PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN DAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA
DALAM MENCEGAH PENULARAN TB PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAQA
SKRIPSI
ZAKIYYAH HUSNA
P07220213035
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
SAMARINDA
2017
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN DAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA
DALAM MENCEGAH PENULARAN TB PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAQA
SKRIPSI
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Terapan Keperawatan
Disusun dan diajukan oleh
ZAKIYYAH HUSNA
P07220213035
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
SAMARINDA
2017
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Zakiyyah Husna
NIM : P07220213035
Program Studi : D-IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar
merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam
naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiat, saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Samarinda,
Yang membuat pernyataan,
Zakiyyah Husna
NIM. P07220213035
Materai
6000
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN DAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA
DALAM MENCEGAH PENULARAN TB PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAQA
SKRIPSI
Disusun dan diajukan oleh
ZAKIYYAH HUSNA
P07220213035
Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan
Samarinda, 26 Juli 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Ratanto, M. Kep Arifin Hidayat, SST., M. Kes
NIDN. 4030018001 NIDN. 8808140017
Mengetahui,
Ketua Program Studi D-IV Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kaltim
Ns. Andi Parellangi, S. Kep., M. Kep., M.H.
NIP. 197512152002121004
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN DAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA
DALAM MENCEGAH PENULARAN TB PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAQA
SKRIPSI
Disusun dan diajukan oleh
ZAKIYYAH HUSNA
P07220213035
Telah dipertahankan dalam sidang seminar hasil
pada tanggal 26 Juli 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan
Menyetujui,
Dewan Penguji
Penguji I
Joko Sapto Pramono, S. Kp., MPHM
NIDN. 4026116602
Penguji II
Ns. Ratanto, M. Kep
NIDN. 4030018001
Penguji III
Arifin Hidayat, SST., M. Kes
NIDN. 8808140017
Ketua Program Studi D-IV Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kaltim
Ns. Andi Parellangi, S.Kep., M.Kep., M.H.
NIP. 197512152002121004
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Tugas Kesehatan Keluarga dalam Mencegah Penularan TB Paru
di Wilayah Kerja Puskesmas Baqa”. Skripsi ini diajukan sebagai pemenuhan
syarat untuk melaksanakan penelitian Skripsi Sarjana Terapan Keperawatan di
Program Studi D-IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan
karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Drs. H. Lamri, M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kaltim.
2. Ismansyah, S. Kp., M. Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Kaltim.
3. Ns. Andi Parellangi, S. Kep., M. Kep., M.H. selaku Ketua Program Studi
D-IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim.
4. Joko Sapto Pramono, S. Kp., MPHM selaku penguji utama.
5. Ns. Ratanto, M. Kep selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan, masukan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
6. Arifin Hidayat, SST., M. Kes selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan serta telah meluangkan waktu untuk
berdiskusi hingga usulan penelitian skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan dan
motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi dan perkuliahan ini.
8. Teman-teman seperjuangan khususnya Tingkat IV D-IV Keperawatan.
9. Kedua sahabat peneliti, Andez dan Nahari yang selalu mendukung dan
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Akhirnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
telah berperan serta dalam membantu penyelesaian skripsi penelitian ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dan kelemahan
dalam penulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaannya. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Samarinda, Juli 2017
peneliti
ABSTRAK
ZAKIYYAH HUSNA. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Tugas Kesehatan Keluarga dalam Mencegah Penularan Tb Paru
Di Wilayah Kerja Puskesmas Baqa (dibimbing oleh Ratanto dan Arifin Hidayat).
Pendahuluan : TB Paru masih menjadi masalah kesehatan global yang utama
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan yang buruk. Kementerian Kesehatan
(2016) menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan
keluarga dalam mencegah penularan TB paru di wilayah kerja Puskesmas Baqa.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan rancangan
pre and post test without control. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive
sampling sebanyak 31 responden. Data dianalisa dengan menggunakan uji T-Test
berpasangan.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan
keluarga sebelum dilakukan intervensi didapatkan nilai mean 15.29 dan sesudah
dilakukan intervensi nilai mean 19.39. Hasil penelitian ini juga menunjukkan rata-
rata nilai tugas kesehatan keluarga sebelum dilakukan intervensi didapatkan nilai
mean 79.19 dan sesudah dilakukan intervensi nilai mean 82.13.
Kesimpulan : Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan yang bermakna terhadap
tingkat pengetahuan dengan nilai p sebesar 0.001 dan tugas kesehatan keluarga
dengan nilai p sebesar 0.001. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
tambahan informasi untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan
variabel yang berbeda dan ditambah dengan kelompok kontrol.
Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Tingkat Pengetahuan, Tugas Kesehatan
Keluarga, TB Paru
ABSTRACK
ZAKIYYAH HUSNA. The Effect Of Health Education To Level Knowledge and
Family Health Task in Preventing Pulmonary Tb in The Working Area Of Baqa
Community Health Centers (guided by Ratanto and Arifin Hidayat).
Intoduction : Pulmonary TB is still a major global health problem causing poor
health problems. Ministry of Health (2016) establishes operational strategy of
health development through Healthy Indonesia Program with Family Approach.
Purpose : This study aims to determine the effect of health education on the level
of knowledge and family health tasks in preventing transmission of pulmonary
tuberculosis in the work area of Baqa Community Health Center.
Design : This research uses Quasi Experiment design with pre and post test
without control design. The sampling technique is consecutive sampling counted
31 respondents. Data were analyzed using paired T-Test test.
Results : The results of this study indicate that the average value of family
knowledge before the intervention obtained a mean value of 15.29 and after
intervention the mean value of 19.39. The results of this study also shows the
average value of family health tasks before the intervention obtained mean value
79.19 and after intervention the mean value 82.13.
Conclusion : There is a significant effect of health education on knowledge level
with p value of 0.001 and family health task with p value of 0.001. The results of
this study can be used as additional information to develop further research with
different variables and coupled with the control group.
Keywords : Health Education, Level of Knowledge, Family Health Task,
Pulmonary TB
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii
DAFTAR SKEMA ............................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................... 5
1. Tujuan Umum .................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
1. Teoritis ............................................................................... 6
2. Praktik ................................................................................ 7
E. Keaslian Penelitian ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Tuberkulosis .............................................................. 10
1. Pengertian ........................................................................... 10
2. Etiologi ............................................................................... 11
3. Klasifikasi .......................................................................... 11
4. Manifestasi Klinis .............................................................. 13
5. Cara Penularan ................................................................... 14
6. Faktor-Faktor Risiko .......................................................... 15
7. Patogenesis ......................................................................... 16
8. Diagnosis ............................................................................ 17
9. Komplikasi ......................................................................... 17
10. Pengobatan ......................................................................... 18
11. Pencegahan ......................................................................... 19
B. Konsep Keluarga ...................................................................... 21
1. Definisi Keluarga ............................................................... 21
2. Bentuk Keluarga................................................................. 22
3. Peran Keluarga ................................................................... 23
C. Fungsi dan Tugas Kesehatan Keluarga .................................... 23
D. Pendidikan Kesehatan .............................................................. 25
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ..................................... 25
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ............................................ 26
3. Metode Pendidikan Kesehatan .......................................... 26
4. Media Pendidikan Kesehatan ............................................. 27
E. Pengetahuan ............................................................................. 29
F. Kerangka Teori......................................................................... 31
G. Kerangka Konsep ..................................................................... 32
H. Hipotesis ................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ............................................................... 34
B. Populasi dan Sampel ................................................................ 34
C. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 38
D. Definisi Operasional................................................................. 38
E. Instrumen Penelitian................................................................. 41
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................... 43
G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 44
H. Pengolahan data dan Analisa Data ........................................... 44
1. Pengolahan Data................................................................. 44
2. Analisa Data ....................................................................... 45
a. Analisa Univariat ......................................................... 45
b. Analisa Bivariat ............................................................ 45
I. Etika Penelitian ........................................................................ 46
J. Jalannya Penelitian ................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 49
1. Analisis Univariat............................................................... 49
2. Analisis Bivariat ................................................................. 52
a. Uji Normalitas .............................................................. 52
b. Uji Hipotesis ................................................................ 54
B. Pembahasan .............................................................................. 55
1. Karakteristik Responden .................................................... 55
2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan ....................................................................... 58
3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tugas
Kesehatan Keluarga ........................................................... 60
C. Keterbatasan Peneliti ................................................................ 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 62
B. Saran ......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian............................................................. 8
Tabel 2.1 : Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing Media
Penyuluhan ........................................................................ 28
Tabel 3.1 : Definisi Operasional .......................................................... 38
Tabel 3.2 : Analisis Bivariat................................................................. 46
Tabel 4.1 : Deskripsi Data Demografi Responden............................... 49
Tabel 4.2 : Distribusi Statistik Nilai Selisih Variabel Tingkat
Pengetahuan dan Tugas Kesehatan Keluarga Sebelum dan
Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan ......................... 51
Tabel 4.3 : Distribusi Hasil Normalitas Variabel Tingkat Pengetahuan
dan Tugas Kesehatan Keluarga Sebelum dan Sesudah
diberikan Pendidikan Kesehatan ....................................... 52
Tabel 4.4 : Distribusi Hasil Transformasi Data Variabel Tugas
Kesehatan Keluarga Sebelum dan Sesudah diberikan
Pendidikan Kesehatan ....................................................... 53
Tabel 4.5 : Distribusi Variabel Tingkat Pengetahuan dan Tugas
Kesehatan Keluarga menggunakan Uji T-Test
Berpasangan ...................................................................... 54
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
Skema 2.1 : Patogenesis ....................................................................... 16
Skema 2.2 : Kerangka Teori Penelitian................................................ 32
Skema 2.3 : Kerangka Konsep Penelitian ............................................ 33
Skema 3.1 : Rancangan Penelitian ....................................................... 34
DAFTAR SINGKATAN
BCG : Bacille Calmette Guerin
BTA : Basil Tahan Asam
DOTS : Directly Observed Treatment Short-course
H : Isoniazid
HIV : Human Immunodeficiency Virus
ISTC : Internasional Standard for Tuberculosis Care
KDT : Kombinasi Dosis Tetap
Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
OAT : Obat Anti Tuberkulosis
PMO : Pengawas Menelan Obat
PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
PPTI : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia
R : Rifamfisin
TB Paru : Tuberkulosis Paru
TB MR : Tuberkulosis Mono Resistan
TB PR : Tuberkulosis Poli Resistan
TB MDR : Tuberkulosis Multi Drug Resistan
TB XDR : Tuberkulosis Extensif Drug Resistan
TB RR : Tuberkulosis Rifamfisin Resistan
WHO : World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian ke Dinas Kesehatan Kota
Lampiran 3 : Surat Balasan Izin Penelitian dari Puskesmas Baqa
Lampiran 4 : Lembar Informed Consent
Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP) TB Paru
Lampiran 7 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Tugas Kesehatan Keluarga
Lampiran 8 : Tabel Jadwal Penelitian
Lampiran 9 : Master Tabel
Lampiran 10 : Hasil SPSS
Lampiran 11 : Ethical Clearance
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis paru (TB) masih menjadi masalah kesehatan global yang
utama sehingga menyebabkan gangguan kesehatan yang buruk. Berbagai
upaya pengendalian yang telah dilakukan, insiden dan kematian akibat TB
paru telah menurun, namun TB paru masih menyerang jutaan orang pada
tahun 2016. Indonesia menduduki peringkat keempat dunia setelah Negara
India, China dan Rusia dengan penderita TB paru terbanyak yang
menyebabkan kematian dari penyakit menular diseluruh dunia setelah Human
Immunodeficiency Virus (HIV) (WHO, 2016)
TB paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium Tuberculosis, dapat menyerang berbagai organ, terutama
paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas
dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI,
2016). Wolrd Health Organization (WHO) telah merekomendasikan strategi
Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) sebagai strategi dalam
penemuan dan pengendalian TB paru sejak tahun 1995. WHO menyatakan
strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang secara ekonomis
sangat efektif. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan
pasien. Strategi ini merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan
penularan TB paru sehingga memutuskan rantai penularan TB paru dan
dengan demikian dapat menurunkan insiden TB paru di masyarakat
(Kemenkes RI, 2014).
Kementerian Kesehatan (2016) menetapkan strategi operasional
pembangunan kesehatan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara dengan melaksanakan
penyuluhan kesehatan dan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Hal ini juga sejalan dengan strategi perubahan perilaku dari WHO, dimana
perubahan perilaku melalui cara pendidikan diawali dengan memberikan
informasi atau pengetahuan tentang kesehatan, sehingga diharapkan
pengetahuan masyarakat menjadi meningkat yang akan menimbulkan
kesadaran dan pada akhirnya mereka akan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang mereka miliki. Perubahan perilaku dengan cara ini,
memang membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga hasilnya kadang
tidak langsung terlihat (Notoadmodjo, 2010).
Konsistensi penderita TB Paru masih memprihatinkan. Oleh karena itu,
petugas kesehatan yang bertanggung jawab terhadap masyarakat masih tetap
diperlukan untuk membantu penderita TB Paru agar melakukan tindakan yang
memperbesar kemungkinan penyebaran TB Paru ke orang lain. Petugas
kesehatan dapat melakukan tindakan-tindakan pendidikan, pengawasan dan
juga pemberian motivasi (Suharyo, 2013).
Kemenkes RI (2016) menyatakan bahwa terdapat lima tugas kesehatan
keluarga yang terdapat di dalam fokus pendekatan pelaksanaan Program
Indonesia Sehat yaitu mengenal masalah kesehatan setiap anggota
keluarganya, mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat, memberikan
perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana
rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian
anggota keluarganya serta mempertahankan hubungan timbal balik antara
keluarga dan fasilitas kesehatan.
Data prevalensi penduduk Indonesia yang di diagnosis TB Paru oleh
tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0,4%, tidak berbeda dengan data pada
tahun 2007. Lima provinsi dengan TB Paru tertinggi adalah Jawa Barat
(0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%)
dan Papua Barat (0,4%), sedangkan Kalimantan Timur adalah 0,2%.
(Kemenkes RI, 2013)
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur,
pada tahun 2014 ditemukan 1.953 penderita TB paru dan meningkat pada
tahun 2015 sebesar 2.391 penderita. Jumlah penemuan kasus TB dengan BTA
positif tertinggi di Kota Samarinda (462 kasus) dan terendah penemuan kasus
di Kabupaten Mahakam Ulu (30 kasus) (Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur, 2016)
Data yang diperoleh dari Puskesmas Baqa pada tahun 2015 terdapat 55
penderita yang menunjukkan BTA positif (+) dan sudah dinyatakan sembuh
sedangkan pada tahun 2016 terdapat 60 penderita yang menunjukkan BTA
positif (+) dengan 15 penderita masih menjalani pengobatan (Puskesmas
Baqa, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Marwansyah tentang “Pengaruh
Pemberdayaan Keluarga Penderita TB (Tuberkulosis) Paru Terhadap
Kemampuan Melaksanakan Tugas Kesehatan Keluarga di Wilayah Puskesmas
Martapura dan Astambul Kabupaten Banjar” menyatakan bahwa keluarga
yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan diperoleh melalui
proses belajar dari petugas kesehatan yang memberikan informasi kesehatan
kepada keluarga, akan menimbulkan kesadaran terhadap kesehatan dan
hasilnya adalah pengetahuan kesehatan yang dapat menimbulkan kemauan
atau kehendak untuk melakukan tindakan kesehatan (Marwansyah, 2015).
Penelitian lain oleh Tatik Kuarnianingsih tentang “Hubungan Peran
Keluarga dengan Tingkat Kesembuhan Pada Penderita TB Paru di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-Paru Unit Minggiran Yogyakarta” menyatakan
bahwa terdapat hubungan peran keluarga dengan tingkat kesembuhan yang
cepat pada penderita TB paru karena penderita TB paru merasa dihargai,
dicintai, dibutuhkan dan diperhatikan oleh keluarga sehingga menjadi sumber
kekuatan dan dukungan sosial bagi penderita TB paru untuk sembuh serta
ditunjang dengan pengobatan yang baik dan teratur (Kurnianingsih, 2015).
Penelitian terdahulu lainnya yang dilakukan oleh Eka Dwi Yanti tentang
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Audiovisual
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Mengenai Upaya Pencegahan
Penyakit Menular Seksual” menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan
dengan menggunakan media audiovisual berpengaruh terhadap pengetahuan
dan sikap remaja mengenai upaya pencegahan penyakit menular seksual.
Kelebihan media audiovisual adalah memberikan gambaran yang lebih nyata
serta meningkatkan retensi memori karena lebih menarik dan mudah diingat
(Yanti, 2015).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
dan Tugas Kesehatan Keluarga dalam Mencegah Penularan TB Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Baqa”
B. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga dalam mencegah
penularan TB paru di wilayah kerja Puskesmas Baqa ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga dalam mencegah penularan TB
paru di wilayah kerja Puskesmas Baqa.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan karakteristik keluarga penderita TB paru di wilayah
kerja Puskesmas Baqa Samarinda Seberang (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan).
b. Menganalisis tingkat pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan
intervensi pendidikan kesehatan.
c. Menganalisis tugas kesehatan keluarga sebelum dan setelah dilakukan
intervensi pendidikan kesehatan.
d. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga sebelum dan setelah
dilakukan intervensi pendidikan kesehatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Kaltim program studi D-IV
Keperawatan untuk memperkaya literatur tentang TB paru.
b. Bagi peneliti sendiri agar menambah wawasan dan dapat menemukan
serta memecahkan permasalahan terutama di bidang Penanggulangan
Program TB paru.
2. Praktik
a. Bagi keluarga yang merawat anggota keluarganya yang menderita TB
paru dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan
dan upaya dalam pencegahan penularan TB paru.
b. Sebagai bahan masukan dan informasi yang penting bagi
pengembangan penanggulangan Program TB paru di Puskesmas Baqa
Samarinda Seberang.
E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian ini merupakan matrik yang memuat tentang nama
peneliti beserta tahun, judul, metode, sampel dan hasil penelitian terdahulu
(Tabel 1.1).
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No
Nama
Peneliti
(tahun)
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian Sampel Hasil Penelitian
1 Lola
Illona
Elfani
Kausar
(2015)
Tugas
Kesehatan
Keluarga
pada
Anggota
Keluarga
yang
Menderita
TB Paru
Metode
deskriptif
dengan
pendekatan
cross
sectional
Teknik
sample
jenuh
sebanyak 30
orang
Hasil penelitian
adalah
pelaksanaan
tugas kesehatan
keluarga dengan
kategori baik 8
responden
(26%),
pelaksanaan
tugas kesehatan
keluarga dengan
kategori cukup
11 responden
(37%) dan
pelaksanaan
tugas kesehatan
No
Nama
Peneliti
(tahun)
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian Sampel Hasil Penelitian
keluarga dengan
kategori kurang
11 responden
(37%)
2 Prealisa
Dwi
Antopo
(2015)
Analisa
Faktor
yang
Berhubu-
ngan
dengan
Perilaku
Keluarga
dalam
Mencegah
Penularan
TB Paru
Berdasar-
kan Tugas
Keluarga
di Bidang
Kesehatan
di
Puskesmas
Pegirian
Surabaya
Metode
descriptive
dengan
pendekatan
cross
sectional
Teknik
consecutive
sampling
sebanyak 45
orang
Hasil penelitian
adalah ada
hubungan antara
lima tugas
kesehatan
keluarga dengan
mencegah
penularan TB
Paru dalam
merawat
anggota
keluarga yang
menderita TB
Paru
3
Mujib
Hannan
(2012)
Peran
Keluarga
dalam
Perawatan
Penderita
TB paru
Paru di
Kecama-
tan Gapura
Kabupaten
Sumenep
Metode
descriptive
dengan
pendekatan
cross
sectional
Teknik total
sampling
sebanyak 44
Hasil penelitian
adalah peran
keluarga tentang
tindakan dalam
perawatan pada
penderita TB
paru paru
sebagian besar
responden
termasuk
kategori cukup
sebanyak (40%)
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada
variabel dependen tentang tugas kesehatan keluarga, sedangkan perbedaannya
terletak pada metode yang akan dilakukan peneliti yaitu menggunakan metode
quasi experiment design dengan rancangan pre and post test without control.
Perbedaan yang lain yaitu terletak pada variabel independen yaitu pendidikan
kesehatan dan variabel dependen yaitu tingkat pengetahuan. Menentukan
besar sampel peneliti menggunakan rumus analitik numerik berpasangan.
Teknik sampel yang digunakan peneliti adalah consecutive sampling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Tuberkulosis
1. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium TB paru. Mycobacterium TB paru ditularkan melalui
percikan dahak (droplet) dari penderita tuberkulosis kepada individu yang
rentan. Sebagian besar kuman Mycobacterium TB paru menyerang paru,
namun dapat juga menyerang organ lain seperti pleura, selaput otak, kulit,
kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, sistem urogenital dan lain-lain
(Kemenkes RI, 2013). Tuberkulosis adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh TB paru bacillus Mycobacterium. Penyakit ini menyebar
di udara ketika orang-orang menderita TB paru misalnya melalui batuk
(WHO, 2015). Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru
karena infeksi kuman Mycobacterium TB paru. TB paru paru mencakup
80% dari keseluruhan kejadian penyakit TB paru, sedangkan 20%
selebihnya merupakan TB paru ekstrapulmonar (Djojodibroto, 2009).
Sesuai dengan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa TB
paru adalah penyakit yang menular lewat udara yang ditularkan melalui
percikan dahak (droplet) atau batuk seorang dengan BTA positif yang
dapat menyerang paru-paru atau bahkan menyerang organ lain, sehingga
harus mendapatkan perhatian khusus.
2. Etiologi
Widoyono (2008) menyatakan bahwa penyebab TB paru adalah
kuman Mycobacteria Tuberkulosis, yang berbentuk batang berukuran
panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron dan mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Kuman Mycobacteria
Tuberkulosis disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat gelap dan lembab, sehingga dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat dorman (tidur), tertidur lama selama beberapa tahun
(Depkes, 2002).
3. Klasifikasi
Pasien TB dapat diklasifikasikan menjadi empat (Kemenkes RI, 2014).
Klasifikasi pertama berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit yaitu TB
paru yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru dan TB paru ekstra paru
yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura, kelenjar limfe,
abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang.
Klasifikasi kedua berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya yang
terdiri dari pasien baru adalah pasien yang belum pernah mendapatkan
pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT (Obat Anti
Tuberkulosis) namun kurang dari 1 bulan (< dari 28 dosis) dan pasien
yang pernah diobati TB adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan
OAT selama 1 bulan atau lebih (> dari 28 dosis). Pasien yang pernah
diobati TB ini kembali di klasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB
terakhir yaitu pasien kambuh adalah pasien TB yang pernah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini masih di diagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis, pasien yang
diobati kembali setelah gagal adalah pasien TB yang pernah diobati dan
dinyatakan gagal dalam pengobatan terakhir, pasien yang diobati kembali
setelah putus berobat (lost to follow-up) adalah pasien yang pernah diobati
dan dinyatakan lost to follow-up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal
sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat) dan untuk klasifikasi
lainnya adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir
pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
Klasifikasi ketiga berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
yang dikelompokkan menjadi mono resistan (TB MR) adalah resistan
terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja, poli resistan (TB PR)
adalah resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain
Isoniazid (H) dan Rifamfisin (R) secara bersamaan, Multi Drug Resistan
(TB MDR) adalah resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifamfisin (R)
secara bersamaan, Extensif Drug Resistan (TB XDR) adalah TB MDR
yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golongan
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan
(Knamisin, Kapreomisin dan Amikasin) dan resistan rifamfisin (TB RR)
adalah resistan terhadap rifamfisin dengan atau tanpa resistensi terhadap
OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotif (tes cepat) atau
metode fenotip (konvensional).
Klasifikasi keempat berdasarkan status HIV, yaitu pasien TB Paru
dengan HIV positif adalah pasien TB paru dengan hasil tes HIV positif
sebelumnya atau hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB paru, pasien
TB Paru dengan HIV negatif adalah pasien TB Paru dengan hasil tes HIV
negatif sebelumnya atau hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB Paru
dan pasien TB Paru dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB
Paru tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB paru di
tetapkan.
4. Manifestasi Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 sampai
dengan 3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan
yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, rasa nyeri dada,
badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang
enak badan (malaise), berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik dan
demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes RI, 2011).
Gejala respiratorik yang dirasakan penderita TB paru dapat
bermacam-macam, seperti batuk yang berlangsung 2-3 minggu atau lebih
karena adanya iritasi pada bronkus dengan sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non produktif) kemudia setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Hal ini menyebabkan adanya dahak
bercampur darah bahkan sampai batuk darah (haemaptoe) karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Ketika batuk bercampur darah telah terjadi,
keadaan yang lebih lanjut akan terjadi sesak napas, dimana infiltrasi
kumannya sudah setengah bagian paru-paru (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
dkk, 2009)
Gejala sistemik akan dirasakan demam yang dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman yang masuk, lalu
rasa kurang enak badan (malaise) yang sering ditemukan berupa anoreksia,
berat badan menurun, sakit kepala, meriang, dan berkeringat di malam hari
tanpa melakukan aktifitas (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, dkk, 2009).
5. Cara Penularan
Cara penularan TB paru bisa melalui percikan dahak yang dikeluarkan
melalui batuk atau bersin yang menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak
(Kemenkes RI, 2014). Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada
10-15 orang lainnya. Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak
terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali lebih berisiko
dibandingkan kontak biasa (tidak serumah) (Widiyono, 2008).
6. Faktor-Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang menyebabkan penyakit TB yang pertama
adalah umur dengan diperkirakan 75% penderita TB di Indonesia adalah
kelompok usia produktif yaitu 15-60 tahun. Kedua adalah jenis kelamin,
dimana TB lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita karena
laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga
memudahkan terjangkitnya TB. Ketiga adalah pendidikan yang berkaitan
erat dengan pengetahuan dimana individu harus mengenal rumah yang
memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB paru sehingga
dengan pengetahuan yang cukup seseorang akan mencoba untuk
mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Keempat adalah jenis
pekerjaan menentukan faktor risiko yang dihadapi setiap individu. Bila
pekerja bekerja di lingkungan yang paparan kronis udaranya cukup tinggi,
ini mengakibatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernapasan atau TB. Kelima adalah kondisi rumah yang mencakup
kepadatan hunian kamar tidur, cara memperoleh pencahayaan yang baik,
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar melalui ventilasi,
dan kelembapan udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan.
Keenam adalah status gizi, dimana ketika kekurangan gizi pada seseorang
akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon
imunologik terhadap penyakit. Ketujuh adalah keadaan sosial ekonomi
yang sangat erat berkaitan dengan faktor-faktor risiko yang lainnya
(Suryo, 2010).
7. Patogenesis
Patogenesis merupakan rangkaian proses yang bekesinambungan
satu akan dikuti tahapan proses berikutnya secara berurutan dan tidak ada
tahapan proses yang terlewat sehingga merupakan suatu siklus.
Skema 2.1
Patogenesis TB (Depkes-IDAI, 2008)
Inhalasi Mycobacterium TB paru
Fagositosis oleh makrofag alveolus
paru
Kuman
mati
Kuman tetap hidup
Berkembang biak
1. Pembentukan fokus primer 2. Penyebaran limfogen 3. Penyebaran hematogen *1)
Kompleks primer ghon *2)
Terbentuk imunitas seluler spesifik
Sakit TB Infeksi
1. Komplikasi kompleks primer 2. Komplikasi penyebaran 3. Komplikasi penyebaran
limfogen
Uji
tuberkulin
(+)
Meninggal
Sembuh
Imunitas
Sakit TB *4)
Imunitas turun,
reaktivasi
TB P
rim
er *
3)
Masa inkubasi
(2-12 minggu)
Keterangan :
1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult
hematogenic spread) dapat juga secara akut dan menyeluruh. Kuman
TB kemudian membuat focus koloni di berbagai organ dengan
vaskularisasi yang baik. Focus ini berpotensi mengalami reaktivasi di
kemudian hari.
2. Kompleks primer terdiri dari focus, limfangitis, dan limfadenitis
regional.
3. TB primer adalah kompleks primer dan komplikasinya.
4. Sakit TB pada keadaan ini disebut TB pasca primer karena
mekanismenya bisa melalui proses reaktivasi focus lama. TB
(endogen) biasanya pada orang dewasa, TB dewasa juga dapat karena
infeksi baru.
8. Diagnosis
Semua suspek TB diperiksa tiga specimen dahak dalam waktu dua
hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang
dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB. Pada program TB
Nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti fhoto thoraks,
biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis
sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
Paru hanya berdasarkan pemeriksan fhoto thoraks saja. Foto thoraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB Paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis (Kemenkes RI, 2011)
9. Komplikasi
Menurut Ardiansyah (2012), komplikasi penyakit TB terbagi dalam 2
kategori yaitu komplikasi dini yang terdiri dari pleuritis, efusi pleura,
empyema, laryngitis, serta TB usus dan komplikasi lanjut terdiri dari
obstruksi jalan napas, kor pulmonal, amyloidosis, karsinoma paru, serta
sindrom gagal napas.
10. Pengobatan
Pengobatan TB paru harus selalu meliputi pengobatan tahap awal
dimana pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap
ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman
yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian
kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien
mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,
harus diberikan selama dua bulan. Ketika tahap awal selesai, masuk pada
tahap lanjutan dimana pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang
penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh
khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah
terjadinya kekambuhan. Kemenkes RI (2014) telah menetapkan panduan
OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai rekomendasi WHO dan ISTC)
yaitu :
a. Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia pada kategori 1 yaitu
2(HRZE)/4(HR)3, kategori 2 yaitu 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3,
disamping dua kategori ini disediakan paduan obat sisipan yaitu
(HRZE), dan kategori anak yaitu 2HRZ/4HR.
b. Panduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk
paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT
KDT ini terdiri dari kombinasi dua atau empat jenis obat dalam satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien
c. Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniazid,
Rifamfisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk
blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam
pengobatan penderita yang mengalami efek samping OAT KDT.
11. Pencegahan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit
TB paru (Sholeh, 2012) yaitu bagi penderita, pencegahan penularan dapat
dilakukan dengan menutup mulut saat batuk dan membuang dahak tidak di
sembarangan tempat. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat
dilakukan dengan meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan
memberikan vaksinasi BCG. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB, yang
meliputi gejala, bahaya dan akibat yang ditimbulkannya terhadap
kehidupan masyarakat pada umumnya. Petugas kesehatan juga harus
segera melakukan pengisolasian dan pemeriksaan terhadap orang-orang
yang terinfeksi, atau dengan memberikan pengobatan khusus kepada
penderita TB. Pengobatan dengan cara dirawat di rumah sakit hanya
dilakukan bagi penderita dengan kategori berat dan memerlukan
pengembangan program pengobatannya, sehingga tidak dikehendaki
pengobatan jalan.
Semua tempat pelayanan kesehatan perlu menerapkan upaya
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB Paru untuk memastikan
berlangsungnya deteksi segera, tindakan pencegahan dan pengobatan
seseorang yang dicurigai atau dipastikan menderita TB Paru. Upaya
tersebut berupa pengendalian infeksi dengan empat pilar (Kemenkes RI,
2014), yang pertama adalah pengendalian manajerial yang merupakan
komitmen, kepemimpinan dan dukungan manajemen yang efektif dari
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kabupaten atau Kota atau institusi terkait yang meliputi membuat
kebijakan, perencanaan, monitoring dan evaluasi program PPI TB paru.
Kedua, pengendalian administrative adalah upaya mencegah/mengurangi
pajanan kuman pada petugas kesehatan, pasien, pengunjung dan
lingkungan yang mencakup Strategi TEMPO (temukan pasien secepatnya,
pisahkan secara aman, obati secara tepat), penyuluhan pasien mengenai
etika batuk, penyediaan tisu dan masker, tempat pembuangan tisu serta
pembuangan dahak yang benar, pemasangan poster, spanduk dan bahan
untuk KIE, serta skrining bagi petugas yang merawat pasien TB Paru.
Ketiga, pengendalian lingkungan adalah upaya peningkatan dan
pengaturan aliran udara/ventilasi. Keempat, pengendalian dengan alat
pelindung diri yang sangat penting untuk menurunkan risiko terpajan.
Pasien atau tersangka TB Paru tidak perlu menggunakan respirator tetapi
cukup menggunakan masker bedah untuk melindungi lingkungan
sekitarnya dari droplet.
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI, 2010)
menjelaskan tentang pencegahan penularan penyakit TB, yaitu pada
masyarakat, makan-makanan yang berigizi seimbang sehingga daya tahan
tubuh meningkat, tidur dan istirahat yang cukup, tidak merokok, minum
alkohol dan menggunakan narkoba, lingkungan yang bersih baik tempat
tinggal dan sekitarnya, membuka jendela agar sinar matahari masuk di
semua ruangan rumah karena kuman TB akan mati bila terkena sinar
matahari, imunisasi BCG bagi balita dan menyarankan apabila ada yang
dicurigai sakit TB agar segera memeriksakan diri dan berobat sesuai aturan
sampai sembuh. Untuk penderita, tidak meludah di sembarang tempat,
menutup mulut saat batuk atau bersin, berperilaku hidup bersih dan sehat,
berobat sesuai autran sampai sembuh dan memeriksakan balita yang
tinggal serumah agar segera diberikan pengobatan pencegahan.
B. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di
dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010).
2. Bentuk Keluarga
Pembagian tipe atau bentuk keluarga menurut Friedman (2010)
dapat di kelompokkan menjadi dua. Pertama, pengelompokkan secara
tradisional yang terdiri dari keluarga inti (ayah, ibu dan anak) dan keluarga
besar (keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah seperti kakek, nenek, paman dan bibi).
Kedua, pengelompokkan secara modern yang terdiri dari tradisional
nuclear (keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah, dimana salah satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah), niddle age (suami/istri sebagai
pencari uang atau di rumah atau kedua-duanya bekerja, anak
meninggalkan rumah karena sekolah/menikah/meniti karir), dyadic
nuclear (suami dan istri sudah berumur dan tidak memiliki anak), single
parent (keluarga yang hanya memiliki satu orang tua sebagai akibat
perceraian), dual carrier (suami dan istri orang karir dan tidak memiliki
anak), three genereation (keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih
yang tinggal dalam satu rumah), cominal (dua pasangan suami istri tinggal
dalam satu rumah) serta cohibing couple (keluarga dengan perkawinan
poligami dan tinggal dalam satu rumah).
3. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat dan kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi
dan situasi tertentu. Peran ayah sebagai suami dari istri, ayah bagi anak-
anak, pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman, kepala
keluarga serta anggota masyarakat dari lingkungannya. Peran ibu sebagai
istri dari suami, ibu bagi anak-anak, mengurus rumah tangga, pengasuh
dan pendidik bagi anak-anaknya, pelindung serta pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya. Peran anak-anak adalah melaksanakan peranan
psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,
sosial dan spiritual (Friedman, 2010).
C. Fungsi dan Tugas Kesehatan Keluarga
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan
di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga
keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya (Kemenkes
RI, 2016).
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan Program Indonesia
Sehat menurut Friedman (2010) yang dikutip oleh Kemenkes RI (2016)
terdapat lima fungsi keluarga. Pertama fungsi afektif adalah fungsi keluarga
utama yang mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Kedua, fungsi sosialisasi adalah
fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di
luar rumah. Ketiga, fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. Keempat, fungsi ekonomi
adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga dan kelima fungsi
perawatan atau pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
Fungsi kelima ini dikembangkan menjadi tugas kesehatan keluarga
dibidang kesehatan yang terdiri dari tugas kesehatan keluarga yang pertama
adalah mengenal gangguan perkembangan setiap anggota keluarga. Tugas
keluarga dalam hal ini adalah mengenal penyakit TB paru ini terdiri dari
keluarga mengetahui penyebab, tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahan
penyakit TB paru.
Tugas yang kedua adalah mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan
yang tepat. Tugas keluarga dalam hal memutuskan tindakan dalam upaya
merawat penderita TB paru terdiri dari apakah keluarga menjalankan semua
saran dari petugas kesehatan, apakah keluarga menghentikan pengobatan jika
pasien membaik dan apakah keluarga merasa stress saat merawat keluarga
yang sakit.
Tugas yang ketiga adalah memberikan perawatan kepada anggota keluarga
yang sakit. Tugas keluarga dalam hal merawat anggota keluarga yang
menderita TB paru adalah sebagai PMO, sebagai pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, sebagai tempat berinteraksi anggota keluarga yang sakit dan
sebagai wadah informasi tentang perawatan TB paru.
Tugas yang keempat adalah mempertahankan suasana rumah yang
menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarganya. Tugas keluarga dalam hal ini adalah mampu menyediakan dan
memodifikasi lingkungan sekitar penderita TB Paru.
Tugas kesehatan keluarga yang terakhir adalah mempertahankan hubungan
timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan. Tugas keluarga dalam hal
ini adalah mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat seperti
puskesmas jika ada menemukan atau mengalami gangguan kesehatan yang
dicurigai TB Paru.
D. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok, individu agar memperoleh
pengtahuan kesehatan yang lebih baik (Hidayati, 2014). Pendidikan
kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan,
menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Susilo, 2011).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan utama pendidikan kesehatan (Wahit, 2009) yaitu menetapkan
masalah dan kebutuhan mereka sendiri, memahami apa yang dapat mereka
lakukan terhadap masalah, serta memutuskan kegiatan yang paling tepat
guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan utama pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan
No. 23 Tahun 1992 adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik secara fisik, mental
dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (BKKBN,
2012).
3. Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmodjo (2007) agar mencapai suatu hasil yang
optimal, materi serta alat bantu pendidikan harus disesuaikan dengan
sasaran. Untuk sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda dengan
sasaran massa dan sasaran individual. Ada 2 macam metode pendidikan
kesehatan yaitu :
a. Metode Pendidikan Individual (perorangan)
Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru
atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan
perilaku. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap
orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
sehubungan dengan perilaku tersebut. Bentuk pendekatan ini antara
lain adalah bimbingan dan penyuluhan yang dengan cara ini kontak
antara klien dan petugas jadi lebih efektif serta wawancara yang
merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara
antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima kebutuhan.
b. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari
sasaran. Ada beberapa macam metode kelompok tersebut, yaitu
kelompok besar dan kelompok kecil. Dikatakan kelompok besar
apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang, maka metode
yang digunakan antara lain adalah ceramah dan seminar. Dikatakan
kelompok kecil apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang,
maka metode yang cocok antara lain diskusi kelompok, curah
pendapat, bola salju, memainkan peran dan permainan simulasi yang
merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.
4. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan adalah alat bantu yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran,
semakin banyak pancaindera yang digunakan maka akan semakin banyak
dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Heri,
2009; Fitriani, 2011).
Berdasarkan fungsinya sebagai media penyalur pesan kesehatan,
berikut penjelasan kelebihan dan kekurangan dari media penyuluhan :
Tabel 2.1
Kelebihan dan Kekurangan masing-masing media penyuluhan
No Media Jenis Kelebihan Kekurangan
1 Media
Cetak
Booklet,
leafleat, flyer
(selebaran),
flip chart
(lembar
balik), rubric
atau tulisan
pada surat
kabar /
majalah,
poster, fhoto
1. Tahan lama
2. Mencakup
banyak orang
3. Biaya rendah
4. Dapat dibawa
kemana-mana
5. Tidak perlu
listrik
6. Mempermudah
pemahaman
7. Meningkatkan
gairah belajar
1. Tidak dapat
menstimulir
efek gerak
dan efek suara
2. Mudah
terlipat / rusak
2 Media
Elektro
-nik
Televisi,
radio, video,
CD, VCD,
DVD
1. Lebih mudah
dipahami
2. Lebih menarik
3. Lebih dikenal
masyarakat
4. Bertatap muka
5. Mengikut
sertakan
seluruh panca
indera
6. Penyajian dapat
dikendalikan
dan diulang-
ulang
7. Jangkauan
relatif besar
1. Biaya lebih
tinggi
2. Sedikit rumit
3. Perlu listrik
dan alat
canggih untuk
produksinya
4. Perlu pesiapan
matang
5. Peralatan
selalu
berkembang
dan berubah
6. Perlu
keterampilan
penyimpanan
dan
keterampilan
untuk
mengoperasi-
kannya
No Media Jenis Kelebihan Kekurangan
3 Media
Luar
Ruang
Bisa melalui
media cetak
maupun
elektronik
misalnya
papan
reklame,
spanduk,
pameran,
banner dan
televise layar
lebar
1. Lebih mudah
dipahami
2. Lebih menarik
3. Sebagai
informasi dan
hiburan
4. Bertatap muka
5. Mengikut
sertakan
seluruh panca
indera
6. Penyajian dapat
dikendalikan
7. Jangkauan
relatif besar
1. Biaya lebih
tinggi
2. Sedikit rumit
3. Perlu alat
canggih untuk
produksinya
4. Persiapan
matang
5. Peralatan
selalu
berkembang
dan berubah
6. Memerlukan
keterampilan
penyimpanan
dan
keterampilan
untuk
mengoperasi-
kannya
E. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan suatu kejadian tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dalam subjek penelitian
(Notoatmodjo, 2012)
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya
suatu tindakan, dengan demikian terbentuknya perilaku terhadap seseorang
karena adanya pengetahuan yang ada pada dirinya terbentuknya suatu perilaku
baru, terutama yang ada pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif.
Dalam arti seseorang terlebih dahulu diberi stimulus yang berupa informasi
tentang upaya pencegahan penyakit sehingga menimbulkan pengetahuan yang
baru dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap pada
orang tersebut terhadap informasi upaya pencegahan penyakit yang
diketahuinya (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan yang tercakup dalam Taksonomi Bloom domain kognitif
yang telah di revisi Anderson dan Krathwohl (2001) mempunyai 6 tingkatan
(Taher, 2013), yaitu :
1. Mengingat (remember), yang merupakan usaha mendapatkan kembali
pengetahuan atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja
didapatkan maupun yang sudah lama di dapatkan.
2. Memahami/mengerti (understand), yang berkaitan dengan membangun
sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan
komunikasi.
3. Menerapkan (apply), yang dimanfatkan suatu prosedur untuk
melaksanakan percobaan atau penyelesaian masalah.
4. Menganalisis (analysis), yang merupakan memecahkan suatu
permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan
mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu
bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan masalah.
5. Mengevaluasi (evaluation), yang berkaitan dengan proses kognitif
memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada.
6. Menciptakan (create), yang mengarahkan seseorang untuk menghasilkan
suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi
bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan
(Budiman, 2013) adalah pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Selain pendidikan, ada faktor lingkungan
yang mencakup sosial, budaya dan ekonomi seseorang. Usia dan
pengalaman pun menjadi faktor yang mempengaruhi pengetahuan karena
semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya dalam memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan
masalah yang dihadapi pada masa lalu.
F. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah penjelasan tentang teori yang dijadikan landasan
dalam suatu penelitian serta asumsi-asumsi teoritis yang mana dari teori
tersebut yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti
(Dharma, 2011), sehingga kerangka teori berisi seluruh teori yang dipaparkan
oleh peneliti. Berdasarkan paparan teori diatas, bahwa pencegahan TB Paru
tidak berfokus pada penderita TB Paru saja, akan tetapi keluarga sebagai fokus
intervensi memiliki lima tugas kesehatan keluarga. Secara ringkas, kerangka
teori pada penelitian ini digambarkan pada skema 2.2.
Skema 2.2
Kerangka Teori Penelitian
Friedman (1998), Suryo (2010), Susilo (2011) dan Kemenkes RI (2016)
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah struktur yang digunakan dalam menggambarkan
hubungan antar konsep yang ada dalam suatu teori dan mengabstraksikan
unsur yang ada dalam fenomena yang diangkat. Kerangka konsep
menggambarkan variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian (Dharma,
2011). Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen
adalah pendidikan kesehatan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga. Variabel perancu dalam
penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan
Tugas Kesehatan
Keluarga
Pendidikan
Kesehatan
Tuberkulosis
Keluarga
Faktor-Faktor Risiko Penyakit
TB Paru
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan / Pengetahuan
4. Pekerjaan
5. Kondisi rumah
6. Status gizi
7. Sosial ekonomi
Tugas Kesehatan Keluarga
Terhadap Penularan TB Paru
Penatalaksanaan TB Paru
Pengobatan TB 6
bulan
Program Indonesia
Sehat 2016
PMO
dan penghasilan. Secara ringkas, kerangka konsep pada penelitian ini
digambarkan pada skema 2.3.
Skema 2.3
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
H. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar
variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil
penelitian (Dharma, 2011). Pada penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis
ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan tugas
kesehatan keluarga dalam mencegah penularan TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Baqa”.
Variabel Independen
Pendidikan Kesehatan
Variabel Perancu
Umur, Jenis kelamin, Suku,
Tingkat pendidikan, Pekerjaan,
Penghasilan
Variabel Dependen
Tingkat Pengetahuan dan
Tugas Kesehatan Keluarga
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti
untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment design
dengan rancangan pre and post test without control, dimana peneliti hanya
melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Efektifitas
perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test.
(Dharma, 2011).
Skema 3.1
Rancangan Penelitian
R O1 X1 O2
Keterangan :
R : Responden penelitian
O1 : Pre test pada responden sebelum perlakuan
O2 : Post test pada responden setelah perlakuan
X1 : Intervensi Pendidikan Kesehatan menggunakan media lembar balik
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi target adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan di
terapkan. Idealnya penelitian dilakukan pada populasi, karena dapat
melihat gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil penelitian
diterapkan, namun peneliti dibatasi oleh karakteristik demografi, waktu
untuk menjangkau seluruh anggota populasi serta ketersediaan sumber
daya manusia sebagai pelaksanaan penelitian. Akibat beberapa
keterbatasan ini, maka digunakan populasi terjangkau yang merupakan
bagian dari populasi target, dimana peneliti mampu menjangkaunya
(Dharma, 2011). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah keluarga
yang memiliki anggota keluarga penderita TB Paru di wilayah kerja
Puskesmas Baqa Samarinda Seberang.
2. Sampel
Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari
populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau
melakukan pengamatan/pengukuran pada unit ini. Pada dasarnya
penelitian dilakukan pada sampel yang terpilih dari populasi terjangkau
(Dharma, 2011). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
keluarga penderita TB paru.
a. Kriteria Inklusi
1) Memiliki anggota keluarga yang terdaftar dan berada di wilayah
kerja Puskesmas Baqa
2) Bersedia mengikuti penelitian hingga selesai
3) Kooperatif
4) Usia 15-60 tahun
b. Kriteria Eksklusi
1) Responden sakit pada saat penelitian (bedrest)
3. Besar Sampel
Besar sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analitik numerik berpasangan karena skala data variabel pada penelitian
adalah numerik antara dua kelompok berpasangan. Dikatakan berpasangan
karena data diukur dua kali pada individu yang sama (Dahlan, 2011).
Ditentukan berdasarkan rumus berikut :
(Zα + Zβ) SD 2
n1 =
X1 – X2
Keterangan :
N1 = Besar sampel kelompok intervensi
Zα = Kesalahan tipe I
Zβ = Kesalahan tipe II
SD = Standar deviasi / simpangan baku
X1 – X2 = Perbedaan rerata minimal yang dianggap bermakna
Perhitungan :
Peneliti menetapkan kesalahan tipe I sebesar 5% (Zα = 1.960) dan
kesalahan tipe II sebesar 15% (Zβ = 1.036) dengan hipotesis positif dua
arah. Peneliti mengambil kepustakaan penulis Febriana 2012 untuk
perbedaan rerata minimal yang dianggap bermakna adalah X1 – X2= 1.2,
sedangkan simpangan baku SD = 2.1, sehingga dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
(Zα + Zβ) SD 2
n1 =
X1 – X2
(1.960 + 1.036) SD 2
n1 =
X1 – X2
(2.996) 2.1 2
n1 =
1.2
8.98 x 4.41
n1 =
1.44
n1 = 27.5
Apabila dibulatkan ke atas, maka besar sampel minimal yang
dibutuhkan adalah 28 responden. Penambahan sampel sebesar 10% dari
jumlah sampel diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan responden
drop out, sehingga jumlah sampel sebesar 31 responden.
4. Teknik Sampel
Teknik sampel adalah suatu cara yang ditetapkan peneliti untuk
menentukan atau memilih sejumlah sampel dari populasinya. Subyek
penelitian dipilih dengan cara consecutive sampling. Consecutive sampling
adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih
semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan sampai
jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. Metode ini sering digunakan
untuk penelitian eksperimen yang menguji cobakan suatu intervensi. Pada
umumnya, peneliti juga belum memiliki daftar anggota populasi saat
penelitian dimulai, sehingga sulit membuat sampel frame sebagai dasar
melakukan probability sampling. Pada kondisi seperti ini metode sampling
yang tepat digunakan adalah consecutive sampling (Dharma, 2011).
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni
2017. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Baqa Samarinda
Seberang.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan tentang hal-hal apa saja yang
dijadikan indikator untuk mengukur variabel, bagaimana mengukurnya, alat
ukur yang digunakan, skala pengukuran dan data hasil pengukuran (Dharma,
2011).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur dan
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Variabel Independen
Pendidikan
Kesehatan
Pemberian
informasi
tentang TB
Paru dan
Tugas
Kesehatan
Keluarga
dengan
menggunakan
lembar balik
Pendidikan
kesehatan
mengguna-kan
lembar balik yang
diberikan 1 x
selama 20 menit
1. Sebelum
diberikan
pendidikan
kesehatan
2. Sesudah
diberikan
pendidikan
kesehatan
Nominal
Variabel Dependen
Tingkat
Pengetahuan
Tingkat
pengetahuan
yang dimaksud
Cara ukur :
Menjawab 20
pertanyaan
Nilai tertinggi
adalah 20 dan
nilai terendah
Numerik
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur dan
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
pada penelitian
ini adalah
segala sesuatu
yang diketahui
responden
tentang
penyakit TB
paru meliputi
pengertian,
penyebab,
tanda dan
gejala, cara
penularan dan
sebagainya.
tentang TB paru
Alat ukur :
Kuisoner
Penilaian
dilakukan dengan
cara mengguna-
kan skala guttman
Untuk pertanyaan
positif
B : 1
S : 0
Untuk pertanyaan
negatif
B : 0
S : 1
adalah 0
Nilai tersebut
dikonversikan
dalam rentang
0-100 dengan
rumus :
B
X 100
A
B : Jumlah
jawaban yang
benar
A : Jumlah soal
Tugas
Kesehatan
Keluarga
Tugas
kesehatan
keluarga yang
dimaksud pada
penelitian ini
adalah lima
tugas
kesehatan
keluarga
sejauh mana
keluarga
mengenal
masalah
kesehatan,
membuat
keputusan
tindakan
kesehatan yang
tepat, merawat
anggota
keluarga yang
sakit,
memodifikasi
lingkungan
Cara ukur :
Menjawab 24
pernyataan
tentang lima tugas
kesehatan
keluarga
Alat ukur :
kuesioner
Untuk pertanyaan
positif
STS :1
TS : 2
S : 3
SS : 4
Untuk pertanyaan
negatif
SS :1
S : 2
Nilai tertinggi
adalah 96 dan
nilai terendah
adalah 24
Nilai ini
dikonversikan
dalam rentang
0-100 dengan
rumus :
B
X 100
96
B : Jumlah
jawaban yang
benar
Numerik
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur dan
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
yang
menunjang
kesehatan dan
memanfaatkan
lingkungan
yang
menunjang
kesehatan.
TS : 3
STS : 4
Variabel Perancu
Usia Jumlah tahun
sejak lahir
sampai ulang
tahun terakhir
Cara ukur :
Wawancara
Alat ukur :
Kuisoner
1. Remaja awal
(12-16
tahun)
2. Remaja
akhir
(17-25
tahun)
3. Dewasa
awal (26-35
tahun)
4. Dewasa
akhir (36-45
tahun)
5. Lansia awal
(46-55
tahun)
6. Lansia akhir
(56-65
tahun)
Ordinal
Jenis
Kelamin
Jenis sex /
gender
responden
Cara ukur :
Obeservasi
Alat ukur :
Kuisoner
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
Pendidikan Pendidikan
formal yang
ditamatkan
oleh responden
Cara ukur :
Wawancara
Alat ukur :
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. PT
Ordinal
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur dan
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Kuisoner
Pekerjaan Jenis pekerjaan
yang dilakukan
responden
sehari-hari
untuk
mendapatkan
uang (mata
pencaharian)
Cara ukur :
Wawancara
Alat ukur :
Kuisoner
1. Tidak
bekerja
2. PNS
3. Swasta
Ordinal
Penghasilan Pendapatan
total atau rata-
rata uang
responden
dalam satu
bulan yang
diperoleh dari
hasil
pekerjaannya
atau dari
sumber lain
Cara ukur :
Wawancara
Alat ukur :
Kuisoner
1. Kurang dari
UMR (<2,2
juta/bulan)
2. Lebih dari
UMR (>2,2
juta/bulan)
Ordinal
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau
menilai variabel pada sampel penelitian (Dharma, 2011). Jenis intrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuisoner yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian dan mengacu kepada konsep dan teori yang telah dibuat. Pertanyaan
terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Bagian A berisi tentang karakteristik responden yang meliputi nama,
tanggal lahir, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
2. Bagian B berkaitan dengan tingkat pengetahuan dalam bentuk pernyataan
tertutup tentang penyakit TB Paru sebanyak 20 soal. Pernyataan positif
berjumlah 14 point yang terdiri dari point B2, B4, B6, B7, B8, B9, B11,
B12, B13, B15, B16, B18, B19 dan B20, sedangkan pernyataan negatif
berjumlah 6 point yang terdiri dari point B1, B3, B5, B10, B14 dan B17.
3. Bagian C berkaitan dengan tugas kesehatan keluarga dalam bentuk
pernyataan tertutup sebanyak 24 soal. Mengenal masalah kesehatan
termasuk dalam point C1, C2, C4, C5, C11, C14 dan C23. Membuat
keputusan tindakan kesehatan yang tepat termasuk dalam point C3, C6,
C7 dan C8. Merawat anggota keluarga yang sakit termasuk dalam point
C12, C17, C21 dan C22. Memodifikasi lingkungan yang menunjang
kesehatan termasuk dalam point C9, C10, C13 dan C16. Memanfaatkan
pelayanan kesehatan termasuk dalam point C15, C18, C19, C20 dan C24.
Pernyataan positif berjumlah 13 point yang terdiri dari point C2, C4, C7,
C8, C9, C11, C12, C13, C14, C15, C21, C23 dan C24, sedangkan
pernyataan negatif berjumlah 11 soal yang terdiri dari point C1, C3, C5,
C6, C10, dan C16, C17, C18, C19, C20 dan C22.
Instrumen penelitian lainnya adalah lembar balik A3 yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian dan juga mengacu kepada konsep dan teori yang
telah dibuat. Lembar balik terdiri dari 8 halaman yaitu :
1. Halaman pertama berisi judul pendidikan kesehatan, yaitu “TB Paru
dan Tugas Kesehatan Keluarga”.
2. Halaman kedua berisi tentang pengertian tentang TB Paru.
3. Halaman ketiga berisi tentang etiologi tentang TB Paru
4. Halaman keempat berisi tentang tanda dan gejala tentang TB Paru
5. Halaman kelima berisi tentang pengobatan TB Paru
6. Halaman keenam berisi tentang pencegahan TB Paru
7. Halaman ketujuh berisi tentang lima tugas kesehatan keluarga
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan
dalam suatu pengukuran, sedangkan reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari
suatu pengukuran yang menunjukkan apakah pengukuran mengasilkan data
yang konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma,
2011). Peneliti tidak menggunakan uji validitas dan reliabilitas karena peneliti
menggunakan kuisoner yang sudah baku diadopsi dari peneliti Sumiyati Astuti
dengan judul skripsi “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
Terhadap Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis di RW 04 Kelurahan
Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013” Program studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Peneliti Sumiyati Astuti melakukan uji validitas dan reliabilitas dan
ditemukan beberapa pertanyaan yang belum memiliki validi dan reliabel,
sehingga dilakukan uji validitas konten. Validitas konten adalah
instrument/kuesioner yang diperiksa oleh pakar untuk melihat apakah isinya
mencakup pengertian konseptual tertentu yang hendak diukur.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berhubungan dengan tujuan penelitian, variabel
yang akan diukur dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Metode pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif terdiri dari metode
kuisoner, metode observasi dan metode wawancara. Metode kuisoner
digunakan untuk menilai pendapat, persepsi atau sikap responden tentang
suatu variabel. Metode observasi digunakan untuk menilai perilaku responden
atau mengukur suatu parameter fisiologis dari responden. Metode wawancara
digunakan untuk mendapatkan data secara mendalam dari responden
(Dharma, 2011).
Peneliti menggunakan metode kuesioner pada penelitian ini untuk menilai
tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga dalam upaya pencegahan
penularan TB paru pada penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Baqa
Samarinda Seberang.
H. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah pertama melakukan
pengecekan data (editing), yaitu dengan melakukan pengecekan terhadap
kelengkapan isi kuisoner, kesesuaian jawaban dengan pertanyaan, dan
kejelasan tulisan. Langkah kedua yaitu melakukan pengkodean (coding),
dengan memberikan kode terhadap pilihan jawaban. Langkah ketiga
adalah memasukkan data (entry data), menggunakan system SPSS 18.0.0
untuk data demografi atau karakteristik responden dan memasukan data
menggunakan system excel untuk data tingkat pengetahuan dan tugas
perawatan kesehatan keluarga. Langkah terakhir yaitu pembersihan data
(cleaning) dengan mengecek kembali data yang sudah di entry. Tujuan
pengecekan adalah meneliti apakah ada data yang hilang (missing); apakah
data yang dimasukkan sudah benar atau salah dengan melihat variasi data
atau kode yang digunakan.
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti tentang frekuensi
dan proporsi. Bentuk analisis univariat berbeda tergantung jenis
datanya. Analisis univariat hanya menghasilkan distribusi frekuensi
dan presentase dari tiap variabel (Sumantri, 2011).
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan pada variabel tingkat pengetahuan dan
tugas kesehatan keluarga. Analisis bivariat dalam penelitian ini
digunakan untuk menguji hipotesis apakah sebelum dan sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan tentang TB Paru terdapat perbedaan
nilai pre dan post test.
Sebelum dilakukan analisis bivariat, variabel tingkat pengetahuan
dan tugas kesehatan keluarga dilakukan uji normalitas karena termasuk
data numerik. Uji normalitas yang digunakan adalah Saphiro-Wilk
karena penelitian mempunyai jumlah sampel yang kecil yaitu <50
responden. Jika data berdistribusi normal, maka pengujian
menggunakan pendekatan uji statistik parametrik yaitu uji T
berpasangan. Jika data tidak berdistribusi normal, akan dilakukan
transformasi data, jika masih tidak berdistribusi normal, maka
pengujian menggunakan uji statistik non parametrik yaitu Wilcoxon
(Dahlan, 2009).
Tabel 3.2
Analisis Bivariat
Variabel Variabel Uji Bivariat
Tingkat pengetahuan
sebelum dilakukan
intervensi pada
responden
Tingkat pengetahuan
setelah dilakukan
intervensi pada
responden
Uji T
Berpasangan
Lima tugas kesehatan
keluarga sebelum
dilakukan intervensi pada
responden
Lima tugas kesehatan
keluarga setelah
dilakukan intervensi pada
responden
Uji T
Berpasangan
I. Etika Penelitian
Hal-hal etik yang menjadi perhatian dan harus dipegang teguh (Milton,
1999; Loiselle, Profetto-McGgrath, Polit & Beck, 2004) dalam Dharma (2011)
meliputi yang pertama, menghormati harkat dan martabat manusia, dimana
peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut.
Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat subjek
penelitian, peneliti harus mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform
consent). Kedua, menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian,
dimana setiap orang mempunyak hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu,
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai
pengganti identitas responden. Ketiga, mempertimbangkan manfaat dan
kerugian yang ditimbulkan, dimana peneliti hendaknya berusaha
meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.
J. Jalannya Penelitian
Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan data responden,
setelah mendapatkan data responden, peneliti mulai menyusun proposal dan
mempersiapkan proposal untuk di seminarkan di hadapan tiga penguji.
Metode pendidikan kesehatan yang akan dilakukan saat penelitian adalah
peneliti membuat kesepakatan waktu kepada pihak Puskesmas Baqa untuk
melaksanakan intervensi pendidikan kesehatan door to door. Penelitian
dimulai pada tanggal 21 Juni 2017 dengan kunjungan rumah sebanyak dua
rumah dengan rata-rata 4-6 responden tiap rumah. Penelitian hari kedua pada
tanggal 22 Juni 2017 dengan kunjungan rumah sebanyak tiga rumah dengan
rata-rata 3-4 responden. Penelitian hari ketiga pada tanggal 05 Juli 2017
dengan tiga kunjungan rumah sebanyak 3-4 responden. Penelitian ini berjalan
selama dua hari berturut-turut dengan waktu yang berbeda-beda. Tetapi, lebih
banyak waktu sore dan malam untuk melakukan penelitian ini. Penelitian
selanjutnya dilakukan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri.
Alat dan bahan yang diperlukan peneliti adalah informed consent,
kuesioner, pulpen, lembar balik A3 dan masker untuk penderita TB Paru.
Total waktu yang akan dilakukan peneliti adalah kurang lebih 40 menit yang
terbagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama selama 10 menit dilakukan pre test.
Sesi kedua selama 20 menit yaitu pelaksanaan pendidikan kesehatan TB Paru
10 menit dan pendidikan kesehatan tugas kesehatan keluarga 10 menit. Sesi
ketiga selama 10 menit dilakukan post test. Hasil data kuesioner yang telah
terkumpul kemudian di analisis.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analis Univariat
a. Karakteristik Responen berdasarkan Data Demografi
Karakteristik responden yaitu keluarga yang memiliki pasien TB
Paru yang diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan. Karakteristik usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan merupakan data kategorik dan
setelah di analisis didapatkan jumlah dan presentase variabel yang
disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Deskripsi Data Demografi Responden
Variabel Total (n=31)
f %
Usia
Remaja awal (12-16)
Remaja akhir (17-25)
Dewasa awal (26-35)
Dewasa akhir (36-45)
Lansia awal (46-55)
Lansia akhir (56-65)
0
13
5
5
6
2
0
41.9
16.12
16.12
19.36
6.5
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
15
16
48.4
51.6
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
1
2
17
11
3.22
6.5
54.8
35.48
Variabel Total (n=31)
f %
Pekerjaan
Tidak bekerja
PNS
Swasta
19
5
7
61.3
16.12
22.58
Penghasilan
Kurang dari UMR (<2,2 Jt/bln)
Lebih dari UMR (>2,2 Jt/bln)
25
6
80.64
19.36
Tabel 4.1 menunjukkan data deskriptif karakteristik responden
yang mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik
responden berdasarkan usia diperoleh hampir sebagian remaja akhir
(17-25 tahun) yaitu sebanyak 41.9% dari 13 responden. Karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin diperoleh sebagian besar
perempuan yaitu sebanyak 51.6% dari 16 responden. Karakteristik
responden berdasarkan pendidikan diperoleh sebagian besar SMA
yaitu sebanyak 54.8% dari 17 responden dan sebagian kecil SD yaitu
sebanyak 6.5% dari 2 responden. Karakteristik pekerjaan diperoleh
sebagian besar adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 61.3% dari 19
responden dan sebagian kecil PNS sebanyak 16.12% dari 5 responden.
Karakteristik penghasilan diperoleh hampir seluruhnya kurang dari
UMR (<2,2 Jt/bln) yaitu sebanyak 80.64% dari 25 responden.
b. Deskripsi Nilai Variabel Tingkat Pengetahuan dan Tugas
Kesehatan Keluarga Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan
Kesehatan tentang Mencegah Penularan TB Paru
Variabel tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga
merupakan data numerik dan setelah di analisa, didapatkan distribusi
statistik yang disajikan dalam tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Statistik Nilai Selisih Variabel Tingkat Pengetahuan dan
Tugas Kesehatan Keluarga Sebelum dan Sesudah diberikan
Pendidikan Kesehatan
Variabel N Mean SD Minimal-
Maximal
95% CI
Pengetahuan 31 4.10 2.5 0-12 3.18-5.02
Tugas Kesehatan
Keluarga
31 5.87 4.16 2-20 4.34-7.40
Tabel 4.2. didapatkan hasil rata-rata nilai selisih pengetahuan
keluarga tentang mencegah penularan TB Paru sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan adalah 4.10, nilai selisih terendah 0
dan nilai selisih tertinggi 12. Standar deviasi 2.5 yang
menggambarkan sebaran nilai-nilai sampel, semakin kecil nilai
standar deviasi maka semakin mendekati nilai rata-ratanya yang
berarti data tersebut semakin bagus dari sebelumnya. Hasil 95%
Confidence Interval (CI) dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
pengetahuan keluarga tentang mencegah penularan TB Paru antara
3.18 sampai 5.02. Data tersebut menggambarkan bahwa terjadi
peningkatan rata-rata pengetahuan keluarga setelah diberikan
pendidikan kesehatan tentang mencegah penularan TB Paru.
Tabel 4.2. juga didapatkan hasil rata-rata nilai selisih tugas
kesehatan keluarga keluarga tentang mencegah penularan TB Paru
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah 5.87,
nilai selisih terendah 2 dan nilai selisih tertinggi 20. Hasil 95%
Confidence Interval (CI) dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini tugas
kesehatan keluarga dalam mencegah penularan TB Paru antara 4.34
sampai 7.40.
2. Analisis Bivariat
a. Uji Normalitas
Normalitas variabel tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan
keluarga tentang mencegah penularan TB Paru sebelum dan sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan tentang mencegah penularan TB Paru
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Distribusi Hasil Normalitas Variabel Tingkat Pengetahuan dan
Tugas Kesehatan Keluarga Sebelum dan Sesudah diberikan
Pendidikan Kesehatan
Variabel Df p
Tingkat Pengetahuan 31 .066
Tugas Kesehatan Keluarga 31 .000
Uji normalitas ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena uji ini
lebih tepat jika digunakan untuk menguji normalitas pada sampel yang
kurang dari 50 (Sopiyudin, 2011). Berdasarkan hasil uji normalitas
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data selisih variabel tingkat
pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi adalah
berdistribusi normal dengan nilai Sig. 0.06 > p 0.05. Jadi, untuk
variabel tingkat pengetahuan dapat menggunakan uji analis T-Test
berpasangan.
Pada tabel 4.3 diatas, dapat juga disimpulkan bahwa data selisih
variabel tugas kesehatan keluarga sebelum dan sesudah diberikan
intervensi adalah tidak berdistribusi normal dengan nilai Sig. 0.00 < p
0.05. Maka, peneliti melakukan transformasi data yang hasilnya
terdapat pada tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4
Distribusi Hasil Transformasi Data Variabel Tugas Kesehatan
Keluarga Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan
Kesehatan
Variabel Df p
Tugas Kesehatan Keluarga 31 .053
Tabel 4.4 diatas didapatkan hasil transformasi data selisih variabel
tugas kesehatan keluarga adalah berdistribusi normal dengan nilai Sig.
0.053 > p 0.05. Sehingga disimpulkan untuk variabel tugas kesehatan
keluarga dapat menggunakan uji analis T-Test berpasangan..
b. Uji Hipotesis
Data yang berdistribusi normal, maka pengujian hipotesisnya
menggunakan pendekatan uji statistik parametrik yaitu uji T-Test
berpasangan (Sopiyudin, 2011). Variabel tingkat pengetahuan dan
tugas kesehatan keluarga telah berdistribusi normal dan di uji hipotesis
menggunakan T-Test berpasangan. Hasil uji hipotesis dapat dilihat
pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Distribusi Variabel Tingkat Pengetahuan dan Tugas Kesehatan
Keluarga menggunakan uji T-Test Berpasangan
Variabel n Rerata ± s.d. p
Tingkat Pengetahuan
Sebelum Intervensi
Sesudah Intervensi
31
15.29 ± 2.6
19.39 ± 1.0
.0001
Tugas Kesehatan Keluarga
Sebelum Intervensi
Sesudah Intervensi
31
76.19 ± 4.6
82.13 ± 3.8
.0001
Nilai α pada variabel ini adalah 0.05 dari data pada tabel diatas
menunjukkan variabel tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan
keluarga memiliki nilai Sig. yang sama yaitu Sig 0.001 < α 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga dalam
mencegah penularan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Baqa.
B. Pembahasan
Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti melakukan
penelitian, kemudian membandingkan antara teori dengan hasil penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga dalam mencegah
penularan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Baqa.
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Pada penelitian ini jumlah responden yaitu sebanyak 31 responden
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Baqa didapatkan usia
responden terbanyak yaitu rentang usia 17-25 tahun sebanyak 13
orang. Usia tersebut merupakan kategori usia remaja akhir. Hasil
penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Syarif (2015) yang
menyatakan bahwa mayoritas usia responden berada pada dewasa
menengah yaitu 30-45 tahun. Usia dan pengalaman menjadi faktor
yang mempengaruhi pengetahuan karena semakin bertambahnya usia
akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi pada masa lalu (Budiman, 2013).
Peneliti berasumsi bahwa rentang usia 17-25 tahun menjadi
mayoritas responden karena pada saat kunjungan rumah, saat itu juga
bersamaan dengan waktu libur Hari Raya Idul Fitri bagi sekolah dan
beberapa universitas di Samarinda.
b. Jenis Kelamin
Pada penelitian ini juga ditemukan sebagian besar jenis kelamin
perempuan sebanyak 51.6% dari 16 responden. Total pasien TB Paru
pada 8 keluarga / 8 rumah adalah 6 laki-laki dan 2 perempuan. Pada
saat penyuluhan, yang hadir hanya 2 laki-laki dan 2 perempuan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Syarif (2015) yang
menyatakan bahwa rata-rata keluarga yang mengantar pasien untuk
berobat adalah perempuan (istri/anak).
Peneliti berasumsi bahwa perempuan dipandang sebagai pengurus
rumah tangga dan cenderung lebih peduli terhadap perubahan status
kesehatan dan mencari pengobatan serta berperan sebagai pemimpin
kesehatan keluarga yang sejalan dengan teori Friedman, Bowden &
Jones (2010).
c. Pekerjaan dan Penghasilan
Apabila dilihat dari segi pekerjaan dan penghasilan, responden
sebagian besar tidak bekerja sebanyak 19 responden yang disertai
dengan penghasilan yang diperoleh hampir seluruhnya kurang dari
UMR (<2,2 Jt/bln) yaitu sebanyak 25 responden. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Muaz (2014) yang menyatakan bahwa
penghasilan rendah akan berpeluang terhadap peningkatan kejadian
penyakit TB Paru sebesar 6,5 kali dibanding dengan yang
berpenghasilan tinggi. Ini juga sejalan dengan penelitian Rosmaniar
yang juga membuktikan terdapat hubungan erat antara penghasilan
keluarga dengan kejadian TB Paru. Masyarakat yang berpenghasilan
rendah lebih berisiko terhadap peningkatan kejadian TB Paru
dibanding yang berpenghasilan tinggi.
Peneliti berasumsi bahwa responden yang tidak bekerja memiliki
nilai kuesioner yang lebih rendah daripada responden yang bekerja
sebagai PNS, sehingga sosial ekonomi sangat berpengaruh.
Pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak dengan
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Kebanyakan anggota keluarga
penderita TB Paru tidak bekerja. Pendapatan akan banyak berpengaruh
terhadap perilaku keluarga dalam menjaga kesehatan individu dan
keluarga karena pendapatan mempengaruhi pendidikan dan
pengetahuan seseorang dalam mencari asupan makanan, pengobatan
dan mempengaruhi tempat tinggal keluarga.
d. Pendidikan
Pada penelitian ini juga responden dengan pendidikan SMA
diperoleh sebagian besar 17 responden. Hal ini bertentangan dengan
hasil penelitian Syahrizal (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan
dan pengetahuan memiliki hubungan yang tidak signifikan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah
pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang
dimiliki (Budiman, 2013).
Peneliti mengasumsikan bahwa pendidikan merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya TB Paru yang sejalan dengan teori Suryo
(2010) dimana pendidikan berkaitan erat dengan pengetahuan dimana
individu harus mengenal rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan
pengetahuan penyakit TB paru sehingga dengan pengetahuan yang
cukup seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup
bersih dan sehat. Peneliti perlu tekankan kembali bahwa seseorang
yang berpendidikan rendah tidak berarti berpengetahuan rendah pula.
Ini dilihat dari hasil nilai kuesioner responden dengan berpendidikan
SD dan SMP bahwa mereka memiliki nilai pengetahuan meningkat
setelah diberikan pendidikan kesehatan.
2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan jumlah responden
sebanyak 31 responden diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyo
(2015) bahwa terdapat perbedaan yang bermakna atau signifikan sebelum
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit TB Paru.
Hasil penelitian Zahara (2015) juga mendukung metode peneliti yang
menggunakan lembar balik yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan
lembar balik, pengetahuan keluarga mengalami peningkatan (Zahara.
2015).
Peneliti berasumsi bahwa ini terjadi karena perlakuan yang
diberikan baik berupa penyuluhan atau diskusi yang menggunakan lembar
balik A3 yang di dalamnya hanya terdapat gambar-gambar terkait
penjelasan dapat meningkatkan daya ingat dari responden mengenai materi
yang telah diberikan. Hal ini sejalan dengan teori Notoadmodjo (2007)
yaitu penyuluhan dengan media lembar balik merupakan salah satu metode
untuk meningkatkan pengetahuan dengan melalui tulisan dan gambar-
gambar mengenai suatu materi, sehingga dapat disimpulkan seseorang
yang terpapar suatu materi akan mengalami peningkatan pengetahuan
yang lebih besar daripada seseorang yang tidak terpapar informasi.
Hal ini juga bisa dikarenakan responden sudah memiliki
pengetahuan tentang TB Paru pada saat berobat ke Poli TB Paru maupun
dari lingkungan sekitar dan peneliti melakukan intervensi dengan media
visual yang tentunya menarik perhatian responden, maka terbentuklah
perilaku seseorang untuk mencegah penularan penyakit TB Paru karena
adanya pengetahuan yang ada pada dirinya.
3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tugas Kesehatan
Keluarga
Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan jumlah responden
sebanyak 31 responden diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tugas kesehatan keluarga.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trirahayu,
Dwidiyanti, Muin (2016) bahwa paket pendidikan manajemen diri TB
Paru berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan tugas kesehatan
keluarga dalam perawatan TB Paru di Puskesmas Kembaran II Kabupaten
Banyumas. Ini juga sejalan dengan penelitian Marwansyah (2015) yang
menyimpulkan bahwa pemberdayaan keluarga penderita TB Paru
berpengaruh terhadap kemampuan melaksanakan tugas kesehatan keluarga
dalam pencegahan, perawatan dan pengobatan TB Paru.
Peneliti berasumsi bahwa keluarga sadar mengenai tugas kesehatan
keluarga. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, keluarga mampu
memutuskan cara perawatan yang tepat, mampu memberikan perawatan
anggota keluarga pada pasien TB Paru, sadar akan membuat lingkungan
menjadi sehat dan memotivasi antar keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia. Ini dibuktikan dengan nilai kuesioner
semua responden yang meningkat. Penyampaian pendidikan kesehatan
pada penelitian ini menggunakan media visual yaitu lembar balik A3 yang
tujuannya menimbulkan minat, mendorong keinginan orang untuk
mengetahui dan lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan
informasi. Pada saat penyuluhan terdapat hal-hal yang dipresentasikan
yang sama persis dengan pertanyaan yang terdapat di kuesioner sehingga
responden dapat langsung mengerti dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
post test dengan benar.
Pengaruh pendidikan kesehatan terjadi juga bisa dikarenakan faktor
usia, jenis kelamin dan pendidikan responden. Namun, hasil penelitian ini
lebih mengarah pada jenis kelamin, dimana perempuan menjadi mayoritas
anggota keluarga yang bisa memimpin tugas kesehatan keluarganya.
C. Keterbatasan Peneliti
Keterbatasan peneliti ketika melaksanakan penelitian adalah waktu yang
bersamaan dengan tugas praktik di RS dan memasuki Bulan Ramadhan,
dimana tidak semua anggota keluarga terkumpul lengkap pada saat peneliti
melakukan kunjungan rumah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan mengenai
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan tugas
kesehatan keluarga dalam mencegah penularan TB Paru di wilayah kerja
Puskesmas Baqa, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Gambaran karakteristik keluarga penderita TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Baqa diantaranya umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
dan penghasilan. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa hampir sebagian
berusia 17-25 tahun sebanyak 13 responden, sebagian besar berjenis
kelamin perempuan sebanyak 16 responden, sebagian besar
berpendidikan SMA sebanyak 17 responden, sebagian besar responden
tidak bekerja sebanyak 19 responden dan hampir seluruhnya responden
berpenghasilan kuran dari UMR (<2,2 Jt/bln) sebanyak 25 responden.
2. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan yang bermakna terhadap tingkat
pengetahuan dengan nilai p sebesar 0.001 dan tugas kesehatan keluarga
dengan nilai p sebesar 0.001 sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Disarankan untuk memakai hasil penelitian ini sebagai salah satu
sumber informasi mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga dalam mencegah
penularan TB Paru serta memiliki lembar balik cetak TB Paru yang dapat
digunakan sebagai bahan praktik mahasiswa
2. Bagi Responden
Hasil penelitian ini agar dapat diaplikasikan oleh responden dalam
membantu meningkatkan pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga
tentang upaya mencegah penularan TB Paru
3. Bagi Puskesmas
Pihak puskesmas diharapkan tetap meningkatkan dan
mempertahankan upaya promotif dan preventif dalam meningkatkan
pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga dalam upaya mencegah
penularan TB Paru.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi
untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan variabel yang
berbeda dan ditambah dengan kelompok kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Ali. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Ardiansyah, 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : DIVA Press
BKKBN, 2012. Survei Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementerian
Kesehatan
Budiman, 2013. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Salemba Medika
Dahlan, M, Sopiyudin, 2011. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian. Jakarta : Salemba Medika
Dedy, Syahrizal. (2010). Pengaruh Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan
Pendidikan Penderita TB Paru Terhadap Kepatuhan Minum Obat. Aceh :
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 10 Nomor 3 Desember 2010
Depkes, 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke 8.
Jakarta : Depkes RI
Depkes-IDAI, 2008. Diagnosis & Tatalaksana Tuberkulosis Anak.. Jakarta :
Depkes RI
Dharma, Kelana K, 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakara : CV.
Trans Info Media
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2016. Profil Kesehatan Tahun
2015. Samarinda : Dinas Kesehatan Provinsi
Djojodibroto, 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC
Fitriani, 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Friedman, M.M., 1998. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan
Praktik, Edisi 3. (Alih bahasa : Ina Debora & Yaakim Asya). Jakarta :
EGC
Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G., 2010. Buku Ajar Keperawatan
Keluarga : Riset, Teori, dan Praktik, alih bahasa, Akhir Yani S. Hamid
dkk; Edisi 5. Jakarta : EGC
Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G., 2010. Buku Ajar Keperawatan
Keluarga : Riset, Teori, dan Praktik. Jakarta : EGC
Hanson, S.M.H., Gedaly-Duff, V., Kaakinen, J.R., 2005. Family Healt Care
Nursing : Theory, Practice, and Research. Philadelphia : Davis Company
Hidayat, A.A.A., 2003. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Hidayati, Eni, 2014. Pengaruh Pendidiakn Kesehatan Tentang Pencegahan
Penularan TBC Terhadap Stigma Masyarakat Pada Klien TBC di Wilayah
Kota Semarang. Semarang : Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa
Tengah 2014
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
Kementerian Kesehatan
Kemenkes RI. 2013. Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak. Jakarta : Kementerian
Kesehatan
Kemenkes RI, 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta :
Kementerian Kesehatan
Kemenkes RI, 2016. Infodatin Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh.
Jakarta : Kementerian Kesehatan
Kemenkes RI, 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Khoiron, Nur, 2014. Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan
Media Leaflet dan Media Slide Power Point Terhadap Perubahan
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Ibu-
Ibu PKK di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Surakarta :
Belum Terpublikasi
Kurnianingsih, Tatik, 2015. Hubungan Peran Keluarga dengan Tingkat
Kesembuhan Pada Penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru Unit Minggiran Yogyakarta.
Marwansyah, 2015. Pengaruh Pemberdayaan Keluarga Penderita TB Paru
Terhadap Kemampuan Melaksanakan Tugas Kesehatan Keluarga di
Wilayah Puskesmas Martapura dan Astambul Kabupaten Banjar.
Kalimantan Selatan : Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Jl. Indrapura 17
Surabaya. Terbit 5 Oktober 2015
Maulana, Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
Muaz, Faris, 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis
Paru Basil Tahan Asam Positif di Puskesmas Wilayah Kecamatan Serang
Kota Serang Tahun 2014. Jakarta : Belum Terpublikasi
Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Potter , P.A., & Perry, A.G., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep Proses, dan Praktik Edisi 4 (Komalasari, R, et al. Penerjemah).
Jakarta : EGC
PPTI, 2010. Buku Saku PPTI. Jakarta : PPTI
Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan.
Sholeh, Naga S., 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta
: DIVA Press
Sudiharto, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC
Sudoyo, W, Aru; Setiyohadi, Bambang; Alwi, Idrus dkk,2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing
Suharyo. 2013. Determinasi Penyakit Tuberkulosis di Daerah Pedesaan.
Semarang : Jurnal Kesehatan Masyarakat 9 (1) 85-91
Sulistyo. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Leaflet Efektif
dalam Peningkatan Pengetahuan Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Paru
di Kabupaten Ponorogo. Ponorogo : Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan 07 November 2015
Suprayitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta : EGC
Suryo, 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta :
B First
Susilo, 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Swanson, J.M., & Nies, M.A., 1995. Community Health Nursing : Promoting the
Health of Aggregates. Philadelphia : W.B. Sunder Company
Syarif, M., 2015. Efektifitas Pendidikan Kesehatan dengan Audio Visual
Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Hidup Sehat Keluarga Tentang
Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru. Riau : JOM Vol. 2 No. 2,
Oktober 2015
Taher, M., 2013. Urgensi Taksonomi Bloom Domain kognitif Versi Baru dalm
Kurikulum 2013. Medan : Belum Terpublikasi
Trirahayu, Kastuti E, Dwidiyanti, Meidiana, Muin,. M, 2016. Peningkatan
Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga dalam Perawatan TB Paru
Melalui Paket Pendidikan Manajemen Diri. Banyumas : Journal of
Nursing and Health (JNH). Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Wahit, Mubarak, dkk. 2009. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses
Belajar mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu
WHO, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta : Kementerian Kesehatan
WHO, 2016. Global Tuberculosis Report 2016.
Widiyono, 2008. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga
Yanti, Eka Dwi., 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan
Audiovisual Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja mengenai Upaya
Pencegahan Penyakit Menular Seksual. Riau : JOM Vol. 2 No. 2, Oktober
2015
Zahara, Rita, 2015. Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Keluarga Penderita Skizofrenia dengan Perilaku Kekerasan. Aceh : Jurnal
Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Lembar Informasi dan Kesediaan
(Information and Consent Form)
Saya, Zakiyyah Husna dari Poltekkes Kemenkes Kaltim. Saya ingin mengajak
Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian kami yang berjudul “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Tugas Kesehatan
Keluarga dalam Mencegah Penularan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Baqa”.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan dan tugas kesehatan keluarga dalam mencegah
penularan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Baqa.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini adalah sukarela tanpa paksaan. Anda
berhak untuk menolak keikutsertaan dan berhak pula untuk mengundurkan diri
dari penelitian ini, meskipun Anda sudah menyatakan kesediaan untuk
berpartisipasi. Tidak akan ada kerugian atau sanksi apa pun (termasuk kehilangan
perawatan kesehatan maupun terapi yang seharusnya Anda terima) yang akan
Anda alami akibat penolakan atau pengunduran diri Anda. Jika Anda memutuskan
untuk tidak berpartisipasi atau mengundurkan diri dari penelitian ini, Anda dapat
melakukannya kapan pun.
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah/meliputi
penyuluhan kesehatan tentang TB Paru dan Tugas Kesehatan Keluarga dimana
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan akan dilakukan pre test dan post test.
Anda harus mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk
Anda/orang lain berupa peningkatan pengetahuan dan upaya dalam mencegah
penularan TB Paru.
Adapun ketidaknyamanan yang akan terjadi adalah mencari waktu yang tepat
agar dapat terlaksananya penyuluhan kesehatan ini.
Kami menjamin kerahasiaan seluruh data dan tidak akan mengeluarkan atau
mempublikasikan informasi tentang data diri Anda tanpa ijin langsung dari Anda
sebagai partisipan.
Jika Anda memiliki pertanyaan apapun terkait prosedur penelitian, atau
membutuhkan klarifikasi serta tambahan informasi tentang penelitian ini, Anda
dapat menghubungi : Zakiyyah Husna, No. HP : 085347516228
Jika Anda bersedia untuk berpartisipasi maka Anda akan mendapatkan satu
salinan dari lembar informasi dan kesediaan ini. Tandatangan Anda pada lembar
ini menunjukkan kesediaan Anda untuk menjadi partisipan dalam penelitian.
Samarinda, Juni 2017
Tandatangan Partisipan, Yang menyampaikan informasi :
………………………………… .…………………………………
(Nama lengkap dengan huruf balok) (Nama lengkap dengan huruf balok)
KUESIONER PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Tanggal lahir :
3. Jenis kelamin : Laki-laki
Perempuan
4. Suku bangsa : Jawa
Banjar
Bugis
Lainnya. Sebutkan…………
5. Pendidikan : SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan : Tidak bekerja
PNS
Swasta
7. Penghasilan : Kurang dari UMR (<2,2
Jt/bln) Lebih dari UMR (>2,2 Jt/bln)
B. Pengetahuan
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda ceklist (v) pada kolom Benar apabila menurut anda pernyataan
itu benar dan pada kolom Salah apabila menurut anda pernyataan itu salah.
No Pernyataan Benar Salah
1 TB Paru merupakan penyakit keturunan dari orang
tua
2 Penyakit TB Paru disebabkan oleh bakteri TB Paru
3 Penyebaran penyakit TB Paru dapat melalui
pemakaian sabun yang digunakan bersama-sama
penderita penyakit TB Paru
4 Batuk, nyeri dada dan demam merupakan tanda dan
gejala dari penyakit TB Paru
5 Anggota keluarga yang tidak tinggal serumah
dengan penderita TB Paru memiliki risiko yang
besar terserang atau tertular penyakit TB Paru
6 Sering begadang dan kurang istirahat merupakan
salah satu faktor penyebab terjangkit TB Paru
7 Pencegahan penularan TB Paru dengan menutup
mulut saat bersin dan batuk
8 TB Paru bila tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan komplikasi pada berbagai organ
tubuh seperti otak, jantung dan ginjal
9 Cahaya yang terang dan sinar matahari yang dapat
masuk ke rumah dapat membunuh kuman TB Paru
10 TB Paru dapat disebut juga dengan paru-paru basah
11 Penderita TB Paru dapat mengalami kematian
akibat kuman TB Paru yang ada di dalam tubuhnya
12 Supaya tidak tertular penyakit TB Paru. Maka
sebaiknya anak balita diberikan imunisasi BCG
13 Membersihkan lingkungan rumah setiap hari
merupakan tindakan efektif dalam pencegahan TB
Paru
14 Perumahan yang terlalu padat dan kumuh
merupakan kondisi yang tidak dapat menyebabkan
TB Paru
15 Lingkungan yang lembab merupakan kondisi yang
dapat menyebabkan TB Paru
No Pernyataan Benar Salah
16 Membuka jendela pada siang hari merupakan salah
satu tindakan pencegahan TB Paru
17 Upaya pencegahan yang lain yaitu dengan
membuang dahak/ludah di sembarangan tempat
18 Meminum obat secara tekun dan teratur bagi
penderita TB Paru merupakan tindakan yang efektif
untuk mencegah penularan penyakit
19 Tidur dan istirahat yang cukup dapat mencegah
tertularnya TB Paru
20 Pencegahan TB Paru dapat dilakukan dengan
menyediakan makanan dengan gizi seimbang
seperti nasi, lauk, sayur dan buah
C. Tugas Kesehatan Keluarga
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda ceklist (v) pada satu jawaban yang tersedia. Keterangan
singkatan pada jawaban yang akan Anda pilih :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Untuk mencegah terserang penyakit TB Paru
perlu pemahaman yang baik tentang
penyebaran penyakit TB Paru
2 Menurut saya penyakit TB Paru dapat sembuh
sendiri
3 Pemeriksaan kesehatan secara berkala harus
dilaksanakan sebagai langkah pencegahan
4 Menurut saya tidak perlu tahu masalah
penyakit TB Paru
5 Saya menyadari bahwa lingkungan tempat
tinggal dapat mempengaruhi penyebaran TB
Paru
6 Saya melakukan pemeriksaan ke puskesmas
apabila merasakan demam dan batuk lebih dari
2 minggu
No Pernyataan SS S TS STS
7 Menurut saya pencegahan TB Paru dapat
dilakukan dengan mengonsumsi jamu
8 Jika saya mengalami batuk-batuk, saya lebih
memilih membeli obat di warung daripada ke
puskesmas
9 Saya menganggap bahwa penyakit TB Paru
merupakan penyakit yang memalukan
10 Keluarga harus memberikan perlakuan berbeda
apabila ada salah satu keluarganya terjangkit
TB Paru, guna mencegah tersebarnya penyakit
TB Paru
11 Untuk membunuh kuman penyebab TB Paru
diperlukan pengobatan jangka pendek
12 Saat batuk dan bersin sebaiknya tidak menutup
mulut
13 Saat tidak perlu memperhatikan kebersihan
lingkungan tempat tinggal
14 Membuang dahak di sembarangan tempat
adalah hal yang wajar bagi saya
15 Penyuluhan TB Paru tidak perlu dilaksanakan
16 Luas kamar yang sangat kecil dan sempit akan
menyebabkan penyakit TB Paru
17 Cahaya yang terang dan sinar matahari yang
dapat masuk ke rumah merupakan hal yang
sangat penting
18 Jika ada di lingkungan masyarakat kita ada
yang terdiagnosa TB Paru kita anjurkan untuk
pengobatan
19 Untuk mencegah penyakit TB Paru, saudara
menganjurkan keluarga untuk memeriksakan
kesehatan ke puskesmas
20 Pemberian Obat Anti Tuberkulosis secara
cuma-cuma merupakan upaya penanggulangan
TB Paru yang tepat
21 Penderita TB Paru sebaiknya dikucilkan dari
keluarga, masyarakat dan pekerjaannya
22 Meminum Obat Anti Tuberkulosis selama 6-
12 bulan secara tekun dan teratur merupakan
tindakan yang paling efektif
23 Saya memakai barang-barang yang sama
dengan penderita TB Paru seperti piring, gelas
dan pakaian
24 Pemeriksaan kesehatan tidak penting bagi saya
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)
Disusun oleh
ZAKIYYAH HUSNA
P07220213035
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
SAMARINDA
2017
SATUAN ACARA PENYULAHAN (SAP)
TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)
Topik : TB Paru
Hari / Tanggal :
Waktu / Jam :
Tempat : Rumah Responden
Peserta : Keluarga yang memiliki penderita TB Paru
Penyuluh : Zakiyyah Husna
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga yang memiliki
penderita TB Paru mampu mengetahui cara-cara pencegahan dan penanganan TB
Paru dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit keluarga mampu :
a. Menjelaskan pengertian TB Paru
b. Menjelaskan tentang etiologi TB Paru
c. Menjelaskan tentang manifestasi TB Paru
d. Menjelaskan cara penularan TB Paru
e. Menjelaskan faktor-faktor risiko TB Paru
f. Menjelaskan komplikasi TB Paru
g. Menjelaskan pengobatan TB Paru
h. Menjelaskan cara pencegahan TB Paru
B. Materi
1. Pengertian TB Paru
2. Etiologi TB Paru
3. Manifestasi Klinis TB Paru
4. Cara Penularan TB Paru
5. Faktor-Faktor Risiko TB Paru
6. Komplikasi TB Paru
7. Pengobatan TB Paru
8. Pencegahan TB Paru
C. Media
1. Lembar balik
D. Metode
Ceramah dan tanya jawab
E. Setting Tempat
Peneliti berdiri di depan atau berjalan mengelilingi responden untuk melakukan
penyuluhan
F. Pengorganisasian
1. Penyuluh : Zakiyyah Husna
2. Peserta : Keluarga yang memiliki penderita TB Paru
G. Kegitan Peyuluhan
No Tahapan
waktu Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta
1 Pembukaan
(5 menit)
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu 20 menit
4. Menjelaskan
tujuan pembelajaran
1. Menjawab
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menyetujui
4. Mendengarkan dan
memperhatikan
2 Kegiatan Inti
(10 menit)
1. Menjelaskan tentang
pengertian TB Paru
2. Menjelaskan tentang
etiologi TB Paru
3. Menjelaskan tentang
manifestasi TB Paru
4. Menjelaskan tentang cara
penularan TB Paru
5. Menjelaskan tentang
faktor-faktor risiko TB
Paru
6. Menjelaskan tentang
komplikasi TB Paru
7. Menjelaskan tentang
pengobatan TB Paru
8. Menjelaskan tentang
1. Mendengarkan dan
memperhatikan
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Mendengarkan dan
memperhatikan
4. Mendengarkan dan
memperhatikan
5. Mendengarkan dan
memperhatikan
6. Mendengarkan dan
memperhatikan
7. Mendengarkan dan
memperhatikan
No Tahapan
waktu Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta
pencegahan TB Paru
9. Memberikan kesempatan
peserta didik untuk
bertanya
8. Mendengarkan dan
memperhatikan
9. Peserta didik
bertanya
3 Penutup
(5 menit)
1. Mengajukan 3 pertanyaan
tentang materi
pembelajaran.
2. Kesimpulan dari
pembelajaran
3. Salam penutup
1. Menjawab
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Mendengarkan
F. Evaluasi
Pertanyaan Secara Lisan
1. Apa pengertian TB Paru ?
2. Apa etiologi TB Paru ?
3. Apa manifestasi TB Paru ?
4. Bagaimana cara penularan TB Paru ?
5. Apa saja faktor risiko TB Paru ?
6. Apa saja komplikasi TB Paru ?
7. Bagaimana pengobatan TB Paru ?
8. Bagaimana pencegahan TB Paru ?
G. Evaluasi Observer
1. Evaluasi Struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan keluarga.
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya.
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media
penyuluhan sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Evaluasi Proses
a. Peneliti mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Keluarga bisa mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir
kegiatan.
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang TB Paru
dengan benar.
MATERI TB PARU
12. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium TB
paru. Mycobacterium TB paru ditularkan melalui percikan dahak (droplet) dari
penderita tuberkulosis kepada individu yang rentan. Sebagian besar kuman
Mycobacterium TB paru menyerang paru, namun dapat juga menyerang organ lain
seperti pleura, selaput otak, kulit, kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, sistem urogenital
dan lain-lain (Kemenkes RI, 2013). Tuberkulosis adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh TB paru bacillus Mycobacterium. Penyakit ini menyebar di udara
ketika orang-orang menderita TB paru misalnya melalui batuk (WHO, 2015).
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium TB paru. TB paru paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian
penyakit TB paru, sedangkan 20% selebihnya merupakan TB paru ekstrapulmonar
(Djojodibroto, 2009).
Sesuai dengan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa TB paru
adalah penyakit yang menular lewat udara yang ditularkan melalui percikan dahak
(droplet) atau batuk seorang dengan BTA positif yang dapat menyerang paru-paru
atau bahkan menyerang organ lain, sehingga harus mendapatkan perhatian khusus.
13. Etiologi
Widoyono (2008) menyatakan bahwa penyebab TB paru adalah kuman
Mycobacteria Tuberkulosis, yang berbentuk batang berukuran panjang 1-4
mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan. Kuman Mycobacteria Tuberkulosis disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab,
sehingga dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tidur), tertidur lama
selama beberapa tahun (Depkes, 2002).
14. Manifestasi Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 sampai dengan 3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak napas, rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik dan demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes
RI, 2011).
Gejala respiratorik yang dirasakan penderita TB paru dapat bermacam-macam,
seperti batuk yang berlangsung 2-3 minggu atau lebih karena adanya iritasi pada
bronkus dengan sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudia setelah
timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Hal ini menyebabkan
adanya dahak bercampur darah bahkan sampai batuk darah (haemaptoe) karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Ketika batuk bercampur darah telah terjadi,
keadaan yang lebih lanjut akan terjadi sesak napas, dimana infiltrasi kumannya sudah
setengah bagian paru-paru (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, dkk, 2009)
Gejala sistemik akan dirasakan demam yang dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
penderita dan berat ringannya infeksi kuman yang masuk, lalu rasa kurang enak
badan (malaise) yang sering ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, meriang, dan berkeringat di malam hari tanpa melakukan aktifitas (Sudoyo,
Setiyohadi, Alwi, dkk, 2009).
15. Cara Penularan
Cara penularan TB paru bisa melalui percikan dahak yang dikeluarkan melalui
batuk atau bersin yang menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Kemenkes RI,
2014). Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya. Hasil
studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan
dua kali lebih berisiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah) (Widiyono, 2008).
16. Faktor-Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang menyebabkan penyakit TB yang pertama adalah umur
dengan diperkirakan 75% penderita TB di Indonesia adalah kelompok usia produktif
yaitu 15-50 tahun. Kedua adalah jenis kelamin, dimana TB lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibandingkan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan
merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB. Ketiga adalah pendidikan yang
berkaitan erat dengan pengetahuan dimana individu harus mengenal rumah yang
memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB paru sehingga dengan
pengetahuan yang cukup seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup
bersih dan sehat. Keempat adalah jenis pekerjaan menentukan faktor risiko yang
dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang paparan kronis
udaranya cukup tinggi, ini mengakibatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala
penyakit saluran pernapasan atau TB. Kelima adalah kondisi rumah yang mencakup
kepadatan hunian kamar tidur, cara memperoleh pencahayaan yang baik, menjaga
agar aliran udara di dalam rumah tetap segar melalui ventilasi, dan kelembapan udara
dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan. Keenam adalah status gizi, dimana
ketika kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya
tahan tubuh dan respon imunologik terhadap penyakit. Ketujuh adalah keadaan sosial
ekonomi yang sangat erat berkaitan dengan faktor-faktor risiko yang lainnya (Suryo,
2010).
17. Komplikasi
Menurut Ardiansyah (2012), komplikasi penyakit TB terbagi dalam 2 kategori
yaitu komplikasi dini yang terdiri dari pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis,
serta TB usus dan komplikasi lanjut terdiri dari obstruksi jalan napas, kor pulmonal,
amyloidosis, karsinoma paru, serta sindrom gagal napas.
18. Pengobatan
Pengobatan TB paru harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dimana
pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh
pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah
resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada
semua pasien baru, harus diberikan selama dua bulan. Ketika tahap awal selesai,
masuk pada tahap lanjutan dimana pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang
penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
kuman persisten sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan. Kemenkes RI (2014) telah menetapkan panduan OAT yang digunakan
di Indonesia (sesuai rekomendasi WHO dan ISTC) yaitu :
d. Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia pada kategori 1 yaitu 2(HRZE)/4(HR)3, kategori 2
yaitu 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3, disamping dua kategori ini disediakan
paduan obat sisipan yaitu (HRZE), dan kategori anak yaitu 2HRZ/4HR.
e. Panduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk paket berupa
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi dua atau empat jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu
pasien
f. Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniazid, Rifamfisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini
disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan penderita yang
mengalami efek samping OAT KDT.
19. Pencegahan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit TB paru
(Naga, 2012) yaitu bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
menutup mulut saat batuk dan membuang dahak tidak di sembarangan tempat. Bagi
masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan meningkatkan ketahanan
terhadap bayi, yaitu dengan memberikan vaksinasi BCG. Bagi petugas kesehatan,
pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB,
yang meliputi gejala, bahaya dan akibat yang ditimbulkannya terhadap kehidupan
masyarakat pada umumnya. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan
pengisolasian dan pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan
memberikan pengobatan khusus kepada penderita TB. Pengobatan dengan cara
dirawat di rumah sakit hanya dilakukan bagi penderita dengan kategori berat dan
memerlukan pengembangan program pengobatannya, sehingga tidak dikehendaki
pengobatan jalan.
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI, 2010) menjelaskan
tentang pencegahan penularan penyakit TB, yaitu pada masyarakat, makan-makanan
yang berigizi seimbang sehingga daya tahan tubuh meningkat, tidur dan istirahat yang
cukup, tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba, lingkungan yang
bersih baik tempat tinggal dan sekitarnya, membuka jendela agar sinar matahari
masuk di semua ruangan rumah karena kuman TB akan mati bila terkena sinar
matahari, imunisasi BCG bagi balita dan menyarankan apabila ada yang dicurigai
sakit TB agar segera memeriksakan diri dan berobat sesuai aturan sampai sembuh.
Untuk penderita, tidak meludah di sembarang tempat, menutup mulut saat batuk atau
bersin, berperilaku hidup bersih dan sehat, berobat sesuai autran sampai sembuh dan
memeriksakan balita yang tinggal serumah agar segera diberikan pengobatan
pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : DIVA Press Depkes,
2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke 8. Jakarta :
Depkes RI
Djojodibroto, 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
Kementerian Kesehatan
Kemenkes RI. 2013. Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak. Jakarta : Kementerian
Kesehatan
Kemenkes RI, 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta :
Kementerian Kesehatan
PPTI, 2010. Buku Saku PPTI. Jakarta : PPTI
Sholeh, Naga S., 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta :
DIVA Press
Sudoyo, W, Aru; Setiyohadi, Bambang; Alwi, Idrus dkk,2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Interna Publishing
Suryo, 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta :
B First
WHO, 2015. Global Tuberculosis Report 2015.
Widiyono, 2008. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TUGAS KESEHATAN KELUARGA
Disusun oleh
ZAKIYYAH HUSNA
P07220213035
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
SAMARINDA
2017
SATUAN ACARA PENYULAHAN (SAP)
TUGAS KESEHATAN KELUARGA
Topik : Tugas Kesehatan Keluarga
Hari / Tanggal :
Waktu / Jam :
Tempat : Rumah responden
Peserta : Keluarga yang memiliki penderita TB Paru
Penyuluh : Zakiyyah Husna
H. Tujuan
3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga yang memiliki
penderita TB Paru mampu mengetahui tugas-tugas kesehatan keluarga dalam
upaya pencegahan TB Paru dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit keluarga mampu :
i. Menjelaskan tugas kesehatan keluarga : mengenal masalah kesehatan
keluarga
j. Menjelaskan tugas kesehatan keluarga : memutuskan tindakan kesehatan
yang tepat bagi keluarga
k. Menjelaskan tugas kesehatan keluarga : merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan
l. Menjelaskan tugas kesehatan keluarga : memodifikasi lingkungan keluarga
m. Menjelaskan tugas kesehatan keluarga : memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan disekitarnya
I. Materi
9. Tugas kesehatan keluarga : mengenal masalah kesehatan keluarga
10. Tugas kesehatan keluarga : memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi
keluarga
11. Tugas kesehatan keluarga : merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan
12. Tugas kesehatan keluarga : memodifikasi lingkungan keluarga
13. Tugas kesehatan keluarga : memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
disekitarnya
J. Media
2. Lembar balik
K. Metode
Ceramah dan tanya jawab
L. Setting Tempat
Peneliti berdiri di depan atau berjalan mengelilingi responden untuk melakukan
penyuluhan.
M. Pengorganisasian
3. Penyuluh : Zakiyyah Husna
4. Peserta : Keluarga yang memiliki penderita TB Paru
N. Kegitan Peyuluhan
No Tahapan
waktu Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta
1 Pembukaan
(5 menit)
5. Mengucapkan salam
6. Memperkenalkan diri
7. Kontrak waktu 20 menit
8. Menjelaskan
tujuan pembelajaran
1. Menjawab
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menyetujui
4. Mendengarkan dan
memperhatikan
2 Kegiatan Inti
(10 menit)
10. Menjelaskan tentang
tugas kesehatan keluarga :
mengenal masalah
kesehatan keluarga
11. Menjelaskan tentang tugas
kesehatan keluarga :
memutuskan tindakan
10. Mendengarkan
dan memperhatikan
kesehatan yang tepat bagi
keluarga
12. Menjelaskan tentang tugas
kesehatan keluarga :
merawat anggota keluarga
yang mengalami gangguan
kesehatan
13. Menjelaskan tentang tugas
kesehatan keluarga :
memodifikasi lingkungan
keluarga
14. Menjelaskan tentang tugas
kesehatan keluarga :
memanfaatkan fasilitas
kesehatan disekitarnya
15. Memberikan kesempatan
peserta didik untuk
bertanya
11. Mendengarkan
dan memperhatikan
12. Mendengarkan
dan memperhatikan
13. Mendengarkan
dan memperhatikan
14. Mendengarkan
dan memperhtikan
15. Peserta didik
bertanya
3 Penutup
(5 menit)
4. Mengajukan 5 pertanyaan
tentang materi
pembelajaran.
5. Kesimpulan dari
pembelajaran
6. Salam penutup
4. Menjawab
5. Mendengarkan dan
memperhatikan
6. Mendengarkan
H. Evaluasi
Pertanyaan Secara Lisan
1. Bagaimana keluarga mengenal masalah kesehatan yang terjadi pada keluarganya
?
2. Bagaimana keluarga memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
yang sakit ?
3. Bagaimana keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan ?
4. Bagaimana keluarga memodifikasi lingkungan keluarga ?
5. Bagaimana keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya ?
I. Evaluasi Observer
4. Evaluasi Struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan keluarga.
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya.
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media
penyuluhan sesuai dengan yang dibutuhkan.
5. Evaluasi Proses
a. Peneliti mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Keluarga bisa mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir
kegiatan.
6. Evaluasi hasil
b. Keluarga menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang tugas
kesehatan keluarga dengan benar.
MATERI TUGAS KESEHATAN KELUARGA
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
B. Fungsi dan Tugas Kesehatan Keluarga
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi
keluarga di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2016).
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan Program Indonesia Sehat
menurut Friedman (2010) yang dikutip oleh Kemenkes RI (2016) terdapat lima
fungsi keluarga. Pertama fungsi afektif adalah fungsi keluarga utama yang
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Kedua, fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan
sebagai tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Ketiga, fungsi reproduksi adalah
fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
Keempat, fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga dan
kelima fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk
mempertahankan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang
tinggi.
Fungsi kelima ini dikembangkan menjadi tugas kesehatan keluarga dibidang
kesehatan yang terdiri dari tugas kesehatan keluarga yang pertama adalah mengenal
gangguan perkembangan setiap anggota keluarga. Tugas keluarga dalam hal ini
adalah mengenal penyakit TB paru ini terdiri dari keluarga mengetahui penyebab,
tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahan penyakit TB paru.
Tugas yang kedua adalah mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang
tepat. Tugas keluarga dalam hal memutuskan tindakan dalam upaya merawat
penderita TB paru terdiri dari apakah keluarga menjalankan semua saran dari petugas
kesehatan, apakah keluarga menghentikan pengobatan jika pasien membaikdan
apakah keluarga merasa stress saat merawat keluarga yang sakit.
Tugas yang ketiga adalah memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang
sakit. Tugas keluarga dalam hal merawat anggota keluarga yang menderita TB paru
adalah sebagai PMO, sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, sebagai tempat
berinteraksi anggota keluarga yang sakit dan sebagai wadah informasi tentang
perawatan TB paru.
Tugas yang keempat adalah mempertahankan suasana rumah yang
menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarganya. Tugas keluarga dalam hal ini adalah mampu menyediakan dan
memodifikasi lingkungan sekitar penderita TB Paru.
Tugas kesehatan keluarga yang terakhir adalah mempertahankan hubungan
timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan. Tugas keluarga dalam hal ini
adalah mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas jika ada
menemukan atau mengalami gangguan kesehatan yang dicurigai TB Paru.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G., 2010. Buku Ajar Keperawatan
Keluarga : Riset, Teori, dan Praktik, alih bahasa, Akhir Yani S. Hamid
dkk; Edisi 5. Jakarta : EGC
Kemenkes RI, 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Jakarta : Kementerian Kesehatan
TABEL JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Bulan
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Studi
Pendahuluan
2 Pengajuan
Judul
3 Penyusunan
Proposal
4 Sidang
Proposal
5 Revisi
Proposal
6 Ijin
Penelitian
7 Pelaksanaan
Penelitian
8 Pengolahan
Data
9 Sidang Hasil
Lampiran 9
N
o Inisial TTL JK
Pendidika
n Pekerjaan
Penghasila
n
PNG TKK Nilai
Selisih
Pre Post Pr
e
Pos
t
PN
G
TK
K
1 Tn. US 18..04..1959 (58) L PT PNS > 2,2 Jt/bln 16 20 77 80 4 3
2 Tn. UD 05..01.1975 (42) L SMA Swasta < 2,2 Jt/bln 8 20 76 78 12 2
3 Ny. SR 07..07..1976 (41) P SMP Swasta > 2,2 Jt/bln 15 20 75 78 5 3
4 Tn. SU 02..09..1975 (42) L PT PNS > 2,2 Jt/bln 13 20 72 92 7 20
5 Tn. RA 28..06..1972 (45) L SMA Swasta < 2,2 Jt/bln 16 20 77 82 4 5
6 Ny. RO 18..08..1971 (46) P SMP
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 14 15 80 85 1 5
7 Ny. AD 02..08..1982 (35) P PT
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 16 20 75 79 4 4
8 Ny. SH 10..10..1996 (21) P SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 18 20 85 88 2 3
9 Tn. F 21..12..1998 (19) L SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 15 18 75 79 3 2
10 Tn. RI 20..06..2000 (17) L SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 14 20 67 77 6 10
11 Tn. SH 21..03..1960 (57) L PT PNS > 2,2 Jt/bln 16 20 77 80 4 3
12 Ny. SF 08..04..1968 (49) P SMA Swasta < 2,2 Jt/bln 17 20 79 81 3 2
13 Ny. RD 27..03..1995 (22) P SMA Tidak < 2,2 Jt/bln 16 20 73 79 4 6
Bekerja
14 Ny. FR 09..01..2000 (17) P SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 18 20 73 86 2 13
15 Tn. AW 04..02..1968 (49) L PT Swasta > 2,2 Jt/bln 11 19 71 79 8 8
16 Ny. SN 29..11..1971 (46) P PT
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 13 19 72 81 6 9
17 Tn. WA 16..10..1996 (21) L PT
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 13 19 81 83 6 2
18 Tn. KU 14..04..2000 (17)
L SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 19 20 72 84 1 12
19 Ny. NW 11..12..1970 (47) P SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 20 20 72 76 0 4
20 Tn. ZM 25..08..1996 (21) L SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 14 20 71 78 6 7
21 Ny. M 07..02..1997 (20) P SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 16 19 72 83 3 11
22 Ny. ST 24..07..1974 (43) P SD
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 14 19 77 85 5 8
23 Ny. ER 24..04..1993 (24) P SMA Swasta < 2,2 Jt/bln 12 18 79 85 6 6
24 Ny. AST 15..02..1988 (29) P PT PNS > 2,2 Jt/bln 18 20 81 83 2 2
Lampiran 9
N
o Inisial TTL JK
Pendidika
n Pekerjaan
Penghasila
n
PNG TKK Nilai
Selisih
Pre Post Pr
e
Pos
t
PN
G
TK
K
25 Tn. AG 16..08..1990 (27) L SMA Swasta < 2,2 Jt/bln 17 19 81 83 2 2
26 Tn. OG 08..10..1998 (19) L SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 20 20 84 88 0 4
27 Ny. AO 31..08..2000 (17) P SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 13 19 86 89 6 3
28 Tn. AW 17..08..1970 (47) L PT PNS < 2,2 Jt/bln 16 20 76 81 4 5
29 Ny. NAN 27..11..1989 (28) P PT
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 14 19 79 81 5 2
30 Ny. WA 02..06..1985 (32) P PT
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 15 19 70 78 4 8
31 Tn. SUG 22..02..1992 (25) L SMA
Tidak
Bekerja < 2,2 Jt/bln 17 19 77 85 2 8
HASIL SPSS
Distribusi Statistik Nilai Selisih Variabel Tingkat Pengetahuan dan Tugas
Kesehatan Keluarga Sebelum dan Sesudah diberikan
Pendidikan Kesehatan
Descriptives
Statistic Std. Error
Selisih.pengetahuan Mean 4.10 .450
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.18
Upper Bound 5.02
5% Trimmed Mean 3.96
Median 4.00
Variance 6.290
Std. Deviation 2.508
Minimum 0
Maximum 12
Range 12
Interquartile Range 4
Skewness .845 .421
Kurtosis 1.958 .821
Selisih.TKK Mean 5.87 .747
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 4.34
Upper Bound 7.40
5% Trimmed Mean 5.44
Median 5.00
Variance 17.316
Std. Deviation 4.161
Minimum 2
Maximum 20
Range 18
Interquartile Range 5
Skewness 1.554 .421
Kurtosis 3.052 .821
Uji Normalitas Variabel Tingkat Pengetahuan dan Tugas Kesehatan Keluarga
Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisih.pengetahuan .128 31 .200* .937 31 .066
Selisih.TKK .176 31 .015 .842 31 .000
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Transformasi Data Variabel Tugas Kesehatan Keluarga Sebelum dan Sesudah
diberikan Pendidikan Kesehatan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisih.TKK.Transform .139 31 .133 .933 31 .053
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Hipotesis Variabel Tingkat Pengetahuan Menggunakan Uji T-Test
Berpasangan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre.Pengetahuan 15.29 31 2.610 .469
Post.Pengetahuan 19.39 31 1.022 .184
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre.Pengetahuan -
Post.Pengetahuan
-4.097 2.508 .450 -5.017 -3.177 -9.095 30 .000
Uji Hipotesis Variabel Tugas Kesehatan Keluarga Menggunakan Uji T-Test
Berpasangan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre.TKK 76.19 31 4.600 .826
Post.TKK 82.13 31 3.888 .698
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre.TKK -
Post.TKK
-5.935 4.114 .739 -7.445 -4.426 -8.032 30 .000
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Zakiyyah Husna lahir di Kota Samarinda tanggal 17
April 1995. Merupakan putri pertama dari pasangan
suami istri, Mursid dan Anita Hasanah. Mempunyai
saudara kandung bernama M. Nur Yasiin. Pendidikan
yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu Sekolah Dasar
Negeri 001 Samarinda, lulus pada tahun 2007. Dilanjutkan dengan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Samarinda, lulus pada tahun2010.
Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 4
Samarinda, lulus pada tahun 2013. Setelah itu dilanjutkan kembali peneliti
menempuh pendidikan Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan di Poltekkes
Kemenkes Kaltim.
Sebagai syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Terapan Keperawatan
(S.Tr. Kep) pada bulan Juli 2017, peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Tugas
Kesehatan Keluarga dalam Mencegah Penularan TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Baqa”.
Top Related