1
SKRIPSI
DARA MERIYANI
NIM.TP. 151337
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
STRATEGI GURU DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARN ACTIVE
LEARNING DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 4
PEMATANG GAJAH MUARO JAMBI
2
STRATEGI GURU DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARN ACTIVE
LEARNING DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 4
PEMATANG GAJAH MUARO JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan
DARA MERIYANI
NIM.TP. 151337
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
3
4
5
6
7
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembah kan kepada ke dua orang tua ku yang tercinta
Ayah anda keman dan Ibunda sukiyem yang telah mengasuh ku mulai dari lahir
hingga dewasa sekarang ini, semoga kedua orang tua ku selalu mendapat rahmat
dari Allah SubhanahuwaTa’ala , Aamiin. yang tercinta yakni ana setiya wati dan
pauji,dan juga calon Imam ku Gun toro terimakasih atas dukungan dan do‟a
kalian sehingga saya dapat menyelesaikan studi pendidikan di perguruan tinggi ini
tanpa semangat dan dukungan dari kalian mungkin saya tidak sampai ke titik ini,
sahabat-sahabat ku, Deby Guati safitri, Asrama Kece, serta sahabat-sahabat
seperjuangan ku Program Studi Pendidikan Agama Islam, umum nya
FakultasTarbiyah dan Keguruan UIN SulthanThaha Saifuddin Jambi serta orang-
orang yang mencintai ilmu pengetahuan. Terimakasih untuk semua yang telah
membantu ku dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SubhanahuwaTa’ala
selalu memberi taufiq dan hidayah kepada kita semua. Amin yaa Robbal „Alamin.
8
MOTTO
بسم الله الرحمن الرحيم
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk. (Departemen Agama, 2011, 285).
9
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillahirabbil’ aalamiin. Ucapan dan ungkapan syukur tiada
terhenti penulis haturkan atasa anugerah Allah SWT. Shalawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW. Rindu kami senantiasa mengiring setiap
hembusan nafas dan detak kehidupan kemuliannya lebih utama dari pada
manusia dan makhluk lainnya, dialah manusia yang paling bertakwa dan
paling taat akan perintah Allah. Dengan rahmat Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Namun demikian, diyakini bahwa tulisan ini masih jauh dari kata
sempurna. Disana sini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari
segi isi, maupun dari segi tulisan. Hal ini bisa terjadi mengingat bahan-bahan
yang dihimpun dalam skripsi ini merupakan kumpulan tulisan yang pernah
disampaikan dalam berbagai kesempatan seminar, diskusi, lokakarya dan
sebagainya. Penulis juga banyak menemui hambatan dan cobaan, penulis
berusaha menghadapi semuanya dengan ikhtiar dan tawakkal. Penulisan dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi
dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai bentuk
pertanggung jawaban penulis menjadi mahasiswa UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar strata satu (S1) Pendidikan Agama Islam di UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari bahwa keterbatasan kemampuan dan kurangnya
pemahaman, banyaknya hambatan dan kesulitan senantiasa penulis temui
dalam penyusunan skripsi ini. Adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak telah memberi sumbangan yang sangat berarti dalam penyelesaian
skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada pihak-pihak berikut:
10
1. Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Dr. Hj. Armida, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ridwan, S.Psi. M.Psi, selaku Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Drs. Ilyas idris.M.Ag selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah
membimbing saya dalam penelitian ini.
5. Drs.Dailami julis,M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang
telah membimbing saya dalam penelitian ini.
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi,
khususnya bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, atas
segala bimbingan dan bantuan.
7. Rini Kartini, S.Ag, selaku kepala sekolah SMA IT Al-Azhar Jambi,
yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Bapak, Ibu guru dan staf di Madrasah ibtidaiyah Negeri 4 muaro jambi
yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.
9. Orang tua saya tercinta Ayahanda Keman dan Ibunda Sukiyem karena
kasih sayang, perjuangan, pengorbanan dan do'a beliau berdualah,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tahapan demi tahapan
pendidikan, lebih khusus dalam penyelesaian skripsi.
10. Teman-teman mahasiswa jurusan PAI angkatan 2015, teman
seperjuangan dalam satu pembimbing, serta teman-teman yang selama
ini memberi semangat, do'a serta dukungan dalam penyelesaian tugas
akhir skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah dengan ikhlas membantu proses penyelesaian skripsi.
11
12
ABSTRAK
Nama : Dara Meriyani
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Strategi Guru dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan
Menggunakan Model Pembelajarn Active Learning di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pematang Gajah Muaro Jambi
Skripsi ini membahas tentang Setrategi guru dalam pembelajaran aqidah akhlak
dengan menggunakan model pembelajaran active learning Pendidikan Agama
Islam di madrasah ibtidaiyah negrti 4 pematang gajah muaro jambi. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi
guru akidah akhlak MIN 4 Pematang Gajah dalam mengefektifkan proses belajar
mengajar dengan menggunakan dengan menggunakan dua cara yang pertama
adalah model pembelajaran pengalaman penting, yang kedua adalah panduan
membaca, kendala guru akidah akhlak MIN 4 Pematang Gajah dalam
mengefektifkan proses belajar mengajar dating dari internat dan eksternal. Faktor
internal datang dari individu siswa itu sendiri yaitu tingkat kecerdasan siswa
dalam menerima pelajaran. Faktor eksternal yaitu sarana dan prasarana yang
kurang memadai, akan tetetapi dengan metode pembelajaran yang digunakan
kendala ini dapat diminimalisir, karena belajar aktif dengan kedua model diatas
dapat menjadikan siswa termotivasi dan menjadikan suasana belajar mengajar
menajdi efektif.
Kata Kunci : Aqidah Akhlak, Active Learning, Pendidikan Agama Islam
13
ABSTRACT
Name : Dara Meriyani
Departement : Islamic Education
Title : The Teacher Strategy in Learning Moral Aqidah by Using an
Active Learning Learning Model Islamic Education in the
Madrasa Ibtidaiyah Negrti 4 Pematang Gajah Muaro Jambi
This thesis discusses the teacher strategy in learning moral aqidah by using an
active learning learning model Islamic Education in the madrasa ibtidaiyah
negrti 4 Pematang Gajah Muaro Jambi. This research is a qualitative research.
The results of this study indicate that the strategy of MIN 4 Pematang Gajah
morality teachers in streamlining the teaching and learning process using the first
two methods is an important experience learning model, the second is a reading
guide, the constraints of MIN 4 Pematang Gajah morality teachers in
streamlining the learning process teaching comes from internat and external.
Internal factors come from individual students themselves, namely the level of
intelligence of students in receiving lessons. External factors, namely facilities
and infrastructure that are inadequate, but with the learning method used this
constraint can be minimized, because active learning with the two models above
can make students motivated and make the atmosphere of teaching and learning
become effective
Keywords: Moral Aqidah, Active Learning, Islamic Education
14
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
NOTA DINAS ............................................................................................. ii
PENGESAHAN .......................................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
MOTTO ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
ABSTRAK ................................................................................................... xi
ABSRACT ..................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 4
C. Perumusan Masalah .................................................................... 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ........................................................................... 6
1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak ............................. 6
2. Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak ......................... 13
B. Model Pembelajaran Aktif .......................................................... 14
1. Manfaat Pembelajaran Aktif ................................................... 16
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Aktif............................................. 17
Komponen Pembelajaran aktif .................................................... 20
Macam-Macam Metode pada Pembelajaran Aktif ..................... 22
C. Study Relevan ............................................................................. 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian ..................................................... 27
B. Setting dan Subjek Penelitian ..................................................... 27
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 27
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 28
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 29
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ......................................... 30
15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum ......................................................................... 31
B. Temuan Khusus dan Pembahasan ............................................. 41
C. Strategi Guru Akidah Akhlak Min 4 Pematang Gajah
Dalam Mengefektifkan Proses Belajar Mengajar
Dengan Menggunakan Metode Model Pembelajaran Active
Learning ...................................................................................... 41
D. Kendala Guru Akidah Akhlak Min 4 Pematang Gajah
Dalam Mengefektifkan Proses Belajar Mengajar
Dengan Menggunakan Metode Model Pembelajaran Active
Learning. ..................................................................................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 62
B. Saran ........................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
16
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Nama – Nama Kepala Sekolah sejak didirikan hingga sekarang........................ 32
Tabel 4.2 Daftar Guru dan Pegawai MIN Mendalo Darat Tahun Pelajaran ....................... 36
Tabel 4.3 Daftar keadaan siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat ................... 37
Tabel 4.4 Keadaan Sarana Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo ...................................... 38
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Madrasah merupakan salah satu instiusi pendidikan yang berlatar
belakang agama Islam. Posisi ini menjadi strategis di mana pembangunan
karakter keislaman bagi peserta didik yang dapat dibangun sejak dini dan
berkelanjutan. Selain itu Madrasah juga sangat berperan dalam sisi politis
di mana eksistensinya dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam kekuatan
Islam. Urgensi madrasah ini dalama tataran jenjang pendidikan yang lebih
besar dapat dilihat sebagai representasi wajah dan masa depan Islam
Indonesia yang berkarakter. Sebagai lembaga, Madrasah dimaksudkan
untuk mempertahankan nilai-niali keislaman dengan titik berat pada
pendidikan. Madrasah juga berusaha untuk mendidik para Siswa yang
belajar pada Madrasah tersebut yang diharapkan dapat menjadi orang-
orang yang mendalami pengetahuan keislamannya disisi lain peserta didik
juga tidak terlepas dari pengetahuan informasi dan tekhnologi yang
berkembang di zaman modern ini.
“Abdul Majid et al (2005:130) Madrasah Ibtidaiyah merupakan
salah satu jenjang pendidikan atau tahapan pendidikan yang setingkat
dengan sekolah dasar (SD). Artinya, madrasah Ibtidaiyah merupakan
tonggak awal dalam pembangunan karakter secara mendasar dalam
tataran keilmuan berdasarkan tingkatan dalam pendidikan yang ada di
Indonesia. Banyak cabang pelajaran yang diajarkan di Madrasah
Ibtidaiyah yang salah satunya adalah pelajaran akidah akhlak, Aqidah
akhlak merupakan satu dari komponen Pendidikan Agama Islam, yang
mempunyai arahan dalam mendorong, membimbing, mengembangkan
kompetensi peserta didik untuk berperilaku yang baik dan jujur.
Menurut Zakiyah Daradjat pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati
tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan
Islam sebagai pandangan hidup.”
Dengan demikian, pelajaran akidah akhlak pada MI merupakan suatu
hal yang sangat krusial, dimana kemudian mata pelajaran ini menjadi
6
6
pelarajaran yang sangat diminati oleh siswa secara keseluruhan. Dalam
kenyataanya tidak demikian pelajaran akidah akhlak tidak begitu diminati
oleh pesera didik. Seperti pendapat Afrizal Mayub (2005:2) yang
mengatakan bahwa sudah menjadi pendapat umum jika Pendidikan Agama
Islam merupakan salah satu pelajaran yang kurang diminati. Salah satu
penyebabnya adalah Pendidikan Agama Islam (PAI) terdapat konsep yang
bersifat abstrak sehingga sukar membayangkannya.
Keadaan diatas tentu merupakan salah satu problematika yang terjadi
pada pelajaran akidah akhlak di Madrasah Ibtudaiyah. Untuk itu peneliti
tertarik untuk melihat sejauh mana problematika yang terjadi dalam
pelajaran akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah secara kompleks. Dalam
proses pembelajaran banyak ditemukan problematika di dalamnya baik itu
problematika guru, siswa maupun materi yang diajarkan. Robbins
(2007:69) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkupan belajar dalam rangka
pemberian bantuan oleh pendidik agar dapat terjadi proses untuk
memperoleh ilmu, pengetahuan, penguasaan kemahiran, perubahan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan diri kepada peserta didik.
Dengan demikian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran adalah suatu hakikat dari kegiatan pendidikan.
Oleh karena itu proses pembelajaran seyogyanya dilakukan dengan baik
agar tidak terjadi masalah dalam salah satu mata pelajaran yang diberikan.
Dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar tentu banyak hal yang
harus diperhatikan agar penyampaian materi pelajaran tersebut dapat
dimengerti oleh siswa secara utuh baik dari segi materi yang disampaikan
maupun pemahaman setelah materi itu disampikan.
Yang menjadi permasalahan adalah dimana siswa tidak dapat
memahami pelajaran pada pelajaran akidah akhlak dengan baik,
Disamping itu pada saat pembelajaran tidak sedikit siswa tidak
memperhatikan atau tidak fokus dalam proses belajar mengajar. Hal
7
7
tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah kurangnya
minat siswa, kemudian siswa ribut dan guru tidak bergitu memperhatikan
keadaan siswa pada saat jam pelajaran, keaadaan ini membuat proses
belajar mengajar menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, hal ini butuh
perhatian khusus bagaimana kemudian upaya dalam hal ini strategi yang
dilakukan guru dalam menyampaikan pelajaran akidah akhlak dapat
dipahami dan menjadi salah satu pelajaran yang benar-bener dikuasai oleh
peserta didik secara total.
Sekolah merupakan tempat dimana proses pembelajaran terjadi
secara langsung. Salah satu sekolah yang menjadi tempat berlangsungnya
proses pembelajaran adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). Dalam hal
ini peneliti melakukan penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4
Pematang Gajah Muaro Jambi mengenai problematika pembelajaran yang
ada didalamnya.
Madrasah Ibtadaiyah Negeri 4 pematang gajah merupakan sekolah
yang mengembangkan dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, yang
melaksanakan pembelajaran dan bimbingan belajar secara efektif yang
proses tujuan akhirnya adalah siswa mampu berkembang secara optimal
sesuai dengan potensi yang ia dimiliki. Ilmu pengetahuan yang diberikan
kepada siswa pada MIN 4 Pematang Gajah yaitu ilmu pengetahuan agama
serta pengetahuan umum. Sekian banyak mata pelajaran yang dipelajari di
MIN 4 Pematang Gajah yaitu salah satunya adalah pelajaran Aqidah
Akhlak.
Penerapan metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak guru-guru MIN 4 Pematang Gajah sudah
merupakan hal yang sangat krusial, menyelenggarakan metode yang cocok
terhadap keadaan siswa merupakan upaya guru demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran itu adalah aktif learning
yang membabagi bagaimana motode pengajaran dalam proses belakar
mengajar.
8
8
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk
memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang
menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka.
Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak
didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat
dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang
diperhatikan pada pembelajaran konvensional. Keadaan ini juga
merupakan tantangan bagi guru menjadikan siswa dapat aktif dan
menerima stimulus dalam memahami secara seksama pelajaran akidah
akhlak.
Dengan keadaan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan
mengetahui lebih jauh mengenai “Strategi Guru dalam Pembelajaran
Aqidah Akhlak dengan Menggunakan Model Pembelajarn Active Learning
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pematang Gajah Keb. Muaro Jambi”
B. Fokus Penelitian
Dengan adanya latar belakang yang menjadi objek kajian penelitian
ini, mengingat ada penjabaran beberapa pembatasan yang harus diambil
maka wilayah pembahasanyapun harus diminimalisir, walaupun
membutuhkan referensi dari luar batasan, agar permasalahan tidak
menyimpang dari pembahasan, mudah untuk dimengerti dan mudah
dipahami. Maka penulis dalam penelitian ini memfokuskan pada
mengatasi permasalahan yang akan dikaji, yaitu hanya masalah tentang
strategi guru dalam penerapan model pembelajaran ative learning pada
pelajaran akidah akhlak.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis
menarik beberapa rumusan masalah diantaranya sebagai berikut :
berikut:
9
9
1. Bagaimana strategi guru akidah akhlak MIN 4 Pematang Gajah dalam
mengefektifkan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode
model pembelajaran active learning ?
2. Apa kendala guru akidah akhlak MIN 4 Pematang Gajah dalam
mengefektifkan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode
model pembelajaran active learning ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada latar belakang masalah diatas maka
penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui strategi guru akidah akhlak di MIN 4 Pematang
Gajah dalam mengefektifkan proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode model pembelajaran active learning.
b. Untuk mengetahui kendala guru akidah akhlak MIN 4 Pematang Gajah
dalam mengefektifkan proses belajar mengajar mengajar dengan
menggunakan metode model pembelajaran active learning.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan banyak
manfaat Diantara manfaatnya adalah sebagai berikut :
a. Untuk menambah pengetahuan dalam melihat mutu pendidikan di
sekolah/madrasah.
b. Untuk menambah ilmu dan wawasan peneliti dengan melihat keadaan
lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pematang Gajah Muaro Jambi.
c. Untuk memotifasi agar selalu ingin meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan.
d. Penelitian ini juga berguna sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk
meraih gelar sarjana di Fakultas Tarbiyah UIN STS Jambi.
10
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak
a. Pembelajaran
Partantopius et al (1994:95) Pembelajaran berasal dari kata belajar.
Belajar adalah perubahan yang terjadi pada tingkah laku potensial yang
dianggap sebagai hasil dari pengamatan dan latihan secara relatif.
Adapun maksud dari pembelajaran disini adalah suatu kegiatan untuk
mengubah tingkah laku yang diusahakan oleh dua belah pihak yaitu
antara pendidik dan peserta didik sehingga terjadi komunikasi dua arah.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang komplek,
yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Trianto (2009:17)
Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam
makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan
interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan.
Menurut Hilgard (Pasaribu, 1983:59) belajar adalah suatu proses
perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan, apabila perubahan
tersebut disebabkan pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang
seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan, maka tidak dapat disebut
belajar. Yang dimaksud perubahan disini adalah mencakup
pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku yang diperoleh melalui
latihan atau pengalaman. Adapun menurut Benjamin Bloom,
(Syaifurahman, 3013:58) belajar adalah perubahan kualitas kemampuan
kognitif, afektif dan sikomotorik agar mencapai taraf hidupnya sebagai
pribadi, masyarakat, maupun makhluk Tuhan yang maha esa.
27
27
Di dalam pembelajaran terdapat proses pembelajaran. Oemar
Hamalik (2012:57) Proses pembelajaran ialah proses individu
mengubah perilaku sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhannya.
Artinya individu akan melakukan kegiatan belajar apabila ia
menghadapi situasi kebutuhan. Adanya kebutuhan akan mendorong
individu untuk mengkaji perilaku yang ada pada dirinya, apabila ia
tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut maka ia harus memperoleh
perilaku dengan proses pembelajaran.
Dari beberapa uraian yang telah dijelaskan diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi
antara guru dan peserta didik dalam memberikan ilmu pengetahuan
yang saling mempengaruhi pemikiran maupun tingkah laku dengan
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan prosedur untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran tertentu. Dengan pembelajaran maka terjadi
interaksi dan komunikasi dua arah yang simetris antara peserta didik
dan guru dalam mendorong dan menumbuhkan karakter anak didik
melakukan proses belajar.
b. Akidah
Hasan (1978: 24) Aqidah berasal dari bahasa Arab yang diambil
dari kata dasar ‘aqada ya’qidu ‘aqdan aqidatan yang berarti ikatan atau
pejanjian. Artinya sesuatu yang menjadi tempat hati yang mana hati
terikat kepadanya. MKD Iain Sunan Ampel (2011:57) Setelah
berbentuk aqidah maka maknanya menjadi keyakinan. Adapun
pengertian aqidah secara istilah berarti perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh
dan kokoh serta tidak ada keraguan dan kebimbangan didalamnya.
Para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam mengenai
pengertian aqidah, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Menurut Hasan al-Banna
MKD IAIN Sunan Ampel (2011:58) Aqidah adalah beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, menentramkan
28
28
jiwa dan menjadikan keyakinan yang tidak ada keraguan dan
kebimbangan yang mencampurinya.
2) Menurut Syaikh Thahir al-Jazairy
Aqidah Islamiyah adalah perkara-perkara yang diyakini oleh
orang-orang muslim yang berarti mereka teguh terhadap kebenaran
perkara-perkara tersebut.
3) Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazary
Aqidah adalah kebenaran yang secara umum dapat diterima oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah, yang mana hal tersebut
dimunculkan oleh manusia dalam hati dan diyakini secara pasti serta
terdapat penolakan terhadap sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran tersebut.
Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aqidah
adalah perkara-perkara yang wajib diyakini sepenuh hati mengenai
kebenarannya, karena hal tersebut dapat diterima manusia dan dapat
menentramkan jiwa dalam pelaksanaannya.
c. Akhlak
Ahmad (1997:364) Akhlak secara etimologis, berasal dari bahasa
Arab yang diidentifikasikan dengan kata al a‟dah yang memiliki arti
kebiasaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003:20) Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak berarti budi pekerti atau
kelakuan. Zainuddin et al (1999:73) Kata akhlak lebih luas dari pada
moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab
akhlak mencakup segi-segi kejiwaan dan tingkah laku seseorang baik
secara lahiriah maupun batiniah. MKD IAIN Sunan Ampel (2011:1)
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk yang memiliki
arti tabiat, budi pekerti, kebiasaan, keperwiraan, kejantanan, agama, dan
kemarahan.
Adapun pengertian akhlak secara terminologi, para ulama
memberikan definisi-definisi yang bermacam-macam. Berikut adalah
definisi-definisi akhlak menurut para ulama:
29
29
1) Menurut Imam al-Gazali
MKD IAIN Sunan Ampel (2011:1) Akhlak adalah sifat yang
tertanam pada jiwa manusia yang dapat menimbulkan perbuatan-
perbuatan yang mudah dan gampang tanpa memalui pemikiran terlebih
dahulu.
2) Menurut Ibn Miskawih
Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong terhadap
perbuatan-perbuatan tanpa adanya pemikiran dan pandangan.
3) Menurut Ahmad Amin
Menurut sebagian ulama, akhlak adalah suatu kehendak yang
dibiasakan. Artinya apabila kehendak-kehendak tersebut telah menjadi
suatu kebiasaan maka itulah yang disebut akhlak.
Dari berbagai definisi yang dikemukaan oleh para ulama diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwasanya adalah akhlak adalah suatu
perbuatan yang telah dibiasakan sehingga perbuatan tersebut muncul
tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Hasan (1978: 27) Akhlak juga memiliki keterkaitan dengan
pendidikan moral. Pendidikan moral berkenaan dengan pertanyaan
tentang yang benar dan yang salah dalam hubungan antar sesama
manusia yang meliputi konsep-konsep seperti harkat manusia, harga
diri manusia, keadilan sosial, kepedulian terhadap sesama manusia,
persamaan hak, sikap saling menghargai dan sebagainya. Tujuan dari
pendidikan moral ini membantu siswa agar memiliki tanggung jawab
dalam memberikan pendapat, adil dan matang mengenai orang lain.
Apabila dikaitkan dengan perbuatan maka terdapat juga akhlak baik
dan akhlak buruk. Ali Hasan (1978:1) Dasar untuk mengukur baik
buruknya sifat seseorang adalah al-Qur‟an dan as-Sunnah. Apa yang
baik menurut al-Qur‟an dan as-Sunnah, maka itulah yang dijadikan
pegangan dan begitu pula sebaliknya apa yang buruk menurut al-Qur‟an
dan as-Sunnah maka itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.
Adapun ruang lingkup akhlak adalah sebagai berikut:
30
30
1) Akhlak terhadap Allah SWT
Yakni akhlak yang berhubungan terhadap khalik (sang pencita)
yaitu Allah SWT yakni dengan menjalankan apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT dan menjauhi segala apa yang dilarang olehnya.
Selain itu mencintai Allah dan mensyukuri apa yang telah diberikan
oleh serta mengagungkan Allah, senantiasa ingat akan kebesaran
Allah. Hal tersebut sangatlah penting bagi kehidupan manusia karena
bagaimana kehidupannya ditentukan dengan hubungannya dengan
Allah SWT. Apabila manusia taat terhadap Allah SWT, maka Allah
memberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Sebaliknya apabila manusia tidak taat terhadap Allah SWT, maka
kehidupannya akan sengsara baik di dunia maupun di akhirat.
2) Akhlak terhadap sesama manusia
Setelah memperhatikan hubungannya dengan Allah SWT,
manusia juga harus memperhatikan hubungannya terhadap sesama.
Tidaklah baik seseorang yang memiliki hubungan yang baik
terhadap Allah akan tetapi tidak memiliki hubungan yang baik
dengan sesama. Hubungan yang baik ini bisa dilakukan dengan
menjaga silaturrahmi, saling menghormati, saling tolong menolong
dan sebagainya. Dengan demikian menjaga hubungan baik antara
sesama manusia merupakan hal yang penting karena manusia
tidaklah mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia
adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara sesama.
Oleh karena itu sangat penting untuk menampilkan akhlak yang baik
terhadap sesama manusia.
3) Akhlak terhadap alam
Setelah manusia memperhatikan hubungannya terhadap Allah
dan terhadap sesama manusia, manusia juga harus memperhatikan
hubungannya dengan alam, yakni berusaha melindungi alam sekitar
dan menjaga kelestariannya. Hal tersebut dikarenakan alam adalah
makhluk Allah SWT yang juga berhak hidup sama seperti manusia.
31
31
Oleh karena itu alam harus dilindungi karena alam sebagai
lingkungan hidup manusia telah banyak memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia, seperti air, udara, tumbuh-tumbuhan dan
sebagainya. Apabila manusia tidak bersikap ramah terhadap alam,
maka alam pun tidak akan bersikap ramah terhadap manusia.
Apabila hal tersebut terjadi maka manusia itu sendiri yang rugi.
Akan banyak terjadi bencana yang disebabkan oleh manusia itu
sendiri seperti banjir, tsunami, gempa bumi dan sebagainya. Oleh
karena itu manusia harus menjaga hubungannya dengan alam dengan
menjaga lingkungan dan kelestarian alam.
Tujuan pokok akhlak adalah agar setiap orang muslim memiliki
budi pekerti, tingkah laku dan adat istiadat yang baik sesuai ajaran
Islam. Selain tujuan yang diperoleh apabila seorang muslim
berakhlak yang baik adalah:
1) Ridha Allah SWT. Orang yang memiliki akhlak yang baik yang
sesuai ajaran Islam, senantiasa akan melaksanakan segala
perbuatannya dengan hati yang ikhlas dan semata-mata karena
mengharap ridha Allah.
2) Kepribadian muslim. Orang yang memiliki akhlak yang baik yang
sesuai ajaran Islam, segala perbuatannya mencerminkan sikap
ajaran Islam baik ucapannya maupun pemikirannya.
3) Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan yang tercela
Dengan memiliki akhlak yang baik akan mendapatkan bimbingan
dan ridha Allah, serta akan terwujud perbuatan-perbuatan yang
terpuji yang seimbang antara kebaikan dunia dan akhirat serta
terhindar dari perbuatan tercela (Zainuddin, 1999:67).
d. Akidah Akhlak
Aqidah dan akhlak yang merupakan gabungan dua kata yang memiliki
pengertian tersendiri. Departemen Agama RI (2004:17) Adapun Aqidah
Akhlak merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar lebih
32
32
mengenal, menghayati, dan mengimani Allah SWT, serta merealisasikan
dalam perilaku akhlak mulia dalam pengamalan dan pembiasaan.
Aqidah Ahklak atau budi pekerti Jamaludin (2006:80) merupakan
tingkah laku manusia yang disadari oleh kesadaran berbuat baik yang
didorong keinginan hati yang selaras dengan perkembangan akal. Dan
usaha yang dilakukan secara sadar untuk dapat menyiapkan peserta didik
agar beriman terhadap ke-Esa-an Allah SWT. Serta sebagai pokok-pokok
atau dasar-dasar keyakinan hidup yang intinya keyakinan kepada Allah
SWT yang menciptakan dan mengatur kehidupan ini.
Aqidah Akhlak merupakan materi pelajaran yang diberikan kepada
siswa sebagai bagian dari proses pembelajaran. Sanjaya (2010:141) Materi
pelajaran learning materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi
kurikulum yang harus dikuasai siswa dalam rangka pencapaian standard
kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu.
Dengan demikian materi pelajaran merupakan bagian terpenting dalam
proses pembelajaran.
e. Tujuan Pembelajaran Akidah Aklak
Adapun tujuan pembelajaran/ belajar Aqidah Akhlak untuk
menambah dan meningkatkan keimanan peserta didik, yang diwujudkan
dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah
akhlak Islam, sehingga menjadi menusia muslim yang terus berkembang,
meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta
masyarakat berbangsa dan bernegara kemudian untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam tujuan pendidikan akhlak, segala sesuatu yang dilakukan
seseorang dengan sengaja pasti mengandung tujuan tertententu demikian
pula dengan pendidikan Akhlak. Pembelajaran Aqidah dan Akhlak
memiliki tujuan yang sudah barang tentu tidak dapat dipisahkan dengan
tujuan pendidikan pada umumnya, sebab apa yang ingin dicapai dalam
pendidikan akhlak tidak beda dengan tujuan pendidikan Islam.
33
33
Maka tujuan dari pembelajaran akhlak dalam Islam Zakiyah
(1996:108) adalah untuk membimbing dan menuntun anak agar hidup dan
bergaul di sekolah, keluarga dan di masyarakat dengan baik, sesuai dengan
norma-norma yang berlaku sopan-santun, tegas, berakhlak mulia dalam
rangka mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Yakni menjadi
seorang muslim yang bertaqwa dan berakhlak mulia, menghayati dan
mengamalkan ajaran agamanya.
2. Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak
Problematika berasal dari kata dasar problem yang berarti masalah dan
persoalan. Sedangkan problematika berarti hal yang menimbulkan masalah,
hal yang belum terpecahkan masalahnya. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 2003:896). Demikian setelah dijabarkan hal-hal mengenai
pembelajaran Aqidah Akhlak dan yang berhubungan dengannya maka
pembahasan selanjutnya adalah mengenai problematika yang terdapat dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak.
Berbicara mengenai pembelajaran, maka dapat dikesimpulan bahwa
substansi dari pembelajaran adalah hasil belajar. pembelajaran tidak hanya
hanya sebatas pemberian materi kepada siswa, akan tetapi pembelajaran juga
meliputi suatu proses interaksi dan aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam
mengakomodir siswa untuk belajar secara baik. Dalam hal ini belajar
bertujuan untuk mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi bahan pembelajaran yang diberikan.
Oleh karena itu, Kurniawan (2014:12) agar dapat menciptakan kondisi
belajar yang baik, guru harus mengetahui aspek-aspek penentu dalam
pembelajaran aktif. Berikut adalah aspek-aspek pembelajaran aktif:
a) Guru. Seoarang guru harus mengetahui keunggulan dan kelemahannya
dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu
melakukan evaluasi atas kegiatan pembelajaran pada setiap akhir kegiatan
pembelajaran. Dari sini guru harus selalu terbuka menerima kritik dan
penilaian demi peningkatan pembelajaran yang lebih baik.
b) Bahasa. Penyampaian materi dan informasi dalam bidang keilmuan
tertentu merupakan substansi dari pembelajaran. Penyampaian informasi
tersebut selalu menggunakan media bahasa. Untuk itu bahasa merupakan
faktor penting dalam pembelajaran.
34
34
c) Siswa. Siswa adalah individu yang akan diberi materi dalam pembelajaran.
Hal yang perlu diperhatian agar pembelajaran dapat berhasil adalah
dengan memahami karakteristik siswa.
d) Tujuan. Setiap pembelajaran yang dilakukan harus mempunyai tujuan,
baik itu tujuan intruksional yang sudah ditetapkan ataupun tujuan lain yang
secara tersirat dikehendaki oleh guru. Tujuan ini tentunya didasarkan pada
keadaan siswa, lingkungan, dan harapan guru.
e) Strategi Pembelajaran. Penjelasan aspek karakteristik guru, siswa, bahasa
dan tujuan merupakan bagian yang akan menjadi penentu dalam penentuan
strategi pembelajaran. Strategi inilah yang berposisi sebagai cara-cara
yang akan dilakukan oleh guru dalam penyelenggaraan pembelajaran
untuk mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Demikian aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh guru agar dapat
tercipta pembelajaran aktif. Selain itu guru juga harus menkondisikan
pembelajaran yang kondusif. Adapun problematika pembelajaran dapat
muncul apabila tidak terdapat pembelajaran aktif seperti uraian diatas.
3. Model pembelajaran
Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara umum
model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya
yang diperoleh dari beberapa sistem. Sedangkan menurut Agus Suprijono
(2011: 45), model diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses
aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46).
Ismail yang dikutip oleh Rachmadi Widdiharto (2004: 3) menyebutkan
bahwa istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dipunyai oleh strategi atau metode tertentuyaitu:
1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya
2) Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai
a. Model Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif yaitu suatu pembelajaran yang mengajak siswa
untuk belajar secara aktif. Mereka secara aktif menggunakan otak mereka
35
35
baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan
persoalan atau mengaplikasikan apa yang mereka pelajari kedalam suatu
persoalan yang ada dalam kehuidupan nyata (Hisyam Zaini, 2002:XVI).
Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan
semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik
dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki. Di samping itu, pembelajaran aktif juga
dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran (Hartono,2008: 20).
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL)
merupakan suatu proses kegiatan belajar megajar di mana anak terutama
mengalami keterlibatan intelektual emosional di samping proses belajar
mengajar. Konsep ini bersumber dari teori kurikulum yang berpusat pada
anak yang kita kenal dengan istilah Child Centered Curriculum (Lalu
Muhammad Azhar, 1993: 38-39).
Saiful Sagala (2006: 201) berpendapat bahwa Cara Belajar Siswa
Aktif dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada
pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses
pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Sementara
itu terdapat pengertian lain yaitu mengenai Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA). Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa, yang merupakan
inti dari kegiatan belajar (Oemar Hamalik, 2005: 137).
Dari uraian di atas mengenai pembelajaran aktif dan CBSA di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah sistem belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental,
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Siswa dituntut untuk terlibat maupun berperan dalam proses pembelajaran.
Siswa tidak hanya sekedar mengikuti dan mendengarkan pembelajaran,
akan tetapi siswa juga melihat, melakukan, mencobakan dan mengatasi
36
36
permasalahan yang muncul sehingga harapannya siswa lebih dapat
menguasai tentang apa yang mereka pelajari.
b. Manfaat Pembelajaran Aktif
Menurut Tayar Yusuf (1997:147), pembelajaran aktif memiliki
beberapa manfaat, diantaranya :
1) Dapat menumbuhkan suasana kelas yang dinamis dan hidup
2) Adanya komunikasi dua arah timbal balik antara guru dan anak didik,
mendorong suasana yang responsif dan bergairah bagi anak didik
3) Anak didik merasa terlibat langsung secara intelektual dan emosional
dalam prosespengajaran
4) Mendorong bagi guru menyiapkan dan menyajikan pelajaran secara
optimal
5) Adanya sumber belajar atau lingkungan belajar yang diciptakan secara
optimal
Oemar Hamalik (2005: 91) mengemukakan sejumlah manfaat atau
kegunaan dari kegiatan pembelajaran aktif, antara lain:
1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek kepribadian
siswa.
3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada
gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,
sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan
individual.
5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan
kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.
6) Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat,
dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat
dalam pendidikan siswa.
37
37
7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit,
sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta
menghindarkan terjadinya verbalisme.
8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya
kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.
Dari penjelasan di atas penulis menggunakan teori dari Oemar
Hamalik untuk mengatahu menfaat pembelajaran aktif itu sendiri.
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Aktif
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pendekatan belajar aktif adalah
tingkah laku yang mendasar bagi siswa yang selalu nampak dan
menggambarkan keterlibatannya dalam proses belajar mengajar baik
keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak hal
dapat diisyaratkan sebagai keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk
keaktifan fisik.
Sedangkan dalam penerapan strategi belajar aktif, seorang guru harus
mampu membuat pelajaran yang diajarkan itu menantang dan merangsang
daya cipta siswa untuk menemukan serta mengesankan bagi siswa. Untuk
itu seorang guru harus memperhatikan beberapa prinsip dalam menerapkan
pendekatan belajar aktif (active learning strategy), sebagaimana yang
diungkapkan oleh Semiawan (1992 : 10-13) adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Motivasi
Motif adalah daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu. Kalau seorang siswa rajin belajar, guru
hendaknya menyelidiki apa kiranya motif yang mendorongnya. Kalau
seorang siswa malas belajar, guru hendaknya menyelidiki mengapa ia
berbuat demikian. Guru hendaknya berperan sebagai pendorong,
motivator, agar motif-motif yang positifdibangkitkan dan atau
ditingkatkan dalam diri siswa.
Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi dari dalam diri anak
(intrinsik) dan motivasi dari luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi dalam
diri dapat dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu anak,
38
38
keinginan untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar.
Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran,
misalnya melalui pujian, hukuman, misalnya dengan penugasan untuk
memperbaiki pekerjaan rumahnya.
2) Prinsip Latar atau Konteks
Kegiatan belajar tidak terjadi dalam kekosongan. Sudah jelas,
para siswa yang mempelajari sesuatu hal yang baru telah pula
mengetahuihal-hal lain yang secara langsung atau tak langsung
berkaitan. Karena itu, para guru perlu meyelidiki apa kira-kira
pengetahuan, perasaan, ketrampilan, sikapdan pengalaman yang telah
dimiliki para siswa. Perolehan ini perlu dihubungkan dengan bahan
pelajaran baru yang hendak diajarkan guru atau dipelajari para siswa.
Dalam mengajarkan klasifikasi serat tekstil misalnya, para guru
dapat mengaitkannya denganjenis busana dan serat tekstil yang biasa
dikenakan setiap hari dan sering dijumpai sehari-hari. Dengan cara ini,
para siswa akan lebih mudah menangkap dan memahami bahan
pelajaran yang baru.
3) Prinsip Hubungan Sosial atau Sosialisasi
Dalam belajar para siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan
rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih
berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, misalnya dalam kerja
kelompok, daripada jika dikerjakan sendirian oleh masing-masing
siswa.
Belajar mengenai uji coba pembakaran serat tekstil secara
kelompok tentu saja akan lebih mudah dan lebih cepat jika para siswa
bekerja sama. Mereka dapat dibagi kedalam kelompok dan kepada
setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda. Latihan bekerja
sama sangatlah penting dalam proses pembentukan kepribadian anak.
4) Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Anak-anak pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau
melakukan aktivitas. Bekerja adalah tuntutan pernyataan dari anak.
Karena itu, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk melakukan
kegiatan nyata yang melibatkan otot dan pikirannya. Semakin anak
bertumbuh semakin berkurang kadar bekerja dan semakin bertambah
kadar berpikir. Apa yang diperoleh anak melalui kegiatan bekerja,
39
39
mencari, dan menemukan sendiri tak akan mudah dilupakan. Hal itu
akan tertanam dalam hati sanubari dan pikiran anak. Para siswa akan
bergembira kalau mereka diberi kesempatan untuk menyalurkan
kemampuan bekerjanya.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, sejalan dengan teori
pembelajaran aktif, bahwa dengan melakukan maka siswa akan lebih
ingat terhadap materi yang dipelajarainya. Jadi pada mata diklat
memilih bahan baku busana, jika proses pembelajarannya dilakukan
dengan praktikum ataupun analisis, maka siswa akan lebih mengingat
dan memahami daripada pembelajaran berupa teori saja.
5. Prinsip Pemecahan Masalah
Seluruh kegiatan siswa akan terarah jika didorong untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Guna mencapai tujuan-tujuan, para
siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah agar mereka peka
terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika
para siswa dihadapkan kepada situasi yang memerlukan pemecahan.
Para guru hendaknya mendorong para siswa untuk melihat masalah,
merumuskannyadan berdaya upaya untuk memecahkannya sejauh
taraf kemampuan para siswa.
Prinsip pemecahan pada mata diklat memilih bahan baku busana
dapat terjadi ketikasiswa mengalami kesulitan. Hal ini biasanya terjadi
ketika siswa sedang menganalisis ataupun ketika sedang
melaksanakan praktikum. Guru hendaknya mampu mendorong siswa
agar mampu melihat masalah, merumuskannya dan mengatasi
permasalahan yang muncul tersebut.
d. Komponen Pembelajaran aktif
Salah satu karakteristik dari pembelajaran yang menggunakan
pendekatan belajar aktif adalah adanya keaktifan siswa dan guru,
sehingga terciptanya suasana belajar aktif. Untuk menciptakan
suasana belajar aktif tidak lepas dari beberapa komponen yang
mendukungnya. Sukandi (2003: 10-11) menyebutkan bahwa
komponen-komponen pendekatan belajar aktif dalam proses belajar-
mengajar adalah terdiri dari:
40
40
1) Pengalaman
Sukandi (2003: 10) mengungkapkan bahwa “Pengalaman
langsung mengaktifkan lebih banyak indra daripada hanya melalui
mendengarkan”.
Dari pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pengalaman langsung mengaktifkan tidak hanya melalui indera
pendengaran. Hal tersebut juga didukung dengan indra-indra lainnya
seperti penglihat, pencium, perasa dan peraba. Dengan menggunakan
kelima indra dalam diri manusia, maka pengalaman mengaktifkan
selama pembelajaran akan berjalan lebih mudah dan sempurna.
2) Interaksi
Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila berlangsung
dalam suasana diskusi dengan orang lain, berdiskusi, saling bertanya
dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan. Pada saat orang
lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan, maka
kita terpacu untuk berpikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga
kualitas pendapat itu menjadi lebih baik. Diskusi, dialog dan tukar
gagasan akan membantu anak mengenal hubungan-hubungan baru
tentang sesuatu dan membantu memiliki pemahaman yang lebih baik.
Anak perlu berbicara secara bebas dan tidak terbayang-bayangi
dengan rasa takut sekalipun dengan pernyataan yang menuntut
(alasan/argumen). Argumen dapat membantu mengoreksi pendapat
asalkan didasarkanpada bukti.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran aktif dapat terwujud dengan adanya berinteraksi.
Interaksi yang berupa diskusi akan membuat siswa menjadi saling
bertanya jawab dan menjelaskan. Dengan demikian siswa akan
terpacu untuk berpikir dan berbicara lebih bebas.
3) Komunikasi
Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun
tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka
mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan. Pengungkapan
pikiran, baik dalam rangka mengemukakan gagasan sendiri maupun
menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang
tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.
41
41
Dari pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
komunikasi, yaitu pengungkapan pikiran baik secara lisan maupun
tertulis siswa akan menjadi aktif. Hal ini karena siswa akan
memantapkan pemahamannya baik yang sedang dipelajari mupun
yang sedang dipikirkan.
4) Refleksi
Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain
dan mendapat tanggapan, maka orang itu akan merenungkan kembali
(merefleksi) gagasannya, kemudian melakukan perbaikan, sehingga
memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi akibat
adanya interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa
lain terhadap hasil kerja seorang siswa yang berupa pernyataan yang
menantang (membuat siswa berpikir) dapat merupakan pemicu bagi
siswa untuk melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan
atau dipelajari.
Dari pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa refleksi
merupakan kelanjutan dari interaksi dan komunikasi. Setelah pendapat
yang dikemukakan mendapat tanggapan oleh siswa lain atau pun guru,
maka siswa ini akan merefleksikan gagasan yang dipikirkan dan
dipelajari. Siswa akan lebih mantap pemikirannya. Sehingga siswa
akan lebih menguasai materi yang telah dipelajarinya.
Agar suasana belajar aktif dapat tercipta secara maksimal, maka
diantara beberapa komponen diatas terdapat pendukungnya,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Sukandi (2003:12-14) antara
lain:
1) Sikap dan perilaku guru
Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana
yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa,
maka sikap dan prilaku guru hendaknya:
1) Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa.
2) Membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa
lain berbicara.
3) Menghargai perbedaan pendapat.
42
42
4) Mentolelir kesalahan siswa dan mendorong untuk
memperbaikinya.
5) Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa.
6) Tidak terlalu cepat untuk membantu siswa.
7) Tidak kikiruntuk memuji dan menghargai.
8) Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya siswa sekalipun
kurang berkualitas, dan yang lebih penting
9) Mendorong siswa untuk tidak takut salah dan berani
menanggung resiko
2) Ruang kelas yang menunjang belajar aktif, yaitu diantaranya:
a) Berisi banyak sumber belajar, seperti buku dan benda nyata.
b) Berisi banyak alat bantu belajar, seperti media atau alat peraga.
c) Berisi banyak hasil kerja siswa, seperti lukisan laporan
percobaan, dan alat hasil percobaan.
d) Letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa sehingga siswa
leluasa untuk bergerak
e. Macam-Macam Metode pada Pembelajaran Aktif
Hisyam Zaini dkk membagi metode pada pembelajaran aktif
menjadi 40 macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Critical Incident (Pengalaman Penting)
Metode ini digunakan untuk memulai pelajaran. Tujuan dari
penggunaan metode ini adalah untuk melibatkan siswa sejak awal
dengan melihat pengalaman mereka.
2. Prediction Guide (Tebak Pelajaran)
Adalah metode di mana selama penyampaian materi siswa
dituntut untuk mencocokkan prediksi-prediksi mereka dengan
materi yang disampaikan oleh guru.
3. Reading Guide (Panduan Membaca)
Adalah metode yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan
waktu dalam menyelesaikan materi di dalam kelas.
4. Group Resume (Resume Kelompok)
43
43
Adalah metode dengan membuat resume yang dilakukan
dalam kelompok dengan tujuan membantu siswa lebih akrab yang
anggotanya sudah saling mengenal sebelumnya.
5. Assessment Search (Menilai Kelas)
Metode ini cukup menarik untuk menilai kelas dalam waktu
yang cepat dan sekaligus melibatkan siswa sejak awal pertemuan
untuk saling mengenal dan bekerjasama.
6. Questions Students Have (Pertanyaan dari Siswa)
Metode ini merupakan metode yang tidak menakutkan yang
dapat dipakai untuk mengetahui kebutuhan dan harapan siswa.
Metode ini menggunakan elisitasi dalam memperoleh partisipasi
siswa secara tertulis.
7. Instant Assessment (Penilaian Instan)
Metode ini menyenangkan dan tidak menakutkan untuk
mengetahui siswa. Dengan metode ini dalam waktu yang singkat
dapat mengetahui siswa dari sisi latar belakang, pengalaman,
sikap, harapan dan perhatiannya.
8. Active Knowledge Sharing (Saling Tukar Pengetahuan)
Metode ini digunakan untuk melihat tingkat kemampuan
siswa di samping untuk membentuk tim kerjasama tim.
9. True or False (Benar apa Salah)
Metode ini merupakan aktifitas kolaboratif yang dapat
mengajak siswa untuk terlibat ke dalam materi pelajaran dengan
segera. Metode ini menumbuhkan kerjasama tim, berbagi
pengetahuan dan belajar secara langsung.
10. Inquiring Minds Want to Know (Bangkitkan Minat)
Metode ini dapat membangkitkan keingintahuan siswa
dengan meminta mereka untuk membuat perkiraan-perkiraan
tentang suatu topik atau suatu pertanyaan.
11. Listening Teams (Tim Pendengar)
44
44
Metode ini bertujuan membentuk kelompok-kelompok yang
mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan
materi pelajaran.
12. Guided Note Taking (Catatan Terbimbing)
Metode di mana guru menyiapkan suatu bagan atau skema
atau yang lain yang dapat membantu siswa dalam membuat
catatan-catatan ketika guru menyampaikan materi pelajaran.
13. Synergetic Teaching (Pengajaran Sinergis)
Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling
berbagi hasil belajar dari materi yang sama dengan cara yang
berbeda dengan membandingkan catatan.
14. Guided Teaching (Panduan Mengajar)
Dalam metode ini, guru bertanya kepada siswa satu atau dua
pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau
untuk memperoleh hipotesa atau kesimpulan kemudian
membaginya kepada kategori.
15. Active Debat (Debat Aktif)
Debat bisa menjadi satu metode berharga yang dapat
mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau siswa
diharapkan mepertahankan pendapat yang bertentangan dengan
keyakinannya sendiri.
4. Study Relevan
a. Penelitian ini dilakukan Umi masruroh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2017 yang berjudul Implementasi strategi belajar aktif (aktif learning)
dalam Pembelajaran tematik di MIN Kauman Utara Jombang dengan
kesimpulan : Konsep belajar aktif dalam pembelajaran tematik adalah
suatu pembelajaran yang menjadikan siswa-siswanya lebih aktif,
kreatif, inovatif dan mandiri, dengan kata lain bisa disebut sebagai
suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kemudian siswa lebih
aktif dalam artian aktif bertanya, menjawab pertanyaan,
45
45
menyampaikan pendapat, mengkritisi topik yang dibahas serta mampu
memecah masalah yang didiskusikan atas usahanya sendiri. Selain itu
siswa menjadi kreatif dan inovatif. Nilai akademik siswa meningkat,
prestasi sekolah juga meningkat sehingga semua itu berimbas kepada
kualitas nilai lulusan yang semakin baik.
b. Penelitian ini dilakukan Mahfuzhdin Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 yang berjudul
pengaruh strategi active learning teknik information secarch mencari
infomrasi terhadap hasil belajar matematika siswa. Dari hasil
penelitian ditemukan bahwa dari perhitungan yang diperoleh bahwa
rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan strategi active learning teknik informasi search/mencari
informasi lebih besar drai rata-rata hasil belajar matematika siswa
yang diajar dengan menggunakan metode konvensional.
c. Indah Umi Zakiyatul Hilal, dengan judul “Efektivitas Implementasi
Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islamdi Smp Negeri 1 Sleman” jurnal, Program
Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Tarbiyah, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014, dengan kesimpulan.
Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa Penerapan strategi
pembelajaran aktif dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Sleman
cukup beragam. Strategi pembelajaran aktif yang biasanya digunakan
adalah ceramah interaktif, diskusi dengan strategi The Power Of Two,
Contextual Teaching and Learning serta tugas belajar dan resitasi.
Proses pembelajaran PAI sudah cukup sesuai dengan silabus dan RPP.
strategi pembelajaran aktif tersebut bisa dikatakan efektif dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Meskipun strategi pembelajaran
aktif yang diterapkan masih terkesan konvensional, namun jika
diterapkan dengan baik dan didukung oleh sumber daya yang ada akan
efektif untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran,
meningkatkan aktivitas belajar dan membantu mengembangkan
46
46
kepribadian siswa. Selain itu ada beberapa faktor yang menghambat
pelaksanaan strategi pembelajaran aktif di SMP N 1 Sleman. Faktor-
faktor yaitu Guru kurang menguasai IT, Siswa yang sulit diajak
bekerja sama, Kurangnya waktu jam pelajaran, Materi pelajaran,
Kurangnya observasi lapangan, Anggapan siswa bahwa pelajaran PAI
itu kurang penting dibandingkan dengan pelajaran lain.
47
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini menekankan pada makna, penalaran, definisi, suatu
situasi tertentu, lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia.
B. Setting dan Subjek Penelitian
Pada penelitian ini penulis laksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4
Pematang Gajah Muaro Jambi. Adapun yang menjadi hal-hal pertimbangan
dalam penelitian ini yaitu rasional, praktis dan ekonomis.
C. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Primer
Iskandar (2009:117) Data primer adalah data yang berupa hasil
wawancaran dan diperoleh melalui wawancara dengan informan
yang dijadikan sumber dalam penelitian.
Jadi dalam penelitian ini yang menjadi data primer atau data
utama adalah data yang berupa teks catatan hasil wawancara penulis
dengan informan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung
dari sumbernya.
48
48
Data sekunder yang penulis teliti maksudnya dalam
penelitian ini adalah data yang terdapat pada Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 4 Pematang Gajah Muaro Jambi sebagai berikut:
a. Literatur Tentang kadaan guru.
31
31
b. Historis madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pematang Gajah Muaro
Jambi
b. Sumber Data
Iskandar dalam Menurut moh. Nasir (2009:118) yang dimaksud dengan
sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Pengumpulan data
dapat menggunakan sumber data primer dan sumber data skunder.
Dalam penelitian ini penulis membagi menjadi dua sumber data:
1. Sumber data Primer, sumber data yang langsung memberikan data
kepada peneliti. Sumber data yang penulis maksud yaitu kepala sekolah,
guru dan siswa.
2. Sumber data Skunder, sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada peneliti seperti melalui dokumen maupun dengan
memanfaatkan orang lain.
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Sutrisno (2004:151) Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan
langsung dengan sistematis mengenai fenomena-fenomena yang diteliti.”
Dalam hal ini penulis langsung malakukan observasi terhadap sistim
belajar mengajar antara guru dan murid dalam pelajaran akidah akhlak.
b. Wawancara
c. Sutrisno (2004:151) Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan
langsung dengan sistematis mengenai fenomena-fenomena yang diteliti.”
d. Dalam hal ini penulis langsung malakukan observasi terhadap sistim
belajar mengajar antara guru dan murid dalam pelajaran akidah akhlak.
e. Dokumentasi
Arikunto (2002:236) Dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal-
hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan lain sebagainya.”
32
32
Jadi dalam penelitian ini penulis mendokumentasikan hasil wawancara
dengan narasumber, serta catatan dari hasil observasi penulis dilapangan,
serta data-data yang penulis kumpulkan mengenai lokasi penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data dari lapangan dikumpulkan maka data tersebut di analisis
dengan menggunakan teknis analisis kualitatif atau data non statistik, maka
penulis akan menggunakan teknis analisis kualitatif dengan menggunakan
teknik:
pertama adalah konteks atau stuasi sosial diseputar dokumen atau teks
yang diteliti. Disini peneliti diharapkan dapat memehami denature
(kealamiahan) dan cultural meaning (makna kultural) dan artifac (yang
diteliti). Kedua adalah process, atau bagaimana suatu produksi media atau isi
pesannya dikreasi secara aktual dan diorganisasikan secara bersama. Ketiga
adalah Emergency, yakni pembentukan secara gradual atau bertahap dari
makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi.
Langkah-langkah dalam menganalisis penelitian ini adalah
menggunakan cara-cara sebagai berikut:
a. Induktif, yaitu berangkat dari kata-kata yang khusus, peristiwa yang
kongkrit kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa yang khusus itu ditarik
generalisasi yang mempunyai sifat .
b. Deduktif, yaitu berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum
kemudian kepada hal-hal yang khusus.
c. Konfaratif, yatu yang membandingkan dari berbagai pendapat yang ada,
kemudian mengambil pendapat yang lebih relevan dengan pembahasan.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
33
33
Tiangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan percakapan
atau sebagai pembanding data itu. Triangulasi berarti membandingkan atau
mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini di capai dengan cara :
1. Membandingkan data pengamatan dan hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang di katakan pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan perspektif seorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
34
34
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Madrasah
MIN Mendalo Darat adalah lembaga pendidikan formal tingkat dasar yang berada
dibawah naungan Departemen Agama,dengan berstatus Negeri. Pada awalnya MIN
Mendalo Darat bernama MI Nurul Huda,yang didirikan oleh masyarakat Desa
Mendalo Darat yang peduli akan pentingnya pendidikan agama pada anak yang
disponsori oleh pemukan masyrakat bernama H. Ismail dan M. Ishak, MI Nurul Huda
didirikan pada tahun 1976 dan mengalami perubahan status menjadi negeri pada
tahun 1995 berdasarkan K MA RI Nomor : 515 A Th.1995.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat merupakan sekolah setingkat Sekolah
Dasar yang berbasis agama di kabupaten Muaro Jambi. Madrasah ini mengedepankan
keseimbangan penyelenggaraaan materi umum dan agama.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat pada awalnya bernama Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Mendalo Darat yang didirikan pada tahun 1992 dengan status
swasta. Kemudian pada tahun 1995 Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Mendalo Darat
melalui surat Keputusan penegerian Madrasah yang dikeluarkan oleh Menteri Agama
yaitu KMA RI Nomor : 515 A tanggal 2 November 1995 dinegerikan dan berubah
nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat.
Nama Madrasah : Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat
Alamat : jln. Jambi-Pijoan KM 13 Mendalo Darat
Desa : Mendalo Darat
Kecamatan : Jambi Luar Kota
63
62
Kabupaten : Muaro Jambi
Provinsi : Jambi
Kode Pos : 36361
Nama Ka.Madrasah : Fitri Rianti,S.Ag
NIP : 19701202 199703 2 002
Pangkat/Gol : Pembina (IV/A)
Pendidikan Terakhir : S 1 IAIN STS Jambi
Fak/Jur : Tarbiyah/PAI
Alamat : Jambi,desa Pematang Gajah
Selama didirikannya MI Nurul Huda, kemudian dinegerikan hingga sekarang
telah mengalami beberapa pergantian pimpinan, hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.1. Nama – Nama Kepala Sekolah sejak didirikan hingga sekarang.
Pada
awal
dinegeri
kannya,
MIN
Mendal
o Darat
beralam
at di
pinggir jalan Jambi – Muara Bulian Km.13 tepatnya di gedung MTs Nurul Huda
sekarang dan dilahan itu juga dibuatkan gedung oleh pemerintah ( Departeman
Agama ) di atas tanah seluas 70.785 M2 wakaf dari Bapak H. Ismail di RT 09
Jl.Sidodadi 700M dari Jalan Jambi – Muara Bulian Desa Mendalo Darat dan
setelah gedungnya selesai, maka secara spontan ia berpindah hingga sekarang.
2. Visi dan Misi Madrasah
No Nama Jabatan Periode Ket
1 H. Ismail Kepala 1976 – 1992 MI – NH
2 Mar‟i Kepala 1992 – 1993 Sda
3 M. Ishak Kepala 1993 – 1995 Sda
4 Drs. Bustanudin Arif Kepala 1995 – 2004 MIN
5 H. Muhammad Arsyad,
S.Ag.M.Pd.I
Kepala 2004 – 2010 MIN
6 Fitri Rianti, S.Ag Kepala 2010 – sekarang MIN
63
63
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat mempunyai visi dan misi yaitu
sebagai berikut :
1. Visi
“Mencetak peserta didik Islami”
2. Misi
a) Menciptakan generasi Qurani
b) Meletakkan pengetahuan dasar agama/umum menghasilkan
lulusan yang handal
c) Terampil beribadah
d) Mempunyai akhlakul karimah dalam kehiduapan masyarakat
3. Geografis Madrasah
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat terletak di jalan Jambi-Pijoan KM 13
Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Madrasah
ini dibangun di atas tanah seluas 70.785 m2 yang mana tanah tersebut adalah
merupakan waqaf dari M. Sholeh bin Sapirin dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan tanah Siti Halimah
2. Sebelah barat berbatasan dengan tanah H. Marhasan
3. Sebelah selatan berbatasan dengan tanah H. Toyib
4. Sebelah timut berbatasan dengan jalan Pematang Gajah
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat memiliki lokasi yang sangat strategis
untuk tempat belajar yang mempunyai ciri-ciri :
a) Berbatasan langsung dengan ibu kota provinsi sehingga
mempunyai akses yang paling dekat kota.
b) Lokasinya jauh dari pusat keramaian dan kebisingan lalu lintas
jalan raya ± 700 m dari jalan raya.
c) Berdekatan dengan lembaga pendidikan lain seperti SD,
SLTP/MTs, SLTA/MA maupun universitas.
4. Kurikulum Madrasah
Keberadaan kurikulum dalam proses pembelajaran merupakan salah satu
instrument penting terlaksananya proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pendidikan. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas proses
63
64
pembelajaran, barangkali kurikulumlah yang bisa dianggap menjadi prioritas
utama untuk diperhatikan.
Hal ini tidak lain karena kurikulum merupakan rencanan pendidikan yang akan
diberikan kepada peserta didik. Bahkan dalam pengertian yang lebih luas,
keberadaan kurikulum tidak saja terbatas pada materi yang akan diberikan di
dalam ruang kelas, melainkan juga meliputi apa saja yang sengaja diadakan atau
ditiadakan untukn dialami peserta didik di sekolah.
Oleh karena itu, posisi kurikulum menjadi mata rantai yang urgen dan tidak dapat
begitu saja dinafikan dalam konteks peningkatan kualitas lembaga pendidikan.
Kurikulum merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Kurikulum
merupakan jabaran dari tujuan pendidikan nasional yang menjadi landasan
program pembelajaran.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat merupakan salah satu madrasah yang
tidak lepas dari penggunaan kurikulum pendidikan. Madrasah ini memiliki 2 (dua)
kurikulum yaitu kurikulum departemen agama (depag) untuk mata pelajaran
keagamaan dan kurikulum pendidikan nasional (diknas) untuk mata pelajaran
umum. Saat ini madrasah tersebut sedang mengadakan uji coba kurilum 2013
yang ditetapkan oleh kementrian pendidikan. Kurikulum 2013 ini tersebut baru
diuji cobakan pada kelas 1 (satu) dan kelas 4 (empat), sedangkan pada kelas 2, 3,
5, dan 6 masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
5. Struktur Organisai Madrasah
Lembaga pendidikan formal sebagai penyelenggara organisasi kerja,
diselenggarakan secara sistematis, terpimpin dan terarah serta dilaksanakan untuk
menciptakan proses yang terarah pada tujuan yang diharapkan. (Terlampir)
6. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah
a. Keadaan guru dan tenaga kependidikan
Tenaga pengajar di Madrasah Ibtidayah Negeri Mendalo Darat Kabupaten Muaro
Jambi merupakan tenanga edukatif yang berlangsung berhadapan dengan siswa
yang mempunyai tugas utama mengelola pelajaran untuk disampaikan kepada
siswa. Untuk itu, demi tuntasnya tugas tersebut, guru harus memiliki pengetahuan
63
65
yang luas, berkompeten dan loyal terhadap tugasnya karena berhasil tidaknya
proses belajar mengajar terletak di pundak seorang guru.
Adapun guru dan pegawai di Madrasah Ibtidayah Negeri Mendalo Darat
Madrasag Ibtidayah Negeri Mendalo Darat berjumlah 24 orang dengan latar
belakang pendidikan yang berbeda baik umum maupun agama. Dengan demikin
sumber daya pengajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat telah
memenuhi persyaratan baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Tabel.3.2
Daftar Guru dan Pegawai MIN Mendalo Darat Tahun Pelajaran 2016/2017
No
. Nama Guru Jabatan
Pendidikan Terakhir Ket
Tingkat Jurusan Tahun
1. Fitri Rianti, S.Ag Kepala
Madrasah S 1 PAI 1994
NIP 19730601 199603 1 001
2. Dra. Mastura
Guru S 1 PAI 1992 NIP 19660127 199803 2 003
3. Muhammad Tahdi, S.Ag
Guru S 1 PAI 2000 NIP 19730601 199603 1 001
4. Ismiyati, S.Pd.I
Guru S 1 PAI 2003 NIP 19730724 199703 2 002
5. Suromah, S.Ag Guru S 1 PAI 2002
63
66
NIP. 19770401 199903 2.
003
6.
Destinar A, S.Pd.I
Guru S 1 PAI 2008 NIP. 19791220 200501 2
008
7.
Rosnani, S.Pd.I
Guru S 1 PAI 2008
NIP. 19720910 200501 2
005
8. Petrianti,S.Pd.I
Guru S 1 PAI 2008 NIP. 150350244
9.
H. Harun HM, S.Ag
Guru S 1 AIV
PAI 2006 NIP. 19721231 200501 1
034
10.
Siti Rahila
Guru PGA PAI 1986 NIP. 19670422 199001 1
034
11.
Afriana, S.Pd.
Guru D 2 GK 2000 NIP. 19760429 200312 2
003
12.
Abdul Kadir, S.Pd.I
Guru D 2 GK 2004 NIP. 19800609 200501 1
002
13. Darsiah
Guru SGO Olahraga 1988 NIP. 150381419
14.
Nor Arima Suna, S.Ag
Guru S 1 PAI 1999 NIP. 19740929 200710 2
002
15. Kasno, S.Pd GTT S 1 PBI 1999
16. Zainal Arifin, S.Pd.I GTT S 1 PAI 2003
63
67
17. Harizah Ismail, S.Ag GTT S 1 PAI 1997
18. Sumiati, A.Ma GTT D 2 PGAI 2007
20. Nely Hasanah, A.Ma GTT D 2 GK 2007
21. Nadra Pustaka D 3 MI 2006
22. Siti Nurhasanah TU SMA IPA 2005
23. Danu Wibisono TU SMA IPS 2012
24. Suwandi Satpam SMA IPS 1994
b. Keadaan siswa
Siswa adalah objek pendidikan, dididik, diarahkan, dan diberikan bermacam-
macam ilmu pengetahuan serta berbagai keterampilan. Siswa merupakan unsur
yang esensial dari pendidikan yang harus ada dalam proses belajar mengajar.
Tanpa adanya siswa tentunya tujuan pembelajaran tidak akan terlaksana. Siwa
Madrasah
Ibtidaiyah
Negeri
Mendalo
Darat
2018/2019
berjumlah 324
siswa yang
terbagi
menjadi enam kelas dan 13 rombongan belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dari table berikut :
Table.3.3
Daftar keadaan siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat 2018/2019
KEADAAN MURID
Kls Kls Kls
IA I B II A II B II C III A III B
63
68
Table.3.4
Daftar keadaan siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo Darat 2018/2019
KEADAAN MURID
Kls Kls Kls Kls
III A III B IV A IV B V A V B VI A VI B
L P L P L P L P L P L P L P L P
1
2
1
4
1
0
1
4
1
5
9 9 1
3
1
4
9 1
6
8 1
5
8 1
1
8
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
26 24 24 22 23 24 23 21
c. Sarana dan Prasarana Madrasah
L P L P L P L P L P L P L
1
2
1
8
1
4
1
5
1
2
1
2
1
4
1
5
1
5
1
3
1
2
1
4
10
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
30 29 24 29 28 26 24
63
69
Sarana dan prasarana maksudnya disini adalah sesuatu yang digunakan sebagai
alat dan fasilitas yang digunakan untuk menunjang terjadinya proses belajar
mengajar tercapai tujuan pendidikan. Pada Madrasah ibtidaiyah Negeri Mendalo
Darat sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang mempunyai fungsi
penting dalam mempelancar proses belajar mengajar dan tercapai tujuan
pendidikan.
1. Sarana
Sarana merupakan alat dan fasilitas yang digunakan sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung. Sarana dapat membantu proses pembelajaran agar berjalan
dengan lancer dan juga memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dengan
baik.
Adapun sarana yang dapat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo darat dapat dilihat dari table berikut :
Table.3.5
Table.4 Keadaan Sarana Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mendalo
No. Bangunan/Ruang Jlh Ukuran
Keadaan
B RR RB
1.
Ruang Belajar
a. Ruang Teori
Kelas
4 410 m2 √
3 192 m2 √
3 162 m2 √
2 112 m2 √
b. Ruang
Perpustakaan 1 100 m
2 √
2.
Kantor
a. Kantor Kepala
Sekolah 1 72 m
2 √
63
70
b. Ruang Guru 1 56 m2 √
c. Kantor Satpam 1 6 m2 √
3.
Ruang Penunjang
a. Mushalla 1 36 m2 √
b. WC Kepala 1 4 m2 √
c. WC Guru 1 6 m2 √
d. WC Siswa 2 4 m2 √
4.
Lapangan
a. Lapangan voly 1 50 m2 √
b. Lapangan Bola
Kaki 1 500 m
2 √
c. Lapangan
Upacara 1
1000
m2
√
2. Prasarana
Disamping sarana terdapat pula prasarana yang merupakan fasilitas yang
membantu dan menunjang proses pembelajaran. Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Mendalo Darat, prasarana cukup memadai dalam arti sangat cukup untuk
terlaksanannya proses belajar mengajar.
Table.4.6 Keadaan prasarana di MIN Mendalo darat
No. Jenis Prasarana Jlh Keadaan
B RR RB
1. Air Conditioner (AC) 1 √
2. Wireless 1 √
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Strategi Guru Akidah Akhlak Min 4 Pematang Gajah Dalam
Mengefektifkan Proses Belajar Mengajar Dengan Menggunakan
Metode Model Pembelajaran Active Learning.
63
71
Sekolah MIN 4 Pematang Gajah merupakan sekolah yang berlatar belakang
Islami dibawah naungan kementrian agama Republik Indonesia. Pada dasarnya
sekolah Madrasah Ibtidaiyah sama seperti dengan sekolah dasar negeri yang ada,
akan tetapi yang membedakan adalah MI lebih menekankan pada aspek pelajaran
agama Islam. Siswa yang belajar memiliki karakter yang sama dan tidak ada
perbedaan sedikitpun karena sekolah MI merupakan sokolah dasar pada
umumnya.
Guru merupakan aktor dalam sebuah keberhasilan bagi siswanya, untuk itu
penetapan cara atau metode pembelajaran sangat krusial terhadap keberhasilan
tersebut. Keadaan ini tentu menjadikan keberadaan seoarang guru mejadi tiang
utama dalam memberikan pengajaran yang menyenangkan dalam upaya mendidik
siswa hingga benar-benar memahami apa yang diajarkan. Terkadang setiap siswa
yang berada di sebuah Sekolah memiliki karakter yang homogen, dengan
demikian motode yang dilakukan harus menyesuaikan dengan keadaan siswa
yang ada, untuk itu seorang guru harus mampu menyesuaikan pola atau strategi
yang cocok agar pembelajaran dapat efektif dan tepat sasaran.
Dalam mendidik siswa-siswi Mandrasah Ibtidaiyah bukan perkara mudah terlebih
terhadap mata pelajaran yang sangat penting seperti akidah akhlak, pelajaran yang
dimana menjadi tongak dasar dari sebuah pembentukan moral yang Islami.
Keberhasilan dan kegagalan ditentukan oleh seorang guru yang mendidiknya,
pemahaman yang mendalam bagi seorang guru tentu menjadi sebuah modal awal
dalam menghadapi siswa madrasah yang rata-rata berumur enam tahun yang
masih senang bermain ketimbang belajar atau mengkuti pelajaran apalagi dalam
tuntutan zaman seperti saat ini yang penuh dengan teknologi informasi dan
permainan yang menjadi pengaruh besar terhadap karakter siswa.
Seperti yang diungkapkan oleh seorang guru dalam wawancara berikut :
“Tantangan besar bagi kita saat ini adalah media telekomunikasi seperti HP yang
mana rata-rata siswa sudah dapat mengoperasikan sendiri, yang menjadi sasaran
meraka adalah permainan yang terdapat dalam hp tersebut. Keadaan ini tentu
menimbulkan kesenjangan terhadap siswa karena meraka lebih senang bermain
game ketimbang belajar di Rumah, jika disekolah mungkin bisa kita atasi, jika
63
72
dirumah kita tidak bisa mengetahuinya. Sementara hal yang sangat penting
mereka lakukan adalah mengulang pelajaran yang telah dipelajari disekolah agar
tidak lupa dan menjadi pintar” (Wawancara: Kamis, 24 Januari 2018).
Dalam wawancara diatas menyebutkan bahwa, siswa-siswi dihadapkan pada
sebuah perkembangan zaman maju pada saat ini, dimana siswa harus mampu
menempatkan kepentingan belajar ketimbang media komunikasi seperti
handphone yang didalamnya terdapat permainan yang menjadi sasaran utama bagi
siswa untuk lalai dalam belajar. Pengawasan guru hanya sebatas pada saat di
Sekolah saja, sementara di rumah siswa mungkin dapat bermain hingga lupa
belajar atau mengulangi pelajaran yang telah dipelajari.
Keadaan ini tentu menjadikan guru bekerja ekstra demi mencapai tujuan akhir
belajar, untuk itu guru pengajar harus memiliki strategi dalam mensiasati keadaan
ini agar capaian belajar dapat maksimal. Seberapa penting sebuah strategi
pembelajaran dilakukan dalam melakukan pembelajaran kepada siswa, berikut
ungkapan dalam wawancaara penulis kepada salah seorang guru MIN 4 Pematang
Gajah:
“Strategi pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru dalam sebuah
pengajaran, dimana strategi tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
akhir pembelajaran. Sebuah strategi sangat penting dilakukan oleh seorang guru,
karena tidak semua siswa dengan mudah menerima pelajaran yang disampaikan.
Ada yang cepat bahkan ada yang sangat lambat sekali mengerti apa yang
disampaikan, sebelum melakukan strategi tentu seorang guru menganalisis
bagaimana karakter siswa yang diajarnya” (Wawancara: Kamis, 24 Januari 2018).
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa, strategi merupakan suatu upaya
yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar agar meningkatkan
keberhasilan dalam pembelajaran. Setiap siswa memiliki pemikiran yang berbeda-
beda dalam menerima pelajaran, untuk itu strategi yang dilakukan merupaka
sebuah keharusan yang dilakukan oleh seorang guru. Strategi pembelajaran
menurut Frelberg & Driscoll dalam Anitah (1992) dapat digunakan untuk
mencapai berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan,
63
73
untuk siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Gerlach & Ely
(1980) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan
pengalaman belajar kepada siswa.
Keadaan atau susana belajar di dalam lokal merupakan kondisi yang harus
dipahami oleh seorang guru, kenyamanan dalam proses belajar mengajar sangat
dipengaruhi oleh keadaan lokal atau suasana lokala saat pelajaran berlangsung.
Suasana belajar siswa di MIN 4 Pematang Gajah sangat antusias dan bersemangat
menerima pelajaran yang diberikan terkhusus mata pelajaran akidah akhlak seperti
yang diungkapkan bapak Jainal kepada penulis dalam wawancara berikut :
“Suasana belajar siswa di MIN 4 Pematang Gajah pada saat menerima pelajaran
sangat antusias dan penuh semangat, tergantung pada guru yang menyampaikan
pelaharan. Rata-rata siswa sangat menikmati dan mengikuti pelajaran dengan
serius dan fokus”. (Wawancara: Kamis, 24 Januari 2018)
Hal senada juga disampaikan oleh seorang guru dalam wawancara berikut :
“Suasana bejalar dilalam lokal menjadi prioritas utama yang kita lakukan, agar
tercipta suasana yang kondusif dan nyaman pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Keadaan ini selalu kita cermati, seperti suasana waktu belajar pada
pagi hari tentu berbeda dengan siang hari” (Wawancara: Kamis, 24 Januari 2018)
Penjelasan diatas menyebutkan bahwa, suasana belajar menjadi prioritas utama
bagi guru agar mencitpakan suasana yang kondusif dan penuh semangat dalam
menerima pelajaran. Pelajaran akidah akhlak merupakan pelajaran yang sangat
penting dan siswa harus memahami secara komrehensif dari butir-butir mata
pelajaran tersebut, dengan demikian suarana belajar dan waktu belajar sangat
menetukan keberhasilan bagi guru sebagai tenaga pendidik. Pada saat pagi hari
dimana siswa masih segar dan daya tangkap otakpun masih cepat, berbeda dengan
belajar pada siang hari dimana siswa sering ribut didalam kelas.
Menurut J.Biggers dalam Muhibbin (1995: 11) belajar pada pagi hari lebih
efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya.4 Hal ini dikarenakan pada
pagi hari kondisi jasmani dan rohani siswa masih segar (fresh) dan memori
63
74
otak masih kosong, sehingga mudah menyerap materi yang diajarkan.
Menurut Tjipto Utomo (1994: 185), dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
seseorang (siswa) akan mengalami peningkatan konsentrasi setelah menit ke-
20. setelah itu secara perlahan konsentrasi mereka akan menurun.
Selain itu guru juga harus mengetahui seberapa banyak siswa yang memahami
pelajaran akhidah akhlak yang disampaikan, hal ini bertujuan untuk
memudahkan guru melakukan evaluasi akhir pada keberhasilan dalam
pengajaran. Sejatinya setiap pelajaran yang disampaikan harus dapat dipahami
oleh siswa secara total, bagaimana jika siswa tidak memahami? Berikut
penjelasan bapak Zainal Arifin kepada penulis dalam wawancara berkut:
“Ketika ada beberapa siswa yang tidak paham dari pelajaran akidah akhlak
yang disampaikan, disini kita banyak memberikan tugas kepada siswa dan
kemudian memberikan catatan, tujuannya adalah agar membantu
bimbingannya pada saat dirumah. Hal ini selalu kita lakukan bagi siswa tanpa
terkecuali, yang sudah paham dengan pelajaran menjadikan mereka semakin
memahami dan bagi siswa yang tidak memahami tugas ini menjadikan mereka
dapat belajar dan dapat arahan oleh keluarga di rumah masing-masing”
(Wawancara: Kamis, 24 Januari 2018)
Ibu Harizah Ismail juga menambahkan dalam wawancara berikut :
“Proses belajar mengajara itu adalah suatu interasksi antara siswa dan guru,
dimana interasksi itu penyampaian pesan yang ingin disampaikan. Jika siswa
tidak mengerti apa yang disampaikan artinya ada masalah dalam penyampaian
pesan tersebut, memang kita sadari bahwasanya penerimaan siswa dalam
menerima pelajaran berbeda-beda. Ketika ada beberapa siswa yang tidak mengerti
kita selalu selalu memberikan tugas-tugas belajar di rumah, yang nantinya akan
dibimbing oleh kerluarga dirumah” (Wawancara: Kamis, 24 Januari 2018).
Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya
baik disekolah itu sendiri maupun di lingkungan rumah tempat tinggal. Oleh
karena itu, lingkungan perlu diatur sedemikian rupa sehingga timbul reaksi siswa
ke arah perubahan perilaku yang diinginkan. Penjelasan diatas menyebutkan
63
75
bahwa dalam proses belajar mengajar tidak semua siswa memahami secara cepat
bahkan ada siswa yang tidak paham sama sekali. Dalam hal ini tindakan guru
MIN 4 Pematang Gajah memberikan tugas-tugas belajar di rumah, dengan
demikian keluarga menjadi terlibatan dalam membantu membimbing siswa pada
saat berada di rumah.
“Alternatif lain yang kita lakukan agar anak dapat mengerti dan mengejar
ketertinggalan adalah dengan berkoordinasi antara wali kelas dan wali murid,
disini kita menyampaikan kepada wali murid agar terus mengontrol anaknya
belajar dirumah. Hal ini supaya anak tersebut terus kita kawal perkembanganya
baik disekolah maupun dirumah, dengan demikian wali kelas dan wali murid
saling bekerjasama dalam mendidik dengan tujuan anak bisa cepat memahami dan
target gurupun tercapai”(Wawancara: Kamis, 24 Januari 2018).
Dalam wawancara diatas terlihat bahwa salah satu yang capaian guru dalam
menjadikan anak lebih mengerti dan memahami pelajaran dengan cara
berkoordinasi kepada wali murid, upaya ini adalah salah satu cara guru untuk
salalu melakukan pemantauan kepada siswanya baik disekolah maupu dirumah.
Pengaturan lingkungan tersebut, meliputi analisis kebutuhan siswa, karakteristik
siswa, perumusan tujuan, penentuan materi pelajaran, pemilihan strategi yang
sesuai, serta media pembelajaran yang diperlukan. Jadi, metode pembelajaran
merupakan salah satu unsur yang penting dipahami oleh guru.
Hal lain yang menjadi prioritas dan sangat penting dilakukan adalah metode
pembelajaran yang dilakukan, dengan metode tersebut siswa mampu meresap atau
memahami pelajaran yang disampaikan, serperti yang dikatakan oleh Fitri Rianti
selaku kepala sekolah dalam wawancara berikut :
“Metode pembelajaran adalah suatu keharusan yang dilakukan oleh para guru,
karena keberhasilan pembelajaran dapat terlihat dari metode yang dilakukan.
Pemilihan metode yang tepat tentu dapat meningkatkan tingkat keberhasilan
belajar pula, oleh karena itu metode yang lakukan sangat berperan penting dalam
mencapai tingkat keberhasilan belajar siswa” (Wawancara: Kamis, 24 Januari
2018)
63
76
Bapak Zainal Arifin juga menambahkan dalam wawancara berikut :
“Metode yang kita terapkan dalam proses pembelajaran tergantung pada kondisi
atau keadaan yang didalam kelas, namun ada metode pembelajaran yang sering
kita lakukan seperti metode pembelajaran active learnig. Metode ini sangat bagus
sekali karena siswa dituntut untuk lebih aktif dalam belajar” (Wawancara: kamis,
24 Januari 2018).
Wawancara diatas menyebutkan bahwa, metode pembelajaran yang dilakukan
oleh guru sangat penting, dimana dengan mengunakan metode pembelajaran yang
dilakukan dapat mengukur tingkat keberhasilan dalam proses belajar mengajar
berlangsung. Syafrudin et.al (2002: 117) Pendekatan active learning merupakan
istilah dalam dunia pendidikan yaitu sebagai strategi belajar mengajar yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dan untuk mencapai keterlibatan
siswa agar efektif dan efisien dalam belajar membutuhkan berbagai pendukung
dalam proses belajar mengajar. Misalnya dari sudut siswa, guru, situasi belajar,
program belajar dan dari sarana belajar. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
metode active learning menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiatan belajar
mengajar. Siswa dipandang sebagai objek dan sebagai subjek. Active learning
merupakan suatu proses belajar mengajar yang aktif dan dinamis. Dalam proses
ini siswa mengalami “keterlibatan intelektual-emosional” disamping keterlibatan
fisiknya.
Bapak Zainal Arifin juga menambahkan kepada penulis dalam wawancara
berikut:
“Metode aktif learning sangat cocok di terapkan pada seriap sistim pembelajaran
yang dilakukan, karena metode ini mengajak siswa untuk belajar aktif,
mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua
anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki” (Wawancara: Kamis, 24 Januari 2018).
Metode pembelajaran aktif learning sangat cocok diterapkan pada proses
pembelajaran di sekolah tingkat dasar, dimana metode ini dikenal bukanya hanya
untuk sekolah dasar saja tapi metode ini juga baik digunakan pada tataran SMP
63
77
dan SMA. Metode ini mengajak siswa untuk belajar lebih aktif dilokal pada saat
pembelajaran berlangsung, dan tentunya untuk mencapai tujuan belajar yang
memuaskan. Pada hakekatnya konsep ini adalah untuk mengembangkan keaktifan
proses belajar mengajar baik dilakukan guru atau siswa. Jadi dalam active
learning tampak jelas adanya guru aktif mengajar disatu pihak dan siswa aktif
belajar dilain pihak. Konsep ini bersumber dari teori kurikulum yang berpusat
pada anak (child centered curriculum).
Dalam mencapai pembelajaran yang efektif para guru pelajaran akidah akhlak di
MIN 4 Pematang Gajah menggunakan beberapa metode pembelajaran didalam
kelas saat pembelajaran akan dimulai, seperti yang dikatakan oleh ibu Harizah
Ismail kepada penulis dalam wawancara berikut:
“Dalam memberikan pelajaran akidah akhlak kepada siswa kita menggunakan
beberapa metode yaitu Pengalaman Penting, Panduan Membaca, Pertanyaan dari
Siswa, Saling Tukar Pengetahuan, Benar apa Salah, Bangkitkan Minat, Catatan
Terbimbing dan Panduan Mengajar. Ini kita lakukan secara acak tergantung pada
konsisi saat proses belajar mengajar berlangsung” (Wawancara: Kamis, 24 Januari
2018).
Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa guru akidah akhlak MIN 4
Pematang Gajak menggunakan metode pembelajaran aktif learning. Ada sembilan
metode yang dilakukan secara bergantian atau acak tergantung pada suasana yang
ada pada saat proses belajar mengajar berlangsung, metode yang telah disebutkan
diatas merupakan metode yang cocok untuk dilakukan menginat peserta didik
masih labil dan kekanak-kanakan.
Metode ini juga bisa anda terapkan untuk siswa menengah atas (SMP/SMA/SMK
dan Mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi), bergantung pada materi apa yang
akan anda sampaikan. Dalam hal ini guru MIN 4 Pematang Gajah mengunakan
metode ini dalam materi atau pelajaran akidah akhlak. Perlu anda pahami bahwa
penting sekali bagi guru untuk dapat membawa pikiran siswanya untuk mengingat
materi yang telah siswa dapatkan dari jam pelajaran yang telah diajarkan
sebelumnya.
a. Pengalaman Penting.
63
78
Metode pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pengalaman penting
merupakan salah satu motode pembelajaran yang terdapat dalam metode active
learning, dari banyaknya metode active learning para guru menggunakan metode
ini dirasa sesuai dengan keadaan siswa. Seperti yang diungkap Harizah Ismail
dalam wawancaara berikut:
“Metode Pengalaman Penting adalah suatu metode untuk memulai pelajaran yang
akan disampaikan kemudian memerikan kesempatan atas pelajaran yang telah
disampaikan, tujuan dari penggunakan strategi ini untuk membawa siswa siswa
terlibat dari awal pelajaran sampai selesai dengan mellihat pengalaman mereka
dalam menerima pelajaran yang disampaikan” (Wawancara: Kamis, 24 Januari
2018).
Metode pengalaman penting yang diungkapkan diatas merupakan merangsang
otak siswa untuk terbawa pada pengalaman belajar yang telah dilakukan
sebelumnya, agar pelajaran yang telah disampaikan benar-benar melekat dan
diingat oleh siswa setiap saat. Strategi pembelajaran ini pada dasarnya adalah
suatu siasat yang digunakan guru untuk mengantarkan materi kepada peserta didik
dengan tujuan materi yang akan disampaikan akan mudah diterima, dipahami dan
akan terus melekat pada peserta didik. Untuk mewujudkanya, maka proses belajar
mengajar hendaknya lebih mengajak siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran.
b. Panduan Membaca.
Dalam beberapa kesempatan, sering terdapat kejadian bahwa materi tidak dapat
diselesaikan di dalam kelas dan harus diselesaikan di luar kelas karena banyaknya
materi yang harus diselesaikan. Dalam keadaan seperti ini strategi ini dapat
digunakan secara optimal seperti yang diungkap Harizah Ismail kepada penulis
dalam wawancaara berikut:
“Ada dalanya kita dalam memberikan materi atau pelajaran tidak terselesaikan,
karena banyak materi salanjutnya yang akan di sampaikan setelah jam pelajaran
telah berakhir. Untuk itu kita menggunakan langkah panduan membaca dengan
menentukan bacaan yang akan dipelajari, kemudian kita membuat semacam
63
79
pertanyaan yang nantinya akan kita pertanyakan kepada siswa dari apa yang telah
mereka baca” (Wawancara: Kamis, 24 Januari 2018).
Dalam wawancara di awas terlihat bahwa metode yang digunakan guru dalam
melakukan pembelajaran yaitu dengan cara memberikan topik yang akan dibaca
oleh siswa, kemudian setelah menentukan panduan membaca secara tidak
langsung murid akan mengingat apa yang mereka baca. Keterlibatan siswa dalam
aktif belajar akan muncul ketika guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa dari apa yang telah dibaca, dengan demikan pembelajaran akan tetap sampai
walaupun berada dirumah.
Bapak Zainal Arifin juga menambahkan penjelasan mengenai strategi penduan
membaca kepada penulis dalam wawancara berikut:
“Jadi, panduan membaca ini kita lakukan agar siswa tetap dalam lingkaran
pelajaran yang sedang dan akan dipelajari, dengan memberikan panduan tugas
membaca kepada siswa saat berada dirumah. Hal ini bertujuan untuk menjaga
agar pelajaran yang dipelajari akan selalu dalam pikiran mereka dan yang pasti
mereka akan cepat memahami apa yang akan disampaikan ” (Wawancara: Kamis,
24 Januari 2018).
Penjelasan di atas terlihat bahwa siswa dihadapkan pada pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada siswa ketika mereka telah selesai membaca dari apa yang telah
di pandukan sebelumnya, walaupun siswa berada di rumah namun pelajaran yang
ditugasnya tidak akan mereka abaikan begitu saja mengingat panduan membaca
yang diberikan akan dipertanyakan guru kepada siswa. Dengan demikan meraka
tetap berada pada lingkaran pelajaran yang mengikat ketika tidak berada di
sekolah, secara tidak langsung siswa dapat mengetahui atau memahami dari apa
yang telah mereka baca.
Active learning bukanlah sebuah ilmu dan teori tetapi merupakan salah satu
strategi partisipasi peserta didik sebagai subyek didik secara optimal sebagai
peserta didik mampu merubah dirinya( tingkah laku cara berfikir dan bersikap)
secara lebih efektif. Keterlibatan peserta didik secara active dalam proses
pengajaran yang diharapkan adalah keterlibatan secara mental (intelektual dan
emosional) yang dalam beberapa hal yang di ikuti dengan sebuah keaktifan fisik.
63
80
Sehingga peserta didik benar benar berperan serta dan berpartisipasi aktif dalam
proses pengajaran, dengan menempatkan kedudukan peserta didik sebagai subyek,
dan sebagai pihak yang penting dan merupakan inti dalam kegiatan belajar
mengajar.
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru
harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu
menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik
mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)
Strategi yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh
terhadap peserta didik, suasana belajar yang kondusif merupakan hal utama yang
harus dilakukan dengan adanya strategi. Bagaimana kemudian strategi itu dapat
mendapat respon yang baik dari peserta didik pada saat belajar akidah akhlak
berlangsung, seperti yang diungkap oleh Zainal Arifin dalam wawancara berikut:
“Dalam pelaksaan belajar menggunakan metode belajar aktif respon anak baik
sekali dan antusias saat mengikuti pelajaran akidah akhlak dengan metode-metode
yang lain seperti metode ceramah ketika menggunakan metode ceramah justru
anak-anak manjadi pasif dan malah ribut dan hal ini menjadikan suasana belajar
semakin tidak kondusif ” (Wawancara: Kamis, 24 Januari 2018).
Kenyamanan siswa dalam menerima pelajaran tergantung pada metode
pembelajaran yang guru lakukan, ketika metode yang dilakukan cocok dengan
karakter siswa maka pelajaran pun akan menjadi lancar, sehingga respon dan
antusias siswa semakin meningkat. Hal ini terlihat pada wawancara diatas yang
penulis lakukan pada wawancara pada salah seorang guru akidah akhlak di MIN 4
Pematang Gajah. Dibandingkan dengan metode ceramah justru siswa menjadi
pasif dan bertambah ribut dan menjadikan suasanya belajar tidak kondusif, arinya
pelajaran yang disampaikan pun tidak tepat sasaran. Gunawan (2014: 275)
Metoode ceramah akan membawa pada nuansa pembelajaran yang lebih pasif,
karena peserta didik hanya berperan sebagai “pendengar” dan “penonton” akting
yang dilakukan oleh gurunya di dalam kelas.
63
81
Dalam meningkatkan hasil belajar tidak hanya cukup dengan metode pemlajaran
saja, akan tetapi yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadap pesarta
didik setelah pelajaran berakhir. Evaluasi ini ini bertujuan untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran, dengan demikian guru dapat
mengetahui capaian dala sebuah pembelajaran. Dalam wawancara penulis kepada
guru akidah akhlak ibu Harizah Ismail mengatakan:
“Dalam setiap melakukan pembelajaran kepada siswa kita selalu melakukan
evaluasi terhadap siswa, tujuannya untuk perbaikan apabila nilai siswa tidak
mencapai target kita lakukan semacam pengayaan kepada siswa tersebut mana
yang menjadi ketidakpahaman dalam pelajaran yang telah disampaikan”
(Wawancara: Kamis, 29 Januari 2018).
Wawancara diatas menyebutkan hahwa, mengenai evaluasi pembelajaran selalu
dilakukan oleh tenaga pendidik setelah pelajaran diberikan, artinya guru selalu
mengetahui capaian hasil mengajar mereka setiap melakukan pembelajaran.
Selain itu evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat ketidak pahaman siswa
terhadap materi yang telah disampaikan, ketika ada beberapa siswa tidak paham
dari materi yang telah disampaikan dalam hal ini guru akidah akhlak MIN 4
Pematang gajah melakukan pengayaan terhadap siswa tersebut agar capaian
belajar mengajara sesuai dengan capaian yang ingin dicapai.
Dari evaluasi yang dilakukan dalam rangka mengukur keberhasilan pembelajaran
dari metode pembelajaran yang dilakukan, disini akan terlihat bahwa metode
pembelajaran yang dilakukan akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa
dalam menerima pelajaran. Metode yang dilakukan oleh guru akidah akhlak di
sekolah MIN 4 Pematang gajah yaitu active learning (belajar aktif), dalam hal ini
terlihat keberhasilan dalam metode ini seperti yang diungkapkan bapak Zainal
Arifin kepada penulis dalam wawancara berikut :
“Evaluasi yang kita lakukan setelah menggunakan metode belajar aktif,
alhamdulillah anak-anak banyak memahami apa yang kita sampaikan dan hasil
pembelajaran pun sangat bagus sekali dimana nilai anak semakin membaik.
Dengan evaluasi ini kita dapat mengetahui tingkat pengetahuan siswa, dan bagi
63
82
siswa yang tidak mengerti atau belum paham dari hasil evaluasi yang kita
lakukan, kita memberikan pengayaan sebelum mengakhiri pelajaran. Disinilah
kita dapat memastikan keberhasilkan pembelajaran yang telah dilakukan”
(Wawancara: Kamis, 29 Januari 2018).
Dari wawancara diatas terlihat bahwa dari metode pembelajaran yang telah
dilakukan berdasarkan evaluasi guru tingkat keberhasilan pembelajaran siswa
semakin membaik, ketika evaluasi dilakukan ada terdapat siswa yang belum
memahami dari pelajaran yang disampikan, guru pelajaran akidah akhlak
langsung membeerikan pengayaan kepada anak tesebut dengan mempertanyakan
ketidak pahaman mereka dari materi yang telah disampaikan. Dengan demikian,
sebelum mengakhiri proses pembelajaran guru dapat memastikan keberhasilan
yang telah ia lakukan dalam memberikan pelajaran.
Asrul Dkk (2014: 01) Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan
ujian. Meskipun saling berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna
yang sebenarnya. Ujian ulangan harian yang dilakukan guru di kelas atau bahkan
ujian akhir sekolah sekalipun, belum dapat menggambarkan esensi evaluasi
pembelajaran, terutama bila dikaitkan dengan penerapan kurikulum 2013. Sebab,
evaluasi pembelajaran pada dasarnya bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi
juga proses-proses yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan
proses pembelajaran.
Dalam penerapan strategi belajar aktif, seorang guru harus mampu membuat
pelajaran yang diajarkan itu menantang dan merangsang daya cipta siswa untuk
menemukan serta mengesankan bagi siswa. Untuk itu seorang guru harus
memperhatikan beberapa prinsip dalam menerapkan pendekatan belajar aktif
(active learning strategy), sebagaimana yang diungkapkan oleh Semiawan (1992 :
10-13) adalah sebagai Prinsip Motivasi, Prinsip Latar atau Konteks, Prinsip
Hubungan Sosial atau Sosialisasi, Prinsip Belajar Sambil Bekerja, dan Prinsip
Pemecahan Masalah.
Menurut Tayar Yusuf (1997:147), pembelajaran aktif memiliki beberapa manfaat,
diantaranya :
6) Dapat menumbuhkan suasana kelas yang dinamis dan hidup
63
83
7) Adanya komunikasi dua arah timbal balik antara guru dan anak didik,
mendorong suasana yang responsif dan bergairah bagi anak didik
8) Anak didik merasa terlibat langsung secara intelektual dan emosional
dalam prosespengajaran
9) Mendorong bagi guru menyiapkan dan menyajikan pelajaran secara
optimal
10) Adanya sumber belajar atau lingkungan belajar yang diciptakan secara
optimal.
2. Kendala Guru Akidah Akhlak Min 4 Pematang Gajah Dalam
Mengefektifkan Proses Belajar Mengajar Dengan Menggunakan
Metode Model Pembelajaran Active Learning.
Dalam proses belajar mengajar dalam memberikan suatu pembelajaran yang
dilakukan antara guru dan siswa tidak selamanya lancar, tentu ada kendala atau
hambatan yang muncul baik itu dari siswa maupun dari guru sendiri. Hal ini tentu
menjadikan capaian pembelajaran tidak sempurna atau sesuai dengan apa yang
menjadi harapan. Ketidakberhasilan guru dalam memberikan pembelajaran tentu
dipengaruhui oleh beberapa faktor yang dihadapkan langsung pada saat proses
belajar mengajar, dengan penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan tentu
menjadi sebuah tantangan bagi guru pada kendala yang dihadapi.
Pelajaran akidah akhlak yang menjadi objek penelitian yang penulis lakukan
dalam kesempatan ini adalah bagaimana kemudian penulis dapat mengungkap
kendala-kendala yang guru hadapi pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Zainal Arifin mengungkapkan pada peneliti dalam sebuah wawancara mengenai
kendala yang terjadi dalam proses berlajar mengejar yaitu:
“Saat peroses belajar mengajar berlangsung tentu ada kendala yang kita hadapi
yaitu dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal diseini datangnya dari
pesata didik itu sendiri dan faktor eksternal adalah serperti sarana dan prasarana
yang ada disekolah sperti media pembelajaran, ruangan temapat belajar dan
sebagainya” (Wawancara: Kamis, 29 Januari 2018).
Dari wawancara diatas menyebutkan bahwa kendala yang dihadapi oleh guru
dalam melakukan pembelakaran yaitu dari faktor internal dan eksternal, dimana
kendala ini menjadi temuan yang mendasar pada setiap sekolah yang ada.
63
84
Keberhasilan belajar akan terganggu jika kendala yang sifatnya krusial tidak
segera diatas atau mencari alternatif dalam penyelesaian dari kendala tersebut.
berikut penulis jelaskan kendala yang dihadapi guru akhidah akhlak dalam proses
belajar mengajar secara rinci.
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan
biologis serta faktor psikologis. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Zainal
dalam wawancara berikut :
“Salah satu kendala yang kita hadapi dalam proses belajar mengajar dalam hal
pelajaran adalah tingkat kecerdasan anak seperti anak-anak masih belum dapat
membaca ayat-ayat al-Qur‟an dengan lancar, sehingga hal ini termasuk kendala
yang kita temukan, selain itu pada saat pelajaran berlangsung ada beberapa anak
yang usil kepada temannya” (Wawancara: Kamis, 29 Januari 2018).
Wawancara diatas menyebutkan bahwa faktor kendala yang paling mendasar
adalah kendala yang datang dari indiviu siswa itu sendiri yaitu tingkat kecerdasan
anak. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses
belajar anak, karena menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi
intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu untuk meraih sukses
dalam belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti
orang tua, guru,dan sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam
mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang
kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka
dapat memahami tingkat kecerdasannya.
b. Faktor Eksternal
Memperoleh pendidikan di sekolah bukan hanya sekedar bertujuan untuk melatih
siswa supaya siap pakai agra mampu meneruskan ke jenjang pendidikan
berikutnya atau mencapai angka rapor yang baik, melainkan untuk membentuk
peserta didik manjadi manusia sejati sesuai dengan peljaran yang dipelajaran
mengenai akidah akhlak. Proses pembentukan manusia berprilaku baik sudah
63
85
mulai dalam keluarga, kemudian dilanjutkan di sekolah, di masyarakat, dan di
lingkungan sekitar.
Seperti yang dikatakan Ibu Harizah Ismail juga menambahkan dalam wawancara
berikut :
“faktor lingukungan anak merupakan kendala lain yang kita hadapi, dimana
sekolah hanya bisa mendidik pada saat mereka berada disekolah saja, akan tetapi
lingkungan yang tidak terkendali akan menelekap pada keperibadian anak. Dalam
hal ini perhatian dari pihak keluarga sangat penting dalam mendidik anaknya
ketika berada diluar sekolah” (Wawancara: Kamis, 29 Januari 2018).
Lingkungan merupakan aspek terpenting dalam pembentukan kareakter siswa,
ketika siswa berada diluar sekolah dan di lingkungan yang kurang baik, maka
karakter siswa tersebut akan terbawa pada saat sekolah. Untuk itu dalam hal ini
peran orang tua selaku aktor utama dalam pengawasan ketika berada di luar
sekolah, merupakan hal yang sangat penting dilakukan, bukanya hanya dalam
waktu singkat akan tetapi dalam jangka panjang hingga anak tumbuh menjadi
dewasa dimana ia mulai paham dengan perbuatan yang baik dan buruk.
Faktor eksteral lain yang di ungkapkan oleh oleh bapak Zainal kepada penulis
adalah sarana dan prasaran di sekolah, seperti penjelasan dalam wawancara
berikut:
“Kendala lain yang kita hadapi adalah sarana dan prasarana seperti proyektor yang
saat ini tidak bisa kita gunakan untuk melakukan pengajaran kepada siswa, namun
hal ini tidak menjadi hal yang sangat fatal, akan tetapi jiga kita menggunakan
proyektor saat mengajar banyak hal yang siswa dapatkan dari sisi teknologi
informasi dan pemahaman secara ikhtisar pelajaran mudah dipahami tidak seperti
yang ada didalam buku panduan pelajaran” (Wawancara: Kamis, 29 Januari
2018).
Bapak Zainal menambahkan yang menjadi kendala dalam pembelajaran akidah
akhlak yaitu materi, seperti yang diungkap kepada penulis dalam wawancara
berikut:
63
86
“Kendala lain yang menjadi kendala kita bersama pada saat jam belajar adalah
mengenai penyampain materi, dimana dengan tenggan waktu yang tersedia itu
tidak mencukupi dengan materi yang akan disampaikan. Jika kita menggunakan
proyektor mungkin akan sedikit lebih cepat dan capain penyampaian materi akan
tercapai sesuai harapan” (Wawancara: Kamis, 29 Januari 2018).
Wawancara diatas meyebutkan bahwa, kendala lain adalah sarana dan prasarana,
dimana sarana dalam media pembelajaran tidak memadai hal ini tentu
berpengaruh pada penyampaian materi yang akan disampaikan. Seperti yang di
uangkap bapak Zainal dalam wawancara diatas adalah kendala dalam penyampain
materi, dimana dengan waktu tenggang yang tersedia tidak mencukupi dengan
materi yang akan disampaikan. Dalam proses belajar mengajar yang menjadi hal
pokok penting adalah penyampaian materi kepada siswa, jika meteri tidak tercapai
secara 100 % maka hasil capaian pun tidak akan maksimal.
Sardiman (2007: 173) Tugas guru adalah bagaimana harus mendesain agar
menciptakan agar menciptakan proses belajar mengajar yang lebih optimal. Guru
seharusnya dapat mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari beberapa wawancara diatas menyebutkan bahwa, kendala yang dihadapi oleh
guru dalam memberikan pengajaran akidah akhlak adalah faktor internal dan
eksternal. Rijal (2016) Salah satu aspek yang seharusnya mendapat perhatian
utama oleh setiap pengelola pendidikan adalah mengenai fasilitas pendidikan.
Sarana pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti: Gedung,
ruangan belajar/kelas, alat-alat atau media pendidikan, meja, kursi, dan
sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan fasilitas/prasarana adalah yang
secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti: halaman,
kebun/taman sekolah, jalan menuju ke sekolah.
Dari paparan diatas mengenai kendala-kendala yang dihadapi pokok terpenting
adalah bagaimana guru mensiasti kendala tersebut dengan menggunakan metode
pembelajaran yang benar, dengan demikian kedala yang ada akan sedikit
terselesaikan atau tidak menjadi kendala yang fatal bagi siswa dalam proses
63
87
belajar mengajar. Proses pembelajaran di MIN 4 Pematang Gajah menggunakn
metode active leaning (belajar aktif), berdasarkan wawancara yang penulis
himpun mengenai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan metode belajar aktif,
bapak Zainal mengungkapkan kepada peneliti dalam wawancara berikut:
“Dalam pelaksanaan metode pembelajaran active learning (belajar aktif) tidak
mengalami kendala, justru dengan metode ini kendala yang ada dapat teratasi,
seperti waktu belajar yang singkat, dengan menggunakan metode belajar aktif
seperti panduan membaca, kendala ini teratasi. Kenapa demikian, karena dengan
menggunakan salah satu metode belajar aktif yaitu panduan membaca, panduan
membaca ini kita lakukan agar siswa tetap dalam lingkaran pelajaran yang sedang
dan akan dipelajari, artinya dalam hal ini keterbatasan waktu untuk mengajar
teratasi, dengan memberikan panduan tugas membaca kepada siswa saat berada
dirumah, hal ini bertujuan untuk menjaga agar pelajaran yang dipelajari akan
selalu dalam pikiran mereka dan yang pasti mereka akan cepat memahami apa
yang akan disampaikan. Gitu..” (Wawancara: Kamis, 29 Januari 2018).
Dari wawancara diatas terlihat bahwa, metode pembelajaran yang dilakukan guru
yakni belajar aktif tidak mengalami kendala, justru dengan metode tersebut
kendala yang ada menjadi teratasi. Seperti yang telah disampaukan diatas metode
yang digunakan oleh guru MIN 4 Pematang Gajah adalah belajar aktif dengan dua
bentuk yaitu pengalaman penting dan panduan membaca. Pentingnya sebuah
metode dalam melakukan pembelajaran merupakan tuntutan seorang guru dalam
mencapai keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan, dengan
menggunakan metode yang ada guru menajadi merasa mudah dan terbantu dalam
memberikan materi yang disampaikan kepada peserta didik.
Islamuddin (2012: 213) menyatakan bahwa hambatan guru yang terjadi di sekolah
secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas
2 macam.
1. Faktor Intern siswa meliputi gangguan atau kekurangan kemampuan
pisiko-fisik siswa, yakni :
a. Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas/ inteligensi siswa.
63
88
b. Bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap.
c. Bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihatan dan indera pendengaran (mata dan
telinga).
2. Faktor ekstern siswa Faktorn ekstern siswa meliputi semua situasi dan
kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa.
a. Lingkungan keluarga, contohnya: keharmonisan hubungan antara ayah
dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampungan/ masyarakat, contohnya wilayah terpencil
(slum area), dan teman sepermainan yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
Teori Medan ( Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi
belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat
hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi
hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan
itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam
medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya (Dimyati dan Mudjiono, 2013:
47).
63
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab pembahasan masing-masing terutama
pada bab IV sebagai pembahasan inti dari hasil analisis data di lapangan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa “Strategi Guru dalam Pembelajaran Aqidah
Akhlak dengan Menggunakan Model Pembelajarn Active Learning di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pematang Gajah Muaro Jambi :
1. Strategi guru akidah akhlak MIN 4 Pematang Gajah dalam mengefektifkan
proses belajar mengajar dengan menggunakan dengan menggunakan dua
cara yang pertama adalah model pembelajaran pengalaman penting, di
mana siswa diajak untuk ikut aktif sebelum mengikuti pelajaran dengan
merangsang otak siswa untuk terbawa pada pengalaman belajar yang telah
dilakukan sebelumnya. Strategi pembelajaran ini pada dasarnya adalah suatu
siasat yang digunakan guru untuk mengantarkan materi kepada peserta didik
dengan tujuan materi yang akan disampaikan akan mudah diterima,
dipahami dan akan terus melekat pada peserta didik. Yang kedua adalah
panduan membaca, di mana agar siswa tetap dalam lingkaran pelajaran
yang sedang dan akan dipelajari, dengan memberikan panduan tugas
membaca kepada siswa saat berada dirumah, kemudian guru akan
mempertanyakan apa yang telah mereka baca kepada siswa, dengan
demikian siswa akan aktif dalam proses belajar mengajar berlangsung
sehingga pembelajaran akan menjadi efektif.
2. Kendala guru akidah akhlak MIN 4 Pematang Gajah dalam mengefektifkan
proses belajar mengajar dating dari internat dan eksternal. Faktor internal
datang dari individu siswa itu sendiri yaitu tingkat kecerdasan siswa dalam
menerima pelajaran. Faktor eksternal yaitu sarana dan prasarana yang
kurang memadai, akan tetetapi dengan metode pembelajaran yang
63
digunakan kendala ini dapat diminimalisir, karena belajar aktif dengan
kedua model diatas dapat menjadikan siswa termotivasi dan menjadikan
suasana belajar mengajar menajdi efektif.
B. Saran
Dalam mengefektifkan saat belajar mengajar disekolah, hendaknya harus
dimuai dengan fasilitas sarana dan prasarana terlebih dahulu, karena sarana dan
prasaran sangat mendukung dalam proses pembelajaran dengan pertimbangkan
bahwa ke efektifan belajar ditentukan oleh suasana dan keadaan saat
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian capaian pembelajaran akan
berjalan sebagaimana mestinya, dengan metode pembelajaran yang telah ada
akan mengurangi kendala-kendala yang ada, kendala tidak akan timbul jika
metode belajar aktif dilaksanakan dengan baik dan didukung oleh sarana dan
prasana yang memadai.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Dian Andayani. (2005). Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004). Bandung : Remaja
Rosda Karya
Ahmad Warson Munawwir, (1997). Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia,
Surabaya: Pustaka Progresif.
Afrizal Mayub, (2005). e-Learning Berbasis Macromedia Flash MX,
Yogyakarta, Penebit : Graha Ilmu
Agus Suprijono. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka
Jaya.
Asrul Dkk (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media
Azhar, Muhammad Lalu. (1991). Proses Belajar Mengajar CBSA. Surabaya:
Usaha Nasional.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (2003). Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Gunawan Heri, 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Departemen Agama RI. (2004) Kurikulum 2004 Standar Kompetensi, Jakarta:
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam
Hartono. 2008. PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan, Pekanbaru: Zanafa.
Hasan M. Ali. (1978). Tuntunan Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang.
Heru Kurniawan, (2014). Pembelajaran Menulis Kreatif berbasis Komunikatif
dan Apresiatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hisyam, Zaini. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Institut Agama
Islam Negeri Sunan Kalijaga
Hisyam Zaini, dkk, (2008). Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: PUSTAKA
INSANI Madani,
63
Islamuddin, H. (2011). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iskandar, (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.
I.L. Pasaribu, (1983). Proses Belajar Mengaja. Bandung: Tarsito
Jamaludin Darwis. (2006). Dinamika Pendidikan Islam, (Sejarah, Ragam Dan
Kelembagaan), Semarang: Rasa‟il,
Oemar Hamalik, 2005. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Partantopius., dan Dahlan Al Bary. (1994). Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:
Arkola.
Prof. Dr. Oemar Hamalik. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara
Rachmadi Widdiharto. (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah, Pusat Pengembangan Penataran Guru
(PPG) Matematika.
Robbins, Stephen P, (2007). Perilaku Organisasi Buku I, Jakarta: Salemba Empat
Sanjaya Wina. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
Jakarta:Kencana.
Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sutrisno Hadi, (2004). Metode Reseach, Yogyakarta: Andi Ofset,
Suharsimi Arikunto, (2002). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta,
Sukandi, Ujang. (2003). Belajar Aktif dan Terpadu: Apa, Mengapa dan Bagai-
mana. Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Syaifurahman, Tri Ujiati. (2013). Manajemen Dalam Pembelajaran, Jakarta: PT
Indeks
Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman, (2002). Guru Professional dan
Implementasi Kurikulum, Jakarta : Ciputat Pers
Syah, Muhibbin. (1995), Psikologi Pendidikan, suatu pendekatan baru. Bandung :
Remaja Rosdakarya,
63
Trianto. (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. (2011). Pengantar Study
Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press
Utomo, Tjipto. (1994). Pendekatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta :
Gramedia Pustaka,
Yusuf, Tayar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1997.
Zainuddin dan M. Jamhari I: (1999). Akidah dan Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.
Zakiyah Daradjat dkk, (1996). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Penelitian :
ANAS MISBAKHUDIN. (2011). Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak Di
Kelas Viii-B Mts Nurul Huda Mangkang Tahun Ajaran 2010/ 2011.
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Indah Sri Rahayu, 2010, NIM : 3211063067, dengan judul “Problematika
Pembelajaran pada Mata Pelajaran Al-Qur‟an Hadits dan Cara
Mengatasinya [Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum
Pojok Ponggok Blitar]” Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Tulungagung
Nur Khasanah, (2014). Problematika Pembelajaran Tematik Kelas 1 Madrasah
Ibtidaiyah Khadijah Malang. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Rijal, (2016). Sarana Dan Prasarana Pendidikan. Diakses melalui:
ttps://www.rijal09.com/2016/03/sarana-dan-prasarana-pendidikan.html.
tanggal 19 maret 2019
63
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Bagaimana setrategi guru akidah akhlak MIN 4 muaro jambi dalam
mengefektifkan peroses belajar mengajar ?
1) Bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran akidah akhlak
berlangsung ?
2) Bagaimana jika siswa tidak memahami pelajaran akidah akhalak
secara total apa yang di lakukan ?
3) Apakah ada alternatiflain dalam penmgajaran akidah akhlak agar
siswa dapat memahami pelajaran akidah akhlak?
4) Metode pelajaran apa yang bapak terapkan dalam pembelajaran ?
5) Bagaimana menurut bapak metode aktif learning?
6) Apakah metode aktif learning cocok dipakai untuk pembelajaran
akidah akhlak?
7) Apa setrategi yang dilakukan dalam mengefektifkan peroses
pembelajaran akidah akhlak dengan menggunakan metode aktif
learning ?
8) Bagaimana respon siswa dalam penerapan metode aktif learning
tersebut ?
9) Apakah ada evaluasi yang dilakukan guru setelah pembelajaran
akidah akhlak selesai, apa tujuan nya?
10) Setelah evaluasi dilakukan, bagaimana hasil dari penerapan metode
aktif learning yang telah dilakukan?
2. Apa kendala pembelajaran akidah di MIN 4 muaro jambi?
1) Apakah ada kendala guru dalam peroses belajar mengajar?
2) Apa saja kendala yang terjadi saat pembelajaran akidah akhlak
berlangsung ?
3) Dengan kendala tersebut apakah sangat berpengaruh terhadap hasil
akhir pengajaran akidah akhalak ini ?
4) Kendala apa yang bapak/ibu temukan dalam pembelajaran akidah
akhlak menggunakan metode aktif learning ?
5) Apakah setiap hari kendala itu terus berlanjut?
63
63
63
Top Related