STRATEGI DAKWAH MAJELIS RASULULLAH SAW DALAMMENJAGA LOYALITAS JAMA’AH
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh:EDI IRYANTO
NIM: 1110051000006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1436 H/2015 M
i
ABSTRAK
Edi IryantoNIM: 1110051000006Strategi Dakwah Majelis Rasulullah SAW dalam Menjaga Loyalitas Jama’ah
Majelis Rasulullah SAW merupakan salah satu majelis besar yang ada di Ibukota Jakartadan memiliki jama’ah yang sangat banyak. Pasca wafatnya Alm. Habib Munzir cukupmempengaruhi jama’ah diawal-awal.para pengurus dan crew Majelis Rasulullah SAW berupayauntuk tetap menjaga eksistensi dari keberadaan Majelis Rasulullah SAW serta menjaga loyalitasjama’ahnya. Diperlukan strategi dakwah tertentu untuk melakukan hal tersebut dengan melaluiprogram-program dakwah yang dimiliki oleh Majelis rasulullah SAW.
Berdasarkan konteks diatas, maka pertanyaan mayornya adalah bagaimana strategidakwah Majelis Rasulullah SAW dalam menjaga loyalitas jama’ah? Kemudian pertanyaanminornya adalah apa saja rencana yang dibuat oleh Majelis Rasulullah SAW dalam strategidakwah tersebut? Apa saja bentuk evaluasi dari strategi dakwah yang dilakukan oleh MajelisRasulullah SAW?
Strategi dakwah yang digunakan oleh Majelis Rasulullah SAW adalah strategimerangkul. Merangkul dengan cara istiqomah dalam memberikan materi-materi dakwah yangbersifat mengajak jama’ah. Selain itu juga, Majelis Rasulullah SAW selalu mengajak jama’ahuntuk membaca sholawat, maulid Ad-Diyaul Lami serta berdzikir seperti dzikir djalallah disetiapakhir acara pengajian Majelis Rasulullah SAW.
Teori yang digunakan adalah teori strategi Fred R. David. Bahwa dalam proses strategiada beberapa tahapan-tahapan yaitu perumusan atau perencanaan strategi yang mencakuppengembangan visi dan misi dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan, penerapanstrategi yang berarti mobilitasi karyawan dan manajer untuk melakukan strategi yang telahdirumuskan, penilaian strategi atau evaluasi yang merupakan tahap akhir dalam manajemenstrategi, manajer mesti tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik.
Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif deskriptif, untuk dapatmenghasilkan data yang lebih mendalam. Analisis yang digunakan adalah analisis SWOT untukmengukur kekuatan (Strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity dan ancaman(threats) dalam melakukan kegiatan dakwah.
Majelis Rasulullah SAW melakukan perencanaan melalui program divisi dakwah, Div.Teknologi media masa, dan Div. usaha dan tijariyah. Dan melakukan penerapan strategi melaluiprogram-progam dakwah yang dibuat oleh Majelis Rasulullah SAW. Setelah kedua tahapantersebut dilakukan yakni perencanaan dan penerapan strategi, barulah Majelis Rasulullah SAWmelakukan evaluasi mengenai loyalitas jama’ah melalui kredibilitas, atraksi, kharismatik,program dakwah, materi dakwah, media dakwah dan manajemen profesional.
Strategi merangkul merupakan upaya yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAWuntuk menjaga eksistensi dari keberadaan Majelis Rasulullah SAW dan juga untuk loyalitasjama’ahnya. Banyak jama’ah yang menyukai strategi dakwah tersebut, terutama anak-anak mudajama’ah Majelis Rasulullah SAW. Majelis Rasulullah SAW akan istiqomah dalam menerapkanstrategi dakwah tersebut melalui program-program kegiatan dakwahnya.
Keywords: Majelis Rasulullah SAW, strategi dakwah, merangkul, loyalitas jama’ah.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
rahmat, karunia dan hidayat-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
sayyidina Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Strategi Dakwah Majelis Rasulullah SAW dalam Menjaga Loyalitas
Jama’ah.”
dalam proses penyelesaian skripsi ini, tidak jarang penulis menemukan
berbagai macam hambatan dan kesulitan yang dapat menurunkan semangat penulis.
Namun berkat dukungan semangat dan motivasi dari berbagai pihak yang diberikan
kepada penulis, sehingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini sudah selayaknya penulis ingin mengucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada :
1. Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr.
Suparto, M.Ed, M.A. sebagai Wakil Dekan I. Dr. Hj. Roudhonah, MA.
sebagai Wakil Dekan II. Drs. Suhaimi, M. Si. sebagai Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Ibu Fita Fathurokhmah M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak H. Zakaria, MA, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih
yang sebanyak-banyaknya untuk beliau yang telah banyak meluangkan
waktu, memberikan ilmu dan arahan kepada penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik kelas
KPI A angkatan tahun 2010.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama proses perkuliahan.
Dan juga kepada jajaran staf karyawan akademik dan perpustakaan
Fakultas yang telah menyediakan referensi-referensi yang dapat dijadikan
bahan rujukan skripsi penulis.
7. Ucapan terima kasih penulis ucapkan secara khusus kepada kedua orang
tua penulis, Bapak Winto Hadi Pranoto dan Mamah Werdiningsih yang
senantiasa mendoakan, memotivasi dan memberi dukungan penuh baik
berupa materi maupun non-materi yang mengiringi penulis selama masa
kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan
tinggi.
8. Ustadz Bubun yang selalu memberikan nasihat serta motivasi kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
iv
9. Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff dan H. Muhammad Syukron
Makmun selaku Staff Divisi Dakwah dan Seketaris Umum Majelis
Rasulullah SAW untuk kemudahan birokrasi serta luang waktu yang
dipersiapkan untuk penulis.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan KPI A 2010 yang telah banyak mengukir
memori indah serta kebersamaan yang erat selama masa kuliah. Tim futsal
KPI A. Serta kawan-kawan khusus Bustami, Dhani, Bianda, Razak, Hafiz,
Tyo, Muhammad dan Mulki yang sukarela memberikan tenaga, pikiran,
waktu dan tempat untuk membantu penulis selama proses penulisan
skripsi.
11. Kawan-kawan KKN 17Expo 2013 yang sukarela menjalani masa bakti
pengabdian bersama dan kenangan indah yang tak terlupakan di desa
Bojong Renged Teluk Naga.
12. Organisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) An-Najm. dan organisasi
Pencak Silat Tapak Suci.
Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
unuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga kebaikan semua pihak yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1B. Batasan Masalah ...................................................................... 5C. Rumusan Masalah ................................................................... 5D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7F. Kerangka Teori ......................................................................... 9G. Metodologi Penelitian ............................................................. 9H. Sistematika Penulisan .............................................................. 14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Strategi Dakwah ...................................................................... 161. Strategi ................................................................................. 162. Dakwah ................................................................................ 223. Strategi Dakwah Melalui Media dan Non Media ................ 34
B. Profesi Rasulullah SAW........................................................... 39C. Pandangan Al-Qur’an Terhadap Loyalitas ............................... 43
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Majelis Rasulullah SAW ........................................... 48
B. Visi dan Misi Majelis Rasulullah SAW.................................. 52
C. Struktur Kepengurusan Majelis Rasulullah SAW .................. 53
D. Program Dakwah Majelis Rasulullah SAW ........................... 57
BAB 1V ANALISIS DAN TEMUAN DATA
A. Perumusan Strategi Dakwah Majelis Rasulullah SAW dalamMenjaga Loyalitas Jama’ah .................................................... 59
B. Penerapan Strategi Dakwah Majelis Rasulullah SAW dalam MenjagaLoyalitas Jama’ah ................................................................... 70
vi
C. Penilaian Strategi Dakwah Majelis Rasulullah SAW dalam MenjagaLoyalitas Jama’ah ................................................................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 89B. Saran ....................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Struktur Kepengurusan Majelis Rasulullah SAW ................. 54
Tabel 2.1 Program Dakwah MR Sebelum Wafatnya Alm. Habib Munzir 57
Tabel 2.2 Program Dakwah MR Pasca Wafatnya Alm. Habib Munzir 57
Tabel 3.1 Data Tabel Mengenai SWOT ................................................ 69
Tabel 4.1 Data Jumlah Jama’ah MR Secara Keseluruhan ..................... 82
Tabel 4.1 Data Jumlah Jama’ah yang Hadir Di Pengajian MR ............. 83
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kios Penjualan Majelis Rasulullah SAW di Cidodol ...... 62
Gambar 2.1 Berita detikNews.com ...................................................... 68
Gambar 3.1 Pengajian Mingguan di Cidodol Jakarta Barat.................. 71
Gambar 3.2 Pengajian Mingguan di Masjid Al-Munawar.................... 72
Gambar 3.3 Pengajian Event Akbar di Lapangan Monas ..................... 73
Gambar 4.1 Data Pengguna yang Menyukai Youtube MR .................. 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran islam bersifat universal karena islam tidak membeda-bedakan manusia
berdasarkan ras, suku, budaya,warna kulit, dan daerah. Kebenaran yang terkandung
didalam ajaran islam itu menurut kodratnya harus disiarkan kepada ummat manusia
sebagai bentuk pelaksanaan ajaran islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin,
agar terwujud tatanan kehidupan yang sesuai dengan ajaran-ajaran islam. Agama
islam itu sendiri mengajarkan kepada umatnya untuk menyebarluaskan kebenaran
dan keluhuran islam sesuai dengan kemampuan yang kita punya. Dan atas dasar
itulah, tampak jelas bahwa islam merupakan agama dakwah.
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang mempunyai watak dan
kecenderungan untuk menjadi suatu agama yang bisa terus tersiar keseluruh penjuru
dunia. Perkembangan agama Islam yang begitu pesat adalah karena Islam
disebarluaskan kepada masyarakat dan Islam merupakan agama dakwah.1 Dakwah
mengandung arti sebagai suatu kegiatan panggilan, ajakan, seruan baik dalam bentuk
lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana
dalam usaha memengaruhi orang lain baik secara individual maupun kelompok agar
timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta
pengamalan terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa
adanya unsur paksaan.
1 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 17.
2
Sedangkan menurut Abdul Aziz, dakwah itu berarti memanggil, menyeru,
perbuatan, atau perkataan untuk menarik manusia kepada sesuatu. Artinya proses
penyampaian pesan-pesan tertentu baik berupa ajakan maupun seruan. Dalam dakwah
ada yang namanya proses mengajak, dan orang yang mengajak atau menyeru itu
disebut Da’i, dan orang yang diajak disebut Mad’u.2
Dakwah dapat dipandang sebagai aktualisasi iman (teologis) yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman di bidang
kemasyarakatan. Dakwah dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara
merasa, berfikir, bersikap dan bertindak dari manusia pada dataran kenyataan
individual dan sosio-kultural guna mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam
semua segi kehidupan dengan menggunakan cara-cara tertentu. 3 Dakwah tidak akan
berhasil jika hanya menunggu hidayah saja tanpa diusahakan, karena memang
kewajiban bagi setiap muslim untuk berdakwah. Namun, aktivitas dakwah yang
dilakukan oleh manusia itu tidak dapat lepas dari hidayah atau petunjuk Allah SWW
kepada setiap orang yang dikehendakiNya. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada
orangyang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
2 Enjang AS. Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), h. 4.3 Nawawi, KOMUNIKA; Jurnal Komunikasi dan Dakwah (Purwokerto: , 2008), h. 269.
3
dikehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.”(QS. Al-Qashash (28): 56).
Dalam pelaksanaan dakwah, peran da’i sangat menentukan berhasil atau
tidaknya dakwah tersebut. Kalau kita meminjam istilah komunikasi. Da’i dapat
dikategorikan sebagai komunikator yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan
informasi-informasi dari sumber (source) melalui saluran (channel) yang sesuai pada
komunikan (receiver). Untuk menjadi komunikator yang baik dituntut adanya
kredibilitas yang tinggi, yaitu suatu tingkat kepercayaan yang tinggi padanya dari
komunikan sesuai dengan yang diinginkan. Kegagalan pelaksanaan dakwah yang
sering terjadi disebabkan karena ketidak pahaman dan kurang telitinya seorang da’i
dalam menentukan strategi dakwah.
Perwujudan dakwah bukan hanya sekedar usaha untuk meningkatkan
pemahaman keagamaan dan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi
juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah yang
dilakukan harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran islam secara lebih
menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, dakwah membutuhkan
strategi yang matang untuk mencapai tujuan yang maksimal.
Strategi merupakan serangkaian perencanaan atau suatu keputusan manajerial
yang strategis untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh suatu organisasi.4
Jika dikaitkan dengan proses dakwah, strategi mempunyai peranan yang sangat
4 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Cet. Ke-12, h. 5
4
penting bagi pergerakan kegiatan dakwah. Karena, strategi dakwah merupakan suatu
cara yang dilakukan oleh organisasi atau majelis untuk mencapai tujuan dakwah, bila
strategi yang diterapkan dalam berdakwah itu baik, maka aktivitas dakwah akan
tersusun secara sitematis dan teratur.
Majelis Rasulullah merupakan salah satu majelis besar yang ada di Ibukota
Jakarta, majelis tersebut cukup terkenal di berbagai daerah indonesia khususnya di
Ibukota Jakarta dan Majelis Rasulullah SAW ini merupakan salah satu majelis yang
masih aktif sampai saat ini. Untuk perbedaannya dengan majelis lain adalah
mengenai pembacaan Maulidnya, Majelis Rasulullah SAW selalu membacakan
maulid Ad-Dhiyaul Lami yang merupakan karangan dari guru Alm. Habib Munzir
bin Fuad Al-Musawa dan juga selalu membacakan dzikir Djalallah yang berbunyi
“Ya Allah, Ya Allah Ya Allah” di setiap akhir acara pengajian. Setelah Habib Munzir
bin Fuad Al Musawa meninggal dunia, Habib Ahmad bin Novel Jindan yang
menggantikan habib Munzir untuk memimpin majelis tersebut. Habib Ahmad bin
Novel Jindan merupakan salah satu sahabat baik dari Alm. Habib Munzir bin Fuad Al
Musawa. Yang menarik disini adalah yang menggantikan habib Munzir tersebut
ternyata bukanlah dari kakak atau adik kandungnya atau keluarga kandungnya yang
merupakan nasab keturunannya, melainkan dari sahabat baiknya yaitu Habib Ahmad
bin Novel Jindan. Kemudian setelah berjalan selama setahun kepemimpinan
sementara yang dipegang oleh Habib Ahmad bin Novel jindan akhirnya kembali
dilepaskan pada bulan desember tahun 2014 dan kepemimpinan Majelis Rasulullah
5
SAW tersebut kini dikembalikan kepada gurunya Alm. Habib Munzir yakni Habib
Umar bin Hafidz Hadramaut.
Habib Ahmad bin Novel Jindan diberikan amanat untuk memimpin sementara
Majelis Rasulullah SAW oleh Habib Umar bin Hafidz Hadramaut yang merupakan
guru dari para habaib, termasuk guru dari Habib Mundzir bin Fuad Al-Musawa dan
juga Habib Ahmad bin Novel Jindan. Tentu hal ini dapat mempengaruhi kesetiaan
para jama’ah yang sudah pasti merupakan bagian penting dari keberadaan majelis
Rasulullah SAW.
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, dakwah tidak akan berkembang
dan mencapai titik maksimal jika tidak adanya strategi dakwah yang matang. Perlu
adanya strategi dakwah yang matang untuk menghadapi berbagai objek dakwah yang
ada, terutama dalam menjaga loyalitas jama’ah Majelis Rasulullah SAW. Oleh karena
itu penulis berinisiatif untuk meneliti lebih dalam terhadap permasalahan tersebut.
Dengan judul penelitian “Strategi Dakwah Majelis Rasulullah SAW Dalam
Menjaga Loyalitas Jam’ah.”
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Batasan masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak terlalu meluas, maka penelitian
ini dibatasi hanya pada Strategi Dakwah Majelis Rasulullah SAW Dalam
Menjaga Loyalitas Jama’ah, terutama pasca meninggalnya Alm. Habib
6
Munzir bin Fuad Al-Musawa yang merupakan sebagai pimpinan pada majelis
tersebut.
2. Rumusan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti ini lebih jelas dan berjalan dengan
sistematis, maka perlu dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan strategi dakwah majelis Rasulullah SAW
dalam menjaga loyalitas jama’ah?
2. Bagaimana penerapan strategi dakwah majelis Rasulullah SAW
dalam menjaga loyalitas jama’ah?
3. Bagaimana evaluasi dari strategi dakwah yang telah dilakukan
majelis Rasulullah dalam menjaga loyalitas jama’ah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan strategi dakwah majelis
Rasulullah SAW dalam menjaga loyalitas jama’ah.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan strategi dakwah majelis
Rasulullah SAW dalam menjaga loyalitas jama’ah.
3. Untuk mengetahui evaluasi dari strategi dakwah yang telah
dilakukan majelis Rasulullah SAW.
b. Manfaat Penelitian
7
1. Manfaat Akademis
Dari segi akademisi penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan mengenai keilmuan dakwah dan dapat menjadi referensi, terutama
dalam menemukan strategi dakwah majelis Rasulullah Saw dalam menjaga
loyalitas jama’ah.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menemukan dan
mengaplikasikan strategi dakwah untuk menjaga loyalitas jama’ah majelis
Rasulullah SAW khususnya, dan majelis-majelis ta’lim lain secara umum.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti mempelajari penelitian yang
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang terkait dengan fokus penelitian
ini. Terdapat beberapa karya ilmiah yang serupa namun memiliki fokus penelitian
yang berbeda dan bisa dijadikan rujukan, yaitu:
Strategi dakwah BKMT kota Tangerang Selatan dalam menjaga ukhuwah
islamiyah oleh Endah Purnamasari, penelitian ini membahas mengenai strategi
dakwah yang dilakukan oleh BKMT kota tangerang untuk menjaga ukhuwah
islamiyyah, dengan menggunakan teori tahap-tahap strategi seperti perumusan,
8
penerapan dan penilaian dari strategi.5 Kesamaan pada penelitian ini adalah
mengenai teori yang digunakan yakni teori Fred. R David mengenai tahapan-
tahapan strategi. Sedangkan untuk perbedaannya adalah mengenai strategi yang
digunakan, dalam penelitian ini tidak menggunakan strategi merangkul,
melainkan hanya fokus pada program-program dakwah yang dijalankan oleh
BKMT tersebut.
Strategi Dakwah Majelis Ta’lim Walisongo Di Kebayoran Baru Dalam
Merealisasikan Ukhuwah Islamiyah oleh Abdul Rahman. Penelitian ini
membahas tentang strategi dakwah dengan menggunakan teori dari Asmuni
Syukir yakni mengenai asas-asas dakwah.6 Untuk kesamaan dalam penelitian ini
adalah subjek penelitan yakni membahas mengenai strategi dakwah majelis
ta’lim. Sedangkan untuk perbedaannya adalah teori yang digunakan, dalam
penelitan ini penulis tidak menggunakan teori Fred R. David mengenai tahapan-
tahapan strategi, melainkan teori yang digunakan adalah tentang asas-asas
dakwah.
Strategi Dakwah Habib Munzir Al-Musawa Dalam membentuk Akhlaqul
Karimah Remaja Majelis Rasulullah SAW oleh Halomoan. Penelitian ini
membahas tentang pembentukan Akhlak karimah melalui strategi dakwah yang
5 Endah Purnamasari, “Strategi Dakwah BKMT Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin UkhuwahIslamiyyah,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta,2014).6 Halomoan, “Strategi Dakwah Habib Munzir Al-Musawa Dalam membentuk Akhlaqul KarimahRemaja Majelis Rasulullah SAW,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UniversitasIslam Negeri Jakarta, 2013).
9
digunakan oleh Majelis Rasulullah SAW.7 Untuk persamaannya dalam penelitian
ini adalah objek penelitian yang dituju yaitu Majelis Rasulullah SAW. Sedangkan
perbedaannya dalam penelitian ini hanya membahas mengenai dakwah yang
dilakukan oleh Alm. Habib Munzir Al-Musawa saja, tidak membahas mengenai
strategi dakwah Majelis Rasulullah SAW secara menyeluruh.
E. Kerangka Teori
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu penelitian
ilmiah, yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena secara tepat
mengenai sifat-sifat dari individu, keadaan, gejala atau fenomena tertentu.8
Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi yang akan di teliti,
namun yang lebih ditekankan adalah kedalaman (kualitas) data, bukan
7 Halomoan, “Strategi Dakwah Habib Munzir Al-Musawa Dalam membentuk Akhlaqul KarimahRemaja Majelis Rasulullah SAW,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UniversitasIslam Negeri Jakarta, 2013).8 Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 20.
Perumusan Strategi
Penerapan Strategi
Tahap-tahap Manajemen
Strategis
(Fred R. David)
Penilaian Strategi
10
banyaknya (kuantitas) data.9 Penggunaan metode penelitian kualitatif
deskriptif ini karena peneliti ingin menjelaskan bagaimana strategi dakwah
Majelis Rasulullah SAW dalam menjaga loyalitas jama’ah.
2. Subjek dan objek penelitian
a. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Habib Ahmad bin Alwi Al-Kaff
sebagai staff divisi dakwah, H. Syukron Makmun sebagai sekertaris Majelis
Rasulullah SAW, Muhammad Fadli , Ali yasin dan Heri Setiawan sebagai
jama’ah Majelis Rasulullah SAW.
b. Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Majelis Rasulullah SAW.
3. Tahapan Penelitian
Prosedur pengumpulan data terdiri dari mengumpulkan data,
mengolah data dan menganalisa data.
a. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
metode wawancara mendalam (indeept interview), observasi dan
dokumentasi.
9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2006), h. 57.
11
1) Metode wawancara yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar
mendapatkan data yang lengkap dan mendalam.10 Dalam penelitian ini,
peneliti mewawancarai Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff sebagai Staff
Divisi Dakwah, H. Muhammad Syukron Makmun sebagai Sekertaris
Majelis Rasulullah SAW, Muhammad Fadli, Ali Yasin dan Heri Setiawan
sebagai jama’ah Majelis Rasulullah SAW. Hal ini dilakukan bertujuan
untuk mendapatkan informasi secara mendalam mengenai penelitian ini.
2) Observasi merupakan cara peneliti untuk mendapatkan data dengan
terlibat langsung dalam kegiatan yang akan diteliti. Observasi atau
pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap
kejadian, gejala atau sesuatu. Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah observasi partisipan yaitu metode observasi dimana peneliti juga
berfungsi sebagai partisipan, ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan
oleh kelompok atau objek yang diteliti.11 Peneliti melakukan observasi
sebanyak tiga kali, yaitu pada pada saat pengajian mingguan di Masjid Al-
Munawar Pancoran Jakarta Selatan, pengajian mingguan di Cidodol
jakarta Barat serta pengajian akbar atau event besar pada acara Isra Mi’raj
di Monas Jakarta Pusat. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat
bagaimana strategi dakwah yang digunakan oleh majelis tersebut.
10 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2006), h. 102.11 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2006), h. 112.
12
3) Dokumentasi merupakan salah satu instrumen pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang
dapat mendukung analisis data. Dalam penelitian ini dokumen yang
digunakan berupa foto kegiatan pengajian majelis dan lain sebagainya,
sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian di majelis
Rasulullah SAW dan mewawancarai pengurus Majelis Rasulullah SAW.
b. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, penulis akan mengolah data tersebut untuk
diambil sebuah kesimpulan guna mencari jawaban dari pertanyaaan yang
terdapat pada rumusan masalah. Kesimpulan tersebut dapat membuat
penelitian ini semakin terarah. Kemudian, untuk teknik penulisan yang
digunakan yaitu berpedoman pada buku CeQDA.
c. Analisi Data
Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data (baik itu data yang
didapat melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi), kemudian data-
data tersebut perlu diolah dan dianalisis untuk menjawab masalah
penelitian yang ada. Dan apabila kita telah mengumpulkan data dan
mencatat data yang diperoleh dari hasil observasi deskriptif dilapangan,
atau melalui wawancara dan dokumentasi, maka kita dapat melakukan
analisis data.
13
Penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Secara harfiah SWOT
adalah singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan),
opportunity (peluang), dan threats (ancaman). Analisis SWOT digunakan
sebagai alat analisis yang seringkali dimanfaatkan dalam penelitian
kualitatif untuk menganalisis masalah-masalah administrasi dan kebijakan
publik maupun untuk mengkaji masalah-masalah manajemen dan kinerja
perusahaan. Analisis SWOT dapat menunjukkan bahwa kinerja kebijakan
maupun perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan
eksternal perusahaan tersebut. Analisis SWOT membandingkan antara
faktor eksternal, yaitu peluang (opportunity) dan ancaman (threats)
dengan faktor internal, yaitu kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness). Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis
SWOT.12
Hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk menawarkan
alternatif yang dilakukan dalam implementasi sebuah kebijakan maupun
manajemen perusahaan. Analisis SWOT dapat dilakukan untuk
menganalisis kondisi kebijakan dan kemungkinan kondisi perusahaan
pada saat sebelum sebuah kebijakan atau manajemen dilaksanakan untuk
menghasilkan sebuah gambaran apakah kebijakan atau manajemen itu
layak dilakukan atau tidak. Namun bisa juga ketika kebijakan atau
manajemen itu berlangsung untuk memberi masukan apakah kebijakan itu
12 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu SosialLainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 250.
14
dapat diteruskan, diubah strateginya, atau bahkan dihentikan sama
sekali.13
Dalam penelitian ini digambarkan analisis SWOT yang dilakukan
oleh Majelis Rasulullah SAW untuk melancarkan kegiatan dakwah
dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang ada di internal,
serta peluang dan ancaman yang berasal dari eksternal. Keterkaitan antara
analisis SWOT dengan strategi dakwah yang dilakukan pada penelitian ini
adalah bahwa dalam melaksanakan kegiatan dakwahnya, Majelis
Rasulullah SAW tersebut harus mengetahui kelebihan apa yang mereka
miliki, serta kekurangan apa yang kemungkinan akan menjadi
penghambat pelaksanaan kegiatan dakwah tersebut. Kemudian juga pada
pelaksanaan praktiknya yang berkaitan dengan keberlangsungan dan
kesuksesan dari strategi dakwah yang dilakukan dalam kegiatan dakwah
tersebut agar dapat diterima oleh semua jama’ah, sehingga pada akhirnya
jama’ah tetap loyal atau setia kepada Majelis Rasulullah SAW walaupun
Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa sudah wafat.
G. Sistematika Penulisan
penulisan ini ditulis secara sistematis dan terbagi menjadi bab yang terdiri
dari beberapa sub bagian. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :
13 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu SosialLainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 250-251.
15
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi
penilitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian teori yang terdiri dari ruang lingkup strategi dakwah,
yang membahas mengenai strategi, dakwah, dan strategi
dakwah melalui media dan non media. selain itu juga
membahas mengenai profesi Rasulullah SAW dan pandangan
Al-Qur’an terhadap loyalitas.
BAB III : Gambaran umum yang membahas mengenai profil umum
majelis Rasulullah SAW, visi misi majelis Rasulullah SAW,
struktur kepengurusan majelis Rasulullah SAW, serta program
dakwah Majelis Rasulullah SAW.
BAB IV : Temuan dan analisis data mengenai strategi dakwah Majelis
Rasulullah SAW dalam menjaga loyalitas jama’ah yaitu,
perumusan strategi dakwah Majelis Rasulullah SAW dalam
menjaga loyalitas jama’ah, penerapan strategi dakwah Majelis
Rasulullah SAW dalam menjaga loyalitas jama’ah dan
penilaian strategi dakwah Majelis Rasulullah SAW dalam
menjaga loyalitas jama’ah.
BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
16
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Strategi Dakwah
1. Strategi
a. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos, yang berarti
jenderal. Oleh karena itu, kata strategi secara harfiah berarti “seni para
jenderal.” Kata ini mengacu pada apa yang merupakan perhatian utama
manajemen puncak organisasi. Secara khusus, strategi adalah penempaan
misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan
eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk
mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga
tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.1
Strategi merupakan konsep yang dipinjam dari lingkungan militer dan
diadaptasi penggunaannya dari berbagai macam praktisi bisnis, dan
komunikasi2. Strategi selalu berkaitan dengan pencapaian tujuan, dia bukan
sesuatu yang memiliki spesifikasi tertentu karena spesifikasi berakhir setelah
1 George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1997),h. 18.2 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Pemada Media Group), h. 253.
17
kita mencapai tujuan tersebut, strategi hanya mengatur bagaimana kita
mencapai apa yang kita tujukan, arahkan, dan sasaran akhir saja.3
Pada awalnya konsep strategi didefinisikan sebagai berbagai cara
untuk mencapai tujuan. Konsep generik ini terutama sesuai dengan
perkembangan awal penggunaan konsep strategi yang digunakan di dalam
dunia militer. Strategi dalam dunia militer adalah berbagai cara yang
digunakan oleh panglima perang untuk mengalahkan musuh dalam suatu
peperangan.4 Sejalan dengan perkembangan konsep manajemen strategik,
strategi tidak didefinisikan hanya semata-mata sebagai cara untuk mencapai
tujuan, karena strategi dalam konsep manajemen strategi juga mencakup
penetapan berbagai tujuan itu sendiri (melalui berbagai keputusan strategis
yang dibuat oleh manajemen perusahaan) yang diharapkan akan menjamin
terpeliharanya keunggulan kompetitif perusahaan.
Griffin (2000) mendefinisikan strategi sebagai rencana yang
menyeluruh dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.5 Tidak hanya
sekedar mencapai tujuan, akan tetapi strategi juga dimaksudkan untuk
3 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Pemada Media Group), h. 254.4 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Bandung: Erlangga, 2012), h. 24.5 Ernie Tisnawati. Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Pernada Media Group,2005), h. 132.
18
mempertahankan keberlangsungan organisasi di lingkungan di mana
organisasi tersebut menjalankan aktivitasnya.6
Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan
utama yang berjangka panjang dan sasaran dari sudut perusahaan atau
organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber
daya-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.7
Kemudian menurut Anwar Arifin, strategi adalah keseluruhan
keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna
mencapai tujuan.8 Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy, strategi
adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.
Namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta
jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi juga harus menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.9 Dan strategi juga merupakan pilihan yang
diambil setelah kita memutuskan tujuan untuk beraksi. Dengan kata lain,
strategi adalah jalan yang kita tentukan untuk ditempuh setelah kita
memutuskan kemana kita akan pergi.10
6 Ernie Tisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Pernada Media Group,2005), h. 132.7 A. M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pron Hallindo, t.t), h. 58.8 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.227.9 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 29.10 Endang Soelistiyowati dan Vincent Nugroho, Strategi Komunikasi Untuk Sukses Menjalin Relasi,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 14.
19
Oleh karena itu, dalam hal ini terdapat dua karakteristik strategi yang
sangat penting yakni pertama, strategi direncanakan terlebih dahulu secara
sadar dan sengaja mendahului berbagai tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan strategi yang dibuat tersebut. Kedua, strategi kemudian
dikembangkan dan diimplementasikan agar mencapai suatu tujuan.11
b. Komponen Stategi
Secara umum, sebuah strategi memiliki komponen-komponen strategi
yang senantiasa dipertimbangkan dalam menentukan strategi yang akan
dilaksanakan. Komponen-komponen strategi yang dimaksudkan ada tiga
macam, yaitu:12
1) Kompetensi yang Berbeda, yang dimaksudkan dengan kompetensi
yang berbeda adalah sesuati yang dimiliki oleh perusahaan di
mana perusahaan melakukannya dengan baik dibandingkan dengan
perusahaan lainnya. Dalam pengertian lain, komptensi yang
berbeda bermakna kelebihan suatu perusahaan dibandingkan
dengan perusahaan lainnya.
2) Ruang Lingkup, maksud dari ruang lingkup tersebut adalah
lingkungan di mana organisasi atau perusahaan tersebut
beraktivitas. Lokal, regional, dan internasional adalah salah satu
11 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Bandung: Erlangga, 2012), h. 25.12 Ernie Tisnawati. Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Pernada Media Group,2005), h. 133.
20
contoh dari ruang lingkup dari kegiatan organisasi. Oleh karena
itu, strategi yang akan mencakup perusahaan dilakukan mencakup
ruang lingkup yang dihadapi oleh perusahaan.
3) Distribusi Sumber Daya, yang dimaksud dengan distribusi sumber
daya adalah bagaimana sebuah perusahaan atau organisasi
memanfaatkan dan mendistribusi sumber daya yang dimilikinya
dalam menerapkan strategi perusahaan.
c. Tahap-tahap Strategi
Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan-
tahapan yang harus ditempuh, yaitu perumusan strategi, penerapan strategi
dan penilaian (evaluasi) strategi.13
1) Perumusan Strategi
Menurut Fred R. David Perumusan atau perencanaan strategi
mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman
eksternal suatu organisasi, kesadaran antara kekuatan dan kelemahan
internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi
alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan.14
Menurut Ismail Sholihin rencanaan pada dasarnya merupakan suatu
proses untuk menetapkan diawal berbagai hasil akhir yang ingin dicapai oleh
13 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Cet. Ke-12, h. 6.14 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Cet. Ke-12, h. 6.
21
perusahaan dimasa mendatang. Hasil akhir yang ingin dicapai oleh
perusahaan dinyatakan dalam bentuk berbagai tujuan yang hendak dicapai
perusahaan dalam suatu kerangka waktu tertentu.15
Robbins dan Coulter (2002) mendefinisikan perencanaan sebagai
sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan
strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta
merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan
dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya
tujuan organisasi.16
2) Penerapan Strategi
Menurut Fred R. David, penerapan strategi sering kali disebut “tahap
aksi” dari manajemen strategis. Menerapkan strategi berarti mobilitasi
karyawan dan manajer untuk melaksanakan strategi yang telah dirumuskan.
Sering kali dianggap sebagai tahap yang paling manajemen strategi,
penerapan atau implementasi strategi membutuhkan disiplin, komitmen dan
pengorbana personal. Penerapan strategi yang berhasil bergantung pada
kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang merupakan seni dari
15 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Bandung: Erlangga, 2012), h. 10.16 Ernie Tisnawati. Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Pernada Media Group,2005), h. 96.
22
pada pengetahuan, strategi tersebut dirumuskan, namun bila tidak diterapkan
tidak ada gunanya.17
Penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang suportif
pada strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, pengetahuan
ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta
pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan
kinerja organisasi.
3) Penilaian Strategi
Menurut Fred R. David penilaian strategi atau evaluasi merupakan
tahap terakhir dalam manajemen strategi. Manajer mesti tahu kapan ketika
strategi tertentu tidak berjalan dengan baik. Penilaian atau evaluasi strategi
merupakan cara utama untuk memperoleh informasi semacam ini. Semua
strategi terbuka untuk di modifikasi di masa yang akan datang karena
berbagai faktor eksternal dan internal terus menerus berubah.18
2. Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Menurut Samsul Munir Amin, secara etimologi atau bahasa, kata
dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’a-yad’u-da’watan, yang artinya
mengajak, menyeru, dan memanggil.
17 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Cet. Ke-12, h. 7.18 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Cet. Ke-12, h. 7.
23
Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan disebut da’i,
artinya orang yang menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau
menyeru adalah suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan
tertentu, maka pelakunya dikenal juga dengan istilah muballigh, yang artinya
penyampai atau penyeru. Dengan demikian, secara etimologi dakwah dan
tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian atas pesan-pesan tertentu
yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi
ajakan tersebut.19
Sedangkan definisi dakwah secara terminologi itu banyak para tokoh
yang mengemukakan definisi dakwah tersebut, diantaranya yaitu :
Menurut Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah memotivasi manusia
untuk berbuat kebajikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Menurut M. Natsir, dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia
konsepsi islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia, dan
yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar dengan berbagai macam cara dan
media yang diperbolekan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam
perkehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.
19 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 2.
24
Dan menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed., Dakwah mengandung
pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan,
tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana
dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupun secara
kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap,
penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang
disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.20
Sebagaimana seperti yang telah dijelaskan diatas mengenai
pemahaman-pemahaman definisi dakwah,meskipun terdapat perbedaan-
perbedaan kalimat, namun tetap memiliki prinsipil yang sama. Dari berbagai
perumusan definisi di atas, dapat kita simpulkan sebagai berikut:
a) Dakwah itu merupakan suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan
dengan sengaja atau sadar.
b) Usaha dakwah tersebut berupa ajakan kepada jalan Allah dengan amar
ma’ruf nahi munkar.
c) Usaha tersebut dimaksudkan untuk mencapai cita-cita dari dakwah itu
sendiri yaitu menuju kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat.
Dengan demikian, dakwah juga dapat diartikan sebagai proses
penyampaian ajaran agama islam kepada umat manusia. Sebagai suatu
20 Prof. H.M. Arifin, M.Ed., Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bumi Aksara, cetakankelima, 2000), h. 6.
25
proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi
merupakan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way
of life manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang
lebih baik.21 Dakwah merupakan sebuah ajakan, seorang da’i harus bisa
merumuskan tujuan kemana masyarakat itu akan diajak. Dalam hal ini, ada
dua tujuan yakni makro dan mikro. Untuk tujuan makro sudah cukup jelas
yaitu mengajak manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat, sedangkan
tujuan mikro yaitu tujuan jangka pendek, yakni menraik hati dan perhatian
dari masyarakat atau jama’ah.22
b. Macam-Macam Dakwah
Menurut Samsul Munir, secara umum dakwah islam itu dapat
dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu:
a) Dakwah bi Al-Lisan, yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui
lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah,
khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain. Metode ceramah ini
tampaknya sudah banyak dilakukan oleh para juru dakwah di
tengah-tengah masyarakat, baik ceramah dimajelis ta’lim, khutbah
jum’at di masjid-masjid atau ceramah di pengajian-pengajian.
b) Dakwah bi Al-Hal, adalah dakwah yang dilakukan dengan
perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan
21 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 6.22 Achmad Mubarok, Psikologi dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006).
26
tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya
dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek
dakwah. Dakwah bi Al-Hal ini dilakukan oleh Rasulullah, terbukti
bahwa ketika pertama kali tiba di madinah yang dilakukan oleh
Nabi adalah membangun masjid Al-Quba, mempersatukan kaum
Anshar dan Muhajirin. Kedua hal ini adalah dakwah nyata yang
dilakukan oleh Nabi yang dapat dikatakan sebagai Dakwah bi al-
hal.
c) Dakwah bi Al-Qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang
dilakukan dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku,
maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi al-
qalam ini lebih luas daripada melalui media lisan, demikian pula
metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus
untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad’u atau objek
dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi al-qalam ini.
c. Unsur-Unsur Dakwah
Dalam suatu aktivitas dakwah yang berupa ajakan, melahirkan suatu
proses penyampaian, ada beberapa unsur dakwah yang ada dalam aktivitas
dakwah tersebut, yaitu : 23
a) Subjek Dakwah
23 Ibid, h. 13.
27
Subjek dakwah atau da’i adalah pelaku dakwah. faktor subjek
dakwah ini sangat menentukan keberhasilan suatu aktivitas dakwah.
Maka subjek dakwah dalam hal ini da’i atau lembaga dakwah
hendaklah mampu menjadi penggerak dakwah yang profesional. Baik
gerakan dakwah yang dilakukan oleh individual maupun kolektif,
profesionalisme sangat dibutuhkan, termasuk profesionalisme
lembaga-lembaga dakwah. disamping profesional, subjek dakwah
juga harus memiliki kesiapan-kesiapan tertentu, misalnya dalam hal
penguasaan materi, metode dan psikologi. Karena hal tersebut sangar
menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasilannya.
b) Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta”
yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.24
Dengan demikian, metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan dakwah.
Allah SWT berfirman :
24 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet.1, h. 61.
28
Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nahl 16:
125). Dari ayat diatas, dapat kita pahami bahwa metode dakwah
terdapat tiga macam, yaitu: Bil Hikmah, Mauidzatil Hasanah dan Bil
Mujadalah.25
Metode dakwah yaitu cara-cara penyampaian dakwah, baik
individu, kelompok, maupun masyarakat luas dengan tujuan agar
pesan-pesan dakwah yang disampaikan tersebut mudah diterima oleh
objek dakwah. dalam aktivitas dakwah, hendaklah kita menggunakan
metode dakwah yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi dari
mad’u tersebut. Aplikasi metode dakwah tidak cukup hanya dengan
menggunakan metode dakwah yang konvensional saja, tp juga
diperlukan penerapan menggunakan metode dakwah yang sesuai
dengan situasi dan kondisi zaman di era sekarang.
25 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet.1, h. 243
29
c) Objek Dakwah
Objek dakwah atau mad’u adalah orang yang menerima pesan-
pesan dakwah. masyarakat baik individu maupun kelompok sebagai
objek dakwah yang memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda.
Dalam hal ini, hendaknya seorang da’i dapat memahami karakter dan
siapa yang akan diajak bicara atau siapa yang akan menerima pesan-
pesan dakwahnya. Da’i atau subjek dakwah dalam menyampaikan
pesan-pesan dakwahnya itu perlu mengetahui klasifikasi dan karakter
objek dakwah, karena hal ini sanga penting agar pesan-pesan dakwah
bisa diterima dengan baik oleh mad’u atau objek dakwah.
Menurut Syekh Muhammad Abduh, bahwa jama’ah yang
dihadapi oleh pembawa dakwah dapat dibagi atas tiga golongan yang
masing-masingnya harus dihadapi dengan cara yang berbeda-beda.
Ketiga golongan tersebut yaitu:26
1) Golongan cerdik-cendikiawan, yang cinta kebenaran dan
dapat berfikir secara kritis, cepat menangkap arti persoalan.
2) Golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat
berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat
menangkap pengertian yang tinggi-tinggi.
3) Golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua
golongan tersebut.
26 Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah, (Jakarta: MEDIA DA’WAH, 2003), h. 162.
30
Demikian menurut Syekh Muhammad Abduh, yang
kesemuanya dapat disimpulkan dalam kalimat: “Berbicaralah kepada
manusia menurut aqal (kecerdasan) mereka masing-masing.”
Golongan macam manapun yang akan dihadapi, masing-
masingnya menghendaki cara yang mengandung “kemudahan” dan
“kesulitannya” sendiri. Pokok persoalan bagi seorang pembawa
dakwah adalah bagaimana menentukan cara yang tepat dan efektif
dalam menghadapi suatu golongan tertentu dalam suatu keadaan dan
suasana tertenu. Untuk itu, ia harus menguasai isi dakwah yang akan
disampaikan serta intisari dan maksud-maksud yang terkandung di
dalamnya, Harus dapat menilai golongan apa yang dihadapi, Harus
bisa merasakan keadaan dan suasana, ruang dan waktu, dan harus
bisa memilih cara dan kata yang tepat setelah memahsmksn semua
itu.27
d) Materi Dakwah
Materi dakwah atau Madah Ad-Da’wah adalah pesan-pesan
dakwah islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek
kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran islam yang ada dalam
Kitabullah maupun Sunnah Rasul-Nya.28 Pesan atau materi dakwah
harus disampaikan secara menarik dan tidak monoton, sehingga dapat
27 Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah, (Jakarta: MEDIA DA’WAH, 2003), h. 163.28 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet.1, h. 88.
31
merangsang objek dakwah untuk mengkaji tema-tema islam yang
pada gilirannya objek dakwah akan mengkaji lebih mendalam
mengenai materi agama islam dan meningkatkan kualitas
pengetahuan keislaman untuk pengalaman keagamaan objek dakwah.
Pada dasarnya keseluruhan materi dakwah itu bersumber pada
dua sumber pokok ajaran islam, yaitu Alqur’an dan Hadist. Dan
secara konseptual pada dasarnya materi dakwah islam itu tergantung
pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun, secara global
materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu
masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari’at), dan
masalah budi pekerti (akhlaqul karimah). Sedangkan menurut
Barmawi Umari, selain materi dakwah yang disebutkan, ada materi
dakwah lain yang menjadi tema pembahasan dakwah islam yang
bersifat masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sosial
bermasyarakat pada umumnya. Materi dakwah tersebut antara lain,
yaitu masalah aqidah, akhlak, ahkam, ukhuwah, pendidikan, sosial,
kebudayaan, kemasyarakatan, amar ma’ruf, dan nahi munkar.
Sedangkan menurut Dr. Quraish Shihab, mengatakan bahwa
pokok-pokok materi dakwah itu tercermin dalam tiga hal, yaitu:29
29 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Peran dan Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat(Bandung: Mizan, 1993), h. 200.
32
1) Memaparkan ide-ide agama sehingga dapat mengembangkan
gairah generasi muda untuk mengetahui hakikatnya melalui
partisipasi positif mereka.
2) Sumbangan agama ditujukan kepada masyarakat luas yang
sedang membangun, khususnya di bidang sosial, ekonomi,
dan budaya.
3) Studi tentang pokok-pokok agama yang menjadikan landasan
bersama demi mewujudkan kerjasama antar agama tanpa
mengabaikan identitas masing-masing.
Pada dasarnya, materi dakwah yang disampaikan harus dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima
dakwah. dengan demikian, pesan-pesan dakwah yang disampaikan
dapat diterima dengan baik oleh objek dakwah. dan pada akhirnya
pesan-pesan dakwah yang telah disampaikan tersebut, dapat diamalkan
dan dipraktikan oleh objek dakwah dalam kehidupan sehari-hari.
e) Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu median, yang
merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti
alat perantara30. Menurut Wilbur Schramm mendefinisikan media
sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran.
30 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1986), h. 17.
33
Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat
fisik yang menjelaskan isi-isi pesan atau pengajaran seperti buku, film,
video, kaset, slide, dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah
peralatan yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada
penerima dakwah. seperti televisi, radio, video, majalah, surat kabar,
dan lain-lain.
Media dibagi menjadi dua, yaitu ada nonmedia massa, ada juga
media massa. Non media massa itu misalnya seperti utusan, kurir,
keluarga, pendidikan formal, dan lain-lain. Sedangkan media massa itu
terdiri dari cetak dan elektronik, visual, audio, audio visual, spanduk,
buku, dan lain-lain.
Dengan banyaknya media yang ada maka da’i harus dapat
memilih media yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah. ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media
dakwah, yaitu:
1) Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang
hendak dicapai.
2) Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran
dakwahnya.
3) Pemilihan media seharusnya dilakukan dengan cara objektif,
artinya pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da’i.
34
4) Kesempatan dan ketersediaan media harus diperhatikan.
5) Efektivitas dan efisiensi harus diperhatikan.
3. Strategi Dakwah Melalui Media dan Non Media
Istilah strategi dipakai dalam konteks militer sejak zaman kejayaan
Yunani-Romawi sampai masa awal industrialisasi. Kemudian istilah strategi
meluas ke berbagai aspek kegiatan masyarakat, termasuk dalam bidang
komunikasi dan dakwah. Hal ini penting, karena dakwah bertujuan untuk
melakukan perubahan terencana dalam masyarakat.31
Strategi dakwah artinya metode, siasat atau taktik yang dipergunakan
dalam aktivitas (kegiatan) dakwah. untuk mencapai keberhasilan dakwah
Islam secara maksimal, maka diperlukan berbagai faktor penunjang,
diantaranya yaitu adalah strategi dakwah yang tepat sehingga dakwah yang
disampaikan dapat mengena sasaran. Jadi, merumuskan strategi dakwah
berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang
dihadapi di masa depan. Dengan strategi dakwah, berarti dapat ditempuh
dengan beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan
perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat.
Strategi dakwah yang digunakan dalam usaha dakwah harus
memperhatikan beberapa asas dakwah, diantaranya yaitu:32
31 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.227.32 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1986), h. 32.
35
a) Asas filosofis: Asas ini membicarakan mengenai masalah yang
erat kaitannya dengan tujuan-tujuan dakwah yang hendak dicapai
dalam proses atau aktivitas dakwah.
b) Asas kemampuan dan keahlian da’i: Asas ini menyangkut
pembahasan mengenai kemampuan da’i sebagai subjek dakwah.
c) Asas sosiologis: Asas ini membahas mengenai masalah-masalah
yang erat hubungannya dengan situasi dan kondisi sasaran
dakwah. mislanya politik pemerintah setempat, mayoritas agama
disuatu daerah, sosiokulutural sasaran dakwah, dan sebagainya.
d) Asas psikologi: Asas ini membahas mengenai masalah yang erat
kaitannya dengan kejiwaan manusia. Pertimbangan-pertimbangan
masalah psiokologis harus diperhatikan dalam proses pelaksanaan
dakwah.
e) Asas efektivitas dan efisiensi: maksud dari asas ini adalah di
dalam aktivitas dakwah kita harus berusaha menyeimbangkan
antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan
pencapaian hasilnya. Sehingga hasilnya dapat maksimal.
Dengan mempertimbangkan asas-asas diatas, seorang da’i hanya butuh
menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi mad’u sebagai objek
dakwah.
36
Adapaun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima
dakwah.33 Menurut Samsul Munir, secara umum media dakwah itu ada empat
macam, yaitu:34
a. Media Visual, media visual ini merupakan media yang digunakan
untuk kepentingan dakwah hanya melalui indera penglihatan.
Misalnya seperti: spanduk, baleho, foto, dan lain sebagainya
b. Media Audio, media ini merupakan alat-alat yang digunakan
sebagai sarana penunjang dakwah yang dapat ditangkap hanya
melalui indera pendengaran. Misalnya seperti: radio, tape
recorder, dan lain sebagainya.
c. Media Auido Visual, media ini adalah media yang digunakan
untuk menaympaikan dakwah dengan menampilakn unsur gambar
dan suara secara bersamaan. Misalnya seperti: video dan film.
d. Media Cetak, media ini digunakan untuk menyampaikan dakwah
melalui tulisan yang tercetak. Misalnya seperti: buku, majalah, dan
lain sebagainya.
Selain media dakwah yang disebutkan diatas, masih ada media
dakwah lainnya yang dapat digunakan sebagai sarana dalam menyampaikan
pesan-pesan dakwah, misalnya dakwah melalui media seni dan media internet
33 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 35.34 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 116.
37
atau sosial media. Dakwah melalui seni dapat dimanfaatkan untuk
menyebarkan pesan-pesan dakwah islam melalui seni yang dapat ditampilkan.
Misalnya seperti wayang, teater, puisi dan lain sebagainya35. Sedangkan
dakwah melalui internet atau media sosial misalnya seperti facebook, twitter,
tulisan di blog dan lain sebagainya.
Kemudian, selain strategi dakwah yang dilakukan melalui media, ada
juga dakwah yang dilakukan tidak melalu media perantara. Hal ini merupakan
cara dakwah yang cenderung konvensional, misalnya seperti dakwah yang
hanya dengan menggunakan lisan saja seperti ceramah diatas mimbar atau
biasa disebut dengan Mauidzatul Hasanah. Selain itu juga, contoh dari
dakwah yang tidak menggunakan perantara media itu adalah dakwah dengan
tindakan nyata atau Dakwah Bil Hal. Misalnya seperti membangun masjid,
menyantuni anak-anak yatim atau kaum dhuafa dan lain sebagainya. Dakwah
Bil Hal ini terkadang juga lebih efektif dibandingkan dakwah dengan
menggunakan media, karena dakwah Bil Hal ini tidak hanya menyampaikan
dakwah dengan lisan saja, melainkan dakwah dengan tindakan nyata yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga sasaran objek
dakwah bisa dapat langsung mengena dan tersentuh dengan melihat tindakan
nyata yang dilakukan oleh aktivis dakwah tersebut.36
35 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 250.36 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 179.
38
Ada beberapa strategi pendekatan dakwah, secara global strategi
pendekatan dakwah disebutkan dalam Alqur’an, Allah berfirman:
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl (16): 125).
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, bahwa secara global ada
tiga macam pendekatan strategi yang digunakan dalam melaksanakan
dakwah, yaitu: Hikmah, Mauidzatul Hazanah, Mujadalah Bil latii hiya ahsan
(Diskusi dengan cara yang baik).
Namun, menurut Ali Mustafa Yakub, strategi pendekatan dakwah
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW setidak-tidaknya ada enam
macam, yaitu: Pendekatan pendidikan, pendekatan penawaran, pendekatan
missi, pendekatan korespondensi dan pendekatan diskusi.
39
Sementara itu, ada dua macam strategi pendekatan dakwah lain yang
dapat kita lakukan dalam melakukan proses atau aktivitas dakwah, yaitu:37
1. Pendekatan Struktural, pengembangan dakwah melalui jalur
struktural maksudnya adalah dakwah melalui jalur formal,
misalnya yaitu melalui pemerintahan.
2. Pendekatan Kultural, pengembangan dakwah melalui jalur
kultural maksudnya yaitu dakwah dengan jalur nonformal,
misalnya melalui pengembangan masyarakat, sosial,
kebudayaan, dan lain sebagainya.
B. Profesi Rasulullah SAW
Rasulullah SAW merupakan nabi terakhir dan sebagai penutup para
nabi. Dalam sejarah semasa hidupnya Rasulullah SAW pernah menjalani
berbagai profesi sebagai mata pencaharian untuk sumber penghasilan
rezekinya. Adapun profesi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu:
1) Bekerja sebagai pengembala kambing
Abu Thaib, paman Nabi Muhammad SAW bukanlah dari keturunan
orang kaya. Oleh karena itu, untuk membantu meringankan bebannya,
Nabi ikut menggembala kambing. Ketika masa remaja, Rasulullah SAW
mulai berusaha mencari rezeki dengan menggembala kambing.38 Waktu
masih muda, Rasulullah SAW pernah mengembala kambing milik salah
37 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: AMZAH, h. 10938 Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah SejarahPergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW, (Jakarta: ROBBANI PRESS, 2010), h. 37.
40
seorang penduduk Makkah dan mengambil upah dalam pekerjaannya
tersebut. Dalam Hadits shahih dinyatakan, Nabi bersabda:
“Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan dia pernah
menggembala kambing.” Lalu para sahabat bertanya, “Apakah engkau
juga?”. Beliau menjawab “Ya, aku pernah menggembala kambing milik
seorang penduduk Makkah dengan imbalan beberapa Qirath.”39
Bagi Rasulullah SAW, menggembala kambing adalah salah satu
pekerjaan yang bisa menenangkan hati. Dengan menggembala kambing,
neliau menikmati indahnya padang rumput di tengah sahara. Dengan
menggembala kambing, Rasulullah SAW melatih jiwa untuk bersabar.
Lemah lembut, tegar, kasih sayang dan peduli dengan orang-orang yang
lemah sampai dia menjadi kuat. Rasulullah SAW juga belajar bagaimana
mengendalikan kambing yang kuat dan bagaimana menjinakkannya serta
bagaimana membimbing kambing yang lemah. Beliau terkadang berjalan
mengikuti kemana kambing gembalaannya mengarah. Biasanya beliau
menelusuri tempat-tempat yang subur dan mengandung air di tengah
padang pasir. Beliau menghindari jalanan berbahaya dan menjauhi
kawasan yang membuatnya terusik ketenangannya dan kambingny-
kambingnya terlantar. 40
39 Muhammad Ali Ash-Shalabi, Sejarah Lengkap Rasulullah SAW: Fikih dan Studi AnalisaKomprehensif, (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2012), Cet. Pertama, h. 56.40 Ibid, h. 57.
41
Profesi yang pernah dijalani Rasulullah SAW sebagai penggembala
kambing mengingatkan kita akan sepak terjang Nabi dalam memimpin
dan mengarahkan kaum Muslim. Kepiawaian Nabi dalam memenej umat
merupakan hasil tempaan dari menggembala kambing, mengawasi dan
membimbing kambing-kambing gembalaannya.41
2) Bekerja sebagai pedagang
Khadijah binti Khuwailid adalah seorang janda yang kaya raya dan
terhormat. Dia mempekerjakan beberapa karyawan untuk menjalankan
bisnisnya. Ketika dia mendengar berita tentang kejujuran Muhammad,
amanahnya dan kemuliaan akhlaknya, maka dia menawarkan kepada
beliau untuk membawa barang dagangnnya ke Syam.42 Dia sanggup
membayar gaji kepada Muhammad lebih tinggi kepada karyawan lainnya.
Muhammad pun menerima tawaran tersebut dan berangkatlah bersama
pelayan Khadijah menuju Syam. Disana beliau menjual beberapa barang
yang beliau bawa dari Makkah dan sebagai gantinya beliau membeli
barang dari negeri Syam untuk dijual di Makkah. Benar, Khadijah
mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda ketika dia menjual beberapa
barang yang dibawa Muhammad dari Syam ke kota Makkah.43
41 Muhammad Ali Ash-Shalabi, Sejarah Lengkap Rasulullah SAW: Fikih dan Studi AnalisaKomprehensif, (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2012), Cet. Pertama, h 57.42 Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah SejarahPergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW, (Jakarta: ROBBANI PRESS, 2010), h. 43.43 Muhammad Ali Ash-Shalabi, Sejarah Lengkap Rasulullah SAW: Fikih dan Studi AnalisaKomprehensif, (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2012), Cet. Pertama, h. 64.
42
Muhammad mendapatkan keuntungan yang cukup banyak dari hasil
penjualannya, ditambah lagi dengan gaji yang beliau terima dari Khadijah.
Beliau juga pergi ke Madinah, sebuah kawasan yang menjadi cikal bakal
hijrah beliau dan menjadikannya sebagai pusat penyebaran dakwahnya. Ia
adalah negeri pertama tempat beliau menyebarkan agamanya. Beberapa
hari kemudian Khadijah mau menerima lamaran Muhammad setelah
beliau sukses menjalankan bisnisnya dan mendengar kemurahan hatinya,
kejujurannya, dan kemuliaan akhlaknya. Khadijah kemudia menyatakan
hasratnya untuk menikah dengan Nabi Muhammad SAW dengan
perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi Muhammad SAW
menyetujuinya kemudian nabi menyampaikan hal itu kepada paman-
pamannya. Setelah itu mereka meminang Khadijah untuk Nabi
Muhammad SAW dari paman Khadijah, Amr. Bin Asad. Ketika
menikahinya, Nabi Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan khadijah
berusia 40 tahun.44 Sejatinya berdagang merupakan sumber penghasilan
atau rezeki Muhammad sebelum diutus menjadi Nabi dan Rasul. Beliau
terus mempelajari dunia bisnis. Nabi menjelaskan bahwa seorang
pedagang yang jujur dan dapat dipercaya menyebabkan dirinya digiring
pada hari kiamat kelak bersama dengan orang-orang yang jujur, syuhada,
dan para nabi. Bagi kaum Muslim, berdagang merupakan pekerjaan yang
sangat profesional. Seorang pedagang tidak berada dibawah tekanan
44 Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah SejarahPergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW, (Jakarta: ROBBANI PRESS, 2010), h. 43.
43
siapapun. Dia bebas menentukan kinerjanya dan siapapun tidak berhak
melemparkan hinaan kepadanya, terlebih lagi memperbudaknya. Seorang
pedagang tidak membutuhkan orang lain, malah justru dia dibutuhkan
oleh orang lain. Mereka membutuhkan pelayanan baiknya, amanahnya
dan kehormatannya.45
C. Pandangan Al-Qur’an Terhadap Loyalitas
Organisasi merupakan wadah atau sarana bagi suatu kelompok individu
yang minimal memiliki kesamaan visi dan misi. Namun, ada satu hal penting
yang sangat diperlukan oleh sebuah organisasi untuk mempertahankan
keberadaannya, yaitu loyalitas dan kebersamaan dari anggotanya.
Masalah al-wala’ (loyalitas) adalah masalah yang sangat penting dan
ditekankan kewajibannya dalam Islam, bahkan merupakan salah satu landasan
keimanan yang agung, yang dengan melalaikannya akan menyebabkan
rusaknya keimanan seseorang.46 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Al-
baraa’ah (sikap berlepas diri/kebencian) adalah kebalikan dari al-wilaayah
(loyalitas/kecintaan), asal dari al-baraa’ah adalah kebencian dan asal dari al-
wilaayah adalah kecintaan. Yang demikian itu karena hakikat tauhid adalah
(dengan) tidak mencintai selain Allah dan mencintai apa dicintai Allah karena-
45 Muhammad Ali Ash-Shalabi, Sejarah Lengkap Rasulullah SAW: Fikih dan Studi AnalisaKomprehensif, (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2012), Cet. Pertama, h . 65.46 http://muslim.or.id/aqidah/loyalitas-dalam-islam.html, (Diakses pada 05 Juli 2015).
44
Nya. Maka kita tidak (boleh) mencintai sesuatu kecuali karena Allah dan
(juga) tidak membencinya kecuali karena-Nya.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan, sudah
menjadi kewajiban bagi setiap hamba dalam agamanya untuk mentaati Allah
SWT dan Rasulullah SAW.47 Karena hal tersebut juga merupakan bagian dari
loyalitas umat Islam. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (Qs.
Muhammad:33)
Mentaati Allah berarti menjalankan apa yang sudah diperintahkan oleh-
Nya dan menjauhi hal yang dilarang oleh-Nya, dan taat kepada Rasulullah
SAW berarti menjalankan sesuatu yang memang di sunnahkan oleh Rasulullah
SAW. Taat kepada Allah SWT merupakan bentuk loyalitas hamba kepada
Tuhannya, dengan mencintai-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya, menjaga
persaudaraan sesama manusia serta tidak memecah belah umat Islam dengan
menjadikan beberapa golongan kelompok tertentu. Dalam hal ini juga Allah
SWT berfirman:
47 http://muslim.or.id/aqidah/loyalitas-dalam-islam.html, (Diakses pada 05 Juli 2015).
45
Artinya: “dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah, Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama
mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Qs. Ar-Rum: 31-32)
Syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan ketika menjelaskan masalah ini,
beliau berkata, ”Setelah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, wajib bagi setiap
muslim untuk mencintai para kekasih Allah (orang-orang yang beriman).
Sebagaimana Allah berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Qs. At-Taubah: 119)
Karena termasuk prinsip-prinsip dasar akidah Islam adalah kewajiban
setiap muslim untuk beriman kepada Allah SWT dan mencintai orang-orang
yang mengimani akidah Islam. Maka seorang muslim wajib mencintai dan
bersikap loyal kepada orang-orang yang berpegang teguh kepada tauhid dan
memurnikan ibadah kepada Allah Ta’ala semata.
46
Jadi pada intinya loyalitas menurut Islam adalah kita patuh dan setia
kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW serta mencintai dan mengikuti orang-
orang yang beriman dengan tujuan untuk mempertahankan agama yang di
ridhai oleh Allah SWT yaitu Islam.48 Adapun bentuk loyalitas para sahabat
kepada Rasulullah SAW, diantaranya yaitu:49
1. Mencintai Rasulullah SAW, berkenaan dengan loyalitas kepada Rasulullah
SAW tentunya memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah dengan
memberikan seluruh kecintaan kepada beliau melebihi cinta terhadap diri
sendiri dan apa yang kita miliki. Seperti yang dikatakan oleh Sayyidina
Umar bin Khatab kepada Rasulullah SAW, “Sesungguhnya engkau wahai
Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu,
dan engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.”
2. Menaati Rasulullah SAW, bentuk loyalitas yang kedua adalah mentaatinya.
Yang dimaksud dengan taat kepada rasulullah SAW adalah dengan
mengikuti dan menjalankan sunnah-sunnahnya.
3. Melindunginya, kemudian bentuk loyalitas selanjutnya adalah dengan
menolong, membantu dan melindungi rasulullah SAW. Hal ini dilakukan
oleh salah satu seorang sahabat yang bernama Sa’ad bin Abi Waqqas yang
merupakan pemanah ulung, beliau melindungi Rasulullah SAW dengan
memanah setiap orang yang menyerang beliau ketika perang Uhud.
48 http://muslim.or.id/aqidah/loyalitas-dalam-islam.html, (Diakses pada 05 Juli 2015).49 http://darussalam-online.com/bentuk-loyalitas-kepada-nabi-shallallahu-alaihi-wassalam/, (Diaksespada 05 Juli 2015).
47
4. Tidak melecehkan atau memperolok-olok Rasulullah SAW, bentuk loyalitas
yang terakhir adalah tidak melecehkan Rasulullah SAW. Ishaq bin
Rahawaih guru dari Imam Bukhari menyatakan bahwa para ulama sepakat
bagi siapa yang menghina Rasulullah SAW, orang tersebut keluar dari
Islam meskipun ia menghina Rasulullah SAW dengan gurauan atau
sungguh-sungguh.
48
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Majelis Rasulullah SAW
Nama “Majelis Rasulullah.” dalam aktifitas dakwah ini berawal
ketika Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa lulus dari Studinya di
Darulmustafa pimpinan Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh Tarim
Hadramaut, Yaman. Beliau kembali ke Jakarta dan memulai berdakwah
pada tahun 1998 dengan mengajak orang bertobat dan mencintai nabi saw
yang dengan itu umat ini akan pula mencintai sunnahnya, dan menjadikan
Rasul saw sebagai Idola.
Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa mulai berdakwah siang dan
malam dari rumah kerumah di Jakarta, ia tidur dimana saja dirumah-
rumah masyarakat, bahkan pernah ia tertidur di teras rumah orang karena
penghuni rumah sudah tidur dan ia tak mau membangunkan mereka di
larut malam. Setelah berjalan kurang lebih enam bulan, Habib Munzir
memulai membuka Majelis setiap malam selasa, beliau mengikuti jejak
gurunya Al Habib Umar bin Hafidz yang membuka Majelis mingguan
setiap malam selasa, dan ia pun memimpin Ma’had Assa’adah, yang di
wakafkan oleh Al Habib Umar bin Hud Alattas di Cipayung, setelah
setahun, munzir tidak lagi meneruskan memimpin ma’had tersebut dan
49
melanjutkan dakwahnya dengan menggalang majelis-majelis di seputar
Jakarta.1
Pada awalnya Habib Munzir membuka majelis malam selasa dari
rumah kerumah, mengajarkan Fiqh dasar. Namun, tampaknya jama’ah
yang mayoritas para pemuda kurang bersemangat menerima
bimbingannya. Sehingga Habib munzir terus mencari sebab agar jama’ah
ini asyik kepada kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan mencintai
sunnah sang Nabi saw, maka Habib Munzir merubah penyampaiannya, ia
tidak lagi membahas permasalahan Fiqih dan kerumitannya, melainkan
mewarnai bimbingannya dengan nasehat-nasehat mulia dari Hadits-hadits
Rasul saw dan ayat Alqur’an dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan lalu
beliau memperlengkap penyampaiannya dengan bahasa Sastra yang
dipadu dengan kelembutan ilahi dan tafakkur penciptaan alam semesta,
yang kesemuanya di arahkan agar masyarakat menjadikan Rasulullah
SAW sebagai idola dan sebagai contoh dalam kehidupannya. Maka
pengunjung pun semakin padat oleh jama’ah-jama’ah kaum muslimin
yang mayoritas para pemuda. Hingga akhirnya dalam keadaan seperti itu
Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa memindahkan Majelis dari Musholla
ke musholla, lalu Musholla pun tak mampu menampung hadirin yang
1 http://www.majelisrasulullah.org/, (Diakses pada tanggal 10 Februari 2015).
50
semakin padat, maka Habib Munzir memindahkan Majelisnya dari Masjid
ke Masjid secara bergantian.2
Waktu demi waktu majelis ini terus berjalan dan mulailah timbul
permintaan agar Majelis ini diberi nama dan secara spontan Habib Munzir
dengan polos menjawab, “Majelis Rasulullah SAW” pada tahun 2000,
karena memang tak ada yang dibicarakan selain ajaran Rasulullah SAW
dan membimbing mereka untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Jama’ah Majelis Rasulullah SAW kian memadat, maka Habib
Munzir bin Fuad Al-Musawa menetapkan empat masjid besar dalam
rutinitas majelisnya setiap senin malam selasa, yakni masjid Raya
Almunawar Pancoran Jakarta Selatan, Masjid Raya At Taqwa Pasar
minggu Jakarta Selatan, Masjid Raya At Taubah Rawa Jati Jakarta
Selatan, dan Ma`had Daarul Ishlah Pimpinan KH. Amir Hamzah di Jalan
Raya Buncit Kalibata Pulo. Namun karena jama’ah terus semakin
bertambah, maka Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa akhirnya
memusatkan Majelis Malam selasa ini di Masjid Raya Almunawar
Pancoran Jakarta Selatan, kini acara ini dihadiri berkisar antara 50.000
jama’ah setiap minggunya.3
Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa juga meluaskan wilayah
da’wah di beberapa wilayah Jakarta dan Sekitarnya, lalu mencapai hampir
2 http://www.majelisrasulullah.org/, (Diakses pada tanggal 10 Februari 2015).3 http://www.majelisrasulullah.org/, (Diakses pada tanggal 10 Februari 2015).
51
seluruh wilayah Pulau Jawa, Majelis Rasulullah tersebar di sepanjang
Pantai Utara Pulau jawa dan Pantai Selatan, dan terus makin meluas ke
Bali, Mataram, Irian Barat, bahkan Singapura, Johor dan Kualalumpur,
demikian pula di stasion stasiun TV Swasta, bahkan VCD, Majalah
bulanan dll, dan kini Anugerah ilahi telah merestui Majelis Rasulullah
untuk meluas ke Jaringan internet dengan nama asalnya Website
“www.majelisrasulullah,org.”4
Kemudian, Pada hari Ahad tanggal 15 september 2013/10 Dzul
Qoidah 1434 H saat wafat Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa,
Amanat Jalsatul Itsnain yang kemudian menjadi Majelis Rasulullah SAW
kembali kepada pemiliknya yaitu Al Habib Umar bin Muhammad bin
Salim bin Hafidz. Dan pada malam kamis 18 september 2013/13 Dzul
Qoidah 1434 H Al Habib Umar menyerahkan Amanat Majelis Rasulullah
SAW kepada Al Habib Muhsin bin Idrus Al Hamid. Dan 2 bulan
kemudian Al Habib Umar datang ke indonesia dalam safari dakwahnya.
Dan saat di surabaya pada malam kamis 4 desember 2013/1 shofar 1435 H
Al Habib Umar memanggil Al Habib Ahmad bin Novel bin Jindan dan
menyerahkan Amanat Majelis Rasulullah SAW kepadanya. Kemudian
pada hari Ahad tanggal 6 April 2014/6 Jumadil Akhirah 1435 H di
kediaman Al Habib Umar di kota Tarim saat Al Habib Muhsin bin Idrus
Al hamid dan Al Habib Ahmad bin Novel bin Jindan di sana, Al Habib
4 Dokumen Pribadi Majelis Rasulullah SAW, Jakarta, 08 April 2015.
52
Umar menegaskan kembali bahwa amanat yang di serahkan kepada Al
Habib Ahmad bukan sekedar Jalsah Itsnain Majelis Malam Selasa, namun
semua yang berkaitan dengan Majelis Rasulullah SAW, dan pada saat
itulah kepemimpinan Majelis Rasulullah Saw di berikan kepada Habib
Ahmad bin Novel.5
Kemudian, setelah Habib Ahmad bin Novel memimpin Majelis
Rasulullah SAW selama satu tahun, beliau pun melepaskan jabatan
sementaranya sebagai pimpinan di majelis Rasulullah SAW pada
pertengahan bulan desember tahun 2014. Dan pada saat itu kepemimpinan
majelis Rasulullah SAW dikembalikan kepada pemiliknya yakni Habib
Umar bin Hafidh yang merupakan guru dari Alm. Habib Munzir Al-
Musawa.6
B. Visi Misi Majelis Rasulullah SAW
a. Visi
Sebagaimana seperti yang telah tergambarkan dalam latar
belakang/landasam pemikiran dan juga sejarah berdirinya Majelis
Rasulullah SAW, maka tertuanglah visi atau pandangan dari wadah
dakwah Majelis Rasulullah SAW yaitu mengajak masyarakat secara
umum untuk dapat mengenal secara menyeluruh sosok kemuliaan dan
keagungan Rasulullah SAW, yang dengan mengenalnya akan
5 Dokumen Pribadi Majelis Rasulullah SAW, Jakarta, 08 April 2015.6 Dokumen Pribadi Majelis Rasulullah SAW, Jakarta, 08 April 2015.
53
bangkitlah kecintaan kepada sunnah-sunnahnya SAW dan menjadikan
Rasulullah SAW sebagai idola, sebagai contoh dan sebagai sandaran,
hingga terciptalah masyarakat yang nabawi.
b. Misi
Dakwah adalah misi utama dari seluruh aktifitas kegiatan yang
dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW dan dakwah tersebut dan
dakwah tersebut selalu diperluas serta bervariatif yang kesemuanya itu
untuk memberikan pilihan atau kemudahan kepada masyarakat luas
umumnya dan para pemuda-pemudi khususnya sehingga mereka dapat
menerima penyampaian dakwah yang dilakukan oleh Majelis
Rasulullah SAW.7
C. Struktur Kepengurusan Majelis Rasulullah SAW
Sebelum wafatnya Alm. Habib Munzir itu ada kepemimpinan
tunggal dari Majelis Rasulullah SAW yang dipimpin langsung oleh Alm.
Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa. Namun, pasca wafatnya Alm. Habib
Munzir bin Fuad Al-Musawa seperti saat ini tidak ada kepemimpinan
tunggal karena Majelis Rasulullah SAW untuk saat ini sudah menjadi
yayasan. Dan untuk jabatan tertinggi yang terstruktur di Majelis
Rasulullah SAW adalah dewan syuro. Berikut struktur kepengurusan
untuk saat ini:8
7 Dokumen Pribadi Majelis Rasulullah SAW, Jakarta, 08 April 2015.8 Dokumen Pribadi Majelis Rasulullah SAW, Jakarta, 08 April 2015.
54
Jabatan Job Descriptions
Dewan Syuro dan Dewan Pengawas
1. Habib Muhsin Al-Hamid
2. Habib Nabil Al-Musawa
3. Habib Ahmad Bahar
4. Habib Ramzi Al-Musawa
a. Merencanakan dan membuat
keputusan mengenai kebijkan-
kebijakan dalam internal Majelis
Rasulullah SAW.
b. Mengawasi seluruh kinerja anggota
Majelis Rasulullah SAW.
Bendahara Umum
1. Bpk. Saiful Bahri
a. Bertanggung jawab terhadap
keuangan.
b. Mencatat pemasukan dan
pengeluaran.
Sekertaris Umum
1. Bpk. H. Syukron Makmun
a. Bertanggung jawab pada seluruh
kegiatan Majelis Rasulullah SAW.
b. Mencatat dan mengkoordinasikan
pelaksanaan dalam tekhnis kerja
anggota
c. Menerima laporan kinerja seluruh
anggota.
d. Membuat laporan
pertanggungjawaban bulanan.
Divisi Usaha dan Tijariyah
(Perdagangan)
1. Ust. Muhammad Ainy
2. Sdr. Alan
3. Sdr. Fauzan Ramdhoni
a. Memantau perkembangan unit usaha
yang dimiliki oleh Majelis
Rasulullah SAW.
55
Ka. Koord Divisi Dakwah dan Staff
Divisi Dakwah
1. Habib Muhammad bin Alwi Al-
Kaff
2. Habib Zaky Shahab
3. Ust. Muhammad Qalby
4. Ust. Wahyu
a. Berkoordinasi dengan sekertarisumum dan ketua divisi teknikoperasional untuk mengetahuijadwal acara dan mempersiapkantim hadroh.
b. Membina semangat dan kerjasamaseluruh anggota divisi dakwah dantim hadroh.
c. Bertanggungjawab terhadap kualitasdan peralatan tekhnis serta perangkatteknis tim hadroh.
d. Menerima dan mencatatpermohonan jadwal majelis.
e. Mengawasi dan mengevaluasipelaksanaan tugas anggota divisidakwah dan tim hadroh.
Divisi Teknologi Media Dakwah
1. Sdr. Muhammad Mahfud
2. Sdr. Fauzan Hakim
3. Sdr. Muhammad Daud
a. Memanfaatkan seluruh media yang
telah ditentukan untuk tujuan
perkembangan dakwah Majelis
Rasulullah SAW.
b. Mengatur dan melakukan koordinasi
dengan seluruh anggota divisi
multimedia dakwah.
c. Melakukan pengawasan internal dan
eksternal pergerakan dakwah MR
dalam multimedia.
d. Mengatur pengoperasian video
mixer untuk tampilan streaming dan
56
projector screen.
e. Memperbanyak dan menjamin
kelayakan hasil dokumentasi MR
dalam bentuk file maupun DVD/CD
untuk kepentingan publikasi.
Staff Bid. Sistem Programer
1. Sdr. Muhammad Ashagi Wira
2. Sdr. Ahmad Fauzi
a. Bertanggung jawab terhadap
software dan hardware perangkat
mulitimedia Majelis Rasulullah
SAW.
b. Membuat sistem multimedia yang
ada dan dibutuhkan oleh Majelis
Rasulullah SAW.
Divisi Tekhnisi Operasional
1. Sdr. Abdul Khoir As’ad
2. Sdr. Muhammad Adhi
3. Sdr. Muhammad Ari
4. Sdr. Muhammad Hikmah
5. Sdr. Muhammad Nasrul
6. Sdr. Komaruzzaman
7. Sdr. Thohir
8. Sdr. Muhammad Ozi
9. Sdr. Muhammad Fani
10. Sdr. Abdul Razak
a. Berkoordinasi dengan ketua divisi
teknisi operasional untuk
mengetahui acara dan
mempersiapkan perlengkapan yang
dibutuhkan.
b. Melakukan survey ke lokasi tempat
penyelenggara acara.
c. Membantu pihak kepolisian untuk
melakukan keamanan dan
pengamanan secara menyeluruh.
d. Mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan tugas anggota teknisi
operasional.
Tabel 1.1
Struktur Kepengurusan Majelis Rasulullah SAW
57
D. Program Dakwah Majelis Rasulullah SAW
Program-program Dakwah Majelis Rasulullah SAW Sebelum Wafatnya Alm.Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa9
Program Dakwah MajelisRasulullah SAW
Waktu Acara Tempat Acara
Pengajian MingguanMalem Selasa
Pukul 20.30-22.00 WIB Masjid Al-MunawarPancoran Jakarta Selatan
Pengajian MingguanMalem Jum’at
Pukul 20.30-22.00 WIB Gedung Dalail KhoirotCidodol Jakarta Barat
Event Besar SepertiMaulid Nabi, Isra Mi’raj,
Nisfu Sya’ban danNuzulul Qur’an
Pukul 20.30-23.00 WIB Lapangan Silang MonasJakarta Pusat
Majelis Keliling yangDibarengi dengan Ziarah
Kubro
Pukul 20.30-22.30 WIB Tidak Menentu KarenaSelalu Berpindah-pindah
Tempat
Tabel 2.1
Program Dakwah Majelis Rasulullah SAW
Program-program Dakwah Majelis Rasulullah SAW Pasca Wafatnya Alm.Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa10
Program Dakwah Majelis
Rasulullah SAWWaktu Acara Tempat Acara
Pengajian MingguanMalem Selasa
Pukul 20.30-2200 WIB Masjid Al-MunawarPancoran Jakarta Selatan
9 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.10 Dokumen Pribadi Majelis Rasulullah SAW, Jakarta, 08 April 2015.
58
Pengajian MingguanMalem Jum’at
Pukul 20.30-22.00 WIB Gedung Dalail KhoirotCidodol Jakarta Barat
Event Besar SepertiMaulid Nabi, Isra Mi’raj,
Nisfu Sya’ban danNuzulul Qur’an
Pukul 20.30-23.00 WIBLapangan Silang Monas
Jakarta Pusat
Tabel 2.2
Program Dakwah Majelis Rasulullah SAW
59
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN DATA
A. Perumusan Strategi Dakwah Majelis Rasulullah SAW dalam Menjaga
Loyalitas Jama’ah
1. Loyalitas Dalam Program Divisi Dakwah
Majelis Rasulullah SAW merupakan salah satu majelis besar
yang ada di ibukota Jakarta. Majelis Rasulullah merupakan wadah bagi
para jama’ah khusunya para pemuda-pemudi untuk mencari ilmu agama.
Kemudian majelis Rasulullah SAW mempunyai visi dan misi tertentu,
yang dimana hal tersebut merupakan bagian dari tujuan majelis
Rasulullah SAW. Visi dari majelis Rasulullah SAW adalah mengajak
masyarakat atau jama’ah untuk lebih mengenal secara menyeluruh
mengenai sosok Rasulullah SAW, yang dengan mengenal beliau akan
bangkit kecintaan jama’ah kepada Rasulullah SAW dengan menjalankan
sunnah-sunnahnya dan menjadikan Rasulullah SAW itu sebagai idola
dan tauladan bagi kita semua. Kemudian misi dari majelis Rasulullah
SAW itu adalah dakwah, dakwah merupakan misi utama dari seluruh
aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh majelis Rasulullah SAW.1
Divisi dakwah merupakan salah satu divisi yang ikut
menyiapkan program-program dakwah Majelis Rasulullah SAW. Untuk
program yang dibuat oleh Majelis Rasulullah SAW ini nantinya akan
1 Dokumen Pribadi Majelis Rasulullah SAW, Jakarta, 08 April 2015.
60
diterapkan dalam bentuk acara-acara pengajian. Program dakwah yang
dibuat oleh Majelis Rasulullah SAW tersebut adalah pengajian
mingguan yang dilakukan setiap malam selasa di Masjid Al-Munawar
Pancoran Jakarta Selatan dan setiap malam jum’at di Gedung Dalail
Khoirot Cidodol Jakarta Barat. Kemudian program dakwah berikutnya
adalah pengajian tahunan atau biasa disebut dengan event akbar. Event
akbar ini biasanya dilakukan pada saat hari-hari besar Islam seperti
Muharaman, Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Nisfu Sya’ban dan malam
Nuzulul Qur’an. Event akbar ini biasanya dilakukan di Lapangan Monas
jakarta Pusat.2 Membuat program dakwah merupakan suatu perencanaan
yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW dalam menjaga loyalitas
jama’ahnya.
Kemudian yang berikutnya adalah memanfaatkan hadroh sebagai
alat untuk membantu kegiatan dakwah Majelis Rasulullah SAW. Hadroh
ini merupakan suatu kesenian yang biasa digunakan oleh Majelis
Rasulullah SAW dalam pembacaan maulid serta sholawat-sholawat
yang dibacakan ketika pengajian Majelis Rasulullah SAW.3 Hal ini juga
merupakan perencanaan yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW
untuk menarik perhatian jama’ah Majelis Rasulullah SAW serta
menjaga loyalitas jama’ah Majelis Rasulullah SAW.
2 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff, Jakarta, 01 April 2015.3 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
61
2. Loyalitas Dalam Divisi Teknologi Media Dakwah
Divisi teknologi media dakwah ini merupakan salah satu divisi
yang berperan penting dalam Majelis Rasulullah SAW. Fungsi dari divis
teknologi media dakwah tersebut diantaranya adalah mengatur video
mixer untuk menampilkan streaming. Streaming ini bisa kita dengar
melalui radio streaming. Radio streaming ini bisa kita dengar melalui
radio streaming yang tersedia di website resmi Majelis Rasulullah SAW.
Kemudian fungsi divis teknologi media dakwah berikutnya adalah
dalam hal dokumentasi, yakni memfoto dan merekam kegiatan dakwah
Majelis Rasulullah SAW, kemudian setelah itu di publikasikan kepada
masyarakat melalui youtube atau melalui website resmi Majelis
Rasulullah SAW. Dan yang terakhir tugas dari divisi teknologi media
dakwah Majelis Rasulullah SAW adalah memanfaatkan media dakwah
yang ada untuk membantu kegiatan dakwah Majelis Rasulullah SAW
dengan tujuan untuk perkembangan dakwah Majelis Rasulullah SAW.
Media dakwah yang biasa digunakan oleh Majelis Rasulullah SAW
adalah seperti facebook, twitter, youtube dan radio streaming yang
sekaligus disediakan di website resmi Majelis Rasulullah SAW.4
Penggunaan media dakwah tersebut tentunya dapat memudahkan
Majelis Rasulullah SAW dalam menyebarkan dakwahnya dan juga
memudahkan jama’ah untuk membaca, melihat dan mendengar dakwah
4 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
62
yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW. Hal tersebut juga
merupakan bagian dari perencanaan strategi dakwah yang dilakukan
oleh Majelis Rasulullah SAW dalam menjaga loyalitas jama’ahnya.
3. Loyalitas Dalam Divisi Usaha dan Tijariyah (Perdagangan)
Divisi usaha dan tijariyah (perdagangan) ini merupakan divisi yang
berfungsi untuk memantau perkembangan unit usaha yang dimiliki oleh
Majelis Rasulullah SAW. Majelis Rasulullah SAW membuka usahanya
melalui kios Nabawi dan juga membuka penjualan ketika ada acara-
acara pengajian yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW. Untuk
barang-barang yang diperjualbelikan oleh kios Majelis Rasulullah SAW
adalah seperti jaket Majelis Rasulullah SAW, baju kokoh Majelis
Rasulullah SAW, kaset tausyiah atau acara Majelis Rasulullah SAW dan
lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan tentunya dengan tujuan untuk
menambah pemasukan dana yang nantinya akan digunakan untuk
kegiatan dakwah Majelis Rasulullah SAW.5 berikut salah satu foto
kegiatan jual beli yang dilakukan oleh Crew Majelis Rasulullah SAW:
5 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff, Jakarta, 01 April 2015.
63
Menurut H. Syukron Makmun hanya ketiga divisi tersebut yang diminati
oleh jama’ah. Jama’ah loyal dengan divisi dakwah karena program-program
dakwahnya, seperti Pengajian mingguan di Al-Munawar dan di Cidodol serta
pengajian event akbar setiap hari besar Islam yang bertempat di Monas. Kemudian,
jama’ah loyal dengan divisi teknologi media karena mediah dakwah yang
dimanfaatkan oleh Majelis Rasulullah SAW sehingga dapat memudahkan jama’ah
untuk mengakses dakwah Majelis Rasulullah SAW. Dan yang terakhir dari divisi
usaha dan tijariyah, yakni mengenai barang dagangan yang dijual seperti jaket
Majelis Rasulullah SAW, baju kokoh Majelis Rasulullah SAW dan lain
sebagainya.6
Analisa SWOT
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa proses atau tahap-tahap
strategi terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan strategi, penerapan strategi
dan penilaian (evaluasi) strategi.7untuk kelancaran itu semua, maka
diperlukan juga analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
untuk mengenal kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
melaksanakan strategi dakwah.
1) Strength (kekuatan)
Kekuatan yang dimiliki oleh Majelis Rasulullah SAW untuk
melancarkan strategi yang akan dilakukan adalah sumber daya
6 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 12 Juli 2015.7 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Cet. Ke-12, h. 6.
64
manusia (SDM) yang mencukupi serta semangat dan loyalitas dari
para pengurus dan crew Majelis Rasulullah SAW yang dapat selalu
membantu disetiap kegiatan-kegiatan dakwah yang diadakan oleh
Majelis Rasulullah SAW. Apalagi sekarang Majelis Rasulullah
SAW bukan lagi hanya sekedar majelis taklim biasa, melainkan
sudah menjadi sebuah yayasan, yang tentunya akan mendapatkan
dukungan lebih dari para ulama dan habaib.
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Majelis Rasulullah
SAW cukup banyak mulai dari pengurus, staff, sampai dengan crew
dan itu sangat membantu ketika Majelis Rasulullah SAW
mengadakan acara-acara kegiatan dakwah. peran mereka sangat
penting dan sangat diperlukan, karena tanpa peran mereka, Majelis
Rasulullah SAW tidak akan bisa berjalan maksimal. Oleh karena
itu, pergerakan mereka itulah yang menjadi ujung tombak dari
kegiatan dakwah Majelis Rasulullah SAW.8
2) Weakness (kelemahan)
Majelis Rasulullah SAW merupakan salah satu majelis
besar yang ada di ibukota Jakarta. Sejak awal Majelis Rasulullah
SAW berdiri sendiri dalam hal biaya, yang artinya Majelis
Rasulullah SAW selalu berusaha sendiri dalam mendapatkan dana
tanpa bantuan dari pemerintah satu rupiah pun. Karena, memang
8 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
65
pada dasarnya pemerintah tidak pernah memberikan dana kepada
Majelis Rasulullah SAW sedikitpun.
Dalam mengadakan kegiatan dakwah seperti acara
pengajian itu Majelis Rasulullah SAW membutuhkan biaya yang
cukup besar. Anggaran yang harus dikeluarkan oleh Majelis
Rasulullah SAW dalam event-event akbar seperti maulid nabi, isra
mi’raj dan lain sebagainya itu sekitar 150 juta. Sedangkan untuk
pengajian mingguan yang rutin diadakan oleh Majelis Rasulullah
SAW itu kurang lebih menghabiskan biaya sekitar 10 juta.9 Oleh
karena itu, pihak Majelis Rasulullah SAW harus memutar otak
untuk menutupi anggaran-anggaran yang harus dikeluarkan
tersebut, yakni dengan membuka kios Nabawi dengan
memperjualkan jenis-jenis kaset hadroh atau qasidah, kaset tausyiah
Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, jaket-jaket Majelis
Rasulullah SAW, baju kokoh Majelis Rasulullah SAW, Tas Majelis
Rasulullah SAW dan lain sebagainya. Selain itu juga pihak Majelis
Rasulullah SAW mendapatkan dana dari partisipasi jama’ah
(donatur) yang jumlahnya pun tidak terlalu banyak10. Oleh sebab
itu, minimnya dana merupakan kelemahan yang dimiliki oleh
Majelis Rasulullah SAW.
9 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff, Jakarta, 01 April 2015.10 Observasi, Cidodol Jakarta Barat, 16 April 2015.
66
3) Opportunity (peluang)
Dalam melaksanakan strategi dakwah, Majelis Rasulullah
SAW tentunya juga membutuhkan bantuan dan dukungan dari
pihak lain, baik itu dari masyarakat, pemerintah daerah, majelis-
majelis lain maupun dari para ulama dan habaib. Banyak ulama dan
habaib yang mendukung keberadaan dari Majelis Rasulullah SAW,
dan dengan adanya dukungan dari para alim ulama ini diharapkan
dapat menguatkan Majelis Rasulullah SAW dan membantu
menjaga eksistensi dari keberadaan Majelis Rasulullah SAW itu
sendiri, sehingga jama’ah Majelis Rasulullah SAW pun tetap loyal
dan ikut ke pengajian Majelis Rasulullah SAW serta tetap suka dan
cinta kepada Majelis rasulullah SAW walaupun Alm. Habib Munzir
bin Fuad Al-Musawa sudah wafat.11
Disamping itu, perkembangan dari bidang tekonolgi yang
cepat dan semakin maju juga memberikan peluang tersendiri bagi
Majelis Rasulullah SAW untuk mengembangkan sayap dakwahnya.
hal tersebut dimanfaatkan oleh Majelis Rasulullah SAW untuk
memperluas jaringan dakwahnya, Majelis rasulullah SAW
memanfaatkan media sosial seperti facebook, twitter, dan lain
sebagainya untuk membantu menyebarkan pesan-pesan dakwahnya.
selain itu juga, Majelis Rasulullah SAW bekerja sama dengan TV
11 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
67
Nabawi serta memiliki radio streaming sendiri yang tersedia
didalam website resmi Majelis Rasulullah SAW. 12 hal tersebut
selain bertujuan untuk menyebarkan dakwah juga bertujuan untuk
memudahkan jama’ah Majelis Rasulullah SAW yang tidak bisa
hadir secara langsung diacara pengajian Majelis Rasulullah SAW
tersebut, sehingga tetap bisa mendengarkan nasihat-nasihat agama
dan mengikuti acara pengajian secara langsung.
4) Threat (ancaman)
Majelis Rasulullah SAW merupakan majelis besar yang
memiliki jumlah jama’ah yang sangat banyak, sehingga membuat
pihak ketiga terkadang berfikir ulang untuk memberikan izin untuk
acara pengajian yang diadakan oleh Majelis Rasulullah SAW,
karena dikhawatirkan dapat membuat kemacetan dijalan. Oleh
karena itu, disamping adanya dukungan dari pemerintah daerah dan
masyarakat. Ternyata ada ancaman tersendiri didalamnya, yakni
soal perizinan yang terkadang sulit untuk didapatkan.
Sulitnya mendapatkan perizinan untuk mengadakan
kegiatan dakwah seperti pengajian tentunya menjadi hambatan
tersendiri bagi Majelis Rasulullah SAW. Banyak alasan yang
terdengar dengan adanya hambatan ini, diantaranya yaitu soal
12 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
68
kemacetan. Banyak yang mengatakan bahwa kegiatan pengajian
Majelis Rasulullah SAW di Monas itu membuat kemacetan. Berikut
gambar berita yang peneliti ambil mengenai hal tersebut.
Gambar 2.1
Berita detiknews.com mengenai kemacetan yang
disebabkan karena Pengajian Majelis Rasulullah SAW.
Seperti yang dikatakan oleh H. Muhammad Syukron
Makmun, tidak semua masyarakat menyukai Majelis Rasulullah
SAW dan juga terkadang ada acara-acara lain yang membuat
Majelis Rasulullah SAW tidak mendapatkan perizinan untuk
kegiatan dakwahnya, misalnya seperti pengajian yang di Monas.13
berikut pernyataan H. Muhamamad Syukron makmun:
“Dalam setiap kegiatan itu juga berkaitan dengan pihak
ketiga yakni soal perizinan. Karena yang pertama, tidak semua
13 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
69
orang suka dengan Majelis Rasulullah SAW atau bisa disebut
oknum. Kemudian yang kedua, terkadang juga ketika kita ingin
mengadakan event besar seperti dimonas itu suka berbenturan
dengan acara-acara lain, seperti konser, acara sosial dan lain
sebagainya.”
SWOT DATA
Kekuatan
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
yang mencukupi
2. Semangat yang tinggi dan
loyalitas dari para pengurus dan
crew Majelis Rasulullah SAW
Kelemahan 1. Minimnya dana yang dimiliki
oleh Majelis Rasulullah SAW
Peluang
1. Adanya dukungan dari para
ulama dan habaib serta pemprov
DKI
2. Memanfaatkan perkembangan
teknologi sebagai media dakwah
seperti media sosial, youtube, dan
radio streaming yang tersedia di
website resmi MR.
70
Ancaman
1. Terkadang sulit mendapatkan
perizinan dari pihak ketiga,
misalnya seperti pemerintah
daerah ketika mengadakan event
besar di Monas.
Tabel 3.1
Data Mengenai Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
B. Penerapan Strategi Dakwah Majelis Rasulullah SAW dalam Menjaga
Loyalitas Jama’ah
Menurut Freed R. David, penerapan strategi sering kali disebut
“tahap aksi” dari manajemen strategis. Menerapkan strategi berarti
mobilitasi karyawan dan manajer untuk melaksanakan strategi yang telah
dirumuskan.14 Komitmen dan kerjasama antara pengurus, staff serta crew
sangat dibutuhkan untuk mencapai suatu keberhasilan pada tujuan yang
telah dirumuskan oleh Majelis Rasulullah SAW. Strategi dakwah yang
digunakan oleh Majelis Rasulullah SAW adalah strategi merangkul.15
Strategi merangkul (patronage), yaitu taktik jangka panjang dengan
pendekatan dari strategi PR yang bersifat merangkul pihak eksternal.16
14 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Cet. Ke-12, h. 7.15 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff, Jakarta, 25 Maret 2015.16 Rosady Ruslan, Manajemen Public relatons dan media komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo,2006), h. 139.
71
Strategi merangkul tersebut akan diterapkan dalam program atau kegiatan-
kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW.
Majelis Rasulullah SAW memiliki beberapa program dakwah seperti
pengajian rutin mingguan, pengajian tahunan, dan majelis keliling yang
dibarengi dengan majelis kubro. Adapun secara rinci mengenai program-
program tersebut, adalah:
1) Pengajian Rutin Mingguan
Pengajian rutin mingguan ini diadakan setiap malam selasa
pukul 20.30-22.00 WIB di masjid Jami’ AL-Munawar Pancoran
Jakarta Selatan. Dalam pengajian tersebut membahas mengenai
hadits-hadits Rasulullah SAW, dan pengajian rutin lainnya yakni
pada setiap malam jum’at pukul 20.30-22.00 WIB di gedung
Dalail Khoirot Cidodol Jakarta Barat. Berikut komuntasi berupa
foto pengajian di Cidodol dan di Masjid Al-Munawar:
Gambar 3.1
Pengajian Mingguan, yang dilaksanakan Pada Malam
Jum’at di Cidodol Jakarta Barat, 16 April 2015
72
Gambar 3.2
Pengajian Mingguan, yang dilaksanakan Pada Malam
Selasa di Masjid Al-Munawar Jakarta Selatan, 13 April 2015
2) Pengajian Tahunan
Pengajian tahunan ini merupakan event-event besar yang
diadakan oleh Majelis rasulullah SAW seperti Maulid Nabi, Isra
Mi’raj, malam Nuzulul Qur’an, malam Nisfu Sya’ban dan
malam tahun baru. Event-event besar tersebut biasanya diadakan
di Monas pada pukul 20.30 sampai dengan selesai, itupun jika
mendapatkan izin dari pihak pemerintah daerah, jika tidak
mendapatkan izin untuk mengadakan pengajian di Monas maka
akan dialihkan ke Masjid Istiqlal atau tempat-tempat lainnya.
event-event besar tersebut biasanya dihadiri oleh ribuan jama’ah,
bapak presiden atau wakil presiden dan beberapa menterinya,
serta para ulama dan habaib dari berbagai daerah baik dari luar
kota maupun luar kota, dan juga biasanya dihadiri oleh ulama
dan habaib dari luar negeri seperti Yaman, Malaysia, Madinah,
73
Amerika dan lain sebagainya. Mengenai materi yang
disampaikan pastinya tidak jauh dan tidak terlepas dari sosok
Rasulullah SAW, artinya materi-materi dakwah atau nasihat
dakwah yang disampaikan itu selalu dikaitkan dengan sosok
Rasulullah SAW. Berikut dokumentasi berupa foto pengajian
event akbar di Monas:
Gambar 3.3
Pengajian event akbar di lapangan Monas Jakarta Pusat,11 Mei 2015
3) Majelis Keliling
Pengajian yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW
itu biasanya dilakukan sesuai undangan dari masyarakat. Selain
itu juga, pada saat Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa
masih hidup, Majelis Rasulullah SAW secara rutin mengadakan
majelis keliling pada hari sabtu malam minggu yang dibarengi
dengan ziarah. Namun, pasca wafatnya Alm. Habib Munzir bin
Fuad Al-Musawa Majelis Rasulullah SAW memberhentikan
74
sementara pengajian keliling yang dibarengi dengan ziarah pada
hari sabtu malam minggu dengan alasan masih minimnya
kesiapan dana dan SDM (Sumber Daya Manusia) dari pihak
Majelis Rasulullah SAW.17
Pasca wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa itu sangat
mempengaruhi jama’ah diawal-awal. Namun, hal itu tidak menyurutkan
semangat dari para pengurus dan crew Majelis Rasulullah SAW untuk tetap
menjaga dan mempertahankan eksistensi dari keberadaan Majelis
Rasulullah SAW. Dalam usahanya untuk mempertahankan eksistensi
Majelis Rasulullah SAW serta menjaga loyalitas dari para jama’ahnya,
Majelis Rasulullah SAW secara konsisten selalu mengadakan kegiatan atau
program-program dakwah seperti pengajian, baik itu pengajian rutin
mingguan maupun pengajian dalam event-event besar.18
Dalam penerapannya, Majelis Rasulullah SAW selalu mengacu
kepada ketentuan-ketentuan yang ada di internal Majelis Rasulullah SAW
atau biasa disebut dengan SKKM (Surat Keterangan dan Ketentuan
Majelis). Dalam SKKM tersebut berisi berisi mengenai penjelasan-
penjelasan yang berkaitan dengan keterangan dan ketentuan majelis,
diantaranya adalah mengenai prosedur dan teknik dilapangan, kemudian
juga ada penjelasan mengenai isi dari acara yang disiapkan oleh Majelis
17 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff, Jakarta, 25 Maret 2015.18 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff, Jakarta, 25 Maret 2015.
75
Rasulullah SAW yakni seperti pembacaan maulid Ad-Diyaul Lami diawal
acara beserta hadorhnya dan juga pembacaan dzikir Djalallah diakhir acara.
Jadi, hal tersebut dilakukan dengan alasan untuk istiqomah mempertahankan
atas apa yang biasa dilakukan dan diterapkan oleh Majelis Rasulullah
SAW.19
Kemudian dalam penerapannya dari segi materi, Majelis Rasulullah
SAW selalu membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sosok
Rasulullah SAW20, karena pada awal-awal berdirinya Majelis Rasulullah
SAW materi dakwah yang dibahas adalah mengenai persoalan fiqih atau
hukum, dan itu membuat jama’ah merasa bosan dan tidak tertarik dengan
pembahasan itu. Oleh karena itu, Majelis Rasulullah SAW akhirnya
merubah materi dakwah yang disampaikan dari yang awalnya hanya
membahas fiqih atau hukum, kini membahas mengenai sejarah-sejarah
Rasulullah SAW baik dari Al-Qur’an, Hadits maupun kitab-kitab dari
karangan para ulama. Hal tersebut dilakukan agar para jama’ah Majelis
Rasulullah SAW khususnya para pemuda-pemudi menjadikan Rasulullah
SAW sebagai idola dan sebagai contoh untuk mengikuti Akhlak dan
perilaku-perilaku baik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam
19 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.20 Observasi, Monas Jakarta Pusat, 11 Mei 2015.
76
kehidupannya.21 Berikut contoh materi dakwah yang disampaikan pada
pengajian di masjid Al-Munawar pada tanggal 11 April 2015:22
“Alangkah indah budi pekerti Sayyidina Muhammad SAW,
beliau sangat menghormati tamu-tamu yang datang kerumahnya,
beliau sangat malu ketika datang tamu kepadanya dan tidak
mendapatkan apa-apa kecuali 2 buah kurma. oleh karena itu, beliau
akan melimpahkan syafa’at kepada orang-orang yang memuliakan
tamunya.”
Kemudian penerapannya dari segi bahasa, sasaran dakwah dan
media dakwah. untuk dari segi bahasa, para da’i yang memberikan tausyiah
atau materi dakwah di Majelis Rasulullah SAW selalu menggunakan
bahasa-bahasa yang santun dan ringan. Hal tersebut dilakukan agar dakwah
yang disampaikan oleh Majelis Rasulullah SAW dapat diterima oleh semua
kalangan, baik itu kalangan atas maupun kalangan menengah kebawah.
Karena, memang pada dasarnya sasaran dakwah dari Majelis Rasulullah
SAW itu adalah semua kalangan, namun yang menjadi mayoritas dari
sasaran dakwah Majelis Rasulullah SAW itu adalah anak-anak muda.
Untuk membantu kegiatan dakwahnya, Majelis Rasulullah SAW
menggunakan media-media tertentu, misalnya seperti buku yang ditulis oleh
Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, vcd tausyiah dan acara Majelis
21 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.22 Rekaman Pengajian, Masjid Al-Munawar Jakarta Selatan, 11 April 2015.
77
Rasulullah SAW, media sosial seperti facebook, twitter dan juga website
resmi yang dimiliki oleh Majelis Rasulullah SAW yang didalamnya
termasuk ada radio streaming. Selain itu juga, kini ada TV Nabawi yang
baru saja diluncurkan pada saat acara Isra Mi’raj di Monas tanggal 11 Mei
2015.23 yang bertujuan untuk membantu menyebarkan kegiatan dakwah
Majelis Rasulullah SAW. Bukan hanya dalam dakwahnya saja Majelis
Rasulullah SAW menggunakan media dakwah, Majelis Rasulullah SAW
juga memanfaatkan media-media tersebut untuk menarik perhatian jama’ah
untuk hadir ke pengajian Majelis Rasulullah SAW. Majelis Rasulullah SAW
memanfaatkan media seperti menyebarkan brosur-brosur undangan,
memasang spanduk dan umbul-umbul acara pengajian Majelis Rasulullah
SAW. Selain itu juga, Majelis Rasulullah SAW tidak lupa untuk
memanfaatkan media sosial seperti facebook, twitter dan website resmi
Majelis Rasulullah SAW.24
C. Penilaian Strategi Dakwah Majelis Rasulullah SAW dalam Menjaga
Loyalitas Jama’ah
1. Loyalitas Berdasarkan Kredibilitas, Atraktif, Kharismatik dan Power
yang Dimiliki
Berawal dari Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa lulus dari
Studinya di Darulmustafa pimpinan Habib Umar bin Hafidh Tarim
23 Observasi, Monas Jakarta Pusat, 11 Mei 2015.24 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff, Jakarta, 25 Maret 2015.
78
Hadramaut, Yaman. Beliau kembali ke Jakarta dan memulai berdakwah
pada tahun 1998 dengan mengajak orang bertobat dan mencintai nabi
saw yang dengan itu umat ini akan pula mencintai sunnahnya, dan
menjadikan Rasul saw sebagai Idola.25 Sosok Alm. Habib Munzir bin
Fuad Al-Musawa merupakan sosok yang tidak asing, baik itu dikalangan
jama’ah Majelis Rasulullah SW maupun dikalangan masyarakat umum.
Belia terkenal dengan cara penyampaian dakwahnya yang lembut dan
memiliki kharismatik di hadapan para jama’ahnya. 26
Sosok Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa merupakan
sosok yang sangat di cintai jama’ahnya. Yang membuat jama’ah tetap
loyal kepada Majelis Rasulullah SAW itu adalah yang pertama karena
sosok yang berada didalam Majelis Rasulullah SAW itu sendiri. Yang
pertama adalah sosok dari Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa,
yang membuat jama’ah mencintai dan menyukai Alm. Habib Munzir bin
Fuad Al-Musawa adalah karena kredibilitasnya yang tinggi,
keilmuannya dan kharismatik.27
Kemudian sosok berikutnya yang ada di dalam Majelis
Rasulullah SAW itu adalah Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff. Sosok
ini memang tidak cukup terkenal dikalangan masyarakat umum, namun
sosok Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff ini cukup dikenal dikalangan
25 http://www.majelisrasulullah.org/, (Diakses pada tanggal 10 Februari 2015).26 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.27 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
79
jama’ah Majelis Rasulullah SAW. Jama’ah suka dengan Habib
Muhammad bin Alwi Al-Kaff ini karena beliau merupakan sosok yang
pandai bergaul dan akrab dengan jama’ah, khususnya kepada jama’ah
dikalangan pemuda. Salah satu contoh bentuk keakraban yang dilakukan
oleh Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff adalah ketika setelah selesai
acara pengajian mingguan di Masjid Al-Munawar Pancoran Jakarta
Selatan beliau selalu berkumpul kepada jama’ah Majelis Rasulullah
SAW.28
Dan sosok yang terakhir itu adalah Habib Muhsin Al-Hamid.
Untuk saat ini beliau menduduki posisi sebagai dewan syuro di Majelis
Rasulullah SAW. Beliau juga merupakan sosok yang tidak terlalu
dikenal dikalangan masyarakat umum, namun beliau sangat dikenal
dikalangan jama’ah majelis Rasulullah SAW. Beliau memiliki power
berupa tempat untuk acara pengajian mingguan Majelis Rasulullah yang
diadakan di Gedung Dalail Khoirot Cidodol Jakarta Barat setiap malam
Jum’at.29
2. Loyalitas Melalui Materi Dakwah
Identifikasi dari loyalitas jama’ah yang kedua adalah melalui
materi dakwah yang disampaikan. Pada awalnya Majelis Rasulullah
SAW hanya menyampaikan persoalan ilmu fiqih saja. Namun, karena
28 Wawancara Pribdai dengan Jama’ah Majelis Rasulullah SAW, 16 April 2015.29 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
80
Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa melihat jama’ah merasa bosan
dan kurang tertarik, akhirnya Majelis Rasulullah SAW pun merubah
materi yang disampaikan menjadi materi dakwah yang selalu dikaitkan
dengan sosok Rasulullah SAW, baik itu membahas tentang sejarah
Rasulullah SAW, hadits-hadits Rasulullah SAW maupun tentang
nasihat-nasihat Rasulullah SAW. Berikut contoh materi dakwah yang
disampaikan pada pengajian di Cidodol Jakarta barat pada tanggal 16
April 2015:30
“Pondasi pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah
ukhuwah Islamiyah. Kita diperintahkan untuk tetap saling menjaga,
saling mencintai dan saling dekat kepada sesama muslim. Jangan saling
berselisih, walaupun terkadang ada perbedaan pendapat diantara kita,
namun masing-masing dari kita harus bisa menahan diri, demi
terjaganya ukhuwah Islamiyah diantara kita.”
Dan berikut juga contoh materi dakwah yang disampaikan pada
pengajian di masjid Al-Munawar pada tanggal 11 April 2015:31
“Alangkah indah budi pekerti Sayyidina Muhammad SAW,
beliau sangat menghormati tamu-tamu yang datang kerumahnya,
beliau sangat malu ketika datang tamu kepadanya dan tidak
mendapatkan apa-apa kecuali 2 buah kurma. oleh karena itu, beliau
30 Rekaman Pengajian, Cidodol Jakarta Barat, 16 April 2015.31 Observasi, Masjid Al-Munawar Jakarta Selatan, 11 April 2015.
81
akan melimpahkan syafa’at kepada orang-orang yang memuliakan
tamunya.”
Jama’ah Majelis Rasulullah SAW tetap loyal dan suka dengan
Majelis Rasulullah SAW dengan alasan karena mereka merasa lebih
tenang dan nyaman ketika berada didalam Majelis Rasulullah SAW.32
Selain itu juga, mereka merasa suka dengan materi dakwah serta cara
penyampaian dakwah yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW,
yakni Majelis Rasulullah SAW selalu menyampaikan materi dakwah
yang selalu dikaitkan dengan sosok Rasulullah SAW dengan
menggunakan bahasa-bahasa yang baik, lembut dan santun. Sehingga
jama’ah merasa tersentuh dengan apa yang disampaikan oleh Majelis
Rasulullah SAW dan mendapatkan wawasan yang lebih mengenai sosok
Rasulullah SAW,33 sehingga sosok Rasulullah SAW dijadikan sebagai
panutan atau contoh didalam kehidupan para jama’ah.
Untuk tingkat pemahaman keagamaan dari jama’ah tentunya dikit
demi sedikit mengalami peningkatan, terutama dalam mengenal sosok
Rasulullah SAW. Selain itu juga, jama’ah mengaku banyak mengalami
perubahan prilaku dari yang awalnya tidak baik menjadi sedikit lebih
baik, dari yang awalnya sering melakukan hal-hal yang negatif berubah
menjadi sering melakukan hal-hal yang positif setelah mengikuti
32 Wawancara Pribadi dengan Jama’ah Majelis Rasulullah SAW, 11 Mei 2015.33 Wawancara Pribdai dengan Jama’ah Majelis Rasulullah SAW, 16 April 2015.
82
pengajian Majelis Rasulullah SAW.34 Berikut data jumlah jama’ah
Majelis Rasulullah SAW pada saat sebelum sampai sesudah wafatnya
Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa:35
Jumlah Jama’ah Tahun
25.000 Jama’ah 2013
20.000 Jama’ah 2014
25.000 Jama’ah 2015
Tabel 4.1
Jumlah Data jama’ah Secara keseluruhan
3. Loyalitas Melalui Program Dakwah
Majelis Rasulullah SAW mempunyai program-program dakwah
seperti pengajian mingguan yang diadakan pada malam selasa di Masjid
Al-Munawar Pancoran Jakarta Barat, pengajian mingguan malam jum’at
di Gedung Dalail Khoirot Cidodol jakarta Barat dan pengajian tahunan
atau biasa disebut juga dengan event akbar seperti Maulid Nabi, Isra
Mi’raj, Nisfu Sya’ban, Malam Nuzulul Qur’an dan Muharaman yang
34 Wawancara Pribadi dengan Jama’ah Majelis Rasulullah SAW, 06 April 2015.35 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff, Jakarta, 08 Juli 2015.
83
diadakan di lapangan Monas Jakarta Pusat. Acara-acara pengajian
tersebut selalu didatangi oleh jama’ah Majelis Rasulullah SAW dengan
jumlah puluhan ribu bahkan sampai ratusan ribu.
Untuk karakteristik dari jama’ah Majelis Raasulullah SAW itu
sendiri adalah lebih banyak dari kalangan pemuda-pemudi. Jama’ah
Majelis Rasulullah SAW ketika hadir ke pengajian Majelis Rasulullah
SAW selalu menggunakan jaket Majelis Rasulullah SAW warna hitam
dan peci warna putih.
Didalam pengajian yang dilakukan Majelis rasulullah SAW selalu
membacakan maulid Adh-Diyaul Lami yang merupakan karangan dari
Habib Umar bin Hafidz yaman Hadramaut disetiap awal acara dan
membacakan dzikir djalallah yang berbunyi “Ya Allah, Ya Allah, Ya
Allah.” Pada setiap akhir acara yang dibarengi dengan do’a. Hal tersebut
menjadi pembeda jika dibandingkan dengan pengajian di majelis-majelis
lainnya.36 berikut data mengenai jumlah jama’ah yang Hadir dipengajian
Majelis Rasulullah SAW:
Acara Pengajian Jumlah Jama’ahyang Hadir
Tempat Acara
Pengajian MingguanMalam Selasa
25 Ribu Jama’ah Masjid Al-MunawarPancoran Jakarta
Selatan
36 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
84
Pengajian MingguanMalam Jum’at 18 Ribu Jama’ah
Gedung DalailKhoirot Cidodol
Jakarta BaratEvent-event Besar
Seperti Maulid Nabi,Isra Mi’raj, Nisfu
Sya’ban dan NuzululQur’an.
800 Ribu Jama’ah Lapangan MonasJakarta Pusat
Sumber. Wawancaradengan Habib
Muhammad bin AlwiAl-Kaff, 08 Juli 2015.
Tabel 5.1
Data jumlah jama’ah yang hadir di pengajian Majelis Rasulullah
SAW
Namun dalam program-program dakwah yang telah dijelaskan
tersebut, Majelis Rasulullah juga menggunakan media dakwah sebagai
cara untuk membantu kegiatan dakwahnya dengan tujuan untuk
mengembangkan dakwah, sehingga hal tersebut dapat memudahkan bagi
jama’ah yang ingin melihat dan mendengarkan pengajian yang
dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW. Untuk media yang digunakan
oleh Majelis Rasulullah SAW adalah seperti media sosial seperti
facebook dan twitter, youtube serta radio streaming yang sekaligus
tersedia di website resmi Majelis Rasulullah SAW. Untuk youtube itu
sendiri, jumlah jama’ah yang menyukai media youtube yang digunakan
oleh Majelis Rasulullah SAW mencapai dua ribu pengguna. Ternyata
media dakwah yang digunakan tersebut dapat menjaga loyalitas
85
jama’ahnya. Berikut gambar mengenai data bentuk loyalitas atau
kesukaan jama’ah kepada media dakwah yang digunakan oleh Majelis
Rasulullah SAW:
Gambar 4.1
Data pengguna yang menyukai Majelis Rasulullah SAW melalui
media youtube
4. Loyalitas Melalui Manajemen Profesional
Dalam setiap pengambilan kebijakan Majelis Rasulullah SAW
selalu menggunakan cara musyawarah. Hal tersebut dilakukan agar tidak
terjadi kesalahpahaman diantara sesama pengurus. Dalam hal ini Majelis
Rasulullah SAW melihat sesuatu yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat dalam menerapkan strategi dakwah yang sudah ada serta
menjadi tolak ukur untuk kesuksesan dan kelancaran dari strategi
dakwah tersebut. Menurut H. Syukron Makmun, Yang menjadi faktor
pendukung dari Majelis Rasulullah SAW adalah SDM (Sumber Daya
Manusia) yang mencukupi dan semangat yang tinggi dari para pengurus,
86
staff dan crew yang menjadi ujung tombak Majelis Rasulullah SAW
dalam mengadakan acara pengajian. Walaupun terkadang biaya
transport yang mereka dapatkan itu tidak terlalu banyak, namun
kesetiaan mereka terhadap Majelis Rasulullah SAW tidak dapat
diragukan dan tetap semangat dalam membantu kegiatan dakwah
Majelis Rasulullah SAW.37 Kemudian, faktor pendukung berikutnya
adalah adanya dukungan dari para alim ulama dan habaib serta kini
Majelis Rasulullah SAW sudah menjadi yayasan dan bukan hanya
sekedar majelis taklim biasa. Dan faktor pendukung yang terakhir
adalah adanya media dakwah seperti sosmed, radio streaming serta kini
sudah mulai ada TV Nabawi yang semua itu menjadi mendukung dari
kegiatan dakwah Majelis Rasulullah SAW.38 Sedangkan untuk faktor
penghambatnya adalah minimnya dana yang dimiliki oleh Majelis
Rasulullah SAW, sehingga Majelis Rasulullah SAW harus berusaha
keras sendiri untuk mendapatkan dana. Selain itu, yang menjadi faktor
penghambat dari kegiatan dakwah Majelis Rasulullah SAW adalah
mengenai rumitnya perizinan. Sulitnya mendapatkan perizinan dapat
menghambat kegiatan dakwah Majelis Rasulullah SAW, sehingga
Majelis Rasulullah SAW harus berusaha mencari tempat lain untuk tetap
melaksanakan acara pengajian tersebut. Hal ini biasanya terjadi ketika
37 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.38 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
87
Majelis Rasulullah SAW mengadakan event-event besar seperti Isra
Mi’raj, Maulid Nabi dan lain sebagainya.
Menurut penulis, loyalitas jama’ah kepada Majelis Rasulullah
SAW juga sudah termasuk bagian dari loyalitas menurut Islam. Dengan
alasan para jama’ah Majelis Rasulullah SAW tetap cinta kepada Majelis
Rasulullah SAW dan semangat dalam menjaga keberadaan Majelis
Rasulullah SAW walaupun Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa
sudah wafat. Semangat yang dilakukan untuk meneruskan perjuangan
Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa untuk selalu menghidupkan
majelis-majelis pengajian yang ada di Ibukota Jakarta, khususnya
Majelis Rasulullah SAW.
Menurut H. Syukron Makmun, target dari strategi dakwah
Majelis Rasulullah SAW adalah menjaga generasi muda agar bisa
menjaga diri dan terhindar dari hal-hal yang negatif, seperti mabuk,
narkoba, pergaulan bebas dan lain sebagainya.39 Contohnya yang
awalnya pemuda terkena penyakit sosial, kini berubah menjadi suka
ngaji dan suka sholawatan setelah menghadiri pengajian di Majelis
Rasulullah SAW.40 Menurut Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff,
strategi yang digunakan oleh Majelis Rasulullah SAW itu tidak berubah
sejak Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa masih hidup sampai saat
39 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.40 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Syukron Makmun, Jakarta, 08 April 2015.
88
ini yakni menggunakan strategi merangkul.41 Jama’ah tetap loyal
terhadap Majelis Rasulullah SAW yang pertama karena sosok yang
berada dalam Majelis Rasulullah SAW itu sendiri yang memiliki
kredibilitas, keahlian, kharismatik, dan keakraban Habib kepada
jama’ahnya. Kemudian berikutnya yang membuat jama’ah tetap loyal
kepada Majelis Rasulullah SAW adalah karena materi dan media
dakwahnya. dan ynang terakhir yang membuat jama’ah tetap loyal
kepada Majelis Rasulullah SAW adalah karena event atau program-
program dakwah yang dibuat oleh Majelis Rasulullah SAW.
41 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff, Jakarta, 25 Maret 2015.
89
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Majelis Rasulullah SAW mempersiapkan perencanaan melalui
program dakwah sebelum melakukan strategi dakwah dalam menjaga
loyalitas jama’ah. Namun, sebelum menerapkan strategi perlu dilakukan
analisa SWOT untuk mengukur kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Kekuatan yang dimiliki oleh Majelis Rasulullah SAW adalah sumber daya
manusia (SDM) yang mencukupi serta semangat dan loyalitas dari para
pengurus dan crew. Kelemahannya adalah minimnya dana yang dimiliki oleh
Majelis Rasulullah SAW, Kemudian peluang yang dimiliki adalah adanya
dukungan dari para ulama dan habaib, dan penggunaan media sosial seperti
facebook, twitter dan website resmi Majelis Rasulullah SAW. Ancaman yang
ada adalah mengenai perizinan dari pihak ketiga misalnya seperti pemerintah
daerah.
Penerapan strategi dakwah Majelis Rasulullah SAW melalui program-
program dakwah seperti pengajian mingguan, pengajian tahunan dan majelis
keliling. Dalam penerapannya Majelis Rasulullah SAW selalu mengacu
kepada SKKM (Surat Keterangan dan Ketentuan Majelis) yang ada di internal
Majelis Rasulullah SAW. Dalam SKKM tersebut berisi mengenai penjelasan-
penjelasan yang berkaitan dengan keterangan dan ketentuan majelis,
90
diantaranya adalah prosedur dan teknik dilapangan, kemudian juga ada
penjelasan mengenai isi dari acara yang disiapkan oleh Majelis Rasulullah
SAW seperti pembacaan maulid Ad-Diyaul Lami disetiap awal acara dan
pembacaan dzikir djalallah di setiap akhir acara. Strategi yang digunakan oleh
Majelis Rasulullah SAW adalah strategi merangkul dengan cara memberikan
materi-materi dakwah yang selalu dikaitkan dengan sosok Rasulullah SAW
dengan menggunakan bahasa-bahasa yang ringan, santun dan lembut sehingga
materi dakwah yang disampaikan tersebut dapat diterima oleh semua
kalangan.
Untuk bagian evaluasi peneliti menulis mengenai loyalitas jama’ah
yang dinilai berdasarkan kredibilitas, atraksi, kharismatik dan power yang
dimiliki. Kemudian berikutnya loyalitas yang dinilai melalui materi dakwah
yang disampaikan serta media dakwah yang digunakan oleh Majelis
Rasulullah SAW, loyalitas yang dinilai melalui program-program dakwah
Majelis Rasulullah SAW seperti pengajian mingguan di Masjid Al-Munawar
Pancoran Jakarta Selatan dan di Gedung Dalail Khoirot di Cidodol Jakarta
Barat serta pengajian tahunan atau biasa disebut dengan event akbar seperti
Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Nisfu Sya’ban, malam Nuzulul Qur’an dan
Muharaman yang diadakan di Lapangan Monas Jakarta Pusat.
91
B. Saran
Setelah mencermati dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis
melihat ada beberapa hal yang perlu ditambahkan sebagai bahan evaluasi dari
Majelis Rasulullah SAW. Yaitu:
1. Menambah program dakwah seperti santunan yatim piatu atau fakir
miskin secara rutin dan kegiatan diskusi dakwah secara rutin guna untuk
menambah wawasan baik untuk para pengurus, crew maupun jama’ah
yang hadir dalam diskusi tersebut.
2. Bagi para pengurus maupun crew yang berada disekitar markas Majelis
Rasulullah SAW harus lebih terbuka dan mendekat atau akrab kepada
masyarakat, agar masyarakat semakin senang dan suka dengan keberadaan
Majelis Rasulullah SAW.
3. Tetap mempertahankan kesantunan dan kelembutan dakwah yang biasa
dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW, serta menghidupkan kembali
majelis keliling rutin yang dilakukan setiap hari sabtu malam minggu yang
selalu dibarengi dengan ziarah seperti yang dilakukan pada saat Alm.
Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa masih hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah AS, Tutty. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim. Bandung: Mizan, 1997
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: AMZAH, 2009.
Ali Ash-Shalabi, Muhammad. Sejarah Lengkap Rasulullah SAW: Fikih dan Studi Analisa
Komprehensif. Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2012.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Arifin, H.M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Bachtiar Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: LOGOS, 1997.
Bungin Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu SosialLainnya. Jakarta: Kencana, 2007.
David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Salemba Empat, 2012.
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Enjang AS, Aliyudin. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjadjaran, 2009.
Jumroni. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Kardiman, A. M. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: Pron Hallindo, t.t.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2006.
Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Pemada Media Group.
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
Natsir Muhammad. Fiqhud Da’wah. Jakarta: MEDIA DA’WAH, 2003.
Nawawi, KOMUNIKA; Jurnal Komunikasi dan Dakwah. Purwokerto: 2008.
Ruslan, Rosady. Manajemen Public relatons dan media komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo,2006.
Rosehan, Anwar dkk. Majelis Taklim & Pembinaan Umat. Jakarta: Puslitbang LekturKeagamaan, 2002.
Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Muhammad. Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah SejarahPergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW. Jakarta: ROBBANI PRESS, 2010.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.
Shihab, M Quraish, Membumikan Al-Qur’an; Peran dan Fungsi Wahyu dalam KehidupanMasyarakat. Bandung: Mizan, 1993.
Solihin, Ismail. Manajemen Strategik. Bandung: Erlangga, 2012.
Soelistiyowati, Endang dan Nugroho, Vincent. Strategi Komunikasi Untuk Sukses MenjalinRelasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Steiner, George A. dan Miner, John B. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta: Erlangga,1997.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas, 1986.
Tasmara Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Media Pratama, 1987.
Tisnawati, Ernie dan Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen. Jakarta: Pernada MediaGroup, 2005.
Sumber dari internet:
http://darussalam-online.com/bentuk-loyalitas-kepada-nabi-shallallahu-alaihi-wassalam/
http://muslim.or.id/aqidah/loyalitas-dalam-islam.html
http://www.majelisrasulullah.org/.
Hasil Wawancara
Nama : Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff
Jabatan : Staff Divisi Dakwah
Tanggal : 25 Maret 2015
Pukul : 13.30 wib
Tempat : Kantor Majelis Rasulullah SAW
1. Tanya : Apa yang menjadi faktor utama berkembangnya Majelis Rasulullah SAW sejak
pertama berdiri sampai saat ini?
Jawab : Faktor yang pertama adalah cara penyampaian dakwah dari Alm. Habib Munzir
yang mengajak jama’ah untuk lebih mengenal akan cintanya Allah SWT kepada
Rasulullah SAW dan cintanya Rasulullah SAW kepada umatnya dengan menggunakan
bahasa-bahasa yang indah, lembut dan santun. Dan sampai saat ini MR masih mengikuti
cara dari Alm. Habib Munzir agar Majelis Rasulullah SAW tetap berkembang sampai
masa yang akan datang. Lalu faktor yang kedua adalah dari sosok seorang guru yaitu
Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa yang begitu lembut dan santun akhlaknya.
Kedua faktor itulah yang menyebabkan Majelis Rasulullah SAW bisa berkembang
sampai saat ini.
2. Tanya : Apa saja program kegiatan yang dibuat oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Program yang diadakan oleh Majelis Rasulullah SAW itu cukup banyak,
diantaranya seperti majelis Keliling ke berbagai daerah, ada juga pengajian malem
mingguan yang dibarengi dengan ziarah, tapi semenjak Alm. Habib Munzir wafat
pengajian tersebut diberhentikan sementara karena masih minimnya kesiapan dari kita,
kemudian ada juga pengajian mingguan seperti malem selasa di Masjid Al-Munawar
pancoran dan malem jum’at di gedung Dalail Khoirot cidodol kebayoran lama, dan juga
acara-acara event besar seperti tabligh akbar dan dzikir akbar di monas pada saat Maulid
Nabi dan Isra Mi’raj.
3. Tanya : Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan dakwah
yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Faktor pendukungnya itu adalah semangat dari para pengurus dan crew serta
para jama’ah Majelis Rasulullah SAW, sedangkan faktor penghambat kalo dari internal
itu adalah kurangnya dana, dan faktor eksternal yang menghambat dakwah Majelis
Rasulullah SAW itu adalah soal perizinan yang kadang dipersulit, baik dari pihak
pemerintah maupun dari pihak-pihak yang merasa terganggu dengan adanya pengajian
itu.
4. Tanya : Metode dakwah apa yang digunakan oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Metode dakwah yang digunakan oleh Majelis Rasulullah SAW adalah
Mau’idzatul Hasanah, dengan berupa nasihat-nasihat yang disampaikan dengan
kelembutan.
5. Tanya : Materi dakwah apa saja yang biasa disampaikan oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Pada awalnya Majelis Rsulullah SAW ini hanya membahas masalah fiqih, dan
setelah mengetahui bahwa ternyata kajian fiqih membuat bosan jama’ah dan membuat
jama’ah MR menurun dari yang tadinya 40 orang jama’ah menjadi berkurang lebih
sedikit. Akhirnya MR merubah materi dengan tidak hanya membahas soal fiqih,
melainkan juga membahas tentang sejarah Rasulullah SAW. Karena dari sejarah
Rasulullah SAW itu mencakup berbagai pembahasan atau pengetahuan seperti fiqih,
tauhid, tentang kehidupan dan lain sebagainya.
6. Tanya : Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW dalam
menjaga loyalitas jama’ahnya pasca wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa?
Jawab : Strategi dakwah yang digunakan oleh Majelis Rasulullah SAW itu sama dari
zamannya Alm. Habib Munzir masih ada sampai saat ini, yaitu dengan strategi
merangkul. Lebih pada kelembutan dan merangkul para jama’ah.
7. Tanya : Bagaimana pengaruh dari strategi dakwah yang dilakukan oleh Majelis
Rasulullah SAW terhadap jama’ahnya?
Jawab : Pengaruhnya sangat luar biasa, sehingga jama’ah tetap mencintai dan menyukai
Majelis Rasulullah SAW. Terbukti dengan berkembangnya Majelis Rasulullah SAW
sampai keluar kota seperti cirebon, bandung, bali, tegal, dan lain sebagainya. Jadi
walaupun Alm. Habib Munzir sudah wafat, loyalitas jama’ah terhadap Majelis Rasulullah
SAW ini tidak berkurang melainkan semakin bertambah, dengan semakin banyaknya
jama’ah dari Majelis Rasulullah SAW itu sendiri.
Staff Divisi Dakwah
Majelis Rasulullah SAW
Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff
Hasil Wawancara
Nama : Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff
Jabatan : Staff Divisi Dakwah
Tanggal : 01 April 2015
Pukul : 14.00 wib
Tempat : Kantor Majelis Rasulullah SAW
1. Tanya : Apa saja usaha yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW dalam
mendapatkan dana untuk membantu kegiatan dakwahnya?
Jawab : Kalau dari Majelis Rasulullah SAW sendiri soal pendanaan itu kita membuka
kios, namanya kios nabawi dengan penjualan-penjualan kaset dakwah Majelis Rasulullah
SAW dan Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, jaket majelis Rasulullah SAW,
umbul-umbul MR, baju kokoh MR dan lain sebagainya. Selain itu juga Majelis rasulullah
SAW mendapatkan dana dari para donatur-donatur.
2. Tanya : Untuk apa saja dana itu digunakan?
Jawab : Dana-dana itu digunakan untuk kemaslahatan bersama seperti mengadakan
event-event besar seperti maulid nabi, isra mi’raj dan lain sebagainya. Dan juga
digunakan untuk kegiatan-kegiatan pengajian yang diadakan oleh Majelis Rasulullah
SAW.
3. Tanya : Bagaimana Manajemen Majelis Rasulullah SAW dalam mensejahterakan para
crew dan pengurus MR itu sendiri? Misalnya mengenai masalah imbalan atau gaji.
Jawab : Alhamdulillah mereka para crew dan pengurus dari Majelis Rasulullah SAW itu
sendiri sudah pasti mendapatkan hadiah/imbalan berupa uang, akan tetapi untuk pengurus
yang ada dalam struktur kepengurusan itu mereka mendapatkan imbalan tersebut setiap
bulan. Sedangkan untuk para crew, tim hadroh, dan lain sebagainya itu mereka
mendapatkan imbalan setiap acara.
4. Tanya : Bagaimana para crew dan pengurus Majelis Rasulullah SAW ini dapat
menyeimbangkan antara biaya, waktu dan tenaga yang harus dikeluarkan untuk
pencapaian hasil yang maksimal?
Jawab : Kalau untuk staff atau pengurus MR itu Alhamdulillah mereka selalu stand by di
markas/kantor MR. Namun, kalau untuk para crew itu mereka tidak selalu stand by di
kantor, karena mereka ada yang masih sekolah, kuliah dan kerja. Akan tetapi, para crew
ini seperti biasa berkumpul setiap sore sebelum acara pengajian dimulai. Namun, untuk
yang pulang aktivitasnya sampai sore, mereka biasanya berkumpul dikantor ba’da
maghrib atau ba’da isya’.
5. Tanya : Berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh Majelis Rasulullah SAW setiap
mengadakan acara pengajian?
Jawab : Dari segi biaya yang dikeluarkan oleh Majelis Rasulullah SAW untuk event-
event besar itu sekitar 100 juta lebih, namun untuk acara pengajian mingguan itu kita
tidak mengeluarkan biaya banyak, kecuali pengajian yang dimalam jum’at itu tempat kita
punya sendiri. Kemudian biaya yang dikeluarkan oleh panitia yang mengundang Majelis
Rasulullah SAW itu sekitar 10 jutaan.
6. Tanya : Siapa saja yang menjadi target dari strategi dakwah yang dilakukan oleh majelis
Rasulullah SAW?
Jawab : Target dari sasaran dakwah Majelis Rasulullah SAW itu adalah semua kalangan,
namun kita mayoritas lebih menargetkan sasaran dakwah kita itu kepada anak-anak muda
seperti anak SMP, SMA, Mahasiswa dan lain sebagainya.
7. Tanya : Bagaimana cara Majelis Rasulullah SAW untuk menarik jama’ahnya agar
datang ke pengajian yang dilakukan oleh MR itu sendiri, terutama dalam event-event
besar dan pengajian mingguan?
Jawab : Cara MR untuk menarik perhatian jama’ah agar hadir dipengajian-pengajian MR
terutama dalam event-event besar itu macam-macam caranya. Misalnya, seperti
menyebarkan brosur undangan, memasang spanduk dan umbul-umbul acara pengajian
Majelis Rasulullah SAW, menyebarkan info via media sosial seperti facebook, twitter,
maupun dari website Majleis Rasulullah SAW itu sendiri.
8. Tanya : Bagaimana respon jama’ah atas strategi dakwah yang dilakukan oleh majelis
Rasulullah SAW?
Jawab : Untuk strategi dakwah yang digunakan oleh Majelis Rasulullah SAW itu adalah
dengan cara merangkul. Lebih pada kesantunan bahasa, kelembutan dan mengajak para
jama’ah. Dan respon jama’ah terhadap strategi dakwah MR tersebut cukup baik. Dan
kebanyakan dari para jama’ah menyukai strategi dakwah yang dilakukan oleh MR
tersebut terutama anak-anak muda.
9. Tanya : Bagaimana respon masyarakat dengan adanya Majelis Rasulullah SAW ini?
Jawab : Respon dari kebanyakan masyarakat atas adanya Majelis Rasulullah SAW ini
sangat baik, mereka senang dengan adanya majelis-majelis pegajian seperti ini. Terutama
para orang tua dan anak-anak muda, mereka merasa bisa lebih mengontrol anak-anaknya
untuk melakukan hal-hal yang positif seperti pengajian.
Staff Divisi Dakwah
Majelis Rasulullah SAW
Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff
Hasil Wawancara
Nama : H. Muhammad Syukron Makmun
Jabatan : Sekertaris Majelis Rasulullah SAW
Tanggal : 08 April 2015
Pukul : 14.00 wib
Tempat : Kantor Majelis Rasulullah SAW
1. Tanya : Apa yang melatarbelakangi berdirinya majelis Rasulullah SAW ini?
Jawab : Mengenai latarbelakang berdirinya majelis Rasulullah SAW adalah ingin
mewadahi kegiatan para pemuda-pemudi didalam mengenal akan ajaran Rasulullah
SAW. Karena, ditahun 1998 banyak majelis-majelis ta’lim namun tidak berkembang
sebagaimana seperti yang diinginkan oleh Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa.
Jadi, majelis-majelis tersebut hanya bergerak diwilayahnya masing-masing. Oleh karena
itu, Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa menginginkan wadah yang lebih besar dari
keberadaan majelis-majelis ta’lim, yang dimana dengan itu diharapkan menjadi wadah
kebanggaan sehingga mereka tidak segan dan tidak malu untuk menghadiri atau
bergabung dengan majelis Rasulullah SAW.
2. Tanya : Apa tujuan dari terbentuknya majelis Rasulullah SAW ini?
Jawab : Tujuannya itu adalah yang pertama ingin mengenalkan Islam melalui sosok si
pembawa risalah Islamnya itu sendiri yakni Rasulullah SAW. Setelah mengenal Islam
melalui sosok Rasulullah SAW, kemudian tujuan keduanya adalah agar jama’ah ini mau
melaksanakan syari’at-syari’at baik itu yang wajib maupun yang sunnah berlandaskan
kepada cintanya kepada Rasulullah SAW.
3. Tanya : Apa yang menjadi faktor utama berkembangnya majelis Rasulullah SAW sejak
pertama berdiri sampai saat ini?
Jawab : Ada beberapa faktor yang menjadikan Majelis Rasulullah SAW ini berkembang
begitu pesat, dan faktor-faktor inilah yang menjadi peran sehingga masyarakat
berduyung-duyung bergabung bersama Majelis Rasulullah SAW. Faktor pertama adalah
sosok atau tokoh yang ada di majelis Rasulullah SAW itu sendiri yakni Alm. Habib
Munzir bin Fuad Al-Musawa. Beliau ini selain punya kharismatik, beliau juga mampu
memberikan nasihat-nasihat agama itu dengan karakter yang berbeda daripada da’i-da’i
yang lainnya. Beliau sering sekali menyampaikan nasihat-nasihat itu dikaitkan dengan
sosok Rasulullah SAW. Faktor yang kedua adalah tartib majelis, karena setiap kali MR
mengadakan acara selalu dibacakan maulid Ad-diyaul lami yang dikarang oleh guru kita
semua yakni Habib Umar bin Hafidz dan inipun menjadi ciri khas dari majelis Rasulullah
SAW itu sendiri. Lalu yang kedua, dari tartib majelis itu adalah kesenian hadroh. Lalu
faktor yang terakhir adalah masih dari sosok Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa
itu sendiri, yakni dimana beliau setiap akhir dari acara ini selalu mengajak jama’ah untuk
mebaca dzikir jalallah yang berbunyi “Ya Allah.. Ya Allah.. Ya Allah” sedikitnya 400x
dan paling banyak 1000x. Dan dzikir jalallah ini juga belum kita dapati ditempat lain dan
inipun mendapat sambutan yang baik dari jama’ah itu sendiri.
4. Tanya : Bagaimana Struktur kepengurusan majelis Rasulullah SAW pada saat ini?
Jawab :
5. Tanya : Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan dakwah
yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Faktor pendukung itu sama seperti yang disebutkan tadi secara tidak langsung
juga menjadi faktor pendukung dan juga dari cara penyampaian Alm. Habib Munzir itu
sendiri. Sedangkan faktor penghambatnya itu adalah soal pendanaan dan juga soal
perizinan. Karena, dalam setiap kegiatan itu juga berkaitan dengan pihak ketiga yakni
mengenai perizinan. Karena yang pertama, tidak semua orang suka dengan Majelis
Rasulullah SAW atau bisa disebut oknum. Kemudian, terkadang juga kita suka
berbenturan dengan acara-acara lain. Sedangkan, faktor pendukung dari eksternal yaitu
kita sudah mulai diterimaoleh jama’ah banyak, tokoh ulama, habaib dan lain sebagainya
yang dapat menguatkan Majelis Rasulullah SAW.
6. Tanya : Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh majelis Rasulullah SAW dalam
menjaga loyalitas jama’ah pasca wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa?
Jawab : Pada Alm. Habib Munzir wafat jelas itu sangat mempegaruhi jama’ah di awal-
awal, karena kebanyakan dari mereka suka MR itu karena sosok Alm. Habib Munzir.
Nah, sekarang bagaimana faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya itu kita pertahankan
dan kita istiqomahkan. Strategi yang kita gunakan itu adalah istiqomah dengan cara tetap
menjalankan faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya dan kita juga menggunakan
strategi dengan cara merangkul jama’ah.
7. Tanya : Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW dalam
strategi dakwah tersebut?
Jawab : Yang pertama, yang jelas bagaimana menjalankan kegiatan Majelis Rasulullah
SAW itu dapat dijalankan secara istiqomah. Yang kedua, kita menyampaikan informasi
mengenai pengajian-pengajian Majelis Rasulullah secara terus menerus baik itu melalui
brosur ataupun melalui website MR atau sosial media seperti Facebook, twitter dan lain
sebagainya, agar informasi itu bisa sampai tersebar luas ke para jama’ah. Yang ketiga,
menyampaikan dakwah itu secara terus menerus dengan berbagai cara, baik melalui acara
pengajian maupun dari website atau sosial media, agar dakwah itu tetap berjalan.
Kemudian yang terakhir, kita juga menyiapkan dari da’i-da’i yang akan mengisi acara
pengajian di Majelis Rasulullah SAW.
8. Tanya : Bagaimana cara Majelis Rasulullah SAW dalam menerapkan strategi dakwah
tersebut?
Jawab : Tentunya kita disini adakan peraturan seperti SOP, jadi setiap kali ada acara
diluar sebagai undangan itu kita ada yang namanya SKKM (Surat Keterangan dan
Ketentuan Majelis). Dalam surat itu ada penjelasan mengenai prosedur dan teknik
dilapangan. Dan disini juga menjalankan mengenai faktor-faktor MR yang disebutkan
diawal tadi baik dari segi waktu yang harus on time, pembacaan maulidnya, qosidah-
qosiahnya, dan juga ada dzikir jalallahnya. Jadi disitu kita memberikan penjelasan kepada
panitia-panitia yang mengundang Majelis Rasulullah SAW, bahwa kita punya standar
teknik lapangan atau standar kegiatan kita. Karena ya itu tadi, kita ingin mempertahankan
atas apa yang biasa dilakukan oleh MR. Jadi cara menerapkannya harus tetap pada
SKKM yang ada.
9. Tanya : Bagaimana Majelis Rasulullah SAW menyampaikan dakwahnya agar dapat
diterima oleh semua kalangan?
Jawab : Yang pertama kita menyampaikan dari segi materi, yakni membahas mengenai
sejarah-sejarah Rasulullah SAW, karena kalau kita hanya membahas soal fiqih atau
hukum itu jama’ah terasa berat dan kurang tertarik sehingga membuat bosan para
jama’ah. Kemudian juga da’i-da’i yang di MR itu menggunakan bahasa-bahasa yang
santun dan baik, tidak menggunakan bahasa-bahasa yang berat bahkan terkadang juga
ada yang mempergunakan bahasa betawi sehingga dakwah yang disampaikan oleh
Majelis Rasulullah SAW itu dapat diterima oleh semua kalangan.
10. Tanya : Media apa saja yang digunakan oleh majelis Rasulullah SAW dalam membantu
kegiatan dakwanya?
Jawab : Kalau bicara soal media dakwah, sejak awal kita sudah menggunakan website,
sosial media, radio streaming yang ada dalam website itu, dan juga kita sekarang
Alhamdulillah sudah ada TV Nabawi yang ikut membantu untuk menyebarluaskan
dakwah Majelis Rasulullah SAW.
11. Tanya : Bagaimana evaluasi dari strategi dakwah yang telah dilakukan oleh Majelis
Rasulullah SAW tersebut agar lebih efektif kedepannya?
Jawab : Untuk evaluasi, jadi memang disini (kantor) Majelis Rasulullah SAW ada aturan
untuk staff pengurus yang dimana kita selalu mengadakan rapat setiap bulannya. Yang
dimana tujuannya adalah kita untuk mengevaluasi dari kegiatan yang sudah kita lakukan
maupun kegiatan yang akan kita lakukan kedepannya. Untuk selalu kita perbaiki terutama
dari segi teknik dilapangan.
12. Tanya : Bagaimana pengaruh dari strategi dakwah yang telah dilakukan oleh Majelis
Rasulullah SAW terhadap jama’ahnya?
Jawab : Pengaruhnya sangat besar dan Alhamdulillah mendapatkan apresiasi yang luar
biasa dari jama’ah karena kita tetap istiqomah mengenai faktor-faktor yang disebutkan
sebelumnya, sehingga jama’ah pun tetap loyal dan setia kepada Majelis Rasulullah SAW
walaupun Alm. Habib Munzir sudah wafat.
13. Tanya : Bagaimana peran crew dan para pengurus Majelis Rasulullah SAW dalam
memaksimalkan kegiatan dakwah Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Oh iya, untuk pengurus, staff dan crew itu sangat berperan sekali, karena Majelis
Rasulullah SAW ini tidak bisa dijalankan tanpa peran dari mereka semua baik itu yang
staff, pengurus, maupun crew. Pergerakan mereka inilah yang menjadi ujung tombak dari
kegiatan dakwah Majelis Rasulullah SAW.
14. Tanya : Berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh Majelis Rasulullah SAW setiap
mengadakan acara pengajian?
Jawab : Biaya yang dikeluarkan oleh Majelis Rasulullah SAW untuk yang di Al-
Munawar kita sedikitnya itu membutuhkan biaya kurang lebih sekitar 10 juta, karena ada
biaya-biaya yang berkaitan seperti masalah perizinan, listrik, dan juga para ulama atau
da’i-da’i yang memberikan tausyiah. Namun, kalau untuk event-event besar seperti yang
di Monas itu kurang lebih kita membutuhkan biaya sekitar 150 juta setiap kali event
akbarnya.
15. Tanya : Bagaimana Manajemen Majelis Rasulullah SAW dalam mensejahterakan para
crew dan pengurus MR itu sendiri? Misalnya mengenai masalah imbalan atau gaji.
Jawab : Kalau untuk soal imbalan itu ada, untuk staff itu mereka mendapatkan setiap
bulannya, namun jumlahnya ngga nentu, karena tergantung dari para donatur-donatur
yang ada.
16. Tanya : Apa saja kelebihan yang dimiliki oleh Majelis Rasulullah SAW dibandingkan
dengan majelis-majelis pengajian lainnya?
Jawab : Kelebihannya ya itu tadi mengenai faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya
yang membedakan MR dengan majelis-majelis lainnya. Mungkin sekarang ini ada
majelis lain yang memainkan hadroh dan membacakan maulid Ad-diyaul lami, tapi
pembawannya sebagaimana tidak seperti yang dibawakan oleh Majelis Rasulullah SAW.
Jadi, ada perbedaan-perbedaannya tersendiri, bahkan walaupun yang tadi disebutkan itu
bermunculan, itupun karena berawal dari Majelis Rasulullah SAW.
17. Tanya : Apa target Majelis Rasulullah SAW kedepannya dalam menjalankan
dakwahnya?
Jawab : Target dari Majelis Rasulullah SAW kedepannya itu adalah agar dakwah Majelis
Rasulullah SAW ini tetap berlangsung. Kemudian juga, kita mau membuat unit-unit
usaha yang dimana usaha ini juga secara langsung tidak lepas dari dakwah. Seperti air
minum dan lain sebagainya. Kemudian yang terakhir, kita juga ingin membuat travel haji
dan umroh, dan ini juga tidak lepas dari dakwah, karena dalam travel haji dan umroh itu
juga kita mengajarkan bagaimana cara-cara melaksanakan haji dan umroh dengan baik
dan benar.
Sekertaris Majelis Rasulullah SAW
H. Muhammad Syukron Makmun
Hasil Wawancara
Nama : Fadli
Jabatan : Jama’ah Majelis Rasulullah SAW
Tanggal : Senin, 06 April 2015
Pukul : 20.00 WIB
1. Tanya : Sejak kapan antum mulai mengenal dan mengikuti pengajian majelis
Rasulullah SAW ini?
Jawab : Saya mulai mengenal majelis rasulullah SAW ini pada tahun 2008
pada saat ada pengajian di masjid At-Tin TMII, tapi pada saat itu saya masih
jarang-jarang dan tidak terlalu aktif untuk ikut ke pengajian Majelis
Rasulullah SAW ini, dan saya mulai aktif untuk ikut ke pengajian Majelis
Rasulullah SAW ini pada tahun 2011.
2. Tanya : Apa yang melatarbelakangi antum untuk mengikuti pengajian
Majelis Rasulullah SAW ini?
Jawab : yang melatarbelakangi saya untuk ikut ke pengajian Majelis
Rasulullah SAW ini karena saya merasa nyaman dan tenang dengan
mengikuti pengajian itu. Namun, selain itu yang melatarbelakangi saya juga
adalah untuk menambah ilmu agama terutama soal mengenal siapa sosok dari
Rasulullah SAW, dan juga dari cara penyampaian dakwahnya dalam
pengajian tersebut sangat lembut dan santun bahasanya, sehingga membuat
saya tersentuh dan mengikuti pengajian Majelis Rasulullah SAW ini.
3. Tanya : Setelah wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, apakah
antum tetap mengikuti pengajian di Majelis Rasulullah SAW ?
Jawab : Alhamdulillah walaupun beliau sudah wafat, saya tetap istiqomah
untuk selalu menghadiri pengajian-pengajian yang diadakan oleh Majelis
Rasulullah SAW terutama yang pengajian rutin mingguan.
4. Tanya : Apa yang membuat antum untuk tetap mengikuti pengajian Majelis
Rasulullah SAW pasca wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa?
Jawab : yang membuat saya untuk tetap hadir ke Majelis Rasulullah SAW ini
adalah karena saya sudah terlanjur cinta dengan Alm. Habib Munzir dan juga
Majelis Rasulullah SAW ini. Dan saya merasa seperti ada yang kurang jika
tidak ikut atau datang ke pengajian Majelis Rasulullah SAW.
5. Tanya : Materi apa saja yang disampaikan oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Materi yang biasa disampaikan oleh para guru-guru yang ada di
Majelis Rasulullah SAW ini adalah membahas mengenai tentang sejarah
Rasulullah SAW.
6. Tanya : Sudah berapa kali antum mengikuti pengajian Majelis Rasulullah
SAW ini pasca wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa?
Jawab : kalau saya ditanya sudah berapa kali hadir ke pengajian Majelis
Rasulullah SAW itu udah ngga bisa dihitung, karena Alhamdulillah saya
sering hadir ke pengajian Majelis Rasulullah SAW tersebut.
7. Tanya : Hasil apa yang antum dapatkan setelah mengikuti pengajian di
Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Alhamdulillah yang saya dapatkan setelah mengikuti pengajian
Majelis Rasulullah SAW ini adalah wawasan ilmu pengetahuan agama
terutama dalam mengenal sosok Rasulullah SAW, dan juga merasa hati jadi
lebih tenang dan terarah, dan ada perubahan sikap atau prilaku dari kebiasaan
yang buruk berubah menjadi kebiasaan yang lebih baik atau positif.
8. Tanya : Darimana antum mengetahui adanya Majelis Rasulullah SAW ini?
Jawab : Saya mengetahui adanya Majelis Rasulullah SAW ini awalnya dari
saudara, baik dari ucapan maupun brosur atau poster-poster informasi
mengenai info pengajian Majelis Rasulullah SAW.
9. Tanya : Bagaimana menurut antum mengenai strategi yang dilakukan oleh
Majelis Rasulullah SAW dalam menarik jama’ahnya?
Jawab : Kalau menurut saya strategi yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah
SAW untuk menarik pehatian jama’ahnya itu sudah cukup baik, karena dapat
memudahkan jama’ah yang ingin hadir ke pengajian Majelis Rasulullah
SAW.
10. Tanya : Bagaimana Menurut antum mengenai strategi dakwah yang
dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Menurut saya strategi dakwah yang digunakan oleh majelis
Rasulullah SAW itu sudah cukup baik. Karena, dengan cara-cara seperti itu
jama’ah lebih mudah diajak dibanding dengan cara-cara yang lain seperti
menakut-nakuti dengan kekerasan dan lain sebagainya. Terutama anak-muda
muda, sangat menyukai cara dakwah yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah
SAW.
Jama’ah Majelis Rasulullah SAW
Muhammad Fadli
Hasil Wawancara
Nama : Ali Yasin
Jabatan : Jama’ah Majelis Rasulullah SAW
Tanggal : Kamis, 16 April 2015
Pukul : 19.40 WIB
1. Tanya : Sejak kapan antum mulai mengenal dan mengikuti pengajian majelis
Rasulullah SAW ini?
Jawab : Saya mulai mengenal Majelis Rasulullah SAW itu pada tahun 2007,
pada waktu itu ada pengajian Majelis Rasulullah SAW di Kebon Jeruk dan
saya mencoba hadir ke pengajian tersebut, dan Alhamdulillah saya jadi
ketagihan untuk hadir ke pengajian MR sampai sekarang.
2. Tanya : Apa yang melatarbelakangi antum untuk mengikuti pengajian
Majelis Rasulullah SAW ini?
Jawab : Yang melatarbelakangi saya untuk ikut ke pengajian Majelis
Rasulullah SAW adalah karena sosok guru mulia Alm. Habib Munzir Al-
Musawa, dakwah yang disampaikan beliau benar-benar membuat saya
tersentuh sehingga membuat saya tertarik untuk datang lagi menghadiri
pengajian MR.
3. Tanya : Setelah wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, apakah
antum tetap mengikuti pengajian di Majelis Rasulullah SAW ?
Jawab : Alhamdulillah saya tetap istiqomah dan insya Allah selalu istiqomah
untuk selalu menghadiri pengajian Majelis Rasulullah SAW walaupun Alm.
Habib Munzir sudah wafat.
4. Tanya : Apa yang membuat antum untuk tetap mengikuti pengajian Majelis
Rasulullah SAW pasca wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa?
Jawab : Yang membuat saya untuk tetap hadir ke Majelis Rasulullah SAW
adalah karena saya merasa tenang ketika berada di pengajian Majelis
Rasulullah SAW. Selain itu juga, karena saya suka dengan materinya, jadinya
saya selalu semangat untuk hadir ke pengajian MR walaupun Alm. Habib
Munzir Al-Musawa sudah wafat.
5. Tanya : Materi apa saja yang disampaikan oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Materi yang disampaikan oleh para guru di Majelis Rasulullah SAW
itu adalah tentang sosok Rasulullah SAW, seperti sejarahnya, nasihat-
nasihatnya Rasulullah SAW, dan lain-lain.
6. Tanya : Sudah berapa kali antum mengikuti pengajian Majelis Rasulullah
SAW ini pasca wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa?
Jawab : Alhamdulillah saya masih sering hadir ke pengajian Majelis
Rasulullah SAW dan susah buat dihitung, karena saking seringnya apalagi
yang pengajian rutin mingguannya.
7. Tanya : Hasil apa yang antum dapatkan setelah mengikuti pengajian di
Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Yang saya dapatkan setelah ikut ke pengajian MR itu tentunya ilmu-
ilmu agama dan juga ketenangan hati, Alhamdulillah.
8. Tanya : Darimana antum mengetahui adanya Majelis Rasulullah SAW ini?
Jawab : Saya mengetahui Majelis Rasulullah SAW ini awalnya karena
melihat umbul-umbul dan poster acara Majelis Rasulullah SAW yang di
Kebon Jeruk, dari situlah saya mulai mengenal dan mengikuti pengajian
Majelis Rasulullah SAW.
9. Tanya : Bagaimana menurut antum mengenai strategi yang dilakukan oleh
Majelis Rasulullah SAW dalam menarik jama’ahnya?
Jawab : Kalau menurut saya sudah cukup baik, karena cukup memudahkan
jama’ah, apalagi Majelis Rasulullah SAW punya website resmi sendiri, jadi
jama’ah bisa melihat info pengajian di websitenya MR.
10. Tanya : Bagaimana Menurut antum mengenai strategi dakwah yang
dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Menurut saya, strategi dakwah yang digunakan Majelis Rasulullah
SAW itu cukup baik, apalagi bahasa yang digunakab oleh Majelis Rasulullah
SAW itu baik, santun dan juga mudah dipahami oleh semua kalangan.
Jama’ah Majelis Rasulullah SAW
Ali Yasin
Hasil Wawancara
Nama : Heri Setiawan
Jabatan : Jama’ah Majelis Rasulullah SAW
Tanggal : Senin, 11 Mei 2015
Pukul : 20.00 WIB
1. Tanya : Sejak kapan antum mulai mengenal dan mengikuti pengajian majelis
Rasulullah SAW ini?
Jawab : Saya mulai mengenal Majelis Rasulullah SAW itu pada tahun 2010
dan saya mulai aktif hadir ke pengajian MR itu pada tahun 2011.
2. Tanya : Apa yang melatarbelakangi antum untuk mengikuti pengajian
Majelis Rasulullah SAW ini?
Jawab : Yang melatarbelakangi saya untuk ikut ke pengajian Majelis
Rasulullah SAW itu adalah karena penyampaian dakwahnya yang santun dan
tidak menggunakan bahasa yang kasar atau kotor, sehingga enak buat di
dengar.
3. Tanya : Setelah wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, apakah
antum tetap mengikuti pengajian di Majelis Rasulullah SAW ?
Jawab : Alhamdulillah saya tetap hadir ke pengajian Majelis Rasulullah SAW
walaupun Alm. Habib Munzir Al-Musawa Sudah wafat.
4. Tanya : Apa yang membuat antum untuk tetap mengikuti pengajian Majelis
Rasulullah SAW pasca wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa?
Jawab : Yang pastinya karena bikin hati jadi adem dan tenang, selain itu juga
saya ingin meneruskan perjuangan dakwah Alm. Habib Munzir untuk selalu
menghidupkan majelis-majelis pengajian, salah satunya Majelis Rasulullah
SAW.
5. Tanya : Materi apa saja yang disampaikan oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Materi yang disampaikan oleh para guru-guru kita itu selalu
berkaitan dengan sosok Rasulullah SAW dan hadist-hadist Rasulullah SAW.
6. Tanya : Sudah berapa kali antum mengikuti pengajian Majelis Rasulullah
SAW ini pasca wafatnya Alm. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa?
Jawab : Untuk jumlahnya saya ngga bisa hitung, karena Alhamdulillah dari
semenjak Alm. Habib Munzir masih ada sampai sekarang ini saya masih tetap
hadir ke pengajian MR, terutama yang pengajian rutin mingguan.
7. Tanya : Hasil apa yang antum dapatkan setelah mengikuti pengajian di
Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : Yang saya dapatkan setelah mengikuti pengajian di Majelis
Rasulullah SAW adalah wawasan ilmu agama, yang dapat mengarahkan saya
untuk berubah untuk selalu melakukan hal-hal yang positif.
8. Tanya : Darimana antum mengetahui adanya Majelis Rasulullah SAW ini?
Jawab : Saya mengetahui adanya Majelis Rasulullah SAW ini dari temen
saya, waktu itu saya diajak ke pengajian yang di Al-Munawar Pancoran sama
temen saya.
9. Tanya : Bagaimana menurut antum mengenai strategi yang dilakukan oleh
Majelis Rasulullah SAW dalam menarik jama’ahnya?
Jawab : Menurut Saya sih sudah bagus dan baik, apalagi kan sekarang udah
ada media sosial, jadi jama’ah bisa lebih mudah untuk melihat info-info
pengajian seperti di facebook dan twitter.
10. Tanya : Bagaimana Menurut antum mengenai strategi dakwah yang
dilakukan oleh Majelis Rasulullah SAW?
Jawab : kalau untuk strategi dakwah yang digunakan oleh MR menurut saya
sudah cukup baik, dengan cara-cara seperti itu jama’ah lebih suka daripada
pake cara-cara yang keras. Apalagi anak-anak muda seperti saya, pastinya
lebih suka dengan cara-cara dakwahyang baik seperti itu.
Jama’ah Majelis Rasulullah SAW
Heri Setiawan
FOTO DOKUMENTASI MAJELIS RASULULLAH SAW
Kegiatan pengajian Majelis Rasulullah SAW
Rapat para pengurus dan Crew Majelis Rasulullah SAW
Kios penjualan Majelis Rasulullah SAW
Wawancara dengan Habib Muhammad bin Alwi Al-Kaff sebagai Staff DivisiDakwah Majelis Rasulullah SAW
Wawancara dengan H. Muhammad Syukron Makmun sebagai Sekertaris MajelisRasulullah SAW
Top Related