i
ANALISIS CURAHAN WAKTU DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEMBENIH IKAN LELE ANGGOTA KELOMPOK TANI TRUNO LANGGENG
DITINJAU DARI ASPEK GENDER DI DESA KENCONG, KECAMATAN KEPUNG, KABUPATEN KEDIRI,
JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh :
YESHINTA PRITASARI NIM. 135080418113006
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
ii
ANALISIS CURAHAN WAKTU DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA
PEMBENIH IKAN LELE ANGGOTA KELOMPOK TANI TRUNO LANGGENG DITINJAU DARI ASPEK GENDER
DI DESA KENCONG, KECAMATAN KEPUNG, KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
YESHINTA PRITASARI NIM. 135080418113006
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar
benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hokum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Juli 2017
Yeshinta Pritasari 135080418113006
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kelancaran dan kemudahan
dalam kegiatan penelitian yang saya lakukan di Desa Kencong hingga
penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP selaku dosen pembimbing I skripsi saya yang
telah memberikan bimbingan, bantuan serta dukungan dalam penelitian
hingga tersusunnya skripsi ini.
3. Ibu Wahyu Handayani, S.Pi, MBA, MP selaku dosen pembimbing II skripsi
saya yang telah memberikan bimbingan, bantuan, doa serta dukungan
dalam penelitian hingga tersusunnya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Nuddin Harahab, MP selaku dosen penguji I skripsi saya yang
telah memberikan kritik serta saran dalam penelitian hingga tersusunnya
skripsi ini.
5. Ibu Tiwi Nurjannati Utami, S.Pi, MM selaku dosen penguji II skripsi saya
yang telah memberikan kritik serta saran dalam penelitian hingga
tersusunnya skripsi ini.
6. Bapak Waris Suyitno selaku ketua kelompok pembenih Ikan Lele Truno
Langgeng yang telah memberikan bantuan dalam memberikan informasi
dan ilmu dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele.
7. Seluruh anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng baik
suami maupun istri yang telah meluangkan waktu dan membantu saya
dalam mengisi kuisioner dan melengkapi data penelitian.
8. Orang tua saya Bapak Supriadi dan Ibu Siti Muksodah, adik adik saya
yang selalu mendukung dan memberikan doa untuk saya dalam penelitian
hingga tersusunnya skripsi ini.
vi
9. Kurnia Zandy yang telah membantu selama proses penelitian hingga
tersusunnya skripsi ini.
10. Teman teman saya seluruh Keluarga UB Kampus III Kediri yang
memberikan bantuan dan motivasi dalam penyajian laporan skripsi ini
diantaranya Elfa Fitriana, Retno Kumala Anggraini, Lita Ashari, Amelia
Hudayana, Atni Rachmawati dan teman teman lainnya yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu.
Malang, Juli 2017
Penulis,
vii
RINGKASAN
YESHINTA PRITASARI. Skripsi tentang Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga Anggota Pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari Aspek Kajian Gender di Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (dibawah bimbingan Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP dan Wahyu Handayani, S.Pi, MBA,MP).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ekonomi rumah
tangga atau aktivitas rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng ditinjau dari aspek gender, untuk menganalisa gender pada rumah tangga anggota Kelompok Truno Langgeng dan untuk menganalisa faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri pada Bulan April sampai dengan Mei 2017. Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah tangga anggota pemebnih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng di Di Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 35 rumah tangga dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan jenis sampel jenuh atau biasa disebut sensus sebab jumlah dari populasi yang ada relatif kecil/sedikit sehingga seluruh anggota populasi yang memenuhi kriteria yaitu penduduk tetap Desa Kencong, merupakan anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng dan yang sudah berumahtangga atau terdiri dari suami dan istri. Jenis dan sumber data menggunakan data promer dan data sekunder. Data primer dengan melalui wawancara (kuesioner) dan observasi, data sekunder melalui studi literatur seperti BPS, Buku Rancangan Kegatan Desa, laporan, dan lain sebagainya. Analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, Harvard Analysis Methode untuk mengidentifikasi peran, akses, manfaat dan kontrol serta dekstriptif kuantitatif untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan rumahtangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng.
Nilai R2 (R Square) diperoleh sebesar 0.680 artinya variabel independen atau variabel bebas (curahan waktu kerja produktif laki laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja reproduktif laki laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan, umur laki laki, umur perempuan, tingkat pendidikan laki laki, tingkat pendidikan perempuan, jumlah anggota keluarga, lama pengalaman kerja) mempengaruhi variabel dependen atau variabel terikat (pendapatan keluarga) sebesar 68% sedangkan sisanya sebesar 32% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
Pada hasil uji F, diperoleh hasil nilai Sig 0.001 artinya nilai sig < alfa atau 0.001 < 0.005 atau dengan melihat hasil nilai F hitung yaitu nilai F hitung sebesar 5.091 dan nilai F tabel dengan taraf signifikan 0.005 adalah 2.121 jadi nilai F hitung > F tabel atau 5.091 > 2.121, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen (curahan waktu kerja produktif laki laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja reproduktif laki laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan, umur laki laki, umur perempuan, tingkat pendidikan laki laki, tingkat pendidikan perempuan, jumlah anggota keluarga dan lama
pengalaman kerja) secara bersama sama (simultan) memiliki pengaruhi yang signifikan terhadap variabel dependen (pendapatan keluarga).
viii
Hasil analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan Y = 3.3746 + 188994.3 X1 + 185751.9 X2 25259.6 X3 + 265069.3 X4 + 240680.6 X5 260770.3 X6 396413.3 X7 29828.7 X8 227618.1 X9 + 296936.9 X10 + e. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai constant sebesar 3.3746 artinya jika X1 (curahan waktu kerja produktif laki laki), X2 (curahan waktu kerja produktif perempuan), X3 (curahan waktu kerja reproduktif laki laki), X4 (curahan waktu kerja reproduktif perempuan), X5 (umur laki laki), X6 (umur perempuan), X7 (tingkat pendidikan laki laki), X8 (tingkat pendidikan perempuan), X9 (jumlah anggota keluarga), X10 (lama pengalaman kerja dibidang perikanan) nilainya adalah nol, maka Y (pendapatan keluarga) memiliki nilai 3.3746, dimana nilai tersebut merupakan jumlah pendapatan yang tidak diperoleh dari kegiatan diluar bidang perikanan maupun diluar dari kegiatan pembenihan.
Curahan waktu kerja anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Trun Langgeng yaitu mayoritas laki laki (suami) bekerja produktif selama satu bulan adalah 25,39 jam dan curahan waktu reproduktifnya adalah 6,1 jam yaitu kegiatan membantu istri di toko, mengurus anak, menyapu dan mengepel rumah,, sedangkan untuk perempuan (istri) dalam kegiatan produktif perempuan bekerja selama satu bulan adalah selama 13.17 jam dan untuk kegiatan reproduktifnya selama 21.1 jam yaitu kegiatan belanja, memasak, mengurus anak, mencuci baju, mencuci piring dan menyapu rumah. Produksi pembenihan Ikan Lele terdiri atas 3 ukuran yaitu ukuran 3, 4, dan 5 dengan rata rata setiap siklusnya ukuran 3 sebanyak 63.143 ekor dengan harga per ekornya Rp. 45,-, ukuran 4 sebanyak 44.858 ekor dengan harga pere kornya Rp. 65,- dan ukuran 5 sebanyak 32.286 ekor dengan harga per ekornya Rp. 90,-. Pendapatan total keluarga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng rata rata setiap bulannya adalah sebesar Rp. 6.242.950,-.
Analisa gender pada keluarga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng yaitu peran laki laki lebih banyak atau dominan menghabiskan curahan waktunya untuk kegiatan produktif sedangkan perempuan untuk kegiatan reproduktfi. Akses yang diperoleh laki laki adalah akses terhadap tanah, properti pembenihan Ikan Lele, rumah, kendaraan dan pendapatan, sedangkan perempuan mengakses rumah, properti rumah tangga dan logam mulia atau emas. Manfaat, akses dan kontrol saling berkaitan dimana seseorang yang mengaskses sumberdaya tersebut akan memperoleh manfaat dan kontrol terhadap pendapatan lebih banyak dikontrol oleh laki laki sementara untuk pengeluaran lebih banyak dikontrol oleh perempuan dan laki laki hanya kadang kadang saja.
Faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng berdasarkan analisis dengan menggunakan aplikasi SPSS adalah curahan waktu kerja produktif laki laki dengan taraf signifikan 0.028, curahan waktu kerja reproduktif perempuan dengan tara signifikan 0.045, umur laki laki dengan taraf signifikan 0.030, umur perempuan dengan taraf signifikan 0.008, lama pengalaman kerja dibidang perikanan dengan taraf signfikan 0.004 dengan menggunakan selang kepercayaan 95% atau taraf kesalahan 0.05%.
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah pada setiap keluarga anggota pembenih Ikan Lele sebaiknya lebih meningkatkan curahan waktu kerja produktifnya baik dalam pekerjaan dibidang perikanan maupun pekerjaan non perikanan khususnya pada curahan waktu kerja produktif perempuan, namun hal ini tidak menutupkemungkinan dimana pembagian kerja antara waktu produktif dan reproduktif laki laki dan perempuan yang baik akan meningkatkan pendapatan keluarga terutama untuk keluarga yang masih memiliki anak kecil sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam mengurus anak. Pada
ix
setiap keluarga juga disarankan untuk lebih saling menghargai peran satu sama lain baik sebagai laki laki dan perempuan terutama keterlibatan dalam kegiatan produktif, reproduktif dan sosial. Bagi pemerintah sebaiknya memberikan bantuan dana maupun sarana prasarana dengan peninjauan yang lebih baik lagi bagi anggota pembenih Ikan Lele agar usaha pembenihan yang dijalankan dapat berkembang dan masyarakat sekitar dapat ikut bergabung dalam kelompok untuk menjalankan usaha pembenihan Ikan Lele secara bersama. Untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan aspek curahan waktu disarankan untuk memasukkan usia anak sebab usia anak berpengaruh terhadap curahan waktu kerja reproduktif baik laki laki maupun perempuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pendapatan keluarga.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah Nya sehingga saya dapat menyajikan skripsi ini yang berjudul Analisis
Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga Anggota Pembenih Ikan
Lele Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari Aspek Gender di Desa
Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Dalam tulisan
ini disajikan pokok pokok bahasan yang meliputi keadaan umum lokasi
penelitian, karakteristik responden, kondisi umum perikanan, pekerjaan responden
dibidang non perikanan, pola aktivitas rumah tangga, curahan waktu kerja dan
pendapatan rumah tangga, analisa gender dan faktor faktor yang mempengaruhi
pendapatan rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele.
Saya sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar tulisan ini
bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Malang, Juli 2017
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ ii
RINGKASAN ................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5
2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1 Teori Ekonomi Rumah Tangga ............................................................ 7 2.2 Curahan Waktu Kerja .......................................................................... 9 2.3 Produksi .............................................................................................. 11 2.4 Pendapatan ......................................................................................... 12 2.5 Konsep Gender ................................................................................... 14 2.6 Faktor faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga ....... 16 2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 18 2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................ 20
3. METODE PENELITIAN ....................................................................... 22
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ........................................ 22 3.2 Objek Penelitian .................................................................................. 22 3.3 Jenis Penelitian ................................................................................... 22 3.4 Populasi dan Sampel ........................................................................... 23 3.5 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 24 3.6 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 25
3.6.1 Data Primer .............................................................................. 25 3.6.2 Data Sekunder ......................................................................... 27
3.7 Analisis Data........................................................................................ 28 3.7.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ....................................................... 28 3.7.2 Harvard Analysis Methode ........................................................ 31 3.7.3 Analisis Deskriptif Kuantitatif ..................................................... 33
xii
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................... 45
4.1 Letak Geografis dan Topografis ........................................................... 45 4.2 Keadaan Penduduk ............................................................................. 46 4.3 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Kediri ...................................... 48
5. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 51
5.1 Profil Kelompok Pembenih Ikan Lele ................................................... 51 5.2 Karakteristik Responden ...................................................................... 52 5.3 Pekerjaan Rumah Tangga Pembenih dibidang Non Perikanan ........... 57 5.4 Proses Produksi Pembenihan Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng ... 59 5.5 Pola Aktivitas Rumah Tangga .............................................................. 63
5.4.1 Aktivitas Produktif ..................................................................... 63 5.4.2 Aktivitas Reproduktif ................................................................. 64 5.4.3 Aktivitas Sosial .......................................................................... 65
5.6 Produksi, Curahan Waktu Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga ....... 66 5.5.1 Produksi Pembenihan Ikan Lele dan Non Perikanan ................ 66 5.5.2 Curahan Waktu Kerja Pembenih Ikan Lele ............................... 69 5.5.3 Pendapatan Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele ..................... 73
5.7 Analisa Gender pada Keluarga Pembenih Ikan Lele ............................ 75 5.6.1 Peran ....................................................................................... 75 5.6.2 Akses ....................................................................................... 80 5.6.3 Manfaat .................................................................................... 83 5.6.4 Kontrol ..................................................................................... 83
5.8 Faktor faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga ....... 88 5.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda .............................................. 88 5.7.2 Uji Statistika .............................................................................. 93 5.7.3 Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 99
5.9 Implikasi Rumah Tangga Pembenih Kelompok Truno Langgeng ......... 102
6. PENUTUP ........................................................................................... 105
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 105 6.2 Saran ................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 108
LAMPIRAN ................................................................................................... 111
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel No. Halaman
1. Harvard Analysis Methode untuk Aktivitas ......................................... 32
2. Harvard Analysis Methode untuk Akses ............................................ 32
3. Harvard Analysis Methode untuk Kontrol ........................................... 33
4. Jumlah Penduduk Desa Kencong ..................................................... 46
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia................................................. 46
6. Mata Pencaharian Penduduk Desa Kencong .................................... 47
7. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Kencong ................................... 48
8. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Menurut Jenis Budidaya ................ 49
9. Umur Responden Laki laki ............................................................. 53
10. Umur Responden Perempuan ........................................................... 54
11. Tingkat Pendidikan Responden Laki laki ........................................ 55
12. Tingkat Pendidikan Responden Perempuan ...................................... 55
13. Lama Pengalaman Kerja Responden dibidang Perikanan ................. 56
14. Pekerjaan Responden Laki laki dibidang Non Perikanan ................ 58
15. Pekerjaan Responden Perempuan dibidang Non Perikanan ............. 59
16. Biaya Produksi Pembenihan Ikan Lele .............................................. 67
17. Produksi Pembenihan Ikan Lele ........................................................ 68
18. Produksi Non Perikanan .................................................................... 69
19. Curahan Waktu Kerja Produktif Laki laki dan Perempuan .............. 71
20. Curahan Waktu Kerja Reproduktif Laki laki dan Perempuan .......... 72
21. Pendapatan Pekerjaan Non Perikanan Rumah Tangga Pembenih ... 74
22. Pendapatan Total Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele .................... 75
23. Contoh Jadwal Kegiatan Keluarga Pembenih Ikan Lele .................... 76
xiv
24. Analisa Gender dalam Curahan Waktu Kerja Produktif, Reproduktif
dan Sosial ......................................................................................... 78
25. Macam Akses Laki laki dan Perempuan ......................................... 80
26. Analisa Kontrol terhadap Pendapatan dan Pengeluaran ................... 84
27. Hasil Regresi Faktor faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele ................................................. 88
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar No. Halaman
1. Teori Chayanov ...................................................................................... 8
2. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................ 21
3. Struktur Organisasi Kelompok Truno Langgeng ....................................... 51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran No. Halaman
1. Peta Desa Kencong .......................................................................... 111
2. Curahan Waktu Kerja ........................................................................ 112
3. Biaya dan Penerimaan Pembenih Ikan Lele ...................................... 115
4. Karakteristik Responden ................................................................... 116
5. Jenis Pekerjaan Non Perikanan ........................................................ 117
6. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pendapatan Keluarga
Pembenih Ikan Lele ........................................................................... 118
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perikanan Negara Indonesia memiliki peranan penting dalam
perekonomian yang berkaitan dengan (1) sumberdaya perikanan darat dan laut,
contohnya : lahan tambak maupun sumberdaya ikan yang jumlahnya cukup
melimpah tetapi belum dimanfaatkan secara optimal, (2) Produk Domestik Bruto
(PDB) sub sektor perikanan yang relatif kecil kontribusinya tetapi menunjukan
peningkatan yang sangat signifikan, bahkan dapat mencapai peningkatan tertinggi
dibandingkan dengan sektor – sektor lainnya, (3) permintaan ikan dunia dari tahun
ketahun mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk
yang semakin meningkat dan tingginya tingkat pendidikan akan tetapi kemampuan
negara untuk pemasokan ikan dunia semakin berkurang dikarenakan
keterbatasan sumberdaya alam yang dimiliki, (4) pola hidup masyarakat dunia saat
ini yang berubah mengikuti perkembangan zaman, dan (5) jumlah penduduk
Indonesia yang semakin meningkat (Kusumaatmadja, 2000 dalam Mudzakir,
2003).
Sukandar (2007) dalam Hasan (2009) menyatakan bahwa Negara
Indonesia memiliki produksi perikanan mencapai 65 juta ton per tahun. Dari
potensi tersebut hanya beberapa yang termanfaatkan sebesar 9 juta ton. Namun,
potensi tersebut sebagian besar berada pada perikanan budidaya mencapai 57,7
juta ton per tahun dan baru termanfaatkan 2,08%. Sedangkan potensi perikanan
tangkap (laut dan perairan umum) hanya besar 7,3 juta ton per tahun dan baru
dimanfaatkan sebesar 65,75%.
Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus Burchell) berasal dari Benua Afrika
dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Jenis Ikan Lele ini
termasuk hibrida dan pertumbuhan badannya cukup spektakuler baik panjang
2
tubuh maupun dari beratnya. Dibandingkan kerabat dekatnya, ikan lele lokal
(Calarias batrachus) lele dumbo memiliki pertumbuhan empat kali lebih cepat.
Oleh sebab itu, ikan jenis ini dengan mudah menjadi populer di kalangan
masyarakat (Santoso, 1994).
Kelompok tani/nelayan adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan, visi
dan misi yang sama. Peranan dan fungsi kelompok tani adalah sebagai media
pengajaran dan pembelajaran untuk mewujudkan kerjasama antarnggota
kelompok tani agar dapat berlangsung dengan baik selain itu guna menambah
pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan pendapatan serta mencapai
kehidupan yang lebih sejahtera (Karim dkk, 2010).
Putri (2008) dalam Febrianti (2016) menyatakan bahwa upaya peningkatan
kesejahteraan bagi petani di pedesaan tidak dapat dipisahkan dari
rumahtangganya. Rumah tangga merupakan unit terkecil dalam masyarakat,
sehingga jika ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka harus dimulai
dari kehidupan rumahtangganya. Demikian halnya untuk peningkatan
kesejahteraan petani dapat dimulai dari tingkat rumah tangga petani, karena pada
umumnya masalah kemiskinan merupakan masalah rumah tangga daripada
masalah individu.
Pendapatan kelompok tani/nelayan tidak menentu, hal ini disebabkan
karena hasil yang diperoleh sangat bergantung pada keadaan alam dan musim.
Kelompok tani juga mempunyai peran dan tanggung jawab yang melibatkan
pendapatannya yaitu pemenuhan ekonomi keluarganya seperti makan, tempat
tinggal, pendidikan, biaya sosial serta kebutuhan lainnya. Rendahnya produksi
yang dihasilkan juga menyebabkan rendahnya jumlah pendapatan. Banyak faktor
yang dapat mempengaruhinya yaitu modal, pengetahuan, tingkat pengalaman dan
curahan waktu kerja. Setiap anggota kelompok tani akan dihadapkan pilihan dalam
mengalokasikan waktu antara bekerja dan tidak berkerja untuk menikmati waktu
3
luangnya. Pengalokasian waktu bekerja yaitu mencari pendapatan untuk
kebutuhan perekonomiannya atau tidak berkerja yaitu dengan menikmati waktu
istirahat dengan keluarganya (Karim dkk, 2010).
Prespektif tentang gender merupakan kepercayaan normatif mengenai
bagaimana seharusnya seorang laki – laki atau perempuan, apa yang seharusnya
dapat dilakukan oleh laki – laki atau perempuan serta bagaimana keduanya dapat
berinteraksi. Prespektif tentang gender diukur untuk menilai pandangan normatif
responden tentang bagaimana pembagian peran dalam rumah tangga antara
suami dan istri, serta akses dan kontrol perempuan pada sektor domestik dan
publik. Perempuan sebagai seorang istri dengan berbagai aktivitas kerja sehari –
hari baik yang dilakukan secara terencana maupun tidak pada dasarnya memiliki
nilai ekonomis, terutama bila dikaitkan dengan pendapatan dalam usaha
membantu keluarga. Peranan wanita khususnya dalam keinginan mencari nafkah
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, oleh sebab itu perlu
adanya dukungan masyarakat yang semakin tinggi terhadap perluasan
kesempatan kerja bagi perempuan khususnya di wilayah pedesaan, guna
meningkatkan penghasilan, peran serta wanita dalam rumah tangga sangat
diharapkan (Rahayu, 2012).
Kabupaten Kediri merupakan produsen benih Ikan Lele terbesar di
Indonesia dengan jumlah penyuplai sebesar 70 % benih ikan di Provinsi Jawa
Timur. Hal ini ditunjukkan oleh data tahun 2011 dimana produksi benih yang
berhasil dipasarkan mencapai 1,8 milyar ekor dan Ikan Lele konsumsi hasil
budidaya sebesar 3.106,516 ton dengan area pemasaran yaitu mencapai seluruh
wilayah Indonesia. Kabupaten Kediri mempunyai keunggulan dalam hal parameter
habitat perkembangbiakan ikan air tawar, yaitu ketinggian antara 10 – 400 m dari
permukaan air laut dan jenis tanah yang alluvial sehingga memiliki sumber air yang
baik.
4
Salah satu sentra pembibitan Ikan Lele Dumbo adalah Kabupaten Kediri,
Provinsi Jawa Timur. Desa Kencong adalah salah satu wilayah yang berpotensi
untuk budidaya pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Pengembangan usaha budidaya Ikan Lele Dumbo sangat cepat karena memiliki
pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan lele lokal (Clarias
batrachus) dengan jumlah telur dihasilkan oleh sepasang indukan yang dapat
mencapai 40.000 – 60.000 telur untuk sekali pemijahan.
Seiring dengan kondisi perekonomian dalam negeri yang belum
berkembang secara maksimal, sehingga mengakibatkan angka pengangguran
terus meningkat maka masyarakat di Desa Kencong, Kecamatan Kepung
memutuskan untuk menjadikan usaha pembibitan Ikan Lele sebagai usaha
alternatif guna mengurangi angka pengangguran. Selain usaha perikanan yang
dijalankan sebagian besar anggota kelompok juga bekerja sampingan di bidang
non perikanan yaitu pertanian, peternakan, maupun kegiatan lainnya. Kemudian
seiring berjalannya waktu, munculnya permasalahan – permasalahan di berbagai
bidang menyebabkan dibentuknya wadah yang dinamakan “Kelompok Tani Truno
Langgeng” dengan jumlah anggota awalnya 17 orang menjadi 35 orang dibentuk
pada tanggal 15 September 2016 yang mempunyai tujuan untuk mengayomi
seluruh petani pembenih yang ada di wilayah tersebut.
Curahan waktu kerja yang dialokasikan oleh anggota Kelompok Tani Truno
Langgeng meliputi kegiatan perilaku ekonomi seperti pembagian pekerjaan dan
kegiatan produksi baik dalam bidang perikanan maupun non perikanan,
diharapkan mampu mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan
terhadap pendapatan rumah tangga Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng ditinjau
dari aspek gender dan faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan
rumahtangga Kelompok Tani Truno Langgeng. Berdasarkan uraian diatas, maka
penelitian dengan judul “Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga
5
Pembenih Ikan Lele Anggota Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng Di Desa
Kencong Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Jawa Timur” menjadi sangat
menarik dan sangat penting untuk dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka
rumusan masalah yang perlu dikaji adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana secara teknis pembenihan Ikan Lele anggota Kelompok
Tani Truno Langgeng ?
2. Bagaimana curahan waktu dan pendapatan rumah tangga anggota
Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari aspek gender ?
3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga
anggota Kelompok Tani Truno Langgeng?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka dapat diketahui bahwa
tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui secara teknis pembenihan Ikan Lele anggota Kelompok
Tani Truno Langgeng.
2. Menganalisa curahan waktu dan pendapatan rumah tangga anggota
Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari aspek gender.
3. Menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah
tangga anggota Kelompok Tani Truno Langgeng.
1.4 Kegunaan
Penelitian ini diharapkan berguna bagi :
1. Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.
6
2. Anggota Pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
usaha pembibitan Ikan Lele berdasarkan faktor yang mempengaruhi
pendapatan anggota Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng
3. Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan.
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Ekonomi Rumah Tangga
Rumah tangga merupakan sebuah keluarga yang merupakan satu unit
pengambil keputusan kerja dalam menyusun suatu strategi untuk dapat
memaksimalkan tingkat kepuasan kebutuhan keluarga secara keseluruhan.
Rumah tangga sebagai unit pengambil keputusan mempunyai peranan yang
penting dalam mengalokasikan waktu untuk kegiatan ekonomi dan non ekonomi.
Alokasi waktu rumah tangga terhadap suatu pekerjaan tentunya akan berbeda
sesuai dengan kebutuhan masing – masing (Putri, 2008).
Pendekatan Sistem : Model Ekonomi Rumahtangga menurut Becker (1965)
dalam Putri (2008), mengembangkan teori untuk mempelajari model ekonomi
rumahtangga petani (Agricultural Household Models), dimana kegiatan produksi
dan konsumsi tidak terpisah dan penggunaan tenaga kerja keluarga lebih
diutamakan. Teori ini memandang rumahtangga sebagai pengambill keputusan
dalam kegiatan produksi dan konsumsi, serta memiliki hubunngan yaitu dengan
alokasi penggunaan waktu kerja dan pendapatan rumahtangga yang dianalisis
secara simultan. Asumsi yang digunakan adalah bahawa dalam mengkonsumsi,
kepuasaan rumahtangga bukan hanya ditentukan oleh barang dan jasa yang
dapat diperoleh di pasarm tetapi juga dari berbagai komoditi yang dihasilkan atau
diproduksi dalam rumahtangga. Selain itu ada beberapa asumsi yang digunakan
dalam Agricultural Household Models, yaitu : (1) waktu dan barang atau jasa
merupakan unsur kepuasan; (2) waktu dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai
faktor produksi dalam fungsi produksi dalam rumahtangga; dan (3) rumahtangga
bertindak sebagai produsen dan sebagai konsumen.
Rumah tangga memiliki tujuan dalam konteks ekonomi yaitu untuk mencapai
kepuasan dan kegunaan dimana kepuasan atau kegunaan yang akan dicapai
8
rumah tangga adalah berupa materi dan non materi. Teori ekonomi rumah tangga
salah satunya adalah menyoroti waktu yang tersedia bagi rumah tangga, sebagian
besar waktu yang tersedia dalam kehidupan rumah tangga digunakan untuk
kegiatan sehari – hari rumah tangga, contohnya : memasak, rekreasi, istirahat dan
lain – lain sehingga persoalan alokasi dan efisiensi waktu menjadi sangat penting
dalam mempelajari kesejahteraan rumah tangga. Waktu merupakan sumberdaya
yang bersifat langka bagi rumah tangga. (Becker, 1965 dalam Husin dkk, 2011).
Berdasarkan konsep inti dari teori Chayanov dalam menganalisis ekonomi
rumah tangga (household economic) adalah konsumen dan buruh dalam keluarga,
yaitu ditunjukkan rasio antara jumlah yang mengkonsumsi (C) dan yang bekerja
mendapat gaji (W) dalam keluarga tersebut (C/W). Jika jumlah tanggungan
meningkat, maka rasio C/W akan meningkat pula. Untuk menurunkan rasio
tersebut, berarti harus menambah jumlah anggota keluarga yang ikut bekerja.,
agar rasio C/W menurun, berarti akan meningkatkan pendapatan dalam rumah
tangga petani untuk memnuhi kebutuhan konsumsi mereka. Teori Chayanov
tentang perilaku rumah tangga petani, dapat digambarkan dalam ilustrasi berikut
seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Gambar 1. Teori Chayanov
9
Asumsi terpenting teori Chayanov dalam ekonomi rumah tangga adalah
sebagai berikut :
1. Rumah tangga tidak menggunakan tenaga kerja non keluarga dan tidak ada
tenaga kerja keluarga yang dapat bekerja di luar usahataninya. Ini berarti
tidak ada pasar tenaga kerja.
2. Output yang dihasilkan digunakan oleh rumah tangga sendiri atau dijual
dipasar dan dinilai berdasarkan harga pasar.
3. Masing – masing rumah tangga mempunyai norma sosial terhadap
pendapatan minimum. Dengan kata lain, rumah tangga merupakan suatu
unit yang mempunyai tingkat konsumsi minimal yang dapat diterima.
2.2 Curahan Waktu Kerja
Curahan waktu kerja merupakan jumlah jam yang diberikan untuk suatu
kegiatan yang dilakukan. Biasanya pada curahan waktu kerja akan memiliki
hubungan dengan jumlah pendapatan yang diterima sesuai dengan lama jam kerja
diberikan. Pola pencurahan waktu dalam keluarga mencerminkan tingkat
kesejahteraan dan strategi dalam mempertahankan hidup, sehingga dalam hal ini
pengalokasian waktu kerja bukan karena mengejar tingkat upah yang diterima,
melainkan mencakup masalah aspek sosial ekonomi keluarga seperti penghasilan
keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, keterampilan dan
penguasaan teknologi (Mangkuprawira, 1979).
Simanjutak (1985) menyatakan bahwa usia seseorang dapat berpengaruh
terhadap curahan waktu kerjanya, apabila semakin tinggi usia seseorang maka
penawaran tenaga kerjanya semakin besar, meskipun dalam saat tertentu
nantinya penawaran tenaga kerjanya akan turun seiring dengan bertambahnya
usia seseorang. Jumlah tanggungan dalam suatu keluarga juga dapat menjadi
salah satu alasan mengapa wanita bersedia untuk bekerja, sehingga dalam hal ini
dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka
10
waktu yang dicurahkan individu untuk bekerja juga semakin tinggi. Pendidikan juga
dinilai memiliki pengaruh terhadap curahan waktu kerja seseorang, dimana
semakin tinggi pendidikan seseorang atau semakin lama seseorang menempuh
sistem pendidikan maka waktu yang dimiliki akan semakin mahal sehingga waktu
yang dicurahkan untuk bekerja juga semakin banyak.
Nalinda (2006) dalam Husin dkk (2011) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi curahan waktu kerja suami dan istri adalah luas penguasaan
lahan, umur suami, umur istri, pendidikan suami, pendidikan istri, pendapatan
rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, curahan kerja rumah tangga, jumlah
anggota keluarga yang ditanggung, jumlah anggota keluarga yang mencari
nafkah.
Soekartawi et.al (1986) menyatakan bahwa pada umumnya ukuran jam kerja
dianggap telah dapat memenuhi kebutuhan tanpa memperhatikan kebiasaan kerja
yaitu selama delapan jam kerja dalam satu hari kerja. Oleh sebab itu dalam
prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja laki – laki dengan penggunaan
faktor konversi seperti berikut :
1. 8 jam kerja tenaga kerja pria dewasa = 1 HKP
2. 8 jam kerja tenaga kerja wanita dewasa = 0,8 HKP
3. 8 jam kerja anak – anak = 0,5 HKP
Adapun rumus mencari HOK (Hari Orang Kerja) adalah sebagai berikut :
HOK = Jumlah hari kerja × jam kerja
8 jam
Hendra (2012) dalam Fakhriyyah (2013) menyatakan bahwa curahan waktu
kerja wanita nelayan pada seluruh kegiatan adalah 14,5 jam per hari atau sekitar
58,87%. Dimana kegiatan produktif sebesar 6,75 jam, kegiatan domestik sebesar
4,88 jam dan kegiatan sosial sebesar 2,73 jam. Hal ini menunjukkan wanita
nelayan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengurus keperluan dan
11
kesejahteraan keluarga. Wanita nelayan dituntut untuk bisa membagi waktunya
tersebut dengan baik, terutama dalam hal membagi urusan rumah tangga,
pekerjaan (kegiatan produktif) dan kegiatan sosial masyarakat. Namun terkadang
waktu yang dialokasikan wanita pada kegiatan mengurus rumah tangga tidak
terlalu diperhatikan karena kegiatan tersebut dianggap sebagai kewajiban seorang
wanita dalam keluarga.
2.3 Produksi
Produksi adalah segala kegiatan atau proses yang dilakukan untuk
menambah guna atau menghasilkan adanya barang atau jasa sebagai hasil dari
input menjadi output untuk memenuhi kebutuhan kepuasan manusia. Peraturan
rumah tangga dibidang produksi karena terbatasnya sumberdaya sedangkan
kebutuhan produsen tidak kunjung dipuaskan sehingga dalam usaha rumah
tangga peran tenaga kerja keluarga diperlukan dalam proses memproduksi
kegiatan usahanya (Sumarjono, 2004).
Nicholson (1985) menyatakan bahwa dalam kegiatan produksi rumah
tangga diperlukan faktor produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk.
Secara matematis hubungan input dan output dapat digambarkan dalam bentuk
persamaan :
Q = f (K, L, M....Xn)
K, L, M.....Xn adalah faktor produksi yang mempengaruhi produksi, Kapital,
Labor, Material, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap suatu hasil produksi.
Kegiatan produktif rumah tangga dibutuhkan adanya keterlibatan dari
anggota rumah tangga yang terdiri atas suami, istri dan anak yang dilakukan
berdasarkan keputusan bersama untuk mencukupi kebuthan pangan dari proses
hasil produksi sendiri maupun kemampuan dalam membeli kebutuhan sehari –
hari contohnya : pangan (Purwanti, 2010 dalam Furqon).
12
2.4 Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dengan total biaya produksi.
Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya
dalam suatu proses produksi (Rahayu dkk, 2012).
Budiono (2010) menyatakan bahwa pendapatan atau income seseorang
diperoleh dari penjualan faktor – faktor produksi yang dimiliki kepada sektor
produksi yang nantinya digunakan sebagai input produksi untuk menghasilkan
output di pasaran dengan harga yang telah ditentukan oleh adanya permintaan
(demand) dan penawaran (supply). Secara singkat income seseorang ditentukan
oleh :
a. Jumlah faktor produksi yang dimiliki yang bersumber dari tabungan
sendiri ataupun berasal dari warisan.
b. Harga dari masing – masing faktor produksi yang ditentukan oleh
keseimbangan pasar.
Dari kedua faktor penting yang menentukan distribusi pendapatan, hanya
harga faktor – faktor produksi (tanah, modal, tenaga kerja dan kepenguasaan)
yang ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Selain itu, juga
terdapat pola pemikiran faktor – faktor produksi yang ada, yang dianggap sangat
penting.
Murbyanto (1994) menjelaskan bahwa berdasarkan jenisnya sumber suatu
pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan utama dan
pendapatan tambahan. Pendapatan utama adalah sumber penghasilan rumah
tangga yang paling menunjang dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan
merupakan penghasilan yang terbesar. Sedangkan pendapatan tambhan
didefinisikan dengan mengusahakan kegiatan lain diluar pekerjaan utama.
Sumber pendapatan rumah tangga anggota kelompok pembenih Ikan Lele
berasal dari keuntungan budidaya, pendapatan diperoleh dari hasil penjumlahan
13
pendapatan budidaya (perikanan) dan pendapatan non perikanan. Pendapatan
budidaya (perikanan) diperoleh dari hasil penerimaan dikurangi dengan biaya total
produksi budidaya Ikan Lele. Persamaan pendapatan rumah tangga dapat
digambarkan sebagai berikut :
YRT = YP + YNP
Dimana :
YRT = Pendapatan Rumah Tangga
YP = Pendapatan Perikanan (budidaya)
YNP = Pendapatan Non Perikanan
Persamaan pendapatan budidaya (perikanan) adalah :
YP = TR – TC atau Π = TR – TC
Dimana :
YP = Pendapatan Perikanan (budidaya)
Π = Keuntungan
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
Penerimaan atau Total Revenue (TR) adalah pendapatan kotor suatu
usaha budidaya yang didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka
waktu tertentu. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut :
TR = P × Q
Dimana :
TR = Total Revenue (penerimaan total)
P = Price (harga Ikan Lele)
Q = Quantity (jumlah output yang dihasilkan)
Keuntungan (Π) atau profit adalah suatu pendapatan bersih yang diperoleh
dari Total Revenue (TR) atau penerimaan dikurangi dengan Total Cost (TC) atau
biaya total. Biaya total adalah jumlah yang dikeluarkan seluruhnya dalam suatu
14
usaha yang diperoleh dari penjumlahan biaya tetal dan biaya variabel. Biaya tetap
adalah jumlah ongkos – ongkos yang tetap dibayar produsen berapapun tingkat
outputnya, misal penyusutan, sewa gedung, dan lain – lain. Biaya variabel adalah
jumlah ongkos – ongkos yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang
diproduksikan, misalnya upah dan lain – lain. Persamaan biaya total adalah
sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Dimana :
TC = Total Cost (biaya total)
TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)
TVC = Total Variable Cost (total biaya variabel/ biaya tidak tetap)
2.5 Konsep Gender
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial yang berasal dari
Bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin atau bisa diartikan sebagai perbedaan
yang tampak pada laki – laki dan perempuan yang bersifat bawaan sebagai
ciptaan Tuhan dan yang bersifat bentukan budaya yang dapat dipelajari dan
disosialiasikan sejak kecil dari segi tingkah laku dan nilai. Pembedaan ini tentunya
sangat berperan penting, sebab selama ini sering ditemukan adanya
kesalahpemahaman mengenai ciri – ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang
bersifat bukan kodrati (gender). Kata gender dapat diartikan sebagai perbedaan
peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki – laki dan perempuan sebagai
hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses
sosialiasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh sebab itu gender
merupakan hasil kesepatan antarmanusia yang tidak bersifat kodrati, sehingga
gender bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain dan dari satu waktu ke
waktu berikutnya. Gender tidak bersifat kodrati, dapat berubah, dan dapat
dipertukarkan pada manusia satu ke manusia lainnya tergantung waktu dan
15
budaya dari suatu lingkungan. Wujud atau bentuk dari kesetaraan gender dalam
suatu keluarga yaitu meliputi akses, peran, kontrol dan manfaat. Akses adalah
peluang atau kesempatan dalam memperoleh dan menggunakan sumberdaya
tertentu. Peran adalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang/kelompok dalam
kegiatan atau pengambilan keputusan dalam situasi tertentu. Kontrol adalah
penguasaan atau wewenang maupun kekuatan seseorang yang digunakan dalam
mengambil atau menentukan keputusan. Manfaat adalah kegunaan sumberdaya
yang dapat dinikmati secara optimal (Puspitawati, 2013).
Menurut Sugiah (1995) menjelaskan bahwa di dalam kelompok masyarakat
selalu ada mekanisme yang mendukung adanya konstruksi sosial budaya gender
yang saling menguatkan satu sama lain yaitu : (1) peran sentral bahasa
memberikan adanya mekanisme konkret, dimana suatu budaya mempengaruhi
pikiran dan tingkah laku dari suatu individu, (2) konstruksi sosial dapat mewakili
kompleksitas dalam satu budaya tunggal, hal ini tentunya tidak dapat
mengasumsikan adanya keseragaman, dan (3) konsisten dengan suatu
masyarakat dan waktu.
Menurut Genderpedia (2010) dalam Cahyani, M.Y (2015), pembagian kerja
dalam peran gender terbagi menjadi 3 (triple role) diantaranya :
1. Kerja produktif
Kerja produktif adalah seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan produksi
barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan dan pemenuhan
kebutuhan dasar.
2. Kerja reproduktif
Kerja reproduktif adalah pekerjaan yang berkaitan dengan perawatan dan
pemeliharaan rumahtangga dan anggotanya.
16
3. Kerja komunitas
Kerja komunitas adalah pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan sosial
atau kemasyarakatan yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas dan
mempertahankan tradisi setempat serta meningkatkan partisipasi
kelompok atau organisasi.
Paulo (1986) dalam Raharjo, et.al (2000) menjelaskan bahwa kesadaran
kritis adalah suatu bentuk kesadaran manusia dimana individu mampu
menganalisis terhadap suatu permasalahan yang terjadi secara holistis dan
makro, sehingga dapat menguraikan sebab – akibat dari suatu permasalahan.
Kesadaran kristis ini bersifat transformatif dikarenakan seseorang berusaha untuk
melakukan perubahan yang terjadi direalitas dan untuk merubah sesuatu yang
terjadi berdasarkan pemikiran. Transformasi dalam kesadaran kritis ini dapat
mengarahkan bagaimana dapat tercipta struktur dan sistem yang adil sehingga
tidak adanya penindasan dan tercapainya masyarakat yang berkeadilan. Tujuan
dari kesadaran kritis adalah memberdayakan seseorang agar dapat bersikap
sebagai subyek yang aktif menciptakan masyarakat yang demokratis.
Prespektif arah pendidikan dalam kesadaran kritis harus mampu membuka
wawasan dan cakrawala berpikir seseorang dimana menciptakan ruang bagi
seseorang untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis diri
dan struktur dunianya dalam rangka transformasi sosial. Tingkat kesadaran tiap
manusia berbeda – beda tergantung pada pola interaksi yang dihadapi dalam
keseharian termasuk paradigma pendidikan yang dianut.
2.6 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Simanjutak (1985) dalam Claudia (2016) menyatakan bahwa variabel
kependudukan yang dapat mempengaruhi besarnya alokasi waktu seseorang
untuk bekerja diantaranya adalah jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga,
pendidikan dan umur. Pendapatan juga dinilai dapat berpengaruh terhadap
17
lamanya waktu yang dicurahkan untuk bekerja, hal ini juga berlaku bagi tenaga
kerja wanita. Selain itu bagi tenaga kerja wanita yang sudah berkeluarga,
pendapatan suami juga menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan berapa
lama wanita akan bekerja, dengan pendapatan suami yang rendah maka keluarga
juga akan membutuhkan sumber pendapatan yang lain untuk menambah
pemasukan (pendapatan keluarga).
Simanjutak (1985) menyatakan bahwa variabel kependudukan yang dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan diantaranya curahan waktu kerja laki – laki,
apabila pendapatan suami rendah maka keluarga akan membutuhkan sumber
pendapatan lainnya, dalam hal ini ibu atau istri diharapkan dapat membantu suami
dalam menambah pendapatan kelaurga. Selain itu dengan meningkatnya upah
atau pendapatan yang diterima oleh pekerja maka hal ini akan menimbulkan dua
kondisi yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima oleh individu, maka
individu akan cenderung untuk menambah jumlah jam atau waktu yang disediakan
untuk bekerja (subtitutions effect). Kemudian dengan bertambahnya tingkat
pendaptaan diterima oleh individu tetapi individu cenderung mengurangi jumlah
jam kerja mereka (income effect).
Cahyani, M. Y (2015) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
pendapatan rumah tangga keluarga pembenih Ikan Lele di Kabupaten Malang
adalah sebagai berikut :
1. Curahan waktu kerja produktif laki – laki adalah jumlah jam kerja yang
dialokasikan untuk menghasilkan penghasilan rumah tangga.
2. Curahan waktu kerja produktif perempuan adalah jumlah jam kerja yang
dialokasikan untuk menghasilkan penghasilan rumah tangga.
3. Jumlah induk adalah banyak induk yang digunakan untuk produksi
pembenihan Ikan Lele.
18
4. Harga produk adalah harga atau nilai rupiah yang diterima pada
penjualan produk atau benih Ikan Lele.
2.7 Penelitian Terdahulu
Rosnita, et.al (2014) menyatakan bahwa penelitian dengan menggunakan
metode survei mengambil sampel dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pada aspek mata pencaharian
utama kepala keluarga yaitu jumlah sampel 64 orang wanita yang terdiri dari 32
wanita dari rumah tangga petani sawit pola swadaya di Desa Pantai Cermin dan
32 orang wanita di Desa Sari Galuh pada petani rumah tangga pola plasma.
Variabel – variabel yang digunakan dalam analisis uji stastistik linier berganda
diantaranya umur (tahun), tingkat pendidikan, pengalaman bekerja (tahun), jumlah
tanggungan (jiwa), pendapatan istri dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian
menemukan bahwa curahan waktu wanita lebih banyak digunakan untuk kegiatan
produktif sebesar 56, 96 jam/minggu dibanding dengan kegiatan rumahtangga
yang hanya 23,69 jam/minggu. Jumlah balita berpengaruh signifikan terhadap
variabel curahan waktu kerja wanita tani. Rata – rata pendapatan wanita sebesar
Rp. 4.003.097,- memberikan kontribusi sebesar 47,82% dari total pendapatan
keluarga rata – rata sebesar Rp. 8.371.179,-
Febrianti (2015) menyatakan bahwa penelitian menggunakan analisis data
yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif, Harvard analisys method, dan
deskriptif kuantitatif, bahwa curahan waktu kerja diukur menggunakan satuan jam,
dimana satuan jam yang digunakan oleh pembudidaya Ikan Koi dihitung dalam
satuan per bulan. Satuan jam digunakan untuk perhitungan analisis curahan waktu
kerja pembudidaya yang berdasarkan aspek gender yaitu curahan waktu kerja
produktif dan curahan waktu kerja reproduktif. Curahan waktu kerja produktif laki
– laki rata – rata dalam satu bulannya 180 jam dan curahan waktu kerja reproduktif
laki – laki rata – rata dalam satu bulannya 120 jam, sedangkan curahan waktu
19
kerja produktif perempuan dalam satu bulannya rata-rata 120 jam dan curahan
waktu kerja reproduktif perempuan rata-rata dalam satu bulannya 190 jam.
Pendapatan rumah tangga pembudidaya di dapat dari dua sektor, yaitu sektor
perikanan dan sektor non perikanan. Hasil pendapatan dari pekerjaan di bidang
perikanan selama sebulan rata-rata sebesar 2.538.499 sedangkan hasil
pendapatan yang diperoleh dari hasil di luar bidang perikanan selama sebulan
dengan rata-rata sebesar 2.189.429. Berdasarkan analisis menggunakan SPSS,
faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga pembudidaya Ikan Koi
Pranggang Koi Farm yaitu curahan waktu kerja produktif perempuan dengan taraf
signifikan 0.027, umur laki-laki dengan taraf signifikan 0.015, jumlah anggota
keluarga dengan taraf signifikan 0.000 dan lama kerja dengan taraf signifikan
0.000 dengan menggunakan selang kepercayaan 95% atau taraf kesalahan
0.05%.
Aspasia (2013) menyatakan bahwa penelitian menggunakan analisis
deskriptif, korelasi Pearson dan regresi linier bergand. Contoh pada penelitian
tersebut yaitu menggunakan sampel sebanyak 70 istri bekerja yang berasal dari
keluarga petani dan dilaksanakan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 90 persen istri
memiliki posisi peran dengan kategori tinggi. Hampir seluruh istri (92,9%)
mendominasi peran pada sektor domestik. Hampir tiga perempat istri (72,9%)
melakukan peran pada sektor publik secara bersama dengan suami. Istri memiliki
curahan waktu kerja dengan rata – rata 6 jam 6 menit perharinya. Rata – rata istri
memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga sebanyak 33,54 persen
perbulannya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan positif
signifikan antara curahan waktu kerja istri dengan kontribusi ekonomi istri, dan
kontribusi ekonomi istri dengan pendapatan keluarga. Melalui uji regresi diperoleh
hasil sebesar yaitu 41,0% variabel di dalam penelitian mempengaruhi kontribusi
20
ekonomi istri, dan pendapatan suami sangat berpengaruh terhadap kontribusi
ekonomi istri.
Wawansyah, et.al (2012) menyatakan bahwa penelitian menggunakan
metode studi kasus dengan unit analisis wanita nelayan. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuisioner dari sampel yang dipilih secara
sengaja. Data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode deskiptif kuantitatif. Hsail penelitian menunjukkan bahwa
kontribusi pendapatan wanita nelayan berpengaruh cukup besar yaitu sebesar
39,45 % terhadap pendapatan keluarga. Curahan waktu tertinggi wanita nelayan
adalah pada kegiatan produktif yaitu selama 5,35 jam dan pengambilan keputusan
urusan rumah tangga didominasi oleh wanita nelayan.
2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian
Sugiyono (2015) menyatakan bahwa kerangka berfikir merupakan model
secara konseptual mengenai teori yang berhubungan dengan faktor – faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Ikan Lele merupakan salah satu jenis komoditas ikan yang banyak
dibudidayakan di seluruh Indonesia terutama di Kabupaten Kediri. Kecamatan
Kandangan yang terletak di Kabupaten Kediri merupakan salah satu daerah yang
memiliki banyak potensi, selain pertanian juga salah satunya potensi di sektor
perikanan. Pada sektor perikanan ini di daerah tersebut yaitu Desa Kencong
membentuk sebuah wadah organisasi kelompok budidaya Ikan Lele yang
bernama Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng. Kelompok ini pada awal
terbentuknya berjumlah 11 orang yaitu pada tahun 2009, bertambah menjadi 35
orang pada tahun 2015 dan sekarang menjadi berjumlah 60 orang. Anggota
kelompok budidaya tersebut dibentuk untuk memberikan adanya kontribusi
terhadap pendapatan rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Secara
sistematis kerangka pemikiran dalam
21
Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele
Anggota Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari Aspek Gender di Desa
Kencong, Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Jawa Timur dapat diilustrasikan
seperti terlihat pada Gambar 2. di halaman berikut ini.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Rumah Tangga Pembenih
Ikan Lele dengan Istri
Bekerja
Laki – laki
Aktivitas Manusia 1. Produktif Perikanan Non Perikanan
2. Reproduktif 3. Sosial
Anggota Pembenih Ikan
Lele Kelompok Tani Truno
Langgeng
1. Curahan waktu kerja
produktif laki-laki
2. Curahan waktu kerja
produktif perempuan
3. Umur laki-laki
4. Umur perempuan
5. Jumlah anggota
keluarga
6. Tingkat pendidikan
laki-laki
7. Tingkat pendidikan
perempuan
8. Lama pengalaman
bekerja
Perempuan
1. Peran 2. Akses 3. Manfaat 4. Kontrol
1. Pembagian Pekerjaan
2. Curahan Waktu Kerja
3. Produksi
4. Pendapatan
Kesadaran Kritis
22
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah
Tangga Pembenih Ikan Lele Anggota Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari
Aspek Gender di Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa
Timur” dilaksanakan pada Bulan April – Mei 2017. Lokasi Penelitian yaitu di rumah
dan sawah atau kolam pembenih anggota Kelompok Tani Truno Langgeng, Desa
Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Pemilihan
lokasi ini didasarkan pada potensi Desa Kencong sebagai daerah yang sangat
berpotensi dan cocok untuk budidaya pembenihan Ikan Lele.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah anggota pembudidaya Ikan Lele yaitu suami dan
istri anggota Kelompok Tani Truno Langgeng, Desa Kencong, Kecamatan
Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Adapun sasaran dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan curahan waktu dan pendapatan rumah tangga serta untuk
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga
anggota Kelompok Tani Truno Langgeng Desa Kencong, Kecamatan Kepung,
Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur ditinjau dari aspek gender.
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu peneltian deskriptif.
Rianse dkk dalam Ginantoko (2014) menyatakan bahwa penelitian deskriptif
adalah suatu penelitian yang didalamnya menggambarkan secara tepat sifat – sifat
suatu individu, situasi, gejala atau hal – hal khusus dalam masyarakat. Jenis
penelitian deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan secara
tepat sifat – sifat suatu individu, situasi, gejala atau hal – hal khusus dalam
23
masyarakat pembenihan Ikan Lele. Metode yang digunakan untuk jenis penelitian
ini yaitu melalui wawancara, observasi dan studi literatur.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri – cirinya akan
diduga. Populasi dapat dibedakan pula menjadi populasi sampling dengan adanya
populasi sasaran. Sebagai contoh, apabila suatu rumah tangga dipilih sebagai
sampel, sedangkan yang diteliti hanya anggota rumah tangga yang bekerja
sebagai petani, maka seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi
sasaran (Singarimbun dan Effendi, 2006).
Sugiyono (2015) menyatakan populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas tersendiri serta
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti dimana bertujuan untuk dapat
dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga anggota Kelompok Tani
Truno Langgeng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Populasi
berjumlah 35 pembudidaya yang aktif bekerja dalam kegiatan budidaya
pembenihan Ikan Lele pada Kelompok Tani Truno Langgeng.
Sugiyono (2015), sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh suatu populasi. Hal tersebut tidak mungkin dipelajari seluruhnya
atau semuanya oleh peneliti apabila jumlah populasinya besar, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Oleh sebab itu,
sampel yang diambil dari populasi harus benar – benar mewakili dari populasi
tersebut.
Penentuan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dapat dipilih mrnjadi sampel yaitu nonprobability sampling. Salah
satu jenisnya adalah sampling jenuh atau biasa disebut dengan sensus, dimana
24
teknik penentuan sampel ini digunakan apabila seluruh anggota populasi relatif
berjumlah sedikit/kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil
sehingga seluruh anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2015).
Dalam penelitian ini jumlah populasi yang digunakan menjadi sampel adalah
35 rumah tangga meliputi suami dan istri dari anggota Kelompok Tani Truno
Langgeng Desa Kencong Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Penelitian ini merupakan jenis sampel jenuh atau sensus sebab jumlah dari
populasi yang ada relatif kecil/sedikit.
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
Sugiyono (2015) dalam Wiratna (2014) menyatakan bahwa teknik
pengambilan sampel atau sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
dua untuk menentukan sampel yang akan digunakan pada suatu penelitian yaitu
probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, sedangkan non
probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan
kesempatan/ peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota yang terdapat
didalamnya.
Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive
sampling yaitu salah satu teknik yang termasuk dalam nonprobability sampling.
Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan maksud
pengambilan subjek dengan tujuan tertentu. Tujuan penelitian dengan kriteria
pengambilan sampel adalah anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno
Langgeng yang telah tercatat di Kantor Desa Kencong atau merupakan penduduk
tetap Desa Kencong dan yang terdiri dari suami istri atau sudah berumahtangga.
Sampel tersbeut adalah keluarga Bapak : Saifudin, Agus Winarno, Anwar,
25
Sukarno, Lukman Hakim, Saikhul, Muchlison, Sudariono, Mahzudi, Shodik A.,
Zainal F., Adi, Rokim, Sumaryono, Imam F., Santosa, Waris Suyitno, Subki,
Mukayat, Samsul Hadi, Lasidi, Bagio, Basrowi, Yuhanan Agus, Mustofa, Wahyu,
Wiyono, Afnan, Mashuri, Mulyono, Agus W., Dawam, Nurul Anwar, Andi, dan Iwan.
3.6 Jenis dan Sumber Data
3.6.1 Data Primer
Data primer adalah jenis sumber data penelitian yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh peneliti secara langsung daro sumber data utama (narasumber)
atau tanpa melalui media perantara. Data primer disebut juga sebagai data asli
atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk memperoleh data primer, hal
yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer
antara lain observasi, wawancara, dan penyebaran kuisioner (Aedi, 2010).
Berikut ini merupakan cara untuk memperoleh data primer antara lain
sebagai berikut :
a. Wawancara
Sugiyono (2015) menyatakan bahwa wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan suatu permasalahan yang harus diteliti dengan menggunakan
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon.
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dimana dalam
hasil yang diperoleh dari suatu wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam hal ini, tentunya dapat mempengaruhi
arus informasi antara lain : pewawancara, responden, topik penelitian yang
26
tertuang dalam jumlah daftar pertanyaan dan situasi atau keadaan saat proses
wawancara (Singarimbun dan Effendi, 2006).
Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner
terstruktur. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh
responden. Selain itu, kuisioner juga cocok untuk digunakan agar peneliti lebih
mudah dalam berkontak langsung dengan responden dan lebih memudahkan
dalam menciptakan kondisi yang baik sehingga responden dengan sukarela akan
memberikan data obyektif dan cepat (Sugiyono, 2013).
Dalam penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan wawancara
terstruktur (kuisioner) dan wawancara tidak terstruktur (bebas) untuk
mengumpulkan data primer yang diperlukan. Hal yang perlu dilakukan dalam
pengumpulan data primer dengan wawancara terstruktur adalah dengan
menyebarkan kuisioner berisi pertanyaan (permasalahan) kepada anggota
pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng yang berisi pertanyaan
mengenai nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jumlah biaya tetap, biaya
variabel dan jumlah produksi anggota tersebut. Selain itu, pertanyaan dari
kuisioner adalah mengenai curahan waktu yang dilakukan selama proses produksi
seperti mulai pukul berapa pekerjaan tersebut dimulai, kapan waktu istirahat dan
liburnya serta sudah berapa lama menekuni pekerjaan tersebut. Sedangkan
wawancara tidak terstruktur dapat dilakukan dengan melakukan proses
wawancara secara langsung kepada pengurus dan seluruh anggota pembenih
mengenai bagaimana curahan waktu kerja atau alokasi waktu yang digunakan
oleh pembenih Ikan Lele beserta istrinya.
b. Observasi
Sugiyono (2015), observasi sebagai teknik pengumpulan data di lapang
mempunyai ciri yang spesifik dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
27
wawancara dan kuesioner. Teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila penelitian berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala
– gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar jumlahnya. Oleh
sebab itu maka suatu observasi tidak terbatas pada seseorang, namun juga pada
obyek – obyek alam yang lain.
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi (pengamatan) secara
langsung meninjau seluruh kegiatan – kegiatan dimana dilakukan oleh peneliti
secara langsung dengan adanya pemberian wawancara dan kuisioner tertulis
yang berlangsung dalam proses kegiatan budidaya pembenihan Ikan Lele,
kegiatan rumah tangga antara suami dan istri baik kegiatan perikanan maupun
kegiatan non perikanan rumah tangga anggota pembudidaya benih Ikan Lele
Kelompok Tani Truno Langgeng.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah jenis sumber data penelitian yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada atau melalui media
perantara (peneliti sebagai tangan kedua). Pada umumnya data sekunder
berbentuk catatan, bukti atau laporan historis yang telah tersusun dalam sebuah
arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), Buku Rancangan Kegiatan Desa, laporan, jurnal dan
lain - lain (Indriantoro dkk, 1999)
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri, Badan
Pusat Statistik Kabupaten Kediri, Kantor Desa Kencong, Kecamatan Kepung,
perpustakaan, serta beberapa referensi lainnya yang berkaitan dengan letak
geografis dan topografis lokasi, keadaan penduduk serta kondisi perikanan di
daerah Kemiri khusunya anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng.
28
3.7 Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapang dan bahan lain sehingga
dapat ditarik kesimpulkan dan mudah dipahami oleh diri sendiri maupun saat
diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2015).
Analisis data (bukti) terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian,
ataupun pengombinasian kembali bukti – bukti untuk menuju proporsisi awal suatu
penelitian, berdarkan keadaan nyata tanpa adanya perubahan yang diperlukan
untuk dilakukan sehingga analisis data juga memiliki suatu strategi analisis dalam
melakukan suatu analisis studi kasus (Padma, 2011).
Pada penelitian ini analisis data terbagi atas dua jenis yaitu data kualitatif
dan data kuantitatif, dimana analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hal ini disebabkan karena jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
3.7.1 Analisis Deskriptif Kualitatif
Rahmat (2009) menyatakan bahwa penelitian kualitatif disebut pula
sebagai penelitian naturalistik, disebut kualitatif karena sifat dari data yang
dikumpulkan bercorak kualitatif dan tidak terdapat alat – alat pengukur. Selain itu,
disebut naturalistik karena pada situasi lapangan penelitian bersifat natural atau
wajar, sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi. Penelitian kualitatif berpendirian
bahwa tidak hanya satu kebenaran mutak, kebenaran itu sangat kompleks dan
tidak ada satu teori yang dapat menangkapnya.
Umar (2010) menyatakan bahwa penelitian kualitatif menjelaskan
memberikan makna terhadap adanya fenomena secar utuh dari penelitian dimana
sangat dipengaruhi oleh adanya hasil nilai dan persepsi dari seorang peneliti. Pada
penelitian kualitatif sendiri, peneliti berperan sebagai alat dalam pengumpulan
suatu data penelitian melalui observasi dan wawancara.
29
Pada penelitian ini analisis deskriptif kualitatif yang digunakan adalah
mengidentifikasi dari curahan waktu kerja yang dimiliki oleh rumah tangga anggota
kelompok pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng dan perolehan
pendapatan dalam rumah tangga ditinjau dalam aspek gender antara lain sebagai
berikut :
a. Curahan Waktu Kerja
Perhitungan curahan waktu yang dilakukan oleh anggota kelompok pembenih
Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng meliputi perhitungan pada :
1. Suami
Indra (2010) menyatakan bahwa apabila terdapat lebih dari satu kegiatan
atau pekerjaan yang berbeda dalam periode waktu yang sama, maka untuk
mengetahui curahan waktu masing – masing kegiatan secara riil digunakan rumus
Rumus Curahan Waktu Kerja Pembenih Ikan Lele
a. Curahan waktu kerja produktif
HOK (1 bulan) = Jumlah hari kerja × jam kerja
8 jam
b. Curahan waktu kerja reproduktif
HOK (1 bulan) = Jumlah hari kerja × jam kerja
8 jam
b. Produksi
Produksi suatu usaha meliputi penerimaan atau Total Revenue (TR) yaitu
pendapatan kotor suatu usaha budidaya yang didefinisikan sebagai nilai produk
total usaha dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
TR = P × Q
Dimana :
TR = Total Revenue (penerimaan total)
30
P = Price (harga Ikan Lele)
Q = Quantity (jumlah output yang dihasilkan)
Persamaan biaya total adalah sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Dimana :
TC = Total Cost (biaya total)
TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)
TVC = Total Variable Cost (total biaya variabel/ biaya tidak tetap)
c. Pendapatan
Berikut ini merupakan persamaan rumus untuk memperoleh pendapatan
pembenih (perikanan) anggota rumah tangga Kelompok Tani Truno Langgeng
adalah sebagai berikut :
YP = TR – TC atau Π = TR – TC
Dimana :
YP = Pendapatan Perikanan (budidaya)
Π = Keuntungan
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
Berikut ini merupakan persamaan rumus untuk menghitung pendapatan
non perikanan anggota Kelompok Tani Truno Langgeng adalah sebagai berikut :
YNP = TR – TC atau Π = TR – TC
Dimana :
YNP = Pendapatan Non Perikanan
Π = Keuntungan
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
31
Rumus yang digunakan untuk menghitung perolehan pendapatan total
dalam rumah tangga meliputi pendapatan perikanan (pembenihan) dan
pendapatan non perikanan antara lain sebagai berikut :
YRT = YP + YNP
Dimana :
YRT = Pendapatan Rumah Tangga
YP = Pendapatan Perikanan (pembenihan)
YNP = Pendapatan Non Perikanan
3.7.2 Harvard Analysis Methode
Puspitawati (2013) menyatakan bahwa Analisis Model Harvard atau
Kerangka Analisis Harvard, dikembangkan oleh Harvard Institute for International
Development yang bekerja sama dengan Kantor Women In Development (WID) –
USAID. Model Harvard ini didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang
merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender yang paling awal.
Tujuan dari adanya kerangka analisis Harvard adalah untuk (1) menunjukkan
bahwa terdapat suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan oleh perempuan
maupun laki – laki secara rasional, (2) membantu para perencana merancang
proyek yang lebih efisien dan memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh,
(3) mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan
efisiensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal, (4) memetakan pekerjaan
antara laki – laki dan perempuan dan melihat faktor yang menjadi penyebab dari
perbedaan.
Data yang akan dianalisis menggunakan metode Harvard yaitu pola
aktivitas yang terdiri dari kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial, akses serta
kontrol yang ditinjau dari aspek gender yaitu antara laki – laki dan
perempuan.dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
32
Tabel 1. Harvard Analysis Methode untuk Aktivitas
No. Variabel Harvard
Rumah Tangga
Pembenih Ikan
Lele Kelompok
Truno Langgeng
Unit Analisis
A. Aktivitas Laki – Laki Perempuan
S KK TP S KK TP
Π Π Π Π Π Π
1. Produktif :
- Persiapan media
kolam
- Seleksi induk
(Pemijahan dan
Penetasan telur)
- Pemberian pakan
- Seleksi I, II, III, IV
- Pemanenan
- Pengepakan dan
pengangkutan
2. Reproduktif :
- Mengurus anak
- Belanja
- Memasak
- Mencuci baju
- Mencuci piring
- Menyetrika
- Menyapu
- Mengepel
3. Sosial :
- Kerja bakti
- Posyandu
- Arisan
- Pengajian
Keterangan : pada kolom diisi (x) sebagai keterlibatan responden pada tolak ukur
selalu (S), kadang – kadang (KK), dan tidak pernah (TP), serta untuk curahan
waktu kerja rata – rata per jam (Π).
Tabel 2. Harvard Analysis Methode untuk Akses
B. Akses Macam Akses
Laki – Laki
Perempuan
33
Tabel 3. Harvard Analysis Methode untuk Kontrol
No. Variabel Harvard Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele Kelompok
Truno Langgeng
Unit Analisis
C. Kontrol Laki – Laki Perempuan
S KK TP S KK TP
1. Pendapatan - Suami - Istri
2. Pengeluaran - Uang - Tanah - Rumah - Kendaraan - Logam Mulia - Pendidikan - Menu Pangan
Keterangan : pada kolom diisi (x) sebagai keterlibatan responden pada tolak ukur
selalu (S), kadang – kadang (KK), dan tidak pernah (TP).
3.7.3 Analisis Deskriptif Kuantitatif
Sugiyono (2015), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan
pada suatu filsafat positivisme yaitu memandang realitas/gejala/fenomena yang
dapat diklasifikasikan atau dibagi, relatif bersifat tetap, dapat teramati, terukur, dan
hubungan gejala yang dimiliki bersifat sebab akibat. Pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik.
Pada penelitian ini analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk
menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi curahan waktu dan pendapatan
rumah tangga pada kelompok anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno
Langgeng, Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur
adalah menggunakan analisis regresi linier berganda.
1. Spesifikasi Model
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Sarjono (2011), analisis regresi merupakan suatu analisis yang digunakan
untuk mengetahui atau mengukur ada tidaknya pengaruh variabel
34
independen/bebas (X) terhadap variabel dependen/terikat (Y) serta menentukan
nilai ramalan atau dugaannya. Pada penelitian ini analisis regresi linier berganda
adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan
pengaruh varial independen/bebas (X) yang jumlahnya lebih dari dua.
Bentuk dari persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Dimana :
Y = Pendapatan rumah tangga
a = Konstanta atau intersep
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X2
b3 = Koefisien regresi untuk X3
b4 = Koefisien regresi untuk X4
b5 = Koefisien regresi untuk X5
b6 = Koefisien regresi untuk X6
b7 = Koefisien regresi untuk X7
b8 = Koefisien regresi untuk X8
b9 = Koefisien regresi untuk X9
b10 = Koefisien regresi untuk X10
X1 = Curahan waktu kerja produktif laki – laki
X2 = Curahan waktu kerja produktif perempuan
X3 = Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki
X4 = Curahan waktu kerja reproduktif perempuan
X5 = Umur laki – laki
X6 = Umur perempuan
Y = a + 𝐛𝟏𝐗𝟏 + 𝐛𝟐𝐗𝟐 + 𝐛𝟑𝐗𝟑 + 𝐛𝟒𝐗𝟒 + 𝐛𝟓𝐗𝟓 + 𝐛𝟔𝐗𝟔 + 𝐛𝟕𝐗𝟕 + 𝐛𝟖𝐗𝟖 + 𝐛𝟕𝐗𝟕 + 𝐛𝟖𝐗𝟖 … 𝐛𝒏𝐗𝐧 + 𝐞
35
X7 = Tingkat pendidikan laki – laki
X8 = Tingkat pendidikan perempuan
X9 = Jumlah anggota keluarga
X10 = Lama bekerja
e = error atau nilai residu
b. Batasan Operasional
Batasan operasional pada analisis pendapatan ini digunakan untuk
menghindari adanya perbedaan dalam variabel penelitian. Berikut ini merupakan
penjelasan dalam hal batasan operasional pada analisis pendapatan adalah
sebagai berikut :
1) Pendapatan keluarga (Y)
Pendapatan keluarga merupakan jumlah dari penghasilan antara suami dan
istri atau seluruh anggota keluarga baik dari usaha perikanan maupun non
perikanan yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun
perorangan dalam rumah tangga yang dihitung dalam satuan rupiah/bulan.
Pendapatan keluarga juga dapat diperoleh dengan menghitung pendapatan dari
sumber lain yang diterima anggota keluarga.
2) Curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1)
Curahan waktu kerja produktif laki – laki merupakan jumlah dari jam kerja
yang dialokasikan oleh suami guna memperoleh pendapatan dengan bekerja
dalam pemenuhan kebutuhan bersama maupun perorangan yang dihitung dalam
satuan jam/bulan.
3) Curahan waktu kerja produktif perempuan (X2)
Curahan waktu kerja produktif perempuan adalah jumlah dari jam kerja yang
dialokasikan oleh istri guna memperoleh pendapatan atau penghasilan rumah
tangga yang dihitung dalam satuan jam/bulan.
36
4) Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki (X3)
Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki merupakan jumlah dari jam kerja
yang dialokasikan oleh suami guna melakukan kegiatan reproduktif yang berkaitan
dengan urusan rumah tangga seperti memasak, mencuci, mengurus anak yang
dihitung dalam satuan jam/bulan.
5) Curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4)
Curahan waktu kerja reproduktif perempuan adalah jumlah dari jam kerja
yang dialokasikan oleh istri guna melakukan kegiatan reproduktif yang berkaitan
dengan urusan rumah tangga seperti memasak, mencuci, mengurus anak, dll yang
dihitung dalam satuan jam/bulan.
6) Umur laki – laki (X5)
Umur laki – laki adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu makhluk hidup yang dihitung dari sejak lahir hingga saat ini, yaitu waktu
keberadaan suami yang dihitung dari lahir hingga saat ini dalam melakukan
kegiatan bekerja maupun kegiatan lainnya dalam satuan tahun.
7) Umur perempuan (X6)
Umur perempuan merupakan satuan waktu yang mengukur waktu dari
keberadaan suatu makhluk hidup yang dihitung dari sejak lahir hingga saat ini,
yaitu waktu keberadaan istri yang dihitung dari lahir hingga saat ini dalam
melakukan kegiatan produktifitas dan lain – lain dalam satuan tahun.
8) Tingkat pendidikan laki – laki (X7)
Tingkat pendidikan laki – laki yaitu suami merupakan suatu tingkat atau
kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki melalui pendidikan formal (SD, SMP,
SMA, dsb). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh suami maka
semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki dan dan dihitung dalam satuan
tahun atau lama waktu menempuh pendidikan.
37
9) Tingkat pendidikan perempuan (X8)
Tingkat pendidikan perempuan yaitu istri merupakan suatu tingkat atau
kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki melalui pendidikan formal (SD, SMP,
SMA, dsb). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh perempuan atau
istri maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki dan dihitung dalam satuan
tahun atau lama waktu menempuh pendidikan.
10) Jumlah anggota keluarga (X9)
Tingkat jumlah anggota keluarga mempengaruhi jumlah kebutuhan yang
diperlukan dalam keluarga. Hal ini berpengaruh dalam pemenuhan tanggungan
atau beban rumah tangga (pembudidaya), dihitung dengan jumlah jiwa. Semakin
tinggi jumlah anggota keluarga maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan atau
pengeluaran dari rumah tangga.
11) Lama pengalaman kerja (X10)
Lama bekerja adalah perkiraan lama waktu yang dibutuhkan seseorang dari
awal bekerja dalam memulai suatu usaha di bidang perikanan yang dibutuhkan
dalam satuan tahun.
c. Batasan Operasional pada Gender
1) Peran atau Partisipasi
Peran adalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang/kelompok dalam
kegiatan usaha budidaya atau perikanan dan non perikanan. Suami dan istri
berpartisipasi yang sama dalam penentuan proses pengambilan keputusan atas
penggunaan sumberdaya dari keluarga.
2) Akses
Akses merupakan peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau
menggunakan sumberdaya tertentu termasuk akses ke sumberdaya pelayanan,
pekerjaan, informasi dan manfaat. Misalnya memberikan kesempatan yang sama
38
bagi anak laki – laki dan anak perempuan untuk memperoleh kesempatan dalam
melanjutkan pendidikan atau sekolah yang tinggi sesuai minat dan kemampuan
3) Manfaat
Manfaat adalah suatu kegunaan yang memberikan dampak dari
sumberdaya yang dapat dinikmati secara optimal bagi seluruh anggota keluarga.
4) Kontrol
Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil
keputusan. Suami dan istri dapat memiliki properti atas nama keluarga. Kontrol
dalam penelitian ini yaitu berupa pemegang kekuasaan atau wewenang terhadap
sumberdaya keluarga pembudidaya.
2. Estimasi Model
a. Uji Statistika
Uji statistika digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat, antara lain sebagai berikut :
Koefisien Determinasi (R2)
Suharyadi dan Purwanto (2008) menyatakan bahwa koefisien determinasi
(R2) menunjukkan adanya proporsi dari varian yang dapat dijelaskan oleh
persamaan terhadap varian total. Nilai R2 akan berkisar yaitu antara 0 sampai 1.
Nilai koefisien determinasi (R2) = 1 menunjukkan bahwa 100% total variasi
diterangkan oleh varian persamaan regresi atau variabel bebas, baik X1, maupun
X2mampu menerangkan bahwa variabel Y atau variabel terikat (dependent
variable) sebesar 100%. Sebaliknya apabila nilai koefisien determinasi (R2) = 0
menunjukkan bahwa tidak ada total varians yang dapat diterangkan oleh varian
bebas dari persamaan regresi baik X1 maupun X2.
Suharyadi dan Purwanto (2008) menyatakan bahwa nilai dari koefisien
determinasi (R2) dikatakan baik atau kuat apabila nilai R2 lebih besar dari 0,5. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel bebas (X) dapat menjelaskan adanya hubungan
39
dengan variabel terikat (Y) dengan baik atau kuat, nilai yang diperoleh apabila
menunjukkan sama dengan 0,5 dikatakan sedang dan kurang dari 0,5 dikatakan
relatif kurang baik. Penyebab nilai koefisien determinasi (R2) kurang dari 0,5 yaitu
adanya pembentukan spesifikasi model yang salah (pemilihan variabel yang
kurang tepat) maupun pengukuran yang tidak akurat.
Uji Signifikansi Serentak atau Simultan (Uji F)
Suharyadi dan Purwanto (2008) menyatakan bahwa uji signifikansi serentak
atau simultan (Uji F) adalah suatu uji yang dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan menyeluruh dari seluruh variabel bebas/independen yaitu X1, X2,
X3,......X8 secara bersamaan atau simultan dapat mempengaruhi atau menjelaskan
tingkah laku keragaman dari variabel terikat/dependen (Y). Rumus dari Uji F
adalah sebagai berikut :
F = R2/(k − 1)
(1 − R2)/(n − 3)
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
k = Banyaknya variabel
n = Banyaknya sampel (observasi)
Apabila hasil dari nilai F hitung > F tabel maka variabel bebas/independen
yaitu X1, X2, X3,......X8 secara simultan berpengaruh nyata atau secara bersama –
sama berpengaruh terhadap variabel terikatnya (Y). Apabila F hitung < F tabel
maka variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh secara nyata terhadap
variabel terikatnya.
Uji Signifikansi Individual atau Parsial (Uji t)
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2008), uji signifikansi individual atau
parsial (Uji t) adalah uji untuk mengetahu apakah suatu variabel bebas/independen
yaitu X1, X2, X3,......X8 secara parsial atau sendiri – sendiri berpengaruh atau tidak
40
berpengaruh terhadap variabel terikat/dependen (Y). Rumus untuk Uji t adalah
sebagai berikut :
t hitung = b − B
Sb
Dimana :
b = Koefisien regresi
B = Parameter populasi
Sb = Kesalahan baku penduga (standard error estimation)
b. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dipenuhi terutama dalam menyusun analisis regresi
berganda, tujuan asumsi klasik adalah agar hasil dari tes atau uji tidak bias. Oleh
karena itu perlu dilakukan ters atau uji lanjutan untuk mendeteksi adanya
pelanggaran asumsi tersebut. Tes atau uji tersebut antara lain sebagai berikut :
Uji Multikolinearitas
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2008), multikolinearitas pertama kali
dikemukakan oleh Ragner Frish. Multikolinearitas adalah terdapatnya hubungan
antara variabel terikat (Y). Multikolinier adalah adanya lebih dari satu hubungan
linier yang secara sempurna atau antar variabel bebas yaitu X1, X2, X3,......X8
terdapat korelasi/hubungan. Multikolinearitas tidak boleh terjadi karena koefisien
regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan dan standar error – nya tidak
terhingga.
Berikut ini merupakan beberapa teknik untuk mengenali multikolinearitas
adalah :
a) Variabel bebas seacara bersama – sama pengaruhnya nyata atau Uji F – nya
nyata, namun ternyata pada setiap variabel bebasnya secara parsial atau
sendiri – sendiri pengaruhnya yaitu tidak nyata (Uji t – nya tidak nyata).
41
b) Nilai dari koefisien determinasi (R2) sangat besar, namun ternyata variabel
bebasnya berpengaruh tidak nyata (Uji t – nya tidak nyata).
c) Nilai dari koefisien korelasi parsial ada yang lebih besar daripada koefisien
determinasinya (R2).
Menurut Ghozali (2005) dalam Setiawan (2010), uji multikolinearitas
bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan atau korelasi antar variabel
bebas/independepn dalam pengujian model regresi. Uji multikolinearitas dapat
dikatakan memiliki model regresi yang baik jika tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen, sedangkan jika terdapat korelasi maka variabel – variabel
tidak ortogonal (nilai variabel nol). Adapun cara untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas di dalam regresi antara lain sebagai berikut :
a) Nilai koefisien determinasi (R2) dalam estimasi model regresi ditemukan hasil
yang sangat tinggi, tetapi secara individu variabel independen (X) banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen (Y).
b) Menganalisis matrik korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,09) maka
dalam hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya
korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari
multikolinearitas, sebab multikolinearitas dapat disebabkan oleh adanya efek
kombinasi dua atau lebih variabel bebas
c) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya; (2)
nilai VIF (Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel bebas manakah yag dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 0.
42
Beberapa metode untuk menghilangkan adanya multikolinearitas adalah
memperbesar ukuran sampel, memasukkan persamaan tambahan ke dalam
model, dan penggunaan informasi ekstra.
Uji Heteroskedastisitas
Wijaya (2009) dalam Sarjono dan Julianita (2011) menyatakan bahwa uji
heteroskedastisitas adalah uji yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
varian variabel dalam suau pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji
heteroskedastisitas pada output hasil regresi dapat dilihat pada diagram
scatterplot, yaitu titik yang menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y atau dimana model yang baik yaitu terjadi
homokedastisitas (pola menyebar atau tidak membentuk suatu pola tertentu).
Pengujian lebih valid dengan meregresikan nilai absolute residual dengan variabel
independennya (X) atau disebut Uji Gletser. Jika tingkat signifikannya > 5 % maka
data terbebas dari heteroskedastisitas.
Sulistyo (2010) menyatakan bahwa dampak apabila terjadi
heteroskedastisitas antara lain (a) walaupun terjadi heteroskedastisitas, koefisien
penduga (b1 dan b2) tetap efisien, namun variannya atau kesalahan baku
penduganya menjadi lebar atau tidak efisien (b) interval keyakinan untuk koefisien
regresi menjadi semakin lebar dan uji signifikan kurang kuat (c) apabila kita
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), maka uji t dan uji F tidak
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga diperlukan perubahan – perubahan.
Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :
1) Metode grafik, yaitu menghubungkan antara Y dan e2, dimana apabila
hubungan Y dan e2 tidak sistematis seperti semakin membesar atau mengecil
seiring bertambahnya Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2) Uji korelasi rank Spearman, digunakan untuk menguji heteroskedastisitas
apabila nilai korelasi rank Spearman lebih besar dari nilai t – tabel.
43
Apabila terjadi heteroskedastisitas maka cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya adalah (a) melakukan tranformasi log, yaitu data diubah dalam
bentuk log atau data ditranformasikan ke bentuk lain seperti 1/X atau yang lainnya.
Uji Autokorelasi
Sumodinigrat, G (2007) menyatakan bahwa autokorelasi adalah korelasi
(hubungan yang terjadi diantara anggota – anggota dari serangkaian pengamatan
yang tersusun dalam rangkaian waktu (pada data runtun waktu) atau rangkaian
ruang (pada data silang waktu).
Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi atau hubungan antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t – 1 (sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul disebabkan karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu saling berhubungan satu sama lainnya. Salah satu ukuran dalam
menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi yaitu dengan menggunakan Uji
Durbin – Watson (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya korelasi adalah
sebagai berikut :
Tabel 10. Pengambilan Keputusan Durbin Watson
Sumber : Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS
Uji Normalitas
Sarjono dan Julianti (2011) menyatakan bahwa uji normalitas merupakan
sebuah uji untuk mengetahui apakah suatu data terdistribusi normal atau tidak. Uji
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Tidak ditolak du < d < 4 – du
44
ini sangat penting karena salah satu syarat dari uji parametik (parametic test) yang
mengharuskan data tersebar secara normal.
Ghozali (2005) dalam Cahyani, M. Y (2015) menyatakan bahwa uji
normalitas adalah pengujian dengan mendistribusikan data secara normal. Normal
probability plot dapat menunjukkan model regresi yang baik atau tidak yaitu
dengan cara membandingkan distribusi data yang sesungguhnya dengan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Selain itu dapat dilihat dari tampilan grafik
histogram, apabila suatu pengamatan sesuai dengan ketentuan maka model
regresi berhasil memenuji asumsi normalitas yang artinya layak pakaijika
histogram berbentuk lonceng dan titik variance semuanya mengikuti arah garis
diagonal.
45
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Topografis
Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur
merupakan salah satu desa dari 26 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
Kediri yang terletak pada jarak km ke Timur dari pusat kota Kediri. Luas wilayah
Kabupaten Kediri adalah 1.386,05 km2 atau 138.605 ha dan posisi koordinat
Kabupaten Kediri yaitu terletak antara 111º 47’ 05’’ s/d 112º 18’ 20’’ Bujur Timur
(BT) dan 7º 36’ 12’’ s/d 8º 0’ 32’’ Lintang Selatan (LS). Luas wilayah Kecamatan
Kepung adalah 10.137,63 ha, dimana letaknya berada pada 3,97 km2 atau 3,91%
dari luas wilayah Kabupaten Kediri.
Secara geografis sesuai data monografi luas Desa Kencong berkisar
3,92410 km2 392,410 ha dengan perincian pemukiman atau perumahan seluas
70,512 ha, sawah dan lading seluas 90,428 ha, makam 8,286 ha , dan lain – lain
1 ha. Letak geografis Desa Kencong adalah 112,24 BT dan –7.780213 LS.
Desa Kencong, Kecamatan Kepung memiliki batas – batas administratif
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Klampisan dan Desa Canggu
Sebelah Selatan : Desa Krenceng
Sebelah Timur : Desa Keling
Sebelah Barat : Desa Krenceng dan Kecamatan Pare
Kecamatan Kepung terbagi menjadi 10 desa yaitu terdiri atas Desa
Besowo, Brumbung, Desa Damarwulan, Desa Kampungbaru, Desa Kebonrejo,
Desa Keling, Desa Kencong, Desa Kepung, Desa Krenceng dan Desa Siman.
Desa Kencong terbagi menjadi 7 Rukun Warga (RW) dan 39 Rukun Tetangga
(RT), diantaranya adalah Dusun Kencong Timur terdiri atas 2 RW dan 8 RT, Dusun
Kencong Tengah terdiri atas 2 RW dan 10 RT, Dusun Kencong Barat terdiri atas
46
1 RW dan 7 RT dan Dusun Senowo terdiri atas 2 RW dan 8 RT. (Kecamatan
Kepung dalam Angka, 2017).
Berdasarkan keadaan topografisnya Desa Kencong, Kecamatan Kepung
terletak pada ketinggian 253 meter di atas permukaan laut dan berada pada
ketinggian dengan rata – rata curah hujan yaitu 12,02 mm/hari.
4.2 Keadaan Penduduk
Berdasarkan data kependudukan yang ada di dalam data base Desa
Kencong pada tahun 2017, jumlah penduduk Desa Kencong yaitu sebanyak 6.321
jiwa yang terdiri atas jumlah penduduk laki – laki sebanyak 3.175 jiwa atau 50,2%
dari jumlah penduduk keseluruhan dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
3.146 jiwa atau 49,7% dari jumlah penduduk keseluruhan yang tergabung dalam
1.703 jumlah KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4. di bawah ini
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Kencong
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)
1. Laki – Laki 3.175 50,2
2. Perempuan 3.146 49,7
Total 6.321 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Kencong, 2017
Sedangkan untuk jumlah penduduk Desa Kencong berdasarkan usia dapat
diketahui pada uraian tabel di bawah ini.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No. Usia Jumlah (orang) Prosentase (%)
1. 0 bulan – 4 tahun 569 9
2. 5 tahun – 16 tahun 1.020 16,14
3. 17 tahun ke atas 4.732 74,86
Total 6.321 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Kencong, 2017
Dari data tersebut, maka dapat diketahui mengenai penduduk Desa
Kencong yang tergolong usia 0 bulan – 4 tahun yaitu sebanyak 569 jiwa atau 9%,
usia 5 tahun – 16 tahun 1.020 jiwa atau 16,14% dan usia 17 tahu ke atas yaitu
sebanyak 4.732 jiwa atau 74,86%.
47
Data penduduk Desa Kencong berdasarkan mata pencaharian dapat
diketahui pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Mata Pencaharian Penduduk Desa Kencong
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Prosentase (%)
1. Petani 1.615 82,36
2. Pedagang 99 5,05
3. Jasa penyewaan peralatan pesta 4 0,20
4. Pegawai Negeri Sipil 28 1,43
5. Tukang Gigi 5 0,25
6. TNI/POLRI 7 0,36
7. Perawat swasta 4 0,20
8. Pengusaha kecil/menengah/besar 9 0,46
9. Pemuka agama 10 0,51
10. Pemilik usaha warung, rumah makan dan restoran
58 2,96
11. Pedagang keliling 15 0,76
12. Perangkat desa 9 0,46
13. Peternak 42 2,14
14. Pengrajin 7 0,36
15. Pemilik usaha jasa transportasi dan perhubungan
4 0,20
16. Tukang las 6 0,30
17. Lain – lain 39 1,99
Total 1.961 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Kencong, 2017
Berdasarkan data mata pencaharian penduduk Desa Kencong maka dapat
diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian pokok adalah sebagai petani.
Hal ini ditujunjukkan sesuai dengan hasil prosentase mata pencaharian pokok
tertinggi yaitu 82,36 % atau sebanyak 1.615 orang.
Berdasarkan data yang telah diperoleh yaitu jumlah penduduk Desa
Kencong berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada uraian tabel di
bawah ini.
48
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Kencong
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
Prosentase (%)
1. Tamat S – 2 / sederajat 4 0,07
2. Tamat S – 1 / sederajat 78 1,29
3. Tamat D – 3 / sederajat 68 1,13
4. Tamat D – 2 / sederajat 15 0,25
5. Tamat D – 1 / sederajat 56 0,93
6. Tamat SMA / sederajat 1.688 28,03
7. Tamat SMP / sederajat 1.829 30,37
8. Tamat SD / sederajat 340 5,64
9. Usia 18 – 56 tahun tidak tamat SLTA 373 6,19
10. Usia 12 – 56 tahun tidak tamat SLTP 297 4,93
11. Usia 18 – 56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat
0 0
12. Usia 18 – 56 tahun tidak pernah sekolah
0 0
13. Usia 7 – 18 tahun yang sedang sekolah
1.024 17
14. Usia 7 – 18 tahun yang tidak pernah sekolah
3 0,05
15. Usia 3 – 6 tahun yang belum masuk TK 248 4,12
Total 6.023 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Kencong, 2017
Berdasarkan data tingkat pendidikan pendudukan Desa Kencong diatas
maka dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir yang ditempuh mayoritas paling
tinggi adalah jenjang Sarjana S – 2 yaitu sebanyak 4 orang atau 0,04% dan tingkat
Pendidikan yang ditempuh paling banyak adalah tamat SMP/sederajat sebanyak
1.829 orang atau 30,37%.
4.3 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Kediri
Wilayah Kabupaten Kediri dibagi menjadi 26 kecamatan dan 343 desa
yang diantaranya 124 desa adalah desa potensi perikanan, dimana kegiatan
usaha perikanan terdiri atas 3 jenis yaitu perikanan perairan umum, budidaya
kolam dan budidaya sawah meliputi pembenihan ikan, budidaya ikan konsumsi,
budidaya ikan hias, dan penangkapan ikan di perairan umum. Perikanan di
Kabupaten Kediri tidak berbatasan langsung dengan laut, sehingga mayoritas
memanfaatkan adanya sungai ataupun dengan pembuatan kolam baik permanen
maupun semi permanen.
49
Rumahtangga petani ikan di Kabupaten Kediri pada tahun 2015
diperkirakan yaitu sekitar 7.279 rumahtangga. Jumlah tersebut meningkat 1,79
persen dari tahun sebelumnya, dengan demikian produksinya juga meningkat.
Usaha perikanan di Kabupaten Kediri yang banyak dikembangkan di Kabupaten
Kediri adalah jenis budidaya kolam air tawar yang memiliki hasil produksi ikan
antara lain Ikan Lele, Gurame, Mujair, Nila, Tombro, Patin, Gabus, dan lain – lain
sedangkan produksi ikan hias antara lain Koi, Cupang, Mas Koki, Comet dan lain
– lainnya. Hasil produksi untuk ikan konsumsi didominasi oleh jenis Ikan Lele dan
Ikan Nila, sedangkan untuk ikan hias yaitu Ikan Hias Koi.
Tabel 8. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Menurut Jenis Budidaya
Jenis Budidaya Produksi
(kg) Nilai Produksi (Ribuan Rp)
Perairan Umum 156.361 1.595.298
Budidaya Kolam 14.857.650 207.824.830
UPR*) 16.132.327 451.590.941
Keterangan : *) Unit Pembenihan Rakyat Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri
Komoditas Ikan Lele memiliki potensi yang cukup baik untuk semakin
dikembangkan di Kabupaten Kediri. Wilayah yang termasuk dalam sentra
pembenihan Ikan Lele antara lain Kecamatan Badas, Kecamatan Pare,
Kecamatan Gurah dan Kecamatan Kepung. Produksi pembenihan Ikan Lele di
Kabupaten Kediri tercatat sebanyak 1.823.475.000 ekor/tahun, dimana terdapat
Balai Benih Ikan (BBI) di Pare yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) yang berada dibawah Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Kediri. Salah satu wilayah yang termasuk dalam sentra budidaya Ikan
Lele adalah Kecamatan Kepung. Data Kepung dalam Angka (2016) Kecamatan
Kepung menjelaskan bahwa wilayah tersebut memiliki potensi yang cukup baik
pada perairan umum yaitu sebesar 12,615,23 dan budidaya kolam sebesar
144.759,15 dengan jumlah 30 rumah tangga petani ikan.
50
Kecamatan Kepung memiliki luas 10.137,63 ha yang menjadi kecamatan
terluas se – Kabupaten Kediri, sedangkan luas wilayah Desa Kencong adalah dari
luas wilayah total kecamatan tersebut yang berpotensial untuk kegiatan usaha
pertanian dan perikanan. Selain itu, komoditas Ikan Lele banyak dijumpai salah
satunya di wilayah Pare dan sekitarnya, daerah ini merupakan sentra budidaya
Ikan Lele dimana salah satunya tercakup dalam wadah kelompok yaitu Republik
Lele. Sedangkan kelompok pembenihan Ikan Lele di wilayah Desa Kencong
terbentuk dalam suatu wadah kelompok yang bernama Kelompok Pembenih Ikan
Lele Truno Langgeng dimana merupakan salah satu kelompok petani ikan yang
banyak memiliki jumlah anggota aktif.
51
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil Kelompok Pembenih Ikan Lele
Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng Desa Kencong, Kecamatan Kepung,
Kabupaten Kediri didirikan pada tahun 2015 yang diketuai oleh Daryono.
Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng dibentuk atas dasar pembentukan kelompok
pembenih yang bertujuan dalam membentuk wadah guna meningkatkan
kesejahteraan serta membina hubungan antara sesama pembenih Ikan Lele di
wilayah tersebut. Komoditas utama kelompok tersebut ialah benih Ikan Lele
dengan penjualan berkisar antara ukuran 3 – 7. Kolam yang dimiliki setiap anggota
terletak disebelah atau dibelakang rumah dengan jumlah ± 4 – 12 petak kolam.
Pergantian struktur organisasi dilakukan pada tahun 2016 yang awalnya
diketuai oleh Daryono dan kemudian diketuai oleh Waris Suyitno, dimana jumlah
anggota aktif kelompok tersebut yaitu sebanyak 35 anggota. Berikut ini merupakan
struktur organisasi Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng.
Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Truno Langgeng
Ketua
Waris Suyitno
Sekretaris I
Imam Fatoni
Pengawas I
Santosa
Pengawas
Sudariono
Humas I
Mustofa
Bendahara II
Muchlison
Bendahara I
Mukayat
Sekretaris II
Adi Sufa’at
Humas II
Lukman Hakim
Pemasaran II
Samsul H.
Pemasaran I
Nurul Anwar
52
Anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng pada tahun 2016
menerima bantuan awal yang berasal dari Dinas Perikanan Kabupaten Kediri yaitu
berupa peralatan pompa air diesel, pakan, obat, dsb. Bantuan yang diberikan
sangat menunjang dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele. Bantuan yang diperoleh
digunakan sesuai dengan tujuan demi kepentingan bersama anggota kelompok
pembenih.
Kelompok pembenih Ikan Lele Truno Langgeng merupakan kelompok yang
terkoordinasi cukup baik. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh anggota pembenih
Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng adalah arisan. Arisan yang dilakukan
sebagai agenda rutin setiap sebulan sekali diikuti oleh para bapak – bapak
anggota Kelompok Truno Langgeng yaitu sebesar Rp. 20.000/orang. Selain itu,
kegiatan rutin arisan bertujuan sebagai wadah dalam memberikan aspirasi serta
menjembatani berbagai rencana jangka panjang mengenai keberlanjutan dari
kegiatan pembenihan Ikan Lele. Hal ini meliputi permasalahan setiap anggota
pembenih Ikan Lele seperti perbaikan sarana dan prasarana, evaluasi terhadap
hasil panen Ikan Lele, (harga dan kualitas), evaluasi terhadap saluran pemasaran
baik lokal maupun luar kota/daerah.
5.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui
latar belakang dari responden dan dijadikan sebagai bahan analisis tentang
responden anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng dari
hasil penyebaran kuesioner. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan serta lama kerja dibidang perikanan.
a. Jenis kelamin responden
Pada hasil penelitian ini jenis kelamin responden rumah tangga anggota
pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng sesuai dengan sampel
penelitian yang digunakan yaitu terdiri atas responden laki – laki dan responden
53
perempuan, pembedaam analisis antara responden laki – laki dan perempuan
digunakan untuk menganalisis gender, dengan jumlah responden yaitu sebanyak
35 laki – laki dan 35 perempuan dimana responden merupakan pembenih Ikan
Lele yang sudah berumah tangga.
b. Umur responden
Pada hasil penelitian ini, berdasarkan umur responden laki – laki kelompok
pembenih Ikan Lele Truno Langgeng mayoritas memiliki umur 31 – 40 tahun yaitu
sebanyak 12 orang atau 34,29%, sedangkan umur 21 – 30 tahun yaitu sebanyak
6 orang atau 17,14%, umur 41 – 50 tahun sebanyak 9 orang atau 25,71% dan
umur 51 – 60 tahun ada sebanyak 8 orang atau 22,86%. Deskripsi umur responden
laki – laki anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 9. Umur Responden Laki – laki
No. Umur (tahun) Jumlah (orang) Prosentase (%)
1. < 20 0 0
2. 21 – 30 6 17,14
3. 31 – 40 12 34,29
4. 41 – 50 9 25,71
5. 51 – 60 8 22,86
6. > 60 0 0
Total 35 100
Sumber : Data primer diolah, 2017
Hasil penelitian diperoleh mayoritas umur responden laki – laki yaitu pada
umur 31 – 40 tahun yaitu termasuk dalam umur yang produktif. Umur produktif
yaitu berkisar antara umur 15 – 64 tahun, dimana berhubungan erat dengan
curahan waktu kerja produktif laki – laki terutama dalam kegiatan produktif
pembenihan Ikan Lele. Oleh sebab itu semakin banyak laki – laki yang umurnya
termasuk dalam umur produktif maka peluang untuk usaha pembenihan Ikan Lele
di Desa Kencong akan semakin besar pula.
Umur responden perempuan (istri) anggota pembenihan Ikan Lele
Kelompok Truno Langgeng mayoritas memiliki umur yang berkisar antara 21 – 30
54
tahun yaitu sebanyak 14 orang atau 40%. Untuk umur 31 – 40 tahun yaitu
sebanyak 7 orang atau 20%, umur 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 11 orang atau
31,43% dan umur 51 – 60 tahun yaitu sebanyak 3 orang atau 8,57%. Pada data
tersebut menunjukkan pula bahwa umur responden perempuan termasuk dalam
umur produktif dimana berkaitan erat dengan curahan waktu kerja produktif,
reproduktif, dan sosial pada perempuan.
Peran perempuan (istri) pada usaha pembenihan Ikan Lele juga sangat
penting terutama dalam kegiatan produktif seperti membantu atau menggantikan
laki – laki (suami) dalam waktu yang tidak terlalu lama. Oleh sebab itu curahan
waktu kerja produktif perempuan dapat berpengaruh terhadap pendapatan rumah
tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng. Umur responden
perempuan secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 10. Umur Responden Perempuan
No. Umur (tahun) Jumlah (orang) Prosentase (%)
1. < 20 0 0
2. 21 – 30 14 40
3. 31 – 40 7 20
4. 41 – 50 11 31,43
5. 51 – 60 3 8,57
6. > 60 0 0
Total 35 100
Sumber : Data primer diolah, 2017
c. Tingkat pendidikan responden
Hasil penelitian diperoleh tingkat pendidikan tertinggi responden laki – laki
mayoritas yang ditempuh yaitu tamat SMA/sederajat yaitu sebanyak 20 orang atau
57,14%. Untuk responden laki – laki yang tingkat pendidikannya tamat
SD/sederajat yaitu sebanyak 5 orang atau 14,29%, tamat SMP/sederajat
sebanyak 8 orang atau 22,86% dan tamat Sarjana S – 1 yaitu sebanyak 2 orang
atau 5,71%. Untuk lebih jelasnya, tingkat pendidikan responden laki – laki anggota
pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng dapat dilihat pada tabel berikut ini.
55
Tabel 11. Tingkat Pendidikan Responden Laki – laki
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase (%)
1. Tidak Sekolah 0 0
2. Tamat SD / Sederajat 5 14,29
3. Tamat SMP / Sederajat 8 22,86
4. Tamat SMA / Sederajat 20 57,14
5. Diploma 0 0
6. Sarjana S – 1 2 5,71
Total 35 100
Sumber : Data primer diolah, 2017
Tingkat pendidikan responden laki – laki dapat berpengaruh terhadap
pendapatan rumah tangga, hal ini terjadi sebab tingkat pendidikan seseorang
dapat mempengaruhi cara pandang dan pola pikir seseorang dalam mengambil
sebuah keputusan khususnya dalam usaha pembenihan Ikan Lele yang
dijalaninya.
Tingkat pendidikan responden perempuan paling banyak ditempuh adalah
pada tingkat tamat SMA/sederajat yaitu sebanyak 22 orang atau 62,86%, pada
tingkat tamat SD/sederajat yaitu sebanyak 6 orang atau 17,14% dan pada
pendidikan tamat SMP/sederajat sebanyak 7 orang atau 20%. Secara lebih rinci
tingkat pendidikan responden perempuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 12. Tingkat Pendidikan Responden Perempuan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase (%)
1. Tidak Sekolah 0 0
2. Tamat SD / Sederajat 6 17,14
3. Tamat SMP / Sederajat 7 20
4. Tamat SMA / Sederajat 22 62,86
5. Diploma 0 0
6. Sarjana 0 0
Total 35 100
Sumber : Data primer diolah, 2017
Jumlah perbandingan tingkat pendidikan dari responden perempuan yang
tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, dan tamat SMA/sederaja tidak jauh
berbeda, hal ini menunjukkan bahwa kaum perempuan telah memperoleh peluang
atau kesempatan yang hampir sama dalam menempuh pendidikan sehingga dapat
mempengaruhi pola pikir dan cara pandang seseorang terutama berpengaruh
56
dalam pendapatan rumah tangga yang diterima. Selain itu pada tingkatan tamat
Sarjana responden laki – laki jauh lebih banyak daripada responden perempuan.
Pada dasarnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
semakin tinggi pula tingkat kualitas sumberdaya seseorang dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan usaha pembenihan Ikan Lele. Dapat ditarik
kesimpulan dari penjelasan diatas bahwa sebagian responden perempuan masih
belum memiliki kesempatan yang sama dengan responden laki – laki dalam
menempuh pendidikan di tingkat yang tinggi.
d. Lama pengalaman kerja responden dibidang perikanan
Lama pengalaman kerja responden anggota pembenih Ikan Lele Kelompok
Tani Truno Langgeng di bidang perikanan merupakan lama waktu responden
dalam menggeluti usaha pembenihan Ikan Lele yang dihitung dalam satuan tahun.
Hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang paling banyak, bekerja di bidang
perikanan yaitu pada lama kerja interval 1 – 5 tahun ada sebanyak 16 orang atau
45,72%. Lama kerja pembenih Ikan Lele pada interval 6 – 10 tahun yaitu sebanyak
14 orang atau 40%, pada interval 11 – 15 tahun sebanyak 2 orang atau 5,71% dan
pada interval 16 – 20 tahun sebanyak 3 orang atau 8,57%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 13. Lama Pengalaman Kerja Responden dibidang Perikanan
No. Lama Kerja (tahun) Jumlah (orang) Prosentase (%)
1. 1 – 5 16 45,72
2. 6 – 10 14 40
3. 11 – 15 2 5,71
4. 16 – 20 3 8,57
Total 35 100
Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lama kerja responden
dibidang perikanan mempengaruhi pendapatan rumah tangga. Hal ini disebabkan
lama pengalaman kerja seseorang yang semakin banyak tentunya berpengaruh
pada pendapatan rumah tangga yang diterima, semakin lama pengalaman kerja
57
seseorang maka semakin tinggi pula pendapatan yang diterima sebab besar
kemungkinan bagi seorang pembenih Ikan Lele yang berpengalaman untuk
meminimalisir adanya kegagalan maupun faktor – faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi pendapatan dari output hasil produksi. Namun lama pengalaman
kerja seseorang dibidang perikanan juga tidak selalu menentukan atau menjamin
pengalaman yang dimiliki oleh seseorang tersebut, cukup banyak dari anggota
pembenih Ikan Lele yang memiliki sedikit pengalaman kerja di bidang perikanan
atau baru merintis usaha tersebut namun memperoleh pembelajaran dari anggota
lainnya yang lebih berpengalaman dan mampu mengaplikasikannya dengan baik.
5.3 Pekerjaan Rumah Tangga Pembenih dibidang Non Perikanan
Pekerjaan responden rumah tangga pembenih dibidang non perikanan
merupakan suatu jenis pekerjaan yang dilakukan atau dikerjakan diluar bidang
kegiatan pembenihan Ikan Lele untuk menambah pendapatan serta memenuhi
kebutuhan hidup sehari – hari. Pada umumnya terdapat beberapa responden yang
menjadikan pekerjaan perikanan (pembenihan) merupakan pekerjaan sampingan
karena pekerjaan utama yang tidak bisa ditinggalkan seperti perangkat desa,
pegawai koperasi, karyawan swasta dan lain – lain. Pekerjaan dibidang non
perikanan tersebut antara lain : pedagang, petani, peternak, perangkat desa,
pegawai koperasi, penjahit, dan buruh. Rumah tangga dalam kelompok ini cukup
memiliki perbedaan yang signifikan antara laki – laki dan perempuan, walaupun
tidak seluruh keluarga namun mayoritas laki – laki atau suami adalah pemimpin
keluarga yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan
perempuan tidak bekerja hanya bertugas sebagai ibu rumah tangga di rumah.
Hasil pembagian kuesioner yang dilakukan pada anggota kelompok
pembenihan ini diperoleh hasil bahwa mayoritas responden laki – laki (suami)
yaitu memiliki pekerjaan dibidang non perikanan sebagai pedagang sebanyak 11
orang atau 31,43%. Hal ini disebabkan pekerjaan dalam pembenihan Ikan Lele
58
dapat dilakukan dengan bantuan alat pengatur waktu (timer) untuk arus air dalam
kolam, sehingga pembudidaya dapat melakukan pekerjaan lainnya. Selain itu,
sebagian responden perempuan juga berperan dalam kegiatan pembenihan Ikan
Lele meskipun bukan pekerjaan berat dan tidak terlalu lama seperti melakukan
pengecekan terhadap kondisi air kolam.
Responden laki – laki dibidang non perikanan rata – rata berprofesi sebagai
petani sebanyak 7 orang atau 20%. Hal ini cukup memungkinkan sebab sebagian
dari letak rumah anggota kelompok pembenih berdekatan dengan area
persawahan. Responden laki – laki yang tidak memiliki pekerjaan dibidang non
perikanan sebanyak 4 orang atau 11,43% yang memiliki jumlah sama dengan
profesi sebagai buruh, berprofesi sebagai pegawai koperasi sebanyak 3 orang
atau 8, 57%, berprofesi sebagai perangkat desa dan sebagai peternak sebanyak
2 orang atau 5,71%, dan profesi paling sedikit adalah sebagai karyawan swasta
dan pengrajin yaitu sebanyak 1 orang saja atau 2,86%
Tabel 14. Pekerjaan Responden Laki – laki dibidang Non Perikanan
No. Pekerjaan Jumlah (orang)
Prosentase (%)
1. Perangkat Desa 2 5,71
2. Pegawai Koperasi 3 8,57
3. Karyawan Swasta 1 2,86
4. Buruh 4 11,43
5. Pedagang 11 31,43
6. Pengrajin 1 2,86
7. Petani 7 20
8. Peternak 2 5,71
9. Tidak memiliki pekerjaan non perikanan 4 11,43
Total 35 100
Sumber : Data primer diolah, 2017
Hasil dari pembagian kuesioner kepada perempuan (istri) diperoleh hasil
bahwa mayoritas dari responden perempuan adalah tidak memiliki pekerjaan non
perikanan yaitu sebanyak 24 orang atau 68,57%. Hal ini disebabkan karena
perempuan sebagai istri tidak bertanggung jawab penuh untuk memenuhi
kebutuhan perekonomian dalam rumah tangga, namun mayoritas responden
59
perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga yang berperan dalam mengurus
anak, rumah dan terkadang juga membantu pekerjaan suami dalam kegiatan
pembenihan Ikan Lele. Rata – rata pekerjaan responden perempuan dibidang non
perikanan adalah sebagai pedagang yaitu sebanyak 7 orang atau 20%, dan yang
paling sedikit adalah sebagai perangkat desa, buruh, penjahit, dan petani yaitu
sebanyak 1 orang atau 2,86%. Secara lebih rinci pekerjaan responden perempuan
dibidang non perikanan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 15. Pekerjaan Responden Perempuan dibidang Non Perikanan
No. Pekerjaan Jumlah (orang)
Prosentase (%)
1. Perangkat Desa 1 2,86
2. Buruh 1 2,86
3. Pedagang 7 20
4. Penjahit 1 2,86
5. Petani 1 2,86
6. Tidak memiliki pekerjaan non perikanan 24 68,57
Total 35 100
Sumber : Data primer diolah, 2017
5.4 Proses Produksi Pembenihan Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng
Proses produksi pembenihan Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng
dilakukan dengan cara pemijahan alami. Proses produksi pembenihan Ikan Lele
Kelompok Truno Langgeng antara lain sebagai berikut :
Induk Benih Ikan Lele
Seleksi Induk
Pemijahan ikan lele secara alami
Pendederan II
Pendederan I
Penetasan
Pendederan III
Pemanenan dan Penjualan Benih
60
Proses pembenihan Ikan Lele Dumbo Kelompok Truno Langgeng dengan
cara pemijahan alami adalah sebagai berikut :
a. Penseleksian induk lele
Penseleksian induk ikan ini dilakukan pada kolam yang khusus
ditempatkan untuk induk – induk Ikan Lele. Proses seleksi induk lele dumbo
dilakukan dengan melihat tanda – tanda pada tubuh. Tanda induk betina
yang matang sel telur (gonad) adalah perut gendut, pada tubuh terlihat
agak gelap atau kusam, gerakannya lambat dan lubang kelamin berwarna
kemerahan. Pada induk jantan yang sudah matang (gonad) adalah
gerakaannya lincah atau gesit, tubuh memerah dan bercahaya serta
lubang kelamin berwarna kemerahan, agak membengkak dan berbintik
putih.
b. Pemijahan secara alami
Pemijahan pada ikan lele dumbo Kelompok Truno Langgeng yaitu dengan
menggunakan cara pemijahan alami. Hal ini dilakukan dimulai dari
memijahkan induk Ikan Lele bersama – sama antara jantan dan betina
pada kolam yang telah tersedia. Sebelumnya hal yang perlu dilakukan
adalah mengeringkan kolam selama 2 – 4 hari dan mengisi kolam dengan
air setinggi 30 cm dan membiarkan air tetap mengalir selama pemijahan.
Selanjutnya memasukkan induk betina dan jantan yang sudah matang
gonad ke dalam air pada siang atau sore hari. Keesokan harinya dapat
dilihat ikan tersebut berpijah menghasilkan telur, karena Ikan Lele bersifat
kanibal sehingga perlu untuk memisahkan induk dan telurnya sesegera
mungkin dipindahkan ke tempat lain dan membiarkan telur menetas di
tempat tersebut.
61
c. Penetasan
Penetasan telur dilakukan dalam kolam yang sebelumnya telah
dibersihkan dan dikeringkan selama 2 hari oleh pembenih, kemudian kolam
diisi dengan air bersih setinggi 30 cm dan air harus tetap dalam kondisi
mengalir selama penetasan. Untuk melindungi telur – telur ikan kolam
dipasangi kakaban berupa penutup seperti jaring atau biasanya pembenih
menggunakan asbes/seng. Telur – telur tersebut akan menetas dalam
waktu 2 – 3 hari. Hasil penetasan dari telur – telur Ikan Lele sekitar 50.000
– 60.000, hasil yang diperoleh ini sesuai dengan kehendak pembenih
dalam melakukan pemijahannya.
d. Pendederan I
Pendederan dilakukan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan oleh
pembenih biasanya berjumlah 3 – 4 kolam yang sebelumnya telah
dikeringkan dan dipersiapkan selama 4 – 5 hari. Larva umur 0 – 3 hari akan
diberi pakan cacing tubifex (atau sering disebut cacing sutera karena
bentuknya yang sangat lembut). Pada umur tersebut diperlukan sebanyak
10 takar (ukuran kaleng susu cair) per hari. Selanjutnya dari umur 3 hari –
2 minggu diberikan pelet yang berbentuk serbuk/tepung pelet. Pemberian
serbuk dilakukan tiap 4 jam sekali. Pada saat umur larva diatas 4 hari maka
jenis pakan yang diberikan adalah Daphnia sp kutu air), Tubifex sp (cacing
sutera) atau Artemia sp. Namun pembenih pada Kelompok Truno
Langgeng memberikan pakan jenis Tubifex sp. Pemberian pakan diberikan
secara adlibitum (pemberian pakan sampai kenyang) dengan
menyebarkan secara merata diseluruh bagian olam sehingga tidak
mengotori air pemeliharaan, oleh sebab itu diusahakan agar tidak ada
pakan yang tersisa. Pada masa akhir pendederan I, jenis pakan diganti
62
dengan diberikan jenis pakan dalam bentuk tepung atau pelet yang
dihaluskan dengan mesin (blender) atau digerus.
e. Pendederan II
Pendederan kedua juga dilakukan dengan ukuran kolam yang relatif sama,
dimana tingkat kematian sebesar 20 – 30% pada kolam pendederan I.
Hasil pendederan I pada kolam sebelumnya dipindahkan pada kolam
pendederan II yang telah diseleksi menurut ukuran. Benih Ikan Lele
diperlihara di kolam pendederan II dari umur 2 minggu sampai dengan 3
minggu. Ketika benih Ikan Lele telah mencapai ukuran 2 – 3 cm maka
pakan pelet yang diberikan sebanyak 43 – 50% biomass setiap hari. Pakan
harus diberikan setiap 4 jam sekali dengan cara menaburkan pakan pelet
ke kolam secara merata.
f. Pendederan III
Pada tahapan terakhir, benih Ikan Lele dari 4 kolam pendederan II yang
berukuran 2 – 3 cm dipindahkan ke dalam kolam pendederan III. Benih lele
yang dapat dipanen dari pendederan II sekitar 85 – 90% (atau 65% dari
pendederan I). Pada tahap ini, benih ikan dipelihara di kolam pendederan
III sampai umur 5 – 6 minggu yaitu ketika benih mencapai ukuran panjang
5 – 6 cm. Pakan pelet yang diberikan pada tahap ini adalah PF 99 atau PF
100 setiap 4 jam sekali dalam satu hari. Pakan tersebut diperoleh
pembenih Kelompok Truno Langgeng di toko pakan ternak/ikan di sekitar
wilayah Desa Kencong.
g. Pemanenan dan Penjualan Benih
Proses pemanenan dilakukan oleh pembenih anggota Kelompok Truno
Langgeng kepada penjual yang berasal dari wilayah area Kediri,
Tulungagung, dan sekitarnya. Harga yang dipatok adalah sesuai dengan
harga pasaran dari benih Ikan Lele yaitu pada ukuran 3 dengan harga
63
Rp.45,-, ukuran 4 dengan harga Rp.65,-, dan ukuran 5 dengan harga
Rp.90,-. Proses pemanenan dilakukan dengan memindahkan benih Ikan
Lele ke dalam tong yang telah dilengkapi dengan plastik. Proses ini
dilakukan oleh pembenih dengan penjual yang mengambil benih secara
langsung ke rumah/kolam.
5.5 Pola Aktivitas Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele
5.5.1 Aktivitas Produktif
Aktivitas produktif adalah aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi
guna menghasilkan atau memperoleh pendapatan dalam memenuhi kebutuhan
perekonomian keluarga baik diperoleh secara langsung dalam bentuk uang
maupun dalam bentuk barang yang dinilai setara dengan uang.
Aktivitas produktif yang dilakukan oleh rumah tangga pembenih Ikan Lele
Truno Langgeng terdapat dua jenis pekerjaan yaitu pekerjaan sebagai pembenih
(perikanan) dan pekerjaan dibidang non perikanan. Aktivitas produktif untuk
pekerjaan dibidang non perikanan pembenih laki – laki (suami) yaitu berprofesi
sebagai pedagang, petani, peternak, perangkat desa, pegawai koperasi, karyawan
swasta, buruh dan pengrajin.
Hal ini berbeda dengan aktivitas produktif untuk pekerjaan dibidang non
perikanan untuk perempuan (istri) meskipun mayoritas adalah sebagai ibu rumah
tangga namun beberapa memiliki profesi yaitu sebagai pedagang, penjahit, petani,
perangkat desa, dan buruh tani. Rumah tangga pada kelompok pembenih ini yaitu
suami dan istri saling bekerja sama dan membantu melakukan aktivitas produktif
dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele dan beberapa aktivitas produktif lainnya.
Pada kenyataannya, terdapat beberapa keluarga yang istrinya tidak ikut
berperan atau membantu bahkan tidak ikut campur dalam aktivitas produktif yang
dikerjakan oleh suaminya. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa keluarga
yang beranggapan bahwa kegiatan produktif merupakan kegiatan yang hanya
64
dikerjakan oleh laki – laki (suami) tanpa bantuan perempuan (istri) dan istri hanya
melakukan kegiatan reproduktif saja di rumah yaitu misalnya mengurus anak,
memasak, mencuci, dan lain – lain. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi rumah
tangga dimana kaum laki – laki adalah pencari nafkah utama atau disebut sebagai
pekerja produktif yang dominan, namun dari kelompok pembenih ini tidak semua
keluarga beranggapan demikian terdapat sebagian perempuan (istri) yang juga
ikut mencari nafkah atau melakukan kegiatan produktif untuk menambah
pendapatan keluarga agar pemenuhan kebutuhan terpenuhi.
Kegiatan produktif dilakukan guna memenuhi kebutuhan perekonomian
keluarga seperti sandang, pangan, dan papan karena kegiatan yang dihasilkan
dapat berupa uang atau dapat diwujudkan dalam bentuk uang. Salah satu
contohnya yaitu pasangan suami istri anggota Kelompok Truno Langgeng
keluarga Bapak Maryono dan Ibu Devina yang setiap harinya melakukan kegiatan
produktif sebagai pembenih Ikan Lele dan pedagang yang setiap bulannya
memperoleh total pendapatan keluarga dari kegiatan produktifnya baik perikanan
atau non perikanan adalah rata – rata sebesar Rp.10.075.280,-/bulan.
5.5.2 Aktivitas Reproduktif
Aktivitas reproduktif merupakan aktivitas yang tidak dapat diukur
menggunakan nilai satuan uang dimana berhubungan dengan tanggung jawab
seseorang dalam pengasuhan anak dan tugas domestik lainnya. Kegiatan ini
diperlukan untuk menjamin pemeliharaan dan pengembangan rumah tangga serta
seluruh anggota keluarga menyangkut kelangsungan hidup sumberdaya manusia
misalnya seperti kegiatan merawat anak, memasak, mencuci, dan lain – lain.
Jenis aktivitas reproduktif dalam rumah tangga pembenih Ikan Lele
Kelompok Tani Truno Langgeng diantaranya mengurus anak, belanja, memasak,
mencuci baju, mencuci, mencuci piring, menyetrika, menyapu dan mengepel.
Seluruh aktivitas reproduktif tersebut lebih dominan dikerjakan oleh perempuan
65
(istri) namun sebagian keluarga yaitu laki – laki (suami) dalam anggota kelompok
ini juga berperan dalam membantu aktivitas reproduktif demi meringankan
pekerjaan rumah tangga yaitu seperti menyapu, mengepel, dan lain – lain.
Pada rumah tangga kelompok pembenih Ikan Lele peranan perempuan
(istri) dalam aktivitas reproduktif menjadi sangat penting. Hal ini disebabkan
karena perempuan (istri) tidak hanya bertanggung jawab dalam aktivitas
reproduktif, namun juga aktivitas produktif atau biasa disebut sebagai double
burden yaitu bahwa peran perempuan (istri) tidak hanya melakukan aktivitas
reproduktif namun juga aktivitas produktif.
5.5.3 Aktivitas Sosial
Aktivitas sosial merupakan suatu aktivitas dimana berkaitan dengan
lingkungan sosial dan budaya serta secara langsung berhadapann dengan
masyarakat luas. Hal ini bertujuan guna meningkatkan rasa kebersamaan dalam
kepentingan bersama hingga kepentingan pribadi misalnya arisan untuk tabungan
sehingga bisa menghasilkan uang, selain itu aktivitas sosial lain seperti pengajian,
kerja bakti dan kegiatan lain yang berhubungan dengan kebersamaan dan
kekeluargaan dalam lingkungan masyarakat.
Aktivitas sosial rumah tangga pembenih Ikan Lele Truno Langgeng
terlaksana dengan cukup baik dimana pihak laki – laki (suami) melakukan kegiatan
sosial yaitu keikutsertaan dalam agenda arisan Kelompok Truno Langgeng setiap
satu bulan sekali, sedangkan pihak perempuan (istri) melakukan kegiatan sosial
seperti arisan, posyandu dan pengajian. Hal ini dilakukan guna memenuhi
kebutuhan seseorang dalam mengaktualisasi diri dan sebagai bentuk partisipasi
dalam hubungan sosialiasi dengan lingkungan masyarakat.
66
5.6 Produksi, Curahan Waktu Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga
5.6.1 Produksi Budidaya Pembenihan Ikan Lele dan Non Perikanan
Produksi merupakan kegiatan yang dilakukan guna menghasilkan suatu
barang dan jasa atau menghasilkan sesuatu yang baru serta menambah nilai guna
barang dan jasa sehingga kegiatan ini akan bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan. Produksi yang dihasilkan berkaitan erat dengan pendapatan keluarga
yang diperoleh , dalam hal ini meliputi produksi dibidang perikanan dan non
perikanan.
Rata – rata produksi benih Ikan Lele dalam satu siklusnya adalah ± 2 – 3
minggu, terdapat bermacam – macam ukuran tergantung pada keputusan dari
pembenih dimulai dari ukuran paling kecil yaitu ukuran 3 hingga ukuran 7. Produksi
pembenihan yang dilakukan tidak terlepas dari adanya faktor produksi yaitu biaya
produksi. Biaya produksi dalam usaha pembenihan Ikan Lele meliputi biaya tetap
(total fixed cost) , biaya variabel (total variable cost) dan biaya total (total cost).
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu meliputi
biaya dalam pengadaan pembuatan kolam, induk Ikan Lele, biaya pembuatan
listrik, alat pengatur aliran air (timer), wadah (timba), jaring, dan lain – lain.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah – ubah secara
sebanding dengan adanya perubahan volume usaha pembenihan seperti
pengadaan pakan, obat – obatan, biaya listrik sekali panen, peralatan selama
proses panen seperti plastik atau terpal dan lain – lain. Biaya total merupakan
jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Hasil rincian biaya produksi dalam
pembenihan Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng antara lain pada Tabel 16.
Hasil produksi pembenihan Ikan Lele pada setiap siklusnya tidak dapat
ditentukan dengan pasti berapa banyaknya hasil produksi Ikan Lele, namun dapat
diperkirakan hasil produksi rata – rata dari setiap masing – masing ukuran yang
67
dipisahkan menurut kolam dan jenis ukuran yang berbeda. Hasil produksi
pembenihan Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 16. Biaya Produksi Pembenihan Ikan Lele
No. Nama Biaya Tetap
(Rp/produksi) Biaya Variabel (Rp/produksi)
Biaya Total (Rp/produksi)
1. Saifudin 1.055.199 1.351.700 2.406.899
2. Agus W. 1.508.925 4.405.000 5.913.925
3. Anwar 2.526.913 3.602.450 6.129.363
4. Sukarno 458.574 1.572.100 2.030.674
5. Lukman H. 1.832.910 3.829.500 5.662.410
6. Saikhul 1.832.118 4.321.000 6.153.118
7. Muchlison 833.729 1.542.800 2.376.529
8. Sudariono 1.492.400 4.507.000 5.999.400
9. Mahzudi 780.114 1.749.500 2.529.614
10. Shodik Asfari 2.326.794 2.828.500 5.155.294
11. Zainal F. 1.106.318 1.605.000 2.711.318
12. Adi 1.295.121 2.284.700 3.579.821
13. Rokim 1.064.517 2.507.300 3.571.817
14. Sumaryono 1.924.920 4.069.800 5.994.720
15. Imam Fatoni 1.711.936 2.078.500 3.790.436
16. Santosa 882.475 924.900 1.807.375
17. Waris S. 1.289.960 3.628.900 4.918.860
18. Subki 1.302.169 612.800 1.914.969
19. Mukayat 1.828.900 2.610.600 4.439.500
20. Samsul Hadi 946.720 917.700 1.864.420
21. Lasidi 1.642.840 2.051.600 3.694.440
22. Bagio 1.258.125 1.239.400 2.497.525
23. Basrowi 1.092.670 1.200.500 2.293.170
24. Yuhanan A. 1.184.600 2.068.300 3.252.900
25. Mustofa 1.529.160 2.051.500 3.580.660
26. Wahyu 974.540 1.380.500 2.355.040
27. Wiyono 1.027.164 1.594.200 2.621.364
28. Afnan 525.718 742.600 1.268.318
29. Mashuri 632.404 641.900 1.274.304
30. Mulyono 1.384.910 1.809.500 3.194.410
31. Agus W 615.029 1.452.800 2.067.829
32. Dawam 540.700 824.200 1.364.900
33. Nurul Anwar 2.164.025 2.974.900 5.138.925
34. Andi 550.670 728.600 1.279.270
35. Iwan 1.498.300 2.184.900 3.683.200
Sumber : Data primer diolah, 2017
68
Tabel 17. Produksi Pembenihan Ikan Lele
No. Nama
Output Hasil Produksi
Jumlah Produksi
(ekor)
Ukuran 3 (ekor)
Ukuran 4 (ekor)
Ukuran 5 (ekor)
1. Saifudin 100.000 50.000 30.000 20.000
2. Agus Winarno 250.000 100.000 80.000 70.000
3. Anwar 260.000 100.000 80.000 80.000
4. Sukarno 70.000 40.000 20.000 10.000
5. Lukman Hakim 230.000 100.000 80.000 50.000
6. Saikhul 250.000 100.000 80.000 70.000
7. Muchlison 100.000 50.000 30.000 20.000
8. Sudariono 240.000 100.000 80.000 60.000
9. Mahzudi 120.000 50.000 40.000 30.000
10. Shodik Asfari 210.000 100.000 60.000 50.000
11. Zainal Fanani 100.000 50.000 40.000 10.000
12. Adi 140.000 70.000 50.000 20.000
13. Rokim 150.000 50.000 50.000 50.000
14. Sumaryono 250.000 100.000 80.000 70.000
15. Imam Fatoni 150.000 60.000 50.000 40.000
16. Santosa 80.000 40.000 30.000 10.000
17. Waris Suyitno 250.000 100.000 80.000 70.000
18. Subki 80.000 50.000 20.000 10.000
19. Mukayat 170.000 80.000 50.000 40.000
20. Samsul Hadi 80.000 50.000 20.000 10.000
21. Lasidi 150.000 60.000 50.000 40.000
22. Bagio 100.000 50.000 30.000 20.000
23. Basrowi 80.000 50.000 20.000 10.000
24. Yuhanan Agus 120.000 50.000 40.000 30.000
25. Mustofa 150.000 70.000 50.000 30.000
26. Wahyu 80.000 50.000 20.000 10.000
27. Wiyono 110.000 50.000 40.000 20.000
28. Afnan 50.000 20.000 20.000 10.000
29. Mashuri 60.000 40.000 10.000 10.000
30. Mulyono 120.000 50.000 40.000 30.000
31. Agus W 80.000 50.000 20.000 10.000
32. Dawam 60.000 30.000 20.000 10.000
33. Nurul Anwar 260.000 100.000 90.000 70.000
34. Andi 60.000 30.000 20.000 10.000
35. Iwan 150.000 70.000 50.000 30.000
Jumlah 4.910.000 2.210.000 1.570.000 1.130.000
Rata – rata 140.286 63.143 44.858 32.286
Sumber : Data primer diolah, 2017
Hasil dari rincian jumlah produksi Ikan Lele setiap siklusnya yaitu diperoleh
rata – rata produksi Ikan Lele adalah sebesar 140.286 ekor/siklus, ikan yang dijual
dibagi menjadi tiga ukuran yaitu ukuran/size 3 dengan harga Rp. 45,-/ekor, ukuran
69
4 dengan harga Rp.65,-/ekor dan ukuran 5 dengan harga Rp.90,-/ekor, dimana
harga jual ditentukan dari harga pasar.
Produksi non perikanan pada Kelompok Truno Langgeng yaitu hasil
produksi dari bidang pekerjaan selain sebagai pembenih Ikan Lele yaitu pekerjaan
sebagai petani, dimana pekerjaan responden sebagai petani diantaranya petani
padi, jagung, cabai dan kacang panjang. Hasil produksi sebagai petani padi
biasanya dipanen 3 kali dalam setahun, sementara sebagai petani cabai atau
sayuran bisa dipanen secara terus menerus atau 10 – 15 kali dalam setahun. Hasil
produksi non budidaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 18. Produksi Non Perikanan
No. Nama Jumlah Produksi
1. Saikhul 20 kg jagung
2. Muchlison 550 kg padi
3. Rokim 40 kg kacang panjang
4. Wahyu 575 kg padi
5. Mashuri 650 kg padi
6. Nurul Anwar 420 kg padi
7. Iwan 80 kg cabai dan 25 kg kacang panjang
8. Miftahurrohmah 525 kg padi
Sumber : Data primer diolah, 2017
Produksi non perikanan yang diperoleh dari anggota pembenih Ikan Lele
Kelompok Truno Langgeng yang bekerja sebagai petani menghasilkan jagung,
padi, kacang panjang dan cabai rata – rata setiap bulannya yaitu sebanyak 544 kg
padi, 80 kg cabai, 32,5 kg kacang panjang, dan 20 kg jagung. Hasil produksi ini
dijual sesuai dengan harga pasar baik dijual langsung kepada konsumen maupun
dijual di pasar guna menambah pendapatan rumah tangga demi memenuhi
kebutuhan ekonomi rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno
Langgeng di Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri.
5.6.2 Curahan Waktu Kerja Pembenih Ikan Lele
Satuan hitungan yang digunakan dalam curahan waktu kerja agar sama
adalah menggunakan satuan jam, dimana satuan jam yang digunakan oleh
70
pembenih Ikan Lele dihitung dalam satuan per bulan. Curahan waktu kerja yang
digunakan oleh pembudidaya Ikan Lele merupakan curahan waktu kerja produktif
laki – laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja
reproduktif laki – laki dan curahan waktu kerja reproduktif perempuan.
Curahan waktu kerja dalam kegiatan produktif yaitu usaha pembenihan
salah satunya kegiatan mengurus kolam lebih banyak dicurahkan oleh pihak laki –
laki (suami) dibandingkan dengan pihak perempuan (istri). Curahan waktu kerja
produktif laki – laki dalam mengurus kolam biasanya dikerjakan pada pagi hari,
siang hari dan sore hari, baik kegiatan yang berupa memberikan pakan Ikan Lele,
memasang timer, membersihkan kolam ataupun mengecek keadaan air kolam.
Hasil rincian dari curahan waktu kerja produktif laki – laki dan perempuan dapat
dilihat pada Tabel 19.
71
Tabel 19. Curahan Waktu Kerja Produktif Laki – laki dan Perempuan
No. Nama Laki – laki
(Suami) Produktif
(jam/bulan Nama Perempuan
(Istri) Produktif
(jam/bulan)
1. Saifudin 26,25 Dewi 0
2. Agus Winarno 30 Sariatun 11,25
3. Anwar 26,25 Yuli 18,75
4. Sukarno 15 Karsinah 0
5. Lukman Hakim 30 Shinta 18,75
6. Saikhul 26,25 Fenti 11,25
7. Muchlison 18,75 Siti M. 7,5
8. Sudariono 30 Reri Rifatul K. 0
9. Mahzudi 22,50 Etik 15
10. Shodik Asfari 30 Endha 11,25
11. Zainal Fanani 22,50 Sitii Eva Nur A. 22,50
12. Adi 18,75 Maulidatul 0
13. Rokim 22,50 Ria 15
14. Sumaryono 26,25 Devina Oktavia 7,5
15. Imam Fatoni 30 Miftahurrohmah 26,25
16. Santosa 33,75 Masriah 30
17. Waris Suyitno 30 Munanti 0
18. Subki 30 Pepe Karlina 18,75
19. Mukayat 26,25 Sriani 26,25
20. Samsul Hadi 30 Nur Kalim 0
21. Lasidi 26,25 Karyani 18,75
22. Bagio 22,50 Wiwik 11,25
23. Basrowi 11,25 Hermin 22,50
24. Yuhanan Agus 26,25 Sukanti 18,75
25. Mustofa 30 Badriyah 7,5
26. Wahyu 22,50 Laila 22,50
27. Wiyono 30 Winarsih 30
28. Afnan 11,25 Zulaikha 0
29. Mashuri 26,25 Nur Janah 22,50
30. Mulyono 33,75 Rubingatun 0
31. Agus W 22,50 Maslikah 0
32. Dawam 30 Andriani 22,50
33. Nurul Anwar 22,50 Aini 26,25
34. Andi 22,50 Nimas 0
35. Iwan 26,25 Endang 18,75
Sumber : Data primer diolah, 2017
Curahan waktu kerja reproduktif merupakan aktivitas di lingkungan rumah
seperti belanja, memasak, mencuci, mengurus anak, mengepel, menyetrika, dan
lain – lain. Pada umumnya aktivitas tersebut lebih dominan dilakukan oleh pihak
perempuan (istri) terutama tidak terlepas dari perannya sebagai ibu rumah tangga,
sedangkan pihak laki – laki (suami) melakukan sebagian aktivitas reproduktif yang
memungkinkan untuk dapat dilakukan meskipun tidak terlalu lama seperti
72
membantu mengurus anak, mengepel dan lain sebagainya, dalam hal ini peran
keduanya sangat berpengaruh penting terutama dalam menjaga kebersihan
lingkungan rumah. Hasil rincian curahan waktu kerja reproduktif laki – laki dan
perempuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 20. Curahan Waktu Kerja Reproduktif Laki – laki dan Perempuan
No. Nama Laki – laki
(Suami) Reproduktif (jam/bulan
Nama Perempuan (Istri)
Reproduktif (jam/bulan)
1. Saifudin 7,5 Dewi 26,25
2. Agus Winarno 0 Sariatun 22,50
3. Anwar 7,5 Yuli 18,75
4. Sukarno 11,25 Karsinah 30
5. Lukman Hakim 0 Shinta 22,50
6. Saikhul 7,5 Fenti 26,25
7. Muchlison 11,25 Siti M. 30
8. Sudariono 0 Reri Rifatul K. 33,75
9. Mahzudi 7,5 Etik 22,50
10. Shodik Asfari 7,5 Endha 22,50
11. Zainal Fanani 15 Sitii Eva Nur A. 7,5
12. Adi 7,5 Maulidatul 33,75
13. Rokim 15 Ria 22,50
14. Sumaryono 0 Devina Oktavia 18,75
15. Imam Fatoni 7,5 Miftahurrohmah 11,25
16. Santosa 0 Masriah 7,5
17. Waris Suyitno 7,5 Munanti 30
18. Subki 0 Pepe Karlina 18,75
19. Mukayat 11,25 Sriani 11,25
20. Samsul Hadi 3,75 Nur Kalim 26,25
21. Lasidi 11,25 Karyani 15
22. Bagio 0 Wiwik 22,50
23. Basrowi 7,5 Hermin 15
24. Yuhanan Agus 11,25 Sukanti 18,75
25. Mustofa 0 Badriyah 26,25
26. Wahyu 7,5 Laila 15
27. Wiyono 3,75 Winarsih 7,5
28. Afnan 15 Zulaikha 30
29. Mashuri 0 Nur Janah 11,25
30. Mulyono 0 Rubingatun 26,25
31. Agus W 15 Maslikah 33,75
32. Dawam 0 Andriani 15
33. Nurul Anwar 7,5 Aini 7,5
34. Andi 7,5 Nimas 33,75
35. Iwan 0 Endang 18,75
Sumber : Data primer diolah, 2017
73
5.6.3 Pendapatan Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele
Pendapatan rumah tangga pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno
Langgeng Desa Kencong ini terdiri dari dua sumber pendapatan antara lain yaitu
pendapatan dibidang perikanan yaitu pembenihan Ikan Lele dan pendapatan non
perikanan. Pendapatan perikanan (pembenihan) diperoleh dari hasil kegiatan
produktif yaitu laki – laki (suami) dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele sedangkan
pendapatan non perikanan diperoleh dari kegiatan non perikanan baik dari laki –
laki (suami) maupun dari perempuan seperti pekerjaan sebagai petani, penjahit,
buruh, pegawai koperasi, perangkat desa, pedagang, dan lain – lain.
Pendapatan rumah tangga yang diperoleh merupakan jumlah total dari
pendapatan perikanan dan pendapatan non perikanan baik dari laki – laki (suami)
maupun perempuan (istri). Berikut ini merupakan rincian pendapatan rumah
tangga pembenih Ikan Lele dapat dilihat pada Tabel 21.
Hasil data tentang rata – rata pendapatan rumah tangga pembenih Ikan
Lele Kelompok Truno Langgeng diperoleh data pendapatan perikanan adalah
Rp.5.276.665,- setiap bulannya dan pendapatan non perikanan adalah sebesar
Rp.1.092.286,-, sehingga diperoleh rata – rata pendapatan total setiap bulannya
adalah sebesar Rp.6.242.951,-. Pendapatan yang diperoleh rumah tangga
pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng mayoritas diperoleh oleh laki – laki
(suami), hal ini terjadi sesuai dengan teori ekonomi rumah tangga bahwa laki – laki
merupakan penanggung jawab penuh atas perekonomian keluarga atau mencari
nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Rincian mengenai
pendapatan total dari pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng dapat dilihat
pada Tabel 22.
74
Tabel 21. Pendapatan Pekerjaan Non Perikanan Rumah Tangga Pembenih
No. Nama Pekerjaan
Non Perikanan
Pendapatan Pekerjaan
Non Perikanan (Rp/bulan)
Nama Istri Pekerjaan
Non Perikanan
Pendapatan Pekerjaan
Non Perikanan (Rp/bulan)
Total
1. Saifudin Pedagang 500.000 Dewi - 0 500.000
2. Agus W. Pedagang 500.000 Sariatun Pedagang 400.000 900.000
3. Anwar - 0 Yuli - 0 0
4. Sukarno Peternak 1.500.000 Karsinah - 0 1.500.000
5. Lukman Hakim
- Shinta - 0 0
6. Saikhul Petani 1.000.000 Fenti Pedagang 500.000 1.500.000
7. Muchlison Petani 1.200.000 Siti M. - 0 1.200.000
8. Sudariono Perangkat desa
2.300.000 Reri Rifatul K. - 0 2.300.000
9. Mahzudi Pegawai koperasi
1.200.000 Etik Penjahit 300.000 1.500.000
10. Shodik Asfari
Pedagang 1.000.000 Endha - 0 1.000.000
11. Zainal Fanani
Pedagang 500.000 Sitii Eva Nur A. - 0 500.000
12. Adi Buruh 400.000 Maulidatul - 0 400.000
13. Rokim Petani 1.000.000 Ria Pedagang 200.000 1.200.000
14. Sumaryono Pengrajin 70.000 Devina Oktavia Pedagang 250.000 330.000
15. Imam Fatoni
Peternak 500.000 Miftahurrohmah Petani 600.000 1.100.000
16. Santosa Perangkat desa
2.300.000 Masriah Perangkat desa
2.200.000 4.500.000
17. Waris Suyitno
- 0 Munanti - 0 0
18. Subki Pegawai koperasi
3.000.000 Pepe Karlina - 0 3.000.000
19. Mukayat Pedagang 1.000.000 Sriani Pedagang 250.000 1.250.000
20. Samsul Hadi
Pedagang 400.000 Nur Kalim - 0 400.000
21. Lasidi Buruh 250.000 Karyani - 0 250.000
22. Bagio Buruh 200.000 Wiwik - 0 200.000
23. Basrowi Pedagang 500.000 Hermin - 0 500.000
24. Yuhanan Agus
Pegawai koperasi
1.200.000 Sukanti - 0 1.200.000
25. Mustofa Buruh 300.000 Badriyah Buruh 300.000 300.000
26. Wahyu Petani 2.500.000 Laila - 0 2.500.000
27. Wiyono - 0 Winarsih Pedagang 200.000 200.000
28. Afnan Pedagang 500.000 Zulaikha - 0 500.000
29. Mashuri Petani 2.000.000 Nur Janah - 0 2.000.000
30. Mulyono Karyawan swasta
2.700.000 Rubingatun - 0 2.700.000
31. Agus W Pedagang 500.000 Maslikah - 0 500.000
32. Dawam Pedagang 500.000 Andriani - 0 500.000
33. Nurul Anwar
Petani 500.000 Aini Pedagang 500.000 1.000.000
34. Andi Pedagang 800.000 Nimas - 0 800.000
35. Iwan Petani 2.000.000 Endang - 0 2.000.000
Sumber : Data primer diolah, 2017
75
Tabel 22. Pendapatan Total Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele No. Nama Pendapatan
Perikanan (Rp/bulan)
Pendapatan Non Perikanan (Rp/bulan)
Pendapatan Total
(Rp/bulan)
1. Saifudin 3.593.101 500.000 4.093.101
2. Agus Winarno 10.585.175 900.000 10.586.075
3. Anwar 10.770.637 0 10.770.637
4. Sukarno 2.593.101 1.500.000 3.469.326
5. Lukman Hakim 9.037.590 0 9.037.590
6. Saikhul 9.346.882 1.500.000 10.846.882
7. Muchlison 3.423.471 1.200.000 4.623.471
8. Sudariono 9.100.600 2.300.000 11.400.600
9. Mahzudi 4.720.386 1.500.000 6.220.386
10. Shodik Asfari 8.644.706 1.000.000 8.744.706
11. Zainal Fanani 3.038.682 500.000 3.538.682
12. Adi 4.620.179 400.000 5.020.179
13. Rokim 5.328.183 1.200.000 6.528.183
14. Sumaryono 9.745.280 330.000 10.075.280
15. Imam Fatoni 5.159.564 1.100.000 6.259.564
16. Santosa 2.842.625 4.500.000 7.342.625
17. Waris Suyitno 11.081.140 0 11.081.140
18. Subki 2.535.031 3.000.000 5.535.031
19. Mukayat 5.760.500 1.250.000 7.010.500
20. Samsul Hadi 2.585.580 400.000 2.985.580
21. Lasidi 5.855.580 250.000 6.105.560
22. Bagio 3.502.475 200.000 3.702.475
23. Basrowi 2.156.830 500.000 2.656.830
24. Yuhanan Agus 3.197.100 1.200.000 4.397.100
25. Mustofa 5.519.340 300.000 5.819.340
26. Wahyu 2.094.960 2.500.000 4.594.960
27. Wiyono 4.328.636 200.000 4.528.636
28. Afnan 1.831.682 500.000 2.331.682
29. Mashuri 2.075.696 2.000.000 4.075.696
30. Mulyono 4.355.590 2.700.000 7.055.590
31. Agus W 1.382.171 500.000 2.882.171
32. Dawam 2.185.100 500.000 2.685.100
33. Nurul Anwar 11.011.075 1.000.000 12.011.075
34. Andi 2.270.730 800.000 3.070.730
35. Iwan 5.416.800 2.000.000 7.416.800
Sumber : Data primer diolah, 2017
5.7 Analisa Gender pada Keluarga Pembenih Ikan Lele
5.7.1 Peran
Peran antara laki – laki dan perempuan dalam gender dibedakan oleh
sebuah proses pengambilan keputusan berbagai hal dalam rumah tangga, dimana
lebih didominasi oleh kaum laki – laki. Selain itu juga perbedaan terletak pada
curahan jam kerja, laki – laki (suami) hanya bertugas dalam mengerjakan kegiatan
produktif tanpa harus bertanggungjawab mengerjakan kegiatan reproduktif,
76
berbeda dengan perempuan (istri) yang tugasnya lebih berat dikarenakan sebagai
perempuan berperan sebagai ibu rumah tangga yang bertanggungjawab penuh
dalam mengerjakan kegiatan reproduktif di rumah serta ikut membantu laki – laki
(suami) untuk mengerjakan kegiatan produktif
Hasil penelitian pada anggota pembenih Ikan Lele Truno Langgeng Desa
Kencong menunjukkan bahwa pembagian peran antara suami dan istri pada
kegiatan produktifnya dalam proses pembenihan Ikan Lele ditinjau dari analisa
peran terdapat jadwal kegiatan salah satu keluarga respoden dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 23. Contoh Jadwal Kegiatan Keluarga Pembenih Ikan Lele
Jam (WIB) Kegiatan
Bapak Sumaryono Ibu Devina
06.00 – 07.00 Persiapan kolam, pengecekan benih ikan
Mengurus anak, mengantar ke sekolah TK
07.00 – 09.00 Seleksi ukuran 3, 4, 5 Membantu proses seleksi
09.00 – 10.00 Pemanenan Membantu proses pemanenan
10.00 – 11.00 Pengepakan dan pengangkutan
Memasak
11.00 – 12.00 Melakukan pekerjaan non perikanan
Melakukan pekerjaan non perikanan
12.00 – 13.00 Istirahat Istirahat
13.00 – 14.00 Membersihkan air kolam
Melakukan pekerjaan non perikanan
14.00 – 16.00 Melakukan seleksi induk dan pemijahan
Membantu seleksi induk dan memberi pakan ikan
16.00 – 17.00 Menyapu rumah
Mengurus anak, mengantar anak ke TPQ
17.00 – 18.00 Istirahat Istirahat
18.00 – 19.00 Mengecek timer otomatis air kolam
Mendampingi anak belajar
19.00 – 21.00 Arisan Menonton TV
21.00 – 06.00 Istirahat Istirahat
Sumber : Data primer diolah, 2017
Hasil penelitian mengenai jadwal kegiatan keluarga pembenih Ikan Lele
diketahui bahwa dari jam 06.00 – 07.00 suami mulai mengerjakan tugas utamanya
yaitu melakukan persiapan kolam, sementara istri mengurus anak meliputi
memandikan anak, mempersiapkan kelengkapan anak dan mengantar ke sekolah
yaitu TK (Taman Kanak – kanak), jam 07.00 – 09.00 suami melakukan seleksi
77
induk Ikan Lele dan istri membantu terhadap proses seleksi induk, jam 09.00 –
10.00 suami melakukan pemanenan Ikan Lele yaitu sesuai dengan ukuran 3,4 dan
5 serta istri membantu proses pemanenan dalam hal pembukuan atau
administrasi, jam 10.00 – 11.00 suami melakukan pengepakan dan pengangkutan
benih Ikan Lele untuk proses pemasaran sedangkan istri melakukan kegiatan
reproduktif yaitu memasak di dapur, jam 11.00 – 12.00 suami melakukan kegiatan
non perikanan atau kegiatan produktif lain yaitu membuat tusuk sate dan istri ikut
membantu, jam 12.00 – 13.00 suami dan istri menghentikan aktivitas dan
beristirahat.
Kegiatan selanjutnya tepatnya jam 13.00 – 14.00 suami membersihkan
kolam untuk pengisian benih ikan selanjutnya sedangkan istri melakukan kegiatan
reproduktif yaitu menyetrika baju, jam 14.00 – 16.00 suami melakukan seleksi
induk dan pemijahan Ikan Lele sedangkan istri membantu seleksi induk dan
memberi pakan ikan, 16.00 – 17.00 suami membantu tugas istri menyapu rumah
sementara istri mengurus anak, memandikan anak dan mengantar anak berangkat
mengaji ke TPQ (Taman Pendidikan Al – Qur’an), jam 17.00 – 18.00 suami dan
istri sama – sama beristirahat, jam 18.00 – 19.00 suami mengecek timer otomatis
air kolam sedangkan istri mendampingi anak belajar, jam 19.00 – 21.00 suami
melakukan aktivitas sosial yaitu arisan Kelompok Truno Langgeng yang
dilaksanakan setiap satu bulan sekali dan istri menonton TV dengan anak
kemudian setelah jam 21.00 masing – masing antara suami dan istri beristirahat.
Sesuai hasil jadwal kegiatan sehari – hari tersebut dapat diketahui bahwa
laki – laki (suami) lebih banyak atau dominan melakukan aktivitas produktif baik
dibidang perikanan maupun non perikanan sedangkan pihak perempuan (istri)
selain melakukan pekerjaan produktif juga melakukan pekerjaan reproduktif di
rumah. Dalam hal ini, suami dan istri saling membantu atau bekerja sama
melakukan dua kegiatan tersebut. Tujuan dari bekerja sama adalah untuk saling
78
meringankan beban masing – masing serta agar perekonomian keluarga dapat
memenuhi kebutuhan sehari – hari. Analisa peran dalam aktivitas produktif,
reproduktif dan sosial jika ditabulasi dalam tabel analisa gender curahan waktu
kerja produktif, reproduktif, dan sosial dapat dilihat pada Tabel 24. berikut ini.
Tabel 24. Analisa Gender dalam Curahan Waktu Kerja Produktif, Reproduktif, dan Sosial
No. Variabel Harvard
Rumah Tangga
Pembenih Ikan Lele
Kelompok Truno
Langgeng
Unit Analisis
A. Aktivitas Laki – Laki Perempuan
S KK TP S KK TP
Π Π Π Π Π Π
1. Produktif :
- Persiapan media
kolam
- Seleksi induk
(pemijahan dan
penetasan telur)
- Pemberian pakan
- Seleksi 3, 4, 5
- Pemanenan
- Pengepakan dan
pengangkutan
1 jam
1 jam
2 jam
2 jam
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
2. Reproduktif
- Mengurus Anak
- Belanja
- Memasak
- Mencuci Baju
- Mencuci Piring
- Menyetrika
- Menyapu
- Mengepel
1 jam
1 jam
2 jam
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
3. Sosial
- Kerja bakti
- Posyandu
- Arisan
- Pengajian
1 jam
1 jam
1 jam
Rata – rata Responden 10 jam 2 jam - 10 jam 4 jam -
Total 12 jam 14 jam
Keterangan : pada kolom diisi (x) sebagai keterlibatan responden pada tolak ukur
selalu (S), kadang – kadang (KK), dan tidak pernah (TP), serta untuk curahan
waktu kerja rata – rata per jam (Π).
Sumber : data primer diolah, 2017
79
Analisa gender dalam curahan waktu kerja produktif, reproduktif dan sosial
dalam hal ini digunakan untuk melihat status, peranan perempuan serta relasi
gender pada rumah tangga pembenih Ikan Lele. Analisa terhadap rumah tangga
anggota Kelompok Tani Truno Langgeng ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar peranan antara suami dan istri atas kegiatan sehari - hari meliputi kegiatan
produktif, reproduktif dan sosial, kegiatan mana yang lebih dominan pada indikator
S (selalu), KK (kadang – kadang) dan TP (tidak pernah) dan berapa besar curahan
waktu kerja yang dilakukan masing – masing dalam kegiatan produktif, reproduktif
dan sosial. Dengan kata lain, analisa ini digunakan dengan memuat daftar tugas
yaitu perempuan melakukan kegiatan apa, laki – laki melakukan kegiaan apa,
dimana serta kapan kegiatan tersebut dilakukan.
Hasil analisis aspek gender yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
peran aktivitas indikator yaitu S (selalu) didominasi oleh istri (perempuan) dengan
total curahan waktu 14 jam. Hal ini dikarenakan istri lebih banyak mengerjakan
aktivitasnya di lingkungan rumah atau sekitar sementara suami (laki – laki) akan
lebih banyak menghabiskan waktunya untuk aktivitas produktif. Pada anggota
pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng masih terlihat jelas bahwa
kewajiban perempuan adalah untuk mengurus dan bertanggungjawab penuh atas
segala tugas reproduktifnya yaitu mengurus anak, belanja, memasak, mencuci
baju, menyetrika baju, mencuci piring, menyapu dan mengepel sebanyak 9 jam
sementara suami (laki – laki) tidak banyak berkontribusi pada kegiatan reproduktif
yaitu hanya sebesar 2 jam. Dalam hal ini terlihat bahwa masih adanya konstruk
sosial dimana antara laki – laki (suami) dan perempuan (istri) belum dapat
memahami dan menghargai secara maksimal atas peran atau partisipasi yang
masih dapat dilakukan secara bergantian misalnya tidak menutupkemungkinan
bahwa laki – laki (suami) mengerjakan aktivitas reproduktif seperti membantu istri
memasak, mengurus anak, dan lain sebagainya.
80
5.7.2 Akses
Analisa akses atau peluang merupakan analisa yang berkaitan dengan
pembagian antara perempuan (istri) dan laki – laki (suami) yaitu dapat memperoleh
sumberdaya apa dan menikmati apa antara keduanya. Dalam hal ini analisa
sumberdaya yang diakses yaitu terdiri atas tanah (kolam), rumah, properti rumah
tangga, properti produksi pembenihan, kendaraan, logam mulia, dan pendapatan.
Analisa ini saling berkaitan dengan kontrol, sumberdaya yang diperoleh, tentunya
sumberdaya yang diperoleh akan dikontrol oleh pemegang kekuasaan dari
sumberdaya tersebut. Seseorang yang mengontrol merupakan penerima atau
pengguna dari akses yang diperoleh. Misalnya sertifikat tanah atau rumah,
mayoritas adalah nama laki – laki (suami) bukan perempuan (istri) dan hal ini
berlaku pula pada nama BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor), sehingga
dapat diketahui bahwa pemegang kontrol kekuasaan atau berkuasa dalam
mengakses sumberdaya adalah laki – laki (suami) namun perempuan (istri) juga
dapat memanfaatkan atau mengakses sumberdaya tersebut walaupun tidak
berkuasa penuh. Analisa sumberdaya pada keluarga pembenih Ikan Lele Truno
Langgeng dapat dilihat pada tabel
Tabel 25. Macam Akses Laki – laki dan Perempuan
B. Akses Macam Akses
Laki – laki
Tanah (kolam)
Rumah
Properti pembenihan Ikan Lele
Kendaraan
Pendapatan
Perempuan
Rumah
Properti rumah tangga
Logam mulia
Sumber : Data primer diolah, 2017
Hasil dari penelitian dapat diketahui analisa sumberdaya yang dimiliki oleh
keluarga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng secara lebih rinci dapat
dijelaskan pada uraian di bawah ini :
81
Akses Tanah (Kolam)
Tanah (kolam) pada rumah tangga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno
Langgeng lebih sering diakses oleh laki – laki (suami) daripada perempuan (istri).
Hal ini disebabkan karena istri lebih banyak melakukan aktivitas selain di kolam
misalnya melakukan aktivitas reproduktif perikanan maupun non perikanan seperti
mengurus anak, belanja, mencuci baju, dll.
Akses Rumah
Rumah digunakan sebagai bangunan atau tempat tinggal bersama oleh
suami (laki – laki) dan perempuan (istri) dari rumah tangga pembenih Ikan Lele
Kelompok Truno Langgeng yang sama – sama sering diakses untuk setiap
harinya.
Akses Properti Rumah Tangga
Akses properti rumah tangga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno
Langgeng lebih sering diakses oleh perempuan (istri) daripada laki – laki (suami).
Hal ini disebabkan karena istri lebih banyak melakukan kegiatan reproduktif di
dalam rumah seperti mengurus anak, menyapu, mengepel dll sehingga sangat
berpengaruh penting terhadap pemeliharaan dan kelangsungan hidup keluarga.
Akses Properti Pembenihan Ikan Lele
Akses properti pembenihan Ikan Lele lebih sering diakses oleh laki – laki
(suami), karena suami lebih banyak melakukan aktivitas produktif di luar rumah
yaitu aktivitas yang berhubungan langsung dengan kegiatan produktif pembenihan
Ikan Lele dibandingkan dengan istri. Oleh sebab itu suami lebih sering mengakses
seluruh properti pembenihan untuk menunjang kegiatan produktifnya, sedangkan
istri mengakses properti tersebut hanya ketika istri sedang membantu suaminya
saja.
82
Akses Kendaraan
Akses kendaraan baik kendaraan roda empat maupun roda dua lebih
sering diakses oleh suami daripada istri. Hal ini disebabkan karena suami memiliki
waktu yang lebih banyak untuk beraktivitas diluar rumah terutama dalam kegiatan
produktif seperti mengurus kolam, membeli pakan dan obat, pengangkutan induk
Ikan Lele dan lain – lain, sedangkan istri hanya kadang – kadang saja mengakses
kendaraan bahkan terdapat beberapa keluarga dengan istri yang sama sekali tidak
mengakses kendaraan.
Akses Logam Mulia
Akses logam mulia diperuntukkan bagi perempuan (istri) yaitu berupa emas
atau perhiasan. Akses logam mulia ini digunakan oleh istri untuk menambah
kepercayaan diri atau aktualisasi diri sementara suami tidak pernah dan tidak
memerlukan logam mulia untuk diaksesnya. Selain itu, bagi perempuan (istri)
kepemilikan terhadap logam mulia diperlukan untuk menginvestasikan atau
menyimpan sebagian uangnya dalam bentuk logam mulia yang dapat
diperjualbelikan kembali.
Akses Pendapatan
Pendapatan lebih banyak diakses oleh laki – laki (suami) karena suami
yang bertanggungjawab penuh dalam memenuhi kebutuhan hidup atau mencari
nafkah bagi keluarga. Selain itu, laki – laki (suami) lebih banyak melakukan
kegiatan produktif baik dalam bidang perikanan maupun non perikanan
dibandingkan dengan perempuan (istri).
Akses perempuan terhadap sumberdaya yang dimiliki memang dianggap
masih rendah dibandingkan laki – laki. Hal ini terjadi karena adanya anggapan
bahwa siapa yang berkuasa atau memegang kepemilikan kekuasaan terhadap
sumberdaya tersebut maka seseorang itulah yang berhak memiliki banyak
peluang untuk mengaksesnya, demikian hal yang terjadi pada keluarga anggota
83
pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng. Salah satu contohnya dalam
mengakses sumberdaya yang berkaitan dengan perekonomian, akses perempuan
masih terbilang cukup rendah.
5.7.3 Manfaat
Analisa manfaat digunakan untuk mengetahui seberapa besar perolehan
manfaat atau kegunaan atas sumberdaya yang diaksesnya. Hal ini berkaitan erat
dengan akses, sebab siapa yang mengakses suatu sumberdaya maka dialah yang
akan memperoleh manfaatnya. Salah satu contoh misalnya keluarga pembenih
Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng di dalam mengakses sumberdaya tanah
(kolam) adalah peran laki – laki, maka laki – laki (suami) tersebut akan memperoleh
manfaat yaitu keuntungan usaha budidaya Ikan Lele yang dilakukan dari media
tanah (kolam). Selain itu, salah satu contoh lainnya adalah perempuan (istri) dalam
mengakses logam mulia maka akan merasakan manfaat sebagai bentuk dari
aktualisasi diri atau kepercayaan diri yang meningkat serta akses rumah oleh
suami dan istri secara bersama akan memperoleh manfaat dari kegunaan rumah
tersebut yaitu sebagai tempat tinggal berlindung dari perubahan musim hujan dan
panas demi kelangsungan hidup bersama.
Berbagai akses sumberdaya yang digunakan oleh istri, suami ataupun
keduanya secara langsung dapat memberikan manfaat terhadap penggunanya,
akan tetapi tidak menutupkemungkinan untuk ikut merasakan manfaat yang
diberikan dari sumberdaya tersebut tidak secara langsung. Hal ini disebabkan bisa
jadi pengguna yang mengakses sumberdaya tersebut adalah seluruh anggota
keluarga meliputi suami, istri dan anak.
5.7.4 Kontrol
Analisa kontrol merupakan bentuk dari kekuatan dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan sumberdaya yang dimiliki seperti tanah (kolam),
modal (uang), properti rumah tangga meliputi properti pembenihan (perikanan)
84
maupun properti rumah tangga, logam mulia (emas), kendaraan baik berupa
sepeda motor atau mobil, pendidikan, menu pangan, dan lain sebagainya. Kontrol
dapat berarti perempuan (istri) mengambil keputusan dalam penggunaan
sumberdaya apa, laki – laki (suami) penentu dari penggunaan sumberdaya apa.
Sumberdaya yang dimaksudkan adalah sumberdaya yang diperlukan untuk
melakukan aktivitas atau tugas – tugas tertentu serta manfaat apa yang diperoleh
dari melakukan suatu aktivitas tersebut. Pada wujud kesetaraan dan keadilan
gender telah dijelaskan bahwa perempuan dan laki – laki memiliki mempunyai
kontrol yang sama dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga,
dimana suami dan istri dapat memiliki properti atas nama keluarga dengan
persetujuan bersama.
Analisa kontrol pada rumah tangga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno
Langgeng yang ditabulasikan dalam analisa kontrol terhadap pendapatan dan
pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 26. di bawah ini.
Tabel 26. Analisa Kontrol terhadap Pendapatan dan Pengeluaran
No. Variabel Harvard Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele Kelompok
Truno Langgeng
Unit Analisis
C. Kontrol Laki – Laki Perempuan
S KK TP S KK TP
1. Pendapatan - Suami - Istri
X
X
2. Pengeluaran - Uang - Tanah - Rumah - Kendaraan - Logam Mulia - Pendidikan - Menu Pangan
X X X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Keterangan : pada kolom diisi (x) sebagai keterlibatan responden pada tolak ukur
selalu (S), kadang – kadang (KK), dan tidak pernah (T P).
Sumber : data primer dilah, 2017
85
Laki – laki (suami) mengontrol pada bagian pendapatan dan pengeluaran,
pengeluaran yang dikontrol yaitu kontrol terhadap tanah, kendaraan dan
pendidikan sedangkan rumah dikontrol oleh keduanya. Perempuan (istri)
mengontrol pengeluaran saja terutama hanya pada bagian tertentu, misalnya
kontrol terhadap penggunaan uang, logam mulia dan menu pangan sementara laki
– laki (suami). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan gender sehingga
antara laki – laki dan perempuan tidak memperoleh hak atau kontrol yang sama.
Untuk lebih jelasnya mengenai tabel di atas, dapat diketahui dari
penjelasan di bawah ini.
Kontrol terhadap pendapatan
Pendapatan dalam rumah tangga lebih sering dikontrol oleh laki – laki
(suami), hal ini disebabkan karena suami sebagai kepala rumah tangga yang
bertugas dalam mencari nafkah dan bertanggung jawab penuh atas tercukupinya
perekonomian keluarga. Oleh sebab itu, suami lebih sering mengontrol
sumberdaya pendapatan yang berupa uang dibandingkan istri.
Kontrol terhadap uang
Uang sering dikontrol oleh perempuan (istri) daripada laki – laki (suami),
hal ini disebabkan karena peran perempuan yang bertugas dan bertanggungjawab
penuh terhadap segala aktivitas reproduktif yang dilakukan di rumah seperti
kebutuhan atau pengeluaran uang untuk berbelanja kebutuhan pangan, sandang,
papan, pembagian uang saku anak, dan lain – lain sementara suami hanya kadang
– kadang saja melakukan kontrol terhadap uang misalnya untuk kebutuhan
produktif seperti membeli pakan ikan, membeli obat, dan lain – lain.
Kontrol terhadap tanah
Kontrol terhadap tanah lebih sering diakses oleh laki – laki (suami) yang
berbentuk kolam budidaya pembenihan Ikan Lele, hal ini disebabkan karena suami
adalah kepala rumah tangga yang berperan penting dalam mencari nafkah. Tanah
86
sebagai sumberdaya yang pengelolaannya sangat berperan penting untuk
kelangsungan hidup masa depan keluarga sering dikontrol oleh suami, sementara
istri hanya kadang – kadang. Selain itu mayoritas sertifikat hak milik tanah adalah
nama laki – laki (suami). Hal ini disebabkan adanya anggapan sebagai alasan
yang kuat dimana suami sebagai kepala rumah tangga bertugas menafkahi istri
dan anaknya, sehingga pada umumnya dalam daftar warisan yang berbentuk
tanah diberikan untuk seorang anak laki – laki sedangkan perempuan merupakan
seseorang yang harus dinafkahi tanpa harus mendapatkan tanah warisan dari
orangtuanya.
Kontrol terhadap rumah
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal bersama
dalam melakukan aktivitas sehari – hari oleh suami, istri dan anak. Berbagai
aktivitas dilakukan di rumah seperti makan, tidur, mandi, bermain, menonton TV,
dan lain – lain sehingga rumah sama – sama sering dikontrol oleh suami dan istri.
Oleh sebab itu antara suami dan istri tidak terdapat perbedaan pihak mana yang
lebih sering mengontrol dan mana yang kadang – kadang.
Kontrol terhadap kendaraan
Kendaraan merupakan alat transportasi yang lebih sering dikontrol oleh laki
– laki (suami) dibandingkan perempuan baik kendaraan berupa roda dua yaitu
sepeda motor maupun roda empat yaitu mobil. Hal ini disebabkan karena pada
kenyataannya perempuan (istri) lebih sering melakukan aktivitas reproduktif yang
sebagian besar waktunya berada di dalam rumah, sedangkan laki – laki (suami)
lebih sering melakukan aktivitas produktif dan berkegiatan di luar rumah. Oleh
sebab itu, perempuan (istri) hanya kadang – kadang saja dalam mengontrol
kendaraan yaitu jika ada kegiatan di luar rumah seperti berbelanja, menghadiri
acara seperti arisan, pengajian dan lain – lain.
87
Kontrol terhadap logam mulia
Logam mulia selalu dikontrol oleh perempuan (istri) sebab dapat
meningkatkan rasa percaya diri bagi perempuan sedangkan laki – laki (suami)
tidak pernah mengontrol logam mulia meskipun pada umumnya logam mulia
adalah pembelian dari pihak laki – laki namun Hal ini disebabkan karena logam
mayoritas perempuan yang memiliki kontrol di dalam mengelola logam mulia. Hal
ini disebabkan karena logam mulia berupa emas, berlian atau perhiasan yang
memang hanya digunakan oleh perempuan (istri) sementara bagi laki – laki tidak
wajar untuk mengontrol sumberdaya tersebut.
Kontrol terhadap pendidikan
Pendidikan lebih sering dikontrol oleh laki – laki (suami) daripada istri,
karena pendidikan merupakan suatu sumberdaya yang sangat penting bagi masa
depan anak. Hal ini disebabkan karena suami yang bertanggungjawab terhadap
biaya dan keperluan anak dalam menempuh pendidikan yang seharusnya. Oleh
sebab itu, peran laki – laki (suami) lebih dominan, sedangkan perempuan (istri)
hanya kadang – kadang mengontrol pendidikan misalnya ketika dalam hal
mendampingi anak belajar atau memilih tempat kursus atau les bimbingan belajar.
Kontrol terhadap menu pangan
Kontrol terhadap menu pangan sering dikontrol oleh perempuan (istri)
dibandingkan suami yang hanya kadang – kadang saja. Hal ini disebabkan karena
pemilihan menu pangan berkaitan erat dengan aktivitas reproduktif yaitu memasak
dan kegiatan tersebut merupakan tugas dan tanggungjawab penuh seorang istri
sebagai ibu rumah tangga. Suami atau laki – laki hanya kadang – kadang saja
mengontrol terhadap menu pangan, hal tersebut dapat terjadi karena biasanya
perempuan (istri) meminta atau menanyakan kepada suami mengenai menu
pangan yang dikehendaki oleh suaminya.
88
5.8 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga
Anggota Pembenih Ikan Lele
5.8.1 Analisa Regresi Linier Berganda
Analisa faktor – faktor yang diduga dapat mempengaruhi pendapatan
rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele telah disebutkan dalam metode
penelitian pada bab sebelumnya yaitu curahan waktu kerja produktif laki – laki,
curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja reproduktif laki –
laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan, umur laki – laki, umur
perempuan, tingkat pendidikan laki – laki, tingkat pendidikan perempuan, jumlah
anggota keluarga, dan lama pengalaman kerja dibidang perikanan.
Hasil analisis diperoleh hasil regresi linier berganda dan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 27. Hasil Regresi Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele.
Variabel Koef.
Regresi Statistik
T Sig.
Multikolinearitas
Tolerance VIF
(Constant) Curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) Curahan waktu kerja produktif perempuan (X2) Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki (X3) Curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4) Umur laki – laki (X5) Umur perempuan (X6) Tingkat pendidikan laki – laki (X7) Tingkat pendidikan perempuan (X8) Jumlah anggota keluarga (X9) Lama pengalaman kerja (X10)
-3.374E6 188994.293
185751.913
-25159.572
265069.272
240680.612
-260770.282 -396413.314 -29828.750
-227618.101 296936.903
-0.523 2.338
1.911
-0.278
2.114
2.302
-2.917 -1.991 -0.148
-0.690 3.418
0.606 0.028
0.068
0.783
0.045
0.030 0.008 0.058 0.883
0.497 0.004
0.567
0.117
0.515
0.108
0.119 0.145 0.443 0.520
0.595 0.658
1.737
8.555
1.943
9.249
8.372 6.914 2.258 1.922
1.681 1.521
Durbin Watson R Square F Sig.
2.136 0.680 5.091 0.001
Sumber : data primer diolah, 2016
Hasil perhitungan regresi linier berganda dari aplikasi SPSS diatas
diperoleh persamaan antara lain sebagai berikut :
89
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 +
b10X10 + e
Y = (-3.3746) + 188994.3 X1 + 185751.9 X2 + (-25159.6) X3 + 265069.3 X4
+ 240680.6 X5 + (-260770.3) X6 + (-396413.3) X7 + (-29828.7) X8
+ (-227618.1) X9 + 296936.9 X10 + e
Y = -3.3746 + 188994.3 X1 + 185751.9 X2 – 25259.6 X3 + 265069.3 X4
+ 240680.6 X5 – 260770.3 X6 – 396413.3 X7 – 29828.7 X8
– 227618.1 X9 + 296936.9 X10 + e
Dimana : Y = Pendapatan keluarga
a = Konstanta atau intersep
X1 = Curahan waktu kerja produktif laki – laki
X2 = Curahan waktu kerja produktif perempuan
X3 = Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki
X4 = Curahan waktu kerja reproduktif perempuan
X5 = Umur laki – laki
X6 = Umur perempuan
X7 = Tingkat pendidikan laki – laki
X8 = Tingkat pendidikan perempuan
X9 = Jumlah anggota keluarga
X10 = Lama pengalaman kerja
e = error atau nilai residu
Hasil perhitungan menggunakan software SPSS diperoleh persamaan
regresi seperti yang telah diuraikan diatas maka dapat dijelaskan bahwa nilai
constant sebesar – 3.374E6 artinya jika X1 (curahan waktu kerja produktif laki –
laki), X2 (curahan waktu kerja produktif perempuan), X3 (curahan waktu kerja
reproduktif laki – laki), X4 (curahan waktu kerja reproduktif perempuan), X5 (umur
laki – laki), X6 (umur perempuan), X7 (tingkat pendidikan laki – laki), X8 (tingkat
90
pendidikan perempuan), X9 (jumlah anggota keluarga) dan X10 (lama pengalaman
kerja) nilainya adalah nol, maka Y (pendapatan keluarga) memiliki nilai – 3.374E6.
Untuk koefisien regresi curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) berbanding
lurus dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel indpenden lainnya tetap
atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan maka variabel
curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) akan meningkatkan pendapatan
keluarga (Y) sebesar 188994.3 dan sebaliknya, karena laki – laki bertanggung
jawab penuh sebagai kepala keluarga untuk mencari nafkah dalam memenuhi
kebutuhan sehari – hari sehingga selain melakukan usaha pembenihan Ikan Lele,
juga melakukan pekerjaan dibidang non perikanan sehingga semakin bertambah
curahan waktu kerjannya maka pendapatan keluarga akan meningkat. Variabel
curahan waktu kerja produktif perempuan (X2) memiliki nilai koefisien sebesar
185751.9 artinya bahwa curahan waktu kerja produktif perempuan (X2) berbanding
lurus dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lain nilainya
tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan maka
variabel curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X2) akan meningkatkan
pendapatan keluarga (Y) yaitu sebesar 185751.9 dan sebaliknya.
Variabel curahan waktu kerja reproduktif laki – laki (X3) memiliki nilai
koefisien regresi sebesar –25159.6 artinya bahwa curahan waktu kerja reproduktif
laki – laki (X3) berbanding terbalik dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika
variabel independen lainnya bernilai tetap atau tidak berubah, maka setiap
kenaikan 1 point atau satu satuan maka variabel curahan waktu kerja reproduktif
laki – laki (X3) akan mengurangi (menurunkan) pendapatan ke luarga (Y) sebesar
–25259.6 dan sebaliknya, hal ini berkaitan dengan tugas utama seorang laki – laki
sebagai suami adalah mencari nafkah sehingga semakin bertambah curahan
waktu kerja reproduktif yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri atau
perempuan akan menyebabkan menurunkan pendapatan keluarga, sedangkan
91
variabel curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4) memiliki nilai koefisien
regresi yaitu sebesar 265069.3 artinya bahwa curahan waktu kerja reproduktif
perempuan (X4) berbanding lurus dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika
variabel independen lainnya bernilai tetap atau tidak berubah, maka setiap
kenaikan 1 point atau satu satuan maka variabel curahan waktu kerja reproduktif
(X4) akan meningkatkan pendapatan keluarga (Y) sebesar 265069.3 dan
sebaliknya, dimana hal ini dapat terjadi karenamayoritas usia laki – laki (suami)
pada interval 31 – 40 tahun dan usia perempuan (istri) pada usia 21 – 30 tahun,
dimana usia anak yang dimiliki mayoritas masih kecil sehingga diperlukan curahan
waktu istri yang lebih banyak untuk mengurus anak di rumah sebab laki – laki
(suami) bertugas dalam mencari nafkah atau melaksanakan aktivitas produktif.
Variabel umur laki – laki (X5) memiliki nilai koefisien regresi sebesar
240680.6 artinya bahwa umur laki – laki (X5) berbanding lurus dengan pendapatan
keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lainnya bernilai tetap atau tidak
berubah, maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan akan meningkatkan
pendapatan keluarga (Y) sebesar 240680.6 dan sebaliknya karena umur
responden laki – laki mayoritas berusia 31 – 40 tahun dimana usia tersebut
merupakan usia produktif dalam bekerja terutama dalam bidang perikanan
sehingga semakin bertambahnya usia maka akan meningkatkan pendapatan
keluarga, sedangkan variabel umur perempuan (X6) memiliki koefisien regresi
yaitu sebesar – 260770.3 artinya bahwa umur perempuan (X6) berbanding terbalik
dengan pendapatan keluarga (Y) jika variabel independen lainnya bernilai tetap
dan tidak berubah maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan variabel umur
perempuan (X6) akan menurunkan pendapatan keluarga sebesar –260770.3 dan
sebaliknya, hal ini berkaitan dengan usia perempuan yang mayoritas berada pada
usia 21 – 30 tahun meskipun termasuk dalam usia produktif namun mayoritas
perempuan (istri) adalah sebagai ibu rumah tangga yang tidak terlalu dominan
92
dalam kegiatan produktif, hal ini disebabkan besarnya curahan waktu untuk anak
sebab mayoritas usia anak yang masih kecil sehingga sebagian besar responden
perempuan yaitu ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan. Oleh sebab itu
bertambahnya usia perempuan akan menurunkan pendapatan keluarga.
Variabel tingkat pendidikan laki – laki (X7) memiliki nilai koefisien regresi
sebesar –396413.3 yang berarti bahwa tingkat pendidikan laki – laki (X7)
berbanding terbalik dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel
independen lainnya bernilai tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 point
atau satu satuan akan menurunkan pendapatan keluarga (Y) sebesar –396413.3
dan sebaliknya, hal ini berkaitan erat dengan usaha pembenihan Ikan Lele bahwa
meskipun berasal dari berbagai macam pendidikan terakhir responden laki – laki
tidak terlalu berpengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha pembenihan serta
tidak menutup kemungkinan bahwa pengalaman kerja dibidang perikanan juga
berpengaruh didalamnya. Selanjutnya variabel tingkat pendidikan perempuan (X8)
memiliki nilai koefisien regresi sebesar –29828.75 artinya bahwa tingkat
pendidikan perempuan (X8) berbanding terbalik dengan pendapatan keluarga (Y)
yaitu jika variabel lainnya bernilai tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan
sebesar 1 point atau satu satuan akan menurunkan pendapatan keluarga (Y)
sebesar –29828.75 dan sebaliknya, karena tingkat pendidikan responden
perempuan mayoritas adalah tamat SMA/sederajat namun yang memiliki
pekerjaan tidak cukup banyak jumlahnya dibandingkan dengan responden laki –
laki sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan responden perempuan maka akan
menurunkan pendapatan keluarga.
Variabel jumlah anggota keluarga (X9) memiliki nilai koefisien regresi yaitu
sebesar –227618.1 artinya bahwa jumlah anggota keluarga (X8) berbanding
terbalik dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lainnya
bernilai tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan
93
maka variabel jumlah anggota keluarga (X9) akan mengurangi (menurunkan)
pendapatan keluarga (Y) sebesar –227618.1 dan sebaliknya. Variabel lama
pengalaman kerja (X10) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 296936.9 artinya
bahwa variabel lama pengalaman kerja (X10) berbanding lurus dengan pendapatan
keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lainnya bernilai tetap atau tidak
berubah maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan variabel pengalaman kerja
(X10) akan meningkatkan pendapatan keluarga (Y) sebesar –227618.1 dan
sebaliknya.
5.8.2 Uji Statistika
Koefisien Determinasi (Uji R Square / R2)
Uji atau analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui jumlah
atau persentase sumbangan dari adanya pengaruh variabel bebas atau variabel
independen (X) dalam model regresi baik secara serentak atau bersama – sama
memberikan pengaruh terhadap variabel terikat atau variabel dependen (Y). Jadi
koefisien angka yang ditunjukka memperlihatkan sejauh mana model yang
terbentuk dapat menjelaskan kondisi yang sebenarnya (Wibowo, A.E., 2012).
Hasil analisis data dengan menggunakan aplikasi SPSS diperoleh hasil
dari nilai R Square yaitu sebesar 0.680 artinya bahwa variabel dependen (Y atau
pendapatan keluarga) dipengaruhi oleh variabel independen (X atau curahan
waktu kerja produktif laki – laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan
waktu kerja reproduktif laki – laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan,
umur laki – laki, umur perempuan, tingkat pendidikan laki – laki, tingkat pendidikan
perempuan, jumlah anggota keluarga, lama pengalaman kerja) yaitu sebesar 68%
sedangkan sisanya sebesar 32% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model atau
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
94
Uji Signifikansi Simultan atau Serentak (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara
bersama – sama atau simultan berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel dependen (Y). Untuk mengetahuinya dapat menggunakan dua
cara yaitu dengan melihat nilai sig dan melihat nilai F. Jika nilai sig yang dihasilkan
< 0.05 atau nilai sig < alfa maka variabel independen secara bersama – sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Y) dan sebaliknya.
Selain itu dengan melihat nilai F, jika nilai F hitung atau yang ada pada hasil SPSS
> F tabel maka variabel independen secara bersama – sama memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen dan sebalikya (Wibowo, A.E.,2012).
Hasil analisis data dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil nilai Sig
yaitu 0.001, artinya nilai sig < alfa atau 0.001 < 0.05 atau dengan melihat hasil nilai
F hitung yaitu nilai F hitung sebesar 5.091 dan nilai F tabel dengan taraf signifikan
0.05 adalah 2.121 jadi nilai F hitung > F tabel atau 5.091 > 2.121, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel independen (X atau curahan waktu kerja produktif laki
– laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja reproduktif
laki – laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan, umur laki – laki, umur
perempuan, tingkat pendidikan laki – laki, tingkat pendidikan perempuan, jumlah
anggota keluarga, lama pengalaman kerja) secara bersama – sama (simultan)
berpengaruh atau memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
(Y atau pendapatan keluarga).
Uji Signifikansi Parsial atau Individu (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara
individual (parsial) berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen (Y). Untuk mengetahuinya bisa digunakan du acara yaitu
dengan melihat sig (probability) dan melihat nilai t. Jika hasil yang diperoleh dari
nilai sig mendekati atau sama dengan 0.000 maka variabel tersebut merupakan
95
variabel pemberi nilai yang paling berarti dalam model regresi yang dibangun,
dengan kata lain variabel tersebut adalah variabel yang paling dominan (Wibowo,
E.A, 2012).
Hasil analisis data pada uji t diperoleh hasil adalah sebagai berikut :
1. Curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1)
Hasil analisis diperoleh hasil dari nilai sig variabel curahan waktu kerja
produktif laki – laki (X1) yaitu sebesar 0.028 artinya bahwa variabel curahan waktu
kerja produktif laki – laki secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen atau pendapatan keluarga (Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa =
0,05) dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini terjadi karena
pendapatan keluarga lebih dominan dipengaruhi oleh curahan waktu kerja
produktif laki – laki daripada perempuan.
2. Curahan waktu kerja produktif perempuan (X2)
Hasil analisis diperoleh nilai sig dari variabel curahan waktu kerja produktif
perempuan (X2) adalah sebesar 0.068 artinya bahwa variabel curahan waktu kerja
produktif perempuan secara parsial tidak berpengaruh signifikan secara nyata
terhadap variabel dependen atau pendapatan keluarga (Y) pada selang
kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya
konstan. Hal ini disebabkan karena peran perempuan adalah sebagai ibu rumah
tangga, meskipun perempuan juga berperan penting dalam kegiatan produktif
terutama dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele namun tidak sepenuhnya
bertanggungjawab atas terpenuhinya kebutuhan perekonomian keluarga.
3. Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki (X3)
Hasil analisis diperoleh nilai sig dari variabel curahan waktu kerja
reproduktif laki – laki adalah sebesar 0.783 artinya bahwa variabel curahan waktu
kerja reproduktif laki – laki secara parsial tidak berpengaruh signifikan secara
nyata terhadap variabel dependen atau pendapatan keluarga (Y) pada selang
96
kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya
konstan. Hal ini disebabkan karena laki – laki bertanggungjawab terhadap mencari
nafkah yang bertujuan dalam pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga,
sehingga semakin bertambahnya waktu curahan reproduktif laki – laki akan
menurunkan pendapatan keluarga.
4. Curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4)
Hasil analisis diperoleh nilai sig curahan waktu kerja reproduktif perempuan
(X4) sebesar 0.045 artinya variabel curahan waktu kerja reproduktif perempuan
secara parsial berpengaruh signifikan secara nyata terhadap variabel dependen
atau pendapatan keluarga (Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan
asumsi bahwa variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan karena
semakin meningkatnya curahan waktu kerja reproduktif perempuan meliputi
kegiatan mengurus anak, memasak, mencuci, belanja dan lain sebagainya akan
meningkatkan pendapatan keluarga, hal ini disebabkan adanya pembagian peran
dan tugas oleh laki – laki dan perempuan dimana mayoritas pembenih laki – laki
yang bertugas untuk melakukan pekerjaan reproduktif namun tidak menutup
kemungkinan dimana perempuan juga turut berpartisipasi dalam kegiatan
produktif meskipun waktu curahan kerjanya produktifnya tidak sebanyak laki – laki.
5. Umur laki – laki (X5)
Hasil analisis diperoleh nilai sig umur laki – laki (X5) yaitu sebesar 0.030
artinya variabel umur laki – laki secara parsial berpengaruh signifikan secara nyata
terhadap variabel dependen atau pendapatan keluarga (Y) pada selang
kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya
konstan. Hal ini disebabkan mayoritas usia pembenih laki – laki yaitu usia 31 – 40
tahun dimana usia tersebut merupakan usia produktif dalam kegiatan produktif
pembenihan Ikan Lele guna memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga,
97
sehingga semakin meningkatnya umur laki – laki maka akan meningkatkan
pendapatan keluarga.
6. Umur perempuan (X6)
Hasil analisis diperoleh nilai sig umur perempuan (X6) yaitu sebesar 0.008
artinya bahwa variabel umur perempuan secara parsial berpengaruh signifikan
secara nyata terhadap variabel pendapatan keluarga (Y) pada selang
kepercayaan 99% (alfa = 0,01) dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya
konstan. Hal ini disebabkan mayoritas usia perempuan adalah usia 21 – 30 tahun,
usia tersebut merupakan usia produktif, namun sesuai dengan fakta yang ada
partisipasi perempuan lebih banyak pada aktivitas reproduktif seperti mengurus
anak, memasak, dll sehingga variabel umur perempuan berpengaruh secara
signfikan terhadap pendapatan keluarga.
7. Tingkat pendidikan laki – laki (X7)
Hasil analisis diperoleh nilai sig tingkat pendidikan laki – laki (X7) yaitu
sebesar 0.058 artinya bahwa variabel tingkat pendidikan laki – laki secara parsial
berpengaruh namun tidak signifikan secara nyata terhadap variabel pendapatan
keluarga (Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan asumsi bahwa
variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan tinggi rendahnya
pendidikan terakhir responden tidak banyak berpengaruh dalam kegiatan
produktifnya khususnya dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele, walaupun
pendidikan rendah namun jika seseorang tersebut mampu menerapkan ilmu
ataupun pengalaman yang diperoleh dari saling bertukar informasi maupun
pengalaman dengan anggota kelompok maka tidak menutup kemungkinan usaha
pembenihan tersebut akan sukses. Oleh sebab itu tingkat pendidikan laki – laki
tidak mempengaruhi pendapatan keluarga secara signifikan.
98
8. Tingkat pendidikan perempuan (X8)
Hasil analisis diperoleh nilai sig varibel tingkat pendidikan perempuan (X8)
adalah sebesar 0.883 artinya bahwa variabel tingkat pendidikan perempuan
secara parsial berpengaruh namun tidak signifikan terhadap pendapatan keluarga
(Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan asumsi bahwa variabel
independen lainnya konstan. Hal ini terjadi sebab sama halnya dengan pendidikan
laki – laki, dimana tinggi rendahnya pendidikan tidak banyak berpengaruh
terhadap dalam kegiatan produktifnya. Selain itu, hal ini disebabkan karena
mayoritas responden perempuan berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang
banyak berperan dalam kegiatan reproduktif namun tidak menutup kemungkinan
untuk melakukan kegiatan produktif yaitu membantu suami dalam kegiatan
pembenihan Ikan Lele tanpa harus menempuh pendidikan yang tinggi dan
berdasarkan atas pengalaman yang telah dimiliki.
9. Jumlah anggota keluarga (X9)
Hasil analisis diperoleh nilai sig dari variabel jumlah anggota keluarga
adalah sebesar 0.497 artinya bahwa variabel jumlah anggota keluarga secara
parsial berpengaruh namun tidak signifikan terhadap variabel dependen atau
pendapatan keluarga (Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan
asumsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan karena jumlah
anggota keluarga pada rumah tangga anggota kelompok pembenih Ikan Lele
berpengaruh terhadap pendapatan keluarga yang diperoleh, terutama
berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga, dimana semakin tinggi jumlah
anggota keluarga maka semakin tinggi pula pengeluaran rumah tangga.
10. Lama pengalaman kerja (X10)
Hasil analisis diperoleh nilai sig dari variabel lama pengalaman kerja (X10)
adalah sebesar 0.004 artinya bahwa variabel lama pengalaman kerja secara
parsial berpengaruh signifikan secara nyata terhadap variabel dependen atau
99
pendapatan keluarga (Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan
asumsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan karena lama
pengalaman kerja seseorang di bidang perikanan akan mempengaruhi
pengalaman kerjanya dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele, dimana semakin
tinggi pengalaman atau ilmu yang diperoleh maka akan meningkatkan pula
pendapatan keluarga yang diterima.
5.8.3 Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Wibowo, A. E (2012) dalam suatu model persamaan regresi tidak boleh
terjadi multikolinearitas artinya dalam persamaan regresi tidak boleh ada korelasi
atau hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna antara variabel bebas
yang membentuk persamaan tersebut. Gejala multikolinearitas dapat dilihat
dengan dua acara yaitu melihat nilai T (Tolerance) dan nilai VIF (Variance Inflation
Factor). Ketentuannya adalah jika nilai T > 0.10 dan nilai VIF < 10 maka dalam
persamaan regresi tersebut dinyatakan lolos uji multikolinearitas atau tidak
mengalami multikolinearitas.
Hasil analisis data diperoleh nilai T (Tolerance) untuk variabel independen
yaitu curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) sebesar 0.576, curahan waktu
kerja produktif perempuan (X2) sebesar 0.117, curahan waktu kerja reproduktif laki
– laki (X3) sebesar 0.515, curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4) sebesar
0.108, umur laki – laki (X5) sebesar 0.119, umur perempuan (X6) sebesar 0.145,
tingkat pendidikan laki – laki (X7) sebesar 0.443, tingkat pendidikan perempuan
(X8) sebesar 0.520, jumlah anggota keluarga (X9) sebesar 0.595 dan lama
pengalaman kerja (X10) sebesar 0.658. Oleh sebab itu dari hasil nilai T seluruh
variabel independen dapat disimpulkan bahwa model regresi lolos dari uji
multikolinearitas atau tidak terjadi multikolinearitas karena seluruh nilai T variabel
independen > 0.10.
100
Hasil analisis data untuk nilai VIF (Variance Inflation Factor) pada variabel
independen yaitu curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) sebesar 1.737,
curahan waktu kerja produktif perempuan (X2) sebesar 8.555, curahan waktu kerja
reproduktif laki – laki (X3) sebesar 1.943, curahan waktu kerja reproduktif
perempuan (X4) sebesar 9.249, umur laki – laki (X5) sebesar 8.372, umur
perempuan (X6) sebesar 6.914, tingkat pendidikan laki – laki (X7) sebesar 2.258,
tingkat pendidikan perempuan (X8) sebesar 1.922, jumlah anggota keluarga (X9)
sebesar 1.681 dan lama pengalaman bekerja (X10) sebesar 1.52. Oleh sebab itu
dilihat dari hasil seluruh nilai VIF variabel independen maka model lolos uji
multikolinearitas atau tidak mengalami multikolinearitas karena nilai VIF variabel
independen < 10.
Uji Heteroskedastisitas
Wibowo, A. E (2012) menyatakan bahwa suatu model dikatakan memiliki
masalah heteroskedastisitas artinya terdapat varian variabel dalam model yang
tidak sama. Gejala ini dapat diartikan pula bahwa dalam model terjadi
ketidaksamaan varian dari residual pada pengamatan model regresi tersebut, uji
ini digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala tersebut. Uji yang digunakan
adalah uji Park Gleyser yaitu dengan cara mengorelasikan nilai absolute
residualnya dengan masing – masing variabel independen. Jika hasil nilai
signifikansi > nilai alpha (0.05) maka model tidak mengalami heteroskedastisitas
atau lolos uji heteroskedastisitas.
Hasil analisis data dengan menggunakan aplikasi SPSS dan
menggunakan uji Park Gleyser diperoleh hasil nilai Sig untuk variabel independen
yaitu curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) sebesar 0.071, curahan waktu
kerja produktif perempuan (X2) sebesar 0.922, curahan waktu kerja reproduktif laki
– laki (X3) sebesar 0.265, curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4) sebesar
0.744), umur laki – laki (X5) sebesar 0.942, umur perempuan (X6) sebesar 0.659,
101
tingkat pendidikan laki – laki (X7) sebesar 0.490, tingkat pendidikan perempuan
(X8) sebesar 0.471, jumlah anggota keluarga (X9) sebesar 0.323 dan lama
pengalaman kerja (X10) sebesar 0.693 sehingga dapat disimpulkan bahwa model
tidak mengalami heteroskedastisitas atau lolos uji heteroskedastisitas. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 6.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
antaranggota serangkaian data yang diteliti dan dianalisis menurut waktu, cross
section atau time – series. Uji ini digunakan untuk melihat ada tidaknya korelasi
antarresidual pada suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain pada model.
Metode yang digunakan adalah metode Durbin – Watson. Jika probabilitas nilai
Durbin – Watson > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa model tidak terjadi gejala
autokorelasi atau lolos uji autokorelasi (Wibowo, A. E, 2012).
Hasil analisis data menggunakan SPSS diperoleh nilai Durbin – Watson
sebesar 2.136 > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa model telah lolos uji
autorelasi atau model tidak mengalami autokorelasi.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai residu (perbedaan
yang ada) yang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak normal. Nilai residu
yang terdistribusi secara normal, ketentuannya adalah pada histogram akan
membentuk suatu kurva yang jika digambarkan akan berbentuk seperti lonceng.
Pada diagram Normal P – Plot of Regression Standardized Residual keberadaan
titik – titik yaitu terletak disekitas garis dan jika pada Scatterplot yaitu terlihat titik –
titik tersebut menyebar. Sementara itu, jika diuji dengan analisis uji Kolmogorov –
Smirnov maka pada bawah tabel terdapat keterangan bahwa residual terdistribusi
secara normal atau tidak normal (Wibowo, A. E., 2012).
102
Hasil analisis menggunakan SPSS diperoleh hasil yaitu pada histogram,
kurva yang dihasilkan berbentuk seperti lonceng, pada diagram Normal P – Plot of
Regression Standardized Residual titik – titik berada disekitar garis, pada
Scatterplot menunjukkan hasil dimana titik – titik menyebar atau merata
sedangkan pada uji One – Sample Kolmogorov – Smirnov pada bawah tabel telah
terdapat keterangan Test distribution is Normal. Selain itu nilai Asymp. Sig (2 –
tailed) diperoleh hasil yaitu sebesar 0.978 yaitu artinya bahwa 0.978 > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa residual telah terdistribusi secara normal. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
5.9 Implikasi Rumah Tangga Pembenih Kelompok Truno Langgeng
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola aktivitas rumah tangga anggota
pembenih Ikan Lele yaitu terdiri atas aktivitas produktif, reproduktif dan sosial
dimana curahan waktu kerja produktif laki – laki rata – rata setiap bulannya adalah
sebesar 25.39 jam dan curahan waktu kerja reproduktifnya adalah sebesar 6.1 jam
sedangkan curahan waktu kerja produktif perempuan rata – rata setiap bulannya
adalah sebesar 13.17 jam dan curahan waktu reproduktifnya adalah sebesar 21.1
jam.
Pendapatan rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele rata – rata setiap
bulannya dari pekerjaan bidang perikanan adalah sebesar Rp.5.276.665,-
sedangkan rata – rata pendapatan dari pekerjaan non perikanan adalah sebesar
Rp. 1.092.286,-, pada setiap bulannya. Pendapatan ini dipengaruhi oleh waktu
kerja produktif yang dicurahkan oleh laki – laki (suami) dan perempuan (istri) setiap
harinya. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembenihan ini termasuk usaha yang
baik untuk dikembangkan di masa depan khususnya dalam kelompok ini..
Dari hasil analisis yang telah peneliti kemukakan pada bab – bab
sebelumnya maka dapat ditarik beberapa implikasi kebijakan yang perlu
diterapkan atau digunakan antara lain sebagai berikut :
103
1. Anggota Pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dari model regresi
pada nilai R2 adjusted R sebesar 0,680 yang berarti bahwa model tersebut cukup
membuktikan bahwa pendapatan keluarga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok
Truno Langgeng dipengaruhi oleh sepuluh faktor yaitu curahan waktu kerja
produktif laki – laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja
reproduktif laki – laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan, umur laki – laki,
umur perempuan, tingkat pendidikan laki – laki, tingkat pendidikan perempuan,
jumlah anggota keluarga dan pengalaman bekerja.
Hasil dari uji t pada model penelitian, anggota pembenih Ikan Lele
Kelompok Truno Langgeng perlu meningkatkan faktor – faktor yang terbukti
berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga secara signifikan atau secara
nyata yaitu curahan waktu kerja produktif laki – laki dengan taraf signifikan sebesar
0.028, curahan waktu kerja reproduktif perempuan dengan taraf signifikan sebesar
0.045, umur laki – laki dengan taraf signifikan 0.030, umur perempuan dengan
taraf signifikan 0.008 dan lama pengalaman kerja dibidang perikanan dengan taraf
signifikan 0.004. Adapun anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng
perlu melakukan beberapa hal terkait faktor – faktor tersebut diantaranya :
Meningkatkan curahan waktu produktif baik laki – laki maupun perempuan
apabila memungkinkan untuk saling bekerjasama dalam pembagian
aktivitas produktif dan aktivitas reproduktif.
Memperluas area usaha pembenihan apabila memungkinkan untuk
melanjutkan dengan usaha budidaya Ikan Lele konsumsi sehingga dapat
meningkatkan pendapatan keluarga
104
Memperluas pengalaman dan wawasan kerja baik melalui pengalaman
antaranggota kelompok, anggota kelompok lain maupun instansi yang
terkait dengan bidang perikanan terutama komoditas Ikan Lele.
Faktor lain yang perlu diperhatikan oleh rumah tangga kelompok pembenih
Ikan Lele adalah faktor jumlah anggota keluarga dan usia anak meskipun tidak
berpengaruh secara nyata namun tentunya sangat mempengaruhi tingkat curahan
waktu reproduktif bagi responden perempuan. Selain itu, partisipasi atau peran laki
– laki (suami) perlu ditambahkan pada aktivitas reproduktif. Hal ini menunjukkan
bahwa curahan waktu kerja produktif perempuan harus ditambah agar dapat
meningkatkan pula pendapatan rumah tangga, namun sesuai dengan usia
responden laki – laki yaitu mayoritas pada interval 31 – 40 tahun dan mayoritas
responden perempuan adalah pada interval 21 – 30 tahun dimana memiliki atau
mengurus anak kecil sehingga diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam
pembagian aktivitas produktif maupun aktivitas reproduktif antara laki – laki dan
perempuan.
2. Peneliti
Hasil nilai R2 adjusted pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai yang
berpengaruh terhadap pendapatan keluarga anggota pembenih Ikan Lele
Kelompok Truno Langgeng sebesar 68 %. Nilai sudah tergolong cukup tinggi
namun diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meningkatkan nilai
tersebut dengan menambahkan faktor – faktor lainnya seperti usia anak ataupun
dengan menambah jumlah responden pada sampel yang digunakan dalam
penelitian. Selain itu juga dapat dilakukan dengan penyusunan kuesioner yang
baik untuk proses pengumpulan data yaitu dengan wawancara.
105
6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Pola aktivitas rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Tani
Ikan Truno Langgeng meliputi aktivitas produktif, reproduktif dan sosial.
Aktivitas produktif terdiri atas pekerjaan dbidang perikanan yaitu pembenih
Ikan Lele dan pekerjaan dibidang non perikanan nyang rata – rata sebagai
pedagang. Pada aktivitas reproduktif meliputi kegiatan memasak,
menyapu, mencuci baju, mengurus anak dan lain – lain yang berkaitan
dengan pemeliharaan untuk kelangsungan hidup rumah tangga sementara
aktivitas sosial terdiri dari kegiatan kerja bakti, arisan, pengajian, posyandu
dan rapat atau musyawarah bersama.
2. Curahan waktu kerja anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno
Langgeng yaitu mayoritas adalah laki – laki yang bekerja produktif selama
satu bulan adalah rata – rata 25.39 jam dan reproduktif adalah 6.1 jam,
sementara untuk perempuan dalam kegiatan produktif berkerja selama
satu bulan adalah rata – rata13.17 jam dan untuk kegiatan reproduktif
adalah selama 21.1 jam. Produksi pembenihan Ikan Lele terdiri dari ukuran
3, 4 dan 5 yaitu rata – rata setiap siklusnya ukuran 3 sebanyak 63.143 ekor
dengan harga per ekornya Rp.45,-/ekor , ukuran 4 sebanyak 44.858 ekor
dengan harga Rp.65,-/ekor dan ukuran 5 sebanyak 32.286 ekor dengan
harga Rp.90,-/ekor. Pendapatan keluarga anggota pembenih Ikan Lele
Kelompok Truno Langgeng rata – rata setiap bulannya adalah sebesar
Rp.6.242.951,-.
3. Analisa gender pada keluarga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno
Langgeng yaitu laki – laki lebih banyak berperan dalam kegiatan produktif
106
meliputi kegiatan pembenihan Ikan Lele serta kegiatan produktif dibidang
non perikanan yang dilakukan di luar rumah, sedangkan untuk perempuan
lebih banyak berperan dalam kegiatan reproduktif. Akses yang diperoleh
laki – laki adalah akses terhadap tanah, properti pembenihan Ikan Lele,
kendaraan dan pendapatan, sedangkan perempuan mengakses property
rumah tangga dan logam mulia, untuk manfaat, akses dan kontrol saling
berkaitan dimana seseorang yang mengakses sumberdaya tersebut akan
memperoleh manfaat, dan kontrol terhadap pendapatan lebih banyak
dikontrol oleh laki – laki (suami) sementara untuk pengeluaran lebih banyak
dikontrol oleh perempuan (istri) dan laki – laki hanya kadang – kadang saja.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga anggota
pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng berdasarkan analisis
menggunakan SPSS adalah curahan waktu kerja produktif laki – laki
dengan taraf signifikan sebesar 0.028, curahan waktu kerja reproduktif
perempuan dengan taraf signifikan sebesar 0.045, umur laki – laki dengan
taraf signifikan 0.030, umur perempuan dengan taraf signifikan 0.008 dan
lama pengalaman kerja dibidang perikanan dengan taraf signifikan 0.004
dengan menggunakan selang kepercayaan 95% atau taraf kesalahan
0.05%.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran
antara lain sebagai berikut :
1. Pada setiap anggota keluarga kelompok pembenih Ikan Lele sebaiknya
lebih meningkatkan curahan waktu kerja produktifnya baik pekerjaan dalam
bidang perikanan maupun non perikanan, terutama pada curahan waktu
kerja produktif perempuan.
107
2. Pada setiap keluarga disarankan untuk lebih menghargai adanya peranan
laki – laki sebagai suami dan perempuan sebagai istri terutama dalam
keterlibatan aktivitas produktif, reproduktif dan sosial.
3. Bagi pemerintah sebaiknya adanya tambahan bantuan dana maupun
sarana prasarana untuk anggota pembenih Ikan Lele agar usaha yang
dijalankan dapat terealisasi dan berkembang dengan baik.
108
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, N. 2010. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Aspasia, Noor. 2013. Peran Ganda, Curahan Waktu Kerja, dan Kontribusi
Ekonomi Istri pada Keluarga Petani. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Becker, G.S. 1965. The Economic Approach to Human Behaviour. The University
of Chicago Press. Chicago. Cahyani, M. Y. 2015. Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga Pembenih
Ikan Lele Anggota Kelompok Tani Mulyorejo I Ditinjau dari Aspek Gender di Desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. 2010. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK):
Pembenihan Ikan Lele. Bank Indonesia. Jakarta Febrianti, Fitri. 2016. Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga
anggota Pembudidaya Ikan Koi Pranggang Koi Farm Ditinjau dari Aspek Gender di Desa Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri Jawa Timur.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang
Furqon. 2014. Peran Konstruk Gender dalam Ekonomi Rumah Tangga Pengrajin
Kerupuk Ikan di Desa Srowo Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi AnalisisMultivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Universitas Diponegoro. Semarang Gumilar, I. 2005. Peran Serta Wanita dalam Meningkatkan PEndapatan Keluarga
(Kasus Pantai Utara Jawa Barat). Program Riset Hibah Kompetitif A2 BATCH 2 2005 DIKTI. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Bandung
Husin, Sari. 2011. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Karet di Prambumuli dalam
Alokasi Tenaga Kerja, Produksi dan Konsumsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang
Indriantoro Nur dan Bambang Supomo. 1999. Penelitian Bisnisuntuk Akutansi dan
Manajemen Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Karim, dkk. 2010. Hubungan Karakteristik Petani dengan Kemampuan Teknis
Penerapan Teknologi Budidaya Tanam Cabe. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
109
Kementrian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, & UNFPA. 2005. “Bunga Rampai, Panduan dan Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional”. Kementrian Pemberdayaan Perempuan. Jakarta
Kusumaatmadja, Mochtar. 2000. Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional.
Binacipta Mangkuprawira. 1979. Wanita dan Pekerjaan Produktif di Desa Cicurug Sukabumi
Jawa Barat. Kerjasama BKKBN dengan LPSP – IPB. Bogor Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo. Jakarta Mudzakir. 2003. Analisis Potensi dan Upaya Pengembangan Sumberdaya
Perikanan Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Nicholson. 1985. Microeconomic Theory Basic Priciples and Extension Third
Edition. The Dryden Press Hisdale Illinois. Putri. 2008. Analisis Pendapatan dan Curahan Kerja Rumah Tangga Petani Wortel
di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Purwanti P. 1994. Curahan Waktu dan Produktivitas Kerja Nelayan di Kabupaten
Pasuruan. Thesis S – 2. FPS UGM. Yogyakarta Puspitawati, H. 2013. Konsep, Teori dan Analisis Gender. Fakultas Ekologi
Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor Raharjo, Toto, et.al. 2000. Pendidikan Populer : Panduan Pendidikan untuk Rakyat
(Membangun Kesadaran Kritis). Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Raharyu, Ningsih, Utami. 2012. Analisis Curahan Jam Kerja dan Sumbangan
Pendapatan Kerja Wanita pada Usaha Penetasan Telur Itik. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Rahmat. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium, vol.5, No.9, halaman:1 – 8 Rosnita, et.al. 2014. Curahan Waktu Wanita dan Kontribusinya terhadap
Pendapatan Rumah Tangga. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.
Santoso, Budi. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
dan Lokal. Kanisisus. Yogyakarta. Sarjono dan Julianita. 2011. SPSS vs LISREL. Salemba Empat. Jakarta Simanjutak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Singarimbun dan Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta
110
Soekartawi, A. Soehardjo. John Dillon dan J. Brian Hardraker. 1986. Ilmu
Usahatani dan Penelitian Untuk Usahatani Kecil. UIP. Jakarta Sugiah, Siti. 1995. Konsep Jender dalam Program Pembangunan Makalah
Pelatihan Metodologi Studi Jender dan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA. Bandung.
Suharyadi dan Purwanto. 2008. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta Sumarjono. 2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro. Semarang Umar, Husein. 2010. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta Wawansyah, et.al . 2012. Kontribusi Ekonomi Produktif Wanita Nelayan terhadap
Pendapatan Keluarga Nelayan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran. Bandung.
108
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, N. 2010. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Aspasia, Noor. 2013. Peran Ganda, Curahan Waktu Kerja, dan Kontribusi
Ekonomi Istri pada Keluarga Petani. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Becker, G.S. 1965. The Economic Approach to Human Behaviour. The University
of Chicago Press. Chicago. Cahyani, M. Y. 2015. Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga Pembenih
Ikan Lele Anggota Kelompok Tani Mulyorejo I Ditinjau dari Aspek Gender di Desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. 2010. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK):
Pembenihan Ikan Lele. Bank Indonesia. Jakarta Febrianti, Fitri. 2016. Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga
anggota Pembudidaya Ikan Koi Pranggang Koi Farm Ditinjau dari Aspek Gender di Desa Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri Jawa Timur.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang
Furqon. 2014. Peran Konstruk Gender dalam Ekonomi Rumah Tangga Pengrajin
Kerupuk Ikan di Desa Srowo Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi AnalisisMultivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Universitas Diponegoro. Semarang Gumilar, I. 2005. Peran Serta Wanita dalam Meningkatkan PEndapatan Keluarga
(Kasus Pantai Utara Jawa Barat). Program Riset Hibah Kompetitif A2 BATCH 2 2005 DIKTI. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Bandung
Husin, Sari. 2011. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Karet di Prambumuli dalam
Alokasi Tenaga Kerja, Produksi dan Konsumsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang
Indriantoro Nur dan Bambang Supomo. 1999. Penelitian Bisnisuntuk Akutansi dan
Manajemen Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Karim, dkk. 2010. Hubungan Karakteristik Petani dengan Kemampuan Teknis
Penerapan Teknologi Budidaya Tanam Cabe. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
109
Kementrian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, & UNFPA. 2005. “Bunga Rampai, Panduan dan Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional”. Kementrian Pemberdayaan Perempuan. Jakarta
Kusumaatmadja, Mochtar. 2000. Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional.
Binacipta Mangkuprawira. 1979. Wanita dan Pekerjaan Produktif di Desa Cicurug Sukabumi
Jawa Barat. Kerjasama BKKBN dengan LPSP – IPB. Bogor Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo. Jakarta Mudzakir. 2003. Analisis Potensi dan Upaya Pengembangan Sumberdaya
Perikanan Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Nicholson. 1985. Microeconomic Theory Basic Priciples and Extension Third
Edition. The Dryden Press Hisdale Illinois. Putri. 2008. Analisis Pendapatan dan Curahan Kerja Rumah Tangga Petani Wortel
di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Purwanti P. 1994. Curahan Waktu dan Produktivitas Kerja Nelayan di Kabupaten
Pasuruan. Thesis S – 2. FPS UGM. Yogyakarta Puspitawati, H. 2013. Konsep, Teori dan Analisis Gender. Fakultas Ekologi
Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor Raharjo, Toto, et.al. 2000. Pendidikan Populer : Panduan Pendidikan untuk Rakyat
(Membangun Kesadaran Kritis). Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Raharyu, Ningsih, Utami. 2012. Analisis Curahan Jam Kerja dan Sumbangan
Pendapatan Kerja Wanita pada Usaha Penetasan Telur Itik. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Rahmat. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium, vol.5, No.9, halaman:1 – 8 Rosnita, et.al. 2014. Curahan Waktu Wanita dan Kontribusinya terhadap
Pendapatan Rumah Tangga. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.
Santoso, Budi. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
dan Lokal. Kanisisus. Yogyakarta. Sarjono dan Julianita. 2011. SPSS vs LISREL. Salemba Empat. Jakarta Simanjutak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Singarimbun dan Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta
110
Soekartawi, A. Soehardjo. John Dillon dan J. Brian Hardraker. 1986. Ilmu
Usahatani dan Penelitian Untuk Usahatani Kecil. UIP. Jakarta Sugiah, Siti. 1995. Konsep Jender dalam Program Pembangunan Makalah
Pelatihan Metodologi Studi Jender dan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA. Bandung.
Suharyadi dan Purwanto. 2008. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta Sumarjono. 2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro. Semarang Umar, Husein. 2010. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta Wawansyah, et.al . 2012. Kontribusi Ekonomi Produktif Wanita Nelayan terhadap
Pendapatan Keluarga Nelayan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran. Bandung.
Top Related