Spiritual in Action
Bagus Setyo Aryadi
Jika Anda memetik manfaat dari buku ini, segera bagikan atau
pinjamkan buku ini kepada saudara, teman, kerabat, dan
keluarga Anda, agar mereka mendapakan manfaat yang sama.
Spiritual in Action
Penulis : Bagus Setyo Aryadi
Kontributor : Wulan Puspitasari
Editor : Hizroh Rochmah Tulloh
Desainer : Derryl Detramanetti
Diterbitkan untuk kalangan sendiri.
Semoga buku ini menjadi jembatan ilmu terbukanya
pintu hikmah dan Inspirasi bagi yang membacanya...
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah, dan
masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang
yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang
baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian...”
( 26 : 83-84 )
Persembahan
Untuk Allah, Tuhanku...
Untuk Muhammad, Nabiku...
Untuk Islam, Agamaku...
Untuk Keluargaku...
Untuk Teman-Temanku...
Untuk Seluruh Umat Manusia...
Semoga niat ini tetap lurus.
Semoga menjadi jalan dakwah.
Semoga bernilai ibadah.
Semoga menjadi amal jariyah.
Semoga bermanfaat.
Semoga diridhoi Allah.
Aamiin...
Ucapan Terima Kasih
Alhamdulillah... Segala puji untuk-Mu ya Allah, atas
kasih sayang, hidayah dan Inspirasi yang Engkau
berikan kepada hamba yang penuh dosa ini. Semoga
ridha-Mu selalu menyertai langkah-langkah hidup dan
dakwahku ini.
Special shalawat untuk Nabiku tercinta, Muhammad SAW,
yang menjadi teladan „kanan‟ ku, engkau manusia paling
mulia yang sangat dihormati. Cintamu kepada kami
umatmu, takkan pernah ku lupakan. Perjuanganmu
dalam menyampaikan kebenaran, takkan pernah ku sia-
siakan. Semoga kelak aku, umatmu yang sering lalai ini,
diperkenankan untuk memelukmu dan bersamamu di
surga nanti.
Special thanks untuk Mamah dan Papah(alm), saudara
serta keluarga besarku, yang sabar merawatku anak yang
super nakal ini, dan yang telah membentuk cara dan pola
berpikirku.
Terima kasih kepada Ibu Guru SMA saya, ibu Nofita
Anis Widarti, melalui ibulah buku “7 Keajaiban Rezeki”
karya Mas Ippho Santosa bisa saya baca dan memberi
Inspirasi serta motivasi hidup saya yang penuh
kegalauan sejak usia 13 tahun, karena buku itulah titik
balik saya kembali berpikir untuk menjadi diri saya
sebenarnya dan berpikir kembali untuk apa saya hidup.
Terima kasih kepada Sahabat-Sahabat saya yang
Inspiratif, Aulia Pradipta Prabandaru, Nur Khamid, Joko
Widhodho, Yohanes Suharsoyo, Mahatma Chakra
Wardana, dan semua teman-teman saya yang pernah
saya kenal dan temui. Karena kalian telah mengajarkan
banyak hal dan hikmah bagi saya.
Terima kasih kepada Koperasi Kopma UGM, Toyanaara,
Entrance, serta instansi, organisasi, dan komunitas
lainnya, dan seluruh elemen yang ada di dalamnya.
Terima kasih kepada UGM, SMA N 1 Cilacap, SMP N 5
Cilacap, SD Tritih Wetan 04, dan TK Wijaya Kusuma, dan
seluruh elemen yang ada di dalamnya.
Terima kasih kepada seluruh Inspirator dan idola saya,
Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar As-Shidiq, Umar bin
Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu
Hurairah, Abdurrahman bin Auf, Ippho Santosa, Felix
Siauw, Mario Teguh, Yusuf Mansur, Jaya Setiabudi, John
C. Maxwell, Tony Buzan, dan para Inspirator lainnya
yang telah membuka pikiran dan wawasan pengetahuan
saya.
Terima kasih kepada seluruh Sahabat Inspiratif semua
yang berkontribusi dalam penyusunan buku ini,
terutama untuk kontributor Wulan Puspitasari, editor
Hizroh Rochmah Tulloh, dan desainer cover Mas Derryl
Detramanetti, salut dengan semangat dan kemauan
kalian untuk berkontribusi dalam penyempurnaan buku
ini sehingga bisa diterima baik oleh para pembacanya.
Dan Anda, terima kasih kepada Anda para pembaca
buku ini, yang telah menginvestasikan waktunya untuk
membaca buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan
perubahan yang berarti bagi Anda, memberi manfaat dan
Inspirasi bagi masa depan dan „masa depan‟ Anda yang
lebih baik. Kepada semuanya, setulus hati saya meminta.
Doakan saya, agar niat saya dan juga langkah-langkah
dakwah saya tetap terpelihara. Dan yang terpenting,
selalu diridhai-Nya. Aamiin...
Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih .................................................................... 5
Daftar Isi .......................................................................................... 8
Prakata ............................................................................................. 9
Bacalah! ............................................................................................ 13
Bab 1 Spiritual in Life ..................................................................... 20
Bab 2 Spiritual in Character .......................................................... 42
Bab 3 Spiritual in Model ................................................................ 95
Bab 4 Spiritual in Wealth .............................................................. 111
Bab 5 Spiritual in Love .................................................................. 132
Bab 6 Spiritual Inspiration ........................................................... 159
Bab 7 Spiritual in You ................................................................... 196
Tentang Penulis ............................................................................. 206
Prakata
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Assalamu‟alaikum Sahabat Inspiratif...
Alhamdulillah, akhirnya buku ini bisa selesai saya tulis, dan
bisa dibaca oleh Sahabat-Sahabat Inspiratif semua di seluruh
dunia.
Buku ini terdiri dari dua versi, versi digital (e-book) dan versi
non-digital (buku cetak). Sebagian besar mungkin membaca
yang versi e-book, karena versi e-booknya saya gratiskan, dan
versi cetak hanya bisa order melalui saya, jadi yang mau versi
cetak bisa hubungi kontak saya yang ada di halaman bagian
belakang ya...
Sebenarnya saya ingin menerbitkan sebuah buku di usia saya
yang ke-26 tahun setelah saya menikah dan saat sudah lebih
memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan, atau bahkan
menjadi seorang profesional. Tapi itu terlalu lama untuk
dilaksanakan. Maka dari itu saya putuskan untuk menulis buku
ini terlebih dahulu dengan sekecil-kecilnya kemampuan,
pengalaman, dan pengetahuan yang saya miliki sekarang.
Ya, tujuan saya menulis buku adalah untuk berdakwah, saya
pikir mengapa harus menunggu selama itu. Sekarang pun tak
masalah.
Karena Nabi bersabda, “Sampaikanlah walau hanya satu
ayat.” (HR. Bukhari). Right? Apa maknanya? Sampaikanlah
kebaikan dan ilmu yang kita miliki walau sekecil apapun,
jangan minder, toh ntar ketika ada yang salah, yang lebih tahu
akan dan wajib memberi tahu dan mengkoreksi kita. Dan kalau
mereka yang lebih tahu malah hanya mentertawakan kita,
mereka lah yang salah dan sombong. So, mulai saja dari
kemampuan terkecil kita.
Kadang saya heran, banyak orang yang saya rasa jauh lebih
pandai dan berpotensi dalam ilmu pengetahuan atau ilmu
agama, ketika diajak untuk berdakwah atau menyampaikan dan
berbagi ilmunya, mereka malah menolak dan berkata, “Ilmuku
belum cukup, aku belum pantas untuk itu.” Mereka terlalu
merendahkan diri, padahal jika ilmu yang mereka miliki
dibagikan kepada orang lain, insyaAllah akan banyak orang
yang akan mengambil manfaat darinya, sekecil apapun itu,
karena tidak mungkin seorang diciptakan oleh Allah dengan
sia-sia dan tidak menjadi pelajaran dan lantaran hikmah bagi
manusia lainnya.
Kalau alasan seperti itu yang diungkapkan, saya rasa itu sama
saja dengan seorang cowo yang berkata pada cewenya, “Aku
rasa aku ga pantas buat kamu, kamu terlalu baik buat aku. Jadi,
lebih baik kita end saja ya...” (Hehehe, sorry lebay.com)
Sejenak saya minta kepada Anda, coba sekarang Anda
peragakan tangan kanan Anda, tunjuk sebuah benda apa saja
yang ada disekitar Anda dengan jari telunjuk Anda. Sudah?
Perhatikan, ketika kita menunjuk sesuatu, sebenarnya kita
menunjuk diri kita sendiri dengan tiga jari lain, yaitu jari
tengah, manis dan kelingking. Ya, satu jari untuk ke arah yang
Anda tunjuk, dan tiga jari untuk menunjuk ke arah diri Anda
sendiri. Apa maknanya? Prinsip saya, bahwa ketika kita
menasihati, memperingatkan, atau dalam makna luasnya
berdakwah, sebenarnya nasihat itu adalah untuk diri kita
sendiri, ya, tiga kali untuk si pendakwah itu sendiri. See?
Maka di dalam buku ini, saya berdakwah bukan berarti saya
lebih pandai, dan bukan bermaksud menggurui siapapun, saya
pun terus belajar, tapi nasihat baik yang saya sampaikan
melalui buku ini adalah tanda bahwa diri ini peduli. Bukankah
memang kewajiban kita seharusnya saling mengingatkan dan
menasihati dalam kebaikan dan kesabaran?
Nah, maka dari itu, buku ini saya tulis berdasarkan apa yang
ada dalam pikiran saya, dan ditulis berdasar pengalaman,
pengamatan, dan pembelajaran. Ya, asli pengalaman saya baik
jasmani atau pengalaman rohani, maka dalam buku ini lebih
banyak cerita, dan nasihat-nasihat baik yang terkandung di
dalamnya, dan insyaAllah Anda yang membacanya bisa dengan
mudah mengambil hikmah serta Inspirasi di dalamnya. Dan
setiap Anda mendapat poin-poin Inspirasi atau hikmah,
tulislah, bisa juga Anda tulis di halaman belakang buku ini,
sudah saya siapkan beberapa halaman catatan untuk Anda. (Ini
adalah kebiasaan yang dilakukan orang-orang yang sekarang
terlah berhasil menjadi orang hebat.)
Semoga dengan gaya bahasa saya yang santai seperti ini, Anda
mudah memahami tulisan saya, agar Anda mendapat Inspirasi
yang membawa perubahan lebih baik pada pribadi Anda.
Inilah sepercik cahaya yang ingin saya berikan, jika bermanfaat
ambilah, jika tidak, berarti tugas Anda untuk menyalakan
cahaya yang lebih terang untuk kami...
Selamat Membaca...!
Bacalah!
Judul Buku
Spiritual in Action, itulah judul buku ini, ya, konsep dari buku
ini sudah ada sejak saya pertama kali membaca bukunya Mas
Ippho yang berjudul “7 Keajaiban Rezeki” yang
direkomendasikan oleh guru SMA saya Ibu Nofita Anis
Widarti. Saat itu adalah masa-masa akhir saya berada di kelas
10, beliau mendampingi saya dan dua orang teman saya yang
sedang mengikuti lomba Karya Ilmiah Remaja di IST Akprind
Yogyakarta.
Pada awalnya saya
tidak tertarik
membaca buku itu,
ya karena memang
saya bukan orang
yang suka
membaca buku
pada saat itu. Tapi
entah mengapa hati
saya tergerak untuk
meminjam buku
itu. Di dalam mobil
sekolah saat dalam
Tangan saya di belakang sebenarnya sedang memegang
buku “7 Keajaiban Rezeki”. Saya(kiri) bersama Iza Zulfana
Fikri, Bu Anis, dan Ade Saputri(kanan).
perjalanan menuju Yogyakarta, saya meminjam buku itu
sebentar kepada Bu Anis (sapaan akrab beliau). Dan saat saya
buka bukunya, terdapat sebuah kutipan hadist, dan saat saya
baca, gaya bahasanya pun santai dan kocak, beda dengan buku
lain, “wah bukunya keren, religius dan kocak” komentar dalam
hati saya. At least, saya jadi suka baca buku sejak itu.
Saat membaca buku itu, saya membaca kata-kata Mas Ippho,
bahwa kalau kamu punya pemikiran sendiri dan tidak ingin
berdebat, buatlah sebuah buku, biar kalo didebat orang, biar
orang itu debat saja sama bukumu. Wah, sejak itu saya berniat
menulis sebuah buku, dan akhirnya buku pertama saya
sekarang terealisasi.
Kembali ke penamaan judul buku ini. Spiritual di sini saya
artikan sebagai kesadaran jiwa untuk mengenal diri dan
mengenal Allah lebih dekat, dan memahami makna diri dan
hidup. Ya, di dalam bukunya Mas Ippho itu, saya masih ingat
kurang lebih ada sebuah kalimat yang inti hikmahnya seperti
ini,
“Ketika kita mendekatkan diri kepada-Nya, dan
mencoba mengenal-Nya lebih dalam, Dia akan
membisiki dan memberi petunjuk-petunjuk kepada kita
mengenai suatu hal atau seseorang, bisa jadi tentang
masa sekarang, atau bisa juga masa yang akan datang.”
Kalimat ini bukanlah omong kosong, ya memang di situ lah
dimulainya spiritual, mengenal diri dengan mengenal-Nya,
sehingga segala action (tindakan) kita menuju masa depan
dilandaskan pada iman, bimbingan batin, intuisi dan petunjuk
dari-Nya dari sudut yang mungkin tidak kita duga-duga
sebelumnya.
Warna Buku
Ungu, mengapa buku ini berornamen dan beridentitas warna
ungu? Mungkin di antara Anda ada yang komentar, itu kan
warna janda? Hush... kata siapa ungu itu warna janda? Apa
hubungannya antara janda dan warna ungu? Memang janda
tidaknya seorang perempuan itu ditentukan oleh warnanya?
No, no, no... Walaupun saya bukan penggemar warna ungu,
kadang saya geram juga, dengan pendapat yang ngaco gitu...
Jangan salah, ungu itu warna yang istimewa, tentu ada
filosofinya dong...
Ceritanya gini, suatu hari, dulu, ketika kelas 11 atau 12
SMA(agak lupa), entah kenapa saya ingin memakai jaket
identitas kelas 10, yang waktu kelas 10 hanya dipake satu atau
dua kali saja karena kurang suka dan kurang nyaman
memakainya. Warnanya ungu, saya coba pakai lagi dan saat
sampai di sekolah, perasaan saya beda seperti biasanya, iseng
saya pergi ke cermin besar dekat kamar mandi sekolah.
Saya ngaca, dan tau apa yang terjadi? Waw! Saya melihat Dude
Herlino di cermin itu... hehehe... #bercanda. Saya baru sadar,
ternyata saya cocok memakai warna ungu, ELEGAN! Nah,
ketika itulah Inspirasi tentang gambaran pribadi, bisnis dan
buku saya pun terlintas dipikiran saya, “Sepertinya suatu saat
saya akan memakai warna ini.” Lalu saya cari filosofi warna
ungu.
Dan benar, warna ungu adalah warna yang bersifat:
Spiritual
Kesadaran
Visi
Intuitif
Misterius
Humanis
Mewah(kebangsawanan)
Campuran dari warna biru (stabil, tenang) dan merah
(berani, berkemauan keras), ini melambangkan
kepribadian yang saling bertolak belakang.
By The Way, ini bukan cerita Feng Shui atau semacamnya ya,
saya hanya cerita filosofi warna ungunya, sisanya baca buku
“Teori Warna”dan searching sama Mbah Google saja ya untuk
lengkapnya... Hehehe...
Isi Buku
Buku ini bukan buku agama, dan sayapun bukan ahli agama.
Saya adalah seorang penulis yang berorientasi untuk
berdakwah menyampaikan ajaran dan nasihat-nasihat baik, dan
isi buku ini saya rasa lebih mirip seperti Diary Book. Ya, karena
sebagian besar isi buku ini, saya tulis berdasarkan pengamatan
serta pengalaman dan pembelajaran dari catatan-catatan harian
saya, baik di buku catatan harian, Facebook, Twitter, Website
saya dan sebagainya. Buku ini juga saya tulis tidak urut-urutan,
tidak begitu sistematis, yang penting kebermanfataan dan
hikmahnya eksis(ada) untuk teman-teman ambil. Right?
Isi buku ini berkaitan dengan spiritual dan sesuatu yang bersifat
kecerdasan batin, atau apapun yang kita pahami seperti firasat,
bimbingan batin, perasaan dari dalam, suara hati, indera,
mimpi, intuisi, itu semua merupakan hal yang hampir sama, hal
yang berbicara kepada kita, yang memberi wawasan dan
pengetahuan untuk membantu kita dalam membuat berbagai
keputusan yang benar tentang suatu tindakan yang akan kita
lakukan. Mungkin hal-hal seperti ini adalah bagian dari
petunjuk-petunjuk-Nya kepada orang yang beriman (64:11).
Hal spiritual ini muncul ketika kita secara langsung memahami
fakta-fakta yang tidak bisa ditangkap kelima indera kita dan tak
terkait dengan proses pemikiran, dan hanya nilai spiritual lah
yang bisa memahaminya. Nah, hal inilah yang kadang sulit
untuk dijelaskan...
By The Way, yang saya tulis di sini adalah yang sekiranya bisa
kita ambil pelajaran, disertai quotes (kutipan-kutipan) baik dari
saya pribadi atau dari para Inspirator saya yang bisa dijadikan
Inspirasi.
Tak hanya tulisan dengan gaya bahasa serius tapi juga santai,
buku ini juga disertai gambar dan foto yang menarik, agar
nyaman dan enak dibaca.
Di buku ini juga saya bahas mengenai konsep-konsep dalam
kehidupan dan seruan untuk dekat dengan Allah dan selalu
berbuat kebaikan, apapun iman Anda. Karena firman-Nya,
Right? Kalau Anda setuju dengan firman-Nya di atas, berarti
Anda telah membaca buku yang tepat. Maka peganglah buku
ini baik-baik dan teruslah membaca. Sebaliknya, jika Anda tidak
setuju dengan firman-Nya di atas, berarti Anda telah membaca
buku yang keliru. Saran saya, tutuplah buku ini dan carilah
buku yang lain. Selesai! Sekali lagi, selesai!
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada
orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal saleh...”
( 41 : 33 )
BAB 1
Spiritual in Life
Pandangan Hidup
Pada bab pertama ini, akan saya sharingkan mengenai konsep
dan pemaknaan akan kehidupan, yang akan dibahas dalam
bentuk kisah cerita dari seorang sahabat kita, yang akan kita
ambil pelajaran dan hikmah darinya. Langsung saja ya...
Alkisah, sekitar 6 tahun yang lalu(2009), ada seorang anak kelas
7 SMP yang baru saja memasuki usianya yang ke-13 tahun, tiba-
tiba saja dirinya berpikir dan merenung mengenai usianya yang
semakin lama semakin bertambah. Ia mulai berpikir mengenai
makna hidupnya, sebenarnya untuk apa dia dilahirkan di dunia
ini, padahal dia tahu, bahwa kelahirannya adalah kelahiran „tak
terduga‟. Ya, memang bisa dibilang konyol (tapi banyak orang
yang kejadiannya seperti ini), program Keluarga Berencana yang
dijalankan orang tuanya gagal, sehingga akhirnya ibunya
mengandung dan Allah menghendaki ia lahir di dunia ini dan
Alhamdulillah nya ia lahir dengan selamat. Hmmm...
Ia merasa selama 13 tahun hidupnya ini, hanya ia lakukan
untuk bermain-main, bersenang-senang , membuat masalah dan
berbuat sesuatu yang tak ada gunanya. Ia berpikir bahwa Allah
lah yang ingin dirinya dilahirkan di dunia ini, tetapi kenapa
dirinya dilahirkan sebagai anak yang berbakat nakal dan suka
berbuat masalah, apakah ia sedang disiapkan menjadi seorang
penjahat? Ah yang benar saja, harusnya sebaliknya.
Anak ini terkenal sebagai anak yang sangat nakal. Ya,
kenakalannya benar-benar berbakat, terus berlanjut sampai
ketika SD, kenakalannya memuncak di sekolahnya, entah sudah
berapa puluh kali ia berkelahi, mencuri dan membuat masalah
di sekolahnya, dan hampir ia dikeluarkan dari sekolah. Pernah
suatu ketika ia memukul temannya sampai hidungnya bocor
dan mengalami pendarahan, berceceranlah darahnya,
beruntung anak yang ia pukul itu segera mendapat pertolongan
dari guru. Karena kejadian itu, sang anak nakal ini pun
didatangi oleh salah seorang guru di sekolah itu, dinasihatinya
di dalam kelas, di depan teman-temannya yang menggerombol
menontonnya. Dia mendapat nasihat, teguran sekaligus
peringatan. Itu adalah peringatan langsung kepada anak itu
dari guru paling tegas dan bisa dibilang paling galak di
sekolahnya.
Ada satu hal paling menyedihkan, bahwa ibu dari anak nakal
ini juga adalah seorang guru di sekolah yang sama dengan sang
anak nakal itu belajar. Entah, betapa malu sang ibu sebagai guru
di sekolah yang anaknya sering bermasalah di sekolah yang
sama di mana ia mengajar.
Bersyukur, walaupun anak itu sangat nakal, tetapi masih ada
sedikit kesadaran dalam dirinya, ada rasa kasihan pada ibunya,
ya, sejak kelas 5, ia mulai berusaha mengendalikan emosinya
yang tinggi, dibantu dengan takdir yang menetapkan guru yang
paling galak itu menjadi wali kelas anak nakal itu di kelas 5.
Akhirnya sejak itu dia tidak pernah berkelahi lagi di sekolah.
Dan dari sinilah mulai ada dalam dirinya sebuah bibit kecil,
bibit keinginan untuk menjadi seorang anak yang baik.
Sampai sekarang dia masih ingat sebuah nasihat, yang sudah
didengarkannya dan dingatkan tiga kali dari tiga sumber yang
berbeda, bahwa, “sebelum dimasukkan ke surga, manusia akan
dimasukan ke dalam neraka terlebih dahulu untuk menebus dosa-dosa
nya.”Awalnya ia tidak percaya. Tapi lama-kelamaan ia mulai
merasa takut, karena nasihat itu terpikirkan terus, ketika
mendapatkan nasihat yang sama di waktu berbeda, berulang
kali, berulang kali.
Kembali ke usianya yang ke-13 tahun, saat itu dia mulai
berpikir tentang masa depannya, dan ingin berusaha menebus
dosa-dosa dan kesalahannya di masa lalu. Kalau hidup dengan
sikap yang tidak baik seperti itu terus menerus, dia bisa menjadi
orang yang tidak baik di masa depan dan „masa depan‟. Entah
apa yang ada di dalam pikirannya, seketika ia berdoa dan
meminta „hukum karma‟ baginya, untuk mendapat „kesadaran‟
dan menebus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya yang telah
dilakukannya terhadap orang lain. Sejak usia ke-13 nya inilah,
dia lebih sering diam dan merenung, berbeda seperti biasanya
yang tidak bisa diam dan sering membuat masalah, sekarang
mulai ada kegelisahan dalam dirinya, mulai adanya sebuah
kontradiksi dan kegalauan di dalam dirinya.
Bergalau sejak usia 13 tahun pun dimulai...
(bersambung...)
Nah, Sahabat Inspiratif...
Kita potong dulu ceritanya ya, ada beberapa hal yang ingin saya
sampaikan, tentang hal yang bisa kita ambil pelajaran dari
sepotong cerita di atas(yang masih berlanjut nanti).
Dari kisah diatas, menurut Anda, apa yang sekiranya bisa kita
ambil pesan tersurat atau bahkan pesan tersiratnya?
Hmmm...
Ada Inspirasi lebih tepatnya hikmah yang saya dapat dari kisah
anak itu, jika kita amati, kita bisa mengambil pelajaran tentang
perenungan mengenai kesadaran akan kehidupan yang lebih
baik, dia telah berpikir jauh ke depan.
Dan masalah yang sekarang ia hadapi adalah tentang pribadi
masa lalunya yang buruk dan penuh masalah, serta watak
jahilnya yang sulit dibendung, membuatnya bingung untuk
melangkah. Dia sudah dicap sebagai orang tidak baik, yang
mungkin sering kita dengar dalam istilah sosiologi, disebut
labeling.
Yang paling membuatnya sulit untuk merubah dirinya adalah
emosinya yang sangat tidak stabil.
Di dalam kebingungannya, ia berdoa dan meminta tolong
kepada Tuhannya, untuk dibantu menjadi anak yang baik. Dan,
petunjuk datang melalui siaran acara televisi, ada sebuah
nasihat dari salah seorang ustadz, dia mengatakan bahwa untuk
mengatasi amarah adalah dengan cara diam. Berkata baik atau
diam. Itu nasihat yang ia dapatkan. Tak selang lama, saat
kenaikan kelas 8, kepribadianya mulai berubah drastis, yang
tadinya sanguinis-koleris yang tidak bisa diam, menjadi
melankolis-koleris yang pendiam. Mungkin terlihat diam, tapi
sebenarnya pikirannya tak pernah diam. Karena ia tidak
terbiasa diam, diam 2 menit saja rasanya seperti di neraka.
Teman-teman barunya tentu menilai anak ini sebagai orang
yang pendiam, tapi berbeda dengan teman-teman yang sudah
mengenal sifat aslinya yang sebelumnya, mereka selalu
mengomentari dan mempertanyakan, “Ada apa denganmu,
mengapa sekarang kamu jadi pendiam?”, dan anak itu hanya
membalas dengan senyuman singkat. Dan lama-lama
kesabarannya habis, kadang tangannya gatal(keusilannya
kadang keluar). Amarahnya kadang tidak sengaja meletup dan
meledak menanggapi komentar teman-temannya, akhirnya
beberapa temannya menjauhinya.
Ketika ia berusaha menyampaikan nasihat baik kepada teman-
temannya, ia malah dibilang munafik, sok suci dan lain
sebagainya, hal ini tentu membuat anak ini sakit hati. Ia lalu
mengeluh dan marah dan mengumpat kepada Tuhannya. Inilah
catatan ungkapan hatinya yang ia tulis saat itu:
“Hari-hari ini entah mengapa terasa sangat
menyebalkan, sulit rasanya aku untuk menahan
amarahku dan menahan sifat jahilku, komentar dan
suasana yang mengusik, menjadikanku tak nyaman.
Ingin rasanya aku memecahkan seluruh kaca jendela,
dan piring gelas yang ada, meluapkan seluruh
amarahku yang tak terekspresikan dengan berteriak
lepas sekeras mungkin. Rasanya aku tidak bisa
menjadi orang yang baik, aku tidak kuat menjadi
orang yang diam, ini bukan diriku, aku ingin
bersenang-senang dengan apa adanya diriku, dan
dengan yang ingin aku lakukan.
Menjadi orang baik ternyata tidak mudah dan tidak
menyenangkan seperti yang dikatakan orang-orang,
serasa dunia tak berpihak padaku, aku selalu serba
salah, diam salah, bicarapun salah. Apakah demikian
katanya Tuhan yang Maha Penyayang itu? Orang yang
berkeinginan menjadi orang baik malah dipersulit dan
serasa dibutakan jalan keluarnya, disiksa jiwanya dan
hatinya karena tekanan dan tanggapan dari
lingkungannya, telinga ini terasa pedas, hati ini terasa
sakit.
Kebaikan yang aku sampaikan tidak ditanggapi dengan
baik, mereka bilang aku munafik, mentang-mentang
dulunya aku orang tidak baik. Entah mengapa
menyampaikan nasihat dan ajakan yang buruk sangat
jauh lebih mudah bagiku daripada menyampaikan
nasihat dan ajakan yang baik. Aku mempertanyakan
akan keadilan dan keberpihakkan Tuhan.
Sudahlah, entah bagaimana aku harus bersikap, aku
hanya bisa diam untuk menjaga lidahku yang sangat
tajam, tanganku yang sangat usil, dan sekarang aku
hanya mengerjakan hal-hal rutinitas ini dengan
perasaan sangat bosan. Aku merasa sangat marah
kepada Tuhan, dan bingung apa yang harus aku
lakukan. Ah, entahlah...!”
Hmmm... Sahabat Inspiratif, bisa kita rasakan perasaan anak
itu?
Ya, sejak bercita-cita menjadi orang baik, ia malah merasa
kehidupan mempersulitnya dan mempermainkannya, sehingga
ia sering marah kepada Tuhan, ia malah berbalik memusuhi
Tuhan. Itu berlanjut sampai ia benar-benar merasa depresi.
Apakah ada yang salah dengan yang di alaminya? Pasti ada
hikmah dan rencana yang baik dibalik semua itu...
Penyesalan yang Membawa Perubahan Hidup
Setelah kita membaca catatan masa lalunya, sekarang kita
beralih melihat catatan hariannya yang sekarang, mengenai
masa lalunya:
Alhamdulillah, tak kusangka, diriku kini sangat jauh
lebih baik daripada kepribadian masa laluku yang
kelam. Ketika dulu aku merasa depresi dan marah
kepada Tuhan, dan saking marahnya, sampai-sampai
membutakan hati ini untuk membalas, dengan
menghasut orang-orang untuk mendekati keburukan.
Karena merasa kesal, kebaikan yang dulu aku
sampaikan, tidak direspon dengan baik. Dan ketika
aku dulu menjadi seorang penghasut, malah justru
diterima dengan baik, oleh orang-orang. Entahlah,
mengapa bisa seperti itu.
Ya, itulah hidup, banyak hal yang aneh. Dan semua
sikap bisa berbalik, dan berubah, Allah membolak-
balikan hati manusia. Kini aku sangat menyesal, dan
merasa sangat berdosa dengan perbuatanku itu, kini
aku habiskan sisa hidupku untuk pengabdianku
kepada-Nya, dan menebus kesalahan dan dosa-dosaku
yang lalu, dan ditambah dengan dosa yang luput dalam
keseharianku kini. Entah bagaimana caranya, semoga
saja kebaikan yang aku lakukan di setiap kesempatan
yang ada, bisa menghapuskan dosa-dosaku, dan
menghapuskan dosa-dosa jariyah yang mungkin aku
lakukan. Aamiin...
Bagi kalian yang membaca catatan harianku ini,
janganlah pernah berpikir bodoh sepertiku dulu. Aku
menganggap ketika dulu aku menyampaikan kebaikan,
pasti akan direspon dengan kebaikan, ternyata tidak
melulu seperti itu, bahkan seorang Muhammad, saat
menyampaikan kebaikan ia lebih teraniaya dan
tersakiti hatinya, cacian, makian, hingga dikucilkan,
sampai-sampai lemparan kotoran melayang ke
wajahnya, namun hebatnya ia tetap bersabar. Aku
yang hanya dikomentari munafik, sok suci, dan
dicurigai, juga dijauhi, dan kehilangan beberapa
teman saja, langsung marah dan protes kepada
Tuhan.
Tapi itu sudah selesai, kini aku sadar, semua respon
dari luar itu, adalah ujian bagi kesungguhanku, apakah
aku benar-benar berniat menjadi baik, atau hanya
sekedar keinginan yang tidak disertai tanggungjawab.
Salah satu ayat-Nya pun mengatakan demikian,
bahwa jangan sekali-kali kita mengatakan ‘beriman’
sedangkan kita mengira bahwa kita tidak akan diuji.
Kini aku menerima bahwa tabiat asliku memang bukan
orang baik, dan sungguh aku tidak bisa menjadi orang
lain, aku tidak bisa menjadi seseorang yang bukan
diriku, dan aku putuskan, seburuk apapun kepribadian
asliku, aku ingin menjadi apa adanya diriku, dan
tugasku sekarang adalah memperbaiki diriku ini,
menjadi ‘aku yang terbaik’ agar hidupku sebaik
upayaku untuk menjadi orang yang baik.
Dan sekarang aku telah memahami tentang ‘hukum
karma’ yang pernah aku minta dahulu, ternyata semua
doaku dulu dikabulkan, hukum karma tanpa
dimintapun pasti terjadi, apalagi ketika aku minta,
pastilah lebih dahsyat dampaknya. Dan dari situlah
semua yang dulu aku anggap masalah-masalah itu
berasal. Semua perbuatan aniaya ku terhadap orang
lain, telah kembali kepada sang pelaku ini. Perasaan
mereka, yang pernah aku sakiti baik fisik dan hatinya,
sudah aku rasakan juga selama ini. Aku seperti
merasakan sakitnya pukulan tanganku sendiri. Dari
situlah aku sadar, betapa lalimnya aku dulu. Kini aku
sedang berjuang untuk menuntaskan semuanya, dan
hanya satu keinginanku, menjadi orang baik di mata-
Nya, agar mendapat ridho dari-Nya.”
Hmmm... Bagaimanapun Anda memahami ceritanya, saya coba
sampaikan simpulan hikmah dari kisah di atas.
Pertama, mengenai sudut pandang. Banyak di antara kita
yang masih menganggap masalah-masalah dalam hidup
kita dengan cara pandang negatif dan sinis. Yang
sebenarnya, bahwa masalah yang datang adalah rahmat
yang belum kita tahu makna dan manfaatnya. Maka
berpikirlah positif terhadap setiap masalah atau kejadian
yang terjadi. Ingat, bahwa tidak ada satupun niat-Nya
kecuali untuk memuliakan kita. Dan masalah adalah
batu loncatan untuk kenaikan kelas kita. Maka
pandanglah segala sesuatu dengan pandangan kasih
sayang, sehingga semua kejadian yang kita alami, akan
kita rasakan sebagai bentuk kasih sayang dari-Nya.
Kedua, mengenai dialog. Ini berhubungan dengan
spiritual, dekat tidaknya seseorang dengan-Nya. Ketika
orang mulai berpikir tentang diri-Nya, hidupnya, dan
makna dari hidupnya, biasanya mulai ada dialog-dialog
kepada-Nya. Walaupun biasanya dialog ini awalnya
bersifat keluhan, tapi lama kelamaan, kita akan semakin
akrab dengan-Nya, setiap ada kejadian, keraguan,
masalah, dan lain-lainnya, kita akan berucap di dalam
hati, “Ya Tuhan, ada apa ini? ; Ya Tuhan, mana yang
harus aku pilih? ; Ya Tuhan, bantu aku menyelesaikan
masalah ini.”, dan lain sebagainya. Jadi yang pertama
terlintas di pikiran kita adalah Dia, dikit-dikit lapor ke
Dia. Apa-apa Dia dulu. Kesannya kita seperti hamba
yang tidak bisa lepas dari-Nya. Apakah ini baik? Ya,
tentu baik. Orang yang baik adalah orang yang dekat
dengan-Nya, dan orang yang dekat dengan-Nya adalah
ia yang sering menyapa-Nya.
Ketiga, mengenai penyesalan. Penyesalan hanya ada
pada jiwa-jiwa yang baik. Baik kita menyesal karena
dosa kita, atau menyesal karena kita tidak
mengupayakan sesuatu secara maksimal. Jangan sampai
penyesalan itu datang terlambat, walau banyak yang
mengatakan bahwa penyesalan selalu datang di akhir,
tapi saya berpendapat bahwa penyesalan bisa datang di
awal, jika kita segera menyadarkan diri. Ingat yang
dikatakan pepatah Turki? “Betapa pun jauhnya jalan
salah yang telah kamu tempuh, berbaliklah.”
Salah satu nasihat Umar bin Khattab mengatakan,
“Hisablah dirimu segera(di dunia), sebelum kau hisab di hari
perhitungan nanti.” Apa artinya? Kita harus
mengevaluasi dan menyesali segera diri kita yang makin
hari belum menjadi pribadi yang memperbaiki diri.
Pernah mendengar kisah dua orang yang ditugasi
seorang raja untuk berjalan dari timur ke barat, dan dari
barat ke timur untuk mengumpulkan batu sebanyak
mungkin di dalam perjalanannya? Setelah kembali
kepada raja, orang pertama hanya membawa batu
sekedarnya karena malas dan menganggap tugas raja
tidak relevan. Lalu orang kedua, kembali dengan
membawa batu dengan jumlah sangat banyak, karena
setiap ia menemukan batu di perjalanannya, ia masukan
ke dalam karungnya, ia bekerja sesuai dengan perintah
raja. Dan ketika ditanya hasil kerja mereka oleh raja, dan
ketika ikatan karung mereka dibuka, mereka berdua
kaget, batu-batu kerikil yang mereka bawa berubah
menjadi emas. Orang kedua sangat bersyukur atas
upaya terbaiknya. Dan orang pertama menyesal, “Andai
saja aku membawa lebih banyak batu, maka aku akan
lebih kaya.”
By The Way, hidup ini merupakan perjalanan yang indah
bagi jiwa-jiwa yang berupaya dengan segenap
kemampuannya. Mereka yang tidak memahami diri
mereka dalam kehidupan, akan menua menyesal, karena
hanya melakukan perbuatan sia-sia dan perbuatan dosa
di dalam waktu yang mengikat mereka. Dan bagi jiwa-
jiwa yang menemukan kesempurnaan potensi diri
mereka dalam menjalani peran kehidupan, dan
menghindari perbuatan yang sia-sia dan dan yang
menambah dosa, akan meraih kemenangan di hadapan-
Nya nanti.
Apabila kita telah berbuat salah, segeralah
menyesalinya, tapi jangan larut dalam penyesalan,
segeralah memperbaikinya, ya, segera, kalau kita banyak
menunda, maka kebaikan hidup kita juga akan tertunda.
Orang yang menunda berbuat kebaikan, akan
menunda datangnya kebaikan.
Makna dan Tujuan Hidup
Ini dia pertanyaan yang sering dibahas seputar dunia motivasi,
spiritual, dan pengembangan diri. Apa sebenarnya tujuan
hidup kita? Dan jawabannya pun barmacam-macam sesuai
versi pemikiran orangnya. Ada yang mengatakan bahwa tujuan
hidup ini adalah kebahagiaan, ada juga yang mengatakan
bahwa tujuan hidup ini adalah kesuksesan.
Ketika saya dulu bertanya soal tujuan hidup saya, saya
mendapatkan jawabannya, bahwa tujuan hidup kita tentu
mendapat ridho-Nya. Untuk mendapat ridho-Nya, tentu kita
harus mengabdikan diri kita kepada-Nya. Maka benar firman-
Nya yang mengatakan bahwa manusia dan jin diciptakan-Nya
tidak lain untuk mengabdi kepada-Nya (51:56).
Lalu bagaimana cara kita mengabdi kepada-Nya? Ajaran
agama mengatakan bahwa mendabdi kepadanya adalah
dengan cara melayani-Nya. Lalu bagaimana cara melayani-
Nya? Tidak lain dan tidak bukan adalah dengan melayani
sesama umat manusia, dan menjalankan tugas-tugas dari-
Nya.
Apa tugas kita? Khalifah, adalah tugas dan peran kita di
kehidupan ini, memajukan kebaikan dan mencegah terjadinya
keburukan. Sebagai pemimpin dan pengelola apa yang ada
dalam hidup ini. Setiap kita, di dalam tubuh kita, di setiap sel-
sel tubuh kita, terdapat tugas-tugas kekhalifahan. Bukan tugas
sembarangan, tapi begitulah adanya. Memajukan kebaikan
yang bisa kita lakukan adalah dengan menyampaikan dan
mengamalkan setiap ajaran-Nya. Sampaikanlah nasihat dan
pesan-pesan yang baik, dan amalkanlah apa yang kita
sampaikan, sehingga tegak ajaran yang mendekatkan kita
kepada kebaikan itu. Walaupun seperti kisah anak tadi, yang
mendapat respon tidak baik dalam penyampaian nasihatnya,
tetaplah menyampaikan dan mengingatkan, karena hal itu akan
sangat bermanfaat bagi orang-orang yang berkeyakinan (51:55).
Panjang lebar sudah saya tulis, tapi sepertinya bahasannya
melebar kemana-mana, tak apa, memang inilah cara saya
menulis, dengan cara otak kanan. Dan yang penting apa yang
saya tulis bisa kita ambil pelajaran dan hikmahnya bersama.
Intinya, sebenarnya hidup ini adalah tempat kita menemukan
dan membentuk „siapa diri kita‟, dan mengumpulkan „bekal‟
untuk kehidupan yang sesungguhnya.
Bukan hanya selalu bertanya apa makna hidup, tapi cobalah
memberi makna bagi hidup, dengan membuat sebuah karya
dan kontribusi yang memberi manfaat. Khoirunnas anfauhum
linnas, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat
bagi manusia lainnya.
Sehingga di dunia yang sekarang kita tempati ini, ada bekas-
bekas kebermanfaatan, dan sejarah kita, yang memberi
pengaruh kebaikan pada sekitar kita, atau bahkan pengaruh
kebaikan dunia dan semesta yang lebih luas lagi, seperti Nabi
Muhammad, yang memberi pengaruh kebaikan, ajaran dan
perjuangan yang ia sampaikan memberi pencerahan dan
keselamatan umat, hingga sampai saat ini nama beliau tetap
dielu-elukan oleh orang-orang sesudahnya.
Kesuksesan dan Kebahagiaan
Seperti yang sudah saya tulis tadi, rata-rata manusia hidup
hanya untuk mengejar eksistensi mereka, mereka ingin sukses,
mereka ingin bahagia. Sampai lupa mengenai esensi seorang
manusia yang seharusnya memandang akan tujuan dan proses
hidupnya. Bukan hanya sekedar kesuksesan dan kebahagiaan
semata.
Bicara soal sukses, apa sebenarnya arti kesuksesan? Dari sekian
banyak definisi kesuksesan, ada satu definisi yang menurut
saya sederhana tapi mengena.
Sukses adalah mengetahui tujuan hidup kita, bertumbuh
hingga potensi maksimal kita, dan menanamkan benih yang
memberi manfaat dan kebahagiaan bagi orang lain.
John C. Maxwell
Mengetahui tujuan hidup, mencapai sesempurnanya potensi
diri kita, dan memberi kebermanfaatan serta kebahagiaan.
Memberi kebahagiaan itu artinya bukan mencari kebahagiaan,
tapi menjadi sebab bagi kebahagiaan. Kitalah yang menjadi
sumber kebahagiaan dan kebermanfaatan kepada sesama kita.
(Dan jangan sampai kita malah menjadi penyebab bagi
kesedihan orang lain.)
Visi Kehidupan
Saya percaya, bahwa kehidupan yang saya jalani bukan
merupakan sebuah „kebetulan‟, saya tidak percaya dengan teori
„kebetulan‟. Hidup ini merupakan sebuah kesengajaan dari-
Nya dan keharusan untuk dilaksanakan dengan tanggung
jawab terhadap masa depan dan „masa depan‟, bukan hanya
sekedar mencari kekayaan, karier, pangkat, atau jabatan.
Kita diharuskan untuk mempersiapkan kehidupan kita di masa
yang akan datang. Kita harus punya visi. Apa itu visi?
Gambaran mental kita, yang bersifat duniawi atau yang
sifatnya jauuuuuh ke depan melampaui keduniawian. Artinya
kita jangan hanya memikirkan „kekinian‟, sampai lupa yang
„kemudian‟. Capailah cita-cita dan harapan besar untuk
kehidupan yang kuat, luas, besar, hebat, dan bermanfaat, untuk
dunia, juga untuk akhirat nanti. Bahkan Ali bin Abi Thalib
menasihatkan, “Orang yang memiliki visi yang besar, menandakan
kuatnya iman.”
Hmmm... teman-teman paham ya? Hehehe... biar tercerahkan
mari kita pahami firman dan seruan-Nya ini,
Ya, bagi kita yang mengaku beriman, sudah seharusnya
berpikir dan mempersiapkan hal-hal ini dan bertanggung
jawab terhadap kehidupan ini.
Jalani Hidup Ini dengan Baik
Hidup ini memang pelik, sering kali banyak hal dan masalah-
masalah yang rasanya menyerang diri kita. Ya, itu memang
sudah hukumnya begitu. Setiap dari kita masing-masing
memiliki masa lalu, masa kini, dan masa depan yang penuh
misteri.
Masa lalu yang buruk, tidak berarti merupakan tanda masa
depan yang buruk. Kita masih ada kesempatan untuk
merubahnya sekarang, dan segera. Seburuk apapun masa lalu
kita, masa depan kita masih suci.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertanggung
jawablah(dengan taqwa) kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
dipersiapkan untuk hari esok, dan bertanggung
jawablah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala yang kamu kerjakaan.”
( 59 : 18 )
Masa kini, masa yang
sedang kita jalani sekarang,
adalah karunia-Nya yang
merupakan wujud kasih
dan sayang-Nya, masih
diberi kesempatan hidup,
masih diberi teman,
saudara, keluarga, guru,
semua yang ada di
sekeliling kita. Dan kesempatan untuk mencari pengalaman
dan pengembangan diri, yang merupakan bentuk „investasi
masa depan‟.
Hmmm...
Sepertinya sudah jauh saya menulis, tapi masih ada bab-bab
lain di lembar-lembar berikutnya, dan temukanlah himak-
hikmah selanjutnya di buku ini.
Sebelum lanjut ke bagian berikutnya, ini ada pesan
„perumpamaan‟ terakhir saya di bagian bab ini. Hidup ini
adalah permainan, untuk bisa memenangkannya, patuhlah
pada aturan main, dan bermainlah sebaik mungkin. Silahkan
Anda ambil hikmah dari kalimat saya tadi, dan teruslah
membaca lembar-lembar berikutnya. Lanjut!
“Apapun yang diberikan oleh
guru kehidupan, adalah sumber
inspirasi kekayaan hati, serta
indahnya pengetahuan,
membuat saya menyadari
bahwa Tuhan begitu dekat
karena sering menyapa.”
Nanang qOSIM
“Hidup ini adalah permainan, untuk bisa
memenangkannya, patuhlah pada aturan main, dan
bermainlah sebaik mungkin”
Bagus Setyo Aryadi
BAB 2
Spiritual in Character
Kepribadian
OK, setelah kita bahas mengenai kehidupan, sekarang kita
bahas mengenai karakter, dan peran pribadi kita masing-
masing dalam hidup ini.
Berbicara soal karakter, pasti menyinggung juga soal
kepribadian. Ya, setiap orang memiliki kepribadian atau
karakter yang berbeda-beda dan juga unik. Termasuk salah
satu kisah sahabat kita ini, mari kita baca sharing darinya.
Hidup ini diciptakan sangat indah dengan adanya
perbedaan, agar kita saling mengenal, ya, bukankah
salah satu firman-Nya mengatakan begitu? Termasuk
perbedaan karakter kepribadian setiap manusia,
berbeda, dan unik. Dan setiap manusia memiliki
kisahnya masing-masing dengan karakter
kepribadiannya, aku pun begitu.
Sejak kecil, aku dikenal sebagai anak yang nakal,
jahil, tidak suka aturan, selalu ingin menang sendiri
dan menjadi nomer satu, hyperaktif, suka bersenang-
senang, banyak tanya, tidak bisa diam, suka membuat
masalah dan sering berkelahi. Ya, aku seperti api,
itulah diriku, merah menyala.
Namun suatu waktu, ada ‘suatu keadaan’ yang
membuatku memutuskan untuk mengubah
kepribadianku, sungguh aku tak menyangka, sejak itu
aku menjadi seorang yang dikenal pendiam, kuper,
cupu, kudet, alim, jarang bicara, lebih suka
menyendiri, dan bersikap dingin, kini aku menjadi
seperti es, ya, es yang beku.
Semua berubah drastis, 180 derajat. Aneh, beberapa
hal yang aku suka jadi aku benci, dan beberapa yang
aku bencipun menjadi aku sukai. Aku seperti bukan
aku, aku seperti kehilangan diriku, sepertinya aku
merasa telah mati sebelum mati.
Aku jalani hidup dengan kepribadianku yang sangat
bertolak belakang dengan kepribadianku yang
sebenarnya, walau masih ada sedikit percikan-
percikan api di dalam diri ini, namun sepertinya es ini
masih terus beku. Rasanya api ini masih belum padam,
dan ingin memunculkan nyala merahnya lagi.
Sampai suatu ketika, datang rasa jenuh, karena
menjalani hidup dengan tidak menjadi diriku sendiri.
Sebuah kalimat dari sebuah buku, membuatku
tersadar, ini bukan aku, aku tidak akan berkembang
dengan menjadi yang bukan diriku. Lalu aku putuskan,
aku harus kembali menjadi diriku lagi, diriku yang
sebenarnya.
Namun, kebimbangan muncul dalam benakku. Tidak,
kepribadianku yang dulu memiliki kesan buruk, jauh
daripada yang sekarang, tapi, aku tidak nyaman
dengan dinginnya diriku saat ini. Masing-masing
memiliki kelemahan dan kekuatan. Bagaimana
seharusnya diriku? Api yang membara dan es yang
beku? Aku coba satukan agar menjadi air yang
hangat, yang memberi kenyamanan dan kedamaian.
Semua butuh proses. Dan kini, munculah pribadi baru,
sampai tulisan ini dibuat sudah hampir 3 tahun proses
ini berlalu, sudahkah aku menjadi pribadi yang
memberi kenyamanan dan kedamaian?
Bisa kita perhatikan, masalah umum dalam hal kepribadian
seseorang adalah mengenai bagaimana menjadi dirinya sendiri,
dan keinginan untuk mencari jati diri yang sesungguhnya.
Semuanya berawal dari berpikir dan merenung. Ada sebuah
istilah atau kalimat yang berbunyi, cogito ergo sum yang artinya,
aku berpikir maka aku ada, dari kalimat ini saya ambil
pelajaran bahwa, ketika orang mulai berpikir tentang dirinya,
maka di situlah ia mulai mencari jati dirinya dan ingin
mengetahui sebab keberadannya. Dan ketika orang tidak puas
dengan kepribadiannya yang terbentuk karena pengaruh
lingkungan, akan mencari jati diri lain yang menurutnya
adalah yang terbaik. Caranya, mereka mengubah kepribadian
mereka, mereka mencoba membangun beberapa sifat. Sampai-
sampai mereka memiliki kepribadian ganda, dan di antara
mereka yang memiliki kepribadian ganda yang bersifat saling
bertolak belakang, akan sering bingung karena ada kontradiksi
di dalam diri mereka. Namun, jika kita bisa menganalisa,
merasa, dan mengenali jiwa karakter kepribadian kita yang
ganda ini, justru sebenarnya bisa terbentuk kepribadian baru
yang saling melengkapi.
By The Way, semua orang saya yakin memiliki kepribadian
ganda, ataupun lebih dari itu. Hmmm... ini saya amati ketika
saya pergi ke bank, di bagian customer service, dia sangat
ramah dan santun melayani saya, tetapi ketika dia berbicara
dengan temannya, bahasa dan logat daerahnya keluar. Ya, dia
memiliki kepribadian profesional di kantornya, dan
kepribadian ia sehari-hari.
Membangun Karakter Kepribadian
“Kekuatan kepribadian kita akan terbangun saat kita mulai
memikirkan pikiran-pikiran kita sendiri, memikirkan cara
kita berpikir, memikirkan kemampuan berpikir kita, dan
memikirkan bagaimana seharusnya kita berpikir.”
Anis Mata
Karakter kepribadian seorang biasanya pertama kali
dipengaruhi dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Seorang
anak akan menjadi anak yang nakal jika ia tidak mendapat
perhatian dan bimbingan yang cukup dari orang tua, yang
biasanya sibuk bekerja dan mengejar karir. Juga dari
lingkungan yang dipenuhi orang-orang yang memberi
pengaruh buruk.
Ya, seperti dalam film
berjudul “I am Not Stupid
Too”, yang menceritakan
kisah anak-anak yang
bermasalah di sekolah, yang
bersumber dari masalah
keluarga, baik antar ibu dan
ayahnya, atau karena
kurangnya perhatian dan
penghargaan orang tua
kepada anaknya, berupa
pengakuan atau juga pujian.
OK, sekarang saya mau
share apa yang saya amati dan alami mengenai unsur-unsur
yang membentuk senyawa yang disebut kepribadian. (Weeesss,
kimiawi banget... Hehehe...)
1. Aspek lingkungan, yang mencakup keluarga dan
masyarakat di mana ia berinteraksi.
2. Aspek masa lalu, yang mencakup pengalaman
fisik(jasmani) dan metafisik(rohani) di dalam dirinya,
yang berlanjut mengalami masa-masa kekiniannya, dan
menemukan pola-polanya yang membentuk sikap.
Film “I am Not Stupid Too” dari Singapura, yang
mengisahkan anak-anak yang memiliki masalah
di sekolah dan keluarganya.
Nah, sikap inilah yang jika diulang-ulang akan membentuk
sifat. Sifat adalah hasil yang terbentuk dari pengulangan sikap
yang konsisten. Ketika ia bersikap tegas satu kali saja, maka ia
tidak bisa disebut bersifat tegas, tetapi ketika ia sering bersikap
tegas, ia bisa dikatakan bersifat tegas.
Sifat inilah yang juga mempengaruhi pola pikir seseorang, lalu
menampakan dalam lisan dan perbuatannya, sehingga
terbentuklah karakter kepribadian.
Ketika pikirannya baik, bisa dipastikan lisan dan tindakannya
juga baik, termasuk cara berpenampilannya.
By The Way, sebagian
dari kita mungkin
ada yang berkata,
jangan menilai buku
dari covernya? Coba
ajari saya bagaimana
cara menilai buku
kalau tidak dari
sampulnya? Pasti penulis yang baik juga memperhatikan
keindahan covernya, merancang cover sebaik-baiknya, bukan
hanya isinya saja, melainkan Beauty Inside & Beauty Outside.
Sampul buku telah disiapkan melalui penyiapan isi yang baik.
Berarti manusia juga demikian, berpenampilan baik yang
merupakan keluaran dari jiwa yang baik. (Hal ini sama juga
dalam hal „penasihatan‟, apabila tidak dikemas dengan baik,
maka tidak akan menarik, dan sulit diterima).
“Setiap orang belum tentu baik, tetapi
selalu ada kebaikan pada setiap
orang. Jangan terlalu cepat menilai
seseorang, karena setiap orang suci
pasti punya masa lalu, dan setiap
pendosa masih punya masa depan.
Oscar wilde
Namun, jangan juga kita menganggap diri kita adalah yang
paling baik, jangan bangga diri(ujub), walaupun semua orang
berbeda-beda, baik dalam pikiran, dan penampilan, semua
diciptakan berbeda-beda dan bermacam-macam tentu ada
hikmah dibaliknya, agar kita saling belajar dan mengenal
(49:13).
Ada di antara kita yang bertanya. Karakter seperti apakah yang
sempurna? Apakah ada seorang yang sempurna?
Hmmm... Tidak ada orang yang bisa mencapai kesempurnaan,
kecuali Rasul. Tapi yang bisa kita lakukan hanyalah menuju
kesempurnaan. Memang kita tidak bisa sempurna, tapi menuju
kesempurnaan, it‟s OK!
Tidak ada yang salah dengan perbedaan, dan segala
yang kita punya.
Yang salah hanyalah sudut pandang kita, yang
membuat kita terpisah.
Karena tak seharusnya perbedaan menjadi jurang.
Bukankah kita diciptakan untuk dapat saling
melengkapi?
Mengembangkan Diri
Orang-orang yang berhasil meraih potensi mereka adalah
yang selalu mengutamakan pengembangan diri.
Setelah kita ketahui tentang bangunan karakter, sekarang
saatnya kita mengembangkannya. Ya, mengembangkan diri,
mencapai potensi maksimal kita hingga mencapai tujuan untuk
apa kita diciptakan.
Sebelumnya, ketika kita mengembangkan diri, kita sebaiknya
harus memahami filosofi pohon bambu. Why? Karena di
dalamnya kita akan memahami nilai sebuah kesabaran. Ketika
pohon bambu tumbuh di tahun pertama, ia tidak begitu terlihat
tumbuh, sama ketika ia memasuki tahun kedua, ia tidak begitu
terlihat tumbuh, namun saat memasuki tahun ketiga atau ke
empat, pohon bambu itu akan tumbuh melonjak begitu cepat.
Nah, seperti itulah mengembangkan diri, kadang di tahun
pertama dan kedua, atau bahkan di tahun ketiga, belum terlihat
jelas hasil pertumbuhannya, namun di tahun keempat, sangat
terlihat jelas lonjakan atas upaya kita dalam mengembangkan
diri. Maka tidak salah ada sebuah nasihat yang mengatakan
bahwa, “5 tahun dari sekarang, kamu adalah apa yang kamu
„baca‟ dan dengan siapa kamu begaul.”
Pengembangan diri harus disertai niat sungguh-sungguh.
Tidak ada seorang pun yang begitu saja mengembangkan diri.
Perlu keikhlasan dalam menjalaninya, karena sumber
hambatan pengembangan diri kita sebenarnya adalah dari
dalam diri kita sendiri, kita yang tidak ikhlas bertindak untuk
segera mencoba.
Seperti saat saya mengatasi rasa takut saya berbicara di depan
umum, yang saya lakukan adalah berani ikhlas mencoba
walaupun hasilnya akan ditertawakan atau dipermalukan.
Setidaknya saya mencoba, dan hasilnya semakin terbiasa
berbicara di depan umum. Seiring waktu rasa ketakutan itu
akan semakin berkurang. Bukankah telah kita ketahui, banyak
pembicara nasional bahkan internasional, yang dulunya
merupakan pemalu kelas dunia? Right?
Jadi, ketika Anda memiliki rencana pengembangan diri Anda,
segeralah bertindak dan mencoba, jangan hanya menjadi
sebuah rencana saja, karena sebaaik-baiknya rencana adalah
tindakan. Bukan apa yang akan kita lakukanlah yang bernilai,
tetapi apa yang kita lakukan sekarang, itulah yang bernilai.
Belajar dan mengembangkan
diri bukan hanya sekedar
untuk pengetahuan saja, tetapi
yang terpenting adalah apa
yang kita pelajari dari apa
yang telah kita ketahui, dan
selanjutnya menindaklanjuti
apa yang kita pelajari menjadi sebuah tindakan. Belajarlah
untuk melakukan, karena hal yang terpenting dalam
pembelajaran dan pengembangan diri adalah tindakan.
“Bukan seberapa banyak
ilmu yang kita dapatkan,
tapi seberapa banyak ilmu
yang kita aplikasikan.”
Anonim
Ingat! Tujuan dari semua pembelajaran adalah tindakan.
Lalu bagaimana caranya untuk mengembangkan diri? Ini ada
beberapa saran saya dari apa yang telah saya lakukan untuk
mengembangkan diri saya:
Pertama, bukalah pikiran Anda, jadilah pribadi yang
open-minded alias berpikir terbuka. Why? Karena pikiran
kita bekerja seperti parasut, jika terbuka, barulah ia
berguna.
Kedua, perbanyaklah membaca buku. Dulu saya orang
yang sangat malas membaca, maunya dibacain.
Alhamdulillah beruntung sekali sekarang saya sudah
insaf, sekarang saya malah jadi pecandu(candu baca
buku maksudnya). Seminimal-minimalnya saya pasti
baca habis satu buku(400 halaman) dalam satu minggu.
Buku itu sebenarnya adalah orang-orang hebat yang
berbicara, jadi dengarkanlah mereka, ambil yang baik
dari mereka.
Ketiga, dengarkan audio atau video nasihat baik,
motivasi, Inspirasi dan sebagainya. Banyak tersebar di
YouTube untuk belajar banyak hal.
Keempat, mengikuti seminar, workshop, training, kajian,
diskusi, dan sebagainya. Menambah ilmu, relasi, dan
siapa tau Anda menemukan jodoh Anda di sana.
Kelima, ikutlah sebuah organisasi atau komunitas yang
memiliki tujuan, visi, misi yang jelas. Kesempatan sukses
terbuka lebar di sana, ini juga menambah kemampuan
bersosialisasi, kerjasama, komunikasi dan menambah
relasi, juga sekalian menjemput jodoh. (Siapa tau...)
Keenam, menulislah. Ya, hanya menulis, tulis apa yang
telah kamu „baca‟ dari tindakanmu mengembangkan
diri. Jangan hanya di simpan di otak, tapi tulis dan
lakukan. Lakukan apa yang kamu tulis, dan tulis apa
yang kamu lakukan. Sederhana.
Ketujuh, bercita-citalah menjadi seorang pemimpin.
Kesuksesan sepenuhnya saat mengembangkan diri,
adalah menjadi seorang pemimpin. Dan kesuksesan
sepenuhnya ketika kita telah menjadi seorang
pemimpin, adalah mengembangkan orang lain. Sambil
mengembangkan diri, kembangkanlah juga orang lain,
itulah pemimpin, menginspirasi orang lain, dengan
sering-sering sharing. Apa yang kita berikan, bagikan,
sharingkan, tidak akan habis, selama kita terus haus dan
lapar untuk belajar dan mengembangkan diri. Ingat
nasihat om saya, Steve Jobs? Stay Foolish. Stay Hungry!
Itu dia Sahabat Inspiratif, yang bisa saya sharingkan bagaimana
cara saya mengembangkan diri berdasarkan nasihat-nasihat
dan prakti para tokoh-tokoh besar. (Monggo ditiru nggeh
silahkan.)
By The Way, kadang kala, kita sering merasa sudah pandai,
padahal hal ini sangat menghambat dan menyulitkan diri kita
untuk mengembangkan diri dan belajar dari orang lain. Why?
Karena orang yang pandai sering kali merasa bahwa mereka
sudah mengetahui segalanya. Sehingga ibarat gelas mereka
penuh, padahal kosong.
Teruslah tekun belajar dan mengembangkan diri. Ketika kita
terus mengembangkan diri setiap hari, maka kita akan lebih
bijak dan dewasa setiap hari. Belajarlah menjadi bijak dan
mencintai kebijaksanaan(philos sophia). (Ini adalah salah satu
alasan saya berada di jurusan saya sekarang ini, terinspirasi
dari nama baik dan sifat-Nya Al-Hakim, yang Maha Bijaksana
itu.)
Hargai orang lain. Orang tidak belajar dari orang lain yang
tidak mereka hargai. Belajarlah untuk mendengarkan.
Bukankah Dia menciptakan dua telinga, dan satu mulut? Maka
dengarkanlah, dan tetaplah bersikap rendah hati.
Sikap dan Cara Berpikir
Kemampuan untuk belajar dari orang lain sesungguhnya
adalah mengenai pikiran dan sikap kita. Ya, karena pikiran kita
mempengaruhi sikap dan perasaan kita. Sedangkan sikap
adalah kerangka dari cara kita memandang peristiwa, orang
lain, bahkan dirikita sendiri. Nah, saya ada eksperimen, ini saya
ambil dari buku The Difference Maker karya John C. Maxwell.
Mari kita bereksperimen sejenak. Pertama-tama, coba Anda
sekarang pikirkan dan bayangkan sejenak tempat tinggal Anda.
Lalu bayangkan saat-saat ketika tempat tinggal Anda terbakar
hingga rata dengan tanah, dan segalanya musnah. Respon
emosional apa yang Anda miliki? Mungkin Anda merasa sedih
karena banyak barang tak tergantikan yang lenyap dalam
kebakaran. Intinya, pikiran kita mengendalikan juga emosi kita.
Sebelumnya mari kita ber-LOGIKA sederhana. (Ini mata kuliah
yang saya pelajari di kampus, tidak sia-sia juga ya belajar di
bangku kuliah. Hehehe... ):
Premis Mayor : Kita dapat mengendalikan pikiran kita.
Premis Minor : Perasaan dan sikap kita ditimbulkan oleh
pikiran kita.
Oleh sebab itu : Kita dapat mengendalikan perasaan dan sikap
kita dengan mengubah cara berpikir kita.
Ingat kisah Nabi Yusuf? Good, Anda masih ingat! (Yang ga ingat
baca lagi kisahnya ya, juga baca Al-Quran Surah Yusuf surah
ke-12.)
Saya ambil salah satu hikmah
dari kisahnya, yaitu mengenai
mengambil pelajaran dan
keuntungan positif, dari
pengalaman negatif. Semua
kejadian yang dulunya menyiksa
kita dan kita anggap sesuatu yang
buruk, sebenarnya adalah sesuatu yang menguntungkan kita di
masa kita sekarang, mungkin juga masa mendatang, jika kita
bersabar dan berpikir positif.
“Anda bukanlah apa
yang Anda pikirkan,
tetapi yang Anda
pikirkan adalah Anda.”
Anonim
OK. Jadi, dengan berpikir positif, perasaan dan sikap kita akan
jadi baik. Positive Thinking & Positive Feeling.
By The Way, saat seseorang menyadari bahwa sikapnya tidak
benar, maka terbukalah pintu perubahan positif dan
kesempatan yang luar biasa untuk berubah. Dan perubahan
sikap yang membentuk sifat inilah awal mula terbentuknya
akhlak. Salah satu sikap yang paling mendasari kualitas
seseorang adalah sikap rendah hati. Dan takukah Anda?
Bahwa sikap rendah hati adalah induk dari segala akhlak
yang mulia?
Hmmm...
Jika seseorang sudah memiliki sifat rendah hati, maka ilmu dan
derajatnya insyaAllah akan ditinggikan. Orang yang rendah
hati tidak akan menganggap orang lain lebih rendah darinya. Ia
belajar dari siapapun dan apapun. Ia mendengarkan nasihat
orang lain, tanpa merasa lebih dari orang yang menasihatinya.
Berbeda dengan orang yang sombong. Ingat kata Nabi, bahwa
orang yang sombong adalah mereka yang merendahkan
orang lain dan menolak kebenaran, termasuk nasihat baik
yang dinasihatkan kepadanya. Bahkan tidak ada tempat di
surga bagi mereka yang di dalam hatinya terdapat sifat
sombong walau sekecil perumpamaan biji atom.
(By The Way, ada yang tanya, apa bedanya sombong dan
percaya diri? Orang yang sombong sering berkata, “Saya hebat,
kamu tidak.” Dan orang yang percaya diri berkata, “Saya hebat,
kamu juga hebat.” See?)
Tidak ada orang yang lebih menyedihkan daripada orang yang
sinis, yaitu mereka yang apabila dinasihati selalu sombong dan
menolak. Ciri sifat orang yang sinis, yaitu mereka yang tidak
tahu, lalu yakin dengan ketidaktahuannya. Jika mendengar
nasihat mereka mengatakan, “Ah, itu teori.” Saya kadang
bingung, padahal hidupnya sedang susah, dinasihati kok
begitu, harusnya mereka mendengarkannya, karena nasihat-
nasihat yang disampaikan ini sudah dipakai oleh orang-orang
yang berhasil, jangan kita bilang ini teori, ini adalah praktek
oleh orang lain, dan kesimpulannya menjadi teori bagi kita
untuk kita laksanakan.
Dalam menerima penasihatan, kadang kita juga hanya mau
mendengarkan nasihat yang kompleks dan mengabaikan
nasihat sederhana, itu karena kita kehilangan kepercayaan
pada hal-hal yang sederhana. Padahal ayat-ayat-Nya yang
pendek dan sederhana, bermakna luar biasa. Contohnya adalah
surah Al-Asr/Demi Masa(103), yang terdiri dari tiga ayat yang
menasihatkan tentang mahalnya waktu, dan ajakan untuk
menasihati dalam kebaikan dan kesabaran, agar tidak termasuk
ke dalam golongan orang yang merugi.
(By The Way. Banyak di antara kita bertanya hal-hal sederhana,
seperti: “Bagaimana caranya supaya tidak malas?”, “Bagaimana
caranya supaya tidak marah?” Jawabnya apa? Ya, jangan
malas, jangan marah. Namun masih saja bertanya, “Lah
caranya bagaimana?” , jawab saya lagi, ya jangan malas, jangan
marah. Selesai.
Sebenarnya jawaban dalam kehidupan ini sangat sederhana,
tetapi kita itu demikian menuntut gampangnya, sampai
istilahnya orang yang bertanya itu ingin diberi tahu langsung,
bukan hanya caranya agar tidak malas, tidak marah dan
sebagainya, tapi ingin langsung diberi rasa rajin dan rasa
damainya. Karena sebagian besar orang tidak bertanya
mengenai cara atau petunjuk, tapi meminta persetujuan.)
So, berpikir dan bersikap baik, jangan bersikap sombong,
namun sebaliknya, bersikaplah rendah hati. Lebih banyaklah
mendengar dan pelajari setiap yang kamu dapatkan.
Pilihlah sikap dan pikiran yang baik, dan berlakulah baik.
Karena, apabila yang kita pikirkan baik, yang kita katakan
baik, dan yang kita lakukan baik, maka kita tidak mungkin
salah.
Mario Teguh
Hati Nurani dan Jiwa
Setelah membahas soal sikap dan pikiran, saya teringat
mengenai hati. Ada apa dengan hati? Lebih tepatnya hati
nurani. Pelatihan jiwa (riyadhoh) merupakan bagian sangat
penting untuk mendidik hati nurani agar tetap hidup tegak dan
menegakkan prinsip-prinsip yang kita yakini.
Stephen R. Covey penulis buku The 7 Habits of Highly Effective
People mengatakan bahwa hati nurani harus dilatih secara
sungguh-sungguh dengan cara, “Membaca dan merenungkaan
literatur tentang kebijaksanaan, mengamati pengalaman
orang lain, meluangkan waktu untuk tenang dan
mendengarkan suara kedalaman batin kita lalu menanggapi
suara tersebut.” Tidaklah cukup hanya mendengarkan suara
hati nurani kita, kita juga harus menanggapinya.
Suara hati? Jika hati kita bening dan terbiasa jujur, bisa jadi
suara hati anda adalah suara-Nya. Kok bisa? Ya, bukankah kita
diajarkan untuk mengingat(berdzikir) nama-Nya di saat
berdiri, duduk dan berbaring? Orang yang hatinya selalu ingat
pada-Nya, bergetar nama-Nya, insyaAllah itu bukan bisikan
suara syaitan. (By The Way. Tahukah Anda, bahwa hati nurani
inilah, yang membunyikan alarm di dalam diri kita ketika kita
akan melakukan hal-hal yang tidak baik, dan ketika diri kita
keluar dari garis kebenaran?)
Sederhananya, jika ingin mengenali suara hati, tanyakan saja
pada diri kita sendiri, “Apakah ini adalah hal yang
diinginkan-Nya? Dan apakah hal ini membahagiakan-Nya?”
“Seringkali kita diberi tanda ketika ada hal negatif yang
akan menimpa kita. Namun keengganan untuk menerima
fakta, membuat kita mengabaikan pertanda itu.”
Buku – Refresh!
Sesungguhnya setiap kita memiliki suara hati yang jujur dan
tidak pernah bohong. Seandainya kita tidak mengkhianatinya,
insyaAllah, kita akan sanggup mendapat bimbingan batin dari
suara hati yang bersumber dari-Nya untuk mengendalikan diri
kita pada tuntunan-tuntunan petunjuk dari-Nya.
Kualitas hati menentukan kualitas hidup. Tapi, kualitas hati
kembali ditentukan oleh kualitas pikiran. Pikiran bisa dibangun
dengan ilmu, dan ilmu itu hanya bisa didapat dengan
kerendahan hati.
Hati yang bening, jauh dari dugan buruk. Ingat bahwa setiap
amarah berasal dari dugaan buruk. Sedangkan hati yang baik
,mendahulukan dugaan baik(sabar). Kita yang berdugaan baik
dan jauh dari rasa curiga akan memiliki kualitas hidup yang
baik. (Itu sebabnya, jangan sampai kita mencurigai ketulusan
hati, baik diri kita sendiri maupun orang lain, karena nilainya
sangat mahal.)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi,
lalu mereka mempunyai hati yang dengannya itu
mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga yang
dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi
yang buta adalah hati yang di dalam dada.”
( 22 : 46 )
Kita bukan saja tercermin dari apa yang kita makan, kita juga
akan tercermin dari apa yang kita dengar, baca, dan lihat.
Bukan apa yang masuk ke dalam tubuh kita, tapi yang lebih
penting adalah apa yang masuk ke dalam hati dan jiwa kita.
Mencapai Potensi Tertinggi
Bicara soal potensi, biasanya menyinggung soal bakat. Bakat
dari sebagian besar kita sulit untuk ditemukan, ketika ditanya,
“Apa bakatmu?”, kita menjawab seadanya saat kita ditanyai.
Setelah ditanyai di lain waktu, jawaban kita sudah berubah.
Apakah bakat seorang itu berubah-ubah? Hmmm, sepertinya
tidak. Seorang bisa dikatakan berbakat ketika terlihat dari
kemampuannya berlaku lebih dari orang rata-rata, dan ketika
kemampuan itu diasah, maka baru terlihat bahwa itu adalah
bakat.
Sebenarnya, kita tidak perlu menunggu bakat, untuk
mengetahui di bidang mana kemampuan terbaik kita. Yang
saya lakukan sejak dulu adalah mencoba semua hal, dari bidang
“Sesungguhnya setiap kita hanya memiliki satu bintang
dalam hidupnya. Maka, bagi yang telah menemukan
bintangnya, perlakukanlah secara optimal. Karena cepat
atau lambat bintang itu akan semakin redup, dan
akhirnya sinarnya pun akan hilang.”
IT, agama, seni, matematika, bisnis, menulis, dan sebagainya,
saya coba semua, dan sampai sekarang saya belum tahu apa
bakat saya. Yang jelas tugas saya sekarang adalah
mengoptimalkan kemampuan yang saya punya sekarang, yang
tentunya bermanfaat bagi saya pribadi dan yang lain, lalu
mencapai potensi tertinggi saya, sehingga bisa memberi
pengaruh dan kebermanfaatan dari apa yang saya lakukan.
Kuncinya adalah mensyukuri dan mencintai apa adanya diri
kita sekarang, lalu menggunakannya bagi kebermanfaatan.
Mencintai apa yang kita lakukan ini, dan terus konsisten
melakukan, sampai kita tidak sadar bahwa kita sudah menjadi
seorang ahli di suatu bidang, dan mencapai potensi tertinggi.
“Bakat kita hampir tidak bisa menunggu untuk diungkapkan.
Semua itu sudah tak sabar untuk keluar dan dikenal.
Menjalani hidup tanpa mengeluarkan berbagai bakat terbesar
kita, bisa membuat kita merasa frustrasi, benci dan putus asa.
Kita merasa tersumbat, iri, dan kecil hati. Kita bahkan
mungkin mempertanyakan apakah kita memang harus
hidup.”
ANONIM
Tujuan hidup seseorang selalu berhubungan dengan karunia
atau potensi yang diberikan kepada seseorang. Maka,
ketahuilah apa kekuataan kita. Apa yang kita lakukan, yang
membuat orang senang, juga memberi manfaat bagi orang lain.
Mungkin disitulah jalan kita, potensi kita.
Dan jika kita memiliki kelemahan, kita bisa atasi itu. Yang saya
lakukan untuk mengatasi kelemahan adalah dengan dua cara,
pertama, mengatasi kelemahan dengan kelebihan orang lain,
kedua, membuat atau memperbaiki kelemahan menjadi suatu
kelebihan. Banyak orang yang dulunya lemah di suatu bidang,
sekarang mereka malah menjadi ahli di bidang itu. Right?
Karena bisa jadi kita telah memperbaiki kelemahan di area
kekuatan, ya, tentu itu akan menghasilkan sesuatu yang positif.
Bukan begitu?
Untuk mencapai potensi kita, kita juga harus mencari
pengalaman sebanyak mungkin, untuk mengeksplorasi diri
kita.
Maka jika ada kesempatan menghampiri kita, walaupun itu
kesempatan kecil, renungkanlah, karena kesempatan kecil bisa
jadi merupakan awal dari perjalanan yang besar untuk
mencapai masa depan yang besar pula.
Jika ingin memaksimalkan potensi, kita harus mengambil
kesempatan. Jika tidak, kita akan menjalani kehidupaan yang
biasa-biasa saja.
Jika ingin meraih kesempatan, kita juga harus mengambil
resiko. Jika ingin berkembang kita harus bersedia berbuat
kesalahan.
Ya, seperti itulah hukumnya. Butuh perjuangan juga, untuk
melawan resiko. Dan tahukah Anda, bahwa semakin besar
resikonya, maka semakin besar juga hasil yang akan di dapat?
Rezeki berasal dari kata risk, yang berarti resiko, semakin besar
resikonya semakin besar rezekinya. (Ada di antara Anda yang
bernama Rizki? Mungkin saja resiko Anda besar, sebesar rezeki
yang Anda dapatkan.) Aamiin...
Hmmm...
Pengalaman bukanlah guru terbaik, melainkan pengalaman
yang terevaluasilah guru yang terbaik, karena pengalaman yang
terevaluasilah yang mengajarkan banyak hal dan memberikan
kebijaksanaan. Catatlah apa-apa yang Anda pikirkan, ucapkan,
dan lakukan, laku sempatkan waktu untuk merenungi dan
melakukan refleksi, membaca ulang apa yang telah kita catat.
Refleksi mengubah pengalaman menjadi sebuah pemikiran,
sehingga mereka tidak hanya dapat menjalani pengalamannya,
tetapi juga belajar darinya. Kebijaksanaan.
Beberapa orang suka mencoba-coba, termasuk saya, seperti
dijelakan tadi. Masalah dengan coba-coba adalah bahwa kita
tidak pernah benar-benar menjadi hebat dalam banyak hal.
Benar bahwa ketika kita masih muda, kita harus mencoba
banyak hal baru untuk melihat di mana kekuatan dan
ketertarikan kita. Namun, ketika usia kita semakin bertambah,
kita harus menjadi semakin fokus. Kita hanya bisa pergi jauh
jika berspesialisasi dalam suatu hal. Jika kita amati dan pelajari
kehidupan orang-orang hebat, kita akan menemukan bahwa
mereka terfokus. Sekali kita telah menemukan untuk apa kita
diciptakan, bertahanlah dan fokuslah dengan itu.
Di mana Anda fokus, di situlah Anda tumbuh dan hebat!
Lihatlah William Shakespeare, ia menulis. Leonardo da Vinci, ia
melukis. Bill Gates, ia mencintai komputer dan bisnisnya.
Mungkin kita harus melakukan apa yang merupakan keharusan
psikologi batin kita, lalu kita berusaha mencintai dan berfokus
padanya. Kekuatan diri kita tidak ada secara rasional atau
disengaja. Ini adalah anugerah ilahi, yang disebut juga rahmat.
Hmmm...
Waktu terbaik untuk
menaman pohon adalah
dua puluh lima tahun lalu.
Waktu terbaik kedua
adalah sekarang. Sekarang
adalah saat yang terbaik untuk menjadi ahli di bidang kita
masing-masing. Mungkin di antara kita ada yang berpikir
seandainya saja kita mulai lebih awal. Tapi tak masalah, tidak
ada kata terlambat! Mulai saja dari sekarang dan segera.
Mengenali Peran
“Rahasia kehidupan yang sukses adalah menemukan peran
yang ditakdirkan untuk diri Anda dan menjalaninya.”
Henry Ford
“Anda tidak dapat mengubah
dari mana Anda memulai,
namun Anda dapat mengubah
ke mana Anda akan pergi.”
NaPOleon hill
Mengenali peran kita, kehadiran dan keberadaan kita,
sebenarnya kita didatangkan ke dunia ini untuk memberi apa?
Seorang penulis dan filsuf pencerahan Voltaire,
mengumpamakan kehidupan dengan permainan kartu. Pemain
harus menerima semua kartu yang diberikan kepaada mereka.
Namun, saat memegang kartu tersebut, mereka sendirilah yang
memilih cara untuk memainkannya. Mereka memutuskan
setiap risiko dan tindakan yang harus diambil. Yeah! Itulah
peran kita, menjadi pemain di kehidupan kita sendiri.
Ada satu rahasia, bahwa ternyata peran hidup kita, adalah apa
yang anda minta kepada Allah sendiri, mulai dari sekarang.
Maka mintalah peran yang besar, jadilah pemain yang besar.
Kalau Anda pandai mencari uang, Anda akan dihebatkan dari
uang supaya dijadikan seorang dermawan yang memberi
manfaat dan kesejahteraan sesama. Kalau Anda berilmu, Anda
dijadikan berpengaruh menciptakan cara pandang dan cara
hidup yang lebih baik. Atau Anda diberikan bakat-bakat lain.
Apapun, tapi minta peran yang besar bagi kebaikan hidup
banyak orang.
Jelaslah mengenai peran apa yang kita inginkan seawal
mungkin.
Nasihatnya...
Hidup ini tidak untuk siap-siap, hidup ini sudah berlangsung
lama, bahkan sebelum kelahiran kita. Jadi jangan menunggu
siap, segeralah memulai, bangun identitas yang jelas mengenai
kita harus jadi apa.
Peran sebagai Penyiar
Coba kita pikirkan. Jika kenikmatan duniawi harus kita dapatkan
dengan cara yang tidak santai, akankah kenikmatan ukhrawi yang
jauh lebih besar bisa kita dapatkan dengan cara santai juga?
Saat ini, peran yang saya lakukan adalah sebagai penyiar,
penyiar nasihat-nasihat agama yang saya pelajari dan nasihat-
nasihat baik dari orang-orang hebat. Ya, jangan sampai lupa
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi,
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”
(28:77)
urusan akhirati karena sibuk dengan pekerjaan duniawi. Jadi
harus seimbang dunia akhirat ya...
Ketika kita beriman, sudah seharusnya kita meyakini ajaran
agama yang kita anut, lalu menyiarkan juga mengamalkannya.
Dan dalam penasihatan, sering kali kita mendapat masalah dan
cobaan, banyak yang mendebat, meremehkan, atau malah
mengabaikan nasihat yang kita sampaikan dan merendahkan
diri kita. Ya, memang seperti itulah, makanya ada nasihat dalam
syiar.
“Nasihat dalam syiar adalah menyampaikan kebenaran dalam
kesabaran. Kalau Anda benar, tinggal bersabar. Kalau yang
Anda nasihatkan baik, namun ditolak, tinggal bersabar.
Karena perubahannya bukan tanggung jawab Anda, tapi
tanggung jawab Allah, tugas kita hanya menyampaikan. Dan
pada akhirnya setiap orang bertangung jawab terhadap
dirinya sendiri.”
Mario Teguh
Tetaplah menasihati, dengan cara yang baik, bukan dengan cara
yang kasar dan memaksa, kalau kita lakukan dengan cara kasar
dan memaksa, itu malah hanya merusak agama yang kita
sampaikan. Jangan bersikap kasar dan keras, bukankah sudah
kita tahu bahwa jika kita bersikap keras lagi berhati kasar, tentu
orang-orang akan menjauhkan diri dari sekeliling kita? (3:159).
Sampaikan dengan baik, baik itu terdiri dari dua, benar dan
santun, tidak boleh hanya salah satunya saja. Benar tapi tidak
santun, itu bisa merusak kebenaran yang kita sampaikan.
Santun tapi tidak benar, itu sama saja seperti penipu.
Jadi sampaikan dengan cara lembut dan santun ya. Bukankah
salah satu nama baik-Nya adalah Al-Latief(Maha Lembut) dan
Al-Halim(Maha Penyantun)?
By The Way, saya pernah berjanji untuk mensharingkan
mengenai bab perempuan dan karakternya, dan Alhamdulillah
diberi kesempatan untuk itu. Tulisan ini saya buat bersama
salah satu teman saya, Wulan Puspitasari. Semoga tulisan ini
bermanfaat ya. Silahkan teman-teman langsung baca lembar
berikutnya...
Menjadi Wanita yang Dicintai Allah
Akhirnya bagian yang paling istimewa di buku ini akan
dibahas, berbicara soal wanita. (Saking istimewanya, sampai
beberapa halaman di bab ini berubah warna dari ungu ke merah
muda to?)
Ya, wanita memang istimewa, apalagi jika wanita itu wanita
yang shaliha. Bahkan, Nabi bersabda, “Sesungguhnya dunia ini
seluruhnya adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah
wanita yang shaliha.” (HR. Ahmad)
Ya, mendapatkan jodoh seorang wanita shaliha siapa yang tidak
mau?
Hmmm, tapi di bab ini saya tidak bahas tentang jodoh, itu ada
di bab lain nanti. Yang dibahas di sini adalah mengenai
bagaimana caranya menjadi wanita yang dicintai Allah, dan
tips-tips menjadi wanita yang Beautiful Inside & Beautiful Outside
(cantik dalam dan luar, indah akhlak dan indah rupanya).
Bagian ini adalah tulisan sharing kolaborasi dari saya dan
sahabat kita Kak Wulan Puspitasari, teman seangkatan SMA
saya dulu, dan ternyata dia teman SMP saya juga. (Baru tahu
kalau Kak Wulan ini teman se-SMP saya ketika saya kelas 12
SMA. Dampak saking kupernya saya saat SMP).
By The Way, mengapa saya mengajak Kak Wulan untuk
menulis?
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa apa yang saya tulis di
buku ini hampir semua merupakan hasil prakti, pengalaman,
dan pengamatan saya. Karena saya ada janji untuk berdakwah
tentang bab perempuan, dan karena saya bukan perempuan,
jadi saya harus ajak satu figur perempuan yang ingin
berdakwah melalui buku ini. Dan saya amati Kak Wulan ini di
SMA adalah seorang aktivis dakwah perempuan yang biasa
mengisi kajian keputrian saat SMA, dan insyaAllah pilihan saya
tepat dan terbaik dari yang terbaik untuk mensharingkan
ilmunya, dan akhirnya saya memilih Kak Wulan, yang
berpotensi untuk berdakwah dan sharing mengenai bagaimana
menjadi seorang perempuan yang dicintai Allah, singkatnya
wanita shaliha.
Semoga sharing dari Kak Wulan, bisa teman-teman ambil
hikmahnya untuk perbaikan diri Anda atau untuk disharingkan
kepada teman-teman Anda. Aamiin...
Apa pesan Kak Wulan untuk para perempuan?
Ini dia...
Bismillahirrahmaanirrahim... ^_^
Assalamu‟alaikum ukhtifillah apa kabarnya nih... In Sya Allah
selalu dalam lindungan-Nya di manapun kita berada, Aamiin.
Kali ini Wulan akan berbagi ilmu tentang bagaimana menjadi
seorang wanita yang dicintai Allah. Wah, pastinya wanita di
seluruh dunia sangat menginginkan hal tersebut bukan?
Termasuk Wulan pun ingin demikian. ^_^
Salah satu sosok wanita muslimah yang bisa kita teladani dan
sangat dicintai Allah adalah Siti Khadijah yang merupakan istri
dari Rasulullah Shallallahu‟alaihi wassalam, ummahatu al
mukminin dan seorang wanita yang pertama kali memeluk
agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah tanpa banyak
membantah dan mendebat. Bahkan beliau tetap membenarkan,
menghibur, dan membela Rasulullah Shallallahu‟alaihi
wassallam di saat semua orang mendustakan dan mengucilkan
beliau. Siti Khadijah adalah sempurnanya seorang wanita
karena kecantikan jiwanya, kemualiaan akhlaknya,
kecerdasannya dan kesetiaanya sangat membekas di hati
Rasulullah sehingga Rasulullah selalu menyebut-nyebut
kebaikan beliau walaupun Khadijah telah wafat.
Sosok wanita seperti Khadijah inilah yang merupakan wanita
yang layak dicintai, lantas masih adakah wanita yang seperti
beliau di zaman kita sekarang ini?
Eiiits... jangan sampai merendahkan diri sendiri dulu ya ukhti.
Menemukan sosok seorang wanita yang shaliha seperti isteri
Rasulullah di zaman ini kedengarannya memang sulit, tapi
yakinlah tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mempunyai
tekad dan niat yang kuat maka semuanya akan jadi mudah
walaupun banyak sekali rintangan yang akan menghadang.
Keep hamasah untuk menjadi sosok wanita shaliha seperti Siti
Khadijah ya ukhti... ^_^
Menjadi wanita muslimah senantiasa menghiasi diri dengan
akhlak yang cantik, menjadikan rasa malu sebagai pakaiannya,
serta memiliki ketaqwaan dan keyakinan yang kuat kepada
Allah. Jika seorang wanita sudah memiliki keyakinan yang kuat
tentang ke Esa-an Allah maka dia tidak mudah terkikis oleh
badai apapun. Dialah wanita yang dapat dikatakan wanita yang
layak untuk dicintai Allah dan suami serta keluarganya.
Wanita yang dicintai Allah, menyadari bahwasanya iman yang
kuat kepada Allah, kepercayaan yang utuh kepada-Nya adalah
modal abadi yang tidak akan pernah habis dimakan waktu dan
tidak akan pernah luntur oleh kondisi apapun.
Bisa kita amati, bahwa ketika seseorang telah jatuh cinta,
maka ia pasti akan melakukan apa saja yang disukai oleh
orang yang ia cintai, dan pantang untuk melakukan perbuatan
yang ia tidak sukai. Jika tidak, maka cintanya itu perlu
dipertanyakan. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk
mencintai Allah, agar kita senantiasa menjauhi perbuatan
yang dimurkai Allah dan melaksanakan seluruh perintah-Nya
dengan sepenuh hati.
Dari AbuHurairah, Nabi bersabda: "Jikalau Allah Ta'ala itu
mencintai seseorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan
memberitahu bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah si Fulan
itu (wahai Jibril). Jibril lalu mencintainya, kemudian ia mengundang
seluruh penghuni langit dan memberitahu bahwa Allah mencintai si
Fulan, maka cintailah si Fulan itu. Para penghuni langit pun lalu
mencintainya. Setelah itu diletakkanlah kecintaan padanya di
kalangan penghuni bumi." (Muttafaq‟alaih)
Dari hadist tersebut dapat kita ambil hikmah, bahwa menjadi
wanita muslimah yang dicintai sesama adalah ketika dimana
kita mampu menjadi wanita yang dicintai Allah. Karena ketika
Allah sudah mencintai hambanya, maka mahluk hidup di dunia
dan di langit juga akan ikut mencintai kita.
Lantas bagaimana menjadi seorang wanita yang dicintai Allah
itu? Dengan tulisan ini saya ingin mengajak pibadi Wulan
sendiri dan juga ukhti semua untuk bersama-sama belajar
menjadi seorang wanita yang dicintai Allah.
Ada beberapa cara untuk menjadi wanita yang dicintai Allah
yaitu:
1. Mengikatkan hati kepada Allah, dan Rasul-Nya
Wanita shaliha yaitu ketika dia menjadikan Allah subhanahu
wata‟ala, Muhammad Shallallahu‟alaihi wassalam dan ajaran
Islam sebagai dasar dari imannya, serta menjadikan pedoman
hidupnya. Sehingga semua akan terlihat lebih jelas dalam
tutur katanya, perbuatan dan amalannya. Dan wanita
muslimah yang shaliha senantiasa bertaqwa(menjalankan
apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan segala apa
yang dilarang-Nya). Taat kepada Rasul dan taat kepada yang
menjadi suaminya nanti.
2. Senantiasa menjaga ibadah dan shalatnya
Wanita muslimah akan selalu menjaga shalat nya dengan
wudhu yang benar, khusyu‟ dalam menunaikannya, dan
mendirikan shalat di awal waktunya. Tidak ada sesuatu yang
membuatnya lalai untuk beribadah mengabdi kepada Allah,
maka akan nampak jelas buah dari shalatnya. Karena dengan
shalat kita mencegah dari perbuatan keji dan munkar serta
sebagai benteng diri kita dari perbuatan maksiat.
3. Menutup dan menjaga aurat
Wanita muslimah yang sudah baligh wajib untuk menutup
auratnya dengan hijab yang sesuai tuntunan syariat. Ya,
sesuai tuntunan syariat, bukan tuntutan mode. Teman-teman
tau kan jilbab itu seperti apa? Jilbab ialah pakaian yang
longgar dan dijulurkan menutupi bentuk lekuk tubuh kita.
Hal ini tertuang dalam perintah Allah melalui Nabi,
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ”hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak mudah
diganggu, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab/33: 59)
Jadi, jilbab bukan sekedar kain untuk menutup aurat tetapi
jilbab juga sebagai identitas diri kita sebagai seorang
muslimah, jilbab juga sebagai pelindung dari mata-mata liar,
dan dari nafsu yang tidak sepantasnya. Agar keindahan yang
kita miliki hanya dipersembahkan untuk lelaki yang halal
nanti, bukan sembarang orang di sembarang tempat.
Karena wanita bukanlah seperti permen karet, yang habis
manis sepah dibuang begitu saja. Setuju? ^_^
Jilbab bukan semata-mata menjadikan diri ini sudah baik
dan tanpa dosa, melainkan dengan jilbab inilah bukti aku
mencintai Allah dan aku ingin mentaati-Nya dengan
sepenuh hatiku.
4. Bersikap rendah hati
Bagaimana perasaan kita ketika bertemu dengan orang yang
rendah hati? Pasti kita akan merasa nyaman dan senang.
Seperti yang dijelaskan di bagian bab sebelumnya, bahwa
sikap rendah hati adalah induk dari akhlak yang mulia.
Demikian juga saat kita bisa menghiasi diri kita dengan
perilaku mulia ini, tentu orang-orang di sekeliling kita akan
merasa nyaman saat berada dan bertemu dengan kita. Orang
yang memiliki sifat rendah hati ini tidak hanya disukai oleh
manusia, Allah pun sangat mencintainya. Sifat rendah hati
merupakan kunci keberhasilan dari setiap usaha. Rasulullah
selalu bersikap rendah hati bahkan dengan orang yang
memusihi beliau. Gelar Nabi tidak membuat beliau sombong.
Yuk ukhti shaliha, kita teladani sikap rendah hati dari
Rasulullah agar mendapatkan ke-ridha-an dari Allah baik di
dunia maupun di akhirat nanti.
5. Beramar ma‟ruf (berbuat kebaikan)
Rasulullah bersabda, ”Hamba yang paling dicintai Allah Yang
Maha Agung adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada
hamba-hamba-Nya yang lain, dan orang-orang yang mengajak
untuk mencintai kebaikan (al-ma‟ruf) dan senantiasa
mengerjakannya.” Tiada hari tanpa berbuat kebaikan. Karena
Allah sangat menyukai hamba-hambanya yang berbuat
kebaikan walaupun sebesar biji zarrah(hal yang sangat kecil).
Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan dan terus
menerus maka luar biasa pahala yang akan kita dapatkan.
Tapi ingat ukhti, tetap dengan penuh rasa disiplin, niat tulus
dan ikhlas, dan semata-mata karena Allah ya... ^_^
Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah,"Amalan yang paling
dicintai Allah adalah amalan yang paling langgeng(terus-menerus
dilakukan) walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Senantiasa berfikir positif, dan tidak berburuk sangka
„‟Aku (Allah) sesuai dengan perasangka hambaku.‟‟ (HR.
Tirmidzi)
Bahwa selalu berperasangka baiklah terhadap takdir yang
telah Allah berikan untuk kita. Sebenarnya kita bisa merubah
nasib dan takdir, dan berupaya untuk memperbaiki
kehidupan kita. Apa yang menurut kita baik, belum tentu
baik menurut Allah. Tetapi apa yang Allah berikan itu pasti
sudah yang terbaik untuk kita. Manusia merancang harapan
dengan cita-cita, sedangkan Allah merancang harapan
hamba-Nya dengan cinta. ^_^
Sudariku, sadarilah, sesungguhnya menjadi baik itu
tidak semudah kita membalikan telapak tangan, butuh
proses dan juga waktu. Tapi, yakinlah, dengan tekad
dan niat yang lurus karena Allah, proses dan waktu itu
akan Allah permudah. Karena niat yang baik insyaAllah
pasti ada jalannya. Dan ada sebuah quote yang sangat
indah dan dalam sekali maknanya bagi Wulan,
Jadi saudariku, mari kita belajar bersama menjadi
seorang wanita muslimah yang dicintai Allah, mulai
“Hal yang terindah dari seorang wanita, adalah bukan
pada saat ia tersenyum mempesona, melainkan saat
butiran air matanya jatuh dalam doa.
Bukan karena kata-katanya yang indah, melainkan saat ia
terdiam dalam dzikirnya.
Bukan karena kecantikannya yang tiada tara, melainkan
karena sujud dan ruku’nya yang tak pernah henti.
Bukan karena keelokan tubuh yang ia pamerkan, melainkan
karena keteguhannya dalam menjaga aurat.
Maka ia adalah permata yang dirindu, dan embun yang
dinanti. Bahkan, bidadaripun cemburu padanya.”
sekarang dan segera, dan semoga kita bisa bertemu
dengan-Nya di surga-Nya nanti menjadi bidadari-
bidadari surga yang dinaungi cinta kasih Allah.
Aamiin ya rabbal‟alamin... ^_^
Wassalamu‟alaikum... ^_^
Nasihat Untuk Perempuan
Hmmm... Itu tadi adalah sharing tips bagaimana menjadi
wanita yang dicintai Allah dari Kak Wulan.
Dan Alhamdulillah ini ada tips tambahan dari Kak Wulan
untuk para remaja perempuan masa kini, yang saya tanyakan
belum lama saat mau menulis bab ini. Tips untuk para remaja
perempuan ini, insyaAllah bisa bermanfaat bagi kalian, ini pun
akan saya ajarkan pada anak perempuan saya nanti karena ini
sangat penting baginya. (Nanti...)
Dan ini menurut saya penting untuk kalian para perempuan, ya
kalian para perempuan yang membaca ini, sekali lagi, ini
penting untuk kalian.
Yang Pertama, berupayalah sebisa mungkin melaksanakan
kewajiban shalat lima waktu di awal waktu (4:103).
Kedua, membaca seminimal-minimalnya satu ayat Kitab
Suci tiap hari beserta arti dan mempelajari maknanya.
Karena yang saya pelajari dan amati bahwa kaum
perempuan memiliki potensi untuk berbuat dosa jauh
lebih besar daripada kaum laki-laki. (Mulut dan apa yang
ditampakkan kaum perempuan, suara, mata, lekuk tubuh
dan lain sebagainya. Hati-hati ya nak...). Karena dengan
„membaca‟ Al-Quran kita bisa diberi syafa‟at. “Bacalah oleh
kalian Al-Quran, karena ia (Al-Quran) akan datang pada Hari
Kiamat kelak sebagai pemberi syafa‟at bagi orang-orang yang
rajin membacanya.” (HR. Muslim)
Ketiga, menghindari sebisa mungkin bersentuhan dengan
laki-laki yang bukan mahromnya, dan menghindari
berdua-duaan saja dengan laki-laki yang bukan
mahromnya, kecuali jika memang sangat-sangat
mendesak. Hmmm, saya belum tau seperti apa pengadilan
„di sana‟ nanti, walaupun ada perbedaan pendapat, tapi
dari hadist ini, mungkin bisa kita ambil hikmahnya
sendiri. “Sesungguhnya kepala yang ditusuk besi itu lebih baik
daripada menyentuh (yang belum muhrim) yang belum halal
baginya.” (HR. At-Thabrani dan Baihaqi)
Keempat, bertemanlah dengan orang-orang yang baik,
yang shalih dan shaliha. Teman yang paling baik adalah
apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan
Allah, mendengarkan kata-katanya menambahkan ilmu
agama, dan melihat perbuatannya kita akan teringat
dengan kematian.
Kelima, menjauhi apa yang menyebabkan suatu
perzinahan. Misalnya berkhalwat (berdua-duaan dalam
arti luas) dengan lawan jenis yang bukan mahram, dan itu
juga bisa menimbulkan gosip dan fitnah. Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka janganlah berkhalwat dengan seorang (tanpa disertai
mahramnya) karena sesungguhnya yang ketiganya adalah
syaithan.” (HR. Ahmad)
Keenam, menjalankan kewajiban perempuan yang sudah
baligh untuk menutup dan menjaga auratnya. Tahukah
Anda, bahwa aurat yang dimaksud itu bukan hanya yang
disebut kecuali telapak tangan dan wajah itu? Bahwa
suara, sikap, dan tingkah Anda juga termasuk aurat. Ingat
bahwa hijab yang dipakai untuk menutup aurat itu bukan
hanya pakaian, bahwa sikap dan perilaku kita juga harus
dihijab. Ingat, hakikat dari hijab? Adalah untuk menutupi
keindahan, dan keindahan wanita itu tidak untuk
diumbar-umbar, kesenengan yang laki-laki, beneran. Ini
yang dalam Islam disebut mengundang syahwat. (So, jaga
diri ya, bukan saya menakut-nakuti...) Ini ada hadist, salah
satu hadist yang menjelaskan mukjizat Nabi Muhammad,
yang bisa melihat siapa penghuni „di sana‟ nanti. “Ada dua
golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya:
Penguasa yang tangan mereka menggenggam cambuk yang
mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita
yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok.
Kepalanya bergoyang-goyang bagaikan punuk onta. Mereka itu
tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal
sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan
sekian.” (HR. Muslim)
Ketujuh, senantiasa meningkatkan ilmu. Baik membaca
ataupun dengan menghadiri majelis ilmu.
”Bersabda Rasulullah SAW, apabila aku didatangi oleh suatu
hari, dan aku tidak bertambah ilmuku pada hari itu yang dapat
mendekatkan diriku kepada Allah ‟azza wa jalla, maka tidak ada
keberkahan untukku dalam terbitnya matahari pada hari itu.”
(HR. Thabrani, Abu Na‟im dan Ibnu Abdilbar)
Wanita adalah madrasah sumber pendidikan pertama,
sumber yang paling penting bagi anak-anaknya dan
sumber keteladanan untuk mengarahkan anak-anak
mereka kelak. Karena baik buruknya perilaku anak,
tergantung bagaimana seorang ibu mendidiknya. Di
sinilah peran seorang ibu. Maka dari itu, wanita muslimah
jangan pernah lelah untuk meningkatkan ilmu dan
senantiasa bersegera memperbaiki diri menjadi wanita
shaliha dan kelak menjadi ibu yang baik bagi anak-
anaknya, yang Allah cintai, aamiin ya Rabbal‟alamin. Ada
sebuah ungkapan nasihat baik dari Ali bin Abi Thalib r.a.,
beliau berkata: "Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu akan
menjagamu, sedangkan kamulah yang akan menjaga harta.
Salah satu cara untuk menambah ilmu kita adalah dengan
cara membaca buku. Nah, ini ada beberapa judul buku
yang direkomendasikan Sahabat Inspiratif saya Kak
Wulan Puspitasari untuk teman-teman khususnya yang
perempuan ya, insyaAllah dapat meningkatkan ilmu dan
wawasan kita semua:
1. Shirah Nabawi
2. Fiqih Wanita
3. Yuk Berhijab
4. Tausiyah Cinta
5. Udah Putusin Aja
6. Saleha is Me
7. Look I‟m Very Beautiful
Itu tujuh judul buku yang direkomendasikan Kak Wulan, untuk
rekomendasi lain bisa tanya dengan kirim email sama Kak
Wulan ya, profilnya dan kontaknya ada di bagian belakang
halaman. (By The Way, buat yang cowo jangan iseng ya sama
kontaknya, ingat perbuatan yang menggangu akan dibalas
gangguan juga loh, hehehe...)
OK, mari coba saya simpulkan nasihat baik yang saya dapat
dari Kak Wulan untuk teman-teman akhwat(perempuan
muslim):
1. Menjaga shalat lima waktu
2. Mengkaji Al-Quran
3. Menjaga diri dari sentuhan laki-laki yang bukan
mahromnya
4. Berteman dengan orang baik yang shalih dan shaliha
5. Menjauhi hal-hal yang mendekati perzinahan(dalam arti
luas)
6. Menjalankan kewajiban perempuan menutup dan
menjaga auratnya
7. Meningkatkan ilmu
Hmmm...
Sepertinya untuk sharing yang saya dapat dari Kak Wulan
cukup sampai di sini dulu, untuk edisi berikutnya insyaAllah
jika ada permintaan, akan kita usahakan sharing dan membuat
buku lagi. (Hehehe...bagaimana Kak Wulan? Siap membuat
sebuah buku? Saya doakan semoga ditambahkan ilmu Allah
yang diberikan kepada Kak Wulan untuk disampaikan kepada
teman-teman. Aamiin...)
Keistimewaan Seorang Wanita
OK, terima kasih ya kepada Kak Wulan sudah menyempatkan
diri untuk share ilmunya tadi...
Sekarang kembali lagi bersama saya yang ganteng ini.
(lebay.com)
Hmmm... sangat menarik ya bahasan mengenai wanita
muslimah dari Kak Wulan, sekarang saatnya giliran saya untuk
sharing pemikiran dan pengamatan saya.
Menurut teman-teman, apakah wanita itu setara dengan pria?
Ya, atau tidak? Jawabannya adalah tidak. Wanita tidak akan
pernah setara dengan pria, karena wanita jauh lebih mulia
daripada pria, ibumu, ibumu, ibumu, lalu ayahmu. Right?
OK, sekarang kita amati, dari 114 surah di dalam kitab suci
umat Islam, yaitu Al-Quran, ada surah An-Nisaa(4) dan
Maryam(19), benar begitu? Ya, sampai-sampai ada surat yang
mengkhususkan kemuliaan seorang wanita. Hmmm...
Dan ini ada sebuah cerita yang saya dapat dari Kak Wulan,
tentang penciptaan wanita, mari kita simak kisah cerita berikut
ini:
Saat itu, ketika Tuhan menciptakan wanita, Dia lembur pada
hari keenam, malaikat lalu datang dan bertanya.
Malaikat : “Mengapa begitu lama Engkau menciptakan wanita,
Tuhan?”
Tuhan : “Sudahkah engkau lihat semua detail yang Aku
buat untuk menciptakan mereka? Dua tangan ini harus bisa
dibersihkan, tetapi bahannya bukan dari plastik. Setidaknya
terdiri dari 200 bagian yang bisa digerakkan dan berfungsi baik
untuk membuat segala jenis makanan. Mampu menjaga banyak
anak saat bersamaan. Mempunyai pelukan yang dapat
menyembuhkan sakit hati dan keterpurukkan, dan semua
dilakukannya cukup dengan dua tangannya.”
Malaikat : “Hanya dengan dua tangan? Itu tidak mungkin, dan
itu model standard?! Sudahlah Tuhan, cukup dulu untuk hari
ini, besok kita lanjutkan lagi untuk menyempurnakannya.
Tuhan : “Oh, tidak, Aku akan menyelesaikan ciptaan ini,
karena ini adalah ciptaan favorit-Ku. Oh ya, dan dia juga akan
mampu menyembuhkan dirinya sendiri, dan dia bisa bekerja 18
jam sehari.”
Malaikat lalu mendekat dan mengamati bentuk wanita ciptaan
Tuhan itu.
Malaikat : “Tapi Engkau membuatnya begitu lembut Tuhan?”
Tuhan : “Ya, Aku membuatnya lembut. Tapi kamu belum
bisa bayangkan kekuatan yang Aku berikan agar mereka dapat
mengatasi banyak hal yang luar biasa.”
Malaikat : “Dia bisa berpikir?”
Tuhan : “Tidak hanya berpikir, dia juga mampu
bernegosiasi.”
Malaikat itu lalu menyentuh dagu ciptaan Tuhan itu.
Malaikat : “Tuhan, Engkau buat ciptaan ini kelihatan lelah,
lemah dan rapuh, seolah terlalu banyak beban baginya.”
Tuhan : “Itu bukan lemah dan rapuh, itulah air matanya.”
Malaikat : “Untuk apa?”
Tuhan : “Air mata adalah salah satu cara dia
mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian,
penderitaan dan kebanggaan.”
Malaikat : “Luar biasa! Engkau jenius Tuhan! Engkau
memikirkan segala sesuatunya, wanita ciptaan-Mu akan
sungguh luar biasa menakjubkan!”
Tuhan : “Ya, itu pasti, wanita ini akan mempunyai kekuatan
mempesona bagi laki-laki. Dia dapat mengatasi beban bahkan
melebihi laki-laki. Dia mempu menyimpan kebahagiaan dan
pendapatnya sendiri. Dia mampu tersenyum bahkan saat
hatinya menangis menjerit. Dia mampu menyanyi saat
menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa senyum saat
ketakutan. Dia berkorban demi orang yang dicintainya. Mampu
berdiri melawan ketidak adilan. Dia tidak menolak kalau
melihat yang lebih baik. Dia menerjunkan dirinya untuk
keluarganya. Dia membawa temannya yang sakit untuk
berobat. Cintanya tanpa syarat. Dia menangis saat melihat
anaknya menjadi seorang pemenang. Dia gembira dan bersorak
saat melihat kawannya tertawa. Dia begitu bahagia mendengar
kelahiran. Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan
kematian. Tetapi, dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi
hidup. Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat
menyembuhkan luka. Hanya satu hal yang kurang dari wanita,
dia lupa betapa berharganya dirinya.
Hmmm...
Setelah membaca cerita tadi, semoga kita bisa mengambil
pelajaran dan hikmah darinya.
Sesungguhnya, wanita diciptakan dari tulang rusuk yang
bengkok, ia tidak bisa lurus di satu jalan, jika kita memaksanya,
maka ia akan patah, dan apabila dibiarkan, ia akan bengkok dan
semakin bengkok. Kita harus berupaya lembut dan sabar dalam
membimbing seorang perempuan.
Ya, itulah perempuan, terkadang mendahulukan perasaan dan
emosinya dibanding dengan akal sehatnya. Tapi di sinilah
kelebihannya, dengan perasan yang mendalam maka wanita
memiliki kesabaran dalam mendidik generasi-generasi
penerusnya. Berbeda dengan laki-laki yang mungkin
menggendong bayi satu jam saja sudah mengeluh tak karuan.
Walaupun memang sebenarnya wanita itu sulit dimengerti, tapi
itulah segudang keistimewaan seorang wanita. Ada sebuah
nasihat dari Pak Mario Teguh soal wanita, ia mengatakaan
bahwa wanita memang sulit dimengerti, tapi kita laki-laki
diharuskan untuk mengerti. Kita dituntut untuk berbuat baik
kepadanya. Salah atau tidak, kitalah yang salah, karena wanita
tidak pernah salah. Kalaupun wanita itu salah, kitalah
penyebabnya. Hmmm... rumit ya, hehehe...
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, berbuat baiklah kepada para wanita. Karena
wanita diciptakan dari tulang rusuk yang paling
bengkok.
Jika engkau mencoba untuk memaksa meluruskannya
(dengan kasar), engkau akan mematahkannya. Jika
engkau membiarkannya, maka tulang itu akan tetap
bengkok. Maka berbuat baiklah kepada wanita.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Nah, itu tadi tulisan saya mengenai karakter dan juga bonus bab
tentang perempuan. Semoga kita menjadi pribadi yang
berkarakter dan berjiwa spiritualis dan menjadi pribadi yang
menjalankan perannya di kehidupan dengan baik. Karena
memang sejatinya kita adalah makhluk spiritual yang sedang
mendiami badan yang kasar, bukan badan kasar yang sedang
belajar spiritual. Dan, nasihat „perumpamaan‟ nya. Temukan
siapakah dirimu dan apa peranmu dalam permainan ini.
Lalu mainkan peranmu sebaik mungkin, menangkan,
dan buat Dia bangga melihat pertunjukkanmu.
Sekarang mari kita lanjut ke bab ke-3. Yuk!
“Temukan siapakah dirimu dan apa peranmu dalam
permainan ini. Lalu mainkan peranmu sebaik
mungkin, menangkan, dan buat Dia bangga melihat
pertunjukkanmu.”
Bagus Setyo Aryadi
BAB 3
Spiritual in Model
Model Diri
Dalam mengembangkan diri dan menemukan potensi diri, kita
juga perlu mengambil model-model panutan, yang biasa orang
sebut sebagai teladan. Ya, untuk membentuk model diri kita
sendiri kita juga perlu mengamati, meniru, dan menduplikasi
tokoh-tokoh teladan.
Ini yang saya lakukan ketika saya sudah mulai mengetahui
konsep pribadi saya. Saya mengamati para tokoh besar, idola-
idola saya, juga orang-orang sekitar yang meng-Inspirasi saya.
Saya ambil sikap dan kelebihannya di setiap masing-masing
karakter pribadinya. Bahkan, sikap dan perilaku saya juga
sebagian besar saya tiru dari mereka. Baik dari cara bicara, cara
berjalan, cara melayani, cara bercanda, cara belajar, dan
sebagainya, tanpa menghilangkan ciri khas diri saya, tanpa
menghilangkan jati diri saya.
By The Way, banyak orang yang mengatakan, “Be Your Self!”.
Kalimat itu benar, agar kita menjadi diri sendiri. Tapi saya rasa
akan lebih baik jika kita mengatakakan, “Be Your Best Self!”,
atau “Be The Best of Your Self!”, menjadi diri kita yang terbaik.
Ingat, yang terbaik.
Saya ambil kualitas-kualitas mereka untuk saya jadikan
kepingan-kepingan penyusun potensi jiwa pribadi saya.
Istilahnya, identitas diri kita nanti adalah hasil kerja keras dari
mengambil potongan-potongan kain(kebaikan) pada orang
lain, yang bisa kita pelajari, kemudian
menjahitnya(menjadikannya) sebagai pakaian pada diri kita.
Sehingga ketika kita mengembangkan diri dan mencari potensi
maksimal kita, kita akan lebih cepat tumbuh dan sampai,
bahkan melampaui ekspektasi kita. That‟s true.
Teladan Terbaik
Berbicara mengenai teladan terbaik, tentu semuanya akan
menyebut nama Muhammad bin Abdullah, nabinya umat
Islam.
Ya, karena memang beliau adalah teladan yang mengajari
tentang kerendahan hati, dan akhlak yang mulia. Bahkan ketika
Aisyah, istri Nabi ditanya salah seorang sahabat, “Wahai
Aisyah, bagaimanakah akhlak Muhammad?”, Aisyah
menjawab, “Akhlaknya adalah Al-Quran.”
Hmmm...
Akhlaknya adalah Al-Quran? Tidak bisa dibayangkan betapa
mulia hatinya. Kejujuran, adalah yang paling melekat dalam
dirinya, Al-Amin.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.”
( 33 : 21 )
Ya, saya sangat mengidolakannya, dia mengajarkan tentang
integritas, kasih sayang dan kerendahan hati, sabar dan syukur.
Ada sebuah kisah yang membuat saya terharu karena kebaikan
beliau, ini kisahnya:
Di sebuah pasar di Madinah, hiduplah seorang Yahudi buta yang
selalu menjelek-jelekan Nabi Muhammad. Namun, apa yang
dilakukan oleh Nabi adalah membawa makanan, mendatanginya, dan
menyuapinya setiap pagi. Sayangnya, si Yahudi buta itu tidak
mengetahui siapa orang yang telah berbaik hati menyuapinya.
Kebaikan ini terus dilakukan Nabi setiap harinya, sampailah beliau
wafat. Setelah wafat, tidak ada lagi orang yang membawakan
makanan kepada si Yahudi buta.
Nah, suatu ketika, sahabat terdekat Nabi, Abu Bakar berkunjung ke
rumah anaknya, Aisyah, yang tidak lain merupakan isteri kesayangan
Nabi. Abu Bakar pun bertanya, “Anakku, adakah kebiasaan Nabi
yang belum aku kerjakan?” Aisyah menjawab, “Wahai ayahku,
engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir-hampir tidak ada
kebiasaannya yang belum engkau kerjakan, kecuali satu hal.” Karena
Abu Bakar ingin tahu, maka Aisyah kembali menjelaskan, “Setiap
pagi Nabi selalu pergi ke sebuah pasar, membawakan makanan dan
menyuapi seorang Yahudi buta di sana.”
Keesokan harinya, sambil membawa makanan, berangkatlah Abu
Bakar ke pasar tersebut. Ia cari dan datangi si Yahudi buta itu, lalu ia
suapi. Tatkala ia mulai menyuapi, si Yahudi buta malah marah-marah
dan menghardik, “Siapa engkau?” Menanggapi hardikan itu, Abu
Bakar dengan sabar menjawab, “Aku orang yang biasa(mendatangi
engkau).” Kembali si Yahudi buta menghardik, “Bukan! Engkau
bukan orang yang biasa mendatangiku!”
Ia pun melanjutkan, “Orang yang biasa mendatangiku, apabila ia
datang kepadaku, tidaklah susah tangan ini memegang dan tidaklah
susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu
sikapnya halus. “Mendengar ini, Abu Bakar tidak dapat menahan air
mata. Sambil beurai air mata, ia berkata, “Aku memang bukan orang
yang biasa mendatangi engkau. Aku adalah salah seorang dari
sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Orang yang mulia itu
adalah Nabi Muhammad.”
Seketika itu juga si Yahudi buta menangis. Dengan terisak-isak, ia
berbisik, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya,
namun sedikit pun ia tidak pernah memarahiku. Sebaliknya, ia malah
mendatangiku dan menyuapiku setiap pagi. Betapa mulianya dia.”
Itu tadi salah satu kisah
Nabi Muhammad dan
seorang Yahudi buta,
yang menurut riwayat
kemudian ia memeluk
Islam. Kisah ini
mengajarkan kita untuk
berbuat baik kepada
semua orang, sebagai
rahmat bagi semesta alam,
dan membawa kearifan
Film “Omar” mengisahkan sejarah Umar
bin Khattab dan menceritakan keadaan di
zaman Nabi.
agama saat kita syiarkan.
Banyak tokoh-tokoh yang bisa kita ambil pelajaran di zaman
Nabi. Mungkin sebagai referensi, Anda bisa melihat film
“Omar” yang mengisahkan sejarah Umar bin Khattab pada
zaman Nabi. (Film yang sangat menggugah Inspirasi, dan
mengharukan.)
Sekarang saya ambil kisah salah seorang tokoh Indonesia yang
saya belajar banyak hal darinya. Ini dia...
Mario Teguh
Nah, ini dia salah satu Inspirator saya yang Suuupeeer.
Sismaryono Teguh(nama sebenarnya). Hehehe...
Mengapa Pak Mario menjadi salah satu Inspirator bagi saya?
Saya yakin tidak hanya saya, tapi jutaan orang saya yakin ter-
Inspirasi oleh Pak Mario ini, cara berpikir dan nasihat-nasihat
bijak yang disampaikan dari pengalaman, pengamatan dan
pembelajaran beliau yang membuat saya tertampar-tampar
sekaligus terkaget-kaget, ternyata ada juga orang lain yang
memiliki konsep pemikiran yang seperti ini. Pak Mario adalah
orang yang spiritualis, tapi juga nakal, romantis, humoris,
humanis, dan sama konyolnya seperti saya, itulah yang
membuat saya suka, walaupun awalnya saya dulu orang yang
cukup sinis dengan yang namanya seorang motivator, termasuk
Pak Mario. (Maaf ya Pak, dulu saya bawaannya curiga dan
berprasangka buruk sama Pak Mario.)
Saat saya SMP saya sudah sering dengar nama Mario Teguh
sebagai seorang motivator, tapi saat SMP saya lebih suka
bermain game daripada mendengarkan nasihat-nasihat baik.
Alhamdulillah sekarang saya sudah taubat jadi gamers.
Mungkin sebagian besar dari kita, mengira bahwa Mario Teguh
bukan seorang muslim, karena gaya bahasanya yang bisa
dibilang kurang wajar dengan bahasa yang disampaikan
seorang pendakwah muslim lainnya. Dan ketika SMA kelas 12,
Minggu malam saya nonton TV, karena bosan dengan tayangan
TV sekarang yang tidak mengedukasi, saya coba pencet-pencet
remote untuk pindah channel, eh, bukan kebetulan untuk
pertama kalinya melihat Pak Mario Teguh di TV, tepatnya di
acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV, tidak sampai 2
detik pas sekali sebelum saya pencet remote lagi, beliau
mengucapkan sebuah kalimat dengan gaya bahasa
universalnya, dan sekejap saya tahu bahwa itu firman Allah,
“Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan”. Dan sekejap
saya menahan diri untuk mengganti chanel TV lain, saya
akhirnya menonton Pak Mario sampai habis, dan benar,
ternyata kalimat-kalimat yang disampaikan adalah kalimat-
kalimat yang dipilihnya dari Al-Quran. Waw, 2 detik yang
mengubah persepsi saya terhadap Pak Mario Teguh.
Sejak itu saya sadar bahwa belajar itu harus dari siapapun,
jangan memiliki prasangka yang tidak baik dari seorang yang
berbeda dengan kita, termasuk dalam keyakinan, dan belajarlah
dari orang-orang hebat lainnya. Sejak itu saya menjadi
pengamat setia Golden Ways... (Asyiiik setia nih yeee... kode
nih... huahaha)
Ya, walaupun merasa telat untuk mendengarkan dan belajar
dari seorang Mario Teguh, saya harus belajar banyak hal dari
beliau terkait cara berpikir, cara berbahasa dan bicaranya.
Karena cita-cita saya mengharuskan saya mempelajari hal itu.
Sejak itu saya mulai mencari di YouTube, Alhamdulillah dari
ratusan episode, satu per satu episode Golden Ways dari
episode awal sampai episode paling akhir bisa saya tonton dan
download dari YouTube. (Terima kasih YouTube, ternyata
kamu tidak seperti kata teman-temanku dulu bilang, bahwa
YouTube hanya untuk menonton video-video tidak baik.)
Semua video nasihat dari Golden Ways, MTSV, MTLR, MTSC
dan sebagainya di YouTube sudah saya tonton, download dan
koleksi semua, juga saya bagikan kepada teman-teman saya
sebagai tanda permintaan maaf saya kepada Pak Mario karena
dulu telah curiga dan meremehkan nasihat-nasihat beliau.
Namun ada satu hal yang sepertinya kurang, dan
Alhamdulillah doa saya terjawab, saat tulisan ini dibuat, saya
ditawari video-video motivasi dan di dalamnya ternyata ada
satu video yang sangat benilai bagi saya, tentang talkshow
pribadi seorang Mario Teguh, video “Satu Jam Lebih Dekat TV
One - Mario Teguh” dari salah satu teman saya. Momen yang
pas sekali dan sangat membantu...(By The Way, terima kasih ya
kak, videonya membuat saya menangis dan memotivasi hidup,
dan bisa menambah tulisan Inspirasi di bab Mario Teguh ini.)
Dalam video talkshow bersama Pak Mario ini, kita bisa cukup
mengenal dekat siapa sesungguhnya Mario Teguh. Di awal
video, beliau menasihatkan:
“Good is Not Enough, when Better is Possible”
Baik itu tidak cukup jika lebih baik masih mungkin, jadilah
pribadi Super sebagaimana direncanakan menjadi. Nah dari
itulah asal mula salam Super khas Mario Teguh tercipta, ketika
dikatakan “Apa kabar?”, maka jawabnya bukan “Baik”,
melainkan “Super!”.
Pak Mario dulunya(maksudnya waktu masih muda) adalah
seorang yang minder, pendiam, pemarah, pengeluh, pemurung
dan pe-pe-pe yang lainnya. Ya, tapi lihat sekarang, dia menjadi
salah seorang tokoh Indonesia yang berpengaruh bagi kebaikan
sesama, jumlah Fans Facebook Page nya juga sangat besar, 14jt
lebih. Jangkauan pelayanan yang sangat luas, masyaAllah...
Saya tidak bisa membayangkan betapa repotnya seorang
pendakwah yang berpredikat penasihat dan motivator yang
melayani jutaan masyarakat dari segala agama dan kalangan,
dengan berbagai macam permasalahan.
Cukup beruntung Indonesia memiliki tokoh seperti Pak Mario
Teguh. Beliau juga menasihatkan,
“Yang paling penting adalah yang ada di dalam kesadaran
pribadi yang mendengarkan, bukan pada saya sebagai
penasihat atau motivator.”
Ini adalah kunci untuk menangkap hikmah dan Inspirasi,
„mendengarkan‟. Karena bagi pribadi yang sudah lama mencari
jawaban, satu detik yang pas bisa menjawab pertanyaan seumur
hidup.
Niat baik beliau dalam penasihatan juga sering mendapat kritik
dan perendahan dari orang-orang, mereka berkata, “Hidup tak
semudah kata-kata Mario Teguh.” Ya, memang siaapa bilaang
hidup ini mudah? Pak Mario saja menasihatkan bahwa,
“Hidup ini memang sulit, tapi hidup ini bukan untuk
dikeluhkan kesulitannya namun untuk diupayakan
kemudahannya.”
Dan, jika kita memahami dan memperhatikan, kehidupan ini
sebenarnya bisa menjadi mudah jika kita bisa memahami nama
baik dan sifat-Nya Al-Hadi(Maha Pemberi Petunjuk).
Menanggapi kritik dan perendahan itu, beliau tidak
tersinggung. Karena beliau memahami, bahwa orang yang
mengatakan hidup tidak semudah kata-kata Mario Teguh,
sebenarnya hidupnya sedang susah, dan butuh kasih sayang.
Hati yang mudah tersinggung, adalah hati yang kasar. Hati
yang halus, jika disinggung dia tidak akan mengerti, tidak perlu
melihat sakit hati, malah mengharuskan jadi pelayan bagi
pengertian baik orang lain.
Beliau juga menasihatkan kepada kita untuk membentuk
pribadi yang profesional dan spiritual, tidak salah satunya saja.
Dalam menjalani hubungan, beliau menasihatkan, bahwa
keharmonisan hubungan bukan karena kurangnya kasih
sayang, tapi karena kurangnya persahabatan. Cara bersahabat,
jangan menunggu orang lain baik, kitalah yang mensahabatkan
diri. Maka dari itu beliau memanggil kita dengan sebutan,
“Sahabat-sahabat saya yang baik hatinya.”
Saat muda, Pak Mario ini adalah orang yang pekerja keras,
visioner dan genit. (Wah...)
By The Way, Pak Mario ini memiliki kecerdasan bahasa yang
tinggi, Pak Mario dapat kata-kata itu dari mana ya? Ada yang
tau? Ini jawaban beliau ketika ditanya darimana Pak Mario
memperoleh kata-kata itu,
“Saya itu selalu berdoa, agar digunakan sebagai penjawab
bagi doa saudara-saudara saya”
Sebagai penjawab, ya itu jawabannya. Kalimatnya ditenagai
oleh-Nya.
Dalam kesibukannya, beliau ternyata juga memiliki beberapa
masalah-masalah kejiwaan, dan stress. Konsultan terbaiknya
adalah Ibu Lina, isteri beliau. Ketika Pak Mario merasa kecil
hati, dan letih, beliau kadang mengeluh kepada isterinya. Dan
isterinya menjadi konsultan dan motivator baginya. (Sabar ya
Pak, memang orang yang paling butuh motivasi adalah
motivator, dan orang yang paling butuh nasihat adalah
penasihat, saya paham itu.)
Kadang beliau letih, dalam menekuni profesinya sekarang.
Namun, jutaan orang berterima kasih melalui email kepada Pak
Mario, itulah pembayar letihnya.
Pak Mario pernah down di masa lalu, beliau mengeluhkan
mengapa banyak orang yang tidak baik berkuasa, sedangkan
orang yang baik malah lemah. Mengapa Tuhan menjadikan
seorang yang tidak pantas memimpin untuk menjadi
pemimpin. Itulah kegalauan Pak Mario setiap hari saat itu.
Ia pernah marah kepada Tuhan, bahkan saat usia 17 tahunnya
saat mendapat beasiswa ke Amerika, beliau berencana pindah
agama, karena beliau marah sekali dengan cara-cara pemuka
agamanya yang tidak membuat dirinya bangga beragama,
karena bagi beliau di antara mereka banyak melakukan hal-hal
yang tidak pantas dilakukan oleh seorang pemuka agama.
Marah, lalu berniat belajar agama baru, mempelajari semua
agama. Lalu bingung, karena agamanya macam-macam,
bingung mana yang dijadikannya acuan. Kebingungan itu
berhenti saat beliau tak lagi mencari perbedaannya, tetapi
berfokus pada kesamaannya. Semua adalah agama Tuhan, yang
membuat beda karena interpretasi dan perliaku manusia yang
mementingkan ego dan nafsu untuk dimasukan dalam
kepentingan agama.
Lalu setelah selesai di sana, ia pulang kembali ke Indonesia
sebagai seorang muslim yang mencoba utuh, mengutuhkan ke-
Islamannya sejak kelahirannya.
Hmmm...
Itu tadi seputar teladan dan tokoh panutan, semoga bisa kita
ambil pelajaran darinya. Dan nasihat „perumpamaan‟ nya,
Permainan ini adalah perlombaan yang mengharuskan
kita untuk menjadi pemenang. Untuk menjadi
pemenang, belajarlah dari pemain lain. Lalu
berupayalah tumbuh melampaui level yang lebih tinggi
dari mereka.
Jadilah versi terbaik dari diri kita. Mengambil banyak dari
sikap idola-idola kita, tapi tetap menjadi The Best Person In
Your Self!
“Permainan ini adalah perlombaan yang
mengharuskan kamu untuk menjadi pemenang.
Untuk menjadi pemenang, belajarlah dari pemain
lain. Lalu berupayalah tumbuh melampaui level
yang lebih tinggi dari mereka.”
Bagus Setyo Aryadi
BAB 4
Spiritual in Wealth
Rezeki dan Kekayaan
Pada bab ini, kita bahas soal kekayaan, lebih luasnya rezeki.
Bicara soal rezeki, apa rezeki terbesar dalam hidup kita? Ya,
pertama tentu keimanan kita, kedua kesehatan, dan ketiga
adalah hati dan jiwa yang damai.
Bagaimana dengan harta? Harta bisa diperoleh dengan kualitas
tiga rezeki utama tadi.
Membahas rezeki, saran saya bacalah buku-buku karya Mas
Ippho Santosa dan Pak Yusuf Mansur. InsyaAllah Anda akan
lebih paham.
Bicara mengenai kekayaan,
banyak sekali di antara kita
yang masih saja membenci
kekayaan. Mereka
mengatakan, orang kaya
banyak yang sombong,
orang kaya banyak yang
korupsi. Ya, itu orang kaya yang tidak amanah. Bahkan
sebagian berkata, “Lebih baik miskin, orang miskin lebih
banyak dan lebih cepat masuk surga.” Padahal banyak orang
kaya yang dermawan, dan mereka bisa masuk pintu surga
khusus orang-orang yang rajin berderma, ya to?
Nabi dan para sahabat juga merupakan orang yang kaya,
mereka berbisnis. Yang mengatakan Nabi pernah berdoa untuk
“Cara paling mudah
mengentaskan kemiskinan
adalah memastikan diri Anda
tidak miskin.”
Ippho santosa
dijadikan golongan miskin sebenarnya mereka salah
menangkapnya, padahal dalam hadist tertulis qolil, yang artinya
sedikit. Nabi berdoa untuk digolongkan kepada golongan yang
sedikit, golongan minoritas, bukan golongan miskin, kenapa?
Karena sedikit yang bersyukur, sedikit yang kaya, sedikit yang
masuk surga, dan sebagainya.
Jangan membenci kekayaan, karena dengan kaya kita bisa
berderma. Bisa memberi manfaat, membangun sarana ibadah,
membiayai pendidikan, dan lain-lain. Ingat nasihat kefakiran
dekat dengan kekufuran? Bukankah Tuhan itu Al-Ghani(Maha
Kaya) dan Al-Bar(Maha Penderma)? Itulah mengapa kita harus
beupaya menjadi pribadi yang kaya dan dermawan. Maka
jangan banggakan kemiskinan, banggakanlah kekayaan dari-
Nya yang menjadikan kita rendah hati dan dermawan.
Tali Rezeki
Tali rezeki, ikatan saluran rezeki dari-Nya dan kita, tali ini
terpilin dari serat-serat yang terdiri dari 3 bagian:
1. Permintaan
Ini dia, yang sering kita abaikan, meminta. Banyak di
antara kita berdoa dan meminta dengan cara yang belum
benar, dan meminta hal-hal yang kecil. Minta dan
berdoalah dimulai dengan basmalah, pujian kepada-Nya,
shalawat kepada Nabi Muhammad, baru isi doanya.
(Tahukah Anda, bahwa doa kita masih mengambang di
langit jika tidak di buka dan di akhiri dengan shalawat?)
Lalu jangan berdoa dan meminta hal-hal kecil, bukankah
Dia itu Ar-Rahman(Maha Pemurah), dan Al-Kabir(Maha
Besar)? Kenapa mintanya kecil? Mintalah yang besar, lalu
pantaskan diri untuk menerima pemberian-Nya yang
besar itu.
2. Kepantasan untuk menerima
Setelah meminta harus segera memantaskan diri untuk
diberi. Jangan sampai saat Dia akan memberi, kita tidak
punya „wadah‟ untuk menerimanya.
3. Menggunakan yang sudah ada sebagai pelebih
Mensyukuri yang sudah ada. Jangan berharap diberi
sesuatu yang baru jika yang sekarang saja ditelantarkan.
Orang yang mensyukuri yang sudah ada, akan mudah
diberi. Syukuri dengan menerima yang ada sebagai alat
untuk mendapatkan yang lebih. Syukur itu menjadikan
sejelek-jeleknya harta menjadi sebaik-baiknya modal.
Jangan keluhkan yang jelek, karena ia bisa menjadi yang
terbaik kalau itu hanya satu-satunya milik kita yang kita
punya.
“Pikiran yang penuh rasa syukur
adalah pikiran yang akhirnya akan
menarik berbagai hal besar kepada
pikiran tersebut.”
Plato
Bisnis Perdagangan
“Berdaganglah, 9 dari 10 pintu rezeki ada di dalam
perdagangan.” Nasihat ini sudah tidang asing lagi di telinga
kita, ya, melalui perdagangan, berbisnis, kita bisa mendapat
rezeki, bayangkan ada 9 pintu rezeki masuk melaui jalur
dagang, 9 pintunya dikuasai oleh pebisnis atau pedagang, lalu 1
pintunya lagi untuk siapa? Untuk investor. Lah, karyawan?
Sisa-sisanya, hehehe...
Bukan maksud merendahkan seorang karyawaan, pebisnis
tanpa karyawan juga ga bisa kaliii...
Nabi Muhammad juga seorang pebisnis yang kaya. Dengan
berbisnis, kita belajar kemandirian, tidak bergantung kepada
apapun dan siapapun, kecuali Allah. Kadang saya perhatikan,
banyak pekerja yang masih saja bergantung kepada selain
kepada-Nya, dia tidak berharap kepada-Nya, dia berharap
kepada orang yang menggajinya, orang yang berharap kepada
selain-Nya dibiarkan menempel kepada yang bukan Tuhan.
Sehingga, kadang mereka lebih takut tidak mendapat uang
daripada takut mengecewakan Tuhan.
Hmmm...
Makanya sering kita lihat seorang pekerja yang sibuk bekerja
mencari uang, mendapat gaji, mengejar uang, atau apapun
istilahnya, sering lupa untuk mensyukuri apa yang mereka
terima, mengeluh dapat sedikit, dan tidak mensyukuri yang
memberi mereka gaji, istilahnya „menggigit tangan orang yang
memberi makan kepada kita‟. Ya, pekerja memang biasanya
mendapat gaji yang pasti, beda dengan pengusaha yang
pendapatannya tidak pasti jumlahnya. Makanya, pekerja sering
kecewa dan mengeluh kepada bosnya jika gaji sedikit.
(By The Way, lebih baik kecewa kepada Tuhan atau kepada
manusia? Lebih baik kecewa kepada Tuhan, karena dasarnya
kekecewaan itu selalu disebabkan karena kita salah mengerti
kepada-Nya, karena tidak ada niat-Nya kecuali memuliakan
kita.)
Menjadi seorang pengusaha mungkin merupakan cita-cita
Anda, termasuk saya. Cita-cita saya memiliki perusahaan
multibisnis yang produknya dikonsumsi dan dipakai
masyarakat dari pagi sampai paginya lagi, sehari-hari. (Doakan
saya semoga bisnis saya “Apa Family Group Indonesia” yang
sedang dikonsep bisa terealisasi, dan bisa melayani juga
memberi manfaat kepada semua orang. Aaamiin, Allahuma
shali ala Muhammad.)
Dan sejak usia 5 tahun saya memang sudah suka bisnis, dan
sampai sekarang masih diberi kesempatan untuk berbisnis, dan
belum lama saya menulis E-BOOK “Bisnis Online Tanpa Modal”
yang bisa teman-teman unduh gratis di bagussaryadi.com,
silahkan download, saya sharing tentang bisnis yang saya jalani
sekarang di situ.
Banyak yang bertanya, apakah bisnis perlu bakat? Memang
bakat itu perlu, bakat memungkinkan kita melakukan sesuatu
dengan mudah, saat orang lain melakukannya dengan sulit.
Walaupun kita tidak memiliki bakat, tidak ada salahnya jika
kita membakati diri.
Coba saya tanya, melukis yang hebat itu, yang mirip atau yang
tidak mirip? Jawabannya adalah yang tidak mirip, coba kita
lihat lukisan-lukisan Pablo Picaso, lukisannya tidak mirip tapi
bernilai sangat mahal. Kalo mau pelukis yang bisa sangat mirip
saat melukis, ada tuh, namanya printer. Hehehe...
Hakikat dari bisnis yang kita jalani seharusnya adalah untuk
melayani dan memberi manfaat. Ya, menjadi orang yang
bermanfaat. Jangan kita bilang, “Itu berarti kita dimanfaatkan
dong?” Bagaimana bisa kita menjadi orang yang bermanfaat
kalo kita tidak dimanfaatkan orang lain? Jika dimanfaatkan
dalam hal kebaikan, mengapa tidak? Dan jika kita
dimanfaatkan dalam keburukan, yang salah adalah diri kita
sendiri.
(By The Way, saya ada tips bagaimana supaya kita tidak
dimanfaatkan dalam keburukan. Syaitan biasanya menghasut
kita berlaku buruk, untuk keluar dari batas kebaikan. Tanda
bahwa kita keluar dari batas kebaikan adalah ketidakdamaian.
Tidak ada orang yang melakukaan keburukan yang damai. Itu
sebabnya, ketika kita tidak damai, kita membutuhkan apapun
yang berisik atau bising untuk menutup „pendengaran‟ nya
dari mendengar kata hatinya. Sayapun dulu demikian,
menutup pendengaran dari kata hati saya, yang padahal kata
hati selalu memprotes saya, “Mengapa kamu keluar dari batas
kebaikan?”)
Jadi, bisnis tidak perlu bakat. Mulai saja dari apa yang kita
punya, sayapun demikian. Sebagian besar di antara kita
mensyaratkan dirinya kuat terlebih dahulu, baru mau memulai.
Padahal, semua orang besar yang berhasil itu memulai dari
keadaan di mana dia berada, mereka tidak menunggu keadaan
lebih baik untuk memulai, mereka menggunakan apapun yang
ada sekarang, dan segera memulainya.
Percaya atau tidak, saya bisa menghasilkan sampai
Rp3.000.000,-/bulan dari bisnis online, yang saya mulai tanpa
modal apa-apa, hanya menggunakan sekecil-kecilnya sumber
daya atau sesuatu disekitar saya. Itu saya sharingkan di E-
BOOK yang saya tulis tadi. (Download dan baca ya. )
Jangan minder jika bisnis kita masih kecil. Jika ada yang
merendahkan katakan saja, “This is My Business, memang
masih kecil, But I‟m Growing!”
Suatu saat, ide bisnis kita yang ber-visi dan misi pasti akan di
bantu-Nya terwujud, apalagi kalau memang ide bisnisnya
berasal dari-Nya, pasti bisa, asalkan kita percaya, tekun dan
komitmen.
Tapi kembali lagi kepada pilihan kita masing-masing, mau jadi
pekerja atau pengusaha, sama baiknya, asal amanah dan
bertakwa.
(By The Way, bicara soal pilihan, apakah benar hidup ini hanya
mengalir begitu saja menuruti kehendak takdir, dan kita tidak
bisa memilih? Bagi saya tidak. Hidup ini adalah pilihan, kita
bisa memilih bagaimana hidup kita akan menjadi. Ingat rumus
ABCD? Di mana A (Allah) telah menciptakan manusia, yang
diawali dengan B (Birth, kelahiran), dan diakhiri dengan D
(Death, kematian). Nah, sedangkan C berada di antara B dan D.
Apa itu C? Tidak lain dan tidak bukan, C adalah Choice, alias
pilihan.
Jadi, janganlah kita menyalahkan takdir, dan menjadikan takdir
sebagai alasan, padahal kita bisa memilih untuk memutuskan
nasib kita mau jadi apa dan mau bagaimana, jika kita memang
benar-benar berupaya memperbaikinya (13:11). Dia bisa
menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa
yang dia kehendaki (13:39). OK?)
Sedekah dan Pemberian
Biasanya, kalau bicara soal pengusaha, tidak jauh dengan yang
namanya sedekah, karena ini hobinya para pengusaha yang
spiritualis. Konsep mengenai memberi atau sedekah ini, banyak
saya dapatkan dari Mas Ippho dan Pak Yusuf Mansur.
Terutama soal ikhlas. Apakah sedekah harus ikhlas? Idealnya
ya, sedekah memang harus ikhlas, tapi walaupun belum ikhlas
tetap saja bersedekah, kalau kita nunggu ikhlas, ga bakal
sedekah jadinya. Ikhlas ga ikhlas sedekah saja dulu, lama-lama
bakal ikhlas kok.
Bolehkah pamrih? Boleh asal pamrih(harap) kepada Allah.
Kalau kita berharap sama manusia, itu yang ga boleh.
Sedekah terang-terangan boleh? Boleh, dan lebih baik jika
disembunyikan (2:271). Yang tidak boleh itu terang-terangan ga
sedekah, atau diam-diam ga sedekah. Lagi pula banyak amalan
yang memang harus ditampakkan, seperti zakat, haji, dan
adzan, mereka tidak bisa dilakukan diam-diam. (Yang benar
saja...)
Dan, ini ada hitungan matematis dari konsep memberi yang
saya dapatkan dari salah satu sahabat saya ,belum lama saat
buku ini hampir selesai ditulis:
= z
x : pembilang = yang kita beri
y : penyebut = yang kita harapkan
z : hasil = yang kita dapatkan
= 1
Jika yang kita beri 1, dan berharap 1, maka kita akan
mendapatkan 1.
= 0
Jika yang kita beri 0(tidak memberi), dan berharap 1, maka kita
akan mendapatkan 0(tidak mendapat apa-apa).
= ~
Jika yang kita beri 1, dan tidak berharap apa-apa(memberi
tanpa harap) maka kita akan mendapatkan sesuatu yang tak
terhingga(balasan yang banyak).
Kita menemukan bahwa semakin banyak kita memberi tanpa
harap, semakin banyak kita menerima, dan semakin kita banyak
memberi, maka semakin banyak kita diberi lagi untuk berbagi.
Bahkan, akan diganti oleh-Nya sampai 700 kali lipat atau lebih
balasannya (2:261).
“Bagaimana kalau saya saja orang yang tidak punya?” Orang
yang tidak punya, tapi berkeinginan memberi, maka akan
dijadikan punya. Akan datang rezeki dari hal yang tidak
terduga.
Sedekah pasti dibalas, ga pakai insyaAllah. Ya, ga pakai
insyaAllah. Mungkin di antara kita ada yang nyeletuk, “Loh
kok ga pakai insyaAllah? Itu takabur dong?” Itu bukan takabur,
itulah iman, bukankah Allah sendiri yang berjanji? Kalau Allah
berjanji, Dia tidak mungkin mengingkari, maka pasti dibalas.
Kalau pakai insyaAllah, nanti lucu jadinya. Kalau kita berjanji
harus pakai kalimat insyaAllah sebagai tanda meminta ijin
kepada-Nya, lah kalau Allah mau ijin sama siapa? Right?
Konsep Kesederhanaan
Banyak di antara kita berkata, “Sudahlah, hidup biasa-biasa
saja, sederhana, ga perlu kaya, asal bahagia.” Ini adalah ajaran
mental miskin yang sangat berbahaya. Padahal Nabi
Muhammad mengajarkan kita untuk hidup hebat, besar, kuat,
luas, dan bermanfaat. Yang sederhana itu sikapnya. Ini konsep
kesederhanaan yang diajarkan Mas Ippho Santosa, “Produksi
sebesar-besarnya, konsumsi sekedarnya, distribusi seluas-
luasnya.” Apa artinya? Kita harus se-produktif mungkin,
namun konsumsi secukupnya saja, dan
mendistribusikan(membagikan atau memberi) nya seluas
mungkin. Kalau hidup kita kaya, kuat, luas, hebat, kita tidak
hanya bisa bahagia, tapi bisa membahagiakan yang lain. Right?
Berupayalah menjadi seperti itu!
Impian dan Visi
Impian dan visi. Dua hal ini adalah kunci untuk menaklukan
dunia masa depan. Ini saya sadur dari buku The 7 Awareness
karya Nanang Qosim. Masa depan ini bisa kita capai dengan
pikiran raja, pikiran masa depan, ada 6 hal, yaitu:
1. Kuatnya keyakinan terhadap impian dan visinya
2. Lebih mendengarkan suara hati daripada sekitar
3. Menciptakan sesuatu yang berbeda
4. Menjadi inspirasi dan menginspirasi orang lain
5. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap impian dan
visinya
6. Memiliki keyakinan bahwa ada kekuasaan Tuhan dibalik
semua hal
Semua orang punya impian, dari impian datanglah harapan.
Semua orang perlu impian, dengan impian ada kekuatan.
Impian menyinari hatimu bagai mentari, menerangi seluruh
duniamu. Impian membimbingmu ke jalan yang benar,
memberimu keberanian untuk melangkah maju.
Ali bin Abi Thalib pernah menasihatkan, “Impian dan visi yang
besar, merupakan salah satu tanda kuatnya iman.”
Sering kali ada yang mendebat saya soal ini, mereka berkata,
“Kita itu tidak boleh bercita-cita terlalu besar, meminta hal-hal
yang terlalu besar, bersyukur saja apa yang dikasih.”
Sedikit saya berpendapat bahwa justru seharusnya kita itu
memiliki harapan dan permintaan yang besar kepada-Nya.
Why? Seperti yang sudah saya jelaskan dibagian sebelumnya.
Bukankah Tuhan itu Al-Kabir(Maha Besar)? Bukankah Tuhan
itu Al-Ghani(Maha Kaya)? Bukankah Tuhan itu tempat
meminta segala sesuatu?
Mengapa kok mintanya
kecil? Ada yang
menjawab, “Tau diri
Mas.” Itu artinya kita
harus membangun
kepantasan bagi doa-doa
kita. Kalo mau dikasih yang besar, tentu kapasitas yang kita
punya harus dibesarkan juga untuk dapat menampung
pemberian-Nya itu, bukan berarti kita tidak berikhtiar dan
bertawakal, ya...
So, mintalah. Mintalah kepada Tuhan, Tuhan disebut Tuhan
karena dia adalah tempat meminta segala sesuatu yang tidak
bisa diberi manusia, OK?
“Bagaimana kalau kita berusaha mencapai sesuatu yang
menurut kita tidak mungkin, lalu kita meminta kepada-Nya
yang memiliki segala kemungkinan untuk mewujudkannya.”
Yusuf Mansur
“Jaga harapan kita yang tinggi,
karena di sanalah Tuhan akan
menemui kita, ya menemui kita,
pada harapan yang tinggi itu.”
ANONIM
Rasa Syukur
Mengenai konsep rasa syukur, bahwa syukur itu menerima
segala yang telah ada, dan menggunakannya dengan sebaik
mungkin. Puas itu harus, tapi lebih puas itu hak. Ketika kita
dapat sepeda, kita bersyukur, ketika dikasih motor? Lebih
bersyukur lagi kan? Dan ketika kita meminta mobil lalu dikasih
sama Allah, maka kita juga akan semakin bersyukur.
Itu artinya, bersyukur dan merasa cukup bukanlah berhenti
menerima apa adanya tanpa mengupayakan lebih. Ingat ya
kawan...
Dan syukuri rezeki yang telah kita minta. Jangan rezeki yang
kita minta dan kita upayakan dengan sulit itu, kita gunakan
untuk membiayai penyianyiaan waktu, bahkan untuk
membiayai maksiat. Na‟udzubillah...
Syukuri usia yang masih diberikan oleh-Nya. Bukan
panjangnya usia, tapi banyaknya nilai yang ada pada diri kita
dalam keseharian.
Syukuri dan bersabar saat keadaan kita jatuh dan gagal. Orang
yang tidak pernah gagal pasti sombong. Karena itu sebabnya,
kita digagalkan sedikit demi sedikit supaya tidak sombong.
Dan syukuri saat kita di atas. Ingat, yang memberhasilkan
adalah Allah. Keberhasilkan yang kita raih adalah karena
kewenangan Tuhan. Bukan karena kita pandai.
Logika Keadilan
Hmmm...
Kadang sering orang masih saja mengeluhkan ketidakadilan,
merasa kenapa dirinya tidak sekaya dan tidak seberuntung
orang lain. Padahal, hidup ini sudah Dia posisikan dengan adil.
Kita saja yang tidak menempatkan diri secara seimbang.
Sehingga keadilaan itu serasa goyang, tak seimbang. Untuk
bisa merasakan keadilannya, pastikan kita memenuhi
hukumnya, jangan nakal dengan keluar dari posisi yang
seharusnya, bergeser sedikit saja, kita tidak bisa merasakan
keadilannya.
Logikanya seperti gambar ini:
Keadilan hanya pantas bagi orang yang memiliki kepantasan
bagi hukumnya.
7kg 7kg
Kita harus memposisikan diri di titik keseimbangan untuk bisa
merasakan yang namanya keseimbangan, bergeser sedikit saja,
keseimbangan itu akan hilang.
Rezeki yang Terlupakan
Hmmm...
Ada sedikit yang ingin saya sampaikan. Ini dia, rezeki yang
sering kita lupakan. Keluarga. Di sinilah awal mula rezeki itu
dilancarkan. Lihatlah, ketika sepasang suami-isteri membangun
keluarga, rezeki mereka membaik. Setelah memiliki anak, rezeki
mereka semakin baik. Memang benar, keluarga adalah saluran
dilebihkannya rezeki dari-Nya.
Ya, keluarga adalah tempat kembalinya kita ketika ada masalah,
ketika bersedih. Keluarga yang masih mau mengurus kita saat
kesulitan menghampiri. Terutama orang tua kita, ibu kita, dan
ayah kita. Walaupun kadang kita lebih sering marah kepada
orang tua dan keluarga kita daripada yang lain, tapi ujung-
ujungnya merekalah yang paling kita sayangi dan menyayangi
kita.
Ibu saya dulu sering marah kepada saya, karena dulu saya
nakal, sekarang pun masih ada nakalnya. Ya, saya tau,
sebenarnya itulah bentuk perhatiannya, beliau ingin saya
menjadi anak yang baik. Tapi, beginilah saya.
Ayah saya, yang sering memberikan saya mainan di waktu
kecil, dan sering mengantarkan saya sekolah dulu, sampai
hujan-hujanan pun beliau lakukan, demi anaknya ini.
Kedua kakak saya, yang dulu sering menjadi korban kejahilan
dan kenakalan saya, kini masing-masing sudah memiliki
keluarga sendiri.
Kini semuanya berada di tempat yang berbeda-beda, ibu saya
bekerja, kedua kakak saya membina rumah tangga, dan ayah
saya sekarang sudah berada bersama-Nya.
Di sinilah semua sejarah masing-masing kita bermula. Canda
tawa, tangis, semua menyatu di sini. Kepribadian dan pola pikir
kita pun terbentuk di sini. Keluarga.
Semua dari-Nya yang kita dapat, diberikan melalui orang tua
kita, keluarga kita. Dari kecil, sampai sekarang kita masih ada,
semua berkat kasih-sayang-Nya yang diturunkan kepada orang
tua kita. Sudah sepatutnya kita bersyukur dan selalu
mendoakan mereka.
Mamah, saya, dan kakak pertama.
Papah(alm), saya, kakak kedua.
“Kamu telah diberi modal sebagai bekal dalam
permainan ini. Tugasmu selanjutnya adalah
mengelola dan menggunakannya dengan sebaik
mungkin dengan bijak, sampai permainan ini
selesai.”
Bagus Setyo Aryadi
BAB 5
Spiritual in Love
Terakhir tadi, kita bahas soal keluarga. Ngomong-ngomong
soal keluarga, di dalam keluarga saya, tinggal saya yang belum
berkeluarga. Maka sekarang saya bahas hal-hal macam ini. Tapi
insyaAllah secara lebih luas. Berbicara mengenai cinta, sesuatu
yang tiada habis kisahnya, dan tiada kekuatan emosional yang
melampaui sesuatu yang disebut cinta ini. Ini berkaitan dengan
jodoh dan pernikahan.
By The Way, saya sering dapat kritik, “Kamu ini belum nikah
kok sudah mbahas jodoh dan sok nasihatin soal pernikahan.”
Hmmm...
Pernah dengar nasihat, “Teman yang baik dan cerdas adalah
yang menasihatkan tentang mempersiapkan kematian, jika
berada dekat dengannya, kita mengingat Allah dan mengingat
mati.”
Nah, sekarang coba jawab pertanyaan ini. Apakah saya harus
mati dulu, untuk bisa menasihatkan soal kematian? (Ah, yang
benar saja bung...)
Nah ini juga, pernikahan dan jodoh juga perlu ada nasihatnya
to? Jadi logikanya, saya tidak perlu menikah dulu untuk
membahas hal ini. Nasihat ini juga untuk diri saya sendiri. Dan
saya rasa ini penting. Jadi ambil hikmahnya saja ya...
Apa itu Cinta?
Definisi dan arti nama cinta itu banyak sekali. Nanti kita coba
ambil hikmah dari pengertian cinta yang banyak itu.
Ada salah satu nama baik Allah, yaitu Al-Wadud(Maha
Mencintai, Mengasihi) yang hakikatnya seluruh nama baik-Nya,
berinti pada sifat-Nya Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang.
Tuhan Maha Mencintai. Dan sudah seharusnya kita mencintai-
Nya juga melebihi cinta kita kepada apapun. Cinta kepada-
Nya, artinya kita memusatkan pikiran, hati, dan jiwa
sepenuhnya kepada-Nya.
Tapi tidak memungkiri juga bahwa kita diberikan cinta oleh-
Nya kepada makhluk lainnya (3:14).
Cinta adalah kekuataan emosional tertinggi, yang dengannya
semua keajaiban bisa terjadi.
Makna cinta setiap orang berbeda-beda. Saya mendefinisikan
cinta sebagai ketulusan, pelayanan, pengorbanan, memberi
yang terbaik, disiplin dan tanggun jawab, serta indikasi lainnya
yang melekat padanya.
Cinta adalah Ketulusan.
Dalam nuansa ketulusan, seorang yang memiliki rasa cinta,
akan menunjukan satu sikap perilaku yang jernih, tanpa beban,
karena yang menjadi perbuatannya bukanlah untuk mendapat
pujian manusia, namun
mengharapkan limpahan kasih
sayang dan perhatian-Nya.
Ketulusan jiwa atau hati yang
ikhlas ini tidak dapat
diungkapkan dalam kata-kata,
dan tidak mungkin dinyatakan
oleh pernyataan diri kita sendiri.
Yang bisa menandakannya
adalah sikap dan tindakan kita.
Ya, walaupun sering saat kita
membantu atau memberi kepada
seorang, tetapi justru mendapat
respon dan persepsi negatif dari
orang yang kita bantu, tapi kalau
memang benar-benar tulus, tidak
ada masalah dalam diri kita.
Coba berapa banyak dan sering di antara kita yang niatnya
tulus membantu, namun malah mereka mencurigai ketulusan
kita dan kita mendapat respon kurang baik? Saya yakin Anda
pernah mengalaminya.
Cinta yang benaar-benar tulus ini belum pernah saya rasakan
dari seseorang, kecuali oleh seseorang yang disebut ibu. Tidak
perlu saya jelaskan, Anda sudah mengerti sendiri, karena 100%
Anda pasti lahir dari seorang ibu.
Film “Assalamualaikum Beijing”,
mengisahkan cinta yang tulus
dan sejati.
Cinta adalah Pelayanan.
Orang baru dikatakan memiliki cinta, jika ia bersedia menjadi
pelayan bagi kecintaannya. Maka, sebaik-baiknya cinta ini,
haruslah karena kecintaan kita kepada-Nya, sehingga sekaligus
menjalankan tugas kita mengabdi dan melayani-Nya. Dan
ketika seperti itu, maka secara tidak langsung kita juga menjadi
pelayan bagi sesama.
Cinta adalah Pengorbanan.
Berapa banyak kita lihat, orang-orang yang benar-benar
mencintai, rela mengorbankan banyak hal demi kecintaannya.
Ingat kisah Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail? Ya, Nabi
Ibrahim rela mengorbankan anaknya atas perintah-Nya,
padahal baru saja ia bertemu dan melihat Ismail sudah besar
sejak kelahirannya. Melihat kesungguhan cinta Nabi Ibrahim
kepada-Nya, akhirnya pengorbanan Ismail itu digantikan
dengan seekor kambing. Itu tanda kecintaan Nabi Ibrahim
kepada Tuhannya. (Sebenarnya pengorbanan tidak ada, karena
pengorbanan itu adalah menyerahkan kebaikan yang kecil
untuk mencapai kebaikan yang lebih besar. Pengorbanan adalah
ketetapan yang tegas pada satu hal, yang mengakibatkan semua
yang mungkin tampil sebagai pilihan, lenyap. Korbankanlah
apapun, namun jangan korbankan kebenaran.)
Cinta adalah Tanggung Jawab.
Cinta saja tidak cukup, jika tidak ada tanggung jawab di
dalamnya. Jatuh cinta itu gampang, tapi tanggung jawab cinta
itu tidak.
Cinta adalah Totalitas.
Cinta tidak bisa dibagi-bagi presentasenya. 100% untuk-Nya,
100% untuk Nabi kita, 100% untuk orang tua, 100% untuk
pasangan kita, dan lain-lainnya. Totalitas. Karena matematika
tidak berlaku dalam cinta.
Cinta adalah Penghormatan.
Jika kita mencintai tanpa menghormatinya, berarti masih perlu
dipertanyakan cintanya, karena respect (rasa hormat) harus ada
di dalamnya.
Cinta adalah Memberi yang Terbaik.
Memberi dengan sepenuhnya, yang terbaik, tanpa sedikitpun
mengurangi, namun malah melebihkan. Kita bisa memberi
tanpa mencintai, tapi kita tidak bisa mencintai tanpa memberi.
Cinta adalah Kepedulian.
Peduli dan selalu mempedulikan, itu cinta.
Cinta adalah Kesungguhan.
Memiliki kesungguhan dalam pikiran, sikap, perkataan, dan
tindakan, benar-benar serius.
Cinta adalah Daya Tarik. Yang membuat wanita dikejar adalah
daya tarik. Yang membuat pria menyala, adalah wanita yang
mengaguminya. Itu cinta.
Cinta adalah Melebihkan.
Cinta selalu membuat orang melebihkan upayanya.
Cinta adalah Perhatian.
Memberi perhatian penuh adalah tanda cinta. Jika mengabaikan
sama sekali, itu tanda bahwa cintanya hilang, karena lawan dari
cinta adalah pengabaian.
Cinta adalah Kebesaran.
Cinta memiliki kebesaran di dalamnya, semakin besar cintanya,
semakin besar hal-hal yang ditampakkan darinya. Dan ada
sebuah fakta bahwa hanya setelah memiliki ikatan cinta yang
sebenarnya(menikah), kebesaran seorang laki-laki dimulai.
Cinta adalah Kedamaian.
Memberi kedamaian hati dan jiwa.
Cinta adalah Kesesuaian.
Cinta bukan masalah dandanan dan kecantikan, melainkan
kesesuaian hati dan jiwa di antara insan. Maka itu disebut
belahan jiwa.
Cinta adalah Membimbing.
Membimbing ke arah kebenaran dan kebaikan.
Cinta adalah Kepastian.
Sifatnya yang pasti, sampai-sampai kepastian angka
dilakoninya.
Cinta adalah Ketegasan.
Tegas dalam memilih dan mengambil keputusan.
Cinta adalah Kesetiaan.
Mungkin banyak pilihannya, namun ia memilih satu, lalu
mensyukuri dan mensetiainya, sebagai yang satu-satunya.
Cinta adalah Kekuatan.
Jika cintanya biasa, saat ia berpisah dampaknya akan biasa-
biasa saja. Jika cintanya kuat, maka ketika berpisah akan kuat
juga rasa kesedihannya.
Cinta adalah Kebersamaan.
Di sinilah cinta itu bersemi, karena sering bersama, dan
memang hakikatnya cinta harus berada di dalam kebersamaan,
saling mendampingi dan memperkuat satu sama lainnya.
Cinta adalah Kesamaan.
Alasan utama dari cinta adalah kesamaan, maka orang
gampang jatuh cinta saat ada kesamaan dan kemiripan, dari
hobi, warna, hingga tim sepak bola. Mereka yang memiliki
kesamaan akan bersatu.
Wah, banyak sekali ya, ini yang saya pahami, ada tambahan?
Menjemput Jodoh
Nah, ini yang kita nanti-nanti, soal jodoh. Kontroversi ya, saya
juga sering dikiritik, karena ketika ditanya, “Menikah usia
berapa?” Saya jawab, “22 tahun.”
Jawaban itu tentu beralasan. Aslinya ketika SMA kelas 11(saat
saya membuat Life Mapping/Life Plan besar-besaran), saya
rencanakan menikah usia 26 tahun. Lah kok bisa sekarang
berubah usia 22 tahun?
Hmmm...
Ceritanya sangat panjang, intinya, saat SMA kelas 12, ketika
saya sedang kumpul komunitas, karena acara komunitasnya
ngaret, dan saya paling bete ketika harus menunggu, dan
akhirnya buka handphone sambil main facebook. Waktu itu saya
melihat status tentang pernikahan, dan saya itu kalau sedang
bete, ucapan saya kadang tidak disaring dulu, apa yang
dipikiran langsung keluar. Secara tidak sengaja dan spontan,
saya bertanya kepada dua orang akhwat yang waktu itu duduk
di samping saya, “Eh, kamu menikah usia berapa?” Dan
seketika teman-teman yang lain mentertawakan dan mencie–
ciekan saya, sejenak mereka menjawab, “Sekitar usia 24 tahun.”
Dan menjelaskan alasannya.
Secara tidak langsung, saya mendapat info banyak dari mereka,
ya, wawancara eksklusif dadakan, pernikahan dari sudut
pandang perempuan. Bahwa mereka ternyata mencari lelaki
serius yang setia dan bertanggung jawab, juga bisa
membimbing dirinya menjadi wanita shaliha yang lebih baik
jika bersama sang pasangan.
Lalu, apa mereka tidak mencari lelaki yang sukses? Saya sempat
bertanya demikian, dan mereka mengatakan bahwa mereka
tidak harus mendapat yang sudah sukses, mereka bersedia
menemani pasangannya untuk menuju sukses bersama.
Tak lama, gantian mereka dan teman-teman lainnya menanyai
saya, menikah usia berapa. Dengan sedikit berpikir ulang di
dalam hati, saya jawab, usia 24 tahun. Maju 2 tahun. Karena
awalnya 2 tahunnya untuk sukses dulu, baru menikah, ternyata
tidak demikian. Bisa sukses bersama, apa salahnya dimajukan?
Hehehe...
Hmmm...
Benar juga, disitulah peran perempuan, saya menganggap di
dalam pasangan ibarat panah. Seorang laki-laki adalah anak
panahnya, dan seorang perempuan adalah busurnya. Melesat
baik atau tidaknya seorang laki-laki, tergantung dari kualitas
sang perempuan, yang tentu saja tenaga Tuhan sebagai
pemanahnya.
Wanita yang hebat adalah yang menjadi penghebat laki-
lakinya. Dan laki-laki yang hebat, adalah yang bisa
mendapatkan wanita yang hebat itu.
Lanjut, cerita mengapa saya menikah usia 22 tahun belum
selesai ya? Hmmm...
Belum lama sejak tulisan ini dibuat, sekitar 4-5 bulan yang
lalu(eh udah lama kali ya?) saya menonton sebuah video talk
show Mas Felix Siauw dengan bintang tamu Mba Oki Setiana
Dewi dan suaminya Mas Ori. Di sana di bahas tentang
ATM(Amati, Ta‟aruf, Menikah). Di tanya-tanya soal cara
menjemput jodoh yang benar, dan di sana saya dapat info
menarik, bahwa seorang Mba Oki, berkali-kali dilamar oleh
banyak lelaki yang kebanyakan latar belakang seorang ustadz
atau yang paham agama, tapi semuanya ditolak oleh ayahnya.
Dan ketika Mas Ori datang melamar, baru disetujui oleh
ayahnya. Padahal Mas Ori tidak begitu paham agama, dan latar
belakangnya seorang wirausaha. Dan ketika Mba Oki ditanya
apa kriterianya, ia menjawab, “Yang baik akhlaknya.”
Ya, tidak harus seorang yang begitu paham dan hafal kitab.
Yang penting agamanya sudah baik, akhlaknya baik, dan juga
bisa saling melengkapi.
Nah, sejak itu saya majukan lagi 2 tahun, dari 24 tahun, menjadi
22 tahun, yang awalnya niatnya 2 tahun itu untuk belajar agama
secara total setelah lulus kuliah.
By The Way, sebenarnya pernikahan bukan soal cepat-cepatan,
kalo memang sudah mempersiapkan dan sudah memiliki Life
Plan atau Life Mapping yang besar, tidak ada salahnya segera
menikah. Bukankah Nabi mengajarkan untuk kita bersegera
menikah? Ingat, bersegera ya, bukan tergesa-gesa, atau buru-
buru, itu beda artinya.
Bersegera berarti menyiapkan diri bagi kedewasaan lebih cepat,
untuk bisa segera menikah.
Kedewasaan apa yang dimaksud? Ada 5 hal, yaitu kedewasaan:
1. Spiritual
2. Intelektual
3. Emosional
4. Finansial
5. Fisik
Pastikan kita sudah punya
rencana dan persiapan untuk lima
hal itu, walaupun belum nampak
hasilnya, pastikan sudah ada
bibit-bibitnya di dalam diri kita.
Nah, sudah tahu mengapa saya
menikah usia 22 tahun? OK, hal ini jangan ditiru jika tidak ada
keyakinan, kesiapan, dan upaya yang besar, kuat dan cepat.
(Mari kita lanjut tentang bagaimana menjemput jodoh, ini yang
saya lakukan dan persiapkan sekitar 2 tahunan yang lalu.)
Bagi saya, sangat penting untuk merencanakan hidup kita
sendiri, salah satunya jodoh. Kita harus sudah ada mempunyai
gambaran diri kita dan jodoh kita, partner kita di masa depan
nanti.
“Dewasa itu bukan
masalah usia, tapi
masalah pengendalian
diri.”
Mario teguh
Dan ini „teknik‟ yang saya lakukan untuk memantaskan diri
menjemput jodoh yang terbaik dari-Nya:
1. Berdialog dengan-Nya. Mohon penjernihan pikiran, hati,
dan jiwa terlebih dahulu.
2. Perhatikan dan amati orang-orang di sekitar kita,
lingkungan kita, sekolah kita, kampus kita, atau tempat
kerja kita. Pilih satu yang menurut kita adalah figur
terbaik kriterianya untuk menjadi pasangan kita. Lihat
dari segi „pemahamannya mengenai hidup‟, rupanya,
hartanya, keturunannya, dan yang terpenting adalah
agama juga akhlak yang mencerminkan agamanya.
(Mengapa demikian? Karena supaya kita memiliki
gambaran sosok real seperti apa jodoh yang kita
harapkan dari-Nya, bukan hanya sosok idaman yang
abstrak.)
3. Karena kita sudah memilih satu figur nyata di
lingkungan kita, nilailah kualitasnya, berilah dia „nilai‟ 9,
tidak 10, karena tidak ada sosok yang sempurna.
(Kesempurnaan adalah kecacatan yang tersembunyi. Dan
kebanyakan orang yang berharap sempurna, akan
kecewa karenanya.)
Lalu beri nilai pada diri kita sendiri. (Saya dulu memberi
nilai 2 untuk diri saya sendiri saat itu. Jauuuh banget
kan...)
4. Lalu kembalilah berdialog dengan-Nya, menyusun
„strategi‟ bagaimana mencapai kualitas atau nilai yang
sama dengannya. Tetapkan usia berapa menikah, 26
tahun? 24 tahun? Atau 22 tahun? Terserah Anda.
Gunakan waktu sampai tiba saatnya menikah, untuk
meng-upgrade kualitas pribadi kita, mencapainya, dan
melampauinya.
5. Berserah kepada-Nya(tawakal). Berdoa dan berserah diri
kepada-Nya, setelah mengupayakan sebaik mungkin,
untuk meminta hasil terbaik dari-Nya, atas upaya terbaik
kita. Pasti hasil-Nya adalah yang terbaik. Yakin!
Jodoh kita, adalah cerminan diri
kita. Ingat, wanita yang baik
untuk laki-laki yang baik, dan
sebaliknya(24:26).
Kita harus mencapai nilai 9,
untuk layak disandingkan
dengan dengan mereka yang
bernilai 9. Ya, kuncinya adalah
memantaskan diri. Kepantasan
menerima untuk diberi-Nya
yang terbaik.
Satu hal penting, jadilah kekasih setia-Nya. Berharaplah hanya
kepada-Nya. Jangan berharap lebih kepada manusia, karena
akan tiba saat kita menelan kecewa.
Jodoh terbaik kita ada di tangan-Nya, tapi kalau kita tidak
berusaha mengambilnya, maka dia akan tetap berada di tangan-
Nya. Jodoh kita yang memilih, Tuhan yang merestui.
Jodoh adalah cerminan diri kita.
Menunggu jodoh itu seperti menunggu kematian, tidak perlu
ditunggu, namun sibuklah mempersiapkan.
Mencintai Konsep
Ini adalah hal menarik yang saya ambil pelajarannya. Sering
kali seseorang menuntut yang dicintainya untuk menjadi
konsep pribadi seperti apa yang diinginkannya, bukan
mencintai seseorang itu dengan ketulusan cintanya, apa ada
nya. Coba pahami lagi kalimat tadi...
Ini sering terjadi pada mereka yang menjalani sebuah
UKM(Unit Kegiatan Maksiat) yang sedang digandrungi para
remaja, yaitu pacaran.
Saya tidak pacaran, tapi sejak usia 13 tahun, saya memiliki hobi
mengamati perilaku manusia, yang disebut People Watching.
Sudah 6 tahun saya mengamati, dan ternyata, orang yang
pacaran itu masih memikirkan dirinya sendiri, ya mereka
„saling berhadapan‟, beda dengan pernikahan yang „menghadap
bersama ke satu arah tujuan‟.
Makanya kalau kita lihat, seorang cewe sering menuntut
cowonya untuk seperti ini, seperti itu, dan juga si cowo kadang
menuntut cewenya harus seperti ini, seperti itu. Semuanya ingin
menuntut untuk menjadi seperti yang diharapkannya. Makanya
sering ribut, dan akhirnya ganti-ganti, ya?
Kalau di dalam pernikahan, sang suami diharuskan
membimbing isterinya. Maka dari itu butuh kedewasaan yang
matang. Dan itu sangat berat, sangat berat, makanya harus
bersegera mendewasakan diri.
Banyak di antara kita bukan mencintai orangnya, tapi konsep
harapan kita, terhadap orang yang kita rasa kita cintai itu. Dan
ini belum lama saya ambil pelajarannya.
Bahwa entah akan menjadi tipe suami seperti apakah kita ini.
Menjadi suami yang membimbing isteri kah? Atau menjadi
suami yang menjadi partner bisnis bagi isteri kah? Atau menjadi
partner dalam visi misi dakwah kah? Atau gabungan antara
ketiganya tadi? Wallahu alam...
Emosi Cinta
Ada sebuah fakta, bahwa kita lebih mudah marah kepada orang
yang kita sayangi daripada orang yang biasa saja atau malah
orang yang kita benci. Secara psikologi, hal ini terjadi karena
kita punya pengharapan. Dan jika tidak sesuai pengharapan,
rasa marah itu timbul. Hmmm... aneh memang.
Jangan marah, sebenarnya kita marah karena mendahulukan
dugaan buruk, daripada dugaan baik.
Ada yang pernah bertanya, duluan mana diciptakan? Cinta
atau akal? Tuhan itu sendiri kita sebut Maha Cinta,
kemungkinan besar cinta itu ada lebih awal dari akal. Mungkin
oleh sebab itu cinta mengalahkan akal. Tapi akal yang terlatih,
akan berhati-hati dengan cinta, karena cinta yang menggebu-
gebu merupakan tanda emosi yang sedang ekstrim.
Perhatikan ini. Jangan buat keputusan apapun dalam emosi
ekstrim. Ini ada beberapa emosi ekstrim, yang sebaiknya kita
tidak mengambil keputusan apapun saat berada dalam kondisi
emosi ini:
1. Cinta.
Memang cinta kadang tak ada logika, tapi sebenarnya
cinta memiliki logikanya sendiri. Saat ada cinta,
tanyakanlah pada akal, hati, dan jiwa(spiritual) secara
bersamaan.
2. Marah.
Berapa sering kita menyesal saat mengambil keputusan
saat sedang marah? „Membuang-buang‟ orang saat
marah, ketika sudah tidak marah menyesal telah
„membuang‟ orang itu. Dan menyesali kata-kata yang
keluar ketika kita marah.
3. Sedih.
Saat sedih kita banyak mengeluh, dan bahkan
memutuskan untuk mengakhiri hidup. Jika ada orang
mau bunuh diri, nasihati dia, “Kamu lagi sedih, bunuh
dirinya nanti saja kalau lagi gembira.”
4. Gembira.
Banyak menjanjikan dan memberi tanpa batas saat kita
senang dan gembira, tiba-tiba setelah tidak gembira
menyesal telah banyak menjanjikan dan memberi banyak
hal di luar batas.
5. Cemburu.
Anda tahu kan? Berapa banyak di antara kita, yang
menjadi pribadi yang jelek sekali waktu cemburu, hanya
karena curiga. See?
Jadi hati-hati ya, pada saat kita berada di perasaan- perasaan
ekstrim itu.
Cinta Sejati
Cinta sejati ada pada yang mencintai, bukan yang dicintai.
Cinta kita akan sangat mulia kalau kita mencintai orang yang
sulit dicintai.
Mario Teguh
Bagaimana agar kita menemukan cinta sejati? Seperti nasihat
Pak Mario di atas, bahwa kesejatian cinta bukan pada yang
dicintai, tapi pada kita, yang mencintai. Maka kemuliaan cinta
akan ada di mana kita tulus menjadi pendamping hidupnya.
Pria sejati yang sesungguhnya adalah mereka yang banyak
pilihannya, namun setia pada satu wanita pilihannya.
Ya, semoga saja, kita bisa mendapatkan kualitas itu dalam diri
kita. Dan mendapatkan cinta yang direstui oleh-Nya. Aamiin...
(By The Way, tahukah Anda, bahwa cinta tanpa restu yang
paling berbahaya, adalah tanpa restu dari-Nya. Maka
dekatkanlah diri kita kepada-Nya supaya tuntunan dari-Nya
selalu dekat, supaya kita segera tahu apabila kita salah, maka
kita akan dimudahkan kembali di jalan yang benar.)
Cinta Terpilih
Bicara soal memilih pasangan. Dalam memilih pasangan, coba
tanyakanlah kepada diri kita. Mengapa dia penting bagiku?
Karena dia menjadikanku apa? Hakikat cinta adalah
menumbuhkan, yang ditumbuhkan darinya adalah guna,
dampak, dan peran bagi kita sebagai pendamping hidupnya.
Jika kita ingin mengetahui apakah seorang itu baik atau tidak,
bisa kita lihat dari 3 hal ini:
1. Sudah pernah lihat dia marah? Bagaimana caranya
marah?
2. Bagaimana ketika dia berurusan dengan uang? Amanah?
3. Sudah pernah pergi jauh bersama dengan dia?
Bagaimana sikapnya?
Nah, misalkan ada orang baik yang suka dan perhatian kepada
kita, syukuri, tapi jangan terlalu dekat, sampai kita terlalu
berharap, karena bisa jadi dia bukan jodoh kita.
Kalau kita mau baik hidupnya, harus jelas tujuannya, karena
itu akan mempertepat yang dilakukannya hari ini. Tepatlah
dalam pilihan!
Galau karena Cinta
Soal galau, apa sih yang biasanya digalaukan? Hmmm, ini ada 4
hal yang biasanya digalaukan setiap anak muda.
1. Masa depan
2. Sumber pendapatan
3. Pasangan hidup
4. Kesetiaan kepada satu sama lain
Setelah nomor 1 dan 2 selesai, nomor 3 dan 4 ini adalah
tantangan dan ujian kita selanjutnya.
Apakah saya juga galau? Pasti. Itu karena cita-cita dan tujuan-
tujuan saya terlalu besar untuk kapasitas saya yang sekarang
ini, sehingga mengharuskan saya untuk bergerak cepat, dan
bersegera. Termasuk soal jodoh.
Digalaukan karena yang kita inginkan kadang bukan yang akan
kita dapatkan, malah sebaliknya, petunjuk dari-Nya
mendekatkan kita kepada yang tidak kita duga sebelumnya.
Namun saya berpegang pada konsep cinta adalah ketegasan, ya
walaupun tegas tidak melulu soal jodoh, tapi inilah yang saya
lakukan, doa saya untuk tegas terhadap diri dan kehidupan,
“Ya Allah, aku ikhlas berserah diri kepada-Mu, karena orang beriman
itu pasti berani, aku ikhlas dan berani bertindak, kalau aku benar,
lancarkanlah, kalau aku salah, gagalkanlah, agar aku tahu mana yang
harus aku jalani kemudian.”
Apakah Cinta bisa Kadaluwarsa?
Pernah ada seseorang bertanya kepada saya, “Apakah cinta bisa
kadaluwarsa?” Hmmm... apa ya jawabnya. Karena saya
penasaran, lalu saya pelajari ini.
Dari buku-buku psikologi populer yang saya baca, di sana
dikatakan bahwa cinta itu hanya dapat bertahan sekitar 4 bulan,
jika masih ada rasa lebih dari jangka waktu itu, berarti cintanya
bukan cinta sembarangan.
Tapi memang demikian adanya, cinta yang disebut cinta
monyet, cintanya para remaja, adalah cinta kemesraan, yang
disebut Romantic Love, inilah cinta kedekatan fisik, yang di mana
cinta harus memiliki, yang juga ada rasa di mana ketika kita
dekat, kita malah saling malu-maluan, dan berdebar-debar.
Cinta ini tidak akan bertahan lama jika tidak dilanjutkan ke
pernikahan yang akan membentuk cinta persahabatan atau
disebut juga Friendship Love. Setelah menikah, akan muncul
cinta persahabatan ini. Kebersamaan. Cinta ini terbentuk di
dalam perjuangan bersama, sebagai sebuah keluarga, yang
menghadap bersama ke masa depan. Lalu setelah memiliki
keturunan, cinta itu akan berubah lagi, hadirlah cinta keibuan
dan kebapakkan, yang disebut Fatherly and Motherly Love. Inilah
cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya.
Jadi, cinta itu ada masa-masanya dan berevolusi, jika tidak,
maka akan kadaluwarsa. Maka dari itu cinta kita tidak bisa
kadaluwarsa, jika kita mensejatikan cinta kita ini.
Sebelum Menikah
Sebelum menikah, pastikan kita sudah belajar mengenai konsep
kesyukuran, agar kita bisa mensyukuri siapa yang akan
menjadi pendamping kita nanti. (Ya, coba saja pikirkan, banyak
sekali kemungkinan untuk pasangan kita mendapatkan jodoh
yang lebih baik dari kita di luar sana nanti, tapi dia tulus
memilih kita sebagai pendamping hidupnya.)
Cinta karena Allah
Mencintainya karena Allah, ibarat segitiga ini:
Cintaku kepada-Nya, lebih besar daripada cintaku kepadamu.
Maka apabila hilang cintamu kepada-Nya, maka hilanglah
cintaku kepadamu.
Cinta bukanlah sumber derita, sumber deritanya adalah
mencintai orang yang salah, atau mencintai orang yang tepat
dengan cara yang salah. Maka pilihlah atas dasar-Nya, cintailah
karena Dia. Dan...
Allah
Hawa Adam
“Jika belum siap, cintailah dia dalam diam. Karena diammu
adalah bukti cintamu, bukti kesetiaanmu. Mungkin saja, orang
yang kau cintai adalah pilihan Allah untukmu, karena Dia
takkan memutuskan harapan hamba-Nya yang berharap pada-
Nya untuk menjadikan cinta diammu menjadi kenyataan.
Namun jika cinta diammu bukan takdirmu, biarkan dalam
diam, karena Allah melalui waktunya akan menghapus cinta
diammu menjadi memori indah dalam sudut hatimu, dan
menggantikannya dengan dia yang lebih baik untukmu.”
Terlepas dari itu semua, satu hal penting mengenai cinta, bahwa
keberhasilan cinta terindah yang harusnya kita dapat rasakan
adalah ketika Allah jatuh cinta kepada kita...
“Kamu tidak bisa bermain sendirian, kamu perlu
seorang teman untuk mendampingimu agar kamu
tidak kesepian. Dan berbahagialah dalam
kebersamaanmu dengan pendampingmu itu.”
Bagus Setyo Aryadi
BAB 6
Spiritual Inspiration
Alhamdulillah...
Akhirnya mencapai bab ini juga, bicara soal Inspirasi. Langsung
saja ya, saya sharing mengenai Inspirasi besar-besaran yang
saya dapat sejak saya pertama kali membaca bukunya Mas
Ippho Santosa, yang merupakan titik balik saya berproses
menjadi diri saya sesungguhnya, dan menjadi seseorang yang
berpandangan jauh ke depan sampai tulisan ini dibuat.
Silahkan Sahabat Inspiratif ambil hikmahnya ya...
Konsep Otak Kanan dan Otak Kiri
Saya cukup kaget waktu pertama kali membaca bukunya Mas
Ippho „Right‟ Santosa dengan konsep pemikirannya, di setiap
buku-buku karyanya yang bisa dibilang „gila‟ dan nyeleneh.
Karena memang pemikirannya tidak wajar seperti khalayak
umum. Kalau teman-teman mau tau seperti apa, silahkan baca
buku-bukunya, terutama buku 7 Keajaiban Rezeki dan Moslem
Millionaire, buku non-fiksi terlaris berturut-turut selama
bertahun-tahun. (Cari dan bacalah buku itu. Mungkin saja buku
ini juga merupakan titik balik melesatnya diri Anda.)
Beliau banyak berpendapat soal otak kanan dan otak kiri,
makanya beliau dikenal sebagai pakar otak kanan. Yang secara
sederhana, beliau berpikir serba terbalik. Saya ambil satu contoh
saja. Dengan pemikiran umum, tentu kalau kita mau kaya,
harusnya bekerja untuk dapat uang. Tapi , Mas Ippho malah
mengatakan, kalau mau kaya, sering-seringlah memberi dan
berbagi.
Ya, itulah „logika‟ otak kanannya Mas Ippho, dan saya sangat
setuju dengan pemikiran itu. Lebih mengedepankan harapan,
impian, visi, kreatifitas, dan action oriented.
Bahkan, candaannya pun mengena, beliau mengatakan bahwa
kiri itu plesetan dari kere, dan kanan itu singkatan dari kaya
tenan. Orang yang mengutamakan otak kanan adalah mereka
orang-orang yang kaya dan sukses. Maka, mungkin benar juga
riset yang mengatakan bahwa kesuksesan seseorang 80%
ditentukan oleh EQ(otak kanan)nya.
Lalu apa yang saya pelajari dan ambil hikmahnya (Inspirasi)
dari beliau? Saya belajar banyak hal:
1. Berfokus pada orang lain
Beliau mengajarkan kita untuk memampukan diri
sekaligus juga memampukan orang lain. Makanya ketika
beliau berdoa, selalu agar dimampukan dan
memampukan orang lain juga. “Ya Allah, aku ingin bisa
haji dan bisa menghajikan orang lain.” ; “Ya Allah, aku
ingin kaya dan bisa mensejahterakan orang lain.” ; dan
sebagainya. Beliau tidak pernah berdoa hanya untuk
dirinya sendiri.
2. Mulai dengan kanan(gambaran besar), baru kiri(analisa),
action oriented
Banyak di antara kita yang terlalu banyak analisa dan
rencana dalam memulai sesuatu, dalam hal bisnis,
impian, dan target-target hidup kita. Rencana memang
perlu, tapi kalau kebanyakan rencana, malah jadinya
bencana. Jarang sekali yang merealisasikan rencananya
menjadi sebuah tindakan. Di sini Mas Ippho
mengajarkan untuk kita melangkah saja dulu dulu, baru
berpikir lebih lanjut. Learning by doing. Jangan menunggu
sempurna untuk melakukan. Sambil jalan, pasti nanti
mikir, dan sambil jalan sambil disempurnakan.
3. Praktek! Praktek! Praktek!
Jangan tunda satu haripun, dan jangan tanyakan apapun.
Itulah nasehat yang selalu beliau sampaikan. Ketika ada
ide, laksanakan. Ketika dapat nasehat baik, laksanakan.
Bersegera. ACTION!
4. Bermental kaya
Kaya ataupun belum, kita harus memiliki mental ini,
mental kaya, mental optimis, mental memberi. Jangan
bermental miskin yang lebih sering suka meminta
daripada memberi, dan selalu pesimis. Karena pesimis
itu singkatan „penyakit si miskin‟. Jadi, bermental kaya,
dan berpikir keberlimpahan.
5. Keyakinan sempurna, yang disebut Prisma Paripurna.
Beliau mengajarkan ini dalam bukunya 40 Hari Percepatan
Rezeki. (Silahkan cari dan baca bukunya ya.)
6. Miliki impian dan cita-cita besar
Kalau kita bercita-cita besar berarti kita percaya bahwa
Allah Maha Besar. Bercita-cita kaya, berarti kita percaya
bahwa Allah Maha Kaya.
7. Pegang harapan yang tinggi hanya kepada Allah
Ada yang menyangkal, “nanti kalo terlalu berharapan
tinggi kepada Allah bisa kecewa.” Lebih baik kecewa
kepada Allah daripada kecewa kepada manusia. Karena
dasar dari kekecewaan kita kepada-Nya pasti adalah
karena kita salah pengertian. Hayo, berapa sering kita
marah dan kecewa kepada Allah karena suatu hal, dan di
kemudian hari kita menyesal setelah tau bahwa itu
merupakan rencana pembahagiaan dan pembesaran bagi
kita. Ya, ciri seorang Moslem Millionaire, berpegang teguh
pada cinta dan keyakinan kepada-Nya.
8. Kebiasaan orang kaya
Beliau mengajarkan kita untuk menjalankan kebiasaan-
kebiasaan yang menjadikan kita lebih mudah sukses dan
kaya, seperti menjadi seorang pengusaha,
memperbanyak shalat dhuha, sedekah, puasa, dan segera
menikah. Serta sunah Nabi yang lainnya, beliau syiarkan
untuk kita lakukan.
Itu yang saya pelajari dari beliau. Yang saya suka dari Mas
Ippho ini, karena pola pikirnya hampir mirip dengan pola pikir
saya. Maka ketika pertama kali membaca bukunya, ada kalimat
terlintas dibenak saya, “Ternyata ada juga orang yang berpikir
seperti ini.” Hal inilah yang sebenarnya membuat motivasi
hidup saya tergugah kembali. Sederhana, tapi berdampak
sampai saat ini. Dari sini saja saya sudah mengambil Inspirasi
tentang „sederhana‟, bahwa sesuatu yang sederhana bisa
membuat dampak luar biasa, jika kita mengamati dan
memperhatikannya.
Buku Spiritual in Action ini bisa saya tulispun karena sebuah
kalimat dalam bukunya Mas Ippho, di dalam bukunya tertulis,
“Kalau kamu punya pemikiran sendiri, dan tidak ingin
berdebat, buatlah sebuah buku. Jadi kalau ada orang yang mau
berdebat denganmu, biar suruh berdebat saja dengan bukumu.”
Sejak itu, saya mulai suka membaca buku-buku non formal,
sampai-sampai saya sering ditegur orang tua, karena setiap hari
hampir saya membaca buku-buku di luar buku-buku pelajaran
sekolah. Ya, saya sudah tidak doyan buku pelajaran sekolah
waktu itu, karena ilmunya tidak praktis bagi saya.
Bukan maksud saya mengatakan bahwa buku pelajaran di
sekolah itu tidak bagus, buku sekolah itu bagus, tapi tidak
bagus untuk Bagus. Hehehe...
Makanya saya baca buku-buku genre motivasi, pengembangan
diri, spritual, dan bisnis yang non formal, yang ilmunya praktis
untuk tujuan-tujuan ke depan saya.
Tidak lama sejak saat itupun saya mulai merancang masa depan
saya sendiri secara besar-besaran, saya membuat Life Plan atau
Life Mapping hidup saya sendiri. Dari akan menjadi apa saya
nanti, dan seperti apa gambaran kehidupan saya di masa
mendatang, saya gambarkan, saya rincikan. Sampai salah
seorang teman saya kaget, ketika saya cerita, bahwa saya sudah
menyiapkan gambaran masa depan, termasuk jodoh, dan nama-
nama anak saya nanti. Dia bertanya, “Lah, darimana kamu
dapat itu Gus, kamu ngarang gitu?” Entahlah, ketika saya ingin
membuat Life Plan itu, jauh-jauh hari sebelumnya saya memang
hobi meminta kepada-Nya, untuk selalu dibimbing dalam
setiap tindakan yang saya lakukan. Ya, seperti di awal buku ini,
sebuah quotes:
Maka kadang muncul, gambaran-gambaran „aneh‟ ketika
melihat seseorang yang baru pertama kali kita lihat dan kita
kenal. Atau muncul nama-nama „aneh‟ yang dalam benak kita,
dan terus-menerus kita bertemu dengan hal itu di tempat lain,
di waktu, atau kondisi lain.
Ketika saya memasuki Life Plan keturunan, nama Muhammad
dan nama seorang Nabi lainnya, serta sifat-sifat-Nya muncul
begitu saja, dan terus bertemu nama itu secara tidak sengaja di
buku yang baru saya beli, di facebook, dan di tempat-tempat lain.
Sejak itu, bukan kebetulan nama itu saya tulis sebagai nama
“Ketika kita mendekatkan diri kepada-Nya, dan
mencoba mengenal-Nya lebih dalam, Dia akan
membisiki dan memberi petunjuk-petunjuk kepada kita
mengenai suatu hal atau seseorang, bisa jadi tentang
masa sekarang, atau bisa juga masa yang akan datang.”
seorang anak. Jadi saya ga ngarang-ngarang gitu ya teman.
(Halo, apa kamu membaca bukuku ini sekarang? Sudah
terjawab ya...) Hehehe...
Life Plan atau Life Mapping atau apapun namanya menurut versi
Anda. Ini semua adalah bentuk output dari ‟otak kanan‟
(gambaran besar) yang nanti „otak kiri‟(detail) akan
menindaklanjutinya sendiri.
Banyak saran-saran dari Mas Ippho yang saya lakukan tanpa
banyak pikir dan banyak tanya, yaitu shalat dhuha, dan
sedekah. Ini yang saya alami sendiri, benar-benar powerful. Itu
salah satu alasan kenapa saya sampai bisa menghasilkan lebih
dari Rp3.000.000,-/bulan dari bisnis online saat SMA kelas 11,
yang saya mulai tanpa modal apa-apa. (Bagaimana bisa? Bisa,
dengan mengoptimalkan apa saja yang ada di sekitar kita, dan
rajin-rajin berdhuha dan bersedekah, dan berpikir serba
mungkin. Dan jangan lupa, baca sharing saya di E-BOOK
“Bisnis Online Tanpa Modal” yang bisa Anda download gratis
di bagussaryadi.com)
“Barang siapa ingin diluaskan dan dilapangkan rezekinya,
hendaklah ia melaksanakan shalat dhuha dan bersedekah.”
“Kita diberuntungkan oleh-Nya, karena faktor
kedekatan kita dengan-Nya.”
Tapi ingat, jangan shalat dhuha dan sedekah dengan niat hanya
karena uang. Niatnya tentu karena Allah, ridha-Nya, nah
dampaknya yaitu harta kita akan dilapangkan. See?
Jembatan Inspirasi
Ini dia, saluran Inspirasi berikutnya. Ini dimulai ketika saya
kenal dengan seseorang, dia bernama Aulia Pradipta
Prabandaru. Dia teman SMA kelas 12 saya. Walaupun kelas 10
saya sudah tau dia, tapi kenal seperti apa orangnya baru saat
kelas 12 itu. Dan mohon maaf, awalnya saya sedikit tidak suka
dengan ekspresi wajahnya. Tapi setelah kenal dia, wah, dia
ternyata orang yang luar biasa juga mentalnya, mental seorang
leader yang memiliki antusiasme tinggi. Hehehe...
Nah, dari paragraf di atas, kita sudah bisa mendapat
hikmahnya. Yang pertama, tentang prasangka, bahwa yang kita
anggap kurang baik, bisa jadi merupakan hal yang sangat baik.
Awal pertama melihat dia saat kelas 10, ada hal-hal „aneh‟
terbesit dipikiran saya, sepertinya pernah melihat orang ini
sebelumnya. Tapi itu dia, dari ekspresi moodynya saya kurang
suka, sehingga saya malah berprasangka. Tetapi setelah kenal 2
tahun kemudian, barulah saya sadar, ternyata seorang
Dipta(nama panggilannya) ini orang yang menginspirasi bagi
saya. Saat itu dia mendatangi saya ketika saya sedang membaca
buku bisnis. Dia ingin melihat buku yang sedang saya baca,
mungkin dia tertarik dengan bukunya. Lalu saya bertanya,
“Halo Dip, suka bisnis? Mau baca buku ini?” sambil sedikit
menyodorkan bukunya dan langsung saya tanya, “Cita-citamu
apa Dip?” Lalu, tiba-tiba dia menjelaskannya dengan sangat
panjang lebar dan berpola tentang cita-citanya dan impian-
impiannya, sambil mencoret-coret di kertas, dia
menggambarkan polanya. Dan dia berkata, “Tau ga Gus, aku
pernah berdoa, meminta untuk dipertemukan orang yang satu
visi, satu passion dan mendukungku.”
Hmmm... dia memiliki visi, passion, dan antusias yang besar.
Nah, hikmah yang kedua, soal antusias. Tahukah Anda? Bahwa
potensi seseorang dalam dirinya bisa kita ketahui dari di mana
letak antusiasme nya. Antusias, berasal dari kata dalam bahasa
Yunani, En(di dalam), dan Theos(Tuhan), jadi antusias berarti
ada Tuhan di dalam, yang maknanya, ada spirit Tuhan dari
dalam yang mentenagai diri seseorang itu, makanya orang
seperti ini sangat bersemangat.
Sejak saya mengenalnya, saya sering sharing-sharing
dengannya, ya, malahan saya lah yang paling banyak belajar
darinya. Banyak hal yang saya pelajari darinya, terutama
diranahan kelemahan-kelemahan saya. Seperti, tentang
“Untuk memahami hati dan pikiran seseorang, jangan lihat
apa yang sudah ia capai, tapi lihat pada apa yang ia cita-
citakan.”
KAHLIL GIBRAN
kepemimpinan, hubungan, kerja sama(tim), organisasi,
berbicara. Itu adalah kelemahan-kelemahan saya.
Sejak mengenalnya, saya serasa dipaksa untuk mempelajari dan
memperbaiki semua kelemahan-kelemahan itu. Dari diajaknya
kerja sama untuk membuat usaha, diajaknya bergabung dalam
komunitasnya, diajaknya untuk belajar menjalin hubungan
dengan orang lain, diajaknya untuk belajar berani berbicara di
publik, serta mempelajari inspirasi tentang kepemimpinan di
dalam dirinya.
Salah satu hal yang luar biasa, adalah komunitas yang ia
dirikan, bernama ToyaNaara. Sebuah komunitas yang bisa
disebut sebagai komunitas sosial dan pendidikan. Yang
mengajarkan, dan menyampaikan apa yang kita miliki.
Beranggotakan sahabat-sahabatnya yang memiliki karakter dan
keunikannya masing-masing. Dan beruntung saya diajaknya.
Walaupun sempat menolak, tapi dia sedikit memaksa, ya,
memaksa untuk kebaikanku juga, terima kasih Dip.
Di sini saya belajar bagaimana mengerti karakter orang lain, dan
menjalin hubungan, serta bekerja sama di dalamnya.
Pengalaman yang sangat menginspirasi, walaupun saya merasa
telat masuk. Hehehe...
ToyaNaara berfoto dengan gayanya masing-masing, setelah sharing ilmu
dengan anak-anak SMP di Cilacap. Ada yang tau saya di mana? (yang
memfoto.) :P
Selain itu, bukan kebetulan,
melalui ToyaNaara inilah
saat kelas 12 itu, saya bisa
belajar kepemimpinan
dengan Dipta dan Pak
Ganjar Pranowo.
Yang saya tangkap dari nasehat kepemimpinan beliau, adalah
bahwa laki-laki adalah seorang pemimpin, dan pemimpin itu
harus berani, dimulai dari berani mengangkat tangannya.
Rahasia keberhasilan pemimpin adalah melihat sesuatu yang
belum dilihat orang lain(visioner).
(Benar begitu Dip?)
Selain di komunitas ToyaNaara, saya juga belajar mengenai
public speaking, ini saya dapatkan di sebuah lembaga belajar
yang sangat unik, menarik, kalau istilahnya Mas Ippho itu ya
„otak kanan‟ banget deh...
Pak Ganjar, “Kunci sukses ada dalam
dua kata, ‘Percaya Diri’. Dan dalam satu
kata, ‘Nekat!’ Itu kunci suksesnya.”
“Laki-laki disebut laki-
laki karena dia berani.”
Lembaga belajar ini bernama Entrance, yang merupakan
singkatan dari English Training Centre, yang didirikan oleh Pak
Hartomo. Di tempat inilah teman-teman yang ingin belajar
banyak hal, dan terutama belajar bahasa Inggris.
Ini adalah beberapa kegiatan yang saya jalani selama belajar di
Entrance. Salah satunya adalah belajar Public Speaking, yang
dibimbing oleh salah satu mentor di sana, Mas Widayanto
Bintang namanya.
Dan setelah training ini, dipilih beberapa orang dalam satu tim
yang kemudian akan berlanjut untuk mengisi seminar dan
training motivasi kepada anak-anak SMP Negeri 1 Cilacap
waktu itu.
Training Powerful Public Speaking, di Entrance, bersama Mas
Widayanto Bintang.
Dan saya terpilih bersama Dipta dan beberapa teman kami
lainnya untuk mengisi di SMP Negeri 1 Cilacap.
Kami berlatih sampai larut malam. Saya masih ingat waktu itu
kami berlatih hingga pukul satu pagi. Dan saat tampil di depan
anak-anak, saya masih berkeringat dingin dan masih sering
mengatakan “Eeem...” saat bicara. Ya, namanya juga berlatih,
kalau tidak berani salah, kapan mau benar?
Setelah selesai, lega rasanya. Namun saya senang, bisa melawan
rasa takut saya. Kemauan lebih penting daripada kemampuan.
Berbicara di depan anak-anak OSIS SMP Negeri 1 Cilacap, sharing ilmu, dan
melawan rasa takut.
Tim Powerful Public Speaking “The Macho”, bersama anak-anak OSIS
SMP Negeri 1 Cilacap.
“Keberanian bukan berarti tidak adanya ketakutan, tetapi
kemenangan atas ketakutan. Saya sendiri lebih sering merasa
takut daripada yang saya ingat, tetapi saya mengatasinya
dengan bertopeng keberanian. Orang yang berani bukanlah
orang yang tidak merasa takut, tetapi orang yang
menaklukannya. Berani itu takut, tetapi tetap melangkah.”
Nelson mandela
Silahkan bagi teman-teman yang ingin berkunjung, silaturahim,
dan belajar banyak hal di sini, mampir saja ke Cilacap. Dan
belajar bersama Entrance.
Silaturahim, dengan keluarga Entrance, setelah cukup lama tidak bertemu.
Selain itu, saya dan Dipta diberi kesempatan, mendapat
undangan tiket gratis di Training “Magnet Rezeki” nya Mas
Ippho, yang waktu itu bukan kebetulan diselenggarakan di
Semarang. Ya, akhirnya saya bisa bertemu kakak kembaran
saya, dan mendapatkan ilmu dan Inspirasinya secara langsung,
hehehe...
Saya(kiri), Ippho Santosa, dan Aulia Pradipta Prabandaru(kanan),
berkesempatan berfoto bersama, saat Training “Magnet Rezeki”, di
Semarang.
Itu dia beberapa Inspirasi yang saya dapatkan di kelas 11 dan
12. Sekarang langsung saja kita lanjut Inspirasi yang saya dapat
setelah lulus SMA...
Daerah „Inspirasi‟ Yogyakarta
Ya, Daerah „Inspirasi‟ Yogyakarta, bukan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Mengapa saya sebut seperti ini. Karena di Jogja
inilah Inspirasi tercurah, istilahnya, lautan Inspirasi. Banyak
hikmah yang saya pelajari di kota ini.
(By The Way, sebenarnya, ada hal yang membuat saya
memutuskan kuliah di Jogja daripada Semarang. Jawabannya
ada di salah satu artikel di web saya bagussaryadi.com)
Pada awal-awal masuk kuliah, saya sangat senang, di Jogja
banyak event-event, seminar, dan komunitas, yang saya bisa
banyak belajar darinya. Bertemu tokoh-tokoh pengusaha,
penulis, dan tokoh lainnya.
Di sinilah pertama kali saya mencoba belajar sesuatu yang baru,
yaitu Hipnosis.Ya, menghipnotis, rasanya ngeri-ngeri juga ya,
saya sempat tidak bisa mengembalikan kesadaran orang yang
saya hipnotis saat sedang praktek menghipnosisnya. Hipnosis
ini saya belajar dari Mas Antonius Kurniawan dari PsikologID.
Ya, Jogja tempat yang asyik untuk mendapatkan ilmu dan
Inspirasi sebanyak-banyaknya. Bukan kebetulan, di Jogja saya
bertemu Mas Ippho lagi, juga sekaligus Mas Jaya Setiabudi.
Bersama Ary teman saya, dia masih SMA(kiri), Mas Anton, dan saya(kanan),
belajar sesuatu yang baru, hipnosis. Menambah pengalaman.
Seminar “Percepatan Rezeki” Ippho
Santosa di Yogyakarta.
Seminar “Buka Toko Online Langsung
Laris” Jaya Setiabudi di Yogyakarta.
Mas Ippho Santosa dan Mas Jaya Setiabudi, mengajarkan kita
untuk terus mengembangkan diri dan mencari ilmu sebanyak-
banyaknya, ilmu yang bermanfaat. Nasehat beliau, “Sesiapa
yang mencari ilmu di jalan Allah, dijamin tidak akan fakir, pasti
ada saja jalan rezeki, untuk dirinya dan untuk mencari ilmu
yang lebih banyak lagi.” Memang untuk mendapat ilmu, perlu
biaya. Pernah mendengar istilah Jawa, “Jer basuki mawa bea”?
Ya, untuk menjadi baik dan lebih baik, perlu biaya untuk
upgrade.
“Seberapa besar kita ingin menjadi, di situ juga seberapa
besar kita membutuhkan biaya.”
Mario Teguh
Selain kuliah di Fakultas Filsafat UGM, saya juga mengikuti
(Unit Kegiatan Mahasiswa) Koperasi Kopma UGM. Dan di
Koperasi Kopma UGM, inilah tempat terjawabnya doa-doa
saya, salah satunya doa tentang meminta diberikan ujian
menghadapi kelemahan-kelemahan saya. Hmmm, sangat
menantang.
Awalnya saya masuk sini karena minat saya di bidang
kewirausahaan dan kepenulisaan, dan di Kopma UGM ini ada
wadah untuk menampung minat itu. (Sayang sekali di Kopma
UGM belum ada yang menampung minat di bidang
keagamaan, kalau ada pasti sempurna untuk minat-minat saya.
Hehehe...)
Tetapi setelah masuk, saya malah tidak aktif di gugus yang
menampung kedua minat saya itu, saya malah dituntun-Nya
masuk ke wilayah kepengurusan-staf dan jajarannya.
Di awali menjadi seorang Asisten Bidang Bisnis. Alhamdulillah
saya di terima. Dan mulailah mental saya tertekan,
berorganisasi, dan bekerja dalam tim, adalah hal yang
sebenarnya tidak saya sukai. Tapi saya harus mengatasinya,
karena tujuan dan cita-cita saya di dunia ini, mengharuskan
saya untuk memperbaiki itu semua. Ya, walaupun ada yang
mengatakan, bahwa berfokuslah pada kekuatan, bukan
kelemahan. Tetapi kembali lagi seperti yang sudah saya jelaskan
di bab dua tadi. (Boleh kembali membaca sekilas.)
Saya jalani saja, sambil saya amati, saya perhatikan, dan saya
pelajari, bagaimana caranya, bagaimana seharusnya. Dan
Alhamdulillah sedikit-demi sedikit saya mulai mengerti. Tidak
peduli seberapa lambat saya berkembang, asal saya tidak diam,
dan terus belajar mengembangkan diri.
Kadang, Kopma UGM juga mendapat sharing dari para
alumninya yang sudah menjadi seorang profesional.
Selain itu, Kopma UGM juga sering mengadakan kunjungan
industri. Ya, jalan-jalan sambil belajar, bagi yang memiliki cita-
cita menjadi seorang pengusaha.
Upgrading dan sharing dari Mas Sony Rachmadi Purnomo alumni Koperasi
“Kopma UGM” untuk Koperasi “Kopma UGM”.
Selan itu juga, saya diberi kesempatan untuk mengikuti
kegiatan kepanitiaan. Saya ikuti nasehat dan saran-saran dari
Dipta, “Manfaatkan berorganisasi sebaik mungkin, di situ kamu
bisa berkembang. Dan suatu saat kamu akan beruntung pernah
melaluinya.”
Salah satu kunjungan industri Kopma UGM ke perusahaan Mirota, dan
foto ini diambil saat berada di Mirota Bakery. Ya, bukan kebetulan, cita-
cita saya memiliki perusahaan multi seperti ini, namun insyaAllah lebih
berfokus pada profit bagi kemaslahatan umat.
Saya sering kecapean karena kesibukkan ini, dan kesibukkan
target-target dan impian-impian pribadi saya. Namun, ayolah
kita coba, mengapa tidak?
“Lebih baik aku lelah berjuang dalam kebermanfaatan,
daripada aku diam yang menjadikanku rusak.”
Aulia Pradipta Prabandaru
Kepanitiaan RAT(Rapat Anggota Tahunan) ke-33 Koperasi “Kopma UGM”,
persiapan berbulan-bulan untuk acara 3 hari berturut-turut, seharian
penuh.
Setelah sebelumnya menjadi Asisten Bidang Bisnis, kini saya
diamanahi menjadi Staf Bidang Bisnis. Awal masuk saya kaget,
kondisinya membuat saya tidak fokus dengan tugas-tugas
organisasi juga tugas pribadi yang sering bentrok, dan membuat
saya kewalahan, termasuk saat saya menulis buku ini.
Namun setelah buku ini selesai, pasti saya akan fokus, agar bisa
bekerja untuk organisasi sesuai janji, dan belajar untuk
sepenuhnya menjadi pribadi yang dewasa secara organisasi.
Bidang Bisnis Koperasi “Kopma UGM”, dari generasi ke generasi.
Ya, di Koperasi “Kopma UGM” inilah sekolah pengembangan
diri saya, sekaligus tempat untuk menghadapi tantangan-
tantangan kelemahan di dalam diri.
Bagi teman-teman yang ingin mengembangkan diri, di sinilah
tempat yang cocok. UKM(Unit Kegiatan Mahasiswa) Koperasi
“Kopma UGM” memiliki bisnis dan aset yang sudah cukup
besar, dan semua dikelola oleh mahasiswa dan karyawan, dan
merupakan UKM dengan jumlah anggota terbanyak di UGM,
Dengan potensi sumber daya yang ada, kita bisa belajar banyak
hal di sini.
Pola Inspirasi
Ini dia hal yang terpenting yang saya pelajari dari Aulia
Pradipta Prabandaru. Ilmu dan hikmah yang saya dapat setelah
selesai mendengarkan seminar dari salah satu pengusaha sukses
alumni SMA Negeri 1 Cilacap. Dipta bertanya, "Tau ga Gus, apa
persamaan orang-orang sukses itu?". Tanyaku, "Apa Dip?". Dia
menjawab, "Pola."
Hmmm...
Sejenak saya berpikir dan merenung, ya, memang benar, setiap
orang yang sukses dalam bidangnya masing-masing memiliki
sebuah pola yang sama, dari sikap, kebiasaan, prinsip dan
sebagainya, ada kesamaan di antara mereka.
Sejak itu saya suka memperhatikan pola sikap orang-orang. Dan
juga saya mulai mengamati pola-pola dalam setiap kejadian,
baik kejadian masa lalu, masa yang saya jalani sekarang, untuk
melihat visi hidup saya ke depan.
Beruntung saya dapat inspirasi tentang pentingnya mengamati
pola, serasa kehidupan ini terbaca lebih jelas, dan lebih mudah
untuk memahami dan memaknai apa maksud dari kejadian-
kejadian yang terjadi.
Setelah kita bisa memahami dan mengamati 'pola' itu, kita akan
sadar betapa luar biasanya kejadian-kejadian dalam hidup kita,
kejadian-kejadian penuh masalah yang mungkin dulunya kita
anggap sebuah ketidakadilan dari ketetapan-Nya. Ternyata
sebenarnya itu adalah sebuah rencana pembesaran bagi
kebaikan hidup kita. Setelah kita menemukan 'titik' itu, sudut
pandang kita akan benar-benar berubah menjadi sangat positif,
kita akan benar-benar malu pada sikap kita dulu yang
menganggap bahwa kehendak-Nya adalah hal yang buruk, dan
ternyata semua adalah bagian dari rencana yang terbaik bagi
diri kita.
Bukan maksud saya untuk mendahului takdirnya, tapi memang
kadang petunjuk dari bimbingan batin itu membentuk pola
yang bisa kita lihat gambaran besarnya.
Orang-orang cerdas dalam kehidupan adalah mereka yang
melihat dan mengamati pola. Sampai mereka merasakan
keindahan kehidupan yang ada dalam penataannya.
Bonus Inspirasi
Pygmalion Effect
Anda tahu apa itu Pygmalion effect? Istilah ini terinspirasi dari
kisah seorang tokoh mitologi Yunani, bernama Pygmalion,
seorang pematung yang berharap patung wanita bernama
Galatea yang dibuatnya menjadi seorang wanita yang nyata.
Untuk sejarah dan kisah lebih lengkapnya, Anda bisa
membacanya di literatur lain atau di internet. Di sini saya hanya
menjelaskan soal apa itu Pygmalion effect.
Pygmalion effect merupakan inspirasi bagi para psikolog yang
diambil dari kisah Pygmalion. Ini berkaitan dalam hal
mengembangkan persepsi, stigma, serta konsep diri manusia.
Keyakinan Pygmalion bahwa Galatea hidup dan seolah-olah
hidup, menjadikan Galatea benar-benar hidup. Terlepas dari
kisah mitosnya, mari kita ambil pelajaran dan hikmah darinya
ya.
Jadi, pengertian Pygmalion effect secara sederhananya. Ketika
kita yakin, dan mempersepsikan yakin, maka kita akan benar-
benar yakin, dan hal yang kita yakini itu akan terjadi.
Contoh lain, ketika ada orang tua yang mempersepsikan
anaknya bodoh, maka anak itu akan menjadi bodoh sungguhan.
Karena orang tuanya tidak memiliki energi yang cukup untuk
mempercayai bahwa anaknya adalah anak yang pintar.
Akhirnya, hal ini akan membuat orang tua itu memperlakukan
sang anak seperti anak yang bodoh juga.
Karena itu, betapa pentingnya bagi kita untuk memberikan
stigma positif kepada siapapun agar mereka kemudian lahir
dengan konsep diri dan kepribadian yang kuat. Epictetus
mengatakan bahwa kehidupan kita dihasilkan oleh pikiran kita.
You are what you think.
Mahatma Gandhi pun memiliki keyakinan yang serupa, bahwa
orang menjadi apa seperti yang diyakininya sendiri. Gandhi
mengatakan, “Jika saya selalu mengatakan kepada diri saya
bahwa saya tidak dapat melakukan sesuatu, mungkin saja
saya memang tidak bisa melakukannya. Sebaliknya, jika saya
yakin mampu melakukannya, saya pasti mendapat
kemampuan untuk melakukannya meskipun pada awalnya
mungkin saya tidak memilikinya.”
Para ahli komunikasi menerjemahkan Pygmalion Effect ini
dengan istilah ramalan pemenuhan diri atau nubuat yang
dipenuhi dengan sendirinya. Contoh, jika kita berpikir orang
lain tidak menyukai kita. Maka pikiran kita akan mengatur
bahasa verbal dan non verbal kita menjadi kata dan gerakan
yang memang akan membuat orang tak suka kepada kita, dan
akhirnya memang kita benar-benar akan tidak disukai.
Akhirnya kisah Pygmalion mengajarkan kita pentingnya akan
sebuah keyakinan untuk memelihara pikiran-pikiran positif
dalam jiwa kita.
Berbagi dengan Menulis
Karunia terbesar yang bisa kita berikan adalah bagian dari
diri kita sendiri.
Menjadi seorang penulis, mungkin bagi sebagian besar dari
kita, menyepelekannya. Entah dilihat dari sudut pandang
seperti apa.
Bagi saya, menulis adalah sebuah alat, untuk bisa
menyampaikan banyak kebaikan. Dengan tekun setiap hari
menyampaikan nasihat baik melalui apa yang kita tulis.
InsyaAllah Allah senang melihatnya.
Amalan yang paling utama adalah perbuatan yang
berkelanjutan, walupun sedikit, asal ia dikerjakan dengan
ketekunan, kesinambungan, dan cinta.
“Pikiran itu akan jadi kata-kata. Kata-kata menjadi tindakan.
Tindakan menjadi kebiasaan. Kebiasaan menjadi karakter. Dan
karakter itu akan menjadi nasib.”
Frank outlaw
Tentu menyampaikan dan mengajak sesama kita kepada-Nya
dengan nasehat dan Inspirasi atau hikmah.
Dengan menulis, kita lebih mudah mengolah terlebih dahulu
apa yang akan kita sampaikan.
Bahasa tulisan harusnya lebih bijak dari ucapan, karena
tulisan melewati alam pikiran sebanyak dua kali: apa yang
akan disampaikan dan bagaimana menuliskannya.
Tahukah Anda, bahwa untuk bisa menguasai dan memberi
pengaruh pada dunia, ada dua senjatanya, yaitu menulis dan
berbicara.
Isi hati dan kepala memang tidak dapat diterka, namun kata-
kata, tulisan, dan air mata akan menunjukannya.
Tulislah dengan segenap hati dan jiwa, agar apa yang kita
sampaikan bisa diterima baik oleh hati dan jiwanya juga.
Kata-kata yang keluar dari bibir akan diterima sebatas telinga.
Kata-kata yang lahir dari pikiran, akan dipikirkan.
Kata-kata yang lahir dari hati, akan merasuk ke sanubari.
Teruslah menyampaikan dan mengajarkan kebaikan.
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik...”
( 16 : 125 )
“Sesungguhnya Allah memberi banyak kebaikan, para malaikat-Nya,
penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan
ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan
kepada orang lain.” (HR. Tirmidzi)
Kebaikan yang kita lakukan untuk diri kita sendiri, dan
keburukan yang kita lakukan juga kembali pada diri kita sendiri
(45:15).
Maka, jika ada niat baik, sampaikanlah.
“Niat baik yang tak diungkapkan tidak ada artinya!”
Ken Blanchard – One Minute Manager
Semoga tulisan ini bisa memberi kebermanfaatan. Aamiin...
“Inti dari kebermanfaatan adalah mampu membuat
perbedaan dalam hidup Anda, dan hidup orang lain”
ANONIM
“Saat kamu memainkan permainan ini, banyak
sekali hal-hal ajaib yang akan kamu rasakan, jika
kamu jeli mengamati polanya. Dan ketika
permainan ini selesai, maka Dia akan menjelaskan
dan memperlihatkan semuanya, saat itu kamu akan
takjub dengan apa yang akan kamu lihat.”
Bagus Setyo Aryadi
BAB 7
Spiritual in You
Bab ketujuh ini, saya ingin Anda yang mengisinya, karena saya
yakin setiap orang memiliki pengalaman spiritual. Ingat,
bahwa kita ini sebenarnya makhluk spiritual yang mendiami
badan yang kasar. Dan, belajarlah untuk menulis dan
mengungkapkan pengalaman hikmah spiritual Anda. Tulislah
mengenai kehidupan spiritual Anda, karakter spiritual Anda,
teladan spiritual Anda, kekayaan spiritual Anda, cinta spiritual
Anda, dan Inspirasi spiritual Anda. Tuliskan semuanya,
walaupun hanya sedikit yang bisa Anda tulis, tulisan itu bisa
menjadi refleksi diri Anda. Yakin pasti akan bermanfaat suatu
saat nanti.
Ini adalah bab milik Anda, sekali lagi, ini adalah bab milik
Anda, jangan ragu dan takut untuk menuliskannya. Bab ini
milik Anda, maka tulis apa yang ada dalam pikiran, dan hati
Anda berdasarkan pengalaman spiritual yang pernah Anda
alami. Tulis dengan bebas dan lepas, silahkan ambil pena dan
tulis dalam lembaran catatan kosong di bab Anda ini. (Jika
lembarannya kurang, Anda bisa menuliskannya di laptop, atau
tulis di Diary Book Anda...)
Dan jika Anda berkenan untuk berbagi kisah cerita dan hikmah
dari pengalaman Anda untuk Sahabat Inspiratif lainnya, bisa
Anda kirim ke email saya: [email protected]
Saya cukupkan sampai di sini dulu ya, semoga buku yang saya
buat ini bisa bermanfaat bagi Sahabat Inspiratif semua. Ambil
hikmah darinya. Dan Anda yang membaca dan membagikan
atau meminjamkan buku ini kepada saudara, teman, kerabat,
atau keluarga Anda, mudah-mudahan akan mendapat amal
dan pahala jariyah yang berkesinambungan atas
kebermanfaatan dan keberkahan yang ada di dalamnya.
Aamiin...
Sampai jumpa di buku berikutnya, jangan lupa kontak-kontak
ya. Tapi harus sabar menunggu jawabannya juga ya hehehe...
Terima Kasih. Salam Inspiratif...
Catatan Inspiratif
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
Penulis
Bagus Setyo Aryadi
Lahir pada hari Senin Pahing, 18 Maret 1996 di Cilacap. Anak
ketiga yang lahir dari tiga bersaudara, dari pasangan Ramelan
Aryadi Rakhmat (alm) dan Setyaningsih, yang berasal dari
Cilacap dan Muntilan. Bagus sekarang adalah seorang
mahasiswa Filsafat UGM 2014. Kegiatan sehari-harinya adalah
berbisnis online, menulis, berdakwah dan aktif dalam Unit
Kegiatan Mahasiswa Koperasi Kopma UGM.
Motto hidupnya,
“Menjadi sebaik-baiknya manusia dengan sekecil-kecilnya
kemampuan yang saya miliki.”
Sebelumnya Bagus sudah menulis sebuah e-book berjudul “Jadi
Dropshipper, Reseller, dan Affiliater, Bisnis Online Tanpa
Modal, Penghasilan Jutaan Rupiah Perbulan” yang bisa Anda
download GRATIS di sini: www.bagussaryadi.com
Untuk mendapatkan Share Inspirasi rutin hampir setiap hari
dari Bagus, Anda bisa mengontaknya di:
Website : www.bagussaryadi.com PIN BB : 5124e4de Whatsapp : 085642709850 Line : 085642709850 Facebook : Bagus S. Aryadi FanPages : bagussaryadi.com Twitter : @bagussaryadi Instagram : @bagussaryadi E-mail : [email protected]
Masukan Dari Anda
Menurut Anda, bab atau bagian manakah di buku ini yang paling bermanfaat dan paling Anda sukai? BBM atau e-mail kan jawaban Anda. Masukan dari Anda amat berarti untuk edisi revisi buku ini, sehingga buku ini menjadi lebih bermanfaat.
Kontributor Wulan Puspitasari
Lahir, Sabtu, 29 Juni 1996 di Cilacap. Putri kedua dari dua
bersaudari dari Bapak Mugiono dan Ibu Surati, yang berasal dari
Kroya dan Purworejo.
Sekarang Wulan menjadi seorang mahasiswi Pendidikan
Kimia di Universitas Negeri Semarang (UNNES). Tujuan awal Wulan
bukan untuk menjadi seorang pendidik melainkan pada bidang
kesehatan. Tetapi Allah berkehendak lain, karena manusia merancang
harapan dengan cita-cita, sedangkan Allah merancang harapan
hambanya dengan cinta.
Aktifitas Wulan selain menjadi mahasiswi, syuro, berdakwah,
liqo‟, menjadi tentor les private, dan berorganisasi di DPM (Dewan
Perwakilan Mahasiswa) dan SKI (Sie Kerohanian Islam) 2015.
Motto hidup,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain, hidup hanya sekali, dan hiduplah untuk berbagi.”
Kawan-kawan semua bisa menghubungi saya untuk sharing ilmu,
pengalaman dan cerita inspirasi melalui :
Whatsapp : 085842684955
Facebook : Wulan Puspitasari
E-mail : [email protected]
Editor Hizroh Rochmah Tulloh
Kelahiran 14 Juni 1996, Cilacap. Putri kelima dari Ibu Siti
Maesaro dan Pak Komarudin.
Sejak kecil Hizroh menaruh minat pada bidang
kesehatan dan seiring waktu menemukan passionnya pada
dunia menulis dan public speaking(debat bahasa Inggris).
Sekarang Hizroh menjalani perkuliahan di Jurusan
Keperawatan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Aktifitas Hizroh sebagai mahasiswi, mentoring,
berdakwah, mengikuti perlombaan akademik dan non-
akademik, seminar, dan berorganisasi di FOSIMMIK (Forum
Silaturrahim Mahasiswa Muslim Ilmu Keperawatan), dan KSIK
(Kelompok Studi Islam Keperawatan).
Motto hidupnya,
“Allah adalah tujuan hidupku. Smart Inside, and Strong
Outside.”
Line : Hizrohrochmaht Facebook : Hizroh Rochmah Tulloh Twitter : @hizrohrochmaht Email : [email protected]
Inspirasi adalah petunjuk yang menghidupkan energi
jiwa dalam diri kita,
membuka pintu dalam pikiran kita, dan
merubah kita menjadi seorang yang lebih baik dari
sebelumnya.