
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini membahas mengenai deskripsi hasil penelitian, isi dari jawaban
rumusan masalah yaitu bagaimana bentuk strategi komunikasi Guru dalam
menanamkan nilai-nilai Agama di SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur,
upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai agama di SDIT Al-Kahfi, dan
Evaluasi guru dalam menanamkan nilai-nilai agama di SDIT Al-Kahfi.
17
BAB V : PENUTUP
Bab ini berkenaan dengan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan,
sebagai kesimpulan jawaban masalah yang telah dipaparkan secara singkat,
kemudian dilengkapi dengan saran-saran yang berkaitan dengan hasil temuan
dalam penelitian yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, dalam
mencapai sebuah tujuan, strategi tidak hanya berfungsi menjadi peta yang
menunujukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya. Pengertian dari taktik operasional adalah bahwa
pendekatan ( approach ) sewaktu-waktu dapat berbeda, disesuaikan
dengan situasi dan kondisinya. Perlu diingat, bahwa strategi komunikasi
sangat diperlukan dalam menentukan sebuah langkah. Hal ini
dimaksudkan agar pesan dapat tersampaikan secara efektif hingga
tercapainya tujuan secara umum.1
Menurut Stephen Robbins seperti yang dikutip Morissan dalam
bukunya manajemen public relation: strategi menjadi humas professional,
strategi adalah penentu tujuan jangka panjang sebuah organisasi, pemberi
keputusan arah tindakan, dan penghasil sumber-sumber yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.2 Dalam kata lain, strategi adalah cara dalam
mencapai suatu tujuan yang diharapkan, baik dengan jangka panjang
maupun jangka pendek untuk mencapai hasil akhir yang efektif, dengan
mempertimbangkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan, dan mencari
1 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29
2 Morissan, Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Professional, (Jakarta: Randina Prakasa, 2006), h. 152.
19
sumber-sumber yang menjadi faktor pendorong dalam mewujudkan tujuan
organisasi.
Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah ‘penempaan’ misi
perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan memperhatikan kekuatan
eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk
mencapai sasaran dan memastikan pelaksanaannya secara tepat, sehingga
tujuan dan sasaran utama organisasi dapat tercapai.3
Penetapan sasaran organisasi perlu memperhatikan faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor pendukung diluar
faktor internal. Hal ini dilakukan agar implementasi strategi dapat berjalan
dengan lancar sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai sesuai
rencana.
Berdasarkan dari pernyataan yang dikemukakan oleh beberapa ahli
komunikasi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa strategi
merupakan suatu proses perencanaan tindakan untuk mencapai suatu
tujuan yang diharapkan, dengan implementasi secara sistematis, efektif
dan efesien. Strategi juga menjadi acuan atau penentu tujuan, baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek agar dapat mencapai hasil yang
diharapkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan.
2. Tahapan-Tahapan Strategi
Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan
penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi. Jika
mengalami kesalahan dalam pemilihan strategi atau melakukan kekeliruan,
3 George Stainner dan John Minner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, penerjemah Agus Dharma, (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 18.
20
maka hasil yang diperoleh bisa berakibat fatal, terutama kerugian dari segi
waktu, materi, tenaga dan juga tujuan yang diinginkan pun tidak berjalan
dengan baik. Oleh karena itu, strategi juga merupakan rahasia yang harus
disembunyikan oleh para perencana. Secara garis besar strategi di bagi
menjadi tiga tahapan, yaitu:4
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan
strategi apa yang akan digunakan. Perumusan strategi merupakan
proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan
untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan
strategi, memahami adanya peluang dan ancaman ekternal,
menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menghasilkan
strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
Dalam strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan,
memperluas, menghindari dan melakukan suatu keputusan dalam
proses kegiatan. Perumusan strategi dilakukan dengan
mengembangkan tujuan-tujuan apa saja yang akan dicapai dan
merumuskan strategi lainnya termasuk mengatasi faktor eksternal dan
internal. Selanjutnya, memilih strategi alternatif dan strategi apa yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan, serta menentukan sikap
untuk mengambil keputusan dalam proses kegiatan organisasi atau
perusahaan.
4 Fred R. David, Manajemen Strategis Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 6.
21
b. Implementasi strategi
Setelah merumuskan dan memilih strategi apa yang akan
dilakukan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi
yang ditetapkan tersebut. Langkah ini merupakan langkah yang paling
sulit dalam proses strategi manajemen. Sebab, banyaknya faktor yang
dapat mempengaruhi pelaksanaan dilapangan dan berjalan tidak sesuai
perkiraaan semula.5 Dalam tahap pelaksanaan strategi yang dipilih
sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan
strategi yang tertuang dalam budaya organisasi. Jika tidak, maka
proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang
jauh dari kenyataan.
Dalam implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan
pengorganisasian sumber daya yang akan ditampilkan melalui
penetapan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan
komunikasi dan mempersiapkan anggaran atau dana untuk
berjalannya proses pelaksanaan strategi dan organisasi, serta
mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi dan
menghubungkan sumber daya manusia dengan kinerja organisasi.
c. Evaluasi Strategi
Setelah tahap implementasi strategi dilaksanakan, maka tahap
terakhir yang dilakukan adalah evaluasi strategi. Evaluasi strategi
menjelaskan proses penilaian dari pelaksanaan strategi yang sudah
dilakukan, apakah sudah mencapai hasil yang diharapkan atau tidak,
5 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi memenangkan perang bisnis, (Malang:
Bayu Media Publishing,2003), h.13.
22
dan apabila terjadi penyimpangan maka akan ditentukan penyebab-
penyebabnya.6 Hal ini diperlukan, karena evaluasi menjadi tolak ukur
strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan
evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan
telah dicapai.
Maksudnya adalah dalam tahap evaluasi strategi, organisasi atau
perusahaan melakukan kajian ulang terhadap strategi yang digunakan
dalam tahap implementasi strategi, karena dalam tahap ini kita bisa
melihat proses strategi yang sudah dijalankan. Mengukur hasil, sesuai
atau tidaknya apa yang diharapkan dengan kenyataan. Prosesnya dapat
dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan pelaksanaan dari
rencana. Setelah itu harus segera mengambil langkah korektif untuk
memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.
Ada empat macam langkah dasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu :7
1. Meninjau kembali faktor-faktor Eksternal dan internal yang
terjadi saat ini, apakah terjadi perubahan-perubahan pada strategi
yang sudah dirumuskan.
2. Mengadakan pengukuran terhadap kemampuan dan kinerja
organisasi atau perusahaan dengan kembali memastikan apakah
sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Mengadakan perbaikan-perbaikan untuk perkembangan
organisasi atau perusahaan.
6 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi memenangkan perang bisnis, (Malang:
Bayu Media Publishing,2003), h.14. 7 Musa Hubeis dan Mukhamad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya
Saing Organisasi, (Jakarta:PT Gramedia,2008), h.28.
23
4. Membantu dalam mengembangkan model dimasa mendatang.
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi secara etimologis dipelajari menurut asal-usul
katanya, yaitu berasal dari bahasa latin, communicatio, kata ini
bersumber pada kata comminis, yang artinya sama makna dalam hal-hal
yang disampaikan. sama makna disini maksudnya adalah sama makna
mengenai suatu hal atau sama arti. Jadi, komunikasi berlangsung apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan. 8
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan dari seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas
bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain.9 Dalam proses komunikasi
tersebut akan terjadi aksi dan interaksi yang menuntut reaksi balik dari
komunikan kepada komunikator, begitu pula sebaliknya.10
Menurut Card L. Hoveland seperti yang dikutip Yusuf Zainal
Abidin dalam bukunya manajemen komunikasi: filosofi, konsep dan
aplikasi, Komunikasi adalah proses ketika seorang individu
(komunikator) mentransfer stimuli (menggunakan lambang-lambang
bahasa) dengan tujuan mengubah tingkah laku individu (komunikan)
8 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 34. 9 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 4.
10 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), h. 36.
24
yang lain.11 Dalam definisi Hoveland ini, komunikasi berarti bukan
hanya penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan,
melainkan juga bertujuan mengubah sikap sang komunikan. Contohnya
adalah seorang ustad yang memberikan tausiyahnya disebuah majelis.
Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid seperti yang dikutip
Hafied Changara dalam bukunya perencanaan dan strategi komunikasi,
menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu
sama lainnya, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang
mendalam.12 Jadi, Komunikasi merupakan proses interaksional dimana
komunikasi antarmanusia melibatkan manusia untuk selalu berinteraksi
satu sama lain, sehingga mencapai suatu pemahaman yang sama.13
Dengan adanya aturan ini, orang yang menerima signal dapat
memahami maksud dari signal yang diterimanya. Misalnya, setiap bahasa
mempunyai aturan tertentu, baik bahasa lisan, tulisan maupun bahasa
isyarat. Apabila orang yang mengirimkan signal menggunakan bahasa
yang sama dengan orang yang menerima, penerima dapat memahami
maksud dari signal tersebut.14
Berdasarkan definisi tersebut, pada hakikatnya komunikasi
merupakan proses. Istilah proses, artinya bahwa komunikasi berlangsung
melalui tahap tertentu yaitu secara terus-menerus. Proses komunikasi
merupakan proses yang dilakukan secara timbal balik karena pengirim
11 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 32. 12 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikas, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), h. 33. 13 Ibid, h, 36. 14 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 32-33.
25
dan penerima saling mempengaruhi satu sama lain. Pengirim pesan dapat
seorang individu, kelompok atau organisasi. Demikian pula dengan
penerima pesan. Perubahan tingkah laku, artinya perubahan yang terjadi
di dalam diri individu, mungkin dalam aspek kognitif, afektif atau
psikomotor adalah harapan dari sampainya pesan yang dikirim oleh
komunikator kepada komunikan.
2. Komponen Dasar Komunikasi
Komunikasi memiliki empat komponen, yaitu orang yang
mengirimkan pesan, pesan yang akan dikirimkan, saluran atau jalan yang
dilalui pesan dari pengirim kepada penerima, dan penerima pesan.
Komponen output diperlukan dalam proses komunikasi, Karena
komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik. Dengan
demikian, komponen dasar komunikasi adalah sebagai berikut :15
a. Pengirim Pesan (Komunikator)
Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim
pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak
si pengirim pesan. Oleh sebab itu, sebelum pengirim mengirimkan
pesan, si pengirim harus membuat pesan yang akan dikirimkannya.
Membuat pesan adalah menentukan arti apa yang akan dikirimkan
kemudian menyandikan (encode) arti tersebut dalam sebuah pesan.
Sesudah itu, baru dikirimkan melalui saluran.
15 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 35-36.
26
b. Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si
penerima. Pesan dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan
secara verbal dapat secara tertulis, seperti surat, buku, dan pesan
secara lisan, seperti percakapan tatap muka, percakapan melalui
telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang nonverbal dapat berupa
isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.
c. Saluran
Saluran merupakan jalan berlalunya pesan dari si pengirim
kepada si penerima. Ada dua jalan agar pesan pengirim sampai pada
penerima pesan, yaitu tanpa media yang berlangsung tatap muka dan
komunikasi yang menggunakan media. Media yang dimaksud adalah
media komunikasi. Media tersebut seperti, buku, radio, televisi, dan
surat kabar.
d. Penerima Pesan (Komunikan)
Penerima pesan adalah orang yang menganalisis dan
menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Umpan balik dari
penerima pesan memiliki peranan yang amat penting dalam
komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau
berhentinya komunikasi yang diutarakan oleh pengirim pesan
(Komunikator) kepada penerima pesan (Komunikan).
e. Output
Output adalah respon penerima terhadap kiriman pesan yang
diterimanya. Adanya reaksi ini membantu pengirim untuk
27
mengetahui apakah sesuai atau tidaknya interpretasi pesan yang
dikirimkan dengan hal-hal yang dimaksudkan oleh pengirim.
Apabila arti pesan yang dimaksudkan oleh pengirim
diinterpretasikan sama oleh penerima, berarti komunikasi tersebut
dikatakan efektif.
C. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan keseluruhan perencanaan, taktik
dan cara yang akan dipergunakan oleh kelompok atau organisasi untuk
melancarkan komunikasi dengan memerhatikan keseluruhan aspek yang
ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.16
Menurut Middleton, seperti yang dikuti Hafied Changara dalam
bukunya perencanaan dan strategi komunikasi, Seorang pakar
perencanaan komunikasi, strategi komunikasi adalah kombinasi yang
terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan,
saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang
untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.”17
Hal terpenting dalam strategi komunikasi yang dilakukan suatu
kelompok atau organisasi adalah peran antara pemberi pesan
(komunikator), penerima pesan (komunikan) dan pesan (Message). ketiga
unsur ini akan membantu jalannya strategi komunikasi dengan didukung
unsur-unsur lainnya. Hal ini dibuat untuk mencapai suatu tujuan
komunikasi yang efektif. 16 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 166.
17 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada2013), h. 61.
28
Dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi komunikasi merupakan
perencanaan dan taktik yang dibuat sedemikian rupa yang akan
dilaksanakan oleh kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu
tujuan. Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga jika ada
perubahan atau faktor penghambat dalam proses komunikasi,
komunikator bisa mengambil langkah atau tindakan lain yang tepat.
Sehingga strategi komunikasi yang sudah direncanakan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.
Menurut R Wayne Peace, Brent D. Petterson, dan M. Dallas
Burnett dalam bukunya Techniques for effective communication, seperti
yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, tujuan sentral strategi
komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama yaitu :
a. To secure understanding : memastikan bahwa komunikan mengerti
dengan pesan yang diterima olehnya. Apabila sudah dapat
dimengerti dan diterima, maka penerimaannya itu harus dibina.
b. To establish acceptance : setelah komunikan mengerti dan menerima
pesan, selanjutnya harus dilakukan pembinaan terhadap pesan yang
sudah diterima.
c. To motivation action : terakhir, setelah melakukan pembinaan
terhadap pesan yang sudah diterima dan dimengerti komunikan,
maka tahap selanjutnya adalah memberikan motivasi pada kegiatan
tersebut.18
18 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, h. 32.
29
Tiga tujuan ini saling berkaitan, karena yang pertama
memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya.
Apabila sudah dapat dimengerti dan diterima pesannya, maka
penerimaannya itu harus diberikan pembinaan, yang pada akhirnya
kegiatan tersebut dimotivasikan.
2. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi
Dalam melaksanakan strategi komunikasi perlu adanya langkah-
langkah strategi yang harus dijalankan, untuk menyusun langkah-langkah
tersebut dibutuhkan suatu landasan pemikiran dengan memperhitungkan
konten-konten dalam komponen komunikasi serta faktor pendukung dan
penghambat komunikasi.
Harold Laswell, seorang sarjana hukum pada Yale University,
yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, dalam bukunya dinamika
komunikasi, telah menghasilkan suatu pemikiran mengenai komunikasi
yang dituangkan dalam bentuk paper dan kemudian dimuat dalam buku “
The Communication of Ideas “ suntingan Lyman Bryson. Laswell
menyatakan bahwa yang terbaik untuk menerangkan kegiatan
komunikasi ialah dnegan menjawab pertanyaan “ Who Says What In
Which Channel To Whom With What Effect? “. Untuk mantapnya strategi
komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan unsur
komunikasi yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus
Laswell tersebut.19
a. Who? Siapakah komunikator.
19Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h.29.
30
b. Says what? Pesan apa yang dinyatakan.
c. In which channel? Media apa yang digunakan.
d. To whom? Siapa komunikan.
e. With what effect? Efek apa yang diharapkan.
Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana
operasionalnya dilakukan secara praktis, maksudnya adalah berbagai
pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dengan
situasi dan kondisi.20
Banyak teori komunikasi yang sudah diketengahkan oleh para ahli,
tetapi untuk strategi komunikasi yang memadai untuk dijadikan
pendukung strategi komunikasi ialah apa yang dikemukakan oleh Harold
Laswell.21
Berikut langkah-langkah dalam strategi komunikasi:22
a. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak merupakan langkah awal yang harus
dilakukan komunikator sebagai pelaku strategi komunikasi dalam
usaha mewujudkan komunikasi yang efektif. Dalam proses
komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melainkan aktif,
sehingga antara komunikator dan komunikan bukan hanya terjadi
saling berhubungan melainkan juga saling mempengaruhi. Antara
komunikator dan juga komunikan, keduanya dapat saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Apapun tujuan, metode
20Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,h. 32. 21Ononng Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 29. 22 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 184
31
dan banyaknya sasaran, komunikator perlu memperhatikan pada diri
komunikan faktor-faktor sebagai berikut :23
1. Faktor Kerangka Referensi
Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus
menyesuaikan dengan kerangka referensi komunikan.
Terbentuknya kerangka referensi seseorang adalah sebagai hasil
dari perpaduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma
hidup, status sosial, ideologi dan cita-cita. Kerangka referensi
setiap orang memiliki perbedaan. Ada perbedaan secara ekstrem
seperti antara murid SMP dengan Mahasiswa. Ada juga
perbedaan yang gradual seperti seorang sarjana dengan sarjana
yang lain yang sama-sama lulusan universitas.
Dalam situasi komunikasi antarpribadi mudah untuk
mengenal kerangka referensi komunikasn karena ia hanya satu
orang. Yang sukar adalah mengenal kerangka referensi
komunikan dalam bentuk komunikasi kelompok. Ada kelompok
yang individu-individunya sudah dikenal seperti kelompok
karyawan. Ada juga yang tidak dikenal seperti pengunjung rapat
RW. Maka, komunikasi harus disesuaikan dengan referensi
mereka.
Lebih sulit lagi mengenal kerangka referensi komunikan
dalam komunikasi massa sebab bersifat heterogen. Oleh karena
itu, pesan yang disampaikan kepada khlayak melalui media
23Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,h. 35.
32
massa hanya bersifat informatif dan umum yang dapat
dimengerti oleh semua orang.
2. Faktor Situasi dan Kondisi
Yang dimaksud dengan situasi disini ialah situasi
komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang
akan disampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya
komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-
tiba saat komunikasi dilancarkan. Agar komunikasi berjalan
efektif, tempat penyampaian pesan komunikasi haruslah
diperhatikan. Kita perlu mengatur tempat dan ruangan dimana
komunikasi akan berlangsung, sehingga hambatan yang dating
dapat diminimalisir.
Sedangkan, yang dimaksud dengan kondisi disini ialah
state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis
komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi.
Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang
marah, sedih, bingung, sakit atau lapar. Dalam mengahadapi
komunikan dengan keadaan seperti itu kita diharapkan sebisa
mungkin untuk menciptakan suasana yang menyenangkan. Akan
tetapi, tidak jarang pula kita harus melakukannya pada saat itu
juga.
b. Menyusun Pesan
Langkah selanjutnya dalam perumusan strategi ialah menyusun
pesan. Dalam hal ini yang harus dilakukan yaitu menentukan tema
33
dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan
tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian. Perhatian adalah
pengamatan yang terpusat, karena itu tidak semua yang diamati
menimbulkan perhatian. Dengan demikian awal dari suatu efektifitas
dalam komunikasi, ialah bangkitnya perhatian dari khalayak
terhadap pesan-pesan yang disampaikan.24
Dalam masalah ini, Wilbur Schramm mengajukan syarat-syarat
untuk berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut :25
1. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa
sehingga pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.
2. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada
pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga
kedua pengertian itu bertemu.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran
dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.
4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh
kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana kesadaran
pada saat digerakkan untuk memberikan jawaban yang
dikehendaki.
Dalam upaya penyusunan pesan yang nantinya akan
disampaikan, terdapat dua bentuk rumusan tema pesan yang bisa
dipakai yaitu bersifat one side issue dan both sides issue. One side
issue merupakan rumusan pesan yang bersifat sepihak, yaitu pesan 24 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 193. 25 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),h.193-194.
34
berisi hal-hal positif atau hal-hal negatif saja. Pesan yang bersifat
konsepsi komunikator saja tanpa mempertimbangkan berbagai
pendapat yang berkembang di kalangan khalayak.
Sedangkan, both sides issue merupakan rumusan pesan baik dari
segi positif maupun negatifnya. Jadi, pesan positif atau pesan negatif
atau untung ruginya disampaikan kepada khalayak, sehingga
khalayak mengetahui kejelasannya dari pesan tersebut.
Menurut Carl L hoveland, Arthur A. Limsdale dan Fred D.
Sheffield, dari hasil penelitian ketiganya, seperti yang dikutip
Marhaeni Fajar dalam bukunya Ilmu komunikasi teori dan praktek,
untuk menentukan penggunaan yang paling efektif dalam
komunikasi, sebagai berikut :26
1. Bila komunikasi melibatkan khalayak yang sejak awal
menunjukkan adanya perbedaan pendapat, lebih efektif
menyampaikan pesan both sides issue.
2. Bila komunikasi melibatkan khalayak yang sejak awal
menunjukkan adanya penyesuaian pendapat maka akan lebih
efektif menyampaikan pesan one side issue.
3. Kepada khalayak dengan golongan terpelajar sebaiknya
diberikan pesan both side issue.
4. Kepada khalayak yang bukan termasuk golongan terpelajar
lebih baik disampaikan one side issue.
26 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
196.
35
c. Menetapkan Metode
Mencapai efektivitas dari suatu komunikasi selain akan
tergantung akan kemantapan isi pesan, yang diselaraskan dengan
kondisi khalayak dan sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi
oleh metode-metode penyampaiannya kepada sasaran. Dalam dunia
komunikasi pada metode penyampaian atau mempengaruhi itu dapat
dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanannya dan menurut
bentuk isinya.
Metode penyampaian pesan dengan aspek pertama, semata-mata
hanya melihat itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan
perhatian dari isi pesannya. Sedangkan aspek kedua, yaitu melihat
komunikasi dari segi bentuk pernyataan atau bentuk pesan dan
maksud yang dikandung.
Dalam metode penyampaian atau mempengaruhi pesan menurut
cara pelaksanaannya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu :27
1. Redundancy (Repetition)
Metode redundancy atau repetition, adalah cara
mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan
kepada khalayak. Dengan metode ini banyak manfaat yang dapat
ditarik. Manfaat itu antara lain bahwa khalayak akan lebih
memperhatikan pesan tersebut, karena justru berkontras dengan
pesan yang tidak diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak
mengikat perhatian.
27 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
198.
36
Manfaat lainnya, ialah bahwa khalayak tidak akan mudah
melupakan hal yang penting yang disampaikan berulang-ulang
tersebut. Selanjutnya dengan metode repetition ini, komunikator
dapat memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang tidak disengaja dalam penyampaian-penyampaian
sebelumnya.
2. Canalizing
Untuk mempengaruhi khalayak haruslah terlebih dahulu
mengerti tentang kerangka referensi dan lapangan pengalaman dari
khalayak tersebut dan kemudian menyusun pesan dan metode yang
sesuai. Hal ini dimaksudkan, agar khalayak tersebut pada
permulaan dapat menerima pesan yang kita sampaikan kepadanya,
kemudian secara perlahan-lahan dirubah pola pemikiran dan
sikapnya yang telah ada, kea rah yang kita kehendaki.
Dalam proses komunikasi, komunikator terlebih dahulu
mengenal khalayaknya dan memulai melontarkan idenya sesuai
dengan kepribadian, sikap dan motif khalayak atau memulai
komunikasi sesuai dengan dimana khalayak itu berada (start where
the audience) kemudian diubah sedikit demi sedikit ke arah tujuan
komunikator. Cara inilah yang dimaksud dengan metode
canalizing.
Sedangkan dalam metode menurut bentuk isinya ada
beberapa metode yang dikenal yakni diantaranya:28
28 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, h. 184.
37
a) Informatif. Bentuk pesan yang bersifat informatif, yaitu suatu
bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak
dengan jalan (metode) memberikan penerangan. Penerangan
disini merupakan pesan yang berisikan informasi berdasarkan
fakta dan pendapat yang bisa dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Metode informatif ini, lebih ditujukan pada
penggunaan akal pikiran khalayak, dan dilakukan dalam bentuk
pernyataan berupa: keterangan, penerangan, berita dan
sebagainya.
b) Persuasif. Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan
membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya,
maupun dan terutama perasaannya. Metode persuasif, dengan
demikian merupakan suatu cara untuk mempengaruhi
komunikan, dengan tidak terlalu banyak berfikir kritis. Pesan
dalam metode persuasif selain berisikan fakta-fakta dan
pendapat-pendapat, juga dapat berisi non fakta, dan bentuk
pernyataannya dapat berupa: Propaganda, reklame dan
sebagainya.
c) Edukatif. Metode edukatif, sebagai salah satu usaha
mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang
dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi:
pendapat-pendapat, fakta-fakta, pengalaman-pengalaman. Oleh
karena itu suatu pernyataan kepada umum dengan menggunakan
metode edukatif ini, akan memberikan pengaruh yang
38
mendalam kepada khalayk kendatipun hal ini akan memakan
waktu yang sedikit lama dibanding dengan memakai metode
persuasif.
d) Coursive. Merupakan bentuk penyampaian pesan yang
mempengaruhi khalayak dengan cara memaksa. Pesan ini berisi
pendapat-pendapat juga ancaman-ancaman. Metode ini biasanya
diwujudkan dalam bentuk peraturan-peraturan dan intimidasi.29
d. Penggunaan Media
Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi
yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan
keadaan dan kondisi khalayak. Pemilihan media komunikasi pun
harus demikian adanya, karena untuk mencapai sasaran komunikasi
harus dapat memilih secara tepat media komunikasi yang digunakan,
tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan
disampaikan, dan metode yang akan digunakan.
Kesimpulannya strategi komunikasi adalah cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan komunikasi, dan dalam melaksanakan strategi
komunikasi terdapat beberapa langkah yaitu: mengenal khalayak,
menyusun pesan, menetapkan metode komunikasi, dan penggunaan
media. Jika langkah-langkah ini dilakukan dengan komunikasi yang
efektif maka, tujuan komunikasi yang sudah direncanakan akan
berjalan dengan baik.
29 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, h. 184.
39
D. Nilai-Nilai Agama
1. Pengertian Nilai
Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada
sesuatu (sistem kepercayaan), yang telah berhubungan dengan subjek yang
memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi, nilai adalah sesuatu yang
bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.30
Sedangkan Lorens Bagus menyebutkan nilai sebagai harkat kualitas
suatu hal yang dianggap istimewa dan yang disukai, karena mempunyai
nilai tinggi.31
Berbeda dengan kedua pendapat di atas, Peter Salim dan Yeni Salim
menyebutkan bahwa nilai suatu konsep abstrak yang terdapat dalam diri
manusia mengenai sesuatu yang dianggap baik dan benar dalam hal-hal
yang dianggap benar dan salah.32
Zakiyah Drajat menyebutkan nilai adalah suatu perangkat keyakinan
atau perasaan yang diyakini sebagai identitas yang memberikan ciri khusus
pada pemikiran, perasaan, criteria maupun perilaku.33
2. Pengertian Agama
Agama berasal dari kata Sankskrit, ada yang berpendapat bahwa kata
itu terdiri dari dua kata, a berarti tidak dan gam berarti pergi jadi agama
artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun menurun. Agama
memang mempunyai sifat yang demikian. Pendapat lain mengatakan
30 M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), Cet. 1, h. 61. 31 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 173.
32 Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1996), h. 1034. 33 Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), h. 59.
40
bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa
gam berarti tuntunan. Agama juga mempunyai tuntunan, yaitu kitab suci.
Istilah agama dalam bahasa asing bermacam-macam, antara lain religion
dan al-dhin.34
Kata al-dhin dalam bahasa arab terdiri atas hurut dal, ya dan nun.
Dari huruf-huruf ini bisa dibaca dengan dain yang berarti utang dan
dengan din yang mengandung arti agama dan hari kiamat.35
Agama merupakan risalah yang disampaikan Tuhan kepada nabi-
Nya sebagai pemberi peringatan serta pemberi petunjuk dalam hukum-
hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan
tata hidup yang nyata. Mengatur tanggung jawab manusia kepada Allah,
masyarakat dan alam sekitarnya.36
A.M. Saefuddin mengatakan bahwa agama merupakan kebutuhan
paling esensial manusia yang bersifat universal. Tetapi makna paling
hakiki agama adalah kesadaran spiritual, yaitu manusia selalu mengharap
belas kasih-Nya, bimbingan tangan-Nya, serta belaian-Nya, yang secara
ontologis tidak bisa dipungkiri, walaupun oleh manusia yang paling
komunis sekalipun.37Agama merupakan faktor terpenting dalam hidup dan
kehidupan manusia. Karena, agama mampu memberikan makna, arti,
tujuan hidup dan kehidupan manusia itu sendiri.38
34 Harun Nasution, Islam DItinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979),
jil.1, h. 9. 35 Quraisy Shihab, Mahkota Tuntunan Illahi, (Jakarta: Untagama, 1986), h.35.
36 Muhammaddin. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. JIA/Juni 2013/ThXIV/no.1/99- 114.
37 A.M. Saefuddin, dkk. Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi, (Bandung: Mizan, 1987), h. 47.
38 Ahmad Yani. Pendidikan Agama Pada Anak Oleh Orangtua:Tinjauan Psikologi Islam. JIA/Juni 2013/ThXIV/no.1/33- 44.
41
3. Pengertian Nilai-Nilai Agama
Nilai-nilai Agama terdiri dari dua kata yaitu kata nilai dan Agama.
Nilai itu sendiri adalah hakikat suatu hal yang menyebabkan hal itu dikejar
oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan yang membuat seseorang
bertindak atas dasar pilihannya.39
Sedangkan Agama merupakan risalah yang disampaikan Tuhan
kepada nabi-Nya sebagai pemberi peringatan serta pemberi petunjuk
dalam hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam
menyelenggarakan tata hidup yang nyata. Mengatur tanggung jawab
manusia kepada Allah, masyarakat dan alam sekitarnya.40
Nilai-nilai agama Islam adalah seperangkat ajaran nilai-nilai luhur
yang ditransfer dan diadopsi ke dalam diri untuk mengetahui cara
menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran-ajaran Islam
dalam membentuk kepribadian yang utuh. Seberapa banyak dan seberapa
jauh nilai-nilai agama Islam bisa mempengaruhi dan membentuk suatu
karakter seseorang sangat tergantung dari seberapa nilai-nilai agama yang
terinternalisasi pada dirinya. Semakin dalam terinternalisasinya nilai-nilai
agama Islam pada diri seseorang, maka kepribadian dan sikap religiusnya
akan muncul dan terbentuk.41
Jadi, Nilai agama berhubungan antara manusia dengan Tuhan,
kaitannya adalah dengan pelaksanaan perintah dan larangannya. Nilai
39 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alvabeta, 2004), h. 9. 40 Muhammaddin. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. JIA/Juni 2013/ThXIV/no.1/99- 114. 41 Fakhrizal, “Pengertian Nilai-Nilai Agama Islam” www.jejakpendidikan.com/2016/12/pengertian-nilai-nilai-agama-islam.html?m=1, (diakses, 24 Agustus 2017).
42
agama diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang dicintai oleh Allah
Swt dan membawa kebaikan di dunia maupun di akhirat. Bila seseorang
melanggar norma/kaidah agama, ia akan mendapatkan sanksi dari Allah
Swt. Oleh karena itu, tujuan norma agama adalah menciptakan insan-insan
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam
pengertian mampu melaksanakan apa yang menjadi perintah-Nya dan
meninggalkan apa yang menjadi larangan-Nya.
Dalam QS. Ali-Imran : 104, menjelaskan :
Artinya:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar.”
Dalam Hadist disebutkan :
بالمعروف لتأمرن بيده نفسى والذي : قال وسلم عليه هللا صلى النبى عن
تدعونه ثم منه عقابا عليكم يبعث ان هللا ليوشكن او المنكر عن ولتنهون
لكم فاليستجاب Artinya :
“ Nabi SAW bersabda, “ Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-
Nya, hendaknya kalian benar-benar mengajak kepada yang ma’ruf dan
benar-benar mencegah dari yang munkar atau jika tidak, niscaya Allah
akan mengirimkan hukuman/siksa kepada kalian sebab keengganan kalian
43
tersebut, kemudian kalian berdo’a kepada-Nya namun do’a kalian tidak
lagi dikabulkan.” ( HR. Tirmizi dari Huzaifah Ibn Al-Yaman)42
Firman Allah Swt dan juga hadist Nabi Saw di atas menerangkan
tentang perintah untuk menyeru kepada kebaikan atau perintah Allah dan
juga larangan untuk melakukan kemungkaran.
Nilai-nilai agama yang terdapat dalam perilaku manusia, seiring
dengan berjalannya waktu dapat menjadi norma-norma sosial yang
mengikat suatu masyarakat.43
Nilai-nilai agama dalam penelitian di SDIT Al-Kahfi adalah nilai
agama pada Tahfidzul Qur’an siswa-siswi SDIT Al-Kahfi dan dalam
pelaksanaan sholat dhuha dan sholat fardhu berjama’ah.
Tahfidzul Qur’an terdiri dari dua kata yaitu Tahfidzu dan Al -
Qur’an. Kata Tahfidzul merupakan masdar ghoiru mim dari kata
haffadhzo yuhaffidhzu tahfiidhzon yang berarti menghafalkan.44
Sedangkan Al-Qur’an menurut istilah para ulama’ ialah kalam
Allah yang menjadi mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
dengan lafadz dan maknanya melalui perantara Malikat Jibril as, yang
tertulis di dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir dimulai dengan
Q.S Al- Fatihah dan diakhiri dengan Q.S An-Nas.45
Menurut Zakiah Daradjat, dalam bukunya metodik khusus
pengajaran Agama Islam, Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang dibukukan,
42 Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtaarul Ahaadist, (Jakarta: Dar Ihyaul Kutub Al-Arabiyah), h. 182.
43 Amir Syamsudin, Pengembangan Nilai-Nilai Agama dan Moral pada Anak Usia Dini, “ Jurnal Pendidikan Anak”, Vol. 1, Edisi 2, (Desember 2012), h. 112 44Munawwir. Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 279.
45Quraish Shihab, dkk. Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 785.
44
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai suatu mukjizat,
membacanya dianggap ibadah, dan sebagai sumber utama ajaran Islam.46
Jadi yang dimaksud dengan Tahfidzul Qur’an adalah suatu usaha
cermat memasukkan atau mengingat isi Al-Qur’an secara teliti kedalam
hatinya untuk selalu diingat dan dijaga secara terus menerus sehingga apa
yang telah dihafalkan benar-benar bisa kuat meresap kedalam jiwa dan
akalnya.
Dalam QS. Fathir : 29, menjelaskan :
Artinya :
“ Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah,
dan mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi ”
Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang membaca al-
qur’an, mendirikan shalatdan menafkahkan sebagian rezeki mereka akan
mendapatkan perniagaan yang tidak merugi.
Selanjutnya adalah pengertian Shalat. Akar kata “shalat” adalah
shala-yushali-shalatan, yang berarti adalah do’a, memohon, atau
mengingat Allah.46 F
47 Sedangkan, makna shalat menurut bahasa arab ialah
46 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), h.89. 47 Amin Sumajiwa.Biarkan Al-Qur’an Menjawab:Mengerti Tema-Tema Penting Kehidupan dalam Kitab Suci,(Jakarta:Zaman,2013), h.148.
45
do’a, tetapi yang dimaksud ialah ibadah yang tersusun dari beberapa
perkataan dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi
beberapa syarat yang dilakukan. Shalat merupakan kewajiban seorang
muslim untuk melaksanakannya. Bagi tiap-tiap orang yang dewasa dan
berakal, diwajibkan untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.
Turunnya perintah wajib shalat itu ialah pada malam isra’ setahun sebelum
tahun Hijriah.48
Dalam QS. An-Nur : 56, menjelaskan :
Artinya :
“ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah Zakat, dan taatlah kepada
Rasul supaya kamu diberi rahmat “
Ayat di atas menjelaskan barang siapa yang mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya maka akan
diberikan rahmat atasnya.
Sedangkan, pengertian dari Shalat berjamaah adalah apabila dua
orang shalat bersama-sama dan salah seorang diantara mereka mengikuti
yang lain, keduanya dinamakan shalat berjamaah. Orang yang diikuti
48Sulaiman Rasyid. Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), cet ke 38, h. 53.
46
(yang di hadapan) dinamakan imam, sedangkan yang mengikuti
dinamakan makmum.49
Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum salat berjamaah adalah
fardu ‘ain (wajib ‘ain), sebagian lainnya berpendapat sunat muakkad
(Sunat istimewa). Yang akhir inilah hukum yang lebih layak, kecuali bagi
shalat jum’at.50
49 Sulaiman Rasyid. Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), cet ke 38,
h.106. 50 Ibid, h. 107.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-KAHFI
CIRACAS, JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Singkat Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi adalah salah satu lembaga yang
peduli terhadap pendidikan agama Islam serta memiliki konsistensi dan
eksistensi yang tinggi dalam berdakwah. Cikal bakal sebelum berdirinya
SDIT Al-Kahfi adalah sebuah Madrasah Diniyah yang bersifat majlis ta’lim.
Dengan kondisi yang sangat sederhana, dan terletak di daerah Bojong,
Jakarta Timur, Madrasah Diniyah ini memiliki jamaah mulai dari kaum
bapak-bapak, ibu-ibu hingga para pemuda. Mengadakan program pengajian
yang sudah diakui oleh Departemen Agama dengan tenaga pengajar para
pemuda. Hingga saat ini, Madrasah Diniyah ini tetap berjalan menyiarkan
ajaran Islam dengan menghadirkan habaib sebagai pengajarnya di setiap hari
rabu.
Berawal dari keinginan salah seorang pemuda bernama H. Imron
Zayadi yang juga sebagai seorang pengajar agama di sekolah SMP 49 (saat
itu sekolah ini sudah menjadi sekolah favorit di Jakarta Timur hingga
sekarang) untuk membuat sebuah lembaga pendidikan formal, dengan
keseimbangan materi antara pelajaran umum dan pelajaran agama di
dalamnya. Beliau kemudian mengajak beberapa teman-temannya, baik dari
48
kalangan saudara maupun orang-orang yang memang tertarik dengan
pendidikan untuk mewujudkan keinginannya tersebut.1
Maka, pada sekitar tahun 60-an dimulailah ajakan kepada warga
sekitar untuk mewakafkan tanah mereka. Sedangkan bagi yang tidak tinggal
di lokasi tersebut dihimbau untuk memberikan sumbangan berupa uang, guna
membantu dalam pembebasan tanah yang akan dijadikan lokasi
pembangunan sekolah Al-Kahfi. Saat itu warga memberikan bantuan berupa
beras jimpitan, yang kemudian beras tersebut dijual dan uangnya digunakan
untuk membeli bahan-bahan bangunan. Lokasi tanah tersebut beralamat di
jalan H. Muhayang RT 011/ RW 01 No. 39C Kelurahan Rambutan,
Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, 13830.
Dengan kegigihan dan kerja keras dari para pemuda yang saat ini
dinyatakan sebagai Dewan Pendiri Sekolah, maka pada tahun 1971 berdirilah
sebuah bangunan berlantai 1 dengan bentuk letter L. Saat itu, bapak H. Imron
Zayadi, Bapak H. Jamak, Ibu Hj. Irhamna bersama dengan ketua yayasan
pada akta notaris pertama yaitu, Bapak H. Kadarusman dan Bapak H.
Sukendar (sebagai pewakaf terbesar) meresmikan sekolah yang diberi nama
SDI (Sekolah Dasar Islam) Al-Kahfi. Filosofi dari nama Al-Kahfi itu sendiri
adalah dari kisah ashhaabul Kahfi yaitu, pemuda yang teguh
mempertahankan prinsipnya dengan keimanan. Kemudian, dibukalah
penerimaan murid yang belum memiliki aturan untuk mengenakan busana
muslim. Barulah pada sekitar tahun 80-an mulai diberlakukannya aturan
untuk mengenakan busana muslim bagi murid-murid SDI Al-Kahfi.
1 Wawancara Pribadi dengan Hj. Evi Luthfiaty, Kepala Sekolah SDIT Al-Kahfi, pada Januari 2017 Pukul 07:49 WIB.
49
Pada tahun 2003 SDI Al-Kahfi melakukan inovasi yaitu dengan
mengganti namanya menjadi SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Al-Kahfi.
Inovasi lainnya adalah menggabungkan 2 kurikulum yaitu, kurikulum Diknas
dan Kurikulum Khas (Tahfidz dan Tahsin Alqur’an) yang dibuat oleh
sekolah. Bukan hanya bernuansakan kurikulum Diknas tetapi, juga
bernuansakan pembelajaran hafalan Al-Qur’an Juz 30 (saat ini melakukan
pengembangan dengan menghafal 3 juz yaitu, juz 30, juz 29 dan juz 28),
pembiasaan-pembiasaan ibadah dan akhlak. Selain melakukan inovasi dalam
pengembangan kurikulum, SDIT Al-Kahfi juga berinovasi dengan
memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang lebih baik serta guru-guru
pendidik yang berkualitas. Hingga saat ini fasilitas yang dimiliki SDIT Al-
Kahfi meliputi 4 unit gedung bangunan, 2 unit gedung 3 lantai dan 2 unit
lainnya 1 lantai. Gedung tersebut terdiri dari 20 unit ruang belajar, 1 unit
musholah berukuran 92 m2, 26 unit kamar mandi, 2 unit ruang guru, 1 unit
runag UKS, dan lain sebagainya.
B. Profil SDIT Al-Kahfi
Berikut ini adalah profil dari Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi :
No. IDENTITAS SEKOLAH 1. Nama sekolah SDIT AL-KAHFI 2. NIS 100650 3. NSS 103016404120 4. NSP 111000801 5. NPSN 20108870 6. Alamat Jl. H. Muhayang, Rt 011/01 No. 39c 7. Kelurahan Rambutan 8. Kecamatan Ciracas 9. Otonomi Kota Administrasi Jakarta Timur 10. Provinsi DKI Jakarta 11. Kode Pos 13830 12. Telepon ( 021 ) 8410448
50
13. Faxcable ( 021 ) 8410448 14. Email [email protected] 15. Daerah Kelurahan 16. Status Sekolah Swasta 17. Kelompok Sekolah IMBAS 18. Akreditasi A 19. Tahun Berdiri 1971 20. Tahun Perubahan 2005 21. Kegiatan Belajar Mengajar Pagi 22. Status Tanah Dan Bangunan Milik Sendiri 23. Luas Tanah/Bangunan 1707 m2/1592 m2 24. Lokasi Sekolah Pemukiman
25. Jarak Ke Pusat Kecamatan + 3 Km 26. Jarak Ke Pusat Otoda + 20 Km 27. Terletak Pada Lintasan Kelurahan 28. Jumlah Keanggotaan Gugus 6 sekolah 29. Organisasi Penyelenggara Yayasan 30.
Tabel 3.1 Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi2
C. Visi, Misi dan Tujuan
Dalam sebuah organisasi perlu adanya visi dan misi yang akan
mengarahkan menuju kepada target yang ingin dicapai. Visi merupakan
gambaran masa depan yang akan diraih dalam waktu yang telah ditentukan.
Sedangkan, Misi adalah langkah apa yang kita lakukan untuk mencapai visi
tersebut.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi memiliki visi yaitu melahirkan
generasi Qur’ani yang cerdas dan mandiri. Sedangkan misi yang dimiliki
yaitu membentuk generasi pemimpin, penghafal dan pecinta al-Qur’an yang
berakhlak mulia, membentuk pribadi-pribadi yang cerdas, berwawasan luas
serta menjadi generasi yang mampu bersaing dalam era globalisasi dan
2 Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
51
membentuk generasi mandiri yang mampu berkarya untuk kemajuan agama,
bangsa dan negara.3
Adapun tujuan dari hadirnya Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-kahfi
yang pertama adalah membangun lembaga pendidikan Islam yang berbasis
“Hafalan Qur’an“. Kedua, membangun lembaga pendidikan Islam yang
profesional dan mengikuti dinamika dunia pendidikan modern. Ketiga,
menjadi lembaga pendidikan yang mampu menggali keberagaman potensi
anak didik yang sudah Allah ciptakan dengan amat sempurna.4
D. Program Kegiatan Sekolah
Program unggulan yang dibuat oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-
Kahfi adalah Tahfidz dan Tahsin Juz 30. Selain itu, Al-Kahfi juga memiliki
3 program kegiatan lainnya yaitu : Program Kesiswaan, Program Kurikulum
dan Program Keagamaan. Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing
program :5
1. Program Kesiswaan
Dalam bidang kesiswaan ada beberapa program yang harus dijalankan
yaitu :6
a. Masa Orientasi Siswa (MOS)
b. Perkemahan Jum’at dan Sabtu (PERJUSA)
c. Hut Kemerdekaan Republik Indonesia
d. Pekan Olahraga Siswa (POS)
3 Wawancara Pribadi dengan Hj. Evi Luthfiaty, Kepala Sekolah SDIT Al-Kahfi, pada 03 Agustus 2017 Pukul 10:00 WIB. 4 Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi 5 Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
6 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Asyro S.Pd, Staff Kesiswaan SDIT Al-Kahfi, pada 29 Juli 2017.
52
e. Hari kartini
f. Study Tour dan outbound
g. Wisuda dan Pentas Seni
2. Program Kurikulum
Selanjutnya, dalam bidang kurikulum ada beberapa program yang harus
dilaksanakan yaitu :7
a. Cooking Season
b. Carrier Day
c. Outdoor Learning
d. Market Day
e. UTS (Ujian Tengah Semester)
f. UAS (Ujian Akhir Semester)
g. Ulangan Kenaikkan Kelas (UKK)
h. Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US) Kelas 6
3. Program Keagamaan
Adapun program-program yang direncanakan oleh keagamaan adalah
sebagai berikut :8
a. Qurban
b. Shalat Dhuha
c. Mabit Tahun Baru Islam
d. Maulid Nabi Muhammad SAW
e. Tahfidz Kontes
7 Wawancara Pribadi dengan Miftahul Jannah S.Pd.I, Kurikulum SDIT Al-Kahfi, pada 17
Maret 2017. 8 Wawancara Pribadi dengan Nurul Huda S.Pd.I, Staff Keagamaan SDIT Al-Kahfi, pada
17 Maret 2017.
53
f. Muhasabah Siswa Kelas 6
g. Khotmul Qur’an
h. Pesantren Ramadhan
i. Lomba Ketangkasan Agama (LOKETA)
E. Prestasi Keagamaan
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi memiliki beberapa prestasi
keagamaan dalam berbagai perlombaan. Adapun prestasi yang telah diraih
adalah sebagai berikut :
No. Prestasi Bidang Tingkat Tahun 1. Juara 3 jamaah putri MTQ Wilayah DKI Jakarta 1987 2. Juara 3 MTQ jamaah putra
LOKETA VI Wilayah kecamatan Ciracas
1990
3. Juara 2 MTQ putra LOKETA IX
Wilayah kecamatan Ciracas
1994
4. Juara 1 MTQ perorangan putri LOKETA SD Binaan I
Wilayah kecamatan Ciracas
2001
5. Juara 1 menyalin al-Qur’an putra LOKETA SD Binaan I
Wilayah kecamatan Ciracas
2001
6. Juara 3 azan LOKETA SD Binaan I
Wilayah kecamatan Ciracas
2001
7. Juara 2 MTQ dalam rangka HUT SLTP Negeri 257 ke-15 hari sumpah pemuda dan bulan bahasa
Sekolah Dasar 2002
8. Juara 1 tahfidz al-Qur’an putra LOKETA (Lomba Ketangkasan Agama)
Sekolah Dasar Wilayah kecamatan Ciracas
2003
9. Juara 3 shalat berjamaah LOKETA (Lomba Ketangkasan Agama)
Sekolah Dasar Wilayah kecamatan Ciracas
2003
10. Juara 1 lomba MHQ putra dalam rangka LOKETA tingkat binaan I
Wilayah kecamatan Ciracas
2005
11. Juara 1 lomba murattal putri dalam rangka LOKETA tingkat binaan I
Wilayah kecamatan Ciracas
2005
12. Juara 3 lomba MTQ putra dalam rangka LOKETA tingkat gugus I
Wilayah kecamatan Ciracas
2009
54
13. Juara 1 lomba MTQ putri dalam rangka LOKETA tingkat gugus I
Wilayah kecamatan Ciracas
2009
14. Juara 1 lomba menyalin al-Qur’an putra LOKETA tingkat gugus I
Wilayah kecamatan Ciracas
2009
15. Juara 1 lomba adzan shubuh dalam rangka LOKETA tingkat gugus I
Wilayah kecamatan Ciracas
2009
16. Juara 1 lomba menyalin al-Qur’an putri LOKETA tingkat gugus I
Wilayah kecamatan Ciracas
2009
17. Juara 3 MTQ putra LOKETA SD gugus Cut Nyak Dien
Wilayah kecamatan Ciracas
2010
18. Juara 1 lomba MHQ putri dalam rangka festival agama Islam tingkat gugus bunga raya
Wilayah kecamatan Ciracas
2012
19. Juara 1 lomba MTQ dan saritilawah putra dalam rangka festival pendidikan agama Islam tingkat gugus bunga raya
Wilayah kecamatan Ciracas
2012
20. Juara 1 lomba MHQ putra dalam rangka festival pendidikan agama Islam tingkat gugus bunga raya
Wilayah kecamatan Ciracas
2012
21. Juara 2 lomba membaca al-Quran festival dan lomba seni siswa nasional (FLS2N) wilayah gugus I
SDN/SDS wilayah kecamatan Ciracas
2016
22. Juara 1 cabang tahfidz seleksi tilawatil Qur’an mewakili kelurahan Rambutan
Wilayah kecamatan Ciracas
2016
23. Juara 3 cabang tahfidz seleksi tilawatil Qur’an mewakili kelurahan Rambutan
Wilayah kecamatan Ciracas
2016
24. Juara harapan cabang tahfidz seleksi tilawatil Qur’an mewakili kelurahan Rambutan
Wilayah kecamatan Ciracas
2016
Tabel 3.3 Prestasi Keagamaan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi9
9 Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
55
F. Struktur Keorganisasian
1. Struktur Organisasi Yayasan SDIT Al-Kahfi10
2. Struktur Organisasi Komite Sekolah SDIT Al-Kahfi
10 Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
Ketua Yayasan
H. Nur Zam Zam, MA
Kepala Bidang
Drs. H. Sukman Hermawan
Sekretaris
Abdul Azis, MA
Bendahara
Hj. Theresia
Kepala Sekolah TK
Eni Mulyani, S.Pd
Kepala Sekolah SDIT
Dra. Hj. Evi Luthfiaty
Kepala Sekolah MDA
Hj. Zumaroh
Ketua Yayasan
H. Nur Zam Zam, MA
Ketua Perguruan
Drs. H. Sukman Hermawan
Kepala Sekolah
Dra. Hj. Evi Luthfiaty
Ketua Komite
Aliyah Romzah, SE
Wakil Ketua Komite
Umi Sa’diyah
Bendahara Erna Setyawati, Am. Keb
Sri Wahyuni
Sekretaris
Rini Lestari, S.Pd
Humas Debbie, SE
Meyta Irmiaty
56
3. Struktur Organisasi Sekolah SDIT Al-Kahfi11
11 Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
Ketua Yayasan
H. Nur Zam Zam, Ma
Ketua Perguruan
Drs. H. Sukman H
Kepala Sekolah
Dra. Hj. Evi Luthfiaty
Ketua Komite
Aliyah Romzah, SE
TU/Keuangan
Cherry A, SE
Operator Fatma M, S.Pd
Administrasi M. Faqieh A
Perpustakaan Ahmad juanda, S.Pd
Kurikulum Rini Dwi S.Pd
Miftahul S.Pd
Dina N, S.Pd
Kesiswaan M. Asyo S.Pd
Keagamaan Mardisan S.Pd
Nurul H, S.Pd
Staff
Staff IT Haqi N, S.Kom
Tahsin Tahfidz Haqi N, S.Kom
Sarana Prasarana
Maulana
Guru Kelas Guru Bidang Studi
Kebersihan Keamanan Penjaga Sekolah
Siswa-siswi SDIT Al-Kahfi
57
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Bentuk Strategi Komunikasi Guru dalam Menanamkan Nilai-nilai
Agama di SDIT Al-Kahfi Ciracas Jakarta Timur.
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke
depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi,
menetapkan tujuan strategi, memahami adanya peluang dan ancaman ekternal,
menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, serta merancang strategi
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, visi yang dibangun oleh SDIT
Al-Kahfi adalah melahirkan generasi Qur’ani yang cerdas dan mandiri.
Sedangkan misi yang dimiliki yaitu membentuk generasi pemimpin, penghafal
dan pecinta al-Qur’an yang berakhlak mulia, membentuk pribadi-pribadi yang
cerdas, berwawasan luas serta menjadi generasi yang mampu bersaing dalam
era globalisasi dan membentuk generasi mandiri yang mampu berkarya untuk
kemajuan agama, bangsa dan negara.
Untuk tujuan strategi di sini yaitu memastikan siswa dapat mengerti
pesan yang disampaikan oleh guru, jika sudah mengerti dan menerima, maka
pada akhirnya kegiatan dimotivasikan. Menurut pengamatan penulis berikut
adalah Perumusan strategi komunikasi yang dilakukan oleh guru SDIT Al-
Kahfi dalam menanamkan nilai-nilai agama antara lain:
1. Mengenali Sasaran Komunikasi/Khalayak
Mengenal khalayak merupakan langkah awal yang harus dilakukan
oleh komunikator sebagai pelaku strategi komunikasi dalam usaha
58
mewujudkan komunikasi yang efektif. Dalam proses komunikasi, antara
komunikator dan komunikan bukan hanya terjadi saling berhubungan
melainkan juga saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Apapun
tujuan, metode dan banyaknya sasaran, komunikator perlu memperhatikan
faktor kerangka referensi dan faktor situasi dan kondisi pada diri
komunikan.
a. Mengetahui Kerangka Referensi
Dalam proses menyampaikan pesan, komunikator harus
menyesuaikan dengan kerangka referensi dari komunikan.
Terbentuknya kerangka referensi seseorang adalah sebagai hasil dari
perpaduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status
sosial, ideologi dan juga cita-cita. berdasarkan pengamatan penulis
guru SDIT Al-Kahfi mengetahui kerangka referensi muridnya dengan
melakukan identifikasi siswa melalui tes masuk. Seperti yang
dikatakan oleh informan Nurul Huda, yaitu:
“Kami dari tim sekolah melakukan identifikasi siswa melalui tes masuk. Kami membagi dua macam tes, yaitu tes pelajaran umum kemudian tes agama di dalamnya ada mengaji, menghafal Al-Qur’an, menghafal hafalan dasar, surat-surat pendek, wudhu dan zikir. Dari sini kami dapat referensi masing-masing peserta didik baru tentang kemampuan mereka dalam tahfidz maupun shalatnya.”1
Dalam hal ini guru melakukan identifikasi siswa dengan melalui
tahapan tes pelajaran umum maupun tes agama. Sehingga, guru
mengetahui kemampuan masing-masing peserta didiknya dalam
tahfidz qur’an maupun shalatnya. Kemudian, guru mengetahui metode
1 Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
59
apa yang akan digunakan dalam penanaman nilai-nilai agama pada
masing-masing peserta didiknya.
Tujuan dalam komunikasi merupakan maksud yang harus
dicapai, agar sebuah pesan dapat tersampaikan dari komunikator
kepada komunikan. Berdasarkan penjelasan di atas, menurut penulis
untuk mencapai strategi dalam kerangka referensi yaitu dengan
berhadapan langsung terhadap komunikan atau komunikasi tatap muka
(face to face). Karena dengan pendekatan tersebut guru dapat
mengetahui keadaan dan cara berfikir siswa yang akan mereka ajarkan.
Tujuan yang paling mendasar dalam kegiatan komunikasi adalah
menciptakan pemahaman. Sehingga, pada akhirnya akan tercapai suatu
pengetahuan yang menumbuhkan pemahaman timbal balik dari
khalayak.
b. Situasi dan Kondisi
Dalam pengenalan khalayak faktor yang kedua adalah situasi dan
kondisi. Yang dimaksud dengan situasi ialah situasi komunikasi pada
saat komunikan akan menerima pesan yang akan disampaikan.
Sedangkan, yang dimaksud dengan kondisi ialah state of personality
komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia
menerima pesan komunikasi. Seperti yang dikatakan informan Nurul
Huda, Yaitu:
“Nah, kami khususnya di SDIT Al-Kahfi biasanya menerapkan 2 metode pengenalan diri siswa. Yang pertama pengajaran satu bulan, misalnya kami mengajar satu bulan sambil kami pengenalan masing-
60
masing siswa, kemudian setelah sebulan kita mengadakan home visit.”2
Untuk mengetahui dan mengenal situasi dan kondisi siswa, guru
SDIT Al-Kahfi melakukan pengajaran selama satu bulan. Dalam
pengajaran tersebut guru berusaha mengenal dengan cara bertanya
kepada siswa. Hal ini merupakan langkah awal yang dilakukan guru
dalam menanamkan nilai-nilai agama (tahfidz qur’an dan shalat),
kemudian melakukan kunjungan langsung kerumah siswa-siswi dan
bertemu dengan orangtuanya. Tujuannya adalah agar dapat mengetahui
latar belakang siswa yang berbeda-beda. Sehingga guru dapat
memberikan metode pengajaran yang tepat untuk mereka.
Menurut informan Ainur Falah, komunikasi adalah langkah yang
harus dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi siswa. Misalnya,
ketika dalam proses pembelajaran seorang siswa terlihat murung dan
tidak memperhatikan, maka guru melakukan komunikasi face to face
dengan siswa dan menanyakan apa penyebab yang membuat dia
murung dikelas.3 Informan Firman menambahkan banyak penyebab
yang mempengaruhi situasi dan kondisi siswa. Tetapi, banyak pula
cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut. Cara
yang dapat dilakukan bergantung kepada situasi dan kondisi masing-
masing siswa. Ada yang bisa langsung ditegaskan, dan ada pula yang
2 Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017. 3 Wawancara Pribadi dengan Guru Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ainur Falah S.Sos.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
61
tidak bisa sebab faktor psikologisnya yang berbeda dari siswa lainnya.4
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam proses mengenal kerangka
referensi siswa serta faktor situasi dan kondisi siswa, guru SDIT Al-
Kahfi telah menggunakan cara yang sesuai dengan teori Harold laswell
yang digunakan penulis dalam penelitian ini.
2. Penyusunan Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya
dalam perumusan strategi adalah penyusunan pesan, yaitu menentukan
tema dan materi yang akan disampaikan kepada komunikan. Syarat utama
dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu
membangkitkan perhatian. Berdasarkan pengamatan penulis, pesan yang
disampaikan terkait dengan menanamkan nilai-nilai agama di SDIT Al-
Kahfi, guru menggunakan penyajian pesan yang bersifat:
a. Menarik perhatian siswa
Penyusunan pesan harus direncanakan dan disampaikan dengan
baik agar dapat menarik perhatian siswa. Rencana komunikasi di sini
adalah bagaimana guru menanamkan nilai-nilai agama, bagaimana
bentuk bahasa yang digunakan oleh guru saat menjelaskan di depan
kelas dengan kemampuan siswa dalam menerima pesan yang berbeda-
beda, serta bagaimana cara guru berbicara face to face dengan siswa
yang kurang mengerti dengan materi yang disampaikan.
Berdasarkan pengamatan penulis, dalam menarik perhatian
siswa, guru memulai penyampaian materi dengan memberikan
4 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I, Jakarta, 26 Juli 2017.
62
motivasi kepada mereka. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
perhatian siswa agar mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan
dilangsungkan. Bahasa yang digunakan oleh guru adalah bahasa
perumpaan ringan sehingga siswa dapat memahami pesan yang
disampaikan. Komunikasi yang dilakukan guru terkadang adalah
komunikasi face to face. Sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran tersebut sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Hal
ini diperkuat dengan hasil wawancara berikut ini:
“Ya memang mereka saya terapkan seperti ini, mereka membuka juz amma nya lalu, saya kasih motivasi ke mereka…”5
Fajar Syahri Karim dan Nurul Huda memaparkan, Selain
memberikan motivasi, dalam menarik perhatian siswa, guru melakukan
pembiasaan-pembiasaan dalam praktek langsung. Sebelum memulai
pelajaran guru membiasakan siswa untuk melakukan shalat dhuha
berjamaah dengan membaca ayat atau surah yang sedang dihafalkan.
Tujuannya adalah untuk memperkuat hafalan mereka dan juga sebagai
salah satu cara guru dalam murajaah (pengulangan) hafalan.
Berdasarkan pengamatan penulis, siswa membaca bacaan shalat
dhuha dengan di dzaharkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar guru
mengetahui bacaan siswa bilamana ada kesalahan dalam bacaan shalat
maka langsung diperbaiki oleh guru. Kemudian, membiasakan shalat
zhuhur berjamaah dikelas masing-masing atau di musholah sekolah.
5 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
63
Sedangkan untuk dirumah guru membekali buku monitoring shalat
untuk diisi dirumah dengan pengawasan orangtua.
b. Menggunakan tanda-tanda yang disesuaikan dengan kerangka acuan
khalayak
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, pesan yang
disampaikan guru kepada siswa dalam menanamkan nilai-nilai agama
pada tahfidzul qur’an dan ibadah shalat dilakukan secara bertahap,
mulai dari pengetahuan mendasar hingga praktek langsung dalam
kelas. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara informan Nurul Huda,
yaitu :
”Ya baik, pertama dari tahfidzul Qur’an dulu. Pesan kami adalah bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia yang ingin selamat dunia dan akhirat. Yang kedua yaitu assholaatu miftaahul jannah, artinya betul bahwa kunci surga adalah shalat bukan yang lain-lain, itulah yang kami tanamkan”.6 Informan Fajar Syahri Karim menambahkan :
“Yang pertama adalah nilai yang ditanamkan pada anak-anak
adalah bahwa sesungguhnya apa yang mereka lakukan pada hari ini adalah bekal untuk diakhirat.”7
Pesan yang disampaikan guru kepada siswa diawali dengan
pengetahuan mendasar. Yaitu penjelasan tentang al-qur’an sebagai
pedoman hidup, keutamaan dalam menghafal al-qur’an, keutamaan
menunaikan shalat, penjelasan mengenai amalan kebaikan yang
dilakukan hari ini adalah bekal untuk mereka diakhirat nanti. Sehingga,
6 Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017. 7 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
64
siswa memahami alasan mengapa mereka harus mendirikan shalat dan
termotivasi dalam menghafal al-qur’an.
Berdasarkan pengamatan penulis, setelah penjelasan tentang
beberapa pemahaman diatas tersebut, guru mengajak siswa untuk
mempraktekkan menghafal al-qur’an dan juga ibadah shalat dalam
sehari-hari. Fajar Syahri Karim mengungkapkan dalam menghafal al-
qur’an guru mengajak siswa untuk murajaah (pengulangan) dan
hafalan itu langsung dipraktekkan dalam shalat dhuha dikelas, dengan
tujuan memperkuat hafalan siswa. Sedangkan ibadah shalat yang
dipraktekkan disekolah adalah shalat dhuha dan shalat zuhur
berjamaah.8
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis dapatkan, Pada
saat pelaksanaan kegiatan shalat dhuha tersebut, guru mempraktekkan
langsung bagaimana cara berwudhu yang benar, bagaimana shalat
yang benar, kemudian melatih siswa dengan bacaan yang benar dengan
menggunakan media-media yang sudah disediakan sekolah. Nurul
Huda memaparkan guru senantiasa berinteraksi dengan siswa secara
islami. Kemudian, dengan memberikan contoh langsung dan menjadi
suri tauladan yang baik bagi mereka9
Informan Firman menambahkan :
“…..memang contoh-contoh itu sebagai modal. Itu mungkin yang utama dibandingkan kita memberikan ceramah, sehingga kita berikan mereka contoh dulu, Jangan sampai kita menginstruksikan A tapi kita
8 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017. 9 Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
65
melanggar instruksi tersebut. Disamping kita mengingatkan kita juga harus melaksanakan”.10 Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memberikan kesimpulan
bahwa strategi yang dilakukan guru dalam penyusunan pesan adalah
dengan memberikan contoh kepada siswa, yang bertujuan agar siswa
dapat mengerti dan kemudian menjalankan contoh-contoh tersebut
dalam kehidupan sehari-harinya.
c. Both side issue
Pemahaman dari both side issue adalah komunikator
menyampaikan pesan atau suatu permasalahan kepada komunikan baik
dari sisi positif maupun negatifnya. Selain menggunakan dua
penyajian pesan di atas, menurut penulis dalam penyusunan pesan guru
SDIT Al-Kahfi juga menyajikan pesan dengan cara both side issue.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara Ahmad Hikmi Rosdin,
yaitu:
“Ya memang mereka itu menghafalkan qur’an kita kasih motivasi yah, satu huruf aja mendapatkan pahala yah, makanya saya gitu dengan cara ke anak-anak ayo siapa yang mau mendapat surga dari Allah swt, Allah senang dengan kalian, itu dengan bahasa anak-anak sebenarnya. Shalat seperti itu juga, kalau kalian shalatnya bercanda maka, Allah tidak akan senang dengan kalian, selalu diberikan nasihat terus.”11
Both side issue adalah cara dimana guru harus menjelaskan pesan
yang disampaikannya dari sisi positif maupun negatif. Tujuannya
10 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I, Jakarta, 26 Juli 2017. 11 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
66
adalah agar siswa dapat mengetahui kelebihan maupun kekurangan
dari pesan yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam penyusunan pesan yang dilakukan oleh guru SDIT Al-Kahfi
sudah sesuai dengan teori yang penulis gunakan.
3. Penetapan Metode
Selanjutnya, berdasarkan pengamatan penulis penetapan metode
yang digunakan oleh SDIT Al-Kahfi dalam menanamkan nilai-nilai agama
pada siswa adalah dengan cara sebagai berikut:
a. Redundancy/Repetition
Metode redundancy atau repetition, adalah cara mempengaruhi
khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan kepada khalayak.
Berdasarkan dari pengamatan penulis, pada pelajaran tahfidzul qur’an
guru melakukan murajaah atau pengulangan dalam hafalan surah atau
ayat sebelumnya. Murajaah dilakukan sebelum guru melanjutkan
hafalan ayat atau surah al-qur’an. Selain itu, murajaah dilakukan sesuai
dengan jadwal surah yang sudah dibuat staff tahsin tahfidz sekolah
setiap harinya.
Kemudian, pengamatan penulis selanjutnya yaitu, dalam proses
menghafal guru melakukan pengulangan hafalan sebanyak maksimal 3
kali bacaan yang kemudian diikuti oleh siswa. Tujuannya adalah agar
siswa tidak mudah melupakan bacaan surah tersebut dan cepat dalam
menghafal. Guru juga memutar murattal al-qur’an melalui speaker
pada pagi hari, jam istirahat dan waktu pulang sekolah setiap harinya.
67
b. Informatif
Suatu bentuk metode penyampaian pesan yang dilakukan dengan
cara memberikan penerangan kepada komunikan. Berdasarkan dari
pengamatan penulis, guru sebagai komunikator memberikan
penerangan berupa pesan yang berisi informasi berdasarkan fakta dan
pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Seperti
yang dikatakan Nurul Huda, guru menerangkan bahwa al-Qur’an
adalah pedoman hidup manusia yang ingin selamat dunia akhirat.
Kemudian, menerangkan tentang penghafal al-qur’an adalah keluarga
Allah di bumi dan akan masuk surga, dan juga menerangkan tentang
shalat adalah sebagai kunci dari semua amal.12
Menurut penulis, metode informatif ini bisa disebut cara
komunikasi yang dilakukan oleh guru yang sifatnya monolog dan
hubungannya satu arah. Metode komunikasi ini yang paling ekonomis
untuk guru menyampaikan informasi, karena dapat mengatasi
kurangnya pemahaman siswa terhadap pesan yang disampaikan. Selain
itu, metode ini merupakan metode yang efektif karena, pesan yang
disampaikan guru dilakukan secara tatap muka sehingga lebih cepat
dipahami oleh siswa.
c. Persuasif
Metode persuasif ini merupakan bentuk penyampaian pesan
dengan cara membujuk. Informan Ahmad Hikmi Rosdin mengatakan :
12 Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017
68
“ … ayo, kalau kita menghafal ayat Allah nanti kita mendapat pahala dari Allah, itu saja sih sebenarnya, jadi mereka termotivasi”.13
Metode ini disebut dengan komunikasi persuasif, karena
mempengaruhi komunikan dengan usaha mengubah keyakinan baik
pikiran maupun sikapnya. Dalam strategi ini bukan sekedar untuk
membujuk atau merayu saja, tetapi merupakan suatu teknik
mempengaruhi dengan menggunakan data dan fakta psikologis
komunikan (siswa). Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan
untuk dapat mengetahui keadaan khalayak yang dihadapi.
Berdasarkan dari penjelasan di atas, dan hasil pengamatan
penulis dilapangan guru SDIT Al-Kahfi menggunakan metode
persuasif dalam proses menyampaikan pesan kepada siswa. Contohnya
ketika guru hendak memulai menyampaikan pesan atau materi
pelajaran tahfidz dikelas, guru mengawali dengan mengajak siswa
untuk menghafal al-qur’an agar mendapatkan pahala dari Allah Swt,
kemudian siswa termotivasi dengan ajakan guru tersebut dan
mengikuti pelajaran dengan tertib dan baik.
d. Edukatif
Berdasarkan pengamatan penulis dilapangan, metode yang
digunakan guru dalam proses menyampaikan pesan selanjutnya adalah
dengan metode edukatif. Metode ini merupakan salah satu usaha
mempengaruhi khalayak dengan cara mendidik. Adapun metode
edukatif yang digunakan guru SDIT Al-Kahfi adalah dengan
13 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
69
memberikan contoh atau suri tauladan yang baik kepada siswa. Hal ini
diperkuat oleh informan Evi Luthfiaty yaitu, mendidik disini adalah
guru menjadi contoh tauladan bagi siswa. Misalnya, tidak ada guru
yang berbicara kasar kepada siswa, ketika waktunya shalat guru
mencontohkan. Guru juga memberikan contoh dengan tilawah one day
one surah.14 Informan firman menambahkan contoh dari guru adalah
modal yang utama selain dari memberikan ceramah. Jangan sampai
guru menginstruksikan A tetapi melanggar instruksi tersebut.
Disamping mengingatkan siswa, guru juga harus melaksanakannya.15
Metode edukatif ini akan memberikan pengaruh yang mendalam
terhadap siswa, walaupun akan memakan waktu yang sedikit lebih
lama. Maka dari itu, guru harus berusaha keras untuk mempengaruhi
siswa agar tujuan komunikasi berjalan dengan baik.
e. Coursive
Selanjutnya metode yang digunakan guru SDIT Al-Kahfi adalah
metode coursive. Metode yang merupakan bentuk penyampaian pesan
untuk mempengaruhi khalayak dengan cara memaksa. Metode ini
biasanya diwujudkan dalam bentuk peraturan-peraturan dan intimidasi.
Seperti yang dikatakan oleh informan Firman, yaitu:
“Pasti kalau dalam arti tegas itu sering kita terapkan. Jadi kita berikan semacam penegasan ya ke anak. Metode kita kerasnya itu bukan berarti fisik ya, tetapi dengan keras yang mendidik juga ya,
14 Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah SDIT AL-Kahfi Dra. Hj. Evi Luthfiaty, Jakarta, 03 Agustus 2017. 15 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I, Jakarta, 26 Juli 2017.
70
artinya dengan langsung mengulangi apa yang tadinya dikerjakan jadi tidak dikerjakan karena bercanda”.16
Guru memberikan penegasan kepada siswa yang tidak dapat
mengikuti peraturan, tidak tertib dan tidak disiplin. Contohnya dalam
hal shalat, bila siswa bercanda, mengobrol atau dorong-dorongan,
maka guru memerintahkan kembali siswa tersebut untuk mengulang
shalatnya. Penegasan yang dilakukan oleh guru dimaksudkan untuk
mendidik siswa agar mengikuti peraturan dan tertib dalam
melaksanakan ibadah, terutama ibadah shalat.
Informan Nurul Huda menambahkan guru mengajarkan dengan
metode reward dan punishment. Bila siswa melakukan kebaikan maka
guru akan memberikan reward berupa do’a maupun pujian. Sedangkan
guru memberikan punishment pada siswa yang melanggar aturan,
berupa hukuman yang bersifat mendidik. Seperti murajaah 3 surat
yang sudah dihafalkan oleh siswa tersebut. Hukuman lainnya berupa
menulis surah al-Qur’an sebanyak 1 lembar.17
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa penetapan metode yang dilakukan guru SDIT Al-Kahfi sesuai
dengan teori Harold Laswell yang penulis gunakan.
4. Media Komunikasi
Penyampaian pesan pendidikan oleh seorang guru dalam proses
kegiatan belajar mengajar di sekolah tentu tidak lepas dari peran serta
16 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I, Jakarta, 26 Juli 2017. 17 Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
71
media komunikasi. Media komunikasi dalam ranah pendidikan lebih
sering dideskripsikan sebagai alat bantu mengajar. Bentuk media
komunikasi yang digunakan saat mengajar bisa berbentuk media
konvensional (seperti papan tulis, buku), media interaktif (seperti
komputer, infokus, proyektor), atau media massa baik cetak maupun
elektronik (seperti surat kabar, majalah, televisi, taperecorder). Adapun
berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan, media komunikasi yang
digunakan oleh guru SDIT Al-Kahfi adalah sebagai berikut:
a. Sound System
Media komunikasi yang digunakan guru SDIT Al-Kahfi dalam
proses penyampaian pesan yaitu berupa sound system. Pada setiap
kelas dipasangkan sound system yang digunakan guru untuk memutar
murattal qur’an melalui MP4. Selain itu, diruang guru juga tersedia
sound system yang terpusat untuk menyetel murattal qur’an pada saat
jam-jam istirahat, pada waktu pagi dan pulang sekolah. Tujuannya
adalah agar siswa lebih sering mendengar bacaan qur’an sehingga
memudahkan mereka untuk menghafal dan kualitas hafalan yang
dimiliki sangat kuat.
Selain itu, dalam pengamatan penulis dilapangan, sound system
juga digunakan dalam praktek shalat dhuha khususnya siswa kelas 1
sampai kelas 5. Jadi, guru membuat sebuah rekaman bacaan shalat dan
kemudian diputar bersamaan dengan saat siswa shalat dhuha.
Tujuannya adalah agar siswa mudah menghafal bacaan shalat dan
72
memiliki kualitas bacaan shalat yang bagus, dan memiliki standar
bacaan yang benar saat lulus nanti.
b. Audio Visual
Selanjutnya media komunikasi yang digunakan oleh guru SDIT
Al-Kahfi adalah audio visual. Audio visual merupakan salah satu
media yang digunakan guru sebagai alat bantu dalam proses belajar
mengajar. Guru memutarkan film-film Islam melalui LCD Proyektor,
seperti kisah-kisah pembangkang shalat, kisah-kisah para penghafal
qur’an dengan tujuan memberikan motivasi tertentu kepada siswa.
Informan fajar menambahkan selain film-film islami mengenai kisah-
kisah sahabat nabi maupun penghafal qur’an, guru juga menggunakan
LCD proyektor untuk mempelajari tentang ilmu tajwid dengan
tampilan berwarna-warni, sehingga membuat siswa tertarik untuk
mempelajarinya.18 Selain itu, guru juga menggunakan poster-poster
mengenai potongan-potongan ayat al-qur’an yang membantu siswa
dalam melancarkan bacaannya.
Berdasarkan pengamatan penulis dilapangan, audio visual
merupakan media yang sangat efektif. Karena memudahkan siswa
dalam memahami pesan yang ingin disampaikan, dan juga tidak
membuat siswa mudah jenuh saat menerima pesan tersebut.
c. Al-Qur’an
Selain menggunakan sound system dan MP4, guru juga
menggunakan al-Qur’an sebagai media komunikasi dalam proses
18 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
73
belajar mengajar. Dari pengamatan penulis dilapangan, ketika guru
memutar murattal bacaan qur’an, siswa menyimak dengan melihat
bacaannya pada al-qur’an. Dengan tujuan agar siswa mampu
mengikuti bacaan murattal tersebut, dan membuat kualitas bacaan
siswa menjadi bagus.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memberikan kesimpulan
bahwa secara keseluruhan bentuk strategi komunikasi guru SDIT Al-
Kahfi sesuai dengan teori yang penulis gunakan.
B. Upaya Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama di SDIT Al-Kahfi
Ciracas Jakarta Timur.
Implementasi strategi komunikasi merupakan proses pelaksanaan
strategi komunikasi, dimana dalam pelaksanaannya harus dengan komitmen
yang kuat dan kerja sama antar guru SDIT Al-Kahfi. Hal ini dilakukan agar
pelaksanaannya tepat sasaran dan mencapai tujuan yang telah disepakati.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan, pada tahap
implementasi strategi komunikasi guru SDIT Al-Kahfi dalam menanamkan
nilai-nilai agama yaitu berupa aktifitas yang tersaji melalui program-program
seperti shalat dhuha, shalat zuhur berjamaah, tahisn tahfidz qur’an juz 30,
mabit tahun baru Islam, tahfidz kontes, khatmil Qur’an, dan pesantren
ramadhan. Dengan adanya program-program ini proses penanaman nilai-nilai
agama di SDIT Al-Kahfi khususnya dalam tahsin tahfidz qur’an dan ibadah
shalat dapat berjalan. Bentuk program kegiatan dalam penanaman nilai-nilai
agama antara lain:
74
1. Shalat Dhuha
Dalam pengamatan penulis, kegiatan shalat dhuha ini ditunaikan
setiap hari oleh siswa secara berjamaah, baik bertempat di masing-masing
kelas maupun dimusholah sekolah. Dalam kegiatan ini, guru mendampingi
dan membimbing secara langsung. Bacaan shalat dibacakan secara dzahar,
dengan tujuan guru dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai
bacaan-bacaan shalat, kelancaran dalam bacaan dan bila ada kesalahan
baik dalam bacaan maupun gerakan guru dapat melakukan tindakan
memperbaiki kesalahan tersebut. Seperti halnya dengan hasil wawancara
berikut ini :
“…Di sini shalat dhuha dibiasakan di dzahar kan. Supaya dengan harapan didzahar kan kita bisa mengetahui sejauh mana anak ini menguasai bacaan-bacaan shalat, dimana kesalahannya sehingga guru bisa mengantisipasi. Misalnya kesalahan gerakan a atau b guru bisa melakukan tindakan untuk memperbaiki kesalahan tersebut”.19
Ainur Falah menambahkan adapun surat yang dibaca dalam shalat
dhuha adalah surat yang sedang mereka hafalkan, dengan tujuan untuk
melancarkan hafalan dan memperkuat hafalan siswa.20 Kegiatan shalat
dhuha ini dilakukan setiap hari, diwaktu pagi sebelum dimulainya
pelajaran di kelas. Tujuan dilakukan setiap hari adalah sebagai bentuk
pembiasaan siswa dalam menunaikan shalat dhuha.
19 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017. 20 Wawancara Pribadi dengan Guru Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ainur Falah S.Sos.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
75
Gambar 4.1 Siswa kelas 6 sedang menunaikan ibadah shalat dhuha
berjamaah di kelas.
Gambar 4.2 Guru sedang mendampingi dan membimbing siswa kelas 6
dalam shalat dhuha berjamaah di kelas.
Selain itu, shalat dhuha juga dilaksanakan dilapangan sekolah setiap
satu bulan sekali. Sebelum shalat dimulai guru mengingatkan siswa untuk
merapihkan terlebih dahulu shaff dalam shalat. Informan Fajar Syahri
Karim menambahkan siswa membaca do’a niat berwudhu bersama, dan
do’a masuk dalam kamar mandi sebelum kegiatan shalat dhuha dimulai.21
Kegiatan shalat dhuha ini diakhirkan dengan zikir bersama dan membaca
do’a setelah shalat dhuha. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ahmad
Hikmi Rosdin, yaitu :
21 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
76
“…makanya saya ketika sesudah anak-anak shalat dhuha biasanya mereka membacakan surat al-fatihah, selain do’a dhuha dan membaca al-fatihah buat orangtuanya, orangtua mereka yang sedang bekerja, terus yang ada dirumah bunda mereka ataupun bekerja diberikan keselamatan, terus buat di sekolah dari ketua yayasan sampai guru diberi kesehatan”.22
2. Shalat Zuhur Berjamaah
Selain melakukan pembiasaan menunaikan shalat dhuha, guru juga
melakukan pembiasaan dalam menunaikan shalat zuhur berjamaah. Dalam
pengamatan penulis dilapangan, shalat zuhur berjamaah merupakan upaya
guru dalam menanamkan nilai-nilai agama terhadap siswa-siswi SDIT Al-
Kahfi. Pada saat waktu shalat zuhur tiba, guru memberikan informasi
melalui speaker kepada seluruh kelas, menandakan bahwa kegiatan belajar
mengajar dihentikan terlebih dahulu. Sebelum siswa meninggalkan kelas,
mereka membaca do’a masuk kamar mandi dan niat berwudhu bersama-
sama dengan di pimpin oleh masing-masing ketua kelas. Hal ini dikuatkan
dengan hasil wawancara dengan Ahmad Hikmi Rosdin, yaitu:
“….Jadi, dari dia mulai masuk sudah membaca doa masuk kamar mandi, keluar kamar mandi, do’a niat wudhu, do’a setelah wudhu, lalu mereka masuk ke shaf, shafnya seperti apa, seperti itu sudah diterapkan sih”.23
Evi Luthfiaty menambahkan, ketika siswa berwudhu maka guru
memberikan pengawasan dengan tujuan agar usapan usapan dalam
berwudhu dilakukan dengan benar dan tidak dengan sembarangan.24
Firman memaparkan, ketika ada kekurangan atau kesalahan baik dalam
22 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017. 23 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017. 24 Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah SDIT AL-Kahfi Dra. Hj. Evi Luthfiaty, Jakarta, 03 Agustus 2017.
77
gerakan shalat, ataupun siswa belum hafal dengan lancar bacaan shalat,
serta ada siswa yang bercanda saat shalat guru akan memberikan masukan
berupa nasehat setelah shalat selesai.25
Selanjutnya menurut pengamatan penulis, shalat zuhur berjamaah
dilaksanakan dimusholah sekolah dengan guru sebagai imamnya. Hanya
siswa kelas 5 dan kelas 6 yang melaksanakan shalat zuhur berjamaah
dimusholah. Sedangkan, kelas lebih rendah melaksanakan dikelas masing-
masing dengan wali kelas sebagai imamnya. Sebelum pelaksanaan shalat
zuhur, guru menertibkan shaff shalat terlebih dahulu. Kemudian, pada saat
pelaksanaan shalat zuhur berjamaah dimusholah, beberapa guru
melakukan pengawasan sebelum kemudian mengikuti shalat. Hal ini
bertujuan agar siswa-siswi melakukan shalat dengan tertib dan khusyuk.
Gambar 4.3 Siswa bersama dengan guru melaksanakan shalat zuhur berjamaah
dimusholah sekolah.
25 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I, Jakarta, 26 Juli 2017.
78
Gambar 4.4 Guru merapihkan shaff shalat sebelum melaksanakan shalat zuhur
berjamaah dimusholah.
3. Tahsin Tahfidz Qur’an Juz 30
Selanjutnya, program kegiatan tahsin dan tahfidz al-qur’an juz 30
yang merupakan program unggulan SDIT Al-kahfi. Kegiatan tahfidz juz
30 ini dimulai dari siswa duduk dibangku kelas 1 hingga kelas 6. Surah
yang dihafalkan dibagi sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Contohnya, siswa kelas 1 menghafal surat an-naas sampai surat al-qoriah
kemudian surat selanjutnya akan diteruskan pada tingkat kelas berikutnya
hingga selesai juz 30.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, metode hafalan yang
dilakukan oleh guru yaitu dengan murajaah atau pengulangan dalam
hafalan. Dalam hal ini, guru membuat jadwal surat yang harus di murajaah
mulai dari hari senin hingga hari kamis. Sehingga surat-surat yang sudah
dihafal dikelas sebelumnya diulang dikelas sesudahnya. Tujuannya adalah
hafalan qur’annya akan semakin kuat dan tetap terjaga hingga lulus. Hal
ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Fajar Syahri Karim sebagai
berikut :
“ Kemudian, untuk tahfidz ketika mereka kelas satu misalnya mereka sudah selesai menghafal dari an-nas sampai al-qoriah, maka dikelas dua
79
ada jadwal murajaah, dari hari senin sampai hari kamis itu sudah terjadwal surat-surat yang harus diulang, sehingga surat-surat yang sudah dihafal dikelas sebelumnya diulang dikelas tingkat sesudahnya. Sehingga hafalan qur’annya akan semakin kuat dan tetap terjaga sampai lulus”.26
Gambar 4.5 Jadwal murajaah hafalan surat juz 30 kelas 6 SDIT Al-Kahfi
Nurul Huda menambahkan dalam pelaksanaan murajaah hafalan
surat juz 30, biasanya dilakukan secara bersama-sama pada saat sebelum
atau sesudah shalat dhuha.27
Selain murajaah, guru juga menerapkan metode hafalan surat one
day one ayat. Pada metode ini, guru mengajak siswa membaca surat yang
akan dihafalkan bersama-sama terlebih dahulu. Kemudian, menghafalkan
satu persatu ayat bersama-sama dengan pembenaran tajwid di dalamnya.
Pada satu ayat siswa mengulang hafalan sebanyak 3 kali pengulangan.
Mula-mula siswa menghafalkan dengan melihat langsung bacaan surat
dalam al-qur’an. Kemudian, menghafalkan tanpa melihat langsung pada
al-qur’an. Setelah itu, guru menyimak satu sampai tiga siswa untuk
menghafalkan ayat yang sudah dihafalkan bersama-sama. Kemudian, ayat
yang sudah dihafalkan pada hari itu diterapkan saat pelaksanaan shalat 26 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017. 27 Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
80
dhuha, dengan tujuan agar hafalan semakin kuat dan lancar. Fajar Syahri
Karim memaparkan, dalam menghafal al-qur’an siswa minimal menghafal
satu ayat dan maksimal menghafal tiga ayat dalam satu hari, dikarenakan
untuk kualitas bacaan.28
Gambar 4.6 Guru menyimak bacaan al-qur’an siswa
Selanjutnya, berdasarkan pengamatan penulis, metode lainnya yang
dilakukan guru dalam tahsin dan tahfidz juz 30 adalah dengan
menggunakan alat bantu media berupa speaker atau sound system yang
dipasang pada tiap-tiap kelas. Tujuannya adalah untuk memutar murattal
qur’an melalui mp4 sehingga, siswa dapat mengikuti bacaan surat yang
akan dihafalkan. Murattal al-qur’an ini juga diputar saat pagi hari, saat
istirahat maupun saat pulang sekolah. Sehingga siswa lebih sering
mendengar al-qur’an, lebih mudah dalam menghafal dan menjadi kuat
hafalannya. Fajar Syahri Karim memaparkan dengan media tersebut guru
tidak perlu mengulang hafalan terlalu banyak, tetapi kualitas hafalannya
lebih kuat dibandingkan tidak menggunakan media.29
28 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017. 29 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
81
Gambar 4.7 Guru menggunakan media speaker sebagai alat bantu dalam tahsin
dan tahfidz juz 30
Sedangkan dalam tahsin al-qur’an guru menggunakan metode bacaan
Qur’an Ummiy. Metode bacaan ini menggunakan nada atau lagam bacaan
naik dan turun. Yaitu dengan rumusan setiap awal ayat nadanya turun dan
pada ayat selanjutnya nadanya naik.
4. Mabit Tahun Baru Islam
Program selanjutnya yaitu mabit tahun baru Islam. Kegiatan mabit
ini dilakukan setiap 1 Muharram dan dilakukan disekolah. Kegiatan ini
diadakan untuk siswa-siswi mulai dari kelas 2 sampai dengan kelas 6.
Dalam kegiatan mabit tahun baru Islam ini, anak-anak menginap 1 malam
disekolah. Fajar Syahri Karim mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk memberikan motivasi dan semangat baru pada siswa pada tahun
baru Islam ini. Siswa diajak untuk mengintrospeksi diri akan kekurangan
maupun kesalahan ditahun lalu. Kemudian, guru mengajak siswa untuk
menulis perbaikan apa yang akan dilakukan pada tahun baru Islam ini diselembar
kertas. Selain itu, tujuannya adalah untuk mengenalkan siswa akan nama-nama
bulan dalam Islam dan juga tentang sejarah pada tahun baru Islam.30
30 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017.
82
Dalam penyampaian materi guru menggunakan slide dan juga lagu-
lagu yang memudahkan siswa dalam memahaminya. Nurul Huda
menambahkan, adapun kegiatan dalam mabit tahun baru Islam ini adalah
tausiyah keagamaan, NOBAR atau nonton bareng film sejarah muharram,
shalat maghrib dan isya berjamaah, dan juga shalat tahajud berjamaah.31
Gambar 4.8
Guru dan siswa melaksanakan shalat maghrib berjamaah pada kegiatan mabit tahun baru Islam32
5. Tahfidz Kontes
Kegiatan ini adalah pertunjukkan ajang bakat siswa-siswi baik dari
kelas 1 sampai kelas 6. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
menunjukkan kepandaian mereka dalam menghafal Qur’an, melatih
keberanian siswa, memotivasi untuk semangat dalam menghafal dan
mengulang hafalan qur’an bersama. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan
guru memberikan materi untuk siswa mempelajarinya dirumah. Materi
tersebut berupa surat yang sudah mereka hafal, arti surat, kandungan
dalam surat, jumlah ayat, dan kapan diturunkannya surat tersebut. Semakin
tinggi tingkat kelasnya maka, semakin banyak materi yang harus
dipelajari. Kegiatan ini juga dihadiri oleh orangtua siswa.
31 Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I, Jakarta, 17 Maret 2017. 32 Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi.
83
Fajar Syahri karim memaparkan, adapun teknis dalam kegiatan ini
adalah dari Setiap kelas maju ke depan panggung yang sudah disediakan,
mengucapkan salam, menghafal bersama sesuai dengan surat yang
ditentukan oleh guru dan kemudian pertanyaan bebas yang dilontarkan
oleh orangtua siswa.33
Gambar 4.9
Siswa menghafalkan al-qur’an bersama-sama34
Pada sesi pertanyaan, orangtua siswa bebas menunjuk siapa yang
akan menjawab pertanyaannya. Siswa mengacungkan tangannya untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Dalam kegiatan ini, guru memberikan
penilaian kepada siswa. Siswa yang paling banyak menjawab maka dia
yang menjadi juaranya serta mendapatkan hadiah berupa medali dan
piagam dari sekolah.
Gambar 4.10
Guru memberikan hadiah juara masing-masing kelas pada kegiatan tahfidz kontes.35
33 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017. 34 Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi.
84
6. Khotmul Qur’an
Kegiatan khotmul Qur’an adalah agenda mengkhatamkan bacaan al-
qur’an dan juga menyetorkan hafalan juz 30 bagi kelas 6. Tujuan dari
kegiatan ini adalah ketika lulus dari sekolah setidaknya siswa sudah
pernah khatam membaca al-qur’an satu kali. Adapun cara untuk
mengkhatamkan qur’an, sekolah membuat silabus mengenai hal tersebut.
Tilawah al-quran dimulai dari kelas 4, setiap satu semester siswa membaca
qur’an sebanyak 5 juz, selama 1 tahun maka siswa membaca sebanyak 10
juz. Hingga kelas 6 terhitung siswa sudah membaca qur’an sebanyak 30
juz.
Teknis dalam tilawah qur’an yaitu pada setiap pertemuan siswa
membaca 3 lembar dalam 1 hari. Pada lembar pertama siswa membaca
secara talaqqiy bersama-sama dengan guru. Kemudian, selanjutnya
mereka membaca sendiri-sendiri dengan pengawasan guru yang
berkeliling dalam kelas.
Fajar Syahri Karim menambahkan apabila siswa kelas 6 belum
mengkhatamkan qur’an maka, tidak ada libur untuk mereka. Mereka tetap
masuk mulai dari jam 8 sampai jam 12 siang. Bagi siswa yang sudah
khatam mereka diberi kebebasan untuk tilawah dan pulang setelah shalat
zuhur berjamaah. Tetapi, bagi yang belum khatam mereka bisa
melanjutkan tilawah setelah shalta zuhur.36
Selanjutnya, dalam khotmul qur’an ini siswa kelas 6 wajib
menyetorkan hafalan mereka juz 30 kepada guru penguji. Waktu 35 Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi. 36 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017.
85
menyetorkannya bebas, dan juga surat-surat yang disetorkan sesuai dengan
hafalan siswa. Dalam kegiatan ini, siswa tidak disuguhkan dengan tes yang
ketat, hanya yang terpenting mereka sudah menyetorkan hafalan juz 30.
Bagi siswa yang hafal dengan lancar dan tidak banyak mendapat
bantuan hafalan dari guru maka, akan mendapatkan sertifikat hafal qur’an
juz 30. Sedangkan, bagi siswa yang hafalannya banyak dibantu guru
mendapatkan sertifikat berupa penghargaan telah mengikuti ujian juz 30
dengan baik. Pemberian sertifikat ini tujuannya adalah untuk memberikan
motivasi kepada siswa agar terus menghafal al-qur’an.
Gambar 4.11 Khotmul Qur’an dan wisuda tahfidz juz 30 siswa kelas 6
SDIT Al-Kahfi.37
7. Pesantren Ramadhan
Kegiatan pesantren ramadhan ini dilakukan selama 3 hari dalam
bulan puasa. Pesantren ramadhan dilaksanakan dari pukul 08.00 wib
sampai dengan 10.00 wib. Agenda dalam pesantren ramadhan ini adalah
materi tentang adab, tentang cara berwudhu, dan sebagainya mengenai
adab. Kemudian, materi melalui pemutaran film-film Islam. Adapun
agenda pokok dalam kegiatan ini adalah tilawah qur’an. Fajar Syahri
37 Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi.
86
Karim menjelaskan, ketika siswa sampai disekolah mereka shalat dhuha
berjamaah, kemudian membaca qur’an dan pemberian materi oleh guru.38
Materi pesantren ramadhan setiap tahunnya berbeda. Pesantren
ramadhan tahun 2017 ini, guru memfokuskan terhadap hafalan qur’an
siswa. Pada hari pertama siswa melakukan murajaah akan hafalan qur’an
mereka. Kemudian dihari kedua guru memantau hafalan mereka. Pada hari
ketiga siswa datang pukul 15.00 wib untuk melaksanakan buka puasa
bersama dengan guru, orangtua, anak-anak yatim dan masyarakat sekitar
sekolah yang kurang mampu. Selain agenda buka puasa bersama, diadakan
pula pembagian bingkisan bagi anak yatim dan dhuafa. Hal ini
dimaksudkan agar siswa terlatih untuk berbagi kepada sesama. Dan juga
masyarakat sekitar sekolah merasakan manfaat dari hadirnya SDIT Al-
Kahfi di tengah-tengah mereka.
Gambar 4.12
Shalat dhuha berjamaah salah satu agenda pesantren ramadhan SDIT Al-Kahfi.39
38 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017. 39 Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi.
87
Gambar 4.13 Pembagian bingkisan bagi dhuafa40
C. Evaluasi Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama di SDIT Al-Kahfi
Ciracas Jakarta Timur.
Setelah tahap implementasi strategi dilaksanakan, maka tahap terakhir
yang dilakukan adalah evaluasi strategi. Evaluasi strategi menjelaskan proses
penilaian dari pelaksanaan strategi yang sudah dilakukan, apakah sudah
mencapai hasil yang diharapkan atau tidak, dan apabila terjadi penyimpangan
maka akan ditentukan penyebab-penyebabnya. Hal ini diperlukan, karena
evaluasi menjadi tolak ukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh
suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran
yang dinyatakan telah dicapai.
Dalam tahap evaluasi faktor internal dan faktor eksternal yang dilakukan
oleh guru SDIT Al-Kahfi dalam menanamkan nilai-nilai agama, berdasarkan
pengamatan dilapangan penulis menemukan dari sisi internal ada beberapa
faktor diantaranya adalah usia siswa yang masih terlalu kecil, sehingga
membutuhkan pengulangan-pengulangan dalam penyampaian informasi.
Selain itu, kemampuan anak yang berbeda-beda dalam menerima pesan atau
40 Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi.
88
informasi dari guru. Seperti pernyataan dalam hasil wawancara dengan Fajar
Syahri Karim berikut ini :
“Dalam hal ini tentunya masih belum maksimal ya, karena terkendala. Mungkin karena usia mereka yang terlalu kecil ya, untuk pengulangan-pengulangan informasi yang harus diberikan.”.41
Informan Firman mengutarakan hal yang sama yaitu :
“… Mungkin ada beberapa anak yang kesulitan. Karena memang tidak semua anak mau menghafal. Dan memang keterbatasan anak, artinya kemampuan anak itu berbeda-beda ada yang cepat, ada yang sedang, ada yang lama tergantung anaknya. Nah, untuk anak yang cepat dan sedang itu kita mungkin tidak menemukan kendala, tetapi bagi anak-anak yang mungkin kurang motivasinya atau terlambat menghafalnya untuk itu kita berikan nanti semacam cara-cara tertentu.”42
Perbedaan kemampuan siswa dalam menerima pesan maupun informasi
merupakan kendala yang dialami oleh seorang guru. Ada siswa yang cepat
dalam memahami pesan atau informasi dari guru, ada siswa yang bahkan
lambat dalam hal menerima pesan tersebut. Dalam hal ini guru menberikan
cara-cara tertentu untuk menyelesaikan kendala yang dihadapinya. Namun,
untuk perubahan tersebut terdapat sebuah proses yang bisa saja tidak berjalan
cepat.
Kemudian selanjutnya dari sisi eksternal penulis menemukan ada
beberapa faktor diantaranya adalah lingkungan di luar sekolah, baik
lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitar. Seperti yang
diungkapkan Evi Luthfiaty dalam wawancaranya, sebagai berikut :
“….Kendala yang saya temukan gini, yang pertama kita membiasakan anak-anak itu bersikap sopan, berkata baik, berkata jujur, kadang tidak ada
41 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017. 42 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I, Jakarta, 26 Juli 2017.
89
singkoronisasi antara pendidikan yang kita buat disekolah maupun dengan pendidikan yang ada dirumah”.43
Berdasarkan analisa penulis, ketidakselarasan antara pendidikan yang
diterapkan disekolah dengan pendidikan yang diterapkan dirumah merupakan
kendala yang dihadapi oleh guru dalam menanamkan nilai-nilai agama pada
siswa. Namun, dengan kesabaran dan keikhlasan seorang guru harus merubah
hal tersebut. Meskipun kemungkinan perubahan tidak mencapai 100% saat itu,
bisa saja ketika siswa sudah lulus dan bersekolah ditingkat yang lebih tinggi ia
mengalami perubahan.
Dalam tahap evaluasi harus menentukan tindakan yang perlu dilakukan
untuk proses koreksi. Proses koreksi ini dilakukan agar penentuan strategi
selanjutnya lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan. Menurut analisa
penulis, evaluasi strategi komunikasi untuk faktor eksternal yang dilakukan
oleh guru SDIT Al-Kahfi dalam menanamkan nilai-nilai agama, yaitu dengan
adanya komunikasi berkelanjutan antara guru dengan orang tua siswa. seperti
pernyataan dalam hasil wawancara dengan Fajar Syahri Karim berikut ini:
“….Jadi, antara guru dan orangtua ada komunikasi berkelanjutan. Terkadang disekolah sudah dirapihin ternyata dirumah tidak terkondisikan dengan baik misalnya. Jadi kita ingin yang menentukan keberhasilan seorang anak itu tadi orangtua, harus kita komunikasikan program-program disekolah apa saja, maka orangtua patut dikabari dan harus dilakukan bersama”.44
Selain adanya kendala yang dirasakan oleh guru SDIT Al-Kahfi dalam
menanamkan nilai-nilai agama, tentunya ada keberhasilan yang didapatkan
dalam implementasi strategi yang sudah dilakukan. Berdasarkan analisa
43 Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah SDIT AL-Kahfi Dra. Hj. Evi Luthfiaty, Jakarta, 03 Agustus 2017. 44 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017.
90
penulis keberhasilan yang didapatkan guru SDIT Al-Kahfi dalam
implementasi strategi yang dilakukan yaitu ditandai dengan adanya perubahan
sikap siswa dalam motivasi menghafal qur’an dan juga ibadah shalat. Hal ini
diperkuat Ahmad Hikmi Rosdin dalam wawancaranya, yaitu:
“Ada beberapa, yang mereka rajin shalatnya, ada yang hafalannya semakin banyak, menjaga hafalannya ada lah beberapa. Kita optimis bahwa orangtua menyekolahkan anak-anaknya di SDIT dengan ada nuansa hafalan qur’an mereka sudah mengerti dan sadar bahwa anak tuh harus ditanamkan membaca al-qur’an, hafal al-qur’an terutama juz 30, dan harus diulang. Dengan penerapan seperti ini ada beberapa dari mereka sudah menerapkan dirumah, dan itu ada beberapa anak-anak yang berhasil, mungkin itu karena kekuatan anak itu sendiri jadi berhasil, yang kedua sinergi antara guru, orangtua dan anak nih, atau anak ini sudah cerdas menghafal dan orangtua seneng gitu, malah mereka harus belajar lagi”.45
Selain itu, adanya testimoni dari orangtua siswa yang mengatakan bahwa
anak mereka rajin shalatnya, bahkan ketika bermain dengan teman-temannya,
kemudian adzan berkumandang ia mengajak teman-temannya untuk shalat
terlebih dahulu dan menjadi imamnya. Hal ini seperti yang dikatakan Evi
Luthfiaty dalam wawancaranya yaitu:
“..ada testimoni orangtua, bu evi sekarang anak saya sudah bisa jadi imam loh dirumah. Nah, dia bisa menggerakkan teman-temannya di lingkungannya. Ketika dia lagi kumpul terus melewati waktu shalat maka dia yang bicara disitu, sekarang sudah zuhur kita shalat dulu yuk.. ada testimony orangtua yang seperti itu”.46
Fajar Syahri Karim mengungkapkan, keberhasilan dalam penanaman
nilai-nilai agama tentunya dikarenakan adanya banyak faktor. Menurutnya,
guru merupakan faktor pertama dalam penentu keberhasilan penanaman nilai-
45 Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017. 46 Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah SDIT AL-Kahfi Dra. Hj. Evi Luthfiaty, Jakarta, 03 Agustus 2017.
91
nilai agama. Hal ini dapat ditinjau dari metode apa yang guru gunakan dalam
menyampaikan pesan, dan media apa yang digunakan sebagai alat bantu
dalam proses menyampaikan pesan.
Sedangkan orangtua adalah faktor kedua dari keberhasilan dalam
penanaman nilai-nilai agama pada siswa. Dengan adanya kerjasama dan
keselarasan antara guru dan orangtua dalam menjalankan program-program
yang sudah dibuat oleh sekolah. Selanjutnya, faktor ketiga adalah siswa itu
sendiri, dengan adanya media yang guru sediakan dan dukungan dari orangtua
maka siswa akan mampu memahami dan menerapkan pesan yang
disampaikan.47
Informan Nurul Huda Menambahkan dalam wawancaranya yaitu:
“Yang pertama kesuritauladanan langsung dari guru, kemudian suri tauladan dari orangtua, ketiga keilmuan guru pendidik, kedua media pengajaran, ketiga kenyamanan belajar, terus lingkungan sekolah, kemudian lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat, kemudian yang terakhir do’a dari orang tua”.48
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menganalisa bahwa faktor
keberhasilan guru dalam menanamkan nilai-nilai agama di SDIT Al-Kahfi
melalui tiga faktor yaitu, metode apa yang guru gunakan dalam proses
penyampaian pesan, kemudian adanya dukungan dan keselarasan dari orang
tua dengan guru dalam pelaksanaan program-program yang sudah dirangkai
oleh sekolah, selanjutnya adalah kemauan dalam diri siswa itu sendiri. Dengan
tiga faktor tersebut tingkat keberhasilan dalam penanaman nilai-nilai agama di
SDIT Al-Kahfi dapat dilihat dan dirasakan. 47 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017. 48 Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I, Jakarta, 17 Maret 2017.
92
Dalam hal ini, berdasarkan pengamatan penulis dilapangan untuk
penilaian tingkat keberhasilan guru dalam penanaman nilai-nilai agama di
SDIT Al-Kahfi dapat dibilang cukup baik. Yaitu terlihat dari
termotivasinya siswa dalam menghafal al-qur’an juz 30 dan juga dalam
menunaikan ibadah shalat tanpa adanya paksaan. Hal ini, adalah hasil dari
pembiasaan yang dilakukan oleh guru dalam menanamkan nilai-nilai
agama pada tahfidz qur’an dan ibadah shalat dhuha dan shalat zuhur
berjamaah. Meskipun dalam prosesnya guru menemukan kendala-kendala
yang cukup menyulitkan. Baik dari metode guru itu sendiri, atau dari
siswa yang diajarkan, serta faktor eksternal yaitu orangtua siswa.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi berusaha menjadi bagian dari
lembaga yang memberikan bekal untuk generasi masa depan. Selain
memberikan pendidikan dari sisi akademik, SDIT Al-Kahfi juga memberikan
bekal berupa pemahaman Agama. Tujuannya yaitu untuk membentuk
kepribadian dan tingkah laku moral anak yang berketuhanan. Strategi yang
dilakukan adalah dengan cara pelaksanaan kegiatan keagaaman dengan
mempraktekkan dalam sehari-hari.
1. Bentuk strategi komunikasi yang dilakukan guru SDIT Al-Kahfi dalam
menanamkan nilai-nilai agama adalah dengan perumusan strategi melalui
Cara berupa yaitu, mengetahui kerangka referensi dengan melakukan
identifikasi siswa melalui tes masuk. Selanjutnya, untuk mengetahui
faktor situasi dan kondisi siswa dengan menerapkan 2 metode yaitu
pengenalan diri atau masa belajar selama 1 bulan, kemudian melakukan
kunjungan kerumah siswa tersebut. Selanjutnya, dalam penyusunan pesan
guru menggunakan penyajian pesan yang bersifat menarik perhatian
khalayak, menggunakan tanda-tanda yang disesuaikan dengan kerangka
acuan khalayak serta pesan both side issue. Metode yang digunakan
dengan cara redundancy/repetition, informatif, persuasif, edukatif, dan
94
coursive. Media yang digunakan berupa sound system yang digunakan
untuk memutar murattal qur’an, audio visual, dan Al-qur’an.
2. Implementasi strategi komunikasi guru SDIT Al-Kahfi dalam
menanamkan nilai-nilai agama tertuang dalam beberapa program-program
yaitu shalat dhuha, shalat zuhur berjamaah, tahsin tahfidz qur’an juz 30,
Mabit tahun baru Islam, Tahfidz kontes, khotmul qur’an dan juga
pesantren Ramadhan. Program-program ini berjalan dengan lancar. Dalam
pelaksanaan shalat dhuha dan shalat zuhur berjamaah guru melakukan
pembiasaan dengan mempraktekkannya sehari-hari. Sedangkan, dalam
tahfidz qur’an guru menerapkan metode murajaah atau pengulangan
dalam hafalan, metode one day one ayat dan dengan metode menggunakan
alat bantu atau media berupa speaker. Sedangkan, program lainnya seperti
mabit tahun baru Islam, tahfidz kontes, khotmul qur’an dan pesantren
Ramadhan dilaksanakan sesuai momentumnya.
3. Dalam tahap evaluasi strategi komunikasi, terdapat kendala yang dihadapi
guru yaitu, usia siswa yang masih kecil dan kemampuan mereka yang
berbeda-beda, sedangkan dari faktor eksternalnya adalah lingkungan
diluar sekolah yang menjadi kendalanya baik orangtua, maupun
lingkungan masyarakat. Namun, dalam menanamkan nilai-nilai agama
yang dilakukan guru sudah cukup baik. Terlihat dari perubahan sikap pada
diri siswa yang lebih termotivasi dalam menghafal qur’an juz 30 dan
dalam menunaikan ibadah shalat tanpa adanya paksaan.
95
B. Saran
Ada beberapa saran yang ingin diberikan peneliti, terkait hasil
penelitian ini kepada Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi. Tentunya saran
ini bertujuan untuk eksistensi SDIT Al-Kahfi agar menjadi lebih baik lagi,
diantaranya adalah :
1. Perlu adanya penambahan SDM guru Tahsin Tahfidz guna mempermudah
dalam pengawasan dan bimbingan terhadap siswa dalam proses membaca
dan menghafal qur’an.
2. Perlu diadakannya program yang dikhususkan untuk lebih memotivasi
siswa dalam praktek ibadah shalat.
3. Program buku monitoring shalat yang telah dilakukan oleh SDIT Al-Kahfi
seharusnya diadakan kembali. Mengingat program ini dianggap mampu
membantu guru dan orangtua siswa dalam melaksanakan pengawasan dan
penontrolan shalat siswa.
4. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk melengkapi penelitian
mengenai SDIT Al-Kahfi dengan berbagai fenomena yang terjadi di masa
yang akan datang.
96
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abidin, Yusuf Zainal. Manajemen Komunikasi : Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: CV Pustaka Setia, 2015. Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Titian Illahi Press, 1996. Al-Hasyimi, Ahmad. Mukhtaarul Ahaadist. Jakarta: Dar Ihyaul Kutub Al-Arabiyah.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi. Jogjakarta: Gintanyali, 2004.
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi, Kebijkan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group, 2007. Cangara, Hafied. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013. Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. David, Fred R. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Drajat, Zakiah. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Depag RI, 2008.
Drajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989.
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003. Effendy, Onong Uchjana. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: CV Mandiri Maju, 2000. Effendy, Onong Uchjana. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
97
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Hariadi, Bambang. Strategi Manajemen: Strategi memenangkan perang bisnis. Malang: Bayu Media Publishing, 2003. Hubeis, Musa dan Najib, Mukhamad. Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi. Jakarta:PT Gramedia, 2008. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Morissan. Pengantar Public Relation Strategi Menjad Humas Professiona. Jakarta: Randina Prakasa, 2006. Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sasarin, 2000. Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alvabeta, 2004.
Munawwir. Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Nasuhi, Hamid. Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (CeQDA(Center For Quality Development And Assurance). UIN Syarif Hidayatullah, 2011. Nasution, Harun. Islam DItinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1979.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia, 1999.
Quraish Shihab, dkk. Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata. Jakarta: Lentera Hati, 2007. Rasyid, Daud. Islam dalam Berbagai Dimensi. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Rasyid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005.
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Saefuddin, A.M. dkk. Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi. Bandung: Mizan, 1987. Salim, Peter, dan Salim,Yeni. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press, 1996. Shihab, M. Quraisy. Mahkota Tuntunan Illahi. Jakarta: Untagama, 1986.
98
Stainner, George, dan Minner, John. Manajemen Strategi. penerjemah Agus Dharma. Jakarta: Erlangga, 1999. Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
Sumajiwa, Amin. Biarkan Al-Qur’an Menjawab:Mengerti Tema-Tema Penting Kehidupan dalam Kitab Suci. Jakarta: Zaman, 2013. Thoha, M. Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Jurnal
Yani, Ahmad. Pendidikan Agama Pada Anak Oleh Orangtua:Tinjauan Psikologi Islam. JIA/Juni 2013/ThXIV/no.1/33- 44. Syamsudin, Amir. Pengembangan Nilai-Nilai Agama dan Moral pada Anak Usia Dini, “ Jurnal Pendidikan Anak”, Vol. 1, Edisi 2, Desember 2012, h. 112. Constantin.”Urgensi Pendidikan Tauhid dalam Keluarga”At-Ta’lim; Vol. 3, 2012 h, 93. Muhammaddin. “Kebutuhan Manusia Terhadap Agama”. JIA.Juni 2013/ ThXIV / no.1/99- 114. Sari, Yusni. ”Peningkatan Kerjasama di Sekolah Dasar”. Jurnal Administrasi Pendidikan; Vol. 1, 01 Oktober 2013. h, 307.
Media Internet
www.jejakpendidikan.com/2016/12/pengertian-nilai-nilai-agama-islam.html?m=1, diakses pada 24 Agustus 2017 pukul 20.00 WIB.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Tujuan a. Apakah tujuan dari menanamkan nilai-nilai agama ? b. Apakah tujuan strategi komunikasi guru yang diterapkan di SDIT Al-Kahfi
dalam menanamkan nilai-nilai Agama? c. Apakah tujuan strategi komunikasi sudah berjalan sesuai apa yang sudah
diharapkan? 2. Rencana
a. Apakah sekolah ini mempunyai rencana pengembangan dalam tahfidzul quran dan praktek sholat ?
b. Apakah bapak atau ibu mengetahui dengan baik rencana yang telah disusun sekolah ini ?
c. Bagaimana rencana yang sudah dilakukan sebelumnya ? 3. Mengenali sasaran khalayak
a. Bagaimana guru mengetahui kerangka referensi terhadap siswa khususnya dalam tahfidzul quran dan praktek sholat ?
b. Bagaimana bapak atau ibu mengetahui situasi dan kondisi siswa ? 4. Pesan
a. Bagaimana cara guru dalam berinteraksi dengan siswa khususnya dalam tahfidzul quran dan praktek sholat ?
b. Pesan apa saja yang disampaikan guru dalam menanamkan nilai agama pada tahfidzul qur’an dan praktek sholat ?
c. Apakah dalam penyampaian pesan guru menggunakan media lain ? 5. Metode
a. Metode apa yang digunakan guru dalam mengajarkan tahfidzul quran dan praktek sholat ?
b. Apakah guru dalam mengajarkan siswa dengan cara keras ? c. Apakah metodenya sudah dikatakan berhasil ?
6. Media a. Media apa sajakah yang digunakan dalam tahfidzul quran dan praktek sholat
? b. Apakah media dapat memotivasi para siswa dalam belajar ? c. Apakah media tersebut dapat dikatakan berhasil ?
7. Apa upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai agama ? 8. Faktor apa yang menjadi penentu keberhasilan dari penanaman nilai-nilai agama
? 9. Adakah bentuk perubahan sikap murid sebelum dan sesudah diberikannya
penanaman nilai-nilai agama ?
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apakah yang melatar belakangi berdirinya sekolah SDIT Al-kahfi ? 2. Pada tahun berapakah SDIT Al-kahfi berdiri ? 3. Mengapa dinamakan SDIT AL-Kahfi? 4. Kurikulum apa yang digunakan SDIT Al-kahfi ? 5. Strategi apakah yang digunakan SDIT Al-Kahfi dalam menanamkan nilai-nilai
agama? 6. Apakah ada kesulitan dalam menerapkan strategi tersebut? 7. Apakah strategi tersebut dapat dikatakan berhasil? 8. Apakah sekolah ini mempunyai rencana pengembangan dalam tahfidzul Quran
dan praktek shalat ? 9. Apakah bapak dan ibu guru mengetahui dengan baik rencana yang disusun
sekolah ini ? 10. Bagaimana rencana yang sudah dilakukan sebelumnya? 11. Apakah yang menjadi unggul di sekolah SDIT Al-Kahfi? 12. Upaya apa yang dilakukan guru dalam menanamkan nilai-nilai agama ? 13. Faktor apa yang menjadi penentu keberhasilan dari penanaman nilai-nilai agama
islam ?
Transkip Wawancara
Nama : Fajar Syahri Karim S.Pd.I
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Mei 1986
Pendidikan Terakhir : S1
Jabatan : Koordinator Staff Tahsin Tahfidz AlQur’an
Tempat Wawancara : SDIT Al-Kahfi Jl.H.Muhayang RT 011/01 No.39C Kel.Rambutan Kec.Ciracas, JakartaTimur
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Juli 2017
Waktu : 09.30 - selesai
1. Metode apa yang digunakan guru dalam mengajarkan tahfidzul quran
dan praktek sholat ? Metode menghafal qur’an, tahfidz di sini one day one
ayat. Jadi setiap hari itu kita minimal menghafal satu ayat, maksimal bisa dua
bisa tiga ayat. Tetapi tidak lebih dari empat, karena untuk kualitas bacaan.
Kemudian, untuk tahfidznya juga ketika mereka kelas satu misalnya mereka
sudah selesai menghafal dari an-nas sampai al-qoriah, maka dikelas dua ada
jadwal murajaah, dari hari senin sampai hari kamis itu sudah terjadwal surat-
surat yang harus diulang, sehingga surat-surat yang sudah dihafal dikelas
sebelumnya diulang dikelas tingkat sesudahnya. Sehingga hafalan qur’annya
akan semakin kuat dan tetap terjaga sampai lulus. Kemudian shalatnya, di sini
shalat dhuha dibiasakan didzahar kan. Supaya dengan harapan didzahar kan
kita bisa mengetahui sejauh mana anak ini menguasai bacaan-bacaan shalat,
dimana kesalahannya sehingga guru bisa mengantisipasi. Misalnya
kesalahannya gerakan a atau b guru bisa melakukan tindakan untuk
memperbaiki kesalahan tersebut. Doa-doa harian termasuk dimasukkan ke
dalam praktek misalnya ketika ingin istirahat maka dikelas akan dipimpin oleh
seorang siswa atau guru. Contohnya siap sikap berdo’a, do’a mau makan maka
pada saat itu anak-anak akan membaca do’a makan bersama-sama. Kemudian
dilanjutkan do’a masuk kamar mandi dibaca dengan bersama-sama. Niat
wudhu maka dibaca juga dengan bersama-sama.
2. Apa upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai agama ? kita langsung
praktek. Dikelas-kelas juga diingatkan terus kepada putra putri kita baik saat
pelajaran pendidikan agama Islam, pelajaran tahsin, pelajaran tahfidz. Pada
pelajaran PAI disana ada materi-materi mengenai adab, akhlak disitu kita
tanamkan pada mereka. Kemudian pada pelajaran tahsin disitu ada ayat-ayat
qur’an yang menjelaskan bagaimana adab seorang muslim, kemudian
keimanan, ketauhidan, akidah, akhlak. Kemudian pada pelajaran tahfidz di juz
30 juga diajarkan bagaimana tentang hari akhir. Nah disitulah kita
menanamkan kepada anak-anak nilai-nilai agama dan langsung kita praktek.
Pada saat ambil air wudhu bahwasanya, mereka berusaha memberikan yang
terbaik. Ketika mereka shalat mereka kita ingatkan berikan shalat yang terbaik
untuk Allah dan kebaikan shalatmu akan kembali pada dirimu sendiri. Jadi
kita tanamkan nilai-nilai agama pada praktek ibadah sehari-hari.
3. Faktor apa yang menjadi penentu keberhasilan dari penanaman nilai-
nilai agama ? Tentunya keberhasilan ini banyak faktor ya. Faktor pertama
dari segi guru, bagaimana guru mempunyai metode, kemudian mempunyai
niat yang baik, kemudian media-media dari guru tersebut. Kemudian juga
komunikasi antar guru, itu faktor pertama. Faktor yang kedua adalah dari
orangtua. Jadi, antara guru dan orangtua ada komunikasi berkelanjutan.
Terkadang disekolah sudah dirapihin ternyata dirumah tidak terkondisikan
dengan baik misalnya. Jadi kita ingin yang menentukan keberhasilan seorang
anak itu tadi orangtua, harus kita komunikasikan program-program disekolah
apa saja, maka orangtua patut dikabari dan harus dilakukan bersama. Faktor
ketiga adalah anak itu sendiri. Maksudnya kemampuan mereka kan berbeda-
beda ya, ada yang kemampuannya lebih, maka dengan media yang ada
disekolah, dengan guru yang ada, dengan orangtua yang mendukung maka
dengan didukung diantara mereka akalnya ada yang cerdas maka semakin
cepat membuat mereka menjadi baik. Tetapi, ada juga yang kemampuan
mereka lemah. Sehingga, materi-materi yang disampaikan tidak terserap
dengan maksimal.
Jakarta, 25 Juli 2017
Fajar Syahri Karim S.Pd.I
Transkip Wawancara
Nama : Firman S.Pd.I
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 April 1978
Pendidikan Terakhir : S1
Jabatan : Staff Tahsin dan Tahfidz Al-Qur’an
Tempat Wawancara : SDIT Al-Kahfi Jl.H.Muhayang RT 011/01 No.39C Kel.Rambutan Kec.Ciracas, JakartaTimur
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Juli 2017
Waktu : 13.00 - selesai
1. Apakah guru dalam mengajarkan siswa dengan cara keras ? Pasti kalau
dalam arti tegas itu sering kita terapkan. Jadi kita berikan semacam penegasan
ya ke anak, bahwa kalau mereka tidak bisa mengikuti aturan, tidak tertib, tidak
disiplin, silahkan mereka misalkan dalam sholat, sholat sendiri di sini atau
sholat di kelas sendiri atau ketika sholat mereka masih bercanda, ngobrol
ketawa-ketawa atau dorong-dorongan, maka nanti akan diulang sholatnya dan
lagi sholatnya bikin barisan sendiri. Tiga orang atau lima orang bercanda
mereka dipanggil yang lainnya berzikir dia sholat lagi ulang. Metode kita
kerasnya itu bukan berarti fisik ya, tetapi dengan keras yang mendidik juga ya,
artinya dengan langsung mengulangi apa yang tadinya dikerjakan jadi tidak
dikerjakan karena bercanda.
2. Apa upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai agama ? Kita tanamkan
hal-hal itu kepada anak-anak, dan memang contoh-contoh itu sebagai modal.
Itu mungkin yang utama dibandingkan kita memberikan ceramah, sehingga
kita berikan mereka contoh dulu pada saat mereka mau wudhu kita juga ikut
berwudhu disitu, disamping anak-anak, kemudian pada saat shalat juga kita
juga tetap dampingi mereka biar mereka merasa guru juga ikut sholat, mereka
makan kita juga makan dikantin atau dimana, kita duduk makannya, pada saat
anak-anak makannya tidak duduk kita ingatkan makannya duduk, minum
harus duduk apalagi kita juga duduk. Jangan sampai kita menginstruksikan A
tapi kita melanggar instruksi tersebut. Disamping kita mengingatkan kita juga
harus melaksanakan.
3. Faktor apa yang menjadi penentu keberhasilan dari penanaman nilai-
nilai agama ? Faktor penentunya banyak. Salah satu faktor penentunya adalah
dari diri anak sendiri. Jadi motivasi anak itu sendiri ke dalam tahfidz mereka
ada keinginan atau nggak, kalau misalnya ada keinginan itu bisa kita dorong,
dan juga ada orangtua dirumah yang membantu mereka.
Jakarta, 26 Juli 2017
Firman S.Pd.I
Transkip Wawancara
Nama : Nurul Huda S.Pd.I
Tempat/Tanggal Lahir : Lampung, 28 Juni 1980
Pendidikan Terakhir : S1
Jabatan : Staff Keagamaan dan Guru
Tempat : SDIT Al-Kahfi Jl.H.Muhayang RT 011/01 No.39C Kel.Rambutan Kec.Ciracas, JakartaTimur
Hari/Tanggal : Jum’at, 28 Juli 2017
Waktu : 10.30 - selesai
1. Bagaimana guru mengetahui kerangka referensi terhadap siswa
khususnya dalam tahfidzul quran dan praktek sholat ? Kami dari tim
sekolah melakukan identifikasi siswa melalui tes masuk. Kami membagi dua
macam tes, yaitu tes pelajaran umum kemudian tes agama di dalamnya ada
mengaji, menghafal Al-Qur’an, menghafal hafalan dasar, surat-surat pendek,
wudhu dan zikir. Dari sini kami dapat referensi masing-masing peserta didik
baru tentang kemampuan mereka dalam tahfidz maupun shalatnya. Dengan
demikian kami dapat meneruskan info ini kepada walas (Wali Kelas) yang
nantinya akan membimbing siswa-siswi tersebut, dan dapat menerapkan
metode-metode tertentu siswanya yang mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda.
2. Bagaimana bapak atau ibu mengetahui situasi dan kondisi siswa ? Nah,
kami khususnya di SDIT Al-Kahfi biasanya menerapkan 2 metode pengenalan
diri siswa. Yang pertama pengajaran satu bulan, misalnya kami mengajar satu
bulan sambil kami pengenalan masing-masing siswa, kemudian setelah
sebulan kita mengadakan home visit. Yaitu, kita berkunjung kerumahnya,
langsung mengetahui situasi yang dirumah, kemudian cerita dari bapak ibunya
tentang diri anak ini atau ke keluarga ya kan, ada yang keluarganya ternyata
kenapa disekolahnya sering namanya marah-marah, waktu home visit ternyata
kakaknya banyak, adik-adiknya banyak, akhirnya dia kurang kasih sayang,
ataupun yang manja ternyata dia gak punya bapak, ya itu adalah 2 cara kami
yang disusun.
3. Bagaimana cara guru dalam berinteraksi dengan siswa khususnya dalam
tahfidzul quran dan praktek sholat ? Dalam hal ini kami mengadakan dua
cara yang pertama formal dan non formal. Formal artinya kami mengajarkan
Al-Quran dikelas selayaknya pelajaran-pelajaran yang lain. Khusus Al-Quran
kami memakai target one day one ayat, atau sehari satu ayat. Kelas 6 itu kami
targetnya 1,5 Juz ya, satu setengah juz. Non formal artinya kami membiasakan
mereka sholat dhuha di pagi hari ya, sebelum memulai belajar ya, selalu
membiasakan shalat zhuhur berjamaah di kelas masing-masing atau di
musholah sekolah. Kemudian, untuk dirumah kami bekali buku monitoring
shalat untuk diisi dirumah dengan pengawasan orangtua.
4. Pesan apa saja yang disampaikan guru dalam menanamkan nilai agama
pada tahfidzul qur’an dan praktek sholat ? Ya baik, pertama dari tahfidzul
Qur’an dulu. Pesan kami adalah bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup
manusia yang ingin selamat dunia dan akhirat. Kami ingin terus memotivasi
siswa agar terus menghafal Al-Qur’an sepanjang hidup. Agar kelak kita
menjadi keluarga Allah yang di bumi ya, kalau keluarganya Allah pasti masuk
surga itu yang selalu kami tanamkan pada murid-murid kami. Yang kedua
tentang shalat. Bahwa shalat itu adalah kunci dari semua amal. Orang sedekah
misalnya, orang naik haji, orang puasa tapi kalau dia gak shalat, gak diterima
amal ibadahnya. Yang kedua yaitu assholaatu miftaahul jannah, artinya betul
bahwa kunci surga adalah shalat bukan yang lain-lain, itulah yang kami
tanamkan.
5. Apakah dalam penyampaian pesan guru menggunakan media lain ? Ya.
Kami menyampaikan pesan-pesan dengan menggunakan media lain juga.
Yaitu kadang-kadang dengan cerita para sahabat, kisah-kisah para
pembangkang shalat, film, bahkan pernah drama juga kita masukkan.
6. Metode apa yang digunakan guru dalam mengajarkan tahfidzul quran
dan praktek sholat ? Untuk tahfidzul Qur’an, metodenya yang pertama yaitu
one day one ayat. Itu metodenya, kami punya CD nya dari Ust Yusuf Mansur.
Kemudian, pemutaran mp4 hafalan Qur’an juz 30 di setiap istirahat itu
diputar, yang didengar anak-anak pasti Al-Qura’an. Kemudian murojaah
bersama-sama di kelas, biasanya sebelum atau sesudah shalat dhuha.
Kemudian murajaah dilapangan 1 bulan sekali. Kemudian, dilomba tahfidz
kontes setahun sekali. Untuk praktek shalat kami memakai metodenya yaitu
sholat dhuha dikelas masing-masing ya, dibantu atau dibimbing guru dengan
rekaman panduan shalat dhuha. Jadi, kita rekam suaranya salah satu guru,
kemudian anak-anak mengikuti, anak-anak baru kan belum pernah tahu
bacaannya, jadi, mp4 semua mengikuti sesuai dengan apa yang ada di mp4. Itu
mulai dari niat sampai salam sampai zikir selesai ya, itu biasanya khusus
untuk anak kelas 1 sampai kelas 3. Kalau untuk kelas 4,5,6 sudah shalat
mandiri ya. Ketika dhuha sudah mandiri dan shalat zuhur berjamaah tanpa apa
namanya sudah murni shalat orang dewasa begitu.
7. Apakah guru dalam mengajarkan siswa dengan cara keras ? Kami
mengajarkan dengan 2 cara yaitu, metode reward dan funishment. Artinya,
seperti layang-layang ya kan, layang-layang itu kan kadang ditarik, kadang
kalau lagi kenceng di ulur. Artinya, kami reward kasih hadiah ketika memang
dia berbuat kebaikan. Walaupun hadiahnya berupa do’a, gak harus berupa
barang-barang nggak. Berupa do’a, berupa pujian itu mereka sudah seneng.
Dan kemudian kalau funishment, kami berikan hukuman pada anak-anak yang
melanggar artinya yang tidak nurut peraturan, kita kasih funishment, hukuman.
Walaupun hukuman itu semuanya wajib kalau dalam sekolah sifatnya
mendidik ya, misalnya kalau gak shalat shubuh kita hukum ya, suruh keluar
kelas wudhu, tetep shalat shubuh walaupun sudah siang, abis itu dia harus
menghafal, misalnya harus murajaah 3 surat, itu kan hukumannya mendidik
juga kan ya, supaya dia hafal lagi. Atau kadang-kadang kalau dia gak shalat
hukumannya menulis surat 1 lembar. Itu kami metodenya tetap reward dan
funishment jadi sedang ya, gak keras-keras banget.
8. Apa upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai agama? Yaitu senantiasa
berinteraksi dengan siswa secara islami. Kemudian, dengan memberikan
contoh langsung ya, menjadi suri tauladan yang baik bagi mereka.
Jakarta, 28 Juli 2017
Nurul Huda S.Pd.I
Transkip Wawancara
Nama : Ainur Falah S.Sos.I
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Juli 1987
Pendidikan Terakhir : S1
Jabatan : Guru
Tempat : SDIT Al-Kahfi Jl.H.Muhayang RT 011/01 No.39C Kel.Rambutan Kec.Ciracas, JakartaTimur
Hari/Tanggal : Jum’at, 28 Juli 2017
Waktu : 13.00 – selesai
1. Bagaimana guru mengetahui kerangka referensi terhadap siswa
khususnya dalam tahfidzul quran dan praktek sholat ? Paling ditanya
anaknya, terus di test gitu hafalannya. Dan shalat juga Alhamdulillah
semuanya, hampir semua orang tua murid juga mengajarkan shalat, mungkin
ada beberapa orangtua yang saya juga pernah dapet gitu ya, orangtua yang
tidak mengajarkan shalat, lalu anak disini mengingatkan orangtuanya untuk,
ayok shalat dan Alhamdulillah itu yang tadi saya bilang bahwa tujuan strategi
komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai agama itu berarti berjalan.
2. Bagaimana bapak atau ibu mengetahui situasi dan kondisi siswa ? Intinya
ya tadi, komunikasi. Kalau misalnya kita melihat anak yang sedang murung ya
kita tanya.
3. Bagaimana cara guru dalam berinteraksi dengan siswa khususnya dalam
tahfidzul quran dan praktek sholat ? Kita kan memang setiap hari itu ada
pelajaran tahfidz tahsin, dan kita juga punya target, contoh saya sebagai wali
kelas 1 itu dari surat an-nas sampai surat al-qoriah target kita. Jadi semester 1
dari an-nas sampai al-fiil, itu jadi kita terus tanya, dan ada pelajarannya jadi
kita punya target, di mata pelajaran tahfidz. kalau praktek shalat kita di
sekolah ini, shalat yang pertama pagi, shalat dhuha dan dilanjutkan shalat
zuhur. Nah, anak-anak apalagi saya kelas 1, jadi hanya shalat dhuha dan
zuhur, kalau yang kelas tinggi itu dari tiga, dari kelas 3 sampai kelas 6 itu
karena pulangnya jam 3, itu ada beberapa anak yang shalatnya di sekolah. Dan
itu diajak oleh bapak atau ibu gurunya. Kebetulan, kita juga ada aula baru
untuk melaksanakan praktek shalat.
4. Faktor apa yang menjadi penentu keberhasilan dari penanaman nilai-
nilai agama? yang menjadi keberhasilan kita adalah anak selain bisa
mengerjakan untuk dirinya sendiri, misalnya untuk anak yang sudah baligh,
khususnya untuk shalat itu, dia juga bisa mengingatkan orang lingkungan
sekitarnya. Misalnya, orangtua tidak shalat diingatkan, siapapun itu bisa
diingatkan. Mulai dari entah itu shalat, akhlaknya yang baik, sampai berbagi,
terus semuanya.
Jakarta, 28 Juli 2017
Ainur Falah S.Sos.I
Transkip Wawancara
Nama : Ahmad Hikmi Rosdin S.Pd.I
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 04 November 1985
Pendidikan Terakhir : S1
Jabatan : Staff Tahsin Tahfidz Al-Qur’an dan Guru
Tempat : SDIT Al-Kahfi Jl.H.Muhayang RT 011/01 No.39C Kel.Rambutan Kec.Ciracas, JakartaTimur
Hari/Tanggal : Jum,at, 28 Juli 2017
Waktu : 13.30 - selesai
1. Bagaimana cara guru dalam berinteraksi dengan siswa khususnya dalam
tahfidzul quran dan praktek sholat ? Ya memang mereka saya terapkan
seperti ini, mereka membuka juz amma lalu, saya kasih motivasi ke mereka
siapa yang mau dapat hadiah dari Allah swt di surga, mereka seneng liat
mainan, siapa yang mau dapat mainan dari Allah. mereka tunjukkan tangan
dengan semangat terus, ayo tunjuk tangan pake tangan kanan dengan
membaca bismillah, membaca pun make ta’audz dulu, jadi mengikuti seperti
membaca iqra saja, setelah itu ya saya terapkan terus seperti itu diulang terus
hafalannya nanti maju satu persatu gitu.
2. Pesan apa saja yang disampaikan guru dalam menanamkan nilai agama
pada tahfidzul qur’an dan praktek sholat? Ya memang mereka itu
menghafalkan qur’an kita kasih motivasi, satu huruf aja mendapatkan pahala,
makanya saya gitu dengan cara ke anak-anak ayo siapa yang mau mendapat
surga dari Allah swt, Allah senang dengan kalian, itu dengan bahasa anak-
anak sebenarnya. Shalat seperti itu juga, kalau kalian shalatnya bercanda
maka, Allah tidak akan senang dengan kalian, selalu diberikan nasihat terus.
Jadi, sebenarnya anak-anak SD ini harus diberikan nasehat terus.
3. Adakah bentuk perubahan sikap murid sebelum dan sesudah
diberikannya penanaman nilai-nilai agama ? Ada beberapa, yang mereka
rajin shalatnya, ada yang hafalannya semakin banyak, menjaga hafalannya ada
lah beberapa. Kita optimis bahwa orangtua menyekolahkan anak-anaknya di
SDIT dengan ada nuansa hafalan qur’an mereka sudah mengerti dan sadar
bahwa anak tuh harus ditanamkan membaca al-qur’an, hafal al-qur’an
terutama juz 30, dan harus diulang. Dengan penerapan seperti ini ada beberapa
dari mereka sudah menerapkan dirumah, dan itu ada beberapa anak-anak yang
berhasil, mungkin itu karena kekuatan anak itu sendiri jadi berhasil, yang
kedua sinergi antara guru, orangtua dan anak nih, atau anak ini sudah cerdas
menghafal dan orangtua seneng gitu, malah mereka harus belajar lagi.
Jakarta, 28 Juli 2017
Ahmad Hikmi Rosdin S.Pd.I
Transkip Wawancara
Nama : Dra. Hj. Evi Luthviaty
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Oktober 1965
Pendidikan Terakhir : S1
Jabatan : Kepala Sekolah
Tempat : SDIT Al-Kahfi Jl.H.Muhayang RT 011/01 No.39C Kel.Rambutan Kec.Ciracas, JakartaTimur
Hari/Tanggal : Kamis, 03 Agustus 2017
Waktu : 10.00- selesai
1. Apakah yang melatar belakangi berdirinya sekolah SDIT Al-kahfi ? Jadi
gini, Al-kahfi ini berdiri sebelum berdirinya SD yang sekarang sudah SDIT,
bahwa dahulu tempatnya bukan disini, tapi didaerah bojong namanya, dan itu
ada sekolah yang sifatnya hanya majlis ta’lim saja, ada majlis ta’lim remaja,
kaum bapak, kaum ibu waktu itu. Nah, para pemuda-pemuda yang akhirnya
dinyatakan sebagai dewan pendiri, maka berkeinginan untuk membuat sebuah
lembaga pendidikan yang formal. Kalau awalnya non formal memang hanya
pengajian saja. Nah, terus kemudian karena salah satu dewan pendiri adalah
seorang pendidik, pegawai negeri tapi di departemen agama, karyawan
departeman agama yang mengajarnya saat itu di SMP 49 mengajar agama,
waktu itu 49 memang sudah mendapat kategori favorit, namanya pak haji
Imron Zayadi, beliau adalah salah satu dewan pendiri yang memang bergerak
di bidang pendidikan. Nah, mulai dari situ pak haji Imron ini merekrut
beberapa teman-teman yang bukan juga dari kalangan keluarga. Ini ada yang
pendatang, ada yang dari kalangan saudara ada, namun yang memang interest
dalam bidang pendidikan. Nah, pada akhirnya pada tahun 60-an lah yah, maka
dimulai lah untuk merekrut warga sekitar untuk mempersilahkan untuk
mewakafkan tanahnya. Bagi yang tidak berlokasi didekat yang sekarang
sekolah ini, maka dihimbau untuk memberikan sumbangan berupa uang untuk
kita bebaskan tanahnya masyarakat. Waktu itu, tahun 60-an. Nah, pada tahun
1971 terbentuklah dan itu sudah berbentuk sebuah gedung, hanya bentuknya
letter L dan hanya lantai 1 saja, waktu itu. Ada pak jamak, pak H. Sukendar,
pak H. Imron kemudian ada pak H. Agus Tabrani, kemudian ada bu Hj.
Irhamna, ibu Hj. Irhamna ini orang pendidikan pak H. Imron ini orang
pendidikan, pak H. Jamak orang pendidikan. Pak H. Jamak waktu itu,
mengajarnya memang disekolah negeri SD, kalau pak H. Imron kan mengajar
agama di SMP 49, bu Hj. Irhamna diajak untuk mengajar SD waktu itu. Maka
mereka bertiga inilah mengajak bu Hj. Sukendar, dan pak H. Kadarusman
waktu itu. Sebagai ketua atau kepala yaayasan di akta notaris pertama waktu
itu, Pak H. Kadarusman beliau adalah pewakaf terbesar bersama pak H.
sukandar. Kalau yang lain-lain, ini adalah mereka yang mengelola bidang
pendidikan. Nah, pada tahun 71 mulailah penerimaan murid baru dengan
dinamakan SDI Al-Kahfi, waktu itu. Namun, pengajian yang menjadi cikal
bakal dari berdirinya sekolah itu tetap eksis dengan memanggil habib. Waktu
itu habaib setiap hari rabu gitu ya, kayaknya sampai sekarang nih, yang habaib
saat itu sudah meninggal semua saat ini. Akhirnya, ada regenerasi sampai
sekarang pengajian majlis taklim kaum ibu, dan madrasah formal yang
memang ini berkiblat dengan departeman agama masih ada, dalam hal ini
diniyah. Nah, berkembanglah dari SDI Al-Kahfi itu, pada tahun 71 sampai
dengan tahun 2003, maka beralih namanya menjadi SDIT Al-Kahfi. Karena
apa? Diluar sana untuk mengemas sebuah lembaga pendidikan pasti harus ada
inovasi. Dari mulai kurikulumnya, kemudian sarananya, kemudian kualitas
guru-gurunya, kualitas karyawannya semua harus benar-benar di upgrade
untuk berpindah dari SDI dan SDIT Al-Kahfi. Pada saat tahun 71 hingga
tahun berapa ya.. belum diperlakukan jilbab, roknya masih pendek, anak-anak
juga masih dibebaskan, seperti layaknya sekolah negeri lah, pendek,
tangannya juga pendek tapi dibuka kerudung saat itu. Tapi penamaannya
kenapa islam, kenapa SD Islam? karena kita hanya merekrut siswa yang
beragama Islam saja. Cuma pakaiannya belum dikemas, belum dibuat
peraturan bahwa kita wajib berbusana muslim. Nah, baru pada era tahun 80-
an, sebelum SDIT itu sudah mulai diberlakukan bahwa seluruh siswa-siswi
SDI, sebelum SDIT sudah harus memakai busana muslim. Jadi, 70-an belum,
80-an sudah mulai maka di era 90-an apalagi, apalagi ditahun 2003 yang
memang sudah beralihnya dari SDI menjadi SDIT. Seiringnya dengan waktu
maka, kurikulum yang kita pakai juga menjadi kurikulum 2 ya, karena
memang kita pakai DIKNAS dan pakai kurikulum khas SDIT Al-Kahfi.
2. Kurikulum apa yang digunakan SDIT Al-kahfi ? Kurikulum DIKNAS dan
Kurikulum Khas SDIT Al-Kahfi.
3. Strategi apakah yang digunakan SDIT Al-Kahfi dalam menanamkan
nilai-nilai agama? Itu tadi yang saya katakan. Ada pembiasaan, kemudian
ada pembelajaran agama di dalam kegiatan intra kurikuler. Kalau kita gini,
setiap pembelajaran apapun kita akan masukkan penanaman nilai keagamaan.
Contoh, ketika dia ekskul saja memulainya saja dengan kumpul dulu, berdo’a
dulu sebelum kita memulai ekskul kita pada hari ini. Nah, dari situ saja
sebetulnya sudah menanamkan nilai-nilai keagamaan. Terlebih yang benar-
benar fokus ya, shalat dhuha nya, baik dilapangan maupun dikelas, tapi anak-
anak kita shalat dilapangan 520 orang itu bisa luar biasa tertibnya anak-anak.
Kalaupun ada satu, dua ya pasti, namanya anak-anak. Tapi kategori 98% anak-
anak sudah bisa tertib ketika kita menjalankan shalat sunnah dhuha
dilapangan. Nah, kemudian apalagi, baca qur’an juga, untuk meningkatkan
akhlak dia juga ya, untuk menanamkan nilai-nilai agama. Sehingga dia cinta
qur’an, sehingga dia terbiasa dengan membaca qur’an dan tadi shalat zuhur
juga. Ketika nanti ashar, biasanya mereka gini, ibu bapaknya masih bekerja
diluar rumah dia malas dengan pembantunya, artinya tidak mau bermain
dengan pembantunya, akhirnya kan lebih betah disekolah nih, akhirnya tibalah
waktu adzan ashar, maka kita fasilitasi anak-anak dengan guru-guru untuk
shalat ashar berjamaah di aula serbaguna yang kita sediakan.
Jakarta, 03 Agustus 2017
Dra. Hj. Evi Luthfiaty
Hasil Dokumentasi
Penulis bersama salah satu informan
Foto Seluruh Guru SDIT Al-Kahfi
Gedung Sekolah Islam Terpadu Al-Kahfi
Tempat wudhu SDIT Al-Kahfi Musholah SDIT Al-Kahfi
Top Related